HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN...
1
1
HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN
KREATIVITAS GURU
(SurveiPada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Wilayah Kecamatan
Sawangan dan Bojongsari Kota Depok)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Disusun Oleh:
FEBRIANI RAMADHANA
NIM. 1112015000017
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
2
1
i
3
1
ii
4
1
iii
5
1
iii
6
1
ABSTRAK
FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017. Hubungan Kompetensi
Pedagogik dengan Kreativitas Guru. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016
Penelitian korelasional ini terdiri atas 1 (satu) variabel bebas, yaitu
kompetensi pedagogik serta 1 (satu) variabel terikat, yaitu kreativitas
guru.Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Sawangan dan
Bojongsari, Kota Depok , dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang guru
IPS.Tujuannyaadalahuntukmengetahuihubungankompetensipedagogikdengankrea
tivitas guru yang diharapkandapatmeningkatkankretivitas guru
melaluikompetensipedagogik.
Metode yang digunakan yaitu survei dan teknik analisis data menggunakan
uji statistik korelasi dan regresi linear sederhana. Adapun pengujian hipotesis
dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan sangat signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas gurun dengan persamaan regresi
Ŷ = 68,95 + 2,84 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,619 serta nilai koefisien
determinasi r2
y.1 = 0,383.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kretaivitas guru dapat ditingkatkan melalui kompetensi pedagogik.
Kata Kunci: Kompetensi, Pedagogik, Kreativitas, Guru.
iv
7
1
ABSTRAC
FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017.The Relationship Between
Pedagogical Competence with Creativity if Teachers. Skripsi. Jakarta: of
education social science the faculty of tarbiyah and teaching state Islamic
university (uin) syarifhidayatullah Jakarta. 2016.
This correlation study consists of one independent variables, pedagogical
competence, and one dependent variable, the creativity of teachers.The
experiment was conducted in primary scholls in District Sawangan and
Bojongsari, Depok, with a total sample of 30 teachers. The aim was to determine
the correlation of pedagogic competence and creativity of teachers are expected
to increase creativity teachers through pedagogical competence.
The method used is a survey and data analysis techniques using statistical
test of correlation and simple linear regression. Hypothesis testing is performed
at a significance level of 0,05 and 0,01.
The result of this study, there is a significant positive correlation between
teachers pedagogical competence and creativity
with the regression equation Ŷ = 68,95 + 2,83 with correaltion coefficient
ry.1 = 0,619 and determina-tion coefficient r2
y.1 = 0,383.Based on the above it can
be concluded that the teachers creativity can be enhanced through pedagogical
competence.
Keywords: Competence, Pedagogical, Creativity, Teacher.
v
3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN
KREATIVITAS GURU” ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa
cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:
1. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan
Syarippuloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS yang
telah tulus dan ikhlas memberikan layanan kepada penulis selama
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., dan Sodikin, M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi.Terimakasih atas bimbingan dan motivasinya selama penulis
menyusun skripsi.
3. Kedua orang tua saya terutama Ibunda tercinta, Nahaya yang senan
tiasa memberikan do’a, motivasi serta dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
4. Keenam kakakku, kakak-kakak Iparku, Kakek dan Nenekku Tersayang.
Terimakasih atas dukungan dan motivasi serta do’a yang telah
diberikan kepada penulis.
vi
4
1
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
masaperkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wilayah Kecamatan
Sawangan dan Bojongsari Kota Depok yang telah memberikan izin
penulis melakukan penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012 sertateman-
teman Konsentrasi Sosiologi-Antropologi 2012 FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tetap kompak selalu dan terus jalin tali
silaturrahmi.
8. Sahabat-sahabatku, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tanpa
kalian, apalah aku saat ini. Semoga persahabatan kita dapat terus
terjalin dengan baik dan tak lekang oleh waktu.
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti
untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan,
harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiinn.
Jakarta, 09 September 2016
Penulis
vii
5
1
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESASHAN…………………………………………….. i
PERNYATAAN KARYA ILMIAH........................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI.......................... iv
ABSTRAK.................................................................................................. v
ABSTRACT............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.............................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan ........................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 10
C. Batasan Masalah .............................................................. 10
D. Perumusan Masalah ......................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................. 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 11
BAB II TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. TinjauanTeoritik .............................................................. 12
1. Hakikat Kreativitas Guru (Y) ............................... 12
2. Hakikat Kompetensi Pedagogik (X) .................... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................. 33
C. Kerangka Berpikir ............................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 37
B. Metode Penelitian ............................................................. 37
C. Populasi dan Sampling ..................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 40
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 45
viii
6
1
F. Hipotesis Statistik ............................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian ............................................... 48
B. Deskripsi Data .................................................................. 49
C. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................... 52
D. Pengujian Hipotesis .......................................................... 54
E. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 57
F. Keterbatasan Penelitian .................................................... 61
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 62
B. Implikasi .......................................................................... 62
C. Saran ................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 69
ix
7
1
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi
Pedagogik …………………………………………………….. 31
Tabel 2.2 Tahapan Proses Kognitif ....................................................... 31
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................... 37
Tabel 3.2 Jumlah guru dan jumlah sampel yang akan diambil .............. 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas Guru ..................... 42
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik ........... 44
Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan
dan Bojongsari Kota Depok .................................................... 48
Tabel 4.2 Ringkasan Data Variabel Kompetensi Pedagogik ................ 50
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompetensi Pedagogik
(X) ......................................................................................... 50
Tabel 4.4 Ringkasan Data Variabel Kreativitas Guru .......................... 51
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kreativitas Guru (Y) ..... 52
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Normalitas Data ............................................ 53
Tabel 4.7 RangkumanUji Homogenitas Data ...................................... 54
Tabel 4.8 RangkumanUji Signifikansi & Kelinearan Persamaan Regresi 54
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X dan Y 57
x
8
1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 The three components of creativity ................................... 20
Gambar 2.3 Skema Hubungan antara Variabel X danVariabel Y ...... 35
Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan antar Variabel ............................... 38
Gambar 4.1 Histogram Variabel Kompetensi Pedagogik (X) .............. 51
Gambar 4.2 Histogram Variabel Kreativitas Guru (Y) ....................... 52
xi
9
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Instrumen Penelitian ...................................................... 80
Lampiran II Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 96
Lampiran III Deskripsi Data Hasil Penelitian..................................... 111
Lampiran IV Uji Normalitas............................................................... 120
Lampiran V Uji Homogenitas............................................................ 117
Lampiran VI Pengujian Hipotesis........................................................ 124
Lampiran VII Surat Bimbingan Skripsi……………………………… 129
Lampiran VIII Uji Referensi………………………………………….. 130
Lampiran IX Surat Izin Penelitian………………………………….. 131
Lampiran X Biodata Penulis……………………………………….. 132
xii
10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Saat ini hampir seluruh negara di dunia semakin menyadari
pentingnya pendidikan sebagai sarana paling strategis untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Negara-negara yang kini tergolong
sebagai negara maju, ternyata telah didukung oleh sistem pendidikan yang
baik. Sebab hanya melalui pendidikan yang berkualitaslahakan dapat
menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter,
dan berdaya saing tinggi.
Ditinjau dalam konteks Negara Kesatuan RepublikIndonesia,
kesadaran akan pentingnya pendidikan ternyata sudah disadari sejak awal
oleh para Founding Fathers. Hal ini terbukti dari salah satu rumusan tujuan
Negara Republik Indonesia, yaitu:“Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa”.1Selanjutnya rumusan tujuan negara tersebut dipertegas lagi dalam
UUD Tahun 1945 padaPasal 31 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan” dan “Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.2Inilah
kiranya yang menjadi fondasi utama kenapa bidang pendidikan selalu
menjadi prioritas pembangunan nasional dalam setiap orde pemerintahan.
Keseriusan dan kesungguhan pemerintah terhadap bidang pendidikan
terlihat semakin nyata sejak 1 (satu) dekade terakhir ini. Berbagai kebijakan
terus dilakukandalam rangka penataan pembangunan pendidikan yang
semakin terencana, terarah, bertahap, dan berkesinambungan.Ditetapkannya
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah No.
74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008
1Pupuh Fathurrohman, Guru Professional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 15.
2Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Cmedia,
2012), h. 21.
1
11
1
tentang Pendanaan Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), sampai pada berbagai
peraturan menteri yang bersifat teknismenjadi bukti nyata upaya terus
menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Namun demikian,sampaisaat ini pendidikan yang berkualitas belum
sepenuhnya dapat diwujudkan. Selain data tentang rendahnya kualitas
pendidikan nasional secara komparatif dibandingkan dengan negara lain,
berbagai permasalahan internal yang terkait dengan belum terpenuhinya
Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu masih menjadi topik
utama tentang pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei United Nations Development Program
(UNDP) tentang peringkat Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index/HDI) pada tahun 2010, Indonesiaberada pada peringkat
108 dari 187 negara. Peringkat tersebut tidak mengalami peningkatan pada
tahun 2013, bahkan Indonesia berada di bawah 5 (lima) negara tetangga
ASEAN, yaituSingapore, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan
Philipina.3
Selain itu, berbagai permasalahan internal terkait denganbelum
terpenuhinya berbagai Standar Nasional Pendidikan (SNP), antara lain
terindikasi darimasih rendahnya nilai rata-rata Ujian Nasional (UN),
banyaknya sekolah yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar,
rendahnya kemampuan satuan pendidikan dalam melakukan pengelolaan
diri secara efektif dan efisien,sampai pada masalah yang terkait dengan
rendahnya kompetensipendidik atau guru.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen
yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia, komponen-komponen tersebut
dikenal dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kedelapan
SNP tersebut meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
3m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusia-indonesia
rangking-108-dari-187-negara
2
12
1
Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar
Penilaian.4
Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain,
standar pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran paling strategis,
karena berkaitan langsung dengan peran guru sebagai agen pembelajaran
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan DosenPasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa Guru adalah
pendidik professional dengan tugas utamamendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik.5
Untuk dapat mewujudkan tugas utama tersebut, maka seorang guru
diharapkan dapat berperan sebagai inspirator, motivator, dan fasilitatorbagi
peserta didik dalam pembelajaran.Sebagai seorang inspirator yang hebat,
guru harus mampu membuka cakrawala pemikiran peserta didik. Motivator
yang tangguh harus mampu memberi sugesti dan mendorong peserta didik
agarberupaya mencurahkan segala potensi yang dimilikinyauntuk mencapai
tujuan pembelajaran secara maksimal.Sedangkan sebagai fasilitator,
guruharus mampu menjembatani peserta didik agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif.
Namun disisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang
mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak
juga telah mempengaruhi dunia pendidikan. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi informasi dan komunikasi
semakin mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi
terbaru. Dalam dunia pendidikan, salah satu implikasi positifnya adalah
semakin terbuka lebarnya sumber belajar yang dapat diakses dimanapun dan
kapanpun.Dengan berbekal komputer dan jaringan internet, seorang peserta
didik dapat mengakses berbagai materi pelajaran, bahkan konsep-konsep
4Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
5UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005.
3
13
1
dan teori terbaru tanpa harus diajarkan oleh guru melalui tatap muka secara
konvensional di dalam kelas.
Terjadinya berbagai fenomenadi atas, tentu menjadi tantangan yang
harus dihadapi oleh guru. Guru harus semakin professional dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebagaimana dikemukakan oleh
Rusman, guru professional adalah sosok guru yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya secara maksimal.6Guru yang melaksanakan tugas dan
fungsinya secara maksimal, akan ditandai oleh: semangat kerja yang tinggi,
tidak mudah menyerah, terbuka terhadap berbagai perkembangan,
senantiasa mengembangkan diri, berpikir positif, berupaya menemukan
berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,
menerapkan cara-cara baru dan unik untuk mencapai hasil yang terbaik.
Intinya adalah sosok guru yang selalu mengembangkan kreativitas sesuai
tuntutan profesinya.
Guru yang memiliki kreativitas tinggi tidak akan mudah puas dengan
kemampuan yang telah dimiliki. Kreativitas akan mendorong guru untuk
mencoba hal-hal yang baru, baik berupa penerapan maupun modifikasi
berbagai model-model, pendekatan, metode-metode, dan strategi-strategi
agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Sebagaimana dikemukakan
oleh Mulyasa, kreativitas akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
oleh guru sekarang lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya,
dan apa yang dikerjakan dimasa datang lebih baik dari sekarang.7
Pernyataan Mulyasa di atas mengindikasikan bahwa jika seorang guru
telah menyadari pentingnya kreativitas, maka semua aktivitasnya akan
ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Sehingga guru
yang kreatif tidak hanya akan melaksanakan tugasnya sebagai sebuah
rutinitas belaka. Melalui sosok guru yang kreatif inilah diharapkan mampu
6Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok,
Radja Grafindo Persada, 2010), h. 18. 7E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 52.
4
14
1
menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sekaligus berimplikasi secara
positif terhadap sekolah tempat dimana guru tersebut mengabdikan diri.
Dikaitkan dengan Islam sebagai sebuah agama yang sangat lengkap,
ternyata ditemukan pula ajaran-ajaran tentang pentingnya kreativitas. Ada
salah satu Hadis yang berbunyi,"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari
hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya
sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih
buruk dari kemarin, maka dia celaka(Al Hadist)".8 Dari hadis tersebut
terkandung anjuran untuk selalu melakukan perbaikan dan perbaikan yang
pada dasarnya sama dengan prinsip kreativitas.
Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, sehingga yang
lebih penting adalah bagaimana mengembangkannya. Perkembangan
kreativitas seseorang dapat dipengerahui oleh berbagai aspek, baik yang
berasal dari diri sendiri (internal) maupun dari luar(eksternal). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Deni Koswara, bahwa untuk dapat berpikir dan bersikap
kreatif, disamping faktor pembawaan, diperlukan sejumlah faktor lain
seperti pengetahuan yang luas, pengalaman yang memadai, semangat kerja
yang tinggi, konsentrasi dan lingkungan yang selalu merangsang untuk
berdaya cipta.9
Dikaitkan dengan guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
yang berasal dari diri sendiri antara lain adalah motivasi kerja, minat
terhadap profesi, keinginan untuk mengaktualisasikan diri, dan sebagainya.
Selain itu yang tidak kalah penting adalah penguasaan guru terhadap
kompetensi, baik kompetensi pedagogik maupun professional. Guru yang
menguasai kompetensi pedagogik dengan baik diharapkan dapat
mengembangkan kreativitas pembelajaran dengan cara mengkombinasikan
berbagai model, pendekatan atau metode secara bervariasi sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sehingga substansi
pembelajaran yang menjadi inti kompetensi professional dapat dicapai
8Muslich Shabir, Terjemahn Riyadlus Shalihin, (Semarang: CV Toha Putra, 1981), h. 156.
9Deni Koswara, Bagaima Menjadi Guru Kreatif, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008), h.
48.
5
15
1
secara efektif. Sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luar antara
lain adalah lingkungan kerja yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya kreativitas, kepemimpinan kepala sekolah, budaya
organisasi, iklim organisasi, sarana prasarana sekolah, dan sebagainya.
Sebagai agen pembelajaran, kreativitas seorang guru dapat
diwujudkan pada seluruh tahap pembelajaran, baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pada tahap penilaian. Sebuah perencanaan
pembelajaran yang matang, akan memberikan umpan balik yang dapat
menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik
itulah, guru yang kreatif akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Guru yang kreatif akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan
berupaya menemukan hal-hal yang baru. Upaya itu misalnya dilakukan
melalui penyempurnaan rencana pembelajaran yang lebih kontekstual dan
variatif.
Begitu pulapada tahap proses pelaksanaan pembelajaran, kreativitas
guru dapat diwujudkan melaluipenataan kelas dan peserta didik secara
variatif, kombinasi belajar di dalam dan di luar kelas, atau memodifikasi
berbagai metodedan teknik pembelajaran supaya lebih efektif. Sedangkan
pada tahap pelaksanaan penilaian pembelajaran, kreativitas dapat
diwujudkan melalui penerapan berbagai metode dan teknik penilaian,
sehingga mampu menghasilkan penilaian yang outentik. Kreativitas guru
juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam pengembangan profesi
seperti melakukan tindakan reflektif dalam bentuk penelitian tindakan kelas
maupun karya tulis ilmiah lainnya.
Pentingnya kreativitas seorang guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai agen pembelajaran terasa semakin urgent dikaitkan dengan mata
pelajaran IPSpada jenjang SMP. Merujuk pada lampiran Permendiknas No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
IPS adalah agar peserta didik:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
6
16
1
2) Memiliki kemampuandasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, dan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkom-
petisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,
dan global.10
Selain itu, sebagai mata pelajaran yang mengemban misi
kewarganegaraan (citizenship), IPSdiarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik sebagai young citizen, sehingga nantinya dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga
dunia yang cinta damai.11
Dalam kurikulum SMP, mata pelajaran IPS terdiri dari
muatanberbagaidisiplin ilmu sosial, sepertigeografi, ekonomi, sejarah, dan
sosiologi, yang disajikan secara terpadu (IPS Terpadu). Hal ini senada
dengan pernyataan Soemantri, bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin
ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-
masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah.12
Selain itu, implikasi dari penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) telah menuntut mata pelajaran IPS harus dapat
mencapai keseluruhan ranah pembelajaran, baik pada ranah kognitif,afektif
dan psikomotorik.
Gambaran ideal tentang mata pelajaran IPS seperti yang terurai di atas
tentu berimplikasi pada bagaimana seorang guru seharusnya dapat
mengelola kurikulum sedemikian rupa, sehingga standar kompetensi,
10
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. 11
Dasim Budimansyah, Inovasi Pembelajaran Project Citizen, (Bandung: Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, 2009), h. 25. 12
Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press,
2006), h. 8.
7
17
1
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai peserta didik
secara optimal.Kemampuan ini sangat terkait dengan How to Teach dalam
proses pembelajaran.
Secara ideal, pembelajaran IPS pada jenjang SMPdiharapkan mampu
mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, sepertikemampuan
berpikir kritis, memecahkan masalah, mengaitkan konsep-konsep
pembelajaran dengan kehidupan nyata dalam masyarakat, dan
sebagainya.Hal ini tentu hanya dapat terwujud jika guru mampu
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student
center). Hal ini sejalan dengan pendapat A Kosasih Djahiri dalam Sapriya,
bahwa pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses
belajar inquiri, agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional,
dan analisis, mengaitkan materi pembelajaran dengan keidupan nyata di
masyarakat.13
Tantangan pembelajaran IPS sebagaimana tergambar di atas,
menuntut guru harusselalu mengembangkan kreativitas dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kreativitas itu dapat diwujudkan
antara lain melalui: upaya pengembangan diri secara terus menerus, terbuka
terhadap pengalaman baru, berani mengambil resiko, melakukan hal-hal
yang baru atau berbeda dari yang sebelumnya. Muara dari semua upaya
tersebut adalah agar dapat memberikan layanan pembelajaran yang terbaik
bagi peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif.
Namun dalam kenyataannya, harapan tentang profil ideal guru IPS
sebagaimana yang terurai di atas belum dapatterwujud sepenuhnya.
Pembelajaran yang terjadi di ruang-ruang kelas masih ditandai oleh teacher
center, monoton, metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan
kurang variatif, hanya memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar satu-
satunya, pembelajaran lebih menekankan hafalan dan kognitif, kurang
13
Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, h. 8.
8
18
1
kontekstual, dan sebagainya. Selain itu masih banyak guru yang belum
mampu melaksanakan pembelajaran IPS secara terpadu.
Realitas di lapangan, berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui
penyebaran angket terhadap 10orang guru IPS yang berasal dari berbagai
SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok pada bulan
September 2015 mengindikasikan bahwa kreativitas guru masih rendah.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, terindikasi bahwa kreativitas
guru mata pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari
Depok masih relatif rendah.Prosentase guru yang masih monoton dalam
memulai pembelajaran dan belum melakukan improvisasi dalam KBM agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif mencapai
55,56%.Prosentase guru yang belum mengembangkan diri secara
berkelanjutan mencapai 57,78%.Prosentase guru yang belum memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dalam menerapkan ide atau gagasan baru
dalam pembelajaran mencapai 66,67%. Sementara itu, prosentase guru yang
tidak berani mengambil resiko dalam pembelajaran mancapai
60,00%.Sedangkan prosentasi untuk guru yang belum berpandangan positif
terhadap pengalaman baru mencapai 62,22%.
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa tidak satu pun indikator
kreativitas yang mencapai 75%. Padahal kreativitas guru memiliki peranan
yang penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Peserta didik yang
kreatif hanya akan dapat dihasilkan melalui pembelajaran yang difasilitasi
oleh guru yang kreatif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan
yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan pentingnya krativitas
bagi seorang guru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kerativitas Guru
(Survei pada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan
Bojongsari Kota Depok).
9
19
1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka
identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 15 orang guru
mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota
Depok menunjukkan bahwa kreativitas guru relatif masih rendah.
2. Rendahnya kreativitas guru tersebut antara lain terindikasi dari:
masih rendahnya inisiatifdalam pembelajaran, kurang berani
mengambil resiko, kurangterbuka terhadap pengalaman baru,
masih rendahnya keinginan untuk mengembangkan diri, dan
memiliki rasa percaya diri yang rendah untuk menerapkan hal-hal
yang baru.
3. Implikasi dari rendahnya kreativitas guru di atas, berdampak pada
proses pembelajaran yang cenderung monoton, kurang bervariasi,
teacher center, didominasi ceramah, menekankan hafalan
(kognitif), dan kurang kontekstual.
4. Proses pembelajaran yang kurang kreatif di atas telah
berimplikasi pula pada rendahnya kualitas hasil belajar peserta
didik.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tampak adanya beberapa
faktor yang berhubungan dengan kreativitas guru. Agar penelitian ini dapat
dilakukan secara intensif, maka hanya dibatasi pada 2 (dua) variabel saja,
yaitu:
1. Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y);dan
2. Kompetensi Pedagogik sebagai variabel bebas (X)
Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar
mata pelajaranIPS pada jenjang SMP di Wilayah KecamatanSawangan dan
Bojongsari Kota Depok.
10
20
1
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat hubungan Kompetensi Pedagogik dengan
Kreativitas Guru?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan kompetensi
pedagogik dengan kreativitas guru.
F. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk menyusun
konsep dan strategi baru bagi pengembangan kemampuan dan
wawasan, khususnya terkait dengan hubungan antara kompetensi
pedagogik dengan kreativitas guru. Selain itu, juga diharapkan dapat
memberikan informasi secara teoritis pada peneliti lain yang tertarik
melakukan penelitian sejenis.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi sekolah sekaligus dinas pendidikan setempat
mengenai kreativitas guru dilihat dari aspek kompetensi
pedagogik yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
guru dalam mengembangkan kreativitas, khususnya berkaitan
dengan kompetensi pedagogik, demi tercapainya proses dan
11
21
1
hasil belajar yang lebih efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
peneliti dalam mengembangkan kreativitas yang dimilikinya,
khususnya berkaitan dengan kompetensi pedagogik, karena
peniliti merupakan calon guru.
12
22
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Tinjauan Teoritik
1. Hakikat Kreativitas Guru (Y)
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan sebuah konsep yang
multidimensional dan kompleks. Hal tersebut terbukti dari
banyaknya kajian kreativitas dari berbagai perspektif,
seperti pendekatan psikologis, sosiologis, maupun
kombinasi keduannya. Karena sifatnya yang demikian,
menjadi tidak mudah untuk merumuskan sebuah definisi
yang operasional. Namun yang pasti pada dasarnya setiap
orang yang normal memiliki potensi kreativitas, hanya
frekuensi dan kualitasnya saja yang berbeda-beda. Hal ini
sejalan dengan pendapat Devito yang mengatakan bahwa
kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh
setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda.14
Begitu pula menurut Treffinger, bahwa tidak ada orang
yang tidak sama sekali mempunyai kreativitas, seperti
halnya tidak ada seorang pun manusia yang inteligensinya
nol.15
Upaya untuk memupuk dan mengembangkan
kreativitas menjadi semakin penting dan bermakna ketika
dunia mengalami perubahan yang begitu cepat dan
14
Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, (Bandung: CV
Alfabeta, 1997), h. 16. 15
Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 16.
13
23
1
kompleks seperti yang sekarang ini. Kemampuan untuk
berinovasi dan beradaptasi secara cerdas melalui cara-cara
yang baru semakin diperlukan agar dapat survive dan tidak
hanyut dalam persaingan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Coleman, bahwa
ketika jiwa kreatif itu terjaga, ia menggerakkan cara untuk
hidup yang dipenuhi hasrat untuk berinovasi, mencari cara-
cara baru untuk melakukan sesuatu, mewujudkan impian
menjadi nyata.16
Sementara itu menurut Munandar, ada
empat makna pentingnya pengembangan kreatifitas bagi
setiap orang, yaitu:
1) Dengan kreativitas orang dapat mengaktualisasi-
kan diri
2) Dapat melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian masalah
3) Bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan; dan
4) Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.17
Jika dilakukan kajian kepustakaan tentang definisi
kreativitas, ditemukan banyak sekali pendapat para ahli
tentang pengertian dan batasan konsep tersebut. Menurut
Naim yang merujuk pada pendapat Hurlock, menyatakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja
yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak pernah
16
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 243. 17
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), h. 31.
14
24
1
dikenal oleh pembuatnya.18
Sejalan dengan itu, Naim
mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan dan menghasilkan sesuatu hasil karya atau
ide-ide yang baru.19
Pengertian yang lebih lengkap
dikemukakan oleh Supriadi bahwa kreativitas merupakan
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesutau yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relaif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.20
Dari
berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kreativitas pada hakikatnya merupakan kemampuan
seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau
relatif berbeda dengan sebelumnya, baik berupa ide atau
gagasan maupun hasil karya yang nyata.
Selain definisi yang menekankan kreativitas sebagai
kemampuan untuk melahirkan ide atau gagasan dan karya
nyata, ada pula ahli yang menambahkan penekanan pada
tindakan. Menurut Csikszentmihalyi, kreativitas merupakan
suatu tindakan, ide, atau produk yang merubah ranah yang
ada, atau mengubah ranah yang sudah ada menjadi ranah
yang baru.21
Pendapat ini didukung pula oleh Richard
dalam Sigelmen yang menyatakan bahwa kreativitas
merupakan tindakan yang menghasilkan produk baru yang
bermanfaat.22
Berdasarkan kedua teori ini, berarti
kreativitas bukan hanya ide atau produk, namun termasuk
18
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 217. 19
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, h. 229. 20
Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 7. 21
Mihaly Csikszentmihalyi, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, (New
York: Herper Perenial, 2000), h. 28. 22
Carol K. Sigelmen, Life-Spam Human Development, (Canada USE: Cole Publishing
Company, 2002), h. 258.
