Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby...

17
1 Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan Debby Puspita Sari, Febrianti Lestari, Dedy Kurniawan [email protected] Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian tentang hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan Bivalvia di perairan Desa Pengudang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bivalvia di perairan Desa Pengudang. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 30 titik menggunakan plot berukuran 1x1 meter untuk pengamatan lamun dan Bivalvia. Hasil penelitian ditemukan 7 jenis lamun yaitu Halodule pinifolia, Halodule univervis, Halophila ovalis, Syringodium iseotifolium, Cymodecea rotundata, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii dengan nilai total kerapatan 170,70 tegakan/m 2 . Hasil penelitian ditemukan 10 jenis Bivalvia yaitu Anadara antiquate, Calista impar, Circe scripta, Circe tumefacta, Mactra grandis, Modiolus metcalfei, Pinna bicolor, Gafarium pectinatum, Pitar citrinus dan Trachycardium flavum dengan nilai total kelimpahan sebesar 10,63. Hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan Bivalvia tergolong sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,672. Kata kunci : Kerapatan Lamun, Kelimpahan Bivalvia, Pengudang,Bintan PENDAHULUAN Kabupaten Bintan memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan yang cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini karena wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar adalah wilayah laut dengan luas yang mencapai 57.874,00 km² dan daratannya terdiri dari pulau-pulau yang secara langsung menciptakan garis pantai yang sangat panjang mencapai 966,54 km² dengan pantai umumnya berpasir, berlumpur dan berkarang. Secara historis, kabupaten ini terkenal akan tebaran pulau-pulau kecil dan wilayah laut yang luas, sehingga mengakibatkan perairannya kaya akan ikan, kerang-kerangan, udang dan biota laut lainnya seperti terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove, (RKPD BINTAN 2016). Desa Pengudang ialah desa yang terletak di Kecamatan Telok Sebong Kabupaten Bintan. Desa Pengudang memiliki banyak sumberdaya, yang banyak dimanfaatkan seperti mangrove, terumbu karang dan lamun. Desa Pengudang termasuk pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah dan Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL). Pemerintah Kabupaten Bintan telah menetapkan kawasan pesisir timur Pulau Bintan ini sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Transcript of Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby...

Page 1: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

1

Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di Perairan Desa

Pengudang Kabupaten Bintan

Debby Puspita Sari, Febrianti Lestari, Dedy Kurniawan

[email protected]

Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan,Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian tentang hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan Bivalvia di

perairan Desa Pengudang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bivalvia di perairan Desa

Pengudang. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 30 titik

menggunakan plot berukuran 1x1 meter untuk pengamatan lamun dan Bivalvia.

Hasil penelitian ditemukan 7 jenis lamun yaitu Halodule pinifolia, Halodule

univervis, Halophila ovalis, Syringodium iseotifolium, Cymodecea rotundata,

Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii dengan nilai total kerapatan 170,70

tegakan/m2. Hasil penelitian ditemukan 10 jenis Bivalvia yaitu Anadara

antiquate, Calista impar, Circe scripta, Circe tumefacta, Mactra grandis,

Modiolus metcalfei, Pinna bicolor, Gafarium pectinatum, Pitar citrinus dan

Trachycardium flavum dengan nilai total kelimpahan sebesar 10,63. Hubungan

kerapatan lamun dengan kelimpahan Bivalvia tergolong sedang dengan nilai

koefisien korelasi sebesar 0,672.

Kata kunci : Kerapatan Lamun, Kelimpahan Bivalvia, Pengudang,Bintan

PENDAHULUAN

Kabupaten Bintan memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan yang

cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini karena

wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar adalah wilayah laut dengan luas yang

mencapai 57.874,00 km² dan daratannya terdiri dari pulau-pulau yang secara

langsung menciptakan garis pantai yang sangat panjang mencapai 966,54 km²

dengan pantai umumnya berpasir, berlumpur dan berkarang. Secara historis,

kabupaten ini terkenal akan tebaran pulau-pulau kecil dan wilayah laut yang luas,

sehingga mengakibatkan perairannya kaya akan ikan, kerang-kerangan, udang dan

biota laut lainnya seperti terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove,

(RKPD BINTAN 2016).

