HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN...

33
HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI DUSUN BUNDER III BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun oleh: CAHYANINGRUM 08/3208094/PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012

Transcript of HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN

KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI DUSUN BUNDER III

BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

CAHYANINGRUM

08/3208094/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

iii

HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN BUNDER III BANARAN

GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

Cahyaningrum1, Rosa Delima E

2, Dwi Susanti

3

INTISARI

Latar belakang: Jumlah penduduk lansia di Indonesia yang semakin meningkat

tidak diiringi dengan peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia. Gangguan

pola komunikasi keluarga menjadi masalah utama pada lansia dalam

menyampaikan permasalahan yang dihadapi. Proses penyampaian yang tidak

efektif dapat menimbulkan kesenjangan dalam menerima informasi yang

disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga menjadi

berkurang. Pola komunikasi keluarga diharapkan dapat turut meningkatkan

kualitas hidup lansia.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup

lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.

Metode: Penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian cross sectional.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Dusun Bunder III, Banaran,

Galur, Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara

terpimpin kepada 46 responden lansia yang masuk dalam kriteria inklusi dan

ekslusi. Uji analitik yang digunakan adalah uji Chi Square.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian menunujukkan bahwa sebagian besar lansia

memiliki pola komunikasi fungsional sebanyak 28 orang (60,9%) dan pola

komunikasi disfungsional sebanyak 18 orang (39,1%). Sebagian besar lansia

memiliki kualitas hidup fisik cukup sebanyak 22 orang (47,8%), psikologis baik

sebanyak 22 orang (47,8%), hubungan sosial baik sebanyak 23 orang (50%) dan

lingkungan baik sebanyak 22 orang (27,8%). Hasil uji Chi Square diperoleh x2

hitung > x2 tabel, yaitu 14,001 > 5,591. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,483

menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan

kualitas hidup lansia adalah sedang.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan

kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Yogyakarta.

Kata Kunci: Lansia, pola komunikasi keluarga, kualitas hidup

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta 2

Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta

Page 4: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

iv

RELATIONSHIP BETWEEN PATTERNS OF COMMUNICATION

FAMILY WITH THE QUALITY OF LIFE ELDERLY IN BUNDER III

BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

Cahyaningrum

1, Rosa Delima E

2, Dwi Susanti

3

ABSTRACT

Background: The number of the elderly population increasing in Indonesia is not

accompanied by an increase in quality of life of elderly people in Indonesia.

Disruption of family communication patterns become a major problem in the

elderly in delivering the problems faced. Ineffective delivery process can lead to

gaps in receiving the information. This resulted in communication with elderly

relatives to be reduced. Family communication patterns are expected to contribute

to improving the quality of life for the elderly.

Objective: To know the relationship between patterns of communication with the

quality of life of elderly people in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,

Yogyakarta.

Methods: The study by the non-experimental design study cross sectional. The

research was conducted in July 2012 in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,

Yogyakarta. The research was conducted by interviewing elderly guided the 46

respondents included in the inclusion and exclusion criteria. Analytical test used is

the Chi Square test.

Results: Based on the results indicate that most elderly have functional

communication patterns as many as 28 people (60,9%) and dysfunctional

communication patterns as many as 18 people (39,1%). Most of the elderly have

enough physical quality of life for as many as 22 people (47,8%), good

psychology many as 22 people (47,8%), good social relations as many as 23

people (50%) and a better environment by 22 people (27,8 %). Chi Square test

results obtained by calculating x2 > x

2 tables, ie 14,001 > 5,591. Contingency

coefficient of 0.483 shows the closeness of the relationship between family

communication patterns to the quality of life of the elderly are being.

Conclusion: There is a relationship between patterns communication family with

quality of life in elderly in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon progo Yogyakarta.

Keywords: Elderly, patterns communication family, quality of life

1 Student of Nursing Science STIKES A. Yani Yogyakarta

2 Lecturer Polytechnic Health Kemenkes Yogyakarta

3 Lecturer STIKES A. Yani Yogyakarta

Page 5: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN BUNDER III BANARAN

GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada

Program Studi Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta sejauh saya ketahui bukan merupakan tiruan atau

duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk

mendapat gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi atau instansi

manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana

mestinya.

Yogyakarta, Agustus 2012

Cahyaningrum

Page 6: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Hubungan antara Pola Komunikasi Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Lansia

di Dusun Bunder III Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta”.

Penyusunan skripsi ini kiranya tidak mungkin terselesaikan tanpa ada

bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, pengarahan, maupun pemberian

kemudahan dalam pengumpulan data serta dukungan moril. Oleh karena itu

penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak dr. I. Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti, S.Kep, Ns selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta dan Pembimbing II dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu Rosa Delima Ekwantini, S.Kp.,M.kes selaku Pembimbing I dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Induniasih, S.Kp.,M.Kes selaku penguji dalam karya tulis ilmiah ini.

5. Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta

6. Kepala Desa Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta

7. Teman – teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada penyusunan

karya tulis ilmiah ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Agustus 2012

Penyusun

Page 7: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

INTISARI ................................................................................................... iii

ABSTRACT .............................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia ................................................................................... 7

1. Batasan Lansia................................................................... 7

2. Teori Proses penuaan ......................................................... 8

B. Komunikasi ........................................................................... 9

1. Pengertian Komunikasi ...................................................... 9

2. Unsur – Unsur Komunikasi ............................................... 9

3. Fungsi Komunikasi ............................................................ 10

4. Proses Komunikasi ............................................................ 11

5. Pola Komunikasi Keluarga ................................................ 15

6. Faktor yang Mempengaruhi Pola Komunikasi Keluarga .... 17

C. Kualitas Hidup ....................................................................... 18

1. Definisi Kualitas Hidup ..................................................... 18

2. Konsep Kualitas hidup ....................................................... 18

3. Faktor yang Mempengaruhi kualitas Hidup ....................... 22

4. Alat Ukur Kualitas Hidup .................................................. 25

D. Kerangka Teori ...................................................................... 26

E. Kerangka Konsep .................................................................. 27

F. Hipotesis Penelitian ............................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ............................................................. 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 28

C. Populasi dan Sampel .............................................................. 28

D. Variabel Penelitian................................................................. 30

E. Definisi Operasional .............................................................. 31

Page 8: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

x

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 35

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 38

I. Etika Penelitian ...................................................................... 41

J. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 44

B. Pembahasan ........................................................................... 48

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................ 55

B. Saran ..................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definisi operasional .................................................................... 31

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Kuesioner WHOQOL-BREF Bahasa Indonesia ......... 32

Tabel 3.3 Formula untuk Skoring dan Skala Transformasi .......................... 33

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Kuesioner Pola Komunikasi Keluarga ....................... 34

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di Dusun Bunder III,

Banaran,Galur, Kulon Progo ....................................................... 45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Keluarga di Dusun

Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo .................................... 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di Dusun

Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo .................................... 46

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia secara Keseluruhan

di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo ..................... 47

Tabel 4.5 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Pola Komunikasi Keluarga

dengan Kualitas Hidup Lansia .................................................... 48

Page 10: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Teori Kualitas Hidup Terintegrasi (Integrative Theory of

Quality of Life/IQOL) ....................................................... .... 19

Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................... 26

Gambar 2.3 Kerangka Konsep .............................................................. .... 27

Page 11: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner WHOQOL-BREF

Lampiran 4 Kuesioner Pola Komunikasi Keluarga

Lampiran 5 Surat Ijin Uji Validitas dari STIKES Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari STIKES Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta

Lampiran 7 Surat Ijin Uji Validitas dan Ijin Penelitian dari Kantor Pelayanan

Terpadu Kabupaten Kulon Progo

Lampiran 8 Surat Ijin Uji Validitas dan Ijin Penelitian dari Gubernur

Yogyakarta

Lampiran 9 Data Uji Validitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga

Lampiran 10 Korelasi Uji Validitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga

Lampiran 12 Data Penelitian Pola Komunikasi Keluarga

Lampiran 13 Data Penelitian Kualitas Hidup

Lampiran 14 Analisa Univariat

Lampiran 15 Analisa Bivariat

Lampiran 16 Jadwal Penyusunan Skripsi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007). Keluarga merupakan

kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan

menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.

Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus

dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling

membutuhkan.

Friedman et al (2010) menggambarkan keluarga sehat mempunyai

komunikasi yang jelas dan kemampuan mendengar satu sama lain. Kemampuan

anggota keluarga untuk mengenal dan memberi respon terhadap peran-peran non

verbal, diidentifikasikan sebagai suatu atribut yang sehat dalam suatu keluarga.

Komunikasi merupakan hal penting dalam menyampaikan masalah, mengenal

masalah dan menjalin kedekatan antar anggota keluarga. Setiap anggota keluarga

memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi, hal ini dikenal sebagai pola

komunikasi. Pola komunikasi keluarga adalah karakteristik, pola interaksi sirkular

yaang bersinambung yang menghasilkan arti dari transaksi antar keluarga

(Friedman et al, 2010). Lansia (lanjut usia) mengalami penurunan intelektualitas

meliputi persepsi, kemampuan kognitif, dan memori menyebabkan mereka sulit

untuk dipahami dan berinteraksi, sehingga intensitas pembicaraan, konflik dan

keterlibatan pada lansia relatif rendah. Gangguan pola komunikasi keluarga

menjadi masalah utama pada lansia dalam menyampaikan permasalahan yang

dihadapi. Proses penyampaian yang tidak efektif dapat menimbulkan kesenjangan

dalam menerima informasi yang disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi

lansia dengan keluarga menjadi berkurang.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

Page 13: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

2

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam dkk, 2008).

Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ dan sistem. Hal ini

mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia baik akut

maupun kronik. Meningkatnya gangguan penyakit pada lanjut usia dapat

menyebabkan perubahan pada kualitas hidup lanjut usia (Wangsarahardja dkk,

2007).

Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan

intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan.

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas

hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam

konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan,

standar, dan perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang

sangat luas dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian,

serta hubungan individu dengan lingkungan (Alexandre et al, 2009).

Kondisi kualitas hidup lansia pada umumnya masih rendah. Hal ini bisa

dilihat dari 3 sisi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Di bidang

pendidikan, sebagian besar penduduk lanjut usia tidak/belum pernah sekolah

sekitar 49, 47 % pada lanjut usia perempuan dan 20, 61% pada lanjut usia laki –

laki (Badan Pusat Statistik, 2011).

Di bidang kesehatan, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia

adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%). Penyakit–

penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia. Dari sisi

ekonomi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk lanjut usia masih

cukup tinggi (Badan Pusat Statistik, 2011). Dari hasil penelitian Komnas Lansia

pada tahun 2008, ditemukan bahwa alasan paling umum lansia masih bekerja

adalah karena ekonomi yang tidak mencukupi, alasan lansia tidak bekerja adalah

karena kesehatan yang memburuk.

