HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

80
HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA Oleh: Fadila Sabati NIM: 106070002235 Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M i

Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR

POSITIF DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN JAKARTA

Oleh:

Fadila Sabati

NIM: 106070002235

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/ 2010 M

i

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana psikologi

Oleh:

Fadila Sabati NIM: 106070002235

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Hamdan Yasun, M.Si Gazi Saloom, M.Si NIP : 130351146 NIP: 197112142007011014

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/ 2010 M

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ”HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR

POSITIF DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA” telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana prgram strata 1 (S1) pada Fakultas

Psikologi.

Jakarta, 9 Agustus 2010

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130885522 NIP. 195612231983032001

Anggota :

Penguji I Penguji II

Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi Dra. Diana Mutiah, M.Si NIP.197706082005012003 NIP.19671021996032001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Hamdan Yasun, M.Si Gazi Saloom, M.Si NIP. 130351146 NIP. 197112142007011014

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Agustus 2010

Fadila Sabati 106070002235

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

MOTTO

”Lakukan semua hal baik yang bisa anda lakukan

Dengan segala alat bantu yang anda bisa

Dengan semua cara yang anda bisa

Di semua tempat yang anda bisa

Di segala waktu yang anda bisa

Pada semua orang yang anda bisa

Selama anda bisa melakukannya”

v

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

ABSTRAKSI

(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2010 (C) Fadila Sabati (D) Hubungan Antara Tingkatan Berpikir Positif Dengan Kecemasan

Berkomunikasi Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. (E) XIV + 48 halaman + 5 lampiran (F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkatan berpikir

positif dengan kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Kecemasan berkomunikasi merupakan kecemasan yang dialami individu saat melakukan kegiatan komunikasi, khususnya komunikasi dihadapan orang banyak. Hal ini sering dialami oleh mahasiswa. Mahasiswa sering merasa cemas ketika harus berbicara dihadapan dosen dan teman-temanya saat menjelaskan isi makalahnya. Jika mahasiswa memiliki kecemasan yang berlebihan ketika akan mempresentasikan tulisan ilmiahnya bisa saja materi yang sudah dikuasainya tidak bisa disampaikan dengan baik. Kecemasan yang timbul biasanya bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena cara berpikir yang keliru dan sering memikirkan hal-hal negatif yang akan tejadi saat akan mempresentasikan makalahnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi rasa cemas saat melakukan komunikasi dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir yang negatif atau tidak rasional menjadi cara berpikir yang positif. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2007,2008 dan 2009 yang aktif kuliah.Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling, dengan presisi 10% sehingga responden yang digunakan adalah 85 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala, yaitu skala pola pikir yang disusun berdasarkan ciri-ciri berpikir positif menurut Albrecht dan skala kecemasan berkomunikasi disusun berdasarkan ciri-ciri kecemasan berkomunikasi menurut Burgon dan Ruffner. Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 16.00. Dari hasil perhitungan menggunakan korelasi product moment dari Pearson di dapatkan r hitung (-0,467) lebih besar dari r tabel (0,213) pada taraf signifikasi 5% dengan p (0,000) lebih kecil dari 0,05. Sehingga keputusan statistiknya adalah menolak H0 dan menerima H1 yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkatan berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang terbalik, yaitu tinggi rendahnya skor suatu variabel akan diikuti secara terbalik oleh tinggi rendahnya variabel lain yang mempunyai karakteristik sama. Artinya, semakin tinggi tingkatan berpikir positif seseorang maka semakin rendah kecemasan berkomunikasi, dan

vi

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

sebaliknya semakin rendah tingkatan berpikir positif seseorang maka semakin tinggi kecemasan berkomunikasi

(G)Daftar Pustaka (1959-2010)

vii

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

ABSTRACT

(A) Psychological Faculty (B) August 2010 (C) Fadila Sabati (D) Correlation Between Degree of Positive Thinking with Communication

Apprehension of Students of Faculty of Psychology State Islamic University (UIN) Jakarta.

(E) XIV + 48 pages + 5 appendix (F) This research is purposed to examine correlation between degree of positive

thinking with communication apprehension among students of Faculty of Psychology of State Islamic University (UIN) Jakarta. Communication apprehension is a anxiety that experienced by individual while performing activities of communication, especially communication in front of public. This is often experienced by students. Students almost feel anxiety when they have to speak in front of lecturer and their friends while explaining the content of their paper. If students have over anxiety when they will present their papers that have already learned before can not be delivered properly. Anxiety existing usually not because of the inability of the individual but of the wrong way of thinking and often think of negative things that will be happened while presentation their papers. Therefore, to surpass anxiety feeling while performing activities of communication can done from change the ways of negative or irrational thinking to the ways of positive thinking. Samples of this research are current students of faculty of Psychology State Islamic University (UIN) Jakarta in the conscript of the 2007, 2008, and 2009. To take samples of this research, researcher use Stratified Proportional Random Sampling, with precision (d) 10% so that the samples that used are 85 people. The instrument that used in this research is scale, that positive thinking is based on the characteristics of positive thinking by Albrecht and scale of communication apprehension that arranged based on characteristics of communication apprehension by Burgon and Ruffner. The method of analysis used in this research is correlation product moment from Pearson with using programs SPSS version 16.00 From the calculation using the correlation product moment from Pearson, the researcher gets r score (-0.467) larger than r table (0.213) at 5% level of significance with p (0.000) is smaller than 0.05. So the statistical decision is is reject H0 and to accept H1 which means there is a significant negative relationship between degree of positive thinking with communication apprehension among students of faculty of psychology of UIN Jakarta. Coefficient of negative correlation indicates the inverse correlation, ie high and low scores of a variable will be followed in reverse order by the high and low for other variables that have similar characteristics. That is, people who have high degree of positive thinking the lower the anxiety level to communicate, and conversely the more lower degree of positive thinking, the higher the anxiety level of communication

(G) Referances (1959-2010)

viii

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan limpahan

karunia yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF

DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS

PSIKOLOGI UIN JAKARTA”. Shalawat serta salam teruntuk Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’atnya kepada kita semua.

Penulisan skripsi ini disusun atas berbagai dukungan dan kerjasama yang baik

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, Ph.D, seluruh dosen dan

seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak membantu dalam menuntut

ilmu selama empat tahun belakangan ini.

2. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si sebagai pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan saran serta kritik yang sangat membangun sehingga

skripsi ini dapat selesai.

3. Bapak Gazi Saloom, M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan bantuan dan memberikan ilmunya pada diskusi-diskusi yang

dilakukan selama bimbingan.

4. Kedua orang tuaku, serta saudara-saudaraku Mbak Farrah, Ofa, Rahma yang

senantiasa memberikan doa dan motivasi.

5. Hanny Isthifa, Dara Amalia dan Ain Rahmiati yang telah membantu dalam

menyebarkan angket pada responden. Teman-teman fakultas psikologi

ix

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

angkatan 2006 kelas B dan teman-teman kos yang memberikan motivasi

sehingga skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT membalas ribuan kali kebaikan dan keberkahan. Akhirnya

semoga penelitian ini dapat bermanfaat, Amin.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis,

Fadila Sabati

x

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i

Lembar Persetujuan Pembimbing........................................................................ ii

Lembar Pengesahan............................................................................................. iii

Lembar Pernyataan.............................................................................................. iv

Motto....................................................................................................................v

Abstraksi..............................................................................................................vi

Abstract ...............................................................................................................viii

Kata Pengantar..................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................. xi

Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................8

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................9

1.5 Sistematika Penulisan...........................................................................9

BAB II. KAJIAN TEORI .................................................................................11

2.1 Kecemasan Berkomunikasi...................................................................11

2.1.1 Pengertian Kecemasan Berkomunikasi........................................11

2.1.2 Kategori Kecemasan Berkomunikasi...........................................12

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Berkomunikasi...................13

2.1.4 Ciri-ciri Kecemasan Berkomunikasi............................................15

xi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

2.2 Tingkatan Berpikir Positif.....................................................................17

2.2.1 Pengertian Berpikir Positif.......................................................... 17

2.2.2. Ciri-ciri Berpikir Positif....... ..................................................... 20

2.3 Kerangka Teori..................................................................................... 21

2.4 Hipotesis ...............................................................................................23

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 24

3.1 Pendekatan dan Jenis penelitian............................................................ 24

3.2 Variabel Penelitian................................................................................ 24

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 27

3.5 Instrumen/ Alat ukur yang digunakan...................................................28

3.6 Teknik Uji Instrumen............................................................................ 29

3.7 Prosedur penelitian................................................................................33

3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................ 34

BAB IV. PRESENTASI DAN ANALISIS DATA........................................... 36

4.1 Gambaran Umum Responden............................................................... 36

4.2 Presentasi Data...................................................................................... 38

4.2.1 Deskripsi Statistik.........................................................................38

4.2.2 Kategorisasi Skor Penelitian........................................................ 39

4.2.3 Uji Persyaratan............................................................................. 41

4.2.4. Uji Hipotesis............................................................................... 42

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN........................................ 45

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 45

5.2 Diskusi………………………………………………………………...45

xii

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

5.3 Saran………………………………………………………………......47

DAFTAR PUSTAKA

xiii

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Stratified Proportional Random Sampling.......................... 27

Tabel 3.2 Skor untuk pernyataan Favorabel dan Unfavorabel………………….28

Tabel 3.3 Blue Print Berpikir Positif................................................................... 28

Tabel 3.4 Blue Print Kecemasan Berkomunikasi.................................................29

Tabel 3.5 Blue print hasil pilot study skala berpikir positif.................................30

Tabel 3.6 Blue print field study skala berpikir positif.......................................... 31

Tabel 3.7 Blue print hasil pilot study skala kecemasan berkomunikasi...............31

Tabel 3.8 Blue print field study skala kecemasan berkomunikasi........................32

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................................... 36

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia.............................................................. 37

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Skor Berpikir Positif dan

Kecemasan Berkomunikasi................................................................... 38

Tabel 4.4 Kategori Berpikir Positif...................................................................... 39

Tabel 4.5 Kategorisasi Kecemasan Berkomunikasi............................................. 40

Tabel 4.6 Tests Of Normality ............................................................................ 42

Tabel 4.7 Korelasi Pola Pikir dengan Kecemasan Berkomunikasi..................... 42

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk

melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu

dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi

merupakan prasyarat kehidupan manusia. Ketika melakukan komunikasi dengan

orang lain tidak selalu berjalan efektif. Terkadang ada pesan yang tidak

tersampaikan secara baik dan benar. Hal ini bisa terjadi karena masalah yang

dihadapi manusia dalam berkomunikasi yang dikenal dengan istilah hambatan

komunikasi (communication apprehension).

Orang yang mengalami hambatan komunikasi (communication apprehension)

akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus berkomunikasi Kecemasan

berkomunikasi sebenarnya merupakan hal yang wajar bagi seseorang. Bahkan

Orang yang sudah terbiasa berbicarapun terkadang masih mengalami kecemasan.

Hal ini juga yang biasanya dialami oleh mahasiswa. Dalam melaksanakan

kegiatan kuliah mahasiswa sering melakukan komunikasi. Mulai dari

mempresentasikan makalah di depan kelas, konsultasi skripsi, dan saat melakukan

bedah jurnal. Jika mahasiswa memiliki kecemasan yang berlebihan ketika akan

mempresentasikan tulisan ilmiahnya bisa saja materi yang sudah dikuasainya

tidak bisa disampaikan dengan baik (Santoso, 2008).

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

2

Rubin (dalam Nimocks, 2001) menjelaskan bahwa mahasiswa dengan

kecemasan berkomunikasi yang tinggi memperlihatkan lebih senang untuk keluar

dari kelas public speaking dibandingkan mahasiswa dengan kecemasan

berkomunikasi yang rendah. Miller (2009) menyebutkan bahwa dalam suatu

penelitian ditemukan bahwa mahasiswa dengan kecemasan berkomunikasi yang

rendah mempunyai kemungkinan untuk dapat sukses. Sedangkan mahasiswa

dengan kecemasan berkomunikasi yang tinggi memiliki nilai di bawah rata-rata,

kemungkinan besar untuk keluar dari sekolah.

Penelitian lain menerangkan bahwa orang yang cemas dalam berkomunikasi,

cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain dan sangat jarang menduduki

jabatan pemimpin. Pada pekerjaan, orang yang mengalami kecemasan

berkomunikasi cenderung tidak puas, disekolah cenderung malas karena itu

cenderung gagal secara akademis (Rahmat, 2005)

Miller (2002) juga menjelaskan bahawa mahasiswa yang memiliki kecemasan

berkomunikasi yang tinggi rata-rata memiliki self-esteem dan self-credibility yang

rendah. Begitu juga dalam memilih pekerjaan, orang yang memiliki kecemasan

berkomunikasi yang tinggi akan memilih pekerjaan yang dirasa hanya

membutuhkan komunikasi yang sedikit dan kurang dipercaya oleh orang lain.

Masalah kecemasan komunikasi antar pribadi di Indonesia telah diteliti oleh

Mariani. la menemukan bahwa 8% dari 189 subjek penelitian yang terdiri dari

mahasiswa Fakultas Psikologi dan Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

mengalami kecemasan komunikasi (Wulandari, 2004).

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

3

Orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi akan menarik diri dari

pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya akan berbicara

apabila terdesak saja. Bila terpaksa melakukan komunikasi, pembicaraannya tidak

relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi orang lain

dan akan terus dituntut berbicara lagi (Rakhmat, 2005).

Beberapa penelitian yang terkait dengan kecemasan berkomunikasi adalah

penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2005). Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri

dengan kecemasan berkomunikasi. Artinya, semakin positif kualitas konsep diri

mahasiswa, maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam berkomunikasi.

Sebaliknya semakin negatif kualitas konsep diri mahasiswa, maka semakin tinggi

tingkat kecemasan dalam berkomunikasi.

Penelitian lain yang berkaitan dengan kecemasan berkomunikasi, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Triana (dalam Dewi,dkk. 2006). Hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa semakin positif citra raga individu maka

semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Sebaliknya

semakin negatif cita raga individu maka semakin tinggi kecemasannya dalam

berbicara di depan umum.

Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi juga dilakukan oleh Opt &

Loffredo (2000). Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa partisipan yang

memiliki sifat introvert secara signifikan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi

secara umum daripada partisipan yang memiliki sifat extrovert, seperti pada

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

4

pertemuan, pertukaran kelompok dan hal-hal yang berkaitan dengan konteks

umum.

Sa’diyah dkk (2009) juga memaparkan hasil penelitiannya yang berkaitan

dengan kecemasan komunikasi. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada

hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi

interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Artinya, semakin tinggi

kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi

interpersonal semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri para

penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin

tinggi.

Dalam penelitian ini berpikir positif memiliki dua tingkatan yaitu tinggi dan

rendah. Orang yang memiliki tingkatan berpikir positif yang rendah sama halnya

dengan orang yang berpikir negatif. Suatu penelitian yang dilakukan oleh dewi

dkk (2006) menyebutkan bahwa ada hubungan antara pola pikir negatif dengan

kecemasan berbicara di depan umum. Dimana semakin tinggi pola pikir negatif

seseorang maka semakin tinggi juga kecemasan berbicara di depan umum.

Sebaliknya semakin rendah pola pikir negatif seseorang maka semakin rendah

kecemasan berbicara di depan umum. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh

Puteri (2007), yang menyebutkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara

pola pikir positif dengan kecemasan berbicara di muka umum pada mahasiswa.

Dimana semakin positif pola pikirnya maka akan semakin rendah kecemasan

berbicara dimuka umum. Sebaliknya semakin rendah pola pikir positifnya maka

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

5

akan semakin tinggi kecemasan berbicara di muka umumnya. Konsep yang

digunakan dalam penelitian ini lebih pada tingkatan berpikir positif tinggi dan

rendah karena didukung dengan teori yang dikemukaan oleh Albrecht (1980) yang

menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkatan berpikir positif yang tinggi

akan fokus pada harapan yang diinginkannya, meskipun lingkungan di sekitarnya

tidak mendukung. Sebaliknya individu yang memiliki tingkatan berpikir positif

yang rendah, sedikit banyaknya akan menghambat harapan yang dimiliki jika

lingkungan disekitarnya tidak mendukung.

Pada umumnya kecemasan berkomunikasi bukan disebabkan oleh

ketidakmampuan individu, tetapi sering disebabkan oleh tingkatan berpikir positif

yang rendah atau pikiran-pikiran yang negatif dan tidak rasional. Williams (2004)

menjelaskan bahwa kecemasan biasanya juga dipengaruhi oleh cara berpikir yang

keliru. Terlalu menilai diri begitu tajam sehingga sekilas tidak berani mencoba

sesuatu yang tidak kita kuasai dengan sangat sempurna. Selain itu mengingat

secara terus-menerus sesuatu yang menakutkan sehingga diri merasa terteror

sampai rasa takut itu menjadi jauh lebih besar dari diri sendiri dan akhirnya diri

berhenti sambil meyakini bahwa semuanya adalah malapetaka.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh fakultas kedokteran di San

Fransisco menyebutkan bahwa ada hubungan antara akal dan tubuh dalam hal

merebaknya berbagai penyakit, baik penyakit jiwa seperti cemas, gelisah, frustasi

atau penyakit fisik seperti penyakit jantung dan tekanan darah meningkat. Hasil

penelitian menegaskan bahwa lebih dari 95% penyebab munculnya penyakit

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

6

bersumber dari akal. Akal berpikir, lalu mengirimkan pesan ke tubuh. Selanjutnya

tubuh merespon. Respon itulah yang memengaruhi seluruh anggota tubuh (Elfiky,

2009).

Burns (dalam Wulandari, 2004) mengungkapkan bahwa perasaan individu

sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri.

Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif

mengenai keadaan yang dialami sebenarnya. Goldfried dan Davison (1976) juga

menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami individu

dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya

sendiri mungkin tidak rasional. Begitu juga dengan Blackburn & Davidson (1994)

menjelaskan bahwa kecemasan disebabkan karena gangguan dari berpikir.

Blackburn & Davidson menghubungkan faktor emosi dan pikiran dengan

gangguan kecemasan.

Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Olfson dkk (dalam Hutagalung,

2009). Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kecemasan yang dialami seseorang

dalam melakukan interaksi sosial lebih kepada adanya pikiran-pikiran negatif

yang ada pada diri individu, dimana individu tersebut merasa bahwa orang lain

tidak dapat menerima dirinya diakibatkan perbedaan-perbedaan yang dimilikinya

seperti status sosial, status ekonomi dan juga tingkat pendidikan. Dari penelitian

tersebut dan juga banyak penelitian lain menyepakati bahwa dari segala

kecemasan yang dialami oleh seseorang dalam menghadapi suatu keadaan sangat

berpengaruh dengan cara berpikir yang dimilikinya, dimana diyakini juga pikiran

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

7

negatif hanya akan membawa pada keburukan dan pikiran positif akan membawa

diri pada kebaikan, penyebabnya adalah karena pikiran dapat berpengaruh pada

suasana hati.

Dalam mengurangi atau mengatasi seseorang yang mempunyai kecemasan

berkomunikasi dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir yang negatif dan

tidak rasional tersebut menjadi cara berpikir yang positif. Peale (1959)

menjelaskan bahwa untuk membentuk pikiran yang positif dapat menggunakan

pernyataan-pernyataan yang positif. Jika individu secara terus menerus

menggunakan kata-kata negatif maka akan berpengaruh pada kesehatan tubuh dan

kekuatan stimulus yang negatif akan memberikan efek yang buruk. Kata-kata

yang digunakan akan merefleksi secara kuat ke pikiran dan pikiran akan memberi

efek secara negatif atau positif terhadap organ.

Individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal-

hal yang positif, akan berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta

kasih daripada kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada

ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu akan bersikap positif

dalam menghadapi permasalahan (Albrecht, 1980).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi. Namun demikian

variabel berpikir positif belum dibahas secara mendalam dalam penelitian

tersebut. Sampel dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini berbeda

dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

8

Dengan bertitik tolak pada pemaparan di atas, maka penulis sangat tertarik

untuk mengkaji lebih mendalam mengenai ”HUBUNGAN ANTARA

TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN

BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN

JAKARTA”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Tingkatan berpikir positif yang dimaksud adalah tingkatan berpikir positif

tinggi dan tingkatan berpikir positif rendah.

2. Kecemasan berkomunikasi yang dimaksud adalah kecemasan untuk

melakukan komunikasi secara verbal saat berhadapan dengan orang banyak

1.2.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah, yaitu:

“Apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkatan berpikir positif

dengan kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari

permasalahan yang telah diuraikan, yaitu mengungkap ada atau tidaknya

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

9

hubungan negatif yang signifikan antara tingkatan berpikir positif dengan

kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan

perkembangan ilmu pengetahuan mengenai ada tidaknya hubungan antara

tingkatan berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas

Psikologi UIN Jakarta.

b. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya pemahaman dan

pengetahuan pembaca mengenai pentingnya untuk selalu berpikir positif agar

perilaku yang timbul juga positif sehingga dapat mengurangi kecemasan

berkomunikasi. Selain itu, sebagai informasi kepada pembaca mengenai hal apa

saja yang menjadi penyebab timbulnya kecemasan berkomunikasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini mengacu kepada pedoman penyusunan dan

penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,

skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

10

Dalam bab ini berisikan Latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat, tujuan

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai teori tingkatan berpikir positif,

kecemasan berkomunikasi, kerangka berpikir dan hipotesa

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini merangkum pendekatan dan jenis penelitian, variabel

penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,

instrumen penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisa data.

BAB IV : PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

Bab ini memaparkan gambaran umum subjek penelitian, presentasi

data dan analisa hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Menguraikan kesimpulan, diskusi dan saran.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kecemasan Berkomunikasi

2.1.1 Pengertian Kecemasan Berkomunikasi

Kecemasan merupakan suatu perasaan takut dan khawatir yang tidak

menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis

(Davison dkk, 2006). Sedangkan menurut Daradjat (2001), kecemasan adalah

manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika

orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin

(konflik). Martin & Osborne (1989) membedakan antara kecemasan dan takut.

Kecemasan adalah sebuah istilah yang berarti kurang lebih sesuatu yang sama

seperti takut, meskipun sering digunakan pada pengertian yang sedikit umum.

Sedangkan takut adalah suatu emosi yang dialami ketika bertemu suatu bahaya

yang datang atau peristiwa yang tidak di inginkan.

Burgoon dan Ruffner (dalam Wulandari, 2004) dalam buku "Human

Communication" menjelaskan hambatan komunikasi (communication

apprehension) sebagai bentuk reaksi negatif dari individu berupa kecemasan yang

dialami seseorang ketika berkomunikasi, baik komunikasi antar pribadi,

komunikasi di depan umum, maupun komunikasi massa. Individu yang

mengalami hambatan komunikasi (communication apprehension) akan merasa

cemas bila berpartisipasi dalam komunikasi bentuk yang lebih luas, tidak sekedar

cemas berbicara di muka umum. Individu tidak mampu untuk mengantisipasi

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

12

perasaan negatifnya, dan sedapat mungkin berusaha untuk menghindari

berkomunikasi. Jadi, istilah hambatan komunikasi (communication apprehension)

mencakup kondisi yang lebih luas, baik kecemasan komunikasi antar pribadi,

komunikasi di depan umum, dan komunikasi massa. Dalam penelitian ini yang

akan ditekankan adalah pada kecemasan komunikasi dihadapan orang banyak .

“Communication apprehension has been defined by McCroskey, as "an

individual's level of fear or anxiety associated with either real or anticipated

communication with another person or persons"(Alley, 2005).

Dari definisi di atas kecemasan berkomunikasi digambarkan sebagai suatu tingkat

ketakutan atau kecemasan individu berkomunikasi yang diasosiasikan dengan

keadaan yang tidak riil atau yang diantisipasi dengan orang lain atau banyak

orang.

Berdasarkan beberapa pengertian kecemasan berkomunikasi diatas maka

dapat disimpulkan bahwa kecemasan berkomunikasi adalah kecemasan yang

dirasakan individu ketika melakukan komunikasi khususnya di hadapan orang

banyak.

2.1.2. Kategori Kecemasan Berkomunikasi

McCroskey (1984) menyebutkan ada empat jenis Communication

Apprehension (CA), yaitu CA as a trait, CA in gereralized context, CA with

person-group, CA as a situational. Kecemasan berkomunikasi dalam penelitian

ini termasuk dalam jenis CA in generalized context. Kecemasan terjadi hanya

pada kondisi tertentu saja, maksudnya ada tipe general dari setting/kondisi

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

13

komunikasi yang menimbulkan kecemasan. Ada empat macam jenis komunikasi

dalam tipe ini, yaitu: berbicara didepan umum, berbicara di suatu pertemuan atau

kelas, berbicara dalam kelompok kecil saat berdiskusi dan berbicara saat

berinteraksi.

Selanjutnya Miller (2002), secara garis besar menyebutkan ada 2 macam

kategori dari kecemasan komunikasi, yaitu:

1. Kecemasan komunikasi secara umum, dimana individu merasakan takut pada

semua kegiatan komunikasi

2. Kecemasan komunikasi secara spesifik, dimana individu hanya merasa takut

pada situasi yang asing. Penyebabnya yaitu:

1. Takut karena topik yang dibawakan

2. Takut karena peserta/audience

3. Takut karena situasi atau lingkungan

Dalam penelitian ini, kategori kecemasan berkomunikasi termasuk dalam

kecemasan berkomunikasi secara spesifik, dimana individu hanya merasa takut

pada situasi yang asing yang penyebabnya adalah karena situasi atau lingkungan.

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Komunikasi

Miller (2002) menyebutkan sebab-sebab kecemasan komunikasi, yaitu:

1. Lack of preparation (Kurangnya persiapan dalam berkomunikasi)

2. Lack of speaking skills. (Kurangnya keterampilan berbicara)

3. Negative reinforcement from previous communication efforts (respon negatif

dari pengalaman komunikasi sebelumnya)

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

14

4. Poor role models from which communication was learned (Sedikitnya model

komunikasi yang dipelajari)

5. Genetic components such as sociability, physical appearance, body shape,

and coordination and motor abilities. (komponen genetik, seperti kemampuan

bersosialisasi, penampilan fisik, bentuk badan dan kemampuan motorik dan

koordinasi).

6. Cultural preferences in regards to speaking in public and being the center of

attention (pilihan budaya dalam hal berbicara di depan umum dan menjadi

pusat perhatian).

Hoolbrook (1987) menyebutkan selain faktor-faktor tersebut diatas, ada

faktor lain yang menyebabkan kecemasan berkomunikasi, yaitu kepribadian

seseorang, seperti pendiam dan pemalu. Willets & Creswell (2007) menjelaskan

bahwa orang yang pemalu akan merasa cemas dan gugup dalam situasi sosial. Hal

ini juga menjadi suatu alasan mengapa orang menjadi diam diri pada situasi sosial

dimana orang-orangnya tidak dikenal secara baik. Orang yang pemalu cenderung

untuk menghabiskan waktunya sendiri dan sangat sedikit berinteraksi dengan

teman kelasnya.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Opt dan Loffredo (dalam dewi

dkk, 2006) menunjukkan adanya tiga faktor kecemasan berkomunikasi, tiga faktor

tersebut adalah :

a. Individu extrovert dan introvert. Individu yang extrovert mempunyai

kecemasan berbicara di depan umum yang lebih rendah daripada individu

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

15

yang introvert. Alasannya, individu yang extrovert lebih senang bergaul

dengan siapa saja, mereka lebih menyukai komunikasi face to face dan juga

mengambil kesempatan dalam sebuah kelompok. Individu yang introvert tidak

banyak berkomunikasi dengan orang-orang, apalagi jika harus berbicara di

depan banyak orang.

b. Individu yang melihat sesuatu dengan intuisi (intuitors) atau dengan pancaindra

(sensors). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intuitors mempunyai tingkat

kecemasan yang rendah daripada sensors ketika berbicara di depan umum.

Intuitors sangat mentolelir adanya perbedaan pendapat, mereka juga berani

membuat lompatan dari poin satu ke poin yang lain. Berbeda dengan sensors

yang memandang sesuatu seperti yang dilihatnya, tanpa memikirkannya lebih

jauh. Hal ini yang akan menghasilkan kecemasan.

c. Individu yang menggunakan pola pikir positif mempunyai kecemasan yang

lebih rendah daripada individu yang berpola pikir negatif. Individu dengan

pola pikir yang positif akan melihat segala hal dari sisi positif, suka bekerja

keras dan dapat mengendalikan emosinya ketika berbicara di depan umum.

Individu dengan pola pikir negatif lebih menggunakan perasaaanya, lebih

mudah stress dan mengekspresikan kecemasan karena selalu fokus pada

pendapatnya sendiri.

2.1.4. Ciri-ciri Kecemasan Berkomunikasi

Burgoon dan Ruffner seperti dikutip oleh Azwar (2008) mengungkapkan ciri-

ciri kecemasan berkomunikasi yang terbagi atas:

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

16

1. Unwillingness atau ketidaksediaan berkomunikasi yang ditandai oleh

a. Kecemasan

b. Introversi; orientasi ke dalam terhadap diri sendiri

c. Rendahnya partisipasi dalam berbagai situasi komunikasi

2. Avoiding atau penghindaran dari partisipasi karena pengalaman komunikasi

yang tidak menyenangkan dengan indikasi.

a. Kecemasan

b. Kurangnya pengalaman situasi komunikasi yang mempengauhi intimasi

dan empati

3. Kontrol atau rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi, yang

terjadi karena:

a. Faktor lingkungan

b. Ketidak mampuan menyesuaikan diri dengan individu yang berbeda

c. Reaksi lawan bicara

Selanjutnya, Miller (2002) menyebutkan karakteristik komunikator yang

mengalami kecemasan komunikasi, yaitu:

1. Mengalami pemendekan nafas atau sesak nafas dan jantung berdetak

kencang/ cepat.

2. Merasa gelisah, gugup dan tidak nyaman

3. Telakap tangan berkeringat

4. Mengalami gangguan pada perut

5. Wajah memerah karena malu atau nervous

6. Kegelisahan internal dan krisis percaya diri.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

17

2.2 Tingkatan Berpikir Positif

2.2.1 Pengertian Berpikir Positif

Dalam psikologi ada beberapa konsep dari berpikir, diantaranya yaitu

thinking, thought, dan mind (Chaplin, 2008). Konsep berpikir yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah thinking. Thinking atau berpikir memiliki beberapa arti

dalam lingkup psikologi, diantaranya yaitu mengingat, membayangkan dan yakin

(Thomson, 1959). Berpikir dapat didefinisikan sebagai proses menghasilkan

representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan

interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental (Suharnan, 2005). Menurut

Bono (1990), berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar

dalam mencapai suatu tujuan.

Peale (1959) menyebutkan bahwa pada umumnya berpikir terbagi menjadi

dua, yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Dalam penelitian ini yang akan

ditekankan adalah pada berpikir positif. Konsep tentang berpikir positif

diperkenalkan oleh Norman Vincent Peale pada tahun 1952 (Wikipedia, 2008).

