HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN...

60
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING DAN REINFORCING DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT DI PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH HERLINA SARI 11C10104023 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2016

Transcript of HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN...

Page 1: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING DAN REINFORCING

DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT

DI PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN

SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN

NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

HERLINA SARI

11C10104023

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2016

Page 2: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan

Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

Nama Mahasiswa : HERLINA SARI

NIM : 11C10104023

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Minat Studi : EPIDEMIOLOGI

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Yuliatul Muslimah, MP) (Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)

NIP. 196407271992042002 NIDN. 0119128601

Ketua Program Studi

(Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)

NIDN. 0119128601

Page 3: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan

Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

Nama Mahasiswa : HERLINA SARI

NIM : 11C10104023 Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Minat Studi : EPIDEMIOLOGI

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 November 2015 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua Ir. Yuliatul Muslimah, MP …….....………………..........

Anggota 1. Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes …………………………...…

2. Kartini, SE, M.Kes ………………………….......

3. Muhammad Iqbal Fahlevi, SKM, M.Kes……………………………...

Alue Peunyareng, 12 November 2015

Ketua Program Studi

IlmuKesehatan Masyarakat

(Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)

NIDN. 0119128601

Page 4: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEUNOM

KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH

JAYA

NAMA MAHASISWA : RIZAL ASMI

NIM : 09C10104153

PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT

(JURUSAN AKK)

MENYETUJUI,

KOMISI PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

MENGETAHUI

Page 5: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

DEKAN FAKULTAS FKM KETUA

JURUSAN FKM

SALMAN RUSLY, SKM, M. EPID CITRA OVALISA

RAHMI, SKM NIDN. 0128067401

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT

ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TEUNOM KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA”

TIM PENGUJI PEMBIMBING I PEMBIMBING II

KISWANTO,M.SI HASRAH

JUNAIDI,SKM

NIDN. 0119107602 NIDN.

0110118601

PENGUJI I PENGUJI

II

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN EKM

Page 6: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

CITRA OVALISA RAHMI, SKM

MENGESAHKAN,

DEKAN FAKULTAS FKM UNIVERSITAS TEUKU UMAR

SALMAN RUSLY, SKM, M. EPID

NIDN. 0128067401

Page 7: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun

perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh

90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita

masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi,

sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan

mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat

erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri. Berdasarkan teori

Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial

budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut,

perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan

gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara

langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan

kesehatan (Notoadmodjo, 2003).

Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan

bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

segera sebelum terlambat dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang.

Perihal kesehatan gigi dan mulut perlu dibudidayakan di seluruh lingkungan

keluarga dan masyarakat (Yaslis Ilyas, 2001).

Masyarakat di Indonesia belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan

mulut. Masyarakat cenderung mengabaikan sakit gigi yang ditimbulkan padahal

ketika sudah menjadi sakit, penyakit gigi merupakan jenis penyakit pada urutan

pertama yang dikeluhkan masyarakat dan anak-anak. Menurut survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 membuktikan terdapat 76,2 persen anak

Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi

berlubang. Sedangkan SKRT tahun 2004 yang dilakukan oleh Depkes

1

Page 8: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

2

menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah berkisar antara

85%-99% (Sintawati, 2009).

World Health Organisation (WHO) dalam The World Oral Health

Report menyatakan bahwa di Indonesia kurangnya menjaga kebersihan gigi dan

mulut berakibat pada meningkatnya prevalesi edentulousness yang mencapai 24%

dengan rata-rata umur di atas 65 tahun dan penduduk Indonesia yang menderita

gang-guan kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%. Penelitian Denloye di

Nigeria pada anak berumur 13-15 tahun yang dituangkan dalam jurnalnya

membuk-tikan bahwa besar Debris Indeks (DI) mencapai 1,57 dan besar Kalculus

Indeks (CI) mencapai 1,48 dengan rata-rata Oral Hygiene Index Status (OHI-S)

untuk laki-laki mencapai 3,09 dan untuk perempuan mencapai 2,94 yang

tergolong ringan sampai sedang (Denloye, 2010 dalam I Gede, dkk, 2013).

Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, karies gigi

menunjukan peningkatan dalam 5 tahun terakhir, hampir 95% rakyat Indonesia

mengalami penyakit gigi dan mulut. Secara umum, populasi Negara ini dapat

dikatakan masih kurang pengetahuannya di bidang penyakit gigi serta

hubungannya dengan penyakit-penyakit lainnya. Rata-rata dihasilkan 720 dokter

gigi baru per tahun dan perbandingan dokter gigi dengan rakyat Indonesia adalah

1:30.000 yang pendistribusiannya tidak merata dan berkumpul di daerah urban,

sedangkan 70% populasi Indonesia berada di daerah pedesaan. Selain itu,

orientasi dari dokter gigi lebih mengarah kepada pengobatan dibandingkan

pencegahan. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, bahwa prevalensi karies

di Indonesia mencapai 60-80%. Penyakit gusi dapat meningkatkan stroke lebih

Page 9: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

3

dari 50 persen pada usia 25-54 tahun (Kemenkes RI, 2010). Hasil Riskesdas

(2013) sebesar 30% penduduk indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut.

Dilihat dari kelompok umur, golongan muda lebih banyak menderita karies gigi

dibandingkan umur 45 tahun keatas, dimana umur 10-24 tahun kareis giginya

mencapai 66,8-69,5%, umur 45 tahun keatas sebesar 53,3% dan umur 65 tahun

keatas sebesar 43,8%. Hal ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada

golongan golongan usia produktif (Riskesdas, 2013).

