hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Oleh: DHIAN RISKIANA PUTRI G 0106042 Pembimbing: 1. Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A. 2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

Page 1: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KOHESIVITAS KELOMPOK

TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA

KELAS VIII PROGRAM AKSELERASI DI SMP

NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Oleh:

DHIAN RISKIANA PUTRI

G 0106042

Pembimbing:

1. Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A.

2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul : Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas

Kelompok Teman Sebaya dengan Penyesuaian

Sosial pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi di

SMP Negeri 2 Surakarta

Nama Peneliti : Dhian Riskiana Putri

NIM : G 0106042

Tahun : 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 5 November 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.

NIP. 130250480 NIP. 19781022 200501 1 002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP. 19760817 200501 2 002

Page 3: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:

Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Program

Akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta

Dhian Riskiana Putri, G 0106042, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 9 November 2010

1. Pembimbing I

Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A. ( )

2. Pembimbing II

Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si. ( )

3. Penguji I

Dra. Suci Murti Karini, M.Si. ( )

4. Penguji II

Drs. Hardjono, M.Si. ( )

Surakarta, ...............................

Ketua Program Studi Psikologi Koordinator Skripsi

Drs. Hardjono, M.Si Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP. 19760817 200501 2 002 NIP. 19590119 198903 1 002

Page 4: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka

saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, November 2010

Dhian Riskiana Putri

Page 5: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(Q.S. Asy-Syarh: 6)

“Manusia hanyalah berusaha, manusia hanyalah berencana,

Allah lah yang menentukan, Allah lah yang memastikan segalanya”

(Al-Maidany)

“Apabila seorang pelajar ingin meraih kesempurnaan ilmu, hendaklah ia

menjauhi kemaksiatan dan senantiasa menundukkan pandangannya

dari hal-hal yang haram untuk dipandang. Karena yang demikian itu akan

membukakan pintu ilmu, sehingga cahaya Allah akan menyinari hatinya. Jika

hati telah bercahaya, maka akan jelas baginya kebenaran. Sebaliknya,

barangsiapa mengumbar pandangannya, maka akan keruhlah hatinya, dan

selanjutnya akan gelap dan tertutuplah baginya pintu ilmu”

(Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah)

Page 6: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:

Orang-orang yang sangat aku cintai,

dengan doa, cinta, bimbingan, dan kesabarannya

dalam menuntunku mencapai cita-cita dan harapanku

Terimakasih kuucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta atas doa, kasih sayang, dan

pengorbanan yang tak akan pernah terhenti

2. Adikku tersayang, Dhimas Taufika Putra yang selalu

memberikan doa, perhatian, dan bantuannya

3. Seluruh keluarga besarku dan semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya karya ini

4. Guru-guruku terhormat dan almamaterku tercinta

Page 7: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang dan hidayah yang telah

Allah SWT berikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, pengikut-pengikut beliau

yang setia, serta seluruh umat beliau yang istiqomah sampai akhir jaman, dan

semoga termasuk kita sekalian. Amin.

Terselesaikannya skripsi ini telah melibatkan beberapa pihak, oleh karena

itu, dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr. M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas fasilitas dan kebijakan beliau.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta selaku penguji II atas

ijin dan juga semua bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A., selaku pembimbing akademik serta

selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing II atas

kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis/

5. Ibu Dra. Suci Murti Karini, M.Si., selaku penguji I yang telah bersedia

memberikan kritik, saran, serta masukan yang membangun

Page 8: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Bapak Drs. Rachmat Sutasman, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2

Surakarta dan Bapak Agus Budiarto, S.Pd., selaku Ketua Program Akselerasi

SMP Negeri 2 Surakarta atas segala informasi dan bantuannya.

7. Adik-adik siswa kelas VIII Program Akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta yang

telah bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Winarsih, B.A. dan Bapak Drs. Eko Sarimo,

atas semua kasih sayang, pengorbanan, nasihat, kesabaran, serta doa yang

terus dipanjatkan bagi penulis. Syukron Jazakumullahu Khoiron Katsiron.

9. Adikku tersayang, Dhimas Taufika Putra atas kasih sayang, perhatian, dan

bantuan yang telah diberikan. Semoga lancar dalam menjalankan perkuliahan.

10. Seluruh keluarga besar atas semangat, kasih sayang, doa, dan dukungannya.

11. Sahabat-sahabat terbaikku, Nopik, Ayuk, Aris, Retno, Cece, Krisna, Rofa,

yang selalu memberikan motivasi bagi penulis. Jazakillah Khoir.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS,

khususnya angkatan 2006 untuk semangat dan kebersamaannya.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan.

Mudah-mudahan segala bantuan dan doa yang telah diberikan,

mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, November 2010

Penulis,

Dhian Riskiana Putri

Page 9: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KOHESIVITAS KELOMPOK

TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA

KELAS VIII PROGRAM AKSELERASI DI

SMP NEGERI 2 SURAKARTA

Dhian Riskiana Putri

G 0106042

ABSTRAK

Program akselerasi adalah program khusus dalam dunia pendidikan yang

bertujuan memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat

intelektual untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dibandingkan

dengan siswa program reguler. Program akselerasi untuk siswa-siswi

berkemampuan tinggi merupakan salah satu topik penelitian terkemuka dalam

dunia pendidikan. Siswa program akselerasi biasanya memiliki permasalahan

penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial berperan penting bagi perkembangan

remaja agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Penyesuaian

sosial seorang remaja dipengaruhi oleh faktor internal, seperti konsep diri,

gambaran diri, body image, kepribadian, dan lain sebagainya, serta dipengaruhi

oleh faktor eksternal, seperti lingkungan keluarga dan masyarakat sosial,

pendidikan, kemampuan sosial, serta persahabatan atau kohesivitas kelompok

teman sebaya, dan lain-lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image

dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada siswa

kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakata. Penelitian

ini menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian yang disebut sebagai

penelitian populasi, sehingga tidak menggunakan teknik pengambilan sampel.

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala penyesuaian

sosial, skala body image, dan skala kohesivitas kelompok teman sebaya. Analisis

yang digunakan adalah analisis regresi dua prediktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 72,023, p 0,05, dan

nilai R = 0,878. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis

dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang sgnifikan antara

body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial

pada siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta. Nilai R2

dalam penelitian ini sebesar 0,770 atau 77%, sumbangan efektif body image

terhadap penyesuaian sosial sebesar 5,2668% dan sumbangan efektif kohesivitas

kelompok teman sebaya terhadap penyesuaian sosial sebesar 71,7332%.

Sumbangan relatif body image terhadap penyesuaian sosial sebesar 6,84% dan

sumbangan relatif kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap penyesuaian

sosial sebesar 93,16%.

Kata kunci: penyesuaian sosial, body image, kohesivitas kelompok teman

sebaya

Page 10: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY IMAGE AND PEER GROUP

COHESIVENESS WITH SOCIAL ADJUSTMENT ON THE EIGHT

GRADE STUDENTS OF ACCELERATION PROGRAM IN

SMP NEGERI 2 SURAKARTA

Dhian Riskiana Putri

G 0106042

ABSTRACT

Acceleration program is specially program in education world.

Acceleration program’s aim is to give suitable service education for gifted

children to finished their education faster than students of regular program.

Acceleration program for gifted student is one of popular research topic in

education world. Students of acceleration program usually had social adjustment

problem. Social adjustment was instrumental for the development of adolescent so

that can establish good relationship with other. Social adjustment an adolescent

influenced by internal factor, such as self-concept, self-image, body-image,

personality, etc., and also influenced by external factor, such as social and family

environment, education, social ability, friendship or peer group cohesiveness, etc. This research’s aim is to know the relation between body image and peer

group cohesiveness with sosial adjustment on the eight grade students of

acceleration program in SMP Negeri 2 Surakarta. This research subject is the eight

grade students of acceleration program in SMP Negeri 2 Surakarta. This research

used all population as research subject called population research, so this research

is not used sampling. The instruments of this research are social adjustment scale,

body image scale, and peer group cohesiveness scale. The analysis method of this

research is used two-predictor regression.

The result showed that the value of F-test = 72,023, p 0,05, and the

value of R = 0,878. The result could be concluded that the hypothesis of this

research was received, and there was a significant relationship between body

image and peer group cohesiveness with social adjustment on the eight grade

students of acceleration program in SMP Negeri 2 Surakarta. The value of R2 in

this research is 0,770 or 77%, the effective contribution of body image is 5,2668%

and the effective contribution of peer group cohesiveness is 71,7332%. The

relative contribution of body image is 6,84% and the relative contribution of peer

group cohesiveness is 93,16%.

Keywords: social adjustment, body image, peer group cohesiveness

Page 11: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ……………………………….. iv

MOTTO ……………………………………………………………………….. v

PERSEMBAHAN …………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... vii

ABSTRAK …………………………………………………………………….. ix

ABSTRACT …………………………………………………………………... x

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 10

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 10

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 11

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian penyesuaian sosial ………………………………….. 13

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial ………... 14

Page 12: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

3. Aspek-aspek penyesuaian sosial ……………………………….. 17

4. Bentuk-bentuk penyesuaian sosial ……………………………... 19

B. Body Image

1. Pengertian body image …………………………………………. 22

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image ………………... 23

3. Aspek-aspek body image ……………………………………….. 25

4. Body image pada remaja ……………………………………….. 26

C. Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

1. Pengertian kohesivitas ………………………………………….. 27

2. Pengertian kelompok teman sebaya ………………………...….. 29

3. Pengertian kohesivitas kelompok teman sebaya …...…………... 31

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas

kelompok teman sebaya ………………………………….…….. 33

5. Aspek-aspek kohesivitas kelompok teman sebaya …...………... 35

6. Pengelompokan kelompok teman sebaya …………………........ 36

7. Kelompok teman sebaya pada remaja ...………………………... 38

D. Siswa Program Akselerasi

1. Pengertian program akselerasi ………………………………..... 40

2. Tujuan program akselerasi ……………………………………... 41

3. Keunggulan dan kelemahan program akselerasi ……………….. 42

E. Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas Kelompok

Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa

Program Akselerasi ………………………………………………… 44

Page 13: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

F. Kerangka Pikir ……………………………………………………... 49

G. Hipotesis ……………………………………………………………. 50

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………….. 51

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian …………………………... 51

C. Populasi dan Sampel ……………………………………………….. 53

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data …………………………………………………...... 54

2. Metode pengumpulan data ……………………………………... 55

E. Metode Analisis Data

1. Validitas instrumen penelitian ………………………………….. 62

2. Reliabilitas instrumen penelitian ……………………………….. 64

3. Uji hipotesis ……………………………………………………. 65

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi kancah penelitian …………………………………….. 67

2. Persiapan penelitian …………………………………………….. 73

3. Pelaksanaan uji coba ……………………………………………. 79

4. Uji validitas dan reliabilitas …………………………………….. 80

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan subjek penelitian ……………………………………. 86

2. Pengumpulan data ……………………………………………… 87

3. Pelaksanaan skoring ……………………………………………. 88

Page 14: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

4. Penyusunan nomor aitem baru untuk penghitungan

analisis data ……………………………………………………. 89

C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi

1. Uji asumsi dasar ………………………………………………... 91

2. Uji asumsi klasik ……………………………………………….. 94

3. Uji hipotesis …………………………………………………….. 99

4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif ……………………. 102

5. Uji korelasi …………………………………………………..... 103

6. Analisis deskriptif ……………………………………………... 105

D. Pembahasan ……………………………………………………….. 109

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………... 114

B. Saran ………………………………………………………………. 115

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 119

LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 127

Page 15: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable ……………….. 57

Tabel 2. Blue Print Skala Body Image ………………………………………... 58

Tabel 3. Blue Print Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya …………… 60

Tabel 4. Blue Print Skala Penyesuaian Sosial ………………………………... 61

Tabel 5. Penentuan Kriteria Indeks Reliabilitas ……………………………… 65

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Body Image ………………………………… 75

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya ….... 77

Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Penyesuaian Sosial ……………………….... 78

Tabel 9. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Body Image ……………... 82

Tabel 10. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Kohesivitas

Kelompok Teman Sebaya …………………………………………… 83

Tabel 11. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penyesusian Sosial ……… 85

Tabel 12. Jumlah Siswa Kelas VIII Program Akselerasi SMP Negeri 2

Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ………………………………. 86

Tabel 13. Tingkat Body Image Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin… 87

Tabel 14. Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Body Image …………………… 89

Tabel 15. Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Kohesivitas Kelompok

Teman Sebaya ……………………………………………………….. 90

Tabel 16. Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Penyesuaian Sosial ………….... 90

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas ……………………………………………….... 91

Tabel 18. Hasil Uji Linearitas antara Penyesuaian Sosial dengan Body Image ... 93

Page 16: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas antara Penyesuaian Sosial dengan Kohesivitas

Kelompok Teman Sebaya …………………………………………… 93

Tabel 20. Hasil Uji Multikolinieritas …………………………………………... 95

Tabel 21. Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Penyesuaian Sosial dengan

Body Image ………………………………………………………….. 96

Tabel 22. Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Penyesuaian Sosial dengan

Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya ……………………………… 97

Tabel 23. Hasil Uji Otokorelasi ………………………………………………. 98

Tabel 24. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) ………………. 100

Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Anova) ……….…………. 101

Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Model Summary) ………. 101

Tabel 27. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) ………………………. 103

Tabel 28. Korelasi Tiap-Tiap Variabel Bebas dengan Variabel Tergantung … 104

Tabel 29. Deskripsi Data Empirik …………………………………………….. 105

Tabel 30. Deskripsi Data Penelitian …………………………………………... 106

Tabel 31. Kriteria Kategori Skala Penyesuaian Sosial dan Distribusi

Skor Subjek ……………………………………………………….... 107

Tabel 32. Kriteria Kategori Skala Body Image dan Distribusi Skor Subjek ….. 108

Tabel 33. Kriteria Kategori Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya dan

Distribusi Skor Subjek …………………………………………….. 109

Page 17: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala untuk Try Out dan Penelitian ……………………………. 127

Lampiran B. Data Try Out ……………………………………………………. 140

Lampiran C. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………… 159

Lampiran D. Data Penelitian ………………………………………………….. 176

Lampiran E. Data Hasil Penelitian ……………………………………………. 194

Lampiran F. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ……………………. 197

Lampiran G. Data Kategorisasi ……………………………………………….. 202

Lampiran H. Surat Ijin Penelitian dan Surat Tanda Bukti Penelitian ………… 206

Lampiran I. Dokumentasi ……………………………………………………... 209

Page 18: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap manusia, bahkan dapat

dikatakan sebagai suatu kebutuhan. Pelayanan pendidikan di Indonesia bagi

siswa-siswi berinteligensi tinggi semakin meningkat ditandai dengan munculnya

fenomena penyelenggaraan program percepatan belajar (kelas akselerasi) pada

tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.

Program akselerasi untuk siswa-siswi berkemampuan tinggi merupakan

salah satu topik penelitian terkemuka dalam dunia pendidikan (Neihart, 2007).

Menurut Hawadi (2004) akselerasi adalah kemajuan yang diperoleh dalam

program pengajaran pada waktu yang lebih cepat dan dalam usia yang lebih muda

daripada usia konvensional atau reguler. Tujuan dari program akselerasi adalah

memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat intelektual

untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal.

Kelas akselerasi pada awalnya dianggap sebagai solusi terbaik untuk

memenuhi kebutuhan belajar bagi siswa dengan IQ tinggi, hal ini sesuai dengan

pendapat Terman (dalam Hawadi, 2004) yang menyatakan bahwa siswa dengan

IQ di atas normal memiliki keunggulan dalam hal kesehatan, penyesuiaan

sosial, dan sikap moral. Pendapat ini memunculkan mitos bahwa siswa dengan IQ

tinggi adalah anak yang berbahagia dan mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial, namun sebagian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

Page 19: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kelas akselerasi tidak sebaik yang diharapkan serta ditengarai membawa dampak

negatif pada kehidupan sosial siswa. Siswa menjadi berkurang kesempatannya

untuk bergaul dan berinteraksi dengan teman sebaya.

Kurikulum program akselerasi menuntut siswa untuk dapat bekerja

keras, mandiri, disiplin, dan bertanggungjawab, karena beban siswa akselerasi

tidak sama bahkan jauh lebih berat dibandingkan dengan siswa pada program

reguler. Permasalahan ini sering kali membuat siswa akselerasi lebih banyak

menghabiskan waktu untuk belajar, sehingga waktu untuk bermain bersama teman

sebaya menjadi berkurang (Maimunah, 2009).

Para peneliti di bidang pendidikan memperkirakan bahwa sekitar 20-25%

dari anak-anak berbakat mengalami masalah-masalah sosial dan emosional.

Widodo (2006) mengungkapkan sebesar 15% siswa yang mengikuti program

akselerasi menjadi introvert, tidak mampu mengungkapkan gagasan dan pendapat,

serta mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Fakta tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian berjudul ”Manajemen Sekolah Unggulan Program

Akselerasi di SD H. Isriati Baiturrahman Semarang” yang dilakukan Endah

(dalam Maghviroh, 2009) bahwa anak berbakat siswa akselerasi memiliki

kesulitan penyesuaian sosial.

Masalah penyesuaian sosial anak berbakat juga disebabkan karena adanya

karakteristik anak berbakat yaitu kurang dapat bergaul, seperti dikemukakan

Munandar (dalam Rahmawati dan Hartati, 2007) bahwa anak berbakat

mempunyai ciri-ciri sosial diantaranya sukar bergaul dengan teman sebaya dan

sukar menyesuaikan diri dalam berbagai bidang. Hasil penelitian Iswinarti (2002)

Page 20: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menyebutkan bahwa sebagian anak dengan IQ tinggi akan mengalami kesulitan

dalam penyesuaian sosial, karena anak dengan IQ tinggi mempunyai pemahaman

yang lebih cepat dan cara berpikir yang lebih maju, sehingga sering tidak sepadan

dengan teman sebaya. Terdapat kcenderungan, anak berbakat hanya akan

berteman akrab dengan teman yang memiliki kepandaian setingkat. Bergaul

dengan teman yang mempunyai kepandaian setingkat, menyebabkan anak

berbakat merasa mendapatkan teman sepadan untuk berdiskusi sebagai sarana

memenuhi hasrat keingintahuan siswa akselerasi yang cukup besar.

Penelitian penyesuaian sosial siswa akselerasi dilakukan pada siswa kelas

VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta karena beberapa alasan,

diantaranya ialah saat ini di Kota Surakarta hanya terdapat dua SMP yang

menyelenggarakan program akselerasi, yaitu SMP Negeri 2 Surakarta dan SMP

Negeri 9 Surakarta. Beberapa tahun yang lalu, SMP Negeri 1 Surakarta dan SMP

Negeri 4 Surakarta juga menyelenggarakan program akselerasi, namun saat ini

kedua SMP tersebut sudah beralih menyelenggarakan program pendidikan khusus

lainnya, yaitu program Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI).

Berdasarkan hasil survey, interview, dan observasi yang telah dilakukan peneliti,

dapat diketahui bahwa SMP Negeri 2 Surakarta belum pernah dipakai sebagai

tempat penelitian oleh peneliti lain dalam bidang akselerasi, sedangkan SMP

Negeri 9 Surakarta sudah pernah dijadikan tempat penelitian oleh peneliti

sebelumnya dalam bidang akselerasi. Berdasarkan beberapa alasan tersebut,

peneliti memutuskan SMP Negeri 2 Surakarta sebagai lokasi penelitian mengenai

penyesuaian sosial siswa akselerasi.

