Hukum Kirchhoff

16
1 Pada peralatan listrik, kita dapat menemukan rangkaian listrik yang bercabang cabang. Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan oleh sumber arus listrik Gustav Kirchhoff (18244887) mengemukakan dua aturan (hukum) yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchhoff pertama disebut hukum titik cabang dan Hukum Kirchhoff kedua disebut hukum loop. Suatu titik cabang dalam suatu rangkaian adalah tempal benemunya beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah suatu jalan konduksi yang lertutup. A. Hukum I Kirchhoff Hukum ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang mengatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Secara sederhana, Hukum Kirchhoff I menyatakan bahwa: Secara matematis, dapat dituliskan Pers. 1 ∑I masuk = ∑I keluar Jumlah Arus yang masuk pada sebuah titik cabang sama dengan arus yang keluar dari titik cabang tersebut. I 1 I 2 I 3 I 4 I 5 A

Transcript of Hukum Kirchhoff

Page 1: Hukum Kirchhoff

1

Pada peralatan listrik, kita dapat menemukan rangkaian listrik yang bercabang – cabang.

Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan oleh

sumber arus listrik Gustav Kirchhoff (1824–4887) mengemukakan dua aturan (hukum) yang dapat

digunakan untuk membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchhoff pertama disebut hukum titik

cabang dan Hukum Kirchhoff kedua disebut hukum loop. Suatu titik cabang dalam suatu rangkaian

adalah tempal benemunya beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah suatu jalan konduksi yang

lertutup.

A. Hukum I Kirchhoff

Hukum ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang mengatakan bahwa jumlah

muatan listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Secara sederhana, Hukum

Kirchhoff I menyatakan bahwa:

Secara matematis, dapat dituliskan

Pers. 1

∑Imasuk = ∑Ikeluar

Jumlah Arus yang masuk pada sebuah titik cabang sama dengan arus yang keluar

dari titik cabang tersebut.

I1

I2

I3

I4

I5

A

Page 2: Hukum Kirchhoff

2

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa arus yang memasuki titik cabang A adalah I1 dan

I2, sedangkan arus yang keluar dari titik cabang A adalah I3, I4, dan I5 sehingga dari persamaan 1

diperoleh

∑Imasuk = ∑Ikeluar

I1 + I2 = I3 + I4 + I5 atau I1 + I2 – I3 – I4 – I5 = 0

Page 3: Hukum Kirchhoff

3

Jika arus masuk diberi tanda positif (+) dan arus keluar diberi tanda negatif (–), persamaan 1

dapat ditulis menjadi

Pers. 2

Kebenaran Hukum Kirchhoff I dapat dibuktikan melalui konsep hukum kekekalan muatan. Kuat

arus adalah muatan yang mengalir per satuan waktu. Seandainya jumlah muatan per satuan

waktu yang masuk titik cabang lebih besar daripada jumlah muatan per satuan waktu yang

keluar, berarti titik cabang akan kelebihan muatan positif. Pada kenyataannya, seluruh sistem

dalam keadaan normal. Jadi pengandaian di atas tidak benar. Ini menunjukkan bahwa muatan

per satuan waktu yang masuk dan keluar dari titik cabang adalah sama.

∑Imasuk = ∑Ikeluar

Page 4: Hukum Kirchhoff

4

Contoh Soal :

1. Dari gambar berikut tentukan besar dan arah arus I !

2. Perhatikanlah titik simpul A dari suatu rangkaian listrik seperti tampak pada gambar di bawah

ini!

Kuat arus I1 = 10 A, I2 = 5 A arah menuju titik A. Kuat arus I3= 8 A arah keluar dari titik A

Berapakah besar dan arah kuat arus I4?

3. Ada lima buah percabangan berarus listrik, percabangan berarus listrik masuk yaitu I1 = 10

ampere, I2 = 5 ampere sedangkan percabangan berarus listrik keluar yaitu I3 = 5 ampere, I4 =

7 ampere sedangkan I5 harus ditentukan besar dan arahnya, tentukan I5 tersebut!