Masyarakat Aceh yang mengalami masalah gigi dan mulut sekitar 67

persen dari 4.485.730 warga Aceh menderita gigi berlubang dan gangguan

kesehatan gusi. Angka kasus penyakit gigi aktif di Aceh tergolong tinggi, yakni

sekitar 41 persen, selama ini mungkin masyarakat belum mendapatkan informasi

mengenai bahaya penyakit gigi, warga masih menganggap penyakit gigi maupun

mulut adalah hal biasa, jika sudah parah baru mereka berkonsultasi ke dokter

(Dinkes Aceh, 2013). Pada tahun 2014 jumlah pasien yang mengalami maslah

gigi dan mulut adalah sebanyak 62.391 orang yaitu 15.208 orang yang mengalami

penambalan gigi berlubang dan 47.183 orang yang melakukan pencabutan gigi

(Dinkes Aceh, 2014).

Pada tahun 2012 yang mengalami masalah gigi dan mulut di Kabupaten

Nagan Raya adalah sebanyak 1.299 orang, dimana masalah gigi dan mulut , hal

ini didasarai oleh kurangya perhatian dan kesadaran masyarakat tentang

kebersihan gigi dan mulut (Dinkes Nagan Raya, 2012). Pada tahun 2013 jumlah

p[asien yang mengalami maslah gigi dan mulut adalah sebanyak 300 orang yaitu

100 orang yang mengalami tumppatan atau penambalan gigi berlubang dan 200

Page 10: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

4

orang yang melakukan pencabutan gigi (Dinkes Aceh, 2013). Pada tahun 2014

jumlah pasien yang mengalami maslah gigi dan mulut adalah sebanyak 659 orang

yaitu 2 orang yang mengalami tumppatan atau penambalan gigi berlubang dan

657 orang yang melakukan pencabutan gigi (Dinkes Aceh, 2014).

Berdasarkan data dari puskesmas Uteun Pulo di ketahui bahwa jumlah

pasien yang mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulut pada tahun 2014

adalah sebanyak 268 orang. Pada tahun 2015 jumlah pasien sampai bulan Agustus

sebanyak 103 orang. Kebanyakan pasien mengalami sakit gigi karies dan plak.

Hal ini dikarenakan pasien kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut yaitu

jarang menggosok gigi (Puskesmas Uteun Pulo, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Uteun Pulo, diketahui bahwa 3 orang dari masyarakar selalu

menyikat gigi secara rutin yaitu pagi dan malam hari sebelum tidur, dan belum

pernah mengalami masalah gigi baik plak gigi, maupun gigi berlubang.

Sedangkan 7 masyarakat lainnya tidak secara rutin melakukan sikat gigi, kadang-

kadang 2 kali sehari dan kadang-kadang 1 kali sehari. 2 diantaranya belum pernah

mengalami masalah gigi dan mulut, 3 lainnya mengalami gigi berlubang, dan 2

lainya mengalami plak gigi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam

bentuk skripsi yang diberi judul: “Hubungan Faktor Predisposising, Enabling

dan Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di

Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan

Raya”

Page 11: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bagaimana

Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Faktor Predisposising, Enabling

dan Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas

Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Pengetahuan masyarakat dengan Kebersihan Gigi

dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

2. Untuk mengetahui sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya

3. Untuk mengetahui Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

4. Untuk mengetahui Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut Masyarakat di Puskesmas Ute\un Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya.

Page 12: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

6

1.4 Hipotesis

1. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya

2. Adanya hubungan antara sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya

3. Adanya hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

4. Adanya hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu kesehatan

khususnya pada Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan

Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di

Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan

Raya

2. Bagi pihak Dinkes Kabupaten Nagan Raya sebagai informasi dalam

meningkatkan pelayanan khususnya tentang Kebersihan Gigi dan Mulut

Page 13: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

7

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya.

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khususnya Kebersihan Gigi dan Mulut

b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan

perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

c. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat

membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.

Page 14: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam diri seseorang yang merupakan hasil bersama

atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal

(Notoatmodjo, 2010).

Lawrence Green (1980) teori domain perilaku manusia membagi perilaku

manusia itu dalam 3 (tiga) domain ranah atau kawasan yaitu: pengetahuan

(kwoledge), sikap (attitude), dan praktek atau tindakan:

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi, melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengarui oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Allport dalam Notoatmodjo, 2010 sikap terdiri

dari 3 komponen, yakni:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap

objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

8

Page 15: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

9

2.1.3 Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau

tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

bisa melalui dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar

negeri.

Menurut Notoadmodjo (2007) juga mengatakan mengikut teori Green

(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor penguat (Predisposising) yang mencakup:

1. Pengetahuan

Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat

pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,

memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan

mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang

sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun

informasi yang diterima dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.

2. Sikap

Menurut Santrock dalam Azwar (2007) mengemukakan bahwa sikap

merupakan kepercayaan atau opini terhadap orang-orang, obyek atau suatu

ide. Setiap orang memiliki opini atau kepercayaan yang berbeda terhadap

suatu obyek atau ide. Sikap adalah reaksi atas penilaian suka atau tidak

Page 16: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

10

suka terhadap sesuatu atau seseorang yang ditunjukkan melalui

kepercayaan, perasaan atau kecenderungan bertingkah laku.

3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas,

juga diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

4. Jenis kelamin

Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki

dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam

menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan

5. Pekerjaan

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi

kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau

penghasilan.

b. Faktor pendukung (Enabling) yang mencakup:

1. Tingkat Pendapatan

Jumlah pendapatan ibu dan keluarga setiap bulannya yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga setiap bulannya.

2. Ketercapaian pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi

Page 17: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

11

3. Ketersediaan sarana dan prasarana

Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan

suatu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat.

c. Faktor pendorong (Reinfonsing) pula mencakup:

1. Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya

selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal

bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga.

2. Lingkungan

Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan

adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh

timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat.

3. Sosial budaya

Segala sesuatu yag berkaitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat,

yang mana di dalamnya terdapat pernyataan mengenai poin intelektual dan

juga nilai artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas yang ada pada

masyarakat itu sendiri.

4. Petugas kesehatan

setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan

kesehatan

Page 18: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

12

2.3 Mulut

Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis

oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding

bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari

pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh

membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi.

Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun

di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir

pada bagian bibir (Tortora et al., 2009).