Page 21: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta dimulai pada tahun 2005

hingga saat ini masih berjalan. Sejak tahun 2005, program akselerasi di SMP

Negeri 2 Surakarta selalu menduduki peringkat pertama dalam pencapaian nilai

UAN tertinggi se-ekskaresidenan Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan salah satu guru pengampu kelas akselerasi yang juga

merupakan ketua program akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta, dapat diketahui

bahwa siswa akselerasi lebih memiliki kemampuan berpikir dewasa serta

mempunyai tanggung jawab lebih besar jika dibandingkan dengan siswa reguler,

karena adanya tuntutan tugas yang berat bagi siwa akselerasi. Permasalahan yang

tampak pada siswa akselerasi biasanya kurang bisa bergaul dengan teman dan

terlihat kaku dalam pergaulan, sehingga memunculkan masalah dalam

penyesuaian sosial. Hal ini terjadi karena adanya tekanan akademik yang

menyebabkan siswa akselerasi sangat terpaku pada tugas-tugas yang diberikan.

Usia siswa-siswa SMP dapat dikategorikan ke dalam masa remaja awal,

yaitu berkisar antara umur 12-15 tahun (Monks dkk., 2004). Masa remaja secara

global berlangsung antara umur 12 sampai dengan umur 21 tahun, dengan

pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa

remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Ali dan Asrori

(2004) mengungkapkan batasan usia pada masa remaja berlangsung sekitar umur

13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa ketika individu duduk di bangku

sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi

remaja itu sendiri, maupun bagi keluarga, ataupun juga bagi lingkungannya. Allan

dkk. (2005) menyatakan bahwa periode perkembangan remaja awal memberikan

Page 22: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

banyak pengalaman menarik bagi individu mengenai berbagai macam perubahan

yang dialami, diantaranya ialah perubahan biologis atau sering disebut dengan

pubertas, perubahan dalam hubungan sosial dengan keluarga dan teman sebaya

(peers), dan perubahan dalam bidang pendidikan yang biasanya terjadi pada saat

individu berada pada sekolah menengah.

Baker dkk. (1998) menjelaskan bahwa permasalahan yang banyak dialami

oleh siswa berbakat sering terjadi pada sekolah dasar tingkat akhir atau pada masa

sekolah menengah. Dilihat dari perspektif perkembangan sosial, anak pada usia

tersebut sangat mungkin melakukan perbandingan dengan orang lain dan

melakukan penilaian terhadap diri sendiri melalui proses perbandingan sosial.

Penolakan dan penerimaan teman sebaya menjadi hal yang penting pada usia

tersebut. Beberapa siswa berbakat memberikan perhatian yang lebih pada usaha

untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar atau norma suatu kelompok agar

dapat diterima dalam kelompok tersebut. Dilihat dari perspektif ketrampilan

akademik, saat siswa duduk di sekolah dasar tingkat akhir atau sekolah menengah,

pihak sekolah telah memberikan beberapa tuntutan khusus yang harus mampu

dilakukan oleh siswa, seperti manajemen waktu, kemampuan dan ketrampilan

belajar efektif, ketrampilan memecahkan masalah, dan sebagainya, sehingga

remaja awal yang memiliki bakat dan kecerdasan istimewa sering mengalami

permasalahan klinis (berhubungan dengan kesehatan mental) dan permasalahan

sosial (berhubungan dengan individu lain dan lingkungan sosial).

Page 23: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Remaja awal adalah waktu ketika seorang individu mengalami banyak

perubahan. Biasanya pada tahap remaja awal, individu mulai meninggalkan masa

kecil dan mulai merasa nyaman pada kehidupan di sekolah menengah bersama

beberapa siswa dan guru. Remaja awal juga merupakan waktu ketika anak

berkembang secara mental, menentukan identitas diri, dan mengambil peran

dalam kehidupan sosial (Holcomb dan McCoy, 2005). Pengaruh teman sebaya

menurut pendapat Papalia dkk. (2009) paling kuat di saat masa remaja awal,

biasanya memuncak di usia 12-13 tahun serta menurun pada masa remaja

pertengahan dan masa remaja akhir.

Memasuki masa remaja, anak mulai melepaskan diri dari ikatan emosi

dengan orang tua dan menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman sebaya.

Havighurst (1972) menjelaskan beberapa tugas perkembangan remaja yang

berhubungan dengan perkembangan sosial emosional, yaitu menjalin hubungan

dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai suatu peran sosial,

melakukan perilaku sosial yang diharapkan, dan mencapai suatu kemandirian

sosial dari orang tua ataupun orang dewasa lainnya. Salah satu tugas

perkembangan pada masa remaja yang paling sulit ialah berhubungan dengan

penyesuaian sosial.

Peningkatan keintiman, keakraban, dan komitmen terhadap kelompok

teman sebaya tampak pada tahap remaja awal sampai dengan tahap remaja tengah

(Joronen, 2005). Selama masa remaja, individu berusaha meningkatkan kualitas

hubungan dengan lingkungan sosial. Remaja menjadi lebih kohesif, menjadi

anggota suatu kelompok, dan bergabung dalam suatu kelompok tertentu. Kualitas

Page 24: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

keakraban pertemanan memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial remaja.

Huurre (2000) berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi

pada masa remaja menyebabkan remaja merasa perlu memiliki hubungan yang

baik dengan orang tua, saudara, sahabat, teman, dan personil sekolah. Teman

sebaya memainkan peran yang penting bagi remaja untuk mencapai kemandirian,

meningkatkan hubungan dengan kelompok teman sebaya, meningkatkan

keakraban, sebagai tempat berbagi pikiran ataupun perasaan sebagai dasar

pembentukan persahabatan.

Rabow (dalam Budiharto dan Koentjoro, 2004) mendefinisikan

kohesivitas kelompok sebagai suatu pola hubungan persahabatan yang

mempunyai ikatan untuk saling tolong menolong antar anggota kelompok. Baron

dan Byrne (2005) mengartikan persahabatan sebagai suatu bentuk hubungan

antara dua individu atau lebih. Individu-individu tersebut menghabiskan waktu

bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, juga saling memberikan dukungan

emosional satu sama lain. Cassidy dkk. (2003) menjelaskan bahwa kesamaan

sikap dan nilai menjadi dasar penting bagi pembentukan persahabatan. Sears dkk.

(1991) mengemukakan bahwa apabila individu sebagai anggota suatu kelompok

saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dalam ikatan persahabatan, maka

kohesivitas kelompok tersebut akan semakin tinggi.

Kohesivitas atau kebersamaan dalam lingkungan keluarga memberikan

pengaruh pada proses penyesuaian sosial dan pencarian identitas diri seorang

remaja (Schwartz, 2007). Dukungan dan kohesivitas kelompok teman sebaya

(peer group), dukungan dari guru, serta kondisi lingkungan sekolah juga

Page 25: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

berpengaruh terhadap konsep diri dan sosialisasi pada remaja awal. Hasil

penelitian Tabassan dan Rafiq (1993) menyebutkan adanya perbedaan

penyesuaian sosial diantara individu yang memiliki kelompok pertemanan dengan

individu yang tidak memiliki kelompok pertemanan. Individu sebagai anggota

suatu kelompok pertemanan lebih mudah menyesuaikan diri, lebih percaya diri,

memiliki penyesuaian sosial dan emosional yang baik, serta mampu menjalankan

tugas perkembangan secara maksimal.

Remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya, akan

memperhatikan karakteristik personal dan karakteristik sosial teman sebaya,

misalnya dari segi usia, tingkat kecerdasan, dan juga penampilan fisik (Cassidy

dkk., 2003). Remaja cenderung memilih teman atau sahabat yang serupa dalam

masalah gender, suku bangsa, sikap dan prestasi akademis (Papalia dkk., 2009).

Remaja mulai lebih mengandalkan teman dibanding dengan orang tua untuk

mendapatkan kedekatan dan dukungan secara sosial.

Havighurst (1972) berpendapat bahwa perubahan dan perkembangan fisik

yang pesat pada remaja membuat remaja menjadi lebih memperhatikan tubuh dan

penampilan fisik, yang juga berpengaruh terhadap interaksi remaja dengan orang

lain di lingkungan sekitar, terutama dengan teman sebaya. Pendapat ini diperkuat

oleh Blyth dkk. (1985) bahwa hubungan dan interaksi dengan orang lain

memungkinkan remaja melakukan perbandingan fisik dengan teman sebaya.

Salah satu aspek psikologis dari pertumbuhan fisik pada masa remaja

adalah remaja seringkali membangun citra sendiri mengenai tubuh. Perhatian

yang berlebihan terhadap citra tubuh atau sering disebut sebagai body image ini

Page 26: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

lebih mencolok selama masa pubertas, pada tahap remaja awal dibandingkan

dengan tahap remaja tengah atau akhir masa remaja (Santrock, 2007). Perhatian

terhadap body image seorang individu sangat kuat terjadi pada remaja yang

berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-

laki. Thompson (2000) mengungkapkan bahwa perkembangan pada masa

pubertas memberikan dampak dan perubahan fisik maupun psikologis bagi remaja

perempuan dan juga remaja laki-laki, terutama berkaitan dengan perkembangan

body image.

Body image telah menjadi permasalahan yang banyak dialami remaja laki-

laki dan remaja perempuan berusia 11-24 tahun (Wade dkk., 2009). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Fallon dan Rozin (dalam Prevos, 2005)

menyebutkan bahwa permasalahan body image dialami oleh remaja perempuan

dan juga remaja laki-laki. Sebesar 70% remaja perempuan merasa tidak puas

dengan bentuk tubuh, sedangkan sebesar 30% remaja laki-laki merasa bahwa

bentuk tubuh yang dimiliki sangat jauh dari gambaran tubuh ideal yang

didambakan. Fakta ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Schur,

dkk. (dalam Skemp-Arlt & Mikat, 2007) menunjukkan bahwa 52% remaja

perempuan dan 48% remaja laki-laki berusaha menurunkan berat badan, untuk

bisa memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan gambaran ideal. Thompson

(2000) menjelaskan hanya sebesar 28% remaja laki-laki dan 15% remaja

perempuan merasa puas terhadap seluruh bagian tubuh.

Page 27: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Remaja mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penampilan fisik

(Monks dkk., 2004). Apabila remaja mampu menerima keadaan fisik dengan rasa

puas, remaja akan mampu melakukan penyesuaian dengan baik. Apabila remaja

mempunyai persepsi negatif mengenai bentuk tubuh, hal ini dapat mempengaruhi

proses sosialisasi pada individu tersebut. Hasil penelitian Ramirez dan Rosen

(2001) menyatakan adanya hubungan signifikan antara body image dengan

penyesuaian psikologis.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: ”Hubungan antara Body Image dan

Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa

Kelas VIII Program Akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan

adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara body image dan kohesivitas

kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program

akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body

image dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada

siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta.

Page 28: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapat adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai

body image, kohesivitas kelompok teman sebaya, dan penyesuaian sosial

dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial, psikologi

pendidikan, dan psikologi perkembangan, atau studi psikologi pada umumnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi orang tua, dapat memberikan wawasan tentang body image dan

kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial, sehingga

dapat memberikan lingkungan yang sesuai bagi anak akselerasi agar

memiliki penyesuaian sosial yang baik.

b. Bagi guru, dapat memberikan masukan dalam rangka menerapkan metode

pendidikan yang sesuai pada siswa akselerasi serta memberikan masukan

sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kekurangan dan

kelemahan program akselerasi yang selama ini diterapkan.

c. Bagi siswa, menambah pengetahuan tentang body image dan kohesivitas

kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial, sehingga dapat

menjadi pertimbangan untuk mengembangkan body image positif dan

menjalin hubungan persahabatan dengan kelompok teman sebaya agar

dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik.

Page 29: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

d. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

melakukan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai

hubungan antara body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya

dengan penyesuaian sosial pada siswa program akselerasi, dan dapat

dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

Page 30: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian penyesuaian sosial

Walgito (2004) berpendapat bahwa penyesuaian dalam arti luas yaitu

apabila individu dapat meleburkan diri dengan keadaan lingkungan sekitar,

atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

diri individu. Fahmi (dalam Sobur, 2003) mengatakan bahwa penyesuaian

adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah

perilaku individu, demi terciptanya hubungan yang lebih serasi antara diri

dengan lingkungan.

Penyesuaian sosial sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi

dan menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompok pada khususnya (Hurlock, 2004). Penyesuaian sosial adalah

kesanggupan untuk bereaksi secara aktif dan harmonis terhadap realitas

ataupun situasi sosial, mampu mengadakan reaksi sosial yang sehat,

menghargai hak-hak sendiri dalam masyarakat, serta dapat bergaul dengan

orang lain di lingkungan sosial (Kartono, 2005). Penyesuaian sosial dapat

berlangsung karena adanya dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhan

sosial, yaitu untuk mencapai keseimbangan antara tuntutan sosial dengan

harapan yang ada dalam diri individu.

Page 31: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk mematuhi norma-

norma dan peraturan sosial kemasyarakatan (Mu’tadin, 2002). Setiap

masyarakat memiliki aturan dengan sejumlah ketentuan dan norma atau

nila-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.

Pada saat proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan

kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut, kemudian mematuhinya.

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,

dapat dijelaskan bahwa penyesuaian sosial adalah kemampuan individu

untuk menyesuaikan diri dengan kelompok maupun lingkungan sosial,

mereaksi secara tepat terhadap realitas dan situasi sosial yang terjadi dengan

mematuhi norma-norma peraturan sosial kemasyarakatan, yang merupakan

kebutuhan kehidupan sosial tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri

maupun lingkungan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial

Schneiders (1985) berpendapat bahwa faktor lingkungan keluarga

dan sekolah dapat mempengaruhi penyesuaian sosial seseorang, dengan

penjelasan sebagai berikut:

a. Penyesuaian dalam keluarga atau rumah

1) Hubungan yang sehat di antara keluarga

Hubungan ini ditandai dengan adanya penyesuaian yang baik antara

anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lainnya,

sehingga ada rasa kasih sayang antara anggota keluarga.

Page 32: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Kemampuan untuk menerima otoritas orang tua

Kemampuan untuk menerima otoritas orang tua perlu diterapkan

kepada anak, dan anak harus bisa menerima disiplin orang tua. Patuh

terhadap otoritas orang tua merupakan langkah penting menuju

penyesuaian yang baik di lingkungan masyarakat.

b. Penyesuaian sosial di sekolah

1) Hormat dan mau menerima otoritas yang ada di sekolah.

2) Menunjukkan rasa tebaik dan partisipasi dalam kegiatan sosial.

3) Menjalin hubungan yang baik dengan teman dan guru.

4) Mau menerima larangan dan tanggung jawab.

5) Membantu sekolah untuk melaksanakan tujuan sesuai dengan

fungsinya.

Menurut Ali dan Asrori (2004) faktor yang mempengaruhi proses

penyesuaian sosial pada remaja, yaitu:

a. Kondisi fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat

mempengaruhi penyesuaian sosial pada remaja adalah hereditas,

konstitusi fisik, sistem utama tubuh, serta kesehatan fisik.

b. Kepribadian, kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap

penyesuaian sosial adalah kemauan dan kemampuan untuk berubah,

pengaturan diri, realisasi diri, juga inteligensi.

c. Edukasi atau pendidikan, hal-hal terkait dengan edukasi atau pendidikan

yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial individu adalah belajar,

pengalaman, latihan, dan determinasi diri.

Page 33: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d. Lingkungan, lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap

penyesuaian sosial remaja meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, serta lingkungan masyarakat.

Hurlock (2004) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian sosial, sebagai berikut:

a. Hal-hal yang dipengaruhi dari kelahiran; merupakan sifat dasar

seseorang, misalnya sifat pemalu, pendiam, yang melalui latihan atau

bimbingan teratur, lambat laun akan berubah.

b. Penyesuaian dan kebutuhan pribadi; artinya dalam proses penyesuaian,

masing-masing individu berbeda-beda, tergantung pada persepsi

individu terhadap kebutuhan-kebutuhan. Persepsi seseorang terhadap

penyesuaian dan kebutuhan pribadi akan mempengaruhi penyesuaian

individu dengan lingkungan sosial.

c. Penyesuaian dan pembentukan kebiasaan; individu yang terbiasa

terpenuhi keinginannya, akan selalu menuntut lingkungan untuk

memenuhi apa yang diinginkan. Hal inilah yang harus dilatih sedini

mungkin, agar individu dapat menyesuaikan diri dengan hal-hal baru

yang ada di luar diri individu tersebut.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditunjukkan bahwa

faktor–faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial antara lain ialah

penyesuaian di rumah, penyesuaian di sekolah, kondisi fisik, kepribadian,

pendidikan, lingkungan, faktor kelahiran, kebutuhan pribadi, dan

pembentukan kebiasaan.

Page 34: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Aspek-aspek penyesuaian sosial

Hurlock (2004) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian

sosial sebagai berikut:

a. Penampilan nyata (overt performance), penampilan yang diperlihatkan

individu yang sesuai dengan norma yang berlaku di dalam kelompok.

Hal ini berarti individu tersebut mampu memenuhi harapan kelompok

dan diterima sebagai anggota suatu kelompok.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik

kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa, secara sosial

dapat dianggap sebagai individu yang mampu menyesuaikan diri.

c. Sikap sosial, individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan

terhadap orang lain, ikut berpartisipasi sosial, serta menjalankan peran

dalam kelompok sosial.

d. Kepuasan pribadi, ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan

bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok dan

mampu menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

Menurut Soekanto (2003) ada beberapa aspek yang dapat mendasari

penyesuaian sosial seseorang yaitu:

a. Imitasi atau meniru, imitasi tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi

ada aspek psikologis lain yang ikut berperan, yaitu sifat menerima dan

mengagumi terhadap apa yang sedang diimitasi.

b. Identifikasi, merupakan dorongan menjadi identik dengan orang lain.

Page 35: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Simpati, simpati merupakan suatu proses yang diawali oleh suatu

perasaan tertarik pada pihak lain, sehingga aspek emosi memegang

peranan penting.

Kartono (2005) berpendapat bahwa aspek-aspek penyesuaian sosial

terdiri dari:

a. Memiliki perasaan atau afeksi yang kuat, harmonis, dan seimbang;

sehingga selalu merasa bahagia dan mampu bersikap hati-hati.

b. Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrasi secara utuh; ditandai

dengan adanya kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang lain,

mempunyai sikap tanggung jawab, memahami orang lain, dan

kemampuan untuk mengontrol diri.

c. Mempunyai relasi sosial yang memuaskan, ditandai dengan kemampuan

bersosialisasi dengan baik dan ikut berpartisipasi dalam kelompok.

d. Mempunyai struktur sistem syaraf yang sehat dan memiliki ketahanan

psikis untuk mengadakan adaptasi.

e. Mempunyai kepribadian yang produktif, dapat merealisasikan diri

dengan melaksanakan perbuatan sosial.

Schneiders (1985) menyatakan bahwa aspek-aspek penyesuaian

sosial meliputi:

a. Keharmonisan diri pribadi, kemampuan individu untuk menerima

keadaan diri sendiri.

b. Kemampuan mengatasi ketegangan konflik dan frustrasi, kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan diri tanpa mengganggu kondisi emosi.

Page 36: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c. Keharmonisan dengan lingkungan, kemampuan individu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa aspek-aspek

penyesuaian sosial yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap

berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

4. Bentuk-bentuk penyesuaian sosial

Bentuk penyesuaian sosial, yakni akomodasi yang artinya

penyesuaian diri untuk bertindak sesuai dengan hal yang baru dalam

lingkungan, dan asimilasi berarti mendapatkan kesan-kesan baru

berdasarkan pada pola-pola penyesuaian yang sudah ada (Piaget dalam

Sears dkk., 1991). Meichati (1983) mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk

penyesuaian pada umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu penyesuaian

yang baik dan penyesuaian yang terganggu.

a. Penyesuaian sosial yang baik

Hurlock (2004) memberikan empat kriteria sebagai ciri

penyesuaian sosial yang baik, yaitu:

1) Melalui sikap dan tingkah laku nyata (overt performance) yang

diperlihatkan remaja. Apabila tingkah laku nyata seorang remaja

sesuai dengan norma kelompok, maka remaja mampu memenuhi

harapan kelompok dan diterima menjadi anggota kelompok tersebut.

2) Apabila remaja dapat menyesuaikan diri dengan setiap kelompok

yang dimasuki.

Page 37: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Pada penyesuaian diri yang baik, remaja memperlihatkan sikap yang

menyenangkan terhadap orang lain, memiliki keiginan untuk ikut

terlibat dan berpartisipasi sosial, serta mampu menjalankan peran

sebagai anggota kelompok.

4) Adanya rasa puas dan bahagia yang dimiliki individu karena dapat

turut serta mengambil bagian dalam aktivitas kelompok, teman

sebaya, ataupun orang dewasa lainnya.

Selanjutnya Hurlock (2004) berpendapat bahwa individu yang

dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu mempelajari

ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan, ketrampilan menjalin

hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun

orang yang tidak dikenal sehingga sikap individu terhadap orang lain

akan menyenangkan, misalnya kesediaan membantu orang lain meski

sedang mengalami kesulitan.

b. Penyesuaian sosial yang terganggu

Penyesuaian sosial yang dilakukan individu terhadap

lingkungan sosial tidak selamanya berhasil dengan baik, terkadang juga

mengalami kesulitan atau gangguan. Manifestasi dari kesulitan

penyesuaian sosial akan mengganggu keseimbangan individu dalam

kehidupan sehari-hari. Semiun (2006) menjelaskan bahwa penyesuaian

yang baik diperoleh individu melalui proses belajar yang tidak terjadi

dengan sendirinya. Apabila terjadi hubungan yang kurang lancar dengan

orang lain, individu akan mengalami tekanan batin dan juga hambatan-

Page 38: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

hambatan dalam melakukan tugas-tugas perkembangan, seperti timbul

rasa kecewa, frustrasi, tidak dapat mengatasi masalah dengan baik,

bahkan sampai mengganggu kesehatan jiwa.

Hurlock (2004) menyatakan bahwa penyesuaian sosial yang

terganggu ditandai dengan adanya sifat egosentris, cenderung menutup

diri, tidak sosial atau anti sosial, mengalami hambatan dalam menjalin

hubungan dengan orang lain. Kondisi yang menyebabkan kesulitan

dalam penyesuaian sosial, antara lain:

1) Apabila pola perilaku yang buruk dikembangkan di lingkungan

rumah, mengakibatkan anak mengalami kesulitan penyesuaian di

luar rumah.

2) Apabila lingkungan rumah kurang memberikan model atau contoh

perilaku yang layak untuk ditiru anak, kemungkinan anak akan

mengalami hambatan serius dalam penyesuaian sosial diluar rumah.

3) Kurang memberikan motivasi kepada anak untuk belajar meletakkan

penyesuaian sosial yang baik, akibatnya anak tidak mendapatkan

bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar dari

individu yang lebih dewasa.

Page 39: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Body Image

1. Pengertian body image

Chaplin (2005) mengartikan body image adalah ide seseorang

mengenai penampilan diri dihadapan orang lain dan bagi orang lain. Papalia

dkk. (2009) menyatakan bahwa body image merupakan gambaran dan

evaluasi individu tentang penampilan fisik diri sendiri. Thompson (2000)

mengungkapkan body image adalah evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat

tubuh, ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah kepada penampilan fisik

seseorang. Menurut Eysenck dkk. (dalam Thompson, 2000) menyatakan

bahwa body image pada umumnya merupakan wadah pikiran mengenai

tubuh seseorang yang bersifat dinamis, senantiasa berubah menurut

informasi yang diterima dari lingkungan di sekitar individu.

Body image ialah persepsi mental seseorang terhadap tubuh yang

dimiliki, terutama mengenai ukuran dan bentuk tubuh (Sousa, 2008). Body

image adalah bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik

(Mappiare, 1982). Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan bahwa body

image merupakan sikap seseorang terhadap tubuh yang dimiliki berupa

penilaian positif atau negatif. Na’imah dan Rahardjo (2008) menjelaskan

body image sebagai sikap seseorang terhadap tubuh, persepsi mengenai

bentuk dan ukuran tubuh berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman

sosial terhadap atribut fisik yang dimiliki, serta penilaian atau cara pandang

seseorang terhadap tubuh diri sendiri.

Page 40: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

body image adalah gambaran mental, persepsi, pikiran, dan perasaan yang

dimiliki individu terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, serta berat tubuh diri

sendiri, yang mengarah kepada penampilan fisik berupa penilaian positif

atau negatif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image

Faktor-faktor yang mempengaruhi body image menurut Cash dan

Pruzinsky (2002) adalah:

a. Media massa, isi tayangan media massa sangat mempengaruhi body

image remaja, kerena media sering menggambarkan standar tubuh ideal.

b. Keluarga, orang tua merupakan model yang penting dalam proses

sosialisasi, sehingga mempengaruhi body image anak melalui

permodelan, umpan balik, dan instruksi.

c. Hubungan interpersonal, hubungan interpersonal membuat individu

cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain, umpan balik

yang diterima individu akan mempengaruhi konsep diri termasuk

perasaan diri terhadap penampilan fisik.

Blyth dkk. (1985) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi body image antara lain:

a. Reaksi dari orang lain, individu berusaha menjalin interaksi dengan

orang lain agar dapat diterima oleh orang lain, sehingga individu akan

Page 41: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

memperhatikan pendapat atau reaksi yang dikemukakan oleh

lingkungan termasuk pendapat mengenai fisik atau tubuh.

b. Perbandingan dengan orang lain atau perbandingan dengan cultural

idea, remaja cenderung lebih peka terhadap penampilan fisik dan

seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain, teman sebaya

ataupun lingkungan sekitar.

c. Identifikasi terhadap orang lain, beberapa individu merasa perlu

mengubah penampilan agar serupa atau mendekati idola yang dianut

untuk mendapatkan pengakuan dan peneriman lingkungan.

Thompson (2000) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

body image ialah media massa, perbandingan sosial, dan jenis kelamin.

Hurlock (2004) berpendapat bahwa faktor peranan seseorang dapat

mempengaruhi body image. Tubuh bagi seorang individu berkaitan dengan

peranan yang dipegang dalam kehidupan, khususnya dalam pergaulan.

Terdapat suatu anggapan bahwa kedudukan atau peranan tertentu dalam

pergaulan, akan lebih mudah diraih oleh seseorang yang mempunyai daya

tarik fisik.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi body image adalah faktor media massa,

keluarga, jenis kelamin, perbandingan sosial, identifikasi terhadap orang

lain, dan peranan yang dipegang individu dalam kehidupan.

Page 42: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3. Aspek-aspek body image

Aspek-aspek body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002)

adalah:

a. Evaluasi penampilan (Appearance Evaluation)

Penilaian terhadap tubuh, perasaan menarik atau tidak menarik,

kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap penampilan secara

keseluruhan.

b. Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction)

Kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu,

seperti wajah, rambut, paha, pinggul, kaki, pinggang, perut, tampilan

otot, berat, ataupun tinggi badan, serta penampilan secara keseluruhan.

c. Kecemasan menjadi gemuk (overweight preocupation)

Menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan dan kewaspadaan

akan berat badan yang ditampilkan melalui perilaku nyata dalam

aktivitas sehari-hari, seperti kecenderungan malakukan diet untuk

menurunkan berat badan, serta membatasi pola makan.

d. Pengkategorian ukuran tubuh (self-classified weight)

Bagaimana seseorang memandang, mempersepsi, dan menilai berat

badan mereka.

McCabe (dalam Na’imah dan Rahardjo, 2008) menjelaskan aspek

body image terdiri dari:

a. Aspek kognisi dan afeksi terhadap tubuh, mengungkap pikiran dan

perasaan individu tentang kepuasan atau ketidakpuasan terhadap tubuh.

Page 43: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

b. Aspek perilaku, mengungkap perilaku individu yang mementingkan

bentuk tubuh dan penampilan melalui perilaku tertentu, seperti diet,

olahraga, dan perawatan tubuh.

c. Persepsi, mengungkap persepsi individu terhadap bagian tubuh tertentu.

Blyth (1985) menyatakan aspek-aspek body image melibatkan

aspek kognitif dan aspek afektif. Sousa (2008) menjelaskan bahwa body

image terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan perseptual. Thompson (2000)

menyebutkan aspek-aspek body image meliputi aspek perseptif, subjektif,

dan behavioral. Gerner dan Wilson (2005) mengungkapkan beberapa aspek

body image yaitu aspek perseptual, emosional atau subjektif, serta aspek

behavioral.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa aspek-aspek

body image yaitu evaluasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh,

kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh.

4. Body image pada remaja

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja awal atau disebut

dengan masa pubertas, sering membuat remaja merasa aneh terhadap tubuh

yang dimiliki. Remaja menjadi sensitif dan sangat memperhatikan bentuk

tubuh atau penampilan fisik (Langone dan Glickman, 2004). Remaja akan

memiliki gambaran tubuh (body image) ideal berdasarkan persepsi diri

sendiri dan cenderung bersifat subjektif. Skemp-Arlt dan Mikat (2007)

Page 44: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengatakan bahwa permasalahan body image meningkat pada masa remaja

awal sekitar usia 13-15 tahun.

Gambaran tubuh atau body image pada remaja terbentuk

berdasarkan persepsi indvidual dan juga berdasarkan penilaian orang lain.

Havighurst (1972) menyebutkan salah satu tugas perkembangan remaja

ialah bahwa remaja harus mampu menerima keadaan fisik dan

memanfaatkan fisik secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa body image pada

remaja menyebakan remaja memiliki perhatian cukup besar terhadap

penampilan fisik dan bentuk tubuh, hal ini terjadi karena adanya perubahan

fisik yang sangat cepat pada masa pubertas.

C. Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

1. Pengertian kohesivitas

Rumusan asli istilah kohesivitas adalah dari disiplin fisika yaitu

kekuatan atau daya tarik menarik diantara molekul-molekul suatu benda.

Sebagaimana yang dikemukakan Kellerman (dalam Oktaviansyah, 2008)

dengan menggunakan analogi ilmu fisika dan biologi menjelaskan

kohesivitas sebagai suatu model proses sosial, yang menganggap kelompok

sebagai molekul, atom-atom pembentuknya adalah individu-individu

anggota kelompok, sedangkan kekuatan yang mengikat atom-atom terletak

pada daya tarik interpersonal yang ada di dalam kelompok tersebut,

Page 45: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sehingga dapat dijelaskan bahwa kohesivitas merupakan daya tarik

interpersonal yang menarik anggota untuk tetap berada dalam kelompok.

Chaplin (2005) mengartikan kohesivitas sebagai rasa satu kesatuan

yang terikat dan saling mendukung sehingga menggambarkan adanya

kualitas ketergantungan di antara anggota kelompok. Sobur (2003)

menjelaskan bahwa kohesivitas bersifat subjektif, memberikan warna

emosional, dan juga memberikan arti pada anggota kelompok. Kohesivitas

adalah pola nyata dari suatu hubungan, mempertegas, dan memperkuat

hubungan. Kohesivitas merupakan derajat atau tingkat ketertarikan antar

anggota kelompok.

Festinger (dalam Baron dan Byrne, 2005) mengartikan kohesivitas

sebagai kekuatan yang mendorong anggota suatu kelompok untuk tetap

bertahan dalam kelompok, saling menyukai antar anggota, dan

mempertahankan keinginan untuk saling memilki antar anggota kelompok.

Adebayo dan Ogunleye (2010) mengartikan kohesivitas sebagai rasa

kesatuan diantara anggota suatu kelompok. Wright dan Drewery (2006)

mengemukakan bahwa kohesivitas adalah kebersamaan antar anggota

kelompok yang terjadi karena adanya ketertarikan sosioemosional antar

anggota kelompok. Ming (2004) berpendapat bahwa kohesivitas ialah

karakteristik dalam suatu kelompok yang menyebabkan para anggota

kelompok merasa sebagai satu kesatuan karena adanya kemampuan,

harapan, dan tujuan yang sama, serta saling melakukan aktivitas kelompok

secara bersama-sama.

Page 46: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Sears dkk. (1991) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai

kekompakan dan kesatuan yang dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu

kelompok. Robins (dalam Oktaviansyah, 2008) menyebutkan bahwa

semakin kohesif suatu kelompok, para anggota kelompok akan semakin

mengarah ke tujuan. Kelompok dengan tingkat kohesivitas tinggi biasanya

memiliki tingkat ketertarikan yang kuat pada masing-masing anggota

kelompok. Tingkat kohesivitas yang tinggi akan berkembang menjadi usaha

memberikan yang terbaik bagi kelompok. Oktaviansyah (2008) menjelaskan

bahwa pada kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi disertai adanya

penyesuaian yang tinggi pula terhadap kelompok dan anggota kelompok

tersebut.

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas merupakan suatu kekuatan,

kebersamaan, dan kesatuan antar anggota suatu kelompok.

2. Pengertian kelompok teman sebaya

Teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat

usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2007). Teman sebaya

(peer) adalah sumber afeksi, simpati, pengertian, tempat untuk

bereksperimen, serta tempat untuk membentuk hubungan yang mendalam

dengan orang lain (Mappiare, 1982). Lingkungan kelompok teman sebaya

(peer group) adalah lingkungan sosial pertama bagi remaja untuk belajar

hidup bersama orang lain di luar lingkungan keluarga, merupakan suatu

Page 47: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kelompok baru dengan ciri, norma, dan kebiasaan yang berbeda dengan

lingkungan keluarga.

Horrock dan Benmoff (dalam Hurlock, 2004) mengungkapkan

bahwa kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata para remaja yang

menyiapkan remaja untuk mampu melakukan penyesuaian dengan

lingkungan dan orang dewasa lainnya. Kelompok teman sebaya sebagai

tempat untuk melakukan sosialisasi melalui nilai-nilai yang berlaku pada

teman-teman sebaya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Wibowo (2004)

bahwa kelompok teman sebaya merupakan tempat bagi remaja untuk belajar

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial, membangun hubungan

keakraban (intimacy), persahabatan, dan kerjasama.

Walgito (2004) menyebutkan bahwa kelompok teman sebaya (peer

group) merupakan kelompok primer dan juga kelompok informal.

Kelompok primer adalah kelompok dengan interaksi sosial yang cukup

intensif, cukup akrab, serta memiliki hubungan yang cukup baik diantara

para anggota kelompok, sedangkan kelompok informal biasanya memiliki

norma tidak tertulis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

kelompok teman sebaya (peer group) adalah kelompok yang aggotanya

memiliki usia hampir sama, memiliki ciri, norma, kebiasaan tersendiri, serta

merupakan tempat awal bagi remaja untuk melakukan penyesuaian terhadap

lingkungan sosial.

Page 48: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Pengertian kohesivitas kelompok teman sebaya

Kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu

kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar

anggota kelompok yang bisanya senang untuk bersama-sama. Semua itu

menunjukkan adanya kesatuan, keeratan, dan saling ketertarikan antar

anggota kelompok (Gitosudarmo dan Sudita dalam Budiharto dan

Koentjoro, 2004). Berawal dari kohesivitas kelompok, akan muncul

kelompok-kelompok dalam remaja yang solid dengan tujuan, norma, dan

perilaku tertentu, yang mendukung tujuan dari kelompok tersebut.

Anggota dari kelompok yang kohesif biasanya mempunyai

kesamaan pendapat dan tindakan (Walgito, 2004). Adanya kohesivitas

dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi

anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara anggota

kelompok (Monks dkk., 2004). Individu cenderung berperilaku sama atau

searah dengan anggota lain dalam peer group yang diminati.

Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah dengan kelompok teman

sebaya tidak terlepas dari keinginan remaja untuk diterima sebagai bagian

dari kelompok, karena pada masa remaja terjadi dua pola pergerakan yaitu

menghindar dari orang tua dan menuju kelompok teman sebaya.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Zulkifli (2006) yang menyatakan

bahwa remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok

teman sebaya (peer group), sehingga sering kali orang tua dinomorduakan

sedangkan kelompok teman sebaya (peer group) dinomorsatukan. Remaja

Page 49: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

yang berhasil diterima di lingkungan kelompok teman sebaya (peer group)

akan berusaha untuk tetap masuk dalam lingkungan teman sebaya tersebut,

remaja akan berusaha mengikuti aturan atau kegiatan yang berlaku pada

kelompok yang diikuti. Remaja dalam kelompok teman sebaya memiliki

rasa ketergantungan yang kuat diantara anggota kelompok.

Pengaruh kuat kelompok teman sebaya (peer group) merupakan hal

penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa remaja (Mappiare, 1982).

Remaja mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap kelompok mengenai

kode-kode tingkah laku yang ditetapkan sendiri. Remaja akan menghargai

dan mematuhi norma-norma dalam kelompok yang diikuti. Setelah

menyesuaikan bakat, minat dan nilai yang ada dalam kelompok, maka akan

muncul rasa kohesif terhadap kelompok tempat remaja bergabung tersebut.

Kohesivitas dapat pula merupakan suatu bentuk hubungan persahabatan

yang mempunyai ikatan untuk saling membantu dan menolong antar

anggota. Remaja yang telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa

cocok, maka akan memunculkan kohesivitas yang kuat pada diri remaja,

sehingga remaja akan menjunjung tinggi norma-norma kelompok sesuai

dengan lingkungan yang ada pada kelompok tersebut.

Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya tidak terlepas dari

adanya ikatan yang terjalin kuat dalam kelompok teman sebaya (peer

group), bahkan terkadang mengarah pada fanatisme, sehingga setiap

anggota kelompok menyadari bahwa terdapat suatu kesatuan yang terkait

dan saling mendukung (Santrock, 2007). Pada remaja, penerimaan diri

Page 50: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

oleh teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan sosial.

Remaja akan melakukan apapun agar dapat dimasukkan dalam anggota

suatu kelompok yang diminati. Remaja yang tidak kohesif atau tidak dapat

mengikuti aturan kelompok, akan dikucilkan sehingga dapat menyebabkan

stres, frustrasi, serta kesedihan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kohesivitas

kelompok teman sebaya adalah kekuatan dalam diri remaja sebagai bagian

dari anggota suatu kelompok teman sebaya, sehingga memunculkan

tindakan saling menjaga dan mempertahankan keutuhan kelompok, serta

mencegah anggota meninggalkan kelompok. Hal ini dapat diwujudkan

dalam bentuk persahabatan yang cukup erat.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok teman sebaya

Menurut Gottman dan Parker (dalam Santrock, 2007) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok teman sebaya, yaitu:

a. Kebersamaan, kelompok memberikan remaja teman akrab yang bersedia

menghabiskan waktu bersama-sama dalam setiap aktivitas.

b. Stimulasi, kelompok memberikan informasi-informasi yang menarik,

kegembiraan, dan hiburan.

c. Dukungan fisik, kelompok memberikan waktu, kemampuan-

kemampuan, dan pertolongan pada para anggota.