Pada perkembangannya, ada konsep tentang optimisme. Hubungan antara

optimisme dengan berpikir positif adalah dengan berpikir positif akan membawa

individu menjadi optimis ketika mengalami masalah. Sikap optimis lebih

membawa pada keuntungan. Individu yang optimis selalu melihat masalah hanya

bersifat sementara, tidak melihat masalah akibat dari kemunduran diri dan

menyalahkan diri akibat kesalahan yang dialami (Fellman 1996).

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

18

Berpikir positif adalah mengatur antara perhatian terhadap sesuatu yang

positif, membentuknya dengan bahasa yang positif dan menunjukkan pikiran-

pikirannya. Individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya

ke hal-hal yang positif, akan berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan,

cinta kasih daripada kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan

daripada ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu akan

bersikap positif dalam menghadapi permasalahan (Albrecht, 1980).

Peale (1959) menyebutkan bahwa berpikir positif adalah suatu bentuk dari

pikiran dimana selalu melihat hasil yang baik dari suatu situasi yang buruk.

Dengan berpikir positif akan melihat sesuatu dengan pengetahuan bahwa akan ada

yang baik dan yang buruk dalam kehidupan, tetapi hal ini lebih di tekankan pada

yang baik. Berpikir positif membawa banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh.

Selain itu, berpikir positif saat mengalami keadaan yang buruk akan memberikan

kekuatan pada diri untuk terus berpikir mencari jalan keluar.

Menurut Albrecht (1980), individu disebut berpikir positif jika memiliki

perhatian positif (positive attention) dan juga perkataan yang positif (positive

verbalization). Perhatian positif berarti pemusatan perhatian pada hal-hal dan

pengalaman-pengalaman yang positif, seperti mengganti suatu ide tentang

kegagalan dengan ide yang sukses, suatu pemikiran yang menghasilkan solusi,

dan ketakutan dengan harapan. Sedangkan perkataan yang positif adalah

penggunaan kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang positif untuk

mengekspresikan isi pikirannya, hal ini pada akhirnya akan menghasilkan kesan

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

19

yang positif pada pikiran dan perasaan, seperti harapan yang positif, affirmasi diri,

pernyataan yang tidak menilai dan penyesuaian diri yang realistik. Albrecht juga

menyebutkan bahwa individu disebut berpikir negatif jika memiliki sifat mudah

menyerah, sinis dan selalu mengkritik diri sendiri.

Kebiasaan berpikir positif secara otomatis akan mempengaruhi jiwa untuk

lebih waspada, mempengaruhi imajinasi untuk lebih kreatif, antusiasme untuk

lebih berkembang dan meningkatkan kekuatan kehendak yang manusia miliki.

Pikiran positif akan menghasilkan sikap mental yang positif yang akan membantu

individu membangun harapan serta mengatasi keputusasaan dan ketidakberanian

(Hills, 2009).

Elfiky (2009) juga menjelaskan bahwa individu yang berpikir positif

memiliki percaya diri, menyukai perubahan dan berani menghadapi tantangan.

Individu mengetahui dengan jelas tujuan dalam hidupnya. Dengan begitu,

individu menyusun rencana berdasarkan segala kemungkinan lalu direalisasikan

dalam tindakan yang nyata. Dalam proses mencapai tujuannya, individu juga

selalu melakukan evaluasi dan memperbaiki diri.

Albrecht (1980) menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkatan

berpikir positif yang tinggi akan fokus pada harapan yang diinginkannya,

meskipun lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Sebaliknya individu yang

memiliki tingkatan berpikir positif yang rendah, sedikit banyaknya akan

menghambat harapan yang dimiliki jika lingkungan disekitarnya tidak

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

20

mendukung. Tingkatan berpikir positif yang tinggi mempunyai efek yang

signifikan dan tajam terhadap proses berpikir manusia.

Berdasarkan beberapa pengertian berpikir positif diatas maka dapat

disimpulkan bahwa berpikir positif adalah berpikir dengan cara memandang

segala sesuatu dari segi positif dan selalu berpikir optimis terhadap dirinya.

2.2.2 Ciri-ciri Berpikir Positif

Albrecht (1980) menyatakan ada 4 ciri-ciri berpikir positif, yaitu:

1. Harapan yang positif (positive expectation), yaitu melakukan sesuatu dengan

lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah

dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.

2. Affirmasi diri (Self affirmative), yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan

diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini individu menggantikan kritik

pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri.

3. Pernyataan yang tidak menilai (non judgement talking), yaitu suatu pernyataan

yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan. Pernyataan

ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang

cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini

akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif.

4. Penyesuaian diri yang realistik (realistic adaptation), yaitu mengakui

kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi

dan menyalahkan diri.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

21

Ciri-ciri berpikir positif menurut Albrecht (1980) diatas, peneliti jadikan indikator

dalam menyusun skala berpikir positif.

2.3 Kerangka Berpikir

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam melakukan interaksi dengan orang lain.

Tetapi tidak semua komunikasi dapat berjalan efektif. Ada hambatan dalam

komunikasi yang disebut dengan communication apprehension. Orang yang

mengalami hambatan komunikasi akan merasa cemas ketika melakukan

komunikasi. Kecemasan biasanya juga dipengaruhi oleh cara berpikir yang keliru.

Terlalu menilai diri begitu tajam sehingga sekilas tidak berani mencoba sesuatu

yang tidak di kuasai dengan sangat sempurna (Williams, 2004).

Millar & Tesser (1986) mengungkapkan bahwa pikiran memiliki pengaruh

terhadap sikap dan perilaku. Sikap terdiri dari komponen kognitif dan afektif.

Pikiran menekankan komponen afektif untuk menghasilkan penilaian dan

perkiraan mengenai perwujudkan perilaku (afektif menggerakkan perilaku). Di

sisi lain, pikiran menekankan komponen kognitif untuk menghasilkan penilain

dan perkiraan mengenai perilaku (kognitif menggerakkan perilaku).

Goldfried dan Davison (1976) juga menyatakan bahwa reaksi emosional tidak

menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa

yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak rasional. Goldfried

menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara pikiran yang irasional

dengan sosial, berbicara dan test kecemasan.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

22

Dalam mengatasi perasaan cemas ketika berkomunikasi dapat dilakukan

dengan mengubah cara berpikir yang tidak rasional menjadi cara berpikir yang

positif. Peale (1959) menjelaskan bahwa untuk membentuk pikiran yang positif

dapat menggunakan affirmasi atau pernyataan-pernyataan yang positif. Hal ini

akan membawa banyak keuntungan bagi diri, diantaranya akan memperbaiki

kesehatan tubuh, memperpanjang umur dan membuat tubuh menjadi lebih muda.

Albrecht (1980) menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkatan

berpikir positif yang tinggi akan fokus pada harapan yang diinginkannya,

meskipun lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Sebaliknya individu yang

memiliki tingkatan berpikir positif yang rendah, sedikit banyaknya akan

menghambat harapan yang dimiliki jika lingkungan disekitarnya tidak

mendukung.

Penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2007) menyebutkan bahwa semakin

positif pola pikir seseorang maka akan semakin rendah kecemasan berbicara di

muka umum. Sebaliknya semakin rendah pola pikir positifnya maka akan semakin

tinggi kecemasan berbicara di muka umumnya.

Penjelasan diatas dapat dilihat pada bagan berikut:

Individu

Berpikir Positif Tinggi Berpikir Positif Rendah

Kecemasan Berkomunikasi rendah

Kecemasan Berkomunikasi tinggi

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

23

2.4 Hipotesis

Dari kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitian dirumuskan bahwa

”ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkatan berpikir positif dengan

kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta”.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan jenis penelitian

kuantitatif, guna memperoleh data-data yang bersifat numerik dan diolah menjadi

sebuah kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode

korelasional karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah antara

variabel X dan Y dapat dikuatifikasikan memiliki hubungan tertentu.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variabel berpikir positif

2. Variabel kecemasan berkomunikasi

Definisi Konseptual:

a. Berpikir positif adalah mengatur antara perhatian terhadap sesuatu yang positif,

membentuknya dengan bahasa yang positif dan menunjukkan pikiran-

pikirannya (Albrecht, 1980).

b. Kecemasan berkomunikasi adalah bentuk reaksi negatif dari individu berupa

kecemasan yang dialami seseorang ketika berkomunikasi (Burgoon dan

Ruffner dalam Wulandari, 2004).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

25

Definisi Operasional:

a. Berpikir positif berpikir dengan cara memandang segala sesuatu dari segi

positif dan selalu berpikir optimis terhadap dirinya yang pengukuran diperoleh

melalui ciri-ciri berpikir positif menurut Albrecht seperti, harapan yang

positif, affirmasi diri, pernyataan yang tidak menilai dan penyesuaian diri

yang realistis dengan menggunakan skala model likert.

b. Kecemasan berkomunikasi adalah kecemasan yang dirasakan individu ketika

melakukan komunikasi di hadapan orang banyak yang pengukuran diperoleh

melalui ciri-ciri kecemasan berkomunikasi menurut Burgoon dan Ruffner

seperti, Unwillingness, Avoiding, Kontrol atau rendahnya pengendalian

dengan menggunakan skala model likert.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler program strata 1

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun akademik 2007-2009 yang aktif melaksanakan kuliah, yaitu berjumlah 586

orang. Dalam menentukan sampel yang dibutuhkan, peneliti menggunakan

perhitungan yang didasarkan pada pendugaan proporsi populasi dari Slovin.

Adapun rumusnya, yaitu:

n = 21 Ne

N

+

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

1 = Konstanta

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

26

e = Taraf kekeliruan yang ditolerir akibat kesalahan sampling (Sulistiyono,2005)

Penelitian ini menggunakan taraf kekeliruan (e) sebesar 10% sehingga sampel

yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan diatas adalah 85,422

orang. Dengan demikian sampel yang diambil adalah sebanyak 85 orang

(dibulatkan ke bawah).

Penelitian ini menggunakan Stratified Proportional Random Sampling. Yang

dimaksud Stratified Proportional Random Sampling adalah sampling yang

diperoleh dengan membagi populasi dengan kelompok-kelompok kecil yang

disebut strata atau kelas dan peneliti mengambil sampelnya dari masing-masing

strata ini dengan cara kocok, selain itu sampel diambil dari setiap strata atau kelas

dengan besaran sebanding, artinya sesuai dengan proporsi ukurannya. Untuk

menentukan banyaknya jumlah sampel pada masing- masing angkatan, rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Populasi per angkatan x Jumlah sampel yang ditentukan (Nazir, 2005)

Populasi total

Dengan demikian populasi dibagi atas tiga strata berdasarkan angkatan 2007,

2008 dan 2009. Setelah diadakan pengocokan untuk mengetahui kelas mana yang

akan dijadikan sampel penelitian, maka di dapatkan kelas D untuk angkatan 2007,

kelas C untuk angkatan 2008 dan kelas B untuk angkatan 2009. Sampel diambil

sesuai dengan proporsinya dalam jumlah populasi, seperti terlihat pada tabel

berikut:

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

27

Tabel 3.1

Distribusi Stratified Proportional Sampling

Mahasiswa Psikologi

UIN Jakarta

Ukuran Populasi N Sampel % dalam Sampel

Angkatan 2007 172 25 29%

Angkatan 2008 176 26 31%

Angkatan 2009 238 34 40%

Jumlah 586 85 100%

(Sumber : TU Bagian Akademik Fak. Psikologi, April 2010)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat

pengumpul data yaitu skala berpikir positif dan skala kecemasan berkomunikasi

model Likert. Skala ini mengukur derajat persetujuan yang menggambarkan kadar

sikap positif dan negative subjek terhadap objek sikap. Skala ini disebarkan

langsung kepada subjek penelitian, yaitu mahasiswa reguler psikologi tahun

akademik 2007-2009 yang aktif melaksanakan kuliah.

Pengumpulan data menggunakan model skala Likert dengan 4 alternatif

jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang

dianggap menggambarkan dirinya dengan cara memberi tanda silang (X). Untuk

perhitungan skor tiap alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

28

Tabel 3.2

Skor untuk pernyataan Favorabel dan Unfavorabel

SS S TS STS

Favorabel 4 3 2 1

Unfavorabel 1 2 3 4

3.5 Instrumen/ Alat ukur yang digunakan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dalam bentuk

pernyataan. Bentuk skala yang digunakan dalam membuat pernyataan di

penelitian ini adalah model skala likert untuk mengukur berpikir positif dan

kecemasan berkomunikasi.

Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengukur penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Skala berpikir positif

Dalam mengukur berpikir positif, digunakan skala yang disusun berdasarkan ciri-

ciri berpikir positif menurut Albrecht .Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.3

Blue Print Berpikir Positif

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Harapan yang positif 1,2,3,6,13,17,18 7,8,9,12,19,23,24 14

Affirmasi diri 4,14,16,25,28,29,30 10,20,22,31,32,35,36 14

Pernyataan yang tidak 5,15 11,21 4

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

29

menilai

Penyesuaian diri yang

realistik

26,27,14 33,34 4

Jumlah 18 18 36

b. Skala Kecemasan Berkomunikasi

Dalam mengukur kecemasan berkomunikasi, digunakan skala yang disusun

berdasarkan ciri-ciri kecemasan berkomunikasi menurut Burgon dan Ruffner.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Blue Print Kecemasan Berkomunikasi

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Unwillingness 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12 12

Avoiding 13,14,15 16,17,18 6

Control 19,20,21,22,23,24 25,26,27,28,29,30 12

Jumlah 15 15 30

3.6 Teknik Uji Instrumen

3.6.1. Uji Validitas Alat Penelitian

Validitas adalah sejauhmana alat tes mampu mengukur atribut yang

seharusnya diukur. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan menghasilkan

eror pengukuran yang kecil (Azwar, 2007). Alat tes dapat digunakan jika

mengukur atribut yang memang akan diukur, sehingga diperlukan uji validitas

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

30

agar dapat diketahui bahwa alat tes memang mengukur atribut yang diteliti.

Dalam perhitungan validitas menggunakan bantuan SPSS for window version

16.0. Suatu tes dikatakan valid apabila koefisien validitasnya diatas 0,30. Adapun

rumusnya, yaitu:

N∑XY – (∑X) (∑Y)

rxy= [N∑X2 - (∑X)2 ] [N∑Y2 – (∑Y)2 ]

rxy = Koefisien korelasi variabel X (Berpikir positif) dengan variabel Y

(Kecemasan berkomunikasi)

X = Jumlah seluruh skor variabel X

Y = Jumlah seluruh skor variabel Y

N = Jumlah subjek

3.6.1.1 Hasil Uji Validitas Alat Ukur Berpikir positif

Data skala berpikir positif diperoleh dari 85 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN. Skala terdiri dari 36 aitem. Setelah di uji validitasnya,

diperoleh hasil bahwa 29 aitem valid dan 7 aitem gugur. Untuk lebih jelasnya,

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5

Blue print hasil pilot study skala berpikir positif

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Harapan yang positif 1,2,3*,6,13,17*,18,30 7*,8,9,12,19*,23,24,36 16

Affirmasi diri 4*,14,16,25,28,29 10,20,22,31,32*,35 12

Pernyataan yang tidak 5*,15 11,21 4

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

31

menilai

Penyesuaian diri yang

realistik

26,27 33,34 4

Jumlah 18 18 36

*) Item yang gugur

Tabel 3.6

Blue print field study skala berpikir positif

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Harapan yang positif 1,2,3,9,13,24 4,5,8,17,18,29 12

Affirmasi diri 10,12,20,21,23 6,14,16,25,28 10

Pernyataan yang tidak menilai 11 7,15 3

Penyesuaian diri yang realistik 19,22 26,27 4

Jumlah 14 15 29

3.6.1.2 Hasil Uji Validitas alat ukur Kecemasan Berkomunikasi

Data skala kecemasan berkomunikasi diperoleh dari 85 Mahasiswa Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta. Skala terdiri dari 30 aitem. Setelah di

uji validitasnya, diperoleh hasil bahwa 27 aitem valid dan 3 aitem gugur. Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.7

Blue print hasil pilot study skala kecemasan berkomunikasi

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Unwillingness 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11*,12 12

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

32

Avoiding 13,14*,15 16,17,18 6

Control 19,20*,21,22,23,24 25,26,27,28,29,30 12

Jumlah 15 15 30

*) Item yang gugur

Tabel 3.8

Blue print field study skala kecemasan berkomunikasi

No Item Indikator

Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Unwillingness 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11 11

Avoiding 12,13 14,15,16 5

Control 17,18,19,20,21 22,23,24,25,2627 11

Jumlah 13 14 27

3.6.2 Uji Reabilitas

Setelah uji validitas maka dilakukan uji reabilitas. Hal ini merujuk pada

konsistensi (keajegan) skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka di

uji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda (Anastasi. Urbina,

2007). Dalam perhitungan reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach dengan

menggunakan program SPSS for window version 16.0. Suatu tes memiliki

reabilitas yang baik jika koefisien reabilitasnya mendekati 1,00. Adapun

rumusnya, yaitu:

λ= 1−k

k 1- ∑−

k

nS1

2

n

2TS

k = Banyaknya butir pertanyaan

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

33

2nS = Ragam skor butir pertanyaan ke-n 2

TS = Ragam skor total

Setelah diuji reabilitasnya, diperoleh hasil bahwa koefisien reabilitas dari

skala berpikir positif 0,893 dan untuk skala kecemasan berkomunikasi koefisien

reabilitasnya 0,937. Berdasarkan data tersebut berarti dapat dikatakan bahwa skala

Berpikir positif dan skala kecemasan berkomunikasi yang digunakan sebagai alat

ukur dalam penelitian ini memiliki kehandalan reabilitas yang baik

3.7 Prosedur penelitian

Ada beberapa tahapan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap ini dilakukan beberapa hal sebelum melakukan penelitian dilapangan,

yaitu:

a. Perumusan masalah.

b. Menentukan variabel yang akan diteliti.

c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teori yang tepat mengenai variabel penelitian.

d. Menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian, yakni skala berpikir positif dan skala kecemasan

berkomunikasi.

e. Menentukan lokasi penelitian, yaitu dilaksanakan di Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Uji Coba Alat Ukur

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

34

Setelah instrumen penelitian selesai disusun, peneliti melakukan pilot study

pada tanggal 3 Juni 2010 dengan menyebarkan angket sebanyak 66 item

kepada 85 responden dari Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan pilot study dan sudah mengetahui validitas dan reabilitas

aitem. Kemudian beberapa aitem yang valid disebarkan kembali pada tanggal

10 Juni 2010 kepada responden penelitian yaitu mahasiswa reguler fakultas

psikologi angkatan 2007-2009 yang aktif melaksanakan kuliah.

4. Tahap Pengolahan data dan Interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan skoring pada setiap hasil skala yang telah

diisi oleh masing-masing responden penelitian, Kemudian dibuat tabel data

dan melakukan perhitungan dengan menggunakan menggunakan Microsoft

Exel 2000 dan pengolahan data menggunakan program SPSS versi 16.0.

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik, karena data-data yang disajikan berbentuk angka-angka. Perhitungan

statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS

versi 16.00 yang akan diinterpretasikan dan mengacu pada tabel koefisien

korelasi product moment. Untuk menentukan apakah ada hubungan antara kedua

variabel tersebut , dapat dilihat dari ketentuan berikut:

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

35

Jika nilai probabilitas r > 0.05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

korelasi antara kedua variabel tersebut.

Jika nilai probabilitas r < 0,05 maka H1 diterima, berarti ada korelasi

antara kedua variabel tersebut.

Dan untuk menentukan apakah nilai tersebut signifikan atau tidak , dapat

dilihat dari ketentuan berikut:

Jika r hitung > r tabel maka korelasinya signifikan

Jika r hitung < r tabel maka korelasinya tidak signifikan (Sulistiyono,

2005).

Dalam melakukan uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment

dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

N∑XY– (∑X) (∑Y)

rxy= [N∑X2 - (∑X)2 ] [N∑Y2 – (∑Y)2 ]

rxy = Koefisien korelasi variabel X (Berpikir positif) dengan variabel Y

(Kecemasan berkomunikasi)

X = Jumlah seluruh skor variabel X

Y = Jumlah seluruh skor variabel Y

N = Jumlah subjek

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

36

BAB IV

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler program strata 1

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun akademik 2007-2009 yang aktif melaksanakan kuliah. Setelah dilakukan

perhitungan, jumlah responden yang dapat diikutsertakan dalam penelitian ini

adalah 85 orang dimana 25 responden terdapat dalam angkatan 2007, 26

responden dalam angkatan 2008 dan 34 responden terdapat dalam angkatan 2009.

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah responden secara keseluruhan berjumlah 85 orang yang terdiri dari

laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin No Mahasiswa Psikologi

UIN Jakarta Laki-laki Perempuan

Jumlah

Persentase

1 Angkatan 2007 3 22 25 29%

2 Angkatan 2008 7 19 26 31%

3 Angkatan 2009 4 30 34 40%

Jumlah 14 71 85 100%

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

37

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah responden dengan jenis

kelamin perempuan berjumlah 71 orang (83,5%) dan jumlah responden dengan

jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang (16,5%). Dengan demikian, jumlah

responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan

responden dengan jenis kelamin laki-laki.

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 17-22 tahun. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Usia

No Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta Usia Jumlah Persentase

20 3 3,5%

21 12 14,2%

1 Angkatan 2007

22 10 11,8%

18 1 1,2%

19 1 1,2%

20 11 12,9%

2 Angkatan 2008

21 13 15,3%

17 3 3,5%

18 11 12,9%

19 19 22,3%

3 Angkatan 2009

20 1 1,2%

Jumlah 85 100%

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

38

Dari tabel diatas, diketahui bahwa usia responden yang berusia 17 tahun

sebanyak 3 orang, responden yang berusia 18 tahun sebanyak 12 orang, responden

yang berusia 19 tahun sebanyak 20 orang, responden yang berusia 20 tahun

sebanyak 15 orang, responden yang berusia 21 tahun sebanyak 25 orang dan

responden yang berusia 22 tahun sebanyak 10 orang.

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Deskripsi Statistik

Berikut ini peneliti akan menguraikan deskripsi hasil perhitungan statistik

skor responden penelitian, yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Skor Berpikir Positif dan Kecemasan Berkomunikasi

N

Skor Minimum

Skor Maximum Mean

Std. Deviation

Berpikir positif 85 72.00 116.00 93.23 8.47Kecemasan Berkomunikasi 85 36.00 85.00 60.41 9.48

Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah subjek penelitian berjumlah 85

orang. Skor minimum berpikir positif yang diperoleh adalah 72 dan skor

maximum berpikir positif yang diperoleh adalah 116 dengan nilai rata-rata 93.23,

sedangkan skor kecemasan berkomunikasi terendah yaitu 36 dan skor kecemasan

berkomunikasi tertinggi 85 dengan nilai rata-rata 60.41.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

39

4.2.2 Kategorisasi Skor Penelitian

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti menentukan tingkatan kategori dari

berpikir positif dan kecemasan berkomunikasi terlebih dahulu. Pengkategorisasian

yang dilakulan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal, yaitu menempatkan

individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut

suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2008).

Peneliti menggolongkan responden ke dalam 2 tingkatan kategori berpikir

positif, yaitu tinggi dan rendah. Norma kategorisasi yang dapat digunakan adalah:

χ > M + 0 SD Kategori tinggi

χ < M – 0 SD Kategori rendah

Keterangan : χ = Skor responden M = Mean SD = Standar deviasi

Dengan harga M = 93 dan SD = 8 akan diperoleh kategori-kategori yang

digunakan sebagai berikut:

Tabel 4.4

Kategori Berpikir Positif

Interval Interval Skor Kategori

χ > M + 0 SD Di atas 93 Tinggi

χ < M – 0 SD Di bawah 93 Rendah

Interpretasi kategori berpikir positif yaitu jika skor responden berada di atas

93, maka skor berpikir positif responden tergolong tinggi dan jika skor responden

berada di bawah 93, maka skor berpikir positif responden tergolong rendah.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

40

Berdasarkan hasil interpretasi kategori berpikir positif diatas, menunjukkan

bahwa dari 85 responden, terdapat 41 responden (48,2%) termasuk dalam

tingkatan kategori tinggi dan 44 responden (51,8%) termasuk dalam tingkatan

kategori rendah.

Peneliti mengolongkan responden ke dalam 3 tingkatan kategori kecemasan

berkomunikasi, yaitu : rendah, sedang, tinggi. Adapun norma kategorisasi yang

dapat digunakan adalah:

χ < M – 1 SD Kategori rendah

M – 1 SD ≤ χ ≤ M + 1 SD Kategori sedang

χ > M + 1 SD Kategori tinggi

Keterangan : χ = Skor responden M = Mean SD = Standar deviasi

Dengan harga M = 60 dan SD = 9 akan diperoleh kategori-kategori yang

digunakan sebagai berikut:

Tabel 4.5

Kategorisasi Kecemasan Berkomunikasi

Interval Skor Responden Kategori

χ < M – 1 SD Di bawah 51 Rendah

M – 1 SD ≤ χ ≤ M + 1 SD 51 sampai 69 Sedang

χ > M + 1 SD Di atas 69 Tinggi

Interpretasi kategori kecemasan berkomunikasi yaitu jika skor responden

berada di bawah 51, maka skor kecemasan berkomunikasi responden tergolong

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

41

rendah. Jika skor responden berkisar antara 51 sampai 69, maka skor kecemasan

berkomunikasi responden tergolong sedang dan jika skor responden berada di atas

69, maka kecemasan berkomunikasi responden tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil interpretasi kategori kecemasan berkomunikasi diatas,

menunjukkan bahwa dari 85 responden, terdapat 13 responden (15,3%) termasuk

dalam kategori kecemasan berkomunikasi yang rendah, 59 responden (69,4%)

termasuk dalam kategori kecemasan berkomunikasi yang sedang, dan 13

responden (15,3%) termasuk dalam kategori kecemasan berkomunikasi yang

tinggi.

4.2.3 Uji Persyaratan

Dalam melakukan uji normalitas dengan jumlah responden kurang dari 100

orang, sebaiknya digunakan rumus yang diformulasikan oleh Shapiro-Wilk.

Dengan interpretasi apabila taraf signifikansi atau nilai probabilitas variabel lebih

besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 0.05, maka distribusa data

normal dan apabila kurang dari 0.05 maka distribusi data tidak normal.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS Versi 16.0 for Windows

diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

42

Tabel 4.6

Tests Of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berpikir positif .097 85 .047 .980 85 .196

Kecemasan Berkomunikasi .073 85 .200* .987 85 .550

Berdasarkan data uji persyaratan normalitas diatas, taraf signifikansi variable

berpikir positif sebesar 0.196 dan taraf signifikansi variable kecemasan

berkomunikasi sebesar 0.550, dengan demikian taraf signifikansi kedua variable

tersebut lebih besar dari 0.05, maka penyebaran datanya berdistribusi normal dan

dapat dianalisa menggunakan teknik analisa statistik parametrik.

4.2.4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus product

moment Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi

16.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Korelasi Berpikir positif dengan Kecemasan Berkomunikasi

Berpikir positif

Kecemasan Berkomunikasi

Pearson Correlation 1 -.467**Berpikir positif

Sig. (1-tailed) .000

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

43

N 85 85

Pearson Correlation -.467** 1

Sig. (1-tailed) .000 Kecemasan Berkomunikasi

N 85 85

Dari perhitungan statistik diketahui bahwa nilai korelasi (r hitung) antara

berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi, menunjukkan angka -0,467.

Untuk menentukan apakah ada hubungan antara kedua variabel tersebut, dapat

dilihat dari ketentuan berikut:

Jika nilai probabilitas r > 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

korelasi antara kedua variabel tersebut.

Jika nilai probabilitas r < 0,05 maka H1 diterima, berarti ada korelasi

antara kedua variabel tersebut.

Dan untuk menentukan apakah nilai tersebut signifikan atau tidak , dapat

dilihat dari ketentuan berikut:

Jika r hitung > r tabel maka korelasinya signifikan

Jika r hitung < r tabel maka korelasinya tidak signifikan

Dengan demikian nilai (r hitung ) > nilai (r tabel ) dengan p (0,000) < 0,05

pada taraf signifikasi 5% (0,213). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1

diterima, yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkatan berpikir

positif dengan kecemasan berkomunikasi. Koefisien korelasi negatif menunjukkan

hubungan yang terbalik, yaitu tinggi rendahnya skor suatu variabel akan diikuti

secara terbalik oleh tinggi rendahnya variabel lain yang mempunyai karakteristik

sama. Artinya, semakin tinggi tingkatan berpikir positif seseorang maka semakin

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

44

rendah kecemasan berkomunikasi, dan sebaliknya semakin rendah tingkatan

berpikir positif seseorang maka semakin tinggi kecemasan berkomunikasi

.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

45

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa hipotesis diterima yakni ada hubungan negatif yang signifikan

antara tingkatan berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi mahasiswa

fakultas psikologi UIN Jakarta. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara

kedua variabel tersebut karena dari hasil yang diperoleh ternyata r hitung (-0,467)

lebih besar dari r tabel (0,213) pada taraf signifikasi 5% dengan p (0,000) lebih

kecil dari 0,05. Koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang terbalik,

yaitu tinggi rendahnya skor suatu variabel akan diikuti secara terbalik oleh tinggi

rendahnya variabel lain yang mempunyai karakteristik sama. Artinya, semakin

tinggi tingkatan berpikir positif seseorang maka semakin rendah kecemasan

berkomunikasi, dan sebaliknya semakin rendah tingkatan berpikir positif

seseorang maka semakin tinggi kecemasan berkomunikasi

5.2 Diskusi

Penelitian ini membuktikan bahwa berpikir positif mempengaruhi perasaan

seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Goldfried dan Davison (1976)

menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami individu

dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya

sendiri mungkin tidak rasional. Burns (dalam Wulandari, 2004) juga

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

46

mengungkapkan bahwa perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang

dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri.

Dalam mengatasi perasaan cemas ketika berkomunikasi dapat dilakukan

dengan mengubah cara berpikir yang tidak rasional menjadi cara berpikir yang

positif. Peale (1959) menjelaskan bahwa untuk membentuk pikiran yang positif

dapat menggunakan affirmasi atau pernyataan-pernyataan yang positif. Hal ini

akan membawa banyak keuntungan bagi diri, diantaranya akan memperbaiki

kesehatan tubuh, memperpanjang umur dan membuat tubuh menjadi lebih muda.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu

dkk (dalam Dewi dkk,2006) yang memaparkan hasil penelitiannya, bahwa

semakin seseorang berpola pikir positif maka semakin rendah kecemasan

berbicara di depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir negatif

maka akan semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini dapat

disebabkan karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan

memperkirakan hal-hal yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam

interaksi komunikasi.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2007), menyebutkan

bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Berpikir positif positif dengan

kecemasan berbicara di muka umum pada mahasiswa. Dimana semakin positif

Berpikir positifnya maka akan semakin rendah kecemasan berbicara dimuka

umum. Sebaliknya semakin rendah Berpikir positif positifnya maka akan semakin

tinggi kecemasan berbicara di muka umumnya.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

47

Penelitian ini tentunya memiliki kelemahan dan kekurangan dikarenakan

keterbatasan penulis, metode penelitian, maupun sampel penelitian. Keterbatasan

lain motivasi subjek yang tidak konsisten, hal ini berkaitan dengan kerjasama

subjek untuk menjawab pernyataan penelitian secara objektif.

5.3 Saran

Dari beberapa hambatan yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian,

penulis mengharapkan adanya perbaikan dan pengembangan pada penelitian

selanjutnya. Berikut ini terdapat beberapa saran teoritis dan praktis yang tekait

dengan penelitian.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Memperbanyak buku rujukan dalam menyusun kajian teori guna memperkuat

hasil penelitian

2. Selain itu untuk penelitian selanjutnya, peneliti mampu untuk mengidentifikasi

faktor-faktor lain yang menyebabkan timbulnya kecemasan berkomunikasi,

misalnya seperti konsep diri, citra raga dan kepercayaan diri. Setelah itu

dilakukan analisis faktor mana yang paling berpengaruh dan peneliti dapat

memberikan solusi dalam mengurangi kecemasan berkomunikasi.

5.3.2 Saran Praktis

1. Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa berpikir positif berhubungan

dengan kecemasan berkomunikasi. Pada umumnya kecemasan berkomunikasi

yang dialami seseorang bukan karena ketidakmampuannya, melainkan karena

cara berpikir yang keliru. Hal ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

48

untuk selalu berpikir positif sehingga dapat terhindar dari kecemasan saat

melakukan komunikasi.

2. Dalam mengatasi kecemasan berkomunikasi yang dialami oleh mahasiswa

maka dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir negatif dan tidak

rasional tersebut menjadi cara berpikir yang positif dengan membiasakan diri

untuk aktif di berbagai organisasi, dan membiasakan untuk tampil atau aktif di

dalam kelas.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

49

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht. (1980). Brain power: learn to improve your thinking skills. New York:

Prentice Hall

Alley, Gordon. (2005). An Individual’s experience: a sosio-cultural critique of

communication apprehension research. Journal of Communication,

Vol 30, No 1, pp.36-46.

Anastasi, Anne & Urbina, Susana. (2007). Tes psikologi; Psychological testing.

Jakarta: Indeks

Anonim. (2008). Norman Vincent Peale. Wikipedia Foundation. Agustus 24,

2010, dari http://en.wikipedia.org/wiki/norman vincent peale

Azwar, Saifuddin. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Belajar

. (2007). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Blackburn & Davidson.(1994). Terapi kognitif untuk depresi dan kecemasan.

Penerjemah, Sutandi. Semarang:IKIP Press

Bono, E . D. (1990). Mengajar berpikir. Penerjemah, Soemardeo. Jakarta.

Penerbit Erlangga

Chaplin, J.P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali

Daradjat, Zakiah. (2001). Kesehatan mental. Jakarta: PT Gunung Agung

Davison. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

50

Dewi, dkk (2006). Hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di

depan umum pada mahasiswa keguruan. Penelitian Mahasiswa

keguruan Universitas Muhammadyah Purwokerto.

Elfiky, Ibrahim. (2009). Terapi berpikir positif. Bandung: Zaman

Faisal. (2005). Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan berkomunikasi

mahasiswa dalam lingkup akademis. Jakarta: Skripsi Sarjana

Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN).

Fellman (1996). The power behind positive thinking. Sanfrancisco: Harper Collins

Publishers

Goldfried & Davison. (1976). Clinical behavioral therapy. New York:Holt

Rinehart & Winston

Hills, Napoleon dkk. (2009). Keys to positive thinking. Penerejemah, Veronica.

Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Holbrook. (1987). Communication apprehension: the quiet student in your

classroom. April 27, 2010, From: http://[email protected]

Hutagalung, Michael. (2009). Sekilas kajian klinis kecemasan berbicara di depan

umum. April 25, 2010, dari http://www.ruangpsikologi.com

Martin & Osborne. (1989). Psychology, adjusment, and everyday living. New

Jersey : Prentice Hall

McCroskey. 1984. The communication apprehension perspective. Agustus 15,

2010 Avaliable:www.as.wvu.edu/bpatters/isc3.htm.

Millar & Tesser. (1986). Effects of affective and cognitive focus on the attitude-

behavior relation. Journal of Personality and Sosial Psychology,

Vol.51.No.2.270-276

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

51

Miller, Michael.T. (2009). Communication apprehension levels of student

governance leaders. University of Arkansas. Desember 17,2009,

From: Educational Resources Information Center (ERIC)

Miller, Rozilyn. (2002). Communication apprehension curriculum resource

guide. University of Central Oklahoma. April 27, 2010,

http://[email protected]

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia

Nimocks. (2001). The effect of covert modeling on communication apprehension,

communication confidence and performance. University of

Wisconsin-Platteville. Desember 17,2009, From: Educational

Resources Information Center (ERIC)

Peale. (1959). The amazing results of positive thinking. New Jersey: Prentice Hall

Puteri. (2007). Hubungan antara pola pikir positif dengan kecemasan berbicara

di muka umum pada mahasiswa. Jakarta: Skripsi Sarjana Psikologi

Universitas Gunadarma. Mei 26,2010,

From:http://library.gunadarma.ac.id/10502165-skripsi_fpsi.pdf

Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosda

Karya

Opt, S. K. & Loffredo, D. A. (2000). Rethinking communication apprehension:

AMyers-Briggs perspective. University of Houston-Victoria. Juli 14,

2010,From: [email protected]

Sa’diyah, dkk.(2009). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan

komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu.

Penelitian mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) yogyakarta.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

52

Santoso. (1998). Tingkat kecemasan komunikasi mahasiswa dalam lingkup

akademis. Jurnal Komunikasi. FISIP. Universitas Diponegoro

Semarang

Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi

Sulistiyono. (2005). Statistika psikologi 1. Jakararta: Buku ajar fakultas psikologi

UIN.

Thomson. (1959). The psychology of thinking. Kanada :Penguin Press

Willetts & Creswell. (2007). Overcoming your child’s shyness and social anxiety.

London : Robinson

Williams, Donna. (2004 Maret). Merubah pola pikir (changing mindset). From:

http://PuteraKembara.org/archives 3/00000024.shtml

Wulandari. (2004). Efektivitas modifikasi perilaku-kognitif untuk mengurangi

kecemasan komunikasi antar pribadi. Penelitian mahasiswa Psikologi

Universitas Sumatera Utara

Page 67: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Lampiran I

Skala Berpikir Positif No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya membayangan dapat berhasil melanjutkan kuliah

S2 di luar negeri melalui beasiswa

2 Saya pikir bahwa saya bisa melakukan apapun untuk

masa depan saya meskipun akan banyak hambatan yang

di lalui

3 Saya pikir saya akan berhasil mendapatkan IPK 4.0

4 Saya pikir saya sulit melakukan apapun untuk

mewujudkan masa depan

5 Saya melihat teman-teman lebih suka belajar dengan

teman yang lebih pintar dari saya

6 Saya akan banyak pertimbangan untuk melakukan

sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain meskipun saya

bisa melakukannya

7 Saya menduga orang tua akan biasa saja jika saya dapat

lulus kuliah dengan waktu kuliah yang cukup lama

8 Saya pikir saya akan susah payah untuk mendapatkan

IPK 4.0

9 Saya merasa akan bahagia di sepanjang hidup saya

walaupun harus berjuang untuk mendapatkannya

10 Saya merasa senang kehadiran saya sangat dinantikan

oleh orang-orang disekitar saya

11 Kegagalan yang pernah saya alami bukan hasil

kesalahan orang lain

12 Saya senang mempunyai banyak teman dengan begitu

saya akan banyak belajar dari teman saya

13 Saya akan merasa senang setiap akan memulai aktivitas

supaya hari-hari dapat terlewati dengan indah

14 Saya merasa sedih kehadiran saya kurang dinantikan

orang-orang sekitar

Page 68: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Lampiran I

15 Kegagalan yang saya alami merupakan hasil kesalahan

orang lain

16 Berteman dengan banyak orang hanya akan membuang-

buang waktu saja

17 Saya rasa saya akan biasa saja jika sukses dalam

menjalani kehidupan ini karena banyak orang yang

tidak suka dengan saya

18 Saya merasa khawatir setiap akan memulai aktivitas

19 Saya akan menanggapi kritik dan saran orang lain agar

menjadi lebih baik

20 Saya akan melakukan apapun untuk menjadi orang

berhasil meskipun banyak hambatan yang menghalangi

21 Saya akan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi

orang lain agar hidup saya terasa bermakna

22 Ejekan yang diberikan teman akan saya tanggapi

dengan santai .

23 Saya akan sekuat tenaga dalam menyelesaikan masalah

yang dialami supaya hidup menjadi tenang

24 Saya akan berjuang untuk membahagiakan kedua orang

tua saya

25 Saya lebih baik santai dibanding harus berjuang untuk

menjadi orang berhasil

26 Kritikan dan saran yang diberikan orang lain akan saya

abaikan

27 Saya akan membalas ejekan yang diberikan oleh teman-

teman

28 Saya akan setengah-setengah dalam menyelesaikan

masalah karena itu bukan tanggung jawab saya

sepenuhnya

29 Saya takut gagal melakukan sesuatu untuk

membahagiakan kedua orang tua

Page 69: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Lampiran II

Skala Kecemasan Berkomunikasi

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasa cemas menunggu giliran untuk berbicara

di depan kelas saat presentasi makalah

2 Tangan saya gemetaran saat mulai berbicara di depan

kelas

3 Wajah saya memerah saat diminta dosen untuk

mengemukakan pendapat di depan teman kelas

4 Pembicaraan saya terbata-bata saat perhatian dosen dan

teman-teman tertuju kerah saya

5 Saya merasa gelisah jika harus ikut berpartisipasi dalam

diskusi kelompok

6 Saya enggan untuk angkat bicara saat diskusi kelompok

7 Saya sangat menantikan giliran untuk bicara di depan

kelas saat presentasi

8 Dengan lincahnya tangan saya menulis dipapan tulis

saat menjelaskan isi makalah didepan kelas

9 Wajah saya terlihat berseri-seri saat diminta dosen

untuk mengemukakan pendapat di depan kelas

10 Pembicaraan saya menjadi lancar saat perhatian dosen

dan teman-teman tertuju kearah saya

11 Saya sering angkat bicara saat diskusi

12 Presentasi makalah yang saya lakukan sering tidak jelas

karena timbul perasaan tegang

13 Saya menghindar saat diajak untuk ikut diskusi dalam

bedah jurnal di fakultas lain

14 Saya berbicara secara terperinci saat presentasi makalah

15 Saya merasa bangga jika dapat berbicara dihadapan

dosen secara langsung meskipun baru saya kenal

Page 70: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Lampiran II

16 Saya merasa senang saat diajak untuk ikut diskusi dalam

bedah jurnal di fakultas lain

17 Jantung saya berdebar kencang saat berbicara didepan

orang banyak

18 Saya merasa sulit berbicara dihadapan sekelompok

orang

19 Saya lebih suka berbicara dengan teman yang baru

dikenal lewat telepon dari pada berbicara langsung

dihadapannya

20 Keringat saya mulai keluar ketika banyak pertanyaan

muncul saat saya mempresentasikan makalah

21 Saya merasa gugup saat teman-teman mengkritik

presentasi makalah yang saya lakukan

22 Saya dapat menjalin percakapan yang menyenangkan

dihadapan orang banyak

23 Dalam bicara saya berani menatap mata lawan bicara

saya

24 Saya dengan mudah berbicara dihadapan sekelompok

orang

25 Saya lebih suka berbicara langsung dengan teman yang

baru dikenal daripada berbicara melalui telepon

26 Saya dengan tenang menanggapi pertanyaan yang

diberikan teman saat presentasi

27 Kritik yang bagaimanapun dari teman akan tetap

membuat saya focus pada makalah

Page 71: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Data Mentah Pilot StudyNomor Butir Skala Kecemasan Berkomunikasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 69

N 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 79

O 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 66

M 4 3 4 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 85

O 5 4 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 4 2 1 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 3 81

R 6 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 1 2 3 1 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 56

7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 3 60

R 8 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 3 1 2 1 3 67

E 9 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 63

S 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 61

P 11 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58

O 12 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 2 1 3 3 2 2 77

N 13 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 61

D 14 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58

E 15 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 4 2 2 3 3 1 2 67

N 16 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 63

17 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 5018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3719 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 6620 4 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 8221 3 2 2 2 2 1 3 1 3 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 4 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 5622 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 6023 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 8324 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6125 4 4 2 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 8826 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 6727 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6428 4 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 2 2 2 1 3 1 1 4 1 2 3 1 4 3 1 2 4 1 3 8029 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 63

Page 72: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

30 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 6731 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 7132 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6033 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6134 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 4 1 4 2 4 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 6235 2 3 1 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 4 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 6836 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 7837 3 3 3 2 4 4 1 1 1 3 3 3 4 4 1 3 2 1 3 4 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 6938 3 3 2 2 2 4 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 4 3 7539 4 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 7340 4 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 7041 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 7742 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6543 4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 1 7444 3 3 2 4 1 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 6845 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6246 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 8747 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 6548 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 6449 3 2 2 1 2 2 1 2 3 3 1 1 2 3 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 6450 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 8051 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 9152 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 1 1 6553 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6454 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 7355 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 7756 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 5057 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 1 2 6458 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 8259 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 6860 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 8161 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 6762 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6663 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 4264 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 5965 2 2 2 2 4 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 4 4 3 4 1 2 1 1 1 2 5466 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3367 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 60

Page 73: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

68 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 2 1 1 1 1 1 3669 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6470 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 8171 3 4 4 3 3 1 3 2 3 3 1 4 2 2 2 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 8572 4 1 2 1 3 2 3 3 2 3 1 3 3 1 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 1 7873 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 9274 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 6175 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 5276 3 4 3 2 4 1 4 2 3 4 1 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 8377 4 3 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 8278 4 3 1 3 1 2 3 3 4 3 2 3 1 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 3 7879 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 3 3 2 3 4 2 2 1 4 3 3 4 3 4 2 2 2 3 8180 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 4 3 4 3 2 2 3 9281 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 1 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 9882 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 2 3 2 4 3 10083 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 1 2 2 3 3 4 3 2 4 3 4 2 3 4 3 3 4 2 3 2 9184 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 2 3 8085 3 4 2 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 76

Page 74: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEM PILOT STUDY

SKALA BERPIKIR POSITIF

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.893 36

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

1.0979E2 155.240 12.45955 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00001 106.5294 144.919 .560 .888

VAR00002 106.4824 147.181 .429 .890

VAR00003 107.2118 151.597 .168* .894

VAR00004 106.8706 152.090 .146* .895

VAR00005 107.4353 157.987 -.160* .901

VAR00006 106.7765 147.438 .356 .892

VAR00007 107.3412 151.442 .171* .895

VAR00008 106.5765 147.533 .362 .891

VAR00009 106.4941 143.253 .593 .887

VAR00010 106.2471 143.593 .633 .887

VAR00011 107.0471 141.641 .606 .887

VAR00012 106.6824 142.815 .559 .888

VAR00013 106.5765 148.747 .379 .891

VAR00014 106.8118 145.702 .480 .889

VAR00015 106.6706 147.724 .454 .890

VAR00016 106.3176 147.076 .452 .890

VAR00017 106.4353 150.534 .252* .893

Page 75: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

VAR00018 106.5529 148.250 .416 .890

VAR00019 107.4000 149.957 .230* .894

VAR00020 106.8235 146.290 .433 .890

VAR00021 106.4353 144.915 .516 .889

VAR00022 106.5059 146.039 .501 .889

VAR00023 106.7294 141.724 .632 .886

VAR00024 107.3529 146.088 .500 .889

VAR00025 106.4706 146.324 .489 .889

VAR00026 106.5412 147.656 .466 .890

VAR00027 106.4000 150.600 .330 .892

VAR00028 106.9647 145.868 .368 .892

VAR00029 106.5176 148.634 .477 .890

VAR00030 106.1176 149.296 .377 .891

VAR00031 107.1294 145.995 .469 .890

VAR00032 107.1882 148.988 .267* .893

VAR00033 106.6706 148.581 .363 .891

VAR00034 106.7647 145.158 .499 .889

VAR00035 106.7412 143.289 .546 .888

VAR00036 106.7765 143.676 .644 .887

*) Item yang gugur

Page 76: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEM PILOT STUDY

SKALA KECEMASAN BERKOMUNIKASI

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.937 30

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

69.3412 174.846 13.22295 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 66.5882 158.007 .747 .933

VAR00002 66.7176 158.634 .756 .933

VAR00003 67.0824 161.719 .666 .934

VAR00004 67.0353 159.534 .710 .933

VAR00005 67.1059 164.358 .483 .936

VAR00006 66.9765 165.095 .486 .936

VAR00007 67.1412 162.075 .668 .934

VAR00008 67.1529 164.369 .590 .935

VAR00009 67.0000 162.024 .602 .935

VAR00010 66.8824 160.486 .745 .933

VAR00011 67.2353 168.896 .281* .938

VAR00012 66.9529 162.712 .643 .934

VAR00013 67.0706 167.090 .393 .937

VAR00014 66.8118 169.774 .286* .938

VAR00015 67.1294 164.947 .503 .936

VAR00016 66.9529 162.950 .647 .934

Page 77: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

VAR00017 66.9765 161.071 .707 .934

VAR00018 67.2000 164.019 .617 .935

VAR00019 66.9059 160.610 .638 .934

VAR00020 67.1176 167.629 .250* .940

VAR00021 67.0353 163.130 .605 .935

VAR00022 67.0706 163.804 .592 .935

VAR00023 67.0353 168.177 .367 .937

VAR00024 67.0000 162.071 .545 .936

VAR00025 67.1176 163.605 .679 .934

VAR00026 67.0588 163.008 .603 .935

VAR00027 67.0941 163.872 .596 .935

VAR00028 67.0941 166.920 .511 .936

VAR00029 67.2941 165.853 .434 .937

VAR00030 67.0588 165.675 .525 .936

Page 78: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

Data Mentah Field StudyNomor Butir Skala Kecemasan Berkomunikasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total Kategori1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 49 Rendah2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 61 Sedang

N 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 61 Sedang

O 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58 Sedang

M 5 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 61 Sedang

O 6 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 68 Sedang

R 7 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 63 Sedang

8 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58 Sedang

R 9 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 60 Sedang

E 10 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 44 Rendah

S 11 2 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 56 Sedang

P 12 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 49 Rendah

O 13 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 69 Sedang

N 14 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 4 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 51 Sedang

D 15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 Sedang

E 16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 Sedang

N 17 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 2 2 2 59 Sedang18 3 4 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 70 Tinggi19 3 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 1 1 3 3 1 3 3 2 2 2 67 Sedang20 4 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 56 Sedang21 3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3 2 2 4 3 2 3 3 2 1 2 62 Sedang22 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 1 3 4 4 1 1 2 85 Tinggi23 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 2 2 2 82 Tinggi24 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 3 3 1 3 3 2 2 2 59 Sedang25 3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 59 Sedang26 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 58 Sedang27 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 2 71 Tinggi28 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 65 Sedang29 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 64 Sedang30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 Sedang31 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 2 1 1 36 Rendah

Page 79: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

32 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 66 Sedang33 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41 Rendah34 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 71 Tinggi35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 59 Sedang36 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 68 Sedang37 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 56 Sedang38 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 63 Sedang39 1 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 48 Rendah40 2 1 3 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 3 3 3 1 2 1 1 1 50 Rendah41 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 63 Sedang42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 Sedang43 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 Sedang44 3 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 57 Sedang45 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 59 Sedang46 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 81 Tinggi47 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 1 1 47 Rendah48 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 2 1 1 3 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 44 Rendah49 4 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3 70 Tinggi50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 53 Sedang51 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 57 Sedang52 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 56 Sedang53 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 4 2 1 2 2 2 2 2 47 Rendah54 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 48 Rendah55 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 1 1 1 3 3 2 2 2 2 1 58 Sedang56 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 45 Rendah57 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 60 Sedang58 3 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 2 3 65 Sedang59 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 71 Tinggi60 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 64 Sedang61 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 55 Sedang62 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 66 Sedang63 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 73 Tinggi64 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 Sedang65 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 47 Rendah66 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 66 Sedang67 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 65 Sedang68 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 67 Sedang69 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 67 Sedang70 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 66 Sedang71 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 68 Sedang72 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 62 Sedang73 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 56 Sedang74 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 55 Sedang

Page 80: HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ...

85 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 61 Sedang

75 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 63 Sedang76 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 78 Tinggi77 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 76 Tinggi78 2 3 1 2 1 3 2 3 4 2 1 2 1 2 4 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 62 Sedang79 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 83 Tinggi80 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 58 Sedang81 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 69 Sedang82 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 65 Sedang83 2 3 2 1 2 3 2 1 2 1 3 1 1 4 2 1 2 1 2 3 3 2 1 3 2 2 2 54 Sedang

3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 59 Sedang84