15
25
1
pula tindakan yang dapat merubah atau menghasilkan
sesuatu menjadi yang baru.
Selain itu, kreativitas juga sering dikaitkan dengan
upaya pemecahan masalah. Sebagaimana dikemukakan
oleh Pranowo, menurut para psikolog ternyata manusia
setiap hari paling tidak menghadapi 6.000 masalah. Bahkan
lebih mencengangkan lagi adalah betapa kreatifnya
manusia ketika dapat menyelesaikan ribuan masalah
tersebut yang mungkin berbeda setiap hari dan
menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda pula.23
Hubungan antara kreativitas dan pemecahan masalah
ini juga dikemukakan oleh Semiawan yang mengatakan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkan-nya dalam
pemecahan masalah.24
Begitu pula menurut Chaplin bahwa
kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru
dalam upaya memecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru.25
Berdasarkan uraian berbagai teori di atas dapat
disimpulkan bahwa kreativitas merupakan tindakan
seseorang dalam bentuk gagasan maupun karya nyata
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang dihadapi melalui cara-cara yang baru atau relatif
berbeda dengan sebelumnya.
23
Panji Pranowo, Cara Super untuk Kreatif, (Yogyakarta: Buku Pintar, 2013), h. 11. 24
Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14. 25
Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak, h. 14.
16
26
1
b. Karakteristik Kreativitas
Selain menjelaskan konsep krativitas melalui
pengertian atau definisi, banyak pula ahli yang menjelaskan
konsep ini berdasarkan karakteristik individu kreatif atau
ciri-ciri orang kreatif. Beberapa ahli yang telah
mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik individu kreatif
antara lain adalah Utami Munandar, Deni Saputra, Yatim
Rianto, dan Sund.
Menurut Munandar, ada 7 (tujuh) sikap, kepercayaan
dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang kreatif,
yaitu:
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Luar biasa
3) Luwes dalam berpikir
4) Bertindak bebas dalam mengekspresikan diri
5) Berminat pada kegiatan-kegiatan keratif
6) Percaya pada gagasan sendiri
7) Mandiri.26
Sedangkan Saputra mengemukakan 9 (sembilan) ciri
kepribadian kreatif, meliputi:
1) Imajinatif
2) Mempunyai prakarsa/inisiatif (dapat memulai
sesuatu sendiri)
3) Mempunyai minat yang luas
4) Mandiri (bebas) dalam berpikir
5) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
26
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, (Jakarta, Kencana, 2012), hh. 229
– 230.
17
27
1
6) Kepetualangan
7) Penuh semangat
8) Percaya diri
9) Bersedia mengambil resiko dan berani dalam
keyakinan.27
Sementara itu berdasarkan kajian dari berbagai studi,
Riantomengemukakan 24 ciri kepribadian kreatif, yaitu:
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Fleksibel perasaan
3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan
4) Menghargai fantasi
5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kretaif
6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain
7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar
8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi
yang tidak pasti
9) Mengambil resiko yang diperhitungkan
10) Percaya diri dan mandiri
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada
tugas
12) Tekun dan tidak mudah bosan
13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
14) Kaya inisiatif
15) Peka terhadap situasi lingkungan
16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan
dari pada masa lalu
27
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, hh. 220 – 221.
18
28
1
17) Memiliki citra diri dan emosionalitas yang stabil
18) Tertarik kepada hal-hal abstrak, kompleks, holistik
dan mengandung teka-teki
19) Memiliki gagasan orisinil
20) Mempunyai minat yang luas
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang
bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan
diri
22) Kritis terhadap pendapat orang lain
23) Sering mengajukan pertanyaan yang baik
24) Memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang
tinggi.28
Ciri-ciri yang dikemukakan oleh Riyanto di atas juga
ditemukan pada ciri-ciri kepribadian kreatif yang
dikemukakan oleh Sund, yaitu:
1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar
2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3) Panjang/banyak akal
4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti
5) Cenderung mencari jawaban yang luas dan
memuaskan
6) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam
melaksanakan tugas
7) Berpikir fleksibel
8) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta
cenderung memberi jawaban yang lebih banyak
9) Kemampuan membuat analisis dan sintesis
28
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 230.
19
29
1
10) Memiliki semangat bertanya serta meneliti
11) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
12) Memiliki latar belakang membaca yang cukup
luas.29
Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa orang kreatif setidak-tidaknya memiliki ciri-ciri atau
karakteristik:
1) Memiliki Inisiatif yang tinggi
2) Selalu berupaya mengembangkan diri
3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
4) Berani mengambil resiko
5) Terbuka terhadap pengalaman baru
c. Pentingnya Kreativitas bagiGuru
Kaitan antara kreativitas dengan dunia pendidikan
sudah banyak dikaji oleh para ahli, Mulyasa yang mengutip
pernyataan Piaget, “The principle goal of education is to
create man who are capable of doing new things, not
simply of repeating what other generations have done –
man who are creative, inventive, and discoverers”.30
Kalimat tersebut menunjukkan betapa kreativitas dan
orang-orang kreatif merupakan indikator penting dalam
keberhasilan pendidikan. Manusia-manusia kreatif sebagai
output pendidikan hanya akan dapat dihasilkan melalui
proses kreatif yang selalu merangsang perkembangan
kreatifitas.
29
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 226. 30
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 85.
20
30
1
Paragraf di atas secara tidak langsung mengungkap-
kan pentingnya kreativitas bagi seorang guru. Tanpa
bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain,
peran guru sebagai agen pembelajaran sangat strategis
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di sisi lain,
perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup
hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun
tidak juga telah mempengaruhi dunia pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh
tekhnologi informasi dan komunikasi semakin
mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai
informasi terbaru.
Fenomena di atas tentu menjadi sebuah tantangan
sekaligus peluang bagi guru. Guru harus semakin maksimal
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan cara
selalu mengembangkan diri, terbuka terhadap pengalaman
baru, memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak mudah
menyerah, berpikir positif, dan berupaya menemukan
berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Intinya adalah sosok guru yang selalu
mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya.
Keberadaan guru yang kreatif sebagaimana diuraikan
di atas juga sangat dibutuhkan dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SMP. Merujuk pada
kurikulum, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS
pada jenjang SMP adalah untuk mengembangkan berbagai
keterampilan peserta didik, seperti kemampuan berpikir
kritis, memecahkan masalah. Selain itu peserta didik juga
diharapkan mampu mengaitkan konsep-konsep yang
21
31
1
dipelajari dengan fenomena kehidupan nyata dalam
masyarakat. Hal ini tentu tidak akan tercapai jika
pembelajaran yang terjadi di kelas-kelas hanya berupa
transfer of knowledge yang didominasi oleh metode
ceramah. Hasil kajian Skeel dari berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam mata
pelajaran IPS atau social studies sangat rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu
penyebabnya adalah peserta didik cenderung merasa bosan
karena pembelajaran didominasi oleh motode ceramah.31
Selain berbagai teori tentang kreativitas yang sudah
dijelaskan pada sub sebelumnya, teori yang menarik
lainnya dikaitkan dengan kreativitas guru adalah The three
components of creativity yang dikemukakan oleh Amabile.
Jane Hanry yang mengutip pendapat Amabile, menyatakan
bahwa kreativitas merupakan fungsi dari tiga komponen,
yaitu: expertise, creative-thinking skills, dan motivation.32
Ketiga komponen kreativitas di atas kadang disebut juga
sebagai: domain skill, creative thinking and working skill,
dan intrinsic motivation. Secara visual, teori Amabile ini
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
31 Rudi Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), hh. 108 – 109. 32
Jane Henry, Creative Management and Development, (London: SAGE Publication Ltd.,
2006), h.18.
22
32
1
Gambar 2.1
The three components of creativity33
Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa kreativitas
merupakan interseksi dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
Skill atau keahlian khusus dalam bidang tertentu, Creative
Thinking atau keahlian untuk berpikir secara kreatif, dan
Intrinsict Motivation atau motivasi yang datang dari dalam
diri sendiri.
Dengan sangat menarik, Naim mengumpamakan
ketiga komponen kreativitas di atas sebagai hal-hal yang
diperlukan untuk membuat masakan sup yang enak.34
Lebih lanjut, Naim menjelaskan bahwa keahlian dalam
bidang tertentu atau khusus adalah syarat utama, karena
tidak mungkin seseorang akan kreatif kalau tidak memiliki
keahlian tentang hal tersebut. Keahlian ini merupakan dasar
utama bagi semua pekerja kreatif yang dapat diperoleh dari
pendidikan, pelatihan, maupun pengalaman. Bagi seorang
guru, keterampilan ini akan terlihat pada pengetahuan,
wawasan, dan kecakapan dalam bidangnya. Keahlian
seorang guru akan samakin meningkat apabila ada upaya-
33
Jane Henry, Creative Management and Development, h.18. 34
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa, hh. 247 – 248.
23
33
1
upaya untuk mengembangkan diri secara terus-menerus,
baik melalui berbagai pelatihan maupun inisiatif
pembelajaran secara mandiri.
Selanjutnya tentang keterampilan berpikir kreatif,
Naim mengibaratkannya sebagai kemampuan meracik atau
meramu bumbu sehingga menghasilkan sup dengan rasa
yang enak, berbeda, unik, dan spesial. Berpikir kreatif
dapat diibaratkan sebagai cara mendekati dunia yang
memungkinkan untuk menemukan kemungkinan-
kemungkinan baru dan mewujudkan-nya hingga akhir.
Domain ini terkait dengan cara melihat hal yang umum dari
sudut pandang yang berbeda, menemukan kemungkinan
baru, dan mewujudkannya sehingga menghasilkan sesuatu
yang berbeda. Bagi seorang guru, domain keterampilan
kreatif ini akan terindikasi dari ciri-ciri berpikir divergen,
toleran terhadap ambiguitas, yang ditopang oleh rasa
percaya diri yang tinggi, serta keberanian mengambil
resiko.
Sedangkan intrinsict motivation dapat diibaratkan
pula sebagai kecintaan, maknanya adalah keinginan untuk
mengerjakan apa saja karena menganggap hal tersebut
menarik. Seorang individu yang memiliki intrinsict
motivation akan melakukan sesuatu bukan karena adanya
ganjaran atau hadiah, tetapi didorong oleh rasa kecintaan
dan kesenangan. Guru yang memiliki motivasi intrinsik,
tidak akan memperhitungkan penghargaan atau ganjaran
atas upaya-upaya terbaik yang telah dilakukannya. Profil
guru seperti inilah yang akan memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, senang mencoba atau terbuka terhadap hal-hal yang
24
34
1
baru, dan tidak mudah menyerah ketika dihadapi kendala
atau hambatan.
Berdasarkan berbagai pendapat dan teori di atas,
dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah tindakan
seorang gurudalam bentuk gagasan maupun karya nyata
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik
melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan
sebelumnya. Adapun indikatornya adalah:
1) Memiliki banyak inisiatif dalam pembelajaran;
2) Selalu berupaya mengembangkan diri;
3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi;
4) Berani mengambil resiko; dan
5) Terbuka terhadap pengalaman baru.
2. Hakikat Kompetensi Pedagogik (X)
a. Pengertian Kompetensi
Dewasa ini istilah kompetensi sangat sering
diperbincang-kan, tidak hanya pada dunia kerja, namun
juga dalam kalangan masyarakat awam. Sehingga tidak
mengherankan jika berkembang pula berbagai definisi atau
pengertian yang beragam tentang istilah tersebut. Bagi
masyarakat awam, kompetensi sering dikaitkan dengan
kata competence yang berarti kemampuan atau kapabilitas.
Dalam bahasa Indonesia, istilah “kemampuan” yang
berasal dari kata “mampu” ternyata juga dapat dimaknai
secara berbeda-beda sesuai dengan konteks pembicaraan
dan penggunaannya. Dikaitkan dengan kompetensi, kata
mampu sering digunakan untuk menggantikan kata: pintar,
25
35
1
ahli, dapat melakukan sesuatu pekerjaan, serba tahu,
terampil, dan sebagainya.
Berdasarkan kajian kepustakaan, ditemukan banyak
pengertian kompetensi yang telah dikemukakan oleh para
ahli. Spencer mengatakan bahwa kompetensi merupakan
karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang
berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior
dalam suatu pekerjaan atau situasi tertentu.35
Sementara itu,
Guion mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik
yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-
cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan
berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.36
Sedangkan Jhonsons mengartikan kompetensi sebagai
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.37
Selain itu, banyak pula ahli-ahli Indonesia yang telah
mendefinisikan kompetensi. Danim menyebutkan bahwa
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dari seorang tenaga profesional.
Selanjutnya, Danim menegaskan bahwa kompetensi
merupakan spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya dalam
pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan
35
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 78. 36
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, h. 78. 37
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, h. 79.
26
36
1
oleh masyarakat dan dunia kerja.38
Sejalan dengan itu,
Musfah mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan
seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.39
Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki
seorang, agar dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional.
b. Pengertian Pedagogik
Pedagogik adalah sebuah konsep yang sering
digunakan dalam dunia pendidikan atau pembelajaran.
Secara etimologi, istilah pedagogi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu paedos yang artinya anak laki-laki dan
agogos yang artinya mengantar atau membimbing.
