HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI...
Transcript of HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI...
HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR
DALAM AKSI TAWURAN ANTAR PELAJAR
(Studi Kasus SMKN 29 Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Rina Andhika Rosyalina
(1112111000004)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI TAWURAN
PELAJAR (STUDI KASUS SMKN 29 JAKARTA)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Februari 2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Rina Andhika Rosyalina
NIM : 1112111000004
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI TAWURAN
PELAJAR (STUDI KASUS SMKN 29 JAKARTA)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 17 Januari 2017
Mengetahui,
Menyetujui,
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI
TAWURAN PELAJAR (SMKN 29 JAKARTA)
oleh
Rina Andhika Rosyalina
1112111000004
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 01 Februari 2017.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 01 Februari 2017
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini mengkaji tentang Hubungan Timbal Balik Senior-Junior Dalam
Aksi Tawuran Pelajar (Studi Kasus SMKN 29 Jakarta). Penelitian ini bertujuan
untuk mendeksripsikan bentuk hubungan pertemanan taruna Senior-Junior di
SMKN 29 Jakarta, serta membuktikan adanya keterkaitan antara hubungan
pertemanan taruna Senior-Junior dalam aksi tawuran pelajar. Peneliti tertarik
dalam meneliti permasalahan tersebut untuk menjelaskan pertukaran sosial yang
terjadi di dalam hubungan timbal-balik pertemanan taruna SMKN 29 Jakarta yang
berkiatan dengan aksi tawuran pelajar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, lokasi penelitian ini terletak di Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Subjek
penelitiannya adalah taruna dan alumni SMKN 29 Jakarta. Pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa; Observasi, Wawancara, Dokumentasi, dan Analisis
data kualitatif yang terdiri dari reduksi data, display data dan verifikasi data.
Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori perukaran (exchange
theory) oleh Peter Blau, yang mengungkapkan bahwa interaksi pertukaran
mengenai tipereward dan beban atau ongkos di dalamnya. Orang yang melakukan
pertukaran itu ingin memperoleh reward maksimal dan beban maksimal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan pertemanan antara
taruna Senior-Junior merupakan bentuk hubungan timbal-balik yang didalamnya
melakukan pertukaran. Pertukaran yang dilakukan ini menghasilkan keuntungan
atas kebutuhan-kebutuhan pihak yang terkait dalam hubungan tersebut. Hal ini
tentunya berkaitan dengan aksi tawuran, para taruna yang melakukan aksi tawuran
tidak lepas dari pertukaran yang ada pada hubungan pertemanan mereka. Aksi
tawuran dapat disebabkan akibat dari pengaruh senior, loyalitas (kepatuhan) oleh
para junior sebagai bentuk pertukaran mereka, bahkan tawuran juga merupakan
tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh para taruna SMKN 29 Jakarta.
Mengingat bahwa tawuran pelajar oleh para taruna ini sudah ada sejak dahulu dan
masih ada hingga saat ini. Meskipun saat ini tawuran pelajar SMKN 29 Jakarta
lebih sering terjadi tanpa rencana terlebih dahulu (ketemu di jalan saat pulang
sekolah).
Kata Kunci : Senior-Junior, Tawuran Pelajar.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya, penulis selalu diberikan kesehatan dan kelancaran
sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis juga panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan
syafa’at kepada penulis.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S, Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari doa, bimbingan, dan
semangat berbagai pihak yang dengan keikhlasannya membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yaitu Bapak Prof. Dr. Zulkifli ,
MA.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Sosiologi yaitu Ibu Dr. Cucu Nurhayati
M, Si dan Bpk. Husnul Khitam M,Si.
3. Bapak Ahmad Abrori M,Si selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik yang telah memberikan ilmu dan waktunya untuk
membimbing dan memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vii
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa kuliah.
5. Para taruna, pengurus sekolah dan alumni SMKN 29 Jakarta yang telah
berkenan menginzinkan dan meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi terkait dengan penelitian.
6. Ayahanda Herry Rosyadi, S.H dan Ibunda Dra. Hj. Muhibah dan semua
segenap keluarga besar khusunya; Ria Karoulina, M. Bagus Agus, S,Kom
yang penulis sangat sayangi. Terimakasih banyak karena telah memberikan
motivasi, mendoakan dan membantu penulis baik moril maupun materil.
7. Nanda Firdaus, S.E yang selalu memberikan doa, motivasi, saran, dukungan,
semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih
banyak ya!
8. Fraucharges (Rivanny Hilda, S. Farm, Clara Nathasa S. Ikom, Ardelia
Windaya, S, T dan Audya Natalia). Terimakasih sudah selalu memberikan
semangat dan doa agar supaya cepat menyusul kalian! Hahaha
9. Trotoar dan Ber-4 kuy wisuda! (Irma R. Maryam, Mita Restu, S.Sos, dan
Dessy Ratnasari). Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik untuk
penulis selama kuliah.
10. Pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsug berjasa dalam
penulisan skripsi ini.
viii
Semoga kalian semua selalu dalam lindungan Allah SWT, dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta
memberikan kontribusi positif kepada para pembaca.
Jakarta, 14 Januari 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................................ ii
Persetujuan Pembimbing Skripsi ........................................................................ iii
Pengesahan Panitia Ujian Skripsi........................................................................ iv
Abstraksi ............................................................................................................. v
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. ix
Arti Singkatan ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah........................................................................................ 1
B. Pertanyaan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5
E. Kerangka Teoritis .......................................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian .................................................................................... 12
G. Metode Analisis Data .................................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 18
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Profil Sekolah ................................................................................................. 19
A.1 Letak Geografis ....................................................................................... 19
A.2 Latar Belakang Sekolah .......................................................................... 20
B. Profil Guru dan Karyawan SMKN 29 Jakarta ................................................ 21
C. Profil Taruna SMKN 29 Jakarta ..................................................................... 24
D. Tawuran Pelajar SMKN 29 Jakarta ................................................................ 26
x
BAB III RELASI HUBUNGAN SENIOR JUNIOR DALAM TAWURAN
PELAJAR
A. Bentuk Relasi Timbal Balik Senior Junior ..................................................... 31
A.1 Hirarki Senior Junior ................................................................................. 31
A.2 Keuntungan relasi Senior dan Junior ....................................................... 36
A.3 Kedudukan dan pengaruh Relasi Timbal Balik Senior Junior .................. 41
A.4 Ekonomi dan Kekayaan dalam Relasi Junior Senior ................................ 45
B. Stabilitas Relasi Senior Junior ........................................................................ 48
B.1 Perlindungan Senior dan Junior ................................................................ 48
B.2 Loyalitas Bersama .................................................................................... 53
C. Hubungan Senior dan Junior di Kalangan Taruni ………………………….. 57
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................................... 64
Daftar Pustaka ..................................................................................................... xv
xi
ARTI SINGKATAN
AP : Airframe Powerplant
AU : Angkatan Udara
BASIS : Barisan Siswa
DKI : Daerah Khusus Ibukota
EA : Electrical Avionics
EI : Electrical Industri
LDKT : Latihan Dasar Kepemimpinan Taruna
MOS : Masa Orientasi Sekolah
MPLS : Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah
NPSN : Nomor Pokok Sekolah Nasional
PDH : Pakaian Dinas Harian
PMD : Pembinaan Mental Disiplin
PNS : Pegawai Negeri Sipil
SDM : Sumber Daya Manusia
SK : Surat Keterangan
SMKN : Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
STM : Sekolah Teknik Mesin
TPTU : Teknik Pendingin dan Tata Udara
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UN : Ujian Nasional
UUD : Undang-Undang Dasar
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak KPAI
Tahun 2011 - 2015 .............................................................................................. 2
Tabel 2.1 Jumlah Guru SMKN 29 Jakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 ............. 22
Tabel 2.2 Guru Bimbingan/Konseling Tahun Pelajaran 2016/2017 ................... 23
Tabel 2.3. Kelas SMKN 29 Tahun Pelajaran 2016/2017 .................................... 25
Tabel 2.4 Data Tawuran SMKN 29 Jakarta Tahun 2014-2016 .......................... 28
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Lokasi SMKN 29 Jakarta ........................................................ 19
Gambar 3.1 Taruna-taruni SMKN 29 Jakarta ..................................................... 33
Gambar 3.2 Suasana Pulang Sekolah .................................................................. 38
Gambar 3.3 Senioritas SMKN 29 Jakarta ........................................................... 42
Gambar 3.4 Contoh Sticker ................................................................................ 46
Gambar 3.5 Pertemanan Taruna di Sekolah ....................................................... 49
Gambar 3.6 Konvoi Taruna SMKN 29 Jakarta .................................................. 54
Gambar 3.7 Taruni SMKN 29 Jakarta ................................................................ 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Data Wawancara ................................................................................................xviii
Foto Dokumentasi ..............................................................................................lxvi
Surat Keterangan Sekolah ………………………………………………....... Ixviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Dalam skripsi ini penulis akan membahas tentang Hubungan Timbal
Balik Senior-Junior dalam Aksi Tawuran Antar Pelajar. Dengan mengambil
Studi kasus tawuran pelajar yang melibatkan taruna SMKN 29 Jakarta
Selatan. Skripsi ini bertujuan untuk melihat gambaran yang berupaya
menjelaskan bagaimana bentuk hubungan yang terjalin antara taruna senior
dengan taruna junior di SMKN 29. Sehingga dari hubungan tersebut dapat
berkaitan dengan aksi tawuran pelajar yang melibatkan para taruna baik
senior maupun junior di dalamnya.
Tawuran merupakan salah satu bentuk permasalahan sosial yang
dilakukan oleh pelajar secara kolektif atau bersama-sama. Begitu pula dengan
tawuran pelajar yang melibatkan para taruna di SMKN 29 Jakarta, aksi
tawuran ini dilakukan secara bersama-sama oleh para taruna baik taruna
senior maupun taruna junior. Dalam UUD 1945 Pasal 28B ayat 2 yang
berbunyi; Setiap Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah aset generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan
bimbingan, perhatian, perawatan serta pengarahan yang dengan baik dan
positif seiring dengan masa perkembangannya. Masalah tawuran ini menjadi
sangat penting dan menarik untuk dikaji karena sudah banyak sekali menelan
korban.
2
Tabel 1.1 Kasus Perlindungan Anak Korban dan Pelaku
Tawuran Pelajar Tahun 2011-2015
NO
KASUS PERLINDUNGAN
ANAK
TAHUN
JUML\AH
2011 2012 2013 2014 2015
601 Anak Korban Tawuran Pelajar 20 49 52 113 37
602 Anak Pelaku Tawuran Pelajar 64 82 71 46 62
Sumber: Bidang Data Informasi dan Pengaduan KPAI 2016
Berdasarkan data yang didapatkan dari bidang data dan informasi dan
pengaduan KPAI dari tahun 2011 hingga 2015 yang berkaitan dengan aksi
tawuran pelajar mengalami fluktuatif. Dimana di setiap tahunnya dapat
mengalami kenaikan dan penurunan. Data ini merupakan data kasus tawuran
pelajar yang berada di Jakarta Selatan. SMKN 29 Jakarta menjadi fokus penelitian
disebabkan banyaknya berita mengenai tawuran yang mengaitkan pelajar di
sekolah ini. SMKN 29 Jakarta juga merupakan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelompok teknologi pesawat udara satu-satunya yang berada di Jakarta
Selatan. Permasalahan sosial ini bukanlah hal yang baru, bahkan telah banyak
model penanggulangan yang telah dilakukan. Namun faktanya permasalahan
tawuran ini tidak pernah hilang dan terus ada hingga saat ini.
Permasalahan ini lahir akibat dari kurangnya pengawasan terhadap anak
(pelajar) dari berbagai lapisan masyarakat, baik itu dari kalangan keluarga,
sekolah, dan pemerintah. Pembahasan masalah tawuran ini, tidak terlepas dari
3
ruang lingkup sekolah, karena sekolah menjadi tempat bersosialisasi antara taruna
satu dengan lainnya. Berbagai macam peran ini dijumpai oleh seorang taruna pada
saat di sekolah, misalnya; guru, senior, junior dan teman sebaya (seangkatan).
Dalam skripsi ini, penulis akan menjelaskan mengenai peran taruna senior dan
taruna junior dalam hubungan pertemanan yang mereka. Perbedaan kedudukan
(status) yang dimiliki taruna senior dengan taruna junior tentu menyebabkan
adanya berbagai perbedaan di dalam hubungan mereka, terlebih dalam hal
bersikap dan bertindak. Antara peranan dan kedudukan sama-sama memiliki
fungsi yang saling terkait (korelasinya) bagaikan dua sisi mata uang, artinya tidak
ada kedudukan tanpa peranan. Demikian juga sebaliknya tiada peranan tanpa
kedudukan ( Setiadi dan Kolip 2011 : 435).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
mengenai bentuk hubungan pertemanan antara taruna Senior-Junior di SMKN 29
Jakarta. Dimana di dalam hubungan mereka ini berkaitan dengan aksi tawuran
pelajar yang dilakukan oleh para taruna. Penulis dalam penelitian ini akan
menganalisnya dengan menggunakan Teori Pertukaran (Exchange Theory) oleh
Peter Blau. Di dalam teori tersebut, hubungan pertemanan yang terjalin antara
taruna Senior-Junior dianggap sebagai hubungan yang saling timbal-balik atau
menguntungkan. Perlu ditekankan bahwa hubungan pertemanan antara taruna
Senior-Junior terdapat keuntungan yang diterima oleh kedua belah pihak yang
disebabkan dari proses pertukaran yang dilakukan atas kebutuhan pihak-pihak
terkait. Keuntungan ini yang menjadikan hubungan pertemanan mereka dapat
ditegakkan dan dilestarikan.
4
Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian ini dengan judul
“HUBUNGAN TIMBAL BALIK SENIOR-JUNIOR DALAM AKSI
TAWURAN PELAJAR (STUDI KASUS SMKN 29 JAKARTA SELATAN)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Dari paparan pernyataan masalah diatas maka dapat dirumuskan berbagai
pertanyaan masalah;
1. Bagaimana hubungan timbal-balik Senior-Junior di SMKN 29 Jakarta?
2. Apakah ada keterkaitan hubungan pertemanan antara Senior-Junior
dalam aksi tawuran pelajar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu;
a. Untuk mendeksripsikan bentuk hubungan pertemanan taruna
Senior-Junior di SMKN 29 Jakarta Selatan.
b. Untuk membuktikan adanya keterkaitan antara hubungan
pertemanan taruna Senior-Junior dalam aksi tawuran pelajar.
2. Manfaat Penelitian.
Disamping itu juga terdapat manfaat yang ingin dicapai dalam
melakukan penelitian ini yaitu;
a. Secara teoritis,
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dalam kajian sosiologi pendidikan dan
5
sosiologi kriminalitas, khususnya tentang aksi tawuran
pelajar.
- Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan hubungan Senior-Junior dalam aksi
tawuran pelajar.
b. Sedangkan secara praktis,
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
siapa saja yang ingin mengetahui tentang bentuk hubungan
Senior-Junior yang berkaitan dengan aksi tawuran pelajar.
- Menjadikan sebuah masukan bagi lembaga pendidikan
(Sekolah) untuk lebih memperhatikan dan merespon terkait
masalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, tentunya
membutuhkan perbandingan penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian ini. Literatur yang dikutip merupakan kajian yang relevan dengan
fokus bahasan peneliti.
Rizka, Herieningsih, dan Pradekso (2013) menulis jurnal berjudul
“Komunikasi Senior dan Junior Pada Kelompok Pelajar Dalam Upaya
Mempertahankan Budaya Tawuran”. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami pengalaman komunikasi antara senior dan junior pada kelompok
6
pelajar, khususnya dalam upaya mempertahankan budaya tawuran. Metode
pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan
fenomenologi. Teori yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teori
komunikasi koersif dan pertukaran sosial (social exchange theory). Hasil
penelitian ini adalah bahwa komunikasi yang dilakukan oleh senior dan junior
dalam kelompok pelajar memiliki tujuan tertentu yakni sebagai upaya untuk
mempertahankan budaya kelompok termasuk tawuran. Budaya dipertahankan
dengan cara diturunkan dari generasi ke generasi, seniorlah yang bertugas
mentransmisikan budaya tersebut kepada junior. Senior menggunakan teknik
komunikasi koersif yaitu dengan ancaman, paksaan hingga kekerasan fisik
saat menyampaikan pesan kepada junior.Selain itu, senior melakukan
beberapa teknik komunikasi persuasif yaitu pay off idea dan fear arousing.
Elly, Bunyamin, dan Rizki (2014) menulis jurnal berjudul “Tawuran
Pelajar: Solidarity in the Student Group and its Influence on Brawl
Behaviour”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan bagaimana solidaritas pada kelompok pelajar dalam
mempengaruhi perilaku tawuran. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teori Solidaritas sosial oleh Emile Durkheim. Dan hasil
penelitian ini adalah bahwa tawuran antar pelajar yang terjadi dikarenakan
permusuhan, pertikaian atau konflik yang ada diantara kelompok-kelompok
pelajar. Proses pelajar menjadi anggota kelompok bersifat alamiah dan
didasari karena kedekatan letak rumah atau tempat tinggal, minat yang sama,
7
serta satu tempat tongkrongan. Proses pembentukan solidaritas dimulai dari
interaksi diantara sesama anggota kelompok, kegiatan yang dilakukan
bersama-sama hingga akhirnya keterlibatan perasaan. Solidaritas yang
terbentuk menyebabkan tawuran antar pelajar selama ada ancaman dari
kelompok lain, terjadinya konflik diantara kelompok-kelompok pelajar, serta
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan perkembangan pelajar sebagai
remaja.
Chairani dan Prahastiwi (2015) menulis jurnal berjudul
“Communication Style dan Perilaku Tawuran. (Studi kasus mengenai
communication style yang menyebabkan adanya perilaku tawuran di
kalangan siswa SMAN 70 Jakarta)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisis communication style antar siswa di
dalam/luar sekolah yang memiliki perilaku tawuran. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis studi kasus dengan purposive sampling. Teori
yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan teori gaya komunikasi.
Dan hasil penelitian ini adalah bahwa adanya pembagian nama angkatan di
SMA Negeri 70. Setiap angkatan di SMA Negeri 70 Jakarta mempunyai
nama angkatan yang dibentuk oleh senior atau siswa kelas XII dari angkatan
tersebut. Untuk mendapatkan nama angkatan tersebut siswa kelas X harus
melalui proses inisiasi dimana proses ini melalui metode kekerasan.
Pembagian angkatan didasarkan pada tahun masuk dikategorikan menjadi 2
yaitu angkatan ganjil dan genap. Communication style siswa yang agresif dan
8
asertif di dalam sekolah dipengaruhi oleh low context culture sedangkan pasif
dipengaruhi oleh high context culture.
Sebagai pembanding, berikut persamaan serta perbedaan antara literatur
sebelumnya dengan penelitian ini:
Pertama, penulisan jurnal oleh Rizka, Herieningsih, dan Pradekso
(2013) ditemukan persamaan dalam objek penelitian yaitu tawuran pelajar
yang berkaitan dengan komunikasi Senior-Junior. Perbedaannya, model
pendekatan yang dilakukan penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan
fenomenologi, sedangkan penulis menggunakan pendekatan studi kasus.
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya juga berbeda
dengan penulis.
Kedua, penulisan jurnal oleh Elly, Bunyamin, dan Rizki (2014)
ditemukan persamaan dalam metode penelitian dan pendekatan penelitian
yaitu; metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Perbedaannya, lokasi
penelitian sebelumnya berbeda dengan penulis yaitu di SMKN 29 Jakarta.
Teori yang digunakan oleh penelitian sebelumnya juga berbeda dengan
penulis, penelitian sebelumnya menggunakan teori solidaritas sosial.
Ketiga, penulisan jurnal oleh Chairani dan Prahastiwi (2015) ditemukan
persamaan dalam metode pendekatan yaitu; studi kasus. Perbedaannya, lokasi
dan tempat penelitian yang dilakukan penulis berfokus di SMKN 29 Jakarta
yang berbeda dengan penulis sebelumnya. Fokus penelitian penulis berbeda,
penulis berfokus pada hubungan timbal balik Senior-Junior, sedangkan
penulis sebelumnya berfokus pada communication style dan perilaku tawuran.
9
Berdasarkan literatur diatas dapat diketahui perbandingan atas
persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Maka
dari itu penulis ingin meneliti hal yang berbeda dan belum dilakukan oleh
penelitian sebelumnya. Penulis akan meneliti tentang hubungan timbal balik
Senior-Junior dalam aksi tawuran pelajar yang berfokus di SMKN 29 Jakarta.
E. Kerangka Teoritis
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori
pertukaran (exchange theory) oleh Peter Blau. Teori ini digunakan untuk
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang melakukan tindakan sosial
yang saling memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar
individu berdasarkan tatanan sosial tertentu untuk mencari keuntungan dan
imbalan. Menurut Marcel dan Claude menyatakan bahwa inti dari teori ini
ialah bahwa manusia adalah makhluk mencari keuntungan (benefit) dan
menghindari biaya (cost); manusia, dalam perspektif para penganut teori
pertukaran, merupakan makhluk pencari imbalan (reward-seeking animal)
(Kamanto,2004:232).
Teori pertukaran memandang bahwa motivasi sebagai suatu hal yang
pribadi dan individual. Walaupun demikian, motivasi nantinya akan mengacu
pada budaya pribadinya. Motivasi itu mengacu pada saat memperoleh barang
yang diinginkan, kesenangan, kepuasan, dan hal lainnya yang bersifat
emosional (Wirawan, 2012:175). Namun dalam pencapaian keuntungan yang
diterima terdapat biaya “cost” yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai upaya
10
yang diperlukan untuk memperoleh sesuatu kepuasan keuntungan berupa
hadiah “reward”.
Reward adalah ganjaran yang memiliki kekuatan pengesahan sosial
(social approval). Dalam kehidupan sehari-hari, segala sesuatu yang
disenangi akan dicari dalam relasi-relasi sosial mereka. Orang akan lebih
menyenangi atau cocok dengan orang lain yang mengesahkan dirinya. Dalam
suatu kelompok yang memiliki hirarki, urutan tatanan sosial di tandai dengan
kepatuhan pada siapa, siapa yang duduk “di meja utama”, dan indikasi-
indikasi lainnya. Runtutan posisi dalam kelompok adalah unsur-unsur tatanan
sosial umum yang ada dalam kelompok. Untuk menjelaskan runtutan atau
rangking menurut teori pertukaran, digunakanlah ide-ide tentang nilai dan
kelangkaan. “Nilai” disini mengandung pengertian langka dan berharga
(Wirawan, 2012:176).
Secara umum, Peter Blau mengamati jenis serupa dari pertukaran
perkara dengan memperkirakan bahwa pihak yang melakukan pertukaran
menginginkan reward yang maksimal dan beban maksimal. Menurut Blau,
bahwa hakikat ketidakseimbangan Blau merupakan ide kunci dalam
memahami timbulnya struktur kelompok dan sosial. Blau tampaknya
mencoba untuk memerinci bagaimanakah struktur sosial itu membuat mapan
pertukaran, dan selain itu juga mengemukakan cara-cara stabilitasi
menimbulkan kekuatan-kekuatan oposisi yang bahkan cenderung mengubah
pertukaran yang telah mapan itu (Wirawan, 2012:183).
11
Ketidakseimbangan penerimaan reward atas pertukaran yang terjadi di
dalam suatu hubungan akan menciptakan adanya alternatif asosiasi atau relasi
yang terputus, namun tidak semua relasi ini putus. Menurut Blau, hakikat
biasa dari pertukaran sosial adalah ketidakseimbangan. Pihak terkecil dalam
pertukaran yang tidak seimbang itu dapat memperoleh kompensasi dengan
atau jenis penguatan umum yang disebut oleh Homans social approval, atau
menurut Blau lebih suka menyebutnya sebagai kerelaan (compliance atau
subordination) (Wirawan, 2012:183). Kerelaan atas ketidakseimbangan
pertukaran ini akan menjadikan sebuah kredit kepada pihak yang superior,
dan kehendaknya akan meyebabkan adanya dominasi kepada pihak yang
tidak dapat memprolehnya.
Analisis struktural dalam sosiologi adalah pengamatan susunan bagi
upaya yang dikoordinasikan menuju tujuan-tujuan kolektif. Legistimasi yang
struktur sosial ialah sesuatu yang diterima secara umum oleh para pelaku.
Manakala legitimasi itu diperoleh, struktur sosial mungkin dikolaborasikan.
Sejauh struktur sosial tidak gagal, maka pelaku tidak akan menarik
pandangannya bahwa struktur tersebut sah. Dengan demikian, pembentukan
struktur tetap akan bertahan (Wirawan, 2012:184). Akan tetapi, legistimasi
dan perubahan sosial bukanlah suatu hal yang bersifat “mutlak” karena
legistimasi merupakan suatu kecenderungan. Hal tersebut disebabkan karena
pasti adanya kekuatan-kekuatan yang berlaku bersamaan, berupa; kekuatan
pendukung dan melindungi struktur sosial, sedangkan yang lainnya
berlangsung berlawanan.
12
Tema karya Blau adalah untuk menemukan suatu situasi yang
digambarkan sebagai hasil-hasil tertentu yang baik pada satu sisi, tetapi tidak
pada sisi lainnya. Karena pada situasi ini tidak mungkin untuk
memaksimalkan adanya kepuasan. Menurut Blau, Jika orang menghadapi hal
demikian maka lebih baik ia berada di tengah antara kedua sisi itu, sehingga
akan mampu memperbaiki sisi yang kurang baik (Wirawan, 2012:184).
Blau menunjukkan bahwa proses relasi tatap muka merupakan tipe
microstructure (Wirawan, 2012:184). Sedangkan relasi merupakan struktur
berupa; aturan-aturan, pemuas, kontrol legitimasi, dan pembagian tugas.
Menurut Blau, ia melihat struktur mikro terdiri dari individu-individu yang
berinteraksi, sedangkan makro terdiri dari kelompok-kelompok yang saling
berhubungan (Poloma, 2010:80). Sedangkan, mikro dalam interaksi dari
tahapan orang ke orang akan meluas, dan jumlahnya akan semakin bertambah
sehingga menjadi bermakna. Kolektivitas yang lebih besar dengan sendirinya
terbentuk oleh makrostruktur. Karena itu keseluruhan organisasi sosial dalam
suatu masyarakat adalah salah satu kaitan internal antar makrostruktur.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang hubungan timbal balik Senior-Junior
dalam aksi tawuran antar pelajar (Studi Kasus SMKN 29 Jakarta). Adapun
metode yang digunakan adalah:
13
1. Pendekatan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Penelitian kualitatif pada dasarnya upaya membangun pandangan mereka
yang teliti dan rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambar holistic dan rumit
(Alfianika, 2016:22). Metode pendekatan studi kasus dapat membantu
peneliti untuk mengadakan studi mendalami tentang perorangan,
kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan
Negara. Pendekatan ini bertujuan melihat suatu kasus secara keseluruhan
serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari
kekhususannya, ciri khasnyan (Semiawan, 2010: 50). Fokus penelitian ini
adalah studi kasus untuk menjelaskan dan mendeksripsikan permasalahan
tentang hubungan timbal balik dalam aksi tawuran pelajar di SMKN 29
Jakarta. Dengan metode tersebut hasilnya akan lebih jelas dan mudah
untuk dipahami.
2. Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data adalah suatu langkah yang paling
strategis dalam sebuah penelitian, melihat bahwa tujuan dari penelitian
adalah untuk mencari data. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data berupa; observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dan dokumentasi.
14
a. Observasi (Pengamatan).
Metode pengamatan atau observasi (observation
research) biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis
dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan
persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Di
sini, kata “langsung” memiliki pengertian bahwa peneliti hadir
dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi. Kemudian kata
“sistematis” menunjukkan pada karakter (Pawito, 2008: 111).
Dalam menggunakan dua jenis observasi. Pertama,
dengan menggunakan non-partisipasi observasi yaitu; tidak
terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan
mengikuti taruna yang di kenal untuk sekedar bersosialisasi, ini
bertujuan menanamkan rasa saling percaya ketika nanti akan
melakukan proses wawancara. Kedua, partisipasi observasi
yaitu; berpartisipasi atau ikut langsung dalam mengikuti
kegiatan berkumpul bersama para taruna SMKN 29 Jakarta
yang dilakukan setelah 1 minggu melakukan sosialisasi
sebelumnya. Hasil dari observasi ini akan dikumpulkan dalam
catatan lapangan yang akan dibuat untuk gambaran umum
tentang profil taruna dan tawuran pelajar di SMKN 29 Jakarta.
15
b. Wawancara
Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan cara bertanya langsung kepada informan. Pengertian
wawancara adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan
individual, ketika seseorang responden ditanyai pewawancara
guna mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap, atau
keyakinannya terhadap suatu topik (Istijanto, 2010: 44). Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara tidak terstruktur. Metode ini dilakukan oleh peneliti
untuk bertanya kepada informan yang dipilih dan dianggap
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Sasaran
informan penting yang peneliti butuhkan adalah pengurus
SMKN 29 Jakarta yaitu; kepala/wakil sekolah bidang
kesiswaan, guru bidang konseling, pembina siswa, 11 taruna
dan alumni SMKN 29 Jakarta.
Tujuan dari metode wawancara ini adalah untuk
mendapatkan data-data mengenai bentuk hubungan Senior-
Junior yang ada di SMKN 29 Jakarta dan untuk mengetahui
gambaran umum mengenai tawuran pelajar yang melibatkan
SMKN 29 Jakarta dari informan yang tidak dapat didapatkan
melalui teknik observasi (pengamatan). Dalam proses
wawancara, peneliti menggunakan alat bantu berupa perekam
16
suara untuk merekam wawancara antara peneliti dengan
informan. Hambatan yang penulis hadapi dalam proses
wawancara, yaitu; Pertama, tertutupnya para taruna dengan
peneliti akibat dari ketakutan para taruna terhadap pihak
pengurus sekolah dalam memberikan informasi karena
khawatir terhadap kerahasiaan data. Kedua, wawancara
dilakukan secara berulang kali pada waktu yang berbeda karena
tidak mendapatkan data yang maksimal dalam satu waktu.
Sehingga peneliti membutuhkan waktu tambahan untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Ketiga, peneliti
membutuhkan tambahan waktu dalam wawancara karena para
taruna sering mengundur waktu pertemuan yang telah
disepakati secara sebelah pihak, terlebih khusus disebabkan
oleh faktor cuaca (musim hujan).
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Sumber
data yang diperoleh dalam teknik dokumentasi ini didapatkan
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan SMKN
29 Jakarta. Data ini berupa; data statistik kasus-kasus
perlindungan anak, profil sekolah, profil guru dan profil taruna
SMKN 29 Jakarta. Penulis juga mendokumentasikan kegiatan
wawancara tersebut berbentuk foto, karena proses dokumentasi
17
ini sangat penting untuk memperkuat data tentang fakta di
lapangan. Selain itu, penulis juga mendapatkan dokumentasi
berbentuk benda yaitu; pangkat yang dimiliki oleh taruna
SMKN 29 Jakarta.
G. Metode Analisis Data
Setelah data telah terkumpul, maka penulis melakukan teknik
selanjutnya yaitu; pengolahan data. Miles dan Huberman dalam (Pawito,
2008:104) menawarkan suatu teknik analisis yang lazim disebut dengan
interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga
komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions).
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo)
mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta
proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-
kelompok, dan pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi
data, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan
konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola,
atau kelompok-kelompok bersangkutan. Komponen kedua, yakni penyajian
data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data,
yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan data yang lain sehingga
18
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Dan
pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan. Peneliti
pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan
mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari
display data yang telah dibuat (Pawito, 2008:104-106).
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan : menjelaskan mengenai pernyataan masalah,
pertanyaan peneliti, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
konsep, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum : menjelaskan mengenai gambaran umum profil
sekolah (letak geografis dan latar belakang sekolah), profil guru dan
karyawan SMKN 29 Jakarta, profil taruna dan tawuran pelajar SMKN 29
Jakarta.
BAB III Relasi Seior dan Junior Bab ini menjelaskan bentuk hubungan
yang ada pada Senior-Junior di SMKN 29 dalam aksi tawuran pelajar.
Temuan penelitian yang telah terkumpul dikaitkan dengan teori yang
digunakan yaitu teori pertukaran (exchange theory) oleh Peter Blau
BAB IV Penutup : Kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan hasil dari
penelitian, sedangkan saran merupakan masukan dari penulis untuk peneliti
selanjutnya yang akan meneliti tentang hubungan timbal balik.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Profil Sekolah
A.1 Letak Geografis
SMKN 29 Jakarta berlokasi di Jalan Prof. Joko Sutono SH No. 1
Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan
sejak tahun 1958 berdiri atas luas tanah 20980 m2, nomer pendirian
595/B.III/53 yang diresmikan atau ditetapkan pada tanggal 28 September
1953 dengan SK Terakhir 036/0/1997 tanggal 7 Maret 1997. Sekolah ini
awalnya didirikan di ruang hangar Pesawat Udara Kemayoran Jakarta pada
bulan 1954 yang dikenal dengan STM Penerbangan. SMKN 29 Jakarta
yang merupakan satu-satunya SMK Negeri Kelompok Teknologi Pesawat
Udara yang berada di Wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini sangat besar
memiliki potensi untuk ditingkatkan dan dikembangkan. Saat ini SMKN
29 Jakarta berstatus Negeri sesuai dengan NSS / NPSN 561016366001 /
20102602
Gambar 2.1. Peta Lokasi SMKN 29 Jakarta
Sumber: Google
20
A2. Latar Belakang Sekolah
SMK Negeri 29 Jakarta sebagai pusat pelayanan pendidikan mengacu
kepada reformasi pendidikan menengah kejuruan yang telah digulirkan
sejak tahun 1993 yang di dalamnya terkandung visi bahwa SMK harus
secara kuat menunjang perkembangan ekonomi nasional. Pendidikan
Sistem Ganda diberlakukan sebagai pola umum penyelenggaraan
Kurikulum SMK yang merupakan suatu bentuk implementasi dan
kebijakan Link dan Match dalam mewujudkan kedekatan relevansi antar
kualifikasi keterampilan tamatan SMK dengan kualifikasi ketrampilan
jabatan kerja. Strategi implentasi pendidikan menengah kejuruan
berdasarkan pada Program Pembangunan Nasional (Propernas), ditandai
oleh VISI 2006 bahwa pendidikan menengah kejuruan sebagai pusat
pelayanan penyiapan tenaga kerja yang trampil, terdidik, professional dan
berdaya saing sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional.
Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional mengantisipasi dengan
mengarahkan pendidikan menengah kejuruan berorientasi kepada
kecakapan hidup (Life Skill Education) melalui pendidikan berbasis luas
dan mendasar (Broad Based Education) yang berlaku untuk pendidikan
baik regular maupun non-regular. Era Otonomi Daerah yang sedang
dilaksanakan oleh Pemerintah, akan membawa dampak meningkatnya
pembangunan di berbagai sektor di daerah yang akan menuntut adanya
peningkatan sumber daya manusia yang terdidik, terampil, professional,
dan peralatan yang diperlukan dalam berbagai sektor. SDM yang memiliki
21
kemampuan teknisi tingkat menengah tamatan SMK Kelompok Teknologi
Industri yang mampu memproduksi, mengoperasikan, memperbaiki dan
merawat alat-alat untuk menunjang pembangunan bidang keamanan,
kebersihan, otomotif, perkantoran, perumahan, industri maupun pariwisata
yang merupakan salah satu sumber daya manusia yang memiliki potensi
untuk dikembangkan untuk menunjang pembangunan.
B. Profil Guru dan Karyawan SMKN 29 Jakarta
Dari jumlah tenaga pendidik baik Guru PNS / Honorer SMKN 29
Jakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 mencapai 63 orang, 37 orang PNS dan 26
orang non PNS. Semua tenaga pendidik yang ada di SMKN 29 Jakarta sudah
memenuihi kualifikasi S1 dari berbagai kompetensi keahlian. SMKN 29
Jakarta tidak hanya membutuhkan tenaga pendidik saja, melainkan juga
membutuhkan tenaga administrasi. Tenaga administrasi yang ada berjumlah
sebanyak 20 orang, 4 orang PNS dan 16 orang non PNS. Sekolah ini terpaksa
melakukan perekrutan non PNS karena pihak sekolah membutuhkan
pengelola yang baik dan lancar dalam berjalannya administrasi sekolah.
Meskipun mendapatkan resiko dengan harus mengeluarkan dana yang cukup
besar untuk membayar tenaga honor pegawai.
22
Tabel 2.1 Jumlah Guru SMKN 29 Jakarta Tahun Pelajaran
2016/2017
Sumber: Laporan Kegiatan Pelaksanaan Program Induksi Guru Pemula
Dari semua guru yang ada, ada 4 orang guru yang berperan sebagai
guru bimbingan atau konseling, yang tugasnya terkait dengan pengembangan
para Taruna/I yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan
kepribadian. Guru konseling ini mengajar dengan masuk ke setiap kelas pada
hari senin-jumat sesuai dengan pembagian tugas mengajar. Jumlah kelas yang
ada di SMKN 29 Jakarta pada tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah sebanyak
30 kelas. Dalam kegiatan mengajar di dalam kelas guru konseling biasanya
hanya memberikan arahan sebagai pedoman para taruna/i selama menjadi
anak didik di SMKN 29 Jakarta. Pemberian arahan yang diberikan pada
umumnya dengan memperkenalkan tata tertib sekolah yang harus di taati oleh
para taruna/i. Hal ini dijelaskan oleh Siti Harnina (Guru Konseling SMKN 29
Jakarta) pada tanggal 24 Oktober 2016:
“Iya, untuk para taruni baru disini ada masa orientasi sekolah tapi
nama kegiatannya bukan MOS melainkan MPLS (Masa Perkenalan
Lingkungan Sekolah) yang dilakukan secara umum bertujuan untuk
perkenalkan kondisi lingkungan sekolah, sistem belajar, jurusan-
jurusan , dan tata tertib di sekolah untuk taruna/i yang baru yang
dilakukan selama 3 hari. Untuk yang secara khusus, guru-guru
konseling biasanya masuk ke kelas satu per-satu untuk
Tingkat Pendidikan
Jumlah Guru
Laki-Laki Perempuan
S1 60 34 26
S2 3 2 1
Jumlah 38 27
23
memperkenalkan tentang tata tertib sekolah. Untuk para taruna/i
yang lama hanya di perkuat di kegiatan ekstrakulikuler saja sih”.
Bahkan guru konseling juga berperan dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dilakukan oleh para taruna/i yang terkait dengan sekolah.
Penyelesaian masalah atas pelanggaran peraturan di sekolah biasanya
berakhir dengan mengacu kepada kebijakan sekolah berbentuk pemberian
poin yang telah di sepakati sebelumnya.
Tabel 2.2 Guru Bimbingan/Konseling Tahun Pelajaran 2016/2017
No Nama Pangkat Pendidikan
Terakhir
Sebagai
Guru
Pembimbing
Tugas di
sekolah ini
1. Dra. Hj. Emirita Pembina
/ Iva S1 28 Tahun Koordinator
2. Dra. Siti Hanina Pembina
/ Iva S1 24 Tahun Anggota
3 Diyah Prabaningsih,
S. Psi
Penata
Muda/
IIIa
S1 5 Tahun Anggota
4. Kristiani, S. Pd
Penata
Muda /
IIIA
S1 4 Tahun Anggota
Sumber: Portofolio Guru BK SMKN 29 Jakarta
Dalam pengelolaan SMKN 29 Jakarta terdapat pula tenaga pekerja di
bidang non-akademik, yaitu; Karyawan dan Petugas keamanan (Satpam).
Jumlah karyawan sekolah berjumlah sebanyak 15 orang dan Keamanan
sebanyak 2 orang. Beberapa karyawan yang ada di sekolah juga ada
merangkap sebagai petugas keamanan. Meskipun di setiap harinya jumlah
petugas keamanan yang bertugas berjumlah 2 orang. Petugas keamanan
biasanya bekerja di pos yang berada di samping pintu masuk sekolah yang
24
bertugas untuk menjaga keamanan sekolah dan pusat informasi tamu sekolah.
Sedangkan untuk para karyawan sekolah biasanya bekerja sebagai petugas
kebersihan, petugas parkir, penjual makanan-minuman di kantin dsb.
C. Profil Taruna
Subjek dalam penelitian ini berasal dari kelas 10, 11, 12, dan Alumni
SMKN 29 Jakarta. SMKN 29 Jakarta pada tahun ajaran 2016/2017 memiliki
jumlah peserta didik sebanyak 842 orang yang di dalamnya terdapat; Taruna
sebanyak 753 orang dan Taruni sebanyak 89 orang. Sedangkan untuk jumlah
kelas yang ada pada sekolah ini sebanyak 30 kelas yang terbagi menjadi 4
jurusan yaitu; Airframe Poweplant (AP), Electrical Avionics (EA), Electrical
Industri (EI) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU).
Airframe dan Powerplant (AP) adalah jurusan yang membentuk anak
didik sekolah di bidang penerbangan yang mempelajari dan mengulas tentang
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang mulai dari sistem,
struktur serta mesinnya. Electrical Avionics (EA) adalah jurusan yang
mempelajari tentang perawatan dan perbaikan segala bentuk kelistrikan dan
digitalisasi yang ada di pesawat terbang, mulai dari sumber listrik untuk
penerangan, radio-radio komunikasi, instrument-instrumen yang ada di ruang
kendali pesawat hingga kelistrikan sistem autopilot. Electrical Industri (EI)
adalah jurusan yang mempelajari tentang segala bentuk kelistrikan secara
universal. Jurusan ini memperkenalkan cara pembuatan rangkaian listrik,
jenis-jenis komponen kelistrikan, perbaikan dan pembuatan perangkat
25
elektronik. Dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) adalah jurusan
yang mempelajari dinamika udara dan pemanfaatan komponen-komponen
mesin pendingin udara. Jurusan ini memperdalami tentang perbaikan,
perawatan dan merangkai alat pendingin, misalnya; pendingin rumah (AC),
lemari pendingin makanan dan minuman (Kulkas) hingga mesin pendingin
pada dunia perindustrian.
Tabel 2.3 Kelas SMKN 29 Tahun Pelajaran 2016/2017
Sumber: Kalender Pendidikan SMKN 29 Jakarta Tahun Pelajaran 2016/2017
Berdasarkan tabel diatas, jumlah Taruna yang ada di SMKN 29 Jakarta
berjumlah lebih banyak di bandingkan dengan jumlah Taruni. Aksi tawuran
yang telah dilakukan oleh SMKN 29 Jakarta juga dilakukan oleh para taruna
saja dan para taruni tidak pernah terlibat dalam aksi tawuran tersebut. Hal ini
di jelaskan oleh Ghina Istiqomah (Taruni kelas 12 EI) pada tanggal 25
Oktober 2016:
“Kalau saya sih tidak pernah ikut tawuran, karena saya takut juga
dengan darah. Tapi kalau taruni yang ikut basis sih ada. Kalau
mereka ikut tawuran sih tidak ada, pernah tahu dan liat kalau ada
26
taruni yang ikut tawuran juga tidak pernah. Karena selama saya
sekolah yang saya tahu hanya taruna aja yang tawuran dan itu pun
mereka yang ngebasis atau pulang bareng naik transportasi umum”.
Aksi tawuran yang diambil dalam penelitian ini dilakukan oleh para
taruna SMKN 29 Jakarta yang mengikuti BASIS (BArisan SISwa). Basis itu
sendiri merupakan kelompok pelajar baik taruna/i yang melakukan perjalanan
menuju sekolah atau pulang ke rumah dengan menggunakan transportasi
umum. Ada beberapa kelompok basis yang di bentuk oleh para taruna/i yang
berdasarkan arah jalan mereka, contohnya; Basis Manggarai-BlokM, Basis
Pondok Labu-BlokM, Bintaro-BlokM dsb. Oleh karena itu aksi tawuran yang
dilakukan oleh para taruna berdasarkan basis yang diikutinya dengan
mengatas namakan sekolah.
D. Tawuran Pelajar SMKN 29 Jakarta
Tawuran yang dilakukan oleh SMKN 29 Jakarta bukanlah hal yang
baru dilakukan oleh para taruna. Tawuran ini merupakan kasus yang sudah
lama terjadi sejak tahun 1990-an. SMKN 29 Jakarta sangatlah berbeda
dengan sekolah menengah kejuruan lainnya, terlebih dalam bidang studinya.
Sekolah ini satu-satunya sekolah kelompok teknologi pesawat udara yang ada
di Jakarta Selatan. Atribut dan seragam sekolah yang di pakai oleh para
taruna/i pun berbeda dengan sekolah lainnya. Mereka menggunakan baju
seragam PDH yang biasanya di pakai oleh para Angkatan Udara (AU) yang
dilengkapi dengan berbagai atribut di seragamnya. Pemberian kata “Taruna-
Taruni” untuk para peserta didik di sekolah ini juga disebabkan oleh
27
penerapan kedisiplinan yang lebih di bandingkan sekolah lain pada
umumnya. Karena sekolah ini merupakan sekolah yang menganut sekolah
semi militer. Hal ini dijelaskan oleh M. Syafe’i (Pembina Siswa SMKN 29
Jakarta) pada tanggal 25 Oktober 2016:
“Iya, kedisiplinan di sekolah ini memang berbeda walaupun dengan
sekolah-sekolah lain yang sama-sama SMK. Tapi disekolah ini
berbeda, sekolah ini lebih disiplin. Misalnya; setiap hari melakukan
apel. Walaupun label taruna/i pada anak didik di sekolah ini belum
benar-benar melekat kuat, karena memang apabila kita melihat
taruna maka yang ditampilkan adalah sosok seorang yang disiplin
yang tidak menunggu di tegur dan untuk taruna/i disini tetap harus
di pandu. Dilihat dari segi penampilan juga para taruna berambut
tidak gondrong (cepak), memakai seragam PDH seperti angkatan
udara (AU). Tapi sebenarnya anak didik di sekolah ini juga
merupakan siswa, karena sekolah ini jurusan penerbangan yang
seragamnya juga berbeda dengan sekolah pada umumnya maka
disebutlah anak didik sekolah ini dengan kata “Taruna-Taruni” oleh
kesepakatan guru-guru sekolah ini walaupun belum 100% anak
didik di sekolah ini mencerminkan seorang “Taruna-Taruni”.
SMKN 29 Jakarta yang menganut sekolah semi militer ini memiliki
program berbeda untuk para peserta didiknya. Sekolah ini memiliki program
MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah) untuk para taruna/i baru yang
berbeda dengan sekolah lain pada umumnya, yaitu; program MOS (Masa
Orientasi Sekolah). Sedangkan ada pula program untuk para taruna/i lainnya,
seperti; LDKT (Latihan Dasar Kepemimpinan Taruna) dan PMD (Pembinaan
Mental Disiplin) untuk para taruna/i lainnya. Program-program yang ada di
sekolah ini juga bekerjasama dengan para TNI AU. Ini yang menjadi hal yang
mencolok dari SMKN 29 Jakarta, sehingga sering kali sekolah ini menjadi
sekolah yang tersorot terlebih dengan aksi tawuran pelajar yang telah
berlangsung sejak tahun 1990-an sampai saat ini.
28
Tabel 2.4 Data Tawuran SMKN 29 Jakarta Tahun 2014-2016
No. Tahun Bulan Rival Lokasi Deksripsi
1. 2016
Januari SMK Bunda
Kandung
Pasar Minggu.
(Pinggir rel
kereta)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
April STM Kartini
Borobudur
Jl, Buncit
Raya 12
Perayaan setelah
kelulusan sekolah
(UN).
Mei SMKN 28
Kawasan Jl.
RS.
Fatmawati
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
Juli
STM Kartini
Borobudur
Jl. Buncit
Raya 12
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
SMKN 34
Jl.
Minangkabau
(Manggarai)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
Agustus SMK Kartini
Borobudur
Jl. Buncit
Raya 9
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
September
SMKN 34
Manggarai
(Di jembatan
tengah
minang
kabau)
Penyambutan hari
ulang tahun SMKN
29. (28 September
1953)
SMK Bhakti
Jakarta
Kawasan
Pancoran
Penyambutan hari
ulang tahun SMKN
29. (28 September
1953)
2.
2015
Januari
SPM
Purnama &
SMK Triguna
Utama
Terminal
Blok M
Penyambutan hari
ulang tahun SMK
Triguna Utama (21
Januari 1975)..
Februari SMK Bunda
Kandung
Pasar Minggu
(Pinggir rel
kereta)
Awal masuk tahun
pelajaran baru
sekolah.
April SMK
Purnama 1 Tendean
(Depan
Pertemuan yang
direncanakan oleh
sekolah SMK
29
warung cinta). Purnama 1.
Mei
SMK
Pelayaran
Pembangunan
Jl. Buncit (Di
depan halte
busway)
Perayaan setelah
kelulusan sekolah
(UN)
Juli SMAN 46 Kawasan
Sekolah 46.
Penyerangan balas
dendam oleh SMKN
29..
September
SMK Triguna
Utama
Kawasan Jl.
RS Fatmawati
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
SMKN 1
Jl. Senopati
(Kawasan
Blok S)
Penyerangan sengaja
saat di jalan oleh
SMKN 1.
SMK Bunda
Kandung
Pancoran (Di
depan halte)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
SMK Rahayu
Mulyo
Kawasan
Sekolah
SMKN 29.
Penyambutan hari
ulang tahun SMK
Rahayu Mulyo. ( 08
September 1969).
SMK Bunda
Kandung
Lenteng
Agung (Di
stasiun)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
November
SMA Respati
& STM
Bunda
Kandung
Pancoran (Di
lampu merah
perempatan
jalan
pancoran)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
SMK Bhakti
Jakarta
Jl. Senopati
(kawasan
Blok S)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
SMKN 34
Jl.
Minangkabau
(Di depan
Alfamidi)
Pertemuan tidak
sengaja di jalan.
Sumber: Hasil wawacara dengan informan
30
Tawuran pelajar yang dilakukan oleh pelajar SMKN 29 Jakarta ini
dilakukan secara berkelompok setelah pulang sekolah di sepanjang jalan
menuju ke rumah taruna. Tawuran dilakukan hampir di setiap bulan dengan
sekolah yang berbeda-beda dan lokasi yang berbeda pula. Lokasi tawuran
tidak terlepas dari sepanjang jalan arah pulang taruna. Pertemuan taruna
dengan pelajar sekolah lain dalam aksi tawuran ini lebih banyak merupakan
pertemuan yang tidak di rencanakan / tidak di sengaja. Meskipun ada moment
khusus dalam aksi tawuran, misalnya; Awal masuk sekolah, Perayaan setelah
UN dan Penyambutan hari ulang tahun sekolah. Di bulan September yang
bertepatan dengan penyambutan hari ulang tahun SMKN 29 Jakarta yang
jatuh pada tanggal 28 September 1953 di jadikan moment khusus oleh para
pelajar untuk melakukan aksi tawuran, sehingga tawuran pelajar lebih banyak
di lakukan dibandingkan dengan pada bulan yang lainnya terkait dengan
taruna SMKN 29 Jakarta.
31
BAB III
RELASI HUBUNGAN SENIOR JUNIOR DALAM TAWURAN PELAJAR
A. Bentuk Relasi Timbal Balik Senior-Junior
A.1 Hirarki Senior Junior
Pada bagian pertama dalam Bab III di skripsi ini penulis membahas hasil
penelitian yang terkait dengan teori pertukaran (exchange theory) oleh Peter
Blau yang dijadikan sebagai rujukan dalam melihat fenomena hubungan
timbal balik Senior-Junior dalam aksi tawuran pelajar di SMKN 29 Jakarta.
Sebelum sampai kepada tahap pembahasan tersebut penulis akan menjelaskan
terlebih dahulu mengenai teori pertukaran oleh Peter Blau.
Teori pertukaran (exchange theory) oleh Peter Blau. menjelaskan bahwa
manusia adalah makhluk yang melakukan tindakan sosial yang saling
memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar individu
berdasarkan tatanan sosial tertentu untuk mencari keuntungan dan imbalan.
Sedangkan, Reward adalah ganjaran yang memiliki kekuatan pengesahan
sosial (social approval). Dalam kehidupan sehari-hari, segala sesuatu yang
disenangi akan dicari dalam relasi-relasi sosial mereka. Orang akan lebih
menyenangi atau cocok dengan orang lain yang mengesahkan dirinya. Dalam
suatu kelompok yang memiliki hirarki, urutan tatanan sosial di tandai dengan
kepatuhan pada siapa, siapa yang duduk “di meja utama”, dan indikasi-
indikasi lainnya. Runtutan posisi dalam kelompok adalah unsur-unsur tatanan
sosial umum yang ada dalam kelompok.
32
Kepemilikan kedudukan atau status yang berbeda antara taruna senior
dengan taruna junior menyebabkan adanya perbedaan kekuasaan di dalam
hubungan mereka. Kepemilikan kekuasaan oleh Senior-Junior di SMKN 29
Jakarta ditentukan dari kelas dan pangkat. Sementara itu, kepemilikan
pangkat itu sendiri diperoleh berdasarkan kelasnya, contohnya; Taruna kelas
12 maka mempunyai pangkat 3, Kelas 11 maka mempunyai pangkat 2, dan
Kelas 10 mempunyai pangkat 1. Hal ini di diperjelas oleh Erwin Widianto
(Taruna kelas 10 TPTU) pada tanggal 12 Oktober 2016:
“Senior itu abang kelas. Taruna yang sudah masuk sekolah terlebih
dahulu sebelum saya masuk karena lebih tua umurnya, terlebih
dahulu masuk sekolah, pangkatnya banyak lebih dari 1. Sedangkan
junior itu taruna/i yang baru masuk sekolah. Karena pangkatnya
dikit, pangkat 1 atau 2. Pokonya dia punya atasan. Kalau seperti
saya punya atasan tapi tidak punya bawahan kan kelas 10
hahhaha”.
Para taruna yang di kategorikan sebagai senior adalah taruna yang
memiliki adik kelas. Taruna yang termasuk senior di SMKN 29 Jakarta
adalah taruna kelas 12 dan 11, sedangkan untuk taruna yang masih duduk di
kelas 10 adalah taruna junior karena kelas 10 tidak memiliki junior. Dan kelas
10 merupakan langkah awal kelas yang ada di SMKN 29 Jakarta. Taruna
kelas 12 adalah senior untuk para taruna kelas 11 dan kelas 10, taruna kelas
11 juga merupakan senior tapi hanya untuk kelas 10 karena masih tergolong
junior untuk para taruna kelas 12. Namun untuk para taruna kelas 10 adalah
taruna yang secara keseluruhannya termasuk dalam kategori junior. Karena
para taruna kelas 10 merupakan junior atas kelas 11 dan kelas 12 yang tidak
memiliki junior.
33
Gambar 3.1 Taruna-taruni SMKN 29 Jakarta
Sumber: Google
Untuk taruna yang tidak naik kelas saat kenaikan kelas juga termasuk
dalam kategori senior untuk taruna yang baru karena taruna tersebut masuk
sekolah lebih awal di bandingkan taruna baru. Kebijakan sekolah tentang
toleransi anak didik yang tidak naik kelas tetapi tetap diperbolehkan untuk
melanjuti sekolah di SMKN 29 Jakarta, hanya berlaku untuk anak didik kelas
11. Para Taruna/i kelas 11 yang tidak naik kelas saat kenaikan kelas masih di
perbolehkan bersekolah dengan toleransi 1 kali di periode tahun pelajaran
baru. Sedangkan untuk kelas 10 yang tidak naik kelas maka tidak diberikan
toleransi, sehingga apabila ada anak didik SMKN 29 Jakarta yang duduk di
kelas 10 dan tidak naik kelas maka terpaksa harus di keluarkan (drop out)
sesuai dengan kebijakan sekolah yang telah di tetapkan.
Perbedaan hirarki yang terjadi antara taruna Senior-Junior ini
menyebabkan adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh pihak senior. Hal ini
disebabkan karena taruna senior lebih memiliki power (kekuataan) yang lebih
34
dibandingkan juniornya. Power yang dimiliki oleh senior ini pada umumnya
lebih dimanfaatkan oleh para taruna untuk menyuruh junior untuk
kepentingan pribadi senior maupun kepentingan bersama. Untuk kepentingan
bersama, sering kali senior menyuruh juniornya untuk mengumpulkan uang
saat berkumpul dan uang itu dipergunakan untuk membeli keperluan saat itu,
contohnya; kopi, roti, rokok dsb. Sedangkan untuk kepentingan pribadinya,
senior menyuruh untuk berjualan sticker. Dimana pembahasan mengenai
penjualan sticker dibahas pada bagian ekonomi (kekayaan). Dalam menyuruh
juniornya, senior juga pernah menggunakan cara pemaksaan atas dasar
kekuasaan yang dimilikinya yang menimbulkan adanya keresahan untuk para
junior. Hal ini dijelaskan oleh Azkha Zighry ( Taruna kelas 11 TPTU) pada
tanggal 12 Oktober 2016:
“Bisa nyuruh-nyuruh. Duit seribu bisa beli susu. Keren ga? Hahaha
kasih duit seribu minta donat 3. Jadi, ya nombokin dah. Tapi, senior
pernah juga sih kasih uang kalau uang kita habis buat ngumpul.
Kolekan (pemalakan) yang dilakukan senior juga sebenarnya untuk
bersama juga bukan buat senior pribadi. Misalnya; lagi ngumpul
terus disuruh kolekin angkatan yang ada disitu. Kayak patungan tapi
hasilnya buat di nikmatin bersama”.
Senioritas yang dilakukan oleh senior terhadap juniornya merupakan
perlaku turun-temurun yang dilakukan oleh taruna yang mengikuti Basis
(Barisan Siswa). Barisan Siswa (Basis) itu sendiri merupakan sebuah
komunitas atau kelompok perkumpulan siswa berdasarkan jalur pulang yang
telah berlangsung sejak lama dan salah satu bentuk warisan taruna yang
diturunkan. Kekuasaan yang dimiliki oleh taruna senior yang di terapkan
35
untuk juniornya awalnya telah diperkenalkan terlebih dahulu saat kegiatan
penataran. Kegiatan penataran itu sendiri dilakukan oleh para taruna senior
sesuai basis mereka. Penataran ini biasanya dilakukan di setiap awal tahun
pelajaran sekolah, agar taruna saling kenal dengan taruna lainnya. Hal ini
dijelaskan oleh Irfandi Kurnia (Alumni SMKN 29 Jakarta tahun 2016) pada
tanggal 12 Oktober 2016:
“Penataran itu untuk keseluruhan kelas baik kelas 10, 11, dan 12.
Tapi yang wajib ikut itu kelas 10 karena dia taruna baru di sekolah.
Sedangkan kelas 11 dan kelas 12 itu yang menatar kelas 10 tapi juga
berlaku untuk dia juga supaya lebih solid lagi. Isi penataran itu
perkenalan. Perkenalan ke semua teman-teman mau itu seangkatan,
junior, dan senior. Tujuannya biar saling kenal, jadi kalau kenal kan
enak kalau kita minta bantuan. Kalau tidak saling kenal gimana mau
saling ngebantu. Biasanya kalau penataran ya isinya ngasih nasihat
dan selebihnya latihan fisik. Misalnya; di pukul, push up, di
tendang”.
Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya penataran oleh para taruna
adalah untuk membangun rasa solidaritas yang kuat antar taruna baik untuk
yang seangkatan maupun tidak seangkatan. Dalam proses penataran terdapat
2 materi penataran, yaitu; pemberian materi yang berisikan nasihat-nasihat
yang diberikan oleh senior kepada junior dan pelatihan fisik. Hal ini untuk
mengantisipasi para taruna yang apabila mendapatkan segala bentuk serangan
atau ancaman dari dalam ataupun luar sekolah agar dapat saling membantu
satu sama lain. Penataran ini sering kali dijadikan senior sebagai pemanfaatan
kekuasaan agar di segani oleh junior, terlebih dalam pelatihan fisik yang
dilakukan. Hal ini di jelaskan oleh Yoga Erlando (Taruna kelas 11 AP) pada
tanggal 06 Oktober 2016:
36
“Takut di bariskan sama senior (di tatar) kalau tidak patuh sama
senior. Penataran kan ada latihan fisiknya, misalnya; di gamparin
(pukul). Kalau di sekolah nanti di pukul sama senior kalau ketemu,
biasanya sih di kamar mandi. Jadi dari pada nanti di kena pukul
oleh senior lebih baik nurut aja. Iya aja deh pokoknya dari pada
bonyok hahaha”.
Penataran yang telah dilakukan oleh taruna sampai saat ini masih
memberikan dampak untuk taruna di sepanjang hubungan pertemanan yang
terjalin di antara mereka. Dampak penataran dapat dilihat secara jelas dari
sikap taruna junior yang enggan untuk tidak membantah perintah yang
dikeluarkan oleh seniornya karena takut untuk diberikan kegiatan penataran
kembali yang berupa latihan fisik apabila membantah perintah seniornya.
A.2 Keuntungan relasi Senior dan Junior
Pada bagian keenam ini penulis masuk pada pembahasan mengenai
keuntungan. Keuntungan yang diterima oleh masing-masing pihak terkait
dengan hubungan pertemanan ini tentunya tidak lepas dari akibat pertukaran
sosial yang dilakukan. Teori pertukaran memandang bahwa motivasi sebagai
suatu hal yang pribadi dan individual. Walaupun demikian, motivasi nantinya
akan mengacu pada budaya pribadinya. Motivasi itu mengacu pada saat
memperoleh barang yang diinginkan, kesenangan, kepuasan, dan hal lainnya
yang bersifat emosional (Wirawan, 2012:175). Hubungan yang diciptakan
oleh para taruna Senior-Junior merupakan hubungan yang saling
menguntungkan baik untuk pihak senior maupun pihak junior. Keuntungan
yang mereka dapatkan pun sama diperolehnya melalui kegiatan pertukaran
atas kebutuhan yang mereka inginkan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang
37
diperlukan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Kebutuhan manusia
mencerminkan adanya perasaan kurang puas yang ingin dipenuhi dalam diri
manusia yang muncul secara alamiah untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya (Arifin 2007:2). Kebutuhan dan keuntungan itu sendiri berjalan
secara beriringan. Namun, kaitannya dengan hubungan yang mereka telah
jalin ini tentunya terdapat asas timbal-balik (saling menguntungkan).
Keuntungan yang merupakan hasil dari pertukaran atas kebutuhan
mereka ini menjadikan penyebab dari kepanjangan waktu hubungan.
Keuntungan juga dapat dijadikan sebagai modal pertahanan dari suatu
hubungan. Oleh karena itu, Penulis membahas mengenai penerimaan
keuntungan (reward) yang diterima oleh pihak junior yang terkait dalam
hubungan tersebut. Hal ini disebabkan karena penulis telah membahas pada
bagian sebelumnya mengenai keuntungan yang diterima oleh para taruna
senior yang berupa; kekuasaan, kedudukan, loyalitas dsb. Keuntungan yang
didapatkan oleh taruna junior dari pertukaran dalam hubungan pertemanan ini
yaitu berupa; pengalaman dan suasana pertemanan yang harmonis.
Pengalaman yang diberikan oleh taruna senior dilakukan dengan cara
menceritakan tentang kisah-kisah hidup senior kepada juniornya. Pengalaman
dijadikan sebagai pedoman untuk para taruna junior dalam berperasaan,
berpikir dan bertindak dalam mengambil suatu keputusan. Pengalaman yang
diberikan oleh taruna senior terdapat pengalaman yang bersifat akademik dan
non-akademik yang berguna untuk taruna baik saat masih sekolah maupun
sudah tamat sekolah nanti. Pengalaman yang bersifat akademik lebih
38
mengacu kepada pengalaman yang berkaitan dengan sekolah, seperti; Tugas
sekolah dan Pengalaman praktek kerja lapangan (PKL). Sedangkan untuk
pengalaman non-akademik lebih mengacu kepada pengalaman hidup.
Gambar 3.2 Suasana Pulang Sekolah
Sumber: Dokumen Pribadi
Pengalaman hidup yang diberikan oleh para taruna senior pada
pembahasan ini penulis membahas mengenai keterkaitannya dengan aksi
tawuran yang dilakukan oleh para taruna SMKN 29 Jakarta. Dalam aksi
tawuran yang terjadi sejak dulu dan masih berlangsung sampai saat ini tidak
terlepas dari keterlibatan taruna senior. Pengalaman taruna senior yang telah
berpartisipasi tawuran terlebih dahulu dibandingkan juniornya menjadikan
pengalaman-pengalaman tersebut sebagai pedoman yang berguna untuk para
taruna junior dalam melakukan aksi tawuran. Keuntungan yang lain yang
didapatkan oleh para taruna dalam keikutsertaannya dalam aksi tawuran ini
bukan hanya pengalaman hidup saja, melainkan juga keuntungan berupa
39
meningkatnya rasa percaya diri dan kepuasaan tersendiri untuk diri pribadi
mereka masing-masing setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran. Hal ini
dijelaskan oleh Muhammad Zulkarenain (Taruna kelas 10 / EI) pada tanggal
12 Oktober 2016:
“Kalau awalnya belum pernah ikut tawuran sih jadi ngerasa lebih
berani aja. Karena kan kalau belum pernah ngerasain tawuran
kalau mau pulang pasti takut banget kalau ketemu musuh di jalan
tiba-tiba, ya walaupun kalau pulang sekolah juga tetap ada rasa
takut juga walaupun udah pernah ikut tapi lebih ngerasa lebih
berani aja dari pada sebelumnya. Ya buat pengalaman selama
sekolah aja ikut tawuran”.
Keuntungan lainnya dari melakukan aksi tawuran tersebut juga
menghasilkan adanya rasa kepuasan untuk diri sendiri apabila memenangkan
tawuran. Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, bahwa aksi
tawuran ini juga merupakan salah satu bentuk kompetisi untuk sekolah
mereka. SMKN 29 Jakarta yang terkenal dengan aksi tawurannya dari sejak
dahulu membuat para taruna menganggap sekolah mereka merupakan sekolah
yang tangguh akan prestasinya meraih kemenangan dalam aksi tawuran
tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Irfandi Kurnia (Alumni SMKN 29 Jakarta
Tahun 2016) pada tanggal 12 Oktober 2016:
“Sekolah saya termasuk sekolah yang jago lah dalam tawuran,
makanya kalau kalah malu-maluin aja. Kalau gak percaya cari aja
di google. Jadi mempertahankan harga diri sekolah. Makanya harus
menang kalau tawuran. Petinju aja gakmau kalah, masa kita mau
kalah. Semua orang pasti mau menang. Kalau menang itu bisa
dapetin harga diri dan gak malu pastinya. Karena pasti ada lah rasa
malu kalau kalah”.
40
Keuntungan lain yang diterima oleh para taruna junior berkaitan dengan
hubungan pertemanan Senior-Junior juga mendatangkan keuntungan
tersendiri untuk para junior yang lebih dekat secara emosional dengan
seniornya. Pertukaran sosial yang berlangsung pada hubungan mereka ini
menghasilkan adanya suasana pertemanan yang harmonis. Hal ini dijelaskan
oleh Azkha Zighry (Taruna kelas 11 / TPTU) pada tanggal 12 Oktober 2016:
“Ada lah bedanya kalau deket sama senior, rasanya beda aja
seperti temen sekelas kalau sudah dekat dengan senior. Misalnya;
karena kalau tidak deket sama senior biasanya kalau mau ngerokok,
junior tungguin seniornya ngerokok duluan. Baru kita deh junior
ngerokok. Tapi, kalau senior engga ngerokok ya kita engga
ngerokok. Nunggu disuruh senior baru ngerokok”.
Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara taruna Senior-Junior
terdapat asas timbal-balik berupa keuntungan (reward) yang diterima oleh
kedua belah pihak terkait dalam hubungan ini. Keuntungan yang diterima ini
tidak terlepas dari proses pertukaran atas kebutuhan-kebutuhan pihak masing-
masing di dalamnya. Taruna senior yang mendapatkan keuntungan berupa;
kekuasaan, kedudukan dan loyalitas. Sedangkan taruna junior mendapatkan
keuntungan berupa; perlindungan, pengalaman, dan suasana pertemanan yang
harmonis. Keuntungan yang diterima oleh para taruna Senior-Junior inilah
yang menjadikan hubungan mereka dapat ditegakkan dan dilestarikan .
41
A.3 Kedudukan dan pengaruh Relasi Timbal Balik Senior Junior
Pada bagian kedua ini penulis membahas mengenai kedudukan (status),
bahkan pengaruh yang dimiliki taruna Senior-Junior pada hubungan timbal-
balik dalam pertemanan mereka. Kedudukan diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial
adalah tempat seseorang dalam lingkungan pergaulannya, prestisenya, serta
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya (Waluya 2007:23). Taruna senior yang
tentunya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan juniornya dapat
diartikan sebagai reward yang diterima oleh para taruna senior di dalam
hubungan mereka. Blau dalam kenyataannya mengemukakan bahwa hakikat
biasa dari pertukaran sosial adalah ketidakseimbangan. Pihak terkecil dalam
pertukaran yang tidak seimbang itu dapat memperoleh kompensasi dengan
atau jenis penguatan umum yang disebut oleh Homas social approval, atau
menurut Blau lebih suka menyebutnya sebagai kerelaan (compliance atau
subordination) (Wirawan, 2012: 183). Kerelaan yang dimaksud dalam
penelitian ini mencangkup mengenai penerimaan kerelaan oleh para pihak
junior dalam memberikan kedudukan yang lebih tinggi untuk para taruna
senior. Sedangkan mengenai legitimasi dan perubahan sosial atas pertukaran
yang terjadi di dalam hubungan pertemanan ini tidak bersifat mutlak,
melainkan bersifat kecenderungan. Penerimaan atas kerelaan oleh para junior
ini juga dapat diartikan sebagai alternatif asosiasi dalam hubungan mereka,
sehingga relasi tidak putus.
42
Gambar 3.3 Senioritas SMKN 29 Jakarta
Sumber: Dokumen Pribadi
Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur yang baku dalam
sistem sosial dan keduanya saling beriringan. Akibat dari perbedaan
kedudukan antara taruna Senior-Junior yang menyebabkan adanya kekuatan
yang dimiliki oleh senior dalam memberikan pengaruh untuk juniornya.
Pengaruh yang diberikan taruna senior ini lebih mengacu kepada aksi tawuran
pelajar yang melibatkan para taruna SMKN 29 Jakarta. Hal ini dijelaskan
oleh Irfandi Kurnia (Alumni SMKN 29 Jakarta 2016) pada tanggal 12
Oktober 2016:
“Iya, ada pengaruh yang dikasih senior kalau buat ngelaksanain
tawuran. Senior ngasih pengaruh supaya basis kompak dan solid.
Ngasih pengaruhnya lewat nasehat, arahan dan cerita-cerita kalau
tawuran harus kompak dan solid. Jadi kalau ketemu sama sekolah
lain dan itu musuh sekolah kita. Mau kita kenal atau tidak kenal tapi
kalau itu menjadi musuh senior maka itu juga musuh kita juga”.
43
Pengaruh yang diberikan oleh senior terhadap junior ini ditanamkan
sejak hubungan diantara mereka terjalin. Cara berperasaan, berpikir, bersikap
dan bertindak yang dilakukan oleh senior dijadikan sebagai acuan (pedoman)
untuk juniornya di dalam pertemanan mereka. Sebagai sosok junior yang
patuh terhadap perintah senior, maka mereka telah menganggap bahwa hal-
hal yang berkaitan dengan norma (aturan-aturan) senior merupakan hal yang
wajar dan salah satu bentuk tradisi yang akan terus dilanjutkan untuk para
taruna selanjutnya. Kepemilikan kedudukan yang timpang antara taruna
Senior-Junior menyebabkan adanya penentukan posisi saat tawuran
berlangsung. Posisi senior saat pelaksanaan tawuran berada di posisi belakang
juniornya, sedangkan junior berada sebaliknya. Perbedaan posisi ini tidak
terlepas berdasarkan dari kepemilikan kelas dan pangkat taruna. Taruna kelas
10 berada di posisi depan, taruna kelas 11 berada dibelakang kelas 10, taruna
kelas 12 berada dibelakang kelas 11, dan apabila alumni ikut dalam aksi
tawuran maka alumni berada di posisi belakang taruna kelas 12. Posisi ini
dilakukan hanya pada saat awal tawuran dan tidak berlaku terus-menerus saat
tawuran berlangsung. Hal ini dijelaskan oleh Cakra Ningrat (Taruna kelas 10
/ AP) pada tanggal 06 Oktober 2016:
“Ada sih, senior menyuruh junior buat ngelawan musuh duluan.
Nanti dia bantuin dari belakang. Misalnya; kelas 10 dan kelas 11
ngelawan musuh duluan. Nah kelas 12-nya di belakang kelas 10 dan
11 gitu. Walaupun nanti ujung-ujungnya juga tetap saja bareng-
bareng ngelawannya. Kan gak mungkin juga masa berantem dari
awal sampe akhir tersusun rapih gitu berdasarkan kelas, kalau
berantem kan pasti tidak teratur. Jadi itu cuma awalannya aja biar
musuh tahu bahwa kelas 10 sekolah kita udah berani ada di posisi
depan terus dilanjutin sama kelas 11 dan 12”.
44
Posisi junior berada di depan saat tawuran ini tidak bertujuan untuk
mengorbankan juniornya dalam menghadapi lawan terlebih dahulu. Akan
tetapi, bertujuan sebagai bentuk cara yang mereka lakukan agar lebih terbiasa
dalam menghadapi lawan, karena sekolah mereka masih sering menjadi target
sekolah lain untuk melaksanakan tawuran pelajar terlebih untuk para taruna
yang sekolah menggunakan transportasi umum. Perjalanan yang ditempuh
untuk sampai tujuan, baik ke sekolah maupun pulang ke rumah mereka
masing-masing sangat rawan sekali untuk taruna yang melakukan perjalanan
sendirian. Hal tersebut karena seragam yang dipakai oleh para taruna SMKN
29 Jakarta sangatlah khusus dan berbeda dengan sekolah menengah kejuruan
lainnya.
Kedudukan yang berbeda antara taruna Senior-Junior ini juga
menyebabkan adanya hak dalam pembuatan norma (aturan) oleh para senior
yang diberlakukan untuk para junior. Norma ini dibuat berdasarkan prinsip
senioritas dan berlaku sejak hubungan mereka terjalin. Pembentukan norma
ini sudah ada sejak lama dan masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini
dijelaskan pada bagian selanjutnya mengenai loyalitas (kepatuhan). Oleh
karena itu, di dalam hubungan pertemanan para taruna Senior-Junior di
SMKN 29 Jakarta menghasilkan adanya pengaruh atas kedudukan (status)
lebih tinggi untuk para senior (superior) atas kerelaan para junior di dalam
hubungan mereka, sehingga hubungan pertemanan taruna Senior-Junior tidak
putus (tetap berlangsung).
45
A.4 Ekonomi dan Kekayaan dalam relasi Junior Senior
Pada bagian ketiga ini penulis membahas mengenai ekonomi
(kekayaan) yang dimiliki oleh kedua belah pihak, yaitu: taruna Senior-Junior
di dalam hubungan pertemanan mereka. Menurut ahli teori pertukaran, teori-
teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang
elementer: orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya
berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Interaksi sosial itu
mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahwa
pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam
berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak
nyata (Poloma, 2010: 52).
Terminologi kaya adalah melebihi kebutuhan pokok, sedangkan yang
membutuhkan berarti tidak memiliki sesuatu. Orang kaya justru sebaliknya.
Jika seseorang kekurangan sesuatu disebut miskin akan tetapi jika merasa
cukup (dengan kebutuhan yang ada) disebut kaya. Jelasnya, kekayaan adalah
memiliki harta yang lebih dari cukup (Laam 2015:30). Namun berdasarkan
hasil temuan di lapangan mengenai ekonomi (kekayaan) lebih mengacu
kepada pemanfaatan oleh para senior kepada juniornya dalam mencari materi
(uang) dengan berjualan sticker. Pemanfaatan yang dilakukan oleh para
taruna senior ini merupakan salah satu bagian dari bentuk pertukaran yang
dilakukan oleh kedua belah pihak di dalam hubungan mereka, senior dengan
menyuruh juniornya dalam berjualan. Sedangkan junior mendapatkan
46
imbalan (reward) berupa perlindungan yang akan dibahas pada bab
pembahasan selanjutnya.
Dalam kegiatan penjualan sticker, sebelumnya sticker-sticker ini dibuat
atau di design sendiri oleh senior dan junior hanya bertugas untuk menjualkan
sticker saja. Para junior menjualkan sticker ini kepada teman seangkatan
(teman sebaya) mereka dan juga kepada juniornya, contohnya; Taruna kelas
12 menyuruh adik kelasnya kelas 11 untuk berjualan sticker, sticker tersebut
di jual kepada teman sebaya nya kelas 11 dan kepada juniornya kelas 10.
Sedangkan untuk para taruna kelas 10 hanya bisa melakukan penjualan
sticker kepada teman seangkatan mereka, tidak bisa berjualan kepada
seniornya.
Gambar 3.4 Contoh Sticker
Sumber: Dokumen Pribadi
47
Penjualan sticker ini dilakukan oleh senior hanya dalam moment
tertentu saja, tidak dilakukan secara rutin. Moment ini biasanya dilakukan
senior apabila sedang membutuhkan uang yang cukup banyak untuk
kepentingan pribadi mereka. Hasil penjualan sticker ini sepenuhnya untuk
senior dan tidak ada sistem bagi hasil di setiap kegiatan penjualan. Junior
yang mendapatkan perintah untuk menjual sticker ini harus habis menjualkan
semua sticker, karena apabila sticker tersebut tersisa atau ada yang belum
terjual maka junior harus bertanggung jawab dengan cara ganti rugi kepada
seniornya. Ganti rugi dilakukan dengan cara membeli semua sticker yang
belum terjual. Kegiatan penjualan sticker ini biasanya diberi batas waktu
selama 1 minggu setelah pemberian sticker. Ketentuan batas waktu penjualan
sticker ini ditentukan atas keputusan sepihak oleh pihak senior. Hal ini di
perjelas oleh Azkha Zighry (Taruna kelas 11 / TPTU) pada 12 Oktober 2016 :
“Yang dikasih senior itu sticker. Sticker itu disuruh dijualin ke
temen-temen seangkatan sama junior disekolah. Biasanya kalau
jualan seticker itu dikasih waktu 1 minggu buat ngabisin pokoknya
harus laku semua. Kalau ada sisa atau tidak laku jadi nombokkin
dah (ganti rugi ke senior). Tapi buat senior yang udah lulus, senior
juga bisa ngasih baju seragam sekolah. Baju PDH warna biru yang
dipakai buat coret-coretan kelulusan”.
Dalam setiap penjualan sticker ini biasanya senior hanya mengeluarkan
modal untuk percetakan sticker sebanyak Rp. 6000,00 dan menghasilkan
stikcker sebanyak 35 lembar. Setiap lembar sticker di jual seharga Rp.
15.000. Sehingga keuntungan yang diterima oleh senior sebesar Rp.
519.000,00. Nominal tersebut sangatlah besar apabila melihat modal yang
48
dikeluarkan, karena tentunya tidak sebanding dengan keuntungan yang
diterima. Oleh karena itu, dalam kaitannya hubungan pertemanan taruna
Senior-Junior mengenai ekonomi (kekayaan) lebih mengacu kepada
pemanfaatan para senior dalam menyuruh juniornya untuk berjualan sticker
untuk mencari materi (uang). Dimana penjualan sticker ini merupakan salah
satu bentuk proses pertukaran yang ada di dalam hubungan mereka.
B. Stabilitas Relasi Senior Junior
B.1 Perlindungan Senior dan Junior
Pada bagian keempat ini penulis masuk untuk membahas mengenai
perlindungan. Menurut Blau, tujuan utama sosiologi yang mempelajari
interaksi tatap muka adalah untuk meletakkan landasan guna memahami
struktur sosial yang mengembangkan dan menimbulkan kekuatan sosial yang
menandai perkembangannya itu (Ritzer dan Goodman, 2007:368). Berkaitan
dengan pembahasan pada bagian keempat ini mengenai perlindungan,
perlindungan dalam penelitian ini disebabkan dari interaksi tatap muka (face
to face) yang dilakukan secara berulang-ulang oleh para taruna Senior-Junior.
Di dalam interaksi tatap muka yang dilakukan oleh kedua belah pihak ini
terdapat nilai perlindungan yang dijadikan oleh para taruna senior untuk
melakukan pertukaran dengan juniornya di dalam hubungan mereka. Oleh
karena itu, pembahasan mengenai perlindungan pada bagian ini mengacu
49
kepada perlindungan yang diberikan oleh pihak taruna senior kepada
juniornya.
Hubungan yang terjalin antara pihak taruna Senior-Junior dari sejak
dahulu dan masih ada hingga saat ini tentunya disebabkan oleh interaksi tatap
muka yang dilakukan secara berulang-ulang. Di dalam hubungan mereka ini
terdapat bentuk pertukaran sosial berupa perlindungan yang dilakukan oleh
para taruna senior. Perlindungan yang diberikan oleh senior ini tidak lepas
dari adanya rasa solidaritas. Rasa solidaritas ini mulai tertanam pada diri
taruna masing-masing sejak adanya taruna mengambil keputusan untuk
memulai hubungan pertemanan, baik untuk hubungan teman seangkatan
(sebaya) maupun tidak seangkatan (Senior-Junior) yang diperkuat dengan
mengikuti kegiatan penataran
Gambar 3.5 Pertemanan Taruna di Sekolah
Sumber : Dokumen Pribadi
50
Perlindungan yang ada dalam hubungan pertemanan antara Senior-
Junior lebih menitik beratkan kepada pemberian perlindungan dari senior
terhadap junior. Di dalam hubungan pertemanan mereka, senior memberikan
perlindungan bukan hanya sebagai nilai yang dijadikan bahan pertukaran saja.
Senior memberikan perlindungan juga disebabkan karena adanya rasa
tanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada junior. Perlindungan
yang diberikan oleh taruna senior lebih terlihat dalam bentuk pengayoman
berupa; nasihat-nasihat dan bantuan yang dibutuhkan oleh junior. Namun,
dalam pemberian pengayoman ini lebih ditampilkan dengan cara memberikan
perlindungan oleh taruna senior dalam menjaga dan membantu hal-hal yang
dibutuhkan oleh para junior ketika berada di dalam maupun di luar sekolah.
Bantuan yang diberikan oleh senior bukan hanya dalam aksi tawuran
pelajar saja, melainkan juga berbagai hal lainnya yang masih berkaitan
tentang kegiatan taruna. Permasalahan mengenai senioritas yang ada di
SMKN 29 Jakarta bukanlah hal yang baru, karena permasalahan ini memang
sudah ada sejak lama. Senioritas yang terdapat di dalam pertemanan taruna
Senior-Junior lebih identik diperlihatkan dengan perilaku taruna senior yang
sering menyuruh-nyuruh juniornya. Perilaku menyuruh-nyuruh atau
memberikan perintah ini dilakukan ketika berada di dalam maupun di luar
sekolah. Perintah yang dikeluarkan oleh taruna senior kepada juniornya
ketika di dalam sekolah sebenarnya hanya perintah yang ringan dan tidak
menyimpang. Akan tetapi, keisengan taruna senior kepada juniornya dengan
menyuruh hal-hal yang tidak perlu dilakukan ini yang membuat taruna junior
51
merasa lebih berat dalam melaksanakan perintah yang diberikan. Hal ini
dijelaskan oleh Azkha Zighry (Taruna kelas 11 / TPTU) pada tanggal 12
Oktober 2016:
“Enggaklah bukan cuma ngelindungin saat tawuran aja, kadang
juga senior yang lain suka iseng nah kita dibantuin deh sama senior
lainnya. Misalnya; nyuruh-nyuruh walaupun wajar jugasih. Tapi
kadang juga nyuruhnya iseng banget, nyuruh beli pulsa padahal
bisa jalan biasa tapi ini disuruhnya lari. Padahal kan yang penting
dibeliin pulsanya hahaha. tapi senior ngelindungin di dalam sekolah
dan di luar sekolah juga di lindungi biar aman saat di jalan pulang
sekolah”.
Perlindungan yang diberikan oleh taruna senior kepada juniornya bukan
hanya sebatas perlindungan saat berada di sekolah saja. Di luar sekolah taruna
senior juga memberikan perlindungan. Perlindungan yang diberikan oleh
taruna senior ketika berada di luar sekolah lebih berbentuk bantuan yang
dibutuhkan oleh para junior. Perlindungan yang diberikan senior ini
merupakan bentuk dari rasa tanggung jawab taruna senior kepada juniornya.
Hal ini berkaitan dengan penentuan pertukaran yang terjadi di antara mereka,
senior yang memberikan perlindungan dan junior yang memberikan
loyalitasnya. Perlindungan yang diberikan senior ketika berada di luar
sekolah lebih mengarah kepada perlindungan untuk menghadapi serangan
atau ancaman yang datang dari luar sekolah. Aksi tawuran yang melibatkan
para taruna SMKN 29 Jakarta ini menjadi ancaman untuk seluruh para taruna
terlebih pada saat mereka berada di luar sekolah. Tanggung jawab yang
diberikan oleh taruna senior terkait dengan aksi tawuran pelajar yang
melibatkan sekolah mereka, dilakukan dengan cara memberikan perlindungan
52
yang dalam bentuk pertolongan (bantuan). Pertolongan yang diberikan
taruna senior dalam aksi tawuran tersebut dibutuhkan oleh para junior ini
apabila mereka mendapatkan musibah di saat berlangsungnya aksi tawuran.
Aksi tawuran yang dilakukan oleh para taruna sering kali menyebabkan
adanya korban yang berjatuhan. Korban dari aksi tawuran ini tidak hanya
luka-luka saja bahkan ada pula yang sampai merenggut nyawa para pelajar.
Hal ini dijelaskan oleh Johari (Taruna kelas 12 / AP) pada tanggal 06 Oktober
2016:
“Iya, senior tanggung jawab kalau junior ada apa-apa saat tawuran.
Kalau tawuran kan kadang suka luka-luka karena lawan tuh.
misalnya; kena luka (bacok). tapi terlepas dari itu, senior hanya
melihat junior beraksi saja saat awal berlangsungnya tawuran.
Walaupun akhirannya sih senior juga bantuin kalau dilihat udah mau
kalah atau mundur”.
Aksi tawuran pelajar ini tidak terlepas dari adanya kompetisi yang
diciptakan oleh mereka yang berpartisipasi dalam aksi tawuran. Menang-
Kalah dalam aksi tawuran ini berpengaruh untuk tawuran selanjutnya.
Namun, untuk pengukuran kekalahan-kemenangan tidak dapat diukur dari
adanya korban saat tawuran. Akan tetapi, pengukuran tersebut dilakukan
dengan melihat adanya pengambilan sikap dari salah satu pihak yang bertikai
untuk mundur atau menyerah pada saat tawuran sedang berlangsung. Hal ini
dijelaskan oleh Azkha Zighry (Taruna kelas 11/TPTU) pada tanggal 12
Oktober 2016:
“Enggaklah kalau adanya korban saat tawuran itu tidak menjadi
patokan kalah. jadi kalau salah satu ada yang kena luka saat
53
tawuran, misalnya; kena bacok. Yang kena luka di pinggirin dulu,
nah yang lainnya ngelanjutin tetap tawuran. Kalau masih pengen
nerusin tawuran ya tetap di gas terus (lanjutkan), tapi kalau pengen
nyerah atau mundur yaudah kalah berarti. Ukuran siapa yang kalah
atau menang ditentuin dari siapa yang mundur duluan bukan dari
siapa yang kena luka”.
Oleh karena itu, interaksi tatap muka yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh para taruna Senior-Junior terdapat pertukaran. Pertukaran sosial
yang terjadi di dalam hubungan pertemanan mereka ini ditampilkan oleh para
taruna senior berupa perlindungan. Perlindungan inilah yang dijadikan oleh
para senior sebagai bahan pertukaran di dalam hubungan mereka.
Perlindungan ini diberikan ketika berada di dalam maupun di luar sekolah
baik berupa pengayoman (nasihat/arahan) maupun pertolongan (bantuan)
yang dibutuhkan oleh para junior. Namun, dalam hal balas budi yang
diberikan taruna junior kepada seniornya dibahas pada bagian selanjutnya
mengenai loyalitas.
B.2 Loyalitas Bersama
Pada bagian kelima ini dalam pembahasan mengenai loyalitas masih
ada kaitannya dengan pertukaran sosial yang dilakukan oleh para taruna
Senior-Junior di dalam hubungan pertemanan mereka. Para taruna senior
yang memberikan perlindungan sebagai bahan pertukaran mereka, sedangkan
junior memberikan loyalitasnya juga sebagai bahan pertukaran. Loyalitas
mengacu kepada pada wujud perilaku dari unit pengambilan keputusan untuk
melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu
54
perusahaan yang dipilih (Sudarso 2012:86). Definisi tersebut diambil
berdasarkan prinsip ekonomi mengenai loyalitas pelanggan. Namun, loyalitas
yang diberikan oleh taruna junior kepada juniornya ini tentunya tidak lepas
dari pertukaran sosial yang dilakukan oleh para taruna Senior-Junior. Dalam
keberlangsungan hubungan pertemanan mereka ini tentunya disebabkan oleh
penerimaan (reward) oleh kedua belah pihak secara seimbang. Senior yang
memberikan perlindungan dan menerima loyalitas sebagai imbalannya yang
berlaku sebaliknya untuk para junior.
Gambar 3.6 Konvoi Taruna SMKN 29 Jakarta
Sumber: Dokumen Pribadi
55
Pertemuan yang dilakukan oleh taruna Senior-Junior memang termasuk
pertemuan yang intens, karena pertemuan mereka terjadi hampir setiap hari
pada saat hari masuk sekolah bahkan juga dilakukan pada saat hari libur
sekolah. Dari pertemuan yang intens inilah menciptakan hubungan
pertemanan yang mengandung pertukaran didalamnya. Berdasarkan hasil
temuan lapangan, loyalitas yang diberikan taruna junior kepada seniornya
lebih berbentuk penghormatan yang tidak lepas dari hasil kegiatan penataran
taruna. Penghormatan yang dilakukan dengan sikap dan tindakan oleh para
junior kepada seniornya tidak hanya disebabkan karena pengaruh pertukaran
pada hubungan pertemanan mereka, melainkan adanya rasa hormat pada diri
taruna junior. Taruna senior sebagai orang yang lebih tua yang berada dekat
di lingkungan junior menjadikan senior sebagai sosok panutan. Karena
anggapan sebagai panutan itulah yang menjadikan taruna senior dianggap
sebagai orang tua juga untuk mereka. Hal ini dijelaskan oleh Irfandi Kurnia
(Alumni SMKN 29 Jakarta Tahun 2016) pada 12 Oktober 2016:
“Loyalitas itu lewat menghormati senior, itu jugakan dari penataran
basisnya. misalnya; tidak kurang ajar. ngehormatin senior, seperti
bapak kedua aja. Jadi, senior dianggap dan di hormati layaknya
seorang bapak kedua. Kalau yang pertama tetap bapak (orang tua)
yang ada di rumah. Nah, bapak yang kedua itu senior. Tapi, kalau
disuruh sama senior yang tidak kita inginkan, kan sering tuh senior
nyuruh-nyuruh tapi kita males ngelakuinnya. Kalau kita berani sih
ya ngelawan aja tapi gak enak jugasih kalau ngelawan senior
soalnya kan sekolah saya berpangkat. Lagi pula kalau ngelawan
senior walaupun kita menang nantinya tetap gak enak buat
kelanjutannya. Karena pasti akan di terror lagi sama senior dan
teman-temannya. Jadi, buat nyari aman lebih baik ngehormatin
aja”.
56
Pertukaran sosial yang dilakukan oleh para taruna junior berupa
loyalitas ini dilakukan dengan cara melaksanakan perintah yang dikeluarkan
oleh seniornya. Dengan memenuhi semua keinginan atas perintah taruna
senior maka junior tersebut maka junior dapat dianggap telah menghormati
seniornya. Begitu pula terkait dengan aksi tawuran yang dilakukan oleh para
taruna SMKN 29 Jakarta yang ternyata tidak terlepas dari pengaruh loyalitas
pada diri taruna. Aksi tawuran yang telah berlangsung sejak dulu dan masih
ada sampai saat ini adalah salah satu contoh bentuk dari pengaruh loyalitas
yang diberikan oleh taruna junior kepada seniornya. Loyalitas ini dibangun
dan dipertahankan oleh para taruna dengan cara menanamkan rasa solidaritas
yang tinggi pada diri taruna masing-masing yang biasanya telah di
sosialisasikan terlebih dahulu saat kegiatan penataran.
Rasa solidaritas yang tinggi yang taruna miliki digunakan untuk
membangun kekompakan mereka baik untuk angkatan masing-masing
maupun antar angkatan. Kekompakan taruna dalam memberikan loyalitasnya
kepada senior juga disebabkan karena adanya peraturan yang telah dibuat
oleh para taruna senior terdahulu. Peraturan tersebut berbentuk seperti pasal
yang di dalamnya terdapat pedoman untuk para taruna dalam hal menyikapi
seniornya. Pedoman tersebut dipakai oleh para taruna di berbagai keadaan
dan dimana pun taruna berada dengan seniornya. Hal ini dijelaskan oleh M.
Shamil Zikry (Taruna kelas 11 / AP) pada tanggal 06 Oktober 2016:
“Kalau misalnya disuruh untuk minta kolekan (palak), ya kolekan.
Cara bangun loyalitas taruna ke senior ya dengan hormat aja ke
senior. Kalau disuruh-suruh mau aja. Semuanya kan emang udah
57
ada pasalnya cara menghadapi senior mau di sekolah atau dimana
pun itu. Pasal 1 junior harus tunduk ke senior. Pasal 2 Senior tidak
pernah salah. Pasal 3, apabila senior salah, kembali lagi ke pasal
1”.
Dengan adanya peraturan yang berbentuk pasal tersebut, maka
penghormatan yang diterima oleh para senior telah dianggap sebagai
kewajiban yang harus dilakukan oleh para junior dalam menyikapi seniornya.
Meskipun memang pada kenyataanya bahwa rasa loyalitas yang dikeluarkan
oleh taruna junior kepada seniornya tidak hanya disebabkan hanya karena
adanya peraturan tersebut. Melainkan juga disebabkan adanya bentuk dari
rasa balas budi yang diberikan taruna junior kepada seniornya akibat dari
pertukaran sosial di dalam hubungan pertemanan mereka.
C. Hubungan Senior dan Junior di Kalangan Taruni
Pada bagian ketujuh ini adalah bagian terakhir pembahasan pada Bab
III mengenai hasil dan analisis temuan di lapangan. Pada bagian ini penulis
membahas mengenai hubungan Senior dan Junior yang ada di Kalangan
Taruni. Karena tidak lengkap rasanya apabila penulis hanya membahas
mengenai hubungan Senior-Junior yang ada di Kalangan taruna saja yang
telah dibahas terlebih dahulu di bagian sebelumnya. SMKN 29 Jakarta
sebagai sekolah menengah kejuruan pada umumnya juga sama terdiri dari
peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun,
pembedaan sebutan nama peserta didik di sekolah ini juga sama saja dengan
peserta didik laki-laki. Apabila anak didik yang berjenis kelamin laki-laki
58
disebut dengan istilah “Taruna”, maka untuk anak didik perempuan yang ada
di sekolah ini disebut dengan istilah “Taruni”.
Gambar 3.7 Taruni SMKN 29 Jakarta
Sumber : Dokumen Pribadi
Begitu pula ketika penulis membahas mengenai dinamika pertemanan
di kalangan taruni, ternyata hubungan pertemanan yang terjadi di kalangan
taruni juga merupakan hubungan yang timbal-balik didalamnya. Dimana
hubungan mereka juga terdapat pertukaran sosial. Pertukaran sosial yang
dilakukan oleh para taruni Senior-Junior juga berdasarkan atas kebutuhan-
kebutuhan pihak masing-masing. Dimana di dalam hubungan pertemanan
taruni ini juga memberikan keuntungan-keuntungan. Dalam menyikapi
permasalahan mengenai senioritas. Hubungan pertemanan di kalangan taruni
memiliki persamaan dengan taruna, hanya saja pertemanan di kalangan taruni
tidak pernah ikut terlibat dalam aksi tawuran sekolah mereka. Senioritas di
kalangan taruni ini juga disebabkan oleh kepemilikan kelas dan pangkat.
59
Sikap dan perilaku taruni senior kepada juniornya pun bermacam-macam.
Taruni senior yang bangga atas kepemilikan kedudukan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan juniornya akan memanfaatkan kedudukannya tersebut
dalam meraih sikap khusus yang diberikan juniornya. Sikap khusus yang
diberikan oleh taruni junior kepada seniornya lebih mengacu kepada adanya
penghormatan yang diberikan para junior di setiap perlakuannya saat berada
dengan senior. Hal ini dijelaskan oleh Shofwani Afni Rosyaningsih (Taruni
kelas 11 / EI) pada tanggal 25 Oktober 2016:
“Macam-macam sih kalau type senior di sekolah ini. Ada beberapa
senior yang ingin sekali di hormati layaknya dewa dan ada juga
senior yang biasa saja tidak terlalu menekankan rasa senioritasnya
jadi layaknya teman seangkatan tidak ada perbedaan antara senior-
junior. Tapi kalau untuk yang ngerasa senior yang ingin di hormati
seperti dewa ini hanya sebatas kenal di sekolah tapi kalau sudah di
luar sudah tidak dekat lagi. Tapi itu juga tergantung seniornya, ada
yang cuma di sekolah saja mau di anggap senior sedangkan kalau
sudah di luar bebas dan ada juga yang ingin di anggap senior di
sekolah maupun di luar sekolah. Senior juga ngasih pengaruh positif
juga sih kalau junior ke senior itu harus hormat, saling tegur sapa,
dan itu memang benar. Tapi kalau negatifnya itu senior suka
nyuruh-nyuruh kayak budaknya aja gitu, itu yang bikin keselnya”.
Senioritas di kalangan taruni juga menyebabkan adanya pemanfaatan
oleh taruni senior dalam membuat berbagai macam peraturan. Peraturan ini
telah berlangsung sejak lama hingga dan masih berlangsung hingga sampai
saat ini. Isi peraturan yang dibuat taruni senior memang berlaku hanya untuk
para taruni junior saja terlebih untuk para taruni junior yang duduk di kelas
10. Karena untuk para senior kelas 11 dan kelas 12 mengenai peraturan ini
tidak semuanya patuh melakukan peraturan tesebut. Oleh sebab itu, peraturan
60
ini tidak bersifat umum dan mengikat untuk semua para taruni. Hal ini
dijelaskan oleh Sylviana Monica (Taruni kelas 10 / EA) pada tanggal 25
Oktober 2016:
“Dan ada pula peraturan-peraturan yang dibuat oleh senior untuk
juniornya yang harus di taati, misalnya; kalau kelas 10 rambutnya
harus pendek batasnya dua jari dibawah telinga. Tapi, kalau untuk
taruni yang memakai kerudung maka kerudungnya harus di lilit di
leher. Untuk kelas 11 & 12 nya tidak semuanya seperti itu
penampilannya, cuma untuk nyuruh juniornya aja tapi tidak
dilakukan untuk dirinya sendiri. Peraturan itu juga udah berlaku
sudah lama dan sampai saat ini juga masih berlaku”.
Penerimaan atas peraturan yang telah dibuat oleh para senior ini sebagai
bentuk rasa hormat oleh para junior kepada seniornya. Menerapkan peraturan
dan melaksanakan perintah yang dikeluarkan oleh seniornya merupakan
bentuk loyalitas yang dilakukan oleh taruni junior terhadap seniornya.
Bahkan sering kali perintah yang dikeluarkan oleh taruni senior untuk
kepentingan pribadinya. Hal ini sama saja dengan perintah yang dilakukan
taruna senior kepada juniornya dalam hubungan pertemanan mereka. Namun,
dalam hubungan taruni Senior-Junior ini juga terdapat keuntungan yang
diterima oleh kedua belah pihak. Keuntungan yang diterima oleh taruni junior
sama saja seperti yang diberikan oleh taruna senior kepada juniornya berupa;
pengalaman dan pengayoman (nasihat atau arahan). Sedangkan keuntungan
untuk para senior berupa; kekuasaan, kedudukan (status) dan loyalitas yang
didapatkan dari juniornya. Hal ini dijelaskan oleh Sylvina Monica (Taruni
kelas 10 / EA) pada tanggal 25 Oktober 2016:
61
“Kalau hubungan senior-junior yang ada di sekolah ini sih ada
negatif dan ada positifnya. Kalau positifnya itu senior kan lebih tahu
lingkungan sekolah itu kaya gimana, jadi kita sebagai junior di kasih
tau sama senior. Karena SMKN 29 lebih banyak taruna di
bandingkan taruni, jadi lebih sering di kasih tahu sama senior.
Misalnya; kalau di deketin dengan taruna itu harus hati-hati.
Soalnya namanya cowo pasti ada yang bandel tapi juga ada yang
baik. Nah senior kasih tau deh tentang taruna yang deketin saya itu
kaya gimana orangnya. Dan karena saya ikut ekskul paskibra,
terkadang kalau saya salah saat latihan kadang senior juga ngajarin
saya supaya saya bisa dan benar. Tapi kalau negatifnya, senior suka
nyuruh-nyuruh misalnya; beli minuman untuk mereka tapi pakai
uang sendiri”.
Pengalaman akademik maupun non-akademik yang lebih banyak
dimiliki oleh para senior dijadikan sebagai nasihat-nasihat untuk juniornya
dalam melangkah untuk mengambil keputusan. Namun terkait dengan aksi
tawuran pelajar yang melibatkan SMKN 29 Jakarta, dari sejak dahulu hingga
sampai saat ini para taruni tidak ada yang ikut berpartisipasi dalam aksi
tawuran tersebut. Aksi tawuran pelajar yang melibatkan SMKN 29 Jakarta
hanya di ikuti oleh para taruna saja. Hal ini dijelaskan Shofwani Afri
Rosyaningsih (Taruni kelas 11 / EI) pada tanggal 25 Oktober 2016:
“Tidak pernah kak, sepengetahuan saya taruni tidak pernah ikut
tawuran dan memang belum pernah kedengeran juga selama
sekolah disini kalau ada taruni yang ikut tawuran gitu. Tapi kalau
hanya sekedar nongkrong atau ikut basis sama taruna saja sih ada”.
Oleh karena itu, hubungan yang terjalin oleh taruni Senior-Junior di
kalangan taruna juga merupakan hubungan timbal-balik (menguntungkan)
yang didalamnya pihak-pihak terkait melakukan pertukaran atas kebutuhan-
kebutuhan masing-masing. Keuntungan yang diterima oleh para taruni senior
62
berupa; kekuasaan, kedudukan (status), dan loyalitas. Sedangkan keuntungan
yang diterima oleh para taruni junior berupa; pengalaman dan pengayoman
(nasihat atau arahan). Dalam hal menyikapi senioritas yang ada pada
hubungan pertemanan di kalangan taruni, senioritas ini juga disebabkan oleh
perbedaan kelas dan pangkat yang mereka miliki.
63
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, peneliti mendapatkan kesimpulan mengenai bentuk hubungan
Senior-Junior di SMKN 29 yang juga berkaitan dengan tawuran pelajar yang
melibatkan para taruna, diantaranya;
1. Hubungan yang terjalin antara taruna Senior-Junior merupakan pola
hubungan timbal balik, dimana di dalam hubungan ini terdapat proses
pertukaran atas kebutuhan kedua belah pihak.
2. Melalui analisa teori pertukaran (exchange theory), ditemukan bahwa
hubungan pertemanan di kalangan taruna Senior-Junior terdapat
pertukaran yang dilakukan pihak masing-masing yang terkait dengan
kebutuhan mereka. Pertukaran yang dilakukan kedua belah pihak ini
tentu menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang diterima oleh pihak
taruna senior berupa; kekuasaan, kedudukan, kekayaan dan loyalitas.
Sedangkan keuntungan yang diterima oleh pihak junior berupa;
perlindungan, pengalaman (akademik maupun non-akademik), dan
suasana pertemanan yang harmonis.
3. Keterkaitan hubungan Senior-Junior dengan aksi tawuran pelajar
SMKN 29 Jakarta yaitu; para taruna yang melakukan aksi tawuran
tidak lepas dari pertukaran yang ada pada hubungan pertemanan
mereka. Aksi tawuran dapat disebabkan akibat dari pengaruh senior,
64
loyalitas (kepatuhan) oleh para junior sebagai bentuk pertukaran
mereka, bahkan tawuran juga merupakan tradisi turun-temurun yang
dilakukan oleh para taruna SMKN 29 Jakarta. Mengingat bahwa
tawuran pelajar oleh para taruna ini sudah ada sejak dahulu dan masih
ada hingga saat ini. Meskipun saat ini tawuran pelajar SMKN 29
Jakarta lebih sering terjadi tanpa rencana terlebih dahulu (ketemu di
jalan saat pulang sekolah).
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis menyarankan
kepada lembaga pendidikan (sekolah) untuk lebih memperhatikan lagi terkait
dengan masalah tawuran pelajar yang masih ada hingga saat ini. Dan
sebaiknya sekolah harus membuat kurikulum baru terkait dengan
penambahan jam belajar ataupun membuat kebijakan dalam mewajibkan para
pelajar untuk mengikuti program ekstra kulikuler di sekolah. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir tawuran, sehingga interaksi dalam hubungan Senior-
Junior tidak lagi berkaitan dengan aksi tawuran pelajar. Sehingga saat di
sekolah, pelajar hanya fokus belajar dan ekskul dari pagi sampai sore dan
tidak ada waktu untuk melakukan tawuran karena keterbatasan waktu yang
dimiliki.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alfianika,Ninit. 2015. Metode Penelitian Pengajaran. Yogyakarta: Deepublish
Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Istijanto,MM. 2010. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Cetakan Keempat.
Laam, Abdullah. 2015. Fikih Kekayaan: Memandu Anda Mengelola Harta secara
Islam. Jakarta: Zaman.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis Pelangi
Aksara. Cetakan Kedua
Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kotemporer. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: GramediaWidiasara Indonesia
Setiadi, Elly M. Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.
Sudarso, Andriasan. 2016. Manajemen Pemasaran Jasa Perhotelan. Yogyakarta:
Deepublish.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Depok: Universitas Indonesia
xvi
Usman, Sunyoto. 2004. Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta:
Center For Indonesian Research and Development (CIReD), cetakan
pertama.
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Bandung:Setia Purna Inves.
Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana
Dokumen:
Bidang Data Informasi Dan Pengaduan KPAI. Jakarta 2016
Kalender Pendidikan SMKN 29 Jakarta
Laporan Kegiatan Pelaksanaan Program Induksi Guru Pemula.
Portopolio Guru Bidang Koseling SMKN 29 Jakarta
UUD 1945 Pasal 28B ayat 2
Jurnal:
Amalia, Rizka. Herieningsih, Sri Widowati. Pradekso, Tandiyo. 2013.
Komunikasi Senior dan Junior Pada Kelompok Pelajar Dalam Upaya
Mempertahankan Budaya Tawuran. Universitas Diponegoro. Semarang.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=64262&val=4687 di
akses pada 16 Juni 2016 Pukul 13.00 WIB.
Malihah, Elly. Maftuh, Bunyamin. Amalia, Rizki. 2014. Tawuran Pelajar:
Solidarity Group and its Influence on Brawl Behaviour. Vol 6 No 2.
xvii
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/3301/pdf_2 .
Diakses pada 19 Juni 2016 Pukul 15.32 WIB
Marliana, Chairani. Utari, Prahastiwi. 2015. Communication Style dan Perilaku
Tawuran (Studi Kasus Mengenai Communication Style yang Menyebabkan
Adanya Perilaku Tawuran di Kalangan SMAN 70 Jakarta). Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
http://www.jurnalkommas.com/docs/CHAIRANI%20JURNAL%20KOMM
AS.pdf Diakses pada 16 Juni 2016 Pukul 14.30 WIB.
xviii
LAMPIRAN
Data Wawancara
Nama Informan : Azka Zikry
Umur/Kelas : 16 Tahun/11 TPTU
Alamat : Jalan Tebet Barat Gg. Trijaya 2 RT 05/07. No. 15 Jakarta
Selatan
Tanggal Wawancara : 12 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu yang masuk sekolah duluan, kalau di sekolah kan berpangkat jadi dia
itu pangkatnya lebih dari saya. kalau saya sekarang berpangkat 2, berarti senior
itu berpangkat 3.”
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Ya karna dia sudah masuk sekolah lebih dahulu, maka dia senior”.
Apa makna junior menurutmu?
“Ya, dia merupakan bawahan atau adek kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Adek kelas atau bawahan pokonya”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Engga ada perbedaan, yang penting kompak! Jadi kalau lagi tawuran mau senior
atau junior posisinya sama. Kalau nyerang musuh yaudah modal kompak udah
deh serbu bareng-bareng”
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Masih kok”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ibu rumah tangga, Bapak sebagai supir.”
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Enggalah, tidak perlu materi. Tawuran itu bukan untuk dibayar melainkan untuk
membangun kekompakan aja. Karna kalau tidak kompak maka tidak akan
menang tawurannya. Tawuran itu dapat menimbulkan rasa kekompakan, karna
pada saat tawuran adalah saat berjuang untuk meraih kemenangan secara
bersama-sama. Jadi, kalau tawuran itu harus kompak!”
Apa makna kekuasaan untukmu?
xix
“Bisa nyuruh-nyuruh. Duit seribu bisa beli susu. Keren ga? Hahaha kasih duit
seribu minta donat 3. Jadi, ya nombokin dah. Tapi, senior pernah juga sih kasih
uang kalau uang kita habis buat ngumpul. Kolekan (pemalakan) yang dilakukan
senior juga sebenarnya untuk bersama juga bukan buat senior pribadi. Misalnya;
lagi ngumpul terus disuruh kolekin angkatan yang ada disitu. Kayak patungan tapi
hasilnya buat di nikmatin bersama”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Gak ada lah, siapa suruh masuk STM. Karena STM memang untuk berantem
pasti. Jadi kalau tidak mau berantem, masuk SMA aja Tapi, kalau kita kenapa-
napa ya pasti senior bantuin kitalah.”
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Ya di sekolah lah.”
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
”Ada, seperti ketemu disini habis pulang sekolah seperti skrg ini. Di warung
muslim hahahahha”
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ngelindungin junior kalau ada apa-apa. Ngelindunginnya itu kalau misalnya saat
tawuran dan ada yang terkena luka saat itu, maka senior yang bertanggung jawab.
Jadi, kelas 10 di lindungi oleh kelas 11. Kelas 11 dilindungin oleh kelas 12. Tapi
pada dasarnya sih saling melindungi”
Apakah perlindungan yang diberikan senior hanya sebatas tawuran saja?
“Enggaklah bukan cuma ngelindungin saat tawuran aja, kadang juga senior yang
lain suka iseng nah kita dibantuin deh sama senior lainnya. Misalnya; nyuruh-
nyuruh walaupun wajar jugasih. Tapi kadang juga nyuruhnya iseng banget,
nyuruh beli pulsa padahal bisa jalan biasa tapi ini disuruhnya lari. Padahal kan
yang penting dibeliin pulsanya hahaha . tapi senior ngelindungin di dalam sekolah
dan di luar sekolah juga di lindungi biar aman saat di jalan pulang sekolah”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Cara balesnya dengan jangan bikin malu basis sama sekolahan.”
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Ya, harus solid dan kompaklah. Jika itu kompak ya pasti bisa, bisa menang buat
tawuran hahaha”
xx
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Jangan ada yang pait, misalnya; ngelaksanain tawuran jangan ada yang ngadu,
kaya ngadu sana-sini ke sekolah seperti cepu.”
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iyalah, tapi balas budi ke senior bukan cuma ikut tawuran aja. Masih banyak
lagi. Masih banyak lagi,misalnya; saya mengahargai keberadaannya dimana pun
saya bertemu karna dia adalah senior saya”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Yang dikasih senior itu sticker. Sticker itu disuruh dijualin ke temen-temen
seangkatan sama junior disekolah. Biasanya kalau jualan seticker itu dikasih
waktu 1 minggu buat ngabisin pokoknya harus laku semua. Kalau ada sisa atau
tidak laku jadi nombokkin dah (ganti rugi ke senior). Tapi buat senior yang udah
lulus, senior juga bisa ngasih baju seragam sekolah. Baju PDH warna biru yang
dipakai buat coret-coretan kelulusan.”
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Ada lah bedanya kalau deket sama senior, rasanya beda aja seperti temen
sekelas kalau sudah dekat dengan senior. Misalnya; karna kalau tidak deket sama
senior biasanya kalau mau ngerokok, junior tungguin seniornya ngerokok duluan.
Baru kita deh junior ngerokok. Tapi, kalau senior engga ngerokok ya kita engga
ngerokok. Nunggu disuruh senior baru ngerokok”
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Ada sih, kalau udah ikut tawuran seperti ngerasa tegang-tegang gimana gitu.”
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Ya kan memang sekolah saya senioritas”
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Butuh Clurit, Arit, Samurai dan masih banyak lagi. Pokoknya yang muat di tas
aja dah.”
Bagaimana pengukuran atas kemenangan / kekalahan dalam tawuran?
“Kalau yang lari atau mundur ke belakang terlebih dahulu maka dia yang kalah
dan sebaliknya yang bertahan ialah pemenangnya”
Apakah kemenangan / kekalahan dapat di ukur dengan adanya pihak yang
terluka saat aksi tawuran?
“Enggaklah kalau adanya korban saat tawuran itu tidak menjadi patokan kalah.
jadi kalau salah satu ada yang kena luka saat tawuran, misalnya; kena bacok.
Yang kena luka di pinggirin dulu, nah yang lainnya ngelanjutin tetap tawuran.
Kalau masih pengen nerusin tawuran ya tetap di gas terus (lanjutkan), tapi kalau
xxi
pengen nyerah atau mundur yaudah kalah berarti. Ukuran siapa yang kalah atau
menang ditentuin dari siapa yang mundur duluan bukan dari siapa yang kena
luka”.
Apabila mengalami sekolah mengalami kekalahan dalam aksi tawuran,
bagaimana sikapmu dan teman-temanmu yang terlibat di dalamnya?
“maka akan diteruskan tawurannya esok hari atau lain waktu dengan sekolah
lawan tersebut sampai kemenangan berpihak pada kita”
Bagaimana perasaanmu saat kemenangan dalam aksi tawuran berpihak
pada sekolahmu?
“Bangga. Karna bisa mempertahankan harga diri, baik harga diri sendiri dan harga
diri sekolah”.
xxii
Nama Informan : M. Shamil Zikry
Umur / Kelas : 16 Tahun. 11 AP
Alamat : Jl. Swadaya 1 No. 04 RT05/09. Tebet. Jakarta
Selatan.
Tanggal wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Yang dihormatin junior-junior, senior itu jadi atasan. Yang bisa ngelindungin
juniornya”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Dari kelas dan pangkat yang dimiliki”.
Apa makna junior menurutmu?
“Taruna/I yang baru masuk ke sekolah”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Bawahan pokonya”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Adasih, kalau senior dibelakang. Junior didepan”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Masih”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah dan Ibu karyawan swasta.”
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Enggak sih, tidak pakai materi cuma ngebantuin ngelawan musuh aja kalau
tawuran. Ngeback up gitu”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Ya bisa nyuruh-nyuruh. Kalau jadi senior bisa nyuruh-nyuruh junior. Dia yang
mau ngerokok kita yang disuruh buat beli hahahaha.”
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Adasih, seperti ngeledek-ngeledekin ke sekolah lain. Jadi kompor dah”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di halte. Soalnya kan pulang sekolah naik bis”
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
” Setiap hari. Karna pulang bareng dan satu jalur pulang”
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Yang ngelindungin juniornya kalau ada apa-apa. Ada yang kena bacok, senior
yang nganterin ke klinik”.
xxiii
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Kalau misalnya disuruh untuk minta kolekan (palak), ya kolekan.”
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Cara bangun loyalitas taruna ke senior ya dengan hormat aja ke senior. Kalau
disuruh-suruh mau aja. Semuanya kan emang udah ada pasalnya cara menghadapi
senior mau di sekolah atau dimana pun itu. Pasal 1 junior harus tunduk ke senior.
Pasal 2 Senior tidak pernah salah. Pasal 3, apabila senior salah, kembali lagi ke
pasal 1.”
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Ya kan sudah ada penatarannya. Ada PMD dan LDKT. Tapi, kalau penataran itu
dilakukan per-antar basis”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Loyalitas sih iya, karna untuk ngelindungin harga diri sekolah juga. Masa iya
sekolah di serang diem aja, harus menang pokonya”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Senior ngejagain kita. Misalnya; Ada yang terkena luka karna tawuran, senior
ngebantuin. Kalau lagi nongkrong terus ada senior, dan uang kita habis atau tidak
cukup maka senior memberikan tambahan uang kepada kita”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Ada, layaknya sekolah lain aja kalau sudah dekat dengan senior. Seperti tidak
ada senioritas. Tapi, kalau disekolah tetap senioritas. Dan kalau sedang nongkrong
engga”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Adasih, misalnya menang tawuran ngerasa puas. Tapi, kalau kalah ya minta balik
lagi”
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Kan memang sudah ada peraturannya yang pasal tadi”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Gesper sm bambu. Senjata tajam juga ada, misalnya; corbek”.
xxiv
Nama Informan : M. Raihan
Umur / Kelas : 16 Tahun / 12 TPTU
Alamat : Jl. Tebet Barat Raya No. 27. RT 05/07. Jakarta
Selatan
Tanggal wawancara : 12 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Abang kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Ya, karna lebih tua. Bisa ngejagain adek kelas”
“Maksudnya ngejagain itu misalnya kalau ketemu sama musuh (sekolah lain),
senior ngejagain kita dengan membantu melawan serangan-serangan dari luar”.
Apa makna junior menurutmu?
“Adek kelas”
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Karna lebih muda dari saya. Jadi, dia adalah bawahan dan itu junior”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Engga ada sih. Bareng-bareng aja kalau tawuran mah. Kalau yang berani ya
paling depan”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah, masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah wiraswasta. Ibu rumah tangga”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
”Enggak ngasih materi. Cuma nasihatin supaya hati-hati di jalan dan selalu siap
diri aja kalau ada musuh tiba-tiba nyerang”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Ya berkuasa aja gitu”.
“Berkuasa disini seperti nyuruh-nyuruh. Misalnya; beli kopi. Jadi kalau disuruh
senior yaudah nurut aja gitu”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Ya adalah pengaruh mah, tawuran juga karna turun-temurun. Jadi, pengaruhnya
ya buat kita kita juga. Sama-sama saling ngejaga aja satu sama lain”
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di sekolah”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
xxv
“Ada, tapi tidak rutin juga melainkan seketemunya aja. Tapi lebih sering ketemu
kalau pulang sekolah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ngejagain adek kelasnya, supaya aman dan tidak terkena apa-apa di jalan.
Ngejagainnya misalnya lagi tawuran, senior juga ikutan bantuin ngelawan musuh
pakai gesper atau senjata tajam lainnya. Dan kalau ada yang terkena luka, senior
ngebantuin ke rumah sakit”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Mau kalau di suruh senior. Disuruh beli kopi padahal lagi males jalan tapi
yaudahlah nurut aja”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Saling ngehormatin aja, karna lebih tua juga”
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Memberitahu kepada yang lainnya, lewat nasihat gitu kalau sama senior harus
hormat dan kalau disuruh senior yaudah mau aja”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, karna masa iya senior di serang kita tidak bantuin”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Nasihat ajasih, terus ngejagain juga kalau ada apa-apa mau di sekolah atau lagi di
jalan”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Ada, ngerasa deg-degan dan sedikit panik juga kalau lagi dekat senior. Tapi
sedikit ngerasa enak aja kalau bisa dekat dengan senior. Jadi, bisa nganggep
seperti temen seangkatan udah gak kaku lagi”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Ada sih, jadi puas aja apalagi kalau menang tawuran. Musuh mundur duluan”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Karna dia lebih tua di sekolah, jadi harus dihormatin”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Pake seadanya yang dibawa, tidak direncanain. Kalau cuma ada gesper, yaudah
pake gesper aja”.
xxvi
Nama Informan : Ade Ifanto
Umur / Kelas : 16 Tahun / 12 EI
Alamat : Jl. Tebet Barat Raya No. 27. RT 05/07. Jakarta
Selatan.
Waktu Wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Abang Kelas”
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Senior adalah abang kelas. karena diatas kita jadi senior kita. Junior adalah adik
kelas, karena dia bawahan”.
Apa makna junior menurutmu?
“Adek kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Karena dia adek kelas, bawahan”
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Tidak ada. Bareng-bareng aja kalau tawuran mah. Kompak!”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Orang tua masih lengkap. Ayah dan Ibu punya usaha. Keduanya menjaga warung
dirumah”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak ngasih materi senior kalau tawuran”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Orang yang berkuasa, bisa nyuruh-nyuruh orang”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Ada sih, ngejagain sama ngebantuin adek kelas”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di halte”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Ada, pulang sekolah harus nongkrong”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada, ngejagain adek kelas. Jagain supaya juniornya gak kenapa-napa. Kalau
junior kena luka pas tawuran ya kita disalahin sama atasan. Jadi ada atasannya
lagi”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Mau kalau disuruh senior. Nurut aja dah pokonya”.
xxvii
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Tergantung seniornya masing-masing. Tergantung basis dah pokonya. Bisa juga
lewat penataran dah tuh”.
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Ngasih tahu lewat penataran lah, saat penataran di kasih tau harus bersikap
seperti apa ke senior. Bukan ke senior aja tapi ke semuanya”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, kalau seniornya nyuruh mah ngejalanin. Tapi kalau ketemu di jalanan tanpa
disuruh senior juga udah jalan”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Ngejagain dan ngelidungin kita. Kalau kenal senior bisa dibantuin pas lagi
tawuran diserang sekolah lain atau juga di sekolah”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Iya, abang kelas udah seperti teman angakatan sendiri kalau sudah dekat sama
dia”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Tidak ada, biasa aja”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Balas budi, karna senior udah ngejagain kita”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Kesiapan sama senjata ajasih”.
xxviii
Nama Informan : Faqih Zuliano
Umur / Kelas : 17 Tahun / 12 EA
Alamat : Jl. Menteng Wadas Selatan No. 30 RT 03/12.
Jakarta Selatan
Tanggal wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior adalah Atasan, punya pangkat yang lebih”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Lebih tua”.
Apa makna junior menurutmu?
“Bawahan”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Pangkatnya lebih rendah”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada, junior harus didepan. Sedangkan senior ngedukung dari belakang”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Orang tua masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah sebagai tukang ojek, dan ibu wirausaha”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Engga, tapi cuma sekedar nasihat supaya hati-hati di jalan saat pulang sekolah
dan harus bisa jaga diri kalau diserang sekolah lain. Kan sering tuh tiba-tiba di
serang”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Hak buat nikmatin bisa nyuruh-nyuruh”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Iya, ngasih pengaruh supaya kompak deh basisnya”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di sekolah”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Tidak ada yang rutin atau harus gitu. Tapi emang ketemunya sering juga pulang
sekolah aja bareng karna searah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Bisa nyuruh-nyuruh junior”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Pokonya mau kalau disuruh-suruh senior”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
xxix
“Pokonya harus kompak dan solid aja”.
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Kompak dan solid, memberitahu atau mengarahkan kepada yang lainnya kalau
bertemu senior harus sopan”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, turun menurun. Karna sudah tradisi juga”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Ngasih nasihat atau ngasih pengalaman dan arahan juga”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Tidak, kalau sama senior emang ngerasa beda aja tidak seperti sama temen
seangkatan sendiri”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Ada, rasa panik. Kalau menang jadi senang, tapi kalo kalah udah resiko.
Ngelaksanain tawuran lagi tapi seketemunya dengan lawan”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Lebih tua, karna harus ngehormatin yang lebih tua”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Senjata, yang ada aja. Kalau cuma ada gesper, ya gesper doang”.
xxx
Nama Informan : Yoga Erlando
Umur / Kelas : 15 Tahun / 11 AP
Alamat : Jl. Tebet Dalam 4 No. 15 RT. 04/11. Jakarta
Selatan
Waktu wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu yang selalu mau di hormati”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Yang pangkatnya strip 3”.
Apa makna junior menurutmu?
“Adek kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Karna pangkatnya strip 1”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada, junior di depan. Sedangkan senior di belakang”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Orang tua masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah sebagai supir, dan Ibu sebagai ibu rumah tangga”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak ngasih materi kalau tawuran mah. Materi tidak di butuhin saat tawuran”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Orang yang punya pangkat strip 3”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Iya, tawuran kan emang udah turun-temurun. Musuh senior jadi musuh kita juga
sekarang karna 1 sekolah”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di kantin sekolah”
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Iya ada, di kantin sekolah. Seperti sekarang ada disini tadi karna ketemu di
kantin disuruh kesini”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada, harus ngelindungin kita kalau kita kena bacok. Dia tanggung jawab”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Ngehormatin aja, kalau ketemu senior yang sopan aja tidak belagu atau
sombong”.
xxxi
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Kalo disuruh harus mau, tidak ngelawan”.
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Mau aja kalau disuruh”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, tawuran ketemu di jalan. Masa cuma seniornya aja yang ngelawan,
juniornya juga bantuin lah”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Paling ngenakin, kalau lagi nongkrong atau ketemu senior biasanya ngasih rokok
atau minuman”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Beda, kalau deket senior ngerasa grogi (canggung)”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Kalau sebelum ngelaksanain sih sedikit panik, tapi kalau sesudahnya biasa aja”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Takut di bariskan sama senior (di tatar) kalau tidak patuh sama senior. Penataran
kan ada latihan fisiknya, misalnya; di gamparin (pukul). Kalau di sekolah nanti di
pukul sama senior kalau ketemu, biasanya sih di kamar mandi. Jadi dari pada
nanti di kena pukul oleh senior lebih baik nurut aja. Iya aja deh pokoknya dari
pada bonyok hahaha”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Gesper aja kalau buat saya”.
xxxii
Nama Informan : Mafi Ahmad Rauf
Umur / Kelas : 15 Tahun / 11 TPTU
Alamat : Jl. Bali Matraman No. 34 RT. 08/06. Jakarta
Selatan
Tanggal wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Beruntung banget bisa kenal senior, ya bisa dibilang senior itu abang kelas. ”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Karna senior lebih tua” .
Apa makna junior menurutmu?
“Adek kelas dan lebih muda”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Baru masuk sekolah”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada, junior di lindungi terus. Kalau junior kena bacok, senior yang ngebantuin.
Pokonya senior dibelakang kita”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Orang tua masih lengkap, Alhamdulillah.Tapi sudah cerai”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah sebagai wirausaha, dan Ibu sebagai wiraswasta”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak pakai materi tawuran mah. Cuma butuh kompak aja”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Berasa paling enak dan berkuasa, pokonya semau-maunya”
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Iya, ngelindungin junior dan senior bisa nyuruh-nyuruh junior”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di halte”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Iya, sehabis pulang sekolah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ngelindungin junior atau adek kelas. Ngelindungin di jalan pulang biar aman
sampe rumah atau pun di sekolah kalau ada yang isengin”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Ngasih makanan atau jajanan kalau lagi nongkrong bareng”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Mengajak dan memberitahu ke teman-teman yang lain supaya patuh ke senior”.
xxxiii
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Iya, ngasih tau ke yang lain pokonya harus hormat ke senior”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, karna tawuran udah turun temurun”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Warisan. misalnya; seragam sekolah kalau senior nya udah lulus”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Iya, jadi enak aja kalau bertemu dengan senior dan sudah dekat dengan dia. Udah
seperti main atau nongkrong dengan teman sendiri”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Iya, beda banget kalau udah ngelaksanain tawuran. Bawa harga diri sekolah biar
makin ngetop (eksis)”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Udah turun-temurun kalau itu. Jadi ngikutin aja”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Senjata tajam, misalnya; clurit”.
xxxiv
Nama Informan : Johari
Umur / Kelas : 18 Tahun / 12 AP
Alamat : Jl. Bali Matraman No. 24 RT. 11/05. Jakarta
Selatan
Tanggal wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu atasan, yang bisa dilihat dari kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Pangkatnya lebih dari saya”.
Apa makna junior menurutmu?
“Ibaratnya kalau di STM itu, junior dianggap sebagai budak yang bisa disuruh-
suruh”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Karna tingkat pangkatnya dibawah saya”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Iya, beda. Kalau junior harus maju terlebih dahulu saat di depan musuh, tapi
kalau senior di belakang junior ngeliatin junior dulu”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah, masih lengkap orang tua”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah sebagai wiraswasta, dan ibu seorang wirausaha”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak, hanya sebatas barang aja. Barangnya tuh misalya; baju buat coret-coretan
yang dia udah tidak di pakai lagi”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Kebebasan atas apa yang mau dilakukan ( semau-maunya)”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Iya, senior berpengaruh. Kalau saat tawuran ada junior yang terluka maka senior
yang harus bertanggung jawab”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di halte, setelah pulang sekolah”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Iya, harus rutin kalau ketemu senior. Karna kalau sudah pernah ketemu dari awal
maka harus ketemu lagi”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Iya, senior tanggung jawab kalau junior ada apa-apa saat tawuran. Kalau tawuran
kan kadang suka luka-luka karna lawan tuh. misalnya; kena luka (bacok). tapi
xxxv
terlepas dari itu, senior hanya melihat junior beraksi saja saat awal
berlangsungnya tawuran. Walaupun akhirannya sih senior juga bantuin kalau
dilihat udah mau kalah atau mundur”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Mau kalau disuruh-suruh”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Kompak aja sama angkatan mau angkatan sendiri atau pun angkatan bawah.
Pokonya harus nurut ke senior”.
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Solid, ada penatarannya kan kalau ngebasis”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya. Turun-temurun udah tawuran mah”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Pengalaman ajasih paling yang senior kasih, isinya arahan atau nasihat buat
juniornya”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Iya, beda. Lebih di kasih perlindungan dari yang lainnya kalau udah dekat sama
senior”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Iya, ngerasa beda kalau sudah ikut tawuran. Jadi tidak merasa parno (takut) kalau
ketemu musuh lagi”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Junior memang harus menghormati atasan, karna sudah ada pasalnya”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Banyak, misalnya; Clurit dan gesper”.
xxxvi
Nama Informan : Irfandi Kurnia
Umur / Kelas : 18 Tahun / Alumni SMKN 29 Tahun 2016
Alamat : J. Saharjo Gg. Sawo 3. RT. 05/09 No. 23.
Manggarai. Jakarta Selatan.
Waktu wawancara : 12 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Abang kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Karna dia masuk sekolah terlebih dahulu dari pada saya, maka dia senior saya”.
Apa makna junior menurutmu?
“Adek kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Karna baru masuk sekolah”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Iya, senior terlebih dahulu memberikan arah dan selanjutnya diiringi oleh junior.
Tapi, sesuai hawa nafsu juga sih jadi bisa aja mau senior atau junior bisa di depan
kalau junior berani ya dia di depan tidak apa-apa. Kadang juga tergantung
seniornya bisa nyuruh-nyuruh kalau junior nya duluan baru seniornya. Jadi tetap,
dibawah kekuasaan senior mau nyuruh siapa yang duluan (di depan) buat
ngejalanin tawuran”
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah, masih”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Sudah tidak bekerja keduanya”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak memberi materi”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Enaklah, tinggal duduk dapet uang. Pokoknya merasa seperti dewa. Iya, jadi
mintain uangnya itu ke adek kelas seangkatan yang ada disitu tapi nanti hasilnya
buat bersama. Misalnya; ngumpulin uang terus buat beli makannan dan rokok.
Jadi ngeroko bareng. Tapi kalau mereka gak punya uang ya gak minta buat
ngumpulin uang. Malah senior yang ngasih jadi ngeliat dulu juniornya ada uang
apa tidak. Masa iya gak punya tetap dimintain, apa yang mau di minta hahaha
Tapi kalau lagi butuh uang banget buat pribadi yaudah kadang maksa jugasih
hahaaaha”.
xxxvii
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Iya, ada pengaruh yang dikasih senior kalau buat ngelaksanain tawuran. Senior
ngasih pengaruh supaya basis kompak dan solid. Ngasih pengaruhnya lewat
nasehat, arahan dan cerita-cerita kalau tawuran harus kompak dan solid. Jadi kalau
ketemu sama sekolah lain dan itu musuh sekolah kita. Mau kita kenal atau tidak
kenal tapi kalau itu menjadi musuh senior maka itu juga musuh kita juga”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/ junior?
“Di sekolah”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
“Iya, di halte tempat mereka naik transportasi untuk pulang ke rumah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Iya, ngelindungin junior kalau ada apa-apa saat tawuran”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Menghormati senior, misalnya; tidak kurang ajar”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Loyalitas itu lewat menghormati senior, itu jugakan dari penataran basisnya.
misalnya; tidak kurang ajar. ngehormatin senior, seperti bapak kedua aja. Jadi,
senior dianggap dan di hormati layaknya seorang bapak kedua. Kalau yang
pertama tetap bapak (orang tua) yang ada di rumah. Nah, bapak yang kedua itu
senior. Tapi, kalau disuruh sama senior yang tidak kita inginkan, kan sering tuh
senior nyuruh-nyuruh tapi kita males ngelakuinnya. Kalau kita berani sih ya
ngelawan aja tapi gak enak jugasih kalau ngelawan senior soalnya kan sekolah
saya berpangkat. Lagi pula kalau ngelawan senior walaupun kita menang nantinya
tetap gak enak buat kelanjutannya. Karna pasti akan di terror lagi sama senior dan
teman-temannya. Jadi, buat nyari aman lebih baik ngehormatin aja”
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Lewat penataran, karna dari awal sudah di beritahu oleh senior-senior”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, masa kalau lagi di jalan pulang terus tiba-tiba ada musuh yang ngelawan
seniornya doang. Junior harus bantuin”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Perlindungan dan baju sekolah kalau senior sudah lulus”.
“Jadi, perlindungannya itu kaya mengayomi adek kelas, misalnya; kalau lagi
tawuran atau sekolah di serang di jalan. Senior ngebantuin lawan musuh dan kalau
diantara kita ada yang kena luka kan sering tuh seperti kebacok gitu. Nah senior
tanggung jawab dah nganterin korban ke rumah sakit atau klinik. Nah kalau baju
seragam itu yang dikasih senior kalau sudah lulus, itu seragam PDH warna biru,
xxxviii
itu baju kebangsaan sekolah. Kalau angkatan yang sekarang kan dapet baju PDH
warna biru cuma 1 dari sekolah, tapi kalau angkatan saya 2016 dapetnya 2. Itu
baju di yang dipakai sama anak SMKN 29 buat corat-coret sesudah UN”
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Iya, kalau mau lagi dekat dengan senior mau melakukan apapun terasa terbatas.
Perlindungannya itu seperti lagi di sekolah atau di luar. Kalau ada yang usik mau
di sekolah atau di luar pasti dibantuin sm senior. Misalnya lagi tawuran jadi senior
bantuin kita mau itu membantu nyerang / ngelawan sampai kalau ada yang kena
luka dia bantuin juga ke rumah sakit sebatas tawuran ajasih”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Iya, rasa deg-degan hilang. Sama saja seperti orang-orang kalau mau berantem
pasti deg-degan”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Kalau tidak patuh nanti di pukul sama senior”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Clurit, gesper, kayu. Alat bangunan juga bisa kalau ada haha. Iya jadi senjata
tajam sih awalnya di titipin dulu di rumah teman yang dekat sekolah, jadi habis
pulang sekolah baru diambil lagi. Tapi pernah sih di bawa ke sekolah, misalnya
diumpetin di celana tapi lebih sering mah di titipin karna biasanya ada razia
mendadak di sekolah. Jadi, cuma pulang sekolah aja di taro tas saat mau pulang
sekolah”.
Bagaimana ukuran kemenangan / kekalahan dalam aksi tawuran?
“kalau musuhnya kabur ke kebelakang atau mundur gitu”.
Apakah kemenangan / kekalahan dapat di ukur dengan adanya pihak yang
terluka saat aksi tawuran?
“Iya, kalau ada temen yang kena bacok pasti mundur, soalnya nolongin temen tapi
kalau udah mundur (kalah) pasti ngerasa kesel terus pengen ngejalanin tawuran
lagi sama sekolah itu sampai menang”.
Kalau kalah, memangnya kenapa?
“Kalau menang itu bisa dapetin harga diri dan gak malu pastinya. Karna pasti ada
lah rasa malu kalau kalah”.
Bagaimana penilaian sekolahmu terkait dengan aksi tawuran yang telah
dilakukan sebelumnya?
“Sekolah saya termasuk sekolah yang jago lah dalam tawuran, makanya kalau
kalah malu-maluin aja. Kalau gak percaya cari aja di google. Jadi
xxxix
mempertahankan harga diri sekolah. Makanya harus menang kalau tawuran.
Petinju aja gakmau kalah, masa kita mau kalah. Semua orang pasti mau menang”.
Penataran yang dilakukan oleh basis itu berlaku untuk siapa saja?
“Penataran itu untuk keseluruhan kelas baik kelas 10, 11, dan 12. Tapi yang wajib
ikut itu kelas 10 karna dia taruna baru di sekolah. Sedangkan kelas 11 dan kelas
12 itu yang menatar kelas 10 tapi juga berlaku untuk dia juga supaya lebih solid
lagi. Isi penataran itu perkenalan. Perkenalan ke semua teman-teman mau itu
seangkatan, junior, dan senior. Tujuannya biar saling kenal, jadi kalau kenal kan
enak kalau kita minta bantuan. Kalau tidak saling kenal gimana mau saling
ngebantu. Biasanya kalau penataran ya isinya ngasih nasihat dan selebihnya
latihan fisik. Misalnya; di pukul, push up, di tendang”
xl
Nama : Cakra Ningrat
Umur / Kelas : 15 Tahun / 10 AP
Alamat : Jl. Tebet barat Gg. Trijaya 2 RT 06/07. No. 16 Jakarta
Selatan
Tanggal Wawancara : 06 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu abang kelas, pokonya senior itu yang punya bawahan. Karna sekolah
saya berpangkat jadi kalau senior itu yang pangkatnya 2 atau 3 ”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Karna dia pangkatnya lebih dari saya pokoknya, karna saya baru kelas 10 dan
pangkat saya baru 1. Nah kalau abang kelas saya itu yang pangkatnya 2 atau 3”.
Apa makna junior menurutmu?
“Bawahan, dia punya abang kelas tapi tidak punya adek kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Dia yang tidak punya bawahan karna dia yang paling bawah. Kalau di sekolah
kelas 10”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Adasih, senior nyuruh junior buat ngelawan musuh duluan. Nanti dia bantuin
dari belakang. Misalnya; kelas 10 dan kelas 11 ngelawan musuh duluan. Nah
kelas 12 nya di belakang kelas 10 dan 11 gitu. Walaupun nanti ujung-ujungnya
juga tetap saja bareng-bareng ngelawannya. Kan gak mungkin juga masa
berantem dari awal sampe akhir tersusun rapih gitu berdasarkan kelas, kalau
berantem kan pasti ambur-adul (tidak teratur). Jadi itu cuma awalannya aja biar
musuh tahu bahwa kelas 10 sekolah kita udah berani ada di posisi depan terus
dilanjutin sama kelas 11 dan 12”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah masih lengkap kak orang tua. Ibu rumah tangga. Ayah seorang
wiraswasta”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ibu rumah tangga. Ayah seorang wiraswasta.”
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Enggalah, senior tidak pernah ngasih materi seperti; uang kalau mau tawuran.
paling senior cuma nasihatin aja supaya hati-hati”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Kalau di sekolah kekuasaan itu pokoknya siapa yang berkuasa, dia yang bisa
nyuruh-nyuruh seenaknya dia. Mau nyuruh beli minuman padahal bisa jalan biasa
tapi ini nyuruh belinya disuruh lari”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
xli
“Iya ada pengaruhnya, karna musuh sekolah kan juga yang buat senior. Jadi udah
turun-temurun aja. Mau kenal atau tidak kenal sama musuh tapi kalau sudah bawa
nama sekolah jadi musuh bersama”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di sekolah”
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
”Ada, kalau pulang sekolah karna ngebasis jadinya ketemu hampir tiap hari di
halte saat mau pulang sekolah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Adasih, pokonya senior itu kan di belakang posisinya kalau tawuran. Jadi mereka
menjaga kita, yang awalnya ngeliatin kita kalau lagi tawuran tapi berujung juga
bantuin kita buat ngelawan musuh. Kalau kita ada yang kena bacok, senior yang
tanggung jawab. Tapi marah-marah juga karna sampai ada teman yang kena luka”
Apakah perlindungan yang diberikan senior hanya sebatas tawuran saja?
“Bukan cuma tawuran ajalah. Kalau di sekolah seandainya kita di isengin sama
senior yang lain karna kita kenal dan dekat dengan salah satu senior, senior yang
kenal dengan kita kadang membantu kita agar temannya tidak usah mengganggu
kita. Misalnya; kalau di maintain uang jadi tidak jadi hehehe”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Ngehormatin aja, biar sama-sama enak. Kalau saya sudah bersikap baik dengan
dia pasti dia juga baik dengan saya”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Patuh aja dah pokoknya, selagi memang bisa di lakukan”
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Penataran sih biasanya, kalau di penataran kan di kumpulin semuanya. Jadi
sudah tau kalau junior ya balas budi ke seniornya lewat ngehormatin dia”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya sih, karna kan musuh senior jadi musuh kita juga. Karna ngebasis satu arah
buat jalan pulang. Ketemu sama musuh juga bareng-bareng”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Paling nasihat ajasih dan arahan harus seperti apa di sekolah dan di luar sekolah.
Pengalaman mereka yang menjadi pedoman untuk saya dan teman-teman
lainnya”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Ada lah, kalau dekat dengan senior apalagi kalau sudah dekat sekali sudah
seperti teman kelasan. Dan kalau butuh bantuan pasti di bantuin. Tapi kalau tidak
xlii
dekat dengan senior kalau kita butuh bantuan belum tentu di bantuin walaupun
kenal juga”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Ada sih, kalau pertama kali ikut tawuran sih awalnya takut. Tapi kalau sudah
sekali udah biasa aja. Pulang sekolah juga udah jadi lebih pede kalau di jalan.
Sudah lebih berani dan tidak takut lagi”.
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Karna dia lebih tua dari saya”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
“Apa aja yang bisa di bawa. Kalau cuma bisa bawa gesper ya paling gesper
doang”
xliii
Nama : Erwin Widianto
Umur / Kelas : 15 Tahun / 10 TPTU
Alamat : Jl. H. Ali RT 05/07. No. 05. Jakarta Selatan
Tanggal Wawancara : 12 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu abang kelas. Taruna yang sudah masuk sekolah terlebih dahulu
sebelum saya masuk karna lebih tua umurnya, terlebih dahulu masuk sekolah,
pangkatnya banyak lebih dari 1. Sedangkan junior itu taruna/i yang baru masuk
sekolah. Karna pangkatnya dikit, pangkat 1 atau 2. Pokonya dia punya atasan.
Kalau seperti saya punya atasan tapi tidak punya bawahan kan kelas 10 hahhaha”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Lebih tua umurnya, terlebih dahulu masuk sekolah, pangkatnya banyak lebih dari
1”.
Apa makna junior menurutmu?
“Taruna/i baru masuk sekolah”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Pangkatnya dikit, pangkat 1 atau 2. Pokonya dia punya atasan. Kalau seperti saya
punya atasan tapi tidak punya bawahan kan kelas 10 hahhaha”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Iya ada, kalau kelas 10 seperti saya pasti kalau tawuran selalu di depan. Nah
kalau seniornya di belakang ngeliatin dulu juniornya tawuran. kalau sekiranya kita
sudah mau mundur atau nyerah baru deh seniornya bantuin maju juga”
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah, orang tua masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah wiraswasta dan Ibu wirausaha”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak sih kalau materi mah, apalagi kalau uang. Yang karna mereka suka nyuruh
dan kita yang nombokin malah hahaha”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Bertindak semaunya. Pokonya minta apa saja bisa deh hahaha”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Ada sih, senior kan yang menjadi pelopor tawurannya. Kita tahu siapa musuh
sekolah kita juga karna di kasih tahu senior. Meskipun kadang belum sempat
mengenali musuh di jalan karna udah di cegat duluan”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di sekolah, kantin, halte dan di tempat nongkrong basis”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
xliv
”Adalah, di sekolah ketemu senin-jumat. Apalagi kalau 1 basis ya ketemu mulu
mau tidak mau”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada kak, senior wajib ngebantu kita. Karna kita kan juga sudah ngebantuin dia,
musuh dia juga jadi musuh bareng-bareng sekarang. Ngebantuin kita kalau
menurut dia kita sudah mau mundur dan dia ngebantuin ngelawan. Kalau ada
temen yang kebacok dan dia junior kelas 10 atau kelas 11 nah kelas 12 nya
bantuin. Pokonya saling ngebantu jugasih kalau malah seniornya yang kena pasti
juniornya juga bantu”.
Apakah perlindungan yang diberikan senior hanya sebatas tawuran saja?
“Tidak juga kak, kalau kita kena serangan dari dalam sekolah atau luar. Kalau
senior yang baik mah ngebantuin dan ngebela kita. Kalau kita tidak salah kak,
selama kita nya juga di pihak yang benar”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Kalau disuruh-suruh mau aja. Misalnya; disuruh beli kopi walaupun cuma dikasi
uang 1000 ya dibeliin dah kopinya selagi saya ada uang. Tapi kalau tidak ada
uang, saya bilang kalau uang nya tidak cukup. Jadi, yang tadinya disuruh beli kopi
jadi beli aqua gelas hahaha”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Sadar diri aja, kalau sudah di baikin sama senior. Kita juga balas dengan baik
juga ke senior. Nanti juga jadi loyal sendiri, bukan kita nya doang yang loyal tapi
seniornya juga. Jadi saling loyal gitu.”
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Kalau buat perbasis atau seangkatan sih awalnya harus kompak dan solid dulu.
Kalau sudah kompak dan solid pasti jadi patuh ke senior”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, kalau saya sudah di baikin senior. Pasti saya baikin juga senior saya, dia
ngebantuin saya dan saya juga ngebantu dia”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“lebih ke jagain aja sih kak, kalau senior itu udah seperti abang ke-2 aja. Kalau
abang pertama kan abang kandung yang dirumah. Nah kalau abang kelas itu
abang yang ada di sekolah. jadi kalau tidak tahu atau perlu bantuan tinggal bilang
aja ke abang kelas. Kalau belajar juga gitu, misalnya emang abang kelas nya satu
jurusan dan pinter mah jadi di kasih tau”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
xlv
“Ada. Kalau sudah dekat dengan senior sudah ngerasa santai aja kalau nongkrong,
walaupun kita nya juga tetap tahu diri tidak malah jadi songong karna udah
ngerasa dekat dengan senior”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Iya, apalagi kalau menang. Ngerasa puas aja gitu tapi kalau kalah masih
penasaran kadang jadi pengen ngejalanin tawuran lagi hahahha.”
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Karna dia abang kelas, lebih tua. Kalau tidak patuh nanti di sekolah tidak tenang.
Misalnya; kalau tidak patuh atau ribut sama senior nih padahal cuma satu orang
nanti teman-temenanya juga ikut-ikutan ngerusuhin kita juga. Jadi, cari aman aja
dah”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
”Senjata lah. Contohnya; Clurit, Bambu, Samurai dsb. Dan harus siap mental
pokonya.
Bagaimana pengukuran atas kemenangan / kekalahan dalam tawuran?
“Siapa yang mundur duluan berarti kalah”.
Apakah kemenangan / kekalahan dapat di ukur dengan adanya pihak yang
terluka saat aksi tawuran?
“Bukan, pokoknya yang duluan mundur atau kabur maka kalah. Tapi kalau teman
sudah ada yang kena luka (bacok) sih panik juga jadinya. Ngeliat dari teman-
teman juga kalau masih mau tawuran berarti tetap di lanjutin”.
Apabila mengalami sekolah mengalami kekalahan dalam aksi tawuran,
bagaimana sikapmu dan teman-temanmu yang terlibat di dalamnya?
“Kalau ketemu lagi sama musuh yang sama makin berjuang biar menang kalau
bisa mah. Malu juga kalau sampai kalah apalagi berturut-turut dengan musuh
yang sama”.
Bagaimana perasaanmu saat kemenangan dalam aksi tawuran berpihak
pada sekolahmu?
“Bangga pastinya. Bisa ngejaga harga diri sekolah tetap jadi jawara”.
xlvi
Nama : Muhammad Zulkarnain
Umur : 15 Tahun / 10 EI
Alamat : Jl. Cempaka 4 No. 6 RT 06/11. Bintaro
Tanggal Wawancara : 12 Oktober 2016
Apa makna senior menurutmu?
“Senior itu abang kelas, lebih tua dan maunya di hormatin terus karna tua
hahaha”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai senior?
“Dia yang lebih tau dari saya. Kalau di sekolah dia yang menjadi abang kelas
saya”.
Apa makna junior menurutmu?
“Bawahan, adik kelas”.
Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai junior?
“Dia yang di bawah kita kelasnya. Umurnya juga lebih muda”.
Adakah kedudukan yang berbeda antara senior-junior dalam melakukan
aksi tawuran?
“Ada lah, kalau junior nih posisinya paling depan buat maju. Kalau senior
posisinya dibelakang junior. Tapi itu awalnya aja kalau udah tawuran mah jadi
kecampur aduk tidak mikirkan junior di depan dan senior selalu dibelakang junior.
Dia yang berani walaupun dia senior juga bisa jadi paling depan”.
Apakah orangtuamu masih lengkap?
“Alhamdulillah, orang tua masih lengkap”.
Apa pekerjaan orangtuamu?
“Ayah wiraswasta dan Ibu rumah tangga”.
Apakah senior memberikan materi dalam melakukan aksi tawuran?
“Tidak pernah senior kasih materi, apalagi uang. Kalau ketemu senior aja kadang
malah di suruh beliin yang dia mau tapi uang nya kurang hahhaa”.
Apa makna kekuasaan untukmu?
“Dia yang jadi dewa. Apa yang dia mau pasti bisa di dapatkan karna tinggal
nyuruh aja”.
Adakah pengaruh senior dalam melaksanakan tawuran?
“Ada sih. Senior kan yang ngasih tau siapa aja musuh sekolah kita”.
Dimana pertama kali bertemu dengan senior/junior?
“Di halte saat mau pulang sekolah”.
Adakah pertemuan selanjutnya / pertemuan rutin, setelah pertemuan awal?
”Ada. Satu sekolahan jadi ketemu terus lah. Kalau pertemuan rutin sih paling
kalau yang satu basis nongkrong bareng habis pulang sekolah”.
Adakah kewajiban yang dilakukan senior atas juniornya dalam melakukan
aksi tawuran?
xlvii
“Ngelindungin adek kelasnya. Ngasih nasihat yang isinya arahan-arahan gitu mau
yang buat belajar atau pun bukan buat belajar. Kalau buat belajar misalnya kasih
tau tempat PKL dia dulu untuk nanti saya PKL dan kalau buat di luar sekolah
paling cuma nasihat aja biar aman kalau pulang sekolah apalagi kalau naik bis.
Jadi tidak boleh pulang sendirian soalnya rawan musuh”.
Apakah perlindungan yang diberikan senior hanya sebatas tawuran saja?
“Bukanlah, bukan cuma tawuran saja. Kalau di sekolah kalau dekat dengan senior
kita lagi susah juga dibantuin sama dia. Misalnya lagi di rusuhin senior lain gitu
kan masih satu sekolahan”.
Bagaimana cara membalas perhatian senior berikan kepadamu?
“Nurut aja dah kalau di suruh udah paling jitu”.
Bagaimana caramu membangun rasa loyalitas kepada senior?
“Nyadar aja. Ntar juga kalau sudah jadi senior bisa ngerasain rasanya punya
junior”.
Bagaimana caramu mempertahankan keloyalitasan kepada senior?
“Ikut penataran. Kalau sudah di tatar pasti jadi lebih kuat solid nya mau itu ke
temen angkatan atau ke abang kelas”.
Apakah berpartisipasi dalam aksi tawuran merupakan salah satu bentuk
contoh dari keloyalitasan?
“Iya, kalau solid mah ikut terus”.
Apa saja yang diberikan oleh senior kepadamu?
“Pengalaman ajasih selama ini, karna dia kan lebih tahu dari saya yang masih
anak baru di sekolah. jadi senior sering cerita pengalamannya”.
Adakah nilai / perasaan yang berbeda apabila memiliki kedekatan dengan
senior?
“Ada walaupun sedikit, jadi ngerasa lebih santai aja dari pada tidak dekat. Jadi
tidak kaku banget kalau ketemu, rasa sungkan juga mulai berkurang. Meskipun
tetap tahu diri kalau harus tetap ngehormatin karna lebih tua”.
Adakah perasaan yang berbeda setelah berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Kalau awalnya belum pernah ikut tawuran sih jadi ngerasa lebih berani aja.
Karna kan kalau belum pernah ngerasain tawuran kalau mau pulang pasti takut
banget kalau ketemu musuh di jalan tiba-tiba, ya walaupun kalau pulang sekolah
juga tetap ada rasa takut juga walaupun udah pernah ikut tapi lebih ngerasa lebih
berani aja dari pada sebelumnya . Ya buat pengalaman selama sekolah aja ikut
tawuran”
Apa saja yang mendorongmu untuk bersikap patuh kepada senior?
“Lebih tua. Orang tua aja dirumah minta di hormatin, yaudah yang ini juga
hahaaha”.
Apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan aksi tawuran?
xlviii
”Apa saja yang bisa buat nyakitin orang hahaha kalau ada bambu ya pakai
bamboo. Tapi gesper aja sudah cukup buat menyambit sih hahaha”.
Bagaimana pengukuran atas kemenangan / kekalahan dalam tawuran?
“Yang mundur duluan dia yang kalah”.
Apakah kemenangan / kekalahan dapat di ukur dengan adanya pihak yang
terluka saat aksi tawuran?
“Enggak juga sih. Tapi pasti kadang jadi tidak fokus kalau udah ada yang kena
bacok walaupun malah jadi makin semangat buat ngebales ke musuh karna kesel”.
Apabila mengalami sekolah mengalami kekalahan dalam aksi tawuran,
bagaimana sikapmu dan teman-temanmu yang terlibat di dalamnya?
“Kalau bisa mah lain waktu harus musuh duluan yang mundur bukan kita”.
Bagaimana perasaanmu saat kemenangan dalam aksi tawuran berpihak
pada sekolahmu?
“Bangga sih. Jadi tenang karna tidak malu-maluin sekolah kalau menang
tawuran”.
xlix
Nama : Dra. Siti Hanina
Jabatan /Tingkat : Guru Konseling / XI
Alamat : Jl. Sutrisno RT 01/05. No. 16 Pisangan Baru. Jakarta
Timur
Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2016
Apa saja kegatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan perkenalan
sekolah atau kepemimpinan untuk para Taruna/I baik yang baru maupun
yang lama?
“Iya, untuk para taruni baru disini ada masa orientasi sekolah tapi nama
kegiatannya bukan MOS melainkan MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan
Sekolah) yang dilakukan secara umumbertujuan untuk perkenalkan kondisi
lingkungan sekolah, sistem belajar, jurusan-jurusan , dan tata tertib di sekolah
untuk taruna/i yang baru yang dilakukan selama 3 hari. Untuk yang secara khusus,
guru-guru konseling biasanya masuk ke kelas satu per-satu untuk
memperkenalkan tentang tata tertib sekolah. Untuk para taruna/i yang lama hanya
di perkuat di kegiatan ekstrakulikuler saja sih”.
Adakah perbedaan seorang “Taruna/I” dengan “Siswa/I” pada umumnya?
“Jadi, di sekolah ini lebih mengarah ke arah kedisiplinan angkatan. Kalau di
angkatan itu kan menyebutnya taruna/i bukan siswa/i. Sehingga lebih terlihat
bahwa sekolah ini memiliki tujuan khusus yang mengadopsi lebih banyak ke
angkatan yang ada kedisiplinan khusus di dalamnya”.
Sejak kapan SMKN 29 Jaksel terlibat dalam aksi tawuran?
“Sejak ibu disini juga udah ada tawuran di sekolah ini, tahun 80-an sih”.
Siapa saja yang biasanya terlibat dalam aksi tawuran?
“Semuanya sih dari kelas 10, 11, ataupun 12 para taruna bukan taruni. Jadi,
mereka yang arah pulang sekolah nya sama sering pulang bareng naik
transportasi umum. Nanti yang kelas 12 memberitahu kepada kelas 11 dan kelas
10 tentang tempat yang sering ada pencegatan dsb. Cara mereka untuk
menghadapinya dengan cara mereka atau kelompok, mereka sering menyebutnya
dengan istilah “BASIS” (BArisan SIswa). Tujuan awalnya sih adanya basis itu
karna berbagi pengalaman, khususnya untuk kelas 12 pasti pernah mengalami
kejadian-kejadian terlebih dahulu dibanding adik kelas nya supaya lebih hati-hati
kalau di jalan. Tawuran di sekolah ini sih biasanya per-basis, misalnya; kalau anak
yang arah pulangnya ke pasar minggu biasanya dengan sekolah Bunda Kandung.
Jadi tergantung masing-masing arahnya gitu”.
Siapa saja yang biasanya terlibat dalam aksi tawuran tersebut? Dan
bagaimana keadaanya di setiap tahunnya? (makin banyak, sedikit, atau
relative stabil?
l
“Di Tahun 80-an sih masih banyak tawuran tapi makin kesini sudah makin
sedikit, untuk sekarang lebih seringnya anak sekolah sini saat pulang sekolah di
jalan lalu di cegat oleh sekolah lain jadi pertemuan tidak sengaja. Karena seragam
sekolah ini kan berbeda dengan sekolah lain mungkin karna suka dengan seragam
sekolah ini, misalnya; pangkat atau dasi nya lah di ambil.
Bagaimana respon sekolah terutama guru konseling, terhadap taruna yang
berpartisipasi dalam aksi tawuran?
“Biasanya sih kita telusuri terlebih dahulu, misalnya; dari korban. Kadang anak
sekolah kita yang menjadi korban atau anak sekolah lain yang menjadi korban.
Kalau sudah bentrok itu sudah susah, tapi biasanya mereka yang melakukan
pencegatan lebih siap dengan alat-alatnya (senjata tajam). Dan sekolah yang
dicegat itu tidak siap, karna sekolah ini kan sudah terlihat sekali identitasnya
dengan seragam khususnya”.
Bagaimana pendapat anda tentang pandangan masyarakat mengenai SMKN
29 yang identik dengan aksi tawurannya?
“Kita tunjukin aja prestasi-prestasi yang di raih sekolah ini, ada kepala sekolah
kita dulu namanya Bpk. Dedi. Beliau sering sekali menganjurkan kepada anak-
anak dengen mempublish kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah di facebook atau
you-tube yang berbentuk video atau foto. Agar orang lain dapat mengetahui
bahwa di sekolah ini tidak hanya ada tawuran aja (bentuk negatif), tetapi kita juga
memiliki prestasinya (bentuk positif). Jadi, kita selalu menyuruh guru-guru IT
untuk membuat video kegiatan sekolah dan di publish ke media social. Misalnya;
video tentang pesawat jabiru yang dibuat oleh taruna/i SMKN 29. Dan lebih
mempersiapkan anak-anak saja sih untuk lebih siap dalam dunia kerja nanti
setelah lulus dari sekolah ini”.
Bagaimana penilaian anda terkait dengan hasil dari penerapan kebiajakan
sekolah untuk para taruna/i yang terlibat aksi tawuran sampai saat ini?
Adakah efek jera untuk mereka?
“Biasanya sih kita melihat track-record mereka yang melakukan tawuran dan
masuk ke konverensi kasus yang di dalamnya ada beberapa guru, kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, kepala program, konseling dan wali kelas nya. Kalau
misalnya ada yang ketangkap polisi, sekolah ini ada tata tertib dan bobot
pelanggaran berbentuk poin. Para taruna yang melakukan tawuran tertangkap
basah maka mendapat poin 100, apabila mendapatkan poin 100 maka sekolah
dapat mengeluarkan taruna tersebut dan sudah ada taruna yang di keluarkan.
Kebijakan sekolah ini sudah lama adanya dan untuk saat ini sih memberikan efek
jera untuk yang lainnya. Mereka menjadi lebih hati-hati saat pulang sekolah,
dengan mengganti baju saat pulang sekolah tidak memakai seragam atau memakai
jaket. Bahkan menjadi lebih aktif di ekskul setelah pulang sekolah agar pulang
sekolah lebih sore dan tidak bertemu dengan sekolah lain”.
li
Nama : Ahmad Yohari S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Alamat : Jl. Dasa 2 No. 5 RT 10/ 01. Gandaria Utara. Jakarta
Selatan
Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2016
Apa saja kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan perkenalan
sekolah atau kepemimpinan untuk para taruna/i baik yang baru maupun
umumnya?
“Kalau untuk taruna/i yang baru itu ada kegiatan yang bernama MPLS (Masa
Perkenalan Lingkungan Sekolah), yang di dalamnya ada kegiatan perkenalkan
lingkungan sekolah, bidang studi, guru-guru, tempat prakteknya, dan pekerjaan
apa yang di dapatkan nanti setelah lulus dari sekolah. Untuk siswa yang lama, ada
pula latihan didik mental diantaranya; PMD (Pembinaan Mental Disiplin), LDKT
(Latihan Dasar Kepemimpinan Taruna). Kita punya program itu lain dari pada
yang lain,mungkin kalau di sekolah lain tidak seberat dengan yang ada di sekolah
ini karna semi militer. Tujuannya untuk pembinaan pendidikan karakter dan
pembinaan mental anak. Kegiatan kepramukaan juga banyak melakukan kegiatan,
misalnya; perkemahan.
Adakah perbedaan seorang “taruna/i” dengan “siswa/i” pada umumnya?
“Iya berbeda, penerapan disiplin di sekolah ini kepada anak didik tidak seperti
disiplin siswa biasanya. Contohnya; setiap hari sebelum memulai belajar kita
melakukan apel seperti Taruna yang ada di tentara atau kemiliteran yang
melakukan apel wajib setiap harinya. Semua itu dilakukan untuk persiapan fisik
anak sebelum belajar, persiapan guru nya juga dsb. Di dalam apel tersebut ada
pengarahan di setiap pagi nya oleh para pembina (guru), bahkan juga arahan dari
taruna/i kelas 12 secara bergantian. Dan mungkin itu yang tidak ada di sekolah
lain.
Sejak kapan SMKN 29 terlibat dalam aksi tawuran?
“Sudah lama, dari tahun 90-an. Waktu tahun itu dilakukan secara menyeluruh
bukan hanya sekolah kita saja, terutama waktu itu STM. Dimana STM itu sangat
terkenal sekali dengan tawurannya dan sekolah kita termasuk dalam sekolah yang
suka tawuran. Tetapi sejak dari tahun 2000 label sekolah ini tentang tawuran
sudah berkurang dilihat dari mulai banyaknya pendaftar di sekolah ini”
Siapa saja yang biasanya terlibat dalam aksi tawuran ?
“Di lakukan oleh taruna/i secara menyeluruh baik kelas 10, 11, dan 12”.
Berapa banyak taruna/i yang terlibat dalam aksi tawuran tersebut? Dan
bagaimana keadaanya di setiap tahunnya? (makin banyak, sedikit, atau
relative stabil?
lii
“Sampai saat ini juga masi ada yang melakukan tawuran walaupun berkurang,
tetapi utnuk saat ini bentuknya saling cegat. Dimana tidak saling menyerang
sekolah. Dan yang banyak korban biasanya anak sekolah sini, karna posisi mereka
disini sangat dilematis karna menekan mereka supaya jangan terlibat tawuran.
Walaupun dalam keadaan pasif (dicegat) ataupun apalagi mencegat. Apabila
dicegat dianjurkan untuk tidak melawan dan menghindar, karna apabila sudah
melawan itu sama saja melakukan tawuran karna melayani tawuran. karna dari
kronologis nya kita dapat menyimpulkan kasus tawuran tersebut”.
Bagaimana pendapat anda tentang pandangan masyarakat mengenai SMKN
29 yang identik dengan aksi tawurannya?
“Kita jawab dengan kita pelajari anak-anak itu supaya tidak lagi kembali ke masa
lalu, mudah sekali marah dan terpancing tawuran. Dengan pembuatan kebiajakn
poin-poin sehingga mereka sulit untuk bergerak”.
Bagaimana respon sekolah terhadap taruna/i yang berpartisipasi dalam aksi
tawuran?
“Pembuatan kebijakan poin-poin sehingga sulit untuk bergerak dan ternyata itu
efektif. Di takuti oleh anak”
Bagaimana penilaian anda terkait dengan hasil dari penerapan kebijakan
sekolah untuk para taruna/i yang terlibat aksi tawuran saat ini? Adakah efek
jera untuk mereka?
“Iya, tentunya memberikan efek jera. Karna apabila anak sudah melanggar, sudah
tidak ada lagi tawar-menawar dari sejak ada nya peraturan itu di berlakukan.
Terakhir di bulan september 2016 ini telah mengeluarkan 3 orang karna tawuran
dengan tertangkap membawa senjata tajam.senjata tajam itu tidak di simpan di
sekolah karna ada razia di sekolah. Mereka tertangkap menyimpan senjata tajam
di rumah kosong di Jl. Ciawi yang di ketahui satpam setempat karna heran melihat
anak setiap pagi melempar sesuatu ke rumah kosong tersebut dan mengambilnya
saat pulang sekolah”.
liii
Nama : M. Syafe’I, S.Pd
Jabatan : Pembina Siswa
Alamat : Jl. Pertukangan palem 1 No. 16 RT 06/08. Pertukangan
Utara. Jaksel
Tanggal Wawancara : 25 Oktober 2016
Apa saja kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan perkenalan sekolah
atau kepemimpinan untuk para taruna/i baik yang baru maupun yang lama
?
“Mulai dari masa orientasi untuk perkenalan taruna/i baru sekolah. LDKT
(Latihan Dasar Kepemimpinan Taruna) yang wajib dilakukan oleh pengurus OSIS
itu salah satu pembinaan di SMKN 29. Ada pula PMD (Pembinaan Mental
Disiplin) yang dilakukan oleh semua angkatan, kegiatan ini diharuskan karna
melihat masa peralihan mereka terutama untuk kelas 10 dari SMP ke STM yang
mana karakter mereka yang masih manja-manja harus dirubah maka dengan
mengikuti PMD akan sedikit merubah karakternya, kedisiplinannya dan tidak
boleh manja-manja lagi. Kegiataan PMD ini dilakukan selama 3 hari dengan
bekerja sama oleh TNI, jadi kita sebagai penjaga saja. Jadi setelah mereka PMD
dan kembali ke sekolah, mereka sudah siap misalnya; ada kakak kelasnya yang
iseng mereka sudah siap mentalnya. Itu dilakukan di semua sekolah penerbangan,
melihat untuk kebutuhan industri oleh sebab itu dari awal harus sudah di setting.
Memang bawaannya di sekolah ini semi militer.
Adakah perbedaan seorang “taruna/i” dengan “siswa/i” pada umumnya?
“Iya, kedisiplinan di sekolah ini memang berbeda walaupun dengan sekolah-
sekolah lain yang sama-sama SMK. Tapi disekolah ini berbeda, sekolah ini lebih
disiplin. Misalnya; setiap hari melakukan apel. Walaupun label taruna/i pada anak
didik di sekolah ini belum benar-benar melekat kuat, karna memang apabila kita
melihat taruna maka yang ditampilkan adalah sosok seorang yang disiplin yang
tidak menunggu di tegur dan untuk taruna/i disini tetap harus di pandu. Dilihat
dari segi penampilan juga para taruna berambut tidak gondrong (cepak), memakai
seragam PDH seperti angkatan udara (AU). Untuk mewujudkan itu semua harus
membutuhkan waktu yang tidak sedikit dengan mengandalkan guru-guru saja,
meskipun sekolah ini mempunyai 1 orang pembina militer yang tidak stand-by
setiap hari hanya setiap hari rabu dan kamis. Karna pembinaan cara militer dengan
cara guru itu sangat berbeda yang cenderung ke arah fisik, dan saat pembina
militer ada di sekolah itu sangat membantu dalam mengurusi para taruna/i dalam
kedisiplinan di sekolah ini. Tapi sebenarnya anak didik di sekolah ini juga
merupakan siswa, karna sekolah ini jurusan penerbangan yang seragam nya juga
berbeda dengan sekolah pada umumnya maka disebutlah anak didik sekolah ini
dengan kata “Taruna-Taruni” oleh kesepakatan guru-guru sekolah ini walaupun
liv
belum 100% anak didik di sekolah ini mencerminkan seorang “Taruna-Taruni”.
Sehingga jiwa korsa anak didik di sekolah ini kuat, rasa kesolidaritasannya juga
tinggi. Misalnya; saat ada temannya yang di isengin oleh sekolah lain maka yang
lainnya juga bertindak. Tapi jiwa korsa itu juga harus di bina agar ke arah yang
positif bukan di arahkan ke arah yang negatif.
Sejak kapan SMKN 29 terlibat dalam aksi tawuran?
“Sudah lama sekali dari tahun 90-an malah sebelumnya mungkin. Maka sudah
tidak asing lagi SMKN 29 Penerbangan itu identik dengan tawurannya”.
Siapa saja yang biasanya terlibat dalam aksi tawuran?
“Siapa saja, dari kelas 10-12. Karna tawuran ini turun-temurun dari kakak
kelasnya dan kurang pendekatan dari guru-guru nya. Dulu anak sekolah ini berani
sekali bawa senjata tajam ke sekolah, misalnya; menyimpan clurit di taman-taman
sekolah. Luar biasa anak di sekolah ini”.
Berapa banyak taruna/I yang terlibat dalam aksi tawuram tersebut ? Dan
bagaimana keadaan di setiap tahunnya? (makin banyak, sedikit atau relatif
stabil)
“Masih ada, tapi dibandingkan dahulu sejak 4 tahun belakangan ini sudah makin
sedikit tawuran. kalau dulu SMKN 29 menjadi juara terus saat tawuran tapi kalau
sekarang menjadi korban terus. Misalnya; anak SMKN 29 sedang di perjalanan
pulang di lampu merah berhenti langsung di bacok dengan sekolah lain. Dan
bulan oktober ini ada taruna yang sedang mengambil motor di Seven-Eleven tiba-
tiba di cegat oleh sekolah lain dengam merampok barang-barang yang
dimilikinya, seperti; hp & baju seragam kebesaran kita PDH berwarna biru. Oleh
karena itu, selalu di anjurkan agar anak SMKN 29 tidak boleh pulang sendirian
karna sangat rawan dan lebih aman pulang bersama-sama minimal 10 orang
apalagi dengan menggunakan transportasi umum. Dan apabila di cegat oleh
sekolah lain ada 2 akternatif pilihan, yaitu; menghindar dan melawan. Menghindar
apabila masih bisa untuk kabur tapi kalau tidak bisa untuk menghindar maka
lawan. Karna apabila tidak di lawan maka harus memilih mau meninggal dimana
kalau memang tidak bisa menghindar. Dan untuk yang naik motor juga harus hati-
hati dengan lebih tahu jalan kecil (tersembunyi) menuju rumah karna mudah
sekali mengenali identitas anak SMKN 29 dengan melihat penampilannya.
Penurunan tawurnan ini disebabkan karna pendekatan guru ke anak sudah mulai
terjalin di bandingkan masa lampau. Meskipun tawuran yang terjadi di sekolah ini
di lakukan turun-temurun oleh kakak kelasnya.
Bagaimana pendapat anda tentang pandangan masyarakat mengenai SMKN
29 yang identik dengan aksi tawurannya?
“Dulu memang identik dengan tawuran SMKN 29 Penerbangan ini, malah dulu
itu ada istilah “Tiada Hari Tanpa Tawuran”. Jadi, kalau orang udah dengar SMKN
29 atau Kapal pasti semua orang udah takut aja tapi sudah berubah pandangannya
lv
sedikit demi sedikit sejak 4 tahun dbelakangan ini tentang tawuran di sekolah ini.
Lewat prestasi tentunya kita menunjukkan kepada orang luar bahwa SMKN 29
berprestasi, terbukti dengan mengkuti berbagai macam perlombaan dan piala tidak
berhenti datang ke sekolah. Misalnya; PASKIBRA yang memenangkan Juara 1
TUB di tingkat DKI Jakarta, juara di Tanggerang dsb dan sekarang juga sedang
mengikuti tournament juga”.
Bagaimana respons sekolah terhadap taruna/i yang berpartisipasi dalam aksi
tawuran?
“Apabila ada anak didik yang melanggar peraturan sekolah, biasanya melakukan
pendekatan pembicaraan dan pendekatan hati. Maka ada pendekatan oleh guru
kepada anak untuk mengamati kondisi anak didik di sekolah. Bukan hanya dalam
aksi tawuran saja, pelanggaran yang lain seperti; tidak memakai atribut lengkap
atau rambut panjang maka akan di permalukan di depan lapangan saat apel.
Tentunya sekarang ini peraturan di tegas kan, tidak seperti dulu. Misalnya; ketika
anak tertangkap membawa senjata tajam mendapat poin 100 di keluarkan dari
sekolah, namun kalau dulu anak didik tertangkap basah membawa senjata tajam
tidak dikeluarkan karna saat itu sekolah ini memiliki peraturan tapi tidak di
terapkan”.
Bagaimana penilaian anda terkait dengan hasil penerapan kebijakan sekolah
untuk para taruna/i yang terlibat aksi tawuran sampai saat ini ? adakah efek
jera untuk mereka?
“Iya, justru tata tertib apabila di lakukan dengan konsisten maka mudah sekali
mengatur anak-anak sekolah sini. Karna saat mereka melihat ada temannya yang
dikeluarkan dari sekolah karna pelanggaran maka mereka berpikir. Di bulan
september 2016anak sekolah kelas 10 di cegat oleh sekolah lain karna sedang
sendirian di jalan di lempari batu oleh sekolah lain hingga kepala nya bocor
berdarah-darah dan mengadu kepada kakak kelasnya. Kakak kelas 12 merasa
kesal dengan mengejar kopaja yang di dalamnya ada pelaku tersebut sampai
kopaja itu pecah karena di lempari batu kopaja nya oleh kakak kelasnya hingga
berujung ke polisi. Dan saat di geledah tas nya terdapat senjata tajam yang di buat
sendiri oleh anak SMKN 29 saat praktek terbuat dari plat (besi) yang seharusnya
bahan tersebut untuk membuat rangka pesawat dsb. Senjata tajam itu berbentuk
seperti gergaji, dan pada saat itu sekolah tidak bisa memungkiri karna sudah
terbukti. Akhirnya mereka semua di proses dan di keluarkan oleh sekolah, tidak
ada yang protes untuk kebijakan itu”.
lvi
Nama : Ghina Istiqomah
Umur/Kelas : 18 Tahun / 12 EI
Alamat : Jl. Pancoran Barat 4 No. 44 RT 05/01. Jakarta Selatan
Tanggal Wawancara : 25 Oktober 2016
Bagaimana pendapatmu mengenai hubungan senior-junior yang ada di
sekolahmu? (baik taruna/i)
“kalau waktu kelas 10 saat hari jumat di sekolah ini ada kegiatan keputrian untuk
para taruni yang di dalamnya ada kegiatan materi yang diberikan oleh guru atau
kakak kelas. Guru tugasnya hanya mengawasi saja sih biasanya. Di dalam
kegiatan keputrian ini biasanya seperti evaluasi, karna disini perempuannya
sedikit jadi kalau ada salah dan posisinya itu junior maka kelihatan sekali. Jadi,
saat keputrian itu di tegur deh yang salah-salah. Pas saya kelas 10 dulu sih kakak
kelas nya bikin takut karna galak-galak sampai apabila ada yang salah maka di
hukum fisik dengan disuruh bending (berdiri dengan satu kaki), beda banget pas
sekarang saya menjadi senior tidak seperti dulu begitu pula dengan teman-teman
angkatan saya lainnya. tapi sekarang saya merasakan apa yang telah di berikan
oleh senior itu berguna, walaupun tidak dipungkiri memang menjadi junior itu
capek. Lalu saat saya kelas 11 itu lebih tidak enak karna apabila saya saya salah
maka selalu di sindir-sindir oleh kelas 12 (Ganjil-Genap). Jadi lebih enak pas
kelas 10 dengan senior yang kelas 12. Tapi, kalau negatifnya senior tuh suka
nyuruh-nyuruh. Misalnya; nyuruh beli pulsa tapi lari dan suka frontal kalau di luar
saat negur membuat saya malu karna banyak orang”.
Menurutmu, adakah pengaruh dalam aksi tawuran dengan hubungan senior
junior?
“Iya ada, karna kalau pulang sekolah itu ada basis dan penatarannya. Senior itu
suka nyuruh juniornya untuk bawa alat atau senjata tajam gitu yang saya tahu dan
dari mulut ke mulut juga kak, karna saya juga pernah razia juga di tas teman-
teman”.
Apakah kamu pernah ikut tawuran ? atau adakah taruni yang ikut dalam
aksi tawuran ? (sepengetahuanmu)
“Kalau saya sih tidak pernah ikut tawuran, karna saya takut juga dengan darah.
Tapi kalau taruni yang ikut basis sih ada. Kalau mereka ikut tawuran sih tidak
ada, pernah tahu dan liat kalau ada taruni yang ikut tawuran juga tidak pernah.
Karna selama saya sekolah yang saya tahu hanya taruna aja yang tawuran dan itu
pun mereka yang ngebasis atau pulang bareng naik transportasi umum”.
Bagaimana responsmu terhadap aksi tawuran yang melibatkan sekolahmu?
“Tidak bisa di pungkiri juga sih, karna emang benar suka tawuran. Misalnya; saat
saya di tanya oleh teman saya yang berbeda sekolah tentang pertengkaran sekolah
saya dengan sekolahnya, saya hanya bisa menjawab tidak tahu. Karna malu
lvii
jugasih kak sekolah terlibat tawuran terus tapi sering saya juga bangga dengans
sekolah ini sih kak, karna sekolah ini juga walaupun tawuran terus tapi berprestasi
juara lomba terus. Kadang juga kesel sama orang luar yang mengganggap SMKN
29 terus yang salah kalau tawuran, padahal kadang juga kita yang menjadi korban
seperti di zalimin ”.
Apabila aktor tawuran adalah temanmu atau dekat denganmu, bagaimana
kamu menyikapinya?
“Saya beri arahan kepada teman-teman saya, apalagi kalau teman sekelas saya
yang sudah kelas 12. Mengingatkan kalau sebentar lagi mau Ujian Nasional (UN),
jadi tidak usah berperilaku aneh-aneh lagi apalagi ikut tawuran. Tapi kalau untuk
yang kelas 10 dan 11 saya kurang dekat dengan mereka, ada sih beberapa tapi itu
dengan anak organisasi saja yang kebetulan mengikuti ekskul yang sama. Dan
saya hanya sekedar mengingatkan saja supaya tidak usah ikut tawuran”.
lviii
Nama : Sylvina Monica
Umur/ Kelas : 16 Tahun / 10 EA
Alamat : Jl. Buaran 3 No. 3 RT 06/15. Jakarta Timur
Tanggal Wawancara : 25 Oktober 2016
Bagaimana pendapatmu mengenai hubungan senior-junior yang ada di
sekolahmu? (baik taruna/i)
“Kalau hubungan senior-junior yang ada di sekolah ini sih ada negatif dan ada
positifnya. Kalau positifnya itu senior kan lebih tahu lingkungan sekolah itu kaya
gimana, jadi kita sebagai junior di kasih tau sama senior. Karna SMKN 29 lebih
banyak taruna di bandingkan taruni, jadi lebih sering di kasih tahu sama senior.
Misalnya; kalau di deketin dengan taruna itu harus hati-hati. Soalnya namanya
cowo pasti ada yang bandel tapi juga ada yang baik. Nah senior kasih tau deh
tentang taruna yang deketin saya itu kaya gimana orangnya. Dan karna saya ikut
ekskul paskibra, terkadang kalau saya salah saat latihan kadang senior juga
ngajarin saya supaya saya bisa dan benar. Tapi kalau negatifnya, senior suka
nyuruh-nyuruh misalnya; beli minuman untuk mereka tapi pakai uang sendiri.
Dan ada pula peraturan-peraturan yang dibuat oleh senior untuk juniornya yang
harus di taati, misalnya; kalau kelas 10 rambutnya harus pendek batasnya dua jari
dibawah telinga. Tapi, kalau untuk taruni yang memakai kerudung maka
kerudungnya harus di lilit di leher. Untuk kelas 11 & 12 nya tidak semuanya
seperti itu penampilannya, cuma untuk nyuruh juniornya aja tapi tidak dilakukan
untuk dirinya sendiri. Peraturan itu juga udah berlaku sudah lama dan sampai saat
ini juga masih berlaku. Orang yang termasuk senior itu ya pastinya dia yang lebih
tua di sekolah, yang ada baiknya tapi juga ada buruknya. Kadang ngesellin
pokonya orang tidak bisa di ssalahkan dan beranggapan bahwa apa yang
dilakukan selalu benar”.
Menurutmu, adakah pengaruh dalam aksi tawuran dengan hubungan
senior-junior?
“Iya sih kak, karna saat saya baru pertama kali masuk sekolah ini ada kakak kelas
(taruna) yang masuk ke dalam kelas saya mengajak teman-teman kelas saya yang
laki-laki untuk ngumpul atau nongkrong bareng setelah pulang sekolah. Menurut
saya sih, itu mengundang untuk mereka ikut tawuran”.
Apakah kamu pernah ikut tawuran ? atau adakah taruni yang ikut dalam
aksi tawuran ? (sepengetahuanmu)
“Belum pernah kak, sepengetahuan saya sih tidak ada kalau taruni yang ikut
tawuran. Jadi, yang ikut tawuran yang taruna, sering sekali saya dengar kalau tiba-
tiba di jalan di lempari batu oleh sekolah lain atau di cegat dengan sekolah lain”.
Bagaimana responsmu terhadap aksi tawuran yang melibatkan sekolahmu?
lix
“Paling kalau ada omongan tentang sekolah saya tentang tawurannya, saya
nyikapinnya dengan membantah aja sih kalau sekolah saya sudah tidak tawuran
lagi”.
Apabila aktor tawuran adalah temanmu atau dekat denganmu, bagaimana
kamu menyikapinya?
“Saya sih kesal kalau teman saya ikut tawuran karna tidak ada manfaatnya juga
ikut tawuran, karna kalau buat sekolah juga tidak dapat nilai juga. Saya juga
memberi nasehat aja supaya tidak ikut tawuran lagi, karna kalau ikut tawuran dan
ketahuan oleh sekolah itu pasti di keluarkan dari sekolah apalagi sampai terkena
luka itu akan menyusahkan orang tua juga”.
lx
Nama : Shofani Afri Rosyaningsih
Umur / Kelas : 16 Tahun / 11 EI
Alamat : Komplek POLRI Pondok Karya 4 Blok I No. 61 Jakarta
Selatan
Tanggal Wawancara : 25 Oktober 2016
Bagaimana pendapatmu mengenai hubungan senior-junior yang ada di
sekolamu? (baik taruna/i)
“Macam-macam sih kalau type senior di sekolah ini. Ada beberapa senior yang
ingin sekali di hormati layaknya dewa dan ada juga senior yang biasa saja tidak
terlalu menekankan rasa senioritasnya jadi layaknya teman seangkatan tidak ada
perbedaan antara senior-junior. Tapi kalau untuk yang ngerasa senior yang ingin
di hormati seperti dewa ini hanya sebatas kenal di sekolah tapi kalau sudah di luar
sudah tidak dekat lagi. Tapi itu juga tergantung seniornya, ada yang cuma di
sekolah saja mau di anggap senior sedangkan kalau sudah di luar bebas dan ada
juga yang ingin di anggap senior di sekolah maupun di luar sekolah. Senior juga
ngasih pengaruh positif juga sih kalau junior ke senior itu harus hormat, saling
tegur sapa, dan itu memang benar. Tapi kalau negatifnya itu senior suka nyuruh-
nyuruh kayak budaknya aja gitu, itu yang bikin keselnya”.
Menurutmu, adakah pengaruh dalam aksi tawuran dengan hubungan
senior-junior?
“Iya pasti ada, karna kalau tawuran itu pasti senior mengorbankan juniornya. Jadi
kalau tawuran itu yang maju pasti juniornya, nah kalau seniornya itu hanya di
belakang saja ngeliatin juniornya. Pokonya kalau kena luka pasti juniornya yang
kena karna dulu saat mereka jadi junior juga pasti di gituin juga kan. Teman-
teman juga bilangnya seperti itu sudah turun-temurun. Jadi kelas 10 di suruh-
suruh oleh kelas 12, saat sudah menjadi kelas 12 pasti nyuruh-nyuruh kelas 10.
Bahkan terkadang alumni juga masih terkait masih nyuruh-nyuruh juga untuk
tawuran. Itu untuk alumni yang masih nongkrong-nongkrong dan belum ada
kerjaan sepertinya”.
Apakah kamu pernah ikut tawuran ? atau adakah taruni yang ikut dalam
aksi tawuran ? (sepengetahuanmu)
“Tidak pernah kak, sepengetahuan saya taruni tidak pernah ikut tawuran dan
memang belum pernah kedengeran juga selama sekolah disini kalau ada taruni
yang ikut tawuran gitu. Tapi kalau hanya sekedar nongkrong atau ikut basis sama
taruna saja sih ada”.
Bagaimana responsmu terhadap aksi tawuran yang melibatkan sekolahmu?
“Bingung jugasih kak, kesel pastinya sih kak karna nama sekolah di bawa-bawa
untuk tawuran bikin malu sekolah aja. Tapi mau gimana lagi tawuran di sekolah
ini bukan menjadi hal yang baru dan sudah ada dari dulu”.
lxi
Apabila aktor tawuran adalah temanmu atau dekat denganmu, bagaimana
kamu menyikapinya?
“Adasih temen sekelas yang ikut tawuran. Saya hanya mencoba nasehatin dia aja
supaya tidak usah ikut tawuran lagi karna kalau sudah ketauan ikut tawuran akan
di keluarkan dari sekolah. Tapi kalau sudah di kasih tahu dan dia tetap melakukan
tawuran maka saya sudah tidak peduli lagi. Karna kan beda ceritanya kalau
tawuran di paksa dengan tawuran yang dilakukan karna keinginan sendiri.
Setidaknya saya sebagai temannya sudah mencoba untuk menasehatinya”.
lxii
DOKUMENTASI FOTO
- Foto bersama para taruna SMKN 29 Jakarta
lxiii
lxiv
- Foto bersama para taruni SMKN 29 Jakarta
lxv
- Foto bersama wakil kepala bidang kesiswaan SMKN 29 Jakarta
- Foto bersama guru bidang konseling
- Foto lokasi wawancara dengan para taruna
lxvi
- Foto senjata tajam untuk tawuran (Klewang)
- Foto bekas luka tawuran.
lxvii
- Foto Pangkat
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 29 JAKARTA
SURAT. KETERANGANNomor :9241-072
TENTANG
TELAH MELAKSANAKAN PENELITTAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta SelatanDengan ini menerangkan bahwa :
NamaNIPJabatanAlamat
NamaNPMProgram StudiJudul Penelitian
: Drs. Tikno Subadi: 196001 161986021001: Kepala SMK Negeri2g Jakarla. Jl. Prof. Jokosutono SH No. 1
: Rina Andhika Rosyalina. 11121 1 1000004: Sosiologi: Hubungan Tintbal Balik Senior-Junior Dalam AksiTawuran Pelajar (Studi Kasus SMKN 2g Jakarla
Adalah benar nama tersebut diatas telah metaksanakan penetitian di SMK Negeri29 Jakarta
Demikian surat keterangan inidibuat untuk dapai dipei"gunakan sebagaimanamestinya. 4
2016
1 161 986021001