10A

5

A A

I

4A

Page 5: Hukum Kirchhoff

5

Penyelesaian :

1. Dari gambar terlihat bahwa jumlah kuat arus yang masuk ke titik cabang A adalah 10A + 5A =

15A, sedangkan jumlah kuat arus yang keluar dari salah satu titik cabang P hanya sebesar 4A.

Berarti, I pasti mempunyai arah keluar dari titik cabang A dan besarnya adalah 15A – 4A =

11A.

Jadi, I = 11A dan arahnya keluar dari titik A.

2. Menurut hukum kirchhoff I, ∑Imasuk = ∑Ikeluar, maka

∑Imasuk = I1 + I2 = 10A + 5A = 15A

I3 = 8A arahnya keluar dari titik A berarti I4 pastilah berarah keluar, sehingga:

∑Ikeluar = I3 + I4 = 8 + I4

∑Imasuk = ∑Ikeluar

I1 + I2 = I3 + I4

I5 = 8 + I4

I4 = 15 – 8 = 7A

I4 = 7A arahnya keluar dari titik A

3. ∑Imasuk = I1 + I2 = 10A + 5A = 15A

I3 + I4 = 5A + 7A = 12A arahnya keluar dari titik A berarti I5 pastilah berarah keluar dari titik B

sehingga:

∑Imasuk = I3 + I4 + I5 = 12A + I5

∑Imasuk = ∑Ikeluar

I1 + I2 = I3 + I4 + I5

15A = 12A + I5

I5 = 15A –12A = 3A

I5 = 3A arahnya keluar dari titik A

Page 6: Hukum Kirchhoff

6

B. Hukum II Kirchhoff

Dasar dari Hukum II Kirchhoff adalah hukum kekekalan energi yang diterapkan pada

sebuah rangkaian tertutup. Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena

ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.

Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan

cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk

dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan

solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang berbunyi:

Secara matematis, Hukum II Kirchhoff dirumuskan.

Pers. 3

dengan V adalah beda potensial antara 2 titik.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan sebuah rangkaian tertutup sederhana pada gambar di bawah

ini.

d c R

I I

I

a d E

r

I

I

∑V = 0

Di dalam sebuah rangkaian tertutup (loop), jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε)

dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol

Page 7: Hukum Kirchhoff

7

Sebuah rangkaian tertutup yang terdiri atas sebuah sumber tegangan E, dengan hambatan

dalam r dan sebuah hambatan R. Besarnya beda potensial Vba = Vb – Va = E – Ir, yaitu beda

potensial antara kutub – kutub sumber tegangan listrik. Beda potensial Vcb = Vc – Vb = 0 karena

antara titik b dan c tidak terdapat hamabatan listrik sehingga tidak terjadi penurunan potensial

listrik. Beda potensial Vdc = Vd – Vc = –IR karena ada hambatan yang dilalui oleh arus listrik

sebesar I, sesuai dengan hukum ohm V = I R dan Vc > Vd. Beda potensial Vad = Va – Vd = 0, karena

tidak ada hambatan listrik antara titik a dan titik d.

Jika Hukum II Kirchhoff diterapkan rangkaian tertutup seperti gambar di atas, maka akan

diperoleh

(Vb – Va) + (Vc – Vb) + (Vd – Vc) + (Va – Vd) = 0

(E – Ir) + (0) + (–I R) + 0 = 0

E – Ir – IR = 0

Atau

Pers. 4

Persamaan 4 di atas dapat digunakan untuk menghitung kuat arus listrik dalam sebuah rangkaian

tertutup, jika gaya gerak listrik (ggl) E, hambatan dalam r dan hambatan luar R pada rangkaian

tertutup tersebut diketahui.

Persamaan 4 juga dapat dituliskan menjadi

Pers. 5

Dengan IR adalah Vcd, yaitu beda potensial antara titik c dan d, dan (E – Ir) adalah Vba yaitu beda

potensial antara titik b dan a. Dengan demikian Vba = Vcd dan disebut sebagai tegangan jepit ggl.

