Hukum Pidana Lengkap

58
HUKUM PIDANA Hukum adalah kumpulan peraturan – peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara. Bentuk sanksi : perdata = ganti rugi , kehilangan hak : pidana= penderitaan , nestapa : Adm = turun pangkat Pidana adalah suatu nestapa atau penderitaan yang sengaja dilimpahkan oleh instansi terkait kepada seseorang yang telah melanggar hukum pidana Pidana ringan : denda Pidana berat : hukuman mati Hukum pidana ialah himpunan peraturan yang berisi tentang perintah dan larangan yang apabila dilanggar dikenakan sanksi pidana. Menurut moeljatno : hukum pidana ialah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar & aturan menentukan perbuatan – perbuatan mana yang tidak bloeh dilakukan , yang dilarang , dengan disertai ancaman atau sanksi yang beerupa pidana tertentu. Menentukan kapan dan dalam hal – hal apa kepada mereka yang telah melanggar aturan itu dapat dijatuhi pidana sebagaimana yang dicantumkan.

Transcript of Hukum Pidana Lengkap

Page 1: Hukum Pidana Lengkap

HUKUM PIDANA

Hukum adalah kumpulan peraturan – peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

Bentuk sanksi : perdata = ganti rugi , kehilangan hak

: pidana= penderitaan , nestapa

: Adm = turun pangkat

Pidana adalah suatu nestapa atau penderitaan yang sengaja dilimpahkan oleh instansi terkait kepada seseorang yang telah melanggar hukum pidana

Pidana ringan : denda

Pidana berat : hukuman mati

Hukum pidana ialah himpunan peraturan yang berisi tentang perintah dan larangan yang apabila dilanggar dikenakan sanksi pidana.

Menurut moeljatno : hukum pidana ialah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar & aturan menentukan perbuatan – perbuatan mana yang tidak bloeh dilakukan , yang dilarang , dengan disertai ancaman atau sanksi yang beerupa pidana tertentu.

Menentukan kapan dan dalam hal – hal apa kepada mereka yang telah melanggar aturan itu dapat dijatuhi pidana sebagaimana yang dicantumkan.

Mementukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Page 2: Hukum Pidana Lengkap

Menurut prof. Simons

HK.Pidana

Dalam arti obyektif dalam arti subyektif

Hk .pidana hk pidana

Materil formil

Obyektif

Hukum pidana dalam arti obyektif yaitu berisi sejumlah peraturan yang mengandung larangan – larangan dan keharusan dan pelanggarannya oleh negara telah dikaitkan oleh suatu perintah harus berupa hukuman dan keseluruhan dalam peraturan – peraturan yang telah dihubungkan dengan akibat – akibat serta syarat – syarat tertentu atau yang kata lain sejumlah peraturan yang mengandung larangan dan keharusan dimana pelanggaranya dijatuhkan hukum pidana.

Subyektif

Hk pidana dalam arti subyektif yaitu sejumlah peraturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang dilanggar.

Pidana materil berisikan : a) perbuatan yang dapat dihukum

b) siapa yang dapat dihukum

c) hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku.

Ex: ps 338 kuhp : barang siapa yang menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja , dikenakan pidana setinggi- tingginya 15 tahun kurungan penjara.

Hukum pidana formil bagaimana cara negara dengan alat-alat kekuasaanya untuk membawa pelaku tindak pidana ke pengadilan untuk dipelihara dan dijatuhi hukuman.

Hubungan antara hukum pidana materil dengan hukum pidana formil yaitu , hukum pidana formil dikaitkan sebagai himpunan peraturan yang mengatur bagaimana cara mempertahankan hukum pidana materil, jika hukum pidana materil dilanggar maka hukum pidana formil yang bergerak. Dan bisa dikatakan hukum pidana materil adalah hukum diam , sedangkan hukum pidana formil adalah hukum begerak.

Page 3: Hukum Pidana Lengkap

PERBEDAAN HUKUM PUBLIK DAN HUKUM PRIVAT

Hukum publik adalah mengatur hubungan antara orang dengan negara / mengatur kepentingan umum, dan hak penuntutan ada pada negara.

Hukum privat adalah mengatur hubungan antara individu dan hak penuntutan ada pada perseorangan.

Ciri hukum publik :

1) Bahwa sifat yang dapat dihukum tetap ada walaupun tindak pidana itu dilakukan atas persetujuan korban.Ex: ps 344 kuhp.

2) Bahwa penuntutan tidak digantungkan pada keinginan dari orang yang di rugikan tetapi oleh negara.

Tindak pidana ialah perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam oleh pidana.

Unsur-unsur tindak pidana menurut prof. Simons

1. Suatu perbuatan manusia2. Perbuatan itu diancam dan dilarang oleh undang –undang3. Perbuatan itu harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan

karena melakukan perbuatan tersebut.

Bagaimana untuk menentukan bahwa suatu perbuatan adalah merupakan tindak pidana ?

Jawab:

Untuk menetukan suatu perbuatan pidana adalah merupakan tindak pidana, ilmu hukum pidana menganut azas legalitas, yaitu suatu azas yang menyatakan bahwa tiap-tiap tindak pidana harus dituliskan secara tegas dalam undang – undang , artinya untuk menghukum seseorang harus dicantumkan dalam undang—undang. Pasal 1 ayat 1 kuhp , tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang- undanganyang telah ada.

Hukum pidana harus tertulis ( lex scripta) Hukum pidana tidak berlaku surut. Hukum pidana tidak dapat di tafsirkan secara analogi (kias).

Artinya hukum berlaku kedepan tidak kebelakang.

Page 4: Hukum Pidana Lengkap

Pasal 1 ayat 2 : jika terjadi perubahan perundanng- undangan jika setelah perbuatan dilakukan tapi tidak terputus maka diberlakukan undang-undang yang menguntungkan.

Apa hubungan hukum pidana dalam arti subyektif dengan hukum pidana dalam arti obyektif ?Hubungan nya yaitu hak negara menghukum adalah berdasarkan pada hukum pidana dalam arti obyektif artinya bahwa hak negara untuk menghukum itu baru timbul setelah didalam hukum pidana dalam arti obyektif ditentukan sejumlah perbuatan yang dapat dihukum.

Kesimpulannya:Bahwa hak negara tidak dapat menggunakan haknya dengan sewenang-wenang , sebab hukum pidana dalam arti subyektif dibatasi oleh hukum pidana dalam arti obyektif.

Apakah setiap orang yang telah melakukan tindak pidana tersebut dapat dihukum atau harus dihukum ?Tidak! Sebab kita menganut azas yang tidak tertulis yang disebut azas tidak dipidana tanpa kesalahan ini termasuk azas yang tidak tertulis tetapi berlaku dalam hukum pidana.

Dasar – dasar penghapus hukum pidana ialah keadaan – keadaan yang menyebabkan seseorang yang jelas melakukan tindak pidana tetapi tidak dihukum.

Dasar-dasar penghapus hukum pidana dibagi menjadi :1. Dasar pemaaf

Yaitu dasar yang menghapuskan kesalahan tersangka , sekalipun perbuatannya tetap merupakan melawan hukum. Dihapuskan kesalahanya karena dia tidakdapat dipertanggung jawabkan , misalnya : orang gila. Ps 44 kuhp.

2. Dasar pembenaryaitu yang dihapuskan adalah sifat perbuatan yang melawan haknya perbuatan, sehingga perbuatan itu dianggap benar & patuh.Contoh: Regu penembak eksekusi mati

Ps 338 kuhpPs 49 (noodweer)Ps 50 melaksanakan perintah atasanPs 51 melaksanakan perintah undang-undang.

Pasal 48 ada diantara dasar pemaaf dan dasar pembenar .

Page 5: Hukum Pidana Lengkap

FUNGSI HUKUM PIDANA

Fungsi umum, pada dasarnya sama dengan fungsi hukum pada umumnya yaitu, mengatur hidup kemasyarakatan dan menyelenggarakan ketertiban.

Fungsi khusus, adalah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya ( harta , nyawa , badan & kehormatan ).

Sangsi yang tajam dalam hukum pidana ini membedakan dengan hak lainya, karena hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan atau nestapa dalam mempertahankan norma-norma yang diakui dalam hukum itulah sebabnya mengapa hukum pidana harus diianggap sebagai “ ultimum remedium” , yakni upaya terakhir atau obat terakhir , maksudnya jika ada bidang hukum lain yang dapat menyelesaikan tindak pidana tersebut , selesaikan dengan bidang hukum lain , jika tidak mampu maka baru gunakan hukum pidana.Dalam sangsi pidana itu terdapat suatu tragik , yaitu sesuatu yang menyedihkan , sehingga hukum pidana dikatakan sebagai mengiris dagingnya sendiri atau pedang bermata dua, makna dari ucapan ini ialah bahwa hukum pidana melindungi benda hukum ( harta,nyawa,badan&kehormatan) dalam pelaksanaannya ialah apabila ada pelanggaran terhadap barang atau perintahnya justru mengadakan perlukaan terhadap benda hukum sipelanggar sendiri.

