Hubungan Orde Baru Dengan Reformasi Di Republik Indonesia

download Hubungan Orde Baru Dengan Reformasi Di Republik Indonesia

of 23

Transcript of Hubungan Orde Baru Dengan Reformasi Di Republik Indonesia

Hubungan Orde Baru dengan Reformasi di Republik IndonesiaDalam sejarah kemerdekaan kita telah berusia lebih dari setengah abad, kita mengalami dua peralihan kekuasaan yang dramatis. Dalam kedua peristiwa itu kita melihat dua patriot besar, yang telah sejak muda memberikan darma bakti kepada bangsa dan Tanah Air, harus menghadapi kenyataan yang pahit mereka telah ditinggalkan bangsa yang mereka cintai. Bukan itu saja , sengaja atau tidak mereka telah pula menyebabkan berseminya segala macam dendam sejarah. Maka berbagai hal yang dianggap penyimpangan politik, ekonomi, hukum, dan sebagainyadibongkar dan dituntut agar diselesaikan. Pergantian kepemimpinan selalu merupakan kesempatan untuk mengingkari keabsahan tata dari yang terdahulu. Orde Baru adalah sesungguhnya pengingkaran terhadap Orde Lama. Reformasi adalah kata halus untuk mengingkari Pemerintahan Orde Baru.1 Orde Baru muncul dalam suasana pertentangan politik dan ideologi, baik secara internal maupun eksternal sudah mencapai titik antagonistik2 yang tak lagi bisa dipertemukan. Struktur politik otorotarian3 yang berlangsung tiga dekade selama pemerintahan Orde Baru (1967-1998) menyebabkan masyarakat indonesia selama kurun waktu tersebut tidak memiliki cukup pengalaman dalam merealisasikan beberapa prinsip dasar demokrasi seperti kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan berpendapat, serta kebebasan dalam berpartisipasi politik. Dengan adanya momentum reformasi sat ini, terbukalah peluang bagi rakyat Indonesia untuk memulai bereksperimen dengan prinsip-prinsip demokrasi. Indikasi paling nyata dari peluang itu ialah fenomena kelahiran partai-partai politik baru yang kini jumlahnya telah mencapai lebih dari 100 partai. Fenomena ini jelas menandai terbukanya kembali ruang publik (free public sphere) dan terbukanya kesempatan bagi partisipasi politik rakyat setelah 20 tahun ditutup dan dibungkam oleh rezim Orde Baru.

Runtuhnya Orde Baru dan Lahirnya ReformasiRuntuhnya pemerintahan orde baru1 2 3

Sularto, Refleksi Agenda Reformasi, KANSIUS, 1999:Yogyakarta

Otorotarian yaitu bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu.

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai Pahlawan Reformasi. Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Lahirnya Reformasi Ketika Habibie menggantikan Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu: a. masa depan Reformasi; b. masa depan ABRI; c. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia; d. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta e. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat.

a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undangundang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut. 1) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. 2) UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. 3) UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR. b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP). d. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

Agenda Reformasi di Segala BidangCita cita kemerdekaan, masyarakat adil dan makmur berdasar Pancasila, selama ini mengalami pasang surut yang luar biasa. Ekonomi Indonesia, yang pernah mencapai pendapatan per kapita sekitar 1.200 dollar AS/tahun, merosot tajam sebagai dampak krisis ekonomi. Landasan politik, sedang mencari format baru. Demokrasi, sedang mencari bentuknya. Untuk sementara terlihat dari kebebasan di segala bidang yang sangat terbuka luas, diwujudkan dengan tumbuhnya partai politik baru, pers, dan kebebasannya menyampaikan pendapat. Konsep konsep baru di dalam berbangsa dan bernegara, baik konsep ekonomi, politik serta berbagai format tatanan kehidupan dan nilai kemasyarakatan tampil di permukaan, yang semuanya itu memimpikan wujud Indonesia baru 4

Reformasi TotalIstilah reformasi menjelang kejatuhan Soeharto adalah sebuah jargon politik yang mendapat kekuatan yang jauh lebih revolusioner dari arti kata sebenarnya. Reformasi berarti menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan politik Orde Baru. Dalam arti itu reformasi bisa disamakan dengan aspirasi untuk freedom from yaitu keinginan untuk bebas dari. Dalam arti ini, reformasi mempunyai sasaran yang jelas: bebas dari rezim Soeharto. Sebaliknya pengertian reformasi sebagai freedom from adalah jauh lebih jelas dari pengertiannya sebagai freedom for. Pertanyaannya ialah: yang ingin dicapai dalam reformasi itu suatu freedom for what? Jawaban mahasiswa adalah reformasi total. Pengertian total di sana pada mulanya hanya menunjuk semua sektor yang harus direformasi dengan

tiga sektor utama yang dianggap patut mendapat prioritas, yaitu sektor ekonomi untuk menciptakan kestabilan harga dan pengadaan sembako, sektor politik yang bertujuan menurunkan dari kekuasaan semua orang yang masih mewakili budaya politik Soeharto, dan sektor hukum yang harus menjernihkan berbagai penyelewengan, manipulasi, dan distorsi dalam politik selama ini.54

Sulastomo, REFORMASI, kompas, 2003: Jakarta.

5

Sularto, Refleksi Agenda Reformasi, KANSIUS, 1999:Yogyakarta

1. Reformasi Politik Apabila kita yakin, bahwa pemerintahan yang stabil merupakan prasyarat bagi pelaksanaan pembangunan, maka landasan konstitusi merupakan kebutuhan yang mendesak. Apakah harus melalui amandemen UUD 1945? Dari pengalaman Bung Karno dan Pak Harto, sesungguhnya hanya ada satu hal yang penting yaitu, bagaimana kita dapat mencegah hadirnya pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan yang sentralistis inilah yang di masa lalu menutup proses demokrasi dan sebaliknya membuka peluang kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Pesan pendiri republik ini, sebagaimana tertuang di dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, yang sangat penting adalah mempertahankan semangat UUD 1945. Meskipun UUD 1945 mengakui kekuasaan presiden yang besar, namun tidak berarti tanpa batas. Formula tanpa batas inilah yang selama ini terlupakan, sehingga kita terjerumus pada pemerintahan yang sentralistis. Karena itu, seandainya nanti MPR berhasil merumuskan formula itu, sesungguhnya sudah merupakan sumbangan yang sangat berharga. Dengan memperhatikan pengalaman masa lalu, formula itu sedikitnya terkait empat masalah:

Pertama, masa jabatan presiden, yang sebaliknya dibatasi selama dua periode. Kedua, pengaturan hak prerogatif presiden, khususnya pengangkatan para pembantunya, termasuk penunjukkan menteri,

penetapan anggota lembaga tinggi dan tertinggi negara yang harus demokratis. Ketiga, hubungan luar negeri Indonesia, khususnya keterikatan Indonesia pada ekonomi dan utang luar negeri. Keempat, kemungkinan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dan dalam satu paket.

Butir butir reformasi politik : Tidak sedikit kalangan yang telah mengedepankan perlunya reformasi politik dalam kaitannya dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan, namun belum cukup terang apa saja yang harus direformasi. Butir butir rumusan reformasi politik ini berusaha mencakup persoalan yang komprehensif agar kita tak hanya mengerti tapi juga tergerak untuk menyumbangkan sesuatu bagi perbaikan kondisi politik kita.

- Pertama, krisis ekonomi saat ini telah memunculkan krisis legtimasi bagi rezim korporatisme ekslusif yang tak berbasis massa dan mengekang gerakan massa, serta mengandalkan kebijakan koersi. Kini reim perlu terbuka atau akomodatif oleh kepentingan yang lebih luas serta terbuka atas tuntutan reformasi politik.

- Kedua, MPR perlu memperrjelas mekanisme pemilihan presiden dan wakilnya yang terbuka bagi warga Negara yang dikenal sebagai pemimpin politik. Untuk menimbulkan kepastian politik, sebaiknya kandidat presiden dan wakilnya, jauh-jauh hari diusulkan. Setiap partai, seyogianya mengusulkan kandidat dari kader atau pengurus partainya, kecuali jika berkoalisi.

- Ketiga, sudah harus diakhiri system politik masa mengambang, karena mengakibatkan rakyat terasing dari partisipasi politik. Program politik mengembangkan partisipasi massa justru sangat berguna untuk membangun kekuatan rakyat dan mendekatkan kita pada demokrasi. Dengan begitu rakyat dapat mengontrol berbagai kesalahan yang terjadi.

- Keempat, system yang membatasi jumlah partai politik telah tidak memadai lagi, apalagi semuanya menginduk pada pemerintah.

- Kelima, system politik Orde Baru perlu keleluasaan atas kebutuhan golongan-golongan masyarakat untuk berorganisasi. Pemerintah tak pelu lagi menutup pintu oganisasi dengan menerapkan wadahwadah tunggal seperti SPSI (buruh), HKTI (petani), HNSI (nelayan), Korpri (pegawai), PGRI (guru), KNPI (pemuda), dan Kowani (wanita).

- Keenam, system politik perlu dibuka atas kebebasan berkumpul dan menghapuskan politik perizinan. Cara memandang kegiatan warga Negara yang dipenuhi sikap curiga harus diakhiri. Kepercayaan dan sifat terbuka atas aktivitas rakyat bahwa mereka bias berkegiatan secara tertib, damai, dan bertanggung jawab harus mulai ditegakkan. Dengan begini kita memandang rakyat dalam perspektif kedewasaan secara politik.

- Ketujuh, pemerintah dan rektorat yang menjadi kepanjangan tangannya,sejak 1978 tak memerlukan pengakuan atau legitimasi dari mahasiswa. Tapi dengan krirsis yang berkepanjangan, mahasiswa bias saja menagih kontribusi mereka ketika orde baru dibentuk. Bahkan dengan timbulnya kesadaran baru mengenai masa depan mereka sebagai pekerja, maka rektorat dan pemerintah penting menerapkan keterbukaan atas tuntutan konstruktif mahasiswa, terutama untuk membangun kembali demokrasi kampus melalui organisasi yang independen dari mahasiswa sendiri.

- Kedelapan, selama ini BRI senantiasa dinobatkan sebagai stabilisator dan berperan sebagai kekuatan social politik yang dominan. Kini agaknya sudah diperlukan perubahan bahwa stabilitas nasional dan politik jangka panjang adalah demokrasi.

- Kesembilan, pers yang bebas sangat signifikan bagi kebutuhan masyarakat akan berita dan opini. Apalagi dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi, kepeluan akan transparansi menjadi penting agar situasinya dapat diketahui untuk memudahkan

ditemukan solusinya. Karena itu, pemerintah perlu menghapus kebijaksanaan bredel (pencabutan SIUPP). Bahkan teguran dengan menuntut ganti kerugian, juga harus dihentikan sebagai model baru represi terhadap pers.

- Kesepuluh, sudah lama dimajukan usulan baik oleh kalangan aktivis HAM maupun pakar hukum, agar pasal-pasal haatzaai artikelen serta beberapa pasal represif lain dalam KUHP yang sebagian besar adalah warisan colonial Belanda dan UU No. 11/PNPS/1963 warisan Orde Lama untuk dicabut. Karena berbeda pendapat dengan pemerintah senantiasa memperoleh tafsiran bahkan divonnis sebagai kejahatan. Untuk meluruskan mana pendapat serta keyakinan politik, perlu dirumuskan UU yang melindungi hak-hak untuk berpendapat, dan berkeyakinan politik.

- Kesebelas, UU yang tak akomodatif dan mengeksklusifkan kehidupan politik formal, perlu segera dicabut. Lima UU Pembangunan Politik tentang pemilu, partai politik dan GOLKAR, organisasi kemasyarakatan, referendum, serta susuanan dan kedudukan DPR dan MPR, semestinya sudah harus diganti dengan yang lebih terbuka atas partisipasi rakyat dalam politik.

- Keduabelas, pemerintah perlu mengakhiri kebijaksanaan yang melarang beredarnya buku-buku politik. Membangun iklim ketakutan terhadap buku hanya bakal membodohi masyarakat. Justru dengan buku, sarana pencerdasan masyarakat dapat terus ditingkatkan terutama buku-buku yang menghidupkan kesadaran politik.

- Ketigabelas, DPR dan MPR jelas perlu dibenahi agar mampu menjalankan fungsi legislatifnya secara konkret, bukan sekadar formalitas. Selama ini DPR tak pernah menggunakan hak-hak penting yang dimilikinya seperti hak inisiatif, bertanya, maupun angket. Mereka mutlakuntuk memperkuat kemampuan kontrolnya terhadap berbagai kekeliruan pemerintah. MPR sudah waktunya beranjak dari calon tunggal untuk kandidat presiden dan wakilnya, serta berani menerapkan pasal 6 ayat 2 UUD45 untuk

memperoleh suara terrbanyak. Tentu mekanisme suksesi kita dapat melaksanakannya secara damai dan konstitusional.

- Keempat belas, akibat krisis ekonomi dan tuntutan globalisasi perdagangan dan investasi, aspirasi dan ideology kepastian hukum semakin dibutuhkan. MA sebagai salah satu lembaga tinggi Negara, seharusnya lebih berperan bagi berbagai usulan reformasi hukum, bukan sekadar disibukkan dengan tumpukkan perkara. Posisi MA yang tergantung pada pemerintah juga perlu diakhiri, guna menegakkan kekuasaan kehakiman yang mandiri.

- Kelimabelas, sangat perlu dievaluasi persoalan ideology di Indonesia. Selama ini boleh dikatakan secara formal kita sangat tertutup, karena Pancasila dijadikan asas satu-satunya. Jika agama saja dapat membuka toleransi dan hidup saling berdampingan, mengapa hasil pemikiran manusia harus dipaksakan menjadi sesuatu yang tunggal? Dengan begitu, warga Indonesia senantiasa terhalang untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan sebuah ideology.

- Keenambelas, dalam mendukung terlaksananya reformasi politik, DPR dituntut mengambil inisiatif juga inisiatif rakyat untuk disampaikan ke DPR, bagi usaha merancang UU tentang reformasi politik. Persoalannya, reformasi politik tak akan terwujud hanya sekadar melalui berbagai retorika politik yang mubazir.

2. Reformasi Ekonomi Apabila reformasi politik telah berhasil diletakkan, maka reformasi ekonomi akan menempati prioritas berikutnya. Dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip dan semangat UUD 1945, terutama pasal 33, maka diperlukan peranan dari BUMN, swasta, dan koperasi

yang serasi, tidak dikotomis, dan menerapkan prinsip kekeluargaan. Ketiga lembaga ekonomi itu, memang perlu ditata kembali.

- Swasta yang besar dan kuat sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan kompetisi di era globalisasi, namun tidak boleh menjadi konglomerasi seperti sekarang. Swasta yang besar juga harus tetap menampilkan semangat kekeluargaan, sehingga tidak melahirkan jurang perbedaan kaya-miskin semakin besar. Swasta yang besar harus tumbuh sebagai alat pemerataan dan pertumbuhan, seandainya kepemilikan swasta direkonstruksi sedemikian rupa, shingga mayoritas sahan dimiliki koperasi karyawan dan masyarakat umum melalui penjualan saham.

- BUMN juga harus ditata kembali, sehingga peranannya benarbenar untuk memenuhi kepentingan orang banyak, serta menjaga pendayagunaan sumber daya alam kita agar benar-benar member manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

- Koperasi, yang merupakan alat yang ampuh bagi pemerataan pendapatan, harus benar-benar menjadi soko-gurunya ekonomi Indonesia. Koperasi dapat memiliki saham swasta, BUMN, disamping usahanya sendiri. Semua itumemerlukan kemauan politik yang tegas, meskipun tidak boleh melupakan hukum- hukum ekonomi, termasuk mekanisme pasar.

Karena itu, profesionalisme menjadi titik sentral segenap penataan swasta, BUMN, dan koperasi. Selanjutnya, bangunan ekonomi seperti itu perlu ditunjang oleh program jaminan hari tua, pension, kecelakaan kerja, kesehatan, dan pemutusan hubungan kerja. Program jaminan social ini, sebagaimana juga di Negara lain, tidak saja bermakna bagi peningkatan jaminan social, tetapijuga ekonomi, karena akan menghimpun tabungan nasional yang sangat besar.

PROGRAM STABILISASIProgram stabilisasi ekonomi dilaksanakan melalui 2 jalur secara bersamasama, karena kedua jalur ini saling menunjang satu sama lain; keberhasilan di satu jalur akan mendorong keberhasilan di jalur yang lain. Kedua jalur ini adalah:

Pertama: Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, di dalam dan di luar negeri, mengenai perekonomian Indonesia. Langkahlangkah reformasi di bidang politik, hukum dan ekonomi secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai sasaran ini (Pemerintah telah menyampaikan jadwal pelaksanaan langkah-langkah reformasi di bidang ini). Kedua: Upaya-upaya untuk menangani langsung masalah-masalah

kongkrit di bidang ekonomi dan moneter yang timbul dan mendesak. Adapun langkah-langkah untuk pengembalian kepercayaan masyarakat, mencakup: a. Upaya untuk menciptakan kembali rasa aman pada semua pelaku ekonomi dan menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat pada umumnya. b. Upaya untuk menggalang konsensus politik sebagai landasan bagi terciptanya suasana social dan politik dalam negeri yang stabil. c. Langkah-langka untuk memperbaiki governance, baik di sektor pemerintah (public governance) governance). d. Pembenahan dan pengembalian kepercayaan masyarakat terhadap sector perbankan yang merupakan jantung bagi aliran pembiayaan kegiatan ekonomi dan pelaksanaan system pembangunan nasional. maupun di sektor dunia usaha (corporate

Sementara itu langkah-langkah khusus di bidang ekonomi dan moneter meliputi pokok-pokok sebagai berikut:

Prioritas utama diberikan kepada empat hal yaitu:

- Mengamankan penyediaan barang kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang terjangkau. - Mencegah agar inflasi tidak menjadi inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi). - Mengfungsikan kembali peranan sentral perbankan dalam mendukung perekonomian, termasuk pemulihan kembali tersedianya pembiayaan bagi perdagangan (trade financing). - Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga utama perekonomian, khususnya dalam menghadapi krisis dan keadaan darurat.

Dari segi sektoral langkah-langkah di bidang ekonomi dan moneter ini mencakup kebijakankebijakan di empat sektor, yaitu:

- Kebijakan fiskal dan moneter Untuk menstabilkan kurs Rupiah dan menjaga agar inflasi yang terjadi tidak berubah menjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi), maka Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat. Sementara itu dalam kebijaksanaan fiskal, pemerintah berketetapan untuk meringankan beban kelompok masyarakat yang paling rawan terhadap dampak krisis, khususnya masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Untuk tujuan ini APBN telah dihitung kembali dan sejauh mungkin diupayakan untuk dapat menampung program jaring pengaman sosial

(Social

Safety

Net)

yang

diarahkan

untuk

membantu

kelompok

masyarakat tersebut. - Reformasi di sektor keuangan / perbankan Ketergantungan perekonomian terhadap sektor perbankan yang sangat besar selama ini, membuat tidak mungkin kita bisa pulih tanpa lebih dulu menyelesaikan masalahmasalah yang mewarnai perbankan dewasa ini. Sementara itu inti dari reformasi di sektor keuangan adalah pembenahan dan restrukturisasi perbankan. Adapun tujuan utama dari program pembanahan perbankan adalah untuk secepatnya memulihkan kembali sistem perbankan agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai pendukung kegiatan ekonomi. - Restrukturisasi hutang swasta dalam dan luar negeri Dengan anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing di satu pihak serta relatif besarnya jumlah pinjaman perusahaan swasta dalam bentuk valuta asing baik terhadap kreditor dalam maupun luar negeri di lain pihak, tambahan pula sejumlah besar dari pinjaman luar negeri swasta tersebut akan jatuh tempo pada tahun 1998- 1999, maka dapat diduga bahwa tanpa restrukturisasi hutang sektor swasta tidak saja tekanan permintaan yang sangat besar terhadap valuta asing akan terjadi, yang pada gilirannya sangat mengganggu neraca pembayaran luar negeri, tetapi juga akan berakibat sebagian besar dari dunia usaha tidak akan dapat berperan kembali dalam kegiatan ekonomi nasional. - Reformasi struktural di sektor riil Agar perekonomian, terutama sektor riil dapat berkembang lebih efisien, pemerintah akan terus melanjutkan program reformasi struktural. Reformasi struktural di sektor riil mencakup : a) penghapusan berbagai praktek monopoli, b) deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan dalam dan luar negeri c) privatisasi BUMN. dan bidang investasi, dan

PRIORITAS JANGKA PENDEK UNTUK MEMULIHKAN PEREKONOMIANDalam jangka pendek upaya pemulihan atau penyelamatan perekonomian diprioritaskan pada upaya menggerakkan kembali roda perekonomian, melanjutkan upaya penyehatan perbankan, menyelesaikan hutang swasta, meningkatkan pengelolaan anggaran dan melanjutkan reformasi struktural, dan pembangunan kelembagaan (governance).

A. Menggerakkan kembali roda perekonomian:Lingkup kegiatan dalam menggerakkan kembali roda perekonomian, antara lain adalah: - Membuat jaring pengaman sosial (Social safety net). Adapun program kegiatannya mencakup penyedian subsidi bagi : a. Kebutuhan pokok pangan dan obat-obatan serta bantuan di bidang pendidikan dalam rangka mengurangi jumlah anak putus sekolah. b. Kegiatan padat karya/lapangan kerja produktif, dengan tujuan pengamanan ketersediaan dan

menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya beli bagi kelompok paling rentan terhadap krisis ekonomi.

- Memperbaiki sistem distribusi. Dalam kegiatan ini termasuk juga menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan dan bahan pokok lainnya, mencakup penyediaan obatobatankeseluruh wilayah tanah air. - Memperkuat usaha kecil dan menengah serta koperasi. Antara lain, dengan meningkatkan pembinaan termasuk bantuan perkreditan khusus. Mendorong ekspor dengan menghilangkan hambatan-

hambatannya. Mengurangi tarif, penghapusan pajak berbagai komoditi, dan bantuan penjaminan L/C.

- Membangun kembali sektor-sektor produksi. Adapun sektor produksi yang diprioritaskan adalah: a. Pertanian terutama tanaman pangan yang dapat dihasilkan dalam jangka pendek, perikanan, dan peternakan. b. Industri, dengan titik berat memanfaatkan kapasitas produksi yang ada. c. Pariwisata.

- Menggairahkan kembali iklim investasi Menciptakan iklim berusaha dalam bentuk persaingan yang sehat, terbuka dan trasparan. Di samping perbaikan tata kerja dan cara-cara pengelolaan di bidang pemerintah maupun dunia usaha. Langkah yang dijalankan dalam menggerakan kembali roda perekonomian termasuk upaya reformasi struktural dan penyempurnaan peraturan perundangundangan yang diharapkan akan memperkuat landasan perekonomian

kita sehingga mampu bersaing dalam menghadapi tantangan globalisasi serta perdagangan bebas yang akan kita hadapi di masa datang.

B. Penyehatan Perbankan:Untuk menggerakkan kembali roda perekonomia dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, langkah-langkah mendasar dari kebijakan penyehatan dan restrukturisasi perbankan pada dasarnya terdiri dari dua kebijakan pokok, yaitu: Kebijakan untuk membangun kembali sistem perbankan yang mendukung pemulihan dan kebangkitan perekonomian nasional melalui: a. program peningkatan permodalan bank, b. penyempurnaan peraturan perundang-undangan, antara lain,

sehat guna

mencakup: i) perizinan bank yang semula merupakan wewenang Departemen Kuangan dialihkan kepada Bank Indonesia. ii) investor asing diberikan kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pemegang saham bank. iii) pendirian Bank Umum hanya dapat dilakukan oleh WNI dan atau badan hukum Indonesia; atau WNI dan atau badan hukum Indonesia dengan WNA dan atau badan hukum asing. iv) rahasia bank yang semula mencakup sisi aktiva dan pasiva diubah menjadi hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya.

c. penyempurnaan dan penegakkan ketentuan kehati-hatian, antara lain: i) Bank-bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) sebesar 4% pada akhir tahun 1998, 8% pada akhir tahun 1999, dan 10% pada akhir tahun 2000, sebagaimana telah diumumkan Pemerintah pada bulan Jini 1998. ii) Melakukan tindakan hukum yang lebih tegas terhadap pemilik dan yang terbukti telah melanggar ketentuan yang berlaku. - Kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan perbankan yang telah terjadi dengan mempercepat pelaksanaan penyehatan perbankan. pengurus bank

C. Menyelesaikan Hutang Swasta:Dalam rangka mempercepat proses restrukturisasi sektor swasta dan menyelesaikan masalah hutang-hutangnya, pemerintah telah membentuk INDRA dan Undang-undang Kepailitan. Langkah tersebut kemudian diikuti dengan menerapkan strategi yang terdiri atas 2 unsur yang saling memperkuat. Unsur pertama meliput reformasi di bidang hukum dan adminstrasi yang bertujuan menghapuskan hambatan dalam upaya restrukturisasi dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan pengelolaan yang baik bagi perusahaan swasta. Reformasi tersebut meliputi: penghapusan hambatan atas hutang untuk konversi ekuiti, penghapusan dis-insentif pajak untuk restrukturisasi, perampingan prosedur dan cara pemberian persetujuan izin PMA, restrukturisasi perusahaan swasta secara umum. Selain itu juga disiapkan undang-undang tentang arbitrasi yang baru dan langkah-langkah untuk memberikan jaminan registrasi kolateral, kaji ulang untuk penetapan dan

pelaksanaan peraturan akuntansi dan pemeriksaan keuangan yang memenuhi standar internasional serta akan terus dilanjutkan upaya untuk mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan lain dalam proses restrukturisasi. Sedangkan unsur kedua meliputi pembentukan kerangka kerja mengenai prinsip-prinsip yang akan menuntun negosiasi antara debitur dan kreditur serta berusaha untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan oleh perusahaan adalah akurat.

D. Meningkatkan Pengelolaan Anggaran:Meningkatkan pengelolaan anggaran mencakup upaya meningkatkan kinerja penerimaan Negara di satu pihak dan memperkuat manajemen pengeluaran di lain pihak. - Mengamankan penerimaan negara Kebijaksanaan mengamankan penerimaan negara dalam suasana krisis menjadi sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Dengan tetap berpegang pada kesepakatan IMF, sumber-sumber penerimaan negara yang perlu ditingkatkan penerimaannya meliputi penerimaan pajak dan bukan pajak. Adapun upaya penertiban penerimaan negara dari pajak mencakup langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghilangkan berbagai bentuk pengecualian terhadap pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN). b. Meningkatkan nilai jual obyek pajak atas pajak bumi dan bangunan (PBB) sektor perkebunan dan kehutanan. c. Menetapkan NPWP tunggal. d. Meningkatkan pendapatan pajak non migas melalui peningkatan cakupan audit tahunan, penerimaan penyempurnaan tunggakan program pajak. audit PPN, dan peningkatan Sedangkan upaya

meningkatkan penerimaan bukan pajak mencakup pengumpulan dana oleh pemerintah di luar anggaran serta meningkatkan kinerja BUMN dengan privatisasi dan peningkatan dalam manajemennya. - Mengefektifkan pengeluaran negara Sebagaimana dijelaskan pada di depan dalam upaya mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk berpendapatan rendah telah dikembangkan jarring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan pada tingkat sebelum krisis dan penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Dalam kaitan ini berbagai langkah penyesuaian telah dilakukan untuk : a) mempertajam prioritas alokasi dan menambah alokasi anggaran rutin, dan b) mempertajam prioritas alokasi dan meningkatkan efisiensi anggaran. Hal ini dilakukan melalui peninjauan kembali terhadap program dan kegiatan proyek pembangunan, antara lain, dengan :

menunda proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang belum mendesak;

melakukan realokasi dan menyediakan tambahan anggaran untuk memperkuat jaring pengaman sosial di bidang pendidikan dan kesehatan;

memperluas penciptaan kerja dan kesempatan kerja bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, yang produksi prasarana bahan makanan serta ekonomi, misalnya dikaitkan dengan peningkatan perbaikan dan dan irigasi, pemeliharaan yang dapat

jalan

memperlancar kegiatan ekonomi; dan

memperbaiki sistem distribusi agar berfungsi secara penuh dan efisien yang sekaligus meningkatkan partisipasi peranan pengusaha

kecil, menengah, dan koperasi. Sebagai akibat dari peninjauan kembali seluruh program dan kegiatan proyek pembangunan, total anggaran dalam revisi APBN untuk sektor pertanian, pengairan, perdagangan dan pengembangan usaha, pembangunan daerah, pendidikan, kesehatan, perumahan dan permukiman, dalam tahun anggaran 1998/99 tidak hanya mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan APBN-nya, tapi secara riil juga lebih besar dari realisasi anggaran pembangunan tahun 1997/98, sedangkan alokasi anggaran pembangunan untuk sektor lainnya secara riil mengalami penurunan. Implikasi dari pelaksanaan program jaring pengaman sosial yang disertai langkah penyesuaian untuk mempertajam prioritas alokasi dan peningkatan efisiensi anggaran pembangunan, pemerintah tidak dapat menghindari terjadinya defisit yang sangat besar, lebih kurang 8,5 persen terhadap PDB, dalam revisi APBN 1998/99. Hal ini disebabkan oleh karena penerimaan dalam negeri dalam situasi kontraksi PDB serta menurunnya harga migas di pasar internasional sangat sulit untuk dapat ditingkatkan, walaupun sudah termasuk adanya divestasi dalam BUMN. Pemerintah sangat menyadari bahwa defisit APBN sebesar 8,5 persen terhadap PDB tidak sustainable, itulah sebabnya akan diupayakan untuk menurunkannya minimal menjadi setengahnya pada tahun 1999/2000 dan mengembalikan anggaran menjadi berimbang dalam jangka waktu 3 tahun. Sehubungan dengan ini akan terus dikaji langkah-langkah untuk menetapkan pemberian subsidi yang lebih tepat dan pelaksanaan program lain dalam kerangka jaring pengaman sosial. Pemantauan dan evaluasi program penciptaan lapangan kerja serta program di bidang pendidikan dan kesehatan akan terus disempurnakan agar dapat dipastikan bahwa yang memperoleh manfaat terutama adalah penduduk miskin. Di samping itu peningkatan kinerja penerimaan negara dan manajemen pengeluaran negara akan merupakan unsur

terpentingdalam upaya menekan defisit anggaran. Dalam kaitannya dengan upaya memperkuat manajemen pengeluaran, akan disusun kerangka prioritas dalam pengeluaran negara yang lebih jelas, persiapan penyusunan anggaran yang lebih efisien, kontrol manajemen kas, serta penyusunan laporan yang komprehensif, akurat dan tepat waktu.

E. (governance):

Melanjutkan

Reformasi Kelembagaan

Struktural/Pembangunan

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari adanya persaingan dunia usaha yang tidak sehat, yang ditimbulkan karena adanya perusahaan-perusahaan yang hidup dan tumbuh karena fasilitas khusus serta praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Adanya fasilitas khusus dan praktek KKN tersebut tidak hanya mengakibatkan terjadinya kebocoran dalam APBN tapi juga merupakan faktor terpenting terjadinya ekonomi biaya tinggi di Indonesia. Dalam upaya menghilangkan praktek KKN dan praktek-praktek lainnya yang merugikan, maka dalam program stabilisasi dan reformasi ekonomi yang dewasa ini sedang dilaksanakan di Indonesia akan ditingkatkan keterbukaan dan transparansi dalam bidang pemerintahan dan pengelolaan usaha. Prioritas reformasi pemerintahan dan administrasi negara difokuskan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, bersih dari praktek-praktek KKN, bertanggungjawab serta mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil, merata, dan efisien. Langkahlangkah perbaikan dunia usaha dalam jangka pendek sangat perlu untuk

menarik kembali kepercayaan para pelaku ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam jangka yang lebih panjang, upaya ini akan memperkuat sendisendi dasar kelembagaan ekonomi kita, yang pada gilirannya akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta daya saing perekonomian nasional. Reformasi di bidang hukum dan bidang politik yang sedang dijalankan akan mendukung upaya untuk mencapai sasaran tersebut. Apabila semua agenda program reformasi tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan, maka sendi-sendi dasar bagi masyarakat modern, demokratis, efisien dan produktif dilihat dari segi ekonomi sudah dapat diletakkan. Landasan institusional yang demikian ini sangat diperlukan bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan di masa datang