HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan...

159
i HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA PENGHUNI RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Astriana Erlinda 1511411098 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan...

Page 1: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

i

HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES

PADA PENGHUNI RUMAH SUSUN PEKUNDEN

SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Astriana Erlinda

1511411098

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

ii

Page 3: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

iii

Page 4: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto :

Give your stress wings and let it fly away. (Terry Guillemets)

Peruntukan :

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Bapak Kusno,

S.T dan Ibu Sri Retnowati tercinta, Mbak Weka

Anindita dan teman – teman yang selalu menyemangati

dan mendukung sampai akhir.

Page 5: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Kesesakan Dengan Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah

Susun Pekunden Semarang” ini dengan lancar.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi jenjang Strata

1 guna meraih gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang. Atas selesainya skripsi ini penyusun bermaksud mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan kemudahan administrasi dan perijinan penelitian.

2. Drs. Edy Purwanto, M.Si., Ketua jurusan Psikologi yang telah menyediakan

sarana pembelajaran, memberikan kemudahan administrasi dan perijinan

penelitian.

3. Dr. Sri Maryati Deliana M.Si., Dosen Wali, atas motivasi, dorongan dalam

menyusun skripsi.

4. Drs. Sugeng Hariyadi S. Psi. M.S., Dosen Pembimbing atas arahan, saran,

koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi.

5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I atas arahan, saran dan

koreksi dalam skripsi ini.

6. Ibu Rahmawati Prihastuty S.Psi., M.Si., Dosen Penguji II atas arahan, saran

dan koreksi dalam skripsi ini.

Page 6: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

vi

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi bekal ilmu yang bermanfaat dan saran – saran yang berarti.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Kusno dan Ibu Sri Retnowati, yang telah

membimbing, memberi semangat dan membesarkanku dengan sabar.

9. Kakak penulis tercinta Mbak Weka Anindita dan Mas Dwi Ady Sukarya, yang

telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini,

10. Teman-teman tercinta Dwi Ningtyas Tutik, Andinia Rizky Halim, Asnawati

dan Lalu Muhrizin yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Teman tersayang, Wakhidati Maimunah yang telah menjadi teman bimbingan

selama proses skripsi ini dikerjakan.

12. Adik-adik angkatan dan teman-teman jurusan psikologi angkatan 2011, atas

bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.

13. Seluruh penghuni rumah susun Pekunden Semarang yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian.

14. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan

kerjasamanya dalam penelitian ini

Semoga bantuan yang telah diberikan dengan ikhlas tersebut mendapat

imbalan dari Allah SWT. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh

dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

peneliti harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca

pada umumnya.

Semarang, 17 Desember 2015

Page 7: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

vii

ABSTRAK

Erlinda, Astriana. 2015. Hubungan Kesesakan Dengan Tingkat Stres Pada

Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Sugeng

Hariyadi S. Psi. M.S.

Kata Kunci: Tingkat Stres, Kesesakan.

Rumah adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga dan tempat

bersosialisasi yang nyaman dan aman. Namun hal ini tidak sejalan dengan kondisi

rumah susun. Rumah susun merupakan tempat tinggal dengan jumlah penghuni

relatif banyak dan ukuran ruang yang relatif sempit. Kondisi lingkungan dan

ketersediaan sarana dan prasarana juga relatif kurang. Penurunan kualitas secara

terus menerus membuat para penghuni rusun merasa tidak nyaman. Bukan saja

mengganggu secara fisik, tetapi juga ikut mempengaruhi keadaan psikis seperti

memicu timbulnya stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Stres

dan segala bentuk macam gangguan psikis lainnya dapat disebabkan oleh

kesesakan sehingga kondisi psikologi yang negati mudah muncul. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesesakan dengan tingkat

stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi

penelitian ini adalah penghuni rumah susun Pekunden Semarang yang berjumlah

159 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling

jenuh dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Data penelitian diambil

dengan menggunakan dua skala yaitu skala tingkat stres yang terdiri dari 28 item

dan skala kesesakan yang terdiri dari 20 item. Skala tingkat stres memiliki

koefisien validitas sebesar 0,271 sampai dengan 0,597 dan koefisien reliabilitas

sebesar 0,865. Skala kesesakan memiliki koefisien validitas sebesar 0,275 sampai

dengan 0,670 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,862. Metode analisis data dalam

penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan positif antara kesesakan dengan tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang (nilai r = 0,688 dengan p < 0,000).

Saran bagi para penghuni rumah susun Pekunden Semarang diharapkan

dapat mencoba menerima segala kondisi yang ada dan lebih meningkatkan

interaksi sosial antar penghuni sehingga terbentuk rasa nyaman selama tinggal di

rumah susun, dan agar dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan

sehingga kesesakan yang dirasakan dapat ditekan serendah mungkin.

Page 8: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ........ i

HALAMAN PENGESAHAN................................. ................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

ABSTRAK................ ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI................ ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................. ................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................ .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ................................. .................................................... 15

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16

1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 16

1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 16

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Stres .............................................................................................. 17

2.1.1 Pengertian Tingkat Stres........................ .................................................... 17

2.1.2 Gejala – Gejala Stres .................................................................................. 19

Page 9: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

ix

2.1.3 Faktor Penyebab Stres ................................................................................ 23

2.1.4 Sumber – Sumber Stres .............................................................................. 25

2.2 Kesesakan ................................................................................................... 28

2.2.1 Pengertian Kesesakan................................................................................. 28

2.2.2 Aspek – Aspek Kesesakan... ...................................................................... 30

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesesakan ...................................... 32

2.2.4 Dampak – Dampak Kesesakan .................................................................. 35

2.3 Rumah Susun ............................................................................................. 36

2.3.1 Pengertian Rumah Susun ........................................................................... 36

2.3.2 Tujuan Pembangunan Rumah Susun ......................................................... 37

2.4 Hubungan Kesesakan Dengan Tingkat Stres ............................................. 39

2.5 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 41

2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 43

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ....................................................... 44

3.1.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 44

3.1.2 Desain Penelitian ........................................................................................ 44

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 44

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 44

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 45

3.2.3 Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 46

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 46

3.3.1 Populasi ...................................................................................................... 46

Page 10: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

x

3.3.2 Sampel ........................................................................................................ 47

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 48

3.4.1 Metode Pengumpulan Data Tingkat Stres.................................................. 50

3.4.2 Metode Pengumpulan Data Kesesakan ...................................................... 52

3.5 Uji Coba Instrumen .................................................................................... 53

3.5.1 Validitas ..................................................................................................... 54

3.5.2 Reliabilitas ................................................................................................. 58

3.6 Metode Analisis Data ................................................................................. 59

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................... 61

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ....................................................................... 61

4.1.2 Proses Perijinan .......................................................................................... 63

4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian ...................................................................... 63

4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 64

4.2.1 Pengumpulan Data ..................................................................................... 64

4.2.2 Pelaksanaan Skoring .................................................................................. 65

4.3 Hasil Penelitian .......................................................................................... 66

4.3.1 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 66

4.3.2 Gambaran Tingkat Stres Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang ... 66

4.3.3 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang ........ 77

4.4 Hasil Uji Asumsi ........................................................................................ 86

4.4.1 Uji Normalitas ............................................................................................ 86

4.4.2 Uji Linearitas .............................................................................................. 87

Page 11: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

xi

4.4.3 Uji Hipotesis ............................................................................................... 88

4.5 Pembahasan ................................................................................................ 89

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Kesesakan Dengan Tingkat Stres

Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang ........................................ ....90

4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Kesesakan Dengan Tingkat Stres

Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang .......................................... 101

4.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 105

5. PENUTUP

5.1 Simpulan .................................................................................................. 107

5.2 Saran ........................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 109

Page 12: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ...................................................................................... 47

3.2 Blue print skala Tingkat Stres ..................................................................... 50

3.3 Blue print skala Kesesakan ......................................................................... 52

3.4 Hasil Uji Coba Skala Tingkat Stres ............................................................ 55

3.5 Hasil Uji Coba Skala Kesesakan ................................................................. 57

3.6 Hasil Perhitungan Reliabilitas Skala ........................................................... 59

3.7 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik ................... 60

4.1 Kriteria Tingkat Stres .................................................................................. 68

4.2 Gambaran Umum Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang ................................................................................... 68

4.3 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Emosional ................................................ 70

4.4 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Kognitif ..................................................... 72

4.5 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Fisik Atau Badan ...................................... 74

4.6 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Sosial ......................................................... 75

4.7 Ringkasan Deskriptif Tingkat Stres Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang .................................................................................................... 76

4.8 Kriteria Kesesakan ..................................................................................... 78

4.9 Gambaran Umum Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang .................................................................................................... 79

4.10 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Situasional .................................................................. 81

Page 13: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

xiii

4.11 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Behavioral .................................................................. 83

4.12 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Emosinal ..................................................................... 84

4.13 Ringkasan Deskriptif Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang .................................................................................................... 85

4.14 Uji Normalitas ............................................................................................ 86

4.15 Uji Linearitas .............................................................................................. 87

4.16 Uji Hipotesis Variabel Kesesakan dan Tingkat Stres ................................ 88

Page 14: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................... 42

3.1 Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 46

4.1 Gambaran Umum Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang...................................... .............................................69

4.2 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Emosional .............................................. 71

4.3 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Kognitif ................................................. 72

4.4 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Fisik atau Badan ..................................... 74

4.5 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Sosial ........................................................ 76

4.6 Ringkasan Deskriptif Tingkat Stres .......................................................... 77

4.7 Gambaran Umum Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semaran. .................................................................................................... 79

4.8 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Situasional ................................................................. 81

4.9 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Behavioral ................................................................. 83

4.10 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Emosional .................................................................. 84

4.11 Ringkasan Deskriptif Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang ................................................................................................... 86

Page 15: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skala Penelitian .......................................................................................... 112

2. Tabulasi Data Skor Penelitian .................................................................... 121

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 134

4. Hasil Uji Asumsi dan Hipotesis ................................................................. 142

Page 16: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

padat. Padatnya penduduk Indonesia disebabkan oleh semakin pesatnya

pertumbuhan dan perkembangan penduduk dari tahun ke tahun, yang nampak

pada kota – kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung bahkan Semarang.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2013, kota

Semarang menduduki peringkat ketiga dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Brebes dan Cilacap, yaitu sebanyak 1.644.800 jiwa dengan kepadatan penduduk

mencapai 4.402 per km2.

Secara administratif, kota Semarang terdiri dari wilayah dataran rendah

(kota bawah) dan dataran tinggi (kota atas) yang terbagi atas 16 kecamatan dan

177 kelurahan. Semarang tumbuh menjadi kota besar di kawasan provinsi Jawa

Tengah sebagai tempat tujuan urbanisasi masyarakat desa, mengingat semakin

berkembangnya industri besar maupun kecil di kota Semarang. Inilah yang

menyebabkan kepadatan penduduk kawasan pusat kota Semarang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kawasan pinggiran kota. Individu sebagai pekerja akan lebih

memiih untuk tinggal di pusat kota dimana letaknya dekat dengan lokasi kerja

mereka.

Kawasan pusat kota semakin ramai dengan munculnya berbagai

perumahan baru, fasilitas pendidikan dan pusat perbelanjaan yang tidak hanya

Page 17: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

2

berpusat pada kawasan simpang lima saja seperti Carefour, Mall Banyumanik,

Ada Swalayan, Perumahan Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas

pendidikan baik negeri maupun swasta, seperti Undip, Polines, Unika, dan lain –

lain. Pusat pertumbuhan di kawasan tengah kota Semarang sebagai pusat aktivitas

dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti tumbuhnya

daerah Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk Kota

Semarang bagian atas yang menjadikan daerah ini semakin padat. Cepatnya

pertumbuhan di daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah sering

terkena bencana banjir. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir yang

disebabkan oleh luapan air laut (rob). Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan

kawasan kota pinggiran Semarang tidaklah terlalu signifikan jika dibandingkan

dengan wilayah lain di kota Semarang.

Pertumbuhan penduduk yang cepat dalam wilayah kota Semarang dengan

sendirinya akan memunculkan berbagai macam permasalahan. Pesatnya

pertumbuhan penduduk mengakibatkan jumlah penduduk semakin padat dan tidak

sebanding dengan luas wilayah yang akan digunakan sebagai lahan tempat

tinggal. Hal ini akan memunculkan berbagai masalah, salah satunya adalah

masalah tempat tinggal.

Perumahan atau pemukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia. Sumardi (dalam Prabowo, 1999: 8) menyatakan bahwa kebutuhan

perumahan merupakan kebutuhan pokok manusia disamping makanan, pakaian,

kesehatan, pendidikan, kebersihan, transportasi dan partisipasi masyarakat.

Permasalahan perumahan bukan hanya masalah jumlah saja, tetapi merupakan

Page 18: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

3

masalah yang cukup kompleks. Batubara (dalam Prabowo, 1998: 9) menyatakan

bahwa perumahan merupakan bagian integral dari masalah sosial, ekonomi, dan

kebudayaan bangsa, serta pemukiman nasional dalam arti yang luas.

Kualitas hunian yang memadai sebagai tempat tinggal layak huni untuk

pembinaan keluarga sesuai dengan multiaspek rumah, menjadi sangat sulit

dimiliki bagi individu di perkotaan saat ini. Akibatnya bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah (MBR) di perkotaan membutuhkan biaya yang cukup

besar untuk memperoleh rumah yang terjangkau dan layak huni (Jo Santoso

dalam Prabowo, 1998: 11). Namun dengan kenaikan jumlah penduduk yang lebih

cepat dibandingkan dengan penyediaan fasilitas umum mengakibatkan

kecenderungan memburuknya kualitas pemukiman. Dalam rangka pengadaan

pemukiman yang sehat, maka pemerintah mencoba mengurangi dampak

permasalahan yang mungkin saja dapat muncul dengan mengembangkan proyek

rumah tunggal, rumah susun dan program perbaikan kampung. Salah satu upaya

yang dilakukan oleh pemerintah kota Semarang adalah dengan mengadakan

proyek rumah susun yang diprioritaskan bagi masyarakat golongan

berpenghasilan rendah, sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang Nomor

16/1985 tentang rumah susun (Latifah dan Suryanto, dalam Dewi 2008: 13).

Tujuan penyediaan rumah susun adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah

yang layak terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan

kepastian hukum dalam pemanfaatannya serta untuk meningkatkan daya guna dan

hasil guna tanah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam

dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.

Page 19: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

4

Sehingga rumah dapat dijadikan sarana pembinaan keluarga dalam pembentukan

kepribadian, watak, serta pendidikan yang baik sesuai dengan harkat dan martabat

manusia (Undang – Undang No.16 tahun 1985).

Pembangunan rumah susun sederhana sudah banyak diselenggarakan di

kota – kota besar di Indonesia, salah satunya di kota Semarang. Kota Semarang

memiliki beberapa rumah susun sederhana, diantaranya rumah susun Bandarharjo,

Pekunden, Karangroto, Plamongan , Genuk dan Kaligawe. Rumah susun atau

dikenal dengan sebutan flat adalah rumah dimana lingkungan tetangga tidak saja

di kanan-kiri, tetapi juga berada di atas dan di bawah dengan jumlah penghuni

relatif banyak dan ukuran yang relatif sempit (Sarwono, 1995: 118).

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam

suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan – bangunan yang distrukturkan

secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan –

satuan yang masing – masing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat –

tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama

(Undang – Undang Republik Indonesia tahun 1993). Rustandi (dalam Prabowo,

1999: 11) menyatakan bahwa rumah susun terdiri atas beberapa tingkat dan setiap

tingkatnya terdiri dari beberapa unit rumah. Rumah merupakan suatu bangunan

untuk tempat tinggal, yang berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup.

Rumah merupakan sarana untuk berlindung dari hujan dan panas, memberi rasa

aman dan nyaman, tempat berkumpulnya anggota keluarga, tempat bersosialisasi

dan berinteraksi dengan tetangga, memenuhi kebutuhan harga diri dan juga

merupakan sarana aktualisasi diri.

Page 20: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

5

Namun hal ini tidak sejalan dengan kondisi rumah susun yang merupakan

pemukiman kepadatan tinggi dan setiap bangunan dihuni oleh beberapa keluarga

(Freedman dalam Prabowo, 1999: 11). Rumah susun merupakan tempat tinggal

dengan jumlah penghuni relatif banyak dan ukuran ruang yang relatif sempit.

Kondisi lingkungan dan ketersediaan sarana dan prasarana juga relatif kurang.

Penurunan kualitas secara terus menerus membuat para penghuni rusun merasa

tidak nyaman. Bukan saja mengganggu secara fisik, tetapi juga ikut

mempengaruhi keadaan psikis para penghuni rumah susun.

Kondisi lingkungan yang demikian, membuat para penghuni mendapatkan

stimulus yang berlebihan sehingga harus melakukan adaptasi dengan cara

memilih stimulus – stimulus yang dianggap tidak relevan dan tidak penting. Rini

(2006: 1) menyatakan bahwa dalam usahanya menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan yang demikian artinya dengan situasi kelebihan informasi,

memunculkan berbagai masalah diantara individu menjadi acuh tak acuh satu

sama lain dan kurang responsif. Dan dilakukan dengan menarik diri atau

mengurangi kontak sosial dengan orang lain.

Gambaran banyaknya permasalahan tinggal di rumah susun dikemukakan

oleh Dewi (2008: 10) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa beberapa

penghuni rumah susun Bandarharjo yang ditemuinya mengaku terkadang sering

marah – marah, mudah tersinggung sehingga kurang bersahabat dengan tetangga.

Hal – hal tersebut merupakan sebagian dari gejala – gejala stres yang dapat

dialami oleh individu, baik secara fisik, emosional, intelektual dan interpersonal.

Tekanan yang dialami dapat berasal dari tetangga rusun, keadaan ekonomi,

Page 21: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

6

lingkungan rumah susun, kondisi di dalam rumah dan hal ini dapat membuat

seseorang mengalami stres. Lebih lanjut Iskandar (2012: 135) menerangkan hasil

penelitiannya di rumah susun dengan ukuran 36 m2

yang banyak dihuni lebih dari

4 orang. Kondisi padat tersebut dijumpai setiap hari, sehingga seorang kepala

rumah tangga sering pulang lebih lambat untuk tiba di rumahnya. Sedangkan anak

– anaknya yang sudah besar, mereka lebih sering bermain di luar rumahnya. Hal

ini dikarenakan ruangan yang sempit tersebut tidak menyenangkan penghuninya.

Perilaku penghuni rumah susun tersebut adalah upaya untuk menghindari stres.

Tinggal di tempat dengan kepadatan yang tinggi, juga dialami oleh

sebagian besar warga Hongkong. Hongkong mempunyai kepadatan penduduk

lebih dari 400.000 ribu orang per km2. Sedangkan peruntukan tanah untuk

pemukiman hanyalah sebanyak 6,8% dari keseluruhan tanah yang ada. Hal ini

tentunya mengakibatkan pemukiman di wilayah Hongkong padat dan sesak.

Contohnya adalah sebuah flat dengan ukuran kamar 10’x10’ yang sebagian besar

dihuni oleh minimal 5 (lima) anggota keluarga. Ukuran kamar 10’x10’ dibagi

menjadi beberapa ruang seperti ruang tidur, dapur, ruang kelurga bahkan kamar

dan hanya dibatasi oleh sekat – sekat beruba tirai. (dikutip dari berbagai sumber).

Dengan kondisi demikian, tentunya membuat para penghuni merasa tidak

nyaman. Sebagian besar penghuni menjadi mudah marah bahkan suasana hati

mudah berubah - ubah saat berada di rumah. Bukan hanya anak – anak tetapi

orang dewasa juga sulit berkonsentrasi untuk belajar dan melakukan pekerjaan.

Akibatnya kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan terutama pekerjaan

yang kompleks cenderung memburuk. Haryanto dkk dalam Dewi (2008: 10)

Page 22: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

7

menyatakan bahwa dalam suasana yang padat dan sesak kondisi psikologis yang

negatif mudah timbul. Hal ini merupakan faktor penunjang kuat munculnya stres

dan beragam bentuk aktivitas sosial yang negatif.

Gambaran tentang suasana yang padat dan sesak di rumah susun juga

tampak dalam kehidupan Pak Untung sebagai salah satu penghuni Rumah Susun

Urip Sumoharjo, ia mengaku bahwa sering merasa bingung untuk memberi ruang

bagi semua anggota keluarganya. Ruangan dalam rumah terbatas tetapi jumlah

anggota yang banyak tidak mampu menampung seluruh anggota keluarga

sehingga Pak Untung dan anggota keluarga lainnya menjadi sering marah – marah

(www.jawapos.com).

Salah satu rumah susun yang terdapat di daerah Semarang dengan kondisi

yang padat adalah Rumah Susun Pekunden. Penelitian ini berbeda dengan

beberapa penelitian sebelumnya, meskipun variabel yang diteliti sama yaitu

kesesakan dengan tingkat stres. Namun tempat penelitian dalam penelitian ini

adalah rumah susun dimana karakteristik subjek penelitian yang sudah ditetapkan

sebelumnya oleh peneliti yaitu laki – laki dan perempuan usia minimal 17 tahun

dengan minimal jumlah anggota keluarga minimal 4 orang. Karakteristik subjek

yang diteliti berbeda dengan subjek dalam penelitian – penelitian sebelumnya.

Diketahui bahwa penelitian – penelitian sebelumnya hanya meneliti pada wilayah

pemukiman dengan kepadatan tinggi tanpa ada batasan- batasan tertentu tiap

rumahnya.

Peneliti memilih rumah susun Pekunden untuk dijadikan lokasi penelitian

dengan beberapa alasan. Dilihat dari kondisi lingkungan, bentuk dan letak rusun

Page 23: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

8

Pekunden, tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan yang ada disana membuat

seseorang merasa kurang nyaman jika tinggal di rumah susun. Tidak hanya dari

fasilitas tempat tinggal yang kurang baik tetapi daerah lingkungan tempat tinggal

yang tidak lepas dari berbagai permasalahan lain. Seperti konflik antar anggota

keluarga, atau bahkan konflik dengan tetangga. Alasan lain adalah karakteristik

penghuni rumah susun Pekunden juga sudah memenuhi syarat untuk menjadi

subjek penelitian. Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan

wawancara, diperoleh temuan bahwa penghuni rumah susun Pekunden merasakan

adanya kesesakan dan muncul gejala – gejala stres selama tinggal di rumah susun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang penghuni rumah susun

pada tanggal 17 Maret 2015 dan tanggal 16 April 2015 bertempat di rumah susun

Pekunden, hampir keseluruhan menyatakan bahwa terkadang mereka mudah

marah, mudah tersinggung dan terkadang membatasi hubungan dengan tetangga.

Tinggal dalam ruang sempit dengan tata ruang yang tidak teratur dapat membuat

perasaan seseorang menjadi tidak nyaman sehingga stres mudah muncul. Segala

macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangmengertian

seseorang akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan

keterbatasan inilah yang menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, rasa bersalah

(Anoraga, 2006: 107).

Gambaran keterbatasan tinggal di rumah susun nampak di kehidupan DA

(21 tahun) yang merupakan warga penghuni rumah susun Pekunden dimana

dalam satu rumah dengan tipe 27 m2 terdapat 3 kepala keluarga yang didalamnya

terdapat 7 orang jiwa. Artinya satu orang hanya akan mendapatkan ruang kurang

Page 24: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

9

dari 4 m2.

Dengan kondisi kesesakan yang cukup tinggi dapat membuatnya

merasa tidak nyaman.

“ Wah, karena yang tinggal di rumah saya ada 7 orang, ya jelas saya

merasa tidak nyaman. Mau nonton televisi harus gantian, mau mandi

harus nunggu giliran, apa – apa harus antri. Malah jadinya rebutan dan

akhirnya saya dan kakak jadi sering berantem. Duhh repot pokoknya.

Karena rumah saya tidak ada kamar, jadi mau tidur juga repot.

Kayaknya gak ada ruang yang cukup nyaman buat saya bersantai dan

beristirahat. Ya kecuali kalau saya sendirian di rumah”.

(Wawancara: 17 Maret 2015)

Hal serupa diungkapkan oleh ES (41 tahun) yang merupakan penghuni

rusun tipe 27 m2 dengan enam anggota keluarga. ES menyatakan bahwa kondisi

rumahnya jauh dari standard untuk dapat dikatakan sebagai rumah yang nyaman.

Hal ini berakibat pada kondisi psikologisnya yang mudah tersinggung, cepat

marah bahkan terkadang membuatnya sakit kepala.

“Walah mbak, rumah kaya gini kok nyaman. Menurut saya nyaman

bukan dari faktor fisik saja. Memang kalau mbak lihat dari luar

memang rumah saya sudah bagus, lantai sudah keramik, ada kipas

angin, tv dan ada ruang karaoke juga. Hehehe, tapi liat dalamnya

ruwet mbak. Dimana – mana ada barang saya, barang anak saya juga

berserakan dimana – mana. Kalau sudah gitu mau istirahat dimana,

apalagi saya punya dua anak yang masih kecil – kecil. Lah kalau

sudah ngumpul di rumah, gak kebayang berisiknya. Gimana saya mau

istirahat. Kadang – kadang saya juga marah kalau mereka berantem,

bikin berisik, tapi ya mau gimana lagi cuma punya rumah ini terus

mau kemana. Pusing saya mbak kalau udah kaya gitu”.

(Wawancara: 16 April 2015)

Tidak jauh berbeda dengan DA dan ES, salah seorang penghuni rusun SS

(64 tahun) juga menyatakan bahwa kondisi rumahnnya sangatlah tidak nyaman.

SS mendiami rusun dengan ukuran 27 m2 dengan dua kepala keluarga sehingga

jumlah keseluruhan terdapat enam orang yang tinggal didalamnya. SS merupakan

warga asli Pekunden yang mendapat ganti rugi atas pembangunan rusun

Pekunden. SS menilai bangunan rusun ini memang bagus dan terlihat megah

Page 25: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

10

ketika pertama kali ditempati. Rumah susun Pekunden merupakan proyek rumah

susun pertama di kota Semarang. Namun, seiring dengan bergantinya tahun,

kondisi bangunan terlihat sangat memprihatikan. Apalagi dari tahun ke tahun

banyak penghuni baru tentunya ini mengakibatkan ketidaknyamanan tersendiri

bagi SS.

“ Dulu sekitar tahun 80an bangunan sini bagus lho mbak. Dulu kan

saya punya rumah disini tapi kena gusur dan akhirnya dapat ganti rugi

jadinya punya rusun ini. Ya dulu sih nyaman sekali. Lah tapi sekarang

banyak tetangga punya anggota keluarga baru, yang tadinya hanya dua

orang sekarang jadi empat sampai lima orang satu rumahnya. Jadi

tambah semrawut. Dirumah saya saja ada enam orang, gara – gara

ketambahan tiga cucu jadinya makin rame. Tapi ya itu jadi makin

semrawut rumahnya. Anak – anak tetangga juga makin banyak.

Kurang tahu gara – gara itu atau tidak, yang jelas saya sering sulit

tidur dan mudah sekali kesal dengan tetangga yang seliweran diluar.

Lihat saja mbak, kamar saja tidak ada, jadi kalau mau tidur harus pake

kasur lipat. Kadang – kadang saya juga tidur di sofa. Kalau sudah

seperti itu mana bisa beristirahat dengan tenang”.

(Wawancara: 16 April 2015)

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan

bahwa kondisi rumah susun Pekunden Semarang yang padat dan sesak membuat

para penghuninya tidak nyaman. Terbukti dari hasil wawancara yang

menyebutkan bahwa narasumber tidak dapat beristirahat dengan tenang karena

banyaknya orang disekitar, terganggu dalam melakukan aktivitas dan berakibat

pada kondisi psikologisnya yang menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

bahkan berakibat pada kondisi fisik seperti sakit kepala. Kondisi yang demikian

menjadi faktor pemicu timbulnya stres, seperti yang diungkapkan oleh Haryanto

dkk dalam Dewi (2008:10) yang menyebutkan bahwa dalam suasana yang padat

Page 26: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

11

san sesak kondisi psikologis yang negatif mudah muncul dan hal ini menjadi

faktor penunjang kuat munculnya stres.

Selain faktor diatas, faktor lain yang berkaitan langsung dengan stres

adalah perubahan dalam lingkungan. Salah satu narasumber menyebutkan bahwa

dulu kondisi lingkungan rumah susun Pekunden Semarang nyaman untuk

ditinggali, namun dari tahun ke tahun kondisi lingkunganya cenderung memburuk

yang terlihat dari penurunan kualitas ketersediaan sarana dan prasarana yang ada.

Selain itu seiring berjalannya waktu banyak penghuni – penghuni baru, dan

berakibat pada bertambahnya jumlah penghuni secara keseluruhan, sehingga

terjadi perubahan dalam lingkungan di rumah susun Pekunden Semarang.

Anoraga (2006: 109) menyebutkan bahwa perubahan dalam lingkungan dapat

menjadi faktor penyebab munculnya stres. Apabila perubahan lingkungannya

sudah menjadi semakin cepat dan ganas, maka seseorang sudah merasa kewalahan

untuk menghadapi atau menyesuaikan dirinya terhadap perubahan tersebut,

sehingga ambang ketahanannya terhadap stres mulai terlampaui, akibatnya dalam

kondisi seperti ini stres akan mudah muncul.

Penelitian mengenai stres di rumah susun diantaranya dilakukan oleh

Dewi (2008: 57) yang dilakukan di rumah susun Bandarharjo, Semarang

menyatakan bahwa tekanan yang terjadi dalam lingkungan rumah susun

Bandarharjo dan lingkungan perumahan lain yang berbeda, dengan situasi –

situasi negatif yang ada dalam lingkungan rusun tersebut dapat membuat

penghuninya menjadi stres. Menurut Wrightman dan Deaux dalam Dewi (2008:

10) menyatakan stres dan segala bentuk macam gangguan psikis lainnya dapat

Page 27: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

12

disebabkan oleh suasana yang padat sesak, sehingga kondisi psikologis yang

negatif mudah timbul. Baum (dalam Dewi, 2008: 11 ) mengatakan bahwa

peristiwa atau tekanan yang berasal dari lingkungan yang mengancam keberadaan

individu dapat menyebabkan stres. Bila individu tidak dapat menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungannya maka individu akan merasa tertekan dan

terganggu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kebebasan individu akan

terancam sehingga individu mudah mengalami stres. Tinggal dalam lingkungan

sempit dengan tata ruang yang tidak teratur dan berpenghuni padat dapat membuat

perasaan seseorang menjadi tidak nyaman sehingga dapat membuat seseorang

mengalami stres.

Kesesakan dipandang sebagai stres psikologis yang terkadang disebabkan

oleh kepadatan. Stres yang dialami tergantung pada situasi situasional dan

variabel psikologi lain (Baum, 1979: 137). Hasil penelitian Baum dan Valins

(1979: 171) membuktikan bahwa kepadatan dan kesesakan erat kaitannya dengan

patologi sosial dan stres. Seseorang tidak akan mengalami stres selama ia

memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan stressor lingkungan. Ketika

adaptasinya terhadap kesesakan maka stres tersebut dapat berkurang atau bahkan

hilang.

Anoraga (2006: 107) menyatakan bahwa segala macam bentuk stres pada

dasarnya disebabkan oleh kekurang mengertian seseorang akan keterbatasannya

sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan

menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan rasa bersalah yang merupakan tipe –

tipe dasar stres. Gifford (1987: 118) mengemukakan bahwa stres dapat dipicu oleh

Page 28: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

13

faktor kepadatan tinggi dan mengakibatkan masyarakat yang bertempat tinggal di

daerah tersebut mengalami kesesakan lingkungan. Jumlah penghuni yang padat,

tata ruang yang tidak teratur dan ruangan yang sempit dapat membuat seseorang

merasa sesak sehingga merasa tidak nyaman.

Akibat negatif dari kesesakan menyebabkan seseorang tidak bisa

mengendalikan situasi tersebut. Ketika seseorang mampu untuk mengendalikan

situasi yang tertekan, maka niscaya seseorang tersebut mampu untuk

mengendalikan emosinya. Sebaliknya apabila seseorang tidak bisa mengendalikan

situasi tersebut, maka ia akan merasa lebih tertekan. Menurut Sarwono (1995: 77)

kesesakan adalah salah satu bentuk persepsi seseorang terhadap lingkungannya,

oleh karena itu lebih bersifat subjektif dan bergantung pada keadaan lingkungan

tersebut. Kesesakan (crowding) berbeda denngan kepadatan (density). Altman

(1975: 49) berpendapat bahwa kesesakan sebagai perasaan subjektif seseorang

(aspek psikologis) sedangkan kepadatan adalah banyaknya orang yang menempati

setiap unit tempat tinggal (aspek fisik). Dijelaskan pula bahwa kepadatan

merupakan salah satu penyebab munculnya kesesakan tetapi dalam hal ini tidak

selalu menjadi penyebab utama.

Sears (2007: 228) mengungkapkan bahwa kesesakan atau rasa sesak

adalah perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subjektif.

Tingkat kesesakan yang kita rasakan tergantung pada jumlah kepadatan yang

dirasakan. Tingginya tingkat kepadatan cukup untuk mempersepsikan kesesakan.

Tetapi kepadatan tidaklah sama dengan kesesakan. Menurut Stokols dalam

(Holander, 1981: 304) kepadatan (density) mengacu pada kendala keruangan

Page 29: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

14

(spatial contraint), sedangkan kesesakan (crowding) adalah respon subjektif

terhadap ruang yang sesak (tight space). Jadi kesesakan merupakan suatu

pengalaman subjektif seseorang terhadap ruang yang sempit dan biasanya dalam

kondisi sesak sebagai hal yang bersifat negatif.

Sependapat dengan Stokols, Altman (1987: 49) menyatakan bahwa pada

kondisi kepadatan tinggi yang berhubungan dengan lingkungan dengan sarat

kemiskinan cenderung menjadi mudah tersinggung, merasa tidak nyaman secara

fisik, cenderung berkompetisi, gerak selalu dibatasi dsb. Semakin seseorang

merasa tidak nyaman dengan keadaan lingkungannya maka semakin seseorang

merasa frustasi karena ada tekanan dari luar yang tidak dikehendaki oleh individu

yang bersangkutan.

Kesesakan akan menyebabkan keadaan psikologis yang menekan,

akibatnya seorang individu akan merasa terkungkung oleh keadaan disekitar

lingkungannya, sementara individu itu sendiri masih membutuhkan ruang untuk

bergerak. Apabila ruang yang diperlukan untuk bergerak terbatas, atau sangat

terbatas, besar kemungkinan munculnya perasaan kesesakan. Kesesakan

diruangan yang sempit dan kecil sering membuat mereka gugup, merasa tidak

nyaman dan mudah tersinggung (Altman, 1987: 49). Selanjutnya Freedman dan

Evans (dikutip dari Davidoff, 1991: 52) menyatakan pada kondisi kepadatan

tinggi yang berhubungan dengan lingkungan yang kecil cenderung menjadi

mudah tersinggung, merasa tidak nyaman , cenderung berkompetisi, gerak yang

selalu dibatasi, lingkungan yang menjijikan, panas dan sejenisnya.

Page 30: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

15

Kepadatan akan membuat rasa sesak meskipun kesesakan tidak selalu

disebabkan oleh kepadatan. Kesesakan merupakan suatu perasaan subjektif yang

dialami seseorang sehingga dalam situasi ini ada yang tidak merasakan kesesakan

tetapi ada pula yang merasakan kesesakan. Maka apa yang dialami oleh individu

yang satu belum tentu dirasakan individu lain. Berdasarkan penjelasan diatas,

maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Kesesakan Terhadap Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui uraian pada latar belakang diatas, masalah yang diungkap dalam

penelitian ini adalah

a. Bagaimana gambaran deskriptif kesesakan penghuni rumah susun Pekunden

Semarang?

b. Bagaimana gambaran deskriptif tingkat stres penghuni rumah susun

Pekunden Semarang?

c. Apakah ada hubungan antara kesesakan dengan tingkat stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah

a. Mengetahui gambaran deskriptif kesesakan penghuni rumah susun Pekunden

Semarang.

Page 31: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

16

b. Mengetahui gambaran deskriptif tingkat stres penghuni rumah susun

Pekunden Semarang.

c. Mengetahui hubungan antara kesesakan dengan tingkat stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat,

baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat dilakukannya penelitian ini

adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi dunia psikologi sosial dan psikologi lingkungan di

Indonesia tentang tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden

Semarang dalam kaitannya dengan kesesakan dimana kesesakan

merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan secara

khusus kepada para penghuni rumah susun Pekunden Semarang tentang

pentingnya pengembangan dan pengelolaan stres dalam kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi, menjalin hubungan antar

sesama penghuni bahkan dalam berperilaku dan bertindak.

Page 32: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Manusia tidak pernah lepas dari stres, setiap orang pasti pernah mengalami

stres baik stres dalam bentuk ringan, sedang, maupun berat. Stres merupakan

salah satu bentuk gangguan psikologis yang kerap dialami manusia, terutama di

era modern ini sebagai akibat dari semakin kompleksnya permasalahan yang

dihadapi manusia. Sepanjang hidupnya manusia tidak akan pernah lepas dari

masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam

maka keadaan ini dapat disebut stres.

Sarwono (1995: 86) menyatakan bahwa stres adalah beban mental yang

oleh individu bersangkutan akan dikurangi atau dihilangkan. Untuk mengurangi

atau menghilangkan stres, individu melakukan tingkah laku penyesuaian (coping

behavior). Sedangkan menurut Markam dan Slamet (2008: 35) stres adalah suatu

keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan

kemampuan untuk mengatasi beban itu. Sama halnya dengan Hardjana (1994: 14)

yang mengartikan stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi

seseorang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres

membuat seseorang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, entah nyata

atau tidak nyata antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis,

psikologis dan sosial yang ada padanya. Dari kedua pengertian diatas dapat

Page 33: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

18

diartikan bahwa stres dianggap sebagai respon yang merupakan kondisi atau

keadaan sebagai akibat dari tekanan emosional dimana beban yang dirasakan

tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban tersebut.

Berbeda dengan definisi stres menurut Taylor (dalam Kusuma dan

Gusniarti, 2008: 34) yang mengartikan stres sebagai hasil dari proses penilaian

individu berkaitan dengan sumber – sumber pribadi yang dimilikinya untuk

menghadapi tuntutan dari lingkungan. Atkinson, dkk (2010: 338) mendefinisikan

stres sebagai hal yang terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang

mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa

tersebut biasanya dinamakan stresor dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut

dinamakan respon stres.

Anoraga (2006: 108) mengungkapkan bahwa stres sebenarnya merupakan

suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap

suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan menganggu dan mengakibatkan

dirinya terancam. Manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang

mampu mengadaptasikan keinginan – keinginan dengan kenyataan – kenyataan

yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Anoraga

(2006: 10) merumuskan stres sebagai reaksi dari tekanan emosional, juga

rangsangan – rangsangan yang merusak keadaan fisiologis individu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa stres

adalah akibat reaksi individu dari tekanan emosional dan kekurangmampuan

invidu untuk menyesuaikan diri yang disebabkan karena adanya persepsi

Page 34: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

19

ketakutan dan kecemasan sehingga dapat merusak keadaan fisiologis serta

menganggu keseimbangan hidup bagi individu.

2.1.2 Gejala – Gejala Stres

Gejala – gejala stres menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan mental.

Individu yang mengalami stres bisa menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran

kronis. Individu tersebut sering menjadi mudah marah dan agresi, tidak dapat

rileks, atau menunjukkan sikap yang tidak kooperatif. Lebih lanjut individu

tersebut melarikan diri dengan minum alkohol atu merokok secara berlebihan.

Selain itu, bisa menderita penyakit fisik seperti, masalah pencernaan, tekanan

darah tinggi dan sulit tidur (Handoko, 2001: 200). Selye dalam Bell (dalam

Iskandar, 2012: 49) menjelaskan proses stres dari kajian fisiologis. Seseorang

berinteraksi dengan stimulus lingkungan yang dapat menimbulkan stres bagi

seseorang, maka di dalam dirinya akan muncul gejala – gejala aktivitas saraf

otonom. Aktivitas saraf otonom secara otomatis bekerja karena dirinya merasakan

stres. Adapun ciri – ciri dari peningkatan saraf otonom adalah meningkatnya detak

jantung, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya pengeluaran keringat di

telapak tangan, sering buang air kecil dsb.

Lazarus dalam Bell (dalam Iskandar 2012: 50) memperbaiki pendapat

Selye. Seseorang akan mengalami stres apabila ia telah melakukan penilaian

kognitif yang terdapat dalam dirinya. Apabila hasil penilaian kognitif menyatakan

bahwa stimulus lingkungan yang dihadapinya tidak mengancam dirinya , maka

proses fisiologis tersebut tidak berlangsung. Hal ini berarti bahwa tidak muncul

Page 35: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

20

perasaan tegang dalam dirinya, sehingga kondisi psikologisnya menjadi seimbang

kembali.

Menurut Atkinson, dkk (2010: 349) situasi stres menghasilkan reaksi

emosional mulai dari kegembiraan sampai emosi umum kecemasan, kemarahan,

kekecewaan dan depresi stres yang ditunjukkan dengan gejala – gejala sebagai

berikut:

1. Gejala emosional atau reaksi psikologis yaitu marah – marah, cemas,

kecewa, suasana hati mudah berubah – ubah, depresi, agresif terhadap

orang lain, mudah tersinggung dan gugup.

a. Kecemasan

Respon yang paling umum adalah kecemasan yang diartikan sebagai

emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh istilah seperti khawatir,

prihatin, tegang dan takut.

b. Kemarahan dan Agresi

Reaksi umum lain terhadap situasi stres adalah kemarahan, yang

mungkin dapat menyebabkan agresi. Anak – anak seringkali menjadi

marah dan menunjukkan perilaku agresif jika mereka mengalami

frustasi. Agresi langsung terhadap sumber frustasi tidak selalu

dimungkinkan. Riset telah membuktikan bahwa agresi bukan

merupakan respon yang pasti terjadi setelah frustasi, tetapi jelas

merupakan salah satu darinya.

Page 36: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

21

c. Apati dan Depresi

Walaupun respon umum terhadap frustasi adalah agresi aktif, respon

kebalikannya adalah menarik diri dan apati juga sering terjadi. Jika

kondisi stres terus berjalan dan individu tidak berhasil mengatasinya,

apati dapat memberat menjadi depresi (Atkinson, dkk 2010: 352).

2. Gejala Kognitif

Selain reaksi emosional terhadap stres, individu seringkali

menunjukkan gangguan kognitif yang cukup berat jika berhadapan dengan

stresor yang serius. Individu merasa sulit berkonsentrasi dan

mengorganisasikan pikiran mereka secara logis, sebagai akibatnya

kemampuan mereka melakukan pekerjaan terutama pekerjaan yang

kompleks cenderung memburuk (Atkinson, dkk 2010: 354) yaitu merasa

sulit berkonsentrasi, kacau pikirannya, mudah lupa, daya ingat menurun,

suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

3. Gejala Fisik

Sulit tidur, sulit buang air besar, sakit kepala, adanya gangguan

pencernaan, selera makan berubah, tekanan darah menjadi tinggi, jantung

berdebar – debar, dan kehilangan energi. Stres kronis dapat menyebabkan

gangguan fisik tertentu seperti ulkus, tekanan darah tinggi dan penyakit

jantung. Stres kronis juga menganggu sistem imun, dengan demikian

menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri dan virus yang

menyerang (Atkinson, dkk 2010: 359).

Page 37: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

22

Sedangkan Anoraga (2006: 109) menyatakan bahwa stres yang tidak teratasi

menimbulkan gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dapat ringan, sedang dan

berat. Gejala ringan dan sedang dapat ditandai dengan keluarnya keringat dingin

(dan keringat pada telapak tangan), rasa panas dingin badan, asam lambung yang

meningkat (sakit maag), kejang lambung dan usus, mudah kaget, dan gangguan

seksual. Sedangkan gejala berat akibat stres sudah tentu kematian, gila (psikosis)

dan hilangnya kontak sama sekali dengan lingkungan sosial. Anoraga (2006: 109)

menjelaskan gejala – gejala dari stres meliputi :

1. Gejala badan: sakit kepala, sakit maag, mudah kaget, banyak keluar keringat

dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai

punggung, dada merasa panas atau nyeri, rasa tersumbat pada kerongkongan,

gangguan psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit,

bermacam – macam gangguan menstruasi, keputihan, kejang – kejang,

pingsan dan jumlah gejala lain.

2. Gejala emosional: pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan,

cemas, was –was, kawatir, mimpi – mimpi buruk, murung, mudah marah atau

jengkel, mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah dan pandangan putus

asa.

3. Gejala sosial : makin banyak makan, menarik diri dari pergaulan sosial,

mudah bertengkar dan membunuh.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, pada dasarnya stres dapat dilihat

dari 4 gejala yaitu gejala emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan

gejala sosial. Keempat gejala tersebut akan digunakan dalam pembuatan

Page 38: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

23

instrumen penelitian. Dalam pembuatan instrumen, peneliti menggabungkan

gejala – gejala stres dari Atkinson dan Anoraga dengan alasan peneliti

menganggap bahwa gejala – gejala stres menurut Atkinson dan Anoraga saling

melengkapi, sehingga dapat mengungkap keseluruhan gejala – gejala stres yang

ada.

2.1.3 Faktor Penyebab Stres

Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh

kekurangmengertian manusia akan keterbatasan – keterbatasannya sendiri.

Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan

frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe – tipe dasar stres.

Menurut Anoraga (2006: 109) ada dua faktor utama yang berkaitan langsung

dengan stres, yaitu

1. Perubahan dalam Lingkungan

Apabila perubahan dalam lingkungannya sudah menjadi sedemikian cepat

dan ganas, sehingga seseorang sudah merasa kewalahan untuk menghadapi

atau menyesuaikan dirinya terhadap perubahan tersebut, maka ambang

ketahanannya terhadap stres mulai terlampaui. Kondisi inilah yang harus

dihindarkan atau ditanggulangi.