Desa Pengudang ialah desa yang terletak di Kecamatan Telok Sebong

Kabupaten Bintan. Desa Pengudang memiliki banyak sumberdaya, yang banyak

dimanfaatkan seperti mangrove, terumbu karang dan lamun. Desa Pengudang

termasuk pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah dan Daerah Perlindungan

Padang Lamun (DPPL). Pemerintah Kabupaten Bintan telah menetapkan kawasan

pesisir timur Pulau Bintan ini sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Page 2: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

2

Kabupaten Bintan dengan SK Bupati No. 261/VII/2007. Di Desa Pengudang

sudah dilakukan beberapa penelitian tentang keanekaragaman lamun,

produktivitas biomassa vegetasi lamun, pemanfaatan bilvavia, keanekaragaman

bilvaviva pada ekosistem padang lamun di perairan tersebut.

Menurut Hardiyansah (2016), Lamun yang ditemukan di perairan Desa

Pengudang ada 7 yaitu Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Halodule

pinifolia, Cymodocea rotundata, Syrongdium isoetifolium, Enhalus acoroides dan

Halodule uninervis. Bivalvia di perairan padang lamun Desa Pengudang

ditemukan 13 jenis diantaranya Gafrarium pectinatium, Leukoma metodon,

Anadara antiquata, coecellachinensis, Vasticardium flavum, pinctada maculata,

Pinidae Atrina pectinata, Callista diemenensis, Modiolus philippinarum, Pitar

citrinus, Dosnia africana, Paphia aurea, (Purba et al. 2013)

Ekosistem lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang mempunyai peranan

penting dalam kehidupan berbagai biota laut. Salah satu jenis biota laut yang

senang berada di padang lamun adalah bivalvia. Lamun dan bivalvia memiliki

keterkaitan salah satunya memiliki karakteristik tipe substrat yang sama yang

dijadikan sebagai habitat. Selain itu, asosiasi lamun dan bivalvia mempunyai

keterkaitan yang kuat dalam siklus makanan.

Padang lamun di perairan Desa Pengudang dijadikan sebagai habitat hidup

bivalvia yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber makanan. penelitian

sebelumnya meneliti hanya untuk mengetahui kondisi bilvavia dan lamun yang

terdapat di ekosistem lamun yang didukung oleh kualitas perairannya. Untuk

melanjutinya dilakukan penelitian lagi untuk memperkuat data mengenai kondisi

bilvavia dengan kondisi lamun. Bivalvia memiliki hubungan yang erat terhadap

keberadaan lamun. Untuk melihat pentingnya ekosistem lamun sebagai habitat

bagi hewan Bivalvia, dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang

menghubungkan pengaruh antara kerapatan lamun dengan kepadatan bivalvia di

Perairan Desa Pengudang.

BAHAN DAN METODE

2.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018 , bertempat di perairan

Desa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Page 3: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

3

Identifikasi lamun dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan secara in

situ. Sampel bivalvia akan di identifikasi di Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan

dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

2.2.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat penelitian

No Alat Kegunaan

1 Transek kuadrat 1 m x 1 m Sebagai batasan pengamatan bilvavia

2 Transek kuadrat 1 m x 1 m Sebagai batasan pengamatan lamun

3 Global Positioning System

(GPS)

Penentuan titik stasiun penelitian

4 Multitester Mengukur kadar pH, suhu, dan DO

5 Refraktormeter Mengukur Salinitas

6 Tali & Botol Mengukur kecepatan arus

7 Plastik sampel Menyimpan sampel biota bilvavia dan lamun

8 Kertas Label Untuk memberi label nama pada sample

9 Kamera Dokumentasi penelitian

10 Alat Tulis Mencatat data yang dapat di lapangan

11 Penggaris Untuk mengukur substrat

Tabel 2. Bahan penelitian

No Bahan Kegunaan

1 Bilvavia Objek yang diteliti

2 Lamun Objek yang diteliti

3 Aquades Untuk membersihkan alat

4 Sampel uji kualitas air Untuk menguji kualitas air

5 Alkohol 70% Mengawetkan sampel bilvavia

2.3. Penentuan Titik Sampling

Lokasi penelitian dan titik pengambilan sampel ditentukan menggunakan

metode acak (sampling random) dengan software Visual Simple Plan (VSP)

sebanyak 30 titik.

2.4. Pengambilan Data Lamun dan Bivalvia

Teknik pengambilan contoh sampel pada penelitian ini berdasarkan pada

penggunaan metode transek kuadrat. Pengambilan contoh lamun dan bivalvia

menggunakan kuadran 1 x 1 m. Lamun yang dijumpai di dalam plot diambil 1

rimpang untuk diidentifikasi jenisnya kemudian dilakukan perhitungan kerapatan

lamun dengan menghitung jumlah tegakan setiap jenisnya. Lamun yang terhitung

kemudian dicatat dengan menggunakan kertas underwater, data lamun siap untuk

dianalisis. Bivalvia yang diambil adalah Bivalvia yang berada dalam petak contoh

(plot) dengan keadaan hidup pada saat air surut. Bilvavia yang di ambil hidup

pada substrat dan di lamun ( daun / rhizome). Contoh Bivalvia yang sudah bersih

kemudian sebelum diidentifikasi diawetkan dengan menggunakan alkohol 70 %.

2.5.Pengukuran Parameter Fisika Kimia

Pengukuran parameter perairan meliputi parameter fisika dan parameter kimia

Page 4: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

4

yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan gastropoda, antara lain: suhu,

kecerahan, kecepatan arus, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), dan substrat.

2.6. Analisis Data

2.6.1. Kerapatan lamun

Kerapatan Jenis (Ki), yaitu jumlah total individu jenis lamun suatu unit area

yang diukur. Kerapatan jenis lamun dihitung dengan rumus, (Fachrul 2007):

𝐾𝑖 =𝑛𝑖

𝐴

Dimana:

Ki = kerapatan jenis ke-i

Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i

A = Luas area total pengambilan sampel (m2)

2.6.2. Kepadatan Bivalvia

Kepadatan diartikan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan per satuan

luas. Menurut Fachrul (2007), perhitungan kepadatan jenis bivalvia dapat di

rumuskan sebagai berikut :

Kepadatan Jenis (𝐾𝑖) =𝐷𝑖

𝐴

Dimana :

Ki= Kepadatan jenis (individu/m2)

Di= Jumlah individu dari spesies ke-i (individu)

A = Luas area pengamatan (m2)

N= Jumlah individu dari seluruh spesies (individu)

2.6.3. Hubungan Kerapatan Lamun dan Kepadatan Bivalvia

Untuk melihat hubungan antara kerapatan lamun dengan kepadatan bivalvia di

analisis dengan menggunakan Regresi Linear Sederhana menggunakan bantuan

software SPSS, Rumus yang digunakan yaitu:

Y = a+bX +ei

Dimana:

Y= Kelimpahan Bivalvia

X= Kerapatan Lamun

a = intercept

b = Slope

ei= Galat error

Untuk menghitung hubungan keeratan dari kerapatan lamun dan kepadatan

bivalvia digunakan analisis korelasi sederhana. Rumus yang dipergunakan untuk

menghitung koefisien korelasi sederhana, (Lubis et al. 2014):

Page 5: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

5

keterangan :

r = nilai koefisien korelasi

x = kerapatan vegetasi lamun tiap transek

y = Kepadatan bilvavia tiap transek

Korelasi dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga

(-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negative sempurna r = 0.

Interprestasi angka korelasi menurut Latuconsina et al 2013.

0,00-0,20 : hubungan sangat lemah

0,20-0,40 : hubungan lemah

0,40-0,70 : hubungan cukup/sedang

0,70-0,90 : hubungan kuat

0,90-1,00 : hubungan kuat/sempurna

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Jenis Lamun Di Perairan Desa Pengudang

Hasil penelitian jenis lamun di perairan Desa pengudang ditemukan 7 jenis

lamun yang masuk ke plot pengamatan. Jenis – jenis yang dijumpai antara lain ;

Halodule pinifolia, Halodule univervis, Halophila ovalis, Syringodium

iseotifolium, Cymodecea rotundata, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii.

Dapat di lihat gambar lamun dan deskripsinya pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Lamun di Perairan pengudang

Gambar Identifikasi Gambar Ditemukan Deskripsi Lamun

Halodule pinifolia

- Ujung daun membulat

- Satu pusat pembuluh

daun

- Umumnya rimpang

pucat, dengan bekas

luka daun berwarna

hitam

√(nΣx² – (Σx)²) (nΣy2 – (Σy)2)

nΣxy–(Σx)(Σy) (Σy)

r =

Page 6: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

6

Halodule univervis

- Ujung daun berbentuk

trisula

- Satu pusat pembuluh

daun

- Umumnya rimpang

pucat.

Syringodium iseotifolium

- Penampang melintang

daun berbentuk silinder

- Ujung daun mengecil

pada satu titik

- Panjang daun 7 – 30 cm

Cymodecea rotundata

- Ujung daun membulat

- Helai daun sempit (lebar

2-4 mm)

- Panjang daun 7-15 cm

- Seludang daun

berkembang dengan baik

Halophila ovalis

- Jumlah pembuluh daun

melintang 10 atau lebih

- Permukaan daun tidak

berambut

Page 7: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

7

Enhalus acoroides

- Daun sangat panjang,

bentuk mirip pita.

