HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan...

65
i HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI RUMAH KADER KESEHATAN DI KOTA MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh: NADIYA NURHASANAH TIARA PUTRI NIM: 155070101111031 PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Transcript of HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan...

Page 1: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

i

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI RUMAH KADER

KESEHATAN DI KOTA MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

NADIYA NURHASANAH TIARA PUTRI NIM: 155070101111031

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

Page 2: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

Hubungan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan Keberadaan Jentik di Rumah Kader Kesehatan di Kota Malang

Oleh : Nadiya Nurhasanah

NIM. 155070101111031

Telah diuji pada Hari : Selasa

Tanggal : 27 November 2018 Dan dinyatakan lulus oleh :

Penguji I

Dr. dr. Endang Sri Wahyuni, MS NIP. 195210081980032002

Pembimbing I/Penguji II, Pembimbing II/Penguji III, dr. Alidha Nur Rakhmani,M.Sc. dr. Desy Wulandari, Sp.A, M.Biomed NIP. 2012018608162001 NIP. 2016078410212001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K) NIP. 196310221996012001

Page 3: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nadiya Nurhasanah Tiara Putri

NIM : 155070101111031

Program Studi : Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya,

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

saya. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Malang, 30 November 2018

Yang membuat pernyataan,

Nadiya Nurhasanah

NIM. 155070101111031

Page 4: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan petunjuk, serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI RUMAH KADER

KESEHATAN DI KOTA MALANG ”. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada :

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

2. dr. Triwahju Astuti, M.Kes.,Sp.P(K)., selaku Ketua Program Studi

Sarjana Kedokteran Universitas Brawijaya.

3. dr. Alidha Nur Rakhmani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing pertama

yang telah berbaik hati untuk meluangkan waktu serta membimbing dan

mengarahkan saya dengan baik, penuh keikhlasan, serta senantiasa

memberikan ilmu baru dan semangat dalam penulisan tugas akhir ini.

4. dr. Desy Wulandari, Sp.A, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing kedua

yang telah berbaik hati untuk meluangkan waktu serta membimbing dan

mengarahkan saya dengan baik, penuh keikhlasan, serta senantiasa

memberikan ilmu baru dan semangat dalam penulisan tugas akhir ini.

5. Dr. dr. Endang Sri Wahyuni, MS. selaku penguji pertama yang telah

memberikan pandangan baru mengenai tugas akhir.

6. Kedua orang tua saya yang saya sayangi llham Rahmad Widodo dan

Setiawati, atas doa yang tidak pernah putus, limpahan kasih sayang dan

motivasi yang telah diberikan sejak saya kecil hingga saat ini.

Page 5: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

v

7. Kakak dan adik saya Farah Fadhilla dan Allam Hisyam yang selalu

menjadi motivasi saya untuk dapat meraih prestasi.

8. Teman-teman seperjuangan saya, kelas PD-A 2015 yang senantiasa

mengisi hari-hari perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya baik dalam suka maupun duka.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan, yang selalu hadir untuk bertukar pikiran

dan memberikan semangat dalam mengerjakan tugas akhir. Firstya,

Faradistiani, Hanum, Galih, Wahyu, Arya, Ageng, dan Edit.

10. Sahabat SMA Saila, Rara, Vanny, Iffa, Mutiara, Nanda, Rizky, Alwy,

Apri yang selalu mendoakan dan memberi dorongan.

11. Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulis sangat penulis

harapkan. Semoga tugas akhir ini dapat diterima dan akan bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca yang membutuhkannya.

Malang, 30 November 2018

Penulis

Page 6: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

vi

DAFTAR ISI

Judul .................................................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................. ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iv

Abstrak .............................................................................................................. vi

Abstract ............................................................................................................. vii

Daftar Isi ............................................................................................................ viii

Daftar Tabel ....................................................................................................... xi

Daftar Gambar ................................................................................................... xii

Daftar Lampiran ................................................................................................. xiii

Daftar Singkatan ................................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Penelitian ............................................................ 5

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7 2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................. 7

2.1.1 Pengertian ........................................................................ 7

2.1.2 Epidemiologi ..................................................................... 7

2.1.3 Etiologi .............................................................................. 7

2.1.4 Vektor ............................................................................... 8

2.1.4.1 Morfologi Aedes aegypti ...................................... 8

2.1.4.2 Siklus hidup Aedes aegypti ................................. 8

2.1.4.3 Habitat dan Tempat Perindukan ......................... 10

2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk ................................................... 10

2.2.1 Pengertian ........................................................................ 10

Page 7: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

vii

2.2.2 Peran Kader Kesehatan dalam PSN ................................ 10

2.2.3 Kegiatan Pelaksanaan PSN ............................................. 11

2.3 Keberadaan Jentik ......................................................................... 12

2.3.1 Pemantauan Jentik ........................................................... 12

2.3.2 Metode Survei Jentik ........................................................ 14

2.3.3 Indeks Kepadatan Jentik Aedes ....................................... 14

2.4 Hubungan Perilaku Pencegahan dengan Keberadaan Jentik ....... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................... 17 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 17

3.2 Hipotesis ........................................................................................ 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................................ 19 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 19

4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 19

4.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 19

4.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................. 19

4.2.3 Prosedur dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 19

4.2.4 Jumlah Sampel ................................................................. 20

4.3 Variabel Penelitian ......................................................................... 21

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 21

4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 21

4.6 Definisi Operasional ....................................................................... 22

4.7 Pengumpulan Data ........................................................................ 23

4.7.1 Jenis dan Sumber Data .................................................... 23

4.7.2 Cara Pengumpulan Data .................................................. 24

4.8 Analisis Data .................................................................................. 24

4.9 Jadwal Kegiatan ............................................................................ 26

4.10 Alur Penelitian .............................................................................. 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ....................................... 27 5.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 27

5.1.1 Karakteristik Responden .................................................. 27

5.2 Analisis Data .................................................................................. 28

5.2.1 Analisis Univariat .............................................................. 28

5.2.1.1 Perilaku Pencegahan DBD ................................. 28

5.2.1.2 Keberadaan Jentik .............................................. 35

Page 8: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

viii

5.2.2 Analisis Bivariat ................................................................ 36

BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................... 38 6.1 Perilaku Pencegahan DBD ............................................................ 38

6.2 Keberadaan Jentik ......................................................................... 40

6.3 Hubungan antara Perilaku Pencegahan dengan Keberadaan

Jentik ................................................................................................... 41

BAB 7 PENUTUP ............................................................................................. 43 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 43

7.2 Saran ............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 45 LAMPIRAN ........................................................................................................ 48

Page 9: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.5 Kuisioner Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Oleh Kader

Kesehatan............................................................................................................22 Tabel 4.8 Skoring Kuisioner Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Oleh Kader

Kesehatan............................................................................................................25

Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan..................................................................................26 Tabel 5.1 Karakteristik Responden.....................................................................27

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Perilaku Pencegahan DBD................29 Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Keberadaan Jentik.............................36 Tabel 5.4 Hubungan antara Perilaku dengan Keberadaan Jentik .....................37

Page 10: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 17 Gambar 4.10 Skema Alur Penelitian

........................................................................................................................... 26

Gambar 5.1 Perilaku Responden Menyikat Bak Mandi Minimal Satu Minggu

sekali ................................................................................................................. 30 Gambar 5.2 Perilaku Responden Menutup Tempat Penampungan Air Selain

Bak Mandi dan Kolam ....................................................................................... 31 Gambar 5.3 Perilaku Responden Mengganti Air dan Membersihkan Tempat

Penampungan Air Selain Bak Mandi ................................................................. 32 Gambar 5.4 Perilaku Responden Menggunakan Obat Pembasmi Nyamuk

Sebelum Tidur Pagi/Sore Hari ........................................................................... 33 Gambar 5.5 Perilaku Responden Menggunakan Lotion Anti Nyamuk Saat

Pagi/Sore Hari ................................................................................................... 33 Gambar 5.6 Perilaku Responden Memantau Jentik di Lingkungan Sekitar

Rumah Saya ...................................................................................................... 34 Gambar 5.7 Perilaku Responden Melaporkan Hasil Pemantauan Jentik Kepada

Ketua Kader Atau Puskesmas Wilayah ............................................................. 35 Gambar 5.8 Hubungan Perilaku terhadap Keberadaan Jentik ......................... 37

Page 11: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian....................................48

Lampiran 2 Keterangan Kelaikan Etik.................................................................49

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian..........................................................................50

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reabilitas...............................................................53

Lampiran 5 Hasil Uji Statistika.............................................................................54

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian....................................................................66

Page 12: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

xii

DAFTAR SINGKATAN

DBD : Demam Berdarah Dengue

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

PJB : Pemeriksaan Jentik Berkala

ABJ : Angka Bebas Jentik

DSS : Dengue Shock Syndrome

SPSS : Statistical Product of Service Solution

WHO : World Health Organization

Page 13: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

13

Page 14: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti
Page 15: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

ABSTRAK

Nurhasanah, Nadiya. 2018. Hubungan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Rumah Kader Kesehatan di Kota Malang. Tugas Akhir, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Alidha Nur Rakhmani, M.Sc., (2) dr. Desy Wulandari, Sp.A, M.Biomed

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah

kesehatan di Indonesia termasuk Kota Malang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama dari penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk pencegahan DBD adalah memutuskan mata rantai penularan dengan melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN akan berjalan dengan baik jika masyarakat turut berperan aktif, begitu pula dengan kader kesehatan yang memiliki beberapa tugas penting. Keberadaan jentik merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada 400 sampel responden. Data dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan kader yang berperilaku buruk pada rumahnya tidak ditemukan jentik (p value = 0,500). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Perilaku PSN, Kader Kesehatan, Jentik Aedes aegypti, Malang

Page 16: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

ABSTRACT

Nurhasanah, Nadiya. 2018. Association Dengue Prevention Behavior

with The Presence of Aedes aegypti Larvae at Health Volunteer Homes in in Malang City. Final Project, Medical Education Study Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisor: (1) dr. Alidha Nur Rakhmani, M.Sc., (2) dr. Desy Wulandari, Sp.A, M.Biomed

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a health problem in Indonesia including Malang City. Aedes aegypti mosquito is the main vector of this disease. The most effective action for prevention of dengue is to break the chain of transmission by carrying out the eradication of mosquito nests. It will run well if the community participates actively, as well as health volunteers who have several important jobs. The existence of Aedes aegypti larvae is an indicator of the presence of these mosquito populations. The purpose of this study was to analyze the relationship of DHF prevention behavior with the presence of Aedes aegypti larvae among health volunteers in Malang City. This study uses an analytic observational design with a cross sectional approach in 400 respondents. Data were analyzed by chi square test. The results showed that health volunteers who behaved poorly in their homes were not found larvae (p value = 0.500). It can be concluded that there is no correlation between DHF prevention behavior with the presence of larvae in cadres in Malang City. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, Dengue Prevention Behavior, Health Volunteers, Aedes aegypti Larvae

Page 17: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti
Page 18: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di seluruh dunia

mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit DBD endemik di

berbagai negara di kawasan asia tenggara, Pasifik Barat dan Amerika. Setiap

tahunnya diperkirakan 50-100 juta orang terinfeksi DBD (WHO, 2012). DBD

merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini

dibuktikan dengan semakin meningkatnya angka prevalensi dan penyebaran

penyakit sejak tahun 1968. Keadaan ini disebabkan karena penyebaran virus

dengue oleh nyamuk semakin luas di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, hal

tersebut juga berhubungan dengan peningkatan mobilitas penduduk yang

didukung dengan semakin baiknya sarana transportasi. (Depkes RI, 2014).

Menurut Dinkes Kota Malang (2016), kasus DBD di Kota Malang tiap

tahunnya makin meningkat. Pada tahun 2014 mencapai 160 kasus dan terjadi

peningkatan menjadi 298 kasus pada tahun 2015. Sampai saat ini, DBD masih

merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal

tersebut terbukti dengan meningkatnya angka kejadian DBD pada tahun 2016

menjadi 464 kasus. Pada tahun 2014, angka kesakitan menunjukkan 18,89 per

100.000 penduduk, maknanya terdapat 18 hingga 19 orang yang terserang DBD

dari 100.000 penduduk di Kota Malang. Dari seluruh kasus tersebut terjadi 1 kasus

meninggal akibat penyakit DBD. Dimana nilai angka kematian pada tahun 2014

mencapai 0,63%, maknanya setiap 100 orang yang terkena DBD terdapat 0-1

Page 19: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

2

yang meninggal. Pada tahun 2015 meningkat menadi 3 kasus meninggal akibat

DBD, begitu pula pada tahun 2016.

Vektor utama dari penyakit DBD yaitu Aedes aegypti. Spesies lain seperti

Ae. albopictus, Ae. scutellaris adalah vektor sekunder (Yudhastuti, 2005).

Pengendalian vektor yang dilakukan dengan baik dapat menghindari kejadian dari

penyakit DBD. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memutus siklus

hidup vektor nyamuk. Cara paling efektif dari tindakan pecegahan adalah dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus, yang terdiri dari

menguras tempat penampungan air sedikitnya satu minggu sekali, menutup rapat

tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi

tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pencegahan cara

lainnya adalah dengan penggunaan Abate dalam memberantas jentik nyamuk

(Widagdo dkk., 2008).

Untuk melakukan pencegahan DBD dengan pembasmian jentik nyamuk

tidak cukup jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Akan tetapi membutuhkan

partisipasi, kemauan, kesediaan serta tindakan nyata dari seluruh masyarakat.

Program PSN tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali, namun dilakukan secara

rutin dan berkala (Nadesul, 2007). Pengambilan keputusan dalam menentukan

perilaku PSN juga sangat berpengaruh. Pada umumnya, terjadi kesalahan

persepsi bahwa PSN adalah kerja bakti yang hanya dilakukan oleh laki-laki

(Widagdo dkk., 2008). Dengan adanya masyarakat yang turut berperan aktif dalam

kegiatan PSN akan mempengaruhi turunnya angka kejadian DBD dibandingkan

masyarakat yang hanya memiliki pengetahuan saja mengenai PSN. Tidak hanya

itu, tingkat pengetahuan masyarakat dinilai juga masih kurang. Terlebih lagi saat

Page 20: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

3

masyarakat melakukan tindakan PSN terkadang dirasa masih kurang efektif dalam

pelaksanaannya (Sungkar dkk., 2010).

Kader kesehatan juga memiliki peran penting dalam penanggulangan DBD.

Peran kader kesehatan antara lain adalah sebagai anggota Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB) di setiap rumah dan tempat umum, memberikan penyuluhan kepada

keluarga dan masyrakat, mencatat dan melaporkan hasil PJB Kepala Dusun atau

Puskesmas secara rutin minimal setiap minggu dan bulanan, serta mencatat dan

melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW/Kepala Dusun atau Puskesmas.

Selain itu, kader kesehatan juga melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara

sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik. Walaupun

demikian, pada dasarnya pelaksanaan PSN dalam mencegah DBD adalah

tanggung jawab bersama sesuai Peraturan Pemerintah RI no 40 tahun 1991

(Depkes RI, 2005).

Faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan DBD adalah

pengetahuan, peran anggota keluarga, peran kader dan status pekerjaan.

Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pelaksanaan

pencegahan. Pekerjaan juga mempengaruhi perilaku pencegahan karena

memerlukan waktu rutin, pada penelitian sebelumnya pelaksana PSN paling

banyak adalah ibu rumah tangga dan yang tidak bekerja. (Widagdo dkk, 2008).

Selain itu, kader kesehatan memiliki peran penting dalam pelaksanaan

pencegahan. Menurut Depkes RI (2005), kader kesehatan memiliki tugas dan

kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap 3 bulan dalam hal pelaksanaan PSN.

Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat menjadi suatu indikator keberadaan jentik

di suatu daerah. Selain itu, ABJ memiliki peran sebagai indikator nilai keberhasilan

dari kegiatan PSN. Jika ABJ lebih atau sama dengan 95% maka harapannya dapat

Page 21: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

4

mencegah atau mengurangi angka kejadian DBD (Kemenkes RI, 2010). ABJ yang

rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perilaku

penduduk saat menampung air untuk suatu keperluan sehari-hari di berbagai

tempat dan jarang membersihkan bak penampung air tersebut. Hal tersebut dapat

menjadi peluang bagi nyamuk Aedes untuk berkembang menjadi lebih banyak

(Sitorus dan Ambarita, 2004). Tidak hanya itu, terdapat banyak faktor lain yang

menjadi peluang berkembang biaknya jentik nyamuk, diantaranya adalah

pelaksanaan PSN, perilaku dan tingkat pengetahuan masyarakat, sumber air,

ketinggian tempat serta curah hujan (Depkes RI, 2002).

Menurut penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara perilaku pencegahan DBD dengan keberadaan jentik. Hal tersebut

dikarenakan jumlah masyarakat dengan tindakan baik memiliki nilai yang lebih

besar dibandingkan dengan masyarakat dengan tindakan buruk. Perilaku

masyarakat tentu berpengaruh dengan lingkungannya sesuai dengan

perkembangan perilaku tiap individu. Masyarakat yang mau melakukan tindakan

pencegahan DBD dengan baik dan secara rutin dapat mencegah berkembangnya

jentik nyamuk Aedes aegypti (Nani, 2017). Namun, menurut penelitian Santoso

dan Budiyanto (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara perilaku pencegahan DBD dengan keberadaan jentik dikarenakan jumlah

jentik nyamuk pada masyarakat dengan tindakan baik ataupun buruk memiliki

angka yang tidak jauh berbeda.

