HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI...

18
HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: MIA MILLATINA FISSILMI J 310 140 044 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI...

Page 1: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

i

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA

MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MIA MILLATINA FISSILMI

J 310 140 044

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

MIA MILLATINA FISSILMI

J 310 140 044

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Titik Susilowati, SKM. M.Gizi. RD

NIK/NIDN. 19750331 200604 2009

i

Page 3: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

iii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Oleh:

MIA MILLATINA FISSILMI

J310140044

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 6 November 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Titik Susilowati, SKM. M.Gizi. RD (...........................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Siti Zulaekah, A., M.Si (...........................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Farida Nur Isnaeni, S.G., M.Sc (...........................)

(Anggota II dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM, M.Kes

NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

ii

Page 4: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini adalah tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, November 2018

Penulis

MIA MILLATINA FISSILMI

J310140044

iii

Page 5: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

1

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA

MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Abstrak

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Remaja sangat beresiko terhadap kesehatannya dimana terjadi perubahan bentuk,

ukuran tubuh, fungsi tubuh, dan psikologi. Penyebab masalah gizi pada remaja

adalah kurangnya konsumsi pangan, penyakit infeksi dan faktor gaya hidup. Gaya

hidup pada remaja berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Kebiasaan makan

tersebut akan mempengaruhi status gizi. Berdasarkan survey pendahuluan status

gizi mahasiswi 24% status gizi kurus, 44% status gizi normal, 18% overweight

dan 14% obesitas. Berdasarkan hasil survey, 38% mahasiswi menyatakan bosan

dengan menu yang disajikan oleh pesma, dan 27% menyatakan bahwa menu yang

disajikan kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara kecukupan zat gizi dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas

Mansyur. Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan Cross

Sectional. Subjek penelitian penelitian ini adalah mahasiswi Pesma KH Mas

Mansyur sebanyak 33 dengan metode Simple Random Sampling. Data asupan

makan diperoleh menggunakan form semi-quantitative food frequency

questionnaire dibandingkan dengan AKGX100%. Status gizi di dapatkan dari

pengukuran BB/TB. Analis statistik menggunakan uji pearson product momen.

Berdasarkan asupan energi 82% responden memiliki asupan yg baik dan 18%

responden memiliki asupan yang kurang. Berdasarkan asupan protein 52%

responden memiliki asupan yang baik, 3% responden memiliki asupan yang

kurang, dan 45% memiliki asupan yang lebih. Berdasarkan asupan lemak 70%

responden memiliki asupan yang baik dan 30% responden memiliki asupan yang

kurang. Berdasarkan asupan karbohidrat 67% responden memiliki asupan yang

baik, 27% responden memiliki asupan yang kurang, dan 6% memiliki asupan

yang lebih. Ada hubungan antara kecukupan energi dengan status gizi dengan

nilai p=0,002. Ada hubungan antara kecukupan protein dengan status gizi dengan

nilai p=0,011. Ada hubungan antara kecukupan lemak dengan status gizi dengan

nilai p=0,041. Ada hubungan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi

dengan nilai p=0,008. Ada hubungan antara kecukupan zat gizi dengan status gizi

pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.

Kata kunci: kecukupan zat gizi, remaja, status gizi.

Abstract

Adolescence is a transition period from childhood to adulthood. Adolescents are

very at risk for their health where there are changes in body shape, body size,

body function and psychology. The cause of nutritional problems in adolescents is

a lack of food consumption, infectious diseases and lifestyle factors. Lifestyle in

adolescents affects their eating habits. These eating habits will affect nutritional

status. Based on the preliminary survey of female nutrition status 24%

underweight, 44% normal, 18% overweight and 14% obese. Based on the result of

Page 6: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

2

the survey, 38% of the students stated they were bored with menu presented by

Pesma, and 27% stated that menu was not varied. This study aims to determine

the correlation between adequacy of nutrition substance and nutritional status in

female students of Pesma KH Mas Mansyur. This is an observation with Cross-

sectional approach. Research subject of this study was 33 female students of

Pesma KH Mas Mansyur were recruited using Simple Random Sampling

technique. Food intake data obtained using semi-quantitative food frequency

questionnaire compared with AKGX100%. Nutritional status is obtained from

measurements of body weight and height. Data was analysed with pearson

product momen test. Based on energy intake 82% of respondents have a good

intake and 18% have a less intake. Based on protein intake 52% of respondents

have a good intake, 3% of respondents have less intake, and 45% have over

intake. Based on fat intake 70% of respondents have a good intake and 30% of

respondents have less intake. Based on carbohydrate intake 67% of respondents

have a good intake 27% respondents have less intake, and 6% have over intake.

