HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL...

179
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL WARGA BINAAN PEMASYARARAKATAN DI PESANTREN AT-TAUBAH LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA TANGERANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh EVA FAUZAH NIM. 11160520000078 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M

Transcript of HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL...

Page 1: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTALWARGABINAAN PEMASYARARAKATAN DI PESANTREN AT-TAUBAH

LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIATANGERANG

SKRIPSIDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UntukMemenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

EVA FAUZAH

NIM. 11160520000078

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1442 H / 2020M

Page 2: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 3: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN

KESEHATAN MENTAL WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN DI PESANTREN AT-TAUBAH

LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA

TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis,

10 September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 19 Oktober 2020

Sidang Munaqosyah

Pembimbing

Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si

NIP. 19820711200701 1 001

Ketua

Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si

NIP. 19650301 199903 1 001

Sekretaris

Artiarini Puspita Arwan, M.Psi

NIP. 19861109 201101 2 016

Penguji I

Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP. 19690607 199503 2 003

Penguji II

Tasman, M.Si NIP. 19730201 201411 1 003

Page 4: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 5: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

i

ABSTRAK

Eva Fauzah, NIM 11160520000078, Hubungan Religiusitasdengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan diPesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda KelasIIA Tangerang, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si.Warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

dalam menjalani masa hukuman dengan rentang waktu cukup lama,mengalami berbagai kehilangan seperti kehilangan kemerdekaanbergerak, kehilangan hak pribadi serta terpisahnya dari keluarga,kerabat bahkan orang terdekat. Hal ini memberikan dampak negatifbagi kehidupan warga binaan dan juga psikisnya. Permasalahanpsikologi yang dialami WBP menimbulkan gangguan mental bahkansempat ada beberapa yang tidak ingin melanjutkan hidup. DisinilahReligiusitas mempunyai peranan sangat penting bagi kelangsunganhidup manusia. Sebab orang yang sadar akan agamanya atau orangyang memiliki religiusitas apabila menghadapi bahaya sebesarapapun akan mampu menghadapinya.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan religiusitas

dengan kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan di PesantrenAt-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah religiusitas sertakesehatan mental. Penelitian ini menggunakan pendekatanmetodologi kuantitatif dengan metode survey dan kuesioner sebagaiinstrument pengumpulan data. Teknik analisa data menggunakankorelasi Pearson Product Moment.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif dan signifikan antara religiusitas dengan kesehatan mentalwarga binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah LembagaPemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang. Hal tersebut terbuktidari hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment dengan nilaisignifikasi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien korelasi kuat(0,683**). Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas maka semakintinggi pula kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan diPesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIATangerang.

Kata Kunci: Religiusitas, Kesehatan Mental, Warga BinaanPemasyarakatan

Page 6: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis

panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

nikmat serta karunia-Nya kita masih bisa beraktifitas dan diberi

kesehatan hingga saat ini. Shalawat beriringkan salam tidak

hentinya penulis limpah curahkan kepada Nabi kita yakni Nabi

Muhammad SAW, beserta kel uarganya, sahabatnya dan kepada

para pengikutnya sampai kepada kita selaku umatnya hingga

akhir zaman.

Suatu hal yang sangat membahagiakan bagi penulis karena

terselesaikannya skripsi dengan judul “Hubungan Religiusitas

dengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di

Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang”. Bukan perjuangan yang mudah bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, karena keterbatasan

pengetahuan dan sedikit ilmu yang dimiliki penulis.

Alhamdulillah berkat petunjuk Allah SWT dan dukungan dari

berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Walaupun demikian penulis menyadari bahwa

dalam penulisan terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,

namun penulis tetap berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk

memberikan informasi maupun untuk berbagi ilmu pengetahuan

kepada berbagai kalangan.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak

Page 7: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

iii

baik berupa moril maupun materil. Terutama ungkapan terima

kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Bapak H.

Nurdin dan Ibu Hj. Maswati yang senantiasa tiada henti-hentinya

memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan serta do’a yang

selalu mereka panjatkan dengan begitu tulus dan ikhlas, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

dan mendukung demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.

Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Wakil Dekan 1

Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin Noor, MA selaku Wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Cecep

Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakart, sekaligus

Dosen Pembimbing yang senantiasa selalu membimbing,

memberikan dukungan, masukan dan arahan serta senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis selama

proses penyusunan skripsi.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program

Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

Page 8: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

iv

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membantu kebutuhan dalam penyusunan

skripsi.

4. M. Jufri Halim M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2016,

yang telah membimbing, memotivasi, memberikan masukan

dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Kakak-kakak penulis, Abang Madrowi, Kak Jannah,

Kak Seha, Mas Abror, Kak Yayah, dan Kak Anshori, yang

tiada henti memberikan perhatian, dukungan, bantuan baik

berupa moril maupun materil dan do’a kepada penulis.

7. Kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor

Wilayah Banten, yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan

Pemudah Kelas IIA Tangerang.

8. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang Bapak Supriyanto dan seluruh petugas

pemasyarakatan khususnya Bapak Suja dan Bapak Abas

selaku perantara perizinan juga administrasi sekaligus

membantu kelancaran penulis dalam pelaksanaan penelitian.

9. Kepada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang telah

Page 9: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

v

membantu keberhasilan dan kelancaran penulis dalam proses

penelitian.

10. Umiyanah, Raudhotul Jannah dan Alda Syavira yang sudah

setia menemani dan memberikan arahan serta dukungan

penuh kepada penulis dalam penyususan skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman BPI angkatan 2016 khususnya Rani,

Dita, Alfiah, Ami, Ossa, Naila, Nindi, Debbie, Kade, Risna,

dan sahabat lainnya yang telah memotivasi, memberikan

bantuan dan dukungannya kepada penulis yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas

kebaikan serta ketulusan yang telah mereka berikan kepada

penulis. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan, penulis menyadari bahwa skrispi ini masih memiliki

banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis butuhkan. Terakhir semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan segenap

keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 23 Agustus 2020

Eva Fauzah

Page 10: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A...Latar Belakang........................................................................ 1

B...Identifikasi Masalah................................................................ 9

C...Batasan Masalah..................................................................... 10

D...Rumusan Masalah................................................................... 11

E...Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 11

F... Tinjauan Kajian Terdahulu..................................................... 12

G...Sistematika Penulisan............................................................. 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A...Religiusitas............................................................................. 22

1....Pengertian Religiusitas..................................................... 22

2....Fungsi Religiusitas .......................................................... 26

3....Dimensi-dimensi Religiusitas........................................... 28

4....Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas............... 34

B...Kesehatan Mental................................................................... 37

1....Pengertian Kesehatan Mental........................................... 37

2....Tolak Ukur dan Kriterian Kesehatan Mental................... 41

3....Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental..... 44

4....Prinsip dalam Kesehatan Mental...................................... 49

Page 11: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

vii

C... Warga Binaan Pemasyarakatan............................................... 52

1.... Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan ..................... 52

2.... Sistem Pemasyarakatan..................................................... 53

D...Kerangka Pemikiran............................................................... 57

E...Hipotesis Penelitian................................................................ 61

BAB III METODE PENELITIAN

A...Pendekatan Penelitian............................................................. 62

B...Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 63

C...Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 65

D...Sumber Data........................................................................... 67

E... Instrumen Penelitian............................................................... 78

F... Teknik Pengumpulan Data..................................................... 75

G...Teknik Analisa Data............................................................... 77

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A...Gambaran Umum Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang........................... 81

1....Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas

IIA Tangerang......................................................................... 81

2....Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas

IIA Tangerang......................................................................... 83

3....Profil Pondok Pesantren At-Taubah....................................... 83

4....Identitas Pesantren At-Taubah................................................ 88

5....Susunan Pengurus Pesantren.................................................. 88

6....Visi, Misi dan Pola Dasar Pendidikan.................................... 89

7....Jadwal Kegiatan...................................................................... 91

B... Temuan dan Hasil Analisa Data................................................... 96

Page 12: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

viii

1....Karakteristik Responden ...................................................... 96

2....Gambaran Umum Responden................................................100

3....Deskripsi Hasil Penelitian..................................................... 103

a....Uji Validitas.....................................................................103

b....Uji Reliabilitas................................................................. 108

4....Analisa Data Penelitian......................................................... 109

a.... Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.............................. 109

b....Uji Korelasi.......................................................................110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A...Simpulan.................................................................................119

B...Saran ...................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kerangka Pemikiran………………………………….. 60

Tabel 2. Skala Semi Likert (Favorabel)………………………. 69

Tabel 3. Skala Semi Likert (Unfavrabel)……………………… 70

Tabel 4. Blue Print Skala Variabel Religiusitas Sebelum Uji

Instrumen…………………………………………….. 72

Tabel 5. Blue Print Skala Variabel Religiusitas Setelah Uji

Instrumen…………………………………………….. 72

Tabel 6. Blue Print Skala Variabel Kesehatan Mental Sebelum

Uji Instrumen………………………………………… 73

Tabel 7. Blue Print Skala Variabel Kesehatan Mental Setelah

Uji Instrumen………………………………………… 74

Tabel 8. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien

Korelasi………………………………………………. 80

Tabel 9. Jadwal Kegiatan Harian……………………………… 91

Tabel 10. Jadwal Kegiatan Mingguan………………………...... 94

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………. 97

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Tinggal 98

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir………………………………………………. 99

Tabel 14. Tingkat Religiusitas pada Warga Binaan

Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang……… 100

Tabel 15. Tingkat Kesehatan Mental pada Warga Binaan

Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang……… 102

Tabel 16. Hasil Uji Validitas Religiusitas……………………… 104

Page 14: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

x

Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel Kesehatan Mental …….. 106

Tabel 18. Hasil Output Uji Reliabilitas Skala Religiusitas……... 108

Tabel 19. Hasil Output Uji Reliabilitas Skala Kesehatan Mental 109

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov………… 110

Tabel 21. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment……….. 111

Tabel 22. Koefisien Korelasi…………………………………… 112

Tabel 23. Nilai Koefisien Korelasi antara Bagian dari

Religiusitas dengan Kesehatan Mental Warga Binaan

Pemasyarakatan ……………………………………... 114

Tabel 24. Nilai Koefisien Korelasi antara Bagian dari

Religiusitas dengan Jangka Tinggal Warga Binaan

Pemasyarakatan ……………………………………... 119

Page 15: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Definisi OperasionalLampiran 2 Lembar KuesionerLampiran 3 Data Skor RespondenLampiran 4 Hasil Perhitungan SPSS For Windows 24Lampiran 5 Surat-suratLampiran 6 Dokumentasi-dokumentasi

Page 16: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangManusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang

memiliki keberagaman kelebihan-kelebihan yang tidak

dimiliki oleh makhluk lainnya di muka bumi. Setiap manusia

memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda, baik dalam

memenuhi kebutuhan biologis, sosial maupun kebutuhan

akan agama. Kehidupan manusia begitu kompleks, selalu

mengalami perubahan dan perkembangan. Seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut

untuk mengikuti perkembangan tersebut.

Kebutuhan manusia akan terus meningkat dengan

mengikuti perkembangan zaman dan majunya suatu

masyarakat, karena setiap orang dalam hidupnya selalu

didorong oleh keinginan-keinginan yang harus dipuaskan.

Bukan hanya itu, perkembangan zaman pula memaksa

manusia untuk mengikuti skenario sosial yang berada di

lingkungan masyarakat dengan berbagai tuntutan. Kesulitan

untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan juga

dalam memenuhi segala tuntutan menyebabkan seseorang

mengalami berbagai konflik. Sehingga banyak orang yang

memutuskan untuk bertingkah laku menyimpang dari norma-

Page 17: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

2

norma umum, atau berbuat semaunya demi kepentingan

sendiri dan mengganggu serta merugikan orang lain.31

Hasrat pemenuhan kebutuhan yang membludak namun

tidak memiliki harta kekayaan, mendorong manusia untuk

melakukan tindak kriminal. Karena terdapat ketidaksesuaian

atau pertentangan antara ambisi-ambisi dengan kemampuan

pribadi, ketidakmampuan menyesuaikan diri secara

ekonomis pula mendorong manusia untuk bertindak jahat

atau melakukan tindak pidana. Tidak sedikit manusia yang

melakukan tindakan menyimpang dari norma-norma yang

telah ditentukan, baik norma yang berlaku dimasyarakat

maupun norma yang telah ditentukan oleh agama. Tindakan

menyimpang ini mendapatkan tanggapan miring dari

masyarakat dengan menganggap sebagai sekelompok orang

yang bermasalah yang patut untuk dijauhi dan diasingkan.

Penyebab seseorang melakukan tindak kejahatan salah

satunya adalah karena kurangnya pengetahuan tentang agama

atau sebenarnya seseorang itu mengetahui tentang agama

tetapi tidak mengaplikasikan dalam kehidupan.

Orang yang telah terbukti melakukan tindak kejahatan

maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan peraturan

undang-undang yang telah ditetapkan dan hak kebebasannya

sebagai warga Negara akan dicabut, ia tidak bisa lagi

bergerak sebebas masyarakat pada umumnya. Para pelaku

atau terpidana akan ditempatkan pada lembaga

1 Kartini Kartono, Potologo Sosial Jilid I, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. v.

Page 18: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

3

pemasyarakatan (LAPAS), tempat pelaksanaannya

pembinaan Narapidana dan Anak didik Pemasyarakatan.

Diatur pada pasal 1 angka 3 UU No.12 Tahun 1995, fungsi

LAPAS pada saat ini tidak lagi sekedar menjadi tempat

untuk menghukum orang-orang yang melanggar hukum.

Lembaga pemasyarakatan juga berfungsi sebagai tempat

pembinaan dan tempat rehabilitas. Pemasyarakatan

merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan warga

binaan pemasyarakatan (WBP) berdasarkan sistem,

kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian

akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.42

Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan warga binaan

pemasyarakatan adalah seorang narapidana, anak didik

pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Narapidana

merupakan salah satu contoh manusia yang melakukan

tindakan negatif yang tidak sesuai dengan norma-norma yang

ada di mayarakat dan melanggar hukum yang berlaku yaitu

berupa tindak kejahatan. Dalam pengertian lain, narapidana

adalah seseorang manusia atau anggota masyarakat yang

dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu

diproses dalam lingkungan tempat tertentu dengan tujuan,

metode, dan sistem pemasyarakatan.53

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentangpemasyarakatan, Bab I mengenai Ketentuan Umum: Pasal 1 Ayat 1-3, h. 2.

3 Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemsyarakatan, (Yogyakarta: Liberty, 1986), h. 180.

Page 19: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

4

Menjalani kehidupan sebagai seorang warga binaan

pemasyarakatan atau narapidana sulit untuk diterima dan

rentan akan penderitaan. Warga binaan pemasyarakatan di

Lembaga Pemasyarakatan dalam menjalani masa hukuman

dengan rentang waktu cukup lama, mengalami berbagai

kehilangan seperti kehilangan kemerdekaan bergerak,

kehilangan hak pribadi serta terpisahnya dari keluarga,

kerabat bahkan orang terdekat. Hal ini memberikan dampak

negatif bagi kehidupan WBP dan juga psikisnya.

Permasalahan psikologi yang dialami WBP ini menimbulkan

gangguan mental bahkan sempat ada beberapa WBP yang

tidak ingin melanjutkan hidup.

Masalah ini juga sangat rentan menimbulkan masalah-

masalah mental atau psikologis seperti cemas, putus asa,

stress, depresi dan lain sebagainya. Kesehatan mental

seringkali terabaikan dalam kehidupan sehari-hari, padahal

kesehatan mental ini sangat penting dan dapat mempengaruhi

produktivitas kehidupan seseorang serta perlu mendapatkan

perhatian khusus sama halnya dengan kesehatan fisik.

Karena kebutuhan manusia bukan hanya kebutuhan fisik saja

akan tetapi juga kebutuhan psikologis. Menurut Yusak

Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental menjelaskan

bahwa orang yang sehat mentalnya mempunyai pribadi yang

normal. mereka akan bertindak dan berperilaku baik agar

dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, dalam karakter

Page 20: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

5

dirinya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup

masyarakat.64

Menurut data WHO terkait kondisi gangguan mental pada

tahun 2016 menyatakan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang

terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena

skizofrenia, dan 47,5 juta terkena dimensia.75 Di Indonesia

dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan

jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan

beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan

dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15

tahun ke atas mencapai 61% dari jumlah penduduk Indonesia.

Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7

per 1.000 penduduk.86

Perlu diketahui, secara tak sadar setiap manusia tidak

dapat terhindar dari masalah gangguan mental atau

psikologis, hanya saja lain orang, lain pula masalah

psikologis yang dihadapinya. Berbagai masalah mental atau

4 Yusrak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Setia,1999), h. 13.

5 Departemen Kesehatan. 2016. “Data WHO tentang Gangguan danPenyakit Mental/Jiwa”. Diakses dari http://www.depkes.go.id, pada tanggal 4Februari 2020.

6 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. “Hasil Riskesdas2018”. Diakses darihttp://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf, pada tanggal 4 Februari 2020.

Page 21: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

6

psikologis yang dihadapi oleh manusia pada dasarnya

disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Begitu pula masalah yang dihadapkan oleh warga binaan

pemasyarakatan, pada mulanya karena ketidaksesuaian

antara ambisi seseorang untuk memenuhi tuntutan zaman dan

kemampuan yang mereka miliki. Hal ini menyebabkan

mereka memutuskan untuk bertindak kejahatan dan

menganggap itu adalah suatu pilihan yang tepat. Dari

kejadian yang telah mereka lakukan mengakibatkan masuk

ke dalam tahanan atau penjara, sehingga ketika mereka

menyandang status sebagai seorang warga binaan

pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan dan menjalani

masa hukuman dengan rentang waktu cukup lama, seringkali

menimbulkan permasalahan psikologis pada para warga

binaan pemasyarakatan seperti stress, depresi dan kecemasan.

Ketidaksehatan mental yang terjadi di era modern saat ini

banyak dipengaruhi oleh pola fikir manusia yang hanya

mengedepankan kebutuhan badani yang bersifat materialistik

semata dan banyak meninggalkan kehidupan spiritualitas.

Kehidupan spiritualitas ini berhubungan dengan kehidupan

kerohanian yang tercermin dalam kehidupan keagamaan atau

disebut dengan religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai

seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,

seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam

penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang

muslim religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh

Page 22: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

7

pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan penghayatan atas

agama Islam dan menginternalisasikan ajaran agamanya

sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan

hidupnya.97

Religiusitas mempunyai peranan sangat penting bagi

kelangsungan hidup manusia. Karena apabila manusia

meninggalkan kehidupan religiusitas maka akan terjadi

ketidakseimbangan dan ketidak harmonisan fungsi-fungsi

pembentuk manusia. Hal ini akan berakibat pada

ketidaksehatan mental seseorang. Pada dasarnya manusia

adalah makhluk beragama (homoreligius). Dikatakan bahwa

manusia adalah homoreligius sebab manusia merupakan

makhluk yang memiliki rasa keagamaan dan kemampuan

untuk memahami serta mengamalkan nilainilai religi, baik

yang bersifat ritual personal maupun ibadah sosial, seperti

menjalin hubungan antar manusia serta menciptakan

lingkungan hidup yang bermanfaat bagi kesejahteraan atau

kebahagiaan umat manusia.

Orang yang sadar akan agamanya atau orang yang

memiliki religious counsousness apabila menghadapi

kesukaran atau bahaya sebesar apapun akan mampu

menghadapinya.108 Hal ini disebabkan nilai-nilai religi sudah

masuk ke dalam kehidupannya, seperti: rasa sabar, jauh dari

7 Fuad Anshori dan Rachmy Dian Mucharam, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), h. 71.

8 Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.56

Page 23: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

8

rasa cemas serta keyakinan bahwa kesukaran dalam hidup

merupakan bagian dari cobaan Tuhan kepada hamba-Nya

yang beriman. Seseorang yang berpegang teguh kepada

agama, apabila mengalami kekecewaan, ia tidak akan merasa

putus asa dan akan menghadapinya dengan tenang dan

tabah.9 Keyakinan-keyakinan seperti inilah yang akan

membawa seseorang tetap mempunyai kesehatan mental

sebab ia terhindar dari rasa cemas, depresi dan stress ketika

menghadapi masalah.

