Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan...

33
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI OLEH ELUZIA YULITASARI 802012032 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan...

Page 1: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA

PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI

OLEH

ELUZIA YULITASARI

802012032

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada
Page 3: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada
Page 4: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUKKEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eluzia Yulitasari

Nim : 802012032

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA

PELAYAN GEREJA ISA ALMASIHPATI

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia

atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

PadaTanggal : 29 Maret 2016

Yang menyatakan,

Eluzia Yulitasari

Mengetahui,

Pembimbing

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA

Page 5: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eluzia Yulitasari

Nim : 802012032

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA

PELAYAN GEREJA ISA ALMASIH PATI

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 29 Maret 2016

Yang memberipernyataan,

Eluzia Yulitasari

Page 6: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA

PELAYAN GEREJA ISA ALMASIH PATI

Oleh

Eluzia Yulitasari

802012032

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 29 Maret 2016

Oleh:

Pembimbing,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. SutartoWijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA

PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI

Eluzia Yulitasari

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan

pemaafan pada pelayan Gereja Isa Almasih Pati. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 50 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh. Alat ukur

yang digunakan dalam pengambilan data adalah The Religiousity scale of christian

sample dan Transgression-Related Interpersonal Motivasion Inventory ( TRIM-18).

Data dianalisis menggunakan program SPSSv 16. Hasil penelitian ini menunjukkan

korelasi antara religiusitas dengan pemaafan memperoleh r = 0,516 dengan sig 0,000

(p<0,05) yang berarti adanya hubungan positif antara religiusitas dengan pemaafan.

Kata Kunci : Religiusitas, Pemaafan

Page 9: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

ii

Abstract

This study was aimed to determine the relation between religiousitywith forgiveness in

clergy of Isa Almasih Church in Pati. Total sample in this study was 50 respondents.

The sampling technique used was boring sampling. The measuring instruments used in

data collection were The Religiousity Scale of Christian Sample and Transgression-

Related Interpersonal Motivation Inventory ( TRIM-18). Analysis of the data in this

study using SPSSv.16 program.These results indicate a correlation between religiosity

with forgiveness to obtain results with r = 0.516 sig = 0.000 (p >0.05), which means

that there is a significant positive relationship between religiousity with forgiveness.

Keywourds : Relogiousity, Forgiveness

Page 10: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

1

PENDAHULUAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugiyono., Muryati, Y., 2008) gereja

adalah suatu gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama kristen dan

badan (organisasi) umat kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya (-

Katolik, - Protestan, dan lain-lain). Salah satu gereja yang ada di Pati adalah Gereja Isa

Almasih. Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan wawancara terhadap

pendeta dari Gereja Isa Almasih mengenai misi dan visi gereja pada tanggal 25 Oktober

2015 setelah selesai ibadah pagi di gereja tersebut. Dalam Gereja Isa Almasih sendiri

memiliki misi yaitu membangun Tubuh Kristus (Gereja dan Pribadi masing-masing)

dan mewujudkan perubahan penanaman nilai-nilai Kerajaan Allah (Alkitab sebagai

buku ajaran umat kristiani) dan memiliki visi yaitu menjadikan jemaat yang dinamis,

bertumbuh secara iman dan berdampak kepada sesama, sehingga gereja tersebut dapat

menjalankan setiap misi dan visi tersebut dengan adanya pelayan gereja yang membantu

dalam proses pelayanan baik di dalam atau di luar gereja.

Pelayanan didalam gereja meliputi pemimpin pujian atau yang memimpin

dalam bernyanyi, sebagai singer atau sebagai pengisi suara yang membantu pemimpin

pujian, pemain musik, pembawa renungan atau pengkotbah, pembawa kantong

persembahan, sebagai user atau penyambut tamu jemaat gereja, sebagai petugas LCD,

dan masih banyak lagi, hal ini diketahui oleh peneliti dari hasil observasi dan dengan

melakukan wawancara sebagai penguat observasi yang dilakukan pada tanggal 25

Oktober 2015. Ada pula pelayanan diluar gereja dilakukan dalam hal kemanusiaan

seperti menjual sembako kepada masyarakat sekitar gereja yang kurang mampu seperti

tukang becak, keluarga miskin dan lain-lain dengan harga yang sangat murah. Jika

Page 11: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

2

terjadi bencana alam seperti banjir maka pelayan gereja menyediakan makanan, obat-

obatan bagi korban bencana alam tersebut.

Pelayan gereja adalah seseorang atau tim yang bergerak untuk memenuhi

kebutuhan suatu kegiatan gerajani yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya tekanan

dari manapun (Haryyo, 2010). Dalam setiap pelayanan terdapat banyak individu yang

mengajukan diri sebagai pelayan yang bersedia melayani tanpa mendapatkan upah atau

gaji dari gereja itu sendiri. Begitu pula hal tersebut dilakukan oleh pelayan Gereja Isa

Almasih kota Pati yang bersedia melakukan pelayanan tanpa mendapatkan upah atau

gaji dari majelis gereja. Setiap pelayan sudah memiliki jadwal-jadwal pelayanan yang

sudah ditetapkan, sehingga bagi pelayan gereja yang sedang berhalangan karena suatu

hal yang sangat mendesak atau penting seperti sedang sakit dapat bertukar waktu

pelayanan dengan pelayan yang lain.