Dari beberapa uraian diatas, perilaku pencegahan memiliki peran penting

dalam keberadaan jentik dan diketahui pula kader kesehatan mempunyai peran

penting dalam pencegahan DBD terkait PSN. Sehingga penelitian ini dilakukan

Page 22: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

5

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan perilaku pencegahan DBD dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara perilaku pencegahan DBD dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku pencegahan DBD dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui perilaku pencegahan DBD kader kesehatan di Kota Malang

b) Mengidentifikasi keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat-tempat

yang biasanya menjadi tempat perindukan jentik di dalam dan lingkungan

sekitar rumah kader Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

a) Menambah dan memperluas pengetahuan mengenai beberapa perilaku

pencegahan yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes

aegypti.

b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan

keberadaan jentik, terutama yang berhubungan dengan perilaku pencegahan

DBD.

Page 23: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

6

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat dalam hal

meningkatkan ABJ

b) Sebagai tambahan informasi dan bahan evaluasi bagi kader jumantik dalam

melaksanakan pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kegiatan PSN.

Page 24: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

banyak ditemukan di Indonesia selain di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000

meter di atas permukaan air laut (Kristina dkk., 2004).

2.1.2 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Selama 47 tahun terakhir, DBD menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia. Surabaya menjadi kota pertama ditemukannya kasus

DBD pada tahun 1968. Pada tahun 2014 kasus DBD mencapai 100.347 penderita

dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia. Peningkatan jumlah kasus DBD

terjadi pada tahun 2015 yaitu menjadi 126.675 penderita di 34 provinsi di Indonesia

dan 1.229 orang dinyatakan meninggal dunia. Hal tersebut disebabkan oleh

perubahan iklim dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungan (Kemenkes RI, 2016).

2.1.3 Etiologi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dalam kelompok

B Arthopod Borne Virus (Arboviroses) yang lebih dikenal sebagai genus Flavivirus,

famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe

yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain

Page 25: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

8

sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Achmadi,

2010).

2.1.4 Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue

2.1.4.1 Morfologi Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan

ukuran nyamuk rumah (Culex). Selain itu, mempunyai warna dasar yang hitam

dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada kaki dan dikenal

dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lire

(Lyre form) yang putih pada punggungnya. Disamping itu Aedes aegypti memiliki

ciri probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak.

Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Nyamuk Aedes aegypti

memiliki femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengan basal,

anterior dan tenga bersisik putih memanjang. Tarsi belakang berlingkaran putih

pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima berwarna putih. Sayap

berukuran 2,5 – 3,0 mm bersisik hitam serta tibia seluruhnya hitam. Lain halnya

dengan nyamuk Aedes albopictus, sepintas seperti nyamuk Aedes aegypti, yaitu

mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian dadanya,

namun perbedaannya terletak pada toraks sebagaimana bagian mesotoumnya

terdapat satu garis longitudinal (lurus dan tebal) yang dibentuk oleh sisik-sisik putih

berserakan (Sigit, 2006).

2.1.4.2 Siklus Hidup Aedes aegypti

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

berjenis kelamin betina. Nyamuk betina membutuhkan “protein” yang terdapat

Page 26: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

9

dalam darah manusia untuk mematangkan telurnya atau untuk dibuahi oleh

sperma nyamuk jantannya. Disamping itu, lain halnya dengan nyamuk jantan yang

akan mati setelah melakukan perkawinan. Rata-rata usia nyamuk jantan 6-7 hari,

berbeda dengan usia nyamuk betina rata-rata 10 hari sampai 3 bulan, bergantung

pada suhu dan kelembaban udara di habitatnya (Frida, 2008).

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri atas telur, larva, pupa, dan

nyamuk dewasa. Telur nyamuk Aedes aegypti sering ditemukan di air jernih dan

daerah yang terlindung dari cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu

atau hitam dengan ukuran ± 0,80 mm yang diletakkan satu per satu seperti sarang

lebah. Telur itu biasanya berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari

dinding tempat perindukan. Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk

betina untuk bertelur daripada tempat air yang terbuka. Telur nyamuk Aedes

aegypti dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2°C sampai 42°C. Jika

kelembaban lingkungan terlampau rendah, telur dapat menetas dalam waktu 2 –

4 hari menjadi jentik-jentik. Jika berada di tempat yang kering, telur dapat terus

bertahan hingga 6 bulan. Embrio dalam telur tersebut berada dalam keadaan tidur

dan tidak akan menetas menjadi jentik-jentik. Jika telur tersebut terendam air, akan

menetas menjadi jentik (larva). Larva yang berada di dalam air dapat berusia

antara 4 – 10 hari bergantung pada temperatur dan persediaan jasad renik sebagai

makanannya. Perkembangan larva terdiri atas empat tahapan yang disebut instar.

Perkembangan instar ke-1 hingga instar ke-4 membutuhkan waktu sekitar 6 hari.

Larva mempertahankan hidupnya dan berkembang hingga menjadi pupa. Pada

tahap pupa ini tidak dibutuhkan makanan jasad renik atau mikro organisme lagi.

Kulit pupa akan menghitam sejalan dengan perkembangan nyamuk baru di

Page 27: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

10

dalamnya. Setelah 10 – 14 hari, kulit pupa akan membelah dan perlahan-lahan

akan muncul nyamuk generasi baru (Frida, 2008).

2.1.4.3 Habitat dan Tempat Perindukan Aedes aegypti

Habitat dari Aedes aegypti bergantung dari siklus hidupnya. Pada bentuk

nyamuk dewasa hidupnya di udara, telurnya diletakkan di air bersih sedangkan

larva dan pupa hidup di dalam air (aquatic). Untuk tempat perkembang biakan

larva (breeding place) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Natural/Plant containers: Rongga-rongga pohon, bamboo internodes dan leaf-

axils of plants yang terisi oleh air hujan.

b. Artifical containers: Botol bekas, kaleng bekas, cangkir bekas yang terisi oleh

air hujan, air bak mandi, penyimpanan air minum, pot-pot bunga dan

perangkap semut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).

2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

2.2.1 Pengertian PSN

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah salah satu kegiatan yang

bertujuan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk Aedes egypti.

Tujuan dari kegiatan PSN DBD adalah untuk mengendalikan populasi nyamuk

Aedes aegypti, sehingga dapat mengurangi adanya penularan penyakit DBD

(Nomitasari dkk., 2004).

2.2.2 Peran Kader Kesehatan dalam PSN

Menurut Depkes RI (2005) kader kesehatan memiliki peran penting dalam

pelaksanaan pencegahan kasus DBD. Tugas kader kesehatan berhubungan erat

dengan PSN diantaranya adalah melaksanakan pemeriksaan jentik berkala (PJB)

di 30 rumah pada setiap RW secara acak sekurang-kurangnya tiap 3 bulan,

kemudian mencatat dan melaporkan hasil PJB pada Kepala Dusun dan

Page 28: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

11

Puskesmas secara rutin serta melaporkan kasus kejadian DBD kepada

RW/Kepala Dusun atau Puskesmas. Selain itu, tugas dari kader kesehatan yaitu

melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian

bubuk abate dan ikan pemakan jentik serta memberikan penyuluhan kepada

keluarga dan masyarakat.

2.2.3 Kegiatan Pelaksanaan PSN

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan

istilah PSN DBD dilakukan dengan cara: (Depkes RI, 2005)

A. Fisik

Dalam pelaksanaan PSN ini yang dilakukan adalah melakukan kegiatan

”3M”, yaitu: Menguras dan menyikat bak mandi dan bak WC seminggu sekali,

menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain)

serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti kaleng,

ban, dan lain-lain. Pada saat ini telah dikenal pula istilah 3M Plus, yaitu kegiatan

3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan dengan baik oleh seluruh

masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-

rendahnya, sehingga angka penularan DBD dapat menurun. Selain itu ditambah

dengan cara lainnya (plus) yaitu: (Depkes RI,2005)

a. Mengganti air vas bunga, minuman burung, dan tempat lainnya seminggu

sekali.

b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lain-lain

dengan tanah.

d. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air

seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.

Page 29: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

12

e. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di kamar.

f. Memasang kawat kasa dan selambu.

g. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang cukup.

B. Kimia

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara kimia dapat dilakukan

dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain

dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain

adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand

granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata)

untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3

bulan (Yanti, 2005).

c. Biologi

Pelaksanaan PSN dilakukan dengan cara memelihara ikan pemakan jentik.

Ikan-ikan tersebut diantaranya adalah ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan

gupi (Poeciliareticulata), ikan cupang ( Betta sp.) dan lain-lain. Dapat juga

digunakan Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) (Depkes RI, 2005).

2.3 Keberadaan jentik

2.3.1 Pemantauan Jentik

Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam PSN, hal ini

untuk mengetahui keberadaan jentik. Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di

dalam maupun di lingkungan rumah.

Page 30: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

13

b. Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan tempat-tempat

penampungan air lainnya.

c. Jika tidak tampak dalam pemeriksaan awal, ditunggu sampai ± 0,5-1 menit,

jika ada jentik pasti akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.

d. Jika tidak tampak karena wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap, maka

menggunakan senter.

e. Memeriksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung,

kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan

dispenser, dan lain-lain.

f. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak

lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, atau pohon lainnya.

g. Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada

“Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan” di rumah/tempat tinggal.

Tempat perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah, misalnya tatakan pot

bunga, tatakan dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas bunga, tempat

minum burung, dan lain-lain. Tempat perkembangbiakan nyamuk di luar rumah,

misalnya tempayan, drum, talang air, tempat penampungan air hujan/air AC,

kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, pelepah tales, pelepah pisang, potongan

bambu, plastik, dan lain-lain. Jentik yang ditemukan di tempat-tempat

penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak mandi/WC, tempayan,

sampah/barang bekas dan lain-lain) dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah

jentik nyamuk Aedes aegypti penular demam berdarah. Sebaliknya jentik yang

banyak terdapat di saluran air/selokan/comberan bukan jentik nyamuk Aedes

aegypti (Kementerian Kesehatan RI, 2012)

Page 31: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

14

2.3.2 Metode Survei Jentik

Metode survei jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005):

1. Single larva

Cara ini dilakukan pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka

satu ekor jentik akan diambil dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan

pipet panjang jentik sebagai sampel, untuk pemeriksaan spesies jentik

(identifikasi). Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan

diberi label sesuai dengan nomor rumah yang di survei dan nomor kontainer.

2. Visual

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap

tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD

menggunakan cara visual.

2.3.3 Indeks Kepadatan Jentik Aedes

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di

semua desa/kelurahan pada rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara

acak. Indikator keberhasilan nilai ABJ yaitu sebesar lebih atau sama dengan

95% (Kemenkes RI, 2010).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

𝑋100%

2. House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase rumah yang ditemukan jentik yang

dilakukan di semua desa/kelurahan pada rumah-rumah penduduk yang

Page 32: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

15

diperiksa secara acak. Suatu daerah dikatakan berisiko tinggi terhadap

penularan DBD apabila HI lebih atau sama dengan 10%.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

𝑋100%

3. Kontainer Indeks (CI)

Kontainer Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah kontainer yang

diperiksa ditemukan jentik pada kontainer di rumah- rumah penduduk yang

diperiksa secara acak. Suatu daerah dikatakan berisiko tinggi terhadap

penularan DBD apabila CI lebih atau sama dengan 5%.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

𝑋100%

4. Breteau Indeks (BI)

Breteau Indeks (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik dalam 100

rumah. Suatu daerah dikatan berpotensi tinggi terhadap penyebaran penyakit

DBD apabila angka BI lebih dari 50%.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

𝑋100%

2.4 Hubungan Perilaku Pencegahan dengan Keberadaan Jentik

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang tepat guna

dilakukan pada stadium jentik nyamuk Aedes aegypti. Banyak faktor yang

mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti, diantaranya yaitu perilaku 3M

dan abatisasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. Saat ini masyarakat masih

banyak yang belum melakukan 3M Plus secara baik. Pada penelitian Respati dan

Keman (2007) perilaku pencegahan yang dilakukan dengan baik oleh 25

responden tidak didapatkan jentik Aedes aegypti terdapat 58 responden dengan

perilaku pencegahan yang kurang didapatkan jentik Aedes aegypti. Hal ini terjadi

Page 33: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

16

karena kurang sadarnya perilaku responden dalam menguras bak mandi dan

menutup tempat penampungan air yang memiliki risiko sebagai tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur. Selain itu, perilaku

responden yang suka menggantung pakaian di dinding juga menjadi tempat yang

disukai nyamuk Aedes aegypti untuk istirahat setelah menghisap darah manusia.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Yudhastuti dan Anny (2005),

yang menunjukkan adanya hubungan antara perilaku pencegahan DBD dan

keberadaan jentik dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p=0,001 (p>a).

Hal ini dibuktikan dengan tindakan responden dengan kategori kurang baik dan

terdapat jentik dirumahnya adalah sebesar 65,5 % sedangkan tindakan responden

dengan kategori baik dan terdapat jentik dirumahnya yaitu sebesar 34,5 %. Begitu

pula dengan penelitian Nani dan Arief (2017) dengan hasil uji Chi-Square

didapatkan p=0,000 (p<α) artinya bahwa ada hubungan antara tindakan PSN

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Pelabuhan Pulang Pisau tahun 2016.

Sehingga memiliki angka risiko terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti

sebesar 1,76 kali dibandingkan dengan responden memiliki pengetahuan PSN

baik. Berbeda dengan penelitian Santoso (2008) dengan hasil uji statistik Chi

Square didapatkan p= 0,628, menunjukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan

yang signifikan antara tindakan pencegahan DBD pada responden dengan

keberadaan jentik di rumah.

Dengan demikian perilaku pencegahan DBD, jika dilaksanakan dengan

baik oleh masyarakat dapat memutuskan rantai daur hidup nyamuk Aedes aegypti

pada tahap jentik, sehingga dapat mempengaruhi kejadian DBD.

Page 34: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

17

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Keberadaan Jentik

Nyamuk Aedes aegypti

Demam Berdarah Dengue

Keterangan:

Diteliti

Tidak diteliti

Faktor Lingkungan

Faktor Agent Aedes aegypti

Peran Kader Kesehatan dalam

Perilaku Pencegahan DBD

Perilaku Pencegahan Menyikat bak mandi dan bak WC seminggu sekali

Menutup tempat penampungan air selain

bak mandi dan kolam

3M

Mengganti air dan membersihkan tempat

penampungan air selain bak mandi

Memantau jentik di

lingkungan sekitar PLUS

Menggunakan obat pembasmi nyamuk Menggunakan lotion anti nyamuk Melaporkan hasil pemantauan jentik

Iklim Sumber Air Hubungan Curah Hujan Ketinggian

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

Page 35: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

18

Variabel independen pada penelitian ini adalah perilaku pencegahan DBD.

Perilaku pencegahan meliputi kegiatan 3M Plus. Variabel dependen pada

penelitian ini yaitu keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Perilaku pencegahan DBD meliputi kegiatan 3M Plus berpengaruh

terhadap keberadaan jentik di setiap rumah. Kegiatan 3M Plus diantaranya adalah

menyikat bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air selain

bak mandi dan kolam, serta mengganti air dan membersihkan tempat

penampungan air selain bak mandi. Disamping itu, perilaku pencegahan lainnya

yang dapat dilakukan adalah menggunakan obat pembasmi nyamuk,

menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan baju atasan panjang, memantau

jentik di lingkungan sekitar, serta melaporkan hasil pemantauan jentik. Semakin

baiknya tindakan pencegahan DBD yang dilakukan tiap warga maka dapat

menurunkan angka keberadaan jentik. Selain dari faktor perilaku pencegahan,

keberadaan jentik juga dipengaruhi oleh faktor agent yaitu perkembangan dari

jentik Aedes aegypti serta dari faktor lingkungan yaitu iklim, sumber air, ketinggian

tempat dan curah hujan.

Kader kesehatan juga memiliki peran untuk melakukan perilaku

pencegahan DBD dan peran kader tersebut berpengaruh terhadap keberadaan

jentik. Kader yang berperan aktif dapat menurunkan angka keberadaan jentik.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara perilaku pencegahan DBD dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota Malang.

Page 36: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditentukan oleh peneliti untuk

diteliti dan ditarik kesimpulan. Sampel adalah sebagian populasi yang mempunyai

karakteristik tertentu yang sesuai dengan kriteria peneliti. Makin besar jumlah

sampel mendekati populasi, maka bias akan semakin kecil, dan begitu sebaliknya.

Target populasi dalam peneilitian ini adalah kader pada 5 kecamatan, setiap

kecamatan diambil sampel 2 kelurahan (kelurahan tinggi kejadian DBD dan

kelurahan dengan kejadian rendah DBD) kemudian dipilih beberapa RW di

Wilayah Kota Malang.

4.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah usia lebih dari 18 tahun, bertempat

tinggal di Malang lebih dari 1 tahun, dan sudah menjadi kader lebih dari 5 tahun.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah tidak bersedia jadi responden.

4.2.3 Prosedur dan Teknik Pengambilan Sampel

Prosedur dalam pengambilan sampel melalui beberapa tahapan,

diantaranya adalah:

Page 37: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

20

a) Pengurusan izin dan koordinasi dengan Bakesbangpol (Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik) di Kota Malang.

b) Bakesbangpol memberikan surat rekomendasi untuk penelitian yang

ditujukan ke kelurahan terkait.

c) Kelurahan memberikan surat ke tiap RW yang dituju untuk data kader.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode

pengambilan sampel bertingkat (multistage). Pengambilan sampel dilakukan pada

5 kecamatan di Kota Malang dan tiap kecamatan dipilih kelurahan dengan angka

kejadian DBD yang rendah dan tinggi. Kelurahan dengan angka kejadian DBD

tinggi menggunakan teknik pengambilan non random sampling, sedangkan

kelurahan dengan angka kejadian DBD rendah menggunakan teknik simple

random sampling. Kemudian, pada tiap kelurahan dipilih beberapa RW dengan

teknik pengambilan simple random sampling.

4.2.4 Jumlah Sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai

berikut dengan data penelitian oleh Sakai dkk. (2007) :

Keterangan :

n : jumlah populasi

Z1-a/2 : 1,96

P : data prevalensi = 42,61% dari populasi

d : 0,06

Z2

1-a/2 P (1-P)

n = --------------------

d2

Page 38: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

21

Dengan menggunakan rumus di atas, besar sampel pada penelitian ini

yaitu sekitar n = 261 sampel. Namun sampel yang digunakan adalah 400 kader

kesehatan.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam variabel,

yaitu variabel independen dan variabel dependen.

a. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen

pada penelitian ini yaitu: Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue yaitu

kegiatan 3M Plus.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel independen. Keberadaan jentik nyamuk Aedes

aegypti merupakan variabel dependen pada penelitian ini.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan selama 6 bulan pada tahun 2017 di 5

kecamatan Wilayah Kota Malang.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengetahui

hubungan perilaku pencegahan DBD dan keberadaan jentik Aedes aegypti pada

rumah kader kesehatan.

Page 39: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

22

Tabel 4.5 Kuisioner Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Oleh Kader Kesehatan

S: Selalu K: Kadang-kadang T: Tidak pernah SG: Sering J: Jarang

4.6 Definisi Operasional

Perilaku Pencegahan DBD dilakukan dengan kegiatan 3M Plus yang

meliputi menyikat bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air

selain bak mandi dan kolam, serta mengganti air dan membersihkan tempat

penampungan air selain bak mandi. Disamping itu, perilaku pencegahan lainnya

yang dapat dilakukan adalah menggunakan obat pembasmi nyamuk,

menggunakan lotion anti nyamuk, memantau jentik di lingkungan sekitar, serta

melaporkan hasil pemantauan jentik. Perilaku dikategorikan menjadi perilaku baik

dan kurang baik. Apabila skor yang diperoleh diantara 7-28 maka dikategorikan

No Pernyataan S SG K J T 1 Saya menyikat bak mandi minimal 1

minggu sekali

2 Saya menutup tempat penampungan air selain bak mandi dan kolam

3 Saya mengganti air dan membersihkan tempat penampungan air selain bak mandi

4 Saya menggunakan obat pembasmi nyamuk sebelum tidur pagi / sore hari

5 Saya menggunakan lotion anti nyamuk saat pagi / sore hari

6 Saya memantau jentik di lingkungan sekitar rumah saya

7 Saya melaporkan hasil pemantauan jentik kepada ketua kader atau Puskesmas wilayah

8 Jika Anda melakukan aktivitas yang menurut Anda dapat mecegah demam berdarah, silahkan sebutkan dibawah ini

Page 40: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

23

dalam perilaku pencegahan kurang baik, sedangkan skor 29-35 dikategorikan

dalam perilaku pencegahan baik.

Keberadaan jentik dilihat dengan ada atau tidak adanya jentik Aedes

aegypti pada berbagai tempat, yaitu pada bak mandi/ember, tampungan air

dispenser, tampungan air buangan di belakang kulkas, vas bunga air, pot bunga

air, alas pot bunga, kolam, aquarium, tempat penampungan air dan tempat minum

hewan piaraan.

Berdasarkan alur penelitian, pada tiap kecamatan dipilih kelurahan dengan

angka kejadian DBD tinggi dan rendah. Kelurahan dengan angka kejadian DBD

tinggi yaitu Kelurahan Bareng, Jatimulyo, Jodipan, Sawojajar, dan Bandung

Redjosari dengan menggunakan teknik pengambilan non random sampling.

Sedangkan, kelurahan dengan angka kejadian DBD rendah dengan

menggunakan teknik pengambilan simple random sampling.

4.7 Pengumpulan Data

4.7.1 Jenis dan Sumber Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan mengajukan pertanyaan

(wawancara) dengan menggunakan kuisioner pada kader kesehatan di 5

kecamatan Wilayah Kota Malang.

Oleh karena data utama yang di analisis dalam penelitian ini merupakan

data yang diperoleh dari kuisioner, maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas.

Pada uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa kuisioner yang disebar kepada

responden benar-benar valid dan reliabel.

Page 41: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

24

4.7.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan cara:

a. Wawancara

Dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kepada tiap rumah kader

kesehatan. (face to face)

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang keberadaan jentik

Aedes aegypti.

4.8 Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program

SPSS.

Analisis data meliputi:

a. Analisis satu variabel (Univariable)

Analisis Univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel

independen pada penelitian ini yaitu perilaku pencegahan DBD dengan

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi kegiatan 3M

Plus serta variabel dependen yaitu keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

b. Analisis Bivariat (Bivariate)

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable

perilaku pencegahan DBD dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Analisis bivariat menggunakan uji statistik yang disesuaikan dengan skala

data, karena data berupa nominal (kategorik) dan nominal (kategorik) , maka

teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji chi-square.

Page 42: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

25

Tabel 4.8 Skoring Kuisioner Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Oleh Kader Kesehatan

S: Selalu K: Kadang-kadang T: Tidak pernah SG: Sering J: Jarang Keterangan:

Apabila skor yang diperoleh responden kurang dari 29 maka dikategorikan

dengan perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan jika skor yang

diperoleh lebih dari 29, maka dikategorikan perilaku pencegahan yang baik.

No Pernyataan SKORING S SG K J T

1 Saya menyikat bak mandi minimal 1 minggu sekali

5 4 3 2 1

2 Saya menutup tempat penampungan air selain bak mandi dan kolam

5 4 3 2 1

3 Saya mengganti air dan membersihkan tempat penampungan air selain bak mandi

5 4 3 2 1

4 Saya menggunakan obat pembasmi nyamuk sebelum tidur pagi/sore hari

5 4 3 2 1

5 Saya menggunakan lotion anti nyamuk saat pagi/sore hari

5 4 3 2 1

6 Saya memantau jentik di lingkungan sekitar rumah saya

5 4 3 2 1

7 Saya melaporkan hasil pemantauan jentik kepada ketua kader atau Puskesmas wilayah

5 4 3 2 1

Page 43: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

26

4.9 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan

4.10 Alur Penelitian

Pengurusan izin dan koordinasi denganBakesbangpol

Bakesbangpol beri surat rekomendasi untukpenelitian yang ditujukan ke kelurahan pada tiapkecamatan

1 kecamatan à 2 kelurahan (total 10 kelurahan)

Tiap kelurahan à 40 kader (dari beberapa RW yang dipilih dengan teknik random sampling)

Kader dipilih dengan teknik random sampling (data berasal dari ketua kader)

Bulan No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 1 Ijin Penelitian

2 Koordinasi dengan Pak lurah dan Pak RW terkait

3 Pengambilan data

4 Analisis data

5 Laporan penelitian

6 Draft artikel

Gambar 4.10 Skema Alur Penelitian

Page 44: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

27

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian didapatkan dari 400 responden (kader kesehatan) pada

lima kecamatan di kota Malang. Kecamatan tersebut meliputi Kecamatan

Lowokwaru, Sukun, Blimbing, Kedungkandang dan Klojen. Sampel penelitian

yang digunakan berjumlah 237 RT dan 53 RW. Pada bab ini disajikan data

mengenai karakteristik responden, perilaku tentang DBD, keberadaan jentik,

hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik.

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori n %

Usia (Th) < 41 tahun 68 17,00% 41-45 tahun 69 17,30% 46-50 tahun 97 24,30% 51-55 tahun 71 17,80% > 55 tahun 95 23,80%

Jenis Kelamin Perempuan 400 100,00% Pendidikan SD-SMP 144 36,00%

SMU-D3/D1 227 56,75% S1 &>S1 29 7,25%

Jentik Tidak Ada 337 84,30% Ada 63 15,80%

Perilaku Kurang Baik 241 72,20% Baik 93 27,80%

Pengetahuan Kurang Baik 207 51,70% Baik 193 48,30%

Sikap Kurang Baik 284 71,00% Baik 116 29,00%

Anggota Keluarga

1-2 orang 45 11,30% 3-5 orang 272 68,00% >5 orang 83 20,70%

Page 45: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

28

Pendapatan < 1 juta 74 18,50% 1-1,5 juta 100 25,00%

> 1,5-2 juta 43 10,80% > 2-2,5 juta 54 13,50% >2,5-3 juta 47 11,80%

>3 juta 82 20,50%

Status Pernikahan menikah 341 85,30% Bercerai 2 0.50%

Janda/duda 55 13,80% Belum menikah 2 0,50%

Pekerjaan Ibu RT 324 81,00% Pekerja Wirausaha 15 3,80%

Pengusaha Wirausaha 30 7,50% PNS 2 0,50%

Lainnya 29 7,20% Riwayat Sakit DBD Tidak 383 95,80%

Ya 27 4,30% Responden seluruhnya adalah wanita yang sebagian besar berstatus

menikah dan 81% sebagai ibu RT. Sedangkan pendidikan terakhir terbanyak

adalah SMU-D3/D1 dengan pendapatan responden rata-rata 1-1,5 juta. Usia

terbanyak responden yaitu pada rentang 46-50 tahun dengan rata-rata (mean)

48,92 ±9,17. Sebagian besar rumah beranggotakan 3-5 orang dimana 95%

keluarga tidak memiliki riwayat sakit DBD. Diketahui 51,70% responden memiliki

pengetahuan kurang baik dan 71,00% memiliki sikap yang kurang baik.

5.2 Analisis Data

5.2.1 Analisis Univariat

5.2.1.1 Perilaku Pencegahan DBD

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan 93 responden

(27,80%) berperilaku baik dan 241 responden berperilaku kurang baik (72,20%).

Hal tersebut juga dapat dilihat pada tabel 5.1.

Perilaku pada penelitian ini merupakan sebagian dari perilaku 3M Plus dan

peran kader diantaranya adalah kebiasaan menyikat kamar mandi, menutup

penampungan air, mengganti dan membersihkan tempat penampungan air,

Page 46: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

29

menggunakan obat pembasmi nyamuk, menggunakan lotion obat nyamuk,

memantau jentik di lingkungan sekitar, dan melaporkan hasil pemantauan jentik

kepada ketua kader atau Puskemas wilayah.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Perilaku Pencegahan DBD

Pernyataan S SG K J T n % n % n % n % n %

Saya menyikat bak mandi minimal 1 minggu sekali

259 65.24 87 21.91 35 8.82 9 2.27 7 1.76

Saya menutup tempat penampungan air selain bak mandi dan kolam

217 64.20 48 14.20 31 9.17 6 1.78 36 10.65

Saya mengganti air dan membersihkan tempat penampungan air selain bak mandi

192 56.64 70 20.65 49 14.45 3 0.88 25 7.37

Saya menggunakan obat pembasmi nyamuk sebelum tidur pagi/sore hari

48 12.00 39 9.75 133 33.25 32 8 148 37.0

Saya menggunakan lotion anti nyamuk saat pagi/sore hari

33 8.25 13 3.25 84 21 48 12 222 55.5

Saya memantau jentik di lingkungan sekitar rumah saya

209 52.25 84 21 83 20.75 14 3.5 10 2.50

Saya melaporkan hasil pemantauan jentik kepada ketua kader atau Puskesmas wilayah

301 75.82 35 8.82 23 5.79 17 4.28 21 5.29

S: Selalu K: Kadang-kadang T: Tidak pernah SG: Sering J: Jarang

Dari hasil penelitian perilaku kurang baik terbanyak adalah tidak

menggunakan lotion anti nyamuk saat pagi/sore hari sebanyak 12% dan tidak

menggunakan obat pembasi nyamuk sebelum tidur pagi/sore hari sebanyak 8 %.

Page 47: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

30

Sedangkan untuk perilaku paling baik adalah menyikat bak mandi 1 minggu sekali

sebanyak 65,24%.

a. Perilaku Responden Menyikat Bak Mandi Minimal Satu Minggu Sekali

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘menyikat bak

mandi minimal satu minggu sekali’ dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1 Perilaku Responden Menyikat Bak Mandi Minimal Satu Minggu Sekali

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘menyikat bak mandi

minimal satu minggu sekali’ diketahui bahwa presentase responden selalu

melakukan hal tersebut sebesar 65%, presentase sering sebesar 22%, presentase

kadang-kadang sebesar 9%, presentase jarang sebesar 2%, dan presentase tidak

pernah sebesar 2%.

b. Perilaku Responden Menutup Tempat Penampungan Air Selain Bak

Mandi dan Kolam

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘menutup tempat

penampungan air selain bak mandi dan kolam’ dapat dilihat pada gambar 5.2.

65%22%

9%

2% 2%

Saya Menyikat Bak Mandi Minimal 1 Minggu Sekali

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernah

Page 48: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

31

Gambar 5.2 Perilaku Responden Menutup Tempat Penampungan Air Selain Bak Mandi

dan Kolam

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘menutup tempat

penampungan air selain bak mandi dan kolam’ diketahui bahwa presentase

responden selalu melakukan hal tersebut sebesar 64%, presentase sering

sebesar 14%, presentase kadang-kadang sebesar 9%, presentase jarang sebesar

2%, dan presentase tidak pernah sebesar 11%.

c. Perilaku Responden Mengganti Air dan Membersihkan Tempat

Penampungan Air Selain Bak Mandi

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘mengganti air dan

membersihkan tempat penampungan air selain bak mandi’ dapat dilihat pada

gambar 5.3.

64% 14%

9% 2% 11%

Saya Menutup Tempat Penampungan Air Selain Bak Mandi dan Kolam

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 49: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

32

Gambar 5.3 Perilaku Responden Mengganti Air dan Membersihkan Tempat Penampungan Air

Selain Bak Mandi

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘mengganti air dan

membersihkan tempat penampungan air selain bak mandi’ diketahui bahwa

presentase responden selalu melakukan hal tersebut sebesar 57%, presentase

sering sebesar 21%, presentase kadang-kadang sebesar 14%, presentase jarang

sebesar 1%, dan presentase tidak pernah sebesar 7%.

d. Perilaku Responden Menggunakan Obat Pembasmi Nyamuk Sebelum

Tidur Pagi / Sore Hari

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘menggunakan

obat pembasmi nyamuk sebelum tidur pagi / sore hari’ dapat dilihat pada gambar

5.4.

57% 21%

14%

1%

7%

Saya Mengganti Air dan Membersihkan Tempat Penampungan Air Selain Bak

Mandi

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernah

Page 50: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

33

Gambar 5.4 Perilaku Responden Menggunakan Obat Pembasmi Nyamuk Sebelum Tidur

Pagi/Sore Hari

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘menggunakan obat

pembasmi nyamuk sebelum tidur pagi / sore hari’ diketahui bahwa presentase

responden selalu melakukan hal tersebut sebesar 12%, presentase sering

sebesar 10%, presentase kadang-kadang sebesar 33%, presentase jarang

sebesar 8%, dan presentase tidak pernah sebesar 37%.

e. Perilaku Responden Menggunakan Lotion Anti Nyamuk Saat Pagi /

Sore Hari

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘menggunakan

lotion anti nyamuk saat pagi / sore hari’ dapat dilihat pada gambar 5.5.

Gambar 5.5 Perilaku Responden Menggunakan Lotion Anti Nyamuk Saat Pagi/Sore Hari

12% 10%

33%

8%

37%

Saya Menggunakan Obat Pembasmi Nyamuk Sebelum Tidur Pagi/ Sore Hari

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernah

8%

3%

21%

12% 56%

Saya Menggunakan Lotion Anti Nyamuk Saat Pagi/ Sore Hari

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 51: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

34

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘menggunakan lotion

anti nyamuk saat pagi / sore hari’ diketahui bahwa presentase responden selalu

melakukan hal tersebut sebesar 8%, presentase sering sebesar 3%, presentase

kadang-kadang sebesar 21%, presentase jarang sebesar 12%, dan presentase

tidak pernah sebesar 56%.

f. Perilaku Responden Memantau Jentik di Lingkungan Sekitar Rumah

Saya

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘memantau jentik

di lingkungan sekitar rumah saya’ dapat dilihat pada gambar 5.6.

Gambar 5.6 Perilaku Responden Memantau Jentik di Lingkungan Sekitar Rumah Saya

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘memantau jentik di

lingkungan sekitar rumah saya’ diketahui bahwa presentase responden selalu

melakukan hal tersebut sebesar 52%, presentase sering sebesar 21%, presentase

kadang-kadang sebesar 21%, presentase jarang sebesar 4%, dan presentase

tidak pernah sebesar 2%.

52%

21%

21%

3% 3% Saya Memantau Jentik di Lingkungan Sekitar

Rumah Saya

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 52: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

35

g. Perilaku Responden Melaporkan Hasil Pemantauan Jentik Kepada

Ketua Kader Atau Puskesmas Wilayah

Frekuensi sikap yang dimiliki oleh responden mengenai ‘melaporkan hasil

pemantauan jentik kepada ketua kader atau puskesmas wilayah’ dapat dilihat

pada gambar 5.7.

Gambar 5.7 Perilaku Responden Melaporkan Hasil Pemantauan Jentik Kepada Ketua

Kader Atau Puskesmas Wilayah

Dari hasil penelitian perilaku responden mengenai ‘melaporkan hasil

pemantauan jentik kepada ketua kader atau puskesmas wilayah’ diketahui bahwa

presentase responden selalu melakukan hal tersebut sebesar 76%, presentase

sering sebesar 9%, presentase kadang-kadang sebesar 6%, presentase jarang

sebesar 4%, dan presentase tidak pernah sebesar 5%.

5.2.1.2 Keberadaan Jentik

Data mengenai keberadaan jentik pada tiap-tiap tempat yang berpotensi

menampung air dapat dilihat pada tabel berikut.

76%

9%

6% 4%

5% Saya Melaporkan Hasil PemantauanJentik Kepada Kader atau Puskesmas Wilayah

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 53: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

36

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Keberadaan Jentik

No

Objek Tidak Punya Tidak Diizinkan

Ada jentik (+)

Tidak ada jentik (-)

n % n % n % n % 1 Bak Mandi /

ember 1 7 1.71 1 0.24 34 8.50 358 89.50

2 Bak Mandi / ember 2

270 66.06 1 0.24 8 2.00 121 30.25

3 Bak Mandi / ember 3

365 89.30 1 0.24 3 0.75 31 7.75

4 Bak Mandi / ember 4

382 93.46 1 0.24 1 0.25 16 4.00

5 Tampungan air di Dispenser

273 66.79 1 0.24 7 1.75 119 29.75

6 Tampungan air buangan di

bagian belakang kulkas

123 30.09 4 0.98 12 3.00 261 65.25

7 Vas bunga air 384 93.95 0 0.00 1 0.25 15 3.75 8 Pot bunga air 378 92.48 0 0.00 3 0.75 19 4.75 9 Alas pot bunga 388 94.92 0 0.00 1 0.25 11 2.75

10 Kolam 379 92.72 0 0.00 1 0.25 20 5.00 11 Aquarium 342 83.67 0 0.00 1 0.25 57 14.25 12 Tempat

Penampungan Air (Gentong)

249 60.92 1 0.24 8 2.00 142 35.50

13 Tempat Minum hewan piaraan

298 72.91 0 0.00 1 0.25 101 25.25

Keterangan: Tidak ada/ relevan karena misal: a. Responden hanya memiliki 1 atau 2 bak mandi b. Responden tidak memiliki dispenser c. Responden tidak memiliki kulkas d. Responden tidak memiliki vas/ pot bunga e. Responden tidak memiliki kolam/ aquarium f. Responden tidak memiliki tempat penampungan air/ gentong g. Responden tidak memiliki hewan peliharaan

Dari hasil penelitian terhadap 400 responden terdapat 337 responden

(84,3%) yang diobservasi tidak ditemukannya jentik dan sisanya sebanyak 63

responden (15,8%) ditemukan adanya jentik.

5.2.2 Analisis Bivariat

Uji statistik dengan menggunakan chi square antara perilaku dengan

keberadaan jentik (p = 0,500) didapatkan sebagai berikut.

Page 54: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

37

Tabel 5.4 Hubungan antara Perilaku dengan Keberadaan Jentik

Perilaku Beresiko DBD

Ada Jentik? Total Tidak Ada Ada n % n % n %

Kurang Baik 200 83% 41 17% 241 100% Baik 80 86% 13 14% 93 100%

p = 0,500

Gambar 5.8 Hubungan Perilaku terhadap Keberadaan Jentik

Dalam penelitian ini diketahui bahwa p value (CI) 0,5 (0,4-1,5). Hasil ini

memberikan penjelasan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

perilaku pencegahan DBD dengan keberadaan jentik.

200

41

80

13

0

50

100

150

200

250

KurangBaik Baik

TidakAdaJentikAdaJentik

Page 55: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

38

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. Perilaku Pencegahan DBD

Hasil survei dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 93 responden

(27,80%) berperilaku baik dan 241 responden berperilaku kurang baik (72,20%).

Sejalan dengan penelitian Putri (2017) yang menunjukkan bahwa kegiatan PSN

pada kader kesehatan paling banyak berperilaku kurang baik (57,50%) oleh

karena kegiatan PSN belum dilakukan secara rutin dan kader beranggapan bahwa

mendorong masyarakat untuk kerja bakti bukan merupakan tugasnya. Namun

berbanding terbalik dengan penelitian Murwani (2013) menyatakan 47,2% kader

sudah baik dalam menjalankan PSN, begitu pula dengan penelitian Trisnaniyanti

dkk. (2010) sebesar 77,36% kader berperilaku baik yang dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap yang baik oleh kader, sehingga menimbulkan perilaku

partisipasi yang positif terhadap pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

Berdasarkan data penelitian, perilaku yang masih kurang baik dilakukan

oleh responden adalah menggunakan obat pembasmi nyamuk sebelum tidur

pagi/sore hari dan menggunakan lotion nyamuk. Bagi responden hal tersebut tidak

biasa dilakukan dan tidak dibutuhkan karena merasa tidak banyak nyamuk di

sekitar mereka. Perilaku lainnya yaitu beberapa responden masih jarang menyikat

bak mandi 1 minggu sekali, bahkan terdapat 7 responden yang tidak pernah

melakukannya. Padahal perilaku tersebut dimaksudkan agar dapat memutus mata

rantai siklus kehidupan nyamuk dalam air agar jentik tidak mempunyai waktu yang

cukup untuk mencapai dewasa (Nani, 2017).

Page 56: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

39

Menurut hasil penelitian, perilaku kurang baik lainnya dari responden

adalah kebiasaan tidak menutup tempat penampungan air. Dibuktikan bahwa

terdapat 36 responden yang tidak pernah melakukannya dan 31 responden

lainnya hanya terkadang saja untuk menutup tempat penampungan air. Secara

teori, kebiasaan tersebut berkaitan dengan peluang nyamuk Aedes untuk hinggap

dan menempatkan telur-telurnya. Pada tempat penampungan air yang selalu

ditutup rapat, peluang nyamuk untuk bertelur menjadi sangat kecil sehingga

mempengaruhi keberadaannya di tempat penampungan air tersebut (Depkes RI,

2002). Tindakan PSN responden yang buruk juga dapat dipengaruhi oleh

kurangnya pengetahuan dan sikap yang kurang baik mengenai PSN. Hal ini sesuai

dengan teori Notatmodjo (2007) bahwa tindakan seseorang sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan dan sikap, apabila pengetahuannya kurang dan sikapnya

negatif maka tindakan seseorang akan buruk. Tindakan atau perilaku akan

terbentuk apabila didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif sehingga

perilaku tersebut akan bertahan lama termasuk dalam perilaku atau tindakan PSN.

Selain itu, status ekonomi juga menjadi hal penting dalam perilaku PSN. Aspek

status ekonomi ditemukan bahwa responden yang status ekonominya tergolong

rendah lebih banyak bila dibandingkan dengan status ekonomi yang tinggi. Sejalan

dengan penelitian Riyanto (2004) mengatakan bahwa status ekonomi yang

tergolong tinggi mempunyai peluang untuk berperilaku baik dalam PSN-DBD

sebesar 1,628 kali dibandingkan dengan responden yang status ekonominya

rendah. Dari hasil pengamatan dan wawancara di wilayah Kelurahan Cigugur

Tengah, masyarakat mengeluh akan kurangnya sarana dan prasarana untuk

memberantas nyamuk Aedes aegypti seperti tidak adanya abate dan masyarakat

mengeluh tidak mempunyai dana jika harus membeli. Demikian juga pelaksanaan

Page 57: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

40

foging, masyarakat tidak mau bila program tersebut dipungut biaya. Dengan hal

tersebut, maka rendahnya status ekonomi juga berpengaruh pada perilaku

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

6.2. Keberadaan Jentik

Dari 400 rumah tangga diketahui 337 responden tidak ditemukannya jentik

(84,3%), sisanya sebanyak 63 responden ditemukan jentik di dalam rumah

tangganya (15,8%).

Menurut Sungkar S (2010) menyatakan bahwa jentik Aedes aegypti

cenderung lebih suka hidup di kontainer tempat penampungan air sehari-hari

terutama di air yang volumenya banyak, cenderung lembab dan tenang seperti

bak mandi. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan yaitu 45 jentik positif

di bak mandi dan 8 jentik positif di gentong.

Hasil penelitian menunjukkan tampungan air buangan di belakang kulkas

dan tampungan air dispenser paling banyak menunjukkan hasil positif terhadap

jentik. Hal tersebut dikarenakan responden banyak yang melupakan untuk

membuang genangan tersebut dan tidak menyadari bahwa keduanya dapat

menjadi sarang pertumbuhan jentik. Menurut WHO (2004) nyamuk Aedes aegypti

mempunyai kebiasaan meletakkan telurnya pada tempat yang gelap, terbuka dan

terutama terletak di tempat yang terlindungi dari sinar matahari. Sehingga bila telur

terkena air akan menetas menjadi jentik. Sedangkan untuk tempat yang paling

sedikit ditemukan jentik pada alas pot bunga dan vas bunga air. Hal tersebut

dikarenakan tempat tersebut terjangkau oleh responden. Sebagian besar

responden menyiram dan membersihkannya setiap hari sehingga tidak ada

genangan air yang menjadi sarang untuk jentik.

Page 58: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

41

Angka Bebas Jentik merupakan indikator keberadaan jentik dan nilai

keberhasilan kegiatan PSN (Kemenkes RI, 2010). Hasil ABJ dari penelitian ini

adalah sebagai berikut: 280400 𝑋100% = 70%

Indikator keberhasilan nilai ABJ yaitu sebesar lebih atau sama dengan 95%

(Kemenkes RI, 2010). Maka nilai ABJ pada penelitian ini dikatakan tidak mencapai

targetnya, sehingga kader diharapkan lebih rutin dan teliti untuk melakukan

kegiatan PSN sehingga pencegahan pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan

dengan baik.

6.3. Hubungan antara Perilaku Pencegahan dengan Keberadaan Jentik

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2005), cara yang dianggap

paling tepat untuk memberantas vektor nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan

melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pemberantasan

sarang nyamuk dapat dilakukan dengan kegiatan 3M. Selain itu ditambah dengan

cara lainnya seperti mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-

tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali, menabur bubuk larvasida,

menggunakan lotion anti nyamuk, penggunaan obat pembasi nyamuk,

menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, serta menggunakan

kelambu. Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah 3M Plus.

Dengan kegiatan ini diharapkan jentik nyamuk tidak mempunyai kesempatan

untuk berkembang biak.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa pvalue 0,500. Hasil ini memberikan

penjelasan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku

pencegahan DBD dengan keberadaan jentik. Tidak adanya pengaruh signifikan

antara kedua variabel ini dikarenakan perilaku PSN yang dinilai dalam penelitian

ini hanya dilakukan kepada kader, namun tidak menutup kemungkinan bahwa

Page 59: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

42

perilaku PSN dapat dilakukan dengan baik oleh anggota keluarga lainnya. Hal ini

sesuai dengan penelitian (Rakhmani dkk., 2018) bahwa rumah tangga yang

memiliki anggota lebih banyak menunjukkan perilaku yang lebih baik dibandingkan

jumlah anggota yang lebih sedikit. Hal tersebut dikarenakan adanya pembagian

tugas rumah tangga dengan baik. Selain itu, semakin banyaknya anggota keluarga

maka sumber informasi mengenai pencegahan DBD juga semakin banyak. Pada

penelitian Rakhmani (2018) anggota keluarga yang lebih sedikit rata-rata adalah

lansia sehingga perilaku pencegahan cenderung kurang baik karena sudah tidak

dapat mengurus diri sendiri. Dari hasil penelitian ini, pada tiap rumah paling

banyak terdiri dari 3-5 anggota yaitu sebesar 68%. Sesuai dengan penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa rumah tangga yang terdiri dari 3-5 orang atau

lebih memiliki perilaku yang lebih baik dibandingkan anggota yang terdiri dari 1-2

orang saja (Linn KT, 2009). Selain itu, hasil tidak signifikan bisa disebabkan dari

kondisi pengambilan data. Dimana pada saat itu, beberapa kader terlebih dahulu

membersihkan tempat genangan air karena adanya pemberitahuan lebih awal

mengenai pemeriksaan jentik.

Keberadaan jentik yang dinilai negatif bisa dikarenakan perilaku PSN

kemungkinan dikerjakan dengan baik oleh anggota keluarga lain namun tidak

diteliti pada penelitian ini. Hal tersebut menjadi keterbatasan dalam penelitian ini

sehingga menjadikan hasil yang tidak sesuai. Selain itu, pada skala pengukuran

perilaku pencegahan tidak ada definisi operasional sehingga masing-masing

observer memiliki penilaian yang berbeda saat melakukan wawancara, hal

tersebut juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat membuat data

menjadi tidak valid.

Page 60: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

43

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku pencegahan DBD

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah kader kesehatan di Kota

Malang.

2. Perilaku pencegahan DBD kader kesehatan di Kota Malang dalam kategori

kurang baik.

7.2 Saran 1. Bagi Peneliti Lain

Meneliti faktor-faktor lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan

keberadaan jentik Aedes dan perilaku kader kesehatan beserta keluarganya.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan untuk dapat melakukan kegiatan PSN secara

mandiri dan teratur yaitu dengan kegiatan 3MPlus serta lebih memperhatikan dan

menghindari kebiasaan-kebiasaan berisiko DBD sehingga dapat menurunkan

angka keberadaan jentik Aedes aegypti dan menekan penularan penyakit DBD.

Memperhatikan tempat- tempat tertentu yang paling banyak ditemukan jentik pada

penelitian ini.

Page 61: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

44

3. Bagi Puskesmas

Merekomendasikan untuk lebih sering melakukan penyuluhan, sosialisasi,

pelatihan dalam program pencegahan DBD kepada kader kesehatan. Selain itu,

melakukan penyuluhan mengenai program baru yaitu satu rumah satu jumantik.

4. Bagi Pemerintahan Desa

Memfasilitasi dan mengkoordinasi pemeriksaan jentik berkala sesuai

dengan program pencegahan demam berdarah bekerjasama dengan dinas

kesehatan.

Page 62: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

45

DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U.F. 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin

Jendela Epidemiologi. 2:15-20.

Centers of disease Control and Prevention. 2009. Entomology & Ecology Dengue. (Online):(http://www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/index.html, diakses 25 september 2017).

Depkes RI. 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP-PL, Jakarta.

Depkes RI. 2005. Pemberantasan dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ditjen PP-PL, Jakarta.

Depkes. RI. 2014. Penyebaran Kasus dan Kematian Akibat DBD Kota Malang Tahun 2014. Ditjen PP-PL, Jakarta.

Dinkes Malang. 2016. Data Penderita Demam Berdarah Kota Malang Tahun 2016. P2PM, Malang.

Frida, N. 2008. Mengenal Demam Berdarah Dengue. Jakarta: CV Pamularsih. Juranah, Darwati M., Mansyur A., dan Burhanudin B. 2011. Uji Hematologi Pasien

Terduga Demam Berdarah Dengue Indikasi Rawat Inap. Jurnal Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik. 17(3):139-142.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah

Dengue. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI,Jakarta. Kristina, Isminah, dan Wulandari L. 2004. Kajian Masalah Kesehatan Demam

Berdarah Dengue. (Online):(http://www.litbang.depkes.go.id, diakses 26 September 2017).

Linn KT. 2009. Preventive practice on dengue hemorrhagic fever among Myanmar

migrant Community in Samut Prakan Province, Thailand. Faculty of Graduate Studies: Mahiol University.

Page 63: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

46

Murwani, A. 2013. Hubungan Tugas Kader Jumantik (Juru Pantau Jentik) Dengan Angka Bebas Jentik di Desa Purwomartani dan Tirtomartani Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah Publikasi. Stikes Surya Global Yogyakarta.

Nadesul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Nani dan Arief, H. 2017. Hubungan Perilaku PSN dengan Keberadaan Jentik

Aedes aegypti di Pelabuhan Pulang Pisau. (Online):(http://repository.unair.ac.id/id/eprint/58870, diakses 15 September 2017).

Nomitasari D., Saraswati, L.D.,dan Ginanjar, P. 2002. Perbedaan Praktik PSN 3M

Plus Di Kelurahan Percontohan dan Non Percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang. Jurnal of Entomologi Indonesia. 9(1): 32−37.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Putri, Y.D. 2017. Upaya Pencegahan DBD oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan Hubungannya dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawa Buntu Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. (Online):(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35057/1/Yola%20Dwi%20Putri%20-FKIK.pdf, diakses 11 September 2018).

Rakhmani A., Yani L., Jaranit K., Kamolnetr O. 2018. Factors associated with dengue prevention behavior in Lowokwaru, Malang, Indonesia. BMC Public Health. 18:619

Respati Y.K. dan Keman S. 2007. Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jentik

Aedes Hubungannya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(2): 107-118.

Riyanto, A. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) di Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi. Jurnal Kesehatan Kartika/LPPM.

Sakai M., Sillabutra J., dan Keiwkarnka B. 2007. Preventive Behaviour against Dengue Hemorrhagic Fever among Migraints. Journal of Public Health and Development. 5(3): 55-60.

Santoso dan Budiyanto A. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku

(PSP) Masyarakat terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 7(2): 732-738.

Sigit S.H. dan Hadi U.K. 2006. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi

dan Pengendalian. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman FKH Institut Pertanian Bogor. 5: 96.

Page 64: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

47

Sitorus H. dan Ambarita, LP. 2007. Pengamatan Larva Aedes di Desa Sukaraya

Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2004. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 17(2): 28-33.

Sungkar S., Rawina dan Agnes. 2010. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat

Pengetahuan Masyarakat dan Kepadatan Aedes aegypti di Kecamaran Bayah, Provinsi Banten. Jurnal Makara Kesehatan. 14 (2): 81-85.

Trisnaniyanti I., Prabandari Y.S., Citraningsih Y. 2010. Persepsi dan Aktifitas

Kader PSN DBD Terhadap Pencegahan dan Pemberantasan Demam Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat. 26(3): 132-137

Widagdo L., Besar T.H., Bhinuri. 2008. Kepadatan Jentik Aedes agypti sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M plus): di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. Jurnal Makara Kesehatan. 12 (1): 13-19.

WHO. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan

Demam Berdarah Dengue. Jakarta: ECG. WHO. 2012. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah

Dengue. Palupi Widyastuti (penerjemah). Jakarta: ECG. Yanti, L.F. 2005. Daya Bunuh Abate 1G dengan Bahan Penyangga terhadap

Jentik Nyamuk Aedes aegypti (Abstrak). Yudhastuti R. dan Anny V. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainger dan

Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2): 170-182.

Page 65: HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM ...repository.ub.ac.id/167755/1/Nadiya Nurhasanah.pdfmerupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh wilayah Kota Malang. Hal tersebut terbukti

48