Hukum Tenaga Kerja

89
HUKUM KETENAGAKERJAAN Oleh Bambang Supadiyono

Transcript of Hukum Tenaga Kerja

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Oleh

Bambang Supadiyono

Pengertian Ketenagakerjaan Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja

pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Tenaga Kerja Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Pekerja atau buruh

Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pemberi kerja

Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pembangunan Tenaga Kerja Bagian integral dari pembangunan nasional

berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat,, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil dan spirituil.

Makna Pekerja ditinjau dari :Peranannya : gerak dari badan dan pikiran setiap

orang guna mencapai kelangsungan hidup.Kemasyarakatan : melakukan pekerjaan untuk

menghasilkan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat.

Spiritual : hak dan kewajiban manusia memuliakan dan mengabdikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ideologi Negara : hak dan kewajiban manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.

Pengertian umum Tenaga Kerja dan Pembangunan Indonesia ditinjau dari segi keperluan atau kebutuhan

“Tenaga kerja adalah manusia yang mempunyai tenaga, baik fikiran maupun phisik yang mampu dan mau bekerja menggunakan tenaganya tersebut”

Rumusan pengertiannya sbb.:

1. Tenaga Kerja yang dimaksud adalah manusia.

2. Seseorang yang mau dan mampu secara fisik maupun pikirannya untuk melakukan kegiatan untuk bekerja dinamakan tenaga kerja.

3. Seseorang yang secara fisik dan pikirannya tidak mau melakukan kegiatan bukan tenaga kerja.

Peranan Tenaga Kerja Indonesia

Peranan ini bertujuan untuk mencapai Pembangunan Indonesia yaitu : masyarakat Indonesia yang Adil Makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945.

Pembangunan Ketenagakerjaan

Pembangunan ketenagakerjaan mem-punyai banyak dimensi dan keterkaitan :1.Pemerintah.2.Pengusaha3.Pekerja. Untuk dilaksanakan dengan secara terpadu atas dasar kemitraan dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung.

Tujaun Pembangunan Ketenagakerjaan.

a) Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal, melalui diklat serta penyebarluasan dan pelayanan penem-patan tenaga kerja yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

b) Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan pembangunan nasional.

c) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.

d) Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Peran Tenaga Kerja

Untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Untuk mensejahterakan masyarakat.

Oleh karena itu Tenaga Kerja harus

1. Lebih mampu,

2. Lebih trampil,

3. Lebih berkwalitas

Agar dapat berdaya guna secara optimal sehingga mampu bersaing.

Perencanaan dan Program Ketenagakerjaan

Tujuannya :1) Meningkatkan kemampuan,2) Meningkatkan ketrampilan,3) Meningkatkan keahlian Dengan cara:a) Pelatihanb) Pemaganganc) Pelayanan penempatan tenaga kerja.

Pelatihan Kerja.

Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan / atau meningkatkan dan / atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.

Tenaga Kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan di tempat kerja.

Pengakuan kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.

Pelatihan Kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan dan kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan.

Pelatihan kerja dapat diselenggarakan denga sistim pemagangan.

Pemagangan

Pemagangan adalah bagian dari sistim pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan,dalam rangka menguasai ketrampilan atau keahlian tertentu.

Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang dibuat secara tertulis.

Perjanjian pemagangan sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan.

Pemagangan yang diselenggarakan tidak dengan perjanjian pemagangan dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan tsb.

Penempatan Tenaga Kerja

Setiap tenaga kerja berhak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam maupun di luar negeri.

Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,bebas obyektif, serta adil dan setara tanpa diskriminasi.

Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.

Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah.

Penempatan Tenaga Kerja terdiri dari :

1. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri.

2. Penempatan tenaga kerja di luar negeri.

Pengaturan Penempatan Kerja.

1. Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja.

2. Pelaksana penempatan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja.

3. Dalam memperkerjakan tenaga kerja, pemberi kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.

4. Pelaksanaan penempatan tenaga kerja dilarang memungut biaya penempatan, baik langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan kepada tenaga kerja dan pengguna tenaga kerja

5. Lembaga (lembaga swasta berbadan hukum) penempatan tenaga kerja hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu.

Perlindungan Tenaga Kerja

1. Memperoleh pekerjaan di dalam dan luar negeri

2. Hak-hak dasar pekerja.

3. Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja

4. Perlindungan upah dan jaminan sosial sehingga menjamin rasa aman tentram,sejahtera lahir dan bathin.

Usia Kerja

Mereka yang berusia 13 s/d 15 th. keatas. Dikatagorikan tenaga kerja anak-anak.

Tenaga kerja muda : 18 keatas.

Tenaga kerja tua : 50 tahun keatas.

Memperkerjakan Anak.

Pengusaha dilarang memperkerjakan anak, kecuali bagi anak berumur 13 th s/d 15 th, untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.

Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan sbb. :

1.Izin tertulis dari orang tua atau wali.2.Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua

atau wali.3.Waktu kerja maksimum 3 jam.4.Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu

waktu sekolah.5.Keselamatan dan kesehatan kerja.6.Adanya hubungan kerja yang jelas7.Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Tempat Kerja Anak.

Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan perkerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.

Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

Pekerja Perempuan.

Pengusaha dapat memperkerjakan perempuan.

Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 th dilarang dipekerjakan antara jam 23.00 s.d 07.00

Pengusaha dilarang memperkerjakan wanita hamil antara jam 23.00 s.d 07.00 apabila membahayakan kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya sendiri.

Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan antara jam 23.00 – 07.00 wajib. :

a) Memberikan makanan dan minuman bergizi.

b) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang antara jam 23.00 s.d 05.00.

Ketentuan Waktu Kerja.

Waktu kerja meliputi :

1. 7 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg. Untuk 6 hari kerja selama 1 mg.

2. 8 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg. Untuk 5 hari kerja selama 1 mg.

Dikecualikan untuk pekerjaan pada sektor usaha tertentu.

Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja dipersyaratkan :

Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan.Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 3 jam dalam satu hari dan 14 jam dalam satu minggu.Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh melebihi waktu 3 jam wajib membayar upah kerja lembur

Waktu Istirahat dan Cuti

Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.

Waktu istirahat dan cuti meliputi :Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam bekerja selama 4 jam terus-menerus dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja.Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus.

Cuti panjang sekurang-kurangnya 2 bl dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 bl bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 th secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi cuti tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 th.

Pelaksanaan waktu istirahat tahunan/cuti diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Hak istirahat panjang hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.

Perusahaan tertentu diaatur dengan Keputusan Menteri yang membidangi Tenaga Kerja.

Istirahat pada saat haid dan melahirkan.

Pekerja/buruh perempuan dalam masa haid dapat meminta istirahat selama 2 hari. Dalam hal ini diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.Pekerja/buruh perempuan berhak cuti 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Apabila mengalami keguguran berhak memperoleh cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat ketrangan dokter klandungan atau bidan.

Kesempatan dan Perlakuan Sama

Pengusaha wajib memberikan kesempatan dan perlakuan sama tidak ada diskriminasi kepada setiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan.

Perluasan Kesempatan Kerja.

Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

Hubungan Kerja , hubungan antara pengusaha atau pemberi kerja dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja , yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.

Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan dengan penciptaan kegiatan yang produktip dan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam , sumber daya manusia dan teknologi tepat guna.

Penciptaan perluasan kesempatan kerja dilakukan dengan pembentukan dan pembinaan tenaga kerja mandiri dengan sistim padat karya, penerapan teknologi tepat guna dan pendayagunaan tenaga kerja sukarela ataub pola lain yang dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan tenaga kerja.

Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Setiap pemberi kerja yang mem-perkerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki ijin tertulis dari Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk.Pemberi kerja orang perseorangan dilarang memperkerjakan tenaga kerja asing.Kewajiban memiliki ijin tidak berlaku bagi perwakilan asing yang memperkerjakan sebagai diplomatik dan konsuler.

Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

Tenaga kerja asing yang masa kerjanya habis tidak dapat diperpanjang namun dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.

Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerfja asing yang disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja atua pejabat yang ditunjuk.

Rencana penggunaan tenaga kerja asing memuat keterangan sbb.:

1. Alasan penggunaan tenaga kerja asing2. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur

perusahaan tsb.3. Jangka waktu penggunaan TKA.4. Penunjukan tenaga kerja WNI sebagai

pendamping TKA yang dipekerjakan.

Pemberi Kerja TKA wajib :1. Menunjuk tenaga kerja WNI sebagai

tenaga kerja pendampingnya yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA.

2. Melaksanakan diklat kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA.

Ketentuan penggunaan TKA tidak berlaku untuk yang menduduki jabatan Direksi dan/atau Komisaris.

Tenaga Kerja Asing dilarang :

Menduduki jabatan personalia, jabatan-jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Pemberi kerja yang memperkerjakan TKA wajib membayar kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakan, kepada pemerintah.

Kewajiban ini dimaksudkan dalam upaya peningkatan kulitas SDM Indonesia.

Kewajiban ini tidak berlaku bagi instansi Pemerintah, Perwakilan negara asing, Lembaga sosial, badan-badan Internasional, Lembaga keagamaan dan jabatan tertentu di Lembaga Pendidikan.