Berdasarkan kondisi diatas, peneliti merasa bahwa usaha untuk meningkatkan

kualitas hidup masih perlu dikembangkan, agar kualitas perawatan yang diberikan

semakin memuaskan dan lansia dapat melaui masa-masa terakhir hidupnya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

3

dengan bahagia. Pencapaian potensial kehidupan merupakan salah satu komponen

kualitas hidup. Dalam pencapaian potensial kehidupan, manusia melakukan

hubungan sosial yang baik dan membina keluarga untuk menjadi hidup

sepenuhnya (Ventegodt et al, 2003). Oleh karena itu, peneliti perlu menemukan

upaya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pola komunikasi yang

baik dalam keluarga.

Fariba et al (2011) meneliti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pola komunikasi dengan kualitas hidup pada remaja. Berdasarkan penelitian

tersebut, peneliti memperkirakan terdapat hubungan antara pola komunikasi

keluarga dengan kualitas hidup lansia.

Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan,

tahun 2006 jumlah penduduk lansia 19 juta orang (8,90%) dan usia harapan hidup

juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia akan

mencapai 23, 9 juta atau 9,77% dan usia harapan hidup sekitar 67,4 tahun.

Sedangkan jumlah lansia di Indonesia saat ini mencapai 18,96 juta orang atau

sekitar 8,42% dari total penduduk Indonesia saat ini. Di Kota Yogyakarta terdapat

425.580 orang lansia. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan

meningkatnya usia harapan hidup (Badan Pusat Statistik, 2011).

Kelurahan Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta terdiri dari beberapa

dusun, salah satunya adalah Dusun Bunder III. Jumlah penduduk di Kelurahan

Banaran sekitar 4237 orang. Sedangkan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun

sekitar 452 orang. Dusun Bunder III memiliki jumlah lansia sebanyak 52 orang

dengan umur diatas 60 tahun. Sebagian besar lansia tinggal bersama keluarganya,

dan banyak diantaranya yang masih aktif bekerja. Pelayanan kesehatan terdekat

bagi lansia di Dusun Bunder III adalah posyandu lansia yang rutin diadakan tiap

bulannya.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Dusun Bunder III,

Banaran, Galur, Kulon Progo dengan mewawancarai 5 lansia memaparkan bahwa

2 lansia mengatakan bahwa keluarga jarang berkomunikasi dengan mereka, sebab

keluarga sibuk bekerja, dan hanya berkomunikasi seperlunya saja dengan lansia.

Sebagian lansia lainya mengatakan mereka masih aktif dalam komunikasi

Page 15: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

4

keluarga, bertukar pendapat jika ada masalah. Walaupun terkadang ada konflik

keluarga dalam perbedaan pendapat, keluarga masih dapat mengatasi konflik

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berminat untuk mengetahui

hubungan pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Adakah hubungan pola komunikasi keluarga dengan

kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,

Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup

lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pola komunikasi dalam keluarga yang memiliki lansia di

Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,

Kulon Progo, Yogyakarta.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan tentang ilmu

keperawatan gerontik tentang pola komunikasi keluarga dan kualitas hidup

lansia.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan bagi perawat

keluarga sehingga dapat membantu dalam upaya peningkatan kualitas

hidup lansia.

b. Bagi Lansia

Sebagai gambaran bagi lansia tentang pola komunikasi keluarga dan

tingkat kualitas hidup mereka, sehingga dapat menghindari hal – hal yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Bagi instansi kesehatan diharapkan dapat menjadi tambahan literatur

untuk ilmu keperawatan keluarga tentang pola komunikasi keluarga

dengan kualitas hidup lansia.

d. Bagi Keluarga

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan keluarga yang memiliki lansia

mendapatkan informasi tentang pola komunikasi yang tepat pada lansia,

sehingga keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pola

komunikasi yang efektif.

E. Keaslian penelitian

Sepanjang pengetahuan peneliti, belum terdapat penelitian sebelumnya

tentang hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup pada

lansia. Namun, terdapat penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara

lain :

1. Latifah (2011) melakukan penelitian tentang hubungan antara fungsi kognitif

dengan kualitas hidup pada lansia di Dusun Gamping Kidul,

Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini adalah

penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional dan instrumen

yang digunakan adalah kuesionerdengan hasil sebagai berikut : hasil uji

Page 17: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

6

korelasi Spearman’s Rho diperoleh nilai signifikasi yaitu p = 0,000 (p< 0,05).

Nilai signifikasi tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara fungsi kognitif

dengan kualitas hidup adalah bermakna. Adapun penelitian yang peneliti

lakukan membahas hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup .

Persamaan dengan penelitian peneliti adalah subjek penelitian yaitu lansia,

dan variabel dependennya sama – sama meneliti kualitas hidup. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada variabel independen yaitu pola komunikasi

keluarga sedangkan variabel independen peneliti sebelumnya adalah fungsi

kognitif.