- Rimpang tebal dengan

rambut hitam panjang,

dan akar seperti tali

- panjang daun 30-150 cm

Thalassia hemprichii

- Bintik – bintik hitam

kecil (sel tannin) pada

daun

- Rimpang tebal dengan

skala diantara tunas

- Daun berbentuk sabit

(sedikit melengkung)

Panjang daun 10-40 cm

Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodecea serullata, Halodule

univervis, Halophila ovalis dan Thalassodendron ciliatum. Dari tabel 3 di atas

bahwa jenis – jenis tersebut dapat hidup bersamaan pada satu tipe substrat pada

satu perairan. Penelitian Juraij (2016) menemukan 8 jenis lamun di perairan Desa

Pengudang yaitu; Halodule pinifolia, Halodule univervis, Halophila ovalis,

Syringodium iseotifolium, Cymodecea rotundata, Cymodecea serrulata, Enhalus

acoroides dan Thalassia hemprichii dibandingkan dengan penelitian hanya di

temui 7 jenis dan 1 jenis yang tidak dijumpai yaitu Cymodecea serrulata

Menurut Purba et al. (2012), padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal

maupun vegetasi campuran lebih dari 2 spesies sampai 12 spesies yang tumbuh

bersama – sama pada satu substrat dan spesies lamun yang biasanya tumbuh

dengan vegetasi tunggal adalah

3.2. Kerapatan Lamun Di Perairan Desa Pengudang

Perhitungan tegakan lamun dalam satuan luas pengamatan yang terdiri dari 7

jenis lamun, di peroleh hasil bahwa antar jenis lamun memiliki nilai kerapatan

yang berbeda. Untuk melihat kerapatan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 8: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

8

Tabel 4. Kerapatan Lamun Di Perairan Desa Pengudang.

Kerapatan total dari semua jenis sebesar 170,70 tegakan/m² dengan demikian

jika mengacu pada kategori kerapatan menurut Gosari dan Haris (2012), bahwa

lamun termasuk dalam kondisi rapat jika dibandingkan dengan penelitian, Nabela

(2016) memiliki jumlah total kerapatan lamun sebesar 96,65 tegakan/m2

menunjukkan bahwa kerapatan total untuk semua jenis lamun termasuk kondisi

agak rapat. Hal ini dimungkinkan karena titik sampling yang berbeda.

Nilai kerapatan lamun tertinggi di perairan Desa Pengudang terdapat jenis

yang pertama yaitu jenis Thalassia hemprichii dan Halodule pinifolia. Kerapatan

lamun tertinggi jenis lamun Thalassia hemprichii, tumbuhan ini merupakan

spesies lamun cepat tumbuh dan mampu berkolonisasi dengan cepat di daerah

yang mengalami gangguan (Wagey dan Sake 2013). Penelitian Hapiansyah (2014)

menunjukkan kerapatan lamun tertinggi di perairan Desa Pengudang adalah jenis

Thalassia hemprichii dengan demikian perbandingan dengan penelitian ini

menunjukkan bahwa kerapatan lamun yang tertinggi di Desa Pengudang terdapat

jenis Thalassia hemprichii. Jenis lamun ini pada umumnya ditemukan pada

substrat pasir, pecahan karang dan juga substrat campuran lumpur pasir serta

lumpur lunak. Thalassia hemprichii memiliki kemampuan beradaptasi untuk

hidup pada berbagai substrat dengan baik sehingga tersebar cukup merata,

(Harpiansyah 2014).

Rendahnya nilai kerapatan jenis lamun Halophila ovalis dikarenakan lamun ini

keberadaanya hanya terbatas pada bagian pinggir pantai yang paling dangkal,

sehingga bila ada proses kekeruhan, sebagian penetrasi cahaya masih dapat

mencapai dasar perairan yang tetap memberikan kesempatan bagi lamun jenis ini

untuk tumbuh dan berfotosintesis, (Bratakusuma et al. 2013)

3.3. Jenis Bivalvia Di Perairan Desa Pengudang

Jenis bivalvia yang ditemukan di Perairan Desa Pengudang tertera pada Tabel

5. Berdasarkan tabel, di jumpai 10 spesies bivalvia yang termasuk ke dalam 4

ordo, 9 genus serta 10 spesies.