2. Diri Manusia Sendiri

Dalam hubungan dengan gangguan badan, dikatakan bahwa stres emosional

mempengaruhi otak, yang kemudian melalui sistem neurohumoral

menyebabkan gejala – gejala badaniah yang dipengaruhi oleh hormon

(adrenalin) dan sistem saraf otonom. Adrenalin yang meningkat

Page 39: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

24

menimbulkan kadar asam dan lemak bebas selanjutnya terjadi kenaikan

tekanan darah, denyut jantung yang bertambah dan keduanya mengakibatkan

gangguan pada kerja jantung bahkan mudah menimbulkan kematian

mendadak (serangan jantung).

Menurut Smet (1994: 130) reaksi terhadap stres bervariasi antara satu orang

dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Perbedaan ini

sering disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang tampaknya dapat

merubah dampak stresor bagi individu yaitu sebagai berikut :

1. Variabel dalam kondisi individu : umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,

temperamen, faktor – faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku, budaya,

status ekonomi dan kondisi fisik.

2. Karakteristik kepribadian : introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum,

tipe kepribadian A, ketabahan, locus of control, kekebalan dan ketahanan.

3. Variabel sosial – kognitif : dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial

dan kontrol pribadi yang dirasakan.

4. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi

dalam jaringan sosial.

5. Strategi coping : menentukan bagaimana keputusan yang diambil berdasarkan

emosi atau pemikiran yang matang.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat lima faktor penyebab stres yaitu variabel

dalam kondisi individu, karakteristik kepribadian, variabel sosial – kognitif,

strategi coping, hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang

diterima, dan integrasi dalam jaringan sosial.

Page 40: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

25

2.1.4 Sumber – Sumber Stres

Sumber stres dapat berubah – ubah sejalan dengan perkembangan

manusia. Sarafino (dalam Smet, 1994: 115) membedakan sumber – sumber stres

sebagai berikut :

a. Sumber – sumber stres di dalam diri seseorang.

Tingkat stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur

individu, stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan

motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik , konflik

merupakan sumber stres yang utama.

b. Sumber – sumber stres di dalam keluarga.

Stres bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga seperti

perselisihan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan – tujuan yang saling berbeda,

atau bahkan kematian orang tua. Misal: perbedaan keinginan tentang acara televisi

yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dengan anak – anak yang

menyetel tapenya keras – keras, timbul di lingkungan yang terlalu sesak bahkan

kehadiran anggota keluarga baru.

c. Sumber – sumber stres di dalam pekerjaan.

Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres

sehubungan dengan pekerjaan mereka. Pekerjaan dapat menyebabkan stres

apabila hasilnya tidak sesuai dengan perintah dan dapat menyebabkan stres.

Tuntutan kerja dapat menimbulkan stres dalam 2 cara. Pertama, pekerjaan itu

mungkin terlalu banyak. Orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena

keharusan harus mengerjakan, mungkin alasan uang atau alasan lain. Kedua, jenis

Page 41: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

26

pekerjaan itu sendiri sudah lebih stressfull daripada jenis pekerjaan lainnya (Smet,

1994: 117).

d. Sumber – sumber stres yang berasal dari komunitas dan lingkungan.

Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber – sumber

stres. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti kebisingan,

suhu yang terlalu panas dan kesesakan yang mengganggu kenyamanan, dan dapat

menyebabkan kemarahan, bahkan pertengkaran (Smet, 1994: 116).

Iskandar (2012: 48) mengungkapkan bahwa lingkungan yang berada di

sekitar manusia memberikan stimulasi yang dapat dimaknakan sebagai stresor

atau stimulus yang dapat menimbulkan tekanan pada seseorang. Ketika seseorang

menghadapi suara yang bising maka ia merasa bahwa suara tersebut menekan

dirinya atau menjadi stressor karena ia merasa tidak menyenangi suara bising.

Namun demikian, suatu peristiwa dapat dipersepsi sebagai ancaman atau bahkan

sebagai tantangan. Kemungkinan sesuatu menjadi ancaman akan ditentukan oleh

sejumlah faktor. Faktor – faktor yang memungkinkan seseorang merasa terancam

adalah dikarenakan adanya penilaian terhadap objek lingkungan. Penilaiannya

dapat dikategorikan sebagai berikut

1. Peristiwa yang dikategorikan sebagai kejadian yang mendadak dan tidak

ada atau sedikit sekali memberikan peringatan bahwa akan terjadi suatu

peristiwa atau disebut juga cataclysmic event.

2. Kategori stres personal yang merupakan stres yang dialami oleh seseorang

dan tidak melanda banyak orang seperti halnya pada cataclysmic event.

Page 42: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

27

Contohnya meninggalnya orang yang dicintai atau sakitnya keluarga dan

hilangnya pekerjaan.

3. Stres yang berulang kali terjadi, sehingga seseorang dapat mengalami

peristiwanya setiap hari seperti misalnya kemacetan lalu lintas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum

sumber – sumber stres terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Stres dapat

bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, bersumber dari keluarga, dari

pekerjaan atau bahkan dari faktor lingkungan. Faktor internal dan eksternal ini

memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada seseorang. Tingkat stres yang

dialami oleh yang satu dengan yang berbeda. Anoraga (2006: 109)

mengungkapkan bahwa sebenarnya ada dua faktor utama yang berkaitan langsung

dengan stres, yaitu perubahan dalam lingkungan dan diri manusianya sendiri.

Akibat terhadap seseorang bermacam – macam dan hal ini tergantung pada

kekuatan “konsep diri”nya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi

orang tersebut terhadap stres. Tetapi meskipun demikian, fleksibilitas dan

adaptasibilitas juga diperlukan agar seseorang dapat menghadapi stresnya dengan

baik.

Menurut Smet (1994: 130) reaksi terhadap stres bervariasi antara satu

orang dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Tingkat

stres yang dialami seseorang dapat ringan, sedang dan berat. Hal ini sering

disebabkan oleh perbedaan masing – masing sumber stres pada setiap orang.

Orang – orang yang kaku atau fanatik terhadap ambisi – ambisi dan norma –

norma yang dipegangnya cenderung mengalami keadaan yang lebih buruk.

Page 43: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

28

Atkinson, dkk (2010: 230) menyatakan kejadian stres yang sama mungkin

dihayati secara berbeda oleh dua orang, tergantung pada situasi apa yang berarti

kepada seseorang. Berat atau tidaknya stres ditentukan oleh faktor – faktor seperti

evaluasi kognitif, perasaan- perasaan mampu, adanya dukungan sosial, kendali

atas lamanya terjadi stres dan daya ramal peristiwa yang membuat stres. Stres

pada seseorang dapat bersumber dari faktor internal individu, faktor eksternal

individu ataupun keduanya. Kedua faktor ini memiliki kontribusi yang berbeda –

beda bagi setiap orangnya, dan bergantung pada seberapa besar seseorang mampu

mengatasi setiap stressor – stressor yang ada.

2.2 Kesesakan

2.2.1 Pengertian Kesesakan

Kesesakan ada hubungannya dengan kepadatan namun kepadatan

bukanlah merupakan syarat yang mutlak untuk menimbulkan perasaan sesak.

Secara teoritis perlu dibedakan antara kepadatan (density) dengan kesesakan

(crowding). Kepadatan mengacu kepada jumlah orang dalam ruang (space)

sehingga sifatnya mutlak, sedangkan kesesakan adalah persepsi seseorang

terhadap kepadatan, sehingga sifatnya subjektif (Halim, 2008: 72).

Gifford (1987: 165) menyatakan bahwa kesesakan adalah perasaan

seseorang atau perasaan subjektif karena banyaknya orang disekitarnya. Sarwono

(1995: 77) menjelaskan bahwa kesesakan berarti

a. Kesesakan adalah persepsi tentang kepadatan, dalam artian jumlah manusia.

Jadi, tidak termasuk didalamnya kepadatan dalam arti hal – hal lain yang non

manusia. Orang yang berada sendirian di tengah sabana yang luas maupun

Page 44: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

29

dalam hutan rimba yang penuh pohon dan binatang buas atau di tengah kota

yang penuh bangunan tetapi tidak berpenghuni, tidak akan mempersepsikan

kesesakan seperti yang dialami oleh penumpang kereta api atau bus atau

pengunjung resepsi pernikahan yang disekitarnya terdapat banyak orang.

b. Kesesakan adalah persepsi maka sifatnya subjektif. Oorang yang sudah biasa

naik bus yang padat penumpangnya mungkin sudah tidak merasa sesak lagi.

Sebaliknya orang yang terbiasa menggunakan kendaraan pribadi, bisa merasa

sesak dalam bus yang setengah kosong.

Sears (2007: 229) mengungkapkan bahwa kesesakan merupakan perasaan

sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subjektif atau rasa sesak

adalah keadaan psikologis yang menekan dan tidak menyenangkan, yang

dikaitkan dengan keinginan untuk memperoleh lebih banyak ruang daripada yang

telah diperoleh. Altman (1975: 49) menyatakan bahwa faktor situasional sebagai

faktor yang dapat mempengaruhi kesesakan. Stresor yang menyertai kesesakan

seperti suara gaduh, panas, polusi dan karakteristik setting (tipe rumah dan tingkat

kepadatan).

Stokols (dalam Altman 1975: 49) menyatakan kesesakan sebagai konsep

psikologis dengan dasar pengalaman dan motivasi. Ada beberapa poin penting

dari pendekatan Stokols. Pertama, kesesakan adalah reaksi pribadi dan subjektif,

bukan variabel fisik. Kedua, kesesakan adalah keadaan motivasi yang sering

berakibat pada maksud tingkah laku, yaitu untuk segera diakhiri atau

menghilangkan rasa ketidaknyamanan. Ketiga, kesesakan muncul pada perasaan

yang berada di ruangan yang terlalu sempit. Stokols juga membedakan antara

Page 45: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

30

kesesakan non-sosial, dimana faktor-faktor fisik dapat membangkitkan perasaan

sesak pada individu terhadap keterbatasan ruang gerak pada suatu ruangan yang

sempit, dan kesesakan sosial dimana rasa sesak terutama datang dari kehadiran

orang yang terlalu banyak dalam suatu ruangan.

Esser (dalam Altman, 1975: 49) menyatakan kesesakan sebagai suatu

kondisi mental yang dipenuhi stres dan dia juga ada hubungan antara proses

psikologi dan fisiologi. Dia menduga bahwa rasa sesak berasal dari

ketidakharmonisan antara susunan saraf pusat dengan kondisi stimulus.

Kesesakan dapat melibatkan bagian otak yang secara biologis lebih kompleks dan

sistem saraf pada kebutuhan yang mendasar atau biologis terhalangi oleh

kepadatan suatu populasi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

kesesakan adalah perasaan subjektif yang dialami oleh seseorang dalam merespon

situasi kepadatan karena sempitnya ruang yang tersedia dan perasaan ini dapat

diekspresikan dengan rasa senang maupun tidak senang. Kesesakan ini akan

terjadi apabila terdapat hambatan tertentu dalam usaha interaksi sosial dan usaha

pencapaian tujuan yaitu ketika individu menerima stimulus yang terus menerus

dan tidak mampu untuk mengontrolnya dan mengalami hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan personalnya.

2.2.2 Aspek – Aspek Kesesakan

Kesesakan muncul jika terdapat situasi atau gangguan yang sifatnya

menghalangi aktivitas individu dalam suatu setting. Selain itu kesesakan

digambarkan sebagai persepsi orang terhadap dirinya sendiri dalam menerima

Page 46: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

31

stimulus yang berlebihan terhadap tekanan sosial yaitu bila terjadi reaksi yang

lebih besar dari yang diharapkan (Permitasari, 2006: 42). Gifford (1987: 167)

menyatakan bahwa aspek – aspek kesesakan adalah sebagai berikut

a. Aspek Situasional

Meliputi banyaknya orang yang saling berdekatan, hambatan dalam tujuan

atau pekerjaan karena banyaknya orang – orang di sekitar, adanya ruangan

yang sempit di mana ada terlalu banyak orang di dekat kita, tujuan kita

terhalang serombongan orang, ruang jadi berkurang dengan kedatangan tamu

atau teman sehingga merasakan gangguan secara fisik atau perasaan tidak

enak.

b. Aspek Behavioral

Menjaga jarak dari tindakan agresi dengan menggunakan respon yang halus

seperti meninggalkan tempat kejadian meliputi bentuk – bentuk reaksi

individu yang berkisar antara agresi berlebihan (jarang) hingga respon yang

lebih ringan seperti meninggalkan tempat, menghindari tatapan mata ataupun

menarik diri dari interaksi sosial.

c. Aspek Emosional

Kesesakan merupakan suatu pengalaman yang subjektif dan muncul sebagai

akibat reaksi negatif terhadap orang lain dan perasaan positif terhadap situasi

tersebut. Secara tidak langsung mempengaruhi perasaan seseorang dan

biasanya bersifat negatif yang merupakan pengalaman subjektif dan suatu

reaksi yang berhubungan dengan perasaan. Mengacu pada suasana hati

biasanya suasana hati yang buruk.

Page 47: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

32

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga aspek

kesesakan yaitu aspek situasional, behavioral dan emosional. Ketiga aspek ini

saling berhubungan dan berkelanjutan. Eroglu dkk dalam Yildirim & Alkalin-

Baskaya (2007: 3411) menjelaskan bahwa kesesakan terdiri atas dua dimensi,

yaitu

a. Persepsi crowding manusia yang didasarkan pada jumlah individu. Persepsi

kesesakan tersebut melibatkan jumlah individu dalam satu ruang, dimana

banyak-sedikit individu menjadi poin terpenting dalam menimbulkan

perasaan sesak.

b. Persepsi crowding spasial yang berdasarkan pada jumlah barang dan

perlengkapan serta konfigurasi individu. Persepsi ini lebih pada kondisi pada

ruang serta posisi individu dalam ruang tersebut.

Ketiga aspek kesesakan menurut Gifford (1987: 167) yang meliputi aspek

situasional, behavioral dan emosional merupakan bagian dari salah satu dimensi

yang dikemukakan oleh Eroglu dkk yaitu persepsi kesesakan manusiawi yang

didasarkan jumlah individu. Ketiga gejala tersebut akan dijadikan dasar dalam

pembuatan instrumen penelitian, sebab peneliti hanya membatasi aspek kesesakan

pada persepsi crowding manusia saja.

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesesakan

Tingkah laku yang menunjukkan sebagai reaksi terhadap kesesakan dirasa

berbeda antara satu individu dengan individu lain. Hal ini disebabkan oleh faktor

– faktor yang saling mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap situasi yang

Page 48: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

33

menimbulkan kesesakan. Sears (2007: 229) mengatakan ada 3 hal yang

mempengaruhi terjadinya kesesakan, yaitu

a. Beban Indera yang Berlebihan

Bila orang dihadapkan pada stimulasi yang terlalu banyak, dia akan

mengalami beban indera yang berlebihan dan tidak akan dapat menghadapi

semua stimulasi itu. Kepadatan sosial merupakan salah satu sumber stimulasi

yang kadang – kadang dapat menimbulkan rangsangan yang berlebihan dan

perasaan sesak. Beban indra yang berlebihan selalu bersifat tidak

menyenangkan dan menganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi secara

tepat. Orang mengatasi beban indera yang berlebihan dengan menyaring

beberapa stimulasi dan hanya memperhatikan stimulasi yang paling penting.

b. Intensitas – Kepadatan

Kepadatan tinggi dapat menguatkan reaksi yang umum terhadap situasi

sosial. Dalam penelitian Freedman (dalam Sears 2007: 231) disimpulkan

bahwa kehadiran banyak orang kadang – kadang tidak menyenangkan atau

menimbulkan perasaan sesak namun kadang – kadang terasa menyenangkan,

tetapi biasanya kehadiran mereka memperkuat situasi sosial.

c. Hilangnya Kendali

Kepadatan tinggi bisa menyebabkan orang merasa kurang memiliki.

Pemikirannya adalah bahwa dengan adanya begitu banyak orang dalam

sebuah ruang, setiap individu tidak akan dapat mengendalikan situasi dengan

lebih baik, bergerak dengan bebas, menghindari kontak mata yang tidak

diinginkan sehingga menimbulkan perasaan sesak.

Page 49: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

34

Kemungkinan besar beban indera yang berlebihan, intensifikasi kepadatan,

dan hilangnya kendali berperan dalam menimbulkan rasa sesak (Permitasari,

2006: 31). Lebih lanjut Gifford (1987: 167) menekankan bahwa ada 3 faktor yang

mempengaruhi kesesakan yaitu :

a. Faktor personal, yaitu : kepribadian, preferensi dan harapan.

b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan tingkah

laku dalam merespon kesesakan. Penekanan faktor sosial yang dimaksud

adalah :

Keberadaan seseorang semata – mata dan kepribadian orang lain di sekitar.

1. Persaingan yang cenderung terbentuk di kelompok – kelompok kecil.

2. Kualitas atau tipe – tipe hubungan diantara individu.

3. Macam – macam informasi yang diterima tentang kesesakan.

c. Faktor fisik, dijelaskan sebagai berikut :

Kepadatan yang tinggi itu sendiri merupakan faktor paling umum yang dapat

menimbulkan perasaan sesak, namun seperti yang kita lihat, hal itu tidak

selalu menuntun pada rasa sesak. Faktor – faktor fisik yang berhubungan

dengan kesesakan adalah

1. Ukuran ruang yang akan diteliti (kamar, gedung, komplek pemukiman

dan kota).

2. Variasi arsitektur, meliputi : tinggi plafon, penataan mebel,

penempatanjendela,sekat, dinding pemisah dll.

Terdapat faktor personal dan situasional (setting) yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk menyatakan sesuatu yang dialaminya sebagai

Page 50: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

35

kesesakan. Faktor personal misalnya saja adalah locus of control. Gifford (1987:

167) menyatakan bahwa orang dengan internallocus of control dapat dengan

mudah mengontrol stres yang diakibatkan oleh kesesakan. Faktor personal lainnya

adalah kecenderungan berafiliasi atau dapat disebut juga sociability. Faktor yang

kedua adalah faktor situasional atau setting yang meliputi pengaruh sosial dan

pengaruh fisik.

2.2.4 Dampak – Dampak Kesesakan

Sarwono (1995: 81) menyatakan bahwa dampak – dampak kesesakan pada

manusia dibedakan oleh:

a. Dampak kesesakan pada penyakit dan patologi sosial.

1. Reaksi fisiologis misalnya, meningkatnya tekanan darah

2. Penyakit fisik misalnya psikosomatis, pusing dan gatal – gatal.

3. Patologi sosial misalnya meningkatnya kejahatan, kecenderungan bunuh

diri, gangguan jiwa dan kenakalan remaja.

4. Dampak kesesakan pada tingkah laku.

5. Agresif terhadap lingkungan, marah kepada orang – orang di lingkungan

itu dan merusak lingkungan.

6. Menarik diri dari lingkungan, pergi dan menghindar dari lingkungan

tersebut, menutup diri , tidak peduli terhadap lingkungan misalnya dengan

sibuk membaca buku atau melamun.

7. Berkurangnya tingkah laku menolong.

8. Kecenderungan melihat sisi buruk orang lain jika terlalu lama bersama –

sama di tempat yang padat atau sesak.

Page 51: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

36

9. Dampak kesesakan pada suasana hati dan hasil usaha.

10. Hasil usaha atau prestasi kerja menurun.

11. Suasana hati (mood) cenderung murung.

Berbagai dampak kesesakan tersebut dapat dilihat bahwa suatu perilaku

yang bersifat negatif lebih dominan dalam merespon situasi yang menimbulkan

kesesakan, baik berhubungan langsung terhadap pola tingkah laku, maupun dalam

bentuk kemunduran fisik.

2.3 Rumah Susun

2.3.1 Pengertian Rumah Susun

Perumahan merupakan kebutuhan pokok manusia, disamping makanan,

pakaian, kesehatan, pendidikan, kebersihan dan lain-lain. Kebutuhan perumahan

akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun

disisi lain menunjukkan bahwa lahan perumahan semakin terbatas dan hal tersebut

akan menyebabkan perkembangan lahan perumahanyang cenderung vertikal

sehingga berkembanglah rumah susun.

Berdasarkan undang – undang nomor 1 pasal 1 tahun 2011 tentang

perumahan dan kawasan pemukiman, rumah susun adalah bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-

bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun

vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan

digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan

bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Page 52: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

37

Sedangkan menurut keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

nomor 524 tahun 2001, rumah susun sederhana adalah bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai

tempat hunian dengan luas minimum 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) setiap

unit hunian, dilengkapi dengan KM/WC serta dapur, dapat bersatu dengan unit

hunian ataupun terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukan bagi

golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Lain halnya dengan Kamus Besar

Bahasa Indonesia yang mendefinisikan rumah susun sebagai bangunan yang

direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga

serta mempunyai tingkat minimum dua lantai dengan beberapa unit hunian.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rumah susun

adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun untuk tempat hunian keluarga

yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah dan diperuntukan bagi

golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

2.3.2 Tujuan Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan rumah susun mempunyai tujuan – tujuan tertentu sesuai

dengan undang – undang nomor 1 pasal 3 tahun 2011 yaitu

a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta

menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan

ekonomi, sosial, dan budaya.

b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah,

serta menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam

Page 53: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

38

menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan

seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan.

c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan

permukiman kumuh; mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan

yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif.

d. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan

penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan

kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR.

e. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan

rumah susun.

f. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan

terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan

dan permukiman yang terpadu.

g. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian,

pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan pembangunan rumah susun

adalah menciptakan pemukiman layak huni dan terjangkau serta meningkatkan

pemanfaatan ruang dan tanah di kawasan perkotaan terutama bagi MBR dalam

lingkungan yang sehat, aman, harmonis

.

Page 54: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

39

2.4 Hubungan Antara Kesesakan Dengan Tingkat Stres

Kesesakan dipandang sebagai pemicu timbulnya tingkat stres psikologis

pada seseorang individu. Stres yang dialami tergantung pada situasi situasional

dan variabel psikologi lain. Penelitian tentang kesesakan dan stres dilakukan oleh

Rini (2006: 1) yang meneliti mengenai hubungan antara kesesakan dengan tingkat

stres. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara kesesakan dengan stres pada penduduk musiman. Kondisi lingkungan yang

padat dan sesak mengakibatkan individu mendapat stimulus yang berlebihan

sehingga individu harus melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus –

stimulus yang dianggap relevan dan penting dari berbagai stimulus yang diterima

dan memberikan sedikit perhatian terhadap stimulus yang dianggap tidak penting

dan tidak relevan. Dalam usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi kelebihan

informasi, penduduk musiman menjadi acuh tak acuh satu sama lain dan kurang

responsif. Hal ini dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak sosial

dengan orang lain.

Penelitian serupa dilakukan oleh Hermawan (2014) yang meneliti

gambaran crowding stress pada warga berusia remaja di pemukiman padat

penduduk Kelurahan Babakan Asih Bandung yang menyatakan bahwa kondisi

wilayah yang padat dapat memberikan efek negatif pada individu yang

menempatinya, salah satunya adalah crowding stress. Hasil penelitian Hermawan

menunjukkan bahwa secara umum remaja di Kelurahan Babakan Asih mengalami

stres dengan tingkatan sedang. Adapun situasi yang paling membuat mereka

Page 55: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

40

merasakan ketidaknyamanan bermukim adalah kondisi spasial (keterbatasan

ruang) yang ada di lingkungan tersebut.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Haryanto dkk (1996: 1) yang

menghasilkan temuan yang serupa yaitu ada hubungan positif antara kepadatan

dan kesesakan dengan stres pada remaja di pemukiman padat. Kepadatan dan

kesesakan memberikan sumbangan secara bersama – sama terhadap stres sebesar

17%..