Pengertian Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas

dalam proses pencernaan makanan, sehingga makanan menjadi kecil dan

memungkinkan untuk di telan. Mulut juga dapat menghaluskan makanan karena

di dalam Mulut terdapat Gigi dan Lidah. Gigi menghancurkan makanan,

sedangkan lidah berfungsi untuk membolak-balik makanan agar semua makanan

di hancurkan secara merata. Selain melakukan pencernaan secara mekanis di

dalam mulut juga terjadi pencernaan secara kimiawi, pencernaan secara kimiawi

di mungkinkan karena didalam rongga mulut juga terdapat air ludah yang

mengandung air, lendir dan Enzim Ptialin. Air dan lendir membantu dalam

melumasi rongga mulut serta membantu dalam proses menelan sementara Enzim

Ptialin mengubah amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yaitu maltose

(Ravel dalam Radiah, 2013)

2.4 Gigi

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak

vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka

untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan

mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai

senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang

disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi

menciut dan dentin terdeposit di tempatnya (Herawati, 2003)

Page 19: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

13

Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda,

dan salah satu yang bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis

menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis fosil dan seringkali hubungan di

antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan hewan tersebut.

Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena

rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan

merobek, dan karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan

makanan tersebut tanpa membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan

tersebut terlebih dahulu (Djaya, dalam Yanuaris, 2011).

Manusia memiliki dua buah perangkat gigi, yang akan tampak pada periode

kehidupan yang berbeda. Perangkat gigi yang tampak pertama pada anak-anak

disebut gigi susu atau deciduous teeth. Perangkat kedua yang muncul setelah

perangkat pertama tanggal dan akan terus digunakan sepanjang hidup, disebut

sebagai gigi permanen. Gigi susu berjumlah dua puluh empat buah yaitu : empat

buah gigi seri (insisivus), dua buah gigi taring (caninum) dan empat buah geraham

(molar) pada setiap rahang. Gigi permanen berjumlah tiga puluh dua buah yaitu :

empat buah gigi seri, dua buah gigi taring, empat buah gigi premolar, dan enam

buah gigi geraham pada setiap rahang. Gigi susu mulai tumbuh pada gusi pada

usia sekitar 6 bulan, dan biasanya mencapai satu perangkat lengkap pada usia

sekitar 2-3 tahun. Gigi susu akan secara bertahap tanggal selama masa kanak-

kanak dan akan digantikan oleh gigi permanen (Susanto, 2007).

Pada bagian gigi manusia terstruktur/tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni

(Radiah, 2013):

a. Email

Email adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat

yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia.

b. Tulang Gigi (dentin)

Tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang

dibentuk dari zat kapur.

c. Rongga Gigi (pulpa)

Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler

dan serabut-serabut syaraf.

Page 20: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

14

d. Semen / Sementum

Semen merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan/berbatasan

langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh

2.5 Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan mulut dan gigi pada saat ini masalah utama kesehatan gigi dan

mulut anak di indonesia adalah karies dan penyakit periodental. Kebersihan mulut

dan gigi didefinisikan untuk mempertahankan atau usaha penjagaan kebersihan

serta kesehatan mulut dan gigi dengan menggosok gigi dan flossing untuk

membantu lebih lanjut dalam mengangkat plak diantara gigi untuk mengurangi

inflamasi gusi dan infeksi (Potter, 2005).

Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisinya bahan

organik dan airnya sedikit sekali, sebagian besar terdiri dari bahan anorganik

sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindung dan

basah oleh air liur (Depkes, 2004).

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari

mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,

asam, asin dan pahit (Melda, 2009)

Vertikal dari arah gusi ke ujung gigi, untuk rahang atas dari atas ke bawah.

Untuk rahang bawah ka atas. Bagian luar, dalam dan permukaan gigi yang untuk

mangunyah disikat dengan teliti, tidak usah terlalu keras, tapi mantap. Gusi yang

Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) terdiri atas dua komponen yaitu skor

debris dan skor kalkulus dengan skala masing-masing komponen 0-3. Enam

permukaan gigi yang diperiksa adalah permukaan bukal/labial gigi molar 1 kanan

atas permanen, insisivus 1 kanan atas permanen, molar 1 kiri atas permanen, gigi

Page 21: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

15

insisivus 1 kiri bawah permanen dan permukaan lingual gigi molar 1 kiri dan

kanan bawah permanen. Bila gigi molar 1 tidak ada digantikan oleh gigi molar 2

dan 3, sedangkan bila gigi insisivus yang menjadi gigi indek tidak ada maka

digantikan oleh gigi insisivus 1 di sebelah midline. Permukaan gigi yang

berkurang tingginya karena karies atau trauma tidak digunakan sebagai gigi

indeks. Paling sedikit ada dua permukaan gigi indeks untuk tiap individu harus

ada. Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, makanan yang bersifat

membersihkan gigi yang dapat mengurangi kerusakan gigi seperti apel, jambu air,

bengkuang dan lain sebagainya, sebaliknya makanan yang manis, lunak dan

melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen dan coklat, walaupun air

ludah dan lidah merupakan pembersih alamiah terhadap gigi tapi pelekatan

permen sukar dibersihkan oleh pembersih alamiah ini terlebih pada fisur atau

celah antara gigi (Alhamda, 2011).

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut

Menurut Radiah (2013) pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut agar terhindar

dari penyakit gigi dan mulut. Tindakan-tindakan tersebut berupa:

1. Mengurangi konsumsi makanan kariogenik,

2. Banyak mengonsumsi sayur dan buah,

3. Menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur

4. Kunjungan rutin kedokter gigi setiap 6 bulan sekali.

Page 22: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

16

Berdasarkan teori Blum dalam Anitasari (2005), status kesehatan gigi dan

mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu

keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang

penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Di samping

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat

juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

2.7 Kerangka Teoritis

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas

yaitu menurut Teori Green dalam Notoadmodjo (2007)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Kebersihan Gigi dan

Mulut

Faktor Presdissposising

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Tindakan

4. Jenis kelamin

5. Pekerjaan

Faktor Reinfonsing

1. Keluarga

2. Lingkungan

3. Sosial Budaya

4. PetugasKesehatan

Faktor Enabling

1. Tingkat pendapatan

2. Ketercapaian pelayanan

kesehatan

3. Ketersediaan Sarana dan

Prasarana

Page 23: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

17

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Kebersihan Gigi dan

Mulut

Predisposising

1. Pengetahuan

2. Sikap

Reinfoncing

Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Enabling

Dukungan Keluarga

Page 24: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang bersifat analitik

dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti

pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2005), yang

bertujuan untuk mengetahui Hubungan faktor Predisposising, Enabling dan

Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 4-16 Desember tahun

2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mayarakat yang berobat di

Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

berjumlah 103 orang.