Jenis Jumlah (tegakan) Kerapatan

(tegakan/m²)

Halodule pinifolia 639 21,30

Halodule univervis 331 11,03

Halophila ovalis 301 10,03

Syringodium iseotifolium 356 11,87

Cymodecea rotundata 471 15,70

Enhalus acoroides 336 11,20

Thalassia hemprichii 2687 89,57

Jumlah 5121 170,70

Page 9: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

9

Tabel 5. Jenis Bivalvia yang ditemukan

Gambar Identifikasi Gambar Ditemukan Taksonomi

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Pterioamorphia

Order : Arcoida

Superfamily : Arcoida

Family : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara

antiquate

Nama Lokal : Kerang

bulu

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heteredonta

Order : Veneroida

Superfamily : Veneroidea

Family : Venerideae

Genus : Calista

Spesies : Calista impar

Nama Lokal : Remis

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heteredonta

Order : Veneroida

Superfamily : Veneroidea

Family : Veneridea

Genus : Circe

Spesies : Circe scripta

Nama Lokal : Remis

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heteredonta

Order : Veneroida

Superfamily : Veneroidea

Family : Veneridea

Genus : Circe

Spesies;Circe tumefacta

Nama Lokal : Remis

Page 10: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

10

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heteredonta

Order : Veneroida

Superfamily : Mactroidea

Family : Mactridae

Genus : Mactra

Spesies : Mactra grandis

Nama Lokal : Lokan

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Ptelomophia

Order : Mytiloida

Superfamily : Mytiloidea

Family : Mytilidae

Genus : Modiolus

Spesies : Modiolus

metcalfei

Nama Lokal : Kijing

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Ptelomophia

Order : Pteroida

Superfamily : Pinnoidea

Family : Pinnidae

Genus : Pinna

Spesies : Pinna bicolor

Nama Lokal : Kerang

kapak

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heterodonta

Order : Veneroida

Superfamily : Veneroidea

Family : Veneridae

Genus : Gafarium

Spesies:Gafarium

pectinatum

Nama Lokal :Gorap

Page 11: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

11

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heterodonta

Order : Veneroida

Superfamily : Veneroidea

Family : Veneridae

Genus : Pitar

Spesies : Pitar citrinus

Nama Lokal : Kerang

venus

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Subclass : Heterodonta

Order : Veneroida

Superfamily : Chardiidae

Family : Trachycardiinae

Genus : Trachycardium

Spesies : Trachycardium

flavum

Nama Lokal : Kerang

burung

3.4. Kepadatan Bivalvia di Perairan Desa Pengudang

Kepadatan jenis bivalvia dinyatakan dalam satuan individu yang menempati

ruang seluas satuan meter persegi

Tabel 6. Kepadatan Bivalvia di Perairan Pengudang

Jenis Bivalvia Jumlah Bivalvia

(ind)

Kepadatan

Bivalvia

(ind/m2)

Anadara antiquata

56 1,87

Calista impar 34 1,13

Circe scripta 42 1,40

Circe tumefacta 29 0,97

Mactra grandis 9 0,30

Moidolus metcalfei 15 0,50

Pinna bicolor 15 0,50

Gafarium pectinatum 15 0,50

Pitar citrinus 27 0,90

Trachycardium flavum 77 2,57

Jumlah 319 10,63

Page 12: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

12

Hasil penelitian di perairan Desa Pengudang (Tabel 6) diketahui bahwa nilai

kepadatan tertinggi pada jenis Trachycardium flavum sebesar 2,57 ind/m2. Jenis

ini di temukan hampir setiap lokasi pengambilan baik pada lamun yang padat,

sedang dan jarang. Trancycardium flavum juga di temukan pada tipe substrat yang

berpasir, pasir berbatuan dan pasir berlumpur. Hal ini juga dikemukan pada

penelitian yang sama oleh Arbi (2011) yang mengatakan bahwa Trachycardium

flavum dari kelas pelecypoda merupakan jenis moluska yang memiliki sebaran

paling luas. Menurut Nyabakken (1992) bahwa tipe substrat berpasir akan

memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan

untuk kelangsungan hidupnya, sedangkan kelimpahan bivalvia terendah yaitu

jenis Mactra grandis mempunyai nilai kelimpahan lebih rendah yaitu 0,30 ind/m2

Menurut Ginting et al. (2017) habitat Mactra gradis hidup membenamkan diri

di dalam substrat berpasir atau pasir berlempung di daerah litoral. Kondisi fisika

dan kimia perairan sangat mendukung keberadaan bivalvia, selain dari ketersedian

makanan, unsur hara dan bahan organik maupun kemampuan biota untuk dapat

beradaptasi terhadap kondisi fisik lingkungan yang selalu berubah bahkan

terhadap tekanan ekologis seperti pemangsan oleh organisme lain bahkan

memperebut tempat demi kelangsungan hidupnya. Menurut Kustiyanrini dan

Djaja (2011), menyatakan arus menjadi salah satu faktor pembatas dalam

penyebaran makrozoobenthos. Arus yang kuat dapat mengurangi kepadatan

benthos di sebuah kawasan.

