HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik...

98
HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT ADAT RIEZKA RISWAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik...

Page 1: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN PEMBENTUKAN

IDENTITAS MASYARAKAT ADAT

RIEZKA RISWAR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 3: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Keaslian

Kampung Naga dengan Pembentukan Identitas Masyarakat Adat adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Riezka Riswar

NIM I34090071

Page 4: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

ii

Page 5: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

iii

ABSTRAK

RIEZKA RISWAR. Hubungan Keaslian Kampung Naga dengan Pembentukan

Identitas Masyarakat Adat. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO.

Keberlangsungan kampung adat menjadi isu yang penting ditengah jaman yang

semakin modern ini. Kampung Naga adalah salah satu kampung adat yang masih

memiliki keaslian budaya yang mencakup adat istiadat di dalamnya. Keaslian

tersebut dijadikan suatu modal utama bagi masyarakat tradisional pengikutnya

untuk tetap bertahan dan membentuk suatu identitas komunitas. Tujuan dari

penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga,

menganalisis karakteristik individu dengan ketaatan terhadap adat dan motivasi

pembentukan identitas Kampung Naga, dan menganalisis hubungan ketaatan

terhadap adat dengan motivasi pembentukan identitas Kampung Naga. Penelitian

ini dilakukan menggunakan metode penelitian survei. Adapun hasil penelitian

yang diperoleh yaitu karakteristik masyarakat adat (usia, jenis pekerjaan, dan jenis

kelamin) berhubungan terhadap ketaatan terhadap adat dan motivasi pembentukan

identitas pribadi, sosial dan kolektif. Sedangkan ketaatan terhadap adat

berhubungan terhadap pembentukan identitas kolektif.

Kata kunci: kampung adat, keaslian, pembentukan identitas

ABSTRACT

Riezka Riswar. The Relation between The Originality of Kampung Naga with

Forming The Identity of Indigenous People. Mentored by SARWITITI

SARWOPRASODJO.

The Indigenous villages sustainability had been one major issue within this

modern era, The Kampung Naga is one of the traditional village which still keeps

the originality of it is culture and tradition. That originality had been made to be

the main asset for it is community to keep hold and establish the identity of the

community. The main purpose of this research is to describe the individual

characteristic of the people at kampong Naga, analyzing each individual

characteristic with the culture and tradition that they still keep until today and

how it influences the identity of the Dragon village. This research is done by

conducting the survey method. The result of this research is that the characteristic

of the custom community (age, occupation and gender) are related to the

observance of the custom tradition as well as how each personality, socially and

collectively formed. While their engagement with the custom is related in forming

the collective identity.

Key word: custom village, originality, forming identity

Page 6: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

iv

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN

PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT ADAT

RIEZKA RISWAR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 7: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

Judul Skripsi : Hubungan Keaslian Kampung Naga dengan Pembentukan Identitas Masyarakat Adat

Nama : Riezka Riswar NIM : 134090071

Disetujui oleh

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Pembimbin'g

(I

"

"

Tanggal Lulus: 12 5 JUL 013

Page 8: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

v

Judul Skripsi : Hubungan Keaslian Kampunga Naga dengan Pembentukan

Identitas Masyarakat Adat

Nama : Riezka Riswar

NIM : I34090071

Disetujui oleh

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

nikmat-Nya, sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan. Skripsi yang berjudul “Hubungan Keaslian

Masyarakat Naga dalam Pembentukan Identitas Kampung Naga” ini diharapkan

dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tertulis terhadap konsep

mengenai hubungan antara ketaataan masyarakat adat dalam menjalankan adat

terhadap pembentukan identitas komunitas. Penulisan skripsi ini merupakan syarat

kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS

selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan sarannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, Dr. Ir Saharuddin, MS sebagai dosen

penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat

melengkapi skripsi ini menjadi lebih lengkap dan mendalam, Dr. Murdianto

sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran

terhadap teknik penulisan sehingga naskah skripsi dapat memenuhi standar

penulisan skripsi. Bapak Ade Suherlin selaku Kuncen, Alm. Bapak Ateng selaku

Lebe adat, Bapak Ma’un selaku punduh adat, Bapak Uron selaku ketua RT 01

Kampung Naga, Bapak Ucu selaku Ketua HIPANA, Bapak kepala Desa Neglasari

beserta jajarannya, serta para sesepuh Kampung Naga yang telah mendukung dan

membantu penulis selama berada di lapangan. Keluarga besar pak Esoh, pak

Entang, Kang Herri, Kang Habib dan keluarga, Urya dan keluarga, serta

masyarakat Kampung Naga yang telah mendukung dan memberikan masukkan

untuk penulis selama berada di Kampung Naga. Ayah, ibu, Reza, Bude, Uni Inggi,

Uni Fitri, Mas Rangga, Uda Fafa, keluarga besar Iskandar, dan Ginanjar Wiranata

yang selalu memberikan banyak kasih sayang, motivasi dan doa kepada penulis.

Teman sepebimbingan Finka Dwi Utami dan Rahayu Arizona yang telah saling

membantu selama menyusun skripsi ini hingga selesai. Eka, Yuli, Lia, Nita, Riza,

Nita S, April, Igoe sahabat penulis yang selalu mendukung, memberi motivasi

serta untaian doa selama ini. Sahabat-sahabat terbaik di KPM 46 Yuli, Tari, Rafi,

Dani, Arif, Indra, Meong, Bundo, Anand, Nindi, Cici, Icha, Ela, dan Rahma yang

telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis selama penuli

menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman seperjuangan KPM 43, KPM46, dan

KPM47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya

selama ini. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan,

dan kerjasamanya selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Riezka Riswar

Page 10: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

vii

Page 11: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

ABSTRACT iii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Kerangka Penelitian 12

Hipotesis 14

Definisi Operasional 14

METODE 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Sampling 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Analisis Data 18

KAMPUNG NAGA SEBAGAI KAMPUNG ADAT 21

Kondisi Geografis 21

Kondisi Demografi dan Sosial 21

Pola Kebudayaan Masyarakat Naga 24

KARAKTERISTIK MASYARAKAT NAGA, KETAATAN TERHADAP

ADAT, DAN IDENTITAS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA 29

Karakteristik Masyarakat Naga 29

Ketaatan terhadap Adat 30

Pembentukan Identitas Masyarakat Kampung Naga 31

Page 12: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

ix

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU NAGA DENGAN KETAATAN

TERHADAP ADAT 33

Hubungan antara Usia dengan Ketaatan terhadap Adat 33

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Ketaatan terhadap Adat 34

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Ketaatan terhadap Adat 34

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Ketaatan terhadap Adat 34

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU NAGA DENGAN

PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA 37

Hubungan Karakteristik Individu dengan Pembentukan Identitas Pribadi 37

Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Sosial 39

Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif 41

HUBUNGAN KETAATAN TERHADAP ADAT DENGAN PEMBENTUKAN

IDENTITAS MASYARAKAT KAMPUNG NAGA 45

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas Pribadi 45

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas Sosial 46

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas

Kolektif 46

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 49

RIWAYAT HIDUP 69

Page 13: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

x

DAFTAR TABEL

1 Persentase masyarakat Kampung Naga berdasarkan jenis kelamin 21 2 Persentase pekerjaan di Kampung Naga 22 3 Persentase pendidikan di Kampung Naga 22 4 Persentase usia di Kampung Naga 23 5 Jumlah dan persentase karakteristik individu Naga menurut usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. 29 6 Persentase ketaatan terhadap adat di Kampung Naga. 30 7 Persentase identitas masyarakat Kampung Naga yang dilihat

berdasarkan motivasi pelaksanaannya 31 8 Nilai korelasi antara karakteristik individu Naga dengan ketaatan

terhadap adat 33 9 Nilai korelasi antara karakteristik individu Naga dengan

pembentukan identitas masyarakat Kampung Naga 37 10 Nilai korelasi ketaatan terhadap adat dengan pembentukan identitas

masyrakat Kampung Naga 45

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka penelitian keaslian Kampung Naga dalam 13 2 Upacara hajat sasih di Kampung Naga 26 3 Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Kampung Naga 51 2 Kerangka Sampling 52

3 Kuesioner 55 4 Pedoman Wawancara Mendalam 58 5 Pengolahan Data 60

6 Matriks Analisis Data 65 7 Dokumentasi Penelitian 66

Page 14: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami perubahan kebudayaan

yang cukup mengkhawatirkan berbagai pihak. Masyarakat menjadi pihak yang

paling menentukan apakah suatu kebudayaan yang mereka miliki mengalami

perubahan atau tidak. Jika suatu masyarakat dijaman yang semakin moderen

masih dapat memegang teguh adat istiadat mereka, maka kebudayaan yang

mereka miliki akan tetap bertahan. Namun sebaliknya jika masyarakat terbawa

arus kemajuan jaman yang semakin moderen tanpa memikirkan bagaimana nasib

kebudaayaan itu sendiri, maka kebudayaan tersebut akan mengalami perubahan

dan bahkan menghilang. Sementara pemerintah merupakan pihak yang berwenang

dalam menentukan bagaimana pelestarian kebudayaan bisa bertahan hingga nanti.

Jika kebudayaan tradisional mengalami pergeseran ke arah kebudayaan moderen,

maka kebudayaan tradisional akan menghilang dengan sendirinya. Kekhawatiran

akan ancaman tersebut, membuat pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.

11 Tahun 20101 tentang Cagar Budaya dengan tujuannya sebagai upaya untuk

melindungi dan melestarikan budaya Indonesia. Namun tidak jarang pula

kebijakan tersebut menimbulkan polemik di dalam suatu masyarakat. Salah satu

polemik yang ditimbulkan akibat kebijakan pemerintah membuka pariwisata

budaya yaitu sering kali merugikan masyarakat. Masyarakat seringkali merasa

seperti dijadikan sebagai panggung atau sebuah tontonan yang berorientasikan

materil, sehingga bentuk kesakralan yang mereka miliki menjadi sangat terganggu

(Setiawan 2011).

Kontroversi kebijakan pemerintah atas pembangunan pariwisata budaya

membuka peluang besar bagi sektor ekonomi dan sosial budaya. Peluang yang

ditimbulkan dalam kebijakan pemerintah menghasilkan sisi negatif dan positif.

Tujuan pembangunan pariwisata budaya yang dilakukan oleh pemerintah selain

sebagai upaya pelestarian budaya, dilakukan pula untuk meningkatkan pendapatan

daerah (Setiawan 2011). Peningkatan pendapatan daerah diyakini dapat

menjadikan kebudayaan dan masyarakat di dalamnya menjadi lebih maju dan

berkembang, sehingga sektor ekonomi menjadi lebih maju dan meningkat.

Namun hal ini menimbulkan sisi negatif bagi aspek sosial dan budaya. Sisi negatif

yang ditimbulkan dalam aspek sosial budaya yaitu dimana struktur sosial dan

pemikiran masyarakat tradisional akan berubah mengikuti kemajuan dan

perkembangan tersebut. Jika hal ini terjadi, maka masyarakat tradisional sulit

untuk mempertahankan keaslian budaya yang mereka miliki. Orientasi yang

mereka miliki bukan lagi sebagai pelestarian budaya, namun hanya sebatas

orientasi material saja. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Amurwobhumi

(2010) yang menyatakan bahwa pergeseran kebudayaan yang terjadi dalam

masyarakat tradisional terjadi akibat adanya pariwisata budaya yang dibuka oleh

pemerintah. Masyarakat tradisional memanfaatkan kondisi ini untuk

meningkatkan kondisi ekonomi mereka tanpa memikirkan lagi bagaimana

kebudayaan mereka tetap ada sehingga adanya perubahan makna. Perubahan

1 Diunduh pada 2013 Mei 20, pukul 19.34. Tersedia pada: http://www.disparda.baliprov.go.id/

ind/sites/default/files/file/UU%20No_11th_2010%20ttg%20Cagar%20Budaya.pdf

Page 15: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

2

tersebut tampak jelas menggambarkan bahwa pariwisata budaya membuat

perubahan sosial di dalam suatu masyarakat. Meskipun sisi negatif tidak selalu

mendominasi, namun sisi positif dari pembangunan pariwisata budaya pun dapat

bermunculan. Kemunculan pariwisata budaya membuat masyarakat lebih bisa

memperkenalkan kebudayaan tradisional yang mereka miliki kepada dunia luar,

agar budaya tersebut dapat dikenal dan tetap terjaga. Berdasarkan hasil penelitian

Cole (2007), yang menyatakan bahwa, kebudayaan yang dilestariakan dalam

bentuk pariwisata budaya tidak selalu menimbulkan sisi negatif, namun sisi positif

pun dapat bermunculan. Masyarakat tradisional memanfaatkan kondisi ini sebagai

upaya memperkenalkan adat istiadat mereka kapada para pengunjung yang datang.

Hal ini ditunjukkan sebagai wujud kebanggaan mereka atas kebudayaan yang

mereka miliki sehingga, dapat terwujud pembentukan identitas budaya oleh

masyarakat tradisional itu sendiri.

Pembentukan identitas budaya dirasa sangat penting bagi pengembangan

masyarakat. Hal ini terwujud di dalam kehidupan masyarakat tradisional yang

mengutamakan keberlanjutan adat istiadat yang ada. Keberlanjutan tersebut,

menjadikan masyarakat tradisional sebagai sumberdaya manusia yang potensial

untuk dapat meneruskan dan menanamkan adat istiadat kepada generasi

selanjutnya. Melalui pemanfaatan sumberdaya tersebut, dapat dijadikan sebagai

bentuk pemberdayaan sumberdaya manusia dalam upaya menjaga dan

mewujudkan identitas budaya. Pembentukan identitas tersebut terwujud dari

bagaimana suatu kebudayaan di dalam masyarakat dapat terus bertahan dijaman

yang semakin berkembang. Jika dijaman moderen ini identitas budaya

menghilang, maka generasi selanjutnya tidak akan pernah mengenal budaya

peninggalan nenek moyang mereka terdahulu.

Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat adalah salah satu kampung adat yang ada di

Jawa Barat yang masih memperhatikan tradisi. Kampung Naga memiliki ciri khas

dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan kampung adat lainnya. Kampung

Naga memiliki komunitas yang hingga kini masih mempertahankan adat istiadat

yang dibawa oleh leluhur mereka terdahulu. Masyarakat Kampung Naga dibagi

menjadi dua yaitu masyarakat Naga dan masyarakat Sanaga. Masyarakat Naga

adalah masyarakat yang masih menetap dan tinggal di daerah wilayah adat

ataupun berada di luar Kampung Naga, dimana mereka masih sangat

mempertahankan adat istiadat mereka. Sedangkan masyarakatSanaga adalah

masyarakat yang sudah tidak dapat lagi tinggal di dalam wilayah adat karena

lahan yang tidak cukup untuk membangun rumah dan diperbolehkan untuk

membangunan rumah tempat tinggalnya tidak harus mengikuti ketentuan yang

berlaku di Kampung Naga. Mereka tidak dilarang membangun rumah sesuai

dengan kemampuan ekonomi masing-masing. Keaslian adat istiadat masyarakat

Naga yang masih mempertahankan norma-adat hingga kini, menjadikan

masyarakat Naga memiliki ciri khas tersendiri. Segala kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat Naga, selalu berdasarkan norma-adat yang berlaku. Salah satu

norma-adat yang ada di Kampung Naga yaitu menjaga lisan di hari-hari yang

ditabukan, mempertimbangkan hari-hari baik, dilarang memasuki hutan larangan,

mengadakan upacara ritual di hari-hari tertentu. Norma-norma yang ada di

Kampung Naga ini dibuat dan harus ditaati oleh masing-masing individunya,

sebagai wujud ketaatan mereka kepada leluhur. Hal ini menjelaskan bahwa

Page 16: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

3

pembentukan identitas telah dilakukan oleh masyarakat Naga dengan tujuan agar

kebudayaan mereka tetap terjaga dan Kampung Naga tetap dikenal dengan

kampung adat bukan kampung wisata atau pariwisata budaya. Meskipun

Kampung Naga kini banyak dikunjungi oleh wisatwan asing ataupun domestik,

namun pemerintah tidak meresmikan secara langsung bahwa Kampung Naga

adalah tempat wisata. Pemerintah tetap menjadikan Kampung Naga sebagai salah

satu aset kebudayaan yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Kemampuan

masyarakat Kampung Naga untuk bertahan dan menjaga keaslian budaya dari

pengaruh perkembangan jaman, dapat dijadikan contoh bagaimana suatu

masyarakat tradisional untuk tetap dapat mempertahankan identitas budaya

hingga kini. Berbagai tindakan masyarakat berdasarkan ketaatan terhadap adat

yang dimiliki oleh masyarakat Naga, diduga membuat komunitas tersebut dapat

menjaga eksistensi identitasnya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka, peneliti

ingin melihat sejauh mana hubungan keaslian Kampung Naga dengan

pembentukan identitas masyarakat Kampung Naga.

Perumusan Masalah

Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat di Jawa Barat yang

memiliki kekayaan alam belimpah dan sumberdaya manusia berpotensi.

Berdasarkan penelitian Anjartika (2013), potensi sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu di daerah asal

tersebut. Karakteristik individu yang dimaksudkan seperti jenis kelamin, jenis

pekerjaan, tingkat pendidikan, dan usia. Selain SDM dan SDA yang mendukung,

adat istiadat di Kampung Naga pun menjadikan masyarakat Naga memiliki

identitas tersendiri. Pendalaman mengenai karakteristik individu di Kampung

Naga yang mempengaruhi SDA dan SDM serta pendalaman mengenai adat

istiadat dan identitas Kampung Naga, membuat peneliti ingin menjawab secara

kualitatif yaitu bagaimana karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, jenis

kelamin dan jenis pekerjaan) di Kampung Naga, ketaatan terhadap adat dan

pembentukan identitas masyarakat Kampung Naga?

Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat yang masih

mempertahankan adat istiadat hingga kini. Adat istiadat tersebut nampak dari

keaslian masyarakatnya yang selalu berpatokan kepada norma-norma dalam

kegiatan sehari-hari. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat tradisional

memiliki kecenderungan taat dalam hal yang menyangkut adat. Menurut Suharno

(2009) bahwa adanya hubungan antara karakteristik individu (usia, pekerjaan,

pendidikan dan jenis kelamin) dengan perilaku individu dalam kehidupannya

sehari-hari. Hal ini didukung oleh penelitian Senoaji (2011), bahwa masyarakat

tradisional selalu mengikuti pola budaya/kebiasaan terdahulu. Kebiasaan-

kebiasaan tersebut cenderung akan berubah apabila pendidikan dan pekerjaan

masuk di dalam kehidupan masyarakat tradisional. Berdasarkan hal tersebut, maka

akan terbentuk suatu identitas dari suatu komunitas. Menurut Cole (2007)

menyatakan bahwa, suatu kebudayaan akan tetap terjaga apabila masyarakat

pengikutnya masih menjaga adat istiadat yang mereka miliki. Oleh karena itu

pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara kuantitatif yaitu sejauhmana

hubungan karakteristik individu dengan ketaatan terhadap adat dan pembentukan

identitas masyarakat Kampung Naga?