Sehingga secara harfiah, pedagogi berarti pembantu anak
laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya
mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian
makna ini berkembang menjadi seseorang yang melakukan
tugas pengajaran, pembimbingan, pembinaan secara
profesional terhadap individu atau sekelompok individu,
agar tumbuh kembang menjadi pribadi yang
bertanggungjawab di masyarakat.40
38
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke
Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 111. 39
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29. 40
Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pendagogi Modern, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 2.
27
37
1
Dalam perkembangan selanjutnya, pedagogik
berkembang menjadi sebuah ilmu sekaligus seni. Menurut
Purwanto, pedagogik sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik.41
Pedagogik sebagai ilmu juga dikemukakan
oleh Hoogveld yaitu ilmu yang mempelajari masalah
membimbing anak ke arah tujuan tertentu, supaya kelak
mampu secara mendiri menyelesaikan tugas hidupnya.42
Sedangkan pedagogik sebagai seni diantaranya
dikemukakan oleh Sulaiman. Menurutnya dikatakan seni
karena harus mempertimbangkan perbedaan individu setiap
peserta didik, memiliki kaedah yang sesuai dengan peserta
didik, memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam
yang dilandasi asumsi bahwa setiap peserta didik
merupakan insan yang berpotensi.43
Pedagogik sebagai
seni juga dikemukakan oleh Schleiermacher dan Schiller
dengan menyebut pedagogik sebagai seni beraksi, yaitu
bagaimana guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan
siswa. Hal yang menarik dikemukakan oleh Hebert bahwa
pembelajaran tidak bisa direproduksi begitu saja. Sebuah
pengalaman keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi
oleh banyak faktor, sehingga tidak dapat begitu saja
diterapkan kembali dalam konteks tempat atau waktu yang
berbeda, walaupun dengan isi yang serupa.44
41
Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pendagogi Modern, h. 2. 42
Uyoh Sadullah, Agus Muharam, Pedagogik: Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 2. 43
Esah Sulaiman, Pengenalan Pedagogi, (Johor: University Technologi Malaysia,2004), h.
3. 44
Anna Hebert, The Pedagogy of Creativity, (New York: Rouletge Taylor and Prancis
Group, 2010), hh. 70 – 71.
28
38
1
Dari beberapa teori dan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa Pedagogik adalah ilmu sekaligus
seni yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang
efektif.
c. Kompetensi Pedagogik Guru
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomer 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen telah meningkatkan status
guru menjadi pendidik professional. Tugas utamanya
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kata professional
mengisyaratkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan seorang guru dapat menjadi sumber penghasilan
kehidupan, namun harus memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut adalah memiliki
kualifikasi akademik, keahlian, kemahiran, dan kecakapan
tertentu. Persyaratan minimal secara akademik seorang
guru adalah Sarjana (S1) atau Diploma 4, serta menguasai
kompetensi guru secara utuh meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Tujuan
ditetapkannya persyaratan penguasaan kompetensi bagi
guru tersebut adalah untuk menjamin keterlaksanaan tugas
sebagai pendidik secara professional.
Salah satu kompetensi yang penting dikuasai guru
adalah kompetensi pedagogik. Dalam Undang-Undang
tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Kompetensi
Pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait
dengan pemahaman peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
29
39
1
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 1 dan 2
mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
kompetensi, salah satunya adalah kompetensi pedagogik.
Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik ini
sangat penting karena terkait langsung dengan aktivitas
pembelajaran. Menurut Rusman, penguasaan kompetensi
pedagogik penting bagi guru agar kegiatan pembelajaran
lebih bermakna dan berhasil guna.45
Pernyataan ini juga
didukung oleh Victor C.X. Wang, bahwa tanpa
pengetahuan tentang pedagogik, setiap kegiatan
pembelajaran hanya akan menyebabkan aktivitas yang
ceroboh, apalagi pengajaran yang efektif.46
Berdasarkan hasil kajian kepustakaan, ditemukan
banyak sekali definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli tentang pengertian kompetensi pedagogik serta
lingkupnya. Menurut Janawi, kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis
dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Selanjutnya
dijelaskan bahwa komptensi pedagogik paling tidak
berhubungan dengan:
1) Mengusai karakteristik peserta didik
2) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
3) Mengembangkan kurikulum dan rancangan pem-
belajaran
45
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 22. 46
Victor C.X. Wang, et, al., Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With
Information, Communication, Technologies, (USE: IGI Global, 2012), h. V.
30
40
1
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5) Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi
untuk kepentingan pembelajaran
6) Menfasilitasi perkembangan potensi peserta didik
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik
8) Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses
dan hasil belajar
9) Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk
kepentingan pembelajaran
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.47
Sementara itu, Hadis dan Nurhayati mengatakan
bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi
kaidah-kaidah pedagogik. Kemampuan ini meliputi:
1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2) Memahami latar belakang keluarga dan
masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar
dalam konteks kebinekaan budaya
3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar
peserta didik
4) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5) Menguasai teori dan prinsip belajar dan
pembelajaran yang mendidik
47
Janawi, Guru: Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 65.
31
41
1
6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
7) Merancang pembelajaran yang mendidik
8) Melaksanakan pembelejaran yang mendidik
9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.48
Begitu pula menurut Sagala, bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik, meliputi:
1) Pembahasan wawasan guru akan landasan filsafat
pendidikan
2) Mengenali potensi dan keberagaman peserta didik
3) Mengembangkan kurikulum/silabus
4) Menyusun rencana dan strategi pembelajaran
5) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif, eksperimentif, efektif, dan
menyenangkan
6) Melakukan evaluasi hasil belajar denga memenuhi
prosedur dan standar yang dipersyaratkan
7) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik
melalui kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki peserta didik.49
Mulyasa yang mengutip dari Standar Nasional
Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a
mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
48
Abdul hadis dan Nurhayati, Menejemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.
22. 49
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2009), hh. 30 – 31.
32
42
1
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi:
1) Pemahaman terhadap peserta didik
2) Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
3) Evaluasi hasil belajar
4) Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasi-kan berbagai potensi yang
dimilikinya.50
Tidak berbeda jauh dengan Mulyasa di atas,
Sudarwan Danim, juga mengemukakan sub kompetensi
pedagogik yang terdiri dari:
1) Mengenal peserta didik secara mendalam
2) Merancang pembelajaran
3) Melaksanakan pembelajaran
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran
5) Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasi-kan berbagai potensinya.51
Secara lebih lengkap, Sudarwan Danim telah
mengemukakan indikator-indikator yang dijabarkan dari 5
(lima) sub kompetensi di atas pada tabel 2.1 berikut.
50
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 75. 51
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
22.
33
43
1
Tabel 2.1
Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi
Pedagogik52
Sub Kompetensi Indikator
Mengenal peserta
didik secara
mendalam
1.1 Memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif
1.2 Memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian
1.3 Mengidentifikasi bekal ajar awal
peserta didik
Perancangan dan
pelaksanaan
pembelajaran
2.1 Memahami landasan pendidikan
2.2 Menerapkan teori belajar dan
pembelajaran
2.3 Menemukan strategi
pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai,
dan materi ajar
2.4 Menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih
Melaksanakan
pembelajaran
3.1 Menata latar (setting)
pembelajaran
3.2 Melaksanakan pembelajaran yang
kondusif
Merancang dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran
4.1 Merancang dan melaksanakan
evaluasi (assesment) proses dan
hasil belajar secara
berkesenambungan dengan
berbagai metode
4.2 Menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastry learning)
4.3 Memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan
keseulitan program pembelajaran
secara umum
52
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, hh. 25 – 26.
34
44
1
Mengembangkan
peserta didik
untuk
mengaktualisasik
an berbagai
potensinya
4.1 Menfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi
akademik
4.2 Menfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi
non akademik
Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru secara
menyeluruh, tentu memerlukan penilaian yang
komprehensif, karena mencakup domain kognitif, afektif,
dan keterampilan. Namun demikian, penilaian kompetensi
juga dapat dilakukan pada domain atau ranah tertentu saja.
Sebagai contoh, pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)
yang dilaksanakan oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan beberapa tahun terakhir ini dilakukan melalui
tes tertulis dengan penekanan pada domain kognitif.
Terkait dengan kemampuan dalam domain kognitif,
Anderson dan Kratwohl telah mengemukakan tahapan
proses kognitif dari yang terendah sampai yang tertinggi,
yaitu: Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3),
Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mengkreasi
(C6). Secara lengkap tahapan kemampuan kognitif tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Tahapan Proses Kognitif53
Tahapan Proses
Kognitif
Kemampuan Kompetensi
Kognitif
1. Mengingat (C1)
1.1. Mengenal kembali
1.2. Memunculkan kembali
1.1. Mengidentifikasi
1.2. Menyatakan kembali
53
Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117.
35
45
1
2. Memahami (C2)
2.1. Menginterpretasi
2.2. Memberi contoh
2.3. Mengklasifikasi
2.4. Merangkum
2.5. Menyimpulkan
2.6. Membandingkan
2.7. Menjelaskan
2.1. Mengklasifikasi,
menceritakan,
menyajikan
2.2. Mengilustrasikan,
memberi contoh
2.3. Mengkategorikan,
mengelompokkan
2.4. Mengabstraksikan,
menggeneralisasikan
2.5. Menyimpulkan,
melengkapi,
memperkirakan
2.6. Membandingkan,
memetakan,
menjodohkan
2.7. Menyusun model
3. Menerapkan (C3)
3.1. Menggunakan
3.2. Melaksanakan
3.1. Menggunakan
prosedur pada hal
yang jelas
3.2. Menggunakan
prosedur pada hal
yang belum jelas
4. Menganalisis (C4)
4.1. Membedakan
4.2. Menguraikan
4.3. Mengorganisasikan
4.1. Mencari perbedaan,
memisahkan, memilih
4.2. Membagi, merinci
4.3. Mengintegrasikan,
menemukan
koherensi,
memadukan, membuat
struktur
5. Mengevaluasi (C5)
5.1. Mengecek
5.2. Mengkritik
5.1. Mendeteksi,
memonitor,
memeriksa, menguji
5.2. Mendeteksi
ketidaksesuaian
6. Mengkreasi (C6)
6.1. Mengembangkan 6.1. Merumuskan
36
46
1
6.2. Merencanakan
6.3. Membuat
hipotesis,
meningkatkan
kegiatan
6.2. Merancang prosedur,
menyusun rencana
kerja
6.3. Menciptakan satu
karya, menghasilkan
produk
Dengan demikian, kompetensi pedagogik guru yang
terkait dengan pengelolaan pembelajaran dapat dinilai
berdasarkan kemampuan kognitif yang mengacu pada
tahapan proses kognitif sebagaimana yang tertuang pada
tabel di atas.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif
guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang
efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang
ditetapkan. Adapun indikator-indikatornya adalah:
1) Pemahaman terhadap peserta didik
2) Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran
3) Pengembangan kurikulum dan perancangan
pembel-ajaran
4) Plaksanaan pembelajaran yang efektif dan
mendidik
5) Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil
belajar.
37
47
1
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian sejenis yang telah dilaksanakan dan dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Penelitian milik Heryanti (2015) yang berjudul: “Hubungan
Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan
Kreativitas Kerja Guru pada Guru SD di Wilayah Babakan
Mandang dan Karang Tengah Kota Bogor”. Metode dalam
penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan
korelasional. Hasil penelitian sebagai berikut: Terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara Kompetensi
Pedagogik dengan Kreativitas Kerja Guru, dengan
persamaan regresi Ŷ = 56,8285 + 0,3908X1 dengan nilai
koefisien korelasi ry.1 = 0,6326 serta nilai koefisien
determinasi r2
y.1 = 0,4002.54
2. Penelitian milik Nelfuad (2015) yang berjudul: “Hubungan
Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan
Kreativitas Kerja Guru (Survei pada Guru SDN di Wilayah
Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok). Hasil
penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan
Kreativitas Kerja Guru, dengan persamaan regresi Ŷ =
85,257 + 1,854X1 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 =
0,606 serta nilai koefisien determinasi r2
y.1 = 0,367.55
54
Heryanti, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan
Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015). 55
Nelfuad, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan
Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015).