Melanggar perintah : diam , tidak bergerak Melanggar larangan : bergerak.

Page 6: Hukum Pidana Lengkap

TUJUAN HUKUM PIDANA

Menurut aliran klasik , tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi dari kesewenang-wenagan pemerintah .

Menurut aliran modern , tujuan hukum pidana adalah untuk memberantas kejahatan / untuk melindungi masyarakat dari kejahatan.

Menurut aliran gabungan , tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi pemerintah dari kejahatan / untuk melidungi negara dari kejahatan.

TUJUAN MEMPIDANA / TUJUAN DIADAKAN PIDANA

Yaitu diperlukan karena manusia harus mengetahui sifat dari pidana dan dasar hukum dari pidana.Frans Vor List , mengajukan problematik sifat pidana dalam hukum yang menyatakan bahwa hukum pidana itu melindungi kepentingan dengan menyerang kepentingan.

Huge De Groat , menyatakan bahwa penderitaan jahat menimpa disebabkan karena perbuatan jahat. Mengenai hal ini lazimnya dikenal beberapa teori pidana, yaitu :

1) Teori pembalasan (absolut)2) Teori tujuan (relatif)3) Teori gabungan

Penjelasan!

1) Teori pembalasan (absolut)

Aliran ini menganggap sebagai dasar hukum dari pidana adalah alam pikiran untuk pembalasan , teori dari pembalasan ini dikenal pada akhir abad ke – 18 dan mempunyai pengikut dengan jalan pikirannya masing – masing , seperti : Immanuel Kant , Herbert , Sthal

- Immanuel kant , mempunyai jalan pikiran bahwa kejahatan itu menimbulkan ketidakadilan, maka harus dibalas dengan ketidakadilan pula dengan cara diberikan pidana.

- Hegel , mempunyai jalan pikiran bahwa hukum atau keadilan merupakan pernyataan , maka apabila orang melakukan kejahatan itu berarti menyangkal adanya hukum atau keadilan. Dengan demikian keadaan menyangkal itu harus dilenyapkan dengan ketidak adilan pula. Yaitu dengan dijatuhkan pidana karena pidana itu pun merupakan suatu ketidak adilan .

Page 7: Hukum Pidana Lengkap

- Herbert , mempunyai jalan pikiran bahwa apabila orang melakukan kejahatan , berarti ia menimbulkan rasa kurang puas dalam masyarakat , maka masyarakat itu harus diberi kepuasaan dengan cara mejatuhkan pidana , sehingga rasa puas dapat dikembalikan lagi.

- Stahl , mempunyai jalan pikiran bahwa tuhan menciptakan negara sebagai wakilnya dalam menyelenggarakan ketertiban dinegeri / dunia ini, kepada penjahat itu harus dijatuhi pidana agar ketertiban hukum kembali.

Teori pembalasan yang menarik perhatian adalah leo polak , bahwa pidana harus mempunyai 3 syarat :

1) bahwa perbuatan yang tercela itu harus bertentangan dengan etika.

2) Bahwa pidana tidak boleh memperhatikan apa yang mungkin terjadi , melainkan hanya memperhatikan apa yang sudah terjadi.

3) Bahwa penjahat tidak boleh dipidana secara tidak adil berarti beratnya pidana harus seimbang denga tindak pidana yang dilakukan.

Teori tujuan (preventive)

Berhubung teori pembalasan kurang memuaskan , maka timbul teori tujuan dan yang memberikan dasar pemikiran bahwa dasar hukum pidana dari pidana adalah terletak pada tujuan pidana itu sendiri pidana itu mempunyai tujuan-tujuan tertentu , maka harus dianggap disamping tujuan lainya , terdapat tujuan pokok berupa mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Mengenai cara mencapai tujuan itu , ada beberapa paham yang merupakan aliran-aliran tujuan :

a) Prevensi umum

Tujuan pokok pidana yang hendak dicapai adalah pencegah yang ditunjukan pada khalayak ramai kepada semua orang agar supaya tidak melakukan pelanggaran terhadap ketertiban masyarakat .

Menurutu vos : bentuk teori prevensi umum yang paling lama , berwujud pidana yang mengandung sifat menjerat / menakutkan dengan pelaksanaanya didepan umum yang mengharapkan sugestik terhadap anggota masyarakat lainnya.Ex : hukum itu dilapangan jadi dipertontonkan dengan tujuan agar kita tidak melakukannya.

Page 8: Hukum Pidana Lengkap

b) Prevensi khusus

Mempunyai tujuan agar pidana itu mencegah si penjahat mengulangi perbuatannya.

Menurut Van hamel

Bahwa tujuan pidana disamping mempertahankan ketertiban masyarakat juga mempunyai tujuan kombinasi untuk menaklukan , memperbaiki dan untuk kejahatan tertentu harus membinasakannya. Ex : hukuman mati.

Teori gabungan

Keberatan terhadap teori pembalasan dan teori tujuan dapat menimbulkan aliran ketiga yang mendasar pada jalan pikiran bahwa pidana hendaknya didasarkan atas tujuan unsur – unsur pembalasan dan mempertahankan ketertiban masyarakat yang diterapkan secara kombinasi. Dengan menitikberatkan pada salah satu unsur tanpa menghilangkan salah satu unsur , maupun pada semua unsur yang ada.

Menurut Vos, bahwa didalam teori gabungan terdapat 3 aliran :

1) Teori gabungan yang menitikberatkan pembalasan tetapi dengan maksud sifat pidana pembalasan itu untuk melindungi ketertiban hukum .

2) Teori gabungan yang menitikberatkan pada perlindungan ketertiban masyarakat.

3) Teori gabungan yang dititikberatkan sama antara pembalasan dan perlindungan kepentingan masyarakat.

Didalam rancangan undang-undang KUHP th 1968 dapat dijumpai gagasan dengan maksud tujuan pemidanaan dalam rumusan sebagai berikut;

1) Untuk mencegah melakukannya tindak pidana demi pengayoman negara , masyarakat dan penduduk.

2) Untuk membimbing agar terpidana insaf dan menjadi anggota masyarakat yang berbudi baik.

3) Untuk menghilangkan noda – noda yang diakibatkan oleh tindak pidana 4) Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan tidak diperkenankan untuk

merendahkan martabat manusia.

Page 9: Hukum Pidana Lengkap

4 unsur pemidanaan tersebut dilaksanakan dengan cara kerjasama antara pemerintah beserta tidak masyarakat agar narapidana terlepas dari hakikat manusia, proses pelaksanaan pidana yang demikian itu dirumuskan dalam bentuk sistem kemasyarakatan.

Page 10: Hukum Pidana Lengkap

NORMA DAN SANKSI DALAM HUKUM PIDANA

Ex: pasal 338 KUHP : barang siapa yang sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana setinggi – tingginya 15 tahun kurungan penjara.

Setelah melihat bekerjanya hukum pidana dan pemidanaan dapat dikatakan bahwa hukum pidana didalam perumusan pada tiap – tiap perundang-undangan harus memuat 2 bagian pokok yaitu norma dan sanksi . istilah norma itu sudah lazim dipakai meskipun ada juga penulisan yang mengganti dengan kaidah. Dari fakultas hukum UGM prof. Joyo widoyo , digunakan istilah ugeran .

Norma itu mempunyai init nilai-nilai dalam suatu rangkaian konsepsi abstrak yang hidup diantara kelompok manusia sebagai ketentuan yang ditaati oleh setiap orang dalam pergaulan dan perhubungan hidup bermasyarakat dan mempunyai tugas untuk menjamin ketertiban hukum dalam masyarakat . bentuk norma didalam undang – undang atau peraturan lainnya pada dasarnya berupa perbuatan yang dilarang . sanksi mengandung inti berupa suatu perbuatan ancaman pidana. Dan mempunyai tugas agar norma yang sudah ditetapkan itu supaya ditaati dan atau sebagai akibat hukum.Norma dan sanksi didalam undang-undang dapat disusun : dilarang mengambil barang orang lain. Diancam dengan pidana paling lama 5 tahun kurungan penjara.

Vos menyebutkan adanya pendapat yang menyimpang dari pandangan yang lazim seperti yang dikemukakan oleh “karl bending” bahwa norma tidak terdapat dildalam undang –undang akan tetapi didalam kesadaran hukum yang tidak tertulis. Apabila dengan contoh pencurian seperti yang tersebut diatas , berarti pencuri bukan melanggar undang-undang tetapi melanggar norma. Jika demikian pencuri itu justru memenuhi apayang ditentukan undang – undang , sehingga undang – undang dapat diberlakukan kepada pencuri , dan malahan hakim dapat dikatakan melanggar undang-undang apabila tidak menjatuhkan pidana sebagaimana yang diperintahkan undang-undang itu.

Page 11: Hukum Pidana Lengkap

TUGAS ILMU PENGETAHUAN HUKUM PIDANA

Tugas ilmu pengetahuan hukum pidana yang terutama adalah mempelajari hukum pidana yang berlaku pada suatu saat tertentu dan tempat tertentu ( hukum pidana positif ) , yang dipelajari adalah azas – azas yang menjadi dasar dari pada peraturan hukum pidana yang berlaku. Serta mencaari hubungan azas yang satu dengan azas yang lainnya, untuk selanjutnya menyusun peraturan dan azas yang tadi dalam suatu sistem agar dapat dipahami apayang menjadi maksud dari peraturan – peraturan yang berlaku itu. Denga demikian dapatlah diketahui makna serta maksud dan tujuan dari hukum pidana yang berlaku itu

Ilmu hukum pidana dogmatis , karena hukum pidana tersebut tidak sampai kepada mempelajari hukum yang diidamkan ( ius constituendum) , sedang hukum pidana harus mempelajari sebab – sebab serta cara- cara memberantas kejahatan.

KRIMINOLOGI

Etinologi kriminal politik kriminal

Adalah ilmu yang mempelajari ilmu yang mempelajari cara memberantas kejahatan kriminal

Sebab timbunya kejahatan

Antroplogi sosiologikriminal

biososiologi

antropologi kriminal adalah ilmu yang mempelajari sebab-sebab kejahatan pada mereka yang melakukan kejahatan ( C. Lombrasi tengkorak ) .

sosiologi kriminal adalah ilmu pengetahuan yang mencari sebab-sebab kejahatan dari keadaan masyarakat.

Page 12: Hukum Pidana Lengkap

Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Dengan Kriminologi

Hubungan antara ilmu pengetahuan hukum pidana dengan kriminologi dapat dikatakan mempunyai hubungan timbal balik dan ketergantungan satu sama lain . ilmu hukum pidana mempelajari akibat perbuatan yang dilarang atau norma dari pada perbuatan yang dilarang sebagai kejahatan yang dapat disngkat pula dengan nama : “ ilmu tentang hukumnya kejahatan” dengan demikian sebenarnya sebagian hukum yang memuat tentang kejahatan disebut hukum kejahatan , atau hukum krimina (criminal law) atau penal law. Akan tetapi telah menjadi lazim bagi hukum tentang kejahatan itu dinamakan hukum pidana.

Kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan yang lazimnya mencari sebab-sebabnya sampai timbul kejahatan itu dan cara menghadapi kejahatan dan tindak reaksi yang diperlukan.

Kedua ilmu pengetahuan itu bertemu dalam fokus pada kejahatan , dengan prinsip – prinsip yang berbeda karena obyek dan tujuannya ilmu hukum pidana mempunyai pada aturan hukum tentang kejahatan dengan akibat hukum berupa pidana dan tujuannya untuk mendapatkan pengertian dan penggunaan pidana sebaik-baiknya guna mencapai keadilan hukum. Sedangkan kriminologi mempunyai obyek manusia penjahat dibelakang peraturan hukum pidana dan tujuannya memperoleh pengertian tentang sebab kejahatan untuk memberikan pidana / tindakan yang tepat agar tidak melakukan lagi kejahatan.

Obyek , tujuan , & azas penafsiran didalam hukum pidana

Ilmu hukum pidana mempunyai obyek terhadap ilmu hukum pidana positif yang berlaku pada suatu tempat dan waktu yang tertentu.Penyelidikan yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang obyektif melalui ilmu terhadap hukum pidana positif. Hasilnya mempunyai arti yang sangat penting. Karena tidaklah mudah untuk menerapkan hukum pidana positif secara sitematis , kritis , & harmonis.

Berhubung adanya faktor pengaruh perkembangan masyarakat & ilmu pengetahuan . Ex: pasal 362 KUHP“ barang siapa mengambil suatu barang yang sebagian atau seluruh milik orang lain dengan maksud untuk dimiliiki secara melawan hukum dipidana setinggi-tingginya 5th kurungan penjara.Melalui ilmu pengetahuan timbulah doktrin tentang azas penafsiran , bahwa undang – undang harus ditafsirkan melaui undang –undang itu sendiri.

Page 13: Hukum Pidana Lengkap

Melawan hukum19 maret 2012

Melawan hukum

Sifat melawan hukum perbuatan pidana sifat melawan hukum perdata

Sifat melawan hukum formil sifat melawan hukum materil

Sifat melawan hukum materil sifat melawan hukum Fungsi positif fungsi negatif

Apa yg dimaksud dengan isitilah melawan hukum ?

Pada umumnya orang akan menjawab yaitu apabila perbuatan tersebut telah memenuhi unsur –unsur delik seperti yang dirumuskan undang –undang pada umumnya. Dan jawaban ini tidak salah tetapi tidak semua perbuatan melawan hukum itu dapat dihukum karena adanya dasar –dasar penghapus pidana ( dasar pembenar dan dasar pemaaf).

Menurut pendapat atau pengertiaan sifat melawan hukum formil yaitu apabila perbuatan itu bertentangan atau melawan hukum tertulis ( UU)

Dan menurut sifat melawan hukum yang tegas tertulis dalam undang –undang hanya dapat dihapuskan oleh peraturan UU yang didalam UU itu sendiri : ps 44,48,49,50,51

Melawan hukum materil yaitu tidak hanya perbuatan yang melawan undang –undang tetapi juga apabila perbuatan itu bertentangan dengan azas / norma yang berlaku dimasyarakat (melawan hukum materil = melawan hukum tidak tertulis)

Page 14: Hukum Pidana Lengkap

Apa yang dimaksud sifat melawan hukum dalam fungsi negatif ?

Sifat melawan hukum materil dalam fungsi negatif berpendapat bahwa sifat melawan hukum yang tercantum dalam undang –undang dapat dihapuskan diluar undang –undang.

Apa yang dimaksud sifat melawan hukum dalam fungsi positif ?

Sifat melawan hukum dalam fungsi positif mengatakan bahwa walaupun sifat tindak pidana itu tidak tertulis dalam undang – undang namun apabila perbuatan itu bertentangan dengan azas –azas yang berlaku dalam masyarakat maka perbuatan itu tetap merupakan tindak pidana.

Sifat melawan hukum materil masih sulit dilaksanakan karena berbenturan dengan pasal 1 ayat 1 KUHP azas legalitas.

Kesimpulan mengenai persoalan melawan hukumnya perbuatan. Apabila suatu perbuatan itu memenuhi rumusan delik maka itu merupakan tanda bahwa perbuatan itu bersifat melawan hukum . akan tetapi sifat itu hapus apabila diterobos dengan adanya alasan pembenaran.Bagi mereka yang menganut ajaran sifat melawan hukum yang formil alasan pembenaran itu hanya boleh di ambil dari hukum positif yang tertulis . sedangkan penganut sifat hukum materil alasan itu dapat diambil dari luar hukum yang tertulis.

Yang menentukan adanya alasan pembenar diluar undang-undang itu adalah hakim . hakim dalam perkara konkret yang sedang dihadapi harus mempertimbangkan :

a. Apabila ada persoalan mengenai hukum yang tidak tertulis , yang bertentangan dengan hukum yang tertulis maka perllu dipertimbangkan betul-betul sampai dimanakah hukum yang tidak tertulis itu dapat menyisihkan hukum yang tertulis yang dibuat dengan sah.Benarkah apayang dipandang adil oleh suatu golongan masyarakat biasa juga dipandang adil oleh seluruh masyarakat pada umumnya

b. Sampai dimanakah rasa keadilan dan keyakinan masyarakat dapat menyisihkan peraturan tertulis yang dibuat dengan sah . benarkah apa yang dipandang adil oleh suatu golongan juga dipandang adil oleh golongan lain.

Bagaimana unsur sifat melawan hukum itu drumuskan dalam undang – undang ?

KUHP memakai istilah bermacam – macam untuk istilah melawan hukum:

1. Tegas dipakai istilah “melawan hukum”

Page 15: Hukum Pidana Lengkap

2. Dengan isitilah lain misalnya “tanpa mempunyai hak” untuk itu , “tanpa izin, dengan melampaui kewenangan , tanpa mengindahkan cara-cara yang ditentukan oleh peraturan umum”Apakah alasan pembentuk undang –undang itu mencamtumkan unsur sifat melawan hukum itu tegas dalam suatu rumusan delik.?Sebabnya ialah karena pembentuk undang-undang khawatir apabila unsur melawan hukum itu tidak dicantumkan dengan tegas, orang yang berhak / berwenang untuk melakukan perbuatan sebgaimana dirumuskan dalam undang – undang itu mungkin akan dipidana ulang.

Apakah arti silsilah melawan hukum itu?Mengenai ini ada 3 pendirian :1. Prof.simon : yang dimaksud dengan bersifat melawan hukum adalah bertentangan

dengan hukum2. Noyon : bertentangan dengan hak3. Hoge : tanpa kewenagan

Bila ada isitilah “ melawan hukum “ dalam suatu pasal maka harus dibuktikan.

Page 16: Hukum Pidana Lengkap

Sengaja / Kesengajaan ( dolus , ofzet , intent)

26 maret 2012

Unsur kedua dalam kesalahan dalam arti yang luas adalah hubungan batin antara sipembuat terhadap perbuatan yang dicelahkan kepada sipembuat itu. Hubungan batin ini berupa sengaja dan alpa , lalai , ceroboh .

Apa yang diartikan sengaja ?

