HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA...
Transcript of HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK …eprints.ums.ac.id/69051/11/PUBLIKASI KARYA...
i
HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR
HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK
JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan
Oleh :
ADESTI DEFRIAN SARI
J310 110 011
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP
KADAR HDL DAN LDL PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI
POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Abstrak
Pendahuluan: Kolesterol HDL dan LDL yang tinggi berhubungan dengan
peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Faktor yang mempengaruhi
kadar kolesterol HDL dan LDL salah satunya yaitu jumlah asupan serat dan aktivitas
fisik .
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan serat dan
aktivitas fisik terhadap Kadar HDL dan LDL Pasien Penyakit Jantung Koroner di
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode Penelitian:Jenis Penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan
crossectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sequential random
sampling. Sampel yang digunakan adalah pasien Penyakit Jantung Koroner rawat
jalan yang datang dan berobat di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Data
asupan serat diperoleh melalui food recall metode food frequency (FFQ) dan aktivitas
fisik diperoleh melalui form aktivitas fisik 7x24 jam. Data kadar HDL dan LDL
diperoleh dari catatan rekam medik pasien. Analisis data menggunakan uji hubungan
person product moment dan spearman rank.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94,6% pasien memilikiasupanserat
kurang, 81,1% pasien mempunyaiaktivitas fisik kategori ringan, 64,9% pasien
mempunyai kadar HDL tidak normal, 37,8% pasien kadar LDL optimal dan
mendekati optimal.
Kesimpulan :Tidak ada hubungan asupan serat terhadap kadar HDL dan LDL pada
pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Tidak
ada hubungan aktivitas fisik terhadap kadar LDL pada pasien penyakit jantung
koroner di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi. Terdapat hubungan aktivitas fisik
terhadap kadar HDL pada pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung
RSUD Dr. Moewardi
Kata kunci : aktivitas fisik, asupan serat, hdl, ldl
Abstract
Introduction:The levels of HDL and LDL cholesterol high are associated with an
increased risk of coronary heart disease. Factors affect the levels of HDL and LDL
cholesterol one of them is the amount fiber intake and physical activity.
Objective:The purpose of this study was to determine the relationship between intake
of fiber and physical activity and the levels of HDL and LDL in patients with
coronary heart disease at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital of Surakarta.
2
Research method: This research was an observational with cross-sectional design.
Sampling technique used Sequential random sampling. Subjects were CHD
outpatients at the Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital.Data on fiber intake were
obtained through food recall method (Food Frequency method) and data on physical
activity were obtained through physical activity from 7 x 24 hours. Data on HDL and
LDL levelswere obtained from patients medical report. Dataanalysis was by
usingperson product moment and spearman rank tests.
Results:The result showed that 94,6% patients had less fiber intake, 81,1% patients
had mild category physical activity, 64,9% patients had abnormal levels of HDL,
37,8% patients had optimal or close to optimal levels of LDL.
Conclusion: There was no relationship between intakeof fiber and the levels of HDL
and LDL in outpatientswith CHD at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital. There
was no relationship between physical activity and the levelsof LDL in CHD
outpatients at Polyclinic of heart Dr. Moewardi hospital.There was relationship
between physical activity and the levelsof HDL in CHD outpatients at Polyclinic of
heart Dr. Moewardi hospital.
Keywords : HDL, intake of fiber, LDL, physical activity
1. PENDAHULUAN
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, bahwa prevalensi
penyakit kardiovaskular (PJK, gagal jantung dan stroke) meningkat 2% seiring
bertambahnya umur yaitu 65 – 74 tahun. Prevalensi PJK menurut dokter dan
gejala di Indonesia sebesar 1,5%. Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke
empat sebesar 1,4%.
Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah asupan lemak yang berlebih.
Proses PJK awalnya didahului terjadinya aterosklerosis, yang sebelumnya terjadi
penurunan dari kolesterol total, LDL, trigleserida. Saat ini non-HDL juga telah
terbukti menjadi faktor prediktif dari penyakit jantung dan dapat menjadi
penanda yang baik dari pada kolesterol LDL (sorrentino,2011). Hubungan antara
non-HDL dengan pengerasan aterosklerosis telah dibuktikan pada dewasa muda.
Berdasarkan penemuan Pathobiological Determinants of Atherosclerosis in
Youth, suatu otopsi dilakukan pada pria dan wanita usia 15-34 tahun yang
kematiannya tidak disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, menunjukkan
3
bahwa non-HDL dikaitkan dengan adanya tingkat lipid di aerteri koroner, lapisan
lemak, penonjolan lesi dan stenosis koroner ( Bittner, 2012). Adapun faktor
resiko independen yang memodifikasi proses inflamasi vascular kompleks dan
kronis yang akhirnya bermanifestasi sebagai plak yaitu riwayat keluarga PJK,
merokok, diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, gaya hidup dan obesitas (
Rimmerman,2000).
Berdasarkan data medik RSUD Dr. Moewardi surakarta pada tahun 2013
terdapat 1059 pasien rawat jalan dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2139
pasien, pada tahun 2015 selama bulan januari sampai april terdapat 984 pasien
(Rekam Medik Dr. Moewardi Surakarta)
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional.Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April
2016 di RSUD Dr. Moewardi. Sampel penelitian ini adalah pasien penyakit
jantung koroner rawat jalan sebanyak 37 pasien. Penentuan sampel dilakukan
dengan sequential random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Data identitas responden ditanyakan langsung kepada responden
dengan alat bantu kuesioner. Data asupan serat diperoleh melalui wawancara
secara langsung kepada responden dengan menggunakan form Food Frecuency
Question (FFQ) selama 3 hari. Data aktivitas fisik diperoleh melalui kuesioner
aktivitas fisik yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari. Perhitungan
aktivitas fisik selama 7x24 jam dihitung dengan cara nilai PAR (Physical Activity
Ratio) dikalikan dengan alokasi waktu setiap aktivitas fisik, dibagi 24 jam.
Hasilnya dapat diketahui dalam kategori aktivitas fisik menurut WHO 2001.
Sedangkan data kadar HDL dan LDL diperoleh dari catatan rekam medik pasien.
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari data - data
yang diolah antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan, Asupan Serat, Aktivitas Fisik, kadar LDL dan HDL.
4
Analisis bivariat menggunakan uji Korelasi Product Moment apabila data
terdistribusi normal dan uji Rank Spearman jika salah satu data terdistribusi tidak
normal. Uji kenormalan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan program SPPS for Window 21.0.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A
serta menjadi rumah sakit pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Program
Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I). Di samping itu, RSUD Dr. Moewardi
ditetapkan sebagai Rumah Sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan
sekitarnya, juga Jawa Timur bagian barat dan Jawa Tengah bagian tenggara.
Pelayanan Gizi Klinis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdiri dari 1)
Konsultasi gizi pasien rawat jalan, 2) Poliklinik umum, 3) Poliklinik Cendana, 4)
Konsultasi Gizi pasien rawat inap, dan 5) Poli endokrin. Kegiatan Pelayanan
padainstalasi gizi ini meliputi 1) Pelayanan makan pasien (VVIP, non VVIP,
Biasa, Diet, Formula WHO), 2) Konsultasi gizi ruang rawat inap, 3) Penyuluhan
ibu hamil dan menyusui, 4) Pengembangan gizi terapan, 5) Konsultasi gizi rawat
jalan.
RSUD Dr. Moewardi memilki program Pelayanan Jantung Terpadu (PJT).
PJT adalah pelayanan kasus-kasus penyakit jantung serta memberikan pelayanan
pada pasien dengan kasus Cardio Vaskuler secara paripurna yang sesuai dengan
visi RSUD Dr. Moewardi yaitu sebagai rumah sakit terkemuka berkelas dunia.
3.1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini yaitu pasien penyakit jantung koroner
rawat jalan di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan penulis. Sesuai dengan hasil
penelitian, diperoleh data karakteristik responden meliputi distribusi berdasarkan
umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.
5
Tabel 1.
Distribusi Responden menurut umur dan jenis kelamin
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Umur Masa Dewasa Akhir 5 13,5
Masa Lansia awal 14 37,8
Masa Lansia akhir 18 48,6
JenisKelamin Laki-Laki 24 64,9
Perempuan 13 35,1
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa menurut variabel umur
sebagian responden termasuk lansia tingkat akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak
18 orang (48,6 %).Sedangkan menurut variabel jenis kelamin sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (64,9 %).
Tabel 2
Distribusi Responden menurut Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak sekolah 2 5,4
Pendidikan Dasar 10 27,0
Pendidikan Lanjut 25 67,6
Total 37 100,0
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 37 orang responden,
sebagaian besar berpendidikan lanjut yaitu 25 orang (67,6%).
