HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

17
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS COLOMADU 1 KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DEVI PROBOWATI J 310 110 015 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Transcript of HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI

WILAYAH PUSKESMAS COLOMADU 1

KABUPATEN KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

DEVI PROBOWATI

J 310 110 015

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

eBih daD seMr Dqan KeFdai D e Pia

El4!q!-A!e!s-C-E SiU

Page 3: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

1   

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI

WILAYAH PUSKESMAS COLOMADU 1 KABUPATEN KARANGANYAR

Devi Probowati (J 310 110 015) Pembimbing : Elida Soviana, S.Gz., M.Gizi

Tri Wibowo Anang S.B,S. KM, M.Gizi

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Email :[email protected]

ABSTRACTS

The prevalence of diarrhea in toddlers at Central Java as much as 5.4%.

The prevalence of diarrhea in 12-24 months toddlers at Colomadu 1 Primary Health Service, Karanganyar of the months October 2014-January 2015 as much as 22%. Diarrhea in infants is due to several factors: poor nutrition status and PHBS unfavorable. To determine the relationship between of nutritional status about diarrhea and healthy hygiene behaviors to incidence of diarrhea in 12-24 monthstoddlers at primary health service, Karanganyar. This is a cross sectional study conducted service center in Primary Health Service Colomadu 1. In total, 45 respondents, were surveyed using simple random sampling. The research instruments were a questionnaires incidence of diarrhea and healthy hygiene behaviors. Analysis Techniques used Rank Spearman's test. The respondents have no diarrhea status of 91.1%. Of respondents had good not status and 97.8%. Have good PHBS 86.7%. Toddlers with good nutritional status and no was diarrhea 87.7%, while and toddlers who has malnutrition 50%. Mothers with good PHBS has toddlers no diarrhea is 84.4% while mothers with normal and PHBS has no diarrhea is 2.2%. There was norelationship between nutritional status with incidence of diarrhea in toddlers aged 12-24 months and there was norelationship between healthy hygiene behaviors with incidence of diarrhea in toddlers aged 12-24 months. Therefore, it is suggested that health professionals further improve supervision and counseling about diarrhea and healthy hygiene behaviors in the public.

Keywords :Toddler, Nutritional Status, Healthy Hygiene Behaviors, Incident of Diarrhea Kepustakaan : 72 :1999-2014

Page 4: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

2   

ABSTRAK

Prevalensi kejadian diare pada kelompok umur balita di Jawa Tengah

sebanyak 5.4%. Prevalensi kejadian diare pada balita 12-24 bulan di Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten Karanganyar dari bulan Oktober 2014-Januari 2015 sebanyak 22%. Diare pada balita salah satunya disebabkan beberapa faktor yaitu status gizi kurang dan PHBS yang kurang baik. Tujuan penelitian ini adalahmengetahuihubungan antara status gizi dan PHBS dengan kejadian diare pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional di posyandu wilayah Colomadu 1. Total sampel pada penelitian ini sebanyak 45 responden yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner kejadian diare dan PHBS. Analisis menggunakan uji statistic RankSpearman’s.Hasil penelitian ini sebagian besar balita memiliki status gizi baik sebesar 91.1%. PHBS ibu baik sebesar 97.8%. Jumlah balita yang tidak mengalami diare sebesar 86.7%. Balita dengan status gizi baik tidak menderita diare lebih tinggi sebesar 87.7% dibanding dengan balita yang memiliki status gizi kurang menderita diare sebesar 50%. Ibu balita dengan PHBS baik mempunyai balita tidak diare lebih tinggi sebesar 84.4% dibanding ibu balita dengan PHBS sedang mempunyai balita tidak diare sebesar 2.2%. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian diare pada balita usia 12-24 bulan dan tidak ada hubungan antara PHBS dengan kejadian diare pada balita usia 12-24 bulan.Oleh karena itu disarankan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengawasan dan penyuluhan tentang diare dan PHBS di masyarakat.

Kata kunci : Balita, Status Gizi, PHBS, Kejadian Diare Kepustakaan : 72 :1999-2014

Page 5: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

3

PENDAHULUAN

Penyebab timbulnya masalah

gizi salah satunya yaitu status gizi

yang dipengaruhi oleh berbagai hal

diantaranya umur, tingkat

pendidikan, status gizi balita dan

sanitasi lingkungan yang meliputi

kualitas sumber air dan kebersihan

jamban (Suharyono, 2008). Salah

satu masalah gizi yang menyerang

bayi atau balita itu sendiri adalah

penyakit diare.

Diare merupakan suatu

keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti

biasanya dengan perubahan

peningkatan volume, keenceran dan

frekuensi lebih dari 3 kali/hari

dengan atau tanpa lendir dan darah

(Hidayat, 2009). Diare dapat

menyebabkan kurang gizi dan dapat

memperburuk keadaan, karena

selama diare akan mengalami

kehilangan zat gizi dari tubuh dan

tidak merasa lapar, pada balita yang

menderita diare terjadi penundaan

pemberian makanan atau tidak

diberikan makanan (Suharyono,

2008).

Menurut WHO (2011), diare

menduduki urutan kedua penyebab

kematian pada bayi dan balita

setelah kematian neonatus. Kejadian

diare pada kelompok umur balita di

Indonesia sebanyak 5.2%. Kejadian

diare di Indonesia tergolong penyakit

menular tertinggi kedua pada balita

usia 12-24 bulan yaitu sebanyak

7.6%. Kejadian diare pada kelompok

umur balita di Jawa Tengah

sebanyak 5.4% (Riskesdas, 2013).

Diare pada bayi atau balita

kebanyakan disebabkan beberapa

faktor di antaranya yaitu faktor

penyebab (agent), penjamu (host),

dan faktor lingkungan (environment)

(Suharyono, 2008). Faktor penyebab

(agent) yang dapat menyebabkan

diare pada balita antara lain; faktor

infeksi, faktor malabsorbsi dan faktor

makanan (Ngastiyah, 2005). Faktor

penjamu (host) diantaranya dari

faktor status gizi balita dan faktor

perilaku hygiene yang kurang baik

sedangkan faktor lingkungan

(environment) yaitu dari kondisi

sanitasi yang kurang baik.

(Soegijanto, 2002).

Salah satu faktor penjamu

penyebab diare adalah status gizi.

Status gizi terdiri dari status gizi

buruk, kurang, baik, dan lebih

(Suharyono, 2008). Status gizi yang

kurang mempengaruhi daya tahan

tubuh terhadap infeksi, balita yang

terkena infeksi dapat diakibatkan

karena menurunnya status gizi dan

balita yang mengalami infeksi dapat

Page 6: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

4

mempengaruhi proses penyerapan

zat gizi yang berakibat menurunnya

status gizi (Said, 2008).

Berdasarkan hasil survey

pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 14 Februari 2015, prevalensi

kejadian diare pada balita usia 12-24

bulan di Puskesmas Colomadu 1

Kabupaten Karanganyar dari bulan

Oktober 2014 - Januari 2015

sebanyak 22%. Berdasarkan data

status gizi balita BB/U di Puskemas

Colomadu 1 di dapatkan status gizi

baik sebanyak 1120 balita (92,6%),

status gizi kurang 56 balita (4,6%),

status gizi lebih 25 balita (2,1%) dan

status gizi buruk 9 balita (0,7%).

Berdasarkan latar belakang di

atas, maka peneliti akan meneliti

hubungan antara status gizi dan

perilaku hidup bersih dan sehat

dengan kejadian diare pada balita

usia 12-24 bulan di wilayah

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

Observasional dengan rancangan

studi cross sectional. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 4 November

- 4 Desember 2015, dilaksanakan di

posyandu wilayah Puskesmas

Colomadu 1 Karanganyar. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh

balita yang berusia 12-24 bulan yang

bertempat tinggal di wilayah

Puskesmas Colomadu 1. Jumlah

sampel diperoleh 45 responden,

dengan menggunakan cara simple

random sampling. Variabel

penelitian ini meliputi variabel bebas

yaitu status gizi dan PHBS dan

variabel terikatnya yaitu kejadian

diare pada balita usia 12-24 bulan.

Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini yaitu form karakteristik

responden, form kuesioner kejadian

diare dan form kuesioner lama

kejadian diare. Analisis bivariat

menggunakan uji Rank Spearman’s

dengan α=0,05 dan tingkat

kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Colomadu 1

memiliki fasilitas kesehatan yang

terdiri dari Puskesmas Induk, (PKD)

Poli Klinik Desa dan Puskesmas

Pembantu. Jumlah posyandu yang

ada di Puskesmas Colomadu 1

sebanyak 47 posyandu yang

tersebar di 6 desa.

Perbaikan gizi di wilayah

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar antara lain: distribusi

Vit A Bufas, balita gizi buruk

Page 7: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

5

mendapat perawatan, kadarzi,

garam beryodium memenuhi syarat,

distribusi kapsul Vit A Balita (6-59

bulan), distribusi Fe 90 Bumil,

pemberian ASI Eksklusif, D/S

(partisipasi masyarakat) dan N/D

(hasil penimbangan). Lingkungan di

wilayah Puskesmas Colomadu 1

Kabupaten Karanganyar memiliki

lingkungan PHBS yang baik dengan

persentase 99,5% pada indikator air

bersih.

1. Karakteristik Subyek

Penelitian

a. Karakteristik balita

Tabel 1

Karakteristik Balita Variabel F Persentase

(%)

Usia balita <16 bulan 16-20 bulan >20 bulan

9

30 6

20,0 66,7 13,3

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

16 29

35,6 64,4

Berdasarkan Tabel 1

menunjukkan bahwa sebagian besar

balita memiliki usia 16-20 bulan

sebesar 66,7% dengan jenis kelamin

perempuan yaitu 64,4%. Usia

tersebut dibagi atas dasar usia

berdasarkan perhitungan likert

(Azwar, 2012).

b. Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu meliputi usia

ibu, tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu.

Tabel 2

Karakteristik Ibu Balita Variabel F Persentase

(%)

Usia ibu 19-39 th >39 th

43 2

95,6 4,4

Pendidikan ibu SMP SMA Diploma PT

7

26 7 5

15,6 57,8 15,6 11,1

Pekerjaan ibu IRT Karyawan Wiraswasta

23 19 3

51,1 42,2 6,7

Responden dalam penelitian

ini adalah ibu yang memiliki balita

usia 12-24 bulan di Wilayah

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar. Tabel 2 menunjukkan

bahwa sebagian besar usia ibu yang

menjadi responden yaitu 19-39

tahun sebanyak (95,6%). Usia

tersebut dibagi atas dasar usia

berdasarkan perhitungan likert

(Azwar, 2012). Menurut Siagian

(1995), semakin usia bertambah

dewasa maka seseorang semakin

meningkat pula kedewasaan

teknisnya demikian juga

psikologisnya akan menunjukkan

kematangan jiwa.

Berdasarkan Tabel 2,

menunjukkan bahwa karakteristik

Page 8: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

6

responden berdasarkan pendidikan

terakhir ibu, distribusi tertinggi

adalah SMA yaitu sebesar 57,8%.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat

pendididkan seseorang dapat

meningkatkan pengetahuannya

tentang kesehatan. Salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang adalah tingkat

pendidikan. Pendidikan akan

memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif

yang meningkat.

Menurut Muhiman (1996),

tingkat pendidikan mempengaruhi

kesadaran akan pentingnya arti

kesehatan bagi diri dan lingkungan

yang dapat mendorong akan

kebutuhan akan pelayanan

kesehatan. Hal ini berarti bahwa

pendidikan menengah akan

mempengaruhi perilaku ibu dalam

mengakses informasi tentang

penerapan PHBS untuk mencegah

diare pada balita.

Berdasarkan Tabel 2,

menunjukkan bahwa karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan,

distribusi tertinggi adalah ibu rumah

tangga (51,1%). Pekerjaan juga

meningkatkan resiko terjadinya

infeksi, dalam hal ini tingkat

pekerjaan akan mempengaruhi

status sosial ekonomi dalam

keluarga. Keluarga dengan status

sosial ekonomi yang rendah akan

meningkatkan faktor resiko terhadap

terjadinya penyakit termasuk diare

(Depkes RI, 2007).

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Status Gizi

Balita

Penilaian status gizi dibagi

dalam empat kategori, yaitu

status gizi buruk, status gizi

kurang, status gizi lebih dan

status gizi baik.

Tabel 3

Distribusi Status Gizi Balita

Variabel F Persentase (%)

Status Gizi Balita Kurang Lebih Baik

2 2

41

4,4 4,4 91,1

Berdasarkan Tabel 3,

menunjukkan bahwa sebagian besar

balita memiliki status gizi baik yaitu

91,1%. Distribusi karakteristik

statistik deskriptif status gizi balita

berdasarkan BB/U dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik Statistik Deskriptif Status Gizi Berdasarkan BB/U

Statistik Deskriptif

Nilai BB/U

Mean Standar Deviasi Nilai Minimum Nilai Maksimum

0,30 0,99 -2,21 2,59

Page 9: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

7

Berdasarkan Tabel 4, mean

atau rata-rata BB/U pada balita

menunjukkan angka 0,30 yang

berarti bahwa rata-rata balita

memiliki status gizi baiik.

Nilai minimum dari penelitian

ini merupakan -2,21 yang termasuk

dalam status gizi baik karena nilai

terletak antara z-score -2 s/d +2 SD.

Nilai maksimum yang ditunjukkan

oleh data tabel diatas merupakan

2,59 yang berarti bahwa status gizi

balita termasuk dalam status gizi

lebih karena berdasarkan nilai z-

score BB/U menunjukkan angka >+2

SD.

b. Distribusi Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

Berdasarkan hasil

penelitian, distribusi PHBS

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Distribusi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Variabel Frekuensi Persentase (%)

PHBS Baik Sedang

44 1

97,8 2,2

Berdasarkan Tabel 5,

menunjukkan bahwa sebagian besar

PHBS responden baik (97,8%).

Menurut Notoatmodjo (2012) PHBS

dipengaruhi oleh perilaku seseorang

yang meliputi pengetahuan, sikap

dan praktek masyarakat yang sudah

cukup baik. PHBS masyarakat di

Wilayah Puskesmas Colomadu 1

tergolong baik. Distribusi

karakteristik statistik deskriptif

berdasarkan PHBS dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6

Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan PHBS

Statistik Deskriptif Skor PHBS

Mean Standar Deviasi Nilai Minimum Nilai Maksimum

27,26 2,99 19,56 31,95

Berdasarkan Tabel 6,

menunjukkan bahwa mean atau

rata-rata skor PHBS ibu balita 27,26

yang berarti bahwa ibu balita

memiliki PHBS yang baik. Nilai

minimum dari skor PHBS ibu

menunjukkan angka 19,56 yang

berarti PHBS ibu dalam ketegori

sedang, sedangkan nilai maksimum

dari skor PHBS ibu diatas

menunjukkan angka 31,95 yang

berarti bahwa ibu memiliki PHBS

baik.

c. Distribusi Kejadian Diare

Balita

Berdasarkan hasil

penelitian, distribusi kejadian

diare pada balita 12-24 bulan di

Wilayah Puskesmas Colomadu

Page 10: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

8

1 Kabupaten Karanganyar dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7

Distribusi Kejadian Diare

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kejadian Diare Diare Tidak diare

6

39

13,3 86,7

Berdasarkan Tabel 7, distribusi

kejadian diare pada balita usia 12-24

bulan di Wilayah Puskesmas

Colomadu I sebagian besar tidak

maengalami diare (86,7%). Distribusi

karakteristik deskriptif berdasarkan

kejadian diare dapat dilihat pada

tabel 8.

Tabel 8

Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Kejadian

Diare

Statistik Deskriptif Kejadian Diare

Mean Standar Deviasi Nilai Minimum Nilai Maksimum

0,49 1,272

0 4

Berdasarkan Tabel 8, mean atau

rata-rata kejadian diare pada balita

termasuk dalam kategori baik yaitu

dengan angka 0,49. Nilai minimum

dari kejadian diare pada balita yaitu

0 yang berarti baik sedangkan nilai

maksimum dari kejadian diare pada

balita dalam penelitian ini adalah 4

yang menunjukkan bahwa angka

tersebut tidak baik. Kejadian diare

pada balita dikatakan baik apabila

diare <3 kali dalam sehari yang

disertai perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair), dengan/tanpa darah

dan/atau lendir yang diukur dalam

sebulan 4 kali pengukuran.

Diare disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu

infeksi, malabsorbsi, makanan,

status gizi dan hygiene yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor

yang menyebabkan diare di Wilayah

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar adalah dimungkinkan

karena alergi susu formula dan

kurang minum (kurang cairan).

Alergi susu sapi merupakan

suatu reaksi yang muncul dengan

perantaraan Ig E, meskipun tidak

jarang kasus alergi susu sapi muncul

tanpa perantaraan mediator Ig E.

Manifestasi klinis dari alergi susu

sapi bisa berupa reaksi yang ringan

atau sedang seperti muntah, diare,

konstipasi, darah pada tinja dan

balita tidak mau makan (Santoso,

2011)

Page 11: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

9

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare

Tabel 9

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare

Variabel

Kejadian diare Total

Nilai p* Diare Tidak Diare

N % N % N %

Status Gizi Kurang Lebih Baik

1 0 5

50,0 0,0 12,2

1 2 36

50,0

100,0 87,7

2 2

41

100,0 100,0 100,0

0,938

Uji korelasi Spearman’s nilai p>0,05

Kejadian diare yang diuji

adalah lama terjadinya diare balita.

Berdasarkan Tabel 9, hasil

penelitian mununjukkan bahwa dari

41 balita yang memiliki status gizi

baik terdapat 36 balita tidak

menderita diare. Berdasarkan hasil

analisa uji korelasi Spearman’s,

didapatkan nilai p=0,93 (p>0,05)

maka Ho ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara status gizi dengan

kejadian diare pada balita usia 12-24

bulan di wilayah Puskesmas

Colomadu 1.

Hal ini disebabkan karena

anak balita yang sakit diare

memperoleh asupan makan yang

baik atau lebih dari orang tua

sehingga tidak berpengaruh

terhadap status gizi balita yang

sedang sakit. Balita yang sedang

sakit cenderung mendapat perhatian

lebih dari orangtua terutama dalam

hal makanan yang bergizi dan

segera membawa anaknya ke

tenaga kesehatan, sehingga hal ini

dapat berdampak pada status gizi

balita yang sakit tetap baik.

Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ona, dkk (2012), yang

menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara status gizi balita

pada usia 0-5 tahun dengan

kejadian penyakit diare. Hal ini

disebabkan karena balita yang sakit

diare memperoleh asupan makan

yang baik atau lebih dari orang tua

sehingga tidak akan berpengaruh

terhadap status gizi anak yang

sedang sakit. Orang tua yang

balitanya sakit cenderung

memberikan perhatian khusus pada

balitanya terutama dalam segi

makanan yang lebih bergizi dan

segera membawa anaknya ke

tenaga kesehatan untuk berobat

Page 12: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

10

sehingga hal tersebut juga bisa

menyebabkan status gizi anak yang

sakit tetap terjaga dan baik.

Menurut penelitian Rosari, dkk

(2013), yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna

antara kejadian diare dalam satu

bulan terakhir dengan status gizi

balita di Kelurahan Lubuk Buaya

(p>0,05). Hal ini dikarenakan

sebagian besar ibu melakukan

tindakan yang cepat dalam

menaggulangi diare dengan

membawa berobat ke tempat

pelayanan kesehatan seperti

bidan/dokter dan memberikan oralit

atau cairan sehingga tindakan

tersebut akan memperkecil

terjadinya gangguan keseimbangan

elektrolit pada anak. Frekuensi diare

yang jarang, durasi diare yang

singkat serta pemberian tindakan

penanggulangan yang tepat

menyebabkan diare yang terjadi

tidak mempengaruhi status gizi

balita secara bermakna.

Menurut Rahmawati (2008),

semakin baik status gizi balita maka

semakin besar peluang tidak

menderita penyakit infeksi. Menurut

Nuryanto (2012), status gizi baik

umumnya akan meningkatkan

resistensi tubuh terhadap penyakit-

penyakit infeksi.

Diare pada balita dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

tidak hanya status gizi saja.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Pudiastuti (2011) dan

Aziz (2006), diare dapat dipengaruhi

oleh infeksi virus, faktor lingkungan,

kependudukan, pendidikan, keadaan

sosial ekonomi, dan perilaku

masyarakat.

Diare pada balita dapat

disebakan oleh infeksi virus,

personal hygiene dan sanitasi

lingkungan. Virus yang

menyebabkan diare adalah rotavirus

dan adenovirus. Virus ini melekat

pada sel-sel mukosa usus yang

mengakibatkan sel-sel mukosa usus

menjdai rusak sehungga kapasitas

reabsorbsi menurun dan sekresi air

maupun elektrolit meningkat

(Pudiastuti, 2011).

Faktor lingkungan yang

dimaksud adalah kebersihan

lingkungan dan perorangan seperti

kebersihan puting susu, kebersihan

botol susu dan dot susu, maupun

kebersihan air yang digunakan untuk

mengelola susu dan makanan. (Aziz,

2006).

Faktor kependudukan

menunjukkan bahwa insiden diare

lebih tinggi pada penduduk

perkotaan yang padat dan miskin

Page 13: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

11

atau kumuh sedangkan faktor

perilaku orang tua dan masyarakat

misalnya adalah kebiasaan ibu yang

tidak mencuci tangan sebelum

menyiapkan makanan, setelah

buang air besar atau membuang

tinja anak. Kesemua faktor yang

tersebut diatas terkait erat dengan

faktor ekonomi masing-masing

keluarga (Soegeng, 2002).

Penyebab diare juga dapat

bermacam macam tidak selalu

karena infeksi dapat dikarenakan

faktor malabsorbsi seperti

malabsorbsi karbohidrat, disakarida

(inteloransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa) monosakarida (inteloransi

glukosa, fruktosa, dan galaktosa),

karena faktor makanan basi,

beracun, alergi karena makanan dan

diare karena faktor psikologis, rasa

takut dan cemas (Vila dkk, 2000).

Penyebab terbanyak diare akut

pada anak usia di bawah 5 tahun

adalah virus rota (Elliott, 2007;

Breese dkk, 2004). Virus ini akan

menyebabkan gangguan pada

mukosa usus sehingga terjadi

sekresi dan motilitas berlebih yang

menyebabkan terjadinya diare

(Elliott, 2007; Marromichalis, 1977).

b. Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare

. Tabel 10

Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare

Variabel

Kejadian Diare Total

Nilai p* Diare Tidak diare

N % N % N %

PHBS Baik Sedang

6 0

13,3 0,0

38 1

84,4 2,2

44 1

97,8 2,2

0,179

Uji korelasi Spearman’s nilai p>0,05

Kejadian diare yang diuji

adalah lama terjdinya diare balita.

Berdasarkan Tabel 10, diketahui

bahwa keluarga dengan PHBS baik

mempunyai balita tidak diare 38

balita dengan persentase 84,4%.

Tidak adanya hubungan ditunjukkan

dari hasil analisa uji korelasi

Spearman’s dengan nilai p=0,179

karena p>0,05 maka Ha ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara PHBS

dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar.

Tidak adanya hubungan PHBS

dengan kejadian diare pada balita

usia 12-24 bulan di Puskesmas

Page 14: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

12

Colomadu 1 dimungkinkan karena

faktor pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat sudah baik

yang dibuktikan dengan PHBS

masyarakat di Wilayah Puskesmas

Colomadu 1 yang tergolong sudah

cukup baik dan didukung pendapat

Notoatmodjo (2012) bahwa PHBS

dipengaruhi oleh perilaku seseorang

yang meliputi pengetahuan, sikap

dan praktik.

Nilai p diatas menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara

PHBS dengan kejadian diare pada

balita usia 12-24 bulan di

Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten

Karanganyar. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ona,

dkk (2012) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara sanitasi

lingkungan rumah dengan kejadian

penyakit diare pada balita. Penelitian

yang dilakukan oleh Handayani

(2009), menyatakan bahwa tidak

ada hubungan antara sanitasi

lingkungan dengan diare pada balita.

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Nuraini (2012) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan

penerapan PHBS keluarga dengan

kejadian diare pada balita. Hasil

penelitian menunjukkan mayoritas

responden memiliki PHBS keluraga

yang baik (70,8%). Penerapan

PHBS yang baik dapat berdampak

pada perilaku untuk mencegah

terjadinya diare pada balita. Kondisi

tersebut secara langsung akan

berdampak pada penurunan insiden

diare di masyarakat. Pencegahan

PHBS yang dapat mencegah

terjadinya diare adalah memberikan

ASI Eksklusif, menimbang balita

secara rutin setiap bulan dan

membiasakan mencuci tangan

sedangkan untuk faktor lingkungan

adalah menggunakan air bersih dan

jamban yang sehat.

Menurut Soegijanto (2002),

banyak faktor yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor pendorong terjadinya

diare. Penyebab tidak langsung

terjadinya diare adalah status gizi,

pemberian ASI Eksklusif,

lingkungan, PHBS dan sosial

ekonomi. Penyebab langsung atara

lain infeksi bakteri, virus dan parasit,

malabsobsi alergi, keracunan bahan

kimia maupun keracunan oleh racun

yang diproduksi oleh jasad renik,

ikan, buah dan sayur-sayuran.

Perilaku hidup bersih dan

sehat merupan faktor tidak langsung

yang menyebabkan diare. Perilaku

sehat seseorang berhubungan

dengan tindakannya dalam

Page 15: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

13

memelihara dan meningkatkan

status kesehatan antara lain

pencegahan penyakit, kebersihan

diri, pemilihan makanan sehat dan

bergizi serta kebersihan lingkungan.

Keadaan kesehatan yang tidak baik

mempengaruhi terhdap terjadinya

penyakit diare dibandingkan dalam

kesehatan yang baik (Suriadi, 2001).

Diare pada balita tidak hanya

terkait dengan sanitasi lingkungan

saja melainkan ada faktor lain yang

terkait dengan diare pada balita

antara lain faktor sosial ekonomi.

Keluarga yang berstatus ekonomi

rendah bisanya bertempat tinggal di

daerah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan sehingga mudah terpapar

penyakit infeksi (Soemirat, 2005).

Ibu yang memiliki PHBS yang

baik kemungkinan disebabkan oleh

pendidikan yang mayoritas adalah

SMA. Pendidikan juga

mempengaruhi perilaku yang akan

dilakukan ibu terhadap PHBS.

Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Kusumawati (2011) bahwa ada

keterkaitan antara pendidikan

dengan PHBS dengan tingkat

kesehatan, semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin mudah ibu

menerima arti hidup sehat secara

mandiri, kreatif dan

berkesinambungan. Perilaku ibu

juga dapat menurunkan angka

kejadian diare dengan cara ibu

membiasakan mencuci tangan

dengan baik sehingga balitanya kecil

kemungkinan untuk terkena diare

dibandingkan dengan ibu yang

mencuci tangan kurang baik.

