HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN...

71
HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS PENELITIAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Oleh : Maria Galuh Kamenyangan Sari S 500708012 Pembimbing : Prof. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D Sri Lilijanti W, dr, SpA(K) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN...

Page 1: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN

GANGGUAN FUNGSI JANTUNG

PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS

PENELITIAN TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Oleh :

Maria Galuh Kamenyangan Sari

S 500708012

Pembimbing :

Prof. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D

Sri Lilijanti W, dr, SpA(K)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

karuniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaian tesis penelitian dengan judul ”

HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG

PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”.

Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan penelitian dan persyaratan untuk

mencapai derajat magister. Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Endang Dewi Lestari, dr, SpA (K), MPH, selaku Kepala SMF Ilmu Kesehatan

Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan

dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

2. Muhammad Riza, dr, SpA, Mkes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Spesialis FK UNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk

mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan.

3. Prof. Bhisma Murti,dr, M.Sc, MPH, Ph.D selaku pembimbing metodologis

dan biostatistika yang dengan penuh kesabaran dalam meneliti proposal

penelitian ini, memberikan berbagai masukan yang berguna sehingga menjadi

lebih baik.

4. Sri Lilijanti W, dr, SpA(K) selaku pembimbing substansi kardiologi yang telah

memberikan banyak motivasi, semangat serta bimbingan yang membangun

dalam proses pembuatan proposal penelitian ini.

5. Yulidar Hafidh, dr, SpA (K) yang telah memperkenankan, menyediakan

waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan

dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.

6. Dwi Hidayah, dr, SpA, M.Kes yang telah menyediakan waktu dan

memberikan kesempatan dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.

7. Sunyataningkamto, dr, SpA yang telah memperkenankan, menyediakan

waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan

dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

vi

8. Keluargaku tercinta ayahku DR. J.B. Prasodjo, dr., Sp Rad (K), ibuku Maria

Immaculata Ratna Dewi Martaningsih, adikku Theodora Ratih Labdagati

Iswara serta masku Marcellus Rudy Wardana yang selalu memberikan doa,

kasih sayang, pengorbanan serta supportnya yang luar biasa kepadaku.

9. Sahabat-sahabatku tersayang : mbak-mbakku Wasis Rohima, Siti Ariffatus

Saroh, Anggayasti yang selalu mendukung dalam kekompakan dan solidaritas

bersama satu angkatan.

10. Semua kakak-kakak senior, adik-adik junior yang telah banyak memberikan

masukan, saran, kritik dan supportnya.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis penelitian ini yang

tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu

kami mohon kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan tesis penelitian ini.

Suarakarta, Februari 2012

Penulis

Maria Galuh Kamenyangan Sari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN JUDUL ............................................................................... ......... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................ ii

KATA PENGANTAR.............................................................................. ......... iii

DAFTAR ISI.......................................................................................... ............ v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ........ viii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xi

ABSTRACT........................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... ......... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....... ......................................................... .. ......... 3

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... ......... 3

D. Manfaat Penelitian................................................................... ......... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sepsis neonatus................................................................................ 5

A.1. Definisi..................................................................................... 5

A.2. Patogenesis Sepsis.................................................................... 7

A.3. Diagnosis Sepsis....................................................................... 9

A.4. Pengobatan................................................................................ 10

B. Gangguan peredaran darah dan fungsi jantung pada sepsis………. 11

B.1. Gangguan fungsi jantung pada sepsis neonates………………. 11

B.2. Gangguan peredaran darah pada sepsis neonatus……………. 19

C. Residu lambung..................................................................................... 24

C.1. Gangguan peristaltik saluran pencernaan................................... 30

C.2. Pengosongan lambung.................................................................. 32

C.3. Hubungan sistem saluran penceraan dengan sepsis neonatus..... 35

D. Kerangka konsep................................................................................. 37

E. Hipotesis.............................................................................................. 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. ......... 39

A. Desain penelitian ............................................................................ 39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

viii

B. Tempat dan waktu ........................................................................... 39

C. Populasi ........................................................................................... 39

D. Sampel dan cara pemilihan sampel ................................................. 40

D.1. Kriteria inklusi.......................................................................... 40

D.2. Kriteria eksklusi........................................................................ 40

E. Besar sampel .................................................................................... 40

F. Identifikasi variabel penelitian.......................................................... 41

G. Definisi operasional variabel dan cara pengukuran.......................... 41

G.1. Residu lambung......................................................................... 41

G.2. Gangguan fungsi jantung.......................................................... 42

G.3. Sepsis neonatus......................................................................... 43

H. Izin subyek penelitian............... ....................................................... 45

I. Alur penelitian ................................................................................. 45

J. Pengolahan data ............................................................................... 46

K. Jadwal kegiatan .............................................................................. 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian................................................................................ 47

B. Pembahasan………………………………………………….……. 50

C. Keterbatasan penelitian …………………………………………….. 54

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.......................................................................................... 56

B. Implikasi penelitian …………………………………………….. 56

C. Saran………………………………………………….…………... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................ ........................................................... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 65

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengelompokan faktor risiko sepsis........................................................ 6

Tabel 2.2. Gambaran klinis sepsis neonatal............................................................. 10

Tabel 2.3. Kriteria Ross untuk menilai gagal jantung pada bayi............................. 14

Tabel 3.1. Pengelompokan faktor risiko sepsis........................................................ 43

Tabel 3.2. Gambaran klinis sepsis neonatal............................................................. 44

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian..................................................... 47

Tabel 4.2. Kejadian residu lambung pada neonatus berisiko sepsis........................ 49

Tabel 4.3. Hubungan antara jenis residu lambung terhadap risiko terjadinya

gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis......................... 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patogenesis sepsis................................................................................... 7

Gambar 2. Mekanisme peningkatan cardiac troponin (cTn) dan B-type natriuretic

peptide (BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok septik........... 11

Gambar 3. Mekanisme gangguan fungsi endotel vaskuler pada sepsis................... 20

Gambar 4. Peredaran darah pada sistem saluran pencernaan................................. 21

Gambar 5. Iskemia pembuluh darah mesenterika.................................................... 22

Gambar 6. Embriologi lambung dan sistem mesenterika........................................ 36

Gambar 7. Embriologi saluran pencernaan............................................................ 36

Gambar 8. Kerangka konsep.................................................................................... 37

Gambar 9. Alur penelitian........................................................................................ 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

xi

DAFTAR SINGKATAN

SIRS = Sistemic Inflamatory Respon Syndrome

FIRS = Fetal Inflamatory Respon Syndrome

MODS = Multiple Organ Dysfunction Syndrome

APGAR = Appearance, Pulses, Grimace, Activity, Respiratory effort

TNF-α = Tumor Necrosis Factor - alpha

IL = Interleukin

IFN- γ = Interferon – gamma

TLRs = Toll Like Receptors

GM-CSF = Granulocyte Macrophag-Colony Stimulating Factor

PGE = prostaglandin

ICAM -1 = intercellular adhesion molecule-1

CRP = C-reactive protein

cTn = cardiac troponin

BNP = B-type natriuretic peptide

ALI = acute lung injury;

LV = left ventricular

RV = right ventricular;

RVEDP = right ventricular end-diastolic pressure;

RVSWI = right ventricular stroke work index

ATP = adenyl tri phosphate

NO = nitrite oxide

LPS = lipopolisakarida

PDA = Patent Ductus Arteriosus

FS = fractional shortening

EF = ejection fraction

E = emptying

A = acceleration

LVFAC = left ventricular fraction area contractility

LVSWI = left ventricular stroke work index

cAMP = cyclic-adenyl mono phosphate

NEC = necrotizing enterocolitis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

xii

IUGR = Intra Uterin Growth Retardation

EGG = electrogastrography

SAT = sugar absorbtion test

PT = Prothrombin Time

PTT = Partial Thromboplastin Time

LYCOS = low cardiac output syndrome

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perencanaan Anggaran Penelitian ……………………………... 66

Lampiran 2. Penjelasan Penelitian ......................................................................... 67

Lampiran 3. Formulir persetujuan mengikuti penelitian ................................... 68

Lampiran 4. Formulir isian penelitian ................................................................... 69

Lampiran 5. Formulir pemantauan ....................................................................... 70

Lampiran 6. Data dasar hasil penelitian ............................................................... 71

Lampiran 7. Hasil pengolahan data ....................................................................... 73

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

xiv

ABSTRACT Background: Neonatal sepsis with heart dysfunction lacking regarded as main pathology of sepsis. The death rate doubly in sepsis neonatal accompanied cardiovascular dysfunction. The myocardial dysfunction defined as diagnostic criteria for severe sepsis in adult. The occurrence of sphlancnic and mesenteric hypo-perfusion impact disorder of digestive system which manifest as gastric residue. Objective: to analyze the relationship between gastric residue and heart dysfunction among neonates at risk of sepsis Method: This cross-sectional study was conducted in January 2011 – October 2011 to neonates suspected sepsis who were hospitalized at Neonatal-HCU Moewardi General Hospital Surakarta. Sample was selected by quota sampling. Sepsis was assessed by clinical major-minor criteria. Gastric residue was defined when the volume of gastric aspiration 4 hours after feeding reached ≥ 20% for 2 days. Heart dysfunction was measured using two-dimensional Doppler echocardiography. Chi square test was performed to analyze this data using SPSS 17.0. Results: Among 48 septic risk neonates, we found 27(56.3%) manifested as gastric residue, 25(64.1%) having heart dysfunction which 17 (70.8%) is the systolic function disorders. Impaired heart function, especially disorders of systolic function, are at risk of undergoing gastric residue significantly (OR:6.25; CI95%:1.14 – 34.29 and OR:3.40; CI95%: 1.03 – 11.26, respectively). Neonates whose gastric residue as milk are at risk of heart dysfunction compared with no gastric residue insignificantly (OR:8.00; CI95%:0.87 – 73.27). Conclusion: There was a relationship between gastric residue and heart dysfunction among neonates at risk of sepsis. The presence of gastric residue can become a marker of heart dysfunction among septic risk neonates. Kew words: gastric residue, heart dysfunction, neonate, sepsis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya pasien sepsis dengan gangguan fungsi jantung, kurang dianggap sebagai

patologi utama selama sepsis. Dengan demikian, mekanisme yang mendasari

sepsis yang mengakibatkan disfungsi miokard belum pernah dipelajari secara

ekstensif (Sharma, 2007).

Sepsis secara klinis ditandai oleh inflamasi sistemik, disfungsi jantung,

terjadinya ketidakmampuan pengiriman oksigen untuk memenuhi kebutuhan

oksigen, perubahan substrat metabolisme dan akhirnya, kegagalan multiorgan

serta kematian (Rosentiel, 2001; Luce, 2007). Sepsis adalah penyakit yang

kompleks dan merupakan manifestasi dari peradangan kekebalan dan respon

terhadap infeksi. Derajat beratnya sepsis berkaitan dengan seberapa beratnya

gangguan fungsi organ dan respon hemodinamik yang terjadi. Sepsis berat

didefinisikan sebagai sepsis dengan adanya gangguan fungsi organ (Levy, 2003).

Definisi sepsis telah ditinjau oleh sekelompok pakar, namun disamping

mengkaji secara luas berbagai tanda dan gejala sepsis, belum ada perubahan yang

secara relevan ditetapkan berkaitan dengan fungsi jantung, terutama pada

neonatus (Levy, 2003). Telah diakui pentingnya depresi jantung yang meliputi

infark miokard serta rendahnya indeks jantung (CI) ataupun bukti ekokardiografi

adanya disfungsi jantung sebagai kriteria diagnostik sepsis berat pada dewasa.

Disfungsi miokardium bermanifestasi sebagai penurunan fraksi ejeksi (EF), yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

2

merupakan pengukuran kuantitatif berguna secara klinis untuk menilai kinerja

ventrikel (Hunter, 2010).

Insiden sepsis neonatal cenderung tinggi secara signifikan, neonatus yang

diduga sepsis banyak dikirim untuk investigasi ke unit perawatan intensif bayi

yang baru lahir di Amerika Serikat (Spitzer, 2005). Walaupun pemahaman kita

tentang mekanisme patofisiologi sepsis pada neonatus telah meningkat selama 10

tahun terakhir ini, namun morbiditas dan mortalitas neonatus oleh karena sepsis

tetap tinggi. (Rosentiel, 2000; Angus, 2001; Tabbutt, 2001). Telah dilaporkan

angka kematian sebesar dua kali lipat pada pasien neonatus dengan sepsis yang

disertai disfungsi kardiovaskular dan syok septik (Luce, 2007).

Berbagai definisi sepsis sebelumnya berdasarkan tingkat atau derajat

beratnya vasodilasi vaskuler, sedangkan pada modifikasi yang dibuat oleh

International Sepsis Definition Conference dan Annane dkk menyatakan bahwa

pada sepsis adanya depresi miokardium yang dinyatakan oleh denyut jantung

rendah atau bukti ekokardiografi gangguan fungsi jantung telah dimasukkan

dalam definisi sepsis berat pada dewasa (Annane, 2005). Namun demikian,

penelitian yang mempelajari hubungan sepsis neonatus dengan efek

kardiovaskular pada khususnya, relatif sangat jarang, maka dari itu diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai mekanismenya.

Adanya gangguan fungsi jantung pada sepsis akan mempengaruhi

peredaran darah sistemik, terjadi hipoperfusi sistem splanknikus dan mesenterika

yang berdampak gangguan sistem pencernaan, termasuk hipoperistaltik,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

3

keterlambatan waktu pengosongan lambung dan bermanifestasi sebagai adanya

residu lambung (Neu, 2007; Burns, 2009).

Hal ini belum banyak diteliti pada bayi dan anak di luar negeri maupun di

Indonesia, penelitian sebelumnya banyak mengambil subyek pada dewasa,

berdasarkan hal ini, peneliti ingin mencoba untuk menganalisis bagaimanakah

mekanisme yang terjadi pada bayi dengan risiko sepsis khususnya yang dirawat di

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus

berisiko sepsis?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis hubungan antara residu lambung dengan gangguan fungsi

jantung pada neonatus berisiko sepsis.

2. Tujuan khusus

i. Mengidentifikasi volume residu lambung sebagai indikator

intoleransi asupan pada neonatus berisiko sepsis.

ii. Menilai adanya gangguan fungsi jantung (sistolik dan distolik)

pada neonatus dengan sepsis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bidang akademik

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya hubungan

residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus dengan

risiko sepsis.

2. Manfaat bidang pelayanan (manfaat praktis)

Diharapkan dapat diketahui volume dan jenis residu lambung sebagai

penanda adanya gangguan fungsi jantung, meliputi fungsi sistolik dan

diastolik pada neonatus berisiko sepsis sehingga diharapkan dapat

melakukan evaluasi residu lambung lebih cermat dan efektif secara klinis

untuk ketepatan penatalaksanaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sepsis neonatus

A.1. Definisi

Sepsis neonatal didefinisikan sebagai infeksi pada sirkulasi yang bersifat invasif

ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan

sumsum tulang ataupun air kemih. (Aminullah, 2009). Sejak adanya konsensus

dari American College of Chest Physician/ Society of critical Care Medicine

(ACCP/SCCM) sepsis didefinisikan sebagai berikut (Bone, 2006):

1. Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (systemic

inflamatory response syndrome-SIRS) yang terjadi akibat infeksi bakteri,

virus, jamur atau parasit.

2. Sepsis berat adalah suatu keadaan sepsis yang disertai dengan adanya

gangguan fungsi organ kardiovaskuler, gangguan nafas akut atau terdapat

gangguan dua organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi,

urogenital dan hepatologi).

3. Syok septik ialah suatu kondisi dimana neonatus masih dalam keadaan

hipotensi meskipun telah mendapat cairan yang adekuat.

4. Sindroma disfungsi multi organ (MODS): bayi tidak mampu lagi

mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan atau

gangguan pada dua fungsi organ atau lebih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

6

Sepsis neonatal dibagi menjadi dua kelompok yakni sepsis awitan dini dan awitan

lambat. Pada sepsis awitan dini, gejala klinis didapatkan pada hari-hari pertama

kehidupan (usia kurang dari 72 jam), infeksi terjadi secara vertikal berasal dari

penyakit ibu atau ditularkan dari infeksi yang diderita ibu selama persalinan.

Tabel dibawah ini merupakan beberapa faktor risiko sepsis awitan dini.

Tabel 2.1. Pengelompokan faktor risiko sepsis

Risiko mayor Risiko minor

1. Ketuban pecah > 24 jam 2. Ibu demam saat intrapartum

> 38ºC peraksiler 3. Korioamnionitis 4. Denyut jantung janin yang menetap

>160x/menit 5. Ketuban berbau

1. Ketuban pecah > 12jam 2. Ibu demam; saat intrapartum suhu

>37,5ºC peraksiler 3. Nilai APGAR rendah (menit

ke1<5, menit ke 5<7) 4. Bayi berat lahir sangat rendah

(BBLSR),<1500 gram 5. Usia kehamilan < 37 minggu 6. Kehamilan ganda 7. Keputihan pada ibu 8. Ibu dengan infeksi saluran kemih

(ISK)/ tersngka ISK yang tidak diobati.

Sumber: Aminullah, 2009

Terjadinya sepsis awitan lambat disebabkan oleh mikroorganisme yang

berasal dari lingkungan sekitar neonatus pada saat setelah usia 3 hari. Keadaan ini

sering ditemukan pada neonatus yang dirawat di ruang intensif, beonatus kurang

bulan yang mengalami perawatan lama, mendapatkan nutrisi parenteral dalam

waktu cukup lama, infeksi yang bersumber dari alat perawatan, infeksi

nosokomial ataupun infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga medis yang

merawat. Walaupun berbagai faktor risiko ini tidak selalu berakhir dengan infeksi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

7

namun harus tetap mendapatkan perhatian khusus apabila disertai dengan

munculnya gejala klinis (Aminullah, 2009).

A.2. Patogenesis

Inflamasi merupakan respon dari imunitas tubuh terhadap berbagai macam

rangsangan imungen atau benda asing dari luar tubuh. Proses inflamasi

merupakan usaha tubuh untuk menghilangkan organisme penyebab (James, 2007).

Respon tubuh terhadap suatu patogen melibatkan berbagai macam komponen

sistem imun dan berbagai macam sitokin baik yang bersifat pro inflamasi,

berfungsi membantu sel dalam menghancurkan mikroorganisme yang

menginfeksi yaitu TNF-α, IL-1, IFN-γ, maupun yang bersifat anti inflamasi,

berfungsi memodulasi, mengkooordinasi serta represi terhadap respon yang

berlebihan yakni interleukin 1 receptor antagonis (IL-1 ra), IL4, IL-10. (Kaspan;

2003; Steve, 2006). Apabila mekanisme keseimbangan antara sitokin pro

inflamasi dan anti inflamasi ini tidak dapat tercapai dengan baik, maka dapat

mengakibatkan kerugian bagi tubuh penderita.

Gambar 1. Patogenesis sepsis (Steve, 2006)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

8

Pada saat antigen masuk, maka antigen akan bereaksi dengan dengan

makrofag melalui Toll Like Receptors 4 (TLRs 4) sebagai reseptor transmembran

dengan perantaraan reseptor CD 14+. Sebagai respon tubuh dalam bereaksi

terhadap sepsis maka limfosit T akan mengeluarkan substansi dari Th 1 yang

berfungsi sebagai imunomodulator yakni : interferon gamma, IL-2 dan GM-CSF.

INF-γ akan merangsang makrofag mengeluarkan IL-1β dan TNF-α. Limfosit Th

2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL- 6, IL-10. Pada kondisi sepsis, IL-1β dan

TNF-α serum penderita akan meningkat. IL-1β sebagai imuno regulator utama

juga mempunyai efek pada sel endothelial. Interleukin-1β memegang peranan di

dalam pembentukan prostaglandin E2 (PG-E2) dan merangsang ekspresi

intercellular adhesion molecule-1 (ICAM -1). Dengan adanya ICAM-1, netrofil

yang telah tersensitisasi oleh granulocyte macrophage colony stimulating factor

(GM-CSF) akan mudah mengadakan adhesi (Aminullah, 2005; Bone, 2006).

Netrofil yang beradhesi dengan sel endotel akan mengeluarkan lisosim

yang menyebabkan dinding endotel menjadi lisis, sehingga mengakibatkan

terbukanya endotel. Netrofil juga membawa superoksidan, merupakan radikal

bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria. Akibat dari proses

tersebut sel endotel akan menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan sel endotel

pembuluh darah. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan menyebabkan

terjadinya gangguan vaskuler (vascular leak) sehingga berdampak kerusakan

organ multipel (Bone, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

9

A.3. Diagnosis

Sampai saat ini, belum ada parameter yang merupakan baku emas dalam

penegakan diagnosis pasti sepsis. Diagnosis sepsis yang sering digunakan yaitu

dengan ditemukannya bakteri pada hasil biakan darah maupun urin, namun

pemeriksaan ini mempunyai kelemahan yaitu biakan baru diketahui setelah 3-5

hari, dipengaruhi oleh pemberian antibiotika, jumlah sampel darah dan dapat

terkontaminasi kuman nosokomial (Aminullah, 2009). Selain itu, hasil dapat

menunjukkan negatif palsu, dimana didapatkan biakan darah dan urin negatif,

namun secara klinis menunjukkan gejala yang nyata. Oleh karena itu beberapa

ahli membuat formulasi untuk dapat mendiagnosis terjadinya sepsis secara dini.

Menurut Haque, FIRS (fetal inflamatory response syndrome) ditegakkan apabila

terdapat 2 atau lebih keadaan sebagai berikut :

1. laju nafas > 60x/m dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi O2

2. suhu tubuh tidak stabil (<36C atau >37,5C peraksiler)

3. capillary refill time > 3 detik

4. hitung lekosit <4000x109/L atau >34000x109 /L

5. CRP >10 mg/dl

6. IL-6 atau IL-8>70 pg/ml

7. 16 S rRNA gene PCR: positif.

Diagnosis sepsis pada neonatus ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih

kriteria FIRS disertai dengan adanya gejala klinis infeksi (Haque, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

10

Tabel 2.2. Gambaran klinis sepsis neonatal

Variabel klinis Suhu tubuh tidak stabil Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen Letargi Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L) Intoleransi minum

Variabel hemodinamik Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari) Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)

Variabel perfusi jaringan Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik Asam laktat plasma > 3 detik

Variabel inflamasi Leukositosis (>34000x109) Leukopenia (<5000x109) Neutrofil muda > 10% Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2 Trombositopenia <100000x109/L C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rRNA gene PCR : poaitif

A.4. Pengobatan

Eliminasi kuman merupakan pilihan utama pada manajemen sepsis neonatal.

