HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES...

138
HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI INDONESIA ANALISIS DATA RISKESDAS TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh: NUR RISTA AGRESTRYANA NIM: 1113101000086 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Transcript of HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES...

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN

KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI INDONESIA

ANALISIS DATA RISKESDAS TAHUN 2013

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun oleh:

NUR RISTA AGRESTRYANA

NIM: 1113101000086

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Oktober 2017

Nur Rista Agrestryana, NIM: 1113101000086

Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2013)

xvi + 102 Halaman, 8 Gambar, 19 Tabel, 6 Lampiran

ABSTRAK

Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat di

dunia. Berbagai senyawa terkandung di dalam kopi telah memperlihatkan adanya

hubungan dengan metabolisme glukosa. Beberapa penelitian di dunia melaporkan

adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan diabetes mellitus (DM). Di

Indonesia belum ada penelitian dalam jumlah besar untuk melihat hubungan

antara konsumsi kopi dengan DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian DM di Indonesia. Data yang

digunakan merupakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2013 menggunakan

desain studi cross sectional. Jumlah sampel yang dikumpulkan sebanyak 712.580

dari seluruh Indonesia. Analisis menggunakan uji regresi logistik biner dan

menggunakan desain complex. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan

antara konsumsi kopi dengan DM dengan nilai P value < 0,05 dan nilai

Prevalence Ratio (PR) < 1. Individu yang mengkonsumsi kopi lebih dari satu kali

per hari dapat mengurangi risiko DM sebesar 33,9% dari pada yang tidak

konsumsi kopi. Konsumsi kopi satu kali per hari menurunkan risiko DM sebesar

32,8%, 3-6 kali perminggu sebesar 36%, 1-2 kali perminggu 35,9%, kurang dari

tiga kali perbulan menurunkan risiko sebesar 18,9%. Variabel usia dalam

penelitian ini terbukti menjadi konfounding hubungan konsumsi kopi dengan

diabetes mellitus, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti

lebih lanjut konsumsi kopi dengan DM dengan mengontrol variabel konfounding

dan interaksi, serta membedakan konsumsi kopi tanpa gula dan konsumsi kopi

dengan gula.

Daftar Bacaan: 72 (1952-2017)

Kata Kunci: Konsumsi kopi, Diabetes Mellitus

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT

EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION

Thesis, September 2017

Nur Rista Agrestryana, NIM: 1113101000086

Association of Habit of Coffee Consumption with Diabetes Mellitus in

Indonesia (2013 Riskesdas Data Analysis)

xvi + 102 pages, 8 figures, 19 tables, 6 attachment

ABSTRACT

Coffee is one of the most commonly consumed beverages in the world.

Various compounds contained in coffee could support glucose metabolism.

Several studies reported coffee consumption is associated with a decreased risk of

diabetes mellitus. In Indonesia, there has been no research in large numbers to

see the relationship between coffee consumption with diabetes mellitus (DM). This

study aims to investigate relationship between coffee consumption and DM in

Indonesia. The data used are secondary data of Basic Health Research 2013

using cross sectional study design. The number of samples collected was 712,580

from all over Indonesia. Analysis used binary logistic regression test with

complex design. The results showed that there is a relationship between coffee

consumption with DM with P value < 0,05 and prevalence ratio (PR) was < 1.

Individuals who consume more than once per day can reduce risk of DM by

33,9% than those who do not consume. Consumption once per day decreased the

risk of DM by 32,8%, 3-6 times weekly by 36%, 1-2 times week 35.9%, less than

three times per month lowered the risk by 18,7%. Age have been shown to be

konfounding variables. So for the next research is expected to further examine the

consumption of coffee with DM by controlling the konfounding variable, and

distinguish the consumption of coffee without sugar and coffee consumption with

sugar.

Reading list: 72 (1952-2017)

Key words: Coffee consumption, Diabetes mellitus

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN KEJADIAN

DIABETES MELLITUS DI INDONESIA

ANALISIS DATA RISKESDAS TAHUN 2013

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang

Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh :

NUR RISTA AGRESTRYANA

1113101000086

Jakarta, Oktober 2017

Mengetahui,

Pembimbing

Meilani M. Anwar, M.T

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

v

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Nur Rista Agrestryana

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Agustus 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kp. Conggeang RT/RW 03/01 Desa Gunungsari,

Kec. Gungungsari, Kab.Serang, Prov. Banten

Email : [email protected]

No Tlp. : 0895373203936

RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN Gunung Sari 1

SMP Negeri 6 Kota Serang

SMA Negeri 1 Kota Serang

Epidemiologi, Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

vii

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil skripsi yang

berjudul ―Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Diabetes Mellitus

di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2013)‖ Tidak lupa, shalawat serta

salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad

Salallahu’alaihi Wassalam. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat bagi

semua pembaca.

Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam menulis laporan ini

tidak lain dan tidak bukan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat

3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kemenkes RI yang telah

menyetujui permintaan penggunaan data dari peneliti

4. Ibu Meilani M. Anwar, MT dan Ibu Hoirun Nisa, Ph.D selaku dosen

pembimbing fakultas yang telah membimbing dari awal hingga akhir

penulisan laporan ini

5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa, semangat dan

bantuan moril maupun materiil

6. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat

kepada peneliti

7. Teman seperjuangan Citra dan Sabrina yang selalu memberikan semangat

yang luar biasa kepada peneliti

8. Teman seperjuangan epidemiologi 2013, teman seperjuangan kosan

Najma, serta kepada teman-teman kesehatan masyarakat angkatan 2013

yang selalu ada dan memberikan semangat kepada peneliti

9. Serta semua pihak yang selalu memberikan energi positif bagi penulis

yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

viii

Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh

karena itu penulis sangat berterima kasih apabila ada masukan yang bersifat

membangun untuk kesepurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama bagi penulis, Aamiin.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

ABSTRACT ......................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 7

1.4 Tujuan ......................................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 7

1.5 Manfaat ....................................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10

2.1 Diabetes Mellitus ........................................................................................ 10

2.1.1 Etiologi .......................................................................................... 11

2.1.2 Patofisiologi .................................................................................. 12

2.1.3 Patogenesis DM ............................................................................ 13

2.1.4 Diagnosis ...................................................................................... 16

2.2 Kopi ............................................................................................................. 16

2.2.1 Struktur Buah Kopi ....................................................................... 16

2.2.2 Proses Pembuatan Kopi ................................................................ 18

2.3 Faktor Risiko DM ....................................................................................... 26

2.3.1 Konsumsi Kopi ............................................................................. 26

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

x

2.3.2 Usia ............................................................................................... 33

2.3.3 Jenis Kelamin ................................................................................ 33

2.3.4 Indeks Massa Tubuh ..................................................................... 35

2.3.5 Aktivitas Fisik ............................................................................... 35

2.4 Analisis Statistik ......................................................................................... 36

2.4.1 Analisis Univariat ......................................................................... 36

2.4.2 Nilai Risiko dan Keputusan Uji Statistik ...................................... 38

2.4.3 Analisis Bivariat ........................................................................... 42

2.4.4 Analisis Multivariat ...................................................................... 42

2.4.5 Konfounding .................................................................................. 43

2.4.6 Efek Modifikasi (Interaksi) ........................................................... 44

2.5 Kerangka Teori ........................................................................................... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ......... 45

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 45

3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 47

3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 49

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 50

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 50

4.2 Sumber Data Penelitian ............................................................................... 50

4.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 50

4.2.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 50

4.2.3 Pengumpulan Data ........................................................................ 52

4.2.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 53

4.3 Pengukuran Variabel Penelitian .................................................................. 53

4.4 Manajemen Data ......................................................................................... 56

4.4.1 Pengkodean Data (data coding) .................................................... 56

4.4.2 Penyuntingan Data (data editing) ................................................. 57

4.4.3 Memasukan Data (data entry) ...................................................... 57

4.4.4 Pembersihan Data (data cleaning) ................................................ 57

4.5 Analisis Data ............................................................................................... 58

4.5.1 Analisis Univariat ......................................................................... 58

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xi

4.5.2 Analisis Bivariat ........................................................................... 58

4.5.3 Nilai Prevalence Ratio (95% Confident Interval) ........................ 59

4.5.4 Analisis Multivariat ...................................................................... 60

BAB V HASIL ................................................................................................. 62

5.1 Analisis Univariat ....................................................................................... 62

5.1.1 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan frekuensi

konsumsi kopi dan minuman berkafein bukan kopi ..................... 62

5.1.2 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan karakteristik

individu ......................................................................................... 63

5.2 Analisis Bivariat .......................................................................................... 64

5.2.1 Hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap kejadian diabetes

mellitus .......................................................................................... 65

5.3 Analisis Multivariat .................................................................................... 66

5.3.1 Uji Interaksi .................................................................................. 66

5.3.2 Uji Konfounding .......................................................................... 70

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 77

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 77

6.2 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan frekuensi konsumsi

kopi dan karakteristik individu ................................................................... 79

6.3 Hubungan kebiasaan minum konsumsi kopi dengan kejadian diabetes

mellitus ........................................................................................................ 82

6.4 Hubungan frekuensi konsumsi kopi dengan diabetes mellitus berdasarkan

karakteristik individu .................................................................................. 87

6.4.1 Usia ............................................................................................... 87

6.4.2 Jenis Kelamin ................................................................................ 89

6.4.3 Status Gizi ..................................................................................... 90

6.4.4 Aktifitas Fisik ............................................................................... 91

6.4.5 Konsumsi Minuman berkafein non-kopi (softdrink dan minuman

berenergi) ...................................................................................... 92

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 94

7.1 Simpulan ..................................................................................................... 94

7.2 Saran ........................................................................................................... 95

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xii

7.2.1 Bagi Kementerian Kesehatan RI ................................................... 95

7.2.2 Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI ............ 96

7.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 97

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 1 .......................................... 14

Gambar 2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2 .......................................... 15

Gambar 2.3 Struktur Buah Kopi ...................................................................... 17

Gambar 2.4 Standar Mutu Kopi di Indonesia .................................................. 25

Gambar 2.5 Kandungan cafestol dan kahweol berdasarkan cara penyajian

kopi .............................................................................................. 32

Gambar 2.6 Komposisi Zat Kimia dalam 100 ml kopi ................................... 32

Gambar 2.7 Kerangka Teori ............................................................................ 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep......................................................................... 46

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 47

Tabel 4.1 Contoh Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Kopi dengan

Kejadian Diabetes Mellitus di Indonesia Tahun 2013 .................... 60

Tabel 5.1 Frekuensi DM berdasarkan Frekuensi Konsumsi Kopi ...................... 62

Tabel 5.2 Frekuensi DM berdasarkan Karakteristik individu .......................... 63

Tabel 5.3 Hubungan Frekuensi Konsumsi Kopi dengan Kejadian Diabetes

Mellitus............................................................................................ 65

Tabel 5.4 Model Lengkap Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM .................................................................................................. 67

Tabel 5.5 Model Pertama Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM .................................................................................................. 67

Tabel 5.6 Model Kedua Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM .................................................................................................. 68

Tabel 5.7 Model Ketiga Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM .................................................................................................. 68

Tabel 5.8 Model Akhir Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan DM 69

Tabel 5.9 Kesimpulan Model Uji Interaksi ...................................................... 69

Tabel 5.10 Permodelan Lengkap Kandidat Konfounding dan Kandidat

Interaksi dari Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian

Diabetes Mellitus............................................................................. 70

Tabel 5.11 Model Pertama Uji Konfounding .................................................... 71

Tabel 5.12 Model Kedua Uji Konfounding ...................................................... 72

Tabel 5.13 Model Ketiga Uji Konfounding ...................................................... 72

Tabel 5.14 Model Keempat Uji Konfounding .................................................. 73

Tabel 5.15 Model Kelima Uji Konfounding ..................................................... 73

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xv

Tabel 5.16 Model Akhir Uji Konfounding ....................................................... 74

Tabel 5.17 Simpulan Uji Konfounding Hubungan Konsumsi Kopi dengan

Kejadian Diabetes Mellitus ............................................................. 75

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan

Lampiran 2 Surat Permohonan Permintaan Data

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Output Analisis Univariat

Lampiran 5 Output Analisis Bivariat

Lampiran 6 Output Analisis Multivariat

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu dari empat penyakit tidak

menular (PTM) utama di dunia (WHO, 2016a). Prevalensi global diabetes

mellitus pada orang dewasa usia diatas 18 tahun meningkat dari 4,7% pada tahun

1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014 (WHO, 2016a). Di Amerika Serikat

sebanyak 29 juta orang mengalami diabetes mellitus, sedangkan di Asia Tenggara

pada tahun 2010 sekitar 71 juta orang mengalami diabetes mellitus (WHO, 2012).

Di Indonesia diabetes mellitus merupakan salah satu dari lima PTM tertinggi pada

tahun 2013. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi diabetes

di Indonesia meningkat dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1

juta pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil laporan Diabetes Country Profiles

2016 melaporkan bahwa pada tahun 2015 prevalensi diabetes mellitus di

Indonesia mencapai 7% (WHO, 2016b).

Diabetes mellitus merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama

di dunia (WHO, 2017). Pada tahun 2012, sekitar 1,5 juta kematian di dunia

disebabkan oleh diabetes mellitus (WHO, 2016a). Berdasarkan laporan WHO,

Indonesia termasuk lima negara di dunia yang diperkirakan memiliki jumlah

kematian tertinggi akibat diabetes mellitus pada usia diatas 15 tahun. Selain itu,

Diabetes mellitus menjadi salah satu PTM penyebab kematian tertinggi di

Indonesia.

Peningkatan jumlah kematian akibat DM dapat mengakibatkan kerugian

bagi negara, yaitu meningkatkan beban epidemiologi dan beban ekonomi (Kirigia

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

2

dkk., 2009). Berdasarkan data estimasi World Economic Forum (WEF) tahun

2012-2030 kerugian negara yang diakibatkan oleh PTM khususnya diabetes

mellitus sebesar 4,5% dari 198 milyar dolar Amerika (P2PL, 2015). Diabetes

dapat mengurangi tingkat pendapatan, produktivitas kerja (Tunceli dkk., 2005),

dan penurunan kualitas hidup penyandang (Wändell, 2005). Beban pada penderita

diakibatkan oleh komplikasi DM yang dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit.

Dampak jangka panjang dari diabetes mellitus berhubungan dengan

kerusakan berbagai organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, pembuluh darah,

dan jantung (American Diabetes Association, 2010). Komplikasi penyakit ini

diantaranya dapat mengakibatkan retinopati (Nentwich dan Ulbig, 2015),

nefropati (Nathan dkk., 2009), dan disfungsi endotel yang menyebabkan penyakit

kardiovaskuler (Tabit dkk., 2010). Berdasarkan laporan Centers for Disease

Control (CDC) diabetes mellitus merupakan penyebab utama kebutaan, gagal

ginjal, amputasi anggota tubuh, serangan jantung, dan stroke (CDC, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) orang yang menderita diabetes

mellitus dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke (WHO, 2016a).

Berdasarkan hasil studi kohor pada beberapa negara di Asia menggunakan

desain survival analisis, memperlihatkan bahwa ratio hazard (tingkat bahaya)

diabetes untuk penyakit kardiovaskular sebesar 1,97 kali (95% CI: 1,72-2,25)

(Woodward dkk., 2003). Berdasarkan hasil studi kohor lainnya yang melihat

hubungan diabetes mellitus dengan kejadian kanker pankreas menyatakan adanya

hubungan yang signifikan dengan nilai risiko relatif sebesar 1,94 (95% CI=1.66–

2.27) (Qiwen Ben dkk., 2011). Penelitian lain di RSUD dr. Moewardi Surakarta

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

3

menujukan bahwa ada hubungan antara kejadian diabetes mellitus dengan stroke

iskemik yang menghasilkan nilai odds ratio sebesar 3,8 (CI= 1.841-7.869)

(Ramadany dkk., 2013).

Diabetes mellitus merupakan penyakit multifaktorial yang dapat

disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan metabolisme (Fletcher dkk.,

2002). Faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, obesitas dan kurangnya aktivitas

fisik terbukti dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus (Chen dkk., 2012).

Berdasarkan laporan Centers for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat

penderita DM paling banyak pada laki-laki dan pada usia diatas 45 tahun (CDC,

2014). Penelitian di Kota Semarang menggunakan desain studi cross sectional

menunjukan bahwa, rata-rata usia pasien DM adalah 46-60 tahun, dan paling

banyak pada jenis kelamin perempuan (Adnan dkk., 2013). Faktor lain seperti

obesitas (Gill dan Cooper, 2008) dan aktivitas fisik (Jeon dkk., 2007) telah

terbukti berhubungan dengan kejadian DM.

Penelitian terbarukan telah memulai pencarian terkait hubungan antara

konsumsi kopi dengan kejadian diabetes mellitus. Penelitian di beberapa negara

seperti Amerika, Eropa, dan Asia memperlihatkan bahwa konsumsi kopi

menurunkan risiko diabetes mellitus (Akash et al., 2014). Berdasarkan hasil

penelitian meta analisis yang menggabungkan beberapa desain studi melaporkan

bahwa setiap konsumsi lebih dari enam atau tujuh cangkir perhari menghasilkan

nilai risiko relatif (RR) sebesar 0,65 (95% CI =0,54-0,78) daripada yang tidak

mengkonsumsi kopi (van Dam dan Hu, 2005). Penelitian meta analisis lain,

menggunakan desain studi kohor dari beberapa negara menunjukan bahwa setiap

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

4

cangkir tambahan kopi yang dikonsumsi dalam sehari dikaitkan dengan

penurunan 7% risiko DM (RR=0,93 [95% CI=0,91-0,95]) (Huxley dkk., 2009).

Kopi merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Kopi memiliki berbagai senyawa didalamnya. Kandungan senyawa dalam kopi

diantaranya memiliki efek positif serta ada pula yang memiliki efek negatif.

Beberapa senyawa dalam kopi diantaranya adalah kafein, antioksidan (asam

klorogenat dan tocopherol), dan diterpenoid alkohol (cafestol dan kahweol)

(Ranheim dan Halvorsen, 2005). Selain itu, phytochemical seperti asam

klorogenat dan trigonelina, dapat meningkatkan metabolisme glukosa melalui

efek menguntungkan pada stres oksidatif dan glukoneogenesis (Wedick dkk.,

2011).

Kandungan kafein dalam kopi menunjukan hasil yang berbeda yaitu disisi

lain dapat menurunkan risiko DM ada pula yang menyatakan bahwa kafein

meningkatkan risiko DM. Kafein dilaporkan memberikan efek meningkatkan

oksidasi lemak yang berfungsi membantu menurunkan berat badan, membantu

mobilisasi glikogen, dan meningkatkan lipolisis (Ranheim dan Halvorsen, 2005).

Berdasarkan penelitian eksperimental kafein dapat menekan peningkatan tingkat

glukosa darah dan menurunkan insulin pankreas (Kagami dkk., 2008). Sedangkan

penelitian lain menunjukan efek lain dari kafein yaitu konsumsi kafein yang akut

memiliki efek negatif pada toleransi glukosa, pembuangan glukosa, dan

sensitivitas insulin pada orang kurus dan obesitas (Whitehead dan White, 2013).

Asam klorogenat disinyalir sebagai senyawa yang dapat menurunkan

risiko DM, fungsinya sebagai penghambat translokasi glukosa-6-fosfat yang dapat

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

5

menunda absorbsi glukosa dalam saluran gastrointestinal (Kobayashi dkk., 2017).

Selain itu, senyawa Cafestol dan kahweol berperan membantu memberikan sinyal

PPARγ (Peroxisome proliferator-activated receptors gamma) yang

mempengaruhi fungsi insulin atau sebagai aktor regulasi insulin (Ranheim dan

Halvorsen, 2005). Cafestol dan kahweol meskipun jumlahnya kurang melimpah

dalam kopi yang dikonsumsi akan tetapi dalam konsentrasi yang sedikit diyakini

berdampak pada penurunan risiko diabetes mellitus (Santos dan Lima, 2016).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sekaligus konsumen

kopi. Konsumsi kopi di Indonesia pada tahun 2013 mengalami peningkatan

sebesar 28% atau sekitar 1,37 Kg/kapita/tahun setara dengan 3,75 gram/orang/hari

atau satu cangkir kopi perhari (Kemenpertan, 2015). Data Riskesdas Tahun 2013

proporsi responden yang pernah mengkonsumsi kopi pada usia diatas 15 tahun

adalah sebesar 60,2%. Akan tetapi kebiasaan minum kopi orang Indonesia

sebagaian besar mengkonsumsi kopi bubuk instan dan menggunakan tambahan

gula dan susu. Berdasarkan penelitian di Palembang tentang konsumsi kopi

dengan DM, prevalensi orang yang meminum kopi menggunakan tambahan gula

sebesar 95% (Tjekyan, 2007).

Di Indonesia penelitian terkait konsumsi kopi dan diabetes mellitus masih

jarang. Berdasarkan penelitian kasus kontrol di Palembang menunjukan ada

hubungan antara konsumsi kopi dengan DM dengan nilai odds ratio (OR) sebesar

0.63 (CI 95%= 0.48-0.82) untuk konsumsi satu sampai tiga cangkir kopi

(Tjekyan, 2007). Sedangkan penelitian lain menggunakan desain yang sama, di

RSUD Moewardi Surakarta menunjukan hasil yang berbeda, bahwa tidak ada

hubungan antara konsumsi kopi dengan diabetes mellitus p=0,695, OR=0,980 (

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

6

95% CI =0,408-2,358) (Fikasari, 2012). Perlu adanya penelitian menggunakan

sampel dalam jumlah besar untuk menjelaskan adanya hubungan serta yang bisa

digeneralisasikan pada populasi yang besar. Selain itu, untuk melihat hubungan

kebiasaan konsumsi kopi di Indonesia sebagai faktor risiko atau faktor protektif

terdahap DM. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara

kebiasaan minum kopi dengan kejadian diabetes mellitus di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah PTM utama di Indonesia.

Kondisi ini dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Penelitian

kesehatan saat ini sudah banyak melihat faktor risiko DM akan tetapi untuk

penelitian yang spesifik melihat hubungan konsumsi kopi dengan kejadian DM

masih jarang. Saat ini beberapa penelitian epidemiologi telah melaporkan adanya

hubungan antara kopi dengan diabetes mellitus. Selain itu, kandungan senyawa

dalam kopi telah dilaporan memiliki hubungan dengan metabolisme glukosa.

Akan tetapi, di Indonesia masih jarang penelitian terkait konsumsi kopi dengan

kejadian diabetes mellitus. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang

konsumsi kopi di Indonesia yang berhubungan dengan kejadian DM dengan

menggunakan data Riskesdas 2013, sehingga dari hasil penelitian ini akan

diketahui bagaimana hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi dengan kejadian

DM di Indonesia, serta dapat digeneralisasikan untuk populasi di Indonesia. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti terkait konsumsi kopi dan terhadap

kejadian diabetes mellitus di Indonesia menggunakan data Riskesdas tahun 2013.

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan frekuensi

konsumsi kopi di Indonesia tahun 2013?

2. Bagaimana frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status gizi, aktifitas fisik, dan

konsumsi minuman berkafein) di Indonesia tahun 2013?

3. Apakah ada hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap kejadian

diabetes mellitus di Indonesia tahun 2013?

4. Bagaimana hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap diabetes

mellitus berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status

gizi, aktifitas fisik, dan konsumsi minuman berkafein) di Indonesia

tahun 2013?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan minum kopi dengan kejadian

diabetes mellitus di Indonesia tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan

frekuensi konsumsi kopi di Indonesia tahun 2013

2. Untuk mengetahui frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status gizi, aktifitas fisik,

dan konsumsi minuman berkafein) di Indonesia tahun 2013

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

8

3. Untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi kopi dengan

diabetes mellitus di Indonesia tahun 2013

4. Untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap

diabetes mellitus berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis

kelamin, status gizi, aktifitas fisik, dan konsumsi minuman berkafein)

di Indonesia tahun 2013

1.5 Manfaat

1. Bagi Kementerian Kesehatan RI

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara epidemiologi

analitik terkait hubungan konsumsi kopi dengan diabetes mellitus di

Indonesia

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lanjutan

terkait dengan konsumsi kopi dan diabetes mellitus serta bisa digunakan

sebagai referensi untuk penambahan variabel riskesdas selanjutnya.

3. Bagi Pengembangan Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan terkait hubungan

konsumsi kopi dengan diabetes mellitus di Indonesia tahun 2013

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan bacaan untuk

penelitian selanjutnya terkait dengan konsumsi kopi dan diabetes mellitus

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

9

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini menggukan data sekunder Riskesdas 2013 dengan

desain studi cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus

tahun 2017. Variabel yang diteliti diantaranya konsumsi kopi, diabetes

mellitus, usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, aktifitas fisik dan

konsumsi minuman berkafein non-kopi (softdrink dan minuman berenergi).

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat, dan multivariat.

Uji analisis menggunakan uji regresi logistik biner dan regresi logistik

menggunakan desain kompleks.

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

Menurut WHO diabetes adalah kondisi dimana kadar glukosa darah di atas

normal. Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang timbul disebabkan

karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah yang ditandai oleh

defisiensi insulin relatif atau absolut, yang menyebabkan intoleransi glukosa

(Chandrasoma dan Clive, 2005). Glukosa yang diperoleh tubuh berasal dari

makanan, sebagian besar makanan yang kita makan berubah menjadi glukosa atau

gula, yang dapat tubuh kita gunakan sebagai penghasil energi.

Seseorang dalam kondisi diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup

insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara normal. Hal ini menyebabkan

insulin hanya akan beredar dalam darah (Chandrasoma dan Clive, 2005). Insulin

adalah polipeptida yang terdiri dari suatu rantai A dengan 21 asam amino dan

rantai B dengan 30 asam amino. Pelepasan insulin terjadi pada 3 fase. yang

pertama, sekresi basal merupakan kadar insulin di dalam serum pada keadaan

puasa. Kedua, Sekresi cepat setelah makan disebabkan oleh pelepasan cadangan

insulin pada sel beta dalam 10 menit setelah makan. Ketiga, pelepasan lambat

setelah makan disebabkan oleh rangsangan sintetis insulin sebagai respon

terhadap glukosa (Chandrasoma dan Clive, 2005).

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

11

2.1.1 Etiologi

Diabetes Mellitus yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau

absolut, terbagai menjadi dua yaitu diabetes primer (95% kasus) dan diabetes

sekunder (5% kasus).

A. Diabetes Primer

Terdapat dua tipe diabetes primer yang biasanya dijumpai yaitu Tipe 1 dan

Tipe 2 (Chandrasoma dan Clive, 2005).

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang jarang,

diperkirakan prevalensi untuk tipe ini kurang dari 5-10% dari

keseluruhan populasi penderita diabetes (Depkes RI, 2005).

Diabetes Tipe 1 atau sering disebut IDDM (Insulin dependent

diabetes mellitus) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas.

Kadar insulin plasma sangat rendah dan terjadi ketoasidosis.

Diabetes tipe ini juga sering terjadi pada orang muda usia <30

tahun, atau sering disebut diabetes mellitus awitan juvenil.

2. Diabetes mellitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling

umum. Diabetes mellitus tipe 2 sering disebut NIDDM (non insulin

dependent diabetes mellitus). Diperkirakan prevalensi penderita

DM Tipe 2 ini mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi

penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-

akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak

populasinya meningkat (Depkes RI, 2005). Biasanya DM tipe ini

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

12

disebabkan karena gangguan pelepasan insulin atau resistensi

insulin. Sebagian besar pasien diabetes tipe 2 adalah orang dewasa.

Diabetes.

B. Diabetes Sekunder

Diabetes Sekunder terdiri dari (Depkes RI, 2005):

1. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Diabetes tipe lain meliputi defek genetik fungsi sel β, defek

genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, pankreatopati

fibro kalkulus, endokrinopati, diabetes karena obat/zat kimia

(glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor,

tiazid, dilantin, interferon), dan diabetes karena infeksi, diabetes

Imunologi (jarang), dan sidroma genetik lain (Sindroma Down,

Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Prader Willi).

2. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan,

umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk

DM Tipe 2

3. Prediabetes

Pra diabetes terdiri dari IFG (Impaired Fasting Glucose)

dan IGT (Impaired Glucose Tolerance).

2.1.2 Patofisiologi

Beberapa proses patologi terlibat dalam perkembang diabetes mellitus.

proses patologi biasanya berbeda dari tiap tipe diabetes mellitus. Proses yang

terjadi akibat proses autoimun biasanya terjadi pada DM tipe 1 dimana proses ini

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

13

menyebabkan rusaknya sel ß pankreas. Selanjutnya tubuh mengalami kekurangan

insulin yang seharusnya di produksi, sehingga mengakibatkan resistensi insulin

(American Diabetes Association, 2010). Kurangnya aktifitas insulin menyebabkan

kegagalan pemindahan glukosa dari plasma ke dalam sel. Tubuh merespon seakan

dalam keadaan puasa dengan stimulasi glikogenesis, glukoneogenesis, dan

lipolisis yang menghasilkan badan keton (Chandrasoma dan Clive, 2005).

Glukosa dalam tubuh tidak di metabolisme dengan normal sehingga

terkumpul di dalam darah, yang mana kondisi ini disebut dengan hiperglikemi.

Glukosa dalam darah diekskresi ke dalam urin mengakibatkan glikosuria sehingga

terjadi peningkatan produksi urin (poliuria) (Chandrasoma dan Clive, 2005).

Maka kebanyakan pasien diabetes mengalami poliuria atau sering mengalami

buang air kecil. Kehilangan cairan dan hiperglikemia meningkatkan osmolaritas

plasma, yang merangsang pusat rasa haus, gejala ini dinamakan polidipsia. Selain

itu, terjadi stimulasi penguraian protein untuk menyediakan asam amino dalam

proses glukoneogenesis menyebabkan pengecilan otot dan penurunan berat badan

(Chandrasoma dan Clive, 2005).

2.1.3 Patogenesis DM

Patogenesis DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki perbedaan yang cukup

signifikan. DM tipe 1 biasanya ditandai oleh defisiensi absolut sekresi insulin

yang disebabkan oleh destruksi sel ß pankreas. Destruksi sel ß pankreas bisa

diakibatkan oleh beberapa kondisi. kondisi yang pertama adalah limfosit T

bereaksi terhadap antigen sel ß yang menyebabkan kerusakan sel. Kedua,

disebabkan oleh produksi sitokin yang merusak sel ß pankreas. Selanjutnya

autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin. Selain itu DM tipe 1

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

14

dapat disebabkan karena kerentanan genetik yang akhirnya mengakibatkan

autoimun (Mitchell dkk., 2009). Patogenesis DM tipe 1 digambarkan pada

(Gambar 2.1) berikut ini.

Gambar 2.1 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 1

Sumber: Journal of Physiology dan Pathophysiology (Ozougwu dkk., 2013)

Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin dan disfungsi sel

ß pankreas. Resistensi insulin merupakan keadaan berkurangnya kemampuan

jaringan perifer untuk merespon hormon insulin. Resistensi insulin merupakan

fenomena kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik maupun

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

15

lingkungan. Resistensi insulin adalah penyebab utama diabetes tipe 2 yang terjadi

bertahun-tahun sebelum diabetes tipe 2 dimulai pada manusia. Beberapa faktor

telah diusulkan untuk menjelaskan mekanisme resistensi insulin. Ini termasuk

obesitas, peradangan, disfungsi mitokondria, hiperinsulinemia, lipotoksisitas/

hiperlipidemia, riwayat genetik, tekanan retikulum endoplasma, penuaan, stres

oksidatif, hati berlemak, hipoksia, dan lipodistrofi yang merupakan faktor risiko

utama resistensi insulin pada populasi umum (Ye, 2013).

Disfungsi sel ß pankreas bermanifestasi sebagai sekresi insulin yang lemah

akibat resistensi insulin dan hiperglikemia. Disfungsi sel ß ditandai dengan

hilangnya pola sekresi normal insulin (kualitatif) maupun berkurangnya massa sel

ß dan degenerasi pulau langerhans (kuantitatif) (Mitchell dkk., 2009). Patogenesis

dari DM tipe 2 akan diperlihatkan pada gambar berikut (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2

Sumber: Journal of Physiology dan Pathophysiology (Ozougwu dkk., 2013)

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

16

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis klinis DM umumnya apabila ada keluhan khas DM berupa

poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya (Depkes RI, 2005). Dalam penelitian epidemiologi atau

skrining untuk diabetes, pada umumnya menggunakan salah satu dari kriteria

berikut yang cukup untuk menunjukkan keadaan diabetes. Diagnosis diabetes

mellitus ditegakan dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah yang

ditentukan oleh salah satu kriteria berikut (American Diabetes Association, 2014):

a) Tes A1C ≥6,5%. Tes harus dilakukan di laboratorium dengan

menggunakan metode yang bersertifikat NGSP dan memiliki standar untuk

uji DCCT.

b) FPG (fasting plasma glucose) ≥126 mg/dL (7.0 mmol / L). FPG atau

glukosa darah puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori selama

minimal 8 jam atau tidak makan selama 8 jam.

c) Glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol / L)

d) Pada pasien dengan gejala klasik dari hiperglikemia atau hiperglikemik

kritis, glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol / L)

2.2 Kopi

2.2.1 Struktur Buah Kopi

Kopi adalah buah yang mengandung dua biji. Benih kopi terdiri dari

endosperma, embrio dan spermoderm atau kulit perak yang menebal. Dinding sel

endosperma terutama terdiri dari mannans dengan 2% galaktosa. Pada bagian

endosperm terbagi menjadi dua yaitu bagian luar yang keras dan bagian dalam

yang lunak serta memiliki kandungan polisakarida yang tinggi. Bagian endosperm

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

17

berada di depan radicle tip disebut dengan lateral endosperm dan endosperm cap.

Kandungan hemiselullosa utama terdapat pada dinding sel biji kopi yang tidak

larut dalam air. Protein, lipid, mineral dan kandungan lainnya terdapat pada

bagian sitoplasma di dalam sel endosperm (Eira et al., 2006). Berikut gambar

stryktur buah kopi (Gambar 2.4)

Gambar 2.3 Struktur Buah Kopi

Kandungan dalam biji kopi memiliki berbagai macam mineral seperti

potasium, magnesium, kalsium, sodium, besi, dan seng. Kandungan lainnya

seperti protein, lipid, asam amino, gula dan niacin terdapat dalam biji kopi.

Setelah dilakukan proses pemanggangan protein, asam amino, gula dan lipid

terdekomposisi. Kandungan kafein dalam kopi merupakan salah satu zat yang

tidak bisa dihancurkan meskipun zat lainnya bersifat termolabil. Selain itu pada

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

18

akhirnya kopi menjadi minuman masih memiliki ratusan volatil yang bertanggung

jawab atas aroma dan rasa bersama senyawa yang terlarut didalamnya seperti

asam klorogenik, trigonellin, dan sebagian besar mineral lainnya (Eira et al.,

2006).

Kandungan asam klorogenat bervariasi antar jenis kopi. Total kandungan

asam klorogenat mencapai 7-10 persen pada kopi robusta dan 5-8 persen kopi

arabika. Kandungan asam klorogenat dalam kopi instan mencapai 5,2-7,4 persen .

Dalam proses industri pembuatan kopi asam klorogenat mengalami perubahan

bentuk menjadi chlorogenic acid lactones (CGL) atau quino-lactones dimana

senyawa ini melepaskan satu molekul air. Isomer ini (lactones dan quinides)

merupakan kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan salah satunya dapat

mencegah penyakit diabetes (Eira et al., 2006).

2.2.2 Proses Pembuatan Kopi

Kopi telah selama bertahun-tahun menjadi produk makanan yang paling

dikomersilkan dan minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Sejak

pembukaan rumah kopi pertama di Mekah di akhir dari abad kelima belas,

konsumsi kopi telah meningkat pesat di seluruh dunia. Pada tahun 2010, produksi

kopi mencapai 8,1 juta ton di seluruh dunia. Ini mewakili lebih dari 500 miliar

cangkir, dengan Amerika Serikat, Brasil, Jerman, Jepang, dan Italia menjadi yang

negara konsumen utama. Alasan untuk konsumsi kopi yang terus-menerus

meningkat kkarena kualitas yang lebih baik melalui pemilihan varietas dan

pembibitan, praktik pertanian yang lebih baik, penciptaan toko khusus, dan

perubahan citra kopi melalui penyebaran informasi tentang manfaat kesehatan dari

konsumsi kopi jangka panjang (Farah, 2012).

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

19

Saat ini, kopi dianggap sebagai makanan fungsional, terutama karena

kandungan senyawanya yang tinggi yang mengandung antioksidan dan sifat

biologis bermanfaat lainnya. Ciri khas dan aroma aroma kopi, dengan hampir

seribu senyawa volatil yang teridentifikasi dalam kopi panggang. Kopi Arabika

bertanggung jawab untuk sekitar 70% dari pasar kopi global, dan sisanya adalah

kopi Robusta (C. canephora). Arabika dan Robusta Kopi berbeda dalam banyak

hal, termasuk iklim pertumbuhan ideal, aspek fisik, komposisi kimia, dan

karakteristik minuman yang dibuat dengan tanah biji panggang (Farah, 2012).

2.2.2.1 Proses Produksi Kopi

Proses pembuatan kopi hingga menjadi minuman yang dapat dikonsumsi

melibatkan serangkaian langkah. Setiap langkah proses pembuatan kopi harus

melalui kontrol sehingga dapat menghasilkan kopi berkualitas baik. Setelah

panen, buah-buahan menjalani pengolahan primer untuk memisahkan bijinya.

Pengolahan secara langsung seperti dekafeinasi dan penguapan dilakukan sebelum

dipanggang. Setelah dipanggang, kopi digiling dan dikemas atau diproses lebih

lanjut untuk menghasilkan kopi instan (Farah, 2012).

2.2.2.2 Produksi biji kopi hijau

Buah kopi biasanya dipanen dengan salah satu dari tiga cara diantaranya

dipetik, dikupas, atau panen mekanik. Pada metode pertama, buah masak yang

dikenal sebagai ceri, dipetik satu per satu. Karena buah kopi biasanya tidak

matang sekaligus, metode ini memakan waktu yang cukup lama dan karena itu

lebih mahal Namun, namun cenderung untuk menghasilkan biji kopi yang

berkualitas. Pelepasan manual dari ranting mengumpulkan benih yang belum

matang, matang, dan matang bersama dengan dedaunan. Pemanenan mekanis

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

20

dilakukan dengan mengguncang pohon atau dengan cara melucuti cabang dengan

sebuah alat yang mirip dengan sisir fleksibel (Farah, 2012).

Setelah panen, buah kopi mengalami ekstraksi pulpa untuk menghasilkan

benih kopi hijau. Metode yang paling umum dari ekstraksi pulp dikenal sebagai

metode basah dan kering. Metode kering cara pengolahannya melalui biji terkena

sinar matahari langsung atau pengering udara sampai kadar airnya sekitar 10% -

12%. Jika pengering udara tidak tersedia, curah hujan rendah saat panen

diperlukan untuk memastikan kopi berkualitas baik. Setelah pengeringan, buahnya

dibersihkan dan dikeringkan, dan kemudian kulit kering dan pulpa dikeluarkan,

meninggalkan bahan mucilaginous (kulit perak) yang menempel pada permukaan

biji. Untuk mendapatkan minuman berkualitas baik, bijinya (dua biji per buah)

secara mekanis dan disortir secara elektronik untuk memisahkan benih yang cacat

dari benih bermutu tinggi. Metode ini biasa digunakan di Brasil dan Afrika,

dimana terdapat sinar matahari dan ruang luas terbuka dan buah dipanen dengan

metode stripping (Farah, 2012).

Teknik pengolahan basah lebih canggih dan umumnya menghasilkan

kualitas lebih tinggi kualitas. Sebelum memisahkan benih, ceri diseleksi yang

berlangsung di tangki flotasi, diikuti dengan perendaman dan fermentasi. Selama

fermentasi, enzim dapat ditambahkan, kulit perak dikeluarkan dan keasaman

meningkat, pH mungkin dikurangi menjadi 4,5. Benih (perkamen kopi) kemudian

dicuci, dipoles, dan dikeringkan dengan matahari dan atau dikeringkan dengan

udara. Pengolahan basah sering digunakan saat kopi dipanen dengan metode

picking, seperti di Kolombia, Asia, dan Amerika Tengah. Perbedaan utama antara

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

21

metode pengolahan adalah dengan benih pengolahan basah dipisahkan dari pulpa

dan kulit sebelum dikeringkan (Farah, 2012).

Metode alternatif (natural processing) yang menggabungkan aspek metode

kering dan basah telah dikembangkan di Brasil. Metode ini terdiri dari pencucian

dan pemilihan benih dalam tangki flotasi tanpa fermentasi. Biji kopi menjalani

proses alami sering digunakan dalam campuran kopi espresso, karena cenderung

untuk menambahkan lebihke minuman karena polisakarida di kulit perak tidak

difermentasi dan tetap pada biji. Setelah biji dikeringkan, kopi berubah ukuran

dan atau disortir secara elektronik untuk menghilangkan biji yang cacat. Proses ini

bisa diikuti dengan eksitasi ultraviolet (UV). Biji kopi hijau kemudian siap

dipanggang. Sebagai alternatif, mereka mungkin dilakukan dekafeinasi, diolah

dengan uap, atau disimpan sebelum dipanggang (Farah, 2012).

Kopi bisa diolah dengan uap sebelum dipanggang untuk membuat kopi

tidak membuat sakit perut atau gangguan lambung. iritasi perut berkurang

dikaitkan dengan pengurangan kandungan asam klorogenik selama penguapan.

Kopi yang dijemur adalah kopi spesial dimana biji Arabika dan Robusta hijau

kering kualitas yang tinggi secara alami selama 3-4 bulan dengan terpajan angin

yang lembab yang berlaku di pantai barat India Selatan (pantai Malabar), terutama

di daerah Mangalore dan Tellicherry. Ceri kopi menyerap kelembaban dari

atmosfer musim hujan yang lembab, menyebabkan benih membengkak, menjadi

kuning muda, dan mendapatkan rasa sangat lembut. Biji kopi ini memiliki bentuk

yang baik, rendah keasaman, dan aroma dan rasa yang menyenangkan di dalam

cangkir. Kopi ini diekspor dari India ke Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Utara

(Farah, 2012).

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

22

Aroma biji kopi hijau ini sangat berbeda dengan yang kita bayangkan saat

kita dengar kata kopi Hanya dengan memanggang, biji kopi memiliki aroma da

rasa yang khas meskipun pemanggangan tampak sederhana dalam pengolahan,

senyawa kimia yang mendasari perkembangan rasa ini sangat kompleks dan tidak

sepenuhnya dipahami. Suhu pemanggangan yang tinggi menyebabkan

serangkaian perubahan fisik dan kimiawi biji kopi. Kondisi pemanggangan

spesifik sangat mempengaruhi perubahan ini dan akibatnya mempengaruhi

bioaktivitas dan rasa minuman. Pemanggang yang paling umum tersedia pada

industri adalah seperti pemanggang roti, dimana biji tersebut bersentuhan

langsung dengan api dan atau permukaan yang panas. Pada pemanggang dengan

fluida yang lebih baru, bijinya bersentuhan dengan udara panas/ gas (Farah,

2012).

Suhu yang digunakan untuk memanggang biji tergantung pada jenis

pemanggang, namun maksimal Temperatur yang digunakan pada industri

umumnya bervariasi dari 210◦C sampai 240◦C. Saat suhu mencapai 130◦C,

sukrosa mengalami karamelisasi dan biji mulai coklat dan membengkak.

Perubahan kimia pada fase awal ini relatif kecil dibandingkan dengan yang terjadi

pada akhir proses pemasakan. Pada suhu di atas 160◦C, serangkaian reaksi

eksotermik dan endotermik terjadi biji kopi menjadi cokelat muda, volumenya

meningkat pesat,dan formasi aroma dimulai. Reaksi kimia yang bertanggung

jawab atas aroma dan rasa kopi panggang dipicu sekitar 190◦C. Selama reaksi

Maillard dan Strecker, yang melibatkan karbohidrat (pengurangan gula), protein,

dan kelas senyawa lainnya, senyawa dengan berat molekul rendah dan tinggi

seperti melanoidin secara simultan terdegradasi dan diproduksi. Setelah

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

23

dipanggang, bijinya digiling atau langsung dipasarkan digunakan untuk produksi

kopi instan. Kopi panggang tersedia secara komersial dalam berbagai warna

(tingkat pemanggangan) yang bervariasi dari yang sangat ringan hingga sangat

gelap, sesuai dengan preferensi nasional dan individu (Farah, 2012).

Di Inggris dan Amerika Serikat, misalnya, pemanggang ringan-medium

sampai medium lebih disukai, sedangkan kopi panggang gelap lebih populer di

beberapa wilayah di Eropa. Dark-medium untuk kopi panggang yang

gelapmerupakan tradisional di Brasil, meski konsumsi kopi panggang sedang

telah meningkat. Standar tingkat pemanggangan untuk tujuan komersial adalah

subyektif dan mungkin sangat bervariasi. Hilangnya massa saat memanggang bisa

bermanfaat parameter untuk mengevaluasi tingkat pemanggangan dalam produksi

skala kecil, namun mungkin sulit dilakukan kontrol dalam produksi berskala

besar. Inspeksi visual terus menjadi metode yang paling diterima untuk

menentukan tingkat pemanggangan. Untuk membantu mengembangkan standar

penilaian kolorimetrik, cakram warna diciptakan oleh Specialty Coffee

Association of America (SCAA). Kecepatan di mana biji mencapai warna yang

diinginkan mempengaruhi sejumlah parameter fisik-kimia karena itu rasanya dan

bioaktivitas minumannya. Kopi yang dipanggang sampai tingkat yang sama

mungkin memiliki komposisi kimia yang berbeda jika dipanggang di bawahnya

kondisi berbeda Misalnya, kopi dipanggang pada suhu yang lebih tinggi untuk

waktu yang lebih singkat cenderung menunjukkan keasaman yang lebih tinggi,

padatan yang lebih mudah larut, dan volatil yang berbeda dari pada yang

dipanggang untuk waktu yang lebih lama pada suhu yang lebih rendah (Farah,

2012).

Page 41: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

24

2.2.2.3 Metode Brewing

Variabel lain yang mempengaruhi komposisi kimia minuman adalah

metode brewing. Aspek yang umum untuk semua metode brewing yang

dipraktekkan di seluruh dunia adalah penggunaan air panas. Suhu air tidak boleh

melebihi 90◦C-95◦C namun, tidak jarang melihat orang mendidih kopi beberapa

menit sebelum penyaringan. Proporsi kopi yang diseduh ke air sangat bervariasi di

berbagai negara dan berdasarkan preferensi masing-masing individu, tapi

biasanya 8-20 g kopi/100 mL air, selain itu waktu ekstraksi juga bervariasi.

Metode brewing yang paling umum di seluruh dunia adalah perkolasi sederhana,

kopi rebus, pembuat kopi elektrik, mesin espresso, pembuat kopi Italia, dan pers

Prancis. Pertama Metode, kopi medium-ground tersebar merata pada filter kertas,

kain, atau nilon yang dipasang pada dukungan, dan air panas dituangkan di atas

kopi dalam gerakan melingkar ke arah tengah filternya Untuk kopi rebus atau

Turki, air dituangkan ke atas bubuk halus atau kopi bubuk dalam panci dan

dipanaskan, Saat air mulai mendidih, campuran tersebut dituangkan langsung ke

dalam cangkir. Untuk membuat kopi espresso, kopi kasar dan menengah dan air

ditempatkan di tempat kompartemen masing-masing. Air diserap melalui kopi

sekitar 90◦C dan 9 atm (Farah, 2012).

2.2.2.4 Produksi Kopi Instan

Produksi kopi instan biasanya melibatkan penanganan kopi panggang

dengan air panas dan tekanan tinggi untuk mengekstrak senyawa yang larut dalam

air. Bahan terlarut ini kemudian didinginkan dan terkadang disentrifugasi,

dipekatkan dengan pemanasan, dan dikeringkan sampai pengeringan beku

berkurang kelembaban sampai sekitar 5%. Proses pengeringan menggunakan suhu

Page 42: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

25

tinggi dibawah tinggi tekanan untuk menguapkan ekstrak air. Proses pengeringan

beku menggunakan suhu yang sangat rendah untuk mencapai sublimasi dari

ekstrak air beku. Pabrik biasanya menggunakan teknik yang berbeda untuk

memperbaiki penampilan dan rasa produk akhir. Meski kopi panggang umumnya

terdiri dari arabika saja atau persentase arabika yang tinggi, kopi robusta sering

digunakan pada ketinggian persentase atau sendiri dalam campuran yang

ditujukan untuk produksi kopi instan, karena biji kopi obusta mengandung

padatan terlarut dalam jumlah yang lebih tinggi, yang meningkatkan hasil panen

(Farah, 2012).

Berikut ini merupakan standar mutu kopi instan di Indonesia berdasarkan

standar nasional Indonesia (Gambar 2.5) .

Gambar 2.4 Standar Mutu Kopi di Indonesia

Page 43: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

26

Bidang Pengujian untuk memenuhi standar di lihat dari kriteria kimia,

fisika, dan mikrobiologi. Untuk biji kopi jenis pengujian diantaranya biji berbau

busuk atau berbau kapang. Kopi bubuk diantaranya acidity, aktifitas antioksidan,

dan chlorogenic acid. Kopi instan sifat yang diuji adalah acidity, aktifitas

antioksidan, pH, dan chlorogenic acid. Kopi liquid sifat yang di uji antara lain

acidity, aktifitas antioksidan, ochratoxin A, dan chlorogenic acid.

2.3 Faktor Risiko DM

Diabetes mellitus merupakan penyakit multifaktorial, sehingga terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian DM. Diantaranya faktor yang

berhubungan dengan DM adalah konsumsi kopi, usia, jenis kelamin, indeks masa

tubuh (IMT), dan aktifitas fisik. berikut ini merupakan penjelasan dari masing-

masing faktor.

2.3.1 Konsumsi Kopi

Efek kopi terhadap kesehatan masih menjadi perdebatan. Kopi secara

signifikan bermanfaat bagi kesehatan karena memiliki efek terhadap antioksidan

dalam plasma (Winarsi, 2007). Akan tetapi dari beberapa penelitian mekanisme

biologi dari senyawa dalam kopi tidak semua berhubungan secara positif, ada pula

yang memiliki hubungan negatif. Kopi mengandung ratusan senyawa aktif, serta

beberapa zat yang diduga dapat meningkatkan penyerapan glukosa dan

metabolisme glukosa. Biological plausaibility pada kopi yaitu sebagai efek

antiinflamasi yang dapat mendukung metabolisme glukosa (Kempf dkk., 2010).

Komponen utama kopi diantaranya adalah kafein, cafestol, kahweol, asam

klorogenat (CGA) (Ranheim dan Halvorsen, 2005) dan mikronutrien (Akash dkk.,

Page 44: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

27

2014). Beberapa komponen kopi yang larut dalam air adalah polimer fenolat,

polisakarida, asam klorogenat, mineral, asam organik, gula, dan lipid (Winarsi,

2007). Senyawa kafein dalam kopi dislaporkan dapat mengurangi sensitivitas

insulin melalui antagonisme reseptor adenosin, atau dengan melintasi penghalang

darah-otak dan merangsang pelepasan epinefrin. Namun, toleransi terhadap efek

kafein ini dapat berkembang setelah asupan jangka panjang. Selain itu,

phytochemical seperti asam klorogenat dan trigonelina, dapat meningkatkan

metabolisme glukosa melalui efek menguntungkan pada stres oksidatif,

glukoneogenesis, hormon usus atau mikroflora usus (Wedick dkk., 2011).

Berdasarkan hasil penelitan kohor meta analisi tentang konsumsi kopi

dengan risiko diabetes mellitus menunjukan nilai relative risk (RR) DM tipe 2

sebesar 0,65 (95% CI, 0,54-0,78) untuk 6-7 cangkir per hari dan 0,72 (95% CI,

0,62-0,83) untuk 4-6 cangkir per hari, kategori konsumsi kopi dibandingkan

dengan kategori terendah 0-2 cangkir perhari (van Dam dan Hu, 2005).

Kemudian, penelitian meta analisis lain yang menunjukan adanya hubungan

konsumsi kopi dengan penurunan risiko diabetes mellitus dengan nilai RR sebesar

0.93 (CI 95% 0.91-0.95) (Huxley dkk., 2009)

Berdasarkan hasil penelitian desktiptif di RSUD Dr. Soekardjo

Tasikmalaya sebagian besar pasien diabetes mellitus mengkonsumsi kopi dengan

frekuensi rata-rata tiga gelas perhari (Kurniasih dan Rohimah, 2015). Sedangkan

penelitian lainnya menggunakan desain case control di RSUD Moewardi

Surakarta menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dengan

diabetes mellitus (p=0,695, OR=0,980; 95%CI =0,408-2,358) (Fikasari, 2012).

Begitupula berdasarkan penelitian eksperimental di Amerika Serikat menunjukan

Page 45: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

28

bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dengan perubahan metabolisme

glukosa, hal tersebut di akui oleh peneliti bahwa kekurangan pada penelitian yang

menggunakan sampel kecil (Kempf dkk., 2010).

Mekanisme biologi antara kopi dengan DM sebenarnya masih belum jelas,

hal ini diutarakan oleh beberapa peneliti. Akan tetapi ada mekanisme biologi yang

dapat diterima secara logika. Beberapa senyawa yang terkandung di dalam kopi

diduga berhubungan dengan adanya efek proteksi terhadap DM, diantaranya

senyawa kafein, antioksidan (asam klorogenat dan tocopherol), dan diterpenoid

alkohol (cafestol dan kahweol) (Ranheim dan Halvorsen, 2005). Berikut

penjelasan terkait dengan mekanisme senyawa dalam kopi.

A. Kafein

Kafein telah menyita perhatian para peneliti untuk menyelidiki

efek beberapa masalah kesehatan, meskipun efeknya masih kontroversial.

Kafein merupakan salah satu senyawa yang paling umum dikonsumsi

masyarakat. Kafein (1,3,7-trimethylxanthine) adalah stimulan kimia yang

paling sering dijumpai di dunia. Kafein merupakan salah satu zat

psikoaktif yang dapat merangsang sistem saraf pusat sebagai antagonis

reseptor adenosin. Sumbernya ditemukan di kopi, teh, minuman ringan,

dan coklat (Harldan, 2000). Saat biji kopi dipanggang, digiling, dan

disiapkan Minum, ratusan senyawa larut dan kafein diketahui bervariasi

antara 80-100 mg dalam cangkir standar.

Konsumsi kafein yang akut memiliki efek negatif pada toleransi

glukosa, pembuangan glukosa, dan sensitivitas insulin pada orang kurus,

obesitas, dan diabetes tipe 2, namun senyawa lain yang ada dalam kopi

Page 46: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

29

dapat melawan efek ini. Asupan kafein akut juga meningkatkan ekskresi

mineral urin seperti kalsium. Namun, setelah konsumsi jangka panjang,

sebagian besar efek akut ini cenderung hilang karena adaptasi metabolik di

tubuh (Farah, 2012).

Kafein dapat berdampak pada konsentrasi glukosa darah melalui

beberapa mekanisme. Kafein dapat menghambat transportasi glukosa dari

darah ke otot-otot melalui perannya sebagai antagonis reseptor adenosin

(Fisone dkk, 2004 dalam Whitehead dan White, 2013), selanjutnya

menghambat penyerapan glukosa ke dalam sel otot. Dalam studi

eksperimental, intake moderat kafein telah terbukti mengganggu kontrol

glikemik pada orang sehat, sehingga mendukung hipotesis bahwa kafein

mengganggu metabolisme glukosa pada pasien dengan diabetes

(Whitehead dan White, 2013).

Fungsi lain dari kafein yaitu dapat meningkatkan oksidasi lemak

yang berfungsi membantu menurunkan berat badan, membantu mobilisasi

glikogen, dan meningkatkan lipolisis (Ranheim dan Halvorsen, 2005).

Berdasarkan penelitian eksperimental kafein dapat menekan peningkatan

tingkat glukosa darah dan menurunkan insulin pankreas (Kagami dkk.,

2008). Apabila tingkat glukosa darah dapat ditekan kondisi hiperglikemi

dapat dicegah atau dapat menyeimbangkan tingkat glukosa darah sehingga

mencegah terjadinya resistensi insulin.

B. Antioksidan (asam klorogenat)

Asam klorogenik terdiri dari kelas utama senyawa fenolik,

terutama berasal dari esterifikasi asam trans-cinnamic (caffeic, ferulic, dan

Page 47: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

30

P-coumaric). Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian penelitian

epidemiologi klinis telah melaporkan bahwa kopi konsumsi bebas kafein,

dikaitkan dengan manfaat kesehatan seperti penurunan risiko diabetes tipe

2. Sebelum studi epidemiologi melaporkan hubungan antara konsumsi

kopi dan kesehatan, sifat antimutagenik dari asam klorogenik dan

metabolitnya telah ditunjukkan oleh serangkaian penelitian hewan in vitro

(Farah, 2012).

Senyawa yang diduga sebagai antidiabetes adalah asam klorogenat

(Winarsi, 2007). Sebuah studi tentang komponen aktif kopi melaporkan

bahwa asam klorogenik sebagai antioksidan kuat yang dapat membantu

mengatur kadar gula darah dan mengurangi risiko diabetes. Asam

klorogenat menghambat penyerapan glukosa usus dan meningkatkan

sensitivitas insulin (Lee dkk., 2016). Berdasarkan penelitian asam

klorogenat dilaporkan sebagai penghambat translokasi glukosa-6-fosfat

yang dapat menunda absorbsi glukosa dalam saluran gastrointestinal

(Kobayashi dkk., 2017). Apabila absorbsi glukosa dapat ditunda maka

kadar glukosa dalam darah akan naik secara perlahan, sehingga dapat

menghindari terjadinya hiperglikemi yang merupakan salah satu penyebab

terjadinya resistensi insulin. Selain itu asam klorogenat berfungsi

mengurangi oksidasi small dense LDL (low density lipoprotein) (Ranheim

dan Halvorsen, 2005). Oksidasi small dense LDL ini dapat mempengaruhi

resistensi insulin yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus

(Gerber dkk., 2012).

Page 48: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

31

C. Cafestol dan kahweol

Senyawa kopi cafestol dan kahweol bersifat pentacyclic diterpene

alcohols. Senyawa bioaktif dan turunannya, terutama merupakan garam

atau ester asam lemak jenuh (predominan) dan asam lemak tak jenuh,

mewakili sekitar 20% fraksi lipida kopi. Cafestol adalah sumber utama

penyusun fraksi minyak kopi kira-kira 0,2%-0,6% dari berat kopi.

Kahweol lebih sensitif terhadap panas, oksigen, cahaya, dan asam, oleh

karena itu kurang berlimpah dibandingkan senyawa lainnya.

Secara alami kandungan cafestol dan kahweol terdapat dalam biji

kopi. Melalui proses pemanggangan biji kopi panggang dan bubuk dan

melalui proses penyeduhan dengan air panas akan menghasilkan

kandungan cafestol sebesar 0,5-8 mg/100ml dan kahweol sebesar 0,7-10

mg/100ml. Akan tetapi pada penggunaan filter jumlahnya semakin kecil

karena sebagian besar terjebak dalam filter.

Cafestol dan kahweol dilaporkan sebagai senyawa berperan

membantu memberikan sinyal PPARγ (Peroxisome proliferator-activated

receptors gamma). Fungsi PPARγ sebagai reseptor ligan yang terletak

dalam inti dan merupakan faktor transkripsi gen yang mempengaruhi

fungsi insulin atau sebagai aktor regulasi insulin (Ranheim dan Halvorsen,

2005). Berikut diperlihatkan kandungan cafestol dan kahweol berdasarkan

cara penyajian kopi (Gambar 2.3).

Page 49: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

32

Gambar 2.5 Kandungan cafestol dan kahweol berdasarkan cara penyajian

kopi

Gambar 2.6 Komposisi Zat Kimia dalam 100 ml kopi

Page 50: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

33

2.3.2 Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko DM yang tidak dapat di

modifikasi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara usia

dengan kejadian DM. Berdasarkan penelitian diabetes di Asia menunjukan bahwa

onset DM biasa terjadi pada usia >20-40 tahun (Kapoor dkk., 2014). Hasil

penelitian lain oleh Creatore (2010) menunjukan bahwa peningkatan risiko

diabetes mellitus terjadi pada usia 35-49 tahun (Creatore dkk., 2010). Peningkatan

usia yang meningakatkan risko diabetes mellitus berhubungan dengan faktor

degeneratif yang muncul seiring bertambahnya usia. Mengakibatkan penurunan

fungsi organ tubuh, terutama gangguang organ pankreas dalam memproduksi

insulin (Zahtmal dkk., 2007). Usia juga sering dikaitkan dengan risiko

peningkatan diabetes mellitus seiring bertambahnya usia. Ini mungkin karena

orang cenderung menambah berat badan dan olahraga kurang seiring

bertambahnya usia.

2.3.3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko DM yang tidak dapat di

modifikasi (Chen dkk., 2012). Beradasarkan hasil penelitian Creatore (2010)

menunjukan bahwa pada imigran dari Asia Selatan, laki-laki lebih berisiko

dibandingkan perempuan dengan hasil Laki-laki OR=4.01, 95% CI 3.82–4.21)

dan perempuan OR=3.22 (95% CI 3.07–3.37) (Creatore dkk., 2010). Hasil

penelitian lain dengan menggunakan desain studi kasus kontrol di Saudi Arabia,

terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian DM

(Murad dkk., 2014). Pada penelitian tersebut kasus DM lebih banyak ditemukan

pada jenis kelamin laki-laki.

Page 51: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

34

Menurut hasil studi perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan

yang membuat perbedaan risiko pada jenis kelamin. Berdasarkan studi kasus

kontrol yang melihat perbedaan risiko hormon pada laki-laki dan perempuan

menunjukan hasil risiko DM meningkat pada perempuan dengan tingkat level

testosteron lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki tingkat

testosteron lebih rendah (Ding dkk., 2006). Tingkat testosteron yang tinggi pada

pria yaitu dapat menurunkan risiko DM (Kautzky-Willer dkk, 2016). Perbedaan

jenis kelamin menggambarkan perbedaan antara kondisi biologis wanita dan pria,

yang disebabkan oleh perbedaan kromosom seks, ekspresi gen spesifik seks

autosom, hormon seks, dan pengaruhnya terhadap sistem organ. Wanita

menunjukkan perubahan hormon dan tubuh yang lebih dramatis karena faktor

reproduksi (Kautzky-Willer dkk, 2016).

Keanekaragaman dalam biologi, budaya, gaya hidup, lingkungan, dan

status sosial ekonomi mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dalam predisposisi, perkembangan, dan secara klinis. Efek genetik dan

mekanisme epigenetik, faktor gizi dan gaya hidup mempengaruhi risiko dan

komplikasi secara berbeda pada kedua jenis kelamin. Selanjutnya, hormon seks

memiliki dampak yang besar pada metabolisme energi, komposisi tubuh, fungsi

vaskular, dan respon inflamasi. Demikian pula, ketidakseimbangan endokrin

berhubungan dengan sifat kardiometabolik yang tidak menguntungkan, dapat

diamati pada wanita dengan kelebihan androgen atau pria dengan hipogonadisme.

Faktor biologis dan psikososial menjadi salah satu perantara antara perbedaan

jenis kelamin dan jenis kelamin dalam risiko diabetes. Secara keseluruhan, stres

Page 52: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

35

psikososial tampaknya memiliki dampak lebih besar pada wanita dan bukan pada

pria (Kautzky-Willer dkk, 2016) .

2.3.4 Indeks Massa Tubuh

Epidemi global DM terkait dengan peningkatan kelebihan berat badan dan

obesitas pada orang dewasa maupun remaja. Prevalensi kelebihan berat badan

(BMI 25-30 kg/m²) atau obesitas (BMI ≥30 kg/m²). Prevalensi obesitas dan

overweight pada populasi dewasa di dunia diperkirakan meningkat dari 33% pada

tahun 2005 menjadi 57,8% pada tahun 2030 (Chen dkk., 2012). Obesitas dan

overweight merupakan salah satu prediktor untuk DM tipe 2. Berdasarkan hasil

penelitian di Amerika pada orang dewasa yang memiliki IMT >35 kg/m² memiliki

risiko 42-93 kali lipat terkena diabetes mellitus daripada orang dengan IMT < 22

kg/m² (Gill dan Cooper, 2008). Hasil penelitian case-control menunjukan peluang

pengembangan DM tipe 2 untuk individu yang kelebihan berat badan atau

obesitas sekitar 1,5-5 kali lebih tinggi daripada individu dengan IMT normal

(Ganz dkk ., 2014).

2.3.5 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan

dan mengeluarkan tenaga dan energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan salah

satu faktor risiko diabetes mellitus (WHO, 2016c). Selain itu, berdasarkan hasil

penelitian kohor meta analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara intensitas

aktifitas fisik dan diabetes mellitus tipe 2, dengan nilai RR= 0.69 (CI 95% 0.58 –

0.83) (Jeon dkk., 2007). Berdasarkan hasil systemativ review beberapa penelitian

menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan diabetes mellitus,

serta terjadinya penurunan risiko sebesar 3,5 kali pada responden yang memiliki

Page 53: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

36

tingkat aktivitas fisik >5,5MET (Gill dan Cooper, 2008). Hasil penelitian lain di

Jakarta menunjukan secara signifikan ada hubungan antara aktifitas fisik dan

kejadian DM dengan nilai OR=0,239 (95%CI 0,071-0,802) (Trisnawati dan

Soedijono, 2013).

2.4 Analisis Statistik

Analisis statistik diantaranya terdapat analisis univariat, bivariat, dan

mutivariat.

2.4.1 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel yang di teliti, dengan cara

mengeluarkan ukuran tengah dan ukuran variasi.

A. Ukuran Tengah

Ukuran tengah merupakan teknik statistik yang digunakan untuk

menjelaskan kelompok berdasarkan gejala pusat (tendency central)

diantaranya adalah mean, median, dan modus. Berikut penjelasan

mengenai masing-masing nilai tengah (Sugiyono, 2010).

1. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai rata-rata dari kelompok. Nilai rata-rata diperoleh dengan

menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok.

Page 54: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

37

2. Median

Median adalah teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari

yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya.

3. Modus

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai yang sedang populer atau nilai yang sering muncul.

B. Ukuran Variasi

Ukuran variasi digunakan untuk menjelaskan keadaan kelompok, yang

didasarkan pada tingkat variasi data yang ada pada kelompok. Untuk

mengetahui tingkat variasi kelompok data dapat melihat nilai rentang data

(range) dan standar deviasi. Berikut penjelasan masing-masing ukuran

variasi (Sugiyono, 2010).

1. Rentang Data (range)

Rentang data merupakan nilai yang diperoleh dari pengurangan

data terbesar dengan data yang terkecil, yang bermaksud untuk

melihat tingkat variasi dari kelompok data.

2. Standar Deviasi

Varians merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan

untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Varians merupakan

jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-

rata kelompok. Sedangkan standar deviasi merupakan akar dari

varians.

Page 55: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

38

3. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya

merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk

melihat komposisi suatu variabel dalam populasi. Perhitungan

proporsi ialah sebagai berikut.

Proporsi :

x 100%

2.4.2 Nilai Risiko dan Keputusan Uji Statistik

Pengambilan keputusan terhadap suatu penelitian dapat dilihat dari uji

statistik pendekatan probabilistik menggunakan nilai P value. Dengan nilai P ini

menghasilkan keputusan uji statistik dengan membandingkan nilai P value dengan

nilai α (alpha). Tingkat kemaknaan atau alpha dalam penelitian kesehatan

masyarakat biasanya menggunakan α=0,05 dan Confident Interval 95% (Sabri and

Hastono, 2014). Keputusan uji statistik yang digunakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. P value > 0,05 berarti hipotesis nol gagal ditolak dengan kesimpulan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna.

2. P value < 0,05 berarti hipotesis nol ditolak dengan kesimpulan bahwa

ada hubungan yang bermakna.

Hasil dari keputusan uji statistik menggunakan nilai P value hanya untuk

menilai ada tidaknya hubungan, tidak bisa melihat derajat hubungan. Derajat

hubungan dalam bidang kesehatan di liat dengan menggunakan ukuran Risiko

relatif (RR), Odds Ratio (OR), dan Prevelensi ratio (PR). Ukuran RR digunakan

dalam penelitian kohor, OR digunakan pada penelitian kasus kontrol, sedangkan

Page 56: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

39

PR digunakan pada penelitian cross sectional. Interpretasi nilai PR, RR, dan OR

antara lain sebagai berikut.

1. PR, RR, atau OR < 1, Variabel dikatakan sebagai faktor protektif

2. PR, RR, atau OR = 1, Variabel bukan faktor risiko

3. PR, RR, atau OR > 1, Variabel dikatakan sebagai faktor risiko

Pada kondisi kasus yang jarang nilai OR dan RR atau PR akan mengalami

kesetaraan. Nilai PR mungkin bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari

nilai RR tergantung kepada bagaimana status eksposur memiliki efek survival.

Nilai POR akan setara dengan nilai PR ketika kondisi dimana prevalensi outcome

kecil, bahkan ketika dalan kondisi tidak berhubungan dengan survival. POR yang

diestimasi salah satu dari desain studi cross sectional maupun case control bisa

memiliki nilai yang sama dengan IDR ketika dalam kondisi eksposur bukan

merupaka faktor prognstik dan durasi rata-rata disease telah diidentifikasi untuk

eksposur dan non-eksposur (Kleinbaum et al., 1982). Dalam kondisi outcome

yang jarang nilai RR, OR, dan PR akan menjadi seperti berikut ini:

1RR = IDR

2POR = IDR

3ROR = RR = EOR (OR)

4PR = P1/P2 = IDR

5POR = ad/bc = EOR

RR = OR = PR

Keterangan:

IDR : Incidence density ratio

PR : Prevalence ratio

POR : Prevalence odds ratio

RR : Relative risk

ROR : Risk odds ratio

EOR : Exposure odds ratio

OR : Odds ratio

Page 57: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

40

Nilai PR pada dasarnya memiliki perhitungan yang sama dengan RR, PR

biasa digunakan untuk desain studi cross sectional sedangkan RR bisa digunakan

untuk desain studi kohor, akan tetapi berbeda dengan OR perumusannya OR

biasanya digunakan untuk desain studi case control. Berikut ini rumus dari RR

dan OR (Kleinbaum et al., 1982).

RR=

OR=

Keterangan:

RR: Prevalensi atau insidens outcome pada kelompok terpajan dibagi

dengan prevalensi atau insidens pada kelompok yang tidak

terpajan.

OR: kelompok terpajan dibagi dengan kelompok yang tidak terpajan

pada kelompok kasus dibagi dengan kelompok terpajan dibagi

dengan kelompok tidak terpajan pada kelompok kontrol

Rumus umum untuk OR dalam model regresi logistik yang dinyatakan

dalam nilai eksponensial β merupakan variabel outcome (0,1) dan variabel

eksposur (0,1) dan beberapa variabel covariat dinyatakan sebagai X1, X2, .... Xk.

Terdapat beberapa rumus yang bisa digunakan untuk nilai PR dan RR yang

bergantung pada desain studi. Apabila penelitian diasumsikan bahwa memiliki

kasus/outcome yang jarang, maka rumus untuk OR yang telah disebutkan diatas

dapat digunakan sebagai perkiraan nilai PR dan RR. Apabila kasus/outcome tidak

dapat diasusmsikan jarang, maka rumus yang digunakan harus berbeda karena

ketika membagi pernyataan untuk risiko nilai-nilai individual X yang tidak

Page 58: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

41

terpajan pada dua kelompok yang dibandingkan jangan hilang dari pernyataan

untuk RR yang disesuaikan (Personal communication dengan Dr. Kleinbaum, 18

Sep 2017). Berikut ini merupakan contoh ekspresi nilai RR dan PR berbanding

dengan OR.

D (+) D (-)

E (+) 103 12

E (-) 75 102

OR =

RR = 5,5

Nilai OR meningkat secara relatif terhadap nilai RR dan PR pada kondisi

kasus yang tidak jarang pada desain studi kohor dan cross sectional. Nilai RR

lebih mudah di interpretasikan, serta nilai OR lebih sering di interpretasikan

menggunakan gaya bahasa RR (Kleinbaum, 2017). Nilai OR kebanyakan

menyebutkan bahwa interpretasinya adalah sama dengan PR dan RR, akan tetapi

menurut cohcran kurang tepat karena pembandingnya berbeda (Higgins and

Green, 2011).

Berdasarkan referensi cohcran menyatakan bahwa penarikan kesimpulan

berdasarkan OR dan RR adalah berbeda (Higgins and Green, 2011). Pengambilan

interpretasi untuk nilai OR adalah (contoh: OR= 1:3) kemungkinan terjadi sakit

adalah sepertiga dari kemungkinan tidak sakit, satu orang sakit setiap tiga yang

tidak sakit. Nilai OR=0,79 berarti interpretasinya adalah kemungkinan faktor x

Page 59: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

42

tidak sakit adalah 21%, sedangkan untuk interpretasi dari nilai RR (contoh:

RR=0,79) dengan demikian faktor X dapat menurunkan risiko sakit sebesar 21%

(Higgins and Green, 2011).

2.4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara kedua kelompok yang diteliti. Analisis tersebut dilakukan untuk

menguji hipotesis dari suatu penelitian, apakah ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen (Hastono, 2006). Analisis bivariat untuk

menguji hipotesis pada kondisi variabel lebih dari dua katagori salah satunya

adalah uji regresi logistik. Analisis regresi logistik adalah salah satu pendekatan

model matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau

beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen katagorik yang

bersifat dikotom/binary. Variabel katagorik yang dikotom adalah variabel yang

mempunyai dua nilai variasi. Metode regresi telah menjadi komponen integral

dari setiap analisis data yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara

variabel respon (dependen variabel) yang memiliki dua kategori atau lebih dengan

satu atau lebih variabel penjelas (independen variabel) berskala kategori (Hosmer

dkk ., 2013). Uji tersebut juga dapat digunakan pada desain studi cross sectional.

2.4.4 Analisis Multivariat

Proses analisis multivariat dengan menghubungkan beberapa variabel

independen dengan satu variabel dependen pada waktu yang bersamaan. Dari

analisis multivariat kita dapat mengetahui (Hastono, 2006):

Page 60: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

43

a. Variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen?

b. Apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen

dipengaruhi variabel lain atau tidak?

c. Bentuk hubungan beberapa variabel independen dengan variabel

dependen, apakah berhubungan langsung atau pengeruh tidak langsung.

Uji statistik yang digunakan pada sampel yang banyak dan menggunakan

teknik pengambilan sampel multistage adalah uji regresi logistik dengan desain

kompleks. Uji tersebut lebih sensitif untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya

dan untuk menghindari adanya kesalahan analisis dikarenakan jumlah sampel

yang banyak. Uji regresi logistik dengan desain kompleks diperlukan adanya

variabel pembobotan dan variabel strata untuk diikutsertakan kedalam uji analisis.

2.4.5 Konfounding

Konfounding merupakan kondisi bias dalam mengestimasi efek pajanan

terhadap kejadian penyakit atau masalah kesehatan, akibat dari perbandingan

tidak seimbang antara kelompok terpajan dan tidak terpajan. Bias oleh

konfounding terjadi dikarenakan pada dasarnya sudah ada perbedaan risiko

terjadinya penyakit pada kelompok terpajan dengan kelompok tidak terpajan

(Hastono, 2006). Risiko terjadinya penyakit pada kedua kelompok itu berbeda

meskipun variabel eksposur dihilangkan pada kedua kelompok tersebut.

Konfounding merupakan variabel pengganggu atau faktor ketiga dari hubungan

antara eksposur dan outcome. Efek penyimpangan ini dapat terjadi karena

peningkatan atau penurunan kekuatan dari hubungan antara eksposur dan

outcome, sehingga mengurangi penarikan kesimpulan terhadap hubungan

Page 61: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

44

eksposur dan outcome. Konfounding juga dapat terjadi karena sistematik eror atau

bias. Efek konfounding dapat terjadi dalam penelitian apabila memenuhi syarat-

syarat berikut (Bailey dan Handu, 2012).

A. Konfounding memiliki pengaruh terhadap variabel faktor penyebab atau

penyakit, atau konfounding memiliki asosiasi dengan variabel dependen.

B. Konfounding mempunyai pengaruh terhadap variabel independen

C. Konfounding bukan merupakan variabel intermediet antara eksposur dan

outcome

Pengukuran variabel konfounding dapat dilakukan dengan cara

mebandingkan ratio kasar (crude) dengan ratio adjusted. Apabila memiliki

perbedaan miniman 10% maka variabel tersebut dapat dikatakan sebagai variabel

konfounding (Newman, 1952).

2.4.6 Efek Modifikasi (Interaksi)

Efek modifikasi atau interaksi dapat terjadi apabila kekuatan atau arah

hubungan antara eksposur dan outcome berbeda antara subgrup. Penelitian dengan

menghitung efek modifikasi ini juga bisa memberikan informasi tambahan

tentang hubungan antara pajanan dan onset penyakit. Efek modifikasi disebut

sebagai heterogenitas efek dari satu pajanan pada tingkat pajanan yang lain. Jadi

efek satu pajanan pada outcome berbeda pada kelompok pajanan lainnya

(Hastono, 2006). Tidak adanya modifikasi efek, berarti efek terhadap pajanan

homogen. Istilah efek modifikasi diterapkan pada situasi di mana besarnya efek

pemaparan berbeda-beda tergantung pada tingkat variabel ketiga. Untuk melihat

ada atau tidaknya efek modifikasi ini dapat dilihat melalui stratifikasi atau uji

multivariat (Bailey dan Handu, 2012).

Page 62: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

45

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan teori yang telah dikumpulkan

maka disusunlah kerangka teori berikut (Gambar 2.3)

Gambar 2.7 Kerangka Teori

Kerangka teori ini diadaptasi dari penelitian, (Ozougwu dkk., 2013) (Kapoor dkk.,

2014)1, (Creatore dkk., 2010)

2, (Murad dkk., 2014)

3, (Gill dan Cooper, 2008)

4,

dan (Jeon dkk., 2007)5

GAYA HIDUP

GANGGUAN

SEKRESI INSULIN

GEN

RESISTENSI

INSULIN

GANGGUAN TOLERANSI

GLUKOSA

DIABETES MELLITUS

KONSUMSI KOPI

IMT4

AKTIFITAS FISIK4,5

USIA1,2

JENIS KELAMIN2,3

KONSUMSI MINUMAN

BERKAFEIN NON-KOPI

(SOFTDRINK DAN

MINUMAN BERENERGI)

Page 63: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

45

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini akan menggambarkan hubungan antara Kebiasaan

konsumsi kopi di Indonesia terhadap kejadian diabetes mellitus. Konsumsi

kopi di ukur dari orang yang mengkonsumsi berdasarkan kriteria Riskesdas

2013 dengan yang tidak mengkonsumsi. Selain itu, untuk menghindari efek

bias yang mungkin dapat ditimbulkan, maka dilakukan analisis multivariat

model faktor risiko terhadap faktor karakteristik individu diantaranya usia,

jenis kelamin, status gizi, dan aktifitas fisik. Penambahan faktor

karakteristik individu dalam penelitian ini berdasarkan dari penelitian

sebelumnya yang menunjukan adanya efek konfounding dari konsumsi kopi

dengan risiko diabetes mellitus. Maka disusunlah kerangka konsep sebagai

berikut:

Page 64: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

46

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

(Adaptasi Penelitian (van Dam dan Hu, 2005), (Ozougwu dkk., 2013) (Kapoor

dkk., 2014), (Creatore dkk., 2010), (Murad dkk., 2014), (Gill dan Cooper, 2008),

dan (Jeon dkk., 2007))

Diabetes Mellitus

Frekuensi Konsumsi

Kopi

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Individu:

Usia

Jenis Kelamin

Status Gizi

Aktifitas Fisik

Konsumsi

minuman

berkafein non-kopi

(minuman

berenergi dan

softdrink)

Keterangan:

Variabel Independen

Variabel untuk melihat

hubungan langsung

terhadap diabetes mellitus

Variabel karakteristik

individu untuk

pengendalin efek modifikasi

dan konfounding

menggunakan analisis

multivariat

Page 65: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

47

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variable Definisi

operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1 Diabetes

mellitus

Status diabetes

mellitus yang

diagnosis oleh

dokter atau belum

pernah didiagnosis

menderita

kencing manis oleh

dokter tetapi dalam

satu bulan terakhir

mengalami gejala:

sering lapar dan

sering

haus dan sering

buang air kecil

dalam jumlah

banyak dan berat

badan turun

berdasarkan

wawancara riskesdas

2013

Wawancara Kuesioner

individu

Blok XI-B

(B12 &

B14)

Status DM

0 = Non-

DM

1= DM

Nominal

2 Frekuensi

Konsumsi

Kopi

Frekuensi konsumsi

kopi responden

Wawancara Kuesioner

individu

Blok XI-G

(G27-g)

Frekuensi

konsumsi

kopi:

0=Tidak

konsumsi

kopi

1= >1 Kali

sehari

2=1 kali

sehari

3= 3-6 kali

perminggu

4= 1-2 kali

perminggu

5= < 3 kali

perbulan

Ordinal

3 Frekuensi

Konsumsi

minuman

berkafein

non-kopi

Frekuensi konsumsi

minuman berkafein

non-kopi

diantaranya sofdrink

dan atau minuman

Wawancara Kuesioner

individu

Blok XI-G

(G27-h)

Frekuensi

konsumsi

minuman

berkafein

non-kopi:

Ordinal

Page 66: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

48

No Variable Definisi

operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

(softdrink

dan

minuman

berenergi)

berenergi 0=Tidak

konsumsi

1= >1 Kali

sehari

2=1 kali

sehari

3= 3-6 kali

perminggu

4= 1-2 kali

perminggu

5= < 3 kali

perbulan

4 Usia Usia responden yang

dilihat berdasarkan

tanggal lahir

dihitung dalam hari,

bulan, dan tahun

(Pedoman Riskesdas

2013)

Wawancara Kuesioner

rumah

Tangga

Blok IV

Usia dalam

angka

Rasio

5 Jenis

kelamin

Jenis kelamin

responden yang

ditanyakan langsung

kepada responden

Wawancara Kuesioner

rumah

Tangga

Blok IV

Jenis

Kelamin:

0 = Laki-

laki

1 =

Perempuan

Nominal

6 Status

Gizi

Hasil perhitungan

berat badan dibagi

dengan pangkat dua

tinggi badan dalam

satuan Kg/m2

Pengukuran

BB dan TB

Kuesioner

individu

Blok XI-K

(BB: K01

dan TB:

K02)

Status Gizi

0 = Kurus

1 = Normal

2 = Gemuk

3 =Obesitas

(Depkes RI,

2003)

Ordinal

7 Aktifitas

Fisik

Status aktifitas fisik

responden yang

tergolong dalam

salah satu kategori

berikut: aktivitas

fisik berat adalah

lamanya waktu

(menit) melakukan

aktivitas dalam satu

minggu dikalikan

Wawancara Kuesioner

individu

Blok XI-G

(G16-G22)

Aktifitas

Fisik

0 = Ringan

1 = Sedang

2 = Berat

(IPAQ,

2004)

Ordinal

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Page 67: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

49

No Variable Definisi

operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

bobot sebesar 8

kalori; Aktivitas

fisik sedang apabila

melakukan aktivitas

fisik sedang

(menyapu,

mengepel, dll)

minimal lima hari

atau lebih dengan

total lamanya

beraktivitas 150

menit dalam satu

minggu; Selain dari

dua kondisi

tersebut

termasuk dalam

aktivitas fisik ringan

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian diabetes

mellitus di Indonesia Tahun 2013

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Page 68: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional untuk

menjelaskan hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap kejadian diabetes

mellitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Riset Kesehatan

Dasar tahun 2013.

4.2 Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang di ambil dari dataset

Riskesdas 2013. Beberapa komponen data yang diperlukan diantaranya variabel

status diabetes mellitus, frekuensi konsumsi kopi dan konsumsi minuman

berkafein bukan kopi (minuman berenergi dan softdrink) dan karakteristik

individu (usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan, serta aktifitas fisik).

4.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Riskesdas 2013 dilakukan di 33 Provinsi di Indonesia yang

dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013. Untuk penelitian ini diambil semua provinsi

di Indonesia.

4.2.2 Populasi dan Sampel

Jumlah rumah tangga (RT) sampel Riskesdas sebanyak 294.959 dari

300.000 RT yang ditargetkan (98,3%) dengan jumlah anggota rumah tangga

(ART) 1.027.763 orang. Berdasarkan Survei Penduduk 2010, dengan rata-rata

jumlah ART per RT adalah 3.8 orang, maka response rate untuk ART adalah

93%. Dari 294.959 RT, ada sejumlah 77.830 ART yang tidak bisa

Page 69: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

51

dikumpulkan informasinya, karena tidak ada di tempat pada kurun waktu

pengumpulan data Riskesdas 2013.

A. Populasi

Populasi dalam Riskesdas 2013 adalah seluruh rumah tangga

biasa yang mewakili 33 provinsi. Populasi target dalam penelitian ini

adalah seluruh masyarakat indonesia, karena dari penelitian ini diharapkan

dapat di generalisasikan pada populasi luas yaitu seluruh penduduk di

Indonesia. Sedangkan untuk populasi sumber atau populasi studi adalah

yang telah memenuhi kriteria inklusi. Terkahir adalah populasi eligible

yakni populasi sumber yang telah memenuhi kriteria eksklusi.

B. Sampel

Kerangka sampel Riskesdas 2013 terdiri dari dua jenis, yaitu

kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama dan kerangka

sampel untuk penarikan sampel tahap kedua.

1. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar

primary sampling unit (PSU) dalam master sampel. Jumlah

PSU dalam master sampel adalah 30.000 yang dipilih secara

probability proportional to size (PPS) dengan jumlah rumah

tangga hasil sensus penduduk (SP) 2010. PSU adalah

gabungan dari beberapa blok sensus (BS) yang merupakan

wilayah kerja tim pencacahan SP2010. PSU juga dilengkapi

informasi jumlah dan daftar nama kepala rumah tangga, alamat,

tingkat pendidikan kepala rumah tangga berdasarkan klasifikasi

wilayah urban/rural.

Page 70: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

52

2. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah seluruh

bangunan sensus yang didalamnya terdapat rumah tangga biasa

tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak

polisi/militer, penjara, dsb) hasil pencacahan lengkap SP2010

(SP2010-C1). Bangunan sensus terpilih dan rumah tangga di

dalam bangunan sensus terpilih terlebih dahulu dilakukan

pemutakhiran. Pemutakhiran dilakukan oleh enumerator

Riskesdas 2013 sebelum mulai melakukan wawancara.

C. Kriteria Sampel

Jumlah Sampel pada penelitian riskesdas untuk usia ≥15 tahun

sebesar 712.580. Berikut merupakan kriteria inklusi dan eksklusi dari

penelitian:

a. Kriteria Inklusi

Responden pada riset kesehatan dasar tahun 2013 yang berusia ≥15

tahun

b. Kriteria Eksklusi

Data responden tidak lengkap, yaitu tidak tersedia salah satu atau

lebih dari data berikut: status penyakit diabetes, konsumsi kopi,

konsumsi minuman berkafein bukan kopi, dan karakteristik individu

(usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan, serta aktifitas

fisik).

4.2.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data telah dilakukan oleh enumerator dari Riset Kesehatan

Dasar 2013. Pengumpulan data Riskesdas 2013, dibedakan menjadi dua yaitu

Page 71: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

53

data rumah tangga (RT) dan data anggota rumah tangga (ART). Data RT

dikumpulkan melalui teknik wawancara menggunakan Kuesioner RKD13.RT

dan Pedoman Pengisian Kuesioner, sedangkan data ART menggunakan Kuesioner

RKD13.IND dan Pedoman Pengisian Kuesioner.

4.2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan Kuesioner Rumah Tangga dan

Kuesioner Individu Riskesdas 2013. Kuesioner Riskesdas diambil beberapa

variabel diantaranya Diabetes mellitus, frekuensi konsumsi kopi, frekuensi

minuman berkafein bukan kopi usia, jenis kelamin, IMT (berat badan dan tinggi

badan), dan aktivitas fisik.

4.3 Pengukuran Variabel Penelitian

1. Diabetes Mellitus

Variabel diabetes mellitus diukur berdasarkan hasil jawaban

wawancara pada Riskesdas tahun 2013, penetapan status penyakit diabetes

berdasarkan pasien yang telah di diagnosis dokter atau berdasarkan

diagnosis gejala dalam kurun waktu satu bulan terakhir mengalami sering

lapar dan sering haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak dan

berat badan turun.

2. Konsumsi Kopi

Variabel konsumsi kopi diukur melalui hasil jawaban kuesioner.

Jawaban akan dikategorikan kedalam 6 kategori yaitu termasuk katagori 1

apabila menjawab >1 kali perhari; katagori 2 apabila menjawab 1 kali

perhari; katagori 3 menjawab 3-6 kali perminggu; katagori 4 menjawab 1-

Page 72: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

54

2 kali perminggu; dan katagori 5 menjawab < 3 kali perbulan, sedangkan

katagori 0 yang tidak mengkonsumsi kopi apabila menjawab tidak pernah.

3. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein non-kopi (minuman berenergi

dan softdrink)

Variabel konsumsi kopi diukur melalui hasil jawaban kuesioner.

Jawaban akan dikategorikan kedalam 6 kategori yaitu termasuk katagori 1

apabila menjawab >1 kali perhari; katagori 2 apabila menjawab 1 kali

perhari; katagori 3 menjawab 3-6 kali perminggu; katagori 4 menjawab 1-

2 kali perminggu; dan katagori 5 menjawab < 3 kali perbulan, sedangkan

katagori 0 yang tidak mengkonsumsi apabila menjawab tidak pernah.

4. Usia

Variabel usia di ukur berdasarkan jawaban responden saat

penelitian Riskesdas 2013. Variabel usia dibiarkan menjadi data numerik,

akan tetapi dalam analisis multivariat di golongkan dalam 2 katagori

berdasarkan cut off point nilai median, karena data usia tidak berdistribusi

normal maka menggunakan nilai median yaitu < 39 tahun dan ≥ 39 tahun.

5. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin diukur melalui hasil jawaban wawancara

Riskesdas 2013. Variabel ini dikatagorikan dalam 2 katagori yaitu 0. Laki-

Laki dan 1. Perempuan.

6. Status Gizi

Indeks massa tubuh dihitung dari dari pengukuran berat badan di

bagi dengan tinggi badan kuadrat (Kg/m2). Alat untuk mengukur tinggi

badan dan berat badan sudah melalui uji coba. Alat yang digunakan untuk

Page 73: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

55

mengukur tinggi badan berbahan dasar aluminium, serta penimbangan

berat badan menggunakan timbangan digital dengan ketepatan 0,1 kg

menggunakan merek Fesco. Pemilihan merek timbangan didasarkan

pada akurasi dan presisi, kekuatan timbangan, bobot timbangan, dan

pertimbangan harga. Katagori status gizi dibedakan menjadi tiga katagori

berdasarkan IMT per jenis kelamin (Depkes RI, 2003). 0= kurus;

1=Normal; 2=gemuk; 3=obesitas, diantaranya:

Perempuan

Kurus : < 17 Kg/m2

Normal : 17-23 Kg/m2

Gemuk : 23-27 Kg/m2

Obesitas : > 27 Kg/m2

7. Aktivitas Fisik

Status aktivitas fisik diukur melalui pengukuran hasil jawaban

kuesioner Riskesdas 2013. Selanjutnya dilakukan perhitungan

menggunakan MET (metabolic equivalent). Perhitungan berdasarkan

katagori dari international physical activity questionare (IPAQ) adalah

sebagai berikut (IPAQ, 2004):

a) Aktifitas Sedang MET-menit/minggu = 4.0 x intensitas sedang

aktivitas menit x moderat hari

b) Aktifitas Berat MET-menit / minggu = 8,0 x intensitas aktivitas

berat menit x intensitas hari

Hasil perhitungan akan dikategorikan dalm 3 katagori diantaranya:

Laki-laki

Kurus : < 18 Kg/m2

Normal : 18-25 Kg/m2

Gemuk : 25-27 Kg/m2

Obesitas : > 27 Kg/m2

Page 74: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

56

a) 0 = Aktifitas fisik ringan selain dari dua kondisi tersebut

termasuk dalam aktivitas fisik ringan

b) 1 = Aktivitas fisik sedang apabila memiliki nilai MET value ≥600

MET

c) 2 = Aktivitas fisik berat apabila atau memiliki nilai minimum

≥3000 MET

4.4 Manajemen Data

Proses manajemen data Riskesdas 2013 terdiri dari dua tahap, tahap

pertama dilakukan di kabupaten/kota yang terdiri dari kegiatan: pengumpulan

data, receiving-batching (penerimaan-pembukuan), editing (kontrol kualitas

data), data entry, dan pengiriman data elektronik. Tahap kedua dilakukan di

satuan kerja Badan Litbangkes pusat yang terdiri dari kegiatan: penerimaan

dan penggabungan data seluruh kabupaten/kota, cleaning data, penggabungan

data provinsi, penggabungan data nasional, cleaning data nasional, imputasi,

pembobotan, dan penyimpanan data elektronik. Sedangkan manajemen data

penelitian ini adalah sebagai berikut.

4.4.1 Pengkodean Data (data coding)

Pengkodean yakni mengubah data dari bentuk huruf kedalam

angka yang dapat dimengerti oleh peneliti. Pengkodean dilakukan untuk

mempermudah peneliti dalam menganalisis data. Beberapa variabel yang

sudah terkumpul akan di koding ulang sesuai dengan definisi operasional

yang ada.

Page 75: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

57

4.4.2 Penyuntingan Data (data editing)

Data yang dikumpulkan di cek kembali kelengkapannya.

Dikarenakan data berupa dataset, maka dilkukan pengecekan ulang

dataset Riskesdas 2013 apakah data yang dibutuhkan sudah terisi

seluruhnya dan mendapatkan jawaban yang diinginkan dan jelas.

4.4.3 Memasukan Data (data entry)

Data yang digunakan telah melalui proses entry data sebelumnya

sehingga proses ini tidak dilakukan kembali.

4.4.4 Pembersihan Data (data cleaning)

Proses permbersihan data yakni memasitikan bahwa data yang

dalam program komputer telah tertata rapi dan tidak ada kesalahan dalam

pengetikan atau pemasukan data serta menghindari terjadinya missing

data. Cleaning yang dilakukan salah satunya untuk melihat jumlah sampel

tiap variabel. Karena penelitian ini menggunakan sampel besar maka perlu

dilakukan cleaning untuk melihat distribusi data tiap variabel.

Cleaning variabel dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi

dari-masing-masing variabel. Cleaning dilakukan pada tiap variabel

diantaranya usia, jenis kelamin, aktifitas fisik, status gizi, konsumsi kopi,

konsumsi minuman berkafein non-kopi, dan DM. Semua variabel setelah

dilakukan cleaning berjumlah 712.580. Tidak ada satu variabel yang

mengalami missing data, sehingga semua variabel dapat dianalisis.

Page 76: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

58

4.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik. Analisis

data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat, dan multivariat.

4.5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh distribusi

mengenai masing-masing variabel (independen dan dependen). Variabel

independen terdiri dari konsumsi kopi dan variabel karakteristik individu

(usia, jenis kelamin, IMT, dan aktivitas fisik), sedangkan variabel

dependen adalah kejadian diabetes mellitus. Hasil dari analisis ini berupa

tabel distribusi frekuensi diantanya:

1. Tabel distribusi frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan

konsumsi kopi di Indonesia.

2. Tabel distribusi frekuensi diabetes mellitus berdasarkan

karakteristik responden (usia, jenis kelamin, status gizi, dan

aktivitas fisik).

Rumus Analisis Univariat

Nilai Mean :

Nilai Median : Nilai tengah dari data yang telah diurutkan

Proporsi :

x 100%

4.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel dependen dan independen. Analisis bivariat juga memberikan hasil

Page 77: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

59

terhadap hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsumsi kopi terhadap kejadian

diabetes mellitus. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistik biner,

untuk melihat nilai P value dan nilai risiko dari tiap katagori variabel dengan

ketentuan apabila nilai P value < 0,05 dikatakan ada hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen, sedangkan untuk nilai risiko menggunakan

Prevalence ratio (PR) dengan ketentuan:

1. PR < 1 berarti konsumsi kopi meruakan faktor protektif terhadap DM

2. PR = 1 berarti konsumsi kopi bukan faktor risiko ataupun faktor protektif

3. PR > 1 berarti konsumsi kopi merupakan faktor risiko terhadap DM

Uji regresi logistik biner digunakan untuk melihat nilai risiko yang terjadi

pada tiap katagori konsumsi kopi, karena dalam penelitian ini rumus

perhitungannya tidak menggunakan tabel 2x2 melainkan 2x6, maka digunakan uji

regresi logistik biner untuk melihat nilai eksponensial ß yang diasumsikan sebagai

nilai PR. Pada katagori konsumsi kopi yang menjadi referensi dengan nilai PR=1

adalah yang tidak mengonsumsi kopi. Selanjutnya dibadingkan dengan nilai PR

pada tiap katagori konsumsi kopi.

4.5.3 Nilai Prevalence Ratio (95% Confident Interval)

Penelitian ini menggunakan nilai Prevalence Ratio (PR) untuk

memperlihatkan derajat hubungan konsumsi kopi terhadap diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil nilai PR dapat melihat nilai ratio prevalensi dari tiap katagori

pada variabel independen dapat terukur dengan jelas. Peneliti menggunakan nilai

PR dalam penelitian cross sectional bertujuan untuk melihat peluang penurunan

risiko diabetes mellitus antara yang mengkonsumsi kopi dibandingkan dengan

Page 78: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

60

yang tidak konsumsi kopi. Nilai ini menggunakan derajat kemaknaan sebesar

95%. Berikut ini merupakan contoh tabel analisis dengan nilai PR.

Tabel 4.1 Contoh Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Kopi dengan

Kejadian Diabetes Mellitus di Indonesia Tahun 2013

Frekuensi konsumsi Pvalue PR (95% CI)

Tidak konsumsi kopi Referensi

>1 Kali sehari

1 kali sehari

3-6 kali perminggu

1-2 kali perminggu

< 3 kali perbulan

4.5.4 Analisis Multivariat

Proses analisis multivariat dengan menghubungkan beberapa variabel

independen dengan satu variabel dependen pada waktu yang bersamaan. Analisis

multivariat digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

berhubungan dengan variabel dependen dipengaruhi variabel lain atau tidak.

Variabel yang diduga menjadi konfounding diantaranya usia, jenis kelamin,

aktifitas fisik, status gizi dan konsumsi kafein, sedangkan variabel yang diduga

secar substantif berinteraksi adalah kopi dengan jenis kelamin, kopi dengan usia,

kopi dengan aktifitas fisik, kopi dengan status gizi, dan kopi dengan kafein.

Berikut tahap-tahap yang dilakukan untuk analisis multivariat model risiko

(Hastono, 2006).

1) Melakukan pemodelan lengkap, mencakup variabel utama, semua

kandidat konfounding dan kandidat interaksi (interaksi dibuat antara

variabel utama dengan semua variabel konfounding). Variabel interaksi

yang di buat diantaranya yang memiliki hubungan secara substansi

Page 79: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

61

memiliki keterkaitan diantaranya kopi dengan jenis kelamin (kopi by

jenis kelamin), kopi berdasarkan usia, kopi berdasarkan aktifitas fisik,

kopi berdasarakan status gizi, dan kopi berasarkan konsumsi minuman

berkafein.

2) Tahap kedua yaitu melakukan penilaian interaksi, dengan cara

mengeluarkan variabel interaksi yang nilai p value nya tidak signifikan

(P value >0,05) dikeluarkan dari model secara berurutan satu per satu

dari nilai yang terbesar, setelah dikeluarkan satu persatu apabila terbukti

bahwa ada variabel yang berinteraksi maka selanjutnya diikutsertakan

dalam model uji konfounding.

3) Tahap ketiga yaitu melakukan penilaian konfounding, dengan cara

mengeluarkan variabel kovariat/ konfounding satu per satu dimulai dari

yang memiliki nilai P value terbesar, bila setelah dikeluarkan diperoleh

selisih PR faktor/variabel utama antara sebelum dan sesudah variabel

kovariat dikeluarkan lebih besar dari 10%, maka variabel tersebut

dinyatakan sebagai konfounding dan harus tetap berada dalam model.

Page 80: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

62

BAB V

HASIL

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi prevalensi diabetes

mellitus berdasarkan konsumsi kopi dan karakteristik individu.

5.1.1 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan frekuensi konsumsi

kopi dan minuman berkafein bukan kopi

Distribusi kasus diabetes mellitus digambarkan berdasarkan frekuensi

konsumsi kopi. Hasil prevalensi akan menunjukan proporsi diabetes mellitus

berdasarkan frekuensi konsumsi responden.

Tabel 5.1 Frekuensi DM berdasarkan Frekuensi Konsumsi Kopi

Frekuensi Konsumsi

Kopi

DM Non-DM Total

N % N % N %

>1 Kali sehari 2299 2 111757 98 114056 100

1 kali sehari 2291 1,9 117317 98,1 119608 100

3-6 kali perminggu 885 1,8 48361 98,2 49246 100

1-2 kali perminggu 1402 1,9 71364 98,1 72766 100

< 3 kali perbulan 1776 2,4 71470 97,6 73246 100

Tidak konsumsi kopi 8265 2,9 275393 97,1 283658 100

Total 16918 2,4 695662 97,6 712580 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa prevalensi kasus DM paling tinggi

pada responden yang tidak mengkonsumsi kopi sebesar 2,9%. Sedangkan proporsi

terendah pada responden yang mengkonsumi kopi 3-6 kali perminggu sebesar

1,8%.

Page 81: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

63

5.1.2 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan karakteristik

individu

Distribusi kasus DM dan Non-DM dilihat berdasarkan karakteristik

individu, sehingga dapat dilihat persebaran proporsi tiap variabel karakteristik

individu berdasarkan penelitian Riskesdas 2013.

Tabel 5.2 Frekuensi DM berdasarkan Karakteristik individu

Karakteristik

Individu

DM Non-DM Total

N % N % N %

Usia

Mean ± SD 50.75 ± 13.754

52

39.48 ±15.969

38

39.75±16.012

Median 39

Jenis Kelamin

Laki-Laki 7445 2,2 335549 97,8 342994 100

Perempuan 9473 2,6 360113 97,4 369586 100

Total 16918 2,4 695662 97,6 712580 100

Status Gizi

Kurus 1039 2,1 48447 97,9 49486 100

Normal 8429 2,0 413285 98 421714 100

Gemuk 3682 2,7 134995 97,3 138677 100

Obesitas 3768 3,7 98935 96,3 102703 100

Total 16918 2,4 695662 97,6 712580 100

Aktifitas Fisik

Ringan 3658 3,6 96757 96,4 100415 100

Sedang 9818 2,4 398143 97,6 407961 100

Berat 3442 1,7 200762 98,3 204204 100

Total 16918 2,4 695662 97,6 712580 100

Konsumsi minuman berkafein non-kopi (softdrink dan

minuman berenergi)

>1 Kali sehari 367 2,6 13607 97,3 13983 100

1 kali sehari 643 2,4 26385 97,6 27028 100

3-6 kali perminggu 449 1,6 27169 98,4 27618 100

1-2 kali perminggu 998 1,7 57145 98,3 58143 100

< 3 kali perbulan 2059 1,9 104869 98,1 106928 100

Page 82: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

64

Karakteristik

Individu

DM Non-DM Total

N % N % N %

Tidak konsumsi 12393 2,6 466487 97,4 478880 100

Total 16918 2,4 695662 97,6 712580 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui proporsi masing-masing variabel

karakteristik individu berdasarkan katagori non-DM dan DM. Pada variabel Usia

nilai rata-rata usia responden sebesar 39,75 tahun dengan standar deviasi 16,012

dan median 39 tahun. Usia rata-rata reponden yang mengalami DM lebih tinggi

daripada Non-DM yaitu sebesar 50,75 tahun, sedangkan non-DM 39,48 tahun.

Standar deviasi pada kelompok DM sebesar 13.754 lebih rendah dari pada

kelompok non-DM sebesar 15.969.

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi kasus DM paling banyak pada

perempuan sebesar 2,6%, sedangkan pada laki-laki sebesar 2,2%. Berdasarkan

status gizi, prevalensi kasus DM paling tinggi pada responden yang mengalami

obesitas sebesar 3,7%, sedangkan yang paling rendah pada responden dengan

status gizi normal sebesar 2%. Variabel aktifitas fisik prevalensi kasus DM paling

tinggi pada responden yang beraktifitas fisik ringan sebesar 3,6%, sedangkan

paling rendah pada aktifitas fisik berat sebesar 1,7%. Berdasarkan konsumsi

minuman berkafein non-kopi (softdrink dan minuman berenergi) prevalensi kasus

DM paling tinggi pada konsumsi lebih dari satu kali per hari sebesar 2,6%,

sedangkan paling rendah pada konsumsi minuman 3-6 kali perminggu.

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara konsumsi kopi

dengan kejadian diabetes mellitus. Analisis ini menggunakan uji regresi logistik

Tabel 5.2 (Lanjutan)

Page 83: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

65

biner untuk mengeluarkan nilai PR pada tiap katagori konsumsi kopi

dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kopi.

5.2.1 Hubungan frekuensi konsumsi kopi terhadap kejadian diabetes

mellitus

Hubungan frekuensi Konsumsi kopi dengan kejadian diabetes mellitus

dilihat berdasarkan frekuensi konsumsi kopi dengan mengeluarkan nilai P value

dan prevalence ratio (PR). Penggunaan nilai PR agar dapat terlihat derajat

hubungan antara kopi yang dikonsumsi apakah hubungannya menjadi faktor

risiko atau faktor protektif antara frekuensi konsumsi kopi dengan diabetes

mellitus, serta diperlihatkan nilai Confidence Interval (CI) dengan kekuatan 95%

agar dapat memperkuat hubungan antara eksposur dan disease.

Tabel 5.3 Hubungan Frekuensi Konsumsi Kopi dengan Kejadian Diabetes

Mellitus

Frekuensi Konsumsi Kopi Kejadian DM P-value

PR ( 95% CI )

>1 Kali sehari 0.661 0.658-0.663

0,000

1 kali sehari 0.672 0.670-0.674

3-6 kali perminggu 0.640 0.637-0.643

1-2 kali perminggu 0.641 0.639-0.644

< 3 kali perbulan 0.811 0.808-0.814

Tidak konsumsi kopi 1 Referensi

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa ada hubungan signifikan antara

konsumsi kopi dengan kejadian diabetes mellitus dengan nilai p-value <0,05.

Nilai PR pada setiap katagori konsumsi kopi adalah kurang dari satu menunjukan

bahwa konsumsi kopi sebagai efek protektif. Meskipun semua katagori konsumsi

kopi menunjukan nilai PR kurang dari satu, akan tetapi hasilnya fluktuatif pada

setiap peningkatan frekuensi konsumsi kopi. Konsumsi kopi lebih dari satu kali

perhari menurunkan risiko DM sebesar 33,9%, konsumsi satu kali perhari

Page 84: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

66

menurunkan risiko DM sebesar 32,8%, konsumsi 3-6 kali perminggu dapat

menurunkan risiko DM sebesar 36%, konsumsi 1-2 kali perbulan menurunkan

risiko sebesar 35,9%, sedangkan konsumsi < 3 kali perbulan menurunkan risiko

sebesar 18,9%. Efek proteksi paling tinggi pada terjadi pada katagori konsumsi 3-

6 kali perbulan.

5.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menguji faktor karakteristik individu

sebagai faktor konfounding atau tidak, sehingga diperoleh hubungan antara

konsumsi kopi dengan diabetes mellitus yang sesungguhnya setelah di kontrol

dengan variabel konfounding. Uji interaksi dilakukan sebelum uji konfounding,

dengan membuat variabel baru antara faktor utama dengan variabel karakteristik

individu.

5.3.1 Uji Interaksi

Interaksi merupakan keadaan dimana hubungan antara satu variabel

independen dengan dependen berbeda menurut tingkat variabel independen yang

lain. Pemilihan variabel sebagai interaksi didasari oleh secara substansi memiliki

keterkaitan serta berdasarkan hasil analisis sebelumnya, bahwa pada beberapa

karakteristik individu mengalami perbedaan proporsi antar katagori terhadap

konsumsi kopi dengan DM diantaranya adalah kopi dengan usia, kopi dengan

jenis kelamin, kopi dengan status gizi, kopi dengan aktifitas fisik, dan kopi

dengan kafein. Penilaian interaksi dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel

interaksi dengan nilai p value lebih dari 0,05 atau tidak signifikan maka

dikeluarkan dari model secara berurutan satu per satu dari nilai P value paling

Page 85: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

67

besar. Berikut merupakan tabel model lengkap untuk uji interaksi hubungan

konsumsi kopi dengan kafein (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Model Lengkap Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM

No Variabel P-value

1 Konsumsi Kopi 0,000

2 Usia 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000

4 Status Gizi 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000

6 Konsumsi Minuman

berkafein

0,002

7 Kopi*Usia 0,178

8 Kopi*Jenis kelamin 0,918

9 Kopi*Status gizi 0,614

10 Kopi*Aktifitas fisik 0,872

11 Kopi*kafein 0,025

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa nilai p value paling besar pada

variabel interaksi kopi dengan jenis kelamin sebesar (P value= 0,918), sehingga

variabel kopi berdasarkan jenis kelamin yang menjadi variabel pertama yang

dikeluarkan dalam model uji interaksi. Berikut merupakan tabel model pertama

uji interaksi setelah dikeluarkan variabel jenis kelamin (Tabel 5.5).

Tabel 5.5 Model Pertama Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan

DM

No Variabel P-value

1 Konsumsi Kopi 0,000

2 Usia 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000

4 Status Gizi 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000

6 Konsumsi Minuman berkafein 0,002

7 Kopi*Usia 0,178

8 Kopi*Aktifitas Fisik 0,878

9 Kopi*Status gizi 0,626

10 Kopi*kafein 0,025

Page 86: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

68

Berdasarkan tabel 5.5 semua variabel interaksi memiliki nilai P value

>0,05 kecuali variabel kopi berdasarkan kafein. Variabel yang memiliki nilai

Pvalue terbesar yang akan dikeluarkan dalam model selanjutnya adalah variabel

kopi berdasarkan aktifitas fisik. Berikut merupakan tabel model kedua uji

interaksi setelah dikeluarkan variabel kopi berdasarkan aktifitas fisik (Tabel 5.6).

Tabel 5.6 Model Kedua Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan DM

No Variabel P-value

1 Konsumsi Kopi 0,000

2 Usia 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000

4 Status Gizi 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000

6 Konsumsi Minuman berkafein 0,002

7 Kopi*Usia 0,178

8 Kopi*status gizi 0,623

9 Kopi*kafein 0,024

Berdasarkan tabel 5.6 setelah dikelurakan variabel kopi berdasarkan

aktifitas fisik terjadi perubahan nilai p-value pada beberapa variabel. Variabel

yang memiliki nilai p value >0,05 yang dikeluarkan dari model selanjutnya adalah

kopi berdasarkan status gizi karena memiliki nilai p-value paling besar. Berikut

merupakan tabel model ketiga uji interaksi setelah dikeluarkan variabel kopi

berdasarkan status gizi (Tabel 5.7).

Tabel 5.7 Model Ketiga Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan DM

No Variabel P-value

1 Konsumsi Kopi 0,000

2 Usia 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000

4 Status Gizi 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000

6 Konsumsi

Minuman berkafein

0,002

Page 87: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

69

No Variabel P-value

7 Kopi*usia 0,154

8 Kopi*kafein 0,025

Berdasarkan tabel 5.7 variabel interaksi yang akan dikeluarkan dari model

adalah variabel kopi berdasarkan usia karena memiliki nilai >0,05. Berikut

merupakan tabel model keempat uji interaksi setelah dikeluarkan variabel kopi

berdasarkan usia (Tabel 5.8).

Tabel 5.8 Model Akhir Uji Interkasi Hubungan Konsumsi Kopi dengan DM

No Variabel P-value

1 Konsumsi Kopi 0,000

2 Usia 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000

4 Status Gizi 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000

6 Konsumsi

Minuman berkafein

0,002

7 Kopi*kafein 0,018

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa hanya variabel interaksi kopi

berdasrkan kafein saja yang memiliki nilai p value < 0,05 sehingga variabel ini

akan diikutsertakan untuk uji selanjutnya. Berikut ini erupakan kesimpulan dari

uji interkasi konsumsi kopi dengan kejadian diabetes mellitus (Tabel 5.9).

Tabel 5.9 Kesimpulan Model Uji Interaksi

No Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5

1 Konsumsi Kopi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

2 Usia 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

3 Jenis Kelamin 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

4 Status Gizi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

5 Aktifitas Fisik 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

6 Konsumsi

Minuman

berkafein

0,002 0,002 0,002 0,002 0,002

7 Kopi*kafein 0,025 0,025 0,024 0,025 0,018

8 Kopi*Jenis 0,918 - - - -

Tabel 5.7 (lanjutan)

Page 88: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

70

No Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5

kelamin

9 Kopi*Aktifitas

fisik

0,872 0,878 - - -

10 Kopi*Status gizi 0,614 0,626 0,623 - -

11 Kopi*Usia 0,178 0,178 0,178 0,154 -

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa variabel kopi by usia merupakan

variabel interaksi dari hubungan antara konsumsi kopi dengan DM, sehingga

variabel ini diikutsertakan untuk uji analisis konfounding.

5.3.2 Uji Konfounding

Uji konfounding dilakukan untuk mengukur variabel independen

berhubungan dengan variabel dependen dipengaruhi variabel lain atau tidak.

Variabel yang diduga menjadi konfounding diantaranya usia, jenis kelamin,

aktifitas fisik, status gizi dan konsumsi kafein, serta termasuk kandidat interaksi

yang dimasukan kedalam model uji konfounding yaitu kopi berdasarkan konsumsi

kafein. Berikut merupakan model lengkap uji konfounding (Tabel 5.10).

Tabel 5.10 Permodelan Lengkap Kandidat Konfounding dan Kandidat

Interaksi dari Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian Diabetes

Mellitus

No Variabel P-value Crude PR

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,620

1 kali perhari 0,632

3-6 kali perminggu 0,663

1-2 kali perminggu 0,659

< 3 kali perbulan 0,822

2 Usia 0,000 4,743

3 Jenis Kelamin 0,000 0,830

4 Status Gizi 0,000 1,240

5 Aktifitas Fisik 0,000 0,678

6 Konsumsi Minuman berkafein 0,002 0,967

7 Kopi by kafein 0,025 1,009

Tabel 5.9 (lanjutan)

Page 89: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

71

Berdasarkan tabel 5.10 merupakan model lengkap kandidat konfounding

dan kandidat interaksi. Variabel kopi by kafein diketahui memiliki nilai pvalue

paling tinggi sehingga untuk uji model selanjutnya akan dikeluarkan terlebih

dahulu dari permodelan uji konfounding. Berikut merupakan tabel model pertama

uji konfounding setelah dikeluarkan variabel kopi by kafein (Tabel 5.11).

Tabel 5.11 Model Pertama Uji Konfounding

No Variabel P-value PR ada kopi

by kafein

PR tidak ada

kopi by

kafein

Perubahan

PR >10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,620 0,617 0,4%

1 kali perhari 0,632 0,637 0,7%

3-6 kali perminggu 0,663 0,677 2,1%

1-2 kali perminggu 0,659 0,684 3,7%

< 3 kali perbulan 0,822 0,872 6,1%

2 Usia 0,000 4,743 4,748 0,1%

3 Jenis Kelamin 0,000 0,830 0,831 0,1%

4 Status Gizi 0,000 1,240 1,240 0%

5 Aktifitas Fisik 0,000 0,678 0,678 0%

6 Konsumsi Minuman

berkafein

0,002 0,967 0,986 1,9%

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa setelah dikeluarkan variabel kopi

by kafein dari uji konfounding tidak merubah nilai PR secara signifikan, atau

tidak ada perubahan nilai PR >10%. Berdasarkan hal tersebut variabel kopi by

kafein dikeluarkan dalam model karena bukan termasuk variabel konfounding.

Selanjutnya, tabel model kedua uji konfounding setelah dikeluarkan variabel

konsumsi minuman berkafein (Tabel 5.12).

Page 90: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

72

Tabel 5.12 Model Kedua Uji Konfounding

No Variabel P-value

PR ada

konsumsi

kafein

PR tidak ada

konsumsi

kafein

Perubahan

PR >10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,617 0,610 1,1%

1 kali perhari 0,637 0,629 1,2%

3-6 kali perminggu 0,677 0,667 1,4%

1-2 kali perminggu 0,684 0,673 1,6%

< 3 kali perbulan 0,872 0,855 1,9%

2 Usia 0,000 4,748 4,772 0,5%

3 Jenis Kelamin 0,000 0,831 0,835 0,4%

4 Status Gizi 0,000 1,240 1,238 0,2%

5 Aktifitas Fisik 0,000 0,678 0,677 0,1%

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa variabel yang dikeluarkan dalam

model adalah variabel konsumsi minuman berkafein karena memiliki nilai p-value

paling besar. Hasil dari uji konfounding menghasilkan bahwa tidak merubah nilai

PR secara signifikan, atau tidak ada perubahan nilai PR >10%. Berdasarkan hal

tersebut variabel konsumsi minuman berkafein dikeluarkan dalam model karena

bukan termasuk variabel konfounding. Selanjutnya, tabel model ketiga uji

konfounding setelah dikeluarkan variabel aktifitas fisik (Tabel 5.13).

Tabel 5.13 Model Ketiga Uji Konfounding

No Variabel P-value PR ada

aktifitas fisik

PR tidak ada

aktifitas fisik

Perubahan

PR >10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,610 0,566 7,2%

1 kali perhari 0,629 0,603 4,1%

3-6 kali perminggu 0,667 0,645 3,2%

1-2 kali perminggu 0,673 0,658 2,2%

< 3 kali perbulan 0,855 0,840 1,7%

2 Usia 0,000 4,772 4,706 1,3%

3 Jenis Kelamin 0,000 0,835 0,890 6,5%

4 Status Gizi 0,000 1,238 1,242 0,3%

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa variabel yang dikeluarkan dalam

model adalah variabel aktifitas fisik. Hasil dari uji konfounding menghasilkan

Page 91: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

73

bahwa tidak ada perubahan nilai PR secara signifikan, atau tidak ada perubahan

nilai PR >10%. Berdasarkan hal tersebut variabel aktifitas fisik dikeluarkan dalam

model karena bukan termasuk variabel konfounding. Selanjutnya, tabel model

keempat uji konfounding setelah dikeluarkan variabel status gizi (Tabel 5.14).

Tabel 5.14 Model Keempat Uji Konfounding

No Variabel P-value PR ada

status gizi

PR tidak ada

status gizi

Perubahan

PR >10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,566 0,552 2,4%

1 kali perhari 0,603 0,598 0,8%

3-6 kali perminggu 0,645 0,645 0%

1-2 kali perminggu 0,658 0,661 0,4%

< 3 kali perbulan 0,840 0,845 1,6%

2 Usia 0,000 4,706 4,897 4%

3 Jenis Kelamin 0,000 0,890 0,980 10,1%

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa variabel yang dikeluarkan dalam

model adalah variabel status gizi. Hasil dari uji konfounding menghasilkan bahwa

tidak ada perubahan nilai PR secara signifikan, atau tidak ada perubahan nilai PR

>10% pada variabel faktor utama yaitu kopi, akan tetapi terjadi perubahan

terhadap variabel jenis kelamin. Berdasarkan hal tersebut variabel status gizi

dikeluarkan dalam model karena bukan termasuk variabel konfounding terhadap

kopi dengan DM. Selanjutnya, tabel model kelima uji konfounding setelah

dikeluarkan variabel usia (Tabel 5.15).

Tabel 5.15 Model Kelima Uji Konfounding

No Variabel P-value PR ada usia PR tidak

ada usia

Perubahan PR

>10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

>1 kali perhari 0,552 0,668 21,1%

1 kali perhari 0,598 0,677 13,2%

3-6 kali perminggu 0,645 0,645 0%

1-2 kali perminggu 0,661 0,644 2,5%

< 3 kali perbulan 0,845 0,813 3,7%

2 Jenis Kelamin 0,000 0,980 1,023 4,3%

Page 92: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

74

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa variabel yang dikeluarkan dalam

model adalah variabel usia. Hasil dari uji konfounding menghasilkan bahwa usia

mempengaruhi peningkatan nilai PR pada katagori konsumsi kopi > 10%,

sehingga variabel usia dikatakan sebagai faktor konfounding. Oleh karena itu,

variabel usia tetap dimasukan kedalam model. Selanjutnya, tabel model keenam

uji konfounding setelah dikeluarkan variabel jenis kelamin (Tabel 5.16).

Tabel 5.16 Model Akhir Uji Konfounding

No Variabel P-value PR ada jenis

kelamin

PR tidak

ada jenis

kelamin

Perubahan

PR >10%

1 Konsumsi Kopi

0,000

0,552 0,557 0,9%

>1 kali perhari 0,598 0,602 0,6%

1 kali perhari 0,645 0,649 0,6%

3-6 kali perminggu 0,661 0,664 0,4%

1-2 kali perminggu 0,845 0,847 0,2%

< 3 kali perbulan

2 Usia 0,000 4,897 4,894 0,2%

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa variabel yang dikeluarkan dalam

model adalah variabel jenis kelamin dengan mempertahan kan variabel usia yang

diyakini sebagai konfounding. Hasil dari uji konfounding menghasilkan bahwa

jenis kelamin tidak mempengaruhi peningkatan nilai PR > 10%, sehingga variabel

jenis kelamin dikatakan bukan sebagai faktor konsfounding. Oleh karena itu,

variabel jenis kelamin dikeluarkan dari model. Selanjutnya merupakan tabel

simpulan seluruh model uji konfounding (Tabel 5.17).

Tabel 5.16 (Lanjutan)

Page 93: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

75

Tabel 5.17 Simpulan Uji Konfounding Hubungan Konsumsi Kopi dengan

Kejadian Diabetes Mellitus

Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Model 6

Konsumsi Kopi

>1 kali perhari 0,620 0,617 0,610 0,552 0,668 0,557

1 kali perhari 0,632 0,637 0,629 0,598 0,677 0,602

3-6 kali

perminggu

0,663 0,677 0,667 0,645 0,645 0,649

1-2 kali

perminggu

0,659 0,684 0,673 0,661 0,644 0,664

< 3 kali perbulan 0,822 0,872 0,855 0,845 0,813 0,847

Usia 4,743 4,748 4,772 4,897 - 4,894

Jenis Kelamin 0,830 0,831 0,835 0,980 1,023 -

Status Gizi 1,240 1,240 1,238 - - -

Aktifitas Fisik 0,678 0,678 0,677 - - -

Konsumsi

Minuman

berkafein

0,967 0,986 - - - -

Kopi by kafein 1,009 - - - - -

Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa hasil akhir dari uji konfounding

ditemukan bahwa usia menjadi konfounding hubungan konsumsi kopi dengan

kejadian diabetes mellitus. Variabel usia harus tetap diikutsertakan dalam analisis

untuk melihat hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian diabetes mellitus.

Selanjutnya merupakan tabel hubungan konsumsi kopi dengan DM setelah

dikontrol dengan usia (Tabel 5.18).

Tabel 5.18 Hubungan Konsumsi Kopi dengan Kejadian Diabetes Mellitus

setelah di kontrol dengan Variabel Usia

Konsumsi Kopi Pvalue PR CI 95%

>1 kali perhari

0,000

0,557 0,512-0,607

1 kali perhari 0,602 0,555-0,653

3-6 kali perhari 0,649 0,567-0,730

1-2 kali perminggu 0,664 0,603-0,731

<3 kali perbulan 0,847 0,775-0,925

Page 94: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

76

Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa hubungan konsumsi kopi dengan

diabetes mellitus di pengaruhi oleh variabel usia. Hasil analisis multivariat

menyatakan bahwa setiap penambahan konsumsi kopi meningkatkan efek proteksi

terhadap DM meskipus setelah dikontrol dengan variabel konfounding usia.

Individu yang mengkonsumsi kopi lebih dari satu kali perhari dapat menurunkan

prevalensi DM sebesar 44,3%. Nilai PR semakin tinggi maka penurunan risiko

semakin rendah. Penurunan risiko DM seiring dengan penurunan konsumsi kopi.

Penurunan risiko terendal pada inividu yang mengkonsumsi kopi < 3 kali

perbulan sebesar 15,3%.

Page 95: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

77

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013, sehingga

memiliki keterbatasan penelitian yang tidak terukur oleh penelti. Pengukuran

dilakukan variabel berdasarkan wawancara petugas enumerator Riskesdas 2013,

sehingga peneliti sendiri tidak mengetahui secara langsung bagaimana

pengambilan data yang dilakukan oleh enumerator. Beberapa pengukuran variabel

dilakukan berdasarkan wawancara terhadap responden, seperti variabel usia, jenis

kelamin, aktifitas fisik, konsumsi kopi, konsumsi minuman berkafein (softdrink

dan minuman berenergi), dan diabetes mellitus. Selain itu, dilakukan juga

pengukuran tinggi badan dan berat badan responden yang dibutuhkan untuk

melihat indeks massa tubuh responden (IMT). Beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Desain Studi Cross Sectional

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar

2013 dimana pengukurannya dilakukan sekali waktu. Kelemahan

menggunakan desain ini adalah peneliti tidak dapat melihat hubungan

temporal dari variabel dependen dengan variabel independen, sehingga

tidak diketahui secara pasti apakah konsumsi kopi mendahului terjadinya

efek proteksi terhadap DM atau tidak. Selain itu tidak diketahui onset DM

dari responden sehingga tidak dapat diketahui lama responden yang telah

mengalami DM.

Page 96: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

78

2. Bias Informasi

Bias informasi dapat terjadi saat pengukuran tinggi badan dan berat

badan. Pada penelitian Riskesdas sendiri telah menggunakan alat ukur

yang cukup sensitif, apabila dilihat dari pedoman pengukuran. Tiap

variabel pengukuran telah tercantum dalam buku panduan Riskesdas

2013, sehingga enumerator dapat mempelajari sebelum dilakukannya

pengukuran dan wawancara. Akan tetapi bisa terjadi kesalahan pada saat

pengukuran dari enumerator, karena peneliti tidak mengetahui kondisi

dilapangan sehingga bisa saja terjadi kesalahan dalam pengukuran. Selain

itu, bisa terjadi bias recall dari responden pada pertanyaan variabel usia

dan aktifitas fisik.

Pada penelitian ini tidak membedakan antara variabel kopi tanpa

gula dan kopi dengan gula, sehingga informasi yang diperoleh hanya

konsumsi kopi secara keseluruhan tanpa membedakan intake gula dari

tiap responden. Keterbatasan ini karena menggunakan data sekunder dari

Riskesdas 2013 yang tidak mencantumkan jenis kopi yang dikonsumsi

oleh responden. Selain itu dalam penelitian ini juga tidak diketahui

bagaimana cara penyajian kopi yang dikonsumsi responden yang

menyebabkan perbedaan kandungan senyawa dalam kopi tidak terukur.

3. Konfounding

Variabel konfounding yang utama dari konsumsi kopi dengan DM

adalah status merokok, akan tetapi data status merokok tidak dapat

diperoleh, sehingga efek rokok sebagai salah satu konfounding pada yang

mengkonsumsi kopi tidak dapat di analisis.

Page 97: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

79

6.2 Frekuensi kejadian diabetes mellitus berdasarkan frekuensi konsumsi

kopi dan karakteristik individu

Diabetes adalah kondisi ketika kadar glukosa darah diatas normal, serta

merupakan penyakit menahun yang timbul akibat adanya peningkatan kadar gula

atau glukosa darah yang ditandai oleh defisiensi insulin relatif atau absolut, yang

menyebabkan intoleransi glukosa (Chandrasoma dan Clive, 2005). Diabetes

mellitus adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat beberapa faktor

diantaranya, faktor genetik, lingkungan, dan metabolisme (Fletcher dkk., 2002).

Faktor seperti usia, jenis kelamin, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik terbukti

dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus (Chen dkk., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, usia rata-rata responden kelompok DM

adalah 50,75 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang

menyatakan rata-rata onset diabetes mellitus pada usia diatas 35 tahun (Creatore

dkk., 2010) dan 40 tahun (Ozougwu dkk., 2013). Penelitian diabetes di Asia juga

menunjukan bahwa onset DM biasa terjadi pada usia lebih dari 20 sampai 40

tahun (Kapoor dkk., 2014). Hal tersebut terjadi karena DM merupakan penyakit

degeneratif yang biasa timbul pada usia dewasa. Diabetes mellitus merupakan

penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif)

terutama gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin

sehingga kasus DM akan meningkat sejalan dengan pertambahan usia (Erris,

2015).

Berdasarkan jenis kelamin, hasil analisis menunjukan prevalensi

responden yang mengalami DM lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengobservasi terkait prevalensi DM dari

Page 98: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

80

berbagai negara di dunia, hasil penelitiannya menunjukan proporsi perempuan

lebih banyak mengalami DM dari pada laki-laki (Creatore dkk., 2010). Sama

halnya pada penelitian kasus kontrol di Saudi Arabia menunjukan hasil yang

sama, memperlihatkan proporsi jenis kelamin yang paling banyak menderita DM

adalah perempuan sebesar 62% (Murad dkk., 2014). Tingginya prevalensi kasus

pada perempuan di Saudi Arabia karena jumlah sampel didominasi oleh

perempuan sebesar 72% dari seluruh jumlah sampel.

Faktor yang mempengaruhi perbedaan prevalensi DM disebabkan karena

keanekaragaman biologi, budaya, gaya hidup, lingkungan, dan status sosial

ekonomi mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

perkembangan secara klinis. Efek genetik dan mekanisme epigenetik, faktor gizi

dan gaya hidup mempengaruhi risiko dan komplikasi secara berbeda pada kedua

jenis kelamin (Kautzky-Willer dkk, 2016). Menurut hasil studi perbedaan hormon

antara laki-laki dan perempuan yang membuat perbedaan risiko pada jenis

kelamin. Perbedaan risiko hormon pada laki-laki dan perempuan menunjukan

hasil risiko DM meningkat pada perempuan dengan tingkat level testosteron lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki tingkat testosteron lebih

rendah (Ding dkk., 2006). Faktor biologis dan psikososial menjadi salah satu

perantara antara perbedaan jenis kelamin. Secara keseluruhan, stres psikososial

juga memiliki dampak lebih besar pada wanita dan bukan pada pria (Kautzky-

Willer dkk ., 2016).

Faktor lainnya adalah status gizi, merupakan hasil pengkatagorian dari

IMT per jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian status gizi responden paling

banyak adalah normal. Prevalensi DM paling tinggi pada kelompok obesitas dan

Page 99: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

81

paling rendah pada kelompok status gizi normal. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian di Amerika Serikat yang menunjukan bahwa risiko diabetes mellitus

meningkat pada individu yang mengalami overweight dan obesitas (Gill dan

Cooper, 2008).

Kurang aktifitas fisik merupakan salah satu faktor risiko diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi DM paling tinggi

pada kelompok individu yang melakukan aktifitas fisik ringan, sedangkan

prevalensi terendah pada individu melakukan aktifitas fisik berat. Hal ini sejalan

dengan penelitian di Jakarta menunjukan bahwa tingginya aktifitas fisik dapat

menurunkan risiko diabetes mellitus (Trisnawati dan Soedijono, 2013)

Konsumsi minuman berkafein non-kopi termasuk didalamnya softdrink

dan minuman berenergi, merupakan salah satu minuman manis yang diteliti dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan proporsi DM paling tinggi pada

responden yang mengkonsumsi minuman lebih dari satu kali perhari. Hal ini

sejalan dengan penelitian di Amerika Serika yang menyatakan bahwa konsumsi

minuman softdrink dan minuman manis lainnya dapat meningkatkan risiko

diabetes mellitus (Schulze et al., 2004). Pada pengukuran ini memungkinkan

terjadinya efek bias dalam rentang penelitian, karena pegukuran dilakukan dalam

satu waktu, sehingga berpotensi terjadi perubahan pola konsumsi minuman yang

diakibatkan oleh efek onset DM yang lebih dahulu diderita responden.

Berdasarkan variabel konsumsi kopi, hasil penelitian menunjukan

responden yang mengkonsumsi kopi lebih banyak dari pada yang tidak

mengkonsumsi kopi, prevalensi DM paling tinggi pada responden yang tidak

Page 100: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

82

mengkonsumsi kopi sedangkan paling rendah pada responden yang

mengkonsumsi kopi 3-6 kali perminggu. Dalam penelitian ini dapat terjadi bias

informasi karena hubungan antara onset DM dengan konsumsi kopi pada

individu yang telah mengalami DM sebelum penelitian Riskesdas bisa mengalami

perubahan pola konsumsi. Mereka yang terdiagnosa DM bisa mengurangi

konsumsi kopi, sehingga prevalensi DM paling rendah pada kelompok yang

mengkonsumsi kurang dari tiga kali perbulan. Hal ini seharusnya bisa dilihat dari

variabel diet yang ada pada Riskedas 2013 dimana orang yang melakukan diet

akan cenderung mengurangi konsumsi makanan/minuman yang mengandung

gula, akan tetapi variabel tersebut tidak termasuk dalam penelitian ini.

6.3 Hubungan kebiasaan minum konsumsi kopi dengan kejadian diabetes

mellitus

Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh

masyarakat. Berbagai senyawa terkandung dalam kopi, beberapa diantaranya

dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan salah satunya dapat

meningkatkan metabolisme glukosa dalam tubuh (Akash dkk ., 2014). Penelitian

epidemiologi telah melaporkan ada hubungan antara kopi dengan diabetes

mellitus. Meskipun belum ditemukan secara jelas biologi mekanisme antara kopi

dengan DM, akan tetapi beberapa penelitian telah memulai identifikasi kandungan

dalam kopi terhadap DM.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara

konsumsi kopi dengan diabetes mellitus. Analisis dilakukan menggunakan uji

regresi logistik dengan desain complex untuk memperlihatkan risiko dari tiap

katagori konsumsi kopi. Hasil menunjukan nilai PR (prevalence risk ratio) kurang

Page 101: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

83

dari satu pada tiap katagori konsumsi kopi, yang memperlihatkan bahwa

konsumsi kopi sebagai efek proteksi terhadap kejadian diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil analisis, konsumsi kopi lebih dari satu kali perhari dapat

mengurangi risiko DM sebesar 33,9% Hasil ini sejalan dengan penelitian kohor

meta analisis tentang konsumsi kopi dengan risiko diabetes mellitus yang

memperlihatkan nilai relative risk (RR) diabetes mellitus tipe 2 sebesar 0,65 (95%

CI, 0,54-0,78) untuk konsumsi 6-7 cangkir per hari dan 0,72 (95% CI, 0,62-0,83)

untuk 4-6 cangkir per hari, kategori konsumsi kopi dibandingkan dengan kategori

terendah 0-2 cangkir perhari (van Dam dan Hu, 2005).

Meskipun pada setiap katagori frekuensi konsumsi kopi menunjukan hasil

PR kurang dari satu, akan tetapi nilai PR tidak konsisten pada setiap penurunan

frekuensi konsumsi. Secara logika semakin tinggi konsumsi kopi semakin tinggi

penurunan risiko terhadap diabetes mellitus. Hasil analisis menunjukan setiap

konsumsi 3-6 kali perminggu menurunkan risiko DM sebesar 36% lebih tinggi

dibandingkan dengan konsumsi lebih dari satu kali perhari dan satu kali perhari.

Konsumsi 1-2 kali perbulan menurunkan risiko sebesar 35,9% hampir sama

dengan konsumsi 3-6 kali perminggu, sedangkan konsumsi sangat jarang yaitu

kurang dari tiga kali kali perbulan menurunkan risiko sebesar 18,9%.

Peningkatan konsumsi kopi berhubungan dengan peningkatan jumlah

kafein dalam kopi. Setiap cangkir kopi mengandung kafein sebesar 80-100 mg

kafein, sehingga setiap tambahan cangkir kopi akan meningkatkan intake kafein

dalam tubuh. Berdasarkan studi eksperimental konsumsi empat cangkir kopi

meningkatkan intake kafein dalam tubuh sebesar 2-4 kali dibandingkan dengan

Page 102: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

84

yang tidak mengkonsumsi kopi (Kempf et al., 2010). Di Indonesia tidak

membedakan antara konsumsi kopi berkafein dan kopi tanpa kafein maka peneliti

mengasumsikan bahwa kopi yang dikonsumsi responden adalah kopi yang

mengandung kafein. Efek kafein berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat

mengurangi sensitivitas insulin sehingga meningkatkan risiko terjadi DM (Wedick

dkk., 2011). Oleh karena itu semaking tinggi konsumsi kopi maka peluang untuk

terjadi penurunan sensitifitas insulin semakin tinggi, sehingga efek proteksi

terhadap DM menjadi berkurang.

Konsumsi kopi yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kafein

dalam kopi serta terjadi peningkatan intake gula yang dikonsumsi apabila kopi

yang dikonsumsi diberi tambahan gula atau kopi instan termasuk gula. Karena

dalam penelitian ini tidak mengukur kadar gula yang dikonsumsi responden

sehingga tidak diketahui jumlah takaran gula yang dikonsumsi responden. Efek

peningkatan konsumsi gula bisa terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi kopi

dimana setiap tambahan cangkir kopi, mengalami penambahan kadar gula yang

dikonsumsi. Hal ini yang dapat menyebabkan penurunan efek proteksi dari kopi,

karena konsumsi gula disandingkan dengan peningkatan risiko DM.

Penurunan efek proteksi tidak hanya pada peningkatan konsumsi, akan

tetapi terjadi penurunan efek proteksi untuk konsumsi 1-2 kali per minggu dan

kurang dari tiga kali perbulan. Penurunan efek proteksi berhubungan dengan

penurunan jumlah senyawa bermanfaat dalam kopi seperti asam klorogenat,

kafestol dan kahweol. Ketika frekuensi konsumsinya berkurang maka fungsi

senyawa bermanfaat yang dapat mengurangi resistensi insulin juga menjadi

berkurang.

Page 103: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

85

Meskipun hubungan antara konsumsi kopi dengan DM menunjukan

adanya efek proteksi. Nilai proteksi paling tinggi pada katagori konsumsi 3-6 kali

perminggu untuk konsumsi kopi di Indonesia. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian lainnya yang menunjukan bahwa setiap tambahan cangkir kopi dapat

menurunkan risiko DM sebesar 7% (Huxley et al., 2009). Perbedaan hasil ini

diakibatkan oleh pola konsumsi kopi yang berbeda, kemungkinan adanya variasi

tentang jenis kopi dan cara penyajiannya misalnya penambahan susu atau gula,

penggunaan filter dan tanpa filter, kopi tanpa kafein dengan kopi berkafein, serta

ukuran cangkir dan variasi lainnya (Huxley et al., 2009).

Pola konsumsi kopi di Indonesia sendiri tidak diketahui secara pasti dalam

penelitian ini. Berdasarkan laporan studi diet total tahun 2014 diketahui sebanyak

25,1% orang Indonesia mengkonsumsi kopi bubuk dalam kemasan dengan

berbagai merek (Kemenkes RI, 2014). Rata-rata konsumsi gula orang indonesia

sebesar 13,6 gram/orang/hari (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil

pengamatan dari 10 sampel kopi sashet bubuk instan yang biasa di konsumsi

masyarakat rata-rata berat gula dalam kemasan kopi bubuk sebesar 8-23 gram per

kemasan, sedangkan untuk kemasan minuman kopi botol, kaleng, dan kotak, rata-

rata kadar gula sebesar 12-32 gram. Berdasarkan penelitian kohor terkait

konsumsi minuman bergula berisiko meningkatkan diabetes mellitus sebesar 1,83

kali (RR=1.83; 95% CI, 1.42-2.36) (Schulze dkk., 2004). Faktor gula yang

terkandung dalam kopi tidak di analisis dalam penelitian ini, sehingga menjadi

salah satu keterbatasan penelitian. Ada efek lain dari gula yang terkadung dalam

kopi yang dapat menjadi efek bias dari penelitian ini.

Page 104: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

86

Efek protektif dari konsumsi kopi pada penelitian ini bisa disebabkan

karena mekanisme biologi antara kopi dengan DM. Meskipun masih menjadi

perdebatan, akan tetapi ada mekanisme biologi yang dapat diterima secara logika.

Beberapa senyawa yang terkandung di dalam kopi diduga berhubungan dengan

efek proteksi terhadap DM, diantaranya senyawa antioksidan (asam klorogenat

dan tocopherol), diterpenoid alkohol (cafestol dan kahweol) (Ranheim dan

Halvorsen, 2005) dan trigonelline (Akash dkk., 2014).

Antioksidan asam klorogenat dan tochoperol diduga sebagai senyawa

yang bermanfaat terhadap penurunan risiko DM. Berdasarkan penelitian

sebelumnya asam klorogenat disinyalir sebagai penghambat translokasi glukosa-

6-fosfat yang dapat menunda absorbsi glukosa dalam saluran gastrointestinal

(Kobayashi dkk., 2017). Apabila absorbsi glukosa dapat ditunda maka peluang

terjadinya hiperglikemi sebagai salah satu penyebab resistensi insulin akan

terhambat. Selain itu asam klorogenat berfungsi mengurangi oksidasi small dense

LDL (low density lipoprotein) (Ranheim dan Halvorsen, 2005). Oksidasi small

dense LDL ini dapat mempengaruhi resistensi insulin yang dapat menyebabkan

terjadinya diabetes mellitus (Gerber dkk., 2012).

Senyawa lainnya yang berhubungan dengan DM adalah cafestol dan

kahweol. Senyawa ini berperan membantu memberikan sinyal Peroxisome

proliferator-activated receptors gamma (PPARγ). Fungsi PPARγ sebagai reseptor

ligan yang terletak dalam inti dan merupakan faktor transkripsi gen yang

mempengaruhi fungsi insulin atau sebagai aktor regulasi insulin (Ranheim dan

Halvorsen, 2005).

Page 105: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

87

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa kopi sebagai efek

proteksi terhadap diabetes mellitus. Hal ini diperkuat dari penelitian sebelumnya

yang menunjukan adanya hubungan antara kopi dengan DM. Selain itu,

mekanisme biologi dari berbagai senyawa yang terkandung dalam kopi berfungsi

membantu dalam penurunan resistensi insulin. Akan tetapi peneliti tidak bisa

mencegah efek gula yang terdapat dalam kopi yang dikonsumsi oleh responden.

Selain itu, tidak diketahui pula kadar senyawa bermanfaat yang terkadung dalam

kopi yang dikonsumsi orang Indonesia. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut

terkait dengan kopi murni dan konstituen dalam kopi. Hal ini dilakukan untuk

menghilangkan efek dari konsumsi gula responden dan memberikan manfaat lebih

bagi intervensi kesehatan.

6.4 Hubungan frekuensi konsumsi kopi dengan diabetes mellitus

berdasarkan karakteristik individu

Analisis multivariat dilakukan untuk mengontrol efek konfounding yang

dapat mengganggu hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian diabetes

mellitus. Variabel yang diduga sebagai konfounding termasuk dalam variabel

karakteristik individu diantaranya usia, jenis kelamin, aktifitas fisik, status gizi,

konsumsi minuman berkafein dan kopi dengan minuman berkafein.

6.4.1 Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko diabetes mellitus yang tidak dapat

dimodifikasi. Usia juga berhubungan dengan konsumsi kopi, sehingga usia bisa

menjadi efek confounding antara kopi dengan DM. Usia dapat mempengaruhi

hubungan antara kopi dengan DM, karena berhubungan dengan onset DM, rata-

Page 106: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

88

rata usia responden yang mengalami DM adalah 50 tahun. Berdasarkan beberapa

penelitian usia menjadi salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Berdasarkan hasil analisis multivariat menujukan hasil yang berbeda

antara nilai adjusted PR dengan nilai crude PR lebih dari 10% setelah

dikeluarkannya variabel usia, sehingga usia dinyatakan sebagai variabel

konfounding. Hal ini sejalan dengan penelitian (Choi dan Shi, 2001) bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian diabetes mellitus.

Selain itu, penyakit ini meningkat seiring dengan peningkatan usia. Penelitian lain

melaporkan peningkatan risiko DM terjadi pada usia diatas 35 tahun (Creatore

dkk., 2010). Peningkatan usia dari risko diabetes mellitus berhubungan dengan

faktor degeneratif yang muncul seiring bertambahnya usia. faktor degeneratif

dapat mengakitbatkan penurunan fungsi organ tubuh, terutama gangguang organ

pankreas dalam memproduksi insulin (Zahtmal dkk., 2007).

Adanya usia sebagai konfounding membuat pengambilan kesimpulan

terhadap hubungan antara konsumsi kopi dengan DM menjadi lemah, sehingga

dipertimbangkan untuk dilakukan analisis dengan mengontrol variabel usia.

Meskipun variabel usia dengan DM berhubungan dalam penelitian ini, akan tetapi

ada kelemahan untuk melihat hubungan sebab akibat yang mendahului onset DM

tidak diketahui. Hal ini terjadi karena usia responden yang dikumpulkan adalah

usia saat responden di wawancara, bukan merupakan usia saat terjadinya DM

pertama kali sehingga, seseorang bisa didiagnosa DM lebih dahulu sebelum usia

saat wawancara. Hal ini menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini.

Page 107: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

89

6.4.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko DM yang tidak dapat di

modifikasi (Chen dkk., 2012). Selain itu jenis kelamin juga berhubungan dengan

konsumsi kopi, karena individu lebih banyak mengkonsumsi kopi adalah pria

dibandingkan wanita. Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan analisis

multivariat diketahui bahwa tidak ada perbedaan nilai PR lebih dari 10% setelah

dikeluarkannya variabel jenis kelamin, sehingga jenis kelamin bukan termasuk

variabel konfounding dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya jenis kelamin berhubungan

dengan diabetes mellitus pada imigran dari Asia Selatan, yang melaporkan laki-

laki lebih berisiko terkena DM dibandingkan perempuan dengan hasil Laki-laki

OR=4.01, 95% CI 3.82–4.21) (Creatore dkk ., 2010). Penurunan risiko DM pada

laki-laki dapat dipengaruhi tingkat hormon testosteron. Laki-laki yang memiliki

tingkat testosteron yang lebih tinggi dilaporkan dapat menurunan risiko DM

sedangkan tingkat testosteron yang tinggi pada wanita dapat menjadi faktor risiko

DM (Kautzky-Willer et al., 2016).

Berdasarkan asumsi peneliti jenis kelamin bukan termasuk faktor

konfounding karena tidak ada asosiasi yang kuat antara konsumsi kopi dengan

jenis kelamin. Meskipun individu yang mengkonsumsi kopi lebih banyak pada

laki-laki dibandingkan perempuan hasil ini tidak mempengaruhi hubungan antara

konsumsi kopi dengan diabetes mellitus.

Page 108: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

90

6.4.3 Status Gizi

Status gizi atau indeks massa tubuh merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan diabetes mellitus. Berdasarkan teori status gizi yang

mempengaruhi peningkatan risiko diabetes mellitus adalah obesitas dan

overweight (gemuk) (Ozougwu dkk., 2013) atau indeks massa tubuh yang tinggi

(van Dam dan Feskens, 2002). Selain itu, konsumsi kopi berhubungan dengan

penurunan indeks masa tubuh, sehingga dilakukan analisis berdasarkan kriteria

status gizi untuk melihat adanya efek konfounding.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perubahan nilai PR

lebih dari 10% setelah dikeluarkannya variabel status gizi, sehingga dapat

dikatakan bahwa status gizi bukan termasuk variabel konfounding dalam

penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa status gizi tidak mempengaruhi

hubungan antara konsumsi kopi dengan DM. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa kandungan kafein dalam kopi

ditemukan menunjukkan efek neurologis yang menyebabkan penurunan berat

badan pada individu yang kelebihan berat badan dan obesitas (Kale and Reddy,

2017).

Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengesampingkan potensi bias

dalam informasi pengumpulan data. Karena pengukuran status gizi dilakukan

bersamaan dengan pengukuran DM. Hal ini dapat menimbuklan kesalahan

pengambilan kesimpulan ketika individu yang sebelumnya telah terdiagnosa DM

sejak lama lalu melakukan diet yang menyebabkan perubahan status gizi,

sehingga hubungan sebab akibat menjadi samar.

Page 109: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

91

6.4.4 Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik dilaporkan berhubungan dengan diabetes mellitus. Kurang

aktifitas fisik dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes mellitus (Ozougwu

dkk., 2013). Selain itu aktifitas fisik juga dapat berhubungan dengan konsumsi

kopi. Orang yang mengkonsumsi kopi biasanya memiliki aktifitas fisik yang

tinggi untuk meningkatkan kinerja tubuh.

Berdasarkan hasil analisis multivariat tidak terjadi perubahan nilai PR

yang signifikan setelah dikeluarkanya variabel aktifitas fisik, sehingga aktifitas

fisik bukan termasuk dalam variabel konfounding hubungan konsumsi kopi

dengan DM. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan

bahwa aktifitas fisik yang tinggi dilaporkan dapat menurunkan risiko DM,

sedangkan aktifitas fisik rendah dapat meningkatkan risiko DM. Aktifitas fisik

yang cukup dilaporkan dapat meningkatkan sintesis glikogen yang merangsang

insulin melalui peningkatan insulin stimulasi transportasi glukosa oleh GLUT4

transporter glukosa dan aktivitas sintesis glikogen yang meningkat. Selain itu,

peningkatan kapiler pada otot, peningkatan massa otot, serta berhubungan dengan

pengingkatan sensitivitas insulin (Jeon et al., 2007).

Pada variabel aktifitas fisik dalam penelitian ini bisa terjadi bias

pengukuran karena ada perubahan kondisi aktifitas fisik responden. Ketika

responden lebih dahulu terdiagnosa DM, otomatis mereka mengubah perilaku

hidupnya. Termasuk mengubah pola aktifitas fisik, sehingga aktifitas fisik yang

dilaporkan pada saat wawancara adalah aktifitas ketika telah terdiagnosa DM. Hal

ini menjadi salah satu kelemahan yang tidak bisa dihindari dari penelitian ini.

Page 110: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

92

6.4.5 Konsumsi Minuman berkafein non-kopi (softdrink dan minuman

berenergi)

Kafein merupakan salah satu senyawa yang paling umum dikonsumsi

masyarakat. Kafein telah ditemukan di lebih dari 60 tanaman, senyawa ini bisa

ditemukan dalam kopi, teh, cokelat, beberapa minuman ringan, minuman energi

dan obat-obatan tertentu (Henderson dkk, 2002; Frary dkk, 2005 dalam

Whitehead dan White, 2013). Kandungan kafein bervasiasi pada setiap minuman

kafein pada kopi kadungan kafein mencapai 60-150 mg per cangkir, sedangkan

pada minuman berenergi hanya sekitar 45 mg (Schulze dkk., 2004).

Berdasarkan hasil analisis tidak terjadi perbedaan nilai adjusted PR

dengan nilai crude PR lebih dari 10% setelah dikeluarkannya variabel konsumsi

kafein, sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi kafein bukan termasuk variabel

konfounding dalam penelitian ini. Namun, terjadi interaksi antara konsumsi kopi

dengan konsumsi kafein yang memperlihatkan hubungan yang signifikan.

Minuman berkafein yang termasuk softdrink dan minuman berenergi

didalamnya adalah minuman yang memiliki kadar gula yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, diketahui bahwa kadar gula dalam satu botol

minuman softdrink dan minuman berenergi mencapai 25-46 gram. Kadar gula

pada minuman tersebut tiga kali lebih tinggi dari kopi bubuk instan. Hal ini

menjadi salah satu efek yang dapat meningkatkan risiko DM pada individu yang

mengkonsumsi minuman berkafein non-kopi. Meskipun terdapat kandungan

kafein didalam jenis minuman tersebut, akan tetapi efek gula yang lebih utama

mempengaruhi DM. Hasil in perkuat dari penelitian yang menunjukan bahwa

Page 111: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

93

konsumsi minuman manis dan softdrink dapat meningkatkan risiko diabetes

mellitus (Schulze dkk., 2004).

Page 112: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

94

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prevalensi kasus DM paling tinggi pada responden yang tidak

mengkonsumsi kopi sebesar 2,9%. Sedangkan prevalensi terendah pada

responden yang mengkonsumi kopi 3-6 kali perminggu sebesar 1,8%.

2. Usia rata-rata responden adalah 39,75 tahun, dengan usia rata-rata

kelompok DM lebih tinggi daripada Non-DM yaitu sebesar 50,75 tahun

dan 39,48 tahun. Standar deviasi pada kelompok DM sebesar 13.754 lebih

rendah dari pada kelompok non-DM sebesar 15.969. Berdasarkan jenis

kelamin, prevalensi kasus DM paling banyak pada perempuan sebesar

2,6%, sedangkan pada laki-laki sebesar 2,2%. Berdasarkan status gizi,

prevalensi kasus DM paling tinggi pada responden yang mengalami

obesitas sebesar 3,7%, sedangkan yang paling rendah pada responden

dengan status gizi normal sebesar 2%. Variabel aktifitas fisik prevalensi

kasus DM paling tinggi pada responden yang beraktifitas fisik ringan

sebesar 3,6%, sedangkan paling rendah pada aktifitas fisik berat sebesar

1,7%. Berdasarkan konsumsi minuman berkafein non-kopi (softdrink dan

minuman berenergi) prevalensi kasus DM paling tinggi pada konsumsi

lebih dari satu kali per hari sebesar 2,6%, sedangkan paling rendah pada

konsumsi minuman 3-6 kali perminggu.

Page 113: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

95

3. Ada hubungan signifikan antara konsumsi kopi dengan kejadian diabetes

mellitus dengan nilai p-value <0,05 dan 95% CI. Nilai PR pada setiap

katagori konsumsi kopi adalah kurang dari satu menunjukan bahwa

konsumsi kopi sebagai efek protektif. Konsumsi kopi lebih dari satu kali

perhari menurunkan risiko DM sebesar 33,9%, konsumsi satu kali perhari

menurunkan risiko DM sebesar 32,8%, konsumsi 3-6 kali perminggu

dapat menurunkan risiko DM sebesar 36%, konsumsi 1-2 kali perbulan

menurunkan risiko sebesar 35,9%, sedangkan konsumsi < 3 kali perbulan

menurunkan risiko sebesar 18,9%. Efek proteksi paling tinggi pada terjadi

pada katagori konsumsi 3-6 kali perbulan.

4. Hubungan antara konsumsi kopi dengan DM dipengaruhi oleh variabel

konfounding Usia. Hubungan konsumsi kopi dengan diabetes mellitus

setelah dikontrol variabel usia mengalami perubahan diantaranya,

konsumsi kopi lebih dari satu kali perhari menurunkan risiko DM sebesar

44,3%, konsumsi satu kali perhari menurunkan risiko DM sebesar 39,8%,

konsumsi 3-6 kali perminggu dapat menurunkan risiko DM sebesar

35,1%, konsumsi 1-2 kali perbulan menurunkan risiko sebesar 33,6%,

sedangkan konsumsi < 3 kali perbulan menurunkan risiko sebesar 15,3%.

7.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut.

7.2.1 Bagi Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI diharapkan dapat memfasilitasi

penelitian terkait dengan konsumsi kopi dengan DM di Indonesia,

sehingga Indonesia memiliki data yang akurat terkait dengan hubungan

Page 114: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

96

konsumsi kopi dengan DM baik dalam penelitian observasional maupun

penelitian eksperimental.

7.2.2 Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI

Balitbangkes Kemenkes RI diharapkan dapat menambahkan

keterangan dalam kuesioner Riskesdas periode selanjutnya terkait

frekuensi konsumsi kopi, jenis kopi (gula dan non-gula), merk kopi yang

dikonsumsi serta penambahan kriteria usia onset DM pada kuesioner

terkait DM.

7.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk membedakan

frekuensi konsumsi kopi berdasarkan jumlah cangkir kopi yang diminum.

Selain itu, dibedakan jenis kopi yang dikonsumsi responden agar diketahui

kopi apa yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Serta di tambah

keterangan jumlah takaran gula pada kopi yang dikonsumsi. Cara

penyajian kopi dan merk kopi yang dikonsumsi. Variabel konfounding

seperti merokok juga perlu di ukur agar dapar melihat hubungan yang

akurat dari kopi dengan DM. Bisa juga dengan melakukan penelitian

eksperimental pada beberapa senyawa dalam kopi, agar dapat melihat

senyawa apa yang paling mempengaruhi penurunan risiko DM

Page 115: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

97

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Mulyati, T., Isworo, J.T., 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe

2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. J. Gizi 2.

Akash, M.S.H., Rehman, K., Chen, S., 2014. Effects of coffee on type 2 diabetes

mellitus. Nutrition 30, 755–763. doi:10.1016/j.nut.2013.11.020

American Diabetes Association, 2014. Diagnosis and classification of diabetes

mellitus. Diabetes care, S81 37.

American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care 33, S62–S69. doi:10.2337/dc10-S062

Bailey, S., Handu, D., 2012. Introduction to Epidemiologic Research Methods in

Public Health Practice. Jones & Bartlett Publishers.

CDC, 2014. National Diabetes Statistic Report 2014.

____, 2011. National Diabetic fact Sheet 2011 [WWW Document]. URL

http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ndfs_2011.pdf (accessed 11.25.16).

Chandrasoma, P., Clive, R.T., 2005. Patologi Anatomi. EGC, Jakarta.

Chen, L., Magliano, D.J., Zimmet, P.Z., 2012. The worldwide epidemiology of

type 2 diabetes mellitus—present and future perspectives. Nat. Rev.

Endocrinol. 8, 228–236. doi:10.1038/nrendo.2011.183

Choi, B.C.K., Shi, F., 2001. Risk factors for diabetes mellitus by age and sex:

results of the National Population Health Survey. Diabetologia 44, 1221–

1231. doi:10.1007/s001250100648

Creatore, M.I., Moineddin, R., Booth, G., Manuel, D.H., DesMeules, M.,

McDermott, S., Glazier, R.H., 2010. Age- and sex-related prevalence of

diabetes mellitus among immigrants to Ontario, Canada. Can. Med. Assoc.

J. 182, 781–789. doi:10.1503/cmaj.091551

Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirjen

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman praktis terapi gizi medis.

Ding, E.L., Song, Y., Malik, V.S., Liu, S., 2006. Sex Differences of Endogenous

Sex Hormones and Risk of Type 2 Diabetes: A Systematic Review and

Meta-analysis. JAMA 295, 1288–1299. doi:10.1001/jama.295.11.1288

Page 116: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

98

Eira, M.T.S., Silva, E.A.A. da, Castro, D., D, R., Dussert, S., Walters, C., Bewley,

J.D., Hilhorst, H.W.M., 2006. Coffee seed physiology. Braz. J. Plant

Physiol. 18, 149–163. doi:10.1590/S1677-04202006000100011

Erris, 2015. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Millitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015.

Scientia Jurnal 04.

Farah, A., 2012. Coffee Constituents, in: Chu, Y.-F. (Ed.), Coffee. Wiley-

Blackwell, pp. 21–58.

Fikasari, Y., 2012. Hubungan Antara Gaya Hidup Dan Pengetahuan Pasien

Mengenai Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus

Tipe 2 Di Rsud Dr.Moewardi. Universitas Muhamadiyah Surakarta,

Surakarta.

Fletcher, Lamendola C, Gulanick M, 2002. Risk factors for type 2 diabetes

mellitus. Pubmed.

Ganz, M.L., Wintfeld, N., Li, Q., Alas, V., Langer, J., Hammer, M., 2014. The

association of body mass index with the risk of type 2 diabetes: a case–

control study nested in an electronic health records system in the United

States. Diabetol. Metab. Syndr. 6, 50. doi:10.1186/1758-5996-6-50

Gerber, P.A., Kaspar Berneis, Giatgen A Spinas, 2012. Small dense low-density

lipoprotein particles: priority as a treatment target in Type 2 diabetes?

Future medicine 65–74. doi:10.2217/DMT.11.73

Gill, J.M.R., Cooper, A.R., 2008. Physical Activity and Prevention of Type 2

Diabetes Mellitus. Sports Med. 38, 807–824. doi:10.2165/00007256-

200838100-00002

Hastono, S.P., 2006. Analisis Data. Universitas Indonesia, Jakarta.

Higgins, J.P.T., Green, S., 2011. Cochrane Handbook for Systematic Reviews of

Interventions. John Wiley & Sons.

Hosmer, D.W., Lemeshow, S., Sturdivant, R.X., 2013. Applied Logistic

Regression. John Wiley & Sons.

Huxley, R., Lee, C.M.Y., Barzi, F., Timmermeister, L., Czernichow, S., Perkovic,

V., Grobbee, D.E., Batty, D., Woodward, M., 2009. Coffee, Decaffeinated

Coffee, and Tea Consumption in Relation to Incident Type 2 Diabetes

Mellitus: A Systematic Review With Meta-analysis. Arch. Intern. Med.

169, 2053–2063. doi:10.1001/archinternmed.2009.439

IPAQ, 2004. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International

Physical Activity Questionnaire (IPAQ) - Short Form.

Page 117: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

99

Jeon, C.Y., Lokken, R.P., Hu, F.B., Dam, R.M. van, 2007. Physical Activity of

Moderate Intensity and Risk of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 30, 744–

752. doi:10.2337/dc06-1842

Kagami, K., Morita, H., Onda, K., Hirano, T., Oka, K., 2008. Protective effect of

caffeine on streptozotocin-induced beta-cell damage in rats. J. Pharm.

Pharmacol. 60, 1161–1165. doi:10.1211/jpp.60.9.0007

Kapoor, D., Bhardwaj, A.K., Kumar, D., Raina, S.K., 2014. Prevalence of

Diabetes Mellitus and Its Risk Factors among Permanently Settled Tribal

Individuals in Tribal and Urban Areas in Northern State of Sub-Himalayan

Region of India. Int. J. Chronic Dis. 2014, e380597.

doi:10.1155/2014/380597

Kautzky-Willer, A., Harreiter, J., Pacini, G., 2016. Sex and Gender Differences in

Risk, Pathophysiology and Complications of Type 2 Diabetes Mellitus.

Endocr. Rev. 37, 278–316. doi:10.1210/er.2015-1137

Kemenkes RI, 2014. Studi Diet Total (Servei Konsumsi Makanan Individu)

Indonesia 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,

Jakarta.

Kemenpertan, 2015. Outlook Kopi 2015 [WWW Document]. Pus. Data Dan Inf.

URL

http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2015/Perkebuna

n/Outlook%20Kopi%202015/files/assets/common/downloads/Outlook%2

0Kopi%202015.pdf (accessed 11.21.16).

Kempf, K., Herder, C., Erlund, I., Kolb, H., Martin, S., Carstensen, M., Koenig,

W., Sundvall, J., Bidel, S., Kuha, S., Jaakko, T., 2010. Effects of coffee

consumption on subclinical inflammation and other risk factors for type 2

diabetes: a clinical trial. Am. J. Clin. Nutr. 91, 950–957.

doi:10.3945/ajcn.2009.28548

Kirigia, J.M., Sambo, H.B., Sambo, L.G., Barry, S.P., 2009. Economic burden of

diabetes mellitus in the WHO African region. BMC Int. Health Hum.

Rights 9, 6. doi:10.1186/1472-698X-9-6

Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstren, H., 1982. Epidemiologic Research.

Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Kobayashi, M., Kurata, T., Hamana, Y., Hiramitsu, M., Inoue, T., Murai, A.,

Horio, F., 2017. Coffee Ingestion Suppresses Hyperglycemia in

Streptozotocin-Induced Diabetic Mice. J. Nutr. Sci. Vitaminol. (Tokyo)

63, 200–207. doi:10.3177/jnsv.63.200

Kurniasih, E., Rohimah, S., 2015. Gambaran Peminum Kopi Pada Pasien

Penderita Diabetes Mellitus Di Ruang Vi Penyakit Dalam Rsud Dr.

Soekardjo Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 13.

Page 118: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

100

Lee, J.-H., Oh, M.-K., Lim, J.-T., Kim, H.-G., Lee, W.-J., 2016. Effect of Coffee

Consumption on the Progression of Type 2 Diabetes Mellitus among

Prediabetic Individuals. Korean J. Fam. Med. 37, 7–13.

doi:10.4082/kjfm.2016.37.1.7

Mitchell, R.N., Vinay, K., Abul, K.A., Nelson, F., 2009. Buku Saku Dasar

Patofisiologis Penyakit, 7th ed. EGC, Jakarta.

Murad, M.A., Abdulmageed, S.S., Iftikhar, R., Sagga, B.K., 2014. Assessment of

the Common Risk Factors Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in

Jeddah. Int. J. Endocrinol. 2014, e616145. doi:10.1155/2014/616145

Nathan, D.M., Zinman, B., Cleary, P.A., Backlund, J.-Y.C., Genuth, S., Miller,

R., Orchard, T.J., 2009. Modern-Day Clinical Course of Type 1 Diabetes

Mellitus After 30 Years’ Duration. Arch. Intern. Med. 169, 1307–1316.

doi:10.1001/archinternmed.2009.193

Nentwich, M.M., Ulbig, M.W., 2015. Diabetic retinopathy—ocular complications

of diabetes mellitus. World J Diabetes 6(3), 489–499.

Newman, S.C., 1952. Biostatistical in Epidemiology. JOHN WILEY & SONS,

New York.

Ozougwu, C, J., Obimba, C, K., Belonwu, D, C., Unakalamba, B, C., 2013. The

pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.

J. Physiol. Pathophysiol. 4, 46–57. doi:10.5897/JPAP2013.0001

P2PL, 2015. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan

Lingkungan Tahun 2015-2019.

Qiwen Ben, Maojin Xu, Xiaoyan Ning, Jun Liu, Shangyou Hong, Wen Huang,

Zhaoshen Li, Huagao Zhang, 2011. Diabetes mellitus and risk of

pancreatic cancer: A meta-analysis of cohort studies. EUROPEAN

JOURNAL OF CANCER 47, 1928–1937.

Ramadany, A.F., Anika C, Listyo A. P, 2013. Hubungan Diabetes Melitus

Dengan Kejadian Stroke Iskemik Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun

2010. Jurnal Biomedika 2.

Ranheim, T., Halvorsen, B., 2005. Coffee consumption and human health--

beneficial or detrimental?--Mechanisms for effects of coffee consumption

on different risk factors for cardiovascular disease and type 2 diabetes

mellitus. Mol. Nutr. Food Res. 49, 274–284. doi:10.1002/mnfr.200400109

Riskesdas, 2013. Balitbangkes Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sabri, L., Hastono, S.P., 2014. Statistik Kesehatan. Rajawali Press, Jakarta.

Page 119: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

101

Santos, R.M.M., Lima, D.R.A., 2016. Coffee consumption, obesity and type 2

diabetes: a mini-review. Eur. J. Nutr. 55, 1345–1358. doi:10.1007/s00394-

016-1206-0

Schulze, M.B., Manson, J.E., Ludwig, D.S., Colditz, G.A., Stampfer, M.J.,

Willett, W.C., Hu, F.B., 2004. Sugar-Sweetened Beverages, Weight Gain,

and Incidence of Type 2 Diabetes in Young and Middle-Aged Women.

JAMA 292, 927–934. doi:10.1001/jama.292.8.927

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. IKAPI, Bandung.

Tabit, C.E., Chung, W.B., Hamburg, N.M., Vita, J.A., 2010. Endothelial

dysfunction in diabetes mellitus: Molecular mechanisms and clinical

implications. Rev. Endocr. Metab. Disord. 11, 61–74. doi:10.1007/s11154-

010-9134-4

Tjekyan, R.S., 2007. Risiko Penyakit Diabetes mellitus Tipe 2 di Kalangan

Peminum Kopi di Kota Madya Palembang Tahun 2006-2007 [WWW

Document]. URL http://journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/250/246

(accessed 12.19.16).

Trisnawati, S.K., Soedijono, S., 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus

Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.

Jurnal Ilmiah Kesehatan 5.

Tunceli, K., Bradley, C.J., Nerenz, D., Williams, L.K., Pladevall, M., Lafata, J.E.,

2005. The Impact of Diabetes on Employment and Work Productivity.

Diabetes Care 28, 2662–2667. doi:10.2337/diacare.28.11.2662

van Dam, R.M., Feskens, E.J., 2002. Coffee consumption and risk of type 2

diabetes mellitus. The Lancet 360, 1477–1478. doi:10.1016/S0140-

6736(02)11436-X

van Dam, R.M., Hu, F.B., 2005. Coffee consumption and risk of type 2 diabetes: a

systematic review. JAMA 294, 97–104. doi:10.1001/jama.294.1.97

Wändell, P.E., 2005. Quality of life of patients with diabetes mellitus. An

overview of research in primary health care in the Nordic countries.

Scand. J. Prim. Health Care 23, 68–74. doi:10.1080/02813430510015296

Wedick, N.M., Brennan, A.M., Sun, Q., Hu, F.B., Mantzoros, C.S., van Dam,

R.M., 2011. Effects of caffeinated and decaffeinated coffee on biological

risk factors for type 2 diabetes: a randomized controlled trial. Nutr. J. 10,

93. doi:10.1186/1475-2891-10-93

Whitehead, N., White, H., 2013. Systematic review of randomised controlled

trials of the effects of caffeine or caffeinated drinks on blood glucose

concentrations and insulin sensitivity in people with diabetes mellitus. J.

Hum. Nutr. Diet. 26, 111–125. doi:10.1111/jhn.12033

Page 120: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

102

WHO, 2017. The top 10 causes of death [WWW Document]. WHO. URL

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ (accessed 2.4.17).

_____, 2016a. WHO | Diabetes [WWW Document]. WHO. URL

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ (accessed 10.30.16).

_____, 2016b. WHO | Diabetes country profiles 2016 [WWW Document].

Diabetes Ctry. Profiles. URL http://www.who.int/diabetes/country-

profiles/en/ (accessed 11.1.16).

_____, 2016c. Physical activity [WWW Document]. WHO. URL

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs385/en/ (accessed 1.24.17).

_____, 2012. Fact Sheet Diabetes [WWW Document]. URL

http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/topics/SDE_

Diabetes-FS.pdf?ua=1 (accessed 1.15.17).

Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal. Kanisius, Yogyakarta.

Woodward, M., Zhang, X., Barzi, F., Pan, W., Ueshima, H., Rodgers, A.,

MacMahon, S., Asia Pacific Cohort Studies Collaboration, 2003. The

effects of diabetes on the risks of major cardiovascular diseases and death

in the Asia-Pacific region. Diabetes Care 26, 360–366.

Ye, J., 2013. Mechanisms of insulin resistance in obesity. Front. Med. 7, 14–24.

doi:10.1007/s11684-013-0262-6

Zahtmal, F.C., Suyanto, Tuti R., 2007. Faktor-faktor pasien diabetes mellitus.

Berita Kedokteran Masyarakat 23.

Page 121: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

LAMPIRAN

Page 122: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

103

LAMPIRAN 1 SURAT PERIZINAN

Page 123: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

104

LAMPIRAN 2 SURAT PERMOHONAN PERMINTAAN DATA

Page 124: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

105

Page 125: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

106

LAMPIRAN 3 KUESIONER

Pertanyaan Diabetes Mellitus

Pertanyaan Konsumsi Kopi dan Minuman Berkafein

Usia dan Jenis Kelamin

Page 126: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

107

Berat Badan dan Tinggi Badan

Aktifitas Fisik

Page 127: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

108

LAMPIRAN 4 OUTPUT ANALISIS DATA UNIVARIAT

Frekuensi Konsumsi Kopi dengan DM

g. Kopi * DMbaru Crosstabulation

Dmbaru

Total Non-DM DM

g. Kopi > 1 kali per hari; Count 111757 2299 114056

% within DMbaru 16.1% 13.6% 16.0%

1 kali per hari; Count 117317 2291 119608

% within DMbaru 16.9% 13.5% 16.8%

3 - 6 kali per minggu; Count 48361 885 49246

% within DMbaru 7.0% 5.2% 6.9%

1 - 2 kali per minggu; Count 71364 1402 72766

% within DMbaru 10.3% 8.3% 10.2%

< 3 kali per bulan; Count 71470 1776 73246

% within DMbaru 10.3% 10.5% 10.3%

Tidak pernah Count 275393 8265 283658

% within DMbaru 39.6% 48.9% 39.8%

Total Count 695662 16918 712580

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

Usia

Usia Responden Non-DM DM

Statistics

Usia tahun

N Valid 712580

Missing 0

Mean 39.75

Median 39.00

Mode 15

Std. Deviation 16.012

Statistics

Usia tahun

N Valid 695662

Missing 0

Mean 39.48

Median 38.00

Mode 15

Std. Deviation 15.969

Statistics

Usia tahun

N Valid 16918

Missing 0

Mean 50.75

Median 52.00

Mode 53

Std. Deviation 13.754

Page 128: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

109

Usia Katagori

Crosstab

DMbaru

Total Non DM DM

Usia_New < 39 tahun Count 365149 3237 368386

% within Usia_New 99.1% .9% 100.0%

% within DMbaru 52.5% 19.1% 51.7%

>=39 tahun Count 330513 13681 344194

% within Usia_New 96.0% 4.0% 100.0%

% within DMbaru 47.5% 80.9% 48.3%

Total Count 695662 16918 712580

% within Usia_New 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis Kelamin

Crosstab

Dmbaru

Total Non-DM DM

Jenis Kelamin laki-laki Count 335549 7445 342994

Expected Count 3.3E5 8143.3 3.4E5

% within DMbaru 48.2% 44.0% 48.1%

Perempuan Count 360113 9473 369586

Expected Count 3.6E5 8774.7 3.7E5

% within DMbaru 51.8% 56.0% 51.9%

Total Count 695662 16918 712580

Expected Count 7.0E5 16918.0 7.1E5

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

Page 129: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

110

Status Gizi

IMT_kat_Baru * DMbaru Crosstabulation

DMbaru

Total Non DM DM

IMT_kat_Baru Kurus Count 48447 1039 49486

% within IMT_kat_Baru 97.9% 2.1% 100.0%

% within DMbaru 7.0% 6.1% 6.9%

Normal Count 413285 8429 421714

% within IMT_kat_Baru 98.0% 2.0% 100.0%

% within DMbaru 59.4% 49.8% 59.2%

Gemuk Count 134995 3682 138677

% within IMT_kat_Baru 97.3% 2.7% 100.0%

% within DMbaru 19.4% 21.8% 19.5%

Obesitas Count 98935 3768 102703

% within IMT_kat_Baru 96.3% 3.7% 100.0%

% within DMbaru 14.2% 22.3% 14.4%

Total Count 695662 16918 712580

% within IMT_kat_Baru 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

Aktifitas Fisik

Crosstab

DMbaru

Total Non DM DM

FisikBaru Ringan Count 96757 3658 100415

% within FisikBaru 96.4% 3.6% 100.0%

% within DMbaru 13.9% 21.6% 14.1%

Sedang Count 398143 9818 407961

% within FisikBaru 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 57.2% 58.0% 57.3%

Page 130: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

111

Berat Count 200762 3442 204204

% within FisikBaru 98.3% 1.7% 100.0%

% within DMbaru 28.9% 20.3% 28.7%

Total Count 695662 16918 712580

% within FisikBaru 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

Minuman berkafein non-kopi

Crosstab

DMbaru

Total Non DM DM

Kafein Tidak Pernah Count 466487 12393 478880

% within Kafein 97.4% 2.6% 100.0%

% within DMbaru 67.1% 73.3% 67.2%

> 1 kali perhari Count 13607 376 13983

% within Kafein 97.3% 2.7% 100.0%

% within DMbaru 2.0% 2.2% 2.0%

1 kali sehari Count 26385 643 27028

% within Kafein 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 3.8% 3.8% 3.8%

3-6 kali perminggu Count 27169 449 27618

% within Kafein 98.4% 1.6% 100.0%

% within DMbaru 3.9% 2.7% 3.9%

1-2 kali perminggu Count 57145 998 58143

% within Kafein 98.3% 1.7% 100.0%

% within DMbaru 8.2% 5.9% 8.2%

> 3 kali perbulan Count 104869 2059 106928

% within Kafein 98.1% 1.9% 100.0%

% within DMbaru 15.1% 12.2% 15.0%

Total Count 695662 16918 712580

Page 131: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

112

% within Kafein 97.6% 2.4% 100.0%

% within DMbaru 100.0% 100.0% 100.0%

LAMPIRAN 5 OUTPUT ANALISIS DATA BIVARIAT

Kopi dengan DM

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.393E5a 5 .000

Likelihood Ratio 1.379E5 5 .000

Linear-by-Linear Association 5.296E4 1 .000

N of Valid Cases 2.E8

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 267665,3.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Kopi 1.375E5 5 .000

Kopi(1) -.415 .002 6.184E4 1 .000 .661 .658 .663

Kopi(2) -.398 .002 5.996E4 1 .000 .672 .670 .674

Kopi(3) -.446 .002 3.710E4 1 .000 .640 .637 .643

Kopi(4) -.444 .002 5.032E4 1 .000 .641 .639 .644

Kopi(5) -.209 .002 1.314E4 1 .000 .811 .808 .814

Constant -3.640 .001 2.202E7 1 .000 .026

a. Variable(s) entered on step 1: Kopi.

Page 132: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

113

LAMPIRAN 6 OUTPUT ANALISIS DATA MULTIVARIAT

Uji Interaksi

Tests of Model Effects

Source df1 df2 Wald F Sig.

(Corrected Model) 15,000 11041,000 159,564 ,000

(Intercept) 1,000 11055,000 7275,439 ,000

Kopi 5,000 11051,000 28,253 ,000

Umur_kat 1,000 11055,000 1326,987 ,000

Jenisklmn 1,000 11055,000 27,057 ,000

FisikBaru 1,000 11055,000 211,140 ,000

Statusgizikat 1,000 11055,000 138,454 ,000

Kafein 1,000 11055,000 9,364 ,002

Kopibyumur 1,000 11055,000 1,814 ,178

Kopibyjk 1,000 11055,000 ,010 ,918

kopibyAF 1,000 11055,000 ,026 ,872

Kopibygizi 1,000 11055,000 ,254 ,614

Kopibykafein 1,000 11055,000 5,021 ,025

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, FisikBaru, Statusgizikat,

Kafein, kopibyumur, kopibyjk, kopibyAF, kopibygizi, kopibykafein

Tests of Model Effects

Source df1 df2 Wald F Sig.

(Corrected Model) 14,000 11042,000 170,857 ,000

(Intercept) 1,000 11055,000 7379,116 ,000

Kopi 5,000 11051,000 27,919 ,000

Umur_kat 1,000 11055,000 1326,026 ,000

Jenisklmn 1,000 11055,000 44,354 ,000

FisikBaru 1,000 11055,000 211,755 ,000

Statusgizikat 1,000 11055,000 139,100 ,000

Kafein 1,000 11055,000 9,368 ,002

Kopibyumur 1,000 11055,000 1,812 ,178

kopibyAF 1,000 11055,000 ,024 ,878

Kopibygizi 1,000 11055,000 ,238 ,626

Kopibykafein 1,000 11055,000 5,055 ,025

Page 133: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

114

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, FisikBaru, Statusgizikat,

Kafein, kopibyumur, kopibyAF, kopibygizi, kopibykafein

Tests of Model Effects

Source df1 df2 Wald F Sig.

(Corrected Model) 13,000 11043,000 183,805 ,000

(Intercept) 1,000 11055,000 7963,798 ,000

Kopi 5,000 11051,000 27,758 ,000

Umur_kat 1,000 11055,000 1327,004 ,000

Jenisklmn 1,000 11055,000 44,390 ,000

Statusgizikat 1,000 11055,000 139,060 ,000

Kafein 1,000 11055,000 9,380 ,002

FisikBaru 1,000 11055,000 321,067 ,000

Kopibyumur 1,000 11055,000 1,814 ,178

Kopibygizi 1,000 11055,000 ,241 ,623

Kopibykafein 1,000 11055,000 5,062 ,024

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat, Kafein,

FisikBaru, kopibyumur, kopibygizi, kopibykafein

Tests of Model Effects

Source df1 df2 Wald F Sig.

(Corrected Model) 12,000 11044,000 198,909 ,000

(Intercept) 1,000 11055,000 8563,529 ,000

Kopi 5,000 11051,000 28,488 ,000

Umur_kat 1,000 11055,000 1340,823 ,000

Jenisklmn 1,000 11055,000 44,508 ,000

Statusgizikat 1,000 11055,000 190,351 ,000

Kafein 1,000 11055,000 9,342 ,002

FisikBaru 1,000 11055,000 321,476 ,000

Kopibyumur 1,000 11055,000 2,031 ,154

Kopibykafein 1,000 11055,000 5,032 ,025

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat, Kafein,

FisikBaru, kopibyumur, kopibykafein

Page 134: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

115

Uji Konfounding

Parameter Estimates

DMbaru Parameter B

Std.

Error

95% Confidence

Interval Design

Effect Exp(B)

95% Confidence

Interval for Exp(B)

Lower Upper Lower Upper

DM (Intercept) -4,339 ,047 -4,431 -4,248 2,859 ,013 ,012 ,014

[Kopi=1] -,478 ,046 -,569 -,387 2,757 ,620 ,566 ,679

[Kopi=2] -,458 ,042 -,541 -,376 2,530 ,632 ,582 ,687

[Kopi=3] -,411 ,063 -,534 -,288 2,818 ,663 ,586 ,750

[Kopi=4] -,417 ,050 -,515 -,318 2,267 ,659 ,597 ,728

[Kopi=5] -,196 ,053 -,300 -,092 2,398 ,822 ,741 ,912

[Kopi=6] ,000a . . . . 1,000 . .

Umur_kat 1,557 ,037 1,485 1,628 3,402 4,743 4,415 5,096

Jenisklmn -,186 ,028 -,240 -,131 2,196 ,830 ,787 ,877

Statusgizikat ,215 ,016 ,185 ,246 2,449 1,240 1,203 1,279

Kafein -,033 ,011 -,054 -,012 2,182 ,967 ,947 ,988

FisikBaru -,389 ,022 -,431 -,346 2,640 ,678 ,650 ,707

kopibykafein ,009 ,004 ,001 ,016 2,235 1,009 1,001 1,016

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat, Kafein, FisikBaru, kopibykafein

a. Set to zero because this parameter is redundant.

Tests of Model Effects

Source df

Wald Chi-

Square Sig.

(Corrected Model) 9,000 2333,998 ,000

(Intercept) 1,000 9584,628 ,000

Kopi 5,000 215,249 ,000

Umur_kat 1,000 1817,821 ,000

Jenisklmn 1,000 42,412 ,000

Statusgizikat 1,000 189,140 ,000

FisikBaru 1,000 322,145 ,000

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat,

FisikBaru

Page 135: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

116

Parameter Estimates

DMb

aru Parameter B Std. Error

95% Confidence

Interval Design

Effect Exp(B)

95% Confidence

Interval for Exp(B)

Lower Upper Lower Upper

DM (Intercept) -4,361 ,046 -4,452 -4,270 2,890 ,013 ,012 ,014

[Kopi=1] -,495 ,046 -,585 -,405 2,768 ,610 ,557 ,667

[Kopi=2] -,463 ,042 -,545 -,380 2,561 ,629 ,580 ,684

[Kopi=3] -,404 ,061 -,524 -,284 2,791 ,667 ,592 ,753

[Kopi=4] -,395 ,050 -,493 -,298 2,547 ,673 ,611 ,742

[Kopi=5] -,157 ,045 -,245 -,068 2,502 ,855 ,783 ,934

[Kopi=6] ,000a . . . . 1,000 . .

Umur_kat 1,563 ,037 1,491 1,635 3,423 4,772 4,441 5,127

Jenisklmn -,180 ,028 -,234 -,126 2,200 ,835 ,791 ,882

Statusgizika

t ,214 ,016 ,183 ,244 2,439 1,238 1,201 1,277

FisikBaru -,389 ,022 -,432 -,347 2,640 ,677 ,649 ,707

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat, FisikBaru

a. Set to zero because this parameter is redundant.

Tests of Model Effects

Source df

Wald Chi-

Square Sig.

(Corrected Model) 8,000 2115,464 ,000

(Intercept) 1,000 14178,462 ,000

Kopi 5,000 265,250 ,000

Umur_kat 1,000 1796,286 ,000

Jenisklmn 1,000 17,432 ,000

Statusgizikat 1,000 187,376 ,000

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat

Page 136: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

117

Parameter Estimates

DMbar

u

Paramete

r B

Std.

Error

95% Confidence

Interval Design

Effect Exp(B)

95% Confidence

Interval for Exp(B)

Lower Upper Lower Upper

DM (Intercept) -4,784 ,043 -4,868 -4,701 2,906 ,008 ,008 ,009

[Kopi=1] -,570 ,046 -,659 -,480 2,730 ,566 ,517 ,619

[Kopi=2] -,506 ,042 -,589 -,423 2,562 ,603 ,555 ,655

[Kopi=3] -,438 ,061 -,558 -,318 2,785 ,645 ,572 ,728

[Kopi=4] -,418 ,050 -,516 -,321 2,542 ,658 ,597 ,725

[Kopi=5] -,175 ,045 -,263 -,086 2,507 ,840 ,768 ,917

[Kopi=6] ,000a . . . . 1,000 . .

Umur_kat 1,549 ,037 1,477 1,620 3,434 4,706 4,381 5,055

Jenisklmn -,116 ,028 -,171 -,062 2,205 ,890 ,843 ,940

Statusgizi

kat ,217 ,016 ,186 ,248 2,444 1,242 1,204 1,281

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn, Statusgizikat

a. Set to zero because this parameter is redundant.

Tests of Model Effects

Source df

Wald Chi-

Square Sig.

(Corrected Model) 7,000 2016,096 ,000

(Intercept) 1,000 17437,728 ,000

Kopi 5,000 274,943 ,000

Umur_kat 1,000 1866,287 ,000

Jenisklmn 1,000 ,579 ,447

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn

Parameter Estimates

DMb

aru Parameter B

Std.

Error

95% Confidence

Interval Design

Effect Exp(B)

95% Confidence Interval

for Exp(B)

Lower Upper Lower Upper

DM (Intercept) -4,528 ,037 -4,600 -4,456 2,890 ,011 ,010 ,012

[Kopi=1] -,593 ,046 -,683 -,504 2,740 ,552 ,505 ,604

[Kopi=2] -,514 ,042 -,597 -,431 2,572 ,598 ,551 ,650

Page 137: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

118

[Kopi=3] -,439 ,061 -,559 -,319 2,796 ,645 ,572 ,727

[Kopi=4] -,413 ,050 -,511 -,316 2,537 ,661 ,600 ,729

[Kopi=5] -,169 ,045 -,257 -,080 2,511 ,845 ,773 ,923

[Kopi=6] ,000a . . . . 1,000 . .

Umur_kat 1,589 ,037 1,517 1,661 3,471 4,897 4,556 5,263

Jenisklmn -,020 ,027 -,073 ,032 2,236 ,980 ,929 1,033

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Umur_kat, Jenisklmn

a. Set to zero because this parameter is redundant.

Tests of Model Effects

Source df

Wald Chi-

Square Sig.

(Corrected Model) 6,000 222,006 ,000

(Intercept) 1,000 33301,394 ,000

Kopi 5,000 181,060 ,000

Jenisklmn 1,000 ,675 ,411

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Jenisklmn

Parameter Estimates

DMb

aru Parameter B

Std.

Error

95% Confidence

Interval Design

Effect Exp(B)

95% Confidence Interval

for Exp(B)

Lower Upper Lower Upper

DM (Intercept) -3,656 ,027 -3,709 -3,602 2,309 ,026 ,025 ,027

[Kopi=1] -,404 ,045 -,492 -,316 2,662 ,668 ,611 ,729

[Kopi=2] -,389 ,042 -,472 -,306 2,570 ,677 ,624 ,736

[Kopi=3] -,439 ,061 -,558 -,319 2,777 ,645 ,572 ,727

[Kopi=4] -,439 ,049 -,536 -,343 2,526 ,644 ,585 ,710

[Kopi=5] -,207 ,045 -,295 -,119 2,504 ,813 ,745 ,888

[Kopi=6] ,000a . . . . 1,000 . .

Jenisklmn ,022 ,027 -,031 ,076 2,220 1,023 ,969 1,079

Dependent Variable: DMbaru (reference category = Non DM)

Model: (Intercept), Kopi, Jenisklmn

a. Set to zero because this parameter is redundant.

Page 138: HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN DIABETES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36693/1/Nur... · Kopi merupakan minuman yang paling banyak di konsumsi masyarakat

119