HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA...

119
HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP TIPE PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) SIH UTAMI SRI HARTATI 109104000027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA...

Page 1: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN

SEBAYA TERHADAP TIPE PERILAKU MEROKOK

PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN

DI SMAN 97 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

SIH UTAMI SRI HARTATI

109104000027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI
Page 3: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI
Page 4: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI
Page 5: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI
Page 6: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sih Utami Sri Hartati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Juni 1992

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Jl. M.Saun Gg. Sidan rt 04/01, Tanah Baru Depok

16426

Telepon : 085693458058

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Depok Baru 5 [1997-2003]

2. SMP Negeri 131 Jakarta [2003-2006]

3. SMA Negeri 97 Jakarta [2006-2009]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization

Era” tahun 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

pada tahun 2009

Page 7: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

vi

3. Seminar “Produk yang Aman, Bergizi dan Halal untuk Kemandirian

Bangsa” tahun 2009

4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

pada tahun 2009

5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di

Rumah” tahun 2010

6. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment

Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The

Future” tahun 2011

7. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”

tahun 2012

8. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

9. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan

Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan

Global” tahun 2012

10. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam

Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

11. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco”

tahun 2010

Page 8: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi, Oktober 2013

Sih Utami Sri Hartati, NIM: 109104000027

Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku

Merokok pada Remaja Laki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97 Jakarta

xvi + 77 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK

Masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mengalami transisi dari

anak-anak menuju ke dewasa baik dari segi fisik maupun psikologis. Dalam masa

remaja ini, biasanya timbul masalah-masalah yang kompleks, yang berkaitan

dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, dan masalah yang paling

sering terjadi pada remaja adalah perilaku merokok. Jumlah perokok di Indonesia

terutama remaja meningkat setiap tahunnya, tercatat sebanyak 65,9% remaja laki-

laki dan 4,5% remaja perempuan merupakan perokok. Banyak alasan yang

melatarbelakangi seorang remaja merokok, salah satunya adalah faktor

lingkungan yaitu teman sebaya. Teman sebaya memegang peranan yang sangat

besar dalam kehidupan remaja. Agar tetap diterima dalam kelompoknya, remaja

selalu berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dan menyamakan pendapatnya

dengan kelompoknya sehingga terjadilah konformitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bentuk konformitas

terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Jenis

penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

pada 81 remaja laki-laki usia 5-18 tahun pada bulan Agustus-September 2013.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner konformitas dan tipe perilaku

merokok. Hasil uji instrumen penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,895

untuk konformitas dan 0,937 untuk tipe perilaku merokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa mempunyai bentuk

konformitas acceptance (63%) dan termasuk ke dalam tipe perilaku merokok

positive affect smokers (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square

dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki usia

pertengahan di SMAN 97 Jakarta (p value=0,404). Berdasarkan penelitian ini,

sekolah dapat melakukan pendekatan konseling, menambah kegiatan

ekstrakulikuler, dan kampanye anti rokok kepada siswa agar tidak semakin

banyak remaja yang merokok.

Kata kunci : bentuk konformitas, tipe perilaku merokok, remaja laki-laki

Daftar bacaan : 68 (2000-2013)

Page 9: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduates Thesis, October 2013

Sih Utami Sri Hartati, NIM: 109104000027

Relationships between Form of Conformity with The Type of Smoking

Behavior in Middle Adolescent Boys in SMAN 97 Jakarta

xvi + 77 pages + 13 tables + 2 charts + 4 attachments

ABSTRACT

Adolescence is transition period from children to adults both of physical and

psychological. In adolescence, usually arising problems, related to the changes

that occur in adolescents, and the common problem in adolescence are smoking

behavior. According to number of adolescence smokers in Indonesia always

increasing every year, there were 65.9 % boys and 4.5 % girls were smokers.

Many reasons behind a smoking teen, one of which is that environmental factors

peers. Peers influence very much in teenage life. In order to be accepted among

peers, adolescence are always trying to adjust and equalize their opinions with the

group so that there was conformity.

This study is to determine the relationship between form of conformity with the

type of smoking behavior in middle adolescent boys at SMAN 97 Jakarta. This

type of research is a cross-sectional quantitative approach conducted on 81 boys

aged 15-18 years old on August-September 2013. Data were collected by using

questionnaires form of conformity and type of smoking behavior. The test results

showed the reliability of the research instruments was 0.895 for peer conformity

and 0.937 for the type of smoking behavior

The results showed that the majority of students have a form of conformity

acceptance (63 %) and belong to the type of positive affect smokers (33.3 %).

Results of statistical tests using the chi - square test with α = 0.05 obtained results

that there is no significant correlation between peer conformity to the type of

smoking behavior in middle adolescent boys at SMAN 97 Jakarta ( p value =

0.404) . Based on this study, the school may approach counseling, adding

extracurricular activities and anti-smoking campaigns to the students, so the

number of smoking adolescence can be decreased.

Keywords : conformity form, the type of smoking behavior , adolescence boys

References: 68 (2000-2013)

Page 10: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaniirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman

yang terang benderang. Puji syukur atas nikmat dan kebesaran-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Konformitas

Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki Usia

Pertengahan di SMAN 97 Jakarta” yang disusun dan diajukan sebagai salah

satu persyaratan untuk memeperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.

Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai

pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. DR. dr (hc) M. K. Tadjuddin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

x

3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku pembimbing pertama yang

telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk meberikan

bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun

skripsi.

4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing kedua yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan

memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.

5. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang

selalu meberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di Program

Studi Ilmu Keperawatan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

mengajarkan dan membimbing penulis.

7. Ucapan terimakasihku yang teristimewa kepada keluarga, terutama orang tua

penulis yang tercinta (Soegardjito dan Dra. Nur Asih Pudjiastuti MPd) yang

selalu mendoakan anaknya serta memberikan dorongan baik materi maupun

moril dan kakak penulis yang tercinta (Rd. Nugroho Adi Suhandono SE)

yang selalu meberikan support dan doa.

8. Sahabatku “Land-J” (Nurqom, Eryn, Sandra, Nurul, Novia, Fifo, dan

Nining) yang selalu memberikan dukungan dan masukan yang berharga.

9. Teman-teman satu pembimbing (Ari, Etika, Dewi) yang berjuang bersama

untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih atas dukungan kalian.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi sampai

kapanpun, memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan banyak

menginspirasi saya.

Page 12: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna kerena

keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. semoga rahmat

Allah SWT selalu tercurah untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, Oktober 2013

Sih Utami Sri Hartati

Page 13: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xii

DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN ...................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii

LEMBAR PERYATAAN .................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................v

ABSTRAK .........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................6

C. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................7

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................8

1. Tujuan Umum .....................................................................................8

2. Tujuan Khusus ....................................................................................8

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................8

F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................10

A. Remaja .....................................................................................................10

1. Pengertian remaja .............................................................................10

2. Ciri-ciri umum masa remaja .............................................................12

3. Tugas perkembangan remaja ............................................................17

4. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja .....................................20

5. Karakteristik ana usia sekolah menengah atas (SMA) .....................22

B. Konformitas Teman Sebaya ....................................................................23

1. Pengertian teman sebaya ..................................................................23

2. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya ..........................................24

3. Konformitas teman sebaya ...............................................................25

4. Fungsi teman sebaya ........................................................................29

5. Perkembangan sosial remaja ............................................................31

6. Remaja dan kelompok sebaya ..........................................................32

Page 14: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xiii

C. Perilaku merokok ....................................................................................33

1. Pengertian perilaku ...........................................................................33

2. Perilaku merokok .............................................................................35

3. Tipe perilaku merokok .....................................................................35

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok ........................37

D. Penelitian terkait ......................................................................................39

E. Kerangka Teori ........................................................................................41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..........42

A. Kerangka konsep .....................................................................................42

B. Hipotesis Penelitian .................................................................................43

C. Definisi Operasional ................................................................................44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................47

A. Desain Penelitian……………………………………. ............................47

B. Lokasi dan waktu penelitian ....................................................................47

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling ...................................................48

D. Instrument pengumpulan data .................................................................52

E. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen ...........................................55

F. Tahapan penelitian ..................................................................................58

G. Pengolahan data .......................................................................................59

H. Analisa data .............................................................................................60

I. Etika penelitian ........................................................................................61

BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................63

A. Gambaran umum temmpat penelitian .....................................................63

B. Karakteristik responden ...........................................................................64

C. Analisa univariat .....................................................................................64

D. Analisa bivariat .......................................................................................66

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................70

A. Karakteristik responden ...........................................................................70

B. Analisa univariat .....................................................................................70

C. Analisa bivariat .......................................................................................73

D. Keterbatasan penelitian ..........................................................................75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................76

A. Kesimpulan ..............................................................................................76

B. Saran .......................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 44

Tabel 4.1 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Konformitas Teman Sebaya ......... 53

Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Tipe Perilaku Merokok ................ 55

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Validitas Pertanyaan Kuesioner Konformitas

Teman Sebaya .................................................................................... 56

Tabel 4.4 Distribusi Hail Validitas Pertanyaan Kuesioner Tipe

Perilaku Merokok .............................................................................. 57

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden ................................................................ 64

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Konformitas

Teman Sebaya ..................................................................................... 65

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Tipe Perilaku Merokok ............... 65

Tabel 5.4 Hubungan Bentuk Konformitas Teman sebaya terhadap Tipe

Perilaku Merokok pada siswa SMAN 97 Jakarta ................................. 66

Tabel 5.5 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe

Perilaku Merokok Positive Affect Smokers .......................................... 67

Tabel 5.6 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe

Perilaku Merokok Negative Affect Smokers ......................................... 67

Tabel 5.7 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe terhadap

Tipe Perilaku Merokok Addictive Smokers ........................................... 68

Tabel 5.8 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku

Merokok Pure Habbits Smokers............................................................68

Page 16: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 41

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian ................................................................ 42

Page 17: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4. Lampiran 4 Hasil Penelitian

Page 18: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mengalami transisi

dari anak-anak menuju ke dewasa baik dari segi fisik maupun psikologis

(Notoatmodjo 2010). Masa transisi sering kali menghadapkan remaja pada

situasi yang membingungkan, karena di satu pihak ia masih anak-anak dan di

lain pihak harus bersikap dewasa. Sehingga dapat terjadi perubahan pada

psikologis remaja yang dapat terlihat dari ketidakstabilan emosi ketika

menghadapi sesuatu. Masa remaja juga mengalami perubahan fisik yang

cepat termasuk perubahan hormon dan bentuk tubuh, yang dapat dilihat dari

pertambahan tinggi , berat badan, dan juga kematangan seksual (Notoatmodjo

2010).

Pada masa remaja ini seorang anak laki-laki sudah mulai ingin menjadi

seorang pria dan seorang anak perempuan ingin menjadi perempuan dewasa.

Karena keinginan menjadi dewasa inilah maka masa perkembangan remaja

mengalami peralihan dari sifat yang sangat tergantung pada orang tua ke sifat

yang mulai berani untuk mencoba menjadi mandiri dan bertanggung jawab,

mengalami perubahan bentuk fisik, kognitif, psikososial, dan ekonomi.

(Hurlock, 2012)

Dalam masa remaja ini, biasanya timbul masalah-masalah yang

kompleks, yang berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada

Page 19: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

2

remaja. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa yang labil, sehingga

remaja paling rentan terbawa arus gaya kehidupan yang tidak baik.

Contohnya saja remaja mudah sekali terpengaruh gaya hidup tidak sehat,

seperti mengonsumsi alkohol, junk food, menggunakan narkoba, merokok,

dan lain-lain.

Konopka (dalam Hendriati, 2006) membagi masa remaja ke dalam tiga

kategori, yaitu ; masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan

(15-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-22 tahun). Dari ketiga kategori

tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan usianya, dan yang

paling rentan terpengaruh pergaulan lingkungan adalah masa remaja

pertengahan, dimana pada saat usia 15-18 tahun remaja sudah mencapai

hubungan yang matang dengan teman sebayanya, mulai lepas dari orang tua,

dan berusaha bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (Desmita, 2012).

Pada usia itu juga mulai timbul perilaku-perilaku menyimpang dari diri

remaja, dan masalah yang paling sering terjadi pada adalah perilaku merokok.

(Santrock,2007)

Di Indonesia sendiri sudah bukan hal baru lagi jika melihat anak-anak

yang masih dibawah umur merokok di tempat umum. Rokok dalam

kehidupan sehari-hari bukanlah kata yang asing lagi bagi setiap orang,

perilaku merokok sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Masa

remaja adalah masa dimana ia mulai meniru apa yang dilakukan oleh orang

lain dan perilaku merokok ini adalah perilaku yang paling mudah untuk ditiru

oleh remaja karena mereka menganggap dapat menunjukkan kedewasaan.

Oleh karena itu, pada umumnya alasan remaja merokok adalah untuk

Page 20: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

3

menunjukkan bahwa dirinya ada dan ingin diakui oleh lingkungan sekitarnya

(Badriah, 2005)

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk mulai

merokok membuat semakin awal saja usia pertama kali orang untuk merokok.

Menurut GYTS (2006), lebih dari sepertiga pelajar biasa merokok dan 3 dari

10 pelajar mengatakan mengkonsumsi rokok pertama kali di usia kurang dari

10 tahun (GTSSData, 2012). Jumlah perokok pemula usia 10-14 tahun

meningkat, dari 9,5% (SUSENAS 2001) menjadi 17,5% (Riskesdas 2010)

(Depkes RI, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2008) menunjukkan

bahwa usia 15-18 tahun merupakan usia yang paling banyak merokok yaitu

53,3%.

Perilaku merokok cenderung identik dengan pria. WHO (2012)

menyebutkan bahwa pada tahun 2000-2008 terdapat 24,1% remaja pria dan

4% remaja wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Dan pada tahun 2009,

terjadi peningkatan sebesar 65,9% laki-laki dan 4,5% perempuan merupakan

perokok. Survei yang dilakukan kepada 3319 pelajar berusia 15-18 tahun oleh

Global Youth Tobacco Survey tahun 2009 menyebutkan bahwa 30,4% pelajar

sudah pernah merokok dengan presentasi perokok laki-laki 57,8% dan

perempuan 6,4% (GTSSData, 2012).