Sama halnya dengan hasil temuan Evans (2007: 1) yang meneliti tentang

kesesakan dan personal space pada 139 penumpang kereta api komuter,

menemukan bahwa duduk terlalu dekat dengan penumpang lain dalam suasana

yang sesak dan padat secara signifikan memicu timbulnya tiga indikasi stres.

Tempat duduk yang padat dan sesak dengan gangguan dari orang – orang asing

lebih memicu timbulnya stres daripada diantara orang – orang dengan hubungan

interpersonal yang positif (Evan, 2007: 3).

Hasil yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Sundstrom (1975: 1) yang

menyatakan bahwa kondisi dalam ruangan dengan kepadatan yang tinggi memicu

timbulnya stres. Kondisi ini muncul ketika melibatkan kondisi dimana kontrol

individu terganggu oleh interaksi interpersonal. Ruangan dengan kepadatan tinggi

memicu timbulnya gangguan interpersonal seperti goal blocking yang dapat

memunculkan stres yang berkelanjutan (Sundstrom, 1975: 9). Kesesakan

dipandang sebagai stres psikologis yang terkadang disebabkan oleh kepadatan.

Stres yang dialami tergantung pada situasi situasional dan variabel psikologi lain

(Baum, 1979: 137).

Page 56: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

41

Hasil penelitian Baum dan Valins (1979: 171) membuktikan bahwa

kepadatan dan kesesakan erat kaitannya dengan patologi sosial dan stres.

Seseorang tidak akan mengalami stres selama ia memiliki kemampuan untuk

beradaptasi dengan stressor lingkungan. Ketika adaptasinya terhadap kesesakan

berhasil maka stres tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang.

2.5 Kerangka Berpikir

Manusia tidak pernah lepas dari stres, setiap orang pasti pernah mengalami

stres baik stres dalam bentuk ringan, sedang, maupun berat. Stres yang dialami

seseorang akan membuat dirinya merasa tertekan. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat stres, diantaranya faktor internal dalam diri individu dan

faktor eksternal diluar diri invidu. Faktor internal dari dalam individu, dapat

muncul melalui persepsi crowding manusia. Sedangkan sumber stres yang berasal

faktor eksternal diluar diri invidu dapat berupa sumber stres dari lingkungan

keluarga, lingkungan pekerjaan dan sumber stres yang berasal dari kondisi

lingkungan diantara kesesakan, kebisingan dan suhu. Sebagaimana dijelaskan

pada tabel berikut

Page 57: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

42

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi tingkat stres antara lain adalah faktor internal dalam diri individu

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Stres

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kondisi Pekerjaan Kondisi

Lingkungan Kondisi Keluarga

Situasional

Persepsi

Crowding

Manusia

Kesesakan Behavioral

Emosional Kebisingan

Suhu

Tingkat Stres

1. Gejala emosional

2. Gejala kognitif

3. Gejala fisik atau

badan

4. Gejala sosial

Page 58: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

43

dan faktor eksternal diluar diri invidu. Faktor internal dari dalam individu, dapat

muncul melalui persepsi crowding manusia yaitu persepsi kesesakan manusiawi

yang didasarkan jumlah individu. Sedangkan faktor – faktor eksternal diluar diri

invidu dapat berupa kondisi keluarga seperti interaksi antar anggota keluarga,

adanya anggota baru, kehilangan bahkan kecacatan. Kondisi pekerjaan juga dapat

mempengaruhi tingkat stres. Pekerjaan dapat menyebabkan stres apabila hasilnya

tidak sesuai dengan perintah dan dapat menyebabkan stres. Sedangkan kondisi

lingkungan berasal dari lingkungan fisik individu. Interaksi subjek di luar

lingkungan keluarga melengkapi sumber- sumber stres. Lingkungan yang

dimaksud adalah kondisi lingkungan dengan kesesakan tinggi yang ditandai

dengan aspek behavioral, situasional dan emosional. Ketiga aspek kesesakan

tersebut merupakan bagian dari salah satu dimensi faktor internal mempengaruhi

stres yaitu persepsi crowding manusia. Kondisi lingkungan lain yang dapat

mempengaruhi tingkat stres adalah yang tingkat kebisingan tinggi, dan faktor

lingkungan yang terakhir adalah suhu yang terlalu panas. Dari faktor -faktor

tersebut dapat memunculkan tingkat stres yang ditandai dalam 4 gejala yaitu

gejala emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan gejala sosial.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis yang diajukan oleh

peneliti adalah “ Ada korelasi positif antara kesesakan dengan tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang”. Dalam hal ini, semakin tinggi

kesesakan maka semakin tinggi pula tingkat stres pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang.

Page 59: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang dipakai yang

meliputi: jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, teknik

pengambilan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata

cara pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-

angka yang diperoleh dari hasil analisis statistik. Penelitian dengan pendekatan

kuantitatif menekankan analisisnya pada data – data numerikal (angka) yang

diolah dengan dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan

diperoleh signifikansi hubungan variabel yang diteliti (Azwar, 2012: 5)

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.

Penelitian korelasional merupakan jenis penelitian untuk mencari hubungan antara

dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dengan variabel dependen

(tergantung).

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel satu dengan yang

lainnya, variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen (bebas) dan

Page 60: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

45

independen (tergantung). Dalam penelitian ini variabel bebas dan variabel

tergantung dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas ( Y ) : Tingkat Stres

2. Variabel Tergantung ( X ) : Kesesakan

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati (Azwar 2012: 74). Definisi operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Tingkat Stres

Tingkat stres adalah tingkat reaksi individu yang bersumber dari tekanan

emosional dan kekurangmampuan invidu untuk menyesuaikan diri yang

disebabkan karena adanya persepsi ketakutan dan kecemasan sehingga dapat

merusak keadaan fisilogis serta menganggu keseimbangan hidup bagi individu.

Adapun gejala – gejala tingkat stres yang dipakai dalam penyusunan skala adalah

gejala emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan gejala sosial.

b. Kesesakan

Kesesakan adalah perasaan subjektif yang dialami oleh seseorang dalam

merespon situasi kepadatan karena sempitnya ruang yang tersedia dan perasaan

ini dapat diekspresikan dengan rasa senang maupun tidak senang. Kesesakan ini

akan terjadi apabila terdapat hambatan tertentu dalam usaha interaksi sosial dan

usaha pencapaian tujuan yaitu ketika individu menerima stimulus yang terus

menerus dan tidak mampu untuk mengontrolnya dan mengalami hambatan dalam

Page 61: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

46

pemenuhan kebutuhan personalnya. Adapun aspek – aspek kesesakan yang

dipakai dalam penyusunan skala adalah aspek situasional, aspek behavioral dan

aspek emosional.

3.2.3 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel merupakan hubungan antara variabel X dan

variabel Y yang terjadi hubungan sebab akibat. Variabel yang mempengaruhi

disebut variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kesesakan, sedangkan

variabel yang dipengaruhi adalah variabel tergantung (Y) yang dalam penelitian

ini adalah tingkat stres. Jadi dalam penelitian ini variabel X mempengaruhi

variabel Y. Apabila dibuat bagan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan kelompok yang menarik minat peneliti, yang

kepadanya peneliti hendak menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Dalam

konteks yang lebih luas, populasi dapat berupa orang – orang yang tinggal dalam

suatu wilayah yang sama, mereka menjadi anggota kelompok etnis tertentu, atau

mereka yang menjadi anggota kelompok sosial tertentu. Semakin banyak

kesamaan karakteristik yang dimiliki anggota suatu populasi terkait dengan

variabel yang sedang diteliti maka dapat dikatakan semakin homogen penelitian

tersebut (Purwanto, 2013: 86).

Kesesakan (X) Tingkat Stres (Y)

Page 62: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

47

Berdasarkan definisi diatas, populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh penghuni rumah susun Pekunden Semarang dengan karakteristik

sebagai berikut :

1. Laki – Laki dan perempuan usia minimal 17 tahun dengan alasan bahwa aspek

kognitif stres dipengaruhi oleh latar belakang usia dan untuk mendapatkan

populasi dengan ciri sama, maka tingkat usia subjek perlu dibatasi.

2. Bertempat tinggal di rumah susun Pekunden dengan minimal jumlah anggota

keluarga 4 orang, dengan alasan ada batas toleransi kesesakan maksimal yang

dapat diterima seseorang. Iskandar (2012: 136) menyatakan bahwa unit di

rumah susun dengan tipe 38 hanya sesuai untuk keluarga baru dengan jumlah

anak maksimal 2 orang yang masih berumur di bawah lima tahun.

Atas dasar kriteria tersebut, maka diketahui jumlah unit – unit sampling

dalam populasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Penghuni

RT 4 22 58

RT 5 17 52

RT 6 15 49

Total Jumlah Penghuni 159

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Istilah sampel menunjuk pada sebuah kelompok yang

daripadanya peneliti memperoleh informasi yang pada gilirannya akan

digeneralisasikan kepada kelompok yang lebih besar. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Sampling

Page 63: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

48

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2013: 85).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu bagian terpenting dalam

proses penelitian, karena dari data yang terkumpul mencerminkan keadaan

responden atau subyek penelitian yang sesungguhnya. Untuk memperoleh data

yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka dalam

penelitian ini pengukuran tingkat stres dan kesesakan menggunakan metode skala.

Skala adalah suatu daftar yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan

mengenai suatu hal yang akan diteliti.

Metode skala dalam penelitian ini merupakan metode pengumpulan data

yang utama dan digunakan untuk menggali data dengan skala tingkat stres dan

skala kesesakan. Menurut Azwar (2012: 56) bahwa dipakainya istilah skala

sebagai alat pengumpulan data didasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut :

1. Data yang diungkap oleh skala psikologis berupa konstrak atau konsep

psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.

2. Pada skala psikologi pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator

perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan

diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang

bersangkutan.

Page 64: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

49

3. Responden terhadap skala psikologis, sekalipun memahami isi pertanyaan,

biasanya tidak menyadari asal jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa

yang sesungguhnya diungkap peneliti.

4. Respon terhadap skala psikologis diberi skor melewati proses penskalaan

(scaling).

5. Salah satu skala psikologis diperuntukan guna mengungkap suatu atribut

tunggal (Uni dimensional)

6. Hasil ukur skala psikologi harus teruji reliabilitasnya secara psikometris

karena relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus

pada skala psikologis lebih terbuka terhadap eror.

7. Validitas skala psikologis lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis

yang hendak diukur dan operasionalnya.

Penelitian ini menggunakan skala berbentuk pernyataan yang disusun

dengan dua jenis aitem yang searah atau mendukung pernyataan (favorable) dan

aitem yang tidak searah atau tidak mendukung pernyataan (unfavorable). Skala

tersebut dirancang berdasar metode skala dari Likert dengan lima kategori pilihan

yaitu Sangat Setuju (SS) , Setuju (S) , Netral (N) , Tidak Setuju (TS) dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Untuk aitem-aitem favourable, pilihan SS mendapata skor 5,

S mendapat skor 4, N mendapat skor 3, TS mendapat skor 2 dan STS mendapat

skor 1. Sebaliknya untuk aitem – aitem unfavourable pilihan SS mendapat skor 1,

S mendapat skor 2, N mendapat skor 3, TS mendapat skor 4 dan STS mendapat

skor 5.

Page 65: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

50

3.4.1 Metode Pengumpulan Data Tingkat Stres

Skala tingkat stres yang digunakan dalam penelitian ini, didasarkan dari 4

gejala stres yang peneliti rangkum dari beberapa pendapat para ahli yaitu gejala

emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan gejala sosial. Pembuatan

skala tingkat stres berfungsi untuk mengukur tingkat stres penghuni rumah susun,

yang disebabkan oleh stresor – stresor yang didapatkannya dari dalam rumah

susun.

Sebelum peneliti menyusun instrumen sebagai alat ukur penelitian,

terlebih dahulu peneliti menyusun blue print. Blue print merupakan tabel yang

digunakan sebagai acuan dan arahan agar pada saat penulisan item, item tetap

terarah pada tujuan pengukuran skala dan tidak keluar dari batasan isi. Blue print

berisi aspek – aspek yang akan diukur dan menjadi dasar penyusunan item.

Adapun aspek dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada blue print sebagai berikut:

Tabel 3.2

Blue Print Skala Tingkat Stres

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah

Fav Unfav

1.

Gejala

Emosional.

Mudah marah atau jengkel. 1 1

Mudah cemas, ditandai dengan

rasa khawatir yang berlebihan.

17 1

Sering kecewa. 8 1

Suasana hati mudah berubah-

ubah.

11 1

Mudah tersinggung. 28 1

Sering gugup dan gelisah. 16 1

Sukar mengambil keputusan. 2 1

Page 66: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

51

Mudah tegang dan takut. 18 1

2. Gejala

Kognitif

Sulit berkonsentrasi. 9 1

Daya ingat menurun. 3 1

Suka melamun secara berlebihan 10 1

Pikiran hanya dipenuhi satu

pikiran saja.

19 1

Kemampuan melakukan

pekerjaan yang kompleks

cenderung menurun.

21 1

3. Gejala

Fisik atau

Badan

Mengalami gangguan tidur. 20 1

Adanya gangguan pencernaan. 12 1

Sakit kepala. 26 1

Selera makan berubah – ubah. 4 1

Kehilangan energi. 22 1

Mual dan muntah. 29 1

Tekanan darah tinggi. 5 1

Dada terasa panas dan nyeri. 23 1

Urat bahu dan punggung terasa

sakit.

27 1

Jantung berdebar – debar 6 1

4. Gejala

Sosial

Menutup diri secara berlebihan. 24 13

Menarik diri dar pergaulan. 14 30 2

Mudah bertengkar dengan orang

lain.

7 1

Sering mencari kesalahan orang

lain.

15 1

Suka acuh dan mendiamkan

orang lain.

25 1

Jumlah 30

Page 67: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

52

3.4.2 Metode Pengumpulan Data Kesesakan

Pembuatan skala kesesakan berfungsi untuk mengukur tingkat kesesakan

penghuni selama berada di rumah susun. Penyusunannya didasarkan atas teori

dari Gifford (1987: 167) yang menyatakan bahwa aspek – aspek kesesakan

meliputi aspek situasional, aspek behavioral, dan aspek emosional. Adapun aspek

dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada blue print

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kesesakan.

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah

Fav Unfav

1. Aspek

Situasional

Banyaknya orang yang

saling berdekatan.

1 1

Adanya hambatan dalam

tujuan atau pekerjaan

karena banyaknya orang

orang disekitar.

9 1

Adanya ruangan yang

sempit dimana ada terlalu

banyak orang didekat

kita.

2 1

Adanya tujuan yang

terhalang oleh

serombongan orang

5 11 2

Adanya gangguan fisik

atau perasaan tidak

nyaman karena ruang

menjadi berkurang

dengan kedatangan tamu

atau teman

12 17 2

2. Aspek

Behavioral

Meninggalkan tempat

kejadian.

20 1

Page 68: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

53

3.5 Uji Coba Instrumen

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data try out

terpakai. Dengan uji coba terpakai ini aitem-aitem yang sahih akan dipakai dalam

analisis data dan aitem yang gugur akan dihapus dan tidak dimasukan dalam

perhitungan analisis data. Uji coba instrument ini dilakukan terhadap 125 subjek

penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.

Alasan menggunakan try out terpakai antara lain karena waktu yang

terbatas, jumlah unit – unit sampling dalam populasi yang tidak banyak, dan

kelebihan try out terpakai ini adalah dapat diterapkan pada jumlah subjek yang

terbatas, sehingga penulis tidak perlu mengadakan try out terlebih dahulu dan

hasil try out dapat dipakai menjadi data penelitian.

Reaksi yang individu

mengarah pada perilaku

agresi.

4, 19 3 3

Menghindari tatapan

mata.

13 1

Menarik diri dari

interaksi sosial.

18 15, 8 3

3. Aspek

Emosional

Reaksi negatif terhadap

orang lain.

7 14 2

Reaksi yang

berhubungan dengan

perasaan. Mengacu pada

suasana hati.

16, 10 6 3

Jumlah 20

Page 69: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

54

3.5.1 Validitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam

menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas

yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran

mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran

tersebut. Akurat dalam hal ini berarti tepat dan cermat, sehingga apabila tes

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka dikatakan

sebagai pengukuran yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2010: 8)

Validitas pada penelitian ini adalah validitas konstrak. Skala dikatakan

valid jika cocok dengan konstruksi teoritis yang menjadi dasar penyusunnya.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis butir dan dalam proses

komputasinya menggunakan program SPSS 20.0 forWindows dengan rumus

sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑

}

Keterangan :

∑X : Jumlah skor total variabel X

∑X : Jumlah skor total variable Y

∑XY : Jumlah skor-skor setelah X dan Y dikalikan

N : Jumlah individu atau subjek.

Berikut hasil uji coba menggunakan SPSS for Windows versi 20.0 diperoleh

hasil sebagai berikut

a. Skala Tingkat Stres

Berdasarkan hasil uji coba skala tingkat stres yang terdiri dari 30 item

Page 70: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

55

diperoleh hasil 28 item valid dan 2 item dinyatakan tidak valid. Item dinyatakan

valid apabila signifikansi koefisien validitas lebih kecil dari α 0,05 atau taraf

signifikansi 5%. Sebaliknya, apabila signifikansi koefisien validitas lebih besar

dari α 0,05 atau taraf signifikansi 5% maka item dinyatakan tidak valid. Dari hasil

uji coba skala tingkat stres diketahui item yang valid memiliki taraf signifikansi

mulai dari 0,000 sampai dengan 0,002 sedangkan item yang tidak valid memiliki

taraf signifikansi mulai dari 0,57 sampai dengan 0,188.

Item yang tidak valid terdapat pada nomor 18 dan 19. Item yang tidak

valid dapat dikarenakan kemungkinan kalimat tidak dipahami oleh subyek,

kalimat dalam item memiliki makna ganda, item tidak mengungkap aspek yang

hendak diukur bahkan dapat dikarenakan subyek faking good atau faking bad.

Item yang tidak valid dibuang (tidak diperbaiki atau diganti) dikarenakan tiap

aspek telah mewakili apa yang hendak diukur pada variabel tingkat stres. 28 item

yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian. Sebaran item dalam skala tingkat stres dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Coba Skala Tingkat Stres

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah

Fav Unfav

1.

Gejala

Emosional.

Mudah marah atau jengkel. 1 1

Mudah cemas, ditandai

denganrasa khawatir yang

berlebihan.

17 1

Sering kecewa. 8 1

Suasana hati mudah berubah-

ubah.

11 1

Page 71: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

56

Mudah tersinggung. 28 1

Sering gugup dan gelisah. 16 1

Sukar mengambil keputusan. 2 1

Mudah tegang dan takut. 18* 1

2. Gejala

Kognitif

Sulit berkonsentrasi. 9 1

Daya ingat menurun. 3 1

Suka melamun secara berlebihan 10 1

Pikiran hanya dipenuhi satu

pikiran saja.

19* 1

Kemampuan melakukan

pekerjaan yang kompleks

cenderung menurun.

21 1

3. Gejala

Fisik atau

Badan

Mengalami gangguan tidur. 20 1

Adanya gangguan pencernaan. 12 1

Sakit kepala. 26 1

Selera makan berubah – ubah. 4 1

Kehilangan energi. 22 1

Mual dan muntah. 29 1

Tekanan darah tinggi. 5 1

Dada terasa panas dan nyeri. 23 1

Urat bahu dan punggung terasa

sakit.

27 1

Jantung berdebar – debar 6 1

Menutup diri secara berlebihan. 24 13 2

4. Gejala

Sosial

Menarik diri dar pergaulan. 14 30 2

Mudah bertengkar dengan orang

lain.

7 1

Sering mencari kesalahan orang

lain.

15 1

Suka acuh dan mendiamkan

orang lain.

25 1

Jumlah 30

Keterangan : Tanda (*) merupakan item yang tidak valid.

Page 72: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

57

b. Skala Kesesakan

Berdasarkan hasil uji coba skala kesesakan, diperoleh hasil bahwa semua

item yang berjumlah 20 item dinyatakan valid dan memiliki taraf signifikansi

antara 0,000 sampai dengan 0,002. Item dinyatakan valid apabila signifikansi

koefisien validitas lebih kecil dari α 0,05 atautaraf signifikansi 5%. Sebaliknya,

apabila signifikansi koefisien validitas lebih besar dari α 0,05 atautaraf

signifikansi 5% maka item dinyatakan tidak valid.

Semua item dinyatakan valid dapat dikarenakan kemungkinan kalimat –

kalimat yang dipakai mudah dipahami oleh subyek, kalimat dalam item tidak

memiliki makna ganda, item mengungkap aspek yang hendak diukur dan bahkan

dapat dikarenakan bahwa subyek tidak faking good atau faking bad. Dikarenakan

semua jumlah item dinyatakan valid maka semua item akan langsung digunakan

sebagai alat pengumpul data dalam penelitian. Sebaran item dalam skala

kesesakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Skala Kesesakan

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah

Fav Unfav

1. Aspek

Situasional

Banyaknya orang yang

saling berdekatan.

1 1

Adanya hambatan dalam

tujuan atau pekerjaan

karena banyaknya orang

orang disekitar.

9 1

Adanya ruangan yang

sempit dimana ada terlalu

banyak orang didekat

kita.

2 1

Page 73: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

58

Keterangan : Semua item dinyatakan valid.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai

asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut

sebagai pengukuran yang reliabel. Dalam arti lain reliabilitas berarti kepercayaan,

keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya namun gagasan pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya (Azwar 2012: 7). Azwar (2012: 33) menyatakan bahwa secara

Adanya tujuan yang

terhalang oleh

serombongan orang

5 11 2

Adanya gangguan fisik

atau perasaan tidak

nyaman karena ruang

menjadi berkurang

dengan kedatangan tamu

atau teman

12 17 2

2. Aspek

Behavioral

Meninggalkan tempat

kejadian.

20 1

Reaksi individu yang

mengarah pada perilaku

agresi.

4, 19 3 3

Menghindari tatapan

mata.

13 1

Menarik diri dari

interaksi sosial.

18 15, 8 3

3. Aspek

Emosional

Reaksi negatif terhadap

orang lain.

7 14 2

Reaksi yang

berhubungan dengan

perasaan. Mengacu pada

suasana hati.

16, 10 6 3

Jumlah 20

Page 74: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

59

teoritik, besarnya koefisien reliabilitas dapat berada mulai dari angka 0 sampai

dengan 1,00 akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas yang mencapai

angka maksimal 1,00 tidak pernah dijumpai dalam pengukuran psikologi.

