Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

147
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................... ....................................... i HALAMAN NOTA DINAS ................................................... ........................... ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii HALAMAN MOTTO.................................................... .................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………. v KATA PENGANTAR ............................................... ........................................ vi DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. viii viii

Transcript of Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Page 1: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii

HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. viii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xi

ABSTRAK .......................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

D. Telaah Pustaka ............................................................................. 8

E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11

F. Sistematika Pembahasan .............................................................. 12

BAB II. SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG ………………………. 14

A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan ................................ 14

B. Karir dan Kegiatannya ................................................................. 18

C. Karya-Karya T.B. Simatupang .................................................... 21

viii

Page 2: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

D. Orang-Orang Yang Mempengaruhi Pemikiran T.B. Simatupang .. 22

BAB III. PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGAN

KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI INDONESIA. 27

A. Pemahaman T.B.Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia ...27

1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia .............. 28

2. Pemahaman T.B.Simatupang Kristen Protestan Tentang Ideologi

Pancasila .............................................................................................32

B. Aspek-aspek Pemikiran T.B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen

Protestan dengan Pancasila di Indonesia ..................................... 35

1. Aspek Sejarah ....................................................................... 35

2. Aspek Politik ........................................................................ 37

3. Aspek Agama ........................................................................ 40

C. Pemahaman Tentang Pancasila .......................................................... 41

1. Pengertian Pancasila .................................................................... 42

a. Pengertian Pancasila dari Etimologi ..................................... 42

b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi ......................... 43

2. Sejarah Singkat Tentang Pancasila .............................................. 43

3. Fungsi Pancasila ........................................................................... 51

a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia .......

51

b. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia ........... 53

c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia ..................... 56

ix

Page 3: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

BAB IV. PENGARUH PEMIKIRAN T.B. SIMATUPANG TERHADAP

AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI INDONESIA …………… 58

A. Pemahaman Kristen Protestan terhadap

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ..................................................... 58

B. Meningkatkan Partisipasi Gereja dalam Membangun Bangsa Indonesia

Sebagai Pengamalan Pancasila ....................................................... 63

C. Analisis Penulis ............................................................................. 70

BAB V. PENUTUP …………………………………………………………… 76

A. Kesimpulan ..................................................................................... 76

D. Saran-Saran ..................................................................................... 78

E. Kata Penutup.................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 80

CURICCULUM VITAE

BAB I

PENDAHULUAN

x

Page 4: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia, sejak semula telah dikenal sebagai bangsa yang religius, bangsa yang memiliki kepercayaan dan hubungan dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dinyatakan dalam sikap hidup yang didasarkan kepada ajaran-ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh toleransi di antara pemeluk-pemeluknya.

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah diakui oleh masyarakat

Indonesia. Namun sejarah dari masa ke masa menunjukkan, bahwa agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah menjadi dasar dan memberikan

warna terhadap semua segi kehidupan bangsa.1

Menurut pandangan Kristen Protestan, tidak ada masalah untuk menerima

Pancasila. Bahwa Pancasila telah memberikan banyak inspirasi, selama pemahaman

tentang kelima sila dari Pancasila tetap terbuka dan Pancasila tidak kemudian menjadi

doktrin yang tertutup. Orang-orang Kristen Protestan dapat memahami sila pertama,

dengan menyatakan bahwa di dalam kerangka kepercayaan kepada yang transenden,

orang-orang yang sudah memiliki agama dapatlah terus melakukan dialog

berdasarkan sikap saling menghargai demi tanggung jawab bersama.2

Negara Indonesia yang memilki Pancasila sebagai dasar negara maupun

filsafat hidup atau pegangan hidup bangsa Indonesia, setiap rakyat Indonesia harus

mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya sila-sila dari Pancasila itu telah

berakar pada jiwa Bangsa Indonesia.3 1 T.B. Simatupang ( dkk .), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm. 92.

2 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984), hlm. 12-13.

3 T.B. Simatupang (dkk.) , op.cit., hlm.97.

xi

Page 5: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Pancasila berfungsi sebagai bimbingan moral dan etika, yang telah

ditransformasikan menjadi dasar konsep politik yang sedemikian rupa. Ada dua

kelompok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan ideologi suatu bangsa.

Pertama, kelompok nasionalis sekuler kedua kelompok nasionalis muslim. Yang

dimaksud nasionalis sekuler adalah kelompok-kelompok yang menjadi pemimpin

politik yang di Indonesia seperti pemimpin pilitik dari kalangan muslim, pemimpin

politik dari kalangan Katolik, pemimpin politik dari kalangan Protestan, pemimpin

politik dari kalangan Hindu. Secara tegas kelompok-kelompok nasionalis sekuler

menolak agama dijadikan sebagai dasar negara. Meskipun secara personal nasionalis

sekuler bukan kaum sekuleris, bahkan nasionalis sekuler tidak menggunakan agama

sebagai ideologi atau sistem politik.4

Kelompok nasionalis muslim adalah kelompok yang mempunyai gagasan

bahwa Islam harus dijadikan sebagai dasar negara, antara agama dan politik tidak

dapat dipisahkan karena tidak ada pemisahan antara persoalan duniawi dan ukhrawi

dalam Islam.5

Di bumi Indonesia tidak hanya mayoritas agama Islam saja tetapi masih ada

agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu dan Budha yang butuh

perlindungan dari negara. Oleh sebab itu , yang pantas dijadikan dasar negara adalah

Pancasila, agar semua agama yang ada di Indonesia dapat menerimanya, bukan

4 Faisal Ismail , Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm.4-5.

5 Faisal Ismail, loc.cit..

xii

Page 6: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

berarti setelah ber Pancasila lalu meninggalkan agama, tetapi Pancasila dan agama

harus sejalan, Pancasila tanpa agama akan kosong hasilnya.6

Menurut Faisal Ismail Konflik antara kelompok nasionalis sekuler dengan

kelompok nasionalis muslim mengenai landasan falsafah negara tetap tegang,

sehingga terbentuklah Piagam Jakarta pada butir pertama yang berbunyi “Ketuhanan

dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Bunyi butir

pertama Piagam Jakarta yang memberikan posisi umat Islam di Indonesia yang

memungkinkan untuk menerapkan syariat Islam, di negara Indonesia yang meskipun

umat Islam yang pada dasarnya harus menerima Pancasila sebagai ideologi negara.7

Bunyi butir pertama dari Piagam Jakarta mendapatkan tantangan yang keras dari orang-orang yang non muslim, yang menyatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam sangat mengesampingkan agama-agama lain yang ada di Indonesia. Seakan-akan menonjolkan agama orang yang mayoritas yaitu agama Islam, jika tidak diganti butir pertama dari Piagam Jakarta, maka dari kalangan agama orang yang minoritas yaitu agama non Islam akan memisahkan diri dari Republik Indonesia.8

Agar bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah maka kedua kelompok tersebut

melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi pertama dari Piagam Jakarta agar

tidak menyinggung perasaan dari kalangan agama minoritas, maka dengan

kesepakatan bersama antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok

nasionalis muslim , maka Piagam Jakarta diganti dengan bunyi “Ketuhanan Yang

Maha Esa”.9

6 Deliar Noer, Islam Pancasila dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983), hlm.5.

7 Ibid ., hlm.45-46.

8 Ibid., hlm . 49.

9 Ibid .,

xiii

Page 7: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara kelompok nasionalis

sekuler dan kelompok nasionalis muslim, maka PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara.10 Dengan disahkannya UUD 45, maka

nilai-nilai yang esensial dalam Pancasila adalah:

2. Ketuhanan Yang Maha Esa

3. Kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Persatuan Indonesia

5. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan /perwakilan

6. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .

Selain itu juga kebebasan untuk memeluk agama di Indonesia ditegaskan

dalam UUD 45 Pasal 29 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang

Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya

itu.11

Pasal-pasal yang terdapat dalan UUD 45 yang merupakan sebuah transformasi

Pancasila sebagai norma-norma untuk hidup bermasyarakat, dalam bidang

keagamaan, hukum, politik, sosial dan ekonomi.12 Pancasila dapat dijadikan sebagi 10 Kaelan , Pancasila Yuridis kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma

Masyarakat Madani ( Yogyakarta : Paradigma,1999 ), hlm. 55-56.11 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Moralitas, Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta :

BPK. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 110 –111.

12 PJ. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis , Yuridis Kenegaraan ( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 135-136.

xiv

Page 8: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

alat pemersatu bangsa Indonesia, dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah

mewujudkan bahwa dengan Pancasila dapat menimbulkan semangat persatuan dan

kesatuan bangsa dapat membawa keutuhan negara Republik Indonesia.13

Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas tidak

bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara keseluruhan dapat

mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang ada di Indonesia.14 Penjelasan

butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang erat hubungannya dengan Al-Kitab

adalah:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha EsaSila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.Penjelasan Al-Kitab:Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8)

Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradabSila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan tanggung jawabnya.

Penjelasan Al-Kitab:Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)3. Sila Persatuan Indonesia

13 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Rajawali Press, 1992 ), hlm. 21-22.

14 P. Oktavianus, Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam

Hidup Berbangsa , Bernegara, Bermasyarakat ( Malang : Departemen Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia , 1985 ), hlm. 13.

xv

Page 9: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.

Penjelasan Al-Kitab:“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilanSila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Penjelasan Al-Kitab:“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.

Penjelasan Al-Kitab:“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)

Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.15

Penjelasan di atas menurut pandangan T.B. Simatupang Pancasila adalah lebih

dari sekedar payung, Pancasila mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri.

Pancasila sebuah ideologi dan sebuah pandangan hidup.16

15 Ibid., hlm. 16-20

16 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila , op.cit., hlm. 10.

xvi

Page 10: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus perhatian untuk diteliti adalah:

Bagaimana pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan

Pancasila di Indonesia ?

Apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di

Indonesia ?

Tujuan Penelitian

Penelitian tentang pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia mempunyai beberapa tujuan yaitu :

Untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan

Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia dalam konteks yang lebih

spesifik

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh

pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

2. Secara akademik penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu

perbandingan agama.

3. Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman umat Kristen Protestan

dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .

xvii

Page 11: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Telaah Pustaka

Setelah mengadakan penelusuran pustaka, sejauh penulis ketahui agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian ini yang sebelumnya membahas T.B. Simatupang, maka penulis melakukan telaah pustaka sebagai berikut:

Karya ilmiah yang mengkaji tentang pemikiran T.B. Simatupang dalam buku,

Spiritualis, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, di tulis oleh Victor I Tanja

pada tahun 1996. Dalam buku ini menggunakan pendekatan sosiologis, yang

memaparkan bagaimana peranan agama khususnya Iman Kristiani dalam

memberikan sumbangan terhadap tuntutan pembangunan di tengah masyarakat

Indonesia yang pluralistik berdasarkan Pancasila sebagai satu-satunya asas

bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.

Kemudian ada buku yang di tulis oleh : A.G. Hoekema, yang di terjemahkan

oleh Ny. Amsy Susilaradeya pada tahun 1997, yang berjudul : Berpikir Dalam

Keseimbangan Yang Dinamis , Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di

Indonesia ( 1860- 1960).Dalam buku ini menggunakan pendekatan historis-teologis,

yang memaparkan tentang bagaimana perkembangan teologi Protestan di Indonesia

selama tahun 1860-1960, dan kapan teologi Protestan di Indonesia lahir ? dan juga

siapa tokoh yang membangun teologi Protestan di Indonesia.

Kemudian ada buku yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo, pada

tahun1993 yang berjudul: Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan

Islam dan Kristen di Indonesia. Dalam buku ini mengunakan pendekatan sosiologis

dan teologis, yang memaparkan untuk mengungkap dan mengkaji perkembangan dan

pertemuan kedua agama tersebut di bumi Indonesia atau di bumi Pancasila, dan juga

xviii

Page 12: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

untuk membantu bisa saling mengenal satu sama lain dalam rangka saling mengasihi

sesama insan yang saling berlainan agama dan kepercayaan.

Kemudian ada skripsi yang berjudul: Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa

Pemahaman dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ), yang ditulis oleh: Tri Budi

Waryanto, dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dan metode

historis. Dalam skripsi ini lebih memfokuskan tentang pengertian organisasi

kemasyarakatan dalam arti apakah persekutuan gereja-gereja di Indonesia dapat

dijadikan sebagai organisasi kemasyarakatan yang dapat mengayomi atau melindungi

masyarakat Kristen Protestan di Indonesia.

Kemudian ada skripsi yang berjudul : Gereja dan Pembangunan ( Studi

Pemikiran Tahi Bonar ( T.B.) Simatupang ), di tulis oleh Ahmad Musfik, skripsi

tersebut menggunakan pendekatan historis, dan pembahasannya lebih terfokus

bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun

bangsa ini agar menjadi bangsa yang makmur dan beradab.

Berdasarkan telaah pustaka di atas maka peneliti akan mengkaji mengenai

pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di

Indonesia. Akan tetapi peneliti harus membedakan terlebih dahulu antara penelitian

yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya

yang sudah pernah mengkaji pemikiran T.B. Simatupang adalah Viktor I Tanja yang

berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh

Tri Budi Waryanto yang berjudul Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa Pemahaman

dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ). Kemudian ada juga penelitian yang di tulis

xix

Page 13: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

oleh Ahmad Musfik yang berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga

penelitian yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo yang berjudul Hidup Bersama

di Bumi Pancasila : Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia.

Kemudian yang membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian

sebelumnya adalah: Bahwa penelitian sebelumnya hanya memfokuskan bagaimana

gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa

ini,dan apakah gereja –gereja yang di Indonesia dapat mengayomi atau melindungi

umat Kristiani di Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis

sekarang yang berjudul hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia (

Studi atas Pemikiran T.B. Simatupang ) yang tidak terlepas dari beberapa faktor

yaitu: Faktor sejarah, faktor politik dan faktor agama.

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini bercorak Library Research (Penelitian Pustaka), dalam arti

sumber-sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik

yang dibahas. Melalui karya-karya ilmiah, baik yang tertuang dalam buku, majalah,

maupun data-data kepustakaan lainnya yang berkenaan dengan pemikiran T.B.

Simatupang.

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis dalam mencari data menggunakan metode

dokumentasi.17 Dalam metode dokumentasi nantinya peneliti akan menemukan 17 Metode dokumentasi adalah pngumpulan data yang bersipat dokumenter, dokumen yang

tersimpan di perpustakaan . Lihat ! Kontjaraningrat , Metode-Metode Penelitian Masyarakat ( Jakarta:

xx

Page 14: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

sumber data primer dan sumber data sekunder, maka sumber data primer yang utama

adalah tulisan T.B. Simatupang yang berjudul. Iman Kristen dan Pancasila , dan juga

buku yang berjudul Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna

Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Dapan Masyarakat,

Bangsa dan Negara. Dan data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang

memang representatif dalam mendukung penelitian ini.

Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis dapat mengumpulan tulisan atau data yang

berhubungan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian penulis

menelaah data yang telah terkumpul tersebut, kemudian dianalisis dan

diinterpretasikan sesuai dengan wawasan penulis. Kemudian dalam penelitian ini juga

penulis dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif 18, jadi dalam

menganalisis data tidak hanya sebatas mengumpulan data saja dan menyusunan data,

tapi harus mencakup analisis dan interpretasi tentang data itu agar mendapat

pemahaman yang lebih jelas lagi 19.

Metode Pendekatan

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan historis,

karena pendekatan sejarah biasanya meliputi pengalaman masa lalu yang

Gramedia, 1997 ), hlm. 63. 18 Metode deskriptif adalah langkah-langkah melakukan reinterpretasi obyektif tentang

permasalahan yang di teliti. Lihat ! Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat ( Jakarta : Gramedia, 1986), hlm. 34.

19 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah

( Bandung :Tarsito , 1970 ), hlm. 131.

xxi

Page 15: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu

mengetahui apa yang harus di kerjakan sekarang dan masa yang akan datang.20

Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian penelitian ini, penyusun akan

menggunakan sistematika sebagai berikut :

Bagian depan memuat halaman judul, halaman nota dinas, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar , daftar isi, daftar

singkatan dan abstrak.

Sedangkan bagian isi yang merupakan inti dari pembahasan skripsi ini,

penulis susun dalam bab-bab sebagai berikut:

Bab pertama, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, sketsa biografi T.B. Simatupang. Masa kecil dan latar belakang

pendidikan, karir dan kegiatan, karya-karya T.B. Simatupang , dan orang-orang yang

mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang

Bab ketiga, membahas pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi pemahaman T.B.Simatupang tentang Kristen Protestan di Indonesia. yang meliputi sejarah singkat masuknya Kristen Protestan di Indonesia,dan pemahaman T.B.Simatupang tentang ideologi Pancasila. Kemudian aspek-aspek pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi : aspek sejarah, aspek politik, dan aspek agama. Kemudian pemahaman tentang Pancasila yang meliputi, pengertian Pancasila, sejarah singkat tentang Pancasila, fungsi Pancasila.

20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Yogyakarta : Yayasan Budi Budya, 1995 ), hlm. 17.

xxii

Page 16: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Bab keempat, membahas tentang apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang

terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, yang meliputi pemahaman Kristen

Protestan terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan meningkatkan partisipasi

gereja dalam membangun bangsa Indonesia sebagai pengamalan Pancasila.

Kemudian analisis penulis.

Bab kelima, penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, kata penutup

daftar pustaka dan curriculum vitae.

BAB II

SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG

A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan

T. B. Simatupang, lahir di Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatra Utara tanggal 28 Januari 1920-1990. T.B. Simatupang singkatan dari Tahi Bonar dalam bahasa Batak yang berarti permufakatan atau tujuan yang benar. Sedangkan Simatupang merupakan nama marga untuk orang Batak dari pihak ayahnya. T.B. Simatupang adalah anak dari seorang Pegawai Negeri, Kepala Kantor Pos Sidikalang, ayahnya bernama Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang, berasal dari Laguboti, dan ibunya, seorang wanita yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.

T. B. Simatupang mempunyai delapan bersaudara, beliau anak yang kedua, dari delapan bersaudara. Nama-nama yang diberikan oleh ayahnya untuk nama anaknya menciri khaskan nama-nama orang Batak, seperti nama anak yang pertama dari ayahnya. Sahala Hamonangan, yang mempunyai arti wibawa kemenangan, anak yang kedua Tahi Bonar yang memiliki arti permufakatan atau tujuan yang benar, anak yang ketiga Frieda Theodora, yang memiliki arti anak pemberian Tuhan yang lahir pada hari Jumat, anak yang keempat Pinta Pasu, yang

xxiii

Page 17: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

berarti perempuan, anak kelima Maruli Humala Diasi, yang berarti laki-laki, anak yang keenam Tapi Omas yang berarti

perempuan, anak yang ketujuh Batara Ningrat, Batara dari mitologi Batak-Hindu

ditambah dengan Ningrat, kesadaran nasionalisme yang lebih luas dari nasionalis

Batak, dan anak yang kedelapan Riaraja, yang artinya anak laki-laki.1

T.B. Simatupang pada usia 6 tahun keluarganya pindah ke Siborong-borong,

di sinilah beliau masuk sekolah Zending, tapi keluarga beliau tinggal hanya 9 bulan di

Siborong-borong, kemudian keluarganya pindah ke Pematang Siantar. Di Pematang

Siantar inilah T. B. Simatupang masuk sekolah HIS (Hollands Inlandse School) yaitu

pada tahun 1927. 2

Pada tahun 1927-1934 berkembang semacam kesadaran nasionalisme yang tinggi dalam masyarakat Pematang Siantar. Ada nasionalisme Indonesia dan nasionalisme Batak dan Kristen, di Pematang Siantar inilah telah tumbuh sebuah semangat baru yang dapat menambah kesadaran mengenai harga diri dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang-orang Pematang Siantar, hal semacam ini terlihat jelas dengan pertumbuhan berbagai macam organisasi yang dapat mengasah pengetahuan, dan juga telah terbit berbagai macam media cetak seperti: Suara Kita, Bintang Batak, dengan adanya media cetak semacam ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

T. B. Simatupang meyelesaikan sekolahnya di HIS pada tahun 1934, dengan

predikat yang memuaskan, karena T. B. Simatupang termasuk anak yang pintar, rajin

dan juga kutu buku, dalam hal ini ia telah dapat menyelesaikan sekolahnya dengan

baik.

1 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara (Jakarta : Sinar Harapan , 1991), hlm. 20 .

2 Ibid., hlm. 22.

xxiv

Page 18: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

T. B. Simatupang, pada tahun 1934 melanjutkan studinya ke Sekolah

Menengah Pertama Kristen, dalam bahasa Belanda (Christelijke Meer Uitgebreid

Lagar Onderwijs atau Christelijke MULO ) Dr. Nomensen yang terletak di Tarutung.

Christelijke MULO merupakan sekolah elite bagi masyarakat Kristen Batak , sekolah

yang mempunyai kualitas yang bagus dan disiplin yang tinggi, dan mendidik siswa-

siswinya dengan baik agar dapat menjadi orang yang pintar, berkualitas, dan

bertanggunga jawab.3

Setelah masuk sekolah MULO, T. B. Simatupang belajarnya sangat tekun

sekali, dan rajin membaca buku, baik itu buku pelajaran atau buku-buku umum yang

lebih banyak menambah pengetahuan, maka semangat nasionalisme sangat berkobar-

kobar. T.B. Simatupang menyelesaikan studinya di MULO tahun 1937 dengan

mendapat predikat yang memuaskan.

Kemudian T. B. Simatupang melanjutkan studinya di pulau Jawa yaitu masuk

sekolah Christelijke Algemene Middelbare School atau Christelijke AMS (SMA

Kristen), di Salemba, Batavia (Jakarta) karena pada waktu itu di Sumatra belum ada

SMA, maka siapa yang mau sekolah SMA harus ke pulau Jawa. AMS di Salemba ini

termasuk sekolah yang terbaik di Hindia-Belanda, dan siswa-siswinya kebanyakan

anak-anak orang Belanda yang mempunyai status sosial yang tinggi, sedangkan

putra-putri bangsa Indonesia yang masuk sekolah AMS adalah golongan-golongan

3 Ibid., hlm. 39.

xxv

Page 19: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

kelas atas. Semangat nasionalisme putra-putri bangsa Indonesia ketika masuk sekolah

AMS makin bergejolak seperti yang dialami oleh T. B. Simatupang.

T. B. Simatupang sewaktu sekolah AMS di Batavia ia juga aktif dalam

kegiatan-kegiatan di gereja, khususnya gereja Batak, yang ada di jalan Kernolong

Jakarta, ketika ia aktif di gereja ia banyak mendapatkan teman dari mahasiswa-

mahasiswa teologi, ia sering hadir dalam pertemuan-pertemuan mahasiswa teologi

yang telah memiliki semangat yang tinggi dengan hadirnya gereja-gereja di

Indonesia.

Pada tahun 1940 T. B. Simatupang dapat menyelesaikan studi AMSnya

dengan hasil yang memuaskan, meskipun hanya tiga tahun di Batavia, tapi ia

mendapatkan pengalaman yang luar biasa yang dapat hidup mandiri, dengan

berorientasi dengan orang-orang Belanda di lingkungannya, dan dapat menumbuhkan

rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kecintaannya dengan Indonesia.

Kemudian setelah T. B. Simatupang menyelesaikan studi AMS di Salemba,

ia berangan-angan atau bercita- cita ingin melanjutkan studinya tentang kedokteran,

karena nanti apabila telah selesai studi kedokteran akan mengabdi dan bekerja di

rumah sakit Gereja.4 Akan tetapi iklim pada saat itu tidak memungkinkan, karena ada

berita tentang penguasaan Jerman terhadap Belanda. Jadi pemuda-pemuda Belanda

yang ada Hindia-Belanda harus ikut jadi militer untuk mempertahankan Belanda.

Oleh karena itu dibukalah pembukaan sekolah KMA (Koninlijke Militaire Academie)

atau Akademi Militer kerajaan Belanda di Bandung. T. B. Simatupang, mendaftarkan

4 Ibid., hlm. 80.

xxvi

Page 20: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

diri untuk masuk akademi itu, dan ia lulus dengan baik, T. B. Simatupang dalam

pangkat kemiliterannya berpangkat Letnan satu, tetapi yang perlu diingat dan dicatat

T. B. Simatupang bekerja untuk orang Belanda tetapi rasa nasionalisme terhadap

Indonesia tetap tidak berubah dan tidak akan pernah padam.

T. B. Simatupang masuk militer, semua itu untuk menepis mitos-mitos yang

dilontarkan orang-orang Belanda kepada Indonesia, bahwa orang Indonesia tidak

cocok untuk menjadi militer. Orang Indonesia tidak mampu membangun suatu

angkatan perang. Akan tetapi T. B. Simatupang bertekad dan berusaha untuk menolak

semua mitos-mitos itu, orang-orang Indonesia bisa menjadi militer dan mampu

bersaing dengan militer di negara-nagara lain.

B. Karir dan Kegiatannya

T. B. Simatupang, memiliki pengalaman militer sangat banyak sekali, yang ia

dapatkan dari orang-orang Belanda/militer Belanda yang pernah medidik ia untuk

mejadi militer, dari pengalaman-pengalaman yang ia peroleh dapat dikembangkan

kepada tentara-tentara atau militer Indonesia, yang berjuang untuk merebut

kemerdekaan Indonesia.

Karir T. B. Simatupang tentang militer, sangat dibanggakan sebagai anak

bangsa dapat mejadi militer yang profesional, ia juga dipercaya untuk membantu

sepenuhnya pembangunan militer angkatan bersenjata Indonesia, dan selalu mejadi

perwakilan dari pihak angkatan bersenjata dalam delegasi Indonesia berbagai

perundingan dengan Belanda di Konfrensi Meja Bundar. Misi utamanya adalah

xxvii

Page 21: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

mendesak Belanda membubarkan KNIL (tentara boneka ciptaan Belanda) serta

mengukuhkan TNI sebagai kekuatan inti bagi angkatan perang RI.

T. B. Simatupang pernah memegang jabatan wakil II Kepala Staf Angkatan

Perang (W II KSAP), dan yang memegang wakil I Kepala Staf Angkatan Perang

adalah Kolonel Hidayat, tetapi Kolonel Hidayat ditugaskan di Sumatra, sebagai

Panglima Tentara dan Teriotorium Sumatra (PTTS), maka, ia di percayakan sebagai

pengganti Kolonel Hidayat, dengan menduduki sebagai wakil I Kepala Staf Angkatan

Perang, dan yang menjadi Kepala Angkatan Perang (KSAP) pada saat itu adalah

Jendral Sudirman, yang merangkap menjadi panglima Besar Angkatan Perang

(PBAP), sebagai wakil KSAP ia membantu Jendral Sudirman dalam pengamanan

bangsa Indonesia terhadap penjajah.5

Sebagai wakil Kepala Staf Angkatan Perang, T. B. Simatupang telah banyak jasanya terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Pada saat itu Jendral Sudirman dalam keadaan sakit yang sangat kritis, maka Jendral Sudirman memberikan tanggung jawab kepada T. B. Simatupang agar dapat memimpin Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Sudirman meninggal dunia, dengan demikian yang menggantikan Kepala Staf Angkatan Perang adalah T. B. Simatupang .

Karir T. B. Simatupang memang agak menanjak, tapi dalam waktu yang

sangat singkat, T. B. Simatupang di pensiunkan dari Kepala Angkatan Perang pada

tanggal 21 Juli 1959. Dengan adanya pergeseran jabatan, maka T. B. Simatupang di

minta untuk menjadi penasehat militer.

Setelah keluar dari dinas kemiliteran, ia banyak mempunyai waktu luang, dan

juga diundang dalam pelayanan gereja-gereja di Indonesia. Waktu luang tersebut diisi

5 T.B.Simatupang , Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan ( Jakarta: PT. Pembangunan, 1960 ), hlm. 9.

xxviii

Page 22: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

dengan menulis dan membaca banyak tulisan-tulisannya yang beredar di media masa

dan forum-forum pertemuan, dan juga ia menekuni studi tentang teologi, dalam

dimensi teologi, maka masalahnya terbukti dapat dipahami secara lebih mendalam.

Studi tentang teologi sangat luas, sehingga kita dapat terus mempelajari teologi itu

seumur hidup.6

Ketertarikan T. B. Simatupang dalam Dewan-Dewan Gereja di Indonesia

lewat bidang gereja dan masyarakat, ia aktif menjadi anggota DGI, kemudian ia

terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Harian, jabatan itu dipercayakan kepadanya

sampai sidang raya X DGI di Ambon, tahun 1984.7 Periode 1984-1989 T. B.

Simatupang terpilih sebagai Ketua Majlis Pertimbangan PGI, sampai periode 1989-

1994.

Masa pengabdiannya di DGI/PGI, T. B. Simatupang aktif juga dalam sidang

gereja-gereja dan dewan gereja-gereja sedunia. Ia sejak tahun 1975-1984, menjadi

presiden mewakili gereja-gereja se-Asia selama satu periode.

Pengabdiannya terhadap gereja-gereja dan juga bangsa dan negara, sangat

cemerlang, tapi dengan faktor usia yang sudah tua, maka semua pengabdian harus

berhenti, ia meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 karena sakit,

pengabdiannya sangat luar biasa maka haruslah kita hargai.

6 T.B.Simatupang, Membuktikan Ketidakbenaran …………,op.cit., hlm.187-188. 7 Samuel Pardede ( penyunting .), Saya adalah Orang yang Berhutang ( Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 15.

xxix

Page 23: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

C. Karya-Karya T.B. Simatupang

1. Dalam Bentuk Buku

a. Laporan dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama

Perang Kemerdekaan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1960

b. Tugas Kristen Dalam Revolusi, Jakarta: Badan Penerbit

Kristen, 1967

c. Peranan Angkatan Perang Dalam Negara Pancasila yang

Membangun, Jakarta: Idayu, 1980

d. Iman Kristen dan Pancasila , Jakarta; BPK. Gunung Mulia,

1984

e. Kehadiran Kristen Dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan:

Berjuang Mengamalkan Pancasila Dalam Terang Iman, Jakarta: BPK,

Gunung Mulia, 1986

f. Dari Revolusi ke Pembangunan, Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 1987

g. 70 Tahun Dr. T. B. Simatupang: Saya Adalah Orang Yang Berhutang,

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990

h. Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri

Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa

xxx

Page 24: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Depan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1991

i. Peranan Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia, 1996

2. Artikel

a. Masalah- masalah Etika dan Moral Dalam Pembangunan

Yang Mengamalkan Pancasila, Peninjau, 1982

b. Peranan Teologi Dalam Masyarakat Indonesia, Setia, 1987

c. “Spiritualitas dan Beragam Keagamaan di Indonesia”,

Peninjau, 1984

d. “Strategi Partisipasi Kristen Dalam Pembangunan

Pendidikan Di Indonesia”, Peninjau, 1984

e. Dapatkah Ilmu-Ilmu Sosial Memberikan Sumbangan Dalam Mission

Imposible Kita ?, Peninjau, 1987

f. “Dukungan Birokrasi Modal Memenagkan Pemilu”, Prisma, 1979

Karya-karya T. B. Simatupang yang dicantumkan oleh penulis di atas, penulis peroleh dari berbagai sumber buku yang dikarang oleh T. B. Simatupang sendiri .

D. Orang Orang Yang Mempangaruhi Pemikiran T.B. Simatupang

Ada beberapa pemikiran yang mempengaruhi perjalanan intelektual T. B.

Simatupang yaitu Carl Von Clausewitz, untuk mempelajari tentang perang, T. B.

Simatupang pada masa mudanya mengagumi tentang pemikiran Carl Von Clausewitz

xxxi

Page 25: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

tentang perang, sehingga ia dapat mempelajari dengan sungguh-sungguh, kemudia ia

memberikan landasan teoritis bagi sumbangan dalam perjuangan bangsa dan negara

Indonesia, khususnya bidang militer serta masalah-masalah diplomasi dan politik

yang terkait dengan perjuangan militer.8 T. B. Simatupang setelah mendapat

pengetahuan tentang perang dari pemikiran Carl Von Clausewitz, kemudian

Pengetahuan yang ia miliki tentang perang ia praktekkan dan ikut terlibat dalam

pengorganisasian tentara dalam melakukan perang gerilya, dalam menumpas

penjajah.9

Masih ada pemikiran yang mempengaruhi intelektual T. B. Simatupang yaitu

Karl Marx, untuk mempelajari tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx

tentang struktur sosial yang ada dalam masyarakat, perjuangan kelas sosial akan

melukiskan revolusi, T. B. Simatupang sejak dari muda ia sudah mempelajari atau

menambah wawasannya tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx. Menurut

Karl Marx revolusi harus dibedakan menjadi dua yaitu: revolusi politik dan revolusi

sosial. Revolusi Politik apabila kekuasaan politik dipegang oleh kaum proletar (kelas

bawah). Revolusi sosial, kaum proletar dapat memegang kekuasaan dari kaum

borjuis, kekayaan-kekayaan yang dimiliki kaum borjuis dapat dimanfaatkan oleh

kaum proletar untuk kepentingan dan perubahan yang ada dalam masyarakat , T. B.

Simatupang mempelajari revolusi ini untuk mengetahui sebagai mana pentingnya

8 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran…….., op.cit., hlm. 118.

9 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984 ),hlm. 13.

xxxii

Page 26: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

perubahan-perubahan yang harus dilakukan dan tidak ada penindasan terhadap

rakyat, semajak ia mempelajari revolusi nya Karl Marx dapat menambah rasa

sosialismenya terhadap rakyat Indonesia atau bangsa Indonesia.10

T. B. Simatupang mengagumi juga pemikiran Teologi Karl Barth. Karl Bath

berasal dari kota Basel, Swiss (10 Mei 1886) dengan teologinya yang sangat terkenal

Teologi Kemerdekaan, menurutnya teologi kemerdekaan adalah sebuah teologi yang

memandang pada kemerdekaan Allah yang memberikan kasih sayang dan karunia

kepada kemerdekaan manusia. Maksud kemerdekaan di sini adalah merdeka dari

tindakan kejahatan dan penindasan, yang disimpulkan dalam istilah “dosa”, dan lebih

dari itu merdeka untuk sungguh-sungguh hidup bersama Allah dan sesama dalam

prikemanusiaan yang sejati11. Jadi menurut Karl Barth manusia jangan sampai

melakukan tindakan kejahatan dan menindas orang-orang yang lemah atau tidak

mampu, dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut maka akan selau dikasihi

Allah, dan apabila melaksanakan perbuatan-perbuatan kejahatan dan penindasan

maka akan mendapat dosa.

Ketertarikan T. B. Simatupang dengan teologinya Karl Barth adalah bahwa

Karl Bath menginginkan manusia itu selalu dekat dengan Tuhan, dan manusia harus

suci dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, dan menjauhkan dari dosa. Karl

10 Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komperatif, Edisi keenam ( Jakarta: Erlangga , 1087 ),hlm. 14.

11 Clifford Green, Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath, ( terj .), Marie Claire Barth ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989 ), hlm. 47.

xxxiii

Page 27: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Barth membangun teologinya atas dasar “Pernyataan”, terutama pernyataan Allah

dalam Yesus Kristus sebagaimana disaksikan dalam kitab suci.12

Setelah T. B. Simatupang mempelajari Teologinya Karl Barth, kemudian ia

mempelajari juga pemkiran Reinhold Niebuhr, seorang teologi Amerika Serikat yang

berusaha memikirkan masalah-masalah kekuasaan keadilan dan kebebasan di

negerinya sendiri dan juga di luar negeri, berhubungan dengan kekuasaan Amerika

Serikat yang sangat besar setelah perang dunia II berakhir. Secara sederhana masalah

kekuasaan, kebebasan dan keadilan bertolak dari kodrat manusia seperti yang terdapat

dalam Al-Kitab yaitu mahluk yang mempunyai martabat yang sangat tinggi.13 Sistem

kekuasaan sangat diperlukan untuk menjamin keamanan dan ketertiban secara efektif

terhadap kekuasaan. Kebebasan juga diperlukan untuk memperjuangkan dan

menegakkan keadilan.

T. B. Simatupang melihat perkembangan sitem-sitem politik ekonomi

sepanjang sejarah bangsa Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan, membuka

selebar-lebarnya dalam semua bidang, antara lain pembentukan partai-partai politik

dan pembentukan-pembentukan tentara-tentara bersenjata. Itulah ungkapan Soekarno

untuk menegakkan demokrasi terpimpinnya. Akan tetapi ungkapan semacam ini

adalah kesalahan besar dalam demokrasinya, karena tidak memberikan ruang

kebebasan, sehingga sistem politik yang dibangun menjadi penuh penyalahgunaan

dan penuh kebobrokan.

12 Ibid., hlm. 17. 13 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran………, op.cit., hlm.189.

xxxiv

Page 28: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Dari beberapa orang yang telah mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang di

atas, maka dapat ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari dalam berbangsa dan

bernegara yang baik, oleh karena itu T.B. Simatupang adalah seorang yang telah

memiliki pengetahuan yang luas tentang ketentaraan, diplomasi ( politik dan militer)

dan teologi. Dalam bidang ketentaraan ia sangat berjasa dalam memperjuangkan

kemerdekaan, dan juga memberikan pengetahuan tentang kemiliteran kepada tentara

–tentara Indonesia .14

Setelah T.B.Simatupang tidak aktif dalam bidang kemiliteran maka ia lebih

mencurahkan perhatiannya kepada organisasi agama. Dewan Gereja adalah medan

juang yang di pilihnya, ia sempat menjadi Ketua Dewan Gereja Indonesia , Ketua

Dewan- Dewan Gereja se Asia, dan pernah menjadi Presiden Dewan Gereja-Gereja

se Dunia.

Gereja yang semula lahir terpisah-pisah ingin dipadukan agar bersama-sama

melaksanakan tugas Dewan Gereja Indonesia dalam rangka pembangunan sebagai

pengamalan Pancasila .15 Itulah yang menjadikannya tokoh nasional paling tegas

dikalangan gereja-gereja Kristen di Indonesia sehingga seluruh pemikirannya

sungguh layak untuk dianalisis dan dipelajari. Khususnya di tahun 1970-1990 ia

membuktikan dirinya seorang teolog awam yang sangat produktif yang telah banyak

14 P.D. Latuihamallo, Menyambut Usia ke 70 T.B. Simatupang, dalam buku, 70 tahun Dr.T.B. Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang ,( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1990 ), hlm. 22.

15 Emil Salim, Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku, 70 tahun Dr. T.B.

Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang, ( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 97.

xxxv

Page 29: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

memberikan sumbangan kepada sejarah nasional dan sejarah gereja, dan pada bidang

pembangunan bangsa dan dengan berangkat dari ideologi Pancasila.16

BAB III

PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGANKRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA

DI INDONESIA

A. Pemahaman T.B. Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia

Menurut T. B. Simatupang bangsa Indonesia sebelum kedatangan bangsa-

bangsa Barat seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris, bahwa di bumi

Indonesia yang tercinta ini telah memiliki budaya yang tinggi dan sudah menganut

agama pribumi yang telah lama hadir di bumi Indonesia seperti, agama Hindu, agama

Budha, agama Islam. Agama-agama tersebut telah dianut oleh rakyat Indonesia jauh

sebelum kedatangan orang-orang Barat ke Indonesia.

Dari tiga agama yang disebutkan di atas, bahwa setiap agama memiliki misi

untuk menyebarkan agamanya ke seluruh wilayah Indonesia, seperti yang dialami

oleh agama Islam dengan misi dakwahnya, sehingga dapat menyebar luas misi

tersebut sampai kepelosok nusantara Indonesia. Akan tetapi masih ada daerah-daerah

yang belum begitu mengenal Islam dalam arti Islam belum tersiar di daerah tersebut

16 A.G. Hoekema, Berpikir Dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia 1860-1960, ( terjemah .), Ny. Amsy Susilaradeya. Jakarta: Gunung Mulia, 1997, hlm. 272.

xxxvi

Page 30: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

seperti, Maluku, Ambon, Irian Jaya, Medan dan masih banyak lagi daerah yang lain.

Oleh karena itu kadatangan Kristen, baik itu Kristen Katolik, dan Protestan, yang

dibawa oleh Spanyol, Portugis, dan Belanda, telah banyak dianut oleh daerah-daerah

yang masih sedikit menganut agama Islamnya.1 Untuk lebih jelasnya tentang

pembahasan sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia sebagai berikut:

1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia

Pada abad XVI tahun 1511 Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dengan

tujuan berdagang, Portugis dan Spanyol menganut agama Kristen Katolik, tapi lama

kelamaan melihat bangsa Indonesia yang rakyatnya bodoh-bodoh dapat ditipu daya

oleh orang-orang Portugis dan Spanyol, maka mereka melakukan suatu penjajahan

terhadap bangsa Indonesia. Mereka menyebarkan agama Kristen Katolik kepada

rakyat Indonesia pada wilayah-wilayah yang belum banyak menganut agama Islam,

sehingga penyebaran agama Kristen berhasil dan banyak rakyat Indonesia yang

masuk Kristen Katolik, dan pada akhir abad XVI tahun 1512 sudah berdiri beberapa

gereja seperti di Minahasa, Sangir dan Talaud.2

Kesuburan dan kekayaan hasil bumi Indonesia sangat mengundang simpati bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia. Setelah bangsa Portugis dan Spanyol dapat menguasai Indonesia, kemudian disusul kedatangan Belanda ke Indonesia, yaitu pada tahun 1596, yang membawa Kristen Protestan. Kedatangan Belanda sangat mengganggu kestabilan ekonomi Portugis di Indonesia karena ada yang menyaingi dalam bidang perdagangan dan kekuasaan jajahannya, sehingga Portugis dan Spanyol tidak senang atas kedatangan Belanda ke Indonesia.

1 T.B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPk. Gunung Mulia, 1984), hlm. 21.

2 Hasbulah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama ( Jakarta : Widjaya, 1986 ), hlm. 23.

xxxvii

Page 31: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang untuk lebih

mengkoordinasi dalam perdagangan Belanda di Indonesia, lalu Belanda membentuk

suatu perkumpulan dagang dengan nama V.O.C (Verenigde Oost Indische

Compagne) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. Sehingga VOC dapat

mendominasi perdagangan di Indonesia. Dengan dukungan penuh oleh pemerintah

Belanda.3

VOC untuk memperluas perdagangan di Indonesia agar tidak ada yang

menyaingi perdagangannya maka VOC melakukan penyerangan terhadap Portugis

sehingga terjadilah peperangan antara Belanda dengan Portugis yang kemudian

dimenangkan oleh Belanda dan benteng Portugis yang ada di Ambon dapat direbut

oleh Belanda pada tanggal 23 Februari 1605 dan disusul kota Tidore pada tahun yang

sama. Sehingga kekuasaan Portugis di Indonesia telah berakhir dan digantikan oleh

Belanda.4

Keberadaan VOC yang berkuasa di Indonesia yang sangat menindas rakyat

Indonesia, maka rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap VOC tetapi semua

itu gagal, tidak ada hasil. Dengan demikian VOC leluasa melakukan monopoli

perdagangannya, sehingga sampai dengan masa pembubaran VOC, pada tanggal 31

Desember 1799 dengan demikian Indonesia resmi dijajah oleh Belanda.5

3 Soetarman Soediman Partonadi, Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Suatu Ekpresi Kekristenan Jawa Pada Abad ke XIX ( terj.), Widi Harijati Rahadi ( Jakarta: Gunung Mulia,2001 dan Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen ), hlm. 28.

4 Ibid., hlm. 28 .

5 Hasbulah Bakry, op.cit., hlm. 24.

xxxviii

Page 32: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Belanda adalah yang pertama kali membawa agama Kristen Protestan masuk

di Indonesia dan banyak rakyat yang masuk Kristen Protestan. Pada masa Portugis

rakyat Indonesia banyak memeluk Kristen Katolik, tetapi setelah Portugis kalah

perang dengan Belanda, maka Kristen Katolik dilarang di bumi Indonesia, rakyat

yang sudah beragama Kristen Katolik harus pindah ke Kristen Protestan karena yang

berkuasa di Indonesia sekarang adalah Belanda.6

Ada dua faktor yang menyebabkan penyiaran Kristen Protestan di masa

kolonial Belanda menjadi lebih efektif, baik itu dalam arti konsolidasi untuk orang

yang sudah memeluk Kristen atau dalam arti “zending” dalam kalangan yang belum

menganut agam Islam, Hindu, Budha. kedua faktor itu adalah pertama timbulnya

gerakan Kristen Protestan. Kedua timbulnya gerakan penyebaran Kristen yang lebih

terorganisir dalam bentuk lembaga penyiaran Kristen yang mantap.7

Sekitar tahun 1850-an Belanda mulai melakukan usaha yang lebih intensif

untuk mengadakan Kristenisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Kristen Protestan

sendiri melalui organisasi gereja, yang disebut dengan zending. Biasanya satu daerah

hanya dilayani oleh satu organisasi zending, seperti di daerah Batak itu di tempatkan

organisasi zending dari Jerman Barat yang bernama Rheinisehe Missionsgesell . Di

pulau Jawa dan Sulawesi kegiatan zending didominasi oleh Belanda.8 Derasnya arus

6 T. B. Simatupang , loc.cit..

7 Hasbulah Bakry, loc. cit..

8 Karel. A. Steenbrink, Mencari Tuhan Dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), hlm. 246.

xxxix

Page 33: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

misi dan zending yang masuk ke Indonesia semakin meramaikan proses Kristenisasi

di Indonesia. Fenomena semacam ini tidak hanya membuat penyebaran Kristen

berlangsung secara substansial, melainkan dapat memberikan dampak yang negatif

dalam arti fisik bagi kehadiran agama tersebut. Untuk mendukung para misionaris

datang ke Indonesia maka infrastruktur sosial keagamaan harus disediakan seperti

sekolah-sekolah dan gereja-gereja, karena Indonesia sebagai lahan terbuka bagi

Kristenisasi. Kehadiran orang-orang Eropa jumlahnya sangat meningkat dan

tujuannya untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan pelayanan gereja-gereja

terhadap masyarakat di Indonesia.9

Sekitar tahun 1851 di Indonesia telah berdiri suatu organisasi Pekabaran Injil, Konsolidasi atas penduduk yang sudah beragama Kristen sejak zaman Portugis dan Spanyol, diambil tanggung jawabnya oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1800-an. Dengan adanya lambaga Penyiaran Injil yang datang dari luar negeri akan memantapkan Kristenisasi di Indonesia. Setelah tahun 1800-an perkembangan agama Kristen Protestan sangat meluas, sampai ke pelosok-pelosok Indonesia sehingga dengan praktis daerah-daerah tersebut menganut Kristen Protestan.

Sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia tidak terlepas dari misi

dagang Belanda yang ingin menguasai perdagangan yang akan mendapatkan

keuntungan yang sangat besar dari daerah-daerah jajahannya yang dapat melakukan

eksploitasi ekonomi di tanah jajahannya dan kemudian sambil menyebarkan ajaran

agama Kristen Protestan.10

9 Bahtiar Effendy, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan Perbincangan Mengenai Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan, (Yogyakarta: Galang Press, 2001), hlm. 57.

10 Wiwin Siti Aminah, (dkk.), Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama (Yogyakarta: Dian/Interpedi, 2003), hlm.80.

xl

Page 34: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Kehadiran Belanda di Indonesia makin lama makin menindas rakyat

Indonesia, maka rakyat Indonesia tidak segan-segan melakukan perlawanan seperti

peristiwa di Maluku (1817), Baharuddin di Palembang (1819), Imam Bonjol di

Minangkabau (1821-1837 ), Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830),

Jlentik, Polim, Teuku Umar, Tjik di Tiro di Aceh (1860) Anak Agung Made di

Lombok (1894-1895), Sisinga Mangaraja di tanah Batak (1900). Rakyat Indonesia

pada waktu itu belum tumbuh rasa kesatuan dan persatuan, maka rakyat Indonesia

banyak mengalami korban dan akhirnya mengalami kekalahan, tapi rakyat Indonesia

tidak putus asa dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah sampai Indonesia

merdeka.11

2. Pemahaman T.B. Simatupang tentang Ideologi Pancasila

Istilah ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti “gagasan, konsep,

pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti “ilmu”, kata “idea” berasal dari

kata bashasa Yunani “eidos” yang berarti bentuk, maka secara harfiah ideologi berarti

ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.

Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian-

pengartian, dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.12

Menurut T.B.Simatupang Pancasila merupakan awal untuk kehidupan

bersama, karena di dalam kehidupan rakyat Indonesia kelima sila dari Pancasila dapat

11 Kaelan, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani (Yogyakarta: Paradigma, 1999), hlm. 30-31.

12 Kaelan, Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP (Yogyakarta: Paradigma, 1996), hlm. 35.

xli

Page 35: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari . Ada orang yang ingin

memberikan status yang lain terhadap Pancasila ,dan ada juga yang mencoba untuk

meringkas kelima sila dari Pancasila menjadi tiga, dan tiga menjadi satu , dan dari

satu memperkembangkan apa yang mereka sebut doktrin bangsa Indonesia yang

bersipat Falsafati.

T.B.Simatupang sangat menentang pernyataan seperti itu, karena menurut

T.B.Simatupang Pancasila sebagai jawaban terhadap tantangan bersama . Pancasila

dilahirkan dari kenyataan ketika rakyat Indonesia menghadapi masalah yang sangat

mendesak dan menentuk, yaitu negara macam apa yang harus rakyat Indonesia

bangun supaya rakyat Indonesia tetap hidup bersatu, kelima sila dari pancasila itulah

jawabanya. Karena Pancasila harus dipahami dari latar belakang sejarah Indonesia,

karena Pancasila sebuah ideology atau menurut T.B.Simatupang sering di sebut

Modus Vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, melalui kerja sama, dan

dapat menghadapi tantangan bersama oleh seluruh bangsa Indonesia . 13

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang

mengarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai

dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila yang dapat dijadikan sebagai pedoman

berbangsa dan bernegara14

13 T.B.Simatupang , op. cit ., hlm. 12.

14 Oetojo Oesman dan Alfian, ( penyunting. ), Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi Pandangan Hidup Bersama, dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), hlm. 45.

xlii

Page 36: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Ideologi Pancasila juga merupakan suatu ideologi negara yang dapat

menjamin kehidupan negara yang bermartabat, karena ideologi negara dapat disusun

atas dasar keyakinan bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk menciptakan

negeranya sendiri, dan hal itu merupakan hak asasi, hak yang inherent pada

kemanusiaan setiap manusia dan setiap bangsa, karena manusia memiliki kebebasan

untuk menciptakan dan melaksanakan kehidupannya, juga kehidupan negaranya.15

Untuk mewujudkan ideologi Pancasila itu, yang harus tetap diperhatikan awal

terbentuknya dan ditetapkannya ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan

ideologi yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan ideologi dari

seseorang atau sekelompok kecil bangsa Indonesia yang diperuntukkan bagi seluruh

bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari akan nilai-nilai budaya bangsa

Indonesia yang tinggi, yang kemudian dapat dituangkan dalam konsep teoritis tentang

cita-cita dan keyakinan yang menjdi landasan kehidupan bersama dalam berbangsa

dan bernegara. Pancasila yang merupakan falsafah dan pandangan hidup bangsa

secara operasional dijadikan ideologi bangsa Indonesia.16

Pancasila memiliki peranan yang menentukan bagi kehidupan bangsa

Indonesia, baik dalam kehidupan berbangsa, bernegara, maupun bermasyarakat. Bagi

bengsa Indonesia, Pancasila bukan lagi merupakan alternatif melainkan suatu

Imperatif. Justru karena peranan yang menentukan itulah, kita sebagai rakyat

15 Wisnu Tri Hanggoro ( editor.) , Bunga Rampai Pancasila (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1986) hlm. 108.

16 Paulus Wahana, Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 92.

xliii

Page 37: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Indonesia perlu mendukung dan terpanggil untuk terus-menerus mendalaminya.

Melalui pengalaman yang terus-menerus tersebut semakin dapat menyelami dan

menemukan kekayaan yang sangat berharga, yang terkandung di dalamnya. Hal

tersebut akan semakin menguatkan keyakinan dan akan semakin mendorong untuk

mengamalkan dan mempertahankannya sebagai milik bangsa yang sudah teruji

melalui berbagai peristiwa sejarah.17

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup melainkan

bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi

Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, senantiasa mampu menyesuaikan dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan

masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila tidak berarti untuk mengubah nilai-nilai

Pancasila yang telah ada.

B. Aspek-Aspek Pemikiran T. B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia.

1. Aspek Sejarah

Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila

tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa agama Kristen Protestan

di Indonesia, Portugis pada masa itu kalah dan angkat kaki dari bumi Indonesia.

Rakyat Indonesia yang dulunya sudah beragama Katolik di Protestankan oleh orang

Belanda, maka dari itu rakyat Indonesia banyak menganut agama Kristen Protestan.

Dengan berjalannya waktu rakyat Indonesia melihat tindak tanduk Belanda terhadap Indonesia sangat tidak manusiawi, yang sudah menjajah dan menindas

17 Ibid., hlm. 7.

xliv

Page 38: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

rakyat Indonesia dengan sendirinya muncul rasa nasionalisme dari rakyat untuk melakukan suatu perjuangan untuk melawan penjajah yang ada di bumi Indonesia yang tercinta ini, dengan tujuan Indonesia merdeka, dengan tercetusnya kebangkitan nasional yang dipelopori Budi Utomo sebagai penggerak untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi, dengan didukung oleh para tokoh-tokoh nasional Indonesia dan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia serta didukung oleh rakyat Indonesia yang pluralisme agama baik agama Islam, agama Katolik, agama Protestan agama Hindu, agama Budha. Semuanya ikut andil dalam memperjuangkan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Apakah yang terbayang di depan mata rakyat Indonesia pada waktu

menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan semangat yang begitu menggelora .

Apakah yang terbayang didepan mata sejuta pemuda-pemuda untuk bersedia

berjuang, rela berkorban demi tercetusnya suatu kemerdekaan ?.

Cita-cita yang besar itu tentu tidak selalu jelas bentuk dan isinya dalam setiap

pemikiran dan hati nurani semua orang. Akan tetapi disadari atau tidak, pokok-pokok

dari cita-cita yang tersimpan dalam Proklamasi Kemerdekaan hidup juga didalam hati

setiap orang yang masih dapat mencucurkan air mata, apabila melihat Sangsaka

Merah Putih yang berkibar di udara. Proklamasi telah mengakhiri kekuasaan asing di

tanah air kita, Proklamasi meletakkan seluruh kekuasaan tanah air di dalam tangan

rakyat sendiri.18

Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan rakyat

Indonesia itu sendiri, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang beragama Kristen

Protestan ikut memperjuangkan negara ini dari tangan penjajah, tidak heran ketika

18 T.B. Simatupang , Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai ( Jakarta : Sinar Harapan, 1981), hlm. 101.

xlv

Page 39: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen Protestan ikut merumuskan dasar

Negara Republik Indonesia, dengan tujuan orang Kristen Protestan untuk

memusatkan perhatian pada prinsip yang akan membimbing kehidupan negara

Indonesia yang baru itu dengan tujuan agar kebebasan beragama dan kesamaan hak

serta kesamaan kesempatan untuk semua warga negara dijamin, tanpa membeda-

bedakan kepercayaan ataupun keturunan 19

2. Aspek Politik

Gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas

panggilannya dalam konteks sosial politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian

halnya dengan gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan

sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya di tengah bangsa dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan bedaulat berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 yang diyakini sebagai anugrah dari Tuhan.20 Kehadiran

gereja di Indonesia merupakan tanda pengutusan Tuhan bagian dalam mewujudkan

perdamaian, keadilan, dan keutuhan bangsa Indonesia, tugas panggilan itu untuk

mencegah segala hal yang merong-rong dan merendahkan harkat dan martabat

manusia Indonesia.

Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang

bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh

karena itu gereja dan negara harus bahu membahu dalam mengusahakan penegakan

19 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila, op.cit., hlm.32.

20 Wainata Sairin, Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2002 ), hlm. 166.

xlvi

Page 40: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

keadilan dan kesejahteraan rakyat. Gereja dan negara masing-masing mempunyai

tugas panggilannya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab bagi

kebaikan seluruh manusia, bahkan seluruh ciptaannya. Gereja mempunyai kewajiban

untuk mentaati hukum negara, sebaliknya, negara berkewajiban mengayomi dan

melindungi seluruh rakyatnya termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi

dan panggilannya masing-masing.21

Pada umumnya orang-orang Kristen Protestan di Indonesia telah menganggap

sebagai hal yang wajar, bahwa orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang

politik dan pemerintahan. Dapat pula diketahui bahwa di dalam negara Pancasila,

ruang bagi orang-orang Kristen Protestan dalam bidang politik tidak dibatasi.22 Hal

semacam ini dalam keadaan politik dan pemerintahan sekarang untuk meningkatkan

kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang diutamakan. Bagi orang Kristen Protestan

berpartisipasi dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kristis dan kreatif, dapat

disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat. Partisipasi

ini harus dilihat sebagai suatu tugas yang diberikan oleh Tuhan sendiri untuk

melayani kepentingan masyarakat.23

Dengan mengakui peranan kreatif dari partai Kristen Indonesia, perlu

ditekankan bahwa gereja tidak dapat disamakan dengan partai politik manapun juga.

21 Ibid.,

22 T.B. Simatupang , Dari Revolusi ke Pembangunan ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1987 ), hlm. 9.

23 Ibid.,

xlvii

Page 41: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Atas dasar perlakuan yang sama gereja harus memberikan bimbingan dan pelajaran

kepada semua orang Kristen yang terlibat dalam politik, tanpa membedakan ikatan

kepartaiannya.24

Secara politik dari sejarah perjalanan bangsa pernah ada alternatif lain yang

ditawarkan misal: Islam, untuk menjadi dasar dan ideologi negara, ternyata semua

gagal tidak pernah mendapat dukungan dari seluruh bangsa dengan demikian jika

tetap ingin mempertahankan negara Indonesia ini sebagai negara kesatuan yang

berdasarkan Pancasila, maka tidak dapat lain harus mau menerima secara ikhlas

keanekaragaman yang ada serta meyakini dan menghormati kehadiran golongan lain

dengan hak dan kewajiban yang sama di bumi Pancasila ini.25

Di dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan

Pancasila ini nampak ada satu tenaga gerak politik yang sekaligus politik dan sosial

kultural, adanya kesadaran yang tumbuh terus menerus dari kalangan rakyat

Indonesia, bahwa negara Indonesia itu bersifat kesatuan dan untuk membangun jenis

negara yang dikehendaki (bersatu, berdaulat, adil dan makmur). Dalam negara

Pancasila setiap agama dijamin kebebasannya untuk tumbuh dan berkembang serta

untuk membangun masa depan bersama sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang

berdasarkan Pancasila.26

24 T.B. Simatupang (editor.), Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia ( Jakarta: BPK.Gunung Mulia,1986 ), hlm. 7.

25 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, Sebuah Tinjauan Tentang

Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia ( Malang : Pusat Studi Agama dan Kebudayaan , 1993 ), hlm.254.

26 Ibid.,

xlviii

Page 42: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

3. Aspek Agama

Indonesia ternyata bukan hanya sebuah wilayah yang terdiri dari ribuan pulau,

gunung, beraneka suku, bahasa, budaya, tetapi juga sebuah negara yang di dalamnya

hadir dan hidup agama-agama yang dianut oleh rakyat Indonesia yang telah diakui

oleh negara seperti agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan

Budha. Kemajemukan agama inilah yang kemudian menjadi ciri signifikan dan

determinan negara Republik Indonesia.27 Realitas seperti ini telah dibuktikan dengan

cemerlang ketika bangsa Indonesia yang menganut berbagai agama dengan dipimpin

oleh para tokoh agama dalam kebersamaan yang mantap dan solid, bahu membahu

mengusir penjajah dari persada nusantara demi hadirnya sebuah negara Indonesia

yang merdeka. Kemajemukan agama dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar

negara Pancasila telah memposisikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang

mempunyai religius.

Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukanlah negara sekuler. Oleh karena itu di sini agama tidak hanya diakui eksistensinya tetapi diakui pula fungsi dan peranannya secara resmi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu juga negara Indonesia bukanlah negara agama, tetapi fungsi dan peranan agama itu diakui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Di dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan panggilan

bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara, seperti dalam agama Kristen

Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen baik sendiri-sendiri maupun dalam

persekutuan (gereja) mempunyai tanggung jawab di dalam kehidupan masyarakat di

manapun ia berada, terutama sekali tentang ketaatannya kepada Tuhan harus

27 Wainata Sairin, op.cit., hlm. 158.

xlix

Page 43: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

senantiasa terpanggil untuk mengusahakan terwujudnya kehendak Tuhan di manapun

ia berada.28 Dan kehendak Tuhan itu adalah keselamatan rohani maupun

kesejahteraan manusia.

C. Pemahaman Tentang Pancasila

Pancasila pada dasarnya memang berakar dari kebudayaan asli Indonesia,

yaitu sifat religius yang kuat dan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kebudayaan, maupun di dalam mengambil suatu keputusan/musyawarah untuk

mufakat .

Pancasila juga berakar pada kebudayaan bersama masyarakat Indonesia dan

tidak sekedar merefleksikan salah satu tiga lapisan budaya (lapisan budaya asli,

Hindu, Budha, dan Islam). Secara keseluruhan dapat merangkul semua kelompok dan

memberikan ruang kepada semua golongan dengan segala keanekaragamannya,

selain itu juga dapat mempersatukan identitasnya masing-masing. Dalam Pancasila

tidak ada istilah untuk mendiskriminasikan dari suatu kelomok dengan kelompk lain,

atau mayoritas dengan minoritas. Semua menurut Pancasila adalah sama tidak ada

perbedaan.29 Untuk lebih jelasnya lagi tentang pembahasan Pancasila adalah sebagai

berikut:

1. Pengertian Pancasila

28 T.B. Simatupang ( dkk.), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa , dalam Negara Pancasila yang Memmbangun ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia , 1996 ), hlm. 140.

29 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama………..,op.cit., hlm.27.

l

Page 44: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

a. Pengertian Pancasila dari Segi Etimologi

Secara Etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari

dua suku kata Panca berarti lima dan sila berarti dasar, berarti Pancasila yang

mempunyai lima dasar. Dalam buku Sutasoma yang dikarang oleh Empu Tantular,

Pancasila ini mempunyai arti lima kesusilaan (Pancasila Karma), yaitu:

- tidak boleh melakukan kekerasan

- tidak boleh mencuri

- tidak boleh berjiwa dengki

- tidak boleh berbohong

- tidak boleh mabuk minuman keras.30

Menurut Muhammad Yamin perkataan Pancasila, telah menjadi istilah

hukum, yang dipakai oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945

tentang sila yang kelima. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta

parkataan Pancasila mamiliki dua macam arti “berbatu sendi yang lima” (consisting

of 5 roels) Pancasila dengan huruf Dewanagari, dengan huruf “i” Panjang bermakna

“lima peraturan tingkah laku yang penting”.31

Demikianlah istilah Pancasila yang telah ada dan dikenal dalam budaya

kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu kala baik dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi

30 Darji Darmodiharjo (dkk.), Santiaji Pancasila ( Surabaya : Usaha Nasional,1991),hlm. 15.

31 Mohammad Yamin, Pembahasan UUD Indonesia ( Jakarta: Prapanca, 1959 ), hlm. 437.

li

Page 45: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Istilah Pancasila telah lama dikenal dalam budaya bangsa Indonesia,

kemudian diperkenalkan kembali oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, yang

kemudian menjadi populer dalam kehidupan bangsa Indonesia karena Pancasila

merupakan suatu dasar negara yang harus diakui dan nilai-nilai yang tercantum dalam

Pancasila harus dijalankan dan ditaati.32

2. Sejarah Singkat Tentang Pancasila

Sejarah lahirnya Pancasila tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia itu sendiri, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh perjungan bangsa ini, yang menginginkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam proses perumusan Pancasila dapat dikoordinasi oleh suatu badan yang bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang didirikan pada tanggal 29 April 1945, BPUPKI beranggotakan 60 orang dengan diketuai oleh Dr. K. R. T. Radjiman Widiodiningrat .

Dibentuknya BPUPKI ini sebagai sarana untuk pembentukan dasar negara

Indonesia. BPUPKI telah melakukan beberapa kali sidang dalam pembentukan dasar

negara Indonesia, pada tanggal 29 Mei 1945 diadakan sidang pertama yang dibuka

oleh K. RT. Radjiman Widiodiningrat sebagai ketua. Dalam sidang ini membahas

tentang apa yang sebaiknya dijadikan sebagai dasar negara Indonesia ini ?. Dari

anggota BPUPKI muncul bermacam-macam pendapat yang diusulkan tentang dasar

negara Indonesia dan ada juga yang mengusulkan Undang-Undang Dasar dulu yang

dibentuk kemudian lalu membentuk dasar negara.33

32 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsfah Negara ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 3.

33 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Modernitas , Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia , 1992 ), hlm. 104.

lii

Page 46: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin dapat diberikan

kesempatan atau untuk menyampaikan atau mengungkapkan pidatonya di hadapan

para sidang BPUPKI tentang rumusan dasar negara Indonesia. Pidatonya yang

berisikan : 1.Pri Kebangsaan 2. Pri Kemanusiaan 3. Pri Ketuhanan 4. Pri Kerakyatan

5. Pri Kesejahteraan Rakyat.34

Setelah berpidato Muhammad Yamin juga menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tercantum lima rumusan asas dasar negara yang rumusannya sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia .35

Pada tanggal 31 Mei 1945 Soepomo di berikan kesempatan untuk

menyampaikan pidatonya di hadapan BPUPKI (Badan Penyelidik Persiapan

Kemerdekaan Indonesia), pidatonya itu merumuskan dasar negara Indonesia

sebagai berikut: 1. Persatuan 2. Kekeluargaan 2. Keseimbangan Lahir Batin

4.Musyawarah 5. Keadilan Rakyat.36

34 Kaelan , Pendidikan Pancasila……., op.cit., hlm. 35.

35 Ibid.,

36 Moh. Yamin, op.cit., hlm. 113.

liii

Page 47: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan BPUPKI (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tentang dasar negara Indonesia yang berbunyi:

1. Nasionalisme atau Demokrasi

2. Internasionalisme atau Prikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan.37

Untuk lima dasar itu diusulkan agar diberi nama Pancasila. Usulan tersebut

diterima oleh sidang BPUPKI selanjutnya kelima sila tersebut dapat disimpulkan

menjadi “Tri Sila” yang rumusannya:

1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan Internasionalisme”

2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat”

3. Ketuhanan Yang Maha Esa38

Pidato yang disampaikan oleh Bung Karno itu mendapat sambutan yang

meriah oleh seluruh anggota sidang BPUPKI. Sebelum sidang BPUPKI itu ditutup,

ketua sidang BPUPKI membentuk suatu panitia kecil yang di dalamnya terdapat

berbagai macam unsur agama yang ada dibumi Indonesia seperti Agama Islam,

Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,dan Budha, yang dianggap mempunyai ahli

dalam konstitusi. Panitia kecil itu terdiri dari 8 orang yang dipimpin oleh Bung

Karno, sebagai anggotanya Moh. Yamin, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Moh. Hatta,

37 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 27.

38 Kaelan, Pendidikan Pancasila…………….., op.cit., hlm. 22.

liv

Page 48: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Wachid Hasim, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, A.A. Maramis dan

Bung Karno.39

Tujuan panitia kecil ini adalah:

1. Merumuskan kembali Pancasila yang disampaikan oleh Bung Karno pada

sidang BPUPKI

2. Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia

merdeka.40

Tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil mengadakan pertemuan dengan anggota BPUPKI untuk menampung usul-usul dan saran dari BPUPKI. Dari pertemuan ini terbentuk pula panitia kecil lainnya yang terdiri atas Bung Karno sebagai Ketua, lalu anggotanya Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Muzakir, Abikoesomo Tjokrosoejoso, H. Agus Salim, A.A. Maramis, dan Muhammad Yamin. Karena anggotanya sembilan orang, maka lebih dikenal dengan sebutan panitia sembilan.

Panitia sembilan ini berhasil merumuskan rancangan pembukuan hukum

dasar, yang menarik dalam rancangan hukum dasar ini adalah dimasukkannya Ide

dasar Pancasila yang dipidatokan Soekarno 1 Juni 1945, susunan dan rumusannya

lebih disistematisasikan oleh Moh. Yamin, rancangan ini diberi nama “Piagam

Jakarta”.41 Yang isinya:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

39 Wisnu Tri Hanggoro, op.cit., hlm. 24.

40 Ibid.,

41 Ibid.,

lv

Page 49: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.42

Adapun bunyi kalimat Piagam Jakarta pada butir pertama di atas mandapat

tantangan keras dari non Muslim, terutama sekali dari kelompok Kristen, karena yang

ada di bumi Indonesia bukan hanya Islam saja tetapi masih ada agama-agama yang

lain, jangan dasar negara itu diperuntukkan untuk umat Islam saja, tapi untuk semua

rakyat Indonesia walaupun berbeda agama.43

Latuharhary, seorang Kristen Protestan dan salah satu anggota dari BPUPKI, mengekspresikan keberatannya dengan mengatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam tersebut akan besar, terutama dengan agama-agama lain, dan akan menghasilkan kesulitan-kesulitan .

Dalam menanggapi keberatan itu, Abdul Wahid Hasyim meyakinkan bahwa

kalimat yang dicapai melalui musyawarah yang sulit ini dan juga terlalu keras bagi

beberapa orang, namun tidak mencukupi yang lain. Dalam kapasitasnya sebagai ketua

panitia sembilan, Soekarno meyakinkan anggotanya, bahwa Piagam Jakarta adalah

hasil dari musyawarah politik dan persetujuan kelompok nasionalis dan Islam. Oleh

karena itu dikeluarkanlah kalimat Islam didalam Piagam Jakarta, jika tidak Piagam

Jakarta tersebut ditolak oleh fraksi Islam. Soekarno juga membujuk dari kalangan

Kristen, untuk mengorbankan keberatan mereka demi persatuan bangsa dengan

42 Faisal Ismail, Islam Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama : Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila ( Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 1999 ), hlm. 46.

43 Ibid., hlm. 47.

lvi

Page 50: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

menerima Piagam Jakarta untuk digunakan sebagai rancangan Undang-Undang Dasar

bersama dengan rancangan batang tubuh UUD.44

Piagam Jakarta yang disusun oleh panitia sembilan disetujui BPUPKI,

kemudian Piagam Jakarta tersebut dilaporkan pada sidang BPUPKI tanggal 10 Juli

1945. Pada sidang kedua itu Piagam Jakarta diterima baik oleh para anggota sidang

BPUPKI. Dari persetujuan sidang itu, BPUPKI membentuk panitia perancang

Undang-Undang Dasar (PPUUD) yang terdiri 19 orang, dan sebagai ketuanya

Soekarno. PPUUD menyetujui Piagam Jakarta dijadikan Preambule UUD yang akan

disusunnya. Kemudian tanggal 11 Juli 1945 PPUUD membentuk Panitia Kecil

Perancang UUD Dasar (PKPUUD) yang anggotanya terdiri dari para sarjana hukum

dengan anggota 7 orang yang diketuai oleh Prof. Soepomo.45

Adapun bunyi bagian terakhir naskah Preambule UUD tersebut adalah sebagai berikut:

“.............. maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.46

Pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI menggelar rapat pleno, mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (PPUUD), yang disampaikan oleh Bung Karno yang meliputi tiga hal:

1. Pernyataan Indonesia Merdeka

44 Ibid., hlm. 48.

45 Wisnu Tri Hanggoro, op.cit., hlm. 25.

46 Kaelan , Pendidikan Pancasila………., op.cit., hlm. 38.

lvii

Page 51: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

2. Pembukaan Undang-Undang Dasar

3. Undang-Undang Dasar (Batang Tubuh).47

Untuk mewujudkan Indonesia merdeka, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dengan beranggotakan 21 orang, Soekarno sebagai ketua dan Moh, Hatta sebagai wakil. Tujuan PPKI ini untuk mempersiapkan kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang terhadap Indonesia, dan menyelengarakan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan memilih Presiden dan wakil Presiden. Oleh karena itu PPKI pada hakekatnya juga sebagai Komite Nasional memiliki representatif, sifat perwakilan bagi rakyat Indonesia.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang ditaklukkan oleh sekutu, pada saat

itulah terjadi kekosongan kekuasaan Jepang di Indonesia. Hal itu tidak disia-siakan

oleh bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia, para pemudanya

mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merumuskan teks Proklamsi

Kemerdekaan Indonesia, setelah selesai kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan

Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkanlah Kemerdekaan Indonesia.48

Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagai mana lazimnya suatu

negara yang merdeka, maka PPKI segera mengadakan sidang, pada tanggal 18

Agustus 1945 untuk mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945. Sebelum UUD 1945

disahkan oleh PPKI ada perubahan dalam pembukaan UUD 1945, tentang kalimat

“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dari orang-orang

non muslim protes atas bunyi kalimat tersebut, karena kalimat tersebut seakan-akan

mendiskriminasikan kelompok-kelompok minoritas. Oleh karena itu Bung Hatta

47 Wisnu Tri Hanggoro, loc.cit..

48 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 30-31.

lviii

Page 52: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

berinisiatif mengundang Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Kasman

Singodimedjo dan Teuku Hasan untuk membahas masalah tersebut agar sebagai

bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah. Hatta dan teman-temannya setuju untuk

mengganti kalimat yang melukai perasaan dari golongan non muslim dan

menggantinya dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dengan demikian

pernyataan ini diterima oleh kelompok non muslim. Pada tanggal 18 Agustus 1945

PPKI mengesahkan UUD sebagai dasar negara.49

3. Fungsi Pancasila

a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Pancasila dalam pengertian ini sering juga disebut way of life, pandangan

hidup, pegangan hidup/pedoman hidup. Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk

hidup sehari-hari oleh warga negara Indonesia. Pancasila digunakan sebagai petunjuk

arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang, ini

berarti bawa semua tingkah laku dan tindakan/perbuatan setiap manusia Indonesia

harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila karena Pancasila

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang

lainnya.

Keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis. Dengan

demikian, jiwa keagamaan (sebagai manifestasi/perwujudan sila Ketuhanan Yang

Maha Esa), jiwa yang berprikemanusiaan (sebagai manifestasi/perwujudan dari sila

kemanusiaan yang adil dan beradab), jiwa kabangsaan (sebagai

49 Faisal Ismail, op.cit., hlm. 49.

lix

Page 53: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

manifestasi/perwujudan sila Persatuan Indonesia), jiwa kerakyatan (sebagai

manifestasi/perwujudan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan), dan jiwa yang menjunjung nilai keadilan sosial

(sebagai manifestasi/perwujudan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).

Selalu terpancar dalam segala tingkah laku dan tindakan/perbuatan serta sikap hidup

seluruh bangsa Indonesia.50

Dalam kehidupan suatu bangsa adanya pandangan hidup sangat diperlukan,

sebab dengan pandangan hidup suatu bangsa akan:

1. Memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan menentukan arah

serta cara bagaimana bangsa ini memecahkan persoalan-persoalan yang

dihadapi, sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-

persoalan besar baik yang datang dari dalam masyarakat/bangsanya sendiri

maupun dari luar.

2. Memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-

masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya.

3. Mempunyai pedoman bagaimana bangsa ini mambangun dirinya sendiri demi

kesejahteraan rakyat.51

Di dalam negara yang Berbhineka Tunggal Ika, membuktikan bahwa

Pancasila merupakan pilihan yang terbaik. Upaya untuk mengganti Pancasila dengan

ideologi lain berulang kali terjadi baik melalui kekerasan maupun dengan cara halus.

50 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 16.

51 Rozikin Daman, op.cit., hlm. 15-16.

lx

Page 54: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Hal semacam ini menunjukkan bahwa efektivitas Pancasila benar-benar nilai

rakyat Indonesia secara emosional dan menggerakkan tindakan. Ini terbukti melalui

kemampuannya untuk bertahan di tengah-tengah perubahan-perubahan

konstitusional, dalam mengatsi tantangan-tantangan yang mengancam kesatuan dan

mewujudkan negara Indonesia.52

Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup bersama yang bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religius. Dengan pandangan hidup yang mantap maka bangsa Indonesia akan mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung didalamnya konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakannya.

Demikianlah pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dilihat dari kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi yakni

sebagai cita-cita dan pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. Dapat

dikatakan juga bahwa Pancasila ini dibuat dari materi atau bahan-bahan dalam negeri,

bahan asli murni dan merupakan kebanggan bagi suatu bangsa tersendiri.

b. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut dasar falsafah negara,

Philosofische Grondslag dari negara. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai

dasar mengatur pemerintahan negara, atau dengan kata lain Pancasila digunakan

sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.53

52 C. S. T. Kansil, Pancasila dan UUD 45 Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Pradanya Pramita,1978 ), hlm. 68.

53 Darji Darmodiharjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat ( Malang : Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, 1979 ), hlm. 25.

lxi

Page 55: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Sebagai dasar negara Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang

meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-

Undang Dasar, maupun yang tidak tertulis. Dalam kedudukannya sebagai dasar

negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai

berikut:

- Pancasila sebagai dasar adalah merupakan sumber dari segala

sumber hukum Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas

kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945.

- Meliputi suasana kebatinan (Geistlickenhintergrund) dari

Undang-Undang Dasar 1945.

- Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum

dasar tertulis maupun tidak tertulis).

- Mengandung norma-norma yang mengharuskan Undang-

Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain

penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan

fungsional). Untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan

memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

- Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar

1945, hal ini dipahami sangat penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan

negara, karena masyarakat di negara Indonesia senantiasa tumbuh dan

berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat.

lxii

Page 56: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentuk negara bahwa tujuan utama

dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh

karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD

1945, Ketetapan No. IX/MPRS/1966. LJO, Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan

Ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari

segala sumber hukum, yang merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-

cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana serta watak dari bangsa

Indonesia.54

Menurut Notonegoro, Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan

istimewa dalam hukum kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia (merupakan pokok

kaedah negara yang Fundamental). Pokok kaedah yang fundamental itu dalam hukum

mempunyai kedudukan yang kuat tak berubah bagi negara yang dibentuk, sehingga

dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Sebagai pokok kaedah negara yang

Fundamental, Pancasila menjadi sumber dari Undang-Undang Dasar dan harus

dijadikan landasan dalam menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan

kebijaksanaan pemerintah.55

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,

mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang

tertuang dalam Tap. No.XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam

54 Kaelan , Pendidikan Pancasila ……….., op.cit., hlm. 62.

55 Darji Darmodiharjo, op.cit., hlm. 26.

lxiii

Page 57: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan

aspirasi rakyat (sila keempat), juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila.56

c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Dalam sejarah asal-usulnya ideologi Pancasila itu lahir dari perjuangan bangsa

Indonesia yang mencita-citakan kemerdekaan, persatuan, solidaritas, kemajuan,

kecerdasan, demokrasi dan kebudayaan. Bahkan ideologi Pancasila memandang

bangsa Indonesia sebagai bagian dari cita-cita perjuangan kemanusiaan yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.57

Perlu diingat bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara adalah

diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia, kemudian menjadi pandangan

hidup bangsa dan pada gilirannya menjadi suatu dasar filsafat negara yang sekaligus

sebagai suatu ideologi bangsa dan negara. Ideologi Pancasila tumbuh dan

berkembang melalui dalam pandangan hidup manyarakat bangsa Indonesia sendiri,

dengan suatu kesepakatan serta perjanjian yang luhur diangkat menjadi ideologi

bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu ideologi Pancasila merupakan suatu

kesatuan yang mutlak karena menyangkut kehidupan bangsa.

Pancasila sebagai ideologi bangsa, setiap warga negara Republik Indonesia

terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar, yang tertuang dalam sila yang

kelima dalam Pancasila. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara keseluruhan

56 Kaelan, loc.cit..

57 Paulus Wahana, op.cit., hlm. 90.

lxiv

Page 58: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan, bukan hanya sekedar masing-

masing sila. Sebagai falsafah negara, Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir

yang harus diikuti dalam menyusun Undang-Undang dan hukum-hukum yang lain.

Tata pikir seluruh bangsa ditentukan lingkupnya oleh sebuah falsafah yang harus

terus menerus dijaga kebaradaannya dan konsisitennya oleh negara, agar pemikiran

kenegaraan yang berkembang juga akan terjaga dengan baik.58

58 Oetojo Oesman dan Alfian, op.cit., hlm. 163.

lxv

Page 59: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

BAB IV

PENGARUH PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG

TERHADAP AGAMA KRISTEN PROTESTANDI INDONESIA

A.Pemahaman Kristen Protestan Terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Menurut T. B. Simatupang Pancasila merupakan sebuah payung yang dapat

melindungi rakyat Indonesia baik itu muslim maupun non muslim. Oleh karena itu

sila Ketuhanan Yang Maha Esa terdapat dalam sila pertama dari Pancasila

merupakan, suatu keputusan yang mutlak harus dapat diterima oleh setiap agama-

agama yang ada di Indonesia. Maka makna yang terkandung dari sila pertama

Pancasila bukanlah “Kepercayaan kepada Allah” tetapi lebih berarti kepercayaan

kepada “Ide Ketuhanan”, oleh karena kata yang dipakai di sini bukan kata “Allah”

tetapi lebih netral yaitu “Ketuhanan” kemudian juga ditambah Keesaan dan

Kemahaan.1

Istilah Ketuhanan berasal dari ke-Tuhan-an. Menurut Prof. Poebatjaraka

mengatakan bahwa Tuhan berasal dari kata “Tuha” yang berarti tua. “Tuha” ditambah

dengan “an” menjadi Tuhan yang berarti yang harus dihormati dan didengar. Menurut

Prof. S. Takdir Alisyahbana, bahwa Tuhan berasal dari kata Tu (h) a yang berarti

1 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1984), hlm. 10.

lxvi

Page 60: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

sama dengan tuan, holy, suci, kudus, keramat.2 Sedangkan Allah dari Al Ilah berarti

The God, Pencipta, Yang Maha Kuasa.3

Tuhan dalam sila Pertama, mandapat awalan-ke, akhiran-an menjadi kata

sifat. Sehingga dengan demikian “Ketuhanan” itu adalah “sila”. Tuhan, Allah sendiri

bukan sila ia adalah pribadi “Tuhan” itu nama jenis yang abstrak. Ketuhanan berarti

Yang Ilahi, suatu kuasa Ilahi. Dengan demikian “Ketuhanan” adalah perkataan yang

terbaik yang dapat memberikan kesempatan berbagai penafsiran sesuai dengan agama

dan kepercayaannya masing-masing.4

Istilah Ketuhanan Yang Maha Esa bukan pengertian teologis melainkan

rumusan politis (kenegaraan) karena tidak dapat diartikan hanya menurut pengertian

agama yang tertentu. Kita dapat mengartikan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu

pengakuan atau keyakinan adanya suatu kekuasaan yang tertinggi dan abadi, yang

mengatur dan menguasai segala yang ada di dunia ini. Yang Maha tinggi itu siapa?

Terserah kepada agama masing-masing, dengan perkataan lain istilah Ketuhanan

dipilih dengan tepat, agar supaya dapat dikonkritkan oleh setiap orang sesuai dengan

agama dan kepercayaannya.

Dari uraian di atas sila pertama nampak jelas kedudukan yang sama daripada

semua agama yang ada di Indonesia untuk merealisasikan sila Ketuhanan Yang Maha

Esa dalam kehidupan yang konkrit.

2 Ismaun, Problematika Pancasila (Bandung: Cahaya Remaja, 1959), hlm. 27.

3 Philip K. Hitti, Dunia Arab ; Sejarah Ringkas ( terj .), Usuludin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung: Sumur Bandung , 1970 ), hlm. 32.

4 Rahmat Subagyo, Pancasila Dasar Negara Indonesia (Yogyakarta: Basis, 1955), hlm. 64.

lxvii

Page 61: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah peleburan

semua pengakuan kepercayaan semua agama-agama menjadi suatu pengakuan yang

tunggal, yang merupakan pengakuan Iman kesatuan untuk seluruh warga negara

Republik Indonesia melainkan tugas negara yang berdasarkan Pancasila adalah

melindungi perbedaan-perbedaan agama warga negaranya. “Bukan saja bangsa

Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan

Tuhannya sendiri”.5

Dari segi nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat

disebutkan bahwa sila pertama ini merupakan dasar kerohanian dasar bermasyarakat,

dalam kehidupan bernegara, berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti dalam

menyelenggarakan kehidupan bernegara wajib memperhatikan dan menghormati

petunjuk-petunjuk Tuhan Yang maha Esa, tidak dibenarkan menyimpang dari

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kemudian untuk

menyelenggarakan segala yang baik bagi masyarakat dan pemerintahan negara. Pada

hakekatnya tidak boleh menyimpang dari jalan yang lurus untuk mencapai

kebahagian rakyat dan keselamatan masyarakat.

Sebagai asas hidup bermasyarakat sila Ketuhanan Yang Maha Esa menuntut

agar bangsa Indonesia dalam melaksanakan hidup bermasyarakat memperhatikan dan

menghormati petunjuk-petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, memupuk rasa kebersamaan

5 Soekarno, Lahirnya Pencasila (Jakarta: Bp. Nasional, 1958), hlm. 27.

lxviii

Page 62: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

menuju kerukunan hidup bermasyarakat kebebasan beragama dan beribadat menurut

keyakinan masing-masing agama.6

Sebagai pengaturan lebih lenjut perinsip KetuhananYang Maha Esa maka

UUD 1945 menentukan dalam pasal 29 sebagai berikut: 1. Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa .2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaannya itu.

Ketentuan ini menegaskan tugas negara dalam bidang hidup keagamaan, yaitu

negara bertugas untuk memberikan jaminan perlindungan agar setiap penduduk yang

notabenenya adalah pemeluk agama tersebut dapat secara bebas malaksanakan ajaran

agama atau kepercayaannya. Negara bertugas untuk menjaga kesejahteraan bersama

dalam bermasyarakat. Tugas tersebut dijalankan dengan cara menjamin kesempatan

yang sama dan adil bagi setiap warga negara untuk mengamalkan konsepsinya

tentang Tuhan sesuai ajaran agama yang diyakininya. Oleh karena itu sebenarnya

ketentuan di atas pada sisi yang lain menunjukkan pula sejumlah hak dari warga

negara Indonesia untuk:

1. Bebas memeluk agama dan kepercayaan

2. Bebas beralih agama dan kepercayaan

3. Bebas menjalankan ibadat sesuai ajaran agama/kepercayaannya

6 Ahmad Azhar Basyir, Hubungan Agama dan Pancasila (Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1985), hlm. 10.

lxix

Page 63: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

4. Bebas untuk mengajar atau mendidik keluarganya sesuai ajaran agama yang

diyakininya.7

Jadi setiap orang bebas menganut kepercayaannya dan menyembah Tuhannya

dengan tidak menganggu agama lain, apalagi memusuhi atau memerangi orang yang

menganut kepercayaan yang lain dari kepercayaan golongannya atau orang yang

menyembah Tuhan lain dari Tuhan yang disembah oleh golongannya.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pengakuan bahwa Tuhan

adalah sumber kemerdekaan, oleh karena itu Tuhan sendiri membebaskan manusia

dari segala penindasan yang ada dimuka bumi ini. Akan tetapi hal itu bukanlah berarti

bahwa negara harus memaksakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi suatu

pengakuan iman rasuli Kristen .

Dengan demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa bukan hanya sebagai alat

pemersatu bangsa Indonesia, tetapi juga merupakan manifestasi kepribadian bangsa

Indonesia, oleh sebab itu sila pertama dalam Pancasila adalah suatu seruan terutama

bagi setiap orang yang mengaku dirinya orang yang beragama, agar selalu ingat

dalam tanggung jawab dan tugasnya di dalam memelihara, memupuk dan mewujudan

prikemanusiaan, kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial.

Setiap Rakyat Indonesia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

mengahayati ajaran-ajarannya, tentu tidak akan ragu-ragu lagi menyatakan bahwa

agama merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, mengandung nilai-

7 Wisnu Tri Hanggoro ( edit .), Bunga Rampai Pancasila ( Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 1986 ), hlm. 51-52.

lxx

Page 64: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

nilai luhur yang dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya masing-masing dan

merupakan faktor yang berpengaruh dalam usaha bangsa Indonesia untuk

mensukseskan pembangunan bangsa.8

B. Meningkatkan Partisipasi Gereja dalam Membangun Bangsa Indonesia

sebagai Pengamalam Pancasila

Menurut T. B. Simatupang, gereja adalah berada dalam dunia dan diutus oleh

Tuhannya ke dalam dunia. Tuhan tidaklah mengutus gereja ke wilayah yang asing.

Sebab Tuhan itu sendiri adalah Tuhan bagi dunia.

Pengertian tentang dunia hanya terbatas pada bumi dan alam semesta. Dunia

memiliki arti jauh lebih luas dari itu. Dunia memiliki makna yang meliputi bumi,

alam semesta, sekaligus kesejahteraan umat manusia dengan segala daya dan

upayanya untuk memenuhi bumi serta menaklukkannnya.

Arti dunia yang demikian, menurut T. B. Simatupang menegaskan bahwa

umat manusia dengan segala kebudayaan, dengan hidup berpolitik, sosial,

ekonomi,dan sejarah, ideologi agama dan teknologi juga dengan segala harapan yang

8 T. B. Simatupang (dkk.), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang Membangun (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1996), hlm. 94.

lxxi

Page 65: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

membentang dan kekhawatiran yang mengandung keseluruhannya adalah bagian dari

isi dunia.9

Kembali kepada pembahasan gereja dalam pembangunan menghadapkan kita

dengan permasalahan yang mendasar mengenai hubungan antara gereja dengan

perkembangan dalam masyarakat negara dan kebudayaan di mana gereja berada.

Pembangunan adalah tindakan manusia dalam sejarah untuk mengembangkan

masyarakat, negara dan kebudayaan yang baik, dengan memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern.

Pada satu pihak gereja adalah bagian dari masyarakat, negara dan kebudayaan

yang membangun. Pada pihak lain gereja tidak hanya bagian dari masyarakat, negara

dan kebudayaan dimana dia berada. Gereja mempunyai hubungan yang khas dengan

Kristus seperti dinyatakan dalam kiasan bahwa gereja adalah tubuh kristus.10

Sebagaimana dijelaskan dalam al-Kitab .

“tidak ada seseorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar

yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Korintus 3:11).11

Sejak gereja tiba di Indonesia, maka gereja telah berpartisipasi dalam

pembangunan, seperti dalam pelayanan pendidikan, kesehatan dan pertanian. Oleh

karena itu gereja-gereja di Indonesia juga meningkatkan partisipasinya dan melayani

pembangunan nasional berdasarkan tugas pengikutnya yang bersumber pada Injil

9 T. B. Simatupang, Dari Revolusi ke Pembangunan (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1987), hlm. 9.

10 T. B. Simatupang ( dkk.), Peranan Agama-Agama dalam …….., op. cit., hlm. 9.

11 Perjanjian Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999), hlm. 470.

lxxii

Page 66: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Yesus Kristus. Gereja di Indonesia dengan sikap sebagai hamba dan pelayanan

menurut teladan Yesus, dengan mengambil sikap yang positif, kreatif, kritis dan

realistis dalam pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Positif

artinya terbuka terhadap yang baik, kreatif artinya adanya jasa roh kudus dalam sikap

pembangunan yang dilakukan oleh gereja, kritis artinya setiap pembangunan yang

dilakukan oleh gereja sesuatu yang telah tertuang dalam firman Tuhan, realistis

artinya sadar akan waktu dan batas-batas kenyataan terhadap pembanguan yang

dilakukan oleh gereja.12

Tugas panggilan gereja dalam pembangunan bangsa ini tidak hanya

memberikan ruang bagi gereja-gereja untuk berpartisipasi dan melayani dalam

pembangunan nasional, tetapi juga untuk mengajak dan mengaharapkan partisipasi

secara bertanggung jawab dari semua warga negara dan golongan, dalam

pembangunan nasional berdasarkan hak dan kewajiban yang sama.

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia sebagai pengamalan Pancasila

dipandang oleh gereja adalah bagian dari dunia yang dikasihi Allah. Pembangunan

dengan segala proses perubahannya dalam berbagai aspek kehidupan dalam rangka

berjuang untuk menegakkan keadilan, pemerataan, kesejahteraan dan kelestarian serta

dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia yang selaras, serasi

dan seimbang antara dimensi material dan spiritual, merupakan isi dunia yang tidak

berada di luar rancana Penyelamatan Tuhan.

12 PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura, 21-30 Oktober 1994 (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), hlm. 29.

lxxiii

Page 67: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, tidak identik dengan

kerajaan Allah. Oleh karena itu pembangunan ini memberikan ruang yang lebih luas

bagi upaya-upaya untuk menegakkan perdamaian, keadilan, kemanusiaan dan

kesejahteraan bagi semua orang. Oleh sebab itu maka dalam terang Injil kerajaan

Allah, gereja-gereja di Indonesia mengambil bagian secara positif, kreatif, kritis,

realistis dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.13

Pembangunan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia sebagai Pengamalan

Pancasila dapat saja mengalami kegagalan dan penyelewengan sehingga berlawanan

dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu pembangunan yang di usahakan manusia,

maka hasilnya tidak akan pernah sampai pada tatanan masyarakat yang sempurna

dengan keadilan yang demikian, hanya dapat terwujud oleh kehendak Tuhan sendiri.14

Jadi walaupun menurut kita bahwa pembangunan yang dilaksanakan menurut

ukuran kita telah mampu menegakkan keadilan, pemerataan, pambaharuan

kesejahteraan dan telah mampu mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia,

maka dalam keadaan yang seperti inipun masih tetap akan menimbulkan bentuk-

bentuk penindasan dan ketidakadilan dalam masyarakat pada umumnya.15

13 T.B. Simatupang , Bersama-Sama Meletakkan Landasan Moral, Etik dan Spiritual Bagi Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal landas, dalam buku, Kontek Berteologi di Indonesia : Buku Penghormatan untuk HUT ke 70 Prof. Dr. P. D. Latuihamallo (Penyunting .), Eka Darmaputra , ( Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 39.

14 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila ……., op. cit. , hlm. 130. 15 T. B. Simatupang, Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan,

Berjuang dalam Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman, (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1985), hlm. 41-42.

lxxiv

Page 68: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Gereja-gereja di Indonesia dalam berpartisipasi dalam pembangunan bangsa

ini harus memiliki beberapa sikap diantaranya gereja harus bersikap positif, kreatif,

kritis dan harus realistis.16

Dengan sikap gereja yang positif, maka gereja dapat mendukung segala

pambangunan yang menunjukkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Seperti,

keadilan, kesejahteraan, perdamaian dan sebagainya. Maka dari itu gereja dapat

mengembangkan hal-hal yang baik dalam proses pembangunan.

Sikap gereja yang kreatif, gereja dapat memberikan sumbangan untuk

berpartisipasi dalam menjawab berbagai tantangan dalam perubahan zaman dan dapat

menyisihkan berbagai hambatan-hambatan yang selalu mengahadang atau

mengahalangi untuk suksesnya suatu pembangunan yang kita lakukan untuk bangsa

ini.

Sikap gereja yang kritis, bahwa gereja dapat mengoreksi berbagai cita-cita

atau kebijakan-kebijakan bangsa kita ini dalam melakukan pembangunan yang

memang bertentangan dengan kehendak Tuhan, seperti: banyaknya korupsi-korupsi

yang terjadi di birokrasi pemerintahan kita sekarang ini yang dikorupsi itu adalah

uang rakyat. Oleh karena itu Tuhan tidak mengajarkan tentang hal-hal yang tidak

baik. Pasti Tuhan mengajarkan tentang hal-hal yang baik.

Sikap gereja yang realistis adalah untuk mendorong gereja agar dapat meilihat

dan memahami tentang batas-batas yang telah dapat dicapai oleh bangsa ini dalam

membangun sikap tersebut sebagai alat kontrol untuk mengawasi agar setiap

16 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila, loc. cit..

lxxv

Page 69: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

pembangunan itu selalu tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan, dalam artian

setiap pembangunan itu harus sesuai dengan manfaatnya dan tidak bertentangan

dengan ajaran-ajaran Tuhan.17

Bentuk partisipasi gereja dalam pembagunan bangsa Indonesia sebagai

pengamalan Pancasila, dalam partisipasi ini yang paling penting adalah gereja

terhadap masyarakat dan masa depan bangsa Indonesia ini, yang mengangkat dasar-

dasar dan corak-corak dari negara, masyarakat dan kebudayaan serta dasar-dasar

hukum yang ada didalamnya, dan pandangan mengenai sejarah yang menguasai

pemikiran dalam pembangunan itu.18

Gereja, dalam bentuk partisipasinya dalam pembangunan berusaha dalam

memberikan sumbangan untuk mengembangkan suatu gagasan, ide-ide dan pikiran

menganai arah dan tujuan dalam melakukan suatu pembangunan sebagai pangamalan

Pancasila. Oleh karena itu hal tersebut akan dapat menentukan gerak pembangunan

nasional akan berjalan kearah dari cita-cita perjuangan bangsa Indonesia ini dalam

membangun masyarakat yang adil dan makmur yang dapat berasaskan Pancasila.

Pendangan gereja tentang pengamalan dari sila-sila Pancasila dalam

pelaksanaan pembangunan, Pancasila dengan sila-silanya haruslah diamalkan secara

utuh dan konsekuen. Seperti pengamalan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,

yang mencakup tanggung jawab bersama dari semua golongan agama supaya untuk

terus-menerus dan bersama-sama dalam meletakkan landasan moral, etika dan

17 Ibid. , hlm. 130.

18 T. B. Simatupang, Kehadiran Kristen …….., op. cit. , hlm. 43.

lxxvi

Page 70: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

spiritual yang kokoh bagi pembangunan nasional sebagai Pengamalan Pancasila.19

Dengan demikian sila ini bukan merupakan dalil teologi, sebab negara sama sekali

tidak memiliki apa yang namanya teologi. Sila ini hanya menjamin tempat yang wajar

bagi dimensi religius dalam kehidupan negara dan bangsa.

Pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menurut gereja

menyangkut usaha-usaha pengembangan dan pemantapan hak-hak asasi manusia dan

tanggung jawabnya dalam pembagunan. Tapi bagi gereja untuk mengamalkan

kamanusiaan dan keadilan dengan ikut dalam sepenuhnya bertanggung jawab dalam

mengenai keamanan negara.20

Pengamalan sila ketiga, Persatuan Indonesia, menurut gereja menyangkut

Pembinaan kesatuan bangsa,21atau pembinaan bangsa dari semua bidang kehidupan

manusia, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga makin kuat rasa kesatuan

kamanusiaan dalam memperkokoh rasa Persatuan dan kesatuan negara.22

Pengamalan sila keempat dari Pancasila, dipandang oleh gereja dalam

menyangkut persoalan-persoalan yang mendorong begitu besar peran partisipasi

rakyat dalam aspek politik dalam usaha menegakkan demokrasi yang bertanggung

jawab.

19 T.B. Simatupang , Bersama-Sama meletakkan……………………………,op. cit. , hlm. 28.

20 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila , op. cit. , hlm. 121.

21 Ibid. , hlm. 121.

22 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia (Malang: Pusat Studi Agama dan Kebudayaan, 1993), hlm. 31.

lxxvii

Page 71: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Pengamalan sila kelima dari Pancasila dalam pembangunan menurut gereja

menyangkut peletakkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menjunjung cita-cita

keadilan sosial, 23 dan dapat juga pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

menuju kepada terciptanya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.24

Partisipasi gereja dalam memberikan sumbangan pemikiran tentang

pengamalan Pancasila di atas, hanya sebagai motivasi bagi umat Kristiani dalam

benar-benar mangamalkan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila dan sebagai

perwujudan gereja dalam berpartisipasi dalam membangun bangsa ini.

Partisipasi gereja dalam membangun bangsa ini dapat berhasil apabila adanya

kerjasama antara gereja-gereja dengan berbagai lembaga-lembaga yang ada di luar

gereja, bahkan dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang

berbeda dan di ajak untuk bekerjasama dalam membangun bangsa ini agar menjadi

bangsa yang maju, adil dan sejahtera.

23 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila , loc. cit..

24 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama………, loc. cit..

lxxviii

Page 72: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Adapun tujuan gereja dengan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini

adalah:

a. Gereja berpartisipasi dan melayani dalam

pembangunan nasional dengan tujuan dalam kehidupan masyarakat,

bangsa dan negara Pancasila yang sedang melaksanakan pambangunan

nasional sebagai pengamalan Pancasila dapat melahirkan atau

menciptakan kesejahteraan, keadilan, kebebasan, persaudaraan,

perdamaian dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dunia

ini.

b. Untuk bersama-sama dapat membaharui,

membangun, dan mempersatukan gereja dan memupuk kemanusiaan di

bidang teologi.

Menurut T. B. Simatupang, seluruh partisipasi gereja dan umat Kristen dalam

berpartisipasi membangun bangsa ini harus bertolak sebagai usaha untuk menegakkan

tanda-tanda penyelamatan dan kedatangan kerajaan Tuhan.

C. Analisis Penulis

Ada satu hal yang khas,yang membedakan Indonesia dengan masyarakat dan bangsa manapun di dunia ini, yaitu bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majmuk, yang terdiri dari berbagai suku,adat,budaya,agama dan

lxxix

Page 73: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

kepercayaan, serta Pancasila adalah dasar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.25

Pancasila merupakan kesepakatan luhur antara semua golongan yang hidup di bumi Indonesia. Sebuah kesepakatan seluhur apa pun, tidak akan banyak berpungsi jika didudukkan dalam status yang jelas. Karena kesepakatan luhur bangsa Indonesia itu akhirnya dirumuskan sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara. Ideologi bangsa, artinya setiap warga negara Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila Pancasila. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara keseluruhan harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan, bukan hanya sekedar masing-masing sila . Sebagai falsafah negara Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir dalam menyusun undang-undang dan hukum di dalam negara Republik Indonesia.26

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara disinilah ada tumpang tindih antara Pancasila dengan sebagian sisi kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki lingkup masing-masing yang berjangkauan universal, berlaku seluruh umat manusia. Hal ini upaya Pancasila untuk menekankan sisi kehidupan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jelas setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki visi sendiri, di samping visi universal yang mempersamakan semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak sepenuhnya sama dengan wawasan sekian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang satu sama yang lain saling berbeda.27

Dengan demikian dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila setiap sila-sila yang terdapat dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia termasuk agama Islam. Akan tetapi perlu kita cermati apakah Islam sesuai dengan Pancasila ? maka segera akan nampak bahwa banyak dari ajaran-ajaran Islam yang tidak tercakup dalam Pancasila atau tidak dipersoalkan oleh Pancasila. Islam mengajarkan tentang tauhid,( keesaan Tuhan ); Pancasila walaupun ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi membiarkan orang Kristen ber-Trinitas, agama Hindu mempercayai banyak dewa –dewa , dan dalam agama Budha tidak membicarakan tentang Tuhan sama sekali.

25 Ibid ., hlm. 257.26 Abdurrahman Wahid, Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kaitannya Dengan Kehidupan

Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam buku. Pancasila Sebagai Ideologi , Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,disunting oleh, Oetojo Oesman dan Alfian. ( Jakarta: BP-7, 1991), hlm. 163.

27 Ibid., hlm. 164.

lxxx

Page 74: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Kemudian Islam mengajarkan tentang iman kepada rasul-rasul, shalat, puasa Ramadhan, zakat , haji dan masih banyak lagi ketentuan –ketentuan lain yang diajarkan oleh Islam. Hal semacam ini tidak berarti bahwa Islam bertentangan dengan Pancasila , pada umumnya memang terdapat kesepakatan di negeri kita bahwa hal-hal ibadah dibiarkan saja . Sekurang –kurangnya kita dapat perhatikan , bahwa kemudahan diberikan di negeri kita untuk melaksanakan ibadah tersebut, sebagaimana juga kemudahan yang sama dinikmati oleh para pengikut agama lain. 28

Jika melihat persoalan-persoalan tadi, maka ajaran Islam lebih bersifat luas, mencakup hal-hal yang oleh Pancasila mungkin tidak terpikirkan. Ajaran Islam dalam hal-hal tertentu terperinci dan tegas. Oleh sebab itu bagi setiap muslim ajaran –ajaran agama itu wajib dilaksanakan. 29

Mengenai Islam dan Pancasila pada dasarnya tidak bertentangan , tapi perlu diketahui bahwa Islam adalah agama dan Pancasila adalah ideologi . Sering dinyatakan bahwa Pancasila tidak akan menjadi agama, demikian pula agama tidak akan memjadi ideologi. 30

Pada dasarnya kekuatan ideologi (Pancasila) dapat diukur dari tiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi dan saling memperkuat. Ketiga dimensi itu adalah : 1. Dimensi realitas ; dimana ideologi itu mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup dalam masyarakat, 2. Dimensi idealitas ; suatu ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dihayati suatu masyarakat atau bangsa dapat diketahui kearah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama, 3. Dimensi fleksibilitas; bahwa sebuah ideologi harus memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahwa merangsang pengembangan pemikiran –pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. 31

Berdasarkan pada tiga dimensi tadi maka Pancasila jelas memenuhi standar

realitas, idealitas bahkan fleksibilitas, terutama karena dinamika internal yang

28 Deliar Noer, Islam Pancasila dan asas Tunggal ( Jakarta : Yayasan Perkhidmatan,1983), hlm. 113.

29 Ibid., hlm.115.30 Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam ( Mizan : Bandung, 1997 ), hlm. 85. 31 Listiyono Santoso (dkk.), (de ) Konstruksi Ideologi Negara ; Suatu Upaya Membaca Ulang

Pancasila ( Jogjakarta : Ning- Rat, 2003 ), hlm. 70.

lxxxi

Page 75: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

terkandung dalam sifatnya sebagai ideologi terbuka. Jadi secara ideal konseptual

Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh dan bermutu tinggi .32

Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi terbuka biasanya memantapkan, memapankan serta menguatkan relevansi ideologi itu dalam masyarakat. Tetapi hal itu tetap tergantung pada kehadiran beberapa faktor: 1. Kualitas nilai-nilai dasar yang tergantung dalam ideologi, 2. Persepsi , sikap dan tingkah laku masyarakata terhadap Pancasila, 3. Kemampuan masyarakat mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang ideologi, 4.Menyangkut seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam idelogi itu membudaya dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara .33

Harus disadari, betapa dalam Pancasila sesungguhnya memuat kualitas nilai

dasar yang objektif kebenarannya dan berlaku secara universal. Kualitas nilai dasar

itu memungkinkan bagi terbentuknya kualitas peradaban bangsa yang berlandaskan

pada masyarakat yang ber-Ketuhanan, ber-Kemanusiaan, ber- Satu, ber-Kerakyatan

dan ber-Keadilan. Kelima sila tersebut adalah “ paradigma “ bagi terbentuknya

masyarakat berperadaban Pancasila. Selama ini, Pancasila lebih diletakkan sebagai

gundukan “ rangkuman “ konsep-konsep belaka yang tidak mempunyai kekuatan

untuk “merubah” tatanan masyarakat. Pancasila di masa lalu seolah-olah hanya

berhenti pada konsep nilai-nilai yang tidak mampu merambah pada tataran empirik

masyarakat.34 Itulah sebabnya kita harus berihktiar untuk semakin menjadikan

Pancasila itu sebagai ideologi dan menjadikan dasar yang kokoh bagi perkembangan

kehidupan berbangsa dan bernegara.

32 Ibid . , hlm. 70.

33 Ibid ., hlm. 71.

34 Ibid., hlm. 72.

lxxxii

Page 76: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

lxxxiii

Page 77: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut T.B. Simatupang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di

Indonesia tidak terlepas dari beberapa aspek, yaitu :

a. aspek sejarah

Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan

Pancasila tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa

agama Kristen Protestan di Indonesia. Maka yang dulunya sebahagian

rakyat Indonesia yang sudah beragama Katolik di Protestankan oleh

orang Belanda, maka rakyat Indonesia banyak yang menganut agama

Kristen Protestan.

Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan

rakyat Indonesia, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang sudah beragama

Kristen Protestan ikut memperjuangkan nagara ini dari tangan

penjajah,tidak heran jika bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen

Protestan ikut juga dalam merumuskan dasar negara Indonesia yitu

Pancasila .

b. aspek politik

lxxxiv

Page 78: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Gereja ditempatakan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas

panggilannya dalam kontek sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Demikian halnya dengan gereja –gereja di Indonesia dipanggil dan

ditempatkan oleh Tuhan untuk melaksanakan panggilannya pada bangsa

dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila.

Di negara Pancasila ruang bagi orang Kristen Protestan dalam

bidang politik tidak di batasi. Bagi orang Kristen Protestan berpartisipasi

dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kritis dan kreatif yang dapat

disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat.

c. aspek agama

Dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan

panggilan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara,seperti agama

Kristen Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen Protestan baik

sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan ( gereja) mempunyai tanggung

jawab dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara.

2. Pengaruh pemikiran T. B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di

Indonesia, di bagi menjadi dua :

Pertama: meliputi pemahaman Kristen Protestan terhadap sila

Ketuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan suatu keputusan yang

mutlak yang harus diterima oleh setiap agama-agama yang ada di

Indonesia. Makna yang terkandung dari sila pertama bukanlah

kepercayaan “Kepada Allah” tetapi lebih berarti kepercayaan kepada “Ide

lxxxv

Page 79: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Ketuhanan” oleh karena itu kata yang dipakai bukan kata “Allah” tetapi

lebih netral yaitu “Ketuhanan” kemudian ditambah Keesaan dan

Kemahaan.

Dengan demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan hanya

sebagai alat pemersatu bangsa, tetapi juga merupakan manifestasi

kepribadian bangsa bagi setiap orang yang mengaku dirinya orang yang

beragma.

Kedua, meliputi partisipasi gereja dalam membangun bengsa

Indonesia sebagai pengamalan Pancasila. Tugas penggilan gereja dalam

membangun bangsa ini tidak hanya tertuju pada pembangunan nasional

saja, akan tapi mengajak kepada semua warga Indonesia untuk bersama-

sama dalam membangun dan mengatasi bangsa yang tercinta ini dari

ketertindasan dan kemiskinan.

B. Saran-saran

1. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila,

maka setiap agama harus menerima Pancasila sebagai dasar negara, maka

dari itu jangan sampai ada suatu golongan umat beragama yang ingin

menggantikan dasar negara Pancasila dengan dasar yang lain. Oleh karena

itu setiap agama yang ada di Indonesia harus mengakui Pancasila sebagai

dasar negara Republik Indonesia.

2. Penulis menyarankan kepada setiap jurusan di Fakultas Ushuluddin bahwa

sanya skripsi-skripsi yang lama yang terdapat di ruang dosen supaya di

lxxxvi

Page 80: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

susun dengan rapi atau disimpan dalam almari khusus supaya tidak acak-

acakan.

C. Kata Penutup

Sebagai kata Penutup skripsi ini, penulis panjatkan puji syukur sedalam-

dalamnya kehadirat Allah atas segala curahan rahmat dan hidayahNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang Hubungan Kristen Protestan dengan

Pancasila di Indonesia ( Studi atas pemikiran T. B. Simatupang )

Hanya kepada Allah, penulis memohon hidayahNya mudah-mudahan skripsi

ini dapat bermanfaat untuk orang lain dan juga untuk penulis sendiri.

lxxxvii

Page 81: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Wiwin Siti (dkk.). Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama .Yogyakarta: Dian/Interpedi, 2003

Bakry,Hasbulah. Ilmu Perbandingan Agama . Jakarta : Widjaya, 1986

Basyir, Ahmad Azhar. Hubungan Agama dan Pancasila .Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1985

Daman, Rozikin. Pancasila Dasar Falsafah Negara . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995

Darmaputra, Eka. Pancasila Identitas dan Modernitas, Tinjauan Etis dan Budaya. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1997

Darmodihardjo, Darji. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Malang: Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, 1979

-----------.( dkk .). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1991

Efendy,Bahtiar. Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan Perbincangan Mengenai Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan. Yogyakarta: Galang Press, 2001

Green, Clifford . Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath, ( terj ) Marie Claire Barth . Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989

Hanggoro, Wisnu Tri (edit.). Bunga Rampai Pancasila .Yogyakarta: Taman Pustaka

Kristen, 1986

Hitti, Philip K. Dunia Arab; Sejarah Ringkas (terj) Usuludin Hutagalung dan Sihombing. Bandung: Sumur Bandung , 1970

Hoekema, A.G. Berfikir dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia( 1860-) 1960) ( terj.). Ny. Susilaradeya. Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1997

lxxxviii

Page 82: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Ismail , Faisal. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Isalan dan Pancasila .Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999

Ismaun. Problematika Pancasila . Bandung: Cahaya Remaja, 1959

Kaelan. Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP. Yogyakarta: Paradigma, 1996

Kaelan. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani .Yogyakarta: Paradigma, 1999

Kansil ,C. S. T. Pancasila dan UUD 45 Dasar Falsafah Negara . Jakarta: Pradanya Pramita, 1978

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat .Jakarta: PT. Gramedia. 1997

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah . Yogyakarta: Yayasan Budi Budaya, 1995

……………..Identitas Politik Umat Islam. Bandung : Mizan,1997

Latuihamallo, P.D. Menyambut Usia ke 70 .T. B. Simatupang, dalam buku, 70 Tahun Dr. T.B.Simatupang , Saya Adalah Orang Yang Berhutang( Penyunting) Samuel Pardede. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990

Musfik, Ahmad. Skripsi. Gereja dan pembangunan ( Studi atas Pemikiran Tahi Bonar (T.B) Simatupang ). Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1996

Noer, Deliar. Islam Pancasila dan Asas Tunggal . Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983

Oesman ,Oetojo dan Alfian. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat, 1991

Octavianus, P. Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam Hidup Berbangsa, Bernegara, Bermasyarakat .Malang: Departeman Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1985

lxxxix

Page 83: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Pardede, Samuel ( penyunting.). Saya adalah Orang yang Berhutang . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990

Partonadi, Soetarman Soediman. Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Suatu Ekpresi Kekristenan Jawa Pada Abad ke XIX ( terj.) Widi Harijati Rahadi . Jakarta: Gunung Mulia,2001 dan Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen

Perjanjian Baru . Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999

PGI. Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura, 21-30 Oktober 1994 . Jakarta: Gunung Mulia, 2002

Sairin, Wainata. Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2002

Salim, Emil . Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku .70 Tahun Dr. T.B. Simatupang , Saya Adalah Orang Yang Berhutang ( Penyunting) Samuel Pardede . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1990

Sargent, Lyman Tower. Ideolog-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komperatif, Edisi keenam . Jakarta: Erlangga , 1987

Simatupang, T.B. Bersama-sama Meletakkan Landasan Moral, dan Spiritual, Bagi Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal Landas, dalam buku. Kontek Berteknologi di Indonesia : Buku Penghormatan untuk HUT ke 70 Prof. Dr. P. D. Latuihamallo ( Penyunting) Eka Darmaputra. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1997

----------.Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan . Jakarta: PT. Pembangunan, 1960

---------- (editor.). Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia. (Jakarta:

Bpk. Gunung Mulia, 1986

-----------. Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai (Jakarta: Sinar Harapan, 1981

-----------. Iman Kristen dan Pancasila. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1984

xc

Page 84: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

-----------. Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan, Berjuang dalam Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1985

-----------. Dari Revolusi ke Pembangunan .Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1987

------------.Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara .Jakarta : Sinar Harapan , 1991

----------- (dkk.). Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam Negara Pancasila yang Membangun. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1996

Steenbrink, Karel. A . Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988

Subagyo, Rahmat . Pancasila Dasar Negara Indonesia. Yogyakarta: Basis, 1955

Soekarno. Lahirnya Pencasila . Jakarta: Bp. Nasional, 1958

Surachmad,Winarno. Dasar dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito,1970

Soewarno,P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis,Yuridis Kenegaraan .Yogyakarta: Kanisius, 1993

Tanja, Viktor I . Spiritualitas, Pluralitas, dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BPK.Gunung Mulia, 1996

Utomo, Bambang Ruseno. Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia . Malang: Pusat Studi Agama dan Kebudayaan, 1993

Vredenbergt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,1996

Wahana, Paulus . Filsafat Pancasila .Yogyakarta: Kanisius, 1993

xci

Page 85: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Wahid, Abdurrahman. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kaitannya Dengan

Kehidupan Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam buku. Pancasila Sebagai Ideologi, Dalam Berbagai Bidang

Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara , disunting oleh

Oetojo Oesman dan Alfian . Jakarta : B-7, 1991

Yamin, Muhammad. Pembahasan UUD Indonesia . Jakarta: Prapanca, 1959

CURRICULUM VITAE

Nama : Miswandi

Tempat Tanggal Lahir : Kampung Baru, 11 Desember 1979

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Kampung Baru, Kec. Sapat, Kab. Tembilahan, Riau

Alamat di Yogyakarta : Jl. Nogorojo No.3 Klpk. VI. Gowok Yogyakarta

PENDIDIKAN

- SDN. 016 Kampung Baru (1987-1993)

- MTs. P. P. Indragiri Al-Islami, Tanjung Makmur (1993-1996)

- MA. P. P. Indragiri Al-Islami, Tanjung Makmur (1996-1999)

- Masuk IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin, Yogyakarta (2000-

sekarang)

xcii

Page 86: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

NAMA ORANG TUA

Ayah : H. Miskun

Ibu : Hj. Siti Wartini

Agama : Islam

Alamat : Kampung Baru, kec. Sapat, Kab. Tambilahan, Riau.

Prof. Dr. H. Agussalim SitompulDrs. Rahmat Fajri.Dosen Fakultas Ushuluddin

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

NOTA DINAS

Kepada Yang TerhormatDekan Fakultas UshuluddinUIN Sunan KalijagaYogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun

teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : MISWANDI

Nim : 00520012

Jurusan : PA

xciii

Page 87: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Judul Skripsi : HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI

INDONESIA ( Studi atas Pemikiran T. B. Simatupang )

Maka pembimbing / pembantu pembimbing kami berpendapat bahwa skripsi

tersebut sudah layak diajukan untuk dimunaqasahkan .

Demikian , mohon dimaklukmi adanya.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, ……..

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul Drs.Rahmat FajriNIP. 150169820 NIP. 150275041

MOTTO

“ Kalau Ingin Menguasai Negara Kuasailah Ilmu. Kalau Ingin Menguasai

Dunia dan Akhirat Kuasailah Ilmu. ”

xciv

Page 88: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

PERSEMBAHAN

Karya ini Kupersembahkan Kepada :

Almamaterku yang sangat dibanggakan

Bapak dan Ibu Tercinta

Adik-Adikku tersayang, Jumadi, Salman al-Farisy

Seseorang yang selalu dekat di Hati

xcv

Page 89: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang senantiasa

melimpahkan taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Shalawat seiring salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad Saw, yang telah menuntun kita kejalan kemenangan dunia dan akhirat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan masukan dan

bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun material, yang sudah sepantasnya

penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang

terhormat :

2. Drs. H. Moh. Fahmi, M.hum. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.

xcvi

Page 90: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

3. Bapak Drs. H. Subagyo. M.Ag. Selaku Ketua Jurusan

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.

4. Bapak Drs. Rahmat Fajri. Selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

5. Bapak Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul. Selaku Pembimbing

I, yang selalu banyak memberi masukan sehingga terwujudnya skripsi ini.

6. Bapak. Drs. Rahmat Fajri. Selaku Pembimbing II, yang

selalu memberikan bimbingan dan memberi saran dan petunjuk dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak. Drs. H. Subagyo, M. Ag. Selaku Penasehat

Akademik yang telah banyak memberikan dukungan dan saran demi

menyelesaikan studi penulis.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan

kuliah kepada penulis.

9. Kepada orang tua penulis, atas pengorbanan dan jasanya

yang tiada terhingga dan tak terbatas mudah-mudahan keduanya diberi umur

panjang dan husnul khatimah di akhir hayat mereka. Serta kepada adik-adikku

yang tersayang. Keluarga angkat di Imogiri (Pak Suprafto sekeluarga).

10. Kepada seseorang yang selalu setia mendampingi penulis

baik dalam suka maupun duka, Yani tercinta.

11. Kepada konco-konco seperjuangan, jurusan PA, 2000,

keluarga besar “HIMARISKA” (Himpunan Mahasiswa Riau Sunan Kalijaga),

xcvii

Page 91: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

spesial buat teman-teman kost “WISMA SAWO” (Dedi, Didit, Petang, Arif,

Dian, Nova, Koler, Emon, Ojay Bekers, Sony dan abang Tambunan).

Atas segala kebaikan mereka, penulis banyak berhutang budi, hanya do’a

yang dapat mengiringi ketulusan mereka, sehingga pengorbanan yang tekah mereka

berikan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Yogyakarta, ……….

Penulis

Miswandi

Nim .00520012

DAFTAR SINGKATAN

T. B. = Tahi Bonar

HIS = Hollands Inlands School

MULO = Meer Uitgebried Lager Onderwijs

KMA = Koninlijke Militaire Academie

AMS = Algemene Middelbere School

KSAP = Kepala Staf Angkatan Perang

PTTS = Panglima Tentara dan Teritorium Sumatra

xcviii

Page 92: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

PBAP = Panglima Besar Angkata Perang

DGI = Dewan Gereja-Gereja Indonesia

PGI = Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia

VOC = Verenigde Oost Indische Compagnie

BPUPKI = Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PPUUD = Panitia Perancang Undang-Undang Dasar

PKPUUD = Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar

PPKI = Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PB = Perjanjian Baru

UUD = Undang-Undang Dasar

ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas rakyatnya beragama Islam, tapi ada juga yang beragama non Islam.Ketika bangsa Indonesia ingin membentuk dasar negara maka terjadilah suatu perdebatan yang hangat antara kalangan Islam dan non Islam , dari kalangan Islam menginginkan dasar negara harus berasaskan Islam seperti Piagam Jakarta , tapi dari kalangan non mulslim menolak bunyi sila pertama dari Piagam Jakarta yang berbunyi “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Untuk menghindari atau mengakhiri perdebatan tersebut, maka tokoh-tokoh agama dari kalangan Islam dan non Islam melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi sila pertama dari Piagam Jakarta , maka kedua tokoh-tokoh agama tersebut menyepakati untuk mengubah nya dengan kalimat “ Ketuhanan Yang Maha Esa “. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara, jadi setiap warga negara Indonesia harus mengakui Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T. B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, dan untuk menembah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh pemikiran T. B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk akademik sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu perbandingan agama tentang pemahaman umat Kristen Protestan dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Metodologi Penelitian ini adalah pertama. Penelitian ini bersifat kepustakaan murni ( library research), kedua. Pengumpulan data, peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan metode dokumentasi, ketiga. Analisis data , peneliti dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif, keempat. Metode Pendekatan, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sejarah atau historis, karena penelitian sejarah ini mengkaji pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara

xcix

Page 93: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu menyakinkan apa yang harus dikerjakan sekarang dan masa yang akan datang.

Hasil penelitian ini adalah menurut T.B.Simatupang Pancasila adalah sebuah ideologi yang dapat melindungi semua rakyat Indonesia, atau yang sering di sebut dengan Modus Vivendi . Karena Modus Vivendi itu merupakan sesuatu yang telah di tentukan melalui dialog, melalui kerja sama, dan bisa menghadapi segala tantangan dari seluruh rakyat Indonesia .

Kemudian Pancasila dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, karena sila-sila yang terdapat dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia . Maka dari itu setiap agama yang ada di Indonesia dapat berpartisipasi dalam membangun bangsa ini, ketika gereja ikut berpartisipasi dalam membangun bangsa ini maka gereja mempunya beberapa sikap pertama. Sikap positif, kadua. Sikap kreatif, ketiga. Sikap kritis, keempat. Sikap realistis. Sikap-sikap tersebut sebagai partisipasi gereja dalam membangun bangsa ini sebagai pengamalan Pancasila.

HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILADI INDONESIA

(Studi Atas Pemikiran T. B. Simatupang)

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaUntuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam

c

Page 94: Hubungan Kristen Protestan Dengan Pancasila Di Indonesia-005

Oleh:

M I S W A N D INIM: 00520012

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMAFAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2004

ci