hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal decade 80-an mulailah lingkungan dimasukan dalam perencanaan pembangunan dan dijadikan ukuran keberhasilan suatu proses pembangunan. Disinilah mulai dicanangkan pembangunan berwawasan lingkungan yang kemudian dikenal dengan istilah pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dengan pendapatan perkapita, namun dilibatkan pula unsure tentang kependudukan. Pelaksanaan pembangunan menuntut para pelaksana pembangunan untuk melaporkan kepada rakyat akan jumlah penduduk yang masih miskin, buta huruf atau berpendidikan dasar, besarnya angka kesakitan dan kematian, banyaknya sumber daya alam yang telah dieksploitasi, sisa sumber daya alam yang masih tersedia dan kualitas lingkungan yang tercemar oleh kegiatan 1

Transcript of hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

Page 1: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal decade 80-an mulailah lingkungan dimasukan dalam

perencanaan pembangunan dan dijadikan ukuran keberhasilan suatu proses

pembangunan. Disinilah mulai dicanangkan pembangunan berwawasan

lingkungan yang kemudian dikenal dengan istilah pembangunan

berkelanjutan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa keberhasilan pembangunan

tidak hanya diukur dengan pendapatan perkapita, namun dilibatkan pula

unsure tentang kependudukan.

Pelaksanaan pembangunan menuntut para pelaksana pembangunan

untuk melaporkan kepada rakyat akan jumlah penduduk yang masih miskin,

buta huruf atau berpendidikan dasar, besarnya angka kesakitan dan kematian,

banyaknya sumber daya alam yang telah dieksploitasi, sisa sumber daya alam

yang masih tersedia dan kualitas lingkungan yang tercemar oleh kegiatan

pembangunan. Kondisi kependudukan Indonesia masa kini merupakan factor

penghambat yang cukup dominan terhadap keberlangsungan produktivitas

masyarakat pada lingkungannya. dalam teori Malthus dalam( kebijakan

kependudukan 71 ) faktor kependudukan jumlah penduduk yang berlebih (

over population ) dianggap sebagai faktor penting yang menyebabkan

kemiskinan. Oleh karena itu, kebijakan untuk mengendalikan jumlah

penduduk merupakan salah satu upaya untuk menekan atau mengurangi

jumlah penduduk miskin.

11

Page 2: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

2

Negara Indonesian harus berjuang melawan pertambahan penduduk.

Jumlah penduduk Indonesian dari tahun ketahun terus bertambah banyak.

Pada tahun 1980 jumlah penduduk 179.248 juta jiwa, pada tahun 1994

bertambah 194,615 jiwa data dari United Nation Departement Economic and

Social Information and Policy Analysis Population untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada table

Tabel 1

Perkembangan Penduduk Indonesia 1980-2010

Tahun

Sensus

Jumlah Penduduk

( x 1000 )

Pertumbuhan

Penduduk

Tahun

Kelipatan

1980

1990

2000

2010

2015*

2050*

147,491

179,248

206,615

237,560

252,047

318,802

-

31,757

27,615

30,615

14,487

66,755

-

10

10

10

5

35

Sumber Biro Statistik

World Population 1980

United Nation Departement For Economic and Social Information and

Folicy Analys Population Division.

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya terjadinya pertambahan

penduduk adalah adanya tiga paktor, yaitu kelahiran ( fertilitas ) yang

Page 3: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

3

menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk, kematian ( mortalitas ) yang

menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk dan migrasi yang menambah

dan mengurangi jumlah penduduk tergantung apakah migrasi masuk lebih

besar dari pada migrasi keluar atau sebaliknya.

Di Indonesia melahirkan hampir enam kali selama umur reproduksi.

Mengingat fertilitas merupakan salah satu bentuk prilaku wanita dan erat

kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, dan pelaksanaan Keluarga

Berencana( KB ) Tradisional menarik untuk dijadikan bahan kajian jika

dihubungkan dengan nilai-nilai social dan produktivitas anggota

masyarakat pada lingkunganya.

Salah satu daerah yang menjadi objek kajian kependudukan adalah

Desa Cibanten Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis. Desa ini merupakan

salah satu darah pertanian karena, terdapat hamparan sawah, dan perbukitan

ditumbuhi pohon kelapa milik masyarakat, disamping itu terdapat fasilitas

social seperti sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi, sarana trnfortasi, listrik

dan telekomunikasi, selain saran dan prasarana tadi. Di Desa Cibanten

mempunyai sifat kehidupan masyarakat yang sangat khas. Sikap kehidupan

masyarakat tersebut setiap keluarga jumlah anak kurang dari dua dan rata-rata

penduduk tidak menjadi akseptor Keluarga Berencana ( KB ) keadaan seperti

ini dinyatakan oleh wanita PUS di Desa Cibanten, Kecamatan Cijulang,

Kabupaten Ciamis menggunakan metode KB tradisional secara turun

temurun.

Page 4: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional

dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya?

2. Adakah hubungan nilai-nilai social dengan produktivitas anggota

masyarakat pada lingkungannya?

3. Adakah hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional

dan nilai-nilai social dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )

Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya.

2. Mengetahui hubungan nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota

masyarakat pada lingkungannya.

3. Mengetahui hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradidional

dan nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Page 5: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

5

Dari hasil penelitian ini berguna dalam dua hal yaitu dari segi teoritis

dan dari segi praktis atau kemungkinan penerapannya di lapangan. Dari

segi teoritis pengaruh dari pariabel bebas terhadap pariabel terikat akan

memberikan gambaran bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )

Trdisional dan nilai-nilai social terdapat hubungan dengan produktivitas

masyarakat pada lingkungannya. Hal ini sangat berguna bagi penulis sebagai

wahana perluasan wawasan dan konsep pengetahuan tentang penggunaan

Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai nilai sosial dengan

produktivitas masyarakat pada lingkungannya.

Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai masukan kepada pemerintah dan pemegang kebijakan kependudukan

di Desa Cibanten, Kecamatan Cijulang, Ciamis, dalam membuat kebijakan

kependudukan dengan memperhatikan ada tidaknya pengaruh Keluarga

Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai-nilai sosial dengan anggota

masyarakat pada lingkungannya. Di desa Cibanten, Kecamatan Cijulang,

Kabupaten Ciamis.

