HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS …digilib.unila.ac.id/56364/3/SKRIPSI FULL TEKS...

93
HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi) Oleh: SEKAR RONNA FISKASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS …digilib.unila.ac.id/56364/3/SKRIPSI FULL TEKS...

HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:

SEKAR RONNA FISKASARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

LAMPUNG

Oleh

SEKAR RONNA FISKASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Judul Skripsi : HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN

STRES DENGAN STATUS GIZI PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Sekar Ronna Fiskasari

No. Pokok Mahasiswa : 1418011199

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M

NIP. 19830818 200801 2 005 NIP. 19800110 200501 1 004

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA

NIP. 19701208 200112 1 001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H.

__________

Sekretaris : dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M

__________

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc., DK

__________

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA

NIP. 19701208 200112 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 5 April 2019

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status

Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung adalah

hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atas karya penulis

lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam

masyarakat akademik atau yang disebut dengan plagiarisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada

Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ditemukan adanya

ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan

kepada saya.

Bandar Lampung, 5 April 2019

Pembuat pernyataan,

Sekar Ronna Fiskasari

ABSTRACT

RELATIONSHIP OF DEPRESSION, ANXIETY, AND STRESS WITH

NUTRITIONAL STATUS IN STUDENTS OF MEDICAL FACULTY

LAMPUNG UNIVERSITY

By

SEKAR RONNA FISKASARI

Background: Nutritional problems that are still faced by adolescents in Indonesia

are underweight, overweight, and obesity, which are interpretations of malnutrition.

Multiple factors play a role in the formation of nutritional status, including

psychological factors that can be seen through depression, anxiety, and stress status.

This research aimed to find the relationship between depression, anxiety, and stress

with nutritional status in students of Medical Faculty Lampung University.

Methods: A cross sectional research was performed involving 107 subjects, which

calculated by unpaired categorical comparative formula, taken from students of

Medical Faculty Lampung University by purposive sampling. Nutritional status,

which determined by BMI, was measured by using body weight scale and stature

meter, while depression, anxiety, and stress were measured by using Depression,

Anxiety, Stress Scale 42 (DASS-42). Data were analyzed by using Chi-Square test.

Results: There were 45,5% subjects with poor nutritional status, 21,5% subjects

with depression, 43,9% subjects with anxiety, and 26,2% subjects with stress.

Bivariate analysis showed that there was no relationship between depression and

nutritional status (p=0,321), there was no relationship between anxiety and

nutritional status (p=0,100), and there was no relationship between depression and

nutritional status (p=0,110).

Conslusions: There were no relationship between depression, anxiety, and stress

with nutritional status in students of Medical Faculty Lampung University.

Keywords: adolescent, anxiety, depression, medical students, nutritional status,

stress

ABSTRAK

HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

LAMPUNG

Oleh

SEKAR RONNA FISKASARI

Latar Belakang: Masalah gizi yang masih dihadapi oleh remaja di Indonesia

diantaranya adalah kurus, kegemukan, dan obesitas, yang merupakan interpretasi

dari malnutrisi. Berbagai faktor berperan dalam pembentukan status gizi,

diantaranya adalah faktor psikologis yang dapat dilihat melalui status depresi,

ansietas, dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

depresi, ansietas, dan stres terhadap status gizi pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

Metode: Penelitian cross sectional melibatkan 107 responden, yang dihitung

dengan rumus komparatif kategorik tidak berpasangan, dari mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Status gizi, yang ditentukan berdasarkan IMT, diukur menggunakan

timbangan badan dan stature meter, sedangkan depresi, ansietas, dan stres diukur

menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, Stress Scale 42 (DASS-42). Data

dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Hasil: Terdapat 45,5% responden mengalami malnutrisi, 21,5% responden

mengalami depresi, 43,9% responden mengalami ansietas, dan 26,2% responden

mengalami stres. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara depresi

dengan status gizi (p=0,321), tidak ada hubungan antara ansietas dengan status gizi

(p=0,100), dan tidak ada hubungan antara stres dengan status gizi (p=0,110).

Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara depresi, ansietas, dan stres

dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Kata kunci: ansietas, depresi, mahasiswa kedokteran, remaja, status gizi, stres

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 27 Maret 1997, sebagai anak

kedua dari 5 bersaudara dari Bapak Agung Adi Sawarso dan Ibu Dwi Nuryati WS.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK PKK 1 Banjarsari diselesaikan pada

tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Muhammadiyah Metro pada

tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1

Metro pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA

Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan studi di

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

melalui jalur masuk tulis (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu

Sina (FSIIS) sebagai anggota Kaderisasi pada tahun 2015-2016.

Segala puji bagi Rabb Semesta Alam

Sebuah persembahan kecil untuk

Mamah dan Papah tercinta

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, tetaplah

bekerja keras. Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(Asy-Syarh: 6-8)

i

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah, Rabb semesta alam, yang telah memberikan

pertolongan kepada penulis untuk mampu menyelesaikan penelitian skripsi yang

berjudul “Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan banyak pihak. Maka dengan ini saya

sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H., selaku Pembimbing Utama, atas

kesediaannya membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M, selaku Pembimbing Kedua, atas

kesediaannya membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc., DK, selaku Pembahas, atas kesediaannya

membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Responden, atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian ini;

7. Keluarga, atas segalanya yang telah mereka berikan untuk mendukung saya

selama ini;

8. Teman-teman angkatan 2014, atas bantuan dan kerjasamanya selama ini;

9. Seluruh dosen dan civitas akademik FK Unila, yang selalu membantu saya

selama menempuh pendidikan ini;

10. Semua yang pernah hadir dan membersamai saya dan menjadi bagian dalam

perjalanan hidup saya yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Semoga

segala pengorbanan dan perjuangan mendapat balasan dari Allah.

Bandar Lampung, 5 April 2019

Penulis,

Sekar Ronna Fiskasari

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 5

Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

Bagi Peneliti ....................................................................................... 6

Bagi Mahasiswa ................................................................................. 6 Bagi Institusi ...................................................................................... 6 Bagi Peneliti lain ................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8 Status Gizi ................................................................................................... 8

Definisi ............................................................................................... 8

Faktor yang Mempengaruhi ............................................................... 9 Depresi ...................................................................................................... 14

Definisi ............................................................................................. 14

Etiologi ............................................................................................. 14 Tanda dan Gejala ............................................................................. 17 Kriteria Diagnosis ............................................................................ 17

Ansietas ..................................................................................................... 21

Definisi ............................................................................................. 21 Etiologi ............................................................................................. 21 Tanda dan Gejala ............................................................................. 23 Kriteria Diagnosis ............................................................................ 23

Stres ........................................................................................................... 24

Definisi ............................................................................................. 24 Teori ................................................................................................. 25 Stresor .............................................................................................. 26

Respons ............................................................................................ 27 Kriteria Diagnosis ............................................................................ 30

iii

Cara Penilaian ........................................................................................... 31

Depresi, Ansietas, dan Stres ............................................................ 31 Status Gizi ........................................................................................ 31

Kerangka Teori .......................................................................................... 37 Kerangka Konsep ...................................................................................... 38 Hipotesis .................................................................................................... 38

Hipotesis Null (H0) .......................................................................... 38 Hipotesis Alternatif (Ha) ................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 40 Jenis Penelitian .......................................................................................... 40

Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 40 Subjek Penelitian ....................................................................................... 40

Populasi ............................................................................................ 40

Sampel ............................................................................................. 41 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 43

Variabel Bebas ................................................................................. 43 Variabel Terikat ............................................................................... 44

Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 44 Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 44

Cara Kerja ................................................................................................. 45 Teknik Analisis Data ................................................................................. 46

3.9.1 Pengolahan Data .............................................................................. 46

3.9.2 Analisis Data .................................................................................... 46

Etika Penelitian ......................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................. Error! Bookmark not defined.

Hasil Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined. Karakteristik Responden ................... Error! Bookmark not defined. Analisis Univariat ............................. Error! Bookmark not defined.

Analisis Bivariat ............................... Error! Bookmark not defined.

Pembahasan ................................................ Error! Bookmark not defined. Karakteristik Responden ................... Error! Bookmark not defined. Gambaran Status Gizi ....................... Error! Bookmark not defined.

Gambaran Tingkat Depresi ............... Error! Bookmark not defined. Gambaran Tingkat Ansietas .............. Error! Bookmark not defined. Gambaran Tingkat Stres ................... Error! Bookmark not defined. Hubungan Depresi dengan Status Gizi ........... Error! Bookmark not

defined. Hubungan Ansietas dengan Status Gizi .......... Error! Bookmark not

defined. Hubungan Stres dengan Status Gizi .. Error! Bookmark not defined.

Keterbatasan Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 48 Kesimpulan ................................................................................................ 48

Saran .......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

iv

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Proporsi Sampel berdasarkan Angkatan ......................................................... 43 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 44

3. Karakteristik Responden .................................. Error! Bookmark not defined. 4a. Hasil Analisis Status Gizi berdasarkan Klasifikasi WHO .... Error! Bookmark

not defined. 4b. Hasil Analisis Status Gizi berdasarkan Klasifikasi Pertimbangan Klinis Error!

Bookmark not defined. 5a. Hasil Analisis Depresi berdasarkan Klasifikasi DASS-42 ... Error! Bookmark

not defined. 5b. Hasil Analisis Depresi berdasarkan Klasifikasi Pertimbangan Klinis ..... Error!

Bookmark not defined. 6. Distribusi Jawaban pada Item Pertanyaan Depresi ........ Error! Bookmark not

defined. 7a. Hasil Analisis Ansietas berdasarkan Klasifikasi DASS-42 . Error! Bookmark

not defined. 7b. Hasil Analisis Ansietas berdasarkan Klasifikasi Pertimbangan Klinis .... Error!

Bookmark not defined. 8. Distribusi Jawaban pada Item Pertanyaan Ansietas ....... Error! Bookmark not

defined. 9a. Hasil Analisis Stres berdasarkan Klasifikasi DASS-42 . Error! Bookmark not

defined. 9b. Hasil Analisis Stres berdasarkan Klasifikasi Pertimbangan Klinis.......... Error!

Bookmark not defined. 10. Distribusi Jawaban pada Item Pertanyaan Stres............. Error! Bookmark not

defined. 11. Hasil Analisis Hubungan Depresi dengan Status Gizi ... Error! Bookmark not

defined. 12. Hasil Analisis Hubungan Ansietas dengan Status Gizi.. Error! Bookmark not

defined. 13. Hasil Analisis Hubungan Stres dengan Status Gizi ....... Error! Bookmark not

defined.

