HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA...
Transcript of HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA...
HUBUNGAN BENTUK KONFORMITAS TEMAN
SEBAYA TERHADAP TIPE PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA PERTENGAHAN
DI SMAN 97 JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
SIH UTAMI SRI HARTATI
109104000027
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sih Utami Sri Hartati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Juni 1992
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. M.Saun Gg. Sidan rt 04/01, Tanah Baru Depok
16426
Telepon : 085693458058
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Depok Baru 5 [1997-2003]
2. SMP Negeri 131 Jakarta [2003-2006]
3. SMA Negeri 97 Jakarta [2006-2009]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era” tahun 2009
2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada tahun 2009
vi
3. Seminar “Produk yang Aman, Bergizi dan Halal untuk Kemandirian
Bangsa” tahun 2009
4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada tahun 2009
5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” tahun 2010
6. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment
Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The
Future” tahun 2011
7. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”
tahun 2012
8. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012
9. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan
Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan
Global” tahun 2012
10. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam
Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
11. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco”
tahun 2010
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Oktober 2013
Sih Utami Sri Hartati, NIM: 109104000027
Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku
Merokok pada Remaja Laki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97 Jakarta
xvi + 77 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 4 lampiran
ABSTRAK
Masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mengalami transisi dari
anak-anak menuju ke dewasa baik dari segi fisik maupun psikologis. Dalam masa
remaja ini, biasanya timbul masalah-masalah yang kompleks, yang berkaitan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, dan masalah yang paling
sering terjadi pada remaja adalah perilaku merokok. Jumlah perokok di Indonesia
terutama remaja meningkat setiap tahunnya, tercatat sebanyak 65,9% remaja laki-
laki dan 4,5% remaja perempuan merupakan perokok. Banyak alasan yang
melatarbelakangi seorang remaja merokok, salah satunya adalah faktor
lingkungan yaitu teman sebaya. Teman sebaya memegang peranan yang sangat
besar dalam kehidupan remaja. Agar tetap diterima dalam kelompoknya, remaja
selalu berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dan menyamakan pendapatnya
dengan kelompoknya sehingga terjadilah konformitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bentuk konformitas
terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Jenis
penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan
pada 81 remaja laki-laki usia 5-18 tahun pada bulan Agustus-September 2013.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner konformitas dan tipe perilaku
merokok. Hasil uji instrumen penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,895
untuk konformitas dan 0,937 untuk tipe perilaku merokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa mempunyai bentuk
konformitas acceptance (63%) dan termasuk ke dalam tipe perilaku merokok
positive affect smokers (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square
dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki usia
pertengahan di SMAN 97 Jakarta (p value=0,404). Berdasarkan penelitian ini,
sekolah dapat melakukan pendekatan konseling, menambah kegiatan
ekstrakulikuler, dan kampanye anti rokok kepada siswa agar tidak semakin
banyak remaja yang merokok.
Kata kunci : bentuk konformitas, tipe perilaku merokok, remaja laki-laki
Daftar bacaan : 68 (2000-2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduates Thesis, October 2013
Sih Utami Sri Hartati, NIM: 109104000027
Relationships between Form of Conformity with The Type of Smoking
Behavior in Middle Adolescent Boys in SMAN 97 Jakarta
xvi + 77 pages + 13 tables + 2 charts + 4 attachments
ABSTRACT
Adolescence is transition period from children to adults both of physical and
psychological. In adolescence, usually arising problems, related to the changes
that occur in adolescents, and the common problem in adolescence are smoking
behavior. According to number of adolescence smokers in Indonesia always
increasing every year, there were 65.9 % boys and 4.5 % girls were smokers.
Many reasons behind a smoking teen, one of which is that environmental factors
peers. Peers influence very much in teenage life. In order to be accepted among
peers, adolescence are always trying to adjust and equalize their opinions with the
group so that there was conformity.
This study is to determine the relationship between form of conformity with the
type of smoking behavior in middle adolescent boys at SMAN 97 Jakarta. This
type of research is a cross-sectional quantitative approach conducted on 81 boys
aged 15-18 years old on August-September 2013. Data were collected by using
questionnaires form of conformity and type of smoking behavior. The test results
showed the reliability of the research instruments was 0.895 for peer conformity
and 0.937 for the type of smoking behavior
The results showed that the majority of students have a form of conformity
acceptance (63 %) and belong to the type of positive affect smokers (33.3 %).
Results of statistical tests using the chi - square test with α = 0.05 obtained results
that there is no significant correlation between peer conformity to the type of
smoking behavior in middle adolescent boys at SMAN 97 Jakarta ( p value =
0.404) . Based on this study, the school may approach counseling, adding
extracurricular activities and anti-smoking campaigns to the students, so the
number of smoking adolescence can be decreased.
Keywords : conformity form, the type of smoking behavior , adolescence boys
References: 68 (2000-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang. Puji syukur atas nikmat dan kebesaran-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Konformitas
Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki Usia
Pertengahan di SMAN 97 Jakarta” yang disusun dan diajukan sebagai salah
satu persyaratan untuk memeperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.
Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai
pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. DR. dr (hc) M. K. Tadjuddin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku pembimbing pertama yang
telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk meberikan
bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun
skripsi.
4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing kedua yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan
memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.
5. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang
selalu meberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di Program
Studi Ilmu Keperawatan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis.
7. Ucapan terimakasihku yang teristimewa kepada keluarga, terutama orang tua
penulis yang tercinta (Soegardjito dan Dra. Nur Asih Pudjiastuti MPd) yang
selalu mendoakan anaknya serta memberikan dorongan baik materi maupun
moril dan kakak penulis yang tercinta (Rd. Nugroho Adi Suhandono SE)
yang selalu meberikan support dan doa.
8. Sahabatku “Land-J” (Nurqom, Eryn, Sandra, Nurul, Novia, Fifo, dan
Nining) yang selalu memberikan dukungan dan masukan yang berharga.
9. Teman-teman satu pembimbing (Ari, Etika, Dewi) yang berjuang bersama
untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih atas dukungan kalian.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi sampai
kapanpun, memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan banyak
menginspirasi saya.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna kerena
keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. semoga rahmat
Allah SWT selalu tercurah untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, Oktober 2013
Sih Utami Sri Hartati
xii
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN ...................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
LEMBAR PERYATAAN .................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................6
C. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................8
1. Tujuan Umum .....................................................................................8
2. Tujuan Khusus ....................................................................................8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................8
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................10
A. Remaja .....................................................................................................10
1. Pengertian remaja .............................................................................10
2. Ciri-ciri umum masa remaja .............................................................12
3. Tugas perkembangan remaja ............................................................17
4. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja .....................................20
5. Karakteristik ana usia sekolah menengah atas (SMA) .....................22
B. Konformitas Teman Sebaya ....................................................................23
1. Pengertian teman sebaya ..................................................................23
2. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya ..........................................24
3. Konformitas teman sebaya ...............................................................25
4. Fungsi teman sebaya ........................................................................29
5. Perkembangan sosial remaja ............................................................31
6. Remaja dan kelompok sebaya ..........................................................32
xiii
C. Perilaku merokok ....................................................................................33
1. Pengertian perilaku ...........................................................................33
2. Perilaku merokok .............................................................................35
3. Tipe perilaku merokok .....................................................................35
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok ........................37
D. Penelitian terkait ......................................................................................39
E. Kerangka Teori ........................................................................................41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..........42
A. Kerangka konsep .....................................................................................42
B. Hipotesis Penelitian .................................................................................43
C. Definisi Operasional ................................................................................44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................47
A. Desain Penelitian……………………………………. ............................47
B. Lokasi dan waktu penelitian ....................................................................47
C. Populasi, sampel, dan teknik sampling ...................................................48
D. Instrument pengumpulan data .................................................................52
E. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen ...........................................55
F. Tahapan penelitian ..................................................................................58
G. Pengolahan data .......................................................................................59
H. Analisa data .............................................................................................60
I. Etika penelitian ........................................................................................61
BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................63
A. Gambaran umum temmpat penelitian .....................................................63
B. Karakteristik responden ...........................................................................64
C. Analisa univariat .....................................................................................64
D. Analisa bivariat .......................................................................................66
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................70
A. Karakteristik responden ...........................................................................70
B. Analisa univariat .....................................................................................70
C. Analisa bivariat .......................................................................................73
D. Keterbatasan penelitian ..........................................................................75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................76
A. Kesimpulan ..............................................................................................76
B. Saran .......................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 44
Tabel 4.1 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Konformitas Teman Sebaya ......... 53
Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Tipe Perilaku Merokok ................ 55
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Validitas Pertanyaan Kuesioner Konformitas
Teman Sebaya .................................................................................... 56
Tabel 4.4 Distribusi Hail Validitas Pertanyaan Kuesioner Tipe
Perilaku Merokok .............................................................................. 57
Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden ................................................................ 64
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Konformitas
Teman Sebaya ..................................................................................... 65
Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Tipe Perilaku Merokok ............... 65
Tabel 5.4 Hubungan Bentuk Konformitas Teman sebaya terhadap Tipe
Perilaku Merokok pada siswa SMAN 97 Jakarta ................................. 66
Tabel 5.5 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe
Perilaku Merokok Positive Affect Smokers .......................................... 67
Tabel 5.6 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe
Perilaku Merokok Negative Affect Smokers ......................................... 67
Tabel 5.7 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe terhadap
Tipe Perilaku Merokok Addictive Smokers ........................................... 68
Tabel 5.8 Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap Tipe Perilaku
Merokok Pure Habbits Smokers............................................................68
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 41
Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian ................................................................ 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4. Lampiran 4 Hasil Penelitian
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mengalami transisi
dari anak-anak menuju ke dewasa baik dari segi fisik maupun psikologis
(Notoatmodjo 2010). Masa transisi sering kali menghadapkan remaja pada
situasi yang membingungkan, karena di satu pihak ia masih anak-anak dan di
lain pihak harus bersikap dewasa. Sehingga dapat terjadi perubahan pada
psikologis remaja yang dapat terlihat dari ketidakstabilan emosi ketika
menghadapi sesuatu. Masa remaja juga mengalami perubahan fisik yang
cepat termasuk perubahan hormon dan bentuk tubuh, yang dapat dilihat dari
pertambahan tinggi , berat badan, dan juga kematangan seksual (Notoatmodjo
2010).
Pada masa remaja ini seorang anak laki-laki sudah mulai ingin menjadi
seorang pria dan seorang anak perempuan ingin menjadi perempuan dewasa.
Karena keinginan menjadi dewasa inilah maka masa perkembangan remaja
mengalami peralihan dari sifat yang sangat tergantung pada orang tua ke sifat
yang mulai berani untuk mencoba menjadi mandiri dan bertanggung jawab,
mengalami perubahan bentuk fisik, kognitif, psikososial, dan ekonomi.
(Hurlock, 2012)
Dalam masa remaja ini, biasanya timbul masalah-masalah yang
kompleks, yang berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
2
remaja. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa yang labil, sehingga
remaja paling rentan terbawa arus gaya kehidupan yang tidak baik.
Contohnya saja remaja mudah sekali terpengaruh gaya hidup tidak sehat,
seperti mengonsumsi alkohol, junk food, menggunakan narkoba, merokok,
dan lain-lain.
Konopka (dalam Hendriati, 2006) membagi masa remaja ke dalam tiga
kategori, yaitu ; masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan
(15-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-22 tahun). Dari ketiga kategori
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan usianya, dan yang
paling rentan terpengaruh pergaulan lingkungan adalah masa remaja
pertengahan, dimana pada saat usia 15-18 tahun remaja sudah mencapai
hubungan yang matang dengan teman sebayanya, mulai lepas dari orang tua,
dan berusaha bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (Desmita, 2012).
Pada usia itu juga mulai timbul perilaku-perilaku menyimpang dari diri
remaja, dan masalah yang paling sering terjadi pada adalah perilaku merokok.
(Santrock,2007)
Di Indonesia sendiri sudah bukan hal baru lagi jika melihat anak-anak
yang masih dibawah umur merokok di tempat umum. Rokok dalam
kehidupan sehari-hari bukanlah kata yang asing lagi bagi setiap orang,
perilaku merokok sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Masa
remaja adalah masa dimana ia mulai meniru apa yang dilakukan oleh orang
lain dan perilaku merokok ini adalah perilaku yang paling mudah untuk ditiru
oleh remaja karena mereka menganggap dapat menunjukkan kedewasaan.
Oleh karena itu, pada umumnya alasan remaja merokok adalah untuk
3
menunjukkan bahwa dirinya ada dan ingin diakui oleh lingkungan sekitarnya
(Badriah, 2005)
Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk mulai
merokok membuat semakin awal saja usia pertama kali orang untuk merokok.
Menurut GYTS (2006), lebih dari sepertiga pelajar biasa merokok dan 3 dari
10 pelajar mengatakan mengkonsumsi rokok pertama kali di usia kurang dari
10 tahun (GTSSData, 2012). Jumlah perokok pemula usia 10-14 tahun
meningkat, dari 9,5% (SUSENAS 2001) menjadi 17,5% (Riskesdas 2010)
(Depkes RI, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2008) menunjukkan
bahwa usia 15-18 tahun merupakan usia yang paling banyak merokok yaitu
53,3%.
Perilaku merokok cenderung identik dengan pria. WHO (2012)
menyebutkan bahwa pada tahun 2000-2008 terdapat 24,1% remaja pria dan
4% remaja wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Dan pada tahun 2009,
terjadi peningkatan sebesar 65,9% laki-laki dan 4,5% perempuan merupakan
perokok. Survei yang dilakukan kepada 3319 pelajar berusia 15-18 tahun oleh
Global Youth Tobacco Survey tahun 2009 menyebutkan bahwa 30,4% pelajar
sudah pernah merokok dengan presentasi perokok laki-laki 57,8% dan
perempuan 6,4% (GTSSData, 2012).
Perilaku merokok dapat dikategorikan berdasarkan tempat merokok,
intensitas merokok, dan management of affect theory (Aula,2010). Untuk usia
remaja biasanya alasan mereka merokok adalah untuk menenangkan
pikirannya, agar diterima dalam kelompok (tekanan dari kelompok), dan
4
menjadikan rokok sebagai pelampiasan (Hadi, dalam Dewi 2008), maka tipe
perilaku merokok pada remaja bisa di kategorikan berdasarkan management
of affect theory, dimana bisa dilihat tipe perilaku berdasarkan perasaan-
perasaan yang ada dalam dirinya.
Menurut Kurt Lewin (dalam Komalasari dan Helmi, 2000), banyak
alasan yang melatarbelakangi seorang remaja merokok. Perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok
selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan oleh faktor
lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja adalah faktor teman sebaya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rosdiana tahun 2011 terhadap remaja di SMP dan SMA
Jakarta, menunjukkan bahwa sebesar 56,1% teman sebaya berpengaruh pada
perilaku merokok remaja. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
Rosmala,dkk pada siswa SMP As-Syafiah tahun 2003 menunjukkan bahwa
faktor teman sebaya adalah faktor kedua yang sangat mempengaruhi remaja
untuk merokok yaitu sebesar 49,6%, dengan faktor pertamanya adalah faktor
keluarga yaitu sebesar 50%.
Pengaruh lingkungan dan kelompok memegang peranan yang
cukup besar. Karena itulah para remaja berusaha untuk merubah atau
menyesuaikan perilakunya supaya sesuai atau cocok dengan aturan dalam
suatu kelompok, dan terjadilah suatu konformitas. Suatu konformitas akan
semakin kuat jika seorang remaja memiliki kecenderungan yang kuat juga
untuk berperilaku sesuai aturan kelompoknya (Zebua & Nurdjayanti, 2001).
Konformitas mempengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja seperti pilihan
5
aktivitas, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap, dan nilai-nilai yang
dianut. Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dari
kelompok terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat yang
dapat menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada remaja anggota
kelompok tersebut (Zebua & Nurdjayanti, 2001).
Hurlock (2012) menyebutkan bahwa, banyak sekali perilaku yang
muncul pada remaja hanya karena mengikuti norma yang ada pada
kelompoknya, contohnya mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang,
merokok, membolos, dan tawuran. Mereka menganggap bahwa dengan
berperilaku seperti itu berarti mereka merupakan bagian dari kelompok
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2009) menyebutkan bahwa
konformitas teman sebaya memberikan pengaruh yang besar pada intensitas
merokok remaja, yaitu sebesar 36, 84%. Sedangkan menurut penelitian
Widodo (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas maka
semakin tinggi pula perilaku merokok seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh Febrina (2012) pada sejumlah remaja di
SMA Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 36,64 % remaja merokok karena
memang sudah menjadi kebiasannya, 26,3 % karena sudah ketagihan dan
merasa tidak enak jika tidak merokok, 18,81 % beralasan untuk menenangkan
perasaan-perasaan negatif dari dirinya, dan 17,82 % karena ingin
meningkatkan kesenangan yang sudah ada dalam dirinya. Nurlailah (2010)
mendapatkan bahwa tipe perilaku merokok pada remaja paling banyak yaitu
yang bertujuan untuk menghilangkan perasaan negatif dalam dirinya yaitu
sebesar 47,5 %.
6
Kebiasaan merokok pada remaja umumnya dikarenakan oleh pergaulan
dalam lingkungan sekolah (Husaini, 2007). Pada masa-masa sekolah anak
remaja mengalami tekanan-tekanan yang dirasakannya baik saat dirumah
maupun disekolah, hal ini dapat membuat anak mencari pelarian dari
masalah-masalah yang dihadapinya salah satunya dengan merokok. Anak
remaja sebagian besar percaya bahwa dengan merokok akan menghilangkan
stress dan akan lebih mudah bergaul dengan teman-temannya (Hadi dalam
Dewi, 2008). Tipe perilaku merokok pada remaja bisa di kategorikan
berdasarkan management of affect theory, dimana bisa dilihat tipe perilaku
berdasarkan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Pada awalnya remaja
hanya mencoba merokok untuk menenangkan perasaanya, namun setelah ia
menemukan kelegaan setelah merokok maka iapun lama kelaman menjadi
terbiasa untuk merokok (Sa’diah, 2007).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui tentang
“Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Tipe Perilaku
Merokok pada Remaja laki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97 Jakarta”.
B. Rumusan Masalah
1. Masa sekolah adalah masa dimana anak mudah terpengaruh oleh teman-
teman sebayanya karena intensitas bertemu yang cukup tinggi dan mulai
melepaskan diri dari orangtuanya. Siswa SMA yang berada dalam masa
remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok sebayanya dan menganggap rokok sebagai
lambang pergaulan khususnya pada siswa laki-laki (Sulastomo, 2013)
7
2. Menurut Leventhal & Clearly (1984), 5%-15% orang mulai merokok saat
berusia 11-13 tahun dan 85%-95% sebelum berusia 18 tahun. Data
RISKESDAS (2010) menunjukkan sekitar 43,3% perokok mulai merokok
di usia 15-19 tahun, 17,5% mulai merokok di rentang usia 10-14 tahun,
dan 14,6 persen di usia 20-24. Iqbal (2008) sebanyak 59,8% perokok usis
15-18 tahun berjenis kelamin laki-laki. Penelitian oleh Sirait, dkk (2002)
juga menunjukkan usia responden yang paling banyak merokok adalah
usia 15-19 tahun yaitu sebesar 27,2% dan 54,5% berjenis kelamin laki-
laki.
3. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 27 siswa SMAN 97
Jakarta pada bulan Januari 2013 didapatkan sebanyak 25 siswa pernah
merokok dan sampai sekarang pun masih ada yang merokok namun tidak
ada yang merokok selain saat bersama temannya, dan sebagian besar
beralasan merokok karena untuk melampiaskan perasaanya baik saat
senang maupun sedih.
Untuk itulah peneliti tertarik untuk melihat hubungan bentuk konformitas
teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia
pertengahan pada anak SMAN 97 Jakarta.
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada remaja
laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta?
2. Bagaimana tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan
di SMAN 97 Jakarta?
8
3. Apakah terdapat hubungan antara bentuk konformitas teman sebaya
dengan tipe-tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan
di SMAN 97 Jakarta?
D. Tujuan penelitian
Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bentuk
konformitas teman sebaya dengan tipe perilaku merokok pada remaja laki-
laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi bentuk konformitas teman sebaya yang terjadi pada
remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta
2. Mengetahui tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan
di SMAN 97 Jakarta
3. Mengidentifikasi hubungan yang ditimbulkan oleh bentuk konformitas
teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan komunitas
dan keluarga.
9
2. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukkan terhadap bidang kemahasiswaan SMAN 97
Jakarta dalam membuat program pencegahan agar para siswa/i tidak
menjadi perokok dan menanggulangi kebiasaan merokok.
3. Bagi remaja
Penelitian ini berguna sebagai salah satu sumber data yang dapat
digunakan para remaja untuk dapat membentengi diri agar tidak
terpengaruh oleh teman sebaya yang mengajak untuk merokok, dan dapat
melalui masa remajanya tanpa terpengaruh oleh rokok.
4. Bagi peneliti
Dapat menjadi pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan peneliti
dapat mengkaitkan hasil penelitian dengan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari kampus di lapangan praktik.
F. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
korelasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bentuk
konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki
usia pertengahan di SMA. Subjek yang diteliti adalah remaja laki-laki usia
pertengahan di SMAN 97 Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian remaja
Kata adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2012).
Secara psikologis masa remaja adalah sebuah masa dimana individu
berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini anak sudah
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, anak
sudah mulai merasa dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak (Piaget dalam Hurlock 2012). Menurut Hurlock
(2012), masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir
saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Santrock (2007), mendefinisikan remaja sebagai suatu periode
perkembangan dari transisi antar masa kanak-kanak dan dewasa, yang
disertai perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan
menurut Monks (2006), remaja adalah individu berusia 12-21 tahun
yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 adalah
masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.
11
Sedangkan di Indonesia, digunakan batasan usia untuk remaja
yaitu usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut : (Sarwono 2012)
a. Usia 11 tahun adalah usia dimana tanda-tanda seksual sekunder
mulai terlihat
b. Usia 11 tahun di Indonesia sudah dianggap aqil balik, baik menurut
agama maupun adat sehingga biasanya masyarakat sudah tidak
memperlakukan mereka seperti anak-anak lagi.
c. Pada usia tersebut juga mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya
fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya
puncak perkembangan kognitif maupun moral.
d. Sedangakan usia 24 tahun dianggap batas usia maksimal yaitu pada
usia tersebut adalah peluang terakhir untuk menggantungkan diri
pada orang tua.
e. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih
sangat penting di Indonesia. Seseorang yang sudah menikah pada
usia berapapun akan dianggap sudah dewasa dan diperlakukan
layaknya orang dewasa, baik secara hukum maupun dalam
kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga. Karena itulah maka
definisi remaja dibatasi untuk yang belum menikah.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
remaja adalah suatu periode dalam kehidupan yang merupakan masa
12
peralihan dari anak-anak menuju dewasa dan yang mengalami
perubahan secara biologis, kognitif, dan sosioemosianal.
2. Ciri-ciri umum masa remaja
Remaja mengalami perubahan-perubahan, baik fisik maupun
psikis. Dan perubahan yang tampak paling jelas adalah perubahan fisik,
dimana tubuh berkembang sehingga mencapai tubuh orang dewasa
yang turut disertai dengan perkembangan reproduksi. Remaja juga
mengalami perkembangan secara kognitif dan mulai mampu berpikir
abstrak layaknya orang dewasa. Dan mereka juga mulai mencoba
melepaskan diri dari orang tua dan mulai menjalankan peran sosialnya
yang baru sebagai orang dewasa. (Clarke-Stewart & Friedman, dalam
Hendriati, 2006).
Selain perubahan dalam diri remaja, terjadi pula perubahan dalam
lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,
teman sebaya, dan masyarakat pada umumnya. Kondisi ini sebagai
reaksi terhadap pertumbuhan remaja, remaja dituntut untuk mampu
menampilkan sikap yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang
seusianya. Adanya perubahan-perubahan tersebut membuat kebutuhan
remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan
psikologisnya. Dan untuk memenuhi kebutuhannya itulah remaja mulai
memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti
lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.
13
Seorang remaja berada pada batas peralihan antara kehidupan anak
dan dewasa. Meskipun tubuhnya kelihatan dewasa, tetapi bila
diperlukan bertindak seperti orang dewasa ia belum dapat menunjukkan
kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum
banyak sehingga dapat terjadi hal-hal seperti berikut :
a. Kegelisahan. Suatu keadaan yang membuat remaja sulit untuk
menguasai diri karena mereka mempunyai banyak keinginan yang
tidak selalu dapat dipenuhi.
b. Pertentangan. Pertentangan disini timbul ketika terjadi perbedaan
dengan orangtua yang membuat remaja ingin melepaskan diri dari
orangtuanya, namun di sisi lain mereka belum berani mengambil
resiko untuk dapat berdiri sendiri.
c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
Mereka ingin mengetahui berbagai hal melalui usaha-usaha yang
dilakukan dalam berbagai bidang. Contohnya, mereka ingin
mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewwasa, seperti merokok
dengan sembunyi-sembunyi. (Gunarsa 2012)
Hurlock (2012) menerangkan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada masa awal perkembangan
remaja, membuat perlunya penyesuaian mental, membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.
14
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan disini bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang
terjadi sebelumnya, namun lebih kepada sebuah peralihan dari satu
tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang
terjadi sekarang dan yang akan datang.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku pada saat remaja
bersamaan dengan tingkat perubahan fisik. Saat perubahan fisik
terjadi secara cepat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung
cepat. Sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku pun ikut menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya masing-
masing, namun masalah pada saat remajalah menjadi masalah yang
seringkali sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.
Alasannya adalah pertama karena saat mereka masih kanak-kanak,
sebagian besar bahkan seluruh masalah yang dialami diselesaikan
oleh orang tua dan guru mereka, sehingga ini membuat remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena mereka
merasa dirinya mandiri, sehingga mereka menolak bantuan dari
orang lain dan ingin mengatasi semua masalahnya sendiri.
15
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak,
penyesuaian diri dengan standar kelompok menjadi lebih penting
daripada bersikap individualistis. Pada awalnya penyesuaian diri
dengan kelompok bagi remaja sangatlah penting, namun lama
kelamaan mereka mulai menginginkan identitas diri yaitu ingin
menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan bahwa anak remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,
tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak membuat orang
dewasa yang mempunyai peranan membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja menjadi takut untuk bertanggung jawab dan lebih
memilih untuk bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja
yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Pada masa ini remaja memandang dirinya dan orang lain sesuai
dengan apa yang dia inginkan bukan seperti apa adanya. Jika
keinginannya tidak sesuai yang dia harapkan ia akan menjadi marah.
Remaja akan merasa iri dan merasa gagal apabila orang lain berhasil
mencapai apa yang dia inginkan atau dia tentukan sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dekatnya usia remaja dengan usia kematangan, membuat para
remaja menjadi takut untuk meninggalkan imej yang sudah melekat
selama belasan tahun sebagai anak-anak dan diganti dengan kesan
16
bahwa mereka sudah hampir dewasa. Mereka mulai merubah
perilaku-perilaku mereka yang tadinya baik dengan perilaku yang
dikatakan dengan status kedewasaan seperti perilaku merokok,
minum alkohol, menggunakan obat-obatan bahkan sampai dalam
perbuatan aseksual. Mereka beranggapan bahwa perilaku ini akan
memberikan pandangan orang lain sesuai dengan apa yang mereka
inginkan.
Secara umum masa remaja dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut : (Konopka dalam Hendriati, 2006) :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini remaja mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan
tidak tergantung pada orang tua. Namun remaja masih merasa heran
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Akibatnya
mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru dan menjadi
lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap
ego yang dapat membuat remaja sulit dimengerti oleh orang dewasa.