KUHP tidak nmemberikan definisi tentang sengaja. Kita dapat mengetaui arti dari sengaja dari MVT= memorie van teolichting ( penjelasan dari undang – undang)Yang mengartikan kesengajaan sebagai “mengehendaki dan mengetahui”

Jadi dapatlah dikatakan bahwa sengaja berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan. Orang yang melakukan perbuatan dengan sengaja menghendaki perbuatan itu dan disamping mengetaui / menyadari yang dia lakukan. Misal : seorang ibu yang sengaja tidak menyusui anaknya dan mengetahui perbuatannya dan akibatnya.

Teori – teori kesengajaan

Berhubung dengan keadaan batin orang yang berbuat dengan sengaja yang berisi menghendaki dan mengetahui itu. Maka dalam ilmu pengetahuan pidana terdapat 2 teori sebagai berikut :

1. Teori kehendak Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur – unsur delik dalam rumusan undang – undang.

2. Teori pengetahuan atau membayangkan Sengaja berarti membayangkan akan timbul nya akibat perbuatan , orang tak bisa menghendaki akibat melainkan hanya bisa membyangkan.

Corak kesengajaan1. Kesengajaan sebagai tujuan / maksud2. Kesengajaan sebagai kepastian3. Kesengajaan sebagai kemungkinan

Dalam hal seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja. Dapat dibedakan 3 sikap corak batin yang menunjukan tingkatan / bentuk dari kesengajaan itu.

Page 17: Hukum Pidana Lengkap

Teori apa boleh buat

Diatas telah disebutkan 2 teori yang menerangkan bagaimana sikap batin seseorang yang melakukan perbuatan dengan sengaja . bagaimanakah menerangkan adanya kesengajaan dengan sadar kemungkinan.Jika dipakai teori kehendak maka keterangan adalah demikian jika sipembuat menetapakan dalam batinnya , bahwa ia lebih menghendaki perbuatan yang dilakukan itu meskipun nanti ada akibat yang ia tidak kehendaki , daripada tidak berbuat maka kesengajaan orang tersebut juga ditujukan pada akibat yang tidak diharapakan itu.Jika dipakai teori pengetahuan juga dalam teori sipembuat mengetahui / membayangkan kemungkinan akibat yang tidak dikehendaki, tapi bayangan itu tidak mencegah sipembuat untuk tidak berbuat , maka dapat dikatakan bahwa kesengajaan diadakan pada akibat yang mungkin teerjadi.Dalam kedua teori ini digambarkan bahwa dalam batin sipembuat terjadi suatu proses , bahwa ia lebih baik berbuat daripada tidak berbuat. Disini ada sesuatu yang tidak jelas , disamping kedua teori itu ada teori yang disebut “teori apa boleh buat” dala teori ini keadaan batin sipembuat terhadap perbuatannya sebagai berikut:

a. Perbuatan itu sebenarnya tidak ia kehendaki , ia benci/ia takut akan kemungkinan timbulnya akibat itu.

b. Akan tetapi meskipun ia tidak menghendaki nya namun apabila keadaan / akibat itu timbul apaboleh buat hal itu diterima juga , ini berarti ia berani untuk mengambil resikonya.

Penegertian kesengajaan berwarna dan tiidak berwarna

Persoalan ini berhubungan deengan masalah apakah adanya kesengajaan itu sipembuat harus menyadari bahwa perbuatan itu dilarang (bersiafat melawan hukum)?Mengenai hal ini ada 2 pendapat:

a. Sifat kesengajaan itu berwarna b. Sifaat kesengajaan itu tidak berwarna

Pendirian yang pertama mengatakan bahwa kesengajaan melakukan perbuatan mencakup pengetauan sipembuat bahwa perbuatannya dilarang dan melanggar pasal.

Pendiriian yang kedua mengatakan bahwa untuk adanya kesengajaan cukuplah bahwa sipembuat itu menghendaki perbuatan yang dilarang itu (kesengajaan = hanya sekedar telah melanggar pasal ). Tidak perlu ditanyakan lagi.

Page 18: Hukum Pidana Lengkap

Keberatan terhadap pendirian bahwa kesengajaan itu berwarna ialah akan merupakan beban yang berat bagi jaksa apabila untuk membuktikan adanya kesengajaan , tiap kali ia harus membuktikan pada terdakwa ada kesadaran atau pengetahuan dilarangnya perbuatan itu.

Page 19: Hukum Pidana Lengkap

KEKELIRUAN & KESESATAN / SALAHKIRA ( EROR , DWALING, MISTAKE)

28 maret 2012

Kebalikan dari sengaja adalah tidak sengaja , dan dalam tidak sengaja ini ada keadaan batin yang disebut kesesatan , kekeliruan atau salah kira. Apakah orang melakukan perbuatan yang melawan dalam keadaan demikian tidak dapat dipidana?

Berhubungan dengan hal ini dibedakan 2 macam kesesatan:a. Kesesatan mengenai hal-hal yang menyangkut peristiwa nya atau eror factie atau

mistake of fact.b. Kesesatan mengenai hukumunnya (recht dwaling ) atau mistake of law atau eror iuris.

Contoh a : 1. Seseorang mengambil barang yang dirumahnya tidak ada pemiliknya sama sekali.

2. seseorang ayah yang memukul seorang anak yang dikira anaknya sendiri.

Kesesatan mengenai peristiwannya , tidak mendatangkan pemidannaan . atau eror factie non nocet.

Contoh b : kesesatan mengenai hukumnya dibatasi sampai kesesatan dapat dipidananya perbuatan itu sendiri. Kesesaatan ini tidak menghapuskan pemidaanaan (eror iuris nocet)/tetap dipidana.

EROR IN OBJECTO DAN EROR IN PERSONA(kekeliruuan mengenai objeknya dan keliru mengenai orangnya)

Kalau objek itu nilai / sifatnya sama maka kekeliruan ini tidak menguntungkan tersangka , tetapi kalau nilainya sama.

Contoh : a ingin membunuh b tetapi yang terbunuh c .(338) artinya b=c sama-sama orang.

Terhadap eror in persona terdakwa tetap dipidana karean sifat objeknya sama.

Abertio Ictus

Abertio ictus ini bukan suatu dwaling / kekeliruan , tetapi merupakan hal yang terjadi diluar perhitungan. Contoh : a menembak b , tapi peluru mengarah ke c dan mati ( 359 kealpaan/dolus)

Page 20: Hukum Pidana Lengkap

Delik Putatif

Keballikan dari kekeliruan diatas yaitu apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang terlarang dan dapat dipidana , ternyata bukan tindak pidana.

Unsur kesengajaan dalam delik dalam KUHP indonesia , tidak ada ketentuan dalam rumusan delik dalam undang – undang , ada yang memuat unsur kesengajaan dengan jelas –jelas dengan memakai perkataan “dengan sengaja” atau istilah lain dan adapula adayang tidak mencantumkannya jelas-jelas , namun dari perkataannya itu dapat disimpulkan adanya kesengajaan pada si pembuat. Contoh : “dengan sengaja” 338, 406

LOCUS DELICTI DAN TEMPUS DELICTI(tempat dilakukannya tindak pidana dan waktu dilakukannya tindak pidana)

Locus delicti perlu diketahui untuk: 1. Menentukan apakah hukum pidana indonesia berlaku terhadap perbuatan pidana

tersebut atau tidak. Ini berhubungan pada pasal 2-8 KUHP2. Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang harus menngurus perkara tersebut.

Ini berhubungan dengan kompetensi realatif.

KOMPETENSI

Kewenangan absolut Pengadilan apa yang berwenang kewenangan relatifMengadili: peng.agamaPeng.TUN, peng.

Tempus delicti adalah penting berhubungan dengan:1. Pasal 1KUHP ayat 12. Pasal 44KUHP3. Pasal 45KUHP : apakah terdakwa ketika melakukan perbuatan sudah 16th apa

belum , kalau belum maka hakim dapat mengutus 3 pilihan : a. Mengembalikan pada orang tua. B. Menyerahkan anak tersebut pada negara . c . menghukukum seperti oorang dewasa dengan dikurangi 1/3 dari ancaman tertinggi d. Pasal 79 mengenai daluwarsa / menghitung sejak hari perbuatan itu dilakukan.

Mengenai locus delicti undang – uundang dalam KUHP tidak ada ketentuan apa-apa , lain halnya dalam KUHP jerman dalam pasal 3 nya ditentukan bahwa tempat perbuatan pidana adalah tempat dimana terdakwa berbuat atau dalam hal kelakuan negatif dimana ia seharusnya terjadi.

Page 21: Hukum Pidana Lengkap

Tentang tempus delicti juga tidak ada ketentuan dalam KUHP. Menurut teori biasanya tentang locus delicti ini ada 2 aliran, yaitu:

1. Aliran yang menetukan disuatu tempat yaitu tempat dalam terdakwa berbuat.2. Aliran yang menetukan dibebrapa tempat , yaitu mungkin tempat kelakuan dan

mungkin tempat akibat.

