Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH...

14
1 Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna Interstisial Di Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan Doni Sanova 1 , Ita Karlina 2 , Chandra Joei Koenawan 3 1 Email : [email protected] , Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultan Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Perairan Desa Pengudang memiliki ekosistem lamun yang menunjang hidupnya biota bentik meiofauna. Meiofauna merupakan organisme multiseluler yang hidup di antara pasir atau di dalam permukaan lumpur. Secara ekologi keberadaan meiofauna interstisial di ekosistem lamun berperan penting sebagai rantai makanan, penghancuran serasah lamun dalam proses biodegradasi dan perlindungan, sehingga kerapatan lamun akan berpengaruh terhadap kelimpahan meiofauna interstisial. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling dan sampel meiofauna diambil saat air laut dalam keadaan surut dengan menggunakan alat corer. Sampling dilakukan pada 3 stasiun, yaitu pada daerah padang lamun dengan kerapatan rapat, sedang dan jarang. Setiap stasiun dibagi menjadi 9 titik sampling total seluruhnya 27 titik sampling. Hasil pengamatan meiofauna ditemukan total 37 spesies meiofauna interstisial. Hasil penelitian meiofauna interstisial menunjukkan bahwa total individu yang paling banyak ditemukan berasal dari spesies Ammobaculites sp. yaitu sebanyak 334 individu/m 2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu dari spesies Allomorphina trigona dan Orbulina parva sebanyak 3 individu/m 2 dengan komposisi 0.097% dari total keseluruhan spesies. Pada kerapatan lamun padat nilai kelimpahan meiofauna interstisial 8813 individu/m 2 , kerapatan lamun sedang sebesar 4537 individu/m 2 dan pada kerapatan lamun jarang sebesar 1178 individu/m 2 . Hasil analisis korelasi nilai (r) sebesar 0,991 dan signifikansi (0,08 > 0,05), menunjukkan adanya hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna interstisial namun tidak signifikan. Kata kunci: Lamun, Meiofauna, Kerapatan, Kelimpahan, Desa Pengudang

Transcript of Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH...

Page 1: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

1

Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna Interstisial

Di Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan

Doni Sanova1, Ita Karlina

2, Chandra Joei Koenawan

3

1Email : [email protected]

,

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultan Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Perairan Desa Pengudang memiliki ekosistem lamun yang menunjang hidupnya

biota bentik meiofauna. Meiofauna merupakan organisme multiseluler yang hidup

di antara pasir atau di dalam permukaan lumpur. Secara ekologi keberadaan

meiofauna interstisial di ekosistem lamun berperan penting sebagai rantai

makanan, penghancuran serasah lamun dalam proses biodegradasi dan

perlindungan, sehingga kerapatan lamun akan berpengaruh terhadap kelimpahan

meiofauna interstisial. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode

purposive sampling dan sampel meiofauna diambil saat air laut dalam keadaan

surut dengan menggunakan alat corer. Sampling dilakukan pada 3 stasiun, yaitu

pada daerah padang lamun dengan kerapatan rapat, sedang dan jarang. Setiap

stasiun dibagi menjadi 9 titik sampling total seluruhnya 27 titik sampling. Hasil

pengamatan meiofauna ditemukan total 37 spesies meiofauna interstisial. Hasil

penelitian meiofauna interstisial menunjukkan bahwa total individu yang paling

banyak ditemukan berasal dari spesies Ammobaculites sp. yaitu sebanyak 334

individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu dari spesies

Allomorphina trigona dan Orbulina parva sebanyak 3 individu/m2 dengan

komposisi 0.097% dari total keseluruhan spesies. Pada kerapatan lamun padat

nilai kelimpahan meiofauna interstisial 8813 individu/m2, kerapatan lamun sedang

sebesar 4537 individu/m2 dan pada kerapatan lamun jarang sebesar 1178

individu/m2. Hasil analisis korelasi nilai (r) sebesar 0,991 dan signifikansi (0,08 >

0,05), menunjukkan adanya hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan

meiofauna interstisial namun tidak signifikan.

