Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

25

Transcript of Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Page 1: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi
Page 2: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

As-Syeikh Al-Mujahid Abu Abdillah Al-Muhajir fakkallohu asroh

Kupas Tuntas Fiqih Jihad

Bagian Ketiga

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang

diperangi

Page 3: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Judul Asli

أحكام دعوة المحاربين: مسائل من فقه الجهاد

Masailu min Fiqhil Jihad : Ahkamu Da'wah Al-Muharibin

Penulis

As-Syeikh Al-Mujahid Abu Abdillah Al-Muhajir fakkallohu asroh

Judul Terjemahan

Kupas Tuntas Fiqih Jihad

Bagian Ketiga : Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Alih Bahasa

Abu Nabila Farida Muhammad

semoga Allah menjaganya dan menjaga kedua orang tuanya dengan sebaik-baik pemeliharaan, melimpahkan keberkahan dan kebaikan sepanjang umurnya untuk dakwah tauhid wal jihad dan

memilihnya sebagai syuhada atau membebaskannya dari hisab karena hijroh di jalan Alloh

Artwork, Layout, Editing, Muroja’ah

Tim Jahizuna Project hafidhohumulloh

Jazakumulloh atas amal jama’I penuh barokah ini. Seluruh waktu, dana dan kerja keras yang antum dermakan akan diganti dengan kebaikan yang berterusan hingga hari akhir, insya Alloh. Hanya Alloh

yang mengetahui tulus cinta antum pada jihad dan mujahidin, manusia hanya mampu menilai dari karya yang dilahirkan ~lead project

Publikasi

Jahizuna Publishing

www.jahizuna.com | www.facebook.com/jahizuna

Maktabah Jahizuna Control Number: node/858

Signature: B4D7 1809 979D 811A 025C 6EBB 069B A7B9 EF9E 3987

Kitab Asli dapat ditemukan di

Mimbar Tauhid wal Jihad

http://www.tawhed.ws/dl?i=7za3aa1a

ROMADHON 1433

Page 4: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Adakah Gading yang tak Retak?

Meskipun kami telah sekuat tenaga melakukan editing dan muroja'ah berulang-ulang, sangat mungkin masih terdapat cacat penterjemahan. Kami akan sangat berterima kasih jika antum bersedia melaporkan temuan kesalahan-kesalahan terjemahan kepada kami.

Berenang bersama Arus Salafy Jihadi

Antum dapat mendiskusikan topik ini atau yang lainnya bersama saudara-saudara antum yang mulia di forum:

Berbahasa Indo-Melayu

http://at-tawbah.net/vb

http://al-busyro.org/vb

Berbahasa Arab

https://as-ansar.com/vb

https://as-ansar.org/vb

Berbahasa Inggris

www.ansar1.info

https://www.ansar1.info

Dedikasi

Terbitan Indo-Melayu ini sebagai hadiah spesial bulan romadhon 1433 untuk Saroyah Dakwah Al-Muqowamah Al-Islamiyah Al-Alamiyah di sekitar Nusantara, hendaknya kalian terhibur. Berlalulah dengan barokah Alloh sekalipun engkau menempuhnya seorang diri, yakinlah Thuba hanya bagi orang-orang terasing!

i | j a h i z u n a

Page 5: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Lisensi RingkasAntum sangat disarankan:

• Berbagi — menyalin, mengumumkan, dan menyebarkan karya ini wa jazakumulloh khoiron

Antum diperbolehkan:

• Menggubah — mengadaptasi karya ini; memperbaiki terjemahan, merubah heading, menukil sebagian atau keseluruhan dan konversi format dokumen.

Sesuai ketentuan berikut:

• Atribusi — Antum harus menyebutkan sumber atas karya ini yaitu Maktabah Jahizuna, Jahizuna Publishing, Maktabah At-Tauhid wal Jihad atau www.jahizuna.com (tetapi tidak dengan cara seakan-akan kami mendukung Antum atau penggunaan Antum terhadap karya tersebut).

• Data Sejarah — Informasi gubahan harus disertakan dalam dokumen. • Nonkomersial — Antum tidak diijinkan menggunakan karya ini dan adaptasinya untuk

tujuan komersil atau kepentingan sempit kelompok.

Dengan pemahaman bahwa:

• Pengesampingan — Ketentuan apa pun yang disebut di atas dapat dikesampingkan jika Antum mendapat izin dari kami.

• Hak Lain — Perhatikan hak-hak berikut ini:

1. Hak moral penulis;

2. Hak pihak lain yang mungkin ada di dalam karya ini atau di dalam cara penggunaan karya ini, seperti hak mengumumkan/memperbanyak atau hak privasi.

ii | j a h i z u n a

Page 6: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Daftar Isi1.Definisi Dakwah yang Menjadi Pembahasan.......................................................................1

Dakwah Haqiqiyah.............................................................................................................1Dakwah Hikmiyah..............................................................................................................2

2.Hukum Dakwah Qobla Qital.................................................................................................4Wajib Dakwah kepada Mereka yang Belum Mendengar Dakwah.....................................4Boleh Dakwah kepada Mereka yang telah Mendengar Dakwah........................................6Masyruiyah Mentiadakan Dakwah kepada Mereka yang telah Mendengar Dakwah........7

3.Faidah Penting...................................................................................................................12Madzhab Hanafi...............................................................................................................12Madzhab Hanbali.............................................................................................................13

4.Catatan Penting.................................................................................................................15Pertama...........................................................................................................................15Kedua...............................................................................................................................17

iii | j a h i z u n a

Page 7: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

1. Definisi Dakwah yang Menjadi Pembahasan

[h.49] Maksud dakwah disini yaitu mendakwahi orang-orang kafir yang diperangi (al-muharibin) kepada Islam kemudian kepada membayar jizyah1 sebelum menyerang mereka.

Para fuqaha telah menegaskan bahwa dakwah terbagi menjadi dua, dakwah haqiqiyah dan dakwah hikmiyah. Dakwah haqiqiyah adalah dakwah dengan lisan sedangkan dakwah hikmiyah yaitu ekspansi dakwah ke penjuru timur dan barat menyampaikan untuk apa mereka didakwahi dan mengapa mereka diperangi sehingga kaum muslimin menjadi bangsa yang diakui. (Bahru Roiq 5/82, Syarh Fathul Qodir 5/445)

Dakwah Haqiqiyah

Adapun sifat dakwah haqiqiyah maka kami sampaikan -nanti akan kami jelaskan nash-nashnya yang shorih secara lebih lengkap-:

Dalam kitab Kifayatut Tholib: Sifat dakwah adalah menawarkan Islam kepada mereka. Jika mereka memenuhi seruan Islam ini maka tahanlah tanganmu. Bila mereka menolak, tawarkan membayar jizyah. Jika mereka menolak jizyah maka perangilah mereka. Jika mereka menyerah setelah diperangi maka hentikan serangan dan perintahkan kepada mereka untuk tunduk kepada kekuasaan kita, namun bila mereka tidak mau menyerah, maka serang mereka sampai kalah. Semua ini dilakukan dengan tenggang waktu. Seandainya mereka menyerang kalian sebelum dakwah, maka balas serang mereka tanpa didakwahi terlebih dahulu. (Kifayatuth Tholib 2/6, Ats-Tsamaru Dani Syarhu Risalah Al-Qiruni 1/412)

Berkata Ibnu Hubaib rohimahulloh, berkata Malik: “Bila diwajibkan dakwah atasnya maka materi dakwah hanya menjelaskan Islam secara umum tanpa memerinci hukum-hukum syariat kecuali apabila mereka meminta perincian. Begitu juga ketika menyeru mereka agar membayah jizyah, maka terangkan secara umum tanpa memerinci kecuali jika mereka meminta perincian. (Tarikh Al-Iklil 3/350)

[h.50] Tenggang waktu dakwah kepada kafir harbi asli adalah tiga hari sama seperti tenggang waktu bagi kafir murtad. Tiga kali didakwahi dalam tiga hari. Jika mereka menerima dengan masuk Islam atau menyerah dengan membayar jizyah, maka kita membatalkan serangan karena darah dan harta mereka telah terjaga. Jika mereka menolak masuk Islam atau

1 Para ulama sepakat menerima jizyah dari Ahli Kitab dan Majusi serta sepakat menolak jizyah dari kelompok murtad. Selain kelompok-kelompok ini para ulama berselisih pendapat. Periksa Al-Mughni Ibnu Qudamah 9/173-174, Ahkamu Ahli Dzimmah karya Ibnul Qoyyim 1/87 – 111.