Page 22: Hukum Pidana Lengkap

SUBJEK HUKUM PIDANA

SUBJEK HUKUM PIDANA

Manusia badan hukum(natuurlijke persoon) ( recht personen)

Darimana dapat diketahui bahwa subjek hukum pidana adalah manusia?\

Telah diketahui bahwa unsur pertama tindak pidana itu adalah perbuatan orang , pada dasarnya yang dapat melakukan tindak pidana itu manusia.Ini dapat diketahui dari perumusan delik dalam KUHP itu sendiri yang selalu dimulai dengan kata-kata “barang siapa”.Dapat diketahui dari pasal 10 yang maksudnya isinya ditujukan pada manusia (hukuman mati, kurungan penjara yang ditujukan untuk manusia)Dalam pemeriksaan perkara dan juga sifat hukum pidana yang dilihat ada tidaknya kesalaahan terdakwa memeberi petunjuk bahwa yang dipertanggungjawabkan itu adalah adalah manusia.Pengertian kesalahan yang dapat berupa kesengajaan dan kealpaaan itu merupakan sikap dalam batin manusia.

Apakah kecuali manusia tidak ada suatu yang dapat melakukan tindak pidana?

Dalam KUHP ada pasal 59 yang berbunyi: “dalam hal-hal dimana karena pelanggaran ditentukan pidana terhadap pengurus , anggota badan pengurus, komisaris, maka anggota badan pengurus komisaris-komisaris yang ternyata tidak ikut campur dalam pelanggaran ,tidak dipidana”.

Page 23: Hukum Pidana Lengkap

KEALPAAN (CULPA) ALPA,LALAI)2 april 2012

Meskipun pada umumnya bagi kejahatan – kejahatan diperlukan adanya kesengajaan , tetapi terhadap sebagian dari padanya ditentukan bahwa disamping kesengajaan itu orang yang sudah dapat dipidana bila kesalahannya berbentuk kealpaan. Misalnya pasal 359 KUHP dapat dipidananya orang yang menyebabkan matinya orang lain karena kealpaan.

Mengenai kealpaan ini keterangan resmi dari pihak pembentuk KUHP adalah sebagai berikut: “ pada umumnya bagi kejahatan undang—undang mengharuskan bahwa kehendak terdakwa ditujukan kepada perbuatan yang dilarang dan diancam oleh pidana. Kecuali itu keadaan yang dilarang itu mungkin sebagian besar berbahayannya terhadap keamanan umum mengenai orang /barang . dan jika terjadi menimbulkan banyak kerugian sehingga undang –undang atau wet harus bertindak pula terhadap mereka yang tidak berhati-hati yang teledor”.

Disini sikap batin orang yang menimbulkan keadaan yang dilarang itu bukanlah menentang larangan –larang tersebut : dia tidak menghendaki /menyutujui timbulnya hal yang terlarang ,tetapi kesalahannya ,kekeliruannya dalam batin sewaktu ia berbuat sehingga menimbulkan hal yang dilarang ialah bahwa dia tidak kurang mengindahkan larangan itu.hubungan batin atau sikap batin yang berupa kesengajaan itu ada, apabila sipembuat mengehndaki perbuatan yang dilarang itu. Disamping sikap batin berupa kesengajaan ada pula sikap batin yang berupa kealpaan. Akibat ini timbul karena ia alpa , sembrono,teledor,ia berbuat kurang hati-hati atau kurang menduga-duga.

Van HamelMengatakan bahwa kealpaan itu mengandung 2 syarat yaitu:

1. Tidak mengadakan penduga – duga sebagaimana diharuskan hukum2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum

Tentang hal ini PROF.SIMON mengatakan: “ isi kealpaan adalah tidak adanya penghati-hati disamping dapat diduga-duganya akan timbul akibat”

Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum.mengenaai hal ini ada 2 kemungkinan , yaitu : 1. Terdakwa berpikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena perbuatannya , padahal pandangan itu kemudian tidak benar.Contoh : seseoranga mengendarai sepeda motor dengan cepat melalui jalan ramai, karena percaya dia pandai naik sepeda motor, maka tidak akan menabrak.

2.terdakwa sama sekali tidak memiliki pikiran bahwa akibat yang dilarang mungkin timbul karena perbuatannya. Contoh: seseorang mengendarai sepada motor sedangkan dia belum pandai, tidak terbayang dia akan menabrak orang , tiba –tiba ada anjinng ngejar ,dia panik dan dia menabrak oang lain.

Page 24: Hukum Pidana Lengkap

Contoh 1 merupakan kealpaan yang disadari

Contoh 2 merupakan kealpaan yang tidak disadari.

Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum. Mengenai hal ini Van Hamel menerangkan sebagai berikut.

“ini antara lain adalah tidak mengadakan penelitian, kebijaksanaan ,kemahiran atau usaha mencehgah yang ternyata dalam keadaan –keadaan yang tertentu atau dalam caranya melakukan perbuatan. Jadi yang menjadi obyek peninjauan dan penilaian bukan batin terdakwa tapi apa yang dilakukan atau tingkah laku terdakwa sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah apa tingkah laku terdakwa dalam keadaan –keadaan tertentu itu itu ataupun dengan cara yang telah dilakukan itu, menurut ukuran – ukuran yang berlaku dalam pergaulan masyarakat sudah dipandang betul ?

Menurut istilah lange muyer

“apakah sudah mencocoki suatu standar yang tertentu mengenai penghati-hati yang lahir. darimana kita dapat mengetahui standar yang teretentu itu? Menurut Van Hamel itu dapat diketahui dari aturan – aturan hukum itu sendiri baik yang tertulis ataupun tidak.

Syarat yang kedua inilah yang menurut praktek yang ptg , guna menentukan adanya kealpaan.

Barang siapa yang melakukan perbuatan tidak mengadakan pengahati-hatian dan penduga – dugaan.

Dalam buku kedua KUHP terdapat beberapa pasal yang memuat unsur kealpaan antara lain: 188,231,359,360,409.

Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih ringan daripada kesengajaan, akan tetapi bukan kesengajaan yang ringan . beberapa penulis dan sarjana menyebutkan beberapa syarat kealpaan :

Haze Winkel

Ilmu pengetahuan hukum dan yuriprudensi mengartikan kealpaan sebagai satu kekurangan penduga – duga atau 2 kekurangan penghati – hati.

Van Hamel

Kealpaan memiliki 2 syarat : 1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan hukum. 2. Tidak mengadakan pengahati-hatian sebagaimana diharuskan hukum.

Prof.simon

Pada umumnya kealpaan memiliki 2 unsur : 1) tidak adanya penghati-hati. 2). Dapat diduganya akibat.

Page 25: Hukum Pidana Lengkap

Pompe

Ada 3 macam yang masuk kealpaan : 1.dapat mengirakan timbulnya akibat. 2. Mengetahui adanya kemungkinan. 3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan.

Bagaimanakah menetapkan adanya kealpaan pada seseorang sehingga ia dapat dinyatakan bersalah atau dicela?

Kealpaan orang tersebut harus ditentukan secara normatif dan tidak secara fisik /psikis. Tidaklah mungkin diketahui bahwa sikap batin seseorang yang sungguh – sungguh nya , maka haruslah ditetapkan dari luar bagaimana seharusnya ia berbuat dengan mengambil ukuran sikap batin seseorang pada umumnya apabila ada pada situasi yang sama dengan sipembuat.

CULPA

Culpa lata (lalaiberat) culpa liris(lalai ringan)

Untuk menentukan kekurangan pengahati-hati dari sipembuat ,dapat digunakan ukuran apakah ia ada kewajiban untuk berbuat lain.

Page 26: Hukum Pidana Lengkap

AJARAN CAUSALITAS ( Asal kata dari causa=sebab)

4 april 2012

Tiap –tiap peristiwa pasti ada sebabnya tidak mungkin terjadi begitu saja, dapat juga suatu peristiwa menimbulkan peristiwa yang lain. Disamping hal tersebut diatas dapat juga terjadi sebagai akibat suatu peristiwa atau beberapa peristiwa yang lain. Dalam pengetahuan hukum pidana kita mengenal beberapa jenis delik, dan diantara jenis –jenis delik itu yang penting bagi ajaran causalitas adalah perbedaan antara delik foormil dan delik materil.

Yang dimaksud dengan delik formil adalah delik yang telah dianggap selesai terlaksana dengan dilakukannya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan undang-undang. Jadi , delik materil adalah delik yang telah dianggap selesaai berlaksana dengan dilaksanakannya perbuatan yang diancam pidana.

Apakah tujuan dari ajaran causalitas?

Tujuan dari ajaran causalitas adalah guna menetukan hubungan antara sebab dan akibat , artinya bilamana akibat dapat ditentukan oleh sebab.

Hubungan ajaran causalitas dengan delik formil:

Jika ajaran ini dihubungkan dengan delik formil sebagaimana telah diketahui akibat sesuatu perbuatan tidak dinyatakan dengan jelas sebagai unsur delik. Oleh karena itu manfaat ajaran causalitas bagi jenis delik formil tidak nampak dengan tegas.