Perilaku merokok dapat dikategorikan berdasarkan tempat merokok,

intensitas merokok, dan management of affect theory (Aula,2010). Untuk usia

remaja biasanya alasan mereka merokok adalah untuk menenangkan

pikirannya, agar diterima dalam kelompok (tekanan dari kelompok), dan

Page 21: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

4

menjadikan rokok sebagai pelampiasan (Hadi, dalam Dewi 2008), maka tipe

perilaku merokok pada remaja bisa di kategorikan berdasarkan management

of affect theory, dimana bisa dilihat tipe perilaku berdasarkan perasaan-

perasaan yang ada dalam dirinya.

Menurut Kurt Lewin (dalam Komalasari dan Helmi, 2000), banyak

alasan yang melatarbelakangi seorang remaja merokok. Perilaku merokok

merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok

selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan oleh faktor

lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku

merokok pada remaja adalah faktor teman sebaya. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rosdiana tahun 2011 terhadap remaja di SMP dan SMA

Jakarta, menunjukkan bahwa sebesar 56,1% teman sebaya berpengaruh pada

perilaku merokok remaja. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh

Rosmala,dkk pada siswa SMP As-Syafiah tahun 2003 menunjukkan bahwa

faktor teman sebaya adalah faktor kedua yang sangat mempengaruhi remaja

untuk merokok yaitu sebesar 49,6%, dengan faktor pertamanya adalah faktor

keluarga yaitu sebesar 50%.

Pengaruh lingkungan dan kelompok memegang peranan yang

cukup besar. Karena itulah para remaja berusaha untuk merubah atau

menyesuaikan perilakunya supaya sesuai atau cocok dengan aturan dalam

suatu kelompok, dan terjadilah suatu konformitas. Suatu konformitas akan

semakin kuat jika seorang remaja memiliki kecenderungan yang kuat juga

untuk berperilaku sesuai aturan kelompoknya (Zebua & Nurdjayanti, 2001).

Konformitas mempengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja seperti pilihan

Page 22: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

5

aktivitas, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap, dan nilai-nilai yang

dianut. Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dari

kelompok terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat yang

dapat menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada remaja anggota

kelompok tersebut (Zebua & Nurdjayanti, 2001).

Hurlock (2012) menyebutkan bahwa, banyak sekali perilaku yang

muncul pada remaja hanya karena mengikuti norma yang ada pada

kelompoknya, contohnya mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang,

merokok, membolos, dan tawuran. Mereka menganggap bahwa dengan

berperilaku seperti itu berarti mereka merupakan bagian dari kelompok

tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2009) menyebutkan bahwa

konformitas teman sebaya memberikan pengaruh yang besar pada intensitas

merokok remaja, yaitu sebesar 36, 84%. Sedangkan menurut penelitian

Widodo (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas maka

semakin tinggi pula perilaku merokok seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Febrina (2012) pada sejumlah remaja di

SMA Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 36,64 % remaja merokok karena

memang sudah menjadi kebiasannya, 26,3 % karena sudah ketagihan dan

merasa tidak enak jika tidak merokok, 18,81 % beralasan untuk menenangkan

perasaan-perasaan negatif dari dirinya, dan 17,82 % karena ingin

meningkatkan kesenangan yang sudah ada dalam dirinya. Nurlailah (2010)

mendapatkan bahwa tipe perilaku merokok pada remaja paling banyak yaitu

yang bertujuan untuk menghilangkan perasaan negatif dalam dirinya yaitu

sebesar 47,5 %.

Page 23: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

6

Kebiasaan merokok pada remaja umumnya dikarenakan oleh pergaulan

dalam lingkungan sekolah (Husaini, 2007). Pada masa-masa sekolah anak

remaja mengalami tekanan-tekanan yang dirasakannya baik saat dirumah

maupun disekolah, hal ini dapat membuat anak mencari pelarian dari

masalah-masalah yang dihadapinya salah satunya dengan merokok. Anak

remaja sebagian besar percaya bahwa dengan merokok akan menghilangkan

stress dan akan lebih mudah bergaul dengan teman-temannya (Hadi dalam

Dewi, 2008). Tipe perilaku merokok pada remaja bisa di kategorikan

berdasarkan management of affect theory, dimana bisa dilihat tipe perilaku

berdasarkan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Pada awalnya remaja

hanya mencoba merokok untuk menenangkan perasaanya, namun setelah ia

menemukan kelegaan setelah merokok maka iapun lama kelaman menjadi

terbiasa untuk merokok (Sa’diah, 2007).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui tentang

“Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Tipe Perilaku

Merokok pada Remaja laki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97 Jakarta”.

B. Rumusan Masalah

1. Masa sekolah adalah masa dimana anak mudah terpengaruh oleh teman-

teman sebayanya karena intensitas bertemu yang cukup tinggi dan mulai

melepaskan diri dari orangtuanya. Siswa SMA yang berada dalam masa

remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan

norma-norma kelompok sebayanya dan menganggap rokok sebagai

lambang pergaulan khususnya pada siswa laki-laki (Sulastomo, 2013)

Page 24: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

7

2. Menurut Leventhal & Clearly (1984), 5%-15% orang mulai merokok saat

berusia 11-13 tahun dan 85%-95% sebelum berusia 18 tahun. Data

RISKESDAS (2010) menunjukkan sekitar 43,3% perokok mulai merokok

di usia 15-19 tahun, 17,5% mulai merokok di rentang usia 10-14 tahun,

dan 14,6 persen di usia 20-24. Iqbal (2008) sebanyak 59,8% perokok usis

15-18 tahun berjenis kelamin laki-laki. Penelitian oleh Sirait, dkk (2002)

juga menunjukkan usia responden yang paling banyak merokok adalah

usia 15-19 tahun yaitu sebesar 27,2% dan 54,5% berjenis kelamin laki-

laki.

3. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 27 siswa SMAN 97

Jakarta pada bulan Januari 2013 didapatkan sebanyak 25 siswa pernah

merokok dan sampai sekarang pun masih ada yang merokok namun tidak

ada yang merokok selain saat bersama temannya, dan sebagian besar

beralasan merokok karena untuk melampiaskan perasaanya baik saat

senang maupun sedih.

Untuk itulah peneliti tertarik untuk melihat hubungan bentuk konformitas

teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia

pertengahan pada anak SMAN 97 Jakarta.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimanakah bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada remaja

laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta?

2. Bagaimana tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan

di SMAN 97 Jakarta?

Page 25: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

8

3. Apakah terdapat hubungan antara bentuk konformitas teman sebaya

dengan tipe-tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan

di SMAN 97 Jakarta?

D. Tujuan penelitian

Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bentuk

konformitas teman sebaya dengan tipe perilaku merokok pada remaja laki-

laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada

remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta

2. Mengetahui tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan

di SMAN 97 Jakarta

3. Mengidentifikasi hubungan yang ditimbulkan oleh bentuk konformitas

teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi institusi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan komunitas

dan keluarga.

Page 26: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

9

2. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukkan terhadap bidang kemahasiswaan SMAN 97

Jakarta dalam membuat program pencegahan agar para siswa/i tidak

menjadi perokok dan menanggulangi kebiasaan merokok.

3. Bagi remaja

Penelitian ini berguna sebagai salah satu sumber data yang dapat

digunakan para remaja untuk dapat membentengi diri agar tidak

terpengaruh oleh teman sebaya yang mengajak untuk merokok, dan dapat

melalui masa remajanya tanpa terpengaruh oleh rokok.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan peneliti

dapat mengkaitkan hasil penelitian dengan ilmu pengetahuan yang

diperoleh dari kampus di lapangan praktik.

F. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan

korelasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bentuk

konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki

usia pertengahan di SMA. Subjek yang diteliti adalah remaja laki-laki usia

pertengahan di SMAN 97 Jakarta.

Page 27: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian remaja

Kata adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere

yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2012).

Secara psikologis masa remaja adalah sebuah masa dimana individu

berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini anak sudah

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, anak

sudah mulai merasa dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak (Piaget dalam Hurlock 2012). Menurut Hurlock

(2012), masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir

saat ia mencapai usia matang secara hukum.

Santrock (2007), mendefinisikan remaja sebagai suatu periode

perkembangan dari transisi antar masa kanak-kanak dan dewasa, yang

disertai perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan

menurut Monks (2006), remaja adalah individu berusia 12-21 tahun

yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,

dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 adalah

masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.

Page 28: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

11

Sedangkan di Indonesia, digunakan batasan usia untuk remaja

yaitu usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut : (Sarwono 2012)

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana tanda-tanda seksual sekunder

mulai terlihat

b. Usia 11 tahun di Indonesia sudah dianggap aqil balik, baik menurut

agama maupun adat sehingga biasanya masyarakat sudah tidak

memperlakukan mereka seperti anak-anak lagi.

c. Pada usia tersebut juga mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya

fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya

puncak perkembangan kognitif maupun moral.

d. Sedangakan usia 24 tahun dianggap batas usia maksimal yaitu pada

usia tersebut adalah peluang terakhir untuk menggantungkan diri

pada orang tua.

e. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih

sangat penting di Indonesia. Seseorang yang sudah menikah pada

usia berapapun akan dianggap sudah dewasa dan diperlakukan

layaknya orang dewasa, baik secara hukum maupun dalam

kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga. Karena itulah maka

definisi remaja dibatasi untuk yang belum menikah.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah suatu periode dalam kehidupan yang merupakan masa

Page 29: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

12

peralihan dari anak-anak menuju dewasa dan yang mengalami

perubahan secara biologis, kognitif, dan sosioemosianal.

2. Ciri-ciri umum masa remaja

Remaja mengalami perubahan-perubahan, baik fisik maupun

psikis. Dan perubahan yang tampak paling jelas adalah perubahan fisik,

dimana tubuh berkembang sehingga mencapai tubuh orang dewasa

yang turut disertai dengan perkembangan reproduksi. Remaja juga

mengalami perkembangan secara kognitif dan mulai mampu berpikir

abstrak layaknya orang dewasa. Dan mereka juga mulai mencoba

melepaskan diri dari orang tua dan mulai menjalankan peran sosialnya

yang baru sebagai orang dewasa. (Clarke-Stewart & Friedman, dalam

Hendriati, 2006).

Selain perubahan dalam diri remaja, terjadi pula perubahan dalam

lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,

teman sebaya, dan masyarakat pada umumnya. Kondisi ini sebagai

reaksi terhadap pertumbuhan remaja, remaja dituntut untuk mampu

menampilkan sikap yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang

seusianya. Adanya perubahan-perubahan tersebut membuat kebutuhan

remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan

psikologisnya. Dan untuk memenuhi kebutuhannya itulah remaja mulai

memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti

lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.

Page 30: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

13

Seorang remaja berada pada batas peralihan antara kehidupan anak

dan dewasa. Meskipun tubuhnya kelihatan dewasa, tetapi bila

diperlukan bertindak seperti orang dewasa ia belum dapat menunjukkan

kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum

banyak sehingga dapat terjadi hal-hal seperti berikut :

a. Kegelisahan. Suatu keadaan yang membuat remaja sulit untuk

menguasai diri karena mereka mempunyai banyak keinginan yang

tidak selalu dapat dipenuhi.

b. Pertentangan. Pertentangan disini timbul ketika terjadi perbedaan

dengan orangtua yang membuat remaja ingin melepaskan diri dari

orangtuanya, namun di sisi lain mereka belum berani mengambil

resiko untuk dapat berdiri sendiri.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.

Mereka ingin mengetahui berbagai hal melalui usaha-usaha yang

dilakukan dalam berbagai bidang. Contohnya, mereka ingin

mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewwasa, seperti merokok

dengan sembunyi-sembunyi. (Gunarsa 2012)

Hurlock (2012) menerangkan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental, terutama pada masa awal perkembangan

remaja, membuat perlunya penyesuaian mental, membentuk sikap,

nilai, dan minat baru.

Page 31: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

14

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan disini bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang

terjadi sebelumnya, namun lebih kepada sebuah peralihan dari satu

tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah

terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang

terjadi sekarang dan yang akan datang.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku pada saat remaja

bersamaan dengan tingkat perubahan fisik. Saat perubahan fisik

terjadi secara cepat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung

cepat. Sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka perubahan

sikap dan perilaku pun ikut menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya masing-

masing, namun masalah pada saat remajalah menjadi masalah yang

seringkali sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.

Alasannya adalah pertama karena saat mereka masih kanak-kanak,

sebagian besar bahkan seluruh masalah yang dialami diselesaikan

oleh orang tua dan guru mereka, sehingga ini membuat remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena mereka

merasa dirinya mandiri, sehingga mereka menolak bantuan dari

orang lain dan ingin mengatasi semua masalahnya sendiri.

Page 32: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

15

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak,

penyesuaian diri dengan standar kelompok menjadi lebih penting

daripada bersikap individualistis. Pada awalnya penyesuaian diri

dengan kelompok bagi remaja sangatlah penting, namun lama

kelamaan mereka mulai menginginkan identitas diri yaitu ingin

menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan bahwa anak remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,

tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak membuat orang

dewasa yang mempunyai peranan membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja menjadi takut untuk bertanggung jawab dan lebih

memilih untuk bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja

yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada masa ini remaja memandang dirinya dan orang lain sesuai

dengan apa yang dia inginkan bukan seperti apa adanya. Jika

keinginannya tidak sesuai yang dia harapkan ia akan menjadi marah.

Remaja akan merasa iri dan merasa gagal apabila orang lain berhasil

mencapai apa yang dia inginkan atau dia tentukan sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dekatnya usia remaja dengan usia kematangan, membuat para

remaja menjadi takut untuk meninggalkan imej yang sudah melekat

selama belasan tahun sebagai anak-anak dan diganti dengan kesan

Page 33: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

16

bahwa mereka sudah hampir dewasa. Mereka mulai merubah

perilaku-perilaku mereka yang tadinya baik dengan perilaku yang

dikatakan dengan status kedewasaan seperti perilaku merokok,

minum alkohol, menggunakan obat-obatan bahkan sampai dalam

perbuatan aseksual. Mereka beranggapan bahwa perilaku ini akan

memberikan pandangan orang lain sesuai dengan apa yang mereka

inginkan.

Secara umum masa remaja dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

sebagai berikut : (Konopka dalam Hendriati, 2006) :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini remaja mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak

dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan

tidak tergantung pada orang tua. Namun remaja masih merasa heran

dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Akibatnya

mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru dan menjadi

lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap

ego yang dapat membuat remaja sulit dimengerti oleh orang dewasa.