I R = E – I r

Page 8: Hukum Kirchhoff

8

Sumber tegangan listrik dapat menghasilkan gaya gerak listrik (ggl) yang memaksa muatan

listrik bergerak mengintari suatu rangkaian listrik. Sumber tegangan listrik, misalnya baterai dan

aki, merupakan peralatan yang kompleks sehingga muatan yang bergerak melaluinya akan

mengalami hambatan. Ini disebabkan sumber – sumber tegangan listrik memiliki hambatan yang

disebut dengan hambatan dalam, diberi simbol r. Dengan demikian suatu sumber tegangan

dapat digambarkan dalam suatu rangkaian dengan ggl (E) dan hambatan dalam (r), seperti

gambar di bawah ini.

Dalam saklar s terbuka, tidak ada arus listrik yang mengalir sehingga tidak ada beda

tegangan pada hambatan dalam r. Pada saat itu, angka yang ditunjukan oleh voltmeter V adalah

nilai ggl. Jadi, ggl suatu sumber arus listrik adalah beda potensial antara ujung kutub – kutub

sumber arus listrik ketika sumber arus listrik tersebut tidak mengalirkan arus listrik. Dalam

keadaan saklar s ditutup, kuat arus I mengalir dalam rangkaian sehingga terdapat beda potensial

sebesar Ir pada hambatan dalam r. Pada saat itu, angka yang ditunjukan pada voltmeter V adalah

nilai tegangan jepit (V). Jadi, tegangan jepit suatu sumber arus listrik adalah beda potensial

antara ujung – ujung sumber arus listrik, ketika sumber arus listrik tersebut mengalirkan arus

listrik. Hubungan antara tegangan jepit (V) dan ggl ditunjukan pada persamaan 5. Tegangan jepit

dapat dihitung dari persamaan V = I R atau V = E – I r.

V

E

r s

Page 9: Hukum Kirchhoff

9

Untuk lebih memahami cara menentukan beda potensial dari bagian – bagian sebuah

rangkaian tertutup, berikut akan diuraikan bagian – bagian tersebut sehingga menjadi sebuah

rangkaian terbuka.

Perhatikan gambar di bawah ini.

Rangkaian tertutup mula – mula

Vab = IR dan Vba = –IR

Vca = –E dan Vac = E

Vcb = –E + IR dan Vbc = E – IR

c E

I

a

c E

R

I b

a

R b

I

d

R b a

E

c

I

Page 10: Hukum Kirchhoff

10

Aturan penentuan beda potensial pada sebuah rangkaian terbuka yang merupakan bagian dari

sebuah rangkaian tertutup, yaitu sebagai berikut :

a. Jika arah arus searah dengan pembacaan yang ditentukan, beda potensial antara ujung –

ujung resistor, yaitu Vab bernilai positif. Sebaliknya jika arah arus berlawanan dengan arah

pembacaan, beda potensial antara ujung – ujung resistor, yaitu Vba bernilai negatif.

b. Jika arah pembacaan melewati ggl dari kutub negatif ke kutub positif, ggl bernilai negatif.

Sebaliknya, jika arah pembacaan melewati ggl dari kutub positif ke kutub negatif, ggl bernilai

positif.

Kedua aturan ini hanya berlaku untuk rangkaian terbuka.

Gambar di atas menunjukkan rangkaian sedarhana dengan satu loop. Apabila E1 > E2 arus I

mengalir searah dengan putaran jarum jam, yaitu : a-b-c-d-a. Agar saat perhitungan lebih mudah,

tetapkan arah loop searah dengan kuat arus I dalam rangkaian. Selanjutnya , kuat arus I dapat

dihitung dengan Hukum II Kirchhoff.

E2 = r2

I

c

b E1 = r1

R

d

a

Page 11: Hukum Kirchhoff

11

Sebagai contoh perhitungan beda potensial untuk satu loop ditunjukkan pada gambar 4.

Loop yang dimaksud adalah dari titik a kembali ke titik a, yaitu a-b-c-d-a. Persamaan yang

digunakan adalah

∑V = 0

Pers. 6

Oleh karena arah arus pada loop pada gambar 4 sama dengan arah arus yang ditimbulkan oleh E1

maka

∑ E − ∑ IR = 0

(E1 – E2) – (r1 + r2 + R) I = 0 atau I =

∑ E − ∑ IR = 0

Page 12: Hukum Kirchhoff

12

Contoh Soal :

1. Perhatikan gambar di bawah ini :

Hitunglah kuat arus pada masing – masing cabang dan tegangan totalnya !