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram GAS .................................................................................................. 29 2. Kerangka Teori ................................................................................................ 37

3. Kerangka Konsep ............................................................................................ 38 4. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 45

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Responden Penelitian

Lampiran 2. Hasil Analisis Data pada SPSS 22.0 Lampiran 3. Identitas Responden dan Kuesioner DASS-42 Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas DASS-42 (Damanik, 2011)

Lampiran 5. Sertifikat Kalibrasi Stature Meter / Microtoise Lampiran 6. Sertifikat Kalibrasi Timbangan Badan Lampiran 7. Informed Consent Lampiran 8. Ethical Clearance

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

1 BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan

pengeluaran zat gizi, yaitu asupan melebihi pengeluaran atau sebaliknya.

Selain itu, masalah gizi juga dapat terjadi ketika seseorang salah dalam

memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009). Masalah gizi dapat

terjadi pada seluruh kelompok usia, bahkan pada suatu kelompok usia

tertentu dapat mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan

berikutnya (FKM UI, 2010).

Masalah gizi yang masih dihadapi oleh remaja di Indonesia diantaranya

adalah anemia, stunting, kurus atau kurang energi kronik (KEK), serta

kegemukan atau obesitas (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi status gizi berat

badan (BB) lebih dan obesitas pada penduduk berusia >18 tahun di Lampung

cenderung terus meningkat selama 3x pengukuran terakhir yaitu 7,7%, 8,5%,

9,8% dan 7,3%, 8,8%, 8,7% pada tahun 2007, 2010, 2013 secara berurutan

(Kemenkes RI, 2013a).

Penelitian mengenai identifikasi status gizi pada remaja menunjukkan bahwa

terdapat 3,8% berstatus gizi kurus, 15,4% berstatus gizi BB lebih, dan 15,5%

2

berstatus gizi obesitas (Soraya 2017). Selain itu, penelitian lain menunjukkan

bahwa status gizi kurus, BB lebih, dan obesitas pada mahasiswa kedokteran

tingkat akhir adalah 10,9%, 17,8%, dan 11,9% (Angraini, 2014). Angka

tersebut jauh lebih besar dibandingkan angka prevalensi penduduk dewasa

(>18 tahun) yang mengalami status gizi kurus, BB lebih, dan obesitas di

Lampung yaitu sebesar 8,8%, 9,8%, dan 8,7% (Kemenkes RI, 2013a).

Masalah gizi merupakan faktor dasar dari berbagai masalah kesehatan (FKM

UI, 2010). Masalah gizi dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan,

perkembangan, serta tertundanya maturitas seksual (Story, Neumark-Sztainer

& French, 2002). Selain itu, penelitian Prayogi (2017) menunjukkan adanya

hubungan antara status gizi kurang dengan rendahnya angka keberhasilan

belajar dan prestasi akademik, khususnya pada mahasiswa kedokteran.

Perilaku makan merupakan faktor yang sangat berperan dalam status gizi

seseorang. Perilaku makan dipengaruhi oleh faktor individu, lingkungan

sosial, lingkungan fisik, dan makrosistem. Karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi perilaku makan seseorang diantaranya adalah faktor

psikososial yang meliputi preferensi makanan, persepsi terhadap makanan,

kesehatan dan nutrisi, arti makanan, efikasi diri, dan pengetahuan (Story,

Neumark-Sztainer & French, 2002). Kesehatan psikososial dapat dinilai

melalui tingkat depresi, ansietas, dan stres seseorang (Alton, 2005; Luder &

Alton, 2005). Penelitian pada mahasiswa kedokteran Universitas Fayoum di

Mesir menunjukkan bahwa angka kejadian depresi, ansietas, dan stres sejalan

3

dengan semakin meningkatnya Indeks Massa Tubuh (IMT) (Wahed &

Hassan, 2017). Selain itu, penelitian pada mahasiswa kedokteran di

Universitas Lampung menunjukkan bahwa depresi termasuk salah satu faktor

risiko terjadinya status gizi lebih dan status gizi kurang (Angraini, 2014).

Proporsi mahasiswa kedokteran yang menderita gangguan psikologis

memiliki nilai yang sama dengan populasi umum sebelum mereka memulai

pendidikan kedokteran, yaitu kurang dari 3% (Yusoff dkk., 2013). Namun,

selama masa pendidikan kedokteran berlangsung, proporsinya meningkat

menjadi berkisar antara 21-56% (Yusoff & Rahim, 2011). Sebuah penelitian

longitudinal menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental yang paling

umum di kalangan mahasiswa kedokteran adalah ansietas (41,1-56,7% ),

diikuti oleh depresi (12-30%) dan stres (11,8-19,9%) (Yusoff dkk., 2013).

Selain itu, sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada

mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas Lampung adalah 59,4%

(Angraini, 2014). Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan angka

prevalensi penduduk berusia >15 tahun yang mengalami gangguan mental

emosional di Lampung yaitu sebesar 1,2% (Kemenkes RI, 2013b).

Gangguan depresi, ansietas, dan stres pada mahasiswa kedokteran lebih

banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan, peningkatan usia, dan

peningkatan IMT (Wahed & Hassan, 2017). Beban belajar dan jadwal yang

sibuk merupakan alasan utama tingginya kejadian depresi, ansietas, dan stres

pada mahasiswa kedokteran (Kulsoom & Afsar, 2015). Selain itu, tekanan

4

dalam menempuh pendidikan, tugas pembelajaran yang banyak, ujian, tugas

ilmiah di akhir pendidikan, masalah dalam pertemanan dan masalah keluarga

merupakan penyebab tersering depresi pada mahasiswa kedokteran tingkat

akhir di Universitas Lampung (Angraini, 2014). Kurikulum kedokteran yang

diterapkan ikut berperan sebagai stresor pada mahasiswa kedokteran.

Kurikulum pendidikan kedokteran yang dipenuhi dengan jadwal yang padat

telah menciptakan tekanan yang berlebihan terhadap psikologis mahasiswa

kedokteran yang dapat menimbulkan efek tidak menguntungkan (Yusoff

dkk., 2013).

Stres mampu meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa, namun apabila

stres berlebihan maka dapat menyebabkan efek negatif berupa masalah

kesehatan fisik dan mental, penurunan harga diri, serta dapat mempengaruhi

prestasi akademik dan pengembangan mahasiwa itu sendiri (Yusoff &

Rahim, 2011). Penelitian terhadap mahasiswa kedokteran tingkat 2 dan 3 di

Universitas Lampung menunjukkan adanya hubungan antara tingkat depresi

dan ansietas yang tinggi dengan rendahnya keberhasilan belajar dan prestasi

akademik mahasiswa yang dinilai melalui IPK mahasiswa (Prayogi, 2017).

Beberapa penelitian diatas mengemukakan adanya hubungan erat antara

status psikososial berupa depresi, ansietas, dan stres dengan masalah gizi,

teruatama pada mahasiswa kedokteran. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan antara depresi, ansietas, dan stres dengan status gizi

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

5

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran tingkat depresi, ansietas, stres, dan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?

2. Apakah terdapat hubungan antara depresi dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?

3. Apakah terdapat hubungan antara ansietas dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?

4. Apakah terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara depresi, ansietas, dan stres dengan status gizi pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi, ansietas, stres, dan

status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

2. Untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan status gizi

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

6

3. Untuk mengetahui hubungan antara ansietas dengan status gizi

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

4. Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk

mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peneliti di bidang

penelitian serta menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan

depresi, ansietas, dan stres dengan status gizi pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang

depresi, ansietas, dan stres sehingga mahasiswa dapat

mengantisipasinya dan mampu melakukan upaya pencegahan depresi,

ansietas, dan stres sehingga mampu memperbaiki status gizinya.

Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

upaya pencegahan depresi, ansietas, dan stres pada mahasiswa

sehingga mampu memperbaiki status gizi mahasiswa.

7

Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan kepustakaan untuk

penelitian selanjutnya khususnya mengenai hubungan depresi,

ansietas, dan stres dengan status gizi pada mahasiswa.

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi

Definisi

Status gizi merupakan keadaan tubuh individu sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2011).

Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya.

Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antar individu, hal ini

tergantung pada usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi

badan (Harjatmo, Par’i & Wiyono, 2017).

Status gizi baik terjadi apabila asupan gizi dengan kebutuhan

tubuhnya seimbang sehingga pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum dapat berjalan dengan

baik (Almatsier, 2011). Apabila asupan gizi yang dikonsumsi lebih

sedikit atau lebih banyak dari kebutuhan tubuh maka akan terjadi

malnutrisi berupa kurus, BB lebih, bahkan obesitas (Arisman, 2009).

9

Faktor yang Mempengaruhi

2.1.2.1 Individu

a. Kognitif-Afektif

Kesehatan individu dapat mempengaruhi status gizi

(Story & Stang, 2005). Menurut WHO (2003), seseorang

dikatakan sehat apabila memiliki fisik, mental, dan sosial

yang sejahtera, bukan hanya terbebas dari penyakit dan

kelemahan. Seseorang yang sakit akan mengalami

gangguan nafsu makan, malabsorbsi, serta perubahan

metabolik dan perilaku. Hal ini mengakibatkan

kebutuhan tubuh terhadap nutrisi akan meningkat

sehingga dapat mempengaruhi perilaku makan

(UNICEF, 1998).

Kesehatan mental didefinisikan sebagai keadaan

sejahtera dimana individu mampu mengenali

kemampuan mereka, mengatasi tekanan normal

kehidupan, bekerja secara produktif dan berbuah, serta

memberikan kontribusi kepada komunitas (WHO, 2003).

Kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi

perasaan, pikiran, perilaku, dan interaksi dengan orang

lain, termasuk perilaku makan individu. Gangguan

mental yang paling umum ditemui pada orang yang

mengalami masalah gizi adalah gangguan makan serta

10

depresi, ansietas, dan stres (Alton, 2005; Luder & Alton,

2005; Masdar dkk., 2016).