2. Mirzanah (2011) melakukan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan

spiritual (spiritual inteligence) dengan kualitas hidup lansia di Panti Sosial

tresna Wredha Yogyakarta unit Abiyoso. Penelitian ini adalah penelitian non

eksperimen dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian

dilaksanakan pada akhir bulan Januari sampai Febuari 2011. Sampel

penelitian berjumlah 42 orang. Menggunakan analisa data uji Pearson

Product Moment dan Spearman Rank. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

pada variabel independen. Variabel independen peneliti adalah pola

komunikasi keluarga sedangkan variabel independen peneliti sebelumnya

adalah kecerdasan Spiritual. Persamaan pada penelitian ini adalah subjek

penelitian yaitu lansia.

3. Elfrida (2009) melakukan penelitian tentang pola komunikasi keluarga dengan

orang tua tunggal di Kelurahan Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif non hipotesis, pengambilan sampel

dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 52 orang.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Persamaan dalam penelitian ini

adalah pada variabel independen yaitu pola komunikasi keluarga. Perbedaan

dalam penelitian ini adalah jenis penelitian menggunakan deskriptif non

hipotesis dan subjek penelitian. Subjek penelitian peneliti adalah lansia,

sedangkan subjek penelitian peneliti sebelumnya adalah keluarga dengan

orang tua tunggal.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Banaran terdiri dari 13 dusun yaitu Jati, Bunder II, Bunder III,

Bunder IV, Pundung, Sidakan, Kenteng, Banaran, Jalan, Jonggrangan,

Bleberan, Sawahan, Sidorejo dan Trisik. Dusun Bunder III berbatasan dengan

beberapa daerah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kranggan,

sebelah timur berbatasan dengan Sungai Progo, sebelah barat berbatasan

dengan Dusun Nomporejo dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

Hindia. Dusun Bunder III terdiri dari dari 2 RW, yaitu RW 5 dan RW 6 dan

setiap RW terdiri dari 2 RT, yaitu RT 9, RT 10, RT 11 dan RT 12.

Jumlah penduduk di Kelurahan Banaran sekitar 4237 orang, sedangkan

jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun sekitar 452 orang. Dusun Bunder III

memiliki jumlah lansia sebanyak 52 orang dengan umur diatas 60 tahun.

Lansia di Dusun Bunder III memiliki bermacam-macam latar belakang.

Beberapa lansia tinggal bersama keluarganya namun ada pula lansia yang

tinggal sendiri dan jauh dari anggota keluarga. Beberapa lansia juga mengalami

demensia dan memerlukan perhatian yang lebih oleh anggota keluarga untuk

membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. Menurut Kepala

Dusun Bunder III, setiap bulannya rutin diadakan posyandu lansia, kegiatan ini

diikuti sekitar 40% lansia yang aktif. Selain kegiatan posyandu, lansia juga

mengikuti kegiatan masyarakat lainnya seperti pengajian maupun perkumpulan

warga.

2. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 46 orang. Karakteristik responden

pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan

tingkat pendidikan. Hasil penelitian terhadap karakteristik lansia yang berusia

Page 19: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

45

diatas 60 tahun di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo disajikan

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia

di Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)

Umur

60-74 tahun

75-90 tahun

35

11

76,1

23,9

Jumlah 46 100

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

21

25

45,7

54,3

Jumlah 46 100

Pendidikan

Tidak tamat SD

SD

SMP

SMU

PT

21

14

6

4

1

45,7

30,4

13,0

8,7

2,2

Jumlah 46 100 Sumber : Data primer tahun 2012

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar lansia di Dusun Bunder III,

Banaran, Galur, Kulon Progo berumur 60-74 tahun sebanyak 35 orang

(76,1%), sedangkan lansia yang berumur antara 75-90 tahun sebanyak 11

orang (23,9%). Jenis kelamin lansia sebagian besar adalah perempuan

sebanyak 25 orang (54,3%), sedangkan lansia dengan jenis kelamin laki – laki

sebanyak 21 orang (45,7%). Pendidikan lansia sebagian besar tidak tamat SD

sebanyak 21 orang (45,7%), sedangkan lansia yang melanjutkan ke perguruan

tinggi sebanyak 1 orang (2,2%).

3. Analisis Univariat

a. Pola Komunikasi Keluarga yang Mempunyai Lansia di Dusun Bunder III,

Banaran, Galur, Kulon Progo

Hasil penelitian pola komunikasi keluarga yang memiliki lansia di

Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo disajikan pada Tabel 4.2.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

46

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Keluarga

yang Memiliki Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Pola Komunikasi Keluarga Frekuensi Prosentase (%)

Fungsional

Disfungsional

28

18

60,9

39,1

Jumlah 46 100

Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki

lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo memiliki pola

komunikasi fungsional sebanyak 28 orang (60,9%), sedangkan keluarga

dengan pola komunikasi disfungsional sebanyak 18 orang (39,1%).

b. Kualitas Hidup Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Hasil pengukuran kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,

Galur, Kulon Progo disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia

di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Kualitas hidup lansia Frekuensi Prosentase (%)

Fisik

Baik

Cukup

Kurang

14

22

10

30,4

47,8

21,7

Jumlah 46 100

Psikologis

Baik

Cukup

Kurang

22

18

6

47,8

39,1

13,0

Jumlah 46 100

Page 21: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

47

Hubungan sosial

Baik

Cukup

Kurang

23

18

5

50,0

39,1

10,9

Jumlah 46 100

Lingkungan

Baik

Cukup

Kurang

22

17

7

47,8

37,0

15,2

Jumlah 46 100

Sumber : Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.3 menunjukkan lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur,

Kulon Progo sebagian besar memiliki kualitas fisik cukup sebanyak 22

orang (47,8%) dan lansia dengan kualitas fisik kurang sebanyak 10 orang

(21,7%). Kualitas psikologi lansia sebagian besar baik sebanyak 22 orang

(47,8%), sedangkan lansia dengan kualitas psikologi kurang sebanyak 6

orang (13%). Kualitas hubungan sosial lansia sebagian besar baik sebanyak

23 orang (50%), sedangkan lansia dengan kualitas hubungan sosial kurang

sebanyak 5 orang (10,9%). Kualitas lingkungan lansia sebagian besar baik

sebanyak 22 orang (47,8%) dan lansia dengan kualitas lingkungan kurang

sebanyak 7 orang (15,2%).

