Hukum Acara Perdata

43
HUKUM ACARA PERDATA Oleh : Hamonangan Albariansyah, SH, MH (Disarikan dari buku ajar “Hukum Acara Perdata di Indonesia”, karya Bpk. Ahmaturrahman, SH)

description

Sistem Hukum di indonesia

Transcript of Hukum Acara Perdata

Page 1: Hukum Acara Perdata

HUKUM ACARA PERDATA

Oleh :Hamonangan Albariansyah, SH, MH

(Disarikan dari buku ajar “Hukum Acara Perdata di Indonesia”, karya Bpk. Ahmaturrahman, SH)

Page 2: Hukum Acara Perdata

Kartu Kuliah (KK)

Lengkapi isian biodata KK

Tempel pasphoto “pantas” dan stempel fakultas

Tulis di pojok kanan atas KK kelas saudara berdasarkan isian KRS online

Contoh : “ Kelas A “

Wajib mencantumkan tanggal di bagian kolom kiri,setiap perkuliahan

Tulis jumlah paraf dosen pada saat akhir perkuliahan

Page 3: Hukum Acara Perdata

Aturan Perkuliahan HAPER

3 SKS = maximal 32 X Pertemuan (termasuk mid)Mahasiswa wajib hadir minimal 85% = 21 X masuk :

Mahasiswa tidak dapat mengikuti UAS tidak ada tugas pengganti kehadiran

Hadir di kelas tidak berdasarkan pilihan di KRS atau tidak di cantumkan tanggal/kuliah di KK = KK tidak di parafMax telat masuk kelas 10 menit tdk diizinkan masuk Komponen nilai

Tugas - Quiz (lisan) + UTS (lisan) + UASTugas copy-paste atau kumpul tugas tidak tepat waktu = “ 0 ”Pemalsuan paraf, menitip KK dan/atau Kecurangan Ujian = “D“Ujian susulan max.1 minggu setelah Mata Kuliah tsbKK hilang = ujian lisan 2 soal, 1 parafTidak ada absensi menggunakan KK sementara (kertas)Mahasiswa mentaati aturan akademik selama di kelas

Page 4: Hukum Acara Perdata

Buku Bacaan Hukum Acara Pedata

Prof. Sudikno Mertokusumo, SH, “Hukum Acara Perdata Indonesia”

Prof. Abdulkadir Muhammad, SH, “Hukum Acara Perdata Indonesia”

Buku tsb ada di Perpustakaan anda

Page 5: Hukum Acara Perdata

PERTEMUAN 1GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN (GBPP)

HUKUM ACARA PERDATA

PendahuluanPemberian Kuasa (Lastgeving)Penyelesaian Perkara PerdataGugatanUpaya Menjamin Hak (Sita Jaminan)Pemeriksaan Di PersidanganPembuktianPutusan Hakim (Vonnis)Upaya Hukum (Recht Middelen)Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi)

Page 6: Hukum Acara Perdata

Bab IPendahuluan

Hukum Acara, hukum proses, hukum formilHukum Acara : hukum yang mengatur caranya menjamin ditaatinya hukum perdata material dengan perantara hakim agar memperoleh perlindungan hukum untuk mencegah tindakan menghakimi sendiri (eigenrichting)Ps.666 ayat 3 BW, 2 pendapat mengenai tindakan menghakimi sendiri :

Tidak dibenarkan, negara telah menyediakan upaya untuk memperoleh perlindungan hukum melalui pengadilanTidak dibenarkan, akan tetapi abapila peraturan yang ada tidak cukup memberikan perlindungan, maka tindakan menghakimi sendiri secara tidak tertulis dibenarkan.

Hukum Proses : Rangkaian perbuatan hukum yang mengatur cara atau apa saja yang dilakukan agar hukum materil dapat diwujudkanHukum Formil : hukum yang mengutamakan kebenaran cara dan bentuk agar substansi hukum materil dapat dilaksanakan

Page 7: Hukum Acara Perdata

Hukum Acara Perdata

Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, SHHukum Acara Perdata adalah

kumpulan aturan-aturan hukum yang mengatur bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantara hakim

Perbedaan :H.Acara Pidana : hak yang dilanggar bersangkutan dengan kepentingan umumH.Acara Perdata : hak yang dilanggar bersangkutan dengan kepentingan pribadi

Page 8: Hukum Acara Perdata

Perlindungan hukum yang diberikan Pengadilan untuk mencegah eigenrichting

Tuntutan hak yang mengandung sengketa Gugatan, sekurang-kurangnya dua pihakTuntutan hak yang tidak mengandung sengketa Permohonan, hanya satu pihak sajaTimbulnya perkara perdata karena inisiatif pihak penggugat, bukan inisiatif hakim

Page 9: Hukum Acara Perdata

Persidangan Perdata1. Tuntutan hak tidak mengandung sengketa

/peradilan tidak sesungguhnya (Voluntaire Jurisdictie).

Ciri- cirinya : Mengadili perkara tidak mengandung konflik atau sengketa, melainkan tuntutan hak berupa permohonanHanya terdapat satu pihak, tanpa lawanProduk pengadilan berupa Penetapan (Bechikking) atau putusan menerangkan,menetapkan (declaratoir)Penetapan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada diri pemohon sendiri dan pihak ketigaPenetapan tidak memerlukan pertimbangan atau alasanAturan BW buku ke IV tidak berlakuContohnya ; penetapan wali hakim, ahli waris, permohonan kewarganegaraan, pengangkatan anak, penetapan pengampuan

Page 10: Hukum Acara Perdata

2. Tuntutan hak yang mengandung sengketa/peradilan sesungguhnya (Contentiuese Jurisdictie).

Ciri-cirinya :Sekurang-kurang nya dua pihak yang bersengketa (Penggugat-Tergugat),tuntutan hak dalam bentuk gugatanProduk pengadilan diakhiri dengan putusan (vonnis)Putusan mengikat para pihak yang bersengketa sajaPutusan harus mempunyai alasan yang kuat dan tepatBuku ke IV BW berlakuContoh nya : sengketa hak atas tanah, sengketa HAKI, sengketa ganti kerugian

Page 11: Hukum Acara Perdata

Yang diatur dalam HaPdt ..?

Bagaimana cara pihak yang dirugikan mengajukan perkaranya ke pengadilanBagaimana cara pihak yang diserang mempertahankan hak nyaBagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak yang berperkaraBagaimana hakim memeriksa dan memutus perkaraBagaimana melaksanakan putusan hakim (eksekusi)

Dengan kata lain Hukuk Acara Perdata adalah :> Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak, untuk melaksanakan peraturan hukum perdata materill

Page 12: Hukum Acara Perdata

SUMBER HUKUM ACARA PERDATA

HIR (Herziene Indonesische Reglement) di dalam Stb.1941 : 44 Pasal 118-245, berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah Jawa & Madura

RBg (Rechtsreglement voor de Buitenwesten) di dalam Stb.1927 : 227 Pasal 142-314, berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah luar Jawa & Madura

BRv (Reglement opde Burgerlijke Rechtvordering) di dalam Stb.1847 : 52, berlaku bagi Gol.Eropa & yang dipersamakan. Skerang sebagai Pedoman

Page 13: Hukum Acara Perdata

UU Kekuasaan Kehakiman, 48 tahun 2009

UU Mahkamah Agung, 5 tahun 2004

UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan Umum jo UU No.8 tahun 2004 jo UU No.49 tahun 2009 ttg Perubahan kedua UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan Umum

SEMA

Yurispurdensi

Perjanjian Internasional

Page 14: Hukum Acara Perdata

Asas-asas dalam HAPdt(see UU No. 4 tahun 2004)

Peradilan dilakukan “demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa”. Pada kepala Putusan hakim.

Fungsinya : memberi kekuatan eksekutorial pada putusan hakim. Kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat negara.

Peradilan dilakukan dengan :“sederhana”, mudah dipahami dan tidak

berbelit-belit.“cepat”, tidak banyak formalitas“biaya ringan”, terjangkau oleh rakyat.

Page 15: Hukum Acara Perdata

Hakim bersifat menungguInisiatif untuk mengajukan tuntutan hak, pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berkepentingan

Hakim bersifat PasifRuang lingkup atau luasnya pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh pihak yang berperkara, bukan hakimUltra Petita Partium, Hakim hanya mengadili apa yang dituntut, dilarang memvonis atas perkara yang tidak dituntut atau menjatuhkan vonis lebih dari yang dituntut Pembuktian diserahkan kepada para pihak, pihak yang berperkara bebas mengajukan upaya hukum

Page 16: Hukum Acara Perdata

Beracara atau berperkara memerlukan biaya yang meliputi :

Biaya kepaniteraan, pemanggilan,, pemberitahuan para pihak dan bea materai

Biaya perkara dibebankan kepada :Pihak Penggugat, karena ia mengajukan gugatan

Jika gugatan dikabulkan, maka biaya perkara dibebankan kepada pihak yang kalah (tergugat)

Jika gugatan ditolak, biaya dibebankan kepada Penggugat (Penggugat kalah)

Apabila para pihak tidak mampu, maka beracara secara gratis (prodeo), biaya dibebankan kepada negara (Pasal 237 HIR atau 273 RBg)

Page 17: Hukum Acara Perdata

Asas Hakim Majelis, sekurang-kurangnya 3 orang hakim.

Maksud & tujuannya untuk menjamin pemeriksaan yang seobjektif nya dan memberikan perlindungan HAM di bidang peradilan

Namun dalam prakteknya dapat ditemui pemeriksaan dengan hakim tunggal (Unus Judex) untuk mempercepat jalannya proses. Contoh : putusan declaratoir, pelanggaran lalu lintas.

Page 18: Hukum Acara Perdata

Hakim harus mendengarkan kedua pihak (Audi et Alteram Partem)

Hakim tidak memihak, para pihak diperlakukan sama

Asas Sidang Terbuka Untuk Umum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang

Artinya setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidanganTujuan asas ini adalah menjamin objektifitas peradilan, sebagai social control oleh masyarakat.Akan tetapi pada pembacaan putusan harus dalam sidang yang terbuka untuk umum, apabila putusan diucapkan dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan tersebut tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengakibatkan batalnya putusan menurut hukum

Page 19: Hukum Acara Perdata

Putusan Hakim harus disertai dengan alasan-alasan.

Tujuan dicantumkan alasan-alasan tersebut sebagai pertanggungjawaban hakim dan objektifitas atas putusan kepada masyarakat

Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup pertimbangan (Onvoldoende Gemotiveerd) merupakan alasan untuk mengajukan kasasi dan harus dibatalkan

Alasan-alasan hakim dalam penjatuhan keputusan :

Perundang-undangan

Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat

Jurisprudensi, doktrin, dan harga emas (masalah ganti kerugian)

Page 20: Hukum Acara Perdata

Pertemuan 2Kekuasaan Kehakiman

Sejak UU No.4 tahun 2004, badan peradilan secara organisasi, administrasi dan financial dibawah kekuasaan MAP. Umum

UU No. 49 tahun 2009Memeriksa dan mengadili perkara orang sipil baik pidana maupun perdata

P. MiliterUU No. 31 tahun 1997Peradilan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang khusus dilakukan oleh anggota TNI

P. AgamaUU No. 50 tahun 2009Orang Muslim dan Perdata Tertentu seperti perkawinan, perceraian, warisan, hibah, wasiat, wakaf, sadaqoh

P. TUNUU No. 51 tahun 2009 Mengadili perkara yang timbul akibat tindakan penguasa yang berupa penetapan (Beschikking) yang merugikan orang lain secara individu

P. NiagaUU No. 37 tahun2004Mengadili perkara kepailitan

P. TipikorUU No. 46 tahun 2009, mengadili perkara tindak pidana korupsi

Page 21: Hukum Acara Perdata

Pembagian PN dan PTBerdasarkan Volume Perkara, Luas Wilayah, dan Potensi Daerah, yaitu :

PN Klas I A, P. Perdata > 300/thnP. Pidana > 800/thn

PN Klas I B,P. Perdata < 300/thnP. Pidana < 800/thn

PN Klas II A,P. Perdata < 150/thnP. Pidana < 400/thn

PN Klas II B,P. Perdata < 60/thnP. Pidana < 200/thn

Klas A :Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang

Klas B :Aceh, Padang, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Ambon dan Jayapura

Page 22: Hukum Acara Perdata

STRUKTUR ORGANISASI

1. Ketua PN/PT Pengalaman 10 tahun sebagai hakim PN/PT 5 tahun bagi hakim PT yang pernah menjabat ketua PN

2. Hakim WNI, Pegawai Negeri, Sarjana Hukum, min 25 tahun,

berwibawa, adil, jujur, bertaqwa, setia kepada Pancasila dan UUD 45

3. Panitera Dalam tugasnya dibantu oleh panitera pengganti Tugas nya menyelenggarakan administrasi perkara Mengikuti dan mencatat jalannya persidangan Dalam perkara perdata bertugas melaksanakan putusan

pengadilan Membuat salinan putusan

Page 23: Hukum Acara Perdata

4. Juru Sita (deur waader) Dalam tugasnya dibantu oleh juru sita pembantu Melaksanakan semua perintah ketua sidang Menyampaikan pengumuman, teguran, protes dan

pemberitahuan putusan pengadilan Melakukan penyitaan atas perintah ketua

pengadilan Membuat berita acara penyitaan

Page 24: Hukum Acara Perdata

TUGAS POKOK BADAN PENGADILAN

Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadiliHakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai dalam masyarakatPengadilan mengadili menurut hukum, tidak membeda-bedakan orangPengadilan membantu mengatasi segala hambatan untuk dapat tercapainya peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan

Page 25: Hukum Acara Perdata

Sejarah Hukum Acara Perdata dan Peradilan di Indonesia

1. Zaman Hindia Belanda (1848-1942)

2. Zaman Jepang (1942-1945)

3. Zaman RIS (1945 dan 1949 dan 1950)

4. Periode 1950-1959

5. Periode 5 Juli 1959 s/d 11 Maret 1966 dan sesudah 11 Maret 1966

Page 26: Hukum Acara Perdata

Zaman Hindia Belanda (1848-1942)a. H.L.Wichers ditugaskan pemerintah HB menjabat

ketua Hooggerechtshof (MA) di Bataviab. Tidak membenarkan praktek pengadilan yang

memeriksa, memutus perkara perdata untuk gol.Bumiputera menggunakan aturan gol.Eropa tanpa landasan UU

c. Dengan peraturan Gubjen J.J.Rochussen,memerintahkan Wichers merancang Reglement tentang administrasi Polisi, acara perdata dan acara pidana bagi Bumiputera sekaligus gol.Timur Asing di Jawa-Madura. Disamakan kecerdasan sama

d. Rancangan yg telah disahkan tsb lazim disebut Het Inlandsch Reglement (HIR)

e. Menyusul kemudian aturan untuk luar jawa-madura yang disebut dengan Rechtsreglement voor de Buitenwesten (RBg), Stb 1927 No.227

Page 27: Hukum Acara Perdata

Susunan Peradilan

Jawa-Madura Luar Jawa-Madura

- Hooggerechtshof Hooggerechtshof

- Raad van Justitie Raad van Justitie

- Residentiegerecht Residentiegerecht

- Landrecht Landrecht

Magistraadgerecht

- Landraad

- Districtgerecht

Page 28: Hukum Acara Perdata

Zaman Jepang

UU No.1 tahun 1942 yang menentukan “bahwa untuk sementara waktu segala UU dan peraturan dari pemerintah Hindia Belanda dahulu terus berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan balatentara Jepang”

Tidak ada perubahan dalam hukum materill, hanya perubahan penyederhanaan sistem peradilan dengan sistem hakim tunggal, menjadi : Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Swapraja, Peradilan Adat dan Peradilan Militer.

Page 29: Hukum Acara Perdata

Periode RISUU No. 7 tahun 1947 tentang susunan keluasaan MA dan Kejaksaan AgungUU No.20 tahun 1947 tentang Banding di jawa-madura,dan RBg diluar Jawa-madura4 lingkungan peradilan ; umum, agama, adat dan militer

Periode 1950-1959Menghapus pengadilan khusus,hanya meninggalkan PN yang berkuasa pada tingkat pertama memeriksa,mengadiliUU No.1 tahun 1951 ttg susunan peradilan umum, yaitu PN, PT dan MA

Page 30: Hukum Acara Perdata

Periode 5 Juli 1959- 11 Maret 1966UU No.19/1964 ttg Ket.Pokok kekuasaan kehakimanUU No.13 tahun 1965 ttg Pengadilan dalam Peradilan Umum4 lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan umum,peradilan agama, peradilan militer, peradilan TUNNamun kedua UU tsb memberikan eksekutif dapat intervensi perkara,pengadilan,peradilan, bertentangan dengan UUD’45Orde baru,Digantikan dgn UU No.14 tahun 1970 ttg Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No.2 tahun Peradilan Umum.Belum ada HaPdt yg berlaku secara Universal,seperti HaPidana (UU No.8/1981)

Page 31: Hukum Acara Perdata

Bab IIPemberian Kuasa (Lastgeving)

Lastgeving adalah :

suatu persetujuan atau perjanjian

dengan mana seorang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada orang lain

Yang menerimanya untuk atas namanya melakukan perbuatan hukum suatu urusan/perihal

Page 32: Hukum Acara Perdata

Pengaturan LastgevingHukum Formil HIR,RBg & BrvHukum Materill, BW/KUHPerdata, UU No.18 tahun 2003 ttg Advokat

Advokat : orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan UU ini.Jasa Hukum : jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi,membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klienKuasa Insidential : memberikan jasa dalam bidang hukum hanya untuk sekali saja (1 perkara). Orang yang dapat menjadi kuasa insidential,yaitu :

Mempunyai hub.keluarga dengan salah satu pihak sampai derajat ketigaMereka yang ada hubungan kerja dengan suatu instansi Mereka yang termasuk salah satu pihak dalam perkara

Page 33: Hukum Acara Perdata

Persyaratan Advokat

See Pasal 3 UU No.18/2003:WNI, tinggal di Indonesia, tidak berstatus PNS/Pejabat NegaraBerusia min.25 tahunBerijazah Sarjana, latar belakang pendidikan hukumLulus ujian advokat yang diadakan organisasi advokatMagang min 2 tahun terus menerus pada kantor advokatTidak pernah dipidana dengan ancaman 5 tahun >Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab,adil dan integritas tinggi.

Page 34: Hukum Acara Perdata

Cara Pemberian Kuasa

Secara LisanPihak yang memberikan kuasa selalu hadir bersama pihak yang menerima kuasaDitunjuk lisan ketika membuat gugatan lisan dilakukan didepan ketuan PN. Maka ketika itulah disebutkan maksud memberi kuasa.Ditunjuk secara lisan dimuka persidangan. Pemberi dan penerima kuasa hadir di sidang (dicatat dalam berita acara sidang)

Page 35: Hukum Acara Perdata

Secara TertulisDengan menunjuk nama orang yang diberi kuasa di dalam surat gugatan.Dengan Surat Kuasa Khusus :

mencantumkan identitas pemberi dan penerima kuasaMencantumkan lawan dan objek perkaraMencantumkan pengadilan tempat berperkaraMencantumkan hal-hal yang dikuasakan(jika perlu) cantumkan pemberian hak substitusi (memberikan kuasa kepada orang lain)

Page 36: Hukum Acara Perdata

Bab IIIPenyelesaian Perkara Perdata

LitigasiGugatan

Permohonan

Perdamaian melalui Pengadilan

Non-LitigasiArbitrase

ADR

Page 37: Hukum Acara Perdata
Page 38: Hukum Acara Perdata
Page 39: Hukum Acara Perdata

SYARAT MENGAJUKAN TUNTUTAN HAK

Tuntutan Hak harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup merupakan syarat utama dapat diterimanya tuntutak hak oleh pengadilan guna diperiksa

Gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai hubungan hukum dan kepentingan.

Page 40: Hukum Acara Perdata

Persyaratan Mengajukan Gugatan

Gugatan pada pokoknya memuat :

Identitas, deskripsi ciri-ciri dari penggugat-tergugat

Fundamental petendi, dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-alasan dari pada tuntutan.

Petitum, tuntutan perihal yang dimintakan kepada pengadilan untuk diputuskan

Page 41: Hukum Acara Perdata

Fundamental Petendi terdiri dari dua bagian, yaitu :Uraian tentang kejadian atau bagian peristiwa yang merupakan penjelasan duduk perkara. Kejadian yang nyata yang mendahului peristiwa hukum, sejarah asal mula terjadinya hakUraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis daripada tuntutan

See Pasal 1865 BW, barang siapa yang mengaku mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah hak orang lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut

Petitum, putusan yang diharapkan/dimintakan agar diputuskan hakim, harus jelas dan sempurna (tidak bertentangan satu dengan lainnya-obscuurlibel),hendaknya bersifat tunggal, sehingga apabila terjadi, makan tidak diterimanya gugatan.

Page 42: Hukum Acara Perdata

Sistematika Putusan : menguraikan tentang Duduknya Perkara – Pertimbangan Hukumnya

Misal

Page 43: Hukum Acara Perdata

PERTEMUAN 3Pemberian Kuasa (Lastgeving)