38
48
1
Tabel 2.3
Penelitian Yang Relevan
No. Nama Peneliti,
Tahun, Judul Persamaan Perbedaan
1 Heryanti
(2015)
“Hubungan
Kompetensi
Pedagogik dan
Kecerdasan
Emosional
dengan
Kreativitas
Kerja Guru”
Terdapat
variabel
kreativitas guru
dan variabel
kompetensi
pedagogik
Indikator
Kreativitas
Guru: inisiatif
yang tinggi
Indikator
Kompetensi
Pedagogik :
Menguasai
prinsip dan teori
pembelajaran,
Mengembangka
n perancangan
pembelajaran
Terdapat variabel
kecerdasan
emosional
]Survei dilakukan
pada guru Sekolah
Dasar (SD)
Survei dilakukan
pada wilayah yang
berbeda
Indikator Kreativitas
Guru: mandiri,
fleksibel, gagasan
orosinil
Indikator
Kompetensi
Pedagogik :
Memahami kesulitan
belajar peserta didik,
mengaktualisasi-kan
berbagai potensi
peserta didik
melaksanakan
pembelajaran yang
aktif
2 Nelfuad (2015)
“Hubungan
Kompetensi
Pedagogik dan
Kecerdasan
Adversitas
dengan
Kreativitas
Kerja Guru”
Terdapat
variabel
kreativitas guru
dan variabel
kompetensi
pedagogik
Indikator
Kreativitas
Guru: rasa
Terdapat variabel
kecerdasan
adversitas
Survei dilakukan
pada guru Sekolah
Dasar (SD)
Indikator Kreativitas
Guru: berpikir
divergen
39
49
1
percaya diri,
pengambilan
resiko
Indikator
Kompetensi
Pedagogik :
menguasai
evaluasi proses
dan hasil belajar,
menguasai
prinsip dan teori
pembelajaran
Indikator
Kompetensi
Pedagogik :
mengaktualisasi-kan
berbagai potensi
peserta didik,
pembelajaran yang
aktif dan
menyenangkan,
menguasai strategi
pembelajaran
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan konstruksi variabel kompetensi pedagogik (X) dan
variabel kreativitas guru (Y), berikut ini akan dilakukan analisis
rasional tentang hubungan antara kedua variabel tersebut.Dalam
penelitian ini, kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru
yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai
dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan. Adapun indikator-
indikatornya adalah: 1) Pemahaman terhadap peserta didik; 2)
penguasaan prinsip dan teori pembelajaran; 3) pengembangan
kurikulum dan perancangan pembelajaran; 4) pelaksanaan
pembelajaran yang efektif dan mendidik; dan 5) penguasaan terhadap
evaluasi proses dan hasil belajar.
Sedangkan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru
dalam bentuk gagasan, tindakan, maupun karya nyata sebagai upaya
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas
profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau
relatif berbeda dengan sebelumnya. Adapun indikatornya adalah: 1)
40
50
1
Inisiatif pembelajaran; 2) Pengembangan diri; 3) Rasa percaya diri; 4)
Pengambilan resiko; dan 5) Pandangan terhadap pengalaman baru.
Hubungan antara variabel kompetensi pedagogik dengan
variabel kreativitas guru dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 2.2
Skema Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y
Berdasarkan hubungan-hubungan antara indikator-indikator
variabel X dan Y pada Gambar 2 di atas, selanjutnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Seorang guru yang memiliki pemahaman terhadap latar
belakang peserta didik dengan baik dalam berbagai aspek,
seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial-budaya,
dan sebagainya, akan kaya dengan inisiatif sehingga dapat
41
51
1
mengembangkan rencana pembelajaran yang berbasis pada
keberagaman karakteristik peserta didik.
2. Seorang guru yang memahami dengan baik teori
perkembangan kognitif, Multiple Intellegence, dan berbagai
gaya belajar diduga akan kaya dengan inisiatif pembelajaran.
3. Sebaliknya, penguasaan guru terhadap berbagai teori belajar
dan teori tentang karakteristik peserta didik dari berbagai
aspek (seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial-
budaya, dan sebagainya) tidak dapat dipisahkan dari hasil
pengembangan diri yang telah dilakukan oleh seorang guru.
4. Guru yang selalu mengembangkan diri akan terindikasi pula
dari upaya memodifikasi dan menyempurnakan rancangan
pembelajaran secara berkelanjutan. Upaya tersebut tentu
didukung oleh adanya rasa kepercayaan diri yang tinggi.
5. Guru yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan disertai
keberanian mengambil resiko akan melakukan penataan kelas
(setting) secara bervariasi, termasuk belajar di luar kelas
dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif.
6. Guru yang terbuka terhadap pengalaman baru, akan selalu
mencoba menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan
strategi pembelajaran inovatif. Keterbukaan terhadap
pengalaman baru juga akan terindikasi dari keberanian untuk
mencoba menerapkan berbagai bentuk dan teknik penilaian
proses dan hasil belajar yang otentik.
Berdasarkan analisis hubungan antar indikator-indikator variabel
X dan variabel Y di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara
kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru.
42
52
1
BAB III
METODE PENELITIAN
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yang berada dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan
Bojongsari, Kota Depok.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan
terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan Agustus 2016,
mulai dari seminar proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil
penelitian. Secara garus besar rancangan jadwal penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Bulan/Minggu Des.2015 Jun.2016 Jul. 2016 Agust. 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Seminar
Proposal
2 Pembuatan
Instrumen
3 Uji Coba
Instrumen
4 Pengumpulan
data
5 Analisis Data
6 Penyusunan
Laporan Hasil
Penelitian
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan pendekatan korelasional, yaitu jenis penelitian yang berupaya untuk
43
53
1
membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Variabel-variabel yang dimaksud, yaitu: Kompetensi pedagogik
sebagai variabel bebas (X) dan Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y).
Sedangkan alat ukur (instrumen) yang digunakan adalah tes dan non tes,
yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam variabel
penelitian. Sebagai responden untuk kedua variabel tersebut adalah guru-
guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengajar mata pelajaran IPS
dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok.
Konstelasi masalah yang diteliti dapat dilihat pada gambar berikut:
Keterangan:
X : Kompetensi Pedagogik
Y : Kreativitas Guru
Ɛ : Variabel lain yang diduga memiliki hubungan
dengan kreativitas guru
Gambar 3.1
Konstelasi Hubungan antar Variabel
I. Populasi dan Sampling
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP mata
pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari,
kota Depok berjumlah 33 orang yang berasal dari 24 Sekolah.
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini memiliki jumlah populasi 33 orang guru mata
pelajaran IPS. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus yang
44
54
1
digunakan oleh Solvin dengan tingkat kepercayaan 95% (tingkat
kesalahan 5%)56
dengan perhitungan sebagai beikrut:
n = 𝑁
1 + 𝑁𝑒²
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah populasi
e : tingkat kesalahan (presisi) ditetapkan 5% dengan tingkat
kepercayaan 95%
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n = 33
1 +33 (0,05)²
n = 33
1 +0,825
n = 33
1,0825
n = 30,40
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan Slovin di atas,
untuk keperluan penelitian jumlah sampel dibulatkan menjadi 30
orang guru. Sedangkan untuk uji coba akan diberikan pada 10 orang
guru di luar perhitungan sampel penelitian. Perhitungan selanjutnya
yaitu membagi responden secara proporsional yang dapat dilihat
dalam tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2
Jumlah Guru dan Jumlah Sampel yang akan diambil
No Nama Sekolah Jumlah
Guru
Jumlah
Sampel
1. SMP Al-Hasra 2 Orang 2
2. SMP Darul Ulum 1 Orang 1
3. SMP Terpadu Darussalam 1 Orang 1
4. SMP Islamiyah Serua 1 Orang 1
5. SMPN 14 Depok 3 Orang 2
6. SMP Permata Bunda Reni Jaya 1 Orang 1
56
Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 34.
45
55
1
7. SMP PGRI 363 Pondok Petir 1 Orang 1
8. SMP Raudhatul Falah 1 Orang 1
9. SMP Bina Insan Cendikia 1 Orang 1
10. SMP Islam Al-Ihsan 1 Orang 1
11. SMP Islam Al-Ma’arif 1 Orang 1
12. SMP Arrihlah 1 Orang 1
13. SMP Darul Qur’an 1 Orang 1
14. SMP Hidayatul Ihsan 1 Orang 1
15. SMP Islam Plus Az-Zahra 2 Orang 2
16. SMPN 10 Depok 3 Orang 2
17. SMPN 18 Depok 3 Orang 2
18. SMP Daarun Ni’Mah 1 Orang 1
19. SMP Yapan 2 Orang 2
20. SMP Muhammadiyah 29 1 Orang 1
21. SMP Islamiyah Sawangan 1 Orang 1
22. SMP IT Amec 1 Orang 1
23. SMP IT Daarul Rahman 1 Orang 1
24. IT Darul Hikam 1 Orang 1
Jumlah 33 Org 30
J. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen yang
disusun berdasarkan indikator setiap variabel. Pengumpulan data untuk
variabel kreativitas guru (Y) berbentuk non tes berupa kuesioner dengan
menggunakan skala penilaian 1 – 5. Sedangkan pengumpulan data untuk
variabel kompetensi pedagogik (X) dilakukan melalui tes terstruktur berupa
pertanyaan pilihan ganda.
Sebelum diberikan kepada responden yang diberikan sampel pada
penelitian ini, instrumen terlebih dahulu di validasi dan di uji reliabilitasnya.
Penjelasan mengenai instrumen masing-masing variabel penelitian, adalah
sebagai berikut:
1. Intrumen Kreativitas Kerja Guru
a. Definisi Konseptual
Kreativitas Guru adalah tindakan seorang guru dalam
bentuk gagasanmaupun karya nyata sebagai upaya untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas
46
56
1
profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru
atau relatif berbeda dengan sebelumnya.
b. Definisi Operasional
Kreativitas Guru dalam penelitian ini adalah penilaian
guru terhadap dirinya sendiri tentang tindakan yang
dilakukannyabaik dalam bentuk gagasan maupun karya nyata
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui
cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya,
yang diukur melalui: 1) Inisiatif pembelajaran; 2)
Pengembangan diri; 3) Rasa percaya diri; 4) Pengambilan
resiko; dan 5) Pandangan terhadap pengalaman baru.
c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreativitas
guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Instrumen berupa kuesioner,
terdiri dari 40 butir pernyataan positif dan negatif dengan 5
(lima) alternatif jawaban, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr), Kadang-
kadang (Kd), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan
positif adalah pernyataan yang mengindikasikan tingginya
kreativitas guru. Penghitungan skor untuk pernyataan positif ini
adalah Selalu (Sl) diberi skor 5, Sering (Sr) diberi skor 4,
Kadang-kadang (Kd) diberi skor 3, Pernah (P) diberi skor 2, dan
Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan pernyataan negatif
adalah pernyataan yang mengindikasikan rendahnya kretaivitas
guru. Penghitungan skor adalah Selalu (Sl) diberi skor 1, Sering
(Sr) diberi skor 2, Kadang-kadang (Kd) diberi skor 3, Pernah (P)
diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5. Secara
lengkap instrumen kerativitas guru dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
47
57
1
Tabel 3.3
Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru
No Indikator Pernyataan
Jumlah Positif Negative
1 Inisiatif
pembelajaran 1, 2, 4, 5, 6, 7 3, 8 8
2 Pengembangan
diri
10, 11, 12,
13, 15, 16 9, 14 8
3 Rasa percaya
diri
17, 18, 20,
21, 22
19, 23,
24 8
4 Pengambilan
resiko
25, 26, 28,
29, 31, 32 27, 30 8
5 Pandangan
terhadap
pengalaman
baru
33, 34, 36,
38, 40
35, 37,
39 8
Jumlah Pernyataan 28 12 40
d. Kalibrasi (Uji Coba) Instrumen
Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba untuk melihat koefisien
validitas dan reliabilitas yang sudah dibuat. Uji validitas dilakukan
untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan telah dapat
mengukur konsep yang akan diukur. Sedangkan realibilitas bertujuan
mengetahui kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur.57
1) Validitas
Validitas instrumen kreativias guru ditentukan dengan
korelasi product moment person, dengan kriteria validitas
instrumen ditentukan melalui validitas butir pernyataan. Butir-
butir pernyataan dalam instrumen dinyatakan valid jika rhitung >
rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun subjek yang
digunakan dalam uji coba instrumen adalah responden yang
setara dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang guru SMP
yang mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan
57
Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, h. 20.
48
58
1
Bojongsari Kota Depok, yang tidak menjadi sampel dalam
penelitian ini.
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu
ukuran atau alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk
melihat sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang
relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap gejala yang sama pada saat yang berbeda. Pengujian
reliabilitas ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur yang stabil
dengan tingkat akurasi yang baik. Pengujian reliabilitas
instrumen kreativitas guru menggunakan rumus Alpha
Crombach. Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisiensi Alpha
(α) ≥ 0,7.
2. Instrumen Kompetensi Pedagogik
a. Definisi Konseptual
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru
yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif
sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan.
b. Definisi Operasional
Kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah
penilaian terhadapkemampuan kognitif guru yang terkait dengan
pengelolaan pembelajaran secara efektif sesuai dengan
metodologi pengajaran yang ditetapkan, yang diukur melalui: 1)
Pemahaman terhadap peserta didik; 2) penguasaan prinsip dan
teori pembelajaran; 3) pengembangan kurikulum dan
perancangan pembelajaran; 4) pelaksanaan pembelajaran yang
efektif dan mendidik; dan 5) penguasaan terhadap evaluasi
proses dan hasil belajar.
49
59
1
c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi
pedagogik guru adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda
(multiple choise). Soal tes dikembangkan sebanyak 40 butir
berdasarkan indikstor-indikator yang telah ditetapkan dan setiap
butir soal terdiri dari 4 (empat) pilihan atau option jawaban.
Pedoman penskoran menggunakan skor 1 jika jawaban benar
dan skor 0 jika jawaban salah.
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal ini juga diuji
validitas dan reliabilitasnya terhadap 10 orang guru yang tidak
termasuk dalam sampel penelitian. Selanjutnya sebaran butir
soal yang disusun berdasarkan indikator-indikator variabel
kompetensi pedagogik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik
No Indikator
Nomer Soal/Kemampuan
Ranah Kognitif Jmlh
C1 C2 C3 C4 C5
1 Pemahaman
terhadap peserta
didik
1 2, 3 4, 5, 6, 7 8 8
2 Penguasaan
prinsip dan teori
pembelajaran
9 10,
11
12,
13
14,15 16 8
3 Pengembangan
kurikulum dan
perancangan
pembelajaran
17 18,19 20,21 22,
23
24 8
4 Pelaksanaan
pembelajaran
yang efektif dan
mendidik
25 26,
27
28,
29
30,
31
32 8
5 Penguasaan
terhadap evaluasi
proses dan hasil
belajar
33 34,
35
36,
37
38,
39
40 8
Jumlah Pernyataan 5 10 10 10 5 40
50
60
1
d. Kalibrasi (Uji Coba Instrumen)
1) Validitas
Pengujian kesahihan atau validitas instrumen
kompetensi pedagogik dalam penelitian ini menggunakan
rumus Korelasi Point Biserial, yang bertujuan untuk
mengetahui korelasi antara skor butir instrumen dengan
skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan.
Butir soal dinyatakan valid apabila rhitung> rtabel pada taraf
signifikansi α = 0,05.
2) Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas, instrumen kompetensi
pedagogik, digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20).
Instrumen dinyatakan reliabel jika r11> 0,6.
K. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis
menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran
umum penyebaran atau distribusi data. Data yang akan diolah dengan
menggunakan teknik statistik deskritif akan menggambarkan rata-rata
(Mean), nilai tengah (Median), nilai yang sering muncul (Modus),
simpangan baku (standard deviation), distribusi frekuensi (variant),
nilai maksimum (Max), nilai minimum (Min), rentang antara nilai
maksimum dan minimum (range), keragaman data (variant sample),
total nilai (Sum), banyak kelas, rentang kelas, dan disertai grafik
histogram dari masing-masing variabel penelitian.
2. Statistik Inferensial
Uji statistik inferensial digunakan untuk melakukan pengujian
hipotesis. Beberapa uji statistik inferensial yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:
51
61
1
a. Uji Persyaratan Analisis
1) Uji Normalitas Galat Baku Taksiran
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
distribusi populasi berdasarkan pengolahan data
penelitian. Pengujian normalitas populasi dilakukan
dengan menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun
pernyataan normal adalah jika Lhitung < Ltabel pada taraf
signifikansi 0,05.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
kesamaan varian populasi yang berdistribusi normal. Uji
homogenitas ini menggunakan uji Bartlet dengan
persyaratan homogenitas adalah X2
hitung< X2tabel.
b. Uji Hipotesis
1) Uji Regresi Sederhana
Uji regresi sederhana dalam penelitian ini adalah
untuk menemukan persamaan regresi sederhana variabel
kreativitas guru (Y) atas variabel kompetensi pedagogik
(X) yang dirumuskan dalam bentuk Ŷ = a + bX.
2) Uji Keberartian dan Kelinieran Persamaan Regresi
Sederhana
Persamaan regresi sederhana Y atas X di atas, perlu
diuji keberartian dan kelinierannya. Uji dilakukan dengan
mengelompokkan skor variabel Y atas X, kemudian hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam daftar Anava guna
memperoleh Fhitung.
3) Uji Korelasi
Uji korelasiyang dimaksud adalah korelasi antara
variabel kompetensi peagogik (X) dengan variabel
kreativitas guru (Y). Adapun tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara kedua variabel
52
62
1
tersebut. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan
rumus product moment person.Setelah diketahui korelasi
antara variabel X dan Y, selanjutnya dilakukan uji
keberartian korelasi dengan menggunakan uji t.
4) Mencari Koefisien Determinasi
Mencari koefisien determinasibertujuan untuk
mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi variabel
kompetensi pedagogik (X) terhadap variabel kreativitas
guru (Y).Adapun cara menghitung kontribusi kompetensi
pedagogik terhadap kreativitas guru adalah rx2.
L. Hipotesis Statistik
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis antara dua variabel,
yaitu Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas Guru, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
H0: ρy1 = 0 Tidak terdapat hubungan antara Kompetensi Pedagogik dengan
Kreativitas Guru
H1: ρy1> 0 Terdapat hubungan positif antara Kompetensi Pedagogik dengan
Kreativitas Guru
Keterangan
H0 : Hipotesis Nol (Hipotesis statistik)
H1 : Hipotesis Alternatif (Hipotesis statistik)
ρy1 : Koefisien kolerasi antara variabel kompetensi pedagogik dengan
variabel kreativitas guru.
53
63
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota
Depok. Secara umum, Depok adalah sebuah kota yang terletak di Selatan
Jakarta, yakni antara Jakarta dan Bogor. Dahulu Depok adalah Kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota
administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan
menjadi kota yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas
11 Kecamatan yang terbagi menjadi 63 kelurahan hasil pemekaran.
Adapun selengkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil
pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomer 08 Tahun 2007 yang
disahkan DPRD Kota Depok, adalah Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan
Beji, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cilodong,
Kecamatan Limo, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan
Tapos, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Bojongsari. Selanjutnya,
dikaitkan dengan pendidikan, Kota Depok memiliki sekitar 2214 sekolah,
309743 siswa dan 20234 guru.
Dalam penenlitian ini, saya melakukan survei pada guru mata
pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok.
Terdapat 24 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada pada
Kecamatan tersebut, 17 SMP berada di Kecamatan Sawangan dan 7 SMP
berada di Kecamatan Bojongsari, berikut nama-nama sekolah yang menjadi
sumber data penelitian.
Tabel 4.1
Daftar Nama-Nama SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari
Kota Depok
No NAMA SEKOLAH KECAMATAN
1. SMP Al-Hasra Bojongsari
2. SMP Darul Ulum Sawangan
3. SMP Terpadu Darussalam Bojongsari
54
64
1
4. SMP Islamiyah Serua Bojongsari
5. SMPN 14 Depok Sawangan
6. SMP Permata Bunda Reni Jaya Bojongsari
7. SMP PGRI 363 Pondok Petir Bojongsari
8. SMP Raudhatul Falah Bojongsari
9. SMP Bina Insan Cendikia Sawangan
10. SMP Islam Al-Ihsan Sawangan
11. SMP Islam Al-Ma’arif Sawangan
12. SMP Arrihlah Sawangan
13. SMP Darul Qur’an Sawangan
14. SMP Hidayatul Ihsan Sawangan
15. SMP Islam Plus Az-Zahra Sawangan
16. SMPN 10 Depok Sawangan
17. SMPN 18 Depok Bojongsari
18. SMP Daarun Ni’Mah Sawangan
19. SMP Yapan Sawangan
20. SMP Muhammadiyah 29 Sawangan
21. SMP Islamiyah Sawangan Sawangan
22. SMP IT Amec Sawangan
23. SMP IT Daarul Rahman Sawangan
24. IT Darul Hikam Sawangan
B. Deskripsi Data
Data hasil penelitian diperoleh dari sampel sebanyak 30 orang Guru
yang mengajar mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan
Bojongsari Kota Depok. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus Slovin. Deskripsi data penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran umum penyebaran atau distribusi data. Data diolah dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif untuk menggambarkan rata-rata
(mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan
baku (standard deviation), distribusi frekuensi (variant), nilai maximum dan
minimum, rentang antara nilai maksimum dan minimum (range),
keragaman data (varians sampel), total nilai (sum), banyak kelas, rentang
kelas (interval), dan disertai grafik histogram dari masing-masing variabel
penelitian.
55
65
1
1. Variabel Kompetensi Pedagogik (X)
Ringkasan data variabel kompetensi pedagogik, mulai dari skor
total sampai dengan varians dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2.
Ringkasan Data Variabel Kompetensi Pedagogik
No. Keterangan Hasil
1 Skor Total 478
2 Skor terendah 8
3 Skor Tertinggi 20
4 Skor Rata-rata 15,933
5 Simpangan Baku 3,787
6 Modus 20
7 Median 17
8 Rentang 12
9 Varians 14,340
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, hasil tes tertulis dalam bentuk pilihan
ganda 4 (empat) option sebanyak 23 butir soal terhadap 30 orang guru
IPS yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh skor
terendah 8, skor tertinggi 20, skor rata-rata 15,93, simpangan baku
3,79, modus 20, dan skor total 478.58
Selanjutnya distribusi frekuensi
data variabel kompetensi pedagogik dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompetensi Pedagogik (X)
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
8 - 10 3 10%
11 – 13 4 13%
14 – 16 7 23%
17 – 19 10 33%
20 – 22 6 20%
Jumlah 30 100%
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang sebaran data
menurut kelas yang ditentukan, maka distribusi frekuensi variabel
58
Perhitungan statistik deskriptif variabel kompetensi pedagogik selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran III, hh. 109 – 110.
56
66
1
kompetensi pedagogik digambarkan dalam bentuk histogram pada
gmbar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1
Histogram Variabel Kompetensi Pedagogik (X)
2. Variabel Kreativitas Guru (Y)
Ringkasan data variabel kreativitas guru, mulai dari skor total
sampai dengan varians dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4.
Ringkasan Data Variabel Kreativitas Guru
No. Keterangan Hasil
1 Skor Total 3424
2 Skor terendah 80
3 Skor Tertinggi 144
4 Skor Rata-rata 114,133
5 Simpangan Baku 17,354
6 Modus 107
7 Median 113
8 Rentang 64
9 Varians 301,154
Penjelasan tentang tabel di atas adalah, bahwa berdasarkan hasil isian
kuesioner sebanyak 31 pernyataan menggunakan skala likert terhadap 30
orang guru tentang sikap atau pendapat mereka tentang kreativitas,
diperoleh skor terendah 80, skor tertinggi 144, skor rata-rata 114,133,
57
67
1
simpangan baku 17,354, modus 107, dan skor total 3424.59
Selanjutnya
distribusi frekuensi data variabel kreativitas guru dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Data Variabel Kreativitas Guru (Y)
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
80 - 92 4 13%
93 - 105 6 20%
106 - 118 6 20%
119 - 131 8 27%
132 - 144 6 20%
Jumlah 30 100%
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang sebaran data menurut
kelas yang ditentukan, maka distribusi frekuensi variabel kreativitas guru
digambarkan dalam bentuk histogram pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2
Histogram Variabel KreativitasGuru(Y)
59
Perhitungan statistik deskriptif variabel kreativitas guru selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran III, hh. 111 – 112.
58
68
1
C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Instrumen Kompetensi Pedagogik (X)
a. Instrumen Sebelum Uji Coba
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi
pedagogik guru adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda
(multiple choise). Soal tes dikembangkan sebanyak 40 butir
berdasarkan indikstor-indikator yang telah ditetapkan dan
setiap butir soal terdiri dari 4 (empat) pilihan atau option
jawaban. Pedoman penskoran menggunakan skor 1 jika
jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah.
Tabel 4.6
Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik
Sebelum Uji Coba
No Indikator
Nomer Soal/Kemampuan
Ranah Kognitif Jmlh
C1 C2 C3 C4 C5
1 Pemahaman
terhadap peserta
didik
1 2, 3 4,
5,
6, 7 8 8
2 Penguasaan
prinsip dan teori
pembelajaran
9 10,
11
12,
13
14,15 16 8
3 Pengembangan
kurikulum dan
perancangan
pembelajaran
17 18,19 20,
21
22,
23
24 8
4 Pelaksanaan
pembelajaran
yang efektif dan
mendidik
25 26,
27
28,
29
30,
31
32 8
5 Penguasaan
terhadap
evaluasi proses
dan hasil belajar
33 34,
35
36,
37
38,
39
40 8
Jumlah Pernyataan 5 10 10 10 5 40
59
69
1
b. Instrumen Setelah Uji Coba
1) Validitas
Pengujian kesahihan instrumen menggunakan
rumusan korelasi poin biserial, untuk melihat korelasi
antara skor buitr instrumen dengan skor total seluruh butir
pada instrumen yang bersangkutan. Pernyataan valid
apabalia rhitung > rtotal pada taraf kepercayaan 95% dengan
tingkat kesalahan 5% (α = 0,05).
Berdasarkan data hasil uji coba validitas instrumen
kompetensi pedagogik, terdapat 23 butir soal yang valid
dan 17 butir soal yang tidak valid, yaitu nomer 2, 3, 7, 11,
12, 14, 15, 18, 20, 22, 26, 29, 30, 31, 34, 37, dan 39.
Dengan demikian, 17 butir soal tersebut dibuang dan
jumlah instrumen yang akan disebar berisi 23 butir soal.
Selengkapnya butir soal yang valid setelah dilakukan uji
coba dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik
Setelah Uji Coba
No Indikator
Nomer Soal/Kemampuan
Ranah Kognitif Jml
C1 C2 C3 C4 C5
1 Pemahaman
terhadap
peserta didik
1 - 2, 3 4 5 5
2 Penguasaan
prinsip dan
teori
pembelajaran
6 7 8 - 9 4
3 Pengembangan
kurikulum dan
perancangan
pembelajaran
10 11, 12 - 13, 14 - 5
4 Pelaksanaan
pembelajaran
15 16 17 18 - 4
60 60
70
1
yang efektif
dan mendidik
5 Penguasaan
terhadap
evaluasi proses
dan hasil
belajar
19 20 21 22, 23 - 5
Jumlah Pernyataan 5 5 5 6 2 23
2) Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas instrumen kompetensi
pedagogik, digunakan rumus KR-20. Bersadarkan hasil
perhitungan diperolah nilai sebesar 1,0336. Dikarenakan
r11> 0,6 maka instrumen penelitian variabel kompetensi
pedagogik dinyatakan reliabel, artinya instrumen layak
digunakan untuk penelitian.