Hubungan ajaran causalitas dengan delik materil:

Akan tetapi ajaran ini dihubungkan dengan delik materil maka lain halnya yaitu oleh karena justru delik materil mempunyai akibat sebgai unsur. Tiap –tiap akibat pada kenyataannya dapt ditimbulkan oleh beberapa masalah dan satu sama lain merupakan suatu rangkaian sehingga akibat itu biasanya tidak ditimbulkan oleh suatu perbuatan saja, bahkan oleh beberapa perbuatan yang merupakan rangkaian , yang dapat dianggap sebagai sebab dari pada suatu akibat.

Causalitas penting berhubung untuk menentukan siapa yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap timbulnya suatu akiabt tersebut.

CONDITIO SINE QUANON (AJARAN MUTLAK)

Pertama-tama akan ditinjau ajaran dari vonburi yang terkenal dengan nama consitio sine quanon atau dengan nama syarat mutlak. Apakah sebabnya ajaran causalitas ajaran von buri disebut conditio sine quanon ini disebabkan sesuatu yang harus dianggap sebagai sebab dari pada suatu akibat menurut von buri menetukan bahwa tiap-tiap masalah yang menjadi syarat daripada akibat , adalah sebab dari akibat .

Page 27: Hukum Pidana Lengkap

Apakah syarat dari akibat mengenai ini vonburi merumuskan lagi bahwa yang dianggap sebagai syarat adalah: suatu perbuatan /masalah adalah syarat dari suatu akibat , apabila perbuatan /masalah itu tidak dapat ditiadakan, hingga akibatnya tidak akan timbul. Dari perumusan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan : a) tiap perbuatan / masalah yang merupakan syarat daripada suatu akibat yang terjadi , harus dianggap sebagai sebab daripada akibat itu.b) syarat daripada akibat adalah jika perbuatan atau masalah itu tidak dapat ditiadakan , sehingga tidak akan timbul suatu akibat.

TEORI EQUIVALENTIE

Artinya semua syarat bernilai sama , justru karena ajaranya inilah maka oleh karenanya tiap-tiap syarat yang menimbulkan suatu akibat itu mempunyai nilai yang sama. Dan ini disebut oleh von buri sebagai “teori equivalentie”. Berhubung dengan itu , apabila dianut ajaran von buri , dasar pertanggungjawaban sangat diperluas oleh karena juga perbuatan-perbuatan yang jauh hubungannya dengan akibat yang harus dianggap sebagai sebab dari akibat.

Oleh karena itu ajaran von buri sangant memperluas pertanggungjawaban pidana.

TEORI TREAGER

Treager memeberi ajaran yang berlainan sekali dari ajaran von buri, ia mengadakan perbedaan antara rangkaian perbuatan-perbuatan dan diantara rangkaian perbuatan-perbuatan itu harus dicari dimanakah yang menimbulkan akibat yag dilarang dan diancam hukum oleh undang-undang . menurut ajaran ini maka ia tidak menganggap rangkaian perbuatan itu sebagai syarat dari timbulnya akibat.

Contoh : a menikam b dengan pisau belati dari jerman dan b mati. Masalah bukan masalah sekedar tikaman a , melainkan sebab darimana pisau itu didapat , pabrik yang membuat pisau itu, biji besi , dll. Sehingga pertanggungjawaban nya sangat luas (ajaran von buri)

Causalitas penting berhubung untuk menentukan siapa yang dapat dipertanggungjawaban terhadap timbulnya suatu akibat tersebut (penting bagi delik materil).

Akan tetapi ia membedakan syarat dan alasan , dan dalam hal ini treager hanya mencari 1 masalah saja. Yang harus dianggap sebagai sebab daripada akibat. Karena teori treager membedakan antara syarat dan alasan dimana untuk 1 masalah tersebut, treager mengemukakan 2 teori yaitu,: 1. Teori yang mengindividualisir. 2. Teori yang menggeneralisir.

Teori yang mengindividualisir adalah dalam mencari satu masalah dari rangkaian peerbuatan tersebut maka didasarakan pada keadaan yang nyata yang menyebabkan akibat yang timbul. Jadi teori ini mendasarkan kepada incon crito (kenyataan).

Teori yang menggeneralisir adalah dalam ajaran ini menentukan sebab dari akibat yang timbul dengan mencari ukuran dan perhitungan pada umumnya ukuran yang ditentukan secara abstrak (iin abstracto). Contoh : sebab dari perbuatan = tikaman a , bukan pembuat pisau atau penjualnya)

Page 28: Hukum Pidana Lengkap

Pendukung teori diatas adalah briak mayer. Briak mayer ini dengan teori nya yaitu untuk mencari 1 masalah yang didasarkan pada faktor yang terbesar sebagai sebab timbulnya akibat.

BINDING DAN KOHLER

Menurut mereka untuk mencari masalah dari rangkaian perbuatan yaitu dicari perbuatan yang terpenting dan seimbang sebagai penyebab timbulnya akibat.

VON KRIES

Dengan teorinya adequate mengajarkan bahwa perbuatan yang harus dianggap sebagai suatu sebab dari perbuatan yang timbul adalah perbuatan yang seimbang dengan akibat. Dan menurut perhitungan yang layak.

Page 29: Hukum Pidana Lengkap

OVER MACHT (DAYA PAKSA)

Senin 9 april 2012

OVER MACHT

Vis absoluta Vis compulsiva

Dalam arti sempit (karena dari orang) keadaan darurat(noodtoestand)

Overmacht /daya paksa artinya kekuatan daya yang lebih besar jika dalam KUHP pasal 48 menurut kamus engelbrecht menjadi tidak boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong berat lawan . yang menjadi persoalan , apa daya paksa yaitu daya yang memaksa ituu merupakan paksaan fisik terhadap mana yang terkena tak dapat menghindarkan diri atau merupakan psikis terhadap mana meskipun secara fisik orang masih dapat menghindarkannya , namun daya itu adalah demikian besarnya sehingga dapat dimengerti , kalau tidak kuat menahannya. Kekuatan fisik yang tidak dapat ditahan /dihindari.

Fisik: paksa pasti=> paksaan fisik yang kuat yang tidak dapat dilawan disebut vis absoluta(paksaan mutlak)

Psychis: paksa batin (kejiawaan) paksaan psikis disebut vis compulsiva (paksaan relativ)

Umumnya dapat dikatakan vis absoluta tidak termasuk dalam pengertian pasal 48 KUHP, tapi yang termasuk vis compulsiva saja. Adapun sebabnya : ialah dalam vis absoluta orang yang berbuat bukan yang terkena paksaan , tetapi orang yang memberi paksaan.

Contoh; a orang yang besar , memegang tangan b yang badanya kurus untuk melempar batu ke jendela. Jadi pelakunya adalah sipemaksa , yaitu a.

Contoh vis compulsiva (paksaan psikis/relatiif) kasir bank yang ditodong,memilih menyerahkan uang dari pada dibunuh, karena sipencuri akan tetap mengambil uang.

Vis compulsiva biasa dibagi :

a. Vis compulsiva dalam arti dimana sumber daya paksa itu dtimbulkan oleh orangb. Keadaan darurat dimana daya paksa tidak dipaksakan oleh orang lain tetapi timbul

kareana keadaan – keadaan tertentu.

Page 30: Hukum Pidana Lengkap

Keadaan darurat (noodtoestand) dapat terjadi karena 3 kemungkinan:1. Perbenturan antara 2 kewajiban hukum2. Perbenturan antara kepentingan dengan kewajiban3. Perbennturan antara 2 kewajiban hukum

Contoh no 1: papan karnedes seorang yang kuat menenggelamkan yang lemah untuk memperebutkan satu papan guna menyelamatkan diri untuk mengapung (menenggelamkan salah satu, tidak akan dihukum)Contoh 2: fara adalah seorang saksi di pengadilan ketika kewajibannya untuk datang memberikan kesaksian tiba-tiba dia sakit . maka ia tidak dapat dihukun karena ia sakit.Contooh 3: afika merupakan saksi dari 2 pengadilan yang berbeda . ia harus memilih salah satu pada waktu yang bersamaan.

Page 31: Hukum Pidana Lengkap

POGING (PERCOBAAN)Rabu 25 april 2012

Didalam proses tindak pidana yang merugikan seseorang terdapat suatu tahap yang sudah berbahaya meskipun proses itu belum selesai , dan tentu saja hukum tidak perlu menunggu sampai selesainya perbuatan yang merugikan seseorang tersebut.Disinilah pentingnya diatur tentang lemabga percobaan didalam hukum pidana (poging).Poging menurut doktrin adalah suatu kejahatan yang sudah dimulai tetapi belum selesai atau belum sempurna. Lebih singkatnya lagi , poging yaitu suatu kejahatan yang sudah dimulai tetapi belum selesai /belum sempurna. Sudah barang tentu walaupun KUHP telah merumuskan berbagai jenis kejahatan dan mengancam dengan pidana untuk masing-masing, hukum pidana tidak mengambil resiko agar kejahatan terjadi sepenuhnya atau akibat KUHP yang mengancam perbuatan yang baru merupakan permulaan , agar dapat dicegah terjadinya korban.Akan tetapi tentu saja tidak segala macam pelanggaran hukum yang baru dalam tindak pidana atau percobaan diancam dengan pidana.Ancaman pidana ditujukan pada kejahatan bukan pelanggaran seperti tercantum pada pasal 54 “percobaan untuk melakukan pelanggaran tidak dipidana”.

POGING

Percobaan terhadap percobaan melakukan Kejahatan dipidana kejahatan tindak pidana

Dihukum tidak dihukum apabila tidak selesainya Apabila tidak tindak pidana itu kareana kehendak sendiriSelesainya tindak Pidana kareana pengaruhLuar(bukan kehendak sendiri

Unsur –unsur percoabaan: pasala 53 KUHP diatas mengandung 3 unsur percobaan yaitu:1. Adanya niat2. Adanya permulaan pelaksanaan3. Tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata karena kehendak

sendiri( pengaruh dari luar)

Page 32: Hukum Pidana Lengkap

teks bahasa belanda , niat adalah voornemen , yang menurut doktrin tidak lain adalah kehendak untuk melakukan kejahatan atau lebih tepat disebut opzet atau kesengajaan untuk melakukan kejahatan.Adanya kehendak atau niat, berkenaan dengan syarat ini timbul suatu persoalan oleh karena kata kehendak dalam pasal 53 ayat 1 itu menunjukan kepada pengertian opzet. Opzet ditinjau dari sudut tingkatannya meliputi opzet dalam arti dan opzet dalam arti luas. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah “kehendak “ dalam pasal 53 tersebut menunjukan opzet dalam arti senpit tersebut? Yang terdiri dari opzet sebagai tujuan /maksud . opzet dalam arti luas terdiri dari: 1. Opzet sebagai tujuan. 2. Opzet sebagai keharusan. 3. Opzet dengan kessadaran atau dengan kemungkinan .DidalamApa yang dimaksud dengan permulaan pelaksanaan ?

Kehendak atau niat saja belum cukup agar orang itu dapat dipidana , sebab jka hanya berkehendak saja maka orang itu tidak diancam dengan pidana, berkehendak adalah bebas.Permulaan pelaksanaan berarti telah terjadinya perbuatan tertentu dan ini mengarah kepada perbuatan yang disebutkan sebagai deik atau tindak pidana walaupun kelihatannya sederhana tetapi bila dikaji lebih dalam akan menimbulkan kesulitan yang besar unutk mendapatkan pengertian permulaan pelaksanaan itu.

Tidak selesainya perbuatan bukan semata-mata kehendak sendiri.Dalam hal ini MVT menyatakan bahwa maksud untuk melakukan tindak pidana itu tidak diselesaikan bukan kehendak sendiri melainkan karena gangguan dari luar.

Mengapa Baru Percobaan Kejahatan Saja Sudah Dihukum ?Ada 2 teori mengenai ini: 1. Teori poging subjektif. 2. Teori poging objektif.

- Menurut teori subjektif , sebuah perbuatan dianggap sebagai perbuatan pelaksanaan dan oleh karena itu dapat dipidana , apabila dalam diri sipelaku telah dapat menunjukan sifat atau watak/ tabiat yang kuat terhadap kehendak yang kuat untuk melakukan tindak pidana.

- Menurut teori poging objekftif, menurut teori ini suatu perbuatan dianggap sebagai perbuatan pelaksaanaan apabila perbuatan tersebut telah membahayakan kepentingan hukum.

POGING YANG TIDAK MUNGKIN

Poging yang tidak mungkin terdapat apabila seseorang telah melakukan perbuatan yang dikehendaki untuk menyelesaikan kejahatan akan tetapi kejahatan itu tidak dapat diselesaikan , ketidakselesainnya untuk melakukan kejahatan tersebut bukan karena dihalangi.

Dengan demikian yang dimaksud dengan percobaan yang tidak mampu / mungkin adalah percobaan untuk melakukan kejahatan yang dilakukan dengan sarana yang tidak memiliki potensi menimbulkan akibat , misalnya niat untuk membunuh dillakukkan dengan mendoakan , atau meracuni dengan recun yang salah , atau menembak mobil tank dengan

Page 33: Hukum Pidana Lengkap

pistol biasa. Tidak mungkinnya kejahatan itu terjadi disebabkan oleh objeknya , akan tetapi juga dengan sasarannya.

Ketidak mungkinan menurut sifat nya trbagi 2 : 1. Mutlak tidak mampu. 2. Relatif tidak mampu.

Karenanya dikenal 4 bentuk ketidakmungkinan sebagai penyebab dari tidak selesainya suatu kejahatan yaitu : 1. Alat nya tidak mampu secara mutlak. 2. Alatnya tidak mampu secara relatif ( menikam orang dengan pensil). 3. Sasaranya tidak mampu secara mutlak . 4. Sasaranya tidak mampu secara relatif.

Page 34: Hukum Pidana Lengkap

PEMBELAAN TERPAKSA (NOODWEER)

Senin 30 april 2012

Pasal 49 ayat 1 berbunyi: barang siapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan karena adanya serangan atau ancaman serangan itu melawan hukum terhadap diri sendiri atau orang lain , terhadap kehormatan , kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain tidak dihukum .

Kapan pembelaan terpaksa itu di hukum .

1. Harus ada serangan seketika2. Serangan itu harus bersifat melawan hukum3. Pembelaan harus tidak boleh melebihi diri serangan

Yang menjadi persoalan dalam pasal 49 : - Pertama , bahwa perbuatan yang dimaksud dalam pasal 49 ayat 1 harus tanpa

pembelaan . artinya lebih dahulu ada hal-hal (serangan yang seketika).(pembelaan terjadi waktu kita diserang).

Bagaimana kalau seseorang mengira suaatu hal adalah serangan / ancaman , tapi nyatanya tidak.Ini dinamakan pembelaan terpaksa putatif yang ada dalam perkiraanya saja, padahal nyatanya tidak. Maka ia dinyatakan salah.

Nood weer exes (pembelaan yang melampaui batas)Dilakukan ketika keadaan kalap / mata gelap. Dalam keadaan demikian , ia tidak dihukum.Contoh : seorang suami yang menusuk selingkuhan isterinya tetapi istrinya ikut mati.

Page 35: Hukum Pidana Lengkap

ALASAN / DASAR PENGHAPUS PIDANA

ALASAN DASAR PENGHAPUS PIDANA

Alasan penghapus pidana umum alasan penghapus pidana khusus(dasar penghapus pidana umum) (dasar penghapus pidana khusus)

Dasar penghapus pidana umum.Ketidak mampuab bertanggung jawab pasal 44,48,49,50,51. Yaitu dasar pengahpus pidana yang berlaku untuk semua orang.

Dasar penghapus pidana khusus (164 dan 165 KUHP) -> 221 (310 ayat 3)Kalau ada hubungan darah , pasal itu tidak berlaku . yaitu dasar penghapus pidana yang berlaku untuk orang – orang tertentu misalnya orang gila.

Kedua Kepentingan macam apa yang harus diserang sehingga diboehkan pembelaan yaitu:

a. Diri / badan orang lain b. Kehormatan kesusilaanc. Harta benda

Ketiga Serangannya harus bersifat melawan hukum.

Kesimpulan dasar penghapus pidana dalam KUHP dan diluar KUHP:Didalam KUHP: pasal 49, 48 , 50 ,51.

Diluar KUHP, tapi terdapat dalam undang – undang : - hak mendidik wali / guru kepada anaknya: guru ngaji, dosen

- Dokter hewan yang mengoperasi hewan.

Page 36: Hukum Pidana Lengkap

PELAKU TINDAK PIDANA (DADER)

2 mei 2012

PELAKU TINDAK PIDANA (DADER)

Pelaku menurut doktrin pelaku menurut uu/KUHP

Pelaku delik formil pelaku delik materil.

Menurut doktrin yang dimaksud pelaku ialah barang siapa yang melaksanakan semua unsur-unsur tindak pidana sebagaimana unsur tersebut dirumuskan undang-undang. Jadi untuk mengetahui siapa pelaku dari suatu tindak pidana maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengetahui apa unsur-unsur tindak pidana tersebutyang dicantumkan undang-undang, dan barang siapa melaksanakan unsur –unsur tindak yang dirumuskan undang –undang sebagai berikut maka orang tersebut dapat disebut sebagai pelaku/dader. (untuk mengetahui unsur tindak pidana tersebut , kita harus mengetahui pengertian delik formil dan materil.

Menurut pasal 55 KUHP: “dipdana sebagai pelaku tindak pidana: 1. Mereka yang melakukan , menyuruh melakukan , atau turut serta melakukan perbuatan pidana. . 2. Mereka yang dengan sengaja menggerakan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dengan mempergunakan salah satu daya paksa dengan memberikan suatu janji , dengan menyalahgunakan kekuasaan , kemuliaan , dengan tipu muslihat , memberikan kesempatan,memberikan alat-alat, memberikan penerangan.

Persamaan antara menyuruh melakukan dengan menggerakan melakukan yaitu sama-sama berkehendak untuk melakukan tindak pidana , tetapi tidak melakukan sendiri , melainkan menggunakan orang lain.