Jabatan tertentu di Lembaga Pendidikan di atur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

Pemberi Kerja yang memperkerjakan TKA wajib memulangkannya ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya telah berakhir.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak memperoleh perlindungan atas :

1. Keselamatan dan kesehatan kerja.2. Moral dan kesusilaan.3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan

martabat manusia serta nilai agama.Tujuanya untuk mewujudkan dan

meningkatkan produktivitas kerja yang optimal

Pengupahan

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kereja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Untuk mewujudkan penghasilan dalam memenuhi penghidupan yang layak, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh.

Kebijakan Pemerintah dalam penetapan upah meliputi :

1. Upah minimum,2. Upah kerja lembur,3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan.4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain

di luar pekerjaannya.5. Upah karena menjalankan hak cuti.6. Bentuk dan cara pembayaran upah.7. Denda dan potongan upah.8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah.9. Struktur dan skala upah yang proporsional.10.Upah untuk pem,bayaran pesangon,11.Upah untuk penghitungan pajak penghasilan

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upah minimum dapat terdiri atas :-Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota.-Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

Penghasilan yang memenuhi penghidupan layak, adalah jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar yang meliputi :-makanan dan minuman,-sandang,-perumahan,-pendidikan,-kesehatan,-rekreasi,-jaminan hari tua.

Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

Penatapan Upah Minimum

Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur KDH Tk. I dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

Penetapan Upah Minimum.

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upah minimum terdiri atas

1. Upah minimum berdasarkan wilayah.

2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah.

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

Pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan pembayaran upah minimum.

Tata cara penangguhan pembayaran upah minimum diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila kesepakatan lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan.

Dalam menyusun struktur dan skala upah Pengusaha diharuskan memperhatikan :-golongan-jabatan-masa kerja-pendidikan-kompensasi.

Penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat kepastian upah tiap pekerja/buruh untuk mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan tersebut.

Pengusaha melakukan peninjauan struktur dan skala upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.

Peninjauan upah dilakukan untuk penyesuaian harga kebutuhan hidup, prestasi kerja, perkembangan dan kemampuan perusahaan.

Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.

Pengusaha wajib membayar upah :-Meskipun pekerja/buruh sakit.-Pekerja perempuan haid (2 hari).-Pekerja/buruh menikah, menikahkan anaknya, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran, suami/istri, anak/menantu, orangtua/mertua atau anggota keluarga meninggal dunia.

-Karena sedang menjalankan kewajiban negara.

-Karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

-Melakukan pekerjaan sesuai perjanjian tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya dan bukan merupakan kesalahannya.

-Melaksanakan hak cutinya.

-Melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan pengusaha.

-Melaksanakan tugas pendidikan dan pelatihan.

Pekerja/buruh yang sakit tetap dibayar upahnya dengan ketentuan sbb.:

1. 4 bl. Pertama dibayar 100%.

2. 4 bl. Kedua dibayar 75%.

3. 4 bl. Ketiga dibyar 50%.

4. Bulan selanjutnya dibayar 25% sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

Komponen pengupahan terdiri dari :

Upah pokok dan tunjangan tetap.

Besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja/buruh yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja/buruh atau pencapaian prestasi kerja tertentu.

Hal khusus dimana pekerja tetap berhak atas upah walaupun tidak masuk kerja :

1. Pekerja menikah, selama 3 hari

2. Menikahkan anak, selama 2 hari.

3. Mengkitankan anak, selama 2 hari.

4. Membaptiskan anak, selama 2 hari.

5. Istri melahiarkan atau keguguran kandungan, selama 2 hari.

6. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak, menantu meninggal dunia, selama 2 hari.

7. Anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah meninggal, selama 1 hari.

Pembinaan Hubungan Kerja.

Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja.

Perjanjian kerja dibuat bisa secara lisan maupun tertulis, perjanian kerja dibuat secara lisan karena dalam membuat suatu perikatan atau perjanjian tidak terlepas saling mempercayai dari kedua belah pihak.

Perjanjian Kerja

Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.

Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah kecuali atas persetujuan kedua belah pihak.

Perjanjian Kerja Tetap sekurang – kurangnya memuat:

a) Nama, alamat perusahaan dan jenis usahab) Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja.c) Jabatan atau jenis pekerjaan.d) Tempat pekerjaan.e) Besar upah dan cara pembayarannya.f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan

kewajiban pengusaha dan pekerja.g) Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanajian

kerja.h) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain : pekerjaan untuk waktu tertentu, antar kerja antar daerah, antar kerja antar negara dan perjanjian kerja laut.

Perjanjian kerja dibuat atas dasar.1. Kesepakaatan kedua belah pihak2. Kemampuan dan kecakapan kedua belah pihak

secara hukum.3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan

dengan ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan peraturan yang berlaku.

Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah pihak batal demi hukum apabila

- Pekerjaan yang harus dilakukan tidak ada.- Pekerjaan yang diperjanjikan bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.

Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah pihak dapat dibatalkan apabila

- Pekerjaan yang diperjanjikan tidak sesuai dengan kesepakatan.

- Mereka yang membuat perjanjian belum cakap dalam perbuatan hukum.

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

Perjanjian kerja antara buruh/pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.

PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu.

PKWT dibuat paling lama 3 tahun.

Apabila pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang diperjanjikan maka PKWT putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan itu.

Dalam PKWT harus dicantumkan batasan selesainya suatu pekerjaan yang diperjanjikan tersebut.

Pembaharuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhirnya perjanjian kerja.

Selama tenggang waktu 30 hari, tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha.

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk pekerjaan yang bersifat

musiman.

Pekerjaan yang pelaksanaanya tergantung pada musim atau cuaca.

PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu.

Pekerjaan-pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman.

PKWT yang melakukan pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu hanya diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.

PKWT untuk pekerjaan yang memenuhi pesanan atau target tertentu tidak dapat dilakukan pembaharuan.

PKWT untuk Pekerjaan yang berhubungan dengan Produk Baru

PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

PKWT tersebut hanya dapat dilakukan untuk waktu paling lama 2 th dan dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 th.

PKWT ini tidak dapat dilakukan pembaharuan.

Perjanjian Kerja Harian Lepas.

Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian lepas.Waktu bekerjanya kurang dari 21 hari dalam 1 bulan.Pekerjaan yang dilakukan 3 bl berturut-turut maka perjanjian akan berubah menjadi PKWTT.

Berakhirnya PKWT

1. Pekerja meninggal dunia.

2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

3. Adanya putusan pengadilan dan /atau putusan atau penetapan lembaga PPHI yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalm perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTTapabila

1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja.

2. PKWT pekerjaan yang bersifat bukan musiman atau pekerjaan yang bukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu

3. PKWT untuk pekerjaan produk baru yang dikerjakan lebih dari 3 tahun.

4. Pembaruan PKWT tidak melewati tenggang waktu 30 hari dan tidak diperjanjikan lain akan berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

1. Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja, paling lama 3 (tiga) bulan.

2. Dalam masa percobaan kerja pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu apabila dibuat dengan secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan.

Surat Pengangkatan sekurang-kurangnya memuat :1.Nama dan alamat pekerja/buruh.2.Tanggal mulai bekerja.3.Jenis pekerjaan4.Besarnya upah.

Organisasi Pengusaha

Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha.

Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesusi dengan peraturan perundang-undangan.

Lembaga kerja sama

Lembaga Kerja Sama Bipartit merupakan forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/buruh yang sudah tercatat di Kantor Departemen Tenaga Kerja

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 50 orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit.

Lembaga kerja sama Bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di pe-rusahaan.

Susunan keanggotaan terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan mereka.

Lembaga Kerja Sama Tripartit merupakan forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenaga-kerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/buruh dan pemerintah.

Lembaga Kerja Sama Tripartit mem-berikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada Pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan pemecahan masalah ketenagakerjaan.

Lembaga Kerja Sama Tripartit terdiri :

1. Lembaga Kerja Sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

2. Lembaga Kerja Sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Keanggotaan terdiri dari : Unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha dan Serikat Pekerja/Buruh

Peraturan Perusahaan

Pengusaha yang memperkerjakan pe-kerja/buruh sekurang-kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

Perusahaan yang sudah memiliki Perjanjian Kerja Bersama tidak diwajibkan membuat Peraturan Perusahaan.

Peraturan Perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggungjawab dari pengusaha yang bersangkutan.

Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya memuat :

1. Hak dan kewajiban pengusaha.2. Hak dan kewajiban pekerja/buruh.3. Syarat Kerja.4. Tata tertib perusahaan.5. Jangka waktu berlakunya peraturan

perusahaan.

Masa berlakunya Peraturan Perusahaan paling lama 2 tahun dan diperbarui setelah habis masa berlakunya.

Apabila selama masa berlakunya peraturan perusahaan, pekerja/buruh menghendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, pengusaha wajib melayani.

Apabila tidak terjadi kata sepakat, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.

Perubahan Peraturan Perusahaan sebe-lum berakhir jangka waktunya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan wakil pekerja/buruh.Perubahan Peraturan Perusahaan harus mendapat pengesahan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah Peraturan Perusahaan atau peru-bahannya kepada pekerja/buruh.