Hasil kualitas hidup secara keseluruhan didapat dari skor data responden

tiap domain dijumlahkan, kemudian ditransformasikan dan setelah itu

dikategorikan sesuai dengan hasil transformasi yang didapat. Hasil

distribusi frekuensi kualitas hidup lansia secara keseluruhan dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

48

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia Secara Keseluruhan

di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

Kualitas hidup lansia Frekuensi Prosentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

23

14

9

50,0

30,4

19,6

Jumlah 46 100

Sumber : Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar lansia di Dusun Bunder III,

Banaran, Galur, Kulon Progo memiliki kualitas hidup baik sebanyak 23

orang (50%) sedangkan lansia yang memiliki kualitas hidup kurang

sebanyak 9 orang (29,6%).

4. Analisis Bivariat

Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan pola komunikasi keluarga

dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon

Progo disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Tabulasi silang dan Uji Statistik Hubungan Pola Komunikasi Keluarga

dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Bunder III,

Banaran, Galur, Kulon Progo Pola Kualitas hidup lansia Total X

2 p- Count

komunikasi Baik Cukup Kurang hitung value Coeff

keluarga f % f % f % f % 14,001 0,001 0,483

Fungsional 19 67,9 8 28,6 1 3,6 28 100

Disfungsion

al

4 22,2 6 33,3 8 44,4 18 100

Total 23 50,0 14 30,4 9 19,6 46 100

Sumber: Data Primer Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui lansia yang memiliki pola komunikasi

keluarga fungsional sebagian besar kualitas hidupnya baik sebanyak 19 orang

(67,9%), sedangkan lansia yang memiliki pola komunikasi keluarga

disfungsional sebagian besar kualitas hidupnya kurang sebanyak 8 orang

(44,4%).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

49

Lansia yang memiliki pola komunikasi fungsional dengan kualitas hidup

kurang sebanyak 1 orang (3,6%) dan lansia yang memiliki pola komunikasi

disfungsional dengan kualitas hidup baik sebanyak 4 orang (22,2%).

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Chi square seperti disajikan

pada tabel 4.5, diperoleh p-value sebesar 0,001 < α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga

dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon

Progo. Jika dilihat dari hasil perhitungan x2 hitung pada tabel 4.5 juga

menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga

dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon

Progo, karena diperoleh x2 hitung > x

2 tabel , yaitu 14,001 > 5, 591. Nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,483 menunjukkan tingkat keeratan hubungan

antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia adalah sedang.

B. Pembahasan

1. Pola Komunikasi Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan pola komunikasi keluarga yang mempunyai

lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian besar 60,9%

adalah fungsional. Pola komunikasi fungsional adalah maksud dan arti pesan

dari pengirim jelas, dan penerima pesan tersebut mempunyai pemahaman yang

sama dengan penerima (Friedman, 2010). Menurut Noorkasiani (2009) bahwa

dalam masyarakat tradisional keberadaan pralansia dan lansia masih dihormati

dan dihargai, sehingga mereka masih dapat berperan dan berguna bagi

masyarakat, tetapi dalam masyarakat industri ada kecenderungan para lansia

kurang dihargai sehingga mereka terisolasi dari kehidupan, tidak adanya

pengakuan dari lingkungan sosial dapat menimbulkan hubungan fungsi sosial

yang buruk, sehingga kualitas hidup mereka menurun.

Banyaknya keluarga lansia yang memiliki pola komunikasi fungsional

diharapkan proses penyampaian informasi menjadi efektif sehingga tidak

menimbulkan kesenjangan dalam menerima informasi yang disampaikan dan

komunikasi lansia dengan keluarga menjadi tidak berkurang.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

50

Dibandingkan pola komunikasi fungsional, pola komunikasi disfungsional

lebih tertutup. Pola komunikasi disfungsional adalah penerimaan pesan dari

penerima dan pengirim tidak jelas tentang isi dan maksud pesan (Friedman et

al, 2010). Salah satu faktor utama yang menyebabkan pola komunikasi

disfungsional adalah adanya harga diri yang rendah dari keluarga, khususnya

orang tua. Hal ini menyebabkan negosiasi yang efektif dalam keluarga menjadi

sulit, sehingga komunikasi dalam keluarga berjalan tertutup.

Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (54,3%). Lansia berjenis

kelamin perempuan mempunyai komunikasi yang lebih baik dibanding lansia

laki – laki, karena perempuan lebih banyak berkomunikasi dengan keluarga,

tetangga dan mengikuti kegiatan masyarakat seperti keposyanduan, pengajian

maupun perkumpulan warga, sehingga lansia perempuan cenderung

mempunyai komunikasi fungsional daripada lansia laki – laki.

2. Kualitas Hidup Lansia

a. Fisik

Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

memiliki kualitas fisik cukup sebanyak 22 orang (47,8%). Domain fisik

terdiri dari: rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan lansia; energi

dan tingkat kelelahan lansia; serta kadar tidur dan istirahat yang dialami

lansia. Banyaknya lansia yang memiliki kualitas fisik cukup menunjukkan

lansia kurang memiliki toleransi dan penerimaan rasa sakit yang kurang

baik, kadang mengalami kelelahan kronik yang dapat meningkatkan

ketergantungan terhadap orang lain serta mengalami masalah-masalah tidur.

Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo mengeluh

susah tidur di malam hari dan lansia juga mengeluh nyeri pada persendian

sehingga mengganggu aktivitas mereka. Kemampuan mengatasi rasa nyeri

dapat meningkatkan fungsi dan kesejahteraan sehari-hari, sehingga rasa

nyeri sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Zanocchi, 2008).

Page 25: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

51

b. Psikologis

Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

memiliki kualitas psikologis baik sebanyak 22 orang (47,8%). Domain

psikologi terdiri dari: Positive feeling (perasaan positif), Think (berpikir),

Self esteem (harga diri), Body image (gambaran diri), Negative feeling

(perasaan negatif), dan Spirituality (spiritualitas).

Banyaknya lansia yang memiliki kualitas psikologis baik menunjukkan

lansia memiliki pandangan dan perasaan tentang masa depan yang baik,

lansia memiliki kemampuan dalam berpikir, belajar, mengingat,

berkonsentrasi serta mengambil keputusan, memiliki harga diri dan

gambaran diri yang baik serta tidak mengalami kesusahan dalam

kesehariannya. Pernyataan ini didukung oleh Supratiknya (2007) bahwa

mental adalah keadaan yang relatif tetap, dimana pribadi menunjukkan

penyesuaian atau aktualisasi diri dan realisasi diri. Keadaan mental meliputi

kemampuan menahan diri, berperilaku tenggang rasa kepada orang lain, dan

sikap bahagia dengan menerima diri seutuhnya.

c. Hubungan sosial

Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

memiliki kualitas hubungan sosial yang baik sebanyak 23 orang (50%).

Domain hubungan social terdiri dari Relationship (hubungan), Support

(dukungan), dan Sex (seks). Banyaknya lansia yang memiliki kualitas

hubungan sosial yang baik menunjukkan lansia memiliki kehidupan

personal dan keluarga yang baik, memperoleh dukungan sosial, serta merasa

bahwa hasrat seks yang sedikit, tidak memperburuk kualitas hidup mereka.

Sebagian lansia masih aktif di kegiatan desa seperti posyandu maupun

pertemuan warga, sehingga interaksi sosial dengan orang lain masih terjalin

dengan baik. Kehidupan personal dan dukungan sosial yang tinggi dapat

meningkatkan kualitas hidup (Susniene & Jurkauskas, 2009).

d. Lingkungan

Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo

memiliki kualitas lingkungan yang baik sebanyak 22 orang (47,8%).

Page 26: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

52

Domain lingkungan dalam WHOQOL-BREF terdiri dari Safety (keamanan),

Home (tempat tinggal, Finance (penghasilan), Leisure (hiburan di waktu

luang), Environment (lingkungan), dan Transportation (transportasi).

Banyaknya lansia yang memiliki kualitas lingkungan yang baik

menunjukkan lansia memiliki rasa aman dan terlindung dari bahaya fisik,

lingkungan tempat tinggal yang baik, memiliki sumber penghasilan (dan

sumber-sumber lain yang dapat dilakukan), dapat menjangkau pelayanan

kesehatan, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi dan

ketrampilan yang baru, sering terlibat dan memiliki kesempatan untuk

berekreasi dan mengisi waktu luang, lingkungan fisik yang baik serta

tersedia sarana kendaraan guna memudahkan untuk melakukan aktivitas-

aktivitas yang diinginkannya. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang

sangat luas dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat

kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Alexandre et al,

2009).

e. Kualitas hidup lansia

Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup lansia yang ada di Dusun

Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian besar dari 50% lansia

adalah baik. Rapley (2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai

kebahagiaan, kepuasan hidup, kesejahteraan, aktualisasi diri, kebebasan

berkehendak, mencapai tujuan, sejahtera secara fisik, mental dan sosial.

Kualitas hidup lansia yang baik dipengaruhi oleh pola komunikasi keluarga,

dan faktor karakteristik lansia, yaitu umur dan jenis kelamin.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 35 orang (76,1%).

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Menurut

Rapley (2003), meningkatnya umur dapat mempengaruhi kualitas fisik

seseorang sehingga kualitas hidupnya menurun. Sejalan dengan

bertambahnya umur setiap manusia akan menjadi tua. Menua berarti

mengalami berbagai macam perubahan, baik perubahan organ biologik

(fisik) maupun psikososial.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

53

Jenis kelamin lansia sebagian besar perempuan sebanyak 25 orang

(54,3%). Menurut Lane (2010), jenis kelamin mempengaruhi kualitas hidup

seseorang, laki – laki mempunyai kualitas hidup yang rendah dibanding

perempuan, sehingga usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibanding

laki – laki. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), usia harapan hidup

perempuan adalah 74 tahun, angka tersebut tiga tahun lebih tinggi

dibandingkan usia harapan hidup secara nasional, yaitu 71 tahun. Usia

harapan hidup untuk laki – laki di DIY adalah 72 tahun atau lebih tinggi tiga

tahun dibanding usia harapan hidup laki – laki secara nasional, yaitu 69

tahun (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2010).

Hasil ini didukung oleh data dari U.S. Census Bureau, International

Data Base (2009) menyebutkan usia harapan hidup perempuan lebih

panjang dibanding laki – laki, maka jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dari laki – laki. Provinsi dengan usia harapan hidup yang lebih

tinggi mempunyai jumlah penduduk lansia yang banyak. Suatu wilayah

disebut berstruktur tua jika persentase lansia lebih dari 7 % dari seluruh

provinsi, DIY memiliki penduduk lansia mencapai 9,7 % dan merupakan

provinsi dengan penduduk lansia tertinggi di Indonesia.

3. Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia

Hasil tabulasi silang menunjukkan lansia yang memiliki pola komunikasi

keluarga fungsional sebagian besar kualitas hidupnya baik sebanyak 19 orang

(67,9%), sedangkan lansia yang memiliki pola komunikasi keluarga

disfungsional sebagian besar kualitas hidupnya kurang sebanyak 8 orang

(44,4%). Hasil uji Chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder

III, Banaran, Galur, Kulon Progo diperoleh p-value sebesar 0,001 < α (0,05)

atau x2 hitung > x

2 tabel, yaitu 14,001 > 5,591 dengan tingkat keeratan

hubungan sedang sebesar 0,483.

Keluarga mempunyai peranan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan setiap anggota keluarga karena keluarga mempunyai arti dan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

54

kedudukan tersendiri dalam masalah kesehatan. Bila komunikasi keluarga

sehat maka lansia dapat mengungkapkan berbagai gangguan penyakit yang

dialami sehingga akan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang

akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup lansia. Ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Batsi (2008) yang menyebutkan bahwa lansia

yang tinggal dengan keluarga cenderung memiliki kualitas hidup yang baik,

dikarenakan lansia memperoleh dukungan dari keluarga baik dukungan

informasi, instrumental, penghargaan, dan emosi. Keluarga memiliki peranan

penting dalam perawatan lansia. Lansia rentan terhadap penyakit, oleh karena

itu membutuhkan perawatan yang lebih intensif yang biasa dilakukan oleh

anak, menantu, ataupun keluarga yang lain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Garcia et al (2005) dan de Belvis et al (2008) yang menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara hubungan sosial dengan kualitas hidup

subyek penelitian yaitu lansia yang berusia minimal 60 tahun. Subyek

penelitian yang kurang berinteraksi dengan teman-temannya serta kurangnya

dukungan sosial terutama pada subyek yang tinggal sendiri, cenderung

memiliki kualitas hidup yang kurang baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya

belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Kelemahan Dalam Penelitian

Pengumpulan data pola komuniksai keluarga dan kualitas hidup

menggunakan kuesioner tertutup, sehingga responden tidak memberikan

banyak keterangan tentang pola komunikasi keluarga dan kualitas hidup,

namun sebatas mengisi jawaban yang sudah ada pada kuesioner.

2. Kesulitan Dalam Penelitian

Adanya kesulitan responden dalam memahami pertanyaan dalam

kuesioner, meskipun sudah diberikan penjelasan oleh peneliti sehingga data

yang didapat belum maksimal.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup

lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo. Pola komunikasi

keluarga pada lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian

besar adalah fungsional. Kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,

Galur, Kulon Progo sebagian besar adalah baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi Puskesmas

Puskesmas hendaknya memberikan penyuluhan kepada keluarga yang

memiliki lansia tentang pentingnya penerapan pola komunikasi yang sesuai

dengan lansia.

2. Bagi Lansia

Lansia dapat lebih terbuka dalam mengemukakan masalah dalam keluarga

dan menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga.

3. Bagi Keluarga

Keluarga yang mempunyai lansia hendaknya lebih memperhatikan lansia

dan menjaga komunikasi yang baik dengan lansia, sehingga kebutuhan lansia

dapat terpenuhi.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Alexandre, T.S., Cordeiro, R.C., & Ramos, L.R. (2009). Factors associated to

quality of life in active elderly. Rev Saúde Pública. Retrived from:

http://www.scielosp.org/pdf/rsp/2009nahead/58.pdf. Diakses pada tanggal

23 Febuari 2012.

Andri, K., & Sudharmono, A. (2010). Perasaan self-conciousness dan Rendahnya

Harga Diri dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris.

Majalah Kedokteran Indonesia, 60, 263-267

Ardianto, E. & Bambang, Q.A. (2007). Filasafat Ilmu Komunikasi. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi revisi ke

4. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Offset

Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Indonesia. Jakarta

Batsi, W.R. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Lansia di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman

Yogyakarta.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada.

de Belvis, AG., Avolio, M., Spagnolo, A., Damiani, G., Sicuro, L., Ciccheti, A.,

Ricciardi, W., &Rosano, A. (2008). Factors Associated with Health-Related

Quality of Life: The Role of Social Relationships Among The Elderly in

anItalian Region. Retrived from

:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18374375?ordinalpos=1&itool=Entr

ezSystem.Diakses pada tanggal 20 Juli 2012

Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2010). Usia Harapan Hidup di Yogyakarta.

Yogyakarta

Djamarah, B.S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.

Jakarta : Rineka Cipta

Elfrida, H. (2009). Pola Komunikasi Keluarga dengan Orang Tua Tunggal di

Kelurahan Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Universitas

Sumatra Utara

Fallowfield, L. (2009). What is quality of life ? . Retrieved from :

http://www.whatseries.co.uk. Diakses pada tanggal 1 Maret 2012.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

Fariba, S.S., Ali, N., Alireza, A.M., Mehdi, F.S. (2011). The Relationship of

Family Communication Patterns on Life Quality in Adolescene. Journal of

Family Counseling 1(1) : 101-104. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan

Keluarga: Riset, Teori, & Praktik. Jakarta : EGC

Garcia, EL., Banegas JR., Perez-Regadera, AG., Cabrera, RH., Rodriguez-

Artalejo, f. (2005). Social Network and Health Related Quality of Life in

Older Adults: A Population-Based Study in Spain. Retrived from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18834511?ordinalpos=1&itool=Entez

System2

Gibney, M. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika

Lane, W. (2011). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Kedokteran.

Diakses 2 Juli 2012. http://www.ncbi.ac.Id/pdf

Latifah, S. (2011). Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Kualitas Hidup

pada Lansia di Dusun Gamping Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman,

Yogyakarta. Skripsi. STIKES Achmad Yani Yogyakarta

Liliweri, A. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Linton, A.D. & Lach, H.W. (2009). Matteson and McConnell’s Gerontological

Nursing Concepts and Practice (3rd ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.

Luleci, E., Hey, W., Subasi, F. (2008). Assessing Selected Quality of Life Factors

of Nursing Home Residents in Turkey. Archives of Gerontology and

Geriatrics, 46, 57-66. Retrived from:http://www.sciencediret.com/. Diakses

pada tanggal 23 Febuari 2012.

Maryam, R. S.,Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., dan Batubara, I. (2008).

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Matsuo. (2003). Effect of Activity Participation of The Elderly and Quality of Life.

Jakarta : Yonago Acta Medica. 46, 13-24.

Mirowsky, J. and Ross, C.E. (2003). Education Cumulative Advantage and

Health Ageing International 30,27-62

Page 32: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

Mirzanah, S. (2011). Hubungan antara Kecerdasan Spiritualitas (Spiritual

Inteligence) dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Sosial Trasna

Wredha Yogyakarta Unit Abiyoso. Skripsi. Universitas Gadjah Mada

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta

Noorkasiani, T. (2009). Kesehatan usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP.

Jakarta: SalembaMedika

Nugroho, W. (2006). Keperawatan gerontik dan Geriatrik edisi 3 . Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Penduduk Lanjut Usia. (2008). [Retrived

from:http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com....task.

..Diakses pada tanggal 12 Febuari 2012.

Rapley, M. (2003). Quality of Life Research. New Delhi: Sage Publications.

Resume Kajian Penanganan Lansia Tahun 2009. (2009). Retrieved

from:http://bappeda.slemankab.go.id/index.php?option=com_content&task

=view&id=167&Itemid=1&lang=. Diakses pada tanggal 12 Febuari 2012.

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

Salim, O.C., Sudharma, N.I., Kusumaratna, R.K., & Hidayat, A. (2007). Validitas

dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk

mengukur kualitas hidup lanjut usia. Universa Medicina; 26(1): 27-38.

Saryono. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi pemula.

Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

Schulz-Allen,M.F. (1997). Aging and Human Longevity. Switzerland: Institution

Universitaires Geriatrie

Setiabudhi, T. & Hadywinoto. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari

Berbagai Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Supratiknya.(2007). Mengenal Prilaku Abnormal.Jakarta :SalembaMedika

Page 33: HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN …repository.unjaya.ac.id/2635/1/Cahyaningrum_3208094_nonfull.pdf · disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga

Susniene, D. & Jurkauskas, A. (2009). The Concepts of Quality of Life and

Happiness – Correlation and Differences. Inzinerrine Ekonomika-

Engineering Economics, 3, 58-66. Retrieved from: http://www.ktu.1t/1t/

mokslas/zurnalai/ inzeko/63/1392-2758-2009-3-63-58.pdf. Diakses pada

tanggal 27 Febuari 2012.

U.S Census Bureau, International Data Base. (2009). Penduduk Lanjut Usia.

Jakarta

Ventegodt, S., Merrick, J., & Andersen, N.J. (2003). Quality of Life Theory I. The

IQOL Theory: An Integrative Theory of the Global Quality of Life Concept.

TheScienetificWorldJOURNAL, 3, 1030-1040. Retrieved from:

http://www.livskvalitet.org/pdf/QOL_theory_I_%28The_IQOL_theory%29.

pfpdf. Diakses pada tanggal 28 Febuari 2012.

Wangsarahardja, K., Dharmawan, O., Kassim, E. (2007). Hubungan antara Status

Kesehatan Mulut dan Kualitas Hidup Lanjut Usia. Universa Medicina,

26(4), 186-194

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC

WHO. (1998). WHOQOL User Manual. Retrieved from :

http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf. Diakses pada tanggal

15 Febuari 2012

Wulandari, D. W. (2004)Penentuan Validitas WHOQOL-100 dalam Menilai

Kualitas Hidup pada Pasien Rawat Jalan di RSCM (versi Indonesia).

Jakarta: Universitas Indonesia

Zanocchi. (2008). Chronic Pain In A Sample Of Nursing Home Resident :

Prevalence, Characteristics, Influence on Quality of Life (QOL). Archive of

Gerontology and Geriatrics 47, 121-128