Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

62
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, denagn bantuan atau dengan kekuatan sendiri.Bentuk persalinan berdasarkan definisi yaitu persalinan normal dimana proses penegeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentaase bwelakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin( Saefuddin,2004). Menurut WHO (Word Health Organisation), pada tahun 2009 sebanyak 536.000 ibu meniggal pertahun saat mereka hamil dan bersalin dan persalinan, sedangkan pada tahun 2008 berkisar 585.00 ibu meninggal akibat masalah kehamilan dan persalinan, bahkan dari separuh jumlah seluruh kematian terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan, yang disebabkan karena perdarahan (40-50%)

Transcript of Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

Page 1: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, denagn

bantuan atau dengan kekuatan sendiri.Bentuk persalinan berdasarkan definisi

yaitu persalinan normal dimana proses penegeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentaase bwelakang kepala yang

berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin( Saefuddin,2004).

Menurut WHO (Word Health Organisation), pada tahun 2009 sebanyak

536.000 ibu meniggal pertahun saat mereka hamil dan bersalin dan persalinan,

sedangkan pada tahun 2008 berkisar 585.00 ibu meninggal akibat masalah

kehamilan dan persalinan, bahkan dari separuh jumlah seluruh kematian terjadi

dalam 24 jam setelah melahirkan, yang disebabkan karena perdarahan (40-50%)

infeksi (20-30) dan preklampsia (20-30%) (Wijaya R.D, 2010).

Survey Demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 menyeburkan

bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survey( 2003-2007)

sebesar 228 per 100000 kelahiran hidup ( Depkes RI,2009). Angka kematian ibu

(AKI) di Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka

kematian bayi (AKB) tercatat 35/1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan

bayi yang tertinggi diAsia tenggara (Fransisca S.K, 2010).

Page 2: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

2

Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat di golongkan atas faktor-

faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio ekonomi.

Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat

ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab obsestri langsung sebesar 90%,

sebagian besar perdarahan (40%), eklamsia (30%) dan infeksi (30%), sedangkan

penyebab tak langsung kematian ibu antara lain KEK, anemia, penyakit

kardiovaskuler, persalinan yang di tolong oleh dukun (non nakes), dan keadaan 4

terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak) (Depkes RI,

2011).

Di perkirakan 95 % kematian ibu terjadi disaat persalinan dimana

penyebabnya adalah komplikasi obstetric yang sering tidak dapat diperkirakan

sebelumnya. Komplikasi obstetric tersebut adalah perdarahan, sedangkan

penyebab lain adalah ekslamsia dan infeksi. Ini berarti bahwa kasus perdarahan

menduduki peringkat pertama. Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan

terjadinya perdarahan post partum anatara lain atonia uteri, retensio plasenta,

robekan jalan lahir, rest lasenta an inverrso uteri.

Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi

setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar,

lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Atonia uteri

merupakan penyebab tersering dari pendarahan pasca persalinan. Sekitar 50-60%

pendarahan pasca persalinan disebabkan oleh atonia uteri (Shane.B, 2008).

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari pendarahan pasca

Page 3: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

3

persalinan.Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.Pendarahan pasca

persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh

robekan serviks atau vagina. Sekitar 4-5% pendarahan post partum disebabkan

oleh laserasi jalan lahir (Shane.B, 2008). Retensio placenta adalah keadaan

dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Sekitar 16-17%

dari kasus perdarahan post partum disebabkan oleh Retensio Plasenta. Rest

placenta adalah tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan

penyebab umum terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan

pasca persalinan sekunder). Sekitar 23-24% pendarahan post partum disebabkan

oleh sisa plasenta. Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan

segera, akan tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Inversio

uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Frekuensi

inversio uteri : angka kejadian 1: 20.000 persalinan.

Berdasarkan data yang diambil dari kamar bersalin RSUD kabupaten

muna jumlah pesalinan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 337 orang mengalami

perdarhan post partum sebanyak 32 orang (9,81%), tahun 2012 sebanyak 389

orang, yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 36 orang (9,04)

sedangkan bulan januari – juli 2013 jumlah persalinan 240 orang yang mengalami

perdarahan post partum 34 orang atau 14,16%. Bulan Januari – Juli 2013 jumlah

perdarahan post partum di kamar bersalin RSUD Kab. Muna tercatat 34 orang,

meningkat dari tahun sebelumnya bulan januari – juli 2012 sebanyak 18 orang

jumlah perdarahan post partum.