KESIMPULAN 1. Status gizi balita di wilayah

Puskesmas Colomadu 1 dalam

kategori baik sebanyak 91,1%,

kategori kurang dan lebih

sebanyak 4,4%.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada anggota keluarga

yang memiliki PHBS baik

sebanyak 97,8% sedangkan

anggota keluarga yang memiliki

PHBS sedang 2,2%.

3. Balita usia 12-24 bulan yang

mengalami diare di wilayah

Puskesmas Colomadu 1

sebanyak 13,3% sedangkan

balita yang tidak mengalami

diare sebanyak 86,7%.

4. Tidak ada hubungan antara

status gizi dengan kejadian

diare pada balita usia 12-24

bulan di wilayah Puskesmas

Colomadu 1.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

14

5. Tidak ada hubungan antara

PHBS dengan kejadian diare

pada balita usia 12-24 bulan di

wilayah Puskesmas Colomadu

1.

SARAN

1. Diharapkan lebih meningkatkan

frekuensi penyuluhan kesehatan

kepada masyarakat khususnya

tentang penyakit diare dan

PHBS.

2. Diharapkan ibu balita untuk

lebih meningkatkan dan

menjaga kebersihan disekitar

rumah dan lingkungannya

karena kebersihan lingkungan

salah satu untuk mencegah

penyakit infeksi terutama diare.

3. Hasil penelitian ini dapat

memberikan referensi untuk

mengembangkan penelitian-

penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan kejadian

diare pada balita.

REFERENSI

Aziz, A. 2006. Pengantar Ilmu

Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, S. 2012. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Elliot, E. J. 2007. Acute Gastroenteritis in Children. BMJ 2007; 334:35-40.

Hidayat, A. A. 2009. Metode

Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta.

Kusumawati, Oktania. 2011.

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 -3 Tahun Studi Kasus di Desa Tegowanu Wetan.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak

Sakit Edisi 2. EGC. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Nuraeni. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogon Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Depok.

Nuryanto. 2012. Hubungan Status

Gizi Terhadap Terjadinya Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita. Jurnal Ilmiah Pembangunan Manusia Vol. 6. No. 2.

Ona, D.M.D., Nugroho, A.,

Wahyuningsih, S. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Rumah dan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP ...

15

Kejadian Diare Pada Balita Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Berbah Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta. Yogyakarta

Pudiastuti, D. R. 2011. Waspada

Penyakit Pada Anak. PT Indeks. Jakarta.

Rahmawati. 2008. Hubungan Antara

Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada balita di URJ Anak RSU Dr Soetomo Surabaya. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo. Vol. 10. No. 3. September.

Riekesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rosari, A., Rini EA., Masrul. 2013. Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tengah Kota Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Said, M. 2008. Pneumonia. In: Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. (eds). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, pp 350-364.

Santoso, H. 2011. Dermatitis Atopik. Buku Ajar Alergi-Imunologi

Anak Edisi Kedua. Balai Penerbit IDAI. Jakarta.

Siagian, P. S. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta.

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan

Pada Anak Edisi 1. CV.Sagung Seto. Jakarta

Soegeng, S. 2002. Ilmu Penyakit

Anak, diagnosa dan penatalaksanaan. Salemba medika. Jakarta.

Soegijanto. 2002. Ilmu Penyakit

Anak Edisi 1. Medika. Jakarta. Soemirat, J. 2005. Epidemiologi

Lingkungan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Vila, J., Vargas, M., Ruiz, J.,

Corachan, M., De Anta, MTJ., Gascon, J. 2000. Quinolon Resisten in Enterotoxigenic E.colli causing Diarrhea in Travelers to India in Comparison with other Geographycal Areas. Antimicrobial Agents and Chemotherapy June 2000.

World Health Organization. 2011.

Diarhorreal Disease. Geneva, Switzerland.