HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA...

16

Click here to load reader

description

Dukungan keluarga sangat penting bagi kesehatan lanjut usia. Lanjut usia yang bertempat tinggal di panti werdha memiliki keinginan untuk dikunjungi keluarga dan menghabiskan waktu bersama mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan fungsi sosial lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional. Uji statistik menggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagian besar (75%) termasuk kategori tidak baik dan sebagian kecil (25%) termasuk kategori baik, sedangkan fungsi sosial lanjut usia sebagian besar mengalami disfungsi keluarga berat (52,5%) dan sebagian kecil mengalami disfungsi keluarga sedang (25%) dan ringan (22,5%). Hasil korelasi dari empat komponen dukungan keluarga, tiga diantaranya terdapat hubungan yang signifikan kecuali dukungan instrumental. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan keluarga sangat bermakna bagi lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi pengelola panti, klinik pelayanan kesehatan dan Puskesmas Ciparay untuk meningkatkan pengetahuan tentang dukungan keluarga dan fungsi sosial lanjut usia serta pembinaan terhadap keluarga agar kesejahteraan lanjut usia dapat tercapai.

Transcript of HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA...

Page 1: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

Tri Wahyuningsih

Abstrak

Dukungan keluarga sangat penting bagi kesehatan lanjut usia. Lanjut usia yang bertempat

tinggal di panti werdha memiliki keinginan untuk dikunjungi keluarga dan menghabiskan

waktu bersama mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga

dan fungsi sosial lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Desain

penelitian adalah deskriptif korelasional. Uji statistik menggunakan uji Chi Square.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagian besar (75%) termasuk kategori

tidak baik dan sebagian kecil (25%) termasuk kategori baik, sedangkan fungsi sosial lanjut

usia sebagian besar mengalami disfungsi keluarga berat (52,5%) dan sebagian kecil

mengalami disfungsi keluarga sedang (25%) dan ringan (22,5%). Hasil korelasi dari empat

komponen dukungan keluarga, tiga diantaranya terdapat hubungan yang signifikan kecuali

dukungan instrumental. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan keluarga

sangat bermakna bagi lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Berdasarkan hasil penelitian,

disarankan bagi pengelola panti, klinik pelayanan kesehatan dan Puskesmas Ciparay untuk

meningkatkan pengetahuan tentang dukungan keluarga dan fungsi sosial lanjut usia serta

pembinaan terhadap keluarga agar kesejahteraan lanjut usia dapat tercapai.

Kata Kunci: dukungan keluarga, lanjut usia, fungsi sosial

PENDAHULUAN

Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured

population ) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah

14.439.967 dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006 mencapai ± 19.000.000 orang

atau 8,9%. Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah kelompok lanjut usia meningkat menjadi

9,58% dan pada tahun 2020 sebesar 11,20%. Peningkatan populasi kelompok lanjut usia

diikuti pula dengan berbagai persoalan bagi lanjut usia itu sendiri seperti : penurunan kondisi

fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pension, kesepian akibat ditinggal oleh

pasangan atau teman seusia, depresi karena ketidakmampuan bersosialisasi, merasa

terasingkan/terisolasi karena hilang kontak dengan keluarga (Kementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat , 2006).

Page 2: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

Menurut Bachtiar Chamzah (2006) kelompok lanjut usia dipandang sebagai

kelompok masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan yang kompleks dan

progresif. Salah satu masalah keperawatan yang banyak muncul pada kelompok tersebut

adalah gangguan sosial karena banyak hal yang mempengaruhi kelompok ini baik dari

dukungan anggota keluarga maupun dari lingkungan.

Dukungan keluarga merupakan sumber dukungan yang pertama bagi lanjut usia

dan sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan

terhadap fungsi sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Dukungan

keluarga dapat diberikan melalui kunjungan keluarga ke panti, rekreasi dan telepon

( Lueckenotte, 1998). Marylin S dalam Gultom, 2000 mengatakan bahwa ada empat jenis

dukungan keluarga yaitu : dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental

dan dukungan informatif.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana

individu secara berkesinambungan mengubah perilaku mereka sebagai respons terhadap

situasi yang terpola secara sosial (Friedman, 1998). Fungsi sosial lanjut usia dijelaskan

dalam APGAR keluarga (Smilkstein et al, 1982 dalam Lueckenotte, 1998) meliputi adaptasi

(adaptation), hubungan (partnership), pertumbuhan (growth), afeksi (affection), dan

pemecahan (resolve).