2. Instrumen Kreativitas Guru (Y)
a. Instrumen Sebelum Uji Coba
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreativitas
guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Instrumen berupa kuesioner,
terdiri dari 40 butir pernyataan positif dan negatif dengan 5
(lima) alternatif jawaban, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr),
Kadang-kadang (Kd), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP).
Tabel 4.8
Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru
Sebelum Uji Coba
No Indikator Pernyataan
Jml Positif Negative
1 Inisiatif
pembelajaran
1, 2, 4, 5, 6,
7
3, 8 8
2 Pengembangan
diri
10, 11, 12,
13, 15, 16
9, 14 8
3 Rasa percaya 17, 18, 20, 19, 23, 8
61
71
1
diri 21, 22 24
4 Pengambilan
resiko
25, 26, 28,
29, 31, 32
27, 30 8
5 Pandangan
terhadap
pengalaman
baru
33, 34, 36,
38, 40
35, 37,
39
8
Jumlah Pernyataan 28 12 40
b. Instumen Setelah Uji Coba
1) Validitas
Pengujian kesahihan instrumen menggunakan
rumusan korelasi product moment pearson, dengan kriteria
validitas instrumen ditentukan melalui validitas butir
pernyataan. Butir-butir pernyataan dalam instrumen
dinyatakan valid apabalia rhitung > rtabel pada taraf
kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05).
Berdasarkan data hasil uji coba validitas instrumen
kreativitas guru, terdapat 31 butir pernyataan yang valid
dan 9 butir pernyataan yang tidak valid, yaitu nomer 2, 5,
10, 15, 17, 26, 30, 32, dan 40. Dengan demikian, 9 butir
pernyataan tersebut dibuang dan jumlah instrumen yang
akan disebar berisi 31 butir pernyataan. Selengkapnya butir
pernyataan yang valid setelah dilakukan uji coba dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Kisi-kisi Insrumen Variabel Kreativitas Guru
Setelah Uji Coba
No Indikator Pernyataan
Jml Positif Negative
1 Inisiatif
pembelajaran
1, 3, 4, 5 2, 6 6
2 Pengembangan
diri
8, 9, 10,
12
7, 11 6
3 Rasa percaya 13, 15, 16, 14, 18, 7
62
72
1
diri 17 19
4 Pengambilan
resiko
20, 22, 23,
24,
21 5
5 Pandangan
terhadap
pengalaman
baru
25, 26, 28,
30
27, 29,
31
7
Jumlah Pernyataan 20 11 31
2) Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas instrumen kreativitas guru,
digunakan rumus Alpha Cronbach. Bersadarkan hasil
perhitungan diperolah nilai sebesar 0,923. Dikarenakan
r11> 0,7 maka instrumen penelitian variabel kreativitas
guru dinyatakan reliabel, artinya instrumen layak
digunakan untuk penelitian.
D. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis, yakni uji normalitas galat baku taksiran dan uji
homogenitas data variabel. Sesuai dengan jenis datanya, maka uji liliefors
digunakan untuk menguji normalitas galat baku taksiran dan uji bartlet
digunakan untuk menguji homogenitas varians.
1. Uji Normalitas Galat Baku Taksiran (Y - Ŷ) Persamaan Regresi
antara Variabel Kompetensi Pedagogik (X) dengan Kreativitas
Guru (Y)
Hasil uji normalitas galat baku taksiran (Y - Ŷ) persamaan
regresi antara kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas
guru (Y) melalui perhitungan didapatkan nilai Lhitung = 0,117,
sementara Ltabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,159.Maka dapat
dilihat bahwa Lhitung < Ltabel yaitu 0,117 < 0,159. Dengan demikian
Galat Baku Taksiran Y – Ŷ persamaan regresi antara variabel
kompetensi pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y)
63
73
1
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Rangkuman uji
normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10
Rangkuman Uji Normalitas Data
Galat Baku
Taksiran Lhitung Ltabel Kesimpulan
Y – Ŷ 0,117 0,159 Normal Syarat Normal Lhitung < Ltabel
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan melalui Uji Bartlet untuk
mengetahui apakah varians populasi bersifat homogen atau tidak.
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika χ²hitung< χ²tabel.
Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas data kreativitas guru
(Y) atas kompetensi pedagogik (X) diperoleh nilai χ²hitung = 6,36,
sedangkan χ²tabel = 16,92. Hal ini berarti skor pada variabel kreativitas
guru dan skor pada kompetensi pedagogik memiliki varians yang
sama, sehingga kedua skor berasal dari populasi yang homogen.
Rangkuman uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.11
Rangkuman Uji Homogenitas Data
Pengelompokan Jumlah
Sampel dk χ²hitung
χ²tabel
(0,05) Kesimpulan
Y atas X 30 10 6,36 16,92 Homogen Persyaratan populasi homogen χ²hitung < χ²tabel (0,05)
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara
kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y). Pengujian hipotesis
diawali dengan melakukan uji signifikansi dan linearitas terhadap
persamaan regresi. Kemudian dilakukan uji korelasi sederhana untuk
mengetahui koefisien korelasi antar variabel serta signifikansinya.
Analisis regresi linear sederhana antara variabel kompetensi
pedagogik (X) dengan variabel kreativitas guru (Y) menghasilkan
persamaan regresi Y = 68,95 + 2,84 X. Uji signifikansi dan linearitas
64
74
1
terhadap persamaan regresi dilakukan dengan menggunakan uji F.
Hubungan dinyatakan signifikan apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf
signifikansi 0,05. Sedangkan persamaan regresi dikatakan linear
apabila nilai Fhitung < Ftabel. Berdasarkan uji dengan menggunakan
analisis varians (ANOVA) diperoleh hasil seperti tertera pada tabel
berikut ini. Rangkuman uji signifikansi dan kelinearan persamaan
regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12
Rangkuman Uji Signifikansi dan Kelinearan Persamaan Regresi
Uji Fhitung Ftabel
Kesimpulan α=0,05 α=0,01
Signifikansi 20,170 4,20 7,64 Sangat Signifikan
Fhitung > Ftabel
Kelineran 1,563 2,45 3,56 Non Signifikan
(Regresi Linear)
Fhitung < Ftabel
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa harga Fhitung sebesar
20,170 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah 4,20 dan
pada taraf signifikansi 0,01 adalah 7,64. Dengan demikian harga
Fhitunglebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan
regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 X dapat digunakan sebagai acuan untuk
memprediksi kreativitas guru melalui kompetensi pedagogik.
Selanjutnya pengujin linearitas regresi mendapatkan hasil Fhitung
= 1,563 lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu 2,45
dan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,01 yaitu 3,56. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa persamaan regresi Y = 68,95 + 2,84 X adalah
linear.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu unit skor kompetensi pedagogik (X) akan menyebabkan kenaikk
an 2,84 unit skor kreativitas guru (Y) pada konstanta 68,95.
Secara grafis, persamaan regresi antara kompetensi pedagogik
(X) dan kreativitas guru (Y) dapat dilihat pada diagram pencar
berikut.
65
75
1
Gambar 4.3
Diagram Pencar Regresi antara Kompetensi Pedagogik (X)
dengan Kreativitas Guru (Y)
Kekuatan hubungan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan
kreativitas guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry.1 = 0,619
dengan koefisien determinasi r²y.1 = 0,383. Hal ini berarti bahwa
kompetensi pedagogik memberikan kontribusi sebesar 38,3% terhadap
kreativitas guru. Sedangkan 61,7% kreativitas guru dipengaruhi oleh
faktor lain. Secara grafis, kontribusi kompetensi pedagogik terhadap
kreativitas guru dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4
Kontribusi kompetensi pedagogik terhadap kreativitas guru
66
76
1
Selanjutnya, untuk menguji signifikansi hubungan positif antara
variabel kompetensi pedagogik (X) dengan kreativitas guru (Y)
diperlukan uji signifikansi koefisien korelasi, yaitu Uji t. Jika t hitung> t
tabel maka koefisien korelasi dinyatakan Signifikan. Berdasarkan hasil
penghitungan, diperoleh t hitung = 4,168 sedangkan t tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 = 2,04 dan t tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
2,75. Sehingga, koefisien korelasi antara variabel kompetensi
pedagogik dengan kreativitas guru dinyatakan sangat signifikan pada
taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0)
ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya terdapat
hubungan positif antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas
guru. Hasil uji signifikansi koefisien korelasi antara kompetensi
pedagogik dengan kreativitas guru dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X dan Y
Koefisien
Korelasi
ry.1
N t hitung
ttabel
Kesimpulan α = 0,01 α = 0,05
0,619 30 4,168 2,75 2,04 Sangat
Signifikan
Persyaratan uji taraf signifikansi: t hitung > t tabel
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan
hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara
kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Dengan demikian, indikator-
indikator dalam variabel kompetensi pedagogik dapat meningkatkan
kreativitas guru.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang sangat signifikan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan
variabel kreativitas guru (Y). Hubungan fungsional antara variabel
kompetensi pedagogik dengan variabel kreativitas guru tersebut ditunjukkan
67
77
1
oleh persamaan regresi Ŷ = 68,95 + 2,84 X. Bentuk persamaan regresi ini
bermakna bahwa dalam setiap peningkatan satu unit kompetensi pedagogik
akan meningkatkan kreativitas guru sebesar 2,84 unit dengan konstanta
68,95. Dengan demikian, semakin tinggi kompetensi pedagogik, maka
kreativitas guru juga akan semakin meningkat.
Kekuatan hubungan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan
kreativitas guru (Y) ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (ry.1) sebesar
0,619 dan nilai koefisien determinasi (r²y.1) sebesar 0,383. Hal ini bermakna
bahwa kontribusi kompetensi pedagogik (X) dalam meningkatkan
kreativitas guru (Y) adalah sebesar 38,3%. Sedangkan 61,7% disebabkan
oleh faktor lain.Kenyataan ini menggambarkan bahwa kreativitas guru
dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kompetensi pedagogik.
Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik secara konseptual
didefinisikan sebagai kemampuan kognitif guru yang terkait dengan
pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai dengan metodologi
pengajaran yang ditetapkan.Dengan bekal kemampuan kognitif atau
pengetahuan yang memadai, guru diharapkan dapat mengelola pembelajaran
secara efektif, inovatif, dan kreatif. Pentingnya penguasaan kompetensi
pedagogik bagi guru ternyata telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara
lain Victor C. X Wang dan Rusman.
Victor C. X Wang seorang profesor bidang pendidikan kepemimpinan
dan metodologi penelitian di Florida Atlantic University, pernah
mengatakan bahwa tanpa pengetahuan tentang pedagogik, setiap kegiatan
pembelajaran hanya akan menyebabkan aktivitas yang ceroboh, apalagi
pengajaran yang efektif.60
Pernyataan Wang ini dengan jelas menekankan
pentingnya kompetensi pedagogik bagi seorang guru agar dapat melaksana-
kan tugasnya sebagai pendidik secara efektif. Hal ini juga didukung oleh
Rusman, seorang dosen Universitas Indonesia, yang mengatakan
60
Victor C.X. Wang, et, al., Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With
Information, Communication, Technologies, h. V.
68
78
1
bahwapenguasaan kompetensi pedagogik penting bagi guru agar kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.61
Sosok guru yang memiliki kemampuan kognitif yang baik dalam
pengelolaan pembelajaran ditandai oleh pemahaman yang mendalam
terhadap peserta didik dalam berbagai aspek, menguasai prinsip dan
berbagai teori pembelajaran, mampu merancang pembelajaran yang efektif,
dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik, serta menguasai cara
melaksanakan evaluasi proses maupun hasil belajar.
Seorang guru yang memahami peserta didik dengan baik, dalam
berbagai aspek (minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial budaya) akan
dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berbasis pada
karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Sebagaimana dikemukakan oleh
Esah Sulaiman, seorang dosen dari University Technologi Malaysia, bahwa
guru harus mempertimbangkan perbedaan setiap peserta didik agar dapat
memenuhi kebutuhan dan keperluan mereka yang beragam dan pada
dasarnya setiap peserta didik adalah insan yang memiliki potensi.62
Pemahaman terhadap karakteristik dan kebutuhan peserta didik yang
beragam ini, akan lebih bermakna ketika guru juga memiliki bekal yang
baik terkait dengan teori-teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik.
Seorang guru yang menguasai teori belajar behaviorisme dan
konstruktivisme akan dapat memilih dan memilah kapan pembelajaran akan
dilaksanakan secara drill dan kapan pula peserta didik diberikan peluang
yang luas untuk membangun pengetahuan mereka secara mandiri.
Begitu pula halnya, seorang guru yang menguasai teori yang
dikemukakan oleh Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk, akan
dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berbasis pada
kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sebagaimana telah diketahui,
Gardner telah membagi 8 (delapan) kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik,
matematis-logis, visual spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal,
61
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 22. 62
EsahSulaiman, Pengenalan Pedagogi, h. 3.
69
79
1
intrapersonal, dan naturalis. Ketika disebuah kelas, guru menemukan peserta
didik yang suka menulis kreatif, mengarang cerita, mengeja kata-kata
dengan tepat dan mudah, guru akan mengembangkan potensi peserta didik
tersebut sesuai dengan kecerdasan linguistik yang dimilikinya.