Page 17: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

4

Kampung Naga yang masih sangat terkenal dengan kesakralannya dalam

menjalankan dan menjaga adat istiadat. Hal tersebut menjadikan suatu ciri khas

yang melekat di dalam komunitasnya. Motivasi mereka dalam melakukan segala

adat yang ada merupakan suatu bentuk ketaatan mereka kepada leluhur/nenek

moyang atas segala jasanya. Berkembangnya Kampung Naga menjadi pariwisata

budaya, memungkinkan adanya perubahan motivasi dalam menjalankan adat yang

ada sehingga mempengaruhi pembentukan identitas Kampung Naga. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Prasetyo (2010) yang menyatakan bahwa,

perubahan motif seseorang dalam menjalankan adat, dapat terjadi akibat

masuknya pariwisata budaya. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang ingin

dijawab secara kuantitatif yaitu sejauhmana hubungan ketaatan terhadap adat

dengan pembentukan identitas masyarakat Kampung Naga?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mendeskripsikan karakteristik masyarakat Naga (usia, tingkat pendidikan,

jenis kelamin, dan jenis pekerjaan) di Kampung Naga, ketaatan

melaksanakan adat, dan pembentukan identitas.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan ketaatan terhadap

adat dan pembentukan identitas masyarakat Kampung Naga.

3. Menganalisis hubungan ketaatan terhadap adat dengan pembentukan

identitas masyarakat Kampung Naga

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan baik

bagi civitas akademik, masyarakat (khususnya masyarakat adat), maupun bagi

pemerintah yang berkecimpung dalam bidang pariwisata budaya . adapun manfaat

yang diharapkan diperoleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

1. Civitas Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan

wawasan mengenai keaslian Masyarakat Naga dalam pembentukan

identitas Kampung Naga Tasikmalaya Jawa Barat, sehingga penelitian ini

dapat dijadikan bahan literatur ataupun informasi tambahan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi akademisi yang tertarik

dengan topik Komunikasi dan Manajemen Lintas Budaya.

2. Masyarakat Kampung Naga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan

dokumentasi masyarakat Kampung Naga. Hasil penelitian ini pun

diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat Kampung Naga untuk

menjaga eksistensi identitas sosialnya.

Page 18: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

5

3. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi

pemerintah untuk lebih memperhatikan komunitas dan budaya lokal dan

dijadikan bahan pertimbangan serta rujukan untuk membuat program-

program pengembangan masyarakat berbasis budaya komunitas lokal.

Page 19: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 20: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Keaslian Budaya

Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhaya yang

merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. ”. E. B. Taylor

(1871) dikutip oleh Soekanto (2012) memberikan definisi mengenai kebudayaan,

yaitu sebagai berikut:

“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.” (Taylor, 1871)

Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau

dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari

segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, yaitu

mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.

Kebudayaan dari setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar

maupun kecil yang merupakan bagian-bagian dari kesatuan. Seorang antropolog

yaitu C. Kluckhohn dikutip oleh Soekanto (2012) telah menguraikan unsur-unsur

kebudayaan, yaitu (1) peralatan dan perlengkapan manusia, (2) mata pencaharian

hidup dan sistem-sistem ekonomi, (3) sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan,

organisasi politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan), (4) bahasa (lisan

maupun tulisan), (5) kesenian, (6) sistem pengetahuan, dan (7) sistem kepercayaan.

Hal tersebut sejalan dengan Koentjoroningrat (2002) yang mengartikan

kebudayaan sebagai kelakuan dan hasil tindakan yang dilakukan dengan cara

belajar yang tersusun dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Kebudayaan

mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Khususnya

dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan berfungsi sebagai penentu

garis-garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan

mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang. Menurut Soekanto

(2012), fungsi kebudayaan yaitu mengakomodir keinginan seseorang untuk

menciptakan sesuatu guna menyatakan perasaan dan keinginannya pada orang lain

ketika seseorang tersebut telah dapat mempertahankan dan menyesuaikan diri

pada alam, dan ketika seseorang tersebut dapat hidup dengan manusia-manusia

lain dalam suasana damai.

Manusia dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan yang

mereka miliki. Kebudayaan yang diturunkan dari leluhur/nenek moyang mereka

terdahulu merupakan bentuk keaslian yang tercermin dari perilaku serta pemikiran

mereka dalam kehidupan sehari-hari. Cole (2007), menjelaskan bahwa keaslian

kebudayaan adalah bentuk asli dari kebudayaan itu sendiri yang tebentuk dari

nenek moyang mereka terdahulu seperti norma-adat dan kepercayaan. Adat yang

tercipta dari suatu kebudayaan bertujuan untuk mengatur kehidupan individu di

dalamnya agar tetap memegang teguh adat istiadat yang mereka miliki sampai

kegenerasi selanjutnya. Keaslian kebudayaan dapat terlihat dari bagaiman suatu

kelompok/komunitas dapat mempertahankanya agar tetap terjaga tanpa ada

Page 21: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

8

perubahan. Hal tersebut merupakan suatu gambaran ketaatan anggota adat dalam

menjalankan adat istiadat yang mereka miliki. Bentuk ketaatan yang ditunjukkan

oleh masyarakat pengikutnya sebagai salah satu cara untuk tetap menjaga identitas

kebudayaan mereka tetap ada diera moderenisasi seperti sekarang. Berdasarkan

hasil penelitian Bisri (2007) menjelaskan bahwa adat adalah sistem aturan yang

berlaku dalam kehidupan masyarakat tertentu yang berasal dari adat kebiasaannya

secara turun temurun yang dihormati dan ditaati oleh komunitas masyarakat

tersebut sebagai tradisi.

Cole (2007) menjelaskan mengenai keaslian suatu kebudayaan di dalam

dunia yang maju. Di desa Ngadha Flores Nusa Tenggara Timur, Indonesia adalah

salah satu desa yang memiliki etnis yang berbeda. Ngadha merupakan daerah

perkampungan adat diklasifikasikan sebagai wilayah yang terisolir dan

terasingkan sehingga daerah itu memiliki ekonomi yang sangat rendah. Melihat

suatu fenomena tersebut, pemerintah membantu mencarikan solusi yaitu dengan

membuka suatu pariwisata di desa Ngadha. Pariwisata dianggap pilihan terbaik

untuk kemajuan ekonomi daerah tersebut. Masyarakat adat Ngadha bersikap

terbuka terhadap pariwisata yang dikelolah oleh pemerintah, dan masyarakat

Ngadha memanfaatkan hal tersebut untuk memperkenalkan keaslian kebudayaan

mereka. Mereka tetap melestarikan keaslian budaya yang berasal dari nenek

moyang mereka. Mereka masih menjalankan upacara adat, norma-adat dan tidak

ada yang mereka hilangkan. Semua berjalan seperti biasanya tanpa ada perubahan

yang terkait dengan keaslian kebudayaan masyarakat adat Ngadha.

Masyarakat Adat

Masyarakat adat memiliki kearifan lokal dan pengetahuan tradisi yang

bermanfaat bagi penetapan dan pengaturan fungsi hutan (Poerwanto, 2000).

Kearifan lokal ini merupakan salah satu dari pola adaptasi yang dikembangkan

oleh masyarakat adat agar mampu memanfaatkan lingkungan sekitar demi

kepentingannya baik untuk memperoleh bahan pangan, menghindari diri dari

bahaya serta dapat dikatakan juga sebagai bentuk penjagaan dengan ekosistemnya

agar tetap dapat mempertahankan hidupnya. Istilah masyarakat adat menjadi

populer sejak beberapa aktivis LSM dan masyarakat melakukan pertemuan yang

diorganisir oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di Tanah Toraja

pada tahun 1993. Pertemuan menyepakati masyarakat adat adalah kelompok

masyarakat yang memilikasalusul leluhur secara turun temurun di wilayah

geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya,

sosial dan wilayah sendiri (Sangaji 2001 dikutip Agung 2012).

Prinsip identifikasi diri telah diakui dalam Konvensi ILO 169 pada tanggal

27 Juni 1989 (Quane dalam Rosset 2008). Konvensi ini berlaku pada masyarakat

adat meskipun secara signifikan, penggunaan istilah ini dikatakan tanpa implikasi

pada hak apapun yang bisa diikatkan pada istilah di bawah hukum internasional.

Konvensi ini juga berlaku pada masyarakat suku yang membantu memastikan

bahwa konvensi ini berlaku seluas mungkin, termasuk pada negara-negara yang

mengklaim bahwa masyarakat adat hanya ada dalam bekas koloni Eropa.

Masyarakat adat menurut konvensi ini adalah masyarakat dalam negara merdeka

yang dianggap sebagai pribumi kerena mereka diturunkan dari populasi yang

mendiami negara, atau penetapan batas-batas negara sekarang dan terlepas dari

Page 22: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

9

status legalnya, memegang beberapa atau semua institusi sosial, ekonomi, kultural

atau politik mereka sendiri.

Karakteristik Individu

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), secara definitif, karakteristik

pribadi/individu merupakan bagian dari individu yang melekat pada diri seseorang

yang mendasari tingkah laku orang tersebut yang dibutuhkan dalam suatu kriteria

atau situasi tertentu. Rogers and Shoemaker (1971) mengatakan bahwa usia dalam

karakteristik sosioekonomi, memang mempengaruhi perubahan sikap dalam

menerima suatu perubahan. Misalnya saja pada usia muda seseorang lebih mudah

menerima suatu hal yang baru dibandingkan mereka yang berusia lanjut.

Karakteristik individu menurut Lionberger (1960) dikutip Walters et al.

(2005) menyatakan bahwa karakteristik individu yang perlu diperhatikan adalah

umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologi. Karaktreristik psikologi

antara lain adalah rasionalitas, fleksibelitas mental, dogmatisme, orientasi

terhadap usaha tani dan kecenderungan mencari informasi.

Karakteristik adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang melekat pada sesuatu

(benda, orang atau makhluk hidup lainnya) yang berhubungan dengan berbagai

aspek kehidupannya (Mardikanto 1993). Lebih jauh, Mardikanto (1993)

memberikan contoh tentang karakteristik individu, yaitu sifat-sifat yang melekat

pada diri seseorang yang berhubungan dengan berbagai apek kehidupannya,

antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan, status sosial dan agama.

Merujuk pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan karakteristik

suatu komunitas adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada komunitas

tersebut yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Berdasarkan hasil

penelitian Pamungkas (2012) mengatakan bahwa, suatu karakteristik individu dapat

membentuk dan mempengaruhi suatu komunitas. Usia, tingkat pendidikan, dan jenis

kelamin memang mempengaruhi perilaku dalam suatu komunitas.

Menurut Baron dan Byrne (2003), jenis kelamin merupakan kejantanan

atau kewanitaan yang ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada saat

konsepsi dan menghasilkan perbedaan dalam fisik dan anatomi. Sedangkan gender

merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu,

termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan, dan atribut lain yang

mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan

yang ada. Dalam hal-hal tertentu, tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh

peran gender yang diharapkan, sehingga laki-laki seharusnya kuat, dominan,

asertif, sementara perempuan seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif secara

emosional. Contohnya, laki-laki duduk dengan kaki dan lengan menjauh dari

tubuh, sementara wanita duduk dengan salah satu kaki ditumpangkan pada kaki

yang lain dan tangan pada tubuh.

Identitas Pribadi

Identitas adalah istilah yang digunakan secara luas dan sebagai

konsekuensinya berarti banyak hal yang berbeda antara individu satu dengan yang

lainnya. Identitas terkadang digunakan untuk merujuk kepada rasa intgrasi diri,

dimana aspek yang berbeda datang bersama-sama dalam kesatuan yang utuh. Hal

ini sejalan dengan pemikiran dari Erikson (1968) dikutip oleh Deaux (2001) yang

mengatakan bahwa identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai

Page 23: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

10

pribadi sendiri serta tidak terlarut dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai

anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak

muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar

mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah

orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa

mendatang. Proses terjadinya identitas diungkapkan secara abstrak yang

merupakan proses restrukturisasi segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu

diolah dalam perspektif masa depan. Identitas merupakan kelanjutan dari masa

kanak-kanak, pengertian diri yang sekarang, dan menjadi petunjuk dimasa depan,

oleh sebab itu seseorang membentuk identitas dirinya pada usia remaja akhir.

Remaja yang berada pada periode remaja akhir dapat melihat dirinya dan tahu

bagaimana bertindak untuk membentuk identitas dirinya. Identitas diri tidak dapat

berkembang penuh sebelum masa remaja tengah dan akhir karena unsur pokok

diintegrasikan (jenis kelamin, kemampuan fisik, seksualitas, kemampuan kognisi

pada tahap operasional kongkrit, dapat merespon harapan sosial), semua hal

tersebut tidak muncul bersama dalam suatu waktu. Remaja akhir diharapkan dapat

memutuskan identitas dirinya.

Lau dan Pun (1999) dikutip oleh Baron dan Byrne (2003) mengungkapkan

bahwa berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tak dapat

dihindari. Pada umumnya, secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya

sendiri. Sehingga self adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. Sementara,

seperti yang telah diketahui, faktor genetik memainkan sebuah peran terhadap

identitas diri, atau konsep diri yang sebagian besar didasarkan pada interaksi

dengan orang lain yang dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian

meluas ke interaksi dengan mereka di luar keluarga. Menurut Baron dan Byrne

(2003) identitas diri sangat berhubungan erat dengan konsep self. Konsep self

merupakan identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari

kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisir. Self

memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita

mengolah informasi tentang diri kita sendiri termasuk motivasi, keadaan

emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya.

Identitas Sosial

Identitas sosial menurut Deaux (2001), merupakan proses dimana kita

mendefinisikan diri dalam istilah dan kategori yang dibagikan dengan orang lain.

Berbeda dengan identitas pribadi yang mungkin sangat istimewa, identitas sosial

mengasumsikan beberapa kesamaan dengan orang lain dalam suatu kelompok.

Identitas sosial merujuk secara khusus pada aspek-aspek orang yang didefinisikan

dalam istilahnya atau keanggotaan kelompoknya. Meskipun sebagian besar adalah

anggota dari berbagai kelompok, hanya beberapa dari kelompok-kelompok

tersebut yang bermakna dalam hal bagaimana kita mendefinisikan diri kita. Salah

satu contohnya adalah seseorang yang mendefinisikan dirinya sebagai kaum

feminis lebih mungkin untuk menyadari Undang-Undang yang mengatur tentang

aborsi, lebih cenderung memilih membaca buku-buku tentang wanita seperti Betty

Frieden atau Bells Hooks dan lebih menyadari perbedaan gaji antara perempuan

dan laki-laki dari pada orang yang tidak mengakui dirinya sebagai feminis. Hal ini

membuktikan bahwa, identitas sosial yang mereka miliki adalah sebagai feminis,

dimana mereka tahu bagaimana menempatkan diri mereka di dalam suatu

Page 24: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

11

lingkungan sosial, baik secara pemikiran, perilakunya ataupun cara mereka

berkomunikasi.

Menurut Deaux (2001), motivasi seseorang dalam lingkungan sosial dapat

membentuk identitas sosial mereka. Motivasi merupakan suatu dorongan kuat dari

dalam diri untuk menentukan apa yang individu inginkan di dalam suatu

kelompok sosial. Identitas memiliki dasar motivasi terutama dalam kasus identitas

dimana orang memilih atau mencapai fungsi tertentu yang diyakini puas dengan

identifikasi yang mereka pilih. Di dalam suatu kehidupan bermasyarakat, motivasi

di dalam pembentukan identitas memiliki peran penting. Pertama, identitas dapat

berfungsi sebagai sarana definisi diri atau harga diri, sehingga membuat seseorang

merasa mengetahui lebih baik tentang dirinya. Kedua, identifikasi identitas dapat

menjadi sarana untuk berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai nilai-nilai

dan tujuan, memberikan orientasi kelompok referensi dan aktivitas bersama.

Ketiga, identifikasi sosial dapat berfungsi sebagai cara untuk mendefinisikan diri

berbeda dengan orang lain yang menjadi anggota kelompok lain dengan

memposisikan diri dalam komunitas yang lebih besar. Secara fungsional,

identifikasi tersebut dapat bisa dijadikan sebagai dorongan untuk bergabung

dengan kelompok serta menjadi agenda menentukan kegiatan kelompok.

Identitas merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam praktek komunikasi, identitas tidak hanya memberikan makna terhadap

pribadi seseorang ataupun kelompok, namun memberikan suatu pemaknaan dan

ciri khas dari kebudayaan yang melatar belakanginya. Pengertian identitas pada

tataran hubungan antar manusia ataupun antar komunitas dipahami sebagai suatu

yang lebih konseptual yakni tentang bagaimana meletakkan seseorang atau

komunitas ke dalam tempat-tempat orang atau komunitas lain, atau sekurang-

kurangnya membagi pikiran, perasaan, masalah, rasa simpatik dan lain-lain dalam

sebuah proses komunikasi (antarbudaya). Melihat pengertian tersebut dikatakan

bahwa identitas seseorang atau komunitas cenderung beradaptasi dengan struktur

budaya dan struktur sosial yang hidup disekitarnya. Menurut Liliweri (2003),

pengertian identitas sosial, terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu

kelompok kebudayaan. Tipe kelompok itu antara lain umur, gender, kerja, agama,

kelas sosial, tempat dan seterusnya. Identitas sosial merupakan identitas yang

diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu yang lama.

Dengan demikian seseorang dapat membedakan sekelompok orang dengan

kelompok orang yang lain melalui kelompok umur lalu kita menetapkan ciri-ciri

perilaku mereka berdasarkan usia tua atau muda. Kita mengatakan kalau orang-

orang muda umumnya bernafsu besar, sebaliknya orang tua lebih sabar, lebih

bijaksana dan lebih lambat.

Hasil penelitian Prasetyo (2011), identitas merupakan suatu pencirian dari

komunitas budaya yang dijadikan sebagai simbol dari komunitas itu sendiri. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian Yang (2010) yang mengungkapkan bahwa

identitas berkaitan dengan simbol dari kehidupan bermasyarakat yang dianggap

penting untuk menunjukkan kepada orang lain di luar anggota masyarakat. Dalam

pembentukan identitas suatu budaya atau kelompok (komunitas) memang

berkaitan dengan simbol-simbol yang dibuat oleh mereka sendiri sebagai suatu

ciri khas yang melekat oleh suatu komunitas. Berdasarkan hal tersebut, menurut

Cole (2007) dalam sebuah jurnalnya menyatakan bahwa identitas merupakan

Page 25: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

12

suatu pencirian diri atau komunitas dengan tetap mempertahankan apa yang

mereka miliki terutama kebudayaan yang ada.

