HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM terhadap INDONESIA.doc

15
HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM terhadap INDONESIA Disusun Oleh : 1. Dwi Ratna 081311333062 2. Eni Tri Susiloningrum 081311333063 3. Nadia Fatimah 081311333066 4. Hanim Masitoh 081311333065 5. Indah Yuliyandini 081311433056 6. Lailatul Mikroziah 081311133033 7. M. Khaidar Ali 081311333069 8. M. Buchori A.K 081311333074

Transcript of HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM terhadap INDONESIA.doc

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM terhadap INDONESIA

Disusun Oleh :

1. Dwi Ratna 081311333062

2. Eni Tri Susiloningrum 081311333063

3. Nadia Fatimah 081311333066

4. Hanim Masitoh 081311333065

5. Indah Yuliyandini 081311433056

6. Lailatul Mikroziah 081311133033

7. M. Khaidar Ali 081311333069

8. M. Buchori A.K 081311333074

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum dalam Masyarakat Umum dan Hukum dalam Islama) Pengertian Hukum dalam Masyarakat Umum

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.

b) Pengertian Hukum dalam IslamHukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama

Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya. Dalam penggunaan istilah Islam di Indonesia , hukum Islam dikenal dengan istilah yang lain yaitu syariat Islam (Islamic law).

B. Perbedaan Sistem Hukum dalam Masyarakat Umum dengan Sistem Hukum dalam Islam

Perbedaan Hukum pada Masyarakat Umum Hukum IslamSumber Berasal dari hasil

pemikiran manusia serta budaya manusia pada suatu tempat dan masa

Ditetapkan Allah melalui wahyu-wahyuNya, yang terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW melalui Al-hadits

Aspek yang diatur

Pada umumnya sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda

Mengatur segala aspek kehidupan tanpa terkecuali.

C. Sumber Hukum Islam1. AL QUR’AN

Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan mukjizat berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam segala persoalan hidup,

seorang muslim harus merujuk dan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan tidak boleh menyimpang apalagi bertentangan dengannya. Ayat yang menjelaskan secara tegas kebenaran Al Qur’an sebagai sumber hukum yaitu surat Al-Isra’ : 9 yang artinya :

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang muslim yang mengerjakan amal sholeh, sesungguhnya bagi mereka ada pahala yang besar.”

Setiap muslim wajib berpegang teguh kepada isi kandungan Al-Qur’an  dan menempatkan Al-Qur’an sebagai rujukan utama dan pertama dalam menetapkan suatu hukum Allah SWT berfirman  :

Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44).

Dalam ayat lain Allah berfirman:Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36).

Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada al-qur’an

Al Qur’an sebagai sumber hukum mengandung beberapa inti : a. Hukum yang berhubungan dengan masalah akidah (keimanan). b. Hukum yang berhubungan dengan akhlak atau budi pekerti. c. Hukum yang berhubungan dengan syari’ah, baik syari’ah yang berkaitan

dengan ibadah khusus kepada Allah swt., seperti sholat, puasa, haji dan lain-lain : maupun ibadah yang bersifat umum dalam lingkup muamalah, seperti jual beli, perkawinan, harta benda, pembunuhan dan lain-lain.

2. Al Hadits Al Hadits adalah perkataan, perbuatan atau ketetapan Nabi Muhammad

SAW. menurut istilah syara’ Al Hadits merupakan semua perilaku dan tatanan Rasulullah SAW. yang diucapkan dan diperbuat atau ditetapkan oleh Beliau, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Al Hadis sebagai sumber hukum yang kedua, dalam Al Qur’an dijelaskan pada surat Al-Hasyr ayat 7 yang artinya :

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”

Rasulullah SAW sendiri menyatakan pula dengan sabdanya yang artinya :“ Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian, kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang pada keduanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah RasulNya” (HR. Imam Malik). Macam-macam Hadis

a. Hadis QudsiHadis Qudsi yaitu hadis yang idenya atau inti hadis murni berasal dari Allah SWT. Posisi Nabi SAW hanya menyampaikan apa adanya. Hadis jenis ini biasanya didahului oleh Qalallahu Ta’ala.

b. Hadis NabawiHadis Nabawi yaitu hadis yang idenya atau inti hadis berasal dari Allah SWT, sedangkan teks hadis atau redaksi hadis berasal dari Nabi saw.