Page 51: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

d. Dukungan ego, kelompok menyediakan harapan dan juga umpan balik

yang dapat membantu remaja dalam menggambarkan diri sebagai

individu yang mampu, menarik, dan berharga.

e. Perbandingan sosial, kelompok menyediakan informasi tentang cara

berhubungan dengan orang lain, baik hubungan dengan teman sebaya

ataupun hubungan dengan orang dewasa lainnya.

f. Keakraban atau perhatian, kelompok memberikan hubungan yang

hangat, dekat, saling percaya antar anggota, hubungan yang berkaitan

dengan pengungkapan diri.

Baron dan Byrne (2005) rnengemukakan bahwa kohesivitas teman

sebaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Adanya dukungan sosial, banyak penelitian menunjukkan apabila

seseorang berada di bawah tekanan kelompok, maka individu tersebut

cenderung akan menyetujui pendapat yang diberikan oleh kelompok,

tetapi dengan adanya dukungan sosial, akan banyak menolong

seseorang untuk mengumpulkan keberanian dalam menolak penilaian

dan pendapat yang diberikan oleh kelompok.

b. Ukuran kelompok, semakin sedikit jumlah anggota kelompok, maka

tingkat kohesivitas kelompok semakin tinggi.

c. Jenis kelamin, banyak penelitian menyimpulkan bahwa perempuan lebih

kohesif dalam menjalin hubungan pertemanan daripada laki-laki.

Monks dkk. (2004) menambahkan faktor yang mempengaruhi

kohesivitas teman sebaya, yakni usia anggota. Pada usia tertentu, individu

Page 52: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

lebih sering melakukan kohesivitas terhadap suatu kelompok, yaitu pada

masa remaja atau sekitar usia 12-21 tahun. Yessy (2003) menyebutkan

faktor yang mempengaruhi kedekatan persahabatan, yaitu faktor internal

seperti faktor biologis atau faktor temperamen, dan faktor eksternal, yaitu

faktor dari lingkungan, seperti kemiskinan, penyakit prenatal, dan

pengasuhan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kohesivitas kelompok teman sebaya (peer group) yaitu

kebersamaan, stimulasi, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan

sosial, keakraban atau perhatian, dukungan sosial, ukuran kelompok, jenis

kelamin, usia anggota, dan juga lingkungan.

5. Aspek-aspek kohesivitas kelompok teman sebaya

Shaw dan Costanzo (1989) berpendapat bahwa aspek-aspek

kohesivitas kelompok teman sebaya antara lain:

a. Interaksi, merupakan suatu hubungan dua individu atau lebih, saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku antar individu

satu dengan individu yang lain.

b. Pengaruh sosial, kelompok yang kohesif akan terdorong untuk

menyesuaikan diri dengan norma kelompok sosial yang ada di

lingkungan sekitar.

Page 53: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

c. Produktivitas kelompok, individu dalam satu kelompok, lambat laun

akan lebih sadar, lebih mudah mengerti, memahami kebutuhan anggota,

serta lebih merasakan kebutuhan masing-masing anggota.

d. Kepuasan, kelompok dengan tingkat keeratan tinggi cenderung

memberikan rasa puas kepada anggota kelompok.

Festinger (dalam Yusuf 1989) berpendapat bahwa aspek yang

menjadi penentu suatu kohesivitas kelompok teman sebaya adalah daya

tarik individu (individual attraction) dan juga adanya rasa saling tertarik

antar anggota. Wibowo (2004) mengemukakan aspek kohesivitas kelompok

teman sebaya adalah aspek individuality yang diwakili oleh adanya

penegasan diri dan keberadaan diri, serta aspek connectedness diwakili oleh

kepekaan dan mutualitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek kohesivitas kelompok teman sebaya yaitu interaksi, pengaruh

sosial, produktivitas kelompok, dan kepuasan.

6. Pengelompokan kelompok teman sebaya

Para ahli psikologi sepakat bahwa terdapat kelompok-kelompok

yang terbentuk dalam masa remaja, diantaranya dikemukakan oleh

Mappiare (1982) yaitu:

a. Kelompok Chums (sahabat karib), remaja bersahabat karib dengan

ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya

Page 54: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin yang sama, memiliki minat,

kemampuan, dan kemamauan yang mirip.

b. Kelompok Cliques (kelompok sahabat), terdiri dari dua pasang sahabat

karib atau dua chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa

remaja awal. Remaja melakukan kegiatan bersama-sama, seperti

menonton, rekreasi, pesta, dan lain-lain.

c. Kelompok Crowds (kelompok banyak remaja), terdiri dari banyak

remaja, karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antar anggota

cenderung renggang. Terdapat jenis kelamin yang berbeda, keragaman

kemampuan, minat, dan kemauan diantara anggota crowds. Hal yang

sama dimiliki adakah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh

teman-teman dalam crowdsnya.

d. Kelompok yang di organisir, kelompok yang sengaja dibentuk dan

diorganisir oleh orang dewasa, biasanya melalui lembaga-lembaga

tertentu, misalnya sekolah. Kelompok ini umumnya timbul atas dasar

kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan

penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan keikutsertaan dalam

kelompok-kelompok.

e. Kelompok Gangs, kelompok yang terbentuk dengan sendirinya, pada

umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok

tersebut di atas, yaitu kelompok remaja yang merasa tidak terpenuhi

kebutuhan pribadi dan sosial mereka akibat penolakan teman sebaya

Page 55: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

atau ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri dengan keempat

kelompok sebelumnya.

Hurlock (2004) mengemukakan pengelompokan sosial remaja yang

tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Mappiare, yaitu terdiri

dari teman dekat (sahabat karib), kelompok kecil (kelompok teman dekat),

kelompok besar (beberapa kelompok teman dekat dan kelompok teman

kecil), kelompok yang terorganisasi (kelmpok yang dibina oleh orang

dewasa), dan kelompok gang (remaja yang tidak termasuk dalam keempat

kelompok sebelumnya).

Berdasarkan beberapa penjelasan yang diutarakan di atas dapat

diketahui bahwa pengelompokan teman sebaya terdiri dari kelompok

sahabat karib, kelompok teman dekat, kelompok teman dekat dan kelompok

teman kecil, kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dan kelompok gang.

7. Kelompok teman sebaya pada remaja

Kelompok pertemanan pada remaja menyebabkan remaja merasa

dihargai, dicintai, dan dimengerti oleh teman sebaya. Remaja berusaha

menerima nilai, norma, dan peraturan yang ada dalam kelompok (Yessy,

2003). Remaja akan menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya,

sehingga tingkah laku, minat, sikap dan pikiran remaja banyak dipengaruhi

oleh kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya (peer group)

memberikan pengaruh yang kuat terhadap pikiran, sikap, perasaan,

perbuatan, dan penyesuaian diri remaja.

Page 56: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kelompok teman sebaya (peer group) pada remaja dapat

memberikan manfaat positif yang dihubungkan dengan kedekatan atau

keintiman hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi, dan

cinta. Kelompok teman sebaya juga memberikan berbagai tipe perhatian

kepada remaja dalam bentuk penghargaaan, pengakuan, status, dan

sebagainya (Zulkifli, 2006). Kelompok teman sebaya mampu memenuhi

kebutuhan remaja, misalnya kebutuhan untuk dimengerti, kebutuhan

diperhatikan, kebutuhan harga diri, kebutuhan rasa aman, dan sebagainya.

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Papalia dkk. (2009) bahwa

remaja mendapatkan sumber afeksi, simpati, pengertian, dan bimbingan

moral dari teman sebaya. Kelompok teman sebaya menyediakan rasa aman

bagi remaja untuk menyatakan pendapat, mengakui kelemahan, dan mencari

bantuan untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditunjukkan bahwa

kelompok teman sebaya (peer group) dalam kehidupan remaja memiliki

pengaruh yang kuat baik menyangkut tingkah laku, minat, sikap, maupun

pikiran remaja. Kelompok teman sebaya mampu memenuhi kebutuhan

remaja, memberikan rasa aman, dukungan afeksi, emosi, moral dan juga

dukungan sosial pada seorang remaja.

Page 57: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Siswa Program Akselerasi

1. Pengertian program akselerasi

Hawadi (2004) menjelaskan program akselerasi merupakan program

pembelajaran yang diikuti oleh siswa dengan kecerdasan luar biasa,

sehingga diharapkan kelas akselerasi ini mampu memenuhi kebutuhan

layanan pendidikan khusus bagi siswa cerdas berbakat istimewa. Menurut

Nulhakim (2007) bahwa program percepatan belajar atau akselerasi

merupakan program kebijakan pendidikan untuk memberikan layanan

khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan

keberbakatan akademik istimewa.

Program percepatan belajar atau program akselerasi merupakan

program layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan masa

belajarnya lebih cepat dari siswa lain pada kelas reguler (Putri dkk., 2005).

Program akselerasi menurut Brody dan Mills (2005) merupakan program

pendidikan khusus bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan luar biasa agar

dapat lulus lebih cepat dibandingkan anak-anak reguler.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa program

akselerasi adalah suatu program pendidikan yang memberikan layanan

pendidikan khusus bagi anak cerdas berbakat istimewa agar dapat

menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang lebih cepat.

Page 58: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Tujuan program akselerasi

Hawadi (2004) menyebutkan bahwa penyelenggaraan program

akselerasi mempunyai dua tujuan, yaitu:

a. Tujuan umum

1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik (akseleran) yang

mempunyai karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif.

2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan

pendidikan yang dibutuhkan.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta

didik.

4) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

b. Tujuan khusus

1) Menghargai peserta didik yang mempunyai kecerdasan luar biasa

untuk dapat menyelesaikan pendidkan lebih cepat.

2) Memacu kualitas atau mutu peserta didik dalam meningkatkan

kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang.

3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Menurut Nulhakim (2007) tujuan dari program akselerasi adalah

untuk memberikan perlakuan dan pelayanan pendidikan bagi siswa yang

mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar dapat

mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan secara optimal.

Page 59: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari

program akselerasi adalah sebagai sarana untuk memberikan layanan secara

khusus bagi mereka yang mempunyai bakat dan kecerdasan istimewa.

Adanya program akselerasi dapat memacu kualitas serta mutu peserta didik

dalam aspek spiritual, emosional, intelektual secara berimbang.

3. Keunggulan dan kelemahan program akselerasi

Neihart (2007) menyatakan bahwa program akselerasi memberikan

beberapa manfaat, diantaranya siswa dapat lebih awal memasuki dunia

sekolah, lebih awal masuk ke universitas, dan dapat mempercepat

kelulusan, akan tetapi program akselerasi juga memberikan konsekuensi

negatif terhadap aspek sosial dan emosional pada siswa akselerasi.

Tawil (2010) menyebutkan beberapa keunggulan program

akselerasi, antara lain:

a. Lebih memberikan tantangan jika dibandingkan dengan kelas reguler.

b. Memberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuan.

c. Siswa akan terstimulasi oleh lingkungan sosial karena berada dalam satu

kelas dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual

sebanding, sehingga tidak memungkinkan siswa untuk bermalas-

malasan dalam belajar.

d. Dapat lulus pada waktu yang lebih cepat.

Keunggulan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Gross (1993) menemukan bahwa sebagian siswa cerdas

Page 60: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kelas akselerasi merasakan dampak positif, diantaranya materi pelajaran

yang menantang, meningkatkan minat baca, sehingga kemajuan belajar juga

menjadi lebih cepat.

Tawil (2010) juga menyebutkan kelemahan program akselerasi,

antara lain:

a. Kesempatan siswa untuk bersosialisasi dengan teman sebaya berkurang,

sehingga memunculkan permasalahan sosial dan emosional.

b. Beban tugas yang terlalu banyak dapat menjadi tekanan bagi siswa dan

mengganggu kesehatan mental siswa berbakat.

c. Akselerasi atau percepatan pada bidang intelektual, belum dan kurang

diikuti dengan percepatan pada aspek lain.

Kelemahan kelas akselerasi tersebut didukung dengan hasil

penelitian oleh Gross (1994) mengatakan bahwa program akselerasi

cenderung menimbulkan masalah sosial emosional pada siswa akselerasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa program

akelerasi memiliki beberapa keunggulan, yaitu mempercepat kelulusan,

memberikan tantangan pada siswa cerdas berbakat istimewa, dan

memberikan lingkungan yang sesuai bagi anak berbakat, sedangkan

kelemahan program akselerasi, pada umumnya berkaitan dengan

permasalahan penyesuaian sosial dan emosional siswa akselerasi.

Page 61: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

E. Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas Kelompok Teman

Sebaya dengan Penyesuaian Sosial

Individu terkadang kurang begitu memperhatikan permasalahan

interaksi dan penyesuaian sosial. Terutama pada siswa akselerasi yang

terkesan hanya mementingkan aspek akademis saja, padahal sebagai

makhluk sosial, anak cerdas berbakat istimewa juga mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat,

pemikiran, sikap, dan juga aktivitas dari anggota masyarakat lainnya

(Neihart, 2007).

Tawil (2010) menjelaskan bahwa berada dalam kelas akselerasi

menyebabkan anak menjadi jauh dari lingkungan sosial, serta menjadikan

siswa akselerasi sebagai suatu kelompok khusus. Kurangnya pergaulan

yang luas dan bervariasi dapat menyebabkan siswa akselerasi merasa

sebagai anggota masyarakat dengan tingkatan tersendiri sehingga sulit

melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosial sekitar. Kartika (dalam

Maghviroh, 2009) menjelaskan hasil penelitiannya dengan judul

”Manajemen Pendidikan Program Akselerasi Studi Kasus di SMP Negeri 2

Semarang” bahwa masalah yang biasa dihadapi oleh siswa akselerasi, di

antaranya adalah masalah dengan teman sebaya, masalah sosial, masalah

dengan guru dan orang tua, serta masalah kerja sama, dan perasaan sosial.

Crown (2001) mengungkapkan bahwa siswa berbakat memiliki

kesulitan dalam masalah komunikasi dan cenderung memilih kelompok

teman sebaya sebagai tempat berbagi masalah. Baker dkk. (1998)

Page 62: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

menyebutkan bahwa lingkungan sosial siswa berbakat termasuk teman

sebaya, dapat memberikan pengaruh pada tingkat prestasi siswa berbakat.

Kelekatan dan persahabatan teman sebaya pada sekolah menengah pertama

ataupun pada sekolah menengah atas, mampu memberikan pandangan

positif terhadap permasalahan yang dialami oleh siswa berbakat.

Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Chen dkk. (2008) yang

mengindikasikan adanya hubungan signifikan antara penerimaan kelompok

teman sebaya dengan hubungan sosial remaja. Penerimaan teman sebaya

memberikan dampak positif bagi pencapaian prestasi akademik dan juga

berpengaruh terhadap kompetensi sosial seseorang.

Hasil penelitian yang berfokus pada kemampuan sosial

menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas kelompok teman sebaya

dengan kemampuan sosialisisasi seseorang. Aktivitas kelompok teman

sebaya misalnya responsivitas, otonomi, kohesivitas, dan juga kelekatan

antara individu dengan kelompok teman sebaya (Engels dan Rutger, 2002).

Fakta ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Papalia dkk.

(2009) bahwa kapasitas untuk membangun kedekatan dan keakraban

dengan kelompok teman sebaya (peer group) berhubungan dengan

penyesuaian diri psikologis dan kompetensi sosial. Fotti dkk. (2006)

mengungkapkan bahwa kedekatan hubungan dengan teman sebaya (peers)

dan penerimaan sosial berpengaruh terhadap penyesuaian psikologis

remaja.

Page 63: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Hasil penelitian Tarrant (2002) menunjukkan bahwa remaja pada

usia 14-15 tahun seringkali melakuakan perbandingan sosial dengan orang

lain, khususnya teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan tempat

awal bagi remaja untuk mempelajari proses sosial yang akan digunakan

remaja sebagai bekal untuk merealisasikan hubungan sosial dalam

masyarakat di masa depan.

Solichatun (2004) menyebutkan bahwa kedekatan remaja yang

tinggi dengan kelompok teman sebaya dan kuatnya frekuensi kontak fisik

dan emosional dengan suatu kelompok, biasanya dirasakan remaja sebagai

kondisi yang memberikan rasa aman dalam menjalankan hubungan sosial.

Kontak remaja dengan kelompok teman sebaya memungkinkan remaja

memperoleh berbagai informasi dan pengalaman sosial yang dibutuhkan

untuk memenuhi kepuasan personal dalam mengembangkan hubungan

sosial dengan orang lain di luar lingkungan keluarga.

Remaja awal yaitu berkisar antara usia 12-13 tahun merupakan

masa yang ideal bagi individu untuk belajar membangun hubungan sosial

(Roseth dkk., 2008). Usia tersebut adalah saat terjadinya perubahan fisik

yang sangat cepat atau sering disebut sebagai masa pubertas. Remaja awal

mulai memberikan perhatian lebih terhadap anatomi tubuh, teman sebaya

(peers), serta penerimaan sosial. Santrock (2002) menjelaskan bahwa

remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan

masa dewasa yang mencakup perubahan sosial emosional, kognitif, dan

biologis. Perubahan sosial emosional meliputi perubahan dalam hubungan

Page 64: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

individu dengan manusia lain, perubahan emosi, serta perubahan peran

dalam konteks sosial. Perubahan sosial yang dialami remaja menyebabkan

remaja harus menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan orang dewasa

lainnya. Perubahan kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi,

dan bahasa tubuh, sedangkan perubahan biologis mencakup perubahan-

perubahan dalam hakikat fisik individu.

Remaja dalam melakukan perbandingan sosial dengan orang lain,

khususnya teman sebaya, seringkali melihat dan membandingkan tubuh

yang dimiliki dengan tubuh orang lain (Suprapto dan Aditomo, 2007).

Menurut Na’imah dan Rahardjo (2008) bahwa pada masa remaja, terutama

masa remaja awal, individu selalu disibukkan dengan tubuh dan

penampilan fisik. Individu merasa perlu mengembangkan citra individual

mengenai gambaran tubuh. Citra tubuh atau sering disebut sebagai body

image merupakan gambaran mental remaja dalam menilai bentuk tubuh

dan penampilan fisik yang dimiliki.

Hurlock (2004) mengemukakan bahwa body image adalah evaluasi

dan persepsi terhadap keadaan fisik individu. Perkembangan biologis pada

remaja terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, berkembangnya otot-otot

tubuh, dan sebagainya. Hal tersebut membuat remaja menjadi sensitif

terhadap gambaran fisik dan bentuk tubuh. Moore dan Smolak (2002)

menyatakan bahwa body image berkaitan erat dengan kesehatan psikis

seorang individu.

Page 65: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Penampilan fisik yang menarik mempunyai arti penting dalam suatu

hubungan sosial pada remaja (Rice dan Dolgin, 2002). Daya tarik fisik

mempengaruhi perkembangan kepribadian, hubungan sosial, penerimaan

teman sebaya, dan juga perilaku sosial seorang remaja. Gerner dan Wilson

(2005) mengatakan bahwa penampilan fisik berhubungan dengan tingkat

penerimaan teman sebaya, perolehan dukungan sosial, serta keakraban

pertemanan. Papalia dkk. (2009) menjelaskan bahwa remaja yang sedang

mengalami perubahan fisik, merasa nyaman saat menjalin hubungan

dengan teman sebaya yang juga sedang mengalami perubahan serupa.

Hurlock (2004) mengungkapkan bahwa individu dalam interaksi

dengan teman sebaya mempunyai peluang yang sama untuk dapat

mempelajari ketrampilan sosial dan berpartisipasi dalam kelompok,

sehingga akan mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik. Apabila

remaja memiliki body image positif, remaja akan merasa percaya diri dan

mampu melakukan social adjusment atau penyesuaian sosial dengan baik.

Remaja dengan body image negatif, akan selalu merasa tidak puas dengan

bentuk tubuh dan cenderung mengalami social maladjustment atau

permasalahan penyesuaian sosial.

Program akselerasi dibuat bukan untuk membatasi pergaulan dan

sosialisasi para siswa, namun dengan adanya pemadatan jadwal pelajaran

dan singkatnya waktu yang diberikan, cenderung mengakibatkan proses

sosialisasi dan penyesuaian sosial siswa akselerasi menjadi sangat

berkurang. Terkecuali pada beberapa siswa tertentu yang mampu merespon

Page 66: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Body image

Kohesivitas kelompok

teman sebaya

Penyesuaian sosial

tugas dengan baik, sehingga terkadang siswa akselerasi masih memiliki

kesempatan untuk dapat bermain dengan teman-teman sebaya dari kelas

reguler (Zuhdi, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, semakin tinggi body image dan

kohesivitas peer group pada siswa program akselerasi maka akan

mempengaruhi bagaimana penyesuaian sosial siswa akselerasi, baik di

lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Kemampuan

mengembangkan body image yang positif dan membina hubungan

persahabatan yang kohesif dengan kelompok teman sebaya (peer group)

akan meningkatkan kemampuan siswa akselerasi dalam melakukan

penyesuaian sosial.

F. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Page 67: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa body image

dan kohesivitas kelompok teman sebaya, masing-masing memiliki hubungan

dengan penyesuaian sosial pada seorang remaja. Hubungan yang terjadi adalah

hubungan positif, yaitu apabila remaja memiliki body image positif dan

kohesivitas teman sebaya yang kuat, maka akan memiliki penyesuaian sosial

yang baik. Sebaliknya, apabila remaja memiliki body image negatif dan

kohesivitas teman sebaya yang tidak kuat, maka remaja tersebut akan

mengalami gangguan atau hambatan dalam penyesuaian sosial.

G. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah diuraikan tersebut, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara body image dan kohesivitas

peer group dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII Program

Akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta.

Page 68: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel tergantung : Penyesuaian sosial

2. Variabel bebas : a. Body image

b. Kohesivitas kelompok teman sebaya

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Maksud definisi operasional yaitu untuk mengubah konsep-konsep pada

variabel penelitian yang masih bersifat teoritik atau abstrak menjadi konsep yang

dapat diukur secara empirik (Azwar, 2003). Variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan

diri dengan kelompok maupun lingkungan sosial, mereaksi secara tepat

terhadap realitas dan situasi sosial yang terjadi dengan mematuhi norma-

norma peraturan sosial kemasyarakatan, yang merupakan kebutuhan

kehidupan sosial tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri maupun

lingkungan.

Penyesuaian sosial dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala

penyesuaian sosial yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan aspek-aspek

Page 69: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2004), yaitu aspek

penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan

kepuasan pribadi. Seberapa tinggi penyesuaian sosial akan ditunjukkan

oleh skor yang diperoleh subjek melalui alat ukur skala model Likert.

Semakin tinggi skor skala penyesuaian yang diperoleh subjek menunjukkan

semakin tinggi penyesuaian sosial subjek, dan sebaliknya.

2. Body image

Body image adalah gambaran mental, persepsi, pikiran, dan perasaan

yang dimiliki individu terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, serta berat tubuh

diri sendiri, yang mengarah kepada penampilan fisik berupa penilaian positif

atau negatif.

Body image dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala body

image yang disusun oleh Yustisi (2009) berdasarkan aspek-aspek body image

dari MBSRQ-AS (Multidimensional Body Self-Relation Questionnaire-

Appearance Scales) yang dikemukakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002),

yaitu aspek evaluasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan

menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh. Seberapa tinggi body

image akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh subjek melalui alat ukur

skala model Likert. Semakin tinggi skor skala body image yang diperoleh

subjek menunjukkan semakin tinggi body image subjek, dan sebaliknya.

Page 70: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3. Kohesivitas kelompok teman sebaya

Kohesivitas kelompok teman sebaya adalah kekuatan dalam diri

remaja sebagai bagian dari anggota suatu kelompok teman sebaya, sehingga

memunculkan tindakan saling menjaga dan mempertahankan keutuhan

kelompok, serta mencegah anggota meninggalkan kelompok. Hal ini dapat

diwujudkan dalam bentuk persahabatan yang cukup erat.

Kohesivitas kelompok teman sebaya dalam penelitian ini diungkap

menggunakan skala kohesivitas kelompok teman sebaya yang disusun oleh

Sakti (2008) berdasarkan aspek-aspek kohesivitas kelompok teman sebaya

yang dikemukakan oleh Shaw dan Costanzo (1989), yaitu aspek interaksi,

pengaruh sosial, produktivitas kelompok, dan kepuasan. Seberapa tinggi

kohesivitas kelompok teman sebaya akan ditunjukkan oleh skor yang

diperoleh subjek melalui alat ukur skala model Likert. Semakin tinggi skor

skala kohesivitas kelompok teman sebaya yang diperoleh subjek menunjukkan

semakin tinggi kohesivitas kelompok teman sebaya subjek, dan sebaliknya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu yang diselidiki paling sedikit

mempunyai sifat atau arti sama (Hadi, 2004). Populasi merupakan sejumlah

individu yang akan digeneralisasikan dari penelitian terhadap sampel penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII program akselerasi SMP

Page 71: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Negeri 2 Surakarta. Adapun jumlah populasi siswa kelas VIII program akselerasi

SMP Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 46 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki untuk menarik

kesimpulan atau merumuskan generalisasi. Sampel merupakan contoh dari objek

yang dipandang menggambarkan keadaan populasi (Hadi, 2004). Pada penelitian

ini digunakan seluruh populasi sebagai sampel, karena jumlah siswa kelas VIII

program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta yang sedikit, sehingga dalam

penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian yang

disebut sebagai penelitian populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk

memperoleh data yang diselidiki (Suryabrata, 2004). Kualitas data ditentukan oleh

kualitas metode pengumpulan data dan alat ukur pengukuran, yaitu antara lain:

1. Sumber data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian dan merupakan data utama dalam penelitian. Data penelitian

tersebut diperoleh dari skala psikologi yang digunakan dalam penelitian,

yaitu skala penyesuaian sosial, skala body image, dan skala kohesivitas

kelompok teman sebaya.

Page 72: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari

tempat penelitian, berupa pengumpulan data dan informasi tentang profil

sekolah, jumlah pelajaran, daftar presensi siswa, surat keterangan sudah

melakukan penelitian, serta dokumentasi. Data sekunder diperoleh dengan

cara observasi dan interview kepada pihak-pihak yang terkait, seperti:

kepala sekolah, ketua program akselerasi, dan juga siswa akselerasi yang

menjadi subjek penelitian.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

memperoleh data dalam penelitian. Baik dan buruknya hasil suatu penelitian,

bergantung pada teknik pengumpulan data, kualitas data, serta alat

pengukuran data (Suryabrata, 2004).

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari alat pengumpulan

data berupa skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

skala penyesuaian sosial, skala body image, dan skala kohesivitas

kelompok teman sebaya.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dan berpedoman

pada skala model Likert yang telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan

pilihan ragu-ragu, sehingga subjek akan memilih jawaban yang pasti ke

arah yang sesuai atau tidak sesuai dengan diri subjek. Menurut Hadi

Page 73: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(1995) bahwa modifikasi skala model Likert dengan meniadakan kategori

jawaban yang di tengah, berdasarkan beberapa alasan yaitu:

1) Kategori undecided mempunyai arti ganda, dapat diartikan belum

mempunyai jawaban, atau belum memberikan keputusan, bisa juga

diartikan netral, setuju, tidak setuju, atau bahkan ragu-ragu. Kategori

jawaban ganda (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan

dalam suatu instrumen.

2) Tersedianya jawaban yang di tengah dapat menimbulkan

kecenderungan jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama

bagi subjek yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawaban ke arah

setuju ataukah ke arah tidak setuju.

3) Maksud kategori jawaban Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan

Sangat Tidak Setuju terutama untuk melihat kecenderungan pendapat

subjek ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori

jawaban tengah, akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga

dapat mengurangi sejumlah informasi yang dapat dijaring dari subjek.

Hal senada juga diungkapkan oleh Arikunto (2007) bahwa

kemungkinan jawaban di tengah sedapat mungkin dihindari. Pada penelitian

ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban

yang sesuai dengan keadaan diri subjek.

Penyusunan aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi aitem

favourable dan aitem unfavourable dibuat dalam empat alternatif jawaban.

Cara penyekorannya adalah sebagai berikut:

Page 74: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 1.

Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable

Kategori Jawaban Penilaian Aitem

Favourable (F) Unfavourable (UF)

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

a) Skala body image

Body image dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala

body image yang disusun oleh Yustisi (2009) berdasarkan aspek-aspek

body image dari MBSRQ-AS (Multidimensional Body Self-Relation

Questionnaire-Appearance Scales) yang dikemukakan oleh Cash dan

Pruzinsky (2002), yaitu aspek evaluasi penampilan, kepuasan terhadap

bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran

tubuh. Jumlah aitem total skala body image ini sebanyak 60 aitem yang

terdiri dari 30 aitem favourable dan 30 aitem unfavourable.

Skala body image ini memiliki koefisien validitas bergerak dari

0,325 sampai dengan 0,768 dengan p < 0,05 dan memiliki koefisien

reliabilitas sebesar 0,960. Skala body image ini dimodifikasi oleh peneliti

dengan memperbaiki tata bahasa ataupun makna aitem-aitem, serta dengan

mengurangi jumlah aitem skala pada penelitian sebelumnya. Perbaikan

aitem dimaksudkan agar sesuai dengan kondisi subjek penelitian. Skala

body image ini merupakan skala model Likert, terdiri atas pernyataan-

pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Page 75: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju),

2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju). Penilaian aitem unfavourable

bergerak dari skor 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (tidak setuju), 4 (sangat

tidak setuju). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin

tinggi pula penyesuaian sosial subjek tersebut, dan sebaliknya.

Tabel 2.

Blue Print Skala Body Image

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1.

Evaluasi

Penampilan

1. Evaluasi terhadap

penampilan dari

diri pribadi dan

dari orang lain

3, 7, 10,

11, 18, 20,

30, 36, 37,

39, 56

1, 4, 5, 13,

16, 25, 32,

48, 51, 50,

52, 58

23

(38,33%)

2. Kepuasan

terhadap Bagian

Tubuh

1. Kepuasan terhadap

wajah dan kulit

42, 55 12, 22, 35

11

(18,33%) 2. Kepuasan terhadap

tubuh bagian

bawah/tengah/atas

40, 41, 45 19, 31, 33

3. Kecemasan

Menjadi Gemuk

1. Ketakutan atau

kewaspadaan

individu terhadap

kegemukan dan

berat badan

2, 6, 8, 17 44, 60

12

(20%) 2. Kecenderungan

melakukan diet dan

membatasi pola

makan

9, 27, 54 15, 34, 46

4. Pengkategorian

Ukuran Tubuh

1. Berat badan

14, 43, 53,

57

21, 23, 26,

29 14

(23,33%) 2. Tinggi badan 47, 49, 59 24, 28, 38

Jumlah

(Persen) 30

(50%)

30

(50%)

60

(100%)

Page 76: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b) Skala kohesivitas kelompok teman sebaya

Kohesivitas kelompok teman sebaya dalam penelitian ini diungkap

menggunakan skala kohesivitas kelompok teman sebaya yang disusun oleh

Sakti (2008) berdasarkan aspek-aspek kohesivitas kelompok teman sebaya

yang dikemukakan oleh Shaw dan Costanzo (1989), yaitu aspek interaksi,

pengaruh sosial, produktivitas kelompok, dan kepuasan. Jumlah aitem

total skala kohesivitas kelompok teman sebaya ini sebanyak 60 aitem yang

terdiri dari 32 aitem favourable dan 28 aitem unfavourable.

Skala kohesivitas kelompok teman sebaya ini memiliki koefisien

validitas bergerak dari 0,260 sampai dengan 0,868 dengan p < 0,05 dan

memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,963. Skala kohesivitas kelompok

teman sebaya ini dimodifikasi oleh peneliti dengan memperbaiki tata

bahasa ataupun makna aitem-aitem, serta dengan menambah jumlah aitem

skala pada penelitian sebelumnya. Perbaikan aitem juga dimaksudkan agar

sesuai dengan kondisi subjek penelitian. Skala kohesivitas kelompok

teman sebaya ini merupakan skala model Likert, terdiri atas pernyataan-

pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju),

2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju), sedangkan penilaian aitem

unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (tidak

setuju), 4 (sangat tidak setuju). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,

Page 77: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

semakin tinggi pula kohesivitas kelompok teman sebaya subjek tersebut,

dan sebaliknya.

Tabel 3.

Blue Print Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1. Interaksi Aktivitas saling

mempengaruhi antardua

individu atau lebih

1, 2, 3, 4,

5, 41, 42,

57

6, 7, 8, 9,

10, 43, 44

15

(25%)

2. Pengaruh

Sosial

Penyesuaian dan

penerimaan dengan

kondisi sosial

21, 22, 23,

24, 25, 49,

50, 58

26, 27, 28,

29, 30, 51,

52

15

(25%)

3. Produktivitas

Kelompok

Kuantitas dan kualitas

aktivitas suatu kelompok

11, 12, 13,

14, 15, 45,

46, 59

16, 17, 18,

19, 20, 47,

48

15

(25%)

4. Kepuasan Perasaan puas dan

bangga terhadap

kelompok

31, 32, 33,

34, 35, 53,

54, 60

36, 37, 38,

39, 40, 55,

56

15

(25%)

Jumlah

(Persen)

32

(53,33%)

28

(46,67%)

60

(100%)

c) Skala penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial dalam penelitian ini diungkapkan menggunakan

skala penyesuaian sosial yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

aspek-aspek penyesuaian sosial yang dikemukakan oleh Hurlock (2004),

yaitu aspek penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap

sosial, dan kepuasan pribadi. Jumlah aitem total skala penyesuaian sosial

ini sebanyak 60 aitem yang terdiri dari 32 aitem favourable dan 28 aitem

unfavourable.

Page 78: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Skala penyesuaian sosial ini merupakan skala model Likert, terdiri

atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban,

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat

setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju), sedangkan

penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat setuju), 2

(setuju), 3 (tidak setuju), 4 (sangat tidak setuju). Semakin tinggi skor yang

diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula penyesuaian sosial subjek

tersebut dan sebaliknya.

Tabel 4.

Blue print Skala Penyesuaian Sosial

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1. Penampilan

Nyata

Tingkah laku yang

memenuhi harapan

kelompok

1, 9, 17,

25, 28, 31,

49

5, 13, 21,

37, 41, 45,

50

14

(23,33%)

2. Penyesuaian

Diri terhadap

Kelompok

Kemampuan

menyesuaiakan diri

secara baik dengan

setiap kelompok yang

dimasuki, baik

kelompok teman

sebaya ataupun

kelompok orang

dewasa lainnya

2, 10, 18,

26, 29, 32,

38, 51, 57

6, 14, 22,

42, 46, 52,

58

16

(26,67%)

3. Sikap Sosial Sikap menyenangkan

orang lain serta

berpartisipasi

menjalankan peran

dengan baik dalam

kegiatan sosial

3, 11, 19,

27, 30, 33,

53

7, 15, 23,

39, 43, 47,

54

14

(23,33%)

Page 79: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

4. Kepuasan

Pribadi

Kepuasan ikut ambil

bagian dalam aktivitas

kelompok serta mampu

menerima diri sendri

apa adanya

4, 12, 20,

24, 35, 36,

48, 55, 59

8, 16, 34,

40, 44, 56,

60

16

(26,67%)

Jumlah

(Persen)

32

(53,33%)

28

(46,67%)

60

(100%)

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui

observasi dan interview kepada kepala sekolah SMP Negeri 2 Surakarta

mengenai orientasi kancah dan gambaran umum tentang profil SMP

Negeri 2 Surakarta. Interview juga dilaksanakan terhadap ketua program

akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta untuk mengetahui dan mengumpulkan

informasi tentang siswa akselerasi yang merupakan subjek penelitian.

Selain itu, data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumentasi tentang

lokasi dan pelaksanaan penelitian, serta data lainnya yang dapat

mendukung kelengkapan ataupun kesempurnaan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran hipotesis dan

selanjutnya memberikan kesimpulan dari hasil yang diperoleh (Hadi, 2004).

Penelitian ini menggunakan metode statistik dalam menganalisis data yang

diperoleh, artinya bahwa metode ini memakai cara ilmiah untuk pengumpulan

Page 80: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

data, penyusunan, penyajian, serta menganalisis data penyelidikan yang berbentuk

angka-angka. Keseluruhan perhitungan dalam penelitian ini meliputi uji validitas,

uji reliabilitas, dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer

menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.

Metode statistik menurut Hadi (2004) mempunyai tiga ciri pokok, yaitu:

1. Bekerja dengan angka-angka yang mempunyai dua arti yaitu sebagai jumlah

dan nilai.

2. Bersifat objektif, sehingga unsur-unsur subjektif dapat dihindari.

3. Bersifat universal, dalam arti dapat digunakan hampir dalam semua bidang

penelitian.

1. Validitas instrumen penelitian

Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen dalam mengukur

atribut yang seharusnya diukur (Azwar, 2003). Uji validitas didasarkan pada

validitas isi, yakni telaah dan revisi butir pernyataan berdasarkan pendapat

profesional (professional judgement), yaitu pembimbing. Langkah selanjutnya

adalah mencari korelasi antara tiap-tiap skor aitem dengan skor total aitemnya

yang disebut dengan model uji validitas internal (Suryabrata, 2004).

Validitas internal adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data

empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-parameter

aitem. Pada tahap ini dilakukan seleksi aitem berdasarkan daya

diskriminasinya. Daya diskriminasi aitem adalah tingkat kemampuan aitem

dalam membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki

Page 81: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem

merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan

fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem

total (Azwar, 2003).

Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang

relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan

koefisien korelasi aitem total yang dikenal pula dengan sebutan parameter

daya beda aitem. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi yang bernilai positif

antara skor aitem dengan skor skala, berarti semakin tinggi konsistensi antara

aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti makin tiggi daya

bedanya. Apabila koefisien korelasi rendah mendekati nol, berarti fungsi aitem

tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik.

Apabila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata berharga negatif, artinya

terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan.

Uji validitas internal dalam penelitian ini menggunakan teknik

Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi Product Moment

Pearson, yaitu dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor aitem

dengan skor total (Priyatno, 2009). Pengujian validitas internal menggunakan

uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai

berikut:

a. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05), maka aitem

tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Page 82: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

b. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05), maka aitem

tersebut tidak berkorelsi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

valid).

Guna mempermudah perhitungan, digunakan program Statistical

Product and Sevice Solution (SPSS) versi 16.

2. Reliabilitas instrumen penelitian

Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah.

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat kestabilan hasil suatu

pengukuran. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas

dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang

0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka

1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien reliabilitas yang

semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar,

2003). Batasan lain mengenai besarnya nilai koefisien reliabilitas yakni

apabila nilai koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,

sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik (Priyatno, 2009).

Penelitian ini menggunakan batasan reliabilitas menurut Arikunto (2007)

Page 83: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bahwa reliabilitas suatu skala dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s

Alpha 0,6. Penentuan kriteria indeks reliabilitas sebagai berikut:

Tabel. 5

Penentuan Kriteria Indeks Reliabilitas

No. Interval Kriteria

1. 0,200 Sangat Rendah

2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Cukup

4. 0,600 – 0,799 Tinggi

5. 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha

Cronbach yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian,

sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak

(Azwar, 2005). Teknik Alpha yang dikembangkan Cronbach dipilih untuk

mengukur reliabilitas antaraitem, karena teknik ini dinilai mampu

menunjukkan indeks konsistensi yang cukup sempurna. Guna mempermudah

perhitungan digunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 16.

3. Uji hipotesis

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu untuk

mengetahui hubungan antara body image dan kohesivitas peer group dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program akselerasi SMP Negeri 2

Surakarta dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda atau

disebut juga analisis regresi dua prediktor, dengan alasan karena penelitian ini

Page 84: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

terdiri atas dua variabel bebas yaitu body image dan kohesivitas peer group,

serta satu variabel tergantung yaitu penyesuaian sosial.

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas satu dan variabel bebas lainnya

secara bersama-sama dengan variabel tergantung (Hadi, 2004). Guna

mempermudah perhitungan digunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 16.

Page 85: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi kancah penelitian

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Surakarta

Alamat Sekolah : Jalan Apel 3, Jajar, Laweyan, Surakarta, 57144

No. Telepon : (0271) 712942

Status Sekolah : Negeri

Akreditasi : A

Visi Sekolah : ”Unggul dalam Prestasi Berwawasan Imtaq dan Iptek”

Misi Sekolah :

a. Melaksanakan pembelajaran dan pembinaan secara efektif dalam

meningkatkan prestasi ujian nasional dan ujian sekolah.

b. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan

prestasi ulangan umum bagi siswa kelas VII dan VIII.

c. Melaksanakan pembinaan kepada siswa untuk meningkatkan prestasi

olahraga, kreatifitas, dan seni.

d. Melaksanakan pembinaan kepada siswa dalam bidang keagamaan,

pengetahuan, kepribadian, dan budi pekerti luhur.

e. Melaksanakan pembinaan kepada siswa dalam bidang ketrampilan

teknologi elektronika, sesuai dengan tuntutan jaman.

Page 86: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Selain menyelenggarakan program reguler, pada tahun 2005, SMP Negeri

2 Surakarta juga mulai membuka program khusus, yaitu program akselerasi.

Peneliti memilih SMP Negeri 2 Surakarta sebagai lokasi penelitian terhadap siswa

akselerasi, karena saat ini di Kota Surakarta hanya terdapat dua SMP yang

menyelenggarakan program akselerasi, yaitu salah satu diantaranya ialah SMP

Negeri 2 Surakarta. Sebelum melakukan penelitiian, terlebih dahulu dilakukan

survey awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek penelitian.

Orientasi awal dilakukan peneliti pada bulan April 2010 dengan

menanyakan kepada pihak sekolah mengenai jadwal akademik pembelajaran

siswa kelas VIII program akselerasi agar tidak mengganggu jalannya kegiatan

belajar mengajar siswa kelas VIII program akselerasi sebagai subjek penelitian.

SMP Negeri 2 Surakarta terletak di Jalan Apel nomor 3, Kelurahan Jajar,

Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Berdasarkan hasil survey awal tersebut,

peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Surakarta.

Pemilihan SMP Negeri 2 Surakarta sebagai lokasi penelitian didasarkan

pada beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian terhadap siswa program akselerasi, khususnya penelitian

mengenai body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program akselerasi di SMP

Negeri 2 Surakarta belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

b. Jumlah siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta

memenuhi syarat untuk dilaksakannya suatu penelitian.

Page 87: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

c. Adanya ijin dari pihak SMP Negeri 2 Surakarta yang diperoleh peneliti

untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

Berdasarkan Panduan Akselerasi (2009) menjelaskan bahwa

kurikulum program akselerasi apabila dilihat dari tata urutan penyajian,

satuan pelajaran, analisis program, serta jumlah jam pelajaran adalah sama

seperti yang diterapkan pada program reguler. Perbedaannya ialah bahwa

pada program reguler, satu semester ditempuh selama enam bulan, sedangkan

pada program akselerasi, satu semester harus diselesaikan dalam waktu empat

bulan. Waktu tiga tahun pada program reguler akan diselesaikan selama dua

tahun pada program akselerasi. Kurikulum program akselerasi dikembangkan

secara berdiferensiasi. Isi pelajaran berupa konsep dan proses kognitif tingkat

tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak

berbakat, dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa. Komponen

kurikulum berdiferensiasi meliputi:

a. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreativitas.

b. Pengembangan dinamisasi mental dan tindakan kreatif.

c. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif, penerapan tugas, serta memberi

peluang kepada siswa untuk memilih sendiri kegiatan belajar yang sesuai

dengan minat dan kemampuan siswa.

d. Komponen teknis, seperti: fasilitas, komposisi guru, pendekatan proses

belajar mengajar, dan penggunaan metode mengajar yang bervariasi.

Berdasarkan Panduan Akselerasi (2009) menyebutkan bahwa program

akselerasi dibuka untuk memberikan kesempatan kepada siswa berbakat agar

Page 88: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dapat menyelesaikan pedidikan dalam waktu yang lebih cepat daripada

program reguler. Tujuan dibukanya program akselerasi di SMP Negeri 2

Surakarta adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki karakteristik spesifik dari segi

perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Memenuhi hak asasi siswa berbakat sesuai dengan kebutuhan pendidikan

yang dibutuhkan.

c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan siswa.

d. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri siswa.

e. Menimbang peran siswa sebagai aset masyarakat dan kebutuhan

masyarakat untuk pengisian peran.

f. Memberikan penghargaan kepada siswa berbakat untuk dapat

menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat.

g. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran bagi siswa berbakat.

h. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung

berkembangnya potensi keunggulan siswa berbakat.

i. Memacu mutu siswa berbakat untuk meningkatkan kecerdasan spiritual,

intelektual, dan emosional, emosional secara seimbang.

SMP Negeri 2 Surakarta memiliki kondisi fisik yang cukup baik

dilengkapi dengan sarana prasarana yang menunjang keberlangsungan sistem

belajar mengajar. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di SMP Negeri 2 Surakarta

antara lain:

Page 89: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

a. Fasilitas administrasi, satu ruang kepala sekolah, satu ruang wakil kepala

sekolah, satu ruang guru, dan satu ruang tata usaha.

b. Fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar, 25 ruang kelas, satu

perpustakaan, satu laboratorium IPA, satu laboratorium IPS, satu

laboratorium bahasa, satu laboratorium komputer, satu ruang ketrampilan,

25 unit laptop, 25 buah LCD, dan komputer sebanyak 40 unit.

c. Fasilitas penunjang pendidikan, satu ruang OSIS, satu ruang koperasi, satu

ruang kegiatan ekstrakurikuler, satu ruang Bimbingan Konseling (BK),

satu ruang fotokopi, dan satu ruang UKS.

d. Fasilitas penunjang lainnya, satu masjid, satu ruang aula, satu lapangan

basket, satu lapangan voli, area hotspot, dua gardu satpam, tiga kantin

sekolah, satu ruang gudang, satu rumah penjaga, serta sepuluh toilet.

Siswa program reguler ataupun siswa program akselerasi mempunyai

kesempatan yang sama dalam penggunaan fasilitas sekolah. Fasilitas khusus

yang disediakan bagi siswa program akselerasi ialah ruang multimedia,

internet, AC, LCD, laptop, TV, VCD, dan kipas angin.

Tenaga pendidik yang disediakan untuk siswa program akselerasi di

SMP Negeri 2 Surakarta diwajibkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berpendidikan minimal S1.

b. Mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

c. Memiliki pengalaman mengajar pada program reguler sekurang-kurangnya

tiga tahun dengan prestasi yang baik.

Page 90: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

d. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang anak berkemampuan

khusus serta memahami mengenai program akselerasi.

Kriteria siswa yang berhak mengikuti program akselerasi di SMP

Negeri 2 Surakarta antara lain:

a. Memiliki kemampuan intelektual umum dengan IQ 125, ditunjang adanya

kreativitas terhadap tugas, dan memiliki kecerdasan tinggi.

b. Memiliki nilai rapor Sekolah Dasar (SD) minimal 7,0 untuk semua mata

pelajaran.

c. Lulus Tes Kemampuan Akademik Tertulis, khusus bidang matematika,

bahasa indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) dengan nilai sekurang-kurangnya 7,0.

d. Lulus Tes Psikologi yang dilaksanakan oleh tim psikolog yang ditunjuk

panitia, meliputi: Tes Inteligensi Umum, Tes Kreativitas, Tes Inventori

Ketertarikan Terhadap Tugas, serta Tes Potensi Akademik.

e. Lulus Tes Kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter yang ditunjuk panitia.

f. Lulus Tes Wawancara yang dilaksanakan oleh panitia.

g. Informasi data subjek yang diperoleh dari calon siswa, orang tua, dan

teman sebaya.

h. Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.

Standar kompetensi lulusan program akselerasi di SMP Negeri 2

Surakarta, yaitu siswa diharapkan memiliki:

a. Kualifikasi perilaku kognitif, daya tangkap cepat, kritis, cepat

menyelesaikan setiap masalah yang dimiliki.

Page 91: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b. Kualifikasi perilaku kreatif, rasa ingin tahu, imajinatif, suka akan

tantangan, berani mengambil resiko.

c. Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, pemahaman diri sendiri dan orang

lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri, budi

pekerti luhur.

d. Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual, pemahaman apa yang harus

dilakukan untuk mencapai kebahagiaan.

2. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan

penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

a. Persiapan administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan

yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada

kepala sekolah SMP Negeri 2 Surakata dengan nomor

786/H27.1.17.3/TU/2010 agar dapat melaksanakan penelitian di SMP

Negeri 2 Surakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah,

peneliti baru bisa melakukan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.

b. Persiapan alat ukur

Page 92: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Penelitian ini menggunakan tiga skala psikologi, yaitu skala body

image, skala kohesivitas kelompok teman sebaya, dan skala penyesuaian

sosial. Diperlukan persiapan yang matang agar alat ukur dalam penelitian

ini layak dan siap untuk digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini telah melalui prosedur validitas alat ukur yaitu melalui

pengujian validitas isi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat

kesesuaian antara butir-butir aitem dalam alat ukur dengan blue print yang

telah ditentukan sebelumnya. Selain itu pengujian validitas isi juga melihat

kesesuaian antara aitem-aitem dengan definisi operasional yang hendak

diungkap. Pengujian validitas isi dilakukan secara rasional oleh

professional judgement, yaitu pembimbing.

1. Skala body image

Skala body image dalam penelitian ini dimodifikasi dari skala

body image yang disusun oleh Yustisi (2009) berdasarkan aspek-aspek

body image dari MBSRQ-AS (Multidimensional Body Self-Relation

Questionnaire-Appearance Scales) yang dikemukakan oleh Cash dan

Pruzinsky (2002), yaitu aspek evaluasi penampilan, kepuasan terhadap

bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran

tubuh. Jumlah aitem total skala body image ini sebanyak 60 aitem yang

terdiri dari 30 aitem favourable dan 30 aitem unfavourable.

Skala body image ini merupakan skala model Likert, terdiri

atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan

jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

Page 93: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

sangat tidak setuju (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari

skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak

setuju). Penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat

setuju), 2 (setuju), 3 (tidak setuju), 4 (sangat tidak setuju). Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula

penyesuaian sosial subjek tersebut, dan sebaliknya.

Tabel 6.

Distribusi Aitem Skala Body Image

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1.

Evaluasi

Penampilan

2. Evaluasi terhadap

penampilan dari

diri pribadi dan

dari orang lain

3, 7, 10,

11, 18,

20, 30,

36, 37,

39, 56

1, 4, 5,

13, 16,

25, 32 48,

51, 50,

52, , 58

23

(38,33%)

2. Kepuasan

terhadap Bagian

Tubuh

3. Kepuasan terhadap

wajah dan kulit

42, 55 12, 22, 35

11

(18,33%) 4. Kepuasan terhadap

tubuh bagian

bawah/tengah/atas

40, 41, 45 19, 31, 33

3. Kecemasan

Menjadi Gemuk

3. Ketakutan

atau kewaspadaan

individu terhadap

kegemukan dan

berat badan

2, 6, 8, 17 44, 60

12

(20%) 4. Kecenderunga

n melakukan diet

dan membatasi

pola makan

9, 27, 54 15, 34, 46

4. Pengkategorian

Ukuran Tubuh

2. Berat badan

14, 43,

53, 57

21, 23,

26, 29 14

(23,33%) 2. Tinggi badan 47, 49, 59 24, 28, 38

Jumlah

(Persen) 30

(50%)

30

(50%)

60

(100%)

Page 94: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

3. Skala kohesivitas kelompok teman sebaya

Skala kohesivitas kelompok teman sebaya dalam penelitian ini

dimodifikasi dari skala kohesivitas kelompok teman sebaya yang

disusun oleh Sakti (2008) berdasarkan aspek-aspek kohesivitas

kelompok teman sebaya yang dikemukakan oleh Shaw dan Costanzo

(1989), yaitu aspek interaksi, pengaruh sosial, produktivitas

kelompok, dan kepuasan. Jumlah aitem total skala kohesivitas

kelompok teman sebaya ini sebanyak 60 aitem yang terdiri dari 32

aitem favourable dan 28 aitem unfavourable.

Skala kohesivitas kelompok teman sebaya ini merupakan skala

model Likert, terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan

empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian aitem favourable

bergerak dari skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1

(sangat tidak setuju), sedangkan penilaian aitem unfavourable

bergerak dari skor 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (tidak setuju), 4

(sangat tidak setuju). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,

semakin tinggi pula kohesivitas kelompok teman sebaya subjek

tersebut, dan sebaliknya.

Tabel 7.

Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1. Interaksi Aktivitas saling

mempengaruhi

antardua individu atau

1, 2, 3, 4,

5, 41, 42,

57

6, 7, 8, 9,

10, 43, 44

15

(25%)

Page 95: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

lebih

2. Pengaruh

Sosial

Penyesuaian dan

penerimaan dengan

kondisi sosial

21, 22, 23,

24, 25, 49,

50, 58

26, 27, 28,

29, 30, 51,

52

15

(25%)

3. Produktivitas

Kelompok

Kuantitas dan kualitas

aktivitas suatu

kelompok

11, 12, 13,

14, 15, 45,

46, 59

16, 17, 18,

19, 20, 47,

48

15

(25%)

4. Kepuasan Perasaan puas dan

bangga terhadap

kelompok

31, 32, 33,

34, 35, 53,

54, 60

36, 37, 38,

39, 40, 55,

56

15

(25%)

Jumlah

(Persen)

32

(53,33%)

28

(46,67%)

60

(100%)

4. Skala penyesuaian sosial

Skala penyesuaian sosial dalam penelitian ini disusun sendiri

oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial yang

dikemukakan oleh Hurlock (2004), yaitu aspek penampilan nyata,

penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan

pribadi. Jumlah aitem total skala penyesuaian sosial ini sebanyak 60

aitem yang terdiri dari 32 aitem favourable dan 28 aitem

unfavourable.Skala penyesuaian sosial ini merupakan skala model

Likert, terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat

pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian aitem favourable bergerak

dari skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak

setuju), sedangkan penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1

(sangat setuju), 2 (setuju), 3 (tidak setuju), 4 (sangat tidak setuju).

Page 96: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula

penyesuaian sosial subjek tersebut, dan sebaliknya

Tabel 8.

Distribusi Aitem Skala Penyesuaian Sosial

No. Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah

(Persen) F UF

1. Penampilan

Nyata

Tingkah laku yang

memenuhi harapan

kelompok

1, 9, 17,

25, 28, 31,

49

5, 13, 21,

37, 41, 45,

50

14

(23,33%)

2. Penyesuaian

Diri terhadap

Kelompok

Kemampuan

menyesuaiakan diri

secara baik dengan

setiap kelompok

yang dimasuki, baik

kelompok teman

sebaya ataupun

kelompok orang

dewasa lainnya

2, 10, 18,

26, 29, 32,

38, 51, 57

6, 14, 22,

42, 46, 52,

58

16

(26,67%)

3. Sikap Sosial Sikap menyenangkan

orang lain serta

berpartisipasi

menjalankan peran

dengan baik dalam

kegiatan sosial

3, 11, 19,

27, 30, 33,

53

7, 15, 23,

39, 43, 47,

54

14

(23,33%)

4. Kepuasan

Pribadi

Kepuasan ikut ambil

bagian dalam

aktivitas kelompok

serta mampu

menerima diri sendri

apa adanya

4, 12, 20,

24, 35, 36,

48, 55, 59

8, 16, 34,

40, 44, 56,

60

16

(26,67%)

Jumlah

(Persen)

32

(53,33%)

28

(46,67%)

60

(100%)

3. Pelaksanaan uji coba

Skala yang digunakan dalam penelitian harus dilakukan uji coba

terlebih dahulu agar memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yakni

Page 97: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

valid dan reliabel. Uji coba dilaksanakan hari Senin, tanggal 20 September

2010 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB dengan memberikan

skala body image, skala kohesivitas kelompok teman sebaya, dan skala

penyesuaian sosial kepada 46 siswa kelas VIII Program Akselerasi di SMP

Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga

pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan satu kali, yaitu pada saat

pelaksanaan uji coba (try out). Data yang diperoleh pada saat pelaksanaan uji

coba akan digunakan untuk penghitungan uji validitas dan reliabilitas, yang

selanjutnya langsung digunakan untuk penghitungan analisis data (uji

hipotesisi).

Sebanyak 46 eksemplar skala yang dibagikan, kesemuanya dapat

terkumpul kembali dan memenuhi syarat untuk diberikan skor serta dianalisis.

Data skoring kemudian ditabulasikan untuk dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas ketiga skala dilakukan dengan

bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui aitem-aitem valid

dan aitem-aitem gugur. Setelah diketahui aitem-aitem valid, selanjutnya

dilakukan penyusunan kembali nomor aitem baru. Data skoring dari aitem-

aitem valid inilah yang akan digunakan dalam penghitungan analisis data dan

interpretasi.

4. Uji validitas dan reliabilitas

Page 98: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Setelah dilakukan pemberian skor pada hasil pengisian skala,

selanjutnya dilakukan seleksi aitem skala psikologi untuk mendapatkan aitem

valid dari masing-masing skala yang akan dipergunakan dalam proses analisis

data. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis untuk

mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas

internal dalam penelitian ini menggunakan teknik Bivariate Pearson atau

sering disebut sebagai korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan cara

mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total. Pengujian

validitas internal menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

c. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05) maka aitem

tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

d. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05) maka aitem

tersebut tidak berkorelsi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

valid).

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat kestabilan hasil suatu

pengukuran. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang

angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas,

sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti

semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2003). Penelitian ini menggunakan batasan

reliabilitas menurut Arikunto (2007) bahwa reliabilitas suatu skala dikatakan

baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,6.