3.5. Parameter Fisika – Kimia Perairan Desa Pengudang

Kualitas perairan merupakan salah satu data penting yang dapat mewakili

kondisi perairan di suatu wilayah. Data hasil pengukuran kualitas perairan di desa

Pengudang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 1. Parameter Fisika – Kimia Perairan Desa Pengudang

No Parameter

Fisika

Kimia

Satuan Hasil Rata – rata Baku Mutu

(KEPMEN LH)

1 Suhu °C 30-31° 31,23°C ±0,28 28-30°C

2 Kecepatan

Arus

m/s 0,03-0,14 0,06 m/s ±0,03 -

3 Salinitas 24-30 26,930/00 ±1,23 33 – 340/00

4 pH 7,8-8,1 8,0 ±0,06 7 – 8,5

5 DO Mg/L 5,7-7,0 6,5 mg/L ±0,39 >5

Hasil pengukuran suhu di perairan Desa Pengudang (Tabel 9), berkisar 30°C -

31°C dengan rata – rata 31,23°C. Berdasarkan baku mutu KEPMEN LH No 51

Tahun 2004, menyebutkan bahwa kisaran suhu yang baik bagi kehidupan lamun

berkisar antara 28°C - 30°C. Menurut Wijayanti (2007) bahwa suhu dapat

membatasi sebaran hewan makrobenthos secara geografik dan suhu yang baik

untuk pertumbuhan hewan makrobenthos berkisar antara 25 - 31 °C. Berdasarkan

kondisi tersebut, kondisi suhu masih layak untuk kehidupan makrofauna karena

masih sesuai pada kisaran optimal yang ditentukan.

Page 13: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

13

Arus di Desa Pengudang tergolong arus lemah atau lambat karena kecepatan

arus rata – rata 0,06 m/s. Kecepatan arus berpengaruh terhadap distribusi biota

yang relatif menetap di perairan yaitu bentos, karena semakin besar kecepatan

arus maka akan terjadi kekeruhan, (Nybakken 1992). Menurut Wijayanti (2007),

arus dari 0,1 m/s termasuk kecepatan arus yang sangat lemah, sedangkan 0,1 – 1

m/s tergolong kecepatan arus yang sedang, kecepatan arus > 1 m/s tergolong

kecepatan arus yang kuat. Dengan demikian kecepatan arus perairan Desa

Pengudang dengan hasil yang didapatkan yaitu dalam keadaan lemah.

Perairan Desa Pengudang memiliki kecerahan 100%. Kecerahan perairan di

desa pengudang tergolong tinggi karena kecerahan masih tampak sampai dasar.

Dari hasil yang di dapat tersebut menunjukkan bahwa di daerah tersebut masih

mendukung kehidupan biota laut.

Kisaran nilai salinitas di perairan desa Pengudang sebesar 24 – 30 0/00 dengan

nilai rata – rata 26,9. Menurut Wijayanti (2007) kisaran optimal bagi kehidupan

organisme bhentos salah satunya pada kelas bivalvia pada ekositem perairan

adalah pada kisaran 25 – 400/00 . Mengacu dari kedua pendapat tersebut, salinitas

masih baik bagi kehidupan makrofauna bivalvia. Menurut Purba et al. (2012),

nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 350/00. Berdasarkan hasil

tersebut, kondisi salinitas perairan Desa Pengudang kurang dari batas optimal

yang ditentukan, namun kehidupan lamun masih dalam kondisi baik. Di dukung

oleh pendapat Hutabarat et al. (2014), mengemukan bahwa nilai toleransi antar

spesies lamun terhadap salinitas sangat bervariasi.

Nilai rata – rata pH di Desa Pengudang berkisar 7 – 8 . secara keselurahan

kondisi Derajat Keasaman masih sesuai untuk kehidupan lamun. Mengacu pada

KEPMEN LH Tahun 2004 kisaran derajat keasaman optimul untuk kehidupan

lamun berkisar 7 – 8,5. Hutabarat et al. (2014), nilai pH sangat mempengaruhi

proses biokimiawi perairan, pada kisaran pH <4,00, sebagian besar tumbuhan

akuatik akan mati karena tidak dapat bertoleransi pada pH rendah. Menurut

Wijayanti (2007) bahwa pH yang mendukung kehidupan mollusca berkisar antara

5,7 – 8,4, dan untuk molluska hidup pada batas kisaran pH 5,8 - 8,3. Dengan

demikian kondisi pH masih dikatakan layak untuk kehidupan makrofauna.

Hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Desa Pengudang berkisar 5 – 7

mg/L dengan nilai rata – rata 6,45 mg/L. Kisaran nilai DO yang diperoleh jika

dibandingkan dengan standar baku mutu KEPMEN LH NO 51 Tahun 2004 masih

dapat ditolerir untuk kehidupan bivalvia. Rendahnya nilai oksigen terlarut di

perairan Desa Pengudang tersebut di perkirakan karena kondisi panas yang cukup

terik sehingga suhu perairan meningkat yang berpengaruh terhadap kelarutan gas

oksigen di perairan. Menurut Klabat et al. (2007), penambahan oksigen melalui

proses fotosintesis dan pertukaran gas antara air dan udara menyebabkan kadar

oksigen terlarut relatif lebih tinggi di lapisan permukaan. Dengan bertambahnya

kedalaman, proses fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi

penurunan kadar oksigen terlarut sampai pada suatu kedalaman.

Tipe substrat yang ada pada ekosistem lamun di Perairan Desa Pengudang

terdiri dari pasir berkerikil. Komposisi pasir lebih besar yaitu 97,3% dibanding

dengan komposisi Gravel (kerikil/batu). Nilai oksigen akan lebih besar pada

substrat pasir dibandingkan yang berlumpur. Menurut Lindawaty et al. (2016),

jenis substrat sangat mempengaruhi penyebaran untuk biota akuatik, substrat pasir

Page 14: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

14

dan lumpur cenderung memudahkan biota untuk bergerak ketempat ketempat

yang lain.

3.6. Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kepadatan Bivalvia

Hubungan antara kerapatan lamun dengan kepadatan bivalvia di analisis

dengan menggunakan regresi sederhana.

Hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan bivalvia di peroleh hasil

yang positif. Jika positif makan hubungan antar kelimpahan bivalvia dengan

kerapatan lamun memiliki hubungan yang searah, artinya terdapat hubungan

dalam siklus / rantai makanan.

Hasil dari uji regresi pada, menunjukan asosiasi antara kerapatan lamun dengan

kepadatan bivalvia jika dilihat dari nilai r = 0,672, menunjukan bahwa keeratan

hubungan kerapatan lamun dengan kepadatan bivalvia tergolong sedang. Lamun

dan bivalvia memiliki keterkaitan salah satunya memiliki karakterisitik tipe

substrat yang sama yang dijadikan sebagai habitat. Selain itu, asosiasi lamun dan

bivalvia mempunyai keterkaitan yang kuat dalam siklus makanan. Serasah pada

lamun akan mengendap didasar perairan yang kemudian diuraikan oleh

mikroganisme yang menjadi makanan bivalvia sedangkan hasil penguraian akan

menjadi sumber makanan bagi larva, ikan – ikan kecil dan selanjutnya menjadi

makanan bagi biota lain Hermala (2015). Besarnya angka koefisien determinasi

(R2) 0,451 sama dengan 45,1 %, yang artinya bahwa kerapatan lamun bepengaruh

terhadap kelimpahan bivalvia sebesar 45,1% sedangkan 55% di pengaruhi oleh

faktor lain.

Menurut Hemminge dan Duarte (2000), keberadaan suatu jenis moluska di

daerah lamun tidak tergantung sepenuhnya pada keberadaan vegetasi lamun.

Faktor lingkungan seperti, karakteristik substrat, kedalaman dan salinitas

seringkali lebih memiliki pengaruh terhadap keberadaan suatu jenis moluska di

daerah lamun dan adanya masukan nutrien yang dibawa dari daratan ke laut.

Nybakken (1992) yang mengatakan bahwa substrat dasar merupakan salah satu

faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos,

selain itu parameter perairan seperti salinitas mempengaruhi penyebaran hewan

makrozoobenthos karena setiap organisme laut dapat bertoleransi terhadap

perubahan salinitas yang relatif kecil dan perlahan.

y = 0.0397x + 0.1283

R² = 0.451

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Kep

adat

an B

ival

via

Kerapatan Lamun

Page 15: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

15

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka di simpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat kerapatan lamun di perairan Desa Pengudang menghasilkan kerapatan

total sebesar 170,70 tegakan/m2. Kerapatan lamun tertinggi yaitu Thalassia

hempricii dengan nilai kerapatan 89,57 tegakan/m2. Kondisi lamun di perairan

Desa Pengudang tergolong kaya dan sehat.

2. Kelimpahan bivalvia di perairan Desa Pengudang menghasilkan kelimpahan

total sebesar 10.63 ind/m2. Kelimpahan tertinggi yaitu jenis Trachycardium

flavum dengan nilai kelimpahan 2.57 ind/m2.

3. Hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan bivalvia tergolong

sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,672.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, U. C. 2011. Struktur Komunitas Moluska di Padang Lamun Perairan Pulau

Taliase Sulawesi Utara. Jurnal Osenologi Dan Limnologi. 37 (1) : 71 - 89.

Bratakusuma, N., Sahami, F. M., Nursinar, S. 2013. Komposisi Jenis Kerapatan

dan Tingkat Kemerataan Lamun di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan

Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 1 (3) : 139 -

146.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Gosari, B. A. J., Haris, A. 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

Kepulauan Spermonde. Jurnal ilmu kelautan dan perikanan. 22 (3) : 156 - 162.

Ginting, E. D. D., Susetya, I. E., Patana, P., Desrita. 2017. Identifikasi Jenis –

Jenis Bivalvia di Perairan Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara. Aquatic

Sciences Journal. 4 (1) : 13 - 20.

Hemming, M., Duarte, C. 2000. Seagrass Ecology. United Kingdom At

University Press Cambridge.

Hutabarat, S., Suprapto., Bahari, C., M. 2014. Pengaruh Suhu dan Salinitas

terhadap Penetasan Kista Artemia Salina Skala Laboratorium. Jurnal Maquares.

3 (4) : 188-194.

Harpiansyah. 2014. Seagrass Community Structure in Aquatic [skripsi].

Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Hermala. 2015. Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kelimpahan Bivalvia di

Pesisir Pantai Dolpin Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. [skripsi] Universitas

Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Page 16: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

16

Hardiyansah. 2016. Produktivitas Biomassa Vegetasi Lamun di perairan Desa

Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepelauan

Riau. [skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang

Juraij. 2016. Hubungan Fungsional Sebaran Jenis Lamun dengan Kemunculan

Dugong Dugon di Pulau Bintan (Desa Pengudang & Desa Busung) Kepulauan

Riau.⦋Tesis⦌. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Klabat, T., Bangka, P., Simanjuntak, M. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent

Oxygen Utilization. Jurnal Ilmu Kelautan. Bangka. 12 (2) : 59 - 66.

Kustiyarini, L., Djaja, I. 2011. Keanekaragaman Bivalvia di Pesisir Pantai

Payumb Kelurahan Samkai Distrik Merauke. Jurnal Agricola. 1 (2) : 99 - 107.

Latuconsina, H., Sangadji, M., Dawar, L., 2013. Asosiasi Gastropoda pada

Habitat Lamun Berbeda di Perairan Pulau Osi Teluk Kontania Kabupaten

Seram Barat. Ilmu Kelautan dan Perikanan. 23 (2) : 67 – 78.

Lindawaty, Dewiyanti, I., Karina, S. 2016. Distribusi dan Kepadatan Kerang

Darah (Anadara sp) Berdasarkan Tekstur Substrat di Perairan Ulee Lheue Banda

Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1): 114-

123.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan

Dari Marine Biology And Ecology Oleh Eidman, M. Koesoebiono. Jakarta.

Nabela. 2016. Hubungan Tegakan Lamun terhadap Kelimpahan Makrofauna di

Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. [skirpsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Purba, P. N., Djunaedi, O. Christon. 2012. Pengaruh Tinggi Pasang Surut

terhadap Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun di Pulau Pari Kepulauan

Seribu Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (3) : 288 – 294.

Purba, G. T. P., Pratomo, A., Yandrii, F. 2013. Keanekaragaman Bivalvia pada

Padang Lamun Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten

Bintan Provinsi Kepulauan Riau. [skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.

RKPD. 2016. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bintan.

Kabupaten Bintan.

Wijayanti, H. 2007. Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. ⦋Tesis⦌.Universitas Diponegoro.

Semarang

Page 17: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia Di ...repository.umrah.ac.id/1413/1/jurnal debby uploud.pdfDesa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

17

Wagey, B. T., Sake, W. 2013. Variasi Morfometrik Beberapa Jenis Lamun di

Perairan Kelurahan Tongkeina Kecamatan Bunaken. Jurnal Pesisir Dan Laut

Tropis. 3 (1) : 36 - 44