Focus pada tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi

fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan semakin berkembangnya kemampuan

berpikir yang baru. Pada masa ini remaja sangat membutuhkan

teman-teman, ini membuat teman sebaya sangatlah penting bagi

Page 34: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

17

remaja. Terdapat kecenderungan narsistik atau mencintai dirinya

sendiri dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai

sifat yang sama dengan dirinya. Masa ini remaja akan mengalami

kondisi kebingungan karena masih ragu dalam memilih, sendiri,

peduli, optimis.

c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan

persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama

masa ini remaja berusaha meyakinkan tujuannya. Keinginan yang

kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman

sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri pada tahap ini.

3. Tugas perkembangan remaja

Setiap tahap perkembangan dalam kehidupan manusia mempunyai

tugas-tugas tersendiri yang berbeda-beda di setiap tahapnya. Tugas-

tugas ini merupakan harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh

setiap individu. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam melaksanakan

tugas perkembangannya pada periode usia tertentu akan mempengaruhi

seseorang untuk melaksanakan tugas perkembangan di periode usia

selanjutnya.

Begitu pula dengan remaja, mereka juga mempunyai tugas

perkembangan yang harus dipenuhi. Tugas ini diharapkan telah

terpenuhi pada akhir masa remaja, sehingga individu akan siap untuk

memasuki masa dewasa dengan peran dan tugas yang baru yang

Page 35: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

18

tentunya lebih rumit dibandingkan tugas saat remaja. Berikut ini adalah

tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst (dalam Hendriati 2006):

a. Menciptakan hubungan baru dengan orang lain dan lebih matang

bergaul dengan teman seusianya baik laki-laki maupun perempuan.

Dengan terjalinnya hubungan pertemanan dengan lawan jenis, maka

remaja dapat belajar tentang keterampilan sosial sebagai orang

dewasa. Dengan demikian pada saat usia mereka bertambah tua,

mereka akan lebih terampil dan siap untuk terjun pada lingkungan

yang lebih luas lagi.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. Remaja dapat menerima dan

belajar mengenai peran sosial maskulinitas dan femininitas yang

dibenarkan dalam lingkungan orang dewasa.

c. Menerima perubahan terhadap keadaan fisiknya dan memanfaatkan

perubahan tersebut secara efektif dan bijaksana. Pada diri remaja

perubahan secara internal maupun eksternal terjadi secara paralel.

Diharapkan dengan adanya perubahan ini, remaja dapat memiliki

toleransi terhadap kondisi fisiknya, serta dapat menggunakan dan

memeliharanya secara efektif dengan kepuasan pribadi.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya. Remaja harus bisa tidak tergantung lagi pada orang tua

sedikit demi sedikit. Mereka harus bisa mengembangkan afeksi dari

orang tua tanpa bergantung pada mereka dan untuk mengembangkan

rasa hormat terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung pada

mereka.

Page 36: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

19

e. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga. Remaja

menunjukkan perbedaan dalam sikap meraka terhadap pernikahan.

Remaja dapat mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan

keluarga, khususnya wanita untuk mendapatkan pengetahuan penting

dalam mengelola rumah dan mengasuh anak.

f. Mempersiapkan diri untuk karir dan ekonomi. Remaja dapat

mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha dengan berbagai

cara untuk mencapai tingkat karir yang teratur dan mampu membina

kehidupan

g. Memperoleh peringkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi.

h. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab. Remaja belajar untuk menggabungkan diri dengan

masyarakat dan negaranya. Remaja harus mengorbankan sesuatu

untuk mencapai tahap kebaikan yang lebih tinggi.

Dari tugas-tugas tersebut, terlihat bahwa secara umum tugas

perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan

lingkungan sosialnya. Semua perubahan pada masa remaja membuat

mereka melakukan penyesuaian dalam dirinya, menerima perubahan

sebagai bagian dari dirinya, dan membentuk suatu identitas yang baru

tentang siapa dirinya untuk mempersiapkan menghadapi masa dewasa.

Semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula tuntutan dari

lingkungan sosial di sekitarnya. Ini membuat mereka juga harus dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jika ia dapat memandang

Page 37: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

20

dirinya berbeda dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, mereka akan siap memasuki masa dewasa dengan peran-

peran dan tanggung jawab yang baru.

4. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja

Banyak sekali masalah-masalah yang akan dihadapi seseorang

pada saat remaja. Seorang remaja bisa saja mengalami masalah yang

sangat berat dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikannya

(Santrock, 2007). Misalnya saja saat anak berusia 13 tahun ia mulai

menunjukkan perilaku mengganggu orang lain, pada usia 14 ia sudah

melakukan kenakalan-kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun

masalahnya akan bertambah parah karena ia semakin sering

melakukan kenakalan. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa

pembuktian diri kepada orang lain, maka remaja akan melakukan

apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang ia lakukan sebenarnya

salah. Berikut adalah masalah yang sering terjadi pada remaja

(Santrock, 2007):

a. Penggunaan obat terlarang , alkohol, dan merokok

Para remaja tertarik menggunakan obat-obatan karena mereka

yakin bahwa obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi

terhadap lingkungan yang selalu berubah. Mereka menganggap

dengan merokok, minum-minuman keras mereka dapat mengurangi

stress, tidak bosan, dan dalam beberapa situasi dapat membantu

remaja untuk melarikan diri dari kenyataan dunia. Remaja dapat

Page 38: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

21

merasakan perasaan tenang, gembira, rileks saat memakai obat.

Namun penggunaan obat untuk memperoleh kepuasan pribadi dan

kemampuan beradaptasi yang sementara dapat menimbulkan

dampak yang sangat merugikan. Dengan demikian, remaja yang

menganggap penggunaan obat itu adalah perilaku adaptif malah

sebenarnya adalah perilaku maladaptif, karena dapat menimbulkan

masalah kesehatan dalam jangka panjang.

b. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku, mulai dari

perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran,

hingga tindakan kriminal. Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh

remaja-remaja yang gagal dalam menjalani tugas

perkembangannya, baik pada saat remaja maupun masa kanak-

kanak. Kenakalan remaja merupakan bentuk dari konflik-konflik

yang tidak terselesaikan dengan baik pada tahap perkembangan

sebelumnya.

c. Gangguan depresif dan bunuh diri

Di masa remaja, gejala-gejala depresif dapat dilihat dalam berbagai

cara, seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam,

menulis kata-kata yang mengerikan, atau senang mendengarkan

lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat muncul

seperti sulit bangun di pagi hari maupun sulit tidur saat malam hari.

Dengan timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi

Page 39: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

22

bosan dan enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul

ide-ide untuk bunuh diri dan usaha bunuh diri di masa remaja.

5. Karakteristik anak usia sekolah menengah atas (SMA)

Masa-masa SMA ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu

(Desmita, 2012):

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan wanita

dewasa

c. Menerima kebahagian fisik dan mampu menggunakannya secara

efektif

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya

e. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan

minat dan kemampuannya

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup

berkeluarga, dan memiliki anak

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan sebagai warga negara

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman

dalam bertingkah laku

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiusitas. (Desmita, 2012)

Page 40: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

23

B. Konformitas Teman Sebaya

1. Pengertian teman sebaya

Teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang

sama dengan kita, dan memiliki kelompok sosial yang sama pula,

misalnya teman sekolah (Mu’tadin 2002). Teman sebaya juga dapat

diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai latar belakang, usia,

pendidikan, dan status sosial yang sama, dan mereka biasanya dapat

mempengaruhi perilaku dan keyakinan masing-masing anggotanya. Dalam

kelompok teman sebaya biasanya mereka saling bercerita tentang

kesenangan dan latar belakang anggotanya. Asmani (2012) menambahkan

selain tingkat usia yang sama, teman sebaya juga memiliki tingkat

kedewasaan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya

adalah sekelompok orang yang seumur, berlatar belakang, berpendidikan,

dan dalam status sosial yang sama, dimana dalam kelompok tersebut

biasanya terjadi pertukaran informasi yang mungkin saja dapat

mempengaruhi perilaku dan keyakinan dari anggota lainnya.

Memasuki masa remaja, individu akan mulai belajar tentang

hubungan timbal balik yang akan di dapatkan ketika mereka melakukan

interaksi dengan orang lain maupun dengan temannya sendiri. Selain itu

mereka juga belajar untuk mengobservasi dengan teliti mengenai minat

dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja mudah ketika ingin

menyatu atau beradaptasi dengan temannya (Piaget dan Sullivan dalam

Asmani, 2012)

Page 41: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

24

2. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya

Hurlock (2012) menyebutkan kelompok-kelompok sosial yang

paling sering terjadi pada masa remaja adalah :

a. Teman dekat

Biasanya remaja memiliki dua atau tiga orang teman dekat atau

sahabat. Dan pada umumnya teman mereka terdiri dari jenis kelamin

dan usia yang sama, mempunyai tujuan, keinginan, dan kemampuan

yang sama. Teman dekat ini dapat mempengaruhi satu sama lain

dalam berbagai hail yang terjadi dalam kehidupan remaja.

b. Kelompok kecil

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok teman-teman dekat.

Pada awalnya kelompok ini terdiri dari satu jenis kelamin yang sama,

namun kemudian meliputi juga dari kedua jenis kelamin yang

berbeda.

c. Kelompok besar

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok

teman dekat. Kelompok ini berkembang dengan meningkatnya minat

untuk bersenang-senang dan menjalin hubungan. Karena besarnya

kelompok ini membuat penyesuaian minat berkurang diantara

anggota-anggotanya. Sehingga timbul jarak sosial yang besar diantara

mereka.

Page 42: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

25

d. Kelompok yang terorganisir

Kelompok ini merupakan kelompok binaan orang dewasa. Biasanya

kelompok ini dibentuk oleh orang dewasa misalnya oleh sekolah atau

organisasi masyarakat. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai

kelompok besar.

e. Kelompok geng

Kelompok ini terbentuk karena remaja tidak termasuk dalam

kelompok atau kelompok besar dan merasa kurang puas dengan

kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.

Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis yang minat utama

mereka adalah untuk mengahadapi penolakan teman-teman melalui

perilaku anti sosial.

3. Konformitas teman sebaya

Konformitas adalah pengaruh sosial dalam bentuk penyamaan

pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain yang

mempengaruhinya (Prayitno, 2009). Suryawati dan Maryati (2006)

mendefinisikan konformitas sebagai bentuk interaksi yang didalamnya

seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat di

mana ia tinggal, yang berarti konformitas adalah suatu proses penyesuaian

diri dengan masyarakat dengan cara menaati norma dan nilai-nilai

masyarakat. Konformitas biasanya menyebabkan timbulnya kepatuhan dan

ketaatan.

Page 43: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

26

Myers (dalam Suryawati dan Maryati, 2006 ) mengkategorikan

terdapat dua bentuk konformitas yang biasa muncul pada individu :

a. Acceptance

Acceptance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan

individu dengan cara menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun

perilakunya di depan masyarakat dengan norma atau tekanan dari

kelompok. Acceptance lebih sering terjadi ketika individu percaya

bahwa pendapat atau peilaku kelompok adalah benar, konformitas ini

dapat terjadi karena kelompok menyediakan informasi yang

dibutuhkan individu atau disebut dengan informational social

influence.

Informational social influence terjadi jika seseorang

mempunyai pertanyaan atau masalah dan ia tidak tahu jawabannya

atau tidak tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku dan ia akan

melihat dan menanyakan kepada orang lain. Mungkin jawaban yang

diterima berasal dari satu orang, namun bila jawaban tersebut

didukung oleh banyak orang akan lebih meyakinkan. Myers juga

menekankan bahwa orang lain dapat menjadi sumber informasi yang

berarti jika seseorang berada dalam situasi yang membingungkan

Sehingga acceptance adalah konformitas yang didasari oleh

penerimaan seseorang terhadap bukti realitas yang diberikan orang

lain. Jadi jika individu tidak tahu atau bingung harus berbuat apa maka

ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman perilaku dan

meyakini hal tersebut benar.

Page 44: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

27

Konformitas Acceptance ini dapat dipengaruhi oleh :

(Sears,2010)

1.1. Kepercayaan terhadap kelompok

Masalah utamanya apakah individu mempercayai

informasi yang dimiliki kelompok atau tidak. Semakin besar

kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber

informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk

menyesuaikan atau mengikuti kelompok. Dengan kata lain, jika

individu yang selalu berpendapat bahwa kelompoknya selalu

benar maka dia akan mengikuti apapun yang dilakukan

kelompoknya tanpa mempedulikan pendapatnya sendiri.

Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok

adalah keahlian dan kompetisi yang dimiliki oleh anggota

kelompok lainnya. Semakin tinggi tingkat keahlian dan kompetisi

kelompok, maka kepercayaan penghargaan individu terhadap

kelompok semakin besar.

1.2. Kepercayaan terhadap diri sendiri

Konformitas akan menurun jika individu mempunyai

kepercayaan yang kuat terhadap penilaian perilakunya sendiri.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri

adalah tingkat penilaian individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya. Faktor lain adalah kesulitan, semakin sulit hal yang

harus dihadapi, maka semakin rendah rasa percaya diri yang

dimiliki individu.

Page 45: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

28

b. Compliance

Compliance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan

individu dengan cara bertingkah laku sesuai dengan tekanan

kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku

tersebut. Compliance terjadi ketika individu menyamakan perilaku

dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah atau pujian dan menghindari

hukuman. Konformitas ini juga terjadi dengan tujuan untuk diterima

dalam kelompok atau mengindari penolakan. Konformitas ini

dilakukan atas dasar rasa cemas atau takut mendapat celaan dari

lingkungan sosialnya.

Konformitas Compliance ini dapat dipengaruhi oleh : (Sears,

2010)

2.1. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang,

merupakan alasan utama terjadinya konformitas compliance. Rasa

takut ini diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku

menyimpang. Penyimpangan yang terjadi dalam kelompok, dapat

mengakibatkan seseorang menerima resiko yang tidak

menyenangkan seperti dikucilkan atau ditolak oleh kelompok.

2.2. Kekompakkan kelompok

Semakin kuat ketertarikkan individu terhadap kelompok,

maka semakin kuat juga konformitas yang terjadi. Ketika

anggota-anggota kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama

mereka cenderung untuk konform dibandingkan mereka tidak

Page 46: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

29

berada dalam satu kesatuan. Dan ketika rasa suka anggota

kelompok yang satu terhadap yang lain semakin besar, maka

semakin besar pula harapan untuk memperolah manfaat dari

keanggotaan kelompok dan kelompok tersebut semakin kompak.

Kekompakkan yang semakin tinggi akan mempertinggi tingkat

konformitas.

2.3. Kesepakatan kelompok

Anggota kelompok yang dihadapkan pada keputusan

kelompok yang sudah bulat, akan merasa mendapat tekanan yang

kuat untuk dapat menyesuaikan pendapat atau perilakunya.

Namun bila ada satu orang saja yang tidak sependapat dengan

anggota lainnya, tingkat konformitas dalam kelompok itu pun

akan menurun. Hai ini dapat terjadi karena, pertama, pelanggaran

kesepakatan yang terjadi dalam kelompok berarti ada

kemungkinan terdapat perbedaan pendapat atau penilaian antar

anggota. Kedua, anggota yang tidak setuju dengan pendapat

kelompok akan menimbulkan penolakan. Ketiga, berkurangnya

kesepakatan terhadap kelompok mengurangi keyakinan anggota

kelompok terhadap kelompok itu sendiri.

4. Fungsi teman sebaya

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada sejumlah remaja

menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya

menghasilkan penyesuaian sosial yang positif juga (Santrock dalam

Desmita, 2012). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartup yang menemukan

Page 47: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

30

bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan

psikologis yang sangat penting bagi remaja, Hightower juga menyatakan

bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja akan

menghasilkan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya.

(Desmita, 2012).

Kelly dan Hansen (dalam Desmita, 2012), menyebutkan 6 fungsi

dari teman sebaya, yaitu :

a. Mengontrol impuls-impuls negatif. Interaksi dengan teman sebaya

membuat remaja belajar bagaimana memecahkan masalah dengan

cara-cara lain dengan tidak meluapkan kemarahan langsung.

b. Mendapatkan dukungan emosional dan sosial serta menjadi lebih

mandiri. Kelompok teman sebaya memberikan dukungan untuk

mencoba peran dan tanggung jawab baru, hal ini membuat

berkurangnya rasa ketergantungan mereka dengan keluarganya.

c. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan

kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-

perasaan dengan cara-cara yang lebih dewasa.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran

jenis kelamin. Dari teman sebaya, remaja belajar tentang tingkah laku

dan sikap yang mereka dengan menjadi laki-laki dan perempuan

muda.

e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Dalam kelompok,

remaja mencoba untuk mengambil keputusan menurut diri mereka

sendiri. Mereka menilai sendiri nilai-nilai yang dimilikinya dan yang

Page 48: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

31

dimiliki temannya, selanjutnya mereka akan memutuskan mana yang

benar menurut mereka. Hal ini dapat membantu remaja dalam

mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.

f. Meningkatkan harga diri. Seorang remaja akan merasa nyaman dan

senang ketika dirinya menjadi orang yang disukai dalam

kelompoknya.

5. Perkembangan sosial remaja

Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua

macam gerak yaitu antara memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke

arah teman sebaya. Kedua macam arah gerak ini bukan merupakan hal

yang berurutan, namun yang satu dapat terkait dengan yang lain. Artinya

hal pertama tanpa diiringi hal kedua tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status

diri anak muda.

Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan orang tua

dengan tujuan agar dapat menemukan dirinya. Proses tersebut dinamakan

proses mencari identitas ego (Erikson dalam Monks, 2006). Pembentukan

identitas yang berarti perkembangan individu ke arah yang lebih baik,

merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja agar dapat

berdiri sendiri atau berbeda dari orang lain. Untuk mendapatkan

perkembangan yang baik, remaja harus mempunyai pengalaman. Remaja

tidak boleh terlalu terbawa oleh peran yang sedang dimainkannya,

misalnya sebagai anak, teman, pelajar, teman sebaya, dan sebagainya,

mereka harus tetap menghayati sebagai pribadi dirinya sendiri.

Page 49: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

32

Debesse (dalam Monks,2006), mempunyai pendapat yang berbeda.

Menurutnya yang membuat remaja berbeda dengan orang lain adalah

karena originalitasnya bukan identitasnya. Artinya apabila remaja tidak

dapat berteman atau bergaul dengan teman sebayanya dan merasa

kesepian, ia akan tetap menunjukkan penampilan sebagai anak muda yang

akan membedakan dirinya dari anak dan orang dewasa. Originalitas

merupakan sifat khas pada anak muda, merekan cenderung memberi kesan

lain daripada yang lain, mereka menciptakan gayanya sendiri.

6. Remaja dan kelompok sebaya

Seiring dengan perkembangan sosial remaja, maka remaja mulai

memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan

teman sebaya. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat

berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya juga

merupakan wadah untuk belajar, karena melalui kelompok, remaja dapat

mengambil berbagai peran. Di dalam kelompok juga remaja juga menjadi

sangat tergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya sehingga

keterikatan dengan teman sebaya menjadi begitu kuat. Kecendrungan

keterikatan dalam kelompok tersebut akan bertambah dengan

meningkatnya frekuensi interaksi diantara anggota-anggotanya.

Pada awal usia remaja, keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya

ditandai dengan persahabatan dengan teman, pada mulanya hanya dengan

teman sejenis, hubungan yang terjadi begitu akrab karena melibatkan

emosi yang cukup kuat. Hubungan dengan lawan jenis biasanya terjadi

dalam kelompok yang lebih besar. Seorang sahabat merupakan pendengar

Page 50: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

33

terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan

identitas yang ingin dicobanya. Dengan mempunyai sahabat remaja dapat

saling mendukung satu sama lain, saling memperhatikan apa yang

dipikirkan dan dirasakan sahabatnya.

Pada usia pertengahan keterlibatan remaja dalam kelompok

semakin besar, ditandai dengan terjadinya perilaku konformitas terhadap

kelompok. Remaja mulai bergabung dengan kelompok-kelompok sesuai

dengan minatnya seperti olahraga, musik, dan kelompok-kelompok

lainnya. Pada usia ini juga remaja sudah mulai menjalin hubungan khusus

dengan teman lawan jenisnya. Dan pada akhir usia remaja ikatan dengan

kelompok sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai dalam kelompok

menjadi kurang begitu penting karena pada umumnya remaja lebih merasa

senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya

C. Perilaku merokok

1. Pengertian perilaku

Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu tindakan atau

kegiatan mahkluk hidup yang bersangkutan.dan pada dasarnya perilaku

adalah tindakan manusia yang memiliki arti sangat luas misalnya

berjalan, tertawa, menangis, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya.

Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku (manusia) adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo 2010).

Page 51: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

34

Laurens (2005) mendefinisikan perilaku mencakup kegiatan yang

terlihat mata seperti minum, tertawa, melihat, bekerja, menangis, dan

perilaku yang tidak terlihat mata seperti fantasi, motivasi, dan proses

yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.

Perilaku manusia merupakan suatu yang sangat penting dan harus

dipahami dengan baik, hal ini karena perilaku manusia terdapat dalam

semua aspek kehidupan. Perilaku manusia mencakup dua komponen,

yaitu mental dan tingkah laku. Sikap adalah sesuatu yang telah melekat

pada diri manusia sedangkan tingkah laku merupakan tindakan yang

timbul sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi (Herjulianti

dkk,2002)

Perilaku merupakan interaksi antara stimulus dengan respon yang

ditimbulkan (Skinner dalam Sunaryo, 2004). Dilihat dari bentuk respon

terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua bentuk

yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Perilaku terbuka terlihat

dalam bentuk tindakan misalnya makan ketika dirinya lapar. Sedangkan

perilaku tertutup ditunjukkan dalam bentuk perhatian, persepsi,

pengetahuan, dan reaksi lain yang tidak tampak (Notoatmodjo dalam

Sudarma, 2008).

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku adalah segala tindakan manusia yang dilakukan sebagai

respon terhadap stimulus dari luar maupun dari dalam, yang meliputi

aktivitas motorik, kognitif, dan emosional.

Page 52: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

35

2. Perilaku merokok

Manusia adalah makhluk yang sangat dinamis. Ada banyak perilaku

manusia yang bisa diamati, di observasi, dan di prediksi salah satunya

adalah perilaku merokok. Seperti yang telah diuraikan bahwa perilaku

merokok sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dan sampai saat ini pun

perilaku merokok masih menjadi perilaku yang umum dijumpai di

masyarakat. Para perokok ini bisa dari berbagai kelas sosial, status, serta

kelompok umur yang berbeda, hal ini bisa dipengaruhi karena

kemudahan dalam mendapatkan rokok terutama di Indonesia yang tidak

membatasi usia minimal untuk membeli rokok, sehingga siapapun bisa

merokok dengan bebas.

Poerwadaminta (2003) mendefinisikan merokok sebagai kegiatan

menghisap rokok dan rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau yang

dibalut dengan daun nipah atau kertas. Sedangkan pengertian merokok

menurut Sitepoe (2000) adalah membakar tembakau yang kemudian

dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun pipa.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian

menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan

asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

3. Tipe perilaku merokok

Menurut Tomkins (dalam Aula 2010) menyebutkan terdapat empat

tipe perilaku merokok, yaitu :

Page 53: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

36

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan

merokok seseorang akan merasakan lebih positif dalam dirinya

1.1. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah

atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya

merokok setelah minum kopi atau makan

1.2. Simulation to pick them up, merokok hanya dilakukan untuk

menyenangkan perasaan

1.3. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh

hanya dengan memegang rokok. Misalnya perokok yang lebih

senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-

jarinya sebelum ia nyalakan dengan api atau menghisapnya.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.

Banyak orang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam

dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok

dianggap sebagai pelampiasan. Menurut mereka menggunakan rokok

disaat perasaan tidak enak akan membuat perasaan mereka menjadi

lebih nyaman kembali.

c. Perilaku merokok yang adiktif.

Perokok yang sudah kecanduan akan menambah dosis rokok yang

digunakannya sedikit demi sedikit, terutama ketika efek dari rokok

yang dihisapnya mulai berkurang. Mereka umumnya akan mencari

rokok untuk persediaan, sehingga ketika ia menginginkannya rokok

itu sudah tersedia.

Page 54: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

37

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Perokok disini menggunakan rokok bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, melainkan karena benar-benar

sudah menjadi kebiasaan rutin. Dengan kata lain merokok

merupakan suatu perilaku yang bersifat spontan, dan seringkali tanpa

disadari.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok

Ada berbagai alasan yang bisa menyebabkan seseorang merokok.

Biasanya seorang individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda

dari individu lain yang disesuaikan dengan tujuannya dalam merokok.

Perilaku merokok sebenarnya tidak jauh dari lingkungan dan individu itu

sendiri. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari

lingkungan juga disebabkan faktor dari dalam diri individu itu sendiri.

Menurut Subanada (dalam Soetjiningsih 2010) terdapat empat

faktor resiko bagi remaja untuk merokok yaitu :

a. Faktor psikologik

1.1. Faktor perkembangan sosial

Remaja beranggapan bahwa rokok dapat menjadi cara bagi

mereka untuk bebas dan terlihat dewasa saat mereka berhadapan

dengan teman-temannya yang juga merokok. Merokok sering

dikaitkan dengan remaja yang mempunyai prestasi buruk di

bidang akademik, sehingga mereka mencari ketenangan dengan

merokok.

Page 55: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

38

1.2. Faktor psikiatrik

Terdapat hubungan antara merokok dengan gangguan psikiatrik.

Gejala depresi misalnya lebih sering muncul pada perokok

daripada bukan perokok. Seorang remaja yang memperlihatkan

gejala depresi dan cemas akan mempunyai resiko yang lebih

tinggi untuk menggunakan rokok. Remaja yang mengalami

gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan

kecemasan yang mereka alami.

b. Faktor biologik

2.1. Faktor kognitif

Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam perilaku rokok

adalah pikiran mereka yang dapat merasakan efek-efek

menyenamgkan dari rokok.

2.2. Faktor jenis kelamin

Seiring perkembangan tekhnologi, sekarang merokok tidak

hanya perilaku laki-laki saja, melainkan juga terjadi pada

perempuan. Perempuan yang merokok dilaporkan menjadi lebih

percaya diri, suka menentang, dan pandai bicara.

c. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang berkaitan dengan perilaku merokok pada

remaja antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman

sebaya, dan papan iklan/reklame. Menggunakan rokok pertama kali

Page 56: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

39

lebih dipengaruhi faktor lingkungan, namun untuk penggunaan

rokok tetap lebih dipengaruhi oleh faktor personal

d. Faktor regulasi dan hukum

Karena adanya peningkatan harga jual atau bea cukai yang tinggi

maka akan menurunkan jumlah pembelian dan konsumsi.

Pembatasan tempat-tempat untuk merokok juga diharapkan dapt

menurunkan angka penggunaan rokok, namun kenyataannnya angka

mulai merokok usia remaja tetap saja meningkat.

D. Penelitian Terkait

a. Penelitian oleh Neneng Nurlalilah dengan judul Hubungan antara Persepsi

tentang Dampak Merokok terhadap Kesehatan dengan Tipe Perilaku

Merokok Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik analisa data

dalam penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan

adalah mahasiswa UIN yang merokok sebanyak 120 orang. Hasil

penelitian menunjukkan nilai r sebesar 0,044 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,645 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi

tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku

merokok

b. Penelitian yang dilakukan oleh Renny Anggraini Nur Prasasti dengan

judul Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan Perilaku

Merokok pada Remaja Akhir tahun 2011. Metode penelitian deskriptif

kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data dalam

penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan

Page 57: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

40

adalah remaja akhir di RW.03 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan

sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraf

signifikansi didapatkan sebesar 0,004 (p < 0.05), ada pengaruh yang

signifikan antara dimensi kepribadian big five dengan perilaku merokok.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Masruroh Diah Permata dengan judul

Hubungan antara Konformitas dengan Berpacaran pada Remaja di SMUN

34 Jakarta Selatan tahun 2000. Metode penelitian deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data dalam penelitian

adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan adalah siswa/i

SMUN 34 Jakarta Selatan sebanyak 100 orang. Hasil penelitian

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara konformitas dengan

perilaku berpacaran pada remaja.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryanah dengan judul Hubungan

antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pada Remaja

awal siswa MTS Al Hidayah Depok tahun 2006. Metode penelitian

deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data

dalam penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan

adalah siswa/i MTS Al Hidayah Depok sebanyak 101 orang. Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konformitas

kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal, dengan hasil r hitng

sebesar 0,368 > P 0,195 pada taraf signifikansi 5 %.

Page 58: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

41

E. Kerangka Teori

Remaja :

Remaja awal (12-15 tahun)

Remaja akhir (19-21 tahun)

Remaja tengah (15-18

tahun)

Faktor psikologik :

Perkembangan

sosial remaja

Gangguan psikiatrik

(depresi,

kecamasan)

Faktor biologis :

Efek menyenangkan

dari merokok.

Jenis kelamin

Faktor regulasi dan hukum :

Harga rokok yang

terjangkau

Sarana dan prasarana yang

mendukung

Tidak adanya peraturan

usia yang boleh merokok

Faktor lingkungan :

Keluarga

Teman sebaya

Konformitas :

Acceptance

Compliance

Perilaku merokok

Tipe Perilaku merokok :

Positive affect smokers

Negativeaffect smokers

Addictive smokers

Pure habbits smokers

Gambar 2.1 : terbentuknya perilaku merokok remaja

(Subanada, 2010 ; Sears, 2010 ; Aula, 2010)

Page 59: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

42

BAB III

Kerangka Konsep, Hipotesa, dan Definisi Operasional

3.1. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel

dependen dan variabel independen. Variabel dependenya adalah tipe perilaku

merokok, sedangkan variabel independennya bentuk konformitas teman

sebaya.

Gambar 3.1 kerangka konsep

Bentuk Konformitas teman sebaya

1. Acceptance

2. Compliance

Tipe perilaku merokok

1. Positive affect smokers

2. Negative affect smokers

3. Addictive smokers

4. Pure habbits smokers

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 60: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

43

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

Terdapat hubungan antara bentuk konformitas teman sebaya dengan tipe

perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta

Page 61: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

44

3.3. Definisi Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

Bentuk

Konformitas

teman sebaya

Usaha remaja untuk selalu

dapat menyesuaikan diri

dengan mengikuti peraturan

yang ditetapkan kelompok

baik dengan atau tanpa

keterpaksaan, salah satunya

dengan cara merokok.

Konformitas dapat dibagi

menjadi 2 bentuk yaitu

acceptance dan compliance

Peneliti menggunakan kuisioner

mengenai bentuk konformitas

yang berisi 16 pertanyaan.

Dengan masing-masing bentuk 8

pertanyaan. Dengan skor terendah

8 dan skor tertinggi 32.

Kuesioner menggunakan skala

likert

Untuk pertanyaan positif

SS : 4

S : 3

Menghitung skor dari

pertanyaan bentuk

konformitas.

Skor yang tertinggi

pada salah satu dari 2

bentuk, menunjukan

salah satu bentuk

konformitas tersebut

1. Acceptance

2. Compliance

Nominal

Page 62: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

45

TS : 2

STS : 1

Dan untuk pertanyaan negatif

SS : 1

S : 2

TS : 3

STS : 4

Tipe perilaku

merokok

Perilaku merokok pada

remaja yang dipengaruhi

oleh perasaan yang

menyenangkan maupun

yang tidak menyenangkan,

yang dilakukan secara sadar

kemudian menjadi

Peneliti menggunakan kuisioner

mengenai tipe perilaku merokok

berdasarkan management affect of

theory yang berisi 32 pertanyaan.

Dengan masing-masing tipe 8

pertanyaan. Dengan skor terendah

8 dan skor tertinggi 32

Menghitung skor dari

pertanyaan tipe perilaku

merokok.

Skor yang tertinggi

pada salah satu dari 4

tipe, menunjukan salah

satu tipe perilaku

1. Positive

affect

smokers

2. Negative

affect

smokers

3. Addictive

Nominal

Page 63: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

46

ketergantungan terhadap

rokok, sehingga lambat laun

menjadi kebiasaan.

Kuesioner menggunakan skala

likert

Untuk pertanyaan positif

SS : 4

S : 3

TS : 2

STS : 1

Dan untuk pertanyaan negatif

SS : 1

S : 2

TS : 3

STS : 4

merokok tersebut smokers

4. Pure habits

smokers

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Page 64: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

47

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan

konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja

laki-laki usia pertengahan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

analitik kuantitatif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari

hubungan antar variabel (Setiadi, 2007). Peneliti menggunakan

pendekatan cross sectional karena variabel independen dan dependen di

observasi satu kali secara bersamaan, dan dalam waktu yang bersamaan

pula (Hidayat, 2007).

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMAN 97 Jakarta. Alasan memilih

tempat karena saat studi pendahuluan didapapatkan kejadian merokok

pada siswa di sekolah ini cukup banyak yaitu 25 dari 27 siswa merokok,

dan juga disekolah ini terdapat tempat-tempat yang tersembunyi untuk

merokok, seperti di kamar mandi, kantin, taman belakang, tempat parkir,

dan mesjid. Selain itu setiap pulang sekolah selalu terlihat siswa laki-laki

berkumpul di berbagai tempat dengan teman-temannya dan merokok

bersama. Serta lokasi mudah dicapai, belum pernah ada penelitian yang

sama di tempat tersebut, dan karakteristik sampel memenuhi syarat yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Page 65: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

48

Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal penelitian dari PSIK

UIN Jakarta, serta izin dari pihak SMA 97 Jakarta yaitu sekitar bulan Juni

2013.

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Siswojo

(dalam Setiadi, 2007) menambahkan, populasi sebagai sejumlah kasus

yang memenuhi syarat-syarat atau kriteria yang telah di tentukan oleh

peneliti. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMAN 97 Jakarta

kelas X yang terdiri dari 9 kelas, kelas XI yang terdiri dari 7 kelas dan

kelas XII yang terdiri dari 7 kelas yang merokok.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi

(Hidayat, 2009). Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen

populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya

( Setiadi, 2007 ).

Dalam pemilihan sampel peneliti membuat kriteria bagi

sampel yang diambil. Adapun sampel yang diambil harus memiliki

kriteria sampel sebagai berikut :

Page 66: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

49

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan

atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:

1. Berusia 15-18 tahun

2. Terdaftar sebagai siswa di SMAN 97 Jakarta

3. Jenis kelamin laki-laki

4. Siswa yang masih merokok

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat

dimasukkan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :

1. Siswa sedang sakit

2. Mempunyai keluarga yang merokok (ayah, ibu, saudara

kandung)

3. Besar sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan hipotesis beda dua proporsi

dengan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2010):

√ √

( )

Keterangan:

n : jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1- /2 : 1,96 (derajat kepercayaan 95% derajat kemaknaan 5%)

Z1- : 1,96 (kekuatan uji sebesar 95%)

Page 67: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

50

P₁ : 0,6712 (diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya Iqbal,

2008)

P2 : (P1-30%)= 0,6712-0,3=0,3712

P :

Q : 1-P = 1-0,5212 = 0,4788

Q1 : 1-P1 = 1-0,6712 = 0,3288

Q2 : 1-P2 = 1-0,3712 = 0,6288

√ √

( )

√ ( ) √

,3 siswa = 81 siswa

Menurut Sastroasmoro & Ismail (2010), untuk menghindari terjadinya

sampel yang drop out dan sebagai cadangan, maka peneliti

menembahkan 10% dari jumlah sampel minimal dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

n’: Jumlah sampel setelah dikoreksi

n: Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f: Prediksi presentase sampel drop out (10%)

Page 68: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

51

maka besar sampel yang dibutuhkan adalah :

Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 90 siswa

4. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling,

yaitu teknik sampling dengan pertimbangan tertentu (Machfoedz,

2008). Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan

ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini terlebih dahulu

dilakukan studi pendahuluan, dari hasil studi pendahuluan didapatkan

jumlah siswa di SMAN 97 Jakarta sebanyak 555 siswa dan semuanya

berusia antara 15 sampai 18 tahun. Dari hasil tersebut dilakukan

pemilihan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan, yaitu siswa yang merokok namun tidak mempunyai

keluarga yang merokok di rumahnya, didapatkan sebanyak 358 siswa

merupakan perokok aktif, namun hanya sebanyak 136 siswa yang

merupakan perokok aktif dan tidak mempunyai keluarga yang

merokok dirumah selain dirinya.

Berdasarkan perhitungan sampel, dibutuhkan 90 orang

responden. Dari 136 siswa yang telah memenuhi kriteria dipilih 90

orang. Pada saat penelitian, terdapat 14 siswa yang absen dan 21 siswa

tidak bersedia menjadi responden. Peneliti menyebar kuesioner ke 109

Page 69: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

52

siswa, dan terdapat 11 siswa yang jawaban kuesionernya tidak

lengkap. Jadi jumlah responden yang memenuhi kriteria sebanyak 90

responden.

D. Instrument Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner. Terdiri dari kuesioner tentang identitas responden,

konformitas teman sebaya dan kuesioner tipe-tipe perilaku merokok.

1. Identitas responden: meliputi nama, kelas dan usia

2. Kuesioner bentuk konformitas teman sebaya

Kuesioner ini untuk mengetahui konformitas teman sebaya

yang terjadi pada remaja dan kuesioner ini dibuat berdasarkan

bentuk konformitas yaitu acceptance dan compliance. Kuesioner ini

dibuat dalam pertanyaan favorable dan unfavorable. Setiap pertanyaan

disediakan empat pilihan jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju

(S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju (STS)”, dan penilaian

jawaban menggunakan skala Likert.

Untuk pertanyaan favorable skor yang diberikan adalah skor 4

untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 3 untuk jawaban “Setuju

(S)”, skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, dan skor 1 untuk

jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”.

Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable skor yang diberikan

adalah skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, skor 3

untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, skor 2 untuk jawaban “Setuju

(S)”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.

Page 70: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

53

Kuesioner dimodifikasi dari penelitian Maryanah tahun 2006.

Peneliti memodifikasi dengan menambahkan aspek kepercayaan

terhadap diri sendiri yang termasuk dalam tipe konformitas

acceptance dan aspek rasa takut terhadap penyimpangan yang

termasuk dalam tipe konformitas compliance.

Skala ukur yang digunakan adalah skala nominal. Jumlah

pertanyaan untuk kuesioner ini ada 20 pertanyaan yang terbagi dalam

2 bentuk dan setiap bentuk berisi 10 pertanyan. Skor tertinggi yang

diperoleh pada salah satu dari 2 bentuk konformitas menunjukan

bentuk konformitas tersebut.

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Acceptance 1,3,5,7,9 11,13,15,17,19 10

2 Compliance 2,4,6,12,14 8,10,16,18,20 10

Jumlah 20

3. Kuesioner tipe-tipe perilaku merokok

Kuesioner ini dibuat untuk mengetahui tipe perilaku merokok

yang terjadi pada remaja. Kuesioner tipe perilaku merokok dibuat

berdasarkan empat tipe yang dikatakan oleh Silvan Tomkins yaitu

perilaku merokok karena pengaruh perasaan positif, perilaku merokok

karena pengaruh perasaan negatif, adiktif dan yang sudah menjadi

kebiasaan.

Setiap pertanyaan disediakan empat pilihan jawaban yaitu

“Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat

Tabel 4.1 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Konformitas Teman Sebaya

Page 71: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

54

Tidak Setuju (STS)”, dan penilaian jawaban menggunakan skala

Likert.

Untuk pertanyaan favorable skor yang diberikan adalah skor 4

untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 3 untuk jawaban “Setuju

(S)”, skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, dan skor 1 untuk

jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”.

Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable skor yang diberikan

adalah skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, skor 3

untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, skor 2 untuk jawaban “Setuju

(S)”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.

Kuesioner yang digunakan dalam penellitian ini merupakan

modifikasi dari kuesioner yang dibuat oleh Prasasti tahun 2011.

Peneliti memodifikasi kuesioner dengan menambahkan beberapa

pertanyaan dari masing-masing aspek.

Jumlah pertanyaan untuk kuesioner ini ada 40 pertanyaan yang

terbagi dalam 4 aspek dan setiap aspek berisi 10 pertanyan. Skala ukur

yang digunakan adalah skala nominal. yang pada akhirnya skor

tertinggi yang diperoleh pada salah satu dari empat tipe perilaku

merokok tersebut menunjukan tipe perilaku merokok tersebut. Sebagai

contoh apabila skor yang diperoleh oleh responden setelah mengisi

kuesioner didapatkan skor pada tipe perilaku merokok addictive

smokers adalah 30, sedangkan skor pada positive affect smokers,

negative affect smokers, dan pure habbits smokers adalah 15, 20, dan

27. Maka responden tersebut termasuk kedalam tipe perilaku merokok

Page 72: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

55

addictive smokers karena skor yang terbesar didapatkan pada tipe

tersebut.

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Positive affect

smokers 1,5,9,13,17,21 25,29,33,37 10

2 Negative affect

smokers 2,6,10,14,18 22,26,30,34,38 10

3 Addictive smokers 3,7,11,15,19 23,27,31,35,39 10

4 Pure habbits

smokers 4,8,12,16,20,24 28,32,36,40 10

Jumlah 40

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji validitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat

instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur

(Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dinyatakan valid jika instrumen

itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan

kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Untuk menguji validitas dapat

menggunakan rumus Pearson Product Moment. Untuk menguji

koefisien r valid atau tidak, akan digunakan uji r, yang selanjutnya

akan dibandingkan antara rhitung dengan rtabel. Pada taraf signifikansi

5%, item instrumen dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang siswa

SMK Ganesa Satria Depok pada tanggal 18 Juli 2013. Hasil uji

kuesioner dianalisis dengan menggunakan rumus Pearson Product

Moment dengan menggunakan SPSS. Untuk responden sebanyak 30

orang didapatkan rtabel : n-2 = 0,36, yang menunjukkan apabila rhitung ≥

Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Tipe Perilaku Merokok

Page 73: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

56

rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan dapat

dipergunakan untuk mengambil data selanjutnya.

a. Hasil uji validitas kuesioner konformitas

Jumlah pernyataan sebanyak 20 pernyataan. Setelah

dilakukan uji validitas, terdapat 4 pernyataan yang tidak valid yaitu

pernyataan nomor 4, 11, 12, dan 19. Pernyataan yang tidak valid

semuanya dieleminasi karena pernyataan yang lain masih dapat

mewakili indikator. Sehingga total pernyataan yang valid sebanyak

16 pernyataan.

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Acceptance 1,3,5,7,9 11*,13,15,17,19* 8

2 Compliance 2,4*,6,12*,14 8,10,16,18,20 8

Jumlah 16

Keterangan : *(item tidak valid)

b. Hasil uji validitas kuesioner tipe perilaku merokok

Jumlah pernyataan sebanyak 40 pernyataan. Setelah

dilakukan uji validitas, terdapat 8 pernyataan yang tidak valid yaitu

pernyataan nomor 17, 18, 19, 20, 28, 33, 35, dan 38. Pernyataan

yang tidak valid semuanya dieleminasi karena pernyataan yang lain

masih dapat mewakili indikator. Sehingga total pernyataan yang

valid sebanyak 32 pernyataan.

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Validitas Pernyataan Kuesioner Konformitas

Teman Sebaya

Page 74: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

57

Keterangan : *(item tidak valid)

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kesamaan

hasil pengukuran atau pengamatan suatu alat pengukur dalam

mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya

memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang

konsisten (Arikunto, 2010). Uji reliabillitas disini menggunakan

metode alpha cronbach. Suatu instrument dinyatakan reliabel jika

memiliki nilai Cronbach’ Alpha > 0,6 (Arikunto, 2010).

Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α)

untuk kuesioner konformitas sebesar 0,771 sebelum item yang tidak

valid dieliminasi dan setelah item yang tidak valid dieliminasi

didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0,895. Sedangkan untuk

kuesioner tipe perilaku merokok sebesar 0,915 sebelum item yang

tidak valid dieliminasi dan setelah item yang tidak valid dieliminasi

didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0,937. Dari kedua hasil

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Positive affect

smokers 1,5,9,13,17*,21 25,29,33*,37 8

2 Negative affect

smokers 2,6,10,14,18* 22,26,30,34,38* 8

3 Addictive smokers 3,7,11,15,19* 23,27,31,35,39* 8

4 Pure habbits

smokers 4,8,12,16,20*,24 28*,32,36,40 8

Jumlah 32

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Validitas Pernyataan Kuesioner Tipe Perilaku

Merokok

Page 75: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

58

uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa kedua kuesioner

tersebut realibel dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach > 0,60.

F. Tahapan Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Mendapatkan persetujuan proposal dari pembimbing.

b. Membuat surat permohonan izin penelitian dari PSIK UIN yang

ditujukan kepada kepala sekolah SMAN 97 Jakarta.

c. Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan, peneliti

melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang akan

dipakai.

d. Selanjutnya item pada kuesioner akan diolah dan dipilih mana yang

memenuhi validitas dan reliabilitas yang selanjutnya akan

digunakan untuk pengambilan data.

2. Tahap penelitian

a. Setelah didapatkan hasil kuesioner yang sudah memenuhi validitas

dan reliabilitas, peneliti mengajukan izin kepada guru bagian

kesiswaan SMAN 97 Jakarta untuk melakukan penelitian.

b. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti melakukan

seleksi calon responden yang memenuhi kriteria sampel yang telah

dipilih untuk masing-masing kelas X, XI, dan XII.

c. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan penelitian sehingga para

siswa mengerti dan bersedia menjadi responden penelitian.

d. Apabila siswa bersedia menjadi responden, peneliti akan meminta

siswa untuk menandatangaini surat persetujuan menjadi responden,

Page 76: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

59

dilanjutkan dengan memberikan kuesioner yang harus diisi oleh

siswa.

e. Menjelaskan cara pengisian kuesioner dan memandu siswa untuk

mengisi kuesioner penelitian

f. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengisi kuesioner dan

memberikan kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang

belum jelas.

g. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, peneliti

mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.

h. Selanjutnya data akan dianalisis sesuai dengan rumus yang telah di

tetapkan untuk selanjutnya akan diinterpretasikan hasilnya.

G. Pengolahan Data

Pada pengolahan data, penulis menggunakan alat perangkat lunak,

sedangkan kuesioner yang telah diisi responden dikumpulkan dan

diperiksa kelengkapannya kemudian dilakukan tahap-tahap berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan, meliputi kelengkapan jawaban,

kejelasan jawaban, relevansi jawaban terhadap pertanyaan, dan

konsistensi antara jawaban pada isian kuisioner.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Kegiatan ini bertujuan untuk

merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau

Page 77: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

60

bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisis data menggunakan komputer

3. Entri data

Kegiatan memasukkan data yang terkumpul dari kuesioner

kedalam program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Cleaning data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahhan kode,

ketidaklengkapan untuk kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

(Notoatmodjo, 2010)

H. Analisa Data

Analisa data dibantu menggunakan perangkat lunak dengan analisa

yang digunakan adalah :

1. Analisa univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan untuk

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel

independen yaitu bentuk konformitas teman sebaya, dan variabel

dependenya adalah tipe perilaku merokok.

Page 78: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

61

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa data

yang digunakan menggunakan uji Chi-Square (X2), Derajat

kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan 5%, sehingga

jika nilai P (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan bermakna

(signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p value > 0,05

berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti.

(Dahlan, 2010)

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian

yang meliputi : (Hidayat, 2008)

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Peneliti memberikan lembar informed consent kepada siswa sebelum

mengisi kuesioner, tujuan dari informed consent adalah agar siswa

mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika siswa bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Namun jika siswa

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya dan tidak ada

paksaan.

2. Kerahasiaan (confidentially)

Etika penulisan bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden, melindungi, dan menghormati hak responden. Peneliti

Page 79: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

62

menjelaskan kepada siswa bahwa peneliti akan menjamin kerahasiaan

identitas siswa, dimana data-data yang diperoleh hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Tanpa nama (anonimity)

Peneliti tidak meminta siswa untuk menuliskan nama mereka.

Karena masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Page 80: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

63

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMAN 97 Jakarta ini berada di jalan Brigif 2 Kelurahan Jagakarsa,

Jakarta Selatan. SMAN 97 Jakarta didirikan pada tahun 1986 dan berfungsi

pada 17 Juli 1987. Pada awalnya gedung sekolah ini merupakan gedung

SMPN 254 Jakarta, namun karena banyaknya warga sekitar yang

mengusulkan agar gedung tersebut dirubah menjadi SMA, maka dibangunlah

gedung tersebut menjadi SMAN 97 Jakarta. Jumlah siswa keseluruhan pada

tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 1080 siswa. Sekolah ini memiliki 27 ruang

kelas dan terbagi menjadi kelas X, XI, dan XII. Fasilitas yang ada di sekolah

ini cukup lengkap diantaranya, UKS, perpustakaan, masjid, ruang audio

visual, laboraturium, green house, kantin dan lain-lain. Kegiatan

ektrakulikuler di SMAN 97 Jakarta adalah sepak bola, KIR, PMR, paskibra,

tari saman, bulutangkis, dan lain-lain.

Visi dari SMAN 97 Jakarta ini adalah “Meningkatkan Prestasi dalam

Bidang Akademik dan Non Akademik dengan Bertitik Tolak pada Iman dan

Taqwa”. Sedangkan misi dari sekolah ini yaitu melaksanakan pembelajaran

secara teratur dan efektif, mengadakan pembinaan olahraga dan seni

berprestasi, mengadakan kegiatan keagamaan secara teratur, terarah, terpadu,

dan kontinue, melaksanakan pembinaan disiplin melalui tata tertib yang tepat

dan konsisten, serta menumbuhkan rasa kecintaan tanah air dan bangsa

melalui kerja bakti sosial dan upacara bendera

Page 81: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

64

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian berdasarkan usia dan kelas anak.

1. Usia Remaja

Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan

usia.

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden

Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)

15 Tahun 23 28,4

16 Tahun 30 37,0

17 Tahun 16 19,8

18 Tahun 12 14,8

Total 81 100

Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden dalam penelitian ini

berusia 16 tahun (37%).

C. Analisis Univariat

Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen yaitu

konformitas teman sebaya dan variabel dependen yakni tipe perilaku merokok

yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.

1. Konformitas teman sebaya

Pada penelitian ini, nilai konformitas teman sebaya diperoleh

berdasarkan jumlah dari jawaban responden terhadap kuesioner

konformitas teman sebaya. Analisis univariat variabel konformitas teman

Page 82: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

65

sebaya pada siswa SMAN 97 Jakarta diperoleh hasil yang disajikan dalam

bentuk tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Konformitas

Teman Sebaya

Bentuk konformitas Frekuensi Presentase (%)

Acceptance 51 63

Compliance 30 37

Total 81 100

Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan bentuk

konformitas teman sebaya yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta, di

temukan bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam bentuk

konformitas acceptance, sebanyak 51 responden (63%).

2. Tipe Perilaku Merokok

Pada penelitian ini, nilai tipe perilaku merokok diperoleh berdasarkan

jumlah dari jawaban responden terhadap kuesioner tipe perilaku merokok.

Analisis univariat variabel tipe perilaku merokok pada siswa SMAN 97

Jakarta diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Distribusi Responden

berdasarkan Tipe Perilaku Merokok

Tipe Perilaku Merokok Frekuensi Presentase (%)

Positive affect smokers 27 33,3

Negative affect smokers 18 22,2

Addictive smokers 16 19,8

Pure habbits smokers 20 24,7

Total 81 100

Page 83: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

66

Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan tipe

perilaku merokok yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta, di temukan

bahwa mayoritas responden memiliki tipe perilaku merokok positive affect

smokers (33,3%).

D. Analisis Bivariat

Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji

hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen

adalah konformitas teman sebaya. Sedangkan variabel dependen adalah tipe

perilaku merokok.

Tabel 5.4 hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap tipe perilaku merokok pada siswa SMAN 97 Jakarta

Bentuk

Konformitas

teman

sebaya

Tipe perilaku merokok P

Addictive

smokers

Negative

affect smokers

Positive affect

smokers

Pure habbits

smokers

N % N % N % N % 0,404

Acceptance 8 15,7 14 27,5 17 33,3 12 23,5

Compliance 8 26,7 4 13,3 10 33,3 8 26,7

Total 16 19,8 18 22,2 27 33,3 20 24,7

Analisis hubungan antara konformitas teman sebaya terhadap tipe

perilaku merokok remaja di SMAN 97 Jakarta ini menggunakan uji Chi-

Square dengan α = 0,05. Dari hasil analisis didapatkan p value = 0,404

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok remaja

laki-laki di SMAN 97 Jakarta.

Selanjutnya akan dilihat hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap masing-masing tipe perilaku merokok.

Page 84: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

67

Tabel 5.5 hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap tipe perilaku merokok positive affect smokers

Bentuk

Konformitas teman

sebaya

Tipe perilaku merokok P OR

Positive affect

smokers

Other

N % N %

Acceptance 17 33,3 34 66,7 0,065 1

Compliance 10 33,3 20 66,7

Total 27 33,3 54 66,7

Dapat terlihat bahwa p value = 0,065 (p>0,05) dengan nilai OR=1.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok positive affect smokers

pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar 1 menunjukkan

siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance memiliki probabilitas

sebesar 50% untuk memiliki tipe perilaku merokok positive affect smokers.

Tabel 5.6 hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap tipe perilaku merokok Negative affect smokers

Bentuk

Konformitas

teman sebaya

Tipe perilaku merokok P OR

Negative affect

smokers

Other

N % N %

Acceptance 14 27,5 37 72,6 0,140 2,459

Compliance 4 13,3 26 86,7

Total 18 22,2 63 77,8

Dapat terlihat bahwa p value = 0,140 (p>0,05) dengan nilai

OR=2.459. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok negative

affect smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar

2.459 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance

Page 85: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

68

memiliki probabilitas sebesar 71% untuk memiliki tipe perilaku merokok

negative affect smokers.

Tabel 5.7 hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap tipe perilaku merokok Addictive smokers

Bentuk

Konformitas

teman sebaya

Tipe perilaku merokok P OR

Addictive smokers Other

N % N %

Acceptance 8 15,7 43 84,3 0,231 0,532

Compliance 8 26,7 22 73,3

Total 16 19,8 65 80,2

Dapat terlihat bahwa p value = 0,231 (p>0,05) dengan nilai

OR=0,532. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok

addictive smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR

sebesar 0,532 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas

acceptance memiliki probabilitas sebesar 34,7% untuk memiliki tipe perilaku

merokok addictive smokers.

Tabel 5.8 hubungan bentuk konformitas teman sebaya

terhadap tipe perilaku merokok Pure habbits smokers

Bentuk

Konformitas

teman sebaya

Tipe perilaku merokok P OR

Pure habbits

smokers

Other

N % N %

Acceptance 12 23,5 39 76,5 0,752 0,846

Compliance 8 26,7 22 73,3

Total 20 24,5 61 75,3

Dapat terlihat bahwa p value = 0,752 (p>0,05) dengan nilai

OR=0,846. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

Page 86: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

69

bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok pure

habbits smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar

0,846 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance

memiliki probabilitas sebesar 45,8% untuk memiliki tipe perilaku merokok

pure habbits smokers.

Page 87: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

70

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 97 Jakarta

yang berjenis kelamin laki-laki, berusia 15-18 tahun, merokok, dan tidak

mempunyai keluarga dirumah yang merokok selain dirinya. Jumlah

seluruh siswa laki-laki di SMAN 97 Jakarta sebanyak 555 siswa dan

semuanya berusia antara 15-18 tahun. Dari 555 siswa terdapat 358 siswa

yang merokok dan terdapat 136 siswa yang merokok dan tidak mempunyai

keluarga di rumah yang merokok selain dirinya. Jadi jumlah responden

yang ada sudah mencukupi perhitungan responden yaitu sebanyak 81

siswa. Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 16 tahun dan

berada dikelas XI.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran bentuk konformitas teman sebaya pada remaja laki-laki di

SMAN 97 Jakarta

Berdasarkan bentuk konformitas yang telah dikatakan oleh

Myers, maka bentuk konformitas pada siswa SMAN 97 Jakarta dapat

dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu compliance dan acceptance.

Untuk bentuk konformitas compliance, individu mengubah perilakunya

didepan publik agar sesuai dengan kelompoknya, tetapi secara diam-

diam tidak mengubah pendapat pribadinya. Keseragaman perilaku yang

ditunjukan pada konformitas compliance ini dilakukan individu untuk

Page 88: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

71

mendapat hadiah, pujian, rasa penerimaan, serta menghindari hukuman

dari kelompok (Butler, 2006). Sedangkan bentuk konformitas

acceptance, individu menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun

perilakunya didepan publik agar sesuai dengan kelompoknya, namun

perubahan keyakinan maupun perilaku individu terjadi apabila dirinya

sungguh-sungguh percaya bahwa kelompok memiliki opini atau

perilaku yang benar dan sesuai dengan kepercayaan yang ia miliki.

Kurangnya informasi yang didapat individu juga dapat menyebabkan

individu melakukan konformitas acceptance (Stangor, 2004).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa

SMAN 97 Jakarta melakukan bentuk konformitas acceptance (63%).

Hasil ini sama dengan hasil penelitian Indriya & Nindiyati (2013)

terhadap remaja usia 15-18 tahun yang menunjukkan bahwa mayoritas

remaja melakukan bentuk konformitas acceptance. Mayoritas siswa

SMAN 97 Jakarta mempunyai bentuk konformitas acceptance karena

mereka menganggap kelompoknya sebagai sumber informasi yang

mereka perlukan, mereka tidak begitu percaya diri terhadap

pengetahuan yang dimilikinya sehingga cenderung mempercayai apa

yang dilakukan kelompoknya dan mengikutinya. Mereka juga

menganggap apa yang dikatakan atau dilakukan kelompoknya masih

sesuai dengan apa yang mereka percayai dalam dirinya sendiri, jadi

mereka dengan senang hati mengikuti aturan dalam kelompok dan

merasa nyaman berada dalam kelompok tersebut.

Page 89: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

72

2. Gambaran tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97

Jakarta

Tomkins (dalam Aula 2010) menyebutkan terdapat empat tipe

perilaku merokok, yaitu positive affect smokers, negative affect

smokers, addictive smokers, dan pure habbits smokers. Hasil penelitian

tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta

menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tipe perilaku merokok

positive affect smokers (33,3%). Ini berarti para siswa cenderung

merokok karena ingin merasakan kesenangan atau kenikmatan yang

didapat ketika merokok, mereka juga cenderung lebih senang merokok

saat mereka sedang merasa senang atau bahagia, hal ini dilakukan untuk

meningkatkan kesenangan yang sudah didapatkannya. (Tomkins dalam

Aula 2010). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

Nurlailah (2010) yang menyebutkan bahwa tipe perilaku merokok yang

tejadi pada remaja kebanyakan adalah negative affect smokers, yaitu

ingin menghilangkan rasa cemas, tegang, stress, dan ingin mengatasi

masalah yang sedang dihadapi, sehingga merokok merupakan cara

untuk menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.

Mayoritas siswa SMAN 97 Jakarta memiliki tipe perilaku

merokok positive affect smokers, karena mereka biasanya merokok

hanya ketika berada diluar rumah terutama saat sedang bersama

temannya dan merasa nyaman bersama teman-temannya sesama

perokok. Mereka biasa berkumpul dengan teman-temannya sepulang

sekolah dan merokok bersama. Tidak jarang juga mereka merokok di

Page 90: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

73

lingkungan sekolah karena jarang ada pemeriksaan, mereka biasa

merokok disekolah di tempat-tempat yang tersembunyi. Mereka merasa

lebih tenang dan senang ketika sedang merokok, walaupun hanya

dengan memegang rokoknya saja.

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Chi-square karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara

konformitas acceptance terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki di

SMAN 97 Jakarta. Hasil uji Chi-square pada penelitian ini didapatkan

tingkat signifikan (p) 0,404. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok

remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta.

Hal ini tidak sama dengan hasil dari beberapa penelitian yang

dilakukan oleh Pertiwi (2009) yang menyebutkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara konformitas teman sebaya dengan

perilaku merokok remaja. Begitu juga dengan hasil penelitian Iqbal (2008)

yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

faktor teman dengan perilaku merokok. Hal ini karena dalam penelitian ini

yang di teliti adalah bentuk konformitasnya.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk konformitas

teman sebaya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tipe

perilaku merokok. Hal ini terjadi karena bentuk konformitas, baik

acceptance maupun compliance sama-sama tidak mempunyai pengaruh

terhadap tipe perilaku merokok yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta.

Page 91: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

74

Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas siswa yang memiliki bentuk

konformitas acceptance termasuk dalam tipe perilaku merokok positive

affect smokers (33,3%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMAN 97

Jakarta merokok untuk menyenangkan perasaan mereka dan melakukan

konformitas dengan menganggap bahwa kelompoknya memiliki nilai-nilai

yang sesuai dengan dirinya sehingga mereka bersedia merubah sikap dan

perilakunya agar sesuai dengan kelompoknya tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa

mempunyai bentuk konformitas acceptance yang berarti bahwa siswa

membutuhkan informasi dari temannya dan percaya terhadap temannya.

Hal ini sesuai dengan peryataan Soetjiningsih (2007), bahwa pada tahap

remaja pertengahan, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang menyukainya. Namun remaja berada dalam

kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis

atau materialis dan sebagainya (sooetjiningsih, 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk konformitas teman

sebaya tidak berpengaruh pada tipe perilaku merokok pada remaja. Hal ini

dapat disebabkan masih banyak faktor-faktor lingkungan dan faktor lain

yang dapat mempengaruhi remaja merokok. Andika (2010) menyebutkan

bahwa faktor lain yang dapat menyebabkan remaja merokok adalah

semakin cepatnya perkembangan teknologi sehingga remaja sulit

melakukan seleksi terhadap informasi dari luar, kurangnya sarana yang

dapat memfasilitasi remaja untuk menyalurkan hobinya, adanya konflik-

Page 92: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

75

konflik dalam diri remaja yang membuat remaja frustasi dan depresi yang

menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan

negatif.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan beberapa

keterbatasan penelitian, diantaranya, yaitu :

1. Pertama, peneliti memodifikasi sendiri kuesioner dari penelitian

terdahulu, karena belum ada kuesioner yang membagi secara spesifik

tentang bentuk konformitas dan tipe perilaku merokok

2. Kedua, dari hasil uji validitas kuesioner juga masih banyak item yang

tidak valid sehingga peneliti perlu mengeleminasi item yang tidak

valid agar kuesioner tetap bisa digunakan.

Page 93: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

76

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang

diperoleh di SMAN 97 Jakarta Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan

bahwa mayoritas siswa perokok pada penelitian ini berusia 16 tahun dan

berada di kelas XI. Bentuk konformitas yang ada pada siswa SMAN 97

Jakarta sebagian besar adalah bentuk konformitas acceptance, yaitu

sebanyak 51 responden (63 %). Untuk tipe perilaku merokok pada siswa

SMAN 97 Jakarta sebagian besar menunjukkan tipe perilaku merokok

positive affect smokers sebanyak 27 responden (33,3 %). Hasil penelitian

ini menunjukkan tidak ada hubungan antara bentuk konformitas teman

sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia

pertengahan di SMAN 97 Jakarta dengan p value = 0,404.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

memberikan pelayanan keperawatan baik anak ataupun komunitas

berupa pendidikan kesehatan kepada para remaja usia sekolah yang

merokok supaya tahu mengenai bahaya dan kerugian merokok,

sehingga anak termotivasi untuk berhenti dan tidak merokok.

Page 94: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

77

2. Bagi SMAN 97 Jakarta

Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar atau masukan untuk

pengembangan dan penerapan layanan bimbingan konseling serta

mengadakan pertemuan rutin dengan wali siswa untuk membahas

terkait perilaku merokok yang rentan terjadi pada anak remaja.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan masukan orang tua untuk

lebih memperhatikan pergaulan anaknya agar tidak terpengaruh hal-hal

yang tidak baik, serta selalu memberikan contoh sikap dan perilaku

yang baik kepada anaknya.

4. Peneliti Selanjutnya

Penelitan selanjutnya dapat menambahkan responden perempuan,

karena sudah banyak juga perempuan yang merokok,

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tipe

perilaku merokok atau hubungan bentuk konformitas dengan yang

lainnya. Selain itu dapat juga mengambil responden dengan rentang

usia yang lebih muda.

Page 95: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA

Andriani & Ni’matuzahroh. (2013). Konsep Diri dengan Konfromitas pada

Komunitas Hijabers. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1) 108-123

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Aula, E. L. (2010). Stop Merokok. Yogyakarta: Garailmu

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badriah, F. (2003). Boyz Only. Jakarta: Gema Insani Press

Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC

Butler, L. H. (2006). Liberating our dignity, saving our souls: America

Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:

Salemba Medika

. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo

Depkes RI. (2010). Tabel Riskesdas 2010. Diperoleh dari

www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/TabelRiskesdas2010

Depkes RI. (2012). Anak dan Remaja Rentan Menjadi Perokok Pemula. Diperoleh

dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2050

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka

Pelajar

Dewi, N. C. (2008). Remaja Putri Indonesia Merokok karena Ingin Langsing.

Diperoleh dari

http://news.detik.com/read/2008/08/27/163858/995733/10/remaja-putri-

indonesia-merokok-karena-ingin-langsing.

Febrina. (2012). Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Skripsi.

Jurusan psikologi USU: Tidak diterbitkan

GTSSData. (2012). Global Youth Tobacco Survey. Diperoleh dari

www.cdc.gov/tobacco/global/

Gunarsa, Y.S. D. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Libri

Hendriati, A. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya

Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung:

Refika Aditama

Page 96: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Herijulianti, E. (2002). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Husaini, A. (2007). Tobat Merokok. Jakarta: Pustaka IIman

Indria, K., & Nindyati, A. D. (2007). Kajian konformitas dan kreativitas affective

remaja. Jurnal provitae. 3(1), 97-100

Iqbal, M.F. (2008). Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW.22 Kelurahan

Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008. Skripsi. Jurusan

Kesehatan Masyarakat UI: Tidak diterbitkan

Jampes, S. I. (2009). Kitab Kopi dan Rokok untuk para Pecandu Rokok dan

Penikmat Kopi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren

Kemala, I & Hasnida. (2005). Hubungan Stres dengan Perilaku Merokok pada

Remaja Laki-laki. Psikologi. 1(2)

Komalasari, D & Helmi, A F. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok

pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Kumboyono. Hubungan Perilaku Merokok Dan Motivasi Belajar Anak Usia

Remaja Di Smk Bina Bangsa Malang. Majalah kesehatan fkub. Diperoleh

dari http://ejournal.umm.ac.id

Laurens, J. M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo

Machfoedz, I. (2008). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,

Kebidanan, dan Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya

Maryanah, S. (2006). Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pada

Remaja Awal Siswa MTS Al Hidayah Depok. Skripsi. Jurusan Psikologi

UI: Tidak diterbitkan

Monks, F. J. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mutadin, Z. (2002). Remaja & Rokok. Diperoleh dari http://www.e-

psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=379

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta

Page 97: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Nurlailah, N. (2010). Hubungan antara Persepsi tentang Dampak Merokok

terhadap Kesehatan dengan Tipe Perilaku Merokok Mahasiswa

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jurusan

Psikologi UIN Jakarta: Tidak diterbitkan

Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Permata, M.D. (2000). Hubungan antara Konformitas dengan Berpacaran pada

Remaja di SMUN 34 Jakarta. Skripsi. Jurusan Psikologi UI: Tidak

diterbitkan

Pertiwi, A.K. (2009). Hubungan antara Konformitas Kelompok dengan Perilaku

Merokok pada Remaja. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang: Tidak diterbitkan

Pitaloka, A . (2006). Moral Exclusion dan Rokok. Diperoleh dari http://www.e-

psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=266

Prasasti, R.A.N. (2011). Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan

Perilaku Merokok pada Remaja Akhir. Skripsi. Jurusan Psikologi UIN

Jakarta: Tidak diterbitkan

Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Redaksi plus. (2007). Stop Rokok. Jakarta: Penebar Swadaya

Rosdiana . (2011). Dinamika Perilaku Merokok Remaja Ditinjau dari Pengaruh

Teman Sebaya dan Terpaan Iklan Rokok. Skripsi. Jurusan Psikologi UI:

Tidak diterbitkan

Rosmala. (2003). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada

Siswa SMP As-Syafiah. Skripsi. Jurusan Psikologi UI: Tidak diterbitkan

Sa’diah, L. N. (2007). Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kepercayaan

Diri Siswa. Skripsi. Jurusan Psikologi UIN Malang: Tidak diterbitkan

Santrock, J. W . (2007). Remaja jilid 2. Jakarta: Erlangga

. (2007). Remaja jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Sastroasmoro & Ismail, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

Jakarta: Sagung Seto

Sears, D. O. (2010). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sirait, A. M. (2002). Perilaku Merokok di Indonesia. Penelitian Kesehatan. 30(3),

139-150

Page 98: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto

Stangor, C. (2004). Social group in action and interaction. USA: Taylor and

francise book inc.

Sudarma, M. (2009). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Sudarsono. (2012). Kenakalan remaja: prevensi, rehabilitasi, dan resosialisasi.

Jakarta: Rineka Cipta

Sulastomo, E. (2013). Persepsi Merokok di Kalangan Siswa SMK. Jurnal

Eduhealth. 3(1)

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta: EGC

Suryawati, J & Maryati, K. (2006). Sosiologi. Jakarta: Erlangga

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:

Nuha Medika

TCSC Indonesia. (2012). Masalah Rokok di Indonesia. Diperoleh dari http://tcsc-

indonesia.org/wp-content/uploads/2012/10/

TCSC Indonesia. (2012). Siswa SMA dan SMP di Yogyakarta Merokok karena

Coba-coba. Diperoleh dari http://tcsc-indonesia.org/?p=1523

WHO. (2012). Tobacco Surveillance. Diperoleh dari

www.who.int/tobacco/surveillance/gyts/

Widodo, M. (2008). Perilaku Merokok pada Mahasiswi Ditinjau dari

Konformitas. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang: Tidak diterbitkan

Zebua, A.S & Nurdjayanti, R.D. (2001). Hubungan Antara Konformitas Dengan

Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis.

3(6)

Page 99: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 1

Lembar persetujuan menjadi responden

Judul penelitian : Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap

Tipe Perilaku Merokok

pada RemajaLaki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97

Jakarta

Peneliti : Sih Utami Sri Hartati

NIM : 109104000027

Saya yang bertanda tangan di bawah ini setelah membaca dan memahami

penjelasan penelitian, menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian

dengan judul penelitian “Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya

terhadap Tipe Perilaku Merokok pada RemajaLaki-laki Usia Pertengahan di

SMAN 97 Jakarta ”. Tanda tangan saya menyatakan bahwa saya telah diberi

informasi dan memutuskan untuk mengisi kuisioner.

Saya memahami bahwa data yang dihasilkan adalah rahasia dan hanya

digunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan Ilmu Keperawatan dan

tidak merugikan saya.

Apakah anda bersedia menjadi responden?

(YA/TIDAK)

Responden

(inisial nama………………………)

Page 100: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 2

Kode Responden : ____________

(diisi oleh peneliti)

Lembar Kuisioner

A. Data Demografi

Petunjuk pengisian

a. Isilah dengan pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda.

b. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan kuesioner ini, dapat meminta

penjelasan kepada peneliti.

c. Setelah selesai mengisi kuesioner ini, segera serahkan kembali kepada peneliti.

d. SELAMAT MENGISI……!!!!

1. Berapa usia Anda?

a. 15 tahun

b. 16 tahun

c. 17 tahun

d. 18 tahun

2. Kelas berapa Anda ?

a. X

b. XI

c. XII

Page 101: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 2

Petunjuk pengisian

a. Isilah dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai

dengan keadaan saudara, apabila jawwaban belum sesuai maka berilah dua garis (=)

pada jawaban anda sebelumnya, kemudian beri tanda ceklis (√) pada jawaban sausara

yang telah sesuai

Contoh :

No. Peryataan Sangat

tidak

setuju

(STS)

Tidak

setuju

(TS)

Setuju (S) Sangat

setuju

(SS)

1. Saya terbiasa olahraga setiap pagi √

Pada contoh, jawaban yang diberi tanda ceklis (√) adalah S (Setuju). Dengan demikian

anda setuju bahwa peryataan tersebut mencerminkan diri anda.

B. Konformitas Teman Sebaya

No Peryataan Pilihan jawaban

SS S TS STS

1. Saya menerima informasi yang saya butuhkan dari

kelompok

2. Apabila teman membolos, saya juga ikut membolos

3. Saya merasa nyaman di dalam kelompok

4. Saya yakin informasi yang dikatakan oleh kelompok

benar

5. Saya melakukan hal yang sama dengan yang

dilakukan kelompok

6. Saya mengikuti perintah kelompok

7. Saya lebih nyaman dengan teman di luar kelompok

8. Saya menerima saran dari kelompok

Page 102: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 2

9. Yang dilakukan kelompok tidak bermanfaat bagi

saya

10. Saya yakin dengan pendapat saya sendiri

11. Anggota yang tidak menerima keputusan akan

dimusuhi

12. Saya puas dengan pengetahuan yang saya miliki

sekarang

13. Saya sulit menerima keputusan kelompok

14. Saya melakukan sesuatu atas kemauan saya sendiri

15. Saya pernah melanggar aturan yang telah disepakati

kelompok

16. Saya tidak sepenuhnya setuju dengan keputusan

kelompok

Page 103: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 2

C. Tipe Perilaku Merokok

No Peryataan Pilihan jawaban

SS S TS STS

1. Saya merokok ketika sedang santai

2. Saya merokok agar tidak mudah terpancing emosi

3. Saya membawa rokok kemanapun saya pergi

4. Saya merokok di setiap saya beraktivitas

5. Saya merokok ketika sedang senang

6. Ketika saya sedang sedih, rokok dapat membuat saya

lebih baik

7. Jumlah rokok yang saya hisap bertambah setiap hari

8. Rokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup saya

9. Saya merasa tenang ketika merokok

10. Saat patah hati saya akan merokok

11. Saya rela pergi ke warung untuk membeli rokok

sekalipun hujan deras

12. Saya terbiasa merokok dimanapun saya berada

13. Saya suka memainkan rokok dengan jari-jari saya

14. Ketika marah saya akan merokok

15. Saya lebih baik tidak makan daripada tidak merokok

16. Rokok sudah menjadi teman saya sehari-hari

17. Merokok membuat saya lebih semangat

18. Tanpa rokok pun saya dapat mengatasi kegelisahan

saya

19. Saya tidak peduli jika persediaan rokok saya habis

20. Saya tidak sadar telah menghisap banyak rokok

setiap hari

21. Saya tidak merokok setelah makan atau minum kopi

22. Saya tetap cemas sekalipun saya merokok

Page 104: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 2

23. Saya tidak mau ketergantungan dengan rokok

24. Merokok membuat saya tidak percaya diri

25. Merokok tidak dapat meredakan amarah saya

26. Saya tidak merokok setiap hari

27. Saya merokok di saat-saat tertentu saja

28. Saat sedih saya lebih senang cerita dengan teman

daripada merokok

29. Saya tidak memasukkan rokok kedalam daftar barang

yang harus saya beli

30. Saya tidak merayakan keberhasilan dengan merokok

31. Saya tidak suka rokok yang memberikan efek yang

lebih berat dari rokok yang sebelumnya

32. Saya tidak merokok ketika beraktivitas

Page 105: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

Hasil uji validitas dan reliabilitas

A. Konformitas

Sebelum item tidak valid dieliminasi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.771 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

A1 46.07 45.720 .389 .762

A2 46.33 42.575 .364 .763

A3 46.27 43.995 .660 .745

A4 45.17 47.661 .217 .768

A5 46.17 45.178 .432 .756

A6 46.67 46.230 .368 .762

A7 46.57 44.668 .458 .754

A8 46.27 43.995 .660 .745

A9 46.20 41.752 .422 .756

A10 45.33 45.471 .368 .759

A11 46.73 49.651 -.035 .785

A12 46.13 50.809 -.138 .789

A13 46.87 45.361 .389 .758

Page 106: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

A14 47.07 45.513 .379 .759

A15 46.50 43.845 .414 .755

A16 46.27 43.995 .660 .745

A17 46.70 43.803 .528 .748

A18 46.47 46.051 .396 .762

A19 46.33 52.506 -.276 .800

A20 46.47 42.947 .510 .748

Item tidak valid nomor : 4, 11, 12, 19

Setelah item valid dieleminasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.895 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

A1 34.20 54.648 .563 .888

A2 33.80 52.786 .595 .887

A3 33.60 55.145 .642 .887

A5 33.50 54.810 .579 .888

A6 33.60 55.145 .642 .887

A7 33.90 55.955 .440 .893

A8 33.60 55.145 .642 .887

A9 33.53 52.051 .453 .898

A10 34.20 54.648 .563 .888

A13 34.20 54.648 .563 .888

A14 34.40 56.662 .383 .895

A15 33.50 54.810 .579 .888

A16 34.03 53.551 .642 .886

Page 107: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

A17 34.03 53.551 .642 .886

A18 33.60 55.145 .642 .887

A20 33.80 52.786 .595 .887

B. Tipe perilaku merokok

Sebelum item tidak valid dieliminasi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.915 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

B1 91.13 217.085 .431 .913

B2 90.27 222.616 .448 .912

B3 90.67 218.782 .627 .910

B4 91.00 220.966 .528 .911

B5 90.57 222.944 .432 .913

B6 90.37 221.964 .391 .913

B7 90.87 219.913 .554 .911

B8 90.57 219.702 .514 .912

B9 90.17 224.075 .442 .913

B10 91.17 219.730 .513 .912

Page 108: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

B11 90.87 219.016 .561 .911

B12 91.13 217.499 .740 .909

B13 91.13 217.499 .740 .909

B14 90.57 218.806 .581 .911

B15 91.17 219.730 .513 .912

B16 90.37 219.964 .544 .911

B17 90.50 229.017 .156 .916

B18 90.87 229.568 .151 .916

B19 91.07 230.064 .136 .916

B20 90.17 232.213 .070 .916

B21 90.37 222.723 .527 .912

B22 90.57 219.633 .401 .913

B23 90.77 225.151 .382 .913

B24 90.37 222.723 .527 .912

B25 90.93 217.099 .710 .909

B26 90.37 223.757 .406 .913

B27 90.90 220.507 .540 .911

B28 90.33 241.057 -.294 .922

B29 90.37 222.309 .472 .912

B30 91.10 222.714 .378 .914

B31 90.57 218.806 .581 .911

B32 91.03 224.240 .510 .912

B33 90.50 225.500 .320 .914

B34 90.73 219.513 .511 .912

B35 90.50 225.500 .320 .914

B36 90.93 217.099 .710 .909

B37 90.60 221.834 .454 .912

B38 90.50 225.500 .320 .914

B39 91.13 225.913 .398 .913

B40 91.13 217.499 .740 .909

Item tidak valid nomor : 17, 18, 19, 20, 28, 33, 35, dan 38

Page 109: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.937 32

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

B1 71.47 197.223 .426 .938

B2 70.60 204.179 .362 .937

B3 71.00 200.138 .558 .935

B4 71.33 197.816 .669 .934

B5 70.90 197.955 .652 .934

B6 70.70 199.390 .482 .936

B7 71.20 199.821 .552 .935

B8 70.90 199.266 .526 .935

B9 70.50 203.500 .454 .936

B10 71.13 203.775 .408 .936

B11 71.20 194.648 .750 .933

B12 70.80 203.890 .376 .937

B13 70.90 197.955 .652 .934

B14 71.47 196.947 .768 .933

B15 71.50 198.121 .575 .935

B16 70.70 201.872 .451 .936

B21 70.87 203.637 .413 .936

B22 71.47 196.947 .768 .933

B23 71.27 197.306 .699 .933

B24 70.70 202.976 .498 .935

B25 71.20 194.648 .750 .933

Page 110: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 3

B26 70.70 203.390 .408 .936

B27 71.23 200.185 .547 .935

B29 70.70 203.321 .412 .936

B30 71.47 196.947 .768 .933

B31 70.90 200.576 .497 .935

B32 71.37 204.447 .476 .936

B34 71.07 200.133 .479 .936

B36 71.27 197.306 .699 .933

B37 70.93 203.099 .387 .937

B39 71.47 205.085 .422 .936

B40 71.47 196.947 .768 .933

Page 111: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Data Demografi

1. Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15 23 28.4 28.4 28.4

16 30 37.0 37.0 65.4

17 16 19.8 19.8 85.2

18 12 14.8 14.8 100.0

Total 81 100.0 100.0

2. Kelas

Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid X 26 32.1 32.1 32.1

XI 28 34.6 34.6 66.7

XII 27 33.3 33.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

Page 112: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Analisa Univariat

1. Bentuk konformitas teman sebaya

Bentuk Konformitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Acceptance 51 63.0 63.0 63.0

Compliance 30 37.0 37.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

2. Tipe perilaku merokok

Tipe Perilaku Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Addictive Smokers 16 19.8 19.8 19.8

Negative Affect Smokers 18 22.2 22.2 42.0

Positive Affect Smokers 27 33.3 33.3 75.3

Pure Habbits Smokers 20 24.7 24.7 100.0

Total 81 100.0 100.0

Page 113: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Analisa bivariat

Konformitas * Tipe Perilaku Merokok Crosstabulation

Tipe Perilaku Merokok

Total

Addictive

Smokers

Negative Affect

Smokers

Positive Affect

Smokers

Pure Habbits

Smokers

Konformitas Acceptance Count 8 14 17 12 51

Expected Count 10.1 11.3 17.0 12.6 51.0

Compliance Count 8 4 10 8 30

Expected Count 5.9 6.7 10.0 7.4 30.0

Total Count 16 18 27 20 81

Expected Count 16.0 18.0 27.0 20.0 81.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.922a 3 .404

Likelihood Ratio 3.018 3 .389

N of Valid Cases 81

Page 114: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.922a 3 .404

Likelihood Ratio 3.018 3 .389

N of Valid Cases 81

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 5.93.

Konformitas * Tipe Perilaku Merokok Crosstabulation

Merokok

Total

Addictive

Smokers

Negative Affect

Smokers

Positive Affect

Smokers

Pure Habbits

Smokers

Konformitas Acceptance Count 8 14 17 12 51

% within Konformitas 15.7% 27.5% 33.3% 23.5% 100.0%

Compliance Count 8 4 10 8 30

% within Konformitas 26.7% 13.3% 33.3% 26.7% 100.0%

Total Count 16 18 27 20 81

% within Konformitas 19.8% 22.2% 33.3% 24.7% 100.0%

Parameter Estimates

Page 115: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Page 116: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Konformitas dan positive affect smokers

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.998a 1 .065

Continuity Correctionb 1.768 1 .354

Likelihood Ratio 2.527 1 .232

Fisher's Exact Test .194 .594

Linear-by-Linear Association 2.901 1 .178

N of Valid Cases 81

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for bentuk

konformitas (acceptance /

compliance)

1.000 .384 2.603

For cohort tipe merokok =

positive affect smokers

1.000 .528 1.892

For cohort tipe merokok =

other

1.000 .727 1.376

N of Valid Cases 81

Page 117: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

konformitas dan negative affect smokers

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.178a 1 .140

Continuity Correctionb 1.438 1 .230

Likelihood Ratio 2.307 1 .129

Fisher's Exact Test .174 .114

Linear-by-Linear Association 2.151 1 .142

N of Valid Cases 81

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.67.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for bentuk

konformitas (acceptance /

compliance)

2.459 .727 8.324

For cohort tipe merokok =

negative affect smokers

2.059 .746 5.684

For cohort tipe merokok =

other

.837 .672 1.043

N of Valid Cases 81

Page 118: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Konformitas dan addictive smokers

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.437a 1 .231

Continuity Correctionb .828 1 .363

Likelihood Ratio 1.401 1 .237

Fisher's Exact Test .258 .181

Linear-by-Linear Association 1.419 1 .234

N of Valid Cases 81

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.93.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for bentuk

konformitas (acceptance /

compliance)

.846 .300 2.385

For cohort tipe merokok =

Pure habbits smokers

.882 .407 1.911

For cohort tipe merokok =

other

1.043 .801 1.358

N of Valid Cases 81

Page 119: HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24102/1/SIH... · PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN DI SMAN 97 JAKARTA. SKRIPSI

Lampiran 4

Konformitas dan pure habbits smokers

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .100a 1 .752

Continuity Correctionb .002 1 .961

Likelihood Ratio .099 1 .753

Fisher's Exact Test .793 .476

Linear-by-Linear Association .099 1 .753

N of Valid Cases 81

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.41.

b. Computed only for a 2x2 table