Page 99: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

1. Skala body image

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem

dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 46 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,291.

Hasil uji validitas skala body image dapat diketahui bahwa dari 60 aitem,

terdapat 27 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 1, 3, 4, 5, 11, 12, 13,

16, 24, 25, 28, 30, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 45, 48, 49, 50, 54, 56, 58 dan

60. Adapun aitem yang dinyatakan valid sebanyak 33 aitem dengan indeks

daya beda berkisar antara 0,301 sampai dengan 0,676 yaitu aitem 2, 6, 7, 8,

9, 10, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 33, 34, 35, 42, 43,

44, 46, 47, 52, 52, 53, 55, 57, dan 59. Rincian distribusi aitem valid dan

gugur skala body image dapat dilihat pada tabel 9. Indeks daya beda

masing-masing aitem skala body image terlampir.

Tabel 9.

Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Body Image

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Evaluasi

Penampilan

7, 10,

18, 20

3, 11,

30, 36,

56, 37,

39

51, 52

1, 4, 5,

13, 16,

25, 32,

48, 50,

58

6 17

2. Kepuasan

terhadap Bagian

Tubuh

42, 55 40,41,

45

19, 22,

31, 33,

35

12 8 3

3. Kecemasan

Menjadi Gemuk

2, 6, 8,

9, 17,

27

54 15, 34,

44, 46 60 9 3

4. Pengkategorian

Ukuran Tubuh

14, 43,

47, 53,

57, 59

49 21, 23,

26, 29

24, 28,

38 10 4

Jumlah 18 12 15 15 33 27

Page 100: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Hasil uji reliabilitas skala body image menunjukkan koefisien

reliabilitas sebesar 0,828. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala

body image termasuk dalam kaegori sangat tinggi, sehingga skala body

image dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai alat ukur suatu

penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

2. Skala kohesivitas kelompok teman sebaya

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem

dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 46 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,291.

Hasil uji validitas skala kohesivitas kelompok teman sebaya dapat diketahui

bahwa dari 60 aitem, terdapat 16 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem

10, 12, 13, 16, 17, 18, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 36, 42, 46, dan 48. Adapun

aitem yang dinyatakan valid sebanyak 44 aitem dengan indeks daya beda

berkisar antara 0,292 sampai dengan 0,710 yaitu aitem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 11, 14, 15, 19, 20, 21, 23, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41,

43, 44, 45, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, dan 60. Rincian

distribusi aitem valid dan gugur skala kohesivitas kelompok teman sebaya

dapat dilihat pada tabel 10. Indeks daya beda masing-masing aitem skala

kohesivitas kelompok teman sebaya.

Page 101: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 10.

Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Kohesivitas Kelompok

Teman Sebaya

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Interaksi 1, 2, 3,

4, 5,

41, 57

42

6, 7, 8,

9, 43,

44

10 13 2

2. Pengaruh

Sosial

21, 23,

49, 50,

58

22, 24,

25

29, 30,

51, 52

26, 27,

28 9 6

3. Produktivitas

Kelompok

11, 14,

15, 45,

59

12, 13,

46

19, 20,

47

16, 17,

18, 48 8 7

4. Kepuasan 31, 32,

33, 34,

35, 53,

54, 60

-

37, 38,

39, 40,

55, 56

36 14 1

Jumlah 25 7 19 9 44 16

Hasil uji reliabilitas skala kohesivitas kelompok teman sebaya

menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0,890. Hal ini berarti bahwa

koefisien reliabilitas skala kohesivitas kelompok teman sebaya termasuk

dalam kategori sangat tinggi sehingga skala kohesivitas kelompok teman

sebaya dianggap cukup handal untuk dipergunakan sebagai alat ukur suatu

penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

3. Skala penyesuaian sosial

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem

dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 46 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,291.

Hasil uji validitas skala penyesuaian sosial dapat diketahui bahwa dari 60

Page 102: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

aitem, terdapat 15 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 3, 5, 6, 7, 14,

25, 41, 42, 46, 50, 52, 54, 55, 56, dan 57. Adapun aitem yang dinyatakan

valid sebanyak 45 aitem dengan indeks daya beda berkisar antara 0,306

sampai dengan 0,636 yaitu aitem 1, 2, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39,

40, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 53, 58, 59, dan 60. Rincian distribusi aitem

valid dan gugur skala penyesuaian sosial dapat dilihat pada tabel 11. Indeks

daya beda masing-masing aitem skala penyesuaian sosial terlampir.

Tabel 11.

Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penyesuaian Sosial

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Penampilan

Nyata

1, 9,

17, 28,

31, 49

25 13, 21,

37, 45

5, 41,

50 10 4

2. Penyesuaian

Diri terhadap

Kelompok

2, 10,

18, 26,

29, 32,

38, 51

57 22, 58

6, 14,

42, 46,

52

10 6

3. Sikap Sosial

11, 19,

27, 30,

33, 53

3

15, 23,

39, 43,

47

7, 54 11 3

4. Kepuasan

Pribadi

4, 12,

20, 24,

35, 36,

48, 59

55

8, 16,

34, 40,

44, 60

56 14 2

Jumlah 28 4 17 11 45 15

Hasil uji reliabilitas skala penyesuaian sosial menunjukkan koefisien

reliabilitas sebesar 0,914. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala

penyesuaian sosial termasuk dalam kategoori sangat tinggi, sehingga skala

penyesuaian sosial dianggap cukup handal dipergunakan sebagai alat ukur

Page 103: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan subjek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII program

akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta. Jumlah populasi siswa kelas VIII

program akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 sebanyak

46 siswa. Pada penelitian ini digunakan seluruh populasi sebagai sampel,

karena jumlah siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2

Surakarta yang sedikit, sehingga dalam penelitian ini menggunakan seluruh

populasi sebagai subjek penelitian yang disebut sebagai penelitian populasi.

Alasan penggunaan subjek siswa SMP kelas VIII karena siswa SMP kelas

VIII pada umumnya berada pada rentang usia antara 13-15 tahun dan

dimasukkan dalam kelompok remaja awal.

Tabel 12.

Jumlah Siswa Kelas VIII Program Akselerasi SMP Negeri 2 Surakarta

Tahun Pelajaran 2009/2010

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Putra Putri

VIII Akselerasi 1 10 12 22

VIII Akselerasi 2 5 19 24

Jumlah 15 31 46

Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian

yang disebut sebagai penelitian populasi, sehingga dalam penelitian ini tidak

menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling). Penelitian ini

menggunakan try out terpakai, yaitu pengambilan dan pengumpulan data

Page 104: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dilakukan satu kali, yakni pada saat pelaksanaan uji coba (try out). Data yang

terkumpul digunakan untuk dua kepentingan atau dua uji, yakni penghitungan

uji validitas dan reliabilitas seluruh aitem pada masing-masnig skala

psikologi, serta digunakan untuk penghitungan alaisis data (uji hipotesis).

Tabel 13.

Tingkat Body Image Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Body Image

Subjek Penelitian

Frekuensi Persentase

Putra Putri Putra Putri

Tinggi 8 13 53,333% 41,935%

Rendah 7 18 46,667% 58,065%

Jumlah 15 31 100% 100%

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada saat yang sama dengan

pelaksanaan uji coba (try out) yaitu pada hari Senin, tanggal 20 September

2010, karena dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai, artinya

pengambilan dan pengumpulan data dilakukan satu kali dan digunakan untuk

dua kepentingan atau dua uji, yakni penghitungan uji validitas dan reliabilitas

seluruh aitem pada tiap-tiap skala psikologi, serta digunakan untuk

penghitungan alaisis data (uji hipotesis).

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan alat

ukur berupa skala body image yang terdiri dari 60 aitem, skala kohesivitas

kelompok teman sebaya yang terdiri dari 60 aitem, dan skala penyesuaian

sosial yang terdiri dari 60 aitem. Pembagian dan pengisian skala dilakukan

secara klasikal dengan menggunakan dua jam pelajaran setelah mendapatkan

ijin dan tercapainya kesepakatan antara ketua program akselerasi, guru

Page 105: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pengampu mata pelajaran, serta peneliti. Pengumpulan data dilaksanakan di

kelas VIII Akselerasi 2 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.00

WIB. Dilanjutkan pengumpulan data di kelas VIII Akselerasi 1 pada pukul

10.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB.

Sebelum siswa mengerjakan skala penelitian yang diberikan, peneliti

terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan

serta tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah subjek penelitian

menyatakan kesediaan untuk membantu, kemudian peneliti menjelaskan

tentang tata cara dan petunjuk pengisian skala serta memberikan contoh cara

mengerjakan skala tersebut. Selama subjek mengerjakan skala penelitian,

peneliti tetap berada di dalam kelas sampai subjek selesai mengerjakan, dan

mengumpulkan kembali skala yang telah diisi kepada peneliti. Pengambilan

skala dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai diisi oleh subjek. Skala

yang dibagikan sebanyak 46 eksemplar yang kesemuanya dapat kembali

kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis.

3. Pelaksanaan skoring

Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan pemberian skor

pada hasil pengisian skala untuk keperluan analisis data. Ketiga skala

menggunakan sistem penilaian dengan kategori Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Aitem-aitem dalam

ketiga skala ini terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable. Skor

setiap aitem valid yang diperoleh subjek penelitian dijumlahkan untuk

Page 106: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

masing-masing skala. Skor total setiap aitem valid dari masing-masing skala

inilah yang akan digunakan dalam penghitungan analisis data.

4. Penyusunan nomor aitem baru untuk penghitungan analisis data

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya

adalah menyusun kembali aitem-aitem valid yang digunakan untuk

penghitungan analisis data dan interpretasi.

Tabel 14.

Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Body Image

No. Aspek Nomor Aitem Valid Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Penampilan Nyata

7(3), 10(6),

18(10), 20(12) 51(28), 52(29) 6

2. Penyesuaian Diri

terhadap Kelompok

42(23), 55(31)

19(11), 22(14),

31(19), 33(20),

35(22)

8

3. Sikap Sosial

2(1), 6(2),

8(4), 9(5),

17(9), 27(17)

15(8), 34(21),

44(25), 46(26) 9

4. Kepuasan Pribadi

14(7), 43(24),

47(27), 53(30),

57(32), 59(33)

21(13), 23(15),

26(16), 29(18) 10

Jumlah 18 15 33 Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk

penghitungan analisis data dan interpretasi.

Page 107: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tabel 15.

Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya

No. Aspek Nomor Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Interaksi

1(1), 2(2), 3(3),

4(4), 5(5),

41(28), 57(41)

6(6), 7(7), 8(8),

9(9), 43(29),

44(30)

13

2. Pengaruh Sosial

21(15), 23(16),

49(33), 50(34),

58(42)

29(17), 30(18),

51(35), 52(36) 9

3. Produktivitas

Kelompok

11(10), 14(11),

15(12), 45(31),

59(43)

19(13), 20(14),

47(32) 8

4. Kepuasan

31(19), 32(20),

33(21), 34(22),

35(23), 53(37),

54(38), 60(44)

37(24), 38(25),

39(26), 40(27),

55(39), 56(40)

14

Jumlah 25 19 44

Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk

penghitungan analisis data dan interpretasi.

Tabel 16.

Distribusi Nomor Aitem Baru Skala Penyesuaian Sosial

No. Aspek Nomor Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

1. Penampilan

Nyata

1(1), 9(5),

17(12), 28(22),

31(25), 49(40)

13(9), 21(16),

37(31), 45(37) 10

2. Penyesuaian

Diri terhadap

Kelompok

2(2), 10(6),

18(13), 26(20),

29(23), 32(26),

38(32), 51(41)

22(17), 58(43) 10

3. Sikap Sosial

11(7), 19(14),

27(21), 30(24),

33(27), 53(42)

15(10), 23(18),

39(33), 43(35),

47(38)

11

4. Kepuasan

Pribadi

4(3), 12(8),

20(15), 24(19),

35(29), 36(30),

48(39), 59(44)

8(4), 16(11),

34(28), 40(34),

44(36), 60(45)

14

Jumlah 28 17 45

Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk

penghitungan analisis data dan interpretasi.

Page 108: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

B. Hasil Analisis Data dan Interpretasi

Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi dasar, yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas, serta uji asumsi klasik, yang meliputi uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penghitungan

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.

1. Uji asumsi dasar

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode

parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil

penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2009). Uji

normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05.

Tabel 17.

Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Penyesuaian Sosial .122 46 .084 .934 46 .012

Body Image .104 46 .200* .965 46 .184

Kohesivitas KTS .089 46 .200* .978 46 .511

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 109: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom

Kolmogorov-Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

penyesuaian sosial sebesar 0,084 0,05 ; nilai signifikansi body image

sebesar 0,200 0,05 ; serta nilai signifikansi kohesivitas kelompok teman

sebaya sebesar 0,200 0,05. Karena nilai signifikansi untuk seluruh

variable lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada

variabel penyesuaian sosial, body image, dan kohesivitas kelompok teman

sebaya berdistribusi normal. Angka statistik menunjukkan semakin kecil

nilainya, maka distribusi data semakin normal.

b. Uji linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji

linieritas biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau

regresi linier. Pengujian pada program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 16 menggunakan Test for Linearity dengan taraf

signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang

linier bila nilai signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2009).

Page 110: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 18.

Hasil Uji Linearitas antara Penyesuaian Sosial dengan Body Image

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penyesuaian

Sosial * Body

Image

Between Groups (Combined) 6233.942 30 207.798 1.723 .133

Linearity 670.615 1 670.615 5.562 .032

Deviation

from Linearity 5563.327 29 191.839 1.591 .173

Within Groups 1808.667 15 120.578

Total 8042.609 45

Tabel 19.

Hasil Uji Linearitas antara Penyesuaian Sosial dengan Kohesivitas

Kelompok Teman Sebaya

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penyesuaian

Sosial *

Kohesivitas

KTS

Between Groups (Combined) 7360.275 28 262.867 6.549 .000

Linearity 5929.762 1 5929.762 147.737 .000

Deviation

from

Linearity

1430.513 27 52.982 1.320 .279

Within Groups 682.333 17 40.137

Total 8042.609 45

Page 111: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara body image dengan

penyesuaian sosial menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar

0,032. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel body image dengan penyesuaian sosial

terdapat hubungan yang linear. Selain itu, diantara kohesivitas kelompok

teman sebaya dengan penyesuaian sosial juga menghasilkan nilai signifikansi

pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara kohesivitas kelompok teman

sebaya dengan penyesuaian sosial juga terdapat hubungan yang linier.

2. Uji asumsi klasik

a. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya

hubungan linier antara variabel independen dalam model regresi.

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya

multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearitas dilakukan

dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada

umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas

mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain

(Priyatno, 2009).

Page 112: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tabel 20.

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.583 11.849 .556 .581

Body Image .189 .076 .183 2.478 .017 .984 1.016

Kohesivitas

KTS .859 .076 .835 11.334 .000 .984 1.016

a. Dependent Variable: Penyesuaian

Sosial

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa

nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu variabel

body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya adalah 1,016. Hal

tersebut menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak terdapat

persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5.

b. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterosedastisitas, yaitu adanya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi

adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2009).

Metode pengujian untuk uji heteroskedastisitas pada penelitian ini

Page 113: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

menggunakan uji Park, yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2)

dengan masing-masing variabel independen (LnX1 dan LnX2). Kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas

2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3. Ho diterima apabila –t tabel t hitung t tabel yang berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak apabila t hitung t tabel

atau –t hitung –t tabel, yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 21.

Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Penyesuaian Sosial

dengan Body Image

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.368 13.338 .178 .860

lnx1

-.035 2.954 -.002 -.012 .991

a. Dependent Variable: lnei2

Page 114: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 22.

Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Penyesuaian Sosial dengan

Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -26.007 21.272 -1.223 .228

lnx2

5.736 4.323 .196 1.327 .191

a. Dependent Variable: lnei2

Hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung

adalah -0,012 dan 1,327. Nilai t tabel dapat dicari dengan df = n – 2 atau

df = 46 – 2 = 44 pada pengujian dua sisi (signifikansi 0,025), didapat

nilai tabel sebesar 2,015. Karena t hitung (-0,012 dan 1,327) berada pada

–t tabel t hitung t tabel, sehingga -2,015 -0,012 dan 1,327 2,015

maka Ho diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan

Lnei2 dengan LnX2 tidak ada gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan masalah

heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini.

Page 115: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

c. Uji otokorelasi

Uji otokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel

dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode

sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Prasyarat yang harus terpenuhi

adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pengujian

otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson).

Cara membaca hasil analisis yaitu dengan kriteria pengambilan jika nilai

DW = 2, maka tidak terjadi otokorelasi sempurna sebagai rule of tumb

(aturan ringkas). Jika nilai DW diantara 1,5 sampai dengan 2,5 maka data

tidak mengalami otokorelasi. Apabila nilai DW 1,5 disebut memiliki

otokorelasi positif, dan apabila nilai DW 2,5 sampai dengan 4 disebut

otokorelasi negatif (Priyatno, 2009).

Tabel 23.

Hasil Uji Otokorelasi Model Summary

b

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .878a .770 .759 6.55728 2.261

a. Predictors: (Constant), Kohesivitas KTS, Body Image

b. Dependent Variable: Penyesuaian Sosial

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,216.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah otokorelasi

dalam penelitian ini, karena nilai DW sebesar 2,216 berada diantara 1,5

sampai dengan 2,5 maka data tidak mengalami otokorelasi.

Page 116: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

3. Uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah

selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk menguji hipotesisi yang

diajukan dengan teknik analisis regresi linear berganda atau analisis dua

prediktor. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan F-test yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel

dependen secara simultan (bersama-sama).

Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value

(pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan,

yaitu taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar

dari nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku

untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil F-test

dari output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi

16 dapat dilihat pada tabel Anova.

Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan

untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap variabel

dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar

hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara

serentak terhadap variabel dependen (Y).

Page 117: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin

mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila

nilai r semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah

(Priyatno, 2009). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

ganda, adalah sebagai berikut:

Tabel 24.

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R)

No. Interval Nilai R Interpretasi

1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah

2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Sedang

4. 0,600 – 0,799 Kuat

5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Pada Model Summary juga didapatkan nilai koefisien determinasi (R2)

untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1

dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). apabila nilai R2

sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh

yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya

apabila nilai R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang

diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna.

Page 118: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 25.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6193.698 2 3096.849 72.023 .000a

Residual 1848.911 43 42.998

Total 8042.609 45

a. Predictors: (Constant), Kohesivitas KTS, Body Image

b. Dependent Variable: Penyesuaian Sosial

Tabel 26.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .878a .770 .759 6.55728

a. Predictors: (Constant), Kohesivitas KTS, Body Image

b. Dependent Variable: Penyesuaian Sosial

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada

kolom Sig.) sebesar 0,000 dari nilai taraf signifikansi 0,05 sedangkan nilai

F hitung sebesar 72,023 dari nilai F tabel sebesar 3,124. Hal ini berarti

bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu

terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kohesivitas

kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial.

Page 119: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,878

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara body image

dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial. Hasil

penghitungan tersebut juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2).

Nilai ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh

variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen

(Y). Nilai R2

(R Square) sebesar 0,770 atau 77%, yang berari bahwa

persentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni body image dan

kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap variabel dependen yakni

penyesuaian sosial sebesar 77%. Sisanya sebesar 23% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi

tentang besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel independen

atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Perbedaan

antara sumbangan relatif dengan sumbangan efektif yaitu sumbangan relatif

menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu variabel independen

terhadap junlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan

besarnya sumbangan suatu variabel independen terhadap keseluruhan

efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil

penghitungan menunjukkan:

Page 120: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

a. Sumbangan relatif body image terhadap penyesuaian sosial sebesar 6,84%

dan sumbangan relatif kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap

penyesuaian sosial sebesar 93,16%.

b. Sumbangan efektif body image terhadap penyesuaian sosial sebesar

5,2668% dan sumbangan efektif kohesivitas kelompok teman sebaya

terhadap penyesuaian sosial sebesar 71,7332%. Total sumbangan efektif

body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap

penyesuaian sosial ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,770 atau 77%.

5. Uji korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya korelasi

antarvariabel dan untuk menguji keeratan (kekuatan) hubungan antara dua

variabel (Priyatno, 2009). Keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk

koefisien korelasi (r). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien

korelasi ganda, adalah sebagai berikut:

Tabel 27.

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r)

No. Interval Koefisien

Korelasi (r) Interpretasi

1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah

2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Sedang

4. 0,600 – 0,799 Kuat

5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Page 121: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Tabel 28.

Korelasi Tiap-Tiap Variabel Bebas dengan Variabel Tergantung Correlations

Penyesuaian

Sosial

Body

Image

Kohesivitas

KTS

Penyesuaian Sosial Pearson Correlation 1 .289 .859**

Sig. (2-tailed) .052 .000

N 46 46 46

Body Image Pearson Correlation .289 1 .127

Sig. (2-tailed) .052 .400

N 46 46 46

Kohesivitas KTS Pearson Correlation .859** .127 1

Sig. (2-tailed) .000 .400

N 46 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan penghitungan didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Nilai korelasi antara body image dengan penyesuaian sosial adalah sebesar

0,289 dengan tingkat signifikansi p = 0,052 (p 0,05) menunjukkan

hubungan yang kurang signifikan artinya ada hubungan yang rendah

antara body image dengan penyesuaian sosial. Arah hubungan yang

terjadi adalah positif, karena nilai r positif, artinya semakin tinggi body

image maka akan semakin meningkatkan penyesuaian sosial.

b. Nilai korelasi antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial sebesar 0,859 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p

Page 122: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

0,05) menunjukkan hubungan yang signifikan artinya ada hubungan

yang sangat kuat antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena

nilai r positif, artinya semakin tinggi kohesivitas kelompok teman sebaya

maka akan semakin meningkatkan penyesuaian sosial.

6. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

mengenai kondisi body image, kohesivitas kelompok teman sebaya, dan

penyesuaian sosial pada subjek yang diteliti.

Tabel 29.

Deskripsi Data Empirik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Penyesuaian Sosial 46 123.00 178.00 1.4217E2 13.36879

Body Image 46 68.00 124.00 92.0217 12.91079

Kohesivitas KTS 46 114.00 171.00 1.3757E2 13.00026

Valid N (listwise) 46

Page 123: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tabel 30.

Deskripsi Data Penelitian

Skala Jml

Sbjk

Data

Hipotetik M SD

Data

Empirik M

SD Skor

Min

Skor

Maks

Skor

Min

Skor

Maks

PS 46 45 180 112,5 22,5 123 178 142,1739 13,36879

BI 46 44 132 82,5 16,5 68 124 137,5652 12,91079

Koh

KTS

46 33 176 110 22 114 171 92,0217 13,00026

Keterangan:

Jml Sbjk : Jumlah Subjek

Min : Minimal

Maks : Maksimal

M : Rerata

SD : Standar Deviasi

a. Kategorisasi tingkat penyesuaian sosial berdasarkan nilai subjek

Skala penyesuaian sosial akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,

sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2003).

Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 45 x 1 = 45 dan skor maksimal

yang dapat diperoleh subjek adalah 45 x 4 = 180. Maka jarak sebarannya

adalah 180 – 45 = 135 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 135 : 6 =

22,5 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 45 x 2,5 = 112,5. Apabila subjek

digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat kategorisasi serta

distribusi skor subjek seperti pada tabel 31.

Page 124: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 31.

Kriteria Kategori Skala Penyesuaian Sosial dan Distribusi Skor Subjek

Standar Deviasi Skor Kategorisasi

Subjek

Rerata

Empirik Frek

(∑N) Persentase

(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 45 X 72 Sangat

Rendah _ _

(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 72 X 99 Rendah _ _

(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 99 X 126 Sedang 2 4,35

(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 126 X 153 Tinggi 33 71,74 142,1739

(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 153 X 180 Sangat Tinggi 11 23,91

Jumlah 46 100

Berdasarkan kategorisasi skala penyesuaian sosial seperti yang terlihat

pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat

penyesuaian sosial yang tinggi.

b. Kategorisasi tingkat body image berdasarkan nilai subjek

Skala body image akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,

sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2003).

Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 33 x 1 = 33 dan skor maksimal

yang dapat diperoleh subjek adalah 33 x 4 = 132. Maka jarak sebarannya

adalah 132 – 33 = 99 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 99 : 6 = 16,5

sedangkan rerata hipotetiknya adalah 33 x 2,5 = 82,5. Apabila subjek

Page 125: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat kategorisasi serta

distribusi skor subjek seperti pada tabel 32.

Tabel 32.

Kriteria Kategori Skala Body Image dan Distribusi Skor Subjek

Standar Deviasi Skor Kategorisasi

Subjek

Rerata

Empirik Frek

(∑N) Persentase

(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 33 X 52,8 Sangat Rendah

_ _

(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 52,8 X 72,6 Rendah 2 4,35

(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 72,6 X 92,4 Sedang 23 50 92,0217

(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 92,4 X 112,2 Tinggi 18 39,13

(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 112,2 X 132 Sangat Tinggi 3 6,52

Jumlah 46 100

Berdasarkan kategorisasi skala body image seperti yang terlihat pada

tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat body

image yang sedang.

c. Kategorisasi tingkat kohesivitas kelompok teman sebaya berdasarkan

nilai subjek

Skala kohesivitas kelompok teman sebaya akan dikategorikan untuk

mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah

dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara

normal, sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar,

2003). Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 44 x 1 = 44 dan skor

Page 126: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 44 x 4 = 176. Maka jarak

sebarannya adalah 176 – 44 = 132 dan setiap satuan deviasi standarnya

bernilai 132 : 6 = 22 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 44 x 2,5 = 110.

Apabila subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat

kategorisasi serta distribusi skor subjek seperti pada tabel 33.

Tabel 33.

Kriteria Kategori Skala Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya dan Distribusi

Skor Subjek

Standar Deviasi Skor Kategorisasi

Subjek

Rerata

Empirik Frek

(∑N) Persentase

(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 44 X 70,4 Sangat Rendah

_ _

(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 70,4 X 96,8 Rendah _ _

(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 96,8 X 123,2 Sedang 5 10,87

(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 123,2 X 149,6 Tinggi 33 71,74 137,5652

(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 149,6 X 176 Sangat Tinggi 8 17,39

Jumlah 46 100

Berdasarkan kategorisasi skala kohesivitas kelompok teman sebaya seperti

yang terlihat pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki

tingkat penyesuaian sosial yang tinggi.

C. Pembahasan

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara body

image dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada

siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta. Hal tersebut

Page 127: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

berdasarkan hasil output program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 16 dengan menggunakan penghitungan analisis regresi linier

berganda, yakni nilai p-value sebesar 0,000 dari nilai taraf signifikansi 0,05

sedangkan nilai F hitung sebesar 72,023 dari nilai F tabel sebesar 3,124 serta

nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,878.

Nilai R Square sebesar 0,770 menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh

dari body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya secara bersama-sama

terhadap penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program akselerasi di SMP

Negeri 2 Surakarta yaitu sebesar 77%. Nilai R Square yang didapat juga

merupakan hasil penjumlahan dari sumbangan efektif. Sumbangan efektif dari

body image terhadap penyesuaian sosial sebesar 5,2668% sedangkan sumbangan

efektif dari kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap penyesuaian sosial

sebesar 71,7332%. Terlihat bahwa kohesivitas kelompok teman sebaya

memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh yang diberikan body

image terhadap penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program akselerasi di

SMP Negeri 2 Surakarta.

Berdasarkan hasil kategorisasi skala penyesuaian sosial, diketahui bahwa

subjek penelitian memiliki tingkat penyesuaian sosial yang tinggi dengan nilai

mean empirik sebesar 142,1739 berada pada rentang nilai antara 126 – 153. Hal

ini diasumsikan karena subjek telah mengenal lingkungan sekolah dan teman

sebaya selama kurang lebih satu tahun di kelas VII, serta dapat di terima oleh

lingkungan, sehingga penyesuaian sosial dapat terbentuk dengan baik.

Page 128: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Sesuai dengan pendapat Hurlock (2004) bahwa penyesuaian dikatakan

baik apabila lingkungan di sekitar individu berada, dapat menerima individu

tersebut dengan baik pula. Selain itu, kenyataaan di lapangan menunjukkan bahwa

subjek penelitian yaitu siswa program akselerasi, pada umumnya merupakan

anak-anak yang berada di kelas sosial ekonomi atas atau menengah ke atas,

sehingga kemungkinan besar tidak memiliki permasalahan penyesuaian sosial.

Sebagaimana pendapat yang diungkapkan Zulkifli (2006) bahwa individu dengan

tingkat ekonomi rendah cenderung memilki permasalahan penyesuaian sosial.

Hasil koefisien korelasi antara body image dan penyesuaian sosial yakni

sebesar 0,289 dengan tingkat signifikansi p = 0,052 (p 0,05) menunjukkan

hubungan yang kurang signifikan artinya ada hubungan yang rendah antara body

image dengan penyesuaian sosial. Tingkat body image pada subjek penelitian

termasuk dalam kategori sedang dengan nilai mean empirik sebesar 92,0217

berada pada rentang nilai antara 72,6 – 92,4 artinya sebagian subjek memiliki

body image positif, dan sebagian yang lain memiliki body image negatif.

Meskipun tingkat body image subjek dalam penelitian ini berada dalam kategori

sedang, namun tingkat penyesuaian sosial subjek berada dalam kategori tinggi.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena subjek mampu menerima keadaan

diri dan tubuh apa adanya, sehingga subjek memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Kepercayaan diri yang tinggi akan membentuk konsep diri positif yang mampu

mangarahkan individu untuk berpikir optimis dalam pergaulan, mampu

mengekspresikan seluruh potensi dihadapan teman-teman sebaya, sehingga

individu tersebut tidak akan menemukan kesulitan dalam penyesuaian sosial.

Page 129: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Sesuai dengan pendapat Hurlock (2004) bahwa salah satu faktor yang turut

mempengaruhi penyesuaian sosial adalah konsep diri, yaitu cara pandang dan

penilaian individu pada diri sendiri yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial

individu, terutama pada proses penyesuaian sosial yang dialami individu tersebut.

Body image adalah bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik

(Mappiare, 1982). Pendapat ini dibuktikan melalui hasil dari suatu penelitian yang

dilakukan oleh Ary (2005) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian sosial.

Nilai korelasi antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial sebesar 0,859 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p 0,05)

menunjukkan hubungan yang signifikan artinya ada hubungan yang sangat kuat

antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial. Tingkat

kohesivitas kelompok teman sebaya yang dimiliki subjek termasuk dalam kategori

tinggi, dengan nilai mean empirik sebesar 137,5652 berada pada rentang nilai

antara 123,2 – 149,6 begitu juga dengan tingkat penyesuaian sosial yang diperoleh

subjek dapat digolongkan dalam kategori tinggi.

Hal tersebut membuktikan bahwa individu yang mampu menyesuaikan diri

dalam suatu kelompok sosial, cenderung memiliki penyesuaian sosial yang positif

serta dapat menjalin relasi sosial pada lingkungan yang lebih luas. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Hurlock (2004) bahwa penyesuaian sosial merupakan

kemampuan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri

terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.

Individu dengan teman yang sesuai taraf perkembangan dan usia relatif sama,

Page 130: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

mampu melakukan penyesuaian yang baik karena individu tersebut memiliki

peluang yang sama untuk mempelajari berbagai ketrampilan sosial dan

berpartisipasi dalam kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Green dan

Wentzel (dalam Sawitri dkk., 2005) menemukan bahwa ada hubungan positif

antara penerimaan sosial teman sebaya dengan penyesuaian sosial.

Total sumbangan efektif dalam penelitian ini adalah sebesar 77%, sisanya

sebesar 23% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini. Pada dasarnya, banyak faktor yang turut mempengaruhi

penyesuaian sosial seperti yang diungkapkan oleh Schneiders (1985), antara lain

yakni faktor internal; meliputi emosi, rasa aman, penerimaan diri, ciri pribadi,

inteligensi, jenis kelamin, dan karakteristik individu dalam merespon pengalaman

hidup, serta faktor eksternal; meliputi keluarga, teman sebaya, lingkungan

masyarakat, dan budaya. Selain itu, masih terdapat banyak faktor menurut para

ahli lainnya yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial seorang individu.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII program akselerasi di SMP Negeri 2

Surakarta. Penelitian ini memiliki kelemahan dan keterbatasan, antara lain hanya

dapat digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja, sedangkan

penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang

berbeda, memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau

menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.

Page 131: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara body image dan kohesivitas

kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII

program akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil

analisis regresi linier berganda, yaitu diperoleh nilai p-value sebesar 0,000

dari nilai taraf signifikansi 0,05 sedangkan nilai F hitung sebesar 72,023 dari

nilai F tabel sebesar 3,124 serta nilai koefisien korelasi ganda (R) yang

dihasilkan sebesar 0,878.

2. Sumbangan relatif body image terhadap penyesuaian sosial sebesar 6,84% dan

sumbangan relatif kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap penyesuaian

sosial sebesar 93,16%. Sumbangan efektif body image terhadap penyesuaian

sosial sebesar 5,2668% dan sumbangan efektif kohesivitas kelompok teman

sebaya terhadap penyesuaian sosial sebesar 71,7332%. Total sumbangan

efektif body image dan kohesivitas kelompok teman sebaya terhadap

penyesuaian sosial ditunjukkan oleh nilai koefisien dterminasi (R2) sebesar

0,770 atau 77%.

Page 132: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

3. Hasil koefisien korelasi antara body image dengan penyesuaian sosial sebesar

0,289 dengan tingkat signifikansi p = 0,052 (p 0,05) menunjukkan hubungan

yang rendah antara body image dengan penyesuaian sosial. Hasil koefisien

korelasi antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan penyesuaian sosial

sebesar 0,859 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p 0,05) menunjukkan

hubungan yang sangat kuat antara kohesivitas kelompok teman sebaya dengan

penyesuaian sosial.

4. Tingkat penyesuaian sosial pada subjek penelitian termasuk dalam kategori

tinggi (mean = 142,1739), sedangkan tingkat body image pada subjek

penelitian termasuk dalam kategori sedang (mean = 92,0217), serta tingkat

kohesivitas kelompok teman sebaya pada subjek penelitian termasuk dalam

kategori tinggi (mean = 137,5652).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

e. Bagi orang tua

Lingkungan keluarga terutama orang tua memiliki kontribusi besar

dalam pencapaian penyesuaian sosial yang baik bagi anak, dalam penelitian ini

adalah bagi siswa akselerasi. Orang tua diharapkan berupaya membangun

kemampuan penyesuaian sosial siswa akselerasi serta menciptakan lingkungan

psikologis yang dapat mempertahankan terwujudnya penyesuaian sosial yang

baik, yakni dengan memberikan penghargaan kepada siswa akselerasi terhadap

Page 133: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

kerja keras dan prestasi yang telah diraih oleh siswa akselerasi. Orang tua

diharapkan tidak terlalu memberikan penekanan dan tuntutan berlebihan

kepada siswa akselerasi, justru sebaliknya orang tua diharapkan untuk terus

memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa akselerasi dalam menjalin

hubungan sosial dengan teman sebaya, masyarakat, dan lingkungan sekitar,

sehingga di samping memiliki prestasi tinggi dalam bidang akademik, siswa

akselerasi juga mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik di lingkungan

sekitar.

f. Bagi lembaga pendidikan dan guru

Guru atau pendidik diharapkan dapat mempertahankan atau bahkan

mengembangkan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

akselerasi dan melakukan evaluasi berkala terhadap kekurangan atau

kelemahan program akselerasi yang telah diterapkan, agar tercapai tujuan

pembelajaran yang lebih sempurna. Guru diharapkan tetap memberikan

pengarahan dan penjelasan kepada siswa akselerasi, karena meskipun memiliki

kapasitas intelektual yang tinggi, namun siswa akselerasi tetap membutuhkan

bimbingan guru dalam proses perkembangan sosial yang sedang dialami.

Melihat pengaruh program akselerasi terhadap aspek perkembangan sosial

siswa berbakat, maka diperlukan pembimbingan dan pendampingan bagi siswa

akselerasi oleh guru bimbingan konseling atau psikolog untuk memberikan

arahan yang berkaitan dengan aspek perkembangan sosial remaja.

Page 134: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Upaya peningkatan penyesuaian sosial bagi siswa akselerasi, dapat

dilakukan oleh pihak sekolah atau lembaga pendidikan dan guru dengan

mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menyatukan siswa akselerasi

dengan siswa reguler, sehingga proses sosialisasi siswa akselerasi dengan siswa

reguler tetap dapat berlangsung dengan baik. Misalnya kegiatan keagamaan,

pengajian, olahraga bersama, bakti sosial, bazaar, ajang kreativitas dan bakat,

perlombaan majalah dinding, pentas seni, dan lain sebagainya.

Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya merupakan

suatu usaha untuk membangkitkan rasa sosial atau usaha memperoleh nilai-

nilai sosial. Sehubungan dengan usaha kearah itu, pihak sekolah atau lembaga

pendidikan hendaknya secara eksplisit ikut menanamkan paham rasa sosial

yang demokratis. Guru memegang peranan penting dalam memahami

kehidupan sosial siswa baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas.

Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, guru diharapkan dapat membantu

siswa yang mempunyai kesulitan dalam pergaulan dengan teman sebaya

ataupun kesulitan dalam penyesuaian sosial lainnya.

g. Bagi siswa

Siswa akselerasi diharapkan mampu meningkatkan rasa percaya diri

yang tinggi, menerima keadaan tubuh dan fisik secara positif, serta

mengembangkan body image positif agar mampu mempertahankan hubungan

persahabatan yang erat dengan kelompok teman sebaya, sehingga dapat

melakukan penyesuaian sosial dengan baik di lingkungan masyarakat yang

Page 135: hubungan antara self body image dan kohesivitas peer group ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

lebih luas. Siswa akselerasi dapat mempertahankan penyesuaian sosial yang

baik dengan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

ataupun kegiatan sosial lainya di lingkungan rumah.

h. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih menyempurnakan

penelitian ini. Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan saja, sehingga

bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis

atau penelitian dengan topik yang sama, diharapkan dapat memperhatikan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian sosial, seperti kondisi fisik,

pola asuh, perkembangan, kematangan intelektual, sosial, moral, serta emosi.

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan

memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi

lebih luas, serta mampu mencapai proporsi yang seimbang, sehingga

kesimpulan yang diperoleh akan lebih komprehensif. Penelitian berulang-ulang

disertai perubahan dan penyempurnaan dalam teknik pengukuran, pemakaian

alat ukur, prosedur penelitian, maupun perluasan ruang lingkup populasi

penelitian, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik.