HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN...
-
Upload
trannguyet -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN...
HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK
INDIVIDU DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PEMULUNG
(LASKAR MANDIRI) DI KELURAHAN SUMUR BATU KECAMATAN
BANTAR GEBANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
YENI FARIDAWATI
109101000065
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2013 M
i
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Desember 2013
Yeni Faridawati, NIM: 109101000065
Hubungan Antara Personal Higiene, Karakteristik Individu Dengan Keluhan
Gangguan Kulit Pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
xviii + 94 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 6 lampiran.
ABSTRAK
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun
sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan
bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk
proses daur ulang. Pemulung merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena
gangguan kulit akibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota
Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan
kulit.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yang
dilakukan pada bulan Agustus – September 2013 pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 66 responden.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu
dengan keluhan gangguan kulit. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain
karakteristik individu yang meliputi umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi dan
personal higiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku).
Penentuan keluhan gangguan kulit berdasarkan kuisioner dan wawancara, variabel
karakteristik individu berdasarkan wawancara, dan variabel personal higiene berdasarkan
wawancara dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan
rumus chi square dan t independent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,6 % pemulung mengalami keluhan gangguan
kulit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini
adalah masa kerja (P value 0,013) dan kebersihan kulit (P value 0,03).
Disarankan kepada pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan perilaku
hidup bersih dengan cara diantaranya mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan
sabun setelah bekerja, sebelum dan sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri
setelah mandi sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.
Daftar bacaan : 38 (1992-2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergratuated Thesis, December 2013
Yeni Faridawati, NIM: 109101000065
Correlations of Personal Hygiene and Individuals Characteristic with
Complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar
Gebang District.
Xviii+ 94 pages, 16 tables, 2 pictures, 6 attachments
Complaints of skin disorders is an itch-like sensation (during morning, afternoon,
evening, or all day), that causes red spots / bumps / bulla containing clear fluid or pus
on the skin surface of the body raised rash to appear (Graham, 2005). Scavengers are
people of whom collected scrap items or certain bins for the recycling process and is
one of the job at risk of developing skin disorders due to poor working conditions.
Based on pre-eliminary study at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District,
founded that 9 out of 10 scavengers were having complaints of skin disorders.
This research was quantitative study with cross sectional approach, held in
August-September 2013 at the Sumur Batu district Bantar Gebang Subdistrict. The
purpose of this study was to analyze the correlation between personal hygiene and
individuals characteristic with complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur
Batu Subdistrict Bantar Gebang District. Total sample are 66 people. The
independent variables are Individuals characteristic including age, hours of work,
years of employment, and history of allergies; and personal hygiene includes skin,
hands, feet, and nail hygiene. Determination of skin disorders complaint based on
questionnaires and interviews, whereas the individuals characteristic and personal
hygiene variables are based on interviews and observations. Afterwards, chi square
and t independent test are used to analiyze the data.
The results showed that 60.6% scavengers suffered complaints of skin disorders.
Factors associated with complaints of skin disorders in this study are years of
employment (P value 0.013) and skin hygiene (P value 0.03).
Thus, to those scavengers at Sumur Batu Subdistrict are expected to pay more
attention to the health behavior such as washing their hand and foot with running
water and soap after work, before and after eating; also using one's own towel after a
shower in reducing the risks of skin disorders complaint.
References : 38 (1992-2012)
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Yeni Faridawati
TTL : Ponorogo, 10 Febuari 1992
Alamat : Jl. Pahlawan, Gg swadaya RT 003, RW 09 No. 30 Rempoa Ciputat
Agama : Islam
Gol. Darah : A
No. Telp : 085776439743
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 2003 SDN SITU GINTUNG 1
2003 – 2006 MTSN 3 JAKARTA
2006 – 2009 SMAN 87 JAKARTA
2009 – Sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2003-2005 Koord Divisi Perlengkapan PMR MTSN 3 JAKARTA
2006 – 2007 Sekretaris Karang Taruna Rajawali Rempoa
2007 – 2008 Wakil Keputrian ROHIS SMAN87 JAKARTA
2010 - 2011 Koord. Divisi Artisitik PASIFIK (Paduan Suara Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN)
2011-Sekarang Anggota Envihsa
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang dilimpahkan-Nya, sehingga dapat terselesainya laporan kerja praktek ini.
Shalawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad Saw.
Skripsi dengan judul “ Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik
Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013” ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang dihadapi,
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan laporan skripsi ini dapat
terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Febrianti M. Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dewi Utami Iriani SKM, M.Kes, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama,
terima kasih Ibu sudah memberikan saran, kritik, motivasi, dan sabar
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
4. Bapak Dr. Arif Sumantri SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua, terima
kasih bapak atas bimbingan, arahan, doa, dan nasihat yang sangat berarti dan
viii
membuat penulis menjadi semangat untuk segera menyelesaikan laporan skripsi
ini.
5. Kepada semua staff Dinas Kesehatan Bekasi, Puskesmas Kecamatan Bantar
Gebang, Kelurahan Sumur Batu, dan Dinas Kesbangpolinmas Bekasi, terima
kasih atas bantuan dan telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penulis
bisa melaksanakan penelitian di daerah Bapak dan Ibu sekalian.
6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kedua adik tersayang, dan nenek,
terimakasih atas doa yang tulus, perhatian, kasih sayang yang melimpah yang
diberikan kepada penulis dari awal penelitian sampai terselesaikannya laporan
skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan kesling 2009, Ziah, Cita, Dila, Ami, Maya, Reni,
Tari, Nisa, Ratna, Nita, Imah, Agung, Yudi, Morrys, Ersa, Aan, Rudi, Udin
kalian sangat super sekali. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu, berbagi cerita,
dan mendengarkan keluh kesah penulis.
8. Dua sahabat super, Lilik dan Badra yang sudah lulus duluan dengan setia
mendengar keluh kesah penulis dan dan memberikan semangat membara kepada
penulis sehingga sedikit demi sedikit penulis bisa menyusul kelulusan kalian.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir kiranya penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca umumnya. Mohon kritik dan sarannya.
Jakarta, 10 Desember 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum ............................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 8
E. Manfaat
1. Instansi Terkait ............................................................................................. 9
2. Bagi Pemulung ........................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup .................................................................................................. 10
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah ..................................................................................... 11
2. Pengelolaan Sampah Menurut Sumbernya ................................................. 11
3. Jenis Sampah .............................................................................................. 13
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan .......................... 14
B. Keluhan Gangguan Kulit
1. Penyakit Kulit ............................................................................................. 15
2. Penyebab Penyakit Kulit ............................................................................ 17
C. Anatomi Kulit .................................................................................................... 18
D. Fungsi Kulit ....................................................................................................... 19
E. Definisi Pemulung ............................................................................................. 20
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ....................................................................... 22
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
1. Kondisi Lingkungan TPA ........................................................................... 22
a. Penyediaan Air ..................................................................................... 23
b. Suhu dan Kelembaban .......................................................................... 24
c. Paparan Sinar Matahari ........................................................................ 25
2. Personal Hygiene ......................................................................................... 27
a. Kebersihan Kulit .................................................................................... 28
b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ..................................................... 29
c. Kebersihan Rambut ............................................................................... 31
3. Karakteristik Individu .................................................................................. 32
a. Jam Kerja ............................................................................................... 32
b. Umur ...................................................................................................... 33
c. Masa Kerja ............................................................................................. 33
d. Riwayat Alergi ....................................................................................... 34
e. Pendidikan ............................................................................................. 35
f. Penggunaan APD ................................................................................... 35
xi
H. Kerangka Teori .................................................................................................. 38
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep............................................................................................... 40
B. Definisi Operasional .......................................................................................... 43
C. Hipotesis ............................................................................................................ 45
D. Definisi Operasional .......................................................................................... 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 46
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian ........................................................................................ 47
a. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 47
b. Kriteria Eksklusi .................................................................................... 48
2. Sampel Penelitian.......................................................................................... 48
a. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 50
b. Instrumen Penelitian .............................................................................. 50
c. Pengolahan Data .................................................................................... 51
d. Analisa Data ........................................................................................... 53
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu .................................................... 54
a. Data Geografis ....................................................................................... 54
b. Data Demografi ...................................................................................... 55
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I .............................................. 56
B. Analisis Univariat
1. Distribusi Karakteristik Individu .................................................................. 57
a. Distribusi Umur ..................................................................................... 57
b. Distribusi Jam Kerja .............................................................................. 58
xii
c. Distribusi Masa Kerja ............................................................................ 58
d. Distribusi Riwayat Alergi ...................................................................... 59
2. Distribusi Personal Higiene .......................................................................... 59
a. Distribusi Kebersihan Kulit ................................................................... 59
b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki .................................... 60
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit . 61
a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................... 61
b. Hubungan jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ........................ 62
c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ..................... 63
d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit ............... 64
2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit ......... 65
a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ............. 65
b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit ...................................................................................... 66
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 68
B. Keluhan Gangguan Kulit ................................................................................... 69
C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ................................... 71
2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................ 73
3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit .......................... 76
4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit .................... 79
D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ................. 81
2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan
Kulit ............................................................................................................ 84
xiii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 90
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................... 43
Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun
2013 ....................................................................................................................................... 55
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu
Tahun 2013............................................................................................................................ 56
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 57
Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58
Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58
Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59
Tabel 5.8 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59
Tabel 5.9 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan
Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ................... 60
Tabel 5.10 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 60
xv
Tabel 5.11 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 61
Tabel 5.12 Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 62
Tabel 5.13 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 63
Tabel 5.14 Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang
Tahun 2013............................................................................................................................ 64
Tabel 5.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang
Tahun 2013............................................................................................................................ 65
Tabel 5.16 Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ............................................................................ 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Segitiga Epidemiologi ........................................................................ 2
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit ................................................................................. 19
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 39
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 42
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Pengantar dari Kelurahan Sumur Batu
2. Lampiran 2 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian dari Badan Kesatuan
Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
3. Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
4. Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat
5. Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat
6. Lampiran 6 Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas
memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-
barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu
menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan
sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin, 2012).
Pencegahan pencemaran oleh sampah, walaupun sudah dilakukan tetapi
masih tetap belum dapat diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan,
terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan
secara sembarangan akan mencemari lingkungan, bahkan bila dibuang di tempat
yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap merupakan masalah,
baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu
dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu dengan dampak yang
beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan
kota/pemukiman (Sumantri, 2010).
Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun
apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi
ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa hubungan antara manusia (host),
2
penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi.
Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan
(Budiarto & Anggraeni, 2002).
Gambar 1.1
Model Segitiga Epidemiologi
( Listautin, 2012)
Penyakit akibat sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit menular,
tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan, dan lain-lain.
Selain itu sampah juga dapat menyebabkan meningkatnya penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui vektor, penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing,
dan zat kimia (Soemirat, 2009). Menurut Adnani (2011) sampah apabila tidak
dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia
dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya
disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang
berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.
3
Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan
beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak
di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada
bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar
matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri
dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam listautin 2012).
Menurut Soepadmo (2006) dalam Rianti (2010), penyakit infeksi kulit
banyak ditemukan dikalangan penduduk didaerah beriklim panas, lembab,
keadaan perorangan yang kurang higiene, lingkungan yang buruk, pekerja-
pekerja yang berhubungan dengan kotoran (misalkan sampah dan selokan), dan
pekerja-pekerja yang berhubungan dengan minyak-minyak pelumas. Masyarakat
umumnya beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit yang
membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum
dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat
ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang
lebih serius.
Pemulung (Laskar Mandiri) adalah orang yang bekerja mengambil
barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dilihat dari
sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang
sangat tinggi untuk tertularnya penyakit, karena pemulung bekerja di lingkungan
yang tidak kondusif (Junaedi, 2007). Kegiatan yang bergerak di sektor informal
4
ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah untuk meringankan beban daya
dukung lingkungan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja pemulung yang
langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya
dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006).
Pada Tahun 1986 Pemerintah DKI Jakarta mulai membangun TPA Bantar
Gebang. Areal TPA Bantar Gebang mencakup 3 kelurahan dari 8 kelurahan yang
ada di wilayah Kecamatan Bantar Gebang, yaitu Kelurahan Ciketing Udik,
Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu (Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK, 2008).
Data Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang pada Tahun 2012,
menunjukkan bahwa penyakit kulit termasuk penyakit terbesar ke 7 dari 10
penyakit yang ada di Puskesmas. Selain itu berdasarkan data yang ditemukan dan
pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang
paling banyak mengalami keluhan gangguan kulit terdapat di Kelurahan Sumur
Batu. Berdasarkan data yang di dapat dari Kelurahan Sumur Batu diketahui
jumlah pemulung yang ada disana sekitar 350 orang, namun jumlah data
pemulung tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan tempat tinggal
pemulung yang yang tidak menetap.
Para pemulung mempunyai hubungan yang baik dengan lapak, bahkan
banyak lapak yang menyediakan tempat berlindung bagi para pemulung dan
keluarganya. Pengertian dari lapak itu tersendiri yaitu bos besar dari para
pemulung, hasil yang diperoleh dalam setiap harinya mereka serahkan ke lapak
5
dengan mendapatkan imbalan yang sesuai. Para pemulung tersebut tinggal di
tempat yang jauh dari fungsinya sebagai rumah sehat. Mereka tinggal di sebuah
pondok yang terbuat dari kayu, bambu, kardus dan plastik bekas. Rata- rata
pondok mereka berukuran 3 x 5 m yang posisinya saling berdampingan dan
berhadapan antar pondok pemulung.
Hasil penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya
keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan
terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit,
kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan
gangguan kulit. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-
bauan, kontak dengan vektor, kebersihan rambut, dan IMT.
Kemudian hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan
kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai
hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola
sampah. Tetapi tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kebersihan
kuku, pemakaian sarung, pemakaian sepatu kerja, dan pemakaian masker,
terhadap keluhan gangguan kulit.
Selanjutnya hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011) mengenai
kejadian dermatitis pada nelayan dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor
yang berhubungan meliputi masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan,
hygiene personal, riwayat penyakit kulit, dan riwayat alergi dengan kejadian
dermatitis pada nelayan.
6
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari
10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Pada
umumnya keluhan gangguan kulit yang dirasakan yaitu timbulnya gatal-gatal bila
mereka mulai berkeringat dan setelah itu timbul kemerahan. Namun tidak sedikit
juga ada yang mengalami timbul nanah pada permukaan kulitnya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini
menggunakan variabel riwayat alergi yang termasuk dari variabel karakteristik
individu responden.
B. Rumusan Masalah
Pemulung (Laskar Mandiri) dalam keberadaannya antara diharapkan atau
tidak diharapkan, namun diperlukan fungsinya sebagai pemisah sampah dalam
meminimalisir banyaknya timbunan sampah. Laskar Mandiri merupakan salah
satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulitakibat kondisi lingkungan
kerja yang buruk. Pekerjaan pemulung yaitu memungut barang-barang bekas
atau sampah tertentu di Tempat Pembuangan Akhir sampah, yang kemudian
dikumpulkan kepada pengumpul untuk dilakukan daur ulang.
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bantar
Gebang, didapatkan penyakit kulit merupakan urutan ke 7 dari 10 penyakit
terbesar di Puskesmas. Data lain yang ditemukan dan pernyataan dari pihak
Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak
7
mengalami keluhan gangguan kulit di Kecamatan Bantar Gebang terdapat di
Kelurahan Sumur Batu.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari
10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Jika
keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan
akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius dan lebih memperburuk
kondisi penderita.
Dengan demikian penulis ingin melakukan penelitian mengenai
hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar
Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
2. Bagaimana gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja,
pendidikan, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
8
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja,
pendidikan, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013?
5. Apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara personal higiene, karakteristik individu
dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar
Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun
2013.
b. Mengetahui gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
9
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam
kerja, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
d. Mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan
kulit, tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013.
e. Mengetahui apakah hubungan antara karakteristik individu (umur, masa
kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Tahun 2013.
E. Manfaat
1. Instansi Terkait
Instansi terkait disini yang dimaksud yaitu Dinas Kesehatan maupun
Puskesmas setempat. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait
memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga
kesehatan kulit, sebab serta dampak gangguan kulit bagi para pemulung
yang pada umumnya lepas dari perhatian pemerintah.Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi puskesmas kecamatan
Bantar Gebang mengenai keluhan gangguan kulit yang dialami pemulung
10
sehingga bisa diciptakan program kesehatan yang dapat dijangkau oleh
pemulung.
2. Bagi Pemulung
Dapat dijadika informasi kepada mengenai bahaya dan faktor apa saja
yang dapat dapat mengakibatkan gangguan kulit sebelum, selama melakukan
pekerjaan dan sesudahnya supaya tidak ada keluhan gangguan kulit yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan gangguan kulit pada
pemulung ditinjau dari personal hygiene (kebersihan kulit dan kebersihan tangan,
kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, lama kerja, jam kerja,dan riwayat
alergi). Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sasaran
penelitian ini adalah pemulung yang berada di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – September
2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh dengan cara pengisian kuisioner, sedangkan sumber data
sekunder diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Bantar Gebang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah
Menurut American Public Health Association, sampah (waste)
diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yamg dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2010). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, mengartikan sampah sebagai
sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat.
Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah
sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human
waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air
bekas tidak termasuk didalamnya).
2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa
sumber seperti berikut :
12
a. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di
desa/di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
b. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.
Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-
sisa makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah
khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat
hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan
(misal : rumah sakit, dan puskesmas), kompleks militer, gedung
pertemuan, pantai tempat berlibur, dan saran pemerintah yang lain.
d. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor, dan air
minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
13
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah
khusus, dan sampah berbahaya.
e. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
3. Jenis Sampah
Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi
beberapajenis yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:
1) Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan
gelas, dan abu
2) Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas,
plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-
kain dankayu.
2) Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-
sisapotongan besi, gelas dan abu
14
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
1) Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-
kaleng,pecahan gelas, karet dan abu.
2) Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-
potongandaging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-
buahan, kertas danlain-lain.
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Menurut Adnani (2011) dan Soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap
kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Pengaruh langsung
Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak
langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah
beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah
karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah
yang mengandung bakteri patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri.
b. Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang
membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan
menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan
dapat dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari
berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera
15
dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak
di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng
dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda
masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan
penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya
seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogensulfida (H2S) dan
sebagainya.
Pengaruh tidak langsung lainnya dapat dirasakan akibat proses
pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah yang tergantung
dengan jenis sampahnya seperti mengandung mikroba patogen, logam
berat, dan zat lainnya yang berbahaya.
B. Keluhan Gangguan Kulit
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang,
malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/
bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh
timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
1. Penyakit Kulit
Menurut Sitorus (2008) dalam Listautin (2012), penyakit kulit
merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit
16
kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari,
virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptesscabiei).
a. Gatal-gatal
Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya
penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini
seringkali menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi
penanahan. Salah satu penyakit kulit adalah skabies dengan gejala
keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari dan adanya bintik-
bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung oleh:
1) Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit
berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena
benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis.
2) Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya
dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera
mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri
yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.
3) Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi.
Walaupun bukan merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak
dapat dibiarkan. Alergi dapat terjadi karena terhirup debu, bulu
hewan dan pakaian. Upaya yang penting dalam pencegahan adalah
pola hidup yang baik. Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila
tidak disertai dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci
17
tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus,
2008).
b. Kulit kemerahan
Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala
bakteri, efeknegatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga
memiliki sifat yangsensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena
beberapa faktor yaitu alergi terhadapudara, debu, plastik maupun obat-
obatan dan akibat matahari. Sinar mataharimerupakan sumber radiasi
ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparanberlebihan dalam
waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panasdan
luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008 dalam Listautin, 2012).
2. Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
a. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,
kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik
menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.
Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :
1) Mengubah pHnya
2) Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)
3) Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya
4) Merendahkan daya tahan kulit.
18
b. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
1) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-
garam logam.
2) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa
yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan
kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll.
3) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak
mineral, dll
4) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,
hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.
c. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-
produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu
terjadinya penyakit kulit.
C. Anatomi Kulit
Kulit dianggap sebagai sebuah organ tubuh dengan luas permukaan sekitar 2
m. Bila dibandingkan dengan organ tubuh lainnya, proporsi kulit cukup besar
yaitu sekitar 3% dari berat total tubuh, dengan demikian lebih besar dari hati dan
otak. Fungsi utama dari kulit adalah sebagai pembatas yang melindungi organ
internal tubuh dari gangguan berbagai faktor lingkungan di luar tubuh dan
infeksi bakteri. Selain itu juga berfungsi dalam mengatur suhu tubuh, berperan
19
dalam fungsi kekebalan tubuh serta sebagai alat peraba yang memungkinkan
tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungan (Alatas, 1998).
Kulit adalah organ khusus yang terdiri dari komponen hidup dan tidak
hidup. Kulit tersusun dari jaringan-jaringan yang berbeda seperti pembuluh
darah, jaringan ikat, lemak, kelenjar- kelenjar, organ peraba dan saraf. Tiga
lapisan jaringan utama penyusun kulit adalah epidermis, dermis dan lemak
subkutan (Alatas, 1998).
Gambar 2.1
Struktur Anatomi Kulit
D. Fungsi Kulit
Kulit merupakan organ yang langsung terkena trauma dan kerusakan akibat
kontak dengan alam sekitarnya. Fungsi kulit antara lain :
1. Sebagai pembungkus untuk melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak
dengan bahan berbahaya dari luar serta menjaga tubuh dari kekeringan yang
dilakukan oleh stratum korneum. Sedangkan mekanisme perlindungan dan
20
penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya dari pancaran sinar matahari,
dilakukan oleh pigmen melanin yang dibentuk oleh sel melanosit.
2. Alat sekresi yang berperan dalam respon fisiologik maupun patologik, antara
lain dilakukan oleh kalenjar keringat dan kalenjar sebasea.
3. Fungsi imunologik yang berperan dalam reaksi kekebalan tubuh.
E. Definisi Pemulung
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah
tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki
konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja sebagai
swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang
meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat
membeli barang dari pemulung. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari
industri daur ulang. Bagi sebagian besar orang, pemulung adalah pekerjaan yang
hina dan memalukan. Interaksi seorang pemulung dengan tumpukan sampah
menjadikan banyak orang jijik dengan pekerjaan ini (Junaedi, 2012)
Pemulung memiliki kegiatan mengumpulkan barang bekas yang
dikumpulkan dari tempat sampah. Kegiatan yang bergerak di sektor informal ini
dipengaruhi oleh sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia, yang
pada umumnya terdiri dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan, sistem
pengangkutan dan sistem pembuangan akhir. Pemulung termasuk pekerja sektor
informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan
21
sebagaimana mestinya. Di beberapa kota besar jumlah keberadaan pemulung
cukup banyak, mereka merupakan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi
terjangkit penyakit akibat kerja mengingat jenis pekerjaan mereka (Junaedi,
2012).
Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki
resiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit. Lingkungan yang tidak
kondusif dan kotor mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit
misalkan saja : batuk pilek, gatal-gatal, diare dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi
juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang sangat
minim. Melihat kondisi mereka, perlu diketahui bahwa mereka juga merupakan
warga Negara seperti yang di amanatkan pada pasal 34 yang patut mendapat
perhatian dan perlindungan dari Pemerintah sebagaimana warga masyarakat
lainnya. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif
(Junaedi, 2012)
Pemulung rata-rata memiliki pendidikan yang rendah, bahkan tidak sedikit
diantara mereka yang tidak pernah bersekolah. Sehingga pengetahuan dan
wawasan mereka tentang kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan
sangatlah terbatas. Hal ini ditunjang dengan kurangnya pengalaman dan kurang
pemahaman tentang pentingnya kebersihan pribadi, mengingat mereka bekerja di
tempat yang cukup kotor. Lingkungan kotor akibat pengelolaan sampah yang
kurang baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan berbagai penyakit bagi
22
masyarakat. Padahal kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor
yang sangat penting untuk mencapai kesehatan masyarakat (Junaedi, 2012).
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support)
dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2000 dalam Hasibuan, 2005).
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif
masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat
hidup yang optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga,
Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung
1. Kondisi Lingkungan TPA
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa
benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia
23
lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara
elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009).
Lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : lingkungan fisik,
lingkungan biologis, dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala
sesuatu disekitar kita seperti rumah, gunung, udara, air, sinar matahari,
senyawa kimia, dan lain-lain. Lingkungan biologis merupakan segala
sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup seperti
tumbuh-tumbuhan, binatang, plankton, kuman dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan sosial adalah manusia lain yang ada disekitar kita seperti
tetangga, kawan, bahkan orang yang tidak kita kenal.
Kemudian pengertian lingkungan kerja sendiri yaitu merupakan tempat
yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, kimia, dan
biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan
masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008 dalam
Listautin, 2010).
a. Penyediaan Air
Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan
interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat
yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau
lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh
24
tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat
menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar
secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penggunaan air
yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan
penyakit bagi penggunanya terutama gangguan kulit.Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Ramdani (2008),santri di pesantren Nurul Hidayah
Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang
masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang
tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan
secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri.
Selain itu menurut Djunaedi (2012), kualitas air yang digunakan
pemulung di TPA yang tidak terjamin mutunya terutama membuat kulit
tidak sehat. Jika kulit sensitif dan air mandi terbatas, dengan mudah
penyakit kulit pun akan berjangkit. Cemaran air mandi bisa menjadi
sumber penyakit jamur kulit. Sela-sela kulit yang tidak terkena sabun
mandi dan lembab, akan menjadi sasaran jamur kulit. Kulit kurang
terpelihara kebersihannya karena air mandi yang langka dan tidak
higienis, menimbulkan rasa gatal yang merangsang orang untuk
menggaruk. Menggaruk berarti melukai kulit, dimana kulit yang terluka,
mudah dimasuki jamur. Infeksi jamur merupakan penyebab tersering
25
dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan kecil atau
ruam merah yang dalam (Djunaedi, 2012).
b. Suhu dan Kelembaban
Menurut Adhi Juanda dalam Suma’mur (2009), salah satu faktor
yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktorlingkungan (misalnya:
suhu dankelembaban).
Selain itu menurut Subakir (2005) dalam Kurniawati (2006) jamur
penyebab gangguan kulit dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar
25 - 30°C, dengan kelembaban 60%. Walaupun demikian ada beberapa
jamur pathogen yang dapat tumbuh pada 45 - 50°C.
Berdasarkan penelitian Ma’rufi dkk (2005), terdapat hubungan yang
bermakna antara kelembaban dengan penyakit scabies pada santri
pondok pesantren.
c. Paparan Sinar Matahari
Matahari adalah sumber energi dan cahaya terpenting bagi semua
planet yang berada dalam sistem tata surya kita, termasuk planet bumi
yang kita diami. Oleh karena itu peranan sinar matahari sangat penting
bagi kehidupan manusia.
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar
pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan
secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari
pencahayaan buatan seperti lampu pijar dan lampu pelepasan listrik dan
26
pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari
adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan
terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008 dalam
Listautin, 2012).
Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari
adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan
berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari
merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi
memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari
tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari
yang mengandung ultraviolet.
Bila kulit terkena sinar matahari, energi matahari akan diserap oleh
epidermis, dipantulkan, dan diteruskan ke lapisan yang lebih dalam
(Dermis dan Subkutis).Pajanan sinar matahari paling maksimal adalah
bila matahari tepat terletak diatas kita yaitu jam 12.00 (waktu matahari).
Meskipun demikian intensitas energi matahari telah mencapai jumlah
yang cukup besar sejak jam 10.00 sampai jam 15.00. Kebiasaan terpajan
sinar matahari pada jam tersebut sebaiknya dikurangi atau dihindari
sama sekali.
Selain itu menurut (Moeljosoedarmo, 2008) paparan sinar matahari
yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum pukul 09.00. Pada
jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagi
27
tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk
kesehatan tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga
bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan
jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan metabolisme tubuh. Racun
dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi berjemur di
atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini
dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan
ultraviolet B (UVB) dapat merusak membran sel sehingga
mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta merusak sel-sel kulit.
Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit
terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup
tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit
dini) disamping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok.
2. Personal Hiegene
Personal higiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangandan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara
perawatan diri manusiauntuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan
sangat penting untukdiperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan
diperlukan untuk kenyamananindividu, keamanan dan kesehatan (Potter,
2005).
Personal higiene menjadi penting karena personal hygieneyang baik
akanmeminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada
28
dimana-manadan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit.
Personal higienemerupakan perawatan diri dimana seseorang merawat
fungsi-fungsi tertentu sepertimandi, toileting dan kebersihan tubuh secara
umum. Kebersihan diri diperlukan untukkenyamanan, keamanan dan
kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakanlangkah awal mewujudkan
kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkanrisiko seseorang
terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutamapenyakit yang
berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygieneyang
tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit
sepertipenyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran
cerna(Saryono dan Widianti, 2011 dalam Listautin, 2012).
Hasil penelitian Listautin (2012), menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara personal higiene : kebersihan kulit, tangan dan kuku
terhadap keluhan kesehatan salahsatunya yaitu keluhan gangguan kulit pada
pemulung.
a. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk
melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu,
menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf,
menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti,
2011 dalam Listautin, 2012). Kulit merupakan pembungkus yang elastik
yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ
29
yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam
meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati
kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012). Menurut Potter (2005),
pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan
yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu
dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:
1) Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari.
2) Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.
3) Mandi dengan menggunakan sabun.
4) Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari.
5) Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.
6) Menjaga kebersihan lingkungan
Sejalan dengan penelitian Listautin (2012), menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan
kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung. Selain
itu berdasarkan penelitian Sajida (2012) terdapat hubungan yang
bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan penyakit kulit di
masyarakat Kelurahan Denai.
b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering
berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga
tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman
30
penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila tangan manusia
menyentuh tinja atau feses akan terkontaminasi lebih dari 10 juta virus
dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri
tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sering diabaikan dan mudah
masuk kedalam tubuh manusia. Sedangkan permasalaha kaki dan kuku
disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki
yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam (Zein, 2010
dalam Listautin 2012).
Menurut Zein (2010) dalam Listautin (2012), cuci tangan memakai
sabun, bagi sebagai besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin
sehari-hari. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya cuci tangan pakai
sabun belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci
tangan pakai sabun dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan
bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit
yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan
pakai sabun, yaitu :
1) Sebelum makan dan sesudah makan.
2) Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
3) Sebelum memegang bayi.
4) Sebelum menyiapkan makanan.
5) Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan.
31
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) dalam Listautin (2012),
mengabaikan kebersihan tangan, kaki dan kuku akan berdampak pada
berbagai macam penyakit yang menghampirinya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan
kuku adalah sebagai berikut:
1) Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab
utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari
menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan
akhirnya melepuh).
2) Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor,
karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada
kulit kaki.
3) Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur.
Sejalan dengan penelitian Sajida (2012), terdapat hubungan yang
bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan penyakit
kulit di Masyarakat Kelurahan Denai. Selain itu berdasarkan hasil
penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan yang bermakna
antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan kesehatan salah
satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung.
c. Kebersihan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya
32
kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambut tampak
kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan selain itu dapat
menimbulkan permasalahan atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya
ketombe, adanya kutu rambut dan sebagainya (Isro’in dan Andarmoyo,
2012 dalam Listautin, 2012).
Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat
dilihat berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut.
Karekteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-
obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Hal-hal yang diperlukan dalam
perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu:
1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu.
2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.
3) Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa, kebersihan
rambut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan
gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi
(2010), dan Sajida dkk (2012).
3. Karakteristik Individu
a. Jam Kerja
Menurut Suma’mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik
dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih
dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas
33
dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan
kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan
menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit.
Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan
dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan
kelelahan. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu
kondisi yang optimal. Meskipun demikianwaktu istirahat harus tetap
diadakan (Sedarmayanti, 2009 dalam Listautin, 2012).
Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012),
terdapat hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan yang
salah satunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan.
b. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengearuhi
terjadinya keluhan gangguan kulitpada seseorang. Seperti pada
penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan yang bermakna antara
umurpekerja dengan keluhan gangguan kulit. Selain itu berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan
yang bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak.
c. Masa Kerja
Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang
telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat
34
mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Masa kerja merupakan jangka
waktu pekerja mulai terpajan dengan kemungkinan sumber yang dapat
mengakibatkan keluhan gangguan kulit sampai waktu penelitian.
Menurut Suma’mur (2009) semakin lama seseorang dalam bekerja
maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh
lingkungan kerja tersebut. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara masa
kerja dengan kejadian dermatitis kontak.
d. Riwayat Alergi
Alergi adalah suatu penyakit yang berupa perubahan reaksi tubuh
yang berlebihan terhadap suatu bahan tertentu di lingkungan yang
disebut alergen. Reaksi alergi timbul segera dalam beberapa menit
setelah ada rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif.
Penyebab alergi ditimbulkan oleh interaksi antara faktor genetik dan
lingkungan. Penyakit-penyakit alergi sering dihubungkan dengan organ
tertentu, yaitu hidung (rinitis alergi), mata (konjungtivitis alergi), rongga
hidung di belakang wajah (sinusitis), paru (asma bronkial/asma), kulit
(dermatitis atopi/ekzema dan urtikaria/kaligata) (Rabson et al. 2005;
Kuby et al. 2007 dalam Rengganis, 2009).Selain itu berdasarkan pelitian
yang dilakukan oleh Satuti (2003) pekerja yang mempunyai riwayat
alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak
mempunyai riwayat alergi pada kulit. Kemudian pada penelitian
35
Cahyawati dan Budiono (2011) terdapat hubungan antara riwayat alergi
dengan kejadian keluhan gangguan kulit dermatitis.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan
rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat
membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah(Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai
dengan penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan antara pendidikan
dengan kejadian keluhan gangguan kulit.
f. Pengunaan APD
Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar
adalah mata, kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut,
diperlukan alat pelindung diri yang harus dipakai pada organ yang akan
dilindungi (Harrington dan Gill, 2003). Perlindungan tubuh atau
permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja
dapat digunakan untuk mencegah:
1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.
2) Penyebaran zat kimia melalui kulit.
3) Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.
36
Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah
alat pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara
langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang ada di lingkungan tempat kerja. Meskipun APD telah
dipakai namun baiknya APD yang digunakan memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1) Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya
dimana pekerja terpajan.
2) Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam
memberiperlindungan.
3) Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif.
4) Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang
gerakannya maupun tanggapan panca indranya.
5) Alat pelindung diri harus tahan lama.
6) Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya
tambahan karena pemakaian) baik oleh karena bentuknya,
konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaan.
Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:
1) Sarung tangan
Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai
dengan tujuan untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih)
37
dan menghindari kecelakaan atau penyakit akibat kerja
(Moeljosoedarmo, 2008).
2) Sepatu kerja
Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari
kejatuhan benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda
tajam atau runcing. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan-bahan kimia ataupun tempat kerja yang becek, tenaga kerja
diberikan sepatu pengaman jenis boot yang terbuat dari karet
(Moeljosoedarmo, 2008).
3) Topi pengaman
Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar
matahari seperti di lingkungan konstruksi dan lain-lain)
(Moeljosoedarmo, 2008).
4) Pakaian kerja
Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat
melindungi kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan
kimia dan lainnya. Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu
lebar atau terlipat keluar dan tidak menggunakan baju yang terlalu
longgar atau sempit (Harrington dan Gill, 2003)
38
5) Pelindung mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap
iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari.
Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa, kacamata
pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill, 2003).
6) Masker
Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam
bentuk debu dan gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup
dengan menggunakan masker (Harrianto, 2009).
Dari hasil penelitian Listautin ada hubungan antara penggunaan
APD dengan keluhan kesehatan salah satunya gangguan kulit.
39
H. Kerangka Teori
Variabel Independen Variabel Independen
Bagan 2.1
Sumber : Listautin (2012), Dahlia (2010), Kurniawati (2006), Ma’rufi & Keman
& Notobroto (2005), Aisyah dkk (2012), Cahyawati, dan Budiono
(2011)
Personal Higiene
- Kebersihan Kulit
- Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
- Kebersihan rambut
Kondisi Lingkungan
- Penyediaan Air
- Kelembaban
- Suhu
- Paparan Sinar Matahari
Karakteristik Individu
- Umur
- Jam kerja
- Masa Kerja
- Pendidikan
- Riwayat Alergi
Keluhan Gangguan
Kulit
Penggunaan APD
- pakaian kerja
- topi pengaman
- masker
- sarung tangan
- sepatu kerja
40
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang
ada, dimana pada variabel dependen yaitu keluhan gangguan kulit dan variabel
independennya yaitu personal hiegiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan,
kaki, dan kuku), dan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan
riwayat alergi).
Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk
dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk dalam
kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang terpenting yang harus untuk
diketahui dan diamati terlebih dahulu sebagai penyebab munculnya gejala-gejala
keluhan gangguan kulit pada pemulung. Adapun variabel-variabel lain yang tidak
diteliti yaitu :
1. Penyedian air tidak diteliti dikarenakan berdasarkan hasil studi pendahuluan,
sumber air yang digunakan oleh pemulung seluruhnya berasal dari air tanah
dengan satu sumber yang sama.
2. Suhu dan Kelembaban lingkungan kerja tidak diteliti, dikarenakan pemulung
bekerja di tempat terbuka (outdoor)dan tidak menetap.
3. Pendidikan tidak diteliti dikarenakan sebagian besar (93%) pemulung tidak
tamat sekolah dasar.
41
4. Kebersihan rambut tidak diteliti dikarenakan pada beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang menggunakan variabel kebersihan rambut menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan rambut dengan
keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012),
Silalahi (2010), Sajida dkk (2012), dan Purba (2013).
5. Penggunaan APD tidak diteliti dikarenakan dari hasil studi pendahuluan
sebagian besar pemulung (98%) tidak menggunakan APD yang sesuai
standar, dikarenakan alasan ekonomi yang tidak mencukupi dan kurangnya
pemahaman mengenai pentingnya penggunaan APD. Penggunaan APD yang
sesuai standar yakni seperti sarung tangan, masker, penutup kepala (topi),
dan sepatu kerja.
6. Paparan sinar matahari tidak diteliti dikarenakan sudah terwakili dari
variabel jam kerja. Dimana variabel jam kerja juga menunjukkan waktu
pemulung terkena paparan sinar matahari.
42
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Personal Higiene
- Kebersihan Kulit
- Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
Keluhan Gangguan
Kulit
Karakteristik Individu
- Umur
- Masa kerja
- Jam Kerja
- Riwayat Alergi
43
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Gangguan kulit Keluhan yang dirasakan berupa rasa gatal-gatal
(saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang
hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-
bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening
ataupun nanah pada kulit, serta timbul ruam-
ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005).
Wawancara
dan observasi
Kuisioner
dan lembar
observasi
Ordinal 1. Mengalami
keluhan
gangguan kulit
0. Tidak
mengalami
keluhan
gangguan kulit
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Personal Higiene
Kebersihan Kulit Suatu keadaan kulit dan kegiatan yang
dilakukan untuk melindungibagian tubuh dari
pengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja
pemulung yaitu, mandi, penggunaan sabun,
handuk, dan pakaian dengan ketentuan
memiliki skor baik jika > 25 poin.
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 25
poin)
0. Tidak Baik
(<24 poin
Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
kebersihan yang dilakukan pemulung
dengan cara mencuci tangan memakai sabun,
memotong kuku pada tangan dan kaki secara
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 18
poin )
0. tidak Baik
(<17 poin )
44
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
teratur dengan ketentuan memiliki skor baik
jika > 18 poin.
Karakteristik Individu
Jam Kerja waktu yangdigunakanpemulung untukbekerja
dalamhitungan jam/haribaik siang
ataupunmalam hari (Suma’mur, 2009)
Wawancara Kuisioner Rasio Jam/hari
Masa Kerja Jangka waktu pemulung mulai menjadi
pemulung sampai waktu penelitian
Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
Umur Jumlah tahun responden yang dihitung sejak
lahir sampai tahun dilakukan penelitian
Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
Riwayat Alergi Pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat
alergi yang berhubungan dengan keluhan
gangguan kulit akibat agen fisik (makanan,
obat-obatan, debu, cahaya matahari, dan lain-
lain)
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Ada
0. Tidak ada
45
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
2. Ada hubungan karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan
riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah potong silang (cross sectional) di mana
data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau
variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.Penelitian ini
adalah sebuah penelitian yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu
menggambarkan hubungan kondisi lingkungan, personal hygiene, dan
karakteristik individu terhadap keluhan gangguan kulit pada pemulung di
Kecamatan Bantar gebang Kelurahan Sumur Batu. Sedangkan analitik yaitu
untuk melihat secara analitik hubungan berbagai variabel dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung di Keluhan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang Kelurahan
Sumur Batu dan dilaksanakan pada bulan Juli- September 2013.
47
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemulung yang bekerja di
Tempat Pembuangan Akhir sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang. Jumlah pemulung di Kelurahan Sumur Batu ini tidak
diketahui secara pasti karena sifat pekerja yang tidak tetap. Namun terdapat
data dari Kelurahan Sumur Batu yang menyatakan ada sebanyak 350
pemulung di Kelurahan tersebut. Hanya saja data tersebut dapat berubah-
ubah dikarenakan sifat pemulung yang tidak tetap. Mereka tinggal
berkelompok dalam suatu lahan kosong yang disediakan oleh atasan, namun
ada juga yang tinggal menyatu dengan kawasan pemukiman warga. Pada
penelitian ini populasi peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk
mengambil populasi studi. Adapun kriteria dipilih berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar responden
dapat dijadikan sampel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Bersedia menjadi responden
2) Pemulung yang tinggal di Kelurahan Sumur Batu
3) Pemulung yang bekerja minimal 2 tahun (Suwondo, dkk, 2010)
4) Pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit bertahun-tahun
48
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh
reponden agar tidak dapat menjadi sampel penelitian, yaitu:
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Pemulung yang tidaktinggal di Kelurahan Sumur Batu
3) Pemulung yang bekerja kurang dari 2 tahun
4) Pemulung sedang tidak mengalami kusta
5) Pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit selama
bertahun-tahun.
2. Sampel Penelitian
Pemilihan sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik
accidental sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil responden yang kebetulan ada di lokasi penelitian (Notoatmodjo,
2010).
Apabila n populasi tidak diketahui maka perhitungan jumlah minimal
sampel yang diambil peneliti berdasarkan kategori pada satu populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus
berikut:
√ √
49
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : Proporsi pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit
dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku = 0,51(Sajida,dkk
2012)
P2 :Proporsi pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan
kulit dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku =
0,84(Sajida,dkk 2012)
P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))
Z1-α/2 :Derajat kemaknaan 95 % dengan α pada dua sisi (two tail)
yaitu sebesar 5%=1,96
Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80%=0,84
Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya diperoleh hasil, sebagai berikut:
√ √
= 33 x 2
= 66 orang
Berdasarkan perhitungan sampel secara uji beda dua proporsi maka
didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 66 orang.
50
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari
wawancara dan kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari
Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang dan Pustu di Kelurahan Sumur
Batu.
b. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana kualitas
pengumpulan data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat
pengukuran yang digunakan peneliti. Sebelumnya peneliti telah
melakukan studi pendahuluan terhadap 10 pemulung yang ada di
Kelurahan Sumur Batu menggunakan kuisioner dan ditemukan 9
pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuesioner data pemulung
yang digunakan untuk mengetahui hiegyne perorangan (Kebersihan
Kulit, tangan, kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, jam kerja,
masa kerja, pendidikan dan riwayat alergi) keluhan gangguan kulit pada
pemulung secara subjektif di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang.
Setiap jawaban pada setiap pertanyaan diberi nilai sesuai dengan
jumlah jawaban pada pertanyaan. Misalnya jika sebuah pertanyaan
memiliki pilihan lima jawaban, maka diberi nilai antara 1 s.d. 5.
Selanjutnya nilai yang mewakili masing-masing variabel dijumlahkan.
51
Jika total nilai di atas nilai median maka hasilnya baik. Namun jika total
nilai di bawah median maka hasilnya buruk. Variabel kebersihan kulit
dinilai baik jika ≥25 poin dan buruk jika ≤24 poin. Variabel kebersihan
tangan, kaki, dan kuku dinilai baik jika ≥18 poin dan buruk jika ≤17
poin.
c. Pengolahan Data
Menurut Hastanto (2001), ada empat tahapan dalam pengolahan
data yang harus dilalui yaitu :
1) Menyunting data (data editing)
Melakukan pengecekan isian kuisioner terhadap jawaban yang di
kuisioner yaitu :
a. Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas : Jawaban dari pertanyaan tulisan dapat dibaca,
konsistensi atas jawaban dan kesalahan
jawaban.
2) Mengkode data (data coding)
Dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden.
Pemberian kode dimaksudkan untuk memudahkan dalam
memasukkan data.
52
Variabel Keluhan Gangguan Kulit (1) Mengalami Keluhan Gangguan Kulit
(0) Tidak mengalami keluhan gangguan kulit
Variabel Kebersihan Kulit (1) Baik ( >25 poin)
(0) Tidak Baik (<24 poin)
Variabel Riwayat Alergi (1) Mempunyai Riwayat Alergi
(0) Tidak mempunyai riwayat alergi
Variabel Kebersihan Tangan, Kaki,
dan Kuku
(1) Baik ( > 18 poin )
(0) Tidak Baik (< 17 poin )
3) Memasukkan data (data entry)
Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan data
dari hasil kuisioner yang sudah diberikan kode pada masing-masing
variabel. Setelah itu dilakukan analisis data dengan memasukkan
data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan analisis
univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan analisis
bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan)
4) Membersihkan data (data cleaning)
Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,
sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisis.
53
d. Analisa Data
1) Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel dependen dan independen. Variabel
tersebut adalah keluhan gangguan kulit, personal higiene
(kebersihan kulit, kebersihan kuku, kaki, dan tangan), karakteristik
individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi).
2) Analisis Bivariat
Analisa yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen) dengan uji statistik
yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi square untuk menghubungkan variabel
katagorik dengan katagorik dan uji T-Independent untuk
menghubungkan variabel numerik dengan katagorik apabila
variabel numerik berdistribusi normal. Jika P value < 0,05 maka
perhitungan secara statistik menunjukkan bahwaadanya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu
a. Data Geografis
Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan.
kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi
Jawa Barat. Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun Warga dan 41 Rukun
Tetangga dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan
Mustikajaya
Sebelah Timur : Desa Burangkeng Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi
Sebelah Barat : Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar
Gebang
Letak kota pemerintahan Kelurahan Sumur Batu berada di sebelah
tenggara dari kota pemerintahan Kecamatan Bantargebang, dengan luas ±
568,995 ha. Dari luas ± 56.955 ha areal yang ada, sekitar 318 ha
dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan
sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana
55
pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI
Jakarta ± 20 ha dan pemerintah kota Bekasi ± 22,5 ha.
b. Data Demografi
Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan
jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan
kelamin jenis laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu
Tahun 2013
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
%
1. Tidak tamat SD 686 16,68
2. Sedang sekolah di SD 1.023 24,8
3. Tamat SD/sederajat 987 24
4. Tamat SLTP/sederajat 726 17,6
5. Tamat SMA/sederajat 598 14,5
6. Akademi D1-D2 45 1,09
7. Universitas 47 1,14
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
Adapun data mengenai mata pencaharian penduduk di Kelurahan
Sumur Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
56
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di
Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013
No. Jenis Mata
Pencaharian
Jumlah
(Orang)
%
1. Pegawai Negeri Sipil 387 6,74
2. Pegawai swasta /
karyawan
674 15,83
3. Petani 1.156 27,1
4. Pertukangan 218 5,12
5. Pemulung 419 9,84
6. Buruh tidak tetap 597 10,4
7. TNI / POLR 29 0,68
8. Pensiunan ABRI / Sipil 71 1,66
9. Pedagang 418 9,82
10. Jasa angkutan 287 6,74
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumurbatu
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I
Puskesmas Bantar Gebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10
No. 75 Kelurahan Bantar Gebang. Batas-batas wilayah Puskesmas
Bantargebang I adalah:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan Bantar Gebang
b. Sebelah Timur : Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi
d. Sebelah Barat : Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong Menteng
Luas wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang I adalah 18,54 km2.
Puskesmas Bantar Gebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Bantar Gebang
57
b. Kelurahan Cikiwul
c. Kelurahan Ciketing Udik
d. Kelurahan Sumur Batu
B. Analisis Univariat
Analisis univariat mendeskripsikan karakteristik individu (umur, jam kerja,
masa kerja, dan riwayat alegi), personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan
kuku, dan tangan), dan keluhan gangguan kulit.
1. Distribusi Karakteristik Individu
a. Distribusi Umur
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Mean (tahun) SD Min-Max (tahun)
Umur 40,94 9,381 13-58
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66
responden rata-rata umur responden adalah 41 tahun dengan standar
deviasi 9,381. Umur responden termuda adalah 13 tahun sedangkan umur
responden tertua adalah 58 tahun.
58
b. Distribusi Jam Kerja
Tabel 5.5
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Mean (jam) SD Min-Max (jam)
Jam Kerja 8,35 2,201 4-18
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66
responden rata-rata jam kerja responden adalah 8 jam dengan standar
deviasi 2,201. Jam kerja responden tercepat adalah 4 jam sedangkan jam
kerja responden terlama adalah 18 jam.
c. Distribusi Masa Kerja
Tabel 5.6
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Mean (tahun) SD Min-Max (tahun)
Masa Kerja 11,21 7,767 2-35
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh hasil analisis bahwa distribusi rata-
rata masa kerja responden adalah 11 tahun dengan standar deviasi 7,767.
Masa kerja terendah adalah 2 tahun sedangkan masa kerja tertinggi adalah
35 tahun.
59
d. Distribusi Riwayat Alergi
Tabel 5.7
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Memiliki Riwayat Alergi 7 89,4
Tidak Memiliki Riwayat
Alergi
59 10,6
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66
responden sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi dan
responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden
(10,6 %).
2. Distribusi Personal Higiene
Personal Higiene dalam penelitian ini meliputi kebersihan kulit, dan
kebersihan tangan dan kuku.
a. Distribusi Kebersihan Kulit
Tabel 5.8
Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Kebersihan Kulit Frekuensi Presentase (%)
Baik ( > poin 25) 29 43,9
Tidak Baik (< poin 24) 37 56,1
Jumlah 66 100
60
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66
responden sebanyak 37 responden (56,1 %) memiliki kebersihan kulit
yang tidak baik.
b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki
Tabel 5.9
Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan
Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Kebersihan Tangan,
Kaki, dan Kuku
Frekuensi Presentase (%)
Baik ( >18 poin ) 25 37,9
Tidak Baik (<17 poin ) 41 62,1
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh hasil analisis bahwa sebagian besar
responden (62,1%) memiliki kebersihan tangan dan kuku yang tidak baik.
Tabel 5.10
Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Kebersihan Kulit Frekuensi Presentase (%)
Mengalami Keluhan Gangguan
Kulit
40 60,6
Tidak Mengalami Keluhan
Gangguan Kulit
26 39,4
Jumlah 66 100
Hasil analisis pada tabel 5.10 menunjukkan sebagian besar responden
(60,6%) mengalami keluhan gangguan kulit.
61
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan
Kulit
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara
karakteristik responden umur, jam kerja dan masa kerja dengan keluhan
gangguan kulit adalah uji T-Independent dan uji yang digunakan untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik responden riwayat alergi dengan
keluhan gangguan kulit adalah uji Chi Square, yang hasilnya akan di jelaskan
dibawah ini :
a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara umur dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.11
Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Keluhan Gangguan
Kulit N Mean SD
P
value
Umur Ada 40 42,10 8,78 0,215
Tidak Ada 26 39,15 10,14
62
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata umur pada
pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 42 tahun
dengan standar deviasi sebesar 8,78, sedangkan rata-rata umur pada
pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 39 tahun
dengan standar deviasi 10,14. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
nilai pvalue sebesar 0,215, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun
2013.
b. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara jam kerja dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.12
Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Keluhan Gangguan Kulit N Mean SD P
value
Jam Kerja Ada 40 8,58 2.375 0,567
Tidak Ada 26 8,15 1.933
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata jam kerja pada
pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam dengan
standar deviasi sebesar 2.37, sedangkan rata-rata jam kerja pada
63
pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 8 jam
dengan standar deviasi 1.93. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
nilai p value sebesar 0.567, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan
yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun
2013.
c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan
keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.13
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
Variabel Keluhan Gangguan Kulit N Mean SD P
value
Masa Kerja Ada 40 9 4,48 0,013
Tidak Ada 26 14,62 10,27
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata masa kerja pada
pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 tahun
dengan standar deviasi sebesar 4,48, sedangkan rata-rata masa kerja pada
pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 15 tahun
dengan standar deviasi 10,27. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
nilai pvalue sebesar 0,013 yang artinya pada α 5 % ada hubungan yang
64
signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun
2013.
d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara Riwayat Alergi dengan
keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14
Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
Riwayat
Alergi
Keluhan Gangguan Kulit Total
Pvalue Tidak Ada Ada
N % N % N %
Tidak Ada 25 42.4 34 57.6 59 100
Ada 1 14.3 6 85.7 7 100 0.304
Total 26 39.4 40 60.6 66 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak sebanyak 25
dari 26 (42.4 %) pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak
mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang
memiliki riwayat alergi ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami
keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai
pvalue sebesar 0.304 yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit pada
65
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun
2013.
2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit
Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara personal higiene
(kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku) dengan keluhan gangguan
kulit adalah uji Chi Square yang hasilnya akan di jelaskan dibawah ini :
a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kulit dengan
keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.15
Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013
Kebersihan Kulit
Keluhan Gangguan Kulit Total
Pvalue Tidak Ada Ada
N % N % N %
Tidak Baik 10 27 27 73 37 100
Baik 16 55.2 13 44.8 29 100 0.03
Total 26 39.4 40 60.6 66 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 16 dari 26
(55.2 %) pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak
mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang
memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 27 dari 40 (73%) yang
66
mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan nilai pvalue sebesar 0.03 yang artinya pada α 5 % ada
hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan
gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang tahun 2013.
b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kuku dan
tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri)
di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.16
Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Kebersihan
Kuku dan
Tangan
Keluhan Gangguan Kulit Total
Pvalue Tidak Ada Ada
N % N % N %
Tidak Baik 16 39 25 61 41 100
Baik 10 40 15 60 25 100 1
Total 26 39.4 40 60.6 66 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 10 dari 26
(40 %) pemulung yang memiliki kebersihan kuku, kaki, dan tangan baik
dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara
67
pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 25 dari
40 (61%) yang mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 1 yang artinya pada α 5 % tidak
ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku, kaki, dan tangan
dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
68
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu :
1. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap variabel khususnya pada variabel
personal higiene (kebersihan kulit, dan kebersihan tangan dan kuku).
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan disain studi cross sectional.
Dalam desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaitan, tidak dapat
menjelaskan hubungan sebab akibat. Meskipun demikian, desain ini dipilih
karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan efektif dari segi waktu.
3. Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini hanya menghubungkan
variabel-variabel yang diperkirakan memiliki hubungan dengan variabel
dependen sehingga masih terdapat kemungkinan variabel-variabel lain yang
belum masuk dalam kerangka konsep.
69
B. Keluhan Gangguan Kulit
Keluhan gangguan kulit disini diartikan keluhan yang dirasakan berupa rasa
gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-
bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah
pada kulit, serta timbul ruam-ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005).
Keluhan gangguan kulit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuisioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi keluhan
gangguan kulit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang mengalami
keluhan gangguan kulit sebanyak 40 orang (60.6 %) dan yang tidak mengalami
keluhan gangguan kulit sebanyak 26 orang (39.4 %). Hal ini sejalan dengan
penelitian Silalahi (2010) diketahui bahwa sebagian besar 32 orang petugas
sampah (61,2%) mengalami keluhan gangguan kulit dan 20 orang petugas
sampah (38.5 %) tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Selain itu juga hasil
penelitian Sajida, dkk (2012) ditemukan keluhan penyakit kulit di Kelurahan
Denai Kota Medan paling besar masuk dalam kategori mengalami keluhan, yaitu
sebanyak 61 orang (69 %) mengalami keluhan penyakit kulit, dan 27 orang (31
%) tidak mengalami keluhan penyakit kulit.
Jumlah pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit pada penelitian
ini dapat dikatakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemulung yang
tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
banyak pemulung yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan betapa
70
pentingnya kesehatan kulit mereka. Padahal kulit merupakan organ tubuh yang
terletak pada bagian paling luar dan kulit merupakan organ esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Maksud dari kebersihan diri dari keterangan di atas yaitu, umumnya
pemulung yang menggunakan handuk secara bersamaan, penggunaan sabun
mandi secara bersamaan, dan perilaku cuci tangan yang jarang menggunakan
sabun dan tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir. Kebiasaan-kebiasaan
yang tidak baik tersebut tentunya dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit.
Keluhan gangguan kulit yang umumnya dirasakan oleh pemulung yaitu, gatal-
gatal, kemerahan, dan adanya bentol yang berisi cairan bening. Dalam islam
sendiri, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
pada dirinya seperti hadits berikut :
“Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang
yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang
bersih.” (H.R. Tobroni).
Menurut Dinas Kebersihan Kota Medan (2009) dalam Listautin (2012),
pengaruh negatif sampah salah satunya adalah penyakit jamur (penyakit kulit)
yang disebabkan tempat pengumpulan dan pembuangan sampah yang kurang
baik.Penyakit yang biasanya ditemukan pada pekerja yang berkontak dengan
sampah salah satunya adalah gangguan kulit. Gangguan kulit disini disebabkan
karena kontak dengan sampah ataupun dengan air yang tercemar disekitar lokasi
71
kerja TPS/TPA. Ini sangat berkaitan dengan kondisi air yang digunakan,
kebersihan diri, dan lingkungan kerja serta rumah.
Kesehatan kulit sangat penting namun pemulung mengabaikannya, hal
tersebut berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh pemulung, yang
umumnya karena berbagai alasan seperti ekonomi, kurangnya pengetahuan
betapa pentingnya menjaga kesehatan kulit, dan menganggap keluhan gangguan
kulit yang mereka rasakan adalah hal yang biasa.
C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
Umur merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
karakteristik individu. Pada penelitian ini rata-rata umur reponden yang
mengalami keluhan gangguan kulit yaitu pada umur 42 tahun. Hasil
penelitian tersebut dapat didukung dengan adanya teori menurut HSE
Industri (2000) kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40
tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembabannya
karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun
tajam, sehingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel
menurun. Selain itu menurut Aisyah dkk (2012), terjadinya keluhan
gangguan kulit pada umur yang telah berusia lanjut dikarenakan lebih rentan
terserang penyakit karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun
sehingga mudah terpapar penyakit.
72
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-squaremenunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan
gangguan kulit, dengan Pvalue sebesar 0,215. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Lubis (2011) pada pemulung di TPA Terjun Medan yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan keluhan gangguan kulit.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aisyah, dkk (2012) pada pemulung di Kecamatan Medan
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur pekerja
dengan keluhan gangguan kulit.
Tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit
pada penelitian ini diduga karena sebagian besar responden dalam penelitian
ini memiliki umur > 30 tahun. Sehingga data penelitian yang diperoleh
kurang bervariasi.
Selain itu, hal lain yang diduga dapat menyebabkan tidak adanya
hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini
adalah berdasarkan hasil analisis statistik yang diketahui bahwa terdapatnya
perbedaan proporsi keluhan gangguan kulit yang cukup jauh antara
pemulung yang memiliki umur < 30 tahun dan pemulung yang memiliki
umur > 30 tahun. Pada umumnya proporsi keluhan gangguan kulit terbesar
dirasakan oleh pemulung yang memiliki umur > 30 tahun.
73
Hal tersebut dimungkinkan karena umur yang semakin lama semakin
tua dapat mempengaruhi elastisitas dan kekebalan kulit. Pada beberapa
literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring
bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan
menjadi lebih sensitif dan kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan
berbagai bahan kimia maupun organik untuk menginfeksi kulit (Cohen, 1999
dalam Aisyah, 2012).
Hasil penelitian ini pun didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Erliana (2008), yang menyatakan bahwa dermatitis dapat menyerang semua
kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama
terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis yang merupakan keluhan
gangguan kulit.
2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Jam kerja adalah waktu yang digunakan pemulung untuk bekerja dalam
hitungan jam/hari baik siang atau pun malam hari (Suma’mur, 2009). Jam
kerja atau lama kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang
terpajan dengan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
(Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa
dari 66 responden memiliki rata-rata jam kerja 9 jam. Jam kerja responden
tercepat adalah 4 jam sedangkan jam kerja responden terlama adalah 18 jam.
Kemudian berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa rata-rata jam kerja
pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam,
74
sedangkan rata-rata jam kerja pada pemulung yang tidak mengalami keluhan
gangguan kulit adalah 8 jam.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value
sebesar 0.567. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwondo, dkk
(2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jam kerja dengan
kejadian dermatitis dimana rata-rata jam kerja adalah 7 jam dalam sehari.
Kemudian pada penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis (2011)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja
dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Terjun Medan.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Listautin (2012) yang
menyatakan bahwa, ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan
kesehatan gangguan kulit pada pemulung di Medan Marelan dengan p
valuesebesar 0.039. Kemudian hasil penelitian Aisyah, dkk (2012)
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan
keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Medan Labuhan.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan
keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga sebagian besar pemulung
di Kelurahan Sumur Batu bekerja tidak lebih dari 8 jam. Hal tersebut
berdasarkan hasil analisis statistik yang menyatakan bahwa pemulung
bekerja lebih dari 8 jam sebanyak 29 orang, dan 37 orang bekerja tidak lebih
dari 8 jam. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (2009),
75
memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja bisa terjadi
penurunan kualitas dan hasil kerja, begitu juga dengan waktu yang
berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, dan gangguan
kesehatan. Kemudian menurut Mahyuni (2012), jam kerja/lama kerja
pemulung yang tinggi merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit
kulit. Namun dalam penelitian ini diketahui bahwa lebih banyak pemulung
yang bekerja tidak lebih dari 8 jam.
Selain itu hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara
jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil
wawancara kepada pemulung, umumnya mereka mulai bekerja pada pukul
07.00 pagi dan istirahat makan siang pada pukul 12.00, kemudiaan
melanjutkan pekerjaan lagi pukul 13.30 sampai pukul 15.00. Jika dilihat dari
jam istirahat mereka, sudah dapat dikatakan cukup dan maksimal. Karena
dengan melakukan istirahat yang cukup, maka kondisi tubuh yang
sebelumnya lelah akan menjadi pulih kembali. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Latifah et al.(2002) dalam Widyaningsih, dkk (2008)
tubuh memerlukan istirahat yang cukup dengan istirahat siang yang paling
baik dilakukan maksimal selama 2 jam. Istirahat akan membuat tubuh
kembali segar dan terhindar dari kelelahan. Istirahat siang yang dilakukan
oleh pemulung pada penelitian ini selama satu setengah jam dan itu sudah
dapat dikatakan cukup.
76
Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak terjadinya hubungan antara
jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah adanya beberapa pemulung
yang bekerja pada malam hari meskipun mereka bekerja juga selama 8 jam.
Kemudian tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan keluhan
gangguan kulit pada penelitian ini diduga juga dikarenakan pemulung yang
bekerja pada waktu pagi sampai sore hari menggunakan pakaian lengan
panjang dan penutup wajah, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit.
Sehingga kulit tidak langsung terpapar dengan sinar matahari. Menurut teori
yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo (2008) paparan sinar matahari
yang baik adalah sinar matahari pagi, sebelum pukul 09.00. Pada jam
tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagian tubuh.
Namun, jika kita terkena langsung sinar matahari diatas pukul 10.00 justru
berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar
ultraviolet yang dapat merusak sel-sel kulit.
3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Menurut Handoko (1992) dalam Suwondo (2011), masa kerja adalah
suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat.
Masa kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah jangka waktu
pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian. Masa kerja
penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan
berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan
77
kulit. Berdasarkan data pada tabel 5.6diketahui bahwa masa kerja responden
cukup bervariasi, dengan rata-rata masa kerja adalah 11 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemulung yang
mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama
9 tahun sedangkan pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit
mempunyai rata-rata masa kerja selama 15 tahun. Dari hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja
dengan keluhan gangguan kulit, dengan nilai P value sebesar 0,013.
Hasil penelitianlain yang sejalan yaitu, Suwondo, dkk (2010) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan
dermatitis, dengan hasil P value sebesar 0.038.
Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan masa kerja yang lebih
awal terkena dermatitis adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit
terhadap bahan iritan maupun infeksi. Pekerja dengan masa kerja yang lebih
awal masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun infeksi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lestari & Utomo pada pekerja
dengan masa kerja yang cukup lama > 10 tahun dapat dimungkinkan telah
memiliki resistensi terhadap bahan iritan. Resistensi ini dikenal sebagai
proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap
bahan kimia karena pajanan bahan iritan yang terus-menerus. Untuk itulah
mengapa pekerja dengan lama bekerja >10 tahun lebih sedikit yang
mengalami dermatitis.
78
Jika dilihat dari hasil analisis statistik pemulung yang mengalami
keluhan gangguan kulit adalah pemuluung yang memiliki masa kerja yang
lebih awal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada awal mereka bekerja
sebagai pemulung, mereka merasakan keluhan gangguan kulit yang cukup
bervariasi seperti gatal-gatal, kemerahan, bentol, dan terdapat cairan di kulit.
Namun pada tahun-tahun berikutnya mereka sudah terbiasa dan kebal
sehingga keluhan gatal-gatal pun jarang terjadi. Menurut Chandra (2009),
faktor pada manusia dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada
karakteristik yang dimiliki oleh masih-masing individu salah satunya adalah
status kekebalan, dimana reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada
status kekebalan yang dimiliki sebelumnya oleh seseorang.
Selain itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Taylor (2008)
dalam Lubis (2011) seseorang mendapat kepekaan (hipersensitivitas)
terhadap suatu bahan (fase sensitisasi) pada waktu awal pemaparan.
Pemaparan berikutnya (fase elisitasi) mereka mengatakan sudah cukup lama
mereka bekerja di tempat kerjanya tidak menyebabkan kelainan pada kulit
mereka.
Meskipun begitu, pemulung juga harus lebih memperhatikan lagi
kesehatan kulit pada dirinya, karena kulit merupakan cerminan kesehatan
yang paling terlihat pada tubuh. Disamping itu juga kulit merupakan bagian
tubuh yang paling terbuka terhadap infeksi penyakit karena berinteraksi
79
langsung dengan lingkungan luar seperti, udara, paparan sinar matahari,
bakteri, dan lain-lain.
4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit
Variabel riwayat alergi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu
pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat alergi yang berhubungan
dengan keluhan gangguan kulit akibat agen fisik (makanan, obat-obatan,
debu, cahaya matahari, dan lain-lain). Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan
sebanyak diperoleh sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi
dan responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden
(10,6 %).
Pada penelitian ini diketahui bahwa ada sebanyak25 dari 26 (42.4 %)
pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak mengalami keluhan
gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki riwayat alergi
ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami keluhan gangguan kulit.
Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan
kulit, dengan P value sebesar 0,304. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Lestari & Utomo (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis kontak.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiono
& Cahyawati (2011), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat
80
alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis pada nelayan, dengan
Pvalue sebesar 0.018.
Perbedaan hasil temuan ini diduga karena tidak seimbangnya jumlah
proporsi responden penelitian. Dimana diketahui bahwa jumlah pemulung
yang memiliki riwayat alergi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi. Sehingga hal inilah yang
dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam penelitian tidak
bervariasi dan membuat tidak terlihatnya hubungan antara riwayat alergi
dengan keluhan gangguan kulit.
Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara
riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil
analisis statistik diketahui bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi
memiliki proporsi keluhan gangguan kulit yang tinggi. Berdasarkan
pernyataan yang dikemukakan oleh Budiono & Cahyawati (2011) seseorang
yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit tidak memiliki riwayat alergi
sebelumnya.Dapat disimpulkan bahwa keluhan gangguan kulit akan lebih
mudah timbul jika terdapat riwayat alergi sebelumnya. Namun pada
penelitian ini ditemukan bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi
memiliki keluhan gangguan kulit yang tinggi.
Alergi dapat timbul pada seseorang karena terjadinya perubahan reaksi
terhadap bahan tertentu. Banyak penyebab terjadinya keluhan gangguan kulit
yang didapatkan akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan
81
pekerjaan. Agen sebagai penyebab gangguan dan penyakit kulit tersebut
antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis. Respon kulit
terhadap agen-agen tersebut dapat dimungkinkan berhubungan dengan
alergi.
D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit
Kebersihan kulit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan
kulit dan kegiatan yang dilakukan untuk melindungi bagian tubuh
daripengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja pemulung. Berdasarkan tabel
5.8 didapatkan sebanyak 29 responden (43,9 %) memiliki kebersihan kulit
yang baik dan pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik sebanyak
37 responden (56,1 %).
Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit, dengan P
value sebesar 0.03. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Listautin
2011, dimana ada hubungan antara kebersihan kulit dengan keluhan
kesehatan : gangguan kulit dengan P value sebesar 0,018.
Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian Sajida dkk (2012)
dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit
dengan keluhan penyakit kulit dengan P value sebesar 0.009. Kebersihan
kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan tidak
82
baik.Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun masuk ke
dalam kategori tidak baik sebanyak 65 responden dari 88 responden.
Selain itu hasil penelitian lain, Silalahi (2010) yang menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan
kulit pada petugas pengelola sampah dengan P value sebesar 0.006.
Kebersihan kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan
tidak baik. Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun
masuk ke dalam kategori tidak baik sebanyak 37 responden dari 66
responden.
Hasil penelitian selanjutnya yang sejalan yaitu,Listautin (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan
kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulitpada pemulung di
Kecamatan Medan Marelan dengan P value sebesar 0,018.
Menurut Harahap (1998), salah satu penyebab gangguan kulit yaitu
pekerjaan dan kebersihan perorangan yang kurang baik. Untuk memelihara
kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan
seperti menjaga kebersihan pakaian, mandi secara teratur, mandi
menggunakan air yang bersih dan sabun, menggunakan barang-barang
keperluan sehari-hari milik sendiri, makan yang bergizi terutama banyak
sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Hidup sehat dimulai dari diri sendiri. Dapat dikatakan bahwa kesehatan
yang kita miliki adalah karena upaya kita sendiri. Oleh sebab itu kesehatan
83
perorangan atau kesehatan pribadi memegang peranan penting. Kesehatan
pribadi adalah kesehatan bagian-bagian tubuh kita masing-masing yaitu
meliputi kesehatan kulit, kesehatan mata, hidung, telinga mulut dan gigi,
kesehatan kuku, tangan dan kaki, memakai pakaian yang bersih serta
melakukan olahraga dan istirahat yang cukup. Berbagai macam penyakit
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Oleh sebab itu, memelihara
kesehatan pribadi dimulai dengan memelihara kebersihan bagian-bagian
tubuh kita.
Kemudian berdasarkan teori selanjutnya, selain faktor utama terserang
penyakit kulit karena kurangnya memperhatikan kesehatan atau kebersihan
kulit, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat kekebalan tubuh, dan
mengabaikan serta kurang memahami penyebab-penyebab terjadinya
penyakit tersebut (Harahap, 2000). Maka dari itu pentingnya peranan
pelayanan kesehatan setempat seperti Puskesmas untuk memberikan
penyuluhan dan pelatihan bagi pemulung dalam rangka meningkatkan
pengetahuan mengenai prilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan para pemulung.
Dalam islam pun mengajarkan betapa wajibnya seorang untuk menjaga
kebersihan, sebagaimana firmanNya dalamQS. Al-Baqarah ayat 222 :
84
. . . ان اهلل يحب التوا بين ويحب المتطهر ين
“.....sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
orang-orang yang menyucikan diri “ (QS. Al-Baqarah ayat 222).
Di dalam tafsir jalalain diterangkan bahwa dalam ayat ini, Allah
memerintahkan manusia untuk selalu bersih dan rapi. Kemudian yang
dimaksud dengan orang-orang yang mensucikan diri itu adalah orang yang
mensucikan diri baik dhohir (jasmani) maupun batinnya. Dhohir (jasmani)
merupakan anggota badan yang terdiri tangan, kaki, kepala, termasuk juga
kulit. Allah mewajibkan kita untuk mensucikan diri pada bagian dhohir
(jasmani) seperti wajah, tangan, kaki, kepala, kulit, dan lain-lain dikarenakan
organ tubuh tersebut sering bersentuhan langsung dengan paparan matahari,
kotoran, dan debu yang membawa bakteri serta kuman penyebab penyakit.
2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit
Kebersihan tangan dan kuku yang dimaksud pada penelitian ini adalah
kebersihan yang dilakukan pemulungdengan cara mencuci tangan memakai
sabun, memotong kuku pada tangan dan kaki secara teratur. Berdasarkan tabel
5.9 didapatkan sebanyak 25 responden memiliki kebersihan tangan, kaki, dan
kuku yang baik dan responden yang memiliki kebersihan tangan dan kuku
tidak baik sebanyak 41 responden.
85
Selain itu berdasarkan hasil analisis ditemukan ada sebanyak 10 dari 26
pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak mengalami keluhan
gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki kebersihan kulit
tidak baik ada sebanyak 25 dari 40 yang mengalami keluhan gangguan kulit.
Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kebersihan tangan, kaki, dan kuku dengan keluhan gangguan
kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Silalahi (2010), dimana tidak ada
hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan keluhan gangguan kulit
pada petugas pengelola sampah.
Pada penelitian ini diketahui kebersihan tangan, kuku, dan kaki paling
banyak masuk dalam kategori buruk. Hasil wawancara dan observasi
ditemukan umumnya responden mencuci tangan dan kakinya tidak
menggunakan air yang mengalir, kemudian kuku mereka pendek tetapi hitam.
Tidak adanya hubungan antara kebersihan tangan, kuku, dan kaki
diduga karena tidak seimbangnya jumlah proporsi responden penelitian.
Diketahui bahwa jumlah pemulung yang memiliki kebersihan tangan, kuku,
dan kaki dalam kategori buruk lebih banyakdibandingkan dengan pemulung
yang memiliki kebersihan tangan, kuku, dan kaki dalam kategori baik.
Sehingga hal inilah yang dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam
penelitian tidak bervariasi dan tidak ditemukan adanya hubungan.
Kemudian tidak ditemukannya hubungan antara kebersihan kuku,
tangan, dan kaki pada penelitian ini diduga karena berdasarkan hasil
86
wawancara, terdapat beberapa pemulung yang memotong kuku secara rutin
yaitu seminggu sekali, serta mencuci tangan dan kaki setelah selesai bekerja.
Secara tidak langsung perilaku tersebut dapat mengurangi resiko terkenanya
keluhan gangguan kulit pada pemulung. Seperti yang diungkapkan oleh Potter
(2005), pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan
individu dan terhindarnya dari beberapa masalah gangguan kesehatan salah
satunya adalah keluhan gangguan kulit.
Hal lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan
antara kebersihan kuku, tangan, dan kaki dengan keluhan gangguan kulit
diduga karena pemulung menggunakan pakaian dan celana panjang, walaupun
seadanya tetapi bisa melindungi kulit apabila tangan ataupun kuku yang sudah
terkontaminasi dengan sampah berinteraksi langsung dengan tubuh seperti,
menggaruk ataupun menyentuh bagian tubuh. Perilaku tersebut secara tidak
langsung pun dapat mengurangi resiko terjadinya keluhan gangguan kulit.
Meskipun kuku, tangan dan kaki hanya merupakan bagian kecil anggota
badan, akan tetapi kuku sangat besar pengaruhnya bagi kesehatan. Kuku
terutama kuku jari tangan merupakan tempat yang baik bagi bibit-bibit
penyakit. Hal ini dikarenakan kuku selalu kontak dengan benda-benda di
sekitar yang belum tentu bersih. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan memperhatikan kebersihan kuku. Kuku hendaknya selalu
dipotong pendek, dalam keadaan bersih, dan tangan selalu dicuci bersih
sebelum, sesudah makan dan setelah selesai bekerja. Serta selalu mencuci kaki
87
dengan air mengalir dan sabun setelah selesai bekerja sehingga dapat
mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.
88
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemulung di Kelurahan Sumur Batu yang mengalami keluhan gangguan
kulit sebesar 60,6 % dan yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit
sebesar 39,4 %.
2. Persentase kebersihan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batuyang
baik sebesar 43,9% dan yang buruk 56,1%. Kebersihan tangan, kuku, dan
kaki memiliki persentase yang baik sebesar 37,9% dan yang buruk
62,1%.
3. Rata-rata umur pemulung di Kelurahan Sumur Batu 41 tahun dan
sebagian besar tidak memiliki riwayat alergi. Umumnya mereka bekerja
selama 9 jam/hari dengan rata-rata massa kerja 11 tahun.
4. Karakteristik individu yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit
pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu masa kerja.
5. Personal higiene yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada
pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu Kebersihan kulit.
89
B. Saran
1. Pemulung
Diharapkan pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara diantaranya mencuci tangan
dan kaki dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja,sebelum dan
sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri setelah mandi
sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.
2. Pemerintah setempat dan Puskesmas
Dalam rangka menangani penyakit kulit di Kelurahan Sumur Batu
disarankan bagi pihak Puskesmas Bantar Gebang untuk memberikan
penyuluhan dan pelatihan pada warga dan pemulung sekitar mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka mengatasi keluhan gangguan
kulit. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka
untuk
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya menganalisisjenis penyakit kulit yang
terjadi pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu berdasarkan diagnosa
tenaga kesehatan danmenggunakan metode penelitian yang lebih
menunjukkan faktor risiko sehingga menyebabkan hubungan sebab-akibat.
90
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Achmadi, U.F, 2011. Dasar – Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Adnani, H., 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika.
Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Higiene Perorangan dan Pemakaian Alat
Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang
Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. (Jurnal).
Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara.
Alatas, Zubaidah.1998. Efek Radiasi Pada Kulit. Buletin ALARA 2 (1), 27 – 31
(1998). Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga
Atom Nasional
AS, Misnadiarly. 2006.Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesehatan Kulit.
(Jurnal) Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan. Cermin Dunia
Kedokteran No. 152, hal 43 – 45
Azhar, Khadijah. Hananto, Miko. 2011. Hubungan Proses Kerja dengan Kejadian
Dermatitis Kontak Iritan Pada Petani Rumput Laut Di Kabupaten Bantaeng
Sulawesi Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 1-9.
Budiono & Cahyawati. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis
Pada Nelayan. (Jurnal). Kesmas vol 6 hal 134 – 141
91
Chandra, Budiman, Dr. 2009. Ilmu Kedokteran : Pencegahan dan Komunitas. Jakarta
: EGC
Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block CV. F.
Lhouksumawe. (Thesis). Sekolah Pasca Sarja USU
Fregert, S, 1988. Kontak Dermatitis. Yayasan Essentia Medika, Jakarta.
Graham, Robin, 2005. Lecture Notes Dermatologi. Edisi Kedelapan, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Harahap, M. 1998. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.
Harrington, J.M & Gill, F.S., 2003. Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC
HSE. 2000. The Prevalence of Occupational Dermatitis among Work in The Printing
Industry and Your Skin dalam hsebooks.co.uk. Diakses pada Rabu, 23 Oktober
2013 pukul 02.45
Isro’in, L dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses dan Aplikasi
Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Junaedi., 2012. Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang
Terlantar, www.stosfest.org diakses 30 April 2013.
Kabulrachman. 1992. Pengaruh Lingkungan dan Pencemarannya terhadap
Kesehatan Kulit. (Jurnal). Majalah Kesehatan Indonesia vol :42 No. 5, hal 273 –
277 dan hal 281 – 294
92
Kurniawati, Ratna Dian. 2006. Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Tinea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang. (Thesis). Universitas
Diponegoro Semarang.
Lestari, Fatma. Utomo, Suryo. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri.(Jurnal).
Universitas Indonesia Depok.
Listautin, 2012. Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal
Higiene, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Keluhan Kesehatan Pada
Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012. (Tesis).
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Lubis, Soefi, Aswin. 2011. Keterpaparan Pemulung Sampah Dapat Menimbulkan
Penyakit Kulit Akibat Kerja Di TPA Terjun Medan. (Tesis). Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Mahyuni, Lestari, Eka. 2012. Dermatosis (Kelainan Kulit) Ditinjau Dari Aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pemulung Di TPA Terjun Medan
Marelan. (Jurnal). Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
FKM. USU.
Moeljosoedarmo, S., 2008. Hygiene Industri, Jakarta: FKUI.
Mulia, R.M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka
Cipta .Jakarta.
Potter., 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi keempat. Jakarta: EGC.
93
Ramdani W, 2008. Kesadaran Santri Terhadap Kesehatan Lingkungan : Studi
Kasus Pesantren Nurul Hidayah Leuwilang, Bogor. Tesis Mahasiswa Program
Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Rengganis, Iris. 2009. Kealergenik Serbuk Sari Indonesia Pada Manusia. (Thesis).
Sekolah Pasca Sarjana IPB
Rianti, Dwi. dkk. 2010. Analisis Tentang Higiene Dan Sanitasi LingkunganDengan
Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit Di Kecamatan Asemrowo Surabaya.
(Jurnal). Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Sajida, Agsa. dkk. 2012. Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi
LingkunganDengan Keluhan Penyakit Kulit Di Kelurahan DenaiKecamatan
Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. (Jurnal). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara,Medan
Satuti. HR. 2003. Proporsi Dermatosis serta Gambaran Faktor-Faktor yang
Berkaitan pada Pekerja Industri Batik Kota Surakarta. Semarang : Universitas
Diponegoro
Suma’mur., 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta: CV
Sagung Seto.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Suwondo, dkk. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis
Kontak Pekerja Industri Tekstil “X” Di Jepara. (Jurnal Vol 6 no 2). Universitas
Diponegoro.
94
Utomo & Lestari. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Pada Pekerja Di PT Pantja Press Industri. (Jurnal). Makara Kesehatan Vol 11
No 2 hal 61- 68
Widyaningsih, dkk. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status
Gizi, dan Tingkat Stress Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan.
Pergizi Pangan Indonesia : FEMA IPB
95
96
97
HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU
DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA LASKAR MANDIRI
(PEMULUNG) DI KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR
GEBANG TAHUN 2013
Assalamu’alaikum wr.wb
Saya, Yeni Faridawati, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Kesehatan Lingkungan. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data mengenai
hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi keluhan kesehatan kulit yang Anda alami
selama bekerja. Pengumpulan data ini adalah sebagai salah satu bahan dalam
penyusunan tugas akhir (Skripsi). Semua data dan informasi yang Anda berikan akan
dijaga kerahasiaannya dan kuisioner ini akan dimusnahkan jika sudah tidak
digunakan lagi. Atas perhatian dan kerjasama Anda saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Bantar Gebang, . . . . . . . . . . . . . . . . 2013
Responden
98
Lembar Wawancara
Karakteristik Individu
A1 Nama responden
A2 Jenis kelamin
A3 Usia
A5 Alamat
A6 Masa kerja
A7 Berapa jam Anda bekerja dalam sehari?
Pukul . . . . . . . s.d. . . . . . . . WIB
a. 8 jam/hari
b. >8 jam/hari
A8 Apakah Anda tahu pengertian dari alergi?
a. Ya, Jelaskan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
b. Tidak
A9 Apakah Anda mempunyai riwayat alergi yang
berhubungan dengan gangguan kulit?
a. Ya, dikarenakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
b. Tidak
Personal Higiene
Kebersihan Kulit
B1 Berapa kali Anda mandi dalam sehari?
a. 1 kali
b. >2 kali
[ ]
B2 Apakah Anda segera mandi setelah selesai bekerja dari tempat
pembuangan akhir sampah?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
[ ]
B3 Apakah Anda mandi menggunakan sabun mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
[ ]
B4 Apakah Anda menggunakan handuk setelah mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
[ ]
99
B5 Apakah Anda menggunakan handuk sendiri setelah mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
[ ]
B6 Berapa kali Anda mengganti pakaian dalam sehari?
a. 1 kali
b. ≥2 kali
[ ]
B7 Apakah Anda menggunakan pakaian yang bahannya menyerap
keringat saat bekerja?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
B8 Apakah Anda memakai pakaian orang lain?
a. Sngat sering
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
[ ]
B9 Dengan apa Anda mencuci pakaian?
a. Air saja
b. Air dengan sabun
[ ]
Personal Higiene
Kebersihan Tangan dan Kuku
C1 Apakah Anda mencuci tangan saat di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak, Lanjut ke C4
[ ]
C2 Kapan saja Anda mencuci tangan saat di tempat kerja?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan
c. Setelah BAK
d. Setelah BAB
[ ]
C3 Bagaimana Anda mencuci tangan di tempat kerja?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
sabun
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun
[ ]
C4 Apakah Anda mencuci tangan saat di rumah?
a. Ya
b. Tidak, Lanjut ke C7
[ ]
100
C5 Kapan saja Anda mencuci tangan saat di rumah?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan
c. Setelah BAK
d. Setelah BAB
e. Pulang bekerja
[ ]
C6 Bagaimana Anda mencuci tangan di rumah?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
sabun
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun
[ ]
C7 Apakah Anda mencuci kaki ketika pulang bekerja?
a. Ya
b. Tidak, Lanjut ke C9
[ ]
C8 Bagaimana Anda mencuci kaki?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
sabun
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun
[ ]
C9 Apakah anda memotong kuku tangan dan kaki min 1
kali/minggu
a. Ya
b. Tidak
[ ]
C10 Apakah Kuku tangan, dan kaki Anda dalam keadaan bersih?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
C11 Apakah Anda menggaruk-garuk selama bekerja?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
Keluhan Gangguan Kulit
Gatal-Gatal
D1 Apakah Anda pernah mengalami gatal-gatal?
a. Ya
b. Tidak, Lanjut ke E1
[ ]
D2 Berapa frekuensi gatal-gatal yang Anda alami?
a. Jarang
b. Sering
c. Sangat sering
[ ]
101
D3 Kapan rasa gatal timbul?
a. Malam hari saja
b. Saat berkeringat
c. Saat berkeringat dan di malam hari
[ ]
Kemerahan
E1 Apakah Anda pernah mengalami kemerahan pada kulit?
a. Ya
b. Tidak, Selesai
[ ]
E2 Berapa frekuensi kemerahan yang Anda alami?
a. Jarang
b. Sering
c. Sangat sering
[ ]
E3 Rasa apa saja yang menyertai kemerahan pada kulit Anda?
a. Hanya kemerahan
b. Rasa gatal
c. Rasa panas dan terbakar
[ ]
UNIVARIAT
1. Umur
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
usia
N 66
Normal Parametersa Mean 40.94
Std. Deviation 9.381
Most Extreme
Differences
Absolute .092
Positive .076
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .750
Asymp. Sig. (2-tailed) .627
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
usia 66 13 58 40.94 9.381
Valid N (listwise) 66
2. Jam Kerja
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
jamkrja
N 66
Normal Parametersa Mean 8.35
Std. Deviation 2.201
Most Extreme
Differences
Absolute .123
Positive .123
Negative -.119
Kolmogorov-Smirnov Z 1.003
Asymp. Sig. (2-tailed) .266
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
jamkrja 66 8.35 2.201 4 18
3. Masa Kerja
Uji Normalitas
Descriptive Statistics
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mskrja
N 66
Normal Parametersa Mean 11.21
Std. Deviation 7.767
Most Extreme
Differences
Absolute .131
Positive .131
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.065
Asymp. Sig. (2-tailed) .207
a. Test distribution is Normal.
N Minimum
Maximu
m Mean Std. Deviation
Mskrja 66 2 35 11.21 7.767
Valid N
(listwise) 66
4. Riwayat Alergi
Statistics
Riwalrg
N Valid 66
Missing 0
Mean .11
Median .00
Std. Deviation .310
Minimum 0
Maximum 1
Riwalrg
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada riwayat
alergi 59 89.4 89.4 89.4
ada riwayat alergi 7 10.6 10.6 100.0
Total 66 100.0 100.0
5. Kebersihan Kulit
Statistics
Kelmpkkebkul
N Valid 66
Missing 0
Mean .44
Median .00
Std. Deviation .500
Minimum 0
Maximum 1
Kelmpkkebkul
Frequenc
y Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid tidak
baik 37 56.1 56.1 56.1
baik 29 43.9 43.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
6. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Statistics
kelkebtgnkuku
N Valid 66
Missing 0
Mean .38
Median .00
Std. Deviation .489
Minimum 0
Maximum 1
kelkebtgnkuku
Frequenc
y Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid tidak
baik 41 62.1 62.1 62.1
baik 25 37.9 37.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
7. Keluhan Gangguan Kulit
Keluhanganggklt
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tdk mengalami
keluh.gang klt 26 39.4 39.4 39.4
mengalami kelh.
gangg klt 40 60.6 60.6 100.0
Total 66 100.0 100.0
Statistics
Keluhanganggklt
N Valid 66
Missing 0
Mean .61
Median 1.00
Std. Deviation .492
Minimum 0
Maximum 1
BIVARIAT
1. Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
usia Equal
variances
assumed
1.059 .307 -1.252 64 .215 -2.946 2.353 -7.647 1.754
Equal
variances
not
assumed
-1.214 47.996 .231 -2.946 2.427 -7.825 1.933
Group Statistics
Keluhanganggklt N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Usi
a
tdk mengalami
keluh.gang klt 26 39.15 10.146 1.990
mengalami kelh. gangg
klt 40 42.10 8.785 1.389
2. Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Group Statistics
Keluhanganggklt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
jamkrja tdk mengalami keluh.gang klt 26 8.15 1.933 .379
mengalami kelh. gangg klt 40 8.58 2.375 .376
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
jamkrja Equal variances
assumed .158 .692 -.576 64 .567 -.321 .557 -1.435 .792
Equal variances not
assumed
-.602 60.684 .549 -.321 .534 -1.388 .746
3. Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit
Group Statistics
Keluhanganggklt N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Mskrja tdk mengalami keluh.gang
klt 26 14.62 10.273 2.015
mengalami kelh. gangg klt 40 9.00 4.489 .710
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Mskrja Equal
variances
assumed
27.612 .000 3.047 64 .003 5.615 1.843 1.934 9.296
Equal
variances not
assumed
2.629 31.283 .013 5.615 2.136 1.261 9.970
4. Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwalrg * Keluhanganggklt 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
Riwalrg * Keluhanganggklt Crosstabulation
Keluhanganggklt
Total
tdk mengalami
keluh.gang klt
mengalami kelh.
gangg klt
Riwalrg tidak ada riwayat alergi Count 25 34 59
% within Riwalrg 42.4% 57.6% 100.0%
ada riwayat alergi Count 1 6 7
% within Riwalrg 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 26 40 66
% within Riwalrg 39.4% 60.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.068a 1 .150
Continuity Correctionb 1.059 1 .304
Likelihood Ratio 2.348 1 .125
Fisher's Exact Test .231 .152
Linear-by-Linear Association 2.036 1 .154
N of Valid Casesb 66
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Riwalrg (tidak ada
riwayat alergi / ada riwayat alergi) 4.412 .499 38.992
For cohort Keluhanganggklt = tdk
mengalami keluh.gang klt 2.966 .472 18.654
For cohort Keluhanganggklt =
mengalami kelh. gangg klt .672 .463 .977
N of Valid Cases 66
5. Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelmpkkebkul *
Keluhanganggklt 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation
Keluhanganggklt
Total
tdk mengalami
keluh.gang klt
mengalami kelh.
gangg klt
Kelmpkkebkul tidak baik Count 10 27 37
% within Kelmpkkebkul 27.0% 73.0% 100.0%
baik Count 16 13 29
% within Kelmpkkebkul 55.2% 44.8% 100.0%
Total Count 26 40 66
Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation
Keluhanganggklt
Total
tdk mengalami
keluh.gang klt
mengalami kelh.
gangg klt
Kelmpkkebkul tidak baik Count 10 27 37
% within Kelmpkkebkul 27.0% 73.0% 100.0%
baik Count 16 13 29
% within Kelmpkkebkul 55.2% 44.8% 100.0%
Total Count 26 40 66
% within Kelmpkkebkul 39.4% 60.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.394a 1 .020
Continuity Correctionb 4.280 1 .039
Likelihood Ratio 5.430 1 .020
Fisher's Exact Test .025 .019
Linear-by-Linear Association 5.312 1 .021
N of Valid Casesb 66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.394a 1 .020
Continuity Correctionb 4.280 1 .039
Likelihood Ratio 5.430 1 .020
Fisher's Exact Test .025 .019
Linear-by-Linear Association 5.312 1 .021
N of Valid Casesb 66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kelmpkkebkul
(tidak baik / baik) .301 .107 .843
For cohort Keluhanganggklt = tdk
mengalami keluh.gang klt .490 .263 .913
For cohort Keluhanganggklt =
mengalami kelh. gangg klt 1.628 1.039 2.550
N of Valid Cases 66
6. Kebersihan Kuku dan Tangan dengan Keluhan Gangguan Kulit
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kelkebtgnkuku *
Keluhanganggklt 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
kelkebtgnkuku * Keluhanganggklt Crosstabulation
Keluhanganggklt
Total
tdk mengalami
keluh.gang klt
mengalami kelh.
gangg klt
kelkebtgnkuku tidak baik Count 16 25 41
% within kelkebtgnkuku 39.0% 61.0% 100.0%
baik Count 10 15 25
% within kelkebtgnkuku 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 26 40 66
% within kelkebtgnkuku 39.4% 60.6% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kelkebtgnkuku
(tidak baik / baik) .960 .347 2.654
For cohort Keluhanganggklt = tdk
mengalami keluh.gang klt .976 .528 1.803
For cohort Keluhanganggklt =
mengalami kelh. gangg klt 1.016 .679 1.521
N of Valid Cases 66
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .006a 1 .937
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .006 1 .937
Fisher's Exact Test 1.000 .570
Linear-by-Linear Association .006 1 .938
N of Valid Casesb 66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,85.
b. Computed only for a 2x2 table
FOTO PENELITIAN