HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN INDEKS MASSA …eprints.ums.ac.id/69738/11/NASKAH...
-
Upload
phungtuong -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN INDEKS MASSA …eprints.ums.ac.id/69738/11/NASKAH...
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN INDEKS MASSA
TUBUH DENGAN TEKANAN DARAH ANGGOTA KOREM
074 WARASTRATAMA SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
MUHAMMAD IRFAN PURBAYANTO
J 500 150 016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN INDEKS MASSA TUBUH
DENGAN TEKANAN DARAH ANGGOTA KOREM 074
WARASTRATAMA SURAKARTA
Abstrak
Jumlah perokok di Indonesia tahun 2018 yang berusia diatas 15 tahun sebanyak
33,8%. Jumlah tersebut 62,9% merupakan perokok laki-laki. Kandungan rokok
berupa nikotin yang bersifat simpatomimetik menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan denyut jantung yang
kemudian berakibat pada peningkatan cardiac output. Prevalensi berat badan
berlebih dengan indeks massa tubuh antara 25 hingga 27 meningkat dari
11,5% di 2013 ke 13,6% di 2018. Orang dengan berat badan berlebih memiliki
potensi untuk mengidap tekanan darah tinggi, karena pembuluh darah arteri ataupun
vena kemungkinan besar dipenuhi “karat lemak” sehingga menyebabkan tekanan
darah semakin meningkat. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok
dan indeks massa tubuh dengan tekanan darah anggota korem 074 Warastratama
Surakarta.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan
dilaksanakan di korem 074 Warastratama Surakarta. Subjek penelitian adalah 75
responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data
kebiasaan merokok dengan menggunakan kuesioner riskesdas 2013, data indeks
massa tubuh menggunakan timbangan badan dan microtoise stature meter, data
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Data dianalisis
menggunakan uji chi-square. Hasil uji chi square menunjukan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan tekanan darah (p= 0,602).
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah menunjukan hasil yang
signifikan (p= 0,001). Kebiasaan merokok tidak berhubungan secara signifikan
terhadap tekanan darah dan indeks massa tubuh berhubungan secara signifikan
dengan tekanan darah.
Kata kunci: kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, tekanan darah
Abstract
The number of Indonesian smokers in 2018 who are over 15 years old is 33.8%.
This number is 62.9% of which are male smokers. The content of cigarettes in the
form of sympathomimetic nicotine causes vasoconstriction of blood vessels, causing
an increase in heart rate which then results in increased cardiac output. The
prevalence of excess body weight with a body mass index between 25 and 27
increased from 11.5% in 2013 to 13.6% in 2018. People with excess weight have
the potential to develop high blood pressure, because the arteries or veins are likely
to be fulfilled "Fat rust" that causes blood pressure to increase. To find out the
relationship between smoking habits and body mass index with blood pressure
members of Korem 074 Warastratama Surakarta. This study used a cross-sectional
study design and was carried out in the 074 Military in Surakarta. The research
subjects were 75 respondents taken by consecutive sampling technique. Collecting
2
data on smoking habits using the 2013 questionnaire risk, body mass index data
using the scales and microtoise stature meter, blood pressure data using a
sphygmomanometer and stethoscope. Data were analyzed using the chi-square test.
The results of the chi square test showed that there was no significant relationship
between smoking habits and blood pressure (p= 0.602). The relationship between
body mass index and blood pressure showed significant results (p= 0.001).
Cigarette smoking habits are not significantly related to blood pressure and body
mass index is significantly associated with blood pressure.
Keywords: smoking habits, body mass index, blood pressure
1. PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Pemeriksaan ini dilakukan
selama dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (stroke) bila tidak dideteksi secara dini
dan mendapat pengobatan yang memadai. Pasien hipertensi dengan tekanan darah
tidak terkontrol jumlahnya terus meningkat. Partisipasi semua pihak, baik dokter
dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Provinsi Jawa Tengah memiliki
prevalensi hipertensi sebesar 26,4%. Salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki
prevalensi hipertensi tinggi yaitu Kota Surakarta yaitu sebesar 28,9%, angka ini
lebih tinggi 2,5% dari prevalensi tekanan darah tinggi di Jawa Tengah. Daerah di
Surakarta yang memiliki angka tekanan darah tinggi yaitu Kecamatan Laweyan
7.433 kasus dan Kecamatan Pasar Kliwon 7.497 kasus (Kemenkes, 2013). Angka
kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelamin laki-laki pada Tentara Nasional
Indonesia (TNI) Rumkital Dr. Ramelan Surabaya sebesar 81,8% kasus (Oktavia &
Martini, 2016).
Faktor yang menyebabkan tekanan darah tinggi terdiri dari faktor yang tidak
dapat diubah dan yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi umur,
jenis kelamin, dan faktor genetik. Faktor yang dapat diubah meliputi aktivitas fisik,
konsumsi lemak, status gizi, konsumsi natrium/garam, kebiasaan merokok,
kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, dan stres (Saputra dan Anam, 2016).
3
Kebiasaan merokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko mayor penyebab penyakit
kardiovaskular dan berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah. Indonesia
menempati urutan kelima dalam mengonsumsi rokok setelah Republik Rakyat
Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia, dengan konsumsi rokok 199 milyar
batang rokok pertahunnya (Linneberg, 2015).
Kebiasaan merokok diperburuk oleh peningkatan berat badan. Peningkatan
berat badan memainkan peranan penting dalam hal mekanisme timbulnya
hipertensi. Joint National Committee-VIII (JNC-VIII) merekomendasikan untuk
penanganan pasien hipertensi dengan obesitas, difokuskan pada penanganan non
farmokologi untuk penurunan berat badan. Pengukuran antropometri terdiri dari
beberapa metode yang dapat digunakan sebagai skreening obesitas, metode tersebut
antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul,
lingkar lengan atas, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Dien
et al., 2014). Jumlah perokok pada TNI Rumkital Dr. Ramelan Surabaya didapatkan
sebesar 40,9% (Oktavia & Martini, 2016).
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas
18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan karena proporsi lemak tubuh tidak bisa diukur secara jelas (Arisman,
2011). Jumlah anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNIAU)
Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) dr. S. Hardjolukito Yogyakarta yang
memiliki IMT diatas normal sebesar 65,9% (Iswanto et al., 2017).
Berdasarkan beberapa hal diatas, terdapat indikasi kebiasaan merokok dan
indeks massa tubuh berhubungan dengan tekanan darah sehingga mendorong
penulis untuk melakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan merokok dan
indeks massa tubuh terhadap tekanan darah.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Korem 074 Warastratama
4
Surakarta pada tanggal 3 Desember 2018. Subjek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 75 responden laki-laki yang memenuhi kriteria retriksi dengan
menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen yang diperlukan dalam
penelitian ini yaitu lembar persetujuan responden untuk dijadikan subjek penelitian,
lembar kuesioner yang berisi pertanyaan data responden untuk mengetahui riwayat
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, lembar kuesioner
kebiasaan merokok Riskesdas 2013, pengukuran tekanan darah menggunakan
Spygnomanometer dan Sthetoscope, dan Microtoise Stature Meter dan timbangan
badan untuk menghitung indeks massa tubuh. Analisis data dilakukan dengan
analisis bivariat menggunakan uji Chi-square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Uji Chi-Square
Sumber: Data primer, 2018
Kebiasaan merokok yang diukur menggunakan kuesioner Riskesdas 2013
didapatkan 75 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden
yang memenuhi kriteria dengan kebiasaan merokok jika responden merokok
minimal 6 bulan dalam hidupnya dan pada saat penelitian masih merokok. Analisi
bivariat chi square kebiasaan merokok dan tekanan darah didapatkan nilai p= 0,602
yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dan
tekanan darah.
Parameter yang digunakan untuk menghitung Indeks massa tubuh adalah
timbangan badan dan microtoise stature meter. Klasifikasi indeks massa tubuh yang
diukur dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dengan IMT normal (18,5-
Tekanan darah Nilai p
Normal Tidak normal
N % N %
Kebiasaan merokok
Ya 26 66,7% 13 33,3% 0,602
Tidak 26 72,2% 10 27,8%
Indeks massa tubuh
Normal 26 83,9% 5 16,1% 0,001
Tidak normal 26 59,1% 18 40,9%
5
22,9) dan tidak normal (≥23). Responden yang mempunyai IMT tidak normal
berjumlah 44 responden dan 31 responden dengan IMT normal. Hasil uji Chi-
square indeks massa tubuh dengan tekanan darah didapatkan hasil yang signifikan
(p= 0,001).
3.2 Pembahasan
Jumlah responden kategori bukan perokok sebanyak 36 orang dan kategori
merokok sebanyak 39 orang. Penelitian ini dilakukan pada responden dengan
rentang usia 20-41 tahun yang berjumlah 38 orang dan rentang usia 42-50
berjumlah 37 orang. Perilaku merokok dapat meningkatkan risiko masalah
kesehatan. Merokok pada usia muda akan menurunkan laju perkembangan paru dan
penurunan kapasitas paru, penurunan kebugaran. Percepatan pembentukan lesi
aterosklerotik akan memicu berbagai penyakit kardiovaskuler lainnya. Hasil uji
analisis dengan menggunakan uji chi-square antara kebiasaan merokok dan dengan
tekanan darah didapatkan nilai p= 0,602, karena nilai p≥ 0,05 maka tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah. Data
tekanan darah yang meningkat pada responden yang mempunyai kebiasaan
merokok berjumlah 13 orang sedangkan yang tekanan darahnya normal berjumlah
26 orang. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
adanya pengaruh kebiasaan merokok dengan tekanan darah. Uji statistik memang
menunjukan hasil yang tidak signifikan tetapi trend nya menunjukan lebih banyak
perokok yang memiliki tekanan darah yang tinggi. Perbedaan hasil penelitian dan
hipotesis mungkin disebabkan karena kesalahan pengambilan keputusan dalam uji
statistik yang dikenal sebagai kesalahan tipe I dan tipe II. Kesalahan tipe I pada
penelitian ini kemungkinan terdapat kesalahan dalam pengukuran, kesalahan dalam
pengelompokan subjek penelitian dan kesalahan dalam menentukan kriteria
retriksi. Kesalahan tipe II dalam penelitian ini kemungkinan terdapat kesalahan
dalam pemilihan teknik pengambilan sampel dan penentuan jumlah sampel
minimal.
Hasil uji bivariat antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah
menunjukkan nilai p= 0,001, karena nilai p ≤0,05 maka terdapat hubungan yang
6
signifikan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dien et al. (2014) yang menyatakan kebiasaan hidup
sehari-hari seperti pola makan tinggi kalori, berlemak, kebiasaan merokok dan
minum alkohol merupakan salah satu perilaku yang dapat menimbulkan beberapa
penyakit yang diantaranya seperti hipertensi. Faktor penting yang dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat yaitu diantaranya adalah faktor makanan
dan faktor berat badan. Orang dengan obesitas memiliki potensi untuk mengidap
tekanan darah tinggi, karena pembuluh darah arteri ataupun vena kemungkinan
besar dipenuhi “karat lemak” sehingga menyebabkan tekanan darah semakin
meningkat.
Hasil uji analisis dengan menggunakan chi-square antara usia dengan
tekanan darah diperoleh nilai p= 0,408, karena nilai p≥ 0,05 maka tidak terdapat
hubungan antara usia dengan tekanan darah sehingga usia dalam penelitian ini tidak
menimbulkan bias.
Hasil uji bivariat menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara kebiasaan
merokok dengan tekanan darah dan menunjukkan hasil yang signifikan antara
indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Hasil tersebut tidak memenuhi syarat
untuk dilanjutkan ke uji multivariat. Keterbatasan pada penelitian ini antara lain
peneliti menggunakan kuesioner Riskesdas 2013 yang hanya memiliki nilai
validitas cukup dan tempat penelitian belum bersifat heterogen sehingga
mengurangi spesifitas dan sensifitas dalam penelitian ini.
4. PENUTUP
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tekanan
darah dan terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan
tekanan darah.
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Erika Diana Risanti, dr., M. Sc., M.
Shoim Dasuki dr., M. Kes., dan Tri Agustina, dr, M. Gizi. yang telah membimbing,
memberikan saran dan kritik dalam penelitian ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Aji, A., Maulinda, L. dan Amin, S., 2015. Isolasi Nikotin dari Putung Rokok
sebagai Insektisida. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Volume 4, p. 103.
Ambarwati, Khoirotul, A., Kurniawati, F., Diah, T. dan Darojah, S., 2014. Media
Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD Tentang Bahaya Merokok. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 1, pp. 7-13.
Amelia, R., Nasrul, E. dan Basyar, N., 2016. Hubungan Derajat Merokok
Berdasarkan Indeks Brinkman dengan Kadar Hemoglobin. Jurnal Kesehatan
Andalas, Volume 5, p. 622.
Antillon, D. dan Towfighi, A., 2011. No time to ‘weight’: the link between obesity
and stroke in women. Women's health (Long Engl), Volume 7, pp. 453-63.
Arisman, 2011. Obesitas, Diabetes melitus, dan Dislipidemia. In: Buku Ajar Ilmu
Gizi. Jakarta: EGC.
Bell, K., Twiggs, J. & Olin, B. R. 2015. Hypertension; The Silent Killer: Updated
JNC-8 Guideline Recommendations. [Online]. Available at:
https://www.aparx.org
/resource/resmgr/CEs/CE_Hypertension_The_Silent_K.pdf. [Diakses 1
Oktober 2018].
Dien, N. G., Mulyadi dan Kundre, R. M., 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh
dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Hipertensi dan
Nefrologi Blu RSUP prof. dr. R. D. Kandou Manado.
Farabi, A. F., Afriwardi dan Revilla, G., 2017. Hubungan Kebiasaan Merokok
dengan Tekanan Darah pada Siswa SMK N 1 Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, Volume 6, pp. 430-3.
Firman, S., 2015. Obesitas di tempat kerja. Cermin Dunia Kesehatan, Volume 42,
p. 580.
Greenberg, A. S. dan Obin, M. S., 2006. Obesity and the role of adipose tissue in
inflammation and metabolism. Am J Clin Nutr , Volume 83, pp. 461-5.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E., 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12 ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
Herwati dan Sartika, W., 2014. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Berdasarkan Pola Diet dan Kebiasaan Olahraga di Padang Tahun 2011. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 8, p. 9.
8
Iswanto, Y., Pangastuti, R., & Ermamilia, A. 2017. Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT), Usia dan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida pada Anggota TNI
AU di RS dr S. Hardjolukito Yogyakarta. Naskah Publikasi UGM.
Kaila, B. dan Raman, M., 2008. A review of pathogenesis and management
strategies. Can J Gastroenterol, Volume 22, p. 62.
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.
Kotchen, T. A., 2010. Obesity-Related Hypertension: Epidemiology,
Pathophysiology, and Clinical Management. Am J Hypertens, Volume 23,
pp. 1170-8.
Linneberg, A., 2015. Effect of Smoking on Blood Pressure and Resting Heart Rate:
A Mendelian Randomisation Meta-Analysis in the CARTA Consortium. Circ
Cardiovasc Genet 8(6), p. 832–841.
Oktavia, F. & Martini, S. 2016. Besar Risiko Kejadian Hipertensi Berdasarkan
Faktor Perilaku pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Jurnal MKMI, 12(3).
Papathanasiou, G., Zerva, E., Zacharis, I., Papandreou, M., Papageorgiou, E.,
Tzima, C., Georgakopoulos, D. & Evangelou, A. 2015. Association of High
Blood Pressure with Body Mass Index, Smoking and Physical Activity in
Healthy Young Adults. The Open Cardiovascular Medicine Journal, 9: 5-17.
Pradigdo, G., Suyanto & Haslinda, L., 2015. Korelasi Antara Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Tekanan Darah pada Komunitas Vegetarian Dewasa di Kota
Pekanbaru. JOM FK, Volume 2, p. 1.
Saha, S. P., Bhalla, D. K., Whayne, T. F. dan Gairola, C. G., 2007. Cigarette smoke
and adverse health effects: An overview of research trends and future needs.
Int J Angiol, Volume 16, pp. 77-83.
Saputra, O. dan Anam, K., 2016. Gaya Hidup sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada
Masyarakat Pesisir Pantai. Majority Vol. 5 No. 3.
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi 5. Jakarta: Sagung seto.
Setyanda, Y. O., Sulastri, D. & Lestari, Y. 2015. Hubungan Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4: 434
Sherwood, L., 2007. Human Physiology from cells to systems. 6 ed. Belmont:
Thomson HIgher Education.
Sugondo, S., 2014. Obesitas dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed. Jakarta:
Internal Publishing.
9
Supariasa, I. D. N., Bachyar, B. dan Ibnu, F., 2001. Penilaian Status Gizi. 1 ed.
Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A. S., 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan
Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri, Volume 2,
pp. 33-43.
Yogiantoro, M., 2014. Pendekatan Klinis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. 6 ed. Jakarta: Internal Publishing.