HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM...

89
HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh HERDIYANTI FHAUZIAH 1110011000033 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Transcript of HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM...

Page 1: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HAJI ABDUL

MALIK KARIM AMRULLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat

mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

HERDIYANTI FHAUZIAH

1110011000033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep Pendidikan Islam MenurutHaji Abdul Malik Karim Amrullah", disusun oleh Herdiyanti Fhauziah NIM 111001 1000033,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syadf Hidayatullah Jakarta dan

telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 2 Maret 2015 di hadapan dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S. Pd,I) dalam bidang

Pendidikan Agama Islam.

Jakada, 31 Maret 2015

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal

Dr. H. Abdul Majid Khon. M. AeNIP: 19580707 198703 1005

Sekretaris (Sekretaris JurusaniProdi)

Marhamah Saleh. Lc. MANIP: 19720313 200801 2 010

Penguji I

Muhammad Zuhdi. M.Ed. Ph.DNIP: 19720704199703 | 002

Penguji II

Prof. Dr. H. Ahmad Syaf ie Noor. MANIP: 19470902 196712 | 001

Dekan Fakul

ilv,%l

1/*,

,lqlo,/

uruan

Mengetahui:

NIP: 1955042

Page 3: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HAJI ABDUL MALIK

KARIM AMRULLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat

mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

HERDIYANTI FHAUZIAH

NIM: 1110011000033

Di bawah Bimbingan\___/w7

Drs. Abdul Haris. M.Ae

NIP: 19660901 199503 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 4: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep PendidikanIslam Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah disusun oleh HerdiyantiFhauziah, NIM. 1110011000033, Jurusan Pendidikan Agarna Islam. Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan

oleh fakultas.

J akarta, 1 3 Februari 201 5

Yang mengesahkan,

Pembimbing

--\u /Drs. Abdul Haris. M.Ae

NIP: 19660901 199503 1 001

Page 5: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan d

Nama

NIM

Jurusan/prodi

Fakultas

Nama Pembimbing

NIP

i bawah ini:

Herdiyanti Fhauziah

1 1 1001 1000033

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

: Drs. Abdul Haris, M.Ag

:19660901 199503 1 001

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Konsep Manusia dengan KonsepPendidikan Islam Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah benarhasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta,13 Februari 2015

Mahasiswa ybs

Page 6: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

i

ABSTRAK

Nama : Herdiyanti Fhauziah

NIM : 1110011000033

Judul : Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep Pendidikan Islam

Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Manusia merupakan makhluk paling sempurna di antara makhluk ciptaan

Allah SWT. Seiring dengan penciptaan raganya, diciptakan pula dalam dirinya

akal dan fitrah tauhid, yang nantinya dapat dikembangkan melalui proses

pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara berkesinambungan

oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan semua aspek

kepribadian anak didik baik jasmani maupun rohaninya menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Namun, dalam pendidikan Islam pengertian pendidikan

dikhususkan untuk pengarahan aspek kepribadian anak didik menuju

pembentukan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan konteks

tersebut, maka tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep

manusia menurut Hamka? Dan pertanyaan turunannya adalah bagaimana

hubungan konsep manusia dengan konsep pendidikan Islam menurut Hamka?.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif analisis dan kajian pustaka. Setelah data terkumpul dan

tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Proses

analisa dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, kemudian data tersebut dianalisis dan dipelajari secara cermat dan

dideskripsikan yang selanjutnya memberikan gambaran dan penjelasan serta

uraian.

Konsep manusia menurut Hamka adalah, bahwa manusia merupakan khalifah

fi al-ardh sekaligus ‘abd Allah yang berkewajiban untuk taat dan mengabdi

kepada-Nya semata. Menurutnya ketika lahir, potensi manusia belum diketahui

dan hanya membawa insting (gharizah) atau fitrah, kemudian potensi tersebut

akan berkembang setelah manusia lahir dan melakukan serangkaian interaksi

dengan lingkungannya. Dalam diri manusia terdapat tiga unsur utama yang dapat

menopang tugasnya sebagai khalifah fi al ardh dan ‘abd Allah. Ketiga unsur

utama tersebut adalah akal, hati, dan pancaindera (penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa, dan peraba) yang terdapat pada jasadnya. Dengan itu manusia

dapat beribadah dan bertakwa kepada Tuhannya guna menjadi manusia yang

sempurna. Konsep manusia ini tercermin pada perumusan konsep pendidikan

Islam Hamka, baik makna, tujuan, materi, dan unsur pendidikan lainnya.

Pemikiran tentang pendidikan Islam Hamka berpijak pada integralitas fitrah,

yakni mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada anak didik.

Page 7: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

ii

ABSTRACT

Name : Herdiyanti Fhauziah

NIM : 1110011000033

Title : Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep Pendidikan

Islam Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Human being is the most perfects creature among the creatures of Allah

SWT. Along with the creation of his body, also created in his a mind and

disposition of monotheism, which will be developed through a process of

education. Education is a continuous work done by educators for learners to

develop all aspects of the personality of the students both physically and

spiritually towards the formation of a major personality. However, in Islamic

education the meaning of educational is devoted to directing students towards the

formation of personality in accordance with the teachings of Islam. Based on the

context, the purpose of this paper is to investigate how the concept of man

according to Hamka? And derivatives question is how the concept of human

relations with the concept of Islamic education by Hamka?.

The method used is a qualitative research method with a descriptive approach

of analysis and library research. Once the data is collected and recorded properly,

then the next step is to analyze the data. The analysis process is done by reviewing

all available data from various sources, then the data is analyzed and studied

carefully and described here in after provides an overview and explanation and

description.

The concept of man in Hamka is, that man is a caliph fi al-ard at once 'abd

Allah are obliged to obey and serve Him alone. According to him at birth, human

potential is unknown and only bring instinct (gharizah) or nature, then the

potential of the human will develop after birth and conducted a series of

interactions with the environment. In humans, there are three main elements that

can sustain his duties as caliph fi al-ard and 'abd Allah. The three main elements

are mind, heart, and senses (sight, hearing, smell, taste, and touch) found on his

body. With those man can worship and devoted to his Lord in order to become a

perfect human. This concept is reflected in the formulation of the concept of

Islamic education by Hamka, at the meaning, purpose, materials, and other

educational elements. Hamka’s minds about Islamic education is grounded on

integralitas of nature, which optimizes all the potential in students.

Page 8: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya. Shalawat dan salam saya sanjungkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman.

Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua

orang tua dan keluargaku tercinta Ayahanda Yusri, Ibunda Sobriyah yang selalu

mendoakanku dan mendidikku dengan penuh keikhlasan, keridhaan dan kesabaran

serta kasih sayang hingga saat ini. Dan kepada adik-adikku (Chika, Zanky, Zaskia,

Natasya, dan Sabian) yang selalu memberikan semangat dalam menuju hidup

yang penuh keberkahan, semoga Allah SWT senantiasa menuntun dan menjaga

mereka dalam menuju keridhaan-Nya.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak yang secara tulus ikhlas memberikan bantuannya baik secara moril

maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan dan

menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag, Dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas

telah memberikan bimbingan, bantuan serta motivasinya untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. Armai Arief, M.Ag, Dosen Penasehat Akademik dan para dosen

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga

selesainya skripsi ini.

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

Page 9: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

iv

membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi untuk

menyelesaikan skrpsi ini.

6. Kawan-kawan yang memberikan keceriaan dalam kehidupan dengan tawa

dan canda, para mahasiswa PAI khususnya PAI A angkatan 2010 -Shofa,

Aqiela, Puji, Niesa, Alis, Upik, Endang, Isma, Mba Uni, Yully, Ziah, Reren,

Eva, Eby, Fitri, Wiwid, Fufah, Tia, Firda, Maesaroh, Fahmi, Henry, Zaki,

Teguh, Makky, Fadly, Basyir, Haris, Tejo, Suhail, Rahman, Fauzul, Roaz,

Taqien, Deri-, Aniez (PAI D), Amel (PAI D), Imah (PAI D), Mae (PAI B),

Kiki (PAI D), segenap kawan-kawan yang secara langsung maupun tidak

langsung telah ikut serta membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan menengadahkan tangan dan mengucap syukur Alhamdulillah hanya

kepada Allah SWT, penulis memohon semoga amal baik yang sudah diberikan

menjadi amal shaleh dan diterima disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih

berarti selain sebuah harapan semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 13 Februari 2015

Penulis

Herdiyanti Fhauziah

Page 10: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 9

D. Perumusan Masalah ................................................................ 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitan ............................................. 9

BAB II KAJIAN TEORI

KONSEP MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Manusia dan Pendidikan Islam ........................... 10

1. Manusia .......................................................................... 10

2. Pendidikan Islam ............................................................ 13

B. Manusia Dalam Pendidikan Islam ......................................... 15

1. Kedudukan Manusia dalam Islam .................................. 15

2. Proses Penciptaan Manusia ............................................ 16

3. Tugas Hidup Manusia .................................................... 21

Page 11: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

vi

4. Potensi Manusia ............................................................. 22

5. Tujuan Hidup Manusia ................................................... 23

6. Manusia Sebagai Subjek dan Objek Pendidikan ............ 24

C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian ................................................................... 29

B. Metode dan Jenis Penelitian .................................................. 29

C. Sumber data ........................................................................... 30

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 30

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 31

F. Teknik Penulisan ................................................................... 31

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Biografi Hamka ..................................................................... 32

1. Riwayat Hidup Hamka ................................................... 32

2. Pendidikan Hamka ......................................................... 33

3. Pekerjaan dan Karya-karya Hamka ................................ 36

B. Konsep Manusia serta Hubungannya dengan Konsep

Pendidikan Islam Menurut Hamka ........................................ 41

1. Konsep Manusia .............................................................. 41

2. Konsep Pendidikan Islam ................................................ 51

a. Tujuan Pendidikan Islam ........................................... 54

b. Materi Pendidikan Islam ........................................... 55

c. Guru Sebagai Pendidik .............................................. 58

d. Peserta Didik ............................................................. 59

3. Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep Pendidikan

Islam ................................................................................ 61

Page 12: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 65

B. Implikasi ................................................................................ 66

C. Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna yang

diberi keistimewaan bentuk serta dianugerahi dengan akal dan fikiran yang

membuatnya mampu memikirkan mengenai alasan penciptaannya di muka bumi

dan tujuan dari penciptaannya tersebut. Sesuai dengan firman Allah dalam surat

At-Taghabun ayat 3:

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq.Dia membentuk rupamu dan

membaguskan rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali (mu).”

Awal mula penciptaan manusia adalah dari Adam as., lalu dari sulbinya

terciptalah Hawa sebagai pasangannya dan lahirlah keturunan-keturunannya

secara terus-menerus hingga akhir zaman. Seiring bertambahnya jumlah manusia

di muka bumi ini beserta hiruk-pikuk aktivitasnya guna menyambung

keberlangsungan hidupnya di dunia, manusia lambat laun menjadi lupa akan

hakikat dirinya serta tujuan dari penciptaannya di dunia ini. Padahal Al-Qur‟an

telah memaparkan secara jelas bahwa tidaklah semata-mata Allah menciptakan jin

dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana tertera dalam

firman-Nya surat Adz-Dzariyat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.”

Page 14: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

2

Ibadah dalam hal ini, sebagaimana dikatakan Toto Suharto, tidak

dimaksudkan dalam pengertiannya yang sempit, tetapi dalam pengertiannya yang

luas. Yaitu, nama bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa

perkataan maupun perbuatan. Intinya, tujuan hidup manusia adalah ibadah kepada

Allah dalam segala tingkah lakunya.1

Penciptaan manusia bukanlah tanpa tujuan. Manusia mempunyai kedudukan

sebagai „abd Allah dan khalifah yang di dalamnya terdapat tanggung jawab yang

mesti diembannya. Untuk dapat mengetahui tugas-tugas tersebut maka

pemahaman mengenai hakikat dirinya dari apa ia tercipta dan untuk apa ia

diciptakan penting untuk diketahui, semua hal tersebut terkait dengan pemahaman

mengenai konsep manusia. Setelah mengetahui jawaban mengenai hakikat dan

eksistensinya di dunia ini diharapkan ia akan mampu mengetahui arah dan tujuan

hidupnya sehingga terhindar dari kebimbangan.

Upaya untuk menyingkap hakikat manusia secara utuh telah banyak menyita

perhatian, baik dari kalangan filosof, ilmuan bahkan agamawan. Salah satunya

ialah tokoh filosof terkemuka, John Locke. Menurutnya, sebagaimana dikutip oleh

Ag.Soejono, “Pada waktu lahir anak manusia adalah kosong seperti kertas putih

belum tertulisi, pengisiannya bergantung pada pengalamannya”.2

Menurut Alexis Carrel, sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, “Mengatakan

bahwa manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat keterpisahan

manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian

tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya.”3 Pendapat ini menunjukkan

tentang betapa sulitnya memahami manusia secara tuntas dan menyeluruh.

Sehingga setiap kali seseorang selesai memahami dari satu aspek tentang manusia,

maka muncul pula aspek yang lainnya yang belum ia bahas.

1 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 83

2Ag. Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian ke-1, (Bandung: C.V. Ilmu, 1978), Cet.

X, h. 20

3 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h.

29

Page 15: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

3

Padahal pendefinisian mengenai hakikat manusia merupakan hal penting dan

dipandang perlu guna membantu manusia mengenal dirinya serta mampu

menentukan bentuk aktivitas yang dapat mengantarkannya pada makna

kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun, upaya tersebut gagal dan manusia

hanya mampu menyingkap hakikat dirinya pada batas instrumen bukan pada

substansi. Saat menemui jalan buntu tersebut, manusia sadar akan keterbatasannya

dan mencoba mengenal dirinya melalui pendekatan agama. Hal ini dikarenakan

dalam unsur penciptaan manusia terdapat unsur-unsur ilahiah yang substansinya

hanya Allah yang mengetahui.

Menurut Abuddin Nata, “Sesungguhnya berbicara tentang manusia tanpa

instrumen iman kepada Allah sama artinya membicarakan sesuatu yang rumit dan

cenderung tanpa jawaban yang pasti. Manusia adalah makhluk yang memiliki

„unsur ke-Ilahian‟, maka tidak mungkin mendalami manusia tanpa melibatkan

Allah.”4

Secara psikologis, upaya menyingkap hakikat manusia ini merupakan masalah

yang krusial dan penting, terutama dalam proses pendidikannya. Sebab jika tidak,

manusia akan kehilangan kendali dan keliru menganggap dirinya superior, dan

cenderung menafikan kekuatan makhluk lain termasuk kekuasaan Tuhan. Dampak

buruk lain yang dapat diakibatkan dari kesalahan persepsi ini antara lain adalah

pelanggaran norma-norma, dan kerusakkan lainnya yang dapat diperbuat manusia.

Selain itu, dapat pula muncul sifat pesimis dan rendah diri yang mengakibatkan

manusia tidak tergerak untuk menggali dan mengembangkan segala potensi yang

telah dianugerahkan Tuhan padanya.

Salah satu cara mengetahui dan mempelajari konsep manusia adalah melalui

pendidikan. Karena pendidikan merupakan sarana pengembangan kepribadian

manusia agar seluruh aspek manusia (aspek keimanan, syariat, dan penghambaan)

menjelma dalam sebuah harmoni dan saling menyempurnakan.Lewat penjelmaan

itu, seluruh potensi manusia dipadukan dan dicurahkan demi mencapai suatu

4Ibid., h. 52

Page 16: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

4

tujuan. Segala upaya, perilaku, dan getar perasaan, senantiasa bertitik tolak dari

tujuan tersebut.

Menurut Mohammad Nor Syam, Pendidikan dalam wujudnya selalu

bertujuan membina kepribadian manusia, baik demi ultimate goal maupun bagi

tujuan-tujuan dekat. Tujuan akhir pendidikan ialah kesempurnaan pribadi.

Prinsip ini terutama berpangkal pada asas self realisasi, yakni merealisasi

potensi-potensi yang sudah ada di dalam martabat kemanusiaannya. Potensi-

potensi itu baik berupa potensi-potensi intelektual, mental, rasa, karsa, maupun

kesadaran moral, bahkan juga aspek-aspek keterampilan fisik dan

perkembangan jasmaniah.5

Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi, Manusia merupakan salah satu makhluk

hidup yang sudah ribuan abad lamanya menghuni bumi. Sebelum terjadi proses

pendidikan di luar dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan

pendidikan pada dirinya sendiri, di mana manusia berusaha mengerti dan mencari

hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu mantiq,

manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berpikir). Berpikir di

sini maksudnya adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat serta pikiran.6

Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia

yang digunakan menentukan konsep-konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau

aliran tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori

atau sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang

digunakan.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Prasetya dalam bukunya Filsafat

Pendidikan untuk IAIN, STAIN, PTAIS, mengemukakan bahwa, “Corak

pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak

penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap

untuk memasuki lapangan penghidupan itu.”7

5Mohammad Nor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 179

6 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 130-131

7Prasetya, Filsafat Pendidikan untuk IAIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.

15

Page 17: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

5

Sebagai contoh apa yang terjadi dalam tradisi pendidikan di Barat yang

berdasarkan pada filsafat positivistik sehingga pendidikan menjadi bebas nilai.

Manusia dalam pendidikan dipandang sebagai objek yang tidak jauh berbeda

dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya dalam fungsi berfikir,

kemudian dikatakanlah bahwa manusia adalah binatang yang berfikir. Kemudian

pemikiran ini melahirkan pandangan dan sikap hidup materialisme. Puncak

kepuasan manusia terletak pada pemuasan materi. Materialisme dan sekuler

berjalan seiring dan berkaitan satu sama lain.

Kesalahan pemahaman yang telah dilakukan ilmuwan dalam memandang

manusia berakibat pada manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya tidak

semua kehidupan manusia dapat dirasionalkan. Banyak bagian dari kehidupan

manusia yang tidak dapat dirasionalkan yang hadir dalam kehidupan manusia

seperti cinta, seni, kematian dan sebagainya.

Menurut Fadillah Suralaga, “Pandangan yang bersifat antroposentris ini jauh

berbeda dengan pandangan Islam dalam melihat manusia dari segi hakikat jati diri

substansi manusia. Dalam pandangan Islam pada diri manusia terdapat tiga unsur

yang saling berinteraksi dengan kuat yaitu, jasad, jiwa, dan ruh.”8 Menurut Hamka

ketiganya merupakan unsur penggerak dan sekaligus memberikan arti bagi

keberadaan manusia di muka bumi. Bila salah satu di antaranya tidak difungsikan

secara optimal dan proposional, maka akan sangat berpengaruh bagi pembentukan

kepribadian peserta didik sebagai hamba-Nya yang mulia.9 Ketidak sempurnaan

unsur pada diri manusia inilah (aspek ruh) yang tidak tersentuh oleh pendidikan

yang berlangsung di Barat.

Di samping memahami konsep manusia diperlukan pula adanya pemahaman

mengenai konsep pendidikan Islam. Dikarenakan tujuan hidup ini pada akhirnya

akan bersinggungan dengan tujuan pendidikan Islam, karena pendidikan pada

dasarnya bertujuan memelihara kehidupan manusia. Seperti pendapat M. Natsir

8 Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005), Cet. I, h. 17

9 Samsul Nizar,Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. I, h. 126

Page 18: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

6

sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, “Bahwa dengan mengacu pada surat

Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya Dan Aku (Allah) tidak menjadikan jin dan

manusia, melainkan untuk menyembah Aku, menurutnya rumusan tujuan

pendidikan pada hakikatnya sama dengan tujuan hidup manusia, yaitu

menghambakan diri kepada Allah.”10

Dengan demikian, tujuan hidup muslim

sebenarnya merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.

Para ahli pendidikan Muslim pada umumnya sependapat bahwa teori dan

praktek Kependidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang

manusia. Menurut Ali Ashraf, sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar,

mengatakan bahwa, “Pendidikan Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas

tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan

inidividu seutuhnya.”11

Apabila pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka

berakibat tidak baik pada proses pendidikan itu sendiri. Pembicaraan diseputar

persoalan ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan.

Tanpa kejelasan tentang konsep ini, pendidikan akan meraba-raba.

Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku,

pengaturan emosional, hubungan peranan manusia di dunia ini, serta bagaimana

manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan

sekaligus mengupayakan perwujudannya.

Memahami kondisi demikian, maka diperlukan konsep baru tentang manusia

yang mempunyai landasan kuat dan jelas, sehingga manusia dipandang dan

ditempatkan secara benar dalam arti sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk

menjelaskan mengenai konsep manusia dan konsep pendidikan Islam secara lebih

mendalam, penulis mengambil pemikiran mengenai materi tersebut dari salah satu

tokoh cendikiawan tanah air yang sangat menguasai perihal konsep manusia dan

pendidikan Islam yang telah diterapkannya pula sebagai bentuk usaha

memperbaiki dan memajukan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di tanah

10 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 83

11

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 21

Page 19: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

7

Minangkabau. Namun, pemikirannya mengenai konsep manusia dan hubungannya

dengan konsep pendidikan Islam yang dicetuskannya ini masih kurang

terpublikasikan secara meluas. Tokoh cendikiawan yang dimaksud penulis di sini

ialah Hamka.

Hamka, merupakan salah seorang tokoh pembaharu Minangkabau yang

berupaya menggugah dinamika umat dan seorang mujaddid yang unik. Ia juga

sosok cendekiawan Indonesia yang memiliki pemikiran membumi dan bervisi

masa depan. Pernyataan ini tidaklah berlebihan jika kita melihat betapa banyak

karya dan buah pikiran Hamka yang turut mewarnai dunia, khususnya Islam.

Keterlibatan Hamka di berbagai aspek keilmuan menunjukkan bahwa beliau

adalah sosok yang cerdas, penuh inspiratif dan masih banyak hal lain yang dapat

kita adopsi untuk mencetak generasi-generasi masa depan seperti Hamka. Meski

di kalangan sebagian intelektual masih ada yang meragukan posisinya sebagai

pendidik dan pemikir pendidikan Islam, salah satunya Abdul Rahman Wahid.

Karena berdasarkan karya-karya yang dihasilkannya, orang-orang cenderung

memposisikannya sebagai mufasir melalui Tafsir al-Azhar-nya, sastrawan melalui

roman-romannya, sejarawan melalui sejarah Islamnya, sufi melalui Tasawuf

Modern-nya, dan da‟i dengan kemampuan retorikanya yang baik.

Namun, bila melihat lintas sejarah kehidupannya ia merupakan pendidik yang

cukup konsisten dan berhasil. Keikutsertaannya dalam memperkenalkan

pembaruan pendidikan di Indonesia dengan melakukan modernisasi kelembagaan

dan orientasi materi pendidikan Islam saat mengelola Tabligh School dan

Kulliyatul Muballighin di Makassar dan Padangpanjang merupakan salah satu

bukti kecemerlangan pemikirannya tentang pendidikan dan dimensi-dimensi

ajaran Islam yang bersifat dinamis, inovatif, dan revolusioner. Padahal jika diteliti

latar belakang pendidikannya, ia merupakan sosok ulama produk pendidikan

tradisional (surau).

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti konsep manusia serta

implementasinya terhadap konsep pendidikan Islam yang dicetuskan oleh Hamka,

Page 20: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

8

karena penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai pemikiran yang

dicetuskannya, serta pengetahuan lain yang dimilikinya yang sementara ini

penulis belum ketahui.

Bertolak dari hal tersebut, maka dari itu penulis tertarik untuk membahas

masalah ini dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul

“Hubungan Konsep Manusia dengan KonsepPendidikan Islam Menurut Haji

Abdul Malik Karim Amrullah”

B. Identifikasi Masalah

Di antara masalah yang terkait dalam penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Kurangnya pemahaman mengenai konsep manusia dalam mengetahui

hakekat dan eksistensinya sebagai manusia.

2. Kurangnya pemahaman terhadapkonsep pendidikan Islam untuk

diaktualisasikan dalam kehidupan.

3. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pemahaman konsep manusia

yang benar sebagai titik tolak perumusan konsep pendidikan Islam.

4. Kurang tersosialisasikannya pendapat Hamka terhadap pemikiran

mengenai konsep manusia dan pendidikan Islam yang telah memberikan

kontribusi pada perkembangan hidup manusia terutama dalam hal

pendidikan Islam.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan tidak melebar, maka pada penulisan skripsi ini, dibatasi

hanya pada konsep manusia dan hubungannya dengan konsep pendidikan Islam

menurut Hamka.

D. Perumusan Masalah

Dari beberapa uraian singkat di atas, maka permasalahan yang dapat penulis

rumuskan adalah sebagai berikut:

Page 21: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

9

1. Bagaimana konsep manusia menurut Hamka?

2. Bagaimana hubungan antara konsep manusia dan konsep pendidikan Islam

menurut Hamka?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitan

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.

b. Untuk mendeskripsikan konsep manusia menurut Hamka.

c. Untuk menguraikan hubungan antara konsep manusia dan konsep

pendidikan Islam menurut Hamka.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Mengungkapkan pemikiran Hamka yang selama ini penulis belum

ketahui.

b. Memberikan kontribusi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan

khususnya pendidikan Islam.

Page 22: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Manusia dan Pendidikan Islam

1. Manusia

Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang paling istimewa dan

pada dirinya diberikan potensi (fitrah) yang membuatnya dapat menjalani

kehidupannya di dunia dan dapat mengolah sumber daya yang telah

dianugerahkan Allah untuk mempermudah keberlangsungan hidupnya di

dunia, serta mampu menjadikan kemegahan alam semesta tersebut sebagai

perenungan dan bukti akan besarnya kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk memahami hakikat sebenarnya dari manusia, diperlukan adanya

pemahaman yang mendalam dan ketinggian pemikiran karena manusia

merupakan makhluk yang kompleks dan memiliki banyak sisi berbeda yang

sulit untuk digeneralkan.

Menurut Mohammad Irfan dan Matsuki HS, “Al-Qur’an

memperkenalkan tiga istilah kunci (key term) yang mengacu pada makna

pokok manusia, yaitu basyar, al-insan, dan al-nas. Ahli lain menambahkan

istilah lain yang mengacu pada makna manusia yaitu Adam yakni,

representasi manusia.”1

Menurut Fadilah Suralaga, dkk, kata basyar berasal dari kata yang

pada mulanya berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari

akar kata yang sama lahirlah kata basyarah yang berarti kulit. Manusia

dinamai basyar karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit

binatang yang lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui

tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.2

1 Mohammad Irfan dan Matsuki HS, Teologi Pendidikan Tauhid Sebagai Paradigma

Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Cet. I, h. 55.

2 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005), Cet. I, h. 11

Page 23: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

11

Firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 20:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah,

kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”

Adapun pengertian manusia sebagai insan, sebagaimana dipaparkan oleh

Fadilah Suralaga, dkk, “Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak,

harmonis, dan nampak. Kata insan dalam Al-Qur’an digunakan untuk

menunjukkan kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga.

Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Akibat perbedaan

fisik, mental dan kecerdasan.”3

Selanjutnya, menurut Mohammad Irfan dan Matsuki HS, “Konsep al-nas

mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas ini

paling banyak disebut Al-Qur’an, yakni sebanyak 240 kali. Menariknya,

dalam mengungkapkan manusia sebagai makhluk sosial, Al-Qur’an tidak

pernah melakukan generalisasi.”4

Sejak dulu para pakar telah mencoba meneliti perihal makhluk yang

bernama manusia dengan menggunakan berbagai teori yang bersumber dari

logika dan penggunaan istilah yang bermacam-macam. Penggunaan istilah ini

di ambil dari kebiasaan-kebiasaan manusia dalam menjalani kehidupannya.

Menurut Achjar Chalil dan Hudaya Latuconsina, para filsuf

mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung terus-

menerus mencipta (uncountable creator). Para ahli ilmu sosial mengatakan

bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung berkumpul (zoon

politicon) sehingga merasa tersiksa kalau diasingkan dari pergaulan

antarmanusia. Ahli jiwa mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk

yang memiliki perasaan (feeling), makhluk yang berpikir (thinking) dan

berkeinginan (willing). Para ahli ilmu biologi mengatakan bahwa manusia

itu tersusun dari unsur-unsur hayati.5

3 Ibid., h. 11-12

4 Mohammad Irfan dan Matsuki HS, op. cit., h. 61

5 Achjar Chalil dan Hudaya Latuconsina, Pembelajaran Berbasis Fitrah, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2009), Cet. II, h. 51-52

Page 24: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

12

Pengertian tentang manusia di atas menunjukkan bahwa manusia

merupakan makhluk yang memiliki kebebasan dalam hal menentukan

keinginan dan tindakannya dan juga memiliki kreativitas yang terus-menerus

berkembang. Pernyataan yang serupa juga dikemukakan oleh beberapa ahli

diantaranya:

Menurut Daniel Djuned dalam bukunya Antropologi Al-Qur‟an.

Mengatakan bahwa para ulama klasik, baik filsuf, mutakallimin, ataupun

ahli ushul melihat manusia hanya sebagai hamba Allah yang diberi akal

dan dilengkapi dengan sejumlah potensi atau istitha‟ah, kebebasan

memilih atau berkehendak (freewill) dan bebas bertindak (freeact) yang

berimplikasi dengan adanya tanggung jawab, meskipun mereka sedikit

berbeda dalam analisis tentang bagaimana potensi itu diberikan Tuhan.6

Menurut Aristoteles, sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah

Idi, “Manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya

dan berbicara berdasarkan akal pikirannya.”7

Menurut Mutahhari, “Manusia adalah makhluk paradoksal. Pada dirinya

terdapat sifat-sifat baik dan jahat sekaligus. Tetapi sifat-sifat itu hanyalah hal-

hal yang potensial. Berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya, manusia

harus membentuk dirinya. Kemampuan membentuk diri adalah khas manusia;

tidak ada makhluk lain yang memiliki kemampuan seperti itu.”8

Menurut M. Arifin, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam. “Islam

juga memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang di dalam

dirinya diberi kelengkapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki

kecenderungan ke arah yang baik dan yang buruk.”9

Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi, dalam tinjauan Islam, manusia

adalah pribadi atau individu yang berkeluarga, selalu bersilaturahmi dan

pengabdi Tuhan. Manusia juga pemelihara alam sekitar, wakil Allah swt.

di atas muka bumi ini. Manusia dalam pandangan Islam selalu berkaitan

6 Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur‟an, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 88

7 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 129

8 Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur‟an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan,

1997),Cet. IX, h. 32

9 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 14

Page 25: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

13

dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang

berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki dan berbicara.10

Allah SWT. menayatakan dalam firman-Nya surat asy-Syams ayat 1-7:

“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan

siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta

pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya

(ciptaannya).”

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah

yang diberi keistimewaan dibanding seluruh ciptaan-Nya yang lain, pada

dirinya telah dibekali potensi-potensi (kesempurnaan akal dan fisik), beserta

kemampuan untuk mengarahkan potensi-potensi tersebut ke arah kebaikan

ataupun keburukan.

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan oleh penulis,

dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang

dianugerahi dengan berbagai potensi serta diberikan kebebasan untuk berpikir

dan bertindak, Adakalanya pemikiran dan tindakannya itu mengarah kepada

keburukan dan dapat berakibat pada pengerusakkan alam. Namun, dapat pula

mengarah kepada kebaikkan yang akan membawa kemaslahatan untuk

dirinya, sesama makhluk, maupun alam semesta.

2. Pendidikan Islam

Pengertian pendidikan Islam menurut rumusan Seminar Nasional tentang

Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, sebagaimana dikutip oleh M.

Arifin ialah “Sebagai pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan

ruhani dan jasmani manusia menurut ajaran Islam dengan hikmah

10 Jalaluddin dan Abdullah Idi, op. cit., h. 129-130

Page 26: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

14

mengarahkan, membelajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi

berlakunya semua ajaran Islam.”11

Dari hasil konferensi Pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di

Islamabad, Pakistan, sebagaimana dikutip oleh A. Fatah Yasin, “Pendidikan

Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua

aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah

baik secara individual maupun kolektif menuju ke arah pencapaian

kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam.”12

Menurut Ahmad D. Marimba, “Pendidikan Islam adalah bimbingan

jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”13

Menurut A. Fatah Yasin pendidikan Islam merupakan pendidikan

yang integral dan berkesinambungan serta mencakup semua aspek

kepribadian manusia. Aspek-aspek yang diperhatikan oleh pendidikan

Islam adalah: jasad, akal, akidah, emosi, estetika, dan sosial. Karena itu,

pendidikan Islam harus diarahkan untuk pengembangan aspek-aspek

tersebut kepada hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan manusia.

Dengan kata lain, pendidikan Islam ingin membentuk manusia yang

menyadari dan melaksanakan tugas-tugas dan kekhalifahannya serta

memperkaya diri dengan khazanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal

batas. Namun juga menyadari bahawa hakikat keseluruhan hidup dan

pemilikan ilmu pengetahuan yang dimaksud tetap bersumber dan bermuara

kepada Allah.14

Maka dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan Islam adalah suatu usaha yang dilakukan secara

berkesinambungan untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia

baik jasmani maupun rohani, untuk kemudian diarahkan kepada pembentukan

kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.

11

M. Arifin, op. cit., h. 13-14 12

A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang Press,

2008), h. 24 13

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al Ma’arif,

1980), Cet. IV, h. 23

14 A. Fatah Yasin, op. cit., h. 108

Page 27: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

15

B. Manusia dalam Pendidikan Islam

1. Kedudukan Manusia dalam Pendidikan Islam

Menurut Umiarso dan Zamroni, dalam konsepsi Al-Qur’an, manusia

menempati posisi yang sangat mulia dan terhormat di jagat raya ini, bahkan

kemuliannya lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat dan makhluk ciptaan

Allah lainnya. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab yang besar

sebagai mandataris Allah (khalifah Allah fi al ardh) dalam mengatur tata

kehidupan di dunia.15

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT. dalam surat Al-Baqarah ayat

30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang

tidak kamu ketahui.”

Kata khalifah berasal dari bahasa Arab “khalafa” yang berarti pengganti,

istilah ini pertama kali digunakan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.

yakni sebagai sebutan bagi para pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi.

Kedudukan seluruh manusia sebagai khalifah yang disebutkan Allah dalam

firman-Nya di atas, tidaklah dimaksudkan bahwa seluruh manusia bertugas

sebagai wakil atau pemimpin umat dalam hal pemerintahan. Akan tetapi

khalifah di sini memiliki arti bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab

untuk dapat mengolah dan menaburkan benih-benih kebaikan sebagai wakil

Tuhan di muka bumi.

15 Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,

(Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), h. 65

Page 28: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

16

Ibnu Arabi mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Yunasril Ali,

bahwa jabatan khalifah itu hanya milik insan kamil, karena pada dirinya -

dari aspek batin- terproyeksi pula nama-nama dan sifat-sifat ilahi. Yang

dimaksud khalifah di sini bukan semata-mata jabatan dalam pemerintahan

yang secara lahir merupakan tugas memimpin/mengendalikan

pemerintahan dalam suatu wilayah negara (khalifah al-zhahiriyah), tetapi

lebih ditekankan pada pengertian khalifah yang kedudukannya sebagai

wakil (na‟ib) Allah. Atau lebih spesifik lagi, sebagai manifestasi nama-

nama dan sifat-sifat Allah di muka bumi (al khalifah al ma‟nawiyah)

hingga kenyataan adanya Tuhan terlihat padanya.16

Manusia selaku khalifah Allah di bumi, menurut Hasan Langgulung

sebagaimana dikutip oleh Toto Suharto, mempunyai beberapa karakteristik

sebagai berikut:

a. Manusia semenjak awal penciptaannya adalah baik secara fitrah. Ia

tidak mewarisi dosa karena Adam meninggalkan surga.

b. Interaksi antara badan dan ruh menghasilkan khalifah, karakteristik ini

yang membedakan manusia dengan makhluk lain.

c. Manusia selaku khalifah memiliki kebebasan berkehendak (free will),

suatu kebebasan yang menyebabkan manusia dapat memilih tingkah

lakunya sendiri.

d. Manusia dibekali akal yang dengan akal itu manusia mampu membuat

pilihan antara yang benar dan yang salah.17

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan penulis di atas, dapat

disimpulkan bahwa manusia memiliki kedudukan sebagai khalifah Allah di

bumi, yakni bertugas memanifestasikan nama-nama serta sifat-sifat Allah di

muka bumi ini, hingga kenyataan adanya Allah adalah benar adanya. Dan

kedudukan tersebut hanya dapat diemban oleh insan kamil, yakni manusia

yang memiliki keutamaan di sisi Tuhan maupun di sisi makhluk-Nya.

2. Proses Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan Tuhan melalui serangkaian proses alami yang

berlangsung dalam beberapa tahap. Proses penciptaan manusia dijelaskan

Allah dalam firmannya surat Al-Mu’minun ayat 12-14:

16 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn „Arabi oleh Al-

Jili, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 80

17 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 84-

85

Page 29: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

17

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat

yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal

darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan

dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik.”

Dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an menyatakan proses

penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut

dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Tahap

primordial terjadi pada manusia pertama, Adam as. Ia diciptakan oleh Allah

dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain

masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan

seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri

(manusia) tersebut. Selanjutnya, tahapan biologi yang dapat dipahami secara

sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah

yang dijadikan air mani (nutfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh

(rahim). Kemudian nutfah itu dijadikan darah beku („alaqah) yang

menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikannya

segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang-belulang

lalu kepadanya ditiupkan ruh.

Menurut Samsul Nizar, “Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim

menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt ke dalam janin setelah ia

mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari „alaqah dan 40 hari

mudghah.”18

18 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 15

Page 30: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

18

Menurut Musa Asy’arie, sebagaimana dikutip oleh Toto Suharto,

“Terdapat empat tahap proses penciptaan manusia, yaitu tahap jasad, tahap

hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.”19

Berikut penjelasan keempat tahapan ini:

a. Tahap jasad

Al-Qur’an menjelaskan bahwa permulaan penciptaan manusia adalah

dari tanah (turab) (QS. Al-Hajj: 5), yaitu tanah berdebu. Al-Quran

terkadang menyebut tanah ini dengan istilah tin (QS. Al-An’am: 2) dan

terkadang juga dengan istilah salsal (QS. Al-Rahman: 14). Namun yang

jelas, yang dimaksud dengan tanah ini adalah saripatinya atau sulalah

(QS. Al-Mu’minun: 12). Penciptaan dari tanah ini tidak berarti bahwa

manusia dicetak dari bahan tanah, seperti orang membuat patung dari

tanah. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu sari pati yang membentuk

tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan bagi

manusia.

Jadi, awal mula terciptanya janin di rahim seorang ibu ialah

bersumber dari percampuran sperma laki-laki dengan sel telur perempuan

yang semuanya itu merupakan hasil dari olahan makanan yang mereka

cerna setiap harinya. Dan semua makanan tersebut dihasilkan dari dalam

bumi, sehingga proses penciptaan manusia dari tanah hanya merupakan

istilah maknawiyah saja. Proses penciptaan manusia dari tanah yang

bersifat zhahiriyah hanya pernah terjadi pada proses penciptaan manusia

yang paling awal, yakni Nabi Adam as.

b. Tahap hayat

Menurut Toto Suharto, awal mula kehidupan manusia menurut

Al-Qur’an adalah air, sebagaimana kehidupan tumbuhan dan binatang

(QS. Al-Anbiya: 30). Maksud air kehidupan disini adalah air yang

hina atau sperma (QS. As-Sajdah: 8). Sperma ini kemudian membuahi

19 Toto Suharto, op. cit., h. 82

Page 31: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

19

sel telur yang ada dalam rahim seorang ibu. Sperma inilah yang

merupakan awal mula hayat (kehidupan) seorang manusia.20

Pernyataan bahwa awal mula kehidupan di muka bumi ialah

bersumber dari air juga pernah diungkapkan oleh filosof bernama Thales,

hal ini dikarenakan segala unsur dalam makhluk hidup, air pasti menjadi

salah satu kebutuhan dan menjadi bagian dari dirinya. Baik itu hewan,

tumbuhan maupun manusia.

Pada proses terjadinya manusia, air sebagai sumber kehidupan yang

dimaksudkan adalah air sperma yang dihasilkan kaum lelaki, di

dalamnya terdapat zat-zat hidup yang nantinya akan membuahi sel telur.

Sehingga jasad janin yang nantinya akan tumbuh dalam rahim sang ibu

akan dapat hidup dan memiliki karakteristik makhluk hidup pada

umumnya, seperti membutuhkan makanan, bergerak, bernafas, dan

menanggapi rangsang.

c. Tahap ruh

Kata ruh berasal dari kata ar-rih yang berarti angin. Oleh karena itu,

ar-ruh disebut juga an-nafs, yaitu napas atau nyawa. Menurut ibn Atsir,

sebagaimana dikutip oleh Umiarso dan Zamroni, “Ruh itu dipakai dalam

berbagai arti, tetapi yang paling umum ialah sesuatu yang dijadikan

sandaran bagi jasad.”21

Menurut I.R. Poedjawijatna, “Kebanyakan ahli filsafat Yunani

berpendapat bahwa ruh itu merupakan satu unsur yang halus, yang dapat

meninggalkan badan. Jika dia pergi dari badan, dia kembali ke alamnya

yang tinggi, meluncur ke angkasa luar dan tidak mati, sebagaimana

ungkapan Phytagoras kepada Diasgenes.”22

20 Ibid.

21

Umiarso dan Zamroni, op. cit., h. 77

22 I.R. Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia), (Jakarta: Bina Aksara,

1983), Cet. III, h. 67

Page 32: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

20

Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri

manusia dan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran,

penglihatan, dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan

dalam diri manusia adalah ruh. Ruhlah yang kiranya dapat membimbing,

pendengaran, penglihatan dan hati untuk memahami kebenaran.

Menurut I.R. Poedjawijatna juga, “Islam juga memandang

permasalahan ruh merupakan suatu hal yang terbatas untuk dipelajari

secara mendalam. Hal itu menjadi landasan bukti walaupun banyak ilmu

yang telah dimiliki oleh manusia, namun sampai kapanpun ia tidak akan

bisa melebihi Tuhannya, dalam masalah ruh.”23

Menurut Zuhairini, dkk, Islam berpendapat bahwa manusia terdiri

dari dua substansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh yang

berasal dari Tuhan. Maka hakikat pada manusia adalah ruh itu,

sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh untuk

menjalani kehidupan material di alam yang material bersifat sekunder

dan ruh adalah primer, karena ruh saja tanpa jasad yang material, tidak

dapat dinamakan manusia. Malaikat adalah makhluk ruhaniyah

(bersifat ruh semata) tidak memiliki unsur jasad yang material. Tetapi

sebaliknya unsur jasad yang material saja tanpa ruh, maka juga bukan

manusia namanya. Hewan adalah makhluk yang bersifat jasad

material yang hidup. Manusia tanpa ruh, tidak lebih dari hewan.24

Jadi, ruh merupakan suatu unsur halus yang melekat pada jasad.

Manusia bisa dikatakan hidup apabila ruhnya masih melekat pada

jasadnya. Namun, bila ruhnya tersebut telah meninggalkan jasadnya,

maka telah berakhirlah kehidupannya di muka bumi ini.

Oleh karena itu, pada hakikatnya jiwa manusia yang telah hidup sejak

zaman azali hingga di dunia akhirat nanti hanyalah ruhnya saja, adapun

jasadnya yang tampak di muka bumi ini hanya merupakan alat atau wadah

sebagai bukti yang jelas akan kehidupannya di muka bumi.

23 Ibid.

24

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2004), h. 77

Page 33: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

21

d. Tahap nafs

Menurut Toto Suharto, kata nafs dalam Al-Qur’an mempunyai

empat pengertian, yaitu nafsu, napas, jiwa, dan diri (keakuan). Dari

keempat pengertian ini, Al-Qur’an lebih sering menggunakan kata

nafs untuk pengertian diri (keakuan). Diri atau keakuan adalah

kesatuan dinamik dari jasad, hayat dan ruh. Dinamikanya terletak

pada aksi atau kegiatannya. Kesatuannya bersifat spiritual yang

tercermin dalam aktivitas kehidupan manusia.25

Dalam diri manusia, terdapat jasad sebagai wadah bagi ruh dan

dengan gabungan keduanya kemudian menjadi hiduplah jasad tersebut.

Gabungan unsur-unsur tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah aksi

atau tindakan. Dengan adanya aksi tersebutlah baru manusia dapat

dikatakan hidup. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia selalu

bergerak, bersosialisasi dan tidak pernah berhenti untuk berkreativitas

dan mengelola sumber daya alam guna menjaga keberlangsungan

hidupnya dan melestarikan alam semesta.

3. Tugas Hidup Manusia

Tugas manusia dalam pandangan Islam adalah memakmurkan bumi

dengan jalan memanifestasikan potensi Tuhan dalam dirinya. Dengan kata

lain, manusia sesungguhnya diperintahkan untuk mengembangkan sifat-sifat

Tuhan menurut perintah dan petunjuk-Nya. Sifat-sifat Tuhan ini dalam

bahasa agama biasa disebut Al-Asma Al-Husna, yang berjumlah 99. Sebagai

contoh, Tuhan adalah Maha Pengasih (Ar-Rahman) maka manusia

diperintahkan untuk bersifat asih terhadap dirinya dan makhluk lain.

Menurut Toto Suharto, Satu hal yang perlu dikemukakan di sini

adalah bahwa sifat-sifat Tuhan itu hanya dapat dimanifestasikan oleh

manusia dalam bentuk dan cara yang terbatas. Hal ini, selain karena watak

keterbatasan manusia, juga dimaksudkan agar manusia tidak mengaku

dirinya sebagai Tuhan. Seyogyanya manusia menganggap proses

perwujudan sifat-sifat Tuhan ini sebagai suatu amanah, agar manusia

mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas ini.26

25 Toto Suharto, op. cit., h. 83

26

Ibid., h. 85-86

Page 34: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

22

Jadi, proses perwujudan sifat-sifat Tuhan ini hanyalah sebagai contoh

kecil dari keluasan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Besar. Oleh karena itu,

manusia seyogyanya tidak bersifat sombong dan superior dengan

menganggap bahwa dirinya telah mencapai puncak dari semua sifat-sifat baik

yang melekat pada nama-nama Tuhan.

4. Potensi Manusia

Untuk dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya, manusia dibekali

Tuhan dengan berbagai potensi. Potensi-potensi ini diberikan Tuhan kepada

manusia sebagai suatu anugerah, yang tidak diberikan Tuhan kepada makhluk

lain. Potensi-potensi ini dalam bahasa agama disebut dengan fitrah.

Di dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim

disebutkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Kedua

orangtuanyalah yang memungkinkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau

Majusi. Hadis ini mengisyaratkan bahwa manusia semenjak lahir sudah

dibekali dengan berbagai potensi yang disebut dengan fitrah. Fitrah adalah

suatu istilah dari bahasa Arab yang berarti tabiat yang suci atau baik, yang

khusus diciptakan Tuhan bagi manusia. menurut Toto Suharto, “Fitrah

kiranya merupakan modal modal dasar bagi manusia agar dapat

memakmurkan bumi ini. Fitrah juga merupakan potensi kodrati yang dimiliki

manusia agar berkembang menuju kesempurnaan hidup. Keberhasilan

manusia dalam hal ini dapat dilihat dari kemampuannya untuk

mengembangkan fitrah ini.”27

Berdasarkan dengan potensi (fitrah) yang dibekalkan Tuhan kepada

manusia, para ahli filsafat telah memberikan berbagai predikat kepada

manusia. Menurut Zuhairini, Prediket tersebut antara lain:

a. Manusia adalah “homo sapiens” artinya makhluk yang mempunyai

budi.

b. Manusia adalah “animal rational” artinya binatang yang berpikir.

27 Ibid., h. 86

Page 35: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

23

c. Manusia adalah “homo laquen” yaitu makhluk yang pandai

menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan

dalam kata-kata yang tersusun.

d. Manusia adalah “homo faber” artinya makhluk yang tukang, dia

pandai membuat perkakas atau disebut juga “tool making animal”

yaitu binatang yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain

dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

e. Manusia adalah “homo economicus” artinya makhluk yang tunduk

pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.

f. Manusia adalah “homo religious” yaitu makhluk yang beragama. Dr.

M.J. Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda,

memandang manusia itu sebagai “animal educadum dan animal

educabile” yaitu bahwa manusia itu adalah makhluk yang harus

dididik dan dapat dididik. Di samping itu manusia juga sebagai “homo

planemanet” artinya untuk itu maka unsur rohaniah merupakan syarat

mutlak untuk terlaksananya program-program pendidikan.28

Jadi, potensi atau fitrah merupakan bekal khusus yang telah disiapkan

Tuhan untuk kelangsungan hidup manusia di bumi. Dengan potensi-potensi

yang berbeda tersebut manusia akan saling belajar dan membantu satu sama

lain guna mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki diri mereka masing-

masing hingga menuju kesempurnaan hidup. Namun, kesempurnaan tersebut

hanya mampu dicapai oleh orang-orang yang mampu mengenali dan

menggali secara benar potensi-potensi yang terdapat dalam diri mereka.

5. Tujuan hidup manusia

Al-Qur’an menjelaskan bahwa tidaklah semata-mata Allah menciptakan

jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Firman Allah dalam

surat Adz-Dzariyat ayat 56:

28 Zuhairini, dkk, op. cit, h. 82-83

Page 36: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

24

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.”

Menurut Toto Suharto, “Ibadah (pengabdian) dalam hal ini tidak

dimaksudkan dalam pengertiannya yang sempit, tetapi dalam pengertiannya

yang luas. Yaitu, nama bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah,

baik berupa perkataan maupun perbuatan. Intinya, tujuan hidup manusia

adalah ibadah kepada Allah dalam segala tingkah lakunya.”29

Tujuan hidup ini pada akhirnya akan bersinggungan dengan tujuan

pendidikan Islam, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan memelihara

kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan hidup muslim sebenarnya

merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.

6. Manusia Sebagai Subjek dan Objek Pendidikan

Menurut Langeveld, sebagaimana dikutip oleh Madyo Eko Susilo dan

RB Kasihadi, “Manusia itu adalah „animal educandum‟ (makhluk yang harus

dididik) dan „homo educandus‟ (makhluk yang dapat mendidik).”30

Dari

hakikat ini jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi

manusia.

Hal ini sesuai dengan kandungan Al-Qur’an surat Al’Alaq ayat 1-5:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha

Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai,

dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai

macam ilmu pengetahuan. Islam di samping menekankan kepada umatnya

29 Toto Suharto, op. cit., h. 83

30

Madyo Eko Susilo Dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), h. 18

Page 37: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

25

untuk belajar juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada

orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Menurut

Zuhairini, dkk, “Melakukan proses belajar dan mengajar adalah bersifat

manusiawi, yakni sesuai dengan harkat kemanusiaannya, sebagai makhluk

homo educandus, dalam arti manusia itu sebagai makhluk yang dapat dididik

dan mendidik.”31

a. Manusia sebagai subjek pendidikan

Menurut Ahmad D. Marimba, “Yang dimaksud dari manusia sebagai

subjek pendidikan adalah manusia dalam perannya sebagai pendidik,

secara umum pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung jawab

mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan

kewajibannya melaksanakan proses pendidikan.”32

Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Umiarso dan

Zamroni, „Makhluk yang paling mulia di muka bumi ialah manusia.

Sedangkan, yang paling mulia penampilannya adalah kalbunya. Guru

atau pengajar selalu menyempurnakan, mengagungkan, dan

mensucikan kalbu itu serta menuntunnya untuk dekat dengan Allah.‟ Ia

juga menambahkan, „Seseorang yang berilmu kemudian bekerja dengan

ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong

langit ini. Ia bagai matahari yang mencahayai orang lain, sedangkan

ia sendiri pun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati

orang lain, ia sendiri pun harum.‟33

Pendidik, selain bertugas melakukan transfer of knowledge, juga

adalah seorang motivator dan fasilitator bagi proses belajar peserta

didiknya. Menurut Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh Toto

Suharto, “Dengan paradigma ini, seorang pendidik harus dapat memotivasi

dan memfasilitasi peserta didik agar dapat mengaktualisasikan sifat-sifat

Tuhan yang baik, sebagai potensi yang perlu dikembangkan.”34

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Luqman ayat 13:

31 Zuhairini, dkk, op. cit., h. 99

32

Ahmad. D. Marimba, op. cit., h. 37

33 Umiarso dan Zamroni, op. cit., h. 85

34

Toto Suharto, op. cit., h. 116

Page 38: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

26

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar.”

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan penulis di atas, dapat

disimpulkan bahwa manusia sebagai subjek pendidikan adalah merupakan

seorang pendidik, dalam hal ini pendidik tugas seorang pendidik bukanlah

sekedar melakukan transfer ilmu saja, melainkan juga sebagai penanam

nilai-nilai moral pada diri peserta didik.

b. Manusia sebagai objek pendidikan

Menurut Toto Suharto, “Manusia sebagai objek pendidikan yakni

manusia dalam perannya sebagai peserta didik, peserta didik dalam

paradigma berarti orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah

potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan.”35

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 31:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada para malaikat. Lalu mereka berkata:

"Sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-

orang yang benar!."

Menurut Umiarso dan Zamroni, ayat ini menggambarkan pada kita

betapa fitrah manusia sebagai peserta didik sudah diaplikasikan oleh

manusia pertama, yaitu Adam, sebagaimana Allah mengajarkan kepada

Adam nama-nama benda secara keseluruhan. Dialog tersebut menjadi

35 Ibid., h. 119

Page 39: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

27

indikasi betapa proses pendidikan mempunyai urgenitas tersendiri dalam

Islam.36

Akan tetapi menurut Zakiah Daradjat, dkk, “Fungsi murid dalam

interaksi belajar-mengajar adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai

subjek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena

muridlah yang menerima pelejaran dari guru”.37

Jadi, manusia sebagai objek pendidikan ialah saat manusia berada

pada posisi sebagai penerima materi atau ilmu. Namun, tetap saja hasil

akhirnya ditentukan oleh mereka sendiri sebagai subjek penentu.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Tulisan-tulisan tentang Hamka sudah banyak dikaji orang, begitu juga tentang

penelitian mengenai tokoh ini, dikarenakan tokoh ini memiliki pengaruh besar di

bidangnya dengan bukti karya-karyanya yang masih terus diterbitkan dan dikaji

hingga saat ini.

Berikut merupakan beberapa penelitian terkait dengan Hamka berkenaan

masalah pendidikan, yaitu:

1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern Buya Hamka

skripsi karya Rini Setiani mahasiswa PAI, dalam penelitian karya

ilmiahnya ini peneliti mencoba mengulas nilai-nilai Islam yang dapat

diaplikasikan dalam khazanah pendidikan Islam yang terkandung dalam

buku Tasawuf Modern karya Hamka. Dari penelitian ini pula dapat

diketahui setidaknya terdapat tiga pembahasan pokok mengenai nilia-nilai

pendidikan Islam, yaitu pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, dan

pendidikan spiritual.

2. Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, skripsi karya Ajeng

Pramiswari mahasiswi PAI, dalam penelitian karya ilmiah ini peneliti

memaparkan bahwa tujuan hidup manusia merupakan tolak ukur

pendidikan Islam, dalam hal ini, tujuan hidup manusia yang dirumuskan

36 Umiarso dan Zamroni, op. cit., h. 83

37

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), Cet-I, h. 268

Page 40: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

28

Hamka adalah untuk beribadah, maka segala proses pendidikan pada

akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan peserta didik

sebagai abdi Allah dengan cara mengenal dan mencari keridhoan Allah,

membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia, serta mempersiapkan

peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah

komunitas sosialnya.

Dari dua penelitian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pandangan Hamka

mengenai konsepnya tentang manusia dan hubungannya dengan konsep

pendidikan Islam yang dirumuskannya. Karena pada dasarnya setiap konsep

pendidikan yang dirumuskan oleh suatu tokoh tidak akan pernah terlepas dari

gagasan mereka tentang manusia, karena manusia merupakan subjek dan objek

kajian dari pendidikan itu sendiri, jadi pemahaman tentang konsep manusia secara

mendalam mutlak dipahami oleh para penggagas pendidikan, dalam penelitian ini

adalah Hamka. Dan karena belum ditemukan penelitian yang membahas

mengenai konsep manusia dan implikasinya terhadap konsep pendidikan Islam

menurut Hamka.

Page 41: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep

Pendidikan Islam Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah” ini dilaksanakan

dalam waktu beberapa bulan, dengan pengaturan waktu sebagai berikut: bulan

September 2014 sampai bulan Februari 2015 digunakan untuk pengumpulan data

mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di

perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian.

B. Metode dan Jenis Penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research). Sesuai dengan pokok masalah yang telah

dirumuskan, data dan informasi yang dihimpun dalam penelitian ini bersifat

kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatatif. Dalam

penyajian data digunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan

untuk menguraikan dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh dalam

bentuk kalimat yang disertai dengan kutipan-kutipan data.

Dalam proses mengumpulkan bahan kepustakaan, peneliti melakukannya

dengan cara membaca, menelaah buku-buku, surat kabar dan bahan-bahan

informasi lainnya terutama yang berkaitan dengan manusia dan pendidikan Islam.

Page 42: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

30

C. Sumber Data

Menurut Lexy J. Moleong, “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain.”1

Adapun sumber data tersebut adalah:

1. Menurut Saefudin, “Data primer adalah data utama dari berbagai referensi

atau sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan

pertama”2. Dalam hal ini sumber data primer yang digunakan adalah buku-

buku karya Hamka sebagai sumber acuan utama, antara lain: Hamka,

Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998, dan Hamka, Lembaga

hidup, Jakarta: Djajamurni, 1962.

2. Menurut Sugiyono, “Sumber data sekunder sebagai data pendukung yaitu

berupa data-data tertulis baik itu buku-buku maupun sumber lain yang

memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas.”3Dalam hal ini sumber

data sekunder yang digunakan antara lain buku Memperbincangkan

Dinamika Intelektual Dan Pemikiran HAMKA Tentang Pendidikan Islam

karangan Samsul Nizar dan Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan

karangan Suwito dan Fauzan, Tafsir Al-Azhar: Dimensi Tasawuf HAMKA

karangan Abdul Rouf, dan lain sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Studi Pustaka (Library Research), menurut Sugiyono “studi pustaka yaitu

studi yang dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan

1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h.

157

2 Saefudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 89

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2012), h. 309

Page 43: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

31

seperti teks book, dan artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna

mendapatkan landasan teori.”4

E. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong, “Analisis data adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.”5

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Analisis Isi (Content

Analysis), yaitu menggunakan deskriptif analisis. Dalam catatan deskriptif ini

peneliti memberikan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa

adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai

dimensi yang terkait dengan semua aspek penelitian, yaitu mengenai konsep

manusia dan hubungannya dengan konsep pendidikan Islam menurut Hamka.

Kemudian setelah itu, dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan

permasalahan yang akan dibahas, kemudian peneliti menganalisis data tersebut,

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

F. Teknik Penulisan

Teknik atau metode penulisan ini berpedoman pada Pedoman Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Teknik penulisan juga mengacu kepada buku

Metode Penelitian Pendidikan karya Prof. Dr. Sugiyono dan juga mengacu

kepada buku Metodologi Penelitian Kualitatif karya Prof. Dr. Lexy J Moelong,

M.A.

4Ibid., h. 309

5Lexy J. Moleong, op. cit., h. 248

Page 44: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Hamka

1. Riwayat Hidup Hamka

Menurut Samsul Nizar, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka),

lahir di sungai Batang, Maninjau (Sumatera Barat) pada hari Minggu, tanggal

16 Februari 1908 M/13 Muharram 1326 H dari kalangan keluarga yang taat

beragama. Ayahnya bernama Haji Abdul Karim Amrullah atau dikenal

dengan sebutan Haji Rasul bin Syeikh Muhammad Amrullah (gelar Tuanku

Kisai) bin Tuanku Abdul Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama

yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan Kaum Mudo,

dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti

Shafiyah binti Haji Zakakaria (w. 1934). Dari genelogis ini dapat diketahui,

bahwa ia berasal dari keturunan yang taat beragama dan memiliki hubungan

dengan generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII

dan awal abad XIX. Ia lahir dalam struktur masyarakat Minangkabau yang

menganut sistem matrilinear. Oleh karena itu, dalam silsilah Minangkabau ia

berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.1

Menurut Herry Mohammad, dkk, nama Hamka melekat setelah ia untuk

pertama kalinya menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada tahun 1927.2

Menurut Abdul Rouf, nama asli Hamka adalah Abdul Malik. Lalu diberi gelar

buya oleh para penganut faham Muhammadiyah di Minangkabau, yang

menunjukkan bahwa orang itu memiliki kedalaman ilmu dalam pengetahuan

agama. Panggilan tersebut setara dengan panggilan kyai di Pulau Jawa. Nama

1 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. I, h. 15-18

2 Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema

Insani), 2006, h. 60

Page 45: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

33

Hamka merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang

juga merujuk kepada nama ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah.3 Menurut

Floriberta Aning S, dalam bukunya yang berjudul 100 Tokoh yang Mengubah

Indonesia, pada tahun 1929 Hamka menikah dengan Siti Raham binti Endah

Sutan dan kemudian dari hasil perkawinan tersebut mereka dikaruniai 12

orang anak, 2 diantaranya meninggal dunia. Dan pada tahun 1973 ia menikah

untuk yang kedua kalinya dengan seorang perempuan asal Cirebon, yaitu Hj.

Siti Chadijah setelah ditinggal wafat istri pertamanya satu setengah tahun

sebelumnya. Hamka dikenal sebagai salah satu tokoh organisasi Islam

modern Muhammadiyah. Bahkan Hamka bisa disebut sebagai tokoh utama

berdirinya organisasi itu di wilayah Sumatera Barat.4

2. Pendidikan Hamka

Menurut Samsul Nizar, sejak kecil Hamka menerima dasar-dasar agama

dan membaca Al-Qur‟an langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia

dibawa ayahnya ke Padangpanjang. Pada usia 7 tahun, ia kemudian

dimasukkan ke sekolah desa dan mengenyam pendidikan di sana selama 3

tahun lamanya. Ia juga memiliki hobi menonton film yang kemudian banyak

memberinya inspirasi untuk mengarang.5

Pendidikan formal yang dilaluinya sangat sederhana. Mulai tahun 1916

sampai 1923, ia belajar agama pada lembaga pendidikan Diniyah School di

Padangpanjang, serta Sumatera Thawalib di Padangpanjang dan di Parabek.

Walaupun pernah duduk di kelas VII, akan tetapi ia tidak memiliki ijazah.

Guru-gurunya pada waktu itu antara lain; Syeikh Ibrahim Musa Parabek,

Engku Mudo Abdul Hamid Hakim, Sutan Marajo, dan Syeikh Zainuddin

Labay el-Yunusiy.

3 Abdul Rouf, Tafsir Al Azhar: Dimensi Tasawuf HAMKA, (Selangor: Piagam Intan SDN.

BHD, 2013), Cet. I, h. 19

4 Floriberta Aning S, 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh

yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20, (Jakarta: Pt. Buku Kita, Cet. III,

2007), h. 81

5 Samsul Nizar, op. cit., h. 25-26

Page 46: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

34

Pelaksanaan pendidikan waktu itu masih bersifat tradisional dengan

menggunakan sistem halaqah. Pada tahun 1916, sistem klasikal baru

diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan Besi. Hanya saja, pada saat itu

sistem klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku dan alat belajar

mengajar lainnya. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian kitab-

kitab klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan sejenisnya.

Pendekatan pendidikan dilakukan dilakukan dengan menekankan pada aspek

hafalan. Pada waktu itu, sistem hafalan merupakan cara yang paling efektif

bagi pelaksanaan pendidikan. Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan

menulis huruf Arab dan Latin, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah

mempelajari kitab-kitab Arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran

sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan pendidikan tersebut

tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal. Akibatnya banyak di

antara teman-temannya yang fasih dalam membaca kitab, akan tetapi tidak

bisa menulis dengan baik.

Di antara metode-metode yang digunakan guru-gurunya, hanya metode

pendidikan yang digunakan Zainuddin Labay el Yunusiy yang menarik

hatinya. Pendekatan yang dilakukan gurunya ini, bukan hanya mengajar

(transfer of knowledge), akan tetapi juga melakukan proses “mendidik”

(transformation of value). Melalui Diniyah School Padangpanjang yang

didirikannya, ia telah memperkenalkan bentuk lembaga Islam modern dengan

menyusun kurikulum pendidikan yang lebih sistematis, memperkenalkan

sistem pendidikan klasikal dengan menyediakan kursi dan bangku tempat

duduk siswa, menggunakan buku-buku di luar kitab standar, serta

memberikan ilmu-ilmu umum seperti : bahasa, matematika, sejarah, dan ilmu

bumi.

Secara formal, pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi. Hanya

sampai kelas 3 di sekolah desa, lalu, sekolah agama yang ia jalani di

Padangpanjang dan Parabek juga tak lama, hanya selama tiga tahun.

Selebihnya ia belajar sendiri. Kesukaannya di bidang bahasa membuatnya

cepat sekali menguasai Bahasa Arab. Dari sinilah ia mengenal dunia secara

Page 47: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

35

lebih luas, baik hasil pemikiran klasik Arab maupun Barat. Karya para

pemikir Barat ia dapatkan dari hasil terjemahan ke Bahasa Arab. Lewat bahas

pula Hamka kecil suka menulis dalam bentuk apa saja. Ada puisi, cerpen,

novel, tasawuf, dan artikel-artikel tentang dakwah.

Ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya seputar ilmu-

ilmu Islami, namun juga terhadap ilmu-ilmu umum semakin berkembang saat

ia bekerja di perpustakaan milik gurunya Engku Zainuddin dan Engku Dt.

Sinaro yang bernama Zinaro. Selain dipekerjakan untuk membantu melipat

kertas, gurunya juga memperbolehkannya untuk membaca buku-buku di

perpustakaan tersebut. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan buku-

buku karya Plato, Aristoteles, Phytagoras, Plotinus, Ptolemaios, dan ilmuan

lainnya dari berbagai bidang ilmu.

Dalam menerima berbagai informasi dan ilmu pengetahuan ia sangat

menunjukkan kehati-hatiannya, namun tak menutup kemungkinan juga

baginya untuk terkadang ia mengambil pendapat ilmuan Barat yang

pandangannya bersifat positif bagi pembangunan dinamika umat (Islam).

Sistem pendidikan tradisional dilingkungan tempat tinggalnya

membuatnya merasa kurang puas dan ia berniat untuk melanjutkan

pendidikannya di tanah Jawa, ia lalu mendalami kitab-kitab klasik dan ilmu

lainnya di Yogyakarta. Guru yang amat besar jasanya dalam mengajarinya

tentang ilmu agama pada waktu itu adalah A.R. Sutan Mansur. Ia juga sering

melakukan diskusi guna memperluas wawasannya bersama para kawannya,

salah satunya ialah Muhammad Natsir. Di tempat ini pula, ia mulai

berkenalan dengan ide pembaruan gerakan Serikat Islam dan

Muhammadiyah.

Kemudian, pada tahun 1925, ia melanjutkan pendidikannya di

Pekalongan, di sini, ia tinggal dan bersama iparnya A.R. St. Mansur dan

mulai mempelajari ilmu tentang Islam yang dinamis maupun ilmu politik dari

iparnya tersebut. Di sini pula ia berkenalan dengan ide-ide pembaruan

Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha yang berupaya

mendobrak kebekuan umat. Ide-ide pembaruan para tokoh ini juga turut

Page 48: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

36

mewarnai wacana pembaruan yang dilakukannya. Dan pada bulan Juni di

tahun yang sama, ia kembali ke kampung halamannya di Maninjau dengan

membawa semangat dan waawasan yang baru tentang Islam yang dinamis.

Diantara guru-guru dan teman seperjuangan Hamka antara lain; Haji

Rasul (ayahnya), Syeikh Ibrahim Musa, R.M. Surjopranoto, A.R. Sutan

Mansur (dewan penasehat Muhammdiyah 1962-1980), H. Fachroedin (wakil

ketua P.B. Muhammadiyah), K.H. Mas Mansur, H.O.S. Cokroaminoto (yang

mengajarinya tentang peradaban Barat), A. Hasan, M. Natsir, K.H. Ahmad

Dahlan (pendiri organisasi Muhammadiyah), K.H. Ibrahim, K.H. Mukhtar

Bukhari, dan K.H. Abdul Mu‟thi.