Arti makanan, citra tubuh, dan konsep diri juga

mempunyai peran dalam status gizi, khususnya pada

remaja. Sebuah penelitian di Kanada menunjukkan

bahwa makanan sehat dan makanan cepat saji memiliki

makna yang sangat bertentangan. Makanan cepat saji

menggambarkan kesenangan, bersama dengan teman-

teman, menambah berat badan, kemandirian, rasa

bersalah, keterjangkauan, dan kenyamanan, sedangkan

makanan sehat dihubungkan dengan keluarga dan berada

di rumah. Hal ini menimbulkan nilai bahwa memakan

dan menyukai makanan cepat saji terlihat sebagai

perilaku makan yang normal bagi remaja, sedangkan

menyukai makanan sehat terlihat sebagai sesuatu yang

ganjil (Story, Neumark-Sztainer & French, 2002).

Pada dasarnya, citra tubuh dan konsep diri saling

mempengaruhi satu sama lain. Apabila seseorang tidak

menyukai tubuhnya maka akan sulit untuk merasa bahwa

dirinya baik, begitu pula sebaliknya. Remaja yang merasa

tidak puas dengan citra tubuhnya sering dilaporkan

mengalami kesulitan tidur pada malam hari atau mimpi

11

buruk, ansietas, stres atau depresi, serta memiliki konsep

diri dan kualitas hidup yang rendah. Selain itu, ditemukan

pula bahwa terdapat hubungan antara citra tubuh dengan

status gizi, terutama pada remaja di negara berkembang

(Moehlecke, 2018).

b. Perilaku

Preferensi makanan merupakan salah satu prediktor

utama dalam memilih makanan, yang merupakan bagian

dari perilaku makan. Preferensi makanan terbentuk dari

interaksi beberapa faktor diantaranya pengalaman masa

kecil terhadap makanan dan faktor genetik (sensitif

terhadap rasa pahit). Selain itu, efikasi diri dan pola

makan juga telah terbukti sebagai variabel yang mampu

memprediksi perilaku makan remaja. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa 24% remaja perempuan dan 20%

remaja laki-laki melewatkan sarapan pada hari survei

dilakukan. Remaja yang melewatkan sarapan memiliki

asupan total energi per hari, vitamin, dan mineral yang

lebih rendah dibandingkan remaja yang sarapan (Story,

Neumark-Sztainer & French, 2002).

12

c. Biologi

Sekitar 15-20% tinggi dan 50% BB orang dewasa didapat

selama masa remaja. Selama masa pertumbuhan,

pertumbuhan fisik yang pesat akan meningkatkan

kebutuhan energi dan nutrisi, yang nantinya akan

mempengaruhi perilaku makan remaja (Story, Neumark-

Sztainer & French, 2002). Selain itu, predisposisi genetik

yang mempengaruhi status kesehatan juga memiliki

peran atas status gizi seseorang (Story & Stang, 2005).

2.1.2.2 Lingkungan

a. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro meliputi sekolah atau kampus,

restoran makanan cepat saji, vending machine, pasar, dan

tempat kerja. Lingkungan makan sekolah atau kampus

memberikan dampak besar dalam pemilihan makanan

dan kualitas makan pada remaja karena sebagian besar

(35-40%) proses konsumsi makanan terjadi di sekolah

atau kampus. Selain makanan sekolah, makanan cepat

saji, tren dan mode makanan, norma dan nilai

sosial/budaya, serta kelompok budaya juga ikut berperan

dalam lingkungan mikro untuk mempengaru status gizi

remaja (Story, Neumark-Sztainer & French, 2002).

13

b. Lingkungan Sosial Terdekat

Keluarga dan teman sebaya memiliki peran utama dalam

terbentuknya perilaku makan remaja. Keluarga

membentuk pola makan remaja melalui dua cara, yaitu

sebagai penyedia makanan dan mempengaruhi preferensi

serta nilai dari makanan (Story, Neumark-Sztainer &

French, 2002). Selain itu, karakteristik keluarga, pola

asuh dan pemodelan orang tua, lingkungan tempat

tinggal, pola makan keluarga, serta norma dan pengaruh

teman sebaya juga ikut berperan dalam terbentuknya

status gizi remaja (Story & Stang, 2005)

Proses interpersonal dan hubungan dengan lingkungan

mampu mempengaruhi pemilihan makanan dan perilaku

makan seseorang melalui mekanisme modeling,

reinforcement, social support, dan perceived norms

(Story, Neumark-Sztainer & French, 2002).

2.1.2.3 Makrosistem

Faktor makrosistem memberikan peran paling sedikit dalam

perilaku makan (Story, Neumark-Sztainer & French, 2002).

Faktor makrosistem mencakup sistem politik sosio-ekonomi,

ketersediaan makanan, sistem produksi dan distribusi

14

makanan, serta media massa dan iklan (Story, Neumark-

Sztainer & French, 2002; Story & Stang, 2005).

Depresi

Definisi

Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood. Mood

merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat

diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain. Kepustakaan

lain mengemukakan bahwa mood merupakan perasaan hati seseorang,

khususnya yang dihayati secara batiniah (Ismail & Siste, 2013).

Gangguan depresi menurut Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder 5 (DSM-5) meliputi gangguan disregulasi mood

disruptif, gangguan depresi berat, gangguan depresi menetap

(distimia), gangguan disforik pramenstruasi, gangguan depresi yang

diinduksi substansi/medikasi, gangguan depresi akibat kondisi medis

lain, gangguan depresi spesifik lain, dan gangguan depresi yang tidak

spesifik (APA, 2013).

Etiologi

2.2.2.1 Faktor Biologi

Terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin

biogenik, seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA),

asam homovanilic (HVA), dan 3-methoxy-4-hydroxyphenyl-

15

glycol (MHPG), di dalam darah, urin dan cairan

serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood (Ismail

& Siste, 2013).

Norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang

paling terlibat patofisiologi gangguan mood. Penurunan

regulasi reseptor beta adrenergik merupakan peran langsung

sistem noradrenergik pada depresi. Reseptor b2-presinaptik

mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin.

Selain itu, reseptor b2-presinaptik juga terletak pada neuron

serotogenik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin.

Berukurangnya jumlah serotonin di celah sinaps bertanggung

jawab terhadap menurunnya kontrol regulasi afek, agresi,

tidur dan nafsu makan pada individu yang mengalami depresi

(Kaplan, Sadock & Grebb, 2010).

Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi.

Penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya

pengertian fungsi regulasi presinaptik dan paskasinaptik

dopamin menunjukkan hubungan antara dopamin dan

gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan

depresi adalah jalur dopamin mesolimbik mungkin

mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1

mungkin hipoaktif pada depresi (Ismail & Siste, 2013).

16

2.2.2.2 Faktor Genetik

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan

gangguan mood. Angka risiko di antara anggota keluarga

tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat

diperkirakan sekitar 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan

populasi umum (Davies, 1999).

Penelitian menunjukkan anak biologis dari orang tua yang

terkena gangguan mood berisiko untuk mengalami gangguan

mood walaupun anak tersebut dibesarkan oleh keluarga

angkat. Pada anak kembar dizigotik, gangguan depresi berat

terdapat sebanyak 13-28%, sedangkan pada yang kembar

monozigotik 53-69% (Ismail & Siste, 2013).

2.2.2.3 Faktor Psikososial

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi

peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,

psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan

dukungan sosial. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang

terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen,

anankastik, histrionik, diduga memiliki risiko lebih tinggi

dibandingkan dengan individu yang berkepribadian

antisosial dan paranoid (Kaplan, Sadock & Grebb, 2010).

17

Tanda dan Gejala

Gambaran umum dari semua gangguan depresi adalah adanya

perasaan sedih, kosong, atau mudah tersinggung, disertai perubahan

somatik dan kognitif yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas

fungsi individu (American Psychiatric Association, 2013). Seseorang

dalam keadaan mood terdepresi akan memperlihatkan kehilangan

energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami

hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan

gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif, bicara

dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme

biologi yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya

interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. (Ismail & Siste, 2013)

Kriteria Diagnosis

Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat:

- Afek depresi

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas (Maslim, 2013).

Gejala penyerta lainnya:

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

18

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang (Elvira & Hadisukanto, 2013; Maslim,

2013).

Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut

diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan

diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika

gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat (Maslim, 2013).

Kategori diagnosis episode depresi ringan (F32.0), sedang (F32.1),

dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal

(yang pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasi di

bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F33) (Elvira

& Hadisukanto, 2013; Maslim, 2013).

2.2.4.1 Episode Depresi Ringan

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

depresi seperti tersebut diatas.

- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.

- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

19

- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-

kurangnya sekitar 2 minggu.

- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan

sosial yang biasa dilakukannya (Maslim, 2013).

2.2.4.2 Episode Depresi Sedang

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0).

- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari

gejala lainnya.

- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2

minggu.

- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga (Elvira &

Hadisukanto, 2013; Maslim, 2013).

2.2.4.3 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

- Semua 3 gejala utama depresi harus ada.

- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan

beberapa di antaranya harus berintensitas berat.

- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak

mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak

gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian

20

secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih

dapat dibenarkan.

- Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-

kurangya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan

beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakka diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

minggu.

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan

kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,

kecuali pada taraf yang sangat terbatas (Maslim, 2013).

2.2.4.4 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

- Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut

F32.2 tersebut diatas.

- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada

stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat

ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek

21

(mood-congruent) (Elvira & Hadisukanto, 2013; Maslim,

2013).

Ansietas

Definisi

Ansietas merupakan suatu sinyal yang memperingatkan adanya

bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil

tindakan untuk mengatasi ancaman yang sumbernya tidak diketahui,

internal, samar-samar, atau konfliktual (Kaplan, Sadock & Grebb,

2010).

Gangguan ansietas menurut DSM-5 meliputi gangguan ansietas

perpisahan, mutisme selektif, fobia spesifik, gangguan ansietas sosial,

gangguan panik, agorafobia, gangguan ansietas menyeluruh,

gangguan ansietas yang diinduksi substansi/medikasi, gangguan

ansietas akibat kondisi medis lain, gangguan ansietas spesifik lain, dan

gangguan ansietas yang tidak spesifik (American Psychiatric

Association, 2013).

Etiologi

2.2.2.1 Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya ansietas

adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor

benzodiazepin tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik

22

dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi

timbulnya ansietas. Pada pasien GAD juga ditemukan sistem

serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan

dengan ansietas adalah GABA, serotonin, norepinefrin,

glutamat, dan kolesistokinin (Kaplan, Sadock & Grebb,

2010).

