HUBUNGAN KEKERABATAN GENETIK TrichodinaSP. DAN ...
Transcript of HUBUNGAN KEKERABATAN GENETIK TrichodinaSP. DAN ...
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
HUBUNGAN KEKERABATAN GENETIK TrichodinaSP. DAN
PATOGENISITASNYA YANG MENGINFEKSI BENIH GURAME
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIANNYA DINI
DI KABUPATEN EXS. KARESIDENAN BANYUMAS JAWA
TENGAH
Oleh:
Rokhmani, Endang Ariyani S. dan Daniel Joko W.
Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto
Email : [email protected]
ABSTRAK Kabupaten Exs Karesidenan Banyumas Propinsi sentra benih makin tahun makin
meningkat. Satu permasalahan, yang penurunan produksi, disebabkan salah satunya oleh parasit.
Salah satu parasit yang menginfeksi benih gurame dengan adalah Trichodina sp. Kekerabatan
morfologi/fenotipe Trichodina sp. beberapa spesiesnya dari sentra benih gurame di Purbalingga,
Banyumas dan Banjarnegara adalah satu kerabat. Dan tingkat intensitas serta prevalensi infeksi
organisme ini dari lokasi-lokasi sampling tersebut tidak ada berbedaan. Hasil patogenitasnya yang
berbeda diduga dipengaruhi oleh variasi struktur morfologi Trichodina sp. tersebut, umur ikan dan
lingkungan yang berbeda. Telah dilakukan penelitian lanjutan tentang hubungan kekerabatan
variasi genetik Trichodina sp. pada benih gurame dan patogenisitasnya sebagai upaya
pengendalian dini di Kabupaten Exs Karesidenan Banyumas Jawa Tengah Hasil identifikasi
molekuler Protozoa Trichodina heterodentata dengan marka 18s rRNA yang menginfeksi benih
gurami di wilayah Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara, masing-masing adalah 10 %, 10%,
dan 45%.
Kata Kunci : Karagaman, Genetik, Trichodina sp., Gurame, Banyumas
PENDAHULUAN
Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lacepede) merupakan salah satu komoditas perikanan
air tawar yang cukup penting dan telah banyak dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia. Hal
tersebut terjadi karena ikan gurami memiliki harga jual tinggi dan peluang pasar yang besar.
Propinsi Jawa Tengah merupakan sentra benih ikan gurami yang setiap tahunnyaproduksinya
meningkat dari 94,6 ton di tahun 2011 dan tahun 2012 mencapai 109,7 ton (Anonim 2013).
Beberapa provinsi lain yang menjadi penghasil ikan gurame di Indonesia diantaranya Jawa Barat
dengan produksi ikan gurami mencapai 12.070 ton/th, Sumatera Barat 10.660 ton/th, Jawa Timur
9.525 ton/th, Jawa Tengah 7.475 ton/th, DI.Yogyakarta 6.031 ton/th, Lampung 4.098 ton/th, dan
Sumatera Selatan 2.518 ton/th (Astawan (2005). Kondisi ini mendorong Kementerian Perikanan
dan Kelautan (KKP) untuk menjadikan ikan gurami sebagai salah satu target pencapaian 127% di
tahun 2014 ini (KKP, 2010).
Target produksi tersebut menjadikan usaha budidaya ikan gurami sangat menjanjikan. Di sisi
lain, usaha budidaya intensif dengan menerapkan padat tebar yang tinggi pada lahan terbatas,
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
dapat berdampak pada munculnya serangan penyakit sehingga mortalitas benih gurami meningkat
dan berdampak pada menurunnya target produksi nasional. Salah satu parasit yang menginfeksi
benih gurami hampir di seluruh wilayah sentra benih ikan gurami di Indonesia dengan tingkat
patogenisitas mencapai 80% adalah Trichodina sp.
Trichodina sp. adalah protozoa parasit bercilia yang menyerang benih maupun ikan budidaya
baik ikan gurami maupun ikan air tawar lainnya.Ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap penurunan daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi
sekunder.Trichodina sp merupakan ektoparasit yang menginfeksi kulit dan insang ikan.Parasit ini
berkembang biak dengan cara pembelahan yang berlangsung di tubuh inang, mudah berenang
secara bebas, dapat melepaskan diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang.
Tingkat patogenisitas organisme protozoa inidi berbagai sentra benih ikan gurami, tidak
sama.Faktor yang sangat berpengaruh terhadap perbedaan tingkat patogenisitas adalah kemampuan
menginfeksi Trichodina sp. pada benih ikan gurami. Kemampuan menginfeksi ini ditentukan oleh
kemampuan melekat pada benih ikan. Kemampuan melekat Trichodina sp. berkaitan dengan
struktur dan morfologi cincin dentikel yang dapat berbeda antar kondisilingkungan lokasi sentra
benih dan budidaya ikan gurami (temperatur, lingkungan, kondisi fisik dan kimiawi perairan).
Keberadaan parasit dapat menyebabkan efek mematikan pada populasi inang dan konsekuensinya
dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan dan akuakultur.
Parasit tidak hanya dapat merugikan industri perikanan, deteksi morfologi dan molekuler
perlu untuk dilakukan untuk dapat menentukan cara identifikasi dan diagnosa yang tepat terhadap
parasit tersebut. Bentuk hubungan ekologi antara dua organisme, yang satu disebut parasit dan
yang lainnya disebut inang. Selanjutnya ditambahkan bahwa sifat – sifat esensial yang dimiliki
hubungan tersebut adalah : adanya ketergantungan fisiologi parasit terhadap inangnya, Inang yang
terinfeksi berat akan mengalami kematian, dan distribusi frekuensi parasit pada populasi inang
umumnya overdispers yang berarti bahwa varians (S2) dari populasi parasit jauh lebih besar di
banding dengan rata – rata (X) populasi parasit . Pada ikan-ikan air tawar, parasit ini umumnya
ditemukan di kulit, sedangkan pada ikan-ikan air laut di insang. Serangan dengan intensitas yang
tinggi dapat menyebabkan hiperplasia pada sisik dan kerusakan struktur insang, yang pada
akhirnya akan menyebabkan ikan mati.
Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara merupakan sentra utama benih ikan
gurami di Propinsi Jawa Tengah. Desa Kutasari, Baturraden dan Desa Kedungbanteng Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Desa Luwung Kecamatan Rakit dan Desa Purwonegoro
Kecamatan Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara ; Desa kutasari Purbalingga Penyebaran benih-
benih ikan gurami dari kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara ke seluruh wilayah di
Propinsi Jawa Tengah, menyebabkan bervariasinya kemampuan pertumbuhan dan perkembangan
ikan gurami. Interaksi dengan lingkungan lokal juga memungkinkan adanya upaya adaptasi ikan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
gurami maupun Trichodina sp. sebagai ektoparasitnya. Variasi baru sebagai akibat adanya inang
yang beradaptasi dan kondisi lingkungan, dapat menyebabkan variasi struktur dan morfologi
Trichodina sp. antar wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Variasi struktur dan morfologi ektoparasit
ini diduga juga berkaitan dengan tingkat patogenisitas yang tidak sama antar sentra benih gurami di
Propinsi Jawa Tengah.
Selain morfologi, berbagai macam penanda merupakan cara penting untuk membedakan
variasi struktur dan morfologi maupun genetis antar Trichodina sp. RAPD (Random Amplified
Polymorphic DNA) merupakan salah satu penanda DNA yang telah banyak digunakan untuk
mendapatkan gambaran keragaman genetik dan membedakan karakter tertentu pada suatu
organisme. Menurut Langga et al. (2012), teknik RAPD yang digunakan untuk mengidentifikasi
genotipe memiliki kelebihan dalam pelaksanaan dan analisisnya. Dikemukakan lebih lanjut oleh
Langga et al. (2012) bahwa teknik RAPD merupakan cara yang lebih murah, mudah dilakukan,
cepat memberikan hasil, menghasilkan polimorfisme pita DNA dalam jumlah banyak dan mudah
memperoleh primer acak yang diperlukan untuk menganalisis genom semua jenis organisme.
Teknik RAPD tidak membutuhkan informasi awal tentang urutan basa suatu spesies.