There is a correlation between adequacy of energy and nutritional status with a

value of p=0,002. There is a correlation between adequacy of protein and

nutritional status with a value of p=0,011. There is a correlation between

adequacy of fat and nutritional status with a value of p=0,041. There is a

correlation between adequacy of carbohydrate and nutritional status with a value

of p=0,008. There is a correlation between adequacy of nutrition substance and

nutritional status in female students of Pesma KH Mas Mansyur.

Keywords: Adequacy of nutrition substance, Adolescent, nutritional status.

1. PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Remaja sangat beresiko terhadap kesehatannya dimana terjadi perubahan bentuk,

ukuran tubuh, fungsi tubuh, dan psikologi (Rice dan Dolgin, 2002). Menurut

WHO (2005) penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurangnya konsumsi

pangan, penyakit infeksi dan faktor gaya hidup. Gaya hidup pada remaja

berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Asupan energi pada remaja lebih

banyak diperoleh dari luar rumah dan banyak mendapatkan pengaruh dalam

memilih makanan yang akan dimakan. Remaja sering mengalami trial and eror

sehingga remaja gemar mencoba makanan baru salah seperti fast food (Virgianto,

2006).

Arnelia (2005) mengungkapkan bahwa remaja memiliki perilaku makan

yang sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, antara lain:

sering melewatkan makan terutama pada makan pagi atau sarapan, gemar

mengkonsumsi snacks, gemar mengkonsumsi minuman ringan (softdrinks) dan

Page 7: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

3

sangat menggemari makanan cepat saji (fast food), makanan ini memiliki

komposisi zat gizi yang tinggi energi, lemak serta protein. Remaja seringkali

melewatkan sarapan pagi, menyebabkan remaja sering mengganti makan pagi

dengan makan siang yang berlebihan atau mengkonsumsi makanan kecil yang

mengandung tinggi lemak dan kalori dalam jumlah banyak.

Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa remaja memiliki pendangan

tersendiri mengenai tubuhnya (body image) yang seringkali salah. Sebagian besar

remaja putri memiliki pemikiran bahwa tubuh ideal merupakan impian dan untuk

mendapatkan impian tersebut, biasanya banyak remaja putri yang melakukan diet

ketat dan menyebabkan remaja kurang mendapatkan makanan seimbang dan

bergizi. Remaja putri memiliki pola dan kebiasaan makan yang homogen dimana

asupan energi dan zat gizi kuran dari angka kecukupan gizi yang sudah dianjurkan

(Sayogo, 2011). Barazi (2007) menyatakan bahwa ketidakseimbangan antara

asupan dan keluaran energi akan mengakibatkan pertambahan berat badan

sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh yang awalnya kurus menjadi gemuk atau

sebaliknya.

Asupan zat gizi protein, karbohidrat dan lemak dalam tubuh akan

menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh. Energi dibutuhkan individu

untuk memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses pertumbuhan dan

untuk aktifitas sehari-hari. Energi dapat diperoleh dari protein, lemak dan

karbohidrat yang ada di dalam bahan makanan (Soediatama, 2010). Status gizi

adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi ke dalam

tubuh (nutrien input), dengan yang dibutuhkan oleh tubuh (nutrien output) akan

zat gizi tersebut (Supariasa, 2012).

Berdasarkan data Riskesdas 2013, di Indonesia prevalensi penduduk > 18

tahun dengan status gizi kurus (8,7%), berat badan lebih (13,5%) dan obesitas

(15,4%). Di Jawa Tengah didapatkan prevalensi penduduk > 18 tahun sebanyak

(12,5%) berstatus gizi kurus, (13,2%) berstatus gizi dengan BB lebih dan (7,8%)

berstatus gizi obesitas. Data status gizi kurus provinsi Jawa Tengah lebih tinggi

dari rata-rata nasional, data status gizi dengan BB lebih, lebih rendah dari rata-rata

nasional dan data status gizi obesitas lebih rendah dari rata-rata nasional. Pada

Page 8: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

4

tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

(18,1%) dari tahun 2007 (13,9%) dan (17,5%) dari tahun 2010 (15,5%).

Studi pendahuluan di Pesma KH Mas Mansyur yang dilakukan pada bulan

September tahun 2017, terdapat 50 mahasiswi yang dijadikan sebagai subjek

penelitian. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 24% mahasiswi dengan status gizi

kurus, 44% mahasiswi dengan status gizi normal, 18% mahasiswi dengan status

gizi overweight dan 14% mahasiswi dengan status gizi obesitas. Angka tersebut

lebih besar jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional. Hasil survey

menunjukkan bahwa sebanyak 38% mahasiswi menyatakan bosan dengan

makanan yang disajikan oleh pesma, 27% mahasiswi menyatakan bahwa menu

yang disajikan oleh Pesma kurang bervariasi.

Tujuan penelitian ini ada tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecukupan zat gizi dengan

status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.

2. METODE

Jenis Penelitian ini observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Mahasiswa KH Mas Mansyur. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018. Populasi penelitian adalah

mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.

Sampel penelitian sebanyak 36 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

asupan makan dan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur sebagai

variabel terikat. Kriteria inklusi meliputi bersedia menjadi responden, remaja

akhir (18-21 tahun), dapat diukur antropometri, dalam keadaan sehat. Kriteria

eksklusi yaitu memiliki cacat fisik seperti anggota badan tidak lengkap sehingga

tidak dapat dilakukan pemeriksaan antropometri.

Pengambilan data asupan makan diperoleh dengan wawancara

menggunakan formulir Semi-Quantitative Food Frequency (Semi-FFQ) yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan Nutry Survey, lalu dibandingkan

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan dinyatakan dalam presentase. Data

status gizi berdasarkan IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran

Page 9: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

5

antropometri. Data berat badan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan

menggunakan timbangan injak, data tinggi badan diperoleh dengan cara

melakukan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Hasil tersebut

kemudian akan dihitung IMT dengan cara membagi BB dengan TB (dalam satuan

cm).

Uji kenormalan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa data kecukupan zat gizi (Energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan status

gizi mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur berdistribusi normal. Uji hubungan

asupan makan dengan status gizi menggunakan uji Pearson Product Moment

(PPM). Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan

komputer SPSS. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta dengan nomer ethical clearance No: 1286/B.1/KEPK-FKUMS/VI/2018.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Kecukupan Energi dengan Status Gizi pada Mahasiswi

Pesma KH Mas Mansyur.

Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi

pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Dengan Status Gizi

Variabel Minimal Maksimal Mean Standar

Deviation

P*

Kecukupan

energi (kkal)

68,40 111,84 94,51 9,24

0,002

Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55

*Uji Pearson Product Moment

Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05),

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan energi

dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan

dengan Bryan, Nova dan Maureen (2014) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian Regar dan Sekartini (2012), bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan energi dengan status gizi.

Page 10: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pesma KH Mas Mansyur memiliki

kantin yang menyediakan makan untuk mahasiswi sebanyak 2 kali dalam sehari

dari hari senin sampai hari jumat. Menu makan dibagi menjadi pagi-siang dan

sore-malam, Pesma membebaskan mahasiswi untuk memilih waktu makan. Menu

yang disediakan cukup baik, terdiri dari makanan pokok, dua macam lauk serta

dua macam sayur. Penyediaan makanan ini dilakukan dengan cara prasmanan,

sehingga membebaskan mahasiswi dalam mengambil jumlah makanan. Hal

tersebut berlaku untuk makanan pokok saja, sedangkan untuk lauk pauk dibatasi

sesuai dengan jumlah mahasiswi. Selain mengkonsumsi makanan dari Pesma,

mahasiswi juga dibebaskan untuk membeli makanan ataupun jajanan dari luar

pesma, sehingga kebutuhan mahasiswa dapat terpenuhi melalui konsumsi

makanan dari luar pesma. Menurut Krebs et al (2007) prevalensi konsumsi

makanan ringan meningkat tiap individu. Usia muda rentan terhadap penyakit

yang disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil wawancara,

terdapat mahasiswa yang sedang melakukan diet, sehingga menyebabkan

mahasiswi tersebut membatasi konsumsi makanan sumber energi. Hal tersebutlah

yang dapat melatarbelakangi adanya ketidaksesuaian antara status gizi yang

normal dengan kecukupan energi yang kurang, begitupula dengan adanya

ketidaksesuaian antara status gizi overweight dan obesitas dengan asupan energi

yang baik.

Menurut Harianti (2013), berat badan yang normal atau ideal menandakan

kecukupan energi seseorang. Tingkat konsumsi energi merupakan asupan pangan

yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir lalu dikonversi menjadi kalori (energi)

atau angka kecukupan gizi perhari setiap orang. Remaja membutuhkan gizi yang

khusus karena memiliki pertumbuhan yang cepat seperti mineralisasi tulang,

massa tubuh, massa lemak. Remaja membutuhkan gizi yang tinggi, pemilihan

makanan selama masa remaja sangat mempengaruhi kesehatan, baik untuk saat ini

maupun untuk masa yang akan datang (Sizer, 2000). Apabila remaja

mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai dengan kebutuhan

maka tidak ada penyimpanan energi di dalam tubuh. Akan tetapi apabila remaja

mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi melebihi dari kebutuhan

Page 11: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

7

individu maka energi yang berlebih tersebut akan disimpan sebagai cadangan

energi. Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2014) mengkonsumsi kalori lebih

banyak dari yang diperlukan oleh tubuh dapat menyebabkan obesitas. Faktor

utama yang menyebabkan obesitas adalah ketidakseimbangan asupan energi

dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi apabila konsumsi makanan

berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme tubuh dan

aktivitas fisik rendah. Masukan makanan, kekurangan energi dan keturunan

merupakan tiga faktor yang dianggap mengatur perlemakan tubuh dalam proses

terjadinya kegemukan. Ada dua faktor terjadinya kegemukan, yaitu masukan

energi dan kekurangan energi dianggap sebagai penyebab langsung, sedangkan

keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak tersebut terjadi

karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dan

yang digunakan.

3.2 Hubungan Kecukupan Protein dengan Status Gizi pada Mahasiswi

Pesma KH Mas Mansyur.

Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi

pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Dengan Status Gizi

Variabel Minimal Maksimal Mean Standar

Deviation

p*

Kecukupan

protein

(gram)

88,98 168,07 125,00 16,78

0,011

Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55

*Uji Pearson Product Moment

Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,011 (p<0,05),

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan protein

dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Dewi, Pradigdo dan Rahfiludin (2017) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi, semakin tinggi

rata-rata konsumsi protein maka semakin tinggi pula status gizi berdasarkan IMT.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewanty,

Rahfiludin dan Aruben (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

Page 12: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

8

signifikan antara asupan protein dengan status gizi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam penyelenggaraan makanan di Pesma KH Mas Mansyur, dalam satu

kali makan terdapat lauk pauk sumber protein baik berasal dari sumber protein

hewani seperti daging ayam, ikan, telur, maupun sumber protein yang berasal dari

nabati seperti tahu dan tempe, sehingga kebutuhan protein mahasiswi dapat

tercukupi.

Irianto (2014) menyatakan bahwa remaja putri lebih menyukai

mengonsumsi makanan nabati dibandingkan dengan makanan hewani, remaja

putri ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makan. Protein adalah

suatu molekul penting yang ada pada semua sel hidup. Semua enzim, hormon,

pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya merupakan

protein. Selain itu asam amino yang bertindak sebagai prekusor sebagian besar

koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul yang essensial untuk kehidupan.

Protein memiliki fungsi yang khas yag tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,

yaitu berfungsi untuk membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Selain itu protein juga digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel tubuh.

Protein yang cukup mampu melakukan fungsinya untuk untuk proses

pertumbuhan (Almatsier, 2010).

Indra dan Yettik (2013) menyatakan bahwa apabila tubuh kekurangan

protein, maka akan mengakibatkan pertumbuhan serta sistem kekebalan terganggu

serta mengurangi kemampuan sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Selain

itu produksi hormon dan enzim akan terganggu. Bila asupan energi terbatas diet

protein lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi, dan tidak

bisa dipakai untuk menyintesis jaringan baru. Kelebihan asupan protein dapat

mengakibatkan kelebihan berat badan atau sampai obesitas. Makanan yang tinggi

protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan

protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan

mengeluarkan kelebihan nitrogen.

Page 13: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

9

3.3 Hubungan Kecukupan Lemak dengan Status Gizi pada Mahasiswi

Pesma KH Mas Mansyur.

Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan lemak dengan status gizi

pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Tingkat Kecukupan Lemak Dengan Status Gizi

Variabel Minimal Maksimal Mean Standar

Deviation

p*

Kecukupan

lemak

(gram)

61,41 118,17 94,80 11,01

0,041

Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55

*Uji Pearson Product Moment

Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,041 (p<0,05),

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan lemak

dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Semakin baik asupan

lemak maka status gizi menjadi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsumsi makanan sumber lemak pada mahasiswi cukup baik, sebagian besar

mahasiswi suka mengonsumsi gorengan ataupun makanan yang diolah dengan

cara digoreng. Berdasarkan hasil wawancara, kecukupan lemak responden yang

kurang disebabkan karena kurangnya frekuensi konsumsi makanan sumber lemak

adanya beberapa mahasiswi yang alergi terhadap makanan tertentu seperti daging

ayam, telur dan ikan. Terdapat beberapa mahasiswi yang lebih suka mengonsumsi

sayuran daripada lauk pauk hewani, serta adanya mahasiswi yang menjalani diet

sehingga membatasi konsumsi sumber lemak seperti gorengan.

Soekirman (2006) menyatakan bahwa kebutuhan lemak belum

direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja pesan dalam pedoman gizi seimbang

menganjurkan bahwa kebutuhan lemak sebaiknya seperempat dari kebutuhan

energi. Menurut WHO, konsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi

total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam

lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier,

Page 14: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

10

2002). Dalam proses pencernaan, bahan makanan yang mengandung lemak akan

disederhanakan menjadi asam lemak dan gliserol. Apabila keperluan energi sudah

tercukupi, lemak akan disimpan tubuh di bawah lapisan kulit dan sekitar organ-

organ dalam (Soeharto I, 2002). Apabila asupan lemak kurang, akan terjadi

gambaran klinis defesiensi asam lemak esensial dan nutrisi yang larut dalam

lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya apabila asupan lemak berlebih

maka akan beresiko kelebihan berat badan, obesitas, meningkatnya risiko

penyakit kardiovaskuler di kemudian hari.

3.4 Hubungan Kecukupan Karbohidrat dengan Status Gizi pada Mahasiswi

Pesma KH Mas Mansyur.

Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan status

gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Tingkat Kecukupan Karbohidrat Dengan Status Gizi

Variabel Minimal Maksimal Mean Standar

Deviation

p*

Kecukupan

Karbohidrat

(gram)

62,07 120,94 96,43 13,35

0,008

Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55

*Uji Pearson Product Moment

Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,008 (p<0,05),

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan

karbohidrat dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi.

Semkin baik asupan lemak maka status gizi menjadi normal. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rokhmah (2016) di Pondok

Pesantren Al-Izzah Kota Batu yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan karbohidrat kurang terjadi

karena responden sedang menjalani diet sehingga sangat membatasi konsumsi

makanan sumber karbohidrat terutama nasi dan mie. Konsumsi nasi pada

Page 15: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

11

reponden dengan asupan karbohidrat kurang hanya 1-2 kali dalam sehari dengan

porsi yang kecil. Konsumsi mie dibatasi 2-3 kali dalam satu bulan. Responden

dengan asupan karbohidrat yang baik lebih memperhatikan jumlah konsumsi

sumber karbohidratnya, seperti mengonsumsi nasi 3 kali dalam sehari dengan

porsi yang cukup, responden juga mengonsumsi umbi-umbian dan mie lebih

sering. Dalam beberapa tahun terakhir, diet rendah karbohidrat sangat digemari

terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Mereka cenderung

membatasi konsumsi makanan sumber karbohidrat bahkan sama sekali tidak

mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat dengan hanya mengkonsumsi lauk

pauk ataupun snack dengan kandungan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan gizi.

Hasil penelitian baru mengenai diet rendah karbohidrat menunjukkan bahwa diet

tersebut bukan cara terbaik untuk mencapai kesehatan jangka panjang. Penelitian

yang dilakukan oleh Seidelmann dkk (2018), menunjukkan bahwa resiko

kematian pada kelompok orang yang melakukan diet rendah karbohidrat dan

tinggi karbohidrat ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok orang

yang mengkonsumsi karbohidrat tingkat moderat.

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu,

harus tersedia setiap saat apabila diperlukan tubuh. Jumlah karbohidrat yang

dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi.

Berdasarkan distribusi energi, kaborhidrat harus menyumbang sebanyak 50-65%

energi total (Devi, N, 2010). Peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah

menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi.

Glukosa memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan

tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta

sebagian sel otak dan sistem syaraf. Glukosa yang diserap dari pencernaan

makanan di usus dibawa darah menuju ke seluruh sel tubuh. Dalam sitoplasma

glukosa akan mengalami glikolisis yaitu peristiwa pemecahan gula hingga

menjadi energi (ATP). Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan suplai energi

berkurang. Akibatnya, tubuh mencari alternatif zat gizi yang dapat menggantikan

karbohidrat, yaitu lemak dan protein. Apabila peristiwa tersebut berlangsung terus

tanpa suplai karbohidrat yang cukup, lemak tubuh akan terpakai dan protein yang

Page 16: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

12

seharusnya digunakan untuk pertumbuhan jadi berkurang. Akibatnya, tubuh

semakin kurus dan menderita Kurang Energi Protein (KEP). Sebaliknya kelebihan

konsumsi karbohidrat menyebabkan suplai energi berlebih. Energi yang berlebih

tersebut akan disintesis menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang telah

tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk energi. Akibatnya, penimbunan lemak

terus terjadi dan mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Efek dari obesitas

adalah timbulnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung koroner,

diabetes, dan stroke (Devi, N. 2010). Penelitian Andyca (2012) menunjukkan

bahwa kencenderungan anak dengan frekuensi makan karbohidrat sering > 3x

sehari mempunyai faktor resiko kegemukan. Konsumsi karbohidrat yag

berlebihan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya

kegemukan.

4. PENUTUP

Kecukupan energi pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo

sebagian besar responden memiliki kecukupan energi yang baik sebesar 82%.

Kecukupan protein pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo

sebagian besar responden memiliki kecukupan protein yang baik sebesar 52%.

Kecukupan lemak pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo

sebagian besar responden memiliki kecukupan lemak yang baik sebasar 70%.

Kecukupan karbohidrat pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo

sebagian besar memiliki kecukupan karbohidrat yang baik sebesar 67%. Terdapat

hubungan antara kecukupan energi dengan status gizi mahasiswi di Pesma KH.

Mas Mansyur. Terdapat hubungan antara kecukupan protein dengan status gizi

mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur. Terdapat hubungan antara kecukupan

lemak dengan status gizi mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur. Terdapat

hubungan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi mahasiswi di Pesma

KH. Mas Mansyur. Berdasarkan hasil survey, menu makanan kurang bervariasi.

Bagi para mahasiswi hendaknya lebih memperhatikan asupan makan yang

sesuai dengan pesan umum gizi seimbang, asupan energi sesuai dengan kebutuhan

individu, bagi mahasiswi dengan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat yang

kurang sebaiknya dapat meningkatkan asupan makanan bergizi. Sedangkan untuk

Page 17: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

13

mahasiswi dengan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat yang berlebih

diharapkan dapat membatasi asupan untuk menghindari kejadian overweight

ataupun obesitas. Untuk pihak pesantren, perlu adanya pengkajian siklus menu,

pembuatan siklus menu baru, dan variasi menu. Peneliti selanjutnya dapat

meneliti lebih lanjut mengenai kecukupan zat gizi dan status gizi dengan

memperhatikan faktor-faktor lain seperti dari segi sosial ekonomi, sosial budaya,

lingkungan maupun perilaku makan subjek itu sendiri serta melakukan uji

organoleptik menu kepada mahasiswi Pesma KH. Mas Mansyur.

PERSANTUNAN

Terimakasih kepada Ibu Titik Susilowati, SKM. M.Gizi RD selaku dosen

pembimbing saya, terimakasih atas bimbingan, saran, serta motivasinya kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. dan Wirjadmadi, B. 2014. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:

Prenada Media Group.

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Andyca, F. 2012. Faktor-fzktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada

Anak Autis Di Tiga Rumah Sakit Autis Dan Klinik Tumbuh Kembang

Kreibel Depok. Skripsi. Universitas Indonesia.

Arnelia, A.H. 2005. Perilaku Makan Khas Remaja. Jakarta: Reksa.

Bryan, R. Nova, H. dan Maureen, I. 2014. Hubungan Antara Asupa Energi

Dengan Status Gizi Siswi SMA Negari 4 Manado. FKM Universitas Sam

Ratulangi Manado.

Devi, N. 2010. Nutrition and Food. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Dewanty, S. A, Rahfiludin, M. Z, dan Aruben, R. 2016. Hubungan Asupan Energi

Dan Protein Dengan Status Gizi Narapidana Umum Wanita. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. 4(4): 557-558.

Dewi, A. M., Pradigdo, S. F., dan Rahfiludin, Z. 2017. Hubungan Asupan Energi

dan Protein dengan Status Gizi Narapidana Umum. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (e-journal). Volume 5, Nomor 1 : 270.

Drummond, K. E., dan Brefere, L. M. 2010. Nutrition For Foodservice And

Culinary Professionals. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Harianti, S.T., 2013. Hubungan Antara kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat

Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang

Page 18: HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI …eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH PUBLIKASI oke.pdf · tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik

14

Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Hidayati, N. 2017. Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat

Dengan Status Gizi Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Darusalam Al-

Faisholiyah Sampang Madura. Universitas Nadlatul Ulama Surabaya.

Indra, D dan Wulandari, Y. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:

Dunia Cerdas.

Institute of Medicine (IOM), Food and Nutrition Board. 2001. Dietary Reference

Intakes for Vitamin A, Vitamin K, Arsenic, Boron, Chromium, Copper,

Iodine, Iron, Manganese, Nickel, Silicon, Vanadium, and Zinc. Washington,

DC: National Academy of Sciences.

Istiany, A dan Rusilanti. 2014. Gizi Terapan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Krebs, N.F. et al. 2007. Assesment of Child and Adolscent Overweight and

Obesity. Pediatrics, Vol. 120; pp. S193-S228. Tersedia dari:

http://www.pediatrics.org

Meilgaard, M., Civille, G.V., Carr, B.T. 2000. Sensory Evaluation Techniques.

Boca Raton, Florida: CRC Press.

Regar, E., dan Sekartini, R. 2012. Hubungan Asupan Energi dan Makronutrien

dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu,

Jakarta Timur Tahun 2012. Jurnal eJKI, Vol.1, No.3, Desember 2013.

Rice, F. P., & Dolgin, K. G. 2002. The adolescent: Development, Relationships,

and Culture (10th ed). Boston: Allyn and Bacon.

Rokhmah, F., Muniroh, L., dan Nindya, T. S. 2016. Hubungan Tingkat

Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Siswi Sma di

Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu. Skripsi. Universitas Airlangga

Surabaya.

Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian

Rakyat.

Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian

Rakyat.

Sizer, F. dan Whitney, E. 2000. Nutrition Concept and Controversies. America :

Thomson Learning Library of Congres Cataloging.

Soeharto, I. 2004. Lemak dan Kolesterol Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC.

Virgianto, G., dan Purwaningsih, E. 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor

Risiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja. http://www.m3undip.org/ diakses

tanggal 22 September 2017.

World Health Organization (WHO). 2005. Risk Factor: Lipid. Available from :

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_06_lipids.pdf.

(Diakses pada tanggal 17 September 2018)