2.2.2.2 Teori Genetik

Riwayat keluarga mengalami ansietas memiliki efek sebagai

faktor predisposisi ansietas (Stuart, 2013). Sekitar 25% dari

keluarga tingkat pertama penderita ansietas juga menderita

gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan

kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigot dan

15% pada kembar dizigotik (Kaplan, Sadock & Grebb,

2010).

2.2.2.3 Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah

gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan

(Kaplan, Sadock & Grebb, 2010). Ansietas dihubungkan

dengan perpisahan dengan objek cinta atau kehilangan cinta

dari objek yang penting (Kaplan, Sadock & Grebb, 2010;

Stuart, 2013). Ansietas kastrasi berhubungan dengan fase

oedipal ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan

23

pandangannya sendiri (merupakan ansietas yang paling

matang) (Kaplan, Sadock & Grebb, 2010).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ansietas biasanya berupa diare, pusing/melayang,

hiperhidrosis, hiperrefleksia, hipertensi, palpitasi, midriasis pupil,

gelisah (misalnya mondar-mandir), sinkop, takikardia, rasa gatal di

anggota gerak, tremor, gangguan lambung, dan gangguan berkemih

(misalnya frekuensi, hesitansi, urgensi) (Kaplan, Sadock & Grebb,

2010).

Kecemasan bersifat menetap dan menyeluruh, tidak terbatas atau

hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya

“free-floating” atau mengambang). Gejala dominan bervariasi,

termasuk keluhan kecemasan yang menetap, gemetaran, ketegangan

otot, berkeringat, pusing, palpitasi, kepala terasa ringan dan keluhan

lambung. Sering diungkapkan rasa takut bahwa pasien atau keluarga

akan menderita penyakit atau mengalami kecelakaan (Menkes RI,

2015).

Kriteria Diagnosis

Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa

bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi

24

khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

- Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung

tanduk, sulit konsentrasi, dsb)

- Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai)

- Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,

mulut kering, dan sebagainya)

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang

yang menonjol (Maslim, 2013).

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama

gangguan ansietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi

kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan ansietas fobik

(F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesi kompulsif

(F42.-) (Elvira & Hadisukanto, 2013; Maslim, 2013).

Stres

Definisi

Stres, yang awalnya disebut sebagai General Adaptation Syndrome

(GAS), pertama kali dipublikasikan oleh Selye pada tahun 1936

25

sebagai suatu respon nonspesifik tubuh terhadap setiap tuntutan

kebutuhan (Selye, 1950; Rice, 2012). Stres timbul akibat kondisi

tubuh maupun lingkungan yang dinilai berpotensi membahayakan,

tidak terkendali, atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan

coping (Lazarus & Folkman, 1986). Stres merupakan usaha seseorang

untuk mengatasi stresor sehingga apabila usaha mengatasi stresor

tidak berjalan dengan baik maka akan menimbulkan masalah

gangguan badan, perilaku tidak sehat, bahkan gangguan jiwa

(Maramis, 2009).

Teori

2.4.2.1 Respons

Respons stres merupakan reaksi tubuh secara jasmaniah

terhadap stresor atau rangsangan yang menyerang tubuh

(Gaol, 2016). Selye menjabarkan respons stres terhadap

sumber stres melalui model stres berupa General Adaptation

Syndrome (GAS) (Rice, 2012).

2.4.2.2 Stimulus

Model stimulus merupakan model stres yang menjelaskan

bahwa stres adalah varibel bebas (Lyon, 2012). Model stres

ini lebih berfokus terhadap sumber stres daripada aspek-

aspek lainnya (Bartlett, 1998). Sumber stres mencakup life

events (peristiwa kehidupan), chronic strain (ketegangan

26

kronis), dan daily hassles (permasalahan sehari-hari) (Thoits,

1995).

2.4.2.3 Transaksional

Model transaksional berfokus pada respon emosi dan proses

kognitif yang didasarkan pada interaksi manusia dengan

lingkungan (Jovanovic, Lazaridis & Stefanovic, 2006).

Model stres ini menekankan pada peranan penilaian individu

terhadap penyebab stres yang mana akan menentukan respon

individu tersebut (Staal, 2004).

Stresor

2.4.3.1 Peristiwa Kehidupan

Peristiwa kehidupan berfokus terhadap perubahan kehidupan

yang banyak terjadi dalam waktu singkat sehingga

meningkatkan kerentanan individu (Lyon, 2012). Peristiwa

kehidupan dapat menjadi stresor terhadap seseorang apabila

peristiwa tersebut membutuhkan penyesuaian perilaku dalam

waktu yang sangat singkat (Thoits, 1995).

2.4.3.2 Ketegangan Kronis

Ketegangan kronis merupakan kesulitan yang berlangsung

terus-menerus atau berulang-ulang terjadi dalam kehidupan

individu. (Thoits, 1994). Stresor ini mampu menjadi

27

ancaman terhadap kesehatan fisik maupun psikologis

individu (Thoits, 1994; Serido, Almeida & Wethington,

2004).

2.4.3.3 Permasalahan Sehari-Hari

Permasalahan sehari-hari merupakan peristiwa kecil yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan

tindakan penyesuaian dalam waktu sehari saja (Thoits,

1995). Stresor ini biasanya hanya akan menimbulkan stres

sesaat dan tidak mengakibatkan terjadinya gangguan fisik

maupun mental yang parah (Gaol, 2016).

Respons

2.4.4.1 Alarm Reaction

Stres diawali dengan alarm reaction yang ditandai dengan

kesiagaan terhadap keadaan darurat oleh sel-sel tertentu di

hipotalamus. Terdapat stimulasi sistem saraf otonom selama

fase initial shock dari alarm reaction ini (Rice, 2012).

Aktivitas sistem saraf simpatik ditekan dan diikuti dengan

penurunan tonus otot, hipotensi, serta hipotermia.

Manifestasi lain dapat berupa hemokonsentrasi,

hipokloremia, hipoglikemia, dan acidemia (Selye, 1950;

Rice, 2012). Katabolisme protein terjadi bersamaan dengan

perubahan permeabilitas membran kapiler dan sel. Tahap

28

initial shock dapat berlangsung dari beberapa saat hingga 24

jam tergantung pada intensitas stressor dan kerentanan

individu (Rice, 2012).

Fase counter-shock dapat terjadi jika stresor terus berlanjut

dan/atau individu lemah. Fase ini merupakan karakteristik

dari reaksi fight-or-flight (Cannon, 1932). Fase ini

melibatkan stimulasi sistem simpatoadrenal berupa

pelepasan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin).

Epinefrin menyebabkan dilatasi bronkus dan pupil;

peningkatan respirasi, tekanan darah, detak jantung, volume

darah, pembekuan darah, keringat, kewaspadaan, suplai

darah ke organ vital, dan energi; dan menyebabkan

penurunan peristaltik. Sedangkan norepinefrin menyebabkan

vasokonstriksi perifer, sekresi renin, dan stimulasi

aldosteron, yang menyebabkan retensi natrium dan sekresi

kalium (Rice, 2012).

2.4.4.2 Resistence Stage

Resistence stage ditunjukkan dengan penurunan gejala pada

alarm reaction karena resistensi penuh terhadap stresor.

Adaptasi homotrofik terjadi di jaringan yang perlu

meningkatkan aktivitas fungsional mereka supaya tubuh

dapat mengatasi stressor. Selain itu, adaptasi heterotrofik,

29

yang melibatkan penyesuaian kembali jaringan dan

transformasi untuk melakukan beragam fungsi, juga terjadi

tahap ini. Resistance stage dapat dipandang sebagai upaya

bertahan dengan menggunakan mekanisme pertahanan tubuh

untuk memfasilitasi koeksistensi organisme dan pemicu stres

(Selye, 1976).

2.4.4.3 Exhaustion Stage

Apabila individu tidak dapat kembali ke tingkat resistensi

normal (yaitu, homeostasis prealarm reaction) maka

exhaustion stage akan terjadi. Pada tahap ini, aktivitas

endokrin meningkat dan tingkat sirkulasi kortisol yang tinggi

mulai memiliki efek negatif pada sistem peredaran darah,

pencernaan, kekebalan tubuh, dll. Gejala-gejalanya sangat

mirip dengan alarm reaction dan akan berlanjut menjadi

kerusakan permanen pada sistem (Rice, 2012).

Gambar 1. Diagram GAS (Rice, 2012)

Tingkat Resistensi Normal

Alarm Reaction Resistance Stage Exhaustion Stage

30

Kriteria Diagnosis

Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya

pengalaman stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari

gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.

Selain itu ditemukan gejala-gejala:

- Terdapat gambaran gejala campuran yag biasanya berubah-ubah,

selain gejala permulaan berupa keadaan terpaku, semua hal

berikut dapat terlihat: depresi, ansietas, kemarahan, kecewa,

overaktif, dan penarikan diri.

- Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkungan

stresornya, gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam

beberapa jam), dalam hal dimana stres dapat menjadi

berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya

baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang

setelah 3 hari (Maslim, 2013).

Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan

mendadak dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan

gangguan psikiatrik lainnya (Elvira & Hadisukanto, 2013; Maslim,

2013).

Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang

peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut

(Maslim, 2013).

31

Cara Penilaian

Status Gizi

2.5.1.1 Klinis

Penilaian klinis merupakan metode penilaian status gizi

secara langsung yang dilakukan dengan cara evaluasi fisik

dan prognosis kondisi individu berdasarkan informasi yang

dikumpulkan. Penilaian status gizi ini memiliki dua

komponen utama yaitu riwayat medis berupa catatan

perkembangan penyakit sebelumnya dan pemeriksaan fisik

(Herlianty, 2017).

2.5.1.2 Biokimia

Penilaian biokimia biasanya digunakan sebagai peringatan

dini terhadap kemungkinan munculnya keadaan kekurangan

atau kelebihan gizi yang lebih parah. Metode ini

menggunakan spesimen seperti darah, urin, rambut, dll. dan

diperiksa dengan alat khusus yang umumnya dilakukan di

laboratorium. Penilaian biokimia zat gizi makro dapat berupa

protein, kreatinin urin, total serum protein, serum albumin,

serum transferin, serum retinol binding protein, lemak,

kolesterol, dan trigliserida, sedangkan zat gizi mikro dapat

berupa vitamin, zat besi, dan zink (Manjilala, 2017).

32

2.5.1.3 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti

manusia dan metri adalah ukuran. Metode antropometri

dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan bagian tubuh

manusia (Harjatmo, Par’i & Wiyono, 2017). Ukuran yang

sering digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan

(BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LiLA), tinggi

duduk, lingkar perut, lingkar pinggul, dan lapisan lemak

bawah kulit (Supariasa, 2017).

Penilaian antropometri pada usia dewasa dapat dilakukan

dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT), lingkar

pinggang (LP), maupun lingkar lengan atas (LiLA).

Penilaian IMT melibatkan pengukuran tinggi badan (TB) dan

berat badan (BB) (Kemenkes RI, 2013b). Status gizi menurut

IMT dinilai dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝑇𝐵2 (𝑚)

Batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi usia

dewasa adalah sebagai berikut:

a. Kategori kurus = IMT <18,5

b. Kategori normal = IMT 18,5-22,9

c. Kategori BB lebih = IMT 23,0-24,9

d. Kategori obesitas = IMT ≥25 (WHO, 2000).

33

2.5.1.4 Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui

kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan

makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga,

dan perorangan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Metode pengukuran konsumsi makanan terdiri dari metode

kualitatif berupa metode frekuensi makanan (food

frequency), metode dietary history, metode telepon, dan

metode pendaftaran makanan, serta metode kuantitatif

berupa metode food recall 24 jam, perkiraan makanan

(estimated food records), penimbangan makanan (food

weighing), metode food account, metode inventaris

(inventory method), dan metode pencatatan (household food

record) (‘Arasj, 2017).

Depresi, Ansietas, dan Stres

2.5.2.1 Hamilton Depression Rating Scale

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), atau biasa

disebut juga HAM-D, merupakan skala pengukuran depresi

yang diperkenalkan oleh Max Hamilton pada tahun 1960.

Skala penilaian ini berisi 21 item yang menilai mood,

perasaan bersalah, gagasan bunuh diri, insomnia,

kemampuan bekerja dan penurunan minat, retardasi, agitasi,

ansietas, gejala somatik, gejala genital, hipokondriasis,

34

penurunan BB, tilikan, variasi diurnal, depersonalisasi dan

derealisasi, gejala paranoid, serta gejala obsesi (Hamilton,

1960).

2.5.2.2 Hamilton Anxiety Rating Scale

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), atau biasa disebut

juga HAM-A, merupakan skala pengukuran ansietas yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959. Skala

penilaian ini berisi 14 item yang menilai kecemasan,

perasaan tertekan, ketakutan, insomnia, intelektual

(kognitif), mood, gejala somatik, gejala kardiovaskular,

gelaja respirasi, gejala gastrointestinal, gejala genitourinari,

gejala otonom, serta perilaku ketika wawancara (Hamilton,

1959).

2.5.2.3 Beck Depression Inventory

Beck Depression Inventory (BDI) merupakan skala

pengukuran depresi yang diperkenalkan oleh Aaron Beck

pada 1961. Skala penilaian ini berisi 21 item. BDI direvisi

tahun 1996 menjadi BDI-II (Beck, 1961 ; Beck, 1996).

35

2.5.2.4 Beck Anxiety Inventory

Beck Anxiety Inventory (BAI) merupakan skala pengukuran

ansietas yang diperkenalkan oleh Aaron Beck pada 1988.

Skala penilaian ini berisi 21 item (Beck, 1988).

2.5.2.5 Holmes and Rahe Stress Scale

Holmes and Rahe Stress Scale, atau terkadang disebut Social

Readjustment Rating Questionnaire (SRRQ), merupakan

skala pengukuran stres yang diperkenalkan oleh Thomas

Holmes dan Richard Rahe pada 1967. Skala penilaian ini

terdiri dari 43 item (Holmes & Rahe, 1967).

2.5.2.6 Perceived Stress Scale

Perceived Stress Scale (PSS) merupakan skala pengukuran

depresi, ansietas dan stres yang diperkenalkan oleh Sheldon

Cohen, Tom Kamarck, dan Robin Mermelstein pada 1983.

Skala penilaian ini terdiri dari 10 item yang menilai perasaan

dan pikiran yang dialami seseorang dalam sebulan terakhir

(Cohen, Kamarck & Robin, 1983).

2.5.2.7 Depression, Anxiety, Stress Scales

Depression, Anxiety, Stress Scales (DASS) merupakan skala

pengukuran depresi, ansietas dan stres yang diperkenalkan

oleh Sydney Lovibond dan Peter Lovibond pada 1995. Skala

36

penilaian ini terdiri dari 21 item (DASS-21) atau 42 item

(DASS-42). Skala depresi menilai disforia, keputusasaan,

devaluasi kehidupan, penghinaan diri sendiri, kurangnya

minat/keterlibatan, anhedonia, dan inersia. Penilaian depresi

dikategorikan menjadi sangat berat (28+), berat (21-27),

sedang (14-20), ringan (10-13), dan normal (0-9). Skala

ansietas menilai rangsangan otonom, efek otot rangka,

kegelisahan situasional, dan pengalaman subyektif dari efek

cemas. Penilaian ansietas dikategorikan menjadi sangat berat

(20+), berat (15-19), sedang (10-14), ringan (8-9), dan

normal (0-7). Skala stres menilai sulit rileks, rangsangan

saraf, dan mudah kesal/gelisah, mudah tersinggung atau

terlalu reaktif dan tidak sabar. Penilaian stres dikategorikan

menjadi sangat berat (34+), berat (26-33), sedang (19-25),

ringan (15-18), dan normal (0-14) (Lovibond & Lovibond,

1995).

37

Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka Teori Sumber: Modifikasi dari Story & Alton (1996), Alton (2005), dan Luder & Alton (2005)

MAKROSISTEM

Sistem politik sosio-ekonomi

Sistem produksi dan distribusi makanan

Ketersediaan makanan

Media massa

LINGKUNGAN

Lingkungan Mikro

Kelompok budaya

Norma dan nilai

sosial/budaya

Tren dan mode makanan

Restoran makanan cepat

saji

Makanan sekolah

Lingkungan Sosial Terdekat

Karakteristik keluarga

Pola asuh orang tua

Pemodelan orang tua

Lingkungan tempat tinggal

Pola makan keluarga

Norma dan pengaruh teman

sebaya

INDIVIDU

Kognitif-afektif

Kesehatan, nilai, dan

kepercayaan individu

- Depresi

- Ansietas

- Stres

Arti makanan

Citra tubuh

Konsep diri

Perilaku

Preferensi makanan

Efikasi diri

Keterampilan terkait

makanan

Praktik makan

Biologi

Status pubertas

Pertumbuhan

Kebutuhan fisiologis

Predisposisi genetik

Status kesehatan

Gaya Hidup

Perilaku Makanan Individu

Status Gizi

38

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3. Kerangka Konsep

Hipotesis

Hipotesis Null (H0)

Hipotesis Null (H0) dari penelitian ini adalah:

1. Tidak terdapat hubungan antara depresi dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Tidak terdapat hubungan antara ansietas dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Tidak terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis Alternatif (Ha) dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara depresi dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Depresi

Ansietas Status gizi

Stres

39

2. Terdapat hubungan antara ansietas dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3 BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian berupa observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengukuran variabel

pada penelitian dilakukan pada suatu waktu tertentu (Sastroasmoro & Ismael,

2014). Cross sectional dalam penelitian ini berupa observasi atau pengukuran

terhadap variabel depresi, ansietas, stres, dan depresi yang dilakukan pada

suatu waktu tertentu.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

pada bulan Desember 2018 sampai dengan Januari 2019.

Subjek Penelitian

Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan

populasi berupa mahasiswa Universitas Lampung.

41

3.3.1.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung pada tahap

preklinik/akademik.

b. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden.

3.3.1.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa yang memiliki penyakit kronis seperti

penyakit infeksi (diare kronik, TB, pneumonia, HIV, dll.)

dan kanker.

b. Mahasiswa yang memiliki gangguan makan seperti

anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge-eating

disorder.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi dan harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2010). Sampel

pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Lampung yang

memenuhi kriteria inklusi.

42

3.3.2.1 Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dengan rumus komparatif kategorik

tidak berpasangan sebagai berikut:

𝑛 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2

𝑃1 − 𝑃2

)

2

𝑛 = (1,96√2 ∗ 0,35 ∗ 0,65 + 0,84√0,26 ∗ 0,74 + 0,44 ∗ 0,56

0,26 − 0,44)

2

𝑛 = (0,63 + 0,94

0,18)

2

𝑛 = 106,37 ≈ 107

Keterangan:

𝑛 = jumlah subjek

𝛼 = kesalahan tipe satu, ditetapkan 5%

𝑍𝛼 = Nilai standar 𝛼, diperoleh 1,96

𝛽 = kesalahan tipe dua, ditetapkan 20%

𝑍𝛽 = nilai standar 𝛽, diperoleh 0,84

𝑃 = (𝑃1 + 𝑃2) / 2, diperoleh 0,35

𝑃1 = proporsi stres pada kelompok obesitas, didapat 0,26

(Masdar dkk., 2016)

𝑃2 = proporsi stres pada kelompok non obesitas, didapat

0,44 (Masdar dkk., 2016)

𝑄 = 1 − 𝑃, diperoleh 0,65

𝑄1 = 1 − 𝑃1, diperoleh 0,74

𝑄2 = 1 − 𝑃2, diperoleh 0,56

43

Perhitungan besar sampel menggunakan proporsi dari

penelitian Huriatul Masdar dkk. (2016) dengan variabel stres

dan status gizi, didapatkan hasil sebesar 107 orang.

Tabel 1. Proporsi Sampel berdasarkan Angkatan

Angkatan Jumlah

Mahasiswa Jumlah Sampel %

2015 184 184

840∗ 107 = 23,48 ≈ 24 22%

2016 237 237

840∗ 107 = 30,19 ≈ 30 28%

2017 221 221

840∗ 107 = 28,15 ≈ 28 26%

2018 198 198

840∗ 107 = 25,22 ≈ 25 24%

Total 840 107 100%

3.3.2.2 Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

berupa purposive sampling, yaitu teknik penentuan data

sampel dengan pertimbangan tertentu yang telah tercantum

dalam kriteria inklusi dan eksklusi (Sugiyono, 2010).

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa

depresi, ansietas, dan stres.

44

Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa status gizi.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Depresi Perubahan mood

yang disertai

perubahan tingkat

aktivitas,

kemampuan

kognitif, bicara,

dan vegetatif

DASS-42

(Lovibond &

Lovibond,

1995)

0 = Tidak Depresi (0-9)

1 = Depresi (10+)

Ordinal

Ansietas Suatu sinyal yang

memperingatkan

adanya ancaman

bahaya yang

sumbernya tidak

diketahui

DASS-42

(Lovibond &

Lovibond,

1995)

0 = Tidak Ansietas (0-7)

1 = Ansietas (8+)

Ordinal

Stres Usaha

penyesuaian diri

seseorang

terhadap adanya

stresor

DASS-42

(Lovibond &

Lovibond,

1995)

0 = Tidak Stres (0-14)

1 = Stres (15+)

Ordinal

Status

gizi

(IMT)

Keadaan tubuh

individu sebagai

akibat konsumsi

makanan dan

penggunaan zat-

zat gizi

Stature meter

dan

timbangan

badan

0 = Baik (18,5-22,9)

1 = Malnutrisi (<18,5 & ≥23)

Ordinal

Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat pengukuran berupa kuesioner yang telah

dilakukan uji validasi dan reliabilitas oleh Damanik (2011) serta stature meter

dan timbangan badan yang telah dikalibrasi oleh Laboratorium Kalibrasi CV.

Jasa Sukses Abadi - Lampung. Kuesioner depresi, ansietas, dan stres

45

menggunakan Depression, Anxiety, Stress Scales (DASS-42) yang terdiri dari

14 item depresi, 14 item ansietas, dan 14 item stres.

Cara Kerja

Cara kerja pada penelitian ini adalah:

Gambar 4. Cara Kerja Penelitian

Pembuatan proposal penelitian

Pengajuan surat izin etik

penelitian

Informed consent penelitian

Penyebaran dan pengisian

kuesioner penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis data

Pembuatan hasil dan

kesimpulan penelitian

46

Teknik Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan

program komputer statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pengecekan dan pemeriksaan kembali data yang telah terkumpul.

2. Coding

Penerjemahan data kedalam kode yang sesuai untuk keperluan

analisis.

3. Data entry

Pemasukan data yang telah ada ke dalam database komputer.

4. Verifying

Pemverifikasian secara visual data yang telah dimasukkan

kedalam komputer.

5. Computer output

Pencetakan hasil analisis oleh program komputer.

3.9.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

dari setiap variabel penelitian. Data yang disajikan berupa

frekuensi t iap kategori (n) dan persentase tiap kategori (%), yang

dapat digambarkan dalam bentuk tabel atau grafik (Dahlan, 2014).

47

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara

variabel independen dan dependen. Analisis bivariat yang dapat

digunakan adalah uji Chi Square, yaitu analisis bivariat yang

digunakan pada data berskala kategorik-kategorik, dengan derajat

kepercayaan 95% (α=5%). Apabila nilai p<0,05 maka terdapat

hubungan yang bermakna pada kedua variabel dan apabila nilai

p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedua

variabel. Uji Chi Square digunakan apabila jumlah sel dengan

expected count yang <5 tidak melebihi 20%, sedangkan uji Fisher

digunakan apabila data tidak memenuhi syarat tersebut (Dahlan,

2014).

Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu sistem nilai yang harus dipatuhi oleh peneliti

ketika melakukan penelitian yang melibatkan responden, meliputi kebebasan

ancaman, kebebasan dari eksploitasi keuntungan dari penelitian, dan

kebebasan dari risiko yang didapatkan. Penelitian telah mendapatkan

persetujuan etik dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

dengan nomor 044/UN26.18/PP.05.02.00/2019 dan informed consent dari

responden penelitian.

4 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 53 (49,5%) mahasiswa FK Unila yang mengalami malnutrisi.

Hanya sebagian kecil mahasiswa yang mengalami depresi (21,5%),

ansietas (43,9%), dan stres (26,2%).

2. Tidak terdapat hubungan antara depresi dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Tidak terdapat hubungan antara ansietas dengan status gizi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

4. Tidak terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Saran

1. Bagi mahasiswa diharapkan untuk dapat memperhatikan asupan gizinya

sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan baik.

2. Bagi peneliti lain diharapkan agar dapat melakukan pengambilan data

pada saat mahasiswa dalam keadaan tidak libur serta menggunakan

jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dapat lebih mewakili populasi.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

'Arasj F. 2017. Survei konsumsi makanan. Dalam: Hardiansyah, Supariasa IDN,

penyunting. Ilmu gizi: teori & aplikasi. Jakarta: EGC.

Afdhal A. 2013. Hubungan kecemasan dengan status gizi siswa di SMAN 10 kota

Banda Aceh. [Online Journal] [diunduh 14 Januari 2019]. Tersedia dari:

http://etd.unsyiah.ac.id.

Almatsier S. 2011. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Alton I. 2005. The overweight adolescent. Dalam: Stang J, Story M, penyunting.

Guidelines for adolescent nutrition services. Minneapolis, MN: Center for

Leadership, Education and Training in Maternal and Child Nutrition, Division of

Epidemiology and Community Health, School of Public Health, University of

Minnesota. hlm. 77-91.

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and statistical manual of

mental disorder. Edisi ke-5. Arlington, VA: American Psychiatric Association.

Angraini DI. 2014. Hubungan depresi dengan status gizi. Medula.2(2):39-46.

Arisman. 2009. Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi. Edisi ke-2. Jakarta:

EGC.

Brown JE. 2011. Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth, Cengange

Learning.

Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi

Indonesia.

FKM UI. 2010. Gizi dan kesehatan masyarakat. Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Gaol NTL. 2016. Teori stres: stimulus, respons, dan transaksional. Buletin

Psikologi.24(1):1-11.

Harjatmo T P, Par’i H M, Wiyono S. 2017. Penilaian status gizi. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Herlianty MP. 2017. Penilaian status gizi secara klinis. Dalam: Hardiansyah,

Supariasa IDN, penyunting. Ilmu gizi: teori & aplikasi. Jakarta: EGC.

Holmes TH, Rahe RH. 1967. The social readjustment rating scale. Journal of

Psychosomatic Research.

Ismail RI, Siste K. 2013. Gangguan depresi. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,

penyunting. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. hlm. 228-43.

Istiany A, Rusilanti. 2014. Gizi terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Kaner G, Soylu M, Yüksel N, Inanç N, Ongan D, Başmısırlı E. 2015. Evaluation of

nutritional status of patients with depression. BioMed Research

International.2015:1-9.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Sinopsis psikiatri. Tangerang: Binarupa

Aksara.

Kemenkes RI. 2013a. Riset kesehatan dasar 2007-2010-2013. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2013b. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2018. Kenali masalah gizi yang ancam remaja Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Online Article] [diunduh 13 Januari

2019]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id.

Kulsoom B, Afsar NA. 2015. Stress, anxiety, and depression among medical

students in a multiethnic setting. Neuropsychiatric Disease and Treatment.11:1713-

22.

Luder E, Alton I. 2005. The underweight adolescent. Dalam: Stang J, Story M,

penyunting. Guidelines for adolescent nutrition services. Minneapolis, MN: Center

for Leadership, Education and Training in Maternal and Child Nutrition, Division

of Epidemiology and Community Health, School of Public Health, University of

Minnesota. hlm. 93-100.

Lyon BL. 2000. Stress, coping, and health. Dalam: Rice VH. Handbook of stress,

coping, and health: implication for nursing research, theory and practice. London:

Sage Publications.

Manjilala. 2017. Penilaian status gizi secara biokimia. Dalam: Hardiansyah,

Supariasa IDN, penyunting. Ilmu gizi: teori & aplikasi. Jakarta: EGC.

Maramis WF. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga

University Press.

Masdar H, Saputri P A, Rosdiana D, Chandra F. 2016. Depresi, ansietas, dan stres

serta hubungannya dengan obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik

Indonesia.12(4):138-43.

Maslim R. 2013. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III dan DSM-

5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Menkes RI. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.02.02/MENKES/73/2015 tentang pedoman nasional pelayanan kedokteran

jiwa. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Moehlecke M, Blume CA, Cureau FV, Kieling C, Schaan BD. 2018. Self-perceived

body image, dissatisfaction with body weight and nutritional status of Brazilian

adolescents: a nationwide study. J Pediatr (Rio J). [Online Journal] [diunduh 13

Januari 2019]. Tersedia dari: http://www.sciencedirect.com.

Prayogi S. 2017. Hubungan status gizi, status psikososial dan status domisili

terhadap Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa tingkat 2 dan 3 Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung tahun 2016 [skripsi]. Lampung: Universitas

Lampung.

Rice VH. 2000. Theories of stress and relationship to health. Dalam: Rice VH.

Handbook of stress, coping, and health: implication for nursing research, theory and

practice. London: Sage Publications.

Ruslie RH, Darmadi. 2012. Analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi remaja. Majalah Kedokteran Andalas 36(1):62-72.

Sadock BJ, Sadock VA. 2012. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-

2. Jakarta: EGC.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2014. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-

5. Jakarta: Sagung Seto.

Story M, Alton I. 1996. Becoming a woman: nutrition in adolescence. Dalam:

Krummel DA, Kris-Etherton PM, penyunting. Nutrition in women’s health.

Gaithersburg, MD: Aspen Publishers.

Story M, Neumark-Sztainer D, French S. 2002. Individual and enviromental

influences on adolescent eating behaviour. Journal of the American Dietetic

Association.102(3):S40-51.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk penelitian. Bandung: ALFABETA.

Supariasa IDN. 2017. Penilaian status gizi secara antropometri. Dalam:

Hardiansyah, Supariasa IDN, penyunting. Ilmu gizi: teori & aplikasi. Jakarta: EGC.

Wahed WYA, Hassan SK. 2017. Prevalence and associated factors of stress,

anxiety and depression among medical Fayoum University students. Alexandria

Journal of Medicine.53:77-84.

World Health Organization. 2000. The Asia-Pacific perspective: Redefining

obesity and its treatment. Australia: Health Communications Australia Pty Limited.

World Health Organization. 2003. Investing in mental health. Switzerland: Nove

Impression.

Yusoff MSB, Pa MNM, Esa AR, Rahim AFA. 2013. Mental health of medical

students before and during medical education: A prospective study. Journal of

Taibah University Medical Sciences.8(2):86-92.

Yusoff MSB, Rahim AFA, Baba AA, Ismail SB, Pa MNM, Esa AR. 2013. The

impact of medical education on psychological health of students: A cohort study.

