HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN...

111
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Disusun Oleh : DEWI RAHMATIKA 109104000044 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN

DENGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN

ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :

DEWI RAHMATIKA

109104000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

ii

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

iii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

v

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

vi

AFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Rahmatika

Tempat, Tanggal Lahir : Taman Fajar, 26 Desember 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : JL.KH.Harun Nafsi Gang Darma Rt.019 Rapak

Dalam Kec.Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang

Kal-Tim

Hp : 085324415678

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK PKK Purbolinggo Lampung Timur (1996-1998)

2. SDN 02 Purbolinggo Lampung Timur (1998-2003)

3. MTs. Ma’arif NU 7 Purbolinggo Lampung Timur (2003-2006)

4. MA AL-Mujahidin Samarinda Kalimantan Timur (2006-2009)

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

Pengalaman Seminar dan Workshop :

1. Seminar “ Cultural Approach In Holistic Nursing CareIn Globalization

Era” Tahun 2009

2. Seminar Umum “ Hilangnya Ayat dalam Undang- Undang Anti Rokok”

Tahun 2009

3. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di

Rumah” Tahun 2010

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

vii

4. Talk Show Dokter Muslim “ Profil Ideal Dokter Muslim dan

Implementasi Islam dalam Etika Kedokteran “ Tahun 2010

5. Seminar Kesehatan “ Peran Bijaksana Standarisasi Internasional

Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011.

6. Seminar Nasional “ Melody for Heart and Brain Heart” Tahun 2012

7. Workshop Nasional “ Uji Kopetensi Keperawatan” Tahun 2012

8. Seminar Nasional Keperawatan “ Uji Kopetensi Nasional Perawat :

Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi

Tantangan Global “ Tahun 2012

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Januari 2014

Dewi Rahmatika, 109104000044

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG

TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SANTRI DI PONDOK

PESANTREN ASSHIDDIQIYAH KEDOYA UTARA KEBUN JERUK

JAKARTA BARAT

xviii + 72 halaman + 9 tabel + 3bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik . Kecemasan merupakan faktor yang

berpengaruh pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan

mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan

yang telah ditetakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui antara kecemasan

perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di

pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta Barat.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan

desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability

sampling jenis purposive sampling pada remaja usia 11- 18 tahun yang belum

pernah tinggal di pesantren dan berpisah dengan orang tua sebelumnya sebanyak

73 responden. Instrument yang digunakan adalah kombinasi dari School refusal -

SCARED serta kuesioner tingkat motivasi. Analisa data menggunakan Sperman

Rank alfa > 0,05.

Hasil analisa menunjukkan santri remaja memiliki kecemasan rendah 56,2% dan

memiliki motivasi belajar tinggi 47,9%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua

dengan motivasi belajar pada santri remaja di pondok pesantren Asshiddiqiyah (p

value=0,02) dengan nilai r= -2,71. Artinya semakin tinggi kecemasan perpisahan

maka semakin rendah motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini pengasuh

pondok pesantren dapat merancang metode belajar secara berkelompok dan

menyediakan bimbingan konseling, serta perawat dapat memberikan intervensi

dalam mengatasi kecemasan yang ditimbulkan.

Kata kunci : Remaja, Pesantren, Kecemasan, Motivasi belajar

Pustaka : 46 (2003-2013)

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

ix

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduated Thesis, Januari 2013

Dewi Rahmatika, 109104000044

Relations between the level of separation anxiety and learning motivations of

adolescence at pondok pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk

Jakarta

xviii + 72 pages + 9 tables + 3 charts + 7 attachment

ABSTRACT

Anxiety is a feeling of uncertainty and helplessness. This emotional condition has

not a specific object. Anxiety is a factor which affects motivation, because a

person who feels the anxiety will have obstacles to finish their works or reach

their goal. The objective of this study is to identify the corelation between of

separation anxiety with students’ motivation to study at Asshiddiqiyah Boarding

School, Kedoya utara, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

This study uses quantitative analitic method with cross sectional design. The

technique which is used in this research is nonprobability sampling type

purposive sampling to teenagers, aged 11-18 years old, who haven’t any

experience stay at boarding school and the respondents in this study are 73

teenagers. The questionnaires of School refusal - SCARED and questionnaires

were conducted of motivation’s level. Data analysis uses Sperman Rank alfa >

0.05.

The study of the research shows that male students have a low anxiety 56,2 % and

high motivation to study 47, 9%. The result of statistic test which uses spearman

rank test with α=0,05 gained a result that there is a corelation between level

separation anxiety and motivation to study in students of Asshiddiqiyah Boarding

School (p value=0,02) with r= -2,71. It means that the higher of separation anxiety

shows the lower learning of motivation. Based on the result of the research, the

suvervisor of this boarding school can conduct learning method in a group and

provide a counseling and nurse can give intervention in solving the anxiety which

is appeared.

Keywords : Adolescents, boarding school, anxiety, motivation to learn

References : 46 (2003-2013)

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN

ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK

PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA” yang disusun

dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.

Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin

mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak

terhingga, kepada:

1. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan sekaligus sebagai pembimbing pertama. Terima kasih sebesar-

besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta

kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing kedua. Terima

kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga,

arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xi

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis

mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universita Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini.

8. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda

Ahmad Mustofa dan Ibunda Siti Arbaiyah yang telah mencurahkan kasih

sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta

dukungan baik moril maupun materil selama proses penyelesaian skripsi ini.

9. Bima Airlangga Putra yang selalu memberikan dukungan semangat, nasihat

dan doa yang luar biasa selam proses penyelesaian skripsi.

10. Adik- adik ku Kiki Andriani, Safa Nur Elysia, Michele Adha dan Aisha

Ramadhani yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa

selama proses penyelesaian skripsi ini.

11. Bpk Darsono Harjowiyono dan Ibu Marjanah yang selalu memberikan

Semangat, doa dan dukungan baik moril maupun materil selama proses

penyelesaian skripsi.

12. Pa’de Imam Syafi’I dan Bude Anis selaku orang tua saya selama dijakrta yang

memberikan dukungan dan doa.

13. Kementrian Agama yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk

kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xii

14. Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta yang telah

memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.

15. Adik- adik responden yang telah membantu peneliti dalam pengisian

kuesioner penelitian.

16. Teman-teman terbaikku “The Fighters” (Ulfy, Maira, Dian, Hanik, Etika,

Astuti, Mala, Rafita, Fitri dan Qoys) yang telah memberikan do’a, dukungan

dan semangat dikala penulis mulai lelah dalam penyelesaian skripsi ini.

17. Teman-teman PSIK angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan

yang indah selama ini.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari

Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat

bermanfaat dan diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, Februari 2014

Dewi Rahmatika

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vi

ABSTRAK .............................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xviii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

C. Pertanyaan penelitian ...................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xiv

1. Tujuan Umum ............................................................................. 8

2. Tujuan Khusus ............................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan ...................................................................................... 10

1. Pengertian ................................................................................... 10

2. Tingkat Kecemasan .................................................................... 10

3. Factor yang mempengaruhi kecemasa ....................................... 12

4. Respon Terhadap Kecemasan .................................................... 16

5. Gejala Klinis Kecemasan ........................................................... 17

6. Kecemasan Perpisahan ............................................................... 18

7. Diagnose Gangguan Kecemasan Perpisahan ............................. 19

8. Kecemasan dan Motivasi ............................................................ 21

B. Motivasi .......................................................................................... 23

1. Pengertian ................................................................................... 23

2. Motivasi Belajar ......................................................................... 23

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ............................ 24

4. Indikator Motivasi Belajar .......................................................... 26

C. Remaja............................................................................................. 27

1. Pengertian .................................................................................. 27

2. Perkembangan Remaja .............................................................. 28

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Perkembangan Remaja .............................................................. 31

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xv

D. Pesantren ......................................................................................... 34

1. Pengertian .................................................................................. 35

2. Jenis Pesantren ........................................................................... 35

E. Kerangka Teori................................................................................ 37

BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 38

B. Hipotesis .......................................................................................... 38

C. Definisi Operasional........................................................................ 39

BAB IV : METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian ............................................................................. 41

B. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 41

C. Populasi dan sampel ........................................................................ 41

D. Teknik pengambilan sampel ........................................................... 44

E. Instrumen penelitian ........................................................................ 45

F. Uji validitas dan reabilitas .............................................................. 48

G. Metode pengumpulan data .............................................................. 50

H. Pengolahan data ............................................................................. 51

I. Analisis data .................................................................................... 53

J. Etika penelitian................................................................................ 53

BAB V : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum tempat penelitian ................................................ 56

B. Karakteristik responden .................................................................. 57

C. Analisis univariat ............................................................................ 58

D. Analisis bivariat .............................................................................. 60

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xvi

BAB VI : PEMBAHASAN

A. Analisis univariat ............................................................................ 62

1. Karakteristik responden ........................................................... 62

2. Gambaran kecemasan perpisahan dengan orang tua ................ 63

3. Gambaran motivasi belajar ...................................................... 66

B. Analisis bivariat .............................................................................. 67

C. Keterbatasan penelitian ................................................................... 69

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 71

B. Saran ............................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xvii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan

hal

2.1 Rentang respon kecemasan ........................................................... 12

2.2 Model Pengelolaan kecemasan menjadi motivasi ........................ 22

3.1 Kerangka konsep penelitian .......................................................... 38

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel hal

2.1 Pola pertumbuhan & perkembangan selama remaja .................... 29

3.1 Skema kerangka konsep ............................................................... 42

3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 43

4.1 Indikator motivasi belajar ............................................................. 52

5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia dan jenis kelamin

responden ...................................................................................... 57

5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kecemasan perpisahan dengan

orang tua ....................................................................................... 59

5.3 Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan

orang tua pada remaja………………………………………… 60

5.5 hubungan kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap

motivasi belajar ............................................................................. 60

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan responden

Lampiran 2 Petunjuk pengisian kuesioner

Lampiran 3 Lembar kuesioner penelitian

Lampiran 4 Surat izin studi pendahuluan

Lampiran 5 Surat izin uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 6 Surat izin penelitian

Lampiran 7 Lembar hasil perhitungan analisis data

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyediakan

sarana asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama

sekaligus tempat belajar para santri di bawah bimbingan Kyai atau Ustazd.

Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima

pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat

tinggalnya (Qomar, 2007).

Pondok yang merupakan asrama bagi para santri ini merupakan ciri

spesifik sebuah pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan

yang lain. Jenis Lembaga yang didata antara lain RA (Raudhatul Athfal),

MI(Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah

Aliyah). Jumlah lembaga yang terdata sebanyak 19.762 RA, 21.529 MI,

13.292 MTs, dan 5.648 MA yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia

(Pendis.kemenag, 2012).

Data Departemen Agama tahun 2010/2011 berhasil mendata 27.218

Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Populasi Pondok

Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah

dan Banten yang berjumlah 78,9% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di

Indonesia. Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

2

3.642.738 orang santri, terdiri dari 1.895.580 orang (52,0%) santri laki-

laki,dan 1.747.158 orang (48,0%) santri perempuan. (pendis.kemenag,2013)

Tinggal di pesantren merupakan sebuah kebijakan atau peraturan dari

yayasan tersebut, ada yang diwajibkan langsung masuk saat pertama kali

mendaftar atau pada saat memasuki MA atau SMA. Misalnya pada yayasan

pondok pesantren Al-Mujahidin Samarinda tidak diwajibkan untuk tinggal di

pesantren sehingga tidak ditentukan pada usia berapa saja boleh untuk tinggal

dipesantren. Sedangkan pada Pondok pesantren Al-Kausar Alakbar Medan,

diwajibkan untuk tinggal dipesantren saat pertama kali mendaftar

memasukinya yaitu mulai dari Mts atau SMP sampai lulus pendidikan

sekolah. Kehidupan siswa/ santri selama belajar di Pesantren itu penuh

dengan kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan

sosiokultural, kesulitan lingkungan dan sebagainya, Kesulitan-kesulitan

tersebut akan lebih terasa bagi siswa/santri yang jauh dari keluarga atau

berasal jauh dari luar kota. Oleh karena itu setiap siswa/santri harus

mempunyai “keuletan” dan kesemamptaan jasmani rohani, mental maupun

fsiknya. Keuletan rohani jasmani akan membuat mahasiswa beranai

menghadapi segala kesulitan dan tidak mudah putus asa. Untuk memupuk

keuletan itu maka hendaklah kesulitan itu ditempatkan/ dipandang sebagai

tantangan yang harus dihadapi bukan sebagai penghambat (Yahman, 2012)

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika amerasa cemas, individu merasa tidak nyaman

atau takut yang tidak memiliki objek yang dapat diidentifikasikan. (Videbeck,

2008) Ansietas merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

3

Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat

terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun

sampai pada usia lanjut. Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut

yang tidak jelas sebabnya. Saat ini Diperkirakan 20% dari populasi didunia

menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas

(Depkes, 2010).

Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan psikologis yang

paling umum pada pasien remaja. Separation anxiety adalah satu-satunya

gangguan kecemasan yang dialami pada bayi, anak, atau remaja. Studi

epidemiologi yang berbeda menunjukkan prevalensi SAD dalam 4 sampai 5%

adalah anak-anak dan remaja. Studi epidemiologi Kanada (1999) menemukan

bahwa prevalensi SAD adalah 4,9% pada anak usia 6 sampai 8 tahun dan

1,3% pada remaja berusia 12 sampai 14 tahun (APA, 2000).

Kecemasan dapat menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan

fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, kesulitan

berkonsentrasi dalam belajar, peningkatan aktivitas motorik agitasi, dan

meningkatan tanda- tanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman

tersebut individu berusaha untuk melakukan tindakan adaptif yang baru

sebagai mekanisme pertahanan. Perilaku adaptatif tersebut dapat berupa hal

yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya dengan

menggunakan tehnik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian

(Videbeck, 2008).

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

4

Setiap individu tidak terlepas dari rasa cemas. Kecemasan tersebut

dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami

kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbalakanginya seperti

kecemasan terhadap mata pelajaran, kecemasan mengalami kegagalan dalam

belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu kecemasan dapat meningkatkan

motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan tersebut melampaui batas

atau kemampuan individu untuk mengelolanya maka kecemasan melemahkan

motivasi dan menurunkan. Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh

pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan mengalami

hambatan dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan yang telah

ditetapkannya. Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari

perilaku yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan,

serba salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan

kegiatan dengan motivasi tinggi. Siswa mengalami kecemasan tinggi

menunjukkan hasil belajar yang rendah dibandingkan siswa yang mengalami

kecemasan rendah. Sebaliknya penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan

dapat meningkatkan hasil belajar ( Woolfolk & McCuna-Nicolich, 1984).

Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat

meningkatkan motivasi atau melemahkan motivasi (Jamaris, 2013).

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur

kurang lebih 12- 14 tahun. Dimana hubungan anak dengan orang tua mencapai

titik terendah, anak mulai melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan

remaja dengan orang tua mulai terjadi keterbatasan. Remaja mulai

memberikan batasan anatara kemandirian dan ketergantungan, namun ada

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

5

keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua dan sementara mencoba

untuk berpisah dengan orang tua. Oleh karena itu terkadang remaja ada yang

merasa senang tinggal dipesantren dan ada pula yang kurang bersedia karena

merasa akan berpisah dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama

(Hidayat, 2009 & Hurlock, 2010).

Erickson dengan teori perkembangan kepribadian pada fase Identitas

vs bingung peran (12-18 tahun) merupakan tahap yang paling penting diantara

tahap perkembangan yang lainnya karena orang harus mencapai tingkat

identitas ego yang cukup baik. karena merupakan masa pubertas memacu

harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Tahap ini merupakan

masa standardisasi diri,yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, usia

dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai

utama mulai menurun, sedangkan kelompok atau teman sebaya mulai tinggi

(Nasir, 2011).

Pesantren merupakan tempat pembelajaran yang identik dengan kiai

dan juga asrama. Dengan sistem pembelajaran hampir 24 jam pesantren akan

menjadi incaran untuk para Orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang

ekstra, dari sudut pandang inilah orang tua lebih percaya dengan pesantren.

Keberhasilan pendidikan anak sangat ditentukan antara kerjasama sekolah

dengan orang tua. Sinergi antara kedua belah pihak sangat membantu

memasimalkan potensi yang dimiliki anak. Sebaik apapun layanan

pembelajaran yang disajikan di sekolah tanpa dukungan orang tua dirumah,

maka pembelajaran itu menjadi kurang bermakna (Qomar, 2007).

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

6

Yanti dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara

kecemasan dalam belajar dengan motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa

mayoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam belajar,

minoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang sedang dalam belajar dan

hampir tidak ada siswa yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam

belajar. Mayoritas siswa memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam belajar,

minoritas siswa memiliki tingkat motivasi sedang dalam belajar dan tidak ada

siswa yang memiliki tingkat motivasi yang rendah dalam belajar. Tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dalam belajar dengan

motivasi.

Siregar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul tingkat kecemasan

pada santri dipondok pesantren menunjukkan bahwa berdasarkan data yang

diperoleh dari analisis data Z-Score dapat disimpulkan bahwa santri pondok

pesantren yang memiliki tingkat kecemasan tinggi sebanyak 11 santri (14,1%),

dalam kategori kecemasan tingkat sedang sebanyak 52 santri (66,7%) dan

sebanyak 15 santri (19,2%) mengalami tingkat kecemasan rendah.

Dari hasil wawancara kepada teman- teman yang pernah memasuki

pesantren ketika awal memasuki tingkat pendidikan MTs atau SLTP, mereka

merasa bahwa orang tua tidak sayang dengan anaknya sehingga dimasukkan

ke pesantren. Namun bagi anak yang masuk pesantren karena niat sendiri

memiliki motivasi untuk prestasi yang lebih baik, mereka menggangap bahwa

ketika jauh dari orang tua mereka harus bisa lebih baik dan memiliki

pengalaman untuk belajar mandiri. Sebulan pertama memasuki pesantren

santri masih memiliki rasa cemas dan rasa ketergantungan karena orang tua

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

7

dan mereka menganggap bahwa belum bisa mandiri. Dari segi motivasi

belajar, mereka mengatakan masih merasa cemas akan perpisahan dengan

orang tua dengan keadaan lingkungan yang berbeda dan karena cemas tersebut

mereka kurang konsentrasi dalam belajar.

Hasil dari studi pendahuluan di pondok pesantren Asshiddiqiyah dari

10 orang santri yang diwawancarai semua mengatakan cemas saat pertama

kali masuk pesantren dan berpisah dengan orang tua. Sebulan pertama santri

masih sangat mengalami cemas, masih sering teringat orang tua, menangis,

tidak konsentrasi, belum mampu beradaptasi dan memiliki motivasi belajar

yang kurang. Namun setelah 1 tahun tinggal dipesantren mereka mengatakan

sudah beradaptasi jauh dari orang tua dengan mengikuti kegiatan dipesanrten.

Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti kecemasan

perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja yang pernah tinggal

dipesantren dengan anggapan bahwa sulit sekali untuk berpisah dengan orang

tua, masih ketergantungan dengan orang tua serta suasana dirumah maka

remaja awal saat memasuki pesantren merasa sedih, cemas teringat orang tua,

dan saat pertama memasuki pesantren kurang memiliki motivasi belajar.

Peneliti akan mengambil tempat penelitian di Pondok Pesantren Asshidiqiyah

Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta untuk melihat tingkat kecemasan dengan

perpisahan orang tua serta motivasi belajar dari remaja tersebut.

Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan

tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

8

pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun

Jeruk, Jakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana tingkat kecemasn remaja saat berpisah dengan orang tua yang

pertama kali memasuki pesantren?

2. Bagaimana motivasi belajar remaja setelah berpisah dengan orang tua?

3. Bagaimana hubungan tingkat kecemasan remaja dengan motivasi belajar ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Perpisahan dengan

Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar pada Santri remaja di Pondok

Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik santri dalam menghadapi perpisahan

dengan orang tua

b. Mengidentifikasi motivasi belajar santri setelah menghadapi

perpisahan dengan orang tua dan tinggal di pondok pesantren

Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta.

E. Manfaat hasil penelitian

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ilmu

pengetahuan tambahan bagi pendidikan ilmu keperawatan terutama

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

9

keperawatan Anak dan Keperawatan Jiwa yang bisa dijadikan referensi

dalam proses belajar.

2. Bagi Pondok Pesantren

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para

pengasuh pondok pesantren bahwa tingkat kecemasan perpisahan dengan

orang tua mempengaruhi motivasi belajar pada santri remaja di Pondok

Pesantren.

3. Bagi Santri

Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri dapat mengerti

bahwa kecemasan yang dialami saat memasuki pesantren dapat

mempengaruhi motivasi belajar bahkan prestasi.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dapat dijadikan digunakan sebagai dasar

pengembangan dalam pembentukan program UKS.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pengembangan

ilmu serta data bagi peneliti selanjutnya.

F. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan jiwa, khususnya

mengenai kecemasan pada remaja. Penelitian ini akan dilakukan di Pondok

Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta, menggunakan

jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain Cross sectional.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KECEMASAN

1. Pengertian

Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam

batas- batas normal (Hawari, 2001).

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen,

2000).

2. Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan Menurut Stuart & Sundeen (2000) tingkat

kecemasan dibagi menjadi :

1. Kecemasan ringan (mild anxiety)

Tingkat kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

11

2. Kecemasan sedang (moderate anxiety)

Pada tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3. Kecemasan berat (severe anxiety)

Pada tingkat kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi

seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu

yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area lain.

4. Panik (panic)

Kecemasan tingkat panik menyebabkan seseorang kehilangan

kontrol, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan

kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan

disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

12

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Bagan 2.1 Rentang respon kecemasan

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut stuart (2012) faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan

adalah:

1. Faktor Predisposisi

a. Psikoanalitis

Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen keribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi cemas adalah

meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan

penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan

perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilanagn, yang

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

13

menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri

rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

c. Perilaku

Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap cemas sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari

dalam diri untukmenghindari kepedihan.

d. Keluarga

Menunjukhmmmkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih

antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepam, obat- obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang

berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan

dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dari

riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai

predisposisi ansietas. Cemas mungkin disertai dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan

individu untuk mengatasi stressor.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

14

2. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal.

Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi diasabilitas fisiologi

yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan

aktivitas hidup sehari- hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas,

harga diri dan fungsi social yang terintegritas pada individu.

Menurut Hurlock (2004) menjelaskan bahwa kecemasan pada remaja

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, status kesehatan, jenis

kelamin, pengalaman, sistem pendukung, besar dan kecilnya stressor.

1. Usia

Pada anak remaja yang berusia 13-14 tahun kecemasan akan

meningkat karena pada masa ini adalah masa peralihan antara masa

anak-anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal

yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja. Masa ini

akan berlangsung kurang lebih 9 bulan dan kondisinya akan stabil

pada remaja usia 14-18 tahun karena remaja sudah menuemukan

jatidiri dan berfikir lebih baik.

2. Status Kesehatan

Penyakit yang tidak membahayakan akan meringankan tingkat

kecemasan sedangkan penyakit yang kronis dan berat akan

meningkatkan kecemasan.

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

15

3. Jenis Kelamin

Remaja dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecemasan

lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak laki-laki.

4. Pengalaman

Remaja yang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit

kecemasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan remaja yang

belum dirawat di rumah sakit.

5. Sistem pendukung

Sistem pendukung yang dapat mempengaruhi kecemasan pada

remaja yang sakit meliputi ruangan perawatan, dimana perubahan

lingkungan dari pola kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan

kecemasan misalnya ruangan yang serba putih atau bersamaan

dengan pasien lainnya. Aspek perawat, dimana perawat yang

kurang komunikatif, tidak empati. Aspek fasilitas, dimana fasilitas

yang kurang dan terbatas seperti kamar mandi, ruangan yang

sempit, perawatan rumah sakit. Kondisi rumah sakit, dimana

terbatasnya jam besuk, tidak boleh ditunggui keluarga selama

dirawat akan memanbah kecemasan pada remaja.

6. Besar atau kecilnya stressor

Stressor yang besar seperti nyeri, perpisahan dengan teman atau

keluarga, terbatasnya aktifitas, terganggunya privacy dapat

menimbulkan kecemasan.

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

16

4. Respon Terhadap Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2006) menyebutkan bahwa respon individu terhadap

kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.

Adalah sebagai berikut:

a. Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu:

1) Kardiovaskular

Respon dari kardiovaskuler dapat berupa palpitasi, jantung

berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa

mau pingsan, dan denyut nadi menurun.

2) Pernafasan

Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan

dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada

tenggorokan, sensai tercekik, dan terengah-engah.

3) Neuromuskuler

Respon dari neuromuskuler dapat berupa refleks meningkat, reaksi

kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang,

kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal

Respon dari gastrointestinal dapat berupa kehilangan nafsu makan,

menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan

diare.

5) Traktus urinarius

Responnya dapat berupa sering berkemih, tidak dapat menahan

BAK.

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

17

6) Kulit

Reapon dari kulit berupa wajah kemerarahan, berkeringat setempat

(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah

pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,

bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik

diri dari hubungan interpersoanl, menghalangi, dan menghindar dari

masalah

c. Kognitif

Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, selalu dalam

memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas

menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,

kehilanagn objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran

visual, takut cidera atau kematian.

d. Afektif

Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang,

ketakutan, dan gugup.

5. Gejala Klinis Cemas

Keluhan- keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami

gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

18

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

d. Gangguan pola tidur, mimpi- mimpi yang menegangkan

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f. Keluhan- keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan

tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar- debar,

sesak napas, gangguan perkemihan, sakit kepala dan

sebagainya (Hawari, 2001).

6. Kecemasan Pepisahan

Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan

kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi

bila ia berpisah dengan orang- orang yang berperan penting dalam

hidupnya, misalnya orang tua. Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa

yang mungkin terjadi dengan individu yang berpisah dengan anak

itu(misalnya orang tua yang akan meninggal,atau tidak kembali karena

suatu alasan. Atau apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpsahan(

ia akan diculik,disakiti, atau dibunug). Karena alasan tersebut anak itu

enggan untuk dipisahkan dengan orang lain, dan mungkin karena itulah ia

tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh

kesayangannya atau tidakmampu meninggalkan rumah tanpa disertai

orang lain (Semium, 2006).

Selain masalah itu, gangguan rasa kecemasan akan perpisahan dapat

menggangu dan memperlambat perkembangan sosial anak karena ia tidak

mengembangkan independensi atau belajar bergaul dengan teman-teman

sebayanya. Selanjutnya bila anak dipisahkan (ditinggalkan) ia tidak dapat

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

19

berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa

yang akan terjadi dengan dirinya atau terhadap orang- orang yang berpisah

dengannya. Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini mungkin

mengalami penderitaan berlebihan berulang tentang perpisahan dari rumah

atau orang tua. Ketika terlepas dari figur kelekatan, mereka sering perlu

tahu di mana orangtua mereka dan perlu untuk tetap berhubungan atau

melihat mereka. Beberapa saat menjadi sangat rindu ketika jauh dari

rumah (Jeffery, 2003).

7. Diagnosa Gangguan Kecemasan Perpisahan

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan kecemasan

perpisahan.

a. Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang berfokus

pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang terdekat yang

dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda, Kriteria ini adalah tanda-tanda dan

gejala yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association (APA).

dibawah ini :

1. Tekanan/distress berlebihan yang berulang ketika terpisah dari

rumah atau seorang yang menjadi atau diharapkan sebagai

sosok/orang yang penting.

2. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang

kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa seseorang

yang penting

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

20

3. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap suatu

peristiwa yang tak diinginkan yang akan menyebabkan perpisahan

dari seseorang yang penting/berharga (seperti tersesat atau diculik)

4. Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau

di tempat lain karena takut akan perpisahan.

5. Ketakutan berlebihan terus menerus atau keengganan untuk

sendirian atau tanpa seseorang yang penting di rumah atau tanpa

orang dewasa yang berarti dalam lingkungan sekitarnya

6. Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk tidur tanpa

dekat dengan orang yang penting atau tidur jauh dari rumah.

7. Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan

8. Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala, sakit

perut, mual atau muntah) saat berpisah dari seseorang yang

diharapkan menjadi orang yang penting/berharga.

b. Lamanya gangguan minimal 4 minggu.

c. Onset sebelum usia 18 tahun.

d. Gangguan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau penurunan

sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari bidang-bidang penting

lainnya.

e. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan oleh

gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia, atau

gangguan psikotik lainnya dan, pada remaja dan orang dewasa, lebih

baik tidak dicatat untuk Panic Disorder dengan agoraphobia.

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

21

8. Kecemasan dan Motivasi

Setiap individu tidak terlepas dari cemas. Kecemasan tersebut dapat

bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami

kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya, seperti

kecemasan terhadap pelajaran tertentu, kecemasan akan mengalami

kegagalan dalam belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu, kecemasan dapat

meningkatkan motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan

tersebut melampaui batas atau kemampuan individu untuk mengelolanya

maka kecemasan melemahkan motivasi dan menurunkan kinerja.

Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh pada motivasi, karena

individu yang mengalami kecemasan akan mengalami hambatan dalam

menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan yang telah ditetakan.

Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari perilaku

yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan, serba

salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan kegiatan

dengan motivasi yang tinggi.

Sebagian individu memiliki kecenderungan untuk menjadi cemas,

bahkan pada hal- hal yang tidak perlu dicemaskan mereka merasa cemas,

keadaan ini disebut dengan trait anxiety. Pada tahap selanjutnya, trait

anxiety, akan mempengaruhi pencapaian prestasi, diantaranya pencapaian

hasil belajar. Penelitian yang dilakukan para psikologis menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan

kecemasan. Kecemasan yang dapat dikelola dengan baik dapat

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

22

meningkatkan prestasi individu. Pengelolaan kecemasan ini dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

Bagan 2.2 Model Pengelolaan Kecemasan Menjadi Motivasi

a. Menguraikan tujuan yang akan dicapai pada tingkat yang realistic,

artinya tujuan yang telah ditetapkan dipecah-pecah kedalam

bagian—bagian kecil yang lebih sederhana dan dapat dicapai secara

bertahap.

b. Memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai. Hal ini karena

perhatian merupakan prerequisite dalam melakukan segala bentuk

kegiatan. Individu yang kurang data memusatkan perhatiannya akan

mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

c. Memahami berbagai informasi yang diperlukan dengan cermat.

Pemahaman terhadap informasi tersebut dapat dijadikan alat unyuk

Kecemasan

Harapan/tujuan

Motivasi

tindakan Analisis

hasil

Konsekuensi :

Puas

Kurang puas

Tidak puas

Kemampuan individu :

Pengetahuan

Ketrampilan

Pengelolaan

emosi

Pemusatan perhatian :

Informasi

Proses dan

prosedur

Tindakan

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

23

mrngelola kecemasan dan mengubah menjadi motivasi

(Jamaris,2013).

B. MOTIVASI

1. Pengertian

Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman,

2012).

Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energy

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ―feeling‖ dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya ujian. Motivasi juga

dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,

dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2012).

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa

keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

24

lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik

(Uno,2007).

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar.

Didalam motivasi belajar 3 komponen utama yaitu : 1) kebutuhan, 2)

dorongan, dan 3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa

ada ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang

diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan

kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang

berorientasi pada tujuan tersebut merupakn motivasi. Menurut Hull,

dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan

organisme, yang menjadi penggerak utama perilaku belajar yang juga

dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal belajar (Djiwandono,

2009).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Suciati dan prasetya (2001), beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Cita- cita dan Aspirasi

Cita- cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah

semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam

belajar. Cita- cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik

maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan

mewujudkan aktualisasi diri. Cita- cita yang bersumber dari

dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

25

melakukan upaya lebih bnyak, yang akan diindikasikan dengan

:

1) Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas,

2) Kreativitas yang tinggi

3) Berkeinginan untuk memperbaiki kegagalan yang

pernah dialami

4) Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan

bekerjasama

5) Berusaha menguasai seluruh mata pelajaran dan

6) Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting

b) Kemampuan peserta didik

Kemampuan peserta didik mempengaruhi motivasi belajar.

Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang

berkaitan dengan intelektual dan intelegensi. Kemampuan

psikomotor juga akan memperkuat motivasi.

c) Kondisi peserta didik

Keadaan peserta didik secra jasmaniah dan rohaniah akan

memengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmaniah dan

rohaniah yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian dan

gairah dalam belajar.

d) Kondisi lingkungan belajar

Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam,

lingkungan tempat tinggal, pergaulan kemasyarakatan, dan

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

26

lingkungan institusi penyelenggaraan pendidikan. Kondisi

lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk

diperhatikan. Lingkungan yang kondisif juga turut

mempengaruhi minat dan kemauan belajar seseorang.

e) Unsur- unsur dinamis dalam pembelajaran

Peserta didik memiliki perasaan (emosi,kecemasan), perhatian,

ingatan, kemauan, dan pengalam hidup yang turut

mempengaruhi minat dan motivasi dalam belajar baik langsung

maupun tidak langsung.

f) Upaya pengajar dan membelajarkan peserta didik

Pengajar merupakan salah satu stimulus yang sangat besar

pengaruhnya dalam memotivasi peserta didik untuk belajar.

Kemampuan merancang bahan ajar dan perilaku merupakan

bagian dari upaya pembelajaran.

4. Indikator Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, jika siswa tekun

mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan

secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak

pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa mampu

mempertahankan pendapatnya. Seorang siswa dikatakan memiliki

motovasi jika memili ciri motivasi sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menerus

dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum

selesai.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

27

2) Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa. Tidak

melakukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik

mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah

dicapainya).

3) Menunjukkan minat.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas – tugas rutin, hal- hal yang bersifat

mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang

kreatif.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya ( jika sudah yakin

akan sesuatu)

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal

(Sardiman, 2012).

C. REMAJA

1. Pengertian

Remaja didefinisakan sebagai masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007)

adalah 12-24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah

menikah, maka ia tergolong dalam dewasa bukan remaja. Sebaliknya

jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang

tua (tidak mandiri) maka tetap dimasukkan kedalam kelompok remaja.

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara

fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

28

fisik,erilaku,kognitif,emosi dan biologis. Remaja/adolense adalah

periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan

diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa biasanya, antara usia 13-

21 tahun (Potter, 2005 & Ferry, 2009).

Istilah adolense menunjukkan maturasi psikologi individu, dimana

saat pubertas mengakibatkan perubahan penampilan dan

perkembangan mental yang memunculkan suatu kemampuan untuk

berhipotesis dan hidup dengan abstraksi, penyesuaian dan adaptasi

yang dibutuhkan untuk koping perubahan stimulasi ini dan usaha

untuk membentuk peranan Identintitas yang matur (Potter, 2005).

2. Perkembangan Remaja

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber,

yaitu umur kurang lebih antara 12- 14 tahun. Masa puber atau

permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan

intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja

adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan

berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira- kira umur

24 tahun sampai 16 tahun. Remaja akhir yang kira- kira berumur 18

tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai

bertanggung jawab, membuat pilihan dan berkesempatan untuk

mulai menjadi dewasa.

Perkembangan Remaja (12- 18atau 30) menurut Nasir, 2011

a. Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis

b. Mencoba nilai- nilai yang berlaku

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

29

c. Pertambahan maksimal pada tinggi dan berat badan

d. Stress meningkat terutama saat jadi konflik

e. Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk

f. Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah0 ubah

(emosi labil), serta kesukaan seksual mulai terliahta

g. Menyesuaikan diri dengan standar kelompok

h. Anak laki- laki lebih menyukai olahraga, anak perempuan

suka berbicara tentang pakaian atau make up

i. Hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah,

anak mulai melepaskan diri dari orang tua

j. Takut ditolak teman sebaya

k. Pada akhir remaja, mencapai maturasi fisik, mengejar karier,

identitas seksual terbentuk, nyaman dengan diri sendiri,

sekelompok sebaya kurang begitu penting, emosi lebih

terkontrol, serta membentuk hubungan yang menetap.

Tabel : 2.1 Pola pertumbuhan dan perkembangan selama remaja

(Nasir, 2008).

Petumbuhan a. Laju pertumbuhan terjadi dengan

cepat

b. Puncak kecepatan pertumbuhan

karakteristik seks sekunder muncul

Hubungan

dengan orang

tua

a. Mendefinisakn batasan kemandirian

ketergantungan

b. Tidak ada konflik besar yang terjadi

dibawah control orang tua

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

30

c. Keinginan kuat untuk tetap

bergantung pada orang tua sementara

mencoba untuk berpisah dari orang tua

Kognitif

a. Mengeksplorasi kemampuan yang

baru ditemukan tentang pikiran

abstrak yang terbatas

b. Mencari- cari dengan canggung nilai-

nilai dan energy yang baru

c. Membandingkan ―normalitas‖ dengan

teman sebaya yang sejenis.

Identitas a. Merasa senang dengan perubahan

tubuh yang cepat

b. Menguji coba berbagai peran

c. Pengukuran daya tarik berdasarkan

penerimaan atau penolakan teman

sebaya

d. Penyesuaian dengan norma- norma

kelompok

Hubungan

dengan

teman sebaya

a. Mencari kelompok sebaya untuk

menghadapi ketidaksetabilan yang

disebabkan oleh perubahan yang cepat

b. Meningkatnya kedekatan persahabatan

yang ideal dengan anggota lain yang

sejenis

c. Berebut kekuasan terjadi didalam

kelompok teman remaja

Seksualitas a. Mengeksplorasi dan mengevaluasi

dirinya

b. Kencan terbatas biasanya kelompok

keintiman terbatas.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

31

3. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena

banyak factor yang mempengaruhinya, baik factor yang dapat diubah/

dimodifikasi yaitu factor keturunan, maupun factor yang tidak dapat

diubah atau dimodifikasi yaitu factor lingkungan. Beberapa factor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

sebagai berikut :

1. Factor keturunan/ Herediter

a. Seks, kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada

seorang anak wanita berbeda dengan laki- laki.

b. Ras, anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih

besar disbanding anak Asia.

2. Keluarga

Peoses dalam keluarga yang dapat memengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anggota keluarga meliputi hal- hal berikut :

a. Nilai, kepercayaan, adat istiadat dan pola interaksi dan

komunikasi

b. Fungsi, bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi

dan social, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia,

serta membantu mempelajari peran dan perilaku.

3. Kelompok teman sebaya

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

32

a. Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan

struktur yang berbeda pula dalam interaksi dan komunikasi

sehingga memerlukan gaya perilaku yang berbeda.

b. Fungsi, belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi

serta menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan

penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik

yang merupakan bagian dari keluarga, serta untuk mencapai

tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan

harapan.

4. Pengalaman hidup

Pengalaman hidup dan proses pembelajaran di mana

membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasi apa

yang telah dipelajari melalui tahapan proses pembelajaran,

antara lain sebagai berikut :

a. Mengenal kebutuhan

b. Penguasaan keterampilan

c. Menjalankan tugas

d. Integrasi ke dalam seluruh fungsi

5. Factor lingkungan

a. Lingkungan eksternal. Termasuk di dalamnya kebudayaan,

status social ekonomi keluarga, nutrisi, penyimpangan

keadaan sehat, olahraga, urutan anak dalam keluarga,

musim, iklim, dan kehidupan sehari- hari.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

33

b. Lingkungan internal, terdiriatas elemen berikut ini :

1. Intelegensi. Pada umumnya anak yang mempunyai

integensi tinggi, mempunyai perkembangan lebih

baik.

2. Hormon. Ada tiga hormon yang memengaruhi

pertumbuhan anak, yaitu sebagai berikut :

a) Somatotropin, hormon yang memngaruhi

jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada

masa pertumbuhan. Berkurangnya hormone ini

dapat menyebabkan gigantisme.

b) Hormon tiroid, memengaruhi pertumbuhan

tulang. Berkurangnya hormon ini dapat

menyebabkan kreatinisme.

c) Hormon gonadotropin, merangsang testosterone

dan merangsang perkembangan seks laki- laki,

juga memproduksi spermatozoid. Sementara itu,

estrogen merangsang perkembangan seks

sekunder wanita dan produksi sel telur.

Kekurangan hormon gonadotropin dapat

menyebabkan terhambatnya perkembangan

seks.

c. Emosi, Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti

dengan ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan

member pengaruh terhadap perkembangan emosi, social

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

34

dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga

akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila

keinginan anak tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap

perkembangan tertentu dapat memberi pengaruhi terhadap

tahap perkembangan selanjutnya.

6. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan

Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan

anak, dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Dengan

begitu, diharapkan anak dapat terkontrol perkembangannya,

dan jika ada masalah dapat segera terdeteksi sedini mungkin

serta dapat dipecahkan dan dicari jalan keluarnya dengan cepat.

7. Pola pertumbuhan dan perkembangan

Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus

menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua

kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam

perkembangan anak ini sudah ditetapkan, tetapi setiap orang

mempunyai keunikan secar individual.

8. Kesehatan

a. Tingkat kesehatan, yaitu respons individu terhadap

lingkungan dan orang lain pada individu.

b. Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) memengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin)

c. Nutrisi adekuat

d. Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olahraga

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

35

e. Kondisi sakit, yaitu ketidakmampuan untuk melaksanakan

tugas- tugas perkembangan di mana tumbuh kembang yang

dilalui manusia menjadi terganggu.

D. PESANTREN

1. Pengertian

Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga

pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan

Islam,dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya

yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang pada

umumnya menetap di pesantren. Tempat para santri menginap, di

lingkungan pesantren disebut dengan istilah pondok dari sinilah timbul

istilah pondok pesantren.

2. Jenis Pesantren

Menurut Bahri Ghozali (di dalam Tafsir,2001) pesantren sekarang ini

dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Pondok Pesantren Tradisional

yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajaran

gengan pendekatan tradisional. Pembelajarannya ilmu -ilmu

agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok

dengan kosentrasi dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab.

Penjajakan tidak didasarkan pada satu waktu, tetapi

berdasarkan kitab yang dipelajar.

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

36

b. Pondok Pesantren Modern

pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan

pendidikan dengan pendekatan modern melalui suatu

pendidikan formal, baik madrasah ataupun sekolah, tetapi

dengan klasikal.

c. Pondok Pesantren Komprehensif

pondok pesantren yang sistem pendidikan dan

pengajarannya gabungan antara yang tradisioanal dan yang

modern. Artinya didalamnya ditetapkan pendidikan dan

pengajarannya kitab kuning dengan metode sorogan,

bandongan, wetonan, namun secara regular sistem

persekolahan terus di kembangkan (Tafsir, 2001).

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

37

E. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

Psikoanalitis Biologis

Presipitasi

Ancaman fisik

Respon Terhadap Cemas

F

Makenisme Koping

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Perpisahan

keluarga

Keluarga

Ancaman terhadap sistem Diri :

Penurunan kemampuan untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-

hari

Menarik diri

dari

lingkungan,

menghindari

dari masalah

Konsentrasi

terganggu,

hambatan

berpikir dan

kreativitas

menurun

Gelisah,

Ketakutan

Kehilangan

Interpersonal

Motivasi

menurun

Kognitif

: Perilaku Fisiologi

s Afektif

Sumber : Stuart & Sundeen,2000

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

38

BAB III

KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

Variabel independen adalah tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua.

Variabel dependen adalah motivasi belajar . Sehingga kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1. Skema Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Ha = Ada hubungan antara Tingkat kecemasan terhadap perpisahan

dengan orang tua dengan motivasi belajar pada santri di Pondok

Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.

H0 = Tidak ada hubungan antara Tingkat kecemasan terhadap perpisahan

dengan orang tua dengan motivasi belajar pada santri di Pondok

Pesantren Asshidiqiyah kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.

Kecemasan perpisahan dengan

orang tua

Motivasi belajar

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

39

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Kecemas

an

terhadap

perpisah

an

Kekhawatiran

yang tidak

jelas dan

menyebar,

yang

berkaitan

dengan

perasaan tidak

pasti dan tidak

berdaya saat

harus jauh

dari orang tua.

Menghitung jumlah

skor dari 14

pertanyaan, dengan

menggunakan skala

Likert.

Setiap Pernyataan

diberi penilaian

antara

4 = selalu

3 = sering

2 = kadang- kadang

1= tidak pernah

Kuisioner

B

Tinggi ≥

mean 40

Rendah ≤

mean 40

(Cut of point

mean, median

dan modus

distribusi

normal)

Ordinal

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

40

Motivasi

belajar

Dorongan dari

dalam diri

manusia untuk

bertindak atau

berperilaku

untuk belajar

saat berpisah

dengan orang

tua.

Wawancara. Jumlah

soal 20 skala Likert

4 = Sangat setuju

3 = Setuju

2= Tidak setuju

1= Sangat tidak

setuju

Kuisioner

C

1.Motivasi

tinggi jika

Skor ≥ 60

2.Motivasi

sedang jika

Skor 40-

<60

3.Motivasi

rendah jika

skor < 40

(Azwar,201

2)

Ordinal

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

41

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas

variabel dilingkup penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi

analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Karena pada penelitian

ini akan menggunakan variabel independen dan dependen serta akan diamati

pada periode (waktu) yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juli 2013 di Pondok Pesantren

Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebon Jeruk Propinsi DKI_Jakarta. Alasan pemilihan

lokasi di wilayah Kebun Jeruk adalah karena berdasarkan informasi dari

pengurus pondok pesantren terdapat santri baru yang baru mengalami

pengalaman tinggal dipesantren serta baru pertama berpisah dengan orang tua.

Selain itu Pondok Pesantren Asshidiqiyah, belum pernah dilakukan penelitian

sebelumnya serta pondok pesantren lokasinya dekat dengan tempat tinggal

peneliti.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

42

adalah Santri remaja yang berusia 11-18 tahun yang tinggal di Pondok

Pesantren Asshidiqiyyah Kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2007). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi santri

remaja yang beusia antara 11-18 tahun yang tinggal di pondok pesantren

kurang dari 1 tahun. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

a) Kriteria Inklusi

1) Santri remaja berusia 11 -18 tahun

2) Santri pertama kalinya berpisah dengan orang tua dan tinggal di

pesantren (< 4 bulan)

3) Dapat berkomunikasi dengan baik..

4) Dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia

5) Santri bersedia menjadi responden.

b) Kriteria Eksklusi

1) Santri remaja berusia kurang dari 11 & berusia lebih dari 18 tahun

2) Santri remaja yang sudah pernah tinggal dipesantren sebelumnya

3) Santri yang sudah pernah mengalami perpisahan dengan orang tua.

4) Santri yang tinggal lebih dari 4 bulan

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

43

Besar sampel dihitung berdasarkan Hipotesis beda dua proporsi dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence

Interval dengan (α) sebesar 5%)

= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)

P₁ = 0,66 (proporsi penelitian Tingkat kecemasan pada santri

pondok pesantren (Siregar,2013) => kecemasan sedang)

P2 = 0,19 (proporsi penelitian Tingkat kecemasan pada santri

pondok pesantren (Siregar,2013) => kecemasan rendah)

P = Proporsi total = P1 + P2 ÷ 2

(0,66 + 0,19) ÷2 = 0,42

= [1.96 √2(0,42)(1-0,42)+ 0,84 √0.66(1-0,66)+0,19(1-0,19)]²

(0,66-0,19)²

= [1,96√(0,84)(0,58)+0,84√0,66(0,34)+0,19(0,81)]²

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

44

(0,47)²

= [1,96√0,48+0,84√0,22+0,15]²

0,22

= 1,35+0,84(0,608) ² = 69

0,22

Karena uji dua proporsi, maka hasil akhir dikali 2 sehingga hasilnya

menjadi 69 responden. Untuk menghindari terjadinya drop out diambil

10% = 10% x 69 = 6,9. Sehingga sampel yang dibutuhkan 69+7= 76

responden.

D. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitiandari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel

akan mewakili keseluruhan populasi yang ada ( Hidayat ,2008).

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunkan tehnik total

sampling yang berarti semua populasi menjadi sampel penelitian, dimana

jumlah semua populasi adalah 255 siswa dari kelas VII - IX. Pada tahap awal

peneliti melakukan seleksi dengan cara memberikan kuesioner demografi

setelah terkumpul ternyata yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 73 santri,

dengan demikian 73 santri tersebut diambil semua sebagai sampling, maka

penelitian ini disebut dengan total sampling. Peneliti mengambil semua kelas

untuk tingkat SMP, pada kelas VII terdapat 52 sampel, kelas VIII 20 sampel

dan kelas IX 1 sampel, sehingga jumlah sampel yang didapat pada tiap kelas

dan sesuai dengan criteria inklusi terdapat 73 responden.

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

45

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner atau

angket. Kuesioner diberikan langsung kepada responden. Terdapat 2 jenis

instrumen yaitu :

1. Bagian pertama kuisioner A

Berisi data demografi responden meliputi No.Responden, tanggal

lahir, usia, jenis kelamin dan pilihan pernyataan tentang pengalaman

tinggal dipesantren untuk mengetahui apakah responden sudah memiliki

pengalaman berpisah dengan orang tua atau belum. Kuisioner ini bertujuan

untuk menyeleksi responden untuk mendapatkan responden sesuai dengan

kriteria. Setelah diseleksi kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian

kuisioner penelitian yang diberikan kepada responden yang telah lulus

seleksi.

2. Bagian Kedua Kuisioner B ( Kecemasan Perpisahan )

Berisi tentang kecemasan berpisah dengan orang tua dengan

pedoman pada kombinasi dari kuesioner School Refusal dengan SCARED

(Screen for Child Anxiety Related Disorders) yang telah peniliti

modifikasi bedasarkan dengan teori kecemasan perpisahan, dengan tujuan

untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua

saat memasuki pesantren. Kuesioner ini berjumlah 18 perntanyaan yang

terdiri dari 11 pertanyaan untuk School refusal dan 7 pernyataan dari

SCARED. Masing- masing pertanyaan diberi penilaian 4-1. Pertanyaan

dengan jawaban 4 = selalu, 3 = sering, 2 = kadang- kadang dan 1= tidak

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

46

pernah. Total nilai yang akan diperoleh dengan kecemasan tinggi jika

mean ≥ 40 sedangkan kecemasan rendah jika mean ≤ 40, dimana 40

merupakan cut of point nilai mean, median dan modus. Pembagian

kategori kecemasan ini berdasarkan penelitian Wolflookl & McCuna-

Nicolich dalam Jamaris 2013 yang membagi kecemasan menjadi

kecemasan tinggi dan rendah. Penggunaan mean dalam penelitian ini

karena data kecemasan perpisahan dengan orang tua berdistribusi normal

karena nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,12 . Hal ini sesuai pendapat Dahlan

(2008) bahwa apabila suatu data berdistribusi normal jika nilai p>0.05,

maka menggunakan mean sebagai ukuran pemusatan data dan standar

deviasi (SD) sebagai ukuran penyebarannya. Sedangkan jika data tidak

berdistribusi normal jika nilai p<0.05, maka menggunakan median sebagai

ukuran pemusatan data dan minimum-maksimum sebagai ukuran

penyebarannya.

3. Bagian ketiga Kuisioner C ( Motivasi Belajar )

Berisi tentang pernyataan motivasi belajar setelah berpisah dengan

orang tua indicator sebagai berikut :

Tabel 4.1 Indikator Motivasi Belajar

No Indikator Pernyataan

Jumlah soal Positif Negatif

1 Tekun menghadapi tugas 1 2,3 3

2 Ulet menghadapi kesulitan 4,5 6 3

3 Menunjukkan minat 7 8 2

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

47

4 Lebih senang bekerja mandiri 10 9 2

5 Cepat bosan dengan tugas rutin 11 12 2

6 Dapat mempertahankan

pendapatnya

13 14 2

7 Tidak mudah melepas hal yang

diyakini.

16 15,17 3

8 Senang mencari dan memecahkan

masalah soal

18,19 20 30

Jumlah soal 20

Skala pengukuran motivasi diukur dengan skala Likert yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

tentang fenomena social. Dengan skala Likert, maka variable yang akan

diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item- item instrument yang

dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono, 2012).

Pada pengukuran skala ini memberikan kuesioner berupa

pernyataan dengan jawaban : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju yang dibuat dalam bentuk cheklis ( √ ). Pemberian nilai jika

sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Skor dari

pernyataan motivasi belajar berkisar antara 0-60 yang dibagi dalam 3

kategori yaitu motivasi tinggi jika skor ≥ 60 dari seluruh pernyataan yang

ada, motivasi sedang jika skor 40-<60 dari seluruh pernyataan yang ada,

motivasi rendah jika skor ≤ 40 dari seluruh pernyataan yang ada. Skor

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Azwar, 2012) :

= ⁄ (80 – 20)

= ⁄ (60)

= 10

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

48

= ⁄ (4 + 1) 20

= ⁄ (100) = 50

Tinggi = X ≥ ( + 1,0 ) Sedang = (μ – 1,0 ) ≤ X <( + 1,6 )

= X ≥ ( 50 + 1,0 (10)) = (50- 1,0 (10)) ≤ X <(50+1,0(10)

= X ≥ ( 50+10) = (50- 10) ≤ X < (50+10)

= X ≥ (60) = (40) ≤ X < 60

Skor ≥ 60 Skor 40-<60

Rendah = X< (μ – 1,0 )

= X< (50- 1,0 (10)

= X< 50-10

= X< 40

Skor < 40

dimana:

Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pernyataan (4)

Xmin = skor terendah pada 1 item pernyataan (1)

Imaks = jumlah total skor tertinggi kuesioner motivasi (80)

Imin = jumlah total skor terendah kuesioner motivasi (20)

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan

beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

49

variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung

korelasi antara masing–masing skor item pertanyaan dari tiap variabel

dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi

Product Moment dari Pearson. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih

apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r

tabel (Hidayat, 2008). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan

pada tanggal 16 juli 2013. Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan

rumus korelasi Pearson Product Moment dengan software SPSS pada

komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r tabel = 0,31 dan pada

hasil analisis kuesioner yang menunjukkan bahwa r hitung > r tabel yaitu

berjumlah 19 pertanyaan.

a. Hasil uji validitas kuesioner kecemasan

Jumlah kuesioner pengetahuan sebanyak 19 pertanyaan. Hasil

uji validitas terdapat banyak pertanyaan yang tidak valid.

Untuk kuesioner yang tidak valid kemudian dilakukan validitas

konten oleh dosen pembimbing. Validitas konten adalah

menentukan kevalidan kuesioner berdasarkan kesesuaian isi

pernyataan dengan lingkup penelitian yang dilakukan. Dari 19

pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan yang tidak valid dan 1

pertanyaan di eliminasi/dibuang. Jadi, total pertanyaan untuk

variabel kecemasan berjumlah 18 pertanyaan.

b. Hasil uji validitan kuesioner motivasi belajar

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

50

Jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan. Dari 20 pertanyaan

tersebut terdapat 11 pertanyaan yang valid. Sehingga

pertanyaan yang tidak valid berjumlah 9 pertanyaan. Sama

dengan kuesioner variabel kecemasan, untuk pertanyaan yang

tidak valid pada kuesioner ini dilakukan validitas konten.

Hasilnya pertanyaan tidak ada yang dibuang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas

menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >

0,70 (Hidayat, 2008). Uji reliabilitas ini akan dilakukan di Pondok

Pesantren Al-Hasanah, Pamulang timur sebanyak 30 santri yang sesuai

dengan kriteria.

Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari variabel

kecemasan sebesar 0,652 dan setelah dilakukan validitas konten

didapatkan nilai 0,683. Sedangkan nilai Alpha Cronbach pada variabel

motivasi belajar sebesar 0,727 dan setelah dilakukan validitas konten

didaatkan nilai 0,793. Dari kedua hasil uji reliabel tersebut dapat

dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel.

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

51

G. Metode Pengumpulan Data

Proses – proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui

beberapa tahap yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan surat izin dari Pengurus pondok pesantren.

b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan

dan manfaat penelitian.

c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani

oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

e. Memberikan kuesioner demografi untuk penyeleksian sampel dengan

tujuan untuk mendapatkan criteria yang telah ditentukan.

f. Melakukan penyeleksian dari kuesioner demografi

g. Memberikan kuesioner penelitian

h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti

apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

52

i. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

j. Menganalisi kuisioner penyeleksian dan menentukan sampel yang termasuk

dalam kriteria

k. Setelah dilakukan penyeleksian dan menentukan sampel yang lulus peneliti

meberikan kuisioner penelitian

l. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti

apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

m. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti

untuk diperiksa.

H. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

Software statistik. Teknik pengolahan data yang terdiri dari :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (cide

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

53

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontingensi.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji

hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian meliputi analisa univariat dan

bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu

menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai

variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan kecemasan

perpisahan dengan orang tua. Sedangkan variabel dependen yaitu motivasi

belajar.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen dan independen. Tehnik analisa yang dilakukan yaitu

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

54

uji korelasi Spearman Rank (Rho), uji ini digunakan untuk mengukur

tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal

dengan membandingkan nilai p < α (0,05) maka ada hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dengan independen. Sebaliknya jika p

> α (0,05) maka tidak ada hubungan yang bermakna anatara variabel

dependen dan independen.

J. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

55

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan

mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum

menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian. Peneliti akan menjamin kerahasian

identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka

data tersebut akan dimusnahkan.

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

56

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang beralamat di Jl. Panjang No. 6C Kedoya

Utara, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11520 DKI Jakarta didirikan pada bulan Rabi'ul Awal

1406 H (1 Juli 1985 M). Pondok Pesantren Asshiddiqiyah pertama kali didirikan oleh Dr.

KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Putra dari salah satu kyai besar Jawa Timur yang

berasal dari Banyuwangi, yaitu KH. Iskandar. Di atas tanah yang diwaqafkan oleh H.

Abdul Ghoni Dja'ani, putra dari KH. Abdul Shiddiq di kawasan Kelurahan Kedoya

Selatan, Kebon Jeruk yang saat itu dipenuhi rawa dan sawah. Pondok Pesantren

Asshiddiqiyah diasuh oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ.

Unit kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren

Asshiddiqiyah Pusat:

1. SMP Islam Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah

2. Madrasah Aliyah Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah

3. Ma'had Aitam Saa'idusshiddiqiyah (Tahfidzul Qur'an)

4. Ma'had 'Aly Saa'idusshiddiqiyah (Sekolah Tinggi Agama Islam, setara

Strata 1)

Ada pun jumlah siswa untuk tingkat SMP tahun 2012/2013 adalah 112 siswa. Visi

dari SMP islam Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah adalah “Sebagai lembaga yang mampu

membentuk dan menyiapkan kader dan ulama ahlussunnah wal jama’ah berwawasan

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

57

global, mampu mentransformasikan ilmunya ke dalam bahasa masyarakat universal

dengan perilaku akhlak karimah”. Misi dari SMP islam Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah”

Menyelenggarakan pendidikan berbasis agam islam, teknologi modern, dan ekonomi

kerakyatan. Mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi, sehingga mampu

membentuk siswa/siswi yang memiliki keilmuan yang berimbang antara konsepsi ke-

agamaan dan sains modern,mampu mengkomunikasikan ilmunya kedalam bahasa

masyarakat global, mampu mengaplikasikan ilmunya dengan prilaku akhlak mulia.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel penelitian

berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman tinggal di pesantren sebelumnya dan

pengalaman berpisah dengan orang tua sebelum masuk pesantren. Berikut adalah

kategori responden penelitian, antara lain:

Usia Frekuensi Presentase

11

12

13

14

4

46

20

1

8,2

63,0

27,4

1,4

Total 73 100,

Jenis Kelamin

1 = Laki-Laki

2 = Perempuan

Frekuensi

41

32

Presentase

56,2

43,8

Total 73 100,0

Tabel 5.1

Distribusi Usia Remaja dan Jenis Kelamin

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

58

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia dan jenis

kelamin. Umur anak yang dipilih untuk menjadi responden pada penelitian ini adalah

usia 11 – 18 tahun yang berjumlah 73 responden. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur. Umur 12 tahun memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 46

responden (63,0%). Untuk karakteristik Distribusi frekuensi responden berdasarkan

jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 41

responden (56,2%).

C. Analisa Univariat

Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa tingkat

kecemasan perpisahan dengan orang tua dan variabel dependen yaitu motivasi belajar

yang masing-masing akan digambarkan secara berurut.

1. Kecemasan Perpisahan dengan Orang tua

Pada penelitian ini, nilai kecemasan perpisahan dengan orang tua dinilai dari

kuesioner yang dijawab oleh responden. Adapun tingkat kecemasan perpisahan

dengan orang tua untuk remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk

Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan orang tua

Perilaku Kecemasan Frekuensi Presentase (%)

Rendah

Tinggi

41

32

56,2

43,8

Total 73 100,0

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

59

Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan perpisahan

dengan orang tua pada remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk

Jakarta didapatkan bahwa mayoritas memiliki kecemasan rendah sebanyak 41

responden (56,2%).

2. Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, penilaian motivasi belajar pada remaja di Pondok Pesantren

Assshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta diperoleh berdasarkan jumlah kuesioner

motivasi yang disi oleh responden. Analisa univariat pada variabel motivasi belajar

pada remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan orang tua pada remaja

di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun jeruk Jakarta

Motivasi belajar Frekuensi Presentasi (%)

Rendah

Sedang

Tinggi

4

34

35

5,5

46,6

47,9

Total 73 100,0

Analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan Motivasi belajar pada remaja

di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun jeruk Jakarta di dapatkan bahwa mayoritas

responden memiliki motivasi tinggi sebanyak 35 responden (47,9 %).

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

60

D. Analisa Bivariat

Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji hubungan antara

variabel independen dengan dependen. Variabel independen berupa tingkat kecemasan

perpisahan dengan orang tua dan variabel dependen yaitu motivasi belajar.

Tabel 5.4 Hubungan antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap

Analisis hubungan antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap

motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara

Kebun Jeruk Jakarta ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapat

koefisien korelasi (r) antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi

belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk

Jakarta (r) -.271 dengan tingkat signifikan (p) 0,02. Hal ini menggambarkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua

terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya

Utara Kebun Jeruk Jakarta dimana semakin tinggi kecemasan perpisahan dengan orang

tua maka semakin rendah motivasi belajar pada santri remaja.

Kecemasan

Motivasi belajar

Total Nilai

r P Rendah

Sedang Tinggi

N % N % N % N %

-.271 0,02 Rendah 2 4,9 15 36,6 24 58,5 41 100

Tinggi 2 6,2 19 59,4 11 34,4 32 100

Total 4 5,5 34 46,6 35 47,9 73 100

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

61

Dalam hal ini kecemasan perpisahan dengan orang tua pada santri remaja

memiliki hubungan atau korelasi yang lemah (r=-.271) dengan motivasi belajar karena

nilai kekuatan korelasinya (r) antara 0,20-0,399 (Dahlan, 2010).

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

62

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan

untuk mengidentifikasi dan menghubungkan antara kecemasan perpisahan dengan

orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren

Asshiddiqiyah . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di Pondok

Pesantren Asshiddiqiyah untuk tingkat SMP dengan pengumpulan data menggunakan

kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada 73 responden. Berikut uraian

pembahasan serta keterbatasan penelitian dari hasil penelitian yaitu analisis univariat

dan analisis bivariat.

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Karakteristik resoponden berdasarkan usia reponden sebagian besar

berusia 12 tahun yaitu masing-masing sebesar 46 responden (63,0%). Hal ini

disebabkan karena mayoritas responden berada pada kelas VII tingkat SMP

yang belum memiliki pengalaman tinggal dipesantren dan berpisah dengan

orang tua. Mayoritas santri yang memulai sekolah di pondok pesantren kelas

VII dimana pada usia ini santri berada pada remaja awal dengan yang usianya

12- 15 tahun (Desmita, 2010).

Pada usia 12- 18 tahun Adolescence mengalami perubahan pola

pertumbuhan dan perkembangan, dimana hubungan dengan orang tua mulai

mengalami perubahan yaitu mendefinisikan batasan kemandirian dan

ketergantungan, keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

63

sementara mencoba untuk berpisah dari orang tua (Nasir, 2008). Pada anak

remaja berusia 13- 14 tahun merupakan masa peralihan anatara masa anak-

anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan

rasa tidak tenang pada diri remaja yang akan meningkatkan kecemasan,

sehingga saat remaja pada usia tersebut masih mengalami kecemasan saat

harus berpisah dengan orang tua (Hurlock, 2004).

2. Gambaran Kecemasan perpisahan dengan orang tua

Kecemasan perpisahan dengan orang tua merupakan kekhawatiran

yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah

dengan orang- orang yang berperan penting dalam hidupnya, misalnya orang

tua (Semium,2009). Pada usia 12- 18 tahun Adolescence mengalami

perubahan, dimana hubungan dengan orang tua mulai mengalami perubahan

yaitu mendefinisikan batasan kemandirian dan ketergantungan, keinginan kuat

untuk tetap bergantung pada orang tua sementara mencoba untuk berpisah dari

orang tua, sehingga mulai ada batas antara anak dengan orang tua yang

terkadang anak masih membutuhkan pertolongan orang tua atau anak belum

mampu sepenuhnya untuk mandiri (Nasir, 2008).

Pada tahap hubungan dengan teman sebaya remaja usia 12- 18 tahun

mereka mulai mencari kelompok sebaya dan meningkatkan kedekatan

persahabatan yang ideal dengan anggota lain yang sejenis sehingga remaja

lebih mudah untuk beradaptasi saat mereka berpisah dengan orang tua

(Nasir,2008). Pada penelitian ini yaitu didapatkan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa sebagian santri remaja mengalami kecemasan rendah

yaitu 41 responden (56,2%) dan kecemasan tinggi 32 responden (43,8%).

Angka ini menunjukkan bahwa remaja usia 12- 18 tahun mengalami

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

64

kecemasan rendah dimana jarak nilai antara kecemasan rendah dan tinggi

tidak terlalu jauh. Hal tersebut bisa diartikan bahwa adolescence mampu

beradaptasi dengan perubahan lingkungan saat mereka jauh dari orang tua

yaitu dengan mulai bergaul dengan teman sebaya untuk menghadapi

ketidakstabilan yang disebabkan oleh perubahan cepat. (Nasir, 2008).

Kecemasan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan dapat

juga dialami oleh remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Menurut Ady

(2012) sebanyak 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental, paling

banyak depresi dan gangguan kecemasan. Di pondok pesantren, kegiatan

pembelajaran sama halnya dengan sekolah- sekolah umumnya, namun di

pondok pesantren lebih fokus pada kegiatan keagamaan seperti sekolah

diniyah, hafalan Al-Quran, hadist- hadist, bahasa arab, dan giliran untuk

pidato atau dalam istilah pesantren dikenal dengan khitobah di depan kelas.

Namun tidak jarang beberapa dari kegiatan tersebut dapat membuat santri

mengalami kecemasan.

Kecemasan juga sering dialami pada murid pondok pesantren yang

dikenal dengan sebutan santri. Mayoritas santri memulai sekolah di pondok

pesantren kelas VII ini merupakan santri usianya sama dengan SMP dikelas

VII dimana pada usia ini berada pada remaja awal dengan usia 12- 15 tahun

(Desmita,2010). Kebanyakan santri yang bersekolah di pondok pesantren atas

permintaan kedua orang tua dengan harapan anak- anak meraka mau

mengikuti dan menuruti agar menjadi anak muslim yang berintelektual, selain

itu, oleh faktor keterbatasan para orang tua dalam mendidik agama pada anak-

anak mereka sehingga orang tua menyekolahkan anak nya di lembaga

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

65

pendidikan pesantren. Tak jarang anak- anak pun merasa cemas saat harus

berpisah dengan orang tua dan beradaptasi dengan lingkungan pesantren.

Di Pondok pesantren, santri dituntut untuk bisa aktif dan berani, seperti

bertanya pada ustad dan ustadzah, mendapat giliran untuk ceramah dan tes

ujian penghafalan beberapa ayat Al-Quran, hadist- hadist serta doa- doa

didepan kelas. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kegiatan santri di dalam

kelas. Namun pada kenyataannya, tidak jarang santri merasa cemas, baik pada

saat bertanya pada ustad atau ustadzah maupun ketika mendapat giliran untuk

ceramah dan pada saat tes menghafal di depan kelas. Kecemasan sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dari waktu ke waktu seperti

saat ujian, pertandingan olahraga, pertemuan dengan orang penting dan

kekhawatiran akan hubungan baru (Halgin & Whibourne, 2010). Namun

kecemasan sering dialami oleh anak dan remaja usia sekolah dengan tingkat

pravelensi berkisar 4% menjadi 25% (Deb, Chatterjee & Walshi, 2010). Tidak

menutup kemungkinan, kecemasan dapat dialami oleh individu-individu yang

berada dalam ruang lingkup pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren.

3. Gambaran Motivasi Belajar

Hasil dari penelitian ini menunjukkan santri yang tinggal dipsantren

memiliki motivasi yang tinggi yaitu 35 responden (47,9%) sedangkan santri

remaja yang mengalangi motivasi rendah adalah 4 responden (5,5%) dan

motivasi sedang 34 responden (46,6%). Motivasi belajar dapat timbul karena

faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan

harapan akan cita- cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang

menarik (Uno,2007). Kondisi lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

66

motivasi belajar seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan

kemasyarakatan dan lingkungan isntitusi penyelenggaraan pendidikan.

Kondisi lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk

diperhatikan. Perubahan lingkungan tempat tinggal seperti dipesantren dengan

jadwal belajar yang sudah terjadwal dan pergaulan kemasyarakatan kepada

teman sebaya juga dapat mempengaruhi motivasi belajar (Suciati, 2001).

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan

ruangan, dan jumlah murid per kelas (Dalyono, 2010)

Rendah dan tinggi nya motivasi belajar santri dapat dipengaruhi oleh

berbagai hal salah satunya adalah lingkungan sosial di pesantren tempat santri

belajar. Lingkungan sosial ialah semua orang/manusia yang mempengaruhi

kita. Pengaruh langsung seperti dalam pergaluan sehari-hari, seperti keluarga

(perpisahan dengan orang tua), teman-teman, kawan sekolah, kegiatan dan

sebagainya(Dalyono, 2010).

Pada penelitian yuliani (2013) diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara lingkungan sosial pesantren dengan motivasi belajar

santri di pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah. Semakin baik keadaan

lingkungan sosial pesantren akan mengakibatkan semakin tinggi motivasi

santri untuk belajar. Sebaliknya kondisi lingkungan sosial yang kurang baik

akan mengakibatkan rendahnya motivasi santri untuk belajar

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan

Page 86: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

67

kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat menghasilkan prestasi

yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat

pencpaian prestasi belajar (Sardiman, 2012).

B. Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearmen

rank karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan

perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta. Hasil uji

spearmen pada penelitian ini didapat koefisien korelasi (r) antara kecemasan

perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di

Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta (r) -2,71

dengan tingkat signifikan (p) 0,02. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi

belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara

Kebun Jeruk Jakarta. Dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti bahwa

semakin tinggi kecemasan maka semakin rendah motivasi belajar.

Hal ini sependapat dengan pendapat Kirklan ( dalam Slameto, 2010) yang

menyebutkan bahwa tingkat kecemasan yang sedang biasanya mendorong belajar,

sedang tingkat kecemasan tinggi mengganggu belajar dan Elliot (1996) yang

menyebutkan bahwa pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah dan sedang

berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, salah satunya dapat

meningkatkan motivasi sedangkan kecemasan siswa pada taraf yang tinggi dapat

mengganggu dan memperburuk perilaku belajar siswa. Wolfoolk & McCuna-

Nicolich, 1984 (dalam Jamaris, 2013) bahwa siswa yang memiliki kecemasan

Page 87: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

68

tinggi menunjukkan hasil belajar yang rendah dibandingkan siswa yang

mengalami kecemasan rendah. Sebalik nya penelitian lain menunjukkan bahwa

kecemasan dapat meningkatkan hasil belajar, ini sesuai dengan penelitian Yanti

(2013) bahwa semakin tinggi kecemasan maka semakin tinggi motivasi. Dari

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat meningkatkan

motivasi dan melemahkan motivasi. Kecemasan yang dapat dikelola dengan baik

dapat meningkatkan prestasi individu (Jamaris, 2013).

Dampak dari kecemasan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif.

Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara- cara yang rasional,

maka ego akan mengandalkan cara- cara yang tidak realistis (Freud dalam Ki

Fudyartanta, 2012). Namun apabila siswa telah berhasil mengantisipasi dan

mengatasi gejala- gejala kecemasan, maka perasaan ini akan menjadi sumber

motivator, bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita

untuk berbuat sesuatu(Corey, 2010). Pada tingkat yang rendah, kecemasan dapat

membantu individu untuk bersiaga dan waspada dalam mengambil langkah untuk

mencegah adanya bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya yang akan

datang. Kecemasan sampai tingkat tertentu atau pada tingkat sedang dapat

mendorong meningkatnya performa pada diri individu. Misalnya cemas mendapat

tugas untuk menghafal beberapa ayat Al-Quran sehingga santri tersebut berusaha

keras dalam menghafal dan mempersiapkan diri sebelum akan disetor pada ustad

atau ustadzah serta tugas-tugas lain yang diberikan. Namun apabila kecemasan

yang dialami individu sangat tinggi, justru akan sangat mengganggu keefektifan

individu (Fausiah & Widuri, 2008). Kecemasan penting untuk meningkatkan

motivasi dalam meraih suatu tujuan, karena kecemasan bukan merupakan sesuatu

yang patologis, kecemasan bisa menjadi motivasional yang kuat.

Page 88: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

69

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,

antara lain sebagai berikut :

1. Saat pembagian kuesioner peneliti tidak dapat membacakan kuesioner

kecemasan kepada para responden, dikarenakan sekolah sedang mengejar

mata pelajaran agar selesai tepat waktu karena akan mulai liburan puasa.

Sehingga kuesioner dititipkan dan dibacakan oleh wakil kepala sekolah.

2. Pada kedua instrumen penelitian kecemasan dalam penelitian ini didapatkan

dari penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti sehingga tidak

memiliki standar yang baku baik secara nasional ataupun internasional.

Intrumen ini juga masih banyak item yang tidak valid sehingga diperlukan

perbaikan dalam pembuatan kuesioner tersebut.

3. Ketidak sesuaian penelitian dengan jadwal sekolah tempat penelitian,

dikarenakan pihak sekolah sedang sibuk untuk menyelesaikan materi sebelum

libur puasa, sehingga penelitian yang dilakukan cukup mengganggu kegiatan

proses belajar di pesantren.

Page 89: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

71

BAB VII

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di

Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada santri remaja usia 11 -14 tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

Kebun Jeruk Jakarta sebagian besar mengalami kecemasan rendah

sebanyak 41 responden (56,2%).

2. Pada santri remaja usia 11 -14 tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

Kebun Jeruk Jakarta sebagian besar mengalami motivasi tinggi sebanyak

35 responden (47,9%).

3. Ada hubungan bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua

terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren

Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta dengan nilai p value =

0,02 serta memiliki hubungan negatif dengan nilai r sebesar -0,27 dalam

arti bahwa semakin tinggi kecemasan maka semakin rendah motivasi

belajar pada santri remaja di Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya

Utara Kebun Jeruk Jakarta.

Page 90: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

72

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini bisa dijadikan data untuk memberi landasan bahwa adanya

masalah gangguan adaptasi pada santri baru sehingga profesi keperawatab bisa

memberikan intervensi dalam mengatasi kecemasan yang ditumbulkan seperti

kurangnya motivasi belajar.

2. Bagi pondok pesantren

Merancang metode pembelajaran yang dapat mengurangi kecemasan pada

santri baru dengan menyediakan bimbingan konseling.

3. Bagi santri

Mengelola kecemasan yang dialami dengan baik saat berpisah dengan orang

tua agar motivasi belajar tetap ada dan meningkat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Lebih spesifik lagi dalam memilih responden, misalnya responden yang

terpaksa tinggal dipesantren agar terlihat kecemasan mereka saat memasuki

pesantren dan berpisah dengan orang tua.

Page 91: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, M. Afif. Kecemasan antara siswa SMP dan Santri Pondok Pesantren.

2013. Vol.1. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1578.

diakses pada tanggal 02 oktober 2013. Pukul 20.43.

Azwar, saifudin. Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

2012

Budiarto,eko.Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC.2001.

Corey,Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika

Aditama.2010

Djiwandono, sri esti wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 2009.

Dawam,Ainurrafiq & Ahmad Ta’arifin. Manajemen Berbasis Pesantren. Jakarta:

Listafariska Putra. 2004.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: 2010. PT Remaja Rosdakarta.

Efendi,Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Fausiah & widuri. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta :UI Press. 2008.

Gunarsa Singgih .D. Psikologi perawatan. Jakarta :Gunung mulia.2008

Hall, calvin S & Gardner Lindzey. Teori- Teori Psokodinamik (klinis).Yogyakarta :

Kanisius.1993.

Hamilton M.The assessment of anxiety states by reting.Br J Med Psychol 1959.

32:50-55.

Hawari. Manajemen Stress, cemas dan Depresi.Jakarta: Balai penerbit.2001.

Hidayat, A. Aziz Alimul.,Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika,2009.

. . Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.2007.

. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta : Salemba Medika : 2008.

Hurlock.E. Psikologi Perkembangan.Jakarta : Erlangga.2004.

Jamaris. Martini. Pendidikan Daru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia

Indonesia.2013.

Page 92: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Jeffery, S. Nevid dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.2003.

Kementrian Agama. Persebaran Pesantren diIndonesia 2010/2011. Diakses pada

tanggal 15 mei 2013 dari http://pendis.kemenag.go.id .

Ki Fudyartanta. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012

Munir, Abdullah. Lemabag Pendidikan. Tangerang : LekDis Nusantara. 2006 .

Monks, F.J., dkk. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.1999.

Makhfudli & ferry effendi. Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Maramis,WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga.

Nasir,Abdullah & Abdul Muhith. Dasar- Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.2011.

Nurbaeti,Irma & waras budi utomo. Metodologi Penelitian dalam Bidang

Keperawatan. Jakarta: lembaga penelitian UIN. 2010.

Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika: 2008.

Nursalam & Ferry Efendi. Pendidikan dalam Kperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

2008.

Potter & Perry. Fundamental Keerawatan edisi 4. Jakarta:EGC.2005

Qomar, Mujamil. Pesantren. Jakarta:Erlangga.2007.

Riyadi,Sujono & teguh purwanto.Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha

Ilmu.2009.

Semium,yustinus.Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: kanisius.2006 .

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

2010

Stuart & Sundeen. Keperawatan Jiwa.Jakarta :EGC.2000.

Suryabrata, S.Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja Perda

Karya. 2004.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya: 2008

Page 93: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Suliswati.Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.2005

Sardiman.. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2001

Saryono. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan.Bantul: Nuha Medika:2011

Suciati & prasetia. Teori Belajar dan Motivasi.Jakarta: Rineka Cipta.2001

Siregar,Chynthia Novalia. Tingkat Kecemasan pada Santri diPondok Pesantren.

2013.Volume 01. Dari http://ejournal.umm.ac.id diakses pada tanggal 19 mei

2013, pukul 19.30

Tafsir. Pesantren Indonesia. Jakarta:Erlangga.2001

Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.2001.

Wong, L.Donna dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.1 . Jakarta :EGC.2002.

Yanti dkk. Hubungan Antara Kecemasan Dalam Belajar Dengan Motivasi Belajar

Siswa.2013.Volume.2ihttp://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php/konselor/article/

view/1242/1074 diakses pada tanggal 20 mei 2013, pukul 20.00

Yuliani, Nelpa Fitri. Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar di

Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah.

http://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/view/2428/pdf.diakses pada

tanggal 04 oktober 2013. Pukul 15.01 WIB.

Page 94: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG

TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SANTRI REMAJA DI

PONDOK PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEDOYA UTARA KEBUN

JERUK, JAKARTA

Assalamualaikum. WR. WB

Salam sejahtera.

Nama : Dewi Rahmatika

NIM : 109104000044

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang

melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk

menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S. Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar adik bersedia

meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan

jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi adik dalam pengisian

kuesioner ini.

Apakah adik bersedia menjadi responden?

YA / TIDAK

( )

Responden

Page 95: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Lampiran 2

No.Responden :

A. Kuesioner A

Petunjuk pengisian :

Isilah biodata lengkap Anda

Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab

Menjawab pertanyaan pilihan dengan memilih salah satu yang dijawab dengan

tanda checklist (√ )

Jenis Kelami :………………………………………………………

Tanggal Lahir :………………………………………………………

Usia :…………………………………………………………

Apakah anda pernah tinggal di pesantren sebelumnya :

Ya

Tidak

Apakah sebelum masuk pesantren anda pernah berpisah dengan orang tua

lebih dari 3 bulan :

Ya

Tidak

Page 96: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

B. Kuesioner B

Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini

Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda

Beri lah tanda checklist ( √ ) pada kolom sesuai dengan jawaban yang Anda

pilih

Keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KK : Kadang- kadang

TP : Tidak Pernah

Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :

No Pertanyaan Jawaban

SL SR KK TP

1.

Seberapa sering kamu merasa tidak nyaman pergi ke sekolah

karena kamu takut/khawatir terhadap sesuatu yang berhubungan

dengan sekolah (misalnya: ujian, bus sekolah, guru, alarm

bahaya)?

2. Seberapa sering anda mengingat orang tua anda atau keluarga

anda saat di sekolah?

3.

Seberapa sering anda merasa lebih buruk di sekolah (contohnya,

takut, grogi, atau sedih) dibandingkan dengan perasaanmu saat

di rumah dengan teman?

4. Seberapa sering kamu lebih suka berada dirumah daripada pergi

ke pesantren?

Page 97: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Keterangan :

SL : Selalu SR : Sering

KK : Kadang- kadang TP: Tidak Pernah

Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :

No Pertanyaan Jawaban

SL SR KK TP

5. Ketika anda tidak sekolah selama seminggu, seberapa banyak

anda melakukan kegiatan berbeda dari kegiatan sekolah?

6.

Seberapa sering kamu menghindari tempat- tempat tertentu

(misal: koridor, tempat berkumpul/geng) ketika kamu akan

berbicara/ ngobrol dengan seseorang?

7.

Seberapa sering kamu tidak ingin pergi ke sekolah karena kamu

ingin bersenang-senang diluar sekolah?

8.

Jika kamu mempunyai perasaan buruk (misal: takut, gugup,

sedih) tentang sekolah, apakah itu membuatmu lebih mudah

untuk pergi ke sekolah?

9. Jika kamu mudah memiliki teman baru, akankah itu

membuatmu mudah untuk pergi ke sekolah?

10.

Akankah kamu merasa aman ketika pergi kepesantren bersama

dengan orang tua?

11.

Saya berkeinginan kesekolah jika saya dapat melakukan banyak

hal yang saya sukai setelah pulang sekolah (misalnya bermain

dengan teman

Page 98: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Keterangan :

SL : Selalu SR : Sering

KK : Kadang- kadang TP: Tidak Pernah

Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :

No Pertanyaan Jawaban

SL SR KK TP

12. Saya merasa takut jika saya tidur jauh dari rumah?

13. Saat tinggal dipesantren Aku khawatir untuk tidur sendirian

14.

Saya mimpi buruk tentang sesuatu yang buruk terjadi pada

orang tua saya

15.

Saat tinggal di pesantren Saya mimpi buruk tentang hal yang

buruk terjadi padaku

16. Saat tinggal di pesantren Aku takut sendirian

17. Saya tidak suka berada jauh dari keluarga saya

18.

Saya khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi kepada orang tua

saya

Total

Page 99: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

C. Kuesioner C

Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini

Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda

Beri lah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang Anda pilih

Keterangan :

ST : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

No Pernyataan Jawaban

ST S TS STS

1. Saya mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh- sungguh

2. Bagi saya yang terpenting adalah mengerjakan tugas dengan

tepat waktu tanpa peduli dengan nilai yang diperoleh

3. Saya tidak serius saat guru menerangkan pelajaran diskolah

4. Jika nilai Saya jelek, saya akan lebih giat belajar dan berdoa

5. Saya akan merasa puas jika, saya mampu mengerjakan soal

dengan mendapat nilai yang baik

6. Jika ada soal yang sulit, saya tidak akan mengerjakan

7. Saya selalu memperhatikan saat Guru menjelaskan materi

8. Saya malu untuk bertanya kepada guru jika terdapat pelajaran

yang tidak dimengerti

9.

Saya selalu mencontek pekerjaan teman jika ada PR dari guru

10. Saya mampu mengerjakan tugas dengan kemampuan saya

sendiri

Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini

Page 100: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda

Beri lah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang Anda pilih

Keterangan :

ST : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

No. Pernyataan ST S TS STS

11. Saya senang belajar di pesantren karena banyak teman untuk

belajar kelompok

12. Saya bosan belajar dipesantren karena tidak bebas untuk jalan-

jalan keluar

13. Saya selalu memberikan pendapat saat berdiskusi dikelas

14. Saya akan marah jika pendapat saya tidak ditanggapi

15. Jika menjawab soal saya selalu ragu dengan pilihan jawaban

saya

16. Saya tidak terpengaruh dengan jawaban teman

17.

Jika jawaban saya berbeda dengan teman, saya akan saya

mengganti jawaban saya sehingga jawaban saya sama dengan

teman

18. Saya tertantang untuk mengerjakan soal yang dianggap sulit

oleh teman saya

19. Saya senang jika mendapat PR dari guru

20. Saya lebih senang membaca buku cerita dari pada membaca

buku pelajaran

Total Skor

Page 101: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan
Page 102: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan
Page 103: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan
Page 104: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan
Page 105: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas (2)

Scale: ALL VARIABLES (Kecemasan)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 73 100.0

Excludeda 0 .0

Total 73 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.683 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00039 38.4932 65.059 .471 .660

VAR00040 37.4521 67.307 .160 .680

VAR00041 38.1096 64.988 .441 .661

VAR00042 37.4932 64.253 .394 .661

VAR00043 38.1233 66.443 .280 .671

VAR00044 37.9041 67.227 .133 .684

VAR00045 38.6712 64.890 .450 .660

VAR00046 36.8082 70.574 -.048 .697

VAR00047 38.0274 66.166 .188 .679

VAR00048 36.8493 66.019 .195 .678

VAR00049 37.7123 71.430 -.104 .706

Page 106: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

VAR00050 37.9589 61.540 .439 .652

VAR00051 38.3973 63.298 .437 .656

VAR00052 38.3973 63.159 .228 .677

VAR00053 38.6712 64.307 .425 .659

VAR00054 37.9178 41.160 .597 .619

VAR00055 37.6027 61.243 .442 .651

VAR00056 37.2740 66.952 .116 .687

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas (2)

Scale: ALL VARIABLES (Motivasi Belajar)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 73 100.0

Excludeda 0 .0

Total 73 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.793 20

Page 107: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 56.6438 72.510 .515 .779

VAR00002 57.8219 75.093 .177 .795

VAR00003 56.9452 70.580 .546 .775

VAR00004 56.4932 73.365 .520 .781

VAR00005 56.4932 73.587 .419 .783

VAR00006 56.9726 69.777 .619 .772

VAR00007 56.8219 71.537 .489 .779

VAR00008 57.3425 70.117 .524 .775

VAR00009 57.0137 72.125 .409 .782

VAR00010 56.6712 72.585 .530 .779

VAR00011 56.8356 73.945 .284 .789

VAR00012 57.2329 67.598 .614 .768

VAR00013 57.3151 72.052 .422 .782

VAR00014 56.7808 71.174 .022 .866

VAR00015 57.4795 74.864 .226 .792

VAR00016 57.3699 73.597 .328 .786

VAR00017 57.1096 70.571 .552 .775

VAR00018 57.4110 69.745 .550 .774

VAR00019 57.3014 72.936 .380 .784

VAR00020 57.5068 70.031 .510 .776

Page 108: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Hasil Penelitian

A. Analisi Univariat

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 11 6 8.2 8.2 8.2

12 46 63.0 63.0 71.2

13 20 27.4 27.4 98.6

14 1 1.4 1.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lk 41 56.2 56.2 56.2

pr 32 43.8 43.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Motivasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 4 5.5 5.5 5.5

sedang 34 46.6 46.6 52.1

tinggi 35 47.9 47.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 109: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

total cemas

N 73

Normal Parametersa Mean 40.0000

Std. Deviation 8.86786

Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.075

Kolmogorov-Smirnov Z 1.079

Asymp. Sig. (2-tailed) .194

Kecemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 41 56.2 56.2 56.2

tinggi 32 43.8 43.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 110: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

B. Analisis Bivariat

Correlations

total cemas total motivasi

Spearman's rho total cemas Correlation Coefficient 1.000 -.271*

Sig. (2-tailed) . .020

N 73 73

total motivasi Correlation Coefficient -.271* 1.000

Sig. (2-tailed) .020 .

N 73 73

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

cemas * motivasi 73 100.0% 0 .0% 73 100.0%

cemas * motivasi Crosstabulation

motivasi

Total

%

rendah sedang tinggi

cemas rendah 2 15 24 41

tinggi 2 19 11 32

Total 4 34 35 73

Page 111: HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24087/1/DEWI RAHMATIKA-fkik.pdf · Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan

Statistics

kecemasan

perpisahan motivasi belajar

N Valid 73 73

Missing 0 0

Mean 40.00 60.21

Median 38.00 61.00

Mode 32a 60

a

Std. Deviation 8.614 9.091

Minimum 25 38

Maximum 85 80

Sum 2920 4395

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Distribusi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kecemasan

perpisahan motivasi belajar

N 73 73

Normal Parametersa Mean 40.00 60.21

Std. Deviation 8.614 9.091

Most Extreme Differences Absolute .139 .121

Positive .139 .072

Negative -.108 -.121

Kolmogorov-Smirnov Z 1.185 1.035

Asymp. Sig. (2-tailed) .120 .234

Test distribution is Normal.