Melihat pentingnya religiusitas bagi manusia tak

terkecuali bagi warga binaan pemasyarakatan, hal inilah yang

mendorong terbentuknya sebuah sebuah pondok pesantren

At-Taubah sebagai Lembaga Pendidikan Islam swasta di

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Klesa IIA Tangerang,

yang didirikan sejak 2004 dengan sistem kurikulum terpadu,

pendidikan berasrama, serta pengajaran bahasa Arab dan

bahasa Inggris secara intensif. Pesantren At-Taubah ini

berupaya untuk mencetak manusia (khususnya warga binaan

pemasyarakatan LAPASDA Kelas IIA Tangerang) yang

sukses berhijrah menjadi umat berkualitas di tengah

Mayarakat Madani, yang memiliki akhlakul karimah, ilmu

pengetahuan yang luas dan bertakwa k epada Allah SWT.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bimbingan kelompok yang dilaksanakan di Pesantren At-

9 Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.60.

Page 24: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

9

Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang dengan judul “Hubungan Religiusitas dengan

Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di

Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang”.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah

diuraikan di atas, maka masalah yang teridentifikasi

adalah:

1. Religiusitas memiliki peran penting bagi

kelangsungan hidup manusia, sebab jika seseorang

memiliki religiusitas apabila ia dihadapkan dengan

permasalahan dalam hidupnya maka ia mampu

menghadapinya. Hal ini disebabkan nilai-nilai religi

sudah masuk ke dalam kehidupannya, seperti: rasa

sabar, jauh dari rasa cemas serta keyakinan bahwa

kesukaran dalam hidup merupakan bagian dari cobaan

Tuhan kepada hamba-Nya yang beriman.

2. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa warga

binaan pemasyarakatan yang memiliki kesehatan

mental yang rendah setelah mengalami tekanan dalam

hidupnya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab

hal ini terjadi adalah mereka merasa kehilangan

harapan untuk masa depan, serta mengalami

kehilangan kepribadian, kehilangan kebebasan atau

kemerdekaan, kehilangan hubungan dengan keluarga,

Page 25: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

10

kehilangan orang terdekat, bahkan kehilangan harga

diri.

C. Batasan MasalahAgar masalah dalam penelitian ini tidak meluas dan

menjadi lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini

dengan difokuskan pada hubungan religiusitas dengan

kesehatan mental. Pembatasannya sebagai berikut:

1. Religiusitas adalah bentuk proses manusia dalam

meyakini, memahami dan menghayati ajaran agama

disertai tingkat pengetahuan terhadap agama yang

dianutnya kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Religiusitas ini berhubungan dengan tingkah

laku keagamaan, yakni bentuk tingkah laku yang

bersumber dari keyakinan beragama yang didalamnya

terdapat lima dimensi yaitu: dimensi pengetahuan agama,

dimensi keyakinan, dimensi penghayatan, dimensi

peraktek agama dan dimensi pengamalan.

2. Kesehatan Mental dalam penelitian ini dibatasi pada

kesehatan mental dalam aspek orientasi klasik

(terbebasnya dari sakit fisik dan jiwa), orientasi

Penyesuaian diri dan orientasi pengembangan potensi.

3. Subjek penelitian ini adalah warga binaan

pemasyarakatan yang berada di pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.

Page 26: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

11

D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap rumusan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana hubungan antara religiusitas dengan kesehatan

mental warga binaan pemasyarakatan di Pesantren At-

Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang.

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis hubungan antara religiusitas

dengan kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan

di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah

pengetahuan baru mengenai religiusitas dan

kesehatan mental bagi warga binaan

pemasyarakatan.

2) Diharapkan penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan dan acuan dalam

meningkatkan religiusitas dan memiliki

kesehatan mental yang lebih baik, khususnya di

Page 27: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

12

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

sosial khususnya dalam bidang ilmu dakwah

dan ilmu komunikasi.

2) Agar lebih memahami dan mendalami ilmu

pengetahuan penulis khususnya dalam hal

bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai

pemberian bimbingan agama untuk

meningkatkan kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang.

3) Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi

sumbangan pemikiran yang akan menjadu

masukan kepada Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang dalam

menentukan religiusitas untuk meningkatkan

kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan.

F. Tinjauan Kajian TerdahuluDalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan tinjauan

pustaka sebagai acuan dan tambahan pemahaman serta bahan

yaitu diantaranya dari beberapa skripsi sebagai berikut:

Page 28: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

13

1. Hubungan Antara Religiusitas dengan Penyesuain

Diri di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1 Porong-

Sidoarjo

Disusun oleh Aini Lutfiah (2018), mahasiswi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Fakultas Psikologi.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

korelasional. Jumlah sampel 211 siswa SMP Negeri 1

Porong-Sidoarjo yang diambil dengan menggunakan

teknik sampling proportionate stratified random

sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan

dua skala psikologi model Likert yaitu skala religiusitas

dan penyesuaian diri di sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi

sebesar 0,768 dengan signifikan 0,000 < 0,005 yang berarti

ada hubungan positif antara religiusitas dengan

penyesuaian diri di sekolah pada siswa SMP Negeri 1

Porong-Sidoarjo. Hal ini berarti semakin tinggi

religiusitas siswa maka akan semakin tinggi penyesuaian

diri di sekolah, dan semakin rendah religiusitas siswa

maka semakin rendah tingkat penyesuaian diri di sekolah.

Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti

memaparkan hasil temuan secara jelas dan rinci sehingga

mudah untuk dipahami oleh pembaca. Penelitian ini

memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada

variabel bebas yaitu religiusitas namun berbeda pada

variabel terikat, dalam penelitian ini variabel terikatnya

Page 29: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

14

adalah penyesuaian diri tetapi dalam penelitian peneliti

adalah kesehatan mental. Begitupun terdapat perbedaan

pada subjek penelitian.

2. Analisis Tingkat Religiusitas Terhadap Etika Bisnis

Pedagang Muslim Pasar Induk Lambaro Aceh Besar

Disusun oleh Merry Dahlina (2018), mahasiswi UIN

Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Jurusan Ekonomi Syariah. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap etika

bisnis pedagang muslim pasar induk Lambora Aceh

Besar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah

pedagang sembako yang ada di pasar Induk Lambora

Aceh Besar dan sampel yang diambil sebanyak 75

pedagang dengan menggunakan teknik accidental

sampling.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara

stimulan dimensi religiusitas (keyakinan, praktik agama

dan pengamalan) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap etika bisnis pedagang muslim pasar Induk

Lambora Aceh Besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F

hitung sebesar 10,756 dengan probabilitas signifikasi

0,000. Sedangkan secara parsial ketiga variabel

independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap

etika bisnis pedagang muslim.

Page 30: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

15

Kelebihan dalam penelitian ini adalah terdapat kerang

berpikir serta kerangka konsep berpikir yang membuat

skripsi tersebut jauh lebih mudah dipahami oleh siapapun

yang membacanya. Bukan hanya itu, penjabaran hasil

temuan penelitian di dalam skripsi ini pun sangat rinci

dan jelas.

3. Hubungan Layanan Bimbingan dan Konseling

Dengan Kesehatan Mental Siswa Kelas VIII Negeri 3

Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran

2014/2015

Disusun oleh Khusnul Khoiriyah (2015), mahasiswi

UNP Kediri Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Jurusan Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini

menggunakan metode eksplanasi, teknik penelitian

korelasi produc moment dengan pendekatan kuantitatif

yaitu veriabel pertama Layanan Bimbingan Konseling,

dan variabel kedua Kesehatan Mental siswa SMP Negeri

3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran

2014/2015. Adapun pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah angket. Data hasil penelitian dianalisis secara

kuantitatif dengan uji statistik menggunakan rumus

korelasi Produc Moment.

Hasil yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini

bahwa terdapat hubungan antara layanan bimbingan

konseling dengan kesehatan mental siswa SMP Negeri 3

Page 31: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

16

Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran

2014/2015 dengan interpretasi produk momen tinggi.

Kekurangan dalam penelitian skripsi ini adalah tidak

adanya definisi operasional dan indikator, tidak ada tabel

yang menyajikan teori dan definisi operasional, dan juga

tidak ada kerangka berpikir. Kelebihan dalam penelitian

skripsi ini adalah pada hasil temuan penelitian yang

dipaparkan secara singkat namun jelas sehingga mudah

dipahami oleh pembaca.

4. Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama

Islam Terhadap Kesehatan Mental Para Lanjut Usia

di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang

Disusun oleh Robbiana Saputra (2015), mahasiswa

UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk menguji secara empiris pengaruh intensitas

mengikuti bimbingan agama Islam terhadap kesehatan

mental di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang. Metode

yang digunakan ialah metode kuantitatif. Sampel dalam

penelitian ini sejumlah 38 lansia diambil sesuai dengan

kriteria yang disebutkan oleh penulis.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

pengaruh antara intensitas bimbingan agama Islam

terhadap kesehatan mental para lansia di Panti Wredha

Harapan Ibu Semarang selebihnya ada faktor lain diluar

Page 32: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

17

intensitas bimbingan agama Islam, seperti: faktor

lingkungan, ketaatan beribadah, kecemasan lansia

menghadapi kematian, motivasi hidup dan dukungan

sosial keluarga.

Hal yang menjadi pembeda dalam penelitian skripsi

ini dengan penelitian yang akan penulis teliti ialah

terletak pada variabel X atau variabel bebas, subjek

penelitian dan lokasi penelitian. Dimana variabel X pada

penelitian sebelumnya ialah intensitas mengikuti

bimbingan agama, subjek dan lokasi penelitiannya ialah

para lansia di panti Wredha Harapan Ibu Semarang

sedangkan penelitian yang penulis buat variabel X nya

ialah tingkat religiusitas dengan subjek warga binaan

pemasyarakatan di pesantren At-Taubah Lapas Pemuda

Kelas IIA Tangerang.

5. Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kesehatan

Mental Jamaah Majelis Rasulullah Pancoran Jakarta

Selatan

Disusun oleh Udy Hariyanto (2015), mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan

bimbingan agama terhadap kesehatan mental jamaah di

Majelis Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan. Metode

Page 33: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

18

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif

antara Bimbingan Agama terhadap Kesehatan Mental.

Hal ini ditunjukkan dari persamaan regresi yang

diperoleh KM = 23.966 + 0.505 BA yang berarti dimana

setiap ada penambahan nilai variabel Bimbingan Agama

akan menaikkan nilai variabel Kesehatan Mental sebesar

0.505. Bimbingan Agama mempunyai pengaruh sebesar

48,8% terhadap Kesehatan Mental jamaah majelis

Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain diluar Bimbingan Agama.

Hal ini dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0.493 dan

Adjusted R Square sebesar 0.488.

Kekurangan dalam skripsi ini adalah tidak adanya

kerangka berpikir ataupun kerangka konsep berpikir.

Namun tertutupi oleh kelebihan yang terdapat dalam

skripsi ini yaitu temuan hasil penelitian dipaparkan

dengan lengkap dan dijelaskan dengan bahasa yang

mudah dipahami. Perbedaan penelitian ini dengan penulis

ialah pada variabel X dan sasaran atau subjek penelitian.

6. Pengaruh Tingkat Religiusitas Terhadap Perilaku

Disiplin Remaja di MAN Sawit Boyolali

Disusun oleh Siti Nurjanah (2014), mahasiswi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Penelitian

Page 34: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

19

ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan

sampel menggunakan teknik Random Sampling. Pada

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

deskriptif korelasional sebab akibat dengan pendekatan

Croass soetional.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah tingkat

religiusitas mempunyai pengaruh positif dalam

pembentukan perilaku disiplin remaja. Maka dari itu

dalam penelitian ini dapat diimplikasikan bahwa

perlunya upaya peningkatan religiusitas pada diri remaja

melalui dibiasakan dalam menerapkan budaya-budaya

islami dan diberi pengarahan-pengarahan dalam hal

keagamaan dan membudidayakan berperilaku disiplin

baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. Pengaruh

tingkat religiusitas (X) terhadap perilaku disiplin remaja

(Y) mendapat angka determinasi sebanyak 64%

sedangkan sisanya 36% merupakan variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam penelitian.

Kelebihan dalam penelitian ini adalah terdapat

kerangka berfikir yang menjadikan penelitian ini lebih

terarah dan jelas tujuannya serta hasil yang dipaparkan

sangat lengkap dan mudah dipahami. Kemudian dalam

penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang

akan penulis buat yakni terdapat pada variabel Y

(variabel terikat), subyek dan lokasi tempat yang

dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

Page 35: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

20

G. Sistematika PenulisanUntuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini,

maka dibuatlah sistematika penulisan yang membagi menjadi

5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang saling

berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan kajian terdahulu dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Landasan Teori yang akan

digunakan dan mendukung penelitian mengenai

teori religiusitas dan kesehatan mental warga

binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang metodologi

penelitian yang meliputi metode penelitian, lokasi

dan waktu penelitian variabel penelitian, sumber

Page 36: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

21

data, populasi dan sampel, hipotesis penelitian,

definisi operasional dan indikator variabel, teknik

pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas

instrument, dan teknik analisa data.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum dan lokasi

penelitian, pengolahan uji instrument, hasi dan

pembahasan, dan analisis data penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan

yang dapat ditarik dan hasil analisis penelitian, dan

saran yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 37: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Religiusitas

1. Pengertian ReligiusitasMenurut Muhaimin dikutip dari Kamus Besar

Bahasa Indonesia, religious berarti: bersifat religi atau

keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi

(keagamaan). Penciptaan suasana religious berarti

menciptakan suasana atau iklim kehidupan beragama.1

Religiusitas berasal dari bahasa Latin religio yang

berarti agama, kesalehan, jiwa keagamaan. Sedangkan

religiusitas megukur seberapa jauh pengetahuan,

seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak

pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam

penghayatan atas agama yang dianutnya sehingga

religiusitas dapat diartikan sebagai keagamaan.2

Istilah religiusitas berasal dari kata religion yang

berarti agama; kemudian menjadi kata sifat religious

yang berarti agamis atau saleh dan selanjutnya

menjadi kata keadaan religiosity yang berarti

keberagamaan atau kesalehan. Religiusitas (religiosity)

merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan

1 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam diSekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h.61.

2 Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002),h.71.

Page 38: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

23

dengan sistem keyakinan, nilai serta hukum yang

berlaku.11

Religi yang berakar dari kata religare berarti

mengikat. Wundt, seorang ahli psikologi, pernah

memberikan penjelasan tentang istilah ini, yaitu

sesuatu yang dirasakan sangat dalam, yang

bersentuhan dengan keinginan seseorang,

membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau

mengikat seseorang dalam suatu masyarakat.12

Harun Nasution menyatakan bahwa agama sama

dengan din sama dengan religi, religi, yang

mengandung definisi sebagai berikut: 1) Pengakuan

terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan

gaib yang harus dipatuhi; 2) Pengakuan terhadap

adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3)

Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang

mengandung pengakuan pada suatu sumber yang

berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi

perbuatan-perbuatan manusia; 4) Kepercayaan pada

suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup

tertentu; 5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct)

yang berasal dari kekuatan gaib; 6) Pengakuan

11 R. Stark dan C.Y. Glock. Dimensi-dimensi Keberagamaan, dalamRobertson (ed), Agama: Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologi, A. FedyaniSaifudin, (Jakarta: Kementrian, 1978), hal. 60.

12 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharom, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), hal. 77-78.

Page 39: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

24

terhadap adanya kewajiban yang diyakini bersumber

pada suatu kekuatan gaib; 7) Pemujaan terhadap

kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang

terdapat dalam alam sekitar manusia; 8) Ajaran-ajaran

yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

Rasul.13

Mangunwijaya membedakan istilah religi (yang

bermakna agama) dengan religiusitas (yang bermakna

keberagamaan). Menurutnya, religi lebih nampak

formal dan resmi sedangkan religiusitas nampak luwes

sebab melihat aspek yang senantiasa berhubungan

dengan kedalaman manusia, yaitu penghayatan

terhadap aspek-aspek religi itu sendiri. Dalam hal ini

makna religiusitas lebih dalam dari agama.

Religiusitas lebih melihat aspek yang ada dalam lubuk

hati, riak getaran hati nurani serta sikap personal yang

sedikit banyak menjadi misteri bagi orang, yakni cita

rasa yang mencakup rasio dan rasa manusiawi ke

dalam pribadi manusia.14 Kematangan beragama

dilihat dari kemampuan seseorang untuk memahami,

menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur

agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia

menganut suatu agama karena menurut keyakinannya

13 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1979), hal. 9.

14 Mangunwijaya, Sastra dan Religiusitas, (Jakarta: Sinar Harapan,1982), hal. 25.

Page 40: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

25

agam tersebutlah yang baik, karena itu ia berusaha

menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu

ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku

keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap

agamanya.15

Menurut Muhammad Thaib Thohir Religiusitas

merupakan dorongan jiwa seseorang yang mempunyai

akal, dengan kehendak dan pilihannya sendiri

mengikuti peraturan tersebut guna mencapai

kebahagiaan dunia akhirat.16 Pruyser berpendapat

bahwa religiusitas lebih personal dan mengatas

namakan agama. Agama mencakup ajaran-ajaran yang

berhubungan dengan Tuhan, sedangkan tingkat

religiusitas adalah perilaku manusia yang

menunjukkan kesesuaian dengan ajaran agamanya.

Jadi berdasarkan agama yang dianut individu berlaku

secara religious.17 Dalam pendekatan psikologi agama,

religiusitas merupakan konstruk psikologi dan agama

yang tak terpisahkan. Religiusitas adalah inti kualitas

hidup manusia, dan harus dimaknakan sebagai rasa

15 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), hal. 109.

16 M. Thaib Thohir Abdul Muin, Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 13.

17 Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003), h. 89

Page 41: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

26

rindu, rasa ingin bersatu, rasa ingin berada dengan

sesuatu yang abstrak.18

Religiusitas sendiri mempunyai arti: Pertama,

dalam kamus sosiologi Pertama, dalam kamus

sosiologi religiusitas adalah bersifat keagamaan ; taat

beragama. Kedua, religiusitas merupakan penghayatan

keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang

diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari,

berdoa, dan membaca kitab suci. Ketiga, Wujud

interaksi harmonis antara pihak yang lebih tinggi

kedudukannya (yaitu Allah SWT), dari yang lain

(yaitu makhluk), menggunakan tiga konsep dasar

(yaitu iman, Islam dan ihsan).7

Ancok dan Suroso, berpendapat bahwa religiusitas

adalah keberagamaan yang berarti meliputi berbagai

sisi atau dimensi kehidupan manusia, baik yang

menyangkut perilaku ritual (beribadah) atau perilaku

lain dalam kehidupannya yang identik dengan nuansa

agama baik yang nampak dan dapat dilihat oleh mata

atau yang tidak nampak (terjadi di dalam hati

manusia). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan

beragama tidak hanya terjadi ketika individu sedang

18 Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku denganMengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi,Cet. 18, 2016), h. 293.

7 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Illahi: Al-Quran dan DinamikaKehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 3.

Page 42: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

27

beribadah, tetapi juga ketika melakukan kegiatan lain

yang bernilai ibadah.8

Religius adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang

komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut

sebagai orang yang beragama (being religious) dan

bukan sekedar mengaku punya agama. Religius

meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama,

pengalaman ritual agama, perilaku (moralitas agama),

dan sikap sosial keagamaan. Dalam istilah religiusitas

dari garis besarnya tercermin dalam pengalaman

aqidah, syariah, dan akhlak, atau dalam ungkapan lain:

Iman, Islam dan Ihsan. Bila semua unsur tersebut telah

dimiliki seseorang maka dia itulah insan beragama

sesungguhnya.9

Berdasarkan beberapa uraian yang telah

dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

religiusitas adalah bentuk proses manusia dalam

meyakini, memahami dan menghayati suatu ajaran

agama disertai tingkat pengetahuan terhadap agama

yang dianutnya kemudian diaktualisasikan dalam

kehidupan sehari-hari yakni berupa tindakan dengan

mematuhi aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban

dengan penuh keikhlasan, baik perilaku yang

8 Djamaludin Ancok dan Fuad Nusori Suroso, Psikologis Islam:Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), H. 70.

9 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),h. 132.

Page 43: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

28

menyangkut ibadah kepada Allah maupun perilaku

lain dalam kehidupan yang bernilai ibadah.

Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan pada

sisi kehidupan manusia dalam aspek ketaatan

beragama pada akhirnya dapat menjadi tolak ukur

tingkat religiusitasnya. Tingkat religiusitas adalah

kadar atau tingkat keterikatan religius (religius

commitment) seseorang atau sekelompok orang dalam

hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia serta

alam sekitarnya, yang dilandasi dengan keyakinan

untuk kemudian diwujudkan dalam sikap dan perilaku

sehari-hari.

2. Fungsi ReligiusitasFungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya

dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan

emosional manusia dan merupakan kebutuhan

alamiah. Adapun fungsi aktif dari adanya religiusitas

dalam kehidupan manusia yaitu:

a. Fungsi Edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa

ajaran agama yang mereka anut memberikan

ajaran-ajaran yang harus dipenuhi. Dalam hal ini

bersifat menyuruh dan melarang agar pribadi

Page 44: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

29

penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan hal

yang baik.11

b. Fungsi Penyelamat

Keselamatan yang diberikan oleh agama

kepada penganutnya adalah keselamatan yang

meliputi dua alam yaitu alam dunia dan akhirat.

Dalam mencapai keselamatan itu mengajarkan

para penganutnya melalui: pengenalan kepada

masalah sacral, berupa keimanan kepada Tuhan.

c. Fungsi Perdamaian

Melalui agama, seseorang yang bersalah atau

berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui

tuntunan pemahaman agama.

d. Fungsi Pengawasan Sosial

Para penganut agama sesuai dengan ajaran

agama yang dipeluknya terikat batin kepada

tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi

maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh

penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga

dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai

pengawasan sosial secara individu maupun

kelompok.

e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama psikologis

akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan

11 Musa Asyarie, Agama Kebudayaan dan PembangunanMenyongsong Era Industrialisasi (Yogyakarta: Kalijaga Press, 1988), h. 107

Page 45: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

30

iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan

membina rasa solidaritas dalam kelompok

maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat

membina rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Fungsi Transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan

seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya,

kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan

ajaran agama yang dipeluk kadangkala mampu

mangubah kesetiaannya kepada adat atau norma

kehidupan yang dianut sebelumnya.

3. Dimensi-dimensi ReligiusitasReligiusitas ini berhubungan dengan tingkah laku

keagamaan, yakni bentuk tingkah laku yang

bersumber dari keyakinan beragama. Menurut Glock

dan Stark mengatakan bahwa terdapat lima dimensi

dalam religiusitas, yaitu12:

a. Dimensi pengetahuan agama (intelektual)

Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi

yang menerangkan seberapa jauh seseorang

mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya,

terutama yang ada di dalam kitab suci manapun

yang lainnya. Dimensi ini mengacu kepada

12 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Cetakan VIII,Psikologis Islam: Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011). H. 77-78.

Page 46: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

31

harapan bahwa orang-orang yang beragama

paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus,

kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan. Al-Quran

merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu

pengetahuan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa

sumber ajaran agama Islam sangat penting agar

religiusitas seseorang tidak sekedar atribut dan

hanya sampai dataran simbolisme eksoterik.

Maka aspek dalam dimensi ini meliputi empat

bidang yaitu: akidah, akhlak, serta pengetahuan

Al-Quran dan hadits. Dimensi pengetahuan dan

keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena

pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah

syarat bagi penerimanya.

Dimensi pengetahuan agama dapat dikatakan

sebagai komponen kognitif, yakni berupa

pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang

didasarkan pada informasi yang berhubungan

dengan obyek. Kognitif adalah langkah awal,

dimana perilaku individu mencapai tataran atau

tahap mengenal objek yang dipelajarinya. Objek

yang dimaksud disini ialah pengetahuan ilmu

agama untuk mencapai religiusitas pada individu

atau warga binaan pemasyarakatan.

b. Dimensi keyakinan (ideologis)

Page 47: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

32

Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh

mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik

dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada

Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Pada dasarnya

setiap agama juga menginginkan adanya unsur

ketaatan bagi setiap pengikutnya. Adapun dalam

agama yang dianut oleh seseorang, makna yang

terpenting adalah kemauan untuk mematuhi

aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang

dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat

doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama.

Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini

menuntut dilakukannya praktek-praktek

peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

c. Dimensi penghayatan

Dimensi ini berkaitan dengan perasaan-

perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi

keagamaan yang dialami seseorang. Sesudah

memiliki keyakinan yang tinggi dan

melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun

amal) dalam tingkatan yang optimal maka

dicapailah situasi ihsan. Dimensi ihsan berkaitan

dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan

dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan

dekat dengan Allah, perasaan nikmat dalam

Page 48: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

33

menjalankan ibadah, pernah merasa diselamatkan

oleh Allah, perasaan doa-doa didengar Allah,

tersentuh atau tergetar ketika mendengar asma-

asma Allah dan perasaan syukur atas nikmat yang

dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka.

Dimensi keyakinan dan penghayatan disebut

sebagai komponen afektif, artinya perilaku

dimana individu mempunyai kecenderungan

untuk menyukai atau tidak menyukai objek yang

dikenalnya atau yang dipelajarinya. Komponen

afektif ini sudah menyentuh pada aspek emosional

individu. Dalam hal ini, individu yang sudah

melewati tahap atau dimensi sebelumnya yaitu

mempelajari, mengetahui dan memahami

pengetahuan agama lalu meningkat ke tahap

berikutnya, yakni meyakini, mempercayai dan

menghayati segala yang telah dipelajari dalam

pengetahuan agama.

d. Dimensi praktek agama (ritualistik)

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan,

ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk

menunjukkan komitmen terhadap agama yang

dianutnya. Dimensi praktik agama yaitu tingkatan

sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-

kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang

ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan,

Page 49: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

34

ketaatan, serta hal-hal yang lebih menunjukkan

komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya.

Wujud dari dimensi ini adalah perilaku

masyarakat pengikut agama tertentu dalam

menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan

agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat

dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,

puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah

lainnya.

Praktek-praktek keagamaan terdiri dari dua

kelas parenting, yaitu:

1) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus,

tindakan keagamaan formal dan praktek-

praktek suci yang semua agama

mengharapkan para penganut

melaksanakannya,

2) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan

dengan air, meski ada perbedaan penting.

Apabila aspek ritual dari komitmen sangat

formal dan khas public, semua agama yang

dikenal juga mempunyai perangkat

tindakan persembahan dan kontemplasi

personal yang relatif spontan, informal dan

khas pribadi.

e. Dimensi pengamalan

Page 50: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

35

Dimensi yang menunjukkan sejauh mana

perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agama

di dalam kehidupan sosial. Dimensi ini mengacu

pada identifikasi akibat-akibat keyakinan

keagamaan, praktik, pengalaman, dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi

ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama

untuk merealisasikan ajaran-ajaran dan lebih

mengarah pada hubungan manusia tersebut

dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari

yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas

agama yang dianutnya. Pada hakekatnya, dimensi

konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek sosial.

Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain,

memperjuangkan kebenaran dan keadilan,

menolong sesama, disiplin menghargai waktu,

menjaga lingkungan dan lain sebagainya.

Dimensi praktek agama dan pengamalan

termasuk dalam komponen, artinya

kecenderungan berperilaku dalam situasi tertentu

terhadap onjek yang diyakini dan dirasakan.

Konatif adalah perilaku yang sudah sampai tahap

hingga individu melakukan sesuatu tindakan

terhadap objek, dalam hal ini ialah ilmu agama

dan Allah. Jadi, konatif adalah perwujudan dari

kognitif dan afektif. Dengan demikian individu

yang telah mempelajari ilmu agama dan meyakini

Page 51: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

36

kebenaran yang diajarkan dalam agama kemudian

individu tersebut mampu mengaplikasikannya ke

dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima dimensi yang telah diuraikan di atas

merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu

sama lain dalam memahami religiusitas. Kelima

dimensi tersebut cukup relevan dan mewakili

keterlibatan keagamaan pada setiap orang.

Sehingga untuk dapat mengetahui, mengamati dan

menganalisa tentang kondisi religiusitas individu

yang akan diteliti, maka akan menggunakan lima

dimensi keberagamaan ini untuk mengukur

religiusitas warga binaan pemasyarakatan atau

narapidana.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ReligiusitasMenurut Thouless, terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi religiusitas yaitu sebagai

berikut:13

a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan

berbagai tekanan sosial

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial

dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk

pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial

13 Sayyidatul Maghfiroh, Pengaruh Religiusitas, Pengetahuan danLingkungan Sosial terhadap Minat Menabung di Bank Syariah pada SantriMahasiswi Darush Shalihat, (Yogyakarta: Skripsi Universitas NegeriYogyakarta, 2018), h. 24-25.

Page 52: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

37

untuk menyesuaikan diri dengan berbagai

pendapat dan sikap yang disepakati oleh

lingkungan itu.

b. Faktor Pengalaman

Berbagai pengalaman yang dialami oleh

individu dalam membentuk sikap keagamaan

terutama pengalaman mengenai keindahan,

keselarasan, dan kebaikan dunia lain (faktor

alamiah), adanya konflik moral (faktor moral) dan

pengalaman emosional keagamaan (faktor efektif).

Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual

yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku

individu.

c. Faktor Kehidupan

Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar

dapat dibedakan menjadi empat : 1) kebutuhan

akan keamanan dan keselamatan, 2) kebutuhan

akan cinta kasih 3) kebutuhan untuk memperoleh

harga diri 4) kebutuhan yang timbul karena

adanya ancaman kematian.

d. Faktor Intelektual

Berkaitan dengan berbagai proses penalaran

verbal atau rasionalisasi. Manusia diciptakan

dengan memiliki berbagai macam potensi. Salah

satunya adalah potensi untuk beragama. Potensi

beragama ini akan terbentuk, tergantung

bagaimana pendidikan yang diperoleh anak.

Page 53: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

38

Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan

muncul berbagai macam pemikiran-pemikiran

verbal. Salah satu pemikiran verbal ini adalah

pemikiran akan agama.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa faktor

yang mempengaruhi religiusitas, maka dapat

disimpulkan bahwa setiap individu memiliki

tingkat religiusitas yang berbeda dan tingkat

religiusitas individu dapat dipengaruhi oleh 2

macam faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Adapun faktor internal yaitu

pengalaman-pengalaman spiritual, kebutuhan

akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan akan

cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh harga

diri, dan kebutuhan yang timbul karena ancaman

kematian. Sedangkan faktor eksternal yaitu

pengaruh pendidikan dan pengajaran serta

berbagai tekanan sosial dan faktor intelektualitas.

A. Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan MentalKesehatan mental adalah istilah yang sudah tidak

asing lagi dalam ilmu kejiwaan. Ilmu kesehatan

mental merupakan cabang ilmu termuda dari imu jiwa,

yang mana tumbuh pada akhir abad ke-19 walapun

Page 54: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

39

dalam bentuk sederhana.14 Pada pertengahan abad ke-

20 ilmu kesehatan mental sudah jauh berkembang dan

maju dengan pesatnya sejalan dengan kemajuan ilmu

dan teknologi modern. Ia merupakan suatu ilmu yang

praktis dan banyak dipraktekkan dalam kehidupan

manusia sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan

penyuluhan yang dilaksanakan di rumah-rumah tangga,

sekolah-sekolah, kantor-kantor, lembaga-lembaga dan

dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat misalnya,

dengan berkembangnya klinik-klinik kejiwaan dan

munculnya lembaga-lembaga pendidikan kesehatan

mental.15

Dari segi bahasa, kesehatan mental terdiri dari dua

kata yaitu kesehatan dan mental. Kesehatan yang kata

dasarnya sehat mendapat awalan ke dan akhiran an,

menyatakan hal atau keadaan, sedangkan sehat berarti

bebas dari rasa sakit, jadi kesehatan memiliki arti

keadaan badan seseorang yang tidak sakit.16 Mental

berasal dari bahasa Latin yaitu: mens, mentil, yang

artinya jiwa, roh, nyawa, sukma, semangat.17

Sedangkan menurut istilah, mental adalah semua

14 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta:Amzah, 2000), h. 75.

15 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 139-140.

16 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 890.

17 Kartini Kartono, dan Jenny Andri, Hygiene Mental dan KesehatanMental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 3.

Page 55: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

40

unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan

perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya

akan menentukan corak tingkah laku, cara

menghadapi suatu hal yang menentukan perasaan,

mengecewakan, menyenangkan atau menggembirakan.

Menurut Dr. Abdul Aziz El-Quusiy kesehatan

mental itu adalah keserasian yang sempurna atau

integritas antar fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-

macam, disertai kemampuan untuk menghadapi

kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang

bias terjadi pada orang, di samping secara positif dapat

merasakan kebahagiaan dari kemampuan.18 Kemudian

Yustinus Semiun OFM dari kalangan psikiater

mendefinisikan kesehatan mental adalah terhindarnya

individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis.

Menurut definisi ini orang yang bermental sehat

adalah orang yang menguasai dan mengatasu segala

faktor perasaan dalam hidupnya sehingga tidak

menimbulkan gangguan jiwa: neurosis maupun

psikosis.19

Pengertian kesehatan mental menurut WHO

tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi

semakin kompleks. WHO mendefinisikan kesehatan

18 Abdul Aziz El-Quusiy, Pokok-pokok Kesehatan Mental, (Jakarta:Bulan Bintang, 1974), h. 38.

19 Yustinus Semiun OFM, Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta: Kanisius2006), h. 50.

Page 56: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

41

sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik,

mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu

keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan

kelemahan.20 Kesehatan mental yang ditulis oleh

Marie Johoda adalah kesehatan mental tidak bias

dilihat dari sudut pandang penyakit mental atau

gangguan mental, tapi dari sudut pandang yang

positif.21

Kemudian Zakiah Daradjat dalam bukunya

Kesehatan Mental ia mendefinisikan Kesehatan

mental sebagai berikut:22

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang

dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan

dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).

b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan

orang lain dan masyarakat serta lingkungan

dimana ia hidup. Definisi kedua yang

dikemukakan oleh Zakiah Daradjat ini lebih

umum dari pada definisi yang pertama, karena

20 Siswanto, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangan,(Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2007), h. 15.

21 Johana E. Prawitasari, Psikologi Klinis, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.15.

22 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung,2001), h. 4-6.

Page 57: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

42

pada definisi ini menghubungkannya dengan

kehidupan secara keseluruhan.

c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan

perbuatan yang bertujuan untuk

mengembangkan dan memanfaatkan segala

potensi, bakat dan pembawaan yang ada

semaksimal mungkin, sehingga membawa

kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta

terhindar dari gangguan-gangguan dari

penyakit jiwa.

d. Kesehatan mental adalah terwujudnya

keharmonisan yang sungguh-sungguh antara

fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai

kesanggupan untuk menghadapi problem-

problem biasa yang terjadi, dan merasakan

secara positif kebahagiaan dan kemampuan

dirinya.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan

bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya

seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental,

terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh

antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai

kesanggupan untuk menghadapi problem-problem

biasa yang terjadi dan merasakan secara positif

kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya

kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri

Page 58: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

43

dengan dirinya sendiri dan lingkungannya,

berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta

bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan

bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

2. Tolak Ukur dan Kriteria Kesehatan MentalZakiah Daradjat menyatakan bahwa untuk

mengetahui apakah seseorang terganggu mentalnya

atau tidak bukanlah hal yang mudah, sebab tidak

mudah diukur, diperiksa ataupun dideteksi dengan

alat-alat ukur seperti halnya dengan kesehatan

jasmani/badan. Bisa dikatakan bahwa kesehatan

mental adalah relative, dalam arti tidak terdapat batas-

batas yang tegas antara wajar dan menyimpang, maka

tidak ada pula batas yang tegas antara kesehatan

mental dengan gangguan kejiwaan. Keharmonisan

yang sempurna di dalam jiwa tidak ada, yang

diketahui adalah seberapa jauh kondisi seseorang dari

kesehatan mental yang normal.23 Meskipun demikian

ada beberapa ahli yang berusaha merumuskan tolak

ukur kesehatan mental seseorang, salah satunya adalah

Saparinah Sadli, ia mengemukakan tiga orientasi

dalam kesehatan mental, yakni:24

a. Orientasi Klasik

23 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 9.

24 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 132.

Page 59: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

44

Seseorang dianggap sehat bila ia tidak

mempunyai keluhan tertentu, seperti: ketegangan,

rasa lelah, cemas, yang semuanya menimbulkan

perasaan “sakit” atau “rasa tak sehat” serta

mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.

b. Orientasi Penyesuaian Diri

Seseorang dianggap sehat secara psikologis

bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai

dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan

sekitarnya.

c. Orientasi Pengembangan Potensi

Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan

mental, bila ia mendapat kesempatan untuk

mengembangkan potensialitasnya menuju

kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang

lain dan dirinya sendiri.

Kemudian menurut Marie Jahoda pengertian

kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada absennya

seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, tetapi

orang yang sehat mentalnya, juga memiliki sifat atau

karakteristik utama sebagai berikut:25

a. Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri

dalam arti ia mengenal dirinya dengan sebaik-

baiknya;

b. Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan

perwujudan diri;

25 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 141.

Page 60: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

45

c. Memiliki integrasi diri yang meliputi

keseimbangan jiwa kesatuan pandangan dan tahan

terhadap tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi;

d. Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur

pengatur kelakuan dari dalam ataupun kelakuan-

kelakuan bebas;

e. Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari

penyimpangan kebutuhan, dan penciptaan empati

serta kepekaan sosial;

f. Memiliki kemampuan untuk menguasai

lingkungan dan berintegrasi dengannya.

Bastaman juga memberikan tolak ukur kesehatan

mental, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:26

a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit

kejiwaan

b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan

menciptakan hubungan antar pribadi yang

bermanfaat dan menyenangkan.

c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat,

kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang

baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan

lingkungan.

d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya

menerapkan tuntutan agama dalam kehidupan

sehari-hari.

26 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 134.

Page 61: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

46

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KesehatanMentalFaktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

mental secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal

dari luar orang tersebut.

Menurut Zakiah Daradjat faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan mental itu secara garis besar

ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal ini antara lain meliputi: kepribadian fisik,

perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,

keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup,

kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam

berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara

lain: keadaan sosia, ekonomi, politik, adat kebiasaan,

lingkungan dan sebagainya. Diantara kedua faktor

tersebut, paling dominan adalah faktor internal. Faktor

ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan

batin itu tidak banyak tergantung pada faktor-faktor

dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat

kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih

tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor

tersebut. Meskipun demikian, menurut hemat peneliti

keduanya sama-sama penting dan sangat berpengaruh

Page 62: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

47

terhadap kesehatan mental sehingga perlu sekali untuk

diperhatikan.27

Kemudian terdapat empat faktor yang

berhubungan dengan kesehatan mental yaitu: Biologis,

psikologis, lingkungan, dan sosial. Bagian berikut

adalah deskripsi dari empat faktor tersebut:28

a. Dimensi biologis kesehatan mental

Badan dengan segenap unsur-unsurnya pada

dasarnya tidak terlepaskan dari keseluruhan si

stem mental. Kesehatan mental secara langsung

maupun tidak langsung dipengaruhi juga oleh

faktor biologis ini. Faktor biologis yang sangat

berpengaruh terhadap kesehatan mental

diantaranya otak, sistem endokrin, genetic, sensori,

faktor ibu selama kehamilan.

Otak merupakan bagian yang memerintahkan

aktivitas manusia. Fungsi otak yang baik akan

menimbulkan kesehatan mental bagi kita,

sebaliknya jika fungsinya terganggu berakibat

gangguan bagi kesehatan mental. Kesehatan pada

otak sangat ditentukan oleh stimuli saat masa

kanak-kanak, dan perlindungan dari berbagai

gangguan.

27 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 9.

28 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 69.

Page 63: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

48

Sistem endokrin berfungsi mengeluarkan

hormone. Kandungan hormone yang tidak normal

berakibat pada pertumbuhan yang kurang sehat,

termasuk mempengaruhi perilaku yang tidak

diharapkan. Beberapa perilaku yang tidak sehat

terjadi akibat endokrin yang tidak normal

diantaranya agresivitas, labilitas emosi, intelegensi

yang rendah, dan kecemasan. Genetik merupakan

unsur biologis manusia yang mempengaruhi

kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan

perilaku yang sehat, sementara gangguan genetis

dapat memunculkan gangguan mental tertentu.

Faktor ibu selama kandungan juga sangat

bermakna pengaruhnya terhadap kesehatan mental

anak. Kandungan yang sehat memungkinkan

membuahkan anak yang sehat mentalnya,

sebaliknya kandungan tertentu dapat menyebabkan

gangguan kepada keturunannya.29

b. Dimensi psikologis kesehatan mental

Faktor psikologis merupakan salah satu

dimensi yang turut mempengaruhi kesehatan

mental seseorang. Faktor-faktor psikologis itu

diantaranya adalah pengalaman awal, proses

pembelajaran, kebutuhan, dan konsidi psikologis

lainnya.

29 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 89-90.

Page 64: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

49

Terdapat sejumlah gangguan mental yang

dikaitkan dengan dimensi psikologis ini, yaitu

gangguan kecemasan, gangguan afeksi, gangguan

perilaku lainnya selaku dihubungkan dengan

kondisi-kondisi psikologis yang didapatkan oleh

individu. Kondisi psikologis yang kurang baik

akan berakibat jelek bagi kesehatan mental,

sementara kondisi psikologis yang baik akan

memperkuat kesehatan mentalnya.30

c. Dimensi sosial budaya kesehatan mental

Faktor sosial budaya turut mempengaruhi

kesehatan mental masyarakatnya. Terdapat

sejumlah aspek sosial budaya yang mempengaruhi

kesehatan mental masyarakat diantaranya:

! Stratifikasi sosial yang ada di masyarakat,

! Interaksi sosial,

! Sistem dalam keluarga,

! Perubahan-perubahan sosial, seperti

migrasi,

! Perubahan jangka panjang,dan

! Kondisi krisis.31

d. Dimensi lingkungan kesehatan mental

Manusia pada prinsipnya satu kesatuan dengan

lingkungan sekitarnya. Lingkungan ini selalu

30 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 110.

31 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 131.

Page 65: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

50

berinteraksi, dan mempengaruhi perilaku dan

kesehatan mental manusia. Lingkungan yang sehat

dapat menopang kesehatan manusia. Namun

demikian, lingkungan fisik, biologis, dan kimia

yang ada disekitar kita dapat menjadi hazard bagi

kita, dan membahayakan bagi kesehatan fisik

maupun mental.

Banyak gangguan mental yang dialami

masyarakat sebagai akibat dari lingkungan yang

tidak baik. Pencegahan terhadap berbagai

pengaruh negatif dari lingkungan adalah sangat

penting dilakukan untuk menjaga kesehatan kita,

khususnya adalah kesehatan mental.32

4. Prinsip Dalam Kesehatan MentalMenurut Schbeiders ada lima belas prinsip yang

harus diperhatikan dalam memahami kesehatan mental.

Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan mental serta pencegahan

terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:33

a. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia,

meliputi:

32 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 149.

33 Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsepdan Penerapan, (Jakarta: EGC, 2005), h. 37-38.

Page 66: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

51

1. Kesehatan dan penyesuaian mental

memerlukan atau bagian yang tidak terlepas

dari kesehatan fisik dan integritas organisme.

2. Untuk memelihara kesehatan mental dan

penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus

sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi

yang bermoral, intelektual, religius, emosional

dan sosial.

3. Kesehatan dan penyesuaian mental

memerlukan integrasi dan pengendalian diri,

yang meliputi pengendalian pemikiran,

imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.

4. Dalam pencapaian khususnya dalam

memelihara kesehatan dan penyesuaian

kesehatan mental, memperluas tentang

pengetahuan diri sendiri merupakan suatu

keharusan.

5. Kesehatan mental memerlukan konsep diri

yang sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan

usaha yang realistic terhadap status atau harga

dirinya sendiri.

6. Pemahaman diri dan penerimaan diri harus

ditingkatkan terus menerus memperjuangkan

untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika

kesehatan dan penyesuaian mental hendapa

dicapai.

Page 67: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

52

7. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik

memerlukan pengembangan terus menerus

dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral

yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan,

ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri,

kerendahan hari dan moral.

8. Mencapai dan memelihara kesehatan dan

penyesuaian mental tergantung kepada

penanaman dan perkembangan kebiasaan yang

baik

9. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut

kemampuan adaptasi, kapasitas untuk

mengubah meliputi mengubah situasi dan

mengubah kepribadian.

10. Kesehatan dan penyesuaian mental

memerlukan perjuangan yang terus menerus

untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan,

emosionalitas dan perilaku.

11. Kesehatan dan penyesuaian mental

memerlukan belajar mengatasi secara efektif

dan secara sehat terhadap konflik mental dan

kegagalan dan ketegangan yang

ditimbulkannya.

b. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia

dengan lingkungannya, meliputi:

Page 68: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

53

1. Kesehatan dan penyesuaian mentak tergantung

kepada hubungan interpersonal yang sehat,

khususnya di dalam kehidupan keluarga.

2. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran

tergantung kepada kecukupan dalam kepuasan

kerja.

3. Kesehatan dan penyesuaian mental

memerlukan sikap yang realistic yaitu

menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.

c. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia

dengan Tuhan, meliputi:

1. Stabilitas mental memerlukan seseorang

mengembangkan kesadaran atas realitas

terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat

bergantung kepada setiap tindakan yang

fundamental.

2. Kesehatan mental dan ketenangan hati

memerlukan hubungan yang konstan antara

manusia dengan Tuhannya.

B. Warga Binaan Pemasyarakatan

1. Pengertian Warga Binaan PemasyarakatanPasal 1 Undang – Undang nomor 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan menjelaskan : Warga Binaan

Pemasyarakatan adalah Narapidana,Anak Didik

Pemasyarakatan,dan Klien Pemasyarakatan.34

34 Undang-undang No. 12 Tahun 1995. Tentang Pemasyarakatan

Page 69: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

54

a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani

pidana hilang kemerdekaan di Lapas.

b. Anak Didik Pemasyarakatan adalah:

! Anak Pidana yaitu anak yang

berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di Lapas. Anak paling

lama sampai berumur 18 (delapanbelas)

tahun.

! Anak Negara yaitu anak yang

berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada negara untuk dididik

dan ditempatkan di Lapas. Anak paling

lama sampai berumur 18 (delapan belas)

tahun.

c. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya

disebut klien adalah seseorang yang berassda

dalam bimbingan Bapas.

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) merupakan

seseorang yang mengalami penghilangan

kemerdekaan dikarenakan putusan hukum yang resmi

dari negara. Warga Binaan Pemasyarakatan

merupakan istilah yang digunakan untuk

menggantikan penyebutan narapidana. Penghilangan

kemerdekaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan

dilakukan dengan menempatkan mereka pada Rumah

Page 70: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

55

Tahanan (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS).35

2. Sistem PemasyarakatanNegara Kesatuan Republik Indonesia menjunjung

tinggi hukum dan memberikan rasa keadilan bagi

seluruh masyarakat terutama yang membutuhkan

perlindungan hukum dan dijamin oleh Negara artinya

setiap warga Negara sama di mata hukum ini

menyatakan salah satu kaidah hukum. Asas persamaan

kedudukan ini sangat penting ditegakkan terutama

dalam kehidupan bermasyarakat. Pelaksanaan pidana

penjara dengan sistem pemasyarakatan di Indonesia

saat ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Penjelasan

Umum Undang- Undang Pemasyarakatan yang

merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari

sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan

serta mengatur tentang pelaksanaan sistem

pemasyarakatan di Indonesia dinyatakan bahwa:36

a. Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan

Pancasila, pemikiran- pemikiran baru mengenai

35 Chika Nurfebriani, Sri Sulastri, Meilanny Budiarti S, TingkatPemenuhan Kebutuhan Aspek Biologi, Psikologi, Sosial, dan Spiritual PadaWarga Binaan Pemasyarakatan (WBB) di Lembaga Pemasyarakatan WanitaKelas IIA Bandung, Jurnal Unpad, (Bandung, Universitas Padjajaran, 2016),Vol.3 No.1

36 Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Inonesia,

(Bandung: Refika Aditama, 2006). H.102

Page 71: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

56

fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar

penjeraan juga merupakan suatu usaha

rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Warga

Binaan Pemasyarakatan telah melahirkan suatu

sistem pembinaan yang sejak lebih dari 30 (tiga

puluh) tahun yang dikenal dan dinamakan

dengan Sistem Pemasyarakatan.

b. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan

pada unsur balas dendam dan penjeraan yang

disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara

berangsur-angsur dipandang sebagai suatu

sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan

konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar

narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi

berkehendak untuk melakukan tindak pidana

dan kembali menjadi warga masyarakat yang

bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan

lingkungan.

Perubahan konsep dari sistem kepenjaraan

sampai sistem pemasyarakatan ini dinilai sangat

penting, karena sistem kepenjaraan di masa kolonial

Belanda dilihat dari keadaan sosialnya

mengasingkan terpidana dari masyarakat dan sangat

ditakuti oleh masyarakat. Selain itu, sistem ini punya

andil dalam menyuburkan terjadinya penularan

kejahatan antara narapidana sehingga lahir istilah

sekolah kejahatan (school crime). Akibatnya

Page 72: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

57

menimbulkan siapa yang paling kuat ialah yang

berkuasa.

Sistem pemasyarakatan merupakan suatu

rangkaian kesatuan penegakan hokum pidana, oleh

karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan

dari pengembangan konsepsi umum mengenai

pemidanaan. Pemidanaan adalah upaya untuk

menyadarkan warga binaan agar menyesali

perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi

warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum,

menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan

keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat

yang aman, tertib dan damai.37

Tujuan dari penyelenggara sistem

pemasyarakatan dapat ditemukan dalam Pasal 2 dan

Pasal 3 Undanhg-undang Nomor 12 Tahun 1995

Tentang Pemasyarakatan, yaitu:

Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang pemasyarakatan menjelaskan:

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan

mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga

binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang

dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas

warga binaan pemasyarakatan agar menyadari

37 Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia,(Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 103.

Page 73: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

58

kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang pemasyarakatan menjelaskan:

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam

rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan

agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab.

C. Kerangka PemikiranPenelitian ini berawal dari asumsi peneliti bahwa

warga binaan pemasyarakatan merupakan populasi yang

rentan terhadap timbulnya berbagai permasalahan

psikologis. Warga binaan pemasyarakatan yang sedang

menjalani hukuman pidana tidak hanya mengalami

hukuman secara fisik, namun juga mengalami hukuman

secara psikologis. Seorang warga binaan pemasyarakatan

dalam menjalani masa tahanannya akan mengalami

kehilangan kemerdekaan, termasuk berkurangnya

kebebasan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan

keluarga. Warga binaan pemasyarakatan sangat dibatasi

Page 74: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

59

ruang geraknya karena ketatnya penjagaan dan peraturan

yang wajib dipatuhi. Perubahan status menjadi narapidana

atau warga binaan pemasyarakatan juga merupakan suatu

hal yang tidak mudah untuk dijalani dan diterima.

Berbagai kondisi menekan tersebut memungkinkan

seorang warga binaan pemasyarakatan mengalami

tekanan psikologis dan mempengaruhi rendahnya

kesehatan mental.

Kemudian setelah melakukan observasi dan wawancara

lebih lanjut, didapati fakta bahwa asumsi awal peneliti

dibenarkan oleh petugas Lapas dan pengurus pesantren

At-Taubah di Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang bahwa

warga binaan pemasyarakatan rentan akan masalah

psikologis dan rendahnya kesehatan mental. Dengan

demikian untuk mengatasi permasalahan tersebut lembaga

pemasyarakatan memberikan pembinaan-pembinaan

kepada warga binaan pemasyarakatan, diantaranya yaitu

pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Hal

ini bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan dalam

menjalankan masa hukuman atau tahanan disibukkan oleh

hal-hal positif yang membuatnya menjadi individu yang

lebih baik lagi. Salah satu pembinaan yang diterapkan di

Lapas yaitu pembinaan keagamaan. Pembinaan ini

bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan dapat

meningkatkan kesadaran terhadap agama yang

diyakininya. Dengan meningkatnya kesadaran terhadap

agama, maka dengan sendirinya akan muncul kesadaran

Page 75: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

60

dalam diri warga binaan pemasyarakatan bahwa apa yang

mereka lakukan dimasa lalu adalah perbuatan yang tidak

baik dan akan berusaha mengubah dan memperbaiki ke

arah yang lebih baik. Perubahan perilaku yang lebih baik

yakni dengan mengaktualisasikan ke dalam kehidupan

sehari-hari yang menunjukkan kesesuaian antara perilaku

dengan ajaran agama yang disebut religiusitas.

Religiusitas berfungsi sebagai pengawas dan kontrol

sosial dimana didalamnya terdapat norma-norma yang

mengatur setiap tindakan yang dilakukan. Religiusitas

dianggap sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental

individu. Individu yang memiliki religiusitas yang tinggi

memiliki kesehatan mental yang baik dengan

memperlihatkan sikap, perilaku, dan pikiran yang positif

sesuai dengan aturan-aturan agama yang diyakini.

Demikian pula sebaliknya, religiusitas yang rendah

berdampak pada kesehatan mental yang rendah pula

dimana ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu

dalam mengontrol emosi dan perilaku negative serta

individu cenderung tidak mampu mengembangkan

potensi dirinya.

Dalam religiusitas peneliti menggunakan teori menurut

Glock dan Stark religiusitas adalah tingkat konsepsi

seseorang terhadap agama dan tingkat komutmen

seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi

yaitu tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya,

sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen yaitu

Page 76: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

61

sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh,

sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk

menjadi religius. Glock dan Stark juga mengatakan bahwa

terdapat lima dimensi religiusitas yaitu: (1) dimensi

keyakinan; (2) dimensi Praktek Agama; (3) dimensi

penghayatan; (4) dimensi pengetahuan agama; dan (5)

dimensi pengamalan.

Zakiah Daradjat mengatakan bahwa Kesehatan mental

adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan

jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa

(psychose). Zakiah Daradjat juga mendefinisakan

kesehatan mental yaitu terwujudnya keharmonisan yang

sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta

mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-

problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif

kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Sadli berusaha

menurumuskan tolak ukur dalam kesehatan mental yang

terbagi menjadi tiga, yakni: (1) orientasi klasik; (2)

orientasi penyesuaian diri; dan (3) orientasi

pengembangan potensi.

Dengan menguraikan kerangka pemikiran seperti di

atas, berikut peneliti akan menyajikannya dalam bentuk

bagan di bawah ini:

Page 77: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

62

Tabel 1. Kerangka Pemikiran

D. HipotesisHipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat

sementara terhadap suatu masalah penelitian yang

kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara

empiris.38 Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa

ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan

hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis

alternative (Ha).39 Berdasarkan perumusan masalah yang

telah dikemukakan maka hipotesis yang akan dijawab dan

dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas

dengan kesehatan mental warga binaan di Pesantren

At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas

IIA Tangerang.

38 Bamba ng Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode PenelitianKuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 137.

39 Singgih Santosa, SPSS: Mengelola Data Statistik SecaraProfesional, (Jakarta: PPm, 2002), cet. Ke-2, h. 22-23.

Religiusitas :- Dimensi Pengetahuan Agama- Dimensi Keyakinan- Dimensi Penghayatan- Dimensi Praktek Agama- Dimensi Pengamalan

Kesehatan Mental :- Orientasi Klasik- Orientasi Penyesuaian Diri- Orientasi Pengembangan Potensi

Page 78: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

63

Ha : Terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan

kesehatan mental warga binaan di Pesantren At-

Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas

IIA Tangerang.

Page 79: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan PenelitianMetode penelitian dalam skripsi ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Lexy J. Moleong dalam bukunya

menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan

suatu pendekatan yang didasarkan atas perhitungan

presentase, rata-rata, kuadrat, dan perhitungan statistic

lainnya.1 Pendapat lain mengatakan bahwa pendekatan

kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang banyak

dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan

dari hasilnya.2

Statistika akan melibatkan berbagai pengolahan data

yang berbentuk angka/skor, dapat melihat gambaran

frekuensi ataupun presentase dari suatu variabel. Ia dapat

pua diuji hubungan antarvariabel melalui teknik korelasi,

dapat melihat perbedaan diantara kelompok terhadap

variabel melalui uji beda.3

Adapun desain penelitian ini yaitu menggunakan

peneitian korelasional. Penelitian korelasional adalah

penelitian yang ingin meihat hubungan diantara variabel.

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), h. 3.

2 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27.

3 Jelpa Periantalo, Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016), cet. Ke-1, h. 13-14.

Page 80: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

65

Apakah ia memiliki hubungan atau tidak. Jika

berhubungan, bagaimana kekuatan hubungan serta arah

hubungan tersebut.4

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang

menggunakan angka-angka statistic dalam memaparkan

data-data penelitian maupun dalam menganalisis serta

mengambil kesimpulan terhadap hasil penelitian. Pada

penelitian ini memfokuskan untuk menentukan hubungan

religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan

pemasyarakata di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi PenelitianPopulasi berasal dari kata bahasa Inggris population,

yang berarti jumlah penduduk. Dalam penelitian

populasi merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh

peneliti. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

4 Jelpa Periantalo, Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016), cet. Ke-1, h. 15.

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung: PT.Alfabeta, 2016), h. 80.

Page 81: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

66

warga binaan pemasyarakatan Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda dengan kriteria

minimal sudah 6 bulan menerima pembinaan

keagamaan dan sudah mencapai tingkat kemampuan

Al-Quran sebanyak 150 orang.

2. Sampel PenelitianSampel menurut Arikunto adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti.6 Sampel merupakan bagian

dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu

yang juga memiliki karakteristik tertentu jelas dan

lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.7 Syarat

yang harus dipenuhi yakni jumlah sampel harus

mencukupi an profil sampel harus mewakili.8 Apabila

populasi kurang dari 100 orang, maka sampel di ambil

secara keseluruhan, sedangkan populasi di atas 100,

maka sampel yang diambil 10% - 15% atau 20% - 25%

dari populasi.9

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus

Slovin dalam penentuan jumlah sampel yaitu dengan

jumlah 60 responden warga binaan pemasyarakatan di

Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan

6 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 109.

7 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian danAplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2001), h. 58.

8 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi danPraktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53.

9 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 134.

Page 82: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

67

Pemuda Kelas IIA Tangerang. Penetapan 60 sampel ini

menggunakan Slovin dengan derajat kesalahan sebesar

10%.10

Sesuai rumus Slovin, yaitu:

= 60 responden

Dengan:

N : jumlah populasi

n : jumlah sampel

e : margin error

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sejumlah 60 responden.

C. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang yang berlokasi di Jl. Lp Pemuda No. 1,

Buaran Indah, Kec. Tangerang, Kota Tangerang,

Banten 15119. Merupakan salah satu fasilitas

penahanan yang berada dalam wilayah kerja kantor

Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Banten.

Adapun alasan peneliti memilih tempat ini didasarkan

10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.81.

Page 83: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

68

pada fakta dan karakteristik permasalahan yang ada

dan pihak lembaga mengizinkan peneliti untuk

melakukan penelitian di lokasi tersebut dan bersedia

memberikan data.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak Januari 2020

sampai Agustus 2020 dengan melakukan survei lokasi,

penyerahan surat penelitian dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Kantor

Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Banten,

kemudian mendapatkan disposisi kepada Dekan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

ditujukan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang, persetujuan Kepala

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang untuk melakukan penelitian skripsi.

Selanjutnya penelitian terhambat karena adanya

pandemic Corona dan Lapas tidak menerima

kunjungan selama pandemic ini, peneliti baru dapat

melakukan penelitian lebih lanjut pada bulan Agustus

2020.

D. Sumber DataSumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sumber darimana data ini diperoleh.11 Dalam penelitian ini

penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

11 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), h. 109.

Page 84: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

69

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber data pertama (subjek) penelitian.12 Sumber data

pertama penelitian dalam hal hubungan religiusitas

dengan kesehatan mental disini adalah warga binaan

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang. Pada

penelitian skripsi ini data primer diperoleh melalui

kuesioner, wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara

tidak langsung atau melalui sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang kita butuhkan, bukan melalui

subjek penelitian secara langsung.13 Data sekunder yang

diperoleh dalam penelitian ini berupa dokumen-

dokumen, catatan-catatan, buku-buku, studi literatur dan

jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti.

E. Instrument Penelitian1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

12 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana 2008), h. 122.

13 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana 2008), h. 122.

Page 85: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

70

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.14 Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu sebagai berikut:

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau biasa disebut juga

variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen.15

Dalam penelitian ini variabel independen atau

variabel bebasnya ialah Religiusitas.

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau sering disebut dengan

variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.16

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel

dependennya ialah kesehatan Mental warga binaan

pemasyarakatan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang

didasarkan pada sifat-sifat variabel yang diteliti, bersifat

spesifik dan menggambarkan karakteristik variabel-

variabel peneliti dan juga hal-hal yang dianggap penting.

Dari definisi operasional ini kemudian akan didapat suatu

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi(Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 61.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39.

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39.

Page 86: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

71

indikator yang akan dijadikan acuan untuk mengukur

variabel yang diteliti.

Adapun definisi operasional dan indikator dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. Skala Penelitian

Dalam membuat kuesioner pada penelitian ini, teknik

pengukurannya menggunakan skala semi likert dengan 4

kategori pilihan jawaban. Penggunaan skala semi likert

dipilih karena dapat mempermudah subjek penelitian.

Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan

kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan. Adapun

4 kategori jawaban dalam skala semi likert dapat dilihat

pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Semi Likert (Favorable)

SangatSetuju(SS)

Setuju(S)

Tidak Setuju(TS)

SangatTidak Setuju(STS)

4 3 2 1

Tabel 3. Skala Semi Likert (Unfavorable)

SangatSetuju(SS)

Setuju(S)

Tidak Setuju(TS)

SangatTidak Setuju(STS)

1 2 3 4

Page 87: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

72

Pilihan respon skala dengan 4 kategori mempunyai

variabilitas respon lebih baik atau lebih lengkap

dibandingkan skala 3 kategori sehingga mampu

mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap responden.

Selain itu juga tidak ada peluang bagi responden untuk

bersikap netral seandainya pilihan respon skala 4 kategori,

sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap

terhadap fenomena sosial yang ditanyakan atau

dinyatakan dalam instrument.17

4. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat

ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk

mendapat data itu valid atau dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.18 Menurut Imam

Ghozali, uji validitas digunakan untuk mengukur sah dan

valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk

mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner

tersebut.19 Suatu penelitian jika menggunakan instrument

yang valid maka akan memiliki hasil dengan validitas

yang tinggi, sebaliknya jika menggunakan instrument

17 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 106.

18 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004),h. 137.

19 Imam Ghozali, Analisis Muktivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), h. 45.

Page 88: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

73

yang kurang valid, maka akan memiliki hasil dengan

validitas yang rendah.20 Dengan demikian uji validitas

sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui seberapa

ketepatan/kebenaran suatu instrument untuk dijadikan

sebagai alat ukut.

Pengujian instrument pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan aplikasi Microsft Excel. Uji

validitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode Corrected item-Total Correlation

dengan cara mengkorelasikan masing-masing indikator

dengan skor total indikator. Dasar pengambilan keputusan

pada uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Jika r hitung ≥ (0,361) r tabel, maka butirpernyataan atau variabel valid.

b. Jika r hitung ≤ (0,361) r tabel, maka butirpernyataan atau variabel tidak valid.

Tabel 3. Menunjukkan Blue Print skala variabel

Religiusitas sebelum uji instrument:

Tabel 4. Blue Print skala variabel Religiusitassebelum uji instrument:

No. Dimensi Item JumlahFavorable UnfavorableTingkat Religiusitas (X)1 Kognitif 1,2,3,5,6,8,9 4,7 9

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, h. 211.

Page 89: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

74

2 Afektif 10,11,13,14,15,16,17,18,19

12,20 11

3 Konatif 21,22,23,24,26,27,28,29

25,30 10

Jumlah 30

Setelah melakukan uji validitas terhadap skala

religiusitas dengan teknik Product Moment yang diuji

cobakan kepada 30 responden, dari 30 item butir

pernyataan yang diuji cobakan diketahui 22 item butir

valid dan 8 item butir tidak valid. Item yang tidak valid

dibuang oleh peneliti, sehingga item yang dapat

digunakanan untuk penelitian selanjutnya adalah

sebanyak 22 item butir pernyataan. Adapun blue print 22

item butir skala religiusitas yang dapat digunakan pada

penelitian selanjutnya terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 5. Blue Print skala variabel Religiusitassetelah uji instrument:

Adapun blue print skala kesehatan mental sebelum

dilakukan uji coba instrument terlihat pada tabel di bawah

ini:

No. Dimensi Item JumlahFavorable Unfavorable

Tingkat Religiusitas1 Kognitif 1,2,3,4,5,6,7 - 72 Afektif 8,10,11,12,13,14,15,

169 9

3 Konatif 17,18,19,21,22 20 6Jumlah 22

Page 90: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

75

Tabel 6. Blue Print variabel kesehatan mentalsebelum uji instrument:

No. Dimensi Item JumlahFavorable UnfavorableKesehatan Mental (Y)1 Orientas Klasik 2,4,6,7 1,2,5,8,9,10 102 Orientasi

Penyesuaian Diri11,13,14,18,20,21, 12,15,16,17,19 11

3 OrientasiPengembangan

Potensi

22,23,24,25,26,27,28,29

30 9

Jumlah 30

Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala variabel

kesehatan mental dengan teknik Product Moment yang

diuji cobakan kepada 30 responden, dari 30 item butir

pernyataan yang diuji cobakan diketahui 26 item butir

valid dan 4 item butir tidak valid. Item yang tidak valid ini

dikarenakan pernyataan kurang dipahami oleh responden.

Item yang tidak valid dibuang oleh peneliti, sehingga item

yang dapat digunakanan untuk penelitian selanjutnya

adalah sebanyak 26 item butir pernyataan. Adapun blue

print 26 item butir skala kesehatan mental yang dapat

digunakan pada penelitian selanjutnya terlihat dalam tabel

berikut:

Tabel 7. Blue Print variabel kesehatan mentalsetelah uji instrument:

No. Dimensi Item JumlahFavorable Unfavorable

Page 91: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

76

Kesehatan Mental (Y)1 Orientasi Klasik 2,3,4,5 1,6,7,8 82 Orientasi

Penyesuaian Diri9,11,12,14,16,17 10,13,15 9

3 OrientasiPengembangan

Diri

18,19,20,21,22,23,24,25

26 9

Jumlah 26

5. Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik.21 Uji

reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan

sejauh mana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.

Instrument dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan

data dalam waktu yang berbeda.22 Pada penelitian ini

instrument penelitiannya berupa kuisioner. Kuisioner

yang reliabel adalah kuisioner yang apabila dicobakan

secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan

mengahasilkan data yang sama asumsinya. Apabila data

yang diperoleh sesuai dengan kenyataan, berapa kali pun

pengambilan data dilakukan, hasilnya akan tetap sama.

Pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini

menggunakan metode Alpha Cronbach. Untuk

21 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), h. 171.

22 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2005), Cet. Ke-5, h. 96.

Page 92: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

77

mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai

Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin

mendekati 1 berarti semakin tinggi knsistensi internal

reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil 0.60

dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun hasil

uji reliabilitas variabel religiusitas dan kesehatan mental

dengan bantuan program SPSS for window versions 24.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun atau mengumpulkan

data penelitian, data penelitian tersebut diamati oleh

peneliti.23 Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku

manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu bsar.24 Jenis

observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis observasi non partisipasif, dimana peneliti tidak

terlibat dan hanya sebagai pengamat bebas. Peneliti

melakukan observasi terhadap lokasi kegiatan subyek

penelitian (warga binaan pemasyarakatan) untuk

meninjau aspek-aspek yang terkait dengan variabel

yang sedang diteliti.

23 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 186.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Peerbit Alfabeta,2001), h.203.

Page 93: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

78

2. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab.25 Kuesioner dapat berupa pertanyaan

atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan

kepada responden secara langsung atau dikirim

melalui pos atau internet.26 Dalam penelitian ini,

peneliti menyebar kuesioner kepada 60 responden atau

warga binaan pemasyarakatan yang berada di dalam

pesantren At-Taubah yang sudah mencapai tingkatan

Al-Quran dan rajin mengikuti pembinaan keagamaan

untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan

kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan di

Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya.27 Peneliti

mendokumentasikan kegiatan warga binaan

25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. Ke-20, h. 145.

26 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta,2001), h. 199.

27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236.

Page 94: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

79

pemasyarakatan, serta mencari dokumen-dokumen

tertulis yang relevan dengan kebutuhan penelitian.

G. Teknik Analisis DataData yang sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah

mengolah atau menganalisis data tersebut. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan,

mengolah, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud

angka kemudian menguraikan naratif.28 Adapun dalam

menganalisis data peneliti menggunakan beberapa teknik,

adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji Kolmogorov-smirnov merupakan pengujian

normalitas yang banyak dipakai dimana konsep dasar

pengujian ini adalah dengan membandingkan distribusi

data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi

normal baku. Pengujian normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal

atau tidak.29

Uji normalitas adalah membandingkan antara data

yang akan diteliti dengan data berdistribusi normal

28 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya danIlmu-ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), h. 336.

29 Sofyan Siregar, Statistik Parametric Untuk Penelitian Kuantitatif,(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929.

Page 95: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

80

berdasarkan mean dan standar deviasi. Jika data

berdistribusi normal maka analisis statistik dapat memakai

pendekatan parametric, sedangkan jika data tidak

berdistribusi normal msks analisis menggunakan non-

parametrik.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas

data adalah:

a) Jika nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 maka

data tersebut berdistribusi normal.

b) Jika nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka

data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan

kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik

hubungan yang bersifat simetris, kausal dan reciprocal.30

Untuk menguji hubungan antar variabel peneliti

menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment

untuk pengujian korelasi data dengan bantuan program

SPSS for windows version 24. Teknik korelasi Pearson

Product Moment adalah untuk mencari arah dan kekuatan

hubungan antara variabel independent (X) dengan

variabel dependen (Y) dan data berbentuk interval atau

30 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan ProgramSPSS, (Semarang: UNDI, 2003), h. 260.

Page 96: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

81

ratio.31

Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan

arah hubungan antara variabel independen yaitu

religiusitas dan variabel dependen yaitu kesehatan mental.

Arah hubungan dalam uji korelasi ada dua yaitu:

a. Bila kenaikan suatu variabel diikuti oleh variable

lain, maka arah hubungannya positif.

b. Bila kenaikan satu variabel diikuti oleh penurunan

variabel lain, maka arah hubungan ini negatif.

Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi

yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat

berpendoman pada ketentuan berikut ini:

Tabel 8. Pedoman untuk Memberikan InterpretasiKoefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,199 Sangat Lemah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang0,60 – 0,799 Kuat

31 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif DilengkapiPerbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2014), cet. Ke-2, h. 252.

Page 97: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

82

0,80 – 1,000 Sangat KuatSumber: Sugiyono (2017:231)

Page 98: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

83

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang

1. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang

Lembaga Pemasyarakatan (lapas) kelas IIA

Tangerang dibentuk berdasarkan surat keputusan

menteri kehakiman repubik Indonesia, tanggal 16

Desember 1983 nomor: M.03.UM.01.06 tahun 1983

tentang penetapan lembaga pemasyarakatan tertentu

sebagai rumah tahanan Negara. Dalam lampiran II

surat keputusan tersebut lapas kelas IIA pemuda

Tangerang disamping sebagai lapas, juga sebagian

ruangnya ditetapkan atau difungsikan sebagai rumah

tahanan Negara (rutan).

Seperti diketahui bahwa lapas adalah tempat untuk

melakukan pembinaan terhadap pelanggaran hukum

yang sudah diputus oleh hakim dan sudah mempunyai

ketetapan hukum yang tetap. Sedangkan rymag

tahanan Negara merupakan tempat yang

diperuntukkan bagi pelanggar hukum yang masih

dalam proses peradilan baik dalam tahapan penyidikan,

penuntutan ataupun mereka yang masih dalam proses

pemeriksaan di pengadilan.

Page 99: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

84

Dalam surat edaran Direktur Jenderal

pemasyarakatan tanggal 26 Juni 1985 nomor:

E.PS.01.10-116 tentang penempatan nerapidana, anak

Negara dan anak sipil dinyatakan bahwa narapidana

dewasa adalah narapidana yang berumur lebih dari 21

tahun. Narapidana pemuda adalah mereka yang

berumur antara 18 tahun sampai 21 tahun. Sedangkan

narapidana anak adalah mereka yang berumur

dibawah 18 tahun. Sedangkan berdasarkan surat

kepala kantor wilayah departemen wilayah VII DKI

Jaya 18 Februari 1984 nomor W7.UM.01.06.923.84,

lembaga pemasyarakatan kelas IIA Tangerang juga

dijadikan tempat penampungan narapidana yang

berusia maksimal 27 tahun.

Namun penetapan tersebut pada saat ini tidak

dapat dilaksanakan secara utuh, karena pada akhir-

akhir ini ada kecenderungan makin meningkatnya

jumlah penghuni di wilayah DKI Jakarta, sehingga

lembaga pemasyarakatan kelas IIA Tangerang oleh

pimpinan wilayah difungsikan sebagai lapas

penyangga dari adanya kecenderungan kapasitas

berlebih di lapas Cipinang, rutan Salemba dan lapas

kelas IA Tangerang. Akibatnya fungsi sebagai

lembaga pemasyarakatan yang khusus menampung

dan membina narapidana pemuda sudah tidak murni

lagi. Hal itu diperkuat lagi dengan ditetapkannya

lembaga pemasyarakatan kelas IIA pemuda

Page 100: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

85

Tangerang sebagai rumah tahanan yang notabene

tidak mengenal pengkelasifikasian ditinjau dari aspek

umur.

2. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang

Visi

Masyarakat memperoleh kepastian hukum dalam

rangka mewujudkan Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Tangerang yang aman, tertib dan damai guna

tercapainya tujuan sistem pemasyarakatan.

Misi

• Melindungi Hak Asasi Manusia, dengan

memberikan pelayanan kepada Warga Binaan

Pemasyarakatan agar dapat kembali kehidupan

masyarakat sebagai warga yang patuh, taat hukum,

mandiri dan produktif serta berguna bagi diri dan

keluarganya.

• Ke depan Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Tangerang menuju bebas dari bau aspek kamar

penghuni, korupsi kolusi dan nepotisme, peredaran

gelap narkoba, kekerasan, pemerasan, pungutan liar

(pungli), perjudian, sampah dan punting rokok.

3. Profil Pondok Pesantren At-Taubah

Pondok Pesantren At-Taubah adalah sebuah

Lembaga Pendidikan Islam Swasta (non pemerintah).

Page 101: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

86

Didirikan sejak tahun 2004 dengan sistem kurikulum

terpadu, pendidikan ber- asrama, serta pengajaran

bahasa arab dan bahasa inggris secara intensif.

Pondok Pesantren At-Taubah terletak di

Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Tangerang Banten, Jl. Lp Pemuda No.1, Buaran Indah,

Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15119.

Dengan di dukung oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang, pondok

pesantren At-Taubah memiliki lingkungan yang

bernuansa Islami dan asri. Sehingga pondok pesantren

At-Taubah berupaya untuk mencetak manusia

(khususnya warga binaan LAPASDA Kelas IIA

Tangerang) yang Sukses Berhijrah Menjadi Ummat

Berkualitas di Tengah Masyarakat Madani, yang

Memiliki Akhlakul Karimah, Ilmu Pengetahuan Yang

Luas, dan Bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagai bentuk pondok pesantren modern, santri

pondok pesantren At-Taubah mempunyai pemikiran

yang terbuka dan moderat, tanpa menghilangkan

unsur peran Islam, yakni berpikir atas dasar Al-Qur’an

dan Sunnah Rasulullah SAW. serta ajaran para ‘alimul

‘ulama.

Pondok pesantren At-Taubah memiliki

pengelolaan pendidikan dan pengajaran serta kegiatan

santri sehari-hari dikelola oleh para ustadz dengan

latar belakang pendidikan dari berbagai perguruan

Page 102: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

87

tinggi dan pondok pesantren modern serta pondok

pesantren salafiyah, baik yang didatangkan dari pihak

luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang

dan dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Tangerang, dan sebagian besar adalah

warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Tangerang yang sudah menjalani perguruan tinggi dan

pondok pesantren modern serta pondok pesantren

salafiyah. Sehingga secara penuh dapat mengawasi

santri dalam proses kegiatan belajar mengajar dan

kepengasuhan santri.

Pondok Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang adalah lembaga

pendidikan dan da’wah Islam yang independen tidak

berafiliasi kepada partai politik dan/atau organisasi

massa tertentu. Juga tidak terlibat/berhubungan

dengan kelompok/sekte atau ajaran di luar ahlu

sunnah wal jama’ah maupun yang dilarang oleh

Pemerintah Republik Indonesia. Akan Tetapi

“BERDIRI DI ATAS DAN UNTUK SEMUA

GOLONGAN”.

Pondok Pesantren At-Taubah merupakan Lembaga

Pendidikan ber-asrama (memiliki 5 asrama) dan 24

kamar santri, semua santri merupakan warga binaan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang,

Santri (WBP) yang menuntut ilmu di lembaga ini

Page 103: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

88

mukim dan menetap di asrama dan kamar santri di

dalam pengawasan penuh 24 jam.

Tenaga Pengajar disyaratkan sehat jasmani dan

rohani dan bebas narkoba, serta memiliki jenjang

pendidikan berlatar belakang pendidikan pesantren;

yaitu alumni pondok pesantren At-Taubah dan warga

binaan yang sudah menempuh pendidikan pesantren

diluar lingkungan Lembaga Pemasyarakatan sebelum

menjadi WBP (warga binaan pemasyrakatan), serta

para ustadz yang didatangkan dari lingkungan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang.

Dengan latar belakang yang dimilikinya, lembaga ini

dapat memberikan standarisasi pelayanan dan

standarisai pola dasar pendidikan kepada para santri.

Pondok Pesantren At-Taubah juga melaksanakan

penyegaran untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

pengajaran serta fasilitas pendidikan dalam bentuk

pelatihan jangka pendek terhadap para pengurus dan

asatidz dan musyawarah dengan lembaga-lembaga

pendidikan yang didatangkan dari lingkungan luar

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang, guna

memberikan usulan terhadap kemajuan pondok

pesantren. Untuk meningkatkan mutu di bidang

pendidikan dan pengajaran, selalu diusahakan dengan

mengadakan seleksi calon guru, pelatihan dan

penataran untuk peningkatan mutu guru, mencontoh

Page 104: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

89

lembaga pendidikan lain yang sudah maju dan selalu

menerima saran dari berbagai pihak.

Pondok Pesantren At-Taubah menganut sistem

kepemimpinan desentralisasi, dimana pemimpin

tertinggi dipegang oleh satu orang, dan wewenang

masing-masing asrama dan kamar santri dipegang

oleh koordinator pendidikan setiap asrama dan kamar

santri.

Pendidikan merupakan program inti pendidikan

pondok pesantren At-Taubah yang merupakan sistem

pendidikan terpadu, dimana kekurangan sistem akan

diisi dengan kelebihan sistem lainnya. Adapun sistem

yang diterapkan adalah : 1. Sistem Pondok Pesantren

Modern, 2. Sistem Madrasah, 3. Sistem Pondok

Pesantren Salafiyah. Pondok Pesantren At-Taubah

lebih mengutamakan pendidikan daripada pengajaran,

karena pendidikan tidak hanya mengasah daya fikir

santri, tetapi lebih kepada pembentukan pribadi santri

dalam seluruh hidupnya. Pendidikan di Pondok

Pesantren At-Taubah lebih diarahkan kepada:

a. Pembinaan bertaubatan nasuha,

b. Beribadah dan mencari ilmu karena Allah

SWT.

c. Pendidikan kader-kader umat yang mampu dan

terampil di tengah-tengah masyarakatnya,

d. Pembinaan generasi muda yang mampu

melanjutkan studinya sesuai dengan bakatnya

Page 105: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

90

dan kelak tetap berada di tengah masyarakat

dengan menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi

munkar.

4. Identitas Pesantren At-Taubah

Nama Pesantren : At-Taubah

Tanggal Berdiri : Tanggal 17 April 2004

Pendiri : Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Tangerang

Pembina Pesantren : KALAPAS Kelas IIA

Tangerang

Pimpinan Pesantren : Baba Jaelani

Lokasi Pesantren : Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA, Jl. Lp Pemuda

No.1, Buaran Indah, Kec.

Tangerang, Kota

Tangerang, Banten 15119

Jumalah Peserta Didik : 950 Orang

Mukim : 950 Orang

5. Susunan Pengurus Pesantren

Pembina Pesantren :KALAPAS (Kelas

IIA Tangerang)

Pengawas Pesantren : I Wayan Bondan W.K.D.,

Amd.IP., SH. (KASI.

Page 106: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

91

BINADIK)

Gilang Riflianto, Amd.IP.,

SH.

Slamet Solehudin S.Pd.i

H. Makmun

Pimpinan Pesantren :Baba Jaelani

Sekretaris Pesantren : Tamping Pendidikan

Seksi Dokumentasi : Tamping Masjid

Bagian Keamanan : Komandan

Pramuka dan Anggota

Ketua Pesantren At Taubah I :Pengurus At-Taubah

II

Ketua Pesantren At Taubah II :Pengurus At-Taubah

II

Ketua Pesantren At Taubah III :Pengurus At-

Taubah III

Ketua Pesantren At Taubah IV :Pengurus At –

Taubah IV

6. Visi, Misi dan Pola Dasar Pendidikan

Visi

Mencetak Warga Binaan yang sukses berhijrah untuk

menjadi ummat dan pemimpin ummat yang

berkualitas ditengah masyarakat Madani.

Misi

Membimbing Warga Binaan bertaubatan nasuha yang

bertakwa, berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan

luas, sehat jasmani dan rohani, drta terampil dan ulet.

Page 107: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

92

Pola Pendidikan Dasar

Dalam upaya tercapainya visi dan misi pendidikan,

pondok pesantren At-Taubah menerapkan pola dasar

pendidikan yang meliputi :

a. Panca Jiwa adalah Pendidikan yang ditanamkan

kepada setiap santri untuk membentuk dan

melandasi kepribadian, yang meliputi:

1) Jiwa Kesadaran

2) Jiwa Keikhlasan

3) Jiwa Kemandirian

4) Jiwa Kesaudaraan

5) Jiwa Kesederhanaa

b. Panca Bina adalah pembinaan yang ditanamkan

kepada santri untuk melahirkan sikap hidup yang

nyata dalam langkah kehidupan dan amaliyah

sehari-hari, yang meliputi:

1) Bertakwa Kepada Allah SWT.

2) Berakhlak Mulia

3) Berilmu Pengetahuan Luas

4) Berbadan Sehat

5) Kreatif Dan Terampil

c. Panca Dharma adalah bakti santri sebagai

makhluk social dan warga Negara, sehingga

keberadaan santri tidak hanya bermanfaat untuk

dirinya, namun bermanfaat juga bagi orang lain

dan orang sekitarnya, yang meliputi:

1) Ibadah

Page 108: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

93

2) Ilmu Yang Bermanfaat

3) Kader Ummat Dan Pemimpin Ummat

4) Ukhuwah Islamiyah

5) Cinta Tanah Dan Berwawasan Nusantara

7. Jadwal Kegiatan

a. Kegiatan Harian

Berikut adalah kegiatan harian warga binaan

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang:

Tabel 9. Jadwal Kegiatan Harian

Waktu Kegiatan

08.30 – 04.30

Bangun tidur dan Murottal subuh serta

qiyamul lail (melaksanakan sholat

sunnah, dzikir, muthola’ah pelajaran, Dll

04.30 – 05.00

Menunggu masuknya waktu sholat subuh

(diisi dengan membaca sholawat

bersama), dan sholat subuh berjamaah di

asrama dan kamar santri pondok

pesantren At-Taubah, serta kultum dari

kalangan santri yang diurut berdasarkan

pengajian tingkatan halaqoh,

05.00 – 07.00

Ta’lim/pengajian (dalam bentuk

kelompok/halaqoh yang diklasifikasikan

berdasarkan tingkatan kemampuan dalam

penguasaan Al-Quran) di asrama dan

kamar santri Pondok Pesantren At-

Page 109: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

94

Taubah,

07.00 – 09.30

Istirahat (makan pagi, membersihkan

lingkungan asrama dan kamar santri

masing-masing, mandi, serta persiapan

melaksnaakan kegiatan selanjutnya),

09.30 – 09.50

Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di

asrama dan kamar santri Pondok

Pesantren At-Taubah (sebagai

pembelajaran bagi santri untuk

membiasakan sholat dhuha),

09.50 – 11.30

Belajar mengajar di asrama, atau di aula,

dan atau di kelas (pembimbing, yaitu

asatidz Pondok Pesantren At-Taubah dan

astidz yang didatangkan dari Pondok

Pesantren di luar lingkungan LAPAS),

11.30 – 12.30

Persiapan untuk melaksanakan sholat

dzuhur dan sholat dzuhur berjamaah di

Masjid At-Taubah LAPASDA Kelas IIA

Tangerang

12.30 – 14.30 Istirahat (makan siang dan tidur),

14.30 – 15.30

Persiapan untuk melaksanakan sholat

ashar dan sholat ashar berjamaah di

Masjid At-Taubah LAPASDA Kelas IIA

Tangerang

15.30 – 16.30Istirahat (kegiatan olahraga sesuai dengan

bakat santri yakni; voli, futsal, bulu

Page 110: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

95

tangkis, basket, Dll, dilanjutkan dengan

mandi dan persiapan melaksanakan

kegiatan selanjutnya),

16.30 – 17.30

Murottal sore (santri yang tidak bertugas

murottal sore, belajar mengaji tahsin Al-

Quran dan Iqro dibimbing oleh asatidz di

asrama dan kamar santri Pondok

Pesantren At-Taubah dengan metode

klasikal/sorogan),

17.30 – 18.30

Menunggu masuknya waktu sholat

maghrib (diisi dengan membaca sholawat

bersama) dan sholat maghrib berjamaah

di asrama dan kamar santri Pondok

Pesantren At-Taubah,

18.30 – 20.00Ta’lim/pengajian (dalam bentuk halaqoh

umum),

20.00 – 20.30

Sholat isya berjamaah di asrama dan

kamar santri Pondok Pesantren At-

Taubah,

20.30 – 21.00 Makan malam,

21.00 – 03.30

Istirahat (sebelum istirahat, santri

dibiasakan membaca do’a sebelum tidur

dengan metode berjamaah).

b. Kegiatan Mingguan

Berikut adalah jadwal kegiatan harian warga

binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah

Page 111: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

96

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang:

Tabel 10. Jadwal Kegiatan Mingguan

Hari Kegiatan

Ahad

Kebersihan umum/kerja bakti di

lingkungan asrama dan kamar santri

Pondok Pesantren At-Taubah, pelatihan

pembacaan kitab kuning, pembacaan

rawi dan marhaban dan ta’lim akhir,

Senin

Kajian kitab Tanqihul Qoul, kajian

kitab Safinatun Naja dan Kasyifatus

Saja, kajian kitab Fathul Qorib,

pelatihan public speaking, belajar-

mengajar di PKBM (sekolah

persamaan sederajat SD, SLTP,

SLTA), pelatihan bahasa Arab

muhaddatsah dan pelatihan khot,

Selasa

Pelatihan olah suara, belajar-mengajar

di PKMB (sekolah persamaan sederajat

SD, SLTP, SLTA), pembacaan ratib

Al-Athos dan ta’lim akhir,

Rabu

Kajian kitab Bidayatul Hidayah dan

Maroqil ‘Ubudiyah, kajian kitab

Nashoibud Diniyah, pelatihan public

speaking, belajar-mengajar di PKBM

(sekolah persamaan sederajar SD,

Page 112: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

97

SLTP, SLTA), pelatihan bahasa Arab

muhaddatsah, pelatihan khot,

Kamis

Pelatihan olah suara, belajar-mengajar

di PKBM ( sekolah persamaan

sederajat SD, SLTP, SLTA), kajian

ilmu Alat, pembacaan surah Yasin dan

tahlil dan ta’lim akhir,

Jumat

Pembacaan surah Al-Kahfi dan

muhasabah, kajian kitab Ta’limul

Muta’allim, kebersihan umum/kerja

bakti di lingkungan asrama dan kamar

santri Pondok Pesantren At-Taubah,

pelatihan computer program office,

kajian ilmu alat dan muhadhoroh,

Sabtu

Pelatihan Tilawatil Quran, pelatihan

computer program design grafis,

evaluasi mingguan,

hiburan/penampilan bakat santri.

c. Kegiatan Mingguan, Berkala dan Tahunan

Aneka Lomba, Peringatan Hari Besar Islam,

Muhasabah dan Dzikir Bersama, Laporan

Pengurus Organisasi Santri dan Gudep kepada

Pimpinan Pesantren (bulanan), Pekan Perkenalan

(Ta'aruf), Pergantian Pengurus, Laporan Umum

dan Musyawarah Kerja Organisasi Santri dan

Gudep Pramuka, Praktek Da’wah dan

Page 113: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

98

Pengembangan Masyarakat (PDPM), Praktek

Mengajar, Kursus Mahir tingkat Dasar (KMD),

Leadership dan Kepemimpinan (LDK), Pelatihan

Guru Madrasah Diniyah, Tsanawiyah, Wustho,

dan Aliyah.

B. Temuan dan Hasil Analisis Data

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang digunakan dalam

penelitian ini adalah warga binaan pemasyarakatan

yang berada di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang yang

telah mencapai tingkat kemampuan Al-Quran dan

minimal sudah berada di Pesantren At-Taubah

minimal 6 bulan sebanyak 60 orang yang telah

menjadi sampel penelitian.

Analisis data mengenai karakteristik responden

berdasarkan usia, jangka tinggal dan pendidikan

terakhir sebagai berikut. Selanjutnya akan dijelaskan

dalam bentuk tabel dan uraiannya.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berikut adalah karakteristik respondenberdasarkan usia:

Page 114: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

99

Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkanusia

Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa

karakteristik responden berdasarkan usia adalah

sebanyak 5 responden berusia 12 – 20 tahun,

kemudian sebanyak 45 responden berusia 20 – 30

tahun, dan sebanyak 10 responden berusia 30 – 65

tahun.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian

besar responden dalam penelitian ini berusia 20 -30

tahun dengan presentase 75 persen. Dengan

demikian responden dalam penelitian ini berada

dalam dewasa awal yang bertujuan untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat

dibandingkan responden yang memasuki tahap

remaja dan dewasa.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka

Tinggal

No Usia Frekuensi Presentase

1. Remaja / Adolesen12 - 20 tahun 5 Responden 8%

2. Dewasa Awal20 - 30 tahun 45 Responden 75%

3. Dewasa30 - 65 tahun 10 Responden 17%

Jumlah 60 Responden 100%

Page 115: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

100

Berikut adalah karakteristik responden

berdasarkan jangka tinggal.

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan JangkaTinggal

No. Jangka Tinggal Frekuensi Presetasi1. 6 – 15 bulan 38 Responden 63%2. 16 – 25 bulan 18 Responden 30%3. 26 – 35 bulan 4 Responden 7%

Jumlah 60 Responden 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka

tinggal responden Warga Binaan Pemasyarakatan

yang berada di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang

adalah sebanyak 38 responden dengan jangka

tinggal 6 – 15 bulan, sebanyak 18 responden

dengan jangka tinggal 16 – 25 bulan dan sebanyak

4 responden dengan jangka tinggal 25 – 35 bulan.

Berdasarkan jumlah tersebut, hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah

Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah tinggal

di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan

Pemuda Kelas IIA Tangerang selama 6 – 15 bulan

dengan presentase 63%.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Page 116: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

101

Berikut adalah karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 13. Karakteristik RespondenBerdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Frekuensi Presentase1 SD 6 Responden 10%2 SMP 10 Responden 17%3 SMA/SMK 40 Responden 67%4 S1 4 Responden 6%

Jumlah 60 Responden 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 6

responden pendidikan terakhir SD dengan

presetase sebesar 10%, sebanyak 10 responden

pendidikan terakhir SMP dengan presentase

sebesar 17%, sebanyak 40 responden pendidikan

terakhir SMA/SMK dengan presentase sebesar

67%, dan sebanyak 4 responden pendidikan

terakhir S1 dengan presentase sebesar 6%.

Berdasarkan jumlah tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar sampel yang telah diambil

terbanyak adalah responden dengan pendidikan

terakhir SMA/SMK.

2. Gambaran Umum Responden

a. Gambaran Umum Religiusitas pada Warga

Binaan Pemasyarakatan

Page 117: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

102

Gambaran umun responden berdasarkan skor

pernyataan Religiusitas pada warga binaan

pemasyarakatan dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Tingkat Religiusitas pada WargaBinaan Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang

No.

Kategori

Tingkat

Religiusitas

Jumlah

skor

Jawaban

Responden

Frekuensi Presentase

1. Rendah 67 – 77 14 23%

2. Tinggi 78 – 88 46 77%

Jumlah 60 100%

Pada Tabel 14 jumlah skor jawaban yang

didapat melalui hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam tabel tersebut diketahui nilai skor

variabel Religiusitas (X) mempunyai dua

kelompok skor yaitu skor tinggi dan rendah.

Dengan demikian berdasarkan tabel di atas

didapatkan hasil 23% dalam kategori tingkat

religiusitas rendah dengan jumlah 14 responden

dan 77% mendapatkan hasil tingkat religiusitas

tinggi dengan jumlah 46 responden. Dapat

disimpulkan bahwa religiusitas warga binaan

Page 118: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

103

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang

sebagian besar memiliki religiusitas yang tinggi

dengan presentase 77%.

Pada pernyataan yang dibagikan kepada

responden dalam bentuk kuesioner, religiusitas ini

meliputi beberapa aspek yakni: pengetahuan

agama, keyakinan, penghayatan, praktek agama

dan pengamalan. Dimana religiusitas ini

berhubungan dengan tingkah laku keagamaan,

yakni bentuk tingkah laku yang bersumber dari

keyakinan beragama. Ancok dan Suroso,

berpendapat bahwa religiusitas adalah

keberagamaan yang berarti meliputi berbagai sisi

atau dimensi kehidupan manusia, baik yang

menyangkut perilaku ritual (beribadah) atau

perilaku lain dalam kehidupannya yang identik

dengan nuansa agama baik yang nampak dan

dapat dilihat oleh mata atau yang tidak nampak

(terjadi di dalam hati manusia). Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan beragama tidak

hanya terjadi ketika individu sedang beribadah,

Page 119: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

104

tetapi juga ketika melakukan kegiatan lain yang

bernilai ibadah.19

b. Gambaran Umun Kesehatan Mental pada

Warga Binaan Pemasyarakatan

Gambaran umum responden berdasarkan skor

pernyataan kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Tingkat Kesehatan Mental WargaBinaan Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang

No.

Kategori

Kesehatan

Mental

Jumlah

Skor

Jawaban

Responden

Frekuensi Presentase

1. Rendah 66 – 83 35 58%

2. Tinggi 84 – 101 25 42%

Jumlah 60 100%

Pada Tabel 15 jumlah skor jawaban yang

didapat melalui hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam tabel tersebut diketahui nilai skor

19 Djamaludin Ancok dan Fuad Nusori Suroso, Psikologis Islam:Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), h. 70.

Page 120: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

105

variabel Kesehatan Mental (Y) mempunyai dua

kelompok skor yaitu skor tinggi dan rendah.

Dengan demikian berdasarkan tabel di atas

didapatkan hasil 58% dalam kategori kesehatan

mental rendah dengan jumlah 35 responden dan

42% mendapatkan hasil kesehatan mental tinggi

dengan jumlah 25 responden. Dapat disimpulkan

bahwa kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang

sebagian besar memiliki kesehatan mental yang

rendah dengan presentase 58%.

Kesehatan mental yang rendah dimiliki

responden dilihat dari beberapa aspek kesehatan

mental yaitu dimana terdapat tiga orientasi dalam

kesehatan mental menurut Saparinah Sadli yakni;

Orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri dan

orientasi pengembangan potensi.2

3. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrument.3 Instrumen dikatakan valid berarti

2 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 132

3 Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 211.

Page 121: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

106

menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk

mendapat data itu valid atau dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.4 Uji

validitas instrument penting dilakukan untuk

mengetahui apakah alat ukur yang digunakan tepat

atau tidak. Pada penelitian ini uji validitas dibantu

menggunakan Microsoft Excel dengan teknik

Product Moment. Maka hasil yang didapat dari

hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 16. Hasil Uji Validitas Variabel X(Religiusitas)

No.

Butir

R

Hitung

R

TabelKeterangan

1 0,432 0,361 Valid2 0,391 0,361 Valid3 0,422 0,361 Valid4 0,202 0,361 Tidak Valid5 0,457 0,361 Valid6 0,365 0,361 Valid7 0,086 0,361 Tidak Valid8 0,496 0,361 Valid9 0,494 0,361 Valid10 0,36 0,361 Tidak Valid

4 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004),h. 137.

