HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ......

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA DI PT. SUWASTAMA PABELAN SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Titin Eka Setyaningsih R.0208049 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Transcript of HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ......

Page 1: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA

DI PT. SUWASTAMA PABELAN

SKRIPSI

Digunakan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Titin Eka Setyaningsih

R.0208049

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, ………………………..

Nama : Titin Eka Setyaningsih

NIM. R0208049

Page 4: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Hubungan Faktor Enabling dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

pada Tenaga Kerja di PT. Suwastama Pabelan.

Titin Eka Setyaningsih1)

, Khotijah2)

, Sigit Fajar Suryanto3)

, Putu Suriyasa4)

Latar Belakang : PT. Suwastama Pabelan merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang industri kerajinan dengan orientasi eksport. Dari hasil survei di

tempat pembuatan barang berbahan dasar rotan, didapatkan hampir 50% pekerja

tidak memakai APD sesuai prosedur. Pada bulan maret diketahui penyakit ISPA

sebanyak 43,30%, pusing 10,46%, gastritis 6,27%, penyakit kulit 6,06%, dan

penyakit pencernaan, herpes dan lain-lain. Sehingga tujuan penelitian ini untuk

mengetahui Hubungan Faktor Enabling (Kondisi dan Kelengkapan APD) dengan

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja di PT. Suwastama

Pabelan.

Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasi dengan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitiannya adalah tenaga kerja bagian

rotan yang berjumlah 54 orang diambil dengan menggunakan simple random

sampling yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik analisis data

menggunakan uji analisis koefisien kontingensi. Dengan menggunakan alat ukur

berupa checklist.

Hasil : Dari hasil penelitian menunjukkan APD yang digunakan oleh pekerja pada

saat bekerja 51,85% dalam kondisi layak pakai dan sebesar 48,15% tidak layak.

Sedangkan untuk kelengkapannya terdapat 79,63% APD yang lengkap

komponennya dan sebesar 20,37% tidak lengkap komponennya. Hasil uji statistik

dengan uji analisis koefisien kontingensi menunjukkan kondisi APD dengan

implementasi pemakaian APD tidak terdapat hubungan dengan nilai p = 0,081.

Sedangkan antara kelengkapan APD dengan implementasi pemakaian APD

terdapat hubungan dengan nilai p = 0,000 dan untuk kekuatan korelasinya adalah

sedang yaitu dengan nilai r = 0,537.

Simpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara kondisi APD dengan implementasi pemakaian APD dan ada hubungan

yang antara kelengkapan APD dengan implementasi pemakaian APD.

Kata kunci : Faktor Enabling, Alat Pelindung Diri, PT. Suwastama Pabelan 1) = Mahasiswa Program Diploma IV K3, FK, UNS Surakarta. 2) = Staf pengajar Program Diploma IV K3, FK, UNS Surakarta. 3) = Staf pengajar Program Diploma IV K3, FK, UNS Surakarta. 4) =Staf pengajar pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran UNS dan Program Diploma IV K3, FK, UNS Surakarta.

Page 5: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

The Relationship of Enabling Factors by Using Personal Protection Equipment (PPE)

on Labor in PT. Suwastama Pabelan.

Titin Eka Setyaningsih1)

, Khotijah2)

, Sigit Fajar Suryanto3)

, Putu Suriyasa4)

Background : PT. Suwastama Pabelan is a company engaged in the craft

industries with export orientation. This survey found that nearly 50% of workers

do not wear PPE in accordance with procedures. In March there are 43,30% Acute

Respiratory Tract Infection, 10,46% headache, 6,27% gastritis, 6,06% dermatity,

and digestive diseases, herpes ect. So the purpose of this study to determine the

relationship of Enabling Factors (Conditions and Fittings APD) by using Personal

Protective Equipment (PPE) at Manpower in PT. Suwastama Pabelan.

Methods : This study uses observational analytic study with cross sectional. The

sample in this research is the cane workers which contain 54 people by using

simple random sampling method which includes inclution and and eksclution

criteria. This research using the contingency coefficient analysis test for the

analysis methods, using a measuring instrument of a checklist.

Result : The result of the research showing that PPE is used by workers at work

51.85% in conditions unfit for use and of 48.15% is not feasible. While there are

79.63% for the accessories that complete APD component and 20.37% for

incomplete components. The results of statistical test showed that irelationship

between APD Conditions to the implementation of the use of PPE is not

significant (p = 0,081). Meanwhile, the relationship between the completeness of

the APD with the implementation of the use of PPE is significant with a p-value =

0.000, and for the strength of the correlation is moderate with a value of r = 0.537.

Conclution : From this research, we can be concluded that there was no

significant relationship between the conditions APD with the implementation of

the use of PPE and there is a significant relationship with the correlation between

the completeness of the APD with the implementation of the use of PPE.

Keywords : Enabling Factor, Personal Protection Equipment, PT. Suwastama

Pabelan 1) = University Student at D.IV K3, Medical Faculty, Sebelas Maret University,

Surakarta. 2) = Lecturer Staf of D.IV K3, Medical Faculty, Sebelas Maret University,

Surakarta. 3) = Lecturer Staf of D.IV K3, Medical Faculty, Sebelas Maret University,

Surakarta. 4) = Lecturer Staf of Public Health Science, Medical Faculty UNS and D.IV K3,

Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

Page 6: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas karunia dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor Enabling dengan Pemakaian Alat

Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja di PT. Suwastama Pabelan.”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Saint Terapan di Program Studi Diploma IV Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof, Dr, Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Khotijah, S.K.M., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I Program Studi

Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Sigit Fajar Suryanto, S.S.T selaku Dosen Pembimbing II Program Studi

Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Dosen Penguji Program

Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Studi Diploma

IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak, Ibu, adik-adik, dan Ibhe Eka AS yang selalu memberi kasih sayang,

doa, nasehat dan semangat yang tak terhingga.

8. Kepada rekan penelitian penulis, Nia, Galuh, Widya, dan Erwin terima kasih

atas semangat, doa, bantuan dan kerjasamanya.

9. Sahabat, rekan-rekan angkatan 2008 dan semua pihak yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi Program Studi

Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan

dan kesehatan kerja.

Surakarta, Juni 2012

Titin Eka Setyaningsih

Page 7: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN ............................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8

B. Kerangka Teori ......................................................................... 41

C. Hubungan Faktor Enabling dengan Pemakaian APD .............. 41

D. Perundang-Undangan ............................................................... 42

E. Kerangka Konsep ..................................................................... 44

F. Hipotesis ................................................................................... 44

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 45

B. Populasi Penelitian ................................................................... 45

C. Teknik Sampling ...................................................................... 46

D. Sampel Penelitian ..................................................................... 46

E. Desain Penelitian ...................................................................... 47

F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 48

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 48

H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 51

I. Cara Kerja Penelitian ................................................................ 52

J. Pengolahan Data ....................................................................... 53

K. Metode Analisa Data ............................................................... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 57

B. Analisa Univariat ...................................................................... 58

C. Analisa Bivariat ........................................................................ 60

Page 8: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB V. PEMBAHASAN

A. Implementasi Pemakaian APD ................................................. 62

B. Analisa Bivariat ........................................................................ 63

C. Analisa Univariat ...................................................................... 65

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 69

B. Saran ......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat Pelindung Diri menurut faktor bahaya .......................................... 22

Tabel 2. Jenis Alat Pelindung Tangan ................................................................ 38

Tabel 3. Distribusi frekuensi implementasi pemakaian APD ............................. 58

Tabel 4. Distribusi frekuensi kelayakan APD ..................................................... 59

Tabel 5. Distribusi frekuensi kelengkapan komponen APD ............................... 59

Tabel 6. Hubungan antara kondisi APD dengan implementasi pemakaian APD

............................................................................................................... 60

Tabel 7. Hubungan antara Kelengkapan APD dengan Implementasi Pemakaian

APD....................................................................................................... 61

Page 10: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ................................................................................. 42

Gambar 2 Kerangka Konsep ............................................................................. 45

Gambar 3 Desain Penelitian .............................................................................. 48

Page 11: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

LAMPIRAN 2 : Checklist

LAMPIRAN 3 : Analisis Hubungan Kondisi APD dengan Pemakaian APD

LAMPIRAN 4 : Analisis Pemakaian APD dengan Kelengkapan APD

LAMPIRAN 5 : Foto Penelitian

LAMPIRAN 6 : Surat ijin penelitian dari Prodi

LAMPIRAN 5 : Surat keterangan penelitian dari perusahaan

Page 12: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri (Tarwaka,

dkk, 2008). Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar

resiko bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap

lingkungan/tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja

agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan (Budiono,

2003).

Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas

memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola

bahan baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan

ditempat kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi

masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat

penting sebagai penggerak roda pembangunan nasional khususnya yang

berkaitan dengan sektor industri. Disamping itu tenaga kerja adalah unsur

yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kegiatan industri,

sehingga sudah seharusnya kepada mereka diberikan perlindungan dan

pemeliharaan kesehatan (Budiono, 1992).

Page 13: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1992, pasal 23

tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan

disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko

bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan

paling sedikit 10 orang. Sebab utama kejadian kecelakaan kerja adalah

adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar

(substandart). Faktor penyebab kecelakaan kerja meliputi faktor manusia atau

dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (unsafe action), faktor lingkungan

atau dikenal dengan kondisi tidak aman (unsafe conditions) dan interaksi

sarana dan pendukung kerja (Tarwaka, 2008).

Penyebab dari kecelakaan tersebut ada dua yaitu penyebab

langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu

yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan. Penyebab tidak langsung

merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian

tersebut (Ramli, 2009). Untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja

(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dilakukan pencegahan dengan 5

cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering (rekayasa), administrasi dan Alat

Pelindung Diri (APD). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health

Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD)

didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka

atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard)

di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,

mekanik dan lainnya. Penggunaan APD terhadap tenaga kerja merupakan

Page 14: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pilihan terakhir apabila 4 pengendalian resiko (eliminasi, subtitusi,

engineering rekayasa dan administrasi) tidak dapat dilakukan atau dapat

dilakukan namun demikian masih terdapat/potensi bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan tenaga kerja (Anizar, 2009).

Menurut Lawrence Green tahun 1980 (dalam Notoatmodjo, 2010)

masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni behafioral factors

(faktor perilaku) dan non behafioral factors (faktor non perilaku). Sedangkan

faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling

factors) dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi

(predisposing factors) meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya,

kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu

tersebut dan beberapa karakteristik individu misalnya umur, jenis kelamin,

masa kerja dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor pemungkin (enabling

factors) ialah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu

tersebut, meliputi ketersediaan sarana yang meliputi kondisi dan kelengkapan

APD, adanya peraturan-peraturan, komitmen dan keterampilan. Faktor-faktor

penguat (reinforcing factors) adalah adanya kebijakan dan penilaian

(Notoatmodjo, 2010).

PT. Suwastama Pabelan merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang industri kerajinan dengan orientasi export. Bahan baku

yang digunakan antara lain rotan, enceng gondok, pandan, pelepah pisang,

Page 15: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dan tapas kelapa. Dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin yang

menimbulkan kebisingan dan lingkungan kerja yang berdebu.

Dari hasil survei di tempat pembuatan barang berbahan dasar rotan,

didapatkan hampir 50% pekerja tidak memakai APD sesuai prosedur. Dari

hasil pengukuran kebisingan diketahui bahwa kebisingan mencapai 89 dB.

Pekerjanya tidak memakai earplug yang seharusnya, tetapi mereka

menggunakan headset untuk mengurangi bising. Headset disini tentunya

tidak dapat mengurangi kebisingan tetapi menambah bising yang diterima

oleh telinga pekerja. Selain earplug, APD yang tidak digunakan secara benar

adalah masker. Pekerja memakai masker dengan hanya dikaitkan di telinga

tanpa menutupi hidung dan mulut. Padahal dengan debu yang dihasilkan dari

proses produksi rotan tersebut beresiko menimbulkan Panyakit Akibat Kerja

(PAK). Data penyakit akibat kerja selama setahun didapatkan hasil bahwa

hampir setiap bulan terdapat PAK. Penyakit Akibat Kerja yang paling tinggi

diderita para pekerja adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Misalnya saja pada bulan maret diketahui penyakit ISPA sebanyak 43,30%,

pusing 10,46%, gastritis 6,27%, penyakit kulit 6,06% dan sisanya penyakit

pernafasan, penyakit pencernaan, herpes dan lain-lain. Dibandingkan dengan

penyakit yang lain ISPA memiliki resiko tertinggi PAK mengingat

lingkungan kerja yang menghasilkan banyak debu. Penggunaan masker

memang tidak melindungi sepenuhnya, tetapi paling tidak dapat mengurangi

resiko terpapar debu.

Page 16: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh

penulis, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

”Hubungan Faktor Enabling dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

pada Tenaga Kerja Di PT. Suwastama Pabelan”.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi dan faktor

psikologi (Manuaba,1992). Faktor fisik di tempat kerja meliputi

kebisingan, penerangan, tekanan panas, radiasi dan getaran mekanis

(Suma’mur, 1992). Pada proses produksi di PT. Suwastama Pabelan

menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan dan lingkungan

kerja yang berdebu. Hal ini dapat menimbulkan PAK dan KAK pada

pekerja. Penggunaan APD sangat diperlukan untuk mengurangi bahaya

yang mungkin ditimbulkan oleh pekerjaan. Sedangkan di PT. Suwastama

Pabelan sendiri masih banyak tenaga kerja yang tidak memakai Alat

Pelindung Diri yang seharusnya digunakan untuk mencegah gangguan

kesehatan.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat

pelindung diri (APD) pada tenaga kerja di PT. Suwastama Pabelan?

Page 17: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Faktor Enabling dengan

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja Di PT.

Suwastama Pabelan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kondisi Alat Pelindung Diri (APD) Di PT.

Suwastama Pabelan.

b. Untuk mengetahui kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) Di PT.

Suwastama Pabelan.

c. Untuk menguji dan menganalisis Hubungan Faktor Enabling dengan

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja Di PT.

Suwastama Pabelan.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis :

a. Memberikan informasi tentang pentingnya penggunaan APD di PT

Suwastama Pabelan.

b. Diharapkan dapat sebagai pembuktian teori bahwa terdapat hubungan

antara faktor enabling terhadap pemakaian APD di PT Suwastama

Pabelan.

c. Sebagai referensi penelitian yang relevan.

Page 18: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Aplikatif :

a. Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya penggunaan APD

untuk mengurangi resiko PAK dan KAK.

b. Diharapkan pengusaha lebih memperhatikan kesehatan dan

keselamatan tenaga kerjanya agar tidak terganggu produktivitasnya.

c. Diharapkan peneliti dapat memberikan solusi tentang cara mengurangi

PAK dan KAK.

d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kepustakaan

program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Page 19: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perilaku Kesehatan

a. Pengertian perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar (Notoatmodjo, 2010).

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping

itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan

terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku.

b. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok :

Page 20: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit.

2) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health

seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

c. Macam-Macam Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2010) :

1) Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

Page 21: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain.

d. Domain Perilaku

Menurut Bloom tahun 1992 seperti dikutip Notoatmodjo (2010),

membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun

kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain

perilaku yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif

(affectife domain) dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam

perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi.

Page 22: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya

intelegensia, minat dan kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat dan sarana.

c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi

dan metode dalam pembelajaran.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sangat

penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan (Notoatmojo, 2010).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam

pengetahuan mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan pelajaran atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan

dan menyatakan.

Page 23: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi,

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan dan

mengelompokkan.

e) Sintesa (Synthesis)

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk

Page 24: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat menerangkan, dapat meringkas, dapat

menyelesaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-

rumus yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi/objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2) Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) dalam

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan untuk

bertindak dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh

individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa

lalu maka timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan

tertentu, dalam menanggapi suatu obyek yang menggerakkan untuk

Page 25: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bertindak (Notoatmodjo, 2010). Seperti halnya dengan pengetahuan,

sikap ini juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap

orang terhadap APD dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian

orang itu terhadap penyuluhan tentang pentingnya penggunaan

APD.

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar

atau salah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, merupakan suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling

tinggi.

Page 26: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3) Praktek atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan

(support) praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :

a) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

b) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik

tingkat kedua.

c) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Page 27: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat

dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau

kegiatan responden.

e. Asumsi Determinan Perilaku

Kepribadian manusia dibagi menjadi 6 macam nilai kebudayaan.

Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang

dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan

sebagainya.

Namun demikian, realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi,

gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya:

1) Pengalaman

2) Keyakinan

3) Fasilitas

4) Sosio-budaya

5) Pengetahuan

6) Persepsi

7) Sikap

8) Keinginan

9) Kehendak

Page 28: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

10) Motivasi

11) Niat

f. Proses terjadinya perilaku

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo

(2010), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1) Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

g. Teori Lawrence Green

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di

Page 29: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1) Faktor predisposisi (predisposing factors) ialah faktor yang

mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang

masuk dalam faktor predisposing ini adalah :

a) Pengetahuan

b) Sikap

c) Nilai-nilai budaya

d) Kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku

tertentu tersebut

e) Beberapa karakteristik individu misalnya umur, jenis kelamin,

masa kerja dan tingkat pendidikan.

