HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN · emotional maturity with aggressive driving on bus...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN · emotional maturity with aggressive driving on bus...
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN
AGGRESSIVE DRIVING PADA PENGEMUDI BUS
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Fakultas Psikologi
Oleh:
RISKA MUSTIKAWATI
F 100 130 025
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN
AGGRESSIVE DRIVING PADA PENGEMUDI BUS
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
RISKA MUSTIKAWATI
F 100 130 025
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si., Psi.
NIK. 540
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN
AGGRESSIVE DRIVING PADA PENGEMUDI BUS
OLEH
RISKA MUSTIKAWATI
F.100 130 025
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 19 Agustus 2017
dan dinyatakan telah mememenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Nanik Prihartanti, M.Si, Psi. (____________________)
(Ketua dewan penguji)
2. Santi Sulandari, S.Psi., M.Ger (____________________)
(Anggota I dewan penguji)
3. Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si (____________________)
(Anggota II dewan penguji)
Dekan,
Dr. Moordiningsih, Msi, Psikolog
NIK/NIDN. 876/0615127401
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 10 Agustus 2017
Penulis
RISKA MUSTIKAWATI
F 100 130 025
1
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN
AGGRESSIVE DRIVING PADA PENGEMUDI BUS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada hubungan antara kematangan emosi
dengan aggressive driving pada pengemudi bus. Hipotesis yang diajukan adalah
ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan aggressive driving pada
pengemudi bus. Subjek dalam penelitian ini adalah pengemudi bus yang
berjumlah 80 subjek, yang diambil dari populasi berjumlah 500 pengemudi bus
yang diperoleh berdasarkan jumlah bus pada masing-masing PO yakni pada bus
eka, mira dan sugeng rahayu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling aksidental. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan skala dengan menyebar kuesioner. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala aggressive driving dan skala
kematangan emosi. Teknik analisis data menggunakan formula korelasi Product
Moment Pearson dengan menggunakan SPSS versi 16.00. Koefisien korelasi ( r )
yang diperoleh sebesar -0,518 dengan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil
analisis dari penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan
aggressive driving pada pengemudi bus. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa sumbangan efektif kematangan emosi terhadap aggressive driving sebesar
26,8%. Maka terdapat 73,2% dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor
kematangan emosi yang mempengaruhi aggressive driving pengemudi bus.
Kata Kunci: Aggressive Driving, Kematangan Emosi, Pengemudi Bus
ABSTRACT
The purpose of this study to determine whether there is a relationship between
emotional maturity with aggressive driving on bus driver. The hypothesis is a
negative correlation between emotional maturity with aggressive driving on bus
driver. The subject of this research were 80 subject as bus driver taken from
population of 500 bus driver based on amount of buses in each PO which is Eka,
Mira and Sugeng Rahayu bus. Technic sampling in this study using acsidental
sampling technic. Data collection method in this study using scale with spreading
the questionnaire. Measure tool in this study using emotional maturity scale and
aggressive driving scale. Data were analyzed using Pearson product moment
2
correlation by SPSS 16.0. Correlation correlate (r) is -0,518 with sig. 0,000
(p<0,05). The result of the analysis of this research explain that hypothesis
accepted so there is a negative relationship which is so significant between
emotional maturity with aggressive driving. This result shows effective
contribution of emotional maturity to aggressive driving is 26,8%. It means there
are 73,2% of other variables besides emotional maturity that can influence
aggressive driving of bus driver
Keyword: Aggressive driving, bus driver, emotional maturity
1. PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas pada zaman sekarang ini merupakan masalah yang
umum terjadi dalam penyelenggaraan sistem transportasi di banyak negara.
Salah satunya yaitu pada negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia,
kecelakaan lalu lintas ini cenderung mengalami peningkatan, awal Januari
2009 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, diberlakukan. Kecelakaan yang sering terjadi saat ini harus
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dalam suatu organisasi industri
atau perusahaan. Kecelakaan akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar
bagi perusahaan, penumpang, pekerja maupun pengguna jalan lainnya.
Kecelakaan Bus sering terjadi di Indonesia, Penyebab Kecelakaan biasanya
karena faktor human error, yang tercermin dalam perilaku berbahaya dalam
mengemudikan bus. Kesalahan dan pelanggaran dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan pada pengemudi itu sendiri dan akan merugikan orang-
orang yang ada disekitarnya (Hastuti dkk, 2013).
Menurut Utari (2016) perilaku aggressive driving tidak selamanya
berujung selamat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kecelakaan lalu lintas
yang disebabkan oleh perilaku aggressive driving. Perilaku mengemudi yang
agresif adalah kestabilan emosi yang masih rendah, hal ini biasanya efek dari
usia dan jenis kelamin yang masih kurang bisa dikontrol (Anitei, chraif,
Burtaverde, & Mihaila, 2014).
3
Menurut Tasca (2000) aggressive driving yaitu apabila pengemudi dengan
sengaja, ingin meningkatkan resiko tabrakan dan dimotivasi oleh
ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan suatu cara yang dilakukan untuk
menghemat waktu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tasca (2000) bahwa
aggressive driving cenderung meningkatkan risiko tabrakan. Selain itu dapat
pula diakatakan bahwa aggressive driving merupakan perilaku yang beresiko.
Menurut Chamberlain (1960), kematangan emosi adalah seseorang yang
bisa mengendalikan emosionalnya, bisa menahan diri, bisa mengkontrol dan
bisa mengendalikan hidupnya dengan baik. Kematangan emosi dapat
dipahami dalam hal kemampuan kontrol diri yang pada gilirannya adalah hasil
berpikir dan belajar (Pastey & Aminbhavi, 2006).
Chaplin (2005) mendefinisikan kematangan emosi adalah suatu keadaan
atau kondisi dalam perkembangan emosional seseorang, yang sering kali
terdapat pada remaja-remaja, yang mana remaja tersebut secara emosional
belum matang sehingga menimbulkan sikap agresif dan berpengaruh dalam
aktivitas keseharian, termasuk ketika mengemudi yang mengakibatkan
timbulnya perilaku ugal-ugalan. Menurut Chaplin, kematangaan emosi adalah
suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan
emosional dan pribadi yang bersangkutan terdapat keterlibatan kontrol
emosional (Guswani & Kawuryan, 2011).
Menurut Walter D. Smitson, kematangan emosi adalah sebuah proses
kepribadian yang akan terus berusaha untuk menyeimabangkan kesehatan
emosional dan jiwa, yang keduanya sebagai kekuatan dalam hidup (Manoj &
Mishra, 2016).
Berdasarkan fenomena sehari-hari dapat dilihat bahwa banyak pengendara
yang melanggar tanda-tanda lalu lintas. Tingkah laku melanggar tanda-tanda
lalu lintas ini merupakan salah satu contoh dari tingkah laku mengendara
agresif yang dapat membahayakan pengguna jalan lainnya. Mengingat
semakin sempitnya ruang gerak, tingginya jumlah penduduk, dan banyaknya
4
kendaraan yang tidak sebanding dengan jumlah jalan yang disediakan,
mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Yang kemudian muncullah kemacetan
di berbagai tempat yang memberikan tekanaan tersendiri bagi pengemudi.
Ketika macet pengemudi harus lebih berkonsentrasi karena jarak antar
kendaraan sangat sempit. Tingkah laku agresif yang secara nyata dapat dilihat
oleh pengemudi bus adalah melanggar tanda-tanda lalu lintas. Pengemudi bus
sering kali menaikkan dan menurunkan penumpang disembarangan tempat
tanpa memperhatikan tempat pemberhentian (halte) yang sudah disediakan.
Selain itu, pengemudi bus juga sering melanggar lampu merah. Tingkah laku
tersebut dapat membahayakan pengendara lain dan penumpang yang ada di
dalamnya (Ayuningtyas dkk, 2007).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perilaku mengemudi
agresif ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
ini berasal dari dalam diri individu itu sendiri salah satunya kematangan
emosi, yang kurang baik. Apabila seseorang telah matang secara emosi maka
akan dapat mengontrol emosinya dan dapat mengelolanya dengan baik.
Sedangkan faktor eksternal yaitu reaksi yang telah diluapkan individu berupa
luapan rasa kecewa, marah, jengkel dan kegembiraan yang ditujukan untuk
dirinya sendiri. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Walgito (2004)
yang mengatakan bahwa seseorang yang telah matang secara emosi maka
akan menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain apa adanya, dapat
mengontrol emosi dan bertanggung jawab (Rahayu, 2008).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut maka muncul rumusan
masalah yang akan diajukan yakni apakah ada hubungan antara kematangan
emosi dengan aggressive driving pada pengemudi bus?. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kematangan emosi
dengan aggressive driving pada pengemudi bus.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kematangan emosi dan variabel
5
tergantungnya adalah aggressive driving. Populasi dalam penelitian ini adalah
pengemudi bus (sopir bus) mira.eka, sugeng rahayu antar kota yang berjumlah
500 pengemudi bus yang diperoleh berdasarkan jumlah bus pada masing-
masing PO.. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 80 orang
pengemudi bus. Menurut Arikunto (2006), yaitu apabila populasi berjumlah
besar diatas 100, maka sampel yang diambil 10-25 %. Dalam penelitian ini
akan menggunakan cara pengambilan sampel dengan teknik sampling
aksidental. Alat ukur yang digunakan adalah skala aggressive driving dan
skala kematangan emosi. Penelitian ini menggunakan analisis statistik teknik
korelasi product moment dengan SPSS 16.0 untuk menguji hipotesis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menggunakan teknik uji korelasi
parametrik dengan program SPSS for windows versi 16.0. Menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan aggressive
driving dengan pengemudi bus. Artinya semakin tinggi tingkat kematangan
emosi maka akan semakin rendah tingkat Aggressive Driving. Begitu juga
sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan emosi maka akan semakin
tinggi tingkat Aggressive Driving. Hal tersebut dapat dilihat pada koefisien
korelasi ( r ) antara aggressive driving dengan kematangan emosi yaitu – 0,518
pada taraf signifikan 0,000 dengan probabilitas (p < 0,05), yang mana hal
tersebut dapat diartikan bahwa antara kematangan emosi dengan aggressive
driving berkorelasi negatif. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat
kematangan emosi maka semakin rendah tingkat aggressive driving, begitu
juga sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan emosi maka akan
semakin tinggi pula tingkat aggressive driving pada pengemudi bus.
Dilihat dari nilai Rerata Empirik pada variabel Kematangan Emosi
sebesar 75,65. Hal ini membuktikan bahwa subjek yang memiliki tingkat
Kematangan Emosi Tinggi yaitu sebanyak 45 dari 80 subjek, dan 32 dari 80
subjek memiliki tingkat kematangan emosi sangat tinggi, sedangkan 3 dari 80
subjek lainnya memiliki kematangan emosi sedang. Kematangan emosi dapat
6
dipahami dalam hal kemampuan kontrol diri yang pada gilirannya adalah hasil
berpikir dan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Allport ( Schultz,
2003) yang mengatakan bahwa seseorang yang matang secara emosi akan
cenderung berperilaku menyimpang lebih kecil, salah satunya adalah
aggressive driving. Artinya, semakin tinggi kematangan emosi semakin
rendah aggressive driving. Sebaliknya, semakin rendah kematangan emosi
maka akan semakin tinggi aggressive driving. Ketika emosi seseorang matang
dan dapat mengontrol dirinya maka perilakunya juga akan sesuai dengan
norma dan aturan yang ada sehingga tingkat aggressive driving bisa ditekan.
Hal ini sependapat dengan Hurlock (2002) bahwa individu yang matang
secara emosi akan memiliki kontrol diri yang baik, mampu menunjukkan
ekspresi emosinya dengan tepat dan sesuai dengan keadaan yang sedang
dihadapi, sehingga individu tersebut mampu beradaptasi dengan baik dan
memberikan reaksi yang tepat dan sesuai dengan keadaan yang sedang
dialami.
Sumbangan efektif dari variabel kematangan emosi dengan variabel
aggressive driving ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yang diperoleh
dari hasil kuadrat koefisien korelasi (r2) sebesar 26,8 %. Maka terdapat 73,2 %
yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor kematangan emosi yang
mempengaruhi aggressive driving pengemudi bus. Faktor yang mempengaruhi
aggressive driving menurut Tasca (2000) adalah usia dan jenis kelamin,
anonimitas, faktor sosial, kepribadian, gaya hidup, keterampilan
mengemudi,dan faktor lingkungan.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa hipotesis diterima, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan
negatif antara kematangan emosi dengan aggressive driving.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa, ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan
aggressive driving pada pengemudi bus. Artinya, semakin tinggi kematangan
7
emosi semakin rendah aggressive driving. Sebaliknya, semakin rendah
kematangan emosi maka akan semakin tinggi aggressive driving. Sumbangan
efektif yang diberikan kematangan emosi sebesar 26, 8 %. terhadap aggressive
driving, maka terdapat 73,2 % yang dipengaruhi oleh faktor lain, di luar faktor
kematangan emosi yang mempengaaruhi aggressive driving.
Hasil dari penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah diperoleh,
maka peneliti memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat, yaitu diharapkan bagi pengemudi bus kedepannya akan tetap
berhati-hati dalam kondisi apapun pada saat mengemudi dan patuhi peraturan
dalam berlalu lintas. Utamakan keamanan dan keselamatan penumpang dan
diri sendiri. Pengemudi bus supaya menurunkan tingkat aggressive driving
dan meningkatkan kematangan emosinya. Seseorang dikatakan matang dan
dapat mengontrol dirinya sendiri . maka ia akan berperilaku, bersikap, dan
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, sehingga tingkat aggressive
drivingnya lebih rendah dan kematangan emosinya akan meningkat. Bagi
perusahaan diharapkan bekerjasama dengan pihak kepolisian atau pihak yang
bertanggung jawab dengan peraturan berlalu lintas, supaya memberikan
penyuluhan atau pembinaan mengenai pentingnya menjaga keselamatan dan
keamanan berkendara. Selain itu juga membentuk sikap profesional dan
kecintaan terhadap profesi. Yang mana untuk menurunkan tingkat aggressive
driving dan meningkatkan kematangan emosi pengemudi bus. Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan supaya memperhatikan kekurangan-kekurangan dalam
penelitian ini seperti aspek-aspek dan faktor-faktor dari kematangan emosi dan
aggressive driving, supaya peneliti selanjutnya lebih bisa mengembangkan
dan memperluasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. R. (1985). Three Coefficients For Analyzing The Reliability And
Validity Of Ratings. Educational And Psychological Measurement , hal.
133.
8
Anitei, M., Chraif, M., Burtaverde, V., & Mihaila, T. (2014). The Big Five
Personality Factors In The Prediction Of Aggressive Driving Behavior
Among Romanian Youngsters. International Journal Of Traffic And
Transportation Psychology , Volume 2.
Ayuningtyas, D. S., & Santoso, G. A. (2007). Hubungan Antara Intensi Untuk
Mematuhi Rambu-Rambu Lalu Lintas Dengan Perilaku Melanggar Lalu
Lintas Pada Sopir Bus Di Jakarta. Jps Vol.13 No.01 , 1-12.
Chaplin, J. P. 2011. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Guswani, A. M., & Kawuryan, F. (2011). Perilaku Agresi Pada Mahasiswa
Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Pitutur, Volume I, No
2.
Hastuti, Ayu Happy; Nuzulia, Siti ; Fadhallah, R.A. (2013). Hubungan Antara
Self Regulated Behavior Dengan Unsafe Behavior Pada Sopir Bus Di Kota
Semarang. Journal Of Social And Industrial Psychology / Volume Issn
2252-6838 , 20-21.
J. P. (2016). Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
M.P.M, F. J., & K., D. V. (2016). Investigation On Emotional Maturity And
Cultural Intelligence Among Adolescence Of Kerala. Journal of Research
& IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR) , e-ISSN :
2320-7388, p-ISSN : 2320-737 X Volume.6.
Pastey, G. S., & Aminbhavi, V. A. (2006). Impact Of Emotional Maturity On
Stress And Self Cofidence Of Adolescents. Journal Of The Indian
Academy Of Applied Psychology, , Vol. 32, No.1, 66-70.
Tasca, Leo. 2000. A review of the literature on aggressive driving research. Road
User safety Branch Canada. Diambil dari http://www.aggressive
drivers.com/papers/tasca.pdf
Utari. (2016). Hubungan Aggressive Driving Dan Kematangan Emosi Dengan
Disiplin Berlalu Lintas Pada Remaja Pengendara Sepeda Motor Di
Samarinda. Ejournal Psikologi, Issn 2477-2674, Ejournal.Psikologi.Fisip-
Unmul.Org , 4 (3): 352-360.
Widowati, P. C. (2009). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Remaja Akhir. Skripsi , 61-63.