Kata kunci: Lamun, Meiofauna, Kerapatan, Kelimpahan, Desa Pengudang

Page 2: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

2

PENDAHULUAN

Ekosistem lamun memiliki fungsi dan peran yang dapat menunjang biota laut

lainnya, sehingga kelestariannya perlu dijaga. Berbagai macam jenis biota laut

yang dapat ditemukan diekosistem lamun salah satunya biota bentik seperti

meiofauna.

Menurut Zulkifli (2008), meiofauna merupakan hewan multiseluler berukuran

63–1000 μm (0.063–1 mm)yang melimpah pada komunitas dasar yang mulai dari

zona litoral atas sampai pada zona abisal. Dari segi ekologi keberadaan meiofauna

interstisial di ekosistem lamun berperan aktif dalam penghancuran bahan organik

berupa serasah di lamun, terutama dalam proses biodegradasi sisa tumbuhan yang

akan berlanjut ke proses mineralisasi oleh mikroba, menetralisasi bahan organik

dan melepaskan nutrient kelapisan kolom air, (Ruswahyuni 2008).

Adanya meiofauna interstisialdi ekosistem lamun sangat bepengaruh terhadap

struktur rantai makanan. Kerapatan lamun yang tinggi, serta kestabilitas substrat

yang diberikan oleh rhizome dan akar lamun dapat memungkinkan kelangsungan

hidup (sumber makanan) dan perlindungan bagi hewan meiofauna interstisial dari

bahaya predator. Maka dari itu luas tutupan dan kerapatan lamun juga

berpengaruh terhadap kelimpahan meiofauna interstisial yang mendiami

substratnya, (Trisnawati 2012).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kelimpahan

meiofauna interstisial pada kerapatan lamun yang berbeda di Perairan Desa

Pengudang dan untuk mengetahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan

meiofauna interstisial di perairan Desa Pengudang.

Page 3: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

3

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2017 – Juli 2108. Metode yang

digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Lokasi penelitian di Perairan

Desa Pengudang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan titik stasiun penelitian

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gps, roll meter,

transek kuadrat 1m x 1m, corer, mikroskop, saringan bentos, pinset, kaca objek,

multitester, salt meter, kamera, lugol 4%, aquades, plastik, kertas label, lamun dan

meiofauna.

Penentuan titik sampling penelitian dan parameter lingkungan

Penentuan titik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan tertentu. Sehingga di

dapat 3 stasiun penelitian berdasarkan pertimbangan tingkat kerapatan lamun yang

mengacu pada penelitian Susanti (2015). Stasiun (i) di daerah dermaga dan resort

Page 4: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

4

serta daerah pemukiman, stasiun (ii) di daerah konservasi dan DPPL dan stasiun

(iii) daerah dekat dengan pulau sumpat dan masih dipengaruhi oleh air sungai.

Penentuan sampling parameter lingkungan dilakukan dimasing- masing stasiun

dengan tiga kali pengulangan.

Pengamatan lamun

Sampling lamun dilakukan di 3 stasiun dengan metode Line Transect Quadrant

(Garis Transek). Pada titik stasiun dilakukan dengan menarik garis tegak lurus

mulai dari arah pantai awal ditemukan lamun sampai sepanjang 100 meter kearah

tengah laut. Pada setiap stasiun terdapat 3 garis transek jarak antar transek 100

meter sehingga jumlah keseluruhan 9 transek. Pengamatan lamu dilakuan dengan

cara menempatkan plot berukuran 1x1 meter. Kategori Kerapatan lamun mengacu

pada Haris dan Gosari (2012), kerapatan lamun tergolong rapat/lebat dengan

jumlah ≥ 175 ind/m2. Kerapatan lamun yang tergolong sedang/ kurang padat

merupakan kerapatan lamun dengan jumlah 75- 175 ind/m2, dan tergolong

kerapatan lamun yang sedikit/ jarang merupakan kerapatan lamun dengan jumlah

tegakan < 75 ind/m2.

