HUKUM ADAT

11
Tugas Hukum Adat Page 1 of 11 TUGAS HUKUM ADAT NAMA NAMA NAMA NAMA : 1. 1. 1. 1. WAWAN SANJAYA WAWAN SANJAYA WAWAN SANJAYA WAWAN SANJAYA 2.HAMRIN 2.HAMRIN 2.HAMRIN 2.HAMRIN 3.ARBAIN 3.ARBAIN 3.ARBAIN 3.ARBAIN KELAS KELAS KELAS KELAS : B (SORE) : B (SORE) : B (SORE) : B (SORE) SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER : V (LIMA) : V (LIMA) : V (LIMA) : V (LIMA) FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS : : : : HUKUM HUKUM HUKUM HUKUM DOSEN DOSEN DOSEN DOSEN : DR.A.I. CHANDRA,SH.MH : DR.A.I. CHANDRA,SH.MH : DR.A.I. CHANDRA,SH.MH : DR.A.I. CHANDRA,SH.MH

Transcript of HUKUM ADAT

Page 1: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 1 of 11

TUGAS HUKUM ADAT

NAMA NAMA NAMA NAMA :::: 1.1.1.1. WAWAN SANJAYAWAWAN SANJAYAWAWAN SANJAYAWAWAN SANJAYA

2.HAMRIN2.HAMRIN2.HAMRIN2.HAMRIN

3.ARBAIN3.ARBAIN3.ARBAIN3.ARBAIN

KELAS KELAS KELAS KELAS : B (SORE): B (SORE): B (SORE): B (SORE)

SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER : V (LIMA): V (LIMA): V (LIMA): V (LIMA)

FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS : : : : HUKUMHUKUMHUKUMHUKUM

DOSEN DOSEN DOSEN DOSEN : DR.A.I. CHANDRA,SH.MH: DR.A.I. CHANDRA,SH.MH: DR.A.I. CHANDRA,SH.MH: DR.A.I. CHANDRA,SH.MH

Page 2: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 2 of 11

HUKUM ADAT ( ADAT RECHT )

Secara etimologis istilah hukum adat terdiri dari dua kata, yaitu hukum dan adat.

Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-norma dan

sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga

keamanan dan ketertiban terpelihara. Sedangkan adat adalah merupakan pencerminan

daripada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa

yang bersangkutan dari abad ke abad. Dalam ranah pemikiran Arab kontemporer, adat atau

tradisi diartikan dengan warisan budaya, pemikiran, agama, sastra, dan kesenian yang

bermuatan emosional dan ideologis. Oleh karena itu, pengertian hukum Adat menurut Prof. Dr.

Soepomo, SH. adalah hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif meliputi peraturan

yang hidup meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh

rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan tersebut mempunyai

kekuatan hukum.

Beberapa pendapat pakar yang lain tentang pengertian hukum Adat antara lain:

1. Prof. M. M. Djojodigoeno, SH. mengatakan bahwa hukum adat adalah hukum yang

tidak bersumber kepada peraturan-peraturan.

2. Menurut Prof. Mr. C. Van Vollenhoven, hukum adat adalah hukum yang tidak

bersumber kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda

dahulu atau alat-alat kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya dan diadakan sendiri

oleh kekuasaan Belanda dahulu.

Batasan bidang yang menjadi objek kajian hukum Adat meliputi:

a) Hukum Negara,

b) Hukum Tata Usaha Negara,

c) Hukum Pidana,

Page 3: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 3 of 11

d) Hukum Perdata, dan

e) Hukum Antar Bangsa Adat.

Di masyarakat, hukum Adat nampak dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Hukum yang tidak tertulis (jus non scriptum), merupakan bagian yang terbesar,

2. Hukum yang tertulis (jus scriptum), hanya sebagian kecil saja, misalnya peraturan

perundang-undangan yang dikeluarkan oleh raja dahulu seperti pranatan-pranatan di

Jawa.

3. Uraian hukum secara tertulis. Uraian ini merupakan suatu hasil penelitian.Hukum

adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia

dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah

peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan

dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan

ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan

menyesuaikan diri dan elastis.

Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan

salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena

itu maka tiap bangsa di dunia memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri yang satu dengan yang

lainnya tidak sama. Justru oleh karena itu ketidaksamaan inilah kita dapat mengatakan bahwa

adapt itu merupakan unsur yang terpenting yang memberikan identitas kepada bangsa yang

bersangkutan. Tingkatan peradaban maupun cara penghidupan yang modern ternyata tidak

mampu melenyapkan adat kebiasaan yang hidup dalam masyarakat paling-paling terlihat dalam

proses kemajuan zaman itu.

Sejarah perhatian terhadap hukum adat itu dilukiskan secara lengkap oleh van

Vollenhoven di dalam bukunya : “De Ontdekking van het Adatrecht” (tahun 1982). Dari lukisan

van Vallenhoven itu oleh Sukanto dalam bukunya : “Meninjau Hukum adat Indonesia” dibuat

Page 4: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 4 of 11

suatu reproduksi yang dipersingkat. Timbul pertanyaan : siapakah yang menemukan hukum

adat itu ? sudah tentu bukan rakyat sendiri, sebab hukum adat itu lahir dan berkembang di

tengah-tengah rakyat, dihayati secara langsung oleh rakyat sendiri setiap hari. Menurut van

Vallonhoven yang menemukan hukum adat ialah para sarjana, para ahli dan peminat lain

terhadap hukum adat yang justru hidup di luar lingkungan masyarakat adat dan yang menjadi

pelopor ilmu hukum adat atau pembangunan ilmu hokum adat. Di dalam bukunya itu van

Vallonhoven memberitahukan sejak bilamana para sarjana dan sebagainya itu menyadari

bahwa rakyat Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai sekumpulan peraturan atau hidup

dalam suasana peraturan yang mengatur tingkah laku, mengatur hidup kemasyarakatan yang

menentukan serta mengikat karena mempunyai sanksi. Jadi apabila orang-orang asing, in casu

orang-orang Belanda menyadari bahwa suatu kelompok orang tertentu yang bukan kelompok

orang asing tersebut. In casu orang-orang Indonesia mempunyai sesuatu yang istimewa atau

khusus maka dapatlah dikatakan bahwa orang-orang asing itu telah menemukan sesuatu yang

khas yang dipunyai kelompok orang tertentu tersebut. Orang-orang Belanda menemukan

hukum adat orang Indonesia

Penyelidikan van volllenhoven dan sarjana-sarjana lain membuktikan bahwa wilayah

Hukum adat Indonesia itu tidak hanya terbatas pada daerah hukum RI, yaitu terbatas pada

kepulauan Nusantara kita. Hukum adat Indonesia tidak hanya bersemayam dalam hati nurani

orang Indonesia yang menjadi warga negara Republik Indonesia di segala penjuru Nusantara

kita, tetapi tersebar meluas sampai gugusan kepulauan Piliphina dan Taiwan di sebelah timur

sampai kepulauan Paska, dianut dan dipertahankan oleh orang Indonesia yang termasuk

golongan orang Indonesia dalam etnik.

Dalam wilayah yang sangat luas ini hukum adat tumbuh dianut dan dipertahankan

sebagai peraturan penjaga tatatertib sosial dan tatatertib hukum diantara manusia yang

bergaul di dalam suatu masyarakat, supaya dengan demikian dapat dihindarkan segala bencana

dan bahaya yang mungkin atau telah mengancam. Ketertiban yang dipertahankan oleh hukum

adat itu baik bersifat batiniah maupun jasmaniah kelihatan dan tak kelihatan, tetapi diyakini

Page 5: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 5 of 11

dan dipercaya sejak kecil sampai berkubur berkalang tanah. Di mana masyarakat disitu ada

hukum (adat).

Dari 19 daerah lingkungan hukum (rechtskring) di Indonesia, sistem hukum adat dibagi

dalam tiga kelompok, yaitu:

1.Hukum Adat mengenai tata negara

2.Hukum Adat mengenai warga (hukum pertalian sanak, hukum tanah, hukum

perhutangan).

3.Hukum Adat menganai delik (hukum pidana).

Istilah Hukum Adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh Prof. Dr. C Snouck

Hurgronje, Kemudian pada tahun 1893, Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje dalam bukunya yang

berjudul "De Atjehers" menyebutkan istilah hukum adat sebagai "adat recht" (bahasa Belanda)

yaitu untuk memberi nama pada satu sistem pengendalian sosial (social control) yang hidup

dalam Masyarakat Indonesia.

Istilah ini kemudian dikembangkan secara ilmiah oleh Cornelis van Vollenhoven yang

dikenal sebagai pakar Hukum Adat di Hindia Belanda (sebelum menjadi Indonesia).Pendapat

lain terkait bentuk dari hukum adat, selain hukum tidak tertulis, ada juga hukum tertulis.

Hukum tertulis ini secara lebih detil terdiri dari hukum ada yang tercatat (beschreven), seperti

yang dituliskan oleh para penulis sarjana hukum yang cukup terkenal di Indonesia, dan hukum

adat yang didokumentasikan (gedocumenteerch) seperti dokumentasi awig-awig di Bali.

Page 6: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 6 of 11

Wilayah hukum adat di Indonesia

Menurut hukum adat, wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang ini dapat dibagi

menjadi beberapa lingkungan atau lingkaran adat (Adatrechtkringen).Seorang pakar Belanda,

Cornelis van Vollenhoven adalah yang pertama mencanangkan gagasan seperti ini. Menurutnya

daerah di Nusantara menurut hukum adat bisa dibagi menjadi 23 lingkungan adat berikut:

1.Aceh

2.Gayo dan Batak

3.Nias dan sekitarnya

4.Minangkabau

5.Mentawai

6.Sumatra Selatan

7.Enggano

8.Melayu

9.Bangka dan Belitung

10.Kalimantan (Dayak)

11.Sangihe-Talaud

12.Gorontalo

13.Toraja

14.Sulawesi Selatan (Bugis/Makassar)

15.Maluku Utara

Page 7: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 7 of 11

16.Maluku Ambon

17.Maluku Tenggara

18.Papua

19.Nusa Tenggara dan Timor

20.Bali dan Lombok

21.Jawa dan Madura (Jawa Pesisiran)

22.Jawa Mataraman

23.Jawa Barat (Sunda)

Pengakuan Adat oleh Hukum Formal

Mengenai persoalan penegak hukum adat Indonesia, ini memang sangat prinsipil karena

adat merupakan salah satu cermin bagi bangsa, adat merupkan identitas bagi bangsa, dan

identitas bagi tiap daerah. Dalam kasus sala satu adat suku Nuaulu yang terletak di daerah

Maluku Tengah, ini butuh kajian adat yang sangat mendetail lagi, persoalan kemudian adalah

pada saat ritual adat suku tersebut, dimana proses adat itu membutuhkan kepala manusia

sebagai alat atau prangkat proses ritual adat suku Nuaulu tersebut. Dalam penjatuhan pidana

oleh sala satu Hakim pada Perngadilan Negeri Masohi di Maluku Tengah, ini pada penjatuhan

hukuman mati, sementara dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 tahun 2004.

dalam Pasal 28 hakim harus melihat atau mempelajari kebiasaan atau adat setempat dalam

menjatuhan putusan pidana terhadap kasus yang berkaitan dengan adat setempat.

Page 8: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 8 of 11

Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan

masyarakat adat maka pada tanggal 24 Juni 1999, telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian

Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

Peraturan ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan

pengambilan kebijaksanaan operasional bidang pertanahan serta langkah-langkah penyelesaian

masalah yang menyangkut tanah ulayat.

Peraturan ini memuat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap

"hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat" sebagaimana

dimaksudkan dalam Pasal 3 UUPA. Kebijaksanaan tersebut meliputi :

Penyamaan persepsi mengenai "hak ulayat" (Pasal 1)

Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari

masyarakat hukum adat (Pasal 2 dan 5).Kewenangan masyarakat hukum adat terhadap tanah

ulayatnya (Pasal 3 dan 4)Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di bidang

hukum, dimana diakui keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat. Dalam

prakteknya (deskritif) sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat untuk mengelola

ketertiban di lingkungannya.

Di tinjau secara preskripsi (dimana hukum adat dijadikan landasan dalam menetapkan

keputusan atau peraturan perundangan), secara resmi, diakui keberadaaanya namun dibatasi

dalam peranannya. Beberapa contoh terkait adalah UU dibidang agraria No.5 / 1960 yang

mengakui keberadaan hukum adat dalam kepemilikan tanah.

Page 9: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 9 of 11

Hukum adat adalah hukum yang baik, yang telah mengatur masyarakat Indonesia

selama ratusan tahun lebih. Dalam perkembangannya HUkum Adat itu telah menempuh

kenyataan-kenyataan berikut:

1. Perubahan-perubahan dalam masyarakat yang menuju pada kemajuan diterima oleh

hukum adat dengan suatu kebijaksanaan dengan menerima perubahan-perubahan kepada

kemajuan itu. Sekaligus kemajuan-kemajuan yang telah dicapai itu berangsur-angsur dijadikan

kebiasaan baru dan adat baru. lama-kelamaan menjadi pula ketentuan yabg kokoh dalam

bentuk hukum adat. Kedudukan dan perkembangan hukum adat yang sedemikian itu berjalan

terus dalam lingkungan pembinaan dan pemakaian hukum adat di Indonesia untuk waktu yang

lama. Dibeberapa daerah lingkungan Hukum Adat (ada 19 lingkungan hukum adat di Indonesia

menurut ajaran lama) perkembangan hukum adat yang sedemikian masih bertahan terus

sampai dewasa ini. Tetapi pada derah lingkungan hukum adat perkembangan yang demikian

telah berubah.

2. Pada banyak daerah di Indonesia dewasa ini, Hukum Adat mulai dimasukkan ke dalam

hukum tertulis bagi masyarakat secara keseluruhan. Sebagai contoh dapat kita lihat mengenai

hukum tanah. Diseluruh daerah Indonesia semua tanah mulanya diatur menurut hukum adat.

Kemudian Pemerintah Hindia Belanda dengan Domeinverklaring tahun 1875. Disana dinyatakan

bahwa "tanah yang tidak ada atau tidak jelas siapa pemiliknya adalah tanah Pemerintah HIndia

Belanda." Tanah Adat tetap dibiarkan menurut pengurusan HUkum adat.

Sejak tahun 1960, telah ada undang-undang No. 5 tahun 1960, tentang ketentuan-

ketentuan Pokok Agraria ini menyatakan dengan tegas bahwa Hukum Agraria ini berdasar atas

HUkum Adat dan dengan demikian Hukum Adat diserapkan ke dalam Undang-Undang POkok

Agraria itu. Perundang-Undangan ini telah dilakukan berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah

dan Parlemen. Walupun dalam masyarakat hukum adat setempat belum terlihat keinginan dan

Page 10: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 10 of 11

kenyataan bentuk baru dari hukum mengenai tanah itu. Dengan ini nyata-nyata ditujukan

nantinya meningkatkan hukum adat mengenai tanah ini sehingga tidak ada lagi dalam bentuk

masa yang lalu itu, karena sudah diserahkan pada undang-undang pokok agraria itu. Nyatanya

sampai sekarang keinginan undang-undang pokok agraria itu belum terlaksana penuh, tetapi

telah berhasil mulai diterapkan di daerah-daerah seluruh Indonesia.

Dengan demikian kita lihat pada bentuk kedua ini, menuju kepada mempertinggi Hukum

Adat itu dengan memasukkan dan meresapkannya dalam hukum positif tertulis berbentuk

undang-undang biasa, pengganti Hukum Adat yang tidak tertulis.

Denngan menyalah artikan Pasal 33 UUD 1945, maka di bidang ekonomi dikeluarkan

berbagai kebijakan dan hukum yang secara sepihak menetapkan alokasi dan pengelolaan

sumberdaya alam -- yang sebagian besar berada di dalam wilayah-wilayah adat -- di bawah

kekuasaan dan kontrol pemerintah. Berbagai peraturan perundangan sektoral, khususnya yang

dikeluarkan selama pemerintahan otoriter Orde Baru Soeharto dan Habibie seperti Undang-

Undang (UU) Kehutanan, UU Pertambangan, UU Perikanan, UU Transmigrasi dan UU Penataan

Ruang, telah menjadi instrumen utama untuk mengambil-alih sumber-sumber ekonomi yang

dikuasai masyarakat adat dan kemudian pengusahaannya diserahkan secara kolusif dan

nepotistik kepada perusahaan-perusahaan swasta yang dimiliki oleh segelintir elit politik dan

kroni-kroninya.

Sebagian besar masyarakat adat di Indonesia telah menjadi korban dari pembangunan

yang sejatinya dimaksudkan untuk mensejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya selama

leboh dari 20 tahun terakhir, pembangunan mendapat kritik dan perlawanan dari hampir

seluruh kelompok rakyat marjinal dan para pendukungnya. Kritik dan perlawanan inilah yang

kemudian direspon oleh para elit politik dengan pendekatan yang dangkal dan parsial, yaitu

dengan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan, suatu upaya untuk

"mendamaikan" konflik antara pertumbuhan ekonomi dengan konservasi alam. Pendekatan

Page 11: HUKUM ADAT

Tugas Hukum Adat

Page 11 of 11

baru ini, yang juga meneruskan cara pandang bahwa alam (sebagai ekosistem) hanyalah barang

ekonomi yang dinilai dengan uang (valuasi). Cara pandang ini sungguh ketinggalan jaman

dibanding nilai-nilai dan pandangan holistik yang hidup di masyarakat adat, khususnya mereka

yang relatif belum terhegemoni dengan materialisme. Bagi masyarakat adat asli ini, sangat jelas

bahwa tanah dan sumberdaya alam lainnya bukan sekedar barang ekonomi, tetapi bersifat

spiritual atau sakral.

Lebih mengenaskan lagi, beberapa terakhir ini kita pun dipaksa menyaksikan semakin

maraknya konflik-konflik horisontal (antar kelompok masyarakat) yang memakan korban ribuan

orang yang -- secara langsung ataupun tidak langsung -- bersumber dari ketidak-adilan dan

pemiskinan struktural yang dialami masyarakat adat. Kembali lagi, pada situasi yang seperti ini,

kita menjadi lupa akar persoalan struktural yang "menyemai benih dan menumbuh-suburkan"

konflik-konflik horisontal, termasuk ketidak-adilan dan pelanggaran hak azasi manusia yang

terkandung dalam banyak kebijakan negara yang tertuang dalam berbagai peraturan

perUndang-Undangan sektoral yang mengatur tentang sumberdaya alam.