Page 4: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah "Apakah terdapat hubungan umur dan paritas ibu dengan

kejadian perdarahan post partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna periode Januari - Juli 2013.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

perdarahan post partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna periode Januari - Juli 2013

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian perdarahan post

partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

periode Januari - Juli 2013

b. Untuk mengetahui hubungan grviditas ibu dengan kejadian perdarahan

post partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna periode Januari - Juli 2013

c. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post

partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

periode Januari - Juli 2013

Page 5: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus

dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang berhubungan dengan umur,

graviditas, dan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post partum di kamar

bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari - Juli

2013

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber

informasi penentu kebijakan baik Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan,

dalam menyusun perencanaan yang terkait dengan permasalahan dengan umur,

graviditas, dan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post partum di kamar

bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari - Juli

2013

3. Manfaat bagi A kademik

Sebagai tambahan literatur dan referensi bagi mahasiswa kebidanan

dalam rangka peningkatan pengetahuan khususnya dengan umur, graviditas,

dan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post partum di kamar bersalin

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari - Juli 2013

Page 6: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

A. Perdarahan Porst Partum

1. Pengertian.

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi

lahir sebelum atau setelah plasenta lahir dengan jumlah perdarahan lebih

dari 500 cc (saefudin 2004).

Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian ibu

dimana ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan

post parturn, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus

dan ruptura uteri) (Sastrawinata, 2004).

2. Klasifikasi

Perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum dini

adalah perdarahan yang jumlahnya lebih dari 500 cc dan terjadi dalam

batas waktu 24 jam pertama setelah anak lahir.

b. Perdarahan post partum sekunder atau perdarahan post;partum lambat

adalah perdarahan yang berjumlah lebih dari 500 cc yang terjadi

setelah 24 jam pertama kelahiran.

Page 7: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

7

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya diperoleh besaran sebagai berikut :

a. Atonia uteri : 50-60 %

b. Retensio plasenta : 28-29 %

c. Sisa plasenta : 3-4%

d. Laserasi jalan lahir : 8-9 %

e. Kelainan darah : 27-28 %

Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian

maternal khususnya di negara berkembang.

Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan post partum

diantaranya adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2

tahun dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan. (Manuaba, 2004).

a. Atonia Uteri

Atonia uteri teriadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus

menjadi luka dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan

plasenta terbuka lebar, karena kontraktilitas dan rettraktilitas otot

rahim menjadi lemah.

Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah umur yang terlalu

muda atau tua, paritas yang sering dijumpai pada multipara dan

grandemultipara, partus lama dan partus terlalu cepaf, partus dengan

induksi atau akselerasi oksytosin, uterus terlalu teregang dan terlalu

besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau janin besar, kelainan

pada uterus, dan faktor sosio ekonomi yakni malnutrisi.Gejala dan

Page 8: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

8

tanda yang selalu ada pada kasus atonia uteri yaitu : uterus tidak

berkontraksi dan lembek, perdarahan pervaginam terjadi segera setelah

anak lahir. Sedangkan gejala dan tanda-tanda yang kadang-kadang

adalah syok. Penanganan pada kasus atonia uteri adalah :

Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri, sementara

dilakukan pemasangan infuse dan pemberian uterotonika lakukan

pengurutan uterus, berikan tranfusi darah bila sangat diperlukan, pada

fasilitas pelayanan kesehatan dasar lakukan :

1) Kompresi bimanual eksternal dengan cara :

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling

mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melengkapi uterus.

Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali

berkontraksi atau dibawah ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila

belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.

2) Kompresi bimanual internal dengan cara:

Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen

dan tinju tangan dalam untuk menjepit pembuluh darah dalam

miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan

jumlah perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila

perdarahan berkurang atau berhenti. Tunggu hingga uterus

berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, coba

lakukan kompresi aorta abdominalis.

Page 9: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

9

3) Kompresi aorta abominalis dengan cara :

Raba arteri vemoralis dengan ujung jari tangan kiri,

pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian

tekankan pada daerah umbilicus, tegak lurus dengan sumbu badan,

bingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan

menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri vemoralis.

Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang

tejadi.

b. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta

selama setengah jam setelah kelahiran bayi.

Jenis-jenis Retensio plasenta adalah :

1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium.

3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai atau memasuki miometrium

4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding

uteru.

Page 10: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

10

5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara, dan

implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta,

plasenta inkreta dan plasenta perkreta, mengganggu kontraksi otot rahim

dan menimbulkan perdarahan, retensio plasenta tanpa perdarahan dapat

diperkirakan darah penderita terlalu banyak hilang kemungkinan inplantasi

plasenta terlalu dalam.

Penanganan pada kasus retensio plasenta yaitu dapat dilakukan

dengan " manual plasenta " teknik pelepasan plasenta secara manual

adalah vulva didisinfeksi begitu pula tangan dan lengan bawah si

penolong. Setelah tangan memakai sarung tangan, labia dilebarkan dan

tangan akan masuk secara obstetric kedalam vagina, tangan luar menahan

fundus uteri. Tangan dalam sekarang meriyusuri tali pusat, yang sedapat-

dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke

plasenta, tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari

pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah

kelingking, plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang sudah terlepas

dan dinding rahim dan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah

plasenta terlepas seluruhnya plasenta di pegang dengan perlahan-lahan

ditarik keluar.

Page 11: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

11

Tindakan manual plasenta dapat menimbulkan komplikasi yaitu

terjadi perforasi uterus, dapat terjadi infeksi sebagai akibat bakteria dapat

terdorong kedalam rongga rahim.

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan

tindakanprovilaksis dengan melakukan uterotonika intravena atau intra

muskuler, memasang tamponade uterovaginal, memberikan antibiotik,

memasang infus dan tranfusi darah.

c. Rest plasenta.

Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak

lengkap, harus dilakukan eksplorasi kavum uteri. Potongan-potongan

plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan

perdarahan post partum sekunder. Oleh karena itu segera upayakan

melahirkan plasentanya setelah keadaan umum ditanggulangi. Adapun

upaya-upaya tersebut lebih dahulu dimulai dari yang ringan untuk

seterusnya dilanjutkan dengan tindakan yang lebih berat jika upaya

ternyata gagal. Tindakan yang dianjurkan adalah massage, tindakan Brand

Andrews, tindakan Crede, mengeluarkan plasenta dengan tangan,

histeroktomi dan ligasi arteria hipogastrika, dan perdarahan robekan jalan

lahir.

d. Perdarahan robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah

yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu

harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat

Page 12: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

12

diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,

dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk

hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arteril atau

pecahnya pembuluh darah vena.

Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan

dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum. Setelah

sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan

melakukan ligasi.

e. Inversio uteri.

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk

kedalam kavum uteri dapat secara mendadak atau terjadi perlahan.

Menurut perkembangnya, inversio uteri dibagi dalant tiga tingkat yaitu

inversio uteri komplit dimana fundus uteri terdapat dalam vagina dan

selaput lendirnya sebelah luar, inversio uteri inkomplit dimana fundus uteri

menekuk kedalam kavum uteri tetapi belum keluar ostium uteri, inversio

prolaps yaitu uterus yang berputar baik keluar dari vulva.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inversio uteri

yaitu tonus otot rahim yang lemah, tekanan atau tarikan dalam fundus

(tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat,

dan kanalis servikalis yang longgar). Adapun gejala-gejala dari inversio

uteri yaitu syok, fundus uteri sama sekali tidak teraba, kadang-kadang

tampak sebuah tumor yang merah diluar vulva adalah fundus uteri yang

terbaik atau teraba tumor dalam vagina, dan perdarahan.

Page 13: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

13

Penanganan inversio uteri yaitu tindakan yang utama dilakukan

adalah mengatasi gejala-gejala syok yang timbul yaitu dengan infus

intravena cairan elektrolit dalam dan tranfusi darah. Segera setelah atasi

gejala syok lakukan reposisi. Tindakan reposisi sebaiknya dilakukan

dengan anestesi umum. Setelah reposisi berhasil diberi drips oksytosin dan

dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon rahim

dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.

B. Faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum

1. Umur

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dan perkembangan

alat reproduksi wanita dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun

(Wiknjasastro, H, 2002) dengan kurun waktu tersebut diharapkan

seorang ibu sudah dapat menentukan apa yang terbaik dalam

kehidupannya dalam hal ini ibu sudah memiliki pemahaman atau

pengetahuan tentang perdarahan post partum (Hanifa wiknjosastro

2008).

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20,. tahun

atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan post partum yang dapat mengakibatkan kematian

maternal. Hal ini disebabkan karena usia dibawah umur 20 tahun

seorang ibu belum cukup matang untuk menerima dan mendukung

Page 14: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

14

perkembangan janin. Sedangkan usia lebih dari 35 tahun alat-alat

reproduksi telah mengalami kemunduran sehingga kemungkinan

untuk terjadinya komplikasi terutama perdarahan akan lebih besar.

(Depkes RI 2002).

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada

usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2. Paritas.

Paritas adalah jumlah prsalinan yang pernah dialami olh

seorang ibu selama hidupnya status paritas yang tinggi, jumlah anak

lbih dari tiga dapat mempengaruhi satus kesehata ibu dan kesepakatan

untuk menyediakan waktu dalam upayameningkatkan derajat

kesehatannya. semaki tinggi paritas artinya bahawa rkuensi

melahirkan ibu semakn tinggi maka aan semakin memburuk kadadn

kesehatan ibu dan anaknya paritas 2-3 merupaka paritas ideal yag di

tinjau dari sudu kematian.(saefudin,2004).

Ibu yang selau sering melahirkan mempunya risiko tinggi bagi

kesehatanya. Hal ini di sebut berisiko karena pada ibu dapat timbul

kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang

mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana nutrisi akan

berkurang. Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan yang

relatif aman untuk melahirkan pada masa reproduktif, karena pada

Page 15: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

15

persalinan tersebut keadaan patologis dimana dinding utrus belum

banyak mengalami perubahan.(Depkes RI 2010)

B. Landasan Teori

1. Umur Ibu

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dan perkembangan alat

reproduksi wanita dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Wiknjasastro, H, 2002)

dengan kurun waktu tersebut diharapkan seorang ibu sudah dapat menentukan

apa yang terbaik dalam kehidupannya dalam hal ini ibu sudah memiliki

pemahaman atau pengetahuan tentang perdarahan post partum (Saefudin

2004).

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20,. tahun atau lebih

dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan post partum

yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini disebabkan karena usia

dibawah umur 20 tahun seorang ibu belum cukup matang untuk menerima

dan mendukung perkembangan janin. Sedangkan usia lebih dari 35 tahun

alat-alat reproduksi telah mengalami kemunduran sehingga kemungkinan

untuk terjadinya komplikasi terutama perdarahan akan lebih besar. (Depkes

RI 2002).

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal

Page 16: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

16

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali

sesudah usia 30-35 tahun..

2. Paritas.

Paritas adalah jumlah kelahiran oleh seorang wanita, baik yang berakhir

dengan kelahiran hidup, lahir mati, maupun dengan abortus. Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman di tinajau dari sudut kematian maternal. Paritas

1 dan paritas lebih 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih

tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Wiknjosatro, H, 2008).

C. K erangka K onsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Variabel independent

: Hubungan variabel yang diteliti

: Variabel dependent

Gambar 1: Pola Pikir Variabel yang diteliti

Umur

Perdaran post partum

Paritas

Page 17: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

17

D. Hipotesis penelitan

1. Ha : Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum

di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode

Januari - Juli 2013.

Ho : Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian perdarahan post

partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

2. Ha : Ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian perdarahan post

partum di kamar bersalin Rumah Sakit umum Daerah Kabupaten

Muna periode Januari - Juli 2013

Ho : Tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian perdarahan post

partum di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna periode Januari - Juli 2013

Page 18: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan

mnggunakan croos sectional yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan

antara paparan (fakor penelitian ) dan penyait dengan cara membandingkan

kelompok kasus dan kontrol berdasarkan status paparan.

Neonatal

(sampel)

faktor risiko (+) faktor risiko (-)

efek (+) efek (-) efek(+) efek (-)

Gambar 2. Skema rancangan cross-sectional (Sastroasmoro, 2008)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Tahun 2014, sedangkan waktu penelitian di lakukan pada bulan Februari

2014.

Page 19: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

19

C. Subyek Penelitian

1. Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang tercatat

dalam buku register ruang kebidanan Rumah Sakit Uumum Daerah Kabupaten

Muna periode Januari – Juli 2013 berjumlah 240 orang..

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami

perdarahan postpartum dan tercatat dalam buku register di ruang Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun periode Januari _ Juli

2013 berjumlah 34 orang. Tehnik Pengambilan sampel secara “Total

Sampling” .

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dependen

Variabel independent adalah yang nilainya mempngaruhi variabel

deendent.variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari umur grividias dan

paritas..

2. Variabel terkait dependent

Verabel dependet adalah vairabel yang nlainya mmpengaruhi viabel

dendent. Veriabel terkait dalam penelitian ini adalah perdarahan post partum

Page 20: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

20

E. Definisi Operasional

Untuk memberikan kemudahan di dalam identifikasi variabel ditetapkan

batasan-batasan sebagai berikut:

Tabel 1

Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Operasional Kriteria ObjektifAlat Ukur

Skala

Dependen

Perdarahan postpartum

Independen

Umur

Yang dimaksud dengan Perdarahan post partum pada penelitian ini adalah perdarahan yang terjadi segera setelah plasenta lahir, perdarahan lebih dari 500cc

Yang dimaksud dengan Umur dalam penelitian ini adalah lamanya umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai kejadian perdarahan post patum dan dinyatakan dengan tahun

konsepsi

Yang dimaksud dengan Paritas pada penelitian ini adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu selama hidupnya.

ya : Jika perdarahan yang terdiagnosa di buku register

Tidak : Jika perdarahan tidak terdiagnosa di buku register

Berisiko : umur ibu < 20 – > 35 tahun

Tidak berisiko : umur ibu 20 – 35 tahu

Chek list

Check list

Ordinal

Ordinal

Page 21: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

21

Paritas

Berisiko : ibu dengan paritas > III

Tidak berisiko : ibu dengan partas I - III Check

list

Ordinal

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu daftar chek

list untuk mengimpulkan data tentang hubungan umur dan paritas ibu dengan

kejadian perdarahan port partum.periode Januari – Juli 2013

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder adalah data yang diperoleh dari

hasil Register.

a. Editing

Page 22: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

22

Editing adalah pekerjaan validitas dan realibilitas data masuk. Kegiatan

editing ini meliputi : pemeriksaan akan kelengkapan pengisian lembar chek

list.

b. Coding

Kegiatan untuk memberikan kode pada check list  sesuai data pada catatan

medik pasien.

c. Tabulating

Melakukan tabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan lembar cheklist

untuk mengetahui perbandingan jumlah persalinan dengan perdarahan post

partum

d. Entry

Memasukkan data hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel atau data

base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Dalam penelitian ini dilakukan

analisis univariat secara deskriptif sederhana berupa presentasi. Rumus yang

digunakan adalah :

P = fn

x 100 %

Keterangan :

f : Frekuensi

p = Presentasi

Page 23: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

23

n = Jumlah Populasi (Budiarto, 2002)

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi dengan menggunakan uji chi-square.

X2 = ∑ (o−E)2

E

Keterangan :

0 = Frekuensi yang diamati

E = Frekuensi yang diharapkan

X = Statistik Chi-Square

Untuk menyelesaikan rumus ini maka perlu dicari Ekspektasi (E) dengan

rumus :

E = Jumlahbaris sel

Jumlah totalx Jumlahsel kolom

df = (kolom -1 ) (baris-1)

= 0,05 dengan taraf kepercayaan 95% (suyanto, 2008).

Daftar pengambilan kesimpulan :

Ho ditolak jika ; harga che square X2 hitung > X2 tabel (3,841)

Ho diterimah jika : harga che square X2 hitung < X2 tabel (3,841)

H. Jalannya Penelitian

1. tahapan persirapan

Perlaksanaan pernerlitian dimulai dengan

mempesriapkan/merngurus izin penelitian kepada institusi dan

Page 24: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

24

melaporkannya serbelum memulai kegiatan pengumpulan data di

lapangan.

2. Tahap peleksanaan

Pelaksanaan di mulai dengan mencatat semua hasil dari data yang

diperoleh di lapangan dengan mernggunakan teknik rondom sampling

3. Tahap pengolahan data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan di analisis dan di

sajikan secara univeriberiabel dan bivariabel dalam bentruk narasi dan

tabel

4. Tahap penulisan laporan

pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir penelitian

ini.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah satu-satunya

rumah sakit rujukan di kota Raha yang terletak di Ibukota Kabupaten,

tepatnya di jalan Sultan Hasanuddin No.16 Raha I. Secara geografis

RSUD Kab. Muna sangat strategis karena mudah dijangkau dengan

kendaraan umum, dengan batas sebagai berikut :

Page 25: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

25

Sebelah Utara : Jalan Basuki Rahmat

Sebelah Timur : Jalan Sultan Hasanuddin

Sebelah Selatan : Jalan La Ode Pandu

Sebelah Barat : Jalan Ir. Juanda

2. Sejarah singkat

Rumah sakit umum daerah kabupaten muna didirikan pada masa

penjajahan belanda oleh mantri yang berkebangsaan belanda. Pada saat itu

mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan

2 orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali

ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter

dari jawa yang bernama Dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal

dokter Soeparjo dengan sebutan Dokter Jawa. Beliau tamatan dari sekolah

Belanda yaitu Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS).

Masa kepemimpinan dokter soeparjo hanya berlangsung selama 7

tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan belanda

bernama dokter Hyaman. Selang waktu 5 tahun kemudian, tepatnya pada

tahun 1940 seorang dokter asal china bernama dokter Pang Ing Ciang

menggantikan kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan

dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau

sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu.

Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan belanda

kepemerintahan Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing

Ciang berakhir dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan belanda

Page 26: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

26

bernama dokter Post. Dokter Post mempunyai 2 orang asisten sehingga

sebagian besar pekerjaannya diserahkan pada kedua asistennya. Namun

kepemimpinan dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu

tahun lamanya.

Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang

berasal dari Belgia. Dokter lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada

tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan

rehabilitasi yang diprakarsai oleh Bupati Muna La Ode Rasyid, SH. Ini

merupakan rehabilitasi pertama selama Rumah Sakit tersebut didirikan

tahun 1965-1970 rumah sakit kabupaten muna dipimpin oleh dokter

Ibrahim Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3

tahun dan sejak itu masa kepemimpina Rumah Sakit Umum Kabupaten

Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin.

Saat ini Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna dijadikan sebagai

salah satu Rumah Sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah

bagi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna dan

mahasiswa Akademi Kebidanan Paramata Raha serta institusi kesehatan

lainnya.

3. Lingkungan Fisik

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi

Tenggara berdiri di atas lahan seluas 10.740 Ha

4. Fasilitas pelayanan kesehatan

Page 27: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

27

Fasilitas/ sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:

a. Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam,

poliklinik umum. Poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,

poliklinik gigi, instalasi rehabilitasi medik, instalasi gawat darurat.

b. Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,

perawatan bayi/ perinatologi dan perawatan umum.

c. Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen,apotik, laboratorium klinik

dan instalasi gizi.

5. Ketenagaan

Jumlah ketenagaan di rumah sakit umum daerah kabupaten muna

saat ini adalah 329 orang (terdiri atas paramedis dan non paramedis).

Dengan jumlah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

adalah sebanyak 50 orang, yang bekerja di Ruang kebidanan sebanyak 39

orang dan terdapat 1 dokter ahli kandungan. Tahun 3013

2. Analisis Univariat

a. Distribusi kejadian perdarahan post partum di kamar bersalin Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari – Juli 2013

Tabel.1Distribusi frekuensi Berdasarkan KejadianPerdarahan

post partum di Ruang KebidananRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Periodejanuari – juli 2013

Umur Sampel

Page 28: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

28

Frekuensi (f) Persen (%)

Ya 34 14,16

Tidak 206 85,84

Jumlah 240 100 Sumber : Data Sekunder, januari – juli 2013

Dari tabel 1 terlihat 240 ibu bersalin. Yang mengalami perdarahan post

partum sebanyak 34 orang (14,16 %) dan yang tiadak mengalami

perdarahan post partum sebanyak 206 (85,84)

b. Distribusi umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum

Distribusi umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum di ruang

kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari –

Juli 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.2Distribusi frekuensi Umur Ibu dengan KejadianPerdarahan

post partum di Ruang KebidananRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Periode

Januari – Juli 2013

Page 29: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

29

UmurSampel

Frekuensi (f) Persen (%)

Berisiko 13 38,24

Tidak berisiko 21 61,76

Jumlah 34 100 Sumber : Data Sekunder, januari – juli 2013.

Dari tabel 2 terlihat bahwa dari 34 orang ibu bersalin dengan

perdarahan post partum. Umur berisiko sebanyak 13 orang (38,24%) dan

umur yang tidak berisiko sebanyak 21 orang (61,76%).

c. Distribusi frekuensi paritas dengan kejadian perdarahan post partum.

Distribusi paritas ibu bersalin dengan kejadian perdarahan post partum

di ruang kebidanan umah SakitUmum Daerah Kabupaten Muna periode

Januari – Juli 2013 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel.3Distribusi frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu dengan Kejadian

perdarahan post partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Page 30: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

30

Periode Januari – Juli 2013

ParitasSampel

Frekuensi (f) Persen (%)

Berisiko 6 17,65

Tidak berisiko 28 82,35

Jumlah 34 100Sumber : Data Sekunder, Januari – Juli 2013

Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 34 orang ibu bersalin dengan

perdarahan post partum. Paritas berisiko sebanyak 6 orang (17,65%) dan

paritas yang tidak berisiko sebanyak 28 orang (21,35%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen (umur, gravidtas dan paritas) dengan variabel dependen

(perdarahan post partum). Untuk melihat hubungan masing-masing kategori

dari tiap-tiap variabel terhadap risiko terjadinya perdarahan post partum,

dilakukan uji chi-square. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel berikut :

a. Hubungan umur dengan kejadian perdarahan post partum

Page 31: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

31

Hubungan umur dengan kejadian perdarahan post partum di ruang

kebidanan Rumah Sakit UmumDaerah Kabupaten Muna periode Januari –

Juli 2013, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4Distribusi frekuensi Hubungan Umur Dengan dengan Kejadian

perdarahanpostpartum Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna peroode

Januari – Juli 2013

Umur

Post Partum

Total %

X2

Terjadinya Perdarahan

Tidak Terjadinya Perdarahan Hit Tab

N % N %

Berisiko 13 38,23 56 27,18 69 28,72

1,318 3,841Tidak

berisiko21 61,76 150 62,5 171 71,25

Total 34 99,99 206 98,68 240 100 Sumber : Data Sekunder, periode Januari – Juli 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin periode Januari –

Juli 2013 sebanyak 240 orang. Umur yang berisiko dengan terjadinya

perdarahan post partum sebanyak 13 orang (38,23 %), Umur berisiko dan

tidak terjadinya perdarahan post partum sebanyak 56 orang (27,18%). umur

yang tidak berisiko dan terjadi perdarahan post partum sebanyak 21 orang

(61,76%), umur yang tidak berisiko dengan tidak terjadinya perdarahan post

partum sebanyak 150 orang (72,81%).

Hasil analisis statistic menggunakan uji chi-square diperoleh hasil X2

hitung < X2 tabel ( 1,318 < 3,841) sehingga Ho diterima, Ha ditolak. Dengan

Page 32: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

32

demikian tidak ada hubungan antara umur dengan risiko kejadian perdarahan

post partum.

b. Hubungan paritas dengan kejadian perdarahan post partum.

Hubungan paritas dengan kejadian perdarahan post partum di

ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode

Januai – Juli 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel .5Distribusi Frekuensi Hubungan Paritas Dengan Kejadian

Perdarahan Post Partum Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode

Januari – Juli 2013

ParitasPost Partum

Total %

X2

Terjadinya Perdarahan

Tidak Terjadinya Perdarahan Hit Tab

N % N %

Berisiko 6 17,65 30 12,5 36 15

3,24 3,841Tidak

berisiko28 82,35 176 73,33 204 85

Total 34 100 206 85,85 240 100 Sumber : Data Sekunder, 2013-2014

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin periode Janurai _ Juli

2013 sebanyak 240 orang. Paritas yang berisiko dengan kejadian perdarahan post

partum sebanyak 6 orang (17,65 %), Paritas tidak berisiko dan tidak terjadinya

perdarahan post partum sebanyak 30 orang (12,5 %). Paritas yang berisiko dengan

tidak kejadian perdarahan post partum sebanyak 28 orang (82,35 %), Paritas tidak

Page 33: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

33

berisiko dengan tidak terjadinya perdarahan post partum sebanyak 176 orang

(72,33 %).

Hasil analisis statistic menggunakan uji chi-square diperoleh hasil X2 hitung

< X2 tabel (3,24 < 3,841) sehingga Ho diterima, Ha ditolak. Dengan demikian tidak

ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan post partum periode Januari –

Juli 2013.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanankan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupate

Muna pada bulan Februari 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian analitik dengan rancangan cross sectional yang dimaksud untuk

menganalisis hubungan variabel independen (umur graviditas dan paritas)

terhadap variabel dependen (perdarahan post partum).

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan lembar chek list yang

di isi berdasarkan data pada rekam medik dan buku register ruang kebidanan

periode Januari – juli 2013, yaitu sebanyak 240 orang ibu bersalin.

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka masing-masing

variabel yang diteliti dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perdarahan post partum

Pengertian Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian

maternal yang terbanyak. Walaupun angka kematian maternal telah turun

secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap

merupakan penyebab kematian terbanyak dimana-mana. Perdarahan post

Page 34: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

34

partum ini adalah penyebab utama kematian maternal. Tidak kurang

seperempat dari seluruh kematian maternal disebabkan oleh perdarahan

(saefudin ,2004)

2. Hubungan Umur dengan Kejadian perdarahan post partum

Umur adalah lama waktu hidup seseorang ibu sesuai dengan ulang

tahun terakhirnya. Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan

tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Umur yang dianggap berisiko adalah

umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Umur yang terlalu muda

atau kurang dari 20 tahun dikatakan berisiko karena endometrium belum

matang untuk menerima perkembangan janin . Sedangkan usia yang terlalu

tua atau lebih dari 35 tahun dikatakan berisiko karena alat – alat reproduksi

telah mengalami kemunduran sehingga Memungkinan unruk terjadinya

komplikasi perdarahan post partum akan lebih besar. (Manuaba, 2008).

kejadian perdarahan post partum berkembang 3 kali lebih besar pada

perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di bawah usia 20

tahun (Sheiner, 2001). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan usia

wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35

tahun. Diduga risiko perdarahan post partum meningkat dengan bertambahnya

usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Perdarahan post partum merupakan

salah satu penyebab serius kematian maternal. Hal ini biasanya terjadi pada

wanita dengan usia lebih dari 35 tahun (Varney, 2006). Prevalensi perdarahan

post partum meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. (Rahayu, 2011).

Page 35: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

35

Menurut Hanifa winkjosastro (2008) tidak ada hubungan antara umur

dengan kejadian perdarahan post partum. Dengan meningkatnya usia akan

terjadi perubahan-perubahan pada daerah pembuluh darah sehingga

endometrium menjadi kurang baik untuk kehamilan.

Hasil analisis uji chi-square diperoleh X² hitung < X² tabel (1,318 <

3,841) sehaingga Ha diterimah, Ho ditolak. Dengan demikian tidak ada

hubungan antara umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan

oleh Hanifa (2008) bahwa umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah umur antara 20 – 35 tahun. Hal ini bisa terjadi karena umur bukan satu

– satunya faktor penyebab kejadian perdarahan post partum. Namun dapat

disebabkan oleh faktor lain seperti pertolongan persalinan oleh dukun, adanya

penyakit dari ibu, anemia, kekurangan zat besi pada saat hamil yssang dapat

menyebabkan seorang ibu mengalami perdarahan post partum.

3. Hubungan Paritas dengan Denagan Kejadian perdarahan post partum

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi

telah mencapai titik mampu untuk bertahan hidup yaitu pada umur kehamilan

>20 minggu atau berat janin mencapai 500 gram baik lahir hidup maupun lahir

mati.

Menurut Manuaba (2008) paritas atau para adalah wanita yang pernah

melahirkan yang berakhir dengan kelahiran bayi telah mencapai titik mampu

untuk bertahan hidup yaitu pada umur kehamilan <20 minggu atau berat janin

mencapai 500 gram baik lahir hidup maupun lahir mati yang terdiri atas

Page 36: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

36

primipara, yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali, multipara

yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di mana

persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, grandemultipara yaitu wanita

yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.

Menurut Manuaba (2008) Seorang wanita yang telah mengalami

kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami perdarahan

setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah).

Hubungan paritas dengan kejadian perdarahan post partum semakin

tinggi paritas ibu maka semakin besar pula kejadian perdarahan post partum.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil X2 hitung

< X2 tabel (3,24 < 3,841) sehingga Ho diterimah, Ha diolak ditolak dengan

demikian tiadak ada hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan post

partum di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten. Muna

periode Januari – Juli 2013.

Page 37: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara umur dan jumlah

paritas terhadap risiko terjadinya plasenta previa di RSUD Kab. Muna Tahun

2013-2014, dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil analisis statistic menggunakan uji chi-square diperoleh hasil X2 hitung < X2

tabel 1,318 < 3,841 sehingga tidak ada hubungan umur dengan kejadian

perdarahan post partum periode Januari – Juli 2013.

2. Hasil analisis statistic menggunakan uji chi-square diperoleh hasil X2 hitung < X2

tabel 3,24 < 3,841 sehingga ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan

post partum.

B. Saran

1. Disarankan kepada pemerintah untuk menyediakan sarana ataupun fasilitas

kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat

2. Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya biadan untuk meningkatkan

mutu pelayanan antenatal care dalam upaya untuk mendeteksi adanya

komlikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada saat kehamilan dan

Page 38: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

38

persalinan khususnya dalam menurunkan angka kejadian perdarahan post

partum

3. Diharapkan pada ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya pada bidan

minimal 4 kali kunjungan dalam upaya menurunkan angka kejadian

perdarahan post partum

4. Bagi ibu- ibu dengan usia > 35 tahun graviditas tinggi dan paritas tinggi

untukn ikut serta dalam upaya mewujudkan keluarga yang sehat, bahagia dan

sejahtra.

Page 39: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipto, Jakarta. Depkes RI, 2002. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Sultra

Calik, TMA, 1997. Hemoragi Utatna Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika, Jakarta.

Harjono, S, 1997. Perawatan Ibu dan Anak Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes Jacob, M.S, 1996. Faktor Sosial Budayapada Pengobatan Tradisional. EGC, Jakarta

Manuaba Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta.

Manuaba Ida Bagus Gde, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan, Jakarta

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Potologi. EGC, Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Rukmini, 2Q03.Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit,dieses tangga!22 Maret 2008.

Saifuddin, Abdul Bahri, 2004. Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bahri, 2000. Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. .YBPSP, Jakarta. Sastrawinata, 2004. Obstetri Patologi. EGC, Jakarta

Setiawan, Yasin, 2008. Tentang Perawaratan Perdarahan Post Partum.Diakses tanggal 22 Maret 2008

Page 40: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

40

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2013

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan padaAkademi Kebidanan Parammata Raha Kabupaten Muna

WA ODE HESMINPSW.P.6.20130110PSw. B.I. 2009.00

85

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

Page 41: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

41

2014

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN…………................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN………….................................................. iii

KATA PENGANTAR…………......................................................... iv

DAFTAR ISI……………................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................. 1

B. Rumusan Masalah…………............................................. 4

C. Tujuan Penelitian…………............................................... 4

D. Manfaat Penelitian………................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka………...................................................... 6

1. Perdarahan post partum............................................... 7

2. Faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan

Post partum………………………………….............. 13

B. Landasan Teori…………................................................... 16

C. Kerangka Konsep…………................................................ 18

D. Hipotesis Penelitian……………........................................ 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian…………........................ 20

B. Tempat Dan Waktu Penelitian........................................... 20

C. Subyek penelitian………………….................................. 21

D. Identifikasi Variabel Penelitian………............................. 21

E. Defenisi Operasional…………………………….............. 22

F. Instrumen Penelitian………….......................................... 23

G. Pengolahan dan Analisis Data............................................. 23

v

Page 42: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian

42

H. Jalannya Penelitian…………........................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ……………………………………….…… 26

1. Gambaran umum lokasi penelitian…………………….. 26

2. Analisis univariat……………………………………… 29

3. Analisis bivariar…………………………..................... 31

B. Pembahasan………………………………………………… 35

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………. 40

B. Saran………………………………………………………… 41

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 42