3. Riwayat Pekerjaan dan Karya-Karya Hamka

Menurut Samsul Nizar, Pada tahun 1925, sekembalinya Hamka dari

perjalanan intelektualnya di tanah Jawa, ia kembali ke Maninjau dan mulai

berpidato di muka umum, ia menambah wawasannya dengan berlangganan

surat kabar dari Jawa yang memperkenalkannya dengan ide-ide pembaruan

dan pergerakan umat Islam. Dan untuk memperkenalkan semangat modernis

tentang wawasan Islam “baru” tersebut ia membuka kursus pidato yang diberi

nama “Tabligh Muhammadiyah”. Kumpulan pidato-pidatonya tersebut

kemudian ia himpun menjadi sebuah buku berjudul “Khatib al-Ummah”.6

Menurut Rusydi Hamka, kegiatan politik Hamka bermula pada tahun

1925 ketika Hamka menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun

1945, Hamka membantu menentang usaha kembalinya Penjajah Belanda ke

Indonesia melalui pidato dan menyertai geriliya di dalam hutan Medan. Pada

tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional,

Indonesia. Beliau juga menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi

pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudian

diharamkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1960.7

6 Ibid., h. 28-29

7 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka Panji Mas,

1989), h. 7

Page 49: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

37

Menurut Irfan Hamka, jabatan atau pekerjaan yang pernah diemban

Hamka selama hidupnya antara lain, menjabat sebagai Konsultan

Muhammadiyah Sumatera Barat pada tahun 1943, menjadi Ketua Front

Pertahanan Nasional (FPN) pada tahun 1947, menjadi Ketua Sekretariat

Bersama Badan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) di tahun 1948, menjadi

Pegawai Negeri pada Departemen Agama RI di Jakarta pada tahun 1950,

pada tahun 1955 sampai 1957 terpilih sebagai Anggota Konstituante Republik

Indonesia, pada tahun 1960 menjabat sebagi Pengurus Pusat Muhammadiyah,

menjadi Dekan Fakultas Usuluddin Universitas Prof. Moestopo Beragama

pada tahun 1968, menjabat sebagi Ketua MUI pada tahun 1975 hingga 1981,

dan di tahun yang sama pula ia menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan

Pesantren Islam Al-Azhar selama dua periode.8

Menurut Irfan Hamka pula, sebagai seorang intelektual yang produktif di

zamannya, Hamka juga mendapatkan berbagai gelar kehormatan.

Penghargaan yang pernah didapatnya antara lain; gelar Doctor Honoris Causa

dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Lalu gelar Doctor Honoris Causa

dari Universitas Prof. Moestopo Beragama, dan kemudian mendapat gelar

yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia pada tahun 1974. Bahkan

setelah wafatnya ia mendapat Bintang Mahaputera Madya dari Pemerintah RI

di tahun 1986, dan mendapat penghormatan sebagai Pahlawan Nasional di

tahun 2011.9

Menurut Samsul Nizar, Hamka memiliki peran yang luas dalam

pembaruan Islam di Makassar dan Minangkabau. Ia menawarkan model

pendidikan Islam yang reformis. Bahkan melalui ide-ide pembaruannya, ia

membuka wawasan intelektual umat Islam dan mensejajarkan pendidikan

Islam dengan pendidikan yang dikelola Pemerintah Kolonial. Ia mencoba

melakukan periodesasi perjalanan intelektualnya dalam empat periode, antara

lain. Pertama, masa munculnya konversi intelektual. Proses ini terjadi tatkala

ia melihat adanya ketimpangan terhadap pola pemikiran umat Islam yang

8 Irfan Hamka, Ayah, (Jakarta: Republik, 2013), h. 290

9 Ibid.

Page 50: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

38

jumud, serta pendidikan Islam yang hanya berorientasi pada bangsa Arab dan

dikotomis. Kedua, tahap pencarian identitas dan pembentukan wawasan

intelektual. Masa ini dipengaruhi oleh pemikiran ketika ia belajar di

Pekalongan dan Jogjakarta. Persentuhannya dengan ide-ide Islam modernis

yang berkembang waktu itu, telah ikut mempengaruhi warna dan dinamika

pemikirannya. Ketiga, tahap pengembangan intelektual awal. Masa ini adalah

setelah kembali dari Jawa. Dinamika ini bisa dilihat dari upayanya

mengembangkan ide pembaruan, baik ketika di Minangkabau maupun Medan

dan Makassar. Proses tersebut dilakukan melalui wadah Muhammadiyah

maupun karya-karyanya. Keempat, tahap pengembangan intelektual kedua

dan pemaparan pemikiran-pemikiran pembaruannya. Masa ini diawali ketika

berangkat ke Jakarta, dan terutama pada tahun 1952 sampai akhir hayatnya,

ketika zaman Jepang, Hamka memang sempat mendapat posisi sebagai

anggota Syu Kai (Dewan Perwakilan Rakyat), setelah banyak sekali

pelarangan yang dilakukan Jepang terhadap perkumpulan dan majalah yang

dipimpinnya. Dan sikap kompromi mau bekerja sama dengan Jepang ini juga

yang memunculkan sikap sinis terhadap dirinya, hingga akhirnya ia pergi ke

Padangpanjang pada tahun 1945 hingga tahun 1949. Sesudah perjanjian

Roem Royen, ia ingin mengembangkan dakwah dan pemikirannya ke Jakarta

dan mulai melakukan aktivitasnya sebagai koresponden majalah

Pemandangan dan Harian Merdeka. Ia kemudian mengarang karya

autobiografinya Kenang-kenangan Hidup, tahun 1950.10

Hamka adalah seorang pemimpin politik, dan agamawan, sastrawan,

wartawan (jurnalistik) yang moderat dan diterima oleh semua lapisan dan

golongan masyarakat, beliau wafat pada 24 Juli 1981 (1401 H), dengan

meninggalkan karya pena yang sangat banyak jumlahnya.

Menurut Hery Sucipto, sebagai bukti penghargaan yang tinggi di bidang

keilmuan, perserikatan Muhammadiyah kini telah mengabadikan namanya

10 Samsul Nizar, op. cit., h. 45-46

Page 51: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

39

sebagai nama Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta dan Jakarta:

Universitas Hamka (UHAMKA).11

Menurut Samsul Nizar, berdasarkan karya-karya yang dihasilkannya,

orang-orang cenderung memposisikan Hamka sebagai mufasir melalui Tafsir

Al-Azhar-nya, sastrawan melalui roman-romannya, sejarawan melalui sejarah

Islamnya, sufi melalui Tasawuf Modern-nya, dan da‟i dengan kemampuan

retorikanya yang baik. Namun, bila melihat lintas sejarah kehidupannya ia

juga merupakan pendidik yang cukup konsisten dan berhasil.

Keikutsertaannya dalam memperkenalkan pembaruan pendidikan di

Indonesia dengan melakukan modernisasi kelembagaan dan orientasi materi

pendidikan Islam saat mengelola Tabligh School dan Kulliyatul Muballighin

di Makassar dan Padangpanjang merupakan salah satu bukti kecemerlangan

pemikirannya tentang pendidikan dan dimensi-dimensi ajaran Islam yang

bersifat dinamis, inovatif, dan revolusioner. Padahal jika diteliti latar

belakang pendidikannya, ia merupakan sosok ulama produk pendidikan

tradisional (surau).12

Lebih dari seratus buku telah dikarangnya yang meliputi: sejarah, filsafat,

novel dan masalah-masalah Islam. Selain itu ia juga dipandang sebagai

pengajar tasawuf modern di Indonesia. Berikut adalah beberapa karya-karya

Hamka, antara lain:

a. Autobiografi

Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV, Cet. 4. Jakarta: Bulan

Bintang, 1979. Dalam buku ini ia mengisahkan secara terperinci

mengenai kisah hidupnya dari kecil hingga dewasa, bahkan hingga hal-

hal yang sangat prinsipil seperti sisi-sisi kehidupan keluarganya.

b. Biografi

Ayahku; Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan

Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Widjaja, 1958. Melalui karyanya ini ia

11 Hery Sucipto, Tajdid Muhammadiyah, (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 158

12

Samsul Nizar, op. cit., h. 2

Page 52: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

40

berupaya memaparkan secara rinci kepribadian dan sepak terjang

ayahnya Haji Abdul Karim Amrullah atau dikenal dengan sebutan Haji

Rasul. Bahkan lebih jauh, ia mengawali karyanya dengan memaparkan

sejarah perkembangan dan pergerakan umat Islam di Minangkabau pada

awal abad XIX.

c. Filsafat dan Keagamaan

1) Falsafah Hidoep. Djakarta: Poestaka Pandji Masyarakat, 1950.

Dalam karyanya ini ia memaparkan tentang makna hidup, ilmu,

akal, hukum alam (sunnatullah), adab kesopanan, kesederhanaan,

keberanian, keadilan, persahabatan, dan fungsi Islam sebagai

pembentuk hidup.

2) Lembaga Hidup, Jakarta: Djajajmurni, 1962. Dalam karyanya ini ia

mencoba mengupas tentang makna kewajiban serta fungsi dan tata

cara pelaksanaan kewajiban tersebut, lalu diakhiri dengan

pemaparan sosok Nabi Muhammad SAW.

3) Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. Sesuai dengan

judul buku ini, di dalamnya dipaparkan secara rinci mengenai

makna budi dan perkara-perkara yang dapat merusak budi tersebut,

selain itu ia juga menyisipkan sedikit pengalaman-pengalaman

hidupnya.

4) Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. Dalam buku ini

ia mencoba memaparkan permasalahan tasawuf dengan bahasa

yang lebih sederhana dan mudah untuk dipahami masyarakat

umum. Ia juga menjelaskan tentang perlunya penghayatan

keagamaan yang mendalam, namun, tidak perlu melakukan

pengasingan diri (uzlah), melainkan tetap aktif terlibat dalam

masyarakat.

5) Tafsir Al-Azhar, Juz I Sampai Juz XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas,

1986.

Page 53: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

41

d. Adat dan Kemasyarakatan

1) Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi. Jakarta: Tekad, 1963.

Yang berisi kritikkan terhadap banyaknya adat Minangkabau yang

dianggapnya sudah menyimpang dari ajaran Islam.

2) Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

e. Sejarah Islam

1) Pembela Islam (Tarikh Sayyidina Abubakar Shiddiq). Medan:

Pustaka Nasional, 1929.

2) Ringkasan Tarikh Ummat Islam. Medan: Pustaka Nasional, 1929.

3) Sedjarah Islam Di Soematera. Medan: Pustaka Nasional, 1950.

4) Sejarah Umat Islam, 4 Jilid. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

B. Konsep Manusia serta Hubungannya dengan Konsep Pendidikan Islam

Menurut Hamka

1. Konsep manusia

a. Pengertian manusia dan fitrah manusia menurut Hamka

Manusia merupakan salah satu di antara banyak makhluk ciptaan

Allah SWT. Tujuan dan bentuk penciptaan manusia itu sendiri amatlah

berbeda dengan makhluk selainnya, manusia dianugerahi keistimewaan

berupa bermacam-macam potensi dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh

makhluk ciptaan Allah lainnya. Untuk menghasilkan bibit-bibit manusia

yang unggul dan berpotensi baik ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba tanpa

melalui suatu proses terlebih dahulu, akan tetapi dibutuhkan suatu usaha

dan ikhtiar yang dimulai sedari dini, yakni sejak manusia masih berada

dalam kandungan.

Menurut Hamka, “Dalam kandungan seorang ibu tercipta „Lembaga

(cetakan) Hidup‟ yang akan dituangkan seketika manusia itu terlahir di

dunia kelak.”13

Jadi, dalam rahimlah masa penentuan nasib, masa

membentuk lembaga. Lembaga yang salah, tiada akan menghasilkan

13 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1997), h. 2

Page 54: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

42

yang benar. Maka dari itu diusahakan lembaga tidak menjadi sekedar

lembaga yang tidak pernah diusahakan dalam menuangkannya. Bagi

Hamka, manusia harus berusaha agar hal-hal yang diusahakannya sesuai

dengan ketentuan yang disediakan Tuhan untuk manusia.

Pada Al-Qur‟an terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk

penyebutan manusia, yakni; al-basyar, an-nas, al-insan, dan bani Adam.

Istilah penyebutan tersebut didasari atas perbedaan manusia dengan

makhluk-makhluk Allah lainnya baik dalam hal bentuk, serta potensi-

potensi yang dianugerahkan pada diri manusia, seperti akal pikiran, kalbu

dan juga nafsu yang berguna untuk mempelajari dan memahami alam

semesta.

Setelah manusia terlahir di dunia, meski ia terlihat lemah dan tak

berdaya. Namun, sebenarnya sudah terdapat potensi-potensi atau fitrah

yang terdapat di dalam dirinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Samsul

Nizar, bahwa dalam hal proses penciptaannya, manusia merupakan

makhluk Allah yang paling sempurna, ia telah dianugerahkan dengan

berbagai fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Dalam perspektif

pendidikan Islam fitrah manusia dimaknai dengan sejumlah potensi yang

menyangkut kekuatan-kekuatan manusia. Kekuatan tersebut meliputi

kekuatan hidup, kekuatan rasional (akal), dan kekuatan spiritual

(agama).14

Ketiga kekuatan ini bersifat dinamis dan saling terkait satu

sama lain (integral).

Dalam Al-Qur‟an kata fitrah dinukilkan Allah SWT. dalam surat ar-

Ruum ayat 30:

14 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 135

Page 55: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

43

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah

atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahui.”

Dalam menafsirkan ayat di atas, Hamka memaknai kata fitrah

sebagai “Rasa asli (murni) yang berada dalam jiwa setiap manusia yang

belum dipengaruhi oleh faktor lainnya, kecuali mengakui kekuasaan

tertinggi di alam ini (Allah).”15

Menurutnya pula, “Pada dasarnya fitrah

manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat yang hanif (Allah) melalui

agama yang disyari‟atkan padanya.”16

Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Abu „Ala al-Maududi

sebagaimana dikutip oleh A. Susanto. Menurutnya, “Manusia adalah

hamba Allah yang diciptakan dengan dibekali berbagai potensi,

kemampuan atau sifat dasar, yaitu as-sam‟u (pendengaran), al-bashir

(penglihatan), dan al-fuad (akal pikiran).”17

Apabila manusia dapat

mengaktualisasikan dan memfungsikan ketiga potensi tersebut secara

maksimal, manusia tersebut akan mencapai derajat yang tinggi, mampu

menciptakan bermacam-macam ilmu pengetahuan sehingga layak untuk

menjadi pemimpin, sebagai khalifah di muka bumi ini.

Menurut Samsul Nizar, Fitrah dalam Islam tidaklah sama dengan

teori Tabularasa John Locke, yang menyatakan manusia lahir tanpa

potensi. Konsep fitrah manusia dalam Islam juga berbeda jauh dengan

teori Nativisme A. Scophenhour yang menistakan adanya pengaruh

dari luar diri manusia. Selain dua teori tersebut, konsep fitrah dalam

Islam juga berlainan dengan teori Konvergensi William Stern, sebab

dalam Islam perkembangan potensi manusia itu bukan semata-mata

dipengaruhi oleh lingkungan semata dan tidak bisa ditentukan melalui

pendekatan kuantitas. Kepribadian manusia terbentuk atas peran

potensi yang dimilikinya dan juga keterlibatan lingkungan di

sekitarnya, selain itu faktor hidayah yang diberikan Allah kepada

setiap hamba yang dikehendakinya juga turut serta membentuk

kepribadian manusia.18

15 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), Jilid 7, h. 5516

16

Ibid, h. 5515

17 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 76.

18

Samsul Nizar, op. cit., h. 136

Page 56: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

44

Dalam pandangan Islam, manusia tidaklah terlahir dengan tanpa

membawa potensi apapun dan juga sebaliknya, dengan menafikan

pengaruh lingkungan bagi pengembangan potensi-potensi yang telah

terdapat pada dirinya. Melainkan telah ada potensi atau fitrah dalam diri

manusia sejak mereka dilahirkan, dan potensi atau fitrah tersebut akan

dapat berkembang dengan baik melalui perantara dan bantuan pendidikan

dari lingkungan disekitarnya.

Menurut Hamka ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada

masa ini seorang anak hanya membawa insting (gharizah), seperti

menangis, merasakan haus, lapar, dan lain sebagainya. Dengan perangkat

fisik tersebut secara bertahap mengalami perkembangan ke arah yang

lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif

dan efesien adalah melalui pendidikan. Proses ini dimulai sejak manusia

lahir sampai perkembangannya mengalami kefakuman, yaitu dengan

adanya kematian.19

Hal senada juga dituturkan oleh ibnu Hazm, sebagaimana dikutip

oleh A. Susanto, yakni, “Manusia difitrahkan tidak mempunyai

pengetahuan tentang kehidupannya sewaktu dilahirkan. Kemudian

perjalanan hidupnya menuntut untuk bertindak melawan kegundahan.

Dan ia mulai mencapai pemenuhan hajat hidupnya yang berupa ilmu,

yaitu indra, asumsi, intuisi, dan akal pikiran”.20

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk Allah

yang dibekali dengan berbagai potensi atau fitrah yang istimewa. Fitrah

manusia ini pada dasarnya masih merupakan wujud „ilmi, yaitu berupa

embrio dalam ilmu Tuhan, yang kemudian akan berkembang setelah

manusia lahir dan melakukan serangkaian interaksi dengan

lingkungannya. Perasaan akan adanya Yang Maha Kuasa juga adalah

fitrah manusia. jadi, bila saat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

dewasa, seseorang menyimpang dari fitrah asalnya yakni berbuat

19 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6, op. cit., h. 4665-4667

20

A. Susanto, op. cit., h. 41

Page 57: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

45

kebajikan dan tunduk atas perintah Khaliknya, maka ia telah menyalahi

fitrahnya tersebut.

b. Potensi manusia menurut Hamka

Pada waktu dilahirkan, setiap manusia telah dianugerahi potensi-

potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Potensi itu sendiri

merupakan bakat atau kemampuan khusus yang dimiliki manusia sebagai

sebuah anugerah dari Tuhan sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya

sebagai hamba dan khalifah Tuhan di muka bumi ini.

Menurut Hamka, “Pada diri setiap anak (manusia), terdapat tiga

unsur utama yang dapat menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh

maupun „abd Allah. Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati, atau

kalbu (roh) dan pancaindera (penglihatan dan pendengaran) yang

terdapat pada jasadnya.”21

Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu

manusia (peserta didik) untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta

menangkap tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam hal ini, ia mengutip

firman Allah SWT, surat al-Mulk ayat 23:

“Katakanlah: „Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati‟. (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.”

Begitu juga dalam pandangan Hasan al-Banna sebagaimana dikutip

oleh A. Susanto, “Manusia terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu1)

jasmani atau badan, 2) hati (qalb), 3) akal.”22

21 Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid XIV. op. cit., h. 274

22

A. Susanto, op. cit., h. 64

Page 58: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

46

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia,

sejak dilahirkan ke dunia telah memiliki akal, jasad, dan jiwa sebagai

sebuah bekal (potensi) pribadinya masing-masing yang dapat digunakan

untuk mempelajari dan memahami hakikat alam semesta sebagai bentuk

tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. di muka bumi. Di sini

penulis akan memaparkan macam-macam potensi manusia menurut

Hamka, yakni:

1) Jasad

Menurut Hamka, jasad (jism) manusia merupakan tempat di mana

jiwa (al-qalb) berada, meskipun jiwa merupakan tujuan utama bagi

manusia, namun tanpa jism, jiwa tidak akan berkembang secara

sempurna. Melalui wasilah jism, jiwa manusia akan berkembang secara

sempurna.

Begitu juga Menurut Zakiah Daradjat, “Dimensi fisik merupakan

dimensi yang mempunyai bentuk dan terdiri dari seluruh perangkat:

badan, kepala, kaki, tangan, dan seluruh anggota luar dan dalam, yang

diciptakan oleh Allah dalam bentuk dan kondisi yang sebaik-baiknya.

Bahkan manusia adalah makhluk Allah yang paling baik.”23

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat at-Tin ayat 4:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.” Jasad manusia merupakan materi yang terikat dengan hukum alam,

yang dapat merasakan sehat, sakit, kuat dan lemah, yang semuanya itu

tergantung pada kebijakan manusia itu sendiri dalam merawat tubuh atau

jasadnya selagi ia masih hidup. Kemampuan dan daya tahan tubuh tiap

manusia berbeda antara satu dengan lainnya, biasanya kaum lelaki

memiliki kekuatan dan ketahanan tubuh yang lebih kuat dibandingkan

23 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama,

1995), Cet. 2, h. 2

Page 59: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

47

dengan kaum wanita yang cenderung lebih lemah. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang perawatan tubuh mutlak diperlukan oleh setiap

manusia agar dapat menjalani tugas dan aktivitas kehidupannya dengan

baik.

Menurut Hamka, terdapat dua cara yang dapat ditempuh manusia

untuk memelihara tubuhnya, yaitu: pertama, sederhana dalam makan

dan minum. Kedua, mengetahui ilmu kesehatan. Memelihara

kesehatan tubuh adalah penting. Jika tubuh tidak sehat, hanya akan

memengaruhi aspek diri manusia yang lainnya, yaitu kesehatan akal,

bahkan akhirnya akan berdampak pada kesehatan busi (akhlak).24

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam

Keluarga dan Sekolah, “Kebutuhan fisik jasmaniah merupakan

kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer, seperti makan,

minum, seks, dan sebagainya, tidak dipelajari manusia, sudah fitrahnya

sejak lahir. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dipenuhi, akan

hilanglah keseimbangan fisiknya.”25

Jadi, dapat disimpulkan bahwa jasad manusia merupakan wadah

tempat bersemayamnya jiwa manusia selagi ia hidup di dunia ini, yang

terdiri dari seluruh anggota fisik tubuh manusia baik luar maupun dalam.

Dan terdapat beberapa kebutuhan jasad yang mesti terpenuhi guna

menjaga kesehatan jasad seperti, makan, minum dan lain sebagainya.

Pemeliharaan kesehatan jasad ini mutlak diperlukan, karena kesehatan

jasad akan mempengaruhi potensi atau unsur diri manusia lainnya baik

itu akal maupun jiwanya.

2) Jiwa

Pembicaraan mengenai konteks jiwa pada manusia, sesungguhnya

merujuk pada sisi dalam diri manusia yang berpotensi baik dan buruk.

Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi

negatifnya, hanya saja daya tarik keburukannya lebih kuat dari pada daya

tarik kebaikannya. Sehingga, jiwa manusia berada pada posisi yang

24 Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 40

25

Zakiah Daradjat, op. cit., h. 19

Page 60: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

48

lemah, yang digambarkan dengan sifat-sifat bodoh dan kegelapan dan

cenderung membawa kepada kejahatan. Agar manusia dapat memperoleh

keberuntungan, jiwa harus diluruskan dengan mendidiknya sesuai akhlak

Islam. Salah satu faktor penting yang dapat meluruskan jiwa seseorang

adalah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agar terhindar dari

kebodohan. Selain itu, pendidikan jiwa pun membutuhkan kesungguhan

hati, kesabaran, dan pengetahuan yang matang.

Menurut ibnu Sahnun sebagaimana dikutip oleh A. Susanto,

“Pendidikan kejiwaan adalah suatu yang penting untuk menghubungkan

manusia dengan penciptanya. Pendidikan kejiwaan ditekankan untuk

membentuk kepribadian anak agar memiliki kepribadian yang

sempurna.”26

Dalam pandangan Hamka tentang pendidikan jiwa (al-qalb) dan

jasad (jism), ia kelihatannya terpengaruh pada pandangan Plato dan

Prancis Bacon. Hal ini terlihat dari sandaran teoritis yang dipergunakan

dalam Lembaga Hidup. Di antaranya, ia mengutip pendapat Plato yang

menyebutkan, bahwa dalam melaksanakan pendidikan, maka ada dua

latihan yang perlu dikembangkan, yaitu: pertama, melatih tubuh dengan

gymnastic supaya tubuh kuat dan sehat. Kedua, melatih jiwa dengan

musik, agar jiwa memperoleh ketentraman dan mampu merasakan

sesuatu.27

3) Akal

Kata akal dalam Bahasa Indonesia berarti pikiran atau intelek (daya

atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu

pengetahuan). Dalam Bahasa Indonesia perkataan akal menjadi kata

majemuk akal pikiran.

Kedudukan akal dalam Islam, adalah sangat penting, karena akallah

wadah yang menampung akidah, syari‟ah serta akhlak dan

menjelaskannya. Kita tidak akan pernah dapat memahami Islam tanpa

26 A. Susanto, op. cit., h. 57

27

Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 40-41

Page 61: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

49

mempergunakan akal. Dan dengan mempergunakan akal dengan baik dan

benar sesuai dengan petunjuk Allah, manusia akan merasa selalu terikat

dan dengan sukarela mengikatkan diri kepada Allah SWT.

Pandangan Hamka mengenai akal, baginya akal adalah laksana

sentral listrik dalam pribadi insan, yang harus dipenuhi oleh waterkratch

(tenaga air) dan bahan lainnya, sehingga dapat menimbulkan nyala pada

lampu-lampu pancaindera. Kekayaan tenaga air tersebut merupakan hasil

dari penyelidikan, percobaan dan pengalaman. Tujuan yang dikehendaki

akal ialah tujuan yang bersifat mulia dan utama, namun jalan yang harus

dilalui amatlah sukar.28

Menurutnya Zakiah Daradjat, “Akal merupakan pembeda antara

manusia dengan makhluk Allah swt yang lain. Dengan akal, manusia

memahami, mengamati, berpikir dan belajar. Serta dengan akal itu

manusia merencanakan berbagai kegiatan besar dan kecil, serta

memecahkan berbagai masalah.”29

Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip oleh Mohammad

Daud Ali, Perkataan akal dalam Bahasa Arab mengandung beberapa

arti, di antaranya mengikat dan menahan. Makna akar katanya adalah

ikatan. Ia juga mengandung arti mengerti, memahami dan berpikir.

Para ahli filsafat dan ahli ilmu kalam mengartikan akal sebagai daya

(kekuatan, tenaga) untuk memperoleh pengetahuan, daya yang

membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan orang

lain, daya untuk mengabstrakkan (menjadikan tidak berwujud) benda-

benda yang ditangkap oleh pancaindera.30

Untuk menjadikan potensi akal manusia agar dapat berkembang

dengan baik dan sempurna, maka dibutuhkan peran pendidikan akal guna

mengaktifkan saraf-saraf pengetahuan yang telah dianugerahkan Tuhan

pada setiap manusia.

Menurut Hamka, “Apabila bertambah tinggi perjalanan akal, maka

bertambah banyak alat pengetahuan yang dipakai, pada akhirnya

28 Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h. 123

29

Zakiah Daradjat, op. cit., h. 5

30 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),

h. 385

Page 62: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

50

bertambah tinggi pulalah martabat iman dan Islam seseorang,

sebagaimana sabda Nabi SAW. „Agama itu ialah akal, dan tidak ada

agama pada orang yang tidak berakal‟.”31

Pandangan Hamka ini sejalan dengan pemikiran beberapa tokoh

pendidikan Islam, antara lain:

a) Menurut ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh A. Susanto,

“Akal adalah pemberian yang paling utama dari Tuhan. Oleh

karena itu, akal merupakan pancaran dari Tuhan. Pada saat

manusia melakukan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai

ketuhanan maka sesungguhnya ia telah menyimpang dari maksud

sebenarnya Tuhan memberikan atau melimpahkan nikmat itu

kepadanya.”32

b) Menurut Ibnu khaldun sebagaimana dikutip oleh Ismail Said Ali,

“Akal tidak akan terbentuk secara sempurna kecuali dengan

tambahan yang dihasilkannya dari masyarakat.”33

c) Menurut Zakiah Daradjat, “Akal adalah suatu daya yang amat

dahsyat yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Oleh karena itu

pendidikan akal, hendaknya memperhatikan pembinaan daya akal

dan melatihnya, agar dapat digunakan untuk kebaikan.”34

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akal merupakan sebuah karunia yang

khusus diberikan Allah SWT. hanya kepada umat manusia. Oleh karena

itu, akal merupakan pancaran dari Tuhan, dan setiap yang berasal dari

Tuhan pastilah ditujukan untuk hal-hal kebaikan. Maka, bila akal

manusia digunakan untuk kemaksiatan dan berpikiran jahat lainnya,

sesungguhnya ia telah menyimpang dari jalan yang dimaksudkan oleh

Tuhan. Untuk menghindari hal tersebut, pendidikan akal mutlak

diperlukan, seperti dengan melakukan berbagai penyelidikan dan

31 Hamka, Filsafat Ketuhanan, (Surabaya: Karunia, 1985), h. 10

32

A. Susanto, op. cit., h. 35

33 Said Isamail Ali, Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2010), Cet. I, h. 69

34 Zakiah Daradjat, op. cit., h. 7

Page 63: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

51

percobaan. Hasil dari pendidikan tersebut dimaksudkan untuk menguak

kebesaran dan kekuasaan Tuhan akan alam jagat raya ini, yang nantinya

dapat mengarahkan perbuatan manusia menuju kepada kebaikan dan

kemantapan iman.

Perkembangan jiwa manusiapun akan lebih baik bila didukung oleh

potensi akal. Karena dalam hal ini, akal berfungsi mengolah informasi

terhadap fenomena yang didapat melalui pancaindera yang kemudian

dihasilkan dalam bentuk kesimpulan yang dapat dirasakan oleh jiwa. Hal

ini hanya dapat dilakukan oleh manusia yang berpikir merdeka dan

menggunakan potensi akalnya secara maksimal.

Menurut Samsul Nizar, “Pandangan Hamka tentang akal ini,

terpengaruh dari pandangan Huizingan seorang filosof Belanda. Namun,

secara substansial, pendekatan yang dilakukannya telah mengalami

reduksi dan penyaringan sesuai dengan kerangka ajaran Islam. Untuk itu,

jika ditelusuri, pandangannya tersebut telah bernuansa Islami.”35

“Menurut Hamka, di samping ketiga potensi di atas, manusia juga

memerlukan agama, baik sebagai pemenuhan psikis maupun penuntun

dinamika akalnya. Dengan tuntunan agama, manusia akan lebih banyak

mengetahui rahasia Allah, baik yang bersifat fisik maupun metafisik,

serta senantiasa tunduk kepada ketentuan-Nya.”36

2. Konsep pendidikan Islam

Menurut Abuddin Nata, dalam bahasa Arab, pendidikan disebut

dengan istilah ta‟lim, tarbiyah dan ta‟dib. Ta‟lim mengesankan proses

pemberian bekal pengetahuan, tarbiyah mengandung pengertian proses

pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap

mental, sedangkan ta‟dib mengandung arti proses pembinaan terhadap

sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada

peningkatan martabat manusia.37

35 Samsul Nizar, Memperbincangkan…, op. cit., h. 125

36

Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 230

37 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 9

Page 64: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

52

Dalam hal pendefinisian makna pendidikan, Hamka cenderung

menggunakan dua istilah saja, yakni ta‟lim dan tarbiyah. Penggunaan istilah

ta‟lim diambilnya dari Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 3:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah

kepadaku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

“Menurut Hamka, kata ta‟lim pada ayat tersebut mengandung makna

bahwa pendidikan merupakan proses pentransferan seperangkat pengetahuan

yang dianugerahkan Allah kepada manusia (Adam).”38

Pendidikan pada

definisi ini didapat dengan menggunakan potensi yang telah dianugerahkan

oleh Allah kepada seluruh manusia, yakni potensi pancaindera dan akal yang

dapat berguna bagi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah di

muka bumi ini sekaligus menyibak rahasia-rahasia yang terdapat di alam

semesta. Dengan kata lain, kata ta‟lim dapat pula diartikan sebagai suatu

proses terus-menerus yang diusahakan manusia semenjak lahir.

Istilah kedua yang digunakan Hamka dalam definisi pendidikan ialah

tarbiyah. Dalam penjelasannya ia mengutip ayat Al-Qur‟an surat al-Isra‟ ayat

24:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan

ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua

telah mendidikku di waktu aku kecil".

Berdasarkan ayat di atas Hamka memaknai tarbiyah sebagai “Perbuatan

pemeliharaan yang dilakukan kedua orang tua terhadap anaknya. Proses ini

dilakukan dengan sabar dan penuh kasih sayang, guna membantu anak dari

38 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz I,op. cit., h. 156

Page 65: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

53

ketidak berdayaannya sampai ia mampu mandiri, baik secara pisik maupun

psikis.”39

Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa dalam penggunaan istilah

tarbiyah ia cenderung memposisikan pendidikan sebagai transmisi nilai dan

misi tertentu.

Hal ini senada dengan pemikiran Hasan al-Banna, sebagaimana dikutip

oleh A. Susanto. Bahwa menurutnya, istilah at-tarbiyah dan at-ta‟lim sering

digunakan dalam pendidikan. At-tarbiyah adalah proses pembinaan dan

pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu

pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Dalam penggunaan

kata at-tarbiyah ini, Hasan al-Banna sering pula menggunakannya untuk

pendidikan jasmani, pendidikan akal, dan pendidikan qalb (hati). Sedangkan

at-ta‟lim adalah proses transfer ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan

pemahaman keagamaan yang baik pada anak didik sehingga mampu

melahirkan sifat-sifat dan sikap-sikap yang positif. Sifat dan sikap positif

yang dimaksud adalah; ikhlas, percaya diri, kepatuhan, pengorbanan dan

keteguhan.40

Makna pendidikan menurut Hamka bukanlah sekedar mengajar (transfer

of knowledge) melainkan juga mendidik (transformation of value). Oleh

karena itu, Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran.

Menurutnya, pendidikan adalah “Serangkaian upaya yang dilakukan pendidik

untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta

didik.” Sementara pengajaran adalah “Upaya untuk mengisi intelektual

peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.”41

Perbedaan kedua

pengertian tersebut hanya terletak pada makna saja bukan secara esensi.

Karena keduanya merupakan suatu kesatuan yang bersifat integral dan tak

dapat dipisahkan, dalam proses pendidikan pasti terdapat pengajaran dan

begitu juga sebaliknya.

Menurut Zakiah Daradjat, sebagaimana dikutip oleh A. Tafsir, “Hakikat

pendidikan mencakup kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan Islam yang

39 Ibid., h. 4036-4037

40

A. Susanto, op. cit., h. 65.

41 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz. I, op. cit., h. 202

Page 66: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

54

sesungguhnya tidak hanya memperhatikan satu segi saja, seperti segi akidah,

ibadah atau akhlaknya saja, melainkan mencakup seluruhnya; bahkan lebih

luas dari semua itu.”42

Jadi, berdasarkan pendapat yang dikemukakan penulis di atas,

pendidikan Islam adalah serangkaian upaya yang dilakukan oleh pendidik

kepada peserta didik, baik dalam hal mengisi intelektual peserta didik dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan dan agama, juga dalam hal menanamkan

nilai-nilai moral dan kebaikan kepada mereka. Sehingga diharapkan setelah

mengenyam pendidikan ini para peserta didik akan mampu bersikap baik dan

positif.

Pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, menurut Hamka,

bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh penghidupan yang

layak, tetapi lebih dari itu, dengan ilmu manusia akan mampu mengenal

Tuhannya, memperhalus akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari

keridhaan Allah. Hanya dengan bentuk pendidikan yang demikian,

manusia akan memperoleh ketentraman (hikmat) dalam hidupnya.43

Ini berarti, pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi dua bagian;

pertama, pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan

kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan

ruhani, yaitu pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan kepada agama.

Adapun konsep pendidikan Islam menurut Hamka adalah:

a. Tujuan pendidikan Islam

Tujuan merupakan masalah pokok dalam pendidikan, karena tujuan

dapat menentukan setiap gerak, langkah dan aktivitas dalam pendidikan.

Penetapan tujuan pendidikan berarti penentuan arah yang akan dituju dan

sasaran yang hendak dicapai melalui proses pendidikan.

“Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Hamka adalah mengenal

dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak

mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup layak dan berguna

42 Ahmad Tafsir, Epistimologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Fak Tarbiyah Iain

Gunung Djati, 1995). h. 98-99

43 Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 54

Page 67: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

55

ditengah-tengah komunitas sosialnya.”44

Bila dilihat, tujuan pendidikan

ini memiliki dua tujuan utama, yakni mencapai kebahagiaan di dunia

maupun di akhirat dengan cara berusaha sebaik mungkin dan beribadah

kepada Allah SWT. guna mencari keridhaan-Nya untuk menjadi hamba-

Nya yang taat.

Pendapat serupa juga dituturkan oleh Hasan al-Banna sebagaimana

dikutip oleh A. Susanto, “Menurutnya tujuan pendidikan adalah untuk

mengantarkan anak didik agar mampu memimpin dunia dan

membimbing manusia lainnya kepada ajaran Islam yang syamil atau

komprehensif, serta memperoleh kebahagiaan di atas jalan Islam.”45

Hal inilah yang menjadi keunggulan pendidikan Islam dibandingkan

dengan pendidikan umum lainnya, yakni bahwa tujuan dari pendidikan

tidak hanya sebatas untuk mencari kebahagiaan dunia saja, melainkan

juga untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.

Menurut Baharuddin, dkk, “Tujuan pendidikan dalam konsep Islam

harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa

aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat-

sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan dimensi-dimensi ideal

Islam.”46

b. Materi pendidikan Islam

Dalam orientasi pemikiran biasanya terdapat dua pembagian materi

pendidikan, yang pertama berorientasi pada pengembangan akal dan

yang kedua berorientasi pada pengembangan rasa atau agama.

Menurut Hamka, materi pendidikan yang baik ialah yang

memadukan kedua aspek tersebut. Pendidikan yang didasarkan agama

akan menumbuhkan keyakinan kepada ketentuan Allah dan menjadi

nilai kontrol perilakunya. Sementara pendidikan akal akan membantu

44 Ibid, h. 197

45

A. Susanto, op. cit., h. 66

46

Baharuddin, Umiarso, dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam Historisitas dan

Implikasi pada Masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 145

Page 68: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

56

peserta didik membangun peradaban umat secara dinamis sesuai

dengan nilai-nilai ajaran agama yang diyakininya.47

Dalam hidup ini, menurut Hamka terdapat dua prinsip dasar yang

dapat menunjang dan menjadikan kemajuan dan kejayaan manusia, yaitu

prinsip keberanian dan prinsip kemerdekaan berpikir. Kedua prinsip ini

menimbulkan berbagai macam pengetahuan dan tanpa keduanya ilmu

pengetahuan tidak pernah muncul serta kejayaan manusia hanya berada

dalam angan-angan. Berdasarkan prinsip tersebut Hamka membagi

materi pendidikan Islam dalam empat macam, yaitu:

1) Ilmu-ilmu agama, seperti tauhid, fiqh, tafsir, hadis, nahwu, bayan,

mantiq, akhlak, dan sebagainya. Menurut Hamka melalui muatan

materi keagamaan, diharapkan akan menjadi alat kontrol sekaligus

ikut mewarnai pembentukan kepribadian peserta didik.48

Seyogyanya

dalam setiap lembaga pendidikan selalu mengedepankan muatan

materi pendidikan keagamaan, namun, bukan sebatas mengajar, akan

tetapi mendidik agar didapat pengetahuan agama yang mendalam.

2) Ilmu-ilmu umum, menurut Hamka seperti ilmu sejarah, filsafat,

kesusateraan, ilmu hitung, ilmu bumi, ilmu falak, ilmu tubuh, ilmu

jiwa, ilmu masyarakat, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu pemerintahan,

dan lain sebagainya.49

Dengan ilmu-ilmu tersebut diharapkan manusia

akan mampu memperluas wawasan berpikirnya guna menyelidiki dan

menganalisa ayat-ayat Tuhan di semesta alam ini dan membangun

peradaban yang rahmatan lil „alamin sebagai bentuk

pengejawantahannya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

3) Keterampilan praktis, menurut Hamka seperti baris berbaris akan

menjadikan peserta didik hidup lebih teratur dan bisa di atur. Selain

itu kegiatan seperti memanah, berperang, berenang, berkuda akan

membuat tubuh peserta didik menjadi sehat dan kuat.50

Namun dalam

47 Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 203

48

Ibid., h. 204

49 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), h. 192-193

50

______, Falsafah Hidup, (Medan: Pustaka Islamiyah, 1950), h. 75

Page 69: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

57

pelaksanaannya, seyogyanya dilakukan dalam nuansa yang edukatif

guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan (Islam).

4) Kesenian, seperti ilmu musik, menggambar, menyanyi dan memahat.

Menurut Hamka dengan ilmu-ilmu tersebut, peserta didik akan

memiliki rasa keindahanm senantiasa memperhalus budi rasanya

(etika) dengan kebenaran (al-haq).51

Dalam bukunya Pandangan

Hidup Muslim, Hamka juga menuturkan “Pandanglah Tuhan melalui

jendela keindahan, karena kunci keindahan dalam diri manusia adalah

sabar dan tawakal, serta melihat seluruh persoalan sebagai jalan untuk

mendekatkan diri kepada Allah.”52

Pemikiran materi pendidikan Islam Hamka ini tidak jauh berbeda

dengan pemikiran ibnu khaldun. Namun, dalam pengkategorisasian ilmu,

ibnu Khaldun sebagaimana dikutip oleh Said Ismail Ali, hanya membagi

ilmu menjadi dua; ilmu-ilmu transendental (al-ulum an-naqliyah) dan

ilmu-ilmu rasional (al-ulum al-„aqliyah). Berikut penjelasannya:

1) Ilmu-ilmu transendental adalah ilmu yang dinukil manusia dari

pembuatnya dan yang diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.

Yang terdiri dari ilmu-ilmu agama beserta semua ragamnya dan ilmu-

ilmu pembantu yang digunakan untuk mengkajinya, seperti ilmu

bahasa, nahwu (gramatika), dan ilmu-ilmu lainnya.

2) Ilmu-ilmu rasional merupakan buah kerja pemikiran dan perenungan

manusia. ia sudah menjadi tabiat manusia dari sisi bahwa manusia

memiliki pemikiran. Ia tidak memiliki keterkaitan dengan agama,

tetapi setiap penganut agama mempelajari dan mendiskusikannya. Ia

sudah ada semenjak penciptaan terjadi. Ilmu-ilmu ini disebut dengan

ilmu filsafat dan hikmah.53

Jadi, pada konsep pendidikan Islam, materi pendidikan yang

diberikan tidak hanya mengedepankan pendidikan akal semata, akan

51 ______, Lembaga Hidup, op. cit., h. 201-202

52

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, op. cit., h. 80

53 Said Ismail Ali, op. cit., h. 103

Page 70: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

58

tetapi harus diimbangi pula dengan muatan materi keagamaan guna

memenuhi semua kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani.

c. Guru sebagai pendidik

Peran pendidik dalam proses pendidikan memiliki andil yang sangat

besar, karena pendidik merupakan salah satu faktor utama penentu

keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan. Karena pendidik ibarat

motor penggerak yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk

terus mengembangkan potensi-potensi dasar mereka menjadi sebuah

kemampuan dan keahlian yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka

semua di masa depan.

Menurut Hamka, tugas seorang pendidik pada umumnya adalah

membantu mempersiapkan dan mengantarkan peserta didik untuk

memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat

bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Agar dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, maka terlebih

dahulu seorang pendidik mesti memiliki beberapa syarat, yakni “Menurut

Hamka seorang pendidik dituntut untuk memperluas wawasan

keilmuannya, memperhalus budi pekertinya.”54

Menurutnya pula,

“Pendidik harus memperluas pengalamannya, bijaksana, pemaaf, tenang

dalam memberikan pengajaran, tidak cepat bosan dalam memberikan

pelajaran terutama terhadap materi pelajaran yang kurang dimengerti

peserta didik, serta memperhatikan kondisi (baik fisik maupun psikis)

peserta didik.”55

Menurut ibnu Sahnun, sebagaimana dikutip oleh A. Susanto,

pendidik tidak hanya terbatas pada pendidikan dan pengajaran, namun

lebih dari itu seorang pendidik hendaklah berperan sebagai orang tua

bagi anak didik. ia juga mempersyaratkan kepada pendidik tentang

perilaku pendidik yang harus dimiliki, yaitu perilaku mulia, di mana

pendidik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik

hendaknya berperilaku yang dapat memberikan suri tauladan kepada

54 Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 13

55

Ibid, h. 190

Page 71: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

59

anak didiknya, seperti ikhlak, takwa, mempunyai rasa tanggung

jawab, dan sopan santun.56

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, yakni:

Menurut Zakiah Daradjat, dkk, Pekerjaan guru agama adalah luas,

yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-

sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti

bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas

pelaksanaannya melalui pembinaan dalam kelas saja. Dengan kata

lain, tugas dan fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada

interaksi belajar mengajar saja.57

Jadi, Guru dengan perannya sebagai seorang pendidik (subyek

pendidikan), tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas

dalam bidang ilmu pengetahuan yang diajarkannya saja. Namun, ia juga

harus memenuhi kualifikasi sebagai seorang guru yang baik dan bermoral

tinggi, karena tugas utama seorang guru bukan hanya sekedar menjadi

fasilitator dalam pentransferan ilmu kepada para peserta didik semata,

akan tetapi, lebih dari itu, ia juga harus mampu menjadi motivator

penyemangat dan pantas untuk dijadikan panutan dalam hal berbicara

dan bertingkah laku.

d. Peserta didik

Pendidikan ada karena faktor manusia yang butuh kepada ilmu-ilmu

pengetahuan agar mereka dapat menjalani hidup dengan baik, dengan

cara mewarisi pengetahuan dan budaya yang telah dimiliki oleh para

generasi sebelumnya. Para pengenyam pendidikan inilah yang disebut

dengan peserta didik.

Menurut Fadhilah Suralaga, dkk, dalam sistem pendidikan, peserta

didik sering dikenal dengan istilah murid yang berasal dari bahasa Arab

arada-yuridu-iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan

(the willer). Dalam bahasa Arab terdapat dua istilah lagi, yakni; tilmidz

56 A. Susanto, op. cit., 60

57

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), Cet. I, h. 264

Page 72: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

60

dan thalib, kata tilmidz sering diidentikkan dengan murid yang belajar di

madrasah, sedangkan kata thalib lebih menggambarkan perilaku aktif,

mandiri dan kreatif yang tidak terlalu banyak bergantung pada guru.58

“Menurut Hamka, hidup adalah cita-cita. Cita-cita menjadikan

manusia untuk senantiasa berjuang mempertahankan eksistensinya agar

tercapai apa yang dituju dengan sempurna.”59

Pernyataan ini erat

kaitannya dengan pengertian peserta didik, peserta didik mestilah

seseorang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, sedang alat yang

dipergunakan untuk mencapainya tak lain adalah melalui proses

pendidikan.

Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, “Anak

didik adalah mahkhluk yang sedang dalam proses perkembangan dan

pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan

bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal

kemampuannya fitrahnya.”60

Berdasarkan pandangan di atas, peserta didik dapat diartikan sebagai

seseorang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan

dan pengarahan guna mengoptimalkan potensi dalam dirinya, dan untuk

mencapai hal tersebut dibutuhkan usaha dan semangat yang tinggi.

Dalam menjelaskan sikap yang harus dimiliki seorang peserta didik,

Hamka mengutip firman Allah surat Al-Isra‟ ayat 24:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan

dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidikku sewaktu aku kecil.”

58 Fadhillah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Pres, 2005), Cet. I, h. 111-112

59 Hamka, Falsafah Hidup, op. cit., h. 252-253

60

Abuddin Nata, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 131

Page 73: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

61

Menurut Hamka, di dalam ayat tersebut dijelaskan tentang etika

yang harus dimilki oleh seorang peserta didik. Yakni meskipun seorang

anak atau peserta didik telah berhasil memiliki ilmu pengetahuan dan

kedudukan yang tinggi, akan tetapi dihadapan orang tua maupun

pendidik hendaklah ia merendahkan diri dan menunjukkan akhlak mulia.

Sikap yang demikian dapat memperhalus rasa kemanusiaan dan

pengabdian peserta didik, baik kepada orang tuanya, guru-gurunya,

ataupun terhadap Khaliknya.61

Peserta didik hendaknya menyadari akan kekurangan dirinya dan

berupaya untuk memperbaiki dengan cara meningkatkan mutu ilmu

pengetahuan yang dimilikinya. Proses peningkatan ilmu ini bukan hanya

dilakukan melalui interaksi dengan pendidik, akan tetapi dapat juga

dilakukan melalui belajar sendiri.

e. Hubungan konsep manusia dengan konsep pendidikan Islam menurut

Hamka

Adapun hubungan antara konsep manusia dengan konsep pendidikan

Islam adalah:

1) Tujuan pendidikan Islam

Tujuan penciptaan manusia menurut Hamka yaitu untuk

mengabdi dan beribadah kepada Allah serta untuk memelihara ketiga

komponen potensi yang dimiliki manusia (akal, jiwa dan jasad). Hal

inilah yang melandasi tujuan pendidikan Islam yang diusungnya.

Tujuan pendidikan Islam menurut Hamka adalah mengenal dan

mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak

mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup layak dan

berguna ditengah-tengah komunitas sosialnya. Atau dengan kata lain

bertujuan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat melalui

kerja keras dan ibadah kepada Allah SWT.

61 Hamka, Lembaga Hidup, op. cit., h. 181

Page 74: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

62

2) Materi pendidikan Islam

Dalam hal perumusan materi pendidikan Islam, menurut Hamka

materi yang dipelajari haruslah berorientasi pada pengembangan akal

dan pengembangan rasa atau agama. Karena pendidikan yang

didasarkan pada muatan nilai agama akan menumbuhkan keyakinan

pada ketentuan-ketentuan Allah dan akan menjadi nilai kontrol

perilakunya. Sementara pendidikan akal akan membantu peserta didik

membangun peradaban umat secara dinamis sesuai dengan nilai-nilai

ajaran agama yang diyakininya.

Dalam hal perumusan materi pendidikan Islam tersebut, Hamka

menyandarkan dari konsep fitrah manusia yang digagasnya. Manusia

menurut hamka memiliki tiga potensi utama, yakni akal, jiwa dan

jasad. Melalui ilmu-ilmu agama peserta didik akan mampu

membentuk kepribadiannya menjadi lebih baik, selanjutnya dengan

ilmu-ilmu umum wawasan intelektual peserta didik akan semakin luas

dan berkembang, dengan materi ketrampilan praktis (olahraga) akan

menjaga kebugaran tubuh dan stamina peserta didik, dan yang terakhir

dengan materi kesenian akan semakin memperhalus rasa (jiwa)

peserta didik.

3) Guru sebagai pendidik

Menurut Hamka pendidik haruslah seseorang yang luas

wawasannya serta memiliki berbagai perangai yang baik, karena tugas

seorang pendidik adalah membantu mempersiapkan dan

mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang

luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat

secara luas.

Hal ini sejalan dengan tugas manusia menurut Hamka, yakni

sebagai khalifah. Baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Hendaknya sebelum menuangkan ilmu kepada orang lain terlebih

dahulu pendidik haruslah mengisi potensi yang ada dalam dirinya

yakni akal, jiwa dan jasadnya agar ia tak hanya menjadi seorang

Page 75: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

63

pengajar atau pentransfer ilmu semata, namun juga dapat menjadi

pendidik yang dapat menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta

didiknya.

4) Peserta didik

Peserta didik menurut pandangan Hamka mestilah seseorang yang

memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu mereka

haruslah memiliki sifat rendah hati dan rasa keingintahuan yang

tinggi.

Konsep ini berkaitan erat dengan konsep fitrah manusia yang

digagasnya, bahwa manusia yang telah dianugerahi dengan berbagai

potensi istimewa (akal, jiwa, dan jasad) haruslah menjaga dan

mengembangkan potensi-potensinya tersebut sehingga dapat

mengenal Tuhannya dan dapat memanfaatkan sumber daya alam yang

diciptakan Tuhan untuknya, sebagai suatu cita-cita yang tinggi dan

luhur.

Dari beberapa pemikiran Hamka yang telah penulis kemukakan terkait

dengan masalah konsep manusia juga konsep pendidikan Islam di atas,

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam merumuskan konsep

pendidikan Islam, pemikiran Hamka berpijak pada konsep manusia yang

dirumuskannya.

Manusia menurut Hamka merupakan makhluk Allah yang memiliki tugas

di muka bumi ini sebagai seorang hamba sekaligus khalifah, dan karenanya

manusia berkewajiban untuk menaati dan mematuhi semua ketentuan yang

telah ditetapkan Allah baginya. Karena tujuan penciptaan manusia adalah

untuk mengabdi kepada Allah, maka Allah telah menyiapkan berbagai

potensi untuk bekal manusia dalam mengemban dan menjalankan tugasnya

tersebut, potensi-potensi tersebut menurut Hamka yakni berupa akal, jiwa dan

jasad.

Page 76: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

64

Untuk dapat memaksimalkan semua potensi yang telah dianugerahkan

Allah kepada manusia, maka manusia harus berusaha, salah satunya melalui

proses pendidikan. Oleh karena itu, menurut Hamka pendidikan yang dijalani

haruslah yang mengedepankan segala potensi yang dimiliki manusia, dalam

kata lain suatu sistem pendidikan haruslah berdasarkan konsep manusia. Hal

senada juga dipaparkan oleh Muhammad Nor Syam dalam bukunya Filsafat

Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.

Menurutnya, Pendidikan dalam wujudnya selalu bertujuan membina

kepribadian manusia, baik demi ultimate goal maupun bagi tujuan-tujuan

dekat. Tujuan akhir pendidikan ialah kesempurnaan pribadi. Prinsip ini

terutama berpangkal pada asas self realisasi, yakni merealisasi potensi-

potensi yang sudah ada di dalam martabat kemanusiaannya. Potensi-

potensi itu baik berupa potensi-potensi intelektual, mental, rasa, karsa,

maupun kesadaran moral, bahkan juga aspek-aspek keterampilan fisik dan

perkembangan jasmaniah.62

Apabila dilihat dari pemikiran pendidikan Islam Hamka di atas,

semuanya berpijak pada integralitas fitrah manusia, yakni mengedepankan

semua potensi yang dimiliki manusia baik akal, jiwa dan jasadnya. Karena

menurut Hamka, pendidikan Islam seharusnya diformat secara sistematis dan

proporsional dan mengacu pada konsep fitrah peserta didik. Oleh karena itu,

jenis pendekatan pendidikan yang digunakan Hamka adalah pendekatan

integralistik (keseluruhan).

62 Mohammad Nor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 179

Page 77: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan berdasarkan fakta, maka

untuk menjawab rumusan masalah yang ada penulis menyajikan kesimpulan

berupa:

1. Konsep manusia menurut Hamka adalah bahwa manusia merupakan

khalifah fi al-ardh sekaligus ‘abd Allah yang berkewajiban untuk taat dan

mengabdi kepada-Nya semata. Manusia pada saat lahir belum diketahui

potensinya, namun hanya memiliki insting (gharizah/fitrah) saja. Dan

pada diri setiap anak (manusia) pula Allah menganugerahinya dengan tiga

unsur utama yang dapat menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh

maupun ‘abd Allah. Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati, atau

kalbu (roh) dan pancaindera (penglihatan dan pendengaran) yang terdapat

pada jasadnya. Dengan perpaduan ketiga unsur tersebut manusia dapat

memperoleh ilmu pengetahuan, membangun peradabannya, memahami

fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Allah.

2. Hubungan antara konsep manusia dengan konsep pendidikan Islam

menurut Hamka sangatlah terkait satu sama lain dan tak dapat dipisahkan.

Pemikiran pendidikan Islam Hamka berpijak pada integralitas fitrah

manusia. Menurutnya, pendidikan Islam seharusnya diformat secara

sistematis dan proporsional dan mengacu pada konsep fitrah peserta didik.

Jenis pendekatan pendidikan yang digunakan Hamka adalah pendekatan

integralistik (keseluruhan) baik jasmani maupun rohani. Makna

pendidikan Islam menurutnya adalah proses mentransfer sejumlah ilmu

dan sekaligus membentuk watak pribadi peserta didik, sesuai dengan nilai-

nilai ajaran Islam. Tujuan pendidikan Islam menurut Hamka ialah untuk

Page 78: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

66

memelihara ketiga komponen potensi yang dimiliki manusia (akal, jiwa

dan jasad). Dalam masalah materi pendidikan menurut Hamka, hendaknya

mengacu pada pengembangan akal (filsafat) dan rasa (agama), atau dengan

kata lain dapat disebut juga sebagai aspek jasmani dan rohani. Dalam

memandang peran guru sebagai pendidik menurut Hamka, pendidik

haruslah seseorang yang luas wawasannya serta memiliki berbagai

perangai yang baik. Adapun dalam memaknai peserta didik, menurut

Hamka peserta didik mestilah seseorang yang memiliki cita-cita yang

tinggi dan luhur. Oleh karena itu mereka haruslah memiliki sifat rendah

hati dan rasa keingintahuan yang tinggi.

B. Implikasi

1. Manusia merupakan makhluk materi sekaligus immateri yang berarti

terdiri dari aspek jasmani dan rohani, oleh karena itu pendidikan yang

dilaksanakan seyogyanya juga mengedepankan kedua aspek tersebut

(integral). Ilmu yang diberikan haruslah yang dapat memuaskan dahaga

akal dan jiwa (agama), agar manusia dapat menemukan kebenaran hakiki

sekaligus mencapai makna kebahagiaan yang sesungguhnya.

2. Dalam Al-Qur’an dijelaskan secara tegas bahwa tujuan penciptaan

manusia adalah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, maka

dengan sebab tugasnya tersebut manusia memiliki peran sebagai khalifah

dan ‘abd Allah di muka bumi ini. Allah juga menganugerahi manusia

dengan potensi (akal, jiwa, jasad) untuk membantu mereka dalam

melaksanakan tugasnya tersebut, dan untuk mengoptimalkan potensi-

potensi tersebut maka pendidikan Islam sebagai sarana haruslah

merupakan sebuah upaya yang diarahkan untuk mengembangkan ketiga

potensi tersebut agar manusia dapat bermanfaat bagi dirinya dan juga

lingkungan sekitarnya.

Page 79: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

67

C. Saran

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu dengan penuh

kerendahan hati dan tidak bermaksud untuk menggurui, penulis ingin menuliskan

beberapa saran

1. Setiap orang perlu memahami konsep tentang manusia, karena dengan

tanpa mengenal terlebih dahulu siapa dirinya dan apa hakikat dari

penciptaannya tersebut, maka niscaya mereka hanya akan menjadi

manusia perusak di muka bumi, karena dalam menjalani kehidupannya

mereka hanya memuaskan akal dan nafsu mereka belaka tanpa

memperdulikan kebahagiaan hidup yang hakiki.

2. Perumusan ataupun pelaksanaan pendidikan, keduanya mesti mengacu

kepada konsep manusia. Karena dalam pelaksanaan pendidikan, manusia

merupakan aspek inti yang memiliki peran yang sangat penting baik itu

sebagai subjek maupun objek pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan

yang baik adalah yang dapat mengarahkan manusia menjadi makhluk yang

berbudi pekerti luhur serta dapat mengembangkan segala potensi atau

bakat yang mereka miliki.

Page 80: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

68

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia.

Surabaya: Karya Agung, 2006.

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008.

Ali, Said Ismail. Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, Cet. I, 2010.

Ali, Yunasril. Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi

oleh Al-Jili. Jakarta: Paramadina, 1997.

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Azwar, Saefudin. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Baharuddin, Umiarso, dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam Historisitas

dan Implikasi pada Masyarakat Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Cet. I, 2011.

Chalil, Achjar, dan Latuconsina, Hudaya. Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta:

Balai Pustaka, Cet. II, 2009.

Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV

Ruhama, Cet. II, 1995.

______________, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, Cet. I, 1995.

Djuned, Daniel. Antropologi Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2011.

Hamka. Falsafah Hidup. Medan: Pustaka Islamiyah, 1950.

______. Filsafat Ketuhanan. Surabaya: Karunia, 1985.

______. Lembaga Hidup. Jakarta: Djajamurni, 1962.

______. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.

______. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998.

______. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.

Page 81: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

69

______, Irfan. Ayah. Jakarta: Republik, 2013.

______, Rusydi. Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka. Jakarta: Pustaka

Panji Mas, 1989.

Irfan, Mohammad, dan HS, Matsuki. Teologi Pendidikan Tauhid sebagai

Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani, Cet. I, 2000.

Jalaluddin, dan Idi, Abdullah. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan

Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Al

Ma’arif, Cet. IV, 1980.

Mohammad, Herry, dkk. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:

Gema Insani, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014.

Mutahhari, Murtadha. Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama.

Bandung: Mizan, Cet. IX, 1997.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I,

1997.

____________. Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

___________. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008.

___________. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2001.

Poedjawijatna, I.R. Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia). Jakarta: Bina

Aksara, Cet. III, 1983.

Prasetya. Filsafat Pendidikan untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: Pustaka Setia,

1997.

Rouf, Abdul. Tafsir Al Azhar: Dimensi Tasawuf HAMKA. Selangor: Piagam Intan

SDN. BHD, Cet. I, 2013.

S, Floriberta Aning. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad

20. Jakarta: PT. Buku Kita, Cet. III, 2007.

Page 82: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

70

Soejono, Ag. Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian ke-1. Bandung: C.V. Ilmu,

Cet. X, 1978.

Sucipto, Hery. Tajdid Muhammadiyah. Jakarta: Grafindo, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta, 2012.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Suralaga, Fadhilah, dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jakarta:

UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.

Susanto, Ali. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009.

Susilo, Madyo Eko, dan Kasihadi, RB. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2001.

Syam, Mohammad Nor. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan

Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Tafsir, Ahmad. Epistimologi untuk Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Fak

Tarbiyah Iain Gunung Djati, 1995.

Umiarso, dan Zamroni. Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan

Timur. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011.

Yasin, A. Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN-Malang

Press, 2008.

Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2004.

Page 83: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

Nama

NIM

Jurusan

Judul SkripsiIslam Menurut Haji A

UJI REFERENSI

Herdiyanti Fha.uziah

11 1001 1000033

Pendidikan Agama Islam

Hubungan Konsep Manusia dengan Konsep Pendidikanbdul Malik Karim Amrullah

No. Footnote/Referensi HalamanBuku

HalamanSkripsi Paraf

1. Ali, Yunasril. Maru,sia Citra

Ilahi Pengembangan Konsep

Insan Kamil lbn 'Arabi oleh Al-

Jili. Jakarta: Paramadina, 1997 .

80 t6

-l,, _) Mohammad Daud.

Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada,2008.

385 51

3. _, Said Ismail. PeloporPendidikan Islam PalingBerpengaruh. Jakarta: PustakaAl-Kautsar, Cet. I, 2010.

69, 103 51, 59

74. Arifin, M. Filsafat Pendidikan

Islam. Jakarta: Bina Aksara,

1987.

13, 14 13, 14

5. Azwar, Saefudin. Metodologi

Penelitian. Yogyakarla: Pustaka

Pelajar, 1998.

89 31

6. Baharuddin, lJmiarso, dan SriMinarti, Dikotomi PendidikanIslam Historisitas dan Implikasi

145 57

Page 84: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

pada Masyarakat Islam.Bandung: PT RernajaRosdakarya, Cet. I, 2011.

7. Chalil, Achjar, dan Latuconsina,

Hudaya. Pembelajaran Berbasts

Fitrah. Jakarta: Balai Pustaka,

Cet.II. 2009.

5l-52 t2

8. Daradjat, Zakiah. Pendidikan

Islam dalam Keluarga dan

Sekolah. Jakarta: CV Ruhama,

Cet. II, 1995.

21 5r 7, 19 47, 48,50,52

9. dkk. Metodik

Agama

Aksara,

Khusus Pengajaran

Islam. Jakarta: Bumi

CeLI, 1995.

264 6t

10. Djuned, Daniel. Antropologi Al-

Qur'an. Jakarta: Erlangga,

2011.

88 t2

11. Hamka. Falsafah Hi&.p.Medan: Pustaka Islamiyah,1950.

75,252-253 58,62

12. Filsafat Ketuhanan.

Surabaya: Karunia, 1 985.

10 51

13. _, Irfan. Ayah. Jakarla:

Republik,2013.

290 38

14. Lembaga Hifutp.

Jakarla: Dj ajamurni, 1962.

2,13,30, 40,41, 54, 181,190,,201-202,203

43, 48.53, 56,58, 60, 63

50,57,

I15. Pandangan Hidup

Muslim. Jakarta: PT Bulan

80, 192-193 58, 59

Page 85: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

Bintang,1992.

16. _, Rusydi. Pribadi dan

Martabat Buya Prof. Dr.

Hamka. Jakarla: Pustaka Panji

Mas, 1989.

38

l17. Tafsir Al-Azhar.

Jakarla: Pustaka Panjimas, 1998.

98-99, 156,202, 274,4036-4037,4665, 4667,5515,5516

44, 45, 48,53, 54, 55

18. Tasawuf Modern.Jakarta: Pustaka Paniimas, 1990.

123 50

19. Irfan, Mohammad, dan HS,

Matsuki. Teologi Pendidikan

Tauhid sebagai Paradigma

Pendidikan Islam. Jakarta:

Friska Agung Insani, Cet. I,

2000.

55 10

\\

(-

\20. Jalaluddin, dan Idi, Abdullah.

Filsafat Pendidikan Manusia,

Filsafat, dan Pendidikan.

Jakarla: PT RajaGrafindo

Persada, 2012.

129,130, l3l 4rl2r13

21. Marimba, Ahmad D. Pengantar

Filsafat Pendidikan Islam.

Bandung: PT Al Ma'arif, Cet.

IV, 1980.

23,37 14,26

,,,, Mohammad, Herry, dl*.. Tokoh-

Tokoh Islam yang Berpenganilt

Abad 20. Jakafia: Gema Insani,

60 33

,/

Page 86: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

2006.

23. Moleong, Lexy J. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 201 4.

r57,248 31,32

24. Mutahhari, Murladha. P erspektif

Al-Qur'an tentang Manusia clan

Agama. Bandung: Mizan, Cet.

rx,1997.

32 12

25. Nata, Abuddin. Filsafat

Pendidikan Islam 1. Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, Cet. I,

t997.

29,131 2,62

LU,26. . Tokoh-Tokoh

Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005.

9,83 61 53

/

27. Nizar, Samsul. Filsafat

Pendidikan Islam Pendekatan

Historis, Teoritis dan Praktis.

Jakarta: Ciputat Press, 2002.

15,,21 6, 18

28.

Memperbincangkan Dinamika

Intelektual dan Pemikiran

HAMKA tentang Pendidikan

Islam. Jakarla: Kencana, Cet. I,

2008.

2, 15-18, 25-26, 45-46,125,126

5, 33, 34,39,40,52

I29. Pengantar

PemikiranDasar-Dasar

135 43

Page 87: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya

Media Pratama,2001. I30. Poedjawijatna, I.R. Marutsia

dengan Alamnya (Filsofat

Manusia). Jakarta: Bina Aksara,

Cet. III, 1983.

67 20

31. Prasetya. Filsafat Pendidikan

untuk IAIN, STAIN, PTAIS.

Bandung: Pustaka Setia, 1997.

15 5

32. Rouf, Abdul. Tafsir Al Azhar:

Dimensi Tasawuf HAMKA.

Selangor: Piagam Intan

SDN. BHD, Cet. I,2013.

19 34

33. S, Floriberla Aning. 100 Tokoh

yang Mengubah Indonesia:

Biografi Singkat Seratus Tokoh

yang Paling Berpengaruh dalam

Sejarah Indonesia di Abad 20.

Jakarta: PT. Buku Kita, Cet. III,

2007.

81 34

I34. Soejono, Ag. Aliran Baru dalam

Pendidikan Bagian ke-L.

Bandung: C.V. Ilmu, Cet. X,

t978.

20

35. Sucipto, Hery. Tajdid

Muhammadiyah. Jakarta:

Grafindo,2005.

158 40

36. Sugiyono, Metode Penelitian 309 31,32

Page 88: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

Pendidikan Kuantitatif,

hrulitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta,2012. I37. Suhafto, Toto. Filsofat

Pendidikan Islam. Jogjakarla:

Ar-Ruzz Media, 2011.

82, 93, 91,85, 96, 116

2,, 17, 18,21, 22,,

24,26,27

19,23,,

38. Suralaga, Fadhilah, dkk.

Psikologi Pendidikan dalam

Perspektif Islam. Jakarla: UN

Jakarla Press, Cet. I, 2005.

11, 17, 111-tt2

5, llr 62

39. Susanto, A. PemikiranPendidikan Islam. Jakarta:Amzah.2009.

35, 41, 64,65,66,57,76

44, 46, 47,49,51,55, 56 I

40. Susilo, Madyo Eko, dan

Kasihadi, RB. Dasar-Dasar

Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara,200l.

18 25

41. Syam, Mohammad Nor. Filsafat

Pendidikan dan Dasar Filsafat

Pendidikan Pancasila.

Surabaya: Usaha Nasional,

1986.

179

42. Tafsir, Ahmad. Epistimologiuntuk llmu Pendidikan Islam.Bandung: Fak Tarbiyah IainGunung Diati, 1995.

98-99 55

43. Umiarso, dan Zamroni.Pendidikan Pembebasan dalamPerspektif Barat dan Timur.Jogjakarta: Ar Ruzz Media,201t.

65,77,83 15r20r26

44. Yasin, A. Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam.

24 t4

Page 89: HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26672/3... · HUBUNGAN KONSEP MANUSIA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

Yogyakarta: UIN-Malang Press,

2008.

45. Zthairint. Filsafat PendidikanIslam. Jakarla: Bumi Aksara,Cet. III,2A04.

77,82-83,99 21,24,25 .-\,/

Jakarta, 13 Februari 2015

Dosen pembimbing\,

-\_Drs. Abdul Haris, M.AsNIP: 19660901 199503 1 001