Pelayan di gereja tersebut memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda-

beda. Mereka melakukan interaksi satu sama lain sebagai makhluk sosial yang memiliki

kebutuhan untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal tersebut kerap

memunculkan gesekan antara satu dengan yang lainnya. Baik dalam perlakukan, tutur

kata yang menyakiti hati ataupun kritikan-kritikan tajam yang memicu adanya perasaan

sakit hati pada setiap pelayan itu sendiri. Hal ini berpotensi memunculkan rasa sakit hati

oleh satu sama lain dan adanya kesulitan dalam memaafkan atau meminta maaf pada

orang yang disakiti.

Hal tersebut didukung dengan wawancara pada beberapa pelayan gereja

tersebut, wawancara dilakukan di Gereja Isa Almasih pada tanggal 1 November 2015

setelah kegiatan ibadah pagi digereja tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan

Page 12: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

3

wawancara yang dilakukan oleh peneliti efek negatif yang akan terjadi jika individu

tidak mampu melakukan pemaafanadalah ketidaknyamanan saat pelayanan berlangsung,

tidak adanya ketulusan dalam bekerjasama saat pelayanan, dan saling merugikan satu

sama lain seperti memfitnah atau menyebarkan hal negatif pada pelayan yang lainnya.

Sehingga mengakibatkan beberapa pelayan gereja undur diri dari pelayanan, bahkan ada

beberapa pelayan yang memutuskan untuk berpindah ke gereja lain karena merasa sakit

hati dan merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.

Pemaafan merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan

perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya keinginan untuk

menjauhi pelaku (McCullough dalam prasylia, 2015). Adanya pemaafan menimbulkan

keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti walaupun

orang yang telah menyakiti telah berbuat menyakitkan terhadap individu. Namun

pemaafan merupakan hal yang tidak mudah dilakukan karena harus melibatkan dua

faktor, yaitu harus menghilangkan motivasi membalas dendam dan menghilangkan

motivasi untuk menjauhi orang yang menyakiti (McCullough, 1999). Pemaafan tidak

hanya menghilangkan perasaan negatif saja, namun harus mengembalikan perasaan

positif terhadap pelakunya (Worthington, 1998). Pemaafan juga memiliki tujuan untuk

mengembalikan hubungan yang baik antara individu dengan individu lainnya.

Efek negatif yang akan terjadi jika tidak mampu melakukan pemaafan diantara

pelayan gereja adalah akan terjadi perpecahan diantara mereka yang akan memengaruhi

gereja, akan terbentuknya kelompok-kelompok yang menimbulkan perpecahan dalam

gereja dan akan menimbulkan persaingan antar kelompok pelayan satu dengan yang

lainnya. Hal tersebut diketahui dengan adanya wawancara terhadap beberapa pelayan

Page 13: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

4

Gereja Isa Almasih pada tanggal 25 Oktober 2015. Ketidakmampuan untuk memaafkan

juga memiliki efek negatif yang dapat merugikan diri individu sendiri. Hal ini

ditemukan dalam penelitian di Medical College of Georgia, orang-orang yang mengaku

tidak dapat memaafkan memiliki dendam selama bertahun-tahun mengalami

peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, hipertensi,

maag, sakit punggung, dan sakit kepala. (Detik.com, 2014 )

McCullough (2000) mengemukakan 3 aspek forgivenessyang menentukan perilaku

seseorangyaitu tidak adanyaa) Avoidance motivation, ditandai dengan individu yang

menghindar atau menarik dari (withdrawal) dari perilaku.b) Revenge motivation,

ditandai dengan dorongan individu untuk membalas perbuatan pelaku yang ditujukan

kepadanya. Dalam kondisi ini, individu tersebut marah dan berkeinginan untuk

membalas dendam terhadap pelaku. Ketika individu dilukai oleh individu lain (pelaku),

maka yang terjadi dalam dirinya adalah peningkatan dorongan untuk menghindar

(avoidance) dan membalas dendam (revenge). Dan adanya c)Benevolence motivation,

ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku. Dengan adanya

kehadiran benevolance, berarti juga menghilangkan kehadiran dua dimensi sebelumnya.

Oleh karena itu, individu yang memaafkan memiliki benevolance motivations yang

tinggi, namun di sisi lain memiliki avoidance yang rendah.