Focus pada tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi
fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan semakin berkembangnya kemampuan
berpikir yang baru. Pada masa ini remaja sangat membutuhkan
teman-teman, ini membuat teman sebaya sangatlah penting bagi
17
remaja. Terdapat kecenderungan narsistik atau mencintai dirinya
sendiri dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai
sifat yang sama dengan dirinya. Masa ini remaja akan mengalami
kondisi kebingungan karena masih ragu dalam memilih, sendiri,
peduli, optimis.
c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan
persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama
masa ini remaja berusaha meyakinkan tujuannya. Keinginan yang
kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman
sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri pada tahap ini.
3. Tugas perkembangan remaja
Setiap tahap perkembangan dalam kehidupan manusia mempunyai
tugas-tugas tersendiri yang berbeda-beda di setiap tahapnya. Tugas-
tugas ini merupakan harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh
setiap individu. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam melaksanakan
tugas perkembangannya pada periode usia tertentu akan mempengaruhi
seseorang untuk melaksanakan tugas perkembangan di periode usia
selanjutnya.
Begitu pula dengan remaja, mereka juga mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Tugas ini diharapkan telah
terpenuhi pada akhir masa remaja, sehingga individu akan siap untuk
memasuki masa dewasa dengan peran dan tugas yang baru yang
18
tentunya lebih rumit dibandingkan tugas saat remaja. Berikut ini adalah
tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst (dalam Hendriati 2006):
a. Menciptakan hubungan baru dengan orang lain dan lebih matang
bergaul dengan teman seusianya baik laki-laki maupun perempuan.
Dengan terjalinnya hubungan pertemanan dengan lawan jenis, maka
remaja dapat belajar tentang keterampilan sosial sebagai orang
dewasa. Dengan demikian pada saat usia mereka bertambah tua,
mereka akan lebih terampil dan siap untuk terjun pada lingkungan
yang lebih luas lagi.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. Remaja dapat menerima dan
belajar mengenai peran sosial maskulinitas dan femininitas yang
dibenarkan dalam lingkungan orang dewasa.
c. Menerima perubahan terhadap keadaan fisiknya dan memanfaatkan
perubahan tersebut secara efektif dan bijaksana. Pada diri remaja
perubahan secara internal maupun eksternal terjadi secara paralel.
Diharapkan dengan adanya perubahan ini, remaja dapat memiliki
toleransi terhadap kondisi fisiknya, serta dapat menggunakan dan
memeliharanya secara efektif dengan kepuasan pribadi.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya. Remaja harus bisa tidak tergantung lagi pada orang tua
sedikit demi sedikit. Mereka harus bisa mengembangkan afeksi dari
orang tua tanpa bergantung pada mereka dan untuk mengembangkan
rasa hormat terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung pada
mereka.
19
e. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga. Remaja
menunjukkan perbedaan dalam sikap meraka terhadap pernikahan.
Remaja dapat mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan
keluarga, khususnya wanita untuk mendapatkan pengetahuan penting
dalam mengelola rumah dan mengasuh anak.
f. Mempersiapkan diri untuk karir dan ekonomi. Remaja dapat
mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha dengan berbagai
cara untuk mencapai tingkat karir yang teratur dan mampu membina
kehidupan
g. Memperoleh peringkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
h. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab. Remaja belajar untuk menggabungkan diri dengan
masyarakat dan negaranya. Remaja harus mengorbankan sesuatu
untuk mencapai tahap kebaikan yang lebih tinggi.
Dari tugas-tugas tersebut, terlihat bahwa secara umum tugas
perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan
lingkungan sosialnya. Semua perubahan pada masa remaja membuat
mereka melakukan penyesuaian dalam dirinya, menerima perubahan
sebagai bagian dari dirinya, dan membentuk suatu identitas yang baru
tentang siapa dirinya untuk mempersiapkan menghadapi masa dewasa.
Semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula tuntutan dari
lingkungan sosial di sekitarnya. Ini membuat mereka juga harus dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jika ia dapat memandang
20
dirinya berbeda dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mereka akan siap memasuki masa dewasa dengan peran-
peran dan tanggung jawab yang baru.
4. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja
Banyak sekali masalah-masalah yang akan dihadapi seseorang
pada saat remaja. Seorang remaja bisa saja mengalami masalah yang
sangat berat dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikannya
(Santrock, 2007). Misalnya saja saat anak berusia 13 tahun ia mulai
menunjukkan perilaku mengganggu orang lain, pada usia 14 ia sudah
melakukan kenakalan-kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun
masalahnya akan bertambah parah karena ia semakin sering
melakukan kenakalan. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa
pembuktian diri kepada orang lain, maka remaja akan melakukan
apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang ia lakukan sebenarnya
salah. Berikut adalah masalah yang sering terjadi pada remaja
(Santrock, 2007):
a. Penggunaan obat terlarang , alkohol, dan merokok
Para remaja tertarik menggunakan obat-obatan karena mereka
yakin bahwa obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi
terhadap lingkungan yang selalu berubah. Mereka menganggap
dengan merokok, minum-minuman keras mereka dapat mengurangi
stress, tidak bosan, dan dalam beberapa situasi dapat membantu
remaja untuk melarikan diri dari kenyataan dunia. Remaja dapat
21
merasakan perasaan tenang, gembira, rileks saat memakai obat.
Namun penggunaan obat untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
kemampuan beradaptasi yang sementara dapat menimbulkan
dampak yang sangat merugikan. Dengan demikian, remaja yang
menganggap penggunaan obat itu adalah perilaku adaptif malah
sebenarnya adalah perilaku maladaptif, karena dapat menimbulkan
masalah kesehatan dalam jangka panjang.
b. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku, mulai dari
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran,
hingga tindakan kriminal. Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh
remaja-remaja yang gagal dalam menjalani tugas
perkembangannya, baik pada saat remaja maupun masa kanak-
kanak. Kenakalan remaja merupakan bentuk dari konflik-konflik
yang tidak terselesaikan dengan baik pada tahap perkembangan
sebelumnya.
c. Gangguan depresif dan bunuh diri
Di masa remaja, gejala-gejala depresif dapat dilihat dalam berbagai
cara, seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam,
menulis kata-kata yang mengerikan, atau senang mendengarkan
lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat muncul
seperti sulit bangun di pagi hari maupun sulit tidur saat malam hari.
Dengan timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi
22
bosan dan enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul
ide-ide untuk bunuh diri dan usaha bunuh diri di masa remaja.
5. Karakteristik anak usia sekolah menengah atas (SMA)
Masa-masa SMA ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu
(Desmita, 2012):
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan wanita
dewasa
c. Menerima kebahagian fisik dan mampu menggunakannya secara
efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
e. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan
minat dan kemampuannya
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga, dan memiliki anak
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku
j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas. (Desmita, 2012)
23
B. Konformitas Teman Sebaya
1. Pengertian teman sebaya
Teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang
sama dengan kita, dan memiliki kelompok sosial yang sama pula,
misalnya teman sekolah (Mu’tadin 2002). Teman sebaya juga dapat
diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai latar belakang, usia,
pendidikan, dan status sosial yang sama, dan mereka biasanya dapat
mempengaruhi perilaku dan keyakinan masing-masing anggotanya. Dalam
kelompok teman sebaya biasanya mereka saling bercerita tentang
kesenangan dan latar belakang anggotanya. Asmani (2012) menambahkan
selain tingkat usia yang sama, teman sebaya juga memiliki tingkat
kedewasaan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya
adalah sekelompok orang yang seumur, berlatar belakang, berpendidikan,
dan dalam status sosial yang sama, dimana dalam kelompok tersebut
biasanya terjadi pertukaran informasi yang mungkin saja dapat
mempengaruhi perilaku dan keyakinan dari anggota lainnya.
Memasuki masa remaja, individu akan mulai belajar tentang
hubungan timbal balik yang akan di dapatkan ketika mereka melakukan
interaksi dengan orang lain maupun dengan temannya sendiri. Selain itu
mereka juga belajar untuk mengobservasi dengan teliti mengenai minat
dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja mudah ketika ingin
menyatu atau beradaptasi dengan temannya (Piaget dan Sullivan dalam
Asmani, 2012)
24
2. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya
Hurlock (2012) menyebutkan kelompok-kelompok sosial yang
paling sering terjadi pada masa remaja adalah :
a. Teman dekat
Biasanya remaja memiliki dua atau tiga orang teman dekat atau
sahabat. Dan pada umumnya teman mereka terdiri dari jenis kelamin
dan usia yang sama, mempunyai tujuan, keinginan, dan kemampuan
yang sama. Teman dekat ini dapat mempengaruhi satu sama lain
dalam berbagai hail yang terjadi dalam kehidupan remaja.
b. Kelompok kecil
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok teman-teman dekat.
Pada awalnya kelompok ini terdiri dari satu jenis kelamin yang sama,
namun kemudian meliputi juga dari kedua jenis kelamin yang
berbeda.
c. Kelompok besar
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat. Kelompok ini berkembang dengan meningkatnya minat
untuk bersenang-senang dan menjalin hubungan. Karena besarnya
kelompok ini membuat penyesuaian minat berkurang diantara
anggota-anggotanya. Sehingga timbul jarak sosial yang besar diantara
mereka.
25
d. Kelompok yang terorganisir
Kelompok ini merupakan kelompok binaan orang dewasa. Biasanya
kelompok ini dibentuk oleh orang dewasa misalnya oleh sekolah atau
organisasi masyarakat. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai
kelompok besar.
e. Kelompok geng
Kelompok ini terbentuk karena remaja tidak termasuk dalam
kelompok atau kelompok besar dan merasa kurang puas dengan
kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.
Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis yang minat utama
mereka adalah untuk mengahadapi penolakan teman-teman melalui
perilaku anti sosial.
3. Konformitas teman sebaya
Konformitas adalah pengaruh sosial dalam bentuk penyamaan
pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain yang
mempengaruhinya (Prayitno, 2009). Suryawati dan Maryati (2006)
mendefinisikan konformitas sebagai bentuk interaksi yang didalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat di
mana ia tinggal, yang berarti konformitas adalah suatu proses penyesuaian
diri dengan masyarakat dengan cara menaati norma dan nilai-nilai
masyarakat. Konformitas biasanya menyebabkan timbulnya kepatuhan dan
ketaatan.
26
Myers (dalam Suryawati dan Maryati, 2006 ) mengkategorikan
terdapat dua bentuk konformitas yang biasa muncul pada individu :
a. Acceptance
Acceptance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan
individu dengan cara menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun
perilakunya di depan masyarakat dengan norma atau tekanan dari
kelompok. Acceptance lebih sering terjadi ketika individu percaya
bahwa pendapat atau peilaku kelompok adalah benar, konformitas ini
dapat terjadi karena kelompok menyediakan informasi yang
dibutuhkan individu atau disebut dengan informational social
influence.
Informational social influence terjadi jika seseorang
mempunyai pertanyaan atau masalah dan ia tidak tahu jawabannya
atau tidak tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku dan ia akan
melihat dan menanyakan kepada orang lain. Mungkin jawaban yang
diterima berasal dari satu orang, namun bila jawaban tersebut
didukung oleh banyak orang akan lebih meyakinkan. Myers juga
menekankan bahwa orang lain dapat menjadi sumber informasi yang
berarti jika seseorang berada dalam situasi yang membingungkan
Sehingga acceptance adalah konformitas yang didasari oleh
penerimaan seseorang terhadap bukti realitas yang diberikan orang
lain. Jadi jika individu tidak tahu atau bingung harus berbuat apa maka
ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman perilaku dan
meyakini hal tersebut benar.
27
Konformitas Acceptance ini dapat dipengaruhi oleh :
(Sears,2010)
1.1. Kepercayaan terhadap kelompok
Masalah utamanya apakah individu mempercayai
informasi yang dimiliki kelompok atau tidak. Semakin besar
kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber
informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyesuaikan atau mengikuti kelompok. Dengan kata lain, jika
individu yang selalu berpendapat bahwa kelompoknya selalu
benar maka dia akan mengikuti apapun yang dilakukan
kelompoknya tanpa mempedulikan pendapatnya sendiri.
Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok
adalah keahlian dan kompetisi yang dimiliki oleh anggota
kelompok lainnya. Semakin tinggi tingkat keahlian dan kompetisi
kelompok, maka kepercayaan penghargaan individu terhadap
kelompok semakin besar.
1.2. Kepercayaan terhadap diri sendiri
Konformitas akan menurun jika individu mempunyai
kepercayaan yang kuat terhadap penilaian perilakunya sendiri.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri
adalah tingkat penilaian individu terhadap kemampuan yang
dimilikinya. Faktor lain adalah kesulitan, semakin sulit hal yang
harus dihadapi, maka semakin rendah rasa percaya diri yang
dimiliki individu.
28
b. Compliance
Compliance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan
individu dengan cara bertingkah laku sesuai dengan tekanan
kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku
tersebut. Compliance terjadi ketika individu menyamakan perilaku
dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah atau pujian dan menghindari
hukuman. Konformitas ini juga terjadi dengan tujuan untuk diterima
dalam kelompok atau mengindari penolakan. Konformitas ini
dilakukan atas dasar rasa cemas atau takut mendapat celaan dari
lingkungan sosialnya.
Konformitas Compliance ini dapat dipengaruhi oleh : (Sears,
2010)
2.1. Rasa takut terhadap penyimpangan
Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang,
merupakan alasan utama terjadinya konformitas compliance. Rasa
takut ini diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku
menyimpang. Penyimpangan yang terjadi dalam kelompok, dapat
mengakibatkan seseorang menerima resiko yang tidak
menyenangkan seperti dikucilkan atau ditolak oleh kelompok.
2.2. Kekompakkan kelompok
Semakin kuat ketertarikkan individu terhadap kelompok,
maka semakin kuat juga konformitas yang terjadi. Ketika
anggota-anggota kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama
mereka cenderung untuk konform dibandingkan mereka tidak
29
berada dalam satu kesatuan. Dan ketika rasa suka anggota
kelompok yang satu terhadap yang lain semakin besar, maka
semakin besar pula harapan untuk memperolah manfaat dari
keanggotaan kelompok dan kelompok tersebut semakin kompak.
Kekompakkan yang semakin tinggi akan mempertinggi tingkat
konformitas.
2.3. Kesepakatan kelompok
Anggota kelompok yang dihadapkan pada keputusan
kelompok yang sudah bulat, akan merasa mendapat tekanan yang
kuat untuk dapat menyesuaikan pendapat atau perilakunya.
Namun bila ada satu orang saja yang tidak sependapat dengan
anggota lainnya, tingkat konformitas dalam kelompok itu pun
akan menurun. Hai ini dapat terjadi karena, pertama, pelanggaran
kesepakatan yang terjadi dalam kelompok berarti ada
kemungkinan terdapat perbedaan pendapat atau penilaian antar
anggota. Kedua, anggota yang tidak setuju dengan pendapat
kelompok akan menimbulkan penolakan. Ketiga, berkurangnya
kesepakatan terhadap kelompok mengurangi keyakinan anggota
kelompok terhadap kelompok itu sendiri.
4. Fungsi teman sebaya
Penelitian-penelitian yang dilakukan pada sejumlah remaja
menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya
menghasilkan penyesuaian sosial yang positif juga (Santrock dalam
Desmita, 2012). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartup yang menemukan
30
bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan
psikologis yang sangat penting bagi remaja, Hightower juga menyatakan
bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja akan
menghasilkan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya.
(Desmita, 2012).
Kelly dan Hansen (dalam Desmita, 2012), menyebutkan 6 fungsi
dari teman sebaya, yaitu :
a. Mengontrol impuls-impuls negatif. Interaksi dengan teman sebaya
membuat remaja belajar bagaimana memecahkan masalah dengan
cara-cara lain dengan tidak meluapkan kemarahan langsung.
b. Mendapatkan dukungan emosional dan sosial serta menjadi lebih
mandiri. Kelompok teman sebaya memberikan dukungan untuk
mencoba peran dan tanggung jawab baru, hal ini membuat
berkurangnya rasa ketergantungan mereka dengan keluarganya.
c. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan dengan cara-cara yang lebih dewasa.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
jenis kelamin. Dari teman sebaya, remaja belajar tentang tingkah laku
dan sikap yang mereka dengan menjadi laki-laki dan perempuan
muda.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Dalam kelompok,
remaja mencoba untuk mengambil keputusan menurut diri mereka
sendiri. Mereka menilai sendiri nilai-nilai yang dimilikinya dan yang
31
dimiliki temannya, selanjutnya mereka akan memutuskan mana yang
benar menurut mereka. Hal ini dapat membantu remaja dalam
mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.
f. Meningkatkan harga diri. Seorang remaja akan merasa nyaman dan
senang ketika dirinya menjadi orang yang disukai dalam
kelompoknya.
5. Perkembangan sosial remaja
Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua
macam gerak yaitu antara memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke
arah teman sebaya. Kedua macam arah gerak ini bukan merupakan hal
yang berurutan, namun yang satu dapat terkait dengan yang lain. Artinya
hal pertama tanpa diiringi hal kedua tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status
diri anak muda.
Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan orang tua
dengan tujuan agar dapat menemukan dirinya. Proses tersebut dinamakan
proses mencari identitas ego (Erikson dalam Monks, 2006). Pembentukan
identitas yang berarti perkembangan individu ke arah yang lebih baik,
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja agar dapat
berdiri sendiri atau berbeda dari orang lain. Untuk mendapatkan
perkembangan yang baik, remaja harus mempunyai pengalaman. Remaja
tidak boleh terlalu terbawa oleh peran yang sedang dimainkannya,
misalnya sebagai anak, teman, pelajar, teman sebaya, dan sebagainya,
mereka harus tetap menghayati sebagai pribadi dirinya sendiri.
32
Debesse (dalam Monks,2006), mempunyai pendapat yang berbeda.
Menurutnya yang membuat remaja berbeda dengan orang lain adalah
karena originalitasnya bukan identitasnya. Artinya apabila remaja tidak
dapat berteman atau bergaul dengan teman sebayanya dan merasa
kesepian, ia akan tetap menunjukkan penampilan sebagai anak muda yang
akan membedakan dirinya dari anak dan orang dewasa. Originalitas
merupakan sifat khas pada anak muda, merekan cenderung memberi kesan
lain daripada yang lain, mereka menciptakan gayanya sendiri.
6. Remaja dan kelompok sebaya
Seiring dengan perkembangan sosial remaja, maka remaja mulai
memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan
teman sebaya. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat
berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya juga
merupakan wadah untuk belajar, karena melalui kelompok, remaja dapat
mengambil berbagai peran. Di dalam kelompok juga remaja juga menjadi
sangat tergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya sehingga
keterikatan dengan teman sebaya menjadi begitu kuat. Kecendrungan
keterikatan dalam kelompok tersebut akan bertambah dengan
meningkatnya frekuensi interaksi diantara anggota-anggotanya.
Pada awal usia remaja, keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya
ditandai dengan persahabatan dengan teman, pada mulanya hanya dengan
teman sejenis, hubungan yang terjadi begitu akrab karena melibatkan
emosi yang cukup kuat. Hubungan dengan lawan jenis biasanya terjadi
dalam kelompok yang lebih besar. Seorang sahabat merupakan pendengar
33
terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan
identitas yang ingin dicobanya. Dengan mempunyai sahabat remaja dapat
saling mendukung satu sama lain, saling memperhatikan apa yang
dipikirkan dan dirasakan sahabatnya.
Pada usia pertengahan keterlibatan remaja dalam kelompok
semakin besar, ditandai dengan terjadinya perilaku konformitas terhadap
kelompok. Remaja mulai bergabung dengan kelompok-kelompok sesuai
dengan minatnya seperti olahraga, musik, dan kelompok-kelompok
lainnya. Pada usia ini juga remaja sudah mulai menjalin hubungan khusus
dengan teman lawan jenisnya. Dan pada akhir usia remaja ikatan dengan
kelompok sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai dalam kelompok
menjadi kurang begitu penting karena pada umumnya remaja lebih merasa
senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya
C. Perilaku merokok
1. Pengertian perilaku
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu tindakan atau
kegiatan mahkluk hidup yang bersangkutan.dan pada dasarnya perilaku
adalah tindakan manusia yang memiliki arti sangat luas misalnya
berjalan, tertawa, menangis, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya.
Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo 2010).
34
Laurens (2005) mendefinisikan perilaku mencakup kegiatan yang
terlihat mata seperti minum, tertawa, melihat, bekerja, menangis, dan
perilaku yang tidak terlihat mata seperti fantasi, motivasi, dan proses
yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.
Perilaku manusia merupakan suatu yang sangat penting dan harus
dipahami dengan baik, hal ini karena perilaku manusia terdapat dalam
semua aspek kehidupan. Perilaku manusia mencakup dua komponen,
yaitu mental dan tingkah laku. Sikap adalah sesuatu yang telah melekat
pada diri manusia sedangkan tingkah laku merupakan tindakan yang
timbul sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi (Herjulianti
dkk,2002)
Perilaku merupakan interaksi antara stimulus dengan respon yang
ditimbulkan (Skinner dalam Sunaryo, 2004). Dilihat dari bentuk respon
terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua bentuk
yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Perilaku terbuka terlihat
dalam bentuk tindakan misalnya makan ketika dirinya lapar. Sedangkan
perilaku tertutup ditunjukkan dalam bentuk perhatian, persepsi,
pengetahuan, dan reaksi lain yang tidak tampak (Notoatmodjo dalam
Sudarma, 2008).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku adalah segala tindakan manusia yang dilakukan sebagai
respon terhadap stimulus dari luar maupun dari dalam, yang meliputi
aktivitas motorik, kognitif, dan emosional.
35
2. Perilaku merokok
Manusia adalah makhluk yang sangat dinamis. Ada banyak perilaku
manusia yang bisa diamati, di observasi, dan di prediksi salah satunya
adalah perilaku merokok. Seperti yang telah diuraikan bahwa perilaku
merokok sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dan sampai saat ini pun
perilaku merokok masih menjadi perilaku yang umum dijumpai di
masyarakat. Para perokok ini bisa dari berbagai kelas sosial, status, serta
kelompok umur yang berbeda, hal ini bisa dipengaruhi karena
kemudahan dalam mendapatkan rokok terutama di Indonesia yang tidak
membatasi usia minimal untuk membeli rokok, sehingga siapapun bisa
merokok dengan bebas.
Poerwadaminta (2003) mendefinisikan merokok sebagai kegiatan
menghisap rokok dan rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau yang
dibalut dengan daun nipah atau kertas. Sedangkan pengertian merokok
menurut Sitepoe (2000) adalah membakar tembakau yang kemudian
dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun pipa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
3. Tipe perilaku merokok
Menurut Tomkins (dalam Aula 2010) menyebutkan terdapat empat
tipe perilaku merokok, yaitu :
36
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan
merokok seseorang akan merasakan lebih positif dalam dirinya
1.1. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan
1.2. Simulation to pick them up, merokok hanya dilakukan untuk
menyenangkan perasaan
1.3. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
hanya dengan memegang rokok. Misalnya perokok yang lebih
senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-
jarinya sebelum ia nyalakan dengan api atau menghisapnya.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.
Banyak orang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam
dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok
dianggap sebagai pelampiasan. Menurut mereka menggunakan rokok
disaat perasaan tidak enak akan membuat perasaan mereka menjadi
lebih nyaman kembali.
c. Perilaku merokok yang adiktif.
Perokok yang sudah kecanduan akan menambah dosis rokok yang
digunakannya sedikit demi sedikit, terutama ketika efek dari rokok
yang dihisapnya mulai berkurang. Mereka umumnya akan mencari
rokok untuk persediaan, sehingga ketika ia menginginkannya rokok
itu sudah tersedia.
37
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Perokok disini menggunakan rokok bukan karena untuk
mengendalikan perasaan mereka, melainkan karena benar-benar
sudah menjadi kebiasaan rutin. Dengan kata lain merokok
merupakan suatu perilaku yang bersifat spontan, dan seringkali tanpa
disadari.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Ada berbagai alasan yang bisa menyebabkan seseorang merokok.
Biasanya seorang individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda
dari individu lain yang disesuaikan dengan tujuannya dalam merokok.
Perilaku merokok sebenarnya tidak jauh dari lingkungan dan individu itu
sendiri. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari
lingkungan juga disebabkan faktor dari dalam diri individu itu sendiri.
Menurut Subanada (dalam Soetjiningsih 2010) terdapat empat
faktor resiko bagi remaja untuk merokok yaitu :
a. Faktor psikologik
1.1. Faktor perkembangan sosial
Remaja beranggapan bahwa rokok dapat menjadi cara bagi
mereka untuk bebas dan terlihat dewasa saat mereka berhadapan
dengan teman-temannya yang juga merokok. Merokok sering
dikaitkan dengan remaja yang mempunyai prestasi buruk di
bidang akademik, sehingga mereka mencari ketenangan dengan
merokok.
38
1.2. Faktor psikiatrik
Terdapat hubungan antara merokok dengan gangguan psikiatrik.
Gejala depresi misalnya lebih sering muncul pada perokok
daripada bukan perokok. Seorang remaja yang memperlihatkan
gejala depresi dan cemas akan mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk menggunakan rokok. Remaja yang mengalami
gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan
kecemasan yang mereka alami.
b. Faktor biologik
2.1. Faktor kognitif
Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam perilaku rokok
adalah pikiran mereka yang dapat merasakan efek-efek
menyenamgkan dari rokok.
2.2. Faktor jenis kelamin
Seiring perkembangan tekhnologi, sekarang merokok tidak
hanya perilaku laki-laki saja, melainkan juga terjadi pada
perempuan. Perempuan yang merokok dilaporkan menjadi lebih
percaya diri, suka menentang, dan pandai bicara.
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berkaitan dengan perilaku merokok pada
remaja antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman
sebaya, dan papan iklan/reklame. Menggunakan rokok pertama kali
39
lebih dipengaruhi faktor lingkungan, namun untuk penggunaan
rokok tetap lebih dipengaruhi oleh faktor personal
d. Faktor regulasi dan hukum
Karena adanya peningkatan harga jual atau bea cukai yang tinggi
maka akan menurunkan jumlah pembelian dan konsumsi.
Pembatasan tempat-tempat untuk merokok juga diharapkan dapt
menurunkan angka penggunaan rokok, namun kenyataannnya angka
mulai merokok usia remaja tetap saja meningkat.
D. Penelitian Terkait
a. Penelitian oleh Neneng Nurlalilah dengan judul Hubungan antara Persepsi
tentang Dampak Merokok terhadap Kesehatan dengan Tipe Perilaku
Merokok Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik analisa data
dalam penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan
adalah mahasiswa UIN yang merokok sebanyak 120 orang. Hasil
penelitian menunjukkan nilai r sebesar 0,044 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,645 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku
merokok
b. Penelitian yang dilakukan oleh Renny Anggraini Nur Prasasti dengan
judul Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan Perilaku
Merokok pada Remaja Akhir tahun 2011. Metode penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data dalam
penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan
40
adalah remaja akhir di RW.03 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan
sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraf
signifikansi didapatkan sebesar 0,004 (p < 0.05), ada pengaruh yang
signifikan antara dimensi kepribadian big five dengan perilaku merokok.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Masruroh Diah Permata dengan judul
Hubungan antara Konformitas dengan Berpacaran pada Remaja di SMUN
34 Jakarta Selatan tahun 2000. Metode penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data dalam penelitian
adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan adalah siswa/i
SMUN 34 Jakarta Selatan sebanyak 100 orang. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara konformitas dengan
perilaku berpacaran pada remaja.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryanah dengan judul Hubungan
antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pada Remaja
awal siswa MTS Al Hidayah Depok tahun 2006. Metode penelitian
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik analisa data
dalam penelitian adalah korelasi Product Moment. Sampel yang digunakan
adalah siswa/i MTS Al Hidayah Depok sebanyak 101 orang. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konformitas
kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal, dengan hasil r hitng
sebesar 0,368 > P 0,195 pada taraf signifikansi 5 %.
41
E. Kerangka Teori
Remaja :
Remaja awal (12-15 tahun)
Remaja akhir (19-21 tahun)
Remaja tengah (15-18
tahun)
Faktor psikologik :
Perkembangan
sosial remaja
Gangguan psikiatrik
(depresi,
kecamasan)
Faktor biologis :
Efek menyenangkan
dari merokok.
Jenis kelamin
Faktor regulasi dan hukum :
Harga rokok yang
terjangkau
Sarana dan prasarana yang
mendukung
Tidak adanya peraturan
usia yang boleh merokok
Faktor lingkungan :
Keluarga
Teman sebaya
Konformitas :
Acceptance
Compliance
Perilaku merokok
Tipe Perilaku merokok :
Positive affect smokers
Negativeaffect smokers
Addictive smokers
Pure habbits smokers
Gambar 2.1 : terbentuknya perilaku merokok remaja
(Subanada, 2010 ; Sears, 2010 ; Aula, 2010)
42
BAB III
Kerangka Konsep, Hipotesa, dan Definisi Operasional
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependenya adalah tipe perilaku
merokok, sedangkan variabel independennya bentuk konformitas teman
sebaya.
Gambar 3.1 kerangka konsep
Bentuk Konformitas teman sebaya
1. Acceptance
2. Compliance
Tipe perilaku merokok
1. Positive affect smokers
2. Negative affect smokers
3. Addictive smokers
4. Pure habbits smokers
Variabel Independen Variabel Dependen
43
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara bentuk konformitas teman sebaya dengan tipe
perilaku merokok pada remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta
44
3.3. Definisi Operasional
Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Bentuk
Konformitas
teman sebaya
Usaha remaja untuk selalu
dapat menyesuaikan diri
dengan mengikuti peraturan
yang ditetapkan kelompok
baik dengan atau tanpa
keterpaksaan, salah satunya
dengan cara merokok.
Konformitas dapat dibagi
menjadi 2 bentuk yaitu
acceptance dan compliance
Peneliti menggunakan kuisioner
mengenai bentuk konformitas
yang berisi 16 pertanyaan.
Dengan masing-masing bentuk 8
pertanyaan. Dengan skor terendah
8 dan skor tertinggi 32.
Kuesioner menggunakan skala
likert
Untuk pertanyaan positif
SS : 4
S : 3
Menghitung skor dari
pertanyaan bentuk
konformitas.
Skor yang tertinggi
pada salah satu dari 2
bentuk, menunjukan
salah satu bentuk
konformitas tersebut
1. Acceptance
2. Compliance
Nominal
45
TS : 2
STS : 1
Dan untuk pertanyaan negatif
SS : 1
S : 2
TS : 3
STS : 4
Tipe perilaku
merokok
Perilaku merokok pada
remaja yang dipengaruhi
oleh perasaan yang
menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan,
yang dilakukan secara sadar
kemudian menjadi
Peneliti menggunakan kuisioner
mengenai tipe perilaku merokok
berdasarkan management affect of
theory yang berisi 32 pertanyaan.
Dengan masing-masing tipe 8
pertanyaan. Dengan skor terendah
8 dan skor tertinggi 32
Menghitung skor dari
pertanyaan tipe perilaku
merokok.
Skor yang tertinggi
pada salah satu dari 4
tipe, menunjukan salah
satu tipe perilaku
1. Positive
affect
smokers
2. Negative
affect
smokers
3. Addictive
Nominal
46
ketergantungan terhadap
rokok, sehingga lambat laun
menjadi kebiasaan.
Kuesioner menggunakan skala
likert
Untuk pertanyaan positif
SS : 4
S : 3
TS : 2
STS : 1
Dan untuk pertanyaan negatif
SS : 1
S : 2
TS : 3
STS : 4
merokok tersebut smokers
4. Pure habits
smokers
Tabel 3.1 Definisi Operasional
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan
konformitas teman sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja
laki-laki usia pertengahan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik kuantitatif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari
hubungan antar variabel (Setiadi, 2007). Peneliti menggunakan
pendekatan cross sectional karena variabel independen dan dependen di
observasi satu kali secara bersamaan, dan dalam waktu yang bersamaan
pula (Hidayat, 2007).
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di SMAN 97 Jakarta. Alasan memilih
tempat karena saat studi pendahuluan didapapatkan kejadian merokok
pada siswa di sekolah ini cukup banyak yaitu 25 dari 27 siswa merokok,
dan juga disekolah ini terdapat tempat-tempat yang tersembunyi untuk
merokok, seperti di kamar mandi, kantin, taman belakang, tempat parkir,
dan mesjid. Selain itu setiap pulang sekolah selalu terlihat siswa laki-laki
berkumpul di berbagai tempat dengan teman-temannya dan merokok
bersama. Serta lokasi mudah dicapai, belum pernah ada penelitian yang
sama di tempat tersebut, dan karakteristik sampel memenuhi syarat yang
telah ditetapkan sebelumnya.
48
Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal penelitian dari PSIK
UIN Jakarta, serta izin dari pihak SMA 97 Jakarta yaitu sekitar bulan Juni
2013.
C. Populasi, sampel, dan teknik sampling
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Siswojo
(dalam Setiadi, 2007) menambahkan, populasi sebagai sejumlah kasus
yang memenuhi syarat-syarat atau kriteria yang telah di tentukan oleh
peneliti. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMAN 97 Jakarta
kelas X yang terdiri dari 9 kelas, kelas XI yang terdiri dari 7 kelas dan
kelas XII yang terdiri dari 7 kelas yang merokok.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi
(Hidayat, 2009). Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen
populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
( Setiadi, 2007 ).
Dalam pemilihan sampel peneliti membuat kriteria bagi
sampel yang diambil. Adapun sampel yang diambil harus memiliki
kriteria sampel sebagai berikut :
49
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah:
1. Berusia 15-18 tahun
2. Terdaftar sebagai siswa di SMAN 97 Jakarta
3. Jenis kelamin laki-laki
4. Siswa yang masih merokok
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat
dimasukkan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah :
1. Siswa sedang sakit
2. Mempunyai keluarga yang merokok (ayah, ibu, saudara
kandung)
3. Besar sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan hipotesis beda dua proporsi
dengan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2010):
√ √
( )
Keterangan:
n : jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1- /2 : 1,96 (derajat kepercayaan 95% derajat kemaknaan 5%)
Z1- : 1,96 (kekuatan uji sebesar 95%)
50
P₁ : 0,6712 (diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya Iqbal,
2008)
P2 : (P1-30%)= 0,6712-0,3=0,3712
P :
Q : 1-P = 1-0,5212 = 0,4788
Q1 : 1-P1 = 1-0,6712 = 0,3288
Q2 : 1-P2 = 1-0,3712 = 0,6288
√ √
( )
√ ( ) √
,3 siswa = 81 siswa
Menurut Sastroasmoro & Ismail (2010), untuk menghindari terjadinya
sampel yang drop out dan sebagai cadangan, maka peneliti
menembahkan 10% dari jumlah sampel minimal dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
n’: Jumlah sampel setelah dikoreksi
n: Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f: Prediksi presentase sampel drop out (10%)
51
maka besar sampel yang dibutuhkan adalah :
Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 90 siswa
4. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling,
yaitu teknik sampling dengan pertimbangan tertentu (Machfoedz,
2008). Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2010).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini terlebih dahulu
dilakukan studi pendahuluan, dari hasil studi pendahuluan didapatkan
jumlah siswa di SMAN 97 Jakarta sebanyak 555 siswa dan semuanya
berusia antara 15 sampai 18 tahun. Dari hasil tersebut dilakukan
pemilihan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, yaitu siswa yang merokok namun tidak mempunyai
keluarga yang merokok di rumahnya, didapatkan sebanyak 358 siswa
merupakan perokok aktif, namun hanya sebanyak 136 siswa yang
merupakan perokok aktif dan tidak mempunyai keluarga yang
merokok dirumah selain dirinya.
Berdasarkan perhitungan sampel, dibutuhkan 90 orang
responden. Dari 136 siswa yang telah memenuhi kriteria dipilih 90
orang. Pada saat penelitian, terdapat 14 siswa yang absen dan 21 siswa
tidak bersedia menjadi responden. Peneliti menyebar kuesioner ke 109
52
siswa, dan terdapat 11 siswa yang jawaban kuesionernya tidak
lengkap. Jadi jumlah responden yang memenuhi kriteria sebanyak 90
responden.
D. Instrument Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner. Terdiri dari kuesioner tentang identitas responden,
konformitas teman sebaya dan kuesioner tipe-tipe perilaku merokok.
1. Identitas responden: meliputi nama, kelas dan usia
2. Kuesioner bentuk konformitas teman sebaya
Kuesioner ini untuk mengetahui konformitas teman sebaya
yang terjadi pada remaja dan kuesioner ini dibuat berdasarkan
bentuk konformitas yaitu acceptance dan compliance. Kuesioner ini
dibuat dalam pertanyaan favorable dan unfavorable. Setiap pertanyaan
disediakan empat pilihan jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju
(S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju (STS)”, dan penilaian
jawaban menggunakan skala Likert.
Untuk pertanyaan favorable skor yang diberikan adalah skor 4
untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 3 untuk jawaban “Setuju
(S)”, skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, dan skor 1 untuk
jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”.
Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable skor yang diberikan
adalah skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, skor 3
untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, skor 2 untuk jawaban “Setuju
(S)”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.
53
Kuesioner dimodifikasi dari penelitian Maryanah tahun 2006.
Peneliti memodifikasi dengan menambahkan aspek kepercayaan
terhadap diri sendiri yang termasuk dalam tipe konformitas
acceptance dan aspek rasa takut terhadap penyimpangan yang
termasuk dalam tipe konformitas compliance.
Skala ukur yang digunakan adalah skala nominal. Jumlah
pertanyaan untuk kuesioner ini ada 20 pertanyaan yang terbagi dalam
2 bentuk dan setiap bentuk berisi 10 pertanyan. Skor tertinggi yang
diperoleh pada salah satu dari 2 bentuk konformitas menunjukan
bentuk konformitas tersebut.
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Acceptance 1,3,5,7,9 11,13,15,17,19 10
2 Compliance 2,4,6,12,14 8,10,16,18,20 10
Jumlah 20
3. Kuesioner tipe-tipe perilaku merokok
Kuesioner ini dibuat untuk mengetahui tipe perilaku merokok
yang terjadi pada remaja. Kuesioner tipe perilaku merokok dibuat
berdasarkan empat tipe yang dikatakan oleh Silvan Tomkins yaitu
perilaku merokok karena pengaruh perasaan positif, perilaku merokok
karena pengaruh perasaan negatif, adiktif dan yang sudah menjadi
kebiasaan.
Setiap pertanyaan disediakan empat pilihan jawaban yaitu
“Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat
Tabel 4.1 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Konformitas Teman Sebaya
54
Tidak Setuju (STS)”, dan penilaian jawaban menggunakan skala
Likert.
Untuk pertanyaan favorable skor yang diberikan adalah skor 4
untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 3 untuk jawaban “Setuju
(S)”, skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, dan skor 1 untuk
jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”.
Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable skor yang diberikan
adalah skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, skor 3
untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”, skor 2 untuk jawaban “Setuju
(S)”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.
Kuesioner yang digunakan dalam penellitian ini merupakan
modifikasi dari kuesioner yang dibuat oleh Prasasti tahun 2011.
Peneliti memodifikasi kuesioner dengan menambahkan beberapa
pertanyaan dari masing-masing aspek.
Jumlah pertanyaan untuk kuesioner ini ada 40 pertanyaan yang
terbagi dalam 4 aspek dan setiap aspek berisi 10 pertanyan. Skala ukur
yang digunakan adalah skala nominal. yang pada akhirnya skor
tertinggi yang diperoleh pada salah satu dari empat tipe perilaku
merokok tersebut menunjukan tipe perilaku merokok tersebut. Sebagai
contoh apabila skor yang diperoleh oleh responden setelah mengisi
kuesioner didapatkan skor pada tipe perilaku merokok addictive
smokers adalah 30, sedangkan skor pada positive affect smokers,
negative affect smokers, dan pure habbits smokers adalah 15, 20, dan
27. Maka responden tersebut termasuk kedalam tipe perilaku merokok
55
addictive smokers karena skor yang terbesar didapatkan pada tipe
tersebut.
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Positive affect
smokers 1,5,9,13,17,21 25,29,33,37 10
2 Negative affect
smokers 2,6,10,14,18 22,26,30,34,38 10
3 Addictive smokers 3,7,11,15,19 23,27,31,35,39 10
4 Pure habbits
smokers 4,8,12,16,20,24 28,32,36,40 10
Jumlah 40
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur
(Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dinyatakan valid jika instrumen
itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan
kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Untuk menguji validitas dapat
menggunakan rumus Pearson Product Moment. Untuk menguji
koefisien r valid atau tidak, akan digunakan uji r, yang selanjutnya
akan dibandingkan antara rhitung dengan rtabel. Pada taraf signifikansi
5%, item instrumen dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang siswa
SMK Ganesa Satria Depok pada tanggal 18 Juli 2013. Hasil uji
kuesioner dianalisis dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment dengan menggunakan SPSS. Untuk responden sebanyak 30
orang didapatkan rtabel : n-2 = 0,36, yang menunjukkan apabila rhitung ≥
Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Tipe Perilaku Merokok
56
rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan dapat
dipergunakan untuk mengambil data selanjutnya.
a. Hasil uji validitas kuesioner konformitas
Jumlah pernyataan sebanyak 20 pernyataan. Setelah
dilakukan uji validitas, terdapat 4 pernyataan yang tidak valid yaitu
pernyataan nomor 4, 11, 12, dan 19. Pernyataan yang tidak valid
semuanya dieleminasi karena pernyataan yang lain masih dapat
mewakili indikator. Sehingga total pernyataan yang valid sebanyak
16 pernyataan.
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Acceptance 1,3,5,7,9 11*,13,15,17,19* 8
2 Compliance 2,4*,6,12*,14 8,10,16,18,20 8
Jumlah 16
Keterangan : *(item tidak valid)
b. Hasil uji validitas kuesioner tipe perilaku merokok
Jumlah pernyataan sebanyak 40 pernyataan. Setelah
dilakukan uji validitas, terdapat 8 pernyataan yang tidak valid yaitu
pernyataan nomor 17, 18, 19, 20, 28, 33, 35, dan 38. Pernyataan
yang tidak valid semuanya dieleminasi karena pernyataan yang lain
masih dapat mewakili indikator. Sehingga total pernyataan yang
valid sebanyak 32 pernyataan.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Validitas Pernyataan Kuesioner Konformitas
Teman Sebaya
57
Keterangan : *(item tidak valid)
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kesamaan
hasil pengukuran atau pengamatan suatu alat pengukur dalam
mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten (Arikunto, 2010). Uji reliabillitas disini menggunakan
metode alpha cronbach. Suatu instrument dinyatakan reliabel jika
memiliki nilai Cronbach’ Alpha > 0,6 (Arikunto, 2010).
Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α)
untuk kuesioner konformitas sebesar 0,771 sebelum item yang tidak
valid dieliminasi dan setelah item yang tidak valid dieliminasi
didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0,895. Sedangkan untuk
kuesioner tipe perilaku merokok sebesar 0,915 sebelum item yang
tidak valid dieliminasi dan setelah item yang tidak valid dieliminasi
didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0,937. Dari kedua hasil
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Positive affect
smokers 1,5,9,13,17*,21 25,29,33*,37 8
2 Negative affect
smokers 2,6,10,14,18* 22,26,30,34,38* 8
3 Addictive smokers 3,7,11,15,19* 23,27,31,35,39* 8
4 Pure habbits
smokers 4,8,12,16,20*,24 28*,32,36,40 8
Jumlah 32
Tabel 4.4 Distribusi Hasil Validitas Pernyataan Kuesioner Tipe Perilaku
Merokok
58
uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa kedua kuesioner
tersebut realibel dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach > 0,60.
F. Tahapan Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Mendapatkan persetujuan proposal dari pembimbing.
b. Membuat surat permohonan izin penelitian dari PSIK UIN yang
ditujukan kepada kepala sekolah SMAN 97 Jakarta.
c. Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan, peneliti
melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang akan
dipakai.
d. Selanjutnya item pada kuesioner akan diolah dan dipilih mana yang
memenuhi validitas dan reliabilitas yang selanjutnya akan
digunakan untuk pengambilan data.
2. Tahap penelitian
a. Setelah didapatkan hasil kuesioner yang sudah memenuhi validitas
dan reliabilitas, peneliti mengajukan izin kepada guru bagian
kesiswaan SMAN 97 Jakarta untuk melakukan penelitian.
b. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti melakukan
seleksi calon responden yang memenuhi kriteria sampel yang telah
dipilih untuk masing-masing kelas X, XI, dan XII.
c. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan penelitian sehingga para
siswa mengerti dan bersedia menjadi responden penelitian.
d. Apabila siswa bersedia menjadi responden, peneliti akan meminta
siswa untuk menandatangaini surat persetujuan menjadi responden,
59
dilanjutkan dengan memberikan kuesioner yang harus diisi oleh
siswa.
e. Menjelaskan cara pengisian kuesioner dan memandu siswa untuk
mengisi kuesioner penelitian
f. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang
belum jelas.
g. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, peneliti
mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
h. Selanjutnya data akan dianalisis sesuai dengan rumus yang telah di
tetapkan untuk selanjutnya akan diinterpretasikan hasilnya.
G. Pengolahan Data
Pada pengolahan data, penulis menggunakan alat perangkat lunak,
sedangkan kuesioner yang telah diisi responden dikumpulkan dan
diperiksa kelengkapannya kemudian dilakukan tahap-tahap berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan, meliputi kelengkapan jawaban,
kejelasan jawaban, relevansi jawaban terhadap pertanyaan, dan
konsistensi antara jawaban pada isian kuisioner.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Kegiatan ini bertujuan untuk
merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau
60
bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisis data menggunakan komputer
3. Entri data
Kegiatan memasukkan data yang terkumpul dari kuesioner
kedalam program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontingensi.
4. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahhan kode,
ketidaklengkapan untuk kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
(Notoatmodjo, 2010)
H. Analisa Data
Analisa data dibantu menggunakan perangkat lunak dengan analisa
yang digunakan adalah :
1. Analisa univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan untuk
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel
independen yaitu bentuk konformitas teman sebaya, dan variabel
dependenya adalah tipe perilaku merokok.
61
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa data
yang digunakan menggunakan uji Chi-Square (X2), Derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan 5%, sehingga
jika nilai P (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan bermakna
(signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p value > 0,05
berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti.
(Dahlan, 2010)
I. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian
yang meliputi : (Hidayat, 2008)
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Peneliti memberikan lembar informed consent kepada siswa sebelum
mengisi kuesioner, tujuan dari informed consent adalah agar siswa
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika siswa bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Namun jika siswa
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya dan tidak ada
paksaan.
2. Kerahasiaan (confidentially)
Etika penulisan bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi, dan menghormati hak responden. Peneliti
62
menjelaskan kepada siswa bahwa peneliti akan menjamin kerahasiaan
identitas siswa, dimana data-data yang diperoleh hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian.
3. Tanpa nama (anonimity)
Peneliti tidak meminta siswa untuk menuliskan nama mereka.
Karena masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
SMAN 97 Jakarta ini berada di jalan Brigif 2 Kelurahan Jagakarsa,
Jakarta Selatan. SMAN 97 Jakarta didirikan pada tahun 1986 dan berfungsi
pada 17 Juli 1987. Pada awalnya gedung sekolah ini merupakan gedung
SMPN 254 Jakarta, namun karena banyaknya warga sekitar yang
mengusulkan agar gedung tersebut dirubah menjadi SMA, maka dibangunlah
gedung tersebut menjadi SMAN 97 Jakarta. Jumlah siswa keseluruhan pada
tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 1080 siswa. Sekolah ini memiliki 27 ruang
kelas dan terbagi menjadi kelas X, XI, dan XII. Fasilitas yang ada di sekolah
ini cukup lengkap diantaranya, UKS, perpustakaan, masjid, ruang audio
visual, laboraturium, green house, kantin dan lain-lain. Kegiatan
ektrakulikuler di SMAN 97 Jakarta adalah sepak bola, KIR, PMR, paskibra,
tari saman, bulutangkis, dan lain-lain.
Visi dari SMAN 97 Jakarta ini adalah “Meningkatkan Prestasi dalam
Bidang Akademik dan Non Akademik dengan Bertitik Tolak pada Iman dan
Taqwa”. Sedangkan misi dari sekolah ini yaitu melaksanakan pembelajaran
secara teratur dan efektif, mengadakan pembinaan olahraga dan seni
berprestasi, mengadakan kegiatan keagamaan secara teratur, terarah, terpadu,
dan kontinue, melaksanakan pembinaan disiplin melalui tata tertib yang tepat
dan konsisten, serta menumbuhkan rasa kecintaan tanah air dan bangsa
melalui kerja bakti sosial dan upacara bendera
64
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan usia dan kelas anak.
1. Usia Remaja
Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan
usia.
Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden
Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)
15 Tahun 23 28,4
16 Tahun 30 37,0
17 Tahun 16 19,8
18 Tahun 12 14,8
Total 81 100
Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden dalam penelitian ini
berusia 16 tahun (37%).
C. Analisis Univariat
Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen yaitu
konformitas teman sebaya dan variabel dependen yakni tipe perilaku merokok
yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.
1. Konformitas teman sebaya
Pada penelitian ini, nilai konformitas teman sebaya diperoleh
berdasarkan jumlah dari jawaban responden terhadap kuesioner
konformitas teman sebaya. Analisis univariat variabel konformitas teman
65
sebaya pada siswa SMAN 97 Jakarta diperoleh hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Konformitas
Teman Sebaya
Bentuk konformitas Frekuensi Presentase (%)
Acceptance 51 63
Compliance 30 37
Total 81 100
Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan bentuk
konformitas teman sebaya yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta, di
temukan bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam bentuk
konformitas acceptance, sebanyak 51 responden (63%).
2. Tipe Perilaku Merokok
Pada penelitian ini, nilai tipe perilaku merokok diperoleh berdasarkan
jumlah dari jawaban responden terhadap kuesioner tipe perilaku merokok.
Analisis univariat variabel tipe perilaku merokok pada siswa SMAN 97
Jakarta diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Distribusi Responden
berdasarkan Tipe Perilaku Merokok
Tipe Perilaku Merokok Frekuensi Presentase (%)
Positive affect smokers 27 33,3
Negative affect smokers 18 22,2
Addictive smokers 16 19,8
Pure habbits smokers 20 24,7
Total 81 100
66
Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan tipe
perilaku merokok yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta, di temukan
bahwa mayoritas responden memiliki tipe perilaku merokok positive affect
smokers (33,3%).
D. Analisis Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen
adalah konformitas teman sebaya. Sedangkan variabel dependen adalah tipe
perilaku merokok.
Tabel 5.4 hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap tipe perilaku merokok pada siswa SMAN 97 Jakarta
Bentuk
Konformitas
teman
sebaya
Tipe perilaku merokok P
Addictive
smokers
Negative
affect smokers
Positive affect
smokers
Pure habbits
smokers
N % N % N % N % 0,404
Acceptance 8 15,7 14 27,5 17 33,3 12 23,5
Compliance 8 26,7 4 13,3 10 33,3 8 26,7
Total 16 19,8 18 22,2 27 33,3 20 24,7
Analisis hubungan antara konformitas teman sebaya terhadap tipe
perilaku merokok remaja di SMAN 97 Jakarta ini menggunakan uji Chi-
Square dengan α = 0,05. Dari hasil analisis didapatkan p value = 0,404
(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok remaja
laki-laki di SMAN 97 Jakarta.
Selanjutnya akan dilihat hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap masing-masing tipe perilaku merokok.
67
Tabel 5.5 hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap tipe perilaku merokok positive affect smokers
Bentuk
Konformitas teman
sebaya
Tipe perilaku merokok P OR
Positive affect
smokers
Other
N % N %
Acceptance 17 33,3 34 66,7 0,065 1
Compliance 10 33,3 20 66,7
Total 27 33,3 54 66,7
Dapat terlihat bahwa p value = 0,065 (p>0,05) dengan nilai OR=1.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok positive affect smokers
pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar 1 menunjukkan
siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance memiliki probabilitas
sebesar 50% untuk memiliki tipe perilaku merokok positive affect smokers.
Tabel 5.6 hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap tipe perilaku merokok Negative affect smokers
Bentuk
Konformitas
teman sebaya
Tipe perilaku merokok P OR
Negative affect
smokers
Other
N % N %
Acceptance 14 27,5 37 72,6 0,140 2,459
Compliance 4 13,3 26 86,7
Total 18 22,2 63 77,8
Dapat terlihat bahwa p value = 0,140 (p>0,05) dengan nilai
OR=2.459. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok negative
affect smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar
2.459 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance
68
memiliki probabilitas sebesar 71% untuk memiliki tipe perilaku merokok
negative affect smokers.
Tabel 5.7 hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap tipe perilaku merokok Addictive smokers
Bentuk
Konformitas
teman sebaya
Tipe perilaku merokok P OR
Addictive smokers Other
N % N %
Acceptance 8 15,7 43 84,3 0,231 0,532
Compliance 8 26,7 22 73,3
Total 16 19,8 65 80,2
Dapat terlihat bahwa p value = 0,231 (p>0,05) dengan nilai
OR=0,532. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok
addictive smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR
sebesar 0,532 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas
acceptance memiliki probabilitas sebesar 34,7% untuk memiliki tipe perilaku
merokok addictive smokers.
Tabel 5.8 hubungan bentuk konformitas teman sebaya
terhadap tipe perilaku merokok Pure habbits smokers
Bentuk
Konformitas
teman sebaya
Tipe perilaku merokok P OR
Pure habbits
smokers
Other
N % N %
Acceptance 12 23,5 39 76,5 0,752 0,846
Compliance 8 26,7 22 73,3
Total 20 24,5 61 75,3
Dapat terlihat bahwa p value = 0,752 (p>0,05) dengan nilai
OR=0,846. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
69
bermakna antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok pure
habbits smokers pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta. Nilai OR sebesar
0,846 menunjukkan siswa yang memiliki bentuk konformitas acceptance
memiliki probabilitas sebesar 45,8% untuk memiliki tipe perilaku merokok
pure habbits smokers.
70
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 97 Jakarta
yang berjenis kelamin laki-laki, berusia 15-18 tahun, merokok, dan tidak
mempunyai keluarga dirumah yang merokok selain dirinya. Jumlah
seluruh siswa laki-laki di SMAN 97 Jakarta sebanyak 555 siswa dan
semuanya berusia antara 15-18 tahun. Dari 555 siswa terdapat 358 siswa
yang merokok dan terdapat 136 siswa yang merokok dan tidak mempunyai
keluarga di rumah yang merokok selain dirinya. Jadi jumlah responden
yang ada sudah mencukupi perhitungan responden yaitu sebanyak 81
siswa. Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 16 tahun dan
berada dikelas XI.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran bentuk konformitas teman sebaya pada remaja laki-laki di
SMAN 97 Jakarta
Berdasarkan bentuk konformitas yang telah dikatakan oleh
Myers, maka bentuk konformitas pada siswa SMAN 97 Jakarta dapat
dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu compliance dan acceptance.
Untuk bentuk konformitas compliance, individu mengubah perilakunya
didepan publik agar sesuai dengan kelompoknya, tetapi secara diam-
diam tidak mengubah pendapat pribadinya. Keseragaman perilaku yang
ditunjukan pada konformitas compliance ini dilakukan individu untuk
71
mendapat hadiah, pujian, rasa penerimaan, serta menghindari hukuman
dari kelompok (Butler, 2006). Sedangkan bentuk konformitas
acceptance, individu menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun
perilakunya didepan publik agar sesuai dengan kelompoknya, namun
perubahan keyakinan maupun perilaku individu terjadi apabila dirinya
sungguh-sungguh percaya bahwa kelompok memiliki opini atau
perilaku yang benar dan sesuai dengan kepercayaan yang ia miliki.
Kurangnya informasi yang didapat individu juga dapat menyebabkan
individu melakukan konformitas acceptance (Stangor, 2004).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa
SMAN 97 Jakarta melakukan bentuk konformitas acceptance (63%).
Hasil ini sama dengan hasil penelitian Indriya & Nindiyati (2013)
terhadap remaja usia 15-18 tahun yang menunjukkan bahwa mayoritas
remaja melakukan bentuk konformitas acceptance. Mayoritas siswa
SMAN 97 Jakarta mempunyai bentuk konformitas acceptance karena
mereka menganggap kelompoknya sebagai sumber informasi yang
mereka perlukan, mereka tidak begitu percaya diri terhadap
pengetahuan yang dimilikinya sehingga cenderung mempercayai apa
yang dilakukan kelompoknya dan mengikutinya. Mereka juga
menganggap apa yang dikatakan atau dilakukan kelompoknya masih
sesuai dengan apa yang mereka percayai dalam dirinya sendiri, jadi
mereka dengan senang hati mengikuti aturan dalam kelompok dan
merasa nyaman berada dalam kelompok tersebut.
72
2. Gambaran tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97
Jakarta
Tomkins (dalam Aula 2010) menyebutkan terdapat empat tipe
perilaku merokok, yaitu positive affect smokers, negative affect
smokers, addictive smokers, dan pure habbits smokers. Hasil penelitian
tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMAN 97 Jakarta
menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tipe perilaku merokok
positive affect smokers (33,3%). Ini berarti para siswa cenderung
merokok karena ingin merasakan kesenangan atau kenikmatan yang
didapat ketika merokok, mereka juga cenderung lebih senang merokok
saat mereka sedang merasa senang atau bahagia, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kesenangan yang sudah didapatkannya. (Tomkins dalam
Aula 2010). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Nurlailah (2010) yang menyebutkan bahwa tipe perilaku merokok yang
tejadi pada remaja kebanyakan adalah negative affect smokers, yaitu
ingin menghilangkan rasa cemas, tegang, stress, dan ingin mengatasi
masalah yang sedang dihadapi, sehingga merokok merupakan cara
untuk menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.
Mayoritas siswa SMAN 97 Jakarta memiliki tipe perilaku
merokok positive affect smokers, karena mereka biasanya merokok
hanya ketika berada diluar rumah terutama saat sedang bersama
temannya dan merasa nyaman bersama teman-temannya sesama
perokok. Mereka biasa berkumpul dengan teman-temannya sepulang
sekolah dan merokok bersama. Tidak jarang juga mereka merokok di
73
lingkungan sekolah karena jarang ada pemeriksaan, mereka biasa
merokok disekolah di tempat-tempat yang tersembunyi. Mereka merasa
lebih tenang dan senang ketika sedang merokok, walaupun hanya
dengan memegang rokoknya saja.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi-square karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara
konformitas acceptance terhadap tipe perilaku merokok remaja laki-laki di
SMAN 97 Jakarta. Hasil uji Chi-square pada penelitian ini didapatkan
tingkat signifikan (p) 0,404. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara bentuk konformitas terhadap tipe perilaku merokok
remaja laki-laki usia pertengahan di SMAN 97 Jakarta.
Hal ini tidak sama dengan hasil dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Pertiwi (2009) yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku merokok remaja. Begitu juga dengan hasil penelitian Iqbal (2008)
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
faktor teman dengan perilaku merokok. Hal ini karena dalam penelitian ini
yang di teliti adalah bentuk konformitasnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk konformitas
teman sebaya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tipe
perilaku merokok. Hal ini terjadi karena bentuk konformitas, baik
acceptance maupun compliance sama-sama tidak mempunyai pengaruh
terhadap tipe perilaku merokok yang terjadi pada siswa SMAN 97 Jakarta.
74
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas siswa yang memiliki bentuk
konformitas acceptance termasuk dalam tipe perilaku merokok positive
affect smokers (33,3%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMAN 97
Jakarta merokok untuk menyenangkan perasaan mereka dan melakukan
konformitas dengan menganggap bahwa kelompoknya memiliki nilai-nilai
yang sesuai dengan dirinya sehingga mereka bersedia merubah sikap dan
perilakunya agar sesuai dengan kelompoknya tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa
mempunyai bentuk konformitas acceptance yang berarti bahwa siswa
membutuhkan informasi dari temannya dan percaya terhadap temannya.
Hal ini sesuai dengan peryataan Soetjiningsih (2007), bahwa pada tahap
remaja pertengahan, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
kalau banyak teman yang menyukainya. Namun remaja berada dalam
kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis
atau materialis dan sebagainya (sooetjiningsih, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk konformitas teman
sebaya tidak berpengaruh pada tipe perilaku merokok pada remaja. Hal ini
dapat disebabkan masih banyak faktor-faktor lingkungan dan faktor lain
yang dapat mempengaruhi remaja merokok. Andika (2010) menyebutkan
bahwa faktor lain yang dapat menyebabkan remaja merokok adalah
semakin cepatnya perkembangan teknologi sehingga remaja sulit
melakukan seleksi terhadap informasi dari luar, kurangnya sarana yang
dapat memfasilitasi remaja untuk menyalurkan hobinya, adanya konflik-
75
konflik dalam diri remaja yang membuat remaja frustasi dan depresi yang
menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan
negatif.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan beberapa
keterbatasan penelitian, diantaranya, yaitu :
1. Pertama, peneliti memodifikasi sendiri kuesioner dari penelitian
terdahulu, karena belum ada kuesioner yang membagi secara spesifik
tentang bentuk konformitas dan tipe perilaku merokok
2. Kedua, dari hasil uji validitas kuesioner juga masih banyak item yang
tidak valid sehingga peneliti perlu mengeleminasi item yang tidak
valid agar kuesioner tetap bisa digunakan.
76
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang
diperoleh di SMAN 97 Jakarta Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan
bahwa mayoritas siswa perokok pada penelitian ini berusia 16 tahun dan
berada di kelas XI. Bentuk konformitas yang ada pada siswa SMAN 97
Jakarta sebagian besar adalah bentuk konformitas acceptance, yaitu
sebanyak 51 responden (63 %). Untuk tipe perilaku merokok pada siswa
SMAN 97 Jakarta sebagian besar menunjukkan tipe perilaku merokok
positive affect smokers sebanyak 27 responden (33,3 %). Hasil penelitian
ini menunjukkan tidak ada hubungan antara bentuk konformitas teman
sebaya terhadap tipe perilaku merokok pada remaja laki-laki usia
pertengahan di SMAN 97 Jakarta dengan p value = 0,404.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan keperawatan baik anak ataupun komunitas
berupa pendidikan kesehatan kepada para remaja usia sekolah yang
merokok supaya tahu mengenai bahaya dan kerugian merokok,
sehingga anak termotivasi untuk berhenti dan tidak merokok.
77
2. Bagi SMAN 97 Jakarta
Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar atau masukan untuk
pengembangan dan penerapan layanan bimbingan konseling serta
mengadakan pertemuan rutin dengan wali siswa untuk membahas
terkait perilaku merokok yang rentan terjadi pada anak remaja.
3. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan masukan orang tua untuk
lebih memperhatikan pergaulan anaknya agar tidak terpengaruh hal-hal
yang tidak baik, serta selalu memberikan contoh sikap dan perilaku
yang baik kepada anaknya.
4. Peneliti Selanjutnya
Penelitan selanjutnya dapat menambahkan responden perempuan,
karena sudah banyak juga perempuan yang merokok,
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tipe
perilaku merokok atau hubungan bentuk konformitas dengan yang
lainnya. Selain itu dapat juga mengambil responden dengan rentang
usia yang lebih muda.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani & Ni’matuzahroh. (2013). Konsep Diri dengan Konfromitas pada
Komunitas Hijabers. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1) 108-123
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Aula, E. L. (2010). Stop Merokok. Yogyakarta: Garailmu
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badriah, F. (2003). Boyz Only. Jakarta: Gema Insani Press
Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC
Butler, L. H. (2006). Liberating our dignity, saving our souls: America
Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:
Salemba Medika
. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika
Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo
Depkes RI. (2010). Tabel Riskesdas 2010. Diperoleh dari
www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/TabelRiskesdas2010
Depkes RI. (2012). Anak dan Remaja Rentan Menjadi Perokok Pemula. Diperoleh
dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2050
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka
Pelajar
Dewi, N. C. (2008). Remaja Putri Indonesia Merokok karena Ingin Langsing.
Diperoleh dari
http://news.detik.com/read/2008/08/27/163858/995733/10/remaja-putri-
indonesia-merokok-karena-ingin-langsing.
Febrina. (2012). Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Skripsi.
Jurusan psikologi USU: Tidak diterbitkan
GTSSData. (2012). Global Youth Tobacco Survey. Diperoleh dari
www.cdc.gov/tobacco/global/
Gunarsa, Y.S. D. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Libri
Hendriati, A. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya
Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung:
Refika Aditama
Herijulianti, E. (2002). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Husaini, A. (2007). Tobat Merokok. Jakarta: Pustaka IIman
Indria, K., & Nindyati, A. D. (2007). Kajian konformitas dan kreativitas affective
remaja. Jurnal provitae. 3(1), 97-100
Iqbal, M.F. (2008). Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW.22 Kelurahan
Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008. Skripsi. Jurusan
Kesehatan Masyarakat UI: Tidak diterbitkan
Jampes, S. I. (2009). Kitab Kopi dan Rokok untuk para Pecandu Rokok dan
Penikmat Kopi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Kemala, I & Hasnida. (2005). Hubungan Stres dengan Perilaku Merokok pada
Remaja Laki-laki. Psikologi. 1(2)
Komalasari, D & Helmi, A F. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Kumboyono. Hubungan Perilaku Merokok Dan Motivasi Belajar Anak Usia
Remaja Di Smk Bina Bangsa Malang. Majalah kesehatan fkub. Diperoleh
dari http://ejournal.umm.ac.id
Laurens, J. M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo
Machfoedz, I. (2008). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,
Kebidanan, dan Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya
Maryanah, S. (2006). Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kenakalan pada
Remaja Awal Siswa MTS Al Hidayah Depok. Skripsi. Jurusan Psikologi
UI: Tidak diterbitkan
Monks, F. J. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mutadin, Z. (2002). Remaja & Rokok. Diperoleh dari http://www.e-
psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=379
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurlailah, N. (2010). Hubungan antara Persepsi tentang Dampak Merokok
terhadap Kesehatan dengan Tipe Perilaku Merokok Mahasiswa
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jurusan
Psikologi UIN Jakarta: Tidak diterbitkan
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Permata, M.D. (2000). Hubungan antara Konformitas dengan Berpacaran pada
Remaja di SMUN 34 Jakarta. Skripsi. Jurusan Psikologi UI: Tidak
diterbitkan
Pertiwi, A.K. (2009). Hubungan antara Konformitas Kelompok dengan Perilaku
Merokok pada Remaja. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang: Tidak diterbitkan
Pitaloka, A . (2006). Moral Exclusion dan Rokok. Diperoleh dari http://www.e-
psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=266
Prasasti, R.A.N. (2011). Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan
Perilaku Merokok pada Remaja Akhir. Skripsi. Jurusan Psikologi UIN
Jakarta: Tidak diterbitkan
Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Redaksi plus. (2007). Stop Rokok. Jakarta: Penebar Swadaya
Rosdiana . (2011). Dinamika Perilaku Merokok Remaja Ditinjau dari Pengaruh
Teman Sebaya dan Terpaan Iklan Rokok. Skripsi. Jurusan Psikologi UI:
Tidak diterbitkan
Rosmala. (2003). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Siswa SMP As-Syafiah. Skripsi. Jurusan Psikologi UI: Tidak diterbitkan
Sa’diah, L. N. (2007). Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kepercayaan
Diri Siswa. Skripsi. Jurusan Psikologi UIN Malang: Tidak diterbitkan
Santrock, J. W . (2007). Remaja jilid 2. Jakarta: Erlangga
. (2007). Remaja jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Sastroasmoro & Ismail, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Jakarta: Sagung Seto
Sears, D. O. (2010). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sirait, A. M. (2002). Perilaku Merokok di Indonesia. Penelitian Kesehatan. 30(3),
139-150
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto
Stangor, C. (2004). Social group in action and interaction. USA: Taylor and
francise book inc.
Sudarma, M. (2009). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Sudarsono. (2012). Kenakalan remaja: prevensi, rehabilitasi, dan resosialisasi.
Jakarta: Rineka Cipta
Sulastomo, E. (2013). Persepsi Merokok di Kalangan Siswa SMK. Jurnal
Eduhealth. 3(1)
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta: EGC
Suryawati, J & Maryati, K. (2006). Sosiologi. Jakarta: Erlangga
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
TCSC Indonesia. (2012). Masalah Rokok di Indonesia. Diperoleh dari http://tcsc-
indonesia.org/wp-content/uploads/2012/10/
TCSC Indonesia. (2012). Siswa SMA dan SMP di Yogyakarta Merokok karena
Coba-coba. Diperoleh dari http://tcsc-indonesia.org/?p=1523
WHO. (2012). Tobacco Surveillance. Diperoleh dari
www.who.int/tobacco/surveillance/gyts/
Widodo, M. (2008). Perilaku Merokok pada Mahasiswi Ditinjau dari
Konformitas. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang: Tidak diterbitkan
Zebua, A.S & Nurdjayanti, R.D. (2001). Hubungan Antara Konformitas Dengan
Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis.
3(6)
Lampiran 1
Lembar persetujuan menjadi responden
Judul penelitian : Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya terhadap
Tipe Perilaku Merokok
pada RemajaLaki-laki Usia Pertengahan di SMAN 97
Jakarta
Peneliti : Sih Utami Sri Hartati
NIM : 109104000027
Saya yang bertanda tangan di bawah ini setelah membaca dan memahami
penjelasan penelitian, menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
dengan judul penelitian “Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya
terhadap Tipe Perilaku Merokok pada RemajaLaki-laki Usia Pertengahan di
SMAN 97 Jakarta ”. Tanda tangan saya menyatakan bahwa saya telah diberi
informasi dan memutuskan untuk mengisi kuisioner.
Saya memahami bahwa data yang dihasilkan adalah rahasia dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan Ilmu Keperawatan dan
tidak merugikan saya.
Apakah anda bersedia menjadi responden?
(YA/TIDAK)
Responden
(inisial nama………………………)
Lampiran 2
Kode Responden : ____________
(diisi oleh peneliti)
Lembar Kuisioner
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian
a. Isilah dengan pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda.
b. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan kuesioner ini, dapat meminta
penjelasan kepada peneliti.
c. Setelah selesai mengisi kuesioner ini, segera serahkan kembali kepada peneliti.
d. SELAMAT MENGISI……!!!!
1. Berapa usia Anda?
a. 15 tahun
b. 16 tahun
c. 17 tahun
d. 18 tahun
2. Kelas berapa Anda ?
a. X
b. XI
c. XII
Lampiran 2
Petunjuk pengisian
a. Isilah dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai
dengan keadaan saudara, apabila jawwaban belum sesuai maka berilah dua garis (=)
pada jawaban anda sebelumnya, kemudian beri tanda ceklis (√) pada jawaban sausara
yang telah sesuai
Contoh :
No. Peryataan Sangat
tidak
setuju
(STS)
Tidak
setuju
(TS)
Setuju (S) Sangat
setuju
(SS)
1. Saya terbiasa olahraga setiap pagi √
Pada contoh, jawaban yang diberi tanda ceklis (√) adalah S (Setuju). Dengan demikian
anda setuju bahwa peryataan tersebut mencerminkan diri anda.
B. Konformitas Teman Sebaya
No Peryataan Pilihan jawaban
SS S TS STS
1. Saya menerima informasi yang saya butuhkan dari
kelompok
2. Apabila teman membolos, saya juga ikut membolos
3. Saya merasa nyaman di dalam kelompok
4. Saya yakin informasi yang dikatakan oleh kelompok
benar
5. Saya melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukan kelompok
6. Saya mengikuti perintah kelompok
7. Saya lebih nyaman dengan teman di luar kelompok
8. Saya menerima saran dari kelompok
Lampiran 2
9. Yang dilakukan kelompok tidak bermanfaat bagi
saya
10. Saya yakin dengan pendapat saya sendiri
11. Anggota yang tidak menerima keputusan akan
dimusuhi
12. Saya puas dengan pengetahuan yang saya miliki
sekarang
13. Saya sulit menerima keputusan kelompok
14. Saya melakukan sesuatu atas kemauan saya sendiri
15. Saya pernah melanggar aturan yang telah disepakati
kelompok
16. Saya tidak sepenuhnya setuju dengan keputusan
kelompok
Lampiran 2
C. Tipe Perilaku Merokok
No Peryataan Pilihan jawaban
SS S TS STS
1. Saya merokok ketika sedang santai
2. Saya merokok agar tidak mudah terpancing emosi
3. Saya membawa rokok kemanapun saya pergi
4. Saya merokok di setiap saya beraktivitas
5. Saya merokok ketika sedang senang
6. Ketika saya sedang sedih, rokok dapat membuat saya
lebih baik
7. Jumlah rokok yang saya hisap bertambah setiap hari
8. Rokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup saya
9. Saya merasa tenang ketika merokok
10. Saat patah hati saya akan merokok
11. Saya rela pergi ke warung untuk membeli rokok
sekalipun hujan deras
12. Saya terbiasa merokok dimanapun saya berada
13. Saya suka memainkan rokok dengan jari-jari saya
14. Ketika marah saya akan merokok
15. Saya lebih baik tidak makan daripada tidak merokok
16. Rokok sudah menjadi teman saya sehari-hari
17. Merokok membuat saya lebih semangat
18. Tanpa rokok pun saya dapat mengatasi kegelisahan
saya
19. Saya tidak peduli jika persediaan rokok saya habis
20. Saya tidak sadar telah menghisap banyak rokok
setiap hari
21. Saya tidak merokok setelah makan atau minum kopi
22. Saya tetap cemas sekalipun saya merokok
Lampiran 2
23. Saya tidak mau ketergantungan dengan rokok
24. Merokok membuat saya tidak percaya diri
25. Merokok tidak dapat meredakan amarah saya
26. Saya tidak merokok setiap hari
27. Saya merokok di saat-saat tertentu saja
28. Saat sedih saya lebih senang cerita dengan teman
daripada merokok
29. Saya tidak memasukkan rokok kedalam daftar barang
yang harus saya beli
30. Saya tidak merayakan keberhasilan dengan merokok
31. Saya tidak suka rokok yang memberikan efek yang
lebih berat dari rokok yang sebelumnya
32. Saya tidak merokok ketika beraktivitas
Lampiran 3
Hasil uji validitas dan reliabilitas
A. Konformitas
Sebelum item tidak valid dieliminasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.771 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
A1 46.07 45.720 .389 .762
A2 46.33 42.575 .364 .763
A3 46.27 43.995 .660 .745
A4 45.17 47.661 .217 .768
A5 46.17 45.178 .432 .756
A6 46.67 46.230 .368 .762
A7 46.57 44.668 .458 .754
A8 46.27 43.995 .660 .745
A9 46.20 41.752 .422 .756
A10 45.33 45.471 .368 .759
A11 46.73 49.651 -.035 .785
A12 46.13 50.809 -.138 .789
A13 46.87 45.361 .389 .758
Lampiran 3
A14 47.07 45.513 .379 .759
A15 46.50 43.845 .414 .755
A16 46.27 43.995 .660 .745
A17 46.70 43.803 .528 .748
A18 46.47 46.051 .396 .762
A19 46.33 52.506 -.276 .800
A20 46.47 42.947 .510 .748
Item tidak valid nomor : 4, 11, 12, 19
Setelah item valid dieleminasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.895 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
A1 34.20 54.648 .563 .888
A2 33.80 52.786 .595 .887
A3 33.60 55.145 .642 .887
A5 33.50 54.810 .579 .888
A6 33.60 55.145 .642 .887
A7 33.90 55.955 .440 .893
A8 33.60 55.145 .642 .887
A9 33.53 52.051 .453 .898
A10 34.20 54.648 .563 .888
A13 34.20 54.648 .563 .888
A14 34.40 56.662 .383 .895
A15 33.50 54.810 .579 .888
A16 34.03 53.551 .642 .886
Lampiran 3
A17 34.03 53.551 .642 .886
A18 33.60 55.145 .642 .887
A20 33.80 52.786 .595 .887
B. Tipe perilaku merokok
Sebelum item tidak valid dieliminasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
B1 91.13 217.085 .431 .913
B2 90.27 222.616 .448 .912
B3 90.67 218.782 .627 .910
B4 91.00 220.966 .528 .911
B5 90.57 222.944 .432 .913
B6 90.37 221.964 .391 .913
B7 90.87 219.913 .554 .911
B8 90.57 219.702 .514 .912
B9 90.17 224.075 .442 .913
B10 91.17 219.730 .513 .912
Lampiran 3
B11 90.87 219.016 .561 .911
B12 91.13 217.499 .740 .909
B13 91.13 217.499 .740 .909
B14 90.57 218.806 .581 .911
B15 91.17 219.730 .513 .912
B16 90.37 219.964 .544 .911
B17 90.50 229.017 .156 .916
B18 90.87 229.568 .151 .916
B19 91.07 230.064 .136 .916
B20 90.17 232.213 .070 .916
B21 90.37 222.723 .527 .912
B22 90.57 219.633 .401 .913
B23 90.77 225.151 .382 .913
B24 90.37 222.723 .527 .912
B25 90.93 217.099 .710 .909
B26 90.37 223.757 .406 .913
B27 90.90 220.507 .540 .911
B28 90.33 241.057 -.294 .922
B29 90.37 222.309 .472 .912
B30 91.10 222.714 .378 .914
B31 90.57 218.806 .581 .911
B32 91.03 224.240 .510 .912
B33 90.50 225.500 .320 .914
B34 90.73 219.513 .511 .912
B35 90.50 225.500 .320 .914
B36 90.93 217.099 .710 .909
B37 90.60 221.834 .454 .912
B38 90.50 225.500 .320 .914
B39 91.13 225.913 .398 .913
B40 91.13 217.499 .740 .909
Item tidak valid nomor : 17, 18, 19, 20, 28, 33, 35, dan 38
Lampiran 3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.937 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
B1 71.47 197.223 .426 .938
B2 70.60 204.179 .362 .937
B3 71.00 200.138 .558 .935
B4 71.33 197.816 .669 .934
B5 70.90 197.955 .652 .934
B6 70.70 199.390 .482 .936
B7 71.20 199.821 .552 .935
B8 70.90 199.266 .526 .935
B9 70.50 203.500 .454 .936
B10 71.13 203.775 .408 .936
B11 71.20 194.648 .750 .933
B12 70.80 203.890 .376 .937
B13 70.90 197.955 .652 .934
B14 71.47 196.947 .768 .933
B15 71.50 198.121 .575 .935
B16 70.70 201.872 .451 .936
B21 70.87 203.637 .413 .936
B22 71.47 196.947 .768 .933
B23 71.27 197.306 .699 .933
B24 70.70 202.976 .498 .935
B25 71.20 194.648 .750 .933
Lampiran 3
B26 70.70 203.390 .408 .936
B27 71.23 200.185 .547 .935
B29 70.70 203.321 .412 .936
B30 71.47 196.947 .768 .933
B31 70.90 200.576 .497 .935
B32 71.37 204.447 .476 .936
B34 71.07 200.133 .479 .936
B36 71.27 197.306 .699 .933
B37 70.93 203.099 .387 .937
B39 71.47 205.085 .422 .936
B40 71.47 196.947 .768 .933
Lampiran 4
Data Demografi
1. Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 23 28.4 28.4 28.4
16 30 37.0 37.0 65.4
17 16 19.8 19.8 85.2
18 12 14.8 14.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
2. Kelas
Kelas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid X 26 32.1 32.1 32.1
XI 28 34.6 34.6 66.7
XII 27 33.3 33.3 100.0
Total 81 100.0 100.0
Lampiran 4
Analisa Univariat
1. Bentuk konformitas teman sebaya
Bentuk Konformitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Acceptance 51 63.0 63.0 63.0
Compliance 30 37.0 37.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
2. Tipe perilaku merokok
Tipe Perilaku Merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Addictive Smokers 16 19.8 19.8 19.8
Negative Affect Smokers 18 22.2 22.2 42.0
Positive Affect Smokers 27 33.3 33.3 75.3
Pure Habbits Smokers 20 24.7 24.7 100.0
Total 81 100.0 100.0
Lampiran 4
Analisa bivariat
Konformitas * Tipe Perilaku Merokok Crosstabulation
Tipe Perilaku Merokok
Total
Addictive
Smokers
Negative Affect
Smokers
Positive Affect
Smokers
Pure Habbits
Smokers
Konformitas Acceptance Count 8 14 17 12 51
Expected Count 10.1 11.3 17.0 12.6 51.0
Compliance Count 8 4 10 8 30
Expected Count 5.9 6.7 10.0 7.4 30.0
Total Count 16 18 27 20 81
Expected Count 16.0 18.0 27.0 20.0 81.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.922a 3 .404
Likelihood Ratio 3.018 3 .389
N of Valid Cases 81
Lampiran 4
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.922a 3 .404
Likelihood Ratio 3.018 3 .389
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5.93.
Konformitas * Tipe Perilaku Merokok Crosstabulation
Merokok
Total
Addictive
Smokers
Negative Affect
Smokers
Positive Affect
Smokers
Pure Habbits
Smokers
Konformitas Acceptance Count 8 14 17 12 51
% within Konformitas 15.7% 27.5% 33.3% 23.5% 100.0%
Compliance Count 8 4 10 8 30
% within Konformitas 26.7% 13.3% 33.3% 26.7% 100.0%
Total Count 16 18 27 20 81
% within Konformitas 19.8% 22.2% 33.3% 24.7% 100.0%
Parameter Estimates
Lampiran 4
Lampiran 4
Konformitas dan positive affect smokers
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.998a 1 .065
Continuity Correctionb 1.768 1 .354
Likelihood Ratio 2.527 1 .232
Fisher's Exact Test .194 .594
Linear-by-Linear Association 2.901 1 .178
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bentuk
konformitas (acceptance /
compliance)
1.000 .384 2.603
For cohort tipe merokok =
positive affect smokers
1.000 .528 1.892
For cohort tipe merokok =
other
1.000 .727 1.376
N of Valid Cases 81
Lampiran 4
konformitas dan negative affect smokers
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.178a 1 .140
Continuity Correctionb 1.438 1 .230
Likelihood Ratio 2.307 1 .129
Fisher's Exact Test .174 .114
Linear-by-Linear Association 2.151 1 .142
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bentuk
konformitas (acceptance /
compliance)
2.459 .727 8.324
For cohort tipe merokok =
negative affect smokers
2.059 .746 5.684
For cohort tipe merokok =
other
.837 .672 1.043
N of Valid Cases 81
Lampiran 4
Konformitas dan addictive smokers
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.437a 1 .231
Continuity Correctionb .828 1 .363
Likelihood Ratio 1.401 1 .237
Fisher's Exact Test .258 .181
Linear-by-Linear Association 1.419 1 .234
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.93.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bentuk
konformitas (acceptance /
compliance)
.846 .300 2.385
For cohort tipe merokok =
Pure habbits smokers
.882 .407 1.911
For cohort tipe merokok =
other
1.043 .801 1.358
N of Valid Cases 81
Lampiran 4
Konformitas dan pure habbits smokers
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .100a 1 .752
Continuity Correctionb .002 1 .961
Likelihood Ratio .099 1 .753
Fisher's Exact Test .793 .476
Linear-by-Linear Association .099 1 .753
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.41.
b. Computed only for a 2x2 table