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program

komputer SPSS for Windows versi 20.0 dengan teknik analisis Alpha Cronbach

yaitu sebagai berikut :

2

2

11 11 t

b

Vk

kr

Dimana: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b = jumlah varian butir/item

2

tV = varian total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan SPSS for Windows versi

20.0. diperoleh hasil reliabilitas skala tingkat stres dengan koefisien alpha

cronbach sebesar 0, 865 dan skala kesesakan dengan koefisien alpha cronbach

sebesar 0, 862. Berikut tabel reliabilitas pada masing-masing skala:

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Reliabilitas Skala

Skala Cronbach’s Alpha N of Items

Tingkat Stres 0.865 28

Kesesakan 0.862 20

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik korelasi product moment (pearson) dengan menggunakan

program SPSS for Window versi 20.0 dengan rumus sebagai berikut :

Page 75: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

60

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑

}

Keterangan :

∑X : Jumlah skor total variabel X

∑X : Jumlah skor total variable Y

∑XY : Jumlah skor-skor setelah X dan Y dikalikan

N : Jumlah individu atau subjek.

Hasilnya juga akan dibandingkan dengan cara pemberian kriteria yang

sesuai dalam Azwar (2012: 126), sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.7 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik

Interval Skor Kriteria

µ + 1SD ≤ X Tinggi

µ - 1SD ≤ X< µ + 1SD Sedang

X < µ - 1SD Rendah

Keterangan :

µ : Mean teoritis

SD : Standar deviasi

Page 76: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

61

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil

analisis data dan pembahasan mengenai hubungan kesesakan dengan tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Penelitian ini diharapkan akan

memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya

diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan mengenai analisis data

tersebut secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang

telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil

penelitian akan diuraikan sebagai berikut :

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di rumah susun Pekunden

Semarang. Rumah susun Pekunden berada di Kelurahan Pekunden Semarang

yaitu RT 04, 05, dan 06/ RW 01. Lokasi rumah susun ini berada di pusat kota

yaitu belakang Balai Kota Semarang. Data dari Dinas Tata Kota dan Perumahan/

DTKP Kota Semarang menyebutkan bahwa rumah susun Pekunden memiliki luas

3.889 m2 dengan luas bangunan 2.835 m

2. Rumah susun Pekunden dibangun pada

tahun 1990, terdiri dari 5 (lima) blok yaitu A, B, C, D dan E dan terdiri dari 4

Page 77: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

62

(empat) lantai. Jumlah unit hunian sebanyak 92 unit, yang terdiri dari Tipe 27, tipe

38 dan tipe 54. Lantai dasar dipergunakan untuk kios sebanyak 28 unit (blok A

dan E), Pujasera 2 unit, tempat dasaran (16 gerobak kayu dan 16 meja keramik), 4

kios besar (blok B). Rumah susun Pekunden diprioritaskan bagi penduduk/ warga

pemilik rumah yang terkena proyek pembangunan rusun Pekunden, yang sebagian

besar berprofesi sebagai karyawan atau buruh industri. Berdasarkan pengamatan

peneliti, lingkungan di rumah susun terbilang kurang bersih dan kurang rapi, hal

ini terlihat dari tata ruang lingkungan yang kurang baik, seperti banyak barang –

barang yang dibiarkan berserakan di depan rumah, jemuran pakaian yang kurang

tertata, warna cat tembok sebagian besar rumah terkesan kusam. Namun interaksi

antar warga terjalin dengan sangat baik, yang terlihat dari kebiasaan warga di sore

hari yang senang berkumpul atau sekedar berbincang – bincang di halaman depan

rumah mereka.

Subjek dalam penelitian ini adalah penghuni rumah susun Pekunden

Semarang, dengan sampel penelitian berjumlah 159 orang. Dari 159 sampel

penelitian, hanya 125 yang hasilnya dapat diolah lebih lanjut. Sedangkan 34

lainnya tidak terhitung dengan alasan bahwa ada 17 subjek sudah pindah rumah

namun masih tercatat sebagai warga Pekunden, 8 subjek tidak mengisi skala

penelitian dengan benar, 5 skala tidak dikembalikan dan sisanya 4 subjek tidak

bersedia mengisi skala penelitian dengan berbagai alasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

kesesakan dengan tingkat stres. Pertimbangan melakukan penelitian di rumah

susun Pekunden adalah sebagai berikut:

Page 78: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

63

a. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan

penelitian.

b. Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara, diperoleh temuan bahwa

penghuni rumah susun Pekunden merasakan adanya kesesakan dan muncul

gejala – gejala stres selama tinggal di rumah susun.

c. Belum ada penelitian mengenai “hubungan kesesakan dengan tingkat stres” di

rumah susun Pekunden Semarang.

4.1.2 Proses Perijinan

Syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian adalah

mendapatkan ijin dari pihak yang bersangkutan. Pertama sebelum melakukan

studi pendahuluan, pada tanggal 18 Maret 2015 peneliti meminta ijin secara lisan

kepada ketua RT 04, 05 dan 06 RW 01 Pekunden Semarang untuk melakukan

wawancara dengan 3 penghuni rumah susun. Kedua, pada tanggal 1 Oktober 2015

peneliti meminta ijin untuk menyebar skala penelitian pada masing – masing

ketua RT. Proses perijinan dimulai dengan meminta surat pengantar dari jurusan

psikologi Universitas Negeri Semarang. Surat pengantar tersebut kemudian

diserahkan kepada masing – masing ketua RT 04, 05 dan 06 RW 01 Pekunden

Semarang sebagai permohonan ijin untuk melakukan penelitian.

4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah penghuni rumah susun Pekunden Semarang

dengan kriteria yaitu laki – laki dan perempuan usia minimal 17 tahun yang

bertempat tinggal di rumah susun Pekunden dengan minimal jumlah anggota

keluarga 4 orang.

Page 79: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

64

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampling jenuh

adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu 2

minggu yaitu pada tanggal 1 Oktober 2015 hingga 15 Oktober 2015. Pada tanggal

1 Oktober 2015, peneliti mendatangi ketua RT 04 RW 01 rumah susun Pekunden

untuk meminta ijin melakukan penelitian dan pada hari yang sama, peneliti

membagikan 53 skala penelitian. Jumlah sampel di RT 04 RW 01 ada 58 subjek

namun hanya 53 yang dapat ditemui peneliti dikarenakan 5 subjek tersebut sudah

pindah rumah. Keesokan harinya, pada tanggal 2 Oktober 2015 peneliti kembali

ke RT 04 untuk mengambil skala penelitian dan skala yang berhasil terkumpul

sebanyak 53 skala. Di hari yang sama, peneliti menemui ketua RT 05 dan 06

untuk meminta ijin melakukan penelitian. Jumlah sampel di RT 05 ada 52 subjek

sedangkan jumlah sampel di RT 06 ada 49 subjek. Peneliti kemudian hanya dapat

membagikan 85 skala di RT 05 dan RT 06 dikarenakan terdapat 12 subjek yang

sudah pindah rumah dan ada 4 subjek tidak mau mengisi skala. Selang beberapa

hari pada tanggal 7 Oktober 2015, peneliti kembali mendatangi RT 05 dan RT 06

untuk mengambil skala yang telah dibagikan namun hanya terkumpul 28 skala.

Selanjutnya, peneliti kembali lagi pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2015 dan

berhasil mengumpulkan 46 skala. Untuk terakhir kalinya pada tanggal 15 Oktober

Page 80: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

65

2015 peneliti mengumpulkan kembali 6 skala penelitian. Total jumlah skala yang

berhasil dikumpulkan peneliti di rumah susun Pekunden sebanyak 133 skala.

Pengumpulan data memerlukan banyak waktu karena tidak semua

penghuni rumah susun bersedia untuk mengisi skala penelitian di hari yang sama

saat skala tersebut dibagikan. Peneliti perlu beberapa kali mendatangi kembali

penghuni untuk mengambil skala, namun tidak jarang para penghuni belum

mengisi skala tersebut dengan berbagai alasan seperti sibuk kerja. Bahkan

sebagian penghuni merasa enggan dan perlu waktu lama untuk mengisinya. Selain

itu peneliti juga harus menjelaskan petunjuk pengisian skala kepada sejumlah

penghuni karena terdapat beberapa penghuni yang tidak bisa baca tulis bahkan

mengaku belum pernah mengisi skala psikologi.

4.2.2 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan dan skala telah diisi oleh responden

kemudian dilakukan skoring data. Langkah-langkah dalam pelaksanaan skoring

dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi

oleh responden dengan rentang skor satu sampai lima pada skala kesesakan dan

skala tingkat stres dengan memperhatikan sifat aitem favorable (mendukung) dan

unfavorable (tidak mendukung). Skor dari item favorable adalah 5 untuk jawaban

sangat sesuai (SS), 4 untuk sesuai (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak sesuai

(TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Dan sebaliknya skor dari item

unfavorable adalah 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3

untuk netral (N), 4 untuk tidak sesuai (TS), dan 5 untuk sangat tidak sesuai (STS)

Page 81: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

66

Setelah skoring selesai, kemudian dilakukan tabulasi data pada masing-

masing skala, baik skala kesesakan maupun skala tingkat stres. Tabulasi data

kemudian digunakan untuk melakukan olah data yang meliputi uji validitas dan

reliabilitas, uji normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek

penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang

diteliti dan tidak di maksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2012: 126).

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil

penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan

kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode

statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean hipotetik ( mean teoritik )

dan standar deviasi dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta

skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Deskripsi ini dilakukan

untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu dan dalam

penelitian ini permasalahan yang ingin diungkapkan adalah bagaimana hubungan

kesesakan dengan tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang.

4.3.2 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang

Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala tingkat

stres, dimana skala tersebut disusun berdasarkan aspek yang menyusun tingkat

stres. Oleh karena itu, gambaran tingkat stres dapat ditinjau baik secara umum

Page 82: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

67

maupun secara spesifik dari setiap aspeknya. Berikut merupakan gambaran

tingkat stres yang ditinjau secara umum dan spesifik.

a. Gambaran Umum Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang

Gambaran secara umum tingkat stres pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang dapat dilihat dari analisis data dengan perhitungan statistik.

Tingkat stres diukur menggunakan skala tingkat stres yang terdiri dari 28 item

yang valid dengan skor tertinggi lima dan skor terendah satu.

Berikut ini merupakan analisis deskriptif tingkat stres pada penghuni rumah

susun Pekunden Semarang:

Jumlah Item = 28

Skor Tertinggi = 28 x 5 = 140

Skor Terendah = 28 x 1 = 28

Mean Teoritis (µ) =

=

= 84

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 18,6

µ + 1ϭ = 84 + 18, 6 = 102, 6

µ - 1ϭ = 84 – 18,6 = 65,4

Page 83: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

68

Atas dasar rumus – rumus diatas, maka disusun kategorisasi tingkat stres

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kriteria Tingkat Stres

Interval Skor Interval Kriteria

µ + 1ϭ ≤ X 102,6 ≤ X Tinggi

µ - 1ϭ ≤ X< µ + 1ϭ 65,4 ≤ X <102,6 Sedang

X < µ - 1ϭ X <65,4 Rendah

Berdasarkan kategori tersebut maka dapa disimpulkan hasil penelitian

tentang tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang

Interval Skor Kriteria Tingkat Stres

F %

102,6 ≤ X Tinggi 4 3,2 %

65,4 ≤ X <102,6 Sedang 91 72,8 %

X <65,4 Rendah 30 24 %

Berdasarkan keterangan diatas, maka dari tabel dapat diketahui tingkat

stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori

sedang. Berikut adalah grafik tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden

Semarang :

Page 84: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

69

Gambar 4.1 Gambaran Umum Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang

a. Gambaran Spesifik Tingkat Stres pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Tiap Gejala

Tingkat Stres dapat dilihat dari beberapa gejala, yakni gejala emosional, gejala

kognitif, gejala fisik atau badan dan gejala sosial. Gambaran setiap gejala tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Gejala Emosional.

Gambaran tingkat stres berdasarkan gejala emosional dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 7

Skor Tertinggi = 7 x 5 = 35

Skor Terendah = 7 x 1 = 7

Mean Teoritis (µ) =

3,2%

72,8%

24%

Gambaran Umum Tingkat Stres

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 85: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

70

=

= 21

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 4,6

µ + 1ϭ = 21 + 4,6 = 25,6

µ - 1ϭ = 21 – 4,6 = 16,4

Atas dasar rumus – rumus diatas, maka disusun kategorisasi tingkat stres

berdasarkan gejala emosional sebagai berikut :

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Emosional

Interval Skor Kriteria Gejala Emosional

F %

25,6 ≤ X Tinggi 16 12,8 %

16,4 ≤ X < 25,6 Sedang 84 67,2 %

X <16,4 Rendah 25 20 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala emosional

berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram tingkat stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala emosional :

Page 86: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

71

Gambar 4.2 GambaranTingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Gejala Emosional

2) Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Kognitif.

Gambaran tingkat stres berdasarkan gejala kognitif dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 4

Skor Tertinggi = 4 x 5 = 20

Skor Terendah = 4 x 1 = 4

Mean Teoritis (µ) =

=

= 12

Standar Deviasi (ϭ) =

12,8%

67,2%

20%

Gejala Emosional

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 87: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

72

=

= 2,6

µ + 1ϭ = 12 + 2,6 = 14,6

µ - 1ϭ = 12 – 2,6 = 9,4

Atas dasar rumus – rumus diatas, maka disusun kategorisasi tingkat stres

berdasarkan gejala kognitif sebagai berikut :

Tabel 4.4 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Kognitif

Interval Skor Kriteria Gejala Kognitif

F %

14,6 ≤ X Tinggi 14 11,2 %

9,4 ≤ X < 14,6 Sedang 70 56 %

X <9,4 Rendah 41 32,8 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala kognitif

berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram tingkat stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala kognitif :

11,2%

56%

32,8%

Gejala Kognitif

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 88: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

73

Gambar 4.3 GambaranTingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Gejala Kognitif

3) Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Fisik atau Badan.

Gambaran tingkat stres berdasarkan aspek gejala fisik atau badan

dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item = 10

Skor Tertinggi = 10 x 5 = 50

Skor Terendah = 10 x 1 = 10

Mean Teoritis (µ) =

=

= 30

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 6,6

µ + 1ϭ = 30 + 6,6 = 36,6

µ - 1ϭ = 30 – 6,6 = 23,4

Atas dasar rumus – rumus diatas, maka disusun kategorisasi tingkat stres

berdasarkan gejala fisik atau badan sebagai berikut :

Page 89: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

74

Tabel 4.5 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Fisik atau Badan

Interval Skor Kriteria Gejala Fisik atau Badan

F %

36,6 ≤ X Tinggi 7 5,6 %

23,4 ≤ X < 36,6 Sedang 88 70,4 %

X <23,4 Rendah 30 24 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum tingkat

stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala fisik

atau badan berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala fisik atau

badan :

Gambar 4.4 GambaranTingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Gejala Fisik atau Badan

4) Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Sosial.

Gambaran tingkat stres berdasarkan gejala sosial dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 7

Skor Tertinggi = 7 x 5 = 35

5,6%

70,4%

24%

Gejala Fisik atau Badan

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 90: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

75

Skor Terendah = 7 x 1 = 7

Mean Teoritis (µ) =

=

= 21

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 4,6

µ + 1ϭ = 21 + 4,6 = 25,6

µ - 1ϭ = 21 – 4,6 = 16,4

Atas dasar rumus – rumus diatas, maka disusun kategorisasi tingkat stres

berdasarkan gejala sosial sebagai berikut :

Tabel 4.6 Gambaran Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Gejala Sosial

Interval Skor Kriteria Gejala Sosial

F %

25,6 ≤ X Tinggi 6 4,8 %

16,4 ≤ X < 25,6 Sedang 62 49,6 %

X <16,4 Rendah 57 45,6 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala sosial berada

dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram tingkat stres pada penghuni rumah

susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala sosial :

Page 91: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

76

Gambar 4.5 GambaranTingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Gejala Sosial

Penjelasan secara deskriptif tingkat stres pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang sebagaimana dijelaskan di atas dapat disajikan secara singkat

dalam tabel berikut:

Tabel 4.7 Ringkasan Deskriptif

Tingkat Stres Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Gejala Kategori

Tinggi Sedang Rendah

Gejala Emosional 12,8 % 67,2 % 20 %

Gejala Kognitif 11,2 % 56 % 32,8 %

Gejala Fisik atau Badan 5,6 % 70,4 % 24 %

Gejala Sosial 4,8 % 49,6 % 45,6 %

Diagram persentase ringkasan analisis tingkat stres penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berdasarkan tiap gejala dapat dilihat di bawah ini:

4,8%

49,6%

45,6%

Gejala Sosial

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 92: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

77

Gambar 4.6 Ringkasan Deskriptif Tingkat Stres

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tingkat stres

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan gejala – gejala

tingkat stres yaitu gejala emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan

gejala sosial berada dalam kategori sedang.

4.3.3 Gambaran Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Dalam penelitian ini, selain menggunakan skala tingkat stres, peneliti juga

menggunakan skala kesesakan yang disusun berdasarkan aspek – aspek kesesakan

yaitu aspek situasional, aspek behavioral dan aspek emosional. Gambaran

kesesakan dapat ditinjau baik secara umum maupun secara spesifik dari setiap

aspeknya. Berikut merupakan gambaran kesesakan yang ditinjau secara umum

dan spesifik.

b. Gambaran Umum Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang

Gambaran secara umum kesesakan penghuni rumah susun Pekunden

Semarang dapat dilihat dari analisis data dengan perhitungan statistik. Kesesakan

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

GejalaEmosional

GejalaKognitif

GejalaFisik atau

Badan

GejalaSosial

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 93: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

78

diukur menggunakan skala kesesakan yang terdiri dari 20 item yang valid dengan

skor tertinggi lima dan skor terendah satu.

Berikut ini merupakan analisis deskriptif kesesakan penghuni rumah susun

Pekunden Semarang:

Jumlah Item = 20

Skor Tertinggi = 20 x 5 = 100

Skor Terendah = 20 x 1 = 20

Mean Teoritis (µ) =

=

= 60

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 13,3

µ + 1ϭ = 60 + 13,3 = 73,3

µ - 1ϭ = 60 – 13,3 = 46,7

Atas dasar rumus – rumus diatas maka disusun kategorisasi kesesakan

sebagai berikut :

Tabel 4.8 Kriteria Kesesakan

Interval Skor Interval Kriteria

µ + 1ϭ ≤ X 73,3 ≤ X Tinggi

µ - 1ϭ ≤ X< µ + 1ϭ 46,7 ≤ X < 73,3 Sedang

X < µ - 1ϭ X < 46,7 Rendah

Page 94: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

79

Berdasarkan kategorisasi tersebut maka dapat disimpulkan hasil penelitian

tentang kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang sebagai

berikut :

Tabel 4.9 Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang

Interval Skor Kriteria Kesesakan

F %

73,3 ≤ X Tinggi 10 8 %

46,7 ≤ X < 73,3 Sedang 83 66,4 %

X < 46,7 Rendah 32 25,6 %

Berdasarkan keterangan diatas, maka dari tabel dapat diketahui secara

umum kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam

kategori sedang. Berikut adalah grafik kesesakan pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang :

Gambar 4.7 Gambaran Umum Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang

8%

66,4%

25,6%

Gambaran Umum Kesesakan

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 95: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

80

c. Gambaran Spesifik Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Tiap Aspek

Kesesakan dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni dari aspek situasional,

aspek behavioral dan aspek emosional. Gambaran setiap aspek tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Situasional.

Gambaran kesesakan berdasarkan aspek situasional dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 7

Skor Tertinggi = 7 x 5 = 35

Skor Terendah = 7 x 1 = 7

Mean Teoritis (µ) =

=

= 21

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 4,6

µ + 1ϭ = 21 + 4,6 = 25,6

µ - 1ϭ = 21 – 4,6 = 16,4

Page 96: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

81

Atas dasar rumus – rumus diatas maka disusun kategorisasi kesesakan

berdasarkan aspek situasional sebagai berikut :

Tabel 4.10 Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Aspek Situasional

Interval Skor Kriteria Aspek Situasional

F %

25,6 ≤ X Tinggi 15 12 %

16,4 ≤ X < 25,6 Sedang 76 60,8 %

X <16,4 Rendah 34 27,2 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum

kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek

situasional berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram kesesakan pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek situasional:

Gambar 4.8 GambaranKesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Aspek Situasional

12%

60,8%

27,2%

Aspek Situasional

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 97: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

82

2) Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Behavioral.

Gambaran kesesakan berdasarkan aspek behavioral dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 8

Skor Tertinggi = 8 x 5 = 40

Skor Terendah = 8 x 1 = 8

Mean Teoritis (µ) =

=

= 24

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 5,3

µ + 1ϭ = 24 + 5,3 = 29,3

µ - 1ϭ = 24 – 5,3 = 18,7

Atas dasar rumus – rumus diatas maka disusun kategorisasi kesesakan

berdasarkan aspek behavioral sebagai berikut :

Page 98: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

83

Tabel 4.11 Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Aspek Behavioral

Interval Skor Kriteria Aspek Behavioral

F %

29,3 ≤ X Tinggi 10 8 %

18,7 ≤ X < 29,3 Sedang 83 66,4 %

X <18,7 Rendah 32 25,6 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum

kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek

behavioral berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagramkesesakan pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek behavioral:

Gambar 4.9 GambaranKesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Aspek Situasional

3) Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan Aspek Emosional.

Gambaran kesesakan berdasarkan aspek emosional dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah Item = 5

8%

66,4%

25,6%

Aspek Behavioral

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 99: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

84

Skor Tertinggi = 5 x 5 = 25

Skor Terendah = 5 x 1 = 5

Mean Teoritis (µ) =

=

= 15

Standar Deviasi (ϭ) =

=

= 3,3

µ + 1ϭ = 15 + 3,3 = 18,3

µ - 1ϭ = 15 – 3,3 = 11,7

Atas dasar rumus – rumus diatas maka disusun kategorisasi kesesakan

berdasarkan aspek emosional sebagai berikut :

Tabel 4.12 Gambaran Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang Berdasarkan Aspek Emosional

Interval Skor Kriteria Aspek Emosional

F %

18,3 ≤ X Tinggi 13 10,4 %

11,7 ≤ X < 18,3 Sedang 80 64 %

X <11,7 Rendah 32 25,6 %

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa secara umum

kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek

Page 100: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

85

emosional berada dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram kesesakan pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek emosional:

Gambar 4.10 GambaranKesesakan Pada Penghuni Rumah Susun

Pekunden Semarang Berdasarkan Aspek Emosional

Penjelasan secara deskriptif kesesakan pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang sebagaimana dijelaskan di atas dapat disajikan secara singkat

dalam tabel berikut:

Tabel 4.13 Ringkasan Deskriptif

Kesesakan Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Aspek Kategori

Tinggi Sedang Rendah

Aspek Situasional 12 % 60,8 % 27,2 %

Aspek Behavioral 8 % 66,4 % 25,6 %

Aspek Emosional 10,4 % 64 % 25,6 %

Diagram persentase ringkasan analisis kesesakan pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berdasarkan tiap aspek dapat dilihat di bawah ini:

10,4%

64%

25,6%

Aspek Emosional

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 101: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

86

Gambar 4.11Ringkasan Deskriptif Kesesakan

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa kesesakan

pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berdasarkan aspek – aspek

kesesakan yaitu aspek situasional, aspek behavioral, dan aspek emosional berada

dalam kategori sedang.