Pemberian antibiotika secara empiris dengan menggunakan kombinasi antibiotika

diupayakan untuk mendapatkan sensitivitas terhadap mikroorganisme gram positif

maupun gram negatif tergantung pola resistensi kuman pada masing-masing

rumah sakit. Lamanya pengobatan sangat tergantung pada jenis mikroorganisme

penyebab, pada mikroorganisme gram positif pengobatan dianjurkan selama 10-

14 hari sedangkan pada gram negatif pengobatan dapat dilanjutkan sampai 2-3

minggu (Aminullah, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

11

B. Gangguan peredaran darah dan fungsi jantung pada sepsis

B.1. Gangguan fungsi jantung pada sepsis neonatus

Fenomena mekanisme gangguan otot jantung oleh karena adanya proses

inflamasi diperantarai oleh adanya berbagai mediator yang beredar dalam

sirkulasi. Beberapa substansi yang telah dijelaskan yakni adanya peranan utama

dari TNF-α dan interleukin-1β (Kumar, 1996; CV, 2005; Lancel, 2005) serta

adanya peranan interleukin-6 yang ditunjukkan sebagai kunci mediator utama

gangguan fungsi otot jantung pada anak dengan meningokokus dan syok septik

(Pathan, 2004).

Gambar 2. Mekanisme peningkatan cardiac troponin (cTn) dan B-type natriuretic peptide

(BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok septic. ALI = acute lung injury; IL = interleukin; LV = left ventricular; RV = right ventricular; RVEDP = right ventricular end-diastolic pressure; RVSWI = right ventricular stroke work index; TNF = tumor

necrosis factor. (Maeder, 2006)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

12

Tidak banyak diketahui mengenai efek kardiovaskular pada sepsis neonatus,

namun perkembangan kardiomiosit pada neonatus yang berbeda dari orang

dewasa dapat menyebabkan perbedaan pula dalam efek sepsis terhadap jantung

(Rudiger, 2007). Selain perbedaan mendasar dalam struktur kardiomiosit pada

neonatus, telah diidentifikasi pula mengenai perubahan fungsional dalam aktivitas

proliferatif dan eksitasi-kontraksi coupling (Huttenbach, 2001; Escobar, 2004).

Perbedaan ini dapat diperantarai oleh perubahan dalam ekspresi ion

kalsium (calcium channel) yang didasarkan pada saluran kalium ATP-sensitif dan

β-reseptor coupling, hal ini yang menjadi perbedaan dalam hasil dan pengobatan

sepsis pada neonatus dibandingkan dengan sepsis pada orang dewasa (Huang,

2006; Morrissey, 2005).

Gangguan fungsi jantung dan kolapsnya saluran kardiovaskuler selama

sepsis adalah akibat dari meningkatnya kadar TNF-α dan produksi nitrit oksida

(NO) serta peroxynitrite yang menyebabkan kerusakan DNA lebih lanjut serta

terjdinya pengurangan produksi ATP yang akan mengakibatkan kegagalan energi

sekunder (Kumar, 2007; Khadour, 2002; Watts, 2004; Carcillo, 2003).

Proses apoptosis miosit pada ventrikel berhubungan dengan gangguan

fungsi kardiovaskular. Serum darah pada pasien dengan sepsis secara langsung

menyebabkan penurunan tingkat maksimum dan kecepatan puncak kontraksi

ventrikel, mengaktivasi sitokin pro inflamasi serta menginduksi proses apoptosis

pada miosit. Paparan lipopolisakarida (LPS) yang menginduksi produksi TNF-α

telah dikaitkan dengan peningkatan apoptosis pada kardiomiosit orang dewasa

(CV, 2005; Lancel, 2005). Namun, pada kardiomiosit neonatus, tidak ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

13

peningkatan apoptosis walaupun terjadi peningkatan produksi TNF-α setelah

terpapar lipopolisakarida. Maka dari itu, perlu diteliti lebih lanjut bagaimana

mekanisme lain mengenai gangguan fungsi kardiovaskular terkait dengan sepsis

pada bayi baru lahir (Hickson, 2006). Komplikasi lain yang memperberat respon

kardiovaskuler terhadap sepsis adalah adanya penyakit lain yang menyertai,

seperti paten ductus arteriosus (PDA), hipertensi pulmoner, asfiksia dan asidosis

(Carcillo, 2002; Crepaz, 1998).

Penurunan curah jantung (cardiac output) merupakan asumsi umum dalam

gangguan fungsi otot jantung ventrikel kiri. Kardiomiopati septik ditandai dengan

gangguan kontraktilitas otot jantung intrinsik biventrikuler, dengan pengurangan

fraksi ejeksi dan indeks kerja ventrikel kiri (Timothy, 2008; Hunter, 2010).

Poelaert dkk mengemukakan bahwa semua pasien septik mempunyai pola

pengisian diastolik yang abnormal dibandingkan dengan kontrol. Pada studi syok

septik yang dilakukan menggunakan ekokardiografi Doppler ini menemukan

bahwa gangguan fungsi jantung pada syok septik menunjukkan disfungsi

ventrikel, baik sistolik maupun diastolik yang berkesinambungan.

Diagnosis gangguan fungsi jantung pada neonatus dan bayi sampai usia

kurang dari 1 tahun secara klinis dapat dinilai dengan kritria Ross, yang menilai

adanya toleransi minum, baik banyaknya volume maupun lamanya waktu setiap

kali minum, jenis pernapasan dan laju napas per menit, perfusi perifer, bising

diastolik serta adanya hepatomegali (Motz, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

14

Tabel 2.3. Kriteria Ross untuk menilai gagal jantung pada bayi (Motz, 2005)

Gejala klinis Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Volume tiap minum (cc) 100 70-100 <70

Waktu tiap minum (menit) <40 >40

Laju napas per menit <50 50-60 >60

Jenis pernapasan normal abnormal

Perfusi perifer normal menurun

S3/ bising diastolik ada Tidak ada

Hati di bawah sela iga <2 cm 2-3 cm >3 cm

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan lebih tepat untuk menilai

kelainan anatomis dan penurunan fungsi kontraksi jantung adalah dengan

ekokardiografi. Alat ini dapat digunakan untuk menilai kelainan anatomis dan

penurunan fungsi jantung pada neonatus. Fungsi diastolik ventrikel kiri

mempunyai peranan utama terhadap pengisian jantung kiri yang berkaitan dengan

volume isi sekuncup berikutnya. Fungsi diastolik umumnya dinyatakan dengan

alat ekokardiografi Doppler, yang merupakan teknik yang sederhana, non invasif

dan aman untuk mengukur volume pengisian diastolik untuk mendiagnosis

adanya gangguan fungsi diastolik (Vlahovic, 1999; Vignon, 2007). Ada 2 jenis

pemeriksaan ekokardiografi yang ditampilkan dalam 2 dimensi yang telah banyak

digunakan, yakni M-mode dan M-mode dengan Doppler. Pada pemeriksaan

ekokardiografi M-mode menunjukkan tampilan refleksi gelombang ultrasonografi

dari berbagai kedalaman pada aksis vertikal dan waktu pada aksis horisontal.

Pemeriksaan ini ideal untuk mengukur berbagai dimensi ruang jantung dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

15

pembuluh darah, karena dapat dilakukan tepat pada saat siklus jantung yang

dikehendaki. Dengan ekokardiografi 2 dimensi dapat dilakukan pemeriksaan

ekokardiografi dari berbagai sudut pandang dan yang dianggap baku adalah

pandangan subkostal, parasternal, apikal dan suprasternal (Myung, 2008).

Fungsi jantung dapat diukur melalui beberapa parameter untuk

menentukan adanya gangguan fungsi sistolik maupun diastolik. Fungsi sistolik

dapat dinilai dengan mengukur persentase pemendekan diameter ventrikel selama

sistolik (FS = fractional shortening) dan fraksi ejeksi (EF = ejection fraction),

keduanya merupakan indikator yang baik dan tepat untuk menilai fungsi jantung.

Fraksi pemendekan adalah presentase perubahan pada dimensi rongga

ventrikel kiri saat kontraksi sistolik dan merupakan parameter yang sering

digunakan untuk mengekspresikan fungsi sistolik (Oemar, 2005). Fraksi

pemendekan ini dihitung dari perubahan persentase diameter ventrikel kiri yang

terjadi saat sistolik dengan mengukur diameter sistolik akhir dan diameter

diastolik akhir menggunakan M-mode ekokardiografi Doppler. Nilai normal fraksi

pemendekan adalah 28 – 44% dengan rerata 36%. Pengukuran ini tidak

tergantung usia dan laju jantung, namun tergantung dari preload dan afterload

ventrikel. Fraksi ejeksi merupakan teknik analisis volume sebagai indikator

pompa ventrikel. Fraksi ejeksi mewakili isi sekuncup sebagai persentase dari

volume akhir diastolik ventrikel kiri dengan nilai normal berkisar antara 64 – 83%

dengan rerata 74% (Myung, 2008).

Fungsi diastolik ventrikel diketahui dengan mengukur kecepatan maksimal

pengisian ventrikel pada saat awal diastolik (E), kecepatan maksimal pengisian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

16

ventrikel pada saat kontraksi atrium (A), serta kecepatan rasio maksimal pengisian

awal dan akhir (E/A). Pada sepsis neonatus, adanya karakteristik adanya

gangguan fungsi diastolik ditunjukkan oleh ketinggian konstan waktu relaksasi

ventrikel kiri, yang tampak jelas pada sepsis hari pertama, ketiga dan ketujuh

(Sharma, 2007).

Fenomena depresi otot jantung pertama kali dideskripsikan oleh Parker

dkk yang menampilkan ventrikulogram radionuklida serial pada 20 pasien dengan

syok septik dengan hasil 13% dari subyek penelitian menunjukkan depresi fraksi

ejeksi ventrikel kiri yang reversibel (LEVF) secara signifikan (Maeder, 2006).

Kelompok ini menunjukkan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri dan

akhir sistolik, dengan demikian volume isi sekuncup dapat tetap terpenuhi

meskipun terjadi gangguan pada fraksi ejeksi ventrikel kiri. Penurunan afterload

dapat terjadi pada fraksi ejeksi ventrikel kiri sebagai akibat penurunan

kontraktilitas otot jantung yang diukur dengan indeks kerja ventrikel kiri pada

pasien sepsis menunjukkan adanya gangguan fungsi mekanik jantung. Perubahan

serupa juga diamati pada ventrikel kanan (seperti terjadinya dilatasi dan

penurunan kontraksi yang ditunjukkan dengan indeks kerja ventrikel kanan).

Studi yang dilakukan oleh Poelaert dkk mengemukakan data yang sangat

komprehensif dari pemantauan invasif dengan pengukuran melalui kateter arteri

pulmonalis serta ekokardiografi transesofagus untuk menilai fungsi ventrikel kiri,

sistolik dan diastolik pada pasien dengan syok septik. Penelitian ini menganalisis

pola aliran transmitral, yakni rasio kecepatan aliran puncak pengosongan atrium

kiri ke ventrikel kiri (E) terhadap kontraksi atrium kiri untuk mengalirkan sisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

17

darah ke ventrikel kiri (A) serta pola kecepatan aliran vena pulmonalis saat fase

sistolik (S) dan diastolik (D). Berdasarkan analisis ini, subyek penelitian dibagi

menjadi 3 kelompok, yakni:

a. Fungsi diastolik dan sistolik ventrikel kiri normal; dinyatakan dengan

kontraksi area fraksional ventrikel kiri (LVFAC) normal, pola aliran vena

pulmonalis dan aliran transmitral yang normal (E/A > 1 dan S/D > 1).

b. Gangguan fungsi diastolik; dinyatakan dengan kontraksi area fraksional

ventrikel kiri (LVFAC) normal, dengan aliran vena pulmonalis abnormal,

serta aliran transmitral yang pseudonormal (E/A > 1 dan S/D < 1).

c. Gangguan fungsi diastolik sebagai konsekuensi adanya gangguan fungsi

sistolik; dinyatakan dengan penurunan kontraksi area fraksional ventrikel

kiri (LVFAC), adanya pola aliran vena pulmonalis dan aliran transmitral

yang abnormal (E/A < 1 dan S/D < 1).

Pada kelompok pasien dengan gangguan fungsi diastolik dan sistolik,

menunjukkan angka mortalitas yang lebih tinggi dibanding kedua kelompok yang

lain. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam besarnya tahanan vaskuler

sistemik (LVSWI) antara ketiga kelompok. Kesimpulan penelitian Poelaert dkk

ini adalah rendahnya kontraksi area fraksional ventrikel kiri berhubungan secara

bermakna dengan kondisi yang lebih buruk berkaitan dengan adanya gangguan

fungsi diastolik pada pasien sepsis.

Pada neonatus kurang bulan maupun cukup bulan, fungsi sistolik ventrikel

kiri sangat tergantung pada afterload, yang dapat meningkatkan sensitivitas

neonatus terhadap adanya perburukan kondisi jantung (Crepaz, 1998; Toyono,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

18

1998). Bayi baru lahir secara relatif mengalami penurunan massa otot ventrikel

kiri dan peningkatan proporsi tipe I kolagen (kekakuan jaringan) terhadap kolagen

tipe III (memberikan elastisitas) dalam jaringan otot jantung, yang dapat

menjelaskan terjadinya penurunan fungsi diastolik ventrikel kiri serta perubahan

pemendekan pertengahan dinding ventrikel kiri pada bayi kurang bulan (Joyce,

2004; Marijian, 1994; Kozak, 2001). Kelainan fisiologis ini, sesuai dengan

pernyataan bahwa otot jantung ventrikel kiri neonatus telah berfungsi sebagai

dasar fungsi kontraksi jantung, yang dapat membatasi kemampuan peningkatan isi

sekuncup (stroke volume) atau peningkatan kontraktilitas pada neonatus dengan

sepsis.

Beberapa penelitian mengevaluasi kinerja jantung pada pasien sepsis

dengan ekokardiografi transtorakal dan transesofageal. Hasil dari penelitian

tersebut yakni ditemukannya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada lebih dari

50% subyek penelitian (Spapen, 2000; Charpentier, 2004). Namun, pola spesifik

pada dilatasi ventrikel kiri dengan gangguan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri

hanya ditemukan pada studi Charpentier dkk meskipun dimensi ventrikel nasih

normal.

Pada studi yang dilakukan oleh Shimada dkk menyatakan bahwa pada

Patent Ductus Arteriosus (PDA) meskipun terjadi peningkatan output dari

ventrikel kiri namun berdampak penurunan aliran darah yang menuju ke aorta

abdominalis, arteri coeliaca, mesenterika dan renalis (Shimada, 1994; Myung,

2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

19

B.2. Gangguan peredaran darah pada sepsis neonatus

Respon hemodinamik pada sepsis neonatus belum diketahui dengan jelas yang

ditunjukkan dengan adanya abnormalitas hemodinamik yang bervariasi (Carcillo,

2002). Pola hemodinamik pada syok septik biasanya ditandai dengan keadaan

hipersirkulasi, termasuk penurunan tahanan vaskuler sistemik dan peningkatan

indeks jantung secara signifikan setelah resusitasi cairan yang memadai. Namun,

beberapa penelitian telah menyatakan dengan jelas mengenai gangguan kinerja

ventrikel kiri pada pasien dengan syok septik. Adanya perbedaan dalam hal

anatomi, fisiologi dan adaptasi fungsi kardiovaskuler pada sepsis neonatus perlu

diidentifikasi lebih lanjut untuk strategi terapi yang lebih baik. (Tabbutt, 2001).

Pada bayi baru lahir terjadi gangguan efektivitas stimulasi adrenergik

eksogen oleh karena adanya saraf otonom yang belum matang secara fungsional

(Rosentiel, 2001; Longin, 2006) serta peningkatan kadar katekolamin baseline,

terutama pada bayi kurang bulan (Hirsimaki, 1992; Kalio, 1998). Lemahnya

respon terhadap rangsangan adrenergik telah dilaporkan pada neonatus dengan

syok septik, sebagai akibat dari reseptor down regulation, reseptor dari

uncoupling adenil siklase ataupun penurunan produksi c-AMP (Tabbutt, 2001).

Pada sepsis dapat terjadi gangguan mikrosirkulasi yang disebabkan oleh

berbagai patogen akibat berbagai mekanisme (Setiati, 2009). Salah satunya adalah

respon aliran darah pada sistem splanknikus dan mesenterika. Penurunan sirkulasi

splanknik bisa disebabkan oleh penurunan tekanan perfusi, khususnya selama

hipovolemia relatif. Pada keadaan sepsis terjadi disfungsi endotel dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

20

vasokonstriksi general khususnya pada regio splanknikus sehingga mempengaruhi

sirkulasi mesenterika.

Gambar 3. Mekanisme gangguan fungsi endotel vaskuler pada sepsis

Hepar dan usus merupakan organ utama yang mengalami redistribusi

perfusi ke sirkulasi sistemik. Vasokonstriksi bisa terjadi akibat autoregulasi

peningkatan aliran darah dari system enterik yang meningkatkan kecepatan

ekstraksi oksigen. Disamping peningkatan tahanan vaskuler sistemik,

vasokonstriksi yang disebabkan oleh system saraf simpatis juga mengosongkan

vena pada regio splanknikus sehingga terjadi autotransfusi. Efek ini meningkatkan

sirkulasi darah sampai sepertiga akibat peningkatan tekanan pengisian jantung,

sehingga mempertahankan curah jantung sesuai mekanisme Hukum Starling

(Setiati, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

21

Gambar 4. Peredaran darah pada sistem saluran pencernaan

(Kempley, 2000)

Selama hari-hari pertama kehidupan sirkulasi intestinum harus beradaptasi

terhadap nutrisi enteral melalui sirkulasi transisional post natal. Penelitian yang

dilakukan oleh Bel dkk menunjukkan bahwa kecepatan aliran darah pada arteri

mesenterika superior meningkat sesuai usia gestasi dan berat badan, sedangkan

Leidig dkk menemukan adanya peningkatan kejadian puasa setelah pengenalan

nutrisi enteral dan peningkatan residu postprandial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

22

Gambar 5. Iskemia pembuluh darah mesenterika

(Kempley, 2000)

Martinussen dkk mempelajari perubahan sirkulasi mesenterika dalam

hubungannya dengan adaptasi hemodinamik pada neonatus cukup bulan dengan

mengukur kecepatan aliran darah arteri mesenterika superior pada saat 1 jam

setelah lahir sampai dengan hari kelima setelah lahir dengan ultrasound Doppler.

Variabel lain yang diamati pada studi ini adalah adanya perubahan curah jantung

(cardiac output), denyut jantung, tekanan darah dan sirkulasi regional lainnya.

Respon sirkulasi terhadap nutrisi diamati dari hari ketiga hingga hari kelima

setelah lahir.

Pada hari pertama kehidupan setelah kelahiran, neonatus yang terinfeksi

menunjukkan pola hiperemia splanknikus serupa dengan pola yang ditemukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

23

dalam proses inflamasi pada orang dewasa. Pola ini merupakan salah satu yang

resisten terhadap aliran darah, seperti yang ditunjukkan oleh berkurangnya indeks

pulsasi dalam aksis coeliaca dan arteri mesenterika superior yang secara konsisten

berkaitan dengan kecepatan aliran darah pada keduanya (Kempley, 2000).

Coombs, dkk. telah menjelaskan adanya peningkatan rasio aliran darah

sistem coeliaca terhadap aliran darah sistolik arteri mesenterika superior pada

kelompok heterogen nenatus beresiko necrotizing enterocolitis (NEC), yakni

dengan adanya IUGR (Intra Uterin Growth Retardation), asfiksia, infeksi maupun

dengan resiko tinggi lainnya. Pada kelompok neonatus ini, didapatkan penurunan

kecepatan aliran darah arteri mesenterika superior dan penurunan kecepatan aliran

darah pada aksis coeliaca.

Penelitian Kempley dkk menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

mengenai peningkatan kecepatan aliran darah pada aksis coeliaca antara kedua

kelompok neonatus yang beresiko tinggi dengan neonatus normal, dengan

menyingkirkan semua subjek yang memiliki berat lahir rendah. Adanya infeksi

dapat menstimulasi terjadinya hiperemia splanknikus pada neonatus. Peningkatan

kecepatan aliran darah pada aksis coeliaca dapat mengakibatkan peningkatan

aktivitas kardiovaskuler tergantung dari seberapa beratnya infeksi pada neonatus.

Meskipun penurunan indeks resistensi vaskuler, sangatlah mungkin menunjukkan

peningkatan kebutuhan oksigen, namun aliran darah di dalam usus tidak

mengalami peningkatan (Dave, 2009; Kempley, 2000).

Traktus gastrointestinal merupakan organ yang rentan terkena efek

sistemik. Pemenuhan aliran darah dan tekanan perfusi yang adekuat merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

24

langkah penting untuk memperbaiki kekurangan ini. Obat-obatan inotropik

dengan efek dilatasi telah diketahui dapat meningkatkan perfusi splanknik dan

oksigenasi (Setiati, 2009). Pada kondisi seperti NEC telah terbukti berkaitan

dengan peningkatan kecapatan aliran darah arteri mesenterika superior (Kempley,

2000).

Pengobatan jangka pendek tujuannya adalah untuk mengoptimalkan

perfusi dan distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dalam upaya

meningkatkan dan mencegah gangguan metabolisme sel-sel yang dihasilkan oleh

hipoperfusi serta untuk mendukung fungsi organ dalam memperthankan

homeostasis. Sepsis berkaitan dengan hipodinamik serta vasokonstriktor, sehingga

lebih responsif terhadap terapi vasodilator dan inotropik (Rosentiel, 200; Rivers,

2001).

C. Residu lambung

Aspirasi lambung merupakan suatu prosedur untuk penilaian terhadap toleransi

asupan di mana lambung dihisap melalui selang nasogastrik atau orogastrik. Pada

neonatus, penilaian toleransi asupan (minum) didasarkan pada pengukuran

volume residu lambung preprandial (sebelum pemberian asupan) sebagai marker

yang signifikan dan objektif untuk mengevaluasi adanya intoleransi asupan

(Walter, 2002; Fletcher, 1994).

Ada beberapa definisi intoleransi asupan berdasarkan peningkatan volume

residu lambung baik dinamis maupun menetap yang telah banyak digunakan.

Pada neonatus, interpretasi dari hasil aspirasi lambung ini dianggap abnormal bila

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

25

volume mencapai lebih dari 30 % dari total formula yang diberikan 3 sampai 4

jam sebelum aspirasi lambung, dan memerlukan evaluasi lebih lanjut (Dollberg,

2000). Prosedur ini biasanya dilaksanakan setiap sebelum menyusui untuk

menentukan apakah pemberian formula sebelumnya dapat ditoleransi dan dicerna

dengan baik, untuk mengetahui adanya intoleransi minum (Gomella, 2004).

Aspirasi lambung yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan kurang dari

20% dari volume formula yang diberikan 3-4 jam sebelum pengukuran, berupa

formula tak tercerna berwarna susu. (Gomella, 2004; Dollberg, 2000).

Intoleransi asupan (minum) dinyatakan dengan peningkatan volume residu

lambung dinamis yakni lebih dari 20 % dari volume asupan yang telah diberikan 4

jam sebelumnya (Dollberg, 1999), lebih dari 50 % dari volume asupan yang

diberikan 3 jam sebelumnya (Rayyis, 1999; Dollberg, 2000), pada pengukuran

volume residu lambung setiap 3 jam. Definisi yang banyak digunakan untuk

menyatakan intoleransi asupan adalah adanya volume residu lambung ≥ 2 ml

formula tak tercerna (undigested formula), volume residu gaster ≥ 2 ml berwarna

hijau-empedu (billious residual) ataupun volume residu gaster ≥ 3 ml berwarna

hijau. Tidak ada dari berbagai definisi tersebut yang dianggap lebih baik

dibanding yang lainnya pada suatu studi uji klinis (Silvestre, 1996).

Karakteristik dari jenis dan volume aspirasi lambung dapat memberikan

petunjuk klinis sebagai gejala yang penting mengenai adanya penyebab masalah

pada neonatus (Gomella, 2004):

1. Residu lambung warna hijau-empedu (bilious in colour)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

26

Biasanya mengindikasikan suatu obstruksi dari lesi usus yang berlokasi

pada distal ampulla Vateri. Tipe residu ini menunjukkan masalah yang

serius, terutama bila terjadi dalam 72 jam pertama setelah kelahiran.

a. Obstruksi usus

Suatu studi mengemukakan bahwa 30% dari neonatus dengan

residu lambung berwarna hijau-empedu yang didapatkan pada usia

72 jam pertama setelah kelahiran mengalami obstruksi, yang mana

20% dari neonatus tersebut membutuhkan terapi pembedahan.

b. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

Terjadi paling sering pada neonatus kurang bulan, hanya 10%

terjadi pada neonatus cukup bulan.

c. Meconium plug

d. Penyakit Hirschprung

e. Malrotasi usus

f. Volvulus

g. Ileus

h. Gangguan pasase usus

2. Residu lambung bukan warna hijau-empedu (non bilious in color)

Formula minum yang tercerna maupun yang tidak tercerna dapat terlihat

pada pemeriksaan aspirasi lambung jika pemberian minum dilaksanakan

terlalu agresif. Hal ini sering dijimpai terutama pada neonatus kurang

bulan dengan berat badan lahir rendah yang diberi formula dalam jumlah

sedikit saat pertama kali pemberian minum, kemudian diberikan formula

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

27

berikutnya dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang terlalu

cepat.

a. Aspirasi lambung berupa formula tak tercerna (undigested

formula) dapat sering dijumpai pada neonatus, jika interval atau

rentang waktu antara pemberian minum terlalu pendek.

b. Aspirasi lambung berupa formula tercerna (digested formula) dapat

merupakan suatu gejala keterlambatan waktu pengosongan

lambung atau volume pemberian formula yang terlalu banyak,

dapat pula oleh karena osmolaritas formula yang meningkat

dengan penambahan vitamin didalamnya.

c. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

d. Stenosis pilorus

e. Striktur post-NEC

f. Infeksi

g. Gangguan metabolism pada neonatus

h. Konstipasi

Serinng terjadi terutama jika abdomen tampak penuh, namun

secara klinis dengan palpasi teraba supel, serta tak adanya tinja

dalam kurun waktu 48 hingga 72 jam setelah kelahiran.

i. Sindrom adrenogenital

j. Hipoplasi adrenal

k. Intoleransi formula

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

28

Beberapa neonatus mengalami intoleransi karbohidrat yang pada

umumnya memiliki proporsi utama dalam berbagai formula. Jika

neonatus mendapatkan formula yang mengandung laktosa

seharusnya dilakukan pemeriksaan pH tinja untuk mengetahui

adanya intoleransi laktosa. Jika pH tinja asam < 5,0, maka

dinyatakan sebagai intoleransi laktosa, didukung dengan adanya

riwayat intoleransi susu pada keluarga, namun gejala klinis diare

lebih sering didapatkan daripada aspirasi lambung.

3. Residu lambung warna cokelat-darah (bloody in colour)

Sering didapatkan pada berbagai penyakit seperti :

a. Trauma oleh karena intubasi selang nasogastrik

b. Manifestasi darah ibu

c. Gangguan perdarahan, antara lain defisiensi vitamin K, DIC

(Disseminated Intravascular Coagulation), dan penyakit koagulasi

congenital yang lain.

d. Ulkus lambung

e. Asfiksia fetal berat

f. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

g. Medikasi

Beberapa obat diketahui dapat mengakibatkan perdarahan

lambung, antara lain tolazoline, indometacin dan kortikosteroid.

Penilaian volume aspirasi lambung lebih dari 20% total formula yang diberikan

sebelumnya menurut jenis dan karakteristik residu lambung dapat disebabkan oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

29

berbagai hal. Diperlukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun

dengan pemeriksaan penunjang (Walter, 2002; Fletcher, 1994).

Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan secara khusus pada

pemeriksaan abdomen. Menilai ada atau tidaknya distensi abdomen dan eritema

pada kulit abdomen (secara signifikan menunjukkan gejala peritonitis), menilai

peristaltik usus, dimana tidak adanya suara peristaltik usus dapat menunjukkan

gejala ileus atau peritonitis), serta menilai ada tidaknya hernia, karena dapat

menyebabkan gangguan obstruksi usus (Gomella, 2004).

Pada pemeriksaan laboratorium, diperlukan pemeriksaan darah rutin

beserta hitung jenis untuk mengevaluasi adanya sepsis, serta pemeriksaan

hematokrit dan trombosit bila terjadi perdarahan. Kultur darah disertakan pula

untuk mendukung diagnosis sepsis, dan dilakukan sebelum pemberian antibiotik.

Pemeriksaan kalium untuk mendukung ada atau tidaknya ileus, serta

menyingkirkan hipokalemia sebagai penyebab kembung pada neonatus. Tinja

penting pula untuk diperiksa, khususnya pH tinja, untuk menyingkirkan adanya

intoleransi laktosa (yang ditunjukkan dengan pH tinja asam < 5,0). Adanya

ganggua koagulasi dapat memegang peranan sebagai etiologi terjadinya residu

lambung, terutama residu darah-cokelat (bloody in colour), maka perlu diperiksa

faktor-faktor pembekuan yakni Prothrombin Time (PT), Partial Thromboplastin

Time (PTT), fibrinogen dan trombosit.

Pemeriksaan penunjang lain adalah pencitraan atau radiologi berupa foto

polos abdomen. Pemeriksaan ini mutlak dilaksanakan jika secara klinis terdapat

aspirasi lambung berwarna hijau-empedu (bilious in colour), adanya kelainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

30

pada pemeriksaan fisik abdomen, atau jika terjadi aspirasi lambung terus menerus.

Foto polos abdomen ini menunjukkan apakah selang nasogastrik berada dalam

posisi yang benar dan akan memberikan gambaran pola gas dalam usus. Perlu

dilacak pula adanya kelainan gambaran pola gas dalam usus, pneumatosis

intestinalis, ileus atau adanya obstruksi usus serta gambaran air-udara (air fluid

level). Penting pula untuk menilai foto polos abdomen posisi dekubitus lateral kiri

karena suatu perforasi sering tidak terlihat pada foto polos anteroposterior.

Endoskopi dapat pula dilakukan untuk menyingkirkan adanya ulkus lambung

(Gomella, 2004).

C.1. Gangguan peristaltik saluran pencernaan

Gerakan peristaltik terjadi oleh karena kemampuan motilitas usus yang sudah

matur melibatkan interaksi antara koordinasi dari sel-sel saraf pada usus, otot

polos gastrointestinal dan sel-sel interstisial Cajal (Burns, 2009).

Berbagai aspek mengenai fungsi motorik saluran pencernaan masih

menjadi masalah yang kompleks berkaitan dengan intoleransi asupan pada bayi

dengan berat badan lahir rendah. Gangguan motilitas usus sering terjadi pada

neonatus pada usia gestasi kurang dari 34 minggu oleh karena koordinasi antara

reflek menghisap dan menelan biasanya belum umur kehamilan 34 minggu.

Molilitas usus halus kurang terkoordinasi dengan baik pada neonatus

kurang bulan dibandingkan dengan neonatus cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh

imaturitas intrinsik dari sistem saraf usus, menyebabkan pertumbuhan bakteri

berlebihan sehingga terjadi distensi sebagai akibat dari produk gas fermentasi

bakteri (Berseth, 1996; Neu, 2007). Imaturitas usus ini memberikan kontribusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

31

terhadap lingkungan usus dimana berkaitan dengan interaksi terhadap nutrisi,

pertahanan host imatur dan faktor lain yang menginisiasi kaskade translokasi

mikroba atau produk toksin melalui sawar mukosa usus yang imatur, yang

kesemuanya berperan dalam kaskade proses inflamasi (Neu, 2007).

Proses adaptasi penting dari traktus gastrointestinal pada lingkungan

ekstrauterin beberapa saat setelah kelahiran adalah berkembangnya sawar mukosa

usus yang dapat melawan penetrasi dari fragmen – fragmen protein. Sebagai

mekanisme pertahanan diri terhadap invasi kuman atau benda asing yang

berbahaya melewati sawar mukosa usus, permukaan mukosa lumen usus pada

neonatus harus berkembang dengan baik untuk mengontrol dan memelihara epitel

usus sebagai sawar yang tidak permeabel terhadap antigen makromolekuler

(Riezzo, 2009).

Intoleransi asupan enteral pada neonatus pada minggu pertama setelah

lahir, merupakan masalah yang kompleks, terutama pada neonatus kurang bulan,

hal ini berkaitan erat dengan pola pematangan sluran pencernaan. Mekanisme

pertahanan pada sistem gastrointestinal meliputi sistem imunologi lokal terhadap

fungsi dalam lingkungan usus yang kompleks sebagaimana proses non-imunologi

seperti sawar lambung (gastric barrier), sekresi pada permukaan usus, gerakan

perisaltik, dan sebagainya yang semuanya berkaitan dengan perlindungan

maksimum pada traktus gastrointestinal. Selama periode post natal, terutama pada

neonatus kurang bulan dan kurang untuk masa kehamilan, perkembangan sistem

pertahanan tubuh lokal belum sempurna. Sebagai akibat dari keterlambatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

32

maturitas dari sawar mukosa, bayi baru lahir rentan untuk terkena infeksi oleh

karena adanya substansi intralumen yang patologis (Piena, 2001; Riezzo, 2009).

Cheung dkk mengamati respon kecepatan aliran arteri mesenterika

superior pada saat fase diastolik terhadap pemberian minum yang dilaporkan pada

neonatus dengan patent ductus arteriosus (PDA) post shunting. Studi ini secara

bermakna menunjukkan tahanan vaskuler mesenterika yang relatif lebih rendah,

baik preprandial maupun post prandial sebagai mekanisme adaptasi untuk

melindungi usus dari keadaan iskemik. Pada neonatus dengan sepsis, terjadi

penurunan sirkulasi splanknikus menunjukkan instabilitas kardiovaskuler yang

berdampak terhadap terjadinya hipoperfusi pada usus oleh karena distribusi

oksigen yang kurang adekuat (Kempley, 2000).

Pemberian asupan secara enteral bermakna meningkatkan kecepatan aliran

darah pada arteri mesenterika superior yang mencapai puncaknya pada waktu 30

sampai 45 menit postprandial (Coombs, 1992; Cheung, 2003). Selain itu,

pemantauan pemberian asupan secara enteral dapat digunakan untuk

mengevaluasi adanya perubahan pada perfusi splanknik. Peningkatan kecepatan

aliran darah splanknik pada neonatus sehat maupun terinfeksi tidak terlepas dari

proses vasodilatasi usus sebagai respon terhadap adanya penurunan tahanan

vaskuler mesenterika. (Coombs, 1992; Martinussen, 1994; Pezzati, 2000).

C.2. Pengosongan lambung

Telah diketahui bahwa pematangan fungsional saluran gastrointestinal sangat

berbeda dari waktu ke waktu sehubungan dengan perkembangan anatominya

(Neu, 2007; Lebenthal, 1999; Berseth, 1996). Tingkat pematangan beberapa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

33

enzim pencernaan dicapai pada saat akhir kehamilan dan aktivitas lactase pada

saat usia gestasi 34 minggu hanya mencapai 30% pada neonatus cukup bulan

(Lebenthal, 1999). Sampai kini, hanya sedikit data yang menyatakan tentang

perkembangan fungsi motilitas usus dan sawar mukosa pada bayi baru lahir.

(Riezzo, 2009).

Untuk mengevaluasi fungsi motilitas saluran pencernaan dapat dinyatakan

dengan pengukuran aktivitas elektrik lambung, pada pergerakan dinding lambung

dan lamanya waktu pengosongan lambung. Metode yang sampai saat ini

dipercaya untuk mengetahui fungsi motilitas lambung adalah cutaneus

electrogastrography (EGG) (Familoni, 1991). Studi EGG pada bayi baru lahir

menunjukkan tidak adanya gelombang normal saat lahir dan proses pematangan

atau maturasi yang dimodulasi oleh asupan enteral (Chen, 1997; Koch, 1993;

Liang, 1998; Riezzo, 2000). Pengosongan lambung dapat dinyatakan dengan

ultrasonografi yang dianggap sebagai teknik yang non invasif pada neonatus

(Riezzo, 2009).

Integritas fungsional sawar mukosa usus sebagian bergantung pada

interaksi sel mukosa yang saling berdekatan. Metode yang paling terpercaya

sampai sekarang untuk mempelajari fungsi integritas usus adalah uji absorbsi

gula atau sugar absorbtion test (SAT) pada orang dewasa maupun neonatus, baik

kurang bulan maupun cukup bulan (Shulman, 1998; Catassi, 1995). Beberapa

proses penting yang mempengaruhi permeabilitas mukosa usus, terjadi pada saat

periode neonatus, ketika sawar mukosa belum sempurna. Koordinasi fungsi

motorik saluran pencernaan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

34

transportasi usus, penyerapan dan pemeliharaan ekologi bakteri usus. Terjadinya

keterlambatan waktu peristaltik usus dapat terjadi karena peningkatan

permeabilitas mukosa yang dapat difasilitasi oleh translokasi bakteri pada keadaan

sepsis (Gunningham, 1991; Valori, 1992; Riezzo, 2009).

Riezzo dkk meneliti aktivitas elektrik lambung, waktu pengosongan

lambung dan permeabilitas usus pada saat hari ke-3, 7, 15 dan 30 setelah lahir

untuk mengevaluasi perubahan pada waktu motilitas dan permeabilitas mukosa

usus dalam upaya menganalisis perbedaan fisiologi seiring dengan usia setelah

kelahiran. Pada bayi baru lahir, aktivitas elektrik lambung cukup stabil dengan

sedikit perbedaan dalam rasio dan pengosongan lambung pada saat hari-hari

dilakukannya pemeriksaan. Sebaliknya, permeabilitas usus semakin menunjukkan

perbaikan pada minggu pertama setelah kelahiran. Studi ini menyimpulkan bahwa

bayi baru lahir kurang bulan yang dalam kondisi sehat, menunjukkan pematangan

elektrogastrografi dan pengosongan lambung serta secara cepat mengalami

perbaikan dalam permeabilitas usus (Riezzo, 2001; Riezzo, 2003; Riezzo, 2009).

Perubahan permeabilitas usus dapat menyebabkan translokasi bakteri dan

komplikasi sepsis pada neonatus, namun tidak ada kajian berbasis bukti untuk

mendukung pernyataan ini (O’Boyle, 1999; Kanwar, 2000). Permeabilitas usus

menurun secara cepat pada neonatus yang mendapatkan ASI (air susu ibu)

dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan formula yang dihidrolisa

(Catassi, 1995; Riezzo, 2009), namun secara keseluruhan, baik penurunan

maupun peningkatan permeabilitas usus selama bulan pertama kehidupan telah

dijelaskan (Shulman, 1998; Riezzo, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

35

Imaturitas usus didapatkan pada neonatus dengan usia gestasi kurang dari

34 minggu, namun dapat terjadi pada usia yang lebih matang. Imaturitas usus

dapat menjelaskan terganggunya proses koordinasi gastroduodenal dan aktivitas

motorik usus yang berkaitan dengan pengosongan lambung, refluks

duodenogastrik dan hipomotilitas gastroduodenal (Daniel, 1999; Jadcheria, 2002).

Pada neonatus kurang bulan, inisiasi pemberian asupan secara enteral akan

merangsang peningkatan fungsi sawar usus (Corpeleijn, 2008) dan menunjukkan

fungsi permeabilitas usus yang lebih tinggi pada saat usia 2 sampai 6 hari setelah

lahir serta tidak terpengaruh oleh berat badan lahir maupun usia gestasi (Elburg,

2003).

C.3. Hubungan sistem saluran pencernaan dengan sepsis neonatus

Perkembangan sistem pencernaan terjadi pada awal minggu keempat usia gestasi.

Sistem pembuluh darah mesenterika berkembang seiring dengan perkembangan

usus. Pengaturan dari aliran darah mesenterika terjadi di tingkat arteriola dan

prekapiler. Neonatus mempunyai tahanan pembuluh darah usus yang lebih rendah

daripada fetus (Crissinger, 1992; Martinussen, 1996). Maka dari itu, aliran darah

mesenterika lebih besar pada neonatus daripada fetus sampai minggu kedua

bahkan minggu keempat setelah lahir, saat tahanan usus meningkat sebagai respon

menurunnya aliran darah dan pasokan oksigen (Myung, 2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

Gambar

Gambar 6. Embriologi lambung dan sistem mesenterika

(Corpeleijn, 2008)

Gambar 7. Embriologi saluran pencernaan

(Corpeleijn, 2008)

36

dan sistem mesenterika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

37

D. Kerangka konsep

LCOS = Low cardiac output syndrome

takikardi

Gangguan fungsi sistolik ventrikel ini

Gangguan aliran darah pada aorta abdominalis beserta

percabangannya (sistem splanknikus dan

mesenterika)

Iskemia sistem splanknikus dan mesenterika

Peningkatan permeabilitas membran miosit Kerusakan DNA miosit Nekrosis dan apoptosis miosit

Penurunan kecepatan puncak kontraksi ventrikel kiri

Gangguan motilitas usus Peristaltik usus menurun Gangguan metabolisme enzim pencernaan Keterlambatan waktu pengosongan lambung

Iskemia organ sistem pencernaan

demam

Hipertrofi ventrikel kiri

Gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri

Pelepasan mediator inflamasi

(TNFα, IL-1β, IL-6, NO)

LCOS

Pelebaran kaliber

pembuluh darah

Injury of endotel vascular

Syok distributif

Sepsis neonatus

Peningkatan residu lambung

Prematuritas

Kelainan kongenital saluran pencernaan (Hirschprung, stenosis pilorus, stenosis duodenum)

Necrotizing Enterocolitis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

38

Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa sepsis yang terjadi pada

neonatus dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik dan diastolik jantung

melalui mekanisme kerusakan DNA, nekrosis, apoptosis serta peningkatan

permeabilitas membran miosit yang mengakibatkan gangguan kinerja ventrikel

kiri (Rudiger, 2007). Selain itu, gejala klinis sepsis, seperti adanya demam akan

menyebabkan takikardi dan hipertrofi otot ventrikel kiri yang berakibat gangguan

fungsi sistolik. Kesemuanya berdampak menjadi sindroma penurunan curah

jantung yang akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke sistemik, termasuk

aorta abdominalis beserta percabangannya, secara khusus terjadi penurunan aliran

darah pada sistem splanknikus dan mesenterika yang berakibat iskemia organ

saluran pencernaan dan berdampak terjadinya gangguan motilitas usus, penurunan

fungsi peristaltik, gangguan metabolisme enzim pencernaan serta keterlambatan

waktu pengosongan lambung yang bermanifestasi sebagai adanya peningkatan

residu lambung (Corpeleijn, 2008). Selain itu, faktor yang mempengaruhi adanya

peningkatan residu lambung antara lain prematuritas, adanya kelainan kongenital

saluran pencernaan dan NecrotizingEnterocolitis (NEC).

E. Hipotesis

Terdapat hubungan antara residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada

sepsis neonatus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong-lintang (cross-sectional study) untuk

menelaah hubungan antara residu lambung dengan adanya gangguan fungsi

jantung pada neonatus berisiko sepsis.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan bayi risiko tinggi, HCU (high care

unit) neonatus bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS – RSUD Dr. Moewardi

antara bulan Juli-November 2010.

C. Populasi

1. Populasi target pada penelitian ini adalah semua neonatus berisiko sepsis.

2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua neonatus berisiko

sepsis yang dirawat di ruang HCU-neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta

antara Juli 2010-Desember 2010.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

40

D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel diperoleh dengan cara pencuplikan kuota.

D.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi meliputi :

1. Semua neonatus berisiko sepsis

2. Dirawat di ruang HCU-neonatus RSUD Dr. Moewardi.

3. Mendapatkan nutrisi enteral.

4. Manifestasi klinis residu lambung pada selang nasogastrik

5. Orangtua/wali menandatangani informed consent penelitian.

D.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi :

1. Penyakit jantung bawaan

2. Hipertrofi ventrikel

3. Kelainan kongenital saluran pencernaan

4. Tidak ada residu sama sekali

5. Orangtua/wali menolak menandatangani informed consent penelitian.

E. Besar Sampel

Ukurn sampel dihitung berdasarkan analisis multivariat jumlah sampel yang

dianggap memadai berkisar antara 15 hingga 20 kali jumlah variabel bebas (Murti

B, 2010). Variabel bebas pada penelitian ini ada 3 yaitu : gangguan fungsi

jantung, Necrotizing Enterocolitis (NEC) dan prematuritas. Jumlah sampel yang

diperlukan minimal 3x15 sampai 3x20, jadi diperlukan minimal 45-60 sampel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

41

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung adalah residu lambung

2. Variabel bebas adalah gangguan fungsi jantung

3. Variabel perancu yang dinilai adalah Necrotizing Enterocolitis (NEC) dan

prematuritas.

G. Definisi Operasional Variabel dan Cara Pengukuran

G.1. Residu lambung

Interpretasi residu lambung pada neonatus dianggap tidak normal apabila

volume residu lambung mencapai lebih dari 30 % dari total formula yang

diberikan 3 sampai 4 jam sebelum dilakukan aspirasi lambung (Dollberg, 2000).

Prosedur ini biasanya dilaksanakan setiap kali sebelum menyusui untuk

menentukan apakah pemberian formula sebelumnya dapat ditoleransi dan dicerna

dengan baik, untuk mengetahui adanya intoleransi minum (Gomella, 2004).

Aspirasi lambung yang normal pada neonatus adalah jika didapatkan kurang dari

20% dari volume formula yang diberikan 3-4 jam sebelum pengukuran, berupa

formula tak tercerna berwarna susu, terutama banyak didapatkan pada neonatus

kurang bulan. (Gomella, 2004; Dollberg, 2000).

Cara untuk mengevaluasi pemberian minum setiap 4 jam adalah dengan

aspirasi lambung melalui selang orogastrik atau nasogastrik menggunakan spuit.

Dilakukan oleh perawat ruang HCU-neonatus RSUD Dr. Moewardi dan dicatat

dalam formulir pemantauan mengenai jenis dan volumenya dan diambil rata-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

42

ratanya selama pengamatan 2 x 24 jam. Jika jumlah volume lebih dari 20% dari

total formula yang diberikan maka dinyatakan positif (Gomella, 2004).

G.2. Gangguan fungsi jantung

Gangguan fungsi jantung yang dinilai adalah fungsi sistolik dan diastolik

ventrikel kiri yang mencerminkan aliran darah sistemik. Fungsi sistolik ventrikel

kiri dapat dinilai dengan mengukur persentase pemendekan diameter ventrikel kiri

selama sistolik (FS) dan fraksi ejeksi (EF). Nilai normal persentase pemendekan

diameter ventrikel kiri selama sistolik (FS) berkisar antara 28% - 44% dengan

rata-rata 36%. Sedangkan nilai normal fraksi ejeksi (EF) berkisar antara 56% -

78% dengan rata-rata 66%. Fungsi sistolik dinyatakan terganggu pada penelitian

ini apabila didapatkan hasil penurunan persentase pemendekan diameter ventrikel

kiri selama sistolik (FS) sebesar ≤ 30% dan peningkatan fraksi ejeksi (EF)

sebesar ≥ 80% (Myung, 2008).

Gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri diketahui dengan mengukur

kecepatan maksimal pengisian ventrikel kiri pada saat awal diastolik (E),

kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada saat kontraksi atrium (A), keduanya

dengan besaran m/sec, serta kecepatan rasio maksimal pengisian awal dan akhir

(E/A). Fungsi diastolik ventrikel dinyatakan terganggu pada penelitian ini apabila

didapatkan hasil rasio E/A ≤ 1. Pada sepsis neonatus, sebagai karakteristik adanya

gangguan fungsi diastolik ditunjukkan oleh ketinggian konstan waktu relaksasi

ventrikel kiri, yang tampak jelas pada sepsis hari pertama, ketiga dan ketujuh

(Sharma, 2007; Myung, 2008). Gangguan fungsi jantung dinyatakan positif,

apabila didapatkan salah satu atau kedua fungsi, baik diastolik maupun sistolik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

43

terganggu. Pengukuran menggunakan alat ekokardiografi Doppler dua dimensi

yang dilakukan oleh dokter spesialis anak konsultan kardiologi di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

G.3. Sepsis neonatus

Neonatus dengan risiko sepsis awitan dini dinilai berdasarkan tabel dibawah ini :

Tabel 3.1. Pengelompokan faktor risiko sepsis

Risiko mayor Risiko minor

1. Ketuban pecah > 24 jam 2. Ibu demam; saat intrapartum >

38ºC 3. Korioamnionitis 4. Denyut jantung janin yang

menetap>160x/menit 5. Ketuban berbau

1. Ketuban pecah > 12jam 2. Ibu demam; saat intrapartum

suhu >37,5ºC 3. Nilai APGAR rendah (menit

ke1<5, menit ke 5<7) 4. Bayi berat lahir sangat rendah

(BBLSR),<1500 gram 5. Usia kehamilan < 37 minggu 6. Kehamilan ganda 7. Keputihan pada ibu 8. Ibu dengan infeksi saluran kemih

(ISK)/ tersngka ISK yang tidak diobati.

Sumber: Aminullah, 2009

Klinis sepsis yang dipakai pada penelitian ini adalah bila didapatkan tanda-tanda

sebagai berikut : FIRS/ SIRS ditegakkan apabila terdapat 2 atau lebih keadaan

sebagai berikut :

1. laju nafas > 60x/m dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi O2

2. suhu tubuh tidak stabil (<36C atau >37,5C)

3. capillary refill time > 3 detik

4. hitung lekosit <4000x109/L atau >34000x109

5. CRP >10 mg/dl

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

44

6. IL-6 atau IL-8>70 pg/ml

7. 16 S rRNA gene PCR: positif.

Tabel 3.2. Gambaran klinis sepsis neonatal Gambaran klinis sepsis neonatal:

Variabel klinis Suhu tubuh tidak stabil Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen Letargi Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L) Intoleransi minum

Variabel hemodinamik Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari) Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)

Variabel perfusi jaringan Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik Asam laktat plasma > 3 detik

Variabel inflamasi Leukositosis (>34000x109) Leukopenia (<5000x109) Neutrofil muda > 10% Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2 Trombositopenia <100000x109/L C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rRNA gene PCR : poaitif

Klinis sepsis ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih kriteria FIRS disertai

dengan gambaran klinis infeksi seperti terlihat pada tabel diatas (Hague, 2005).

Penilaian ini dilakukan oleh residen anak yang bertugas dan mendapat persetujuan

dari dokter spesialis anak. Sampai saat ini, untuk diagnosis pasti sepsis belum ada

parameter yang dapat menjadi baku emas, maka dari itu digunakan beberapa

pemeriksaan penunjang lainnnya untuk memperkuat diagnosis klinis sepsis, yakni

dengan kultur darah dan kultur urin. Cara pengambilan sampel yakni dari darah

vena dan dimasukkan dalam reagen bactec peds plus dan menggunakan mesin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

45

bactec 9050. Sedangkan pengambilan sampel urin dilakukan menggunakan selang

nasogastrik ukuran 5 melalui orificium urethra externum (OUE). Analisis

dilakukan oleh petugas analis laboratorium mikrobiologi yang telah mendapatkan

pelatihan khusus.

H. Izin subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua/wali dengan menandatangani

informed consent yang diajukan peneliti setelah mendapat penjelasan sebelumnya.

I. Alur penelitian

Tidak ada residu sama sekali

Neonatus berisiko sepsis

Laboratorium darah lengkap, CRP, I/T ratio, kultur darah dan kultur

Kriteria klinis sepsis

Evaluasi residu dengan aspirasi lambung setiap 4 jam setelah pemberian minum melalui selang orogastrik

selama 2 x 24 jam

Ada kelainan saluran

pencernaan

eksklusi

eksklusi

Positif (rata-rata residu > 20% dari total

formula)

Negatif (rata-rata residu < 20% dari total

formula)

Pemeriksaan Ekokardiografi Doppler Pemeriksaan Ekokardiografi Doppler

Ada gangguan

fungsi jantung

Tidak ada gangguan

fungsi jantung

Ada gangguan

fungsi jantung

Tidak ada gangguan

fungsi jantung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

46

J. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan SPSS 16.0. Variabel yang dinilai adalah

peningkatan residu lambung dan gangguan fungsi jantung yang dinyatakan dalam

skala kategorikal dan dianalisis dengan regresi logistik. Untuk menganalisis

variabel perancu, yakni prematuritas dan Necrotizing Enterocolitis (NEC),

dilakukan analisis multivariat regresi logistik ganda.

K. Jadwal Kegiatan

Bulan Juni 2010 – Februari 2011

KEGIATAN WAKTU

Jun-Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb

Penelusuran kepustakaan

Penyusunan naskah

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan data

Penyusunan laporan penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian (N = 48)

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik dasar subyek penelitian. Penelitian

dilakukan sejak bulan Januari 2011 hingga Oktober 2011 terhadap pasien

Karakteristik dasar Subyek

N (48) % Usia gestasi < 37 minggu 18 37.5 ≥ 37 minggu 30 62.5

Jenis kelamin Laki-laki 26 54.2 Perempuan 22 45.8 Berat badan lahir (BBL) < 2500 gram 16 33.3 ≥ 2500 gram 32 66.7

Volume residu lambung ≥ 20 % 27 56.3 < 20 % 21 43.8 Jenis residu lambung Susu 33 68.8 Billious 7 14.6 Bloody 8 16.7 Gangguan fungsi jantung Ada 39 81.3 Gangguan fungsi sistolik saja 8 16.67 Gangguan fungsi diastolic saja 15 31.25 Gabungan gangguan fungsi sistolik dan diastolik 16 33.33 Tidak ada 9 18.8 Penyakit jantung bawaan (PJB) Ada 15 31.3 Tidak 33 68.8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

48

neonatus berisiko sepsis yang dirawat di ruang HCU (high care unit)-neonatus

RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta

setuju untuk ikut dalam penelitian. Berdasarkan perhitungan besar sampel

dibutuhkan subyek penelitian sebanyak 45 anak.

Dari distribusi didapatkan usia gestasi subyek penelitian < 37 minggu

(prematur) adalah 18 subyek (37.5%), berat badan lahir rendah (< 2500 gram)

sebanyak 16 (33.3%) dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan,

sebesar 26 subyek (54.2%). Dari hasil pemeriksaan residu lambung didapatkan 27

subyek (56.3%) yang mengalami residu positif ≥20%, dengan jenis residu

terbanyak adalah susu (68.8%), kemudian billious (14.6%) dan bloody residu

sebanyak 16.7%.

Dari seluruh subyek penelitian sebagian besar (81.3%) mengalami

gangguan fungsi jantung, di mana terdiri dari 8 subyek (16.67%) dengan

gangguan fungsi sistolik saja, 15 subyek (31.25%) mengalami gangguan fungsi

diastolik saja dan 16 subyek (33.3%) mengalami gangguan fungsi keduanya, baik

sistolik maupun diastolik. Sedangkan dari semua subyek, didapatkan 15 subyek

(31.3%) menderita penyakit jantung bawaan (PJB).

Tabel 4.2 memuat adanya kejadian residu lambung pada subyek penelitian

berdasarkan usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, ada tidaknya gangguan

fungsi jantung serta PJB. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya residu lambung memiliki kemungkinan sebesar 6.25 kali untuk terjadinya

gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis secara signifikan

(OR:6.25; CI 95%:1.14 sd 34.29), demikian juga kemungkinan terhadap adanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

49

gangguan fungsi sistolik sebesar 3.4 kali (OR:3.40; CI 95%:1.03 sd 11.26).

Sedangkan untuk prematuritas, BBLR dan penyakit jantung bawaan merupakan

faktor risiko untuk terjadinya residu lambung, namun tidak signifikan secara

statistik.

Tabel 4.2. Kejadian residu lambung menurut berbagai kategori variabel

pada neonatus berisiko sepsis

Variabel

Residu lambung N (%)

Total (48)

n (%)

OR

p CI 95%

positif ≥ 20%

negatif < 20%

Usia gestasi < 37 minggu 12 (66.7) 6 (33.3) 18 (100.0) 2.00 0.260 0.59 sd 6.73 ≥ 37 minggu 15 (50) 15 (50) 30 (100.0)

Jenis kelamin laki-laki 17 (65.4) 9 (34.6) 26 (100.0) 2.27 0.165 0.71 sd 7.27 Perempuan 10 (45.5) 12 (54.5) 22 (100.0) Berat badan lahir (BBL)

< 2500 gram 11 (68.8) 5 (31.3) 16 (100.0) 2.20 0.217 0.62 sd 7.79 ≥ 2500 gram 16 (50) 16 (50) 32 (100.0) Gangguan fungsi jantung

Ada 25 (64.1) 14 (35.9) 39 (100.0) 6.25 0.022 1.14 sd 34.29 Tidak 2 (22.2) 7 (77.8) 9 (100.0) Gangguan fungsi sistolik

Ada 17 (70.8) 7 (29.2) 24 (100.0) 3.40 0.042 1.03 sd 11.26 Tidak 10 (41.7) 14 (58.3) 24 (100.0) Gangguan fungsi diastolic

Ada 20 (64.5) 11 (35.5) 31 (100.0) 2.60 0.119 0.77 sd 8.75 Tidak 7 (41.2) 10 (58.8) 17 (100.0) Penyakit jantung bawaan (PJB)

Ada 10 (66.7) 5 (33.3) 15 (100.0) 1.88 0.327 0.53 sd 6.72 Tidak 17 (51.5) 16 (48.5) 33 (100.0)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

50

Tabel 4.3. Hubungan antara jenis residu lambung terhadap risiko

terjadinya gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis

Variabel

Residu lambung Positif (≥ 20%) Negatif

(< 20%) Jenis residu lambung N (%) Susu billous bloody

Gangguan fungsi jantung Ada 16 (94.12) 3 (75.0) 6 (100.0) 14 (66.67) Tidak 1 (5.88) 1 (25.0) 0 (0.00) 7 (33.33) Total 17 (100.0) 4 (100.0) 6 (100.0) 21 (100.0) OR 8.00 1.50 6.72 P 0.066 0.744 0.165 CI 95% 0.87 sd 73.27 0.13 sd 17.18 0.33 sd 136.20

Tabel 4.3 menunjukkan hubungan antara kejadian residu lambung, baik

volume maupun jenisnya, terhadap risiko adanya gangguan fungsi jantung pada

neonatus berisiko sepsis. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok

neonatus dengan residu lambung jenis susu memiliki risiko untuk mengalami

gangguan fungsi jantung delapan kali lebih besar daripada tanpa residu lambung

(OR: 8.00; CI95% 0.87 sd 73.27). Sedangkan untuk residu jenis bilious maupun

bloody memiliki kemungkinan untuk mengalami gangguan fungsi jantung sebesar

1.5 kalinya dan 6.72 kalinya (OR:1.50 ;CI95% 0.13 sd 17.18 dan OR:6.72 ;CI95%

0.33 sd 136.20).

B. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan 48 subyek anak yang dirawat di ruang HCU-

neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data berasal dari data primer

berdasarkan anamnesis untuk mengetahui faktor risiko sepsis dari ibu selama

kehamilan maupun persalinan, adanya penyulit maupun kelainan kongenital.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

51

Selain itu, sumber data primer lain adalah hasil pemeriksaan residu lambung

dengan aspirasi lambung serta hasil ekokardiografi.

Penelitian ini mendapatkan kejadian residu lambung sebesar 56.3% di

mana terdiri dari jenis residu susu sebanyak 33 subyek (68.8%), kemudian billious

sebesar 7 subyek (14.6%) dan bloody residu sebanyak 8 subyek (16.7%), dan

sebagian besar mengalami gangguan fungsi jantung 81.3% dibanding kelompok

tanpa residu lambung, hal ini menunjukkan kejadian residu lambung dengan

gangguan fungsi jantung secara bersamaan.

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa kejadian residu lambung dengan gangguan

fungsi jantung pada semua neonatus berisiko sepsis adalah 25 subyek (64.1%),

dan hasil analisis dengan uji x2 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna

secara statistik antara kejadian residu lambung positif dengan gangguan fungsi

jantung (OR: 6.25; p=0.022). Selain itu kelompok dengan residu lambung positif

dan mengalami gangguan fungsi sistolik sebanyak 17 subyek (70.8%) dengan

hasil analisis statistik dengan uji x2 menunjukkan hubungan yang signifikan

(OR:3.4; p=0.042). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana pada

kejadian sepsis berat dapat memicu sitokin inflamasi yang menyebabkan adanya

gangguan fungsi miokardium yang dapat dilihat dengan pemeriksaan

ekokardiografi dengan mengukur fungsi sistolik dan diastolic, namun penelitian

tersebut dilakukan pada penderita sepsis dewasa (Anane, 2005; Maeder et al.,

2006; Hunter, 2010). Selain itu, hasil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa

sepsis yang terjadi pada neonatus menyebabkan gangguan fungsi sistolik dan

diastolik jantung melalui mekanisme kerusakan DNA, nekrosis, apoptosis serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

52

peningkatan permeabilitas membran miosit yang mengakibatkan gangguan kinerja

ventrikel kiri (Rudiger, 2007).

Prematuritas merupakan salah satu faktor risiko sepsis pada neonatus,

selain itu imaturitas dari organ saluran cerna termasuk lambung serta sistem

kardiovaskuler juga dapat menyebabkan timbulnya manifestasi residu lambung.

Maka pada penelitian ini prematuritas, berdasarkan usia gestasi < 37 minggu,

diperhitungkan sebagai faktor perancu terhadap kejadian residu lambung dan

dianalisis tersendiri. Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah subyek prematur yang

mengalami residu lambung positif sebanyak 12 subyek (66.7%) dan hasil analisis

uji chi square menunjukkkan prematuritas memiliki risiko 2 kali untuk terjadinya

residu lambung namun tidak signifikan (OR=2.00; p=0.260).

Adanya berat badan lahir yang rendah (< 2500 gram) merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya residu lambung, maka BBLR juga diperhitungkan

sebagai faktor perancu. Subyek yang mengalami residu lambung positif dan

memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram relatif cukup banyak yakni

sebesar 11 subyek (68.8%), dan memiliki kemungkinan 2.2 kali untuk terjadinya

residu lambung meskipun tidak terdapat kemaknaan secara statistik (OR=2.20;

p=0.217).

Residu lambung dalam definisi operasional telah disebutkan hanya

mencakup sisa volume minum neonatus yang diberikan sebelumnya, tanpa

memperhatikan bagaimanakahjenis residu tersebut. Namun, dalam penelitian ini,

sebagai outcome sekunder hubungan jenis residu terhadap kemungkinan adanya

gangguan fungsi jantung juga telah dianalisis. Dari tabel 4.3, analisis dengan uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

53

chi square menunjukkan bahwa seorang neonatus berisiko sepsis yang mengalami

jenis residu susu memiliki kemungkinan untuk mengalami gangguan fungsi

jantung secara umum sebesar 8 kali lebih besar, dibandingkan dengan neonatus

tanpa residu lambung (OR:8.00 ;CI95% 0.87 sd 73.27). Sedangkan untuk jenis

bilious dan bloody memiliki kemungkinan lebih kecil, hal ini dimungkinkan oleh

karena residu berwarna billious lebih mencerminkan adanya kelainan saluran

cerna lokal pada saluran empedu dan duodenum, dapat berupa malformasi,

malfungsi ataupun proses inflamasi.

Gejala klinis sepsis, seperti adanya demam, akan menyebabkan takikardi

dan hipertrofi otot ventrikel kiri yang berakibat gangguan fungsi sistolik.

Kesemuanya berdampak menjadi sindroma penurunan curah jantung yang akan

menyebabkan terganggunya aliran darah ke sistemik, termasuk aorta abdominalis

beserta percabangannya, secara khusus terjadi penurunan aliran darah pada sistem

splanknikus dan mesenterika yang berakibat iskemia organ saluran pencernaan

dan berdampak terjadinya gangguan motilitas usus, penurunan fungsi peristaltik,

gangguan metabolisme enzim pencernaan serta keterlambatan waktu pengosongan

lambung yang bermanifestasi sebagai adanya peningkatan residu lambung

(Corpeleijn, 2008). Traktus gastrointestinal merupakan organ yang rentan terkena

efek sistemik. Pemenuhan aliran darah dan tekanan perfusi yang adekuat

merupakan langkah penting untuk memperbaiki kekurangan ini. Obat-obatan

inotropik dengan efek dilatasi telah diketahui dapat meningkatkan perfusi

splanknik dan oksigenasi. (Setiati, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

54

Selain itu, pada studi yang dilakukan oleh Shimada dkk menyatakan

bahwa pada Patent Ductus Arteriosus (PDA) meskipun terjadi peningkatan output

dari ventrikel kiri namun berdampak penurunan aliran darah yang menuju ke aorta

abdominalis, arteri coeliaca, mesenterika dan renalis (Shimada, 1994; Myung,

2008).

Analisis terhadap prematuritas dan berat badan lahir rendah sebagai

perancu terjadinya manifestasi residu lambung pada neonatus berisiko sepsis

menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan sebagai faktor risiko dengan

terjadinya residu lambung, meskipun tidak bermakna secara statistik, namun tetap

sangat penting untuk dijadikan pertimbangan. Pada sebagian besar subyek yang

mengalami residu lambung didapatkan PJB, yang diketahui juga dapat

menyebabkan manifestasi residu lambung, namun hubungan keduanya tidak

bermakna secara statistik.

C. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain jumlah sampel yang

sedikit menyebabkan cakupan interval kepercayaan (confidence interval) terlalu

lebar sehingga menurunkan presisi. Adanya penyakit jantung bawaan (PJB) pada

subyek penelitian pada awalnya akan dieksklusi untuk memperoleh sampel yang

representatif untuk sepsis, namun karena sulitnya perolehan sampel, maka PJB

tetap kami sertakan sebagai subyek penelitian, namun dianalisis tersendiri, tanpa

memandang apakah jenis PJB tersebut, sianotik ataukah asianotik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

55

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak bisa memastikan hubungan

sebab akibat / causal antara kejadian residu lambung dengan gangguan fungsi

jantung oleh karena penelitian ini dilakukan secara potong lintang/crosss

sectional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

kejadian residu lanbung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko

sepsis, sehingga residu lambung dapat digunakan sebagai penanda awal untuk

kemungkinan adanya gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis,

B. Implikasi Penelitian

1. Bagi bidang akademik

Residu lambung dapat menjadi salah satu gejala atau penanda untuk terjadinya

gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis. Sehingga diharapkan

dapat memberikan informasi dengan tepat untuk mendeteksi dini adanya

gangguan fungsi jantung pada neonatus dengan risiko sepsis.

2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga

Seorang dokter anak diharapkan mampu mengetahui tanda dan gejala dini

gangguan fungsi jantung pada neonatus dengan risiko sepsis sedini mungkin,

sebagai skrining awal dengan pemantauan adanya manifestasi residu lambung,

sehingga mampu memberikan saran dan motivasi mengenai penyakit sepsis

neonatus dengan segala komplikasinya, khususnya gangguan fungsi jantung,

terutama terutama mengenai upaya diagnosis, tata laksana dan pencegahannya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan

57

supaya dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat disfungsi jantung pada

sepsis neonatus berat.

C. Saran

Berdasarkan penelitian ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan residu lambung pada

neonatus berisiko sepsis yang dirawat di ruang intensif khusus untuk menilai

toleransi minum dan kapasitas lambung neonatus dalam keadaan sepsis serta

pelacakan gangguan fungsi jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi dalam

upaya diagnosis dan penatalaksanaan dini sepsis neonatus secara cermat dan tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user