HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU...

132
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER DALAM MERAWAT PENDERITA PASKA STROKE DIRUMAH TAHUN 2012 Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana keperawatan Disusun Oleh : JULIA HARTATI 108104000030 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2013 M

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

PERILAKU FAMILY CAREGIVER DALAM MERAWAT

PENDERITA PASKA STROKE DIRUMAH

TAHUN 2012

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana keperawatan

Disusun Oleh :

JULIA HARTATI

108104000030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2013 M

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,Desember 2012

Julia Hartati

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

ii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Julia Hartati

Tempat, Tgl lahir : Bogor, 11 Juni 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pahlawan Gang Darussada I Rt 02/Rw 04 No. 31

Cinangka Sawangan Depok 16516

Tlp/ Hp : 089654262727

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Cinangka 02 (1998-2003)

2. SMP Muhammadiyah 29 Sawangan (2003-2005)

3. SMA Negeri 1 Ciputat Tangerang (2005-2007)

4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua OSIS SMP Muhammadiyah 29 Sawangan

2. Anggota Pramuka SMP Muhammadiyah 29 Sawangan

3. Anggota Paskibra SMP Muhammadiyah 29 Sawangan

4. Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMP Muhammadiyah 29 Sawangan

5. Anggota KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Negeri 1 Ciputat

6. Anggota IRMAS (Ikatan Remaja Mushola Ashabul Yamin)

7. Anggota Karang Taruna Kelurahan Cinangka

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Marudin dan Ibu Marpuah

terima kasih atas seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, serta

dukungan baik moril maupun materil yang bapak dan ibu berikan

selama ini, sehingga ananda bisa sampai pada tahap akhir

menyelesaikan skripsi ini,,

Kakakku tercinta Dinar Suhartini, Adik-adikku tersayang

Mohammad Egar dan Vatra Rammadana, terima kasih atas kasih

sayang, dukungan dan doa kalian selama ini. Seluruh keluarga

besarku, Keluarga Nasa dan keluarga Abdul majid terima kasih

untuk dukungan dan inspirasi yang kalian berikan.

Dosen-dosenku, terima kasih atas jasa, waktu, dan

bimbingan serta kesabaran kalian. Sahabat-sahabatku Novita, Ica,

Risma, Mar’atus, Cica terima kasih untuk motivasi dan dukungan

kalian selama ini. Teman-teman seperjuangan PSIK angkatan

2008, terimakasih untuk kebersamaan kita selama di PSIK .

Dan pada akhirnya hanya untuk Allah SWT seluruh

hidupku ku persembahkan.

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2012

Julia Hartati, NIM : 108104000030

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Family Caregiver dalam

merawat Penderita Paska Stroke dirumah

xvi + 90 Halaman + 22 Tabel + 3 bagan + 6 Lampiran

ABSTRAK

Penderita paska stroke membutuhkan bantuan family caregiver dalam

menjalani aktivitas sehari-harinya. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan

tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-sectional.

Sampel berjumlah 78 family caregiver yang diambil dari 30 orang penderita

paska stroke. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian

dilakukan di Kelurahan Cinangka Kecamatan Sawangan pada tanggal 2-15

Oktober 2012. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada

responden untuk melihat pengetahuan dan perilaku. Analisa data yang digunakan

adalah analisa univariat dan bivariat (spearman rank) pada α : 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar family caregiver di

kelurahan Cinangka memiliki pengetahuan baik yaitu 45 responden atau 57,7%,

yang memiliki pengetahuan cukup yaitu 30 atau 38,5% dan yang memiliki

pengetahuan kurang yaitu 3 responden atau 3,8%. Selain itu perilaku family

caregiver sebagian besar adalah baik yaitu 56 responden atau 71,8%, yang

memiliki perilaku cukup yaitu 21 responden atau 26,9% dan yang memiliki

perilaku kurang yaitu 1 responden atau 1,3%. Berdasarkan analisis bivariat

menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke dengan P value: 0,000.

Peneliti menyarankan pada petugas pelayanan kesehatan agar melakukan

evaluasi, pendataan dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan family caregiver dengan melakukan kunjungan kerumah-rumah

warga yang memiliki penderita paska stroke.

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku, Family caregiver, Penderita paska stroke

Daftar bacaan : 52 (1998 – 2011)

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

v

MEDICAL AND HEALTH OF SCIENCE FACULTY

NURSING SCIENCE MAJOR

Final Project, Desember 2012

Julia Hartati, ID Number : 108104000030

The relation between level of knowledge with behavior of family caregiver in

caring patient with post stroke at home

xvi + 90 pages + 22 Tables + 3 chart + 6 attachments

ABSTRACT

Patients with post-stroke needed help from family caregivers in carrying

their daily activities.The aims of this research are to know the related between

level of knowledge with behavior of family caregivers in caring for patients with

post-stroke.

The type this research is the quantitative with cross-sectional design. The

samples totaled 78 family caregivers were taken from 30 people with post-stroke.

The sampling technique is total sampling. The research was conducted in village

Cinangka Subdistrict Sawangan on October 2 to 15, 2012. Data collection by

giving questioner to the respondents to know the knowledge and behavior.

Analysis of data used univariate and bivariate analysis (Spearman rank) on α: 0.05.

The results of the research showed that the majority of family caregivers

in the village Cinangka have a good level of knowledge which is 45 respondents

or 57.7%, which have sufficient level of knowledge is 30 or 38.5% and which

have lack level of knowledge is 3 respondents, or 3.8%. Besides the majority

behavior of family caregiver is good that 56 respondents or 71,8%, which have

sufficient of behaviors is 21 respondents or 26,9%, and which have lack behavior

is 1 respondent or 1.3%. Based on analysis bivariate show that there are relation

between level of knowledge with behavior of family caregivers in caring patients

with post-stroke at home with a P value: 0.000.

Researcher suggest for health care workers to make an evaluation, data

collection and education to improve the knowledge and skills of family caregivers

by visiting the houses of people door to door who have post-stroke patients.

Keywords: Knowledge, Behavior, Family caregiver, post-stroke patients

The reading list: 52 (1998 - 2011)

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

vi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama

kuliah.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan

yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada

waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. (hc)dr. MK. Tadjudin, Sp.And, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ns.Waras Budiutomo, S.Kep, MKM Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan sekaligus dosen Pembimbing II, terima kasih atas waktu, dan

kesabaran bapak dalam mengarahan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan

motivasi dan kesabaran selama membimbing penulis sampai akhir penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Para dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti

perkuliahan.

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

vii

6. Seluruh Staff karyawan di UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu

kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala Kecamatan Sawangan beserta staf, yang telah banyak membantu penulis

selama melaksanakan penelitian.

8. Kepala Kelurahan Cinangka beserta staf, yang telah banyak membantu penulis

selama melaksanakan penelitian.

9. Ayah dan ibunda serta adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan semua kasih

sayang dan senantiasa mendo’akan dan memberikan dorongan baik moril, materiil

maupun spiritual kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang kompak yang telah memberikan

inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun skripsi.

11. Seluruh masyarakat di Kelurahan Cinangka yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga

kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat

balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Desember 2012

Penyusun

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………… iii

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………….. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ………………………………………………….. v

ABSTRAK ………………………………………………………………………. vi

ABSTRACT …………………………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……..……………………………………………………………... x

DAFTAR LAMPIRAN…..……………………………………………………... xv

DAFTAR TABEL…………..…………………………………………………... xvi

DAFTAR GAMBAR………..………………………………………………….. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………..……………………….. 1

B. Perumusan Masalah…………………………..………………... 6

C. Tujuan Penelitian……….....…………………………………… 6

D. Manfaat Penelitian ...….....…………………………………….. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian....………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke…………………...….………………………………….. 10

1. Pengertian…………………………………………………. 10

2. Penyebab…………………………………………………... 10

3. Patofisiologi……………………………………………….. 11

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

ix

4. Tanda dan Gejala………………………………………….. 12

5. Faktor resiko stroke……………………………………….. 13

6. Manifestasi klinis………………………………………….. 15

7. Penatalaksanaan…………………………………………… 18

B. Family Caregiver…………..…………………………………... 20

C. Pengetahuan…………………………………………………… 22

1. Pengertian………………………………………………….. 22

2. Tingkat pengetahuan………………………………………. 23

3. Sumber Pengetahuan………………………………………. 25

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan.…. 27

5. Alat pengukuran pengetahuan……………………………... 28

D. Perilaku………………………………………………………… 29

1. Pengertian………………………………………………….. 29

2. Klasifikasi perilaku………………………………………… 29

3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku... 31

E. Perawatan Penderita Paska stroke dirumah……………………. 32

1. Posisi di tempat tidur dan terapi fisik……………………… 33

2. Berdiri dan berjalan………………………………………... 34

3. Perawatan kulit……………………………………………. 35

4. Perawatan kebersihan……………………………………… 36

5. Kebutuhan nutrisi………………………………………….. 36

6. Mengatasi masalah berbicara……………………………… 38

7. Kepatuhan program pengobatan…………………………... 38

8. Mengatasi masalah emosional……………………………... 39

9. Mencegah jatuh dan cidera……………………………….... 39

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

x

10. Kebutuhan buang air kecil dan besar……………………….40

F. Kerangka Teori ……...………………………………………… 42

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep…………………………………………….... 43

B. Hipotesis ………....…………………………………………… 44

C. Definisi Operasional …....…………………………………….. 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian………………………………………………. 45

B. Lokasi dan waktu Penelitian…………………………………... 45

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...……………………. 46

1. Populasi……………………………………………………. 46

2. Sampel……………………………………………………... 46

3. Teknik sampling…………………………………………… 47

D. Pengumpulan Data ……………………....……………………. 47

1. Jenis data………………………………………………….. 47

2. Instrumen penelitian……………………………………….. 47

3. Prosedur pengumpulan data……………………………….. 50

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen…………………………51

F. Pengolahan Data…………………….………………………… 53

1. Editing…………………………………………………….. 53

2. Coding…………………………………….………………. 53

3. Entry data…………………………………………………. 53

4. Cleaning data…………………………………………….... 54

G. Analisa Data ....……………………………………………….. 54

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xi

1. Analisa univariat…………………………………………... 54

2. Analisa bivariat……………………………………………. 54

H. Etika Penelitian ...……………………………………………... 55

1. Informed consent………………………………………...... 55

2. Anonimity……………………………………………......... 56

3. Confidentiality…………………………………………….. 56

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran tempat penelitian ………………………………….. 59

1. Letak wilayah …………………………………………….. 59

2. Visi dan Misi Kelurahan Cinangka ………………………. 60

3. Struktur organisasi Kelurahan Cinangka ………………… 61

B. Gambaran Demografi ………………………………………… 62

1. Demografi responden (Family caregiver) ………………… 62

2. Demografi penderita paska stroke ………………………… 65

C. Hasil analisa univariat ………………………………………… 68

1. Gambaran Pengetahuan family caregiver …….…………. 68

2. Gambaran Perilaku family Caregiver ………….………… 71

D. Hasil analisa bivariat…………………………………………. 79

1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke………… 79

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran pengetahuan Family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke ……………………………………….. 86

B. Gambaran Perilaku Family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke …………………………………………………. 90

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xii

C. Hubungan tingkat pengetahuan denga perilaku family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke ……………………… 93

D. Keterbatasan penelitian ……………………………………… 95

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………….. 97

B. Saran …………………………………………………………. 98

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Indeks Barthel

Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reabilitas

Lampiran 5 Hasil analisa univariat dan bivariat

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Oprasional……………………………………………………. 41

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia……………………… 59

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin……………. 59

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan………………. 60

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungannya dengan

penderita paska sitoke …………………………………………………. 61

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan usia …………. 62

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan jenis kelamin… 62

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan lama menderita

stroke …………………………………………………………………… 63

Tabel 5.8.Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan lama rawat

dirumah………………………………………………………………… 63

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan tingkat

ketergantungan………………………………………………………… 64

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi pengetahuan family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012……………………………. 65

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi jawaban benar tingkat pengetahuan responden

menurut pengetahuan (peritem) family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke tahun 2012……………………………………… 65

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 ………………………........ 68

Tabel 5.13. Distribusi frekuensi perilaku (Latihan fisik) family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…………………. 68

Tabel 5.14. Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan kebersihan) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…………… 69

Tabel 5.15. Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan kulit) family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…………………... 70

Tabel 5.16. Distribusi frekuensi perilaku (Kebutuhan buang air besar dan kecil)

family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun

2012……………………………………………………………………... 70

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xv

Tabel 5.17. Distribusi frekuensi perilaku (Kebutuhan nutrisi) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…………… 71

Tabel 5.18. Distribusi frekuensi perilaku (Latihan berbicara) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012……………. 72

Tabel 5.19. Distribusi frekuensi perilaku (Kepatuhan program pengobatan) family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…. 72

Tabel 5.20. Distribusi frekuensi perilaku (Pengendalian emosi) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…………… 73

Tabel 5.21. Distribusi frekuensi perilaku (Mencegah cidera dan jatuh) family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…. 74

Tabel 5.22 Analisis hubungan tingkat pengetahuan family caregiver dengan

perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

dirumah tahun 2012……………………………………………………... 75

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori………………………………………………… 39

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………………………………………… 40

Gambar 5.1 Bagan struktur Organisasi Kelurahan Cinangka tahun 2012…… 58

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

SKRIPSI DENGAN JTTDUL

HUBT]NGAN TINGKAT PENGETAIIUAN DENGAI{ PERILAKU FA*TLY

CAREGIYERDALAM MERAWAT PENDERITA PASKA STROKE DIRUMAH

Telbh disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :

Nama: Julia Hartati

Iriim: 108104000030

Pembimbing I

Budi

Nip. 19790114 200501 2 007 Nip. 19790520 11a12

Penguji I

Nip. 19790114 200501 2 *47

Mengetahui,

Dekan

)

Fakultaas Kedokteran dan llmu Kesehatan

UIN Svarif Hidavatullah Jakarta'r-;{ t,r-

,f,rftfhah. M.Kep.. Ph.D

19680808 28A684 2 001 I979A52A

Penguji IIi

Ketua

Nip. 19790520 11012

Prof. Dr. KamilTadjudin, Sp. And

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

PERNYATAAN PERSETUJUAN

o t---i--^: ISkripsi dengan judul

IIUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAfrIILY

' CAREGIWR DALAM MERAWAT PENDERITA PASKA STROKE

DI RUMAH

Telah disetujui dan dip€riksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakat:ta

DISUSUN OLEH

ruLIA I{ARTATI

NrM 108104000030

Pembimbing I Pernbimbing II

q*tNia Damiati. S.Kp..MSN

NrP. 197901 14 200501 2 AA7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 WnAl3 M

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. Asuhan Keperawatan Keluarga; Bagi Mahasiswa

Keperawatan dan Praktisi Perawat Perkesmas. Jakarta: Sagung Seto. 2010.

Agustina. Kajian Kebutuhan Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke di Rumah

Sakit Umum Daerah Cianjur. 2009. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012 dari

http://pustaka.unpad.ac.id.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke

Cipta. 2006.

Barbara & Mary. Rethinking Intervention Strategies in Stroke Family Caregiving.

Diakses pada tanggal 5 februari 2012 dari www.rehabnurse.org. 2010

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol II . EGC: Jakarta.

2002

Cress JC. Handbook of geriatric care managemen. 2011 Diakses pada tanggal 21 april

2012 melalui http://books.google.co.id

Chiung-man Wu. Learning to be a family caregiver for severely debilitated stroke

survivors during the first year in Taiwan. 2009. Diakses pada tanggal 20 april

2012 dari http://ir.uiowa.edu/cgi/viewcontent.