Tabel 3
Distribusi Responden menurut Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Buruh 1 2,7
Guru 4 10,8
Ibu Rumah Tangga 6 16,2
Karyawan Swasta 4 10,8
Wiraswata 9 24,3
Pensiunan 5 13,5
Petani 3 8,1
PNS 3 8,1
TNI 1 2,7
Total 37 100,0
6
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 37 orang responden,
sebagian besar berfrofesi sebagai wiraswastayaitu 9 orang (24,3%).
3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Serat
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Serat
Asupan serat Frekuensi
Mean (rata-rata) 11,54
Nilai minimum 4
Nilai maximum
Std. Deviasi
39
6,93
Data Asupan serat secara keseluruhan kemudian dikategorikan menjadi
cukup ( > 25 gram/hari) dan kurang ( < 25 gram/hari). Berikut ini adalah tabel
distribusi frekuensi responden berdasarkan Asupanserat.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Asupan Serat
Asupan serat Jumlah Frekuensi (%)
Cukup 2 5,4
Kurang 35 94,6
Total 37 100
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan kategoriasupan
serat sebagian besar responden memiliki asupan serat kategori kurang yaitu
sebanyak 94,6%
3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik Frekuensi
Mean (rata-rata) 1,55
Nilai minimum 1,29
Nilai maximum
Std. Deviasi
2,07
0,19
7
Data aktivitas fisik secara keseluruhan kemudian dikategorikan menurut
(WHO, 2001) yaitu ringan (PAL < 1,70), sedang (PAL ≥ 1,70 – 1,99), berat
(PAL > 1,99).
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan KategoriAktivitasFisik
Aktivitas Fisik Jumlah Frekuensi (%)
Ringan 30 81,1
Sedang 6 16,2
Berat 1 2,7
Total 37 100
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa berdasarkan kategori aktivitas fisik
sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik kategori ringan yaitu sebanyak
81,1 %.
3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar HDL
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Kadar HDL
HDL Frekuensi
Mean (rata-rata) 42,94
Nilai minimum 33,0
Nilai maximum
Std. Deviasi
65,0
8,06
Data kadar HDL secara keseluruhan kemudian dikategorikan normal
apabila ≥ 45 mg/dl dan tidak normal apabila < 45 mg/dl.
Berikut ini adalah tabeldistribusi frekuensi responden berdasarkan kadar
HDL
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kadar HDL
HDL Jumlah Frekuensi (%)
Normal 13 35,1
Tidak normal 24 64,9
Total 37 100
8
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa berdasarkan kategori kadar HDL
sebagian besar responden memiliki kadar HDL yang tidak normal(dibawah
batas) yaitu sebanyak 64,9 %.
3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar LDL
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Kadar LDL
LDL Frekuensi
Mean (rata-rata) 111,27
Nilai minimum 38,0
Nilai maximum
Std. Deviasi
212,0
40,41
Data kadar LDL secara keseluruhan kemudian dikategorikanoptimal (≤
100 mg/dl), mendekati optimal (100-129 mg/dl) , batas tinggi (130-159 mg/dl),
tinggi (160-189 mg/dl), sangat tinggi (≥ 190 mg/dl).
Berikut ini adalah tabeldistribusi frekuensi responden berdasarkan kadar
LDL :
Table 11
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kadar LDL
LDL Jumlah Frekuensi (%)
Optimal 14 37,8
Mendekati optimal 14 37,8
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
4
3
2
10,8
8,1
5,4
Total 37 100
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa berdasarkan kategori kadar LDL
sebagian besar responden memiliki kadar LDL kategori mendektai optimal yaitu
sebanyak 37,8%.
9
3.6. Distribusi Hubungan Asupan Serat Berdasarkan Kadar HDL
Tabel 12
Distribusi Asupan Serat Berdasarkan Kadar HDL
Asupan
Serat
Kadar HDL Jumlah
Normal Tidak normal
N % N % N %
Cukup
Kurang
1
12
50
34,3
1
23
50
65,7
2
35
100
100
Tabel 13
Nilai Parameter StatistikAsupanSeratdan HDL
Variabel Rata – rata SD Min Max *
Asupan serat 11,54 6,93 4 39 0,662
Kadar HDL 42,94 8,06 33 65
Hubungan antara asupan serat dengan kadar HDL dilakukan dengan uji
statistik korelasi Spearman Rank. Sementara itu untuk uji kemaknaan hubungan
antara asupan serat dengan kadar HDL nilai p-value adalah 0.662 (> α) yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan
kadar HDL responden.
Konsumsi serat makanan yang cukup dapat menurunkan kolesterol darah
10-15%. Kebutuhan serat makanan adalah 25 sampai 35 gram/ hari. Asupan serat
sesuai dengan anjuran mampu menurunkan kadar kolesterol dengan cara masuk
kedalam sistem pencernaan, mereduksi penyerapan kolesterol dan mereabsorbsi
asam empedu. Asam empedu merupakan produk akhir dari kolesterol.
Asam empedu yang direduksi akan digunakan untuk membuat asam
empedu yang baru. Asam empedu yang diserap oleh serat akan masuk kedalam
usus dan dikeluarkan melalui feses (Hartoyo, 2014). Semakin banyak serat
mengikat asam empedu makan konsentrasi kolesterol akan menurun. Penurunan
kadar koelsterol dapat mengurangi penyumbatan kembali pada pembuluh darah
arteri.
10
Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukanDewi (2015)
tentang asupan serat,kadar kolesterol dan HDL dengan nilaip=0,872 sehingga
tidak terdapathubungan yang signifikan antara dua variabel.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan serat
dengan kadar kolesterol HDL, hal ini dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat
golongan statinyaitu simvastatin 20 mg sekali sehari. Mekanisme kerja dari
simvastatin yaitu dengan cara menurunkan produksi kolesterol di dalam hati
sehingga kadar kolesterol di dalam darah menurun. Manfaat dari penggunaan
obat ini yaitu meningkatkan kadar kolesterol HDL (Gamadi, 2012).
3.7. Distribusi Hubungan Asupan Serat Berdasarkan Kadar LDL
Tabel 14
Distribusi Asupan Serat Berdasarkan Kadar LDL
Asupan serat Kadar LDL Jumlah
Normal Tidak normal
N % N % n %
Cukup
Kurang
2
26
100
74,3
0
9
0
25,7
2
35
100
100
Tabel 15
Nilai Parameter StatistikAsupanSeratdan LDL
Variabel Rata – rata SD Min Max *
Asupan serat 11,54 6,93 4 39 0,102
Kadar LDL 111,27 40,4 38 212
Hubungan antara asupan serat dengan kadar LDL dilakukan dengan uji
statistik korelasi Spearman Rank. Sementara itu untuk uji kemaknaan hubungan
antara asupan serat dengan kadar LDL nilai -value adalah 0.102 (> α) yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan
kadar LDL responden.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Martingsih
(2007) tentang hubungan asupan serat yang dialkukan melalui recall 24 jam
11
selama 3 hari bertutut turut bahwa tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar
LDL.
Asupan serat pasian PJK di RSUD Dr. Moewardi tergolong rendah,
karena rata-rata pasien PJK tersebut kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat, dilihat dari hasil FFQ pada pasien PJK asupan serat
responden kurang, hal ini dikarenakan karena responden hanya mengkonsumsi
sayur dan buah 3-4X seminggu, tetapi sekali makan hanya mengkonsumsi sayur
2- 3 sendok makan sehingga bila dibagi menjadi rata-rata harian asupan serat
responden dalam kategori kurang. Tidak adanya hubungan ini juga bisa
dikarenakan responden lebih dominan mengkonsumsi serat yang tidak larut
dibanding serat yang larut seperti kubis, wortel, sawi, pisang, dll serta masih
kurangnya asupan serat dalam sehari, hal ini ditunjukkan rata-rata asupan serat
pasien PJK yang masih rendah (< 25 gr/hari).
3.8. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar HDL
Tabel 16
Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar HDL
AktifitasFisik Kadar HDL Jumlah
Normal Tidak normal
N % N % n %
Ringan 13 35,1 24 64,9
37 100
Tabel 17
Nilai Parameter StatistikAktivitasFisikdan HDL
Variabel Rata – rata SD Min Max *
Aktivitas fisik 1,55 6,93 1,29 2,07 0,035
Kadar HDL 42,94 8,06 33 65
Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar HDL dilakukan dengan uji
statistik korelasi Spearman Rank. Uji kemaknaan hubungan antara aktivitas fisik
12
dengan kadar HDL nilai -value adalah 0.035 (< α) yang berarti bahwa ada
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumosardjuno (2007) bahwa
orang yang banyak menggunakan aktifitas fisik dalam kegiatan sehari harinya
dibandingkan dengan orang yang hanya sedikit melakukan aktifitas fisik
memiliki risiko menderita PJK 60% lebih besar. Penelitian membuktikan bahwa
aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kadarHDL dalam darah.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kapasitas otot skelet dalam
mengoksidasi asam lemak menjadi karbondioksida dan air. Mekanisme ini
berhubungan dengan pelepasan asam lemak dari jaringan dan dapat
meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang mengarah pada transport
dan degradasi asam lemak. Lipoprotein lipase membantu memindahkan LDL
dari darah ke hati, kemudian diubah menjadi empedu atau disekresikan sehaingga
kadar LDL menurun. Lipoprotein lipase juga menurunkan katabolisme
apoprotein HDL dan katabolisme HDL sehingga kadar HDL meningkat
(Thompson dan Rader, 2001).
3.9. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar LDL
Tabel 18
Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Kadar LDL
AktifitasFisik Kadar LDL Jumlah
Normal Tidak normal
N % N % n %
Ringan 28 75,7 9 24,3 37 100
Tabel 19
Nilai Parameter Statistik Aktivitas Fisik dan LDL
Variabel Rata – rata SD Min Max *
Aktivitas fisik 1,55 6,93 1,29 2,07 0,345
Kadar LDL 42,94 8,06 33 65
13
Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar LDL dilakukan dengan uji
statistik korelasi Spearman Rank. Uji kemaknaan hubungan antara aktivitas fisik
dengan kadar LDL nilai -value adalah 0.3454 (> α) yang berarti bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar LDL
responden.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa aktifitas fisik
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi profil lipid yaitu obat. Salah satu jenis obat yang biasa
dikonsumsi pasien adalah simvastatin (golongan statin).
Obat –obatan penurun kolesterol dari golongan statin dapat diberikan
dalam jangka waktu lama. Selain memperbaiki kadar kolesterol darah, obat-
obatan tersebut juga memiliki efek sebagai stabilisasi plak (kerak) aterosklerosis
di dinding pembuluh darah, sehingga dapat mencegah terjadinya serangan
jantung sindrom koroner akut (SKA) (Inhealt gazetted, 2013).
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1) Tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar HDL pada pasien PJK di
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.
2) Tidak ada hubungan asupan serat dengan kadar LDL pada pasien PJK di
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.
3) Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kadar HDL pada pasien PJK di
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.
4) Tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar LDL pada pasien PJK di
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi.
14
4.2. Saran
1) Peneliti
Perlu adanya penelitian lanjut mengenai kadar HDL dan LDL dengan
memperhatikan faktor lain seperti jenis pekerjaan, genetik, indeks massa
tubuh, merokok, konsumsi obat, konsumsi alkohol, dan lama sakit.
2) Rumah Sakit
Perlu koordinasi dengan dokter agar pasien pjk dapat dirujuk untuk
melakukan konsultasi dan memberikan konseling gizi secara rutin tentang
pentingnya mentaati diit yang diberikan dirumah sakit.
3) Masyarakat
a. Perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin 3x seminggu
minimal 30 menit.
b. Mengkonsumsi makanan berserat seperti buah – buahan 2x penyajian
dalam sehari
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama Umum,
Jakarta
Bittner, V. 2012. Non-HDL cholesterol. Dalam: Baliga RR, Cannon CP Editors,
Dyslipidemia. New York : Oxford University Press
Dewi, Shinta, S. 2015. Hubungan Asupan Serat Dengan Kadar Kolesterol Pada
Penderita Penyakit Jantung Koroner. (Skripsi) Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman Dengan Hiperkolesterol. AgroMedia: Jakarta
Martingsih, D. 2007. Hubungan Antara Asupan Energi, Lemak dan Serat, Aktivitas
Fisik, serta Kebiasaan Merokok Dengan Kadar LDL Kolesterol. Universitas
Diponegoro. Semarang
Rimmerman, CM. 2000. Coronary Artery Disease. Cleveland Clinic
15
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2013
Sorrentino, MJ. 2011. Hyperlipidemia in Primary Care. Chicago: Human Press
Sumosardjuno. S. 2007. Aktif Bergerak Kurangi Risiko PJK.. Diakses tanggal 26
Agustus 2008.
Thompson P. D., Rader D. J. 2001. Does exercise in crease HDL cholesterol in those
who need it the most.Artheriosklerosis, Thrombosis and vasculer biology.
American Association
World Health Organization, WHO World Health Organization Report 2000,Genewa:
WHO, 2001