HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA...

19
HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Oleh : ADESTI DEFRIAN SARI J310 110 011 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA...

Page 1: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

i

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR

HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK

JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan

Oleh :

ADESTI DEFRIAN SARI

J310 110 011

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

i

Page 3: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

ii

Page 4: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

iii

Page 5: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

1

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP

KADAR HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI

POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Abstrak

Pendahuluan: Kolesterol HDL dan LDL yang tinggi berhubungan dengan

peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Faktor yang mempengaruhi

kadar kolesterol HDL dan LDL salah satunya yaitu jumlah asupan serat dan aktivitas

fisik .

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan serat dan

aktivitas fisik terhadap Kadar HDL dan LDL Pasien Penyakit Jantung Koroner di

Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Metode Penelitian:Jenis Penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan

crossectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sequential random

sampling. Sampel yang digunakan adalah pasien Penyakit Jantung Koroner rawat

jalan yang datang dan berobat di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Data

asupan serat diperoleh melalui food recall metode food frequency (FFQ) dan aktivitas

fisik diperoleh melalui form aktivitas fisik 7x24 jam. Data kadar HDL dan LDL

diperoleh dari catatan rekam medik pasien. Analisis data menggunakan uji hubungan

person product moment dan spearman rank.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94,6% pasien memilikiasupanserat

kurang, 81,1% pasien mempunyaiaktivitas fisik kategori ringan, 64,9% pasien

mempunyai kadar HDL tidak normal, 37,8% pasien kadar LDL optimal dan

mendekati optimal.

Kesimpulan :Tidak ada hubungan asupan serat terhadap kadar HDL dan LDL pada

pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Tidak

ada hubungan aktivitas fisik terhadap kadar LDL pada pasien penyakit jantung

koroner di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Terdapat hubungan aktivitas fisik

terhadap kadar HDL pada pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung

RSUD Dr. Moewardi

Kata kunci : aktivitas fisik, asupan serat, hdl, ldl

Abstract

Introduction:The levels of HDL and LDL cholesterol high are associated with an

increased risk of coronary heart disease. Factors affect the levels of HDL and LDL

cholesterol one of them is the amount fiber intake and physical activity.

Objective:The purpose of this study was to determine the relationship between intake

of fiber and physical activity and the levels of HDL and LDL in patients with

coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

Page 6: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

2

Research method: This research was an observational with cross-sectional design.

Sampling technique used Sequential random sampling. Subjects were CHD

outpatients at the Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital.Data on fiber intake were

obtained through food recall method (Food Frequency method) and data on physical

activity were obtained through physical activity from 7 x 24 hours. Data on HDL and

LDL levelswere obtained from patients medical report. Dataanalysis was by

usingperson product moment and spearman rank tests.

Results:The result showed that 94,6% patients had less fiber intake, 81,1% patients

had mild category physical activity, 64,9% patients had abnormal levels of HDL,

37,8% patients had optimal or close to optimal levels of LDL.

Conclusion: There was no relationship between intakeof fiber and the levels of HDL

and LDL in outpatientswith CHD at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital. There

was no relationship between physical activity and the levelsof LDL in CHD

outpatients at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital.There was relationship

between physical activity and the levelsof HDL in CHD outpatients at Polyclinic of

heart Dr. Moewardi hospital.

Keywords : HDL, intake of fiber, LDL, physical activity

1. PENDAHULUAN

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, bahwa prevalensi

penyakit kardiovaskular (PJK, gagal jantung dan stroke) meningkat 2% seiring

bertambahnya umur yaitu 65 – 74 tahun. Prevalensi PJK menurut dokter dan

gejala di Indonesia sebesar 1,5%. Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke

empat sebesar 1,4%.

Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah asupan lemak yang berlebih.

Proses PJK awalnya didahului terjadinya aterosklerosis, yang sebelumnya terjadi

penurunan dari kolesterol total, LDL, trigleserida. Saat ini non-HDL juga telah

terbukti menjadi faktor prediktif dari penyakit jantung dan dapat menjadi

penanda yang baik dari pada kolesterol LDL (sorrentino,2011). Hubungan antara

non-HDL dengan pengerasan aterosklerosis telah dibuktikan pada dewasa muda.