Faktor yang berpengaruh terhadap forgiveness menurut Wade dan

Warthington(2003) yaitu a) Empati, empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut

merasakan perasaan atau pengalama orang lain. Melalui empati terhadap pihak yang

menyakiti, seseorang dapat memahami perasaan pihak yang menyakiti merasa bersalah

dan tertekan akibat perilaku yang menyakitkan. b) Keramahan, dimana individu dapat

mengerti keadaan individu lain dan memakluminya. Keramahan memungkinkan untuk

Page 14: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

5

terjadi pemaafan. c) Kemarahan, merupakan emosi negatif yang sering menstimulasi

usaha untuk mengurangi tindakan untuk memaafkan. d) Perasaan malu, individu

sebagai pelaku kejahatan merasa malu atas perbuatan yang dilakukannya dengan

mneyakiti orang lain. Adanya perasaan malu tersebut kemudian akan mempersulit

terjadinya pemaafan. e) Kedekatan hubungan dengan transgressor. Hal ini

dikarenakan pemaafan melibatkan perubahan dorongan dari negatif menjadi positif

terhadap transgressor, maka kedekatan hubungan kemudian akan mempengaruhi proses

tersebut. f) Kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi. McCullough,

Rachal, sabdage, Worthington, Brown dan Hight (1998) menyatakan bahwa hubungan

yang romantik mungkin lebih bersedia untuk memaafkan karena mempunyai sumber

daya yang cukup besar dalam hubungan. g) Reaksi transgressor (luka yang

ditimbulkan oleh transgressor), semakin besar luka yang dihasilkan , maka semakin

sulit pula individu untuk memaafkan transgressor. h) Permintaan maaf, hal ini

menstimulasi emosi dalam diri korban dan menumbuhkan empati terhadapnya, sehingga

dapat meningkatkan pemaafan individu terhadap transgressor. i) Religiusitas, dimana

individu yang mendasarkan tingkah laku hidup sehari-hari atau segala aspek hidupnya

dalam agama yang diyakininya dapat melakukan pemaafan. Individu yang memiliki

tingkat religiusitas tinggi dapat melakukan pemaafan.

Dari pernyataan Wade dan Warthington (2003) terlihat bahwasalah satu faktor yang

mempengaruhi forgiveness adalah religiusitas. Para pelayan gereja seharusnya memiliki

tingkat pemaafan atau mudah memaafkan karena individu yang melakukan praktik

keagamaan memiliki pemaafan yang tinggi ( Prasylla, 2015 ) . Nilai agama

mempengaruhi nilai dan konsep pemaafan individu, sedangkan keterlibatan di dalam

Page 15: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

6

praktik keagamaan mempengaruhi kecenderungan memaafkan di situasi yang nyata.

(Hui, Watkins, Wong & Sun, 2006 )

Religiusitas menurut Stark dan Glock (1968) menyatakan bahwa religiusitas

sebagai komitmen religius yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu

yang bersangkutan dengan agama yang dianut.

Menurut Stark dan Glock (1968), dimensi religiusitas terdiri dari lima dimensi yaitu

a) Dimensi ideologi ini terdiri dari pengharapan-pengharapan dimana orang yang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui kebenaran

ajaran agama. b) praktik keagamaan dimensi ini mencakup perilaku pemujaan,

ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmennya terhadap

agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting

yaitu ritual dan ketaatan. Ritual seperti menghadiri pengajian agama, sedangkan

ketaatan seperti mengerjakan shalat. c) Pengalaman Keagamaan dimensi ini berisikan

fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan yang pasti, meski

tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama baik pada suatu saat akan

mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan bahwa seseorang

akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural. d) Pengetahuan

keagamaan dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama

paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-

ritual, kitab suci, dan tradisi-tradisi. e) Konsekuensi Keagamaan dimensi ini mengacu

kepada indentifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

Page 16: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

7

Hubungan antara religiusitas dan pemaafan

Religiusitas merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu dan

merupakan hal yang penting bagi pembentukan perilaku individu tersebut. Individu

yang memiliki religiusitas yang tinggi dalam kehidupannya memilih dan memakai nilai-

nilai agama sebagai bagian dari kehidupan duniawinya dan sebagai sarana untuk

kehidupan yang lebih baik (Turmudi dalam Haryyo, 2010). Individu yang memiliki

tingkat religiusitas akan menerapkan nilai-nilai agama yang dianutnya dalam kehidupan

sosialnya. Salah satunya adalah pemaafan. Apabila individu memiliki pemahaman

dasar-dasar agama yang baik maka individu mampu mengatasi permasalahan yang

dihadapi dan individu dapat menerapkan prinsip religiusitas agar memiliki perasaan

aman. Hal tersebut didukung dengan pernyataan (Allport & Ross dalam widyarini,

2009) sebagai pelopor psikologi sosial yang menyatakan bahwa salah satu orientasi

religiusitas adalah orientasi ekstrinsik yaitu memandang agama sebagai sesuatu yang

memberikan banyak manfaat seperti rasa aman dan penghiburan.

Sesuai dengan pandangan umumnya dimensi religiusitas menurut Stark dan

Glock (1968) yang pertama adalah dimensi iman yang mencakup ekspektasi (harapan)

bahwa seorang penganut agama menganut dan memahami suatu pandangan teologis

yang menyebabkan dia mengakui dan menerima kebenaran agama tertentu, hal tersebut

menyatakan bahwa jika individu mengakui dan melakukan ajaran yang diajarkan oleh

agama tersebut, sebagaimana agama kristiani mengajarkan umatnya untuk memaafkan.