Selain menguasai kompetensi pedagogik dengan baik, kreativitas juga
merupakan hal yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas
profesional dengan baik. Guru yang kreatif akan selalu berupaya
mengaktualisasikan diri untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
terkait dengan tugas profesionalnya melalui cara-cara yang baru atau relatif
berbeda. Sosok guru kreatif tidak akan melaksanakan tugas sebagai rutinitas
saja. Sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa bahwa kreativitas akan
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan guru sekarang lebih baik dari yang
telah dilakukan sebelumnya.63
Guru yang kreatif akan ditandai oleh
tingginya inisiatif pembelajaran, selalu berupaya mengembangkan diri,
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani mengambil resiko, serta
terbuka terhadap pengalaman baru.
Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik akan mempengaruhi
kreativitas. Guru kreatif yang ditandai oleh kaya dengan inisiatif
pembelajaran tentu dibekali oleh pemahaman yang baik terkait dengan
keberagaman peserta didik dalam berbagai aspek. Pemahaman inilah yang
dijadikan dasar untuk merancang pembelajaran yang berbasis pada teori-
teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Berbekal pada teori-teori dan
prinsip pembelajaran ini pula guru dapat memilih model atau metode
pembelajaran yang paling efektif yang berbasis pada kebutuhan dan potensi
peserta didik.
Selanjutnya, sebuah perencanaan pembelajaran yang telah disusun
dengan baik belum tentu selalu dapat diiplementasikan sesuai harapan.
Sehingga tidak mengherankan jika Anna Herbert mengatakan bahwa
pembelajaran tidak dapat direproduksi bergitu saja. Sebuah pengalaman
63
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, h. 52.
70
80
1
keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga
tidak dapat begitu saja diterapkan dalam konteks tempat dan waktu yang
berbeda, walaupun dengan isi yang serupa.64
Dalam hal inilah pentingnya
kreativitas guru agar dapat mengatasi masalah yang dihadapi secara efektif
melalui pengembangan diri, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki
rasa percaya diri yang tinggi disertai keberanian mengambil resiko.
Pentingnya upaya memupuk kreativitas guru melalui pengembangan
diri secara terus-menerus serta keterbukaan terhadap pengalaman baru ini
juga sejalan dengan teori tentang kreativitas yang dikemukakan oleh Dedi
Supriadi, bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif dan tidak ada
orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, yang diperlukan adalah
bagaimana mengembangkannya.65
Peningkatan kemampuan kompetensi
pedagogik melalui pengembangan wawasan, diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas guru adalah dengan meningkatkan kompetensi
pedagogik. Sejalan dengan itu, dalam penelitian relevan yang dilakukan
oleh Nelfuad dan Haryati pun menyatakan bahwa kompetensi pedagogic
dapat meningkatkan kreativitas guru.
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
diindikasikan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas kerja
guru adalah dengan meningkatkan kompetensi pedagogik.
G. Keterbatasan Penelitian
Selama melakukan penelitian di lapangan, banyak faktor yang
dimungkinkan akan mempengaruhi objektivitas hasil penelitian. Namun
untuk menghasilkan generalisasi dilakukan upaya untuk menekan sekecil
mungkin berbagai faktor yang mengurangi makna dari hasil penelitian yang
dicapai. Beberapa keterbatasan penelitian ini antara lain adalah:
1. Sulitnya menyesuaikan jadwal responden secara bersamaan pada
saat pengumpulan data.
64
Anna Hebert, The Pedagogy of Creativity, hh. 70 – 71. 65
Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 16.
71
81
1
2. Keterbatasan pengalaman peneliti pada saat menghitung analisis
data, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pengelolaan data.
Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, sehingga
membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan penelitian ini hingga
selesai.
72
82
1
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data empirik di lapangan, hasil analisis, dan pembahasan
penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan
sangat signifikan antara variabel kompetensi pedagogik (X) dengan variabel
kreativitas guru (Y) yang ditunjukkan melalui persamaan regresi Ŷ = 68,95
+ 2,84 X. dan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,619 serta nilai koefisien
determinasi r²y.1 = 0,383 atau 38,3%. Hal ini berarti bahwa kompetensi
pedagogik memberikan kontribusi terhadap kreativitas guru sebesar 38,3%.
B. Implikasi
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara
kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Oleh karena itu perlu
dirumuskan implikasi dalam upaya meningkatkan kreativitas guru melalui
peranan kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait
dengan pengelolaan secara efektif sesuai dengan metodologi pengajaran
yang ditetapkan. Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik akan
mempengaruhi kreativitas kerja. Guru yang memahami karakteristik peserta
didik serta ditunjang oleh penguasaan berbagai teori dan prinsip
pembalajaran yang efektif akan dapat merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran secara efektif, variatif, dan menyenangkan. Oleh sebab itu
perlu adanya upaya untuk meeningkatkan atau mengembangkan kreativitas
guru melalui peningkatan kemampuan pedagogik.
Upaya utama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas
guru adalah melalui pengembangan diri secara terus-menerus, baik secara
personal atau mandiri maupun bersama-sama teman sejawat. Secara
personal, guru dapat meningkatkan pengatahuan, wawasan dan keterampilan
yang terkait dengan kemampuan pedagogik melalui bacaan maupun
73
83
1
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk mengakses berbagai
informasi terbaru. Saat ini banyak buku terbitan baru tentang keterampilan
mengajar yang dilengkapi dengan model-model pembelajaran inovatif.
Selain itu banyak pula banyak situs atau blog di dunia maya yang
menyajikan informasi-informasi terbaru tentang pendidikan. Melalui bacaan
dari berbagai sumber tersebut diharapkan semakin membuka inspirasi dan
cakrawala guru, khususnya yang terkait dengan kemampuan pengelolaan
pembelajaran yang lebih variatif. Selanjutnya yang tidak kalah penting
adalah keberanian guru untuk mencoba menerapkan wawasan baru tersebut
dalam pembelajaran di kelas. Dengan menerapkan wawasan dan
pengetahuan baru tersebut di kelas, selain akan mengasah rasa percaya diri,
keterbukaan terhadap pengalaman, serta keberanian mengambil resiko,
secara tidak langsung guru juga akan melakukan refleksi dan perbaikkan
secara terus-menerus. Guru yang melakukan perbaikkan diri secara terus-
menerus inilah yang menjadi hakikat dari kreativitas.
Peningkatan kemampuan pedagogik juga dapat dilakukan melalui
pendidikan dan latihan yang relevan, seminar, lokakarya, workshop, atau
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya yang terkait dengan pengelolaan
pembelajaran. Keberadaan narasumber dalam kegiatan atau pertemuan
ilmiah tersebut dapat meningkatkan pengetahuan atau wawasan serta
memberikan inspirasi yang positif. Namun setelah itu yang lebih penting
tentu bagaimana guru memanfaatkan hasil yang diperoleh dari berbagai
pertemuan ilmiah tersebut di sekolah atau diruang kelas masing-masing.
Selain itu, pertemuan rutin dengan teman sejawat melalui wadah-
wadah organisasi profesi seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) memiliki
peran penting dalam meningkatkan kemampuan pedagogik guru. Selain
untuk memperoleh informasi terbaru, pertemuan guru dalam kegiatan KKG
ini juga menjadi wadah saling bertukar pikiran, diskusi, dan membahas
masalah-masalah nyata yang dihadapi guru di kelas. Masalah-masalah nyata
tersebut selanjutnya dicoba dipecahkan bersamma-sama. Aktivitas-aktivitas
inilah yang secara tidak langsung akan dapat meningkatkan kreativitas kerja
74
84
1
guru, seperti semakin kaya dengan inisiatif pembelajaran, pengembangan
diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan sebagainya. Oleh sebab itu
penting bagi guru untuk berpartisipsi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan
semacam ini untuk meningkatkan kemampuan pedagogik, yang selanjutnya
berimplikasi pada peningkatan kreativitas guru.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan, implikasi dan data hasil penelitian di atas,
maka ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan
kreativitas guru memalui peningkatan kompetensi pedagogik sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, berdasarkan data
yang diperoleh ada dua indikator dalam variabel kompetensi
pedagogik yang perlu ditingkatkan, yaitu rendahnya penguasaan
teori belajar dan rendahnya pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik. Kedua indikator tersebut memang saling berkaitan satu
dengan lainnya. Atas dasar tersebut, guru disarannkan untuk
selalu mengembang-kan diri melalui berbagai cara, seperti
mengikuti kegiatan pelatihan dan workshop yang diadakan oleh
internal sekolah maupun inisiatif sendiri.
Peningkatan pemahaman tentang teori-teori belajar dan prinsip
pembelajaran yang mendidik akan berdampak secara positif pada
peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
secara efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru akan
dapat memilih model dan metode pembelajaran yang paling
efektif, menata/setting kelas yang sesuai dengan pengalaman
belajar yang harus dialami peserta didik, serta menciptakan
suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran.
b. Selanjutnya data hasil penelitian pada variabel kreativitaskerja
guru menunjukkan bahwa indikator keberanian guru mengambil
75
85
1
resiko relatif rendah. Hal ini mengindikasikan masih banyak guru
yang takut gagal atau salah bahkan disalahkan ketika mencoba
melakukan hal-hal baru atau yang relatif berbeda dengan
biasanya. Untuk itu guru disarankan meningkatkan keberanian
mengambil resiko, terutama dengan mengsugesti diri bahwa
kegagalan adalah keberhasilan yang tertuda. Kesalahan demi
kegagalan adalah langkah menuju keberhasilan. Selain itu juga
guru disarankan banyak membaca buku tentang tokoh-tokoh
ternama yang sukses karena mengambil resiko.
2. Bagi Kepala Sekolah
a. Untuk meningkatkan kemampuan guru terkait dengan pemaaman
tentang teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik,
kepala sekolah diharapan dapat melaksanakan berbagai kegiatan,
seperti diskusi, lokakarya atau menyediakan buku-buku terkait
yang relevan.
b. Sementara untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah dapat
mengintensifkan supervisi akademik, terutama supervisi
kunjungan kelas. Bahkan jika memungkinkan, kepala sekolah
dapat melakukan pendekatan supervisi klinis, sehingga
karakteristik permasalahan masing-masing guru dapat
diidentifikan dan dicarikan solusi yang tepat pula.
3. Bagi Peneliti Lanjutan
Bagi peneliti yang ingin melakukan pennelitian di bidang sejenis
ataupun mereplikasikan penelitian ini, maka hendaknya memperhati-
kan keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini. Selain itu perlu
dilakukan kajian lebih mendalam terhadap faktor-faktor lain yang
lebih komprehensif terkait dengan peningkatan kreativitas guru, yaitu:
motivasi kerja, minat terhadap profesi, keinginan untuk
mengaktualisasikan diri, kompetensi profesional, dan berbagai faktor
lainnya.
76
86
1
DAFTAR PUSTAKA
Anna Hebert. The Pedagogy of Creativity. New York: Rouletge Taylor and
Prancis Group, 2010.
B. Uno, Hamzah. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Budimansyah, Dasim. Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung:
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009.
C.X. Wang Victor, et, al. Pedagogical and Andragogical: Teaching and
Learning With Information, Communication, Technologies, USE: IGI
Global, 2012.
Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi,
Ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta,
2013.
Dariyo, Agoes. Dasar-dasar Pendagogi Modern. Jakarta: PT Indeks, 2013.
Fathurrohman, Pupuh. Guru Professional. Bandung: PT Refika Aditama, 2012.
Gunawan, Rudi. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Hadis, Abdul dan Nurhayati. Menejemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2010.
Henry, Jane. Creative Management and Development. London: SAGE
Publication Ltd., 2006.
Heryanti. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional
dengan Kreativitas Kerja Guru. Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Pakuan, 2015.
Janawi. Guru: Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta, 2012.
Koswara, Deni. Bagaima Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar,
2008.
Mansoer, Masri dan Elin Driana. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press, 2009.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
78 79 80
87
1
dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012.
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009).
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusia-
indonesia-rangking-108-dari-187-negara
Naim, Ngainun. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah
Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Nelfuad. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan
Kreativitas Kerja Guru. (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Pakuan, 2015).
Panji Pranowo. Cara Super untuk Kreatif. Yogyakarta: Buku Pintar, 2013.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010.
Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta:
Cmedia, 2012), h. 21.
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Depok: Radja Grafindo Persada, 2010.
Sadullah, Uyoh dan Agus Muharam. Pedagogik: Ilmu Mendidik. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Sagala, Saiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung; Alfabeta, 2009.
Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI
81
88
1
Press, 2006.
Sulaiman, Esah. Pengenalan Pedagogi. Johor: University Technologi Malaysia,
2004.
Supriadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung:
CV Alfabeta, 1997.
Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
(Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117.
Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007.
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005.
Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi
Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan
berkualitas. Jakarta: Kencana, 2012.
82
89
1
BIODATA PENULIS
Nama :FEBRIANI RAMADHANA
TTL :Bogor, 03 Februari 1995
Alamat :Bojongsari, Kota Depok
No TLP : 085776714533
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Bojongsari 02 Tahun 2000 –
2005
2. SMPN 10 Depok Tahun 2006 – 2008
3. SMA Al-Hasra Depok 2009 – 2012
4. Universitas Islam Negeri (UIN)
SyarifHidayatullah Jakarta Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan keguruan
(FITK)Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Konsentrasi
SosiologiTahun 2012 hingga
sekarang.
“Ketika hidupmu terasa sulit, yakinlah orang lain pun
mengalami hal yang sama .. Jalani, nikmati, jangan
menyiksa diri, Don’t Worry, Uye˜˜˜˜” (eBoy)