Edmund Horisson. Stroke Strategy And Stroke Rehabilitation. 2007. Diakses pada

tanggal 2 januari 2012 melalui http://www.heartandstroke.ca.

Family Caregiver Aliance. Exploring the Complexities of Family Caregiving. 2011.

Diakses pada tanggal 21 April melalui

http://caregiver.org/caregiver/jsp/content/pdfs

Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

1998.

Gallo JJ, William Reichel, Lillian M. Andersen. Buku Saku Gerontologi. Edisi 2,

Jakarta, EGC, 1998.

Given Barbara, et all. What Knowledge and Skills Do Caregivers Need? 2008. Diakses

pada tanggal 5 april 2012 pukul 13.00 dari http://www.nursingcenter.com

Hafsteinsdo´ ttir, Vergunst, et all. Educational needs of patients with a stroke and their

caregivers: A systematic review of the literature. 2010. Diakses pada 5 april

2012 pukul 20.00 dari http://journals.ohiolink.edu/ejc/search.

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Hudak Carolyn & Gallo Barbara. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Vol II.

Jakarta : EGC. 1998.

Hurlock, E. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 2004

Irdawati. Hubungan Pengetahuan dan sikap Keluarga dengan Perilaku dalam

Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di wilayah kerja

Puskesmas Surakarta. 2009.

Irfan M. Fisioterapi bagi insan stroke. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010.

Leigh , Hale A. Home Base Stroke Rehabilitation. 2005. Diakses tanggal 2 Januari 2012

melalui http://www.globalheath.com.au

Lenni FS. Gambaran perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya

rehabilitasi di Rs St. Elisabeth Medan.2010 diakses pada tanggal 3 januari

2013 melalui http://repository.usu.ac.id.

Lotta, Holmvisqt. Stroke Rehabilitation In Home Setting. 2006. Diakses tanggal 2

Januari 2012 melalui http://www.karoliska_institutet.com

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta. 2000.

Mubarak, Wahit Iqbal dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

2006.

Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatn dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika. 2008.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman

Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika. 2003

Oupra R, ett all. Effectiveness of Supportive Educative Learning programme on the

level of strain experienced by caregivers of stroke patients in Thailand. 2010.

Diakses pada 21 maret 2012 dari

http://journals.ohiolink.edu/ejc/article.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

Oliveira, et all. Exploring the family caregiving phenomenon in nursing documentation.

2011. Di akses pada tanggal 20 april 2012 dari http://ojni.org/issues/?p=137

Parwati Sri. Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan

perawatan pada pasien pasca stroke di Kec. Jumo Temanggung. 2010. Di

akses pada tanggal 2 Januari 2012 dari : http://digilib.unimus.ac.id

Riskesdas. Laporan Nasional. 2007. Diakses tanggal 1 November 2011 dari

http://archive.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%2020

07.pdf.

Setyowati, Sri dan Arita Murwani. Asuhan Keperawatan Keluarga; Konsep dan

Aplikasi Kasus. Yogyakarta:Mitra Cendikia Press. 2008.

Siahaan Delima. Perawatan penderita stroke dirumah oleh keluarga suku batak Toba di

Pematangsiantar. 2011. Di akses pada tanggal 10 april 2012 pukul 21.00 dari

http://repository.usu.ac.id

Sofwan Rudianto. Stroke dan rehabilitasi pasca-stroke. PT Buana Indo Populer,

Gramedia, Jakarta. 2010.

Suhardjo C. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kanisius, Jogjakarta. 2008.

Sudiharto. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Kepeerawatan

Transkultural. Jakarta : EGC. 2007.

Sugiyono. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.

2009.

Suhartono, S. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Edisi 1. Jogjakarta: AR-RUZZ. 2005.

Sukmarini Natalingrum. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam Penatalaksanaan.

Skizofrenia. Bandung. Majalah Psikiatri XLII(1):58-61. Surilena, 1999.

Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik. Jakarta. 2004.

Sutrisno Alfred. STROKE? You Must Know Before You Get It!. PT Buana Printing,

Gramedia, Jakarta. 2007

Tantono H, Siregar IMP, Hassan Z. Beban Caregiver lanjut usia suatu survey terhadap

caregiver lanjut usia di Beberapa tempat sekitar Kota Bandung. Bandung ;

majalah Psikiatri XL (4):32-33. 2006

Tri Puji. Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke dengan

Kesiapan Keluarga Menerima Kembali Penderita Stroke di Rumah Sakit Panti

Wilasa Citarum Semarang. 2008. Di akses pada 2 januari 2012 memalui

http://eprints.undip.ac.id

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

Valery, Feigin. Stroke. Jakarta : PT. Buhana Ilmu Populer. 2004.

Van Excel Nj, et all. Burden of informal caregiving for stroke patients. Identification of

caregivers at risk of adverse health effects. 2005. Diakses pada tanggal 5 april

2012 melalui : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Vitahealth. Stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Waluyo, Srikandi. 100 Questions & Answers Stroke. Gramedia ; Jakarta. 2009.

World Health Organization. The Atlas of Heart Disease and Stroke.2002. Diakses pada

tanggal 4 november 2011 dari:

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/atlas/en

World Srtoke Organization. World stroke day. 2010. Diakses pada tanggal 15

Desember 2011 dari http://www.worldstrokecampaign.org

Yayasan Stroke Indonesia. Indonesia tempati urutan pertama didunia dalam jumlah

terbanyak penderita stroke. 2009. Diakses pada tanggal 5 November 2011 dari

http://www.yastroki.or.id

Yayasan Stroke Indonesia. Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam. 2009. Diakses

pada tanggal 16 Noveber 2011 dari http://www.yastroki.or.id

Yayasan Stroke Indonesia. Pengetahuan sekilas tentang stroke. 2012. Diakses pada

tanggal 31 Maret 2013 dari dari http://www.yastroki.or.id

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan

setelah jantung dan kanker. Definisi Stroke itu sendiri menurut

Brunner dan Suddarth (2002) merupakan suatu penyakit yang

menyebabkan berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga dapat

mengakibatkan hilangnya fungsi otak. Hal ini dapat terjadi karena

pecahnya pembuluh darah atau terhambatnya asupan darah ke otak

oleh gumpalan. Terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak

dapat menimbulkan kecatatan fisik, mental bahkan kematian bagi

penderitanya. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 diperkirakan 15

juta orang tersebar di seluruh dunia menderita stroke, dimana kurang

lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami cacat

permanen dan menjadi beban bagi keluarganya, bahkan menurut

World Stroke Organization (WSO) 2010 saat ini telah diperkirakan

satu dari enam orang diseluruh dunia akan mengalami stroke dalam

hidupnya.

Pada Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina,

Austria, tahun 2008 mengungkapkan bahwa jumlah kasus stroke terus

meningkat di kawasan Asia, dan salah satunya negara Indonesia yang

merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia,

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

2

penyebabnya karena penyakit degeneratif, dan penyebab terbanyak

diakibatkan karena stress (Yayasan Stroke Indonesia, 2009).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia

tahun 2007 yang mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33

provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel

rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga

untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya

adalah penyakit stroke merupakan penyebab kematian utama

dikalangan penduduk perkotaan dan juga pedesaan masing masing

19,4% dan 16,1%. Selain itu, prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala yaitu 8,3 per 1.000

penduduk (0,8%). Dengan jumlah populasi sekitar 211 juta jiwa,

berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke. Jumlah penderita

stroke tersebut dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus bertambah

(Yayasan Stroke Indonesia, 2009).

Kematian yang disebabkan oleh stroke pada serangan pertama

sekitar 18%-37%, sedangkan kematian pada serangan stroke

selanjutnya sekitar 62%. Selain itu terdapat 2 juta orang yang mampu

bertahan hidup dari serangan stroke mengalami beberapa kecacatan

dan sekitar 40% dari jumlah tersebut memerlukan batuan dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari (Brunner & suddart, 2002).

Hasil studi di Taiwan menunjukan umumnya setelah stroke,

sekitar 85-90% penderita stroke dirawat oleh anggota keluarga di

rumah, dan sekitar 10-15% dirawat oleh pengasuh yang dipekerjakan

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

3

di rumah. Kewajiban, kasih sayang dan karma adalah alasan utama

bagi keluarga untuk mengambil peran pengasuhan. Sayangnya, 85-

90% dari keluarga tidak siap untuk tugas-tugas pengasuhan. Mereka

sering menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam perawatan

di rumah (Chiung-man Wu, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Van

Excel (2005) pada 151 pasien stroke dan keluarganya menunjukkan

bahwa seorang keluarga penderita stroke rata-rata menghabiskan

waktu 3,4 jam sehari untuk bersama penderita stroke (mengantar ke

dokter, mandi, dan berpakaian), dan 10,8 jam sehari untuk tugas

mengawasi penderita stroke seperti mengawasi saat jalan dan makan.

Oleh karena itu, waktu dan ketekunan dari anggota keluarga ataupun

orang terdekat penderita stroke sangat dibutuhkan untuk membantu

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keluarga ataupun orang

terdekat yang memberikan bantuan pada penderita paska stroke inilah

yang disebut dengan Family Caregiver.

Beberapa Family caregiver dilaporkan mampu melaksanakan

tugas-tugas pengasuhan lebih baik daripada yang lain dikarenakan

adanya pengetahuan, pengalaman, tingkat keterlibatan, dan

keterampilan dalam merawat penderita paska stroke. Pengetahuan dan

keterampilan yang baik juga akan meningkatkan kualitas perawatan

yang mereka berikan (Given, 2008). Studi menunjukkan bahwa pasien

stroke memiliki hasil pemulihan yang lebih baik jika mereka memiliki

sistem dukungan sosial yang kuat dan fungsi keluarga yang baik untuk

membantu kebutuhan pemulihan mereka (Barbara & Mary, 2010).

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

4

David Reiss (1981) dalam Friedman (1998) berpendapat bahwa

keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang

mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga itu

sendiri. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya

namun masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, sehingga jika ada

keluarganya yang sakit maka anggota keluarga yang lainnya akan ikut

membantu (Friedman, 1998).

Penelitian di Thailand menunjukan bahwa sebagian besar

anggota keluarga yang menemani pasien selama rawat inap hanya

menerima informasi yang sedikit tentang bagaimana membantu

keluarga mereka, dan sebagai hasilnya merasa tidak cukup terlatih,

kurang informasi dan merasa tidak puas dengan dukungan yang

tersedia setelah mereka keluar dari rumah sakit. Namun, setelah

dilakukan perbandingan pada dua kelompok yang masing-masing

terdiri dari 70 penderita stroke dan 70 orang keluarganya, pada

kelompok yang mengikuti intervensi dan memiliki pengetahuan yang

cukup dilaporkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan

meminimalkan beban dibandingkan dengan kelompok yang tidak

mengikuti intervensi (Ouprau, 2010). Hal ini menunjukan bahwa

intervensi atau pendidikan langsung pada keluarga dapat meningkatkan

kualitas hidup dan mengurangi beban bagi keluaga itu sendiri. Dengan

adanya intervensi atau pendidikan akan meningkatkan pengetahuan

family caregiver dalam merawat penderita paska stroke tersebut.

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

5

Studi literatur Hafsteinsdo´ttir (2010) mengenai pendidikan dan

pengetahuan yang paling dibutuhkan oleh family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke adalah mengenai perawatan fisik,

latihan/olahraga, bergerak, mengangkat, aspek psikologis, depresi serta

masalah gizi. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Agustina

(2009) di rumah sakit Cianjur pada 17 orang penderita dan

keluarganya mengenai kajian kebutuhan perawatan dirumah bagi

penderita stroke yang paling dibutuhkan yaitu pengaturan nutrisi,

perawatan diri, bantuan untuk buang air besar dan kecil, latihan

pergerakan fisik, pemberian obat-obatan, motivasi dan kunjungan dari

tenaga kesehatan. Hal ini menunjukan begitu banyaknya pengetahuan

dan keterampilan yang harus dikuasai oleh keluarga atau family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri (2008) di Semarang pada 75

keluarga yang berkunjung ke RS pantiwilasa menunjukan bahwa

pengetahuan keluarga yang tinggi tentang penyakit stroke dapat

meningkatkan kesiapan keluarga dalam menerima kembali penderita

stroke di rumah, dan berdasarkan penelitian Sri Parwati (2010)

mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan

tindakan perawatan penderita stroke didapatkan hasil yang

menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan keluarga adalah baik

yaitu sekitar 66,3% dan tindakan perawatan adalah baik yaitu sekitar

50,6% dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan tindakan perawatan penderita pasca stroke. Namun

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

6

berdasarkan penelitian Oliviera (2011) mengenai fenomena family

caregiver yang diambil melalui dokumentasi keperawatan yang terkait

family caregiver, didapatkan hasil bahwa family caregiver masih

mengalami banyak kelemahan, khususnya masalah yang berkaitan

dengan kurangnya tingkat pengetahuan (76,6%) dan kurangnya

keterampilan (23,4%). Berdasarkan penelitian-peneitian tersebut

menunjukan bahwa tingkat pengetahuan keluarga memiliki hubungan

dengan kesiapan serta tindakan perawatan penderita paska stroke

namun masalah family caregiver yang masih sering muncul

berdasarkan dokumetasi keperawatan adalah kurangnya tingkat

pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan tersebut erat kaitannya dengan perilaku yang akan

diambil dalam merawat penderita paska stroke, karena dengan

pengetahuan tersebut family caregiver memiliki alasan dan landasan

untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan family

caregiver akan menyebabkan family caregiver salah persepsi, gelisah,

ketakutan, menurunnya kondisi kesehatan dan masalah emosional

seperti depresi (Rodgers, 2001). Selain itu kurangnya pengetahuan

tentang perawatan bagi penderita juga akan berdampak pada

penderitanya, seperti terjadinya stroke berulang, pasien tidak dapat

melakukan aktivitas secara mandiri, bahkan dapat terjadi kematian

(Irdawati, 2009). Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long

lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

7

karena itulah penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan tingkat

pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita pasca stroke dirumah.”

B. Rumusan Masalah

Tingginya prevalensi tingkat penderita stroke di Indonesia

serta proses penyembuhan yang membutuhkan jangka waktu yang

cukup lama, membuat penderita stroke bergantung pada orang-orang

disekitarnya dan dalam hal ini keluarga ataupun orang terdekat sangat

dibutuhkan penderita stroke untuk membantu proses penyembuhannya

salah satunya adalah dalam hal perawatan. Namun, tidak semua

anggota keluarga ataupun orang yang merawat penderita paska stroke

memiliki pengetahuan yang baik dan informasi yang cukup mengenai

stroke juga bagaimana merawat penderita paska stroke dirumah,

sedangkan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih

lama dibandingkan yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo,

2007). Oleh karena itu terdapat permasalahan yang dapat di rumuskan

sebagai berikut “Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan

perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

dirumah?”

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku

family caregiver dalam merawat penderita pasca stroke dirumah.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan (definisi, faktor resiko,

dampak dan perawatan penderita paska stroke) family caregiver

pada penderita paska stroke dirumah.

b. Mengidentifikasi perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah.

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku

family caregiver dalam merawat pada penderita pasca stroke

dirumah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan bahan kepustakaan untuk instansi pendidikan

mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke selama dirumah.

2. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi profesi keperawatan mengenai pengetahuan yang diperoleh

family caregiver setelah keluar dari rumah sakit dan bagaimana

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

9

perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

sehari-hari selama dirumah.

3. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dalam merancang dan

melaksanakan penelitian, dan dapat menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh.

b. Sebagai bahan atau dasar bagi peneliti selanjutnya khususnya

mengenai perawatan penderita paska stroke oleh family

caregiver.

c. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana

Keperawatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan hubungan tingkat pengetahuan

dengan perilaku caregiver merawat penderita pasca stroke. Populasi

penelitian ini adalah family caregiver penderita paska stroke

dilingkungan Kelurahan Cinangka. Penelitian ini dilakukan dengan

metode kuantitatif dengan menggunakan Cross sectional. Data yang

dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara

mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Pengertian Stroke

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel

otak. Biasanya karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel

otak. Stroke atau cedera serebravaskular (CVA) adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah bagian

otak (Brunner dan Suddarth, 2002).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya

mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal, atau

global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer, 2000).

Sedangkan menurut WHO (2002) stroke adalah manifestasi

klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun

menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke

adalah defisit neurologi yang timbul secara mendadak dan

berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan

hilangnya fungsi otak bahkan kematian.

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

11

2. Penyebab

Menurut Mutaqin (2008), penyebab stroke terdiri dari:

a. Trombosis Serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang

mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak

yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya

(Mutaqin, 2008)

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam

perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan

otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis

dan hipertensi (Mutaqin,2008).

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia

umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah

jantung yang turun akibat aritmia (Mutaqin,2008).

d. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia

setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai dengan

subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala

migren (Mutaqin,2008).

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

12

3. Patofisiologi

a. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah

otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi

karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh

darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area

thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian

menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan

otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju

arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri

tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang

cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak

dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh

emboli (Bunner dan sudarth, 2002).

b. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah

mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang

menimbulkan perubahan komponen intracranial yang

seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial

yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan

peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan

herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah

yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat

menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

13

penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah

berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak

(Brunner and Suddart, 2002).

4. Tanda dan Gejala

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala

dapat berupa:

a. Stroke hemisfer kanan

1) Hemiparese sebelah kiri tubuh

2) Penilaian buruk

3) Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga

kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan

(Brunner dan suddarth, 2002)

b. Stroke hemisfer kiri

1) Mengalami hemiparese kanan

2) Perilaku lambat dan sangat berhati-hati

3) Kelainan bidang pandang sebelah kanan

4) Afasia

5) Mudah frustasi

(Brunner and Suddart, 2002).

5. Faktor Resiko Stroke

a. Faktor risiko utama :

1) Hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun

menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

14

darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan

terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian

(Suhardjo,2008).

2) Diabetes Mellitus

Debetes mellituas mampu, menebalkan dinding

pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya

pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter

pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran

darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian

sel- sel otak (Suhardjo,2008).

3) Penyakit Jantung

Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan

stroke. Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik,

Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan

gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada

umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan

aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel /

jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah

(Suhadjo,2008).

4) Transient Ischemic Attack (TIA)

TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi

berkali- kali dalam seminggu. Makin sering seseorang

mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami

stroke semakin besar (Suhardjo,2008).

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

15

b. Faktor Resiko Tambahan

1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan

Trigliserida.

Meningginya kadar kolesterol merupakan factor

penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya

dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas

pembuluh darah (Suhardjo, 2008).

2) Kegemukan atau obesitas

Obesitas sering di hubungkan dengan hipertensi dan

gangguan toleransi glukosa dan akan meningkatkan resiko

stroke. Obesitas tanpa di sertai hipertensi dan diabetes

melitus bukan merupakan faktor resiko stroke yang

bermakna (Suhardjo, 2008).

3) Merokok

Merokok dapat meningkatkan konsentrasi

fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan

dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah

(Suhardjo, 2008)

4) Riwayat keluarga dengan stroke

Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah

mengalami stroke berisiko lebih besar daripada keluarga

tanpa riwayat stroke (Suhardjo, 2008).

5) Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia.

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

16

Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran

darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat

menyebabkan terjadinya pendarahan otak (Suharjo, 2008).

6. Manifestasi Klinis

Dampak dari stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang

cedera, tetapi dampak secara umum dari serangan stroke menurut

vitahealth, (2004) adalah sebagai berikut :

a. Lumpuh

Kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegia) cacat yang

paling umum akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian otak

kiri, terjadi hemiplegia kanan. Kelumpuhan mulai dari bagian

wajah kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk

tenggorokkan dan lidah. Ini menyebabkan kesulitan dalam

melaksanakan kegiatan sehari – hari. Bila kerusakan terjadi

pada bagian bawah otak maka kemampuan seseorang dalam

mengoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang

(Vitahealth, 2004).

b. Perubahan Mental

Stroke tidak selalu membuat mental orang menjadi merosot

dan beberapa perubahan biasanya bersifat sementara. Saat

stroke mempengaruhi daya pikir, kesadaran, konsentrasi,

kemampuan belajar. Semua hal tersebut dengan sendirinya

akan mempengaruhi penderita. Marah, sedih, dan tak berdaya

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

17

sering kali menurunkan semangat hidupnya. Sehingga muncul

dampak emosional yang berbahaya (Vitahealth, 2004).

c. Gangguan Komunikasi

Paling tidak seperempat klien stroke mengalami gangguan

komunikasi, antara lain:

1) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara

yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot

yang bertanggung jawab untuk berbicara.

2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)

yang terutama ekspresif atau reseptif.

3) Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang

dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien

mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

(Vitahhealth, 2004)

d. Gangguan Emosional

Oleh karena umumnya klien stroke sudah tidak bisa

mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan

mengendalikan emosi. Penderita mudah marah, gelisah, takut,

dan sedih akibat kekurangan fisik dan mental mereka

(Vitahealth, 2004).

e. Perubahan sensorik

Gangguan persepsi merupakan ketidakmampuan

menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

18

disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual

spasial, dan kehilangan sensori.

1) Disfungsi persepsi visual karena gangguan sensori primer

di antara mata dan korteks visual. Hominus heminopsia

(kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena

stroke dan mungkin sementara atau permanen. Sisi visual

yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.

2) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan

dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada

pasien dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat

memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan

untuk mencocokan pakaian ke bagian tubuh.

3) Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan

sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan

kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan

posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam

menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.

(Vitahealth, 2004)

f. Disfungsi Kandung kemih

Pasien pasca stroke mungkin mengalami inkontinensia

urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan

menggunakan urinal/ bedpan karena kerusakan control motorik

dan postural. Kadang-kadang setelah stroke, kandung kemih

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

19

menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon

terhadap pengisian kandung kemih. Kadang-kadang kontrol

sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.

Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut menunjukkan

kerusakan neurologik luas. (vitahealth, 2004)

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien stroke dibagi menjadi dua fase

yaitu fase akut dan fase rehabilitasi.

a. Fase akut

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil,

umumnya dalam perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat

biasa ataupun di unit stroke. Dibandingkan dengan perawatan

di ruang rawat biasa, pasien yang di rawat di unit stroke

memberikan outcome yang lebih baik. Pasien menjadi lebih

mandiri, lebih mudah kembali dalam kehidupan sosialnya di

masyarakat dan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik

Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.

Pasien yang koma saat pada saat masuk dipertimbangkan

mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh

menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam

fase akut ini adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi

yang adekuat. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

20

b. Fase Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi

stroke yang bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik

dan kemampuan fungsional pasien stroke, sehinga mereka

mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sasaran

utama pada fase ini adalah pasien dan keluarga meliputi

perbaikan mobilitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian

perawatan diri, mendapatkan control kandung kemih, perbaikan

proses pikir, pencapaian beberapa bentuk komunikasi,

pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan

tidak adanya komplikasi (Bruner dan Suddarth, 2002).

Pada fase rehabilitasi ini pasien dapat dirawat di rumah

sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di rumahnya sendiri yang

bergantung pada sejumlah faktor, termasuk status kesehatan,

prognosis kelangsungan hidup dan ketergantungan. Salah satu

alat ukur tingkat ketergantungan pasien stroke yaitu melalui

Indeks Barthel (IB) yang dirumuskan oleh Mahoney, F.I dan

Barthel D.W untuk mengukur ketergantungan ADL (Activity

Daily Living). Nilai IB mudah diperoleh dengan cara

anamnesis dan observasi. Tingkatan ketergantung pada setiap

komponen dengan nilai indeks sebagai berikut : Skor IB 100

berarti pasien mandiri dan mampu melakukan sepuluh

komponen kegiatan tanpa bantuan fisik atau pengawasan. Nilai

91 – 99 ketergantungan ringan, memerlukan bantuan minimal

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

21

namun beberapa komponen memerlukan bantuan. Nilai 62 –

90, ketergantungan sedang : memerlukan bantuan lebih banyak,

namun sebagian kegiatan dapat dilakukan mandiri. Nilai 21 –

61 ketergantungan berat: memerlukan bantuan maksimal,

namun masih mampu melakukan beberapa kegiatan. Nilai 0-20

pasien ketergantungan total : memerlukan bantuan secara

keseluruhan (Gallo, 1998).

B. Family Caregiver

1. Pengertian

Family caregiver adalah setiap kerabat, pasangan, teman

atau tetangga yang memiliki hubungan pribadi yang signifikan

dengan, dan memberikan berbagai bantuan untuk, orang tua atau

dewasa dengan kondisi kronis atau cacat (Family Caregiver

Aliance, 2011). Sedangkan menurut Cress (2011) family caregiver

adalah istri, pasangan, anak, atau orang lain yang relative

menyediakan berbagai bantuan pada orang yang sudah tua atau

pada orang yang tidak punya kemampuan.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dalam keterikatan aturan dan emosional dan

individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian

dari keluarga. Dalam keluarga terdapat lima fungsi dasar keluarga,

yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan

perawatan kesehatan. (Friedman, 1998). Caregiver adalah

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

22

seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang

mengalami ketidak mampuan dan memerlukan bantuan karena

penyakit dan keterbatasannya (Natalingrum Sukmarini, 2009).

2. Jenis caregiver

Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver

formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota

keluarga, teman atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa

dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama

maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver

formal adalah caregiver yang merupakan bagian daris sistem

pelayanan baik dibayar maupun sukarelawan (Natalingrum

Sukmarini, 2009).

3. Fungsi Cargiver

Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makan,

membawa pasien ke dokter, dan memberikan dukungan emosional,

kasih saying dan perhatian. Caregiver juga membanu pasien dalam

mengambil keputusan atau pada stadium akhir penyakitnya,

caregiver yang membuat keputusan untuk pasiennya. Family

caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan

oleh pasien (Henny tantono, Ike MP siregar, HM Zaini, 2006).

4. Caregiving

Caregiving merupakan suatu istilah yang berarti

memberikan perawatan kepada seseorang dengan kondisi medis

yang kronis. Informal atau lay caregiving adalah aktivitas

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

23

membantu individu yang memiliki hubungan personal dengan

caregiver (Henny tantono, Ike MP siregar, HM Zaini, 2006).

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.

Pengetahuan atau kognitif merupakan hal penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sebelum

seseorang melakukan tindakan perawatan stroke ia harus terlebih

dahulu mengetahui apa arti atau manfaat perawatan stroke bagi

dirinya atau keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan keluarga mengenai perawatan pasien stroke adalah

sesuatu yang diketahui oleh keluarga berkaitan dengan cara

merawat pasien stroke.

2. Tingkat pengetahuan

Menrut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

24

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contohnya : Mampu mendefinisikan tentang penyakit stroke,

tanda dan gejala serta apa penyebabnya.

b. Memahami (Comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

25

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria yang telah ada.

3. Sumber Pengetahuan

a. Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat

dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang.

Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-

kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di

dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

26

kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional

dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja

(Suhartono, 2005).

b. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada

otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh

kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran

pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru,

ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang

mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah

atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh

tanpa kritik. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung

kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana

orang-orang itu bisa dipercaya (Suhartono, 2005).

c. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia,

pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung,

lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan

bisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2005).

d. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca

indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu,

lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang

menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat

metafisis. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

27

meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai

pengetahuan semu dan menyesatkan (Suhartono, 2005).

e. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang

paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang

batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman.

Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan

pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa

melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Dengan

demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat

diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal

pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku

secara personal belaka (Suhartono, 2005).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dan Sukmadinata (2003) terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Tingkat Pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan

bekal yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat

pendidikan dapat menghasilkan sesuatu perubahan dalam

pengetahuan orang tua.

b. Paparan media massa (akses Informasi)

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik,

berbagai informasi dapat di terima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

28

majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi

yang lebih banyak di bandingkan dengan orang yang tidak

pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media

massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki

seseorang.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring

sesuai tidak dengan kebudayaan yang di anut.

d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan usia, tingkat

pendidikan seseorang maksudnya pendidikan yang tinggi akan

mempunyai pengalaman yang lebih luas, demikian juga dengan

usia orang tersebut pengalamannya juga akan semakin

bertambah.

e. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedangkan ekonomi di kaitkan dengan daya

pendidikan yang di tempuh seseorang sehingga memperluas

pengetahuan seseorang.

5. Alat ukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin di ukur dari

responden (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan responden akan

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

29

ditentukan dengan seberapa jauh kemampuannya dalam menjawab

pertanyaan mengenai stroke dan dalam merawat penderita pasca

stroke yang dapat dilakukannya dalam kuesioner tindakan

perawatan.

D. Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan

biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Robert Kwick, menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan

atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan

dapat dipelajari. Skinner merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari

luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka

teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

(Notoatmodjo, 2007)

2. Klasifikasi Perilaku

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), dilihat dari

bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

30

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati

secara jelas.

2) Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah

dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Menurut Notoatmodjo (2007) bentuk operasional dari perilaku

dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan

mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

2) Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin

terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini

lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia

yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri

dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang

bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai

dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan

lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

31

yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit,

yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau

rangsangan dari luar.

3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang berperan

dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis

yaitu:

1) Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu

berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.

Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara

kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat

sebagai berikut:

1) Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku

yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja

diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

2) Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

3) Penguatan positif/ positive reinforcement

4) Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu

bersifat tidak menyenangkan.

2) Faktor eksternal

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

32

Faktor-faktor yang berada diluar individu yang

bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-

hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan

bentuk perilakunya.

Menurut teori Lawrence green dalam Notoatmodjo (2007), ada

tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu

maupun kelompok sebagai berikut:

a. Faktor yang mempermudah (predisposing faktor).

Faktor ini mencangkup pengetahuan, sikap, kepercayaan,

norma social, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu

ataupun masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

b. Faktor pendukung (enabling faktor)

Faktor-faktor ini mencakup fasilitas, sarana-sarana

kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan,dan

sebagainya(Notoatmodjo, 2007).

c. Faktor pendorong (reinforcing faktor)

Yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku

seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, istri, orang

tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan

(Notoatmodjo,2007).

E. Perawatan Penderita Paska Stroke dirumah

Sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain,

pasien dan orang yang merawat perlu menyadari semua tantangan dan

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

33

tanggung jawab yang akan dihadapi. Meskipun sebagian besar pasien

telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna sebelum di

pulangkan, sebagian penderita paska stroke masih memerlukan

bantuan untuk turun dari tempat tidur, mengenakan pakaian, makan,

dan berjalan.

Seringkali ketika pulang, penderita pasca stroke masih mengalami

gejala sisa, misalnya dengan keadaan : kehilangan motorik (hemiplegi)

atau ada juga pasien yang pulang dengan keadaan bedrest total,

kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara (disatria), gangguan

persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi

kandung kemih, sehingga perawatan yang diberikan harus secara terus

menerus dilakukan agar kondisi penderita paska stroke membaik,

penyakitnya terkontrol, risiko serangan stroke ulang menurun, tidak

terjadi komplikasi atau kematian mendadak. Untuk itu keluarga

dituntut untuk mengetahui bagaimana merawat penderita paska stroke,

sehingga setelah kembali kerumah perawatan dapat dilakukan oleh

keluarga pasien maupun pasien itu sendiri secara terus menerus sampai

optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Adapun kebutuhan

penderita pasca rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis,

sosial dan spiritual (Valery dalam Agustina, 2009).

Beberapa perawatan penderita paska stroke antara lain:

1. Posisi ditempat tidur dan terapi fisik

Penderita pasca stroke yang mengalami imobilisasi perlu

diposisikan dan direposisikan dengan benar di tempat tidur karena

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

34

hal ini dapat membantu mencegah komplikasi seperti pembentukan

bekuan darah, dekubitus, pneumonia, kontraktur sendi, dan nyeri

bahu. Selain itu, penderita pasca stroke yang mengalami

imobilisasi juga perlu dibalik dan diposisikan secara reguler,

bahkan pada malam hari. Posisi tidur yang benar ada 3 macam

yaitu tidur pada posisi telentang, tidur pada posisi tubuh yang

mengalami kelumpuhan dan tidur pada posisi tubuh yang tidak

mengalami kelumpuhan, sebaiknya ubah posisi tidur setiap 2-3 jam

sekali.

Penderita pasca stroke juga membutuhkan latihan fisik

seprti ROM (Range of motion) untuk mencegah kekakuan sendi

dan membantu melatih otot yang kaku. Otot-otot kaki dan tangan

yang mengalami kelumpuhan bila dibiarkan saja lama-kelamaan

akan menjadi kaku dan kemudian terjadi kontraktur dalam keadaan

menekuk (fleksi). Latihan pergerakan otot kaki dan tangan

sebaiknya dilakukan terus-menerus, sehari sekali dengan

pengulangan minimal 10 kali (Sofwan, 2010).

2. Berdiri dan berjalan

Berdiri dan berjalan merupakan suatu kesulitan tersendiri

bagi penderita paska stroke. Bila serangan stroke sangat berat dan

kerusakan yang terjadi di otak luas, akan semakin suit untuk dapat

berdiri dan berjalan. Pada umumnya penderita paska stroke akan

memulai latihan secara berurutan, mulai dari duduk dengan benar,

lalu kemudian berdiri dengan benar, dan akhirnya berjalan dengan

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

35

sikap yang benar. Penggunaan alat bantu seperti tongkat dengan

kaki 3 terkadang dibutuhkan (Sofwan, 2010).

3. Perawatan kulit

Perawatan kulit yang cermat sangat penting untuk

mencegah dekubitus (luka karena tekanan) dan infeksi kulit;

adanya hal-hal ini menunjukkan bahwa perawatan pasien kurang

optimal. Adanya dekubitus dan infeksi luka menunjukkan bahwa

perawatan penderita stroke kurang optimal. Keduanya sebaiknya

dicegah karena dekubitus dapat menimbulkan nyeri dan memiliki

proses penyembuhan luka yang lama dan jika terinfeksi, luka ini

dapat mengancam nyawa. Penderita stroke dapat mengalami

dekubitus karena berkurangnya sensasi dan mobilitas.

Inkontinensia, malnutrisi, dan dehidrasi juga meningkatkan risiko

timbulnya dekubitus dan menghambat proses penyembuhan luka

(Leigh, 2005).

Penderita paska stroke yang tidak dapat bergerak harus

sering di putar dan tereposisi, dan seprai mereka harus terpasang

kencang. Bagi penderita paska stroke yang hanya dapat berbaring

atau duduk di kursi roda, bagian-bagian tubuh yang paling berisiko

antara lain adalah punggung bawah (sakrum), pantat, paha, tumit,

siku, bahu, dan tulang belikat (skapula). Sekali sehari, gunakan

spons kering untuk membatali titik-titik tekanan ini agar mencegah

tertekanya saraf dan terbentuknya dekubitus. Ketika melakukan hal

ini, periksalah ada tidaknya abrasi, lepuh, dan kemerahan kulit

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

36

yang tidak hilang ketika ditekan karena hal-hal ini menunjukkan

awal dekubitus. Kulit pasien harus di jaga agar tetap bersih, kering

dan diberi bedak (Leigh, 2005).

4. Perawatan kebersihan

Penderita stroke juga memerlukan bantuan keluarga dalam

memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke

menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan

mobilisasi atau perawatan diri. Keluarga harus selalu menjaga

kebersihan diri penderita pasca stroke dengan cara memandikan

dan memperhatikan kebersihan pakaian dan tempat tidur.

Sebaiknya penderita pasca-stroke diberikan baju dengan bahan

katun yang longgar, dan bila memungkinkan dalam bentuk seperti

kemeja agar lebih mudah memakainya (Sofwan, 2010).

5. Kebutuhan Nutrisi

Penderita stroke memerlukan makanan yang memadai,

lezat, dan seimbang dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih

sehari). Jika nafsu makan penderita berkurang maka penedrita

stroke dapat diberi makanan ringan tinggi-kalori yang lezat dalam

jumlah terbatas setiap 2-3 jam, bersama dengan minuman

suplemen nutrisional (Lotta, 2006).

Penderita pasca stroke dianjurkan untuk mengkonsumsi

banyak sayur dan buah karena dapat menurunkan resiko stroke

berulang hingga 30 %. Konsumsilah 5 porsi buah dan sayuran

setiap hari. Pilihlah protein rendah lemak. Kurangi konsumsi

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

37

daging merah, sebaliknya konsumsilah ikan, ayam (tanpa kulit),

karena kebanyakan daging merah mengandung lemak jenuh yang

menyebabkan timbunan lemak pada pembuluh darah arteri.

Kurangi konsumsi garam karena konsumsi garam berlebih dapat

meningkatkan tekanan darah, selain itu hindari konsumsi makanan

ringan yang mengandung banyak garam. Konsumsilah makanan

yang kaya serat karena makanan kaya serat membantu dalam

mengontrol kadar lemak dalam darah. Konsumsilah sereal gandum,

beras merah, dan roti. Hindari konsumsi makanan dan minuman

tinggi gula. Hal ini mengurangi resiko Diabetes Mellitus yang

merupakan salah satu faktor resiko terserang stroke berulang.

Batasi jumlah lemak dalam makanan yang kita konsumsi. Kita

membutuhkan lemak dalam nutrisi, namun konsumsi yang terlalu

banyak dapat menyebabkan plak dalam arteri dan menjadi masalah

pada berat badan. Penderita stroke juga harus makan dalam posisi

duduk, bukan berbaring, untuk mencegah tersedak dan pneumonia

aspirasi ( Lotta 2006).

Keluarga dapat melakukan modifikasi dalam penggunaan

alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada alas

piring atau menggunakan piring yang cekung sehingga makanan

tidak mudah tumpah. Keluarga dapat juga menyediakankan alat-

alat bantu untuk penderita stroke yang makan dengan satu tangan,

seperti mangkuk telur yang dapat ditempelkan pada meja (Lotta,

2006)

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

38

6. Mengatasi masalah berbicara

Pasien sroke dengan masalah bicara dan menulis mudah

mengalami depresi atau frustrasi akibat kesulitan mereka. Karena

itu, sangatlah penting untuk mendorong pasien berkomunikasi-

menerima semua bentuk komunikasi (tulisan, tanda, bahasa tubuh,

gambar, upaya berbicara) dan kemajuan, bahkan yang kecil

sekalipun, untuk semakin mendorong pasien. Pasien jangan sering

dikritik dan jangan memaksa bahwa setiap kata yang dihasilkan

harus tepat. Pasien stroke yang dapat membaca, menulis, dan

memahami perkataan orang lain, tetapi kesulitan untuk

mengutarakan kata-kata dengan jelas (pasien dengan disartria)

dapat memperoleh manfaat dari melakukan latihan lidah dan bibir

dua kali sehari (Agustina, 2009). Latihan bibir dapat dilakukan

dengan cara membentuk bibir menjadi huruf O dan bergantian

menjadi huruf E atau seperti orang tersenyum, sedangkan latihan

lidah dapat dilakukan dengan cara menggerakan lidah kea rah kiri

dan kanan (Irfan 2010).

7. Kepatuhan Program pengobatan

Dukungan keluarga diketahui sangat penting dalam

kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang (Schatz,

1988 dalam Stanley, 2006). Keluarga bertanggung jawab terhadap

semua prosedur dan pengobatan anggota keluarga yang sakit,

seperti obat menggunakan alat-alat khusus, dan menjalankan

latihan (Friedman, 1998).

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

39

8. Mengatasi masalah emosional

Pada sebagian besar kasus, masalah emosional mereda

seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu dapat menyebabkan

penderita paska stroke menolak terapi atau kehilangan motivasi

untuk menjalani proses rehabilitasi, yang dapat memengaruhi

pemulihan penderita. Masalah emosional reaktif ini sering dapat

dikurangi secara substansial dengan mendorong penderita stroke

membicarakan ketakutan dan kemarahan mereka. Penderita stroke

harus merasa bahwa mereka adalah anggota keluarga yang

berharga. Penting bagi keluarga untuk mempertahankan

lingkungan rumah yang suportif, yang mendorong timbulnya

perhatian orang lain dan aktivitas waktu luang, misalnya membaca,

memasak, berjalan-jalan, berbelanja, bermain, dan berbicara.

Penderita stroke yang keluarganya atau orang yang merawatnya

tidak suportif dan yang memiliki kehidupan keluarga yang tidak

berfungsi cenderung memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan

dengan penderita lainnya. Sebagian penderita paska stroke

mungkin merasa nyaman jika mereka berbagi pengalaman mereka

dengan penderita paska stroke lain (Lotta, 2006).

9. Mencegah cidera dan jatuh

Leigh (2005) menyatakan faktor risiko yang mempermudah

pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan

keseimbangan, obat-obat sedatif, kesulitan melakukan aktivitas

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

40

sehari-hari, inaktivitas, inkontinensia, gangguan penglihatan, dan

berkurangnya kekuatan tungkai bawah.

Indikasi terbaik bahwa penderita stroke siap bergerak ke

tingkat mobilitas vang lebih tinggi adalah kemampuan menoleransi

tingkat mobilitas yang telah mereka capai. Demi alasan keamanan,

sebaiknya ada satu atau dua orang asisten berdiri di samping

penderita stroke dan membantu penderita, terutama pada tahap-

tahap awal.

10. Kebutuhan buang air kecil dan besar.

Beberapa penderita stroke yang mengalami kelumpuhan

dan inkontinensia urin sangat bergantung pada keluarga. Saat

mereposisi penderita, pembalut inkontinensia yang basah atau

tercemar kotoran harus diganti. Sebagian pria dapat dijaga kering

dengan menggunakan botol (pispot) urine secara teratur. Namun,

pada sebagian kasus, mungkin perlu dipasang kateter (selang) ke

dalam kandung kemih, dan selang ini akan secara otomatis

mengeluarkan urine. Sebagian wanita yang mengalami

inkontinensia dapat dijaga tetap kering dengan menggunakan

pembalut inkontinensia, tetapi jika tidak dimungkinkan atau kurang

efektif, kateter dapat dimasukkan ke dalam kandung kemih. Orang

yang merawat perlu diajari mengenai cara membersihkan kateter,

tetapi yang memasangnya haruslah seorang perawat. Bagi beberapa

penderita stroke yang sudah memiliki kondisi yang cukup bagus

dapat langsung di antar ke kamar mandi oleh anggota keluarga

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

41

namun harus tetap dijaga dengan ketat, sebaiknya kamar mandi

untuk penderita stroke disediakan pegangan di sepanjang dinding

untuk mencegah cedera atau jatuh.

Sembelit adalah masalah yang umum dijumpai pada orang

berusia lanjut dan pada orang yang mengalami stroke. Cara terbaik

untuk mengatur buang air besar adalah makanan yang memadai

dan seimbang serta banyak cairan (paling tidak dua liter sehari) dan

serat (buah dan sayuran), serta aktivitas fisik yang cukup. Pelunak

tinja (laksatif, pencahar), supositoria, dan enema dapat digunakan

untuk sembelit yang terjadi sekali-sekali (Edmund, 2007).

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

42

F. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Lawrence green dalam Notoatmodjo 2007, Brunner dan

Suddarth 2002, Agustina 2009

- Latihan fisik (ROM, Olah raga)

- Perawatan kulit

- Perawatan kebersihan

- Kebutuhan Nutrisi

- Latihan berbicara

- Kepatuhan program pengobatan

- Penanganan masalah emosional

- Mencegah cidera dan jatuh

- Kebutuhan buang air besar dan kecil

STROKE

Fase Akut

Fase

Rehabilitasi

Di Rumah

Petugas

kesehatan

Keluarga/

Family

Caregiver

Faktor predisposisi :

Pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan,

nilai-nilai.

Faktor Pendukung :

Fasilitas, sarana dan

prasarana

Faktor Pendorong :

Pendidikan kesehatan

dari petugas kesehatan

atau petugas lain

Tingkat

Pengetahuan

family caregiver

dalam merawat

penderita pasca

- Tingkat

pendidikan

- Akses

informasi

- Budaya

- Fasilitas

- Sosio-budaya

- Pengalaman

- Sosial

ekonomi

Perilaku Family

Caregiver dalam

merawat

penderita pasca

stroke

Di Rumah

sakit

Di pusat

rehabilitas

Perawatan

penderita

pasca

stroke

dirumah

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

43

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi

dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka

konsep tidak dapat langsung diamati atau di ukur. Kerangka konsep

penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan. Variabel adalah sesuatu yag digunakan sebagai

ciri, sifat atau ukuran yag dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang sesuatu konsep tertentu (Notoatmodjo,2005). Pada

penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel Independent

yaitu tingkat pengetahuan family caregiver, sedangkan variable

dependent yang akan diteliti yaitu perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke. Sehingga kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas (Independent) Variable terikat (Dependent)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan

Family Caregiver

Perilaku Family Caregiver

dalam merawat penderita

stroke

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

44

B. Hipotesis penelitian

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku Family

caregiver dalam merawat penderita pasca stroke.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

No Variabel

Definisi

Operasional

Cara ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

1 Tingkat

pengetahuan

caregiver

tentang

stroke

Pemahaman yang

diperoleh melalui

proses pengalaman

dan proses belajar.

Pengetahuan ini

meliputi

pengetahuan tentang

stroke (pengertian,

faktor resiko,

dampak), serta

perawatan penderita

paska stroke.

Family Caregiver

yang dimaksud

adalah setiap

kerabat, pasangan

Menggunakan

Menggunakan skala

Guttman dan scorig,

Pernyataan terdiri dari

25 pernyataan, 13

pernyataan postif dan

12 pernyataan

negative dengan

jawaban responden

benar atau salah, jika

jawaban responden

tepat atau benar maka

responden

mendapatkan nilai 1

dan jika jawaban salah

atau tidak tepat maka

Kuesioner 1. Baik

(skor 76-

100%)

2. Cukup

(skor 56-

75%)

3. Kurang

(skor

≤55%)

(Arikunto,

2006)

Ordinal

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

45

(suami/istri), anak

yang memiliki

hubungan pribadi

yang signifikan

dengan dan

memberikan

berbagai bantuan

untuk orang tua atau

dewasa dengan

kondisi kronis atau

cacat.

responden

mendapatkan nilai

atau 0

2. Perilaku

Family

Caregiver

Suatu kegiatan atau

aktifitas keluarga

atau family

caregiver dalam

merawat penderita

pasca stroke

dirumah.

Pengukuran perilaku

menggunakan skala

Likert dan scoring.

Pertanyaan penelitian

terdiri dari 27

pertnyataan.

Responden menjawab

dengan jawaban selalu

dengan skor 3,

kadang-kadang

dengan skor 2, tidak

pernah dengan skor 1.

(Sugiyono 2009)

Kuesioner

penelitian

1. Baik

(skor

>75%)

2. Cukup

(skor 60-

75%)

3. Kurang

(skor

<60%)

(Nursalam,

2003)

Ordinal

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

46

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi pembuktian atau

pengujian atas variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif dengan desain Cross-section. Cross Sectional merupakan

rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan

pada saat bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 di Kelurahan

Cinangka. Alasan pemilihan lokasi diKelurahan Cinangka adalah

karena setelah dilakukan pendataan pada tanggal 3 Januari 2012 bahwa

di Kelurahan Cinangka terdapat 39 penderita paska stroke yang

dirawat dirumah dan berdasarkan informasi bahwa tidak terdapat

pendidikan atau pelatihan khusus untuk family caregiver atau keluarga

penderita paska stroke mengenai perawatan stroke dikelurahan

Cinangka, pengetahuan yang diperoleh hanya berdasarkan informasi

yang diberikaan pada saat penderita dirawat dirumah sakit. Selain itu

di Kelurahan Cinangka ini belum pernah dilakukan penelitian serupa

dengan penelitian yang ingin di ambil peneliti.

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

47

C. Populasi, sampel dan teknik sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua family caregiver pasien stroke yang

dirawat dirumah di Kelurahan Cinangka.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,

2009). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh family caregiver

yang merawat penderita paska stroke di Kelurahan Cinangka.

(Arikunto, 2006).

Adapun criteria sampel adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah criteria dimana subjek penelitian

mewakili sampel (Nursalam,2003), yaitu:

1) Responden merupakan family caregiver atau keluarga

(suami, istri, anak, ayah, ibu, kerabat) yang merawat

penderita stroke dengan kondisi ketergantungan total, berat,

sedang dan ringan berdasarkan hasil skrining dengan

menggnakan Barthel indeks.

2) Dapat berkomunikasi

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

48

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat

dimasukan atau tidak layak untuk diteliti, yaitu :

1) Penderita paska stroke yang tidak memiliki family

caregiver

2) Penderita paska stroke yang dirawat bukan oleh family

caregiver

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah suatu proses atau teknik

pengambilan sampel. Adapun teknik sampel yang dipakai dalam

penelitian ini menggunakan total sampling atau sampling jenuh,

yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

dijadikan sampel dimana seluruh family caregiver yang ada di

Kelurahan Cinangka yang merawat penderita stroke akan dijadikan

salmpel. (Sugiyono, 2009).

D. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan

data primer. Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan

tertutup melalui kuesioner yang akan dijawab oleh responden.

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuisioner atau angket. Kuesioner diberikan langsung kepada

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

49

responden untuk diisi tanpa melalui proses wawancara. Angket

yang telah diberikan mencakup Barthel Index sebagai skrining

tingkat ketergantungan penderita paska stroke serta kuesioner

dengan variabel independen yaitu pengetahuan family caregiver,

sedangkan variabel dependen yaitu perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dan masing-masing pertanyaan

diberikan scoring. Untuk kuesioner dengan variable pengetahuan

menggunakan skala Guttman sebanyak 25 pernyataan terdiri dari

13 pernyataan positif dan 12 pernyataan negative yang akan

dijawab dengan jawaban benar atau salah, sedangkan untuk

variable perilaku menggunakan skala Likert sebanyak 27

pernyataan dengan jawaban tidak pernah, kadang-kadang dan

selalu.

Kisi-kisi pertanyaan kuesioner pengetahuan dan perilaku

family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

Variabel Indikator No soal Jumlah

Pengetahuan

Family

caregiver

1. Definisi

2. Faktor Resiko

3. Dampak

4. Latihan Fisik

5. Perawatan kulit

6. Perawatan kebersihan

7. Kebutuhan Nutrisi

8. Latihan berbicara

1,2

3,4

5,6

7,8,9

10,11

12,13

14,15

16,17

2

2

2

3

2

2

2

2

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

50

C

a

r

a

i

n

t

e

r

p

r

P

r

e

t

a

s

i

instrument penelitian :

a. Indeks Barthel

9. Kepatuhan program

pengobatan

10. Penanganan masalah

emosional

11. Mencegah cidera dan

jatuh

12. Kebutuhan buang air

besar dan kecil

18,19

20,21

24,25

22,23

2

2

2

2

Perilaku

Family

caregiver

1. Latihan fisik

2. Perawatan kebersihan

3. Perawatan kulit

4. Kebutuhan Nutrisi

5. Latihan berbicara

6. Kepatuhan program

pengobatan

7. Penanganan masalah

emosional

8. Mencegah cidera dan

jatuh

9. Kebutuhan buang air

besar dan kecil

1,2,3

4,5,6

7,8,9

13,14,15

16,17,18

19,20,21

22,23,24

25,26,27

10,11,12

3

3

3

3

3

3

3

3

3

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

51

Indeks barthel digunakan untuk menskrining responden

berdasarkan tingkat ketergatungan penderita paska stroke yang

dirawatnya, terdiri dari 10 item yang disimpulkan :

- Ketergantungan total, jika mendapat skor 0-20

- Ketergantungan berat, jika mendapat skor 21-61

- Ketergantungan sedang, jika mendapat skor 62-90

- Ketergantungan ringan, jika mendapat skor 91-99

- Mandiri, jika penderita mendapat skor 100

(Gallo, dkk 1998)

b. Variabel pengetahuan

Sebanyak 25 pernyataan terdiri dari 13 pernyataan positif dan

12 pernyataan negatif dengan jawaban benar = 1 dan salah = 0

yang disimpulkan :

- Baik jika responden mendapat skor 19-25 atau 76-100%

- Cukup jika responden mendapat skor 14-18 atau 56-75%

- Kurang jika responden mendapat skor ≤13 atau ≤ 55%

c. Variabel perilaku

Terdiri dari 27 pernyataan dengan jawaban tidak pernah,

kadang-kadang, dan selalu (Tidak pernah = 1, kadang-kadang =

2, selalu = 3) yang disimpulkan :

- Baik jika responden responden mendapat skor 61-81 atau

>75%

- Cukup jika reponden mendapat skor 49-60 atau 60-75%

- Kurang jika responden mendapat skor < 48 atau <60%

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

52

3. Prosedur Pengumpulan Data

Proses–proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui

beberapa tahap yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin

penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan surat izin dari kepala Dinas

Kesehatan Kota Depok.

b. Melakukan pendataan kepada calon responden berdasarkan

data dari RT/RW/Kader yang ada diKelurahan Cinangka.

c. Melakukan skrining tingkat ketergantungan yang memenuhi

syarat untuk menjadi responden menggunakan indeks Barthel.

d. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

e. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk

ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi

subjek penelitian.

f. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara

pengisian kuesioner.

g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya

kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi

kuesioner.

h. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi

kepada peneliti untuk diperiksa.

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

53

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Salah satu Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka

kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas. Sebelum

kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner

dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan

dicari reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach pada

30 orang responden di wilayah Kelurahan Cinangka.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini

digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat

mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan

dengan menghitung korelasi antara masing–masing skor item

pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji

validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu

instrument dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran

memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

54

menggunakan bantuan software computer dengan rumus alpha

cronbach Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Alpha Cronbach > 0,70 (Hidayat, 2008).

Uji Validitas dan reabilitas telah dilakukan pada tanggal 28

September 2012 di Kelurahan di Cinangka pada 30 orang family

caregiver dari 10 orang penderita paska stroke. Dari hasil uji validitas

dan reabilitas dengan menggunakan program computer untuk statistik,

didapatkan Alpha Cronbach 0,873 untuk variable pengetahuan dimana

dari 25 pernyataan terdapat 3 butir pernyataan yang tidak valid yaitu

P4, P12 dan P13 sehingga peneliti melakukan content validity didalam

pernyataan tersebut agar lebih mudah dipahami oleh responden.

Sedangkan untuk variabel perilaku didapatkan nilai Alpha Cronbach

0,880 dimana dari 27 pernyataan terdapat 4 butir pernyataan yang tidak

valid yaitu PR2, PR8, PR16 dan PR25 sehingga peneliti melakukan

content validity didalam pernyataan tersebut agar lebih mudah

dipahami oleh responden.

F. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan Software statistik. Teknik pengolahan data yang terdiri

dari:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

55

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode

ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

computer.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data

yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

G. Analisis data

Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan

menguji hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi

analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi

frekuensi dari variable dependen yaitu perilaku Family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dan variable independen

yaitu tingkat pengetahuan Family caregiver itu sendiri.

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

56

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel dependen dan independen yaitu antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke. Tehnik analisa yang digunakan yaitu

dengan uji Spearman karena data yang digunakan adalah 3 x 2. Uji

spearman digunakan untuk menampilka spearman rho, yaitu bila

data yang digunakan tidak memenuhi asumsi normal. Koefisien

korelasi ini sangat cocok untuk variable ordinal.

Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan α

5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan

bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p value >

0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel yang

diteliti.

H. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang

harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

57

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormatinya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah- masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan

identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden

dengan mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed

consent). Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti

menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Peneliti akan menjamin kerahasian identitas responden, dimana

data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

58

penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan

dimusnahkan.

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

59

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap tentang hasil penelitian

mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah. Hasil

penelitian yang akan diuraikan anatara lain : gambaran tempat penelitian,

data demografi family caregiver dan penderita paska stroke, hasil

penelitian univariat dan bivariat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

2-15 Oktober 2012 di kelurahan Cinangka kecamatan Sawangan kota

Depok. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket

kerumah-rumah warga yang memiliki penderita paska stroke. Setelah

melalui penghitungan terdapat 78 family caregiver yang diambil dari 30

orang penderita paska stroke.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Letak wilayah Kelurahan Cinangka

Kelurahan Cinangka merupakan salah satu kelurahan yang

berada di Kecamatan Sawangan Kota Depok Provinsi Jawa Barat

dengan luas wilayah ±44,5 Ha, dengan batas wilayah :

a. Sebelah Utara : Kota tanggerang selatan

b. Sebelah Timur : Kelurahan Meruyung

c. Sebelah Selatan : Kelurahan Sawangan

d. Sebelah Barat : Kelurahan Kedaung

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

60

Jumlah penduduk dikelurahan cinangka sampai akhir bulan

desember 2011 tercatat : 15.577 jiwa, terdiri dari :

a. Laki-laki : 7.979 jiwa

b. Perempuan : 7.598 jiwa

c. Jumlah KK : 3.826 KK

d. Jumlah penduduk miskin : 270 jiwa

e. Jumlah Rw : 10

f. Jumlah Rt : 46

2. Visi dan Misi Kelurahan Cinangka

a. Visi

Visi kelurahan Cinangka adalah : “terwujudnya pelayanan

pemerintahan kellurahan yang ramah, cepat, tepat dan

transparan.”

Beberapa prinsip yang dijadikan landasan dalam

menetapkan visi kelurahan Cinangka, antara lain prinsip

Ramah, Cepat, Tepat dan Transparan.

1) Ramah mengandung arti memberikan pelayanan dengan

senyum dan sapa

2) Cepat mengandung makna memaksimalkan pelayanan

kepada masyarakat

3) Tepat mengandung makna memberikan informasi yang

benar pada masarakat.

4) Transparan mengandung makna terbuka dalam

memberikan pelayanan.

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

61

b. Misi

Misi merupakan penjabaran lebih lanjut dari pernyataan

visi organisasi dalam kaitannya dengan pencapaian visi itu

sendiri. Adapun misi Kelurahan Cinangka itu sendiri adalah :

1) Meningkatkan tatakelola Administrasi pemerintah

kelurahan

2) Meningkatkan Kualitas pelayanan kepada masyarakat

c. Maksud dan Tujuan

Maksud menyelenggarakan pmerintahan yang ramah, cepat,

tepat dan transparan adalah untuk menciptakan suatu peayanan

yang prima kepada masyarakat yang membutuhkan segala

jenis pelayanan pemerintahan.

Tujuan dari menyelenggarakan pemerintahan yang ramah,

cepat, tepat dan tranparan adalah memberikan kemudahan

kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan

pemerintahan.

3. Struktur organisasi Kelurahan Cinangka

Gambar 5.1

Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Cinangka tahun 2012

LURAH

JABATAN

FUNGSIONAL

SEKERTARIS

KASIE PEM &

TRANTIB

KASIE PEMB

& PEREK

KASIE

KEMAS

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

62

B. Gambaran Demografi

1. Demografi responden (Family caregiver)

Karakteristik responden berikut ini adalah karakteristik

sampel penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan

hubungan dengan penderita paska stroke. Pada variabel demografi

tidak diteliti karena haya digunakan sebagai data demografi.

Berikut adalah kategori responden penelitian, antara lain :

a. Usia

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden (family caregiver)

berdasarkan Usia (n = 78)

Nilai Frekuensi (Tahun)

Mean 30,81

Standar Deviasi 13,401

Minimum 14 tahun

Maximum 60 tahun

Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia. Usia minimum responden adalah 14 tahun

sedangkan usia maksimum adalah 60 tahun dan rata-rata usia

yang menjadi responden adalah 31 tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden (family

caregiver) berdasarkan jenis kelamin (n=78)

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 16 20,5

Perempuan 62 79,5

Jumlah 78 100

Page 86: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

63

Tabel 5.2 menunjukan distribusi responden atau family

caregiver berdasarkan jenis kelamin. Responden berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 16 orang atau sekitar 20,5 %,

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 62 orang atau sekitar 79,5%. Hal ini menunjukan

bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki.

c. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden (family

caregiver) berdasarkan Pendidikan (n=78)

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 3 3,8

SMP 7 9

SMA 58 74,4

D3 3 38

S1 7 9

Jumlah 78 100

Tabel 5.3 menunjukan distribusi frekuensi responden atau

Family caregiver berdasarkan pendidikan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa responden yang memiliki pendidikan

terakhir Sekolah Dasar (SD) berjumlah 3 orang atau sekitar

3,8%, responden yang memiliki pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) berjumlah 7 orang atau sekitar 9% , responden

yang memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Page 87: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

64

berjumlah 58 orang atau sekitar 74%, responden yang

memiliki pendidikan Diploma (D3) berjumlah 3 orang atau

sekitar 3,8%, sedangkan responden yang memiliki pendidikan

Sarjana muda (S1) berjumlah 7 orang atau sekitar 9%. Hal ini

menunjukan bahwa pendidikan responden yang paling banyak

adalah pendidikan SMA.

d. Hubungan dengan penderita stroke

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden (family caregiver)

berdasarkan hubungannya dengan penderita paska stroke

(n=78)

Hubungan Frekuensi Persentase

Istri 15 19,2

Suami 9 11,5

Anak 50 64,1

Saudara 4 5,1

Jumlah 78 100

Tabel 5.4 menunjukan distribusi frekuensi responden atau

family caregiver berdasarkan hubungannya dengan penderita

paska stroke. Family caregiver yang memiliki hubungan

sebagai istri penderita paska stroke sebanyak 15 orang atau

sekitar19,2%, sedangkan responden yang memiliki hubungan

sebagai suami penderita paska stroke sebanyak 9 orang atau

sekitar 11,5%, responden yang memiliki hubungan sebagai

anak penderita paska stroke sebanyak 50 orang atau sekitar

64,1%, dan responden yang memiliki hubungan sebagai

Page 88: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

65

Saudara (Kakak, adik) penderita paska stroke sebanyak 4 orang

atau sekitar 5,1%.

2. Demografi Penderita paska stroke

Karakteristik penderita paska stroke berikut ini bukanlah

karakteristik responden (family caregiver) melainkan karakteristik

penderita paska stroke yang memiliki family caregiver berdasarkan

usia, jenis kelamin, lama menderita stroke dan lamanya dirawat

dirumah. Pada variabel demografi tidak diteliti karena haya

digunakan sebagai data demografi. Berikut adalah kategori

penderita paska stroke, antara lain :

a. Usia

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi penderita paska stroke

berdasarkan usia (n = 30)

Nilai Frekuensi (Tahun)

Mean 57,93

Standar Deviasi 7,0

Minimum 45

Maximum 72

Tabel 5.5 menunjukan distribusi frekuensi penderita paska

stroke berdasarkan usia. Usia minimum penderita paska stroke

adalah 45 tahun sedangkan usia maksimum adalah 72 tahun

dan rata-rata usia penderita paska stroke adalah 58 tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi penderita paska stroke

berdasarkan jenis kelamin (n=30)

Page 89: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

66

Jenis kelamin Frekuensi Persentasi

Laki-laki 17 56,7

Perempuan 13 43,3

Jumlah 30 100

Tabel 5.6 menunjukan distribusi penderita paska stroke

berdasarkan jenis kelamin. Penderita paska stroke berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 17 orang atau sekitar 56,7 %,

sedangkan penderita paska stroke yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 13 orang atau sekitar 43,3%. Hal ini

menunjukan bahwa penderita paska stroke berjenis kelamin

laki-laki lebih banyak dibandingkan penderita paska stroke

berjenis kelamin perempuan.

c. Lama menderita stroke

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi penderita paska stroke

berdasarkan lama menderita stroke (n = 30)

Nilai Frekuensi (Bulan)

Mean 16,30

Standar Deviasi 8,555

Minimum 3

Maximum 36

Tabel 5.7 menunjukan distribusi frekuensi penderita paska

stroke berdasarkan lama menderita stroke. Rata-rata lamanya

penderita paska stroke menderita stroke adalah 16,3 bulan,

lama minimum menderita stroke adalah 3 bulan dan lama

maximum menderita stroke adalah 36 bulan.

Page 90: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

67

d. Lama rawat dirumah

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi penderita paska stroke

berdasarkan Lama rawat dirumah (n = 30)

Nilai Frekuensi (Bulan)

Mean 15

Standar Deviasi 8,847

Minimum 2

Maximum 35

Tabel 5.8 menunjukan distribusi frekuensi penderita paska

stroke berdasarkan lamanya dirawat dirumah. Rata-rata

lamanya penderita paska stroke dirawat dirumah adalah 15

bulan, lama minimum penderita paska stroke dirawat dirumah

adalah 2 bulan dan lama maximumnya adalah 35 bulan.

e. Ketergatungan berdasarkan skrining dengan Barthel Index

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi penderita paska stroke

berdasarkan tingkat ketergantungan (n = 30)

Tingkat Ketergantungan Jumlah Persentase

Total 0 0

Berat 7 23,3

Sedang 13 43,4

Ringan 10 33,3

Jumlah 30 100

Tabel 5.9 menunjukan distribusi frekuensi penderita paska

stroke berdasarkan tingkat ketergantungan. Berdasarkan hasil

skrining dengan barthel indeks diperoleh sebanyak 7 penderita

paska stroke atau 23,3% memiliki ketergantungan berat,

Page 91: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

68

sebanyak 13 penderita paska stroke atau 43,4% memiliki

ketergantungan sedang, dan sebanyak 10 penderita paska stroke

atau 33,3% memiliki ketergantungan ringan.

C. Hasil Analisa Univariat

1. Gambaran tingkat pengetahuan Family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke

Variabel pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu

pengetahuan baik, cukup dan kurang. Tabel dibawah ini

menggambarkan distribusi frekuensi pengetahuan family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

responden menurut pengetahuan family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012

(n=78)

Pengetahuan responden Frekuensi Persentase

Baik 45 57,7

Cukup 30 38,5

Kurang 3 3,8

Jumlah 78 100

Tabel 5.10 menunjukkan distribusi frekuensi tingkat

pengetahuan responden menurut pengetahuan family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke. Tabel

diatas menunjukan sebanyak 45 responden (57,7%)

memiliki tingkat pengetahuan baik, 30 responden (38,5%)

Page 92: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

69

memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 3 responden

(3,8%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Pengetahuan tersebut terdiri dari beberapa item antara

lain definisi, resiko, dampak, latihan fisik, perawatan kulit,

perawatan kebersihan, kebutuhan nutrisi, latihan berbicara,

kepatuhan pengobatan, penanganan masalah emosional,

kebutuhan buang air besar dan kecil, serta mencegah cidera

dan jatuh.

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi jawaban benar

tingkat pengetahuan responden menurut pengetahuan

(peritem) family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Pengetahuan Jawaban

benar

Persentase

Definisi

a. Pengertian

b. Waktu

68

62

87,2

79,5

Faktor resiko

a. Hipertensi

b. Perokok, obesitas,

diabetes, dan

penyakit jantung

60

65

76,9

83,3

Dampak

a. Kecacatan

b. Kesulitan

bicara,berjalan,

gangguan

emosional

63

57

80,8

73,1

Latihan fisik

Page 93: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

70

a. Jenis-jenis

b. Manfaat latihan

fisik

c. Perubahan posisi

61

60

54

78,2

76,9

69,2

Perawatan kulit

a. Penyebab kulit luka

b. Perawatan kulit

60

57

76,9

73,1

Perawatan kebersihan

a. Menjaga kebersihan

b. Mandi

58

61

74,4

78,2

Kebutuhan nutrisi

a. Makanan bergizi

b. Makanan yang

dilarang

57

59

73,1

75,6

Latihan berbicara

a. Kebutuhan akan

latihan berbicara

b. Cara latihan bibir

62

63

79,5

80,8

Kepatuhan program

pengobatan

a. Kontrol kerumah

sakit

b. Minum obat

57

58

73,1

74,4

Penanganan masalah

emosional

a. Bersosialisasi

b. Smangat dan

Motivasi

61

59

78,2

75,6

Kebutuhan buang air besar

dan kecil

a. Penggunaan

pempers

63

58

80,8

74,4

Page 94: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

71

b. Pemantauan buang

air kecil dan besar

Mencegah cidera

a. Resiko jatuh dan

cidera

b. Penanganan cidera

61

63

78,2

80,8

Tabel 5.11 menunjukan distribusi frekuensi

pengetahuan berdasarkan skor jawaban benar peritem yang

terdapat dalam kuesioner pengetahuan. Berdasarkan tabel

diatas item pengetahuan yang memiliki persentase dengan

skor paling tinggi adalah definisi stroke tentang pengertian

yaitu 87,2%, sedangkan item pengetahuan dengan skor

paling rendah adalah latihan fisik tentang perubahan posisi

yaitu 69,2%.

2. Gambaran perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah

Variabel perilaku responden dalam merawat

penderita stroke dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik,

cukup, dan kurang. Tabel dibawah ini menggambarkan

distribusi frekuensi perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah.

Page 95: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

72

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi perilaku family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun

2012 (n=78)

Perilaku responden Frekuensi Persentase

Baik 56 71,8

Cukup 21 26,9

Kurang 1 1,3

Jumlah 100 100

Tabel 5.12 menunjukan distribusi frekuensi perilaku

family caregiver dalam merawat penderita paska stroke.

Tabel menunjukan sebanyak 56 responden (71,8%)

memiliki perilaku baik, 21 responden (26,9%) memiliki

perilaku cukup dan 1 responden (1,3%) yang memiliki

perilaku kurang.

Perilaku terdiri dari beberapa item yaitu latihan

fisik, perawatan kulit, perawatan kebersihan, kebutuhan

nutrisi, latihan berbicara, kepatuhan pengobatan,

penanganan masalah emosional, kebutuhan buang air besar

dan kecil, serta mencegah cidera dan jatuh.

a. Gambaran perilaku family caregiver tentang latihan

fisik dalam merawat penderita paska stroke dirumah

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi perilaku (Latihan

fisik) family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Page 96: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

73

Perilaku

(Latihan fisik)

Frekuensi Persentase

Baik 52 66,7

Cukup 25 32,1

Kurang 1 1,3

Jumlah 78 100

Tabel 5.13 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang latihan fisik dalam

merawat penderita paska stroke. Tabel menunjukan

sebanyak 52 responden (66,7%) memiliki perilaku baik,

25 responden (32,1%) memiliki perilaku cukup dan 1

responden (1,3%) yang memiliki perilaku kurang.

b. Gambaran perilaku family caregiver tentang Perawatan

kebersihan dalam merawat penderita paska stroke

dirumah

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan

kebersihan) family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Perilaku

(Perawatan

kebersihan)

Frekuensi Persentase

Baik 49 62,8

Cukup 27 34,6

Kurang 2 2,6

Total 78 100

Tabel 5.14 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang Perawatan kebersihan

Page 97: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

74

dalam merawat penderita paska stroke. Tabel

menunjukan sebanyak 49 responden (62,8%) memiliki

perilaku baik, 27 responden (34,6%) memiliki perilaku

cukup dan 2 responden (2,6%) yang memiliki perilaku

kurang.

c. Gambaran perilaku family caregiver tentang perawatan

kulit dalam merawat penderita paska stroke dirumah

Tabel 5.15 Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan

kulit) family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Perilaku

(Perawatan kulit)

Frekuensi Persentase

Baik 53 67,9

Cukup 23 29,5

Kurang 2 2,6

Total 78 100

Tabel 5.15 menunjukan distribusi frekuensi perilaku

family caregiver tentang perawatan kulit dalam

merawat penderita paska stroke. Tabel menunjukan

sebanyak 53 responden (67,9%) memiliki perilaku baik,

23 responden (29,5%) memiliki perilaku cukup dan 2

responden (2,6%) yang memiliki perilaku kurang.

d. Gambaran perilaku family caregiver tentang kebutuhan

buang air besar dan kecil dalam merawat penderita

paska stroke dirumah

Page 98: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

75

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi perilaku (kebutuhan

buang air besar dan kecil) family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Perilaku

(kebutuhan buang

air besar dan kecil)

Frekuensi Persentase

Baik 31 39,7

Cukup 41 52,6

Kurang 6 7,7

Total 78 100

Tabel 5.16 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang kebutuhan buang air

besar dan kecil dalam merawat penderita paska stroke.

Tabel menunjukan sebanyak 31 responden (39,7%)

memiliki perilaku baik, 41 responden (52,6%) memiliki

perilaku cukup dan 6 responden (7,7%) yang memiliki

perilaku kurang.

e. Gambaran perilaku family caregiver tentang kebutuhan

nutrisi dalam merawat penderita paska stroke dirumah

Tabel 5.17 Distribusi frekuensi perilaku (kebutuhan

nutrisi) family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Perilaku

(kebutuhan

nutrisi)

Frekuensi Persentase

Baik 47 60,3

Cukup 29 37,2

Kurang 2 2,6

Total 78 100

Page 99: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

76

Tabel 5.17 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang kebutuhan nutrisi

dalam merawat penderita paska stroke. Tabel

menunjukan sebanyak 47 responden (60,3%) memiliki

perilaku baik, 29 responden (37,2%) memiliki perilaku

cukup dan 2 responden (2,6%) yang memiliki perilaku

kurang.

f. Gambaran perilaku family caregiver tentang latihan

berbicara dalam merawat penderita paska stroke

dirumah

Tabel 5.18 Distribusi frekuensi perilaku (Latihan

berbicara) family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Perilaku

(Latihan berbicara)

Frekuensi Persentase

Baik 45 57,7

Cukup 31 39,7

Kurang 2 2,6

Total 78 100

Tabel 5.18 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang latihan berbicara

dalam merawat penderita paska stroke. Tabel

menunjukan sebanyak 45 responden (57,7%) memiliki

perilaku baik, 31 responden (39,7%) memiliki perilaku

cukup dan 2 responden (2,6%) yang memiliki perilaku

kurang.

Page 100: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

77

g. Gambaran perilaku family caregiver tentang kepatuhan

program pengobatan dalam merawat penderita paska

stroke dirumah

Tabel 5.19 Distribusi frekuensi perilaku (Kepatuhan

program pengobatan) family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah tahun

2012 (n=78)

Perilaku

(Kepatuhan program

pengobatan)

Frekuensi Persentase

Baik 45 57,7

Cukup 32 41,0

Kurang 1 1,3

Total 78 100

Tabel 5.19 menunjukan distribusi frekuensi perilaku

family caregiver tentang kepatuhan program

pengobatan dalam merawat penderita paska stroke.

Tabel menunjukan sebanyak 45 responden (57,7%)

memiliki perilaku baik, 32 responden (41,0%) memiliki

perilaku cukup dan 1 responden (1,3%) yang memiliki

perilaku kurang.

h. Gambaran perilaku family caregiver tentang

pengendalian emosi dalam merawat penderita paska

stroke dirumah.

Page 101: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

78

Tabel 5.20 Distribusi frekuensi perilaku

(Penanganan masalah emosional) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah

tahun 2012 (N=78)

Perilaku

(Pengendalian

emosi)

Frekuensi Persentase

Baik 43 55,1

Cukup 33 42,3

Kurang 2 2,6

Total 78 100

Tabel 5.20 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang penanganan masalah

emosional dalam merawat penderita paska stroke. Tabel

menunjukan sebanyak 43 responden (55,1%) memiliki

perilaku baik, 33 responden (42,3%) memiliki perilaku

cukup dan 2 responden (2,6%) yang memiliki perilaku

kurang.

i. Gambaran perilaku family caregiver tentang mencegah

cidera dan jatuh dalam merawat penderita paska stroke

dirumah.

Tabel 5.21 Distribusi frekuensi perilaku (Mencegah

cidera dan jatuh) family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Page 102: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

79

Perilaku

(Mencegah cidera

dan jatuh)

Frekuensi Persentase

Baik 40 51,3

Cukup 36 46,2

Kurang 2 2,6

Jumlah 78 100

Tabel 5.21 menunjukan distribusi frekuensi

perilaku family caregiver tentang latihan mencegah

cidera dan jatuh dalam merawat penderita paska stroke.

Tabel menunjukan sebanyak 40 responden (51,3%)

memiliki perilaku baik, 36 responden (46,2%) memiliki

perilaku cukup dan 2 responden (2,6%) yang memiliki

perilaku kurang.

D. Hasil Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan

antara 2 variabel, yaitu variabel independent (pengetahuan family

caregiver) dengan variabel dependent (perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke). Besarnya hubungan dalam penelitian

ini dapat diketahui dari nilai.

1. Hubungan tingkat pengetahuan family caregiver dengan perilaku

family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

Page 103: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

80

Tabel 5.22 Analisis hubungan tingkat pengetahuan family

caregiver dangan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah tahun 2012 (n=78)

Pengetahuan Perilaku

Spearman

rho

Pengetahuan

Correlation

Coefficient1,000 ,589

**

Sig. (2-

tailed). ,000

n 78 78

Perilaku

Correlation

Coefficient,589

**1,000

Sig. (2-

tailed),000 .

N 78 78

Tabel 5.22 diatas menunjukan hasil uji statistic

menggunakan Sofware statistik dengan analisis spearman rank

didapatkan nilai p-value = 0,000 atau kurang dari nilai α=0,05 yang

berarti Ho ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah. Selain itu, nilai koefisien korelasi

0,589** menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam

merawat penderita paska stroke dirumah.

Page 104: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

81

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian yang dilakukan tentang

tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke. Pembahasan pada bab ini yaitu membandingkan

antara hasil peneitian dengan konsep teoritis, peneltian sebelumnya, dan

keterbatasan penelitian.

A. Gambaran Demografi

1. Demografi family caregiver

a. Usia

Usia minimum family caregiver adalah 14 tahun,

sedangkan usia maksimum family caregiver adalah 60 tahun,

dan rata-rata usia family caregiver adalah 31 tahun.

Menurut E. Hurlock (2004) usia 31 termasuk kedalam

usia dewasa awal yaitu usia antara 21-40 tahun. Seseorang

dikatakan dewasa bila telah memiliki kekuatan tubuh secara

maksimal, siap berproduksi, dan memiliki kesiapan kognitif,

afektif, dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan

peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam

masyarakat. Pada usia ini masing-masing individu sudah

mulai mengabaikan keinginan atau hak-hak pribadi, yang

menjadi kebutuhan atau kepentingan yang utama adalah

Page 105: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

82

keluarga sehingga family caregiver lebih banyak ditemukan

pada usia ini.

b. Jenis kelamin

Family caregiver yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 16 atau 20,5%, sedangkan family cargiver yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 62 orang atau 79,5%.

Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar family caregiver

yang merawat penderita paska stroke adalah perempuan. Hal

ini dapat dikarenakan oleh berbagai macam faktor, salah

satunya adalah faktor norma dan budaya yang berlaku

didalam masyarakat Indonesia.

Di Indonesia antara laki-laki dan perempuan memiliki

peran yang berbeda, berdasarkan undang-undang perkawinan

no 1 tahun 1974 peran perempuan pada umumnya adalah

mengurus rumah tangga, seperti memasak, mencuci,

membersihkan rumah, melayani suami, dan merawat anggota

keluarga. Sedangkan peran laki-laki adalah mencari nafkah,

sehingga dalam hal ini perempuan lebih banyak berperan

dalam merawat keluarganya yang sakit.

c. Pendidikan

Family caregiver yang memiliki pendidikan terakhir

Sekolah Dasar (SD) berjumlah 3 orang atau sekitar 3,8%,

family caregiver yang memiliki pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berjumlah 7 orang atau sekitar 9%

Page 106: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

83

, family caregiver yang memiliki pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) berjumlah 58 orang atau sekitar 74%,

family caregiver yang memiliki pendidikan Diploma (D3)

berjumlah 3 orang atau sekitar 3,8%, sedangkan family

caregiver yang memiliki pendidikan Sarjana muda (S1)

berjumlah 7 orang atau sekitar 9%. Hal ini menunjukan

bahwa pendidikan family caregiver yang paling banyak

adalah pendidikan SMA. Tingkat pendidikan merupakan

salah satu faktor dalam keberhasilan suatu perawatan yang

baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi

pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).

d. Hubungan dengan penderita paska stroke

Family caregiver yang memiliki hubungan sebagai istri

penderita paska stroke sebanyak 15 orang atau sekitar19,2%,

sedangkan family caregiver yang memiliki hubungan sebagai

suami penderita paska stroke sebanyak 9 orang atau sekitar

11,5%, family caregiver yang memiliki hubungan sebagai

anak penderita paska stroke sebanyak 50 orang atau sekitar

64,1%, dan family caregiver yang memiliki hubungan

sebagai Saudara (Kakak, adik) penderita paska stroke

sebanyak 4 orang atau sekitar 5,1%.

Banyaknya jumlah family caregiver yang memiliki

hubungkan sebagai anak dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, salah satunya adalah hukum adat, norma dan

Page 107: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

84

kepercayaan yang berlaku dimasyarat bahwa anak harus

berbakti kepada orang tuanya. Selain itu, berkaitan pula

dengan adanya fungsi utama keluarga dalam perawatan

kesehatan yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi

meliputi, mengenal kesehatan keluarga, memutuskan

tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi

lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Suparjitno,

2004).

2. Demografi penderita paska stroke

a. Usia

Usia minimum penderita paska stroke adalah 45

tahun sedangkan usia maksimum adalah 72 tahun dan rata-

rata usia penderita paska stroke adalah 58 tahun. Menurut

Yayasan Stroke Indonesia bahwa usia yang memiliki resiko

tinggi terserang stroke adalah usia diatas 55 tahun, dimana

sekitar 5% orang yang berada diatas usia 65 tahun pernah

mengalami setidaknya satu kali stroke (Yayasan Stroke

Indonesia, 2012).

b. Jenis kelamin

Page 108: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

85

Penderita paska stroke berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 17 orang atau sekitar 56,7 %, sedangkan penderita

paska stroke yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13

orang atau sekitar 43,3%. Hal ini menunjukan bahwa

penderita paska stroke berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingkan penderita paska stroke berjenis kelamin

perempuan.

c. Lama menderita stroke

Rata-rata lamanya penderita paska stroke menderita

stroke adalah 16,3 bulan, lama minimum menderita stroke

adalah 3 bulan dan lama maximum menderita stroke adalah

36 bulan. Lamanya penderita paska stroke menderita stroke

menunjukan bahwa stroke bukanlah penyakit yang dapat

sembuh dengan cepat, pemulihan setelah stroke dapat terjadi

berbulan-bulan bahkan tahun-tahun dan selama itu penderita

paska stroke membutuhkan rehabilitasi untuk

mengoptimalkan kembali fungsi tubuhnya.

d. Lama dirawat dirumah

Rata-rata lamanya penderita paska stroke dirawat

dirumah adalah 15 bulan, lama minimum penderita paska

stroke dirawat dirumah adalah 2 bulan dan lama

maximumnya adalah 35 bulan. Menurut penelitian, sekitar

15% penderita stroke, yang bertahan hidup melewati minggu-

minggu pertama setelah stroke dirumah sakit, dan akhirnya

Page 109: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

86

akan dipindahkan ke unit rehabilitasi dimana durasi

menginap adalah sekitar 3 – 4 minggu. Namun dengan

beberapa alasan seperti biaya yang mahal, jarak jauh dan

waktu yang dibutuhkan, banyak pula penderita paska stroke

yang langsung dirawat dirumah (Agustina, 2009).

e. Tingkat ketergantungan berdasarkan barthel indeks

Berdasarkan hasil skrining dengan barthel indeks

diperoleh sebanyak 7 penderita paska stroke atau 23,3%

memiliki ketergantungan berat, sebanyak 13 penderita paska

stroke atau 43,4% memiliki ketergantungan sedang, dan

sebanyak 10 penderita paska stroke atau 33,3% memiliki

ketergantungan ringan. Banyaknya tingkat ketergantungan

pada kategori sedang menunjukan bahwa penderita paska

stroke memerlukan bantuan lebih banyak, namun sebagian

kegiatan dapat dilakukan mandiri (Gallo, 1998).

B. Gambaran Pengetahuan family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan responden dalam

Page 110: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

87

penelitian ini adalah responden mampu mengetahui definisi, faktor

resiko, dampak dan perawatan penderita paska stroke selama dirumah.

Hasil Penelitian didapatkan bahwa dari 78 family caregiver

terdapat 45 family caregiver (57,7%) memiliki pengetahuan dengan

kategori baik, sebanyak 30 family cargiver (38,5%) memiliki

pengetahuan dengan cukup, dan sebanyak 3 family caregiver (3,8%)

memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Tri Puji S mengenai

Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke

dengan Kesiapan keluarga menerima kembali penderita Stroke di

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2008 bahwa

sebagian besar responden 88,0 % mempunyai tingkat pengetahuan

yang tinggi tentang penyakit stroke.

Tingginya pengetahuan family caregiver di Desa Cinangka

Kecamatan Sawangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

menurut Notoatmojdo (2003) dan Sukmadinata (2003) bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, salah

satunya yaitu tingkat pendidikan, dan pengalaman. Berdasarkan data

demografi family caregiver bahwa sebagian besar yaitu 58 atau (74%)

family caregiver memiliki tingkat pendidikan SMA dimana family

caregiver sudah mengetahui lebih spesifik tentang stroke, menurut

Notoatmodjo (2003) pendidikan dapat membawa wawasan atau

pengetahuan sehingga family caregiver yang memiliki tingkat

pendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik.

Page 111: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

88

Faktor pengalaman berkaitan dengan usia family caregiver,

rata-rata usia yang merawat adalah 31 tahun dimana menurut

Notoatmodjo (2003) semakin bertambahnya usia maka semakin

bertambah pula pengalaman yang diperolehnya. Faktor pengalaman

dapat dilihat juga dari lamanya penderita paska stroke dirawat

dirumah, rata-rata lamanya penderita paska stroke dirawat dirumah

adalah 15 bulan dimana menurut Suhartono (2005) salah satu sumber

pengetahuan adalah pengalaman indrawi, maka dengan mata, telinga,

hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan

bisa pula melakukan kegiatan hidup, sehingga selama 15 bulan family

caregiver telah memperoleh pengetahuan yang bersumber pada

pengalaman indrawinya dan ditambah dengan pengalaman family

caregiver yang diperoleh melalui praktik selama melakukan

perawatan pada penderita paska stroke.

Berdasarkan skor jawaban benar yang terdapat dalam

kuesioner pengetahuan dengan persentase paling tinggi adalah definisi

stroke tentang pengertian yaitu 87,2%, sedangkan item pengetahuan

dengan skor jawaban benar paling rendah adalah latihan fisik tentang

perubahan posisi yaitu 69,2%. Hal ini dapat disebabkan oleh beberpa

faktor, salah satunya karena definisi menurut Notoatmodjo (2007)

merupakan bagian dari tingkat pengetahuan yang paling rendah yaitu

tahu. Tahu dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sehingga family

Page 112: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

89

caregiver dapat mengingat kembali mengenai definisi stroke melalui

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, pengetahuan

mengenai definisi stroke saat ini mudah dipelajari dari berbagai

sumber informasi melalui media elektronik maupun media cetak

seperti internet, majalah kesehatan, dan buku kesehatan, sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan family caregiver.

Sedangkan kurangnya pengetahuan family caregiver

mengenai latihan fisik yaitu perubahan posisi dapat disebabkan

karena pengetahuan ini termasuk kedalam tingkat yang lebih tinggi

yaitu tingkat aplikasi, menurut Notoatmodjo (2007) aplikasi dapat

diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Perubahan posisi

merupakan pengetahuan yang diperoleh apabila penderita paska

stroke mengalami kondisi imobilisasi dengan tingkat ketergantungan

total atau berat karena pada ketergantungan total penderita paska

stroke memerlukan bantuan secara keseluruhan sedangkan pada

ketergantungan berat penderita paska stroke memerlukan bantuan

secara maksimal namun masih mampu melakukan beberapa kegiatan

secara mandiri. Berdasarkan data demografi yang diperoleh dari hasil

pengukuran dengan Barhel indeks bahwa sebagian besar penderita

paska stroke memiliki tingkat ketergantungan sedang 13 orang atau

43,4%, ringan 10 orang atau 33,3%, berat 7 orang atau 23,3% dan

total tidak ada, sehingga pengetahuan family caregiver mengenai

latihan fisik (perubahan posisi) kurang, selain itu Pengetahuan

Page 113: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

90

mengenai latihan fisik ini merupakan pengetahuan yang diperoleh

langsung dari petugas kesehatan sehingga membuat family caregiver

dalam memperoleh informasi lebih terbatas.

C. Gambaran perilaku family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke

Robet kwick (1974, dalam notoatmodjo 2007) menyatakan

bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang

dapat diamati dan bahkan dipelajari. Skiner (1938, dalam

Notoatmodjo, 2007) mengatakan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar).

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 78 family caregiver

terdapat 56 family caregiver (71,8%) yang memiliki perilaku dengan

kategori baik, sebanyak 21 family caregiver (26,9%) memiliki

perilaku denga kategori cukup dan 1 family caregiver (1,3%) yang

memiliki perilaku dengan kategori kurang dalam merawat penderita

paska stroke dirumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan hasil

penelitian lainnya yang dilakukan Lenni FS mengenai gambaran

perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya

rehabilitasi di Rs St. Elisabeth Medan tahun 2010, dari hasil

penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu

sebesar 69,2% memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik.

Sebagian besar responden yaitu sebesar 92,3% memiliki tingkat sikap

Page 114: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

91

pada kategori baik. Sebagian besar responden yaitu sebesar 76,9%

memiliki tingkat tindakan pada kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar perilaku family caregiver di Desa Cinangka Kecamatan

Sawangan adalah baik, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

menurut Notoatmodjo (2007) faktor yang dapat memegang peranan

dalam terbentuknya perilaku adalah faktor internal dan faktor

eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu

itu sendiri berupa tingkat kecerdasan, persepsi, motivasi, emosi dan

belajar. Faktor tingkat kecerdasan dapat dilihat dari rata-rata tingkat

pengetahuan family caregiver yang sebagian besar memiliki kategori

baik dan rata-rata tingkat pendidikan family caregiver adalah SMA.

Faktor persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra

yang diperoleh family caregiver selama merawat penderita paska

stroke dirumah yang rata-ratanya adalah 15 bulan, semakin lama maka

merawat penderita paska stroke maka semakin bertambah pula

pengalaman dan pengetahuan family caregiver. Faktor motivasi adalah

dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu dimana

tujuan family caregiver adalah merawat keluarganya yang sakit.

Faktor belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang

dihasilkan dari praktik-praktik dalam lingkungan kehidupan seperti

perilaku baik yang dihasilkan selama merawat penderita paska stroke.

Page 115: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

92

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, faktor ini

bisa berasal dari keluarga, sosial budaya, nilai dan norma. Hubungan

keluarga antara family caregiver dengan penderita paska stroke

merupakan faktor yang paling kuat membentuk perilaku baik pada

family caregiver, menurut David Reiss (1981) dalam Friedman (1998)

bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang

mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga itu

sendiri, sebagian besar sebanyak 50 family caregiver atau (64,1%)

adalah anak, 15 family caregiver atau (19%) adalah istri, 9 family

caregiver atau (11,5%) adalah suami dan 4 family caregiver atau

(5,1%) adalah sanak saudara.

Sedangkan skor peritem yang terdapat dalam kuesioner

perilaku yang memiliki persentase paling tinggi adalah perawatan

kulit dengan kategori baik sebesar 67,9% dan yang memiliki

persentase paling rendah adalah kebutuhan buang air besar dan kecil

yaitu 39,7%.

Tingginya perilaku family caregiver dalam perawatan kulit

dapat disebabkan karena perawatan kulit merupakan salah satu

perawatan yang paling dasar dalam merawat penderita paska stroke,

pada umumnya perawatan kulit sudah sering dilakukan, dapat

dilakukan dimana saja dan pada siapa saja, selain itu perawatan kulit

tidak membutuhkan tehnik khusus seperti memijat, mengelap,

memberikan bedak dan menjaga kulit agar tetap kering dan bersih

(Leigh, 2005).

Page 116: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

93

Kurangnya perilaku family caregiver dalam membantu

kebutuhan buang air besar dan kecil dapat disebabkan karena

kebutuhan buang air besar dan kecil pada penderita paska stroke

berbeda dengan kebutuhan buang air besar dan kecil pada orang

normal umumnya, adanya keterbatasan seperti kelemahan dan

kelumpuhan seringkali membuat penderita paska stroke membutuhkan

bantuan family caregiver dalam buang air kecil dan besar, sehingga

dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan serta kecermatan untuk

mengawasi adanya perubahan atau komplikasi yang mungkin terjadi.

Selain itu, adanya adat istiadat dan tatakrama yang terdapat didalam

masyarakat yang menganggap bahwa kebutuhan buang air besar dan

kecil merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan privacy sehingga

hanya orang-orang terdekat saja yang dapat melakukannya.

D. Hubungan Tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke

Hasil pengolahan data menggunakan perhitungan korelasi

Spearman rank dengan bantuan Sofware statistik menghasilkan nilai

probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05, maka dapat

disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dirumah. Selain itu, hasil nilai koefisien

korelasi didapatkan hasil 0,589** hal ini menunjukan bahwa terdapat

Page 117: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

94

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku family

caregiver dalam merawat penderita paska stroke.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Parwati (2010)

mengenai “Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan

tindakan perawatan penderita paska stroke” yang menyimpulkan

bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita paska

stroke berhubungan dengan tindakan perawatan penderita pasca

stroke. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan kesimpulan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri (2008) mengenai Hubungan

antara Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke dengan

Kesiapan keluarga menerima kembali penderita Stroke di Rumah

Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang yang menunjukan bahwa

pengetahuan keluarga yang tinggi tentang penyakit stroke dapat

meningkatkan kesiapan keluarga dalam menerima kembali penderita

stroke di rumah.

Sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007)

yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mendasari perubahan perilaku seseorang.

Pengetahuan responden yang baik dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pembentukan perilaku responden dalam merawat penderita paska

stroke dirumah karena pengetahuan merupakan domain terendah

dalam pembentukan perilaku seseorang. Perubahan perilaku terjadi

karena adanya perubahan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan

disertai peningkatan kepercayaan diri dapat melahirkan perubahan

Page 118: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

95

perilaku kearah positif berupa adanya perbaikan (Nursalam,2008).

Oleh karena itu, pengetahuan family caregiver yang baik akan

mempengaruhi perilaku family caregiver dalam merawat penderita

paska stroke. Selain itu menurut Rodgers (1974) dalam Notoatmodjo

(2007) perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting).

E. Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam

penelitian ini, kecuali Barthel index yang digunakan untuk

menskrining penderita paska stroke. Instrumen dalam penelitian ini

disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan

mengenai perawatan penderita paska stroke. Pada variabel perilaku

peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner dimana

perilaku sebaiknya dapat dilakukan selain menggunakan kuisioner

yaitu dengan observasi.

2. Selama pendataan tidak adanya sumber informasi yang jelas

mengenai jumlah penderita paska stroke sehingga peneliti mendata

sendiri ke rumah-rumah warga.

3. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang

dialami peneliti, ada beberapa responden disaat dilakukan

Page 119: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

96

pengambilan data tidak memiliki banyak waktu sehingga jawaban

yang diberikan cenderung sekedarnya saja. Hal ini bisa

menyebabkan bias informasi.

Page 120: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

97

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat

diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan responden mengenai perawatan penderita paska

stroke sebagian besar adalah baik. Dari 78 reponden terdapat 45

responden (57,7%) berpengetahuan baik, sebanyak 30 responden

(38,5%) berpengetahuan cukup, dan sebanyak 3 responden (3,8%)

berpengetahuan kurang. Pengetahuan berdasarkan jawaban benar

dengan skor paling tinggi adalah mengenai definisi stroke tentang

pengertian yaitu 87,2%, sedangkan item pengetahuan dengan skor

paling rendah adalah latihan fisik tentang perubahan posisi yaitu

69,2%.

b. Perilaku responden dalam merawat penderita paska stroke

sebagian besar adalah baik. Dari 78 responden terdapat 56

reponden (71,8%) yang memiliki perilaku baik, sebanyak 21

responden (26,9%) memiliki perilaku yang cukup dan 1

responden (1,3%) yang memiliki perilaku kurang dalam merawat

penderita paska stroke dirumah. Perilaku dengan skor kategori

baik paling tinggi yaitu perawatan kulit dengan kategori baik

sebesar 67,9% dan yang memiliki persentase kategori baik paling

Page 121: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

98

rendah adalah kebutuhan buang air besar dan kecil dengan

kategori baik 39,7%.

c. Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat

penderita paska stroke dengan nilai p-value = 0,000 atau kurang

dari α=0,05.

B. Saran

1. Bagi pelayanan keperawatan

a. Perlunya dilakukan pendataan mengenai jumlah penderita

paska stroke yang dirawat dirumah.

b. Petugas kesehatan perlu melakukan evaluasi dan edukasi

dengan melakukan kunjungan kerumah-rumah penderita

paska stroke setelah penderita paska stroke setelah keluar dari

rumah sakit untuk memantau kembali kondisi penderita paska

stroke.

2. Bagi pendidikan keperawatan

a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat Komunitas

dan KMB dalam promosi kesehatan ke rumah-rumah sebagai

health educator pada family caregiver yang merawat

penderita paska stroke dirumah.

b. Menambah bahan literature atau buku-buku mengenai family

caregiver diperpustakaan.

Page 122: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

99

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke. Oleh karena itu penulis

menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan

meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan family

caregiver maupun penderita paska stroke.

Page 123: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

INFORMED CONSENT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU

FAMILY CAREGIVER DALAM MERAWAT PENDERITA PASCA

STROKE DIRUMAH

Assalamualaikum.Wr.Wb

Salam sejahtera

Nama : Julia Hartati

NIM : 108104000030

Saya mahasiswa universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program studi Ilmu Keperawatan sedang melakukan

penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan

sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian.

Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya bapak/ibu, saudara/i

bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Kerahasiaan jawaban Bapak/ibu, saudara/I akan dijaga dan hanya diketahui oleh

peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang

dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk

penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ibu, saudara/I dalam

mengisi kuesioner ini.

Apakah bapak/ibu,saudara/I bersedia menjadi responden ?

YA/TIDAK

Tertanda

( )

Responden

Page 124: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

LEMBAR KUESIONER

Tujuan :

Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi : “Hubungan tingkat pengetahuan

dengan perilaku Family Caregiver dalam merawat penderita stroke dirumah”

Petunjuk :

1. Berikan tanda (√) pada kotak pertanyaan yang bapak/ibu, saudara/I anggap

benar.

2. Jika bapak/ibu, saudara/I salah mengisi jawaban, coret/silang jawaban tersebut

dan beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang dianggap benar.

A. Identitas responden

Nama/inisial :

Tempat tanggal lahir :

Usia : tahun

Jenis kelamin :

Agama :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Hubungan denganpenderita paska stroke :

B. Identitas penderita paska stroke

Nama penderita paska stroke :

Usia penderita paska stroke : tahun

Jenis kelamin :

Lamanya menderita stroke :

Lamanya dirawat dirumah :

Page 125: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

C. Pertanyaan kuesioner

1. Pengetahuan Family caregiver tentang perawatan penderita paska stroke

No Pertanyaan Benar Salah

1. Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh

pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah ke otak

yang menyebabkan berhentinya suplai oksigen ke

otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak.

2. Stroke timbul secara mendadak dan berlangsung

cepat.

3. Penderita darah tinggi tidak memiliki resiko terkena

stroke

4. Orang yang merokok, kegemukan atau obesitas,

memiliki penyakit kencing manis atau diabetes dan

penyakit jantung beresiko terkena stroke.

5. Stroke tidak dapat menyebabkan kecacatan atau

kelumpuhan.

6. Stroke dapat menyebabkan kesulitan berbicara,

kesulitan berjalan dan gangguan emosional.

7. Penderita paska stroke tidak memerlukan latihan fisik

seperti latihan berjalan, latihan menggerakan anggota

badan dan olahraga.

8. Latihan fisik dapat membantu mencegah kekakuan

sendi dan membantu melatih otot yang kaku.

9. Bagi penderita paska stroke yang lumpuh dan tirah

baring memerlukan perubahan posisi setiap 2-3 jam

10. Tekanan yang terlalu lama pada bagian kulit penderita

paska stroke dapat menyebabkan kulit menjadi luka

dan infeksi.

11. Kulit yang luka tidakperlu diobati dan dibiarkan saja

dalam kondisi basah dan kotor

12. Penderita paska stroke perlu dijaga kebersihannya

dengan mengganti pakaian dan seprei yang bersih.

Page 126: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

13. Penderita paska stroke tidak perlu dimandikan setiap

hari.

14. Penderita paska stroke tidakperlu mengkonsumsi

makanan yang bergizi hanya cukup dengan bubur

saja.

15. Penderita paska stroke boleh mengkonsumsi makanan

yang tinggi kolesterol, makanan cepat saji dan

merokok.

16. Penderita paska stroke yang mengalami kesulitan

berbicara tidak memerlukan latihan bibir dan lidah

karena dapat sembuh dengan sendirinya.

17. Latihan lidah dan bibir dapat dilakukan dengan

membentuk huruf O dan E pada bibirserta

menggoyang lidah kekiri dan kekanan.

18. Penderita paska stroke tidak perlu melakukan kontrol

atau berobat kerumah sakit atau dokter terdekat.

19. Obat yang diberikan oleh petugas kesehatan boleh

diminum kapan saja oleh penderitta paska stroke

20. Penderita paska stroke tidak perlu berkomunikasi dan

melakukan aktivitas apapun selam dirumah selain

makan dan tidur.

21. Penderita paska stroke perlu diberikan semangat dan

motivasi serta bersosialisasi dengan orang lain.

22. Penderita paska stroke yang tirah baring dapat

menggunakan pampers sepanjang hari untuk buang air

kecil dan air besar dan hanya perlu dibersihkan saat

mandi saja.

23. Jumlah, warna, intensitas air seni maupun feses atau

kotoran yang keluar perlu dipantau untuk mencegah

adanya komplikasi atau tanda-tanda penyakit lain.

24. Penderita paska stroke yang lemah memiliki resiko

tinggi jatuh dan cidera.

Page 127: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

25. Penderita paska stroke yang jatuh atau cidera harus

segera dibaawa kerumah sakit atau dokter.

2. Perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

TP : Tidak pernah, KD : Kadang-kadang, SL : Selalu

No Pernyataan TP KD SL

1. Keluarga membantu penderita paska stroke dalam

melakukan aktifitas fisik dengan menggerakan

anggota badan atau olah raga, perubahan posisi di

tempat tidur, duduk dan berjalan.

2. Keluarga menopang bagian tubuh penederita paska

stroke yang lemah, misal dengan menggunakan

bantal atau kasur khusus.

3. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk membantu

penderita paska stroke menggerakan badan dan

membantu berjalan.

4. Keluarga membantu penderita paska stroke

membersihkan diri seperti mandi, keramas, dan

menggosok gigi setiap hari.

5. Keluarga membantu dan melatih penderita paska

stroke berpakaian dengan benar.

6. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk membantu

penderita paska stroke dalam menyiapkan alat-alat

mandi seperti sabun, handuk dan bak mandi.

7. Keluarga membantu membersihkan tempat tidur

dan mengganti seprei penderita paska strokeyang

kotor dan basah untuk mencegah adanya infeksi

kulit.

8. Keluarga membantu melakukan perawatan kulit

Page 128: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

penderita stroke seperti memijat, mengelap,

memberikan bedak, dan menjaga kulit tetap kering.

9. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk merawat kulit

penderita paska stroke dan menjaganya agar tetap

bersih.

10. Keluarga membantu penderita paska stroke buang

air besar dan buang air kecil baik dikamar

mandi/toilet maupun ditempat tidur (pispot).

11. Keluarga membantu mengganti celana atau

pempers penderita paska stroke setelah buang air

besar atau air kecil.

12. Keluarga membantu memantau konsistensi

(kepadatan), bau, warna dan banyaknya penderita

paska stroke buang air besar dan kecil.

13. Keluarga mengingatkan penderita paska stroke

untuk makan tepat waktu dan menghindari makanan

yang tidak boleh dimakan seperti makanan dengan

kolesterol dan garam tinggi.

14. Keluarga membantu menyiapkan makanan yang

bervariasi untuk penderita paska stroke.

15. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk memantau pola

makan dan kebutuhan giizi yang cukup seperti

makanan 4 sehat 5 sempurna.

16. Keuarga membantu penderita paska stroke untuk

melakukan latihan lidah dan bibir setiap hari.

17. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

18. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk melatih penderita

paska stroke berbicara dengan benar.

Page 129: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

19. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

kontrol kerumah sakit atau dokter terdekat.

20. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

minum obat tepat waktu.

21. Keluarga sepenuhnya mengikuti saran dokter untuk

perawatan penderita stroke dirumah (seperti

membeli obat yang telah diresepkan, menghindari

makanan tertentu, atau kebiasaan buruk misalnya

merokok).

22. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

mengungkapkan perasaannya dan mengajaknya

berdiskusi mengenai kesehatan dan kehidupan

sehari-hari.

23. Keluarga memberikan semangat dan dukungan

penderita paska stroke selama dirawat dirumah.

24. Keluarga membantu penderita paska stroke

menyalurkan hobinya seperti membaca buku,

nonton tv, dan lain-lain.

25. Keluarga membantu menopang tubuh yang lemah

saat penderita paska stroke berjalan.

26. Keluarga merapihkan benda-benda dan peralatan

rumah tangga yang dapat membahayakan penderita

paska stroke.

27. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk mengawasi

penderita paska stroke dalam melakukan

aktivitasnya sehingga terhindar dari cidera dan

jatuh.

Page 130: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

FRECUENCIES PENGETAHUAN DAN PERILAKU

Statistics

Pengetahuan Perilaku Pengetahuankat

egorik

perilakukat

NValid 78 78 78 78

Missing 0 0 0 0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

12 1 1,3 1,3 1,3

13 2 2,6 2,6 3,8

15 3 3,8 3,8 7,7

16 6 7,7 7,7 15,4

17 9 11,5 11,5 26,9

18 12 15,4 15,4 42,3

19 11 14,1 14,1 56,4

20 12 15,4 15,4 71,8

21 5 6,4 6,4 78,2

22 6 7,7 7,7 85,9

23 8 10,3 10,3 96,2

24 3 3,8 3,8 100,0

Total 78 100,0 100,0

Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

43 1 1,3 1,3 1,3

57 2 2,6 2,6 3,8

58 6 7,7 7,7 11,5

59 5 6,4 6,4 17,9

60 8 10,3 10,3 28,2

61 1 1,3 1,3 29,5

62 1 1,3 1,3 30,8

64 1 1,3 1,3 32,1

65 4 5,1 5,1 37,2

Page 131: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

66 3 3,8 3,8 41,0

67 1 1,3 1,3 42,3

68 1 1,3 1,3 43,6

69 5 6,4 6,4 50,0

70 8 10,3 10,3 60,3

72 4 5,1 5,1 65,4

73 7 9,0 9,0 74,4

74 3 3,8 3,8 78,2

75 9 11,5 11,5 89,7

76 5 6,4 6,4 96,2

77 3 3,8 3,8 100,0

Total 78 100,0 100,0

Pengetahuankategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang 3 3,8 3,8 3,8

Cukup 30 38,5 38,5 42,3

Baik 45 57,7 57,7 100,0

Total 78 100,0 100,0

perilakukat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang 1 1,3 1,3 1,3

cukup 21 26,9 26,9 28,2

baik 56 71,8 71,8 100,0

Total 78 100,0 100,0

Page 132: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25560... · 2015-01-23 · HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAMILY CAREGIVER

Nonparametric Correlations

Correlations

Pengetahuanka

tegorik

perilakukat

Spearman's rho

Pengetahuankategorik

Correlation Coefficient 1,000 ,589**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 78 78

perilakukat

Correlation Coefficient ,589**

1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 78 78

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).