hubungan pola asuh dengan status gizi

122
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA T E S I S Oleh YUSNIDARYANI 057023021/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository © 2008

description

status gizi

Transcript of hubungan pola asuh dengan status gizi

  • PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN

    DI KABUPATEN ACEH UTARA

    T E S I S

    Oleh

    YUSNIDARYANI 057023021/AKK

    SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN

    DI KABUPATEN ACEH UTARA

    T E S I S

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

    pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Oleh

    YUSNIDARYANI 057023021/AKK

    SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Judul Tesis : PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA

    Nama Mahasiswa : Yusnidaryani Nomor Pokok : 057023021 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing

    (Dr.Ir.Evawani Y. Aritonang, MSi) (Drs.Tukiman,MKM)

    Ketua Anggota

    Ketua Program Studi, Direktur,

    (Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Tanggal lulus : 23 Juni 2009 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Telah diuji pada

    Tanggal : 23 Juni 2009

    PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr.Ir.Evawani Y. Aritonang, MSi

    Anggota : 1. Drs.Tukiman, MKM

    2. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

    3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • PERNYATAAN

    PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA

    KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA

    T E S I S

    Terhadap ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Medan, Juni 2009 Yusnidaryani 057023021/AKK

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • ABSTRAK

    Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.

    Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan. Prevalensi gizi kurang di Indonesia lebih dari 5 juta balita. Kabupaten Aceh Utara persentase balita gizi kurang adalah 33,5% dan gizi buruk 10,9%.

    Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh (asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 orang pada masing-masing keluarga miskin dan tidak miskin, sampel diambil secara simple random. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda =0.05

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan pada keluarga tidak miskin jauh lebih baik dibandingkan pada keluarga miskin. Status gizi bayi pada keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan pada keluarga miskin. Pola asuh meliputi variabel asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan pada keluarga miskin dan tidak miskin berpengaruh signifikan terhadap status gizi bayi.dan asuh kesehatan pada keluarga miskin dan tidak miskin memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap status gizi bayi.

    Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk membuat kebijakan tentang pendistribusian makanan tambahan untuk penanggulangan kasus gizi kurang khususnya pada masyarakat keluarga miskin. Kepala puskesmas perlu meningkatkan pemberdayaan bidan desa dengan fasilitas yang sudah ada dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi dan memberi pengarahan tentang pentingnya kegiatan asuh kesehatan yang baik, sebagai upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi. Petugas Gizi Puskesmas perlu meningkatkan penyuluhan pada saat hari buka posyandu maupun penyuluhan saat kunjungan rumah tentang asuh diri dan asuh makan untuk meningkatkan status gizi bayi, khususnya kepada orangtua yang bayinya baru kunjungan pertama ke posyandu Kata kunci : Pola Asuh, Status Gizi, Bayi

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • ABSTRACT

    Nutrient is one of the factors determining the quality of human resources. Lack of nutrient will result in the failure of physical growth and development of intelligence. The prevalence of malnutrition in Indonesia is found in more than 5 (five) million children under five years old. In Aceh Utara District, the percentage of children under five years old with malnutrition is 33.5% and those with poor nutrition is 10.9%.

    The purpose of this observational study with cross-sectional design is to analyze the influence of nursing pattern (of meal, self, and health) on the status of the babies belong to poor and non-poor families in Aceh Utara District. The samples for this study are 100 babies who were selected from the poor and non-poor families respectively through the simple random sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at a = 0.05.

    The result of this study shows that the self, meal, and health nursing patterns in the non-poor family is much better than those in the poor family. The nutrient status of the babies in the non-poor family is better than that in the poor family. The nursing pattern (concerning baby's meal, self, and health) applied in both the poor and non-poor families has a significant influence on the nutrient status of the babies. The health-nursing pattern applied in both the poor family and non-poor family has the most dominant influence on the nutrient status of the babies.

    It is expected that Aceh Utara District Health Service could make a policy on Supplementary Food Administration (PMT) to overcome the cases of malnutrition and poor nutrient in the poor family. The Head of Community Health Center needs to activate the existing nutrient service facilities and to assign the skilled health workers to serve and provide the mothers with babies with an extension on the activities of good health care. The nutrient specialist of Community Health Center and the cadres of the Posyandu (Integrated Service Post) need to provide extensions on the nursing pattern of self and meal that can improve the nutrient status of their babies either during the working hours of the Posyandu or when they pay a home visit. Key words: Nursing Pattern, Nutrient Status, Baby

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta

    hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

    judul " Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin

    dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara ".

    Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

    menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima

    kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor

    Universitas Sumatera Utara.

    Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi

    dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Ibu Dr. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

    dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan

    waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

    dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan

    waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

    Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku

    Dosen Penguji Tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,

    mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal

    hingga penulisan tesis selesai

    Bapak Bupati Kabupaten Aceh Utara yang telah berkenan memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan

    izin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus

    memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

    Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi

    Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan.

    Kepala Puskesmas Sawang dan Kepala Puskesmas Matang Kuli, yang telah

    memberikan dukungan untuk menyediakan data dan segala sesuatu yang dibutuhkan

    dalam pengumpulan data penelitian.

    Teristimewa buat suami tersayang Nur Ikhlas dan anak-anakku; Yudhi,

    Melati, Melda, Wahyu dan Ozha yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • do'a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan

    dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

    Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Jalaluddin, SKM,

    dr. Irawati, Hamdani, SKM, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

    persatu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis mengikuti

    pendidikan serta menyelesaikan penulisan tesis ini.

    Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan

    kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan

    harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,

    dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

    Medan, Juni 2009

    Penulis

    Yusnidaryani

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • RIWAYAT HIDUP

    Yusnidaryani, lahir pada tanggal 17 Desember 1965 di Teupinpunti, dengan

    jumlah 6 bersaudara. Tinggal di Jl. Medan Banda Aceh Jurong Panyang No.7

    Gampong Ketapang Tp.Punti Kec. Syamtalira Aron Aceh Utara.

    Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah

    Dasar Negeri Teupanpunti selesai tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama di SMP

    Negeri Sp.Malieung selesai tahun 1983, Sekolah Perawat Kesehatan Pemda

    Lhokseumawe selesai Tahun 1986, pendidikan Bidan PBB Kesdam Banda Aceh

    selesai tahun 1990, Akademi Keperawatan Depkes RI Wijaya Kusuma, Jakarta

    selesai tahun 2000. AKTA III Universitas Negeri Jakarta selesai tahun 2000, Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia Jakarta selesai tahun 2002,

    AKTA IV Universitas Terbuka selesai tahun 2004, D.III Kebidanan selesai tahun

    2009 di Akademi Kesehatan Bukit Rata Aceh Utara.

    Penulis menikah pada 25 Mei 1986 dengan Nur Ikhlas dan sampai saat ini

    telah dikarunai 5 orang anak yaitu 2 orang putra dan 3 orang putri.

    Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Meurah Mulia dari tahun

    1986 sampai 1990, Puskesmas Syamtalira Aron tahun 1990 sampai 1997, Akademi

    Kesehatan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara tahun 2002 sampai sekarang.

    Tahun 2005 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 program Studi

    Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan/Komunitas Epidemiologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

    Utara Medan.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 1.2. Permasalahan...................................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 1.4. Hipotesis............................................................................................. 7 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9

    2.1 Pola Asuh .......................................................................................... 9 2.1.1. Asuh Makan .............................................................................. 10 2.1.2. Asuh Diri ................................................................................... 13 2.1.3. Asuh Kesehatan......................................................................... 13

    2.2. Status Gizi .......................................................................................... 14 2.2.1.Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan (perorang

    perhari) ..................................................................................... 14 2.2.2. Penilaian Status Gizi ................................................................. 15 2.2.3 Klasifikasi Status Gizi............................................................... 15 2.2.4. Pemantauan Pertumbuhan......................................................... 16 2.2.5. Tujuan Pemantauan Status Gizi ................................................ 17 2.2.6. Cara Pemantauan Satus Gizi ..................................................... 17

    2.3. Indikator Keluarga Miskin ................................................................ 19 2.4. Indikator Keluarga tidak Miskin ........................................................ 22 2.5. Landasan Teori ................................................................................... 23 2.6. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 24

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 26

    3.1. Jenis Penelitian................................................................................... 26 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 26 3.3. Populasi dan Sampel .......................................................................... 27 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 29 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 31 3.6. Metode Pengukuran ........................................................................... 33 3.7. Metode Analisis Data ......................................................................... 35

    BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 37

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 37 4.2. Karakteristik Keluarga ....................................................................... 39 4.3. Pola Asuh Bayi................................................................................... 42

    4.3.1. Asuh Diri ................................................................................... 43 4.3.2. Asuh Makan .............................................................................. 46 4.3.3. Asuh Kesehatan......................................................................... 52

    4.4. Status Gizi Bayi.................................................................................. 55 4.5. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi ......................................... 56

    4.5.1. Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi .................................. 56 4.5.2. Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi ............................. 57 4.5.3. Hubungan Asuh Kesehatan dengan Status Gizi....................... 58

    4.6. Analisis Multivariat (Regresi Logistik) ............................................. 59

    BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 62

    5.1. Pengaruh Asuh Diri Terhadap Status Gizi Bayi ................................ 62 5.2. Pengaruh Asuh Makan Terhadap Status Gizi Bayi............................ 64 5.3. Pengaruh Asuh Kesehatan Terhadap Status Gizi Bayi ...................... 67 5.4. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 70

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72

    6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 72 6.2. Saran.................................................................................................. 73

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman

    2.1. Angka Kecukupan Energi Dan Protein Rata-Rata yang dianjurkan Perorang Perhari.......................................................................................... 14

    4.1. Karakteristik Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009........................................................................................ 39

    4.2 Personal Higiene pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 43

    4.3 Higiene Makanan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 44

    4.4. Higiene Lingkungan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 ........................................................... 45

    4.5. Kategori Asuh Diri pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 45

    4.6. Asuh makan menurut umur pada keluarga miskin dan tidak miskin .......... 46

    4.7. Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 47

    4.8. Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009........................................................................................ 48

    4.9 Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 49

    4.10. Konsumsi Energi dan Protein Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 ........................................... 51

    4.11. Kategori Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 53

    4.12. Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 54

    4.13. Kategori Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 55

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 4.14. Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 56

    4.15. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara .......................................................... 57

    4.16. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara ................................................ 58

    4.17. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara ................................................ 59

    4.18.Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik.......................................................... 60

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman

    2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang...................................................................... 24

    2.2. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 25 3.1. Skema Pengambilan Sampel........................................................................ 28

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 77 2. Food Frequency Questionaire ....................................................................... 83 3. Food Recall Questionaire .............................................................................. 84 4. Hasil Uji Chi Square ...................................................................................... 85 5. Hasil uji Regresi Logistik............................................................................... 88 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 90 7. Master Data .................................................................................................... 96 8. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 98

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.

    Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan

    kecerdasan, menurunkan produktifitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh yang

    berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Direktorat Gizi Masyarakat,

    2004).

    Saat ini kekurangan gizi dialami sepertiga balita di negara sedang berkembang

    dan merupakan penyebab separuh kematian anak di seluruh dunia (Pellitier,1995).

    Hal ini mengakibatkan hilang dan berkurangnya kemampuan produktifitas

    dikarenakan anak yang mengalami kekurangan gizi akan mengalami kelemahan fisik

    dan intelektual sampai usia dewasa (Grigsby, 2005).

    Prevalensi dan jumlah balita yang kekurangan gizi di negara sedang

    berkembang masih menunjukkan angka yang memprihatinkan. Asia Selatan

    merupakan daerah tertinggi kejadian gizi kurang dengan prevalensi 49,3 persen pada

    tahun 1995, di Sub-Afrika 1 dari 3 anak mengalami gizi kurang (Smith dan Haddad,

    2000).

    Di Indonesia trend gizi kurang menunjukkan penurunan yang lambat (Heaver

    dan Masson, 2000). Saat ini lebih dari 5 juta balita menderita kurang gizi.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Diperkirakan 2 balita meninggal setiap menit, 1 balita meninggal karena gizi kurang

    dan 1 balita meninggal karena infeksi.

    Data kajian gizi pada 13 Kabupaten dan Kota yang terkena dampak tsunami di

    Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 11 Kabupaten yang berada pada tingkat

    resiko tinggi atau prevalensi gizi kurang lebih besar dari 29,9 persen dan 2 Kabupaten

    berada pada tingkat risiko sedang atau prevalensi gizi kurang pada balita 20 sampai

    29,9 persen. Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

    Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan persentase balita status gizi kurang adalah

    33,5 persen dan status gizi buruk 10,9 persen dari 4020 balita yang dinilai

    menggunakan indikator berat badan menurut umur. Dari kelompok umur 0 - 1 tahun,

    prevalensi gizi kurang sebesar 28,6 persen (Pemda NAD dan Depkes RI, 2006).

    Data pemantauan status gizi tahun 2006, dari 77.922 jumlah balita, balita yang

    ditimbang 39.740 balita atau 51 persen. Dari jumlah balita yang ditimbang terdapat

    balita bawah garis merah (BMG) 3.819 atau 4,9 persen, kasus balita bawah garis titik

    (BGT) sejumlah 8.961 balita atau 11,5 persen (Dinkes Kabupaten Aceh Utara, 2006).

    Berdasarkan data pemantauan status gizi balita di Kabupaten Aceh Utara pada

    3 tahun terakhir masalah gizi balita masih belum teratasi. Status gizi buruk berkisar

    antara 4 sampai dengan 10,3 persen, walaupun sudah menunjukkan adanya

    penurunan. Kejadian gizi kurang masih dialami 10,5 sampai 18 persen balita.

    Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002

    tanggal 1 Agustus 2002 menyebutkan bahwa suatu masyarakat disebut tidak

    mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya 2,0 persen balita yang Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • mengalami gizi kurang (berada antara -2SD dan -3SD) atau mengalami gizi lebih

    (antara 2SD dan 3SD) .

    Upaya menurunkan gizi kurang menjadi target Millineum Development Goals

    dengan tujuan khusus mengurangi 50 persen prevalensi gizi kurang pada balita antara

    tahun 1990 sampai 2015 ( De Onis, et all, 2004). Sasaran Nasional pembangunan di

    bidang kesehatan tahun 2010 adalah menurunkan prevalensi balita bawah garis merah

    kurang dari 15 persen, cakupan balita gizi buruk mendapatkan perawatan 100 persen

    dan meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan menjadi 80

    persen. Target dan indikator Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yaitu

    menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 10,3 persen pada tahun 2015 dan

    menurunkan prevalensi balita kurus/sangat kurus menjadi 5,3 persen (Pokja

    Penyusunan PNBAI 2015, 2004).

    Berkaitan dengan target menurunkan prevalensi masalah gizi, maka perlu

    pemantauan khusus terhadap daerah yang belum mencapai target. Status gizi bayi

    berhubungan dengan pola asuh termasuk asuh makan (pemberian ASI dan MP-ASI)

    asuh diri (personal hygiene, hygiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan

    (jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit dan imunisasi). Kemampuan ibu

    mempraktekkan pemberian ASI, MP-ASI yang tepat, perilaku ibu memelihara

    kebersihan bayi dan lingkungan, perawatan anak sakit dan imunisasi akan

    mempengaruhi status gizi (Smits, et all, 2003).

    Gizi buruk dapat terjadi pada bayi manapun yang tidak secara mutlak

    dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi keluarga. Hal ini berarti bahwa bayi-bayi Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • yang berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi tinggi juga dapat mengalami

    gizi buruk. Sebaliknya pada keluarga berpenghasilan rendah juga dapat dijumpai bayi

    yang status gizinya baik. Dari keadaan ini disimpulkan bahwa pola asuh sangat

    berperan terhadap status gizi bayi.

    Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan pola asuh dengan status

    gizi. Sandjaja (2001) meneliti tentang penyimpangan positif (positive deviance) status

    gizi anak balita. Penelitian ini mengemukakan bahwa ditemukan pada beberapa

    keluarga dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi

    sehingga mampu tumbuh dan berkembang walaupun menghadapi tekanan ekonomi,

    sosial dan lingkungan. Faktor yang berperan adalah faktor ibu, pola asuh anak,

    kesehatan anak dan konsumsi makanan pada balita.

    Penelitian Mustafa (2006), menunjukkan ada hubungan antara pola asuh

    dengan status gizi balita, dimana kondisi pasca bencana tsunami menyebabkan

    masyarakat mengalami kesulitan untuk mencari nafkah. Keluarga dengan

    berpenghasilan cukup maupun tidak cukup dengan pola asuh yang memadai

    cenderung mengalami perbaikan status gizi.

    Pendapatan merupakan determinan yang mempengaruhi status gizi, bisa

    dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga. Di Indonesia tingkat kesejahteraan

    keluarga diklasifikasikan menjadi keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera satu dan

    keluarga sejahtera dua. Kategori yang sangat rentan mengalami gangguan gizi adalah

    keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera satu.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Selain pendapatan, konsumsi berpengaruh terhadap status gizi. Konsumsi

    makan bayi diperoleh dari ASI dan MP ASI. Pemberian ASI eksklusif selama 6

    bulan pada bayi akan berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan

    bayi.

    World Health Organzation (WHO) dan United Nation Children Fund

    (UNICEF) mendeklarasikan kerjasama dalam hal perlindungan promosi dan

    dukungan terhadap pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Deklarasi ini

    menghimbau semua pemerintah negara-negara di dunia untuk mengambil kebijakan

    serta menentukan target terhadap menyusui eksklusif, yaitu pada bayi diberikan

    hanya ASI saja langsung atau tidak langsung (diperas). Cairan lain yang dibolehkan

    hanya vitamin, mineral dan atau obat dalam bentuk sirup atau tetes. WHO

    merekomendasikan menyusui secara eksklusif usia 4-6 bulan, sementara itu UNICEF

    dan America Academy of Pediatric (APP) menetapkan sampai usia 6 bulan,

    dilanjutkan sampai dengan 1 tahun atau lebih bersama dengan makanan pendamping

    ASI (Unicef,1999 dan APP, 1997).

    Pemberian ASI tanpa makanan pendamping ASI pada bayi 4-6 bulan masih

    sangat rendah di beberapa Negara Asia. Banglades hanya 10 persen, Srilangka 17,57

    persen dan Thailand 4 persen. Di Amerika Serikat proporsi menyusui eksklusif

    adalah 47 persen pada bayi 7 hari, 32 persen pada bayi 2 bulan, 19 persen pada bayi 4

    bulan dan 10 persen pada bayi usia 6 bulan.

    Di Indonesia pada tahun 2002 persentase pemberian ASI eksklusif pada

    kelompok umur kurang 4 bulan 55,1 persen, pada usia dibawah 6 bulan adalah 39,5 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • persen dan usia 6-9 bulan adalah 4,9 persen. Hal ini berarti pemberian ASI saja, tanpa

    MP-ASI semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia bayi (SDKI, 2002).

    Bila dibandingkan dengan standar nasional cakupan ASI yang ditetapkan

    Depkes sebesar 80 persen, cakupan pemberian ASI di Nanggroe Aceh Darussalam

    masih jauh dibawah standar. (Dinkes, NAD Kab.Aceh Utara, 2006).

    Pengasuhan anak pada keluarga miskin, walaupun diasuh oleh ibu sendiri,

    namun sering dibiarkan duduk di tanah, tanpa alas kaki, serta tanmpa memakai

    celana. Disamping itu kondisi rumah juga kurang mendukung karena masih berlantai

    tanah. Sementara itu pada keluarga tidak miskin, malaupun pengasuhan dilakukan ibu

    sendiri dan pembantu, tetapi jarang dibiarkan bermain di tanah tanpa alas kaki dan

    celana.

    Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk

    menganalisa pengaruh pola asuh (pemberian ASI dan MP-ASI) asuh diri (personal

    hyigiene, hygiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis penyakit,

    frekuensi dan lama sakit, imunisasi) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin

    dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara tahun 2009.

    1.2.Permasalahan

    Berdasarkan masih tingginya kasus gizi buruk di Kabupaten Aceh Utara,

    ingin diketahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap status gizi bayi pada keluarga

    miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara tahun 2009.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola

    asuh meliputi asuh makan (jenis makanan, frekuensi makan, konsumsi energi dan

    protein), asuh diri (kebersihan perorangan, higiene makan, higiene lingkungan) dan

    asuh kesehatan (jenis sakit, frekuensi sakit, lama sakit, imunisasi) terhadap status gizi

    bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara.

    1.4.Hipotesis

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka sebagai hipotesis dalam penelitian

    ini adalah "terdapat pengaruh pola asuh makan (jenis makanan, frekuensi makan,

    konsumsi energi dan protein), asuh diri (kebersihan perorangan, higiene makan,

    higiene lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis sakit, frekuensi sakit, lama sakit,

    imunisasi) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di

    Kabupaten Aceh Utara.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai bahan masukan bagi tenaga gizi puskesmas dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan tentang pola asuh (asuh makan, asuh diri, asuh kesehatan) serta

    faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak bayi.

    2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara NAD dan

    pihak terkait dalam membuat kebijakan penanggulangan masalah pola asuh

    dengan status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten

    Aceh Utara. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 3. Sebagai bahan referensi dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

    khususnya pada program penanggulangan masalah gizi bayi di Kabupaten Aceh

    Utara.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pola Asuh

    Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak. Pola asuh ini

    termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan, pengobatan,

    papan/pemukiman yang layak, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang dan

    rekreasi (Soekirman, 1999).

    Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan

    biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi

    yang baik berupa pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-

    ASI) tepat waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak berumur 2

    tahun, ibu punya cukup waktu merawat bayi, imunisasi dan memantau pertumbuhan

    melalui kegiatan penimbangan (Soekirman, 1999).

    Pengasuhan bayi adalah perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh (ibu, bapak,

    nenek atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan,

    memberikan stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan bayi untuk

    tumbuh-kembang, termasuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua. Pengasuhan

    yang baik sangat penting untuk menjamin tumbuh kembang bayi secara optimal. Pada

    keluarga miskin, ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, ibu

    yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang

    terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak secara optimal (Anwar, 2000).

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Hasil penelitian Sandjaja (2001) menemukan sebagian anak dalam keluarga

    tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi

    sehingga mampu tumbuh dan kembang terhadap tekanan ekonomi, sosial dan

    lingkungan. Faktor-faktor positif deviance yang berperan nyata dalam status gizi anak

    antara lain adalah faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak, dan konsumsi

    makanan anak.

    2.1.1. Asuh Makan

    Menyusui adalah praktek memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan

    yang terjadi secara bersamaan. Di Indonesia Exclusive breastfeeding dikenal sebagai

    pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif adalah pada bayi diberikan hanya

    ASI saja langsung atau tidak langsung (diperas), cairan lain yang dibolehkan hanya

    vitamin, mineral dan atau obat dalam bentuk sirop atau tetes, lebih dari 95 persen

    anak-anak didunia pada mulanya diberikan ASI sebagai hasil dari promosi

    pentingnya ASI bagi kelangsungan hidup anak, prevalensi pemberian ASI telah

    meningkat sejak 1990 an di Negara-negara sedang berkembang. (WHO, 1991).

    ASI mengandung gizi yang baik untuk bayi dan sebagai imunitas untuk

    melindungi bayi dari infeksi, selain itu juga memberikan keuntungan pada ibu berupa

    percepatan kembalinya uterus pada posisi semula setelah melahirkan, menghambat

    ovulasi dan menurunkan risiko kanker payudara, kanker ovarium dan kanker

    endometrium (Guise, 2003). Penelitian lain menunjukkan bahwa ASI dapat

    memberikan perlindungan terhadap penyakit diare dan peradangan telinga (Scariati,

    1997). Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • ASI adalah sumber gizi yang unik dan memainkan peran penting dalam

    pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Keuntungan

    ASI sangat baik dan sehat, terutama pada lingkungan yang jelek, pemberian susu

    formula mempunyai risiko kontaminasi disertai penyajian yang terlalu cair akan

    meningkatkan risiko morbiditas dan kurang gizi (Giashuddin & Kabir, 2004).

    Hasil penelitian Cossio (2003) tentang praktek menyusui di Mexico, analisis

    data survey nutrisi 1999, menemukan bahwa prevalensi menyusui eksklusif adalah

    25,7 persen pada bayi kurang 4 bulan, sedangkan pada bayi 6 bulan cakupan

    menyusui eksklusif hanya 20,3 persen. Secara umum balita yang tetap diberi ASI

    sampai 2 tahun 30,9 persen dengan durasi median adalah 9 bulan. Penelitian juga

    menemukan bahwa faktor yang berhubungan terhadap praktek menyusui adalah umur

    dan jenis kelamin anak serta karakteristik ibu yang meliputi sosial, ekonomi, budaya

    dan pekerjaan ibu.

    Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung

    zat gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan

    mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan (Depkes, 2000). Menurut Pudjiadi (2000) MP-

    ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan berupa

    makanan padat dapat berupa pisang, tepung beras / sereal dan makanan dalam bentuk

    formula yang diproduksi oleh industri.

    Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang

    diberikan pada bayi setelah berumur 6 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi karena

    ASI saja sudah kurang mencukupi kebutuhan gizi. MP-ASI dapat berupa makanan Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • cair, makanan lunak sesuai kemampuan pencernaan anak. MP-ASI yang tepat adalah

    pemberian makanan pendamping ASI pada anak berusia 6 bulan yang memperhatikan

    jumlah yang tepat, mutu yang baik, waktu pemberian tepat dan pengolahan makanan

    yang tepat (Azwar, 2006).

    Menurut Winarno (1990) MP-ASI diberikan dengan tujuan untuk memenuhi

    kebutuhan zat gizi setelah usia 6 bulan sejalan dengan peningkatan kebutuhan bayi

    dengan pertambahan umur. Selain itu juga untuk menanamkan kebiasaan makan sejak

    kecil sehingga dapat menerima hidangan sesuai dengan pola makanan orang dewasa /

    keluarga sehari hari yaitu menu seimbang.

    Hasil penelitian Widodo (2005), mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis

    MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang 57,3

    persen. Di samping itu akibat rendahnya sanitasi dan higiene MP-ASI memungkinkan

    terjadinya kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan risiko infeksi yang lain

    pada bayi. Ada perbedaan pertumbuhan bayi berdasarkan berat badan antara bayi

    yang diberi ASI eksklusif dan yang diberi MP-ASI sebelum usia 4 bulan, sedangkan

    berdasarkan panjang badan tidak ada perbedaan, proporsi bayi yang mengalami

    gangguan kesehatan berupa diare, panas, batuk, dan pilek pada kelompok bayi yang

    diberi ASI tidak eksklusif lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.

    Hasil penelitian AUSAID Depkes RI (2000), menyimpulkan keberadaan ibu

    yang bekerja di ladang di Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, menyebabkan

    tidak dapat pulang pada tengah hari untuk mempersiap makanan bagi keluarganya.

    Terbatasnya variasi makanan dan jumlah frekuensi makan yang hanya 2 kali sehari Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • akan mempengaruhi kecukupan gizi masyarakat, karena waktu kerja yang panjang,

    ibu yang bekerja di ladang tidak mempunyai cukup waktu untuk beristirahat

    menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan di luar rumah.

    2.1.2. Asuh Diri

    Asuh diri meliputi perilaku ibu memelihara kebersihan rumah, higiene

    makanan, kebersihan perseorangan (Anwar, 2000). Pemberian nutrisi tanpa

    memperhatikan kebersihan akan meningkatkan risiko bayi mengalami infeksi, seperti

    diare. Hasil penelitian Widodo (2005) mengungkapkan akibat rendahnya sanitasi dan

    higiene pada pemberian MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh

    mikroba, sehingga meningkatkan risiko atau infeksi yang lain pada bayi. Sumber

    infeksi lain adalah alat permainan dan lingkungan bermain yang kotor.

    2.1.3. Asuh Kesehatan

    Bayi adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait dengan

    interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit

    yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan bayi sakit dan status imunisasi

    adalah faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan status gizi bayi (Budi,

    2006).

    Menurut Budi (2006), perilaku ibu dalam menghadapi bayi yang sakit dan

    pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat

    mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Bayi yang mendapatkan imunisasi akan lebih

    rendah mengalami risiko penyakit. Bayi yang dipantau pertumbuhan di Posyandu

    melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi akan adanya Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • gangguan pertumbuhan. Sakit yang lama, berulang akan mengurangi nafsu makan

    yang berakibat pada rendahnya asupan gizi .

    2.2. Status Gizi

    Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi

    seseorang. Apabila asupan tersebut sesuai maka disebut status gizi baik, jika asupan

    kurang disebut status gizi kurang dan selanjutnya asupan gizi lebih (Indonesian

    Nutrition Network Forum, 2005).

    Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan

    kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi

    semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan,

    penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. Keseimbangan asupan dengan

    kebutuhan dapat terlihat dari variabel-variabel pertumbuhan berat badan, tinggi /

    panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Supariasa, 2002).

    2.2.1.Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan (par orang per hari).

    Angka kecukupan energi dan protein rata-rata yang dianjurkan perorang perhari.

    Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi dan Protein rata-rata yang dianjurkan Perorang Perhari

    Golongan Umur

    Berat Badan (Kg)

    Tinggi Badan (cm)

    Energi (KKAL)

    Protein (gr)

    0 -6 Bulan 5,5 60 560 12 7-12 Bulan 8,5 71 800 15

    Golongan umur 0-6 bulan berat badan 5,5 kg dan tinggi badan 60 cm

    kebutuhan energi 560 (KKAL) per hari sedangkan kebutuhan protein 12 g per hari

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • .pada golongan umur 7- 12 bulan berat badan 8,5 kg dan tinggi badan 71 cm

    kebutuhan Energi 800(KKAL) per hari sedangkan kebutuhan proteinnya 15 g per hari

    (LIPI, 1998).

    2.2.2. Penilaian Status Gizi

    Menurut Jelifle (dalam Supariasa, 2002), penilaian status gizi dapat dilakukan

    dengan beberapa metode, yaitu :

    a. Metode penilaian status gizi secara langsung, dapat dilakukan dengan cara :

    antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

    b. Metode penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara :

    survey konsumsi makanan, statistik vital dan kajian faktor ekologi.

    2.2.3. Klasifikasi Status Gizi

    Klasifikasi status gizi balita telah disepakati oleh pakar gizi pada bulai Mei

    tahun 2000 di Semarang tentang standar baku nasional di Indonesia, yaitu nilai indeks

    antropometri berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur atau berat badan

    menurut tinggi badan dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS.

    Indikator berat badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi sekarang,

    klasifikasi terdiri dari gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Indikator tinggi

    badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi masa lalu, klasifikasi terdiri dari

    normal dan pendek. Indikator berat badan menurut tinggi badan digunakan untuk

    menilai keadaan gizi secara lebih khusus karena mencerminkan keadaan gizi masa

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • lalu dan sekarang, klasifikasi terdiri dari gemuk, normal, kurus dan kurus sekali

    (Indonesian Nutrition Network Forum, 2005).

    Pemilihan dan penggunaan indikator sangat dipengaruhi oleh subjek yang

    akan diukur dan ditimbang, ketersediaan alat dan kemampuan petugas. Pengukuran

    tinggi badan pada kelompok balita sering mengalami kesulitan, selain itu dalam

    pelaksanaannya dibutuhkan dua orang petugas yang terlatih. Pelaksanaan pengukuran

    antropoetri terhadap balita di Posyandu masih terbatas pada penimbangan berat badan

    menggunakan dacin dengan pertimbangan lebih mudah dalam pelaksanaan dan lebih

    mudah dimengerti oleh masyarakat umum (Indonesian Nutrition Network Forum,

    2005).

    2.2.4. Pemantauan Pertumbuhan

    (a) Pemantauan pertumbuhan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh

    informasi tentang kondisi atau status gizi seseorang, baik secara langsung

    maupun secara tidak langsung (Supariasa, 2002)..

    (b) Metode penilaian status gizi secara langsung, dapat dilakukan dengan cara :

    antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Metode penilaian status gizi secara

    tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara : survey konsumsi makanan,

    statistik vital dan kajian faktor ekologi.

    (c) Pemantauan pertumbuhan (growth monitoring ) adalah kegiatan skrening atau

    penapisan untuk memperoleh informasi adanya kasus-kasus gangguan

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 2.2.5. Tujuan Pemantauan Status Gizi

    Tujuan pemantauan status gizi adalah untuk memperoleh data atau informasi

    status gizi seseorang, kelompok atau masyarakat sehingga dapat diketahui status

    kesehatannya. Tujuan umum kegiatan pemantauan status gizi adalah tersedianya

    informasi status gizi secara berkala dan terus-menerus, guna evaluasi perkembangan

    status gizi, penetapan kerjasama dan perencanaan jangka pendek. (Supariasa, 2002).

    Pemantauan berguna untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan, sehingga

    intervensi akan lebih cepat dilakukan sebelum kondisi menjadi lebih parah

    (Sediaoetama, 2004).

    2.2.6. Cara Pemantauan Status Gizi

    Cara pemantauan dan penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung

    maupun secara tidak langsung. Pada umumnya pemantauan status gizi adalah dengan

    cara antropometri yaitu menilai ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan

    berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

    tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

    Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur

    beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

    umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,

    lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002). Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Umur sangat penting dalam pemantauan status gizi. Hasil pengukuran tinggi

    badan, berat badan, lingkar lengan atas yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak

    disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang gizi, batasan umur

    digunakan adalah tahun umur penuh, dan untuk anak umur 0 sampai 2 tahun

    digunakan bulan usia penuh (Supariasa, 2002).

    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

    tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

    misalnya terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya

    jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks berat badan menurut umur

    menggambarkan status gizi saat ini. Ambang batas baku untuk keadaan gizi

    berdasarkan indeks berat badan menurut umur adalah gizi baik bila berat badan

    berada > 80 persen dari median berat badan baku rujukan WHO-NCHS (National

    Centre for health Statistics), gizi kurang 61 sampai 80 persen dan gizi buruk < 60

    persen (Supariasa,2002).

    Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

    pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan

    bertambahnya umur. Indeks tinggi badan menurut umur lebih mengambarkan status

    gizi masa lalu. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks tinggi

    badan menurut umur adalah gizi baik bila > 85 persen dari median berat badan baku

    rujukan WHO-NCHS, gizi kurang 71 sampai 85 persen dan gizi buruk < 70 persen

    (Supariasa, 2002).

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan

    lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks berat badan

    menurut umur maupun berat badan menurut tinggi badan. Standar baku lingkar

    lengan atas menurut umur menggunakan baku Wolonski. Ambang batas baku untuk

    keadaan gizi berdasarkan indeks lingkar lengan atas menurut umur adalah gizi baik

    bila > 85 persen dari median baku rujukan WHO-NCHS, gizi kurang 71 sampai 85

    persen dan gizi buruk < 70 persen (Supariasa, 2002).

    2.3. Indikator Keluarga Miskin

    Indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

    a. Keluarga Pra Sejahtera

    Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5

    kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan

    akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

    b. Keluarga Sejahtera Tahap I

    Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

    secara minimal yaitu

    i. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga

    ii. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

    iii. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

    bekerja/sekolah dan bepergian.

    iv. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • v. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa/petugas

    kesehatan.

    c. Keluarga Sejahtera tahap II

    Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria

    keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat social psykologis yaitu;

    i. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur

    ii. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur

    sebagai lauk pauk.

    iii. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per

    tahun.

    iv. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

    v. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat

    vi. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas

    mempunyai penghasilan tetap

    vii. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan

    latin.

    viii. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

    ix. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur

    memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • d. Keluarga Sejahtera Tahap III

    Yaitu keluarga yang memenuhi syarat-syarat pengembangan sebagai berikut :

    i. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

    ii. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga

    iii. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu

    dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

    iv. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

    v. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.

    vi. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

    vii. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai

    dengan kondisi daerah setempat.

    e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

    Keluarga yang dapat memenuhi kriteria dan dapat pula memenuhi kriteria

    pengembangan keluarganya yaitu

    i. Kegiatan sosial masyarakat secara teratur atau pada waktu tertentu dengan

    sukarela memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam bentuk materiil.

    ii. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

    perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat

    f. Keluarga Miskin.

    Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan

    ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • i. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor

    ii. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel

    pakaian baru

    iii. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

    g. Keluarga miskin sekali.

    Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan

    ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

    i. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih

    ii. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan

    bepergian.

    iii. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

    2.4. Indikator keluarga tidak miskin

    Keluarga tidak miskin merupakan keluarga yang mempunyai penghasilan

    Rp.600.000 per bulan, kondisi rumah memiliki sarana MCK sendiri, sumber air

    bersih dari PAM, lantai rumah semen, ventilasi cukup, menggunakan bahan bakar

    gas, makan 3 kali sehari, mengkonsumsi daging lebih dari sekali seminggu, memiliki

    jaminan untuk pengobatan. Termasuk di dalam nya PNS atau Pegawai Negri.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 2.5. Landasan Teori

    Status gizi adalah keadaan tubuh yang seimbang antara asupan zat gizi dengan

    kebutuhan. Ketersediaan gizi pada tingkat seluler dibutuhkan untuk pertumbuhan,

    pemeliharaan dan menjalankan fungsi tubuh. Status gizi kurang pada dasarnya

    disebabkan oleh interaksi antara asupan gizi yang tidak seimbang dan penyakit

    infeksi.

    Asupan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi dipengaruhi oleh pola asuh

    keluarga terhadap bayi yang terdiri dari asuh makan yaitu pemberian ASI dan MP-

    ASI. Asuh diri berupa personal higiene, higiene makanan dan lingkungan. Asuh

    kesehatan berupa pola penyakit yang dialami dan status imunisasi. Sakit yang

    berulang meningkatkan risiko gizi kurang dan lebih sering terjadi pada bayi yang

    kekurangan pangan, pola asuh yang tidak memadai, akses terhadap sanitasi, air bersih

    dan pelayanan dasar yang tidak memadai yang berkaitan dengan tingkat pendapatan

    keluarga. Keluarga miskin dengan ketahanan pangan rendah, tidak mudah mengakses

    pelayanan kesehatan, sarana air bersih lebih berisiko mengalami berbagai infeksi

    yang berdampak pada status gizi (Unicef, 1998).

    Berdasarkan kerangka teori yang dirumuskan oleh Unicef pada gambar 1

    tentang faktor-faktor penyebab kekurangan gizi dapat terlihat bahwa salah satu

    penyebab tidak langsung gangguan gizi pada bayi adalah pola asuh anak yang tidak

    memadai.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Kurang Gizi

    Makan tidak seimbang Penyakit infeksi

    Tidak cukup persediaan pangan

    Pola asuh anak tidak memadai

    Sanitasi dan air bersih, Pel. Kes. Dasar tidak memadai

    Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat.

    Kurang pendiddikan, pengetahuan dan ketrampilan

    Krisis ekonomi, politik dan sosial

    Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

    Gambar. 2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang (UNICEF, 1998)

    Dampak

    Penyebab langsung

    Penyebab tidak langsung

    Pokok masalah di masyarakat

    Akar masalah

    2.6. Kerangka Konsep Penelitian

    Pola asuh merupakan variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan status

    gizi sebagai variabel terikat. Kerangka teoritis pada penelitian ini menggambarkan

    pola asuh anak termasuk asuh makan (pemberian ASI, MP-ASI) asuh diri (personal

    higiene, higiene makanan dan higiene lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis

    penyakit, frekuensi dan lama sakit serta imunisasi) akan mempengaruhi status gizi

    bayi.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Variabel Independen

    Variabel Dependen

    Keterangan:

    Variabel langsung mempengaruhi status gizi

    Status Gizi

    Gambar.2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    Asuh Makan - Jenis makanan - Frekuensi makan - Konsumsi energi

    dan protein

    Asuh Diri - Kebersihan

    perorangan - Higiene makanan - Higiene lingkungan

    Asuh Kesehatan - Jenis sakit - Frekuensi sakit - Lama sakit - Immunisasi

    Variabel tidak langsung mempengaruhi status gizi

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross

    sectional dalam penelitian ini, kejadian paparan dan resiko sudah terjadi pada saat

    dilakukan penelitian. Pengukuran status gizi dan pencatatan pola asuh (asuh makan,

    asuh diri, asuh kesehatan) pada keluarga miskin dan tidak miskin dilakukan pada

    waktu bersamaan.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara yaitu di Kecamatan Sawang

    dipilih sebagai wilayah keluarga miskin dan Kecamatan Matang Kuli sebagai

    wilayah keluarga tidak miskin. Pemilihan Kecamatan Sawang sebagai keluarga

    miskin berdasarkan data persentase rumah tangga miskin mencapai 70,07 persen,

    merupakan daerah tertinggi keluarga miskin di Kabupaten Aceh Utara dibandingkan

    kecamatan lainnya. Sedangkan Kecamatan Matang Kuli merupakan daerah yang

    sangat rendah persentase keluarga miskin, yaitu 39,80 persen (BPS Kabupaten Aceh

    Utara, 2006).

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian, dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan April 2009.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Populasi dalam penelitian adalah seluruh bayi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu

    2982 bayi (0-12 bulan) yang berasal dari keluarga miskin dan tidak miskin. Kriteria

    keluarga miskin dan tidak miskin didasarkan pada hasil survei Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Aceh Utara tahun 2006 dengan indikator keluarga miskin.

    3.3.2. Sampel

    Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus

    Notoatmodjo (2002), yaitu :

    n = _ N____ 1 + N (d2) Keterangan:

    n = Besar sampel N = Populasi = 2982 d = Presisi yang ingin dicapai = 10 % Sehingga berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel :

    n = 2982 1+ 2982 (0,12) n = 2982 1+ 2982 (0,01) n = 2982 1+ 29,82 n = 2982 = 96,75 97 orang 30,82 Jumlah sampel ditetapkan menjadi 100 KK, pada keluarga miskin dan 100

    KK yang tidak miskin.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Sampel pada keluarga miskin diambil di Desa Sawang dan Rijeh Baroli

    Kecamatan Sawang dengan dasar bahwa berdasarkan jumlah keluarga miskin 4.839

    (70,07%) di Kecamatan Sawang. Sedangkan sampel pada keluarga tidak miskin

    diambil di desa Punti dan Tuiping Kabei Kecamatan Matangkuli dengan dasar

    Jumlah keluarga tidak miskin pada Kecamatan Matangkuli 2.907 (61,20%).

    Pengambilan sampel pada dua kecamatan ini dilakukan secara purposive pada

    Kecamatan Sawang diambil di Desa Sawang dengan jumlah rumah tangga miskin

    316 KK. Pada Kecamatan Matangkuli diambil di Desa Punti dengan jumlah rumah

    tangga tidak miskin 149 KK.

    Kabupaten Aceh Utara

    Secara Purposive

    22 Kecamatan

    Kec. Matang Kuli (72Desa)

    Kec. Sawang (39Desa)

    Desa Punti dan Teuping Kabei

    Desa Sawang dan Riseh Baroh

    Tidak Miskin

    Secara Purposive

    100 bayi desa Sawang

    Secara Acak

    Miskin

    Secara Purposive

    100 bayi desa Punti

    Secara Acak

    Gambar 3.1. Skema Pengambilan Sampel

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 3.4. Metode Pengumpulan Data

    3.4.1. Jenis Data

    Jenis data ada 2 yaitu

    1) Data Primer : terdiri dari hasil pengukuran, wawancara menguraikan kuesioner

    dan chek-list observasi tentang:

    - Karakteristik bayi (berat badan lahir, berat badan, umur dan jenis kelamin)

    - Pola asuh makan (jenis makan, frekuensi makan, konsumsi energi dan

    konsumsi protein)

    - Asuh diri (personal higene, higiene makan, higiene lingkungan)

    - Asuh kesehatan (jenis penyakit, frekuensi sakit, lama sakit dan imunisasi)

    - Karakteristik keluarga (pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga)

    Untuk mengetahui kelayakan pertanyaan pada kuesioner maka terlebih

    dahulu dilakukan uji coba kuesioner kepada responden yang menyerupai lokasi

    penelitian, dimana tujuannnya untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas.

    Setelah dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan

    pada variabel asuh diri,asuh makan dan asuh kesehatan valid dan reliabel untuk

    digunakan dalam penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:

    a. Variabel asuh diri dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi

    >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8937 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah

    ditetapkan). (lampiran. 2)

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • b. Variabel Asuh makam dengan 15 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien

    korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,9048 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah

    ditetapkan) (lampiran. 2)

    c. Variabel asuh kesehatan dengan 15 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien

    korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8558 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah

    ditetapkan) (lampiran. 2).

    2) Data sekunder : adalah data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh

    Utara, data kecamatan dan desa mengenai sosial ekonomi keluarga untuk

    menentukan bayi dari keluarga miskin dan keluarga tidak miskin.

    3.4.2 . Cara Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu dengan tenaga yang sudah

    dilatih untuk pengumpulan data:

    1). Berat badan bayi diukur menggunakan dacin dalam satuan kilogram. Umur dan

    jenis kelamin diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner.

    2). Pola asuh makan: diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan

    daftar food recall 24 jam konsumsi makanan bayi mengenai jenis makanan, waktu

    pemberian, konsumsi energi dan konsumsi protein. Frekuensi makan diukur

    dengan menggunakan formulir frekuensi pangan (Food Frequency Questionaire).

    Pelaksaaan food recall dilakukan pada awal bulan sekali dan sekali lagi pada

    akhir bulan, sebanyak 2 kali recall.

    3). Pola asuh diri diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner tentang

    personal higiene, higiene makanan dan higiene lingkungan. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 4) Pola asuh kesehatan diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner

    tentang jenis penyakit, frekuensi, lama sakit dan imunisasi yang didapatkan bayi.

    3.5. Variabel dan Definisi Operasional

    3.5.1. Variabel

    a Variabel Independen

    Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh

    (asuh makan, asuh diri dan asuh kesehatan).

    b. Variabel dependen

    Variabel dependen adalah status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak

    miskin.

    3.5.2. Definisi Operasional

    1) Status gizi adalah kondisi tubuh bayi (0-12 bulan) sebagai akibat dari pemakaian,

    penyerapan, penggunaan makanan, dengan indikator berat badan menurut umur,

    dinyatakan dalam nilai Z-skore dibandingkan dengan standar baku WHO-NCHS.

    2) Pola asuh adalah sikap dan perilaku yang dipraktekkan oleh ibu atau pengasuh

    lain dalam asuh makan (jenis makanan, frekuensi, konsumsi energi dan protein),

    asuh diri (personal higiene, higiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan

    (jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit juga imunisasi)

    3) Asuh makan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh ibu untuk memberikan

    makan (makanan pendamping ASI dan ASI) pada bayinya.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Frekuensi makan adalah berapa kali pemberian makan pada bayi dalam satu

    (1) hari.

    Waktu pemberian makan adalah jadwal pemberian makanan pada bayi apakah itu

    pagi, siang atau sore dan malam.

    Jenis makanan adalah, karakteristik makanan yang diberikan kepada bayi beserta

    jumlahnya.

    4. Asuh diri adalah suatu tindakan yang memberikan kebersihan perorangan

    kebersihan peralatan makan dan kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh ibu

    untuk anaknya.

    Kebersihan perorangan dilihat meliputi tindakan memandikan anak menganti

    pakaian minimal dua kali sehari dan tindakan membersihkan bayi setelah selesai

    membuang air besar dan membuang air kecil. Kebersihan makan mencakup

    tidakan membersihkan peralatan makan/minum bayi setelah dipakai, mencuci

    tangan sebelum dan sesudah makan. Kebersihan lingkungan meliputi tindakan

    membersihkan dalam rumah dan lingkungan luar rumah minimal dua kali sehari.

    5. Asuh kesehatan adalah suatu tindakan yang diberikan oleh ibu untuk menjaga

    kesehatan anaknya, dengan melakukan tindakan pemeriksaan kesehatan bayi

    secara rutin yaitu kegiatan posyandu, membawa bayi ke sarana kesehatan.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 3.6. Metode Pengukuran

    1). Status Gizi : diperoleh melalui penilaian nilai Z-Skore dengan indikator Berat

    badan menurut umur (BB/U). Data berat badan diperoleh dari hasil penimbangan

    di posyandu menggunakan alat penimbangan dacin serta umur dan jenis kelamin

    bayi diperoleh dari KMS dan wawancara dengan ibu. Cara menghitung Z-Skore :

    Z Skore = Nilai Individu Subjek Nilai Median Baku Rujukan

    Nilai Simpang Baku Rujukan

    Indeks BB/U

    Gizi lebih : bila nilai Z-skore terletak >+2 SD

    Gizi baik : bila nilai Z-skore terletak -2 SD s.d +2 SD

    Gizi kurang : bila nilai Z-skore terletak

  • 2003) yaitu dengan kategori Baik dan Tidak Baik. Maka penilaiannya adalah

    sebagai berikut: Pola asuh makan Baik jika skornya 31 45, Pola asuh makan

    Tidak Baik jika skornya 15 30.

    Konsumsi Energi dan Protein dibandingkan dengan Widya Karya Nasional Pangan

    dan Gizi (1998), yaitu (a) Sesuai AKG ( 810 kkal/hr) dan (b) Tidak sesuai AKG

    (< 810 kkal/hr), sedangkan untuk protein (a) Sesuai AKG ( 15 gram) dan (b) Tidak

    sesuai AKG (

  • 3.7. Metode Analisis Data

    Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan :

    a) Editing (Pemeriksaan Data)

    Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkaapan semua pernyataan. Data

    yang sudah terkumpul lalu diperiksa segera mungkin tentang isi kuesioner,

    jika ada isian yang kurang jelas atau kurang dipahami dengan mudah dan

    semua point yang sudah ada dalam kuesioner dapat diisi dengan baik.

    b) Koding (Pemberian Kode)

    Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

    kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan

    computer menggunakan program SPSS.

    c) Entry (Pemasukan data dalam computer)

    Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pemasukan data ke

    komputer.

    d) Cleaning data entry

    Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer

    guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data. Selanjutnya data

    dianalisa dengan regresi logistik sebaga berikut :

    a. Analisa univariat dilakukan untuk mendapat gambaran tentang distribusi

    frekuensi responden untuk masing-masing variabel

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • b. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen

    dengan variabel dependen.

    c. Analisis multivariat untuk melihat pengaruh variabel independen dengan

    variabel dependen pada tingkat kemaknaan 95% ( = 0,05).

    Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan

    pengaruhnya terhadap status gizi bayi, dengan persamaan regresi sebagai berikut:

    Y = + IX1 + 2X2 + 3X3 +

    Keterangan: Y = Variabel Dependen (Status Gizi) = Konstanta Regresi X1 = Asuh Makan X2 = Asuh Diri X3 = Asuh Kesehatan 1-3 = Koefisien Regresi = Error term

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu kabupaten di Nanggroe

    Aceh Darussalam, mempunyai luas Wilayah 3.296,86 km2 dengan batas Wilayah

    sebelah Utara berbatasan dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka,

    sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, sebelah Barat

    berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

    Aceh Timur. Jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 27

    Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 852 buah.

    Letak geografis Kabupaten Aceh Utara terdiri dari daerah Pantai (5%), dataran

    rendah (83 %) dan sisanya 12 % merupakan dataran tinggi. Luas tanah berdasarkan

    penggunaannya terdiri dari 6,4% perkampungan, 11,7% sawah , 8,1% kebun dan

    tegal, 10,7% perkebunan, 2,6% tambak dan rawa, 0,5% daerah Industri dan sisanya

    (60%) berupa hutan bebas dan hutan belukar. Kabupaten Aceh Utara dilalui oleh 4

    buah sungai yaitu Krueng Tuan, Krueng Pase, Krueng Keureuto dan Krueng Jambo

    Aye ke empat sungai tersebut bermuara ke Selat Malaka.

    Penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2007 berjumlah 515.974 jiwa terdiri

    dari 252.889 laki-laki dan 263.085 perempuan, kepadatan penduduk mencapai jiwa

    per 157 km2 dengan rata-rata kepadatan hunian 4 jiwa per rumah tangga. Sebagian

    besar mata pencaharian penduduk adalah bertani.

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Aceh Utara

    terdiri dari sarana pelayanan kesehatan dasar yang ditujukan sebagai tempat

    pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga

    kesehatan. Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Aceh Utara terdiri

    dari Puskesmas sebanyak 24 unit, puskesmas pembantu sebanyak 63 unit, puskesmas

    keliling sebanyak 24 unit, polindes sebanyak 512 unit. Komposisi tenaga kesehatan

    berdasarkan tingkat pendidikan di puskesmas Kabupaten Aceh Utara yang paling

    banyak adalah tenaga bidan, yaitu sebanyak 785 orang, dari jumlah tersebut sebanyak

    542 adalah bidan desa.

    Penelitian tentang hubungan pola asuh dengan status gizi bayi pada keluarga

    miskin dan tidak miskin difokuskan di Kecamatan Sawang sebagai wilayah dengan

    responden keluarga miskin.Kecamatan Sawang merupakan kecamatan terjauh dari

    ibukota Kabupaten Aceh Utara, sekitar 75 km. Desa yang terdapat di kecamatan

    tersebut sebagian besar adalah desa terpencil. Alat trasportasi umum masih terbatas

    menggunakan ojek dan mobil pic-up, hal ini dikarenakan jalan menuju lokasi sedikit

    sulit dilalui. Luas wilayah Kecamatan Sawang 484.65 km2, meliputi 2 mukim dan 39

    Desa serta 119 Dusun, dengan kepadatan penduduk 82 jiwa per km2. Sebahagian

    besar penduduk bermata pencaharian petani, yaitu 8.290 jiwa, hanya 1.658 sebagai

    pedagang. Sebagai Pegawai Negeri 690 jiwa dan selebihnya tidak mempunyai

    pekerjaan, yaitu 416 jiwa.

    Kecamatan Matang Kuli dipilih responden keluarga yang tidak miskin,

    mempunyai luas wilayah 78,65 km2, dengan jumlah 49 desa saat ini mempunyai Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • penduduk 15.735 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 200 jiwa per

    km.2..Desa yang terdapat di Kecamatan Matang Kuli sebagaian besar dapat dilalui

    oleh kendaraan umum yang disebut angkot atau labi-labi, kondisi jalan baik karena

    dibangun oleh Perusahaan Mobil Oil yang berada di sekitarnya. Sebagian besar mata

    pencaharian penduduk adalah bertani, sebahagian lagi pedagang, pegawai negeri dan

    swasta.

    4.2. Karakteristik Keluarga

    Penelitian tentang hubungan pola asuh dengan status gizi bayi pada keluarga

    miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara menganalisa data yang telah

    dikumpulkan dari 200 sampel secara acak di Kecamatan Matang Kuli dan Sawang.

    Subjek penelitian adalah bayi yang bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Utara.

    Tabel 4.1. Karakteristik Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009

    Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Variabel

    n % n % Umur Bayi a. 0 - 6 bulan 55 55,0 40 40,0b. 7-8 bulan 31 31,0 49 49,0c. 9-12 bulan 14 14,0 11 11,0

    Jumlah 100 100,0 100 100,0Berat Badan Lahir a. < 2.500 gram 2 2,0 1 1,0b. 2.500 3.500 gram 91 91,0 89 89,0c. > 3.500 gram 7 7,0 10 10,0

    Jumlah 100 100,0 100 100,0Jenis kelamin a. Laki-laki 47 47,0 49 49,0b. Perempuan 53 53,0 51 51,0

    Jumlah 100 100,0 100 100,0

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Variabel n % n %

    Umur Ayah a. 50 tahun 2 2,0 4 4,0Pendidikan Ayah a. Tidak sekolah 5 5,0 7 7,0b. Tamat SD 21 21,0 31 31,0c. Tamat SLTP 48 48,0 50 50,0d. Tamat SLTA 15 15,0 5 5,0e. Diploma III 7 7,0 0 0,0f. Strata I 4 4,0 7 7,0Pekerjaan ayah a. Buruh 20 20,0 0 0,0b. Pegawai Swasta 0 0,0 17 17,0c. Pedagang 9 9,0 27 27,0d. Pengrajin 0 0,0 4 4,0e. PNS 5 5,0 23 23,0f. TNI/Polri 0 0,0 4 4,0g. Sopir 0 0,0 11 11,0h. Petani 66 66,0 14 14,0Umur ibu a. 45 tahun 2 2,0 1 1,0Pendidikan Ibu a. Tidak sekolah 7 7,0 0 0,0b. Tamat SD 50 50,0 20 20,0c. Tamat SLTP 31 31,0 15 15,0d. Tamat SLTA 5 5,0 40 40,0e. Diploma III 5 5,0 20 20,0f. Strata I 2 2,0 5 5,0Pekerjaan Ibu a. Pegawai Swasta 0 0,0 5 5,0b. Pedagang 13 13,0 10 10,0c. PNS 0 0,0 17 17,0d. Tani 37 37,0 28 28,0e. Ibu Rumah Tangga 50 50,0 40 40,0Pendapatan Keluarga a. Rp 1.200.000.-/bln 100 100,0 0 0,0b. > Rp.1.200.000.-/bln 0 0,0 100 100,0Jumlah Anggota Keluarga

    a. 3 orang 12 12,0 26 26,0b. 4 5 orang 43 43,0 54 54,0c. 6-7 orang 35 35,0 18 18,0d. > 7 orang 10 10,0 2 2,0

    Tabel 4.1. Lanjutan

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia bayi, persentase paling besar pada

    keluarga miskin pada kelompok umur 3-6 bulan yaitu 38 orang (38%), sedangkan

    pada keluarga tidak miskin persentase terbesar pada kelompok umur 7 - 9 bulan, yaitu

    49 orang (49,0%).

    Berat badan bayi saat lahir pada keluarga miskin maupun keluarga tidak

    miskin persentase terbesar 2.500 3.500 gram, yaitu 91 orang (91,0%) dan 89 orang

    (89,0%), namun berat badan lahir > 3.500 gram, lebih banyak pada keluarga tidak

    miskin yaitu 10 orang (10,0%) dibandingkan keluarga miskin yaitu 7 orang (7,0%),

    sebaliknya bayi dengan berat lahir < 2.500 gram lebih banyak pada keluarga miskin

    daripada keluarga tidak miskin. Jenis kelamin bayi pada keluarga miskin maupun

    keluarga tidak miskin jumlah terbesar adalah perempuan, yaitu 53 orang (53,0%) dan

    51 orang (51,0%).

    Karakteristik orangtua bayi dilihat dari umur ayah lebih banyak pada

    kelompok umur 31-40 tahun, yaitu 51 orang (51,0%) pada keluarga miskin dan 48

    orang (48,0%) pada keluarga tidak miskin. Demikian juga umur ibu, terbanyak pada

    kelompok umur 20-35 tahun, yaitu 54 orang (54%) pada keluarga miskin dan 49

    orang (49%) pada keluarga tidak miskin, hal ini sesuai dengan kelompok umur yang

    aman secara reproduksi.

    Pendidikan ayah pada keluarga miskin maupun keluarga tidak miskin

    terbanyak pada tingkat SLTP, yaitu 48 orang (48%) dan 50 orang (50,0%). Namun

    pendidikan ibu pada keluaga miskin dominan tamat SD yaitu 50 orang (50%),

    Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • sedangkan pada keluarga tidak miskin lebih banyak tamat SLTA yaitu 40 orang

    (40,0%).

    Pekerjaan ayah pada keluarga miskin umumnya sebagai petani yaitu 66 orang

    (66,0%), sedangkan pada keluarga tidak miskin terbanyak adalah bekerja sebagai

    pedagang atau wiraswasta yaitu 27 orang (27%). Pekerjaan ibu pada keluaga miskin

    maupun keluarga tidak miskin umumnya adalah ibu rumah tangga, namun jumlahnya

    lebih banyak pada keluarga miskin yaitu 50 orang (50%) dibandingkan pada keluarga

    tidak miskin yaitu 40 orang (40,0%).

    Pendapatan keluarga sebagai indikator menentukan keluarga miskin dan tidak

    miskin berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Aceh Utara tahun 2008, yaitu

    Rp 1.200.000.-/bln, sehingga seluruh responden pada keluarga miskin mempunyai

    pendapatan Rp 1.200.000.-/bln, sedangkan pada keluarga tidak miskin seluruhnya

    mempunyai pendapatan > Rp 1.200.000.-/bln

    Jumlah tanggungan keluarga pada keluarga miskin maupun tidak miskin umumnya

    sebanyak 4 5 orang yaitu 43 orang (43,)%) pada keluarga miskin dan 54 orang

    (54,)%) pada keluarga tidak miskin. Namun jumlah responden yang mempunyai

    jumlah tanggungan > 7 orang lebih banyak pada keluarga miskin dibandingkan

    keluarga tidak miskin. Hal ini menunjukkan beban tanggungan keluarga miskin

    cenderung lebih banyak daripada keluarga tidak miskin

    4.3. Pola Asuh Bayi

    Pola asuh bayi dalam penelitian ini meliputi asuh diri, asuh makan dan asuh

    kesehatan, dengan hasil sebagai berikut. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008

  • 4.3.1. Asuh Diri

    Tabel 4.2. Personal Higiene pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009

    Keluarga Miskin Keluarga Tidak MiskinPersonal Higiene

    n % n % Yang sering memand