HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …
Transcript of HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN …
HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN
MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD
RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI
TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
DIANA ARDHI PRATIWI
NIM. 131000343
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN
MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD
RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIANA ARDHI PRATIWI
NIM. 131000343
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 17 Januari 2020
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.
Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S.
2. Ir. Kalsum, M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat
Bagian UGD RSUD DR. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” beserta
seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
iv
Abstrak
Keluhan muskuloskeletal masih sering terjadi pada perawat akibat aktivitas kerja
patient handling. Tenaga perawat penting untuk berlangsungnya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit, tugas perawat sangat bervariasi antara lain
melakukan aktivitas patient handling yaitu melakukan kegiatan mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan objek. Semua
aktivitas melibatkan kelompok otot terutama kelompok otot penyangga tulang
belakang yang berfungsi memelihara postur tubuh dan keseimbangan, dan
koordinasi gerakan yang tidak benar akan berisiko mendapat keluhan
muskuloskeletal. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat beberapa orang
perawat mengeluh gejala-gejala muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di kota
Binjai. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional, yang
menggunakan total populasi sebagai sampel yaitu 28 orang. Untuk pengumpulan
data peneliti menggunakan kuesioner (data aktivitas patient handling), nordic
body map (data keluhan muskuloskeletal). Analisis statistik menggunakan uji chi-
square dengan taraf kesalahan 0,05. Pada penelitian ini dari 28 responden yang
dianalisis diperoleh keluhan muskuloskeletal pada kategori rendah sebanyak 5
orang (17,9%) dan 2 orang (7,1%) keluhan muskuloskeletal pada kategori tinggi.
Responden dengan aktivitas patient handling intesitas tinggi sebesar 8 orang
(28,6%) dan aktivitas patient handling intensitas rendah sebesar 20 orang
(71,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas patient handling dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,03).
Perawat sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya keluhan muskuloskeletal
dengan melakukan pekerjaan mengikuti aturan Standar Operasional Prosedur
(SOP), serta pihak rumah sakit bisa menerapkan pemasangan CCTV untuk
mengawasi kinerja para perawat serta melakukan evaluasi perbulan terhadap
kinerja perawat dan mengadakan pelatihan terkait kegiatan patient handling atau
ergonomi untuk mengurangi keluhan terhadap gangguan muskuloskeletal.
Kata kunci : Muskuloskeletal, patient handling, perawat
v
Abstract
Musculoskeletal complaints is often occurs to nurse because of patient handling
work activity. Nurses important to continuing health services' implementation at
hospital. Nurse job has variation such as do patient handling activity which is do
such as lift up, bring down, push, pull, carry and move object's activities. All this
activity involves group of muscles especially spine's support muscles group which
has function to maintain body posture and balancing, and wrong coordination of
movement will risk to obtain musculoskeletal complaints. Based on early survey's
result there are some nurses that complained musculoskeletal's symptoms. This
research is purpose to know if that there is a relation between patient handling
with musculoskeletal complaints of the nurse at emergency section in RSUD Dr.
R.M. Djoelham in Binjai. This research's design use cross sectional method, that
reduce total of population as the sample as many as 28 persons. The researcher
use questionnaire (patient handling activity's data), Nordic Body Map
(musculoskeletal complaints' data) for data collecting. The statistic analyse use
chi square with 0,05 error standard. In this research more than 28 respondent
that had been analysed was obtained the musculoskeletal complaints at low
category as many as 5 person (17,9%) and 2 person (7,1%) at high category
musculoskeletal complaints. The respondent with high intensity patient handling
activity as many as 8 person (28,6%) and low intensity patient handling activity
as many as 20 person (71,4%). This research showed that there is significant
relationship between patient handling activity and musculoskeletal complaints
(p=0,03). The nurses should do a prevention of musculoskeletal complaints by
follow the rule of Standard Operational of Procedure (SOP), also the hospital
could apply a CCTV installation to controlling nurse's work also do monthly
evaluation to nurse's performance and have a workshop about patient handling
activity or about ergonomy to reduce complaints of musculoskeletal disruption.
Keywords : Musculoskeletal, patient handling, nurses
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Patient Handling
dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD RSUD DR.
R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” ini dengan baik. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga penulis khususnya
kepada kedua orang tua penulis yang paling penulis sayangi (Alm. Khaidir Pohan
dan Sri Yuliana) yang dengan penuh kesabaran dalam membesarkan,
membimbing, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu
mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikkan dan penulisan skripsi ini.
Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
vii
4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis
selama masa pengerjaan skripsi ini.
5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penguji I Skripsi yang
telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Staf
Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang membantu
dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Rasmi Perangin Angin, S.Kep. Ners., selaku Kepala Ruang UGD RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian.
9. Teristimewa saudara yang sangat penulis sayangi Vira Khairunisa yang
sudah memberi semangat dan doa yang tiada pernah terputus untuk penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan-rekan Seperjuangan Periode 2016-2017, Adinda, Kakanda dan
Abangda di keluarga besar HMI FKM USU yang telah memberikan
kekuatan, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis selama ini.
11. Seluruh teman dan sahabat penulis yang selalu ada untuk memberikan
semangat, dukungan dan doa kepada penulis.
viii
12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna serta masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 5
Tinjauan Pustaka 7
Patient Handling 7
Definisi patient handling 7
Klasifikasi manual handling 8
Faktor risiko patient handling 10
Risiko dan bahaya manual handling 12
Risiko manual handling pada Perawat 13
Muskuloskeletal Disorders 15 Definisi sistem muskuloskeletal 15
Sistem muskuler /sistem otot 15
Definisi keluhan muskuloskeletal 17
Faktor-faktor yang mempengaruhi muskuloskeletal 17
Gejala muskuloskeletal disorders 19
Pencegahan muskuloskeletal disorders 20
Nordic Body Map 21
Perawat 23
Definisi perawat 23
Tugas perawat 24
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam
pemindahan pasien 25
x
Landasan Teori 27
Kerangka Konsep 27
Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel 28
Variabel dan Definisi Operasional 28
Metode Pengumpulan Data 29 Metode Pengukuran 29 Metode Analisis Data 30
Hasil Penelitian 31
Deskripsi Wilayah Penelitian 31
Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai 31
Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai 31
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian 32
Pembahasan 35
Analisis Karakter Sampel Penelitian 35
Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal 36
Keterbatasan Penelitian 39
Kesimpulan dan Saran 41
Kesimpulan 41
Saran 41
Daftar Pustaka 43
Lampiran 46
xi
Daftar Tabel
No Judul
Halaman
1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
32
2 Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan
Musculoskeletal
34
xii
Daftar Gambar
No
Judul
Halaman
1 Kegiatan mengakat /menurunkan
8
2 Kegiatan mendorong /menarik
9
3 Kegiatan memutar
9
4 Kegiatan membawa
10
5 Kegiatan menahan
10
6 Nordic body map
22
7 Kerangka konsep
27
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Lembar Persetujuan Responden
46
2 Kuesioner Penelitian
47
3 Surat Keterangan Selesai Penelitian
51
4 Master Data
52
5 Output Olahan SPSS
53
6 Dokumentasi Penelitian 55
xiv
Daftar Istilah
IR Insiden Rate
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
LBP Low back Pain
MMD Manual Material Handling
MSDs Muskuloskeletal Disorders NBM Nordic Body Map RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
WHO World Health Organization
xv
Riwayat Hidup
Penulis bernama Diana Ardhi Pratiwi berumur 24 tahun, dilahirkan di
Kuala pada tanggal 16 Oktober 1995. Penulis beragama Islam, anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan Khaidir Pohan dan Sri Yuliana.
Pendidikan formal dimulai sekolah dasar di SDN 005 Kandis Tahun 2001-
2007, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kandis Tahun 2007-2010, sekolah
menengah atas di SMAN 1 Kuala Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun
2013 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai
spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang
dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam Alamsyah (2011),
rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Lingkungan rumah sakit terdapat beberapa bahaya-bahaya potensial yang
dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Bahaya-bahaya
potensial tersebut, umumnya disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor
ergonomi, faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor biologi dapat berupa virus,
bakteri, jamur, parasit. Faktor kimia berupa antiseptik, reagent, gas anestesi.
Kemudian untuk faktor ergonomi sering berhubungan dengan lingkungan kerja,
cara kerja, posisi kerja yang salah. Faktor fisik dapat berupa suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran, radiasi, sedangkan faktor psikologi berupa kerja bergilir, beban
kerja, hubungan sesama pekerja atau atasan (Kemenkes RI, 2010).
Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses
produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2014).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan
2
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah
Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung rumah sakit. Dengan demikian pihak pengelola rumah sakit harus
menerapkan upaya K3 rumah sakit (Kemenkes RI, 2007).
Manual Material Handling (MMH) merupakan penyebab tersering
kelelahan kerja dan nyeri punggung bawah (Canadian Centre For Occupational
Health and Safety, 2013). Menurut Tarwaka (2010) dalam Primala (2012),
aktivitas kerja manual handling adalah suatu rangkaian aktivitas ataupun
pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik,
menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua
tangan maupun dengan pengerahan seluruh badan.
Perawat merupakan tenaga kerja di rumah sakit, memiliki tugas yang
sangat bervariasi. Aktivitas kerja perawat dirumah sakit cukup berat dan
mempunyai potensi menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, salah
satunya adalah faktor yang berhubungan dengan ergonomi antara lain
mengangkat, mendorong, menarik, menjangkau, membawa benda dalam hal
penanganan pasien. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah
penting dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita
3
oleh perawat. Penyakit akibat kerja yang umum terjadi adalah Low Back Pain
(LBP). Seorang perawat yang mengalami low back pain akan mengalami
penurunan dalam hal produktivitasnya sehingga berdampak pada kualitas
pelayanan pasien.
Menurut Andini (2015), sebanyak 90% kasus low back pain bukan
disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam
bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari low back pain
yang menyebabkan 80% kasus.
Pada Tahun 2010, untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya
memiliki gangguan muskuloskeletal (MSDs) tertinggi. Ada 27.020 kasus, setara
dengan tingkat kejadian atau Insiden Rate (IR) yaitu 249 per 10.000 pekerja, tujuh
kali lebih tinggi dari semua sektor industri. Jauh dibandingkan dengan pekerja
harian yang memiliki IR 34 per 10.000 pekerja. Untuk tingkat buruh kontruksi
memiliki IR sebesar 85,0. Rata-rata tingkat kejadian kasus gangguan
muskuloskeletal suatu pekerjaan tiap harinya meningkat 4%, sedangkan tingkat
kejadian MSDs untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya meningkat
10% (OSHA, 2013).
Pada penelitian perawat di Malaysia yang dilakukan oleh Rahmah, dkk
(2008) mengenai prevalence of back pain among nurses working in government
health clinics and hospital in port dickson Malaysia dari 126 perawat yang diteliti
diketahui 100 perawat (79,4%) diantara mengalami nyeri punggung bagian
bawah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyanti, dkk (2009)
mengenai hubungan sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada
perawat perempuan dengan nyeri punggung bawah terdapat hubungan bermakna
4
sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan
dengan nyeri punggung di rumah sakit “X” yang terletak di wilayah Jakarta Pusat.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna sudut lengkung
punggung > 45˚ pada waktu melakukan pekerjaan mengangkat dan memindahkan
pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
Dalam penelitian Kurniawidjaja, dkk (2014) mengenai pengendalian risiko
ergonomi kasus low back pain pada perawat di tiga rumah sakit. Hasil uji statistik
didapatkan hubungan yang bermakna antara postur membungkuk, sudut lengkung
punggung dan transfer pasien dengan tingkat risiko low back pain.
Berdasarkan survei awal, RSUD Dr. R.M. Djoelham memiliki jumlah
perawat di Unit Gawat Darurat sebanyak 28 orang. RSUD Dr. R.M. Djoelham
memberikan pelayanan jasa kesehatan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift.
Dari survei pendahuluan yang dilakukan terdapat beberapa perawat yang
mengalami pegal atau nyeri pada tulang punggung dan pinggang setelah masa
bertugas selesai atau pada saat pergantian shift.
Tingginya mobilitas pada UGD mengakibatkan jam kerja perawat tinggi,
serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki perawat berkaitan dengan pekerjaan
patient handling seperti, tehnik mendorong /menarik, membawa, memutar,
menahan, dan mengangkat /menurunkan pasien dapat mengakibatkan cedera pada
tulang belakang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada
perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai.
5
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang perumusan masalah dalam penilitian ini adalah
apakah ada hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada
perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian
UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat risiko patient handling pada perawat di RSUD Dr. R.M.
Djoelham.
2. Mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada perawat di RSUD Dr.
R.M. Djoelham.
3. Untuk mengetahui hasil pengukuran Nordic Body Map (NBM) pada perawat
di RSUD Dr.R.M. Djoelham.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian hubungan patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal pada perawat bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai adalah:
Bagi pihak rumah sakit. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam
merencanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).
Bagi perawat. Mengetahui penyebab keluhan musculoskeletal disorders
pada perawat sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyebab tersebut.
6
Bagi peneliti. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan
patient handling dengan keluhan muskuloskeletal.
7
Tinjauan Pustaka
Patient Handling
Definisi patient handling. Manual patient handling merupakan kegiatan
yang membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat,
menurunkan, transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung
seseorang atau bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu (ISO, 2012).
Menurut Nurmianto (2004), faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan dingkat dan frekuensi
aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa
industry berikut ini: industri berat, pertambangan, pemindahan material,
konstruksi /bangunan, pertanian, rumah sakit, dan lain-lain. Beberapa aktivitas
yang dapat menimbulkan efek sampingan negatif (hazard) antara lain mengangkat
beban berat di kantor /perusahaan, mengangkat pasien di rumah sakit,
mengoperasikan peralatan /fasilitas kerja di industri manufaktur atau jasa, dan
lain-lain. Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Beban yang harus diangkat
2. Perbandingan antara berat badan dan orangnya
3. Jarak horizontal dan beban terhadap orangnya
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak Center of Gravity (CG) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa
mengganggu jarak pandangannya).
Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA)
Tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau
8
mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut
termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa
atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek
bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti
boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual
material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007).
Klasifikasi manual handling. Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling
menjadi lima yaitu sebagai berikut (Suhadri, 2008).
Mengangkat /menurunkan (lifting /lowering). Mengangkat adalah
kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat
dijangkau oleh tangan, kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 1. Kegiatan mengangkat /menurunkan
Mendorong /menarik (push /pull). Kegiatan mendorong adalah kegiatan
menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk
memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
9
Gambar 2. Kegiatan mendorong /menarik
Memutar (twisting). Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang
merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara
tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap, Kegatan memutar ini dapat
dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
Gambar 3. Kegiatan memutar
Membawa (carrying). Kegiatan membawa /carrying merupakan kegiatan
memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi
berat total pekerja.
10
Gambar 4. Kegiatan membawa
Menahan (holding). Kegiatan menahan /holding merupakan kegiatan
memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam dan membungkuk (statis).
Gambar 5. Kegiatan menahan
Faktor risiko patient handling. Faktor risiko terjadinya cedera akibat
patient handling pada perawat menurut OSHA (2009) yaitu :
1. Kekuatan fisik yaitu upaya yang diperlukan untuk melakukan tugas (seperti
angkat berat) atau untuk mempertahankan control peralatan atau alat.
2. Aktivitas repetitif yaitu upaya melakukan gerakan yang sama atau
serangkaian gerakan terus-menerus atau sering.
11
3. Postur janggal, dengan asumsi posisi yang menempatkan tekanan pada tubuh,
seperti mencapai di atas tinggi bahu, berlutut, jongkok, membungkuk di atas
tempat tidur, atau memutar badan sambil mengangkat.
Menurut Tarwaka (2015), faktor-faktor risiko yang dominan yang
berkaitan dengan pekerjaan manual handling antara lain meliputi:
1. Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan (seperti: badan membungkuk
dan memuntir kesamping, jongkok, berlutut, dll).
2. Gerakan berulang (seperti : sering menjangkau, mengangkat, membawa objek
kerja).
3. Pengerahan tenaga yang berlebihan (seperti: membawa atau mengangkat
objek kerja yang terlalu berat).
4. Sikap kerja statis (seperti: harus mempertahankan sikap diam untuk waktu
yang lama pada satu jeni aktivitas), dan lain sebagainya.
Menurut The International Organization Standardization (ISO, 2012)
manual patient handling sering menyebabkan beban tinggi pada sistem
muskuloskeletal, khususnya pada bagian punggung bawah. Manual patient
handling seharusnya dapat dihindari jika mungkin atau dapat dilakukan dengan
cara yang tidak berisiko tinggi. Faktor-faktor seperti jumlah, kapasitas,
pengalaman, dan kualifikasi perawat yang berhubungan dengan kondisi tersebut
dapat meningkatkan risiko gangguan muskuloskeletal :
1. Jumlah, jenis dan kondisi pasien yang akan ditangani.
2. Postur janggal dan kekuatan tenaga.
3. Ketidakcukupan atau tidak adanya peralatan yang memadai.
4. Ruang terbatas dimana pasien ditangani.
12
5. Kurangnya pendidikan dan pelatihan dalam tugas-tugas tertentu.
Risiko dan bahaya manual handling. Cedera akibat manual handling
bisa terjadi dimana pun manusia bekerja – di peternakan atau perkebunan dan
lokasi pembanguna gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank,
laboraturium, dan pada jasa pengirirman (Health and Safety Executive (HSE),
2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang-
ulang dan terus menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan.
Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan,
atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot,
tendon, ligament, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini deikenal sebagai
musculoskeletal disorders atau MSDs (California Department of Industrial
Relations, 2007).
OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan
manual handling yaitu sebgai berikut.
1. Luka, memear, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan
tidak diharapkan seperti kecelakaan.
2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang,
sendi, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan
aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit
muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup :
a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders).
b. Penyakit ekstremitas bawah (lower limbs disorders).
c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries).
13
Risiko manual handling pada perawat. Menurut Workcover NSW
(WorkCover New South Wales) tahun 2006, manual patient handling masih
menjadi penyebab cedera utama dan terbesar pada perawat. Cedera akibat manual
patient handling merupakan penyebab signifikan kehilangan profesi perawat dari
pelayanan komunitas dan kesehatan. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi
termasuk petugas kebersihan rumah sakit dan asiten bangsal.
Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun
1997, dilaporkan bahwa bebrapa berikut menjadi contributor utama penyebab
cedera pada perawat, yaitu manual patient handling, stress muskular tanpa
memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli,
penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek
timbal (lead aprons).
Di bawah ini beberapa risiko dari manual patient handling untuk
keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch
Labour Departement (2000).
Berat memindahkan pasien. Khususnya pasien dewasa yang memiliki
keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat
disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor
kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang
sedang ditangani.
Jarak. Semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar
efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yangmemisahkan pekerja dengan pasien
dapat menyebabkan cedar. Juga seperti tiang infus, pagar pengaman tempat tidur,
kursi roda, dan furniture dekat tempat tidur.
14
Postur aktivitas mengangkat. Postur yang janggal, dilakukan terpisah atau
bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedar atau penyakit.
Contoh postur janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih
sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan.
Tugas yang berisiko. Tugas yang berat dengan tiga faktor yaitu berat,
jarak dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan
penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko yaitu:
1. Memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain
2. Memindahkan pasien yang tidak kooperatif
3. Mengangkat pasien dari lantai
4. Lateral transfer-memindahkan pasien, pasien tetap dalam keadaan berbaring
5. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya
6. Memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda,
toilet)
7. Memandikan pasien
8. Mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi
9. Menimbang pasien
10. Menepatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia
11. Mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh
12. Membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan
Lainnya. Hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan
kesehatan saat memindahkan pasien yaitu:
1. Lantai yang tidak rata, basah atau licin
2. Ruang tidak cuckup untuk melakukan maneuver
15
3. Secara manual memindahkan pasien dalam jarak jauh
4. Pencahayaan kurang
5. Peralatan yang cacat atau tidak terawatt
6. Kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu
7. Kelelahan akibat aktivitas patient handling berulang
8. Mendorong dan menarik bersamaan dengan reposisi
9. Menggenggam kain pengangkat pasien
Muskuloskeletal Disorders
Definisi sistem muskuloskeletal. Sistem musculoskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen
utama sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini (Price, 2006).
Sistem muskuler /sistem otot. Menurut Sherwood (2011), sistem
muskuler /system otot terdiri dari:
Otot. Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat
gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot merupakan jaringan tubuh yang
memiliki kemampuan berkontruksi. Terdapat tiga jenis otot dalam tubuh manusia
yaitu otot rangka (skelet), otot polos dan otot jantung. Muskuler atau otot rangka
melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menggerakkantulang-tulang yang
melekat kepadanya sehingga tubuh dapat melakukan berbagai aktivitas mototrik.
Tipe otot rangka /otot skelet adalah sebagian besar otot ini melekat pada
tulang walaupun dalam jumlah kecil melekat ke fascia, aponeurosis dan tulang
16
rawan. Otot ini juga disebut otot lurik, dan kadang-kadang juga disebut otot sadar.
Setiap orang memiliki sekitar 600 otot rangka, yang ukurannya berkisar dari otot
mata eksternal yang halus dan mengontrol gerakan mata serta mengandung hanya
beberapa ratus serat, hingga otot kaki yang besar dan kuat yang mengandung
beberapa ratus ribu serat.
Tendon. Jaringan ikat akan meluas melewati ujung-ujung otot untuk
membentuk tendon kolagenosa. Tendon dapat cukup panjang, melekat ke suatu
tulang yang berjarak dari bagian daging otot. Jadi, tendon berfungsi untuk
melekatkan otot dengan tulang atau otot dengan otot.
Ligamen. Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan
menempel pada tulang. Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya
dislokasi dan sekaligus berfungsi untuk membatasi rentang gerakan.
Skeletal. Skeletal terbagi menjadi beberapa bagian antara adalah sebagai
berikut:
Tulang /rangka. Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak
pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh yang berfunsi untuk
menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat pada tulang metabolism kalsium dan
mineral dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang
dinamis. Tubuh manusia memiliki 206 tulang yang membentuk rangka.
Sendi. Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang
memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun
tidak dapat bergerak satu sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu
sinartrosis, diatrosis, dan amfiatrosis.
17
Definisi keluhan muskuloskeletal. Keluhan pada sistem muskuloskeletal
adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang
mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal
(Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, 2015).
Menurut Kuswana (2014), gangguan musculoskeletal (MSDs) adalah
cedera pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang
belakang. MSDs biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut (seperti slip,
perjalanan, atau jatuh), selain itu mencerminkan perkembangan yang lebih
bertahap atau kronis.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,
pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan sistem musculoskeletal
tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back
pain) (Tarwaka,2015). Menurut Waters (1996) dalam Tarwaka (2015), National
Safety Coumcil melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya
paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi musculoskeletal. Menurut Peter Vi
(2000) dalam Tarwaka (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut:
18
Peregangan otot yang berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada
umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut
pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik,
dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi
Karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya
keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera sistem
muskuloskeletal.
Aktivitas berulang. Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan
secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar,
angkat-angkat dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat
beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat, dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,maka
semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakterisktik tuntutan tugas, alat kerja
dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996;
Manuaba, 2000 dalam Tarwaka 2015).
Faktor penyebab sekunder. Faktor penyebab sekunder antara lain yaitu:
Tekanan. Terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
19
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini
sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancer,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
Mikroklimat. Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian
juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh
yang terlampau besar menyebabkan sebagian energy yang ada dalam tubuh akan
termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila
hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energy yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang
lancer, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat
dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.
Penyebab kombinasi. Risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal
akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan
pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus
melakukan aktivitas angkat angkut dibawah tekanan panas matahari seperti yang
dilakukan oleh para pekerja bangunan.
Gejala Muskuloskeletal Disorders (MSDs). Gejala muskuloskeletal
disorders dapat menyerang secara cepat dan lambat (berangsur-angsur), ada 3
tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:
20
Tahap 1. Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala
ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak
berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
Tahap 2. Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya
performance kerja.
Tahap 3. Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi
ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan
pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
Pencegahan muskuloskeletal disorders. Menurut Tarwaka (2015),
tindakan ergonomic untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua
cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa
manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif ini dimaksudkan
untuk mengeleminir, overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak
alamiah.
Rekayasa teknik. Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui
pemulihan beberapa alternatif sebagai berikut :
1. Eliminasi yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini
jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk mengguanakan peralatan yang ada
2. Substitusi yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang
aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
21
3. Partisi yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerjaan
4. Ventilasi yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas
Rekayasa manajemen. Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui
tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pelatihan, pekerja lebih memahami lingkungan dan alat kerja
sehingga diharapkan dapat melekukan penyesuaian dan inovatif dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja
2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.
3. Pengawasan yang intensif melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan
pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit
akibat kerja.
Nordic Body Map (NBM)
Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang
dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi
28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai
dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu
otot pada kaki. Pengukuran otot skeletal dengan menggunakan kuesioner ini
digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.
22
Gambar 6. Nordic body map
Keterangan :
0. Leher atas 10. Siku kiri 20. Lutut kanan
1. Tengkuk 11. Siku kanan 21. Betis kiri
2. Bahu kiri 12. Lengan bawah kini 22. Betis kanan
3. Bahu kanan 13. Lengan bawah kanan 23. Pergelangan kaki
4. Lengan atas kiri 14. Pergelangan tangan atas kiri
5. Punggung 15. Tangan kiri 24. Pergelangan kaki
6. Lengan atas kanan 16. Tangan kanan kanan
7. Pinggang 17. Paha kiri 25. Telapak kaki kiri
8. Pinggul 18. Paha kanan 26. Telapak kaki
9. Pantat 19. Lutut kiri kanan
23
Perawat
Definisi perawat. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk
memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).
Perawat adalah profesi dengan pekerjaan berisiko tinggi low back pain,
karena aktivitas perawat berhubungan dengan peningkatan risiko pada gangguan
tulang belakang terutama aktivitas angkat-angkut atau mobilisasi pasien, dan juga
pekerjaan dengan postur membungkuk. Membungkuk merupakan posisi pekerjaan
perawat yang tidak mungkin dihindari terutama saat memberikan pelayanan
kepada pasien yang sedang berbaring di tempat tidur.
Pada proses transfer pasien merupakan pergerakan simultan yang banyak
membebani tulang belakang, otot, dan juga ligamen yang menunjang tulang
belakang. Postur janggal dan beban membuat otot, tulang, dan ligament pada
vertebra berkontraksi maksimal sehingga bila dilakukan terus menerus dalam
durasi yang lama dan sering maka dapat menimbulkan kelelahan pada otot akibat
menumpuknya sisa metabolisme berupa asam laktat, yang diikuti kelemahan
ligament dan selanjutnya terjadi keluhan low back pain (Kurniawidjaja dkk,
2014).
Fasilitas perawatan kesehatan khususnya rumah sakit telah diidentifikasi
sebagai sebuah lingkungan kerja yang dapat menimbulkan risiko yang disebabkan
oleh factor ergonomi. Akibat dari faktor ergonomi tersebut dapat menyebabkan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada perawat yang belum
diidentifikasi dan ditangani dalam program fasilitas keselamatan dan kesehatan
24
secara efektif. Banyak pasien yang bergantung kepada perawat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, makan, maupun buang hajat.
Masing-masing kegiatan tersebut melibatkan beberapa interaksi dengan
penanganan atau pemindahan pasien dan dapat menyebabkan cedera pada perawat
(OSHA, 2013).
Tugas perawat. Adapun tugas yang akan dilakukan perawat antara adalah
sebagai berikut:
1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard.
2. Mengadakan serah terima (operan) jaga dengan tim/group lain (petugas
pengganti) yang shift selanjutnya.
3. Membaca buku laporan shift sebelumnya.
4. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh shift
sebelumnya.
5. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota tim.
6. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter.
7. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter.
8. Memberikan terapi baik oral maupun injeksi kepada pasien.
9. Membantu melaksanakan rujukan seperti mengantar pasien untuk kegiatan
pemeriksaan rontgen atau lab.
10. Mempersiapkan ruangan operasi.
11. Memandikan pasien atau mengganti balutan.
12. Memberikan makan pada pasien.
13. Melaksanakan orientasi terhadap pasien/keluarga baru.
25
14. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
15. Memelihara kebersihan ruang rawat.
16. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
17. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
18. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan.
19. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga pasien.
20. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien. (Nursalam,
2007)
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam
pemindahan pasien. Adapun tahap Standar Operasional Prosedur (SOP) pada
perawat dalam pemindahan pasien antara lain yaitu:
Memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya.
Tahap memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya:
1. Dekatkan brangkar/tempat tidur kesisi tempat tidur
2. Pasien diangkat sekurang-kurangnya tiga orang perawat
3. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien dengan ururtan sebagai berikut :
a. Perawat 1 (paling tinggi) berdiri pada bagian kepala
b. Perawat 2 berdiri dibagian pinggang
c. Perawat 3 berdiri dibagian kaki
4. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah tengkuk sampai pangkal lengan dan
lengan kanan perawat berada di bawah punggung pasien (bila pasien gemuk,
lengan kanan perawat 1 melalui badan pasien ke bawah pinggang sehingga
berpegangan dengan pergelangan tangan kiri perawat 2).
26
5. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah pinggang pasien, lengan kanan
berada di bawah bokong pasien.
6. Kedua lengan perawat 3 mengangkat seluruh tungkai pasien.
7. Setelah siap, salah seorang perawat memberikan aba-aba untuk bersama
mengangkat pasien.
8. Setelah pasien berada di atas tempat tidur posisi pasien diatur dan selimut
dipasang atau dirapikan
Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur. Tahap
Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
1. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan
atau direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.
2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit
dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi yang kuat.
3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi dan berjalan bersama
menuju tempat tidur.
4. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur. Kemudian dibantu oleh perawat
untuk naik.
5. Setelah pasien berada di atas tempat tidur, posisinya diatur sesuai dengan
kebutuhan kemudian dirapikan
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Tahap
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda:
1. Kursi roda didorong kesisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan atau
direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.
27
2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit
dan pasien dianjurkan bertumpuan pada sisi yang kuat.
3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi roda dan berjalan bersama
menuju kursi roda.
Landasan Teori
Menurut ISO (2012), manual patient handling merupakan kegiatan yang
membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan,
transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung seseorang atau
bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu.
Menurut Price (2006), musculoskeletal merupakan penunjang bentuk
tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem
musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini.
Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang
dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi
28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai
dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu
otot pada kaki.
Kerangka Konsep
Gambar 7. Kerangka konsep
Variabel Independen:
Patient Handling
Variabel Dependen:
Kejadian Muskuloskeletal
28
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan pendekatan
cross sectional karena variabel independen dan variabel dependen diamati pada
waktu yang sama untuk melihat hubungan patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota
Binjai Tahun 2019.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham
yaitu di Jalan Sultan Hasanuddin No. 9 Kartini Binjai Kota, Kota Binjai Sumatera
Utara.
Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2019
sampai dengan Agustus 2019.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bekerja di bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham dengan total jumlah perawat
adalah sebanyak 28 orang.
Sampel. Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi yaitu
sebanyak 28 orang.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen pada penelitian ini adalah patient handling dan
variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal pada
perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
29
Patient handling. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan
kegiatan mendorong,menarik, mengangkat, menurunkan, transfer pasien dengan
atau tanpa alat bantu.
Keluhan muskuloskeletal. gejala yang ada pada salah satu bagian tubuh
atau lebih yang dirasakan mulai dari keluhan ringan sampai keluhan sangat sakit
pada perawat.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada perawat
dengan melakukan observasi /pengamatan terhadap perawat seperti mendorong,
mengangkat, memindahkan, menarik, dan menjangkau pasien, alat bantu medis,
dan lingkungan. Serta melakukan pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner
tantang patient handling dan kuesioner NBM (Nordic Body Map).
Data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak
RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu data mengenai perawat bagian UGD.
Metode Pengukuran
Patient handling. Patient handling pada perawat dapat diukur
menggunakan kuesioner untuk mengukur. Hasil ukur patient handling
dikategorikan sebagai berikut:
1. ≥ 44 = Tinggi
2. < 44 = Rendah
Keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal pada perawat dapat
diukur menggunakan kuesioner NBM (Nordic Body Map) untuk mengukur letak
keluhan yang dirasakan setelah bekerja. Dengan langkah-langkah pengukuran
sebagai berikut:
30
1. Melakukan pengukuran keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner
NBM (Nordic Body Map) yang berisi pertanyaan karakteristik responden dan
28 pertanyaan mengenai titik-titik otot skeletal.
2. Peneliti mengukur langsung tingkat risiko gangguan sistem muskuloskeletal
dengan menunjuk dan menekan ke-28 otot skeletal yang dirasa sangat sakit
/nyeri.
Keluhan muskuloskeletal dikelompokkan menjadi 4 kategori :
1. 0 = Skor akhir penilaian sebesar 0-20 : Rendah
2. 1 = Skor akhir penilaian sebesar 21-41 : Sedang
3. 2 = Skor akhir penilaian sebesar 42-62 : Tinggi
4. 3 = Skor akhir penilaian sebesar 63-84 : Sangat Tinggi (Tarwaka,2015)
Metode Analisis Data
Dalam tahap analisa data, data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik
tertentu. Data dianalisis dengan menggunakan software computer. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square, uji ini
digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan atau tidak.
Dengan pengambilan keputusan hipotesis penelitian berdasarkan pada
tingkat signifikan (nilai p) yaitu:
1. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian H0 diterima
2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian H0 ditolak (Notoatmodjo,2012)
31
Hasil Penelitian
Deskripsi Wilayah Penelitian
Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham adalah Rumah Sakit Umum milik pemerintah daerah.
Rumah sakit ini juga sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berlokasi di Jalan Sultan
Hasanuddin No. 9, Kartini, Binjai. Pada tahun 2018 RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai menjadi salah satu dari tiga rumah sakit umum di Sumatera Utara
yang meraih Akreditasi Paripurna. Rumah sakit ini juga salah satu rumah sakit
terbaik untuk tipe B.
Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai. Adapun visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai antara lain adalah sebagai berikut:
Visi. Menjadi rumah sakit rujukan yang bermutu, berdaya saing, dan
berwawasan lingkungan.
Misi. Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional, sehat, produktif dan
sejahtera
3. Mewujudkan sistem informasi manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi
4. Mewujudkan Rumah Sakit yang bersih, nyaman dan aman
5. Meningkatkan dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan secara
akuntabel, transparan, efektif dan efisien.
32
Motto. Motto RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu “SMART”
yang merupakan singkatan dari:
1. Selalu Mengutamakan Keselamatan Pasien
2. Menjunjung Tinggi Nilai Etika Profesi
3. Akurat dalam Menetapkan Diagnosa
4. Ramah dan Santun
5. Terpadu dan Terbuka dalam Melaksanakan Tindakan
Kebijakan mutu. Adapun kebijakan mutu yang dimiliki RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai yaitu:
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berkomitmen
untuk meningkatkan jumlah pasien yang dilayani melalui penerapan standar
pelayanan minimal dan peningkatan kualitas serta kuantitas layanan kesehatan
dengan mengutamakan keselamatan dan kepuasan pelanggan.
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
Dalam penelitian ini, sebanyak 28 subjek terpilih untuk menjadi sampel.
Dari keseluruhan sampel, gambaran karakteristik responden yang diamatai
meliputi jenis kelamin, usia, dan lama kerja, patient handling, dan
musculoskeletal.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
10
18
35,7
64,3
Usia
≤ 35 tahun
> 35 tahun
18
10
64,3
35,7
(bersambung)
33
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik n %
Lama Kerja
1-5 tahun
6-10 tahun
> 10 tahun
10
10
8
35,7
35,7
28,6
Patient Handling
Tinggi
Rendah
8
20
71,4
28,6
Muskuloskeletal
Tinggi
Sedang
Rendah
2
21
5
7,1
75,0
17,9
Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar dari 28 sampel adalah
perempuan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%), sedangkan untuk laki-laki sebanyak
10 orang (35,7%). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dengan distribusi
terbanyak pada usia ≤35 tahun sebesar 18 orang (64,3%).
Berdasarkan kategori massa kerja, didapati bahwa 10 orang (35,7%) telah
bekerja selama 1-5 tahun, sedangkan 10 (35,7%) telah bekerja selama 6-10 tahun
dan 8 orang (28,6%) telah bekerja selama >10 tahun.
Berdasarkan tabel 1 didapati bahwa lebih banyak sampel yang melakukan
patient handling dengan intensitas rendah yaitu 20 orang (71,4%), sedangkan
patient handling dengan intensitas tinggi dijumpai pada 8 orang (28,6%).
Ditinjau dari keluhan muskuloskeletal, diketahui bahwa sampel dengan
keluhan rendah yaitu 5 orang (17,9%), sedangkan dengan keluhan sedang
sebanyak 21 orang (75,0%) dan sampel dengan keluhan tinggi dijumpai pada 2
orang (7,1%).
34
Tabel 2
Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal
Patient
Handling
Keluhan Muskuloskeletal Total
P value Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Tinggi 2 25,0 6 75,0 0 0,0 8 28,6 0.03
Rendah 0 0,0 15 75,0 5 25,0 20 71,4
Total 2 7,1 21 75,0 5 17,9 28 100,0
Data pada tabel 2 diuji dengan chi square yang kemudian diperoleh nilai p
sebesar 0,03. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p ≤ 0,05 berarti H0 ditolak,
yang artinya terdapat hubungan antara patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal.
35
Pembahasan
Analisis Karakter Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 28 sampel dan didapati jumlah sampel yang
memiliki keluhan musculoskeletal pada kategori tinggi sebanyak 2 orang (7,1%).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya muskuloskeletal.
Ruangan UGD di dominasi oleh perempuan. Menurut Astrand dan Rodahl (1996)
dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya dua
pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.
Kondisi kesehatan perawat dalam keadaan sehat, dimana diketahui bahwa
keadaan kesegaran badan seseorang yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
aktivitas fisik. Kondisi kesehatan juga merupakan faktor terpenting dalam setiap
aktivitas.
Berdasarkan karakteristik umur responden diketahui bahwa sebanyak
64,3% dalam kategori umur ≤ 35 tahun. Menurut Betti’e, dkk (1989) dalam
Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan maksimal otot terjadi pada saat
umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan
bertambahnya umur. Pada saat umur mecapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot
menurun sampai 20%, dan saat kekuatan otot mulai menurun maka risiko
terjadinya keluhan otot akan meningkat.
Penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa masa kerja sebanyak 8
responden bekerja > 10 tahun, 2 orang diantaranya mengalami keluhan
36
musculoskeletal pada kategori tinggi. Semakin lama masa kerja seorang perawat
semakin banyak pengalaman yag diperolehnya delam pekerjaannya sehingga
dapat menurunkan kehati-hatiannya dalam bekerja.
Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam.
Lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang
waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal tidak diinginkan.
Gangguan pada otot muncul 2 tahun setelah bekerja dengan jenis pekerjaan yang
sama. Pekerjaan yang sama merupakan pekerjaan yang menggunakan otot yang
sama dalam waktu yag lama atau lebih dari 2 jam (Suma’mur, 2009).
Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal
Kegiatan patient handling di RSUD Dr.R.M. Djoelham Kota Binjai
dengan mengambil responden di ruang UGD. Perawat yang mengalami
muskuloskeletal paling banyak pada patient handling kategori tinggi yaitu
sebanyak 2 responden (7,1%). Hasil uji statistic Chi Square didapatkan nilai p
value (0,030≤0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara patient
handling dengan keluhan muskuloskeletal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
As’adi, dkk (2014) dimana berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dengan
menggunakan RWL dan LI didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
berisiko mengalami keluhan, karena sebagian besar bekerja dengan sikap yang
tidak natural yakni sebanyak 28 responden. Responden yang bekerja dengan sikap
tidak alamiah berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal akibat kerja berat
sebanyak 17 responden yaitu sekitar 60,7%. Berdasarkan hasil analisis bivariat
diperoleh hasil (p = 0,018). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat
37
hubungan antara variabel Manual Material Handling (MMH) dengan keluhan
muskuloskeletal akibat kerja karena nilai p value < 0,05.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ulfah, dkk (2014),
dengan judul sikap kerja dan risiko musculoskeletal disorders pada pekerja
laundry. Penelitian ini mengguanakan uji kai kuadrat untuk menghubungkan
antara tiap bagian proses jassa laundry, yaitu penimbangan, pencucian,
pengeringan,penyetrikaan dan pengemasan dengan keluhan MSDs. Dari analisis
bivariate yang berhubungan dengan keluhan MSDs hanya terdapat pada bagian
pencucian dengan p value 0,014 < 0,05.
Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah
satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward
posture). Hal-hal yang dapat mempengaruhi postur tubuh ketika bekerja adalah
karakteristik perawatan (kebutuhan perawat), desain tempat kerja dan faktor
personal perawat. Menurut Nurmianto (2008), postur kerja yang sering dilakukan
oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, jongkok,
membungkuk, berjalan, dan lain-lain. Jika kondisi system kerjanya tidak sehat
akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang
tidak aman.
Pekerja yang sering mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja
maupun setelah bekerja. Studi tentang MSDs menunjukkan bahwa bagian otot
yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher,
bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot bagian bawah (Astuti,
2007).
38
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuryaningtyas, dkk
(2014), hasil uji statistic chi square di dapatkan nilai p value (0,033<0,05)
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan
keluhan muskuloskeletal. Hal tersebut disebabkan oleh posisi kerja dari perawat
yang banyak melakukan aktivitasnya dengan berjalan dan berdiri. Pada saat
melakukan tindkan perawatan ke pasien, perawat seringkali menggunakan posisi
berdiri dan membungkuk pada waktu yang lama disertai penggunaan lengan atas
dan lengan bawah yang menggantung serta posisi leher menekuk ke depan.
Sikap kerja tidak alamiah dapat menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat,
punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh
posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya keluhan system musculoskeletal termasuk low back pain. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan
stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 &
Manuaba, 2000 dalam Tarwaka 2015).
Menurut Martiyas, dkk (2015), keluhan muskuloskeletal yang disebabkan
oleh sikap kerja yang tidak alamiah perlu diminimalkan, karena adanya keluhan
muskuloskeletal pada pekerja menyebabkan pekerja tidak dapat bekerja dengan
optimal. Dengan demikian, agar risiko pekerjaan yang dihadapi tidak menjadi
semakin besar, sebaiknya diberikan pelatihan khusus terkait prosedur
pengangkutan beban yang baik dan benar kepada pekerja baru atau pekerja lama,
serta melakukan pengawasan rutin pada pekerja. Dengan diadakannya pendidikan
39
dan pelatihan khusus yang diberikan kepada pekerja, selanjutnya pekerja akan
lebih memahami pekerjaannya sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian
dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan kea rah yang lebih baik.
Untuk menjaga stabilitas otot baik pada usia <25 tahun maupun pada usia
lanjut, dapat dilakukan dengan cara stretching. Peregangan dapat dilakukan di
segala tempat dan tidak memerlukan peralatan khusus. Jika dilakukan dengan
benar, peregangan dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung
akibat dari duduk dalam waktu lama dengan sikap kerja yang salah, otot
menegang yang diakibatkan oleh tubuh tidak bergerak dalam waktu yang lama,
sendi yang mengencang, peredaran darah yang terhambat, cidera ketegangan
berulang, ketegangan dan tekanan (Anderson, 2010).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar perawat dengan
patient handling dan keluhan muskuloskeletal dalam kategori tinggi, hal ini
dikarenakan posisi tubuh saat bekerja atau sikap kerja yang tidak alamiah serta
masih kurangnya pengetahuan perawat serta dalam melakukan pekerjaan patient
handling tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah
ada. Juga dapat disebabkan oleh posisi tubuh yang salah, seperti : pada saat
membungkuk ketika bekerja, mengangkat dan memindahkan pasien, kemudian
tinggi perawat yang tidak sesuai dengan tempat tidur pasien sehingga
menyebabkan kaki perawat tidak bertumpu pada bidang yang rata dan ada gerakan
yang dipaksakan karena dalam menjangkau pasien untuk dipindahkan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan
acuan atau saran guna perbaikan penelitian berikutnya. Penelitian ini bersifat
40
survei analitik, dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan
patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD
RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019. Keterbatasan pada
penelitian ini yaitu proses pengumpulan data, dimana peneliti harus menyesuaikan
waktu dengan para perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham. Pada
penelitian ini penulis tidak mengalami kesulitan, melainkan penulis harus siap
menunggu jam istirahat atau jam pulang supaya bias mendapatkan data dari
perawat lewat wawancara kuesioner.
41
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Patient Handling dengan
Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD di RSUSD Dr. RM.
Djoelham Kota Binjai dapat disimpulkan bahwa:
Diketahui hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value
(0,030≤0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara patient
handling dengan keluhan muskuloskeletal.
Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Bagi perawat. Perawat sebaiknya mengikuti aturan SOP (standard
operating procedure) mengenai angkat angkut pasien/mobilisasi pasien yang
sudah ada.
Bagi instansi rumah sakit. Adapun saran bagi instansi rumah sakit antara
lain yaitu:
1. Diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera terhadap sikap kerja pada
pekerjaan patient handling untuk mencegah terjadinya risiko cedera yang
lebih tinggi pada sistem muskuloskeletal.
2. Menerapkan pemasangan CCTV dan melakukan pengawasan cara kerja
perawat di ruang UGD serta melakukan evaluasi setiap bulan.
3. Mengadakan pelatihan terkait kegiatan patient handling atau ergonomi untuk
mengurangi keluhan terhadap gangguan muskuloskeletal.
42
Bagi peneliti lain. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-
variabel lain seperti faktor lingkungan, faktor psikososial maupun faktor-faktor
lainnya yang dapat mengakibatkan keluhan muskuloskeletal.
43
Daftar Pustaka
Alghadir, A., & Anwer, S. (2015). Prevalence of musculoskeletal pain construction wokers in Saudi Arabia. The Scientific World Journal, 20(15), 1-5 Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4355810 /pdf/TSWJ2015-529873.pdf
Anderson, B. (2010). Stretching in the office (Peregangan untuk orang kantoran).
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Andini, F. (2015). Risk factor of low back pain in workers. Medical Journal of
Lampung University, 4(1), 12-19. Diakses dari http://juke.kedokteran. unila.ac.id/index.php/majority/article/view/495/496
Asruhi, S. (2013). Hubungan cara kerja angkat angkut manual handling pasien
dewasa dan keluhan nyeri punggung bawah pada para medis di RSUD Leuwiliang Bogor (Skripsi, Universitas Esa Unggul). Diakses dari https://www.esaunggul.ac.id/hubungan-cara-kerja-angkat-angkut-manual-handling-pasien-dewasa-dan-keluhan-nyerih-punggung-bawah-pada-para-medis-di-rsud-leuwiliang-bogor- -dengan-studi-literatur/
Barnard, C. (2012). EU employment law. United Kingdom: Oxford University
Press. Bull, E., & Archard, G. (2007). Simple guide nyeri punggung (Terjemahan
Surapsari). Jakarta: Erlangga. Dahlan, M. S. (2013). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Elyas, Y. (2012). Gambaran tingkat risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)
pada perawat saat melakukan aktivitas kerja di ruang ICU PJT RSCM berdasarkan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) (Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia). Diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20309053-gambaran-tingkat-resiko-fulltext.pdf
Fatmawati, A. Z. (2016). Hubungan risiko patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal pada perawat bagian IGD RSUD DR. Moewardi di Surakarta (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/41880/
Handayani, W. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
musculoskeletal disorders pada pekerja di bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia Tbk. Tangerang (Skripsi, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta). Diakses dari http://www.repository.uinjkt.ac.id/ dspace/bitstream/123456789/25983/1/WITA%20HANDAYANI-fkik.pdf
44
Himawan, F., Handoyo, & Keksi, G.S. (2009). Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman, 7(2), 86-92. Diakses dari http://jks.fikes.unsoed. ac.id/index.php/jks/article/view/360/198
Ice, D. (2017, 12 Oktober). Bangsal Sehat. Diakses 4 Juli 2019, dari
https://bangsalsehat.blogspot.com/2017/10/sop-pemindahan-pasien.html. Jan, D., & Weerdmeester, B. (2008). Ergonomics for Beginners. New York: CRC
Press Taylor. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087 Tahun 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Kurniawidjaja L. M., Purnomo E., Maretri. N., & Pujiriani. (2014). Pengendalian
risiko ergonomi kasus low back pain pada perawat di rumah sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 46(4), 226-233. Diakses dari http://journal.fk. unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/342/pdf_158
Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lukman, N. S., & Nurna, N. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Mahadewa, Tjokorda, G. B., & Sri, M. (2009). Diagnosis dan tatalaksan kegawat
daruratan tulang belakang. Jakarta: Sagung Seto. Martiyas, P. W. P., Putri, S. H., & Idet, H. (2015). Hubungan aktivitas berulang
dan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkutan sawit di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus, 3(1), 35-42. Diakses dari http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/ index.php/JKM/article/download/115/92
Maysyaroh, N. D. (2016). Hubungan patient handling dengan kejadian
musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Delanggu). Diakses dari http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/48223/3/.
Muttaqin, A. (2011). Buku saku gangguan muskuloskeletal aplikasi pada praktik
klinik keperawatan. Jakarata: EGC. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmianto, E. (2008). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya (Edisi ke-2).
Surabaya: Prima Printing.
45
Nuryaningtyas, B. M., & Martiana, T. (2014). Analisis tingkat risiko
Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dengan the Rapid Upper Limbs
Assessment (RULA) dan karakteristik individu terhadap keluhan MSDs.
The Indonesian Journal os Occupational Safety and Health, 3(2), 160-169.
Diakses dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k331e290a467
full.pdf
OSHA. (2009). Guidelines For Nursing Homes Ergonomic For The Prevention
Musculoskeletal Disorders. Diakses dari https://www.osha.gov/ergonomi
cs/guidelines/nursinghome/final_nh_guidelines.html.
OSHA. (2013). Healthcare Wide Hazard Ergonomic. Diakses dari.
https://www.osha.gov/SLTC/etools/hospital/hazard/ergo/ergo.html.
OSHA. (2013). Safe Patient Handling. Diakses dari. https://www.osha.
gov/SLTC/healthcarefacilities/safepatienthandling.html.
Praptiningsih, S. (2006). Hukum perawat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rahmah, M. A., Rozy, J., Halim, I., Jamsiah, M. & Shamsul, A. S. (2008).
Prevalence of back pain among nurses working in government health
clinics and hospital in Port Dickson Malaysia. Journal of Community
Health, 14(2), 11-18. Diakses dari http://journalarticle.ukm.my/4607/
1/Vol14%281%29-aniza.pdf
Suma’mur, P. K. (2009). Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes).
Jakarta: PT. Gunung Agung.
Tania, C. (2015). Hubungan antara aktivitas kerja manual handling dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik
Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/123456789.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja manajemen dan implementasi
K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2015). Ergonomi industri dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan
aplikasi di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Widiyanti, E. C. L., Basuki, E., & Jannis, J. (2009). Hubungan sikap tubuh saat
mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan
nyeri punggung bawah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 59(3), 107-112.
Diakses dari https://journal.mki.ac.id/bkm/article/view/25623
46
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden
LEMBAR PERSETUJUAN
Kpd. Yth. Responden
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya Diana Ardhi Pratiwi mahasiswi Universitas Sumatera Utara Fakultas
Kesehatan Masyarakat, jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang
“Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat
Bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019”. Penelitian
ini merupakan bagian dari skripsi untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian pekerjaan dan posisi
saudara. Untuk keperluan tersebut diharapkan kesediaan dan kesungguhan saudara
untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya karena kejujuran jawaban
yang saudara berikan sangat mempengaruhi proses penelitian ini.
Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Pernyataan:
Saya menyatakan bahwa saya secara sukarela untuk menjadi responden
dalam penelitian ini.
Binjai, Juli 2019
Responden
(……………………….)
47
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN
MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD
RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI
TAHUN 2019
A. Identitas Responden
Tulislah identitas saudara atau coret yang tidak perlu
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur/Tgl Lahir :
4. Jenis Kelamin : Pria/Wanita
5. Masa Kerja :
6. Tinggi Badan : .......... Cm
7. Berat Badan : .......... Kg
B. Pertanyaan untuk aktivitas kerja Patient Handling
Berikanlah tanda () untuk jawaban yang sesuai dengan keadaan
Saudara/i yang sebenarnya.
Contoh:
Pertanyaan SS S KK TP
Saat bekerja objek yang dikerjakan
terlalu besar
SS : Sering Sekali
S : Sering
KK : KadangKadang
TP : Tidak Pernah
48
Pertanyaan SS S KK TP
Saat bekerja objek yang dikerjakan terlalu
besar.
Saat bekerja objek sulit dipegang oleh
pekerja.
Pekerjaan dilakukan dengan mendorong
beban.
Pekerjaan dilakukan dengan menarik beban.
Sebelum memulai pekerjaan dilakukan
briefing.
Pekerjaan membawa beban dilakukan
dengan waktu yang lama.
Pekerjaan dilakukan dengan memuntirkan
badan.
Pada saat menarik beban secara manual,
beban objek sulit digerakkan.
Pekerja mengangkat beban tidak
menggunakan alat bantuan.
Pada saat posisi kerja membungkuk pekerja
mengangkat beban lebih dari 25 kg.
Membawa beban objek lebih dari 25 kg.
Pada saat bekerja tidak memerlukan teknik
(keahlian khusus).
Pekerjaan memerlukan pengerahan tenaga
yang berlebih.
Anda tidak mempunyai istirahat jam kerja
yang cukup stiap harinya.
Pada saat mengangkat beban dilakukan
dengan posisi yang dipaksakan.
Jumlah skor
Total skor
C. Petunjuk Pengisian Nordic Body Map (NBM)
Dibawah ini adalah cara pengisian Kuesioner
1. Berilah tanda (√) pada lembar Kuesioner Individual Nordic Body Map sesuai
apa yang saudara rasakan
2. Tanda (√) diisikan pada kolom skoring
49
3. Keterangan skoring:
Skor 0 : Tidak ada keluhan/ kenyerian pada otot-otot atau tidak ada rasa sakit
sama sekali yang dirasakan oleh pekerja selama melakukan
pekerjaan (tidak sakit).
Skor 1 : Dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada bagian otot,
tetapi belum menganggu pekerjaan (agak sakit).
Skor 2 : Dirasakan adanya keluhan /kenyerian atau sakit pada bagian otot
dan sudah menganggu pekerjaan, tetapi rasa kenyerian segera
hilang setelah dilakukan istirahat dari pekerjaan (sakit).
Skor 3 : Dirasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada bagian otot
dan kenyerian tidak segera hilang meskipun telah beristirahat yang
lama atau bahkan diperlukan obat pereda nyeri otot (sangat sakit).
50
Lembar Nordic Body Map (NBC)
Sistem Muskuloskeletal Skoring
Sistem Muskuloskeletal Skoring
0 1 2 3 0 1 2 3
0 = Leher atas 1 = Tengkuk
2 = Bahu kiri 3 = Bahu kanan
4 = Lengan atas 5 = Punggung
6 = Lengan atas kanan 7 = Pinggang
8 = Pinggul 9 = Pantat
10 = Siku kiri 11 = Siku kanan
12 = Lengan bawah kiri 13 = Lengan bawah kanan
14 = Pergelangan tangan
kiri
15 = Pergelangan tangan
kanan
16 = Tangan kiri 17 = Tangan kanan
18 = Paha kiri 19 = Paha kanan
20 = Lutut kiri 21 = Lutut kanan
22 = Betis kiri 23 = Betis kanan
24 = Pergelangan kaki
kiri
25 = Pergelangan kaki
kanan
26 = Kaki kiri 27 = Kaki kanan
Total Skor Kiri
Total Skor Kanan
Total Skor Individu MSDs = Total Skor Kiri + Total Skor Kanan
51
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian
52
Lampiran 4. Master Data
Tabel
Analisis Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Perawat Bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019
No. Resp. Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Patient Handling MSDs
1 Laki-laki 26 tahun 5 tahun Rendah 21
2 Perempuan 29 tahun 2 tahun Rendah 17
3 Perempuan 30 tahun 5 tahun Rendah 7
4 Perempuan 33 tahun 12 tahun Rendah 37
5 Perempuan 27 tahun 4 tahun Rendah 10
6 Perempuan 30 tahun 9 tahun Tinggi 24
7 Laki-laki 31 tahun 5 tahun Rendah 24
8 Perempuan 44 tahun 15 tahun Tinggi 43
9 Perempuan 24 tahun 2 tahun Rendah 28
10 Perempuan 37 tahun 12 tahun Tinggi 34
11 Laki-laki 39 tahun 5 tahun Rendah 25
12 Perempuan 36 tahun 9 tahun Rendah 23
13 Laki-laki 41 tahun 9 tahun Rendah 19
14 Perempuan 30 tahun 9 tahun Rendah 28
15 Laki-laki 35 tahun 10 tahun Rendah 23
16 Perempuan 39 tahun 12 tahun Tinggi 41
17 Perempuan 35 tahun 13 tahun Tinggi 42
18 Laki-laki 35 tahun 10 tahun Tinggi 26
19 Perempuan 44 tahun 12 tahun Tinggi 35
20 Laki-laki 41 tahun 11 tahun Rendah 30
21 Laki-laki 41 tahun 9 tahun Rendah 26
22 Perempuan 41 tahun 12 tahun Tinggi 41
23 Laki-laki 32 tahun 7 tahun Rendah 23
24 Perempuan 28 tahun 4 tahun Rendah 16
25 Perempuan 30 tahun 7 tahun Rendah 28
26 Laki-laki 30 tahun 5 tahun Rendah 24
27 Perempuan 26 tahun 2 tahun Rendah 21
28 Perempuan 31 tahun 6 tahun Rendah 26
53
Lampiran 5. Output Olahan SPSS
Analisis Deskriptif
Umur
18 64.3 64.3 64.3
10 35.7 35.7 100.0
28 100.0 100.0
=<35 tahun
>35 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
Percent
Sex
10 35.7 35.7 35.7
18 64.3 64.3 100.0
28 100.0 100.0
Laki-laki
Perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
Masa_Kerja
10 35.7 35.7 35.7
10 35.7 35.7 71.4
8 28.6 28.6 100.0
28 100.0 100.0
1-5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Patient_Handling
20 71.4 71.4 71.4
8 28.6 28.6 100.0
28 100.0 100.0
Rendah
Tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
Kejadia_Muskulostetal
5 17.9 17.9 17.9
21 75.0 75.0 92.9
2 7.1 7.1 100.0
28 100.0 100.0
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
54
Analisis Bivariat
Patient_Handling * Kejadia_Muskulostetal Crosstabulation
5 15 0 20
25.0% 75.0% .0% 100.0%
100.0% 71.4% .0% 71.4%
17.9% 53.6% .0% 71.4%
0 6 2 8
.0% 75.0% 25.0% 100.0%
.0% 28.6% 100.0% 28.6%
.0% 21.4% 7.1% 28.6%
5 21 2 28
17.9% 75.0% 7.1% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
17.9% 75.0% 7.1% 100.0%
Count
% within Patient_
Handling
% within Kejadia_
Muskulostetal
% of Total
Count
% within Patient_
Handling
% within Kejadia_
Muskulostetal
% of Total
Count
% within Patient_
Handling
% within Kejadia_
Muskulostetal
% of Total
Rendah
Tinggi
Patient_
Handling
Total
Rendah Sedang Tinggi
Kejadia_Muskulostetal
Total
Chi-Square Tests
7.000a 2 .030
8.376 2 .015
5.775 1 .016
28
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .57.
a.
55
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Ruang IGD
Gambar 2. Ruang tunggu IGD
56
Gambar 3. Ruang periksa pasien IGD
Gambar 4. Ruang rawatan sementara IGD
57
Gambar 5. Pengisian kuesioner oleh para perawat
Gambar 6. Pengisian kuesioner oleh para perawat
58
Gambar 7. Pengisian kuesioner oleh para perawat