Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

32
Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana Dosen pengampu : Dr. H.Saifullah.SH.M.Hum. Disusun Oleh : Reno Paslah ( 11220004 ) Azizah Abdul Aziz ( 11220076 ) 1

description

Makalah Hukum Pidana

Transcript of Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Page 1: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Hukum Pidana

Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Dosen pengampu :

Dr. H.Saifullah.SH.M.Hum.

Disusun Oleh :

Reno Paslah ( 11220004 )

Azizah Abdul Aziz ( 11220076 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH (HBS)

FAKULTAS SYARI’AH

2013

1

Page 2: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu kebutuhan yang

mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang karena keinginan atau desakan

untuk mempertahankan status diri. Secara umum kebutuhan setiap manusia itu akan dapat

dipenuhi, -walaupun tidak seluruhnya, -dalam keadaan yang tidak memerlukan desakan dari

dalam atau orang lain. Terhadap kebutuhan yang mendesak pemenuhanya dan harus dipenuhi

dengan segera biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran matang yang dapat merugikan

lingkungan atau manusia lain.

Hal seperti itu akan menimbulkan suatu akibat negatif yang tidak seimbang dengan

suasana dari kehidupan yang bernilai baik. Untuk mengembalikan kepada suasana dan

kehidupan yang bernilai baik itu di perlukan suatu pertanggung jawaban dari pelaku yang

berbuat sampai ada ketidakseimbangan. Dan pertanggung jawaban yang wajib dilaksanakan

oleh pelakunya berupa pelimpahan ketidak enakan masyarakat supaya dapat dirasakan juga

penderitaan atau kerugian yang dialami.

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari persinggungan atau interaksi antar sesama.

Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya.

Sudah merupakan sifat dasar manusia untuk bertidak egois. Sehingga apabila sifat tersebut

terus menerus dibiarkan, maka yang terjadi adalah ketidak beraturan yang menyebabkan

kehancuran. Oleh karenanya manusia membutuhkan aturan-aturan yang mengatur hak dan

kewajiban satu antar lainnya. Demi mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahterah.

Sesuai dengan saran tujuan KUHP nasional

“Untuk mencegah penghambatan atau penghalang-halangan datangnya masyarakat

yang dicita-citakan oleh bangsa indonesia, yaitu dengan jalan penentuan perbuatan-

perbuatan manakah yang pantang dan tidak boleh dilakukan, serta pidana apakah yang

diancamkan kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu..”

Hukum adalah sebuah aturan mendasar dalam kehidupan masyarakat yang dengan hukum

itulah terciptanya kedamaian ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Terciptanya

keharmonisan dalam tatanan masyarakat sosial juga tidak terlepas dengan adanya hukum

yang mengatur. Dalam hukum dikenal dengan istilah perbuatan pidana.

2

Page 3: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang merugikan masyarakat. Sehingga sudah

selayaknya kita tidak melakukan hal tersebut.Bila kita ingin menjauhi sesuatu, maka kita

harus mengetahui dulu apakah itu. Sehingga dikemudian hari kita tidak salah dalam memilih

sebuah perbuatan. Maka dirasa penting bagi kami untuk mengankat judul “Pengertian,

Unsur-Unsur dan norma-norma Perbuatan Pidana”.

Perbuatan pidana adalah suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam

ilmu hukum pidana, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri

tertentu pada peristiwa hukum pidana.

Perbuatan pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang

konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga perbuatan pidana haruslah diberikan arti

yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah

yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

Adakalanya istilah dalam pengertian hukum telah menjadi istilah dalam kehidupan

masyarakat, atau sebaliknya istilah dalam kehidupan masyarakat yang dipergunakan sehari-

hari dapat menjadi istilah dalam pengertian hukum, misalnya istilah percobaan, sengaja, dan

lain sebagainya. Sebelum menjelaskan arti pentingnya istilah perbuatan pidana sebagai

pengertian hukum, terlebih dahulu dibentangkan tentang pemakaian istilah perbuatan pidana

yang beraneka ragam.Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan pidana lebih lanjut, kita akan

membahasnya di dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perbuatan pidana ?

2. Apa saja unsur-unsur dalam perbuatan pidana ?

3. Apa saja norma-norma dalam perbuatan pidana ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian perbuatan pidana.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam perbuatan pidana.

3. Untuk mengetahui norma-norma dalam perbuatan pidana.

3

Page 4: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbuatan Pidana

Perbuatan pidana sering disebut dengan beberapa istilah seperti tindak pidana, peristiwa

pidana, dan delict. Dimaksud dengan perbuatan pidana ialah suatu perbuatan atau rangkaian

perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana.

Perbuatan pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang

kongkrit dalam laporan hukum pidana, sehingga perbuatan pidana harus diberi arti yang

bersifat ilmiah dan ditentukan untuk dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dapat

juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum

dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu perlu diingat bahwa larangan ditujukan

kepada orang yang menimbulkan kejadian itu. Suatu larangan itu ditujukan kepada perbuatan

dimana suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh tingkah laku orang itu sendiri.

Sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang-orang yang menimbulkanya.

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai

ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu. Yang dimaksud dengan perbuatan yaitu

kelakuan dan kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan.perbutan pidana menunjuk pada sifat

perbuatannya saja.1

Pengertian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa

melanggar larangan tersebut.2 Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah

perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada

itu diingat bahwa larangan ditunjukkan kepada perbuataan, (suatu keadaan atau kejadiaan

yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditunjukkan kepada

orang yang menimbulkannya kejadian itu.  Antara larangan dan ancaman pidana ada

hubungan yang erat, oleh karena antara kajadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu,

ada hubungan yang erat pula. Dan justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu; maka

dipakailah perkataan perbuatan, yaitu suatu pengertian abstrak yang menunjukkan kepada

1 Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana, (Jakarta :Asdi Mahasatya, 2000)562 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2008), hlm 54.

4

Page 5: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

dua keadaan konkrit: pertama, adanya kejadian yang tertentu dan kedua, adanya orang yang

berbuat, yang menimbulkan kejadian itu.

Ada istilah lain yang dipakai dalam hukum pidana, yaitu “tindak pidana”. Istilah ini,

timbul dari pihak kementrian kehakiman, sering dipakai dalam perundang-undanagan.

Meskipun kata “tindak” lebih pendek dari kata ”perbuatan” tapi kata “tindak” tidak

menunjukkan pada suatu yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya menyatakan perbuatan

konkrit, sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa tindak adalah

kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik atau sikap jasmani seseorang. Oleh karena tindak sebagai

kata tidak begitu dikenal, maka dalam perundang-undangan yang menggunakan istilah tindak

pidana baik dalam pasal-pasal sendiri, maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai

pula kata perbuatan. Contoh: UU no. 7 tahun 1953 tentang pemilihan umum (pasal 127, 129

dan lain-lain.3

Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli Perbuatan Pidana/Delik/Tindak

Pidana/Peristiwa Pidana/Strafbaar feit adalah tindakan manusia yang memenuhi rumusan

Undang-undang yang bersifat melawan hukum dan dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggung jawabkan. Berikut pengertian dari Perbuatan Pidana menurut beberapa Para

Ahli, yaitu :

a. D. Simons Perbuatan pidana adalah perbuatan salah (met schuld in verband staand)

dan melawan hukum (onrechtmatig) yang diancam pidana (stratbaar gesteld) yang

mana oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar persoon).

b. Van Hamel Strafbaar feit adalah suatu kelakuan orang (minselijkegedrging) yang

dirumuskan dalam Undang-Undang yang bersifat melawan hukum, yang patut

dipidana dan dilakukan dengan kesalahan

e. Prof. Moeljatno, SH Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu

aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut).

f. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

pelakunya

Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunyaasas-asas hukum pidana di

indonesia memberikan definisi “tindak pidana” atau dalam bahasa Belanda strafbaarfeit,

3 ibid hlm 55

5

Page 6: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

yang sebenarnya  merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, yang sekarang berlaku di indonesia. Ada istilah dalam bahasa asing, yaitu

delict. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukum pidana.

Dan, pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.4

Sedangkan dalam buku Pelajaran Hukum Pidana karya Drs. Adami Chazawi, S.H

menyatakan bahwa istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam

hukum pidana Belanda yaitu “strafbaarfeit”, tetapi tidak ada penjelasan tentang apa yang

dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha memberikan arti dan

isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum ada keragaman pendapat5

Istilah-istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang-undangan yang ada maupun

dari berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaarfeit adalah:

1. Tindak pidana, berupa istilah resmi dalam perundang-undangan pidana kita dan

hampir seluruh peraturan perundang-undangan kita  menggunakan istilah ini.

2. Peristiwa pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum misalnya, Mr. R. Tresna

dalam bukunya “Azas-Azas Hukum Pidana.Dan para ahli hukum lainnya.

3. Delik, berasal dari bahasa latin “delictum” digunakan untuk menggambarkan apa

yang dimaksud dengan strafbaar feit. Istilah ini dapat dijumpai di beberapa literatur,

misalnya Drs. E. Utrect, S.H.

4. Pelanggaran Pidana, dijumpai dibeberapa buku pokok-pokok hukum pidana yang

ditulis oleh Mr. M.H Tirtaamidjaja.

5. Perbuatan yang boleh dihukum, istilah ini digunakan oleh Mr. Karni dalam

bukunya”Ringkasan tentang Hukum Pidana”.

6. Perbuatan yang dapat dihukum, digunakan dalam pembentukan undang-undang

dalam UUD No. 12/Drt/1951 tentang senjata api dan bahan peledak (baca pasal 3).

7. Perbuatan Pidana, digunakan oleh Prof. Mr. Moeljatnomdalam beberapa tulisan

beliau.6

Suatu peristiwa agar supaya dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan pidana harus

memenuhi syarat-syarat seperti berikut:

4 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm 585 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 676 Perbuatan Pidana, digunakan oleh Prof. Mr. Moeljatnomdalam beberapa tulisan beliau

6

Page 7: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

a. Harus ada suatu perbuatan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang.

b. Perbuatan harus sesuai sebagaimana yang dirumuskan dalam UU. Pelakunya harus

sudah melakukan sesuatu kesalahan dan harus mempertanggung jawabkan

perbuatannya.

c. Harus ada kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi perbuatan itu memang

dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar ketentuan hukum.

d. Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain, ketentuan hukum yang dilanggar

itu mencantumkan sanksinya.

Pembagian perbuatan pidana dalam KUHP terdiri dari “kejahatan” dan “pelanggaran”.

Pembentukan Undang-undang membedakan perbuatan atau tindak pidana atas “kejahatan”

dan “pelanggaran”, berdasarkan kualifikasi tindak pidana yang sungguh-sungguh dan tindak

pidana kurang sungguh-sungguh.

Perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Perbuatan pidana (delik) formal, adalah suatu perbuatan pidana yang sudah

dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan

dalam Pasal undang-undang yang bersangkutan.

2. Perbuatan pidana material, adalah suatu perbuatan pidana yang dilarang, yaitu akibat

yang timbul dari perbuatan itu.

3. Perbuatan pidana dolus, adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan

sengaja.

4. Perbuatan pidana culpa, adalah perbuatan pidana yang tidak disengaja.

5. Perbuatan pidana aduan, adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan

pengaduan orang lain.

6. Perbuatan pidana politik, adalah delik atau perbuatan pidana yang ditujukan kepada

keamanan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari definisi yang dikemukakan di atas maka perbuatan itu menurut wujud dan

sifat-sifat perbuatan pidana ini adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum, merugikan

masyarakat, bertentangan dengan norma dan menghambat dalam pergaulan masyarakat

Perbuatan pidana diterjemahkan dalam bahasa belanda menjadi strafbaarfeit dan menurut

bahasa Indonesia diterjemahkan beberapa istilah yaitu tindak pidana, delik, peristiwa pidana,

7

Page 8: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

perbuatan pidana dan sebagainya. Strafbaarfeit merupakn suatu perilaku manusia yang pada

suatu saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai

perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana yang bersifat

memaksa.7

Strafbaarfeit yang terdiri dari 3 kata yaitu straf berarti pidana, baar yang berarti boleh,

dan feit berarti peristiwa, pelanggaran, perbuatan. Sedangkan untuk kata peristiwa

menggambarkan pengertian yang lebih luas dari perkataan perbuatan, Karena peristiwa tidak

saja menunjuk pada perbuatan manusia, melainkan mencakup pada seluruh kejadian yang

tidak saja disebabkan oleh adanya perbuatan manusia semata-mata tetapi juga oleh alam.

Untuk sitilah tindak adalah hal kelakuan manusia dalam arti positif semata dan tidak

termasuk perbuatan manusia yang negative. Sedangkan istilah delik sebenarnya tdiak ada

kaitannya dengan istilah strafbaar feit karena berasal dari latin, namun isi pengertiannya tidak

ada perbedaan dengan istilah strafbaarfeit.

B. Unsur-Unsur Perbuatan Pidana

Dapat dibedakan menjadi dua sudut pandang yaitu : sudat pandang teoritis dan dari sudut

pandang undang-undang. Maksud teoritis adalah berdasarkan pendapat ahli hukum, yang

tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut pandang UU adalah bagaimana

kenyataan tindak pidana itu dirumuskan mejadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal

peraturan perundang-undangan yang ada.

1. Unsur perbuatan pidana menurut beberapa teoritis

Yang termasuk dalam tindak pidana adalah perbutaan, yang dilarang (oleh aturan

hukum), ancaman pidana (bagi yang melanggar aturan). Perbuatan manusia yang boleh

dilanggar adalah aturan hukum. Menurut R.Tresna tindak pidana terdapat unsur yaitu

perbutaan / rangkaian perbuatan, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,

diadakan tindakan penghukuman.

Sehingga setiap perbuatan yang melanggar UU akan dikenakan tindakan

hukuman.menurut Vos penganut paham dualism unsur-unsur tindak pidana adalah kelakuan

manusia, diancam dengan pidana, dalam peraturan perundang-undangan. Sedangkan dari

7 Erdian Effendi, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Refika Aditama, 2011) 97

8

Page 9: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

sudut pandang jonkers penganut paham monisme unsur tindak pidana adalah perbuatan,

melawan hukum, kesalahan, dipertanggungjawabkan.

Meskipun tampak berbeda namun hakikatnya terdapat kesamaan yaitu sama-sama

memisahkan anatara unsur-unsur mengenai perbuatannya dengan unsur yang mengenai diri

orangnya.

2. Rumusan tindak pidana dalam UU

Buku II KUHP memuat rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam

kelompk kejahtan dan buku III termasuk dalam ketegori pelanggaran. Terdapat unsur yang

selalu disebutkan dalam tiap pasal yaitu tingkah laku/perbutan. Walaupun ada pngecualian

pada pasal 351 tentang penganiayaan. Unsur kesalahan dan melawan hukum kadang-kadang

dicantumkan. Sama sekali tidak dicantumkan mengenai kemampuan bertanggung jawab.

Disamping itu banyak mencantumkan unsur lain baik sekitar objek kejahatan maupun

perbutaan secara khusus untuk rumusan tertentu.dari rumusan dalam KUHO dapat diketahui

adanya 8 unsur tindak pidana yaitu : unsur tingkah laku, unsur melawan hukum, unsur

kesalahan, unsur akibat konstitutif, unsur keadaan yang menyertai, unsur syarat tambahan

untuk dapatnya dituntut pidana, unsur tambahan untuk memperdebat pidana, unsur syarat

tambahan untuk dapatnya dipidana.8

Dari 8 unsur ini dua unsur yaitu unsur kesalahan dan melawan hukum adalah termasuk

dalam unsur subjektif sedangkan selebihnya termasuk dalam unsur objektif, mengenai kapan

unsur itu masuk dalam kategori subjektif atau objektif adalah tergantung pada bunyi redaksi

rumusan tindak pidana yang bersangkutan.

a) Unsur objektif

Unsur objektif adalah semua unsur yang berada diluar keadaan batin manusia yakni

semua unsur mengenai perbutannya akibat perbuatan dan keadaan tertentu yang melekat

pada perbutaan dan objek tindak pidana.sedangkan unsur subjektif adalah semua unsur yang

mengenai batin atau melekat pada keadaan batin orangnya.

8Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, 79-52

9

Page 10: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Unsur-unsur Objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-

keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di

lakukan. 9 Yang termasuk dalam Unsur objektif adalah :10

1. Perbuatan, baik dalam arti berbuat atau dalam arti tidak berbuat. Perbuatan dalam arti

positif adalah perbuatan yang disengaja dan dalam arti negatif berarti

kelalaian.Perbuatan yang dilakukan karena gerakan refleks bukan merupakan perbuatan

dalam arti hukum pidana. Contoh perbuatan positif: Orang yang dengan sengaja

melanggar undang-undang. Contoh perbuatan negatif: Orang mengetahui komplotan

yang akan merobohkan Negara dan ia tidak melaporkan pada polisi. Contoh perbuatan

yang dirumuskan dalam pasal 362KUHP yang menggambarkan perbuatan yang dilarang

undang-undang yaitu perbuatan mengambil

2. Akibat, yang menjadi syarat mutlak dalam tindak pidana materiil yang merupakan akibat

yang dilarang dan diancam oleh undang-undang dan merupakan syarat mutlak dalam

tindak pidana.Perbuatan itu dapat bersamaan dengan akibatnya,sehingga tak ada jangka

waktu antara perbuatan dan akibat (misalnya dalam hal pencurian),tetapi itu dapat juga

terpisah dari perbuatannya misalnya pembunuhan.( pasal 338 KUHP yang berupa

matinya orang)

3. Undang-undang Pidana kadang-kadang menentukan bahwa perbuatan atau kelalaian

orang baru dapat dihukum jika dilakukan dalam keadaan tertentu,misalnya “melawan

tindakan pegawai negeri” dapat dihukum jika perlawanan itu dilakukan dengan ancaman

kekerasan atau dengan kekerasaan dan jika pegawai negeri tersebut sedang melakukan

kewajibannya.Ataupun pelanggaran terhadap kehormatan orang lain dapat dihukum jika

dilakukan di tempat umum.”Di tempat umum”itu ialah “keadaan”. Keadaan yang

dilarang dan diancam oleh undang-undang, contoh dalam pasal 282 KUHP adalah

ditempat umum.

b) Unsur-unsur Subjektif

Unsur-unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang

terkandung di dalam hatinya.11 Unsur-unsur Subjektif adalah mengenai keadaan yang dapat

9 (Drs. P.A.F. Lamintang, SH.Dasar-dasar Hukum PidanaIndonesia; Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, Hal 193)10 Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang : UMM Malang, 2006) 4-611 (Drs. P.A.F. Lamintang, SH.Dasar-dasar Hukum PidanaIndonesia; Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, Hal 193)

10

Page 11: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

dipertanggungjawabkan dan schuld (kesalahan) dalam arti dolus (sengaja) dan culpa

(kelalaian).

Sebagai unsur-unsur subjektif dari perbuatan ditentukan bahwa perbuatan itu harus

dapat dipersalahkan, orang itu harus dapat dipertanggungjawabkan. Orang itu dianggap dapat

dipertanggungjawabkan jika ia normal. Normal artinya bahwa ia mempunyai perasaan dan

fikiran, seperti orang-orang lain dengan secara normal dapat menentukan kemauannya

terhadap keadaan-keadaan atau secara bebas dapat menentukan kehendaknya sendiri seperti

juga kebanyakan orang lainnya.Selanjutnya “dapat dipertanggungjawabkan” mempunyai arti

bahwa tiap orang dianggap bahwa ia dapat dipertanggungjawabkan jika tidak terbukti dan

sebaliknya perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan.Kesalahan itu harus

dibuktikan.Berikut adalah bentuk-bentuk kesalahan, yaitu:

Unsur Perbuatan Pidana terdapat pada :

a. Unsur tingkah laku

Tindak pidana adalah mengenai larangan berbuat, oleh karena itu perbuatan atau

tingkah laku harus disebutkan dalam rumusan. Tingkah laku adalah unsur mutlak tindak

pidana. Tingah laku dalam tindak pidana berarti tingkah laku aktif atau positif juga

disebut perbuatan materiil dan tingkah laku pasif atau negartif.

Tingkah laku aktif adalah suatu bentuk tingkah laku yang untuk mewujudkannya

atau melakukannya diperlukan wujud gerakan atau gerakan dari tubuh misalnya

mengambil. Sedangkan tingkah laku pasif adalah berupa tingkah laku membiarkan suatau

bentuk tingkah laku yang tidak melakukan aktivitas tertentu tubuh atau bagian tubuh,

yang seharusnya seseorang itu dalam keadaan tertentu harus melakukan perbuatan aktif,

dan tidak berbuat demikian seseorang itu disalahkan karena tidak melakuakn kewajiban

contohnya tidak memeberikan pertolongan.

Dalam hal pembentuk undang-undang unsur tingkah laku ada 2 yaitu tingkah laku

abstrak yaitu tingkah laku yang terdiri dari wujud-wujud tingkah laku kongkrit bahkan

menjadi tidak terbatas contoh menghilangkan nyawa, kemudian terdapat pula tingkah

laku yang sekaligus cara mewujudkannya contohnya pencemaran nama baik. Dan tingkah

laku konkrit adalah berupa tingkah laku yang lebih nyata yaitu mengambil.

Dilihat dari cara penyelesaiannya maka tindak pidana dibagi menjadi 2 yaitu

tingkah laku sebagai syarat penyelesaian tindak pidana dan tingkah laku yang harus

11

Page 12: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

mengandung akaibat sebagai syarat penyelesaian tindak pidana. Yang pertama syarat

selesainya tindak pidana tergantung pada selesainya tingkah laku. Sedangkan yang kedua

adalah tergantung pada selesainya perbuatan secara nyata, tetapi tergantung pada

timbulnya akibat dari wujud perbuatan yang nyata terjadi.

b. Unsur sifat melawan hukum

Adalah suatu sifat tercela yang dilarang oleh undang-undang dan tercela pula

dihadapan masyarakat. Unsur ini merupakan unsur mutlak dalam suatu perbuatan pidana.

c. Unsur kesalahan

Adalah suatu unsur mengenai keadaan atau gambaran batin orang pada saat

memulai perbuatan dan selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif. Unsur

kesalahan menghubungkan aatra perbuatan dan akibat serta sifat melawan hukum

perbuatan pelaku. Dibagi menjadi dua yaitu :

1. Dolus

Dalam bahasa Belanda disebut “opzet” dan dalam bahasa Inggris disebut “intention”

yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan “sengaja” atau “kesengajaan”.Misal salah

satu contohnya adalah pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa

orang lain,diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun.

Kesengajan adalah kehendaki yang ditunjukkan untuk melakukan perbuatan artinya

telah dikehendaki oleh seseorang sebelumnya, kehendak selalu berhubungan dengan

motif dari mitif itulah perbuatan direncanakan, motif adalah dorongan yang menjadi

dasar terbentuknya kehendak dan kehendak diwujudkan dalam perbuatan. terbagi dua

yaitu kesengajaan berupa kehendak dan kesengajaan berupa pengetahuan. Kesengajaan

sebagai kepastian adalah berupa kesadaran seseorang terhdap suatu akibat yang menurut

akal orang pada umumnya pasti terjadi oleh dilakukannya suatu perbuatan tertentu

apabila perbuatan disadarinya maka akan menimbulkan akibat hukum. Sedangkan

kesengaan dengan ilmu pengetahuan adalah melakuan tindak pidana dengan secara

sengaja berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hukum pidana dikenal tiga

bentuk kesengajaan yaitu :

a. Kesengajaan sebagai maksud/tujuan

b. Kesengajaan sebagai kepastian

12

Page 13: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

c. Kesengajaan sebagai kemungkinan disebut juga dolus eventualis.

2. Kelalaian (culpa)

Adalah berupa unsur batin (subjektif) berupa kehendak, pengetahuan, perasaan,

fikiran, dan yang menggambarkan perihal keadaan batin manusia. Kelalaian bersifat

tidak hati-hati dalam melakukan sesuatu akhirnya terjadi sesuatu secara tidak sengaja.

Terdapat dua macam pandangan yaitu pandangan subjektif yaitu melihat pada syarat

adanya sikap batin seseorang dalam hubungannya dengan perbuatan dan akibat

perbuatan yang dapat dipersalahkan sehingga ia dapat dibebani tanggung jawab atas

perbuatannya itu. Sedangkan pandangan objektif yaitu menurut ukuran kebiasaan dan

kewajaran yang berlaku dalam masyarakat.

Arti kata culpa adalah kesalahan sebagai perbuatan pidana yang dilakukan karena

kealpaan atau akibat kurang berhati-hati sehingga secara tidak sengaja sesuatu

terjadi.Misal salah satu contohnya adalah pasal 359KUHP: Barang siapa karena

kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. Culpa

dibedakan menjadi culpa levissima dan culpa lata.Culpa levissima berarti kealpaan

yang ringan sedangkan Culpa lata adalah kealpaan besar.

d. Unsur akibat konstitutif

Unsur ini terdapat pada tindak pidana materiil, tindak pidana yang mengandung

unsur akibat sebagai syarat pemberat pidana, tindak pidana dimana akibat merupakan

syarat pidanya pembuat. Unsur akibat konstitutif pada tindak pidana adalah berupa unsur

pokok tindak pidana, artinya jika unsur ini tidak timbul maka tindak pidannya tidak

terjadi, yang terjadi hanya percobaanya.

e. Unsur keadaan yang menyertai

Unsur tindak pidana yang berupa semua keadaan yang ada dan berlaku dalam

mana perbuatan dilakukan. Unsur keadaan yang menyertai ini dapat berupa rumusan :

a) Cara melakukan perbuatan artinya cara itu melekat pada perbuatan yang menjadi

urusan tindak pidana. Sehingga didapat kepastian rincian perbuatan pidana.

b) Cara untuk dapat dilakukannya perbuatan yaitu sebelum melakuakn tindak pidana

terlebih dahulu dipenuhi cara-cara tertentu agar perbuatan yang dilarang itu dapat

diwujudkan.

13

Page 14: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

c) Objek tindak pidana adalah semua keadan yang melekat pada atau mengenai objek

tindak pidana.

d) Subjek tindak pidana adalah segala keadaan mengenai diri subjek tindak pidana baik

bersifat objektif maupun subjektif

e) Tempat dilakukannya tindak pidana adalah mengenai segala keadaan mengenai

tempat dilakukannya tindak pidana

f) Waktu dilakukannya tindak pidana adalah berupa syarat memperberat pidana maupun

yang menjadi pokok pidana

g) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana adalah tindak pdana yang

dapat dituntut apabila terdapat pengaduan dari pihak yang berhak mengadu kepada

pihak yang berwenang.

h) Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana adalah berupa alasan untuk

diperberatnya pidana, bukan unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya

tindak pidana sebagaimana pada tindak pidana materiil.

i) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana adalah berupa unsur keadaan-

keadaan tertentu yang timbul setelah oeruatan dilakukan, yang menentukan untuk

dapat dipidananya perbuatan. Artinya setelah perbuatan dilakukan keadaan ini tidak

timbul maka terhadap perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum karenanya si

pembuatan tidak dapat dipidana. 12

Yang merupakan unsur atau elemen dari perbuatan pidana adalah :13

a) Kelakuan dan akibat

b) Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan

c) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana

:

.Unsur-unsur perbuatan yang melawan hukum menurut para ahli antara lain:

1. Menurut Simons, unsur-unsur tindak pidana (strafbaar feit) adalah :

Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat atau

membiarkan).

12 Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, hlm 89-10913 Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana, hlm 63

14

Page 15: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Diancam dengan pidana (statbaar gesteld)

Melawan hukum (onrechtmatig)

Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)

Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatoaar person).

Simons juga menyebutkan adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari tindak

pidana (strafbaar feit).

Unsur Obyektif :

Perbuatan orang

Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.

Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti dalam pasal

281 KUHP sifat “openbaar” atau “dimuka umum”.

Unsur Subyektif :

Orang yang mampu bertanggung jawab

Adanya kesalahan (dollus atau culpa). Perbuatan harus dilakukan dengan

kesalahan. Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau

dengan keadaan mana perbuatan itu dilakukan.

2. Sementara menurut Moeljatno unsur-unsur perbuatan pidana :

Perbuatan (manusia)

Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)

Bersifat melawan hukum (syarat materiil)

Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno terdiri dari :

1)    Kelakuan dan akibat

2)    Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan,yang dibagi menjadi:

a.    Unsur subyektif atau pribadi Yaitu mengenai diri orang yang melakukan

perbuatan, misalnya unsur pegawai negeri yang diperlukan dalam delik

jabatan seperti dalam perkara tindak pidana korupsi. Pasal 418 KUHP jo.

Pasal 1 ayat (1) sub c UU No. 3 Tahun 1971 atau pasal 11 UU No. 31 Tahun

1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang pegawai negeri yang menerima

hadiah. Kalau yang menerima hadiah bukan pegawai negeri maka tidak

mungkin diterapka pasal tersebut

15

Page 16: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

b.    Unsur obyektif atau non pribadi Yaitu mengenai keadaan di luar si pembuat,

misalnya pasal 160 KUHP tentang penghasutan di muka umum (supaya

melakukan perbuatan pidana atau melakukan kekerasan terhadap penguasa

umum). Apabila penghasutan tidak dilakukan di muka umum maka tidak

mungkin diterapkan pasal ini

C. Norma-Norma dalam perbuatan pidana

Suatu perbuatan dikatergorikan sebagai pelanggaran terdapat dua pandangan yaitu menurut

pendaoat pertama bahwa perbuatan yang menyatakan suatu perbuatan dianggap keliru apabila

telah mencocoki larangan undang-undang, pendapat ini dinamakan pendirian formal sedangkan

pendapat yang kedua yag disebut pendirian materiil bahwa semua perbuatan yang mencooki

peraturan perundang-undangan bersifat melawan hukum bagi mereka yang dinamakan hukum

bukan hanya undang-undang hukum tertulis sebab selain hukum tertulis terdapat pula norma-

norma yang tidak tertulis yanga da pada masyarakat.

Vost adalah yang menganut paham materiil yang memformulasikan dengan perbuatan yang oleh

masyarakat tidak diperbolehkan formula ini oleh Arrest HR.Nederland terkena dengan nama

Lunde baum cohen arrest. Yang menyatakan perbuatan melawan hukum bukan saja bertentangan

dengan wet tetapi dipandang dari pergaulan masyarakat yang dianggap tidak pantas.

Menurut Prof Moeljatno lebih baik mengikuti ajaran materiil. Terdapat dua hal yang

membedakan pandangan formal dan materiil :

a. Pandangan material mengakui adanya pengecualian atau penghapusan dari sifat melawan

hukumnya. Perbuatan menurut hukum yang tertulis dan yang tidak tertulis, sedangkan

pandangan formal hanya mengakui pengecualian yang tersebut dalam undang-undang

saja.

b. Dalam pandangan material sifat melawan hukum adalah unsur mutlak dari tiap-tiap

perbuatan pidana, juga bagi yang dalam rumusannya tidak menyebut unsur-usnur

tersebut. Sedang bagi pandangan formal sifat tersebut tidak selalu menjadi unsur daripada

perbuatan pidana.

MR.E.PH Sutorius disebutkan bahwa dalam perbuatan pidana setidaknya ada norma,

yaitu norma social dan norma hukum. Norma perilaku adalah aturan yang menentukan apakah

perilaku manusia tertentu patut atau tidak. Perilaku dipengaruhi oleh banyak norma yang tidak

16

Page 17: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

tercantum dalam undang-undang, yang kadang-kadang tidak diakui oleh hukum dan bahkan

tidak diungkapkan. Hanya sebagian dari norma-norma yang mengatur perilaku manusia adalah

norma hukum, yaitu yang oleh pembentukan undang-undang dimaksudkan dalam ketentuan

undang-undang dan diterapkan oleh hakim dalam persengketaan. Jadi, dalam norma perilaku

atau norma material harus dibedakan antara norma yang dimajsudkan dan dimasukkan dalam

undang-undang. Pelanggaran terhadap norma perilaku sekalipun itu norma hukum mereka tidak

dapat dihalangi oleh berbagai system penegakan hukum yang ada, tetapi hanya di batasi oleh

sanksi positif atau negative yang tersedia.

Terhadap norma hukum hakim mempunyai peranan khusus dalam menentukan apakah

ketentuan pidana mengikat dan kalau mengikat apakah terdakwa telah melakukan suatu

perbuatan pidana. Banyak norma hukum dituangkan dalam undang-undang. Ketentuan itu

mempunyai fungsi penetapan norma dan fungsi penciptaan norma. Suatu undang-undang

mempunyai fungsi penetapan norma jika norma yang ditetapkan itu sesuai engan norma social

yang berlaku. Dan Undang-Undang mempunyai fungsi penciptaan jikalau norma hukum itu

menyimpang dari norma social dan dengan demikian manusia akan berperilaku lain dari pada

semula.14

Norma perilaku adalah aturan yang menentukan apakah perilaku manusia tertentu patut

atau tidak patut. Berdasarkan hal itu, orang dapat megetahui apa yang dia harapkan dari orang

lain. Untuk suatu kehidupan bersama aturan, demikian mutlak diperlukan perilaku kita sehari-

hari yang dipengaruhi oleh banyak norma yang tidak tercantum dalam undang-undang, yang

kadang-kadang tidak diketahui oleh hukum, bahkan tidak diungkapkan. Hanya sebagian dari

norma-norma yang mengatur perilaku manusa adalah norma hukum, yaitu yang oleh pembentuk

undang-undang dimasukkan dalam ketentuan undang-undang dan diterapkan oleh hakim dalam

persengketaan. Jadi, dalam norma perilaku atau norma materiil harus dibedakan dengan norma

yang tidak dimasukkan dalam undang-undang antara norma social dan norma hukum.

Pelanggaran terhadap norma perilaku sekalipun itu norma hukum, adalah normal. Mereka

tidak dapat dihalangi oleh berbagai system penegakan hukum yang ada, tetapi hanya dibatasi

oleh sanksi positif atau negatif yang ada. Terhadap norma hukum, hakim mempunyai peranan

khusus, yiatu berwenang untuk memutuskan berdasarkan norma hukum itu apakah harapan-

14 Saifullah, Buku Ajar Konsep Dasar Hukum Pidana, (Malang : UIN Malang, 2004) 3-5

17

Page 18: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

harapan tertentu sah dan apakah perilaku-perilaku tertentu memenuhi atau tidak memenuhi

harapan yang sah.

Banyak norma hukum dituangkan dalam ketentuan undang-undang. Ketentuan itu

mempunyai dua fungsi, yait fungsi penetapan norma dan fungsi penciptaan norma. Suatu

undang-undang mempuyai fungsi penetapan norma jika norma yang ditetapkan itu sesuai dengan

norma social yang berlaku. Sebagai contoh yaitu pembunuhan. Menurut pendapat umum adalah

tidak patut untuk membunuh sesame manusia. Ketentuan undang-undang yang mengancam

dengan pidana suatu pembunuhan tidak mengubah norma social, tetapi hanya menguatkannya.

Undang-undang mempunyai fungsi penciptaan jika norma hukum itu menyimpang dari

norma social sehingga manusia akan berperilaku lain dari semula. Contoh dapat ditemukan

dalam hukum ketertiban yang dituangkan dalam undnag-undang khusus. Untuk itu, diperhatikan

ketentuan undang-undang yang melindungi lingkungan. Perbedaan diatas penting untuk

memeprtahakan norma-norma tadi. Mempertahankan ketentuan yang berfungsi penetapan norma

lebih mudah daripada yang berfungsi penciptaan norma. Meskipun tidak selalu pencurian

dipidana setiap orang tidak menyetujui pencurian akan tetapi jika pelanggaran terhadap peraturan

lalu lintas ditindak secara konsekuen, anggota masyarakat tentu tidak akan mematuhinya lagi.15

Perbuatan- perbuatan pidana menurut sistem KUHP terbagi atas kejahatan dan

pelanggaran. Kejahatan merupakan perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam

undang- undang, sebagai perbuatan pidana, yang mana termasuk perbuatan yang bertentangan

dengan tata hukum. Pelanggaran merupakan perbuatan- perbuatan yang bersifat melawan

hukum. 16

Perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang mana oleh suatu aturan hukum itu

dilarang dan diancam pidana. Larangannya ditujukan kepada perbuatan dan ancaman pidananya

ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian tersebut. 17

Terdapat 3 cara dalam perumusan norma :

a. Diuraikan atau disebutkan satu persatu unsur-unsur perbuatan (perbuatan, akibat dan

keadaan yang bersangkutan.

b. Tidak diuraikan, tetapi hanya disebutkan kualifikasi delik, misal 297. 351. karena

tidak disebutkan unsurnya secara tegas, maka perlu penafsiran historis (contoh:

15 Scjaffmeister, dkk, Hukum Pidana, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 2007) 19-2116 Moeljatno. 1985. Asas- Asas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara, hal 7117Ibid, 54

18

Page 19: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

penganiayaan, tiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan ditujukan kepada

orang lain yang mengakibatkan sakit atau luka). Cara ini tidak dibenarkan karena

memunculkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga tidak menjamin kepastian

hukum.

c. Penggabungan cara pertama dan kedua, misalnya pasal 124, 263, 338, 362, dll.

Sedangkan dalam kaitannya dengan sanksi, penempatan norma dan sanksi ada 3 (tiga) cara yaitu:

a. Penempatan norma dan sanksi sekaligus dalam satu pasal. Cara ini dilakukan dalam

Buku II dan III KUHP kecuali pasal 112 sub 2 KUHP.

b.    Penempatan terpisah, artinya norma hukum dan sanksi pidana ditempatkan dalam

pasal atau ayat yang terpisah. Cara ini diikuti dalam peraturan pidana di luar KUHP.

c.    Sanksi pidana talah dicantumkan terlebih dahulu, sedangkan normanya belum

ditentukan. Cara ini disebut ketentuan hukum pidana yang blanko (Blankett

Strafgesetze) tercantum dalam pasal 122 sub 2 KUHP, yaitu noramnya baru ada jika

ada perang dan dibuat dengan menghubungkannya dengan pasal ini.

Suatu perbuatan bisa masuk dalam kategori pidana, apabila telah terklasifikasi dalam

tindakan keliru atau tidak. Dalam hal ini ada dua pendapat :

a. Pendapat yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dianggap keliru apabila telah

mencocoki larangan undang-undang bagi mereka, melanggar hukum adalah

melanggar undang-undang. Pendapat demikian dinamakan pendirian Material.

b. Adapun yang berpendapat bahwa belum tentu semua perbuatan yang mencocoki

larangan undang-undang bersifat melawan hukum. Bagi mereka dinamakan hukum

bukan hanya undang-undang (hukum tertulis), sebab selain hukum tertulis terdapat

pula norma-norma (hukum tidak sendiri) yang berlaku dimasyarakat. Pendapat ini

dinamakan pendirian materil.

Dalam buku hukum karangan Prof. DR. D. schaffneisher disebutkan bahwa dalam perbuatan

pidana setidaknya ada norma social ( norma perilaku) dan norma hukum.

Norma perilaku adalah aturan yang menentukan apakah perilaku manusia tertentu patut atau

tidak. Norma hukum yaitu perilaku manusia yang oleh pembentuk undang-undang dimasukkan

dalam ketentuan undang-undang dan diterapkan oleh hakim dan persengketaan.

KESIMPULAN

19

Page 20: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan yang mana disertai ancaman (sangsi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barangsiapa melanggar larangan tersebut. Ada lain istilah yang dipakai dalam

hukum pidana, yaitu “tindak pidana”. Istilah ini, karena timbulnya dari pihak

kementrian kehakiman, sering dipakai dalam perundang-undanagan. Adanya

perbedaan pendapat mengenai penggunaan kata “tinad pidana” atau “perbuatan

pidana”. Ada juga istilah-istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang-

undangan yang ada maupun dari berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari

istilah strafbaar feit adalah: Tindak Pidana, Peristiwa Pidana, Delik, Pelanggaran

Pidana, Perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, dan

perbuataan pidana.

Perbuatan pidana memiliki beberapa unsur yang tanpa kehadiran unsur tersebut

maka perbuatan pidana tidaklah bisa disebut sebagai delik atau perbuatan pidana.

Unsur – unsur perbuatan pidana

a. Unsur-unsur Objektif, Unsur-unsur Objektif adalah mengenai perbuatan,akibat

dan keadaan.

b. Unsur-unsur Subjektif, Unsur-unsur Subjektif adalah mengenai keadaan yang

dapat dipertanggungjawabkan dan schuld (kesalahan) dalam arti dolus

(sengaja) dan culpa (kelalaian).

Norma – norma perbuatan pidana yaitu:

a. Norma perilaku adalah aturan yang menentukan apakah perilaku manusia

tertentu patut atau tidak.

b. norma hukum yaitu perilaku manusia yang oleh pembentuk undang-undang

dimasukkan dalam ketentuan undang-undang dan diterapkan oleh hakim dan

persengketaan.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Hukum Pidana Pengertian, unsur-unsur, norma-norma dalam perbuatan pidana

Cansil dan Cristhine Cansil, 2007 Pokok-Pokok Hukum Pidana. Jakarta : Pradnya Paramita,

Chazawi, Adami, 2002. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT Grafindo Persada, 

Kansil,C.S.T.2004. Pokok-pokok Hukum Pidana. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.2007. Bandung : Citra Umbara

Lamintang, 1992.Dasar-dasar Hukum PidanaIndonesia; Bandung, PT. Citra Aditya Bakti

Moeljatno, 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rieneka Cipta

Prodjodikoro, Wirjono. 2008 Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Refika Aditama

21