Berdasarkan penemuan Pathobiological Determinants of Atherosclerosis in

Youth, suatu otopsi dilakukan pada pria dan wanita usia 15-34 tahun yang

kematiannya tidak disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, menunjukkan

Page 7: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

3

bahwa non-HDL dikaitkan dengan adanya tingkat lipid di aerteri koroner, lapisan

lemak, penonjolan lesi dan stenosis koroner ( Bittner, 2012). Adapun faktor

resiko independen yang memodifikasi proses inflamasi vascular kompleks dan

kronis yang akhirnya bermanifestasi sebagai plak yaitu riwayat keluarga PJK,

merokok, diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, gaya hidup dan obesitas (

Rimmerman,2000).

Berdasarkan data medik RSUD Dr. Moewardi surakarta pada tahun 2013

terdapat 1059 pasien rawat jalan dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2139

pasien, pada tahun 2015 selama bulan januari sampai april terdapat 984 pasien

(Rekam Medik Dr. Moewardi Surakarta)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional.Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April

2016 di RSUD Dr. Moewardi. Sampel penelitian ini adalah pasien penyakit

jantung koroner rawat jalan sebanyak 37 pasien. Penentuan sampel dilakukan

dengan sequential random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Data identitas responden ditanyakan langsung kepada responden

dengan alat bantu kuesioner. Data asupan serat diperoleh melalui wawancara

secara langsung kepada responden dengan menggunakan form Food Frecuency

Question (FFQ) selama 3 hari. Data aktivitas fisik diperoleh melalui kuesioner

aktivitas fisik yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari. Perhitungan

aktivitas fisik selama 7x24 jam dihitung dengan cara nilai PAR (Physical Activity

Ratio) dikalikan dengan alokasi waktu setiap aktivitas fisik, dibagi 24 jam.

Hasilnya dapat diketahui dalam kategori aktivitas fisik menurut WHO 2001.

Sedangkan data kadar HDL dan LDL diperoleh dari catatan rekam medik pasien.

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari data - data

yang diolah antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis

pekerjaan, Asupan Serat, Aktivitas Fisik, kadar LDL dan HDL.

Page 8: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

4

Analisis bivariat menggunakan uji Korelasi Product Moment apabila data

terdistribusi normal dan uji Rank Spearman jika salah satu data terdistribusi tidak

normal. Uji kenormalan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

menggunakan program SPPS for Window 21.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A

serta menjadi rumah sakit pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Program

Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I). Di samping itu, RSUD Dr. Moewardi

ditetapkan sebagai Rumah Sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan

sekitarnya, juga Jawa Timur bagian barat dan Jawa Tengah bagian tenggara.

Pelayanan Gizi Klinis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdiri dari 1)

Konsultasi gizi pasien rawat jalan, 2) Poliklinik umum, 3) Poliklinik Cendana, 4)

Konsultasi Gizi pasien rawat inap, dan 5) Poli endokrin. Kegiatan Pelayanan

padainstalasi gizi ini meliputi 1) Pelayanan makan pasien (VVIP, non VVIP,

Biasa, Diet, Formula WHO), 2) Konsultasi gizi ruang rawat inap, 3) Penyuluhan

ibu hamil dan menyusui, 4) Pengembangan gizi terapan, 5) Konsultasi gizi rawat

jalan.

RSUD Dr. Moewardi memilki program Pelayanan Jantung Terpadu (PJT).

PJT adalah pelayanan kasus-kasus penyakit jantung serta memberikan pelayanan

pada pasien dengan kasus Cardio Vaskuler secara paripurna yang sesuai dengan

visi RSUD Dr. Moewardi yaitu sebagai rumah sakit terkemuka berkelas dunia.

3.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu pasien penyakit jantung koroner

rawat jalan di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan penulis. Sesuai dengan hasil

penelitian, diperoleh data karakteristik responden meliputi distribusi berdasarkan

umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 9: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

5

Tabel 1.

Distribusi Responden menurut umur dan jenis kelamin

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Umur Masa Dewasa Akhir 5 13,5

Masa Lansia awal 14 37,8

Masa Lansia akhir 18 48,6

JenisKelamin Laki-Laki 24 64,9

Perempuan 13 35,1

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa menurut variabel umur

sebagian responden termasuk lansia tingkat akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak

18 orang (48,6 %).Sedangkan menurut variabel jenis kelamin sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (64,9 %).

Tabel 2

Distribusi Responden menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak sekolah 2 5,4

Pendidikan Dasar 10 27,0

Pendidikan Lanjut 25 67,6

Total 37 100,0

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 37 orang responden,

sebagaian besar berpendidikan lanjut yaitu 25 orang (67,6%).

Tabel 3

Distribusi Responden menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Buruh 1 2,7

Guru 4 10,8

Ibu Rumah Tangga 6 16,2

Karyawan Swasta 4 10,8

Wiraswata 9 24,3

Pensiunan 5 13,5

Petani 3 8,1

PNS 3 8,1

TNI 1 2,7

Total 37 100,0

Page 10: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

6

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 37 orang responden,

sebagian besar berfrofesi sebagai wiraswastayaitu 9 orang (24,3%).

3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Serat

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Serat

Asupan serat Frekuensi

Mean (rata-rata) 11,54

Nilai minimum 4

Nilai maximum

Std. Deviasi

39

6,93

Data Asupan serat secara keseluruhan kemudian dikategorikan menjadi

cukup ( > 25 gram/hari) dan kurang ( < 25 gram/hari). Berikut ini adalah tabel

distribusi frekuensi responden berdasarkan Asupanserat.

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Asupan Serat

Asupan serat Jumlah Frekuensi (%)

Cukup 2 5,4

Kurang 35 94,6

Total 37 100

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan kategoriasupan

serat sebagian besar responden memiliki asupan serat kategori kurang yaitu

sebanyak 94,6%

3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi

Mean (rata-rata) 1,55

Nilai minimum 1,29

Nilai maximum

Std. Deviasi

2,07

0,19

Page 11: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

7

Data aktivitas fisik secara keseluruhan kemudian dikategorikan menurut

(WHO, 2001) yaitu ringan (PAL < 1,70), sedang (PAL ≥ 1,70 – 1,99), berat

(PAL > 1,99).

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan KategoriAktivitasFisik

Aktivitas Fisik Jumlah Frekuensi (%)

Ringan 30 81,1

Sedang 6 16,2

Berat 1 2,7

Total 37 100

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa berdasarkan kategori aktivitas fisik

sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik kategori ringan yaitu sebanyak

81,1 %.

3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar HDL

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Kadar HDL

HDL Frekuensi

Mean (rata-rata) 42,94

Nilai minimum 33,0

Nilai maximum

Std. Deviasi

65,0

8,06

Data kadar HDL secara keseluruhan kemudian dikategorikan normal

apabila ≥ 45 mg/dl dan tidak normal apabila < 45 mg/dl.

Berikut ini adalah tabeldistribusi frekuensi responden berdasarkan kadar

HDL

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kadar HDL

HDL Jumlah Frekuensi (%)

Normal 13 35,1

Tidak normal 24 64,9

Total 37 100

Page 12: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

8

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa berdasarkan kategori kadar HDL

sebagian besar responden memiliki kadar HDL yang tidak normal(dibawah

batas) yaitu sebanyak 64,9 %.

3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar LDL

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Kadar LDL

LDL Frekuensi

Mean (rata-rata) 111,27

Nilai minimum 38,0

Nilai maximum

Std. Deviasi

212,0

40,41

Data kadar LDL secara keseluruhan kemudian dikategorikanoptimal (≤

100 mg/dl), mendekati optimal (100-129 mg/dl) , batas tinggi (130-159 mg/dl),

tinggi (160-189 mg/dl), sangat tinggi (≥ 190 mg/dl).

Berikut ini adalah tabeldistribusi frekuensi responden berdasarkan kadar

LDL :

Table 11

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kadar LDL

LDL Jumlah Frekuensi (%)

Optimal 14 37,8

Mendekati optimal 14 37,8

Batas tinggi

Tinggi

Sangat tinggi

4

3

2

10,8

8,1

5,4

Total 37 100

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa berdasarkan kategori kadar LDL

sebagian besar responden memiliki kadar LDL kategori mendektai optimal yaitu

sebanyak 37,8%.

Page 13: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

9

3.6. Distribusi Hubungan Asupan Serat Berdasarkan Kadar HDL

Tabel 12

Distribusi Asupan Serat Berdasarkan Kadar HDL

Asupan

Serat

Kadar HDL Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % N %

Cukup

Kurang

1

12

50

34,3

1

23

50

65,7

2

35

100

100

Tabel 13

Nilai Parameter StatistikAsupanSeratdan HDL

Variabel Rata – rata SD Min Max *

Asupan serat 11,54 6,93 4 39 0,662

Kadar HDL 42,94 8,06 33 65

Hubungan antara asupan serat dengan kadar HDL dilakukan dengan uji

statistik korelasi Spearman Rank. Sementara itu untuk uji kemaknaan hubungan

antara asupan serat dengan kadar HDL nilai p-value adalah 0.662 (> α) yang

berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan

kadar HDL responden.

Konsumsi serat makanan yang cukup dapat menurunkan kolesterol darah

10-15%. Kebutuhan serat makanan adalah 25 sampai 35 gram/ hari. Asupan serat

sesuai dengan anjuran mampu menurunkan kadar kolesterol dengan cara masuk

kedalam sistem pencernaan, mereduksi penyerapan kolesterol dan mereabsorbsi

asam empedu. Asam empedu merupakan produk akhir dari kolesterol.

Asam empedu yang direduksi akan digunakan untuk membuat asam

empedu yang baru. Asam empedu yang diserap oleh serat akan masuk kedalam

usus dan dikeluarkan melalui feses (Hartoyo, 2014). Semakin banyak serat

mengikat asam empedu makan konsentrasi kolesterol akan menurun. Penurunan

kadar koelsterol dapat mengurangi penyumbatan kembali pada pembuluh darah

arteri.

Page 14: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

10

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukanDewi (2015)

tentang asupan serat,kadar kolesterol dan HDL dengan nilaip=0,872 sehingga

tidak terdapathubungan yang signifikan antara dua variabel.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan serat

dengan kadar kolesterol HDL, hal ini dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat

golongan statinyaitu simvastatin 20 mg sekali sehari. Mekanisme kerja dari

simvastatin yaitu dengan cara menurunkan produksi kolesterol di dalam hati

sehingga kadar kolesterol di dalam darah menurun. Manfaat dari penggunaan

obat ini yaitu meningkatkan kadar kolesterol HDL (Gamadi, 2012).

3.7. Distribusi Hubungan Asupan Serat Berdasarkan Kadar LDL

Tabel 14

Distribusi Asupan Serat Berdasarkan Kadar LDL

Asupan serat Kadar LDL Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % n %

Cukup

Kurang

2

26

100

74,3

0

9

0

25,7

2

35

100

100

Tabel 15

Nilai Parameter StatistikAsupanSeratdan LDL

Variabel Rata – rata SD Min Max *

Asupan serat 11,54 6,93 4 39 0,102

Kadar LDL 111,27 40,4 38 212

Hubungan antara asupan serat dengan kadar LDL dilakukan dengan uji

statistik korelasi Spearman Rank. Sementara itu untuk uji kemaknaan hubungan

antara asupan serat dengan kadar LDL nilai -value adalah 0.102 (> α) yang

berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan

kadar LDL responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Martingsih

(2007) tentang hubungan asupan serat yang dialkukan melalui recall 24 jam

Page 15: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

11

selama 3 hari bertutut turut bahwa tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar

LDL.

Asupan serat pasian PJK di RSUD Dr. Moewardi tergolong rendah,

karena rata-rata pasien PJK tersebut kurang mengkonsumsi makanan yang

mengandung serat, dilihat dari hasil FFQ pada pasien PJK asupan serat

responden kurang, hal ini dikarenakan karena responden hanya mengkonsumsi

sayur dan buah 3-4X seminggu, tetapi sekali makan hanya mengkonsumsi sayur

2- 3 sendok makan sehingga bila dibagi menjadi rata-rata harian asupan serat

responden dalam kategori kurang. Tidak adanya hubungan ini juga bisa

dikarenakan responden lebih dominan mengkonsumsi serat yang tidak larut

dibanding serat yang larut seperti kubis, wortel, sawi, pisang, dll serta masih

kurangnya asupan serat dalam sehari, hal ini ditunjukkan rata-rata asupan serat

pasien PJK yang masih rendah (< 25 gr/hari).

3.8. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar HDL

Tabel 16

Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar HDL

AktifitasFisik Kadar HDL Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % n %

Ringan 13 35,1 24 64,9

37 100

Tabel 17

Nilai Parameter StatistikAktivitasFisikdan HDL

Variabel Rata – rata SD Min Max *

Aktivitas fisik 1,55 6,93 1,29 2,07 0,035

Kadar HDL 42,94 8,06 33 65

Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar HDL dilakukan dengan uji

statistik korelasi Spearman Rank. Uji kemaknaan hubungan antara aktivitas fisik

Page 16: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

12

dengan kadar HDL nilai -value adalah 0.035 (< α) yang berarti bahwa ada

hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumosardjuno (2007) bahwa

orang yang banyak menggunakan aktifitas fisik dalam kegiatan sehari harinya

dibandingkan dengan orang yang hanya sedikit melakukan aktifitas fisik

memiliki risiko menderita PJK 60% lebih besar. Penelitian membuktikan bahwa

aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kadarHDL dalam darah.

Aktivitas fisik dapat meningkatkan kapasitas otot skelet dalam

mengoksidasi asam lemak menjadi karbondioksida dan air. Mekanisme ini

berhubungan dengan pelepasan asam lemak dari jaringan dan dapat

meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang mengarah pada transport

dan degradasi asam lemak. Lipoprotein lipase membantu memindahkan LDL

dari darah ke hati, kemudian diubah menjadi empedu atau disekresikan sehaingga

kadar LDL menurun. Lipoprotein lipase juga menurunkan katabolisme

apoprotein HDL dan katabolisme HDL sehingga kadar HDL meningkat

(Thompson dan Rader, 2001).

3.9. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar LDL

Tabel 18

Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar LDL

AktifitasFisik Kadar LDL Jumlah

Normal Tidak normal

N % N % n %

Ringan 28 75,7 9 24,3 37 100

Tabel 19

Nilai Parameter Statistik Aktivitas Fisik dan LDL

Variabel Rata – rata SD Min Max *

Aktivitas fisik 1,55 6,93 1,29 2,07 0,345

Kadar LDL 42,94 8,06 33 65

Page 17: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

13

Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar LDL dilakukan dengan uji

statistik korelasi Spearman Rank. Uji kemaknaan hubungan antara aktivitas fisik

dengan kadar LDL nilai -value adalah 0.3454 (> α) yang berarti bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar LDL

responden.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa aktifitas fisik

dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi profil lipid yaitu obat. Salah satu jenis obat yang biasa

dikonsumsi pasien adalah simvastatin (golongan statin).

Obat –obatan penurun kolesterol dari golongan statin dapat diberikan

dalam jangka waktu lama. Selain memperbaiki kadar kolesterol darah, obat-

obatan tersebut juga memiliki efek sebagai stabilisasi plak (kerak) aterosklerosis

di dinding pembuluh darah, sehingga dapat mencegah terjadinya serangan

jantung sindrom koroner akut (SKA) (Inhealt gazetted, 2013).

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1) Tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar HDL pada pasien PJK di

Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.

2) Tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar LDL pada pasien PJK di

Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.

3) Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kadar HDL pada pasien PJK di

Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.

4) Tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar LDL pada pasien PJK di

Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.

Page 18: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

14

4.2. Saran

1) Peneliti

Perlu adanya penelitian lanjut mengenai kadar HDL dan LDL dengan

memperhatikan faktor lain seperti jenis pekerjaan, genetik, indeks massa

tubuh, merokok, konsumsi obat, konsumsi alkohol, dan lama sakit.

2) Rumah Sakit

Perlu koordinasi dengan dokter agar pasien pjk dapat dirujuk untuk

melakukan konsultasi dan memberikan konseling gizi secara rutin tentang

pentingnya mentaati diit yang diberikan dirumah sakit.

3) Masyarakat

a. Perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin 3x seminggu

minimal 30 menit.

b. Mengkonsumsi makanan berserat seperti buah – buahan 2x penyajian

dalam sehari

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama Umum,

Jakarta

Bittner, V. 2012. Non-HDL cholesterol. Dalam: Baliga RR, Cannon CP Editors,

Dyslipidemia. New York : Oxford University Press

Dewi, Shinta, S. 2015. Hubungan Asupan Serat Dengan Kadar Kolesterol Pada

Penderita Penyakit Jantung Koroner. (Skripsi) Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman Dengan Hiperkolesterol. AgroMedia: Jakarta

Martingsih, D. 2007. Hubungan Antara Asupan Energi, Lemak dan Serat, Aktivitas

Fisik, serta Kebiasaan Merokok Dengan Kadar LDL Kolesterol. Universitas

Diponegoro. Semarang

Rimmerman, CM. 2000. Coronary Artery Disease. Cleveland Clinic

Page 19: HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.

15

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI Tahun 2013

Sorrentino, MJ. 2011. Hyperlipidemia in Primary Care. Chicago: Human Press

Sumosardjuno. S. 2007. Aktif Bergerak Kurangi Risiko PJK.. Diakses tanggal 26

Agustus 2008.

Thompson P. D., Rader D. J. 2001. Does exercise in crease HDL cholesterol in those

who need it the most.Artheriosklerosis, Thrombosis and vasculer biology.

American Association

World Health Organization, WHO World Health Organization Report 2000,Genewa:

WHO, 2001