Kemudian yang kedua orang yang religius adalah orang yang melakukan praktik

keagamaanyang mencakup ibadat (rituals) yang menjadi kewajiban yang harus dipenuhi

oleh setiap penganut agama seperti yang dilakukan oleh pelayan Gereja Isa Almasih

adalah wajib mengikuti doa puasa, Sekolah orientasi melayani (SOM) dan mengikuti

Page 17: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

8

persekutuan-persekutuan kelompok daerah yang akan membentuk ketaatan akan

agamanya sehingga mendapatkan pengertian tentang ajaran untuk memaafkan pula.

Kemudian yang ketiga seseorang yang religius akan memiliki pengalaman

keagamaan yaitu mencakup kenyataan bahwa semua agama punya harapan yang

standard (umum) namun setiap pribadi penganutnya bisa memperoleh suatu pengalaman

langsung dan pribadi (subyektif) dalam berkomunikasi dengan realitas supranatural itu

hal . Dimensi religiusitas yang keempat seseorang yang religius akan memiliki

pengetahuan keagama yang merujuk pada ekspektasi bahwa penganut agama tertentu

hendaknya memiliki pengatahuan minimum mengenai hal-hal pokok dalam agama:

iman, ritus, Kitab Suci dan tradisi. Dimensi iman dan pengetahuan memiliki hubungan

timbal balik, yang mempengaruhi sikap hidup dalam penghayatan agamanya setiap hari.

Hal tersebut sudah tercatat dalam buku ajaran atau kitab suci umat Kristiani bahwa

orang yang menganut agama tersebut harus menerapkan pemaafan. Dalam Alkitab

sendiri mengatakan “ Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah

hendaklah dibuang diantara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah

kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,

sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”kalimat tersebut

berdasarkan ayat alkitab Efesus 4 : 31 (LAI, 2006). Berdasarkan kalimat diatas yang

tertulis menunjukkan bila individu yang memiliki religiusitas yang tinggi maka dapat

menerapkan ajaran agamanya tersebut dengan mampu memaafkan. kemudian dimensi

religiusitas yang kelima adalah konsekuensi sosial. Dimensi ini mengidentifikasi efek

dari keempat dimensi diatas dalam praktek, pengalaman serta kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini individu harus mempraktekkan setiap apa yang sudah diajarkan oleh

Page 18: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

9

agama yang dianutnya, demikian juga dengan agama kristiani yang mengharuskan

setiap umatnya untuk memaafkan.

Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasylia (2015)

menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan

pemaafan pada individu yang melakukan praktik keagamaan. Namun ada hasil

penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christina

(2015) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas

dengan pemaafan pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan non-

minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung.

Hipotesis

Adanya hubungan antara religiusitas dengan pemaafan pada pelayan Gereja Isa Almasih

Pati

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas ( X ) : Religiusitas

Variabel Terikat ( Y ): Pemaafan

Populasi penelitian & teknik sampling

Azwar (2012) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian. Dalam pengertian tersebut populasi dari penelitian

ini adalah seluruh pelayan Gereja Isa Almasih Pati yang berjumlah 50 Orang. Sampel

adalah sebagian dari populasi (Azwar, 2005). Dengan jumlah populasi subjek yang

Page 19: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

10

berjumlah 50 orang maka dengan semua pertimbangan sumber daya dari populasi maka

peneliti mengambil sampel sejumlah 50 orang. Peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah

sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap

kecil atau kurang dari 100 ( Sugiyono, 2012). Karakteristik dalam penelitian ini adalah

:

1. Pelayan Gereja Isa Almasih dan Pelayan Tempat Penyebaran Injil cabang

Gereja Isa Almasih Pati

2. Usia 20 – 60 Tahun.

Metode Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel penelitian adalah

korelasi product moment dari Pearson. Dan akan menggunakan analisis data dengan

bantuan program khusus komputer statistik yaitu SPSS version 16.0 for windows

Alat ukur Penelitian

1. The Religiosity scale of Christian Sample

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakanskala untuk

mengukur Religiusitas dengan skala The Religiosity scale of Christian Sample

berdasarkan teori dari Stark dan Glock (1968) untuk mengukur Religiusitas.

Skala Religiusitas ini berisikan 23 item subjek diminta untuk menjawab

berdasarkan 4 pilihan jawaban yaitu “ sangat setuju” dengan skor 4 “ setuju”

dengan skor 3 “ tidak setuju” dengan skor 2 dan “ sangat tidak setuju” dengan

skor 1 Dengan arti semakin tinggi skor yang diperoleh maka religiusitas semakin

tinggi. alpha Cronbach 0,851 didapatkan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Christina (2015). Dalam penelitian ini dilakukan pengujian

kembali oleh peneliti dengan memperoleh hasil seleksi aitem dan reliabilitas The

Religiosity scale of Christian Sample dengan dengan menyisakan 13 aitem

Page 20: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

11

karena 10 aitem telah gugur. Nilai korelasi aitem total bergerak mulai dari

0,307-0,696 dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar (α = 0, 856) yang berarti

alat ukur ini sangat reliabel (Azwar, 2004).

2. Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory (TRIM-18)

Sedangkan skala yang kedua untuk mengukur Pemaafan, maka peneliti

menggunakan skala Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory

(TRIM-18) yang disusun oleh McCullough, Root dan Cohen (2006). Yang terdiri

dari 18 item, 6 aitem adalah favorable dan 12 unfavorable peneliti menguji

kembali dengan meminta subjek untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan jawaban

yaitu “ sangat setuju” dengan skor 4 “ setuju” dengan skor 3 “ tidak setuju”

dengan skor 2 dan “ sangat tidak setuju” dengan skor 1 untuk aitem favorabel

dan skoring sebaliknya untuk unfavorable. Dengan arti semakin tinggi skor yang

diperoleh maka pemaafan akan semakin tinggi. alpha cronbach 0,861

didapatkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasylia (2015).

Hasil seleksi aitem dan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan skala Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory

(TRIM-18) kemudian memperoleh hasil dengan menyisakan 15 aitem karena 3

aitem telah gugur nilai korelasi aitem bergerak mulai dari 0,315-0,622 dengan

koefisien Alpha Cronbach sebesar (α = 0, 835) yang berarti alat ukur tersebut

sangat reliabel (Azwar, 2004).

HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

Tabel 1 merupakan analisis statistik deskriptif dari variabel Religiusitasdan

variabel Pemaafan. Peneliti kemudian membagi skor dari tiap skala menjadi 5 kategori

Page 21: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

12

dimulai “sangat rendah” sampai “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi

jenjang (Azwar, 2012).

Tabel 1. Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

RELIGIUSITAS 50 30 52 43.76 4.529

PEMAAFAN 50 34 60 47.80 5.387

Valid N (listwise) 50

Tabel 2.Kriteria skor Religiusitas

No. Interval Kategori Frekuensi % Mean

1. 44,8≤ x ≤ 52 Sangat Tinggi 22 44%

2. 36,4 ≤ x <44,8 Tinggi 25 50% 43,76

3. 28,6 ≤ x <36,4 Cukup 3 6%

4. 20,8≤ x <28,6 Rendah 0 0%

5. 13≤ x <20,8 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 50 100%

SD = 4,529Max = 52 Min = 30

X = Skor Religiusitas

Data di atas menunjukkan Religiusitas yang diperoleh dari 50 subjek yang

berbeda dari tingkat sangat tinggi hingga sangat rendah. Pada kategori sangat tinggi

didapati persentase sebesar 44%, kategori tinggi sebesar 50%, kategori cukup 6%,

kategori rendah 0% dan sangat rendah 0%. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa

sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi dengan presentase sebesar 50%. Hasil

analisis religiusitas mendapatkan nilai minimum yakni sebesar 30 dan nilai maksimum

52 skor rata-rata 43,76 dan standar deviasi 4,529 berdasarkan hasil kriteria skor

religiusitas pelayan Gereja Isa Almasih termasuk dalam golongan religiusitas yang

tinggi.

Page 22: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

13

Tabel 3.Kriteria skor Pemaafan

No. Interval Kategori Frekuensi % Mean

1. 51≤ x ≤ 60 Sangat Tinggi 30 60%

2. 42≤ x <51 Tinggi 15 30% 47,80

3. 33≤ x <42 Cukup 5 10%

4. 24≤ x <33 Rendah 0 0%

5. 15≤ x <24 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 50 100%

SD = 5,387Max = 60 Min = 34

x = skor pemaafan

Data di atas menunjukkan tingkat pemaafan yang diperoleh dari 50 subjek yang

berbeda dari tingkat sangat tinggi hingga sangat rendah. Pada kategori sangat tinggi

didapati persentase sebesar 60%, kategori tinggi sebesar 30%, kategori cukup 10%,

kategori rendah 0% dan sangat rendah 0%. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa

sebagian besar subjek berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase sebesar

60%. Hasil analisis afek positif mendapatkan nilai minimum yakni sebesar 34 dan nilai

maksimum 60 skor rata-rata 47,80 dan standar deviasi 5,387. Berdasarkan hasil kriteria

skor pemaafan pelayan Gereja Isa Almasih termasuk dalam golongan pemaafan yang

tinggi.

Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya korelasi antara Religiusitas dengan Pemaafan. Namun, sebelum

dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk

menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang akan digunakan untuk

uji korelasi.

Page 23: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

14

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RELIGIUSIT

AS

PEMAAFA

N

N 50 50

Normal Parametersa Mean 43.76 47.80

Std. Deviation 4.529 5.387

Most Extreme

Differences

Absolute .091 .096

Positive .051 .096

Negative -.091 -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .644 .681

Asymp. Sig. (2-tailed) .801 .743

a. Test distribution is Normal.

Penelitian ini juga menggunakan uji normalitas untuk menguji normal atau tidaknya

data dalam penelitian ini. Pengujian normalitas data menggunakan rumus one sampel

Kolmogrov- Smirnov test pada program SPSS.v 16.0. Dengan demikian variabel

memiliki distribusi normal (p > 0,05). Nilai signifikansi untuk variabel Religiusitas

adalah(K-S-Z = 0,644, p = 0,801,(p > 0,05 ). Kemudian nilai signifikansi untuk

pemaafan adalah (K-S-Z = 0,681, p= 0,741, (p > 0,05 ) Hal ini menunjukkan bahwa

keduanya memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yang berarti kedua

variabel memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

2. Uji Lineraitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian linearitas data menggunakan

SPSS.v 16.0 dan diketahui hasil analisis linearitas yang menggunakan tabel

Anova. Dari nilai Deviation from linearity maka didapat variabel Religiusitas

Page 24: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

15

dan Pemaafan nilai F sebesar 1,149 dengan signifikansi sebesar 0,356 (p > 0,05)

yang menunjukkan bahwa variabel religiusitas dan Pemaafan bersifat linear.

Hasil Analisis Data

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

normalitas dan uji linearitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan

SPSSv.16.0. Hasil korelasi antara Religiusitas dengan pemaafan di Gereja Isa

Almasih Pati dapat dilihat di tabel di bawah ini :

Tabel 4. Korelasi

Correlations

Religiusitas Pemaafan

Religiusitas Pearson

Correlation 1 .516

**

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

Pemaafan Pearson

Correlation .516

** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi

Religiusitas dengan Pemaafan adalah sebesar 0,516 dengan taraf signifikansi

sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif yang

signifikan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada pelayan Gereja Isa

Almasih Pati.

Page 25: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

16

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengujian korelasi dapat diketahui bahwa religiusitas berkorelasi

positif dan signifikan dengan pemaafan pada pelayan Gereja Isa Almasih Pati.

Berdasakan hasil uji perhitungan korelasi keduanya, memiliki r sebesar 0,516 dengan

signifikan sebesar 0.000 (P < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu religiusitas dengan

pemaafan memiliki hubungan yang positif signifikan yang artinya ketika individu

memiliki religiusitas yang tinggi maka individu tersebut cenderung mampu melakukan

pemaafan sesuai dengan ajaran yang sudah di ajarkan oleh agama tersebut, yaitu agama

kristen. Sebaliknya jika religiusitas seseorang itu rendah maka individu itu cenderung

tidak mampu untuk memaafkan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prisylia (2015)

yaitu penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara

religiusitas dengan pemaafan pada individu yang melakukan praktik keagamaan dan

medukung penelitian yang dilakukan oleh Hui, Watkins, Wong & Sun (2006)

menunjukkan bahwa religiusitas memiliki peran dalam melakukan pemaafan. Namun

penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh

Christina (2015) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan pemaafan pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti

ibadah/kegiatan non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung.

Menurut Stark dan Glock (1968) individu yang memiliki religiusitas tinggi

memenuhi lima dimensi religiusitas yaitu yang pertama adalah dimensi iman, seseorang

yang religius akan berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran ajaran agama tersebut, termasuk mengakui ajaran untuk memaafkan, karena

individu yang memiliki religiusitas tinggi akan mengakui ajaran yang dianut oleh umat

Page 26: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

17

kristiani, yaitu ajaran untuk memaafkan orang lain yang melakukan kesalahan

kepadanya, sehingga religiusitas yang tinggi tersebut mendorong mereka untuk

melakukan pemaafan.

Dimensi religiusitas yang kedua adalah praktik keagamaan, dimensi ini

mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan seseorang

untuk menunjukkan komitmennya terhadap agama yang dianutnya. Praktik

agama ini terdiri dari dua hal yang penting yaitu ritual dan ketaatan. Individu

yang memiliki religiusitas tinggi akan melakukan praktik keagamaan yaitu

misalnya dengan mengikuti ibadah doa puasa, mengikuti sekolah orientasi

melayani (SOM) dan mengikuti persekutuan kelompok kecil daerah yang

memungkinkan mereka mendapatkan pengajaran untuk menaati ajaran agama

tersebut yaitu pemaafan. Nilai agama mempengaruhi nilai dan konsep pemaafan

individu, sedangkan keterlibatan di dalam praktik keagamaan mempengaruhi

kecenderungan memaafkan di situasi yang nyata (Hui dkk., 2006)

Dimensi religisuitas yang ketiga adalah pengalaman keagamaan, dimensi

ini berisikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan

yang pasti, namun setiap pribadi penganutnya bisa memperoleh suatu

pengalaman langsung secara pribadi (subyektif) dalam berkomunikasi dengan

realitas supranatural itu. individu yang memiliki religiusitas tinggi akan

memiliki pengalaman keagamaan yaitu memiliki hubungan yang lekat dengan

Tuhan dan mampu mencapai kontak spiritual yang nyata sehingga dapat

melakukan pemaafan. Hal tersebut dikuatkan dengan wawancara pada pelayan

Gereja Isa Almasih pada tanggal 6 maret 2016 yang menyatakan bahwa jika

seseorang tidak mampu untuk memaafkan maka akan megalami ketidaktenangan

Page 27: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

18

dalam mejalani kehidupan, hal tersebut dikarenakan pelayan gereja tersebut

memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan sehingga mendorong dirinya untuk

memaafkan.

Kemudian dimensi religiusitas yang keempat adalah pengetahuan

keagamaan, dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang

beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritual-ritual, kitab suci, dan tradisi-tradisi dalam agama tersebut.

Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan memiliki pengetahuan

keagamaan dari khotbah-khotbah yang diberikan dari pendeta dan pengajaran-

pengajaran yang jelas tertulis dari kitab suci yaitu ajaran untuk memaafkan

kesalahan orang lain, karena pengajaran orang kristiani jika individu tidak

melakukan pemaafan, maka Tuhan juga tidak memaafkan kesalahannya

sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan pemaafan bagi

orang yang bersalah kepadanya. Hal diatas tersebut berdasarkan dari hasil

wawancara kepada beberapa pelayan Gereja Isa Almasih Pati pada tanggal 6

Maret 2016 .

Dimensi religiusitas yang terakhir adalah konsekuensi keagamaan,

dimensi ini mengacu kepada identifikasi efek keyakinan keagamaan, praktek,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dengan demikian

adalah efek keseluruhan dari keempat dimensi sebelumnya yang menyatakan

bahwa pelayan Gereja Isa Almasih Pati sudah membuktikan telah memenuhi

dimensi religiusitas yang ada yaitu dengan melakukan setiap apa yang sudah

diajarkan oleh agamanya, memiliki dasar pengetahuan dari agama tersebut dan

Page 28: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

19

mempraktikkan setiap apa yang sudah di ajarkan oleh agamanya, yaitu

melakukan pemaafan pada kehidupan sehari-harinya.

Berdasarkan dengan hasil analisa desktiptif diketahui bahwa rata-rata

pelayan Gereja Isa Almasih Pati memiliki religiusitas yang tinggi. Menurut

hasil wawancara dari pelayan gereja tersebut menyampaikan bahwa pelayan

gereja diwajibkan untuk mengikuti pendalaman Alkitab, Sekolah Orientasi

Melayani (SOM) dan mengikuti doa puasa karena dalam doa puasa itu sendiri

merupakan doa yang wajib diikuti oleh semua pelayan gereja serta mengikuti

persekutuan-persekutuan kelompok kecil di wilayah mereka tinggal seperti

bagian timur, barat, utara, selatan dan bagian tengah hal tersebut adalah menara-

menara doa untuk mendoakan program gereja, Pendeta, majelis dan lain-lain.

Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap beberapa pelayan gereja

dan salah satu majelis gereja pada tanggal 6 Maret 2016.

Menurut hasil analisa deskriptif juga diketahui bahwa rata-rata pelayan

Gereja Isa Almasih Pati memiliki pemaafan yang tinggi. Hal tersebut dikuatkan

dengan hasil wawancara terhadap pelayan gereja tersebut pada tanggal 6 Maret

2016, mereka dapat memaafkan karena hal tersebut adalah hal yang wajib

dilakukan oleh umat Tuhan. Jika seseorang tidak memaafkan orang lain maka

Tuhan juga tidak akan memaafkan kesalahan mereka, bahkan akan mendapatkan

hukuman dari Tuhan. Setiap awal bulan diadakan perjamuan suci jika seseorang

tidak dapat memaafkan atau menyimpan sakit hati terhadap orang lain maka

mereka tidak diperbolehkan mengambil atau mengikuti perjamuan suci, jika

mereka melanggar maka akan mendapatkan hukuman atas hal yang dilakukan

sehingga pelayan gereja tersebut memilih untuk memaafkan agar tidak

Page 29: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

20

mendapatkan hukuman dari Tuhan. Disamping itu mereka dapat memaafkan

karena mereka memiliki dasar yang kuat dari agama kristiani sehingga

mendorong mereka untuk memaafkan.

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS version 16.0 for windows

menunjukkan bahwa sumbangan efektif religiusitas terhadap pemaafan sebesar

26,63%, jadi 73,37% dipengaruhi oleh faktor lain yang berpengaruh terhadap

pemaafan dikemukakan oleh Wade dan Warthington (2003) yaitu empati,

keramahan, kedekatan hubungan terhadap transgressor, kualitas hubungan

interpersonal sebelum transgresi, permintaan maaf.

Page 30: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara

religiusitas dengan pemaafan pada pelayan Gereja Isa Almasih Pati, maka dapat

disimpulkan:

Adanya hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan pemaafan pada

pelayan Gereja Isa Almasih Pati.

Sebagian besar pelayan Gereja Isa Almasih Pati memiliki tingkat religiusitas

yang berada pada kategori sangat tinggi. Kemudian tingkat pemaafan pada

pelayan Gereja Isa Almasih Pati berada pada kategori sangat tinggi

Saran :

Berdasarkan hasil penelitian mengingat masih banyak keterbatasan dalam

penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

Bagi pelayan Gereja Isa Almasih Pati

Meningkatkan kembali kegiatan gerejawi yang dapat membangun

religiusitas seperti mengikuti persekutuan-perekutuan doa, mengikuti Sekolah

orientasi melayani (SOM) dan menjalin hubungan yang bersifat kekeluargaan

dengan pelayan gereja yang lainnya sehingga tercipta hubungan yang

harmonis.