Hubungan antara struktur dan morfologi cincin dentikel Trichodina sp. dengan kondisi
lingkungan lokasi sentra benih dan budidaya ikan gurami dapat mempunyai derajat kesamaan atau
perbedaan baik morfologi (fenotipe) ataupun genetis. Keragaman fenotipe maupun genetis
Trichodina sp. antar kondisi lingkungan lokasi sentra benih dan budidaya ikan yang tinggi
menunjukkanpotensi penyebaran spesies parasit yang tinggi dan kemungkinan dengan tingkat
patogenisitas yang tidak sama. Sampai saat ini, belum ada satupun penelitian yang menilai
hubungan kekerabatan morfologi dan genetis Trichodina sp. dengan tingkat patogenisitas protozoa
ini pada benih ikan gurami.
Berdasarkan asumsi sebagaimana dimuka maka diajukan perumusan masalahnya adalah
1.Bagaimanakah keragaman genetik Trichodina sp. dari benih gurame di berbagai sentra benih
budidaya ikan gurami di Kabupaten Exs, Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa Tengah.
2.Bagaimanakah hubungan antara keragaman genetikTrichodina sp. dengan tingkat
patogenisitasnya di berbagai sentra ikan gurami di Kabupaten Exs, Karesidenan Banyumas
Propinsi Jawa Tengah Propinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan permasalahan sebagaimana dikemukakan maka tujuan penelitian adalah
1. Mengetahui jenis spesiesTrichodina sp. apa saja dari berbagai sentra benih dan budidaya ikan
gurami Kabupaten Exs, Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa Tengahdi Propinsi Jawa Tengah
berdasarkan susunan genetiknya
2. Menentukan hubungan kekerabatan genetik Trichodina sp. dengan tingkat patogenisitasnya pada
berbagai sentra benih ikan gurami di Kabupaten Exs, Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa
Tengah
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Hasil penelitian yang diperoleh merupakan landasan konseptual untuk menentukan
kelompok lokasi sentra benih ikan gurami yang mempunyai potensi serangan Trichodina sp. tinggi
beserta faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan budidaya ikan gurami
sebagai upaya pengendalian dini. Hasil penelitian dapat dibuat makalah untuk seminar nasional
mapun untuk diterbitkan jurnal, dan memperkaya materi ajar mengenai Protozoa parasit (
Parasitologi Akuatik)
METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian awal adalah menggunakan metode survai, dengan teknik pengambilan
sampel secara acak. Trichodina sp. diperoleh dari isolasi terhadap benih ikan gurami yang
dipelihara di sentra benih ikan guramiyang direncanakan pada : Desa Kutasari Kecamatan
Baturaden danDesa Kedungbanteng Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas ; Desa
Luwung Kecamatan Rakit dan Desa Purwonegoro Kecamatan Purwonegoro Kabupaten
Banjarnegara : Desa Kutasari Kecamatan Kutasari dan Desa Purbalingga Utara Kecamatan
Purbalingga Kabupaten Purbalingga :Pada tahapan ini sebagai tahapan terakhir, selain penentuan
moleklulnya untuk mengetahui hubungan kekerabatan genetik Trichodina sp. dengan tingkat
patogenisitasnya dari berbagai sentra benih budidaya ikan gurami di Exs Karesidenan Banyumas
Jawa Tengah.
Cara Kerja
Trichodina sp. di isolasidari benih ikan gurami pendederan 1dari sentra benih di Kabupaten
Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara. Sebelum dilakukan pengamatan variasi
genetik dan jarak genetik ,isolat Trichodina sp. diisolasi DNA genomnya menggunakan metode
alkalilysis. Dengan menggunakan pipets teril, diambil sebanyak 10 individu isolat Trichodina sp.
dari sentra benih ikan gurami pendederan tingkat 1 dan 2, dimasukkan kedalam tabung ependorf
yang berisi 180µlSTE. Kemudian isolat Trichodinasp. digerus menggunakan pestel steril. 20µl
proteinase K dan 200µl buffer AL (bufferlisis) ditambahkan pada sampel.Kemudian divortex
supaya tercampur merata dan diinkubasikan pada temperatur 700
C selama10 menit dengan box
heater. 200µl etanol 100% ditambahkan pada masing-masing sampel dan di vortex lagi untuk
mendenaturasi proteinase K.Campuran larutan tersebut
dipipet dan dimasukkan pada tabung Dneasyspincollum dan disentrifugasi pada 8000rpm selama 1
menit. Larutan yang melewati spincollum dibuang dan dipindahkan pada tabung 2ml yang baru dan
dicuci dengan 500µl buffer AW2, lalu disentrifugasi pada 16.000 rpm selama 3 menit untuk
mengeringkan membran Dneasy. Larutan dan tabung koleksi dibuang lagi .Dneasycollum
dimasukkan pada microcentrifuge yang steril dan ditambahkan 200 µl buffer AE dengan pipet
langsung pada membran. Sampel disentrifugasi selama1menit dengan 8000rpm. Dneasy spincollum
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
dibuang dan larutan disimpan pada temperatur-200C untuk digunakan berikutnya .DNA yang
diperoleh selanjutnya diamplifikasi dengan teknik RAPD. Amplifikasi fragmen DNA dengan
teknik RAPD. Volume total untuk PCR adalah 10ul yang trdiri atas 5ul gotaqgreen PCRmastermix
2x;2, 25ulDNA; 0,25ul primer dan 2,5ul water nuclease free.DNA diamplifikasi menggunakan
PCR Thermal Cycler BOECO. Metode amplifikasi dilakukan mengikuti Nandariyah (2010)
dengan sedikit modifikasi. Predenaturasi untai ganda DNA template pada suhu 95C selama
3 menit, diikuti dengan 40 siklus reaksi yang terdiriatas denaturasi pada suhu 94 C selama 1
menit, tahap penempelan primer (annealing) padasuhu 37 C selama 45 detik, pemanjang primer
(extension) pada suhu72C selama 1 menit 30detik, final extension pada suhu 72C selama 5 menit.
Diakhiri dengan holding pada suhu 4C selama 1 menit. Produk PCR dapat dilihat menggunakan
teknik elektroforesis. Produk di running menggunakan gel agarosa 1% dengan penambahan
TBE1x. Setelah selesai dirunning pada tangki elektroforesis selama 30 menit dengan tegangan 50
V, agarosa direnam dalam larutan Etanol selama 20 menit. Visualisasi dilakukan pada paparan
sinar UV menggunakan UV transluminator. Hasil visualisasi didokumentasikan menggunakan
kamera digital. Profil pola fragmen DNA masing-masing primer diskoring secara terpisah
berdasarkan ada tidaknya fragmen menggunakan kodebiner. Skor1 jika ada fragmen dan bila tidak
ada fragmen tanpa memandang intensitasnya. Ukuran molekul fragmen dna ditentukan dengan dna
ladder 3kb
Data yang diperoleh dianalisisse cara deskriptif berdasarkan ada tidaknya fragmen DNA yang
dihasilkan pada primer tiap lokusnya. Pola fragmen RAPD yang bersifat kualitatif diubah menjadi
data biner kuantitatif. Setelah itu, dilakukan analisis variasi genetik dan jarak genetik menggunakan
program Gen AlEx6.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesies Trichodina sp. sebagai parasit kosmopolitt yang hidupnya hampir ada didapatkan
pada air budidaya ikan air tawar dengan reproduksi yang aseksual yaitu membelah diri dengan
bagian tersebut masing-masing akan memperbanyak diri. Kemampuan ini menyebabakan bahwa
protozoa ini mudah didapatkan. Hal tersebut dikuatkan pernyataan Woo (1995) perbanyakan
Trichodina sp. dilakukan dengan membelah diri. Kemampuan Trichodina sp dapat menginfeksi ke
ikan budidaya pada berbagai umur ikan. Tingkat kejadian penyerangan protozoa parasit ini sampai
80%. Tentang jenis spesies Trichodina sp. ini yang ditentukan dengan pengukuran bagian-bagian
tubuh protozoa ini atau dengan gambaran/ukuran variasi morfometrik morfologi Trichodina sp.
Hasil penelitina (Basson & Van As, 2006) jenis-jenis spesies Trichodina sp. .yaitu
Trichodina acuta, Trichodina heterodentata, Trichodina magna dan Trichodina nobilis yang
ditemukan pada benih ikan gurame, sebagai ektoparasit dan banyak ditemukan di permukaan kulit
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
dan jarang ditemukan di insang. Sedangkan penelitian Rokhmani dkk ( 2015 ) jenis Trichodina sp.
pada benih gurame pada Kabupaten Banyumas, Banjarnegara dan Purbalingga adalah spesies
Trichodina sp. yang ditemukan adalah Trichodina nobilis, Trichodina reticulata. Tichodina acuta,
Trichodina heterodentata, Trichodina magna, Trichodina pediculus, dan Trichodina
nigra.(Rokhmani dkk., 2015). Dan penelitian lanjutan oleh Rokhmani dkk (2016) menemukan
jenis-jenis Trichodina pediculus,Trichodina magna, Trichodina nobilis , Trichodina nigra,
Trichodina acuta, dan Trichodina heterodentata. Khusus jenis Trichodina heterodentata
merupakan ektoparasit yang paling banyak ditemukan di hapir seluruh wilayah baik Jawa Tenghah
( Rokhmani 2015), juga benih gurami di Kota-kota besar di Pulau jawa ( Rokhmani dkk., 2016).
Trichodina heterodentata memiliki karakteristik diameter tubuh 71-106 µm; diameter
cincin dentikel 26-37 µm; diameter disc perekat 47-63 µm; jumlah dentikel 20-27; lebar membran
2,7 µm. Sedangkan menurut Van dan Basson (1986) dalam Woo (2006), Trichodina heterodentata
memiliki karakteristik diameter disc perekat 38-82 µm; diameter cincin dentikel 23-51 µm; jumlah
dentikel 20-30. Menurut Albaladejo & Arthur (1989) dalam Dana et al. (2002), jenis Trichodina
heterodentata memiliki karakteristik diameter tubuh 53,0-71,5 µm(57,9 µm± 3,7); diameter cincin
dentikel 24,5-41,2 µm(35 µm± 4,2); diameter disc perekat 44,0 –61,0 (52,1 ± 5,4); jumlah dentikel
20-24 (21,8 ± 1,2) dan lebar membran 4,0 -6,5 µm (5,5 µm ± 0,6). Menurut Duncan (1977) dalam
Padua et al. (2012), jenis Trichodina heterodentata memiliki karakteristik diameter tubuh 71-106
µm; diameter adhesive dic 47-63 µm; diameter cincin dentikel 26-37 µm; lebar membran 2,7 µm;
dan jumlah dentikel 20-27. Sedangkan menurut Van dan Basson (1986) dalam Woo (2006), jenis
Trichodina heterodentata memiliki karakteristik dengan kisaran diantaranya diameter adhesive dic
38-82 µm; diameter cincin dentikel 23-51 µm; dan jumlah dentikel 20-30. Gambar berikut adalah
jenis Trichodina sp. lain yang juga ditemukan adalah T. heterodentata. Karakteristik morfometrik
T.heterodentata pada benih ikan gurami.
Gambar 1 Trichodina heterodentata. A. T. heterodentata (hasil pengamatan), B. T. Hetero
dentata (Duncan, 1977 dalam de Padua et al., 2012), C. T.heterodentata (Van &
Basson, 1986 dalam Woo, 2006). Skala bar = 20µm.
Morfologi Trichodina sp. menunjukkan beberapa bentuk ray yang bervariasi. Trichodina
sp. memiliki bentuk dentikel arah proximal yang meruncing, melengkung, dan menumpul.
C B A
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Trichodina heterodentata memiliki ujung blade apex yang berbentuk tumpul dan bentuk denticle
ray yang meruncing lurus. Denticle ray pada Trichodina heterodentata memiliki bentuk yang
meruncing namun lebih tebal.
Beberapa hasil penelitian, hasil penelitian Amiruddin (2015) adanya variasi morfometrik
Trichodina sp. pada benih ikan gurami pendederan II dengan hasil ditemukan Trichodina sp. yang
diduga spesies Trichodina acuta, Trichodina heterodentata, Trichodina magna dan Trichodina
nobilis. Sedangkan Anisah (2016) menemukan adaanya variasi morfometrik dan diduga terdapat
beberapa jenis Trichodina sp. diantaranya T. heterodenta, T. nigra, dan T. acuta yang
meninfeksi benih gurami yang dijual di Pasar Purwonegoro Banjarnegara. Dan penelitiannya
Nurrochmah (2017) menemukan Trichodina heterodentata di benih gurame milik petani ikan
Kedungbanteng, dengan ukuran Trichodina heterodentata memiliki karakteristik diameter tubuh
71-106 µm; diameter cincin dentikel 26-37 µm; diameter disc perekat 47-63 µm; jumlah dentikel
20-27; lebar membran 2,7 µm.
Deteksi identifikasi protozoa pada penelitian ini dengan primer Trichodina heterodentata
mendapatkan hasil dari sampel Banyumas, Banjarnegara dan Purbalingga yang positip protozoa
tersebut masing-masing adalah 10%, 45% dan 10%. Angka ini menunjjukan bahwa Trichodina
heterodentata , sama yang ditemukan di 3 kabupaten terbut. Hal ini didukung hasil penelitian
Rokhmani dkk (2015), bahwa berdasarkan gambaran dendogram atau kekerabatan antara
Trichodina spp yang di \3 kabupaten adalah satu kerabat. Hasil gambaran elektroforesis dapat
dilihat pada penjelasan berikut ini.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Keterangan:
Elfor : BNG (12 – 14), PBG 1, PBG 2, PBG 3, PBG 4, PBG 5, PBG 6, PBG 8, PBG 9
(+) : BNG 12, BNG 13, BNG 14
Keterangan:
Elfor : PBG (10 – 20)
(+) : PBG 15, PBG 16
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Keterangan:
Elfor : BMS I (2 – 10), BMS II (2 – 3)
(+) :
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Keterangan:
Elfor : BJ 16, BYS 01, PG 07, BR 50
(+) : Beji (BJ 16), Banjarnegara (BR) 50
Keterangan:
Elfor : BNG (1 – 7)
(+) : Banjarnegara (BNG) 2, BNG 4, BNG 5, BNG 6, BNG 7
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Identifikasi molekuler Protozoa Trichodina heterodentata dengan marka 18s rRNA yang
menginfeksi benih gurami di wilayah Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara, masing-masing
adalah 10 %, 10%, dan 45%.
Saran-Saran :
1. Guna keperluan ketepatan diagnosa penentuan spesies Trichodina sp. maka disarankan
perlu penelitian lanjutan tentang penentuan perubahan mikroskopis kejadian serangan
protozoa ini dengan gambaran kerusakan dan gejala-gejalanya.
2. Perlu upaya terpadu pada penentuan diagnosa lapang dengan PCR test yang cepat dengan
alat PCR yang portable, sehingga upaya pengendaliannya bisa diterapkan pelaksanaannya
dengan segera.
3.
UCAPAN TERIMA KASIH
Diucapkan terima kasih kepada pimpinan Faklutas Biologi dasn Laboratorium Entomologi
Parasitologi serta staf dan mahasiswa peserta penelitian. Juga Terima kasih kepada Pimpinan
LPPM Unsoed atas kontrak penugasan penelitian riset kopetensi Perguruan Tinggi
REFERENSI
Axelood, h. R. 1989.Handbook of Fish Disease. T. F. H. Publication Inc, England.
Black, K. D. dan A. D., Pickering. 1998. Biology of Farmed Fish. CRC Press, Canada.
Chen, C. L., 1963. Studies on Ectoparasitic Trichodinids from Fresh Water Fish, Tadpole and
Crustacean in China.Acta Hydrobiologica Sinica, (3), pp 99-111.
Dana, 1. Effendi, K. Sumawidjaja dan Y. Hadiroseyan, 2002., PARASIT TRICHODINA PADA
BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) Trichodinid (Ciliophora: Peritrichida)
Ectoparasites of Sand Goby (Oxyeleotris marmorata) Fry D. i Jurusan Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor
Indonesia
Dove, A.D.M.& P.J.O’Donoghue, 2005. Trichodinids (Ciliophora: Trichodinidae) from Native and
Exotic Australian. Freshwater Fishes Acta Protozool. (2005) 44: 51 – 60
Kabata, Z. 1985. Parasites dan Diseases of Fish Cultured in the Tropic. Taylor and Francis,
London.
Langga, IF, M. Restu dan T. Kuswinanti. 2012. Optimalisasi suhu dan lama inkubasi dalam
ekstraksi DNA tanaman bitti (Vitex cofassus Reinw) serta analisis keragaman genetik dengan
teknik RAPD-PCR. Jurnal Sains & Teknologi, 12 (3), 265-276.
Martin ML., Marchiori N., Nines G., and Rodrigues MP., 2010. First Record of Trichodina
heterodentata from channel catfish in Brazil.Braz.J.Biol.Vol 70 no.3. Bazilia
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18November 2017 Purwokerto
Noble, E. R., and G. A. Noble. 1989. Parasitologi: Biologi Parasit Hewan edisi V. Diterjemahkan
oleh Wardianto. 1989. UGM Press, Yogyakarta.
Rokhmani, 2009. Keragaman Dan Tingkat Serangan Ektoparasit pada gurami tahap pendederan I
dengan ketinggian lokasi pemeliharaan yang berbeda. Jurnal Ilmiah Biologi Jur. Biologi
MIPA UNPAD Bandung
Rokhmani, Edy R dan Endang A.S. 2012., Pengaruh pengangkutan benih gurami “delivery order”
terhadap jumlah dan jenis ektoparasit.,.Proseding Semnaskan 2012 Jur. Perikanan Fakultas
Pertanian UGM Jogjakarta
Rokhmani, Edy R., dan Prasetyarti Utami, 2013., Dinamika Populasi ektoparasit pada ikan gurame
yang dibudidayakan monokultur dan Polikultur.,.Proseding Semnas MIPA Universitas
Terbuka Jakarta
Rokhmani, Edy R., dan Prasetyarti Utami, 2014., Spesifisitas dan Intensitas ektoparasit pada ikan
yang dipelihara polikultur.,.Proseding Semnas Biologi Unes Semarang.
Rokhmani, Edy P., dan Titi Chasanah , 2015., Hubungan Kekerabatan morfologi Trichodina Sp.
dan Patogenitasnya Pada Benih Gurame Sebagai Upaya Pengendalian Dini Di Jawa Tengah.
Proseding Semnas LPPM Unsoed Purwokerto.
Rokhmani, Edy R., Endang S., Darsono dan Daniel J.W. 2016 Hubungan Kekerabatan morfologi
Trichodina Sp. dan Patogenitasnya Pada Benih Gurame Sebagai Upaya Pengendalian Dini
Di Pulau Jawa , Proseding Semnas LPPM Unsoed Purwokerto
Rustikawati, I., Rostika, R., Iriana, D, & Herlina, E., 2004. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit
Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan
Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.Jurnal
Akuakultur Indonesia, (3), pp: 33-39.
Sachlan, M., 1972.Penyakit Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Bogor.
Santiago B.P., Mauricio LM., Silvia P.C., Mrarcia M.I. 2012. Trichodina heterodentata : a new
parasite for Piaractus m., Zootaxa. ISSN 1175-5334
Windarto, R., Y.T. Adipura, Wardiyanto & E. Eko, 2013. Keragaman Karakter Morfologi antara
Trichodina nobilis dan Trichodina reticulata pada Ikan Komet (Carassius auratus). E-Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.ISSN: 2302-3600.
Woo, J.L. 1991. Fish Disease and Disorder Parasite.University of Guelph.CAB.International.
Canada.
Zhao, Y. & F. Tang, 2011. Taxonomic Study of Trichodinids (Protozoa, Ciliophora) Infecting on
Gills of Freshwater Fishes, Cyprinus carpio dan Mylopharyngodon piceus from China,
with the Description of Trichodina regularis. European J. Scientific Research 58(2):231-
237.
Zheila, P.R.N., 2013. Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. pada Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Paper. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Pp 1-11.