Identitas Kolektif

Identitas pada masa kini memiliki keberagaman yang diperoleh dari kelas

sosial, ras, kebangsaan, gender, dan sebagainya yang dapat menyebabkan konflik

dalam menentukan posisi suatu individu dan mengarah kepada identitas yang

sudah terbentuk. Menurut Appiah dikutip oleh Utami (2012), di dalam diri

manusia terdapat dua jenis identitas, yaitu identitas individual dan identitas

kolektif. Appiah mencari semacam keseimbangan antara identitas individu dengan

identitas kolektif, sehingga manusia tidak hanya melihat berdasarkan identitas

kolektifnya saja (ras, agama, budaya, seksualitas dan kebangsaan). Namun

identitas kolektif memiliki perbedaan dengan dimensi personal. Identitas kolektif

berperan lebih besar dibesar peranannya dalam hubungan sosial yang terjadi di

dalam masyarakat. Identitas kolektif berperan dalam pembentukan identitas

seperti ras, gender, budaya, dan kebangsaan.

Berbicara mengenai identitas kolektif, pasti tidak akan terlepas dari suatu

individu dan kelompok yang membentuknya. Menurut Appiah dikutip oleh Utami

(2012) identitas kolektif merupakan identitas yang berasal dari suatu kelompok

namun dirasakan dan dimiliki oleh setiap individu yang bertujuan untuk

memperjelas dan memudahakan individu tersebut dalam berinteraksi dengan

individu lain maupun kelompok. Misalnya seseorang dengan identitas beragama

Islam, berasal dari suku Jawa, berjenis kelamin laki-laki dan berkebangsaan

Indonesia. Agama, suku, jenis kelamin, dan kebangsaan yang dimilikinya adalah

identitas kolektif yang menjadi bagian dan kebangsaan yang dimilikinya.

Identitas kolektif dapat dibentuk pula berdasarkan motivasi seseorang. Hal

ini dapat dilakukan dengan mengadopsi teori motivasi dari Deaux (2001) dalam

identitas sosial yang menyatakan bahwa dorongan kuat dari dalam diri untuk

menentukan apa yang individu inginkan di dalam suatu kelompok sosial. Motivasi

juga dapat menentukan bagaimana seseorang dapat menempatkan dirinya di

dalam suatu kelompok dan seberapa besar peranan mereka dalam kelompok

tersebut. Hal ini sejalan dengan penilitian Ambayoen (2006) yang menyatakan

bahwa komunitas adat masih memiliki identitas kolektif yang tinggi dimana

mereka masih menjunjung tinggi adat istiadat. Masyarakat Tengger pada

penelitian ini adalah masyarakat adat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat.

Meskipun daerah ini telah menjadi tempat pariwisata yang banyak dikunjungi

wisatawan asing ataupun domestik, namun tidak merubah pola pikir mereka untuk

meninggalkan adat istiadat yang mereka miliki. Motivasi mereka dalam hal ini

adalah agar adat istiadat mereka tidak luntur dan hilang karena adanya pengaruh

dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa identitas kolektif masyarakat Tengger

masih sangat kuat. Terbukti dari masih banyaknya anggota adat yang menjalankan

adat istiadat tanpa memikirkan bagaimana adat istiadat tersebut membuat mereka

tertinggal dengan dunia moderen.

Kerangka Penelitian

Keaslian kebudayaan saat ini memiliki kontribusi besar di dalam masyarakat

tradisional yang masih memegang kuat adat istiadat. Keaslian budaya berupa adat

Page 26: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

13

yang telah ditentukan oleh para leluhur mereka yang diyakini sebagai pedoman

hidup yang masih mereka jalankan hingga sekarang. Berdasarkan hasil riview

pustaka, dinyatakan bahwa keaslian budaya memiliki hubungan dengan

pembentukan identitas suatu komunitas. Apabila suatu keaslian budaya tetap

terjaga maka identitas komunitas di dalamnya dapat terbentuk dan bertahan

meskipun berada dalam sebuah jaman yang moderen. Melalui penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui hubungan antara keaslian suatu masyarakat adat dengan

pembentukan identitas komunitasnya yang dilihat berdasarkan motivasi mereka

untuk tetap menjaga keaslian budaya yang dimiliki.

Pada penelitian ini variabel yang diuji hubungannya yaitu variabel

karakteristik, variabel ketaatan terhadap adat, dan variabel pembentukan identitas

komunitas. Variabel karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jenis kelamin. Karakteristik

individu dihubungkan dengan ketaatan terhadap adat dan pembentukan identitas

komunitas (identitas pribadi, identitas sosial, dan identitas kolektif). Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Anjartika (2013) menjelaskan bahwa potensi

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh karakteristik

individu di daerah asal tersebut. Karateristik individu tersebut meliputi usia,

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. Variabel ketaatan terhadap

adat yang dilihat frekuensi anggota adat melaksanakan adat istiadat, dihubungkan

dengan variabel pembentukan identitas komunitas (identitas pribadi, identitas

sosial, dan identitas kolektif).

Adapun keterkaitan antar variabel-variabel tersebut tersaji dalam kerangka

pemikiran dibawah ini :

Keterangan : : Berhubungan

Gambar 1 Kerangka penelitian keaslian Kampung Naga dalam

pembentukan identitas masyarakat adat

Pembentukan Identitas

Masyarakat Adat :

1. Identitas pribadi

2. Identitas Sosial

3. Identitas Kolektif

Karakteristik Individu :

1. Usia

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

4. Jenis Kelamin

Ketaatan Terhadap Adat :

- Frekuensi melaksanakan

adat

Page 27: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

14

Hipotesis

Adapun hipotesis pengarah yang membantu peneliti dalam mengarahkan

dan memudahkan pencarian data dan proses pengujian hipotesis, antara lain:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu denga ketaatan terhadap

adat.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan pembentukan

identitas Kampung Naga.

3. Terdapat hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan pembentukan

identitas Kampung Naga

Definisi Operasional

1. Karakteristik individu merupakan faktor internal individu masyarakat

Kampung Naga yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku mereka.

Karakteristik individu terbagi menjadi empat variabel yaitu :

a. Usia merupakan lamanya hidup masyarakat Naga hingga saat ini.

Pembagian usia pada penelitian ini, dibagi berdasarkan adat

masyarakat Naga yaitu remaja (13-18 tahun), dewasa awal (19- 34

tahun) dan dewasa tua (≥ 35 tahun). Usia tersebut diberi kode yaitu

remaja = 1, dewasa awal = 2 dan dewasa tua = 3. Data ini termasuk

dalam skala ordinal.

b. Jenis Kelamin merupakan identitas biologis masyarakat Naga yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin tersebut diberi kode

yaitu laki-laki = 1, dan perempuan = 2. Data ini termasuk dalam skala

nominal.

c. Tingkat Pendidikan merupakan jenis pendidikan sekolah tertinggi yang

dirasakan oleh masyarakat Naga yang terbagi kedalam tiga katagori

yaitu SD, SMP, dan SMA. Ketiga kategori tersebut diberi kode yaitu

SD = 1, SMP = 2, dan SMA = 3. Data ini termasuk dalam skala ordinal.

d. Jenis pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakuakan sehari-hari oleh

masyarakat Naga untuk mendapatkan keuntungan material untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada penelitian ini, jenis

pekerjaan yang ada di Kampung Naga beserta pengkodeannya terbagi

menjadi tujuh yaitu tidak bekerja = 1, petani = 2, penjaga toko = 3,

pemandu wisata = 4, wiraswasta = 5, dan pengrajin = 6. Data ini

termasuk dalam skala nominal.

2. Keaslian masyarakat adat merupakan suatu bentuk tindakan masyarakat

Naga yang mencerminkan ketaatan terhadap adat. ketaatan terhadap adat

diukur dari frekuensi mereka dalam melaksanakan adat. Ketaatan terhadap

adat melihat bagaimana ketaatan tiap individu Naga untuk melaksanakan

adat istiadat yang mereka miliki. Ketaatan tersebut diukur dengan

menggunakan skala ordinal, dan indikator yang digunakan dalam

pengukuran keaslian masyarakat Naga dengan tidak pernah melakukannya

adalah “1”, jarang melakukannya adalah “2”, sering melakukan adalah

“ 3”, dan selalu melakukan adalah “4”, maka pengkategorian frekuensi

melakukan adat, tinggi, sedang, rendah adalah sebagai berikut :

Page 28: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

15

- Lemah : jika skor total berjumlah 1,71 - 2,37

- Sedang : jika skor total berjumlah 2,38 - 3,04

- Kuat : jika skor total berjumlah 3,05 - 3,71

3. Pembentukan identitas kampung adat adalah proses pencirian yang khas

dari komunitas Naga yang terjadi akibat adanya sebuah aktivitas yang

memperlihatkan bagaimana masyarakat Kampung Naga mengetahui diri

mereka masing-masing sebagai individu dari Kampung Naga sehingga

menghasilkan identitas masyarakat Naga. Pembentukan identitas

Kampung Naga diukur menggunakan kuesioner dari empat variabel yaitu

pembentukan identitas pribadi, pembentukan identitas sosial dan

pembentukan identitas kolektif dengan menggunakan skala ordinal dan

pengkodeannya yaitu tidak pernah melakukannya adalah “1”, jarang

melakukannya adalah “2”, sering melakukan adalah “ 3”, dan selalu

melakukan adalah “4”. Skor untuk masing-masing variabel jika

dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan

jika dikategorikan rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel

sebagai berikut :

a. Pembentukan identitas pribadi yaitu proses penentuan diri pada setiap

individu masyarakat Naga tentang apa yang ia inginkan untuk masa

depannya yang didorong dari motivasi mereka dalam hal mewujudkan

cita-cita. Diukur dengan menggunakan tujuh pernyataan pada

kuesioner dengan skala ordinal tidak pernah melakukannya adalah

“1”, jarang melakukannya adalah “2”, sering melakukan adalah “3”,

dan selalu melakukan adalah “4”. Dikategorikan tinggi, sedang,

rendah dengan indeks sebagai berikut :

1. Lemah : jika skor rata-rata antara 2,29 - 2,72

2. Sedang : jika skor rata-rata antara 2,73 - 3,16

3. Kuat : jika skor rata-rata antara 3,17 - 3,57

b. Pembentukan identitas sosial adalah proses dimana kita

mendefinisikan diri kita dalam istilah dan kategori yang dibagikan

dengan orang lain pembentukan suatu identitas diri sebagai

masyarakat Kampung Naga di lingkungan sosialnya yang didorong

dari motivasi mereka dalam hal bagaimana mereka menempatkan diri

mereka di lingkungan sosial seperti bagaimana mereka bertingkah

laku didepan orang lain, tanggapan orang lain terhadap dirinya.

Diukur dengan menggunakan enam perrnyataan pada kuesioner

dengan skala ordinal tidak pernah melakukannya adalah “1”, jarang

melakukannya adalah “2”, sering melakukan adalah “3”, dan selalu

melakukan adalah “4”. Dikategorikan tinggi, sedang, rendah dengan

indeks sebagai berikut :

1. Lemah : jika skor rata-rata antara 2,33 - 2,89

2. Sedang : jika skor rata-rata antara 3,00 - 3,56

3. Kuat : jika skor rata-rata antara 3,57- 4,00

Page 29: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

16

c. Pembentukan identitas kolektif adalah proses penentuan diri dalam

suatu kelompok namun dirasakan dan dimiliki oleh setiap individu

masyarakat Naga yang bertujuan untuk memperjelas dan

memudahakan individu tersebut dalam berinteraksi dengan individu

lain maupun kelompok, yang didorong dari motivasi mereka di dalam

mengetahui identitas mereka di Kampung Naga. Diukur dengan

menggunakan delapan perrnyataan pada kuesioner dengan skala

ordinal tidak pernah melakukannya adalah “1”, jarang melakukannya

adalah “2”, sering melakukan adalah “3”, dan selalu melakukan adalah

“4”. Dikategorikan tinggi, sedang, rendah dengan indeks sebagai

berikut :

1. Lemah : jika skor rata-rata antara 3,00 - 3,33

2. Sedang : jika skor rata-rata antara 3,34 - 3,67

3. Kuat : jika skor rata-rata antara 3,68 - 4,00

Page 30: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

METODE

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan

dengan metode survei terhadap responden. Penelitian survei merupakan penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 1989). Sementara

metode kualitatif dilakukan melalui metode wawancara mendalam kepada

informan. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai

karakteristik individu masyarakat Naga, ketaatan setiap individu Naga dalam

melaksanakan adat, dan pembentukan identitas Kampung Naga. pendenkatan

kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari

infroman mengenai adat istiadat Kampung Naga.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini meneliti tentang pembentukan identitas kampung adat.

Tempat penelitian yang dipilih adalah Kampung Naga yang merupakan kampung

adat yang berada Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya,

Jawa Barat (lihat Lampiran 1). Pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa

pertimbangan: (1) Lokasi tersebut sesuai dengan topik penelitian dimana lokasi

tersebut terdapat komunitas yang memiliki keunikan dalam realitas sosial dimana

lokasi tersebut memiliki tantangan dalam mempertahankan kultur budayanya

seiring dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, (2) Kampung Naga telah

menjadi salah satu Tourism Oriented sehingga menarik untuk dikaji proses

pembentukan identitas komunitas di dalamnya (lihat Lampiran 7).

Teknik Sampling

Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi

dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun

dan Effendi 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota

masyarakat adat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten

Tasikmalaya Jawa Barat. Karakteristik populasi di Kampung Naga menunjukkan

masyarakat yang masih memegang kuat adat istiadat namun mereka terbuka

dengan dunia luar dan menerima segala sesuatu yang baru. Ranah yang diteliti

adalah tentang keaslian masyarakat Naga yang tercermin dari norma-adat yang

mereka miliki sehingga, populasi sasaran dan unit analisisnya dalam penelitian ini

adalah individu masyarakat Naga baik laki-laki ataupun perempuan menurut usia

yang dikelompokan berdasarkan adat Naga. Unit analisis dalam penelitian ini

adalah individu.

Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan melalui teknik simple

random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga

tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan

Page 31: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

18

yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi 1889). Jumlah

populasi sampling pada penelitian ini berjumlah 230 orang (lihat Lampiran 2).

Dari populasi tersebut terbentuklah kerangka sampling yang terpilah menurut

jenis kelamin dan pembagian usia berdasarkan adat, yaitu anggota adat laki-laki

sebanyak 117 orang dan anggota adat perempuan sebanyak 113 orang, yang

berusia 13 tahun keatas. Kemudian ditentukan sampel penelitian yang berjumlah

35 responden, yang terdiri atas 18 orang responden laki-laki dan 17 orang

responden perempuan. Pengambilan responden tersebut dipilih karena responden

yang diambil bersifat homogen, dimana mereka sama-sama menjadi anggota adat

Naga tanpa melihat strata/tingkatan sosial di Kampung Naga. Untuk mendapatkan

jawaban dari responden, peneliti harus mengahampiri masing-masing masyarakat

Naga ke rumahnya.

Pada pendekatan kualitatif, sumber data yang diperoleh mengenai Kampung

Naga berasal dari wawancara mendalam dengan informan. Informan yang dipilih

adalah ketua himpunan wisata Kampung Naga, sesepuh Kampung Naga, Punduh

dan Lebe’ adat Naga serta Kepala Desa Neglasari. Pemilihan informan dilakukan

secara purposive. Wawancara dengan pihak-pihak tersebut dilakukan dengan

sengaja tanpa ada janji terlebih dahulu dan dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara mendalam (lihat Lampiran 4).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari

kuesioner dan wawancara. Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh

melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

Kampung Naga serta data demografi penduduk. Pengumpulan data kuantitatif

dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat Naga menggunakan

kuesioner (lihat Lampiran 3). Sementara untuk pengumpulan data kualitatif

dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan yang dipilih dengan

menggunakan panduan pertanyaan (lihat Lampiran 4). Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari profil Desa Neglasari, Kabupaten

Tasikmalaya, Jawa Barat dan gambaran umum lokasi penelitian serta informasi

yang berhubungan dengan Kampung Naga.

Teknik Analisis Data

Data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner diolah secara statistik

deskriptif. Selanjutnya data tersebut dipindahkan kedalam Microsoft Excel 2007

yang telah disiapkan. Data-data tersebut nantinya akan diolah menggunkan SPSS

16.0 for Windows. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Data yang dianalisis secara statistik

deskriptif yaitu variabel karakteristik individu masyarakat Naga seperti usia,

tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan, variabel ketaatan terhdap

adat yaitu ketaatan terhadap adat, serta variabel pembentukan identitas yaitu

identitas pribadi, identitas sosial dan identitas kolektif.

Pengujian hubungan yang menggunakan pengujian antara karakteristik

individu seperti usia dan tingkat pendidikan terhadap ketaatan terhadap adat serta

Page 32: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

19

terhadap pembentukan identitas Kampung Naga dianalisis dengan menggunakan

rank Spearman. Sementara itu, untuk variabel karakteristik individu seperti jenis

kelamin dan jenis pekerjaan terhadap ketaatan terhadap adat serta terhadap

pembentukan identitas Kampung Naga dianalisis dengan menggunakan Chi-

Squere.

Di dalam suatu penelitian disebutkan bahwa untuk melihat keeratan

hubungan suatu variabel maka dilihatlah nilai korelasinya. Hal ini dijelaskan oleh

Hasan (2009), bahwa koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk

mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah

hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1.

Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+)

dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel

berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga

naik/turun. Jika koefisien berkorelasi bernilai negatif maka variabel-variabel

berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan

turun/naik.

Hubungan Chi-Square diinterpretasikan pada pandangan Siegel (1985)

menyatakan bahwa, nilai-nilai yang biasa digunakan untuk p-value adalah 0.05

dan 0.01. Seorang peneliti mungkin menetapkan untuk bekerja pada tingkat 0.05

tetapi seorang pembaca boleh jadi tidak mau menerima penemuan yang tidak

signifikan pada tingkat 0.01, 0.005, atau 0.001, sementara pembaca lain mungkin

tertarik dengan penemuan yang mencapai tingkat 0.08 atau 0.10, sehingga seorang

peneliti dapat menggunakan salah satu dari nilai-nilai probabilitas tersebut.

Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 persen

atau pada taraf nyata 0.1, dengan tingkat kepercayaan 90 persen.

Pengambilan keputusan tentang suatu hipotesis, peneliti dapat berbuat dua

macam kesalahan. Pertama adalah menolak hipotesis yang benar. Kesalahan

kedua yang dapat dilakukan ialah peneliti menerima hipotesis yang salah. Untuk

mengetahui sampai manakah hipotesis dapat diterima atau harus ditolak maka

secara statistik dapat dihitung tingkat signifikansinya. Bila peneliti lebih dahulu

menentukan signifikansi atau tingkat kepercayaan 0,05 untuk menolak suatu

hipotesis, maka kemungkinan 5 persen bahwa peneliti membuat kesalahan dalam

keputusan menolak. Bila peneliti meneruskan tingkat signifikansi 0,10 maka

kemungkinan mengambil keputusan yang salah adalah 10 persen dan seterusnya

Nasution (2003).

Page 33: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 34: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

KAMPUNG NAGA SEBAGAI KAMPUNG ADAT

Kondisi Geografis

Kampung Naga merupakan salah satu kampung di wilayah Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, dengan luas wilayah 1.5 hektar. Luas

wilayah tersebut hanya digunakan untuk pemukiman saja. Dilihat dari topografi

dan kontur tanah, Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu secara

umum berupa berbukit cukup curam, kepadatn tanah relatif stabil, kondisi tanah

subur dan curah hujan cukup banyak. Kampung Naga terdiri dari satu Rukun

Tetangga (RT). Perkampungan masyarakat Naga sendiri berada di suatu lembah

dengan batas-batasan yang mengelilinginya yaitu sebelah Utara Desa Cigalon,

sebelah Selatan adalah Bukit dan jalan raya Tasikmalaya-Garut, sebelah Timur

sungai Ciwulan, sebelah Barat adalah hutan keramat dan bukit Naga.

Kampung Naga dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi,

baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Keberadaan Kampung Naga berada

di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Garut dan Tasikmalaya.

Bila menempuh perjalanan dari Kabupaten Tasikmalaya ke arah barat, maka jarak

yang ditempuh kurang lebih 30 km, dari Kabupaten Garut ke arah timur jarak

yang harus ditempuh kurang lebih 26 km, dan dari ibukota provinsi Jawa Barat,

jarak yang harus ditempuh kurang lebih 106 km. Setelah melalui jalan tersebut

barulah tiba di pelataran parkiran Kampung Naga yang cukup luas. Pintu masuk

Kampung Naga yang memiliki pelataran parkiran yang cukup luas. Setelah

menyusuri pelataran parkiran Kampung Naga, perjalanan menuju pemukiman

masyarakat Kampung Naga dimulai dari menyusuri anak tangga yang berjumlah

335 buah. Setelah itu dengan menyusuri jalanan setapak yang berada di pinggiran

sungai, sampailah di perkampungan masyarakat Naga.

Kondisi Demografi dan Sosial

Kampung Naga terdiri dari satu RW dan satu RT dengan jumlah keluarga

sebanyak 108 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 316

jiwa pada Tahun 2012. Banyaknya penduduk Kampung Naga relatif stabil, artinya

dari tahun ketahun tidak terjadi pertambahan penduduk yang cepat. Masyarakat

yang baru menikah, biasanya tidak membangun rumah lagi di Kampung Naga

melainkan pergi keluar Kampung Naga. Hal ini dilakukan karena lahan di

Kampung Naga sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan mereka

membangun bangunan rumah lagi.

Tabel 1 Persentase masyarakat Kampung Naga berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Persentase (%)

Laki-laki 51.43

Perempuan 48.57

Total 100.00

Tabel 1 memperlihatkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki

dan perempuan tidak berbeda jauh, dimana jumlah penduduk laki-laki di

Page 35: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

22

Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 159 orang

dengan persentase sebesar 51.43 persen, dan penduduk yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 157 orang dengan persentase sebesar 48.57 persen.

Berdasarkan hal tersebut, jumlah laki-laki masih lebih banyak dibandingkan

perempuan, namun perbedaannya tidak begitu signifikan. Jika dilihat dari

peranannya, laki-laki dan perempuan di Kampung Naga memang berbeda. Peran

dalam hal adat memperlihatkan bahwa, laki-laki lebih menonjol dibandingkan

peran perempuan. Laki-laki dijadikan simbol pemimpin di Kampung Naga,

sehingga segala perkataannya harus ditaati.

Tabel 2 Persentase pekerjaan di Kampung Naga

Jenis pekerjaan Persentase (%)

Tidak bekerja 17.14

Petani 37.14

Penjaga toko 5.71

Pemandu wisata 11.44

Wiraswasta 5.71

Pengrajin 22.85

Total 100.00

Tabel 2 memperlihatkan jenis pekerjaan yang ada di Kampung Naga

berdasarkan populasi sampling. Jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki

adalah pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 37.14 persen. Mata pencaharian

utama masyarakat Kampung Naga memang berasal dari sektor pertanian,

khususnya pertanian organik. Menjadi seorang petani adalah salah satu pekerjaan

turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Naga. Pekerjaan ini masih digeluti

hingga sekarang meskipun, ada pekerjaan-pekerjaan sampingan yang mereka

lakukan. Namun setelah masuknya ilmu pengetahuan yang diikuti dengan

banyaknya kunjungan yang dilakukan wisatawan baik domestik ataupun

mancanegara ke Kampung Naga, maka sebagian mata pencaharian masyarakat

menjadi berubah. Banyak masyarakat Naga yang beralih profesi sebagai pemandu

wisata, pedagang, pengrajin dan lainnya. Sekarang Kampung Naga menjadi salah

satu kampung yang sumber penghasilan masyarakatnya berasal dari sektor non

pertanian. Mayoritas masyarakatnya bekerja di luar Kampung Naga atau merantau.

Walaupun demikian, masyarakat yang tinggal di Kampung Naga, mayoritas

memiliki profesi sebagai petani. Pekerjaan lain yang ditekuni oleh masyarakat

Kampung Naga selain menjadi petani yaitu menjadi pengrajin anyaman bambu,

pemandu wisata, penjaga toko, dan wiraswasta.

Tabel 3 Persentase pendidikan di Kampung Naga

Jenis pendidikan Persentase (%)

SD 85.7

SMP 11.4

SMA 2.9

Total 100.0

Tabel 3 memperlihatkan pendidikan masyarakat Naga berdasarkan populasi

sampling. Tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Naga

Page 36: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

23

adalah tamatan SD sebesar yaitu sebesar 85.7 persen. Hal ini disebabkan karena

kurangnya sarana dan prasaran pendidikan, sehingga membuat masyarakat

Kampung Naga sebagian besar hanya tamatan SD saja. Selain itu faktor utama

yang menjadi kendala mereka adalah faktor keuangan. Kemampuan yang terbatas

untuk melanjutkan sekolah, menjadikan mereka memutuskan untuk berhenti dan

melanjutkannya dengan membantu orang tua bekerja. Tamatan SMP dan SMA,

hanya dirasakan sebagian masyarakat. Meski begitu, ada pula sebagian kecil yang

mendapatkan pendidikan hingga sarjana.

Tabel 4 Persentase usia di Kampung Naga

Usia Persentase (%)

Remaja 17.14

Dewasa Awal 25.86

Dewasa Tua 60.00

Total 100.00

Tabel 4 memperlihatkan usia Di Kampung Naga berdasarkan pupulasi

sampling. Usia yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Naga yaitu usia

dewasa tua. Hal ini dikarenakan masyarakat Naga yang memiliki usia dewasa tua

yaitu orang-orang yang memiliki usia 35 tahun keatas, memilih untuk menetap di

Kampung Naga. Mereka menggap bahwa diri merekalah yang harus menjaga

tanah leluhur dan menjalankan adat istiadat Kampung Naga. Pada usia tersebut,

seseorang telah dianggap dewasa secara adat, sehingga mereka mampu dan

memahami adat istiadat yang ada di Kampung Naga. Sementara sebagian besar

usia remaja dan dewasa awal berada di luar Kampung Naga untuk keperluan

pekerjaan ataupun pendidikan.

Menilik agama yang dianut oleh masyarakat Naga, agama Islam adalah

agama mayoritas yang menjadi kepercayaan masyarakat Naga. Sunda merupakan

etnik dominan yang mereka miliki. Oleh karena itu, masyarakat di desa ini dapat

disebut masyarakat mono-religi dan mono-etnik. Mono-religi dan mono-etnik

menjadi ciri khas masyarakat Sunda khususnya masyarakat Naga. Pencirian

tersebut ditandai dengan adanya tempat peribadatn berupa masjid kecil yang

terletak dialun-alun Kampung Naga.

Pemerintahan di Kampung Naga dibagi menjadi dua yaitu formal dan

informal. Pemerintahan formal seperti Ketua RT, Ketua RW, Kepala desa atau

punduh desa dipilih langsung oleh masyarakat dan memiliki masa jabatan lima

tahun. Sementara pemerintahan informal di Kampung Naga dibagi menjadi tiga

yaitu Kuncen, Lebe, dan Punduh. Masing-masing dari mereka memiliki masa

jabatan seumur hidup dan tidak dipilih oleh masyarakat, jabatan tersebut didapat

secara turun temurun/satu garis keturunan. Kuncen atau kepala adat merupakan

pemimpin adat (pemimpin informal) yang sangat dihormati dan disegani oleh

masyarakat Naga. Keberadaan kuncen di yakini dapat memimpin masyarakat

Naga dengan baik dan bijak sesuai dengan adat yang berlaku. Selain itu Kuncen

memiliki tugas untuk memimpin upacara adat dan acara-acara adat yang lainnya.

Lebe merupakan salah seorang pemimpin adat yang bertugas untuk mengurusi

keagamaan seperti mengurus jenazah dari awal pemandiannya hingga pemakaman.

Punduh merupakan salah seorang pemimpin adat yang betugas untuk mengayomi

Page 37: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

24

masyarakat Naga agar tetap berpegang pada adat istiadat yang telah diturunkan

oleh leluhur mereka.

Pelapisan sosial dalam masyarakat adat merupakan perbedaan status sosial

yang didasarkan dari kekayaan dan jabatan. Namun hal ini tidak terjadi di

Kampung Naga. Masyarakat Naga tidak pernah memperlihatkan status sosial

mereka kepada khalayak ramai. Mereka memandang, diri mereka adalah satu

bagian sehingga tidak ada yang kaya ataupun miskin. Namun jika diamati dan

dianalisis secara mendalam, maka masyarakat Naga dapat digolongkan menjadi

masyarakat golongan atas, menengah dan juga bawah. Standar dari penggolongan

ini ialah kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kekayaan ini dapat dilihat dari

kepemilikan tanah yang ada, kepemilikan kendaraan dan letak rumah di dalam

pemukiman masyarakat Naga. Namun, hal yang paling mendasar dalam

pembedaan golongan tersebut adalah kepemilikan tanah. Orang-orang yang

memiliki tanah sendiri dan tanah tersebut dijadikan lahan pertanian maka mereka

akan cenderung mempekerjakan orang lain untuk mengurus tanahnya dan

mendapatkan bagian dari hasil panen. Di saat yang bersamaan, orang tersebut

mencari pekerjaan lain lagi untuk juga memenuhi kebutuhan hidupnya. Golongan

atas biasanya juga merupakan orang-orang yang memiliki pendidikan cukup, para

pemuka agama maupun pamong desa. Golongan menengah, biasanya mereka

yang bekerja berdagang atau wiraswasta, dengan pendidikan yang terbatas.

Golongan bawah adalah mereka yang mengerjakan tanah orang lain serta kurang

memiliki pendidikan.

Pola Kebudayaan Masyarakat Naga

Kampung Naga adalah salah satu kampung adat yang berada di Jawa Barat.

Sejarah dari Kampung Naga sendiri tidak banyak yang tahu sebab masyarakat asli

Naga pun tidak tahu kapan Kampung Naga ini ada. Asal usul masyarakat

Kampung Naga dapat terkuak apabila sejarah nenek moyang mereka yang ditulis

di atas daun lontar dan salah satu piagamnya yang terbuat dari tembaga, masih

utuh. Namun lempengan tersebut dipinjam oleh Pemerintahan Hindi Belanda di

Batavia (Jakarta) dan tidak dikembalikan lagi. Pemerintah Hindi Belanda hanya

mengembalikan duplikat dari lempengan tersebut yang tebuat dari tembaga.

Benda-benda pusaka yang tersisa pada saat itu, diharapkan bisa mengungkap

sejarah masa lalu dan asal usul leluhur mereka, namun benda-benda pusaka

tersebut dan seisi Kampung Naga, telah habis terbakar api dikerenakan adanya

pemberontakan gerombolan DI/TII Kartosuwirjo. Peristiwa tersebut terjadi pada

tahun 1956, dimana pada saat itu Tasikmalaya dan beberapa wilayah lainnya di

Priangan Timur pernah dijadikan basis pertahanan DI/TII di Jawa Barat. Di

daerah tersebut, kemanan dan dan kenyaman tidak lagi terjaga. Musnahnya

benda-benda pusaka akibat dibakar oleh DI/TII pada saat itu, membuat

masyarakat Kampung Naga kehilangan seluruh aset dan harta yang mereka miliki.

Setelah peristiwa itu terjadi, kini masyarakat Kampung Naga menyatakan bahwa

mereka sudah “pareumeun obor”.

Kampung Naga merupakan kampung adat yang masih mempertahankan

keaslian budaya. Keaslian budaya tersebut ditandai dari adat istiadat yang masih

kental, upacara adat, bentuk bangunan, kelestarian alam, pola pikir dan hubungan

interpersonal yang sangat baik. Keaslian tersebut masih tetap dijaga oleh

Page 38: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

25

masyarakat pengikutnya dengan penuh keyakinan dan selalu memathu adat

istiadat yang terlah diturunkan oleh nenek moyang mereka, sehingga adat istiadat

tersebut dijadikan pedoman bagi kehidupan mereka. Hal ini menjadikan Kampung

Naga memiliki ciri khas tersendiri sebagai salah satu kampung adat di Jawa Barat.

Adat istiadat yang ada di Kampung Naga merupakan suatu aturan yang

sangat sakral sehingga harus dijalani dengan baik. Meskipun hukum adat tidak

berlaku di Kampung Naga, namun masyarakat Naga tetap menjalankan adat

istiadat tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat Naga sangat menghormati

leluhur mereka. Adat istiadat yang berlaku di Kampung Naga meliputi ada hari-

hari tertentu yang sangat ditabukan untuk orang Naga menceritakan sejarah

Kampung Naga yaitu hari selasa, rabu, dan sabtu serta pada saat bulan Safar dan

bulan suci Ramadhan, mempertimbangkan hari baik jika ingin melaksanakan

upacara pernikahan, mengikuti setiap perkataan sesepuh/orang tua, tidak

diperbolehkan memasuki bumi ageung, menanam padi sesuai dengan adat istiadat,

dan tidak diperbolehkan pergi ke sawah dihari dimana orang tua mereka

meninggal serta setiap tanggal 1 bulan Islam. Semua adat istiadat yang telah

ditentukan tersebut, masih dijalankan oleh seluruh masyarakat Naga tanpa adanya

pengecualian.

Upacara adat di Kampung Naga merupakan upacara yang sakral dan harus

dilakukan oleh setiap individu yang bersesuaian dengan adat. Upacara adat yang

ada dan masih dijalankan hingga kini meliputi upacara hajat sasih, upacara

“Gusaran”, upacara pernikahan, dan upacara panen. Upacara hajat sasih

merupakan upacara terbesar yang ada di Kampung Naga dengan kegiatan

berziarah kubur ke makam leluhur mereka yaitu “Sembah Dalem Eyang

Singaparna”. Upacara ini merupakan upacara ritual yang agenda pelaksanaannya

diselenggarakan secara tetap. Upacara tersebut berlangsung enam kali dalam

setahun dengan waktu yang telah ditetapkan dan tidak boleh diubah. Alternatif

waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan Muharam, tanggal 26, 27, atau 28,

bulan Maulud, tanggal 12, 13, atau 14, bulan Jumadil Akhir, tanggal 14, 15, atau

16, bulan Ruwah, tanggal 14, 15, atau 16, bulan Syawal, tanggal 1, 2, atau 3 dan

terakhir bulan Rayagung, tanggal 10, 11,atau 12. Adanya alternatif waktu

penyelenggaraan tersebut, bukan berarti upacara hajat sasih diselenggarakan

selama tiga hari berturut-turut, pelaksanaan dipilih berdasarkan waktu yang

memungkinkan (Suganda 2006). Upacara gusaran sama artinya dengan upacara

khitanan. Didalam lingkungan masyarakat Naga, khitanan dilakukan secara

massal bersamaan dengan masyarakat Sanaga. Oleh karena itu, jumlah pesertanya

bisa mencapai lebih dari 30 anak. Uniknya, mereka harus berpasangan dengan

anak wanita, maka jumlahnya bisa mencapai dua kali lipat. Akan tetapi tidak

semua diantara mereka memiliki kesiapan mengikuti upacara tersebut. Orang tua

harus membujuk dengan janji-janji agar hati anaknya luluh. “Mun daek, engke ku

ema dibelikeun momobilan”, kata seorang ibu yang membujuk anaknya yang baru

berusia lima tahun. Jika tidak, maka orang tua belum bisa membayangkan apakah

upacara gusaran bisa dilaksanakan lagi tahun depan. Upacara pernikahan

masyarakat Naga, prinsipnya tidak banyak berbeda dengan masyarakat lainnya

yang tinggal di luar Kampung Naga. artinya, sebelum pasangan melangsungkan

akad nikah, mereka terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan administrasi.

Akad nikah dilangsungkan berdasarkan aturan islam dan sederhana. Hal ini

dilakukan selain karena pertimbangan ekonomi, mereka juga tidak mungkin

Page 39: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

26

menyelenggarakan secara besar-besaran mengingat keterbatasan lahan di

pemukimannya. Oleh karena itu, mereka yang diundang sangat terbatas yaitu

hanya keluarga terdekat. Rangkaian upacaranya meliputi nanyaan, ngalamar, dan

mawakeun setelah itu dilanjutkan dengan nyawer. Terakhir adalah upacara panen.

Upacara ini dilakukan setiap kali panen padi dengan tujuan sebagai rasa syukur

kepada Tuhan atas nikmat dan anugrah-Nya. Namun pada upacara ini, masyarakat

Naga melakukannya sendiri-sendiri.

Gambar 2 Upacara hajat sasih di Kampung Naga

Bentuk bangunan di Kampung Naga merupakan bentuk bangunan panggung

yang sangat unik. Dengan letak membujur ke arah utara-selatan, dari kejauhan

sudah terlihat atap bangunanan bagai deretan trapesium yang memanjang dengan

warna hitam. Letak bangunan-bangunan tersebut saling berhadap-hadapan dan

tidak boleh membelakangi bagian depan rumah lainnya. Hampir seluruh bahan

bangunannya terbuat dari bahan-bahan lokal yang mudah didapat di daerah

setempat, kecuali beberapa bagian tertentu seperti paku dan kaca untuk daun

jendela. Sesuai dengan pikukuh leluhurnya, mereka tabu membangun rumah

tembok dengan atap genting, walaupun secara ekonomi memungkinkan. Atapnya

yang dilapisi ijuk berbentuk memanjang sehingga disebut suhunan panjang. Pada

bagian atap bangunan tersebut, meskipun bangunannya rapat tetapi bagian ujung

tidak boleh menutup atap bangunan rumah disebelahnya. Ujung atap bagian atas

dipasangi gelang-gelang yang terbuat dari sepasang bambu setinggi setengah

meter dari puncak atap, sehingga bentuknya menyerupai tanduk atau huruf “V”.

Bambu gelang-gelang itu kemudian dililit tambang ijuk lalu bagian atasnya

ditutup batok kelapa, sehingga terlindung dari terik matahari dan hujan. Gelang-

gelang merupakan simbol ikatan kesatuan dalam kepercayaan mereka terhadap

alam semesta dengan segenap isinya, dimana matahari bergerak dari timur ke

barat. Dindingnya berwarna putih dilabur kapur, dan sebagian besarnya dibiarkan

berwarna asli. Seperti dinding rumahnya, kusen jendela dan kusen pintu tidak

boleh dicat, kecuali agar bisa tahan lama. Atap yang berwarna hitam yang terbuat

dari ijuk, menghasilkan warna yang kontras yang membuat ciri sendiri dalam

bangunannya. Bagian dari rumah panggung ini dibagi menjadi lima yaitu tepas

imah, tengah imah, pangkeng, dapur dan goah, kolong imah, dan golodok

(Suganda 2006)

Page 40: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

27

Kampung Naga terkenal dengan pelestarian alamnya. Hal ini tercermin dari

adat yang mengatur tentang larangan menebang pohon sembarang. Di Kampung

Naga terdapat dua hutan yang sangat dijaga kelestariannya. Hutan terebut diberi

nama hutan keramat dan hutan larangan. Hutan keramat merupakan hutan yang

sangat mereka sakralkan dan tidak boleh sembarang orang memesuki hutan

tersebut. Hutan keramat ini hanya boleh dimasuki pada saat upacara Hajat Sasih

dilaksanakan untuk berjiarah kubur. Hutan ini berada di sebelah barat Kampung

Naga dan di dalamnya terdapat makam-makam para leluhur Kampung Naga.

Sedangkan hutan larangan yang berada di sebelah timur Kampung Naga yang

bersebrangan langsung oleh sungai Ciwulan adalah hutan yang tidak boleh sama

sekali dimasuki oleh siapapun. Tidak ada yang berani untuk memasuki hutan

tersebut dengan alasan “pamali”. Sebenarnya hal ini dilakukan untuk tetap

menjaga kelestarian hutan tersebut. Dengan membiarkan hutan tetap terjaga, maka

akan membantu mereka untuk tetap hidup bersama alam (Somantri 1998)

Gambar 3 Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga

Pola pikir masyarakat Naga sedikit berbeda dengan masyarakat tradisional

lainnya. Pola pikir mereka sedikit lebih maju namun tidak meninggalkan adat

istiadat. Pemikiran masyarakat Naga mengenai pentingnya pendidikan,

menjadikan mereka mengutamakan anak-anak mereka untuk bersekolah setinggi-

tingginya. Alasan utama mereka adalah agar kehidupan anak-anak mereka dapat

lebih baik dan meningkatkan kesejahteraannya. Namun hal ini tidak membuat

ketakutan akan lunturnya adat istiadat di dalam diri masyarakat Naga. Ajaran dan

perkataan sesepuh/orang tua selalu dijadikan acuan utama dalam menjalankan

hidup. Jadi meskipun anak-anak mereka memiliki pendidikan dan pekerjaan yang

tinggi, tapi adat istiadat yang telah ditanamkan sejak kecil tidak akan dilupakan.

Masyarakat Naga terkenal baik dalam melakukan interaksi sosial, dimana

masyarakat Naga memiliki hubungan dekat satu sama lain. Buktinya, bangunan

rumah yang serupa dan saling berhadapan membuat mereka setiap hari saling

berinteraksi. Masyarakatpun terbuka dengan orang luar, sehingga dapat dikatakan

ramah dan mudah dalam melakukan pendekatan. Kekerabatan dalam masyarakat

pun sangat tinggi, ditandai dengan masih adanya tenggang rasa yang tinggi antara

mereka. Setiap kegiatan besar yang akan diadakan di Kampung Naga ataupun di

luar Kampung Naga, mereka selalu membantu dan bergotong royong.

Page 41: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 42: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

KARAKTERISTIK MASYARAKAT NAGA, KETAATAN

TERHADAP ADAT, DAN IDENTITAS MASYARAKAT

KAMPUNG NAGA

Karakteristik Masyarakat Naga

Karakteristik individu masyarakat Naga merupakan faktor internal yang

dibagi kedalam empat variabel yaitu usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin.

Pertama akan dibahas adalah persentase jumlah usia yang dikelompokkan

kedalam usia remaja, dewasa awal, dan dewasa tua. Kedua akan dibahas

mengenai jenis kelamin. Ketiga akan dibahas mengenai jumlah dan persentase

tingkat pendidikan yang terdiri dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Keempat, akan

dibahas pekerjaan masyarakat adat Naga.

Tabel 5 Jumlah dan persentase karakteristik individu Naga menurut usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

Karakteristik Individu Jumlah (orang) Persentase (%)

Usia

Remaja ( 13-18 tahun) 5 14.29

Dewasa Awal (19-34 tahun) 6 17.14

Dewasa Tua (35-76 tahun)

Total

24

35

68.57

100.00

Jenis Kelamin

Laki-laki 18 51.43

Perempuan

Total

17

35

48.57

100.00

Tingkat Pendidikan

SD 30 85.70

SMP 4 11.40

SMA

Total

1

35

2.90

100.00

Jenis Pekerjaan

Tidak bekerja 6 17.20

Petani 13 37.10

Penjaga toko 2 5.70

Pemandu wisata 4 11.40

Wiraswasta 2 5.70

Pengrajin

Total

8

35

22.90

100.00

Hasil pengujian data mengenai karakteristik individu masyarakat Naga

dilihat dari usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan pada Tabel

5 bahwa sebanyak 57.14 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan usia

Page 43: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

30

pada golongan tua. Hal ini menujukkan bahwa sebagian besar masyarakat Naga

dihuni oleh individu dengan golongan usia tua, sementara sebagian besar

masyarakatdengan golongan umur remaja dan dewasa awal barada di luar

Kampung Naga dengan alasan pekerjaan, ikatan pernikahan dan pendidikan.

Sebanyak 51.43 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan bahwa jumlah

laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan namun tidak terlalu signifikan.

Sebanyak 85.7 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan bahwa tamatan

SD memiliki persentase tertinggi. Hal ini menujukkan bahwa tamatan SD di

Kampung Naga merupakan tamatan yang dimiliki sebagian besar masyarakat

Naga. Masyarakat Naga memiliki alasan tersendiri mengapa mereka sebagian

besar hanyalah tamatan SD saja. Alasan terbesar mereka mengikuti pendidikan

hanya sampai SD disebabkan karena mereka tidak memiliki biaya untuk

melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Selain itu pengadaan sarana prasaran

sekolah di wilayah Kampung Naga, masih sangat terbatas. Meskipun tidak semua

masyarakat Naga memiliki pendidikan rendah, ada juga sebagian dari mereka

merasakan pendidikan hingga perguruan tinggi. Sebesar 37.1 persen masyarakat

Kampung Naga, menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani memiliki

persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani

memang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Naga karena lahan untuk

persawahan yang cukup luas. Profesi sebagai petani merupakan suatu profesi yang

telah diwariskan oleh para leluhur mereka dan wajib untuk tetap menjaganya.

Prinsip hidup masyarakat Kampung Naga adalah “hidup bersama dengan alam”,

karena hal tersebut menjadi bagian dari adat, sehingga pekerjaan menjadi petani

memang masih ditekuni oleh masyarakat Naga.

“Sebagian besar pendidikan di Kampung Naga ini memang hanya

tamatan SD, tapi tidak sedikit pula yang sudah sampai SMP, SMA,

bahkan kuliah. Laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang tidak

jauh berbeda, sedangkan pekerjaan disini ini sebagian besar petani

padi organik dan pengrajin. Rata-rata yang tinggal di sini itu

kebanyakan orang tua aja, yang muda-muda rata- rata merantau”.

(ETN, 47 tahun)

Ketaatan terhadap Adat

Penelitian ini memapaparkan mengenai persentase masyarakat Naga yang

dilihat dari ketaatan terhadap adat di Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan

Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di dalam penelitian

Taufiqurrahman (2007) menyatakan bahwa masyarakat tradisional merupakan

masyarakat yang masih kuat memegang adat istiadat. Berdasarkan hal tersebut

maka ketaatan melaksanakan adat merupakan wujud ketaatan masyarakat Naga

dalam menjalankan adat istiadat di Kampung Naga. Pengukuran ketaataan

tersebut dilihat dari frekuensi seseorang melaksanakan adat yang ada.

Tabel 6 Persentase ketaatan terhadap adat di Kampung Naga.

Ketaatan terhadap adat Persentase (%)

Lemah 28.6

Sedang 25.7

Page 44: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

31

Ketaatan terhadap adat Persentase (%)

Kuat 45.7

Total 100.0

Hasil pengujian data mengenai ketaatan masyarakat Naga terhadap adat di

Kampung Naga pada Tabel 6, menunjukkan bahwa sebanyak 45.7 persen

masyarakat Naga, menunjukkan ketaatan mereka dalam menjalankan adat istiadat

masih tergolong kuat. Sementara 28.6 persen menunjukkan bahwa masyarakat

Naga memiliki ketaatan terhadap adat yang tergolong rendah. Dalam hal ini dapat

dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Naga masih melakukan adat istiadat di

dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan serta adat yang masih dilakukan hingga

kini seperti upacara adat, menjaga lisan di hari yang ditabukan, serta penentuan

hari baik sebelum melaksanakan aktifitas masih dilaksanakan dengan baik. Hal ini

dilakukan sebagai upaya untuk tetap menjaga adat istiadat yang telah diturunkan

oleh para leluhur Kampung Naga agar kehidupan masyarakat Naga tetap sejahtera

dan terhindar dari bencana dunia.

Pembentukan Identitas Masyarakat Kampung Naga

Penelitian ini memaparkan mengenai persentase responden yang dilihat dari

pembentukan identitas Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di dalam penelitian Prasetyo (2010)

menyatakan bahwa pembentukan identitas komunitas suatu komunitas adat

merupakan hal yang paling penting untuk mencirikan komunitas adat berdasarkan

motivasi melakukannya. Pembentukan identitas dianalisis melalui motivasi

masyarakat Naga dalam menentukan identitas pribadi, identitas sosial, dan

identitas kolektif di Kampung Naga.

Tabel 7 Persentase identitas masyarakat Kampung Naga yang dilihat berdasarkan

motivasi pelaksanaannya

Identitas

Kampung Naga Kategori Persentase (%)

Identitas Pribadi Lemah 54.28

Sedang 14.28

Tinggi 31.42

Identitas Sosial Lemah 42.85

Sedang 8.57

Kuat 48.57

Identitas Kolektif Lemah 51.42

Sedang 5.71

Kuat 42.85

Hasil pengujian data mengenai identitas Kampung Naga yang dilihat

berdasarkan motivasi pembentukannya pada Tabel 7 bahwa, sebesar 48.85 persen

masyarakat Naga menunjukkan bahwa identitas sosial masyarakat Naga tergolong

paling kuat dibandingkan dengan identitas pribadi dan identitas kolektif. Hal ini

dibuktikan dari bagaimana mereka dikehidupan sehari-hari dapat menempatkan

dirinya di lingkungan sosial. Menurut hasil penelitian lapang, masyarakat Naga

Page 45: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

32

yang masuk dalam kategori identitas sosial yang kuat adalah masyarakat yang

memiliki usia remaja dan dewasa tua. Hal ini menunjukkan bahwa usia remaja

memiliki kecenderungan mengetahui bagaimana mereka menempatkan dirinya

dilingkungan sosial karena pengaruh nasehat orang tua, sedangkan dewasa tua

mememiliki kesadaran yang tinggi dalam menempatkan diri di dalam lingkungan

sosialnya dikarenakan selain nasehat dari orang tua terdahulu, mereka

melakukannya juga karena kemampuan dirinya yang semakin bertambah dalam

memahami situasi dan kondisi sosial. Selain itu usia remaja dan dewasa tua rata-

rata menetap dan tinggal di Kampung Naga. Sementara usia dewasa awal

memiliki identitas sosial yang rendah. Hal ini disebabkan bukan karena pada usia

dewasa awal mereka tidak memiliki kesadaran tentang bagaimana menempatkan

diri di lingkungan sosial Kampung Naga, namun karena pada dewasa awal ini

sebagian besar memilih untuk keluar dari Kampung Naga dengan alasan untuk

meneruskan pendidikan ataupun pekerjaan.

Identitas pribadi masyarakat Kampung Naga tergolong lemah. Hal ini

dibuktikan dari hasil pengujian data dari Tabel 7 yang menunjukkan bahwa,

sebesar 54.28 persen golong lemah. Hal ini menujukan bahwa identitas pribadi

masyarakat Naga tidak terlalu menunjukkan secara terperinci mengenai motivasi

mereka dalam pembentukan identitas pribadi. Menurut hasil penelitian lapang,

masyarakat yang masuk dalam kategori identitas pribadi kuat adalah masyarakat

yang masuk dalam golongan usia remaja dan dewasa awal. Remaja dan dewasa

awal memiliki minat dan keinginaan yang kuat untuk mengetahui dirinya dan apa

yang diinginkannya dimasa depan dibandingkan dengan dewasa tua.

Identitas kolektif masyarakat Naga tergolong lemah. Hal ini dibuktikan dari

hasil pengujian data pada Tabel 7 yang memaparkan bahwa sebesar 51.42 persen

identitas kolektif yang ditunjukan oleh masyarakat Naga tergolong lemah. Hal ini

menujukkan bahwa masyarakat Naga tidak menunjukkan secara terperinci

bagaimana motivasi-motivasi pembentukan identitas kolektif. Menurut hasil

penelitian lapang, masyarakat Naga yang masuk dalam kategori identitas kolektif

lemah adalah masyarakat yang memiliki usia remaja. Hal ini disebabkan karena

pada usia remaja, mereka belum mengetahui adat secara menyeluruh sehingga

dalam pembentukan identitas kolektif yang mencakup adat di dalamnya, tergolong

lemah. Sedangkan usia dewasa awal dan dewasa tua memiliki identitas kolektif

yang kuat. Hal ini disebabkan karena pada usia ini mereka telah dianggap siap

melaksanakan adat karena mereka memiliki kesadaran untuk menjalankan adat

yang ada, meskipun tidak semua dari mereka melakukan hal tersebut.

Page 46: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU NAGA DENGAN

KETAATAN TERHADAP ADAT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik

masyarakat Naga dengan ketaatan terhadap adat. Rank Spearman dan Chi-Square

digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan

ketaatan terhadap adat. Pengujian hubungan yang dilakuakan yaiitu pengijian

hubungan ketaatan terhadap adat dengan empat karakteristik individu yaitu usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Berdasarkan hasil

penelitian, diperoleh ketaatan masing-masing dari karakteristik masyarakat Naga.

Tabel 8 menunjukkan bahwu terdapat tiga variabel yang berhubungan.

Karakteristik individu yang berhubungan dengan ketaatan terhadap adat yaitu usia,

jenis pekerjaan, jenis kelamin.

Tabel 8 Nilai korelasi antara karakteristik individu Naga dengan ketaatan

terhadap adat

Keterangan : *berhubungan nyata pada p<0.05

Tabel 8 menunjukkan hasil uji hubungan antara karakteristik individu

dengan ketaatan terhadap adat. Dapat dilihat dari hasil uji tersebut, sebagian besar

terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan ketaatan terhadap

adat. Hubungan nyata dapat ditunjukkan pada variabel usia, jenis pekerjaan dan

jenis kelamin terhadap ketaatan terhadap adat. pembahasan lebih lengkap

mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan ketaatan terhadap adat

dapat dijelaskan pada masing-masing subbab.

Hubungan antara Usia dengan Ketaatan terhadap Adat

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara usia dengan ketaatan terhadap

adat terdapat hubungan yang nyata positif. Dapat dilihat pada Tabel 8 yang

menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data rank

Spearman, yaitu nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0.709 dan nilai

signifikannya sebesar 0.000 (lihat lampiran 5). Nilai signifikan ini menunjukkan

besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut,

dapat dinyatakan bahwa semakin dewasa usia masyarakat Naga, maka semakin

kuat ketaatan mereka terhadap adat. Jika masyarakat Naga telah memasuki usia

dewasa menurut adat, maka mereka akan semakin menyadari bagaimana

mengaplikasikan adat tersebut ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pemahaman mengenai adat di Kampung Naga terbentuk dari proses pendewasaan

diri masing-masing individu masyarakat Naga. Masyarakat Naga baru akan

Karakteristik Individu Ketaatan terhadap adat

Usia 0.709*

Tingkat Pendidikan -0.120

Jenis Pekerjaan 0.001*

Jenis Kelamin 0.012*

Page 47: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

34

mengetahui adat meskipun belum secara menyeluruh, ketika mereka berusia

dewasa awal yaitu sekitar 19 tahun keatas. Sementara mereka yang berusia

dibawah 19 tahun, belum banyak mengetahui apa dan bagaimana adat harus

diterapkan di Kampung Naga. Berikut adalah penuturan salah seorang responden :

“Disini orang-orang yang udah paham betul sama adat itu, orang yang

sudah dianggap dewasa menurut adat, ya...sekitar 35 tahun keatas.

Kalau anak-anak masih belum tahu, saya aja baru tahu setelah saya

menikah...”. (US, 45 tahun)

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Ketaatan terhadap Adat

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat pendidikan dengan

ketaatan terhadap adat tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat pada

Tabel 8 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data

rank Spearman, yaitu nilai korelasi yang diperoleh sebesar -0.120 dan nilai

signifikannya adalah 0.492. Berdasarkan hal tersebut, baik masyarakat Naga yang

memiliki pendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda dalam ketaatan terhadap

adat. Hal ini disebabkan karena disetiap kegiatan yang mencakup adat, memang

tidak ditentukan oleh pendidikan yang tinggi dan rendah. Segala ajaran mengenai

adat yang disampaikan oleh orang tua sejak kecil, sudah melekat kuat di dalam

diri mereka masing-masing, sehingga pendidikan tidak menentukan ketaatan

terhadap adat. Hal ini tidak didukung oleh hasil penelitian Pamungkas (2012)

yang menyatakan bahwa, tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap

frekuensi seseorang dalam berperilaku.

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Ketaatan terhadap Adat

Hasil pengujian hipotesis antara jenis pekerjaan dengan ketaatan terhadap

adat terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat pada Tabel 8 yang menyatakan

angka yang didapat dengan menggunakan analisis data Chi-Square yang

menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2 sided) yang diperoleh adalah 0.001. Nilai

ini menunjukkan besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa individu yang taat dalam

melaksanakan adat adalah individu yang memiliki pekerjaan sebagai petani,

pemandu wisata, pengrajin. Hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai petani,

pemandu wisata, dan pengrajin sebagian besar digeluti oleh masyarakat Naga

yang berusia dewasa tua. Masyarakat Naga yang sudah memasuki usia dewasa tua

adalah orang-orang yang telah memahami adat secara menyeluruh, sehingga

membuat ketaatan mereka terhadap adat menjadi kuat. Pekerjaan sebagai penjaga

toko dan wiraswasta cenderung digeluti oleh usia remaja dan dewasa muda.

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Ketaatan terhadap Adat

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis kelamin dengan ketaatan

terhadap adat terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat pada Tabel 8 yang

menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data Chi-Square

yang menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2 sided) yang diperoleh adalah 0.012.

Page 48: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

35

Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0,05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan

memiliki intensitas yang berbeda dalam melakukan suatu kegiatan adat sehingga

mempengaruhi ketaatan terhadap adat. Peran laki-laki di dalam adat lebih besar

dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki lebih sering melakukan kegiatan adat

di Kampung Naga dibandingkan dengan perempuan. Kegiatan yang telah diatur

dalam adat untuk laki-laki di Kampung Naga yaitu diberikan hak seperti bekerja

mencari nafkah untuk keluarganya dan melaksanakan adat tertentu seperti

mengikuti upacara Hajat Sasih, bergotong royong memasang kandang jaga, dan

lainnya. Laki-laki Naga dijadikan sebagai simbol pemimpin dalam suatu keluarga

dan komunitasnya, sedangkan perempuan tidak diberi hak yang kecil untuk

mencari nafkah ataupun melakukan adat tertentu. Perempuan hanya memiliki

tugas untuk membantu suaminya di rumah atau pergi ke sawah, sedangkan

kegiatan lainnya hanya boleh dikerjakan oleh laki-laki. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian Pamungkas (2012) yang menyatakan bahwa jenis kelamin

memiliki hubungan dengan frekuensi seseorang dalam berperilaku.

Page 49: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 50: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU NAGA DENGAN

PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT KAMPUNG

NAGA

Penelitian ini menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan

pembentukan identitas Kampung Naga. Pembentukan identitas Kampung Naga

yang terdiri dari identitas pribadi, identitas sosial, dan identitas kolektif diuji

hubungannya dengan empat karakteristik individu yaitu usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh

ketaatan terhadap adat pada masing-masing karakteristik masyarakat Naga. Rank

Spearman dan Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara

karakteristik individu dengan pembentukan identitas Kampung Naga.

Tabel 9 Nilai korelasi antara karakteristik individu Naga dengan pembentukan

identitas masyarakat Kampung Naga

Karakteristik

Individu

Pembentukan Identitas Masyarakat

Kampung Naga Total

Pribadi Sosial Kolektif

Usia -0.406* -0.331 0.596* -0.141

Tingkat Pendidikan 0.407* 0.416* -0.298 0.534

Jenis Pekerjaan 0.131 0.284 0.284 0.699

Jenis Kelamin 0.705 0.495 0.001* 1.201

Keterangan : *berhubungan nyata pada p<0.05

Tabel 9 menunjukkan hasil uji hipotesis hubungan antara karakteristik

individu dengan pembentukan identitas Kampung Naga. Dapat dilihat dari hasil

uji tersebut, sebagian besar terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu

dengan pembentukan identitas Kampung Naga. Hubungan nyata dapat

ditunjukkan pada variabel usia, tingkat pendidikan dengan pembentukan identitas

pribadi, tingkat pendidikan dengan pembentukan identitas sosial, dan usia, jenis

pekerjaan, dan jenis kelamin dengan pembentukan identitas kolektif. pembahasan

lebih lengkap mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan

pembentukan identitas Kampung Naga dapat dijelaskan pada masing-masing

subbab.

Hubungan Karakteristik Individu dengan Pembentukan Identitas Pribadi

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara usia dengan pembentukan

identitas pribadi terdapat hubungan yang nyata negatif. Dapat dilihat pada Tabel 9

yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data rank

Spearman, yaitu nilai korelasi yang diperoleh sebesar -0.406 dengan nilai

signifikannya sebesar 0.015 (lihat lampiran 5). Nilai signifikan menunjukkan

besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut,

dapat dinyatakan bahwa semakin dewasa masyarakat Naga, maka semakin mereka

tidak mengenali dan memahami identitas pribadi mereka sehingga mereka tidak

dapat menentukan motivasi pembentukan identitas pribadi. Usia yang semakin

Page 51: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

38

bertambah ternyata tidak membuat seseorang menjadi tahu dan memahami siapa

dirinya dan apa yang dirinya inginkan dimasa depan, seperti menentukan cita-cita

yang ingin dicapai, keinginan dimasa depan. Hal ini disebabkan karena,

masyarakat Naga yang berusia lanjut tidak lagi memikirkan tentang cita-cita

dirinya sendiri namun mereka lebih memikirkan bagaimana cita-cita serta

keinginan dimasa depan anak-anak mereka. Sementara itu, seseorang yang masih

berusia muda, lebih mudah menentukan motivasi pembentukan identitas

pribadinya secara terperinci dikarenakan keingintahuannya masih sangat besar

tentang aspek-aspek yang baru serta cita-cita dimasa depan masih dapat mereka

rencanakan.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pembentukan identitas pribadi terdapat hubungan yang nyata positif. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data rank Spearman, yaitu nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0.407 dan nilai

signifikannya sebesar 0.015 (lampiran 5). Nilai signifikan menunjukkan besaran

yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut, dapat

dinyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mengenali

dan memahami identitas pribadinya. Masyarakat Naga yang memiliki pendidikan

tinggi pada umumnya lebih mengerti bagaimana cara menentukan apa yang

mereka inginkan, seperti menentukkan cita-cita, keinginan dimasa depan,

mengeluarkan ide-ide dan pikiran pribadi, mengetahui nilai dan moral pribadi.

Sedangkan masyarakat Naga yang memiliki pendidikan rendah, lebih memilih

berkata tidak tahu dengan apa yang mereka cita-citakan. Mereka enggan untuk

menyebutkan apa yang mereka inginkan karena mereka merasa pendidikan

mereka yang sangat rendah sehingga tidak pantas membuat cita-cita yang tinggi.

Berikut penuturan salah seorang dari Kampung Naga :

“Sekarang itu, keinginan saya mah cuma untuk keluarga saya, bukan

memikirkan keinginan diri sendiri. Cita-cita saya tidak perlu ditanya,

biarkan anak saya yang meneruskannya...”. (ENT, 45 tahun)

Hal ini terkait dengan kesejahteraan personal, dimana mereka yang berpendidikan

tinggi, memiliki pemikiran yang lebih maju dibandingkan mereka yang

berpendidikan rendah. Masyarakat Naga yang berpendidikan tinggi memiliki

pemikiran tentang pentingnya meraih cita-cita dan masa depan untuk

kesejahteraan hidup mereka agar dapat mengangkat perekonomian di Kampung

Naga.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pembentukan identitas pribadi tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2 sided) yang diperoleh

sebesar 0.131. Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value

yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin beragam

pekerjaan yang ada di Kampung Naga, maka tidak akan membedakan motivasi

seseorang dalam pembentukan identitas pribadinya. Pekerjaan sebagai petani,

pengrajin, pemandu wisata, wiraswasta, dan penjaga toko, tidak membuat masing-

masing individu memiliki perbedaan motivasi dalam menentukan cita-cita dan

keinginan mereka dimasa depan. Berdasarkan jawaban responden dalam

Page 52: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

39

kuesioner, mayoritas responden mudah dalam menentukan motivasi-motivasi

mereka mengenai identitas pribadinya seperti menentukan cita-citanya dan

keinginannya dimasa depan.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis kelamin dengan

pembentukan identitas pribadi tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2 sided) yang diperoleh

sebesar 0.705. Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value

yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa dimana laki-laki

dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam menentukan dan memahami apa

yang mereka inginkan seperti menentukan cita-cita mereka, keinginan dimasa

depan, menuangkan ide-ide dan pikiran mereka serta memahami nilai dan moral

pribadi. Laki-laki dan perempuan di Kampung Naga memang memiliki peran

yang berbeda dalam adat di Kampung Naga, namun dalam hal menentukan dan

mengetahui apa yang mereka cita-citakan, tidak ada perbedaan ataupun larangan

di dalam adat. Masing-masing dari mereka memiliki hak yang sama untuk

menentukan bagaimana motivasi mereka inginkan dimasa depan. Berikut

penuturan salah seorang responden :

“Di sini tugas laki-laki dan perempuan beda neng, tapi kalau cuma

pengen tahu apa yang kita mau tidak ada batasan yang ngatur, bebas

aja selama gak melanggar adat istiadat”. (CCU, 30 tahun)

Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Sosial

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara usia dengan pembentukan

identitas sosial tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat pada Tabel 9

yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data rank

Spearmen menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh sebesar -0.003 dan

nilai signifikannya sebesar 0.052 (lihat lampiran 5). Nilai ini menunjukkan

besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut,

dapat dinyatakan bahwa usia remaja, dewasa awal ataupun dewasa tua tidak

memiliki perbedaan dalam menentukan identitas sosial di Kampung Naga. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Naga yang masuk dalam golongan usia remaja,

dewasa awal ataupun dewasa tua menurut adat, sudah diajarkan untuk

bersosialisasi dan mengetahui bagaimana menempatkan diri mereka di dalam

lingkungan sosial, sehingga mereka mengetahui identitas sosial baik di dalam

lingkungan adat ataupun luar adat. Tidak harus menunggu usia tua untuk

mengetahui identitas sosial pada dirinya, karena semua sosialisasi dan adaptasi

mengenai kehidupan di lingkungan sosial telah ditanamkan sejak kecil oleh

masing-masing orang tua. Contohnya saja, jika ada seseorang baik di Kampung

Naga ataupun di luar Kampung Naga ingin memperbaiki rumahnya, maka

masyarakat Naga selalu siap sedia meluangkan waktu mereka untuk bergotong

royong. Hal tersebut didukung oleh penelitian Anjartika (2013) yang menyatakan

bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan perilaku seseorang dalam suatu

kegiatan. Berikut penuturan salah seorang masyarakat Naga :

Page 53: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

40

“Dari kecil orang Kampung Naga sudah diajarkan oleh orang tua

mereka tentang bagaimana hidup di lingkungan sosial, seperti

bagaimana menolong orang, menghormati orang yang lebih tua,

menjaga harga diri dan yang lainnya sehingga mereka tahu dengan

jelas apa saja yang harus mereka lakukan ketika berada di

lingkungannya khususnya di Kampung Naga. tidak ada yang berani

melanggar ajaran dan omongan orang tua sebab itu dianggap

pamali...”. (ARO, 45 tahun)

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pembentukan identitas sosial terdapat hubungan yang nyata positif. Dapat dilihat

pada Tabel 9 menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data

rank Spearmen menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah 0.416

dan nilai signifikannya adalah 0.013 (lihat Lampiran 5). Nilai ini menunjukkan

besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai signifikan

tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

semakin menentukkan seseorang untuk dapat mengenali dan memahami motivasi

pembentukan identitas sosialnya. Pendidikan yang rendah ataupun tinggi

menjadikan patokan untuk menentukan sesuatu di dalam lingkungan adat. Di

dalam lingkungan Naga, masing-masing individu telah diajarkan oleh orang tua

mereka mengenai bagaimana mereka harus menempatkan diri mereka di dalam

lingkungan bermasyarakat dengan menjunjung tinggi sikap tenggang rasa kepada

sesama. Hal ini didukung dengan pendidikan tinggi yang mereka jalani, sehingga

masyarakat Naga lebih paham dengan apa yang harus dia lakukan di dalam

lingkungan sosialnya. Hal tersebut meliputi bagaimana tanggapan orang lain

terhadap dirinya, dan menjaga harga diri mereka dengan menunjukkan bagaimana

mereka bersikap di lingkungan sosialnya.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pembentukan identitas sosial tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.284.

Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa pekerjaan diberbagai bidang

yang digeluti oleh masyarakat Naga, tidak menentukan motivasi masyarakat Naga

dalam pembentukan identitas kolektif. Jenis pekerjaan apapun yang ada di

Kampung Naga, tidak memiliki pengaruh pada masyarakat Naga untuk

menentukan bagaimana motivasi mereka dalam menempatkan diri mereka dalam

lingkungan adat. Jadi, tidak harus orang-orang yang memiliki pekerjaan tertentu

bagi mereka menempatkan diri di dalam lingkungan sosial. Hal ini disebabkan

karena adanya adat yang masih dipegang kuat oleh masyarakat Naga.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis kelamin dengan

pembentukan identitas sosial tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.495.

Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan dalam menentukan dan memahami motivasi

pembentukan identitas sosial mereka di dalam suatu kelompok atau lingkungan

Page 54: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

41

sosial. Laki-laki dan perempuan memang memiliki peran yang berbeda di dalam

adat, namun dalam hal menentukan dan mengetahui bagaiman menempatkan diri

mereka di dalam lingkungan sosial adat ataupun di luar adat. Tingkahlaku yang

ditunjukkan, peduli dengan tanggapan orang lain tentang dirinya sebagai bahan

pengkoreksian diri, dan menjaga kehormatan dirinya di dalam lingkungan sosial

Kampung Naga, merupakan suatu perwujudan yang nyata yang diperlihatkan oleh

masyarakat Kampung Naga baik laki-laki ataupun perempuan. Segala sesuatu

yang ada di Kampung Naga, selalu berasal dari perkataan orang tua. Segala

sesuatu yang diajarkan orang tua, pasti mereka terapkan di dalam kehidupan

mereka masing-masing, salah satunya yaitu dengan menerapkan dirinya mereka di

dalam suatu lingkungan sosial.

Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara usia dengan pembentukan

identitas kolektif terdapat hubungan yang nyata positif. Dapat dilihat pada Tabel 7

yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data rank

Spearmen menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah 0.596 dan

nilai signifikannya adalah 0.000 (lihat lampiran 5). Nilai signifikan tersebut

menunjukkan besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan

nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin dewasa masyarakat Naga, maka

semakin mereka mengenali dan memahami tentang bagaimana mereka menaati

segala sesuatu yang berhubungan dengan adat istiadat di dalam kelompoknya.

Masyarakat Naga yang telah memasuki usia dewasa tua, maka mereka lebih dapat

mengetahui dan memahami identitas kolektifnya, sedangkan masyarakat Naga

yang memiliki usia yang cenderung masih muda, tidak paham sepenuhnya

mengenai identitas kolektifnya. Masyarakat Naga yang memiliki usia yang lebih

tua, pada umumnya lebih mengerti bagaimana menempatkan dirinya di dalam

kelompoknya terutama kelompok adat, memahami dan menjalankan adat yang

telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena pengalaman mereka lebih banyak

dibandingkan dengan masyarakat Naga yang memiliki usia muda. Masyarakat

Naga yang memiliki usia muda, tidak mengetahui secara pasti bagaimana dirinya

harus melakukan adat istiadat di dalam Kampung Naga. Biasanya mereka hanya

mengikuti apa yang orang lain lakukan saja tanpa memahami secara mendalam

apa arti dan maknanya. Berikut pernyataan salah satu responden masyarakat

Naga :

“Kalau kita ingin benar-benar memahami kelompok kita, maka kita

harus masuk kedalam kelompok tersebut dan untuk sampai pada titik

itu, membutuhkan proses. Di dalam adat Naga, seseorang baru akan

memahami adat secara menyeluruh, apabila usia dan pemikirannya

semakin dewasa...”. (SHY, 76 tahun)

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara pendidikan dengan pembentukan

identitas kolektif tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat pada Tabel 9

yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data rank

Spearmen menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0.298 dan

nilai signifikannya sebesar 0.082 (lihat lampiran 5). Nilai ini menunjukkan

Page 55: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

42

besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut,

dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara masyarakat Naga yang

berpendidikan rendah ataupun tinggi dalam menentukan identitas kolektif mereka

di dalam suatu kelompok atau lingkungan adat. Pendidikan rendah ataupun tinggi

yang telah masyarakat Naga peroleh, tidak membuat mereka melupakan

bagaimana menjalin hubungan dalam kelompok yang sebagaimana telah diatur

dalam adat istiadat Kampung Naga. Mereka harus tetap mematuhi adat istiadat

Kampung Naga yang telah diajarkan oleh orang tua mereka dan harus terus

dilaksanakan sampai akhir hayat. Prinsip mereka yang selalu menjunjung tinggi

adat istiadat, membuat kelompok adat ini menjadi semakin kuat meskipun

dijaman yang semakin moderen ini. Meskipun pendidikan yang mereka dapat

sampai menjadi seorang doktor, namun adat istiadat tetap tertanam dihati mereka

masing-masing sehingga terciptalah identitas kolektif Kampung Naga. Hasil

lapang tersebut tidak didukung dari hasil penelitian Senoaji (2011) yang

menyatakan bahwa jika pendidikan masyarakat adat semakin tinggi, maka suatu

perubahan kebudayaan memiliki peluang besar untuk berubah. Berikut pernyataan

salah satu responden masyarakat Naga :

“...di Kampung Naga ini, meskipun sudah mendapatkan pendidikan

yang tinggi, tapi kami para orang tua selalu mengingatkan agar adat

istiadat orang naga jangan sampai dilupakan, bahkan tanpa bapak

terus ingatkan, anak bapak selalu menjaga adat istiadat yang telah

bapak turunkan”. (EDT, 46 tahun)

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pembentukan identitas kolektif tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square bahwa nilai Asymp. Sig.(2-sided) yang diperoleh adalah 0.284.

Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa pekerjaan menjadi petani,

pemandu wisata, pengrajin, wiraswasta, maupun penjaga toko tidak

mempengaruhi motivasi seseorang dalam menempatkan diri di dalam lingkungan

adat. Pekerjaan apapun yang mereka geluti, tidak membuat mereka melupakan

bagaimana adat istiadat yang telah membentuk diri pribadi di dalam Kampung

Naga. Menjadi anggota adat Naga yang selalu mengutamakan adat istiadat,

membuat identitas kolektif mereka semakin tampak dan kuat. Mengetahui siapa

dirinya di Kampung Naga, menjalankan adat istiadat, sampai menjaga nama baik

Kampung Naga merupakan perwujudan dari masyarakat Naga untuk

menunjukkan identitas kolektif Kampung Naga.

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara jenis kelamin dengan

pembentukan identitas sosial terdapat hubungan yang nyata positif. Dapat dilihat

pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis

data Chi-Square bahwa nilai Asymp. Sig.(2-sided) yang diperoleh adalah 0.001.

Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu 0.05.

Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara

laki-laki dengan perempuan dalam menentukan motivasi pembentukan identitas

kolektif Kampung Naga. Laki-laki di Kampung Naga memiliki status dan peranan

dalam adat yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dalam kegiatan adat, laki-

Page 56: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

43

laki selalu dilibatkan di dalamnya, sementara perempuan tidak dilibatkan secara

langsung dalam kegiatan tersebut tetapi perempuanlah yang mengurusi keperluan

laki-laki dalam kegiatan adat. Hal ini membuat peranan laki-laki dan perempuan

menjadi berbeda, sehingga antara laki-laki dan perempuan mengetahui secara jelas

batasan-batasan peran mereka dalam mengetahui motivasi untuk tetap menjaga

adat istiadat sebagai wujud pembentukan identitas kolektif. Berikut penuturan

salah seorang masyarakat Naga :

“Laki-laki dan perempuan disini udah dibagi tugasnya. Apalagi klo

upacara adat, laki-laki mah lebih banyak ikut kegiatan adat

dibandingkan perempuan”. (DDE, 32 tahun)

Page 57: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 58: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

HUBUNGAN KETAATAN TERHADAP ADAT DENGAN

PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT KAMPUNG

NAGA

Penelitian ini menganalisis hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan

pembentukan identitas Kampung Naga. Ketaatan melaksanakan adat merupakan

suatu bentuk ketaatan masyarakat Naga dalam menjalankan adat istiadat yang

telah diwariskan oleh leluhur mereka. Bentuk ketaatan tersebut dihubungkan

langsung dengan pembentukan identitas Kampung Naga yang terdiri dari identitas

pribadi, identitas sosial, dan identitas kolektif. Ketaatan masyarakat Kampung

Naga dalam menjalankan adat istiadat, akan menentukan bagaimana identitas

Kampung Naga dapat terbentuk. Rank Spearman digunakan untuk menganalisis

hubungan antara ketaatan melaksanakan adat dengan pembentukan identitas

Kampung Naga.

Tabel 10 Nilai korelasi ketaatan terhadap adat dengan pembentukan identitas

masyrakat Kampung Naga

Pembentukan identitas

Kampung Naga Ketaatan terhadap adat

Pribadi -0.230

Sosial -0.109

Kolektif 0.522*

Total 0.213

Keterangan : *berhubungan nyata pada p<0.05

Tabel 10 menunjukkan hasil uji hubungan antara ketaatan melaksanakan

adat dengan pembentukan identitas Kampung Naga. Dapat dilihat dari hasil uji

tersebut, diantara tiga pembentukan identitas tersebut hanya satu yang terdapat

hubungan nyata dengan ketaatan terhadap adat yaitu pembentukan identitas

kolektif. Pembahasan lebih lengkap mengenai hubungan antara ketaatan terhadap

adat dengan pembentukan identitas Kampung Naga dapat dijelaskan pada masing-

masing subbab.

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas

Pribadi

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan

motivasi pembentukan identitas pribadi tidak terdapat hubungan yang nyata.

Dapat dilihat pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan

menggunakan analisis data rank Spearman bahwa nilai korelasi yang diperoleh

adalah -0.230 dan nilai signifikannya adalah 0.184 (lihat lampiran 6). Nilai

signifikan tersebut menunjukkan besaran yang lebih besar dari nilai p-value yaitu

0.05. Berdasarkan nilai signifikan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tidak ada

perbedaan antara seberapa sering seseorang melakukan adat dengan orang yang

tidak melakukannya adat untuk menentukan identitas pribadi seseorang. Adat di

Kampung Naga tidak membatasi atau mengekang masyarakat pengikutnya dalam

Page 59: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

46

hal menentukan jalan hidup yang mereka pilih. Menentukan cita-cita, keinginan

dimasa depan, menunjukkan perasaan dan keunikan diri serta menentukan nilai

dan moral diri mereka tidaklah selalu harus terkekang dengan adat yang ada.

Pilihan hidup ada ditangan mereka masing-masing, namun adat istiadat tetap

memang harus dijaga tanpa ada alasan untuk dilupakan. Berikut penuturan salah

seorang informan Kampung Naga :

“Di Kampung Naga ini tidak ada pemaksaan kepada masing-masing

individu pengikutnya untuk tetap menaati adat dari leluhur, tapi semua harus

kembali lagi ke hati. Seseorang akan menjadi sadar dengan apa yang telah

diajarkan oleh orang tuanya terdahulu, apabila mereka selalu ingat dengan

kata pamali. Orang-orang Kampung Naga tidak dipaksa untuk tetap tinggal

di sini, mereka boleh merantau ke luar wilayah adat, asalkan harus menjaga

adat istiadat...”. (ETG, 50 tahun)

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas

Sosial

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan

motivasi pembentukan identitas sosial tidak terdapat hubungan yang nyata. Dapat

dilihat pada Tabel 9 yang menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan

analisis data rank Spearman bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah -0.109

dan nilai signifikannya adalah 0.532. Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih

besar dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan

bahwa tidak ada perbedaan antara seberapa sering seseorang melakukan adat

dengan orang yang tidak melakukan adat untuk menentukan bagaimana mereka

bisa menempatkan diri mereka di dalam lingkungan sosial. Segala kegiatan yang

ada di lingkungan sosial Kampung Naga merupakan kegiatan yang penuh dengan

interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Interaksi yang dilakukan

memiliki tujuan untuk tetap menjaga keeratan diantara mereka satu sama lain

sehingga masing-masing dari mereka mengetahui bagaimana mereka harus

menempatkan diri mereka di dalamnya. Tingkah laku yang ditunjukkan,

kehormatan diri yang selalu mereka jaga serta menanggapi tanggapan orang lain

menjadikan mereka semakin peduli satu sama lain.

Hubungan antara Ketaatan terhadap Adat dengan Pembentukan Identitas

Kolektif

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan

motivasi pembentukan identitas kolektif terdapat hubungan yang nyata. Terlihat

dari Tabel 9 menyatakan angka yang didapat dengan menggunakan analisis data

rank Spearman bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah 0.522 dan nilai

signifikannya adalah 0.001 (lihat lampiran 6). Nilai signifikan menunjukkan

besaran yang lebih kecil dari nilai p-value yaitu 0.05. Berdasarkan nilai tersebut,

dapat dinyatakan bahwa semakin kuat ketaatan individu Naga dalam

melaksanakan adat, maka semakin kuat identitas kolektif yang terbentuk di

Kampung Naga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara seberapa

sering seseorang melakukan adat dengan orang yang tidak melakukannya adat

Page 60: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

47

dalam menentukan identitas kolektif seseorang. Jika ketaatan seseorang dalam

melaksanakan adat kuat, dapat dikatakan orang tersebut mengerti dan memahami

bagaimana ia menempatkan dirinya di dalam suatu kelompok adat atau dapat

disebut juga memahami identitas kolektifnya. Menjaga adat istiadat Kampung

Naga dapat membentuk pribadi masyarakat Naga di dalam kelompok adat dalam

mewujudkan keeratan kelompok tersebut. Sedangkan ketaatan seseorang

melakukan adat rendah, dapat dikatakan orang tersebut kurang memahami

bagaimana ia menempatkan dirinya di dalam lingkungan adat atau kurang

mengerti dengan identitas kolektifnya.

Page 61: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 62: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Masyarakat Naga memiliki karakteristik individu yaitu usia yang sebagian

besar dewasa tua, tingkat pendidikan yang rendah, jumlah jenis kelamin yang

relatif sama, dan jenis pekerjaan yang beragam. Usia yang dimiliki masyarakat

Naga yang berada di Kampung Naga, sebagian besar berusia dewasa tua dengan

rentan 35 -76 tahun. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang berusia remaja

(13-18 tahun) dan dewasa awal (19-34 tahun), rata-rata telah merantau keluar

Kampung Naga. Jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di Kampung Naga,

tidak mengalami perbedaan jumlah yang signifikan dan sebagian besar

masyarakat Naga memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu hanya sampai tamatan

SD. Sebagian besar pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Naga adalah petani,

pemandu wisata, dan pengrajin. Ketaatan masyarakat Naga terhadap adat di

Kampung Naga, termasuk kedalam golongan kuat. Hal ini disebabkan karena

mayoritas masyarakat Naga masih berpegang teguh terhadap adat istiadat yang

telah diturunkan oleh para leluhur mereka. Pembentukan identitas di Kampung

Naga yang terbentuk dengan baik adalah identitas sosial. Identitas sosial dalam

masyarakat Naga adalah identitas yang paling dominan dibandingkan dengan

identitas pribadi dan kolektif. Hal ini disebabkan karena norma-norma di

Kampung Naga yang berlaku, sangat terkait dengan batasan-batasan pada setiap

orang yang melaksanakannya. Hanya rentang usia yang ditetapkan oleh adat yang

dapat menjalankan norma-adat tertentu. Identitas sosial yang terbentuk di dalam

masyarakat Naga menjelaskan bahwa masing-masing individu masyarakat Naga

mengetahui bagaimana mereka harus menempatkan diri mereka di dalam

lingkungan sosial. Lingkungan sosial tersebut tidak hanya mencakup di dalam

Kampung Naga saja, namun di luar Kampung Naga.

Karakteristik individu masyarakat Naga sebagian besar berhubungan dengan

ketaatan terhadap adat. Variabel yang berhubungan tersebut meliputi yang

pertama, variabel usia yang berhubungan nyata positif dengan ketaatan terhadap

adat. Kedua jenis pekerjaan berhubungan nyata positif dengan ketaatan terhadap

adat. Ketiga jenis kelamin berhubungan nyata dengan ketaatan terhadap adat.

Variabel yang saling tidak berhubungan ditunjukan pada tingkat pendidikan

dengan ketaatan terhadap adat. Karakteristik individu masyarakat Naga sebagian

besar berhubungan dengan pembentukan identitas Kampung Naga. Variabel yang

berhubungan tersebut meliputi, yang pertama, variabel usia yang berhubungan

nyata negatif dengan pembentukkan identitas pribadi. Kedua, variabel tingkat

pekerjaan yang berhubungan nyata positif dengan pembentukan identitas pribadi.

Ketiga, tingkat pendidikan berhubungan nyata positif dengan pembentukan

identitas kolektif. Keempat, usia, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin berhubungan

nyata positif dengan pembentukan identitas kolektif.

Ketaatan terhadap adat sebagian besar tidak berhubungan dengan

pembentukan identitas Kampung Naga. Variabel yang berhubungan hanya

ditunjukan oleh ketaatan terhadap adat yang berhubungan nyata positif dengan

pembentukan identitas kolektif. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

frekuensi dalam melaksanakan adat di Kampung Naga, sehingga membuat

Page 63: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

50

perubahan pembentukan identitas Kampung Naga khususnya pembentukan

identitas kolektif. Frekuensi masyarakat Naga yang tergolong tinggi dalam

pembentukkan identitas kolektif ini adalah masyarakat yang berusia dewasa tua.

Pada usia dewasa tua, setiap orang di Kampung Naga, sebagian besar sudah

memiliki tanggung jawab atas adat yang ada, sehingga membuat mereka merasa

memiliki kewajiban untuk melaksanakan kegiatan adat di Kampung Naga.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah :

1. Masyarakat Naga seharusnya dapat lebih menjaga keaslian budaya yang

mereka miliki terhadap kemajuan teknologi dan masuknya pariwisata ke

dalam Kampung Naga, agar suatu perubahan yang lebih besar terhadap

adat istiadat tidak terjadi.

2. Pembentukan identitas di Kampung Naga yang harus dikhawatirkan adalah

pembentukan identitas pribadi. Pada pembentukan identitas pribadi yang

memang sangat dilihat adalah mereka yang berusia remaja, karena pada

usia tersebut adalah masa dimana mereka masih mencari-cari jati diri dan

keingintahuan yang sangat tinggi, sehingga mereka yang berusia dewasa

awal dan tua harus lebih mengarahkan lagi kelompok usia remaja agar

tetap pada taat pada aturan adat yang ada.

3. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Penelitian ini

hanya melihat hubungan dari karakteristik individu dengan ketaatan

terhadap adat dan pembentukan identitas komunitas serta ketaatan

terhadap adat dengan pembentukan identitas komunitas sehingga hasil

yang dicapai belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal. Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor-faktor apa

yang mempengaruhi perubahan suatu identitas komunitas khususnya

komunitas adat.

Page 64: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif
Page 65: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

52

Page 66: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

49

DAFTAR PUSTAKA

Ambayoen MS. 2006. Pola komunikasi masyarakat tengger dalam sosialisasi

tradisi Entas-Entas, Praswalagara, dan Pujan Kapat (studi kasus di Desa

Ngadisari, kecamatan Sukaparu, Kabupaten Probolinggo). [Disertasi].

Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Amurwobhumi RA. 2009. Fungsi ekonomi upacara Jodhangan bagi masyarakat

Dusun Srunggo, Selopamioro, Imigiri, Bantul. Fakultas Ushuludin

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. [Skripsi].

[Internet]. [diunduh 2012 Oktober 10]. Tersedia pada:

http://digilib.uinsuka.ac.id/4116/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20P

USTAKApdf.

Anjartika A. 2013. Analisis gender terhadap tingkat perlindungan dan

kesejahteraan buruh industri Pabrik CV TKB di Bogor. [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Baron RA & Byrne D. 2003. Psikologi Sosial Edisi kesepuluh. Djuwita R,

penerjemah; Kristiaji WC & Meyda R, editor. Jakarta (ID): Penerbit

Erlangga. Terjemahan dari : Social Psychology. Ed ke-10.

Bisri I. 2007. Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-prinsip dan Implementasi

Hukum di Indonesia. Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo Persada.

Cole S. 2007. Beyond Authenticity And Commodification. Elsevier [Internet].

15.30 [diunduh 2012 November 3];34(4):943-960.doi:

10.1016/j.annals.2007.05.004. Tersedia pada :

www.elsevier.com/locate/atoures.

Deaux K. 2001. Social Identity. Encyclopedia of Women and Gender, Volumes

One and. [Internet] 12.22. [diunduh 2013 Juni 2]. Tersedia pada :

http://www.utexas.edu/courses/stross/ant393b_files/ARTICLES/iden

tity.pdf.

Hasan I. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta (ID): Bumi

Aksara.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropolog. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Liliweri A. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta (ID):

Pusaka Pelajar.

Mardikanto T, Subroto DED. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian Acuan

untuk Pelajar, Mahasiswa, dosen, penyuluh pekerja sosial, penentu

kebijakan, dan peminat ilmu/kegiatan penyuluh pembangunan. Surakarta:

Sebelas Maret University Press x. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 28].

Tersedia pada :

http://lib.ugm.ac.id/exec.php?app=simpus&act=search&lokasi=19&

kriteria=pengarang&kunci=Mardikanto%2C+Totok

Nasution S. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta (ID): Bumi

Aksara.

Pamungkas AS. Evaluasi program pembauran etnis sebagai upaya tercapainya

efektivitas komunikasi antar etnis. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 67: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

50

Prasetyo U. 2010. Komodifikasi upacara tradisional Seren Taun dalam

pembentukan identitas komunitas (kasus: Kampung Budaya

Sindangbarang, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Poerwanto H. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rogers EM, Shoemaker FF. 1971. Communication of Innovations A Cross

Cultural Approah. New York (USA) : Free Press.

Quane H. 2008. Hak-hak masyarakat adat dan proses pembangunan. Di dalam :

Rosset P, Deinenger K, Campesina LV, et al. 2008. Reforma Agraria :

Dinamika Aktor dan Kawasan. Yogyakarta (ID) : Sekolah Tinggi

Pertahanan Nasional. hlm 173-209

Siegel S. 1985. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Hagul P,

penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan dari:

Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciences.

Singarimbun dan Effendi S.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID):

LP3ES

Senoaji G. Perilaku masyarakat Baduy dalam mengelola hutan, lahan, dan

lingkungan di Banten Selatan. [Internet]. 15.15. [diunduh 2013 Juni

27];23:(1) 2011. Tersedia pada:

http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jurnalhumaniora/article/view/1006

/835 Setiawan IK. 2011. Dampak sosial ekonomi dan sosial budaya pemanfaatan Pura

Tirta Empul sebagai daya tarik wisata budaya. Bali(ID) : Universitas

Udayana. [Internet]. 11.19. [diunduh 2013 Juli 29]. Tersedia pada :

http://lppm.unud.ac.id/wp-content/uploads/Dampak-Sosial-

Ekonomi-dan-Sosial-Budaya-...-oleh-I-Kt.-Setiawan.pdf

Soekanto S. 2012. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta (ID): CV Rajawali.

Somantri RA. 1998. Peranan Nilai Budaya Daerah Dalam Upaya Pelestarian

Lingkungan Hidup. Bandung (ID): CV. Kidang Mas

Su X. 2009. Commodification And The Selling Of Ethnic Music To Tourists.

Elesevier [Internet]. [2011 April 21]. [diunduh 2012 November 3];

42(2011):496-505. Tersedia pada : www.elsevier.com/locate/geoforum.

Suganda H. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi. Bandung (ID):

Kiblat Buku Utama.

Utami WA. 2012. Pembentukan identitas dalam novel The Bluest Eye karya

Toni Morisson. [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Walters BB, Sabogal C, Snook LK, Almeida ED. 2005. Constraints and

opportunities for better silvicultural practice in tropical forestry : an

interdisiplinary approac. [Internet]. [15:55].[diunduh 2013 Agustus

12]; 209(2005)3-8. Tersedia pada : www.elsevier.com/locate/geoforum.

Yang L. 2010. Ethnic Tourism And Cultural Representation. Elsevier [Internet].

[diunduh 2012 November 3];38(2):561-585. doi:

10.1016/j.annals.2010.10.009. Tersedia pada :

www.elsevier.com/locate/atoures.

Page 68: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

51

Lampiran 1 Lokasi Kampung Naga

Page 69: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

52

Lampiran 2 Kerangka Sampling

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

1 AYN 54 L

2 ERK 44 P

3 IIS 18 P

4 OKT 57 P

5 HRN 43 L

6 IPH 27 P

7 ACH 67 P

8 IDH 43 P

9 ETO 45 L

10 KRN 39 L

11 ETN 33 P

12 IIA 57 L

13 IKH 57 P

14 TMA 67 L

15 RMS 56 P

16 AJR 14 L

17 RDP 34 L

18 HNE 31 P

19 YTI 68 P

20 ONH 42 P

21 AHD 41 L

22 OOY 43 P

23 IDI 59 L

24 SPI 52 P

25 SPH 46 L

26 Rky 39 P

27 TTN 16 P

28 SIM 28 L

29 SAP 22 P

30 UBA 30 L

31 RHT 27 P

32 KRD 48 L

33 MDE 29 P

34 MNR 42 L

35 JJS 36 L

36 SUI 28 P

37 EJE 47 L

38 IJA 36 P

39 RHI 31 P

40 INS 38 L

41 NYT 44 L

42 ANN 42 P

43 CSI 29 P

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

44 SAA 42 L

45 ITI 39 P

46 KAT 16 P

47 OKI 65 L

48 ATM 43 P

49 IDN 68 L

50 AYU 52 L

51 NAN 49 P

52 SDN 76 L

53 RSI 72 P

54 YAD 48 L

55 UYT 56 P

56 URY 19 L

57 RKS 17 P

58 YNI 30 P

59 IRT 48 P

60 UCH 46 L

61 RIN 35 P

62 AYS 56 L

63 EMA 51 P

64 DHN 25 L

65 DNI 17 L

66 HHS 43 L

67 IRD 36 P

68 ARR 14 L

69 ATG 59 L

70 APH 48 P

71 HBB 25 L

72 SOL 29 L

73 NOO 34 L

74 DEE 32 P

75 WAN 13 L

76 AYA 47 L

77 SRT 42 P

78 SSN 17 P

79 EMI 44 L

80 TET 42 P

81 ARN 19 P

82 SUD 45 L

83 OSI 55 P

84 UHA 17 L

85 IKA 23 P

86 UJP 72 L

Page 70: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

53

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

87 ENA 54 P

88 WIS 14 L

89 ENG 53 L

90 UNA 47 P

91 ONO 23 L

92 RKH 21 P

93 ASH 53 L

94 EIG 51 P

95 DEY 19 P

96 DTY 21 P

97 USP 50 L

98 TMT 39 P

99 YUD 22 L

100 RDI 17 L

101 UUY 74 P

102 AAY 82 P

103 ENT 67 P

104 ANG 77 L

105 ANA 76 P

106 TOH 66 L

107 KAT 65 P

108 ENA 70 P

109 YNO 18 L

110 MAN 76 L

111 ILA 73 P

112 DAM 26 L

113 DED 40 L

114 ACI 45 P

115 JHN 44 L

116 MMN 51 P

117 SDY 27 L

118 URN 60 L

119 SUY 53 P

120 SUH 25 L

121 OMA 69 L

122 IJU 49 P

123 TAN 29 L

124 AEN 24 P

125 DUN 72 L

126 HAE 53 L

127 ENI 53 P

128 KUS 18 L

129 IVN 17 L

130 OJD 61 L

131 UPI 62 P

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

132 AMA 53 L

133 ASH 49 P

134 UND 76 P

135 DIN 37 L

136 DET 37 P

137 ESA 33 L

138 ATS 24 P

139 SUM 45 L

140 ISA 35 P

141 RSA 15 P

142 JUH 72 L

143 EEN 62 P

144 JAK 52 L

145 UYT 42 P

146 ETG 47 L

147 NNH 42 P

148 DAD 19 L

149 RNA 17 L

150 ISH 43 L

151 DDH 35 P

152 MGE 18 L

153 DAU 49 L

154 RIK 16 P

155 HEI 40 P

156 RID 74 L

157 OYO 79 P

158 DAD 50 L

159 DED 43 P

160 DKI 15 L

161 AHM 42 L

162 DDE 28 P

163 INO 30 L

164 DEW 24 P

165 SUY 39 L

166 IRO 37 P

167 RAH 43 L

168 AKM 44 L

169 RHL 38 P

170 JUA 41 P

171 NAS 60 L

172 WDT 57 P

173 WRS 33 L

174 MIH 67 P

175 OJD 61 L

176 HNA 27 P

Page 71: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

54

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

177 SAR 45 L

178 KAR 40 P

179 IRJ 18 L

180 KAS 92 P

181 MAM 66 P

182 ENT 45 L

183 ESI 42 P

184 ESH 18 L

185 CHY 45 L

186 RUH 35 L

187 CCU 30 P

188 HLN 14 P

189 ENA 38 L

190 ASI 31 P

191 IJA 32 L

192 NSI 21 P

193 MRT 88 P

194 MUL 38 L

195 KAY 37 P

196 SAN 14 P

197 MAD 52 L

198 KOM 37 P

199 ANU 66 P

200 RAU 40 L

201 WAE 30 L

202 DRH 81 P

203 JMR 54 L

204 RSM 48 L

205 JJR 15 L

206 AWN 42 L

207 DON 21 L

208 PAR 66 L

209 KNH 47 P

210 IIM 26 P

211 DEV 22 P

212 MIR 88 P

213 KRM 45 L

214 ARY 40 P

215 TTT 17 P

216 KA 56 L

217 WAR 44 P

218 SAH 89 L

219 IKR 62 L

220 ERM 58 P

221 DET 33 P

No Kode

Nama Usia Jenis

Kelamin

222 IRM 20 L

223 APE 71 P

224 SHR 75 L

225 JJH 72 P

226 AJA 46 L

227 RHT 41 P

228 SDR 20 L

229 YNT 17 L

230 YDI 45 L

Responden

Page 72: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

55

Lampiran 3 Kuesioner

Nomor Responden

Tanggal Wawancara

KUESIONER

Hubungan Keaslian Masyarakat Naga dengan Pembentukan Identitas Kampung Naga

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:

Nama/NRP : Riezka Riswar/I34090071

Departemen/Fakultas : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat/Fakultas Ekologi Manusia

Universitas : Institut Pertanian Bogor

A. Karakteristik Responden

Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda anggap benar!

1

Nama :

2

Usia :

3

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

4.

Pendidikan : a. Tidak Sekolah d. SMA/MA/Sederajat

b. SD

e. Diploma/Sarjana/S2/S3

c. SMP/Mts/Sederajat

5. Pekerjaan : Petani Pedagang

PNS Pemandu Wisata

Lainnya.......................

6. No. HP :

Page 73: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

56

B. Keaslian Masyarakat Naga

I. Frekuansi melaksanakan adat

Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar!

II. Adat

Isilah dengan jawaban yang telah disediakan.

1 = Tidak Pernah melakukannya

2 = Jarang melakukannya

3 = Sering melakukannya

4 = Selalu melakukannya

____ 1. Menjaga lisan terutama terkait dengan leluhur Kampung Naga di hari yang di

tabukan seperti hari Selasa, Rabu dan Sabtu.

____ 2. Mempertimbangkan hari baik jika ingin melakukan acara pernikahan

____ 3. Memasuki hutan larangan untuk kepentingan upacara hajat sasih

____ 4. Mengikuti Upacara Khitanan Massal

____ 5. Mengikuti Upacara adat hajat sasih

____ 6. Mengikuti setiap perkataan orang tua/sesepuh

____ 7. Bergotong royong memasang kandang jaga

____ 8. Memasang kadang jaga berdasarkan hari-hari yang ditentukan

____ 9. Mengangkut hasil bumi/barang tanpa menggunakan alat bantu seperti gerobak

____ 10. Memasuki Bumi Ageung meskipun hanya sampai pagar (kandang jaga) saja

____ 11. Menanam padi sesuai dengan tanggal yang ditentukan oleh adat

____ 12. Memikirkan hidup mewah seperti ingin memiliki alat-alat elektronik mewah

seperti dvd,televisi berwarna

____ 13. Mengadu nasib di luar Kampung Naga untuk mencari materi yang lebih.

____ 14. Menjaga lisan terutama terkait dengan leluhur pada saat bulan Safar dan bulan

suci Ramadhan.

Page 74: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

57

C. Identitas Kampung Naga

I. INSTRUKSI :

Pernyataan ini menggambarkan aspek yang berbeda dari identitas. Silakan baca setiap

pernyataan, hati-hati dan mempertimbangkan bagaimana itu berlaku untuk Anda. Isilah dengan

menggunkan kode yang tertera dibawah ini :

1 = Tidak penting untuk saya 3 = Penting untuk saya

2 = Sedikit penting untuk saya 4 = Sangat penting untuk saya

Identitas Pribadi

Identitas Sosial

8 Ketenaran diri dikalangan Kampung Naga dan sekitarnya

9 Tanggapan orang lain terhadap apa yang saya lakukan

10 Daya tarik diri bagi orang lain

11 Kehormatan diri dimata orang lain

12 Tingkah laku diri ketika bertemu dengan orang

13 Penampilan fisik : tinggi badan saya, berat badan saya, bentuk tubuh saya.

Identitas Kolektif

14 Menjadi masyarakat yang diajari mengenai agama Islam turunan

15 Menjadi masyarakat yang menyadari bahwa perasaan yang melekat dalam diri,

terbentuk dari Kampung Naga.

16 Menjadi masyarakat yang diajari untuk hidup sederhana

17 Menjadi masyarakat yang diajari mensyukuri nikmat hidup

18 Menjadi masyarakat yang diharuskan membawa hasil bumi tanpa menggunakan

alat angkut

19 Menjadi masyarakat yang diharuskan mengetahui siapa dirinya di dalam

Kampung

20 Mengetahui masyarakat yang diwajibkan menjaga nama baik Kampung Naga

21 Menjadi masyarakat yang diwajibkan mentaati adat istiadat sebagai pedoman

hidup

1. Cita-cita dan imajinasi

2 Keinginan masa depan

3 Perasaan dan emosional

4 Pikiran dan ide-ide

5 Keunikkan diri yang berbeda dengan orang lain

6 Nilai-nilai dan moral pribadi

7 Pendapat pribadi, bukan pendapat orang lain

Page 75: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

58

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Kampung Naga, Desa Neglasari Kecamatan Salawu Tasikmalaya Jawa Barat

Hari/Tanggal

:

............................................................

Lokasi wawancara

:

............................................................

Nama informan

:

............................................................

Usia

:

......... tahun

A. Sejarah Kampung Naga

1. Bagaimana Kampung Naga terbentuk?

2. Bagaimana Karakteristik masyarakat di desa ini?

3. Apa saja yang menjadi pedoman kehidupan masyarakat saat ini?

4. Adakah perubahan yang terjadi terkait dengan aturan-adat tersebut?

5. Acara-acara adat apa saja yang ada di kampung Naga?

6. Siapa saja pihak yang boleh terlibat dalam acara adat tersebut?

7. Apa tujuan dari dilaksanakannya acara adat tersebut?

8. Bagaimana cara Masyarakat Naga menjaga keaslian mereka?

B. Kelembagaan yang terkait dengan Norma

1. Apakah di Kampung Naga terdapat aturan resmi atau aturan tidak resmi (adat, mitos, tradisi)

yang terjadi dikehidupan sehari-hari? Jika ya, jelaskan! Apakah aturan ini ditetapkan secara

berbeda untuk laki-laki dan perempuan? Jelaskan!

2. Apakah ada aturan khusus yang membatasi kegiatan yang dilakukan di Kampung Naga seperti

yang di sebutkan dibawah ini?

a. Pemeliharaan Kampung Naga terutama menjaga lingkungan sekitar salah satunya menjaga

hutan larangan dan hutan lindung. Jika ada, jelaskan!

b. Siapakah yang membuat adat di Kampung Naga?

3. a. Sanksi hukum apa jika masyarakat Kampung Naga melanggar adat

yang telah ditetapkan?

Melanggar satu kali?

Melanggar dua kali?

Melanggar berkali-kali?

b. Siapa yang memutuskan untuk memberi hubungan tersebut?

Page 76: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

59

4. Apabila adat ditegakkan, sejauhmana sanksinya ditaati oleh anggota masyarakat?

a. Tidak satupun anggota masyarakat mematuhi sanksi

b. Beberapa anggota masyarakat mematuhi sanksi

c. Hampir setengah anggota masyarakat (50%) mematuhi sanksi

d. Lebih dari sebagian besar anggota masyarakat mematuhi sanksi

e. Seluruh anggota masyarakat mematuhi sanksi

Page 77: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

60

Lampiran 5 Pengolahan Data

1. Hubungan antara usia dengan ketaatan terhadap adat.

Correlations

Ketaatan

terhadap adat Usia

Spearman's rho Ketaatan

terhadap

Adat

Correlation Coefficient 1.000 .709**

Sig. (2-tailed) . .000

N 35 35

Usia Correlation Coefficient .709**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan ketaatan terhadap adat.

Correlations

Ketaatan

terhadap adat Pendidikan

Spearman's rho Ketaatan terhadap

adat

Correlation Coefficient 1.000 -.120

Sig. (2-tailed) . .492

N 35 35

Pendidikan Correlation Coefficient -.120 1.000

Sig. (2-tailed) .492 .

N 35 35

3. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan ketaatan terhadap adat.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 33.415a 12 .001

Likelihood Ratio 32.920 12 .001

Linear-by-Linear Association 1.916 1 .166

N of Valid Cases 35

a. 20 cells (95,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

4. Hubungan antara jenis kelamin dengan ketaatan terhadap adat.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8.813a 2 .012

Likelihood Ratio 9.392 2 .009

Linear-by-Linear Association 5.306 1 .021

N of Valid Cases 35

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.

Page 78: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

61

5. Hubungan antara usia dengan pembentukan identitas pribadi.

Correlations

Identitas pribadi Usia

Spearman's rho Identitas

pribadi

Correlation Coefficient 1.000 -.406*

Sig. (2-tailed) . .015

N 35 35

Usia Correlation Coefficient -.406* 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .

N 35 35

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

6. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pembentukan identitas pribadi.

Correlations

Identitas Pribadi Pendidikan

Spearman's rho Identitas pribadi Correlation Coefficient 1.000 .407*

Sig. (2-tailed) . .015

N 35 35

Pendidikan Correlation Coefficient .407* 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .

N 35 35

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

7. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan pembentukan identitas pribadi.

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.522a 12 .131

Likelihood Ratio 21.553 12 .043

Linear-by-Linear Association .623 1 .430

N of Valid Cases 35

a. 20 cells (95,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

8. Hubungan antara jenis kelamin dengan pembentukan identitas pribadi.

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .700a 2 .705

Likelihood Ratio .702 2 .704

Linear-by-Linear Association .594 1 .441

N of Valid Cases 35

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.

Page 79: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

62

9. Hubungan antara usia dengan pembentukan identitas sosial.

Correlations

Identitas sosial Usia

Spearman's rho Identitas Sosial Correlation Coefficient 1.000 -.331

Sig. (2-tailed) . .052

N 35 35

Usia Correlation Coefficient -.331 1.000

Sig. (2-tailed) .052 .

N 35 35

10. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pembentukan identitas sosial.

Correlations

Identitas Sosial Pendidikan

Spearman's rho Identitas Sosial Correlation Coefficient 1.000 .416*

Sig. (2-tailed) . .013

N 35 35

Pendidikan Correlation Coefficient .416* 1.000

Sig. (2-tailed) .013 .

N 35 35

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

11. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan pembentukan identitas sosial

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14.269a 12 .284

Likelihood Ratio 18.079 12 .113

Linear-by-Linear Association .602 1 .438

N of Valid Cases 35

a. 20 cells (95,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,46.

12. Hubungan antara jenis kelamin dengan pembentukan identitas sosial

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.406a 2 .495

Likelihood Ratio 1.416 2 .493

Linear-by-Linear Association 1.217 1 .270

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,89.

Page 80: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

63

13. Hubungan antara usia dengan pembentukan identitas kolektif

Correlations

Identitas Kolektif Usia

Spearman's rho Identitas Kolektif Correlation Coefficient 1.000 .596**

Sig. (2-tailed) . .000

N 35 35

Usia Correlation Coefficient .596**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

14. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pembentukan identitas kolektif

Correlations

Identitas Kolektif Pendidikan

Spearman's rho Identitas Kolektif Correlation Coefficient 1.000 -.298

Sig. (2-tailed) . .082

N 35 35

Pendidikan Correlation Coefficient -.298 1.000

Sig. (2-tailed) .082 .

N 35 35

15. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan pembentukan identitas kolektif

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 45.321a 12 .000

Likelihood Ratio 28.123 12 .005

Linear-by-Linear Association .820 1 .365

N of Valid Cases 35

a. 19 cells (90,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.

16. Hubungan antara jenis kelamin dengan pembentukan identitas kolektif

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13.605a 2 .284

Likelihood Ratio 15.441 2 .000

Linear-by-Linear Association 10.816 1 .001

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.

Page 81: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

64

17. Hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan pembentukan identitas pribadi

Correlations

Ketaatan terhadap

adat Identitas Pribadi

Spearman's rho Ketaatan

terhadap

adat

Correlation Coefficient 1.000 -.230

Sig. (2-tailed) . .184

N 35 35

Identitas Pribadi Correlation Coefficient -.230 1.000

Sig. (2-tailed) .184 .

N 35 35

18. Hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan pembentukan identitas sosial

Correlations

Ketaatan terhadap

adat Identitas Sosial

Spearman's rho Ketaatan terhadap

Adat

Correlation Coefficient 1.000 -.109

Sig. (2-tailed) . .532

N 35 35

Identitas Sosial Correlation Coefficient -.109 1.000

Sig. (2-tailed) .532 .

N 35 35

19. Hubungan antara ketaatan terhadap adat dengan pembentukan identitas kolektif

Correlations

Ketaatan

terhadap adat Identitas kolektif

Spearman's rho Ketaatan

terhadap

adat

Correlation Coefficient 1.000 .522**

Sig. (2-tailed) . .001

N 35 35

Identitas Kolektif Correlation Coefficient .522**

1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 82: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

65

Lampiran 6 Matriks Analisis Data

No Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh Teknik Analisis

1 Hubungan usia

1. Ketaatan terhadap

adat.

2. Identitas Pribadi

3. Identitas Sosial

4. Identitas Kolektif

1. Spearmen

2. Spearmen

3. Spearmen

4. Spearmen

2 Hubungan

tingkat pendidikan

1. Ketaatan terhadap adat

2. Identitas Pribadi

3. Identitas Sosial

4. Identitas Kolektif

1. Spearmen

2. Spearmen

3. Spearmen

4. Spearmen

3 Hubungan

jenis pekerjaan

1. Ketaatan terhadap adat

2. Identitas Pribadi

3. Identitas Sosial

4. Identitas Kolektif

1. Chi Square

2. Chi Square

3. Chi Square

4. Chi Square

4 Hubungan

jenis kelamin

1. Ketaatan terhadap adat

2. Identitas Pribadi

3. Identitas Sosial

4. Identitas Kolektif

1. Chi Square

2. Chi Square

3. Chi Square

4. Chi Square

5 Hubungan ketaatan

terhadap adat

1. Identitas Pribadi

2. Identitas Sosial

3. Identitas Kolektif

1. Spearmen

2. Spearmen

3. Spearmen

Page 83: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

66

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

a. Anak tangga menuju Kampung Naga b. Pemandu wisata

c. Pemukiman masyarkat Naga d. Sungai Ciwulan

e. Masjid f. Keadaan dalam masjid

g. Pemukiman masyarakat Naga h. Bentuk atap rumah

Page 84: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

67

i. Saung Leusung j. Kolam

k. Jalan setapak di tengah pemukiman l. Pancuran

m. Pemukiman dibagian luar n. Rumah yang berhadapan

o. Pengrajin anyaman bambu p. Kegiatan menumbuk padi

Page 85: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

68

q.Upacara Hajat Sasih r. Tumpeng

s. Pembawaan tumpeng oleh para wanita t. Peneliti & Masyarakat

Naga ke masjid

Page 86: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

69

RIWAYAT HIDUP

Riezka Riswar dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 April 1991. Peneliti merupakan anak

pertama dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan Yogi Tri Isnawarman dan Yanthi Irianti

Sutiatmodjo. Peneliti memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Islam Al Muhajirin pada

tahun 1996-1997, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Beji VII pada tahun 1997-2003,

Sekolah Menengah Pertama Islam Al Muhajirin Depok tahun 2003-2006, dan Sekolah Menengah

Atas Perguruan Rakyat Bogor tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, peneliti melanjutkan studinya di

Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Ekologi

Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM).

Selama peneliti menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, peneliti aktif di berbagai

organisasi dan kepanitiaan. Peneliti aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Gentra Kaheman

sebagai staff pengajar Event Organizer. Peneliti juga aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah

Komunikasi Bisnis. Peneliti juga aktif mengikuti kepanitiaan beberapa event yang diselenggarakan

oleh IPB.

Page 87: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

70

Page 88: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

71

Page 89: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

72

Page 90: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

73

Page 91: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

74

Page 92: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

75

Page 93: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

76

Page 94: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

77

Page 95: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

78

Page 96: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

79

Page 97: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

80

Page 98: HUBUNGAN KEASLIAN KAMPUNG NAGA DENGAN … · penelitian ini adalah mendeskripsikan karakateristik individu masyarakat Naga, ... Hubungan Karakteristik Individu dengan Identitas Kolektif

49