Bagi pihak Gereja

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu membuktikan

bahwa adanya fenomena yang terjadi dalam Gereja Isa Almasih dalam

lingkup pelayanan, sehingga dapat membantu pelayan gereja untuk

Page 31: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

22

mempertahankan religiusitasnya dengan mengadakan kegiatan yang dapat

mempertahankan religiusitas seperti mewajibkan jemaat atau pelayan gereja

mengikuti ibadah doa puasa, mengikuti persekutuan-persekutuan kelompok.

Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif sehingga kurang

mendalam maka dari itu peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan

penelitian kualitatif sehingga semua aspek dan faktor religiusitas dan

pemaafan dapat di teliti lebih mendalam lagi.

Jika peneliti selanjutnya menggunakan penelitian kuantitatif peneliti

memberikan saran untuk menambah jumlah partisipan, memodifikasi alat

ukur sesuai dengan keadaan tempat yang akan diteliti dan mengontrol dengan

ketat variabel-variabel sekunder yang dapat memengaruhi validitas hasil

penelitian seperti penggunaan bahasa yang lebih jelas dan lebih mudah

dipahami. Peneliti selajutnya disarankan untuk menggunakan faktor lain yang

mempengaruhi pemaafan yaitu empati, keramahan, kemarahan, perasaan

malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan

interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgresor (luka yang ditimbulkan

oleh transgressor), dan permintaan maaf.

Page 32: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

23

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Azwar,S (2005).Metodologi penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Azwar,S(2012).Reliabilitas dan Validitas ed. Ke – 4. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Azam, A (2003). Impact of 5-D of religiosity on diffucion rate og innovation.

International journal of bussiness and social science. 2 (17). www. Ijbssnet.com.

Bono,G.,McCullough, M. E.,&Root,L.M. (2006). Forgiveness and Well-being. Coral

Gabes,Fl: University of Miami.

Baker,J (2009). 8 Pilihan hidup bahagia bebas kepahitan, masa lalu, dan kebiasaan

buruk. Jakarta : Gunumg Mulia.

Christina, Z.J (2015). Hubungan religiusitas dengan Forgiveness pada warga dewasa

yang tidak aktif mengikuti ibadah non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI)

Bandung. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga

Dampak negatif bagi kesehatan bila menyimpan sakit hati dan dendam . Dalam :

http://health.detik.com/read/2014/09/19/152834/2695498/763/suka-menyimpan-

dendam-pada-orang-lain-bisa-berdampak-buruk-bagi-kesehatan

Haryyo,Y (2010). Buletin Bahtera. Jakarta :Media Informasi dan Komunikasi Gereja

Yesus Sejati.

Hui, E. K. P., Watkins, D., Wong, T. N. Y., & Sun, R. C. F (2006). Religion and

forgiveness from Hong Kong chinese perspective. Pastoral Psychology, 55, 183-

195.

LAI ( 2006 ). Alkitab. Jakarta : Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia.

McCullough, M. E. (2000). Forgiveness As Human Strength: Theory, Measurement,

And Links To Well-Being. Journal of Social and Clinical Psychology, 19.43-55

McCullough. M. E., Root, L.M., & Cohen, A.D. (2006). Waiting About the Benefits of

an International Transgression Facilitates Forgiveness. Journal of Consulting and

Clinical Psychology.

McCullough. M. E. (2013). Trangression-Related Interpersonal Motivation Inventory

(TRIM-18). www.midss.ie.

McCullough, M. E., Rachal, K. C., Sandage, S. J., Worthington, L. E. Jr., Brown, S. W.,

& Hight, T. L. (1998). International Forgiving In Close Relationships; II. Journal

of Counsulting and Clinical Psychology, 73, 321-336.

McCullough, M. E., & Worthington. L. E. (1999). Religion and the Forgiving

personality. Journal of Personality, 67-1141-1164.

Page 33: Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada

24

Padil, (2009). Perilaku keagamaan jemaat gereja protestan di indonesia bagian barat

(GPIB) Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga: Yogyakarta

Paramitasari, R (2012). Hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan

memaafkan pada remaja akhir. Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan.

1(2).

Prasylia,N. E. (2015). Hubungan religiusitas dengan Forgiveness pada individu yang

tidak melakukan praktik keagamaan. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Kristen

Satya Wacana:Salatiga.

Stark, R & Glock, C. Y. (1968). American piety: the nature religious comitmen.

University of California perss: London

Sudiro,G. W. (2009). Hubungan antara religiusitas dengan perilaku obsesif kompulsif

dalam beribadah pada pria muslim. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sebelas

Maret:Surakarta

Sugiyono., Maryati, Y (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Pusat Bahasa.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung:

Alvabeta.

Wade. N. G., & Warthington, E. L. Jr. (2003). Overcoming international offense: Is

forgiveness the only way to deal with unforgiveness? Journal of Counseling &

Development- Summer, 18, 343-353

Widyarini (2009). Seri Psikologi Populer Gaya Hidup Sehat. Jakarta:Elex Media

Komputindo.