Hukum Syariat Islam
-
Upload
james-hammond -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Hukum Syariat Islam
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
1/13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi seorang khalifah atau
pemimpin. Seorang pemimpin haruslah selalu berpedoman kepada kitabullah Al-
Quranul kariim dan juga kepada al-hadits. Tentu saja system kepemimpinannya harus
sesuai dengan hukum syariat Islam.
Di negara Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama
menjadikan Indonesia tidak bisa menjadi negara Islam walaupun mayoritaspenduduknya adalah umat Islam. Sehingga system pemerintahan yang dianut pun
bukan hukum syariat Islam, melainkan berpedoman pada Pancasila.
Untuk beberapa golongan, hal ini dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan dan
membangkang kepada Pemerintahan Indonesia.
Tujuan
Makalah yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Pendidikan Agama Islam II. Selain itu, makalah ini juga disusun untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemahaman agama Islam bagi penulis
maupun pembaca.
Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka, selain
dengan menggunakan buku cetak sebagai referensi, penulis juga melakukan studi
pustaka dengan menggunakan media internet.
Sistematika Penulisan
- Halaman Judul (cover)
- Kata Pengantar
1
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
2/13
- Daftar Isi
- Bab I Pendahuluan
o Latar Belakang
o
Tujuano Metode Penulisan
o Sistematika Penulisan
- Bab II Pembahasan
o Sunnah Rasulullah SAW Dalam Menghadapi Pemerintah
o Ahlus Sunnah wal Jamaah
o Indonesia Bukan Negara Islam, Layakkah Ditaati?
o Bolehkah Membangkang Kepada Pemerintah Indonesia karena TidakBerhukum dengan Syariat Islam?
o Apabila pemerintah itu berlaku zalim
o Hikmah terus mentaati pemerintah dan tidak menggulingkan kerajaan
o Syarat Boleh Memerangi Pemerintah
- Bab III Penutup
o Kesimpulan
- Daftar Pustaka
2
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
3/13
BAB II
PEMBAHASAN
Sunnah Rasulullah SAW Dalam Menghadapi Pemerintah
Allah S.W.T berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S An Nisaa: 59)
Sabda Rasulullah S.A.W:
Barangsiapa yang mentaatiku maka dia mentaati Allah dan sesiapa yang
menderhakaiku maka dia juga menderhakai Allah dan barangsiapa yang mentaati
pemerintah maka dia mentaati aku dan sesiapa yang derhaka pada pemerintah maka
dia menderhakaiku. [Hadis Sahih: Riwayat Bukhari, Muslim, an-Nasai, Ibn Majah,
dan Ahmad]
Berdasarkan ayat dan hadis di atas ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah telah sepakat
bahwa mentaati pemerintah muslim itu adalah wajib.
Ahlus Sunnah wal Jamaah
Dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa umat Islam terpecah menjadi 73 kelompok dan
hanya satu kelompok yang dipastikan selamat dan jaya di dunia dan akhirat. Para
ulama kita sepakat bahwa satu kelompok yang dijamin selamat tersebut adalah
kelompok Ahlussunnah wal Jamaah. Namun seiring waktu, hakikat Ahlussunnah wal
3
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
4/13
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
5/13
Jamaah menurut ulama aqidah adalah generasi pertama dari umat ini, yaitu kalangan
Shahabat, Tabiin serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari
kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran.
Kata Imam Abu Syammah as-Syafii Rahimahullah (wafat th. 665 H): Perintah
untuk berpegang kepada jamaah, maksudnya ialah berpegang kepada kebenaran dan
mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan Sunnah itu sedikit dan yang
menyalahinya banyak. Karena kebenaran itu apa yang dilaksanakan oleh jamaah
yang pertama, yaitu yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan
para Shahabatnya tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang (melakukan
kebathilan) sesudah mereka.
Jadi, Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-perkara
yang baru dan bidah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba (mengikuti) kepada Sunnah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah),
maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba.
Berkata Syeikh Thahawi dalam matan Aqidah:
Dan bukanlah dari aqidah kami -ahli sunnah- menentang pemerintah walaupun
mereka itu berlaku zalim dan tidak pula kami mendoakan kejahatan atas mereka,
adapun aqidah kami adalah mentaati mereka itu bermakna mentaati Allah Azza wa
Jalla yaitu satu kefardhuan atas kami selama mana mereka tidak menyuruh melakukan
maksiat dan kami mendoakan mereka dengan kebaikan dan keampunan.
Berdasarkan ayat terdahulu Allah S.W.T meletakkan syarat pemerintah yang wajib
ditaati itu adalah muslim berdasarkan " "(dari Kamu).
Ketaatan kepada pemimpin adalah muqayyad atau tertakluk kepada apa yang
bersesuaian dengan syariat Allah adapun yang menyelisihi syara maka tiada taat
bahkan haram dan wajib ketika itu menasihati pemerintah dan menyuruh kepadamakruf.
5
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
6/13
Dalam hadis Sahih daripada Syaikhan:
Dari Ibn Umar R.A., Nabi SAW bersabda: Wajib atas muslim itu mematuhi
pemerintah dalam perkara yang ia suka mahupun tidak melainkan apabila diperintah
melakukan maksiat maka ketika itu tidak wajib lagi taat. [Hadis Sahih: Riwayat
Bukhari dan Muslim]
Perkataan menurut ulama tafsir merangkumi semua jenis pengausa am dan
khas seperti raja,menteri,khalifah,ulama dan penguasa agama seperti mufti dan ibu
bapa serta suami.
Kewajiban ini mentaati pemerintah ini datang setelah pemerintah itu melaksanakn
keadilan dan menunaikan amanah yang dipertanggungjawabkan atasnya. Ini
berdasarkan ayat sebelum ayat ini yaitu surah an-Nisaa ayat 58:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. ((Q.S An Nisaa: 58)
Ayat ini Allah S.W.T menujukan khitabnya pada pemerintah untuk melakukan
keadilan dan kesaksamaan dan menunaikan amanah dengan baik kemudian Allah
SWT berpesan pula kepada rakyat untuk mentaati pemerintah dalam maruf.
Indonesia Bukan Negara Islam, Layakkah Ditaati?
6
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
7/13
Para ulama kaum muslimin seluruhnya sepakat akan kewajiban taat kepada
pemerintah muslim dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa
Taala. Karena Allah Tabaraka wa Taala telah memerintahkan hal tersebut
sebagaimana dalam firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. (Q.S An-Nisaa: 59)
Demikian pula, Nabi shallallahualaihi wa sallam telah berwasiat:
Aku wasiatkan kalian agar senantiasa taqwa kepada Allah serta mendengar dan taat
kepada pemimpin (negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari
Habasyah. (HR. Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Al-Imam Abu Jafar Ath-Thahawi rahimahullah menjelaskan diantara prinsip aqidah
Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah:
Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan
pemerintah kami, meskipun mereka berbuat zhalim. Kami tidak mendoakan kejelekan
kepada mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka dan kami
memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada Allah sebagai suatu
kewajiban, selama yang mereka perintahkan itu bukan kemaksiatan (kepada Allah).
Dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan keselamatan. (Al-Aqidah Ath-
Thahawiyah, Al-Imam Abu Jafar Ath-Thahawi Al-Hanafi rahimahullah)
AI-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah juga menukil ijma. Dari Ibnu Batthal
rahimahullah, ia berkata: Para fuqaha telah sepakat wajibnya taat kepada pemerintah
(muslim) yang berkuasa, berjihad bersamanya, dan bahwa ketaatan kepadanya lebih
baik daripada nnemberontak. (Fathul Bari, 13/7)
7
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
8/13
Bolehkah Membangkang Kepada Pemerintah Indonesia karena Tidak
Berhukum dengan Syariat Islam?
Telah dimaklumi bersama bahwa pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
saat ini adalah pemerintah muslim. Sebagaimana juga dimaklumi bahwa hukum Islam
belum diterapkan secara menyeluruh di negeri tercinta ini. Apakah dengan sebab
tersebut pemerintah (dan rakyatnya) telah menjadi murtad? Kemudian boleh bagi
kaum muslimin memberontak atau membangkang kepada pemerintah Indonesia?
Syubhat ini dijawab oleh Faqihul Ashr Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah dalam fatwa berikut ini:
Pertanyaan: Fadhilatusy Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hukum
menaati pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulillah
shallallaahu alaihi wa sallam?
Jawab: Pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
tetap wajib ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya,
serta tidak wajib memerangi mereka dikarenakan hal itu, bahkan tidak boleh diperangi
kecuali kalau ia telah menjadi kafir, maka ketika itu wajib untuk menjatuhkannya dan
tidak ada ketaatan baginya.
Berhukum dengan selain Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sampai kepada derajat
kekufuran dengan dua syarat:
1. Dia mengetahui hukum Allah dan Rasul-Nya. Kalau dia tidak tahu, maka diatidak menjadi kafir karena penyelisihannya terhadap hukum Allah dan Rasul-
Nya.
2. Motivasi dia berhukum dengan selain hukum Allah adalah keyakinan bahwa
hukum Allah sudah tidak cocok lagi dengan zaman ini dan hukum lainnya
lebih cocok dan lebih bermanfaat bagi para hamba.
8
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
9/13
Dengan adanya kedua syarat inilah perbuatan berhukum dengan selain hukum Allah
menjadi kekufuran yang mengeluarkan dari Islam, berdasarkan firman Allah:
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, makamereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Q.S Al-Maidah: 44)
Pemerintah yang demikian telah batal kekuasaannya, tidak ada haknya untuk ditaati
rakyat, serta wajib diperangi dan dilengserkan dari kekuasaan.
Adapun jika dia berhukum dengan selain hukum Allah, namun dia tetap yakin bahwa
berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu adalah wajib dan lebih baik untukpara hamba, tetapi dia menyelisihinya karena hawa nafsu atau hendak menzalimi
rakyatnya, maka dia tidaklah kafir, melainkan fasik atau zhalim, dan kekuasaannya
tetap sah.
Mentaatinya dalam perkara yang bukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah wajib. Tidak boleh diperangi, atau dilengserkan dengan kekuatan (senjata) dan
tidak boleh memberontak kepadanya. Sebab Nabi shallallahualaihi wa sallammelarang pemberontakan terhadap pemerintah (muslim) kecuali jika kita melihat
kekafiran nyata dimana kita mempunyai alasan (dalil) yang jelas dari Allah
Subhanahu wa Taala. (Majmu Fatawa wa Rosail Ibni Utsaimin, 2/147-148, no.
229)
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah juga menjelaskan, Apabila seorang
pemimpin muslim berhukum dengan selain hukum Allah, maka tidak boleh dihukumi
kafir kecuali dengan syarat-syarat: Pertama: Dia tidak dipaksa melakukannya. Kedua:
Dia tahu bahwa hukum tersebut bukan hukum Allah. Ketiga: Dia memandang hukum
tersebut sama baiknya atau bahkan lebih baik dari hukum Allah. (Lihat Al-Makhraj
minal Fitnah, hal. 82)
9
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
10/13
Apabila pemerintah itu berlaku zalim
Dalam menghadapi masalah ini Rasulullah SAW. telah memberikan petunjuk yang
amat baik sekali dalam hadis-hadis baginda yang sahih:
Dari Ibn Abbas R.A.: Bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa yang benci
pada pemerintahnya sesuatu (daripada maksiat) maka hendaklah dia bersabar kerana
sesiapa yang menentang pemerintah maka dia mati sebagai mana orang Jahiliyyah.
[Hadis Sahih: Muttafaq Alaih Riyadhus Solihin]
Dari Junadah bin Abi Umayyah berkata: Kami menemui Ubadah bin Samit ketika
dia sakit dan kami berkata padanya: Ceritakanlah pada kami-semog Allah
menyembuhkan kamu- akan suatu hadis yang bermanfaat yang engkau dengar dari
Rasulullah SAW. maka dia berkata: Rasulullah menyeru kami lalu kami membaiat
baginda dan antara isi baiat itu; hendaklah kami dengar dan taat ketika suka dan benci,
susah dan senang dan yang memeberi kesan pada kami dan janganlah kami mencabut
urusan (pemerintahan) daripada ahlinya melainkan engkau melihat
padanya(pemerintah) kufur yang nyata yang kamu boleh buktikannya di hadapan
Allah. [Hadis Sahih: Riwayat Muslim]
Dari Ummu Salamah bahawa Rasulullah SAW. berkata: Akan ada pemimpin-
pemimpin yang kamu kenal dan kamu ingkarinya(kerana maksiatnya) maka sesiapa
yang menegnali maksiat itu maka dia terlepas (tidak terjebak dalamnya) dan sesiapa
yang ingkar maka dia selamat tetapi (yang berdosa adalah) mereka yang redha dan
ikut. Mereka(Sahabat) berkata: Apakah tidak boleh kami memerangi mereka? Kata
baginda: tidak boleh selagi mereka solat. [Hadis Sahih: Riwayat Muslim]
Dari Auf bin Malik daripada Rasulullah SAW. baginda bersabda: Sebaik-baik
pemimpin kamu adalah yang kamu menyukai mereka dan mereka menyukai kamu,
mereka mendoakan kamu dan begitu juga kamu mendoakan mereka,adapun seburuk-
buruk pemimpin kamu adalah yang kamu benci akan mereka begitu juga mereka
benci pada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka juga melaknat kamu.Ditanya
RasulullahS.A.W: Wahai Rasulullah apakah tidak boleh kami melawan mereka sahajadengan pedang? Maka jawab Nabi SAW.: Tidak boleh selagi mereka mendirikan solat
10
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
11/13
dan apabila kamu melihat pemimpin kamu akan sesuatu yang kamu benci maka
bencilah amalannya tapi jangan dia keluar dari taat. [Hadis Sahih: Riwayat Muslim]
Dari hadis-hadis di atas wajib kepada kita mentaati pemerintah walaupun mereka
berlaku zalim selagi mana tidak melakukan kekufuran yang nyata. Adapun yang perlu
dilakukan oleh muslim adalah menasihati pemerintah itu dan mengingkari maksiatnya
ini sebagaimana dalam hadis yang lain:
Dari Abu Ruqaiyyah Tamim bin Aus Ad-Dari R.A. bahawa Nabi SAW. telah
bersabda: Agama (Islam) itu nasihat. Kami(Sahabat) berkata: Bagi Siapa? Baginda
menjawab: Bagi Allah dan Kitab-Nya dan Rasul-Nya dan Pemimpin-peminpin umat
Islam dan Awamnya. [Hadis Sahih: Riwayat Muslim dan Nasai]
Hikmah terus mentaati pemerintah dan tidak menggulingkan kerajaan
Hikmah petunjuk Nabi SAW. ini amatlah besar bagi maslahat umat di akhir
Zaman.Hadis-hadis ini menunjukkan mukjizat Baginda SAW. kerana memberitakan
perkara yang belum berlaku.
Dari segi politik ia mempunyai nilai siasah yang amat tinggi dan penuh licik. Apabila
Umat terus mentaati pemerintah maka dengan sendirinya pemerintah tadi akan
menjadi lembut hatinya apabila dilembutkan Allah S.W.T dan mahu ia mendengar
cakap rakyatnya dan diterima nasihat mereka padanya.
Ini kerana pemerintah apabila rakyatnya itu mengisytiharkan keluar dari taatnya maka
keraslah hatinya pada mereka dan engganlah ia mendengar lagi nasihat mereka. Jadikewajiban menasihati pemerintah hanya akan berlaku apabila rakyat itu masih taat
dan mengiktiraf kepimpinan pemerintah itu.
Adapun sebab berlakunya kezaliman pemerintah itu kerana rakyat menzalimi diri
sendiri dan melakukan maksiat. Dalam sejarah kita lihat apabila rakyat mula
terpengaruh dengan faham muktazilah maka Allah meletakkan Abdullah Al-Makmun
sebagai Khalifah dan menjadi keraslah kerajaan atas Ahli Sunnah dan tersiksalah
11
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
12/13
ulama Sunnah sehingga mereka kembali berpegang dengan sunnah maka Allah
meletakkan Al-Mutawakkil Alallah maka bersinarlah kembali cahaya Sunnah.
Nabi SAW. menasihati pemerintah dan mendoakan mereka hidayah dan keampunan
dan rakyat pula hendaklah sentiasa mengislahkan diri dan memohon ampun supaya
dengan berubahnya rakyat itu kepada baik maka Allah akan meletakkan juga
pemerintah yang baik kepada mereka.
Antara hikmahnya juga terletak apabila Rasulullah SAW menyuruh kita jangan ikut
perintah yang maksiat tetapi dalam masa yang sama terus menasihati dan mengiktiraf
pemimpin itu maka dengan sendirinya apabila dia melihat rakyatnya tidak ikut
perintahnya yang maksiat maka tidaklah lagi dia akan memerintah dengan maksiat
bahkan akan menyuruh yang makruf jua.
Kita misalkan di Malaysia jika semua bangsa Melayu Islam ini dalam partai kerajaan
lalu semuanya sebulat suara mengusulkan supaya kerajaan menegakkan hukum Allah
maka sudah tentu ketika itu tiadalah bagi kerajaan itu dihadapannya melainkan
menegakkan hudud dan qisas dan lainnya daripada undang-undang
Islam.Wallahualam.
Syarat Boleh Memerangi Pemerintah
Apabila berlaku kekufuran yang nyata dan tiada pula Majlis Syura yang dapat
mencegah kemungkaran itu seperti semuanya juga menyokong kekufuran itu maka
wajiblah diperangi. Misalnya dia menghalalkan arak dan menyuruh orang
meminumnya, menukar azan ke bahasa lain,menghalang solat Jamaah, Melarangpuasa,melarang pemakaian tudung dan menutup aurat dan lain-lain perkara yang
menyebabkan kufur Akbar yang menyebabkan pelakunya murtad waliyazubillah.
12
-
7/28/2019 Hukum Syariat Islam
13/13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Wajib taat kepada pemerintah Indonesia dalam perkara yang bukan maksiat kepada
Allah Taala. Tidak boleh memberontak atau membangkang meskipun mereka tidak
berhukum dengan hukum Allah, sebab kafirnya seseorang karena tidak berhukum
dengan hukum Allah perlu adanya syarat-syarat yang terpenuhi (syuruth at-takfir) dan
terangkatnya penghalang (intifaul mawani). Selama syarat-syarat itu belum terpenuhi
dan penghalang-penghalangnya belum terangkat maka hukum asalnya ia adalahmuslim. Jika ia seorang penguasa, berlaku baginya hak-hak seorang penguasa muslim.
Dan perlu juga dicatat, bahwa para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak ada
satupun yang mempersoalkan dasar negara pemimpin tersebut, apakah dasarnya Islam
atau sekuler. Tetapi yang menjadi ukuran apakah pemimpinnya muslim atau kafir,
baik muslim yang adil dan bertakwa atau yang zalim dan fasik, tetap wajib
menaatinya dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah.
Mereka yang mempersoalkan dasar negara dalam hal ketaatan kepada pemimpin
muslim dan haramnya pemberontakan baik dengan senjata maupun dengan kata-
kata- terhadap pemerintah muslim, hanyalah orang-orang jahil dari kalangan NII dan
jenis Khawarij Takfiri lainnya yang tidak mengerti ushul dan qawaid dalam aqidah
dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah.
13