18

Page 25: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

19

3.3.2 Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), cara pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah dengan rumus slovin sebagai berikut:

Keterangan: N : Populasi Penelitian

n : Sampel penelitian

d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)

n =

n =

n =

n =50,7 digenapkan menjai 51

Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 51 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Accidental

sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sehingga dalam teknik

sampling di sini peneliti mengambil responden pada saat berkunjung ke

Puskesmas Uteun Pulo.

103

1+103 (0,1)²

103

1+103(0,01)

103

2,03

Page 26: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

20

3.4 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk

mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

dan diberi kode.

3. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam

komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

4. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

dalam bentuk tabel.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah

disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya.

Page 27: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

21

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Independent

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Wawasan

masyarakat

tentang cara

menyikat gigi

yang baik

dan benar

Wawancara

Kuisioner

1. Baik

2. Tidak

Baik

Ordinal

2. Sikap Reaksi atau

respon

masyarakat

tentang cara

menyikat gigi

yang baik dan

benar

Wawancara

Kuisioner

1. Baik

2. Tidak

Baik

Ordinal

3. Ketersediaan

Sarana dan

Prasarana

Adanya

tersedia

peralatan yang

lengkap di

puskesmas

untuk

melakukan

pemeriksaan

keberssihan

gigi dan mulut

pasien

Wawancara

Kuisioner

1.Ada

2. Tidak

Ada

Ordinal

4 Dukungan

Keluarga

Adanya

dukungan

keluarga

terhadap

kebersihan

gigi dan mulut

Wawancara

Kuisioner

1.Mendukung

2. Tidak

Mendukung

Ordinal

Variabel Independen

Kebersihan

gigi dan

mulut

Kebersihan

gigi dan

mulut dari

plah atau

penyakit gigi

dan mulut

Rekam

medis

Pemeriksaan 1. Bersih

2. Tidak

Bersih

Ordinal

Page 28: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

22

3.7 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Pengetahuan

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 3

Tidak Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3

2. Sikap

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 3

Tidak Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3

3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Ada: jika responden mendapat skor nilai > 2

Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai ≤ 2

4. Dukungan Keluarga

Mendukung: jika responden mendapat skor nilai > 2

Tidak Mendukung: jika responden mendapat skor nilai ≤ 2

5. Kebersihan Gigi dan Mulut

Bersih: jika hasil pemeriksaan rekam medis menyatakan bersih

Tidak Bersih: jika hasil pemeriksaan rekam medis menyatakan tidak

bersih

Page 29: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

23

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,

2001).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected

(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS

untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga

disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah fisher`s test,

2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty

Corection,

3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka

digunakan uji pearson Chi-square.

Page 30: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

24

4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,

misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk

mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua jenis ini

jarang digunakan.

Page 31: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Uteun Pulo merupakan satu-satunya Puskesmas yang ada

di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Lokasi UPTD di Pingir

Jalan Nasional Jeuram – Beutong Gampong Blang Panyang. Transportasi antar

wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa sebagian besar sudah

beraspal dan mudah di jangkau dengan sarana transportasi dan Empat Desa

Seberang Sugai yang Masih mengunakan Rakit Yaitu : Kila, Kandeh,Blang

Tengku dan Blang Lango.

4.1.1 Data Geografi

Secara geografi Kecamatan Seunagan Timur berbatas dengan Kecamatan

Lainnya :

1. Utara berbatasan dengan Kecamatan Pante Cermen

2. Selatan berbatas dengan Kecamatan Seunagan

3. Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong serta

4. Barat berbatasan dengan Kecamatan Meurebo

4.1.2 Data Demografi

Luas wilayah Kecamatan Seunagan Timur secara keseluruhan adalah 14761

Km terdiri dari 34 desa terdiri atas 4 Kemukiman yaitu:

25

Page 32: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

26

Tabel 4.1 Data Penduduk Per Desa dalam wilayah Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Bulan

Desember Tahun 2014 adalah Sbb:

N

O NAMA DESA

JUMLAH

KK

PENDUDUK JUMLA

H LK PR

1. Blang Ara Gampong 105 187 194 381

2. Blang Ara Keude 135 279 253 532

3. Blang Bayu 151 231 268 499

4. Blang Langoe 45 37 37 74

5. Blang Panyang 177 353 329 682

6. Blang Preh 94 150 167 317

7. Blang Teungku 62 24 29 53

8. Blang Geudong 96 143 143 286

9. Cot Dirui 16 26 31 57

10 Cot Gud 199 335 342 678

11. Cot Manyang 83 165 150 315

12. Cot Punti 76 117 131 248

13. Cot Teuku Dek 26 53 48 101

14. Ie Beudoh 176 313 336 649

15. Kabu Baroh 80 131 147 278

16. Kabu Tunong 218 358 387 745

17. Kandeh 47 87 82 169

18. Keude Linteung 205 349 393 742

19. Keude Neulop 108 154 199 353

20. Kila 58 49 68 117

21. Krueng Kulu 105 186 182 368

22. Lhok Mesjid 205 363 373 736

23. Lhok Pange 139 222 250 472

24. Meugatmeh 110 176 201 377

25. Meurandeh Suak 105 183 182 365

26. Mon Bateung 165 292 308 600

27. Paya 64 94 126 220

28. Peleukung 125 211 198 409

29. Pulo Teungoh 67 102 101 203

30. Sapeng 106 186 207 393

31. Sawang Mane 107 190 230 420

32. Suak Perbong 92 171 169 340

33. Tuwi Meleusong 31 19 16 35

34. Uteun Pulo 278 393 419 812

J U M L A H 3.856 6.329 6.697 13.026

Sumber: Puskesmas Uteun Pulo, 2015

Page 33: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

27

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

NO Umur Responden Frekuensi %

1 15-20 Tahun 16 31,4

2 21-25 Tahun 11 21,6

3 26-30 Tahun 9 17,6

4 31-35 Tahun 5 9,8

5 36-40 Tahun 7 13,7

6 > 40 Tahun 3 5,9

Total 51 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2 di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berumur 15-20 tahun adalah sebanyak 16 orang (31,4%), sedangkan responden