Kebutuhan sosialisasi pada lanjut usia harus terpenuhi sehingga tidak menimbulkan

dampak yang negatif terhadap lanjut usia seperti perasaan murung, kesepian dan merasa

terasingkan/terisolasi. Lanjut usia akan mengalami gejala-gejala dalam bentuk sinyal-sinyal

distress, apabila kebutuhan sosialisasi lanjut usia tidak dirasakan dan didapatkan secara

adekuat dari keluarga (Suyono, 2008).

Havighurst (dalam Hurlock, 1997) mengatakan bahwa lanjut usia sebagai periode

usia yang terisolasi karena kematian pasangan hidupnya, pensiun dan kurangnya

kemampuan fisik dan mental. Oleh karena itu, apabila lanjut usia kehilangan kontak dengan

keluarganya maka akibatnya mereka akan kurang dapat menyesuaikan diri dan dalam hal

ini berakibat kondisi fisik dan mentalnya tidak sebaik yang mereka miliki sebelumnya

(Hurlock, 1997).

Menurut teori adaptasi Roy (1983, dalam Friedman, 1998), suatu respons

dipengaruhi oleh beberapa stimulus, meliputi stimuli fokal (perubahan fisik, perubahan

psikologis dan perubahan sosial), kontekstual (dukungan keluarga) dan residual

(penyesuaian keluarga terhadap lanjut usia dalam menghadapi berbagai kemunduran).

Setiap stimulus efektif akan menyebabkan respons yang adaptif dan sebaliknya stimulus

yang tidak efektif akan menyebabkan respons yang maladaptif. Setiap individu selalu

menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif untuk mengatasi stressor.

Page 3: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian

yang mencoba melihat gambaran hubungan antara beberapa variabel (Kountur, 2004).

Penelitian dilaksanakan di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Jl. Raya Paceet No.

186 Ciparay Kabupaten Bandung Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

lanjut usia yang mempunyai keluarga. Jumlah lanjut usia yang mempunyai keluarga di Balai

Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung berjumlah 40 lansia.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai subyek penelitian.

Alat pengumpulan data dengan menggunakan angket dan kuesioner dan saat pengisiannya

lansia dipandu oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dalam analisa univariat,variabel bebas menggunakan persentase dengan kategori

baik bila skor ≥ mean, tidak baik bila skor < mean. Variabel terikat menggunakan persentase

dengan kategori : < 3: disfungsi keluarga sangat tinggi, 4-6 : disfungsi keluarga sedang, 7-10

: disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga.Analisis bivariat menggunakan uji

statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (95%). Jika P-Value ≤ α (0,05), Ho

ditolak dan jika P-Value > α (0,05), Ho gagal ditolak.

HASIL

1. DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Diagram 1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Berdasarkan diagram 1 di atas menunjukkan gambaran dukungan keluarga terhadap

lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung bahwa

Page 4: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

sebanyak 30 responden (75%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 10

responden (25%) termasuk dalam kategori baik.

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-

orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang

membuat lanjut usia merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Sosialisasi di lingkungan

lansia dengan tingkat sebaya akan menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan itu

dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Tetapi jauh di lubuk hati, mereka

merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarga. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan petugas panti didapatkan bahwa penyebab dukungan keluarga tidak

baik adalah karena masalah ekonomi, sebanyak 80% keluarga lanjut usia yang tinggal di

panti memiliki sosial ekonomi yang rendah .

2. DUKUNGAN EMOSI KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Diagram 2 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosi Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 2 menunjukkan gambaran dukungan emosi keluarga terhadap lanjut usia di

Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung,

sebanyak 23 responden (58%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 17

responden (43%) termasuk dalam kategori baik.

Lanjut usia yang bertempat tinggal di panti werdha memiliki keinginan untuk dikunjungi

orang dari luar panti,keinginan agar orang lain menghabiskan waktu bersama mereka

(Hogstel, 1995). Orang yang menerima dukungan emosi akan merasa tenteram, aman, dan

damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dukungan emosi keluarga terhadap lanjut usia mayoritas tidak baik, sehingga

menyebabkan lanjut usia merasa jauh dari keluarga secara emosional.

3. DUKUNGAN PENGHARGAAN KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Page 5: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

Diagram 3 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n= 40)

Diagram 3 menunjukkan gambaran dukungan penghargaan keluarga terhadap lanjut

usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten

Bandung, sebanyak 22 responden (55%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak

18 responden (45%) termasuk dalam kategori baik.

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan positif) dari

keluarga atau kerabat lanjut usia, dan dorongan maju dari keluarga atau kerabat untuk tetap

dapat memahami kondisi fisik maupun mental lanjut usia (Friedman, 1998, hlm.352).

Dukungan penghargaan yang tidak baik dari keluarga menyebabkan persepsi lanjut usia

terhadap keluarga tidak baik karena merasa terisolasi dari keluarga dan merasa sudah tidak

menjadi anggota keluarga lagi.

4. DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Diagram 4. Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 4 menunjukkan gambaran dukungan instrumental keluarga terhadap lanjut

usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten

Bandung, sebanyak 19 responden (48%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak

21 responden (53%) termasuk dalam kategori baik.

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti pemberian bantuan

finansial, bantuan makanan dan bantuan pakaian. Hasil penelitian terhadap dukungan

instrumental keluarga menunjukkan hasil yang mayoritas baik. Hal ini disebabkan walaupun

Page 6: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

tidak banyak dan tidak sering keluarga memberikan dukungan instrumental tetapi lanjut usia

memandang hal itu dirasakan sudah cukup.

5. DUKUNGAN INFORMATIF KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Diagram 5. Distribusi Frekuensi Dukungan Informatif Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 5 menunjukkan gambaran dukungan informatif keluarga terhadap lanjut usia di

Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung,

sebanyak 28 responden (70%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 12

responden (30%) termasuk dalam kategori baik.

Dukungan informatif mencakup pemberian atau permintaan nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran baik dari lanjut usia kepada keluarga ataupun sebaliknya. Hasil penelitian

menunjukkan dukungan informatif mayoritas tidak baik. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan petugas panti bahwa keluarga memiliki persepsi yang salah dalam

memandang lanjut usia yaitu lanjut usia sama dengan pikun dan lanjut usia berbeda dengan

orang lain, sehingga menyebabkan peran serta lanjut untuk dijadikan tempat memperoleh

nasehat, petunjuk dan saran atau sebaliknya oleh keluarga tidak dilakukan.

6. FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA

Diagram 6 Distribusi Frekuensi Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Berdasarkan diagram 6 di atas menunjukkan gambaran fungsi sosial lanjut usia di Balai

Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 52.5%

Page 7: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

termasuk dalam kategori disfungsi keluarga berat, 25% termasuk dalam kategori disfungsi

keluarga sedang dan sebanyak 22.5% termasuk dalam kategori disfungsi keluarga

ringan/tidak disfungsi keluarga.

Kebutuhan sosialisasi pada lanjut usia harus terpenuhi sehingga tidak menimbulkan

dampak yang negatif terhadap lanjut usia seperti perasaan murung, kesepian dan merasa

terasingkan. Lanjut usia akan mengalami gejala-gejala dalam bentuk sinyal-sinyal distress,

apabila kebutuhan sosialisasi tidak dirasakan dan dikemukakan secara adekuat (Suyono,

2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi sosial lanjut usia di BPSTW termasuk

dalam kategori disfungsi keluarga berat sehingga mereka merasa terisolasi dari keluarga

dan peran sertanya dalam keluarga tidak diakui karena merasa menjadi beban dalam

keluarga. Sebagian besar responden memiliki keinginan untuk terus tetapi berkomunikasi

dengan keluarga.

7. HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSI KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL

LANJUT USIA

Tabel 1. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Emosi Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung

DukunganEmosi

Fungsi Sosial

TotalOR 95% CI

P-ValueDisfungsi Keluarga Berat

Disfungsi Keluarga Sedang

Disfungsi Keluarga Ringan

N % N % N % n %Baik 5 29.4 5 29.4 7 41.2 17 100 3,50 0,020

3,32-13,74Tidak Baik

16 69.6 5 21.7 2 8.7 23 100

21 52.5 10 25 9 22.5 40

Dukungan emosi keluarga memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan

(kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Sumber

dukungan emosi yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau

anggota keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang

harmonis (Weiss dkk, 1994, dalam Kuntjoro, 2002). Berdasarkan hasil penelitian pun terlihat

bahwa dukungan emosi keluarga yang baik akan menimbulkan fungsi sosial yang baik,

begitu pun sebaliknya.

Page 8: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

8. HUBUNGAN DUKUNGAN PENGHARGAAN KELUARGA DENGAN FUNGSI

SOSIAL LANJUT USIA.

Tabel 2. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Penghargaan Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung

DukunganPenghargaan

Fungsi Sosial

TotalOR 95% CI

P-ValueDisfungsi Keluarga Berat

Disfungsi Keluarga Sedang

Disfungsi Keluarga Ringan

N % n % n % n %Baik 6 33.5 5 27.8 7 38.9 18 100 3,04 0,043

1.14-13,08

Tidak Baik 15 68.2 5 22.7 2 9.1 22 10021 52.5 10 25 9 22.5 40

Huvighurst (dalam Hurlock, 1997, hlm.432) mengatakan bahwa lanjut usia sebagai

periode usia yang terisolasi karena kematian pasangan hidupnya, pensiun dan kurangnya

kemampuan fisik dan mental. Oleh karena itu, apabila lanjut usia kehilangan kontak dengan

keluarganya dan rasa tidak dihargai akan berakibat lanjut usia kurang dapat menyesuaikan

diri dan kondisi fisik dan mental tidak sebaik yang mereka miliki sebelumnya. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dukungan penghargaan yang tidak baik

menyebabkan fungsi sosial lanjut usia tidak baik juga, begitupun sebaliknya.

9. HUBUNGAN DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA DENGAN FUNGSI

SOSIAL LANJUT USIA

Tabel 3. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Instrumental Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung

DukunganInstrumental

Fungsi Sosial

TotalOR 95% CI

P-ValueDisfungsi Keluarga Berat

Disfungsi Keluarga Sedang

Disfungsi Keluarga Ringan

n % N % n % n %Baik 11 52.4 5 23.8 5 23.8 21 100 3,04 0,043

1.14-13,08Tidak Baik 10 52.6 5 26.3 4 21.1 19 100

21 52.5 10 25 9 22.5 40Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan instrumental keluarga dengan fungsi sosial lanjut usia. Beberapa penyebab

ketidaksesuaian antara dukungan instrumental yang baik tetapi fungsi sosial lanjut usia tidak

baik antara lain dikarenakan kebutuhan financial lanjut usia yang tinggal di panti sebenarnya

sudah dipenuhi oleh panti dan para donator panti wredha sehingga dukungan keluarga

Page 9: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

berupa pemberian secara financial tidak terlalu dibutuhkan dan pada saat keluarga

memberikan dukungan instrumental walaupun tidak sering dan tidak banyak tetapi dan

dirasakan sudah cukup bagi lanjut usia.

10. HUBUNGAN DUKUNGAN INFORMATIF KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL

LANJUT USIA

Tabel 4. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Informatif Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung

DukunganInformatif

Fungsi Sosial

TotalOR 95% CI

P-ValueDisfungsi Keluarga Berat

Disfungsi Keluarga Sedang

Disfungsi Keluarga Ringan

N % n % N % n %Baik 2 16.7 4 33.3 6 50 12 100 5.23 0,005

1.85-14.41Tidak Baik

19 67.9 6 21.4 3 10.7 28 100

Jumlah 21 52.5 10 25 9 22.5 40Lanjut usia secara empiris mempunyai pengalaman yang lebih dibandingkan

keluarga lainnya karena merasa lebih tua dan sudah merasakan berbagai kondisi pada saat

menjalani proses kehidupan, sehingga lanjut usia akan merasa senang dan ingin memberi

atau dimintai nasehat, petunjuk dan saran dari anggota keluarganya. Namun sebenarnya

lanjut usia pun membutuhkan saran dan nasehat dari anggota keluarga berkaitan dengan

terjadinya kemunduran baik fisik maupun psikis, sehingga dukungan informatif yang baik

akan menyebabkan fungsi sosial lanjut usia pun akan baik dan begitupun sebaliknya.

KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN

Dukungan keluarga mencakup dukungan emosi, dukungan penghargaan dan

dukungan informatif terhadap lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha

Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan kategori tidak baik lebih tinggi daripada kategori

baik. Sedangkan dukungan instrumental keluarga terhadap lanjut usia di Balai Perlindungan

Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan kategori baik (52,5%)

lebih tinggi daripada kategori tidak baik (47,5%).

Fungsi sosial lanjut usia di BPSTW, sebagian besar responden termasuk dalam

kategori disfungsi keluarga berat (52,5%) sedangkan sebagian kecil termasuk dalam

Page 10: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

kategori disfungsi keluarga sedang (25%) dan ringan (22,5%).Terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan emosi, dukungan penghargaan dan dukungan informatif dengan

fungsi sosial lanjut usia. Sedangkan antara dukungan instrumental dengan fungsi sosial

lanjut usia tidak terdapat hubungan yang signifikan.

SARAN

1. Perlu ditingkatkan pengetahuan dan pemahaman pengelola panti tentang pentingnya

dukungan keluarga terhadap fungsi sosial lanjut usia.

2. Perlu dibentuknya pelayanan kesehatan konseling di panti (dalam gedung) oleh petugas

klinik panti.

3. Perlu ditingkatkan kerjasama dengan sektor terkait dalam hal ini Dinas Sosial dan Dinas

Kesehatan untuk mempromosikan kesehatan lanjut usia demi tercapainya kesejahteraan

lanjut usia

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta

Badriah, D.L. 2006. Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung: Multazam

Departemen Pendidikan Nasional, RI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. 2004. Pedoman Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Suyono, (2008. http;//www.google.com, diperoleh tanggal 14 April 2008

Format referensi elektronik direkomendasi Kusumoputro, (2008, http;//www.google.com, diperoleh tanggal 9 Mei 2008)

Format referensi elektronik direkomendasi Kuntjoro, (2002, http;//www.google.com, diperoleh tanggal 14 Mei 2008).

Friedman, M.M. 1998. Family Nursing, theory and practice, Alih Bahasa. Jakarta: EGC

Gultom, A. 2000. Hubungan Sikap Keluarga Terhadap Panti Werdha Terhadap Fungsi Afektif Bagi Lanjut Usia di Panti Nazaret, Bunda Pertiwi, dan Asuhan Bunda.

Hardywinoto & Setiabudhi, T. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Page 11: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

Hogstel, M.O. 1995. Geropsychiatric Nursing. ST. Loius: Mosby Year Book Inc

Hurlock, E. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: EGC

Kountur. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Teruna Grafica

Kusumah. 2006. Bagaimana Pengetahuan Keluarga tentang Nutrisi Usia Lanjut di Desa Bunisari Warung Kondang Cianjur. Skripsi STIKes Dharma Husada Bandung.

Luecknotte. 1998. Gerontology Nursing. USA: Mosby Year Book Company Inc

Mahfoedz. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya

Mc Gie, A. 1996. Penerapan Psikologi Dalam Perawatan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medica dan Andi

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Schuster, C.S dan Ashburn, S.S. 1992. The Process Of Human Development: A Holistic Life Span Aproach. Philadelphia: J.B. Lipincott Company

Stanley dan Beare. 2007. Gerontological Nursing. Alih Bahasa. Jakarta: EGC

Stanphone, M dan Lancaster, J. 1998. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

Sulaiman. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Yogyakarta: Andi

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Supriadi. 2006. Kontribusi Dukungan Keluarga Terhadap Respons Remaja Menghadapi Masa Pubertas Di Cinanjung Wilayah Kerja Puskesmas Margajaya Tanjungsari Sumedang. Tesis Universitas Indonesia Jakarta.

Supriadi. 2007. Keperawatan Keluarga. Bandung.

Supriadi.2007. Keperawatan Gerontik. Bandung.

Sutanto, P.H. 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta.

Undang-undang RI No.13 Th. 1998. Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Biro Hukum Depsos

Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Kedua, Yogyakarta: Graha Ilmu

Penulis adalah Staf Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi