Hubungan Antara Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja...
Transcript of Hubungan Antara Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja...
Hubungan Antara Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri
di SMA Negeri 3 Cimahi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
Diza Liane Sahputri
NIM: 1111104000042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/ 1436 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2015
Diza Liane Sahputri
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Diza Liane Sahputri, NIM: 1111104000042
The Relationship Between Nutritional Status and Body Image on Teenage Girls
at SMAN 3 Cimahi
xvii + 83 pages + 9 tables + 2 schemes + 6 attachments
ABSTRACT
Adolescence‟s characteristic is starting to grow and develop their body rapidly. These
characteristics will depanding on their nutritional status. Adolescence‟s nutritional
health has association with body image. On the other hand, girls student at SMAN 3
Cimahi tend to feel shy and not confident with their body shape. Dissatisfaction on her
body and incomprehension on the nutritional adequacy rate can result in unsafe
dieting, use of laxatives, and eating disorders so that adolescents susceptible to have
nutritional problem.
The purpose of this study was to examined the association between nutritional status
and body image of teenage girls at SMAN 3 Cimahi. This study was quantitative with
descriptive analyze and cross sectional design. Samples consisted of 198 teenage girls
around 15-17 years old, class X and XI MIA and IIS students of SMAN 3 Cimahi with
simple random sampling metode. Quantitative data were obtained through a Body
Mass Index measurements and questionnaires of Body Images which refers to the
theory of physical and personal self by Kozier.
Result shows that respondents with normal nutritional status is 144 (72,7%) students.
Body image questionnaire results show that about 104 (52,5%) students have a
negative body image and 94 (47,5%) female students have a negative body image.
Results of statistical test by Spearman rank shows that there is a relationship between
nutritional status and body image (p = 0.010) and the results of correlation (r = -0182)
are inversely proportional.
This study can be a reference that given a better understanding of nutritional adequacy
rate of adolescents and satisfaction with body shape, so that they will have normal
nutritional status and positive body image.
Keywords: Relationship, Nutritional Status, BMI, Body Image, Teenage Girls
Reference: 58 (1984-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Diza Liane Sahputri, NIM: 1111104000042
Hubungan Antara Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri di SMAN 3
Cimahi
xvii + 83 halaman + 9 tabel + 2 bagan + 6 lampiran
ABSTRAK
Karakteristik remaja dilihat saat mulai terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat pada tubuhnya. Karakteristik tersebut akan dipengaruhi oleh status gizinya.
Kesehatan gizi remaja memiliki hubungan dengan gambaran tubuhnya. Disisi lain,
remaja putri SMAN 3 Cimahi cenderung merasa malu dan tidak percaya diri dengan
bentuk tubuhnya. Ketidakpuasan pada tubuhnya serta ketidakpahaman mengenai
angka gizi yang cukup dapat menghasilkan diet yang tidak aman, pemakaian laksatif
dan gangguan pola makan sehingga remaja rentan mengalami masalah gizi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dan gambaran
tubuh pada remaja putri di SMAN 3 Cimahi. Sampel penelitian ini adalah 198 siswi
usia 15-17 tahun tingkat X dan XI MIA dan IIS dengan metode simple random
sampling. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan desain analisis
deskriptif dengan pendekatan cross sectional . Pengambilan data kuantitatif dengan
pengukuran Indeks Massa Tubuh dan kuesioner Gambaran Tubuh yang mengacu pada
teori physical and personal self oleh Kozier.
Pada hasil statistik responden memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 144 (72,7%)
siswi. Hasil gambaran tubuh siswi sebanyak 104 (52,5%) negatif dan 94 (47,5%) siswi
memiliki gambaran tubuh positif. Hasil uji statistik dengan spearman rank
menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh (p=0.010) dan
hasil uji korelasi (r= -0.182) adalah berbanding terbalik.
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan agar diberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai angka kecukupan gizi remaja dan kepuasan terhadap bentuk tubuhnya
sehingga remaja memiliki status gizi normal dan gambaran tubuh yang positif.
Kata kunci: Hubungan, Status Gizi, IMT, Gambaran Tubuh, Remaja Putri
Referensi: 58 (tahun 1984 – 2015)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN GAMBARAN TUBUH REMAJA PUTRI DI
SMAN 3 CIMAHI
Telah disetujui dan diperiksa pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Diza Liane Sahputri
NIM: 1111104000042
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Kustati Budi Lestari M.Kep. Sp.Kep.An Maulina Handayani S.Kp, M.Sc
NIP. 197804092011012014 NIP. 197902102005012002
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN GAMBARAN TUBUH
REMAJA PUTRI DI SMAN 3 CIMAHI
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :
Diza Liane Sahputri
NIM: 1111104000042
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Kustati Budi Lestari M.Kep. Sp.Kep.An Maulina Handayani S.Kp, M.Sc
NIP. 197804092011012014 NIP. 197902102005012002
Penguji I Penguji II
Maftuhah, M.Kep, Ph.D Ns. Kustati Budi Lestari M.Kep. Sp.Kep.An
NIP. 196808082006042001 NIP. 197804092011012014
Penguji III
Maulina Handayani S.Kp, M.Sc
NIP. 197902102005012002
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN GAMBARAN TUBUH
REMAJA PUTRI DI SMAN 3 CIMAHI
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :
Diza Liane Sahputri
NIM: 1111104000042
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani S.Kp., M.Sc
NIP. 197902102005012002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. H. Arif Sumantri. S.KM., M.Kes
NIP. 196508081988031002
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : DIZA LIANE SAHPUTRI
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 11 November 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Dr. Ratna Kavling BNI46 No. 57, Jatiasih-Jatimakmur
Bekasi
Hp : 082213041505
E-mail : [email protected]
Fakultas/jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Islam Al- Hikmah Jakarta 1997-1999
2. SDIT Al- Hikmah Jakarta 1999-2003
3. SD Islam Al- Muslim Surabaya 2003
4. SD Islam Athira Makassar 2003-2005
5. SMPN 23 Makassar 2005-2008
6. SMAN 11 Makassar 2008-2010
7. SMAN 100 Jakarta 2010-2011
8. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Puja dan Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Ar-
Rahman, kita meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya.
Atas berkat rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Antara Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri di
SMAN 3 Cimahi”. shalawat serta doa tidak lupa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan sebagai wadah untuk menerapkan teori-teori yang telah dipelajari oleh
penulis serta untuk berlatih belajar berfikir kritis dan metodologis.
Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan
skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Adapun banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang
tak terhingga nilainya dalam penyusunan skripsi ini. Rangkaian terima kasih ini
penulis sampaikan kepada:
1. Orang tuaku, Ibu Nenden Syahsiah dan Bapak Ruliadi Natawihardja yang
telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang dan mendoakan
keberhasilan penulis serta memberikan bantuan baik moril maupun materil
kepada penulis selama proses skripsi ini. Tak lupa, Adikku, Daffa Mufti
Syahputra dan Sepupuku, Salma Nur Aliya serta seluruh keluargaku yang
selalu memberikan semangat tanpa pamrih
x
2. Maulina Handayani, S.Kp,M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,
S.Kp,M.Kep,Sp.KMB., selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.An dan Ibu Maulina
Handayani, S.Kp., M.S.c selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-
besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi
arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses
pembuatan skripsi ini.
4. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di
lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Enung, selaku guru BP SMAN 3 Cimahi yang telah memberikan ijin
kepada penulis dalam melakukan proses penelitian kepada siswi-siswi
disana.
8. Remaja putri tingkat X dan XI di SMAN 3 Cimahi yang telah bersedia
menjadi responden untuk mengisi kuesioner dan diukur berat serta tingga
badannya.
9. Sahabat-sahabat penulis yaitu Nur Triningtyas Putri, Silvia Rahmawati dan
Rizka Nazriah yang selalu menemani dan memberi dukungan moril yang
sangat banyak selama mengenyam pendidikan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
walaupun nantinya kita akan memiliki kehidupan yang berjauhan namun
kalian selalu dekat di hati. Tak lupa, terima kasih sebanyak-banyaknya
untuk Haikal yang selalu ada saat dibutuhkan dan memberi banyak
dukungan kepada penulis
xi
10. Teman-teman PSIK 2011 yang telah 4 tahun sekelas dan kompak di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna, namun penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan.
Ciputat, Juli 2015
Diza Liane Sahputri
DAFTAR ISI
Halaman
xii
Halaman Judul
Pernyataan Keaslian Karya
Abstract
Abstrak Pernyataan Persetujuan
Lembar Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Bagan Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv v
vi
viii
ix
xi
xv
xvi
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Pertanyaan Penelitian 6
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 7
F. Ruang Lingkup Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Umum Remaja 10
1. Pengertian Remaja 10
xiii
2. Karakteristik Remaja 11
B. Konsep Diri 18
1. Pengertian Konsep Diri 18
2. Komponen Konsep Diri 18
3. Pengertian Gambaran Tubuh 19
C. Definisi Gambaran Tubuh 20
1. Faktor Yang Mempengaruhi Gambaran Tubuh 21
2. AspekAspek Gambaran Tubuh 24
3. Pengukuran Gambaran Tubuh 26
D. Gizi
29
1 Status Gizi 30
2 Masalah Gizi 32
E. Kebutuhan Gizi Remaja 35
1 Angka Kebutuhan Gizi Remaja 37
2 Pengukuran Status Gizi 37
3 Klasifikasi Status Gizi 38
F. Penelitian Terkait 39
G. Kerangka Teori 40
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep 41
B. Hipotesis Penelitian 42
C. Definisi Operasional 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 45
C. Populasi, Sampel dan Sampling 46
xiv
1. Populasi
46
2. Sampel
46
3. Besar Sampel
46
D. Karakteristik Sampel
48
1. Kriteria Inklusi
48
2. Kriteria Eksklusi
48
E. Prosedur Pengumpulan Data 48
F. Uji Validitas dan Realibilitas 49
G. Instrumen Penelitian 50
H. Pengolahan Data
52
1. Editing
52
2. Koding
53
3. Entry Data
53
4. Tabulasi
53
I. Analisa Data
54
1. Analisa Univariat
54
xv
2. Analisa Bivariat
54
J. Etika Penelitian 55
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 58
B. Hasil Analisa Univariat 59
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 60
2. Karatkteristik Status Gizi Responden 60
3. Karakteristik Gambaran Tubuh Responden 61
C. Hasil Analisa Bivariat 61
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian 63
1. Karakteristik Usia Responden 63
2. Karakteristik Status Gizi Responden 64
3. Karakteristik Gambaran Tubuh Responden 68
B. Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh 72
C. Keterbatasan Penelitian
78
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan
80
B. Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
xvi
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka Teori 40
3.1 Kerangka Konsep 42
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Angka Kecukupan Gizi 37
2.2 Klasifikasi Status Gizi 38
3.1 Defisini Operasional 43
4.1 Pembagian Sampel 47
5.1 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Usia 60
xviii
5.2 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Status Gizi 60
5.3 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Gambaran Tubuh 61
5.4 Hasil Component Matrix Kuesioner Gambaran Tubuh 62
5.5 Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
xix
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 6. Analisa Uji Bivariat
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, berdasarkan data pada tahun 2000, jumlah dan presentase penduduk
Indonesia golongan usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau sekitar 31% dari total seluruh
populasi, sedangkan khusus untuk remaja usia 10-19 tahun, berjumlah 44 juta atau
21%. Jumlah tersebut harus diperhatikan karena remaja adalah salah satu aset yang
potensial yang penting bagi pemerintah. Pemerintahan harus memberikan prioritas
untuk remaja agar membuat tingkat pengetahuan dan daya pencapaian remaja
mengenai kesehatannya menjadi baik (Efendi & Makhfudli , 2009).
Masa remaja adalah masa peralihan pada individu. Remaja adalah periode
perkembangan di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, biasanya antara usia 13 sampai 20 tahun (Potter & Perry, 2005).
Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya
digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristis seks sekunder pada
sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh
pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong, 2003). Masa peralihan yang dialami dari anak-
anak ke remaja merupakan kesulitan yang cukup berarti pada individu.
Individu mengalami banyak perubahan mengenai dirinya sendiri pada masa
tersebut. Adapun perubahan tersebut mulai dari perubahan dan perkembangan fisik,
maturasi seksual hingga perubahan secara psikologis yang diakibatkan oleh hormone
ketika masa pubertas terjadi. Aspek psikologis yang perlu diperhatikan dari perubahan
2
fisik di masa pubertas adalah remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka
(Santrock,2003).
Perubahan fisik yang terlihat jelas pada remaja adalah meningkatnya tinggi badan
dan berat badan selama masa pubertas. Laju pertumbuhan pada perempuan umumnya
mulai antara usia 8 sampai 14 tahun. Tinggi badan 5 sampai 20 cm dan berat badan
meningkat 7 sampai 27,5 kg. Pertumbuhan pada anak laki-laki mulai antara usia 10
sampai 16 tahun. Tinggi badan meningkat kira-kira 10 sampai 30 cm dan berat badan
meningkat 7 sampai 32,5 kg (Potter & Perry, 2005).
Laju pertumbuhan tinggi badan ini menjadi salah satu penyebab remaja mulai
kesulitan menerima perubahan pada bentuk tubuhnya . Kecenderungan yang terjadi
pada perkembangan komposisi tubuh ini menyebabkan persepsi gambaran tubuh
yang berbeda pada mereka. Umumnya remaja putra ingin menaikan berat badan,
sedangkan remaja putri ingin menurunkan berat badan (Azni,2012). Gambaran tubuh
adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang
merupakan salah satu komponen dari konsep diri (Sunaryo, 2004). Konsep diri adalah
persepsi atau pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri yang terbentuk melalui
pengalaman hidup dan interaksinya dengan lingkungan dan juga karena pengaruh
orang-orang yang dianggap penting atau dijadikan panutan (Gunawan, 2005).
Secara literature masa remaja berarti “tumbuh hingga mencapai kematangan”,
secara umum berarti proses fisiologis, social dan kematangan yang dimulai dengan
perubahan pubertas (Wong, 2003). Efek perubahan fisik pada interaksi sebaya di
kalangan remaja adalah adanya perbedaan pada pola pertumbuhan tiap individu.Status
gizi individu merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan
3
dan penggunaannya oleh tubuh (Sunarti,2004). Remaja sulit memenuhi konsumsi
pangan dan kebutuhan gizinya akibat dari kurangnya pengetahuan pada pola
makannya (Azni, 2013).
Dampak pada kurangnya pengetahuan terhadap pola pertumbuhan remaja adalah
jumlah gangguan makan yang semakin meningkat pada remaja (Potter & Perry, 2005).
Tahun 2008, menurut WHO terdapat 10% lelaki dan 14% wanita di dunia yang
menderita obesitas (IMT > 30kg/m2).Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi usia
15 tahun keatas di wilayah Jawa Barat 14,6 % dikategorikan kurus, 63,3% normal,
9,3% berat badan lebih dan 12,8% obesitas sedangkan menurut Riskesdas 2013,
prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4
persen (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus) dan prevalensi gemuk nasional sebesar
7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas. Provinsi
Jawa Barat tahun 2006 menunjukkan prevalensi status gizi kurang pada remaja adalah
sebesar 24,37% dan status gizi lebih sebesar 3,36% (Dinas Kesehatan Kota
Bandung tahun 2006).
Afrianti, Garna dan Idjradinata (2012), dalam penelitian ini melibatkan 973 orang
remaja berusia 10–18 tahun di SMAN 24 Bandung. Berdasarkan pemeriksaan
antropometris pada responden, hasil pengukuran yang dilakukan dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh tesebut bertujuan untuk mengetahui postur tubuh ideal.
Pengukuran Indeks Massa Tubuh dapat memberikan penilaian massa tubuh yang lebih
objekstif (James, Baker & Swain ,2008). Hasilnya didapatkan remaja kelompok gizi
kurang 68 (6%), kelompok gizi normal 696 (71%), kelompok berisiko gizi lebih (risk
of overweight) 177 (18%), dan kelompok obes 32 (3%).
4
Masalah gizi pada remaja terjadi karena remaja diet tanpa tahu dampaknya bagi
tubuh (Hoek,2012). Diet remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kebutuhan
nutrisi, perhatian tentang gambaran tubuh dan penampilan dan keinginan untuk bebas
(Potter & Perry, 2005). Penerapan diet bagi tubuh sangat diperlukan adanya
pemahaman gizi yang tepat.
Penelitian Bibiloni, Pich, Pons dan Tur (2013) menemukan bahwa sebanyak
47.8% remaja putri yang memiliki status gizi kurus dan normal dan 96.6% status gizi
gemuk ingin bentuk tubuhnya lebih kurus. Keinginan untuk mememiliki bentuk tubuh
yang lebih kurus tersebut berhubungan dengan asupan pola makannya, sehingga
mereka cenderung menghindari sarapan dan makanan selingan.
Hasil penelitian Filaire, Larue & Rouveix (2011) menemukan hubungan antara
kepuasan terhadap bentuk tubuh dan adaptasi emosionalnya dengan perilaku makan.
Mereka yang memiliki kepuasan yang rendah pada bentuk tubuhnya serta adaptasi
emosional yang buruk, cenderung menunjukan gangguan pada pola makannya. Cara
yang dilakukan responden untuk menurunkan berat badan mencakup memuntahkan
makanannya sendiri (20%), puasa (40%), diuretik (15%), dan laksatif (50%). Wong,
Lin, & Chang (2014) menemukan bahwa berat badan, kepuasan pada tubuh, dan
harapan pada bentuk tubuh yang ideal memiliki hubungan dengan perilaku dan
gangguan pola makan pada remaja.
Pemahaman yang salah pada tubuh bisa menjadi pemicu timbulnya kebiasaan
makan yang buruk atau eating disorder seperti anorexia, bulimia dan binge eating.
Kejadian anoreksia semakin meningkat pada wanita usia 15-19 tahun dan jumlah
kasusnya sebanyak 40%. Sedangkan bulimia nervosa terjadi pada wanita usia 10-19
5
tahun dan jumlah kasusnya sebanyak 40 per 100.000 orang per tahun. Pada Binge
Eating, didapatkan sebanyak 660 per 100.000 orang per tahun pada remaja putri dan
putra. Jumlah kematian pada kasus Anoreksia didapatkan sebanyak 0,51% tiap
tahunnya. Kematian pada kasus ini akibat bunuh diri menjadi penyebab meninggalnya
5 orang pasien. Sedangkan sebanyak 96 pasien yang mengidap Bulimia Nervosa,
ditemukan 35 orang diantaranya meninggal dunia. Terdapat 23% kematian tersebut
disebabkan oleh bunuh diri (Hoek, 2012).
Remaja-remaja putri merasa tertekan dengan pemikiran masyarakat yang salah
tentang ukuran dan berat badan ideal seorang wanita (Setiawan, 2004). Pada penelitian
Hisar dan Toruner (2012), ditemukan persepsi pada responden sebanyak 13,1%
menganggap bahwa berat badannya kurang dari normal, 65% menganggap berat
badannya normal dan 19,7% menganggap bahwa berat badannya berlebih. Namun
pada hasil perhitungan BMI (Body Mass Index) ditemukan bahwa 11,2% siswa berat
badannya kurang dari normal, 74,1% berat badannya normal, dan 8,2% siswa yang
obesitas. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut bahwa persepsi remaja terhadap
berat badan idealnya cenderung berbeda dengan hasil perhitungan BMI.
Mengacu pada hasil penelitian Hisar dan Toruner tersebut maka peneliti melakukan
studi pendahuluan melalui wawancara pada remaja putri di SMAN 3 Cimahi. Beberapa
remaja putri mengatakan bahwa masih bingung menggambarkan bentuk tubuh yang
ideal itu seperti apa. Seperti kutipan yang dikatakan oleh remaja putri: “Kak, aku harus
makan apa ya agar punya tubuh yang bagus? Menurut kakak, bentuk tubuh aku ini
sudah ideal atau belum?”. Remaja putri lainnya juga memaparkan bahwa mereka malu
6
dengan berat badan yang mereka miliki, seperti kutipan ini: “Kak, aku gendut. Jangan
bilang-bilang ya berat badan aku berapa. Aku malu.”
Selain itu, studi pendahuluan dilakukan peneliti menggunakan kuesioner
mengenai gambaran tubuh pada remaja putri di SMAN 3 Cimahi, Bandung terkait
dengan pertanyaan tinggi badan dan berat badan pada 10 orang remaja putri. Sesuai
hitungan IMT (Indeks Massa Tubuh), ditemukan sebanyak 5 remaja putri kurus , 4
orang dinyatakan normal dan 1 orang gemuk. Hasil mengenai gambaran tubuh remaja
putri yaitu 6 dari 10 remaja putri khawatir menjadi gemuk. Selain itu, 4 dari 10 remaja
putri tersebut menyatakan ingin mencoba diet untuk menurunkan berat badannya yang
menurut mereka belum ideal. Sebanyak 4 remaja putri lainnya dari kelompok yang
sama menyatakan tidak puas dengan bentuk tubuhnya saat ini.
Peneliti akan menggunakan istilah status gizi untuk melihat gizi seimbang pada
remaja putri. Gambaran tubuh merupakan komponen yang ada pada konsep diri
remaja yang mulai terbentuk ketika masa pubertas terjadi. Gambaran tubuh ini
menjadi acuan pada remaja di SMA untuk mulai membentuk tubuh yang ideal. Tubuh
yang ideal membuat remaja percaya diri untuk di terima dalam sebuah komunitas
sebayanya. Penerimaan ini akan membuat remaja berusaha membentuk tubuh yang
ideal dengan cara apapun, termasuk melalukan pola makan yang tidak sesuai gizi yang
dibutuhkan tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Masa transisi remaja dilihat dari karakteristiknya yang memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Kondisi ini akan dipengaruhi oleh status gizinya.
Kesehatan gizi remaja memiliki hubungan yang erat dengan gambaran tubuh yang
7
dimilikinya (Hughes, 2013). Di samping itu, kesehatan gizi tersebut berpengaruh
terhadap masalah gizi remaja (Zarei ,2013). Berdasarkan hasil penelitian Chang, Lin,
dan Wong (2011) menunjukkan bahwa ketidakpuasan pada bentuk tubuh serta tujuan
yang tidak realistik pada berat badan yang diinginkan memiliki kaitan dengan
gangguan pola dan asupan makan remaja putri. Pada studi pendahuluan di SMAN 3
Cimahi, menunjukkan remaja putri cenderung khawatir dan tidak puas dengan bentuk
tubuhnya saat ini, remaja merasa malu karena memiliki tubuh gendut. Hal tersebut
menyebabkan peneliti tertarik ingin mengetahui apakah ada hubungan antara status
gizi dan gambaran tubuh anak usia remaja khususnya remaja putri yang bersekolah di
SMAN 3 Cimahi.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1) Bagaimana gambaran status gizi pada remaja putri di SMAN 3 Cimahi tahun
2015?
2) Bagaimana gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3 Cimahi tahun 2015?
3) Adakah hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3
Cimahi tahun 2015?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh remaja di
SMAN 3 Cimahi tahun 2015.
8
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik status gizi remaja putri di SMAN 3 Cimahi
tahun 2015
b. Diketahuinya karakteristik gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3
Cimahi tahun 2015
c. Diketahuinya hubungan antara status gizi dan gambaran diri remaja putri
di SMAN 3 Cimahi tahun 2014
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1) Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan
informasi mengenai gambaran tubuh pada remaja putri di masa pubertas di SMAN
3 Cimahi tahun 2014.
2) Bagi Ilmu Keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar asuhan
keperawatan secara psikis pada anak usia remaja agar memiliki gambaran tubuh
dan rasa percaya diri yang baik sehingga mampu menerapkan pola makan yang
sesuai angka kecukupan gizi.
3) Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap pihak sekolah sehingga memberikan perhatian terhadap siswa dengan
memberikan edukasi mengenai pola makan yang sehat agar tidak menerapkan
pola makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang.
4) Bagi dinas kesehatan di Bandung sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan
program penanggulangan gizi pada anak usia remaja, sehingga terhindar dari pola
makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang.
9
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang ebrtujuan
untukmengetahui bagaimana hubungan antara status gizi terhadap gambaran tubuh
remaja putri di SMAN 3 Cimahi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode
pengambilan data dengan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu mengukur
tinggi badan dengan stature meter dan berat badan dengan timbangan dan
menyebarkan kuesioner yang mengacu dari pengkajian Physical and Personal Self
milik Kozier (1984) kemudian peneliti modifikasi kembali. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Maret 2015. Subjek yang diteliti adalah Remaja Putri SMAN 3 Cimahi.
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan beberapa konsep dan teori serta penelitian terkait yang
menjadi landasan penelitian. Konsep yang dibahas adalah konsep remaja, status gizi
dan gambaran tubuh.
2.1 Remaja
Remaja merupakan masa peralihan pada periode pertumbuhan dan terjadinya
perkembangan fisik yang pesat.
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong
dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi
remaja tetapi masih tergantung pada orang tua, maka tetap dimasukkan ke dalam
kelompok remaja.
Efendi dan Makhfudli (2009) menyatakan remaja digolongkan dari usia 12-
24 tahun dan beberapa literature lain menyebutkan pada usia 15-24 tahun.
Perkataan Adolescence (remaja) berasal dari bahasa latin yaitu adolscere yang
bermaksud „tumbuh dan berkembang kearah „kematangan‟. Perkembangan
remaja melibatkan siri transisi atau peralihan dari keadaan belum matang kearah
kematangan (Hasan, Chien, & Chin , 2006). Remaja merupakan tahapan
11
seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai
dengan perubahan fisik, psikososial, kognitif,biologis dan emosi.
2.1.2 Karakteristik Remaja
Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang meliputi seluruh komponen
tubuh remaja, baik organ dalam maupun luar. Pertumbuhan fisiologis adalah
pertumbuhan organ-organ dalam , sedang yang dimaksud dengan pertumbuhan
eksternal adalah pertumbuhan organ luar (Djawandono, 2006).
2.1.2.1 Perkembangan Fisik dan Biologis
Masa puber adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual
berkembangan sangat cepat. Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik
yang membuat organism secara matang mampu berproduksi. Remaja yang
sedang mengalami early puberty akan berbeda dengan late puberty dalam
penampakan luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya tanda-
tanda perkembangan seksual pertama dan kedua.
Remaja yang mengalami early puberty akan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lebih lama. Individu yang matang lebih awal membutuhkan lebih
banyak bantuan untuk mengerti perubahan pubertasnya sedangkan individu yang
terlambat matang atau telat puber, mungkin lebih banyak membutuhkan bantuan
untuk dapat bersaing dalam situasi tertentu (Djawandono, 2006). Tahapan pada
perkembangan fisiologis remaja terbagi tiga
12
a.Early Adolescence
Onset pubertas pada remaja awal biasanya terjadi ketika menarke pada usia 8
hingga 12 tahun. Usia ini mulai terjadinya perkembangan dada, rambut pubis
dan berkembangnya hormone estrogen. Onset menarke ini biasanya disebabkan
oleh status gizi remaja.Terlihat tanda awal dari pubertas seperti ukuran dada
bertambah anatara usia 8 hingga 12 tahun. Mulainya perubahan ukuran pada
pelebaran ovarium, uterus, labia dan klitoris. Pada bagian endometrium dan
mukosa vagina juga makin bertambah ketebalannya. Terlihat juga perkembangan
pada area lengan dan kaki yang mulai berubah bentuknya sesuai asupan
makannya (Kliegman, 2007)
b. Middle Adolescence
Pertambahan tinggi yang sangat terlihat di usia ini disebabkan oleh
kematangan pubertas yang dialami remaja putri. Setelah menarke, biasanya
setahun setelahnya akan terjadi pertambahan tinggi yang disesuaikan dengan usia
remaja usia ini. Remaja usia ini juga akan memiliki bentuk uterus yang makin
besar, meningkatnya cairan vagina, melebarnya bentuk pinggul, dan mulai sulit
untuk tidur sesuai angka kecukupan yang disarankan (Kliegman, 2007). Masa
remaja pertengahan adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan
berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14 tahun
sampai 16 tahun. (Djawandono, 2006)
13
c. Late Adolescence
Remaja dimasa ini merupakan tahap akhir pada pembentukan ukuran dada,
penile, dan rambut pubis. Tahap ini terjadi pada remaja yang berusia 17-18 tahun.
Jerawat mulai bermunjulan akibat hormon yang berkembang di tubuh remaja.
Remaja di tahap ini mulai lebih stabil pada gambaran tubuhnya akibat perubahan
fisiknya yang sudah tidak berubah secara dramatis (Kliegman, 2007).
Sesuai dengan beberapa surat di AL-QUR‟AN:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-
Qamar : 49)
Pertumbuhan fisik selama remaja terlihat pada karakteristik penampilan dan
ukuran tubuh. Remaja putri akan terlihat pertambahan ukuran pada area dada
diikuti dengan tumbuhnya rambut pubis seiring juga dengan pertumbuhan rambut
di ketiak (James & Ashwill. 2007).
Remaja putri umumnya mencapai kematangan fisik lebih dulu dibanding
remaja laki-laki dan dimulai dengan terjadinya menstruasi pertama (menarche).
Menarche biasanya terjadi pada usia 9 dan 15 tahun (James & Ashwill, 2007).
Usia menarche semakin menurun dan pertambahan BMI makin bertambah
selama kurang dari 25 tahun ini (Kliegman, 2007).
2.1.2.2 Perkembangan Emosional dan Kognitif
Perkembangan otak memiliki pengaruh besar terhadap kematangan otak
individu. Kematangan otak pada remaja mempengaruhi proses emosional dan
14
kognitif (James & Ashwill, 2007). Menurut Piaget, masa remaja adalah tahap
transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal
secara operasional (Djawandono, 2006)
Proses kognitif remaja adalah mulai menyadari batasan-batasan pikiran
mereka dan berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka
sendiri. Proses emosional yang terlihat yaitu remaja mulai melihat lebih dekat
diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Remaja
mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri., mengkritik sifat-sifat
pribadinya, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba
mengubahnya seperti diri orang lain (Djawandono, 2006)
a. Early adolescence mulai merasakan ketidakcocokan lagi dengan pikirannya yang
konkret operasional (Djawandono, 2006). Remaja tahap awal akan mulai
merasakan self-awareness yaitu menjadi pusat perhatian. Mereka akan sangat
memperhatikan seluruh perubahan pada bagian tubuhnya, penampilannya dan
merasa semua orang memperhatikan mereka (Kliegman, 2007).
b. Middle adolescence mulai menerima perubahan bentuk tubuhnya dan mulai
berpikir ideal untuk masa mendatang. Remaja tahap ini mengalami peningkatan
kemampuan untuk berpikir kritis dan sikap untuk menyelesaikan masalah.
Pembentukan self-image dan identitas berasal dari kelompok sebaya. Remaja
mulai membentuk karakternya sesuai dengan hubungan interpersonalnya dengan
teman lain (Kliegman, 2007).
15
c. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai 20 tahun ditandai dengan
transisi untuk memulai tanggung jawab ,membuat pilihan dan berkesempatan
untuk mulai menjadi dewasa (Djawandono, 2006)
2.1.2.3 Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, Fase pubertas berlangsung sekitar umur 13-20 tahun. Pada
fase pubertas, impuls-impuls yang semula tenang, terpendam menonjol kembali
sehingga menimbulkan aktivitas dinamis (Sunaryo,2004). Remaja dibagi dalam
tiga tahapan (James & Ashwill, 2007).
a.Early Adolescence (11 sampai 14 tahun)
Remaja pada masa ini memiliki perasaan yang intense mengenai gambaran
tubuh dan banyak perubahan fisik yang terjadi. Mereka cenderung memiliki
kepercayaan diri yang rendah, egois dan melakukan “pemberontakkan” terhadap
orang tua. Perilaku self-concious juga hasil dari transisi fisik dan emosional
menuju ke middle adolescence.
b. Middle Adolescence (15 sampai 17 tahun)
Masa ini biasanya dideskripsikan sebagai masa paling frustasi pada
perkembangannya. Konformitas dan konflik pada kelompok sebaya maupun
orang tua sering terjadi. Mereka sangat memikirkan mengenai konsep dirinya dan
hubungan sosialisasi. Pertemanan dengan kelompok sesama maupun berbeda
jenis memiliki porsi yang sama.
16
Erikson menyatakan masa ini adalah mulai berkembangnya fase psikososial
yaitu formasi identitas versus kebingungan peran. Bahkan mereka cenderung
memiliki imajinasi dan harapan tinggi mengenai kehidupannya saat ini.
Djawandono (2006) menyatakan kemampuan intelekstual remaja masa ini
termasuk kecenderungan baru tentang refleksi dan analisis diri dan juga membuat
perubahan dalam konsep diri dan integritas terhadap keterampilan logika baru.
Orang tua cenderung mendeskripsikan karakteristik remaja pertengahan
merupakan pemalas, tidak bertanggungjawab dan egois. Kelompok sebaya
memiliki peranan penting sebagai pembentuk kepribadian individu. Remaja di
masa ini mengikuti banyak hal dari teman sebayanya, mulai dari penampilan,
perilaku dan bahasa sehari-hari. Hal ini membuat remaja pertengahan menjauh
dari lingkungan keluarganya.
c. Late Adolescence (18 sampai 21 tahun)
Masa remaja akhir dideskripsikan sebagai individu yang mampu berpikir
secara abstrak dan menunjukkan pikiran serta perasaannya mengenai segala
aspek di kehidupan. Masa ini adalah tempat remaja berpikir mengenai kehidupan
percintaan yang realistic, isu social, etika dan gaya hidup. Remaja di masa ini
mulai memiliki tujuan karir dan kehidupan yang penting untuk mereka capai.
2.1.2.3.1 Tugas Psikososial Remaja
Teori psikososial menurut Erikson didukung oleh Ego Psychology, hal
tersebut mempengaruhi cara berpikir dan pembentukan kepribadian pada
individu. Hasil yang positif akan terlihat jika individu memiliki kesehatan mental
17
yang baik (Watts. J, Cockcroft. K, Duncan N. ,2009). Tugas psikososial remaja,
menurut Erikson, adalah menciptakan suatu perasaan yang disebut ego identity.
Untuk mencapai ini biasanya tergantung pada beberapa aktivitas: (Djiwandono,
2006)
a. Remaja menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandangan mereka.
b. Remaja mencari sesuatu dari pengalaman masa lalu. Remaja yang sehat
menjelajahi siapakah mereka sehingga mereka mampu mencoba untuk berbeda
dari masa lalu.
c. Remaja mengadaptasi sifat-sifat orang lain untuk melihat apakah cocok dengan
diri mereka.
2.1.2.4 Perkembangan Moral dan Spiritual (James & Ashwill, 2007)
Kohlberg menyatakan bahwa remaja berada pada tahap 3 dan 4. Tahap 3
adalah tahap remaja masih berpikir konkret, yaitu menerapkan konformitas dan
menghindari hukuman. Tahap 4 mengubah pikiran konkret menjadi pikiran
analisa. Tahap 4 merupakan tahap pemikiran yang konvensional. Tahap ini
mengembangkan rasa hormat terhadap hukum yang berlaku dan bersosialisasi
dengan baik.
Remaja usia awal cenderung berpikir konkret dan logis sehingga mereka
mampu menyerap pelajaran spiritual yang diberikan. Remaja masa pertengahan
mampu berpikir analisa dan muungkin mulai berpikir mengenai pembelajaran
spiritual yang diberikan. Remaja tahap akhir mungkin mulai mengenal berbagai
pembelajaran agama dan membaginya dengan teman lainnya.
18
Karakteristik remaja yaitu terdapat (1) perkembangan fisik dan biologis (2)
perkembangan emosional dan kognitif (3) perkembangan psikososial (4) moral
dan spiritual.
2.2 Konsep Diri
2.2.1 Pengertian
Adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut
fisik, emosi, intelektual, social dan spiritual. Di dalam konsep diri terdiri dari
beberapa hal penting yaitu persepsi individu tentang sifat dan potensi yang
dimilikinya, interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya,
nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan,
harapan, dan keinginannya (Sunaryo,2004)
2.2.2 Komponen konsep diri:
2.2.2.1 Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan
menjadi datu kesatuan utuh.
2.2.2.2 Ideal diri
Ideal Diri adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan
keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin
dicapai.
19
2.2.2.3 Harga diri
Harga diri merupakan penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,
dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai
dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh dari orang lain dan diri
sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang
lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.
2.2.2.4 Peran Diri
Peran diri merupakan pola perilaku, sikap ,nilai dan aspirasi yang
diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat.
2.2.2.5 Gambaran Tubuh
Gambaran Tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi tubuh,
fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk
tubuh. Hal-hal terkait gambaran tubuh:
a. Focus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja
b. Bentuk tubuh, Tinggi Badan, dan Berat Badan serta tanda-tanda
pertumbuhan kelamin sekunder
c. Cara individu memandang diri berdampak pada aspek psikologis
d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian
tubuh akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan
meningkatkan harga diri.
20
e. Individu yang stabil, realistic, dan konsisten terhadap gambaran
dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupannya
2.2.2.5.1Definisi
Gambaran Tubuh adalah salah satu aspek psikologis mengenai
perubahan fisik pada masa remaja. Remaja akan sangat memperhatikan
perkembangan tubuh dan persepsi orang lain mengenai tubuhnya.
Perhatian pada gambaran tubuh ini akan semakin terlihat saat individu
mengalami pubertas yang menandakan mulainya masa remaja (Sunaryo,
2004).
Gambaran tubuh adalah sesuatu yang individu rasakan mengenai
seberapa nyaman dan puas individu terhadap ukuran, bentuk dan
keseluruhan tubuhnya.(Kolodny, 2013). Gambaran tubuh merupakan
bagian dari konsep diri (self image). Seiring dengan perkembangan
konsep diri, gambaran tubuh juga makin berubah dan berkembang
selama masa remaja. Perubahan ini dipengaruhi oleh “tiga P‟s”: Parents,
Peers dan the Press (Orang tua, Teman sebaya dan tekanan).
Gambaran tubuh memiliki hubungan dengan harga diri individu.
Harga diri yang tinggi akan meningkatkan gambaran tubuh yang baik.
Sebaliknya, ketika individu memiliki perasaan meragukan diri sendiri,
harga diri akan menurun. Rendahnya harga diri adalah salah satu kondisi
yang memungkinkan eating disorder „masuk‟ ke kehidupan individu
(Kolodny,2013).
21
Gambaran tentang tubuh memainkan peran penting dalam cara
individu mengevaluasi diri sendiri. Gambaran Tubuh merupakan suatu
pengalaman psikologis yang difokuskan pada sikap dan perasaan
individu terhadap keadaan tubuhnya (Melliana, 2006).
2.2.2.5.2 Faktor yang mempengaruhi Gambaran Tubuh
a. Mood individu
Ketika seseorang merasa bahagia, maka apa yang ia lihat dalam
dirinya adalah sesuatu yang bagus dan ideal. Mood sedih ,stress ataupun
kelelahan yang dialami individu mampu mengubah persepsi tubuhnya,
bahwa tubuhnya tidak sesuai gambaran ideal yang diinginkannya
(Kolodny, 2013).
b. Perbandingan dengan orang lain.
Individu cenderung membandingkan dirinya dengan orang yang
hampir serupa dengan dirinya. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus, maka individu akan mengalami suatu kondisi di mana ia
menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik (Kolodny,2013).
c. Jenis Kelamin
Wanita cenderung mengalami krisis terhadap bentuk tubuhnya. Dari
penelitian McNicholas (2012) Remaja putri pada masa pubertas awal
dan pubertas komplit memiliki keinginan untuk kurus dan tidak puas
dengan bentuk tubuhnya.
22
d. Usia
Remaja putri di fase pre-pubertas lebih puas dengan bentuk badan
yang mereka miliki sehingga keinginan untuk menjadi kurus sangat
kecil. Remaja putri pada fase pubertas awal dan pubertas komplit
cenderung tidak puas dengan tubuh yang dimiliki dan keinginan untuk
kurus sangat besar sehingga sangat memperhatikan asupan makannya
(McNicholas, 2012).
e. Budaya
Standar ideal disetiap budaya hampir sama. Faktanya “Ideal Weight”
adalah hal pertama yang akan masyarakat lakukan untuk menilai
sseorang. Budaya menggambarkan bahwa tubuh ideal adalah yang kurus
dan tinggi seperti banyaknya selebritis dan actor film. Tidak semua
orang memiliki gen kurus dan tinggi dalam riwayat keluarganya dan
tidak semua orang yang kurus adalah orang yang lebih sehat
dibandingkan mereka yang gemuk.
Budaya juga membentuk fenomena bernama “Weight Prejudice”. Hal
ini memiliki pengertian bahwa gemuk merupakan sesuatu yang harus
diwaspadai oleh individu. Menjadi kurus memiliki banyak keuntungan
seperti individu terlihat pintar, mampu bersosialisasi, sukses dan disukai
banyak orang. Sebaliknya menjadi gemuk tidak memiliki hal-hal
tersebut. Menjadi gemuk akan terlihat antisocial, individu yang gagal
dan tidak disukai masyarakat. Perlu dipahami, bahwa sehat atau tidaknya
23
seseorang bukanlah dilihat dari bentuk tubuh. Penentu sehat seseorang
dilihat dengan pengukuran BMI. (Kotecha, 2013)
f. Interaksi Sosial
James dan Ashwill (2007) menyatakan bahwa remaja sering
menghabiskan waktu bersama teman-teman di sekolah. Remaja juga
biasanya melakukan aktivitas bersama teman-teman sebayanya hingga
larut malam bahkan melalui telepon di rumah. Gunarsa (2008)
menegaskan bahwa perkembangan remaja dipengaruhi oleh model
sosialisasi. Model sosialisasi adalah cara individu yang akan melakukan
proses interaksi dengan lingkungan sosialnya.
g. Media
Saat ini, media akan sangat berpengaruh dalam membentuk
gambaran tubuh individu. Majalah fashion menggambarkan bahwa
model yang ideal untuk memakai banyak jenis pakaian adalah mereka
yang kurus dan tinggi. Media massa sering menampilkan fitur individu
denga tubuh yang dinilai sempurna (Pinho, 2014).
h. Perubahan fisik
Tubuh individu akan mengalami perubahan ketika beranjak remaja.
Perubahan fisik selama masa pubertas sangat mempengaruhi gambaran
diri pada remaja. Tubuh remaja akan berkembang seiring dengan
perkembangan masa pubertasnya. Perkembangan tubuhnya diimbangi
24
dengan persepsi mengenai tubuhnya yang berbanding lurus dengan
gambaran tubuh (Pinho,2014)
i. Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja ada dua, yaitu
model belajar dan sosialisasi. Remaja akan menerapkan teori belajar
yang dipelajari dari tingkah laku lingkungan sekitarnya. Orang tua
memiliki peranan penting yang mempengaruhi tingkah laku remaja
(Gunarsa, 2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran tubuh remaja yaitu (1)
Mood (2) perbandingan dengan orang lain (3) Jenis Kelamin (4) Usia (5)
Budaya (6) Interaksi Sosial (7) Media (8) Perubahan fisik (9)
Lingkungan
2.2.2.5.3 Aspek-Aspek Gambaran Tubuh
Gambaran tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya ,baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi (Sunaryo, 2004)
a. Performance
Cara individu menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugasnya pada
suatu kelompok tertentu merupakan kinerja yang dapat dilihat dari aspek
ini.(Rai, 2008 ).
25
b. Potensi tubuh
Menurut Dr. Myles Munroe di kutip Kandani (2010), Potensi adalah
suatu sumber daya yang sangat besar diberikan pada saat individu lahir
di dunia dan merupakan kemampuan yang belum diaktifkan.
c. Fungsi tubuh
Sekresi hormon selama maa pubertas pada remaja putri menghasilkan
system yang rumit pada keseluruhan fungsi tubuhnya, mencakup system
saraf pusat, kelenjar adrenal, hipotalamus dan sebagainya.
Perkembangan estrogen mempengaruhi fungsi tubuh remaja putri (James
& Ashwill, 2007).
d. Persepsi tentang ukuran dan bentuk tubuh
Individu, terutama remaja, sangat ketat dalam mendalami persepsi
tubuh yang sempurna mencapai tubuh ideal ala selebritis. Individu yang
mengagumi satu tokoh yang dianggapnya sempurna seringkali meniru
cara berdandan, cara berpakaian, dan lain-lain (Kolodny, 2013)
e.Perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh
Seringnya individu melihat tubuhnya tidak sempurna dan tidak
seideal individu seumurannya, padahal orang lain melihat tubuhnya
sudah cukup ideal. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan
menyukai bagian tubuh, akan member rasa aman dalam menghindari
kecemasan dan meningkatkan harga diri (Kolodny, 2013)
26
Aspek-aspek gambaran tubuh yaitu (1) Performance (2) Potensi Tubuh
(3) Fungsi Tubuh (4) Persepsi tentang ukuran dan bentuk tubuh (5)
Perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh
2.2.2.5.4 Pengukuran Gambaran Tubuh
Secara spesifik, konsep diri mengacu pada kumpulan kepercayaan
dan gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri. Menurut Goldin
dalam Kozier (1998) bahwa konsep diri dilihat berdasarkan bagaimana
seseorang menerima dan mengevaluasi dirinya sendiri pada beberapa
area ini, yaitu Vocational Performance, Intellectual Functioning,
Personal Appearance and Physical Attractiveness, Secual Attractiveness
and Performance, Being liked by others, Ability to cope with and
Resolve problem, Independence, Particular Talent.
Salah satu komponen konsep diri adalah gambaran tubuh. Menurut
Kozier (1998), gambaran mengenai fisik individu ini adalah bagaimana
seseorang mempersepsikan ukuran tubuhnya, penampilannya dan fungsi
tubuhnya. Berdasarkan model adaptasi Roy diteori keperawatan, Roy
memiliki dua sistem pada modelnya ini.
Sistem pertama mencakup fungsi internal tubuh dan sistem kedua
mencakup system efektor dan regulator. Sistem kedua ini mampu
emmperkuat teori dari gambaran tubuh karena terdapat empat model di
mana Roy menuliskan salah satunya mengenai model konsep diri. Roy
menuliskan bahwa model konsep diri ini ada dua komponen yaitu
27
Physical Self yang mencakup body image dan body sensation serta
Personal Self yang mencakup self-ideal, self-consistency dan moral-
ethical self.
Gambaran tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang mencakup
sikap dan pengalaman berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan
tentang maskulinitas dan feminimitas, kecantikan fisik, daya tahan tubuh
dan kapabilitas. Gambaran tubuh dapat terlihat secara kognitif dan
affektif di mana kognitif mencakup pengetahuan seseorang mengenai
materi tubuhnya dan affektif mencakup sensasi yang dirasakan pada
tubuhnya (Potter & Perry, 2005).
Body image sendiri memiliki pengertian bagaimana seseorang melihat
dirinya sendiri secara fisik dan penampilannya. Body image
menunjukkan bagaimana tubuh seseorang memiliki fungsinya terhadap
penampilan yang dimilikinya. Lain halnya dengan body sensation yang
merujuk pada deskripsi seseorang pada perasaan dan pengalamannya
secara fisik (Kozier, 1998).
Berdasarkan buku Kozier (1998), terdapat pengkajian mengenai self
perception yang mencakup physical self dan personal self. Kedua hal
tersebut memiliki hubungan terhadap gambaran tubuh. Pengkajian
tersebut mencakup:
Physical Self
Personal Self
1. Bagaimana perasaan Anda mengenai 1. Bagaimana Anda
28
penampilan diri Anda?
2. Menurut Anda, apa yang akan orang
lain katakan mengenai penampilan
fisik Anda?
3. Bagaimana Anda mendeskripsikan
mengenai gerakan dalam aktivitas
fisik Anda?
4. Apa hasil yang Anda harapkan pada
tubuh Anda setelah mendapatkan
perawatan tubuh?
5. Apakah perubahan yang ada di
tubuh Anda serta fungsinya
memengaruhi aktivitas Anda?
6. Seberapa penting reaksi orang lain
di hidup Anda terhadap perubahan
tubuh yang terjadi?
7. Apa yang Anda pikirkan saat orang
terdekat di hidup Anda bereaksi
terhadap perubahan di tubuh Anda?
mendeskripsikan karakteristik
dan kepribadian Anda?
2. Apa yang Anda sukai pada
karakteristik Anda?
3. Bagaimana orang lain
mendeskripsikan karakteristik
Anda?
4. Apakah Anda telah melakukan
sesuatu yang baik pada diri
sendiri maupun orang lain?
5. Apa sajakan talenta dan
kemampuan yang Anda miliki?
6. Apa yang ingin Anda ubah
mengenai diri Anda jika
memungkinkan?
7. Jika ada orang lain yang tidak
menyukai Anda, apakah hal
tersebut akan memengaruhi
hidup Anda?
8. Apakah sulit bagi Anda untuk
mengatakan tidak saat Anda
tidak menginginkan untuk
mengikuti aktivitas tersebut?
9. Apa yang Anda rasakan
mengenai pendidikan yang
sudah Anda tempuh hingga saat
ini?
10. Apakah Anda pernah merasa
lemah saat bersama orang lain?
11. Apakah mudah bagi Anda
untuk memiliki pendapat yang
berbeda dengan orang lain serta
mengutarakannya?
12. Apakah Anda orang yang
29
mudah berteman dengan orang
lain?
13. Apakah Anda merasa disukai
oleh teman sepermainan Anda?
14. Apakah yang Anda rasakan
mengenai lingkungan disekitar
Anda?
15. Apakah Anda merasa dihargai
oleh teman sebaya Anda?
Menurut Potter Perry (2005), seseorang yang mengalami gambaran
tubuh negative akan mengalami perasaan tidak berdaya, perasaan
ditolak, perasaan isolasi social bahkan merasa takut dan bersalah
sehingga menghindari kontak dengan orang lain. Gambaran tubuh
biasanya berasal dari diri seseorang yang sulit beradaptasi dengan cepat
terhadap perubahan tubuhnya, misalnya seseorang yang telah mengalami
penurunan berat badan namun tidak lantas menganggap dirinya sudah
kurus.
Berdasarkan pengertian gambaran tubuh yang mencakup physical self
dan personal self sehingga peneliti akan membuat beberapa pernyataan
di kuesioner mengacu pada pengkajian tersebut.
2.4 Gizi
Gizi adalah suatu masukan untuk dan berdasarkan kesehatan dan
perkembangan individu. Gizi yang baik dapat menghasilkan kesehatan yang baik
30
juga berdasarkan keseimbangan gizi dan aktivitas fisik. Gizi yang baik mampu
membangun system imun yang kuat, mencegah penyakit dan kesehatan yang lebih
baik (Zarei, 2013).
2.4.1 Status Gizi
Status Gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari
pangan yang dikonsumsi (Zarei, 2013).
2.4.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut WHO 2014 ,status gizi dapat dilihat dengan adanya interaksi antara
makanan yang dikonsumsi, keseluruhan dari kesehatan individu dan lingkungan
fisik. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu
a. Pengetahuan Orang Tua
Monteiro (2007) menemukan pengetahuan orang tua mempengaruhi
status nutrisi anak. Data menunjukkan, pengetahuan orang tua berpengaruh
10% terhadap prevalensi masalah gizi pada anak.
b. Pemilihan Makanan
Remaja seringnya mengurangi konsumsi susu dan olahannya serta buah-
buahan yang memiliki banyak keuntungan untuk tubuhnya. Zarei (2013)
menemukan bahwa remaja konsumsi karbohidrat, lemak dan protein dalam
kadar tinggi namun konsumsi vitamin C , kalsium dan zat besi sangat kurang
31
dari angka kebutuhan gizi remaja. Anjuran yang disarankan untuk remaja
adalah mengurangi makanan tinggi lemak jenuh, gula dan garam.
c. Aktivitas Fisik
Rendahnya aktivitas fisik pada 69 remaja, menyebabkan 9,7% obesitas.
Pada 64 remaja yang tinggi aktivitas fisiknya menunjukkan hanya 3,2%
obesitas. Selain itu, kecenderungan melakukan diet yang salah juga menjadi
trend gaya hidup remaja masa kini (Zarei, 2013). Hampir setengah dari
remaja di sekolah menengah atas memiliki televise, computer pribadi dan
akses internet di kamar mereka. hal ini mampu menyebabkan remaja putri
malas untuk bergerak sehingga menyebabkan overweigth.
d.Persepsi
Remaja akan sering memikirkan mengenai berat badannya. Persepsi yang
salah akan berat badannya mempengaruhi asupan nutrisi. Remaja cenderung
mispersepsi terhadap tubuhnya bahwa mereka tidak memiliki berat ideal
seusianya. Padahal menurut perhitungan IMT yang dilakukan, remaja
cenderung memiliki badan yang ideal sesuai hasil IMT (Hisar & Toruner,
2012).
e. Sosialekonomi
Sosial ekonomi memiliki hubungan sebab akibat dengan status nutrisi
individu. Level sosial ekonomi individu yang rendah memperlihatkan status
nutrisi yang kurang dari kebutuhan. Individu yang malnutrisi dilihat dari
ketidakadekuatan pada indeks anthropometri yang telah di ukur. Studi kohort
32
yang telah dilakukan ini juga menunjukkan bahwa status gizi yang dimiliki
individu berhubungan dengan pencapaian prestasinya (Baraldi, 2013)
f. Genetics
Menurut NHS Beberapa orang memiliki kondisi genetik yang langka yang
dapat menyebabkan obesitas, seperti Prader-Willi syndrome. Ada
kemungkinan kecil, keinginan dan pola makan orang tua dapat menurun pada
anak.
g. Pengobatan
Pada beberapa kasus, kondisi seseorang di bawah pengobatan tertentu
menyebabkan bobot tubuh menjadi tidak normal. Hypotiroidisme dan
Cushing‟s syndrome merupakan beberapa kondisi langka akibat gangguan
hormone yang menyebabkan berat badan naik. Pengobatan kortikosteroid dan
antidepresan juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi berat badan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu (1) Pengetahuan (2) Pola
Makan (3) Aktivitas Fisik (4) Persepsi (5) Sosialekonomi
2.4.2. Masalah Gizi
Kekurangan Gizi yang cukup membuat individu menjadi lebih mudah
terserang penyakit dan mengalami kematian dini. Jumlah remaja yang
dinyatakan gemuk atau obesitas meningkat di negara miskin maupun maju.
Beberapa masalah-masalah mencakup gizi menurut WHO yaitu
a. Malnutrisi
33
Malnutrisi dapat juga diartikan sebagai “Bad Nourishment”. Hal tersebut
memperlihatkan ketidakadekuatan individu untuk mengkonsumsi makanan
yang cukup, kesalahan pada jenis makanan dan respon tubuh terhadap suatu
infeksi yang mengakibatkan tidak mampunya proses absorpsi nutrisi
(malabsopsi) (WHO 2014).
b. Anemia
Anemia diakibatkan sebagai insufisiensi asupan zat besi individu (WHO
2014). Kondisi anemia adalah ketika jumlah sel darah merah atau kapasitas
oksigen yang dibawa tidak memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Zat besi
yang kurang dikonsumsi oleh individu menunjukkan tanda-tanda kekurangan
folat, Vitamin B12 dan Vitamin A, inflamasi kronik, infeksi dan gangguan
kesehatan. Anemia menghasilkan kekurangan besi pada remaja, dan menjadi
penyebab ketiga pada kematian dan kecacatan pada remaja. Zat besi
merupakan suplemen yang mampu meningkatkan kesehatan remaja.
c.Obesitas
Obesitas adalah kondisi abnormal atau akumulasi lemak berlebih yang
berisiko terhadap kesehatan. Individu yang obesitas memiliki risiko yang
besar terhadap penyakit kronik seperti diabetes, gangguan kardiovaskular dan
kanker.
2.4.2.1 Individu yang berisiko terhadap masalah-masalah yang berhubungan
dengan gizi adalah
a. Individu yang menjalani diet tidak sehat
34
British Dietetic Association (BDA) telah mengeluarkan daftar diet
yang paling tidak sehat (Oktaviani, 2013), yaituBreatharian dietadalah
Diet sangat ekstrim. Metodenya adalah tanpa makan dan minum, hanya
menghirup udara. Biotyping adalah diet yang dapat mengurangi lemak
dengan cara menyeimbangkan hormone. Gluten-free-Dietini adalah
mengurangi konsumsi gluten yaitu protein yang ada di gandum, kue-kue
dan oat.Alcorexia/Drunkorexia Dietadalah makan sedikit kalori dan
minum alkohol saat pesta atau akhir pekan.Dukan Dietmerupakan diet
yang sulit untuk dijalankan karena harus memilih makanan tinggi protein
dan karbohidrat rendah.
b.Kurang melakukan aktivitas fisik
Secara global pada 2008, WHO menyatakan bahwa sebanyak 31%
dewasa berumur 15 tahun keatas tidak aktif secara fisik. Remaja
cenderung malas untuk bergerak (Zarei, 2013). Orang-orang lebih
memilih untuk duduk seharian dan melakukan aktivitas ringan yang tidak
melakukan banyak gerak. Jika tubuh tidak aktif bergerak, energi yang
berasal dari makanan akan menumpuk menjadi lemak (NHS, 2014)
c. Riwayat breastfeeding
Pada bayi yang mengkonsumsi susu formula berbasis kedelai sering
ditemukan gejala kekurangan tiamin, yang harus ditangani oleh terapi
tiamin. Mengkonsumsi ASI ditemukan sebagai pelindung terhadap
obesitas. Efek perlindungan ini lebih besar pada bayi yang secara
35
eksklusif disusui ASI. Tidak dilakukannya breasfeeding dalam jangka
lama bisa menyebabkan masalah pada status gizi individu (Sutanto, 2011)
d. Tidak seimbangnya konsumsi kalori, lemak, gula dan garam
Prevalensi overweigth dan obesitas dapat diakibatkan oleh
meningkatnya proporsi asupan makan yang dikonsumsi sehari-hari
e. Pola Makan Menyimpang
Anoreksia dan bulimia adalah dua kasus spesifik dari gangguan pola
makan sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition (DSM-IV). Kasus lain yang sering terjadi di
klinik dan komunitas adalah „Eating disorder no otherwise specified’.
EDNOS adalah kasus gangguan pola makan yang tidak spesifik seperti
anoreksia dan bulimia namun EDNOS termasuk sebagian dari kedua
sindrom tersebut. Sindrom yang muncul adalah sedikitnya konsumsi
makanan sehari-hari, tidak nafsu makan dan memuntahkan kembali
makanan yang telah dikonsumsi (Hoek , 2012)
2.5 Kebutuhan Gizi Remaja (Bestbook, 2010)
a. Karbohidrat
Pada remaja perempuan usia 13-18 tahun dibutuhkan energy sebesar 40-50 kal/kg
BB/hari. Sumber energy seperti nasi, gandum, umbi-umbian dan sereal secara
proporsional paling banyak dikonsumsi dalam sehari (3-8 porsi). Kebutuhan
karbohidrat rata-rata sekitar 60-75%.
36
b. Protein
Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang, dan udang
(hewani). Sedangkan protein nabati terdapat pada kacang-kacangan, tempe, dan tahu.
Kebutuhan protein pada remaja usia 13-15 tahun sebanyak 57 g/hari dan usia 16-18
tahun sebesar 55 g/hati. Rata-rata porsi protein dikonsumsi sekitar 10-15%.
c. Lemak
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jeroan dsb. Depkes RI
menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energy. Asupan
lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energy yang dikonsumsi tidak
mencakup karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani
juga mengakibatkan asupan Fe dan Zn rendah.
Menurut Sumanto (2009), lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah
terdiri dari gajih, kuning telur, keju dan mentega. Lemak tidak jenuh tidak
mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol, yang terdiri dari alpukat, minyak zaitun,
minyak jagung dan minyak ikan.
d. Vitamin dan Mineral
Golongan Vitamin B, yaitu tiamin ( Vit B12), riboflavin (Vit B2), maupun
niasin. Asam folat dan Vitamin B12 diperlukan untuk metabolism asam nukleat.
Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh. Vitamin A untuk
memelihara sel dan jaringan tubuh. Kekurangan mineral Fe akan menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan Anemia. Sumber zat besi adalah sayuran
hijau, hati, telur, dan daging. Vitamin C dibutuhkan untuk penyerapan Fe yang baik.
37
e. Sayuran dan buah
Sayuran dan buah-buahan dikonsumsi individu sebanyak 2 hingga 5 porsi dalam
sehari. Kedua sumber makanan ini adalah sumber zat pembangun setelah
karbohidrat.
Kebutuhan Gizi Remaja yaitu (1) Karbohidrat (2) Protein (3) Lemak (4) Vitamin dan
Mineral (5) Sayuran dan Buah
2.6 Angka Kebutuhan Gizi Remaja
Tabel. 2.1 Angka Kecukupan Gizi
13-15
tahun
16-18
tahun
BB (kg) 46 50
TB (cm) 155 158
Energi (kkal) 2125 2125
Protein (g) 69 59
Lemak (g) 71 71
Karbohidrat (g) 292 292
Air (mL) 2000 2100
Serat (g) 30 30
Vit A (mcg) 600 600
Vit C (mg) 65 75
Vit D (mcg) 15 15
Besi (mg) 26 26
Kalsium (mg) 1200 1200
Iodium (mcg) 150 150
(Kemenkes, 2013)
2.6.1 Pengukuran Status Gizi
Pengukuran status gizi anak dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan anthropometri. Metode yang paling
sering digunakan adalah pengukuran anthropometri. Pengukuran anthropometri
dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT = Body Mass Index) menurut
umur, sebagai alat penyaringan (screening, bukan alat diagnostic) yang efektif
untuk menilai secara cepat status gizi anak.
38
Indeks Massa Tubuh merupakan pembagian berat badan (dalam kg) terhadap
kuadrat tinggi badan (dalam M). IMT dapat digunakan untuk rentang yang
panjang yaitu dari usia 2-20 tahun. Penggunaan IMT menurut umur memiliki
beberapa manfaat diantaranya menyediakan suatu referensi alat screening bagi
remaja yang sebelumnya belum tersedia. Keuntungan lain adalah dapat melacak
factor risiko terhadap perkembangan penyakit. (Sunarti,2004)
2.6.2 Klasifikasi Status Gizi
Tabel. 2.2 Klasifikasi Status Gizi
Classification BMI(kg/m2)
Principal cut-
off points
Additional
cut-off points
Underweight <18.50 <18.50
Severe thinness <16.00 <16.00
Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
Normal range 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99
23.00 - 24.99
Overweight ≥25.00 ≥25.00
Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49
27.50 - 29.99
Obese ≥30.00 ≥30.00
Obese class I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49
32.50 - 34.99
Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49
37.50 - 39.99
Obese class III ≥40.00 ≥40.00
Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004.
a. Underweight yaitu<-2SD setara dengan BMI 18,49 kg/ m2
b. Normal yaitu rentang BMI 18,50 kg/ m2 – 24,99 kg/ m
2
c. Overweight: >+1SD setara dengan BMI 25 kg/m2
d. Obesity: >+2SD setara dengan BMI 30 kg/m2
39
2.7 Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan Hisar & Toruner (2012) mengenai persepsi remaja
terhadap Berat badan idealnya. Dengan menggunakan sampel sebanyak 703 orang,
hasilnya terdapat 64,7% remaja akurat dalam mengkalsifikasikan status berat
badannya dengan perhitungan IMT yang dilakukan. Hughes (2013), meneliti persepsi
kepuasan tubuh terhadap keinginan menurunkan berat badan pada remaja. Sampel
sebanyak 272 remaja di sekolah menengah atas, hasilnya didapatkan 37,4% remaja
putri tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan 54,7% remaja putri berusaha
menurunkan berat badannya. Chairiah (2012) meneliti hubungan body image dengan
pola makan remaja. Sampel sebanyak 170 remaja putri usia 15-17 tahun. Hasil analisis
diperoleh sebanyak 54 (96,4%) remaja putri mempunyai body image negative dan pola
makannya buruk.
40
2.8 Kerangka Teori
Teori Aksi Talcott Parsons (Noorkasiani. H & Ismail. R.,2009)
RESPON
INDIVIDU STIMULUS
Status Gizi Remaja
dipengaruhi:
Pengetahuan Orang Tua
Pola Makan
Aktivitas Fisik
Persepsi
Karakteristik Remaja:
Perkembangan fisik dan
biologis
Perkembangan emosional
dan kognitif
Perkembangan psikososial
Perkembangan moral dan
spiritual
Kebutuhan Gizi Remaja:
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin dan Mineral
Sayuran dan Buah
Gambaran Tubuh
dipengaruhi:
Mood, budaya, jenis
kelamin, usia, interaksi
social, media,
lingkungan
Masalah Gizi:
Anemia
Malnutrisi
Obesitas
Individu berisiko:
Menjalani diet yang tidak sehat
Kurang melakukan aktivitas fisik
Riwayat Breastfeeding
Tidak seimbangnya konsumsi
kalori, lemak gula , dan garam
Pola makan menyimpang
genetik
Pengukuran Status Gizi:
Indeks Massa Tubuh = BB
(kg) / TB²(m)
Pengukuran Gambaran
Tubuh:
Pengkajian Physical Self
and Personal Self (Kozier,
1998).
41
BAB III
Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian,
dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana,
2012). Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai landasan
berpikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2008). Konsep dapat diamati dan diukur
melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variable. Variable adalah
sebuah konsep yang dioperasionalkan yaitu operasional property dari sebuah
objek, agar dapat dioperasionalkan, diaplikasikan dan menjadi property dari objek
(Nursalam, 2008). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Kerangka konsep penelitian hubungan antara status gizi dengan gambaran
tubuh remaja
42
Variabel Independen Variabel Dependen
3.1.1 Hipotesa atau Pertanyaan Penelitian
Ho: tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dan gambaran tubuh pada
remaja putri di SMAN 3 Cimahi
Ha: ada hubungan bermakna anatara status gizi dan gambaran tubuh pada
remaja putri di SMAN 3 Cimahi
3.1.2 Definisi Operasional
Peneliti mampu melakukan penelitian jika memahami konsep teori dari
variabel yang bersifat operasional agar variabel tersebut dapat diukur. Variable-
variabel yang terdapat dalam penelitian ini yang terdiri atas dependent,
independent dan confounding. Variabel yang menyebabkan adanya perubahan
terhadap variabel yang lain disebut variabel independen atau variabel yang
dikategorikan sebagai penyebab dari berubahnya variabel lain. Variabel
dependent dikenal sebagai akibat (effect) atau variabel yang berubah akibat
perubahan variabel lain. Confounding variabel merupakan variabel lainnya yang
kemungkinan berpengaruh terhadap hubungan antar variabel yang ingin diteliti
atau peneliti memahaminya sebagai variabel penganggu (Swarjana, 2012)
Gambaran tubuh
- Positif
- Negatif
Status Gizi
- Kurus
- Normal
- Gemuk
- Obesitas
43
Status gizi merupakan variable independent sedangkan gambaran tubuh
merupakan variable dependent, kedua variabel ini akan diteliti hubungannya.
Selain itu juga factor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan gambaran tubuh
seperti Usia, Jenis kelamin, Aktivitas fisik, perubahan fisik, pola makan, budaya
dan media merupakan variabel confounding atau perancu yang terdapat dalam
penelitian ini. Vaiabel-variabel penelitian disajikan dalam table dibawah ini:
Tabel 3.1
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Status gizi Keseimbangan
asupan nutrisi
yang dikonsumsi
yang berkaitan
dengan pola
makan,
pengetahuan,
persepsi dan
aktivitas fisik
sehingga dapat
menggunakan
angka kebutuhan
gizi yang
disarankan
sebagai acuan
Pengukuran
anthropometri :
Indeks Massa
Tubuh menurut
umur. Cara
pengukurannya
dengan
pembagian berat
badan terhadap
kuadrat tinggi
badan
IMT = BB (kg) /
TB² (m)
(Sunarti, 2004).
Stature meter
2 m dan
Timbangan
dengan merk
miyako yang
sudah di
kalibrasi
1. Pada nilai
BMI ≤
18,49
dinyatakan
kurus
2. Pada
rentang
BMI 18,50-
24,99
dinyatakan
normal
3. Pada nilai
BMI
≥25,00
dinyatakan
gemuk
4. Pada nilai
BMI
≥30,00
dinyatakan
obesitas
Ordinal
44
(WHO,
2004)
Gambaran
tubuh
Persepsi, sikap,
dan keyakinan
responden
mengenai
perubahan fisik
atau tubuh
berkaitan dengan
kemampuannya
untuk diakui
dalam
bersosialisasi,
meliputi
penampilan diri
yang dianggap
menarik, usaha-
usaha
memperbaiki
dan
meningkatkan
penampilan,
kepuasan
terhadap bagian
tubuh,
kecemasan
menjadi gemuk,
dan persepsi
terhadap berat
badan
Pernyataan pada
kuesioner
gambaran tubuh
menggunakan
skala Likert,
yaitu pada
pernyataan
positif nilai
4=sangat setuju,
3=setuju,
2=tidak setuju,
1=sangat tidak
setuju. Pada
pernyataan
negative,
4=sangat tidak
setuju, 3=tidak
setuju, 2=setuju,
1=sangat setuju
Kuesioner Positif jika nilai
rata-rata ≥
26.33.
Negatif jika
nilai rata-rata ≤
26.32.
(Dahlan,2011)
Ordinal
45
BAB IV
Metodologi Penelitian
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-korelasional yang bertujuan ingin
mengetahui hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh remaja putri di SMA
Negeri 3 Cimahi, Bandung.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan studi cross-sectional. Penelitian cross-
sectional adalah penelitian yang melakukan determinasi terhadapa paparan (exposure)
dan hasil (disease outcome) secara simultan pada setiap subjek penelitian. Ini berarti
bahwa exposure dan outcome atau sebab dan akibat dilihat pada waktu yang sama.
Sehingga penelitian menjadi cepan dan tidak memakan waktu yang lama (Swarjana,
2012)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di SMA Negeri 3 Cimahi.SMA Negeri 3 Cimahi dipilih
karena di wilayah Cimahi, berdasarkan data sekunder SMA tersebut memiliki jumlah
siswi terbanyak di antara SMA negeri lainnya. Berdasarkan studi pendahuluan, di
SMAN 3 Cimahi pada 10 remaja putri, ditemukan 5 remaja putri kurus, 4 siswi
normal, dan 1 orang gemuk. Hasil studi pendahuluan juga menemukan 6 dari 10
remaja putri di SMAN 3 Cimahi khawatir menjadi gemuk. Penelitian dilakukan pada
tanggal 31 Maret 2015.
46
4.3 Populasi ,Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang
secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Swarjana, 2012).
Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri yang berada di
wilayah SMA Negeri 3 Cimahi dengan jumlah populasi remaja putri tingkat
X dan XI adalah 383 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari elemen populasi yang dihasilkan dari
strategi sampling untuk diteliti (Swarjana, 2012). Sampel pada penelitian ini
adalah remaja putri di wilayah SMA Negeri 3 Cimahi. Tehnik pengambilan
sampel ini menggunakan tehnik random sampling sederhana yaitu
menggunakan populasi yang terbatas. Simple random sampling nantinya akan
mengambil sampel secara acak setelah semua populasi terkumpul
4.3.3 Besar Sampel
Nursalam (2008) mengungkapkan untuk menentukan ukuran sampel jika
populasi berjumlah kurang dari 1000 ,maka menggunakan rumus:
n = 𝑁
1+𝑁 (𝑑)²
keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
47
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan jumlah perhitungan besar sampel sebagai
berikut:
Rumus : n=393
1+393 (0,05)²
n = 393
1+393 (0,0025)
n = 198,23
Dalam pembagian kuesioner dan pengukuran IMT maka dilakukan pada 198
responden
Tabel 4.1
Pembagian sampel berdasarkan kelasnya adalah sebagai berikut
Kelas Jurusan Hasil Pembagian Sampel
X MIA 1 21/41 X 198 = 10 Siswi
MIA 2 19/42 X 198 = 8 Siswi
MIA 3 19/42 X 198 = 8 Siswi
MIA 4 24/42 X 198 = 11 Siswi
MIA 5 16/40 X 198 = 7 Siswi
MIA 6 20/40 X 198 = 9 Siswi
IIS 1 20/39 X 198 = 10 Siswi
IIS 2 20/35 X 198 = 12 Siswi
IIS 3 22/35 X 198 = 11 Siswi
IIS 4 24/39 X 198 = 12 Siswi
IIS 5 25/39 X 198 = 12 Siswi
XI MIA 1 19/39 X 198 = 9 Siswi
MIA 2 20/40 X 198 = 9 Siswi
MIA 3 21/40 X 198 = 10 Siswi
MIA 4 21/40 X 198 = 10 Siswi
MIA 5 22/40 X 198 = 10 Siswi
MIA 6 14/34 X 198 = 8 Siswi
IIS 1 16/41 X 198 = 8 Siswi
48
XI IIS 2 16/39 X 198 = 8 Siswi
IIS 3 12/30 X 198 = 8 Siswi
IIS 4 16/34 X 198 = 9 Siswi
IIS 5 16/32 X 198 = 9 Siswi
Total 198 Siswi
4.4 Kriteria Sampel
4.4.1 Kriteria Inklusi
a. Responden berjenis kelamin wanita
b. Responden bersekolah di sman 3 Cimahi, Bandung yang berada di tingkat X
dan XI
c. Responden berusia remaja, yait berusia 15-17 tahun
d.Responden dalam keadaan sehat jasmani-rohani
e. Responden menyetujui menjadi responden
4.4.1 Kriteria Ekslusi
a. Responden sedang tidak menjalani terapi yang dilakukan dokter yang berhubungan
dengan gangguan pencernaan: diare berat, keganasan, dll ; gangguan pernafasan:
asma, sinusitis, keganasan ; ganggaun otak: sakit kepala berat, keganasan, dll.
4.5 Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan secara langsung dengan prosedur sebagai berikut:
1. Peneliti meminta persetujuan dari Kepala Sekolah SMAN 3 Cimahi, Bandung
untuk mengadakan penelitian dengan membawa surat pengantar dari FKIK UIN.
2. Peneliti mengunjungi responden dan memberikan penjelasan tentang penelitian
dan meminta kesediaan menjadi responden
49
3. Responden diberikan waktu selama 15-20 menit untuk menjawab kuesioner.
Peneliti kemudian mengingatkan responden untuk menjawab semua pertanyaan
sebelum dikumpulkan pada hari itu juga.
4. Peneliti menunggu responden di UKS untuk mengumpulkan kuesioner lalu
responden satu persatu dilakukan pengukuran antropometri. Peneliti kemudian
mencatat tiap hasil pengukuran masing-masing responden.
5. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kemudian peneliti mengakhiri pertemuan
dengan responden untuk mengolah dan menganalisis data dari kuesioner dan
perhitungan antrhopometri.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pernyataan-pernyataan yang akan diisi responden akan diuji terlebih dahulu
reliabilitas dan validitasnya.Uji Validitas akan dilakukan di SMAN 3 Cimahi.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat keabsahan
(validitas) suatu alat ukur. Suatu alat ukur yang valid, mempunyai validitas yang
tinggi. Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Tinggi rendahnya validitas alat ukur menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment karena cocok untuk variabel ordinal yang akan diteliti.
Responden mengisi kuesioner mengenai gambaran tubuh. Dari output dapat
diketahui nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai r table. R table dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi dan jumlah data (n)=30, maka didapatkan r table sebesar 0,361. Sehingga, dari
50
20 pernyataan pada kuesioner gambaran tubuh yang menjadi bahan uji validitas
terdapat sebanyak 8 nomor yang valid. Untuk pernyataan nomor 9 dan 10 yang
dijadikan untuk kuesioner, diambil sebagai perwakilan domain yang dibutuhkan
pada pengukuran gambaran tubuh yang telah dijelaskan di Bab 2 dengan melakukan
konsultasi terlebih dahulu dengan pembimbing. Terdapat 10 pernyataan kuesioner
yang digunakan karena telah valid dan 10 pernyataan yang tidak valid, tidak
digunakan dalam kuesioner.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu alat ukur cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena alat ukur
tersebut sudah baik. Apabila data memang benar sesuai dengan kenyataan, maka
berapa kali pun diambil, hasilnya tetap akan sama. Penelitian ini menggunakan uji
reliabilitas pada kuesioner gambaran tubuh dengan rumus koefisien alpha. Suatu
alat ukur dianggap reliable apabila nilai koefisien alpha yang diperoleh sama
dengan atau lebih besar dari 0,6.(Rangkuti, 2008). Alat ukur status gizi tidak diuji
validitas dan reliabilitasnya karena menggunakan pengukuran IMT yang telah
diakui secara internasional dan nasional.
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
pengukuran antropometri. Kuesioner yaitu pengambilan data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan harapan
responden memberikan jawaban atas semua daftar pertanyaan tersebut. Pengukuran
anthropometri adalah menghitung IMT masing-masing responden dengan pembagian
berat badan (dalam kg) terhadap kuadrat tinggi badan (dalam M) (Sunarti,2004).
51
Peneliti mengukur tinggi badan dan berat badan tiap responden, kemudian catat hasil
pengukuran tiap responden. Tinggi badan adalah jarak vertical dari lantai sampai
bagian atas kepala, di ukur saat subyek dalam posisi berdiri tegak lurus dan menatap
lurus ke depan. Pengukuran tinggi badan biasanya dilakukan tanpa memakai sepatu
dengan stature meter 2m (Panero, 2003). Berat badan diukur dengan timbangan merk
miyako lalu hasilnya dijadikan dalam satuan kilogram (Wasis, 2008).
Kuesioner yang digunakanan dibagi menjadi dua bagian yaitu data demografi
dan skala gambaran tubuh.
1. Data Demografi : tentang biodata responden yakni usia dan kelas
2. Kuesioner Gambaran Tubuh
Peneliti membuat kuesioner Gambaran Tubuh dengan mengacu pada pengkajian
Physical Self and Personal Self yang dikutip dari Kozier (1998). Kuesioner ini
menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan, jika peryataan positif maka Sangat
Setuju (SS), dinilai 4, Setuju (S) Dinilai 3, Tidak Setuju (TS) dinilai 2, dan Sangat
Tidak Setuju (STS) dinilai 1. Jika pernyataan negative maka Sangat Setuju (SS),
dinilai 1, Setuju (S) Dinilai 2, Tidak Setuju (TS) dinilai 3, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) dinilai 4. Kuesioner ini dibuat dalam bentuk daftar checklist dan terdiri dari
10 pernyataan. Jumlah pernyataan positif sebanyak 3 nomor yaitu 7,9, dan 10.
Jumlah pernyataan negative sebanyak 7 nomor yaitu 1,2,3,4,5,6, dan 8.
Penjelasannya sebagai berikut
52
NO Indikator Nomor
Pernyataan
1 Physical Self 1,2,3,4,5,6,7,10
2 Personal Self 8,9
Kategori gambaran tubuh remaja dibagi menjadi dua kategori yaitu Positif dan
Negative. Peneliti menggunakan batasan mean positif jika ≥26,33 dan mean negatif jika
≤26,32. Penentuan menggunakan batasan mean berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov
yang dilakukan oleh peneliti. Data yang normal adalah Sig. Kolmogorov-Smirnov
hitung > Sig. Penelitian (p > 0,05). Kuesioner gambaran tubuh memiliki hasil nilai
Kolgomorov-Smirnov yang berdistribusi normal(Z= 1.179 dan p=0.124)
Gambaran tubuh positif adalah individu yang memiliki persepsi, sikap dan
keyakinan terhadap perubahan tubuhnya sehingga menimbulkan percaya diri yang
cukup baik untuk dapat bersosialisasi dengan kelompok sebayanya.
3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran anthropometri untuk mengukur status gizi menggunakan perhitungan
Indeks Massa Tubuh yaitu Berat Badan dibagi Tinggi Badan kuadrat dalam satuan
meter. Klasifikasi IMT yaitu Underweight dengan point ≤18,49 , Normal dengan
point 18,5 – 24,99 , overweight dengan point ≥ 25 dan Obesitas dengan point ≥ 30.
53
4.8 Pengolahan Data
4.8.1 Editing
Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya. Hal yang
perlu diperhatikan dalam mengedit adalah apakah pertanyaan telah terjawab
dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca, dan apakah
coretan yang ada sudah diperbaiki. Jangan sekali-sekali mengganti jawaban dan
angka dengan maksud menyesuaikan dengan keinginan peneliti
4.8.2 Koding
Koding adalah usaha member kode-kode tertentu pada jawaban responden.
Apabila yang digunakan analisis kuantitatif, kode yang diberikan adalah angka.
Jika angka itu berlaku sebagai skala pengukuran, angka itu disebut skor. Misalnya
1 untuk usia 15 tahun, 2 untuk usia 16 tahun dan 3 untuk usia 17 tahun
4.8.3 Entry Data
Peneliti harus mampu spesifikasi semua variabel yang tercakup dalam data
yang sudah terkumpul sehingga semua variabel yang diperlukan harus sudah ada
didalamnya (Soegoto, 2008). Data dikumpulkan dengan cara survey, yaitu
kuesioner yang harus diisi. Data yang dikumpulkan sesuai dengan data yang telah
ditemukan peneliti yang dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data
tersebut nantinya menjadi data mentah yang akan diolah peneliti menggunakan
rumus tertentu. Rumus yang digunakan memiliki metode agar mampu
mendapatkan ringkasan dari keseluruhan data yang diperoleh melalui kuesioner
(Rasyad, 2003). Semua data yang telah di analisis kemudian dipindahkan ke
computer dengan cermat.
54
4.8.4 Tabulasi
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data
yang akan menjurus ke analisis kuantitatif. Biasanya pengolahan data seperti ini
menggunakan table, baik table distribusi frekuensi maupun table silang.
4.9 Analisis Data
Analisa data akan dilakukan peneliti adalah analisa univariat dan bivariat.
Analisa data ini dilakukan dengan program computer SPSS Statistik 20.
4.9.1 Analisis univariat
Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara
sederhana. Cara penyajiannya, misal dengan table distribusi frekuensi, batang,
diagram map, dan diagram pie (Rangkuti, 2008)
4.9.2 Analisis bivariat
Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu
antara variabel bebas dengan variabel terikat (Rangkuti, 2008). Analisis
bivariat dilakukan dengan rumus sperman rank. Koefisien korelasi spearman ,
yang dilambangkan dengan r, digunakan bila ada dua variabel per objek, yang
keduanya diukur pada skala ordinal. Spearman rank menunjukkan korelasi
yang kuat antara dua variabel dimana nilai tiap variabel berdasarkan peringkat
dari 1 hingga N , N adalah nilai yang dipastikan sesuai variabel. Metode ini
dilakukan dengan perhitungan nilai koefisien korelasi antara variabel bebas
dan variabel terikat (Churchill, 2005) dengan rumus:
r = 1 –6 𝑥 ∑ 𝐷²
𝑁𝑥(𝑁2− 1)
55
keterangan:
r = koefisien korelasi spearman
D = Selisih peringkat antara kedua variabel
N = Jumlah frekuensi
6= Konstanta
4.10 Etika penelitian
Prinsip penelitian yaitu memberikan perlindungan dari cedera individu, privasi,
otonomi dan kejujuran. Menurut American Nurses Assosiation, Etika penelitian ada
tiga, yaitu
1. Hak mendapat perlindungan dari gangguan, cedera, atau kerusakan
Responden harus dibawah perlindungan dari cedera emosi maupun fisik.
Tidak boleh ada cedera emosi dan fisik yang menimpa responden yang diteliti, baik
pada saat melakukan penelitian maupun sesudah kesimpulannya diterbitkan
2. Hak Privasi dan martabat
Peneliti harus melakukan setiap upaya untuk menghindari invasi terhadap
privasi subjek dan/atau menempatkan mereka pada situasi yang merendahkan diri
atau tidak kemanusiaan
3. Hak anonimitas
Identitas subjek yang ikut serta dalam studi jangan diperlihatkan dan jangan
disebutkan saat pembahasan atau publikasi hasil penelitian, termasuk foto subjek.
Jika identitas subjek mungkin tersebutkan selama riset, peneliti harus mendapatkan
persetujuan untuk mendapatkan informasi yang didapat dari subjek tersebut
56
Perhatian terbesar pada riset bersubjek manusia adalah perlindungan hak-hak
subjek untuk mengambil keputusan sendiri yang dijamin oleh formulir persetujuan.
Kebutuhan akan bentuk persetujuan seperti itu mungkin tampak dengan sendirinya,
tetapi sudah banyak studi yang dilakukan tanpa persetujuan partisipan.
Formulir persetujuan (Informed consent) subjek terdiri dari enam elemen:
1. Penjelasan manfaat studi
Responden harus diberi penjelasan yang dapat dimengerti mengenai tujuan
studi. Subjek diberitahu mengenai prosedur dan tehnik yang akan dilakukan.
2. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan
Responden harus diberi penjelasan mengenai risiko dan ketidaknyamanan
potensial yang mungkin akan dialami sebagai hasil studi. Setiap subjek harus
mengetahui bahaya yang akan dihadapi, jika memang ikut ambil bagian dalam
studi. Disamping itu hak pribasi dan martabat pribadi setiap subjek harus dijaga
3. Penjelasan manfaat potensial
Subjek harus diberitahu mengenai manfaat yang akan didapatkan. Manfaat itu
dapat dijelaskan dengan panjang lebar yang dapat dijadikan landasan untuk
pertimbangan altruism subjek atau hanya sebuah penjelasan yang sederhana.
4. Persetujuan bahwa peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan studi
Peneliti harus bersedia untuk menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur
yang diajukan subjek. Sebagian besar subjek ingin mengetahui apa yang terjadi
57
dan mengapa hal tersebut terjadi. Pada situasi riset, subjek harus diberitahu
mengenai apa yang terjadi, jika mereka memintanya.
5. Persetujuan bahwa subjek dapat mengundurkan diri kapan saja
Subjek harus disadarkan bahwa mereka dapat mengundurkan diri dari
investigasi riset kapan saja. Peneliti tidak dapat memaksa atau membujuk subjek
agar tetap mengikuti investigasi yang bertentangan dengan keinginan mereka
6. Jaminan aninimitas dan kerahasiaan
Anonimitas dan kerahasiaan harus dipastikan. Responden harus yakin bahwa
semua hasil tidak akan dihubungkan dengan mereka dan respons mereka tetap
dirahasiakan
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menyajikan dan menjelaskan tentang hasil penelitian yang
telah dilakukan.
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Cimahi yang berada di wilayah
Jawa Barat terletak di Jalan Pesantren nomor 161,Cibabat Cimahi Utara. Adapun
batas wilayah SMA Negeri 3 Cimahi sebagai berikut sebelah barat berbatasan
dengan Blok Cibabat, sebelah selatan berbatasan dengan jalan Antrasit, sebelah
timur berbatasan dengan jalan Budi Asri Raya, dan sebelah utara berbatasan
dengan jalan Tirta Kencana Raya.
SMA Negeri 3 Cimahi dipimpin oleh Kepala Sekolah dan memiliki guru-guru
yang mengajar berbagai mata pelajaran sesuai kurikulum beserta guru Bimbingan
Penyuluhan. Terdapat total 6 kelas MIA dan 5 kelas IIS pada kelas X dan XI.
Fasilitas yang ada di SMAN 3 Cimahi cukup lengkap, seperti 2 kantin yang
memiliki jenis makanan yang sangat beragam dari makanan ringan hingga
makanan berat, dimana siswa tidak diwajibkan membawa makanan dari rumah dan
hanya boleh membeli makanan di kantin yang telah disediakan. Terdapat pula 3
lapangan olahraga sesuai kebutuhan,lab computer dan fisika, lahan composting
untuk pelajaran biologi, ruang serbaguna untuk keputrian,pentas seni, dsb, ruang
guru dan tata usaha, ruang OSIS, masjid, kolam ikan dan pepohonan yang
rimbun,pos satpam/jaga, tempat parkir yang luas untuk motor dan mobil, akses
angkutan umum yang ada tepat ketika keluar gerbang, , tempat fotocopy dan alat
59
tulis, toilet yang cukup bersih dan terpisah antara perempuan dan laki-laki, serta
ruang UKS. Ruang UKS dikelola oleh seorang guru bimbingan penyuluhan (BP),
namun tidak tersedia tenaga kesehatan seperti psikolog atau perawat. Ruang UKS
memiliki 8 tempat tidur masing-masing 4 untuk bagian perempuan dan laki-laki.
Terdapat tirai untuk memisahkan bagian UKS perempuan dan laki-laki. UKS
memiliki obat-obatan generic yang bisa digunakan ketika siswa memiliki masalah
kesehatan seperti parasetamol. Selain itu, terdapat timbangan berat badan dan
stature meter di UKS. UKS di SMAN 3 ini bersih dan memiliki tempat yang luas
sehingga digunakan untuk tempat penelitian oleh peneliti. Siswa SMAN 3 Cimahi
memiliki jadwal penyuluhan dengan guru BP yang terjadwal pada tiap kelas dan
dilakukan di kelas masing-masing. Panyuluhan tersebut masih seputar pelajaran
saja, sehingga perlu ditambahkan mengenai gizi dan gambaran tubuh.
5.2 Hasil Analisa Univariat
Analisa ini berisi tentang karakteristik: (1) usia (2) status gizi, dan (3)
gambaran tubuh. Responden dari penelitian ini merupakan siswi kelas X dan XI
di SMAN 3 Cimahi yang berusia antara 15-17 tahun. Keseluruhan jumlah
responden adalah 198 orang. Data karakteristik responden disajikan dalam
bentuk frekuensi dan presentase. Data secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
60
5.2.1 Karakteristik responden berdasarkan usia
Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan usia yang
diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan pada 198 orang siswi putri
SMAN 3 Cimahi dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Usia di SMA Negeri 3 Cimahi
Tahun 2015 (N=198)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
15 tahun 66 33.3
16 tahun 92 46.5
17 tahun 40 20.2
Total 198 100.0
Berdasarkan tabel yang ada diatas diketahui bahwa mayoritas responden
berada di usia 16 tahun, yaitu sebanyak 92 orang (46.5%). Tabel tersebut
menggambarkan bahwa responden yang berusia 15 tahun berjumlah 66 orang
siswi (33.3%) dan yang minoritas yaitu berusia 17 tahun berjumlah 40 orang
siswi (20.2%).
5.2.2 Karakteristik Status Gizi Remaja Putri di SMAN 3 Cimahi
Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Status Gizi Remaja Putri di SMA
Negeri 3 Cimahi Tahun 2015 (N=198)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Status Gizi
Kurus 41 20.7
Normal 144 72.7
Gemuk 13 6.6
Total 198 100.0
61
Berdasarkan table 5.2 diatas, mayoritas remaja putri yang diukur dengan
IMT memiliki status gizi yang normal dengan rentang 18,50-24,99 sebanyak
144 siswi (72.7%), sedangkan minoritas remaja putri yang mempunyai status
gizi gemuk dengan nilai ≥25 terdata sebanyak 13 siswi (6.6%), dan status gizi
obesitas tidak ada pada diri responden yang telah didata.
5.2.3 Karakteristik Gambaran Tubuh Remaja Putri di SMAN 3 Cimahi
Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Gambaran Tubuh Remaja Putri
di SMA Negeri 3 Cimahi Tahun 2015 (N=198)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Gambaran
Tubuh
Positif 94 47.5
Negatif 104 52.5
Total 198 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, mayoritas remaja putri di SMAN 3 Cimahi
yang mengisi kuesioner gambaran tubuh memiliki gambaran tubuh yang
negatif dengan nilai mean ≤26,32 sebanyak 104 orang (52.5%), sedangkan
yang memiliki gambaran tubuh positif dengan nilai mean ≥26,33 sebanyak 94
orang (47.5%).
62
Tabel 5.4
Hasil Analisis Component Matrix Kuesioner Gambaran Tubuh
Peneliti menganalisa komponen yang ada di kuesioner untuk memastikan
pernyataan yang mewakili responden. Component matrix yang diperoleh berdasarkan
tabel tersebut bahwa pada keempat pernyataan yang ada di kuesioner gambaran tubuh
yang diisi oleh responden menunjukan nilai yang melewati 0,5. Nilai komponen
menunjukan bahwa keempat pernyataan tersebut yang paling mewakili karakteristik
gambaran tubuh responden yaitu responden ingin merubah bentuk lengan, pipi,
payudara serta bokong yang berbentuk seperti idolanya.
5.3 Hasil Analisa Bivariat
Analisis bivariat di penelitian ini menggunakan uji Spearman Rank untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh pada
remaja putri di SMAN 3 Cimahi. Hasil analisis diperoleh sebagai berikut.
Component Matrixa
Pernyataan Component
1
Malu dengan bentuk lengan .694
Tidak suka dengan bentuk pipi .682
Ingin bentuk tubuh seperti idola .677
Ingin rubah payudara dan bokong .595
63
5.3.1 Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri SMAN 3
Cimahi
Tabel 5.5
Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh Siswi SMA Negeri 3 Cimahi (N=198)
Status
Gizi
Gambaran Tubuh Total p Value R
Positif Negatif
N % N % N % 0.010 -0.182
Kurus 21 10.6 20 10.1 41 20.7
Normal 67 33.8 77 38.9 144 72.7
Gemuk 6 3.0 7 3.5 13 6.6
Jumlah 94 47.5 104 52.5 198 100
Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan gambaran tubuh diperoleh
bahwa ada sebanyak 67 (33.8%) remaja putri SMAN 3 Cimahi mempunyai
status gizi normal dan gambaran tubuh positif. Sedangkan 77 (38.9%) remaja
putri memiliki status gizi normal dan gambaran tubuh yang negative. Siswi yang
memiliki status gizi kurus dan gambaran tubuh positif ada sebanyak 21 (10.6%)
remaja putri. Berbeda dengan mereka yang memiliki status gizi gemuk, dimana
terdapat 7 (3.5%) siswi memiliki gambaran tubuh yang negative. Hasil uji
statistik p=0.010 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status
gizi dan gambaran tubuh. Hasil uji korelasi yaitu r= -0.182 menggambarkan
bahwa hubungan antara kedua variabel adalah berbanding terbalik. Bahwa jika
status gizi semakin rendah maka gambaran tubuhnya semakin positif.,
sedangkan status gizi yang semakin tinggi maka gambaran tubuhnya semakin
negative.
64
Bab VI
Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pembahasan
merupakan rincian dari hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian. Hasil
penelitian akan dibandingkan dan diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya
maupun konsep dan teori yang ada. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahasa
mengenai keterbatasan penelitian.
6.1 Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian
6.1.1 Karakteristik Usia Responden
Pertumbuhan fisik selama remaja terlihat pada karakteristik
penampilan dan ukuran tubuh. Remaja putri akan terlihat pertambahan
ukuran pada area dada diikuti dengan tumbuhnya rambut pubis seiring
juga dengan pertumbuhan rambut di ketiak (James & Ashwill. 2007).Masa
remaja pertengahan adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri
dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14
tahun sampai 16 tahun (Djawandono, 2006).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang
berkonstribusi paling banyak berada pada usia 16 tahun sebanyak 92
(46.5%). Mayoritas usia tersebut dikarenakan usia 16 tahun terdapat pada
tingkat kelas XI di SMA sehingga jumlah remaja putri pada usia ini
memiliki distribusi paling banyak di SMA tersebut. Pada remaja di usia 16
65
tahun, cenderung mulai berpikir ideal mengenai bentuk tubuhnya untuk
masa mendatang.
Menurut McNicholas (2012) remaja di masa pertengahan yang berada
di usia 15-17 tahun akan sangat memikirkan mengenai konsep dirinya dan
hubungan sosialisasi dengan teman sebayanya. Pada usia pertengahan ini,
remaja putri cenderung sangat memerhatikan asupan makanannya sebagai
dampak dari keinginan untuk menjadi kurus. Secara psikososial, usia
remaja akan menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandangnya
(Djawandono, 2006).
Middle adolescence mulai menerima perubahan bentuk tubuhnya dan
mulai berpikir ideal untuk masa mendatang. Pada tahap ini, mengalami
peningkatan kemampuan untuk berpikir kritis dan sikap untuk
menyelesaikan masalah (Kliegman, 2007).
5.1.1 Karakteristik Status Gizi Responden
Kebutuhan gizi remaja putri mencakup banyak hal. Untuk remaja
perempuan usia 13-18 tahun dibutuhkan energi sebesar 40-50 kal/kg
BB/hari. Sumber energy seperti nasi, gandum, umbi-umbian dan sereal
secara proporsional paling banyak dikonsumsi dalam sehari (3-8
porsi).Kebutuhan protein pada remaja usia 13-15 tahun sebanyak 57 g/hari
dan usia 16-18 tahun sebesar 55 g/hati. Rata-rata porsi protein dikonsumsi
sekitar 10-15% (Bestbook, 2012).
Beberapa vitamin akan dibutuhkan oleh tubuh seperti Asam folat dan
Vitamin B12 diperlukan untuk metabolism asam nukleat. Vitamin D
66
diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh. Vitamin A untuk
memelihara sel dan jaringan tubuh. Sayur dan buah baik buahan
dikonsumsi individu sebanyak 2 hingga 5 porsi dalam sehari. Kedua
sumber makanan ini adalah sumber zat pembangun setelah karbohidrat.
Hasil penelitian berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh ini
didapatkan bahwa karakteristik status gizi responden remaja putri
memiliki status gizi yang normal dengan rentang 18,50-24,99 yaitu
sebanyak 144 siswi (72.7%) dan status gizi gemuk pada remaja putri
dengan nilai ≥ 25,00 terdata sebanyak 13 siswi (6.6%).
Status gizi gemuk pada responden bisa disebabkan oleh asupan lemak
yang tidak dibatasi. Depkes RI menganjurkan agar konsumsi lemak
dibatasi tidak melebihi 25% dari total energy pada tubuh remaja. Asupan
lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energy yang dikonsumsi
tidak mencukupi karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan
lemak hewani juga mengakibatkan asupan Fe dan Zn rendah (Bestbook,
2010).
Hasil penelitian pada remaja putri SMAN 3 Cimahi cenderung
memiliki status gizi yang normal, kondisi tersebut dipengaruhi oleh
aktivitas olahraganya yang cukup banyak karena terdapat fasilitas olahraga
yang memadai. Selain itu, sekolah juga memberikan aktivitas olahraga
sebagai peminatan bagi siswi yang memiliki ketertarikan di bidang
olahraga seperti ekstrakulikuler bola basket, futsal, dan lain-lain.
67
Disisi lain pada tahun 2008, WHO memukan bahwa secara global
sebanyak 31% dewasa berumur 15 tahun keatas tidak aktif secara fisik.
Remaja cenderung malas untuk bergerak (Zarei, 2013). Orang-orang lebih
memilih untuk duduk seharian dan melakukan aktivitas ringan yang tidak
melakukan banyak gerak. Jika tubuh tidak aktif bergerak, energi yang
berasal dari makanan akan menumpuk menjadi lemak (NHS, 2014).
Rendahnya aktivitas fisik pada 69 remaja, menyebabkan 9,7%
obesitas. Pada 64 remaja yang tinggi aktivitas fisiknya menunjukkan
hanya 3,2% obesitas. Selain itu, kecenderungan melakukan diet yang salah
juga menjadi trend gaya hidup remaja masa kini (Zarei, 2013).Obesitas
adalah kondisi abnormal atau akumulasi lemak berlebih yang berisiko
terhadap kesehatan. Individu yang obesitas memiliki risiko yang besar
terhadap penyakit kronik seperti diabetes, gangguan kardiovaskular dan
kanker (WHO, 2014).
Begitupun mengenai persepsi remaja mengenai berat badannya.
Persepsi yang salah akan berat badannya mempengaruhi asupan nutrisi.
Remaja cenderung mempunyai pandangan yang negatif terhadap
tubuhnya,mereka memandang tidak memiliki berat ideal seusianya (Hisar
& Toruner, 2012).Individu yang malnutrisi dilihat dari ketidakadekuatan
pada indeks anthropometri yang telah di ukur.
Sebuah studi kohort menunjukkan bahwa status gizi yang dimiliki
individu berhubungan dengan pencapaian prestasinya (Baraldi, 2013).
Menurut Zarei (2013) remaja lebih memilih meningkatkan konsumsi
68
alkohol dan minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi. Penelitian
oleh Zarei tersebut juga menemukan konsumsi karbohidrat, lemak dan
protein dalam kadar tinggi namun konsumsi vitamin C , kalsium dan zat
besi sangat kurang dari angka kebutuhan gizi remaja.
Sama halnya dengan kebutuhan zat besi pada remaja, zat besi yang
kurang dikonsumsi oleh remaja dapat menunjukkan tanda-tanda
kekurangan folat, vitamin B12 dan A, inflamasi kronik, infeksi dan
gangguan kesehatan.Kondisi anemia akibat kekurangan besi pada remaja
putri menjadi penyebab ketiga pada kematian dan kecacatan pada remaja
(Zarei, 2013).
Selain asupan nutrisi yang kurang, remaja cenderung memiliki pola
makan yang menyimpang. Pola makan menyimpang merupakan perilaku
yang patut diwaspadai yang dapat memengaruhi status gizi individu.
Anoreksia dan bulimia adalah dua kasus spesifik dari gangguan pola
makan sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition (DSM-IV). Kasus lain yang sering terjadi di
klinik dan komunitas adalah „Eating disorder no otherwise specified’.
EDNOS adalah kasus gangguan pola makan yang tidak spesifik seperti
anoreksia dan bulimia namun EDNOS termasuk sebagian dari kedua
sindrom tersebut. Sindrom yang muncul adalah sedikitnya konsumsi
makanan sehari-hari, tidak nafsu makan dan memuntahkan kembali
makanan yang telah dikonsumsi (Hoek , 2012).
69
Sama halnya dengan hasil penelitian Bibiloni, Pich, Pons, dan Tur
(2013) dengan menggunakan pengukuran IMT,ditemukan sebanyak 90
orang remaja putri memiliki tubuh yang gemuk dan 567 remaja putri
memiliki status gizi normal cenderung gemuk. Remaja putri memiliki
keinginan untuk menjadi lebih kurus dan cenderung tidak puas dengan
tubuhnya sehingga hal tersebut berkaitan dengan pola makan yang
dijalaninya.
Hasil penelitian mengenai status gizi dengan pengukuran IMT juga
ditemukan oleh Wardle, Haase, & Steptoe (2006)bahwa sebanyak 18.1%
wanita memiliki status gizi kurus dan 5.1% wanita memiliki status gizi
yang gemuk serta 1% status gizi obesitas. Status gizi yang dimiliki
tersebut memicu keinginan untuk lebih mengontrol berat badannya
menggunakan cara apapun.
Didukung juga oleh penelitian Mostafavi-
Darani, Daniali, dan Azadbakht (2013) yang menemukan sebanyak 14.1%
responden memiliki tubuh obesitas, 35.3% gemuk, 47.6% normal dan 3%
kurus. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa sekitar 50%
wanita memiliki tubuh obesitas dan gemuk
6.1.3 Karakteristik Gambaran Tubuh Responden
Gambaran Tubuh adalah salah satu aspek psikologis mengenai
perubahan fisik pada masa remaja. Remaja akan sangat memperhatikan
perkembangan tubuh dan persepsi orang lain mengenai tubuhnya.
Perhatian pada gambaran tubuh ini akan semakin terlihat saat individu
70
mengalami pubertas yang menandakan mulainya masa remaja (Sunaryo,
2004).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik gambaran tubuh
responden sebanyak 104 (52.5%) siswi memiliki gambaran tubuh yang
negative sedangkan yang memiliki gambaran tubuh positif sebanyak 94
orang (47.5%). Gambaran tentang tubuh memainkan peran penting dalam
cara individu mengevaluasi diri sendiri. Usia responden yaitu berada pada
masa remaja pertengahan, di mana pada usia 15-17 tahun remaja putri
cenderung tidak puas dengan bentuk tubuhnya (McNicholas, 2012).
Sehingga usia remaja bisa menjadi salah satu penyebab banyaknya
responden yang memiliki gambaran tubuh negative.
Mood remaja putri yang cenderung belum stabil memiliki kaitan
dengan gambaran tubuhnya. Ketika seseorang merasa bahagia, maka apa
yang ia lihat dalam dirinya adalah sesuatu yang bagus dan ideal. Mood
sedih ,stress ataupun kelelahan yang dialami individu mampu mengubah
persepsi tubuhnya, bahwa tubuhnya tidak sesuai gambaran ideal yang
diinginkannya (Kolodny, 2013).
Usia remaja di masa pertengahan memiliki pola pikir yang berbeda.
Pola pikir remaja ini merupakan faktor yang berkaitan erat dengan
gambaran tubuhnya. Remaja cenderung membandingkan dirinya dengan
orang yang hampir serupa dengan dirinya. Jika hal ini berlangsung secara
terus menerus, maka individu akan mengalami suatu kondisi di mana ia
menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik (Kolodny,2013). Wanita
71
di usia muda seringnya mengalami krisis terhadap bentuk tubuhnya.
Mereka cenderung menginginkan tubuh yang kurus sehingga akan merasa
tidak puas dengan bentuk tubuh yang dimilikinya (McNicholas, 2012).
Berkaitan erat dengan gambaran tubuh, budaya juga menjadi faktor
yang memengaruhi remaja putri. Budaya menggambarkan bahwa tubuh
ideal adalah yang kurus dan tinggi seperti banyaknya selebritis dan actor
film. Faktanya, tidak semua orang memiliki gen kurus dan tinggi dalam
riwayat keluarganya dan tidak semua orang yang kurus adalah orang yang
lebih sehat dibandingkan mereka yang gemuk (Kotecha, 2013).
Masih mengenai budaya dimana terjadi pembentukan fenomena bahwa
menjadi remaja yang kurus memiliki banyak keuntungan seperti individu
terlihat pintar, mampu bersosialisasi, sukses dan disukai banyak orang.
Sebaliknya badan gemuk tidak memiliki hal-hal tersebut. Menjadi gemuk
akan terlihat antisosial, individu yang gagal dan tidak disukai masyarakat.
Perlu dipahami, bahwa sehat atau tidaknya seseorang bukanlah dilihat dari
bentuk tubuh. Penentu sehat seseorang dilihat dengan pengukuran BMI.
(Kotecha, 2013)
Lingkungan bermain menjadi tempat remaja untuk membentuk
persepsinya mengenai bentuk tubuh. Menurut James dan Ashwill (2007)
remaja sering menghabiskan waktu bersama teman-teman di sekolah.
Sejalan dengan pendapat Gunarsa (2008) yang menegaskan bahwa
perkembangan remaja dipengaruhi oleh model sosialisasi. Model sosialisasi
adalah cara individu yang akan melakukan proses interaksi dengan
72
lingkungan sosialnya. Sehingga interaksi sosial antara individu dengan
teman di lingkungannya memiliki faktor yang kuat pada gambaran tubuh
remaja.
Tidak jauh berbeda dengan lingkungan, salah satu faktor lainnya yang
berkaitan dengan gambaran tubuh yaitu media yang beredar saat ini, seperti
media cetak maupun media online. Saat ini, media akan sangat berpengaruh
dalam membentuk gambaran tubuh individu. Majalah mode
menggambarkan bahwa model yang ideal untuk memakai banyak jenis
pakaian adalah mereka yang kurus dan tinggi. Media massa sering
menampilkan fitur individu denga tubuh yang dinilai sempurna sehingga hal
tersebut dapat mempengaruhi persepsi remaja (Pinho, 2014).
Seiring dengan perkembangan media, tubuh individupun akan
mengalami perubahan ketika beranjak remaja, terutama remaja putri.
Perubahan fisik selama masa pubertas sangat mempengaruhi gambaran
tubuhnya. Perkembangan tubuhnya diimbangi dengan persepsi mengenai
tubuhnya yang berbanding lurus dengan gambaran tubuh (Pinho,2014).
Hasil penelitian yang ditemukan oleh Mostafavi-
Darani, Daniali, dan Azadbakht (2013) bahwasebanyak 70% responden
wanita tidak puas dengan bentuk tubuhnya saat ini karena merasa memiliki
tubuh yang belum ideal. Selain itu, lebih dari setengah responden tersebut
(51.7%) menganggap berat badannya berlebihan dan 5.7% menganggap
bahwa mereka obesitas. Sebanyak 26.6% wanita yang memiliki status gizi
normal, menganggap bahwa status gizinya gemuk. Terdapat 41.7% wanita
73
yang kurus berpikiran bahwa status gizinya berada pada rentang normal
dan 67.2% wanita obesitas menganggap bahwa tubuhnya memiliki status
gizi yang hanya sedikit pada nilai yang gemuk. Persepsi mengenai bentuk
tubuh tersebut memiliki kaitan dengan status gizi yang dimiliki oleh
remaja putri yang menjadi responden di penelitian tersebut.
Senada dengan hasil penelitian oleh Peltzer dan Pengpid (2015) yang
menemukan sebanyak 27.1% siswa yang tidak gemuk ingin menurunkan
berat badannya. Pada siswa yang memiliki status gizi kurus dan normal,
sebanyak 19% menganggap dirinya gemuk dan 11.3% mencoba diet untuk
menurunkan berat badannya.Desakan untuk memiliki tubuh kurus
dikaitkan dengan sosial dan budaya pada suatu negara, di mana tekanan
tersebut membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk tubuh yang kurus
Maka, budaya yang berkembang pada suatu negara berkaitan dengan
persepsi tubuh yang ideal pada remaja.
Hasil perhitungan mengenai component matrix pada kuesioner
gambaran tubuh menunjukan bahwa ada empat pernyataan yang paling
mewakili karakteristik gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3 Cimahi,
yaitu ingin merubah bentuk lengan, pipi, payudara dan bokong seperti
ukuran tubuh idolanya. Hasil tersebut berarti bahwa remaja putri ingin
membentuk tubuhnya seperti bentuk tubuh idolanya sehingga responden
akan merasa puas dengan bentuk tubuhnya.
Sama halnya dengan penelitian yang dikemukakan oleh Wong, Lin,
dan Chang (2014) memaparkan bahwa kepuasan pada tubuh dan harapan
74
pada bentuk dan ukuran tubuhnya adalah hal yang sangat penting yang
dapat mempengaruhi kejadian gangguan pola makan pada remaja putri.
Remaja putri cenderung memiliki pandangan tersendiri mengenai bentuk
tubuh yang ideal seperti tubuh idola perempuannya sehingga hal ini dapat
mempengaruhi harapannya terhadap bentuk tubuh yang ideal.
Harapan bentuk tubuh yang ideal juga ada pada hasil penelitian
Bibiloni,Pich, Pons, dan Tur (2013). Penelitian tersebut mengemukakan
bahwa remaja putri yang memiliki komposisi tubuh yang gemuk sesuai
perhitungan Indeks Massa Tubuh, akan mengurangi frekuensi pada
konsumsi makanan penutup dan cokelat. Remaja putri berharap bahwa
dengan mengurangi makan-makanan tersebut, maka bentuk tubuhnya akan
terbentuk mirip dengan bentuk tubuh idolanya.
6.2 Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri
Gizi yang baik dapat menghasilkan kesehatan yang baik juga berdasarkan
keseimbangan gizi dan aktivitas fisik. Gizi yang baik mampu membangun system
imun yang kuat, mencegah penyakit dan kesehatan yang lebih baik (Zarei, 2013).
Menurut WHO (2014) status gizi dapat dilihat dengan adanya interaksi antara
makanan yang dikonsumsi, keseluruhan dari kesehatan individu dan lingkungan
fisik.
Hasil analisis penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara status gizi
dengan gambaran tubuh diperoleh bahwa ada sebanyak 67 (33.8%) remaja putri
SMAN 3 Cimahi mempunyai status gizi normal dengan gambaran tubuh positif.