Bila dilihat dari keabsahannya secara garis besar Al Hadis dibedakan menjadi : a. Hadis Shahih

yaitu hadis yang memiliki tingkat keabsahan yang kuat, diriwayatkan oleh orang-orang yang kompeten dan memiliki matan serta sanad yang baik dan kuat

b. Hadis Hasanyaitu hadis yang memiliki tingkat keabsahan yang kurang kuat karena ada satu atau beberapa perawinya yang kurang kompeten atau memiliki matan serta sanad yang kurang baik dan kuat

c. Hadis Dha’if yaitu hadis yang memiliki tingkat keabsahan lemah karena ada diantara perawinya tidak kompeten atau memiliki matan serta sanad yang tidak sehat dan lemah

d. Hadis Maudlu’

Hadis Maudlu’ adalah hadis palsu, bukan berasal perkataan, perbuatan atau ketetapan Nabi Muhammad SAW, sama sekali tidak boleh dijadikan pedoman atau dasar dalam penetapan hukum.

Fungsi Al Hadis1. Menguatkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Qur’an2. Memperjelas atau memperinci ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al Qur’an

3. IJTIHAD Ijtihad adalah berusaha menetapkan hukum terhadap masalah yang belum

ada ketetapan hukumnya dalam Al Qur’an dan Al Hadits yang dilakukan dengan secara cermat dan pikiran yang murni serta berpedoman pada aturan penetapan hukum yang benar. Rujukan Ijtihad tetap pada Al Qur’an dan Al Hadits, dalam arti bahwa penetapan hukum Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an atau ajaran Rasulullah saw. Orang yang berijtihad disebut mujtahid

Ijtihad menjadi sumber hukum Islam yang ketiga, boleh dilakukan oleh siapa saja yang memiliki persyaratan minimal,memahami mafhum ayat atau hadits, memiliki atau menguasai ilmu alat ,mengetahui latar belakang suatu ayat atau hadis, luas pemahamannya terhadap pengetahuan Islam, memiliki loyalitas yang tinggi terhadap agama dan lain- lain.

Tentang keabsahan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam ketiga, perhatikan dua hadis berikut :

a. Hadis Nabi SAWKetika Beliau mengutus sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman. Nabi saw. bertanya : dengan apa anda memutus suatu perkara ? sahabat Muadz menjawab; dengan Kitab Allah swt, bila tidak dijumpai maka dengan sunnah RasulNya, dan bila tidak menemukan maka saya akan berijtihad untuk mengambil keputusan sendiri. Mendenganjawaban sahabat Muadz tersebut, kemudian Nabi saw. bersabda :

رسـو رســـول وفــق الــذى للــــــــــــــــــــــــــه الـحـمـــد قــال لـــهرسـو بـه يــرضـى ملــــا لـه

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan RasulNya, untuk mendapatkan sesuatu yang disukai oleh Allah dan RasulNya. Hadis Nabi saw. yang berkaitan dengan tugas kehakiman :

حلـاكما حكم اذا فاجتـهـد م ـ< ُث اصـاب فـلـه اجـر حكــم اذا و ان

فاجـتهـــد ــم ـ< ُث فـلـــه اخـــطأ ـــراج ــــدواح البخارى رواه . Artinya : Apabila hakim مسلم

memutuskan perkara, kemudian ia melakukan Ijtihad dan ternyata hasilnya benar, maka ia memperoleh dua pahala. Dan bila hakim memutuskan perkara,

lalu berijtihad ternyata hasil ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala (HR. Bukhari Muslim)

Ijtihad diterapkan dengan beberapa cara, antara lain ijmak dan qiyas. Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid pada suatu masa setelah Rasulullah saw. wafat terhadap suatu masalah hukum (hasil ijtihad satu atau sekelompok ulama), bila kesepakatan ulama lain itu tidak dinyatakan terang terangan atau ulama lain tidak memberikan komentar atau hanya diam saja, maka disebut Ijmak Sukuti. Sedangkan qiyas adalah menetapkan hukum dengan cara menghubungkan suatu perkara yang sudah ada ketetapan hukumnya terhadap masalah lain yang dihadapi dan belum ada ketetapan hukumnya sedang antara keduanya sama-sama memiliki sebab yang bisa disepadankan. Dewasa ini Ijtihad bisa dilakukan secara perorangan dan kelompok, yang dimaksud ijtihad perorangan berarti ijtihad tersebut hanya digunakan sebagai sumber hukum untuk pribadi atau untuk kelompok dan orang yang memerlukan tanpa disebarluaskan secara umum. Sedang Ijtihad kelompok merupakan ijtihad para ulama yang dilakukan secara musyawarah penetapan hukum terhadap masalah yang timbul dengan tetap berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadits.

D. Prinsip Hukum Islam1. Tauhid, bahwa semua pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah karena

merupakan perhambaan manusia kepada Allah SWT.2. Keadilan, meliputi keadilan dalam berhubungan antara manusia dengan dirinya

sendiri, hubungan manusia dengan sesame manusia dan masyarakat serta hubungan manusia dengan berbagai pihak yang terkait.

3. Amar ma’ruf nahi mungkar, berarti hukum Islam memerintahkan manusia untuk merekayasa menuju tujuan yang baik dan benar dan diridloi Allah SWT, serta memiliki fungsi menjauhkan dari segala sesuatu yang dilarang. Dalam hukum Islam terdapat lima hukum dasar (al-ahkamul khamsah) yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.

4. Kemerdekaan dan kebebasan, prinsip ini menghendaki agar agama dan hukum Islam tidak disampaikan dalam bentuk paksaan, akan tetapi dengan argumentasi, pernyataan dan tauladan perilaku yang baik.

5. Persamaan atau egaliter6. Tolong-menolong7. Toleransi (tasammuh)

E. Fungsi Hukum IslamSyariat Islam atau hukum Islam diturunkan untuk memelihara lima perkara yaitu:1. Memelihara akidah / agama (hizfud din)

Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya. Allah SWT berfirman:

artinya, “Wahai Muhammad, perangilah kaum musyrik sampai tidak ada lagi kemusyrikan dan penyembahan berhala di Makkah, dan orang-orang Makkah mengikuti Islam semata-mata karena Allah. Jika kaum musyrik tidak mau berhenti dari perbuatan syirik mereka, maka Allah Maha Mengetahui apa saja yang mereka lakukan.”  (QS. al-Anfal, 8:39)                  

2. Memelihara kemaslahatan hidup (hizfun nafsi)Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya hidupnya. Allah SWT berfirman:

artinya, “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah, 2:179)

3. Memelihara kesehatan akal dan mental (hizful aqli)Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal sehat. Seperti dalam firman Allah berikut:

artinya, “Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,

baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (QS. al-An’am, 6:151)

4. Memelihara kesucian keturunan (hizfun nasli)Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan. Seperti dalam firman Allah berikut:

artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’, 17:32)

5. Memelihara hak kebendaan, baik milik pribadi maupun umum (hizful mal)Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, dan tahsini). Seperti firman Allah berikut:

artinya, “Wahai kaum mukmin, potonglah tangan-tangan laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri sebagai hukuman atas perbuatan mereka. Hukuman itu sebagai pelajaran dari Allah bagi orang lain. Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana dalam menentukan hukuman.” (QS. al-Ma’idah, 5:38)

F. Ruang Lingkup Hukum IslamSyariah Islam / hukum Islam adalah aturan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Hukum-hukum Islam yang diatur dalam Al Qur’an dan As Sunah meliputi :

1. Aspek aqidah2. Aspek akhlaq3. Aspek hukum-hukum ‘amaliyah (praktis).

Aspek ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu aspek ibadah yang mengatur hubungan hamba dengan Kholiq seperti sholat, zakat, shoum , haji dan seterusnya, serta aspek

mu’amalah yang mengatur hubungan sesama hamba. Dalam istilah kontemporer, aspek mu’amalah ini meliputi aturan hidup yang sangat luas, yaitu :a. Ahkamul Akhwal Syakhsiah yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan

rumah tangga, Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.

b. Al Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.

c. Al Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidana), mengatur segala hal yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat yang membahas masalah ini.

d. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan): mengatur mekanisme penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.

e. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata): mengatur hal-hal yang berkaitan dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat yang membahas ini.

f. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter) ; mengatur pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin sertanegara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.

g. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam dengan negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi dalam negara Islam. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.

[Tarikhu Al Tasyri' Al Islami hal. 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari'ah Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33 ]

Hukum-hukum ini dibukukan dan diatur lagi secara detail dalam As Sunah An Nabawiyah yang jumlahnya sangatlah banyak. Demikianlah, syariah Islam merupakan aturan hidup dan perundangundangan paling lengkap dan sempurna yang Allah Ta’ala turunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti.

G. Kontribusi Umat Islam dan Hukum Islam bagi Bangsa Indonesia

H. Penerapan Hukum Islam di Zaman Modern