HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

45
BAB I A. Latar Belakang Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan iptek. Tanda-tanda perkembangan tersebut, dapat kita amati berdasarkan pengertian- pengertian di bawah ini : (1) Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar; (2) Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun 1

description

Pembelajaran sejarah sebagai salah satu dari pembelajaran mata pelajaran harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan pembelajaran yang matang, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi maksimal sesuai dengan potensinya.Kematangan perencanaan itu sangat dipengaruhi oleh kerja sama dari penyusun perencanaan pembelajaran mulai dari guru dan penyelenggara pendidikan serta pemerintah.

Transcript of HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Page 1: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I

A. Latar Belakang

Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami

perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan iptek. Tanda-tanda

perkembangan tersebut, dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian di

bawah ini : (1) Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan

mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.

Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan

bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan

mengajar; (2) Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran

berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk

hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar,

sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan

siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun peranannya berbeda

namun terkait satu dengan yang lainnya; (3) Pengajaran sebagai suatu sistem.

Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu

proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang

mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni : (a) profesi guru, (b)

perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik, (c) Tujuan pendidikan dan

pengajaran, (d) program pendidikan dan kurikulum, (e) perencanaan pengajaran,

(f) strategi belajar mengajar, (g) Media pengajaran, (h) Bimbingan belajar, (i)

hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan (j) manajemen pendidikan / kelas.

1

Page 2: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi

belajar mengajar. Dalam situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling

berhubungan yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar,

bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur

penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor

bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka

membawa para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran

merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun suatu prosedur yang

direncanakan dan terarah serta bertujuan. Dalam istilah lain, kegiatan

pembelajaran terdiri dari : tahap perencanaan, pelaksanaan/ implementasi, dan

evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan

pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/ pembelajaran/

pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan

sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai

operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

Landasan filsafat psikologi, pendidikan, ekonomi dan sebagainya serta

pesan-pesan dari kurikulum lainnya dari kurikulum tersebut akan sangat

mempengaruhi warna perencana di samping untuk tingkatan pendidikan mana

kurikulum tersebut dan model-model pengembangan perencanaan apa yang

digunakan. Semua aspek tersebut akan tergambarkan dalam bagian Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) atau skenario pembelajaran. Memang secara umum ada

langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang bisa berlaku umum dalam

2

Page 3: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

pembelajaran apapun untuk siapapun dan kapanpun. Guru membuka pelajaran,

menjelaskan materi, murid menyimak kalau perlu bertanya, mengevaluasi dan

menutup pelajaran. Tapi karena pelaksanaan pembelajaran itu tentu saja sangat

spesifik dipengaruhi oleh berbagai hal :

Siapa yang belajar

Apa yang dipelajari

Dimana dia belajar

Pesan-pesan apa yang diamanatkan kurikulum

Siapa yang mengajarnya

Semua faktor-faktor di atas akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran

secara detail. Untuk menganalisis detail pelaksanaan pembelajaran harus

diperhatikan :

Materi bahan ajar

Pola pembelajaran

Model desain instruksional / pembelajaran

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan

antara perencanaan pembelajaran sejarah dengan proses belajar mengajar?”

C. Tujuan Makalah

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana hubungan antara perencanaan pembelajaran sejarah dengan proses

belajar mengajar.

3

Page 4: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

D. Manfaat Makalah

Penulis berharap penulisan makalah ini mempunyai manfaat bagi penulis

pribadi untuk menambah wawasan penulis tentang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran secara khusus maupun kependidikan secara umum dan menambah

kemampuan dalam menulis ilmiah. Makalah ini juga diharapkan bermanfaat bagi

pembaca dan keilmuan pada umumnya.

4

Page 5: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sekilas Mengenai Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah saat ini menghadapi banyak persoalan. Persoalan itu

mencakup lemahnya penggunaan teori, miskinnya imajinasi, acuan buku teks dan

kurikulum yang state oriented, serta kecenderungan untuk tidak memperhatikan

fenomena globalisasi berikut latar belakang historisnya.

Lemahnya penggunaan teori dalam kajian sejarah memang ada benarnya,

karena sejarah memang tidak mempunyai teori. Sejarah meminta bantuan teori-

teori dari disiplin sosial lainnya dalam setiap kajiannya. Misalnya teori-teori

sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan sebagainya. Melalui teori-teori

tersebut kajian sejarah akan lebih kaya makna. Hanya kemampuan guru-guru

sejarah dalam meramu sajian sejarah dirasa kurang memadukan disiplin-disiplin

sosial lainnya dalam kajian sejarah. Guru dirasa kurang dalam menggunakan

pendekatan interdisipliner dalam kajian sejarah.

Miskin teori berakibat munculnya sejumlah contoh pernyataan dalam buku

teks yang terlalu umum dan sulit diverifikasi kebenarannya. Pembelajaran sejarah

juga tidak disertai percikan imajinasi yang membuat tinjauan akan peristiwa masa

lalu menjadi lebih hidup dan menarik.

Dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru menggunakan

paradigma konvensional, yaitu paradigma ‘guru menjelaskan – murid

mendengarkan’. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan

pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan

5

Page 6: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses

pembelajarannya. Sementara paradigma ‘siswa aktif mengkonstruksi makna -

guru membantu’ merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar

sejarah yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma ini dianggap sulit

diterapkan dan membingungkan guru serta siswa. Di samping itu, metode

pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang

dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami “amnesia (lupa atau

melupakan sejarah” bangsa sendiri.

Agar pembelajaran sejarah berhasil baik, metode yang dipergunakan harus

bisa mengkostruk “ingatan historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya

sebagai fakta-fakta hapalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk

memaknainya, juga mampu menggali lebih jauh lagi. Ingatan historis semata tidak

akan bertahan lama. Supaya ingatan historis semata tidak akan bertahan lama,

perlu disertai “ingatan emosional”.

Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi

hingga bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh

dan memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak

hanya berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah

dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang

tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses

pembelajaran yang penuh dengan makna. Agar “ingatan emosional” muncul dan

bertahan lama, maka paradigma pembelajaran sejarah harus diubah.

6

Page 7: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Mengubah paradigma yang dianut oleh seorang guru dari paradigma

konvensional ke paradigma konstruktif, bukan sesuatu hal yang mudah. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan guru sudah terbiasa dengan paradigma

konvensional, dan mereka sendiripun pada waktu masih menjadi siswa sudah

terbiasa dengan paradigma tersebut. Sungguh-sungguh diperlukan kemauan dan

tekad yang kuat untuk bisa mengubah paradigma tersebut secara nyata.

Schiffer dan Fosnot (1993) menguraikan proses jatuh bangun dari

beberapa guru yang berusaha sungguh-sungguh untuk menggunakan paradigma

konstruktivis, sekalipun mereka sendiri sebelumnya sudah sangat terbiasa dengan

paradigma konvensional. Dengan usaha yang keras, usaha para guru tersebut

akhirnya berhasil mengubah paradigma yang mereka gunakan, dan perubahan

paradigma tersebut memberikan manfaat yang positif bagi para siswa mereka,

karena dengan penggunaan paradigma yang kedua tersebut, para siswa menjadi

terbiasa mengeksplorasi secara aktif dan konstruktif konsep-konsep, prinsip-

prinsip, prosedur-prosedur, dan soal-soal sejarah (termasuk soal-soal yang non

rutin), sehingga mereka merasa bahwa sejarah adalah ‘milik’ mereka, karena liku-

likunya telah biasa mereka telusuri. Lebih jauh, hal tersebut menambah rasa

percaya diri mereka dalam menghadapi materi-materi sejarah yang baru dan soal-

soal yang sebelumnya belum pernah mereka jumpai. Hal ini juga sangat

membantu mereka pada waktu mereka menjumpai masalah-masalah dalam

kehidupan mereka sehari-hari; sehingga secara umum, kemampuan mereka dalam

memecahkan masalah kesejarahan meningkat. Kemampuan memecahkan masalah

7

Page 8: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

ini akan sangat berguna pula dalam bidang-bidang di mana mereka nanti akan

berkarya.

Belajar sejarah berarti peserta didik mampu berpikir kritis dan mampu

mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan

perubahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.

Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu

menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang

dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis topik pembelajaran

sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini harus dikemukakan secara kuat

agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran yang bersifat konservatif.

Kontekstualitas sejarah harus kuat mengemuka dan berbasis pada pengalaman

pribadi para siswa. Apalagi sejarah tidak akan terlepas dari konsep waktu,

kontinyuitas dan perubahan.

Mengutip pendapat Fernand Braudel (Lechte, 2001) memahami sejarah

dari sudut waktu. Menurutnya dalam memahami sejarah ada tiga kerangka waktu,

event history (short term/jangka pendek), conjucture (mid term/jangka menengah)

dan longue duree (long term/jangka panjang). Sejarah pada satu tempat dan

komunitas terkait dengan ketiga konsep waktu tersebut. Selain itu dari sudut

ruang, Braudel menambahkan satu lagi, yaitu ekonomi dunia di mana ini

merupakan unit analisis makro terkait dengan perkembangan pertukaran barang

dan jasa. Jika dikaitkan dengan waktu kalender, event history berlangsung antara

beberapa minggu, musim sampai beberapa tahun.

8

Page 9: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Conjungture berlangsung sekitar 10 – 50 tahun sedangkan longue duree

berlangsung lebih lama, bisa sampai beberapa abad.

Perubahan yang mempengaruhi sejarah dalam jangka waktu yang lama,

dicontohkan oleh Braudel yaitu mengenai perubahan musim atau iklim.

Perubahan jangka menengah, misalnya yang terkait bidang ekonomi seperti

perubahan-perubahan harga, pertumbuhan populasi dan hasil-hasil produksi.

Perubahan-perubahan ini bisa dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sepuluh,

duapuluh, lima puluh tahun yang lalu. Event history atau jangka pendek

digambarkan oleh Braudel seperti pada awal tulisan ini. Seperti cahaya kunang-

kunang, bersinar singkat dan lemah, tetapi cukup melepaskan cahaya untuk

menyinari dataran kecil di bawahnya. Pada event history ini Braudel memberi

tekanan pada perang, politik dan diplomasi.

Pembedaan ketiga konsep waktu ini, evant history, conjucture dan longue

duree tidak merupakan pembedaan yang hirarkis, satu lebih penting dari yang

lain. Masing-masing berperan dan mempunyai fungsi sendiri-sendiri, dan ketika

tiga konsep waktu itu ditambah dengan unit analisis makro, ekonomi dunia,

menurut Braudel keempatnya tersebut akan memberikan sudut pandang kita

mengenai total history.

Apabila pemikiran Fernand Braudel tersebut diterapkan dalam

pembelajaran sejarah, maka perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran agar

aktualitas akibat adanya perubahan dalam konsep waktu dapat dipahami dan

disadari oleh para siswa.

9

Page 10: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Beberapa faktor di atas diangkat dalam makalah singkat ini, yaitu

perubahan pembelajaran sejarah dari pola lama menjadi pembelajaran sejarah

dengan paradigma baru. Paradigma ini adalah pendekatan pembelajaran sejarah

yang kontekstual berbasis konstruktivisme dengan memperhatikan perkembangan

kekinian yang semakin global.

B. Perubahan Paradigma Pembelajaran

Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran yang ditunjang oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong terjadinya pergeseran

konsep pembelajaran. Model mengajar bergeser ke arah model belajar. Asumsi

pergeseran tersebut bertolak dari peserta didik yang diharapkan mendapat

meningkatkan upaya dirinya memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Guru di sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, akan tetapi bagian

integral dalam sistem pembelajaran. Berdasarkan teori belajar yang ada, bermuara

pada tiga model utama, yaitu: 1) Behaviorisme, 2) Kognitivisme, dan 3)

Konstruktivisme.

1. Pembelajaran Behaviorismes

Good et. al.(1973) menganggap behaviorisme atau tingkah laku dapat

diperhatikan dan diukur. Prinsip utama bagi teori ini ialah faktor rangsangan

(stimulus), Respon (response) serta penguatan (reinforcement). Teori ini

menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan dan respon peserta didik

terhadap rangsangan itu ialah responsnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat

Thorndike (2001) yang menyatakan bahwa hubungan di antara stimulus dan

10

Page 11: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

respon akan diperkuat apabila responnya positif diberikan reward yang positif dan

tingkah laku negatif tidak diberi apa-apa (hukuman).

Sebagai contoh, seseorang peserta didik diberikan ganjaran positif setelah

dia menunjukkan respon positif. Dia akan mengulangi respons tersebut setiap kali

rangsangan yang serupa ditemui. Hal demikian akan diperoleh dalam pengajaran

guru dengan adanya latihan dan ganjaran terhadap sesuatu latihan. Penguatan

(reinforcement) akan memberi rangsangan supaya belajar lebih bersemangat dan

bermotivasi tinggi. Peserta didik yang berprestasi memperoleh pengetahuan yang

mereka inginkan dalam sesuatu sesi pembelajaran, dapat dikatakan mendapat

response positif.

2. Pembelajaran Kognitif

Model kognitif berkembang sebagai protes terhadap teori perilaku yang

berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para

peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya

mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini

menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan

kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-

masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek

pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut

Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta

didik untuk pengalaman belajar.

11

Page 12: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Bruner bekerja pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep

sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari

lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,

meliputi: (1) enactive, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui

tindakannya pada objek; (2) iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan

model dan gambar; dan (3) symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam

berpikir abstrak.

Gagne melakukan penelitian pada belajar mengajar sebagai suatu

rangkaian pase, menggunakan step-step kognitif: pengkodean (cooding),

penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving), dan pemindahan

informasi (transferring information). Menurut Bruner (1963) perkembangan

kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat

lingkungan, yaitu enactif, iconic, dan symbolic. Tahap pertama adalah tahap

enaktif, dimana siswa melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usahanya

memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik dimana ia melihat dunia

melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap

simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak

dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilakukan dengan pertolongan

sistem simbol.

Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitivisme banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan

perancangan pembelajaran, yang meliputi: (1) Peserta didik akan lebih mampu

mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan

12

Page 13: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

pola dan logika tertentu; (2) Penyusunan materi pelajaran harus dari yang

sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik

harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana; (3) Belajar dengan

memahami lebih baik dari pada menghafal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru

harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini

adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya; dan (4)

Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat

mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan

intelektual, kepribadian, kebutuhan akan sukses dan lain-lain. (dalam Toeti

Soekamto 1992:36)

3. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan

bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme

telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat

sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.

Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru

tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk

yang serba sempurna. Dengan kata lain, peserta didik harus membangun suatu

pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing.

Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola

pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas

mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses

renungan dan pengabstrakan. Pikiran peserta didik tidak akan menghadapi

13

Page 14: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang

diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik

sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk

struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Untuk membantu peserta didik

dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan

struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah

disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka,

barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.

John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan

bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran

sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan.

Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertaan peserta didik di dalam setiap

aktivitas pengajaran dan pembelajaran.

Ditinjau perspektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme,

maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran

dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum.

Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan

pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh

dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan

pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan peserta didik dalam membina

skema pengonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah

tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada

pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari kaca mata peserta didik.

14

Page 15: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

C. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pengertian

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan-

rumusan tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah

ditentukan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau

tahun 1975 istilahnya disebut sebagai Prosedur Pengembangan Sistem

Pembelajaran (PPSI). Sebagai suatu prosedur, desain pembelajaran dapat diartikan

sebagai langkah yang sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan

pembelajaran dan bahan pembelajaran. Produk dari desain pembelajaran adalah

berupa persiapan pembelajaran, silabus, modul, bahan tutorial dan bentuk saran

pedagogis lainnya.

Proses pengembangan perencanaan pembelajaran terkait erat dengan

unsur-unsur dasar kurikulum yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar

dan penilaian hasil belajar.

Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran

adalah : (a) memahami kurikulum; (b) menguasai bahan ajar; (c) menyusun

program pengajaran; (d) melaksanakan program pengajaran dan (e) menilai

program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Dalam perencanaan pembelajaran sampai saat ini masih mempergunakan

pendekatan sistem, artinya perencanaan pembelajaran merupakan kesatuan utuh

15

Page 16: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

yang memiliki komponen (tujuan, materi, pengalaman belajar dan evaluasi) yang

satu sama lain saling berinteraksi.

Sejalan dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan,

banyak program inovatif yang muncul kaitannya dengan perubahan paradigma

dan pembaharuan dalam dunia pendidikan. Perubahan paradigma pendidikan tidak

cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun

prosedur perumusannya.

Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan

prkatik pembelajaran baik di luar maupun di dalam kelas. Indikator perubahan

kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran,

pemilihan media pembelajaran, penentuan pola penilaian yang menentukan

keberhasilan pembelajaran itu sendiri.

Keberhasilan implementasi kurikulum akan banyak ditentukan oleh

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas

yang diembannya, dan pembelajaran merupakan salah satu tugas yang sangat

menentukan keberhasilan itu.

Pembelajaran akan menjadi sesuatu yang bermakna buat peserta didik

ketika diupayakan melalui sebuah perencanaan pembelajaran yang baik dan benar.

Oleh karena itu, keterampilan guru dalam merancang pembelajaran

merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai seorang pendidik, pembelajar, dan seorang perancang

pembelajaran.

16

Page 17: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Pembelajaran, secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk

membelajarkan siswa dan aktivitas belajar siswa tersebut dapat terjadi dengan

direncanakan (by designed). Perencanaan merupakan aktivitas pendidikan dimana

pembelajaran ada di dalamnya yang secara sadar dirancang untuk membantu

siswa dalam mengembangkan potensi dirinya melalui sejumlah kompetensi yang

diacunya dalam setiap proses pembelajaran yang diikutinya.

Dengan demikian, inti dari perencanaan pembelajaran adalah proses

memilih, menetapkan dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran, menawarkan bahan ajar, menyediakan pengalaman belajar yang

bermakna, serta mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam

mencapai hasil pembelajarannya.

Menurut Nana Sudjana (2000 : 61) mengatakan bahwa perencanaan adalah

proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan

dilakukan pada waktu yang akan datang. Hal senada juga dikemukakan oleh

Hadari Nawawi (1983 : 16) bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-

langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang

terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Kesimpulannya, efektivitas perencanaan

berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat

diukur dengan terpenuhinya apa yang tertuang dalam perumusan perencanaan.

Sementara untuk pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta

didik untuk memiliki pengalaman belajar. Menurut Mulyani Sumantri (1988:95)

17

Page 18: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar

bagi peserta didik.

Merujuk kepada pemahaman di atas, berarti perencanaan pembelajaran

pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan yang diwujudkan dalam

penyusunan langkah-langkah untuk pencapaian tujuan pembelajaran agar peserta

didik memiliki pengalaman belajar yang berarti.

Pemahaman secara konseptual berikut ini, diharapkan dapat membantu

anda untuk meningkatkan efektivitas pembuatan perencanaan pembelajaran.

Konsep berikut memiliki dua pemahaman, yaitu pertama proses pengambilan

keputusan dan pengetahuan profesional tentang proses pembelajaran, Kedua

keputusan yang diambil oleh guru bisa beragam mulai dari yang sederhana

misalnya pengorganisasian aktivitas kelas, sampai yang komplek misalnya

menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa.

Dalam lingkup yang lebih luas, perencanaan pembelajaran dapat diartikan

sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran,

penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam alokasi

waktu tertentu untuk menapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Unsur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjamahan dari instruction yang secara

khusus diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan

seseorang belajar. Proses pengembangan pembelajaran terkait dengan unsur-unsur

dasar kurikulum yang sekaligus juga merupakan unsur dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran, yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian

18

Page 19: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

hasil belajar. Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang

menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang saling terkait secara

fungsional. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan perangkat yang harus

dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran yang akan dilakukannya, antara

lain : (1) Memahami kurikulum; (2) Menguasai bahan ajar; (3) Menyusun

program pengajaran; (4) Melaksanakan program pengajaran; dan (5) Menilai

program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan hendaknya mampu

mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,

kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, pada setiap peserta didik.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a) Pengertian RPP

Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses yang ditata dan diatur

sedemikian rupa, menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya

dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan tersebut dituangkan dalam

bentuk perencanaan pembelajaran. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan

perkiraan atau proyeksi mengenai apa yang diperlukan dan apa yang akan

dilakukan. Demikian halnya, perencanaan pembelajaran memperkirakan atau

memproyeksikan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mungkin saja dalam pelaksanaannya tidak

begitu persis seperti apa yang telah direncanakan, karena proses pembelajaran itu

sendiri bersifat situasional. Namun, apabila perencanaan sudah disusun secara

matang, maka proses dan hasilnya tidak akan terlalu jauh dari apa yang sudah

19

Page 20: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

direncanakan. Istilah perencanaan pembelajaran yang saat ini digunakan berkaitan

dengan penerapan KTSP di sekolah-sekolah di Indonesia yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada waktu yang lalu dikenal istilah satuan

pelajaran (satpel), rencana pelajaran (renpel), dan istilah-istilah sejenis lainnya.

Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan pembelajaran

ini, di antaranya:

1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan

merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran,

cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan

apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau

media apa yang diperlukan (Ibrahim 1993: 2).

2. Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan perencanaan

pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pengembangan

instruksional sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur

yang saling berinteraksi (Toeti Soekamto 1993: 9).

3. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar

bagi guru dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran

dapat diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksanakan

sudah menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan

pendekatan keterampilan proses.

4. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau

dalam rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam

perencanaan pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh

20

Page 21: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Sehingga perencanaan

pengajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis sebagai acuan

guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Istilah pengajaran yang digunakan dalam pengertian di atas sebaiknya

diubah dengan pembelajaran, untuk memberi tekanan pada aktivitas belajar yang

dilakukan siswa.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana pelaksanaan

pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana

Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1

(satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

b) Unsur Pokok dalam RPP

Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam RPP meliputi:

a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan

waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

b. Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.

c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam

rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

d. Kegiatan pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret

yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran

dan

sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).

21

Page 22: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian

kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan

digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil

penilaian).

c) Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan

tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan belajar, dan alat evaluasi

yang digunakan. Efektivitas RPP tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip

perencanaan pembelajaran berikut:

1) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa.

2) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.

3) Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia

4) Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan pembelajaran

yang sistematis.

5) Perencanaan pembelajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tugas

dan atau lembar observasi.

6) Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel.

7) Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang

mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar

dan evaluasi.

22

Page 23: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP.

Selain itu, secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus sudah

menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar menjadi indika-tor,

bagaimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kom-petensi

dasar, bagaimana memilih alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai

untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana mengembangkan evaluasi proses

dan hasil belajar.

d) Langkah-langkah Penyusunan RPP

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat ditempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah

ditetapkan

3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada

silabus yang telah disusun.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang

telah ditentukan (lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu

rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah

sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi). Rumusan tujuan

pembelajaran tidak menimbulkan penafsiran ganda.

5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang

terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi

pokok/pembelajaran

23

Page 24: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,

inti, dan akhir. Langkah-langkah pembelajaran berupa rincian skenario

pembelajaran yang mencerminkan penerapan strategi pembelajaran termasuk

alokasi waktu setiap tahap. Dalam merumuskan langkah-langkah

pembelajaran juga harus mencerminkan proses eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi.

8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan.

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik

penskoran, dll. Tuliskan prosedur, jenis, bentuk, dan alat/instrumen yang

digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta

tindak lanjut hasil penilaian, seperti: remedial, pengayaan, atau percepatan.

Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti: penilaian hasil

karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis

(paper & pen).

Berkaitan dengan penyusunan RPP ini, terdapat beberapa catatan yang

perlu diperhatikan oleh para guru, yaitu:

1) Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan secara

nasional untuk seluruh mata pelajaran harus dijadikan acuan utama dalam

merumuskan komponen-komponen RPP. Karena itu, rumusan standar

kompetensi dan kompetensi dasar sekalipun sudah dituliskan dalam silabus,

perlu tetap dituliskan kembali dalam RPP agar dapat terlihat secara langsung

keterkaitannya dengan komponen yang lainnya dan menjadi titik tolak untuk

24

Page 25: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

menentukan materi pembelajaran, indikator ketercapaian kompetensi, media,

metoda, kegiatan pembelajaran serta menentukan cara penilaian.

2) Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator-indikator ketercapaian

kompetensi perlu dipahami oleh guru. Setelah itu guru harus mampu

menuliskannya dalam RPP dengan menggunakan rumusan-rumusan yang

tepat, terukur, dan operasional. Ketidakmampuan guru dalam merumuskan

indikator-indikator tersebut akan mempengaruhi pencapaian kompetensi dasar,

yang akhirnya berakibat terhadap rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa.

3) Dalam penentuan materi pembelajaran pada umumnya guru sering menjadikan

buku teks sebagai titik tolak dan sumber utama pembelajaran. Hal ini akan

membawa akibat bahwa seluruh proses pembelajaran akan berada di sekitar

buku teks tersebut. Dalam RPP yang dikembangkan, sebenarnya buku teks

hanya merupakan salah satu sumber. Sumber itu tidak hanya buku, namun ada

buku, alat, manusia, lingkungan maupun teknik yang dapat dijadikan sebagai

sumber belajar. Sebenarnya dengan adanya kompetensi dasar dan indikator

akan memudahkan penentuan materi. Apabila kompetensi dasar dan indikator

ada dalam kawasan belajar kognitif, maka sifat materi yang akan disajikanpun

akan berkenaan dengan pengetahuan ataupun pemahaman. Demikian pula

halnya untuk kawasan belajar afektif maupun psikomotor. Materi

pembelajaran ini dapat diuraikan secara terinci atau cukup dengan pokok-

pokok materi saja, dan materi terinci nantinya dapat dilampirkan. Materi

pembelajaran sifatnya bermacam-macam ada yang berupa informasi, konsep,

prinsip, keterampilan dan sikap. Sifat dan materi tersebut akan membawa

25

Page 26: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

implikasi terhadap metoda yang akan digunakan dan kegiatan belajar yang

harus ditempuh oleh siswa.

4) Dalam penentuan atau pemilihan kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan

metoda mana yang paling efektif, efisien, dan relevan dengan pencapaian

kompetensi dasar dan indikator. Penentuan metode pembelajaran harus

memungkinkan terlaksananya cara belajar siswa aktif, kreatif, inovatif, dan

menyenangkan. Guru perlu memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran yang

benar-benar efektif dan efisien dengan mempertimbangkan:

(a) Karakteristik kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

(b) Keadaan siswa, mencakup perbedaan-perbedaan individu siswa seperti

kemampuan belajar, cara belajar, latar belakang, pengalaman, dan

kepribadiannya.

(c) Jenis dan jumlah fasilitas/sumber belajar yang tersedia untuk dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(d) Sifat dan karakteristik masing-masing metode yang dipilih untuk mencapai

kompetensi dasar.

D. Hubungan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan dari pembahasan tentang pembelajaran sejarah sebagai bagian

dari dunia pendidikan khususnya di Indonesia, jelas sekali terdapat kaitan erat

antara keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan

pembelajaran. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh perencanaan

pembelajaran oleh penyelenggara pendidikan baik secara makro yang tertuang

26

Page 27: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

dalam kurikulum pendidikan nasional di Indonesia tetapi juga secara mikro dalam

penyusunan RPP oleh sekolah ataupun guru dalam pelaksanaannya dalam

pembelajaran di kelas.

27

Page 28: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Diperlukan kemauan dan tekad yang kuat untuk bisa mengubah paradigma

yang dianut oleh seorang guru dari paradigma konvensional ke paradigma

konstruktif. Apalagi sejarah tidak akan terlepas dari konsep waktu, kontinyuitas

dan perubahan.

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan-

rumusan tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah

ditentukan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Pengaturan tersebut dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran.

Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan perkiraan atau proyeksi mengenai

apa yang diperlukan dan apa yang akan dilakukan. Demikian halnya, perencanaan

pembelajaran memperkirakan atau memproyeksikan mengenai tindakan apa yang

akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Apabila

perencanaan sudah disusun secara matang, maka proses dan hasilnya tidak akan

terlalu jauh dari apa yang sudah direncanakan. Istilah perencanaan pembelajaran

yang saat ini digunakan berkaitan dengan penerapan KTSP di sekolah-sekolah di

Indonesia yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada waktu yang lalu

dikenal istilah satuan pelajaran (satpel), rencana pelajaran (renpel), dan istilah-

istilah sejenis lainnya.

28

Page 29: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Kecermatan dalam perencanaan pembelajaran akan berpengaruh terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap hasil

belajar siswa.

B. Saran

Pembelajaran sejarah sebagai salah satu dari pembelajaran mata pelajaran

harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan pembelajaran yang matang, sehingga

hasil belajar peserta didik menjadi maksimal sesuai dengan potensinya.

Kematangan perencanaan itu sangat dipengaruhi oleh kerja sama dari

penyusun perencanaan pembelajaran mulai dari guru dan penyelenggara

pendidikan serta pemerintah.

29

Page 30: HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PEMBELAJARAN SEJARAH

DAFTAR PUSTAKA

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1988.

http://suciptoardi.wordpress.com/2008/07/03/lawatan-sejarah-sebagai-model-pembelajaran-sejarah/

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031NANA_JUMHANA/MAKALAH_PENGEMBANGAN_RENCANA_PELAKSANAAN_PEMBELAJARAN.pdf

30