4.4 Hasil Uji Asumsi

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan sebelum uji

hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik One-Sample

Kolomogorov-Smirnov Test dilakukan dengan SPSS Versi 20.0 for Windows.

Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut:

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

AspekSituasional

AspekBehavioral

AspekEmosional

Tinggi

Sedang

Rendah

Page 102: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

87

Tabel 4.14 Uji Normalitas

Tabel hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa sebaran data pada

skala kesesakan dan tingkat stres berdistribusi normal. Pada skala kesesakan

diperoleh nilai mean sebesar 55,47 dengan nilai signifikansi 0, 647 (p > 0,05)

maka sebaran dinyatakan normal. Pada uji normalitas terhadap skala tingkat stres

diperoleh nilai mean sebesar 74,85 dengan nilai signifikansi sebesar 0,401 (p >

0,05 signifikan) maka sebaran data dinyatakan normal.

4.4.2 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakan pola sebaran variabel X dan

Variabel Y membentuk garis linear atau tidak. Untuk menguji linearitas tersebut,

digunakan SPSS Versi 20.0 for Windows. Untuk mengetahui linear atau tidak

sebaran adalah dengan melihat jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan linear dan

jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linear. Hasil uji linearitas dapat

dilihat dalam tebel berikut ini:

Page 103: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

88

Tabel 4.15 Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Stres * Kesesakan

Between Groups

Within Groups Total (Combined) Linearity

Deviation from

Linearity

Sum of Squares

19836,737 12940,629 6896,108 7505,375 27342,112

Df 43 1 42 81 124

Mean Square

461,319 12940,629 164,193 92,659

F 4,979 139,659 1,772

Sig. ,000 ,000 ,014

Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan diperoleh F sebesar 139,659

dengan p = 0,000. Oleh karena p < 0,05, maka pola hubungan variabel kesesakan

dengan tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang dapat

dinyatakan linear.

4.4.3 Uji Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesesakan

dengan tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Dalam

perhitungannya penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS Versi 20.0 for

Windows.

Page 104: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

89

Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis

Variabel Kesesakan dan Tingkat Stres

Correlations

Kesesakan Stres

Kesesakan Pearson Correlation

1 ,688**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125 125

Stres Pearson Correlation

,688** 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 125 125

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tebel di atas, diketahui bahwa koefisien korelasi kesesakan

dengan tingkat stres pada penghuni rumah susun sebesar 0,688 dengan taraf

signifikansi p = 0,000 dimana p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis

yang berbunyi “ ada hubungan antara kesesakan dengan tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang” diterima. Nilai koefisien korelasi

positif, menunjukkan hubungan yang terjadi adalah hubungan positif. Kenaikan

suatu variabel akan diikuti dengan kenaikan variabel lain. Artinya, semakin tinggi

kesesakannya maka akan semakin tinggi pula tingkat stres pada penghuni rumah

susun Pekunden Semarang.

4.5 Pembahasan

Pembahasan yang akan dipaparkan peneliti berisi dua bagian, yaitu

pembahasan mengenai hasil analisis deskriptif dan hasil analisis inferensial.

Berikut ini pembahasan yang akan dijelaskan oleh peneliti:

Page 105: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

90

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Kesesakan dan Tingkat Stres Pada

Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang.

1) Analisis Deskriptif Tingkat Stres Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang

Tingkat Stres adalah tingkatan reaksi individu yang berasal dari tekanan

emosional dan kekurangmampuan invidu untuk menyesuaikan diri yang

disebabkan karena adanya persepsi ketakutan dan kecemasan sehingga dapat

merusak keadaan fisiologis serta menganggu keseimbangan hidup bagi individu.

Anoraga, dkk (2010: 10) merumuskan stres sebagai reaksi dari tekanan emosional,

juga rangsangan – rangsangan yang merusak keadaan fisiologis individu. Tingkat

stres yang dialami seseorang dapat ringan, sedang dan berat. Hal ini sering

disebabkan oleh perbedaan masing – masing sumber stres pada setiap orang.

Secara rinci tingkat stres penghuni rumah susun Pekunden Semarang

digambarkan dalam 4 (empat) gejala stres yaitu gejala emosional, gejala kognitif,

gejala fisik atau badan dan gejala sosial. Gejala emosional ditunjukkan dengan

indikator seperti mudah marah atau jengkel, mudah cemas yang ditandai rasa

khawatir yang berlebihan, sering kecewa, suasana hati mudah berubah – ubah,

mudah tersinggung, sering gugup dan gelisah, sukar mengambil keputusan dan

mudah tegang dan takut. Dilihat dari gejala emosional, hasil penelitian

menyebutkan bahwa tingkat stres sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden

Semarang yaitu sebanyak 84 orang penghuni rumah susun Pekunden Semarang

berada dalam kategori sedang. Hal ini berarti meskipun terkadang penghuni

rumah susun Pekunden Semarang mengalami stres, namun hal ini tidak akan

Page 106: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

91

mengganggu penghuni secara emosional. Meskipun dihadapkan dengan stres

namun emosional mereka tidak terganggu. Mereka dapat mengendalikan

emosinya dengan baik seperti tidak mudah marah, suasana hati cenderung stabil,

tidak mudah tersinggung dan lain sebagainya.

Gejala lain yang diungkap adalah gejala kognitif. Gejala kognitif

ditunjukkan dengan indikator sulit berkonsentrasi, daya ingat menurun, suka

melamun secara berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja bahkan

kemampuan untuk melakukan pekerjaan kompleks cenderung menurun. Hasil

penelitian menyatakan bahwa secara umum dilihat dari aspek gejala kognitif

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Hal ini

membuktikan bahwa sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden Semarang

tidak menunjukkan indikator gejala – gejala kognitif.

Gejala yang diungkap selanjutnya adalah gejala fisik atau badan. Gejala

fisik atau badan ditandai dengan adanya gangguan tidur, gangguan pencernaan,

sakit kepala, selera makan berubah – ubah, tekanan darah tinggi, dada terasa panas

atau nyeri, urat bahu dan punggung terasa sakit dan jantung berdebar – debar.

Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan gejala – gejala sebelumnya, yaitu

secara umum ditinjau dari gejala fisik atau badan penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 88 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa secara fisik sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden

Semarang tidak terganggu. Sebanyak 88 orang tidak mengalami gangguan tidur,

gangguan pencernaan, sakit kepala, tekanan darah tinggi dan gejala fisik lainnya.

Page 107: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

92

Gejala yang diungkap terakhir adalah gejala sosial. Gejala sosial

ditunjukkan dengan indikator perilaku seperti menutup diri secara berlebihan,

menarik diri dari pergaulan, mudah bertengkar dengan orang lain, sering mencari

kesalahan orang lain dan suka acuh dan mendiamkan orang lain. Berdasarkan

hasil penelitian, secara umum tingkat stres penghuni rumah susun Pekunden

Semarang ditinjau dari gejala sosial berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak

62 orang. Sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden Semarang tidak

menunjukkan indikator dari gejala sosial. Malah sebaliknya, penghuni rumah

susun Pekunden Semarang menunjukkan indikator mudah bergaul, membuka diri

dengan lingkungan, mudah bergaul bahkan jarang bertengkar dengan tetangga.

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Hasil

ini jauh berbeda dengan fenomena yang peneliti angkat. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara diperkirakan bahwa tingkat stres

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori tinggi, namun

hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan tingkat stres penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Tingkat stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang kemungkinan

dapat disebabkan disaat penelitian berlangsung, subjek penelitian sedang tidak

mengalami stres yang tinggi, karena stres itu bersifat temporer yaitu hanya

berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan sesudah terjadi (stres) individu

dapat berfungsi secara optimal kembali (Handoyo dalam Mumtahinnah, 2005:

12).

Page 108: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

93

Gejala yang paling tinggi yang berada dalam kategori sedang adalah gejala

fisik atau badan. Hal ini dapat kemungkinan dapat disebabkan sumber – sumber

utama penyebab stres penghunui rumah susun Pekunden Semarang bukan berasal

dari dalam lingkungan melainkan dari diri individu itu sendiri. Sedangkan

Anoraga (2006: 109) menyebutkan selain perubahan dalam lingkungan, faktor

utama yang berkaitan langsung dengan stres adalah diri manusia sendiri. Dalam

hubungannya dengan gangguan badan dikatakan bahwa stres mempengaruhi otak,

yang kemudian melalui sistem neurohumoral menyebabkan gejala – gejala

badaniah yang dipengaruhi oleh hormon (adreanalin) dan sistem saraf otonom.

Adrenalin yang meningkat menimbulkan kadar asam dan lemak bebas dan

selanjutnya terjadi kenaikan tekanan darah, denyut jantung yang bertambah dan

keduanya mengakibatkan gangguan pada kerja jantung mudah menimbulkan

kematian mendadak (serangan jantung).

Sarafino (dalam Smet, 1994: 115) menyebutkan bahwa tingkatan stres

yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu, stres juga

muncul melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan. Reaksi

terhadap stres bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan dari waktu ke

waktu pada orang yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh variabel dalam

kondisi individu itu sendiri seperti umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,

temperamen, faktor – faktor genetik, dll bahkan karakteristik kepribadian

introvert-ektrovert, tipe kepribadian bahkan kekebalan dan ketahanan. Kekebalan

dan ketahanan erat kaitannya dengan adanya perasaan mampu menghadapi stres

tiap orang berbeda – beda. Perasaan mampu diartikan kepercayaan seseorang atau

Page 109: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

94

kemampuannya menanggulangi situasi penuh stres merupakan faktor utama dalam

menentukan kerasnya tingkat stres (Atkinson dkk, 2010: 231). Tidak semua

penghuni rumah susun Pekunden Semarang memilki kemampuan untuk

menanggulangi situasi penuh stres. Misalnya sebagian penghuni menganggap

bahwa tinggal di lingkungan rumah susun merupakan sebuah stressor, namun

disisi lain banyak penghuni yang tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu

gangguan.

Kemungkinan sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden Semarang

sudah terbiasa tinggal di lingkungan rumah susun dengan kondisi yang sesak dan

sudah mempunyai toleransi terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Mereka tidak

menganggap lingkungannya sebagai stressor. Justru dengan mereka tinggal di

rumah susun membuat hubungan mereka dengan tetangga menjadi lebih akrab.

Sears (2007: 231) mengungkapkan bahwa kadang – kadang banyak orang

terasa menyenangkan tetapi biasanya kehadiran mereka memperkuat situasi sosial.

Dengan kata lain, situasi yang pada dasarnya positif akan menjadi semakin positif

bila kepadatan meningkat. Dengan adanya interaksi yang intens dengan

lingkungan sekitar maka akan tercipta sebuah “dukungan masyarakat”. Atkinson

dkk (2010: 232) menyatakan bahwa dukungan masyarakat adalah dukungan

emosional dan adanya perhatian orang lain yang dapat membuat orang tahan

menghadapi stres. Studi – studi menunjukkan bahwa orang – orang dengan

banyak hubungan kemasyarakatan (perkawinan, kawan dekat dan kerabat,

keanggotaan keagamaan dan perkumpulan kelompok lainnya) cenderung dapat

hidup lebih lama dan lebih sedikit menjadi mangsa penyakit yang berkaitan

Page 110: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

95

dengan stres dibandingkan dengan orang – orang yang mempunyai sedikit

dukungan kemasyarakatan (Cobb & Antonovsky dalam Atkinson dkk, 2010: 232).

Selain hal – hal diatas, tingkat stres penghuni rumah susun Pekunden

Semarang berada dalam kategori sedang dimungkinkan dapat disebabkan karena

studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti hanya dengan menggunakan

wawancara. Peneliti hanya melakukan wawancara dengan 3 (tiga) penghuni

rumah susun sehingga hasil yang didapatkan kurang menggambarkan keadaan

subjek penelitian yang sebenarnya. Mungkin saja, pada saat studi pendahuluan

subjek merasakan gejala – gejala stres, namun pada dasarnya stres bersifat

temporer atau sementara sehingga pada saat penelitian dilakukan gejala – gejala

stres tersebut dapat semakin berkurang.

2) Analisis Deskriptif Kesesakan Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden

Semarang

Kesesakan adalah perasaan subjektif yang dialami oleh seseorang dalam

merespon situasi kepadatan karena sempitnya ruang yang tersedia dan perasaan

ini dapat diekspresikan dengan rasa senang maupun tidak senang. Kesesakan ini

akan terjadi apabila terdapat hambatan tertentu dalam usaha interaksi sosial dan

usaha pencapaian tujuan yaitu ketika individu menerima stimulus yang terus

menerus dan tidak mampu untuk mengontrolnya dan mengalami hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan personalnya.

Kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang digambarkan

dalam 3 (tiga) aspek. Aspek pertama adalah aspek situasional. Indikator yang

digunakan untuk mengungkap aspek situasional adalah banyaknya orang yang

Page 111: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

96

saling berdekatan, adanya hambatan dalam tujuan atau pekerjaan karena

banyaknya orang disekitar, adanya ruangan yang sempit dimana ada terlalu

banyak orang didekat kita, adanya tujuan yang terhalang oleh serombongan orang

dan adanya gangguan fisik atau perasaan tidak nyaman karena ruang menjadi

berkurang dengan kedatangan tamu atau teman.

Ditinjau dari aspek situasional, secara umum kesesakan pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang, yaitu sebanyak

76 orang. Hal ini menunjukkan sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden

Semarang dapat melakukan pekerjaan mereka dan tanpa adanya hambatan dan

gangguan fisik, meski banyak orang disekitar mereka yang mungkin bisa

menghambat pekerjaan atau tujuan. Namun adanya banyak orang disekitar mereka

tidak dapat menjadi penghalang untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan.

Aspek kedua adalah aspek behavioral. Indikator yang digunakan untuk

mengungkap aspek behavioral adalah meninggalkan tempat kejadian, reaksi

individu yang mengarah pada perilaku agresi, menghindari tatapan mata dan

menarik diri dari interaksi sosial. Ditinjau dari aspek behavioral, secara umum

kesesakan pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam

kategori sedang, yaitu sebanyak 83 orang. Reaksi negatif yang dimunculkan oleh

penghuni rumah susun Pekunden Semarang terhadap kondisi lingkungan mereka

yang sesak berada dalam kategori sedang. Artinya secara umum penghuni rumah

susun Pekunden Semarang tidak memberikan reaksi perilaku yang negatif seperti

menarik diri dari interaksi sosial. Mereka tidak menanggapi kondisi lingkungan

Page 112: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

97

mereka yang sesak dengan perilaku yang negatif, justru mereka nyaman dengan

kondisi lingkungannya yang padat dan sesak.

Aspek ketiga adalah aspek emosional. Indikator yang digunakan untuk

mengungkap aspek emosional adalah reaksi negatif terhadap orang lain dan reaksi

yang berhubungan dengan perasaan yang mengacu pada suasana hati. Ditinjau

dari aspek emosional, secara umum kesesakan pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 80 orang. Hal

ini menunjukkan bahwa penghuni rumah susun Pekunden Semarang mampu

mengendalikan emosi yang mereka miliki. Lingkungan yang padat justru

membuat mereka terganggu secara emosi.

Berdasarkan hasil penelitian, jika ditinjau secara umum kesesakan pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Hasil

yang didapatkan berbeda dengan fenomena yang peneliti angkat. Berdasarkan

studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara diperkirakan bahwa

penghuni rumah susun Pekunden Semarang mempunyai tingkat kesesakan yang

tinggi, namun hasil penelitian menunjukkan kesesakan penghuni rumah susun

Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Artinya sebagian besar

penghuni rumah susun Pekunden Semarang tidak begitu merasakan kesesakan di

lingkungan mereka tinggal. Kondisi lingkungan yang sesak ternyata tidak menjadi

hambatan dan gangguan mereka dalam melakukan aktivitas. Malah sebaliknya,

sebagian besar penghuni rumah susun Pekunden Semarang merasa nyaman

dengan tempat tinggal mereka.

Page 113: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

98

Aspek yang paling tinggi yang berada dalam kategori sedang adalah aspek

emosional. Aspek emosional erat kaitannya dengan perasaan seseorang dan

biasanya bersifat negatif yang mengacu pada suasana hati biasanya suasana hati

yang buruk (Gifford, 1987: 167). Aspek situasional dan behavioral mempunyai

skor yang lebih rendah jika dibandingkan dengan aspek emosional. Hal ini berarti

penghuni rumah susun Pekunden Semarang faktor situasional yaitu banyaknya

orang disekitar mereka tidak menjadi penghalang untuk melakukan aktivitas atau

pekerjaan dan tidak memberikan reaksi perilaku yang negatif.

Baum dan Fisher (dalam Bell, 1976: 215) mengungkapkan bahwa individu

– individu yang tinggal di wilayah kepadatan tinggi akan mengendalikan diri agar

mereka dapat mengurangi rasa sesak dan pengaruh – pengaruh negatif dari

lingkungan. Adanya pengendalian diri ini membuat para penghuni menjadi

terbiasa dengan situasi lingkungannya yang padat.

Penghuni rumah susun Pekunden Semarang dapat melakukan aktivitas

dengan baik dan merasa nyaman tanpa adanya gangguan dan hambatan akibat

kesesakan di lingkungan tempat mereka tinggal. Rasa nyaman dapat timbul

karena adanya proses adaptasi yang mereka lakukan. Iskandar (2012: 46)

menyatakan bahwa adaptasi adalah suatu pergeseran kuantitatif dalam

memberikan penilaian atau respon afeksi sepanjang stimulus yang menerpa

dirinya secara terus menerus. Adaptasi erat kaitannya dengan proses penyesuaian

diri dengan lingkungan. Para penghuni sudah cukup lama tinggal di lingkungan

rumah susun, bahkan sebagian ada yang sudah tinggal di rumah susun sejak lahir.

Hal tersebut tentunya menjadikan para penghuni sudah harus beradaptasi dengan

Page 114: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

99

lingkungan rumah susun dalam jangka waktu yang sangat lama. Akibatnya

sekarang mereka sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan rumahnya yang padat

dan sesak.

Selain hal diatas, kondisi sosial rumah susun Pekunden Semarang juga

mempengaruhi. Kondisi sosial dapat mempengaruhi apakah seseorang merasakan

kesesakan atau tidak. Fisher dalam (Bell, 1976: 215) menyatakan bahwa apabila

kita berada di sekitar orang – orang yang kita kenal maka kita tidak akan merasa

sesak, tetapi sebaliknya apabila kita berada diantara orang - orang dimana kita

tidak mengenalnya maka akan timbul sesak pada diri kita. Hasil temuan Evans

(2007: 1) yang meneliti tentang kesesakan dan personal space pada 139

penumpang kereta api komuter, menemukan bahwa duduk terlalu dekat dengan

penumpang lain dalam suasana yang sesak dan padat secara signifikan memicu

timbulnya tiga indikasi stres. Tempat duduk yang padat dan sesak dengan

gangguan dari orang – orang asing lebih memicu timbulnya stres daripada

diantara orang – orang dengan hubungan interpersonal yang positif (Evan, 2007:

3).

Jarak rumah yang berdekatan di rumah susun Pekunden Semarang

membuat para penghuni saling kenal dan menumbuhkan rasa kekeluargaan

diantara mereka. Berdasarkan observasi penulis, interaksi antar warga terjalin

dengan sangat baik, yang terlihat dari kebiasaan warga di sore hari yang senang

berkumpul dan berbincang – bincang di halaman depan rumah mereka. Meskipun

bukan saudara tetapi jarak rumah yang berdekatan membuat sesama penghuni

menjadi seperti keluarga. Mereka tidak lagi menganggap tetangganya sebagai

Page 115: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

100

orang lain. Hubungan di lingkungan sosial menjadi lebih akrab dan interaksi

sosial menjadi intens, akibatnya para penghuni sudah tidak lagi merasakan

kesesakan.

Epstein dalam Sears (2007: 234) menyatakan bahwa pengaruh negatif dari

kepadatan tempat tinggal tidak akan terjadi bila penghuni mempunyai sikap

kooperatif dan tingkat kendali tertentu. Dijelaskan oleh Eipstein bahwa sebuah

keluarga tidak banyak mengalami kesesakan rumah, mungkin karena mereka

mampu mengendalikan rumah mereka dan mempunyai pola interaksi yang dapat

meminimalkan timbulnya masalah tempat tinggal berkepadatan tinggi dan

sebaliknya apabila kurang mampu mengendalikan lingkungan dan hanya memiliki

sedikit motivasi untuk bekerja sama menunjukkan pengaruh negatif tempat

tinggal berkepadatan tinggi.

Selain faktor diatas, perbedaan jenis kelamin subjek penelitian juga dapat

mempengaruhi kesesakan. Karena sebagian besar subjek dalam penelitian ini

adalah wanita, maka sangat memungkinkan kesesakan pada penghuni rumah

susun Pekunden Semarang berada dalam kategori sedang. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pria lebih banyak dipengaruhi oleh kepadatan tinggi

dibandingkan wanita (Sears, 2007: 237). Dalam penelitian Freedman dkk

disimpulkan bahwa pria cenderung memberikan respon yang lebih kompetitif dan

hukuman yang lebih berat dalam kondisi kepadatan. Dan sebaliknya wanita

kurang kompetitif dan memberikan hukuman yang lebih ringan dalam kondisi

kepadatan tinggi. Penelitian lain juga menyimpulkan adanya perbedaan jenis

kelamin dalam respon terhadap kesesakan, tetapi pengaruhnya sama sekali tidak

Page 116: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

101

konsisten. Stokols dkk dalam (Sears, 2007: 238) menyatakan sebagian besar

penelitian menunjukkan pria lebih peka terhadap kepadatan dibandingkan wanita

dan pria cenderung memberikan respon yang lebih negatif.

4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Kesesakan dengan Tingkat Stres

Pada Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, hipotesis penelitian yang

berbunyi “Ada korelasi positif antara kesesakan dengan tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang” dinyatakan diterima dengan

koefisien korelasi sebesar 0,688. Angka tersebut mengandung arti bahwa

kesesakan memberikan sumbangan efektif sebesar 68,80 % terhadap tingkat stres.

Kondisi ini mengindikasikan tingkat konsistensi tingkat stres dapat diprediksi

sebesar 68,8 % oleh kesesakan, sedangkan 31,20% ditentukan oleh faktor-faktor

lain yang diungkapkan dalam penelitian ini, seperti variabel dalam kondisi

individu, karakteristik kepribadian, variabel sosial – kognitif, strategi coping,

hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, dan integrasi

dalam jaringan sosial

Nilai signifikansi pada penelitian ini adalah positif, yang berarti bahwa ada

hubungan positif yang signifikan antara kesesakan dengan tingkat stres. Dalam

hal ini, semakin tinggi kesesakan maka semakin tinggi pula tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian, salah satu hal yang dapat memunculkan

tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang adalah kesesakan.

Kesesakan dipandang sebagai pemicu timbulnya tingkat stres psikologis pada

Page 117: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

102

penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Kesesakan mempunyai pengaruh

yang lebih besar terhadap orang – orang yang tinggal di lingkungan yang padat

penduduk seperti di rumah susun. Kepadatan tinggi merupakan stressor

lingkungan pemicu timbulnya stres. Hasil beberapa penelitian telah menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara kesesakan dengan tingkat stres. Salah satunya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Tripathi (dalam Hermawan, 2014: 3) yang

meneliti tentang pengaruh high density pada crowding stress dan interpersonal

attraction. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepadatan yang tinggi (high

density) berasosiasi dengan semakin besarnya crowding stress dan semakin kecil

interpersonal attraction daripada dalam situasi dengan kepadatan yang rendah

(low-density).

Penelitian yang dilakukan Karlin dkk dalam Sears (2007: 234)

membandingkan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar dengan

mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar, semuanya dalam kamar yang

dirancang untuk dua orang. Mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar

melaporkan adanya stres dan kekecewaan yang secara signifikan lebih besar

dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar.

D’Atri (dalam Sears, 2007: 234) mengungkapkan penelitian yang

dilakukan terhadap penghuni penjara juga memberikan bukti tentang pengaruh

kepadatan tempat tinggal. Tahanan yang ditempatkan seorang diri di dalam sel

ternyata memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan tahanan yang

tinggal di dalam sel bertipe asrama.

Page 118: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

103

Hasil yang serupa diungkapkan oleh Rini (2006: 1) dalam penelitiannya

tentang kesesakan dan stres yang meneliti mengenai hubungan antara kesesakan

dengan tingkat stres. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara kesesakan dengan stres pada penduduk musiman.

Penelitian serupa dilakukan oleh Haryanto (1996: 1) yang menghasilkan temuan

yang sama yaitu ada hubungan positif antara kepadatan dan kesesakan dengan

stres pada remaja di pemukiman padat. Kepadatan dan kesesakan memberikan

sumbangan secara bersama – sama terhadap stres sebesar 17%.

Wrightman dan Deaux dalam Dewi (2008: 10) menyatakan bahwa stres

dan segala bentuk macam gangguan psikis lainnya dapat disebabkan oleh suasana

yang padat sesak, sehingga kondisi psikologis yang negatif mudah timbul.Tinggal

dalam lingkungan sempit dengan tata ruang yang tidak teratur dan berpenghuni

padat seperti di rumah susun dapat membuat perasaan seseorang menjadi tidak

nyaman sehingga dapat membuat seseorang mengalami stres. Hal ini dikarenakan

mereka yang tinggal di kawasan tersebut memiliki penilaian yang negatif terhadap

lingkungan tempat mereka tinggal padat dan sesak (Hermawan, 2014: 2).

Rumah susun merupakan tempat hunian yang jumlah penghuninya relatif

banyak dan ukuran ruang yang relatif sempit. Berdasarkan studi pendahuluan,

diketahui bahwa terdapat beberapa rumah susun Pekunden Semarang yang terlalu

sesak. Selain itu kondisi lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana juga

relatif kurang. Akibatnya terjadinya penurrunan kualitas secara terus menerus dan

pada akhirnya membuat para penghuni rumah susun Pekunden Semarang menjadi

Page 119: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

104

tidak nyaman. Bukan saja mengganggu secara fisik, tetapi juga ikut

mempengaruhi keadaan psikis para penghuni rumah susun.

Kepadatan tinggi merupakan stresor lingkungan yang menyebabkan stres.

Iskandar (dalam Hermawan, 2014: 3) mengatakan bahwa seseorang yang menilai

kepadatan sebagai hal negatif, akan dirasakan sebagai hal yang tidak nyaman dan

dengan munculnya perasaan negatif akibat kepadatan yang tidak membuat rasa

nyaman, akan meningkatkan denyut jantung. Meningkatnya denyut jantung

merupakan salah satu respon terhadap stres (stress responses) yang dapat menjadi

indikator seseorang mengalami stres.

Berdasarkan hasil penelitian, penghuni rumah susun Pekunden Semarang

mengindikasikan dirinya mengalami stres yang diakibatkan oleh kesesakan.

Mereka menjadi mudah marah, jengkel atau kesal ketika banyak orang

disekitarnya, mudah cemas, mudah tersinggung, sering gugup bahkan mudah

tegang dan takut. Selain itu, penghuni disana sering mengalami masalah tidur

yang merupakan gejala fisik dari stres. Tidak jarang ada pula yang menarik diri

dari pergaulan dan mudah bertengkar dengan tetangga. Kondisi lingkungan di

rumah susun Pekunden Semarang cukup padat dan sesak dan dinilai sebagai

stresor atau stimulus lingkungan yang dapat menyebabkan stres pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang

Tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang dalam

kategori sedang atau cukup. Adapun gejala stres yang paling nampak

mengindikasikan tingkatan stres dalam kategori sedang adalah gejala fisik atau

badan dengan indikator seperti adanya gangguan tidur, sakit kepala, selera makan

Page 120: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

105

berubah – ubah, mual dan muntah, adanya tekanan darah tinggi bahkan jantung

berdebar – debar. Munculnya gejala stres terjadi bila individu tidak dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya sehingga individu akan merasa

tertekan dan terganggu secara fisik dan psikis.

Hal ini dijelaskan Baum (dalam Dewi, 2008: 11 ) mengatakan bahwa

peristiwa atau tekanan yang berasal dari lingkungan yang mengancam keberadaan

individu dapat menyebabkan stres. Tinggal dalam lingkungan sempit dengan tata

ruang yang tidak teratur dan berpenghuni padat dapat membuat perasaan

seseorang menjadi tidak nyaman sehingga dapat membuat seseorang mengalami

stres.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ada korelasi positif antara

kesesakan dengan tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden Semarang.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang disebabkan antara lain sebagai

berikut:

a. Studi pendahuluan dilakukan hanya dengan wawancara dengan tiga orang

penghuni rumah susun sehingga jumlah maksimal dan minimal anggota

keluarga di tiap rumah tidak terwakili dalam studi pendahuluan. Hasil studi

pendahuluan kurang menggambarkan keadaan sebenarnya dari seluruh

penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Hal ini mengakibatkan hasil

penelitian tidak sama dengan fenomena awal.

Page 121: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

106

b. Pengumpulan data memerlukan banyak waktu karena tidak semua penghuni

rumah susun bersedia untuk mengisi skala penelitian di hari yang sama saat

skala tersebut dibagikan.

c. Generalisasi dari hasil penelitian ini hanya terbatas pada populasi tempat

penelitian yaitu rumah susun Pekunden Semarang sehingga hasil penelitian

tidak dapat diterapkan dalam ruang lingkup yang lebih luas dengan jumlah

sampel penelitian yang lebih banyak dan dengan karakteristik yang berbeda.

Page 122: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

107

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan, antara lain:

1. Gambaran umum tingkat stres pada penghuni rumah susun Pekunden

Semarang berada dalam kategori sedang. Sedangkan kesesakan pada penghuni

rumah susun Pekunden Semarang juga berada dalam kategori sedang

2. Terdapat hubungan positif antara kesesakan dengan tingkat stres pada

penghuni rumah susun Pekunden Semarang. Dalam hal ini, semakin tinggi

kesesakan maka semakin tinggi pula tingkat stres pada penghuni rumah susun

Pekunden Semarang”.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, analisis data, dan kesimpulan,

maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Penghuni Rumah Susun Pekunden Semarang

Bagi para penghuni rumah susun Pekunden Semarang disarankan untuk dapat

mencoba menerima segala kondisi yang ada sehingga dengan mudah dapat

beradaptasi dengan lingkungan sehingga kesesakan yang dirasakan dapat

ditekan serendah mungkin. Selain itu diharapkan untuk para penghuni rumah

susun untuk lebih meningkatkan interaksi sosial antar penghuni sehingga

terbentuk rasa nyaman selama tinggal di rumah susun.

Page 123: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

108

2. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah disarankan untuk membatasi jumlah penghuni di tiap – tiap

tipe dan dalam pembangunan rumah susun yang selanjutnya diharapkan

untuk memperhitungkan batas toleransi kesesakan maksimal yang dapat

diterima seseorang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti maupun mengembangkan

penelitian serupa mengenai tingkat stres dan kesesesakan, diharapkan untuk

memperluas ruang lingkup, misalnya dengan memperluas populasi atau

menambah variabel-variabel lain, sehingga hasil yang didapatkan lebih

komprehensif.

Page 124: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

109

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E. 2010. Pengantar Psikologi Jilid 2.

Jakarta : Erlangga

Altman, I. 1975. The Enviromental and Social Behaviour. Monterey California

Brooks Cole Publishing Company

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha

_______, 2013. Metode Penelitian.Yogyakarta : Sigma Alpha

Baum, Andrew. 1979. Architectural Mediation Of Residential Density And

Control : Crowding And The Regulation Of Social Contact. Advances In

Experimental Social Psychology. Vol 12. Maryland : Uniformed Service

University Of The Healt Sciences Bethesda.

Baron, R. A. 2004. Social Psychology. Boston : Pearson Education.

Bell, P. A. 1976. Environmental Psychology. Fort Worth : Harcourt Brace College

Publishers.

Davidoff, L.L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Dewi, A. T. 2008. Stres Pada Penghuni Rumah Susun Ditinjau Dari Kecerdasan

Emosional. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata.

Evans, G. W. 2007. Crowding And Personal Space Invasion On The Train :

Please Don’t Make Me Sit In The Middle. Journal of Enviromental

PsychologyNo.27 Vol.90-94. New York : Cornell University.

Feldman, S. R. 2012. Pengantar Psikologi : Understanding Psychology. Jakarta :

Salemba Humanika.

Gifford, R. 1987. Enviromental Psychology : Principles and Practice. Boston :

Allyn and Bacon. Inc.

Hadi. S. 1995. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta : Andi.

Page 125: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

110

Handoko, H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : BPFE

Hardjana. A. M. 1994. Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres. Yogyakarta :

Kanisius.

Haryanto. 1996. Hubungan Kepadatan dan Kesesakan dengan Stres dan Intensi

Prososial Pada Remaja di Pemukiman Padat. Jurnal Psikologika. No.1.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hasnida. 2002. Crowding (Kesesakan) Dan Density (Kepadatan). Jurnal

Psikologi : Universitas Sumatera Utara.

Halim, DK. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Hermawan, C. P. 2014. Studi Mengenai Gambaran Crowding Stress Pada Warga

Berusia Remaja Di Pemukiman Padat Penduduk Kelurahan Babakan Asih

Kota Bandung. Jurnal Psikologi : Universitas Padjajaran.

Holander, E.P. 1981. Principle and Method of Social Psychology. New York :

Oxford University Press.

Iskandar, Z. 2012. Psikologi Lingkungan. Bandung : PT Refika Aditama

Kusuma, P. & Gusniarti. 2008. Hubungan Antara Penyesuaian Diri, Sosial dengan

Stres Pada Siswa Ekselerasi Gifted. Junal Psikologi. Vol.22. Yogyakarta :

Universitas Islam Indonesia

Markam, S & Slamet, S. 2008. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Permitasari, I. R. A. 2006. Hubungan Antara Kesesakan Dengan Kecenderungan

Perilaku Agresif Pada Remaja Awal di Kelurahan Bandarharjo Semarang

Utara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Prabowo, Sumbodo. 1999. Persiapan Menghuni Rumah Susun : Ancangan

Psikologi Lingkungan. Pranata Edisi Khusus.

Purwanto, Edy. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : Universitas

Negeri Semarang,

Rini, Y. S. 2006. Hubungan Antara Kesesakan Dengan Tingkat Stres (Studi Pada

Penduduk Musiman di Kelurahan Cipto Mulyo). Disertasi. Universitas

Muhammadiyah Malang.

Rustiana, E. 2006. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo

Sarwono, S. W. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo

Page 126: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

111

Sears, D. O. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo

Stokols, Daniel. 1972. On The Distinction Between Density And Crowding: Some

Implications For Future Research. Psychological Review. 3 : 275-277

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta.

Sundroms, Eric. 1975. An Experimental Study Of Crowding: Effects of Room

Size, Intrusion, and Goal Blocking on Nonverbal Behavior, Self Disclosure,

and Self Reported Stress. Journal of Personality and Social Psychology.

Vol.32 No.4. Tennessee : University of Tennessee

Yudha, T. Putu. 2005. Hubungan Antara Kesesakan Dan Konsep Diri Dengan

Intensi Perilaku Agresi : Studi Pada Remaja Pemukiman Kumuh Kelurahan

Angke Jakarta Barat. Jurnal Psikologi. Vol.3 No.1. Jakarta : Universitas

Tarumanegara.

Page 127: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

112

LAMPIRAN 1

SKALA PENELITIAN

Page 128: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

113

SKALA PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI

SEMARANG

2015

Page 129: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

114

Saya adalah mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri

Semarang yang sedang melakukan penelitian. Data penelitian ini

bersumber pada hasil dari skala yang Anda jawab.

Dalam penelitian ini terdapat dua macam skala dengan sejumlah

pernyataan. Setiap jawaban tidak bernilai salah, melainkan bernilai

benar jika jawaban tersebut sesuai dengan kondisi anda yang

sebenarnya. Identitas Anda dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Peneliti menghargai kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam

menjawab pernyataan pada skala-skala ini sesuai dengan petunjuk

yang diberikan. Atas pasrtisipasinya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Astriana Erlinda

Selamat Mengerjakan

Page 130: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

115

Identitas Responden

Nama :

Usia :

Alamat (RT/RW) :

Petunjuk Pengisian Skala

Bacalah setiap pernyataan berikut ini dengan seksama. Anda diminta

untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai

dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda checklist ()pada salah

satu pilihan jawaban yang telah tersedia, yaitu:

SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Setuju anda alami/ rasakan

S : Jika pernyataan tersebut Setujuanda alami/ rasakan

N : Jika pernyataan tersebut Netral anda alami/ rasakan

TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Setujuanda alami/ rasakan

STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Setujuanda alami/

rasakan

Skala 1

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1 Saya menjadi mudah marah dan jengkel

apabila ada tetangga yang berteriak-teriak

2 Dengan mudahnya saya memutuskan hal

mana yang seharusnya menjadi prioritas.

3 Beberapa hari terakhir, saya merasa daya

ingat saya menurun.

Page 131: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

116

No Pernyataan SS S N TS STS

4 Nafsu makan saya cenderung stabil.

5 Tensi saya cenderung tinggi selama tinggal

di rumah susun.

6 Saya merasa jantung saya sering berdebar –

debar.

7 Peristiwa sekecil apapun membuat saya

mudah bertengkar.

8 Akhir – akhir ini saya merasa kecewa

dengan keadaan rumah saya.

9 Tidak ada halangan bagi saya untuk fokus

terhadap suatu hal meskipun tinggal di

rumah susun yang padat penghuninya.

10 Saya sering melamunkan hal – hal yang

tidak begitu penting.

11 Suasana hati saya mudah berubah – ubah

(cepat senang, cepat sedih, cepat muram,

bahkan cepat tertawa)

12 Akhir – akhir ini saya sering mengalami

gangguan pencernaan seperti sakit perut.

13 Saya selalu menerima kedatangan tetangga

baru.

14 Saya cenderung mengasingkan diri (tidak

mau terlibat) dengan kegiatan apapun di

rumah susun.

15 Saat terjadi keributan, saya tidak

menyalahkan orang lain tanpa alasan.

16 Saya sering gelisah selama tinggal di rumah

susun.

17 Setiap mendengar keributan saya merasa

cemas dan khawatir.

18 Tidak ada masalah yang membuat saya

menjadi tegang dan takut.

Page 132: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

117

No Pernyataan SS S N TS STS

19 Dalam sehari banyak hal yang selalu saya

pikirkan.

20 Belakangan ini, saya dapat tidur dengan

nyeyak meski tidur bersama dengan banyak

orang.

21 Jika saya berada di rumah, saya tidak bisa

melakukan pekerjaan dan menyelesaikan

tugas dengan maksimal.

22 Saya selalu bersemangat dalam beraktivitas.

23 Saya tidak pernah merasakan panas dan

nyeri di dada.

24 Saya tidak mempunyai hubungan dekat

dengan tetangga.

25 Saya selalu memberi salam saat bertemu

dengan tetangga meski kami tidak akrab.

26 Saya merasa pusing apabila ada banyak

orang di sekitar saya.

27 Saya tidak pernah mengalami sakit bahu dan

punggung.

28 Saya mudah tersinggung jika ada tetangga

yang berbisik-bisik di depan saya.

29 Saya tidak pernah merasa mual dan muntah

saat berada di rumah.

30 Saya mempunyai banyak teman di

lingkungan rumah susun.

Page 133: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

118

Petunjuk Pengisian Skala

Bacalah setiap pernyataan berikut ini dengan seksama. Anda diminta

untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai

dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda checklist ( ) pada

salah satu pilihan jawaban yang telah tersedia, yaitu:

SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Setuju anda alami/ rasakan

S : Jika pernyataan tersebut Setujuanda alami/ rasakan

N : Jika pernyataan tersebut Netral anda alami/ rasakan

TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Setujuanda alami/ rasakan

STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Setujuanda alami/

rasakan

Skala 2

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1 Saya merasa rumah yang saya tempati sudah

terlalu sesak dengan banyaknya anggota

keluarga.

2 Walaupun jumlah penghuni di kamar saya

banyak, saya merasakan kamar saya cukup

memadai.

3 Saya mencoba untuk bersikap tenang dalam

pertengkaran sekalipun.

4 Saya akan berteriak menyuruh tetangga saya

diam dan tenang jika mereka mulai ribut dan

berisik.

5 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas rumah /

sekolah atau kantor jika semua anggota

keluarga berada di rumah.

Page 134: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

119

No Pernyataan SS S N TS STS

6 Saya merasa nyaman dengan keberadaan

banyak orang disekitar saya.

7 Keributan anggota keluarga atau tetangga

membuat saya cepat kesal dan marah.

8 Lingkungan tempat tinggal yang padat

membuat hubungan saya dengan tetangga

menjadi lebih akrab.

9 Saya kesulitan melakukan pekerjaan dan

mengerjakan tugas dengan banyaknya orang

berada di rumah saya.

10 Saya jenuh dengan keadaan rumah saya.

11 Saya dapat tidur dengan nyeyak meski tidur

bersama dengan banyak orang.

12 Saya merasa tidak nyaman di ruangan

manakala ada tamu atau keluarga datang ke

rumah saya.

13 Ketika sedang berbicara, saya jarang

menatap mata teman lawan bicara saya.

14 Keberadaan banyaknya penghuni di dalam

rumah saya tidak mengurangi ketenangan

pribadi saya.

15 Saya suka bergaul dengan banyak orang.

16 Saya merasa tertekan apabila terlalu lama

melakukan aktivitas di dalam rumah.

17 Berapapun jumlah orang yang datang ke

Page 135: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

120

rumah, tidak akan mengganggu istirahat

saya.

18 Saya lebih suka memilih untuk melakukan

aktivitas sendiri.

19 Saya tidak segan-segan menegur bahkan

memarahi orang yang menganggu saya.

20 Saya lebih memilih keluar rumah saat mulai

ramai.

Terimakasih.....

Page 136: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

121

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA

SKOR PENELITIAN

Page 137: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

109

Tabulasi Skor Penelitian Skala Tingkat Stres

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah

sb 1 3 4 2 3 3 2 3 1 3 4 1 4 3 1 5 4 3 5 3 2 3 2 2 2 2 2 5 1 3 1 82

sb 2 1 2 4 2 2 2 2 4 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 4 3 3 2 2 4 2 4 2 77

sb 3 1 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 77

sb 4 3 4 4 2 3 3 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 4 2 81

sb 5 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 1 2 3 1 2 3 2 3 1 74

sb 6 3 4 2 3 3 2 3 1 3 4 1 4 3 1 5 4 3 5 3 2 3 2 2 2 2 2 5 1 3 1 82

sb 7 1 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 4 2 77

sb 8 3 4 2 3 3 2 3 1 3 4 1 4 3 1 5 4 3 5 3 2 3 2 2 2 2 2 5 1 3 1 82

sb 9 4 2 4 2 4 4 2 3 2 2 5 2 2 1 2 4 4 4 1 3 4 2 4 3 2 4 4 4 4 1 89

sb 10 4 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 3 4 2 2 3 4 2 4 2 105

sb 11 4 2 4 2 3 3 4 4 4 3 2 4 2 3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 2 2 2 3 2 4 1 86

sb 12 3 4 2 3 3 2 3 1 3 4 1 4 3 1 5 4 3 5 3 2 3 2 2 2 2 2 5 1 3 1 82

sb 13 1 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 4 2 77

sb 14 5 4 3 1 1 2 4 4 1 5 3 2 2 2 2 4 3 3 1 4 4 1 2 2 2 2 2 4 2 2 79

sb 15 2 3 2 3 4 3 1 1 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 2 2 3 3 4 3 4 3 83

sb 16 3 4 1 2 1 3 1 2 2 2 1 5 2 1 3 2 1 3 2 2 3 1 3 1 1 1 3 2 2 1 61

sb 17 3 4 1 2 1 3 3 2 3 4 3 5 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 1 3 2 2 1 72

sb 18 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 4 3 3 3 2 2 83

sb 19 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 4 3 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 72

sb 20 1 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 2 76

sb 21 5 1 3 3 2 3 1 3 3 2 1 3 1 1 1 5 5 5 5 5 1 1 3 5 1 3 5 5 3 3 88

sb 22 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 4 3 2 3 1 74

Page 138: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

123

sb 23 3 3 4 3 3 1 3 4 5 3 4 3 3 5 5 5 5 3 3 5 5 1 4 3 3 2 2 2 3 1 99

sb 24 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 4 3 2 3 1 77

sb 25 2 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 3 5 2 1 4 5 5 5 1 1 1 2 1 2 1 5 5 2 70

sb 26 4 4 2 3 2 2 4 2 4 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 2 1 81

sb 27 3 4 4 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 1 3 2 1 2 3 66

sb 28 3 4 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 1 2 1 3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 63

sb 29 2 5 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 62

sb 30 3 2 2 2 4 3 3 4 2 2 4 3 2 1 4 1 4 1 1 2 3 1 3 1 1 5 3 4 3 1 75

sb 31 2 3 4 2 1 1 4 3 5 3 3 4 1 4 3 5 4 3 5 3 1 2 4 3 2 3 5 2 4 3 92

sb 32 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 5 4 1 4 4 2 2 5 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 88

sb 33 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 51

sb 34 3 2 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 5 1 2 4 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 2 77

sb 35 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 2 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 53

sb 36 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 4 1 1 1 1 4 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 2 3 1 60

sb 37 1 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 70

sb 38 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 2 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 53

sb 39 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 2 2 81

sb 40 4 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 4 4 4 1 1 4 4 2 2 4 2 4 2 73

sb 41 5 2 4 2 3 5 1 2 2 4 3 2 3 2 4 4 4 4 1 4 2 2 4 3 2 2 4 2 1 3 86

sb 42 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 3 83

sb 43 1 2 2 4 1 2 2 2 2 2 1 1 2 4 4 2 2 2 2 2 4 2 2 5 1 5 2 4 3 3 73

sb 44 2 3 1 5 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 4 3 1 4 1 5 2 4 4 2 2 72

sb 45 3 2 4 2 3 3 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 4 4 2 5 1 2 2 2 2 4 4 2 2 2 73

sb 46 2 3 2 3 2 2 1 2 3 4 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 1 3 4 2 2 4 3 2 3 2 76

sb 47 3 2 2 2 3 3 2 1 1 3 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 3 2 3 1 68

Page 139: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

124

sb 48 3 1 2 1 1 1 4 3 1 2 2 4 2 4 5 2 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1 5 1 63

sb 49 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 4 1 2 3 3 1 4 5 2 2 1 2 4 1 2 3 4 3 4 2 75

sb 50 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 4 83

sb 51 1 5 3 3 1 1 1 4 3 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 4 2 1 54

sb 52 2 3 2 3 2 2 1 2 3 4 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 2 3 4 2 2 4 3 2 3 2 77

sb 53 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 3 2 4 2 3 4 3 2 77

sb 54 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 3 2 2 4 2 4 2 4 4 3 2 76

sb 55 3 3 3 2 3 4 4 4 1 2 3 4 2 2 1 2 4 2 2 4 1 2 2 2 2 5 4 2 2 2 79

sb 56 4 2 2 3 1 1 1 2 3 3 2 1 1 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2 67

sb 57 3 2 4 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 1 1 1 3 5 2 1 1 2 4 2 2 3 4 3 4 1 71

sb 58 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 1 87

sb 59 5 4 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 4 2 4 2 4 4 2 2 4 2 4 2 4 4 2 1 84

sb 60 5 2 1 3 3 1 1 3 1 3 4 1 1 5 3 3 5 3 1 1 2 2 1 3 3 4 1 4 1 2 73

sb 61 5 1 2 2 1 1 1 1 5 1 2 3 2 2 1 2 4 3 2 2 3 3 2 1 2 2 4 3 4 2 69

sb 62 3 2 4 2 3 3 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 4 4 2 5 1 2 2 2 2 4 4 4 4 2 77

sb 63 3 2 4 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 1 1 1 3 5 2 1 1 2 4 2 2 3 3 3 3 1 69

sb 64 3 2 4 2 2 2 1 3 3 2 3 3 1 5 1 1 3 5 2 1 1 2 4 2 1 3 3 1 3 1 70

sb 65 1 3 1 3 2 2 3 1 2 1 3 2 1 1 1 1 3 1 5 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1 53

sb 66 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 3 3 1 2 1 4 2 3 2 2 2 3 1 2 2 4 3 4 1 73

sb 67 5 2 4 2 3 2 5 5 3 5 4 5 1 3 3 3 4 3 4 5 2 4 3 3 4 4 4 1 1 2 99

sb 68 3 2 4 2 2 2 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 4 4 2 5 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 69

sb 69 4 3 2 4 2 2 5 3 4 3 3 2 3 2 3 5 5 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 2 5 1 96

sb 70 5 2 4 2 2 3 4 3 2 4 4 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 2 3 2 1 1 3 3 3 1 71

sb 71 2 4 4 2 2 1 2 4 2 2 2 1 2 1 2 3 4 1 3 2 4 1 1 1 2 1 1 3 1 1 62

sb 72 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 4 2 2 4 2 3 2 4 2 4 1 73

Page 140: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

125

sb 73 4 1 3 2 3 3 2 4 2 2 1 2 2 1 2 3 4 4 4 4 2 1 4 2 2 2 4 3 4 2 79

sb 74 3 4 4 4 2 2 5 3 5 1 3 3 5 4 3 3 5 1 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 2 1 93

sb 75 2 4 3 2 2 2 2 4 2 3 4 2 2 1 1 2 4 1 2 2 3 2 4 1 4 2 2 1 2 2 70

sb 76 4 3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 2 1 4 1 3 1 3 4 3 1 1 5 1 3 3 5 3 3 83

sb 77 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 2 1 80

sb 78 4 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 82

sb 79 4 2 2 3 1 1 1 2 3 3 2 1 1 2 3 2 4 3 2 3 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 68

sb 80 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 5 5 2 1 1 1 2 1 5 4 1 1 1 56

sb 81 1 1 2 1 1 1 2 2 5 1 1 1 2 1 1 2 2 4 4 1 1 2 2 1 2 4 4 1 1 1 55

sb 82 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 5 5 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 57

sb 83 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 5 5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 40

sb 84 4 3 2 4 2 2 5 3 4 3 3 2 3 2 3 5 5 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 2 5 1 96

sb 85 4 3 2 4 2 2 5 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 2 1 2 4 3 2 2 1 2 5 1 78

sb 86 4 3 2 3 2 2 4 4 1 2 3 2 2 1 3 2 4 5 2 4 4 2 4 2 4 3 4 1 3 1 83

sb 87 4 3 2 3 2 2 2 4 2 4 3 2 2 3 1 2 4 2 1 1 4 2 4 2 4 3 4 1 3 1 77

sb 88 3 3 1 3 2 2 5 5 3 5 4 5 4 5 3 5 3 2 3 3 5 2 3 1 2 3 3 3 3 1 95

sb 89 4 4 5 3 2 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 5 2 1 1 3 2 2 2 4 4 3 5 5 4 95

sb 90 2 2 2 3 4 2 2 1 3 2 1 3 2 2 2 2 4 2 3 2 4 3 2 2 1 1 3 2 2 2 68

sb 91 4 5 5 4 3 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 5 5 3 2 1 3 3 4 4 2 4 5 113

sb 92 1 1 2 1 1 1 3 1 2 1 3 4 5 1 3 5 2 1 2 3 5 3 1 2 3 4 1 2 4 5 73

sb 93 1 3 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 5 2 4 3 2 1 5 4 3 2 1 3 5 4 3 2 5 4 102

sb 94 2 3 3 2 1 3 4 3 2 2 1 2 3 4 3 3 1 4 5 2 2 3 2 5 4 3 1 1 3 2 79

sb 95 4 4 3 4 2 1 5 3 5 4 2 2 3 4 5 3 1 3 4 5 2 5 4 2 2 1 4 4 5 2 98

sb 96 4 3 3 2 4 3 3 5 2 1 4 3 5 5 4 1 2 1 4 5 5 3 5 5 4 3 1 2 1 5 98

sb 97 2 4 4 3 5 4 3 3 4 2 2 4 5 2 3 3 1 5 4 4 5 2 1 3 3 4 5 4 4 2 100

Page 141: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

126

sb 98 4 3 3 5 4 2 2 4 5 5 3 2 3 5 1 4 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 3 2 5 4 96

sb 99 4 4 3 2 4 4 3 4 5 5 3 3 4 5 4 4 3 2 4 4 2 2 5 3 3 2 4 4 5 4 108

sb 100 4 2 2 4 5 5 3 2 3 5 1 4 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 3 2 5 4 2 4 4 4 95

sb 101 2 4 4 3 1 5 2 2 3 3 4 5 3 1 5 1 1 3 2 2 4 4 3 5 1 3 2 2 2 3 85

sb 102 4 3 4 2 5 3 4 5 5 3 4 3 3 3 2 4 4 2 5 4 3 3 3 2 4 5 4 4 5 4 109

sb 103 3 3 4 4 3 2 4 5 5 4 3 3 1 1 3 2 3 4 5 5 3 4 4 5 3 2 3 5 2 1 99

sb 104 3 2 2 4 2 2 3 4 3 2 2 3 4 5 2 2 3 4 2 4 4 3 2 4 5 2 4 4 3 2 91

sb 105 4 5 5 2 4 3 3 3 4 2 4 4 5 1 1 3 4 1 2 4 5 5 4 1 3 5 4 4 5 5 105

sb 106 4 3 3 4 2 4 5 3 3 4 4 3 2 4 2 2 3 5 4 4 3 2 5 4 4 3 3 2 1 3 98

sb 107 4 3 1 2 5 3 4 2 3 1 1 3 3 5 2 4 4 4 2 5 3 2 1 3 4 5 4 3 5 2 93

sb 108 2 2 1 5 4 2 3 4 4 2 3 2 1 1 3 3 3 4 4 3 1 1 5 1 3 2 1 5 4 3 82

sb 109 3 4 4 3 5 4 4 5 2 5 4 4 3 3 2 4 3 5 4 3 4 4 2 2 4 4 5 4 3 5 111

sb 110 3 4 3 1 2 1 3 2 1 1 4 5 1 3 3 1 3 5 3 1 3 2 3 3 4 3 3 5 5 2 83

sb 111 2 3 3 2 4 3 4 2 2 4 4 2 3 3 2 3 4 4 2 5 1 3 4 4 2 2 4 3 4 2 90

sb 112 2 5 4 4 3 2 3 4 4 5 3 4 3 2 4 1 3 2 1 4 5 5 5 4 3 4 3 4 5 5 106

sb 113 5 5 3 5 4 3 2 3 3 3 2 4 5 4 4 5 4 3 4 5 5 5 5 2 5 2 5 3 2 3 113

sb 114 4 3 1 2 4 3 4 5 5 2 4 3 4 5 2 4 4 5 4 2 1 3 2 3 3 2 4 5 5 4 102

sb 115 4 4 3 5 4 3 5 4 4 3 2 4 5 1 5 4 2 3 3 2 1 4 5 5 3 1 2 2 4 2 99

sb 116 2 2 4 4 1 3 3 1 4 1 1 3 3 2 1 2 3 3 5 1 2 2 2 2 3 1 2 1 1 4 69

sb 117 2 3 3 2 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 5 2 2 3 2 4 2 4 4 4 2 3 4 4 2 2 90

sb 118 2 3 4 3 4 4 1 4 5 5 3 2 2 2 3 1 4 3 5 5 1 4 4 3 2 4 5 4 4 5 101

sb 119 2 2 1 3 3 3 2 4 4 1 1 2 3 2 1 1 4 5 3 2 3 5 1 1 2 2 4 3 1 2 73

sb 120 5 5 3 5 4 4 4 3 2 3 2 5 5 4 5 3 2 4 4 5 3 4 3 4 5 1 2 5 5 3 112

sb 121 1 1 1 3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 1 1 3 3 3 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 3 1 56

sb 122 4 5 5 4 2 5 2 4 5 3 3 1 5 4 4 2 5 3 3 1 3 4 5 1 1 2 2 4 3 1 96

Page 142: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

127

sb 123 3 2 3 1 4 3 5 4 3 2 3 3 1 1 3 5 3 2 2 1 2 4 4 5 3 4 5 5 4 5 95

sb 124 3 4 5 5 2 4 3 4 4 5 2 4 2 2 4 3 5 4 3 4 4 2 2 4 4 5 2 5 3 2 105

sb 125 4 3 3 4 4 2 2 3 4 1 1 5 5 5 3 5 2 4 4 1 2 3 3 4 5 2 1 3 4 4 96

Page 143: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

128

Tabulasi Skor Penelitian Skala Kesesakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah

sb 1 4 3 2 2 1 3 3 2 2 1 2 1 2 4 1 2 3 3 1 1 43

sb 2 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 4 4 5 2 55

sb 3 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 4 4 5 2 55

sb 4 4 2 2 2 4 2 4 2 4 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 2 55

sb 5 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 54

sb 6 4 3 2 2 1 3 3 2 2 1 2 1 2 4 1 2 3 3 2 2 45

sb 7 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 4 4 5 2 57

sb 8 4 3 2 2 1 3 3 4 2 1 2 1 2 4 1 2 3 3 1 2 46

sb 9 4 3 2 4 4 4 4 2 5 4 3 2 3 2 2 2 3 4 4 4 65

sb 10 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 2 4 54

sb 11 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 4 53

sb 12 4 3 2 2 1 3 3 2 2 1 2 1 2 4 1 2 3 3 2 2 45

sb 13 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 4 2 2 4 4 5 2 57

sb 14 5 2 1 4 2 1 4 1 5 5 4 5 2 2 1 5 1 5 5 5 65

sb 15 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 4 4 3 58

sb 16 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 4 3 1 3 52

sb 17 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 2 3 1 3 50

sb 18 3 2 2 4 4 3 3 2 4 3 2 4 3 4 2 2 4 3 4 4 62

sb 19 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 4 2 4 3 4 56

sb 20 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 5 2 53

sb 21 5 4 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 3 4 3 3 5 3 5 3 71

sb 22 3 3 3 3 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 1 48

Page 144: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

129

sb 23 2 3 4 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 3 43

sb 24 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 47

sb 25 5 2 2 4 1 1 4 1 1 1 1 5 5 1 1 1 5 5 4 1 51

sb 26 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 59

sb 27 2 2 1 1 3 3 1 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 45

sb 28 2 2 1 1 3 3 1 2 3 1 3 2 2 2 3 2 4 2 4 2 45

sb 29 1 2 1 3 3 3 1 1 3 1 3 2 3 2 1 1 3 2 4 3 43

sb 30 4 2 1 3 3 2 4 2 3 4 2 3 4 2 2 3 3 3 2 1 53

sb 31 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 1 4 2 4 4 4 4 2 64

sb 32 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 57

sb 33 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 37

sb 34 1 4 3 1 3 4 3 2 2 5 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 52

sb 35 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 37

sb 36 2 3 1 1 1 3 1 3 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 2 2 41

sb 37 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 37

sb 38 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 37

sb 39 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 58

sb 40 2 4 1 2 1 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 47

sb 41 4 1 2 2 5 3 4 3 4 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 55

sb 42 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 61

sb 43 2 3 2 2 1 2 2 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 42

sb 44 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 1 4 4 43

sb 45 4 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 4 2 2 4 62

sb 46 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 3 4 4 3 52

sb 47 5 5 2 4 4 2 4 4 5 4 2 4 2 5 2 5 4 4 4 4 75

Page 145: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

130

sb 48 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 5 4 4 35

sb 49 4 2 2 3 2 2 4 1 2 2 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 59

sb 50 5 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 61

sb 51 5 4 1 2 1 4 5 2 2 2 2 4 3 1 1 2 4 4 4 3 56

sb 52 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 3 4 4 4 53

sb 53 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 49

sb 54 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 49

sb 55 3 2 2 3 4 3 4 2 4 3 3 3 2 2 2 4 3 2 4 2 57

sb 56 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 4 4 4 3 56

sb 57 3 3 3 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 5 4 41

sb 58 3 3 2 4 4 2 4 2 3 2 2 3 2 3 1 4 2 2 4 2 54

sb 59 2 2 2 4 4 4 4 2 3 2 4 2 2 4 3 2 2 3 4 3 58

sb 60 2 2 1 2 2 3 5 3 5 2 2 3 1 3 1 5 3 4 4 3 56

sb 61 4 2 1 1 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 4 2 4 50

sb 62 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 4 2 2 4 64

sb 63 3 3 3 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 4 4 40

sb 64 5 3 1 2 1 1 3 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 2 5 4 42

sb 65 3 2 1 4 3 2 5 1 3 2 2 1 2 3 1 2 2 3 5 2 49

sb 66 3 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 4 2 4 3 4 4 3 51

sb 67 3 3 2 5 4 3 4 3 3 2 4 2 1 2 2 2 3 5 5 5 63

sb 68 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 4 2 2 4 64

sb 69 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 4 1 2 49

sb 70 3 2 2 3 2 2 4 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 3 4 3 44

sb 71 5 4 2 2 2 3 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 4 3 2 2 53

sb 72 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 44

Page 146: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

131

sb 73 3 3 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 2 2 2 4 4 4 2 56

sb 74 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 1 1 2 5 2 3 3 4 2 3 52

sb 75 4 2 2 1 1 2 1 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 42

sb 76 4 3 3 5 4 3 1 1 3 3 5 1 1 2 2 4 1 5 5 5 61

sb 77 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 58

sb 78 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 53

sb 79 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 4 4 3 4 56

sb 80 5 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 5 1 2 1 5 1 1 41

sb 81 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 4 3 2 37

sb 82 5 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 4 1 2 1 5 1 1 37

sb 83 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 5 1 2 33

sb 84 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 4 1 2 51

sb 85 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 4 1 2 50

sb 86 2 4 3 5 2 1 5 2 1 1 4 2 3 4 1 5 5 4 5 4 63

sb 87 2 4 3 5 2 1 5 2 1 1 4 2 3 4 1 5 5 4 5 4 63

sb 88 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 46

sb 89 4 4 4 5 2 4 4 2 1 5 2 3 5 2 1 4 4 2 5 4 67

sb 90 2 3 3 3 2 1 3 2 2 3 2 1 3 1 3 2 2 3 1 2 44

sb 91 4 4 4 4 5 4 3 3 2 4 3 1 4 5 5 4 3 3 2 3 70

sb 92 2 3 5 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 4 4 2 5 3 53

sb 93 5 4 4 4 3 3 1 5 1 5 4 4 2 3 4 2 2 3 4 4 67

sb 94 1 1 1 1 2 2 3 2 3 1 1 4 3 2 3 3 2 3 3 2 43

sb 95 5 5 5 4 2 4 4 2 4 1 5 5 5 4 5 4 1 3 5 4 77

sb 96 3 4 4 3 3 2 1 5 5 4 4 3 2 4 2 2 4 2 2 3 62

sb 97 2 4 1 2 1 4 2 4 5 2 4 2 2 4 2 2 2 4 4 5 58

Page 147: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

132

sb 98 3 3 4 4 2 5 5 1 4 5 4 4 3 4 3 3 2 2 4 2 67

sb 99 4 5 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 2 4 2 4 5 4 4 80

sb 100 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 4 4 2 3 3 5 1 3 53

sb 101 4 4 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 2 1 2 2 1 2 1 51

sb 102 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 1 5 5 69

sb 103 1 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 3 2 3 4 5 5 51

sb 104 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 5 3 2 5 1 5 5 3 2 3 67

sb 105 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 3 86

sb 106 2 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 3 61

sb 107 5 5 3 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 3 4 3 3 4 2 4 80

sb 108 2 2 4 3 3 3 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 1 39

sb 109 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 4 5 1 3 5 4 4 4 78

sb 110 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 1 3 2 2 1 1 3 4 4 3 42

sb 111 2 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 2 3 4 4 3 5 4 4 3 68

sb 112 3 3 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 5 1 5 5 4 5 4 4 73

sb 113 4 5 2 4 4 4 5 1 5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 4 4 82

sb 114 5 5 4 5 4 2 4 5 4 4 1 4 1 4 5 4 1 5 4 4 75

sb 115 3 4 4 2 4 5 4 4 1 4 1 4 5 4 1 4 4 5 2 2 67

sb 116 1 1 1 1 1 4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 40

sb 117 2 2 2 4 3 4 2 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 2 5 5 63

sb 118 1 1 2 4 5 4 4 4 4 4 2 4 2 3 4 3 4 4 5 2 66

sb 119 4 5 3 4 4 2 2 4 5 4 2 5 5 4 2 1 3 5 4 5 73

sb 120 5 2 4 4 2 5 3 2 5 1 4 4 5 3 4 2 3 2 4 5 69

sb 121 3 4 4 1 3 4 2 3 4 1 2 4 3 3 4 5 1 1 3 5 60

sb 122 4 4 4 4 5 5 4 3 2 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 5 83

Page 148: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

133

sb 123 4 3 3 4 4 5 5 4 4 4 5 3 5 3 3 4 5 3 3 4 78

sb 124 3 2 1 1 5 4 4 3 4 5 3 4 3 4 4 5 2 5 3 5 70

sb 125 3 4 4 3 2 5 2 3 4 4 1 3 3 3 4 1 3 5 3 4 64

Page 149: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

109

LAMPIRAN 3

HASIL UJI VALIDITAS

DAN RELIABILITAS

Page 150: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

135

HASIL UJI VALIDITAS SKALA TINGKAT STRES

Total

VAR00001 Pearson Correlation

,471**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00002 Pearson Correlation

,445**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00003 Pearson Correlation

,429**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00004 Pearson Correlation

,442**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00005 Pearson Correlation

,597**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00006 Pearson Correlation

,475**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00007 Pearson Correlation

,500**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00008 Pearson Correlation

,534**

Sig. (2-tailed)

,000

Page 151: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

136

N 125

VAR00009 Pearson Correlation

,556**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00010 Pearson Correlation

,491**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00011 Pearson Correlation

,356**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00012 Pearson Correlation

,524**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00013 Pearson Correlation

,521**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00014 Pearson Correlation

,470**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00015 Pearson Correlation

,434**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00016 Pearson Correlation

,534**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

Page 152: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

137

VAR00017 Pearson Correlation

,271**

Sig. (2-tailed)

,002

N 125

VAR00018 Pearson Correlation

,118

Sig. (2-tailed)

,188

N 125

VAR00019 Pearson Correlation

,171

Sig. (2-tailed)

,057

N 125

VAR00020 Pearson Correlation

,467**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00021 Pearson Correlation

,440**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00022 Pearson Correlation

,568**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00023 Pearson Correlation

,406**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00024 Pearson Correlation

,356**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00025 Pearson Correlation

,570**

Page 153: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

138

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00026 Pearson Correlation

,330**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00027 Pearson Correlation

,374**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00028 Pearson Correlation

,339**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00029 Pearson Correlation

,464**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

VAR00030 Pearson Correlation

,543**

Sig. (2-tailed)

,000

N 125

Total Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed)

N 125

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 154: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

139

HASIL UJI RELIABILITAS SKALA TINGKAT STRES

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,865 28

HASIL UJI VALIDITAS SKALA KESESAKAN

Correlations

Total

VAR00001 Pearson Correlation

,385**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00002 Pearson Correlation

,617**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00003 Pearson Correlation

,559**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00004 Pearson Correlation

,670**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00005 Pearson Correlation

,625**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00006 Pearson Correlation

,545**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00007 Pearson Correlation

,527**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

Page 155: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

140

VAR00008 Pearson Correlation

,544**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00009 Pearson Correlation

,566**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00010 Pearson Correlation

,638**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00011 Pearson Correlation

,506**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00012 Pearson Correlation

,643**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00013 Pearson Correlation

,542**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00014 Pearson Correlation

,390**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00015 Pearson Correlation

,643**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00016 Pearson Correlation

,522**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00017 Pearson Correlation

,457**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

VAR00018 Pearson Correlation

,275**

Sig. (2-tailed) ,002

N 125

VAR00019 Pearson Correlation

,382**

Sig. (2-tailed) ,000

Page 156: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

141

N 125

VAR00020 Pearson Correlation

,486**

Sig. (2-tailed) ,000

N 125

Total Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed)

N 125

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

HASIL UJI RELIABILITAS KESESAKAN

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,862 20

Page 157: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

142

LAMPIRAN 4

HASIL UJI ASUMSI

DAN HIPOTESIS

Page 158: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

143

HASIL UJI NORMALITAS

HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table

Stres * Kesesakan

Between Groups

Within Groups Total (Combined) Linearity

Deviation from

Linearity

Sum of Squares

19836,737 12940,629 6896,108 7505,375 27342,112

df 43 1 42 81 124

Mean Square

461,319 12940,629 164,193 92,659

F 4,979 139,659 1,772

Sig. ,000 ,000 ,014

Page 159: HUBUNGAN KESESAKAN DENGAN TINGKAT STRES PADA …koreksi dalam skripsi dan memperlancar bimbingan dalam penyusunan skirpsi. 5. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., Dosen Penguji I

144

HASIL UJI HIPOTESIS

ANOVA Table

Stres * Kesesakan

Between Groups

Within Groups Total (Combined) Linearity

Deviation from

Linearity

Sum of Squares

19836,737 12940,629 6896,108 7505,375 27342,112

df 43 1 42 81 124

Mean Square

461,319 12940,629 164,193 92,659

F 4,979 139,659 1,772

Sig. ,000 ,000 ,014