HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan...

84
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO REMAJA DI PEMUSATAN LATIHAN NASIONAL CIPAYUNG, BOGOR APRILIA PITRIANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan...

Page 1: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO REMAJA DI

PEMUSATAN LATIHAN NASIONAL CIPAYUNG, BOGOR

APRILIA PITRIANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

ABSTRACT

APRILIA PITRIANI. Correlations Between Food Consumption and Nutritional Status with Fitness Level of Adolescents Taekwondo Athletes in Centralization of National Training Cipayung, Bogor. SUPERVISED by BUDI SETIAWAN and MIRA DEWI.

The general objective of study was to analyze food consumption, adequacy ratio, nutritional status, and fitness level of adolescents taekwondo athletes in Centralization of National Training Cipayung, Bogor. The research used cross sectional study design with 23 adolescents athletes as samples. The primary data included characteristic of samples, nutritional status by anthropometry (body mass index), and food consumption. The secondary data included fitness level by bleep test (VO2 max values), sit and reach test (flexibility), sit up and squat jump (muscle endurance), and overview of the study site which was Centralization of National Training. The study showed that overall athletes has normal nutritional status. Most athletes were lack of sufficient levels of energy and protein. There was positive correlations between the ages of athletes with flexibility (p<0,05, r=0,456) and muscle endurance (sit up test) (p<0,05, r=0,456). The correlations between with fitness level (VO2 max) was positive significantly correlated (p<0,05, r=0,456). Keywords: Food consumption, nutritional status, physical fitness, taekwondo.

Page 3: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

RINGKASAN APRILIA PITRIANI. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Taekwondo Remaja di Pemusatan Latihan Nasional Cipayung, Bogor. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan MIRA DEWI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) mengetahui karakteristik atlet meliputi jenis kelamin, daerah asal, usia, berat badan, dan tinggi badan, 2) mengetahui konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi, 3) mengetahui status gizi, 4) menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max, flexibility dan daya tahan otot).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penyebaran kuesioner. Data primer antara lain : data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan daerah asal), data konsumsi pangan (food recall 1 x 24 jam selama 3 hari). Data sekunder diperoleh dari data administrasi pemusatan latihan nasional, Cipayung, Bogor yang meliputi data keadaan umum dan susunan keorganisasian di pemusatan latihan nasional taekwondo, serta data kebugaran (VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot). Pengolahan menggunakan program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson serta uji beda Independent T-Test. Data status gizi contoh (IMT/U) diolah dari data antropometri menggunakan software WHO Antroplus dan diklasifikasikan menurut klasifikasi WHO (WHO 2007).

Atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan nasional (pelatnas) terdiri dari laki-laki (43,5%) dan perempuan (56,5%). Rata-rata usia atlet laki laki yaitu 16,22 ± 1,05 tahun dan rata-rata usia atlet perempuan yaitu 15,46 ± 1,67 tahun. Daerah asal atlet terdiri dari Jawa Tengah (43,5%), Jawa Barat (34,8%), D.I Yogyakarta (8,7%), Riau (8,7%) dan Sumatera Selatan (4,3%). Rata-rata berat badan atlet laki laki 50,67 ± 4,15 kg dan rata-rata berat badan atlet perempuan yaitu 54,80 ± 3,87 kg. Tinggi badan atlet laki-laki yaitu 168,50 ± 3,24 cm dan rata-rata tinggi badan atlet perempuan yaitu 160,47 ± 3,24 cm. Secara keseluruhan atlet pelatnas taekwondo memiliki status gizi yang normal.

Rata-rata konsumsi energi atlet taekwondo remaja secara keseluruhan yaitu 2056 ± 618 kkal, dan tingkat kecukupan energi atlet laki-laki sebagian besar berada dalam kategori defisit berat (80,0%) sedangkan atlet perempuan sebagian besar berada dalam kategori defisit berat (69,2%). Rata-rata konsumsi protein atlet secara keseluruhan adalah 50,2 ± 15,8 gram, dan tingkat kecukupan protein atlet laki-laki sebagian besar berada dalam kategori defisit berat (70,0%) sedangkan atlet perempuan sebagian besar dalam kategori defisit berat (38,5%). Rata-rata konsumsi lemak atlet secara keseluruhan yaitu 55,9 ± 25,7 gram, dan tingkat kecukupan lemak pada atlet laki-laki sebagian besar berada dalam kategori <20% dari kebutuhan energi (80,0%) sedangkan atlet perempuan sebagian besar berada pada kategori <20% dari kebutuhan energi (69,2 %). Rata-rata konsumsi karbohidrat atlet adalah 794,8 ± 546,3 gram, dan tingkat

Page 4: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

iv

kecukupan karbohidrat pada atlet laki-laki sebagian besar berada pada kategori >70% dari kebutuhan energi (50,0%) sedangkan sebagian besar atlet perempuan berada pada kategori >70% dari kebutuhan energi (53,8%). Rata-rata konsumsi vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi atlet berturut-turut adalah 2669,8 ± 1603,0 µgRE, 110,4 ± 44,7 mg, 5313,0 ± 6156,0 mg, dan 15,5 ± 11,6 mg. Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C dan kalsium sebagian besar berada dalam kategori cukup sedangkan tingkat kecukupan zat besi sebagian besar berada dalam kategori kurang. Usia atlet memiliki hubungan positif yang signifikan dengan tingkat kebugaran flexibility (p<0,05, r=0,456) dan daya tahan otot (p<0,05, r=0,421). Tinggi badan memiliki hubungan yang positif dan signifikan (p<0,05, r=0,558) dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max). Status gizi dengan tingkat kebugaran menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05). Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, maupun vitamin C tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0,05) dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max, flexibility dan daya tahan otot). Tingkat kecukupan karbohidrat dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan positif yang signifikan (p<0,05, r=0,462).

Page 5: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO REMAJA DI PEMUSATAN LATIHAN NASIONAL CIPAYUNG, BOGOR

APRILIA PITRIANI

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 6: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Judul : Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Tingkat

Kebugaran Atlet Taekwondo Remaja di Pemusatan Latihan Nasional

Cipayung, Bogor

Nama : Aprilia Pitriani

NIM : I14080110

Menyetujui:

Mengetahui:

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal lulus :

Dosen Pembimbing I

Dr.Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Dosen Pembimbing II

dr. Mira Dewi, MSi NIP. 19761116 200501 2 001

Page 7: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Sunarto dan Mama Suwati. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27

April 1990. Pendidikan penulis dimulai dari TK Nurul Hikmah pada tahun 1994

sampai tahun 1995 dilanjutkan di SDN Utan Kayu Utara 05 Jakarta pada tahun

1995 sampai tahun 2001, kemudian melanjutkan di SMPN 74 Jakarta sampai

tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan di SMAN 68 Jakarta sampai tahun

2007.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur

SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia. Penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Karya Salemba Empat

selama kuliah di Departemen Gizi Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif di organisasi seperti divisi Keprofesian periode 2010/2011. Selain

itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan

HIMAGIZI, BEM FEMA, Fakultas Ekologi Manusia, dan Departemen Gizi

Masyarakat baik skala kampus maupun skala nasional.

Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Desa Pekasiran,

Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2011. Selain itu, penulis

juga pernah mengikuti Intership Dietetic di RSUD Cibinong, Bogor.

Page 8: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayahnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

berjudul “Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Tingkat

Kebugaran Atlet Taekwondo Remaja di Pemusatan Latihan Nasional

Cipayung, Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat

mencapai gelar sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama skripsi ini disusun, penulis telah menerima dorongan dan bantuan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. dan dr. Mira Dewi, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya,

memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji

skripsi yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

3. Letkol CKM dr. Victor Wullur, Sp.KO selaku koordinator tim medis

Pelatnas Garuda Emas 2012 yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi.

4. Pelatih Taekwondo Pelatnas Garuda Emas 2012 (Sabeum Budi Harsono,

Sabeum Fahmi Fahrezzy, Sabeum Rahmy Kurnia, Sabeum Ongen,

Sabeum Abdul Rozak) beserta atlet pelatnas Garuda Emas 2012 yang

telah mengizinkan dan membantu penulis selama pengambilan data.

5. Kedua orang tua yaitu bapak Sunarto, dan mama Suwati, serta adik

Andari dan Anang, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan,

pengertian, perhatian, semangat serta doanya.

6. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan selama

penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor.

7. Seluruh pengajar, staf laboratorium serta tata usaha Departemen Gizi

Masyarakat atas segala bantuannya dalam memfasilitasi penyelesaian

skripsi ini.

8. Kak Rian, Kak Fuad dan Kak Arif yang telah memberikan bantuan dan

pengajarannya selama penyusuan dan penulisan skripsi.

Page 9: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

ix

9. Teman-teman yang membantu turun lapang penelitian ini : Ika Meilaty,

Gian Nubekti, Mely Choirul, Dewi Ayu W, Ayu Sekar, Ahmad Soleman

yang memberikan dukungan dan membantu banyak hal dalam

pengambilan data hingga pengolahan data penelitian ini.

10. Sahabat-sahabatku yaitu Diana, Nilam, Ade Ayu, Junda, Ika, Dewanti dan

dan Teman-teman GM 43, 44, 45, 46, 47, 48 atas kebersamaan,

keceriaan, semangat serta kerjasama sejak awal masuk kuliah hingga

saat ini.

11. Ferdiansyah yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dari

awal hingga akhir penelitian.

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala

bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skrisi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat diharapkan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi maupun bagi yang

memerlukannya.

Bogor, September 2012

Penulis

Page 10: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

Latar Belakang .............................................................................................. 1

Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 2

Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4

Remaja ......................................................................................................... 4

Olahraga Taekwondo .................................................................................... 4

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri .................................................... 5

Konsumsi Pangan ......................................................................................... 6

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Atlet ................................................ 8

Kebugaran .................................................................................................... 13

KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 16

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 18

Desain, Waktu, dan Tempat .......................................................................... 18

Cara Pengambilan Contoh ............................................................................ 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................... 18

Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................... 20

Definisi Operasional ...................................................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 25

Karakteristik Contoh ..................................................................................... 26

Karakteristik Antropometri ............................................................................ 29

Konsumsi Pangan ........................................................................................ 30

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ....................................................... 37

Tingkat Kebugaran....................................................................................... 44

Hubungan Usia dengan Tingkat Kebugaran ................................................ 47

Hubungan Berat Badan dengan Tingkat Kebugaran .................................... 47

Page 11: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

xi

Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran....................................... 48

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran ................................................................................................... 48

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 50

Kesimpulan .................................................................................................. 50

Saran ........................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52

LAMPIRAN ......................................................................................................... 56

Page 12: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori status gizi menurut IMT/U berdasarkan WHO (2007) ........................ 6

2. Kategori pengukuran data penelitian ............................................................. 19

3. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi ........................................... 22

4. Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR ...................................................... 22

5. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL..................................... 23

6. Sebaran atlet taekwondo berdasarkan usia .................................................. 27

7. Sebaran atet taekwondo menurut daerah asal .............................................. 28

8. Berat badan atet taekwondo berdasarkan jenis kelamin ............................... 28

9. Tinggi badan atlet taekwondo berdasarkan jenis kelamin ............................. 29

10. Sebaran atlet taekwondo menurut frekuensi makan..................................... 31

11. Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan makan ................................... 32

12. Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan minum ................................... 33

13. Kebiasaan makan atlet taekwondo sebelum bertanding .............................. 34

14. Kebiasaan makan atlet taekwondo selama bertanding ................................ 35

15. Kebiasaan makan atlet taekwondo setelah bertanding ................................ 36

16. Sebaran atlet taekwondo menurut nilai VO2 max.......................................... 45

17. Sebaran atlet taekwondo menurut nilai flexibility .......................................... 46

18. Sebaran atlet taekwondo menurut nilai daya tahan otot ............................... 46

Page 13: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran hubungan antara konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran ............................................................................... 17

2. Sebaran atlet taekwondo menurut jenis kelamin .............................................. 27

3. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan energi ........................... 37

4. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan protein .......................... 38

5. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan lemak ........................... 39

6. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan karbohidrat .................. 40

7. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan vitamin A ..................... 41

8. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan vitamin C ..................... 42

9. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan kalsium ........................ 43

10. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan zat besi ....................... 44

Page 14: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Struktur organisasi pelatnas Garuda Emas 2012 .............................................. 57

2. Kategori pengukuran data kebugaran ............................................................... 58

3. Karakteristik atlet taekwondo ............................................................................. 59

4. Status gizi atlet taekwondo ............................................................................... 60

5. Konsumsi zat gizi atlet taekwondo .................................................................... 61

6. Tingkat kecukupan atlet taekwondo .................................................................. 62

7. Tingkat kebugaran atlet taekwondo .................................................................. 63

8. Uji beda Independent t-test status gizi antar jenis kelamin ................................ 64

9. Uji beda Independent t-test tingkat kecukupan zat gizi antar jenis kelamin ....... 65

10. Uji beda Independent t-test tingkat kebugaran antar jenis kelamin ................. 67

11. Uji Korelasi Pearson antara tigkat kecukupan zat gizi dengan nilai VO2 max ................................................................................................................. 68

12. Uji Korelasi Pearson antara tigkat kecukupan zat gizi dengan nilai flexibility .......................................................................................................... 68

13. Uji Korelasi Pearson antara tigkat kecukupan zat gizi dengan nilai daya tahan otot ........................................................................................................ 69

14. Uji Korelasi Pearson antara status gizi dengan tingkat kebugaran .................. 69

15. Uji Korelasi Pearson antara usia dengan tingkat kebugaran ........................... 70

16. Uji Korelasi Pearson antara berat badan dengan tingkat kebugaran ............... 70

17. Uji Korelasi Pearson antara tinggi badan dengan tingkat kebugaran .............. 70

Page 15: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memilki peranan penting

dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Seseorang yang memiliki

kebugaran dan stamina tubuh yang baik terutama pada atlet olahraga akan

menghasilkan suatu prestasi yang baik pula. Pencapaian prestasi yang diraih

oleh atlet-atlet perwakilan suatu bangsa di suatu kompetisi olahraga ikut

berperan dalam membangun kejayaan bangsa.

Atlet berprestasi didukung oleh banyak faktor diantaranya latihan dan

pembinaan terprogram secara berkesinambungan serta gizi yang memadai.

Pengaturan gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh latihan dan performa yang

baik. Dalam pengaturan gizi atlet, kebutuhan zat gizi akan berbeda dibandingkan

dengan kelompok bukan atlet. Zat gizi yang dibutuhkan pada dasarnya tidak

berlebihan namun disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, aktifitas serta jenis olahraga yang ditekuninya (Depkes 1993). Konsumsi

pangan yang dapat memenuhi tingkat kecukupan zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh dapat mempengaruhi status gizi atlet. Konsumsi dan status gizi pada atlet

memiliki peran penting selain mempertahankan kebugaran, juga untuk

meningkatkan prestasi pada cabang olahraga yang ditekuninya.

Menurut Sumosardjuno (1992) kebugaran atau kesegaran jasmani adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan mudah,

tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan

tenaga untuk keperluan yang mendadak. Dengan memiliki fisik sehat dan bugar,

maka seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Pengukuran

kebugaran dapat dilakukan pada komponen daya tahan kardiorespiratori (VO2

max), komposisi tubuh, kekuatan dan daya tahan otot serta kelentukan (Fatmah

& Ruhayati 2011).

Salah satu olahraga yang memerlukan kebugaran tubuh yang optimal

adalah olahraga taekwondo. Menurut Kazemi et al (2010), taekwondo

merupakan seni bela diri unik yang ditunjukkan dengan penggunaan tendangan

dan teknik yang dominan. Pada cabang olahraga taekwondo, atlet harus mampu

bergerak dengan kelincahan, kecepatan dan kekuatan yang tinggi. Pemusatan

latihan nasional untuk cabang olahraga taekwondo dilaksanakan di Cipayung,

Bogor. Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan serangkaian kegiatan

yang menunjang untuk pengembangan kemampuan dan strategi untuk

Page 16: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

2

menghadapi pertandingan. Selain diberikan pembinaan dan pelatihan, atlet

mendapatkan asuhan gizi berupa pemberian makanan penunjang. Asuhan gizi

serta kebugaran jasmani yang baik akan secara langsung memberikan dampak

positif bagi prestasi atlet. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui

hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet

taekwondo remaja di pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo

remaja di pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik atlet taekwondo remaja meliputi jenis kelamin, usia,

daerah asal, berat badan, dan tinggi badan.

2. Mengetahui konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi pada atlet

taekwondo remaja di pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor.

3. Mengetahui status gizi pada atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan

nasional Cipayung, Bogor.

4. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi

dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max, kelentukan / flexibility, dan daya

tahan otot) di pemusatan latihan nasional Cipayung, Bogor.

Hipotesis

1. Atlet remaja dengan status gizi pada kisaran normal memiliki performa yang

lebih baik pada tes kebugaran jasmani dibandingkan dengan atlet yang

memiliki status gizi pada kisaran kurus atau gemuk.

2. Terdapat hubungan positif antara tingkat kecukupan gizi dan tingkat

kebugaran atlet taekwondo remaja.

Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

kebutuhan gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan atlet meningkatkan

performa dan menunjang prestasi dalam bidang yang dijalaninya. Adapun

manfaat yang akan diperoleh bagi penelitian ini adalah:

Page 17: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

3

1. Bagi atlet taekwondo di pemusatan latihan nasional akan memperoleh

informasi tentang bagaimana asupan yang cukup berperan penting dalam

menjaga kualitas performa.

2. Bagi pemusatan latihan nasional (pelatnas) dapat memberikan gambaran

mengenai kecukupan gizi dan pentingnya gizi yang baik bagi setiap atlet,

dan diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan prestasi.

Page 18: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh dewasa”. Secara lebih luas, remaja mencakup

usia kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Awal masa remaja

berlangsung pada usia 13 tahun hingga 17 tahun, dan akhir masa remaja

berlangsung dari usia 17 tahun hingga 18 tahun, yaitu usia matang secara

hukum (Hurlock 2000). Menurut Almatsier et al. (2011) rentang usia remaja

adalah 10-18 tahun. Masa remaja merupakan masa perubahan serta

peningkatan pertumbuhan yang disertai dengan perubahan-perubahan

hormonal, kognitif, dan emosional. Usia remaja merupakan periode rentan gizi

karena berbagai sebab yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena

peningkatan pertumbuhan dan perkembangan fisik, perubahan gaya hidup dan

kebiasaan makan remaja mempengaruhi asuan dan kebutuhan gizinya, remaja

mempunyai kebutuhan gizi khusus yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan

olahraga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet secara

berlebihan, pecandu alkohol atau obat terlarang.

Sebagai seorang remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik yang

pesat, kebutuhan energi akan lebih besar karena selain energi diperlukan untuk

pertumbuhan fisiknya, juga karena lebih banyak melakukan aktifitas fisik, seperti

olahraga dan bermain, selain kegiatan rutin sebagai pelajar. Menurut Tirtawinata

dan Soerjodibroto (1981) dalam Helinda (2000), bagi seorang olahragawan

remaja, karena masih dalam masa pertumbuhan, maka jumlah makanan yang

seimbang akan menunjang pertumbuhan fisik semaksimal mungkin. Diharapkan

dengan demikian tubuh akan mencapai bentuk yang paling optimal bagi cabang

olahraga yang ditekuni ole masing-masing olahragawan.

Olahraga Taekwondo

Taekwondo, adalah salah satu dari banyak bentuk seni bela diri yang

awalnya dikembangkan lebih dari 120 abad yang lalu di Korea. Kata Taekwondo

berasal dari kata “tae” untuk memukul menggunakan kaki, “kwon” memukul

menggunakan tinju, dan “do” untuk melakukan dengan mengacu pada seni.

Istilah ini secara langsung diterjemahkan ke dalam seni menendang dan

meninju. Taekwondo merupakan seni bela diri yang unik dengan menggunakan

tendangan dan teknik yang dominan. Beberapa waktu terakhir, taekwondo telah

Page 19: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

5

berubah dari kemampuan bela diri Korea selama perang menjadi olahraga

internasional yang diakui (Lee MG & Kim MG 2007).

Taekwondo merupakan cabang olahraga yang menyajikan kategori berat

badan yang dapat disebut juga weight cycling misalnya terjadi kehilangan berat

badan secara cepat akibat beberapa metode yaitu mengkonsumsi makanan

secara terbatas atau keadaan dehidrasi yang ekstrim (Rossi et al. 2009). Pada

cabang olahraga ini terdapat pengklasifikasian / pengelompokan jenis

pertandingan menurut berat badan atlet. Taekwondo berkaitan langsung dengan

kemampuan untuk bergerak secara licah, cepat dan kuat. Dalam suatu

pertandingan, seorang atlet harus menguasai teknik menyerang dan bertahan.

Kemampuan tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam perolehan nilai selama

pertandingan. Menurut Kazemi et al. (2010), dalam taekwondo, nilai dapat

diperoleh dengan menggunakan teknik kaki yaitu dengan menggunakan

beberapa bagian kaki seperti bagian bawah pergelangan kaki atau teknik

meninju ke bagian tubuh lawan. Pada tahun 2003, peraturan berubah untuk

memperkenalkan peningkatan perolehan nilai. Penambahan 2 poin untuk setiap

teknik yang mengarah ke bagian kepala, dan 1 poin untuk teknik yang mengarah

bagian badan.

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan

keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang

bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku

yang telah tersedia. Banyak cara untuk melakukan penilaian status gizi terhadap

individu yaitu dengan cara penilaian status gizi secara antropometri, secara

biokimia, secara klinis dan juga dengan asupan pangan (Arisman 2004).

Menurut Gibson (2005) metode antropometri merupakan pengukuran

ukuran tubuh dan komposisi tubuh secara kasar. Pengukuran ini dapat berubah-

ubah sesuai dengan usia dan juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.

Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan

penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri mempunyai

keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang

tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain. Pengukuran

antropometri dapat digunakan dengan cepat, mudah, dan dapat dipercaya.

Metode antropometri menggunakan pengukuran-pengukuran dimensi fisik dan

komposisi tubuh. Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan derajat gizi,

Page 20: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

6

sehingga bermanfaat terutama pada keadaan dimana terjadinya

ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis. Antropometri juga dapat

digunakan untuk mendeteksi malnutrisi derajat sedang dan berat. Keuntungan

lain dari pengukuran antropometri adalah memberikan informasi tentang riwayat

gizi masa lampau, hal ini tidak dapat diperoleh (dengan tingkat kepercayaan

yang sama) dengan menggunakan teknik penilaian lainnya (Riyadi 2003).

Penilaian status gizi dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang

berkaitan dengan asupan gizi. Penilaian status gizi adalah upaya

menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui beberapa cara yaitu

penilaian antropometri, konsumsi pangan, biokimia, dan klinik. Informasi ini dapat

digunakan untuk menetapkan status kesehatan individu atau kelompok

penduduk yang dipengaruhi oleh konsumsi dan utilisasi zat gizi (Gibson 2005).

Pengukuran antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan,

berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps, subscapula

dan suprailiac). Pengukuran antropometri bertujuan untuk mengetahui status gizi

berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan

tinggi badan menurut umur, berat badan menurut tinggi badan, lingkar lengan

atas menurut umur, dan lingkar lengan atas menurut tinggi badan. Pengukuran

status gizi secara antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan

karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu : alat mudah diperoleh, pengukuran

mudah dilakukan, biaya murah, hasil pengukuran mudah disimpulkan, dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan dapat mendeteksi riwayat gizi masa

lalu (Irianto 2007). Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5

hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi

menggunakan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U). Nilai indeks massa

tubuh menurut IMT/U disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori status gizi menurut IMT/U berdasarkan WHO (2007) Kategori IMT/U Simpangan baku

Obese >+2 SD Gemuk +1 SD sampai dengan +2 SD Normal -2 SD sampai dengan +1 SD Kurus -3 SD sampai <-2 SD Sangat kurus <-3 SD

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan

yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu

tertentu. Konsumsi pangan berkaitan dengan masalah gizi dan kesehatan,

Page 21: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

7

masalah pengupahan (kebutuhan hidup minimal), ukuran kemiskinan, serta

perencanaan ketersediaan dan produksi pangan daerah (Hardinsyah et al.

2002). Konsumsi pangan diartikan sebagai jumlah makanan yang dinyatakan

dalam bentuk energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral). Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik

kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan

adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang

(Soediaoetama 2008).

Survei atau penilaian konsumsi pangan adalah salah satu metode yang

digunakan dalam penentuan tingkat asupan gizi perorangan atau kelompok.

Dalam melakukan penilaian konsumsi pangan banyak terjadi bias yang

disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaksesuaian dalam menggunakan

alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai

dengan tujuan, kemampuan dalam mengumpulkan data, daya ingat responden,

dan daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan

yang dikonsumsi responden sehingga interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh

karena itu, perlu pemahaman yang baik dalam melakukan survei konsumsi

pangan baik untuk individu, kelompok, maupun rumah tangga. Walaupun data

konsumsi pangan sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status

gizi, namun survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau

masyarakat secara langsung. Metode kuantitatif juda dapat menghitung

konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga

(URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak

(DPM). Metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain

metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode

telepon (recall), metode pendaftaran makanan (food list) (Supariasa et al. 2001).

Recall selama 24 jam dapat dilakukan secara berulang dalam waktu yang

berbeda dalam setahun untuk memperkirakan rata-rata konsumsi pangan

individu untuk jangka waktu yang lebih panjang. Jumlah pengulangan yang

dibutuhkan untuk menggambarkan kebiasaan asupan gizi bergantung pada

derajat presisi yang diinginkan serta zat-zat gizi dan kelompok populasi yang

ingin diteliti. Pada umumnya, bila prosedur penentuan sampel dilakukan baik

dengan memperhitungkan pengaruh akhir pekan, musim, dan hari libur terhadap

Page 22: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

8

pola makan, sehingga hasilnya dapat memperkirakan konsumsi pangan secara

keseluruhan (Almatsier et al. 2011).

Pada olahragawan, pengaturan makanan yang tepat berdasarkan cabang

olahraganya akan menunjang performa dan prestasi para olahragawan.

Makanan yang baik bagi para olahragawan adalah makanan yang seimbang

(balanced diet), yaitu makanan yang disusun tidak hanya disesuaikan dengan

kebutuhan energi dalam bentuk kalori saja tetapi juga harus memperhatikan

komposisi makanannya (Depkes 1993).

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Atlet

Menurut Almatsier (2005) aktifitas fisik memerlukan energi di luar

kebutuhan untuk metabolisme basal. Pada saat melakukan aktifitas fisik, otot

memerlukan tambahan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan

jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-

zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari

tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan selama aktifitas fisik bergantung pada

banyaknya otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang

dilakukan. Oleh sebab itu, kecukupan gizi seseorang yang melakukan aktifitas

fisik seperti atlet lebih besar dibandingkan orang biasa.

Energi

Energi dibutuhkan antara lain untuk metabolism basal (BMR = Basal

Metabolism Rate) dan aktifitas fisik. Kebutuhan gizi menggambarkan jumlah zat

gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu. Konsumsi energi

berada di atas atau di bawah kebutuhan secara terus menerus, maka berat

badan atau komposisi badan akan mengalami perubahan (Karyadi & Muhilal

1991). Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), angka kecukupan energi

adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan

pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat),

dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat. Pada olahragawan yang sedang

melakukan latihan, dibutuhkan kurang lebih 3000-3500 kkal per hari

(Sumosardjuno 1990). Menurut rekomendasi ADA (2001) dalam Kazemi et al.

(2010), asupan energi untuk individu yang memiliki aktifitas fisik tinggi dapat

bervariasi antara 2000-6000 kkal/hari.

Karbohidrat

Hidrat arang merupakan sumber energi utama bagi manusia sehingga

dapat disebut juga dengan zat tenaga. Hidrat arang yang terdapat dalam

Page 23: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

9

makanan adalah pati, sukrosa, laktosa, dan fruktosa (Beck 2011). Pada atlet,

kecukupan zat gizi berbeda dari rata-rata masyarakat karena aktifitas atlet tidak

sama dengan masyarakat umum serta terdapat kondisi-kondisi tertentu pada

atlet yang harus ditunjang oleh nutrisi yang tepat. Energi diperlukan antara lain

untuk metabolisme basal dan aktifitas fisik. Energi pada manusia sebagian besar

berasal dari makanan sumber hidrat arang (Depkes 1993).

Para pekerja berat termasuk olahragawan yang melakukan aktifitas berat,

kebutuhan karbohidratnya dapat mencapai 9-10 gr/kg BB/hari atau kurang lebih

70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari dan sebaiknya mengandung

karbohidrat kompleks. Sekitar 80% atau lebih karbohidrat yang diberikan

sebaiknya berupa karbohidrat kompleks dan gula sederhana sebaiknya kurang

dari 20% (Irianto 2007). Menurut Degoutte et al. (2003), meskipun konsumsi ideal

untuk taekwondo belum ditetapkan, asupan rendah dapat mencegah resintesis

glikogen dan kurang dari 500 g/hari adalah jumlah yang cukup untuk

menggantikan kehilangan setelah latihan.

Protein

Protein tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein

dalam makanan merupakan satu-satunya sumber nitrogen bagi tubuh. Protein

dalam makanan mampu menggantikan protein yang hilang selama proses

metabolisme yang normal serta dapat digunakan sebagai sumber energi (Beck

2011). Olahragawan yang sedang dalam masa pertumbuhan akan berkembang

dengan baik apabila diberikan protein yang cukup untuk perkembangan

tubuhnya, termasuk otot-ototnya. Protein sebanyak kurang lebih 20% dalam

makanan adalah sangat baik (Sumosadjuno 1990).

Menurut Irianto (2007), atlet dari cabang olahraga yang memerlukan

kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gr/kg BB/hari dan atlet

endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gr/kg BB/hari. Proporsi protein berubah

sesuai dengan jumlah energi total perhari yang meningkat dan sebaiknya

separuhnya berasal dari protein hewani. Atlet juga sebaiknya mengkonsumsi

pangan yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas protein. Akan tetapi, atlet

tidak dianjurkan mengkonsumsi pangan sumber protein dalam jumlah berlebih.

Asupan protein yang berlebih akan diubah menjadi lemak tubuh dan

menyebabkan diuresis sehingga dapat menyebabkan dehidrasi (Depkes 1993).

Page 24: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

10

Lemak

Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak memiliki nilai

energi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hidrat arang atau

karbohidrat., protein, ataupun alkohol (Beck 2011). Kebutuhan lemak sangat baik

apabila komposisi lemak yang terdiri dari lemak jenuh dan tak jenuh seimbang

(Sumosardjuno 1989). Latihan olahraga dapat meningkatkan kapasitas otot

dalam menggunakan lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga yang lama

yang mampu melindungi pemakaian glikogen dan memperbaiki kapasitas

ketahanan fisik.

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang

yang berprofesi bukan sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang

mengandung lemak 15-30%, sedangkan kebutuhan lemak atlet berkisar antara

20-25% dari total energi yang dibutuhkan (Depkes 1993). Konsumsi energi dari

lemak dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi per hari (Irianto 2007). Menurut

ADA (1993), secara umum, asupan lemak pada atlet dan praktisi dengan aktifitas

fisik tinggi tidak boleh melebihi 30% dari total energi atau 1 g/kg/hari, proporsi

tersebut terdiri dari asam lemak esensial (10 % dari asam lemak jenuh dan asam

lemak tidak jenuh rantai panjang).

Vitamin

Vitamin adaah zat-zat rganik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

yang sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh

karena itu, harus diperoleh dari bahan makanan. Vitamin bersifat organik

sehingga vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Vitamin

termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemelihara kehidupan.

(Almatsier 2005). Menurut Fatmah dan Ruhayati (2011) pada aktifitas olahraga,

kegiatan metabolisme zat gizi akan terjadi peningkatan seiiring dengan

meningkatnya kebutuhan akan zat-zat gizi termasuk vitamin. Vitamin berperan

dalam mengatur fungsi tubuh, misalnya memacu dan memelihara : pertumbuhan,

reproduksi, kesehatan dan kekuatan tubuh, stabilitas sistem syaraf, selera

makan, pencernaan, dan penggunaan zat-zat makanan lainnya. Selain itu

vitamin berperan sebagai antioksidan yakni zat untuk menghindarkan terjadinya

radikal bebas. Jenis vitamin yang termasuk zat antioksidan diantaranya vitamin

A, dan vitamin C (Irianto 2007).

Vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama

ditemukan dan merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan

Page 25: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

11

prekursor / provitamin A / karotenoid yang mempunyai aktifitas biologik seperti

retinol. Fungsi utama dari vitamin A adalah sebagai bagian yang vital pada

sistem penglihatan (Wolinsky & Driskell 2006). Vitamin A selain berperan dalam

proses penglihatan juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2005).

Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam diferensiasi sel, oleh

sebab itu asupan vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan

performa atlet dan pemulihan latihan. Menurut Wolinsky dan Driskell (2006)

asupan vitamin A yang dianjurkan bagi atlet yang berumur diantara 14-18 tahun

sebaiknya lebih dari 900 µgRE dan tidak melebihi 2800 µgRE.

Vitamin C. Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam

askorbat merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam sintesis

kolagen, katekolamin, serotonin dan karnitin di dalam tubuh. Vitamin C atau

asam askorbat merupakan antioksidan yang sangat kuat dalam menangkal

radikal bebas. Vitamin C juga berguna dalam absorbsi, peredaran, dan juga

cadangan zat besi, serta dibutuhkan untuk pembentukan jaringan ikat (Beck

2011). Dalam aktifitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun,

mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan

melindungi sel dari ancaman radikal bebas (Chen 2000). Olahragawan perlu

mengonsumsi vitamin yang lebih besar, karena konsumsi vitamin C yang cukup

dapat menghambat terbentuknya asam laktat dalam otot yang dapat

menyebabkan kelelahan (Sumosardjuno 1990).

Kecukupan vitamin C yang dianjurkan WKNPG 2004 untuk pria remaja

adalah sebanyak 50-90 mg per hari, sedangkan untuk wanita remaja adalah

sebanyak 50-75 mg per hari. Namun jumlah tersebut dapat melebihi anjuran, hal

ini dikarenakan terdapat beberapa aktifitas fisik yang terkadang menurunkan

kadar vitamin C di dalam tubuh. Menurut Wolinsky dan Driskell (2006), asupan

vitamin C bagi atlet dapat bervariasi dari 100 mg hingga 1000 mg per hari

bergantung kepada aktifitas yang dilakukan.

Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun

fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral berperan dalam berbagai tahap

metabolisme, terutama kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim (Almatsier 2005).

Page 26: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

12

Menurut Irianto (2007) secara umum fungsi mineral bagi tubuh adalah sebagai

berikut : menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan gigi,

membantu fungsi organ, kontraksi otot, konduksi syaraf, keseimbangan asam

basa, serta memelihara keteraturan metabolisme seluler. Khusus bagi

olahragawan, perhatian utama harus diberikan pada status zat besi dan kalsium.

Zat besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin dan sebagai alat

angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sedangkan kalsium dalam

cairan ekstraseluler dan intraseluler memegang peranan penting dalam mengatur

fungsi sel seperti untuk transmisi syaraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan

menjaga permeabilitas membran sel.

Kalsium. Menurut Irianto (2007) kalsium merupakan salah satu mineral

makro yaitu mineral yang diperlukan oleh tubuh lebih dari 100 mg/hari. Kalsium

adalah mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, lebih dari 99% kalsium

terdapat dalam tulang. Kalsium tambahan diperlukan dalam keadaan tertentu,

seperti masa pertumbuhan mulai dari anak-anak hingga usia remaja, pada saat

hamil, dan selama laktasi (Beck 2011). Menurut Kartono dan Soekatri (2004)

anak yang masih tumbuh dan kembang seperti remaja memerlukan

pembentukan tulang yang lebih banyak daripada orang tua. Oleh sebab itu atlet

remaja masih sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalsium

dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Atlet yang masih remaja

memerlukan kalsium yang jumlahnya relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan

tulangnya. Kecukupan kalsium yang dianjurkan oleh WKNPG 2004 untuk remaja

baik pria maupun wanita yang berumur 15-16 tahun adalah sebanyak 1000 mg

setiap harinya.

Zat Besi. Menurut Irianto (2007) zat besi (Fe) merupakan salah satu

mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kurang dari 100 mg/hari atau dapat disebut

juga dengan mineral mikro. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling

banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di

dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi sangat penting dalam pembentukan

hemoglobin dan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.

(Almatsier 2005). Menurut Sumosardjuno (1990) pada olahragawan, konsumsi

Fe dalam jumlah yang cukup sangat dianjurkan karena diketahui bahwa zat besi

mudah hilang melalui keringat. Kebanyakan atlet wanita dan sebagian atlet pria

mengalami kekurangan zat besi sehingga sukar untuk memperbaiki

Page 27: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

13

penampilannya. Apabila seorang olahragawan kekurangan zat besi secara terus

menerus, maka akan cepat lelah dan lambat masa pemulihannya.

Kandungan total zat besi dalam tubuh sangat sedikit dan pada seseorang

dengan ukuran badan rata-rata, diperkirakan kandungan zat besinya sekitar 4

mg. Zat besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin yang memegang

peranan penting dalam pengangkutan oksigen serta karbon dioksida antara

paru-paru dan jaringan (Beck 2011). Kecukupan zat besi yang dianjurkan oleh

WKNPG tahun 2004 untuk remaja pria berumur 13-15 tahun adalah sebanyak 19

mg, sedangkan untuk remaja pria berumur 16-18 tahun sebanyak 15 mg.

Kecukupan besi untuk remaja wanita berumur 13-15 dan 16-18 tahun sebanyak

26 mg.

Kebugaran

Kebugaran didefinisikan secara umum sebagai rangkaian kemampuan

seseorang untuk mengerjakan aktifitas fisik secara spesifik (Fatmah & Ruhayati

2011). Kebugaran jasmani adalah sekumpulan luaran yang telah dicapai oleh

seseorang, sebagai tujuan utama dari aktifitas fisik secara berkelanjutan (Bovet

et al. 2007; Caspersen et al. 1985). Secara umum, komponen kebugaran dibagi

menjadi dua kategori yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, dan

kebugaran yang berhubungan dengan olahraga/keterampilan. Kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan digambarkan kemampuan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan rendahnya resiko

terhadap penyakit degeneratif dengan komponen daya tahan kardiorespiratori,

kebugaran muskuloskeletal (daya tahan otot, fleksibilitas), dan komposisi tubuh

yang optimal. Kebugaran yang berkaitan dengan olahraga atau keterampilan

digambarkan dengan kemampuan dalam melakukan gerakan-gerakan fisik

dalam aktifitas atletik atau olahraga. Komponennya terdiri dari kekuatan,

kecepatan, daya tahan dan skill motorik neuromuskular yang spesifik terkait

olahraga dari atlet (Williams 1989).

VO2 Max

Kebugaran dapat diukur melalui jumlah oksigen yang dikonsumsi saat

berolahraga/latihan pada kapasitas maksimum. VO2 max adalah jumlah oksigen

dalam milliliter yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan

(ml/kg /menit). Nilai VO2 max seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain, 1) kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk menggunakan

oksigen dalam mengurai bahan bakar dan 2) kemampuan gabungan sistem

Page 28: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

14

jantung dan paru untuk mengangkut oksigen ke sistem jaringan otot. Beberapa

studi menyatakan bahwa nilai VO2 max seseorang dapat ditingkatkan dengan

melakukan aktifitas yang mampu meningkatkan denyut jantung secara

maksimum hingga 65-85% selama 20 menit pada 3-4 kali seminggu. Nilai rata-

rata VO2 max untuk atlet-atlet laki-laki adalah sekitar 3,5 liter/menit dan untuk

atlet-atlet wanita sekitar 2,7 liter/menit. (Mackanzie 2001).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frachini et al. (2007), ditemukan

bahwa rentang VO2 max atlet judo adalah 50-60 ml/kg/menit. Atlet judo dengan

nilai VO2 max yang tinggi memberikan keuntungan selama pertandingan

(combat) dengan maksimal durasi 5 menit karena usaha yang relatif lebih rendah

dibandingkan dengan atlet yang memiliki nilai VO2 max yang lebih rendah.

Multistage fitness test merupakan salah satu tes kebugaran bertingkat

yang sering digunakan untuk mengetahui asupan maksimum oksigen atlet (VO2

max). Keuntungan menggunakan metode ini antara lain mudah dalam

pengaturan dan digunakan, pengukuran terhadap sekelompok orang sekaligus

pada waktu yang bersamaan sehingga dapat meminimalkan biaya, serta dapat

dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Kekurangan dari penggunaan metode

ini adalah banyak faktor yang mempengaruhi hasil tes seperti jika tes dilakukan

di luar ruangan maka faktor lingkungan akan mempengaruhi hasilnya.

(Mackanzie 1999).

Flexibility (Kelentukan)

Flexibility / kelentukan menurut Kirkendall et al. (1980) adalah

kemampuan tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan

dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan.

Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya gerakan

bagian-bagian tubuh. Kelentukan gerak tubuh pada persendian tersebut, sangat

dipengaruhi oleh : elastisitas otot, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta

kualitas sendi itu sendiri. Kelentukan dapat menjadi bagian dari kebugaran

karena kelentukan dapat menunjukkan kekuatan sistem muskuloskeletal atau

sistem gerak seseorang. Terkait dengan kesehatan, maka kelentukan

merupakan salah satu parameter kesembuhan akibat cedera dan penyakit-

penyakit terkait sistem muskuloskeletal.

Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau

balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan

flexometer. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009). Metode sit and reach

Page 29: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

15

test adalah salah satu metode yang dilakukan untuk pengukuran kelentukan

seseorang yang dilakukan dengan cara berdiri di atas balok kemudian

membungkukkan badan sejauh mungkin dengan posisi kaki dan tangan lurus

kebawah. Tangan mencapai balok akan dihitung dengan nilai (+) sedangkan

tangan yang tidak bisa mencapai balok akan dihitung dengan nilai (-) dengan

satuan centimeter (Anonim 2009).

Daya Tahan Otot

Salah satu unsur kesegaran jasmani yang sangat penting adalah daya

tahan. Dengan daya tahan yang baik, performa atlet akan tetap optimal dari

waktu ke waktu karena memiliki waktu menuju kelelahan yang cukup panjang.

Hal ini berarti bahwa atlet mampu melakukan gerakan, yang dapat dikatakan,

berkualitas tetap tinggi sejak awal hingga akhir pertandingan. Daya tahan otot

adalah kemampuan otot rangka atau sekelompok otot untuk meneruskan

kontraksi pada periode atau jangka waktu yang lama dan mampu pulih dengan

cepat setelah lelah. Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui metabolisme

aerob maupun anaerob. Daya tahan diperlukan untuk bekerja dalam durasi yang

panjang (Parahita 2009). Menurut Fatmah & Ruhayati (2011) tes yang dapat

digunakan untuk mengukur daya tahan otot meliputi pull up, sit up, dan push up.

Page 30: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

KERANGKA PEMIKIRAN

Pemusatan latihan nasional merupakan kegiatan pelaksanaan program

pelatihan dan pembinaan dalam jangka waktu tertentu yang terpusat di dalam

suatu lingkungan tertentu dimana atlet dapat tinggal bersama dan melakukan

kegiatan sehari-hari sesuai dengan program pelatihan dicabang olahraga

tertentu. Dalam penelitian ini pemusatan latihan nasional yang dilaksanakan

pada cabang olahraga taekwondo.

Setiap atlet memerlukan zat gizi yang sesuai dengan yang diperlukan

oleh tubuh untuk melakukan aktifitas pada saat latihan maupun bertanding. Atlet

taekwondo diberikan asuhan gizi berupa pengaturan makanan yang baik dari

penyelenggaraan makanan di pemusatan latihan nasional. Tujuan pengaturan

makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi makro

maupun mikro sehingga mampu menjaga stamina dan mempertahankan status

gizi.

Stamina yang baik dapat dilihat dari kondisi kebugaran atlet. Pengukuran

tingkat kebugaran seseorang dapat dilakukan dengan serangkaian tes yang

secara spesifik mengukur komponen kebugaran jasmani. Komponen kebugaran

kardiorespiratori dapat diukur menggunakan bleep test sedangkan komponen

kebugaran muskuloskeletal meliputi kekuatan, ketahanan, dan kelentukan.

Berbagai komponen muskuloskeletal ini dapat diukur melalui beberapa tes

seperti sit up, squat jump, serta tes duduk raih. Kerangka berpikir hubungan

konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran disajikan pada

Gambar 1.

Page 31: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

17

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran

Tingkat Kebugaran (VO2 Max, Flexibility dan Daya Tahan Otot)

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Aktifitas Fisik

Status Gizi

Prestasi Atlet Taekwondo

Pengaturan Makanan

Penyelenggaraan

Makanan Pelatnas

Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan

Makanan dari Luar

Page 32: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional

Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor.

Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena pemusatan latihan nasional

merupakan wadah untuk pembinaan dan pelatihan atlet taekwondo nasional

yang akan mengikuti beberapa event internasional untuk mewakili negara

Indonesia. Atlet nasional tersebut mendapatkan beberapa fasilitas seperti

penginapan sehingga juga terdapat penyelenggaraan makanan pada pemusatan

latihan di Cipayung, Bogor.

Cara Pengambilan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah anggota populasi (atlet remaja

taekwondo nasional) sebanyak 25 orang. Cara pengambilan dilakukan secara

purposive sampling yang termasuk kedalam kriteria inklusi : usia 10-18 tahun,

dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk remaja (almatsier et al.

2011), sedang mendapatkan pelatihan dan pembinaan di pemusatan latihan

nasional, dapat diajak berinteraksi, dan bersedia berpartisipasi. Adapun kriteria

eksklusi antara lain : tidak berada di pelatnas ketika pengambilan data, dan tidak

mengikuti rangkaian tes fisik yang dilaksanakan oleh pelatnas. Berdasarkan

kriteria tersebut keseluruhan atlet dapat dijadikan sebagai contoh yaitu sebanyak

25 atlet, namun selama berlangsungnya pengambilan data penelitian terdapat 2

orang yang drop out karena tidak mengikuti tes fisik dan sedang mengikuti

kegiatan akademik di sekolah asal.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penyebaran

kuesioner. Data primer yang dikumpulkan antara lain : data karakteristik contoh

meliputi usia, jenis kelamin dan asal daerah dilakukan dengan menggunakan

kuesioner, data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan yang

dikumpulkan dengan mengukur secara langsung berat badan contoh

menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg sedangkan tinggi badan

contoh dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm, dan data

konsumsi pangan dengan metode food recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-

turut (sabtu, minggu, dan senin).

Page 33: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

19

Data sekunder diperoleh dari data administrasi pemusatan latihan

nasional Cipayung, Bogor yang meliputi :data keadaan umum dan fasilitas

pemusatan latihan nasional taekwondo, data jumlah dan susunan keorganisasian

di pemusatan latihan nasional taekwondo, dan data kebugaran (VO2 max,

flexibility, dan daya tahan otot), data VO2 max diperoleh dari multistage fitness

test atau bleep test, data flexibility diperoleh dari sit and reach test, dan data

daya tahan otot diperoleh dari tes sit up dan squat jump dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Berikut adalah jenis data, variabel, kategori penelitian dan cara

pengumpukan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kategori pengukuran data Jenis data Variabel Kategori pengukuran Cara pengumpulan

data

Karakteristik contoh

Usia 10-18 tahun Pengisian Kuesioner

Jenis kelamin 1.Laki-Laki 2.Perempuan

Asal daerah Beberapa daerah di Indonesia

Antropometri IMT/U IMT/U dengan kategori (WHO 2007): 1. Sangat kurus (Z skor < -3 sd) 2. Kurus (Z skor - 3 sd sampai dengan

< -2 sd) 3. Normal (Z skor ≥ - 2 sd sampai

dengan ≤ + 1 sd) 4. Gemuk (Z skor ≥ + 1 sd sampai

dengan + 2 sd) 5. Obese (Z skor > + 2 sd)

IMT/U dihitung dengan menggunakan WHO anthroplus 2007

Konsumsi pangan

Konsumsi pangan

Tingkat konsumsi energi dan protein (Gibson 2005) : 1. Defisit tingkat berat (<70%) 2. Defisit tingkat sedang (70-79%) 3. Defisit tingkat ringan (80-89%) 4. Normal (90-119%) 5. Kelebihan (≥120%)

Pengisian Kuesioner dan Wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan metode recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-turut

Tingkat konsumsi vitamin dan mineral (Gibson 2005) : 1. Kurang (<77%AKG) 2. Cukup (≥ 77%AKG)

Page 34: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

20

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data

dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang

(cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara

menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan

pengolahan data. Kemudian data dientri ke tabel yang sudah ada. Setelah itu

dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam

memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan

program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi

16 for windows. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi

Pearson dan uji beda Independent t-test. Analisis / uji statistik yang digunakan

pada penelitian ini antara lain : hubungan antara usia, berat badan, tinggi badan,

status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran (VO2

max, flexibility, dan daya tahan otot) diuji dengan menggunakan analisis korelasi

Pearson. Hubungan antara status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat

kebugaran (VO2 max, flexibility, dan daya tahan otot) pada jenis kelamin yang

berbeda dianalisis dengan uji beda Independent t-test.

Data karakteristik contoh diperoleh dengan cara wawancara langsung

dengan menggunakan pertanyaan yang ada pada kuesioner. Data karakteristik

contoh terdiri dari karakteristik individu (jenis kelamin, usia, daerah asal),

konsumsi pangan baik secara kualitatif (kebiasaan makan) maupun kuantitatif.

Data berat badan diperoleh dengan melakukan penimbangan langsung dengan

menggunakan timbangan injak. Data tinggi badan diperoleh dengan mengukur

tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtouise. Data

karakteristik contoh pada akhirnya akan memberikan gambaran mengenai

contoh. Data status gizi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia

contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007.

Software ini dapat digunakan pada usia 5-19 tahun.

Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk

menentukan zat gizi contoh yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A,

vitamin C, kalsium, dan zat besi. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT

kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan.

Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi dan zat gizi

dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

Page 35: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

21

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j

Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan

makanan –j

BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j

Untuk menentukan kecukupan energi contoh digunakan formula WKNPG

tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu.

Proses Estimasi AKE Remaja

AKE = (88,5 – 61,9U) + 26,7B (Akf) + 903TB + 25

Keterangan:

AKE = Angka kecukupan energi (kkal)

U = Usia (tahun)

B = Berat badan (kg)

Akf = Angka Aktifitas Fisik (disesuaikan pada masing-masing

individu)

TB = Tinggi badan (m)

Untuk vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan

angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan

energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat

gizi tersebut dengan menggunakan rumus.

TKG = (K/AKGI) x 100

Keterangan :

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi

K = Konsumsi zat gizi

AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa dinyatakan dalam persen.

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada tabel 3.

Page 36: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

22

Tabel 3 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi

Energi dan Zat Gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan

Energi dan protein a. Defisit tingkat berat (< 70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70 – 79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80 – 89% angka kebutuhan) d. Normal (90 – 119% angka kebutuhan) e. Di atas angka kebutuhan (≥ 120% angka kebutuhan)

Vitamin dan mineral a. Kurang (< 77% angka kebutuhan) b. Cukup (≥ 77% angka kebutuhan)

Sumber : Gibson (2005)

Data aktifitas fisik didapatkan dengan metode recall 1 x 24 jam selama 3

hari berturut-turut dengan mengisi kuesioner aktifitas fisik Menurut

FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktifitas fisik yang dilakukan seseorang dalam

24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity level) atau tingkat aktifitas fisik.

PAL ditentukan dengan rumus berikut:

PAL = ∑ (PAR x Alokasi Waktu Tiap Aktifitas) 24 Jam

Keterangan :

PAL = Physical activity level (tingkat aktifitas fisik)

PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis

aktifitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktifitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis

kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Kategori aktifitas berdasarkan nilai PAR Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1

PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1,2

PAL3 Duduk sambil menonton TV 1,72

PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1,5

PAL5 Makan dan minum 1,6

PAL6 Jalan santai 2,5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2,4

PAL9 Menjaga anak 2,5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2,75

PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1,7

PAL12 Kegiatan berkebun 2,7

PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1,3

PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1,6

PAL15 Olahraga (badminton) 4,85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6,5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3,6

PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7,5

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Page 37: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

23

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori menurut

FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL

Aktifitas Sangat Ringan < 1,40 Aktifitas Ringan 1,40- 1,69 Aktifitas Sedang 1,70-1,99 Aktifitas Berat 2,00-2,40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Definisi Operasional

Atlet taekwondo nasional adalah atlet yang menjalani rangkaian tes dari

pemusatan latihan nasional seperti fisik, teknik, kecepatan, dan

kesehatan di Pusdikkes Kodiklat TNI AD dan Laboratorium Universitas

Negeri Jakarta.

Contoh adalah atlet nasional taekwondo yang berada di pemusatan latihan

nasional.

Daya tahan otot adalah kemampuan atlet dalam menghasilkan kekuatan dan

kemampuan untuk melakukan dan mempertahankan suatu gerakan

selama mungkin yang diukur dengan tes sit up dan squat jump.

Flexibility adalah kemampuan atlet untuk menekuk, meregang dan memutar

tubuhnya yang diukur dengan sit and reach test.

Kebugaran atlet adalah kemampuan atlet untuk melakukan kegiatan sehari-hari

tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental dan

masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk digunakan pada

waktu senggang dan untuk keperluan mendadak yang diukur melalui VO2

max, flexibility, dan daya tahan otot

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh atlet,

data diperoleh dengan recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-turut, yaitu

recall dilakukan pada hari sabtu, minggu dan senin.

Status gizi atlet adalah keadaan kesehatan tubuh atlet yang ditentukan melalui

Indek Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dan dikelompokkan menjadi 5

kategori: Sangat Kurus = < -3 sd, Kurus = -3 sd sampai dengan < -2 sd,

Normal = ≥ -2 sd sampai dengan +1 sd, Gemuk = ≥ +1 sd sampai dengan

+2 sd, Obese = Z-score ≥ +2 sd (WHO 2007).

Tingkat kecukupan zat gizi adalah perbandingan konsumsi dari rata-rata zat

gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang

dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) dan dinyatakan

dalam persentase.

Page 38: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

24

VO2 max adalah volume maksimum oksigen yang dapat digunakan per menit

satuan yang digunakan adalah ml/kg/menit.

Page 39: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Garuda Emas 2012 adalah

kegiatan pelaksanaan program pelatihan dalam jangka waktu tertentu yang

terpusat di dalam suatu lingkungan tertentu dimana atlet dapat tinggal bersama

dan melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan program pelatihan dicabang

olahraga taekwondo. Pelatnas memiliki ciri-ciri khusus antara lain : pada

umumnya berlangsung lebih lama (lebih dari 1 bulan sampai beberapa tahun),

konsumen yang dilayani lebih homogen, satu atau beberapa cabang olahraga

saja serta adanya periodisasi latihan selama masa penyelenggaraan makanan

(Depkes 1993). Ciri-ciri tersebut menyebabkan adanya peraturan-peraturan gizi

khusus yang perlu dilaksanakan oleh tim medis yang bertanggung jawab dalam

pemusatan latihan nasional.

Pemilihan atlet juga didasarkan atas hasil pengamatan dan seleksi yang

dilakukan Komisi Kepelatihan PBTI terhadap atlet-atlet di berbagai daerah yang

dinilai punya potensi. Para atlet juga menjalani rangkaian tes seperti tes fisik,

teknik, kecepatan, serta tes kesehatan di Pusdikkes Kodiklat TNI AD dan

Laboratorium Universitas Negeri Jakarta. Atlet yang terpilih akan mendapatkan

pelatihan dan pembinaan dari pelatnas selama 6 bulan yaitu sejak bulan Januari

2012 hingga bulan Juni 2012. Dalam waktu tersebut para atlet diproyeksikan

untuk mengikuti 6 kejuaraan. Di antaranya Kejuaraan Dunia Yunior di Mesir pada

4-8 April, Kejuaraan Asia Yunior di Vietnam pada 25-27 April, Kejuaraan Asia di

Vietnam pada 28-30 April, Kejuaraan Asia Poomsae di Vietnam pada 1-2 Mei,

Kejuaraan Yunior Poomsae di Vietnam pada 3-4 Mei, dan Kejuaraan Dunia

Universitas di Korea Selatan pada 25-30 Mei. Bagi atlet yang terpilih dan masih

sekolah di tingkat SMP dan SMU tetap mendapatkan bimbingan pelajaran setiap

hari selama 2 jam yang orientasinya sudah distandarkan dengan sekolah umum.

Penyediaan makanan bagi atlet pada pelatnas Garuda Emas 2012

dilakukan oleh Hotel Mars 91 yang berada di Cipayung, Bogor. Dalam hal ini,

pelayanan konsumsi menjadi bagian dari pelayanan akomodasi. Menu yang

disajikan telah diatur oleh tim medis Pelatnas Garuda Emas 2012 yaitu dengan

menggunakan siklus menu 10 hari. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari

kebosanan atlet terhadap makanan yang disajikan. Sebagian besar waktu para

atlet dihabiskan di pelatnas sehingga kegiatan makan baik makan pagi, siang,

dan malam dilakukan di pelatnas. Oleh sebab itu, pihak penyelenggara harus

Page 40: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

26

benar-benar memperhatikan susunan menu, kebersihan dan penampilannya

agar para atlet tertarik untuk mengonsumsi hidangan. Asmuni (1979) dalam

Karfarina (2002) mengungkapkan penyelenggaraan makan atlet hendaknya

memperhatikan hal-hal seperti hal berikut : (1) memenuhi syarat-syarat gizi, (2)

tampak menarik, (3) bervariasi agar tidak membosankan, (4) menurut cita rasa /

selera konsumen, (5) terdiri dari bahan-bahan makanan yang biasa digunakan

dan terdapat di pasaran setempat, (7) sesuai dengan agama / kepercayaan

konsumen, (8) memberikan rasa puas, (9) jumlah makanan sesuai dengan daya

tampung lambung. Pendistribusian makanan di Pelatnas Taekwondo Cipayung

menggunakan sistem prasmanan dimana para atlet dapat mengambil sendiri

makanan yan telah tersedia di ruang makan sesuai dengan selera masing-

masing. Kelemahan dengan sistem ini adalah tidak tercukupinya kebutuhan

energi dan zat gizi atlet serta tidak meratanya konsumsi energi dan zat gizi atlet

karena atlet memilih makanan tidak berdasarkan kebutuhan tetapi kesukaan

terhadap makanan tertentu sehingga pada suatu saat atlet dapat mengonsumsi

makanan yang tinggi zat gizi tertentu namun rendah zat gizi lainnya.

Struktur Pelatnas dibawah tanggung jawab Ketua Umum PBTI (Pengurus

Besar Taekwondo Indonesia). Pelatnas Garuda Emas 2012 terdiri dari dewan

penasehat, komandan pelatnas, sekretaris/bendahara, koordinator pelatih,

koordinator kesehatan, serta koordinator logistik dan perlengkapan. Komponen

pelatnas ini memiliki saling keterkaitan dan kerja sama satu dengan yang lainnya.

Struktur Organisasi Pelatnas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Karakteristik Contoh

Karakterisitik merupakan suatu gambaran mengenai contoh meliputi sifat

maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial. Karakterisitik ini dibutuhkan

untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran contoh dalam penelitian.

Karakteristik yang diteliti meliputi jenis kelamin, daerah asal, usia, berat badan,

tinggi badan.

Jenis Kelamin

Contoh adalah atlet taekwondo remaja nasional secara keseluruhan (baik

laki-laki maupun perempuan) yang mengikuti pembinaan dan pelatihan khusus di

Cipayung, Bogor. Contoh yang dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini

adalah 25 orang yang diperoleh berdasarkan kriteria inklusi dari populasi

sebanyak 42 atlet taekwondo nasional, sehingga semua populasi digunakan

sebagai contoh dalam penelitian dengan metode purposive sampling. Akan

Page 41: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

27

tetapi, 1 orang atlet drop out karena tidak dapat melakukan tes kebugaran dan 1

orang atlet tidak mengisi kuesioner karena harus mengikuti kegiatan akademik di

sekolah asal. Oleh karena itu dari 25 contoh berdasarkan kriteria inklusi, terpilih

23 orang yang dijadikan sebagai contoh.

Gambar 2 Sebaran atlet taekwondo menurut jenis kelamin

Sebagian besar contoh yang mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus

atlet nasional di Cipayung, Bogor, berjenis kelamin perempuan (56,5%) dan

berjenis kelamin laki-laki (43,5%).

Usia

Atlet yang masuk ke pelatnas adalah atlet-atlet berprestasi yang tidak

memerlukan usia khusus untuk mengikuti program di pelatnas. Oleh sebab itu

usia contoh sedikit beragam. Sebaran atlet taekwondo menurut usia disajikan

pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran atlet taekwondo berdasarkan usia

Usia

Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan

Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)

10-12 tahun 0 0,0 1 7,7 13-15 tahun 2 20,0 5 38,5 16-18 tahun 8 80,0 7 53,8

Jumlah 10 100,0 13 100,0

Rata-rata usia contoh laki laki yaitu 16,22 ± 1,05 tahun dan contoh

perempuan yaitu 15,46 ± 1,67 tahun. Usia semua contoh yang diteliti tergolong

ke dalam usia remaja yaitu antara 10-18 tahun (Almatsier et al. 2011).

Daerah Asal

Pemusatan latihan nasional merupakan wadah yang dijadikan untuk

melatih dan sekaligus digunakan untuk tempat pembinaan atlet-atlet dari

berbagai daerah yang mempunyai potensi, bakat dan prestasi di cabang

Page 42: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

28

olahraga taekwondo. Atlet yang masuk di pelatnas berasal dari beberapa daerah

di Indonesia. Sebaran atlet menurut daerah asal disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran atlet taekwondo menurut daerah asal Daerah asal Jumlah (n) Persentase (%)

Sumatra Selatan 1 4,3 Riau 2 8,7 Jawa Tengah 10 43,5 Jawa Barat 8 34,8 D.I.Yogyakarta 2 8,7

Jumlah 23 100,0

Daerah asal contoh yang paling banyak adalah Jawa Tengah yaitu

sebanyak 10 atlet (43,5%). Asal daerah atlet terbanyak kedua yaitu Jawa Barat

sebanyak 8 orang atlet (34,8%), asal daerah berikutnya yaitu Riau dan D.I

Yogyakarta masing-masing sebanyak 2 orang atlet (8,7%), sedangkan untuk asal

daerah Sumatera Selatan sebanyak 1 orang dengan persentase 4,3%.

Pemilihan atlet di pelatnas ini tidak didasarkan pada subjektivitas dari

contoh. Pemilihan atlet dilakukan melalui seleksi dan pemilihan ketat yang

dilakukan oleh pelatih, pembina, maupun pengurus besar taekwondo indonesia

(PBTI) yaitu tes psikologi, tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes

keterampilan untuk cabang olahraga taekwondo. Selain itu, atlet pelatnas

direkomendasikan oleh atlet dari SMA Ragunan Jakarta.

Berat Badan

Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh meliputi

pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Sebaran atlet menurut berat badan

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Berat badan atlet taekwondo berdasarkan jenis kelamin

Berat Badan

Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan

Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)

41-45 0 0,0 3 23,1 46-50 1 10,0 4 30,8 51-55 6 60,0 6 46,2 56-60 2 20,0 0 0,0 61-65 1 10,0 0 0,0

Jumlah 10 100,0 13 100,0

Sebagian besar contoh laki-laki (60,0%) memiliki kisaran berat badan

antara 51-55 kg. Sebanyak 20,0%, contoh laki-laki memiliki berat badan antara

56-60 kg, sebanyak 10,0% contoh laki-laki memiliki berat badan antara 46-50 kg

dan sebanyak 10,0% contoh laki-laki memiliki berat badan antara 61-65 kg.

Sebagian besar contoh perempuan (46,2%) memiliki kisaran berat badan antara

51-55 kg. Sebanyak 30,8%, contoh perempuan memiliki berat badan antara 46-

50 kg, dan sisanya sebanyak 23,1% contoh perempuan memiliki berat badan

Page 43: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

29

antara 41-45 kg. Berdasarkan hasil uji beda Independent t-test dapat diketahui

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,009) antara berat badan pada

contoh laki-laki dengan contoh perempuan. Contoh laki-laki memiliki rata-rata

berat badan yaitu 50,67 ± 4,15 kg dan rata-rata berat badan contoh perempuan

yaitu 54,80 ± 3,87 kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut belum memenuhi

rata-rata berat badan standar untuk remaja menurut Widya Karya Pangan dan

Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu 55 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Tinggi Badan

Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu

168,50 ± 3,24 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu 160,47 ±

3,24 cm. Berdasarkan hasil uji beda Independent t-test dapat diketahui bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara tinggi badan pada contoh

laki-laki dengan contoh perempuan. Sebagian besar contoh laki-laki memiliki

kisaran tinggi badan antara 166-170 cm (40,0%) dan 171-175 cm (40,0%).

Sebanyak 20,0%, contoh laki-laki memiliki tinggi badan antara 161-165 cm.

Sebagian besar contoh perempuan (38,5%) memiliki kisaran tinggi badan antara

161-165 cm. Sebanyak 30,8%, contoh perempuan memiliki tinggi badan antara

151-155 cm, sebanyak 23,1% contoh perempuan memiliki tinggi badan antara

156-160 cm dan sisanya sebanyak 7,7% contoh perempuan memiliki tinggi

badan antara 166-170 cm. Sebaran tinggi badan contoh disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tinggi badan atlet taekwondo berdasarkan jenis kelamin

Tinggi badan

Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan

Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)

151-155 0 0,0 4 30,8 156-160 0 0,0 3 23,1 161-165 2 20,0 5 38,5 166-170 4 40,0 1 7,7 171-175 4 40,0 0 0,0

Jumlah 10 100,0 13 100,0

Karakteristik Antropometri

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau

sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan

penggunaan zat gizi. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan

konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Pengukuran

status gizi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode antropometri.

Untuk menentukan status gizi contoh terlebih dahulu ditentukan IMT contoh.

Penentuan status gizi contoh dilakukan dengan menggunakan indikator IMT/U

Page 44: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

30

yang direkomendasikan sebagai indikator penentuan status gizi untuk remaja

(Riyadi 2003).

Secara keseluruhan baik contoh laki-laki dan contoh perempuan memiliki

status gizi pada rentang -1,67 SD sampai dengan 0,84 SD dimana rentang

tersebut merupakan kategori status gizi normal menurut WHO (2007). Hasil uji

beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

nyata (p>0,05) antara status gizi pada contoh laki-laki dengan contoh

perempuan. Status gizi yang baik sangat penting bagi atlet karena dapat

meningkatkan kemampuan dan performa atlet (Williams 1989).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan

yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu

tertentu. Konsumsi pangan berkaitan dengan masalah gizi dan kesehatan,

masalah pengupahan (kebutuhan hidup minimal), ukuran kemiskinan, serta

perencanaan ketersediaan dan produksi pangan daerah (Hardinsyah et al 2002).

Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan

seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Survei

konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

pangan atau makanan yang dikonsumsi (Suhardjo et al 1988). Metode kuantitatif

juda dapat menghitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti

daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM),

dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Metode pengukuran konsumsi makanan

bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi makanan (food frequency), metode

dietary history, metode telepon (recall), metode pendaftaran makanan (food list)

(Supariasa et al 2001). Recall selama 24 jam dapat dilakukan secara berulang

dalam waktu yang berbeda dalam setahun untuk memperkirakan rata-rata

konsumsi pangan individu untuk jangka waktu yang lebih panjang. Jumlah

pengulangan yang dibutuhkan untuk menggambarkan kebiasaan asupan gizi

bergantung pada derajat presisi yang diinginkan serta zat-zat gizi dan kelompok

populasi yang ingin diteliti. Pada umumnya, bila prosedur penentuan sampel

dilakukan baik dengan memperhitungkan pengaruh akhir pekan, musim, dan hari

libur terhadap pola makan, sehingga hasilnya dapat memperkirakan konsumsi

pangan secara keseluruhan (Almatsier et al 2011).

Page 45: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

31

Frekuensi Makan

Frekuensi makan dan kebiasaan makan contoh digunakan untuk

mengetahui konsumsi pangan secara kualitatif. Menurut Khomsan (2000) dapat

menjadi kecukupan konsumsi gizi diartikan sebagai semakin tinggi frekuensi

makan, maka peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan semakin besar.

Frekuensi makan yang diukur pada penelitian ini adalah dalam satuan kali per

hari dengan menggunakan metode recall. Frekuensi makan contoh dapat dilihat

dari Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran atlet taekwondo menurut frekuensi makan

Frekuensi Makan Sebaran

Jumlah (n) Persentase (%)

1 kali 0 0,0 2 kali 1 4,3 3 kali 17 73,9 > 3 kali 5 21,7

Jumlah 23 100

Sebanyak 73,9% contoh memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali

setiap harinya, sedangkan sebanyak 5 contoh memiliki frekuensi makan lebih

dari 3 kali yaitu sebesar 21,7% dan sebanyak 1 contoh memiliki frekuensi makan

sebanyak 2 kali sehari yaitu sebesar 4,3%. Kebiasaan makan tiga kali sehari

pada contoh sudah dianggap cukup baik untuk menghindari terjadinya masalah

gizi (Suhardjo 1989).

Kebiasaan Makan

Atlet diharapkan memiliki kondisi fisik yang optimal selama menjalani

latihan yang intensif. Untuk mencapai kondisi yang optimal tersebut dibutuhkan

kebiasaan makan yang baik untuk mencapai gizi yang optimal dan akan

menghasilkan kondisi fisik yang prima bagi atlet. Kebiasaan makan contoh

diperoleh melalui hasil wawancara dengan menggunakan metode recall. Menurut

Suhardjo (1989) kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu konsumsi pangan, preferensi pangan (kesukaan atau ketidaksukaan

terhadap suatu pangan), ideologi terhadap makanan, dan faktor sosial budaya

seorang individu. Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan makan disajikan

pada Tabel 11.

Page 46: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

32

Tabel 11 Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan makan

Kebiasaan Makan Sebaran

Jumlah (n) Persentase (%)

Kebiasaan Sarapan

Selalu 18 78,3 Kadang-kadang 5 21,7 Jarang 0 0,0 Tidak pernah 0 0,0

Jumlah 23 100,0

Menu sarapan

Mie 1 4,3 Roti 8 34,8 Nasi+lauk pauk 11 47,8 Lainnya 3 13,0

Jumlah 23 100,0

Susunan menu siang hari

Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 17 73,9 Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 3 13,0 Nasi, lauk hewani 0 0,0 Lainnya 3 13,0

Jumlah 23 100,0

Susunan menu malam hari

Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 7 30,4 Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 12 52,2 Nasi, lauk hewani 0 0,0 Lainnya 4 17,4

Jumlah 23 100,0

Konsumsi fastfood

Selalu 2 8,7 Kadang-kadang 12 52,2 Jarang 9 39,1 Tidak pernah 0 0,0

Jumlah 23 100,0

Hasil recall mengenai kebiasaan makan pada contoh menunjukkan

bahwa sebagian besar contoh selalu membiasakan diri untuk sarapan yaitu

sebanyak 18 contoh dengan persentase 78,3% contoh. Menu sarapan yang

biasa dikonsumsi oleh sebagian besar contoh (48,7%) berupa nasi dan lauk

pauk. Makan siang contoh sebagian besar diisi dengan menu berupa nasi, lauk

hewani, lauk nabati, sayur dan buah (73,9%), sedangkan makan malam contoh

sebagian besar diisi dengan menu nasi, lauk hewani atau lauk nabati serta sayur

(52,2%). Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu,

konsumsi pangan, preferensi (kesukaan atau ketidaksukaan) makan, ideologi

terhadap makanan, dan faktor sosial budaya seorang individu. Untuk konsumsi

makanan cepat saji (fast food) sebagian besar contoh (52,2%) menyatakan

kadang-kadang mengkonsumsi fast food. Menurut Irianto (2007) penyediaan

makanan cepat saji memiliki kelebihan antara lain penyajian yang cepat

sehingga tidak menghabiskan waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana

saja, higienis, dianggap makanan modern. Namun fast food juga memiliki

kekurangan yaitu komposisi bahan makanan yang kurang memenuhi standar

Page 47: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

33

makanan sehat berimbang, antara lain kandungan lemak jenuh berlebihan

karena unsur hewani lebih banyak daripada nabati, kurang serat, kurang vitamin,

serta terlalu banyak sodium.

Kebiasaan Minum

Konsumsi cairan bagi seorang atlet sangat diperlukan untuk menjaga

status hidrasi tubuh. Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah

dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu,

pemberian cairan yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas

tubuh yang berlebihan. Sebaran atlet menurut kebiasaan minum disajikan pada

Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan minum

Kebiasaan minum Sebaran

Jumlah (n) Persentase (%)

Konsumsi air putih

5 gelas 0 0,0 > 5 gelas 2 8,7 7 gelas 1 4,3 ≥ 8 gelas 20 87,0

Jumlah 23 100,0

Konsumsi sport drink

Ya 22 95,7 Tidak 1 4,3

Jumlah 23 100,0

Konsumsi minuman beralkohol

Ya 0 0,0 Tidak 23 100,0

Jumlah 23 100,0

Berdasarkan hasil recall mengenai kebiasaan minum contoh

menunjukkan bahwa contoh sebagian besar (87,0%) mengkonsumsi air putih

lebih dari 8 gelas setiap harinya yang setara dengan mengonsumsi lebih dari

2400 ml/hari, sebanyak 8,7% contoh mengkonsumsi air putih lebih dari 5 gelas

setiap harinya yang setara dengan mengonsumsi 1500-1800 ml/hari, dan

sebanyak 4,3% mengkonsumsi air putih 7 gelas setiap harinya yang setara

dengan mengonsumsi 2100 ml/hari. Kebiasaan minum lebih dari 8 gelas sudah

dapat mencukupi kebutuhan atlet akan asupan air. Menurut Depkes (1993)

asupan air bagi atlet harus mencukupi untuk dapat mempertahankan

keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Banyaknya air yang diperlukan

kurang lebih 2500 ml. Seluruh contoh tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

Menurut Irianto (2007) olahragawan disarankan untuk meninggalkan minuman

beralkohol karena alkohol merupakan depresan bagi susunan syaraf pusat,

dapat memproduksi asam laktat, mengganggu kerja syaraf serta mempunyai sifat

Page 48: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

34

diuretik yang memudahkan pengeluaran air seni. Untuk konsumsi sport drink,

diketahui bahwa sebagian besar contoh yaitu 95,7% contoh mengkonsumsi sport

drink.

Kebiasaan Makan Sebelum Pertandingan

Sebelum pertandingan, sebagian besar (82,6%) contoh mengonsumsi

makanan atau minuman. Makanan/minuman yang biasa dikonsumsi oleh contoh

sebelum pertandingan antara lain makanan lengkap, cemilan, sport drink, air

mineral, buah-buahan, coklat, dan vitamin. Sebanyak 17,4% contoh biasa tidak

mengonsumsi makanan/minuman sebelum pertandingan. Rentang waktu

konsumsi makanan lengkap sebelum pertandingan, sebanyak 30,4% contoh

mengkonsumsi makanan lengkap 1-2 jam sebelum bertanding, 43,5% contoh

mengkonsumsi makanan lengkap 2-3 jam sebelum bertanding dan sisanya yaitu

26,1% contoh mengkonsumsi makanan lengkap 3-4 jam sebelum bertanding.

Sebagian besar (78,3%) contoh juga memiliki makanan dan minuman yang

dihindari saat sebelum pertandingan. Menurut Depkes (1993) waktu makan yang

dapat diterapkan oleh atlet pada 3-4 jam sebelum bertanding yaitu makanan

utama yang terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk dan buah. Pada 2-3 jam sebelum

bertanding, makanan yang dapat dikonsumsi oleh seorang atlet adalah makanan

kecil seperti crackers, roti, dll. Pada 1-2 jam sebelum bertanding makanan yang

dikonsumsi oleh atlet dapat terdiri dari makanan cair/minuman seperti juice buah,

teh, dll sedangkan waktu < 1 jam sebelum bertanding atlet disarankan untuk

mengonsumsi cairan atau minuman. Makanan dan minuman yang dihindari oleh

contoh sebelum bertanding yaitu makanan pedas dan soft drink. Kebiasaan

makan pada atlet dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kebiasaan makan atlet taekwondo sebelum bertanding

Kebiasaan makan sebelum bertanding Sebaran

Jumlah (n) Persentase (%)

Konsumsi makanan/minuman sebelum pertandingan

Ada 19 82,6 Tidak 4 17,4

Jumlah 23 182,61

Rentang waktu konsumsi makanan lengkap

1-2 jam 7 30,4 2-3 jam 10 43,5 3-4 jam 6 26,1 4-5 jam 0 0,0

Jumlah 23 100,0

Makanan dan minuman yang dihindari

Ada 18 78,3 Tidak 5 21,7

Jumlah 23 100,0

Page 49: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

35

Kebiasaan Makan Selama Bertanding

Mengkonsumsi makanan dan minuman selama bertanding penting

dilakukan oleh atlet. Hal ini bertujuan untuk memperoleh makanan dan cairan

yang cukup untuk memenuhi energi dan zat gizi agar cadangan glikogen dan

status hidrasi tetap terpelihara. Kebiasaan makan/minum atlet nasional

taekwondo selama pertandingan dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Kebiasaan makan atlet taekwondo selama bertanding

Kebiasaan makan selama bertanding Sebaran

Jumlah (n) Persentase (%)

Konsumsi makanan/minuman selama pertandingan

Ya 15 65,2 Tidak 8 34,8

Jumlah 23 100,0

Makanan dan minuman yang dihindari

Ada 17 73,9 Tidak 6 26,1

Jumlah 23 100,0

Sebagian besar (65,2%) contoh memiliki kebiasaan untuk mengonsumsi

makanan atau minuman selama pertandingan berupa sport drink, cemilan, air

mineral, buah pisang, coklat dan madu. Selama pertandingan sebagian besar

contoh (34,8%) menyatakan memiliki makanan dan minuman yang dihindari

selama pertandingan yaitu makanan asam dan pedas, soft drink, alkohol dan

gorengan dan sisanya (26,1%) menyatakan tidak mempunyai makanan atau

minuman yang dihindari pada saat pertandingan. Menurut Depkes (1993) selama

bertanding hindari mengonsumsi makanan yang dapat merangsang dan

mengandung gas. Makanan yang terlalu pedas, terlalu asam dan mengandung

gas akan mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan rasa tidak nyaman

di lambung. Soft drink merupakan salah satu minuman yang merangsang dan

dapat menyebabkan peningkatan sekresi asam urat dan membuat perasaan

yang tidak nyaman dalam lambung karena mengandung karbonasi.

Kebiasaaan Makan Setelah Bertanding

Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh berkurang dengan cepat.

Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui keringat

karena aktifitas yang dilakukan selama pertandingan. Oleh sebab itu, makanan

dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan sesegera mungkin oleh

tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen,

mengganti cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit di dalam tubuh.

Page 50: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

36

Berdasarkan hasil recall, contoh mengkonsumsi makanan / minuman

segera setelah bertanding berupa air dingin (26,1%), makan besar (26,1%), sari

buah (21,7%), dan sport drink (17,4%). Tujuan dari pemberian air dingin setelah

bertanding adalah karena pada saat pertandingan terjadi peningkatan

pengeluaran energi yang besar, sehingga terjadi pengosongan lambung. Oleh

sebab itu, sebaiknya diberikan air dingin yang bersuhu 100C untuk mengatasi

kekosongan lambung, karena air dingin lebih cepat diserap oleh usus. Selain itu,

pemberian sari buah ditujukan karena dapat mengganti sebagian kalium dan

natrium yang hilang melalui keringat. Dalam sari buah selain terdapat karbohidrat

juga mengandung vitamin C, mineral seperti kalium dan natrium (Depkes 1993).

Kebiasaan makan/minum atlet setelah bertanding dapat dilihat ada tabel 15.

Tabel 15 Kebiasaan makan atlet taekwondo setelah bertanding

Kebiasaan makan setelah bertanding Jumlah

Jumlah (n) Persentase (%)

Konsumsi makanan/minuman segera setelah pertandingan

Air dingin 6 26,1 Sari buah 5 21,7 Tidak ada 2 8,7 Lainnya 10 43,5

Jumlah 23 100,0

Rentang waktu konsumsi makanan lengkap

1-2 jam 15 65,2 2-3 jam 4 17,4 3-4 jam 4 17,4 4-5 jam 0 0,0

Jumlah 23 100,0

Makanan dan minuman yang dihindari

Ada 4 17,4 Tidak 19 82,6

Jumlah 23 100,0

Untuk konsumsi makanan lengkap setelah bertanding, sebanyak 65,2%

contoh menyatakan mengkonsumsi makanan lengkap 1-2 jam setelah

bertanding, 14,7% contoh mengkonsumsi makanan lengkap 2-3 jam setelah

bertanding dan sisanya mengkonsumsi makanan lengkap 3-4 jam setelah

bertanding. Sebanyak 82,6% contoh tidak memiliki makanan dan minuman yang

dihindari setelah pertandingan, sebanyak 17,4% contoh memiliki makanan atau

minuman yang dihindari yaitu minuman soda dan makanan pedas untuk tidak

dikonsumsi setelah pertandingan. Menurut Irianto (2007) setengah jam setelah

bertanding, atlet dapat diberikan jus buah sebanyak 1 gelas. Satu jam setelah

bertanding, atlet diberikan jus buah 1 gelas dan snack ringan atau makanan cair

yang mengandung karbohidrat sebanyak 300 kkal. Dua jam setelah bertanding,

makan lengkap dengan prosi kecil. Sebaiknya diberikan lauk yang tidak

Page 51: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

37

digoreng, tidak bersantan dan diberikan banyak sayuran dan buah. Setelah 4 jam

bertanding, atlet akan merasakan rasa lapar. Oleh karena itu, penyediaan makan

pada malam hari menjelang tidur mutlak diperlukan bagi atlet yang bertanding

malam hari.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi

Konsumsi energi contoh diperoleh dengan menggunakan metode recall 1

x 24 jam selama 3 hari berturut-turut yaitu sabtu, minggu dan senin. Tujuan dari

metode recall ini untuk dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi yang lebih

optimal pada saat melakukan aktifitas di mess dan diluar mess. Pertimbangan

pengambilan konsumsi pangan selama 3 hari adalah pada hari Sabtu, contoh

hanya mendapatkan pembinaan dan pelatihan selama 6 jam. Pada hari Minggu,

contoh tidak mendapatkan pembinaan dan pelatihan. Pada hari Senin, contoh

mendapatkan pembinaan dan pelatihan sepenuhnya, sehingga atlet sudah harus

kembali ke pemusatan latihan nasional dan mengikuti aturan yang telah

ditetapkan. Data konsumsi contoh yang kemudian dibandingkan dengan angka

kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Angka kecukupan energi contoh diperoleh

dari perhitungan berdasarkan WKNPG (2004). Faktor aktifitas yang digunakan

per individu didasarkan atas aktifitas yang dilakukannya selama 1 x 24 jam

selama 3 hari berturut-turut. Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan

energi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan energi

Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi energi contoh secara

keseluruhan yaitu 2056 ± 618 kkal, dengan konsumsi energi paling tinggi yaitu

sebesar 3204 kkal dan konsumsi energi paling rendah yaitu 870 kkal. Gambar 3.

Page 52: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

38

menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi contoh laki-laki sebagian besar

berada dalam kategori defisit tingkat berat (80,0%) dan sebagian besar contoh

perempuan memiliki tingkat kecukupan energi berada dalam kategori defisit

tingkat berat (69,2%). Tingkat konsumsi dan kecukupan energi yang rendah

dapat disebabkan oleh sistem pendistribusian makanan yang menggunakan

sistem prasmanan yaitu para atlet dapat mengambil makanan berdasarkan

kesukaan masing-masing individu bukan berdasarkan pada kebutuhannya

sehingga pemasukan energi atlet ada yang kekurangan dan kelebihan. Padahal

dengan aktifitas berat dan pengeluaran energi yang besar harus diimbangi

dengan pemasukan makanan yang seimbang sehingga stamina tubuh tetap

stabil.

Protein

Protein sangat dibutuhkan bagi atlet remaja dalam pertumbuhan dan

pembentukan tubuh guna mencapai bentuk tubuh yang optimal. Sumber protein

dapat berasal dari bahan pangan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani

merupakan sumber protein yang baik, baik dalam segi jumlah maupun mutu,

seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan protein nabati

berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya. Rata-rata konsumsi protein

contoh secara keseluruhan adalah 50,2 ± 15,8 gram dengan konsumsi protein

paling tinggi sebesar 85,0 gram dan konsumsi protein paling rendah sebesar

19,8 gram. Tingkat kecukupan protein contoh disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan protein

Tingkat kecukupan protein contoh laki-laki sebagian besar berada dalam

kategori defisit berat (70,0%) sedangkan sebagian besar contoh perempuan

memiliki tingkat kecukupan protein dalam kategori defisit berat (38,5%). Menurut

Depkes (1993) kebutuhan protein atlet dari cabang olahraga yang memerlukan

Page 53: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

39

kekuatan dan kecepatan (power/strenght) perlu mengonsumsi protein antara 1,2-

1,7 gram protein/kgBB/hari dan atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4

gr/kgBB/hari. Peningkatan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh

karena atlet lebih berisiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama

saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang berat sehingga protein sangat

diperlukan untuk pembentukan dan pemulihan kekuatan otot.

Lemak

Saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi seperti olahraga

taekwondo, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai

berkurangnya simpanan glikogen otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah

sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan

karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika

dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran karbohidrat

walaupun pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang lebih besar jika

dibandingan dengan pembakaran karbohidrat.

Rata-rata konsumsi lemak contoh secara keseluruhan yaitu 55,9 ± 25,7

gram, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 104,0 gram dan konsumsi paling

rendah sebanyak 13,2 gram. Sebaran atlet menurut tingkat kecukupan lemak

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Sebaran atlet taekowondo menurut tingkat kecukupan lemak

Tingkat kecukupan lemak pada contoh laki-laki sebagian besar berada

dalam kategori <20% dari kebutuhan energi (80,0%) dan contoh perempuan

sebagian besar berada pada kategori <20% dari kebutuhan energi (69,2 %). Hal

tersebut dimungkinkan oleh kekhawatiran atlet mengalami kegemukan sehingga

mengurangi makanan yang berlemak. Kebutuhan lemak atlet berkisar antara 20-

25% dari total energi yang dibutuhkan (Depkes 1993).

Page 54: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

40

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi yang tidak hanya berfungsi

untuk mendukung aktifitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga

merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Di

dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di

dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Sebaran

atlet menurut tingkat kecukupan karbohidrat dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan karbohidrat

Hasil recall menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi karbohidrat contoh

adalah 794,8 ± 546,3 gram dengan konsumsi terendah sebanyak 157,8 gram

dan konsumsi tertinggi yaitu 2015,4 gram. Tingkat kecukupan karbohidrat pada

contoh laki-laki sebagian besar berada pada kategori >70% dari kebutuhan

energi (50,0%) dan sebagian besar contoh perempuan berada pada kategori

>70% dari kebutuhan energi (53,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar atlet telah mengonsumsi karbohidrat melebihi kecukupan. Menurut Clark

(1996) dalam Karfarina (2002) pemberian karbohidrat bertujuan untuk

membentuk glikogen otot dan hati. Tubuh akan mencerna berbagai jenis

karbohidrat menjadi glukosa sebelum digunakan sebagai bahan bakar otot dan

otot memerlukan glukosa darah sebagai tenaga. Para atlet yang memiliki glukosa

darah yang rendah maka akan cenderung memiliki penampilan yang rendah

karena rendahnya bahan bakar yang digunakan untuk tenaga, terbatasnya fungsi

otot serta kapasitas mental. Selain itu, pemberian makanan karbohidrat tinggi

selalu dapat menaikkan daya tahan seseorang pada latihan-latihan berat dalam

jangka waktu yang lama.

Page 55: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

41

Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai

fungsi penting dalam penglihatan. Selain berperan dalam proses penglihatan,

vitamin A juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2005). Sebaran atlet menurut

tingkat kecukupan vitamin A dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan vitamin A

Angka kecukupan vitamin A bagi remaja berumur 15-16 tahun adalah 900

µgRE. Rata-rata konsumsi vitamin A contoh secara keseluruhan yaitu 2669,8 ±

1603,0 µgRE, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 5761,1 µgRE dan konsumsi

terendah sebanyak 213,5 µgRE. Sebagian besar contoh baik laki-laki (90,0%)

maupun perempuan (84,6%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A dalam

kategori cukup karena sudah mengkonsumsi vitamin A lebih dari 77% angka

kecukupan vitamin A. Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam

differensiasi sel, oleh sebab itu intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan

dalam peningkatan performa atlet dan pemulihan latihan. Pada pelatnas cabang

olahraga taekwondo, tidak disediakan penambahan suplemen vitamin oleh tim

medis pelatnas. Hal tersebut diharapkan bahwa atlet dapat memperoleh

kecukupan vitamin dari makanan yang dikonsumsinya terutama yang berasal

dari sayur dan buah. Bahan pangan yang dikonsumsi contoh yang mengandung

sumber vitamin A paling besar terdapat pada bahan makanan telur ayam, wortel

dan bahan makanan lainnya seperti sayur dan buah.

Vitamin C

Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat

merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam sintesis kolagen,

katekolamin, serotonin dan karnitin di dalam tubuh. Vitamin C merupakan

Page 56: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

42

antioksidan yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Vitamin C juga

berguna dalam absorbsi zat besi, peredaran, dan juga cadangannya. Dalam

aktifitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan

dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman

radikal bebas (Chen 2000). Angka kecukupan vitamin C bagi remaja yang

berumur 15-16 tahun adalah 60 mg menurut WKNPG 2004. Rata-rata konsumsi

vitamin C contoh secara keseluruhan yaitu 110,4 ± 44,7 mg dengan konsumsi

tertinggi yaitu sebanyak 229,7 mg dan konsumsi terendah sebanyak 54,3 mg.

Tingkat kecukupan vitamin C contoh disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan vitamin C

Tingkat kecukupan vitamin C baik contoh laki-laki maupun perempuan

tergolong cukup yaitu contoh laki-laki (90,00%) dan contoh perempuan (92,3%).

Menurut Depkes (1993), vitamin C penting untuk atlet karena perannya sebagai

menjaga penyembuhan atau pertahanan tubuh terhadap infeksi. Olahragawan

perlu mengonsumsi vitamin yang lebh besar, karena konsumsi vitamin C yang

cukup dapat menghambat terbentuknya asam laktat dalam otot yang dapat

menyebabkan kelelahan (Sumosardjuno 1990). Bahan pangan sumber vitamin C

yang sering dikonsumsi oleh contoh yaitu buah-buahan seperti jeruk, melon,

semangka, dan pisang.

Kalsium

Fungsi utama kalsium di dalam tubuh adalah peranannya dalam

pembentukan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat meningkatkan risiko

osteoporosis yaitu gangguan yang menyebabkan penurunan secara bertahap

dan jumlah kekuatan jaringan tulang. Menurut WKNPG 2004 kecukupan kalsium

remaja yang berumur 16-18 tahun adalah sebanyak 1000 mg setiap harinya.

Sebaran atlet menurut tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 57: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

43

Gambar 9 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan kalsium

Rata-rata konsumsi kalsium contoh secara keseluruhan yaitu 5313,0 ±

6156,0 mg dengan konsumsi paling tinggi yaitu 17624,9 mg dan konsumsi

terendah sebanyak 44,7 mg. Tingkat kecukupan kalsium sebagian besar contoh

laki-laki berada dalam kategori cukup (60,0%) dan sebagian besar contoh

perempuan memiliki tingkat kecukupan kalsium dalam kategori cukup (53,8%).

Tingkat kecukupan kalsium baik pada contoh laki-laki maupun contoh

perempuan sebagian besar berada dalam kategori cukup yaitu 60,0% pada

contoh laki-laki dan 53,8% pada contoh perempuan. Kekurangan kalsium pada

masa remaja akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang sehingga

tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh (Almatsier 2005).

Zat Besi

Zat besi merupakan mineral yang sangat diperlukan tubuh dalam

pembentukan hemoglobin, mioglobin dan juga sebagai enzim yang diperlukan

dalam metabolisme. Kekurangan zat besi terutama pada remaja dapat

menyebabkan anemia gizi besi dan juga menurunkan kinerja fisik, hambatan

perkembangan, dan menurunkan kemampuan kognitif. Sebaran atlet menurut

tingkat kecukupan zat besi dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 58: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

44

Gambar 10 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat kecukupan zat besi

Rata-rata konsumsi zat besi contoh secara keseluruhan yaitu 15,5 ± 11,6

mg, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 62,7 mg dan konsumsi terendah

sebanyak 6,0 mg. Tingkat kecukupan zat besi sebagian besar contoh laki-laki

berada dalam kategori kurang (60,0%) dan sebagian besar contoh perempuan

memiliki tingkat kecukupan besi dalam kategori kurang (84,6%). Menurut

Sumosardjuno (1990) pada olahragawan, konsumsi Fe dalam jumlah yang cukup

sangat dianjurkan karena diketahui bahwa zat besi mudah hilang melalui

keringat. Kebanyakan atlet wanita dan sebagian atlet pria mengalami

kekurangan zat besi sehingga sukar untuk memperbaiki penampilannya. Apabila

seorang olahragawan kekurangan zat besi secara terus menerus, maka akan

cepat lelah dan lambat masa pemulihannya.

Tingkat Kebugaran

Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh

seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi

atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang

berarti (Riyadi 2007). Nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai

dengan tugas atau profesi masing-masing. Tingkat kebugaran jasmani dapat

dilihat dari VO2 max yang diperoleh dari Bleep Test, flexibility dengan sit and

reach test, dan daya tahan otot diperoleh dengan pengukuran sit up dan squat

jump.

VO2 Max

Atlet nasional taekwondo mempunyai nilai VO2 max yang beragam pada

masing-masing kategori, tergantung kepada jenis kelamin dan umur dari atlet.

Rata-rata nilai VO2 max contoh yang berjenis kelamin laki-laki berada pada

kategori baik yaitu 49,50 ± 7,5 ml/kg/menit, sedangkan rata-rata nilai VO2 max

contoh perempuan berada pada kategori sangat baik yaitu 41,24 ± 6,5

Page 59: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

45

ml/kg/menit. Dalam hal ini, nilai VO2 max pada contoh laki-laki lebih tinggi

dibandingkan dengan contoh perempuan. Imaddudin (2012) melaporkan hal

serupa, yakni atlet laki-laki memiliki nilai VO2 max lebih tinggi dibandingkan

dengan atlet perempuan pada cabang olahraga taekwondo. Menurut Malina et

al. (2004) rata-rata nilai VO2 max lebih besar pada anak laki-laki dibandingkan

anak perempuan pada seluruh tingkatan usia. Sebaran atlet menurut VO2 max

dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran atlet taekwondo menurut VO2 max

Kategori Laki-Laki Perempuan

Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)

Sangat Lemah 0 0,0 0 0,0 Lemah 1 10,0 2 15,4 Cukup 2 20,0 0 0,0 Baik 2 20,0 3 23,1 Sangat Baik 2 20,0 3 23,1 Tinggi 3 30,0 5 38,5

Jumlah 10 100,0 13 100,0

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa nilai VO2 max bervariasi

pada masing-masing rentang nilai. Sebanyak 30,0% contoh laki-laki memiliki

kategori nilai VO2 max tinggi dan proporsi yang sama yaitu sebanyak 20,0%

contoh masing-masing pada kategori cukup, baik dan sangat baik sedangkan

sisanya (10,0%) contoh memiliki kategori VO2 max lemah. Sebanyak 38,5%

contoh perempuan memiliki kategori tinggi untuk nilai VO2 max. Pada kategori

baik dan sangat baik memberikan proporsi yang sama pada contoh perempuan

yaitu masing-masing sebanyak 23,1% dan sisanya (15,4%) dari contoh

perempuan memiliki kategori lemah untuk nilai VO2 max. Berdasarkan hasil uji

beda Independent t-test dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan (p=0,007) antara nilai VO2 max pada contoh laki-laki dengan contoh

perempuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai VO2 max yang lebih tinggi

pada laki-laki jika dibandingkan dengan perempuan.

Flexibility

Kelentukan merupakan jangkauan area gerak sendi-sendi. Menurut

Haskell dan Kiernan (2012) komponen ini tercermin pada kemampuan seseorang

untuk menekuk, meregang dan memutar tubuhnya. Rata-rata nilai kelentukan

contoh yang berjenis kelamin laki-laki berada pada kategori baik yaitu 22,19 ±

3,48 cm, sedangkan rata-rata nilai kelentukan contoh perempuan berada pada

kategori kurang yaitu 18,00 ± 3,23 cm. Menurut Riyadi (2007) salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang adalah jenis kelamin. Massa

otot pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang lebih

Page 60: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

46

banyak memiliki massa lemak dalam tubuhnya yang dapat menghambat

kekuatan untuk melakukan tes flexibility. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Malina et al. (2004) pada tes kelentukan, rata-rata anak

perempuan memiliki perempuan performa yang lebih baik dari anak laki-laki.

Sebaran atlet menurut nilai flexibility dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran atlet taekwondo menurut nilai flexibility

Kategori Laki-Laki Perempuan

Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)

Sangat kurang 0 0,0 0 0,0 Kurang 1 10,0 9 69,2 Cukup 0 0,0 4 30,8 Baik 9 90,0 0 0,0 Baik sekali 0 0,0 0 0,0

Jumlah 10 100,0 13 100,0

Sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori kelentukan yang baik

(90,0%) dan sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori kelentukan

yang kurang (69,2%). Berdasarkan hasil uji beda Independent t-test dapat

diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,026) antara nilai

kelentukan ada contoh laki-laki dengan contoh perempuan, dimana nilai

kelentukan contoh laki-laki lebih tinggi daripada nilai kelentukan pada contoh

perempuan. Kelentukan gerak tubuh pada persendian tersebut, sangat

dipengaruhi oleh : elastisitas otot, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta

kualitas sendi itu sendiri. Terkait dengan kesehatan, maka kelentukan

merupakan salah satu parameter kesembuhan akibat cedera dan kekuatan

sistem muskuloskeletal.

Daya Tahan Otot

Daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam menghasilkan

kekuatan dan kemampuan untuk mempertahankan selama mungkin. Dengan

kata lain berhubungan dengan sistem anaerobik dalam proses pemenuhan

energinya. Daya otot dapat disebut juga daya ledak otot atau explosive power

(Hoeger & Hoeger 1996). Sebaran atlet menurut nilai daya tahan otot disajikan

pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran atlet taekwondo menurut nilai daya tahan otot

Kategori

Sit Up Squat Jump

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%)

Sangat kurang 0,0 0,0 0,0 0,0 Kurang 90,0 0,0 0,0 0,0 Cukup 10,0 30,8 0,0 0,0 Baik 0,0 69,2 20,0 0,0 Baik sekali 0,0 0,0 80,0 100,0

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0

Page 61: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

47

Sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori daya tahan otot pada

komponen tes sit up berada pada kategori kurang (90,0%) dan contoh

perempuan berada pada kategori baik (69,2%). Pada komponen tes squat jump

sebagian besar contoh laki-laki berada pada kategori baik sekali (80,0%) dan

seluruh contoh perempuan berada pada kategori baik sekali. Hasil uji beda

Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata

(p>0,05) antara daya tahan otot baik pada tes sit up maupun squat jump pada

contoh laki-laki maupun contoh perempuan.

Hubungan Usia dengan Tingkat Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson antara usia atlet dengan tingkat kebugaran atlet

taekwondo (VO2 max) tidak menunjukkan hubungan signifikan (p>0,05). Menurut

Macmurray dan Ondrak (2008) bahwa nilai VO2 max individu akan turun secara

normal sejalan dengan bertambahnya umur yang dapat disebabkan oleh

perubahan komposisi tubuh dan gaya hidup atlet. Pada hasil uji korelasi antara

usia atlet dengan tingkat kebugaran flexibility (p<0,05, r=0,456) dan daya tahan

otot (p<0,05, r=0,421) menunjukkan hubungan positif yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam penelitian ini semakin tinggi usia atlet hingga usia 18

tahun, maka tingkat kebugaran otot (muscle endurance) juga akan berada pada

kategori yang baik. Menurut Nieman (1998) kelentukan akan berkurang seiring

meningkatnya umur yang lebih dikarenakan kurang aktifnya alat gerak tubuh

dibandingkan dengan proses penuaan.

Hubungan Berat Badan dan Tinggi Badan dengan Tingkat Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson antara berat badan atlet dengan seluruh tingkat

kebugaran (VO2 max, flexibility dan daya tahan otot) tidak menunjukkan

hubungan yang signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

berat badan atlet tidak berhubungan dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo.

Hasil uji korelasi Pearson antara tinggi badan atlet dengan tingkat kebugaran

(flexibility dan daya tahan otot) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan

(p>0,05), sedangkan hasil uji korelasi Pearson antara tinggi badan atlet dengan

tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan positif yang signifikan

(p<0,05, r=0,558). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Imaduddin (2012) bahwa berat badan dan tinggi badan atlet taekwondo tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kebugaran (VO2 max). Atlet

yang cenderung memiliki tubuh yang tinggi akan mempengaruhi luas

permukaaan keseluruhan tubuhnya termasuk luas permukaan paru-paru. Luar

Page 62: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

48

permukaan paru-paru tersebut secara relatif akan mempengaruhi volume tidal

(aktifitas inspirasi dan ekspirasi). Kaitannya dengan hal tersebut maka atlet

dalam penelitian ini, yang memiliki tubuh yang tinggi maka akan dapat

mengonsumsi oksigen (VO2 max) lebih tinggi daripada yang memiliki tubuh yang

lebih pendek. Seorang atlet taekwondo diharapkan memiliki tinggi badan yang

baik, karena dalam olahraga taekwondo semakin tinggi tubuh seseorang, maka

semakin panjang pula jangkauan serangan yang dilakukan, serta memudahkan

atlet untuk melakukan serangan menggunakan kaki.

Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson antara status gizi dengan tingkat kebugaran

atlet (VO2 max, flexibility dan daya tahan otot) tidak menunjukkan hubungan yang

signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

status gizi dengan tingkat kebugaran, begitupun sebaliknya. Hasil penelitian

Bovet et al. (2007) pada remaja usia 12-15 tahun mengungkap hubungan yang

tidak linear antara IMT dan hasil tes kebugaran jasmani atau performa motorik.

Selain itu diungkapkan pula bahwa hasil terbaik pengukuran kebugaran jasmani

dimiliki oleh subjek dengan tingkat IMT pada kisaran normal, hasil lebih rendah

terdapat pada subjek dengan tingkat IMT pada kisaran kurus, dan hasil terendah

pada subjek dengan tingkatan IMT yang berbeda pada kisaran IMT lebih. Hal

tersebut terjadi akibat kelebihan berat badan khususnya massa lemak tubuh

yang memperlihatkan kelambanan karena diperlukan tenaga yang lebih besar

dan juga waktu yang lebih lama untuk dapat menggerakkan seluruh massa

tubuhnya (Malina & Katzmarzyk 2006). Menurut Fatmah dan Ruhayati (2011)

kebugaran tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi namun juga dapat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, genetik, aktifitas fisik serta kebiasaan

merokok.

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran

Hasil uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan energi, protein,

lemak, kalsium, zat besi, maupun vitamin C dengan tingkat kebugaran atlet (VO2

max, flexibility dan daya tahan otot) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan

(p>0,05). Hasil uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan

tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan positif yang signifikan

(p<0,05, r=0,462). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat gizi yang

dikumpulkan dengan cara recall 1 x 24 jam selama 3 hari berturut-turut belum

dapat menentukan tingkat kebugaran baik VO2 max, flexibility maupun daya

Page 63: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

49

tahan otot. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin A dengan tingkat kebugaran

atlet VO2 max (p<0,05, r=-0,481) dan daya tahan otot (p<0,05, r=-0,454). Menurut

Fatmah dan Ruhayati (2011), atlet yang mengonsumsi vitamin yang berlebihan

dapat berakibat hilangnya koordinasi otot. Hal tersebut dapat mengakibatkan

atlet tidak dapat melakukan olahraga yang melibatkan otot. Kebugaran jasmani

dapat ditingkatkan dengan memperoleh tingkat konsumsi yang cukup. Konsumsi

zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan gizi akan membuat kebugaran atlet

menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan

aktifitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang

maksimal (Kartika 2006).

Page 64: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan nasional (pelatnas) terdiri dari

laki-laki (43,5%) dan perempuan (56,5%). Rata-rata usia atlet laki laki yaitu 16,22

± 1,05 tahun dan rata-rata usia atlet perempuan yaitu 15,46 ± 1,67 tahun. Daerah

asal atlet terdiri dari Jawa Tengah (43,5%), Jawa Barat (34,8%), D.I Yogyakarta

(8,7%), Riau (8,7%) dan Sumatera Selatan (4,3%). Rata-rata berat badan atlet

laki laki 50,67 ± 4,15 kg dan rata-rata berat badan atlet perempuan yaitu 54,80 ±

3,87 kg. Tinggi badan atlet laki-laki yaitu 168,50 ± 3,24 cm dan rata-rata tinggi

badan atlet perempuan yaitu 160,47 ± 3,24 cm. Secara keseluruhan atlet

pelatnas taekwondo memiliki status gizi yang normal.

Rata-rata konsumsi energi atlet taekwondo remaja secara keseluruhan

yaitu 2056 ± 618 kkal, dan tingkat kecukupan energi atlet laki-laki sebagian besar

berada dalam kategori defisit berat (80,0%) sedangkan atlet perempuan

sebagian besar berada dalam kategori defisit berat (69,2%). Rata-rata konsumsi

protein atlet secara keseluruhan adalah 50,2 ± 15,8 gram, dan tingkat kecukupan

protein atlet laki-laki sebagian besar berada dalam kategori defisit berat (70,0%)

sedangkan atlet perempuan sebagian besar dalam kategori defisit berat (38,5%).

Rata-rata konsumsi lemak atlet secara keseluruhan yaitu 55,9 ± 25,7 gram, dan

tingkat kecukupan lemak pada atlet laki-laki sebagian besar berada dalam

kategori <20% dari kebutuhan energi (80,0%) sedangkan atlet perempuan

sebagian besar berada pada kategori <20% dari kebutuhan energi (69,2 %).

Rata-rata konsumsi karbohidrat atlet adalah 794,8 ± 546,3 gram, dan tingkat

kecukupan karbohidrat pada atlet laki-laki sebagian besar berada pada kategori

>70% dari kebutuhan energi (50,0%) sedangkan sebagian besar atlet

perempuan berada pada kategori >70% dari kebutuhan energi (53,8%). Rata-

rata konsumsi vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi atlet berturut-turut

adalah 2669,8 ± 1603,0 µgRE, 110,4 ± 44,7 mg, 5313,0 ± 6156,0 mg, dan 15,5 ±

11,6 mg. Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C dan kalsium sebagian besar

berada dalam kategori cukup sedangkan tingkat kecukupan zat besi sebagian

besar berada dalam kategori kurang.

Usia atlet memiliki hubungan positif yang signifikan dengan tingkat

kebugaran flexibility (p<0,05, r=0,456) dan daya tahan otot (p<0,05, r=0,421).

Tinggi badan memiliki hubungan yang positif dan signifikan (p<0,05, r=0,558)

dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max). Status gizi dengan tingkat kebugaran

Page 65: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

51

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05). Tingkat

kecukupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, maupun vitamin C tidak

memiliki hubungan yang signifikan (p>0,05) dengan tingkat kebugaran atlet (VO2

max, flexibility dan daya tahan otot). Tingkat kecukupan karbohidrat dengan

tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan positif yang signifikan

(p<0,05, r=0,462).

Saran

Melihat konsumsi atlet yang masih kurang maka diperlukan peningkatan

konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi terutama

pada saat menjelang pertandingan sehingga atlet memperoleh performa dan

kebugaran yang optimal. Untuk mendapatkan performa yang baik, maka

diperlukan pemahaman atlet mengenai kebugaran dan gizi yang cukup.

Kebugaran ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah intensitas latihan,

lamanya latihan dan frekuensi latihan serta derajat kesehatan. Oleh sebab itu

perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang derajat kesehatan dan aktifitas fisik

berdasarkan pada intensitas latihan, lamanya latihan, dan frekuensi latihan

terhadap kebugaran seorang atlet taekwondo.

Page 66: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

DAFTAR PUSTAKA

[ADA] American Dietetic Association. 1993. Positions Of The American Dietetic Association and The Canadian Dietetic Association : Nutrition For Physical Fitness and Athletic Performance For Adults. J Amer Diet Assoc. V. 93, p. 691-696.

[ADA] American Dietetic Association. 2001. Nutrition And Athleteic Performance. J Am Diet Assoc. V. 100, p. 1543-1556.

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.

_________, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT. Gramedia.

[Anonim]. 2009. Prinsip Dasar-Dasar Latihan Daya Tahan. www.wordpress.com [5 Agustus 2012].

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Asmuni R. 1979. Gizi dalam Olahraga. Lokakarya Gizi Olahraga. Jakarta. Hal 1-8.

Beck M. 2011. Ilmu Gizi dan Diet; Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Andi.

Bovet P, Auguste R, Burdette H. 2007. Trong inverse association between physical fitness and overweight in adolescents: a large school-based survey. Int J of Behavioral Nutrition and Physical Activity 4: 1-8.

Caspersen J, Carl PE, Kenneth CM. 1985. Physical activity, exercise, and physical fitness: definitions and distinctions for health-related research. Public Health Reports March-Mei 1985. 100(2). 126130.

Chen J. 2000. Vitamin: Effect of Exercise on Requirements. Oxford: Blackwell Science, Ltd.

Clark N. 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olahraga. Jakarta : Rajagrafindo. Hal 3-68.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1993. Pedoman Pengaturan Makanan Atlet. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.

Degoutte F, Jouanel P, Filaire E. 2003. Energy demands during a judo match and recovery. Br J Sports Med. v. 25, p. 245-249.

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. Roma: FAO.

Fatmah, Ruhayati Y. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Jawa Barat : Lubuk Agung.

Frachini E, Velly A, Morrison J. 2007. Physical fitness and anthropometrical profile of the brazilian male judo team. J Physiol Anthropol 26(2) : 59-67.

Page 67: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

53

Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Perencanaan dan Penilaian Konsumsi Pangan [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

_________, Briawan D, Retnaningsih, Herawati T, Wijaya R. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan.

_________, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

Haskell, LW, Kiernan M. 2012. Methodologic issues in measuring physical activity and physical fitness when evaluating the role of dietary supplement for physically active people. American Journal of Clinical Nutrition 72 :541s-50s.

Helinda TC. 2000. Kelayakan Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pada Olahragawan Remaja di SMU Ragunan Jakarta [Skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hoeger WK, Hoeger SA. 1996. Fitness and Wellness. Colorado, USA : Morton Publishing Company.

Hurlock. 2000. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan; Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Imaddudin MAH. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Atlet, Tingkat Kecukupan Gizi, dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Taekwondo di SMA Ragunan Jakarta [Skripsi]. Bogor : Program Studi Sarjana Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Irianto DP. 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan . Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Kartika E. 2006. Hubungan Tingkat Konsumsi Gizi (Energi, Protein, Besi) dan Status Gizi (Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin) dengan Ketahanan Fisik pada Atlet Sepak Bola di PSIS Semarang Tahun 2006 [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Kartono D, Soekantri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral: Kalsium, Fosfor, Magnesium, Fluor. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

Karyadi D, Muhilal. 1991. Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Jakarta: Gramedia.

Kazemi M, Perri G, Soave D. 2010. A profile of 2008 olympic taekwondo competitors. J Can Chiropr Assoc 2010; 54(4).

Page 68: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

54

Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kirkendal, Don R, Joseph J, Guber, Johnson. 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educations. Dubugua. Lowa: Wm.C. Brown Company.

Lee MG, Kim YG. 2007. Effects of short-term weight loss on physical fi tness, isokinetic leg strength, and blood variables in male high school taekwondo players. The 1st International Symposium for Taekwondo Studies; Beijing, China. P. 47–57.

Mackanzie B. 1999. Multi-Stage Fitness Test. http://www.brianmac.co.uk/beep.htm [1 Mar 2012].

________________. 2001. VO2max. http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm [26 Feb 2012].

Malina RM, Bouchard C, Bar-Or O. 2004. Growth, Maturation, and Physical Activity, 2th Edition. Campaign, IL, USA: Human Kinetics.

_________, Katzmarzyk PT. 2006. Physical activity and fitness in an international growth standard for preadolescent and adolescent children. Food and Nutrition Bulettin. 27(4): S295-S313.

Parahita A. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram terhadap Daya Tahan Otot pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 9-12 Tahun [Skripsi]. Fakultas Kedokteran UNDIP, Semarang.

Riyadi H. 2003. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

_______. 2007. Diktat Mata Kuliah Gizi Olahraga. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rossi L et al. 2009. Nutritional evaluation of taekwondo atheles. Brazilian Jurnal

of Biomotricity, v. 3 n. 2, p. 159-166.

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta : Dian Rakyat.

Suhardjo. 1989. Sosial Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas – Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

_______, Kusharto CM. 1999. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Bogor: Kanisius.

Sumosardjuno. 1990. Pengetahuan praktis kesehatan dalam olahraga (1). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

____________. 1992. Pengetahuan praktis kesehatan dalam olahraga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 69: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

55

Supariasa IDN, B Bakri, I Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Tirtawinata, Soerjodibroto. 1981. Gizi dalam Olahraga yang memerlukan “Endurance”. Makalah pada Seminar Sport Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, 21-22 Desember. Hlm. 103.

[WHO] World Health Orgaization. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www.who.int/growthref/who2007bmiforage/en/index.html. [5 Agustus 2012].

Williams M. 1989. Nutrition for Fitness & Sport. USA: WM. C. Brown Communication, Inc.

[WKNPG] Widya Karya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta : LIPI.

Wolinsky I, Driskell J. 2006. Sports Nutritions Vitamins and Trace Minerals. New York: CRC Press.

Page 70: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

LAMPIRAN

Page 71: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

57

Lampiran 1 Struktur Organisasi Pelatnas Garuda Emas 2012

Pelath Pomsae

Sdr. Sulis Sdr. Muhlis

Pelatih fisik

Sdr. Drs. Fahmi

Fahrezzy, MPd

Penanggung Jawab

Ketua Umum PBTI

Sekretaris

Sdr. Benhard Nicolas Lumoa

Komandan Pelatnas

Letjen TNI Marciano Norman

Dewan Penasehat

1. Ketua Harian PBTI, Brigjen (Purn) TNI H. Noor Fadjari, ST

2. Kabid Binpres PBTI, Sdr. Dick Richard Talumewo, SE, MM

3. Sdr. Alex Harijanto

Bendahara

Sdr. Benhard Nicolas Lumoa

Sekretariat / ADM

Humas

Manajer Team

1. Sdr Imam Rusli (Senior) 2. Sdri. Ina Febriana (junior)

Koordinator Pelatih

Sdr. Lee Duk Hwi

Logistik

Sdri. Ina Febriana

Koordinator Kesehatan

Letkol CKM dr. Victor Wullur., Sp.KO

Perlengkapan

Sdr. Imam Rusli

Pelatih Senior

Sdr. Dasantyo Prihadi

Sdri. Rahmi Kurnia

Pelatih Junior

Sdr. Bambang Widjarnako Sdr. Andi Cahyadi

Kaderisasi Pelatih Daerah

Sdr. Ongen Sdr. Abdul

Rojak

Page 72: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

58

Lampiran 2 Kategori Pengukuran Data Kebugaran Tingkat kebugaran

Nilai VO2 max VO2 max standar untuk laki-laki (Mackanzie 2001):

1. Sangat lemah (<35,0) 2. Lemah (25,0 – 30,9) 3. Cukup (38,4 – 45,1) 4. Baik (45,2 – 50,9) 5. Sangat baik (51,0 – 55,9) 6. Tinggi (>55,9)

VO2 max standar untuk perempuan

(Mackanzie 2001):

1. Sangat lemah (<25,0) 2. Lemah (25,0 – 30,9) 3. Cukup (31,0 – 34,9) 4. Baik (35,0 – 38,9) 5. Sangat baik (39,0 – 41,9) 6. Tinggi (>41,9)

Metode Multistage fitness / Bleep Test

Flexibility Flexilibility standar untuk laki-laki 1. Sangat kurang (<8) 2. Kurang (8-13) 3. Cukup (14-20) 4. Baik (21-27) Flexilibility standar untuk perempuan 1. Sangat Kurang (<14) 2. Kurang (14-20) 3. Cukup (21-27) 4. Baik (28-34) 5. Baik Sekali (>35)

Metode Sit and Reach Test

Daya Tahan Otot

Sit Up standar untuk laki-laki

1. Sangat kurang (<69)

2. Kurang (69-78)

3. Cukup (79-88)

4. Baik (89-98)

5. Baik Sekali (99-108)

Tes sit up dan squat jump

Squat Jump standar untuk laki-laki

1. Sangat kurang (<14) 2. Kurang (14-24) 3. Cukup (25-45) 4. Baik (46-66) 5. Baik Sekali (>66)

Sit Up standar untuk perempuan

1. Sangat Kurang (<20)

2. Kurang (20-29)

3. Cukup (30-49)

4. Baik (50-69)

5. Baik Sekali (>69)

Squat Jump standar untuk perempuan

1. Sangat Kurang (<12)

2. Kurang (12-22)

3. Cukup (23-33)

4. Baik (34-44)

5. Baik Sekali (>44)

Page 73: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

59

Lampiran 3 Karakteristik atlet taekwondo

KODE TTL USIA JK BB TB ASAL

1101 Jakarta, 13 Mei 1999 12 2 49,2 165 Sematera Selatan

1102 Semarang, 8 September 1997 14 2 55 164 Jawa Tengah

1103 Semarang, 8 Maret 1997 15 2 44 163 Jawa Tengah

1104 Tasikmalaya, 21 Desember 1996 15 1 51 167 Jawa Barat

1105 Bandung, 19 November 1996 15 2 45 154 Jawa Barat

1107 Pekanbaru, 17 Februari 1996 16 1 55 170 Riau

1108 Semarang, 23 Januari 1996 16 1 56 165 Jawa Tengah

1109 Bandung, 24 Maret 1996 16 1 58 172 Jawa Barat

1110 Semarang, 7 Juli 1995 16 2 54 168 Jawa Tengah

1111 Pekanbaru, 9 November 1995 16 2 45,5 153 Riau

1112 Jepara, 1 April 1995 16 2 51 160 Jawa Tengah

1113 Bandung, 18 September 1995 16 2 55 163 Jawa Barat

1114 Semarang, 27 Maret 1995 16 1 55 166 Jawa Tengah

1115 Bogor, 25 Mei 1995 16 2 50 162 Jawa Barat

1116 Tangerang, 20 April 1995 16 1 54 171 Jawa Tengah

1117 Sukoharjo, 9 September 1995 16 1 48 164 Jawa Tengah

2218 Yogyakarta, 1 April 1994 17 2 45 153 D.I. Yogyakarta

2219 Yogyakarta, 15 Desember 1993 18 1 53 171 D.I. Yogyakarta

2220 Bogor, 1 Februari 1994 18 2 52 157 Jawa Barat

1123 Bogor, 11 Maret 1997 15 2 49 154 Jawa Barat

1124 Semarang, 13 Maret 1997 15 2 54 158 Jawa Tengah

1125 Surakarta, 12 November 1997 14 1 55 166 Jawa Tengah

1126 Tasikmalaya, 14 Maret 1995 17 1 63 173 Jawa Barat

Page 74: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

60

Lampiran 4 Status gizi atlet taekwondo

KODE USIA JK BB TB IMT/U KET : IMT/U

1101 12 2 49,2 165 -0,35 Normal

1102 14 2 55 164 0,12 Normal

1103 15 2 44 163 -1,67 Normal

1104 15 1 51 167 0,84 Normal

1105 15 2 45 154 -0,59 Normal

1107 16 1 55 170 -0,73 Normal

1108 16 1 56 165 -0,09 Normal

1109 16 1 58 172 -0,44 Normal

1110 16 2 54 168 -0,7 Normal

1111 16 2 45,5 153 -0,54 Normal

1112 16 2 51 160 -0,42 Normal

1113 16 2 55 163 -0,1 Normal

1114 16 1 55 166 -0,53 Normal

1115 16 2 50 162 -0,74 Normal

1116 16 1 54 171 -1,2 Normal

1117 16 1 48 164 -1,43 Normal

2218 17 2 45 153 -0,75 Normal

2219 18 1 53 171 -1,64 Normal

2220 18 2 52 157 0,15 Normal

1123 15 2 49 154 0,09 Normal

1124 15 2 54 158 0,41 Normal

1125 14 1 55 166 0,18 Normal

1126 17 1 63 173 -0,1 Normal

Page 75: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

61

Lampiran 5 Konsumsi zat gizi atlet taekwondo

Kode

Energi

(kkal)

Protein

(g)

Lemak

(g)

Karbohidrat

(g)

Kalsium

(mg)

Besi

(mg)

Vit A

(RE)

Vit C

(mg)

1101 2037 42,01 26,07 1147,47 12744,64 9,35 408,16 127,00

1102 1439 40,97 36,21 339,03 1983,56 9,66 1451,33 98,38

1103 1551 28,73 24,77 731,22 7617,17 17,12 213,49 124,04

1104 870 19,83 13,19 2015,35 44,68 7,43 512,73 229,72

1105 2471 58,24 75,44 1107,39 10812,21 20,40 3237,86 63,01

1107 2122 51,47 61,47 541,25 3788,52 10,21 2730,10 98,24

1108 2898 62,17 81,85 1410,62 13269,43 19,01 2515,41 83,85

1109 1708 25,85 31,66 1467,66 2839,29 11,41 865,74 71,40

1110 1801 51,29 57,52 666,63 5549,96 14,82 1797,50 160,62

1111 2650 56,38 92,12 527,45 396,88 12,12 4211,83 199,20

1112 1316 62,12 48,20 157,82 240,82 12,03 1953,04 89,81

1113 1407 31,03 22,67 176,55 564,41 18,97 1511,02 91,86

1114 2349 50,34 65,57 622,06 330,07 13,14 3024,33 142,90

1115 3204 85,00 103,99 1554,88 16623,86 25,23 3135,45 160,20

1116 2606 65,06 85,32 1400,44 15385,89 62,74 2750,82 109,97

1117 1723 39,73 53,93 944,80 9920,38 6,04 2364,39 123,84

2218 1584 47,71 32,26 269,87 152,37 11,41 1360,34 54,26

2219 2747 64,05 88,31 516,39 1328,78 21,26 2808,88 74,74

2220 3048 74,85 86,04 1544,57 17264,87 20,51 3622,73 68,86

1123 2046 56,98 57,96 320,41 390,02 9,71 5761,09 114,23

1124 2046 56,98 57,96 320,41 390,02 9,71 5761,09 114,23

1125 1413 38,86 35,39 229,99 202,95 7,35 4998,62 70,06

1126 2256 45,81 48,80 360,65 368,15 6,39 4408,50 68,63

Rata-rata 2015 48,97 54,35 783,17 5254,59 15,25 2571,54 110,65

Page 76: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

62

Lampiran 6 Tingkat kecukupan atlet taekwondo

Kode

Energi

(kkal)

Protein

(g)

Lemak

(g)

Karbohidrat

(g)

Kalsium

(mg)

Besi

(mg)

Vit A

(RE)

Vit C

(mg)

1101 51,07 227,70 23,53 230,12 1274,46 46,74 45,35 254,00

1102 37,03 198,65 33,53 69,76 198,36 37,17 161,26 151,35

1103 47,39 174,14 27,24 178,73 761,72 65,86 23,72 190,84

1104 27,05 103,69 14,77 501,41 4,47 39,09 56,97 306,29

1105 75,58 345,14 83,07 270,96 1081,22 78,46 359,76 96,94

1107 56,30 249,56 58,72 114,91 378,85 68,10 303,34 109,16

1108 64,88 296,03 65,97 252,68 1326,94 126,73 279,49 93,16

1109 47,22 118,84 31,51 324,62 283,93 76,06 96,19 79,34

1110 48,21 253,30 55,42 142,74 555,00 57,00 199,72 214,16

1111 91,75 330,43 114,81 146,07 39,69 46,63 467,98 265,60

1112 44,94 324,80 59,25 43,12 24,08 46,28 217,00 119,74

1113 32,73 150,45 18,98 32,84 56,44 72,94 167,89 122,48

1114 56,01 244,06 56,28 118,65 33,01 87,61 336,04 158,78

1115 92,92 453,34 108,58 360,77 1662,39 97,04 348,38 213,60

1116 82,86 321,30 97,65 356,18 1538,59 241,32 305,65 146,62

1117 60,16 220,73 67,78 263,90 992,04 40,25 262,71 137,60

2218 55,32 282,71 40,56 75,40 15,24 43,88 151,15 72,35

2219 84,71 322,24 98,05 127,42 132,88 141,73 312,10 83,05

2220 95,11 383,87 96,63 385,52 1726,49 78,89 402,53 91,82

1123 62,21 310,08 63,44 77,93 39,00 37,34 640,12 152,31

1124 56,86 281,37 57,99 71,23 39,00 37,34 640,12 152,31

1125 36,46 188,44 32,88 47,48 20,29 38,69 555,40 93,41

1126 44,72 193,91 34,82 57,18 36,81 42,63 489,83 76,26

Rata-rata 58,76 259,77 58,32 184,77 531,34 71,64 296,64 147,01

Page 77: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

63

Lampiran 7 Tingkat kebugaran atlet taekwondo

Kode Tingkat Kebugaran

Sit Up Kategori Flexibility Kategori Squat Jump Kategori Bleep Test Kategori

1101 48 Cukup 15 Kurang 73 Baik Sekali 44,10 Tinggi

1102 44 Cukup 20 Kurang 72 Baik Sekali 44,40 Tinggi

1103 50 Baik 18 Kurang 89 Baik Sekali 40,50 Sangat Baik

1104 79 Cukup 21 Baik 79 Baik Sekali 57,30 Tinggi

1105 60 Baik 15 Kurang 107 Baik Sekali 52,30 Tinggi

1107 62 Kurang 25 Baik 70 Baik Sekali 50,80 Baik

1108 56 Kurang 24 Baik 62 Baik 43,10 Cukup

1109 68 Kurang 13 Kurang 105 Baik Sekali 57,30 Tinggi

1110 65 Baik 17 Kurang 83 Baik Sekali 45,30 Tinggi

1111 55 Baik 15 Kurang 65 Baik Sekali 36,00 Baik

1112 65 Baik 14 Kurang 99 Baik Sekali 49,30 Tinggi

1113 54 Baik 18 Kurang 80 Baik Sekali 40,50 Sangat Baik

1114 60 Kurang 25 Baik 77 Baik Sekali 48,10 Baik

1115 54 Baik 21 Cukup 81 Baik Sekali 38,60 Baik

1116 61 Kurang 21 Baik 113 Baik Sekali 53,50 Sangat Baik

1117 58 Kurang 23 Baik 106 Baik Sekali 57,00 Tinggi

2218 65 Baik 25,2 Cukup 60 Baik Sekali 35,30 Baik

2219 60 Kurang 24 Baik 65 Baik 39,90 Cukup

2220 50 Baik 24 Cukup 76 Baik Sekali 39,90 Sangat Baik

1123 43 Cukup 23 Cukup 58 Baik Sekali 30,90 Lemah

1124 43 Cukup 17 Kurang 47 Baik Sekali 30,90 Lemah

1125 39 Kurang 21 Baik 78 Baik Sekali 36,60 Lemah

1126 66 Kurang 25 Baik 93 Baik Sekali 51,40 Sangat Baik

63

Page 78: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 8 Uji beda Independent t-test status gizi antar jenis kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Stat_gizi Equal variances assumed

1.237 .279 -.448 21 .658 -.12246 .27312 -.69044 .44551

Equal variances not assumed

-.429 15.574 .674 -.12246 .28575 -.72957 .48464

64

Page 79: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 9 Uji beda Independent t-test tingkat kecukupan zat gizi antar jenis kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

TKE1 Equal variances assumed

.597 .448 -.568 21 .576 -4.81838 8.48048 -22.45450 12.81773

Equal variances not assumed

-.580 20.652 .569 -4.81838 8.31471 -22.12751 12.49074

TKP1 Equal variances assumed

.085 .773 -1.739 21 .097 -59.96462 34.48999 -131.69047 11.76124

Equal variances not assumed

-1.765 20.440 .093 -59.96462 33.97700 -130.74177 10.81254

TKL1 Equal variances assumed

.240 .629 -.343 21 .735 -4.39008 12.80769 -31.02512 22.24496

Equal variances not assumed

-.349 20.630 .730 -4.39008 12.56435 -30.54767 21.76752

TKKH1 Equal variances assumed

.933 .345 1.008 21 .325 56.04377 55.58212 -59.54557 171.63311

Equal variances not assumed

.979 16.970 .342 56.04377 57.27145 -64.80496 176.89250

65

Page 80: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 9 Uji beda Independent t-test tingkat kecukupan zat gizi antar jenis kelamin (Lanjutan)

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Equal variances not assumed

.075 20.993 .941 5.51508 73.73159 -147.82141 158.85156

TKVITC1 Equal variances assumed

.052 .821 -1.203 21 .242 -32.97915 27.42172 -90.00575 24.04744

Equal variances not assumed

-1.185 18.339 .251 -32.97915 27.82600 -91.36215 25.40385

TKCA1 Equal variances assumed

.333 .570 -.379 21 .709 -100.07208 264.12659 -649.35339 449.20924

Equal variances not assumed

-.385 20.453 .704 -100.07208 260.12627 -641.91607 441.77192

TKFE1 Equal variances assumed

7.464 .012 1.746 21 .095 32.86946 18.82994 -6.28954 72.02846

Equal variances not assumed

1.556 10.262 .150 32.86946 21.12522 -14.03804 79.77697

66

Page 81: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 10 Uji beda Independent t-test tingkat kebugaran antar jenis kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

VO2maxnum Equal variances assumed

.330 .572 3.013 21 .007 8.94615 2.96942 2.77091 15.12140

Equal variances not assumed

2.958 18.009 .008 8.94615 3.02460 2.59194 15.30037

Flexibility Equal variances assumed

.500 .487 2.402 21 .026 3.63615 1.51352 .48862 6.78369

Equal variances not assumed

2.421 20.026 .025 3.63615 1.50208 .50313 6.76917

Situp Equal variances assumed

.019 .891 1.930 21 .067 7.362 3.813 -.569 15.292

Equal variances not assumed

1.877 17.134 .078 7.362 3.922 -.909 15.632

Leg_endurance Equal variances assumed

.563 .461 1.186 21 .249 8.646 7.290 -6.513 23.806

Equal variances not assumed

1.171 18.513 .256 8.646 7.382 -6.832 24.125

67

Page 82: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 11 Uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan zat gizi dengan nilai VO2 max

Correlations

TKE1 TKP1 TKL1 TKKH1 TKCA1 TKFE1 TKVITA1 TKVITC1

VO2maxnum Pearson Correlation -.235 -.383 -.178 .462* .146 .189 -.481

* .008

Sig. (2-tailed) .281 .071 .417 .027 .505 .389 .020 .971

N 23 23 23 23 23 23 23 23

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 12 Uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan zat gizi dengan nilai flexibility

Correlations

TKE1 TKP1 TKL1 TKKH1 TKCA1 TKFE1 TKVITA1 TKVITC1

Flexibility Pearson Correlation .134 .106 .204 -.019 .014 .165 .230 -.324

Sig. (2-tailed) .543 .632 .350 .931 .949 .450 .291 .131

N 23 23 23 23 23 23 23 23

68

Page 83: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 13 Uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan zat gizi dengan nilai daya tahan otot

Correlations

TKE1 TKP1 TKL1 TKKH1 TKCA1 TKFE1 TKVITA1 TKVITC1

Situp Pearson Correlation -.121 -.205 -.088 .362 -.117 .158 -.454* .065

Sig. (2-tailed) .582 .348 .689 .090 .595 .470 .030 .768

N 23 23 23 23 23 23 23 23

Leg_endurance Pearson Correlation -.039 -.142 -.052 .314 .316 .301 -.323 -.118

Sig. (2-tailed) .861 .518 .813 .144 .142 .162 .133 .591

N 23 23 23 23 23 23 23 23

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 14 Uji korelasi Pearson antara status gizi dengan tingkat kebugaran

Correlations

VO2maxnum Flexibility Situp Leg_endurance

Stat_gizi Pearson Correlation -.145 -.067 -.129 -.364

Sig. (2-tailed) .509 .760 .558 .087

N 23 23 23 23

69

Page 84: HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI … · hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo remaja di pemusatan latihan . nasional. cipayung,

Lampiran 15 Uji korelasi Pearson antara usia dengan tingkat kebugaran

Correlations

VO2maxnum Flexibility Situp Leg_endurance

Umur Pearson Correlation .023 .456* .421

* .045

Sig. (2-tailed) .919 .029 .046 .839

N 23 23 23 23

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 16 Uji korelasi Pearson antara berat badan dengan tingkat kebugaran

Correlations

VO2maxnum Flexibility Situp Leg_endurance

BB Pearson Correlation .246 .199 .116 .045

Sig. (2-tailed) .259 .363 .600 .837

N 23 23 23 23

Lampiran 17 Uji korelasi Pearson antara tinggi badan dengan tingkat kebugaran

Correlations

VO2maxnum Flexibility Situp Leg_endurance

TB Pearson Correlation .558** .164 .352 .346

Sig. (2-tailed) .006 .455 .100 .106

N 23 23 23 23

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

70