Psychology, Health & Medicine.18(4):420-30.

Yusoff MSB, Rahim AFA. 2011. Stress, stressors & coping strategies: first year

medical students in Malaysian public universities. Saarbrucken, Germany: VDM

Verlag Dr Muller GmbH & Co. KG.

LAMPIRAN

Lampiran 2. Data Responden Penelitian

Nama Usia JK Angkatan BB

(kg)

TB

(cm) IMT

Skor

Depresi

Skor

Ansietas

Skor

Stres

SM 19 P 2017 56 152 24,24 6 11 15

DV 19 P 2017 68 163 25,59 6 10 12

RAP 20 L 2017 56 170 19,38 8 11 17

E 18 P 2017 53 153 22,64 10 13 14

H 20 L 2017 70 180 21,60 0 3 5

SA 19 P 2017 51 154 21,50 1 7 11

NIF 17 P 2017 54 155 22,48 13 14 17

RHA 18 P 2018 47 151 20,61 0 2 7

AAP 18 L 2018 75 177 23,94 5 3 11

VKG 19 P 2018 47 150 20,89 3 11 13

NSF 18 P 2018 51 170 17,65 0 0 3

JPA 17 P 2018 52 160 20,31 5 5 15

A 17 P 2018 54 159 21,36 2 13 8

C 18 P 2018 55 158 22,03 5 9 6

ND 18 P 2018 41 154 17,29 6 6 10

IF 18 P 2018 70 162 26,67 6 11 14

OMF 18 L 2018 67 168 23,74 6 1 4

F 18 P 2018 50 158 20,03 0 5 3

RO 18 P 2018 46 163 17,31 4 8 13

ES 18 P 2018 60 161 23,15 1 2 4

CFA 19 P 2017 53 153 22,64 7 9 11

DW 19 P 2018 42 150 18,67 4 4 5

S 19 P 2018 54 163 20,32 13 16 31

HH 19 P 2017 43 155 17,90 10 15 20

RF 20 L 2017 70 174 23,12 1 3 11

AD 19 P 2017 49 152 21,21 2 6 9

QS 19 P 2017 56 165 20,57 37 13 16

EC 19 P 2017 55 154 23,19 12 7 8

ID 19 P 2018 52 161 20,06 1 2 5

DAK 17 P 2018 55 158 22,03 6 10 8

AW 18 P 2017 45 155 18,73 9 12 12

ANR 18 P 2018 44 156 18,08 5 6 9

RM 19 P 2018 53 149 23,87 13 19 20

FMH 19 L 2017 51 164 18,96 2 3 1

BW 19 L 2017 68 174 22,46 1 2 0

ZZ 21 P 2015 48 154 20,24 14 13 14

AWL 21 P 2015 37 157 15,01 8 21 18

LGC 18 P 2018 45 150 20,00 1 2 4

FPA 22 P 2015 66 155 27,47 8 11 17

APA 21 P 2015 43 153 18,37 5 1 4

SJH 21 P 2015 43 168 15,24 3 6 3

FH 21 P 2015 70 163 26,35 2 2 12

ASH 21 P 2015 60 159 23,73 6 11 11

AT 22 P 2015 46 163 17,31 0 3 4

AS 21 L 2015 60 171 20,52 21 23 21

FS 21 P 2015 48 153 20,50 0 2 2

FEB 18 P 2018 50 148 22,83 4 9 13

AGM 21 P 2015 65 160 25,39 8 11 17

RIA 21 L 2015 90 172 30,42 14 5 11

FN 21 P 2015 48 165 17,63 18 22 19

SAI 19 P 2017 55 152 23,81 8 10 15

AS 22 P 2015 53 160 20,70 5 7 9

PNY 17 P 2018 48 157 19,47 3 13 8

LR 19 P 2017 53 160 20,70 3 13 12

RR 21 P 2015 59 151 25,88 13 7 9

EAN 19 P 2017 57 162 21,72 8 8 13

FMR 19 L 2017 70 158 28,04 2 3 3

VR 19 P 2017 53 162 20,20 6 10 14

LA 21 P 2015 62 162 23,62 5 2 7

MIH 18 L 2018 55 171 18,81 11 7 12

MRA 19 P 2017 75 157 30,43 16 12 17

MRD 21 P 2015 65 160 25,39 18 13 14

RCE 19 P 2018 59 168 20,90 11 5 5

FNA 18 P 2018 47 159 18,59 9 13 15

AEK 21 P 2015 65 167 23,31 7 3 7

PR 20 P 2017 59 157 23,94 13 20 25

E 19 P 2017 80 159 31,64 14 16 16

DN 20 P 2015 39 154 16,44 2 3 4

M 20 P 2016 59 168 20,90 3 12 15

K 21 P 2016 41 160 16,02 6 5 13

N 20 P 2016 60 158 24,03 3 1 4

DFF 19 L 2016 90 165 33,06 11 14 22

KHS 21 L 2016 70 173 23,39 0 0 0

RY 19 P 2016 70 165 25,71 9 17 29

DAK 20 P 2016 58 162 22,10 4 4 11

AA 19 L 2016 73 167 26,18 7 9 7

IAD 20 P 2016 53 162 20,20 3 4 13

H 21 L 2016 59 175 19,27 12 4 8

AR 20 L 2016 65 170 22,49 4 12 23

RNW 20 P 2016 55 170 19,03 0 5 1

SY 20 P 2016 73 160 28,52 3 12 14

WAS 19 P 2016 45 158 18,03 1 8 3

AZS 20 L 2016 75 170 25,95 1 2 1

NM 21 P 2016 50 154 21,08 4 11 10

KS 20 P 2016 48 153 20,50 4 11 15

LY 19 P 2016 55 159 21,76 2 5 8

NM 20 P 2016 70 161 27,01 14 9 16

Y 20 P 2016 67 158 26,84 0 5 8

MAR 20 L 2016 58 163 21,83 1 2 3

SND 21 P 2015 40 150 17,78 1 8 9

NSA 21 P 2016 58 157 23,53 4 7 8

MR 20 P 2016 78 165 28,65 0 1 0

IH 20 P 2016 46 148 21,00 13 6 8

RR 20 P 2016 63 169 22,06 10 15 21

ADK 20 P 2016 64 158 25,64 21 20 23

AZ 20 P 2016 78 163 29,36 1 0 2

NKP 20 P 2016 51 156 20,96 2 5 4

FA 19 P 2016 62 163 23,34 7 12 14

J 20 P 2016 49 158 19,63 0 3 5

H 19 P 2017 45 150 20,00 14 17 18

AP 20 P 2017 63 153 26,91 6 15 25

NQC 18 P 2017 62 165 22,77 4 20 12

PD 19 P 2017 45 160 17,58 5 20 22

DSS 21 P 2015 62 168 21,97 1 3 9

FM 21 L 2015 80 170 27,68 14 17 16

SSP 21 P 2015 48 157 19,47 5 15 12

ETS 21 P 2015 44 148 20,09 12 11 17

Lampiran 3. Hasil Analisis Data pada SPSS 22.0

Jenis Kelamin * Status Gizi Crosstab

Status Gizi

Total Malnutrisi Baik

Jenis

Kelamin

Perempuan Count 44 45 89

% within Jenis Kelamin 49,4% 50,6% 100,0%

Laki-laki Count 9 9 18

% within Jenis Kelamin 50,0% 50,0% 100,0%

Total Count 53 54 107

% within Jenis Kelamin 49,5% 50,5% 100,0%

Jenis Kelamin * Depresi Crosstab

Depresi

Total Depresi Tidak Depresi

Jenis

Kelamin

Perempuan Count 17 72 89

% within Jenis Kelamin 19,1% 80,9% 100,0%

Laki-laki Count 6 12 18

% within Jenis Kelamin 33,3% 66,7% 100,0%

Total Count 23 84 107

% within Jenis Kelamin 21,5% 78,5% 100,0%

Jenis Kelamin * Ansietas Crosstab

Ansietas

Total Ansietas Tidak Ansietas

Jenis

Kelamin

Perempuan Count 41 48 89

% within Jenis Kelamin 46,1% 53,9% 100,0%

Laki-laki Count 6 12 18

% within Jenis Kelamin 33,3% 66,7% 100,0%

Total Count 47 60 107

% within Jenis Kelamin 43,9 % 56,1% 100,0%

Jenis Kelamin * Stres Crosstab

Stres

Total Stres Tidak Stres

Jenis

Kelamin

Perempuan Count 23 66 89

% within Jenis Kelamin 25,8% 74,2% 100,0%

Laki-laki Count 5 13 18

% within Jenis Kelamin 27,8% 72,2% 100,0%

Total Count 28 79 107

% within Jenis Kelamin 26,2% 73,8% 100,0%

Angkatan * Status Gizi Crosstab

Status Gizi

Total Malnutrisi Baik

Angkatan 2015 Count 17 7 24

% within Angkatan 70,8% 29,2% 100,0%

2016 Count 15 15 30

% within Angkatan 50,0% 50,0% 100,0%

2017 Count 12 16 28

% within Angkatan 42,9% 57,1% 100,0%

2018 Count 9 16 25

% within Angkatan 36,0% 64,0% 100,0%

Total Count 53 54 107

% within Angkatan 49,5% 50,5% 100,0%

Angkatan * Depresi Crosstab

Depresi

Total Depresi Tidak Depresi

Angkatan 2015 Count 8 16 24

% within Angkatan 33,3% 66,7% 100,0%

2016 Count 6 24 30

% within Angkatan 20,0% 80,0% 100,0%

2017 Count 5 23 28

% within Angkatan 17,9% 82,1% 100,0%

2018 Count 4 21 25

% within Angkatan 16,0% 84,0% 100,0%

Total Count 23 84 107

% within Angkatan 21,5% 78,5% 100,0%

Angkatan * Ansietas Crosstab

Stres

Total Stres Tidak Stres

Angkatan 2015 Count 12 12 24

% within Angkatan 50,0% 50,0% 100,0%

2016 Count 13 17 30

% within Angkatan 43,3% 56,7% 100,0%

2017 Count 11 17 28

% within Angkatan 39,3% 60,7% 100,0%

2018 Count 11 14 25

% within Angkatan 44,0% 56,0% 100,0%

Total Count 47 60 107

% within Angkatan 43,9 % 56,1% 100,0%

Angkatan * Stres Crosstab

Ansietas

Total Ansietas Tidak Ansietas

Angkatan 2015 Count 7 17 24

% within Angkatan 29,2% 70,8% 100,0%

2016 Count 8 22 30

% within Angkatan 26,7% 73,3% 100,0%

2017 Count 9 19 28

% within Angkatan 32,1% 67,9% 100,0%

2018 Count 4 21 25

% within Angkatan 16,0% 84,0% 100,0%

Total Count 28 79 107

% within Angkatan 26,2% 73,8% 100,0%

Depresi * Status Gizi Crosstab

Status Gizi

Total Malnutrisi Baik

Depresi Depresi Count 14 9 23

Expected Count 11,4 11,6 23,0

% within Depresi 60,9% 39,1% 100,0%

Tidak Depresi Count 39 45 84

Expected Count 41,6 42,4 84,0

% within Depresi 46,4% 53,6% 100,0%

Total Count 53 54 107

Expected Count 53,0 54,0 107,0

% within Depresi 49,5% 50,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1,506a 1 ,220

Continuity Correctionb ,984 1 ,321

Likelihood Ratio 1,515 1 ,218

Fisher's Exact Test ,247 ,161

Linear-by-Linear Association 1,492 1 ,222

N of Valid Cases 107

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,39.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Depresi

(Depresi / Tidak Depresi)

1,795 ,701 4,598

For cohort Status Gizi =

Malnutrisi

,763 ,511 1,138

For cohort Status Gizi = Baik 1,369 ,792 2,366

N of Valid Cases 107

Ansietas * Status Gizi Crosstab

Status Gizi

Total Malnutrisi Baik

Ansietas Ansietas Count 28 19 47

Expected Count 23,3 23,7 47,0

% within Ansietas 59,6% 40,4% 100,0%

Tidak Ansietas Count 25 35 60

Expected Count 29,7 30,3 60,0

% within Ansietas 41,7% 58,3% 100,0%

Total Count 53 54 107

Expected Count 53,0 54,0 107,0

% within Ansietas 49,5% 50,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 3,381a 1 ,066

Continuity Correctionb 2,703 1 ,100

Likelihood Ratio 3,399 1 ,065

Fisher's Exact Test ,081 ,050

Linear-by-Linear Association 3,349 1 ,067

N of Valid Cases 107

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,28.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Ansietas

(Ansietas / Tidak Ansietas)

2,063 ,949 4,485

For cohort Status Gizi =

Malnutrisi

,699 ,478 1,024

For cohort Status Gizi = Baik 1,443 ,960 2,169

N of Valid Cases 107

Stres * Status Gizi Crosstab

Status Gizi

Total Malnutrisi Baik

Stres Stres Count 18 10 28

Expected Count 13,9 14,1 28,0

% within Stres 64,3% 35,7% 100,0%

Tidak Stres Count 35 44 79

Expected Count 39,1 39,9 79,0

% within Stres 44,3% 55,7% 100,0%

Total Count 53 54 107

Expected Count 53,0 54,0 107,0

% within Stres 49,5% 50,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 3,302a 1 ,069

Continuity Correctionb 2,551 1 ,110

Likelihood Ratio 3,336 1 ,068

Fisher's Exact Test ,081 ,055

Linear-by-Linear Association 3,271 1 ,071

N of Valid Cases 107

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,87.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Stres (Stres /

Tidak Stres)

2,263 ,928 5,518

For cohort Status Gizi =

Malnutrisi

,689 ,476 ,998

For cohort Status Gizi = Baik 1,559 ,914 2,661

N of Valid Cases 107

Lampiran 4. Identitas Responden dan Kuesioner DASS-42

IDENTITAS RESPONDEN

A. Data Demografi

a. Nama : ____________________________________________

b. Usia : ____________________________________________

c. Jenis Kelamin : ____________________________________________

d. Angkatan : ____________________________________________

B. Hasil Anamnesis

a. Penyakit Kronis : Ya / Tidak

Diare kronis

(BAB cair atau semi cair ≥3x per hari dan berlangsung >2 pekan)

Tuberkulosis

HIV/AIDS

Kanker

Lainnya, ______________________________________________

b. Gangguan Makan : Ya / Tidak

Anoreksia nervosa

(takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat

dari penyimpangan citra diri)

Bulimia nervosa

(kebiasaan makan berlebihan yang diikuti dengan “pembersihan”)

Binge-eating disorder

(makan dalam porsi besar dan kehilangan kontrol untuk berhenti)

Lainnya, ______________________________________________

C. Hasil Pengukuran

a. Berat Badan : _____________________________________________

b. Tinggi Badan : _____________________________________________

KUESIONER DASS-42

(Depression, Anxiety, Stress Scales)

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan

pengalaman Anda dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat

pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah

1 Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang

2 Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering

3 Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali

Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X)

pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Anda selama satu

minggu belakangan ini.

Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan

keadaan diri Anda yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang

terlintas dalam pikiran Anda.

c Pertanyaan 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal

sepele

2 Saya merasa bibir saya sering kering

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif

4

Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali

terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak

melakukan aktivitas fisik sebelumnya)

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu

kegiatan

6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’)

8 Saya merasa sulit untuk bersantai

9

Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang

membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa

sangat lega jika semua ini berakhir

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa

depan

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk

merasa cemas

13 Saya merasa sedih dan tertekan

14

Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika

mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,

menunggu sesuatu)

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal

17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang

manusia

18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung

19

Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan

berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak

melakukan aktivitas fisik sebelumnya

20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat

No Pertanyaan 0 1 2 3

22 Saya merasa sulit untuk beristirahat

23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan

24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal

yang saya lakukan

25

Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak

sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak

jantung meningkat atau melemah)

26 Saya merasa putus asa dan sedih

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah

28 Saya merasa saya hampir panik

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat

saya kesal

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas

sepele yang tidak biasa saya lakukan

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun

32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan

terhadap hal yang sedang saya lakukan

33 Saya sedang merasa gelisah

34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi

saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan

36 Saya merasa sangat ketakutan

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan

38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah

40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin

menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri

41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan)

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam

melakukan sesuatu

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas DASS-42 (Damanik, 2011)

Scale mean if

Item deleted

Scale variance if

Item deleted

Corrected Item-

total correlation

Alpha if Item

deleted

Item 1 31.2292 394.1359 0.3559 0.9482

Item 2 30.9722 395.8314 0.2385 0.9493

Item 3 31.5347 388.9498 0.5261 0.9471

Item 4 31.8403 393.3799 0.4240 0.9477

Item 5 31.7708 394.0800 0.4649 0.9475

Item 6 31.3889 393.2603 0.3972 0.9479

Item 7 31.4444 389.2836 0.4397 0.9478

Item 8 31.2292 388.8492 0.4467 0.9477

Item 9 30.6111 387.1484 0.4470 0.9478

Item 10 31.6528 385.9206 0.5452 0.9470

Item 11 31.1042 385.9681 0.6066 0.9466

Item 12 31.2778 384.9573 0.5320 0.9471

Item 13 31.3819 382.2517 0.6119 0.9465

Item 14 30.8125 391.8597 0.3372 0.9486

Item 15 31.6250 384.4598 0.5585 0.9469

Item 16 31.6042 384.0730 0.6832 0.9462

Item 17 31.7917 387.0192 0.5900 0.9467

Item 18 31.2292 381.9541 0.6533 0.9462

Item 19 31.4722 387.8034 0.4530 0.9477

Item 20 31.5833 384.9021 0.6510 0.9464

Item 21 31.9375 390.2268 0.6400 0.9467

Item 22 31.3333 388.6993 0.4896 0.9474

Item 23 31.9236 391.6095 0.5765 0.9470

Item 24 31.7014 390.1410 0.5391 0.9471

Item 25 31.5417 388.1101 0.5397 0.9470

Item 26 31.6389 385.2393 0.6412 0.9464

Item 27 31.1944 381.6402 0.6424 0.9463

Item 28 31.2361 383.4823 0.6064 0.9466

Item 29 31.0486 383.5291 0.5583 0.9469

Item 30 31.3333 388.6294 0.4917 0.9474

Item 31 31.5625 390.6394 0.4671 0.9475

Item 32 31.2083 387.7605 0.5595 0.9469

Item 33 31.3472 379.8646 0.6658 0.9461

Item 34 31.8611 389.1834 0.6144 0.9467

Item 35 31.4306 389.7993 0.4783 0.9474

Item 36 31.5903 382.9009 0.6323 0.9464

Item 37 31.8125 386.4331 0.6041 0.9466

Item 38 31.9375 386.7583 0.697 0.9463

Item 39 31.3542 381.3352 0.7440 0.9457

Item 40 31.4028 385.8506 0.5409 0.9470

Item 41 31.5764 385.5885 0.5774 0.9468

Item 42 31.2986 385.6375 0.5709 0.9468

N of Items = 42

N of Cases = 144

Alpha = .9483

Lampiran 5. Sertifikat Kalibrasi Stature Meter / Microtoise

Lampiran 6. Sertifikat Kalibrasi Timbangan Badan

Lampiran 7. Informed Consent

INFORMED CONSENT

Saya Sekar Ronna Fiskasari, mahasiswi S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung akan melakukan penelitian yang berjudul:

“HUBUNGAN DEPRESI, ANSIETAS, DAN STRES DENGAN STATUS

GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

LAMPUNG”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan depresi, ansietas, dan stres

dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang

berada pada tahap preklinik. Saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk

melakukan pengukuran berat dan tinggi badan serta mengisi kuesioner DASS-42

(Depression, Anxiety, Stress Scales) sebagai alat ukur penelitian ini. Dalam

penelitian ini tidak terdapat tindakan yang membahayakan dan responden berhak

untuk menolak atau mengundurkan diri tanpa adanya sanksi yang diberikan kepada

responden. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas responden.

Responden diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas

saat penelitian berlangsung. Apabila setelah pelaksanaan penelitian responden

memerlukan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi peneliti melalui email

([email protected]) atau nomor telepon (08999273020).

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : _______________________________________

NPM : _______________________________________

Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian tentang “Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres

dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung”. Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini

bersifat sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Saya juga

memperkenankan peneliti untuk menggunakan data-data dalam penelitian ini sesuai

dengan tujuan penelitian.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

Bandar Lampung, ____________

Saksi, Yang menyatakan,

______________________ ______________________

Lampiran 8. Ethical Clearance

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian