Hubungan Timbal Balik Antara Manusia Dengan Kondisi Lingkungan Alam Dan Sosial Budaya

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang dimaksud bisa berupa lingkungan biotik maupun abiotik. Dalam ekosistem setiap makhluk hidup memiliki peranan masing-masing hingga membentuk suatu interaksi. Interaksi yang terjadi bisa berupa interaksi yang saling menguntungkan, membuat salah satu pihak rugi ataupun tidak berpengaruh apapun. Sistem sosial meruapakan salah satu aspek penting yang memiliki pengaruh besar terhadap ekosistem. Ekosistem banyak mengalami perubahan akibat interaksi berlebihan yang terjadi antara sistem sosial dan ekosistem. Interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial memicu terjadinya eksploitasi dalam ekosistem. Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian, serta selalu terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positif maupun negatif. Manusia diberi otak untuk selalu berpikir selain itu 1

description

timbal balik manusia merupakan hubunagan budaya sosial.

Transcript of Hubungan Timbal Balik Antara Manusia Dengan Kondisi Lingkungan Alam Dan Sosial Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang dimaksud bisa berupa

lingkungan biotik maupun abiotik. Dalam ekosistem setiap makhluk hidup

memiliki peranan masing-masing hingga membentuk suatu interaksi. Interaksi

yang terjadi bisa berupa interaksi yang saling menguntungkan, membuat salah

satu pihak rugi ataupun tidak berpengaruh apapun.

Sistem sosial meruapakan salah satu aspek penting yang memiliki

pengaruh besar terhadap ekosistem. Ekosistem banyak mengalami perubahan

akibat interaksi berlebihan yang terjadi antara sistem sosial dan ekosistem.

Interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial memicu terjadinya eksploitasi

dalam ekosistem.

Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan

potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,

pertumbuhan, perkembangan, dan kematian, serta selalu terkait dan berinteraksi

dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu

positif maupun negatif. Manusia diberi otak untuk selalu berpikir selain itu

manusia juga diberi hati (qolbu), yang membedakannya dengan mahluk lain,

sehingga manusia menyandang predikat mahluk yang paling sempurna.

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari

lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya

memerlukan lingkungan. Setiap mahluk, hanya dapat hidup dalam suatu

lingkungan dengan kondisi yang baik, atau paling tidak masih dalam rentang

kisaran toleransinya. Selain faktor kondisi lingkungan yang baik, mahluk hidup

juga harus berada dalam lingkungan yang dapat menyediakan segala sumber daya

yang dibutuhkannya.

1

Lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai

lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan

yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kehidupan

manusia tak lepas dari lingkungan sosialnya, sehingga manusia disebut sebagai

makhluk sosial. Dalam lingkungan sosial tersebut manusia selalu dihadapkan

kepada permasalahan sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

Masalah sosial tersebut timbul dari hubungannya dengan sesama manusia lain,

maupun dari tingkah laku manusia itu sendiri, yang sifatnya berbeda antara

manusia satu dengan lainnya. Hal itu akibat adanya perbedaan tingkat

perkembangan budaya, sifat dari penduduk, dan keadaan kondisi lingkungan alam

yang juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial budaya manusia. Permasalahan

sosial berbeda dengan permasalahan lain, karena kaitannya dengan nilai-nilai

moral dan pranata-pranata sosial dalam masyarakat, serta berkaitan juga dengan

hubungan antar sesama manusia.

Kehidupan manusia yang selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan

lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial tentunya saling

mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik, baik itu positif maupun

negatif.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan antara

Ekosistem dan system Sosial dengan kebutuhan manusia

1.2  Rumusan Masalah

Dari uraian mengenai latar belakang tersebut, maka didapat permasalahan

antara lain:

1. Apa itu ekosistem?

2. Apa itu sistem sosial?

3. Apa saja interaksi yang terjadi antara ekosistem dengan sitem sosial?

4. Bagaimana dampak interaksi ekosistem dengan sistem sosial?

5. Apa saja peranan manusia sebagai subjek dan objek lingkungan?

6. Apa pengertian lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya?

2

7. Bagaimana hubungan antara manusia, lingkungan alam, dan lingkungan

sosial budaya?

8. Apa pengaruh timbal balik antara lingkungan alam dan sosial budaya?

9. Bagaimana permasalahan sosial budaya di Indonesia?

1.3  Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari ekosistem

2. Mengetahui dan memahami apa itu sistem sosial

3. Mengetahui dan memahami apa saja interaksi yang terjadi antara

ekosistem dengan sitem sosial.

4. Mampu menganalisa seperti apa dan bagaimana dampak interaksi

ekosistem dengan system sosial yang terjadi.

5. Mengetahui peranan manusia sebagai subjek dan objek dalam lingkungan.

6. Mengetahui pengertian lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.

7. Mengetahui hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan

lingkungan sosial budaya.

8. Mengetahui pengaruh timbal balik antara lingkungan alam dan sosial

budaya.

9. Mengetahui permasalahan sosial budaya di Indonesia.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Ekosistem

Secara sederhana, pengertian ekosistem adalah suatu tatanan dan kesatuan

yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup.

Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang

teratur dan dinamis. Jika kita memperhatikan di sekeliling kita, ada beragam

interaksi mahluk hidup yang menghasilkan harmoni dan keseimbangan hidup.

Pola hubungan ini menciptakan keterikatan antara komponen yang satu dan

lainnya. Hal ini merujuk pada apa yang disebut dengan ekosistem. Menurut, UU

No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang

merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk

keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem tersusun

atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas.

Secara garis besar ada dua jenis komponen ekosistem yang diambil,

yakni: 

a.   Komponen abiotik atau fisik. Komponen ini mencakup semua unsur yang

bukan mahluk hidup seperti udara, suhu, air, tanah, curah hujan, bebatuan,

gurun, karang, salju dan masih banyak lagi lainnya.

b.  Komponen hayati atau biotik yang mencakup semua mahluk hidup yang dilihat

dari susunan trofiknya dibagi ke dalam beberapa tingkatan yakni komponen

produsen, komponen konsumen, dan juga komponen pengurai. Dan apabila

dilihat dari fungsi komponen itu sendiri maka ia dibagi ke dalam dua

komponen dasar yakni komponen autotrof dan juga komponen heterotrof.

Autotrof sendiri merupakan mahluk hidup yang bisa membentuk sendiri

makanannya sementara itu heterotrof adalah organisme konsumen yang

mengambil makanan dari luar dirinya.

Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-

komponen dalam ekosistem dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang,

keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.

4

Komponen-komponen ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersebut

adalah:

a.    Komponen autotrof

Kata autotrof berasal dari kata auto yang berarti sendiri,dan trophikos yang

berarti “menyediakan makan“. Pengertian dari autotrof adalah organisme yang

mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik

dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.

Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan

hijau.

b.    Komponen heterotrof

Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti  berbeda,

dan trophikos yang berarti makanan). Pengertian dari heterotrof merupakan

organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan

bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah

manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

c.     Bahan tak hidup (abiotik)

Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah,

air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat

tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

d.    Pengurai (dekomposer)

Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan

bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).

Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan

bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.

Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan

ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan

manusia. Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan

alam. Misalnya gunung meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim.

Bencana alam  dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Manusia mempunyai

5

peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi,

manusia juga dapat merusak ekosistem.

Ekosistem dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan

karakteristik tertentu. Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan

menjadi dua macam, yakni :

           Ekosistem alami

Ekosistem alami merupakan suatu ekosistem yang terjadi secara alami

tanpa adanya campur tangan dari manusia. Contoh ekosistem alami antara lain

ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang rumput dan dan sebagainya.

           Ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah suatu ekosistem yang dengan sengaja dibuat oleh

manusia untuk tujuan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem

sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi dan lain sebagainya.

Jenis ekosistem yang tercipta tanpa bantuan tangan manusia ini dibagi lagi

ke dalam dua pembagian umum yakni:

1.      Ekosistem akuatik atau air

A.    Ekosistem air tawar

Secara umum, ekosistem air tawar dibagi ke dalam dua bagian yakni: 

1)   Ekosistem lentik atau air tenang.

Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem antara lain danau

dan juga rawa. Untuk danau sendiri, kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni: 

a. Wilayah Litoral. Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana

cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu airnya lumayan

hangat sebab berdekatan dengan tepi danau. Pada wilayah ini diketemukan

tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan

air.

b. Wilayah Limnetik. Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau

namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya matahari. Wilayah danau

yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan

cynobakteri.

6

c. Wilayah Profundal. Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman

yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik. Wilayah ini banyak dihuni

cacing juga beragam jenis mikroba.

d. Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di

tempat ini terdapat beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang

telah mati.

2)   Ekosistem lotik atau air mengalir

Ekosistem lotik atau air mengalir yakni ekosistem air tawar yang airnya

mengalir. Salah satu contoh ekosistem ini adalah sungai. Sungai sendiri diartikan

sebagai suatu badan air dimana air tersebut mengalir ke suatu titik yang lebih

rendah. Air pada sungai mengandung sedikit makanan dan sedimen. Aliran air

pada sungai membuat komposisi oksigen di dalam airnya lebih tinggi. Organisme

yang mendiami sungai sedikit terbatas jika dibandingkan dengan danau. Hal ini

disebabkan oleh airnya yang mengalir sehingga menyulitkan organisme semacam

plankton untuk berdiam diri di dalamnya. Sungai sendiri dibagi ke dalam 3

wilayah yakni sungai, anak sungai dan wilayah hilir. Masing-masing area ini

dihuni oleh jenis ikan yang berbeda. Misalnya saja pada anak sungai dijumpai

ikan air tawar, sedangkan pada hilir sering dijumpai ikan lele juga ikan gurame.

Untuk sungai dengan ukuran yang besar bisa juga ditemukan adanya buaya, ular

juga kura-kura. 

B.      Ekosistem air laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi

terutama di daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.

Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas

di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,

akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan.

Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah

dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang

berlangsung baik.

7

Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu

sebagai berikut.

1. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

2. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari

sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.

3. Basial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 – 2.500 m.

4. Abisal merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 – 10.000

m. 

Menurut wilayah permukaan secara horizontal, berturut turut dari tepi laut

semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.

1. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air

sekitar 200 m.

2. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman

200 – 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.

3. Basiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200 –

2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

4. Abisopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m,

tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada hewan yang hidup. Sinar

matahari tidak mampu menembus daerah ini.

5. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar), dengan kedalaman

lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di bagian ini umumnya dapat

mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri

kemosintesis.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang

hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi

dengancara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air

dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan

melalui insang secara aktif.

Ekosistem laut terdiri dari :

         Ekosistem Pantai

8

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan

daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut

laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat

melekat erat di substrat keras. Daerah bagian paling atas dihuni oleh beberapa

jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan

burung pantai. Daerah pantai bagian tengah dihuni oleh ganggang, porifera,

anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-

ikan kecil. Daerah pantai terdalam dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan

rumput laut. 

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat

dibedakan menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi

pescaprae paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea pescaprae yang tahan

terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun

tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp,

Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. 

Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus

tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). Pada formasi baringtonia

didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,

Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut

berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar napas. 

Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang

kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat

digunakan sebagai penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan

di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah

pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra,

Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

         Ekosistem Estuari

Estuari (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.

Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa

garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.

Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur harian pasang surut. 

9

Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di

estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas

hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.Bahkan ada

beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat

kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan

tempat mencari makan bagi Vertebrata semiair, misalnya berbagai unggas air.

         Ekosistem Terumbu Karang

Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga

fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral)

yang mensekresikan kalsium karbonat. 

Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun

substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di

terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik.

Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan

ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi

gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

         Ekosistem Lamun

Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang

terletak di daerah pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak

berpasir. Sering pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji

tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini telah menyesuaikan

diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Terdiri atas rhizome, daun dan akar.

Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan

berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas

berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut

dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap

hempasan gelombang dan arus. Sistem pembiakan lamun melalui penyerbukan di

dalam air (hydrophilous pollination).

Lamun adalah satu – satunya kelompok tumbuh – tumbuhan berbunga yang

terdapat dilingkungan laut. Tumbuh – tumbuhan ini hidup di habitat perairan

pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas

10

berdaun yang tegak dan tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang

biak. Berbedadengan tumbuh-tumbuhan lainnya (alga dan rumput laut), lamun

berbunga, berbuah danmenghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan

system internal untuk mengangkutgas dan zat – zat hara.

2.      Ekositem daratan

      Ekosistem Hujan Tropis

Ekosistem ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang

tinggi sekitar 25-29°C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest)

cukup tinggi, yatu sekitar 200-225 cm per tahun.  Sedangkan di hutan kering

tropis (tropical dry forest) curah hujan sangat tergantung musim, sekitar 150-200

cm per tahun, dengan musim kering selama enam sampai tujuh bulan. Hutan

hujan tropis memiliki beragam spesies. Tumbuhan yang khas dari ekosistem ini

adalah lilia dan epifit.

      Ekosistem Sabana

Bioma sabana hangat sepanjang tahun, berkisar 24-29°C, namun dengan

variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis. Rumput dan pohon yang

terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan.  Pepohonan yang

ditemukan seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk adaptasi

dari kondisi yang relatif kering. Ekosistem sabana ini terdapat di Amerika Selatan,

Afrika Timur dan sebagian wilayah Indonesia.

      Ekosistem Padang Rumput

Ekosistem padang rumput mempunyai curah hujan 30 - 100 cm per tahun

dan hujan turun tidak teratur.  Musim dingin relatif kering dan musim hujan relatif

basah.  Suhu musim dingin bisa turun sampai -10°C, sedangkan pada musim

panas seringkali mendekati 30°C dan menyengat. Vegetasi yang dominan di

ekosistem ini adalah rumput.

      Ekosistem Gurun

Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° Lintang Utara dan

Lintang Selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang

rumput.  Bioma gurun memiliki curah hujan rendah dan sangat bervariasi,

umumnya kurang dari 30 cm per tahun.  Suhu bervariasi musiman maupun harian.

11

Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat besar.  Pancaran matahari sangat

terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 40°C pada musim

panas, bahkan beberapa gurun bisa mencapai 60°C pada siang hari.  Gurun di

sebelah barat Rocky Mountain dan Asia Tengah, relatif dingin.  Di gurun dingin,

suhu udara bisa turun sampai -30°C.

Bentang alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi

lahan guldulnya lebih tinggi dibandingkan dengan bioma darat lain. Vegetasi di

daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar

akasia yang berduri. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah

serangga, hewan pengerat, ulat dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun

Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.

      Ekosistem Taiga

Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah

kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Perbedaan

antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi. Flora khasnya adalah

pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus

merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya

nyaris seragam. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak,

srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin

tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun

berhibernasi pada saat musim dingin.

      Ekosistem Tundra

Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara

yang disebut Tundra arktik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Bioma

tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 - 60  cm per tahun, namun untuk

tundra alpin bisa melebihi 100 cm per tahun.  Iklimnya iklim kutub dengan musim

dingin yang panjang dan gelap serta musim panas dan terang yang pendek.  Suhu

rata-rata di musim dingi di bawah -30°C, sedangkan di musim panas hanya

mencapai 10°C.

Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu. Permafrost (tanah bagian

bawah yang membeku secara permanen), suhu yang sangat dingin, dan angin yang

12

sangat kencang merupakan penyebab utama tidak adanya pohon dan tumbuhan

tinggi lainnya di tundra arktik di alaska Tengah. Meskipun tundra arktik

menerima sangat sedikit curah hujan tahunan, air tidak dapat

menembus fermafrost di bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas

bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek.  Tundra menutupi

luas yang sangat besar di arktik, mencapai 20% permukaan tanah bumi.  Hewan

yang hidup di bioma tundra adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan

domba.  Banyak spesies burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim

dingin.

      Ekosistem Hutan gugur

Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami

pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai

pegunungan di daerah tropis. Suhu dimusim dingin berkisar kira-kira 0°C.  Musim

panas dengan suhu maksimum sekitar 35°C, menyengat dan lembab.  Bioma

hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu 70  sampai lebih dari 200 cm

per tahun.   Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin

dan musim semi. 

Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah  adalah pohon Maple, Oak,

Beech, dan Elm. Hutan gugur memiliki lepisan vertikal yang jelas, yang memiliki

satu atau dua strata pohon, di bawahnya terdapat semak, dan di bagian dasar

terdapat tumbuhan herba.  Pohon-pohon hutan gugur menggugurkan daunnya

sebelum musim dingin, dimana terjadinya fotosintesis tidak efektif karena

suhunya terlalu rendah. Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa,

Beruang, Raccon, Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk.  Banyak hewan mamalia

hutan gugur juga memasuki keadaan dorman musim dingin yang disebut

hibernasi, dan beberapa spesies burung melakukan migrasi ke wilayah dengan

iklim yang lebih hangat.  Bioma hutan gugur terdapat di Kanada, Amerika, Eropa

dan Asia.

         Ekosistem Karst

Ekosistem Karst berkembang pada batuan yang mudah larut terutama batu

gamping sebagai proses kartifikasi. Pada ekosistem ini tanahnya kurang subur

13

dengan tingginya kandungan kalsium karbonat dalam tanah, selain itu tanahnya

agak keras dengan air tanah yang cukup dalam, sensitif terhadap erosi, mudah

longsor dan rentan dengan pori-pori aerasi rendah. Rendahnya kesuburan pada

ekosistem ini sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang dapat hidup pada

ekosistem ini karena harus tahan terhadap kandungan kalsium yang tinggi dan

tahan kekeringan. Dibadingkan dengan ekosistem vulkan, keragaman sesies

ekosistem karst lebih rendah yaitu hanya 149 jenis, terbagi dalam 40 ordo, 58

famili dan 122 genus.

2.1   Sistem Sosial dan Interaksi Sosial

1.      Sistem Sosial

Sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu ‘sistem’ dan ‘sosial’. Sistem

adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk sebuah jaringan

sedangkan sosial berarti masyarakat. Suatu kelompok dikatakan sebagai suatu

sistem sosial jika memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat suatu kelompok

dapat dikatakan sebagai suatu sistem sosial jika:

o Terdapat interaksi antar anggota

o Mempunyai pola perilaku; sistematis dan teratur.

o Bisa diidentifikasi bagian-bagiannya.

o Bisa dilihat sebagai suatu sistem sosial.

Sistem sosial memiliki unsur-unsur pokok yang dapat menjadi ciri dari

sistem sosial ini. Unsur-unsur pokok dalam sistem sosial adalah:

a. Tujuan (goal)

Setiap sistem sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.

b. Keyakinan (beliefs)

Keyakinan merupakan sesuatu yang dianggap benar oleh anggota dalam

sistem sosial tertentu. Keyakinan terbentuk melalui pengetahuan setiap

individu.

c. Sentimen/perasaan

Sentimen merupakan perasaan-perasaan yang ada dalam setiap kelompok

sistem sosial.

14

d. Norma

Norma merupakan peraturan-peraturan tidak tertulis yang dapat diterima

oleh anggota kelompok tersebut. Norma antara satu kelompok bisa

berbeda bahkan bertentangan dengan kelompok lain tergantung pada

keyakinan masing-masing kelompok.

e. Sanksi

Setiap norma yang ada selalu terdapat sanksi di setiap pelanggaran yang

dilakukan. Dengan kata lain, sanksi merupakan hukuman dari pelanggaran

norma yang dilakukan.

f. Peranan kedudukan

Setiap kedudukan memiliki peran dan kwajiban yang berbeda-beda.

Peranan kedudukan tersebut harus dilakukan oleh orang yang

bersangkutan serta telah menjadi norma tidak tertulis dalam suatu sistem

sosial.

g. Kewenangan/kekuasaan

Kewenangan atau kekuasaan harus dimiliki setiap kelompok sosial.

Kewenangan tertinggi diberikan kepada setiap pemimpin yang ada dalam

kelompok tersebut untuk memimpin, mengambil keputusan ataupun

memerintahkan.

h. Jenjang sosial

Setiap anggota dalam kelompok sistem sosial memiliki status sosial yang

berbeda-beda. Perbedaan status tersebut timbul karena adanya kedudukan

ataupun karena gengsi.

i. Fasilitas

Dalam sistem sosial fasilitas yang ada merupakan alat atau sarana untuk

mencapai tujuan.

j. Tekanan dan tegangan

Tegangan dan tekanan yang terjadi dalam kelompok sistem sosial terjadi

karena keinginan untuk meraih tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

dengan cepat dan baik.

15

Masing-masing unsur merupakan peubah, yang mempunyai pengaruh pada

interaksi anggota dalam kelompok dan akan berpengaruh pada perilaku individu

serta perilaku kelompok. Beberapa perilaku individu ataupun kelompok sangat

berkaitan erat dengan keseimbangan ekologi. Hal ini dikarenakan aktifitas yang

mereka lakukan terkadang merubah habitat suatu ekosistem sehingga memicu

terjadinya berbagai masalah. Untuk menjamin kelangsungan sebuah ekologi,

suatu kelompok sistem sosial perlu menerapkan tujuan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan. Unsur-unsur pokok lainnya juga harus mendukung

tujuan tersebut agar selama interaksi antara sistem sosial dengan ekosistem

berlangsung tidak mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan.

2.      Interaksi Sosial

Interaksi merupakan tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih

objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Interaksi di sini lebih

kepada hubungan timbal balik dan merupakan lawan dari hubungan satu arah pada

hubungan sebab akibat. Menurut Bonner, interaksi sosial merupakan suatu

hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu

mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) , interaksi sebagai suatu kejadian ketika

suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi

ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain

yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini

mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi individu lain yang menjadi

pasangannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi

merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-

masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara

individu dengan lingkungan sosialnya. Suatu fondasi dari hubungan timbal balik

atau interaksi adalah nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Nilai dan

norma tersebut memberikan arahan dalam melakukan hubungan antar manusia

agar berada pada jalur yang tepat. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto dalam

16

pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.

Jika tidak ada komunikasi dan interaksi antara manusia dengan lingkungan

fisiknya atau hanya lingkungan fisiknya saja yang berhadapan, maka tidak dapat

membentuk suatu bentuk kelompok sosial yang saling berinteraksi. Dalam

interaksi pasti terjadi kontak dan komunikasi yang merupakan syarat terjadinya

interaksi.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan

lingkungannya. Interaksi terjadi jika ada kontak dan komunikasi, keduanya

merupakan syarat terjadinya interaksi. Manusia hidup di dunia ini pasti

berinteraksi, entah itu dengan manusia lain atau terhadap lingkungan. Interaksi

manusia dengan lingkungan, bukan berarti manusia berbicara dengan pohon, atau

sungai, atau gunung sekalipun. Namun, yang dimaksud inteaksi di sini adalah

interaksi manusia dalam perilakunya terhadap alam atau keadaan sekitar.

Bagaimana manusia memperlakukan alam tempat mereka hidup dan bagaimana

manusia memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam untuk mereka. Interaksi

yang baik antara manusia dengan alam juga merupakan salah satu bentuk sikap

menghargai dan menhormati alam.

Interaksi yang terjadi antara manusia bisa dilihat dan dibedakan menjadi

beberapa macam, antara lain :

1.      Interaksi antara individu dan individu

Interaksi anttara individu dengan individu ini bisa bersifat positif dan

negatif. Interaksi antara individu dikatakan positif jika keduanya saling

diuntungkan, sedangkan dikatakan negatif jika hubungan timbal balik merugikan

salah satu pihak atau keduanya. Interaksi antara individu satu dengan individu

yang lain dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh intensitas

komunikasi antar individu.

2.      Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi yang berlangsung antara individu dan kelompok ini dapat

berlangsung secara positif dan negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan

kelompok bermacam-macam tergantung situasi dan kondisinya. Interaksi antara

17

individu dengan kelompok dapat meliputi interaksi saat terjadi seminar antara

pembicara (individu) dengan audiens (peserta seminar). Contoh interaksi tersebut

merupakan interaksi anatar individu dengan kelompok yang bersifat positif. Lain

halnya dengan interaksi yang bersifat negatif, misalnya adalah

pertengkaran/perkelahian dimana salah satu orang dikeroyok oleh beberapa orang.

Kesemuanya itu bergantung kondisi/keadaannya.

3.      Interaksi antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu

kesatuan dan bukan kehendak dari masing-masing individu. Umumnya interaksi

antar kelompok ini tercipta karena adanya kesamaan keinginan yang akan dicapai.

Sebagai contoh adalah perkelahian antar supporter fanatik sepak bola, umumnya

mereka berkelompok dan akan melakukan apa saja untuk mendukung klub sepak

bola kesayangan mereka. Interaksi antar kelompok ini umumnya didominasi oleh

perasaan in group atau out group yakni perasaan memiliki ke dalam suatu

kelompok tertentu. Sifat yang dimiliki pun sama dengan kedua interaksi di atas,

yakni positif dan negatif. Pada dasarnya memang semua interaksi itu ada yang

positif dan negatif, semuanya itu bergantung dalam konteks apa kita

menggunakannya.

Dalam kehidupan manusia senantiasa terjadi interaksi timbal balik sistem

sosial yang dipengaruhi oleh latar belakang dan sistem biofisik/ekosistem.

Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem itu dapat berjalan dengan

baik dan teratur karena adanya arus energi, materi, dan informasi. Pada

prinsipnya, interaksi merupakan bahasan pokok pada pembelajaran sosiologi dan

antropologi, namun tidak menutup kemungkinan akan ada pembahasan terkait

contoh interaksi dalam bahasan ekologi dan ilmu lingkungan. Seperti diketahu

bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan

individu, atau kelompok dan lingkungannya. Jika dalam ilmu sosiologi hanya

menekankan pada pembahasan terkait interaksi antar individu dan kelompok

dalam konteks kemsyarakatan, maka ilmu ekologi menjabarkannya dalam hal

hubungan dengan lingkungan.

18

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan zaman yang begitu pesat,

membawa dampak yang cukup mengkhawatirkan terkait interaksi manusia dengan

lingkungan. Terjadinya krisis global/global warming merupakan suatu bentuk

nyata interaksi manusia dengan alam yang kurang baik. Lingkungan/alam tempat

kita hidup ini tentu saja memiliki batasan-batasan dalam penyediaan berbagai

bahan kebutuhan. Manusia tidak bisa memanfaatkan dengan semena-mena atau

dengan kata lain menggunakan secara besar-besaran.

Manusia dan lingkungan harus bersinergi, misalnya jika manusia ingin

mengambil kayu di hutan juga harus memikirkan dampak kedepannya. Manusia

boleh memanfaatkan kayu-kayu yang ada di hutan, tapi juga harus memotong

kayu yang sudah tua dan menanam lagi dengan tumbuhan baru yang masih muda.

Jika tindakan semacam ini dilestarikan, maka keseimbangan ekosistem juga akan

terjaga dan kebutuhan manusia juga akan tercukupi. Contoh tersebut merupakan

contoh nyata interaksi yang dipelajari di ekologi, yakni bagaimana suatu sistem

sosial berinteraksi dengan lingkungannya.

2.3   Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial

Interaksi merupakan dua atau lebih komponen dalam ekosistem yang

saling berhubungan. Semua makhluk hidup di dunia saling berinteraksi, bahkan

terkadang terdapat makhluk hidup juga berinteraksi dengan benda abiotik.

Macam-macam interaksi yang ada adalah:

a.       Netral

Interaksi netral artinya dua makhluk hidup saling berinteraksi namun tidak

saling memberi dampak apapun. Contohnya: kupu-kupu dengan lebah. Kedua

makhluk tersebut saling berinteraksi dengan sama-sama memperebutkan

madu/nektar dalam bunga tetapi kompetisi yang mereka lakukan sama sekali tidak

mempengaruhi kehidupan satu sama lain.

b.      Mutualisme

Mutualisme adalah interaksi yang dilakukan dua atau lebih makhluk hidup

yang saling memberi keuntungan satu sama lain. Contoh makhluk hidup yang

19

saling memberikan keuntungan satu sama lain saat berinteraksi adalah kupu-kupu

dengan bunga. Kupu-kupu mendapat nektar, sedangkan bungan dapat terbantu

dalam proses penyerbukan.

c.       Komensalisme

Komensalisme merupakan interaksi yang terjadi di mana salah satu pihak

mendapat keuntungan dari makhluk lain yang berinteraksi dengannya tanpa

membuat makhluk lain tadi mendapat kerugian. Contohnya interaksi antara

bungan anggrek dengan inangnya.

d.      Parasitisme

Parasitisme merupakan interaksi antara makhluk hidup di mana salah satu

mendapat keuntungan namun yang lain justru merugi. Contohnya adalah interaksi

antara tali putri dengan inangnya.

Dalam kesehariannya setiap kelompok sistem sosial selalu berinteraksi

dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Interkasi tersebut akhirnya

menimbulkan sebuah aliran energi. Aliran energi merupakan rangkaian urutan

pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar

matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke

saproba di dalam tanah. Energi di alam mengikuti hukum yang terkenal dengan

Hukum Termodinamika, yaitu :

a. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya

dapat mengalami transformasi atau hanya dapat diubah. Hukum ini disebut

juga hukum kekekalan energi.

b. Setiap perubahan bentuk energi pasti terjadi degradasi energi dari bentuk

energi terpusat menjadi bentuk yang terpencar. Proses transformasi energi

tidak ada yang terjadi secara spontan dari suatu bentuk energi. Dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Proses transformasi energi tidak pernah spontan kecuali perombakan dari

keadaan pekat menjadi encer.

2. Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan 100% efisien.

Hukum Termodinamika erat hubungannya dengan hukum entropi, yakni

bahwa semua perubahan yang menghasilkan energi adalah perombakan menjadi

20

bentuk yang lebih sederhana. Hal ini selalu berlangsung dengan efisiensi yang

tidak pernah mencapai seratus persen. Oleh karena itu selalu akan terjadi suatu

kelebihan dalam transformasi ini dalam bentuk limbah.

Dalam proses rantai makanan, perpindahan energi yang terjadi berasal dari

makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau jenjang

pendidikan. Namun dalam tahap perpindahan energi ini hanya 10-20% yang dapat

disimpan dalam tubuh organisme sedangkan yang lainnya berubah menjadi energi

gerak dan panas.

Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi

fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan

dalam ikatan kimia. Aliran ini terjadi di antara tingkat trofik serta di antara

komponen-komponen biotik dan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam

suatu unit fungsional. Ketika energi dilepaskan melalui proses pernafasan, maka

senyawa-senyawa yang terlibat mengalami degradasi, dan unsur-unsur

kimiawinya dilepaskan ke habitat, yang dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi

ini disebut juga siklus.

Menurut Hutchinson ( 1944, 1950 ) siklus biogeokimia merupakan suatu

pertukaran atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara komponen

biotik dan abiotik.

a.     Siklus Nitrogen

Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik.

Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga

terdapat bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan

bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi NO2- dan bentuk ini

tidak stabil (Hakim, dkk,1991).

Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut mineral dengan masukan

dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara komponen sistem.

Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan

fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan denitrifikasi merupakan sebagian

besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion

yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti dibandingkan dengan dengan jumlah

21

seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana karena pencucian dalam tanah-tanah

subur.

Siklus nitrogen adalah kompleks dan kompertemen organik merupakan bagian

yang dominan, beberapa macam bakteri terlihat dalam pengubahan NH4+ menjadi

NO3+ (Nitrobacter, Nitrosomonas, Nitrosococcus adalah yang paling penting),

tetapi kedua bentuk itu dapat diambil oleh banyak tanaman dengan fasilitas yang

sama. Secara singkatnya siklus nitrogen dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.

2. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh

bakteri.

3. Amonia ini selanjutnya akan mengalami nitrifikasi oleh suatu bakteri

nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan

nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.

4. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia

kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke

udara.

Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

b.    Siklus Sulfur

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfur anorganik, sulfur direduksi oleh

bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida

atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk

diperairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang

mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat

terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan

diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat

dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan

mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) kemudian

H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan

sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrop

seperti Thiobacillus.

22

Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan

mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian

tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu

hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi.

Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada

juga yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.

Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah

diganggu oleh gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam

tempat dan relatif tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya,

beberapa bagian dari bahan yang dapat dipertukarkan cenderung " hilang" untuk

waktu yang lama apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada gerakan

"naik" kembali. Dalam daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab

dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :

o H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.

o SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.

o H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.

o S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme

heterotrofik.

Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-

senyawa menjadi unsur-unsur.

c.     Siklus Fosfor

Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input

atau sumber fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali

menghasilkan fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling sederhana daripada daur

lainnya, karena tidak melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari: batuan,

bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah

hasil pelapukan batuan. dan outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan. Fosfor

berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus dan

partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu:

23

o Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh

decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.

o Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan

terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat

banyak terdapat di batu karang dan fosil.

1. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut

di air tanah dan laut.

2. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.

3. Siklus ini berulang terus menerus.

Fosfor yang ada di alam terdapat di dalam bentuk yang terikat sebagai Ca-

fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat ataupun juga protein. Bakeri-bakteri yang banyak

berperan dalam siklus fosfor ini antara lain adalah : Pesudomonas, Aerobacter

aerogenes, Xanthomonas, Basillus dll. Mikroorganisme seperti Bacillus,

Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes dapat melarutkan P  menjadi

tersedia bagi tanaman. Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan

melarutkan bagian permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai

sedimentasi ke dasar laut dan akan dikembalikan ke daratan.

d.    Siklus Karbon

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan

antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya

bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum

diketahui). Karbon sendiri dapat ditemukan di atmosfer, biosfer dan laut.

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon

dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil

dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar,

meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting

dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer

adalah metan dan kloroflourokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial

atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di

atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan

dalam pemanasan global.

24

Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian

yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam

struktur,biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan

memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:

1. Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa

organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang

berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup.

Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka

membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar

autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi

kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut

sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan

sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang

terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan

dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki

reaksi 6CO2+ 6H2O → C6H12O6 + 6O2

2. Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai

makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya

(seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan

material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri

untuk fermentasi atau penguraian.

3. Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui

pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi

aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau

air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2+

6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah

yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya

yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.

4. Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang

digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.)

25

dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah

yang banyak.

5. Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik

yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang

binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping

melalui proses sedimentasi.

6. Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari.

Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa

rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat

dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak

karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap

sedimen. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang

terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar

analisis biokimia melakukan kesalahan dengan

mengabaikannya.

7. Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah

proses dalam skala waktu yang berbeda:

sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian

dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus

tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah.

Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya

melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan

temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan

secara langsung mempengaruhi pemanasan global.

e.     Siklus Hidrologi

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah

berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,

presipitasi evaporasi dan transpirasi. Pemanasan pada air laut yang diakibatkan

oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat

berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai

26

presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan

gerimis atau kabut.

Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga

cara yang berbeda:

1) Evaporasi / transpirasi -air yang ada di laut, di daratan, di sungai,

di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer)

dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air

(awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan

turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

2) Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah

melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka

air tanah.

3) Air Permukaan-air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan

aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit

pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air

permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,

waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul

dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses

perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen

siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai

(DAS).

2.4    Dampak Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial

Ekosistem dan sistem sosial yang saling berinteraksi menimbulkan

terjadinya aliran energi, materi dan juga informasi. Makin tinggi interaksi antara

ekosistem dengan sistem sosial, makin tinggi pula efisiensi dalam eksploitasi

ekosistem.

Contoh sistem sosial yang mempengaruhi sistem ekologi adalah teknologi.

Kebutuhan manusia yang selalu meningkat seiring dengan kemajuan teknologi

yang membutuhkan kemajuan manusia dalam berfikir. Dengan semakin majunya

teknologi terkadang manusia melupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh

27

teknologi tersebut terhadap lingkungan. Kerusakan yang ditimbulkan seringkali

merusak kelangsungan dari ekosistem dan makhluk didalamnya yang dikarenakan

seperti pencemaran lingkungan serta pemanfaatan dan pengerukan Sumber Daya

Alam yang berlebihan sehingga merusak keseimbangan ekosistem. Walaupun

sebenarnya kemajuan teknologi sangat diperlukan manusia di era kemajuan

sekarang, namun hendaknya tetap memperhatikan kelangsungan ekosistem dari

lingkungan sekitar. Karena ketika terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem, maka

dapat menyebabkan suatu organisme yang ada dilingkungan tersebut tidak mampu

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, akan dapat meusak kelangsungan

rantai makanan dan dapat berakibat dalam jangka panjang  terhadap kepunahan

suatu kelangsungan ekosistem. Sebagai  contoh pembangunan kawasan industri

yang semakin banyak akan dapat mengakibatkan pencemaran pada udara, air, dan

tanah.

Selain teknologi masih ada lagi contoh kerusakan ekosistem akibat sistem

sosial, seperti kelembagaan dalam pemerintah juga sangat mempengaruhi

terjadinya kerusakan lingkungan. Perizinan yang sangat mudah diberikan oleh

lembaga pemerintah kepada perusahaan-perusahaan akan berdampak pada

kerusakan lingkungan, sebagai contoh perizinan terhadap perusahaan yang

bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, izin penebangan hutan diberikan

kepada perusahaan tanpa melakukan kontrol yang ketat (misalnya, mana yang

boleh ditebang dan mana yang tidak boleh, serta batas wilayah yang diizinkan).

Selain itu perusahaan tidak melakukan penanaman kembali terhadap kawasan

yang sudah ditebang. Dapat diperkirakan akibat yang timbul dari izin tersebut

menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau berkurangnya populasi

binatang yang dilindungi. Kejadian ini terjadi di beberapa daerah dan banyak

menelan korban jiwa, rumah dan peralatan hancur serta tanaman dan hewan yang

mati.

Kedua sistem diatas sangat mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu

perubahan yang terjadi dalam suatu sistem juga akan berdampak terhadap sistem

itu sendiri. Seperti kita lihat diatas bahwa kerusakan yang ditimbulkan akibat

28

penebangan hutan bukan saja berdampak terhadap lingkungan alam tetapi juga

berdampak pada sosial masyarakat itu sendiri.

Selain 2 contoh diatas, masih ada lagi contoh interaksi sistem sosial dan

Ekosistem Petani Lahan Rawa Pasang Surut. Lahan rawa pasang surut merupakan

wilayah yang tergenang dan berhubungan dengan adanya pengaruh pasang surut

tinggi muka air laut. Lahan rawa pasang surut umumnya berada pada daerah

dataran, dimana air pasang surut masih cukup mempunyai pengaruh terhadap

tinggi rendahnya permukaan air di daerah tersebut. Widjaja Adhi

mengelompokkan lahan pasang surut menjadi empat tipologi utama menurut

macam dan tingkat masalah fisiko-kimia tanahnya, yaitu :

1. lahan potensial,

2. lahan sulfat masam (bisa berupa sulfat masam potensial dan sulfat masam

actual.

3. lahan gambut (bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut

sedang, gambut dalam dan gambut sangat dalam), dan

4. lahan salin. Selain pembagian menurut tipologi di atas, lahan rawa pasang

surut juga dibedakan menurut tipe luapan airnya.

Berdasarkan tipe luapan atau jangkauan air pasang, lahan rawa pasang

surut dibedakan menjadi empat tipe, yakni :

a. Tipe A , yakni lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar

(spring tide) maupun pasang kecil (neap tide).

b. Tipe B, yakni lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.

c. Tipe C, yakni lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air

pasang mempengaruhi secara tidak langsung, air tanah berada dekat

permukaan tanah kurang dari 50 cm.

d. Tipe D, yakni lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanah lebih

dalam dari 50 cm dari permukaan tanah.

Hampir semua lahan rawa pasang surut yang terdapat di Kalimantan,

Sumatera, dan Irian Jaya mempunyai faktor pembatas berupa kendala tata air yang

sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah. Sifat kimia tanah

berupa kemasaman tanah yang tinggi, adanya ion atau senyawa yang meracuni

29

dan bahan organik atau gambut yang mentah merupakan faktor yang menghambat

bagi pertumbuhan tanaman. Kendala dan faktor pembatas ini berupa tata air yang

sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah akibat adanya tanah

sulfat masam dan gambut. Karena itulah, memanfaatkan lahan rawa pasang surut

untuk kegiatan pertanian membutuhkan ketekunan dan usaha yang sungguh-

sungguh.

Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian merupakan

salah satu bentuk adaptasi masyarakat petani terhadap kondisi biofisik lahan rawa

pasang surut yang spesifik. Proses ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan

telah melembaga dalam kehidupan sosial masyarakat petani di lahan rawa pasang

surut. Melalui pengalaman dan berbagai uji coba dalam menangani kendala dan

keterbatasan lahan rawa pasang surut, para petani mampu memenuhi berbagai

kebutuhan hidupnya dan hidup selaras dengan alam. Petani setempat juga

mengembangkan kelembagaan sosial spesifik sebagai bentuk adaptasi sistem

sosial dengan ekosistem terutama dalam upaya mengatasi kendala pengaturan tata

air. Kondisi seperti ini merupakan bentuk koadaptasi (fitting together) antara

sistem sosial dengan ekosistem. Pada tahapan lebih lanjut penyesuaian-

penyesuaian kedua subsistem ini akan menciptakan mekanisme koevolusi, yakni

suatu bentuk perubahan bersama (changing together).

Koadaptasi antara sisitem sosial dengan ekosisitem lahan rawa pasang

surut juga terlihat dalam model pengelolaan lahan yang berbeda pada masing-

masing tipe luapan lahan. Pengembangan pola usahatani yang mengarah pada

sistem tanaman campuran antara padi dengan tanaman tahunan dengan sistem

surjan (tembokan) merupakan suatu bentuk pengetahuan mereka dalam upaya

mengurangi resiko kegagalan dalam usahatani. Sistem tanaman campuran antara

padi dengan tanaman kelapa merupakan model dominan di lahan rawa pasang

surut tipe A, sedang di tipe B dan C tanaman tahunannya seperti jeruk, rambutan

dan mangga.

Faktor lainnya menyangkut penanganan gambut, yang memiliki,

kandungan bahan organik tinggi dan selalu dijenuhi air. Gambut memiliki sifat

khas yakni ’kering tak balik’ dan penyimpan air yang besar. Artinya apabila

30

terjadinya drainase berlebihan akan menyebabkan hilangnya kemampuan daya

dukung gambut bagi pertanian dan sebagai penyuplai air yang besar bagi

pertanian sekitarnya. Berdasarkan hal ini, petani setempat sangat berhat-hati

dalam menangani lahan yang mengandung gambut dan tidak melakukan

pembakaran habis lapisan gambut tersebut. Pengelolaan lahan sawah dilakukan

dengan menanam padi lokal yang toleran dan telah beradaptasi dengan kondisi

ekosistem setempat. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana adaptasi sistem sosial

yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dalam

mengatasi berbagai kendala dan faktor pembatas di lahan rawa pasang surut.

Contoh lain, sistem ekologi yang mempengaruhi sistem sosial adalah

perubahan iklim. Kenaikan suhu merupakan bentuk dari perubahan iklim yang

dapat mengganggu sistem sosial. Kenaikan suhu permukaa bumi sebesar satu

derajat akan menaikka permukaan air laut setinggi 15 centimeter, yang akan

menenggelamkan jutaan rumah dan pesisir. Penguapan akan meningkat sehingga

menimbulkan kekeringan. Kekeringan menyebabkan gagal panen yang

mengakibatkan kelaparan dimana – mana. Selain dampak tersebut masih ada

dampak- dampak lainnya seperti perubahan kehidupan sosial-budaya dalam suatu

masyarakat antara lain :

1. Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan menyebabkan alih fungsi

lahan dan bergantinya cara produksi.

2. Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya

intensitas badai.

3. Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut,

seperti contoh masyaarakat tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat

daerah merekaa tenggelam.

4. Daerah-daerah tertentu akan enjadi padat dan sesak karena terjadi arus

pengungsian.

2.5  Manusia sebagai Subjek dan Objek Lingkungan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya

dibanding makhluk-makhluk hidup lainnya, karena manusia secara kodrati diberi

31

akal budi yang memungkinkan adanya kebudayaan. Manusia dapat digolongkan

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai mahkluk individu

memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai

dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia juga berlaku sebagai

makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan

dan tempat tinggalnya.

Lingkungan didefinisikan sebagai kondisi di sekitar yang mempengaruhi

kehidupan suatu makhuk. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

makhluk hidup lainya (Undang-Undang No.4 tahun 1982).

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (1997) dinyatakan bahwa pendidikan Lingkungan hidup

menyandang karakteristik sebagai pendidikan seumur hidup (long life education),

baik melalui jalur formal (sekolah) maupun informasi luar sekolah). Lingkungan

sosial merupakan hubungan interaksi antar manusia dengan manusia lain yang

terjalin harmonis. Studi lingkungan adalah suatu studi tentang gejala dan masalah

kehidupan manusia yang ditinjau antar hubungannya dengan lingkungannya.

Dalam studi lingkungan dilakukan pengkajian praktis tentang masalah kehidupan

dan masalah lingkungan yang menerapkan konsep dan prinsip ekologi serta

prinsip dan konsep ilmu sosial.

Lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan biotik, abiotik dan lingkungan

buatan. Manusia menjadi objek dan sekaligus subjek dan lingkungan karena

manusia hidup dan berkembang di lingkungan masing-masing, mengolah sumber-

sumber alam dan sosial yang ada di lingkungan tersebut serta memanfaatkannya

sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan makhluk hidup lainnya,

bukan dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan perilaku manusia

dalam memanfaatkan kebutuhan hidup itulah yang membedakannya dengan

makhluk hidup lainnya, misalnya hewan.

32

Selain membutuhkan makan dan minum, manusia juga membutuhkan

tempat tinggal yang layak, bila tidak berarti tidak manusiawi, manusia juga

membutuhkan pendidikan, dan membutuhkan pakaian, yang itu semua kebutuhan

primer atau pokok manusia. Manusia juga berfilsafat tentang hakekat dirinya

sebagai pribadi dalam hubungannya dengan manusia lain, dengan alam dan

hubungannya dengan Tuhan, Sang Pencipta, yang termuat dalam ajaran agama.

Dari filsafat pula manusia dapat menciptakan ilmu seni dan budaya. Kehidupan

yang manusiawi tentunya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku.

Perilaku manusia satu dengan yang lain tidak dapat disamakan. Hal yang cukup

mempengaruhi perilaku manusia tersebut karena faktor lingkungan dimana dia

tinggal. Sehingga manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungannya. Dengan demikian manusia berperan sebagai objek sekaligus

subjek dari lingkungan.

2.6  Pengertian Lingkungan Alam dan Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan alam

yang berada di sekitar manusia. Komponen lingkungan alam terdiri dari faktor

abiotik (tanah, air, udara, cuaca, dan suhu), serta faktor biotik (hewan, tumbuhan,

dan manusia). Lingkungan alam berisi sumber daya alam, yaitu segala sesuatu

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup

manusia, agar manusia dapat hidup lebih sejahtera.

Lingkungan sosial budaya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu

lingkungan spasial (ruang), yang ruang lingkupnya ditentukan oleh pola-pola

hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya), dan oleh

tingkat rasa intergrasi manusia di dalamnya.lingkungan sosial budaya terdiri dari

pola interaksi antara budaya, teknologi, dan organisasi sosial termasuk sejumlah

penduduk dan perilakunya dalam suau lingkungan ruang (spasial) tersebut.

Lingkungan sosial budaya dalam suatu masyarakat, misalnya lingkungan

pertemanan, jaringan sosial, pola perilaku masyarakat di sekitarnya, serta adat

istiadat.

33

Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti perkembangan manusia.

Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya menekankan konsep manusia dalam

lingkup sosial dan budayanya. Lingkungan sosial budaya selalu mengalami

perubahan seiring dengan kemampuan peningkatan adaptasi kultural manusia

terhadap lingkungannya.

2.7   Hubungan antara Manusia dengan Lingkungan Alam dan Lingkungan

Sosial Budaya

Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri pada alam

lingkungan hidupnya maupun komunitas biologis (lingkungan sosial) di tempat

mereka hidup. Perubahan alam lingkungan hidup manusia tampak jelas di kota-

kota, dibanding dengan pelosok dimana penduduknya masih sedikit dan primitif.

Hubungan antara manusia dan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun

lingkungan sosialnya tentu akan menimbulkan dampak yaitu dampak positif dan

negatif. Pengaruh positif bagi manusia adalah dengan adanya manfaat atau

keuntungan dari lingkungan. Pengaruh negatif bagi manusia, karena lingkungan

dirasakan mengalami perubahan yang dapat merugikan kehidupan manusia.

Dampak yang makin terlihat nyata saat ini adalah perubahan alam

lingkungan hidup manusia. Hal itu karena ulah perbuatan manusia sendiri.

Lingkungan alam mengalami kerusakan dan tentunya mengganggu keseimbangan

ekosistem lingkungan yang juga akan berpengaruh pada kehidupan sosial

manusia.

Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki

kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi. Disamping itu manusia memiliki

budaya, pranata sosial dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang.

Peranan manusia dalam lingkungan ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat

negatif. Peranan manusia yang bersifat negatif adalah peranan yang merugikan

lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau pun tidak langsung timbul akibat

kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan manusia yang

bersifat positif adalah peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan karena

dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan.

34

Peranan manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain

sebagai berikut:

1.  Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan  Sumber Daya Alam

makin menciut (depletion);

2.  Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;

3.  Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem

binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi;

4.  Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan

tanah hingga menimbulkan longsor;

5.  Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang

menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat

menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan

dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri;

Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:

1. Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana

terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui;

2. Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka

jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;

3. Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan

pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai

ambang batasnya;

4. Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk

menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat

sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah

yang mengandung humus;

5. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi

lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.

2.8   Pengaruh Timbal Balik antara Lingkungan Alam dan Lingkungan

Sosial Budaya

35

Manusia memandang alam lingkungannya dengan bermacam-macam

kebutuhan dan keinginan. Manusia bersaing dengan spesies lainnya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini manusia memiliki kemampuan

lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama dalam penggunaan sumber-

sumber alamnya.

Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam menggunakan sumber-sumber

alam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan galian, dan sebagainya. Namun

sesuai dengan kondisi lingkungan saat ini manusia sudah seharusnya melakukan

perubahan. Perubahan yang dimaksud disini bukanlah transformasi yang diartikan

sebagai perubahan seluruhnya (dari teknologi, sosial budaya dan ekonomi).

Perubahan disini lebih kepada perubahan hidup berperilaku, kebiasaan dalam

hidup yang menunjang pada penyelamatan lingkungan, perilaku hidup manusia.

Masih banyak masyarakat yang memiliki kebiasaan yang tidak ramah

lingkungan, seperti pengrusakan lingkungan demi keuntungan semata. Seharusnya

manusia berhati-hati dalam mengolah tanah, air, udara mahluk mahluk yang ada

di dunia ini. Khususnya pada lingkungan, manusia telah begitu banyak

menimbulkan kerusakan pada bumi ini. Limbah, kotoran, sampah dibuang begitu

saja tanpa mengindahkan lingkungan dan mahluk lain. Respon dari lingkungan

dapat lihat seperti dengan adanya bermacam jenis penyakit, bahkan terjadi

bencana alam karena eksploitasi alam besar-besaran oleh manusia.

Hubungan antara lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya saling

timbal balik. Untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan alam dengan kondisi

sosial budaya dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara dua wilayah

yang memiliki kondisi lingkungan alam yang berbeda. Misalnya, pada wilayah

pemukiman penduduk yang tingkat kepadatannya berbeda. Kondisi tersebut tentu

tidak sama pada tiap wilayah di Indonesia, namun secara umum kondisi

lingkungan alam di wilayah yang padat penduduk biasanya lebih buruk

dibandingkan dengan wilayah yang tidak padat penduduk. Kondisi tersebut akan

memicu terjadinya permasalahan di lingkungan sosial masyarakat. Hal itu terlihat

jelas di daerah perkotaan dengan lingkungan yang padat penduduk, maka memicu

terjadinya berbagai permasalahan sosial di masyarakat yang lebih kompleks

36

dibandingkan dengan di daerah pedesaan dengan kondisi lingkungan yang tidak

terlalu padat penduduk. Permasalahan sosial yang terjadi di daerah perkotaan,

seperti tingkat kemiskinan yang meningkat, maraknya tindak kriminalitas,

pengangguran yang semakin banyak, kesenjangan ekonomi dan juga kesenjangan

sosial di masyarakat.

Sebaliknya, kondisi lingkungan sosial budaya juga berpengaruh terhadap

lingkungan alam. Hal ini dapat dikaitkan dengan etika lingkungan yang ada pada

suatu masyarakat. Etika lingkungan telah dianut oleh nenek moyang manusia

secara tradisional dan turun temurun, bersumber pada agama, mitologi, legenda,

dan cerita rakyat. Hal-hal tersebut masih dipegang teguh oleh masyarakat tertentu

sebagai bentuk kearifan tradisional, seperti pada suku-suku pedalaman di

Indonesia yang masih memegang kuat etika lingkungan kuno.

Di sisi lainnya, kondisi sosial budaya masyarakat saat ini telah banyak

mengalami perubahan. Kebutuhan manusia akan teknologi dan informasi sudah

menjadi suatu trend dan gaya hidup di kalangan masyarakat, sehingga barang

elektronik sudah menjadi suatu kebutuhan hidup sehari-hari manusia. Gaya hidup

manusia saat ini terkesan semakin menunjukkan peradaban yang tinggi, canggih

dan penuh dengan teknologi. Seperti pemakaian kendaraan bermesin yang

semakin banyak, seperti pengguna kendaraan mobil dan motor pribadi yang terus

meningkat tiap tahunnya, sementara akses jalan raya yang tidak mengalami

perluasan, mengakibatkan terjadinya kemacetan di jalan raya, khususnya di daerah

perkotaan. Hal ini dapat memicu terjadinya global warming, karena suhu bumi

semakin meningkat dan panas. Belum lagi permasalahan lain, seperti akibat

pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, tentunya membutuhkan ruang

lingkungan hidup yang luas, sehingga lahan pertanian, perkebunan, bahkan hutan

yang seharusnya menjadi zona hijau saat ini semakin sulit ditemui. Pemukiman-

pemukiman penduduk mulai banyak dibangun, dan jika dalam pembangunannya

tidak memperhatikan kondisi keseimbangan alam sekitarnya, maka akan

mengakibatkan berbagai permasalahan seperti bencana tanah longsor dan banjir,

serta ancaman bencana alam lainnya, yang juga akan menimbulkan berbagai

penyakit di masyarakat.

37

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perubahan sosial budaya

manusia, yang meliputi perkembangan modernisasi dan teknologi saat ini, tidak

hanya membawa manusia pada tingkat peradaban yang semakin tinggi dan maju,

akan tetapi juga akan berdampak pada bahaya ancaman lingkungan yang semakin

berat, jika manusia tidak melakukan upaya pemecahan masalah, yaitu dengan cara

memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, tetapi juga dengan tetap

memperhatikan keseimbangan ekosistem alam sehingga kerusakan alam dapat

diminimalisir. Misalnya dengan cara terus mengembangkan teknologi ramah

lingkungan.

2.9   Permasalahan Sosial Budaya di Indonesia

Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian

antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan

kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada, maka hal

tersebut dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial, seperti kegoyahan dalam

kehidupan kelompok atau masyarakat.

Permasalahaan sosial budaya dalam masyarakat muncul akibat adanya

perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai yang dianut masyarakat dengan realita

atau kenyataan yang ada atau terjadi.

Sumber dari berbagai permasalahan sosial budaya yaitu proses sosial dan

bencana alam. Permasalahan sosial yanag terjadi di masyarakat ditetapkan dan

ditangani oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh

masyarakat, lembaga pemerintah, organisasi sosial masyarakat, dan sebagainya.

Faktor yang memicu terjadinya permasalahan sosial, diantaranya:

1.    Faktor ekonomi, seperti tingkat kemiskinan, pengangguran.

2.    Faktor budaya, seperti perceraian, kenakalan remaja.

3.    Faktor biologis, seperti penyakit menular, penyakit degeneratif.

4.    Faktor psikologis, seperti tingkat stress, penyimpangan perilaku

manusia.

Permasalahan sosial budaya di Indonesia sangat kompleks dan beragam.

Faktor-faktor permasalahan sosial tersebut juga memicu terjadinya perubahan

38

sosial budaya di Indonesia. Terdapat kekuatan-kekuatan lain yang dapat

mempengaruhi adanya perubahan sosial di kalangan masyarakat. Seperti pada

masyarakat di Indonesia yang sudah terkena dampak perubahan sosial. Saat ini

masyarakat di Indonesia sangat tergantung dan terpengaruh pada kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Yang paling tampak yaitu pada

kemajuan teknologi informasi yang sudah merambah tidak hanya di kota-kota

besar di Indonesia, tetapi sudah sampai pada wilayah pelosok di Indonesia.

Kemajuan IPTEK tersebut membawa bangsa Indonesia ke dalam masa transisi

yang sulit. Perubahan ini harus dihadapi dengan sangat cepat dan tepat, sehingga

masyarakat tidak menjadi sasaran negatif dari teknologi, tetapi diarahkan pada

manfaatnya yang dapat membangun masyarakat Indonesia ke arah yang lebih

baik.

Selain permasalahan perubahan sosial budaya di Indonesia, masalah sosial

saat ini sangat beragam, seperti kemiskinan, pengangguran, kasus tindak

kriminalitas, seperti pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan, permasalahan

pendidikan yang belum merata, serta adanya kesenjangan sosial yang cukup

signifikan dalam masyarakat.

Hal tersebut seharusnya menjadi wacana dan perhatian bagi semua pihak,

khususnya pemerintah Indonesia, dengan membuat berbagai program

pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat, serta dengan meningkatkan

dan mengelola mutu kualitas sumber daya yang ada, baik sumber daya alam

maupun sumberdaya manusia, namun juga harus tetap diikuti dengan upaya

menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.

39

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ekosistem merupakan suatu tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan

menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup. Komponen ini saling

berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang teratur dan dinamis.

Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan

hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi

dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Berbicara mengenai intaraksi ekosistem dengan sistem sisoal, maka yang

dimaksud sistem sosial adalah sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu ‘sistem’ dan

‘sosial’. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk

sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat. Manusia hidup di dunia

pasti berinteraksi, ada interaksi yang bersifat positif dan ada yang bersifak negatif.

Namun dalam kaitannya dengan interaksi antar ekosistem dan sistem sosial ini

lebih menekankan pada perilaku manusia terhadap ekosistem di sekitarnya. Dalam

memanfatkan harus tepat, dan tidak boleh mengeksploitasi sehingga perlu adanya

pembangunan berwawasan lingkungan.

Manusia melakukan upaya memanfaatkan alam dan lingkungan untuk

menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidup demi kelangsungan

hidupnya. Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem

serta habitat manusia, melalui tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-

kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi

lingkungan dan manusia.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Kemampuan manusia untuk

menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan manusia dengan

lingkungannya. Hal ini memerlukan pembiasaan diri sehingga tercipta hubungan

yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Manusia memiliki tugas

40

untuk menjaga lingkungan karena dengan menjaga lingkungan secara tidak

langsung manusia melakukan upaya untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya di masa yang akan datang.

3.2  SARAN

Saran yang bisa penulis berikan terkait interaksi antara ekosistem dan

sistem sosial adalah sebagai berikut :

1. Dalam memanfaatkan ekosistem harus tepat dan tidak mengeksploitasi.

2. Pemanfaatan ekosistem harus secara arif dan bijaksana

3. Pemanfaatan lingkungan harus memperhatikan kelestarian tumbuhan.

4. Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan

sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan

lingkungan.

5. Manusia harus menyadari hakikatnya sebagai makhluk individu sosial, dan

makhluk Tuhan yang saling terkait dengan lingkungan.

6. Manusia sebaiknya lebih memikirkan dampak perubahan sosial budaya,

khususnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terhadap

lingkungan alam, serta melakukan upaya menjaga bumi dari kerusakan

ekosistem.

41

DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah, Luthfi, 2012. Hubungan Timbal Balik Manusia dengan Lingkungan.

www.gunadarma.ac.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2013, Yogyakarta.

Idris, Ridwan, 2011. Perubahan Sosial Budaya. Lentera Pendidikan, Vol 14 No.

2. 219-231.

Maulida, Riska, 2012. Manusia dan Lingkungan. www.scrib.com, diakses pada

tanggal 15 Juni 2013, Yogyakarta.

Pasaribu, Raendra Musa, 2012. Masalah Sosial Budaya di Indonesia.

www.wartawarga.gunadarma.ac.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2013,

Yogyakarta.

Biodiversitas Volume 9, Nomor 3, Halaman: 227-231, Juli 2008, ISSN 1412-

033X Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Iskandar, Johan.2001.Manusia Budaya dan Lingkungannya.Bandung:Humaniora

Utama Press

Soegiarto, Apriliani.dkk. 1990. Pengantar Ekologi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Suparman. 2006. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap

Kesehatan Manusia. Enviro 7 (1) : 32-37, Maret 2006, ISSN : 1411-4402

PPLH-LPPM UNS Surakarta

42