HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN …lib.unnes.ac.id/2758/1/7170.pdf · dengan doa. • Untuk...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN …lib.unnes.ac.id/2758/1/7170.pdf · dengan doa. • Untuk...
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN
DAN KONSELING ANGKATAN 2005 DAN 2006 UNNES
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Strata 1(S1) untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan
Oleh
Putri Primasari Ocktavia
NIM 1301405048
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada :
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19600205 199802 1 001
Penguji Utama
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si. NIP. 19520411 197802 1 001 Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Drs. Heru Mugiarso, M.Pd., Kons . Drs. Eko Nusantoro, M. Pd NIP. 19610602 198403 1 002 NIP. 19600205 199802 1 001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
maupun seluruhnya. Pendapat ataupun temuan dari orang lain yang terdapat dalam
Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2010
Putri Primasari Ocktavia NIM. 1301405048
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO • Setiap Masalah selalu mengandung inti solusi. Untuk mendapatkan inti
itu, mau tak mau anda perlu menghadapi masalah (Norman Vincent
Peale, penulis buku The Power of Positive Thinking)
PERSEMBAHAN
• Bapak dan Mama tercinta, serta adikku Patria
dan Fitria yang selalu mengiringi langkahku
dengan doa.
• Untuk Embah yang sudah menghadap sang
pencipta terlebih dahulu
• Sahabat yang selalu memberikan semangat
dan selalu ada saat kubutuhkan
• Teman-teman BK’05 terima kasih untuk
kenangan yang tak akan pernah terlupakan
• Keluarga besar wisma karya, terima kasih
untuk persaudaraannya.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri
dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005
dan 2006 Universitas Negeri Semarang” dapat diselesaikan dengan baik.
Kemandirian merupakan kemampuan berdiri sendiri sebagai manusia dewasa
yang dilandasi dengan tanggungjawab atas segala tingkah laku yang dilakukan
dan menghadapi segala sesuatu yang telah diputuskan.
Mahasiswa BK sebagai seorang dewasa dan mandiri, ia harus dapat
berdiri sendiri menghadapi segala persoalan atau masalah, baik masalah yang
berhubungan dengan diri sendiri maupun menyangkut orang lain. Oleh karena itu
sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling seharusnya lebih berkompeten
untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam dirinya daripada mahasiswa
lainnya, karena bagaimana mahasiswa tersebut dapat menjadi seorang konselor
yang profesional apabila dia sendiri tidak menyelesaikan masalah pribadinya.
Agar dapat mencapai kemandirian dalam menghadapi masalah, maka perlu
menumbuhkan konsep diri yang positif pada diri mahasiswa sebagai calon
konselor. Dengan adanya konsep diri yang positif seseorang yakin akan
kemampuannya dalam menghadapi masalah, mampu menilai mana yang baik bagi
dirinya maupun orang lain, dan bersikap optimis dalam melakukan sesuatu hal.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang Angkatan 2005 dan 2006, dengan pandangan yang
telah peneliti ungkapkan diatas, maksud dalam penelitian ini adalah ingin
mengetahui sejauh mana gambaran konsep diri dan kemandirian mahasiswa BK,
serta membuktikan secara empiris hubungan antara konsep diri dengan
kemandirian mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006
UNNES.
Peneliti menyadari keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini,
penulis bermaksud menyampaikan terima kasih kepada:
vi
1. Prof. Dr.Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah mengizinkan penulis untuk menempuh pendidikan
jenjang Srata 1 (S1).
2. Drs. Harjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan
kelancaran dalam penyusunan skripsi.
3. Drs. Suharso, M.Pd Kons, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
4. Drs. Heru Mugiarso, M.Pd Kons, Dosen Pembimbing 1 yang telah
menyempatkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan dan motivasi
hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat pada skripsi ini.
6. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si, Dosen Penguji Utama yang telah menyempatkan
waktu dan memberikan masukan yang bermanfaat hinggá terselesaikannya
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan BK yang telah memberikan bekal
pengetahuan selama mengikuti perkuliahan sampai selesai.
8. Ibu Sukati, S.Pd Kons yang telah memberikan dukungan dan semangat
hingga terselesaikannya skripsi ini
9. Bapak dan Mama tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa,
terima kasih untuk kasih sayang, perjuangan Bapak selama ini. Semoga
aku bisa memberikan kebahagiaan suatu saat nanti.
10. Kedua adikku, patria dan fitria yang selalu memberikan kehangatan dan
kebersamaannya selama ini.
11. Untuk embah yang ingin sekali menghadiri wisudaku nanti
12. sahabat tercinta Ani, Anggun, Mbak. Risma, Lintang, Upi, Cumitz, Laila
Umi, Hesti, Tunjung. Terima kasih kebersamaannya selama ini.
vii
13. Untuk kos wisma karya terima kasih persaudaraan yang indah. Buat Lia,
esti, Tri dan baby. Terima kasih menemaniku bergadang kerjain tugas-
tugasku.
14. Untuk seseorang yang telah masuk dalam kehidupanku, terima kasih
doanya dan mengajarkan apa arti kedewasaan yang sesungguhnya.
Tiada kesempurnaan dimiliki manusia, untuk itu segala saran dan kritik
menjadi bagian tidak terlupakan dalam memperbaiki kinerja penulis dalam
penulisan Skripsi ini. Besar harapan agar Skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak.
Semarang, Februari 2010
Penulis
viii
ABSTRAK
Ocktavia, Putri Primasari. 2010. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 Universitas Negeri Semarang. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Drs. Heru Mugiarso, M. Pd Kons dan Drs. Eko Nusantoro, M. Pd. 147 Halaman.
Setiap individu pastinya menginginkan menjadi manusia yang dewasa dan
mandiri. Dalam perkembangannya manusia mengalami berbagai masalah, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi dan karier. Seseorang dikatakan mandiri apabila individu tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan penuh tanggung jawab dan tanpa bantuan orang lain.Untuk itu perlu menumbuhkan konsep diri positif, karena dengan begitu seseorang akan menilai dan menimbang hal-hal apa yang pantas dan tidak untuk dilakukan, sehingga tahu keputusan apa yang perlu diambil. Sebagai seorang calon konselor mahasiswa BK seharusnya dapat menjadi manusia yang mandiri dan memiliki konsep diri positif. Akan tetapi pada kenyataannya konsep diri mahasiswa BK sebagai calon konselor cenderung belum sepenuhnya positif dan cenderung memiliki kemandirian rendah. Berdasarkan gejala tersebut, masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran konsep diri dan kemandirian mahasiswa angkatan 2005 dan 2006 serta apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa BK dan kemandirian mahasiswa BK serta apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 Universitas Negeri Semarang”. Penelitian yang dilakukan adalah korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006. Teknik sampel yang digunakan yaitu stratified proporsional random sampling. Sampel yang diambil 60 mahasiswa. Data hasil penelitian menggunakan teknik statistik product moment. Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh rxy= 0.535 dan rtabel=0.254. Ini berarti rxy= 0.535 > rtabel=0.254. Maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES. Oleh karena itu hendaknya mahasiswa BK sebagai calon konselor dapat memandang dan menilai dirinya secara positif agar menjadi cerminan mahasiswa yang lain atau klien sehingga menjadi konselor yang memiliki pribadi mandiri dan konsep diri positif.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ................................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
1.5 Sistematika Skripsi .................................................................................. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 11
2.1.1 Penelitian terdahulu tentang konsep diri ............................................... 11
2.1.2 Penelitian terdahulu tentang kemandirian ............................................. 11
2.1.3 Penelitian terdahulu tentang konsep diri dan kemandirian ..................... 12
2.2 Kemandirian ........................................................................................ 13
2.2.1 Pengertian kemandirian ........................................................................ 13
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian .................................... 16
2.2.3 Aspek-aspek kemandirian ..................................................................... 16
2.3 Konsep diri ........................................................................................... 18
2.3.1 Pengertian Konsep diri ......................................................................... 18
2.3.2 Isi konsep diri ....................................................................................... 20
x
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ...................................... 22
2.3.4 Aspek-aspek konsep diri ....................................................................... 23
2.3.5 Karakteristik konsep diri....................................................................... 25
2.4 Hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ............... 28
2.5 Hipotesis .............................................................................................. 34
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................... 35
3.1 Jenis penelitian ...................................................................................... 35
3.2 Variabel penelitian ................................................................................ 35
3.3 Definisi operasional ............................................................................... 37
3.3.1 Kemandirian .......................................................................................... 37
3.3.2 konsep diri............................................................................................. 37
3.4 Populasi dan sampel .............................................................................. 37
3.4.1 Populasi ................................................................................................ 37
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 39
3.5 Metode pengumpulan data ..................................................................... 41
3.6 Instrumen penelitian .............................................................................. 42
3.7 Validitas dan reliabilitas ........................................................................ 49
3.7.1 Validitas ................................................................................................ 49
3.7.2 Reliabilitas ............................................................................................ 50
3.7.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas ........................................................... 52
3.8 Metode analisis data .............................................................................. 54
3.8.1 Teknik analisis desktiptif presentase ...................................................... 54
3.8.2 Analisis Korelasi .................................................................................. 55
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 57
4.1 Hasil penelitian ..................................................................................... 57
4.1.1 Hasil analisis deskriptif prosentase ........................................................ 57
4.1.1.1 Deskripsi konsep diri mahasiswa ...................................................... 57
4.1.1.2 Deskripsi kemandirian mahasiswa .................................................... 68
4.1.2 Hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ................ 73
xi
4.1.2.1 Uji normalitas .................................................................................. 73
4.1.2.2 Menghitung koefisien korelasi ......................................................... 74
4.1.2.3 Hasil uji hipotesis ............................................................................ 75
4.2 Pembahasan........................................................................................... 75
4.2.1 Gambaran konsep diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling ................ 75
4.2.2 Gambaran kemandirian mahasiswa Bimbingan dan Konseling .............. 77
4.2.3 Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ............ 79
4.3 Keterbatasan penelitian .......................................................................... 82
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 83
5.1 Simpulan ................................................................................................ 83
5.2 Saran ...................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
LAMPIRAN .................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi mahasiswa BK FIP UNNES angkatan 2005 dan 2006 .........38
Tabel 3.2 Perincian subyek penelitian ...............................................................40
Tabel 3.3 Penskoran item skala .........................................................................42
Tabel 3.4 Kisi-kisi konsep diri ..........................................................................43
Tabel 3.5 Kisi-kisi kemandirian ........................................................................46
Tabel 3.6 Kriteria reliabilitas soal .....................................................................52
Tabel 3.7 Kriteria prosentase konsep diri dan kemandirian mahasiswa ..............55
Tabel 4.1 Tingkat konsep diri mahasiswa (secara keseluruhan) .........................57
Tabel 4.2 Karakteristik fisik ..............................................................................59
Tabel 4.3 Kesehatan dan kondisi fisik ...............................................................60
Tabel 4.4 Status intelektual, kecerdasan ............................................................61
Tabel 4.5 Cara berpakaian, model rambut .........................................................62
Tabel 4.6 Ide religius, minat religius, keyakinan ...............................................62
Tabel 4.7 Hubungan keluarga............................................................................63
Tabel 4.8 Kepemilikan, benda-benda yang dipunya ...........................................64
Tabel 4.9 Bakat khusus dan kemampuan khusus ...............................................65
Tabel 4.10 Ciri kepribadian ................................................................................66
Tabel 4.11 Kemandirian .....................................................................................66
Tabel 4.12 Sikap dan hubungan sosial ................................................................67
Tabel 4.13 Tingkat kemandirian mahasiswa (secara keseluruhan) ......................68
Tabel 4.14 Kebebasan ........................................................................................69
Tabel 4.15 Ulet ..................................................................................................70
Tabel 4.16 Inisiatif .............................................................................................71
Tabel 4.17 Pengendalian diri ..............................................................................72
Tabel 4.18 Kemantapan diri ...............................................................................72
Tabel 4.19 Hasil uji normalitas data ...................................................................73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Bagan hubungan antar variabel ................................................... 36
Gambar 3.2 Prosedur penyusunan instrumen .................................................. 42
Gambar 4.1 Diagram distribusi frekuensi konsep diri mahasiswa ................... 58
Gambar 4.2 Diagram tingkat konsep diri per indikator ................................... 59
Gambar 4.3 Diagram distribusi frekuensi kemandirian ................................... 68
Gambar 4.4 Diagram tingkat kemandirian per indikator ................................. 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen .................................................. 87
2. Perhitungan reliabilitas Uji Coba Instrumen ................................................ 89
3. Tabel perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba instrumen skala konsep
Diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling ................................................. 92
4. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Skala
Kemandirian .............................................................................................. 95
5. Uji Normalitas Data Kemandirian ............................................................... 98
6. Uji Normalitas Data Konsep Diri Mahasiswa Bimbingan dan Konseling ..... 99
7. Tabel Persiapan Analisis Korelasi dan Perhitungan Koefisien korelasi ........ 100
8. Tabulasi Data Hasil Penelitian Kemandirian ............................................... 102
9. Tabulasi data hasil penelitian Konsep Diri mahasiswa BK .......................... 105
10.Tabulasi Data Hasil Penelitian Kemandirian per indikator .......................... 108
11.Tabulasi Data Hasil Penelitian Konsep Diri per indikator ........................... 111
12.Skala Konsep Diri sebelum dan sesudah Try Out ....................................... 117
13.Skala kemandirian sebelum dan sesudah Try Out ....................................... 129
14.Kisi-kisi instrumen skala konsep diri sebelum dan sesudah try out ............. 133
15. Kisi-kisi instrumen skala kemandirian sebelum dan sesudah try out .......... 136
16. Surat ijin penelitian ................................................................................... 147
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap Individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, dalam
perkembangannya tersebut individu mengalami banyak pengalaman baik positif
maupun negatif. Dan hal itu dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalkan
individu yang sedang mengalami permasalahan. Permasalahan tersebut dapat
ditimbulkan dari dalam dirinya sendiri maupun muncul dari luar dirinya baik
disadari maupun tidak disadari. Oleh sebab itu individu diharapkan dapat menjadi
pribadi yang mandiri dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya.
Menurut Haqquzzaki dalam Anastasia dan Nugraheni, ( 2008: 13 ) bahwa
sikap mandiri atau kemandirian adalah mampu berdiri di atas kemampuan sendiri
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dengan keberanian dan tanggung
jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan
segala kewajibannya guna memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh sebab itu dapat
dikatakan jika pribadi mandiri adalah seorang individu yang dapat mengambil
keputusan yang dilandasi dengan berbagai pertimbangan atas segala konsekuensi
dari keputusannya tersebut.
Setiap individu menginginkan menjadi manusia yang dewasa dan mandiri,
meski demikian kemandirian tidak dapat diperoleh secara instan. Kemandirian
dapat berkembang secara bertahap dan berhasil dengan baik jika ada pemberian
kesempatan untuk berkembang lebih baik lagi lewat berbagai latihan-latihan yang
2
dilakukan terus menerus dan sejak dini. Individu yang sudah memiliki sikap hidup
mandiri biasanya waktu kecil sudah terbiasa dengan tugas-tugas yang diselesaikan
tanpa bantuan. Tentu saja tugas tersebut harus disesuaikan dengan usia dan
kemampuannya.
Individu tidak dapat terlepas dari masalah, hal tersebut dapat terjadi apabila
ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya permasalahan tersebut
akan menambah kedewasaan serta jika dapat diterapkan dengan baik, maka akan
membantu kita dalam pencapaian kemandirian. Individu yang dapat memecahkan
dan menghadapi masalahnya dengan baik, maka dapat menjadi modal dasar dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah selanjutnya. Sebaliknya individu
yang tidak dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya maka akan
menjadikan individu dewasa yang selalu bergantung pada orang lain.
Tuntutan terhadap sikap mandiri ini sangat besar. Jika tidak dipenuhi secara
tepat, bisa menimbulkan dampak tidak baik bagi perkembangan psikologis.
Namun, pada kenyataannya di tengah berbagai tuntutan perubahan yang terus
terjadi, banyak teman -teman kita yang mengalami kekecewaan, frustasi, dan
kehilangan pendirian karena tidak kunjung memperoleh apa yang dinamakan
kemandirian. Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia
lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain, seseorang yang mandiri
akan merasa bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu sendiri.
Melalui pendidikan mahasiswa selalu menghadapi berbagai tantangan dan
hambatan serta tuntutan, baik sebagai individu, sebagai anggota kelompok
masyarakat kampus maupun anggota masyarakat luas. Dengan kata lain, harus
3
disertai dengan pemantapan diri dan merealisasikannya dalam bentuk ketrampilan
dan kemampuan yang memadahi agar dapat menjadi seorang konselor yang
profesional.
Pada umumnya mahasiswa menghadapi tantangan yang bersifat akademik,
dan sebagian lagi bersifat non akademik. Dari hasil wawancara dan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti diperoleh gambaran kemandirian sebagian
mahasiswa belum mampu mengatasi problem atau masalah yang sifatnya
akademik antara lain, takut bertemu dosen sehingga harus disertai teman, jika
ingin mengulang mata kuliah yang nilainya kurang maka menunggu teman yang
memiliki masalah yang sama, sedangkan yang sifatnya non akademik, misalnya
belum dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan meminta bantuan
dari orang lain dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut pada
hubungan antar pribadi, keluarga, kesehatan, dan ekonomi.
Menurut hasil pengamatan, fenomena yang terjadi bahwa mahasiswa
cenderung belum dapat mengenali apa yang menjadi tujuan hidupnya sehingga
mereka mengikuti segala hal yang terjadi disekitarnya, sehingga tidak adanya rasa
tanggung jawab pada diri. Dengan kata lain sebagian besar mahasiswa masih
ketergantungan pada teman dan kurang percaya diri. Jika tantangan pribadi diatas
tidak dapat dihadapi dan diselesaikan maka akan menghambat kemandirian
pribadi individu, dengan adanya kemandirian dapat menjadi modal dasar untuk
lebih produktif dan efisien serta merubah dirinya ke arah yang lebih baik. Seperti
yang dikatakan Steinberg (2002) dalam Kurniawan menegaskan bahwa
kemandirian memegang peranan penting dan membawa dalam dampak positif
4
bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mandiri mampu berusaha sendiri
menyelesaikan masalahnya sehingga tidak tergesa-gesa meminta bantuan orang
lain, tidak terombang-ambing derasnya informasi yang diterima baik secara lisan
maupun tulisan, mampu menggunakan nilai-nilai mana yang penting dan mana
yang benar. Selain itu mahasiswa yang mandiri mampu bersaing dengan orang
lain, dapat mengambil keputusan dan tidak menunggu orang lain memutuskan
untuknya.
Agar dapat mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang
positif dalam diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Konsep diri menurut
William D. Brooks dalam Rakhmat (2007:99) sebagai ”those physical, social, and
psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and
our interactions with others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social dan
fisik, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil interaksi dengan
orang lain. Indikasi kualitas konsep diri juga dikemukakan oleh Calhoun dan
Acocella (1990: 72) Apabila konsep diri seseorang bersifat positif maka ia
memiliki kepribadian yang stabil, dapat menerima dirinya apa adanya, mampu
merancang tujuan hidup dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang. Sikap penerimaan diri ditunjukan oleh pengakuan seseorang terhadap
kelebihan-kelebihannya sekaligus menerima kelemahanya tanpa menyalahkan
orang lain dan mempunyai keinginan yang terus untuk mengembangkan diri.
Keyakinan diri merupakan bagian dari self yang dapat mempengaruhi besarnya
usaha dan aktifitas yang dilakukan oleh individu,kesabaran dalam menghadapi
5
masalah dan kesulitan. Menurut hasil penelitian Widodo dan Rusmawati dalam
Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 1 bahwa individu yang mempunyai keyakinan diri
tinggi akan mempunyai persepsi positif terhadap dirinya termasuk di dalam hal
kemandirian.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas
konsep diri mahasiswa BK cenderung belum sepenuhnya positif. Hal tersebut
dapat dilihat dari gejala-gejala yang tampak antara lain, belum dapat menerima
baik diri sendiri, tidak mengetahui siapa dirinya, apa kelebihan dan
kekurangannya, serta tidak berani memiliki harapan yang tinggi, selalu merasa
pesimis karena belum dapat merasakan kesuksesan. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kondisi diatas merupakan cerminan dari individu yang
belum dapat memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri. Penerimaan
diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri
positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan
dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya
sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella, 1990:71).
Manusia adalah mahluk pribadi dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia
berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Sebagai mahluk
pribadi ia adalah individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Konsep diri
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan seseorang
dalam berinteraksi sosial sebab, individu memiliki kecenderungan untuk
berperilaku sesuai konsepnya. Seperti apa konsep diri seseorang tergantung
bagaimana ia memandang dirinya sendiri dalam berbagai aspek. Interaksi sosial
6
adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan ketika seorang individu
berinteraksi, sebenarnya sedang berusaha atau belajar bagaimana memahami
tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial yang lain. Disinilah
seseorang dapat menimbang hal-hal apa saja yang pantas dan tidak untuk
dilakukan, sehingga individu tersebut dapat merumuskan keputusan yang harus
diambil atas berbagai reaksi lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat
membentuk pribadi yang mandiri.
Pendapat di atas diperkuat oleh hasil penelitian Juriana dalam psikologika
No.9 (2000: 74) bahwa konsep diri menempati posisi yang penting dalam
menentukan perilaku individu. Individu akan bereaksi pada situasi sesuai dengan
persepsi tentang dirinya dan dunianya. Perilaku individu akan terarah dengan
baik, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yaitu acuan
tingkah laku dan penyesuaian seseorang. Kesesuaian tersebut akan menciptakan
individu yang memiliki manajemen diri yang tinggi, mampu melakukan langkah-
langkah efektif untuk mencapai tujuannya dan membuat skala prioritas.
Dilihat dari segi keilmuan seharusnya mahasiswa BK lebih berkompeten
untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga perkembangan kemandiriannya
seharusnya lebih baik daripada mahasiswa lain. Selain dilihat dari segi ilmu,
dalam hal kecakapan berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar seharusnya
lebih baik. Hal tersebut terjadi, karena ketrampilan untuk berinteraksi dengan
orang lain merupakan modal dasar untuk memperoleh informasi khususnya
berhubungan komunikasi dengan klien serta berhubungan dengan anggota
7
masyarakat kampus yang jelas akan mempengaruhi sejauh mana pribadi
individualnya.
Bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seorang
konselor kepada individu yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri
lagi. Dengan demikian mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai seorang
yang dalam kesehariannya mempelajari tingkah laku dan cara menghadapi
masalah, seyogyanya akan dapat lebih berkompeten dalam kemandirian
menghadapi suatu masalah. Jadi idealnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling
harus dapat menumbuhkan kemandiriannya dalam menghadapi masalah pribadi
dan dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitar, karena ilmu yang
digeluti objeknya adalah manusia dengan segala permasalahannya yang selalau
dinamis. Mereka yang memiliki kemampuan dan menilai dirinya mampu,
cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya seseorang yang merasa dirinya
tidak mampu cenderung memiliki konsep diri negatif yang notabene selalu
menggantungkan dirinya pada orang lain atau belum memiliki kemandirian.
Secara teoritis antara konsep diri dengan kemandirian memiliki hubungan
yang sangat erat. Namun, melihat kenyataan di lapangan menunjukan bahwa
konsep diri mahasiswa BK sebagai calon konselor belum sepenuhnya positif dan
cenderung memiliki kemandirian yang rendah. Hal tersebut yang membuat
peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang adanya “Hubungan antara Konsep Diri
dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005
dan 2006 Universitas Negeri Semarang”.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta hal-hal tersebut di atas maka masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimanakah gambaran konsep diri pada mahasiswa BK Angkatan 2005
dan 2006 UNNES ?
2) Bagaimanakah gambaran kemandirian mahasiswa BK Angkatan 2005 dan
2006 UNNES ?
3) Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada
Mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tentang hubungan antara konsep
diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES
adalah untuk:
1) Mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa BK UNNES.
2) Mengetahui kemandirian mahasiswa BK UNNES.
3) Membuktikan hipotesis secara empiris hubungan antara konsep diri
dengan kemandirian mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006UNNES.
1.4.Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1) Manfaat Teoritis
9
Untuk memperkaya serta mengembangkan ilmu dalam bidang Bimbingan
dan Konseling terutama tentang konsep diri dan kemandirian mahasiswa.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa
bahwa konsep diri yang positif tentunya dibutuhkan agar dapat
membentuk suatu pribadi yang mandiri.
1.5.Sistematika Skripsi
Sistematika skripisi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi,
dan bagian akhir.
a. Bagian awal skripsi berisi uraian halaman judul, halaman pengesahan,
abstraksi, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar,
daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.
b. Bagian isi skipisi terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V.
Bab I PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran menyeluruh dari
skripsi yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini berisi mengenai kajian
pustaka dan teori yang relevan dengan tema dalam skripsi ini.
Bab III METODE PENELITIAN, dalam bab ini mencakup dasar
penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data teknik
pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data.
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN, di dalam bab ini berisi mengenai
hasil dan penelitian beserta pembahasannya.
10
Bab V PENUTUP, bab ini berisi simpulan yaitu kesimpulan yang
diperoleh dari hasil analisis data dan saran sebagai hasil dari
rekomendasi.
c. Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Penelitian terdahulu tentang konsep diri
1) Juriana. 2000. Kesesuaian Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan
Kemampuan Manajemen Diri pada Mahasiswa Pelaku Organisasi.
Psikologika No.9. Universitas Gadjah mada
Hasil analisis menunjukan adanya hubungan yang sangat signifikan antara
kesesuaian konsep diri nyata dan ideal dengan kemampuan manajemen diri
pada mahasiswa pelaku organisasi (rxy = -0,801: p< 0.01). Sumbangan
kesesuaian konsep diri nyata dan ideal terhadap kemampuan manajemen diri
sebesar 63,1 %. Hasil analisis tambahan menunjukan tidak adanya perbedaan
kemampuan manajemen diri antara pelaku organisasi yang berstatus top
executive dengan yang berstatus non top executive (F = 0,003: >0,05).
2.1.2 Penelitian terdahulu tentang kemandirian
1) Kartadinata, Sunaryo. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan
Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku dan Empatik dan
Orientasi Nilai Rujukan (Studi deskriptif analitik tentang kemandirian
mahasiswa pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di
Kotamadya Bandung. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1206105-
132350
12
Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan bertindak
yang diambil mahasiswa cenderung bukan keputusan yang mandiri, Orientasi
timbangan sosial mahasiswa cenderung berada pada tingkat konvensional dan
pasca konvensional, Orientasi timbangan sosial mahasiswa tidak kongruen
dengan kemandiriannya, nilai-nilai sosial dan religius adalah nilai yang
dipersepsikan mahasiswa sebagai nilai yang paling bermakna,sementara itu
kecenderungan bertindak mereka lebih berorientasi ekonomis, perilaku
empatik tidak berkontributif terhadap orientasi timbangan sosial, akan tetapi
nampak berkaitan erat dengan tingkat kebermaknaan nilai.
2.1.3 Penelitian Terdahulu tentang Konsep Diri dan Kemandirian
1) Puan Maharani, 2005. Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Kemandirian pada Anak Asuh Angkatan 1 Di Panti Asuhan Wira Adi
Karya Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP.
UNNES
Hasil Penelitian ini menunjukan rata-rata konsep diri anak asuh di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran mencapai 67,34% dan termasuk kategori
cukup baik. Rata-rata kemandirian anak asuh mencapai 64,42% dan termasuk
kategori cukup baik pula. Hasil analisis Spearman Rank diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,6106. Uji keberartian Koefisien Korelasi dengan uji z
diperoleh Zhitung = 5,43> Ztabel = 1,96 yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan 1
di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
13
2.2 Kemandirian
2.2.1 Pengertian Kemandirian
Basri (2000:53) berpendapat bahwa mandiri dalam bahasa jawa berarti
berdiri sendiri. Mandiri dalam arti psikologis dan mentalis mengandung
pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan dan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan demikian hanya
mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama
tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi manfaat
atau keuntungannya segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialami.
Menurut Kartono dalam Anastasia dan Nugraheni, (2008: 13) Pengertian
kemandirian disini dapat diartikan sebagai Zelfstanding, yaitu kemampuan berdiri
diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah
laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna
memenuhi kebutuhan sendiri.
Pendapat di atas diperkuat oleh Kartini dan Dali (dalam Muta’din, 2002:
2) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri. Musdalifah, (2007: Vol.4) menyimpulkan secara singkat
bahwa kemandirian mengandung pengertian:
a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
14
d. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya
Brawer dalam Chabib Thoha (1993: 121) mengartikan kemandirian
sebagai perasaan otonomi, diartikan sebagai suatu perilaku yang terdapat dalam
diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena
terpengaruh orang lain.
Berbeda dengan beberapa pendapat tersebut Gea (2002: 195)
menggambarkan bahwa mandiri adalah suatu suasana di mana seseorang mau dan
mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat dalam
tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi
pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.
Berdasarkan definisi-definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk bertindak dan mengembangkan
diri dengan kekuatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
bergantung pada bantuan orang lain.
2.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian pada individu itu sendiri
menurut Masrun (1986) dapat dijelaskan sebagai berikut.
Secara bertahap dengan perkembangan dan tingkat pertumbuhan individu
terbentuk karena pengaruh lingkungannya, kemampuan seseorang beriteraksi
dengan lingkungan akan menjadikan seseorang bertanggungjawab dan
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Lingkungan yang pertama kali
dikenal adalah keluarga, disinilah peranan penting orang tua dalam meletakan
dasar kepribadian seorang individu. Jika dari usia dini individu sudah diajarkan
15
kemandirian, maka semakin dewasa ia terbiasa dengan hal tersebut dan akan
membentuk pribadi yang mandiri . Semakin bertambahnya pendidikan atau
pengetahuan seseorang, maka kemungkinan untuk mencoba hal yang baru
semakin besar sehingga kreatif dan memiliki kemampuan. Pengaruh dari orang
lain akan berkurang sedikit demi sedikit, yang perlahan akan menumbuhkan
konsep diri positif pada individu. Konsep diri positif mendukung adanya perasaan
kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil.
Sedangkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian menurut Thoha
(1996: 124-125) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Faktor dari dalam
Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin.
Anak semakin tua usianya cenderung mandiri. Di samping itu intelegensi
seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.
b. Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang adalah:
1) Faktor Kebudayaan
Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan
kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya
kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana.
2) Pengaruh keluarga terhadap individu
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi
aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik, cara
memberikan penilaian, bahkan cara hidup orang tua akan berpengaruh
pada kemandirian individu.
16
Ditambahkan lagi oleh Basri (2000: 53) faktor yang mempengaruhi
kemandirian adalah sebagai berikut:
a. Faktor dalam diri sendiri (Endogen)
Dengan faktor endogen dimaksudkan adalah semua pengaruh yang bersumber
dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan.
b. Faktor yang terdapat diluar dirinya (Eksogen)
Faktor eksogen disebut pula dengan faktor eksternal yaitu semua keadaan atau
pengaruh yang berasal dari luar dirinya, atau sering disebut faktor lingkungan.
Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan sosial
ekonomi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian sangat menentukan dalam pencapaian kemandirian
seseorang. Begitu pula dengan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dalam diri (internal) atau
dari luar (eksternal).
2.2.3 Aspek- aspek Kemandirian
Aspek-aspek dalam kemandirian menurut Masrun (1986) ada 5 aspek
kemandirian yang utama:
1) Bebas, aspek ini ditujukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak
sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
2) Ulet, aspek ini ditujukan dengan pribadi yang penuh ketekunan adanya usaha
untuk mengejar prestasi, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapan.
3) Inisiatif, tampak dalam perilaku original, kreatif dan penuh ide.
17
4) Pengendalian diri, aspek ini tampak dalam pribadi yang mampu mengatasi
masalah yang dihadapi, mampu mengendalikannya serta mampu
mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri.
5) Kemantapan diri, aspek ini mencakup rasa percaya terhadap kemampuan diri
sendiri, menerima diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Dari pendapat tersebut dapat simpulkan bahwa individu yang memiliki
kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu seorang individu yang mampu
dan berinisiatif sendiri untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan tanpa
bantuan dan menunggu orang lain untuk mengatasi keadaan yang terjadi. Selain
itu dia akan merasa puas dengan hasil usahanya sendiri dan selalu berinovatif dan
kreatif. Tentunya jika mengeluarkan keputusan sudah dipikir dengan matang
konsekuensinya, sehingga saran dan pendapatnya dapat diterima oleh orang lain.
Havighurst (dalam Mu’tadin, 2002: 2) menyatakan bahwa kemandirian
seseorang meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual, dan sosial. Kemandirian
emosi ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya
kebutuhan emosi pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Kemandirian
ekonomi ditunjukan dengan kemampuan mengatur sendiri perekonomiannya.
Kemandirian intelektual ditunjukan dengan kemampuan dalam mengatasi
masalah, dan kemandirian sosial ditunjukan dengan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain.
Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan
dorongan dari keluarga serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi
atas diri sendiri. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat
18
diperlukan bagi individu sebagai penguatan untuk setiap perilaku yang telah
dilakukan.
2.3 Konsep Diri
2.3.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep Diri menurut Calhoun dan Acocella( 1990: 67) merupakan
kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat di atas, Brooks (dalam Rakhmat, 2000: 100) memaparkan bahwa konsep
diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik, sosial maupun psikologis,
yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil interaksi dengan orang
lain.
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri
sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu
merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana
individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan. Menurut
Farozin dan Nur fatiyah (2004: 17) Konsep diri ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1)
Konsep diri sebenarnya dan 2) Konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya
merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh
peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian
orang lain terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri ideal merupakan gambaran
seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.
19
Saat anak baru lahir, mereka belum dapat merespon terhadap lingkungan
sekitarnya. Tetapi lingkungan pertama yang dikenalnya adalah keluarga, berarti
individu tersebut akan menerima respon dan tanggapan yang pertama dari
keluarganya. Saat individu dewasa dan dapat melepaskan ketergantungannya pada
keluarga, saat itulah dia mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Oleh sebab itu ketika seseorang individu telah mencapai dewasa dan banyak
mengenal nilai-nilai dari luar keluarga seringkali muncul konflik-konflik,
terutama jika nilai yang didapat dari luar bertentangan dengan nilai-nilai di dalam
keluarga.
Selain pengaruh dari keluarga, konsep diri juga dapat terbentuk karena
adanya adanya interaksi individu dengan orang lain disekitarnnya yaitu teman
bergaul dan masyarakat. Menurut Lau & Pun (dalam Baron & Byrne, 2004: 164)
konsep Self, yang sebagian besar didasarkan pada interaksi dengan orang lain
yang dipelajari dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian meluas ke
interaksi dengan mereka di luar keluarga.
Chaplin (2004:451) mengatakan bahwa konsep diri merupakan evakuasi
individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran mengenai diri sendiri
oleh individu yang bersangkutan. Menurut Burns ( 1993:4 ) Konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan,orang lain berpendapat
mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Cooley
(Burns,1993:17) menggambarkan konsep diri dengan gejala looking-glass self
(diri cermin) dimana konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini
20
individu tersebut seakan-akan menaruh cermin di depan kita. Itu sebabnya Zanden
(dalam Rakhmat, 2007:99) menyimpulkan bahwa Pertama, kita membayangkan
bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti
berada dalam cermin. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai
penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah bagaimana seseorang
memandang diri , menilai diri sendiri dan kondisi atau situasi di sekelilingnya.
2.3.2 Isi Konsep Diri
Konsep diri adalah aspek diri yang paling penting, konsep diri bukanlah
faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dibentuk dan dipelajari dari
pengalaman individu dan berhubungan dengan orang lain. Seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli, bahwa konsep diri merupakan persepsi, pandangan
atau pendapat kita mengenai diri kita sendiri yang meliputi dimensi fisik,
karakteristik pribadi, motivasi, kelemahannya, kegagalan dan kepandaiannya.
Hal tersebut diatas juga dikemukakan oleh Burns(1993: 209) bahwa isi
konsep diri mencakup:
1. Karakteristik Fisik 2. Kesehatan dan Kondisi Fisik 3. Status Intelektual, kecerdasan 4. Cara berpakaian, model rambut 5. Ide religius, minat religius, keyakinan 6. Hubungan keluarga 7. Kepemilikan, benda-benda yang dipunya 8. Bakat khusus dan kemampuan khusus 9. Ciri Kepribadian 10. Kemandirian 11. Sikap dan Hubungan Sosial
21
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa konsep diri berkembang
bukan hanya mengenai perilaku atau sikap individu, namun membayangkan
gambaran tentang diri kita yang bersifat fisik misalkan berupa penampilan, cara
dia berpakaian, atau ciri-ciri pribadi lain yang dimilikinya.
2.3.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Rakmat (2004:101-104) faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah
faktor orang lain dan faktor kelompok rujukan (reference group). Biasanya orang
yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang-orang yang paling
dekat dengan dia, memiliki ikatan emosional, misalnya keluarga Seperti yang
dikatakan Sullivan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi
karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan
menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita,
menyalahkan dan menolak kita, maka kita cenderung tidak akan menyenangi diri
kita.
Joecinta F Rini (Konsep Diri, dalam e-psikologi.com) menjelaskan faktor
yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang.
a. Kegagalan Kegagalan yang terus-menerus cenderung akan membuat seseorang berpikir negatif tentang kemampuan yang dimilikinya. Kegagalan terjadi membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
b. Depresi Orang yang mengalami depresi cenderung memiliki pemikiran negatif, menilai dirinya sendiri. Biasanya orang tersebut kurang survive menjalani segala tantangan kehidupan.
c. Kritik Internal Kritik pada diri sendiri diperlukan untuk menjadi rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku sesuai norma yang ada pada masyarakat agar dapat diterima dengan baik.
22
d. Pola asuh orang tua Sikap positif yang ditunjukan oleh orang tua dapat dijadikan cermin oleh anak-anaknya, sikap positif akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif pada anak.
Sedangkan menurut Calhoun & Acocella (1990:77-78) bahwa faktor yang
membentuk konsep diri individu adalah:
a. Orang tua Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami seseorang dalam pembentukan konsep diri. Informasi dan pengarahan yang diberikan orang tua akan berlangsung hingga dewasa. Kedekatan orang tua dan keluarga terhadap anak akan membentuk konsep diri yang baik. Karena anak akan secara sangat serius cenderung menerima dan memasukkan ke dalam konsep dirinya, informasi yang konsisten dengan gagasan yang telah berkembang tentang dirinya sendiri.
b. Kawan sebaya Peran teman sebaya sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan individu mengenai dirinya sendiri. Maka peran teman sebaya sangat penting dalam pembentukan konsep diri.
c. Masyarakat Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta contohya tentang siapa orang tuanya, apa rasnya dan semua hal yang berhubungan dengan individu tersebut, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri adalah orang lain, kelompok rujukan
dan pengaruh dari lingkungan sekitar / masyarakat. Perasaan-perasaan yang
bersangkutan dengan tubuh dan citra tubuh menjadi inti dari konsep diri. Semakin
bertambahnya usia individu mampu menciptakan konsep diri yang positif. Kasih
sayang dan perhatian orang tua mampu menciptakan konsep diri yang baik,
penerimaan di lingkungan atau kelompok menjadi langkah awal dalam
mempersiapkan individu dalam menuju kedewasaan dan mempengaruhi konsep
diri selanjutnya.
23
2.3.4 Aspek- aspek Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh seorang
individu. Gambaran mental yang dimiliki individu memiliki 3 aspek yaitu
pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang
dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian terhadap diri sendiri
(Calhoun&Acocella ,1990:71).
a. Pengetahuan
Dimensi pertama konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan
apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri. Pengetahuan ini bisa diperoleh
dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembanding.
Pengetahuan individu tidak menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuan bisa
berubah dengan cara mengubah tingkah laku individu tersebut dan dengan cara
mengubah kelompok pembanding.
b. Harapan
Dimensi kedua konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai
satu set pandangan tentang siapa dirinya individu juga memiliki satu set
pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa dimasa mendatang.
Artinya bahwa setiap individu memiliki pengharapan yang berbeda-beda pada
setiap individu.
c. Penilaian
Dimensi terakhir konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri.
Individu berkedudukan sebagai nilai terhadap dirinya sendiri. Penilaian individu
24
terhadap dirinya sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini
dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi terhadap dirinya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek konsep
diri dapat dilihat dari bagaimana individu mengetahui keadaan dirinya yang
sebenarnya, yang kemudian dibandingkan dengan harapan dirinya menjadi
individu yang lain dari keadaan sekarang, sampai pada tahap seberapa besar kita
menghargai diri kita yang sekarang. Kadang-kadang harapan dan kenyataan tidak
seiring sehingga terjadi penilaian dalam diri individu seberapa besar individu
tersebut menghargai keadaan yang sekarang.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek
fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian
dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya,
dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri
dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya,
dan hubungannya dengan orang lain.
2.3.5 Karakteristik Konsep Diri
Menurut William dan Phillip ( Rakhmad, 2004:105) mengemukakan lima
ciri-ciri konsep diri positif :
a. Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Mampu menyadari bahwa semua orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. e. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapakan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
25
Sedangkan karekteristik konsep diri negatif, antara lain:
a. Peka terhadap kritik Orang ini sangat tidak tahan dengan kritik yang diterimanya dan mudah
marah. Segala koreksi sering kali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi/ logika yang keliru.
b. Responsif terhadap pujian
Soal mendapat pujian, individu ini mungkin berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk orang semacam ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.
c. Bersikap Hiperkritis
Sikap hiperkritisnya ditunjukkan dengan mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun, tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kepada orang lain.
d. Merasa tidak disenangi orang lain
Individu ini memiliki rasa bahwa dirinya tidak diperhatikan. Oleh karena itu individu ini bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Individu ini tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Hal ini terungkap dengan keenggananaya untuk bersaing dengan orang lain dalam membat prestasi. Individu menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Menurut Calhoun dan Acocella (1990:72-74) dalam perkembangannya
konsep diri terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Konsep diri positif
Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki
konsep diri yang positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat
menerima dan memahami bermacam-macam tentang dirinya.
26
b. Konsep diri negatif
Konsep diri negatif terbagi menjadi 2 tipe yaitu:
a) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur
sehingga individu tidak mengetahui dirinya sendiri.
b) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri terlalu teratur dan
stabil. Hal ini terjadi karena individu dididik dengan keras, sehingga
menciptakan konsep diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan.
Diperkuat oleh pendapat Aristo (Konsep Diri dalam Pendidikan, 31 Maret
2008, diakses dalam http://www.e-psikologi.com, diunduh 4 april 2009).
Indikasi kualitas konsep diri semacam itu juga dikemukakan oleh Burns. Menurutnya, jika seseorang memiliki konsep diri yang positif berarti ia akan menilai, menghargai, merasa dan menerima keadaan dirinya secara positif. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif berarti ia memiliki evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri serta tiadanya penghargaan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu dengan penilaian diri yang tinggi dan perasaan harga diri yang tinggi umumnya mereka menerima keadaan dirinya, sebaliknya yang menilai dirinya secara negatif akan memiliki perasaan harga diri dan penerimaan diri yang kecil.
Hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
mempunyai konsep diri positif adalah orang yang mau menerima segala sesuatu
yang ada pada diri sendiri dan menerima orang lain secara apa adanya. Orang
dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan bebas dan dapat
membuat kehidupanya menjadi lebih menarik, sehingga seseorang itu dapat
bertindak berani dengan berperan serta mampu memperlakukan orang lain dengan
baik, hangat dan hormat.
27
Dapat disimpulkan pula bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif
mempunyai pandangan dan pengetahuan yang buruk tentang dirinya, apapun yang
diperoleh tampak tidak berharga dibanding apa yang diperoleh oleh orang lain dan
kurang bisa menerima keadaan dirinya dan juga kritikan dari orang lain tentang
dirinya.
Informasi yang baru tentang diri seseoerang menjadi penyebab kecemasan
dan ancaman terhadap diri orang tersebut. Informasi tentang dirinya sendiri yang
tidak dapat diterima dengan baik dan menganggu konsep diri seseorang sehingga
menyebabkan kekecewaan emosional kepada seseorang maka tidak mampu
menumbuhkan semangat dan kenyamanan pada diri individu tersebut (Calhoun &
Acocella, 1990: 72-73). Hal tersebut dapat diibaratkan, apabila individu merasa
pesimis, ketakutan dengan suatu kegagalan dalam setiap kehidupannya maka hal
tersebut merupakan cerminan individu yang memiliki konsep diri negatif,
Sebaliknya seseorang yang merasa percaya diri, penuh dengan semangat dan
selalu berusaha merupakan cerminan konsep diri yang positif.
2.4 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tanpa kekuatan
dan akan bergantung pada orang lain. Misalkan seorang anak yang baru saja
dilahirkan akan menggantungkan hidupnya pada kedua orang tua hingga waktu
tertentu. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu seorang anak perlahan-lahan
akan lepas dari ketergantungannya pada orang tua dan belajar untuk menjadi
mandiri. Itu semua merupakan proses alami yang terjadi pada setiap individu.
28
Mandiri berarti dapat berdiri sendiri, mampu memutuskan dan mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan orang lain serta bertanggungjawab atas apa yang dikerjakan
dan diputuskannya.
Kemandirian merupakan suatu kondisi psikologis yang dapat berkembang
dengan baik apabila diberikan kesempatan dengan cara latihan yang dilakukan
secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Kemandirian fisik adalah
kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri, sedangkan kemandirian psikologis
adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri.
Dengan demikian, dirinya dituntut untuk melepaskan diri dari pengaruh dan
ketergantungannya pada orang lain.
Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki
oleh setiap individu. Menurut Sumirah dalam tesis kemandirian merupakan
keadaan kejiwaan seseorang yang tercermin pada perilaku yang aktifitasnya
bersumber dalam diri sendiri, mampu membuat keputusan atas dirinya dan
bertanggungjawab atas tingkah lakunya.
Sebagai hasil dari proses belajar pencapaian kemandirian dipengaruhi oleh
banyak faktor, secara umum dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi segala sesuatu yang dibawa sejak
lahir yang merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya meliputi bakat, potensi intelektualdan potensi pertumbuhan tubuhnya.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari interaksinya dengan lingkungan.
29
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam meletakan dasar-
dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian
pada seseorang. Sebab didalam keluarga, orang tualah yang berperan besar dalam
mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi
mandiri. Maka dari itu perlu diberikan pemahaman dan kesempatan yang
diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Dengan diberikannya kesempatan
untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambil dan
mengusahakan sendiri berbagai masalah yang muncul dalam kehidupannya, tetapi
orang tua tetap menjadi pengamat dan hanya melakukan intervensi jika tindakan
anaknya dianggap keluar dari jalur yang benar. Untuk menjadi mandiri sangatlah
penting orang tua untuk tidak memberikan perhatian yang berlebihan kepada
anak. Menurut Tjut Rifameutia Ali Napis, bantuan berlebihan bisa mensugesti
individu bahwa ia tidak mampu melakukan sesuatu sendiri.
Seiring dengan waktu anak tumbuh berkembang, kemandirian diperkuat
juga oleh proses sosialisasi dengan teman sebaya dan interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial
pertama dimana seseorang belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang
bukan anggota keluarganya. Ini bertujuan mendapatkan pengakuan dari teman
sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Selain itu kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan masyarakat juga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan baik akan mendukung perilaku seseorang untuk dapat
bereaksi sesuai dengan keadaan yang terjadi.
30
Perkembangan individu tidak akan terlepas dari lingkungannya, karena
dalam rangka memenuhi kebutuhannya manusia melalui proses sosial yang
disebut interaksi sosial. pada dasarnya dari segala aspek kehidupan interaksi sosial
juga akan membentuk kepribadian, nilai-nilai kehidupan, moralitas individu serta
prinsip hidup. Bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang diperbuat
merupakan kunci untuk menuju kemandirian, dengan berani bertanggungjawab
individu akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak
negatif bagi dirinya.
Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua atau lebih individu
dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Adanya kemampuan seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosial serta kemampuannya dalam melakukan
penyesuaian diri dengan baik akan membuat anak bertanggungjawab, mempunyai
perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi
dengan tidak mudah putus asa. Hal ini akan cenderung anak untuk mandiri.
Kemandirian seseorang dapat teruji ketika dia mendapatkan berbagai
masalah, tatkala menghadapi masalah, orang yang bersikap dewasa cenderung
untuk mencari solusinya, atau menghadapi stres dan kekhawatiran dengan sikap
optimis. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan orang
tua dan akan bertanggungjawab terhadap segala keputusan yang telah diambil
melalui berbagai pertimbangan. Maka hal tersebut menunjukan bahwa orang itu
mampu untuk mandiri. Hal itu diperkuat oleh Sumirah, yang menyatakan bahwa
31
kemandirian merupakan keadaan kejiwaan seseorang yang tercermin pada
perilaku yang aktifitasnya bersumber dari dalam diri sendiri, mampu membuat
keputusan atas dirinya dan bertanggungjawab atas tingkah lakunya. Individu
adalah mahluk yang unik dimana satu dengan yang lain tidak akan pernah sama.
Oleh sebab itu tingkat kemandiriannya relatif berbeda-beda, sebagian ada yang
merasa mandiri, sebaliknya ada juga yang belum mandiri.
Upaya dalam rangka menumbuhkan kemandirian dapat dilakukan dengan
cara menumbuhkan konsep diri yang positif pada individu. Seperti yang kita
ketahui, kemandirian merupakan kemampuan untuk tidak tergantung kepada
orang lain, selalu mencoba mengatasi permasalahannya sendiri, bereaksi sesuai
dengan kondisi yang terjadi dalam lingkungan dan memiliki tanggung jawab atas
keputusan yang diambil.
Kemandirian merupakan bagian dari kualitas seorang konselor yang
kompeten, selain kualitas lahiriah dari seorang konselor yang baik seperti
memiliki kemampuan bersikap tenang ketika bersama orang lain, dan memiliki
kapasitas untuk berempati. Oleh sebab itu, mahasiswa BK sebagai calon konselor
harus dapat mengembangkan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi.
Kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi pribadi seorang
konselor, sebab bagaimana bisa mahasiswa BK membantu klien, apabila
konselornya sendiri tidak memiliki kemandirian dalam menghadapi masalah
pribadi.
32
Seperti halnya dengan kemandirian, konsep diri terbentuk dan tersusun
atas berbagai tahapan. Yang paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep
diri yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya,
yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Keluarga yang mengembangkan pola asuh
yang menerima dan menghargai individu akan meningkatkan konsep diri positif
pada individu, sebaliknya keluarga yang mengembangkan pola asuh merendahkan
harga diri seseorang akan mengembangkan konsep diri negatif. Lalu setelah anak
bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas sekedar hubungan
dalam lingkungan rumahnya. Ia akan memiliki lebih banyak teman, kenalan dan
akibatnya akan memperoleh lebih banyak pengalaman. Dan akhirnya ia akan
memperoleh konsep diri yang berbeda dari yang sudah terbentuk dalam
lingkungan keluarga. Ini menghasilkan konsep diri sekunder. Atas dasar itu,
adanya kemandirian akan menumbuhkan pribadi konselor yang memiliki konsep
diri positif ataupun sebaliknya, bahwa konsep diri mempengaruhi perilaku
seseorang atau kemampuan seseorang dalam hal ini kemandiriannya.
Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri, dan
merupakan komponen kepribadian. Oleh sebab itu sangat berpengaruh terhadap
tingkah laku serta cara bertindak dalam situasi yang terjadi pada saat itu. Menurut
Calhoun dan Acocella,(1990: 67) konsep diri adalah gambaran mental tentang
diri, yang terdiri dari pengetahuan, penilaian dan harapan. Cara pandang diri
individu terhadap dirinya tersebut akan menentukan bagaimana ia harus bersikap.
Konsep diri merupakan sesuatu yang ada dalam diri saya sendiri, jadi merupakan
pandangan dari dalam individu tersebut. Selain itu dapat disimpulkan bahwa ada
33
beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, antara lain usia
kematangan, penampilan diri(citra tubuh), orang tua, kawan sebaya, dan pengaruh
dari lingkungan sekitar atau masyarakat.
Selain itu dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan kemampuan
untuk tidak bergantung pada orang lain, selalu mencoba mengatasi masalah dan
hambatan, bertanggungjawab dan memiliki inisiatif. Maka ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain kematangan fisik, kematangan psikis dan ciri-ciri kepribadian
yang terdapat pada aspek: kecerdasan, emosi, motivasi minat, sikap sosial, jenis
kelamin, umur dan konsep diri. Selain itu apabila dilihat dari faktor eksternal
adalah tuntutan kebudayaan( nilai, harapan, pengaruh lingkungan tempat tinggal),
pendidikan (termasuk pola asuh orang tua), pekerjaan( termasuk di dalamnya
status ekonomi keluarga),jumlah anak dalam keluarga dan pengaruh teman
sebaya.
Menurut pandangan para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa konsep diri
merupakan faktor internal dari kemandirian, sehingga diduga ada hubungan antara
konsep diri dengan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi.
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2002: 64). Berdasarkan Landasan teori di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis
yang diajukan peneliti adalah Ada hubungan antara konsep diri dengan
kemandirian pada mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2005 dan 2006
UNNES. Semakin positif konsep diri mahasiswa BK maka, semakin tinggi pula
34
kemandiriannya. Sebaliknya semakin negatif konsep diri mahasiswa BK, semakin
rendah pula tingkat kemandiriannya.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada
mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES.
Ha : Terdapat hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa
BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES
.
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik Stastistik Korelasional.
Melalui penelitian tersebut kita dapat memastikan berapa besar yang disebabkan
oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh
variabel lain. Penelitian korelasi tidak memerlukan sampel yang besar.
Diasumsikan jika ada pertalian, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang
digunakan adalah mewakili populasi yang kita selidiki dan instrumen yang
digunakan dapat dipercaya dan sahih( Counsuelo, dkk 1993: 87-88). Penelitian ini
sangat cocok bila variabel-variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak dapat
diteliti lewat metode eksperimentasi atau yang variasinya tidak dapat
dikendalikan. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa
variabel serta saling-hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan
serentak dalam kondisi yang realistik( Azwar, 1997: 9).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik pusat perhatian dalam
suatu penelitian(Arikunto,2006: 118). Variabel yang digunakan dalam variabel ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas(Variabel Independent) dan Variabel
Terikat(Variabel Dependent).
36
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas
Variabel Bebas (X) = Konsep Diri Mahasiswa BK
Variabel Terikat (Y)= Kemandirian Mahasiswa BK
Maka konsep berpikir dari variabel di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Bagan Hubungan antar Variabel
Secara teoritis konsep diri sebagai variable X memberikan pengaruh
terhadap kemandirian mahasiswa. Apabila diperkirakan ada hubungan maka akan
terjadi yaitu semakin positif konsep diri mahasiswa BK UNNES maka akan
semakin tinggi pula kemandiriannya, dan semakin negatif konsep diri mahasiswa
BK UNNES maka akan semakin rendah pula kemandiriannya.
3.3. Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini memiliki definisi operasional sebagai
berikut:
X Y
37
3.3.1 Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan
keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa
dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri.
Aspek-aspek yang akan diteliti antara lain, bebas, ulet, inisiatif, pengendalian diri
dan kemantapan diri.
3.3.2 Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya
sendiri. Isi konsep diri menurut Burns, meliputi karakteristik fisik, kesehatan dan
kondisi fisik, status intelectual, kecerdasan, cara berpakaian model rambut dan
make up, ide religius minat religius dan keyakinan,hubungan keluarga, bakat dan
kemampuan khusus, benda yang dipunya atau kepemilikan,sikap dan hubungan
sosial, ciri kepribadian, dan kemandirian.
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian(Arikunto, 2006: 130).
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi.
Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah mahasiswa BK FIP
UNNES yang berjumlah sekitar 149 mahasiswa. Seperti yang dijelaskan pada
tabel dibawah ini:
38
Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa BK FIP UNNES
Th. Angkatan 2005 dan 2006
NO. Angkatan Jumlah
1.
2.
2005/2006
2006/2007
72 Mahasiswa
77 Mahasiswa
Jumlah 149 Mahasiswa
Dari 149 mahasiswa tersebut di atas mempunyai karakteristik yang
homogen sebagai berikut :
a. Subyek merupakan mahasiswa BK FIP UNNES
b. Merupakan individu yang masih terdaftar sebagai mahasiswa
c. Subjek penelitian merupakan mahasiswa BK yang sudah melaksanakan KKN
dan PPL atau semester 6 keatas dengan pertimbangan bahwa mereka sudah
memperoleh mata kuliah yang cukup atau memadahi sehingga memiliki
pandangan untuk menjadi calon konselor yang kompeten.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto, 2006:
109). Dalam penelitian ini sampel dimaksudkan untuk memperoleh keterangan
mengenai subyek penelitian, dan mampu memberikan gambaran dari populasi.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik Stratified Proportional Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara
39
acak dengan jumlah yang sama pada tiap kelasnya. Teknik ini digunakan dengan
alasan :
a. Memberikan kesempatan yang sama kepada tiap individu
b. Menghemat tenaga, waktu dan biaya
Pada prosedur pengambilan sampel berstrata dengan pendekatan
proporsional, banyaknya subjek dalam setiap subkelompok atau strata harus
diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan presentase
besarnya sampel dari keseluruhan populasi( Azwar, 1997: 84). Di dalam
pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan jumlah sampel yang
paling baik. Apabila subyeknya kurang dari 100 maka diambil semua, tetapi jika
jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau20-25% atau lebih
(Arikunto,2006: 134). Dari populasi yang berjumlah 149 mahasiswa, ditetapkan
untuk diambil 40% sebagai sampel. Dengan mengambil secara random 40%
subjek dari setiap subkelompok sebagai sampel maka distribusi subjek sampel
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Perincian Subyek Penelitian
Angkatan Kelas Jumlah Mahasiswa Jumlah sampel
2005/2006 Reguler 72 Mahasiswa 29 Mahasiswa
2006/2007 Reguler 44 Mahasiswa 18 Mahasiswa
2006/2007 Paralel 33 Mahasiswa 13 Mahasiswa
Jumlah 149 Mahasiswa 60 Mahasiswa
Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer maupun dengan undian. Dalam penelitian ini peneliti akan
40
menentukan mahasiswa pada tiap angkatan yang akan dijadikan sampel penelitian
dengan cara undian. Undian dilakukan dengan cara sebagai berikut ini :
1.) Menuliskan no.urut mahasiswa pada secarik kertas kecil untuk tiap
angkatannya
2.) Kertas yang sudah diberi no.kemudian digulung dan dimasukan kedalam
kaleng tertutup yang telah diberi lubang di atasnya
3.) Kaleng dikocok dan melalui lubang kecil gulungan kertas tsb dikeluarkan
satu persatu hingga memenuhi jumlah sampel yang di tentukan
4.) Nomor-nomor yang keluar kemudian dicatat
5.) Kegiatan mengocok dihentikan setelah mendapatkan jumlah mahasiswa
yang dikehendaki, kemudian diteruskan untuk menyebar skala.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
penulis untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel
penelitian. Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah skala psikologi
(skala konsep diri dan skala kemandirian). Skala psikologi adalah alat untuk
mengukur aspek atau atribut afektif.
Pada skala psikologi pertanyaannya merupakan stimulus yang tertuju pada
indikator untuk memancing jawaban yang biasanya tidak disadari oleh responden
yang bersangkutan. Skala psikologi ini menggunakan empat pilihan jawaban
Sangat setuju(SS), Setuju(S), Tidak setuju(TS) dan Sangat tidak setuju(STS),
dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu dan bersifat tertutup. Alasan
41
penyederhanaan pilihan jawaban menjadi empat pilihan karena dikhawatirkan
responden akan cenderung memilihnya sehingga data mengenai perbedaan
diantara responden menjadi kurang informatif (Azwar, 2005:34). Untuk jawaban
yang mendukung pernyataan atau favourable diberi skor tertinggi dan untuk
jawaban yang tidak mendukung pernyataan atau unfavourable diberi skor
terendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Penskoran item dalam skala
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Kategori Jawaban Skor Kategori Jawaban Skor
SS
S
TS
STS
4
3
2
1
SS
S
TS
STS
1
2
3
4
3.6. Instrumen Penelitian
Dalam menyusun instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat
kisi-kisi instrument yang dibuat berdasarkan dari teori kemudian disusun
pernyataan. Setelah tersusun pernyataan kemudian dilakukan percobaan (try out),
setelah itu dihitung validitas dan reliabilitas. Jika perlu diadakan revisi terlebih
dahulu baru instrument dapat digunakan untuk pengumpulan data. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
42
(1) kisi-kisi instrumen penelitian
iiiiiiii
Gambar 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen
Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tentang konsep diri
mahasiswa BK sebagai calon konselor dan kemandirian dalam menghadapi
masalah pribadi, oleh karena itu instrumen yang digunakan berupa skala konsep
diri dan kemandirian seperti dibawah ini.
Tabel 3.4 KISI-KISI KONSEP DIRI
NO Variabel Sub
VariabelIndikator Deskriptor
No Item
+ -
1. Konsep
Diri
Isi
Konsep
diri
1. Karakteristi
k fisik
2. Kesehatan
dan kondisi
fisik
1.1 Memiliki daya
tarik fisik
1.2 Ukuran tubuh
yang
proporsional
2.1 Kondisi
kesehatan
yang
maksimal
1,3
4
5,6 10,11
2
8
7,9 12,13
(2) instrumen (3) uji coba (4) revisi (5) instrumen
43
3. Status
intelectual,
kecerdasan
4. Cara
berpakaian,
model
rambut
5. Ide religius,
minat
religius,
keyakinan
6. Hubungan
keluarga
7. Kepemilika
n, benda-
benda yang
3.1 Mampu
mengikuti dan
menguasai
materi kuliah
3.2 Kecerdasan
dan cita-cita
yang dimiliki
3.3 Prestasi yang
diraih
4.1 Penampilan
menarik dan
mengikuti
mode
5.1 Tingkat
keimanan dan
kesadaran
beragama dan
beribadah
6.1 Komunikasi
antar keluarga
7.1 Fasilitas
penunjang
14,15 17 19,20 23,24 27 29
16 18 21,22 25,26 28 30
44
dipunya
8. Bakat
khusus dan
kemampuan
khusus
9. Ciri
kepribadian
10. Kemandiria
n
11. Sikap dan
perkuliahan
8.1 Kemampuan
berempati
8.2 Memiliki
pengetahuan
yang luas
9.1 Memiliki
karakter dan
penyesuaian
emosional
10.1 Mampu
bertanggungja
wab
10.2 Dapat
mengeluarkan
pendapat atau
gagasan
10.3 Bertindak
dengan
kemampuan
sendiri
11.1 Hubungan
dengan
31 33,35, 36 38,39 42,43 46,47 49,50 53 54,55
32 34,37 40,41 44,45 48 51 52,56
45
hubungan
sosial
teman
sebaya
11.2 Hubungan
dengan
dosen
57,58 59,60
Tabel 3.5 KISI-KISI KEMANDIRIAN
No
Variabel
Sub
Variabel
Indikator
Deskriptor
No Item
+ -
1. Kemandirian Aspek-
aspek
1. Bebas
2. Ulet
1.1 Merasa
memiliki
hak
dengan apa
yang
dilakukan
1.2 Merasa
yakin
dengan apa
yang
diputuskan
.
2.1 Penuh
1,2
5,6
9,10
3,4
7,8
11,12
46
3. Inisiatif
ketekunan
dengan
adanya
usaha
untuk
mengejar
prestasi
2.2 Memiliki
harapan
yang tinggi
dan
berusaha
mewujudk
anya
3.1 Memiliki
kecepatan
dan
ketepatan
bertindak
3.2 Mampu
mengeluar
kan ide
atau
13,14
17,18
21,22
25,26,
27
15,16
19,20
23,24
28,29
47
4.Pengendalian
diri
5.Kemantapan
diri
gagasan.
3.3 Berfikir
dan
bertindak
dengan
kemampua
n sendiri.
4.1 Memiliki
kemampua
n untuk
mengendal
ikan dan
mengelola
perasaan
4.2 Memiliki
kemampua
n
mengendal
ikan dan
mempenga
ruhi lingk.
5.1 Mampu
menerima
30,31
34
36,38,39
42,43
46,47,
48
32,33
35
37,40,41
44,45
49,50
48
dirinya apa
adanya
5.2 Merasa
puas atas
usahanya
5.3 Percaya
diri
51, 52
55,56,
57
53,54
58,59 60
3.7 Validitas dan Reliabilitas
3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya di ukur menurut situasi dan tujuan tertentu. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Teknik uji validitas untuk menentukan validitas terhadap item-item
angketnya yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan
angka kasar.
49
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YXXYNrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Dengan :
rxy = Besarnya validitas butir angket
X = jumlah skor tiap item soal
Y = jumlah skor total
N = jumlah responden
(Arikunto, 2006 : 170)
Setelah nilai rxy diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan angka r tabel.
Harga rxy dikatakan valid apabila rxy > r tabel.
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006 : 178). Hal tersebut ditunjukkan
oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subjek yang diukur
dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang
berbeda.
Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat
menggunakan rumus Alpha , karena untuk mencari reabilitas instrument yang
skornya bukan 1 dan 0, misalnya bentuk angket atau uraian :
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
Σ
Σ−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= 2
2
11
11t
b
kkr
σσ
50
Dengan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Jumlah butir angket atau banyaknya butir pertanyaan
Σσb² = Jumlah varians butir
σt² = Varians total
(Arikunto, 2006 : 196)
Sebelum masuk kerumus alpha, maka perlu dicari varians tiap butir angket
dengan rumus:
N
NXX
b
22
2
)(Σ−Σ
=σ
Setelah diperoleh nilai varians butir dan varians total kemudian
dimasukkan kedalam rumus alpha. Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan
dengan r tabel α = 5%, angket dikatakan reliable jika r11 > r tabel. Adapun
kriteria reliabilitas soal menurut Danim (2004: 202) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Soal
No. Rentang Skor Kriteria
1. …. ≤ 0,59 Reliabilitas sangat rendah
2. 0,6 ≤ 0,89 Reliabilitas sedang
3. 0,9 ≤ 1 Reliabilitas tinggi
51
3.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala konsep diri
dan skala kemandirian. Instrumen yang akan digunakan untuk pengambilan data,
terlebih dahulu dilakukan ujicoba di lapangan untuk mengetahui instrumen
tersebut layak untuk di gunakan yaitu valid dan reliabel.
Skala konsep diri mahasiswa terdiri dari 60 butir pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden, setelah dilakukan ujucoba pada 20 responden dan
dianalisis, ternyata tidak semua soal valid. Ada 8 soal yang dinyatakan tidak valid
yaitu item soal nomor 6,13,22,24,33,37,40,48
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai product moment
sebesar 0.450 dan rtabel = 0.444. Karena rxy >rtabel, maka item tersebut dikatakan
valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya dapat dilihat pada
lampiran.
Sedangkan skala kemandirian terdiri dari 60 butir pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden, setelah diujicoba dan dianalisis terdapat 52 butir
pertanyaan valid sedangkan 8 tidak valid yaitu soal nomor 6,9,16,20,24,44,49,dan
53.
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai kritik product
moment sebesar 0.570 dengan rtabel 0.444, maka item tersebut dikatakan valid.
Hasil perhitungan item yang lain dapat dilihat pada lampiran.
Item yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam penelitian yang
sebenarnya. Walaupun 8 item tersebut tidak dapat digunakan atau dibuang, namun
setiap indikator kemandirian sudah mewakili minimal satu pertanyaan atau
52
pernyataan. Pertimbangan untuk membuat jumlah item bagi setiap indikator sudah
terwakili dalam pernyataan yaitu satu item (Arikunto, 1998:144).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada
instrumen konsep diri mahasiswa diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0.945
pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh rtabel 0.444. Karena r11>rtabel
maka dapat disimpulkan angket tersebut reliabel.
Sedangkan pada hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha pada
instrumen kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling diperoleh
koefisien realibilitas sebesar 0.951 pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20
diperoleh rtabel 0.444. Karena koefisien realibilitas lebih besar dari rtabel maka
angket tersebut reliabel dan dapat digunakan.
3.8 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu cara untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian atau untuk menjawab hipotesis dalam penelitian. Analisis data
penelitian ini dilakukan melalui uji secara kuantitatif dengan menggunakan
metode statistik. Pengolahan data dengan cara statistik adalah suatu cara
pengolahan data dengan menggunakan angka. Adapun metode analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
3.8.1 Teknik analisis deskriptif persentase
Analisis deskriptif persentase ini digunakan untuk mengkaji variabel yang
ada dalam penelitian ini, yaitu konsep diri mahasiswa dan kemandirian mahasiswa
Bimbingan dan Konseling. Adapun rumus yang digunakan
53
P = %100xNn
Keterangan: P = prosentase
n = skor total
N= skor ideal
Dalam penelitian ini panjang kelas interval kriteria konsep diri mahasiswa
dan kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut:
Prosentase skor maksimum : (4:4) x 100% = 100%
Prosentase skor minimum : (1:4) x 100% = 25%
Rentang persentase skor : 100% - 25% = 75%
Banyaknya kriteria : (Sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat
rendah
Panjang kelas interval : rentang : banyaknya kriteria (75% : 4 = 18.75%)
Dengan panjang kelas 18.75% dan prosentase skor terendah 25% maka
dapat ditentukan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.7 Kriteria Prosentase konsep diri dan kemandirian mahasiswa
Interval Interval % Kategori
195-240
150-194
105-149 60-104
81,26-100,00 %
62,51-81,25 % 43,76-62,50 % 25,00-43,75 %
Sangat tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat rendah
54
3.8.2 Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya korelasi antara
variabel bebas dan variabel terikat, jadi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui adanya hubungan antara konsep diri mahasiswa (X) dan Kemandirian
dalam menghadapi masalah pribadi (Y). Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut:
( )( )
( ) ( ) ⎟⎠⎞⎜⎝⎛ ∑−⎟⎠⎞⎜
⎝⎛ ∑−
−=
∑∑∑∑∑
YYXXr
NN
YXXYNxy 2222
Keterangan
rxy = Koefisien Korelasi antara x dan y
∑X = Jumlah skor masing-masing item
∑Y = Jumlah skor seluruh item
∑XY = Jumlah skor antara x dan y
N = Jumlah subyek(responden)
X2 = Kuadrat di jumlah skor tiap item
Y2 = Kuadrat di skor total.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian pada dasarnya memuat berbagai hal meliputi
pengungkapan data dari instrumen penelitian dan metode analisis data
menggunakan 1).Analisis deskriptif presentase 2).Uji normalitas 3).Uji product
moment yang diperoleh untuk menjawab permasalahan yang diajukan.
Berdasarkan hal tersebut, pada bab ini akan dibahas mengenai: (1). Hasil
Penelitian dan (2). Pembahasan (3). Keterbatasan Penelitian
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase
4.1.1.1 Deskripsi Konsep Diri Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Gambaran tentang konsep diri mahasiswa BK UNNES sebagai calon
konselor berdasarkan jawaban skala psikologi diperoleh skor presentase 61.75%
dan termasuk dalam kriteria rendah. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tingkat
konsep diri mahasiswa secara keseluruhan, pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Tingkat Konsep Diri Mahasiswa
(secara keseluruhan)
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 30 50.00 % 43.76-62.50 % Rendah 21 35.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 8 13.33 %
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa 35.00 % mahasiswa memiliki
tingkat konsep diri rendah, 50.00 % memiliki tingkat konsep diri tinggi dan
56
adapula yang memiliki kriteria sangat tinggi dan sangat rendah yaitu sekitar 1.67
% dan 13.33 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
1.67%
50.00%
35.00%
13.33%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%
sangattinggi
tinggi rendah sangatrendah
Series1
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Konsep Diri Mahasiswa Jika dilihat dari isi konsep diri menyangkut beberapa hal, yaitu
karakteristik fisik, kesehatan dan kondisi fisik, status intelektual dan kecerdasan,
cara berpakaian dan model rambut,ide religius, hubungan keluarga, kepemilikan
benda-benda yang dipunya, bakat khusus dan kemampuan khusus, ciri
kepribadian, kemandirian, sikap dan hubungan sosial. Gambaran konsep diri
perindikator dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
57
36.67%
68.33%
38.33%46.67%
60.00%58.33%
43.33% 46.67%
61.67%55.00%
50.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10
I-11
Sangat tinggi
tinggi
rendah
sangat rendah
Gambar 4.2 Diagram tingkat konsep diri perindikator
Untuk lebih jelasnya, maka dapat melihat pada deskripsi dibawah ini:
1. Karakteristik Fisik
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan karakteristik fisik
dapat dilihat dalam item pertanyaan no. 1,2,3,4, dan 7. Agar lebih jelas dapat
melihat tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Karakteristik fisik
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 24 40.00 % 43.76-62.50 % Rendah 35 58.33 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 58.33% mahasiswa
menyatakan belum dapat menerima dirinya sepenuhnya berdasarkan karakteristik
fisik dan tergolong dalam kategori rendah, sedangkan 40.00% % mahasiswa
tergolong dalam kategori tinggi. Sisanya 1.67% dalam kategori sangat tinggi.
Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian mahasiswa cenderung belum
58
sepenuhnya memandang dirinya memiliki daya tarik fisik dan memiliki ukuran
tubuh yang proporsional.
2. Kesehatan dan kondisi fisik
Untuk mengatahui gambaran isi konsep diri berdasarkan kesehatan dan
kondisi fisik dapat dilihat pada item pertanyaan no. 5,6,dan 8. Agar lebih jelasnya
tabel 4.3 menyajikan lebih jelas gambarannya.
Tabel 4.3 Kesehatan dan kondisi fisik
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 9 15.00 % 62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 % 43.76-62.50 % Rendah 18 30.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa mahasiswa BK memandang
kesehatan dan kondisi fisiknya tergolong dalam kategori tinggi (36.67 %), 30.00%
lainnya tergolong rendah, selebihnya ada beberapa mahasiswa yang memiliki
kategori sangat tinggi sebesar 15.00% dan sangat rendah 18.33%. Dari data
tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa cenderung memandang bahwa
kesehatan dan kondisi fisik merupakan hal utama yang harus dijaga.
3. Status Intelektual, kecerdasan
Untuk dapat mengetahui isi konsep diri mahasiswa berdasarkan status
intelektual, kecerdasan dapat dilihat dalam item pertanyaan no.
9,10,11,12,13,14,15,dan 16. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel dibawah ini.
59
Tabel 4.4 Status intelektual, kecerdasan
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 % 43.76-62.50 % Rendah 26 43.33 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %
Dari tabel diatas menggambarkan bahwa status intelektual mahasiswa BK
tergolong rendah yaitu 43.33 %, 36.67 % lainnya tinggi dan sangat rendah 18.33%
, namun masih ada beberapa tergolong sangat tinggi walaupun sedikit berkisar
1.67%. Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian mahasiswa cenderung
belum mampu sepenuhnya mengikuti dan menguasai materi kuliah, kecerdasan
dan cita-cita yang dimiliki, serta prestasi yang diraih dalam perkuliahan.
4. Cara berpakaian, model rambut
Untuk dapat mengetahui isi konsep diri berdasarkan cara berpakaian,
model rambut dapat dilihat dalam item pertanyaan no. 17,18,dan 19. Agar lebih
jelasnya terdapat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Cara berpakaian, model rambut
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 3 5.00 % 62.51-81.25 % Tinggi 41 68.33 % 43.76-62.50 % Rendah 5 8.33 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %
60
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mahasiswa BK memperhatikan
dalam cara berpakaian dan model rambut dengan kategori tinggi sebesar 68.33 %,
5.00 % mahasiswa lainnya tergolong sangat tinggi, 8.33% lainnya tergolong
rendah, tetapi ada juga yang tergolong sangat rendah yakni 18.33 %. Dari data
tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswa cenderung
memperhatikan penampilan yang menarik dan mengikuti mode, karena akan
menunjang profesinya sebagai calon konselor.
5. Ide religius, minat religius dan keyakinan
Untuk mengatahui gambaran isi konsep diri berdasarkan ide religius,
minat religius dan keyakinan, maka disediakan item pertanyaan no. 20,21,dan 22.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6 Ide religius, minat religius, keyakinan
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 4 6.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 % 43.76-62.50 % Rendah 28 46.67 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 6 10.00 %
Tabel 4.6 menunjukan bahwa mahasiswa BK dalam memandang ide
religius, minat religius dan keyakinan tergolong rendah yakni berkisar 46.67 %.
10.00 % mahasiswa memiliki tingkat religius sangat rendah, namun masih ada
yang memiliki tingkat keimanan tinggi sebesar 36.67% dan 6.67 % lainnya sangat
tinggi. Dari data diatas menunjukan bahwa mahasiswa BK cenderung belum
sepenuhnya memiliki tingkat keimanan dan kesadaran beragama dan beribadah,
61
dengan adanya kesadaran beragama dan beribadah merupakan dasar pedoman
yang paling utama.
6. Hubungan keluarga
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan hubungan
keluarga dapat dilihat pada item pertanyaan no. 23, 24. Agar lebih jelasnya tertera
pada tabel dibawah ini
Tabel 4.7 Hubungan Keluarga
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 18 30.00 % 62.51-81.25 % Tinggi 23 38.33 % 43.76-62.50 % Rendah 6 10.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 13 21.67 %
Tabel diatas menunjukan bahwa hubungan keluarga mahasiswa
berdasarkan komunikasi antar keluarga terdapat kategori tinggi dengan
persentase 38.33 %, 30.00% tergolong kategori sangat tinggi, dan 10.00%
tergolong rendah serta beberapa yang lainnya 21.67% dalam kategori sangat
rendah. Dari data diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa mampu membangun
komunikasi yang baik dengan keluarganya, meskipun ada beberapa diantaranya
yang kurang dapat berkomunikasi dengan keluarganya.
7. Kepemilikan, benda-benda yang dipunya
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri mahasiswa BK berdasarkan
kepemilikan, benda-benda yang dipunya dapat dilihat dalam item pertanyaan
no.25,26. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
62
Tabel 4.8 Kepemilikan, benda-benda yang dipunya
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 10 16.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 13 21.67 % 43.76-62.50 % Rendah 37 61.67 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa memandang
kepemilikan atas benda-benda yang dipunya dalam kategori sangat tinggi sebesar
16.67%, 21.67% mahasiswa tergolong dalam kriteria tinggi lainnya , sedangkan
61.67 % sisanya tergolong kategori rendah. Data diatas menunjukan bahwa
fasilitas yang dimiliki khususnya dalam hal perkuliahan yang dipunyai oleh
mahasiswa tergolong rendah, mereka berupaya untuk memiliki fasilitas yang
mendukung perkuliahan meskipun ada juga mahasiswa yang cenderung tidak
memperhatikan hal tersebut.
8. Bakat khusus dan kemampuan khusus
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan bakat khusus dan
kemampuan khusus dapat dilihat dalam item pertanyaan no. 27,28,29,30, dan 31.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.9 Bakat khusus dan kemampuan khusus
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 10 16.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 28 46.67 % 43.76-62.50 % Rendah 18 30.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 4 6.67 %
63
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian mahasiswa BK cenderung
memiliki kemampuan khusus sebagai calon konselor dalam kategori tinggi
sebesar 46.67%,ada pula 16.67% mahasiswa dalam kategori tinggi. Sedangkan
30.00% dalam kategori sedang, sisanya mahasiswa yang tergolong kategori sangat
rendah antara 6.67%. Data tersebut menggambarkan bahwa belum semuanya
mahasiswa BK sebagai calon konselor memiliki kemampuan berempati dan
memiliki pengetahuan yang luas karena, walaupun dalam kategori tinggi masih
ada juga mahasiswa yang belum memiliki kemampuan yang paling utama sebagai
konselor.
9. Ciri kepribadian
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan ciri kepribadian
dapat dilihat dalam item pertanyaan 32,33,34. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Ciri Kepribadian
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 4 6.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 36 60.00 % 43.76-62.50 % Rendah 7 11.67 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 13 21.67 %
Tabel diatas menunjukan bahwa sebagai mahasiswa BK diharuskan
memiliki cirri kepribadian yang berbeda dari kebanyakan mahasiswa lainnya.
Data diatas menunjukan bahwa ciri kepribadian yang dimiliki mahasiswa BK
tergolong tinggi yaitu 60.00%, 6.67% lainnya masuk dalam kategori sangat tinggi
dan 11.67% tergolong rendah. Sedangkan sisanya 21.67% mahasiswa dalam
64
kategori sangat rendah. Dengan memiliki karakter dan penyesuaian emosional,
diharapkan seorang calon konselor dapat menjadi pribadi yang menyenangkan dan
membantu permasalahan yang dihadapi orang lain.
10. Kemandirian
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan kemandirian
dapat disediakan item pertanyaan no.35,36,37,38,39,40,41,42,43 Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.11 Kemandirian
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 2 3.33 % 62.51-81.25 % Tinggi 25 41.67 % 43.76-62.50 % Rendah 33 55.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Dari tabel diatas menggambarkan bahwa mahasiswa BK memiliki
kemandirian dalam kategori rendah yaitu 55.00%, mahasiswa yang lain dalam
kategori tinggi berkisar 41.67%, sedangkan sisanya tergolong dalam kategori
sangat tinggi sekitar 3.33%. Data diatas menunjukan bahwa sebagian mahasiswa
BK cenderung belum sepenuhnya mampu bertanggung jawab, dapat
mengeluarkan gagasan atau pendapat, dan bertindak dengan kemampuan sendiri.
11. Sikap dan hubungan sosial
Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan sikap dan
hubungan sosial, maka dapat dilihat dalam item pertanyaan no.
44,45,46,47,48,49,50,51,52. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
65
Tabel 4.12 Sikap dan hubungan sosial
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 20 33.33 % 43.76-62.50 % Rendah 30 50.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 9 15.00 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa mahasiswa BK memiliki sikap dan
hubungan sosial, yang tergolong dalam kategori rendah sebesar 50.00%, 15.00%
tergolong dalam kategori sangat rendah, dan lainnya 1.67% tergolong dalam
kategori sangat tinggi. Ada juga mahasiswa yang memiliki kategori tinggi sebesar
33.33%. Dari data diatas menunjukan bahwa mahasiswa BK belum memiliki
sikap dan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun dengan dosen.
4.1.1.2 Deskripsi Kemandirian Mahasiswa
Gambaran tentang kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi
berdasarkan jawaban skala psikologi diperoleh skor prosentase 64.14% dan
termasuk dalam kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel berikut
ini:
Tabel 4.13 Tingkat Kemandirian mahasiswa
(secara keseluruhan)
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 29 48.33 % 43.76-62.50 % Rendah 30 50.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa tingkat kemandirian mahasiswa BK
dalam menghadapi masalah pribadi termasuk dalam kategori rendah sebesar
66
50.00%. 48.33% memiliki kategori tinggi dan sisanya 1.67% dalam kategori
sangat tinggi. Disajikan pula dalam bentuk gambar berikut ini:
1.67%
48.33% 50.00%
0.00%0.00%
10.00%20.00%30.00%
40.00%50.00%60.00%
sangat tinggi tinggi rendah sangatrendah
Series1
Gambar 4.3 Diagram Distribusi frekuensi kemandirian mahasiswa
Ada beberapa aspek-aspek kemandirian yang diteliti yaitu bebas, ulet,
inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan diri. Gambaran yang diperoleh dari
penelitian ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
70.00%75.00%
68.33%
51.67% 50.00%
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
A-1 A-2 A-3 A-4 A-5
sangat t inggit inggirendahsangat rendah
Gambar 4.4 Diagram tingkat kemandirian mahasiswa perindikator.
Agar lebih jelasnya, maka dapat melihat deskripsi kemandirian
perindikator dibawah ini:
1. Bebas
Tingkat kebebasan yang dirasakan oleh mahasiswa BK dalam menghadapi
masalah pribadi termasuk dalam item pertanyaan no.1,2,3,4,5,6,7. Gambaran
tersebut akan lebih jelas dalam sajian berikut ini.
67
Tabel 4.14 Kebebasan
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 18 30.00 % 43.76-62.50 % Rendah 41 68.33 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa kebebasan dalam bertindak tergolong
dalam kategori rendah sebesar 68.33%, 30.00% termasuk kategori tinggi, adapun
kebebasan yang sangat tinggi pada diri mahasiswa yaitu sebesar 1.67%. Dari data
diatas menggambarkan bahwa sebagian mahasiswa cenderung belum dapat
merasa memiliki hak dengan apa yang dilakukan dan merasa yakin dengan apa
yang diputuskan oleh dirinya, meskipun masih ada juga mahasiswa yang dapat
bertindak dan bertanggungjawab pada dirinya.
2. Ulet
Dari segi keuletan mahasiswa dalam menghadapi segala sesuatu yang
diinginkannya termasuk dalam item 8,9,10,11,12,13,14,15,16. Hal tersebut tersaji
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.15 Ulet
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 4 6.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 25 41.67 % 43.76-62.50 % Rendah 31 51.67 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa keuletan mahasiswa tergolong dalam
kategori rendah sebesar 51.67%, dan 41.67% termasuk dalam kategori tinggi,
68
sisanya 6.67% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari data diatas
menggambarkan bahwa masih ada aspek kemandirian yang dilihat dari keuletan
masih ada yang termasuk dalam kategori rendah, meskipun begitu masih ada juga
mahasiswa memiliki ketekunan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi dan
memiliki harapan yang tinggi dan berusaha mewujudkannya.
3. Inisiatif
Untuk dapat mengetahui kemandirian mahasiswa berdasarkan inisiatifnya
dapat diketahui berdasarkan item pertanyaan no.17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.16 Inisiatif
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 % 62.51-81.25 % Tinggi 42 70.00 % 43.76-62.50 % Rendah 16 26.67 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 1 1.67 %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa inisiatif mahasiswa BK tergolong
tinggi berkisar 70.00%, 1.67% lainnya termasuk kategori sangat tinggi, dan
26.67% temasuk kategori rendah, lalu 1.67 % dalam kategori sangat rendah. Data
diatas menggambarkan bahwa mahasiswa memiliki kecepatan dan ketepatan
bertindak, mampu mengeluarkan ide atau gagasan, berfikir dan bertindak dengan
kemampuan sendiri, meskipu belum sepenuhnya.
4. Pengendalian diri
Untuk mengetahui gambaran kemandirian berdasarkan pengendalian diri
dapat dilihat pada item pertanyaan no. 31,32,33,34,35,36,37,38,39. Lebih jelasnya
dapat melihat tabel dibawah ini.
69
Tabel 4.17 Pengendalian diri
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 2 3.33 % 62.51-81.25 % Tinggi 45 75.00 % 43.76-62.50 % Rendah 2 3.33 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengendalian diri yang dimiliki
mahasiswa BK tergolong tinggi dengan persentase sebesar 75.00%, dan 3.33 %
masuk kriteria sangat tinggi, dan sisanya berkisar 3.33% dan 18.33% yang masuk
kategori rendah dan sangat rendah. Dari data diatas menggambarkan bahwa
mahasiswa cenderung memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola
perasaan dan memiliki kemampuan mengendalikan dan mempengaruhi
lingkungan. Diantaranya individu tersebut dapat bersikap tenang ketika
menghadapi persoalan, tidak mudah emosi dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru, meskipun tidak semua mahasiswa termasuk dalam kategori
tersebut.
5. Kemantapan diri
Untuk mengetahui gambaran kemandirian mahasiswa BK berdasarkan
kemantapan diri dapat dilihat pada item pertanyaan no. 40, 41 ,42,43, 44, 45
,46,47,48, 49,50, 51,52. Agar lebih jelasnya dapat melihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.18 Kemantapan diri
Interval Kriteria Frekuensi Prosentase
81.26-100 % Sangat tinggi 8 13.33 % 62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 % 43.76-62.50 % Rendah 30 50.00 % 25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %
70
Dari tabel diatas menunjukan bahwa 36.67% mahasiswa memiliki
kemantapan diri dengan kategori tinggi, sedangkan 50.00% mahasiswa masuk
dalam kategori rendah, dan sisanya 13.33% masuk kategori sangat tinggi. Dari
data diatas menggambarkan bahwa mahasiswa BK cenderung belum mampu
menerima dirinya apa adanya, merasa puas atas usahanya dan tampil percaya diri.
Mahasiswa yang mampu menerima dirinya apa adanya, maka cenderung dapat
menjadi dirinya ketika bersama orang lain dan mampu menyelesaikan
permasalahan dengan kemampuannya sendiri.
4.1.2 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ada
hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES, yang akan dianalisis menggunakan
korelasi product moment. Agar tidak menyimpang maka perlu diadakan uji
normalitas data.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk
menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau
nonparametrik. Apabila hasil perhitungan menunjukkan distribusi normal, maka
pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik, sedangkan apabila
distribusi data tidak normal, maka pengujian hipotesis menggunakan statistik
nonparametrik.
71
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas data
Data X2hitung X2tabel
9.49
Kriteria Konsep Diri Mahasiswa
9.44 normal
Kemandirian dalam menghadapi masalah
pribadi
8.71 normal
Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan dengan taraf kesalahan 5%
dengan derajat kebebasan(dk) = 7-3 = 4 diperoleh nilai Chi Kuadrat hitungnya
sebesar 9.44 dan 8.71 berarti lebih kecil dari 9.49. Oleh karena itu dikatakan
bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal.
4.1.2.2 Menghitung Koefisien Korelasi
Hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa
Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 dan 2006 UNNES dapat dilihat di
korelasi product moment. Hasil dari analisis diperoleh nilai rxy sebesar 0.535.
Pada taraf signifikansi 5% dan untuk n = 60 diperoleh rtabel = 0.254 nampak bahwa
nilai rxy > rtabel yang berarti bahwa ada hubungan antara konsep diri dengan
kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 dan 2006
UNNES.
Setelah diketahui ada hubungan antara 2 variabel dengan rhitung 0.535
kemudian dikonsultasikan pada tabel interpretasi nilai r termasuk dalam interval
0.40-0.599 dan termasuk dalam kategori sedang. Jadi kesimpulannya ada
hubungan yang biasa-biasa saja antara kedua variabel.
4.1.2.3 Hasil Uji Hipótesis
72
Prosedur pengujian hipótesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Ho : Tidak terdapat hubungan antara konsep diri mahasiswa BK sebagai
calon konselor (X) dengan kemandirian (Y).
Ha : Terdapat hubungan antara konsep diri mahasiswa BK sebagai calon
konselor (X) dengan Kemandirian (Y).
(2) Taraf signifikansinya (α ) = 0,05.
Apabila hasil rhitung > rtabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, begitu juga
sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil
perhitungan diperoleh rhitung (0.535) > rtabel (0.254). Ini berarti bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan dan positif antara konsep
diri dengan kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan
2005 dan 2006 UNNES. Bermakna bahwa semakin tinggi konsep diri mahasiswa
Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 dan 2006, maka akan semakin tinggi
pula kemandiriannya.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran konsep diri mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006 UNNES
Pandangan seseorang tentang karakteristik dan kemampuan yang dimiliki
oleh individu merupakan penentu dari kualitas individu itu sendiri. Apabila
seseorang sudah memandang dirinya bahwa ia lemah, tidak mampu dalam
bersikap dan berusaha, maka seterusnya individu tersebut tidak dapat memandang
dan menilai jika ia mampu. Hal inilah yang dinamakan konsep diri. Konsep diri
merupakan kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya, baik fisik, sosial
73
maupun psikologis(dalam Rahmat, 2000: 100). Tidak jauh berbeda dari pendapat
di atas bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu terhadap dimensi
fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahan dan kepandaian. Untuk
itu individu khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat mengetahui
gambaran tentang dirinya berdasarkan karakteristik fisik, kesehatan, status
intelektual, ciri kepribadian,kemandirian, sikap dan hubungan sosial.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konsep diri
mahasiswa Bimbingan dan Konseling termasuk dalam kategori rendah. Hal
tersebut diketahui berdasarkan gambaran individu berdasarkan karakteristik fisik,
misalnya mahasiswa BK cenderung belum dapat menerima dirinya memiliki daya
tarik fisik dan ukuran tubuh yang proporsional, dari segi intelektual mereka
menggambarkan dan menilai bahwa mereka belum mampu sepenuhnya mengikuti
dan menguasai materi kuliah, memiliki prestasi dan kecerdasan. Dari segi
kemampuan sebagai calon konselor, mereka menilai bahwa mahasiswa BK
memiliki kemampuan untuk berempati agar dapat membantu klien yang
membutuhkan bantuan dan dengan tangan terbuka berusaha memberikan alternatif
atas permasalahan yang dihadapi, dan juga memiliki pengetahuan yang luas.
Selain itu mahasiswa BK memandang bahwa mereka memiliki ciri kepribadian
yang berbeda dengan mahasiswa lainnya, yakni memiiki karakter dan penyesuaian
emosional, serta kemandirian agar mampu bertanggungjawab, dapat
mengeluarkan pendapat atau gagasan dan bertindak dengan kemampuan sendiri,
meskipun dari semuanya masih ada beberapa mahasiswa yang belum dapat
menunjukan perilaku tersebut. Bertolak dari hal itu hendaknya mahasiswa harus
74
dapat menumbuhkan konsep diri positif dan dapat menerima dirinya apa adanya
jika dilihat dari berbagai segi.
Hal ini diperkuat dengan teori Strang dan Staines (dalam Burns,1993: 81)
bahwa konsep diri dasar merupakan persepsi dirinya secara apa adanya seperti
status, kemampuan dan perananya. Konsep diri sosial adalah apa yang diyakini
individu berdasarkan bagaimana orang lain mengevaluasi dirinya, sedangkan diri
ideal adalah semacam pribadi yang diharapkan oleh individu tersebut.
4.2.2 Gambaran Kemandirian mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006
UNNES
Setiap individu dari hari ke hari mengalami apa yang dinamakan
kedewasaan. Dari kedewasaan tersebut, tidak hanya berkembang secara lahiriah
atau fisik tetapi juga menjadi pribadi yang dewasa secara emosional. Kedewasaan
mengandung tanggung jawab yang akan diperoleh setiap individu. Kedewasaan
individu di ukur berdasarkan bagaimana ia dapat bertanggungjawab untuk dirinya
sendiri maupun orang lain. Tanggungjawab merupakan salah satu aspek dari
kemandirian. Secara singkat kemandirian merupakan kemampuan seseorang
untuk bertindak dan mengembangkan diri dengan kekuatan sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung pada bantuan orang lain
. Menurut Kartono (dalam Anastasia dan Nugraheni, 2008: 13) Pengertian
kemandirian disini dapat diartikan sebagai Zelfstanding, yaitu kemampuan berdiri
diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah
laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna
75
memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh sebab itu mahasiswa Bimbingan dan
Konseling sebagai calon konselor diharapkan memiliki kemandirian dalam
menghadapi setiap permasalahan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan deskripasi hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling memiliki kemandirian dalam kategori tinggi. Hal itu
tergambar jika dilihat dari aspek-aspek antara lain, mahasiswa memiliki
kebebasan dalam bertindak dan merasa yakin dengan apa yang diputuskannya,
yang dinilai berdasarkan bagaimana mereka merasa memiliki hak dengan apa
yang bisa dilakukan, seperti melakukan apapun atas kehendak pribadi dan
menentukan jalan hidup yang terbaik bagi mereka. Dari segi keuletan, dapat
digambarkan bahwa masih adanya usaha untuk mengejar prestasi dan memiliki
harapan yang tinggi dan berusaha mewujudkannya. Namun dalam hal kemantapan
diri sebagian mahasiswa berada dalam kategori rendah, yang artinya mereka
kurang dapat percaya pada kemampuannya sendiri dalam mengejar keinginannya
maupun menyelesaikan permasalahan. Diluar hal tersebut, dengan kondisi yang
mendukung seseorang dapat menjadi pribadi yang mandiri, yang setiap saat dalam
keadaan apapun memiliki inisiatif agar mampu mengeluarkan ide-ide yang
cemerlang. Sebaliknya lingkungan yang tidak mendukung seperti pendidikan
dalam keluarga yang cenderung memanjakan seseorang dari kecil hingga dewasa,
bahkan cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.
Untuk itu dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi diperlukan
kemandirian agar menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri. Hal tersebut
diperkuat dengan pendapat Monks (dalam Musdalifah, 2007: 47) yang
76
menyatakan bahwa kemandirian mengandung pengertian dimana mampu
mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas, memiliki hasrat bersaing
demi memajukan dirinya dan bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan.
4.2.3 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES
Setiap individu pastinya menginginkan menjadi manusia yang mandiri,
bukan hanya yang bersifat fisik namun secara emosional. Kemandirian tidak dapat
diperoleh secara instan tetapi melalui proses yang panjang, berawal dari individu
sebagai seorang anak hingga menjadi dewasa. Pada dasarnya kemandirian timbul
ketika seseorang merasa percaya dan mampu melakukan sesuatu yang menurutnya
benar. Gea (2002: 195) menggambarkan bahwa mandiri adalah suatu suasana di
mana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang
terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa)
demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.
Kemandirian dapat dilihat dari setiap indikator yang diteliti berdasarkan
aspek-aspek, seperti kebebasan, ulet, inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan
diri memperoleh kategori tinggi. Hal tersebut juga diperkuat oleh Monks dkk,
(dalam Anastasia dan Nugraheni,2005: 11) menunjukan bahwa orang yang
mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil
keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu Cronbach (dalam Anastasia dan
Nugraheni,2005: 11) menyatakan orang yang memiliki perilaku mandiri dapat
77
memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada
tujuan, percaya diri dan mampu mengendalikan diri.
Kemandirian seseorang dapat teruji ketika dia mendapatkan berbagai
masalah, jika individu tersebut mengetahui solusi apa yang tepat untuk
menyelesaikan masalahnya itu dan bertindak dengan cepat, maka dapat dikatakan
individu tersebut memiliki kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi.
Apabila sebaliknya individu tersebut tidak dapat membuat keputusan sendiri dan
bertanggungjawab pada tindakannya, maka belum dapat dikatakan memiliki
kemandirian.
Hal yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian adalah
menumbuhkan konsep diri yang positif. Untuk itu sebagai seorang calon konselor
mahasiswa Bimbingan dan Konseling memiliki pandangan yang positif tentang
dirinya, sehingga dengan penilaian tersebut ia mampu berdiri sendiri, mampu
mengambil keputusan dan mampu bertanggungjawab dengan keputusannya itu.
Pandangan atau penilaian tersebut, dinamakan konsep diri. Lebih jelasnya lagi
konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri sendiri
sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa
atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu
menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.
Seseorang yang memiliki konsep diri positif ia akan dapat menerima apapun
yang ada pada dirinya, tidak memandang rendah dirinya dan selalu optimis dalam
hidup. Indikasi kualitas konsep diri semacam itu juga dikemukakan oleh
Burns(1993: 234) Menurutnya, jika seseorang memiliki konsep diri yang positif
78
berarti ia akan menilai, menghargai, merasa dan menerima keadaan dirinya secara
positif. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif berarti ia
memiliki evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri serta
tiadanya penghargaan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Dijelaskan lebih
lanjut bahwa individu dengan penilaian diri yang tinggi dan perasaan harga diri
yang tinggi umumnya mereka menerima keadaan dirinya, sebaliknya yang menilai
dirinya secara negatif akan memiliki perasaan harga diri dan penerimaan diri yang
kecil. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan individu yang memiliki
konsep diri positif adalah seseorang yang mau menerima segala sesuatu yang ada
pada diri sendiri dan menerima orang lain apa adanya.
Atas dasar itu dengan adanya kemandirian akan menumbuhkan pribadi
konselor yang memiliki konsep diri positif, atau sebaliknya konsep diri
mempengaruhi perilaku seseorang atau kemampuan seseorang dalam hal ini
kemandiriannya. Selain itu kemandirian memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal antara lain
kematangan fisik, kematangan psikis dan ciri-ciri kepribadian yang terdapat pada
aspek: kecerdasan, emosi, motivasi minat, sikap sosial, jenis kelamin, umur dan
konsep diri. Apabila dilihat dari faktor eksternal adalah tuntutan kebudayaan
(nilai, harapan, pengaruh lingkungan tempat tinggal), pendidikan( termasuk pola
asuh orang tua), pekerjaan( termasuk di dalamnya status ekonomi
keluarga),jumlah anak dalam keluarga dan pengaruh teman sebaya.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri
merupakan faktor internal dari kemandirian, sehingga dapat dikatakan ada
hubungan antara konsep diri dengan kemandirian. Peneliti menyadari oleh karena
79
keterbatasan penelitian, penelitian ini hanya dapat mengangkat salah satu faktor,
yaitu konsep diri.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti sudah berusaha semaksimal
mungkin, namun dalam prosesnya masih terdapat beberapa hal yang masih kurang
sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah:
(1). Subjek yang diteliti menggunakan random atau acak, dan kebetulan pada saat
pra survey, peneliti hanya menilai beberapa kelompok mahasiswa saja.
sehingga persepsi yang diambil oleh peneliti bahwa mahasiswa BK cenderung
belum memiliki konsep diri positif dan memiliki kemandirian rendah.
(2). Adanya Faking Good, karena mengetahui akan diteliti, diduga mahasiswa
menjawab instrumen dengan pilihan yang baik-baik saja.
80
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ” Hubungan antara Konsep Diri dengan
Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan
2006 UNNES”, maka dapat diambil kesimpulan:
(1). Tingkat konsep diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan
2006 berada pada kategori rendah, apabila dilihat dari karakteristik fisik,
kesehatan dan kondisi fisik, status intelektual dan kecerdasan, cara
berpakaian dan model rambut, ide, minat religius, keyakinan, hubungan
keluarga, kepemilikan benda-benda yang dipunya, bakat dan kemampuan
khusus, ciri kepribadian, kemandirian,sikap dan hubungan sosial.
(2). Tingkat kemandirian mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005
dan 2006 berada pada kategori tinggi, apabila dilihat dari aspek bebas, ulet,
inisiatif, pengendalian diri, dan kemantapan diri.
(3). Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian pada
mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES .
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran kepada
beberapa pihak yang terkait yaitu:
81
1.) Bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai calon konselor yang belum
dapat memiliki konsep diri positif hendaknya menyadari bahwa setiap
manusia dilahirkan berbeda-beda. Baik dari tampilan fisik, intelektual,
emosional dan masih banyak lagi. Apabila seseorang selalu memandang
dirinya rendah, maka sampai kapanpun individu tersebut tidak akan dapat
menerima dirinya apa adanya. Oleh sebab itu, mahasiswa bimbingan
konseling sebagai calon konselor harus memandang dirinya sendiri sebagai
seorang individu yang berbeda dan mampu melihat dirinya sendiri ketika
bersama dengan mahasiswa lain, sehingga menjadi konselor yang mandiri.
(2). Bagi keluarga khususnya orang tua hendaknya menunjukan sikap positif,
sehingga dapat dijadikan cermin bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu dengan
adanya pemikiran positif dari keluarga maka hal itu akan terbaca dan
mempengaruhi bagaimana individu tersebut menilai dan memandang dirinya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta
Anastasia dan Heni Nugraheni. 2008. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol.1, No.1. Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta. Hal. 11-14
Azwar, Saefudin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _____________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron dan Bryne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Calhoun and Joan Ross Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan, Terj. RS. Satmoko. Semarang: IKIP Semarang Press
Counsuelo, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia Press Danim, Sudarwan. 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta:
Bumi Aksara Farozin dan Nur Fathiyah. 2004. Pemahaman Tingkah Laku.. Jakarta: Rineka
Cipta Gea, dkk. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia
Joecinta, Rini. 2002. Konsep Diri. http//www.e-psikologi.com. (7 Maret 2010).
Juriana. 2000. Kesesuaian Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan Kemampuan Manajemen Diri Pada Mahasiswa Pelaku Organisasi. Psikologika no.9. Universitas Gadjah Mada. Hal. 74
Kartadinata, Sunaryo. 2008. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial
Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku dan Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan (Studi deskriptif analitik tentang kemandirian mahasiswa pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di Kotamadya Bandung. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1206105-132350.
(7 Maret 2010).
83
Kurniawan, Benny. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Kemandirian Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKM. http://www.e-psikologi.com. (7 Maret 2010).
Maharani, Puan. 2005. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian Pada
Anak Asuh Angkatan 1 di Panti Asuhan Wira Adi Karya Tahun 2005. Skripsi
Masrun, dkk. 1986. Studi Mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku
Bangsa (Jawa, Batak, Bugis), Laporan Penelitian Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup, Fakultas Psikologi UGM.
Musdalifah. 2007. Perkembangan Sosial Remaja Dalam Kemandirian. Jurnal
Psikologi. Vol. 4, 2007. Hal. 47-48 (22 Januari 2009). Mu’tadin, Z. 2002. http: // www. Epsikologi. Co. Id. Kemandirian Sebagai
Kebutuhan Dalam Remaja.( 22 Januari 2009). Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Rahadi, Aristo. 2008. http: // www. google.co.id. Konsep Diri dalam Pendidikan,
(4 April 2009) R.B. Burns. 1993. Konsep Diri. Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Terj. Eddy. Jakarta: Arcan Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wangmuba. 2009. http.//www.google.co.id. Hubungan antara Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup Narapidana. Artikel,( 4 April 2009 ).
Widodo, Prasetyo Budi dan Diana Rusmawati. 2004. Studi Korelasi Konsep Diri
dan Keyakinan Diri dengan Kewirausahaan pada Mahasiswa Prodi Psikologi FK UNDIP SEMARANG. Jurnal Psikologi Vol.1. Hal 61-68