Page 6: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 pembangunan

keluarga sejahtra diarahkan pada pengembangan kualitas keluarga melalui

upaya Keluarga Berencana. Dalam rangka membudayakan norma keluarga

kecil bahagia sejahtra. Pembangunan keluarga sejahtra bertujuan untuk

mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, nyaman,

tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan

kesejahtraan lahir batin. Menurut undang-undang tersebut, gerakan

Keluarga Berencana ( KB ) didifinisikan sebagai upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat: “pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan

kesejahtraan keluarga”.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan pada pasal1 disebutkan: “perkawinan ialah ikatan lahir batin

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing” usia yang

tepat untuk melakukan perkawinan adalah perempuan 18 sampai 20 tahun.

Pada umur tersebut seorang perempuan telah dewasa dilihat dari bentuk

badan, namun jika dilihat dari kesiapan jiwanya, umur perempuan untuk

6

Page 7: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

7

menjadi seorang ibu rumah tangga adalah 25 tahun. Pada umur tersebut

wanita sudah cukup matang dalam berfikir maupun dalam mengambil

keputusan. Demikian juga halnya dengan laki-laki, pada umur 25 sampai

27 tahun ia telah siap dan mampu secara dewasa menjadi suami sebagai

pelindung keluarga.

Diantara kita, masih banyak pasangan suami istri muda yang belum

tahu kapan sebaiknya untuk hamil. Ini sangat penting agar ibu yang hamil

dan janin bayi yang dikandungnya tumbuh dan berkembang secara sehat.

Masa hamil dapat brlangsung mulai haid ( 13 tahun ) samapai monopouse

( 49 tahun ). Diantara kurun waktu tersebut ada yang bebahaya dan ada

yang aman untuk hamil. Seorang wanita hamil pada usia di bawah 20

tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko kegagalan yang lebih besar.

Karena pada usia dibawah 20 tahun atau di atas 30 tahun. Wanita secara

fisik dan mental belum matang, pada kehamilan menuntut kematangan

fisik dan mental lebih matang. Sedangkan kehamilan di atas 30 tahun

memiliki risiko kegagalan disebabkan sudah mulai melemahnya

kemampuan fisik, sehingga tidak kuat lagi untuk hamil. Dengan demikian

kehamilan yang baik harus dimulai jika wanita telah berusia 20 tahun dan

kehamilan harus diakhiri setelah berusia 30 tahun. Dengan demikian

manfaat hamil yang sehat adalah rasa amannya ibu hamil baik dari sudut

kesehatan, fisik maupun mental. Begitu pula hamil sehat akan sehat pula

janin yang dikandungnya sehingga bayi yang dilahirkan akan sehat pula.

Page 8: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

8

Untuk memperoleh kehamilan yang sehat alangkah baiknya mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menikah setelah usia 20 tahun bagi wanita, dan 25 tahun bagi pria

2. Menunda kelahiran anak pertama, dalam kurun waktu antara 1- 2 tahun

sehingga

terlebih dahulu dapat disiapkan kebutuhan fisik, ekonomi, dan

fsikologis.

3. Periksalah keshatan ibu dan suami sebelum memutuskan untuk hamil.

4. Periksalah kehamilan secara rutin dan teratur ke dokter / bidan tentang

Perkembangan janin sampai bayi lahir.

Banyak pilihan alat kontrasipsi yang digunakan untuk menunda

kehamilan, yaitu: pil KB, kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi bawah

kulit ( AKBK/implant/susuk ), alat kontrasepsi dalam rahim (

AKDR/IUD ) kontrasepsi barier, diafragma/sikap dan kontrasepsi mantap (

KONTAP ).

Begitu juga selain alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah, di

Desa Cibanten terdapat alat kontrasepsi tardisional secara turun menurun

misalnya:

a. Ramuan Tadisional

b. Penggeseran rahim

c. Mantra

a) Ramuan Tradisional Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai

kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat terutama di beberapa dareah di

Page 9: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

9

Indonesia. Penggunaan kontrasepsi tradisional banyak ditemukan di daerah

pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek

moyangnya.

Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris

digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-

tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi tersebut mengandung senyawa-

senyawa yang bersifat antifertilitas, antiesterogenik, dan antiimplantasi baik

terhadap pria, wanita, maupun untuk keduanya.

b) Penggeseran Rahim

Pengeseran rahim sering dilakukan oleh masyarakat di desa Cibanten untuk

menjarangakan kehamilan. Penggeseran rahim ini dilakuan untuk tujuan

menjarangkan kehamilan dengan tujuan sesuai dengan yang dihrapkan sebab

penggeseran rahim ini tidak permanen terhenti tidak punya anak lagi, suatu ketika

apabila ingin punya anak lagi bisa datang lagi ke dukun beranak ( indung berang )

untuk menggeserkan rahim keposisi semula supaya untuk mempunyai keturunan,

penggeseran ini dilakukan tidak khusus ditujukan kepada ibu yang sudah punya

anak dua atau lebih tetapi bias juga kepada ibu yang baru menikah apabila si ibu

belum mengingikkan punya anak.

c) Matra

Biasanya penggunaan mantra diperuntukan bagi keluarga subur sudah punya anak

lebih dari dua supaya tidak punya anak lagi, karena menggunakan mantra

Page 10: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

10

permanen tidak akan punya anak lagi, dengan menggunakan mantra mediasi

mangkok putih diisi air putih ( pinggan bodas dieusi cai herang ) lalu dibacakan

mantra( terus dib ere jampe ), setelah itu diberikan ke si ibu untuk diminum.

Kebiasaan ini merupakan warisan budaya yang terus turun temurun sapai

sekarang dilakukan selain upaya menjarangkan anak melalui : obat ramuan

tradisional, penggeseran rahim, dan mantra, ada larangan yang harus dipatuhi laki-

laki maupun perempuan yang sudah dewasa dilarang memakan telur puyuh (

temenang ngadahar endog puyuh mantak dipuuk incu ) jangan makan telur puyu

nanti akan banyak cucu. Sumber dari dukun beranak Ma KOKON 63 Tahun dan

PUS yang tidak masuk masuk KB. Hal ini diterapkan oleh masyarakat Cibanten

merupakan \pendorong setiap keluarga agar produktiv didak terbebani oleh

banyak anak, mampu hidup harmonis dengan keadaan lingkungan sosial maupun

lingkungan alam.

2. Nilai -nilai sosial

Rabbin ( 1996 ) berpendapat bahwa nilai sosial memiliki arti

keyakinan dasar prilaku seseorang atau gambaran tentang sesuatu yang

berharga, pantas dan diinginkan untuk meperbarui prilaku sosialnya. Nilai

yang sangat berhubungan erat dengan kebudayaan dalam kehidupan

masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai

tertentu mengenai cara-cara pemenuhan kebutuhan hidup.