1 | j a h i z u n a

Page 8: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

membayar jizyah, serang mereka secara fisik dengan seluruh model seni perang. (Al-Fawakih Ad-Diwani 1/396)

Dakwah Hikmiyah

Adapun dakwah hikmiyah yaitu dengan mempresentasikan Islam kepada orang-orang kafir dengan berbagai metode. Alloh ta'ala berfirman:

ء أ�ي� ق�ل� ب��ر� ش�ي� ه�يد� � الل��ه� ق�ل� � ش�ه�اد�ة� أ�ك� م� ب��ي�ن�� ش�� ن�ك�� ي� � و�ب��ي��ا إ�ل��� و�أ�وح��� ذ� �ن�ذ�ر�ك�م ال�ق���ر�آن� ه�(� � ب��ل��غ� و�م��ن ب��ه� ل�

ه�د�ون� أ�ئ�ن�ك�م� ر�ى( آل��ة� الل�ه� م�ع� أ�ن� ل�ت�ش� ه�د� ل� ق�ل � أ�خ� د� إ�ل�(ه� ه�و� إ�ن��ا ق�ل� � أ�ش� ر�ك�ون� م?�ا ب�ر�يء� و�إ�ن�ن� و�اح� ت�ش�

Katakanlah wahai Muhammad, siapakah yang lebih kuat kesaksiannya? katakanlah, "Alloh", Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya. Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa tidak ada ilah-ilah lain bersama Alloh?" Katakanlah, "Aku tidak dapat bersaksi, "Katakanlah, "Sesungguhnya hanyalah Dialah Alloh Robb Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan Alloh." (QS. Al-An'aam: 19)

As-Saadi rohimahulloh menafsirkan �ن���ذ�ر�ك�م ب��ل����غ� و�م����ن ب����ه� ل� (agar dengan itu aku memberi peringatan

kepadamu dan kepada orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya): makna “kepada orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya” yaitu siapa saja yang telah mendengar Al-Qur’an, maka dia telah diberi warning.

Muhammad bin Ka'ab rohimahulloh menafsirkannya dengan: Siapa saja yang telah mendengar Al-Qur’an, maka seakan-akan dia telah melihat Nabi sholallohu alaihi wa sallam.

Ibnu Zaid rohimahulloh menafsirakan ي� ا إ�ل����� و�أ�وح���� ذ� �ن���ذ�ر�ك�م ال�ق����ر�آن� ه�(��� ب��ل����غ� و�م����ن ب����ه� ل� (Al-Quran ini diwahyukan

kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya) maksudnya (seakan-akan) Rosululloh berkata: “Barangsiapa telah mendengar Al-Qur’an maka aku telah memberi warning padanya.” Kemudian Ibnu Zaid membacakan firman Alloh ا ي�����ا ق�����ل� م� الل�����ه� ر�س�����ول� إ�ن?���� الن�����اس� أ�ي��ه����� ج��يع�����ا إ�ل�ي�ك����� (Katakanlah (wahai Muhammad):

Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semuanya); maksudnya barangsiapa yang telah sampai Al-Quran padanya maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam telah memperingatinya.

Dari Hasan bin Sholih berkata, aku bertanya kepada Laits, “Apakah kriteria seseorang disebut belum sampai baginya dakwah?” Beliau menjawab: “Mujahid berkata, jika seseorang telah mendengar Al-Qur’an, maka dia telah didakwahi dan dia telah diberi peringatan. Kemudian

2 | j a h i z u n a

Page 9: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Laits membaca ayat ن��ذ�ر�ك�م� ب��ل���غ� و�م���ن ب���ه� ل� (agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan

kepada orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya).

Mujahid menafsirkan ي� ا إ�ل���� و�أ�وح��� ذ� �ن��ذ�ر�ك�م ال�ق���ر�آن� ه�(�� ب���ه� ل� (Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengan

itu aku memberi peringatan kepadamu) yaitu bangsa Arab. Firman Alloh ب��ل���غ� و�م���ن (dan kepada

orang yang telah sampai Al-Quran kepadanya) yaitu bangsa Ajam (non arab). (Periksa kembali atsar ini di Tafsir At-Thobary 7/162-163)

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda, "Dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang mendengar dariku dari umat yahudi dan tidak pula umat nasrani lalu dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya kecuali dia termasuk penghuni neraka." (Muslim 1/134)

[h.51] Maka setiap orang yang telah sampai kepadanya dakwah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam yaitu dakwah kepada dienulloh yang dia (Muhammad) telah diutus dengannya, namun dia tidak mengikutinya maka dia wajib diperangi sampai tidak ada lagi fitnah dan dien ini semuanya untuk Alloh. (Al-Fatawa 28/349)

3 | j a h i z u n a

Page 10: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

2. Hukum Dakwah Qobla Qital

Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum ditegakkannya dakwah ini (dalam keadaan sebenarnya dan ketika berhadapan dengan musuh)2 dan sebelum terjadinya konfrontasi tempur. Sebagian ulama mensyaratkan dakwah terlebih dahulu secara mutlak, maksudnya mengingatkan kembali dakwah kepada mereka yang pernah mendengar dakwah sebelumnya dan mendakwahi mereka yang belum sampai dakwah agar menjadi muslimin.

Ulama lain meniadakan sama sekali secara mutlak syarat dakwah, maksudnya (tidak perlu) mengingatkan kembali dakwah kepada mereka yang pernah mendengar dakwah sebelumnya dan (tidak perlu pula) mendakwahi mereka yang belum sampai dakwah. (Lihat Fathul Bari' 6/108-109, 7/478, Syarah An-Nawawi dari hadits Muslim 12/36)

Dan pendapat yang benar dan masyhur yang tampak dari nash-nash yang ada adalah pendapat milik jumhur ulama (mayoritas ulama) yaitu; dakwah adalah wajib qobla qital (sebelum perang). Syarat ini hanya bagi mereka yang belum pernah mendengar dakwah. Namun bagi mereka yang telah mendengar dakwah, maka dakwah sebelum memerangi mereka hukumnya tidak wajib.

Berkata Imam Nawawi rohimahulloh: Inilah pendapat yang benar yang dipegang oleh Nafi' budak Ibnu Umar, Al-Hasan Al-Bashri, Ats-Tsauri, Al-Laits, Asy-Syafi'i, Abu Ats-Tsauri, Ibnu Mundzir, dan jumhur. Berkata Ibnu Al-Mundzir: Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmi, dan pemahaman ini telah jelas tampak pada hadits-hadits shohih. (Syarah Muslim 12/36)

Wajib Dakwah kepada Mereka yang Belum Mendengar Dakwah

Aku berkata: Dalil-dalil yang mewajibkan dakwah ditegakkan kepada mereka yang belum sampai dakwah kepadanya di antaranya:

ب�ي� ك�ن�ا و�م�ا ر�س�ول� ن��ب��ع�ث� ح�ت�( م�ع�ذ?

Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Israa': 15)

Berkata Ibnu Rusyd rohimahulloh: Syarat perang; para ulama sepakat syaratnya adalah telah sampainya dakwah kepada musuh. Maknanya mereka tidak boleh diserang hingga dakwah sampai kepada mereka. Demikianlah kesepakatan dari kaum muslimin berdasarkan firman

2 Bada'iu Ash-Shona'i karya Al-Kasani 7/100, dan yang sejenisnya dalam kitab Tuhfatu Al-Fuqoha 3/293-294.

4 | j a h i z u n a

Page 11: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Alloh “dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rosul.” (Bidayatul Mujtahid 1/282, lihat Al-Mabsuth karya As-Sarkhosi 10/6) Aku berkata: “Kesimpulan hukum yang diambil dari ayat ini, Alloh mengadzab orang-orang kafir lewat perantaraan tangan orang-orang yang beriman sebagaimana firman Alloh:

ب��ه�م� ق�ات�ل�وه�م� ب�أ�ي�د�يك�م� الل�ه� ي��ع�ذ?

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu. (At-Taubah: 14)

[h.52] Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh: Merupakan sunatulloh, kadang Alloh menimpakan azab kepada orang kafir secara langsung dan kadang dengan perantaraan tangan orang-orang yang beriman. (Ash-Shorim Al-Maslul 2/234)

Dan diriwayatkan dari Buraidah -semoga Alloh meridhoinya- berkata: “Adalah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam jika mengangkat seorang komandan atas suatu pasukan atau sariyah (combat patrol), beliau memberinya wasiat secara khusus supaya bertaqwa kepada Alloh ta’ala dan memperlakukan anggotanya dengan baik, lalu beliau bersabda:

“Berperanglah dengan menyebut nama Alloh, di jalan Alloh, perangilah orang-orang yang kafir kepada Alloh. Berperanglah, jangan mencuri ghonimah sebelum dibagi, jangan membatalkan perjanjian secara sepihak, jangan mencincang mayat musuh dan membunuh anak-anak. Jika kamu menemui musuh dari orang-orang musyrik, maka serulah/dakwahilah mereka kepada salah satu dari tiga pilihan, pilihan mana yang mereka ambil maka terimalah dan tahanlah dirimu dari menyerang mereka. Serulah/dakwahilah mereka kepada Islam, jika mereka memenuhi seruanmu maka terimalah dan jangan memerangi mereka, lalu serulah mereka untuk pindah dari negeri mereka ke darul muhajirin (negeri para muhajirin, negeri hijrah) dan beritahukanlah kepada mereka bahwa jika mereka melakukannya maka mereka memiliki hak seperti hak orang-orang yang hijrah (muhajirin) dan mereka mempunyai kewajiban sebagaimana kewajiban kaum muhajirin. Tetapi apabila mereka menolak dan lebih suka memilih untuk tinggal di tempat mereka sendiri, maka katakan pada mereka bahwa mereka akan diperlakukan seperti orang-orang Islam Badui, dan berlakulah ke atas mereka hukum Alloh seperti yang berlaku atas orang-orang mukmin umumnya, yakni mereka tidak akan mendapat bagian dari harta ghonimah dan fa'i, kecuali jika mereka ikut berjihad bersama kaum muslimin.” (Muslim 3/1357)

Ahlul ilmi dan para ulama telah berdalil dengan hadits ini atas kewajiban memulakan dakwah kepada Islam sebelum diperangi bagi mereka yang belum pernah didakwahi. Para penulis kitab-kitab As-Sunan dan Al-Atsar telah menjelaskan hal ini.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: Maksud sabda Nabi “Serulah/dakwahilah mereka” yaitu, mendakwahi mereka terlebih dahulu merupakan syarat sebelum perang. (Fathul Bari 7/478)

5 | j a h i z u n a

Page 12: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Asy-Syaukani rohimahulloh berkata: Dalam hadits tersebut terdapat dalil diwajibkannya mendahulukan dakwah Islam kepada orang kafir sebelum diperangi. (Nailul Author 8/53)

Al-Imam Al-Bukhori rohimahulloh mengeluarkan hadits dari Anas dan Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma tentang surat sholallohu aliahi wassalam kepada Kisra dan Kaisar dengan tajuk: Bab dakwah kepada yahudi dan nasrani, atas apa mereka diperangi, mengenai apa yang Nabi sholallohu aliahi wassalam tulis kepada Kisra dan Kaisar, dan dakwah sebelum perang. (Shohih Al-Bukhori 3/1074)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: Petunjuk yang diambil dari hadits ini yakni beliau sholallohu aliahi wassalam mengirimkan surat kepada imperium Romawi untuk didakwahi kepada Islam sebelum beliau sholallohu aliahi wassalam mengirim pasukan untuk menggempur mereka. (Fathul Bari 6/108)

[h.53] Al-Imam Al-Baihaqi rohimahulloh memberi tajuk hadits diatas dengan perkataannya: Bab kewajiban dakwah kepada musyrikin yang belum pernah mendengar dakwah dan mendakwahi kembali bagi mereka yang telah diberi peringatan. (As-Sunan Al-Kubro 9/106)

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu berkata: Tidaklah Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam memerangi suatu kaum kecuali terlebih dahulu diseru kepada Islam. (Ahmad, Abu Ya’la, Al-Hakim, Thobroni dengan sanad rijal-nya dari rijal shohih)

Ketika kita berbicara tentang wajibnya dakwah qobla qital kepada mereka yang belum mendengar dakwah, maka kewajiban ini terikat pada dua perkara:

1. Mereka tidak mendahului menyerang kita, jika mendahului maka mereka digempur tanpa dakwah.

2. Aman dari serangan pendadakan ketika menyampaikan dakwah, jika prakiraan intelejen tidak aman mereka digempur tanpa dakwah. (Al-Fawakih Ad-Diwaniy 1/396)

Boleh Dakwah kepada Mereka yang telah Mendengar Dakwah

Adapun dalil yang memperbolehkan dakwah qobla qital bagi mereka yang pernah mendengar dakwah di antaranya:

Dari Sahl bin Sa’ad rodhiyallohu anhu bahwa dia mendengar dari Nabi sholallohu aliahi wassalam bersabda pada hari peperangan Khoibar: “Sungguh aku akan serahkan panji ini kepada seorang pemuda yang mana Alloh memenangkan Islam dengan perantaraan kedua tangannya”. Maka bangkitlah para sahabat berharap diberi panji tersebut dan mereka sangat berharap mendapatkannya. Lalu beliau bertanya, “Dimana Ali?”. Seorang sahabat menjawab, “Dia sedang sakit mata”. Maka diperintahkan Ali agar segera menghadap Rosululloh sholallohu aliahi wassalam. Lalu diludahilah matanya sehingga hilanglah penyakitnya seakan-

6 | j a h i z u n a

Page 13: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

akan sebelumnya tidak sakit. Ali bertanya: “Kita perangi mereka hingga mereka memeluk dien kita?” Beliau menjawab: “Mendekatlah secara senyap sehingga engkau berhasil masuk ke negeri mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahukanlah kepada mereka atas perkara yang wajib dipenuhi. Demi Alloh, sesungguhnya jika Alloh memberikan petunjuk kepada seseorang dengan sebab usahamu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” (Bukhari 3/1077)

Telah diketahui bahwa orang yahudi Khoibar telah mendengar dakwah Islam bahkan mereka hidup sezaman dengan Nabi sholallohu aliahi wassalam dan para sahabat.

Al-Imam Al-Bukhori rohimahulloh mengeluarkan hadits ini bersama hadits yang lain dalam bab: Dakwah Nabi sholallohu aliahi wassalam kepada Islam dan kenabian, agar mereka tidak menjadikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain arbab (rob-rob) dari selain Alloh, sebagaimana firman Alloh: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang robbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Ali-Imran 3:79)

Dhohir hadits ini menjelaskan tentang hukum bolehnya dakwah qobla qital bagi mereka yang sebelumnya telah mendengar dakwah. Namun kami tekankan, bahwa kebolehan hukum ini tidak mencapai derajat sunnah sebagaimana pendapat para ulama, sebab Nabi sholallohu alaihi wa sallam pernah meninggalkan dakwah qobla qital di banyak negeri yang hendak diserbu. Beliau sholallohu alaihi wa sallam tidak akan meninggalkan amalan sunnah, -ayah dan ibuku sebagai tebusan- beliau adalah manusia yang paling paham ilmu, paling takwa, paling takut kepada Alloh, dan beliau sumber syariat yang suci. Maka jika beliau meninggalkan dakwah qobla qital di sini artinya, hukum tersebut adalah mubah tapi bukan mustahab (sunnah), wallohu a’lam.