Perbedaannya: 1. Pada menyuruh melakukan disyaratkan yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ( gila / anak kecil). 2. Pada menggerakan melakukan: yang di gerakan adalah orang yang normal. 3. Pada menyuruh melakukan yang dihukum hanya yang menyuruh ,sedangkan menggerakan yang dihukum dua-duanya.

Bertalian dengan apa yang diatur dalam pasal 55 tentang siapa yang dianggap sebagai pelaku oleh KUHP dibedakan: 1. Mereka yang melakukan sendiri (TP) (plegen). 2. Mereka yang menyuruh melakukan tindak pidana (TP) (doen plegen). 3. Mereka yang bersama-sama

Page 37: Hukum Pidana Lengkap

untuk melakukan suatu tindak pidana (meda pleagen). 4. Mereka yang membujuk orang yang melakukan (vittlokken)

Meskipun siapa yang menjadi pelaku menurut pasal 55 dibagi menjadi 4, KUHP membagi menjadi 2 : a. Pelaku dalam arti luas , yaitu mencakup ke 4 golongan daders. B. Yaitu mencakup pada golongan 1 saja (dalam arti sempit)

Kalimat mereka yang melakukan sendiri tindak pidana adalah mereka yang melakukan sendiri tindak pidana dan ini menurut prof.simons hal ini tidak benar.

Page 38: Hukum Pidana Lengkap

AJARAN PENYERTAAN TINDAK PIDANA / DEELNEMING

2 MEI 2012

Pentingnya ajaran penyertaan /deelneming , yaitu unutk menentukan pertanggungjawaban masing-masing pelaku peserta terhadap delik /tindak pidana , karena pertanggungjawaban masing –masing peserta berbeda , sebab hubungan masing –masing peserta berbeda terhadap tindak pidana.

Deelneming terdapat apabila dalam tindak pidana tersangkut lebih dari 1 orang pelaku.

KUHP membagi pelaku menjadi 4 : 1. Mereka yang melakukan sendiri . 2. Menyuruh melakukan. 3. Menggerakan melakukan. 4.turut serta melakukan. Diperkecil lagi menjadi 2 (pelaku dalam arti luas , dalam arti sempit).

Pentingnya ajaran “deelneming” yaitu untuk menentukan pertanggungjawaban masing –masing peserta berbeda terhadap delik/tindak pidana , kareana masing peserta berbeda terhadap delik/tindak pidana.

Contohnya :

1. Ada beberapa orang yang melakukan tindak pidana bersama , dalam hal ini hubungan antara kawan peserta terhadap delik adalah sama.

2. Adakalanya seseorang mempunyai kehendak untuk melakukan tindak pidana akan tetapi ia tidak ingin melakukan sendiri , melainkan menyuruh orang lain untuk melakukannya .

3. Kadang –kadang ada pula seseorang peserta yang dengan daya upaya menggerakan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana.

4. Mungkin terdapat seseorang yang melakukan tindak pidana , padahal ada orang lain yang membantu.

Ajaran deelneming adalah ajaran tentang penyertaan pelaku tindak pidana

Dari contoh –contoh diatas nampak bahwa hubungan antara kawan peserta satu sama lain adalah berlainan dengan delik, sehingga oleh karena itu pula pertanggungjawaban terhadap delik akan berbeda pula dalam laporan pengetahuan ilmu hukum pidana (doktrin) bentuk deelneming dibagi menjadi 2:

1. Deelneming yang berdiri sendiri , dalam hal ini pertanggung jawaban peserta dimulai sendiri-sendiri

2. Deelneming yang tidak berdiri , dalam bentuk ini pertanggungjawaban peserta digantungkan pada perbuatan kawan pesertanya.

Page 39: Hukum Pidana Lengkap

Arti mereka yang bersama –sama melakukan tindak pidana , menurut doktrin syarat yang harus dipenuhi peserta ada 2 syarat:

a. Harus bersama bekerja secara fisik, artinya para peserta itu melakukan suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan badan sendiri. Contoh: a dan b melakukan pencurian a mengambil dompetnya b mengambil arlojinya.

b. Harus ada kesadaran bahwa mereka satu sama lain bekerjasama untuk melakukan tindak pidana. Artinya antara beberapa peserta yang melakukan bersama –sama melakukan perbuatan yang dilarang itu ada kesadaran bahwa mereka bekerjasama.

Page 40: Hukum Pidana Lengkap

GABUNGAN TINDAK PIDANA /SAMENLOOP

14MEI 2012

Kapan terjadinya samenloop?

Gabungan tindak pidana apabila seseorang melakukan tindak pidana lebih dari sekali.

1. Dader ( pelaku TP)2. Ajaran deelneming von strafbare feiten 3. Ajaran samenloop von strafbarfeiten=concursus

Pentingnya ajaran samenloop ini adaah untuk menentukan berapa hukuman bagi seseorang yang melakukan tindak pidana lebih dari satu kali.

Ada 3jenis :1. Perbuatan yang melanggar beberapa pasal tindak pidana een daadse

samenloop=concursus idealis. Hukumannya hanya 1 yaitu hukuman yang tertinnggi .contoh : oranga yang memperkosa di tempat umum.

2. Voortgezette hardeling = perbuatan berlanjut hubungan antara perbuatan erat sekali.Contoh : seorang kasir bank yang menguasai brangkas setiap harinya ia mengambil uang satu juta, tetapi ia tertangkap ketika sudah mencapai 100 juta. Ia dihukum berdasarkan 1 pasal , yaitu penggelapan uang .

3. Meer dodse samenloop = concurcus realis . Beberapa perbuatan tindak pidana yang beridir sendiri.Contoh: kemarin si a membunuh orang , belum tertangkap 2 hari kemudian ia mencuri motor, belum tertangkap lagi ia meperkosa wanita. Jadi tiap –tiap tindak pidana itu berdiri sendiri/berbeda.

Dengan kata lain ajaran sameenloop adalah ajaran samenloop menguntungkan pelaku , karena beberapa banyaknya tindak pidana ia lakukan ia tidak akan dihukum lebih dari 20 tahun.

Page 41: Hukum Pidana Lengkap

STELLSEL / SISTEM PEMIDANAAN

Stelsel pokok

1. Absortie stelsel: yaitu apabila seseorang melakukan perbuatan yang merupakan beberapa tindak pidana /delik yang masing –masing diancam dengan pidana yang berjenis-jenis , maka menurut sistem ini hanya dijatuhkan 1 pidana saja yaitu yang terberat. Contoh : a melakukan 3 jenis delik yang masing-masing diancam hukuman penjara 1 tahun , 2 tahun , dan 3 tahun, dalam hal ini diambil hukuman yang terbesar yaitu 3 tahun.

2. Comulatie stelsel: apabila seseorang melakukan beberapa perbutan yang merupakan beberapa jenis tindak pidana yang masing-masing diancam pidana sendiri, maka menurut sistem ini tiap-tiap tindak pidana diancamkan kepada tiap-tiap delik , semuanya dijumlahkan untuk dijatuhkan.

3. Absortie yang di pertajam : apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa jenis tindak pidana yang masing –masing diancam pidana sendiri, maka menurut stelsel ini pada hakikatnya hanya dijatuhkan 1 pidana saja yaitu pidana yang terberat ditambah 1/3 nya.

4. Comulatie sedang : apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan yang menimbulkan beberapa jenis tindak pidana yang masing –masing diancam pidana sendiri-sendiri maka menurut stelsel ini semua pidana yang diancamkan kepada tiap-tiap delik , dijatuhkan semuanya , akan tetapi jumlah delik itu harus dikurangi yang terberat dikurangi 1/3 nya tidak boleh lebih dari 20 tahun.

Page 42: Hukum Pidana Lengkap

RECIDIVE (RESIDIP)

14 MEI 2012

Pengulangan tindak pidana

Kapan terjadinya recidive ialah apabila seseorang yang belum lewat 5 tahun dari ia selesai menjalani hukuman , ia melakukan tindak pidana lagi.

1. Recidive umumIalah apabila bbelum lewat 5tahun dari selesai mengalami hukuman , ia sudah melakukan tindak pidana apa saja

2. Recidive tengah

(486,487,488 KUHP) yaitu apabila tindak pidana yang diakukan setelah dihukum , satu kelompok dengan pasal (486,487,489)

3. Recidive khususapabila ia melakukan tindak pidana yang sama setelah ia di hukum.

KUHP indonesia mengelompokan tindak pidana kedalam 3:

1. Kelompok tindak pidana dengan cara mencari untung secara tidak halal (486)2. Kelompok tindak pidana yang melakukan kekerasan tubuh (487)3. Kelompok tindak pidana yang mengandung penghinaan (488)

Persamaan antara concurcus /samenloop dengan residive ialah: sama –sama melakukan tindak pidana.

Perbedaannya adalah: pada samenloop diantara beberapa tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan kemudian perkaranya diajukan sekaligus pada pengadilan.

Pada resdive diantara beberapa tindak pidana itu sudah ada yang diputus , kemudian ia melakukan tindak pidana lagi.