2) Faktor pendukung (Enabling factors) ialah faktor yang

memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. Yang

masuk dalam kelompok faktor pendukung ini ialah :

Ketersediaan sarana yang meliputi kondisi dan kelengkapan

APD. Dalam suatu perusahaan APD sangat diperlukan untuk

mengurangi PAK dan KAK yang mungkin ditimbulkan karena

pekerjaan. Untuk itu perusahaan harus menyediakan APD sesuai

dengan jenis bahaya yang ada. APD yang diberikan juga harus sesuai

dengan standar agar dapat melindungi pekerja.

3) Faktor pendorong (renforcing factors) ialah faktor yang memperkuat

(atau kadang-kadang justru dapat memperlunak) untuk terjadinya

Page 30: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

perilaku tertentu tersebut. Yang masuk dalam kelompok faktor

penguat ini kebijakan dan motivasi (Harbandinah DKK, 2006).

Model dari teori perilaku Lawrence Green dapat digambarkan

sebagai berikut:

B=f (PF, EF, RF )

Keterangan :

B = Behavior

PF = Predisposing Factors

EF = Enabling Factors

RF = Reinforcing Factors

F = Fungsi

Faktor pendukung (Enabling) meliputi keahlian pribadi yang

baru dan sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan untuk melaksanakan

sebuah perilaku. Faktor-faktor yang mempermudah adalah faktor-faktor

yang berhubungan dengan individu, kelompok dan sistem pemberian

pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya sebuah tindakan.

Pertimbangan utama dalam memahami faktor pemungkin ini dalam

hubungannya dengan perilaku sehat adalah kondisi dimana tidak adanya

faktor ini akan mencegah terjadinya suatu tindakan.

Page 31: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Alat Pelindung Diri (APD)

a. Pengertian APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan

pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Penggunaan APD terhadap

tenaga kerja merupakan pilihan terakhir apabila 4 pengendalian resiko

tidak dapat dilakukan atau dapat dilakukan namun demikian masih

terdapat/potensi bahaya yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja

(Anizar, 2009).

Sebagaimana diketahui, hirarki pengendalian resiko dalam

upaya pencegahan kecelakaan terhadap 5 tahap, yaitu :

1) Eliminasi

2) Subtitusi

3) Engineering (rekayasa)

4) Administrasi

5) Alat Pelindung Diri (APD)

(Anizar, 2009)

Hirarki pengendalian resiko tersebut adalah :

1) Menghilangkan sumber bahaya (Eliminasi)

Hal ini merupakan langkah yang ideal dan merupakan langkah

yang harus diambil sebagai pilihan pertama dalam mengendalikan

resiko bahaya di tempat kerja. Yaitu dengan memindahkan alat yang

menimbulkan bahaya ke tempat di mana tidak terdapat pekerja.

Page 32: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Mengganti (Subtitusi)

Dilakukan dengan mengganti sumber resiko bahaya dengan

sarana atau peralatan lain yang mempunyai potensi bahaya lebih kecil

atau sama sekali tidak ada.

3) Melakukan Rekayasa

Dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan,

atau proses kerja, seperti memperbaiki ventilasi dan melakukan isolasi

terhadap area berbahaya yang dilakukan dengan memasang pagar

pengaman di sekitar lokasi bahaya.

4) Melakukan Pengendalian Secara Administratif

Melakukan pengendalian secara administratif dapat dilakukan

dengan membatasi waktu kerja, melakukan pemeliharaan,

pencegahan-pencegahan, membuat prosedur house keeping dan

membuat tanda bahaya.

5) Menggunakan Alat Pelindung Diri

Penggunaan alat pelindung diri sebenarnya menempati prioritas

pengendalian resiko paling akhir setelah pengendalian dengan

eliminasi, subtitusi, rekayasa dan pengendalian secara administratif

tidak berhasil dilakukan.

APD yang digunakan harus memenuhi syarat pembuatan,

pengujian, dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk

memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari

Page 33: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

ketiga pemenuhan persyaratan tersebut harus diperhatikan faktor-faktor

pertimbangan dimana APD harus :

1) Enak dan nyaman dipakai.

2) Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan tidak membatasi ruang

gerak.

3) Memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang

dihadapi.

4) Memenuhi syarat estetika.

5) Memperhatikan efek samping penggunaan APD.

6) Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga

terjangkau (Anizar, 2009).

Tabel 1. Alat Pelindung Diri menurut faktor bahaya dan bagian

tubuh yang perlu dilindungi.

Faktor Bahaya Bagian tubuh yang perlu

dilindungi

Alat Pelindung Diri

Benda berat

atau kekerasan

Kepala, betis, tungkai Topi logam atau plastik

Benda sedang

tidak terlalu

berat

Kepala Topi alumunium atau

plastic

Benda besar

beterbangan

Kepala

Mata

Muka

Jari, tangan, lengan

Topi logam atau plastik

Goggle (kacamata yang

menutupi seluruh

samping mata, kaca

mata yang sampingnya

tertutup).

Pelindung muka dari

plastik

Sarung tangan kulit

berlengan panjang

Barsambung

Page 34: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tubuh

Betis, tungkai, mata kaki

Jaket atau jas kulit.

Pelindung dari kulit

berlapis logam dan

tahan api

Benda kecil

beterbangan

Kepala

Mata

Tubuh

Lengan, tangan, jari

Tungkai, kaki

Topi, kap khusus

Kaca mata

Jaket kulit atau

zeildoek

Sarung tangan, pakaian

berlengan panjang

Pelindung betis,

tungkai dan mata kaki

Debu Mata

Muka

Alat pernafasan

Goggle

Pelindung muka dari

plastik

Respirator/masker

khusus

Percikan api

atau logam

Kepala

Mata

Muka

Jari, tangan, lengan

Betis, tungkai

Mata kaki, kaki

Tubuh

Topi plastik berlapis

asbes

Goggle, kaca mata

Pelindung muka dari

plastik

Sarung tangan asbes

berlengan panjang

Pelindung dari asbes

Sepatu kulit

Jaket asbes/kulit

Gas, asap,

fume

Mata

Muka

Alat pernafasan

Tubuh

Goggle

Pelindung muka

khusus

Membahayakan jiwa

secara langsung :

masker gas khusus

dengan filter

Tidak membahayakan

jiwa secara langsung :

gas masker bermacam-

macam

Pakaian karet, plastik,

atau bahan lain yang

Sambungan

Bersambung

Page 35: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Jari, tangan, lengan

Betis, tungkai

Mata kaki, kaki

tahan zat kimia

Sarung plastik, karet

berlengan panjang dan

anggota badan diolesi

dengan barrier cream

Pelindung dari

plastik/karet

Sepatu yang konduktif

(yang menyalurkan

aliran listrik) karena

mungkin sekali gas

tersebut ekplosif

Cairan dan zat

atau bahan

kimia

Kepala

Mata

Muka

Alat pernafasan

Jari, tangan, lengan

Tubuh

Betis, tungkai

Mata kaki, kaki

Topi plastik/karet

Goggle

Pelindung muka dari

plastik

Respirator khusus

tahan zat kimia

Sarung plastik/karet

Pakaian plastik/karet.

Pelindung khusus dari

plastik/karet

Sepatu karet, plastik

atau kayu

Panas Kepala

Bagian tubuh lainnya

Kaki

Mata

Topi asbes

Sarung, pakaian,

pelindung dari asbes

atau bahan lain yang

tahan panas atau api

Sepatu dengan sol kayu

atau bahan lain yang

tahan panas/api

Goggle dengan lensa

tahan sinar infra merah

Basah dan air Kepala

Tangan, lengan, jari

Tubuh

Kaki, tungkai

Topi plastik

Sarung tangan

plastik/karet berlengan

panjang

Pakaian khusus

Sepatu bot karet

Sambungan

Bersambung

Page 36: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Terpeleset,

terjatuh,

terpotong,

tergesek

Kaki

Kepala

Tangan, lengan, jari

Tubuh

Betis, tungkai

Kaki, tungkai

Sepatu anti selip,

kayu (gabus)

Topi plastik, logam

Sarung tangan kulit

dilapisi logam

berlengan panjang

Jaket kulit

Celana kulit dengan

tutup kulit, tutup

tumit

Sepatu lapis baja, sol

kayu

Dermatosis

atau radang

kulit

Kepala

Muka

Tangan, lengan, jari

Tubuh

Betis, tungkai

Mata kaki, kaki

Topi plastik, karet,

topi (kap) kapas atau

wol

Barier cream,

pelindung plastik

Barier cream, sarung

tanga karet, plastik

Penutup karet, plastik

Sepatu karet, sol kayu

Sandal kayu (bakiak)

Bahan peledak

mesin

Kaki

Kepala

Tangan, lengan, jari

Tubuh

Betis, Kaki

Sepatu kayu, hindari

percikan api

Topi, terutama wanita

berambut panjang

pakai jala atau ikat

rambut

Sarung tangan tahan

api

Jaket dari karet,

plastik, zeildoek

Celana tahan api atau

tutup tahan api

Listrik Kepala

Tangan, lengan, jari

Tubuh, betis, tungkai,

Kaki, mata kaki

Topi plastik, karet

Sarung tangan karet

tahan sampai 10.000

volt selama 3 menit

Pelindung yang

bahannya dari karet

Barsambung

Sambungan

Page 37: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Sinar silau

Mata Goggle, kaca mata

dengan lensa khusus

atau lensa Polaroid

Percikan api

dan sinar silau

pada

pengelasan

Mata

Muka

Tubuh

Kaki

Kepala

Goggle, penutup muka,

kaca mata dengan filter

khusus

Pelindung muka, kaca

mata dengan filter

khusus

Jaket tahan api (asbes)

atau kulit

Sepatu lapis baja

Topi khusus

Penyinaran

sedang

Mata

Muka

Kepala

Goggle, kaca mata

dengan filter lensa

Pelindung muka

khusus

Topi khusus

Penyinaran

kuat

Mata, muka

Jari, tangan, lengan

Goggle dengan filter

khusus

Sarung tangan karet

lapis timah hitam

Penyinaran

radioaktif

Tubuh

Alat pernafasan

Jaket karet atau kulit,

lapis timah hitam

Respirator khusus

Gas atau

aerosol

radioaktif

Seluruh badan Pakaian khusus

Kebisingan Telinga Sumbat telinga atau

tutup telinga

(Anizar, 2009)

Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ

tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.

1) Mata

Alat pelindung mata diperlukan untuk melindungi mata dari

kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu,

Sambungan

Page 38: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

gas, uap, cairan korosif, partikel melayang atau terkena radiasi

gelombang elektromagnetis. Terdapat tiga bentuk alat pelindung diri

mata yaitu kaca mata dengan atau tanpa pelindung samping (side

shield), goggles (cup type dan box type), dan tameng muka.

Jenis kacamata pelindung yang diperlukan berbeda-beda

sesuai dengan jenis bahayanya. Pekerjaan dengan kemungkinan

adanya resiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan

kacamata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan

diperlukan lensa penyaring sinar las yang tepat (Anizar, 2009).

Perawatan Kacamata Safety (Safety Glasses)

a) Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang

menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh

pihak manajemen.

b) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety

yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik

serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

c) Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu,

kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),

kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia

berbahaya.

2) Telinga

Dalam banyak industri terdapat mesin-mesin yang bersuara

keras, yang dapat mengganggu pendengaran, oleh karena itu telinga

Page 39: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

harus dilindungi. Ada 2 jenis pelindung telinga yaitu sumbat telinga

dan tutup telinga. Sumber bahaya adalah suara dengan tingkat

kebisingan lebih dari 85 dB sesuai dengan Permenakertrans No. Per.

13/MEN/X/2001 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisiska di

Tempat Kerja.

Alat Pelindung Telinga merupakan salah satu bentuk Alat

Pelindung Diri yang digunakan untuk melindungi telinga dari paparan

kebisingan, sering disebut sebagai personal hearing protection atau

personal protective devices. Alat Pelindung Telinga dapat

menurunkan kerasnya bising yang melalui hantaran udara sampai 40

dBA, tetapi pada umumnya tidak lebih dari 30 dBA. Pemakaian Alat

Pelindung Telinga ini dapat mereduksi tingkat kebisingan yang masuk

ke telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke telinga

bagian dalam. Semua tenaga kerja yang bekerja dalam area 85 dBA

harus memakai alat pelindung telinga, memperoleh pemeriksaan

audiometri secara barkala dan memperoleh pelatihan/penyuluhan

secara berkala (Soemitra, 1997). Penggunaan alat pelindung telinga

tersebut harus memenuhi kriteria :

a) Dapat mencegah gangguan pendengaran

b) Dapat menurunkan tingkat kepaparan

c) Dapat memenuhi derajat kenyamanan

Untuk memperoleh pelindung telinga yang memadai terhadap

sistem auditory dari gangguan kebisingan, perlu dipertimbangkan

Page 40: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

harga pelindung telinga, daya tahan, kenyamanan, kemudahan dalam

penggunaan, pembersihan dan penyimpanan, penampilan, dan

kemudahan dalam penggantian spare part (Sasongko, 2000).

Alat Pelindung Telinga pada umumnya digolongkan menurut

cara pemakaiannya (Budiono, 1992), yaitu :

a) Tipe yang dimasukkan (insert type)

Banyak variasi dalam konstruksi dan modelnya. Yang

paling kurang efektif proteksinya adalah kapas yang dipadatkan.

Sedangkan bentuk yang dianjurkan adalah Ear plug (sumbat

telinga). Ear plug dapat mengurangi intensitas suara 10 sampai 15

dBA. Ear plug dibedakan atas 2 jenis, yaitu Ear plug sekali pakai

(disposable plugs) dan Ear plug yang dapat dipakai kembali

(reusable plugs). Ear plug sekali pakai dapat terbuat dari bahan

kapas, kapas berlapis plastik, kapas wol bercampur malam dan

busa poliuretan. Sedangkan ear plug yang dapat dipakai kembali

dapat terbuat dari bahan plastik cetak permanen, karet berisi pasta

dan plastik berisi pasta. Semua sumbat telinga yang dipakai ulang

perlu dicuci sesudah dipakai dan diletakkan di tempat yang steril

(Harrington, J. M. dan Gill, F. S., 2003).

Keuntungan pemakaian ear plug adalah ukuran kecil

sehingga mudah dibawa, pada tempat kerja yang panas lebih

nyaman, tidak membatasi gerakan kepala, lebih murah daripada ear

muff dan lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata dan helm.

Page 41: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kerugian pemakaian ear plug adalah cara memasangnya sulit, tidak

mudah dikontrol dan saluran telinga mudah terkena infeksi.

b) Tipe tutup (the muff type)

Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 20

sampai 30 dBA dan dapat melindungi bagian luar telinga (daun

telinga). Keuntungan ear muff adalah mempunyai daya pelemahan

yang sangat bagus, lebih mudah dipakai, lebih mudah dimonitor,

biasanya berumur panjang karena dapat dilakukan penggantian

spare part, dapat digunakan untuk telinga yang cacat atau terinfeksi

dan sangat baik untuk dipakai secara insidentil. Sedangkan

kerugian ear muff adalah harganya lebih mahal, tekanan yang ketat

ke kepala dapat mengurangi kenyamanan, agak berat, panas, tidak

efektif dipakai dengan kacamata atau topi keras, dapat

menyebabkan radang atau infeksi kulit jika tidak dibersihkan secara

memadai, sulit disimpan, kemampuan pelemahan suara menjadi

berkurang jika bantalan menjadi keras atau retak, kehilangan fluida

dan ketegangan pita mengendor (Sasongko, 2000).

c) Tipe helm (the helmet type)

Dirancang untuk menutup bagian kepala yang terdiri dari

tulang, untuk mencegah hantaran tulang, ini hanya penting untuk

bising sangat keras. Tipe ini jarang dijumpai pada industri.

Pemakaian Alat Pelindung Telinga untuk melindungi

telinga dari paparan kebisingan sebenarnya lebih praktis dalam

Page 42: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pelaksanaannya. Akan tetapi kesukarannya terletak pada tenaga

kerja itu sendiri dan hal ini berhubungan erat dengan faktor

manusia (DepKes RI, 2003). Pengetahuan tentang manfaat

penggunaan alat pelindung telinga perlu ditanamkan pada setiap

tenaga kerja.

3) Kepala

Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang

mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau

benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan

kokoh tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat

cocok untuk keperluan ini (Anizar, 2009).

Pemakaian alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur dan terpukul yang dapat menyebabkan luka juga

melindungi kepala dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia

berbahaya. Serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin

yang berputar. Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang

mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang atau benda-

benda lain yang bergerak. Topi harus cukup keras dan kokoh tetapi

tetap ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok

untuk keperluan ini (Suma’mur, 1996)

Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya adalah topi

pelindung (helm), tutup kepala, berbahan khusus, hats atau cap yang

biasanya terbuat dari katun.

Page 43: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a) Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet): Melindungi kepala dari

benda keras, pukulan, benturan, terjatuh dan terkena arus listrik

b) Tutup Kepala: Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,

panas/dingin

c) Hats/cap: Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan

mesin-mesin berputar

d) Topi pengaman untuk penggunaan yang bersifat umum dan

pengaman dari tegangan listrik yang terbatas, tahan terhadap

tegangan listrik. Biasanya digunakan oleh pemadam kebakaran.

Cara perawatan Helm Safety/Helm Kerja (Hard hat)

a) Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang

menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh

manajemen.

b) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja

yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik

serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak, bolong atau

tanpa sistem suspensinya)

c) Setiap manajemen harus memiliki catatan jumlah karyawan yang

memiliki helm kerja dan telah mengikuti training.

4) Pernapasan

Alat pelindung pernapasan merupakan alat yang berfungsi

untuk melindungi pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosif

Page 44: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

maupun rangsangan. Alat pelindung pernapasan dapat berupa masker

yang berguna untuk mengurangi debu atau partikel-partikel yang lebih

besar yang masuk ke dalam pernapasan, yang biasanya terbuat dari

kain, selain itu juga dapat menggunakan respirator yang berguna

untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan

gas.

Alat pelindung pernafasan sangat penting, mengingat 90%

kasus keracunan sebagai akibat masuknya bahan-bahan kimia beracun

atau korosif lewat saluran pernafasan. Alat pelindung pernafasan

memberikan perlindungan terhadap sumber bahaya di udara tempat

kerja, seperti :

a) Debu-debu kasar dari penginderaan atau operasi-operasi sejenis.

b) Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap.

c) Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia.

d) Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan

konsentrasi oksigen di udara.

(Anizar, 2009).

Sesuai dengan kebutuhan di atas, alat pelindung pernafasan

dibagi menjadi :

a) Respirator yang memurnikan udara

(1) Dipakai dengan canister yang sesuai, canister dapat berbeda-

beda sesuai dengan jenis kontaminan dalam di udara. Dalam

pemakaian canister perlu diperhatikan batas waktu pemakaian

Page 45: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

yang tergantung pada isi canister, konsentrasi pencemaran dan

frekuensi pamakaian.

(2) Respirator dengan filter mekanik adalah respirator dengan

penyaring udara untuk mengambil debu kontaminan.

(3) Respirator dengan filter mekanik dan kimia adalah respirator

dengan penyaring udara berupa filter mekanik dan filter kimia

untuk menyerap debu dan racun kimia dalam udara.

b) Respirator yang dihubungkan dengan suplai udara

Alat pelindung ini digunakan untuk mengatasi

kemungkinan adanya kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen

dapat terjadi karena adanya gas aspiksian (metan dan CO2) atau

aspiksian kimia (CO dan HCN). Respirator biasa tidak akan

mampu melindungi pekerja, bila kadar O2 kurang dari 16%, oleh

karena itu diperlukan suplai oksigen yang dapat berasal dari udara

bersih dari kompresor atau dari udara yang dimampatkan.

c) Respirator dengan suplai oksigen

Mirip dengan respirator udara, demikian pula dengan

kegunaannya. Hanya oksigen untuk pernafasan disediakan dari

tabung yang berisi oksigen yang dimampatkan atau oksigen cair.

Respirator dapat dibedakan atas Chemical Respirator.

Mechanical Respirator dan Cartidge atau Canister Respirator

dengan Salt Contained Breathing Apparatus (SCBA) yang

digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau

Page 46: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kekurangan oksigen serta Air Suplay Respirator yang mensuplai

udara dari tabung oksigen.

Perawatan masker/Perlindungan Pernafasan (Mask/Respiratory

Protection) :

(1) Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan

rutin yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta

kondisinya.

(2) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung

pernafasan yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat

tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

(3) Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi

tanggung jawab karyawan yang bersangkutan,

(4) Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu

dilakukan oleh manajemen.

5) Tubuh

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan

terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja

melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar)

pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan ataupun

kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya

memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan

tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintesis hanya baik

terhadap bahan kimia korosif tetapi justru berbahaya bagi lingkungan

Page 47: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis

(Anizar, 2009).

APD yang digunakan boiler suits, chemical suits, vest, apron,

full body suit, jacket. Safety Belt berguna untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi

dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler APD untuk tugas

khusus. Contoh lain dari pakaian pelindung yaitu :

a) Apron untuk bekerja dengan bahan kimia ataupun pekerjaan

pengelasan.

b) Full body harnes untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.

c) Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan

kebisingan melebihi 85 dB.

d) Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun

yang dimulai dari survey lahan, pembibitan, penanaman hingga

panen.

6) Tangan dan Lengan

Alat pelindung tangan dipakai sebagai pelindung kulit tangan

dalam menangani zat-zat korosif terhadap kulit (asam sulfida, asam

klorida), zat-zat beracun yang dapat terabsorbsi lewat kulit (sianida)

dan bahan atau pekerjaan pada suhu tinggi.

Sarung tangan merupakan salah satu keperluan di dalam

bidang kerja. Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-

benda tajam atau cidera pada waktu kerja, dalam memilih sarung

Page 48: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tangan perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain bahaya

terpapar, apakah berbentuk bahan korosif, panas, dingin, tajam atau

kasar. Alat pelindung tangan dapat terbuat dari karet, kulit dan kain

katun.

Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung tangan :

a) Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)

b) Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)

c) Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi

cedera bila tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang

masih panas, benda yang sisinya tajam dan sebagainya.

Tabel 2. Jenis Alat Pelindung Tangan :

Jenis Bahaya Macam Sarung Tangan

Bahaya listrik Sarung tangan karet

Bahaya radiasi

mengion

Sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi

Pb

Benda-benda

tajam/kasar

Sarung tangan kulit atau sarung tangan yang

dilapisi dengan krom atau sarung tangan

dari PVC

Asam dan basa

korosif

Sarung tangan karet (alami)

Benda panas Sarung tangan kulit, asbes, PVC, atau

“Gaunlet Gloves”

(Anizar, 2009)

Page 49: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dalam pemilihan sarung tangan yang tepat perlu

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan

kimia korosif, benda panas, dingin, tajam, atau benda keras.

b) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan

karet alami tidak tepat pada pemaparan pelarut organik, karena

karet alami larut dalam pelarut organik.

c) Kepekaan objek yang dikerjakan seperti pekerjaan yang halus

dengan membedakan benda-benda halus lebih tepat menggunakan

sarung tangan yang tipis.

d) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja,

tangan, atau sampai bagian lengan, dan lain-lain.

Perawatan alat pelindung tangan

a) Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang

menyangkut cara penyimpanan, kebersihan, serta kondisinya oleh

manajemen.

b) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang

kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta

tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

c) Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari

debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),

kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia

berbahaya.

Page 50: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

7) Kaki

Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja

terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat

yang menimpa kaki, paku-paku atau benda-benda tajam yang

mungkin terinjak, logam pijar, asam-asam dan sebagainya (Anizar,

2009).

Sesuai dengan kemungkinan resiko di atas, jenis sepatu yang

dipakai dapat berbeda-beda, yaitu :

a) Sepatu biasa yang baik

Sepatu yang tidak licin dan bertumit rendah. Jenis ini

dipakai untuk tempat kerja biasa.

b) Sepatu Pelindung

a) Sepatu yang digunakan pada pengecoran baja, dibuat dari bahan

kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tinggi sepatu kurang

lebih 35 cm.

b) Sepatu khusus keselamatan kerja di tempat-tempat kerja yang

mengandung bahaya peledakan. Sepatu ini tidak boleh memakai

bahan-bahan logam yang dapat menimbulkan percikan bunga

api.

c) Sepatu karet anti elektrostatik digunakan pekerja untuk

melindungi pekerja-pekerja dari bahaya listrik hubungan

pendek. Sepatu ini harus tahan terhadap arus listrik 10.000 volt

selama 3 menit.

Page 51: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

d) Sepatu bagi pekerja bangunan dengan resiko terinjak benda-

benda tajam, kejatuhan benda-benda berat atau terbentur benda-

benda keras, dibuat dari kulit yang dilengkapi dengan baja pada

ujungnya untuk melindungi jari-jari kaki.

e) Sepatu atau sandal beralaskan kayu

Dipakai untuk bekerja di tempat lembab dan panas.

Dapat terbuat dari kulit yang dilapisi Asbes atau Chrom, sepatu

keselamatan yang dilengkapi dengan baja di ujungnya dan

sepatu karet anti listrik. Tidak memakai safety shoes pada saat

melakukan handling dapat menyebabkan jari kaki luka karena

kejatuhan, tergores maupun terhimpit benda berat.

Page 52: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Kerangka Teori

= diteliti

= tidak diteliti

C. Hubungan Faktor Enabling dengan Penggunaan APD

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta

lingkungan.

Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga

merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan

Penggunaan

APD

Keselamatan dan

Kesehatan

Kerja

Faktor Enabling

- Kondisi APD

- Kelengkapan APD

Faktor Reinforcing

- Kebijakan

- Motivasi

Faktor Predisposing

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Nilai-nilai budaya

d. Kepercayaan

e. Masa kerja

f. Tingkat

pendidikan

Page 53: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak

dapat dihilangkan atau dikendalikan (Suma’mur, 1992).

Perilaku kesehatan disini berhubungan dengan sikap pekerja dalam

menggunakan APD dan pihak perusahaan dalam penyediaan APD untuk dapat

mengurangi PAK dan KAK yang mungkin dapat ditimbulkan oleh pekerjaan.

Untuk itu pihak perusahaan wajib menyediakan APD yang sesuai dengan jenis

pekerjaannya untuk mengurangi resiko bahaya di tempat kerja. Pemakaian

APD yang lengkap dan memiliki kondisi baik dapat melindungi tenaga kerja

dengan maksimal pula.

D. Perundang-undangan

Segala ketentuan kewajiban pengurus dan tenaga kerja mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan alat pelindung diri telah diatur dalam peraturan

perundang-undang yaitu pada Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang

Syarat-Syarat Keselamatan Kerja pasal 9 dan pasal 12 dan pada Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01/MEN/1981 tentang

Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja, pasal 4 dan pasal 5.

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970

Pasal 9 Ayat 1 menyatakan bahwa :

“Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja

baru tentang Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”.

Pasal 9 Ayat 2 menyatakan bahwa :

Page 54: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

“Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan

setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat

tersebut di atas” .

Pasal 12 sub c menyebutkan bahwa :

“Dengan peraturan perundang-undangan tersebut diatur kewajiban dan atau

hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”.

Pasal 12 sub e menyebutkan bahwa :

“Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana

syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat pelindung diri

yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan

lain oleh pegawai pengawas yang masih dapat dipertanggungjawabkan”.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 01/MEN/1981.

Pasal 4 ayat 3 menyebutkan bahwa :

“Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri

yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah

pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja”.

Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa :

“Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

untuk pencegahan penyakit akibat kerja”.

Page 55: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Ada hubungan faktor enabling dengan pemakaian APD pada tenaga

kerja bagian produksi di PT. Suwastama Pabelan.

Faktor Enabling

- Kondisi APD

- Kelengkapan

APD

Penggunaan

APD

Keselamatan dan

Kesehatan

Kerja

Page 56: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

yaitu penelitian yang berupaya mencari hubungan antar variabel yang

kemudian dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Berdasarkan

pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.

Pendekatan cross sectional adalah suatu pendekatan untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan etik dengan

cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Notoatmodjo, 2002).

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja

di bagian pembuatan rotan. Alasan pengambilan populasi di bagian rotan

karena bagian ini merupakan area yang memiliki resiko bahaya seperti

kebisingan dan debu yang tinggi. Populasi target penelitian ini adalah semua

tenaga kerja yang ada di PT. Suwastama Pabelan sejumlah 1040 orang.

Sedangkan populasi sasaran adalah tenaga kerja bagian produksi sejumlah 117

orang.

Page 57: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

C. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling yaitu

simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2010).

Simple random sampling adalah pengambilan sampel secara acak

dimana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang sama

dan independen untuk terpilih ke dalam sampel (Bhisma, 2010).

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Subjek

dalam penelitiannya adalah karyawan bagian produksi dengan populasi 117

orang. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 54 karyawan sebagai sampel

dengan cara simple random sampling.

Dengan rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi

yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :

S = 12. 117. 0,5. 0,5

0,052. (117-1)+ 1

2. 0,5. 0,5

=

=

=

Page 58: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

= 54,16

S = 54

Sampel penelitian yang masuk sebagai anggota sampel berjumlah 54

orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Bekerja sebagai pekerja tetap di PT. Suwastama.

2. Bersedia sebagai responden.

Kriteria eksklusi :

1. Responden tidak bersedia diteliti.

2. Responden sedang libur/tidak datang saat dilaksanakan penelitian.

E. Desain Penelitian

Sampel

Simple Random

sampling

Kondisi APD

Kelengkapan APD

Koefisien Kontingensi

Populasi Sasaran

Layak Tidak

laya

k

Lengkap Tidak

leng

kap

Populasi

Purposive sampling

Page 59: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah faktor enabling.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

penggunaan APD.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu

ada 2 yaitu :

a. Terkendali yang meliputi : Pengetahuan, Sikap, Nilai-nilai budaya,

Kepercayaan, Masa kerja, dan Tingkat pendidikan.

b. Tidak terkendali yang meliputi : Kebijakan dan motivasi.

G. Definisi Operasional variabel

1. Penggunaan APD

a. Definisi : Penggunaan Alat pelindung diri (APD) adalah perilaku pekerja

dalam memakai APD untuk melindungi diri dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) pada saat

Page 60: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

bekerja di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,

elektrik, mekanik dan lainnya.

b. Cara mengukur dan Alat ukur : untuk mengukur variabel ini dilakukan

dengan cara observasi langsung. Menggunakan alat ukur berupa

checklist.

c. Skala ukur : skala ukur dalam variabel ini adalah nominal, dengan

penilaian sebagai berikut :

1) Jika pekerja memakai APD pada saat bekerja diberi kode 1.

2) Jika pekerja tidak memakai APD pada saat bekerja diberi kode 2.

d. Skala analisis : dalam penelitian ini skala analisis yang digunakan adalah

nominal (1 = ya, 2 = tidak).

2. Kondisi APD

a. Definisi : Kondisi APD adalah layak atau tidak layaknya APD di tempat

kerja yang digunakan pada saat bekerja. Kondisi APD berkaitan dengan

keadaan fisiknya, dalam keadaan baik atau dalam keadaan rusak.

b. Cara mengukur dan Alat ukur : untuk mengukur variabel ini dilakukan

dengan cara observasi langsung. Menggunakan alat ukur berupa

checklist. Pembuatan checklist mengacu kepada 12 elemen SMK3

khususnya elemen 6 yang berbunyi keamanan bekerja berdasarkan

SMK3 dan Undang-undang No.8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung

Diri.

c. Skala ukur : skala ukur dalam variabel ini adalah nominal, dengan 6 poin

yang diamati yaitu :

Page 61: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1) Helm

Kode 1 jika helm tidak retak dan terbuat dari plastik.

Kode 2 jika helm retak dan tidak terbuat dari plastik.

2) Masker

Kode 1 jika masker tidak sobek dan terbuat dari kain yang nyaman.

Kode 2 jika masker sobek dan tidak terbuat dari kain yang nyaman.

3) Kacamata

Kode 1 jika kaca tidak retak dan pengait tidak rusak.

Kode 2 jika kaca retak dan pengait rusak.

4) Ear plug

Kode 1 jika dapat meredam bising dan tidak rusak.

Kode 2 jika tidak dapat meredam bising dan rusak.

5) Sarung tangan

Kode 1 jika sarung tangan tidak sobek dan tidak rusak.

Kode 2 jika sarung tangan sobek dan rusak.

6) Sepatu

Kode 1 jika sepatu tidak sobek dan terbuat dari kulit.

Kode 2 jika sepatu sobek dan tidak terbuat dari kulit.

d. Skala analisis : dalam penelitian ini skala analisis yang digunakan

adalah nominal. Dikatakan layak jika minimal terdapat 3 jawaban

berkode 1.

Page 62: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Kelengkapan APD

a. Definisi : Kelengkapan APD adalah jumlah komponen APD yang

digunakan ditempat kerja tersebut, apakah ada semua atau tidak.

b. Cara mengukur dan Alat ukur : untuk mengukur variabel ini dilakukan

dengan cara observasi langsung. Menggunakan alat ukur berupa

checklist.

c. Skala ukur : skala ukur dalam variabel ini adalah nominal, dengan

ketentuan :

Kode 1 jika semua komponen APD lengkap.

Kode 2 jika komponen APD tidak lengkap

d. Skala analisis : dalam penelitian ini skala analisis yang digunakan adalah

nominal. Dikatakan lengkap jika minimal terdapat 3 jawaban berkode 1.

H. Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan

untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Lembar isian data (kuesioner), yaitu daftar pertanyaan yang digunakan

untuk menentukan subjek penelitian.

2. Bolpoin, buku, penghapus.

3. Data sekunder PT. Suwastama Pabelan.

Page 63: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini

meliputi :

a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang

diteliti.

b. Profil perusahaan dan data karyawan.

I. Cara Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan survey awal tempat atau perusahaan yang akan dijadikan tempat

penelitian.

2. Menemukan dan memilih masalah.

3. Menentukan judul penelitian, membuat proposal penelitian.

4. Identifikasi, merumuskan, mengadakan pembatasan masalah dan kemudian

berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk

menghimpun informasi dan teori sebagai dasar penyusun kerangka konsep

penelitian.

5. Merumuskan hipotesis penelitian.

6. Menentukan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tenaga kerja di bagian produksi yang berjumlah 117

pekerja, sedangkan sampel yang diambil secara acak berjumlah 54 pekerja.

7. Menentukan teknik pengumpulan data.

Page 64: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

8. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan data sekunder dari perusahaan.

9. Menentukan alat pengumpulan data yang akan digunakan. Dalam penelitian

digunakan kuesioner yang diisi oleh pekerja.

10. Melaksanakan penelitian dengan melakukan pengukuran.

11. Diperoleh data yang kemudian data tersebut diolah dengan uji Koefisien

Kontingensi.

J. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan tahapan-tahapan sebagai

berikur :

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan di lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau quosioner tersebut.

a. Apabila lengkap, dalam arti semua sudah terisi.

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lainnya.

Page 65: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau

memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi

jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan maka

pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau

dimasukkan dalam pengolahan data missing.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode

ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

software komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-

masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program

yang paling sering digunakan untuk entry data penelitian adalah paket

program SPSS for window.

Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang

melakukan entry data ini. Apabila tidak, maka akan terjadi bias, meskipun

hanya memasukkan data saja.

4. Pembersihan Data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

Page 66: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

a. Mengetahui missing data (data yang hilang)

b. Mengetahui variasi data

c. Mengetahui konsistensi data

(Notoatmodjo, 2010).

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji

Koefisien Kontingensi dengan menggunakan program komputer SPSS versi

16.

K. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariat, yaitu

menganalisis data dengan distribusi frekuensi variabel independen dan

dependen dan di sajikan dalam tabel frekuensi. Analisis univariat bertujuan

untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian.

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi, kemudian dilakukan uji statistik dengan

menggunakan uji Koefisien Kontingensi, dengan pertimbangan skala data

merupakan skala nominal dan nominal. Dengan ketentuan :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 atau ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

Page 67: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

(Hastomo, 2001)

Page 68: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Suwastama Pabelan merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang industri kerajinan dengan orientasi export sejak 1997

(sebagian besar Eropa Barat). Kepuasan pelanggan adalah prioritas utama

bagi PT. Suwastama Pabelan sehingga kualitas yang baik dan konsisten.

Kejujuran, kepercayaan dan saling menguntungkan menjadi karakteristik dari

perusahaan tersebut.

Bahan baku yang digunakan antara lain rotan, enceng gondok,

pandan, pelepah pisang dan tapas kelapa. Produk-produknya antara lain

adalah tempat duduk rotan, meja, tempat tidur, kursi santai, keranjang dari

anyaman enceng gondok, pandan dan wadah dari sabut kelapa. Sebagian

besar terbuat dari serat yang mudah didaur ulang dan bahan tidak beracun.

Jumlah pekerja keseluruhan di PT. Suwastama Pabelan berjumlah

1040 orang yang terbagi menjadi pekerja shift dan pekerja reguler. Untuk

pekerja shift terbagi menjadi 2 shift yaitu shift I pada pukul 6.30 – 14.00 dan

shift II pada pukul 14.00 – 21.30. Sedangkan untuk pekerja regulernya yaitu

mulai pukul 08.00 – 16.00.

Dari observasi yang telah dilakukan pada proses produksi

pembuatan kerajinan dari rotan terlihat bahwa ada sebagian tenaga kerja yang

tidak memakai APD yang disediakan perusahaan dengan lengkap dan benar.

Page 69: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

B. Analisa Univariat

1. Implementasi Pemakaian Alat Pelindung Diri

Implementasi pemakaian alat pelindung diri dikategorikan

perilaku pekerja pada saat bekerja memakai alat pelindung diri atau tidak.

Untuk mengetahui pemakaian APD maka dilakukan dengan cara observasi

atau pengamatan apakah responden memakai APD secara lengkap dan

benar.

Tabel 3. Distribusi frekuensi implementasi pemakaian APD pada tenaga

kerja di P.T. Suwastama Pabelan tahun 2012

Memakai APD Frekuensi Persentase (%)

Ya

Tidak

41

13

75,93

24,07

Total 54 100

Sumber : Data primer, Mei 2012.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 54 responden

terdapat 41 (75,93%) responden telah memakai APD pada saat bekerja.

Dan terdapat 13 (24,07) responden yang tidak memakai APD pada saat

bekerja.

2. Kelayakan Alat Pelindung Diri

Kelayakan APD dikategorikan dalam keadaan fisik APD, APD

tersebut dalam keadaan baik atau dalam keadaan rusak. Dikatakan layak

jika dalam keadaan baik dan dikatakan tidak layak jika dalam keadaan

rusak.

Page 70: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4. Distribusi frekuensi kelayakan APD pada tenaga kerja di P.T.

Suwastama Pabelan tahun 2012

Memakai APD Frekuensi Persentase (%)

Layak

Tidak layak

28

26

51,85

48,15

Total 54 100

Sumber : Data primer, Mei 2012.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 54 responden

responden yang diteliti, sebanyak 28 (51,85%) responden menyatakan

bahwa APD layak untuk dipakai dan 26 (48,15) responden menyatakan

bahwa APD tidak layak untuk dipakai.

3. Kelengkapan Alat Pelindung Diri

Kelengkapan APD dikategorikan dalam jumlah komponen APD

yang digunakan ditempat kerja tersebut, apakah lengkap atau tidak.

Dikatakan lengkap jika semua bagian-bagian APD tersebut ada.

Tabel 5. Distribusi frekuensi kelengkapan komponen APD pada tenaga

kerja di P.T. Suwastama Pabelan tahun 2012

Memakai APD Frekuensi Persentase (%)

Lengkap

Tidak Lengkap

43

11

79,63

20,37

Total 54 100

Sumber : Data primer, Mei 2012.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 54 responden yang

diteliti, sebanyak 43 (79,63%) responden menyatakan bahwa APD telah

lengkap komponennya dan 11 (20,37%) responden menyatakan bahwa

APD tidak lengkap komponennya.

Page 71: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Kondisi APD dengan Implementasi Pemakaian

APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Tabel 6. Tabel Hubungan antara kondisi APD dengan Implementasi

Pemakaian APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Implementasi

Pemakaian APD

Total

R

P

Ya Tidak

Kondisi

APD

Layak 24 4 28 0,23

1

0,081

Tidak layak 17 9 26

Total 41 13 54

Sumber : Data primer, Mei 2012.

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari analisis dengan menggunakan

uji statistik koefisien kontingensi diperoleh hubungan antara kondisi APD

dengan implementasi pemakaian APD adalah tidak signifikan dengan nilai

p = 0,081, sedangkan untuk kekuatan korelasinya adalah lemah yaitu

dengan nilai r = 0,231, dan arah korelasinya adalah positif (+) yang berarti

searah yaitu semakin baik kondisi APD maka besar kemungkinan untuk

memakai APD saat bekerja.

Page 72: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2. Hubungan Antara Kelengkapan APD dengan Implementasi

Pemakaian APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Tabel 7. Tabel Hubungan Antara Kelengkapan APD dengan Implementasi

Pemakaian APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Implementasi

Pemakaian

APD

Tota

l

r

P

Ya Tidak

Kelengkapan

APD

Lengkap 38 4 42 0,537 0,000

Tidak

Lengkap

3 9 12

Total 41 13 54

Sumber : Data primer, Mei 2012.

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari analisis dengan menggunakan

uji statistik koefisien kontingensi diperoleh bahwa hubungan antara

kelengkapan APD dengan implementasi pemakaian APD adalah sangat

signifikan dengan nilai p = 0,000, sedangkan untuk kekuatan korelasinya

adalah sedang yaitu dengan nilai r = 0,537, dan arah korelasinya adalah

positif (+) yang berarti searah yaitu semakin lengkap komponen APD

maka besar kemungkinan untuk memakai APD saat bekerja.

Page 73: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB V

PEMBAHASAN

A. Implementasi Pemakaian APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja

itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pemakaian APD berperan penting

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Pemakaian APD memerlukan

penyesuaian diri yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan

atau luka-luka dan juga mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita

tenaga kerja beberapa tahun kemudian. Penggunaan APD terhadap tenaga

kerja merupakan pilihan terakhir apabila 4 pengendalian resiko (eliminasi,

subtitusi, engineering rekayasa dan administrasi) tidak dapat dilakukan atau

dapat dilakukan namun demikian masih terdapat/potensi bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan tenaga kerja (Anizar, 2009).

Menurut Lawrence Green tahun 1980 (dalam Notoatmodjo, 2010)

masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni behafioral factors

(faktor perilaku) dan non behafioral factors (faktor non perilaku). Sedangkan

faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling

factors) dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi

(predisposing factors) meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya,

kepercayaan dari orang tersebut terhadap perilaku tertentu dan beberapa

Page 74: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

karakteristik individu misalnya umur, jenis kelamin, masa kerja dan tingkat

pendidikan. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) ialah faktor yang

memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut, meliputi

ketersediaan sarana yang meliputi kondisi dan kelengkapan APD, adanya

peraturan-peraturan, komitmen dan keterampilan. Faktor-faktor penguat

(reinforcing factors) adalah adanya kebijakan dan penilaian (Notoatmodjo,

2003).

B. Analisis Univariat

1. Implementasi Pemakaian APD

Berdasarkan hasil pengamatan tentang pemakaian APD pada

saat bekerja maka didapatkan data yaitu, dari 54 responden terdapat 41

(75,93%) responden telah memakai APD pada saat bekerja. Didapatkan

juga 13 (24,07% ) responden yang tidak memakai APD pada saat

bekerja.

Penggunaan alat pelindung diri sebenarnya menempati

prioritas pengendalian resiko paling akhir setelah pengendalian dengan

eliminasi, subtitusi, rekayasa dan pengendalian secara administratif tidak

berhasil dilakukan.

Implementasi pemakaian APD berhubungan dengan sikap

pekerja untuk memakai APD pada saat bekerja. Hal ini digolongkan

sebagai Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan perilaku atau

usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para

Page 75: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan. Notoatmodjo (2010)

Banyak alasan yang menyebabkan para pekerja tidak memakai

APD pada saat bekerja. Seringkali pekerja merasa tidak nyaman dan

terganggu dalam bekerja jika memakai APD. Meskipun demikian APD

harus tetap dipakai untuk mengurangi resiko terkena PAK dan KAK.

2. Kondisi APD

Dari hasil checklist tentang kondisi APD diketahui bahwa dari

54 responden yang diteliti, sebanyak 28 (51,85%) responden menyatakan

bahwa APD layak untuk dipakai dan 26 (48,15) responden menyatakan

bahwa APD tidak layak untuk dipakai. Hal ini dipengaruhi karena lebih

dari separuh APD yang ada mengalami kerusakan.

APD yang digunakan harus memenuhi syarat pembuatan,

pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk

memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat.

Pemakaian APD yang layak berperan penting terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja.

Semakin baik kondisi Alat Pelindung Diri maka semakin

semakin besar kemungkinan untuk terhindar dari bahaya jika di pakai

sesuai dengan faktor bahaya yang ada.

3. Kelengkapan APD

Untuk checklist tentang kelengkapan APD diketahui bahwa

sebanyak 43 (79,63%) responden menyatakan bahwa APD telah lengkap

Page 76: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

komponennya dan 11 (20,37%) responden menyatakan bahwa APD tidak

lengkap komponennya.

Ketidaklengkapan komponen APD dapat dipengaruhi karena

sudah usangnya APD atau kelalaian pekerjanya dalam perawatan APD.

Setiap alat dan perlengkapan harus diadakan sesuai dengan tingkat

kemungkinan terjadinya kecelakaan (Laurenta, 2001).

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Kondisi APD dengan Implementasi Pemakaian

APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Hasil analisis pada uji statistik menunjukkan bahwa kondisi APD

tidak berhubungan dengan implementasi pemakaian APD (p = 0,081). Hal

ini mungkin disebabkan oleh faktor lain. Penelitian yang dilakukan oleh

Widyaningsih (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan

pendidikan berhubungan dengan implementasi pemakaian APD.

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan akan mempengaruhi tindakan pekerja dalam memakai APD.

Bukan karena kondisi APDnya tetapi pengetahuan pekerja tentang

Page 77: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pentingnya pemakaian APD untuk melindungi dari faktor bahaya maupun

potensi bahaya.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan untuk bertindak

dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu

tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka

timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam

menanggapi suatu obyek yang menggerakkan untuk bertindak

(Notoatmodjo, 2010). Pekerja yang telah memiliki pengetahuan tentang

pentingnya APD, akan menunjukkan pengetahuannya melalui pemakaian

APD dengan benar sesuai dengan pengalamannya. Sikap positif dalam

upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan

motivasi untuk pemakaian APD pada saat bekerja.

Orang yang mempunyai pendidikan tinggi dan memiliki tingkat

pemahaman yang semakin tinggi pula, sebab dengan pendidikan yang

tinggi akan memudahkan untuk mempelajari sesuatu yang baru. Orang

yang mempunyai pendidikan tinggi diharapkan lebih peka terhadap

kondisi keselamatannya, sehingga lebih baik dalam memanfaatkan fasilitas

keselamatan (Green, 1980). Pekerja yang telah memiliki pendidikan tinggi

dan pemahaman yang tinggi tentang APD akan memakainya pada saat

bekerja.

Sehingga dalam hal ini kondisi APD tidak mempengaruhi

pemakaian APD. Pemakaian APD dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap

dan pendidikan pekerja.

Page 78: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

2. Hubungan Antara Kelengkapan APD dengan Implementasi

Pemakaian APD di P.T. Suwastama Pabelan Tahun 2012.

Hasil uji statistik koefisien kontingensi menunjukkan terdapat

hubungan antara kelengkapan APD dengan implementasi pemakaian APD

dengan nilai p = 0,000, yang berarti sangat signifikan (p hitung ≤ 0,05).

Sedangkan untuk arah korelasinya adalah positif (+) yang berarti searah

yaitu semakin lengkap komponen APD maka besar kemungkinan untuk

memakai APD saat bekerja.

Kelengkapan APD berpengaruh pada penggunaan APD. Jika

APD tersebut tidak lengkap komponennya maka pekerja tidak dapat

memakainya. Sehingga jika komponen APD tersebut lengkap, pekerja

akan memakainya tanpa memperhatikan kondisinya.

Hal ini juga dipengaruhi oleh pekerja maupun pihak perusahaan

dalam penanganan APD. Perusahaan yang menyediakan APD dengan

komponen lengkap dapat melindungi pekerja dengan maksimal. Pekerja

yang mempunyai kesadaran tentang pentingnya APD akan memakai APD

pada saat bekerja.

Ketersediaan sarana yaitu mengenai kelengkapan APD didalam

suatu perusahaan sangat diperlukan untuk mengurangi PAK dan KAK

yang mungkin ditimbulkan karena pekerjaan. Untuk itu perusahaan harus

menyediakan APD sesuai dengan jenis bahaya yang ada. APD yang

memiliki komponen lengkap dapat melindungi lebih baik dari pada APD

Page 79: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

yang tidak lengkap. APD yang diberikan juga harus sesuai dengan standar

agar dapat melindungi pekerja.

Page 80: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor enabling

dengan implementasi pemakaian APD pada tenaga kerja pembuat kerajinan

rotan di P.T. Suwastama Pabelan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan antara kelengkapan APD dengan implementasi pemakaian

APD (p = 0,000).

2. Tidak ada hubungan antara kondisi APD dengan implementasi pemakaian

APD (p = 0,081).

3. Responden yang memakai APD pada saat bekerja sebesar 75,93% dan

yang tidak memakai APD sebesar 24,07%.

4. Alat Pelindung Diri yang kondisinya layak digunakan sebesar 51,85% dan

yang tidak layak sebesar 48,15%.

5. Alat Pelindung Diri yang lengkap komponennya sebesar 79,63% dan yang

tidak lengkap komponennya sebesar 20,37%

B. Saran

1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyuluhan tentang APD agar pekerja

lebih sadar pentingnya pemakaian APD untuk mengurangi PAK dan KAK.

Page 81: HUBUNGAN FAKTOR ENABLING DENGAN PEMAKAIAN · PDF fileKesehatan Kerja Fakultas Kedokteran ... Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu ... cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2. Sebaiknya perusahaan mengganti APD yang tidak layak pakai (48,15%).

dengan yang layak pakai mengingat resiko terkena penyakit ISPA sangat

tinggi.

3. Sebaiknya perusahaan melengkapi APD yang tidak lengkap komponennya

(20,37) % dengan yang lengkap komponennya.

4. Sebaiknya perusahaan mengganti APD yang tidak layak dan APD yang

tidak lengkap komponennya dengan cara memperbaikinya atau membeli

yang baru.