2. Perhatikan gambar rangkaian listrik berikut :

s1 = 10 V r1 = 1 Ω

s2 = 10 V r2 = 1 Ω

R1 = 5 Ω

R2 = 5 Ω

R3 = 2 Ω

Hitunglah :

a. Kuat arus listrik yang mengalir dalam rangkaian (I1, I2, dan I3) !

b. Beda potensial antara A dan B (VAB) !

8V 6V 4V

r = 1Ω r = 2Ω r = 1Ω

Page 13: Hukum Kirchhoff

13

Jawaban :

1. ∑ Imasuk = ∑ Ikeluar

0 = I1 + I2 + I3

=

=

V = −6,4 V

I1 = 1,6 A ; I2 = 0,4 A ; I3 = 1,2 A

2. Diketahui :

s1 = 10 V r1 = 1 Ω R1 = 5 Ω R3 = 2 Ω

s2 = 10 V r2 = 1 Ω R2 = 5 Ω

Penyelesaian :

a. Berdasarkan Hukum I Kirchhoff, di titik simpul A:

∑ Imasuk = ∑ Ikeluar

I1 + I2 = I3 atau I1 = I3 − I2 atau I2 = I3 − I1 ............. (1)

Berdasarkan Hukum II Kirchhoff untuk loop I atau loop C-A-B-D-C:

∑ s + ∑ IR = 0

s1 + (r1 + R1) + I3 R3 = 0

−10 + 6 I1 + 2 I3 = 0 ............ (2)

Page 14: Hukum Kirchhoff

14

Berdasarkan hukum II kirchhoff untuk loop II atau loop F-E-A-B-F:

∑ s + ∑ IR = 0

S2 + (r2 + R2) + I3 R3 = 0

−10 + I2 (1+5) + I3 ∙ 2 = 0

−10 + 6 I2 + 2 I3 = 0 ............ (3)

Selanjutnya subtitusikan (menyamakan dengan memasukkan nilai) persamaan (1) dan (2)

sehingga persamaan (2) menjadi:

−10 + 6 I1 + 2 I3 = 0 ...... I1 = I3 − I2

− 10 + 6 (I3 − I2) + 2 I3 = 0

− 10 + 6 I3 – 6 I2 + 2 I3 = 0

− 10 – 6 I2 + 8 I3 = 0 ........... (4)

Selanjutnya eliminasikan persamaan 3 dan 4 sehingga:

persamaan (3) : – 10 + 6 I2 + 2 I3 = 0

persamaan (4) : – 10 – 6 I2 + 8 I3 = 0

−20 + 10 I3 = 0

10 I3 = 20

I3 = 2 A

Subtitusikan I3 = 2 A ke persamaan (2), sehingga:

– 10 + 6 I1 + 2 (2) = 0 …….. 6 I1 = 6 …….

I1 = 1A dan I2 = I3 – I1 = 2 – 1 = 1A

Page 15: Hukum Kirchhoff

15

Jadi arus listrik pada cabang rangkaian B-D-C-A yaitu I1 = 1 A.

Arus listrik pada cabang rangkaian B-F-E-A yaitu I2 = 1A.

Arus listrik pada cabang rangkaian A-B yaitu I3 = 2 A.

{Semua harga I1, I2 dan I3 bertanda positif (+), berarti arah pemisalan yang telah kita

tentukan yaitu arah I sesuai}.

b. VAB = ∑ s + ∑ I

= 0 + I3 (R3)

= 0 + 2 (2)

VAB = +4 V

Jadi besar beda potensial antara titik A dan B yaitu VAB = + 4 volt

Page 16: Hukum Kirchhoff

16

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Soal – Soal Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

tahun 1987 s.d 2002. Jakarta: Depdikbud

Kamajaya, Ismail. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Bandung: Grafindo Media Pratama

http://blog.unila.ac.id/angjun/files/2009/11/hukum-ohm-hukum-kirchoff-dan-rangkaian-rlc.ppt

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_fisika_listrik_magnet/bab6-

rangakaian_arus_searah_dan_hukum_kirchoff.pdf

http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/L1.-HUKUM-KIRCHOFF.pdf

http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/bab-3.pdf

http://wikipedia.org