Sedangkan 77 (38.9%) remaja putri memiliki status gizi normal dengan gambaran
75
tubuh yang negative. Siswi yang memiliki status gizi kurus dan gambaran tubuh
positif ada sebanyak 21 (10.6%) remaja putri. Berbeda dengan mereka yang
memiliki status gizi gemuk, dimana terdapat 7 (3.5%) siswi memiliki gambaran
tubuh yang negative. Hasil uji statistik p=0.010 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh. Hasil uji korelasi r=-0.182
artinya bahwa hubungan antara keduanya adalah berbanding terbalik, yaitu jika
status gizi semakin rendah maka gambaran tubuhnya semakin positif. Sedangkan
status gizi yang semakin tinggi maka gambaran tubuhnya semakin negative.
Hal ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Mostafavi-Darani,
Daniali, and Azadbakht (2013), di mana terdapat hasil yang berbanding terbalik
antara Indeks Massa Tubuh wanita dan kepuasan pada bentuk tubuhnya. Mereka
yang memiliki Indeks Massa Tubuh yang tinggi, mempunyai kepuasan yang
rendah pada bentuk tubuhnya sehingga akan melakukan penyeleksian makanan
secara ketat.
Perubahan fisik selama masa pubertas sangat mempengaruhi gambaran tubuh
pada remaja. Tubuh remaja akan berkembang seiring dengan perkembangan
masa pubertasnya. Perkembangan tubuhnya diimbangi dengan persepsi mengenai
tubuhnya yang berbanding lurus dengan gambaran tubuh (Pinho,2014). Saat ini,
media akan sangat berpengaruh dalam membentuk gambaran tubuh individu.
Majalah fashion menggambarkan bahwa model yang ideal untuk memakai
banyak jenis pakaian adalah mereka yang kurus dan tinggi. Media massa sering
menampilkan fitur individu denga tubuh yang dinilai sempurna (Pinho, 2014).
76
Budaya juga membentuk fenomena bernama “Weight Prejudice”. Hal ini
memiliki pengertian bahwa gemuk merupakan sesuatu yang harus diwaspadai
oleh individu. Menjadi kurus memiliki banyak keuntungan seperti individu
terlihat pintar, mampu bersosialisasi, sukses dan disukai banyak orang.
Sebaliknya menjadi gemuk tidak memiliki hal-hal tersebut. Menjadi gemuk akan
terlihat antisocial, individu yang gagal dan tidak disukai masyarakat. Perlu
dipahami, bahwa sehat atau tidaknya seseorang bukanlah dilihat dari bentuk
tubuh. Penentu sehat seseorang dilihat dengan pengukuran BMI. (Kotecha,
2013).
Masa remaja pertengahan yaitu usia 15-17 tahun biasanya dideskripsikan
sebagai masa paling frustasi pada perkembangannya. Konformitas dan konflik
pada kelompok sebaya maupun orang tua sering terjadi. Mereka sangat
memikirkan mengenai konsep dirinya dan hubungan sosialisasi. Pertemanan
dengan kelompok sesama maupun berbeda jenis memiliki porsi yang sama.
Kohlberg menyatakan bahwa remaja berada pada tahap 3 dan 4. Tahap 3
adalah tahap remaja masih berpikir konkret, yaitu menerapkan konformitas dan
menghindari hukuman. Tahap 4 mengubah pikiran konkret menjadi pikiran
analisa. Tahap 4 merupakan tahap pemikiran yang konvensional dimana remaja
masa pertengahan akan mampu berpikir untuk menganalisa suatu hal (James &
Ashwill, 2007).
Remaja usia pertengahan cenderung membandingkan dirinya dengan orang
yang hampir serupa dengan dirinya. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus, maka individu akan mengalami suatu kondisi di mana ia menganggap
77
dirinya tidak memiliki daya tarik fisik (Kolodny,2013). Menurut Gunarsa (2008)
menegaskan bahwa perkembangan remaja dipengaruhi oleh model sosialisasi.
Model sosialisasi adalah cara individu yang akan melakukan proses interaksi
dengan lingkungan sosialnya.
Tahapan remaja yang dialami oleh individu cenderung membuatnya sering
memikirkan mengenai berat badannya. Selain tahapan, lingkungan serta teman
sebaya dapat membuat remaja membentuk persepsi yang salah akan berat
badannya sehingga sangat mudah mempengaruhi asupan nutrisi. Remaja,
khususnya remaja putri cenderung mispersepsi terhadap tubuhnya bahwa mereka
tidak memiliki berat ideal seusianya (Hisar & Toruner, 2012).
Kekurangan gizi yang cukup membuat individu menjadi lebih mudah
terserang penyakit.Hal tersebut memperlihatkan ketidakadekuatan individu untuk
mengkonsumsi makanan yang cukup, kesalahan pada jenis makanan dan respon
tubuh terhadap suatu infeksi yang mengakibatkan tidak mampunya proses
absorpsi nutrisi (malabsopsi) (WHO 2014).Individu yang menjalani diet tidak
sehat serta menggunakan perilaku pola makan yang menyimpang adalah mereka
yang berisiko memiliki masalah gizi (Hoek, 2012).
Hasil penelitian yang senada mengenai gambaran tubuh juga ditemukan di
Balearic Islands, Spanyol. Metode pengukuran Antropometri dan body image
digunakan untuk mengetahui karakteristik status gizi dan gambaran tubuh remaja
usia 12-17 tahun. Ditemukan terdapat 60 persen remaja putri menginginkan
tubuhnya menjadi lebih kurus, hal tersebut menggambarkan bahwa remaja putri
cenderung tidak puas dengan gambaran tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap
78
bentuk tubuhnya tersebut dikaitkan dengan asupan serta pola makan pada remaja.
60 persen remaja putri tersebut mengurangi pola makannya per hari agar dapat
memiliki tubuh yang sesuai keinginannya. Tidak hanya pola makan, remaja putri
yang memiliki status gizi gemuk akan melakukan pemilihan makanan seperti
menghindari sereal saat sarapan, nasi, cokelat dan produk olahan susu (Bibiloni,
Pich, Pons & Tur, 2013).
Sama halnya dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Peltzer dan
Pengpid (2015) mengenai keinginan untuk menurunkan berat badan pada
responden non-overweight. Pengukuran antropometri dan kuesioner mengenai
self-administered digunakan pada responden berusia 16-30 tahun. Hasil
pengukuran IMT menemukan bahwa 27,1% siswa yang tidak gemuk memilih
untuk menurunkan berat badannya denganjumlah responden wanita sebanyak
34.6% wanita dan 16,5% pria. Responden yang memiliki status gizi kurus
maupun normal, 53.5% ingin mencoba menurunkan berat badannya. Penelitian
ini juga menemukan bahwa persepsi yang salah mengenai tubuhnya berhubungan
dengan keinginan yang kuat pada mereka yang tidak gemuk untuk menurunkan
berat badannya. Hal ini perlu diperhatikan karena seringnya, mereka yang tidak
gemuk dan melakukan diet, akan memiliki kesehatan yang kurang baik akibat
perilakunya tersebut.
Penelitian di 22 negara yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu Utara-Barat Eropa
dan Amerika Serikat, Eropa Pusat dan Timur, Mediterania, Asia Pasifik, dan
Amerika Selatan. Hasil penelitian yang menggunakan pengukuran IMT, persepsi
berat badan dan keinginan untuk menurunkan berat badan pada responden yang
79
duduk di bangku perguruan tinggi ini menemukan bahwa lebih banyak wanita
yang merasa memiliki tubuh yang gemuk. Wardle, Haase dan Steptoe (2006)
menemukan bahwa sebanyak 75.8% wanita merasa memiliki status gizi dalam
rentang normal. Sedangkan 18.1% wanita merasa berada pada status gizi kurus,
sebanyak 5.1% wanita merasa memiliki status gizi gemuk dan 1% merasa pada
status gizi obesitas. Terdapat sebanyak 70% wanita jepang ingin mencoba
menurunkan berat badannya. Perhatian terhadap berat badan di wilayah Asia ini
diyakini sebagai pengaruh dari budaya yang berkembang, di mana status gizi
yang normal akan terlihat sebagai salah satu bentuk penghormatan pada adat
istiadatnya.
Penelitian senada pada 1605 remaja putri di Sekolah Menengah di Negara
Taiwan juga ditemukan bahwa sebanyak 50.6% tidak merasa puas dengan bentuk
tubuhnya. Sebanyak 21.6% berharap tetap memiliki bentuk tubuhnya seperti saat
ini, 13.9% menginginkan bentuk tubuh yang lebih besar dan 63.9% ingin tubuh
yang lebih kurus. Terdapat 77.9% perempuan berharap memiliki bentuk tubuh
yang lebih kurus. Keinginan para remaja perempuan tersebut berasal dari isu
lingkungan mengenai body image yaitu pengaruh dari teman sebaya mengenai
tubuh yang ideal. Penelitian ini menggambarkan bahwa kepuasan pada tubuh dan
harapan pada bentuk dan berat badan menjadi sebuah fenomena yang menjadi
faktor penting yang memengaruhi perkembangan gangguan pola makan (Wong,
Lin, & Chang , 2014).
Penelitian terhadap remaja perempuan dilakukan di Taiwan, di mana terdapat
hubungan yang signifikan antara ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh dengan
80
gangguan pada pola makan. Sebanyak 17.11% responden memiliki gangguan
pada pola makannya, mereka melaporkan bahwa mengalami penurunan asupan
pada protein, karbohidrat, zat besi, dan vitamin B6 dan B12. Perilaku pada
asupan makanannya tersebut berkaitan dengan status nutrisi pada tubuhnya
(Chang, Lin, & Wong, 2011).
6.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
diakui belum dapat dipenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini.
Berbagai kekurangan tersebut terdapat pada:
6. 3.1 Populasi penelitian masih terbatas hanya dilingkungan sekolah saja
yaitu Sekolah Menengah Atas kota Cimahi. Perlu dilakukan penelitian
kembali dengan ruang lingkup yang lebih luas dan karakteristik
responden yang lebih beranekaragam agar dapat mengungkapkan hasil
yang lebih komprehensif khususnya yang berkaitan dengan status gizi
dan gambaran tubuh.
6.3.2 Peneliti mengalami kesulitan dalam menyamakan jadwal meneliti dengan
jadwal belajar yang padat di SMAN 3 Cimahi. Kekurangan waktu
membuat peneliti menjadi kekurangan waktu dalam melakukan
penelitian. Adanya Ujian Nasional menyebabkan peneliti harus segera
mengambil data sebelum waktu tersebut. Selain itu, jadwal Ujian Akhir
Semester (UAS) yang akan dilaksanakan oleh siswa kelas X dan XI
membuat peneliti harus segera mengambil data sebelum UAS
dilaksanakan.
81
6.3.3 Pembuatan instrument oleh peneliti dilaksanakan dalam waktu yang
singkat, dikarenakan harus segera mengambil data validitas sebelum
siswa di SMAN 3 Cimahi melakukan studi tour. Oleh sebab itu,
diharapkan kuesioner dapat dikembangkan kembali agar lebih
disesuaikan dengan budaya serta karakteristik remaja di Indonesia.
6.3.4 Masih ada beberapa variabel penelitian yang berhubungan dengan status
gizi dan gambaran tubuh yang belum diikutsertakan dalam penelitian ini.
Misal: tahap perkembangan individu, pengetahuan, pengaruh lingkungan
dan budaya, pengukuran lingkar perut maupun lengan, dan pengukuran
anemia pada tubuh tiap remaja putri.
82
BAB VII
Penutup
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan:
7.1.1 Diperoleh mayoritas status gizi remaja putri di SMAN 3 Cimahi yaitu normal dengan
jumlah 144 siswi (72,7%). Status gizi kurus sebanyak 41 siswi (20,7%), status gizi
gemuk sebanyak 13 siswi (6,6%), dan status gizi obesitas tidak ada.
7.1.2 Diperoleh hasil gambaran tubuh remaja putri dengan nilai positif sebanyak 94 siswi
(47,5%) dan nilai negatif sebanyak 104 siswi (52,5%).
7.1.3 Ada hubungan bermakna antara status gizi dan gambaran tubuh dengan p= 0,010.
Hasil statistiknya yaitu r=-0,182, hal tersebut memiliki hubungan yang berbanding
terbalik, artinya semakin rendah status gizi individu maka semakin positif gambaran
tubuhnya. Begitu pula sebaliknya, jika status gizi semakin tinggi maka semakin
negative gambaran tubuh individu.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Responden dan Remaja Putri
Responden disarankan agar memahami perhitungan status gizi dengan IMT dan
bentuk tubuh yang sehat sehingga pola makannya menjadi lebih baik. Saat status gizi
semakin menunjukan kearah normal dan kurus, maka gambaran tubuh yang dimiliki
akan semakin kearah yang positif. Gambaran tubuh yang positif baik untuk
dipelihara sejak dini agar mencegah terjadinya masalah-masalah gizi yang kerap
dialami oleh remaja putri di Indonesia terutama di daerah Cimahi dan Jawa Barat.
83
7.2.2 Bagi Sekolah dan Dinas Kesehatan
Sekolah dan Dinas Kesehatan Jawa Barat, sebaiknya memberikan penyuluhan
dan konseling yang rutin mengenai gizi yang baik serta bentuk tubuh yang ideal
pada remaja putri. Penyuluhan mengenai tubuh yang sehat, jika ditanamkan sejak
dini akan berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan pada bentuk
tubuhnya.
7.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa terkhusus remaja putri, mengalami
gambaran tubuh negatif walaupun status gizinya normal. Hal tersebut dipicu oleh
persepsi yang salah mengenai tubuhnya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
disarankan kepada institusi pendidikan keperawatan terutama keperawatan jiwa agar
mampu memberikan pendidikan mengenai caring yang baik secara psikologis pada
remaja.
7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
1.Dilakukan penelitian lain tentang hubungan usia responden dengan status gizi dan
gambaran tubuhnya
2.Dilakukan penelitian lain untuk mengetahui faktor lain yang berkaitan dengan
timbulnya gambaran tubuh yang negatif pada remaja putri.
3.Dilakukan penelitian lain tentang hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh
pada responden lain, seperti remaja laki-laki di tahap sekolah menengah pertama
Daftar Pustaka
Amelia, Sri. (2014). Permenkes Tentang Angka Kecukupan Gizi (2014).
http://gizi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi diakses
pada 11 oktober 2014.
Azni. Pentingnya Gizi bagi Remaja. (2012). Foodnewsindonesia.com. diakses pada 26
november 2014
Baraldi. L. G & Wolney. L. C. (2013). Parent‟s social status and children‟s nutrition
influence on the university entrance of young adults in the last two decades in
Brazil. REV BRAS EPIDEMIOL SUPPL D.S.S. H. 116-125
Bestbook. (2010). A-Z Multivitamin untuk Anak dan Remaja. Yogyakarta :ANDI.
Bibiloni, M. D. M., Pich, J., Pons, A., & Tur, J. A. (2013). Body Image and eating
patterns among adolescents. BMC Public Health, 13:1104.
Budiharto. (2008). Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu
kesehatan gigi. Jakarta : EGC.
Chairiah, Putri. (2012). Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja
Putri di SMAN 38 Jakarta. Depok: Universitas Indonesia.
Churchill, G. A. (2005). Dasar-dasar riset pemasaran edisi 4 jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Dahlan Sopiyudin, M. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta:Salemba Medika.
Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset Keperawatan : buku ajar dan latihan. Jakarta:
EGC.
Donnovan. D. M & Marlatt. (2008). G. A. Assesment of addictive behaviors. New
York: Guilford Press.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Filaire E., Larue J., & Rouveix M. (2011). Eating behaviors in relation to emotional
intelligence. Int J Sports Med, 32(4): 309-15.
Gunarsa. (2008). Psikologi Paraktis Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia.
Gunawan, Adi W. (2005). Apakah IQ anak bisa ditingkatkan? : dan masalah-masalah
lain seputar pendidikan anak yang sering dihadapi orangtua dan guru.
Jakarta: Gramedia.
Hasan. S , Chien .T .C , Chin .S .H. (2006). Intrapersonal & Interpersonal untuk
Remaja (4 ed). Kuala Lumpur : PTS PROFESSIONAL, 2006.
Hisar ,Filiz & Toruner ,Ebru. (2012). Adolescents‟ perceptions about their weight and
practices to lose weight. AUSTRALIAN JOURNAL OF ADVANCED
NURSING, Volume 31 Number 2.
Hoek, F. R. (2012). Epidemiology of Eating Disorders: Incidence, Prevalence and
Mortality Rates. Springerlink, h 406–414
Hughes, Clarissa J. (2013). Perceptions of body satisfaction and desired weight loss
among Tasmania adolescents. Aust. J. Rural Health, h. 21,234–235
James .J, Baker .C & Swain .H. (2008). Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kandani, Haryanto. (2010). The Achiever semua pencapaian sukses anda berawal di
sini. Jakarta:Gramedia.
Kliegman, R. M. (2010). Nelson textbook of pediatrics, nineteen edition international
edition. United state: Elsevier saunders.
Kolodny, Nancy J. (2004). The Beginner’s Guide to Eating Disorder Recovery. US :
Gurze Books, 2004.
Kotecha, P.V. , & lain-lain. (2013). Dietary Pattern of Schoolgoing Adolescents in
Urban Baroda, India. J Health Popul Nutr. Dec, 31(4): 490–496.
Kozier, Barbara. (1998). Fundamental of Nursing. Kanada: Addison Wesley Longman.
McNicholas .F, & lain-lain. (2012). The Impact of Self-Reported Pubertal Status and
Pubertal Timing on Disordered Eating in Irish Adolescents. Wiley Online
Library, DOI: 10.1002/erv.2171
Melliana, Annastasia S. (2006). Menjelajah Tubuh. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Monteiro CA Lima ALL, Silva ACF, Konno SC, Conde WL, Benicio MHDA,. (2010).
Causes of the accelerated decline in child undernutrition in Northeastern
Brazil (1986-1996-2006). Rev Saúde Pública , 44(1): 17-27.
Morais, Celia Marcia Medeiros de, & lain-lain. (2013). Dietary patterns of young
adolescents in urban areas of Northeast Brazil. Nutr Hosp.;28(6).
Mostafavi-Darani, F., Daniali, S., & Azadbakht, L. (2013). Relationship of Body
Satisfaction, with Nutrition and Weight Control Behaviors in Women. Int J
Prev Med: 4(4): 467–474.
National Health Service UK. Causes of Obesity 2014.
http://www.nhs.uk/Conditions/Obesity/Pages/Causes.aspx. Diakses pada 23
Desember 2014.
Noorkasiani. H & Ismail. R. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta:EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Oktaviani, Kiki. (2013). 5 Diet Selebriti yang Tidak Sehat untuk Ditiru. Wolipop.com
diakses pada 30 november 2014.
Panero J. & Zelnik M. (2003). Dimensi manusia dan ruang interior. Jakarta: Erlangga.
Peltzer, K. & Pengpid, S. (2015). Trying to lose weight among non-overweight
university students from 22 low, middle and emerging economy countries.
Asia Pac J Clin Nutr , 24(1): 177-183.
Pinho, Lucineia de & lain-lain. (2014). Identification of dietary patterns of adolescents
attending public schools. Journal de Pediatria, Brazil.
Potter, P.A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing : concepts, process, and
practice. Mosby: Missouri.
Rai, I Gusti Agung. (2008). Audit Kinerja pada sector public. Jakarta : Salemba
Empat.
Rangkuti, Freddy. (2008). The power of brands teknik mengelola brand equity dan
strategi pengembangan merek + analisa kasus dengan SPSS. Jakarta :
Gramedia pustaka utama.
Rasyad, Rasdihan. (2003). Metode statistic deskirptif untuk umum. Jakarta : Grasindo.
Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Setiawan ,Elisabeth. (2004). Penyimpangan Pola Makan. ABSTRAK MKM, VOL. XII,
TAHUN X, APRIL. Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha
Soegoto E. S. (2008). Marketing Research the smart way to solve a problem. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sunarti, Euis. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menyenangkan. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.
Sumanto, Agus. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan terapi diet. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Sutanto, Mia. (2012). Alasan Medis untuk Tidak Menggunakan Pengganti ASI.
http://aimi-asi.org/ diakses pada 30 november 2014.
Sprinthall & Collins. (1984). Adolescent psychology: a developmental view.
Kanada:Addison Wesley.
Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : ANDI.
Wardle J., Haase AM., & Steptoe A. (2006). Body image and weight control in young
adults: international comparisons in university students from 22 countries.
International journal of obesity, 30, 644-651.
Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta : EGC.
Watts .J , Cockcroft .K , Duncan .N. (2009). Developmental Psychology. South Africa :
UCT Press.
Wong, D. L. (2003). Nursing care of infants and children (7 ed). Philadelphia: Mosby.
Wong Y., Lin J., & Chang Y. (2014). Body satisfaction, emotional intelligence, and
the development of disturbed eating: a survey of Taiwanese students. Asia Pac
J Clin Nutr , 23 (4): 651-659.
Wong Y., Lin J., & Chang Y. (2011). Survey on eating disorder-related thoughts,
behaviors, and their relationship with food intake and nutritional status in
female high school students in Taiwan. J Am Coll Nutr ,30(1): 39-48.
World Health Organisation. (2007). Growth Reference 5-19 Years.
http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/. Diakses pada 30
November 2014.
World Health Organisation. (2008). Global Health Observatory (GHO) Data.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/physical_activity/en/ Diakses pada
12 Desember 2014.
Zarei .M, Taib .M .N .M, Zarei .F, Saad .H .A. (2013). Factors Associated With Body
Weight Status of Iranian Postgraduate Students in University of Putra
Malaysia. Nurs Midwifery Stud, h 97-102
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian
Lembar Persetujuan Responden
Saya bertanda tangan dibawah ini, setuju menjadi responden dalam penelitian
dengan judul hubungan antara status gizi terhadap gambaran tubuh remaja putri di
SMAN 3 Cimahi.
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan diri saya
sendiri dan keluarga saya. Identitas dan jawaban yang akan saya berikan terjamin
kerahasiannya dan hanya diperlukan sebagai bahan penelitian,
Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani secara sadar dan tanpa suatu paksaan.
Cimahi, 30 Maret 2015
Responden
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
No. item R hit R tabel keterangan
Item_1 0,235 0,361 Tidak valid
Item_2 0,761 0,361 Valid
Item_3 0,777 0,361 Valid
Item_4 0,355 0,361 Tidak valid
Item_5 0,579 0,361 Valid
Item_6 0,658 0,361 Valid
Item_7 0,600 0,361 Valid
Item_8 0,301 0,361 Tidak valid
Item_9 0,039 0,361 Tidak valid
Item_10 -0,416 0,361 Tidak valid
Item_11 0,656 0,361 Valid
Item_12 0,662 0,361 Valid
Item_13 0,283 0,361 Tidak valid
Item_14 0,312 0,361 Tidak valid
Item_15 -0,140 0,361 Tidak valid
Item_16 0,643 0,361 Valid
Item_17 -0,021 0,361 Tidak valid
Item_18 0,153 0,361 Tidak valid
Item_19 -0,398 0,361 Tidak valid
Item_20 0,276 0,361 Tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
reliabilitas Crobach‟s Alpha dengan bantuan program SPSS 20
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.884 8
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Maka instrument kuesioner untuk gambaran tubuh yang digunakan
dinyatakan reliable.
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya malu kalau bentuk lengan tidak
sesuai dengan keinginan saya
2. Saya tidak suka dengan bentuk pipi saya
yang tembem/chubby
3. Saya akan sangat memperhatikan
nasehat orang lain mengenai bentuk
tubuh yang ideal
4. Saya akan memperhatikan tiap perkataan
orang lain mengenai bentuk payudara
saya
5. Bentuk tubuh idola saya adalah bentuk
tubuh yang saya idam-idamkan
6. Orang-orang terdekat saya khawatir jika
terjadi perubahan pada bentuk tubuh saya
7. Saya mampu beradaptasi pada perubahan
bentuk tubuh saya
8. Saya ingin merubah bentuk payudara dan
bokong saya menjadi lebih ideal
9. Saya adalah orang yang mudah
bergaul
10. Saya nyaman dengan pakaian saya
saat ini
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas, Frekuensi, dan Crosstabs
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Status Gizi Gambaran
Tubuh
N 198 198
Normal Parametersa,b
Mean 20.8119 26.33
Std. Deviation 2.98962 3.296
Most Extreme Differences
Absolute .082 .084
Positive .082 .084
Negative -.049 -.066
Kolmogorov-Smirnov Z 1.155 1.179
Asymp. Sig. (2-tailed) .139 .124
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Mean Kuesioner Gambaran Tubuh
Statistics
Gambaran Tubuh
N Valid 198
Missing 0
Mean 26.33
Frequency Variabel Hasil Penelitian
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
15 66 33.3 33.3 33.3
16 92 46.5 46.5 79.8
17 40 20.2 20.2 100.0
Total 198 100.0 100.0
Kategori Gambaran Tubuh
Frequenc
y
Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 positif 94 47.5 47.5 47.5
2 negatif 104 52.5 52.5 100.0
Total 198 100.0 100.0
Kategori Status Gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 kurus 41 20.7 20.7 20.7
2 normal 144 72.7 72.7 93.4
3 normal 13 6.6 6.6 100.0
Total 198 100.0 100.0
Crosstabs Status Gizi dan Gambaran Tubuh
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Status Gizi *
Kategori Gambaran
Tubuh
198 100.0% 0 0.0% 198 100.0%
Kategori Status Gizi * Kategori Gambaran Tubuh Crosstabulation
Kategori Gambaran Tubuh Total
1 Positif 2 Negatif
Kategori Status Gizi
1 Kurus Count 21 20 41
% of Total 10.6% 10.1% 20.7%
2 Normal Count 67 77 144
% of Total 33.8% 38.9% 72.7%
3 Gemuk Count 6 7 13
% of Total 3.0% 3.5% 6.6%
Total Count 94 104 198
% of Total 47.5% 52.5% 100.0%
Lampiran 6. Analisa Uji Bivariat
Correlations
Status Gizi Gambaran
Tubuh
Spearman's rho
Status Gizi
Correlation Coefficient 1.000 -.182*
Sig. (2-tailed) . .010
N 198 198
Gambaran Tubuh
Correlation Coefficient -.182* 1.000
Sig. (2-tailed) .010 .
N 198 198
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
NO Usia
Jumlah_X
Kategori_X
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Jumlah_Y
Kategori_Y
1 16 20.17 2 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 24 2
2 16 21.7 2 3 3 2 4 1 3 3 4 3 4 24 2
3 16 18.22 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28 1
4 16 20.57 2 3 4 2 3 2 4 3 4 4 4 33 1
5 15 18.97 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 28 1
6 16 20.3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 1
7 15 19.72 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 29 1
8 15 19.11 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26 2
9 16 18.82 2 1 2 1 2 3 4 1 4 4 3 25 2
10 16 21.19 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 31 1
11 16 15.55 1 2 3 1 3 2 2 3 2 4 3 25 2
12 16 28.04 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 28 1
13 15 24.67 2 2 3 3 3 3 1 3 3 4 4 29 1
14 15 15.62 1 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 24 2
15 15 27.4 3 2 3 2 2 1 2 2 4 4 2 26 2
16 16 21.05 2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 3 26 2
17 15 22.2 2 2 2 1 3 1 3 3 4 4 4 27 1
18 17 24.46 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 4 25 2
19 16 19.47 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 29 1
20 16 22.64 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 1
21 17 18.02 1 3 4 2 2 2 2 3 2 3 3 26 2
22 16 25.1 3 2 3 1 3 2 3 3 2 4 4 27 1
23 17 20.66 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 28 1
24 16 25.23 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 28 1
25 17 17.96 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28 1
26 17 20.66 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 4 27 1
27 15 20.54 2 3 2 2 3 1 2 3 2 3 4 25 2
28 17 20.51 2 2 2 1 2 3 3 3 2 4 4 26 2
29 16 21.75 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 24 2
30 15 21.92 2 3 2 2 3 1 2 3 2 4 3 25 2
31 17 17.62 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26 2
32 16 19.36 2 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 22 2
33 15 19.81 2 2 2 1 3 4 4 3 3 4 4 30 1
34 16 22.07 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 20 2
35 15 20.81 2 1 1 1 2 2 2 3 2 4 4 22 2
36 16 20.96 2 3 2 1 3 3 4 3 2 3 3 27 1
37 15 22.65 2 2 3 1 2 1 2 3 3 3 4 24 2
38 15 18.56 2 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 35 1
39 15 17.31 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 29 1
40 15 23.92 2 3 3 2 4 4 3 2 4 3 3 31 1
41 15 18.36 1 2 2 2 4 1 3 3 4 4 3 28 1
42 15 18.42 1 2 1 2 4 1 1 3 2 2 3 21 2
43 16 23.24 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3 3 24 2
44 16 22.07 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 23 2
45 15 19.22 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 28 1
46 16 21.22 2 3 1 1 2 3 2 2 2 1 3 18 2
47 16 22.93 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 21 2
48 15 23.06 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 22 2
49 15 23.78 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 22 2
50 15 21.04 2 2 3 2 4 3 2 3 3 4 4 27 1
51 15 23.04 2 4 3 3 3 3 2 4 4 1 1 24 2
52 15 23.06 2 3 2 1 4 4 3 2 4 2 3 28 1
53 16 18.76 2 1 1 1 4 1 1 3 4 4 1 21 2
54 15 17.05 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 24 2
55 15 19.89 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 27 1
56 16 19.04 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 29 1
57 16 21.91 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 29 1
58 16 19.73 2 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 23 2
59 17 21.9 2 4 4 2 2 2 3 3 4 3 3 30 1
60 16 21.28 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 1
61 17 18.02 1 3 4 2 3 2 2 3 4 2 3 25 2
62 16 24.03 2 3 2 2 4 2 2 3 4 3 3 26 2
63 16 22.22 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3 4 24 2
64 17 30.7 3 2 3 2 3 1 2 2 2 4 4 25 2
65 17 25 3 2 3 2 3 1 3 3 2 3 4 23 2
66 17 25.2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 3 20 2
67 16 24.74 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 3 18 2
68 17 20.02 2 4 3 2 4 2 2 3 4 3 3 30 1
69 17 22.91 2 4 3 2 4 2 2 3 4 3 3 30 1
70 15 24 2 3 3 1 2 2 2 3 3 4 3 26 2
71 15 20 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 1
72 16 21.22 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 4 24 2
73 17 29.67 3 3 3 2 1 2 3 2 2 3 3 24 2
74 17 16.63 1 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 37 1
75 16 24.6 2 4 2 2 3 1 3 3 3 4 4 25 2
76 16 26.7 3 3 3 2 4 3 2 4 3 3 4 31 1
77 16 19.62 2 2 3 2 3 2 3 3 4 4 4 30 1
78 17 19.87 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 25 2
79 17 21.62 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 3 29 1
80 16 20.56 2 2 3 3 3 1 3 4 1 4 4 28 1
81 17 18.9 2 2 2 1 1 2 2 3 1 3 3 26 2
82 16 18.49 1 2 3 2 4 2 4 3 4 3 3 33 1
83 17 17.71 1 3 2 2 3 1 3 3 2 4 3 26 2
84 16 19.47 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 27 1
85 16 20.71 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 28 1
86 16 16.44 1 2 1 2 3 2 4 3 2 2 3 30 1
87 17 19.9 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 26 2
88 17 17.74 1 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 26 2
89 16 24.52 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 4 25 2
90 16 19.89 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 4 25 2
91 17 24.06 2 2 1 2 3 1 3 3 2 3 4 24 2
92 17 22.76 2 2 2 1 3 3 2 3 2 3 4 25 2
93 17 22.03 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 36 1
94 17 18.61 2 2 2 2 4 3 2 3 1 3 3 29 1
95 16 21.9 2 3 2 1 3 1 3 3 1 3 3 23 2
96 16 23.19 2 3 2 2 4 2 2 3 4 2 3 33 1
97 16 19.9 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 37 1
98 16 23.3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 25 2
99 15 21.75 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 27 1 10
0 15 16.66 1 2 3 1 4 2 2 3 4 3 3 30 1 10
1 17 22.8 2 2 3 2 3 1 3 2 4 3 3 26 2 10
2 17 18.02 1 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 26 2 10
3 15 17.08 1 3 3 1 3 1 2 3 2 3 4 25 2 10
4 15 18.46 1 2 3 2 2 3 3 4 4 3 4 30 1 10
5 16 18.61 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 30 1 10
6 15 22.36 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 23 2 10
7 17 33.33 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 23 2 10
8 16 18.17 1 4 3 2 2 4 4 3 2 2 4 30 1 10
9 16 16.2 1 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 28 1 11
0 16 20.81 2 2 2 1 3 3 2 3 4 3 3 26 2 11
1 16 16.73 1 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 29 1 11
2 15 20.83 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 25 2 11
3 15 20.54 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 24 2 11
4 15 20.95 2 2 4 1 3 2 4 4 3 4 4 27 1
11 16 21.07 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28 1
5
116 16 17.33 1 3 2 1 1 1 2 4 1 3 3 21 2
117 16 17.85 1 3 3 2 4 3 4 3 4 3 3 32 1
118 15 18.77 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 27 1
119 15 17.08 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 27 1
120 17 21.4 2 3 3 2 4 1 3 3 4 3 3 29 1
121 16 20.69 2 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 25 2
122 16 20.28 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 28 1
123 16 18.17 1 3 3 3 3 1 3 4 3 4 2 29 1
124 15 29.24 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28 1
125 16 23.49 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 2 23 2
126 15 21.05 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 25 2
127 16 20.39 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 26 2
128 16 21.2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 28 1
129 17 18.73 2 1 2 1 3 3 3 4 4 3 4 28 1
130 16 21.05 2 2 1 2 1 2 3 3 2 3 3 22 2
131 15 20.23 2 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 27 1
132 15 19.97 2 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 28 1
133 15 19.23 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 26 2
134 15 16.76 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 24 2
135 15 21.21 2 3 3 1 2 2 2 3 2 4 4 26 2
136 16 21.78 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 28 1
137 15 22.07 2 3 2 2 4 3 4 4 4 3 4 33 1
138 15 17.8 1 3 1 2 4 1 3 3 1 3 3 24 2
13 16 23.6 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 3 22 2
9
140 15 21.07 2 1 1 2 3 1 4 1 4 4 4 25 2
141 17 24 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 26 2
142 15 26.67 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 22 2
143 15 23.37 2 1 3 1 4 1 1 2 4 4 1 22 2
144 16 23.3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 25 2
145 15 19.73 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 28 1
146 16 20.18 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 27 1
147 15 18.79 2 1 1 2 3 1 3 2 2 4 2 21 2
148 16 24.87 2 1 1 2 3 1 3 2 2 4 2 21 2
149 17 19.29 2 2 2 1 1 1 2 3 1 4 4 21 2
150 16 22.37 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27 1
151 16 22.22 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 3 22 2
152 16 24.91 2 1 2 1 2 1 3 3 1 4 4 22 2
153 16 19.97 2 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 30 1
154 15 23.23 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 32 1
155 16 24.14 2 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 31 1
156 16 16.23 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 1
157 16 18.21 1 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 29 1
158 16 18.21 1 2 2 1 2 1 3 3 2 4 4 24 2
159 15 17.79 1 3 3 1 2 2 3 4 1 4 4 27 1
160 16 18.61 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 4 25 2
161 17 18.59 2 3 3 3 1 3 3 4 1 4 4 29 1
162 16 24 2 2 2 1 1 2 2 2 1 4 4 21 2
16 16 19.62 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 25 2
3
164 17 20.71 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 25 2
165 16 15.62 1 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 26 2
166 17 18.51 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 26 2
167 16 22.15 2 3 2 2 2 1 3 2 2 3 3 23 2
168 16 19.3 2 1 3 2 3 1 3 3 3 3 4 26 2
169 16 19.11 2 1 2 2 3 2 3 3 3 3 4 26 2
170 16 18.25 1 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 27 1
171 16 18.13 1 2 2 1 2 1 3 3 2 3 3 22 2
172 15 20.28 2 2 1 1 3 3 2 2 1 4 4 23 2
173 16 18.04 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 25 2
174 16 16.23 1 3 2 2 1 1 3 3 2 3 2 22 2
175 16 20.22 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 4 24 2
176 15 22.2 2 3 3 2 2 1 1 4 1 4 4 25 2
177 16 22.47 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 28 1
178 17 22.2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 28 1
179 17 20.45 2 3 1 2 4 1 3 2 4 3 4 27 1
180 16 23.01 2 2 2 2 4 4 4 3 4 4 3 27 1
181 17 16.23 1 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 31 1
182 16 16.01 1 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 27 1
183 15 19.87 2 2 1 2 2 1 3 3 1 3 3 22 2
184 15 18.67 2 2 2 2 3 1 2 3 2 3 3 23 2
185 16 20.12 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 26 2
186 15 20.36 2 4 1 2 4 3 3 3 4 3 3 30 1
18 15 24.45 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 24 2
7
188 15 20.02 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 28 1
189 15 21.5 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 3 27 1
190 15 20.95 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 2 25 2
191 15 19.31 2 3 4 2 3 2 4 3 4 1 4 30 1
192 16 29.64 3 2 4 3 3 3 2 3 1 4 2 27 1
193 15 19.92 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 28 1
194 15 11.31 1 2 2 1 1 2 2 2 1 3 3 19 2
195 15 19.72 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28 1
196 16 20.71 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 24 2
197 16 20.5 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 27 1
198 17 20.34 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 27 1