terendah yang berumur >40 tahun adalah sebanyak 3 orang (5,9%).

2. Pendidikan

Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan responden dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

NO Pendidikan Frekuensi %

1 SD 6 11,8

2 SMP 14 27,5

3 SMA 18 35,3

4 Perguruan Tinggi 13 25,5

Total 51 100

Sumber: data primer 2015

Page 34: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

28

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (35,3%) dan responden terendah yang

berpendidikan SD sebanyak 6 orang (11,8%).

3. Jenis Kelamin

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas

Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 15 29,4 2 Perempuan 36 70,6

Total 51 100 Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa responden yang berjenis

kelamin laki-laki adalah sebanyak 15 responden (29,4%), sedangkan responden

yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 36 responden (70,6%).

4. Pekerjaan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel pekerjaan dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Pengetahuan Frekuensi %

1 Tidak Bekerja 10 20,6

2 Wiraswasta 15 29,4 3 Swasta 10 20,6 4 PNS 15 29,4

Total 51 100 Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi adalah

yang bekerja sebagai Wiraswasta dan PNS adalah masing-masing sebanyak 15

Page 35: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

29

orang (29,4%), sedangkan responden yang terndah adalah yang bekerja sebagai

sawasta dan tidak bekerja, masing-masing adalah sebanyak 10 orang (20,6%).

4.2.2 Analisis Univariat

1. Pengetahuan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel pengetahuan

dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden

dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas

Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 15 29,4

2 Tidak Baik 36 70,6 Total 51 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

pengetahuan baik adalah sebanyak 15 orang (29,4%), sedangkan responden yang

faktor pengetahuan tidak baik adalah sebanyak 36 orang (70,6%).

2. Sikap

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel sikap dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan sikap Responden dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Sikap Frekuensi %

1 Baik 17 33,3 2 Tidak Baik 34 66,7

Total 51 100 Sumber: data primer 2015

Page 36: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

30

Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

sikap baik adalah sebanyak 17 orang (33,3%), sedangkan responden yang faktor

sikap tidak baik adalah sebanyak 34 orang (66,7%).

3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel ketersediaan

sarana dan parasarana dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan

Prasarana dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di

Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten

Nagan Raya. NO Ketersediaan Sarana dan Prasarana Frekuensi %

1 Ada 17 33,3

2 Tidak Ada 34 66,7 Total 51 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

ketersediaan sarana dan prasarana ada adalah sebanyak 17 orang (33,3%),

sedangkan responden yang faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada

adalah sebanyak 34 orang (66,7%),

4. Dukungan Keluarga

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dukungan

keluarga dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Dukungan Keluarga Frekuensi %

1 Mendukung 20 39,2

2 Tidak Mendukung 31 60,8 Total 51 100

Sumber: data primer 2015

Page 37: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

31

Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

dukungan keluarganya mendukung adalah sebanyak 20 orang (39,2%), sedangkan

responden yang faktor dukungan keluarganya tidak mendukung adalah sebanyak

31 orang (60,8%).

5. Kebersihan Gigi dan Mulut

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel kebersihan gigi

dan mulut dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini:

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Kebersihan Gigi dan Mulut Frekuensi %

1 Bersih 17 33,3 2 Tidak Bersih 34 66,7

Total 51 100 Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.10 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

kebersihan gigi dan mulutnya bersih adalah sebanyak 17 orang (33,3%),

sedangkan responden yang faktor kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih

adalah sebanyak 34 orang (66,7%).

4.2.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.

Page 38: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

32

a. Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Tabel 4.11. Pengetahuan yang berhubungan dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Pengetahuan Kebersihan Gigi dan Mulut Total

Bersih Tidak Bersih Pvalue OR

f % f % f %

Baik 10 66,7 5 33,3 15 100 0,003 8,2

Tidak Baik 7 19,4 29 80,6 36 100

Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 15 responden yang faktor

pengetahuan baik, sebanyak 10 orang (66,7%) yang kebersihan gigi dan mulutnya

bersih dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak

bersih. Sedangkan dari 36 responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak 7

orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 29 orang

(80,6%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarakan hasil OR 8,2 dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa memiliki pengetahuan baik akan berpeluang sebanyak 8,2 kali memiliki

keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden yang

pengetahuannya tidak baik.

Page 39: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

33

b. Hubungan Faktor Sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Tabel 4.12. Sikap yang berhubungan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya. Sikap Kebersihan Gigi dan Mulut Total Bersih Tidak Bersih Pvalue OR

f % f % f %

Baik 10 58,8 7 41,2 17 100 0,016 5,5

Tidak Baik 7 20,6 27 79,4 34 100

Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 17 responden yang faktor

sikap baik, sebanyak 10 orang (58,8%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih

dan sebanyak 7 orang (41,2%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Sedangkan dari 34 responden yang faktor sikap baik, sebanyak 7 orang (20,6%)

yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 27 orang (79,4%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,016 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,016 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan gigi dan mulut

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarakan hasil OR 5,5 dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa memiliki sikap baik akan berpeluang sebanyak 5,5 kali memiliki

keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden yang sikapnya

tidak baik.

Page 40: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

34

c. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut

Tabel 4.14. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang berhubungan dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Dukungan Kebersihan Gigi dan Mulut Total

Keluarga Bersih Tidak Bersih Pvalue OR

f % f % f %

Mendukung 11 55,0 9 45,0 20 100 0,020 5,0

Tidak Mendukung 6 19,4 25 80,6 31 100

Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 20 responden yang faktor

dukungan keluarganya mendukung, sebanyak 11 orang (55,0%) yang kebersihan

gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 9 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 31 responden yang faktor dukungan

keluarga tidak mendukung, sebanyak 6 orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya bersih dan sebanyak 25 orang (80,6%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,020 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,020 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan kebersihan

gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarakan hasil OR 5,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa memiliki dukungan keluarga mendukung akan berpeluang sebanyak 5,0

kali memiliki keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden

yang dukungan keluarga tidak mendukung.

Page 41: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

35

d. Hubungan Faktor Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut

Tabel 4.13. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang berhubungan dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Ketersediaan Kebersihan Gigi dan Mulut Total

Sarana dan Bersih Tidak Bersih Pvalue OR

Prasarana f % f % f %

Ada 11 64,7 6 35,3 17 100 0,002 8,5

Tidak Ada 6 17,6 28 82,4 34 100

Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 17 responden yang faktor

ketersediaan sarana dan prasarana ada, sebanyak 11 orang (64,7%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 6 orang (35,3%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang

faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada, sebanyak 6 orang (17,6%)

yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 28 orang (82,4%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan sarana dan parasarana

dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun

Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarakan hasil OR 8,5 dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa memiliki ketersediaan sarana dan parasarana ada akan berpeluang

sebanyak 8,5 kali memiliki keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan

responden yang ketersediaan sarana dan parasarana tidak ada.

Page 42: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

36

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

variabel independen yaitu variabel Predisposising, (pengetahuan, sikap), Enabling

(ketersediaan sarana dan prasarana, dan Reinfoncig (dukungan keluarga), dengan

variabel dependen yaitu kebersihan gigi dan mulut.

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Gigi dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara pengetahuan dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten

Nagan Raya, dimana dari 15 responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak

10 orang (66,7%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 5 orang

(33,3%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 36

responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak 7 orang (19,4%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 29 orang (80,6%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya.

Page 43: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

37

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang berpengetahuan baik dan kebersihan gigi dan mulutnya bersih

karena mereka mengetahui pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut, selain

itu juga mereka tahu cara menjaga kebersihan gigi dan mulut degan baik.

Sedangkan responden yang pengetahuan baik akan tetapi kebersihan gigi dan

mulutnya tidak bersih karena sebenarnya mereka mengetahui tentang kebersihan

gigi dan mulut akan tetapi mereka tidak menjaga kebersihan gigi dan mulutnya

dengan baik.

Selanjutnya responden yang pengetahuannya tidak baik dan memiliki

kebersihan gigi dan mulut tidak bersih karena mereka tidak mengetahui

bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga mereka tidak dapat

menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik. Sedangkan responden yang

pengetahuannya tidak baik akan tetapi kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena

tanpa mereka sadari mereka telah menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu

dengan rajin menyikat gigi secara rutin setiap harinya.

Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.

Hal ini ssesuai dengan hasil penelitian Maysaroh (2010) Penelitian pada

140 responden, menemukan bahwa ada 109 responden yang memiliki

pengetahuan baik dengan dengan perilaku baik sebanyak 58 responden (53,2%),

Page 44: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

38

dan sisanya 51 orang (46,8%) dengan perilaku kurang baik. Responden dengan

pengetahuan kurang baik ada 31 orang dengan perilaku baik sebanyak 14 orang

(45,2%) dan sisanya 17 orang (54,8%) yang memiliki perilaku kurang baik. Hasil

dari uji Chi-Square menemukan tidak adanya hubungan antara pengetahuan

tentang kebersihan gigi dan mulut terhadap perilaku menyikat gigi pada anak usia

sekolah (p 0,562 > 0,05).

4.3.2 Hubungan Sikap dengihan Gigi dengan Kebersihan Gigi dan Mulut

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara sikap dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya,

dimana dari 17 responden yang faktor sikap baik, sebanyak 10 orang (58,8%)

yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 7 orang (41,2%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang

faktor sikap baik, sebanyak 7 orang (20,6%) yang kebersihan gigi dan mulutnya

bersih dan sebanyak 27 orang (79,4%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak

bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,016 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,016 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan gigi dan mulut

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang sikap baik dan kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena

Page 45: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

39

mereka mengetahui selalu menyikat gigi dengan rutin yaitu 2 kali sehari sehabis

makan dan makan makanan yang baik bagi kesehatn gigi dan mulut. Sedangkan

responden yang sikapnya baik akan tetapi kebersihan gigi dan mulut tidak bersih

karena mereka terkadang tiak menjaga makanan yang baik bagi kesehatan gigi

dan mulut.

Selanjutnya responden yang sikap tidak baik dan memiliki kebersihan

gigi dan mulut tidak bersih karena mereka menjaga makan makanan yang tidak

baik bagi kesehatan gigi dan mulut, selain itu mereka juga jarang melakukan sikap

gigi secara rutin setiap harinya. Sedangkan responden sikapnya tidak baik dan

memiliki kebersihan gigi dan mulut bersih karena mereka tidak suka makan

makanan yang manis-manis.

Sikap merupakan suatu reaksi atu respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulu atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan

kononitas adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaki yang bersifat emosinal terhadap stimulus

sosial (Notoatmojo, 2003).

Hasil penelitian Tjahja dan Lely (2005) didapat bahwa hasil penelitian

didapatkan nilai OHIS (Oral Hygiene Indeks Simplified) berkisar antara 1,07-1,98

yang termasuk kategori sedang atau cukup. Rata-rata pengetahuan dan sikap

responden tentang kesehatan gigi juga cukup baik yaitu 97,5. Dapat disimpulkan

bahwa kebersihan gigi dan mulut ada hubungannya dengan pengetahuan dan sikap

responden.

Page 46: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

40

4.3.3 Hubungan Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengihan Gigi dengan

Kebersihan Gigi dan Mulut

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara ketersediaan sarana dan parasarana dengan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 17 responden yang faktor

ketersediaan sarana dan prasarana ada, sebanyak 11 orang (64,7%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 6 orang (35,3%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang

faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada, sebanyak 6 orang (17,6%)

yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 28 orang (82,4%) yang

kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan sarana dan parasarana

dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun

Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden memiliki sarana dan prasarana ada dan memiliki kebersihan gigi dan

mulut bersih karena mereka selalu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada

untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti rutin menyikat gigi da rutin

memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnyan ke puskesmas atau tenaga kesehatan

yang ada. Sedangkan responden yang ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada

dan kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih karena mereka tidak memanfaatkan

Page 47: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

41

sarana dan prasarana yang ada dengan baik seperti jarang melakukan pemeriksaan

gigi dan mulut, jarang menyikat gigi sehingga gigi dan mulutnya tidak bersih.

Selanjutnya responden yang ketersediaan sarana dan parasarananya tidak

ada dan kebersihan gigi dan mulut tidak bersih karena mereka tidak menjaga

makanan dan jarang melakukan sikat gigi dan tidak memeriksakan kebersihan gigi

dan mulut secara rutin karena jarak tempat tinggal yang jauh dari puskesmas,

sehingga hanya datang pada saat gigi dan mulutnya megalami masalah.

Sedangkan responden ketersediaan sarana dan parasarana tidak ada akan tetapi

kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena walaupun jarak rumah mereka jauh

dari puskesmas akan tetapi mereka rutin memeriksakan kebersihan gigi dan mulut

selama 2 bulan sekali.

Ketersediaan sarana dan parasarana ada tersedianya semua fasilitas

kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pemeriksaan kesehatan bagi

masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian Andayasari (2014) didapat analisis menunjukan adanya

hubungan antara ketersediaan peralatan kesehatan gigi dan mulut dengan kegiatan

penambalan dan pencabutan gigi OR 0,62; (0,41-094) dan p value 0,024. Adanya

hubungan yang bermakna antara adanya kegiatan pelayanan tambal dan cabut gigi

dengan kelengkapan alkes dan obat untuk poli gigi di Puskesmas serta terdapat

hubungan yang bermakna antara kegiatan pelayanan tambal dan cabut gigi dengan

ada-tidaknya program UKGMD di Puskesmas.

Page 48: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

42

4.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengihan Gigi dengan Kebersihan Gigi

dan Mulut

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara Dukungan Keluarga dengan kebersihan gigi dan mulut

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 20 responden yang faktor dukungan

keluarganya mendukung, sebanyak 11 orang (55,0%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya bersih dan sebanyak 9 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 31 responden yang faktor dukungan

keluarga tidak mendukung, sebanyak 6 orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya bersih dan sebanyak 25 orang (80,6%) yang kebersihan gigi dan

mulutnya tidak bersih.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,020 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,020 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan kebersihan

gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang dukungan keluarganya mendukung dan kebersihan gigi dan

mulutnya bersih karena mereka selalu mendapatkan pemberitahuan atau di

ingatkan oleh keluarga untuk menyikat gigi dan menjaga makanan yang sehat

untuk kebersihan gigi danmulut. Sedangkan responden yang dukungan

keluarganya mendukung dan kebersihan gigi dan mulutnyatidak bersih karena

Page 49: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

43

mereka tidak mendengarkan apa yang diingatkan oleh keluarga seperti rutin

menyikat gigi dan menjaga makanan.

Selanjutnya responden yang dukungan keluarganya tidak mendukung dan

kebersihan gigi dan mulut responden tidak bersih karena mereka tidak

mendapatkan perhatian atau tidak diingatkan bila mereka makanan makanan yang

manis-manis dan saat mereka lupa menyikat gigi setelah makan atau pada saat

akan tidur. Sedangkan responden yang dukungan keluarganya tidak mendukung

akan tetapi kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena mereka selalu menjaga

sendiri jadwal menyikat gigi dan menjaga sendiri makanan yang tidak baik bagi

kesehatan gigi dan mulut.

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu

ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama

dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga (Lestari, 2012).

Hasil penelitian Halim (2011) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga yaitu orang tua dengan kebersihan gigi dan

mulut.

Page 50: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Pengetahuan dengan

kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,003 < α = 0,05)

2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan

gigi dan mulut (Pvalue = 0,016 < α = 0,05)

3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Ketersediaan Sarana dan

Prasarana dengan kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,002 < α = 0,05)

4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Dukungan Keluarga

dengan kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,020 < α = 0,05)

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Uteun Pulo khusunya bagian Gigi dan

Mulut agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya

tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dan cara menjaga kebersihan gigi

dan mulut dengan baik

2. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Nagan Raya khusunya pada

bagaikan kesehatan lingkungan agar dapat lebih mensosialisasikan masalah

kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang

sama akan tetapi dengan variabel dan analisis data yang berbeda.

44

Page 51: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

45

DAFTAR PUSTAKA

Alhamda. 2011. Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar

Negeri Kota Bukittinggi) Dental and Oral Hygiene Status with Dental

Caries Status (Study in Student Age Group 12 Years in Elementary School

City of Bukittinggi) Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan

Padang

Anitasari. 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Kebersihan Gigi dan

Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kodamadya

Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 38

(2) Hal: 88-90. Universitas Mulawarman.

Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta

Budiarto. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: EGC

Herawati D. 2004. Mengenali Halitosis Patologis Berdasarkan Lokasi Asal untuk

Keberhasilan Perawatan Mal-odor Oral. Majalah Ceramah Ilmiah FKG

UGM Yogyakarta.

I Gede. 2013. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status

Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sma Negeri 9 Manado. skripsi

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Indry W, Christy NM, Paulina G. 2013. Pengalaman karies gigi serta pola makan

dan minum pada anak sekolah dasar di desa kiawa kecamatan kawangkoan

utara. Manado. Jurnal e-GiGi: 1(1).

Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni), Rineka Cipta,

Jakarta.

Notoadmotjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta

: Jakarta.

Notoatmodjo, S, (2003) Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Andi Offset: Yogyakarta.

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.

Twelfth Edition. Asia: Wiley.

45

Page 52: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

46

Tjahja dan Lely. 2005. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan

Pengetahuan dan Sikap Responden di Beberapa Puskesmas di Propinsi Jawa

Barat. Jurnal Kesehatan. Vol 15 No. 4.

Warni. 2009. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi

dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan Delitua

kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: Universitas Sumatera

Utara.

Yanuaris. 2011. Volatile sulfur compounds sebagai penyebab halitosis Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Page 53: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

47

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : HERLINA SARI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Blang Teungku, 15 Desember 1993

Agama : Islam

Alamat Rumah : Gampong Blang Panyang Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya

Orang, Tua/Wali

Ayah : Hasan Basri (Alm)

Ibu : Syarwani

B. Pendidikan Formal

1999-2005 : SD Negeri Uteun Pulo

2005-2008 : SMP Negeri 2 Seunagan Timur

2008-2011 : SMA Negeri 2 Seunagan

2011-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Peminatan Epidemiologi Universitas Teuku Umar

Meulaboh

Page 54: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

48

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, REINFONCING DAN

ENABLING DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT

MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

I. Karakteristik Responden

No Responen :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

II. Pengetahuan

No Pertanyaan

1 Jika banyak mengkonsumsi makanan kariogenik akan mempengaruhi

kebersihan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

2 Memeriksakan gigi dan mulut ke dokter selama 6 bulan sekali

a. Yaa

b. Tidak

3 Jika tidak rutin menyikat gigi akan menyebabkan gigi berlubang

a. Ya

b. Tidak

4 Menyikat gigi adalah cara untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

5 OHI-S terdiri dari 2 komponen

a. Ya

b. Tidak

6 Status kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh

a. 4 faktor

b. 1 faktor

Page 55: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

49

III. Sikap

No Pertanyaan

1 Anda setuju dengan saran dokter untuk menyikat gigi dan mulut

sebanyak 2 kali sehari

a. Ya

b. Tidak

2 Anda setuju bahwa menyikat gigi dan mulut merupakan cara menjaga

kebersihan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

3 Anda setuju bahwa menyikat gihi dan mulutb harus dilakukan kesemua

bagian gigi

a. Ya

b. Tidak

4 Anda setuju untuk menyikat gigi hanya pada pagi hari saja

a. Ya

b. Tidak

5 Anda setuju bahwa menyikat gigi dan mulut disertai dengan bahan

kumur

a. Ya

b. Tidak

6 Anda setuju menyikat gigi dan mulut harus menggunakan sikat gigi

yang keras

a. Ya

b. Tidak

Page 56: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

50

IV. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

No Pertanyaan

1 Peralatan di Puskesmas lengkap jika anda memeriksakan kebersihan gigi

dan mulut

a. Ya

b. Tidak

2 Perawat atau petugas di ruang gigi dan muluit selalu siap melakukan

pemeriksaan setiap pasien datang

a. Ya

b. Tidak

3 Apakah anda meras alat yang ada di puskesmas sudah lengkap

khususnya di ruangan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

4 Pelayanan petugas sangat baik pada saat anda memeriksakan kebersihan

gigi dan mulut

c. Ya

d. Tidak

V. Dukungan Keluarga

No Pertanyaan

1 Keluarga anda selalu mengingatkan anda untuk menyikat gigi setelah

makan

a. Ya

b. Tidak

2 Keluarga anda selalu melarang anda makan makanan yang manis-manis

a. Ya

b. Tidak

3 Keluarga anda selalu menyiapkan obat kumur di rumah untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

4 Keluarga anda selalu menyiapkan makanan yang baik bagi kesehatan

dan kebersihan gigi dan mulut

a. Ya

b. Tidak

Page 57: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

51

TABEL SKOR

NO Variabel yang

diteliti

No. urut

pertanyaan

Bobot Skor Rentang

a b

1 Pengetahuan 1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Baik : > 3

Tidak Baik: ≤ 3

2 Sikap 1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Baik : > 3

Tidak Baik: ≤ 3

3 Ketersediaan

Sarana dan

Prasarana

1

2

3

4

1

1

1

1

0

0

0

0

4 - 0

= 2

2

Ada : > 2

Tidak Ada: ≤ 2

4 Dukungan

Keluarga

1

2

3

4

1

1

1

1

0

0

0

0

4 - 0

= 2

2

Ada : > 2

Tidak Ada: ≤ 2

5 Kebersihan Gigi

dan Mulut

Bersih: jika hasil pemeriksaan

menyatakan gigi dan

mulut bersih

Kurang Bersih: jika hasil

pemeriksaan menyatakan

gigi dan mulut kurang

bersih

Page 58: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

52

KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT

No Nama Bersih Tidak Bersih

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

Page 59: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

53

37

38

39

40

41

42

No Nama Bersih Tidak Bersih

43

44

45

46

47

48

49

50

51

Page 60: HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING …repository.utu.ac.id/794/1/I-V.pdfLEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan

54

TABEL SKOR

NO Variabel yang

diteliti

No. urut

pertanyaan

Bobot Skor Rentang

a b

1 Pengetahuan 1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Baik : > 3

Tidak Baik: ≤ 3

2 Sikap 1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Baik : > 3

Tidak Baik: ≤ 3

3 Tindakan 1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Ada : > 3

Tidak Ada: ≤ 3

4 Dukungan

Keluarga

Bersih: jika hasil pemeriksaan

menyatakan gigi dan

mulut bersih

Kurang Bersih: jika hasil

pemeriksaan menyatakan

gigi dan mulut kurang

bersih