Pengambilan sampel meiofauna dan parameter lingkungan

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan surut terendah dari pasang surut air

laut. Sampling dilakukan pada 3 stasiun yaitu di lamun dengan kerapatan padat,

sedang dan jarang. Pengambilan dilakukan dengan cara membenamkan pipa

paralon panjang total 20 cm dengan diameter 2 inchi (5,08 cm) kedalam substrat

lamun hingga kedalaman 10 cm. Sampel yang udah didapat diberi lugol 4%

kemudian dilakukan proses sortir dengan sampel disaring dengan saringan mesh

1mm dan identifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pengambilan sampel

Page 5: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

5

parameter lingkungan meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan

oksigen terlarut (DO).

Kelimpahan

Kelimpahan meiofauna interstisial ditentukan dengan menghitung jumlah

individu dalam satuan luas, (Odum 1971 in Trisnawati 2012).

Dimana :

Y = Kelimpahan meiofauna (ind/m2)

a = Jumlah meiofauna yang dihitung (individu)

b = Luas lingkaran corer (cm2)

Nilai 10.000 adalah nilai konvensi dari cm2 ke m2

Indeks Keanekaragaman (H’)

Nilai indeks keanekaragaman meiofauna interstisial ditentukan rumus indeks

Shannon-Winner (Zulkifli 2008).

Dimana :

H’ = indeks keanekaragaman Shannon- Wienner

ni = jumlah individu genus ke- i

N = jumlah total individu dalam komunitas

Kisaran indeks keanekaragaman (H’) dapat diklasifikasikan sebagai berikut,

(Fachrul 2007):

H' < 1 = Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah

sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan tidak stabil

1<H’ < 3 = Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem

cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

Page 6: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

6

H’ >3 = Keanekaragaman tinggi, produktivitas tinggi, stabilitas ekosistem

tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui pola penyebaran individu

tiap taksa.Untuk indeks keseragaman menggunakan rumus (Fachrul 2007).

Dimana :

E = Indeks Keseragaman

H’ = keanekaragaman Shannon- Wienner

H’max = Keseragaman maksimum (ln S)

S = Banyak taksa (jumlah individu yang ditemukan)

Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota yaitu merata atau tidak. H’maxakan

terjadi apabila ditemukan dalam suasana dimana semua spesies adalah melimpah.

Adapun, nilai E kisaran antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu

keadaan di mana semua spesies cukup melimpah.

Indeks Dominansi (D)

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dominansi

dari jenis tertentu. Rumus yang digunakan indeks Simpson, (Fachrul 2007).

Dimana :

D = Indeks dominansi

ni = Jumlah individu dari jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Nilai indeks dominasi berkisar antara 0 hingga 1.Jika indeks dominasi

mendekati 0 berarti hampir tidak ada taksa yang mendominasi dan biasanya

Page 7: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

7

diikuti dengan indeks keseragaman yang besar. Apabila indeks dominasi

mendekati 1 berarti ada salah satu taksa yang mendominasi dan diikuti dengan

nilai keseragaman yang semakin kecil, (Trisnawati 2012).

Analisis Data

Penyajian data dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Kemudian di analisis

dengan deskriptif berdasarkan hasil pengolahan kelimpahan, indeks

keanekaragaman, indeks dominansi dan indeks keseragaman. Untuk melihat

keterkaitan hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna interstisial,

di analisis dengan menggunakan uji korelasi dan uji signifikansi ( uji t) dua arah

menggunakan metode korelasi person dengan bantuan bantuan software SPSS

versi 16.0. Tujuanya untuk melihat apakah ada hubungan korelasi antara

kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna serta untuk melihat seberapa

besar tingkat korelasi dan tingkat signifikansi keduanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan lamun

Hasil pengamatan dan komposisi lamun disajikan pada tabel 1. Dari hasil

pengamatan diperoleh 5 spesies lamun yaitu Enhallus accoroides, Thalassia

hemprichi, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serullata dan Halodule

uninervis.

Tabel 1. Hasil pengamatan kerapatan lamun perairan Desa Pengudang

No. Spesies

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Ni

KR

(%) Ni

KR

(%) ni

KR

(%)

1. Cymodocea serrulata 167 7.2 62 3.2 14 2.0

2. Enhalus accoroides 512 22.0 446 29.6 - -

3. Halodule uninervis 934 40.2 736 48.9 394 58.3

4. Syringodium isoetifolium 329 14.1 161 9.3 - -

5. Thalassia hemprichii 378 16.3 157 8.7 267 39.5

Page 8: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

8

Jumlah Individu 2320 1562 675

Kerapatan (ind/m2) 258 173 75

Hasil penelitian nilai kerapatan stasiun 1 total 258 ind/m2 kategori rapat,

stasiun 2 nilai kerapatan 173 ind/m2 kategori sedang, dan stasiun 3 nilai kerapatan

75 ind/m2 kategori rendah. Menurut Haris dan Gosari (2012), kerapatan lamun

tergolong rapat/lebat dengan jumlah ≥ 175 ind/m2. Kerapatan lamun yang

tergolong sedang/ kurang padat merupakan kerapatan lamun dengan jumlah 75-

175 ind/m2, dan tergolong kerapatan lamun yang sedikit/ jarang merupakan

kerapatan lamun dengan jumlah tegakan < 75 ind/m2.

Kelimpahan Meiofauna dan Indeks ekologi

Hasil perhitungan kelimpahan meiofauna interstisial di perairan Desa

Pengudang dapat di lihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Kelimpahan meiofauna interstisial di perairan Desa Pengudang

No.

Jenis

Tingkat Kerapatan lamun

Padat Sedang Rendah

1. Allomorphina trigona 15 - -

2. Ammonia beccarii 242 49 39

3. Ammobaculites sp. 1144 404 99

4. Anomalina ammonoides 355 168

5. Anomalia bengalensis 582 676

6. Asterigerinella gallowayi 355 - 49

7. Botellina labyrinthica 459 404 49

8. Bulimina madagascariensis 10 20 -

9. Cornuspira involvens 10 25 -

10. Dorothia pseudoturris 89 59 158

11. Eggerelloides scaber 202 261 79

12. Globobulmina turgid 35 10 10

13. Orbulina parva 10 5 -

14. Peneroplis pertusus 730 666 133

15. Peneroplis sp. 49 35 -

16. Plectrofrondicularia helenae 429 10 49

17. Reophax fusiformis 39 69 10

Page 9: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

9

18. Reophax speciosus 755 178 74

19. Rhabdammina abbyssorum 10 44 10

20. Rhabdammina discrete 49 - 39

21. Rosalina amaliae 49 59 59

22. Sigmamiliolinella australis 20 20 35

23. Spirophtaldium acutimargo 39 20 20

24. Syringammina fragilissima 247 128 10

25. Technitella thompsoni 148 39 74

26 Textularia pseudogramen 242 538 163

27. Triloculina sp. 385 20 94

28. Desmoscolex abbyssorum 907 173 44

29. Desmoscolex sp. 547 281 49

30. Enoplus sp 79 20 -

31. Nematoda sp. 104 20 69

32. Cladocera sp. 69 39 74

33. Diastylis laevis 5 - 25

34. Ostracoda sp. 89 25 25

35. Laubieriopsis cabiochi 192 69 89

36. Limmenius porcellus 94 5 15

37. Kinorhyncha sp. 30 - -

Jumlah Kelimpahan (Ind/m2) 8813 4537 1874

Pada stasiun 1 dengan kerapatan lamun tinggi menunjukkan nilai kelimpahan

tertinggi sebesar 8813 ind/m2, selanjutnya terjadi penurunan nilai kelimpahan

pada stasiun 2 dan 3 dengan kerapatan lamun sedang sebesar 4537 ind/m2, dan

kerapatan lamun rendah sebesar 1874 ind/m2.

Tabel 3. Indeks ekologi meiofauna berdasarkan kerapatan lamun yang berbeda

Stasiun Indeks Nilai Indeks Kategori

Keanekaragaman (H’) 3.0091 Tinggi

1 Dominansi (C) 0.0644 Rendah

Keseragaman (E) 0.8333 Tinggi

Keanekaragaman (H’) 2.7542 Sedang

2 Dominansi (C) 0.0873 Rendah

Keseragaman (E) 0.7947 Tinggi

Keanekaragaman (H’) 3.1657 Tinggi

3 Dominansi (C) 0.0490 Rendah

Keseragaman (E) 0.9308 Tinggi

Page 10: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

10

Hasil perhitungan nilai indeks pada setiap stasiun penelitian nilai indeks yang

berbeda-beda berkisar antara 2.7542 – 3.1657 secara keseluruhan berkategori

tinggi namun stasiun 2 berkategori sedang. Secara keseluruhan nilai ini

menunjukkan kondisi dari komunitas meiofauna interstisial didaerah ini dalam

keadaan baik dan masih tergolong stabil. Lingkungan pesisir yang alami,

komunitasnya cenderung memperlihatkan keanekaragaman yang tinggi, tidak ada

dominansi oleh jenis tertentu, dan pembagian jenis yang hampir merata dalam

area, (Sabrianto 2018).

Parameter Lingkungan

Tabel 4. Parameter Lingkungan Perairan Desa Pengudang

Parameter

Satuan

Kerapatan Lamun

Padat Sedang Rendah

Suhu oC 29.6 30.3 29.8

Salinitas ‰ 30.8 30.1 30.8

Ph - 7.2 7.0 7.0

DO mg/L 7.9 7.7 7.9

Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan pada kerapatan lamun

padat, sedang, dan jarang, suhu air berkisar 29-30 oC, salinitas 30 ‰, pH 7.0-7.2

dan DO 7.7-7,9 mg/L. Secara keseluruhan nilai parameter lingkungan di perairan

desa pengudang menunjukkan lokasi ini mendukung untu kehidupan dan

perkembangan meiofauna.

Menurut Hariyati ( 2007) Suhu optimum perkembangan meiofauna adalah

berkisar 20-30 oC. Meiofauna dapat hidup dengan keragaman yang tinggi

diperairan yang berbeda mulai perairan air tawar, payau hingga laut, (Erliyanda

et.al. 2014). Pada lapisan sedimen yang oksik terdapat organisme meiofauna yang

Page 11: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

11

berlimpah, sedangkan dilapisan anoksik terdapat meiofauna tertentu yang dapat

hidup dalam keadaan anaerob (Natsir, 2010).

Hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna interstisial

Gambar 2. Kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna

Hasil Perhitungan Pada stasiun 1 yang memiliki kerapatan lamun tinggi

menunjukkan nilai sebesar 8813 ind/m2 meiofauna, kemudian terjadi penurunan

kelimpahan pada stasiun 2 dengan tingkat kerapatan lamun sedang sebesar 4537

ind/m2

meiofauna, selanjutnya terjadi penurunan nilai kelimpahan kembali pada

stasiun 3 yang memiliki tingkat kerapatan lamun rendah sebesar 1874 ind/m2.

Menurut Zulkifli (2008), dinamika komunitas meiofauna di habitat yang

bervegetasi lamun sangat bergantung pada musim dan siklus pertumbuhan serta

pembusukan serasah dari vegetasi ini. Daun, rhizome, dan akar lamun dapat

menyediakan sejumlah habitat dan tempat perlindungan yang penting bagi

meiofauna. Meiofauna dalam komunitas bentik dapat melimpah karena adanya

sumbangan detritus dari serasah tumbuhan, seperti serasah lamun dan serasah

mangrove. habitat sedimen yang ditumbuhi oleh vegetasi lamun dengan tingkat

deposit lumpur dan detritus yang tinggi, meiofauna nematoda merupakan

Page 12: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

12

kelompok khas yang dominan. Sedangkan pada perairan yang makrofitanya lebih

bersih pada wilayah yang salinitasnya tinggi cenderung didominasi oleh taksa

copepod dan ostracoda, (Ruswahyuni 2008).

Tabel 5. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson

Correlations

kerapatan lamun

kelimpahan

meiofauna

kerapatan lamun Pearson Correlation 1 .991

Sig. (2-tailed) .085

N 3 3

kelimpahan meiofauna Pearson Correlation .991 1

Sig. (2-tailed) .085

N 3 3

Hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara kerapatan lamun

dengan kelimpahan meiofauna (r) adalah 0,991. Hal ini menunjukkan bahwa

terjadi hubungan yang kuat/tinggi antara kerapatan lamun dengan kelimpahan

meiofauna. Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r positif (+),

berarti hubungan variabelnya bersifat searah yang mana semakin tinggi kerapatan

lamun maka semakin tinggi pula kelimpahan meiofauna. Hasil uji signifikansi

koefisien korelasi sederhana (uji t) dua arah dengan tingkat signifikansi 0.05

menunjukkan hasil signifikansi lebih besar yaitu 0.08> 0.05 yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna.

Berdasarkan dari hasil yang didapat menunjukkan kerapatan lamun memiliki

pengaruh terhadap kelimpahan meiofauna interstisial namun hubungannya tidak

signifikan.

Page 13: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

13

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa kelimpahan meiofauna

interstisial pada kerapatan lamun yang berbeda di temukan pada stasiun 1 lamun

padat yaitu 8813 ind/m2, pada stasiun 2 lamun sedang yaitu 4537 ind/m

2 dan pada

stasiun 3 lamun rendah yaitu 1874 ind/m2.

Dari hasil uji Bivariate Person atau uji korelasi sederhana tidak adanya

hubungan yang signifikan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan meiofauna.

sehingga dapat disimpulkan kerapatan lamun memiliki pengaruh terhadap

kelimpahan meiofauna interstisial namun hubungannya tidak signifikan.

SARAN

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai fenomena pengaruh habitat

bervegetasi (lamun dan mangrove) dengan habitat yang tidak bervegetasi (barn

area) serta hal- hal yang mempengaruhi kehidupan meiofauna pada habitat yang

berbeda serta pengaruh musin terhadap kelimpahan meiofauna.

UCAPATN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ita

Karlina, M.Si, dan bapak Chandra Joei Koenawan, M.Si. yang telah membimbing

dan membatu dalam penyusunan penulisan ini, serta keluarga dan teman teman

yang turut berpartisipasi dan penelitian dan dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Askara. Jakarta.

Erliyanda, Sarong, M.A., Octavina, C. Distribusi dan Kelimpahan Meiofauna di

Perairan Kuala Jeumpa Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Kelautan dan Perikanan. Unsyia. 2 (1): 55.

Page 14: Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kelimpahan Meiofauna ...repository.umrah.ac.id/1834/1/ARTIKEL ILMIAH (DONI SANOVA).pdf · individu/m2 dengan komposisi 10.820%, paling sedikit yaitu

14

Haris, A., Gosari, J.A. 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

Kepulauan Spermonde Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 22 (3):

256- 162.

Hariyati, R. 2012. Distribusi dan Kelimpahan Meiofauna di Hulu Sungai Code

Yogyakarta. Bioma. 9 (2): 34- 37.

Natsir, SM. 2010. Kelimpahan Foraminifera Resan pada Sedimen Permukaan di

Teluk Ambon. E- Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2 (1): 10.

Ruswahyuni. 2008. Hubungan Antara Kelimpahan Meiofauna Dengan Tingkat

Kerapatan Lamun Yang Berbeda di Pantai Pulau Panjang Jepara. Jurnal

Saintek Perikanan. 1(4) :35-41.

Sabrianto, E.W. 2018.Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan

Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja

Ali. Tanjungpinang.

Susanti, D. 2015. Struktur Komunitas dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang

Lamun di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Desa Pengudang Kecamatan

Teluk Sebong Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang.

Trisnawati, N. 2012. Struktur Komunitas Meiofauna Intertisial di Substrat Padang

Lamun Pulau Pari Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Depok.

Zulkifli.2008. Dinamika Komunitas Meiofauna Intertisial di Perairan Selat

Dompak Kepulauan Riau. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.