Masyruiyah Mentiadakan Dakwah kepada Mereka yang telah Mendengar Dakwah

[h.54] Adapun dalil disyariatkannya perang tanpa dakwah bagi mereka yang telah mendengar dakwah di antaranya:

Dari Anas rodhiyallohu anhu berkata: Kebiasaan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam apabila menyerang suatu kaum beliau menahan serbuan hingga menunggu waktu subuh. Apabila terdengar adzan, beliau membatalkan serbuan, namun jika tidak terdengar adzan beliau langsung menyerbu setelah subuh. (Bukhori 3/1077)

7 | j a h i z u n a

Page 14: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh: Dalil di atas merupakan dalil atas bolehnya memerangi siapa saja yang telah sampai dakwah padanya tanpa mendakwahi mereka terlebih dahulu, maka disimpulkan dengan hadits Sahl sebelumnya bahwa dakwah qobla qital kepada mereka yang telah mendengar dakwah hukumnya mustahab (sunnah) tapi tidak menjadi syarat wajib. (Shohih Muslim 3/1356)

Berkata Asy-Syaukani rohimahulloh: Dalil ini menunjukkan kebolehan memerangi mereka yang telah sampai dakwah tanpa mendakwahi mereka terlebih dahulu. (Nailul Author 8/69)

Al-Imam Al-Bukhori mengeluarakan hadits dari Al-Baro bin ‘Azib rodhiyallohu anhu tentang kisah operasi Asasin terhadap si yahudi Abu Rofi’. Berkata Al-Baro bin ‘Azib bahwa Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam mengirimkan satu tim dari kalangan anshor untuk membunuh Abu Rofi’, maka mengendaplah Abdulloh bin Atiq ke dalam rumahnya pada malam hari dan membunuhnya ketika dia sedang tidur. (Al-Bukhori 3/1101)

Kisah ini menjelaskan secara dhohir tidak adanya syarat dakwah qobla qital untuk membunuh atau menyerang mereka yang telah mendengar dakwah. Al-Imam Al-Bukhori memberi tajuk ini yang menjadi sebuah kaedah fiqih jihad dengan perkataanya: Bab membunuh orang musyrik ketika sedang tidur. (Shahih Al-Bukhori 3/1100)

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh: Dari hadits ini diambil hukum bolehnya membunuh musyrik tanpa mendakwahi mereka terlebih dahulu jika sebelumnya mereka telah mendengar dakwah. (Fathul Bari 6/156)

Asy-Syaukani rohimahulloh berkata tentang hadits ini: Maksud perkataan pengarang3 disini adalah, karena kebutuhan operasi militer, sesuai dengan tajuk bab tersebut yaitu tentang pembunuhan Abu Rofi’ tanpa dakwah terlebih dahulu dan tidak adanya perintah dari Rosululloh kepada eksekutor untuk mendakwahi terlebih dahulu kepada Islam. (Nailul Author 8/56)

Begitupun Al-Imam Al-Bukhori rohimahulloh mengeluarkan hadits dari Jabir rodhiyallohu anhu dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Siapa yang bersedia membunuh Ka’ab bin Al-Asyrof?”. Muhammad bin Maslamah berkata, “Apakah engkau sangat menginginkan aku membunuhnya?”. Beliau menjawab, “Ya”. Ia berkata lagi, “Ijinkan aku untuk mengatakan apa saja kepadanya (sebagai tipu daya)”. Beliau bersabda, “Telah aku ijinkan”. (Al-Bukhori 3/1103)

[h.55] Al-Imam Al-Bukhori rohimahulloh memberi tajuk hadits ini dengan Bab: Operasi asasin kepada kafir harbi. (Shahih Al-Bukhori 3/1103)

Perkataan Imam Bukhori di atas menunjukkan bahwa dakwah qobla qital bukan syarat. (Mukhtar Ash-Shohah 205)

3 Pengarang yaitu Al-Majid ibnu Taimiyah yang menerangkan hadits ini dalam Bab Dakwah Qobla Al-Qital, lihat Nailul Author 8/51.

8 | j a h i z u n a

Page 15: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Telah berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahulloh mengenai kisah operasi asasin terhadap Ibnu Al-Asyrof: Pelajaran yang dapat dipetik, boleh membunuh orang musyrik tanpa mendakwahi terlebih dahulu jika dia pernah mendengar dakwah secara umum. (Fathul Bari 6/156)

Telah berkata An-Nawawi rohimahulloh: Beberapa ulama menyimpulkan hadits ini sebagai hukum kebolehan melakukan operasi asasin atau operasi tabyit (serangan malam hari) kepada orang kafir yang telah mendengar dakwah tanpa mendakwahinya kembali. (Syarh Muslim 12/161)

Dari Ash-Sho’ab bin Jatsamah rodhiyallohu anhu berkata: Nabi sholallohu alaihi wa sallam ditanya mengenai status anak-anak kaum musyrikin dalam penyerang di malam hari, serangan ini menimpa wanita-wanita dan anak-anak mereka. Beliau bersabda: “Mereka bagian dari musuh”. (Muslim 3/1364)

An-Nawawi berkata: Arti ‘al-bayat’ dan ‘yabitun’ adalah serangan pendadakan di malam hari yang mana tidak diketahui mana laki-laki , perempuan dan anak-anak...

Hadits diatas menjadi dalil diperbolehkannya serangan mendadak di malam hari (al-bayat) dan diperbolehkannya melakukan pembunuhan asasin pada orang-orang yang telah mendengar dakwah tanpa memberi peringatan serangan terlebih dahulu. (Syarh Muslim 12/50)

Dari Abu Utsman An-Nahdi rohimahulloh salah satu tabi’in senior berkata: “Ketika kami menggelar operasi militer, kadang kami memberi peringatan kepada musuh terlebih dahulu dan kadang kami langsung menyerang.” (Syarh Ma’ani Al-Atsar At-Thohawi 3/209 dan di shohihkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Fath 6/109)

Nash ini menjelaskan secara terang bahwa para sahabat rodhiyallohu anhum melaksanakan dua pilihan prosedur sebelum melancarkan serangan: Kadang dakwah qobla qital dan kadang langsung menyerang. Ini menjadi petunjuk bahwa dakwah bukan syarat untuk menyerang mereka yang telah mendengar dakwah sebelumnya.

Dari Yahya bin Sa’id rohimahulloh berkata: Tidak masalah menyerang musuh pada malam hari atau siangnya karena dakwah Islam telah sampai pada mereka, Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam mengutus pasukan pada peperangan Khoibar, kemudian pasukan meng-ightiyal (ightiyalat/asasin) pemimpin mereka yang bernama Ibnu Abi Al-Haqiq secara senyap tatkala dia lengah, dan membunuh pimpinan Bani Lihyan secara senyap tatkala dia lengah. Rosululloh juga mengutus sebuah tim untuk memerangi mereka yang lain hingga ke sisi Madinah dari kalangan yahudi di antara mereka Ibnu Al-Asyrof. (Al-Madunatu Al-Kubro 3/3)

[h.56] Dalam kitab Al-Mukhtashor Al-Khiroqi: Ahli Kitab dan Majusi diperangi tanpa diperingati terlebih dahulu karena dakwah telah sampai pada mereka. (Al-Mukhtashor Al-Khiroqi 128)

9 | j a h i z u n a

Page 16: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Kesimpulan

Inilah, mayoritas ulama dan fuqoha menyatakan kewajiban dakwah qobla qital hanya di awal dakwah Islam. Adapun setelah Islam menyebar luas ke pelosok dunia, maka tidak ada tempat lagi bagi pendapat yang mewajibkan dakwah dan mensyaratkannya qobla qital sebagai bentuk peringatan bagi mereka. Jika ditemukan sebuah kasus ada bangsa yang sama sekali belum mendengar Islam maka dakwah qobla qital hukumnya menjadi wajib.

Dikeluarkan oleh Muslim rohimahulloh dengan sanad dari Ibnu ‘Aun, berkata: “Aku menulis surat kepada Nafi’ bertanya tentang hukum dakwah qobla qital, maka dia membalas bahwa hukum kewajiban itu hanya berlaku pada masa awal Islam. Setelah dakwah berkembang Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam menyerang Bani Mustholiq secara mendadak di saat mereka sedang lengah, yaitu ketika mereka sedang memberi minum binatang ternak mereka. Lalu terjadilah peperangan hingga dari mereka banyak yang terbunuh dan tertawan, dan pada hari itulah Juwairiyah binti Al-Harits tertawan. Yahya berkata, aku kira dia mengatakan Juwairiyah atau anak gadisnya Al-Harits. Hadits ini disampaikan kepadaku oleh Abdulloh bin Umar, saat itu dia termasuk orang yang ikut berperang sebagai prajurit dalam pasukan.” (Muslim 3/1356)

Imam An-Nawawi memberi tajuk dengan perkataannya: Bab diperbolehkannya menyerang orang-orang kafir yang telah mendengar dakwah secara mendadak tanpa memberi peringatan terlebih dahulu. (Shohih Muslim 3/1356)

Berkata An-Nawawi rohimahulloh: Perkataannya رون غا وهم terdiri dari huruf fathah ghin dan tasydid pada huruf ‘ro’ artinya ghofilun (lalai, lengah, tidak waspada). (Syarah Muslim 12/36)

Dari Al-Hasan rohimahulloh berkata: Dakwah qobla qital tidak diberlakukan kepada Romawi karena mereka telah diberi peringatan.

Dari Abu Hamzah berkata, aku berkata kepada Ibrohim: “Banyak manusia berkata; orang-orang musyrik harus diberi peringatan lebih dahulu sebelum diserbu.” Abu Hamzah membantah dengan berkata: “Romawi telah paham mengapa mereka diperangi, Dailam telah paham mengapa mereka diperangi.”

Dari Manshur berkata: Aku bertanya kepada Ibrohim tentang memberi peringatan kepada Dailam sebelum menyerangnya. Dia menjawab: “Mereka telah mengerti dakwah.” (Lihat atsar ini di Syarah Al-Mughni, atsar milik Ath-Thohawi 3/209)

Imam Syafi’i rohimahulloh berkata: Sepengetahuanku, hari ini tidak ada bangsa yang belum mendengar dakwah kecuali mungkin bangsa-bangsa terjauh yang hidup diluar kekuasaan musuh-musuh kita yang kita perangi sekarang, seperti bangsa yang hidup dibelakang wilayah Romawi, Turki, Kaspia dan bangsa-bangsa yang tidak kita kenal. (Al-Umm 4/239)

10 | j a h i z u n a

Page 17: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

[h.57] Berkata Al-Imam Ahmad rohimahulloh: Sesungguhnya dakwah telah sampai kepada setiap orang, dan aku tidak mengetahui pada hari ini ada manusia yang harus diberi dakwah (qobla qital), karena dakwah (qobtal qital) itu hanya berlaku di masa awal Islam. (Al-Kafi karya Ibnu Qudamah 4/259, dan yang semisalnya dalam Al-Mughni 9/172)

Berkata Ashbagh rohimahulloh: Kaum muslimin secara umum telah menganggap bahwa dakwah telah sampai kepada seluruh umat. (At-Taaj Wal Iklil 3/350)

Berkata Ath-Thohawi rohimahulloh: Sungguh seluruh manusia telah mengenal dan mengetahui Islam, dan mereka telah mengetahui inti dakwah Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam kepada seluruh agama. Maka ketika mereka diperangi, tidak disampaikan sedikitpun mengapa mereka diperangi dikarenakan mereka telah mengetahui konflik ini dan alasan mereka diperangi. (Mukhtashor Ikhtilaf Al-Ulama 3/426)

Berkata Al-Hafidh Ibnu Hajar rohimahulloh: Mayoritas ulama berpendapat bahwa dakwah qobla qital diperintahkan di awal penyebaran Islam. Kini jika memang ditemukan kaum yang belum menerima dakwah, mereka tidak langsung diserang hingga didakwahi terlebih dahulu. Demikian penjelasan Asy-Syafi’i.

Berkata Imam Malik: Sebuah dar (darul kufri) yang berdekatan dengan darul Islam diserang tanpa didakwahi terlebih dahului karena mereka tentu telah mendengar Islam. Bagi dar yang jauh dari darul Islam, maka sebaiknya disampaikan dahulu dakwah untuk membuang keragu-raguan. (Fathul Bari 6/108-109)

Aku berkata: Pada zaman kita sekarang, tatkala kepakan dakwah Islam berkembang luas bahkan telah terjadi konflik antara Islam dengan para musuhnya yang menjadi headline news setiap saat berbarengan dunia kini bagai sebuah petakan kecil, hampir mustahil jika ada bangsa yang belum mendengar Islam dan belum sampai dakwah kepada mereka. Sekalipun demikian, kita tidak menolak kemungkinan terdapat bangsa yang belum mendengar dakwah (tetapi sangkaan ini kita hukumi secara umum bahwa mereka belum mendengar dakwah4).

4 ( Al-Bahru Ar-Ro’iq 5/82).11 | j a h i z u n a

Page 18: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

3. Faidah Penting

Mengenai pendapat wajibnya dakwah qobla qital secara mutlak yang masyhur di kalangan madzhab Maliki (lihat Al-Fawakih Ad-Diwani 1/396, Syarh Al-Kabir karya Ad-Dardir 2/176), mereka menggaris bawahi ketetapan bahwa jika kaum muslimin memerangi mereka tanpa melewati prosedur dakwah maka tidak ada tebusan apapun terhadapa mereka yang terbunuh.

Berkata Sahnun rohimahulloh: Apabila kaum muslimin memerangi suatu kaum yang belum sampai dakwah Islam pada mereka tanpa mendakwahi terlebih dahulu, maka tidak ada diyat maupun kafarat bagi yang terbunuh. (At-Taaj Wal Iklil 3/351)

[h.58] Aku berkata: Sesungguhnya penetapan hukum bahwa tidak ada diyat atau kafarat bagi kafir yang dibunuh tanpa dakwah, karena hukum asal yang telah kita jelaskan (pada bag 2 -edt) bahwa darah orang kafir asalnya mubah.”

Berkata Ath-Thortusi rohimahulloh: Barangsiapa yang kafir lalu terbunuh padahal belum sampai dakwah Islam kepadanya sebagaimana penghuni pulau-pulau terpencil, maka tidak ada jaminan baginya. (At-Taaj Al-Iklil 6/257)

Inilah pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa barangsiapa yang terbunuh ditangan kaum muslimin sebelum sampai dakwah Islam maka tidak ada tuntutan apapun bagi si pembunuh.

Madzhab Hanafi

Adapun pendapat dari madzhab Hanafi, seluruh ulama Hanafi memiliki satu pendapat, berikut nukilan perkataan mereka.

Pendapat yang ditemukan dalam kitab Fatawa As-Saghodiy: Berkata Abu Hanifah, para pengikutnya dan Abu Abdillah: Jika dakwah Islam telah sampai kepada mereka maka tidak masalah memeranginya. Bila dakwah Islam belum sampai maka jangan menyerangnya. Jika memang prosedur ini tidak dilalui dan mereka terbunuh, maka si pembunuh tidak dapat dituntut. (Fatawa As-Saghodiy: 2/709)

Dinyatakan dalam kitab Al-Hidayah Syarh Al-Bidayah merupakan kitab fiqh dari madzhab Hanafi setelah menashkan kewajiban dakwah qobla qital bagi mereka yang belum mendengar dakwah: Seandainya mereka dibunuh tanpa didakwahi terlebuh dahulu, pelakunya mendapat dosa tetapi tidak dikenai denda sebab korban tidak memiliki al-ishomah , dan pembunuhan ini dimaksudkan untuk menjaga dien serta operasi pertahanan negara. Membunuh mereka

12 | j a h i z u n a

Page 19: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

hukumnya sama dengan hukum membunuh perempuan dan anak-anak. (Al-Hidayah Syarh Al-Bidayah 2/136)

Dalam kitab Al-Bahru Ar-Ro’iq karya Ibnu Nujaim rohimahulloh: Kami berpendapat, tidak memerangi mereka yang belum mendengar dakwah, maksudnya tidak boleh memerangi mereka disebabkan sabda Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam pada wasiat beliau terhadap pimpinan pasukan: “Serulah mereka pada syahadat laa ilaha ilalloh”. Dengan dakwah ini, supaya mereka tahu bahwa kita memerangi mereka karena alasan dien bukan karena alasan penjarahan dan penjajahan. Harapannya mereka memenuhi dakwah ini dan kita bisa menghentikan peperangan. Andai mereka diperangi qobla dakwah, hukumnya berdosa tetapi tidak dikenai denda sebab korban tidak memiliki al-ishomah dan dimaksudkan untuk menjaga dien serta operasi pertahanan negara. Membunuh mereka hukumnya sama dengan hukum membunuh perempuan dan anak-anak. (Al-Bahru Ar-Roiq 5/81-82, pembahasan yang lebih lengkap pada Hasyiah Ibnu Abidin 4/129)

Al-Kamal Ibnu Al-Hamaam rohimahulloh berkata: Seandainya mereka dibunuh qobla dakwah, pelakunya mendapat dosa tetapi tidak dituntut dengan diyat atau jaminan5, karena keharaman membunuh mereka tanpa dakwah sama hukumnya dengan membunuh wanita dan anak-anak kafir yang walaupun berdosa tetapi tidak berarti dituntut hukum karena mereka tidak memiliki al-ishomah dan pembunuhan ini dimaksudkan untuk operasi pertahanan darul Islam.” (Syarh Fathul Qodir 5/445)

Madzhab Hanbali

[h.58] Pendapat madzhab ini adalah: Kaum yang belum mendengar dakwah tetap boleh dibunuh karena tidak ada jaminan bagi mereka disebabkan tidak adanya al-iman dan al-aman. Mereka sama saja dengan kafir harbi. (Al-Kafi karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi 4/56)

Berkata Al-Mardawi rohimahulloh: Kaum yang belum mendengar dakwah tetap boleh dibunuh karena tidak ada jaminan bagi mereka, ini adalah pendapat Hanbali. Ibnu Manjaa berkata dalam syarah-nya: Ini adalah pendapatnya madzhab Hanbali. Dikatakan pula dalam kitab Al-Wajiz, Al-Muntakhob, Al-Munawir dan lain-lain. Pen-syarah ini berkata: Pendapat mazhab ini lebih utama. Keutamaan pendapat ini juga dinyatakan dalam kitab Al-Muharor, An-Nadzam, Ro’ayatain, Al-Hawi Ash-Shoghir, Al-Furu’, dan selainnya. (Al-Inshof 10/65)

5 Menurut madzhab Syafi’i, jika seorang kafir yang belum mendengar dakwah dibunuh maka si pembunuh harus membayar diyat sesuai dengan dien-nya (Diyat yahudi dan nasrani sepertiga diyat muslim. Diyat orang musyrik pagan dan majusi adalah dua pertiga dari sepersepuluh diyat orang muslim, dan wanita mereka adalah separohnya -edt). Namun pembayaran ini terikat dengan syarat jika mereka memang taat melaksanakan dien-nya, jika mereka mengganti dien-nya maka menurut jumhur mereka tidak ada diyat. Lihat Mughni Al-Muhtaj 4/57-58.

13 | j a h i z u n a

Page 20: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

Ibnu Muflih rohimahulloh menolak pendapat yang mewajibakan diyat bagi kaum muslimin yang membunuh orang kafir yang belum mendengar dakwah: (Saya menolak pendapat ini) alasannya karena mereka tidak memiliki al-iman atau al-aman. Larangan membunuh mereka hanya untuk mencegah kaum muslimin disebut sebagai bangsa yang bengis. (Al-Mabda’ 9/29 dan yang sejenisnya dalam Al-Furu’ 6/17, Al-Muharor 2/145)

Al-Bahuti rohimahulloh berkata: Bila memang ditemukan kaum yang belum sampai dakwah kepada mereka sebagaimana berita di belakang wilayah Sudan terdapat kaum yang bahasa mereka tidak dipahami oleh bangsa lain, maka mereka inilah yang disebut belum mendengar dakwah. Namun demikian, mereka tetap boleh diperangi karena mereka tidak mendapat perlindungan tanpa al-iman atau al-aman. Hukum mereka mirip dengan kafir harbi. (Kasyaf Al-Qina’ 6/21)

Beliau rohimahulloh juga berkata ketika mengklasifikasikan kriteria terbebas dari kafarot dalam pembunuhan: Pelaku pembunuhan atas korban kafir yang belum sampai dakwah tidak dikenai kafarot karena korban tidak memiliki al-iman atau al-aman, pelaku hanya mendapat dosa saja. (Kasyaf Al-Qina’ 6/65)

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rohimahulloh berkata: (Pasal Pendapat Abu Hanifah); Orang kafir yang belum sampai dakwah Islam padanya jika memang ada, maka janganlah memerangi mereka sampai didakwahi terlebih dahulu. Jika dia dibunuh sebelum didakwahi dan tidak mendapat jaminan keamanan dari muslim maka tidak ada ganti rugi dikarenakan tidak adanya perjanjian dengannya dan tidak ada jaminan keamanan untuknya. Hukum ini mirip dengan hukum membunuh wanita dan anak-anak non kombatan, mereka haram dibunuh agar mendengar dakwah. Berkata Abu Al-Khothob: Dikenakan ganti rugi dan yang menanggung adalah komandan, ini pendapat dari mazhab Syafi’i karena orang kafir yang belum pernah mendengar dakwah hukumnya mirip dengan orang kafir yang memiliki al-aman. Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan lebih diterima, hukum ini sama dengan hukum membunuh anak-anak dan orang gila kafir harbi sebab orang kafir yang tidak memiliki perjanjian (ahdu) tidak berhak mendapat ganti rugi dan tuntutan sebagaimana anak-anak non kombatan dan yang gila di antara mereka. (Al-Mughni 8/314)

Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata lagi: Demikian juga tidak ada kafarot atas pembunuhan orang kafir yang belum mendengar dakwah. Tidak ada tuntutan ganti rugi apapun. Hukum mereka mirip dengan kafir harbi yang mubah. (Al-Mughni 8/401)

Ibnu Qudamah rohimahulloh juga berkata: Barangsiapa yang terbunuh dari kalangan orang kafir yang belum sampai dakwah Islam padanya, tidak ada ganti rugi karena dia tidak memiliki al-iman dan al-aman . Hukum mereka sama dengan membunuh wanita dan anak-anak kafir harbi yang telah mendengar dakwah. (Al-Mughni 9/173)

14 | j a h i z u n a

Page 21: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

4. Catatan Penting

Saya sampaikan dua poin catatan penting:

Pertama

Semua hadits yang menjelaskan mengenai hukum-hukum dakwah terhadap orang-orang kafir yang diperangi beserta rincian kondisinya tadi, hanya berlaku dalam qitalu tholabi (perang ofensi f ) , yaitu: melancarkan operasi militer ke dalam negeri mereka. Sedangkan pada qitalu daf’i (operasi pertahanan) ketika kaum kafir menginvansi negeri kaum muslimin, fatwa-fatwa dengan jelas menyatakan dakwah kepada mereka otomatis gugur karena mereka yang berinisiatif menyerang bukan diberi pilihan untuk diserang!

Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani rohimahulloh berkata: Seandainya suatu kaum yang belum pernah mendengar Islam dan belum mendapat peringatan menginvansi negeri kaum muslimin, maka wajib bagi kaum muslimin menggelar operasi pertahanan melawan mereka tanpa mendakwahi terlebih dahulu. Mereka boleh dibunuh, ditawan dan dirampok harta mereka serta ghonimah dari mereka dibagi-bagikan. (As-Sair Al-Kabir dan Syarah-nya 5/2233)

As-Sarkhosi rohimahulloh sebagai pen-syarah kitab ini berkata: (Mengapa dakwah kepada mereka gugur?). Karena bila seorang muslim menghunuskan pedang kepada saudara seiman, dia boleh membunuh saudaranya dalam rangka mempertahankan diri, menurut pendapat yang paling masyhur dan terkuat. Maknanya, jika kaum muslimin menyibukkan diri mendakwahi kaum kafir yang bersiap menjajah, tentu mereka akan ditangkap dan kaum kafir leluasa membunuh serta merampok harta kaum muslimin. Karena itu kewajiban dakwah kepada mereka telah gugur. (Ibid 5/2234)

[h.61] Berkata Ibnul Qoyyim rohimahulloh: Persoalan mengenai dakwah qobla qital; hukumnya wajib apabila dakwah belum sampai pada mereka, jika mereka telah mendengar dakwah maka hukumnya menjadi mustahab (sunnah). Kedua hukum ini berlaku ketika kaum muslimin menggelar operasi ofensif kepada kaum kafir. Adapun apabila orang-orang kafir menginvansi negeri kaum muslimin, maka mereka diperangi tanpa didakwahi terlebih dahulu karena mereka pada posisi bertahan melindungi nyawa dan kehormatan. (Ahkamu Ahlidz Dzimmah 1/88, Kasyfu Al-Qina’ 3/40)

Imam Malik rohimahulloh berkata: Adapun apabila dar Islam dan darul kufri saling berdekatan maka dakwah digugurkan dikarenakan mereka tentu telah mengetahui materi dakwah Islam terlebih lagi dengan kebencian dan sikap permusuhan mereka kepada Islam dan kaum

15 | j a h i z u n a

Page 22: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

muslimin. Adapun bila perbatasan antara darul Islam dan dar mereka berjauhan maka tidak ditegakkan dakwah kepada mereka melainkan hanya pemberian peringatan, mengambil dasar alasan karena mereka memerangi kaum muslimin dan terhalangnya kaum muslimin untuk menampakkan dakwah kepada mereka. (Al-Madunatu Al-Kubra 3/2)

Perkataan Imam Malik rohimahulloh di atas menjelaskan tentang batalnya dakwah kepada kaum kufar yang negeri mereka bertetangga dengan darul muslimin, lalu bagaimana jika negara kaum kufar memobilisasi untuk menginvansi negeri kaum muslimin?

Yahya bin Said rohimahulloh berkata: Hendaknya kaum muslimin ketika melakukan safar jangan menginap di benteng milik musuh untuk mendapatkan sekedar makanan, namun hendaknya hanya mendakwahinya saja. Sedangkan musuh yang menginvansi negerimu, menjajah kamu dan jika kamu mendatangi mereka tentu kamu dibunuh, maka mereka tidak perlu didakwahi. (Al-Madunatu Al-Kubro 3/3)

Aku berkata: Telah dijelaskan di muka tentang fatwa-fatwa dakwah qobla qital terikat dengan syarat mereka tidak melakukan operasi ofensif menyerang kaum muslimin dan juga terikat adanya jaminan rasa aman pada utusan kaum muslimin yang mendakwahi mereka. Lalu apa gerangan jika mereka memobilisasi menyerang negeri muslimin dan menginvansi negeri-negeri muslimin?!!!

Dalam kitab Hasyiah Ibnu Abidin dijelaskan:

MATAN: Kita mendakwahi mereka kepada Islam.

SYARAH: Maksudnya, hukum dakwah kepada mereka sunnah jika mereka pernah mendengar dakwah, jika mereka belum pernah mendengar dakwah maka hukumnya menjadi wajib dengan syarat tidak membahayakan utusan. (Al-Hasyiah 4/128)

Ada juga ulama yang berpendapat lebih baik meninggalkan dakwah di negeri kaum kufar dengan perkataannya: Tidak masalah meninggalkan dakwah kepada kaum kufar karena sebenarnya mereka telah paham mengapa mereka diperangi. Jika kita menyibukkan dakwah, bisa jadi mereka segera membuat benteng pertahanan yang kuat sehingga kaum muslimin gagal menaklukkan mereka. Maka lebih baik langsung memerangi mereka tanpa didakwahi terlebih dahulu. ( Al-Mabsuth Karya As-Sarkhosi 10/6)

Perhatikan fatwa beliau: “Jika kita menyibukkan dakwah, bisa jadi mereka segera membuat benteng pertahanan yang kuat sehingga kaum muslimin gagal menaklukkan mereka. Maka lebih baik langsung memerangi mereka tanpa didakwahi terlebih dahulu”. Fatwa ini ditujukan bagi qital tholabi, lalu bagaimana dalam qitalu daf’i?

[h.62] Lebih dari itu, dalam kitab Ats-Tsamaru Ad-Dani disebutkan: Seandainya ketika kita melakukan operasi ofensif dan hendak mendakwahi mereka terlebih dahulu kaum kufar mendahului menyerang padahal kita belum mendakwahi mereka… dalam kata lain, mereka

16 | j a h i z u n a

Page 23: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

langsung melakukan serangan maka kita tidak mendakwahi mereka. Dakwah kita tinggalkan, kita balas perangi mereka tanpa dakwah karena dakwah pada saat itu hukumnya harom . (Ats-Tsamaru Ad-Dani Syarh Risalah Al-Qiruni 1/412)

Fatwa ini memutuskan bahwa ketika kaum kufar di negeri mereka sendiri melakukan mobilisasi perang melawan kaum muslimin yang hendak mendakwahi mereka dalam suatu operasi ofensif, maka pada saat itu hukum mendakwahi mereka menjadi harom. Lalu bagaimana hukumnya jika mereka langsung melakukan serbuan turun di negerinya kaum muslimin?!!!

Kedua

Semua hadits tadi yang menjelaskan mengenai hukum-hukum dakwah qobla qital hanya berlaku terhadap orang kafir asli. Hukum ini tidak berlaku bagi kafir murtad, karena kafir murtad sebelumnya adalah muslim, tentu secara meyakinkan mereka telah memahami dakwah Islam. Sebab itu muncul kaedah: Hukum bagi orang yang murtad dari Islam adalah hukum kafir harbi yang telah mendengar dakwah. (Fathul Bari 12/269)

Orang murtad tidak lepas dari dua kondisi:

1. Maqdur alaihim (di bawah kekuasaan imaroh Islam). Ditegakkan had atas mereka jika terbukti kemurtadannya secara jelas atau melalui statemen mereka. (Sorimul Maslul Ibnu Taimiyah 3/941)

Jumhur berpendapat6, wajib diminta taubat sebelum dibunuh7. Jika mereka taubat maka selamat jika tidak, dibunuh.

Cara taubatnya orang murtad adalah dengan meninggalkan (perkataan atau perbuatan) kekufuran yang menyebabkannya keluar dari Islam (sadar atau tanpa sadar -edt) dengan memperbarui syahadat, inilah pendapat yang rojih.

2. Mumtani’ bisyaukah (mempertahankan diri atau menentang dengan kekuatan) baik tinggal di darul Islam maupun darul harbi –ingat darul harbi adalah seluruh dar yang hukum berlaku secara umum adalah hukum selain Islam sebagaimana pernah dijelaskan -, maka tidak wajib diminta taubat dan langsung dibunuh.

[h.63] Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh berkata: Orang murtad seandainya dia mumtani’ kepada darul harbi atau dilindungi oleh sekelompok pasukan orang-orang murtad

6 Mazhab Hanafi, Dhohiri, dan Asy-Syaukani berpendapat tidak wajib dimintai taubat. Pendapat yang paling rojih adalah dimintai taubat sebagaimana perbuatan sahabat. Lihat Shorimul Maslil 3/599-610.7 Syeikul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh berkata: Kelompok murtad dibagi dua, ar-riddah al-mujarodah dan ar-ridah al-mugholadhoh. Ar-riddah al-mujarodah hukumnya wajib diminta taubat, sedang ar-riddah al-mugholadhoh, dibunuh tanpa diminta taubat. Al-Fatawa 20/103.

17 | j a h i z u n a

Page 24: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

lainnya di dalam darul Islam, maka seluruh ulama sepakat mereka diperangi tanpa diminta taubat. (Ash-Shorimu Al-Maslul karya Ibnu Taimiyah 3/601)

Syeikh rohimahulloh memberikan kaedah: Al-Mumtani tidak dimintai taubat, permintaan taubat hanya diberikan kepada maqdur ‘alaihi. (Ash-Shorim Al-Maslul karya Ibnu Taimiyah 3/610)

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rohimahulloh berkata: Seandainya seorang murtad bersembunyi di darul harbi, boleh membunuhnya tanpa diminta untuk bertaubat dan sang eksekutor boleh mengambil hartanya karena dia telah menjadi kafir harbi, maka hukum yang berlaku adalah hukum ahlul harbi.

Bagitu pula jika sekelompok orang melakukan kemurtadan dan menyusun kekuatan di dar mereka membelot kepada imam kaum muslimin, maka lenyaplah al-ishomah atas jiwa dan harta mereka karena orang kafir asli tidak ada al-ishomah bagi mereka di dar mereka, dengan ini hukum bagi orang murtad lebih berat dari kafir asli. (Al-Mughni 9/20)

Ibnu Muflih rohimahulloh berkata mengenai hukum orang murtad setelah beliau merojihkan pendapat bahwa orang murtad wajib diminta taubat dan membunuhnya atas perintah imam atau wakilnya:

Sebuah kejahatan jika si murtad dibunuh tanpa seizin imam. Si pembunuh dapat dikenai sangsi hukuman oleh imam atau wakilnya namun tidak ada jaminan kerugian bagi korban karena korban tidak ma’shum (tidak memiliki al-ishomah) baik dia dibunuh sebelum dimintai taubat atau pasca diminta taubat. Orang murtad darahnya mubah ditumpahkan . Kemubahan darahnya nyata baik sebelum diminta taubat atau pasca diminta taubat. Bila dia melarikan diri ke darul harbi , setiap kaum muslimin bebas membunuhnya tanpa diminta taubat serta dirampas hartanya. (Al-Mabda’ 9/175, pembahasan semisal di dalam Kasyfu Al-Qina’ 6/175)

Al-Majid Ibnu Taimiyah rohimahulloh berkata: Siapapun yang membunuh orang murtad tanpa seizin imam mendapatkan hukuman, kecuali jika orang murtad tersebut berlindung di darul harbi maka setiap kaum muslimin bebas membunuhnya tanpa diminta taubat serta dirampas hartanya. (Al-Muharor Fil Fiqh 2/169)

Ibnu Abidin rohimahulloh berkata ketika membahas tentang memerangi para bughot (pemberontak pemerintahan Islam): Andai memeranginya tanpa mendakwahinya terlebih dahulu maka hukumnya boleh, dikarenakan mereka dianggap telah mengetahui penyebab mereka diperangi. Hukum ini sama seperti halnya memerangi orang-orang murtad dan ahlul harbi yang telah mendengar dakwah. (Al-Hasyiah 4/264, pembahasan semisal yang lebih lengkap dalam kitab Al-Mabsuth karya As-Sarkhosi 10/128)

[h.63] As-Sarkhosi rohimahulloh berkata: Tidak ada jaminan dan ganti rugi apapun terhadap orang-orang murtad yang dibunuh tanpa didakwahi Islam terlebih dahulu karena posisi mereka sebagai halnya orang kafir asli yang telah mendengar dakwah. Memerangi mereka

18 | j a h i z u n a

Page 25: Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir Yang Diperangi

Hukum Dakwah Kepada Orang Kafir yang diperangi

setelah dakwah itu baik, namun apabila memerangi tanpa mendakwahi mereka juga baik pula. (Al-Mabsuth 10/120)

Ijma yang dipegang oleh para ahli ilmi bahwa tidak ada lagi perselisihan yang menghambat, orang-orang murtad tidak diterima darinya selain kembali kepada Islam dengan taubat atas kekafiran yang diperbuat atau dibunuh sebagai hukuman baginya.

Al-Qurthubi rohimahulloh berkata: Tafsir firman Alloh ta’ala dalam surat Al-Baqarah 190 و�ل� adalah sebagaimana yang telah kami jelaskan8, hukum (dan janganlah melampaui batas) ت��ع�ت���د�وا

ini termasuk ayat muhkamat. Adapun orang-orang murtad tidak ada pilihan selain dibunuh atau taubat, begitupun ahlu zeigh wa dholal tidak ada pilihan kecuali pedang atau bertaubat… (Tafsir Al-Qurthubi 2/350)

Ibnu Nujaim Al-Hanafi rohimahulloh telah berfatwa: Bahwa orang-orang musyrikin Arab dan orang-orang murtad tidak diterima dari mereka jizyah. Ketentuan bagi mereka adalah kembali kepada Islam atau pedang. Mereka tidak perlu didakwahi karena tidak ada manfaatnya. (Al-Bahru Ar-Roiq 5/81)

Disebutkan dalam kitab Fatawa As-Saghodi: Jika disampaikan dakwah kepada ahlul harbi maka itu lebih afdhol9. Namun jika tidak mendakwahi mereka juga boleh. Jika dakwah telah disampaikan kepada mereka dan mereka menolaknya tetapi mengajukan pembayaran jizyah, maka jizyah mereka diterima dan tidak diserang. Pengecualian bagi orang-orang murtad dan kaum musyrikin Arab, tidak diterima pembayaran jizyah, tidak diterima dari mereka kecuali Islam. (Fatawa As-Saghodi 2/709)

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh berkata: Orang-orang murtad hanya memiliki dua pilihan, diperangi atau masuk Islam. Pengajuan jizyah ditolak. (Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah 8/509)

8 Tafsirnya yaitu jangan melampaui batas dengan membunuh golongan yang terlarang untuk dibunuh yaitu wanita dan anak-anak serta yang sejenisnya.9 KRITIK: Pendapat ini hanya merupakan hasil istihsan aqli padahal keutamaan yang mutlak adalah yang sesuai dengan dalil dari Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. Kita sudah jelaskan, terkadang Nabi mendakwahi musuh terlebih dahulu dan terkadang beliau menyerbu tanpa dakwah. Inilah yang afdhol. Tidak ada seorangpun yang bisa mengungguli keutamaan beliau sholallohu alaihi wa sallam yang diutus dengan petunjuk dan dien yang haq. Perkara ini juga diikuti juga oleh para sahabat beliau seluruhnya -semoga Alloh meridhoi mereka. Kita juga telah menukilkan perkataan Abu Utsman An-Nahdi: “Ketika kami memutuskan untuk berperang, kadang kami mendakwahi mereka terlebih dahulu dan kadang langsung menyerbu”. Jelaslah bahwa inilah makna afdhol. Tidak pantas pendapat manusia diambil padahal ada dalil sunnah yang terang. Definisi afdhol adalah seperti yang dilaksanakan oleh Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam; kadang beliau mendakwahi musuh dan terkadang beliau langsung menyerbu. Inilah kaidah umum pada setiap perkara, ketika terdapat dalil yang jelas maka tidak pantas menyampaikan pendapat yang muncul dari akal pikiran dan bukan di sini rincian pembahasan.

19 | j a h i z u n a