Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna Dengan Kejadian...

58
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA SISWI DI SMA NEGERI 1 MANADO Dosen Pembimbing : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2012

description

FLOUR ALBUS

Transcript of Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna Dengan Kejadian...

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA

DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS

PADA SISWI DI SMA NEGERI 1 MANADO

Dosen Pembimbing :

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya

penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem

reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.1 Salah satu gejala

terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah keputihan.

Keputihan merupakan gejala yang paling sering dialami oleh sebagian besar

wanita. Keputihan dapat fisiologis ataupun patologis. Dalam keadaan normal,

getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak

terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sedangkan dalam keadaan

patologis akan sebaliknya, terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak

dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri, dan hal itu dapat dirasa sangat

mengganggu.2

Semua wanita dapat mengalami keputihan berdasarkan data penelitian

tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita di dunia pasti

menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya.3 Sedangkan wanita di

Indonesia sendiri 75% pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya. Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang

disebabkan oleh jamur dan parasit seperti Trichomonas vaginalis. Angka ini

berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di Indonesia yang

lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah

satu penyebab keputihan.4

Sikap buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya

dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang

tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti

pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan

tersebut. Jadi, pengetahuan dan sikap dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna

merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan.5

Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius,

karena masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang, seperti

Indonesia karena kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai

kesehatan reproduksi. Hal itu terbukti dari banyak penelitian menyatakan

rendahnya tingkat pengetahuan mengenai kebersihan organ genitalia pada remaja

putri.5

Berdasarkan informasi diatas mendorong kami untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap menjaga

kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi di SMA

Negeri 1 Manado tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, yaitu apakah terdapat hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap menjaga kebersihan genitalia eksterna dengan

kejadian keputihan pada siswi di SMA Negeri 1 Manado tahun 2012?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap menjaga kebersihan

genitalia eksterna dengan kejadian keputihan patologis.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap menjaga

kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan patologis pada

siswi di SMA Negeri 1 Manado tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap menjaga

kebersihan genitalia eksterna di SMA Negeri 1 Manado tahun 2012.

b) Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap menjaga

kebersihan genitalia eksterna di SMA Negeri 1 Manado tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan gambaran informasi dan masukan

mengenai pengetahuan kesehatan organ reproduksi kepada orangtua dan instansi

pendidikan agar dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga

kesehatan reproduksi genitalia yang benar secara dini pada anak-anak perempuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Sikap

Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,

sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.6-7

Sikap mempunyai tingkatan, yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valving)

Memberikan orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu

masalah atau suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responding)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.⁸

II.2.Pengetahuan

 Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

 Menurut Rogers, pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif

6  tingkatan :

1)    Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai mengikat suatu materi yang talah di pelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari

atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2)    Memahami (comprehention)

Memahami di artikan sebagai buatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat di menginterprestasikan secara benar.

Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3)    Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4)    Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut

dan  masih ada kaitannya satu sama lain.

5)    Sintesis (syntesis)

Menunjukkan pada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan

kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

6)    Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu criteria yang di

tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.9

II.3.Organ genitalia eksterna

A. Vulva

Vulva atua pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat

mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora, labia

minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai

kelenjar dan struktur vaskular.10

B. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol diatas

simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. pada

perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis

sedangkan kebawah sampai ke sekitar anus dan paha.

C. Labia mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong

mengecil kebawah, terisis oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di

mons veneris ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan

membentuk komisura posterior. labia mayora analog dengan skrotum pada pria.

ligamentum rotundum berakhir diatas labia mayora. setelah perempuan

melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol pada usia lanjut

mulai mengeriput. dibawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan

pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma.

D. Labia minora

Labia minora (bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah bibir

dalam besar. ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk

preputium klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. ke

belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikularis. fossa

navikulare ini pada perempuan yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung

seperti perahu pada perempuan yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tidak

rata. kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea

(kelenjar-kelenjar lemak) dan ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil

sangat sensitive. jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan

beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.

E. Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan

terdiri atas galns klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan

klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang,

penuh dengan urat saraf sehingga sangat sensitif.

F. Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan

dibatasi didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh

perineum. Embriologi sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm

dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk

membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh

lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari lubang kemih,di kiri dan di kanan

bawahnya, dapat dilihat dua ostia skene. Saluran skene (duktus parauretral) analog

dengan kelnjar prostat pada laki-laki. Dikiri dan kanan bawah dekat fossa

navikulare, terdapat kelenjar bartolin. Kelnjar ini berukuran diameter lebih kurang

1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil

panjang 1,5 -2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.

Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah.

G. Bulbus vestibuli.

Bulbus vestibule sinistra dan dekstra merupakan pengumpulan vena

terletak di bawah selaput lender vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya

3-4 cm, lebarnya 1-2cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibule mengandung

banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernossuss dan

muskulus konstriktor vagina. Embriologik sesuai dengan korpus kavernosum

penis. pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik kearah atas ke bawah

arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering

mengalami cedera dan sekali-sekali timbul hematoma vulva atau perdarahan.

H. Introitus vagina

Introitus vagina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

Pada seorang virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika

bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). Himen

ini mempunyai bentuk berbeda-beda dari yang semilunar sampai yang berlubang-

lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang

kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis berukuran dari yang seujung jari

sampai yang mudah dilalui dua jari. Umumnya hymen robek pada koitus dan

robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai

dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa kasus hymen tidak mengalami laserasi

walapun sanggam berulang telah dilakukan. Sesudah persalinan hymen robek di

beberapa tempat dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya.

I. Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.

jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma urogenitalis.

Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia

yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari

diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis.

Diafragama urogenitalis meliputi muskulus tranversus perinea propunda, otot

konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.

perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan

cabang-cabangnya. Oleh sebab itu, dalam menjahit robekan perineum dapat

dilakukan anastesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di

tengah-tengah di antar anus dan vagina yang diperkuat oleh tendon sentral

perineum. ditempat ini bertemu otot-otot bulbokavernosus, muskulus transverses

perinea superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perinal

body yang memberikan dukungan bagi perineum. Dalam persalinan sering

mengalami laserasi kecuali dilakukan episiotomy yang adekuat.11

II.4.Keputihan

Keputihan (leukorea, white discharge, fluor albus)adalah cairan yang

berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam

keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit).

Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar

dari organ reproduksi wanita. Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak

ditemui pada wanita. Penyebabnya mulai dari bakteri, jamur, parasit, sampai

dengan virus.12

II.4.1.ETIOLOGI

Keputihan fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada

daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan

anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Keputihan

disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri

menjadi lebih encer.

e. akseptor kontasepsi pil dan akseptor spiral.

f. Pengeluaran lendir yang bertambah pada perempuan yang sedang menderita

penyakit kronik atau pada perempuan yang mengalami stres.13-14

Sedangkan keputihan abnormal (patologik) disebabkan oleh:

1. Bakteri.

Bakteri yang masuk ke liang vagina, juga menjadi penyebab keputihan,

Misalnya: Gonokokus, Chalamidya trachomatis, Gardnerella, dan

Treponema pallidum.

2. Jamur.

Jamur ternyata punya peran pula sebagai penyebab keputihan,

Penyebabnya yaitu spesies Candida. Ciri-cirinya cairan kental, putih susu,

dan gatal. Akibat jamur ini vagina akan terlihat kemerahan akibat gatal.

3. Parasit dan Virus

Parasit yang sering ditemukan pada orang dewasa adalah Trichomonas

vaginalis, sedangkan pada anak-anak Enterobiasis. Untuk virus biasanya

disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simplex.14

II.4.2.PATOGENESIS

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina

bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu dinterpretasikan

penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa

perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi

normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina

yang terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus

menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.Lingkungan vagina yang normal

ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus

dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain.

Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap

bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,

lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina

yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan

bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh

Candida sp. terutama C.albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan

kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi

kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan

antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang

tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, dan

frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan

produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan

progesteron karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candidaalbicans

pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur.

Candidaalbicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan

ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan

obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesteron menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga

berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena

pengharum bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina

sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi,

hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut

dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bakterial, diyakini

bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang

dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan

memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan

Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk

metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan

sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada keputihan

pada vaginosis bacterial.

Keputihan mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita

tuberkulosis, anemia, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek,

kebersihan yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih

vagina, disinfektan yang kuat.13

II.4.3.GEJALA KLINIS

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering

kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan

memberikan beberapa gejala keputihan:

Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

Sekret vagina yang bertambah banyak

Rasa panas saat kencing

Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah

hubungan seksual.Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning

kehijauan, berbusa dan berbau amis.Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih

kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak

didaerah genital tidak ada komplikasi yang serius. Infeksi Kandida Biasanya tidak

bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan

terdapat perdarahan vagina yang abnormal.15

1I.4.4.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

A. Pemeriksaan darah lengkap.

B. Sitologi vagina.

C. Kultur sekret vagina.

D. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis.

E. Ultrasonografi (USG) abdomen.

F. Pemeriksaan PH.

G. Vaginoskopi.

H. Pap smear.

I. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan

KOH 10 %.

J. Biopsi.16

1I.4.5.Diagnosis

Diagnosis keputihan ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Ditanyakan mengenai usia, kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna

Keputihan, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik

atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisik dan Genital

Inspeksi kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi

dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks,

pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

Laboratorium

Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH

dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup

spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes

larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam

KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel

ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH.

Namun kultur T.vaginalis lebih sensitive dibanding pemeriksaan mikroskopik.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari

empat kriteria sebagai berikut, yaitu:

A. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,

B. Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,

C.Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,

D. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.13,15

1I.4.6.PENATALAKSANAAN

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),

sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim

yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah

muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,

bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan

dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang

digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol

untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi

infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),

topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke

dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,

terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak

berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan

untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan

sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,

hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk

mencegah penularan penyakit menular seksual.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering

dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk

mengganti pembalut, untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah

depan ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat

mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu

sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada

daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset

di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

Tujuan pengobatan

Menghilangkan gejala

Memberantas penyebabrnya

Mencegah terjadinya infeksi ulang

Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk

menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans

Topikal

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik

Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

Nimorazol 2 gram dosis tunggal

Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis

Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10

hari

3. Gardnerella vaginalis

Metronidazole 2 x 500 mg

Metronidazole 2 gram dosis tunggal

Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae16

Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

Amoksisiklin 3 gr im

Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau

Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

Tiamfenikol 3,5 gram oral

Kanamisin 2 gram im

Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

Seftriaxon 250 mg im atau

Spektinomisin 2 mg im atau

Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau

Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi

sekunder

6. Penyebab lain :

Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative

inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.13,15

1I.4.7.PROGNOSIS

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan keputihan memberikan

respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan

berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih

efektif.15

II.5. Kerangka Teori

Pengetahuan dan sikap yang buruk dalam menjaga kebersihan genitalia,

seperti mencuci genitalia eksterna dengan air kotor, memakai pembilas secara

berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti

celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya

infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Jadi, pengetahuan dan sikap dalam

menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam

pencegahan keputihan.

II.6. Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna

Sikap menjaga kebersihan

genitalia eksterna

Keputihan

Keterangan:

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka Konsep

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan

rancangan cross sectional.

III.2 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Manado.

III.3 Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Desember 2012.

III.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswi di Manado.

2. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh seluruh siswi di SMA

Negeri 1 Manado.

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua siswi kelas XII jurusan ilmu

pengetahuan alam di SMA Negeri 1 Manado.

4. Sampel

Semua siswi kelas XII jurusan ilmu pengetahuan alam di SMA Negeri

1 Manado.

III.5 Variabel Penelitian

1. Variabel independen

a. Tingkat pengetahuan menjaga kebersihan genitalia externa

b. sikap menjaga kebersihan genitalia externa

2. Variabel dependen : Kejadian Keputihan

III.6 Definisi Operasional, Satuan dan Kategori, Cara Pengukuran dan

Skala Variabel.

Tabel III.1. Definisi Operasional, Satuan dan Kategori, Cara Pengukuran

dan Skala Variabel.

No Variabel Definisi

Operasional

Satuan dan

Pengkategorian

Cara

Pengukuran

Skala

1 Pengetahuan Segala sesuatu

yang diketahui

remaja tentang

kebersihan organ

reproduksi

Baik bila jumlah

nilai ≥ 6 dari 10

pertanyaan.

Tidak baik bila

jumlah nilai ≤ 5dari

10 pertanyaan.

Kuesioner Ordinal

2 Sikap Semua kegiatan

atau aktifitas

remaja, untuk

mempertahankan

atau memperbaiki

kesehatan organ

reproduksi

Mendukung bila

jumlah nilai ≥ 30

dari 10 pertanyaan.

Tidak mendukung,

bila jumlah nilai ≤

30 dari 10

pertanyaan.

Kuesioner Ordinal

3 Keputihan

Patologis

Cairan yang

berwarna dan

berlebihan yang

keluar dari vagina

Ya (jika pernah

mengalami

keputihan)

Tidak (jika tidak

pernah mengalami

keputihan)

Kuesioner Nominal

III.7 Jenis data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari seluruh siswi kelas XII jurusan ilmu pengetahuan alam di

SMA Negeri 1 Manado dengan menggunakan alat ukur Kuesioner.

III.8 Pengolahan Data

Tahap pengolahan data meliputi:

1. Editing

Setelah data di kumpulkan kemudian dilakukan pengeditan untuk

mengecek kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman

data.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data termasuk dalam

pemberian skor.

3. Processing

Yaitu kegiatan memproses data yang dlakukan dengan cara melakukan

entry data dari kuesioner ke program komputer.

4. Cleanning

Data yang dikumpulkan kemudian dilakukan cleanning (pembersih

data) yang berarti sebelum data dilakukan pengolahan, data dicek

terlebih dahulu agar terdapat data yang tidak perlu.

III.9 Aspek Pengukuran

1. Tingkat pengukuran pengetahuan responden diukur dengan skala Guttman,

dimana setiap pertanyaan dengan jawaban benar nilainya = 1 dan pertanyaan

dengan jawaban salah = 0. Kategori pengetahuan responden dibagi 2 yaitu:

A. Pengetahuan baik bila jumlah nilai ≥ 6 dari 10 pertanyaan

B. Pengetahuan tidak baik bila jumlah nilai ≤ 5 dari 10 pertanyaan

2. Tingkat pengukuran sikap responden diukur dengan skala Likert, jenis

favorable, dimana terdiri dari 4 nilai skala. Sangat setuju (SS) nilainya = 4,

setuju (S) nilainya= 3, tidak setuju (TS) nilainya = 2, dan sangat tidak setuju

(STS) nilainya = 1. Kategori sikap responden dibagi 2, yaitu:

A. Sikap mendukung bila jumlah nilai ≥ 30 dari 10 pertanyaan

B. Sikap tidak mendukung bila jumlah nilai <30 dari 10 pertanyaan

III.10 Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS versi 20.0

yang meliputi analisis :

1. Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel penelitian, dilakukan dengan menyajikan distribusi

variabel yang diteliti dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam

bentuk tabel atau grafik untuk mengetahui proporsi masing-masing

variabel.

2. Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk menguji hipotesis hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap menjaga kebersihan genitalia externa

dengan kejadian keputihan.

III.11 instrumen penelitian

1. Kuesioner

2. Alat tulis menulis

3. Laptop

III.12 Alur penelitian

1. Pengumpulan Data.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan

kepada siswi-siswi kelas XII SMA Negeri 1 Manado.

2. Mengolah Data

Data yang terkumpul diolah, melalui tahap editing, coding, processing

dan cleaning.

3. Menganalisa data

Data dimasukkan dalam program SPSS Versi 20.0 untuk dilakukan

analisis data secara univarat dan bivarat untuk mengetahui hubungan

variabel-variabel yang diteliti.

4. Menyusun kepustakaan dengan mencari literatur-literatur yang

berhubungan dengan penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dari catatan sekolah di SMA Negeri 1 Manado periode 2012/2013

jumlah siswi kelas XII jurusan Ilmu pengetahuan alam sebanyak 106 siswi.

IV.1. Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap remaja putri di SMA Negeri 1 Manado.

Jumlah siswi kelas XII jurusan ilmu pengetahuan alam tahun ajaran 2012/2013

berjumlah 106. Secara demografi SMA Negeri 1 Manado terletak di Jl.Pramuka

No 102. Pengambilan data diambil pada bulan Desember 2012 – Januari 2013.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

sikap tentang kebersihan genitalia eksterna responden melalui kuesioner.

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di SMA Negeri 1 Manado.

IV.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional atau desain

potong lintang, sehingga hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap

kejadian keputihan tidak terlalu kuat.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif sehingga kebenaran

data bergantung pada kejujuran responden.

IV.3. Analisis Univariat

Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen.

Selanjutnyan hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini:

Hasil penelitian pada remaja putri di SMA Negeri 1 Manado adalah sebagai

berikut:

Tabel IV.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Kebersihan

Organ Genitalia Eksterna di SMA Negeri 1 Manado tahun 2012.

Pengetahuan N %

Baik

Kurang

Total

69 65.1

37 34.9

106 100

Berdasarkan tabel IV.1 siswi kelas XII Jurusan IPA di SMA Negeri 1

Manado sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang kebersihan alat

kelamin luar, proporsinya sebesar 69 responden (65.1%) dan sebanyak 37

responden (34.9%) berpengetahuan kurang.

Menurut Notoatmodjo tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih baik

dibandingkan tanpa didasari pengetahuan.18 Hasil yang didapat dari penelitian ini

ternyata sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang baik

(65.1%) mengenai kebersihan alat kelamin luar dan hal itu tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Donatila Novrinta Ayuningtyas di SMA Negeri 4

semarang yang mendapatkan hasil sebagian besar siswi SMA di sana memiliki

pengetahuan kurang, sebanyak (82.8%).19 Perbedaan berbagai hasil tersebut

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti informasi yang bisa didapatkan

dari orang tua,teman maupun media-media sumber informasi yang lainnya.

Pengetahuan remaja perempuan mengenai kesehatan reproduksi cenderung

belum adekuat, ini salah satunya yang menyebabkan mereka memiliki sikap

kesehatan reproduksi yang kurang sehat, sebab pengetahuan yang baik dan buruk

akan mempengaruhi sikap seseorang.

Gambaran pengetahuan responden tentang kebersihan organ genitalia eksterna

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel IV.2. Gambaran pengetahuan tentang kebersihan organ genitalia eksternaPengetahuan

No Pertanyaan Benar (%) Salah

% %

1 Kebersihan genitalia adalah perawatan diri pada alat kelamin perempuan yang harus dijaga kebersihannya supaya merasa nyaman

99 (93.4) 7(6.6)

2 Hal yang dilakukan pertama kali sebelum membasuh daerah kewanitaan adalah mencuci tangan terlebih dahulu

101(95.3) 7 (6.6)

3 Untuk menghindari kelembaban pada daerah kewanitaan salah satunya yaitu dengan mencukur sebagian rambut kemaluan

53 (50) 53 (50)

4 Cara membasuh/ membersihkan daerah kewanitaanya itu dari arah depan (vagina) kearah belakang (anus)

82 (77.4) 24 (22.6)

5 Jika tidak sering mengganti pembalut pada saat menstruasi maka dengan mudahnya bakteri akan berkembang biak kedalam vagina dan menyebabkan infeksi

75 (70.8) 31 (29.2)

6 Untuk mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAK dan BAB dengan menggunakan tissue berparfum.

38 (35.8) 68 (64.2)

7 Jenis pakaian dalam yang baik digunakannya itu berbahan nilon dan menarik

43 (40.6) 63 (59.4)

8 Untuk membersihkan daerah kewanitaan, dengan sering menggunakan larutan informan khusus pembilas vagina

65 (61.3) 41 (38.7)

9 Seharusnya mengganti pakaian dalam hanya 1x saja30 (28.3) 76 (71.7)

10 Jika tidak sering menjaga kebersihan daerah kewanitaan maka akan merasa nyaman

42 (39.6) 64 (60.4)

Tabel.IV.3. Distribusi Berdasarkan Responden Sikap Terhadap Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Di SMA Negeri 1 Manado Tahun 2012.

Sikap N %

Mendukung

Kurang mendukung

Total

81 76.4

25 23.6

106 100

Berdasarkan tabel IV.III siswi di SMA Negeri 1 Manado yang memiliki

sikap mendukung terhadap kebersihan alat kelamin luar sebanyak 81 responden.

Dengan demikian proporsinya sebesar (76.4%) dan siswi yang memiliki sikap

kurang mendukung terhadap kebersihan alat kelamin luar sebanyak 25 responden

(23.6%).

Sikap Menurut Notoatmodjo adalah reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu objek, belum merupakan suatu aktifitas akan tetapi

presdiposisi tindakan dan perilaku. Berdasarkan hasil diatas yang didapat dari

penelitian ini ternyata sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang

mendukung (23.6%) mengenai kebersihan oragan genitalia eksterna dan hal itu

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hani Handayani di Madrasah

Tsanawiyah Pembangunan tahun 2011 sebagian remaja putri disana memiliki

sikap baik atau mendukung (38.2%) dan remaja putri yang memiliki sikap kurang

mendukung terhadap alat kelamin luar sebanyak (62.8%).20 Perbedaan berbagai

hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti informasi yang

bisa didapatkan dari orang tua, teman maupun media-media sumber informasi

yang lainnya.

Tabel IV.4 Gambaran sikap tentang kebersihan organ genitalia eksternaSikap

No SS % S % TS % STS %1 Penggunaan celana panjang

ketat dan tebal dapat mengganggu sirkulasi peredaran darah

28 (26.4%) 68 (64.2%) 7 (6.6%) 3 (2.8%)

2 Kebersihan daerah kemaluan harus diperhatikan setiap saat

65 (61.3) 30 (28.3%) 1 (0.9) 10 (9.4)

3 Pemeriksaan sekret vagina perlu dilakukan 39 (36.8) 51 (48.1) 4 (3.8) 12 (10.4)

4 Tidak harus menggunakan pantyliner setiap hari 27 (25.5) 27 (25.5) 41 (38.7) 11 (10.4)

5 Tidak menggunakan air cebok yang kotor 63 (59.4) 16 (15.1) 2 (1.9) 25 (23.6)

6 Keputihan yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa perlu dilakukan pemeriksaan rutin kepada dokter

38 (35.8) 65 (61.3) 3 (2.8) 0 (0)

7 Mengeringkan organ kewanitaan dengan tidak menggunakan tissue berparfum

45 (42.5) 29 (27.4) 29 (27.4) 3 (2.8)

8 Gejala rasa gatal didaerah alat kelamin dan rasa panas saat buang air kecil harus segera diperiksa dan diobati

47 (44.3) 46 (43.4) 13 (12.3) 0 (0)

9 Tidak harus menggunakan sabun wangi, ketika membilas /membersihkan vagina

34 (32.1) 64 (60.4) 6 (5.7) 2 (1.9)

10 Tidak menggunakan kloset duduk umum yang basah

38 (35.8) 55 (51.9) 11 (10.4) 2 (1.9)

Tabel IV.5 Kejadian keputihanKeputihan N %

Ya

Tidak

Total

38 35.8

68 64.2

106 100

Berdasarkan tabel IV.V siswi di SMA Negeri 1 Manado yang memiliki

riwayat kejadian keputihan patologis sebanyak 38 responden. Dengan demikian

proporsinya sebesar (35.8%) dan siswi yang tidak pernah mengalami riwayat

keputihan patologis sebanyak 68 responden (64.2%)

IV.4. Analisi Bivariat

Tabel IV.6. Analisis bivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap menjaga

kebersihan genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan Patologis.

NoVariabel

Bebas Kategori

KeputiahanPR 95% CI P

Ya (%) Tidak (%)

1 PengetahuanBaik 17 (24,6) 52 (75,4) 2,304 1,398-3,796

0,002Kurang 21 (56,8) 16 (43,2)

2 Sikap Mendukung 24 (29,6) 57 (70,4) 0,03

Kurang

mendukung14 (56) 11 (44) 1,890 1,166-3,064

Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi dua yakni pengetahuan baik

dan pengetahuan kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan (p=0,002).

Keputihan lebih sering terjadi pada siswi dengan pengetahuan kurang dari pada

siswi dengan pengetahuan baik. Siswi dengan pengetahuan kurang memiliki risiko

2,304 kali mendapatkan keputihan (PR : 2,304; 95% CI : 1,398-3,796).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Donatila yang dilakukan di SMA Negeri 4 Semarang, mendapatkan bahwa

pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna berhubungan dengan kejadian

keputihan (p=0,027).19 Kejadian keputihan terjadi pada semua siswi yang

pengetahuannya buruk. Sebagian besar siswi tidak tahu bagaimana cara

membersihkan genitalia eksterna dengan cara yang benar. Mereka belum

memahami bahaya dari antiseptik dan sabuh sirih, sehingga kebanyakan

menganggap membersihkan genitalia yang benar adalah dengan menggunakan

antiseptik atau sabun sirih. Penggunaan antiseptik atau douching dapat

mempengaruhi keseimbangan PH vagina yang akan menyebabkan flora normal

terganggu dan merupakan tempat berkembang biak yang kondusif bagi

pertumbuhan jamur.22

Sikap dikategorikan menjadi dua yakni sikap mendukung dan sikap tidak

mendukung. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna

antara sikap dengan kejadian keputihan (p=0,03). Keputihan lebih sering terjadi

pada siswi dengan sikap kurang mendukung dari pada siswi dengan sikap

mendukung. Siswi dengan sikap kurang mendukung memiliki risiko 1,89 kali

mendapatkan keputihan (PR : 1,890; 95% CI : 1,166-3,064).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Eko widiyanti di SMA Negeri 1 Cepiring yang menyatakan ada hubungan antara

sikap higiene pribadi dengan kejadian keputihan dan ada juga hasil penelitian

Donatila menunjukkan ada hubungan bermakna antara sikap menjaga kebersihan

genitalia eksterna dengan kejadian keputihan (p=0,017).19,21 Menurut Lawrence

Green dalam buku Notoadmodjo menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, sikap belum merupakan suatu tindakana/aktifitas,

akan tetapi sikap merupakan faktor presdiposisi untuk bertindak. Sikap yang

positif akan cenderung mendorong seseorang berperilaku positif juga.8

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pengetahuan dan sikap menjaga kebersihan genitalia eksterna

berhubungan dengan kejadian keputihan. Pengetahuan buruk mengenai

kebersihan genitalia eksterna meningkatkan risiko mengalami

keputihan sebesar 2,304 kali. Sementara itu, Sikap yang tidak

mendukung menjaga kebersihan genitalia eksterna meningkatkan

risiko mengalami keputihan sebesar 1,89 kali.

V.2 Saran

1. Bagi instansi sekolah SMA Negeri 1 Manado dan tenaga-tenaga

kesehatan perlu memberikan penyuluhan tentang kesehatan organ

reproduksi sedini mungkin agar para siswi dapat memperoleh

pengetahuan sehingga mereka dapat melakukan kebiasaan yang

baik dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna mereka sejak

dini.

2. Diharapkan adanya penelitian lain yang membahas mengenai

kebersihan Organ Genitalia eksterna dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengambil sampel dengan

berbagai tingkatan umur siswi dari kelas VII-IX untuk mengetahui

perbedaannya

DAFTAR PUSTAKA HUB 082195692600

7CDFB0E6