Page 122: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

107

11 0,506 0,361 Valid12 0,402 0,361 Valid13 0,373 0,361 Valid14 0,491 0,361 Valid15 0,679 0,361 Valid16 0,67 0,361 Valid17 0,519 0,361 Valid18 0,694 0,361 Valid19 0,436 0,361 Valid20 0,309 0,361 Tidak Valid21 0,646 0,361 Valid22 0,293 0,361 Tidak Valid23 0,67 0,361 Valid24 0,375 0,361 Valid25 0,466 0,361 Valid26 0,19 0,361 Tidak Valid27 0,644 0,361 Valid28 0,468 0,361 Valid29 0,346 0,361 Tidak Valid30 0,322 0,361 Tidak Valid

Page 123: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

108

Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel Y(Kesehatan Mental)

No.

Butir

R

Hitung

R

TabelKeterangan

1 0,575 0,361 Valid2 0,152 0,361 Tidak Valid3 0,67 0,361 Valid4 0,728 0,361 Valid5 0,046 0,361 Tidak Valid6 0,586 0,361 Valid7 0,429 0,361 Valid8 0,456 0,361 Valid9 0,528 0,361 Valid10 0,484 0,361 Valid11 0,512 0,361 Valid12 0,385 0,361 Valid13 0,587 0,361 Valid14 0,629 0,361 Valid15 0,041 0,361 Tidak Valid16 0,251 0,361 Tidak Valid17 0,766 0,361 Valid18 0,539 0,361 Valid19 0,46 0,361 Valid20 0,585 0,361 Valid21 0,695 0,361 Valid22 0,43 0,361 Valid23 0,408 0,361 Valid

Page 124: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

109

24 0,558 0,361 Valid25 0,425 0,361 Valid26 0,489 0,361 Valid27 0,382 0,361 Valid28 0,542 0,361 Valid29 0,584 0,361 Valid30 0,589 0,361 Valid

Berdasarakan Tabel di atas setelah melakukan

uji validitas terhadap skala religiusitas dengan

teknik Product Moment yang diuji cobakan kepada

30 responden, dari 30 item butir pernyataan yang

diuji cobakan diketahui 22 item butir valid dan 8

item butir tidak valid. Item yang tidak valid

disebabkan karena terdapat pernyataan-pernyataan

yang dibuat oleh peneliti bermakna ambigu,

sehingga responden sulit untuk memahami

pernyataan tersebut. Item yang tidak valid dibuang

oleh peneliti dan yang dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya adalah sebanyak 22 item

butir pernyataan. Sedangkan pada skala kesehatan

mental dari 30 item butir pernyataan yang diuji

cobakan diketahui 26 item butir valid dan 4 item

butir tidak valid. Item yang tidak valid ini

dikarenakan pernyataan kurang dipahami oleh

responden. Item yang tidak valid dibuang oleh

Page 125: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

110

peneliti, sehingga item yang dapat digunakanan

untuk penelitian selanjutnya adalah sebanyak 26

item butir pernyataan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten.5 Kuesioner dinyatakan reliabel

jika jawaban seseorang terhadap pernyataannya

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.6

Tabel 18 menunjukkan hasil Output Uji

Reliabilitas Skala Religiusitas (X)

Tabel 18. Hasil Output Uji Reliabilitas SkalaReligiusitas (X).

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.831 30

Pada tabel 18 menunjukkan bahwa hasil

output uji reliabilitas Religiusitas (X) memperoleh

nilai Cronbach Alpha lebih besar dari nilai 0,6.

5 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi denganPerbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: KencanaPrenadamedia Group, 2013), h. 55

6 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMSPSS 19, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), cet. Ke-5,h. 47

Page 126: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

111

Hasil dapat diketahui nilai cronbach Alpha untuk

variabel religiusitas sebesar 0.831 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel religiusitas reliabel.

Berikut Tabel 19 menunjukkan hasil output uji

reliabilitas skala Kesehatan Mental (Y).

Tabel 19. Output Uji Reliabilitas Skala KesehatanMental (Y)

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.871 30

Dapat dilihat dari hasil output pada tabel 19

diketahui bahwa hasil output uji reliabilitas

kesehatan mental (Y) memperoleh nilai Cronbach

Alpha sebesar .871 yakni lebih besar dari nilai 0.6,

maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

variabel kesehatan mental reliabel.

4. Analisis Data Penelitian

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah

uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah data

dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

sebelum data diolah berdasarkan model-model

penelitian. Berdasarkan pada hasil penelitian yang

Page 127: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

112

telah dianalisa dengan SPSS for windows version

24, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual

N 60Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std.Deviation

5.92992036

Most ExtremeDifferences

Absolute .063Positive .063Negative -.056

Test Statistic .063Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan pada Tabel 20 dapat dilihat

bahwa sebaran data variabel religiusitas dan

kesehatan mental berdistribusi normal. Hal ini

diketahui dari nilai signifikansi uji Kolmogorov-

smirnov yakni sebesar 0,200. Oleh karena nilai

Page 128: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

113

signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data

dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Korelasi

Uji koefisien korelasi dilakukan dalam

penelitian ini dimaksud untuk mengetahui

bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar

variabel independen yaitu religiusitas dengan

variabel dependen yaitu kesehatan mental warga

binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang. Uji tersebut untuk mengetahui

kekuatan hubungan yaitu dengan cara

menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji

koefisien korelasi dengan berpedoman pada tabel

interval koefisien atau kekuatan hubungan.

Pengujian tersebut diolah menggunakan teknik

korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan

program SPSS for windows Version 24 adalah

sebagai berikut:

Tabel 21. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment

Correlations

Religiusitas

KesehatanMental

Religiusitas PearsonCorrelation

1 .683**

Sig. (2-tailed) .000N 60 60

Kesehatan Pearson .683** 1

Page 129: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

114

Mental CorrelationSig. (2-tailed) .000N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 22. Koefision Korelasi

Korelasi Nilai Sign.KekuatanHubungan

X dan Y .683** .000 Kuat

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product

Moment menggunakan SPSS 24 for windows yang

terlihat pada tabel 21 dapat diketahui bahwa taraf

signifikan sebesar 0,000 maka dimana 0,000 < 0,05

sehingga keputusannya adalah menerima hipotesis

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Religiusitas dengan Kesehatan

Mental warga binaan pemasyarakatan.

Pada koefisien korelasi diperoleh angka

sebesar .683** menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara religiusitas dengan kesehatan

mental dengan tingkat keeratan hubungan

(korelasi) antara variabel religiusitas dengan

kesehatan mental adalah kuat dan tanda bintang

(**).

Maka hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

antara religiusitas dengan kesehatan mental artinya,

Page 130: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

115

korelasi ini menunjukkan memiliki hubungan yang

positif yaitu jika semakin tinggi religiusitas warga

binaan pemasyarakatan maka semakin tinggi pula

kesehatan mental dirinya, atau semakin rendah

religiusitas warga binaan pemasyarakatan maka

semakin rendah pula kesehatan mental dirinya.

Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)

hubungan antara religiusitas dengan kesehatan

mental warga binaan pemasyarakatan di Pesantren

At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang diterima. Sedangkan

hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan pemuda di Pesantren At-Taubah

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan

bahwa religiusitas warga binaan pemasyarakatan

berhubungan positif dan signifikan dengan

kesehatan mental mereka. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian Sulis Winurini (2019) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

dan signifikan antara religiositas dengan kesehatan

mental pada remaja pesantren. Semakin tinggi

tingkat tingkat religiositas mereka maka akan

semakin tinggi juga tingkat kesehatan mental yang

Page 131: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

116

dimiliki mereka, begitu pun sebaliknya. Sementara

hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa

diantara dimensi kesehatan mental, religiusitas

memiliki hubungan positif dna signifikan hanya

terhadap kesejahteraan sosial. Hal ini berarti

semakin tinggi tingkat religiositas yang dirasakan

oleh mereka, maka akan semakin tinggi pula

dimensi kesejahteraan sosial yang dirasakan oleh

remaja tersebut, begitu juga sebaliknya.7

Tabel 23. Nilai Koefisien Korelasi antaraBagian dari Religiusitas dengan KesehatanMental Warga Binaan Pemasyarakatan

Correlations

Kognitif Afektif KonatifKesehatanMental

Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .291*

Sig. (2-tailed) .000 .027 .024

N 60 60 60 60

Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** .519**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 60 60 60 60

Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .733**

Sig. (2-tailed) .027 .000 .000

N 60 60 60 60

Kesehatan Mental Pearson Correlation .291* .519** .733** 1

Sig. (2-tailed) .024 .000 .000

7 Sulis Winurini, Hubungan Religiositas dan Kesehatan Mental padaRemaja Pesantren di Tabanan, Jurnal Masalah-masalah Sosial, Vol 10, No. 2,tahun 2019, h. 151.

Page 132: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

117

N 60 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson

Product Moment menggunakan SPSS 24 for

windows di atas diketahui terdapat hubungan

antara kognitif, afektif dan konatif dengan

kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan.

Pada bagian kognitif atau pengetahuan agama

diperoleh angka koefisien .291* artinya tingkat

keeratan hubungan (korelasi) antara bagian

kognitif pada Religiusitas dengan variabel

kesehatan mental adalah rendah dan tanda bintang

(*) artinya terdapat hubungan yang signifikan pada

angka signifikan sebesar 0.05. kemudian terdapat

angka koefisien yang bernilai positif yaitu 0.291

sehingga terdapat hubungan antara kognitif pada

religiusitas dengan kesehatan mental yang bersifat

searah. Maka semakin tinggi nilai kognitif warga

binaan pemasyarakatan maka semakin tinggi pula

kesehatan mental dirinya atau semakin rendah

nilai kognitif warga binaan pemasyarakatan maka

semakin rendah pula kesehatan mental dirinya.

Lalu terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-tailed)

sebesar .024, karena nilai Sig. (2-tailed) .024 < 0.05,

maka artinya ada hubungan yang signifikan antara

Page 133: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

118

bagian kognitif pada religiusitas dengan variabel

kesehatan mental.

Pada bagian afektif diperoleh angka .519**

artinya tingkat keeratan hubungan (korelasi) antara

bagian afektif pada religiusitas dengan kesehatan

mental adalah sedang dan tanda bintang (**)

artinya terdapat hubungan yang signifikan sebesar

0.01. Kemudian terdapat angka koefisien yang

bernilai positif yaitu 0.519 sehingga terdapat

hubungan antara afektif pada variabel religiusitas

dengan variabel kesehatan mental yang bersifat

searah. Maka semakin tinggi afektif warga binaan

pemasyarakatan maka semakin tinggi pula

kesehatan mental dirinya begitupun sebaliknya

semakin rendah afektif warga binaan

pemasyarakatan maka semakin rendah pula

kesehatan mental dirinya. Lalu terdapat nilai

signifikasi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.000,

karena nilai Sig. (2-tailed) .000 < 0.05, maka

artinya ada hubungan yang signifikan antara

bagian afektif pada variabel religiusitas dengan

kesehatan mental.

Pada bagian konatif diperoleh angka

koefisien .733** artinya tingkat keeratan hubungan

(korelasi) antara bagian konatif pada religiusitas

dengan variabel kesehatan mental adalah kuat dan

tanda bintang (**) artinya terdapat hubungan yang

Page 134: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

119

signifikan sebesar 0.01. Kemudian terdapat angka

koefisien yang bernilai positif yaitu 0.733 sehingga

terdapat hubungan antara konatif pada variabel

religiusitas dengan kesehatan mental yang bersifat

searah. Maka semakin tinggi afektif warga binaan

pemasyarakatan maka semakin tinggi pula

kesehatan mental dirinya begitupun sebaliknya

semakin rendah afektif warga binaan

pemasyarakatan maka semakin rendah pula

kesehatan mental dirinya. Lalu terdapat nilai

signifikasi atau Sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05, maka

artinya ada hubungan yang signifikan antara

konatif pada bagian variabel religiusitas dengan

variabel kesehatan mental.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, sejalan

dengan hasil penelitian Aini Lutfiah (2018) bahwa

adanya koefisien korelasi 0,768 dengan signifikasi

0,000 < 0,05 artinya ada korelasi positif antara

religiusitas dengan penyesuaian diri di sekolah,

berarti semakin tinggi religiusitas maka semakin

tinggi pula penyesuaian diri di sekolah pada siswa

dan begitu pula sebaliknya semakin rendah

religiusitas maka semakin rendah pula

penyesuaian diri di sekolah pada siswa.

Religiusitas dapat mempengaruhi penyesuaian diri

siswa di sekolah disebabkan religiusitas memiliki

lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, praktik

Page 135: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

120

ibadah, penghayatan, pengetahuan agama dan

pengamalan yang masing-masing dapat saling

mempengaruhi. Hasil penelitian ini menjadi bukti

bahwa religiusitas sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah

memiliki peran penting dalam penyesuaian diri

remaja sebagai siswa dalam menghadai tuntutan-

tuntutan dari lingkungan sekolah yang harus

dipenuhi agar tercipta keharmonisan antara dirinya

dengan lingkungan sekolah dan dapat meraih hasil

belajar yang optimal.8

Indikator dalam penelitian Aini Lutfiah sejalan

dengan penelitian ini dimana religiusitas meliputi

lima dimensi, namun peneliti klasifikasikan

menjadi 3 yaitu, Kognitif (pengetahuan Agama),

Afektif (keyakinan dan penghayatan), Konatif

(praktik agama dan pengamalan). Begitu pula ada

kesesuaian pada variabel X penelitian Aini yaitu

penyesuaian diri, dimana dalam penelitian ini

penyesuaian diri termasuk kepada indikator

kesehatan mental.

8 Aini Lutfiah, Skripsi: “Hubungan antara Religiusitas denganPenyesuaian Diri Di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1 Porong Sidoarjo”,(Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2018), h. 73-74.

Page 136: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

121

Tabel 24. Nilai Koefisien Korelasi antara

Bagian dari Religiusitas dengan Jangka

Tinggal Warga Binaan Pemasyarakatan

CorrelationsKognitif Afektif Konatif Jangka Tinggal

Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .008

Sig. (2-tailed) .000 .027 .949

N 60 60 60 60

Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** -.164

Sig. (2-tailed) .000 .000 .211

N 60 60 60 60

Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .086

Sig. (2-tailed) .027 .000 .514

N 60 60 60 60

Jangka Tinggal Pearson Correlation .008 -.164 .086 1

Sig. (2-tailed) .949 .211 .514

N 60 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product

Moment menggunakan SPSS 24 for Windows di

atas diketahui terdapat hubungan yang sangat

lemah dan tidak signifikan antara kognitif

(pengetahuan Agama) dan konatif (praktek Agama

dan pengamalan) dengan jangka tinggal, namun

pada afektif (keyakinan dan penghayatan) tidak

terdapat hubungan dengan jangka tinggal warga

binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah

Page 137: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

122

Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang.

Pada bagian kognitif atau pengetahuan Agama

diperoleh angka koefisien korelasi .008 artinya

tingkat keeratan hubungan (korelasi) antara bagian

kognitif atau pengetahuan Agama dengan jangka

tinggal warga binaan pemasyarakatan adalah

sangat lemah, kemudian terdapat nilai signifikasi

atau Sig. (2-tailed) sebesar .949, karena nilai

signifikasi 0.949 > 0,05 artinya tidak signifikasi

antara pengetahuan agama dengan jangka tinggal.

Maka dikatakan pada bagian kognitif atau

pengetahuan Agama dengan jangka tinggal warga

binaan pemasyarakatan terdapat hubungan sangat

lemah dan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan

sebagian besar warga binaan pemasyarakatan

memiliki jangka tinggal sebentar atau belum lama.

Pada bagian afektif atau keyakinan dan

penghayatan diperoleh angka koefisien korelasi -

.164 artinya tidak ada hubungan antara afektif atau

keyakinan dan penghayatan dengan jangka tinggal.

Lalu terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-tailed)

sebesar .211, karena nilai signifikasi 0.211 > 0,05

maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara bagian afektif atau keyakinan dan

penghayatan dengan jangka tinggal warga binaan

Page 138: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

123

pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.

Hal ini dikarenakan sebagian besar warga binaan

pemasyarakatan memiliki jangka tinggal sebentar

atau belum lama.

Pada bagian konatif atau praktek Agama dan

pengamalan diperoleh angka koefisien

korelasi .086 artinya tingkat keeratan hubungan

(korelasi) antara bagian kognitif atau praktek

Agama dan pengamalan dengan jangka tinggal

warga binaan pemasyarakatan adalah sangat lemah,

kemudian terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-

tailed) sebesar .514, karena nilai signifikasi 0.514 >

0,05 artinya tidak signifikasi antara praktek Agama

dan pengamalan dengan jangka tinggal. Maka

dikatakan pada bagian konatif atau praktek Agama

dan pengamalan dengan jangka tinggal warga

binaan pemasyarakatan terdapat hubungan sangat

lemah dan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan

sebagian besar warga binaan pemasyarakatan

memiliki jangka tinggal sebentar atau belum lama.

Page 139: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

124

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan analisis penelitian

kesimpulan yang didapat adalah terdapat hubungan positif

dan signifikan antara religiusitas dengan kesehatan mental

warga binaan pemasyarakatan. Hal ini dapat dilihat dari

hasil uji korelasi Pearson Product Moment dengan nilai

signifikasi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000, dimana 0,000

lebih kecil 0,05 maka dinyatakan Ho ditolak dan Ha

diterima. Sementara tingkat keeratan hubungan antara

religiusitas dengan kesehatan mental mendapatkan hasil

0,683** menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan

antara religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan

pemasyarakatan pada golongan kuat dan bersifat searah.

Artinya semakin tinggi religiusitas warga binaan

pemasyarakatan maka semakin tinggi pula kesehatan

mental dirinya atau semakin rendah religiusitas warga

binaan pemasyarakatan maka semakin rendah pula

kesehatan mental dirinya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan

pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

Page 140: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

125

1. Untuk Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA

Tangerang, agar hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan masukan tentang betapa pentingnya

meningkatkan religiusitas pada warga binaan

pemasyarakatan. Dalam penelitian ini diketahui bahwa

dimensi kognitif (pengetahuan keagamaan) pada

religiusitas memiliki keeratan hubungan rendah, hal ini

bisa dijadikan masukan agar lebih intensif dalam

memberikan pembinaan keagamaan dan memberikan

dukungan berupa moril kepada warga binaan

pemasyarakatan. Dengan demikian diharapkan warga

binaan pemasyarakatan dapat memiliki kesehatan

mental yang baik.

2. Untuk warga binaan pemasyarakatan selama menjalani

masa tahanan di dalam Lapas diharapkan untuk

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan

mengikuti pembinaan-pembinaan, khususnya

pembinaan keagamaan agar bertambah ilmu agama

serta dapat diaktualisasikan ke dalam kehidupan sehari-

hari dan diharapkan pula kepada warga binaan

pemasyarakatan menyadari bahwa pentingnya

memiliki kesehatan mental yang baik agar mampu

menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitar walau

dalam situasi yang menekan.

3. Untuk praktisi Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

diharapkan penelitian ini dapat menjadi kajian ilmu

terkait religiusitas dan kesehatan mental. agar dengan

Page 141: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

126

itu, praktisi dapat membantu meningkatkan religiusitas

warga binaan pemasyarakatan sehingga memberikan

dampak kepada mereka untuk bangkit kembali dari

segi mental.

4. Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan teori,

riset dan kurangnya wawasan pengetahuan. Untuk

peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih

memperdalam lagi kajian-kajian psikologis para warga

binaan pemasyarakatan. 

Page 142: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

127

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. A. (2000). Metodologi Studi Agama. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Al-Quusy, A. A. (1974). Pokok-pokok Kesehatan Mental. Jakarta :Bulan Bintang.

Ancok, D., & Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islam: Solusi IslamAtas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Anshori, F., & Mucharam, R. D. (2002). MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta:Menara Kudus.

Arikanto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

. (2002). Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asyarie, M. (1988). Agama Kebudayaan dan PembangunanMenyongsong Era Industrialisasi. Yogyakarta: KalijagaPress.

Bastaman. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam MenujuPsikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka.

Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Kencana.

. (2011). Metode Penelitian Sosial. Bandung: RemajaRosdakarya.