Di desa Cibanten tidak jauh dengan pendapat Robin , memang alat

kontrasepsi yang disediakan diapotek- apotek, sebagian kecil yang

menggunakan dari jumlah wanita PUS yang ada di desa Cibanten

Page 11: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

11

sebanyak 1147 yang menggunakan alat kontrasepsi yang disediakan, cuma

147 orang sisanya 1000 orang menggunakan KB tradisional. Nilai sosial

adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang

dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk

menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh

kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat

yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

Contohnya : di masyarakat Cibanten, bila punya anak lebih dari dua akan

merasa malu, begitu juga membeli alat kontrasepsi , dan harus

mengeluarkan uang setiap waktu, dan juga kadang – kadang lupa. akan

merasa malu suatu kepala keluarga tidak mampu menghidupi anggota

keluarganya, sehingga tidfak sedikit warga Cibanten setelah menikah

menunda kehamilannya sebelum mapan. walaupun ada di daerah lain

istilah banyak anak banyak rizki tetapi di desa Cibanten, banyak anak

akan bertambah beban hidup.

Fungsi nilai sosial sebagai orientasi prilaku sosial dalam memenuhi

kebutuhan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Fungsi nilai sosial bersifat teoritis adalah penyajian deskriptif

berdasarkan teori yang berbeda dengan pengetahuan langsung. Fungsi

teoritis dianggap sangat penting karena suatu penemuan

membutuhkan landasan lewat pendekatan kritis dan rasional.

Page 12: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

12

2) Fungsi nilai sosial bersipat ekonomis adalah sikap yang bersifat atau

berciri ekonomi, hemat dan menekankan kegunaan yang praktis.

Fungsi ekonomi sesungguhnya secara ekonomi telah dimiliki oleh

setiap manusia.

3) Fungsi nilai sosial bersifat esteris adalah suatu yang dipandang indah

atau sifat keindahan. Fungsi estetis ini menempatkan sesuatu

keindahan pada nilai tertinggi dalam bentuk keserasian ( harmoni )

4) Fungsi nilai sosial bersifat sosial adalah segala sesuatu mengenai

kehidupan masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum dan

dapat memberikan nilai tertinggi pada kecintaan dan kepentingan

orang banyak.

5) Fungsi nilai sosial bersifat politis adalah prilaku kehidupan

masyarakat yang bercorak politik atau berdasarkan kebiasaan

kenegaraan. Fungsi politis bersifat mencari kekuasaan yang menaruh

tekanan kepada diperolehnya kekuasaan dan pengaruh terhadap orang

banyak.

6) Fungsi nilai sosial bersifat relegius adalah sfat keagamaan atau

ketaatan seseorang yang beriman, saleh, rajin beribadat, dan peduli

akan persatuan pengalaman serta paham mengenai kosmos sebagai

keseluruhan hidup bertuhan dan bermasyarakat.

Jika fungsi nilai sosial dapat dipakai atau diterima secara baik oleh

semua pihak. Maka nilai sosial dapat berfungsi sebagai pengaruh dan

pengendali prilaku masyarakat atau lingkungan sosial. Lingkungan sosial

Page 13: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

13

adalah manusia yang ada di sekitar individu mulai dari, keluarga, tetangga,

kampung, desa, kota, provinsi, dan dunia. Yang secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi individu termasuk di dalamnya segala norma,

aturan, dan adat istiadat yang berlaku.

Hasil rasa dari bagian dari kebudayaan menurut KI Hajar Dewantara

berupa norma-norma dan nilai- nilai kemasyarakatan, sosial. Nilai itu

pada hakekatnya merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana manusia harus

berprilaku dalam pergaulan sosial. Dengan demikian masing-masing

warga masyarakat disamping memiliki kebiasaan yang dimilikinya

dituntut untuk berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakatnya.

4. Produktivitas Masyarakat Pada Lingkungan

Didalam rangka penyedian bahan pangan, kecenderungan

bertambahnya jumlah penduduk merupakan acuan dalam upaya

mencukupinya. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data biro statistic

tahun 2010 mencapai 237,560,000 jiwa, kemungkinan perubahan pola

makan yang ada kaitanya dengan selera masyarakat, dan kenaikan

pendapatan perlu diperhitungkan dalam perencanaan penyediaan bahan

pangan. Juga factor kemapuan masyarakat untuk memperoleh cukup

pangan perlu diperkirakan dan dibina dengan seksama, didukung oleh

kebijaksanaan yang dapat meratakan peningkatan pendapatan poenduduk,

khususnya golongan petani di daerah pedesaan serta para buruh dan lain

Page 14: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

14

Zen ( 1979 ) Masalah tata lingkungan yang semakin memburuk,

lebih dekat, lebih nyata dan lebih langsung terasa bagi masyarakat

berkembang. Di Pulau Jawa tidak mampu melindungi daerah aliran

sungainya ( karena ada erosi tanah dan tanah pertanian ) maka dalam

dasawarsa mendatang lapisan tanah subur untuk pertanian akan terkuras

habis dengan demikian produksi pangan sangat menurun (Zen, 1979 )

petani-petani itu akan bertambah miskin dan kaum mudanya akan

meninggalkan pedesaan dan membanjiri kota- kota besar. Hal ini pulau

jawa mengalami beban lingkungan yang melapaui batas. Pulau Jawa pada

tahun 2010 penduduknya mencapai 124. Juta jiwa menggarap tanah hingga

ke puncak bukit, gunung-gunung yang seharusnya ditutupi hutan lebat

kini menjadi semakin gundul. Mengakibatkan terjadinya banjir setiap satu

meter kubik air mengandung 1,3 kg tanah liat. A.Sony Keraf ( 2006 )

mengatakan, semakin banyak alam yang dieksploitasi semakin rakus dan

tamak manusia, maka semakin hancur lingkungan hidup. Dengan demikian

akibat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan

kerusakan lingkungan, disebabkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Begitu juga peran Ibu rumah tangga tidak dapat produktiv untuk menata

lingkungan yang baik menujang keluarga lebih sehat dan sejahtara, yang

ada adalah kemiskinan, dan ketergantungan lingkungan menjadi rusak.

Badan Kesejahtraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana ( BKKPPKB ). Ada tiga bidang kegiatan yang

pertama telah berjalan dengan baik dengan berbagai kegiatan seperti

Page 15: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

15

pemberdayaan , posyandu, serta pelatihan pengolahan hasil pertanian dan

perkebunan. Namun terdapat nilai lebih pada kegiatan di bidang

lingkungan hidup. warga peduli pada lingkungan hidup bersih dan sehat

namun telah sampai pada tataran pemanfaatan lingkungan menjadi daya

dukung ekonomi warga, seperti meanfaatan lahan pekarangan menjadi

apotek hidup untuk mendukung kebutuhan keluarga dan obat kontrasefsi

misalnya nanas, di sawah selain ditanami padi warga juga memanfaatkan

pematangnya ditanami palawija berupa kacang panjang dan jaat oleh ibu

rumah tangga karena tidak memerlukan tenaga ban biaya begitu besar, di

kebun kelapa di bawahnya ditanami pohon pisang. Sesuai lokasi dengan

tempat penduduk di mana mereka berada misalnya desa Cibanten dengan

keadaan alamnya merupakan daerah subur dengan jumlah penduduk yang

kurang, karena faktor KB tradisional maka masyarakatnya sehat dan

sejahtra, lingkungan terpelihara, kebersihan terjaga, alamnya sejuk

pepohonan besar berdiri tegak, sumber air terjaga, karean masyarakat

Cibanten masih percaya kayu besardan sumber air ada penunggunya. coba

seandainya pertumbuhan penduduk tidak terkendali rusaklah lingkungan

itu, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mengenal

pamali, tidak mengenal kasambet

Program KB supaya masyarakat sehat dan sejahtra dan Pruduktif,

penduduk melibatkan peran berbagai pihak , peran pendidikan seperti

itu pada tingkat desa, harus melalui upaya dan pemikiran dengan

melibatkan seluruh komponen dan mengintegrasikannya ke dalam suatu

Page 16: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

16

wadah yaitu Tim Penggerak Produktifitas Pendidikan Masyarakat Desa

(TP3MD). TP3MD yang merupakan pemikiran besar menjadikan sesuatu

yang terintegrasi di antara pengawas sekolah, penilik PLS, SP3, Karang

Taruna, BKKBN, Posyandu, Koperasi, dan faktor-faktor pendukung lain

sehingga menjadi kekuatan besar dan menjadi soko guru pembangunan

Negara Indonesi, tetapi di desa Cibanten sejak jaman dulu telah

melakukan penekanan angka kelahiran secara turun menurun guna

kesejahtraan masyarakat karena merupakan hak individu, supaya

masyarakatnya produktiv mengelola lingkungan dengan baik untuk

kesejahtra keluarganya, disamping program Keluarga BerencanaKB yang

diselenggarakan oleh pemerintah.

B. Krangka Pemikiran

1. Hubungan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dengan

produktivitas anggota masyarakat Pada lingkungannya

Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1992 pembangunan keluarga

sejahtra diarahkan pada pembangunan kualitas keluarga melalui upaya

Keluarga Berencana dalam rangka membudayakan norma keluarga kecil

bahagia sejahtra. Sebenarnya usaha semacam Keluarga Berencana dipakai

sebagai usaha penanggulangan kepadatan penduduk di negra kitapun untuk

penagulangan kepadatan penduduk harus berorientasi kepda pengurangan

atau memperkecil angka kelahiran. Disamping itu sampai dimana orientasi

tersebut mencapai sasaran kesejahtraan masyarakat dan sejauh mana

Page 17: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

17

orientasi pengurangan angka kelahiran tersebut mengenai

sasarankesejahtraan masyarakat.

Dengan program KB, maupun tradisional ada beberapa keuntungan

yang didapat, bukan saja hanya dari segi kesejahtraan, akan tetapi masih

banyak faktor-faktor kesejahtraan lainya dari segi perekonomian, hari tua

anggota keluarga / keturunan akan lebih terjamin dengan keluarga kecil

melalui cara akseptor KB maupun tradisional.

Untuk mengatur / menunda kelahiran biasa dengan menggunakan

metode tradisional, diantaranya sistim , ramuan-ramuan, pijat, mantra-

mantra, juga banyak pantangan-pantangan pantangan yang harus

dijalaninya salah satunya ulah ngalobakeun teuing ngadahar endog puyuh

mantak di puuk incu ( jangan terlalu banyak makan telur puyuh akan

mrngakibatkan banyak cucu ) dan lainnya, juga melalui pengetahuan

tentang KB trdisional secara turun temurun pada generasi berikutnya

Salah satu difinisi mengenai sikap mengatakan bahwa sikap yang

diperoleh melalui pengalaman dapat memperkaya pengetahuan dan

pengalaman akan mengubah prilaku. Dengan demikian pengetahuan dan

pengalaman KB tradisioanal akan menekan angka kelahiran yang positif

sesuai dengan yang di cita-citakan membentuk keluarga kecil sejahtra.

Suatu contoh Banglades, Kenya, Ethopia,Mexico dan negara lainnya telah

mulai kewalahan dalam pemberdayaan penduduk pedesaan yang telah

menuju overpopulation, seperti halnya telah dialami oleh pusat-pusat

perkotaan dengan demikian maka diduga bahwa Keluarga Berencana

Page 18: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

18

( KB ) tradisional berpengaruh terhadap produktivitas anggota masyarakat

pada lingkungannya.

2. Hubungan Nilai-Nilai Social dengan Produktivitas Anggota

Masyarakat pada Lingkungannya

Rabbin ( 1996 ) berpendapat bahwa nilai sosial memiliki arti

keyakinan dasar prilaku seseorang atau gambaran tentang sesuatu yang

berharga, pantas dan diinginkan untuk meperbarui prilaku sosialnya. Nilai

yang sangat berhubungan erat dengan kebudayaan dalam kehidupan

masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai

tertentu mengenai cara-cara pemenuhan kebutuhan hidup.

Di desa Cibanten tidak jauh dengan pendapat Robin , memang alat

kontrasepsi yang disediakan diapotek- apotek ada sebagian kecil yang

menggunakan.

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.Untuk

menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh

kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat

yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

Page 19: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

19

Contohnya : di masyarakat Cibanten, bila punya anak lebih dari dua akan

merasa malu, begitu juga ibu bersalin tanpa bantuan guguni merasa kurang

lengkap walaupun sudah ditangani oleh medis, maka ada pelatihan bagi

dukun beranak yang diselengarakan oleh dinas kesehatan, begitu juga

membeli alat kontrasepsi merasa malu, dan harus mengeluarkan uang

setiap waktu, dan juga kadang – kadang lupa. Merasa malu suatu kepala

keluarga tidak mampu menghidupi anggota keluarganya,sehingga tidak

sedikit warga desa Cibanaten setelah menikah menunda kehamilannya.

Kalau di daerah lain ada istilah banyak anak banyak rizki tetapi di desa

Cibanten, banyak anak akan bertambah beban hidup. Dengan demikian

diduga nilai-nilai sosial, berpengaruh terhadap produktivitas anggota

masyarakat pada lingkungannya.

3. Hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan

nilai-nilai social dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya

Dari penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa, produktivitas

anggota masyarakat pada lingkungannya dapat ditentukan oleh jumlah

penduduk, semakin banyak penduduk di suatu tempat masyarakat akan

produktiv namun kerusakan lungkungan tidak akan terkendali guna

memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi bila di suatu tempat jumlah

penduduknya seimbang dengan luas lahan maka, penduduk produktiv

tetapi lingkungan lebih terjaga. Karena ( KB ) tradisional telah turun

Page 20: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

20

temurun sejak jaman dulu dapat menekan angka kelahiran, lingkungan

tidak telalu padat, masyarakat sangat giat bekerja tidak terlalu dibebani

oleh banyak anak. Demikian pula halnya, dengan nilai-nilai sosial akan

mempengaruhi produktivitas masyarakat. Maka dengan demikian bisa

dikatakan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional, dan nilai-

nilai sosial berhubungan dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya.

Dari ketiga kerangka berpikir di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

rX1Y

rX1X2Y

rX2Y

Gambar 2.1 : Desain Penelitian

Adapun variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

a) X 1 = Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional, sebagai

variabel bebas ( independent variabel )

b) X 2 = Nilai-nilai sosial, sebagai variabel bebas ( independent

variabel )

c) Y = Produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya

X2

Y

X1

Page 21: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

21

C. Hipotesis

Berdasarkan krangka bepikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Terdapat hubungan antara pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )

Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya.

2. Terdapat hubungan antara nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota

masyarakat pada lingkungannya.

3. Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional berhubungan dengan

nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya.

Page 22: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

1. Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional.

2. Nilai-nilai sosial.

3. Produktivitas anggota masyarakat terhadap linkungannya

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Nopember 2012 sampai dengan

januari 2013, dan pengolahan data dilakukan pada bulan januari 2013.

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Sep 2012

Okt 2012

Nop 2012

Des 2012

Jan 2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Menyusunproposal

penelitian/revisiX X X

2 Menyusun instrumen penelitian

X X X X

3 UjiCoba instrument penelitian

X X X

4 Pelaksanaan penelitian X X X5 Pengumpulan data X X X5 Menganalisis data X X X6 Menyusun laporan X X X7 Seminar hasil

penelitianX

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan teknik korelasional. Metode deskriptif adalah metode yang

digunakan untuk menjabarkan permasalahan yang terjadi saat ini.

Penggunaan metoge ini tidak menuntut perlakuan kkusus pada variable

penelitian. Fraenkel dan Wallen ( 1993: 157 ), Sadlack and Stanley ( 1992 )

menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

Page 23: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

23

membuat penjelasan pengelompokan, analisis data, dan rangkuman data hasil

penelitian. Hal ini berarti metoda deskriptif bersifat menjabarkan data hasil

penelitian.

Korelasional berarti kajian keterhubungan antara dua atau lebih variabel

penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Fraenkel dan Wallen ( 1993:286 )

Sedlack and Stanley ( 1992 ) yang menyatakan bahwa metode korelasional

menitikberatkan penelitian pada pencarian hubungan antara variabel tanpa

mencoba untuk menentukan pengaruh dari variabel tersebut.

Dipilihnya metode ini karena penelitian yang penulis lakukan untuk

menentukan hubungan antar variabel yang terlibat dalam penelitian, yang

mana kedua variabel tersebut relevan dan akurat terjadi saat penelitian

dilaksanakan.

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita PUS ( Pasangan Usia

Subur ) yang bukan akseptor KB di desa Cibanten, kecamatan Cijulang,

kabupaten Ciamis. Sebanyak 1000 orang jumlah populasi berdasarkan

data dari kader KB desa Cibanten, kecamatan Cijulang, kabupaten

Ciamis.

Menurut Arikunto (2006 : 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.” Dalam penelitian ini sampel diambil dengan

teknik proportional stratified random sampling yaitu penetapan sampel

secara acak dengan prosentase yang sama besarnya dari tiap jenjang

tingkatan populasi.

Page 24: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

24

“Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur

pengambilan sampel, yaitu harus refresentatif (mewakili) dan besarnya

harus memadai.” (Irawan Soehartono, Atherton & Klemmack, 1995 : 58)

menurut Arikunto, Suharsimi (2006:134) jika jumlah subyeknya besar,

dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Dalam hal ini peneliti mengambil

sampel 10%.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan teknik sebagai berikut:

a) Observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi lokasi penelitian

sebagai data sekunder.

b) Kuesioner, untuk meperoleh data KB tradisional dan nilai-nilai sosial

dalam produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya

sebagai data Primer

c) Wawancara untuk melengkapi data.

3. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala-gejala yang bervariasi yang menjadi titik

perhatian dari suatu penelitian dan menurut fungsinya variabel dibedakan

menjadi dua yaitu variabel penyebab dan variabel terikat (Suryobroto,

1999 : 105) . dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti

yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat atau tidak bebas.

1) Pelaksanaan KB Tradisional adalah variabel bebas (Independent

variabel) diberi simbol (X1)

Page 25: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

25

2) Nilai – nilai sosial adalah variabel bebas (independent variabel)

diberi simbol (X2)

3) Produktivitas Anggota Masyarakat variabel terikat (devendent

variabel) diberi simbol (Y)

4. Instrumen Penelitian

a. Konsepsi yang mendasari penyusunan instrument.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi ( data )

tentang Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional sebagai Variabel

bebas kesatu. Nilai-nilai sosial sebagai variabel kedua dan

produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya sebagai variabel

tergantung.

KB tradisional dikonsefsikan sebagai bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan wanita PUS terhadap program KB tradisional yang

meliputi penundaan pengaturan kehamilandengan cara( 1) ramuan-

ramuan, ( 2 ) dipijat setelah melakukan hubungan, ( 3 ) mantra-mantra.

( 4 ) sitem menggeserkan lubang rahim.

Nilai-nilai sosial dikonsepsikan sebagai keseluruhan perasaan

anggota keluarga berkenaan dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial

meliputi ( 1 ) mersa malu mempunyai anak lebih dari dua, ( 2 ) merasa

malu membeli alat kontrasepsi, ( 3 ) merasa kurang yakin bersalin

tanpa melibatkan guguni, ( 4 ) Setelah punya bayi merasa bersalah

kalau bayinya tidak dimadikan setiap selasa dan jumat kaliwon oleh

Page 26: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

26

guguni, ( 5 ) anak setelah dewasa selalu diarahkan untuk mencari

pasangan hidup.

Produktivitas anggota masyarakat pada lingkungan

dikonsepsikan pemanpaatan sumber daya alam yang meliputi, ( 1 )

Pemanpatan lahan pekarangan, sebagai apotek hidup misalnya

menanam tanaman nanas sebagai alat kontrasepsi, ( 2 ) pamanpaatan

pematang sawah untuk ditanami palawija untuk memenuhi kebutuhan

gizi, ( 3 ) pemanpaatan kebun untuk ditanami tupang sela untuk

memenuhi kebutuhan pokok lainya.

b. Penyusunan Butir Instrumen

Untuk menjaring informasi tentang pelaksanaan Keluarga

Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai sosial dengan produktivitas

anggota masyarakat pada lingkungannya, adalah sebagai berikut

angket ( questioner ) untuk mendapatkan informasi tentang Keluarga

Berencana ( KB ) tradisional, nilai-nilai sosial, dan informasi tentang

produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya diperoleh.

Angket Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai

dalam bentuk skala sikap terdiri dari 5 pilihan ( option ), dan pilihan

yang paporavel dinilai 4 sedangkan option yang tidak favorable dinilai

0.

Sebelum dilakukan pengujian, angket ini diujicobakan terlebih

dahulu kepada pihak yang bukan anggota populasi. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui validitas dan reabilitas angket tersebut.

Page 27: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

27

Angket Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai-

nilai sosial disajikan dalam satu paket diperuntukan bagi wanita

PUS respunden. Paket instrument penelitian tersebut terdiri dari 5

bagian, yaitu ( 1 ) bagian pengantar, bagian informasi awal,

meliputi daftar isian tentang identitas responden, ( 3 ) bagian

petunjuk pengisian, ( 4 ) bagian item pertanyaan dan pernyataan ( 5

) bagian lembar-lembar isian.

c. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket

yaitu sebuah angket harus valid dan reliabel. Suatu angket

dikatakan dikatakan valid jika angket tersebut mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angkettersebut.

Sedangakan suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban sesorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau setabil dari waktu

kewaktu.

d. Uji Coba Instrumen

Sebelum sebuah tes dan angket diujikan langsung kepada

responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk menguji kadar

relevansi antara apa yang akan diukur dengan rumusan pertanyaan

dan kemungkinan jawabannya ( validitas ) dan kadar kesetabilan

jawaban dari pertanyaan dalam tes atau angket ( reliabilitas )

Dalam penelitian ini instrument penelitian diuji cobakan

kepada wanita PUS Desa Cijulang sebanyak 20 responden.

Page 28: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

28

Pengujian validitas dan reliabel, berarti butir-butir tersebut

sudah bias mengukur faktornya. Dalam pengujian butir soal dan

angket tersebut, bias terjadi butis soal tidak valid dan reliabel.

Soal-soal yang demikian dibuang jika perlu diganti dengan butir

yang lain. Namun, butir pengganti ini pun harus diuji cobakan

terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir

tersebut.

Dalam penelitian ini pengujian validitas dan reliabilitas

menggunakan bantuan computerdengan software “ SPSS” versi

18,0”.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji validitas

butir, yaitu dengan menguji H0 ( butir soal tidak valid ) dan H₁

( butir soal sudah valid ) dengan ketentuan: jika r-hitung> r-tabel,

maka H0 ditolak dan H₁ diterima.

Langkah-langkah berikutnya adalah menguji reliabilitas

butir yaitu menguji H0 ( tes atau angket tidak reliabel ) dan H₁ ( tes

atau angket sudah reliabel ) dengan ketentuan: jika r-alpha> r-

tabel, maka H0 ditolak dan H₁ diterima sedangkan jika r-alpha> r-

tabel, maka H0 ditolak dan H₁ diteerima.Instrumen dalam penelitian

ini berupa angket dan tes pengetahuan, pembuatan angket dan tes

didahului dengan penentuan kisi-kisi an. Kisi-kisi disusun

berdasarkan indikator untuk masing-masing variabel penelitian.

Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada setiap variabel berikut :

Page 29: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

29

e. Variabel Pelaksanaan KB Tradisional (X1)

Angket diberikan kepada ibu untuk mengetahui pelaksanan

keluarga berencana tradisional. Seberapa seringkah masyarakat

melaksanakan KB Tradisional. Dengan indikator yang tertera

dalam tabel berikut ini.

TABEL 3.1 KISI-KISI ANGKET PELAKSANAAN KB TRADISIONAL

No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

1Pelaksanaan KB Tradisional (X1)

- Penggunaan alat kontrasepsi- persepsi KB Tradisional- kebiasaan melakukan KB tradisonal- dukungan KB Tradisional

1, 23,4,5,10,12,14,18,196,7,8,9,11,15,16,17, 20,21,22,23,24,25

13

25

soal

f. Variabel Nilai – nilai Sosial (X2)

Instrumen diberikan kepada masyarakat berupa tes nilai – nilai

sosial, untuk mengetahui seberapa besar nilai – nilai sosial yang

berkembang di masyarakat. Dengan indikator tertulis dalam tabel

kisi-kisi berikut ini:

TABEL 3.2 KISI-KISI NILAI – NILAI SOSIAL

Page 30: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

30

N

oVariabel Indikator Butir Soal Jumlah

1 Nilai – nilai Sosial (X2)

- Nilai Penggunaan Alat Kontrasepsi- mengatur kelahiran- nilai KB tradisional-budaya yang terjadi di masyarakat

1,2,3,5,16

4,6,8,19,22,7,9,15

10,11,12,13,14,17,18,20,21,23,24,25

25

soal

g. Variabel Produktivitas Masyarakat (Y)

Angket diberikan pada masyarakat untuk melihat produktivitas anggota

masyarakat. Ditunjukan dengan kisi-kisi yang tertulis dalam tabel berikut

ini.

TABEL 3.2KISI-KISI ANGKET PRODUKTIVITAS MASYARAKAT

No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

1

Produktivitas anggota masyarakat (Y)

- kepemilikan lahan kosong- pemanfaatan lahan kosong- persepsi lahan kosong-

1,2,3

4,5,11,14,15,19,21,24

6,7,8,9,10,12,13,16,17,18,20,22,23,25

25soal

5. Teknik Analis Data

Page 31: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

31

Pengolahan dan analisisdata hasil penelitian menggunakan

pendekatan kuantitatif, yaitu dengan metode statistik. Teknik statistik

yang digunakan adalah teknik korelasi dan regresi linier sederhana,

dengan langkah-langkah

a) Menguji normalitas data

b) Menentukan persamaan regresi

1) Antara keluarga berencana ( KB ) tradisional dengan

produktifitas anggota masyarakat pada lingkungannya.

2) Antara nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota

masyarakat pada lingkungannya

3) Anatara Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai

sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada

lingkungannya.

c) Menguji linieritas regresi

d) Menguji koefisien korelasi ( r )

e) Menguji hipotesis dengan derajatkebebasan ( dk ) =n-1, pada

oprobality error ( p )= 5 %

f) Menghitung koefesien determinasi r² untuk mengetahui kekuatan

hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat.

Page 32: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi data

Pembahasan Bab IV disajikan Gambaran Deskriptif data mengenai Pelaksnaan

Keluarga Berencana (KB) Tradisional, Nilai – nilai sosial dan Produktivitas

Anggota masyarakat dengan cara pengkategorian atau pengelompokan.

Berdasarkan data tersebut, selanjutnya disajikan pengujian hipotesis dan

pembahasannya.

4.1.1. Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional

Tabel 4.1Deskripsi data Pelaksanaan Keluarga Berncana Tradisional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sering 20 20.0 20.0 20.0

Kadang - kadang

55 55.0 55.0 75.0

Jarang 25 25.0 25.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa 20% masyarakat sering

melaksanakan Keluarga Berencana Tradisional sedangkan yang menyatakan

kadang – kadang melaksanakan KB Tradisional sebesar 55%

Page 33: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

33

Deskripsi mengenai Pelaksanaan keluarga berencana tradisional

digambarkan pula menggunakan diagram PIE yang disajakan di bawah ini

Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 55% masyarakat kadang –

kadang melaksanakan Keluarga Berencana Tradisional.

4.1.2. Produktivitas Anggota Masyarakat

Tabel 4.2Produktivitas Anggota Masyarakat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 3 3 3,0 3

Cukup 36 36 36,0 39.0

kurang 61 61.0 61.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa 36,0% Produktivitas Masyarakat

cukup baik sedangkan yang memiliki produktivitas yang baik hanya 3.0%,sisanya

atau sebagian besar masyarakat (61,0%) memiliki produktivitas yang kurang

20%

55%

25%

Gambar 4.1Diagram PIE Pelaksanaan KB Tradisional

Sering kadang - kadang Jarang

Page 34: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

34

Deskripsi mengenai Produktivitas anggota masyarakat digambarkan pula

menggunakan diagram PIE yang disajikan di bawah ini

Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 61% tingkat produktivitas

anggota masyarakat masih kurang.

4.1.3. Nilai – Nilai Sosial

Tabel 4.3Deskripsi data Nilai – Nilai Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 22 22.0 22.0 22.5

Cukup 28 28.0 28.0 50.0

kurang 50 50.0 50.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa 28,0% masyarakat memiliki Nilai –

nilai sosial cukup baik sedangkan yang memiliki nilai – nilai sosial yang baik

3%36%

61%

Gambar 4.2Diagram PIE Produktivitas Anggota

Masyarakat

baik Cukup Kurang

Page 35: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

35

hanya 22.0%,sisanya atau sebagian besar masyarakat (50%) memiliki Nilai – nilai

sosial yang kurang

Deskripsi mengenai Nilai – nilai sosial digambarkan pula menggunakan

diagram PIE yang disajikan di bawah ini

Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 50% masyarakat memiliki Nilai

– Nilai sosial yang kurang.

4.2. Pengujian Hipotesis

Pada Pemaparan ini akan disajikan hasil pengujian terhadap hipotesis yang

diajukan pada penelitian ini sebagaimana telah disajikan pada Bab II, sebagai

berikut

22%

28%

50%

Gambar 4.3Diagram PIE Nilai - nilai sosial

baik Cukup Kurang

Page 36: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

36

4.2.1. Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional dengan

Produktivitas Anggota Keluarga

Tabel 4.4Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional dengan

Produktivitas Anggota Keluarga

Produktivitas Anggota

Masyarakat

Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional Total

PSering Kadang Jarang

N % N % N % N %

Baik 0 0 0 0 3 100 3 100

0,000

Cukup 0 0 14 25.0 22 75.0 36 100

Kurang20

29,6 41 70,4 0 0 61 100

Jumlah20

20.0 55 55,0 25 25,0100

100

Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari 3 responden yang memiliki

produktivitas yang baik, seluruhnya (100%) menyatakan bahwa jarang

melaksanakan keluarga berencana tradisional,kemudian dari 61 siswa yang

memiliki produktivitas yang kurang, sebagian besar atau 70,4% menyatakan

kadang – kadang melaksanakan keluarga berencana tradisional.

Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan

5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai

signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika

nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak

Page 37: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

37

dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan

antara Pelaksanaan Keluarga berencana tradisional dengan produktivitas

anggota masyarakat.

Gambar 4.4Scatterplot Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional

dengan Produktivitas Anggota Masyarakat

Gambar 4.4 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Pelaksanaan

Keluarga Berencana Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat

bersifat negatif, artinya bahwa semakin sering melaksanakan KB Tradisional

maka semakin rendah produktivitas masyarakat. Kemudian untuk melihat

besaran kontribusi Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional terhadap

Produktivitas Anggota masyarakat dapat dilahat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 4.5

Analisis Korelasi Pelaksanaan KB Tradisional dengan Produktivitas Anggota Masyarakat

Pelaksanaan KB Tradisional

Produktivitas Anggota MAsyarakat

Page 38: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

38

R R2 Persamaan Garis0,927 0,858 Produktivitas = 123,66 – 0,403xPelaksanaan

Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dengan Produktivitas Anggota

Keluarga menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,927). Nilai koefisien dengan

determinasi 0,858, artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat

menerangkan 85,8% variasi produktivitas anggota masyarakat atau persamaan

garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel produktivitas

anggota masyarakat. Hasil persamaan garis menunjukan bahwa setiap

penambahan 1 (satu) poin pelaksanaan KB tradisional maka produktivitas

anggota masyarakat akan berkurang sebesar 0,403.

4.2.2. Hubungan Nilai – Nilai Sosial dengan Produktivitas Anggota

Masyarakat

Tabel 4.6Hubungan Nilai – nilai sosial dengan Produktivitas Anggota Masyarakat

Nilai – Nilai Sosial

Produktivitas Anggota MasyarakatTotal

PBaik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Baik 3 11,1 19 88,9 0 0 22 100

0,000Cukup 0 0 17 63,6 11 36,4 28 100

Kurang 0 0 0 0 50 100 50 100

Jumlah 3 3,0 36 36,0 61 61,0 100 100

Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa dari 22 responden yang memiliki

nilai - nilai yang baik, sebagian besar atau 88,9% memiliki produktivitas yang

Page 39: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

39

cukup, kemudian dari 28 responden yang memiliki nilai – nilai sosial yang

cukup baik sebagian besar atau 63,6% memiliki produktivitas yang cukup

baik, sedangkan dari seluruh responden yang memiliki nilai – nilai sosial

yang kurang, seluruhnya memiliki produktivitas yang kurang.

Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan

5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai

signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika

nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak

dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara nilai – nilai sosial dengan produktivitas Anggota masyarakat.

Gambar 4.5Scatterplot Hubungan Nilai – Nilai Sosial dengan Produktivitas Anggota

Masyarakat

Page 40: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

40

Gambar 4.5 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Nilai – nilai sosial

dengan produktivitas anggota masyarakat bersifat positif, artinya bahwa

semakin baik nilai – nilai sosial di masyarakat maka semakin baik pula

produktivitas anggota masyarakat. Kemudian untuk melihat besaran

kontribusi nilai – nilai sosial terhadap produktivitas anggota masyarakat dapat

dilahat pada tabel 7 di bawah ini

Tabel 4.7Analisis Korelasi nilai – nilai sosial dengan Produktivitas Anggota

MasyarakatR R2 Persamaan Garis

0,964 0,929 Produktivitas = 72,83 +0,272Xnilai Sosial

Hubungan Nilai – nilai sosial dengan Produktivitas anggota

masyarakat menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,964). Nilai koefisien

dengan determinasi 0,929, artinya persamaan garis regresi yang diperoleh

dapat menerangkan 92,9% variasi produktivitas anggota masyarakat atau

persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel

produktivitas anggota masyarakat. Hasil persamaan garis menunjukan bahwa

setiap penambahan 1 (satu) poin nilai – nilai sosial maka produktivitas

anggota masyarakat akan bertambah sebesar 0,272.

Page 41: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

41

4.2.3. Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dan Nilai – Nilai Sosial

dengan Produktivitas Anggota Masyarakat

Tabel 4.8 Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dan Nilai – Nilai Sosial

dengan Produktivitas Anggota Keluarga

Pelaksanaan KB Tradisional dan

Nilai – Nilai Sosial

Produktivitas Anggota MasyarakatTotal

PBaik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Jarang dan Baik 3 11,1 24 88,9 0 0 27 100

0,000

Jarang dan Cukup 0 0 3 100 0 0 3 100

Kadang – kadang dan cukup

0 0 9 30,0 21 70,0 30 100

Kadang – kadang dan kurang

0 0 0 0 26 100 26 100

Sering dan kurang 0 0 0 0 14 100 14 100

Jumlah 3 3,0 36 36,0 61 61,0 100 100

Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa dari 27 responden yang

Menyatakan jarang melaksanakan KB Tradisional dan memiliki nilai – nilai

sosial baik, sebagian besar atau 88,9% memiliki produktivitas yang cukup,

dari 3 responden yang menyatakan jarang melaksanakan KB Tradisional dan

memiliki Nilai – nilai sosial yang cukup, seluruhnya memiliki produktivitas

yang cukup baik, dari 30 responden yang menyatakan kadang – kadang

melaksanakan KB Tradisional dan namun memiliki nilai – nilai sosial yang

Page 42: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

42

cukup,sebagian besar yaitu 70,0% memiliki produktivitas yang kurang baik.

Kemudian dari 36 responden yang menyatakan kadang – kadang

melaksanakan KB tradisional namun memiliki nilai – nilai sosial kurang,

seluruhnya memiliki produktivitas yang kurang baik, sedangkan dari 24

responden yang menyatakan sering melaksanakan KB Tradisional dan

memiliki nilai – nilai sosial yang kurang seluruhnya memiliki produktivitas

yang kurang baik

Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan

5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai

signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika

nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak

dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara pelaksanaan KB Tradisional dan nilai – nilai sosial dengan

produktivitas anggota masyarakat.

Page 43: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

Pelaksanan KB dan Nilai – Nilai Sosial

Produktivitas Anggota MAsyarakat

43

Gambar 4.6Scatterplot Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional Dan Nilai – Nilai sosial Dengan Produktivitas Anggota Masyarakat

Gambar 4.6 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Pelaksanaan KB

tradisional dan nilai – nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat

bersifat positif, artinya bahwa semakin jarang melaksanakan KB tradisional

dan semakin baik nilai – nilai sosial maka semakin baik pula produktivitas

anggota masyarakat. Kemudian untuk melihat besaran kontribusi pelaksanaan

KB tradisional dan nilai – nilai sosial terhadap produktivitas anggota keluarga

dapat dilahat pada tabel 9 di bawah ini

Tabel 4.9Analisis Korelasi Pelaksanaan KB Tradisional dan nilai – nilai sosial

dengan Produktivitas masyarakatR R2 Persamaan Garis

Page 44: hubungan pelaksanaan KB tradisional dengan produktifitas masyarakat

44

0,966 0,933 Produktivitas = 72,9+(0,211xnilai sosial)+(0,101xpelaksanan KB)

Hubungan pelaksanaan KB tradisional dan nilai – nilai sosial dengan

produktivitas anggota masyarakat menunjukan hubungan yang kuat (r =

0,966). Nilai koefisien dengan determinasi 0,933, artinya persamaan garis

regresi yang diperoleh dapat menerangkan 93,3% variasi produktivitas

anggota masyarakat atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk

menjelaskan variabel produktivitas anggota masyarakat. Hasil persamaan

garis menunjukan bahwa setiap penambahan 1 (satu) poin pelaksanaan Kb

Tradisional dan nilai – nilai sosial maka produktivitas anggota masyarakat

akan bertambah sebesar 0,312.