Burhanuddin, Y. (1999). Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Setia.

Daradjat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Page 143: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

128

. (2001). Kesehatan Mental . Jakarta: Toko GunungAgung.

. (2001). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta: Bumi Aksara.

Driyarkara. (1998). Percikan Filsafat. Jakarta: LembagaPenunjang Pembangunan Nasional.

Ghozali, I. (2005). Analisis Muktivariate dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, M. I. (2001). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitiandan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Indonesia, K. K. (2018). Retrieved Februari Selasa, 2020, fromHasil Riskesdas 2018:http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/uploud/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Indonesia, R. (n.d.). Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995tentang Pemasyarakatan, Bab I Mengenai KetentuanUmum: Pasal 1 ayat 1-3.

Jaelani, A. (2000). Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta:Amzah.

Jalaluddin. (2016). Psikologi Agama: Memahami Perilaku denganMengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta:Rajawali Pers.

Kartono, K. (2007). Potologo Sosial Jilid 1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kartono, K., & Andri, J. (1989). Hygiene Mental dan KesehatanMental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.

Page 144: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

129

Kesehatan, D. (2016). Retrieved Februari Selasa, 2020, from DataWHO tentang Gangguan dan Penyakit Mental/Jiwa:http://www.depkes.go.id

Lutfiah. Aini. 2018. Hubungan antara Religiusitas denganPenyesuaian Diri di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1Porong Sidoarjo. Skripsi. Sidoarjo: UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo.

Maghfiroh, S. (2018). Pengaruh Religiusitas, Pengetahuan danLingkungan Sosial terhadap Minat Menabung di BankSyariah pada Santri Mahasiswi Darush Shalihat.Yogyakarta: Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan AgamaIslam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi.Jakarta: Rajawali Pers.

Muin, M. T. (1973). Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang.

Mulyana, D. (2003). Metode Penelitian Kualitatif (ParadigmaBaru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya).Bandung: Remaja Rosdakarya.

Notosoedirjo, M. (2005). Kesehatan Mental Konsep danPenerapan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Nurfebriani, C., Sulastri, S., & Budiarti, M. (2016). TingkatPemenuhan Kebutuhan Aspek Biologi, Psikologi, Sosialdan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan diLembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Bandung.Jurnal Unpad, Vol. 3 No. 1.

OFM, Y. S. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.

Page 145: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

130

Pendidikan, D. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.

Periantalo, J. (2016). Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Poernomo, B. (1986). Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemasyarakatan. Yogyakarta : Liberty.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2008). Metode PenelitianKuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Prastoro, A. (2011). Memahami Metode-metode Penelitian.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Prawitasari, J. E. (2011). Psikologi Klinis. Jakarta: Erlangga.

Priyatno, D. (2006). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara diIndonesia. Bandung: Refika Aditama.

Rahmat, J. (2003). Psikologi Agama. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia.

Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya danIlmu-ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santosa, & Ayat. (n.d.). Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesisdan Disertasi Ekonomi.

Santosa, S. (2002). SPSS: Mengelola Data Statistik SecaraProfesional. Jakarta: PPm.

Sarwono, J., & Suhayati, E. (2010). Riset AkuntansiMenggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shihab, M. Q. (2006). Menabur Pesan Illahi: Al-Quran danDinamika Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Lentera Hati.

Page 146: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

131

Sigit, S. (2003). Esensi Perilaku Organisasi. Jakarta: PenerbitLukman Offset.

Siregar, S. (2010). Statistik Parametrik untuk PenelitianKuantitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto. (2007). Kesehatan Mental Konsep, Cakupan danPerkembangan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta.

. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta.

. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D .Bandung: PT. Alfabeta.

. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif R & D . Bandung:PT. Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensidan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.(n.d.).

Undang-undang. (n.d.). Tentang Pemasyarakatan No. 12 Tahun1995.

Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winurini. Sulis. 2019. Hubungan Religiusitas dan KesehatanMental pada Remaja Pesantren di Tabanan. JurnalMasalah-masalah Sosial. Vol. 10. No. 2.

Page 147: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

LAMPIRAN

Lampiran 1. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Variabel

Independen

(X)

TeoriDefinisi

OperasionalIndikator

Religiusitas

(X)

Glock dan

Stark

religiusitas

adalah tingkat

konsepsi

seseorang

terhadap agama

dan tingkat

komitmen

seseorang

terhadap

agamanya.

Tingkat

konseptualisasi

yaitu tingkat

pengetahuan

seseorang

terhadap

agamanya,

sedangkan

yang dimaksud

Religiusitas

adalah suatu

bentuk proses

manusia dalam

meyakini,

memahami dan

menghayati ajaran

agama disertai

tingkat

pengetahuan

terhadap agama

yang dianutnya

kemudian

diaktualisasikan

dalam kehidupan

sehari-hari yakni

berupa tindakan

dengan mematuhi

aturan-aturan dan

kewajiban-

kewajiban dengan

1. Berdasarkan

Pengetahuan Agama

a) Warga binaan

pemasyarakatan

mendapatkan

pengetahuan agama

yang sebelumnya

belum pernah ia

dapatkan

b) Warga binaan

pemasyarakatan

mengetahui apa

yang diperintah dan

yang dilarang oleh

agama

c) Warga binaan

pemasyarakatan

tahu tata cara sholat

yang benar sesuai

ajaran agama

d) Warga binaan

Page 148: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

dengan tingkat

komitmen yaitu

sesuatu hal

yang perlu

dipahami

secara

menyeluruh,

sehingga

terdapat

berbagai cara

bagi individu

untuk menjadi

religius.

penuh keikhlasan,

baik perilaku

yang menyangkut

ibadah kepada

Allah maupun

perilaku lain

dalam kehidupan

yang bernilai

ibadah.

Religiusitas

dalam penelitian

ini terdiri dari 5

dimensi

religiusitas yang

diklasifikasikan

lagi menjadi 3

dimensi

religiusitas, yaitu:

pertama,

berdasarkan

Kognitif yakni

pengetahuan

agama atau

intelektual;

kedua,

berdasarkan

pemasyarakatan

mengetahui

perbuatan yang

baik dan perbuatan

yang buruk sesuai

norma yang aturan

agama

2. Berdasarkan Keyakinan

dan Penghayatan

a) Warga binaan

pemasyarakatan

merasakan

perubahan dalam

dirinya ketika

sering mengikuti

kegiatan-kegiatan

keagamaan

b) Warga binaan

pemasyarakatan

merasa ingin

memperbaiki diri

setelah mengikuti

kegiatan-kegiatan

keagamaan

c) Warga binaan

pemasyarakatan

Page 149: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Afektif yakni

keyakinan dan

penghayatan;

ketiga,

berdasarkan

Konatif yakni

Praktek Agama

dan Pengamalan.

pasrah atau

berserah diri pada

Allah

d) Warga binaan

pemasyarakatan

percaya akan takdir

yang ditetapkan

oleh Allah

e) Warga binaan

pemasyarakatan

memiliki rasa selalu

bersyukur kepada

Allah

f) Warga binaan

pemasyarakatan

akan merasa takut

ketika melanggar

aturan yang telah

ditetapkan oleh

agama

g) Warga binaan

pemasyarakatan

merasakan

kehadiran Tuhan

dalam setiap gerak

hidupnya.

Page 150: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

3. Berdasarkan Praktek

Agama dan

Pengamalan

a) Warga binaan

pemasyarakatan

rajin melaksanakan

Sholat 5 waktu

b) Warga binaan

pemasyarakatan

sering membaca

Al-Quran

c) Warga binaan

pemasyarakatan

berprilaku baik dan

suka menolong

terhadap sesama

d) Warga binaan

pemasyarakatan

bertanggung jawab

atas segala

perbuatan yang

telah dilakukan

e) Warga binaan

pemasyaraktan

selalu menjaga

kebersihan

Page 151: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

lingkungan

Kesehatan

Mental (Y)

Zakiah

Daradjat

mengatakan

bahwa

Kesehatan

mental adalah

terhindar nya

orang dari

gejala-gejala

gangguan jiwa

(neurose) dan

dari gejala-

gejala penyakit

jiwa

(psychose).

Zakiah

Daradjat juga

mendefinisakan

kesehatan

mental yaitu

terwujudnya

keharmonisan

yang sungguh-

sungguh antara

fungsi-fungsi

Kesehatan mental

adalah

terhindarnya

seseorang dari

gejala gangguan

atau penyakit

mental,

terwujudnya

keharmonisan

yang sungguh-

sungguh antar

fungsi-fungsi jiwa

serta mempunyai

kesanggupan

untuk

menghadapi

problem-problem

biasa yang terjadi

dan merasakan

secara positif

kebahagiaan dan

kemampuan

dirinya, adanya

kemampuan yang

dimiliki untuk

1. Orientasi Klasik

a. Warga binaan

pemasyarakatan

terbebas dari

gangguan penyakit

mental

b. Warga binaan

pemasyarakatan

tidak memiliki

keluhan kecemasan

c. Warga binaan

pemasyarakatan

mampu berfikir

positif dalam

menghadapi setiap

permasalahan

2. Orientasi Penyesuaian

Diri

a. Warga binaan

pemasyarakatan

mampu beradaptasi

dengan orang-orang

yang berada

disekelilingnya

b. Warga binaan

Page 152: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

jiwa, serta

mempunyai

kesanggupan

untuk

menghadapi

problem-

problem biasa

yang terjadi,

dan merasakan

secara positif

kebahagiaan

dan

kemampuan

dirinya.

menyesuaikan diri

dengan dirinya

sendiri dan

lingkungannya,

berlandaskan

keimanan dan

ketakwaan, serta

bertujuan untuk

mencapai hidup

yang bermakna

dan bahagia di

dunia dan akhirat.

pemasyarakatan

mampu

menyesuaikan diri

c. Warga binaan

pemasyarakatan

mampu memuaskan

tuntutan kelompok

d. Warga binaan

pemasyarakatan

mampu

menciptakan

hubungan yang

baik antar sesama

warga binaan

pemasyarakatan

lainnya dan orang-

orang yang berada

disekitarnya

3. Orientasi

Pengembangan Potensi

a. Warga binaan

pemasyarakatan

mampu

mengembangkan

potensi yang

dimilikinya

Page 153: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

b. Warga binaan

pemasyarakatan

dapat

mengimplementasi

kan setiap ilmu

yang didapat dalam

proses pembinaan-

pembinaan yang

berada di lapas.

Page 154: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Lampiran 2. Lembar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan ini saya EVA FAUZAH mahasiswi Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta bermaksud untuk melakukan penelitian dalam rangka

tugas akhir (skripsi) yang berjudul “Hubungan Religiusitas

Dengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di

Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda

Kelas IIA Tangerang”, maka saya mengharapkan kesediaan

saudara berkenan untuk mengisi kuesioner berikut dengan data

sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan pada

penelitian kali ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

A. Identitas Responden

Nama :

Usia :

Berapa Lama di At-Taubah :

Pendidikan Terakhir :

B. Adapun berikut petunjuk pengisian:

1. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan

2. Isilah kuesioner dengan jujur dan benar sesuai dengan diri

Anda

Page 155: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

3. Pilihlah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan

tanda ceklis (√) pada setiap pernyataan yang menurutAnda tepat dengan skala sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Page 156: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

PERNYATAAN RELIGIUSITAS

No. Pernyataan SS S TS STS1. Menurut saya Islam merupakan

agama yang mampu menuntunmanusia menuju kebahagiaandunia akhirat

2. Pengetahuan agama yang sayamiliki mampu membimbing sayadalam kehidupan sehari-hari

3. Saya mengetahui bahwakewajiban saya sebagai muslimadalah menjalankan rukun Islam.

4. Saya tahu apa yang telah sayaperbuat selama di dunia akandimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak

5. Saya tahu bahwa Rasulullahmenjadi teladan bagi umatmanusia

6. Islam mengajarkan manusia untukberbuat baik dan saling tolongmenolong

7. Saya tahu Al-Quran merupakanpedoman hidup manusia dansumber ilmu pengetahuan

8. Saya merasa segala ucapan dantindakan yang dilakukan dicatatoleh malaikat

9. Ketika melaksanakan sholat, sayamasih memikirkan permasalahanyang saya hadapi

10. Saya takut bila tidakmelaksanakan sholat

11. Saya percaya bahwa apa yangterjadi dalam diri saya merupakantakdir yang ditetapkan oleh Allah

12. Saya merasa kehadiran Allahdisetiap gerak hidup saya

13. Saya percaya bahwa di dalam

Page 157: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

harta manusia ada hak-hak yangharus diberikan kepada orang lain

14. Saya tidak merasa berat dalammenjalankan perintah Allah

15. Yakin dan tidak ragu-ragu denganapa yang diperintahkan Allahkepada umatnya

16. Saya senantiasa untuk bersikaprela dan ikhlas terhadap apa yangterjadi dalam hidup saya

17. Saya selalu melaksanakan sholatlima waktu setiap hari

18. Saya melaksanakan puasa satubulan penuh di bulan Ramadhan

19. Selalu menjaga lisan dalambertutur kata yang baik

20. Saya berperilaku sesuka hati dansering kali tidak sesuai dengannorma aturan agama Islam

21. Saya selalu berusaha untukmeneladani akhlak Rasulullah

22. Saya selalu bersikap ramah tamahdan sopan santun terhadap sesamamanusia

Page 158: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

PERNYATAAN KESEHATAN MENTAL

No. Pernyataan SS S TS STSOrientasi Klasik

1. Saya sering merasakankegelisahan tanpa sebab

2. Saya selalu mengambil pelajaranatau hikmah dari musibah yangmenimpa diri saya

3. Saya selalu menyelesaikanmasalah dengan hati yang tenang

4. Dengan beragama, hati saya tetaptenang meskipun sedang dilandamasalah

5. Meyakini bahwa apa yangmenimpa diri saya adalahketentuan dari Allah sehinggasaya tetap merasa tenang dalammenghadapinya

6. Saya menjadi mudah marah dansering tidak bisa mengendalikanemosi saya jika ada orang yangmenasehati

7. Sering merasa depresi danmurung ketika mengingat masalahyang sedang saya alami

8. Merasa hidup saya adalah bebanbagi keluarga

Orientasi Penyesuaian Diri9. Saya mudah beradaptasi dengan

orang lain10. Saya merasa memiliki banyak

kekurangan sehingga saya minderdengan teman-teman yang lain

11. Saya selalu siap menolong jikaada yang terluka, kecewa ataumerasa sakit

12. Setiap bertemu orang, saya selalumenyapanya

Page 159: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

13. Saya tidak bisa bekerja samadengan baik di dalam kelompok

14. Saya memiliki pribadi yangmembuat teman-teman menyukaisaya

15. Saya sering mengganggu temansaya saat sedang mengikutikegiatan di kelas maupun asrama

16. Saya mampu berpartisipasi aktifdalam kegiatan-kegiatan yangberada di lapas

17. Menurut saya, pribadi yangmampu menyesuaikan diri adalahpribadi yang tidak menutup diridengan keadaan

Orientasi Pengembangan Potensi18. Saya mampu untuk mengatasi

masalah-masalah yang sedangsaya alami

19. Saya berusaha menjadi manusiayang baik sebagaimana dianjurkanagama

20. Saya sangat berkonsentrasi danfokus dalam mencapai tujuanhidup

21. Saya selalu berusahamengembangkan bakat yang sayamiliki dengan mengikuti berbagaimacam kegiatan dan ekskul yangada di Lapas

22. Saya memiliki kemampuan dalammengatur dan mengambiltindakan

23. Saya mampu bertahan dalammenghadapi frustasi dankegagalan

24. Saya mampu belajar daripengalaman dan merencanakankehidupan yang lebih baik lagi

Page 160: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

25. Saya mampu mengaplikasikanilmu yang didapat dalampembelajaran dan pembinaan-pembinaan ke dalam kehidupansehari-hari

26. Dalam mengambil keputusan,saya jarang mempertimbangkanhati nurani

Page 161: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Lampiran 3. Data Skor Resposnden

Religiusitas

R B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

B8

B9

B10

B11

B12

B13

B14

B15

B16

B17

B18

B19

B20

B21

B22 Jml

R1 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 79R2 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76R3 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84R4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 85R5 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 71R6 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 73R7 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85R8 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 79R9 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 74R10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 81R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88R12 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 82R13 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R14 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 82R15 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 76R16 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 80

Page 162: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

R17 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 86R18 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 74R19 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 80R20 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 76R21 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 78R22 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R23 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84R24 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 77R25 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R26 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 81R27 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87R28 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87R29 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 78R30 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 79R31 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 79R32 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 83R33 4 3 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 75R34 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 82R35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 83R36 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85R37 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 82

Page 163: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

R38 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 77R39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88R40 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 4 79R41 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 79R42 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 `1 3 3 74R43 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 84R44 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86R45 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R46 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R47 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 82R48 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 81R49 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 78R50 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68R51 4 3 4 4 3 4 3 3 1 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 76R52 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74R53 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 79R54 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 82R55 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 82R56 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 82R57 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 83R58 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

Page 164: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

R59 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R60 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84

Page 165: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Kesehatan Mental

R B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

B8

B9

B10

B11

B12

B13

B14

B15

B16

B17

B18

B19

B20

B21

B22

B23

B24

B25

B26 JML

R1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 79R2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 75R3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 2 90R4 2 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 93R5 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 82R6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 74R7 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100R8 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 79R9 2 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 82R10 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 80R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R12 2 3 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 82R13 2 4 3 4 4 3 2 1 4 3 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 88R14 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 80R15 2 4 3 3 4 3 2 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 73R16 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 83R17 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R18 2 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 4 78R19 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 77

Page 166: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

R20 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 76R21 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 82R22 2 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 90R23 4 3 4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 85R24 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 89R25 2 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 92R26 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 2 83R27 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98R28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R29 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76R30 2 4 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 82R31 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 93R32 2 4 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 79R33 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 78R34 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 82R35 1 4 4 4 4 1 1 1 4 1 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 82R36 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 94R37 2 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 81R38 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 66R39 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98R40 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 92R41 2 4 3 4 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 71R42 2 3 3 4 2 3 3 2 4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 73R43 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 1 86

Page 167: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

R44 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 1 90R45 1 4 4 4 4 2 1 2 4 1 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 1 81R46 2 4 4 4 4 3 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 93R47 2 4 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 81R48 3 3 3 3 4 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 80R49 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 1 86R50 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75R51 1 3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 83R52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 77R53 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 84R54 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 85R55 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 83R56 2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 75R57 2 4 4 4 4 3 1 1 3 1 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 86R58 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 1 88R59 2 3 3 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 76R60 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 94

Page 168: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Lampiran 4. Hasil Perhitungan SPSS for Windows Version 24

Hasil Uji Normalitas Kormogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual

N 60Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std.Deviation

5.92992036

Most ExtremeDifferences

Absolute .063Positive .063Negative -.056

Test Statistic .063Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment

Correlations

Religiusitas

KesehatanMental

Religiusitas PearsonCorrelation

1 .683**

Sig. (2-tailed) .000N 60 60

KesehatanMental

PearsonCorrelation

.683** 1

Sig. (2-tailed) .000N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Page 169: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Hasil Uji Koefisien Korelasi antara bagian Religiusitas denganKesehatan Mental

Correlations

Kognitif Afektif KonatifKesehatanMental

Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .291*

Sig. (2-tailed) .000 .027 .024

N 60 60 60 60

Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** .519**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 60 60 60 60

Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .733**

Sig. (2-tailed) .027 .000 .000

N 60 60 60 60

Kesehatan Mental Pearson Correlation .291* .519** .733** 1

Sig. (2-tailed) .024 .000 .000

N 60 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 170: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Lampiran 5. Surat-surat

Page 171: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 172: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 173: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 174: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 175: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 176: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 177: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Lampiran 6. Dokumentas-dokumentasi

Page 178: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Page 179: HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53222/1/EVA FA… · TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas